PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PERENDAMAN AIR DINGIN
ACHMAD RIZZAL
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
SUMMARY Achmad Rizzal. The Effect of MDI Adhesive Levels and Strand Combinations of Oriented Strand Board Mechanical Physical Properties of Three Types of Bamboo with Cold Water Immersion Pretreatment. Supervised by Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS Forestry industry is currently experiencing a high slump. This evidenced by the number of industries that shortages supply of raw materials to meet production. Demands of solid wood raw material has been very difficult to find. Therefore, Many of the forestry industry ultimately close out of business. Nowadays, introduced a new innovation of materials and technology of composite product, OSB (Oriented Strand Board). OSB is a structural composite board product produced from the strand-shaped particles and waterproof thermosetting adhesive. OSB is very effective in overcoming the problems of the forestry industry because the raw material criteria is acquired easely, that is using low density wood and small diameter logs. However, the context of natural resources fin efficiency of wood, bamboo have lignoselulosa compound is one of the potential resources that can be used as a raw material substitute for wood in the manufacture of OSB. The variables this study consisted of combination three types of bamboo and levels MDI adhesive. Bamboo that used are Andong, Betung, and Ampel which the code of each row are A, B, and C. OSB board combination consist of two types of bamboo which one kind bamboo as face and back layers, and another one kind as core layer the racio of face, core and back raw is 1:2:1. OSB board made by nine combinations of AAA, ABA, ACA, BBB, BAB, BCB, CCC, CAC and CBC with adhesive consists of concentration levels of 3%, 4% and 5%. Physical properties and mechanical parameters observed included density, moisture content, water absorption, thickness swelling, Modulus Of Elasticity (MOE), Modulus Of Rupture (MOR), adhesion strength (internal bond) and screw holding power. After the OSB boards are sorted in the importance of value, the results of a combination of CBC (Ampel, Betung, Ampel) at 5% adhesive content is the lowest OSB value that is recommended as OSB board with the best quality when compared with the characteristic of OSB properties to other combination of strands and adhesive concentration. But in the efficiency of production cost, the right alternative combination is the combination of CAC (Ampel, Andong, Ampel) with adhesive levels of 3%. Keywords: Concentration adhesive, MDI, a combination of strands of bamboo, OSB
Achmad Rizzal. E24061175. Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS. 2010.
RINGKASAN Industri kehutanan sekarang ini sedang mengalami kemerosotan yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri yang kekurangan pasokan bahan baku dalam memenuhi produksinya. Tuntutan permintaan bahan baku kayu solid sudah sangat sulit dipenuhi dari kayu yang berasal dari hutan alam. Itu semua disebabkan karena kemampuan hutan indonesia bahkan dunia dalam menghasilkan kayu solid tidak sebanding dengan kebutuhan industri kehutanan yang tinggi. Dampaknya, banyak industri kehutanan yang akhirnya memilih gulung tikar. Dewasa ini dikenalkan salah satu inovasi baru terhadap bahan dan teknologi dari produk komposit yaitu OSB (Oriented Strand Board). OSB adalah produk papan komposit struktural yang diproduksi dari partikel berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air(waterproof). OSB ini sangat efektif dalam mengatasi permasalahan industri kehutanan karena kriteria bahan baku yang dipakai mudah didapatkan yaitu dapat menggunakan kayu yang memiliki kerapatan dan berat jenis yang rendah serta kayu yang berdiameter kecil. Bambu sebagai salah satu bahan berlignoselulosa merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengganti kayu dalam pembuatan OSB. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat Isocyanate dan kombinasi strand terhadap sifat fisis mekanis OSB tiga jenis bambu. Sebelum digunakan sebagai bahan baku OSB, strand bambu terlebih dahulu diberi perlakuan perendaman dingin selama 24 jam. Diharapkan dalam penelitian ini akan diketahui penggunaan kadar perekat isocyanate yang optimum dan kombinasi yang tepat dalam pembuatan OSB. Adapun pengujian sifat fisis mekanis papan merujuk pada standar JIS A 5908 (2003) tentang papan partikel dan standar CSA 0437.0 (Grade O-2)b tentang OSB. Variabel penelitian ini terdiri dari kombinasi tiga jenis bambu yaitu bambu Andong, Betung, dan Ampel dengan kode masing-masing berturut-turut adalah A, B, dan C. Kombinasi yang dibuat dalam satu papan OSB terdiri dari dua jenis Bambu yaitu satu jenis bambu untuk lapisan face dan back serta satu jenis bambu lagi untuk lapisan core dengan perbandingan face, core, dan back berturutturut 1:2:1. Papan OSB dibuat dengan sembilan kombinasi yaitu AAA, ABA, ACA, BBB, BAB, BCB, CCC, CAC dan CBC. Kadar perekat terdiri atas konsentrasi 3%, 4%, dan 5%. Parameter sifat fisis dan mekanis yang diamati meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, modulus lentur (MOE), modulus patah (MOR), kekuatan rekat (internal bond) dan kuat pegang sekrup. Hasil pengujian sifat fisis papan OSB di dapatkan nilai rata-rata untuk kerapatan OSB berkisar antara 0.63-0.74 g/cm3, kadar air OSB berkisar antara 4,31-8,41%, daya serap air 2 jam OSB berkisar antara 6,39-10,04% dan 24 jam berkisar antara 20,34-33,63%, serta pengembangan tebal 2 jam OSB penelitian
berkisar antara 3,04-6,32% dan 24 jam berkisar antara 11,74-16,93%. Sedangkan untuk pengujian sifat mekanis papan OSB di dapatkan nilai rata-rata untuk MOE kering sejajar serat OSB berkisar antara 46427-99940 kgf/cm2, MOE kering tegak lurus serat OSB berkisar antara 17148-39047 kgf/cm2, MOE basah sejajar serat OSB berkisar antara 2742- 49192 kgf/cm2, MOE basah tegak lurus OSB berkisar antara 12383-25324 kgf/cm2, MOR kering sejajar serat OSB berkisar antara 250656 kgf/cm2, MOR kering tegak lurus serat OSB berkisar antara 149-461 kgf/cm2, MOR basah sejajar serat OSB berkisar antara 50-359 kgf/cm2, MOR basah tegak lurus serat OSB berkisar antara 102-300 kgf/cm2, Kekuatan Rekat OSB berkisar antara 2,53-8,64 kgf/cm2, serta Kuat Pegang Skrup OSB berkisar antara 46,28- 93,06 kgf. Sifat fisis dan mekanis OSB dapat dipengaruhi oleh kadar perekat dan kombinasi strand. Setelah papan OSB tersebut diurutkan nilainya maka didapat hasil kombinasi CBC (Ampel, Betung, Ampel) pada kadar perekat 5% merupakan OSB dengan nilai terendah sehingga direkomendasikan sebagai papan OSB dengan kualitas terbaik bila dibandingkan dengan karakteristik sifat OSB dari kombinasi strand dan kadar perekat lain. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi yang tepat adalah kombinasi CAC (Ampel, Andong, Ampel) dengan kadar perekat 3 %. Kata kunci: Kadar perekat, MDI, kombinasi strand bambu, OSB
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Achmad Rizzal NRP : E24061175
PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PERENDAMAN AIR DINGIN
Karya Ilmiah Sebagai salah satu syarat memperroleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh : ACHMAD RIZZAL E24061175
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
: Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin
Nama Mahasiswa
: Achmad Rizzal
NRP
: E24061175
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS. NIP. 19630209 198903 002
Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB
(Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc) NIP. 1966 0212 199103 1 002
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikan-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari
–
Agustus 2010 adalah
Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin. Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa laboratorium Biokomposit, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Fakultas Kehutanan, serta Laboratorium Pengerjaan kayu, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan membandingkan kualitas OSB kombinasi dari 3 jenis bambu dengan macam aplikasi perekat yang berbeda dilihat dari sifat fisis dan mekanisnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengolahan bahan baku bambu sebagai salah satu alternatif untuk mensubstitusi bahan baku kayu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kayu serta upaya penggunaan jenis bambu guna terwujud pemanfaatan yang lestari. Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 26 Maret 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah Fauzan dan Ibu Siti Muryati. Pada tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cisauk dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis mengambil jurusan Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan sebagai bagian Major dan mengambil Supporting Course sebagai kuliah penunjang. Pada tahun 2009 penulis memilih Bio-Komposit sebagai bidang keahlian. Selama kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain :Anggota Komisi A (internal) Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB (2007-2008), Anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB (2008-2009), dan Anggota Bidang Peningkatan Mutu HIMASILTAN IPB (2009-2010), penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan internal kampus. Pada tahun 2008 penulis mengikuti Praktek
Pengenalan
Ekosistem
Hutan (PPEH) di Kawasan Cagar Alam
Leuweung Sancang – Kamojang, Garut. Pada tahun 2009 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, dilanjutkan dengan Praktek Kerja Lapang di PGT Sindangwangi Perum Perhutani Unit III Provinsi Bandung pada tahun 2010. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Bio-komposit dengan judul “Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS. Selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. 2. Ayah dan Ibu tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta do’a yang selalu mengalir tanpa henti kepada penulis. 3. Adikku tercinta Ananda Fildza, dan M Fais Amali atas kasih sayang yang diberikan. 4. Seluruh Laboran dan Staf Departemen Hasil Hutan yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. 5. Teman-teman progam hasil hutan angkatan 43 dan semua mahasiswa THH yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. 6. Teman-teman di Lab Biokomposit: Poppy Aisyah, Indra Agus S, Sulis Mardiana dan teman-teman di Depertemen Hasil Hutan angkatan 43 yang tidak bisa disebutkan, atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................ i DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian .................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oriented Strand Board (OSB)................................................... 4 2.2 Jenis Bambu yang Digunakan ................................................... 6 2.2.1 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) .......................................................... 7 2.2.2 Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) ........................................................................... 8 2.2.3 Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) ...................................................................... 8 2.3 Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin ....................... 9 2.4 Perekat Methylene di-phenil di-Isocyanate (MDI) dan Bahan Aditif ....................................................................... 10 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat .................................................................... 11 3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 11 3.3 Urutan Kerja Penelitian............................................................. 12 3.4 Metode Penelitian ..................................................................... 12 3.4.1 Pembuatan OSB .............................................................. 11 3.4.2
Pengujian Sifat Fisis Mekanis ....................................... 15
3.5 Analisis Data ............................................................................ 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) .................................. 22 4.1.1 Kerapatan ........................................................................ 22 4.1.2 Kadar Air ........................................................................ 23 4.1.3 Daya Serap Air................................................................ 25
ii
4.1.4 Pengembangan Tebal ...................................................... 28 4.2 Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) ............................ 30 4.2.1 Modulus Lentur (Modulus of Elasticity) .......................... 30 4.2.1.1 Modulus Lentur Kering ...................................... 30 4.2.1.2 Modulus Lentur Basah ........................................ 34 4.2.2 Modulus Patah (Modulus of Rupture) .............................. 38 4.2.2.1 Modulus Patah Kering ........................................ 38 4.2.2.2 Modulus Patah Basah ......................................... 41 4.2.3 Kekuatan Rekat ............................................................... 44 4.2.4 Kuat Pegang Sekrup ........................................................ 44 4.2.5 Kekuatan Retensi ............................................................ 47 4.2.6 Penentuan OSB Terbaik .................................................. 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 51 5.2 Saran ........................................................................................ 51 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 52 LAMPIRAN ................................................................................................. 55
iii
DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dan OSB ........................................ 5 2. Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio .................................. 13 3. Kombinasi Strand Pembentuk OSB.......................................................... 15 4. Analisis keragaman (ANOVA) ................................................................. 21
iv
DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Urutan Kerja Penelitian ............................................................................ 12 2. Bentuk Oriented Strand Board ................................................................. 14 3. Pola Penentuan Contoh Uji ...................................................................... 16 4. Histogram Kerapatan OSB ....................................................................... 22 5. Histogram Kadar Air OSB ....................................................................... 24 6. Histogram Daya Serap Air 2 Jam OSB ..................................................... 26 7. Histogram Daya Serap Air 24 Jam OSB ................................................... 26 8. Histogram Pengembangan Tebal 2 Jam OSB............................................ 28 9. Histogram Pengembangan Tebal 24 Jam OSB .......................................... 29 10. Histogram MOE Kering Sejajar Serat OSB .............................................. 31 11. Histogram MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB ..................................... 33 12. Histogram MOE Basah Sejajar Serat OSB ............................................... 35 13. Histogram MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB....................................... 36 14. Histogram MOR Kering Sejajar Serat OSB .............................................. 38 15. Histogram MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB ..................................... 39 16. Histogram MOR Basah Sejajar Serat OSB ............................................... 41 17. Histogram MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB ...................................... 43 18. Histogram Kekuatan Rekat OSB .............................................................. 44 19. Histogram Kuat Pegang Sekrup OSB ....................................................... 46 20. Histogram Retensi Kekuatan MOE Sejajar Serat OSB .............................. 47 21. Histogram Retensi Kekuatan MOE Tegak Lurus Serat OSB ..................... 48 22. Histogram Retensi Kekuatan MOR Sejajar Serat OSB ............................. 48 23. Histogram Retensi Kekuatan MOR Tegak Lurus Serat OSB .................... 49
v
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Perhitungan Bahan Baku .......................................................................... 56 2. Nilai Kerapatan Bambu ............................................................................ 57 3. Data Pengukuran Aspect Ratio dan Slenderness Ratio Strand Bambu ....... 58 4. Data Pengukuran Kerapatan OSB (g/cm3) ................................................ 66 5. Data Pengukuran Kadar Air OSB (%) ...................................................... 67 6. Data Pengukuran Daya Serap Air 2 Jam (%) ............................................ 68 7. Data Pengukuran Daya Serap Air 24 Jam (%) .......................................... 69 8. Data Pengukuran Pengembangan Tebal 2 Jam (%) ................................... 70 9. Data Pengukuran Pengembangan Tebal 24 Jam (%) ................................. 71 10. Data Pengukuran MOE Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm2) .................... 72 11. Data Pengukuran MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm2) ........... 73 12. Data Pengukuran MOE Basah Sejajar Serat OSB (kgf/cm2) ..................... 74 13. Data Pengukuran MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm2)............. 75 14. Data Pengukuran MOR Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm2) .................... 76 15. Data Pengukuran MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm2) ........... 77 16. Data Pengukuran MOR Basah Sejajar Serat OSB (kgf/cm2) ..................... 78 17. Data Pengukuran MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm2) ............ 79 18. Data Pengukuran Internal Bond OSB (kgf/cm2) ....................................... 80 19. Data Pengukuran Kuat Pegang Sekrup OSB (kgf) .................................... 81 20. Data Pengukuran Retensi Kekuatan OSB (%)........................................... 82 21. Tabel ANOVA Sifat Fisis OSB ................................................................ 85 22. Tabel ANOVA Sifat Mekanis OSB .......................................................... 86 23. Rekapitulasi Penilaian OSB Terbaik Berdasarkan Sifat Fisis dan Mekanis ........................................................................... 89 24. Hasil Uji Lanjut Duncan Sifat Fisis OSB .................................................. 90 25. Hasis Uji Lanjut Duncan Sifat Mekanis OSB ........................................... 94
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri kehutanan sekarang ini sedang mengalami kemerosotan yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri yang kekurangan pasokan bahan baku dalam memenuhi produksinya. Tuntutan permintaan bahan baku kayu solid sudah sangat sulit dipenuhi dari kayu yang berasal dari hutan alam. Itu semua disebabkan karena kemampuan hutan indonesia bahkan dunia dalam menghasilkan kayu solid tidak sebanding dengan kebutuhan industri kehutanan yang tinggi. Dampaknya, banyak industri kehutanan yang akhirnya memilih gulung tikar. Kayu yang bersumber dari hutan biasanya digunakan untuk pembuatan berbagai produk seperti produk furniture, bahan kayu konstruksi, atau produk – produk lain yang menggunakan kayu. Salah satu produk kayu yang digunakan adalah papan. Papan yang biasa digunakan adalah kayu solid dengan ukuran ketebalannya 1 – 3 cm serta panjang yang dapat disesuaikan dengan panjang produknya dan lebar yang cukup besar. Namun saat ini syarat – syarat kayu yang dibutuhkan untuk pembuatan papan tersebut yaitu dengan menggunakan bahan baku log kayu diameter besar sudah sangat ditemukan. Dewasa ini dikenalkan salah satu inovasi baru terhadap bahan dan teknologi dari produk komposit yaitu OSB (oriented strand Board). OSB adalah produk papan komposit struktural yang diproduksi dari partikel berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air(waterproof). OSB ini sangat efektif dalam mengatasi permasalahan industri kehutanan karena kriteria bahan baku yang dipakai mudah didapatkan yaitu dapat menggunakan kayu yang memiliki kerapatan dan berat jenis yang rendah serta kayu yang berdiameter kecil. Namun dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam kayu, bambu sebagai salah satu bahan berlignoselulosa merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengganti kayu dalam pembuatan OSB.
2
Bambu tergolong hasil hutan non kayu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bambu sebagai tanaman serbaguna. Karena peranannya sebagai tumbuhan serbaguna. Bambu dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu. Dengan mengganti bambu diharapkan penggunaan kayu menjadi berkurang yang akhirnya dapat mengurangi penebangan hutan (Departemen Kehutanan 1996). Pulau jawa memiliki 60 jenis bambu yang sudah dikenal secara ilmiah dan merupakan salah satu pusat penggunaan bambu di Indonesia (LIPI 2001). Namun dari sekian banyak jenis bambu di Indonesia, pemanfaatannya sebagai bahan bangunan saat ini masih terbatas didaerah pedesaan saja serta potensinya belum dapat diketahui dengan pasti. Pembuatan OSB ini mengacu kepada penelitian Syahroni (2008) yang menggunakan satu jenis bambu yaitu bambu betung sebagai bahan baku pembuatan OSB. Papan OSB yang dihasilkan dari penelitian tersebut memiliki kualitas yang baik dan telah memenuhi standar yang ditentukan. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan bahan strand dari 3 jenis bambu yang sangat umum digunakan oleh masyarakat sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya. Agar dihasilkan kualitas papan yang lebih baik dan lebih optimum dalam pengunaannya, maka setiap papan dilakukan kombinasi dari dua jenis bambu dan menggunakan perekat Isocyanat yang berbahan dasar methylene di-phenil di-Isocyanate. Adapun kadar perekat yang dipakai sebanyak 3%, 4%, dan 5%.
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat Isosianat dan kombinasi strand terhadap sifat fisis mekanis OSB tiga jenis bambu. Sebelum digunakan sebagai bahan baku OSB, Strand bambu terlebih dahulu diberi perlakuan perendaman dingin selama 24 jam. Diharapkan dalam penelitian ini akan diketahui penggunaan kadar perekat Isocyanate yang optimum dan kombinasi yang tepat dalam pembuatan OSB.
3
1.3 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk OSB berkualitas serta dapat menjadi informasi rujukan berkaitan dengan penggunaan campuran bambu pada pembuatan OSB dan menemukan penggunaan kadar perekat MDI yang optimum untuk pengembangan dalam memenuhi kebutuhan kayu struktural.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oriented Strand Board (OSB) Menurut SBA (2004), OSB adalah panel struktural yang cocok untuk konstruksi. Lembaran panilnya terdiri dari sayatan strand dari kayu berdiameter kecil atau kayu jenis cepat tumbuh dan diikat dengan perekat tipe eksterior melalui proses pengempaan panas. Kekuatan OSB berasal dari strand yang diorientasikan pada lembaran. Pada bagian permukaan lapisan, strand diorientasikan pada arah memanjang panil. Menurut SBA (2004) dan Forest Product Laboratory (1999), OSB merupakan panil kayu untuk penggunaan structural. OSB dipergunakan untuk konstruksi rumah, pallet, display, furniture, I-joist web. OSB digunakan untuk pelapis atap, dinding, lantai perumahan dan konstruksi komersial. Menurut SBA (2005), OSB dapat dipergunakan untuk dinding, panel atap, sub lantai, pelapis lantai, lantai, panel penyekat dan I-Joist. OSB didesain sebagai panel structural untuk menggantikan kayu lapis yang diaplikasikan sebagai dinding, sub pelapis lantai, balok web, dan pelapis lantai tunggal. Menurut Tambunan (2000) diacu di dalam Samosir (2008) kayu yang memiliki berat jenis (BJ) 0,35-0,65 lebih disukai dan disarankan sebagai bahan baku OSB. Dalam pembuatan OSB, strand-strand yang dihasilkan disarankan untuk memiliki nilai aspect ratio (perbandingan panjang dan lebar) strand paling sedikit 3 agar dapat menghasilkan produk papan yang memiliki kekuatan lentur (bending) dan kekakuan yang lebih besar (Youngquist, 1999 diacu dalam Zaini, 2009). Nishimura
(2004) meyatakan bahwa strand dengan luasan lebih besar akan memiliki aspect ratio lebih rendah dibandingkan strand dengan luasan yang kecil. Spesifikasi sifat fisis dan mekanis dari OSB (Base Particleboard Type 24-10) menurut standar JIS A 5908 (2003) dan CSA 0437.0 (Grade O-2) tentang papan partikel disajikan dalam Tabel 1.
5
Tabel 1 Sifat fisis dan mekanis papan partikel dan OSB Sifat Papan
JIS A 5908 (2003)
Sifat Fisis 1. Kerapatan 2. Kadar Air (%) 3. Pengembangan Tebal (%) 4. Daya Serap Air (%) Sifat Mekanis 1. MOE // Serat (Kg/cm2) 2. MOE ┴ Serat (Kg/cm2) 3. MOR // Serat (Kg/cm2) 4. MOR ┴ Serat (Kg/cm2) 5. Internal Bond (Kg/cm2) 6. Kuat Pegang Sekrup (Kg)
CSA 0437.0 (Grade O-2)*
0,4-0,9 5-13 ≤ 25 -
≤ 15 -
40800 13260 245 102 3,06 51
56084,39 15295,74 295,72 3,52
*Structural Board Asociation (2005) OSB sebagai produk yang diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan kayu struktural, memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan OSB diantaranya (Nelson dan Kelly, 1998 diacu dalam Nuryawan dan Massijaya, 2006): 1. Jalinan strand pada tiap lapisannya memperbaiki sifat kuat pegang sekrup dan kuat pegang paku. 2. OSB dengan lapisan tipis dapat digunakan sebagai inti (core) kayu lapis atau dapat dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) untuk meningkatkan penampilan produk. 3. Biaya yang rendah dalam produksi dan dimensi yang bervariasi sangat ideal sebagai bahan furnitur. 4. OSB lebih fleksibel dalam dimensi dan sifat struktural untuk penggunaan spesifik dibandingkan kayu lapis. 5. Biaya bahan baku pada OSB untuk skala besar atau kecil sama, sementara pada kayu lapis semakin besar log sebagai bahan baku maka akan meningkatkan kelangkaan dan meningkatkan biaya. 6. OSB memiliki sifat fisik yang lebih konsisten dibandingkan kayu solid, hal ini dikarenakan kayu solid memiliki sifat anisotropis.
6
7. Penggunaan strand sebagai komponen penyusun OSB mengurangi kehadiran cacat kayu (mata kayu, berlubang, dan lain-lain). 8. Pemberian bahan pelapis pada OSB akan meningkatkan sifat mekanis hingga 10-15%, sementara pemberian cat (bahan plinkut) akan mengurangi pengembangan dan pecahnya flake. Selain keunggulan tersebut, terdapat beberapa kelemahan OSB yaitu (Nelson dan Kelly, 1998 dan Nuryawan dan Massijaya, 2006) : 1. Secara umum OSB tidak dapat dibuat molding, karena semua sisinya relatif kasar dan biasanya terdapat lapisan plikut (bahan penolak air). 2. Faktor pembatas dimensi OSB adalah peralatan proses, sementara pada kayu lapis adalah ukuran vinir. 3. Pengalaman di USA dan Kanada, sifat-sifat struktural OSB kurang stabil pada temperatur dan kelembapan yang bervariasi. 4. Industrinya menghasilkan limbah padat berupa partikel halus dan sisa penggergajian sisi (trimming) Pada penelitian yang dilakukan oleh Syahroni (2008), OSB yang terbuat dari bambu dengan panjang strand 70 mm kualitasnya lebih unggul dibandingkan OSB yang terbuat dari kayu. Variasi panjang strand yang terdiri dari 70 mm, 60 mm, dan 50 mm mempengaruhi nilai MOE sejajar serat, tegak lurus serat dan MOR tegak lurus serat. Semakin panjang strand, nilai-nilai tersebut cenderung semakin tinggi.
2.2 Jenis Bambu Yang Digunakan Bambu merupakan tanaman berumpun dan dimasukkan kedalam famili Gramineae. Di dunia diketahui ada 1250 jenis bambu berasal dari 75 marga (Sharma 1980) dalam (Dephut 1996). Menurut Sahroni (2008) pemanfaatan Bambu sebagai bahan bangunan saat ini masih terbatas didaerah-daerah pedesaan, sementara diderah perkotaan bambu hanya digunakan sebagai komponen konstruksi atau sebagai bahan penyangga dalam pembuatan rumah dan gedung – gedung bertingkat.
7
2.2.1 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) Bambu betung dapat tumbuh baik pada tempat-tempat mulai dari dataran rendah sampai daerah ketinggian 2000 mdpl. Bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat dengan tinggi pembuluh sampai 20 m dan bergaris tengah sampai 20 cm. Buku-bukunya sering mempunyai akar pendek yang bergerombol. Panjang ruas 40–60 cm dengan dinding buluh yang cukup tebal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syafi’i (1984) diacu dalam Prasojo (2005), bambu betung mempunyai sifat fisis dan mekanis yang lebih baik dari jenis bambu lain. Menurut penelitian yang dilakukan Dransfield dan Widjaya (1995) yang diacu dalam Kusumah (2006) perkiraan dimensi serat dari batang adalah panjang 3,78 mm, diameter 19 μm, lebar lumen 7 μm, tebal dinding 6 μm. Rata-rata kadar air dari batang bambu segar adalah 55 % (76 % bagian bawah dan 36 % bagian atas) dan kadar air kering udara 15 % (15-17 % bagian tengah bawah dan 13-14 % bagian atas). Berat jenis sekitar 0,7. Pada pengeringan, penyusutan radial sekitar 5-7 %, penyusutan tangensial 3,5-5 %. Pada batang dalam keadaan basah ( kadar air 55 %) dan kering udara ( kadar air 15%) modulus patah (MOR) adalah 81,6 N/mm2 dan 103 N/mm2. Keteguhan tekan sejajar serat adalah 22,8 N/mm2 dan 31,4 N/mm2 dan keteguhan belah 6,96 N/mm2 dan 7,25 N/mm2. Perkiraan komposisi kimia dari batang; holoselulosa 53 %, pentosan 19 %, lignin 25 %, abu 3 %, kelarutan dalam air dingin 4,5 %, dalam air panas 6 %, di alkohol-benzene 1 %, di 1 % NaOH 22 %. Perbandingan dari bagian rebung yang bisa dikonsumsi sekitar 34 %, berat rata-rata sebelum dikupas 5,4 kg dan 1,8 kg setelah dikupas. Bagi orang Sunda dan orang Jawa rebung bambu betung biasanya digunakan untuk sayur. Buluh digunakan untuk pilar konstruksi bangunan, mebel, industri sumpit, tusuk gigi dan kertas. Selain itu juga digunakan untuk membuat alat musik bambu tradisional seperti bas (LIPI 2001).
8
2.2.2 Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) Menurut Dransfield dan Widjaja (1995) dalam Triasnani (2004) Bambu andong berbentuk simpodial dengan tinggi batang 7-30 m, diameter 5-13 cm dan ketebalan dinding mencapai 2 cm. Dimensi serat bambu andong adalah panjang 2,75-3,25 mm, diameter 24,55-37,97 μm, jumlah serat bertambah sekitar 10 % dari pangkal ke ujung batang. Penyebarannya secara luas di Jawa, Bali, Sumatra, Pulau mentawai). Bambu andong hidup pada daerah dengan ketinggian 0-700 mdpl yang beriklim kering. Berat jenis 0,5-0,7 (antar ruas) dan 0,6-0,8 (ruas). MOE 19,440- 28,594 N/mm2. Keteguhan tarik 128 – 192 N/mm2. Bambu andong biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air,
dan
alat
musik
tradisional.
Perusahaan
bambu
telah
menggunakannya sebagai bahan baku sumpit (LIPI 2001). 2.2.3 Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) Menurut Kusumaningsih (1997) yang diacu Manuhuwa M dan Laiwatu M (2006), jumlah pati bambu ampel (Bambusa vulgaris) tertinggi dibandingkan dengan bambu petung (Dendrocalamus asper), bambu wulung
(Gigantochloa atroviolacea)
dan bambu apus
(Gigantochloa apus), sehingga bambu tersebut mengalami kerusakan yang lebih banyak oleh serangan kumbang bubuk. kadar alfa-selulosa bambu ampel (Bambusa vulgaris) yaitu 40,39%, ekstraktif larut alkohol benzene sebesar 3,20 %. dikandung bambu sangat menentukan keawetan bamboo (Munawar 2001) yang diacu dalam (Manuhuwa dan Laiwatu 2006). Menurut Febriyani (2008) bambu ampel terdiri atas dua varietes yaitu varietes hijau yang digunakan sebagai pagar, bangunan dan juga industri mebel. Sedangkan varietes yang kuning umumnya digunakan sebagai tanaman hias.
9
2.3 Perlakuan Pendahuluan Perendaman air Dingin Perlakuan pendahuluan merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat papan partikel melalui pemberian perlakuan tertentu terhadap selumbar sebelum diberi perlakuan lebih lanjut. Perlakuan pendahuluan menyebabkan sifat papan partikel kayunya berubah, misalnya kesamaannya berubah, zat ekstraktifnya berkurang, atau partikel lainnya lebih stabil terhadap pengaruh air. Dengan adanya perubahan sifat partikel kayu tersebut, maka papan partikel yang dihasilkan memiliki sifat-sifat tertentu yang lebih baik (Hadi 1991). Fengel dan Wegener (1984) menyatakan bahwa komponen utama dari bagian kayu yang larut dalam air terdiri atas karbohidrat, protein, dan garamgaram anorganik. Perendaman selumbar dengan air dingin menyebabkan sebagian zat ekstraktif kayu terlarut. Dengan berkurangnya kandungan zat ekstraktif tersebut maka dimungkinkan terbentuknya garis perekatan yang lebih baik atau kontak antar selumbar dengan perekatnya lebih sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat proses perekatan jumlahnya berkurang (Hadi 1991). Hadi (1991) mengemukakan bahwa perendaman selumbar dengan air dingin tidak mempengaruhi kerapatan dan kadar air papan partikel, tetapi sangat mempengaruhi penyerapan air dan pengembangan tebal papan partikel pada pengujian 24 jam. Apabila ditelaah lebih lanjut ternyata semakin lama selumbar direndam, penyerapan air dan pengembangan tebal papannya semakin kecil. Namu demikian perendaman selumbar selama dua, tiga, dan empat hari tidak menunjukkan penurunan yang besar terhadap penyerapan air dan pengembangan tebal papan.
10
2.4 Perekat Methylene di-phenil di-Isocyanate (MDI) dan Bahan Aditif Perekat (adhesive) adalah suatu substansi yang dapat menyatukan dua buah benda atau lebih melalui ikatan permukaan. (Pizzi 1983). Isocynate termasuk kedalam perekat thermosetting. Perekat Isocyanate berbahan dasar MDI telah dikembangkan sebagai bahan penguat ikatan. Hal ini dikembangkan juga untuk mengurangi atau mengeliminir emisi formaldehid dan meningkatkan sifat-sifat papan (Holfinger 1990). Perekat MDI pertama kali digunakan untuk produk komersil seperti waferboard pada tahun 1985. Sejak saat itu, penggunaan MDI terus berkembang sehingga saat ini sekitar 15-20% pasar OSB dan waferboard menggunakannya. Menurut Marra (1992) diacu dalam Sahroni (2008), keuntungan menggunakan perekat isocynate dibandingkan dengan perekat berbahan dasar resin adalah 1. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama. 2. Dapat menggunakan suhu kempa yang lebih rendah. 3. Memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat. 4. Lebih toleran pada partikel berkadar air tinggi. 5. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan. 6. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil. 7. Tidak ada emisi formaldehida. Menurut Iswanto (2008), bahan aditif yang biasanya ditambahkan pada saat pembuatan OSB adalah lilin/parafin. Biasanya lilin/parafin ini ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (besarnya kurang dari 1,5 % berdasarkan berat). MDI juga berpotensi memaksimalkan sifat fisis penampilan panel OSB, mengefisienkan proses, menguntungkan karena lebih cepat matang (curing) dan terikat kuat (bonding) yang berimplikasi pada biaya produksi (energi) lebih rendah, penampilan fisik papan bersih dan tidak ada emisi formaldehyda (Wikimedia 2006 diacu dalam Nuryawan dan Massijaya 2006).
11
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari – Agustus 2010. Penelitian Oriented Strand Board (OSB) dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Pembuatan contoh uji di bagian pengerjaan kayu Laboratorium Kayu Solid dan pengujian sifat mekanis OSB dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan Dan Alat Dalam penelitian ini dipergunakan bahan – bahan yang terdiri dari 3 jenis bambu seperti bambu betung (Dendrocalamus asper (Schulter.f) Backer ex Heyne), bambu andong (Gigantochloa verticillata (Wild) Munro), bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) yang berasal dari desa Cikereteg kabupaten Bogor, masing-masing berumur 2 sampai 3 tahun, perekat MDI (Methylene di-Phenil di-Isocyanate) tipe H3M dari PT. Polychemie Asia Pasific Prima, wax (parafin) dan air. Peralatan yang dipergunakan terdiri dari kantong plastik, fan, waterbath, oven, desikator, gelas ukur, gelas piala, timbangan digital,rotary blender, spray gun, cetakan berukuran 30 cm x 30 cm, aluminium foil, hot press, gergaji, caliper, bak plastik, dan alat uji sifat mekanis ( Universal Testing Machine merk Instron).
12
3.3 Urutan Kerja Penelitian Urutan Kerja Penelitian disajikan dalam Gambar 1. Persiapan Bahan
Perlakuan Pendahuluan Strand
Pengeringan Strand
Pencampuran Strand, Perekat dan serbuk Parafin
Pembuatan OSB
Pengkondisian
Pengujian Sifat Fisis
Pengujian Sifat Mekanis
Analisis Data
Gambar 1. Urutan Kerja Penelitian 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Pembuatan OSB 1) Pembuatan Strand Strand dibuat dari 3 jenis bambu yaitu ampel, betung , dan andong . masing – masing berukuran panjang 70 mm, lebar 20 mm, serta ketebalannya 0,05 – 0,20 mm. Sampel diambil secara acak sebanyak 100 strand dari masing – masing jenis bambu, kemudian diukur panjang dan lebar strand untuk menentukan nilai aspect ratio strand (perbandingan panjang dan lebar strand) dan nilai slenderness ratio. Hasil pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio secara lengkap disajikan Di lampiran 2, sedangkan nilai rata – ratanya disajikan pada Tabel 2
13
Tabel 2. Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio Variasi Jenis
Parameter Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)
RataRata Minimum Maksimum 6,92 6,51 7,19 2,01 1,70 2,27 0,09 0,01 0,11
Aspect Ratio Slenderness Ratio
3,46
3
4,07
114,07
64,27
693
Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)
6,79 1,98 0,08
6,35 1,65 0.05
7,16 2,25 0,1
Aspect Ratio Slenderness Ratio
3,45
3
4,13
91,05
67,2
143,2
Panjang (cm) Lebar (cm)
7,03 2,07
6,65 1,68
7,31 3,08
Tebal (cm) Aspect Ratio Slenderness Andong Ratio
0,07 3,4
0,04 2,24
0,11 4,17
98,13
63,82
179
Betung
Ampel
2) Perlakuan Pendahuluan Strand Perlakuan pendahuluan terhadap strand dilakukan dengan cara perendaman dengan air dingin selama 24 jam kemudian dikering udarakan dan dikeringkan dalam oven hingga mencapai kadar air kurang dari 10%. 3) Persiapan perekat Perekat yang digunakan adalah MDI (Methylene di-phenil diIsocyanate). Konsentrasi perekat yang akan dipakai adalah 3%, 4%, dan 5% (lampiran 1).
14
4) Pencampuran strand dan perekat Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu menaburkan parafin serbuk sebanyak 1 % ke strand yang telah ditimbang. Kemudian pencampuran strand dan perekat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat rotary blender, sedangkan untuk memasukkan perekat kedalam rotary blender menggunakan sprayer . Pembuatan lapik (mats) OSB berukuran (30 x 30 x 1) cm dengan kerapatan target ± 0.7 gr/cm3 dan kadar perekat 3%, 4% dan 5% berat kering tanur strand yang dibutuhkan terdapat dalam Lampiran 1. Tebal lapisan inti (core) ditargetkan setengah dari tebal papan. 5) Pembentukan lapik (mats) OSB Lapik yang dibuat terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan muka, belakang, dan inti. Masing – masing dikombinasikan dari 3 jenis bambu tersebut. Arah strand lapisan muka dan belakang disusun sejajar menurut arah memanjang panel, untuk meningkatkan dimensi panel yang dibentuk.
Gambar 2. Bentuk Oriented Strand Board
15
Tabel 3. Kombinasi strand pembentuk OSB Kombinasi
Face
Core
Back
AAA
Andong
Andong
Andong
ABA
Andong
Betung
Andong
ACA
Andong
Ampel
Andong
BBB
Betung
Betung
Betung
BAB
Betung
Andong
Betung
BCB
Betung
Ampel
Betung
CCC
Ampel
Ampel
Ampel
CAC
Ampel
Andong
Ampel
CBC
Ampel
Betung
Ampel
6) Pengempaan Pengempaan
lapik
menggunakan
kempa
panas,
bertujuan
membentuk lapik strand dalam ikatan panil yang padat dan keras serta untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan yaitu 1 cm. Tekanan kempa yang digunakan sebesar 25 kg/cm2, dengan waktu kempa 7 menit, dan suhu 1600C. 7) pengkondisian Setelah proses pengempaan, lembaran – lembaran OSB diberi perlakuan conditining dengan cara penumpukan rapat (solid files ) selama kurang lebih 14 hari agar perekat mengeras dan kadar air berada pada kondisi kesetimbangan sebelum dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanisnya.
3.4.2 Pengujian Sifat Fisis Mekanis Sifat fisis dan mekanis OSB yang diuji terdiri atas : kadar air, kerapatan, daya serap air selama 2 jam dan 24 jam, pengembangan tebal selama 2 jam dan 24 jam, keteguhan lentur ( modulus of elasticiity, MOE) sejajar dan tegak lurus serat, keteguhan patah (modulus of rupture, MOR) sejajar dan tegak lurus serat, dan keteguhan rekat internal ( internal bond, IB).
16
1 Gambar 3. Pola penentuan contoh uji
5
4 8
2
6
7
3 contoh uji Gambar 3. Pola penentuan
Gambar 3. Pola penentuan contoh uji
Keterangan Gambar 3: 1. MOE dan MOR // serat pengujian basah 2. MOE dan MOR ┴ serat pengujian basah 3. MOE dan MOR // serat pengujian kering 4. MOE dan MOR ┴ serat pengujian kering 5. Kerapatan dan kadar air 6. Pengembangan tebal, penyerapan air 7. Internal Bond 8. Cadangan
1) Pengujian sifat fisik mekanis a. Kerapatan (KR) Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contoh uji berukuran 10 x 10 x 1 cm berdasarkan
17
standar JIS A 5908 (2003) ditimbang beratnya (𝑚1). Lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan contoh uji (v). Nilai kerapatan dihitung dengan persamaan : 𝐾𝑅
𝑔 𝑐𝑚3
=
𝑚1 𝑣
b. Kadar Air (KA) Contoh uji berukuran 10 x 10 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air OSB di hitung berdasarkan berat awal (𝑚1) dan berat kering oven (𝑚2) selama 24 jam pada suhu 103 ± 20 C. Nilai KA dihitung dengan persamaan : 𝐾𝐴 % =
𝑚 1−𝑚 2 𝑚1
× 100
c. Daya Serap Air (DSA) Contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) ditimbang berat awalnya (𝑚1). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 dan 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya (𝑚2). Nilai DSA dihitung dengan persamaan : 𝐷𝑆𝐴 % =
𝑚2 − 𝑚1 × 100 𝑚1
d. Pengembangan Tebal (PT) Contoh uji pengembangan tebal berukuran 5 x 5 x 1 cm sama dengan contoh uji daya serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum (tl) yang diukur pada keempat sisi dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman (t2) dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Nilai PT dihitung dengan persamaan : 𝑃𝑇 % =
𝑡2 − 𝑡1 × 100 𝑡1
18
2) Pengujian Sifat Mekanis OSB a. Modulus Lentur ( Modulus Of Elasticity = MOE) Pengujian MOE dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine merk Instron dengan menggunakan lebar bentang ( jarak penyangga) 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm. Contoh uji yang digunakan berukuran 5 x 20 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yaitu pada arah longitudinal (searah dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB) an pada arah transversal (tegak lurus dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB). Pembebanan contoh uji diberikan dengan kecepatan 10 mm/menit. Nilai MOE dihitung dengan persamaan : 𝑀𝑂𝐸
𝑘𝑔𝑓 𝛥𝑃𝐿3 = 𝑐𝑚2 4𝛥𝑌𝑏𝑡 3
Keterangan : MOE
: modulus of elasticity (kgf/cm2)
ΔP
: beban dibawah batas proporsi (kgf)
L
: jarak sangga (cm)
ΔY
: defleksi pada beban P (cm)
b
: lebar contoh uji (cm)
t
: tebal contoh uji (cm)
b. Modulus Patah (modulus of Rupture = MOR) Pengujian MOR dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOE dengan memakai contoh uji yang sama. Pada pengujian ini, pembebanan pada pengujian MOE dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan (patah). Nilai MOR dihitung dengan persamaan : 𝑀𝑂𝑅
𝑘𝑔𝑓 3𝑃𝐿 = 2 𝑐𝑚 2𝑏𝑡 2
Keterangan : MOR : modulus of rupture (kgf/cm2) P
: beban maksimum (kgf)
L
: jarak sangga (cm)
19
b
: lebar contoh uji (cm)
t
: tebal contoh uji (cm)
c. Internal Bond (IB) Contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) direkatkan pada dua buah blok aluminium dengan perekat dan dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua blok ditarik tegak lurus permukaan contoh uji dengan kecepatan 2 mm/menit sampai beban maksimum. Nilai IB dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 𝐼𝐵
𝑘𝑔𝑓 𝑃 = 2 𝑐𝑚 𝑏𝐿
Keterangan : IB
: internal bond strength (kgf/cm2)
P
: beban maksimum (kgf)
b
: lebar contoh uji (cm)
L
: panjang contoh uji (cm)
d. Kuat Pegang Sekrup (Screw Holding Power) Contoh uji berukuran (5 x 10) cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003). Sekrup yang digunakan berdiameter 2.7 mm, panjang 16 mm dimasukkan hingga mencapai kedalaman 8 mm. Nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam kilogram. 3.5 Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2 faktor dengan faktor A adalah variasi jumlah perekat dan faktor B adalah kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga disebut percobaan 9 x3x3 Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk
20
Keterangan : Yijk
: nilai respon pada taraf ke-i faktor variasi jumlah perekat dan taraf ke-j faktor kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core.
μ
: nilai rata-rata pengamatan
Ai
: pengaruh sebenarnya faktor variasi jumlah perekat
Bj
: pengaruh sebenarnya faktor kombinasi susunan masingmasing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j
i
: variasi jumlah perekat 3 %, 4 %, 5 %
j
: kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core
k
: ulangan (1,2,3,4)
(AB)ij : pengaruh interaksi faktor variasi jumlah perekat pada taraf ke-i dan faktor kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j. εijk
: kesalahan (galat) percobaan pada faktor variasi jumlah perekat pada taraf ke-i dan faktor kombinasi susunan masingmasing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j.
Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut : Pengaruh utama faktor kombinasi susunan jenis bambu pada lapisan OSB (faktor A): H0: α1 =….= αa = 0 (faktor A tidak berpengaruh) H1: paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0 Pengaruh utama faktor variasi kadar perekat (faktor B): H0: β1 =….= βb = 0 (faktor B tidak berpengaruh) H1: paling sedikit ada satu i dimana βi ≠ 0 Pengaruh sederhana (interaksi) faktor A dengan faktor B: H0: (αβ)1 1 =….= (αβ)ab = 0 (faktor A – faktor B tidak berpengaruh) H1: paling sedikit ada satu ij dimana (αβ)ij ≠ 0
21
Untuk melihat adanya pengaruh perlakuan terhadap respon maka dilakukan analisis keragaman dengan menggunakan uji F pada tingkat kepercayaan 95% Tabel 4. Analisis keragaman (ANOVA) Sumber
Db
JK
KT
Fhitung
A
A-1
JKA
JKA/A-1
KTA/KTS
B
B-1
JKB
JKB/B-1
KTB/KTS
A*B
(A-1)(B-
JKAB
JKAB/(A-1)(B-
KTAB/KTS
Sisa
1)
JKS
1)
Total
AB(n-1)
JKT
JKS/AB(n-1)
Keragaman
ABn-1 Sedangkan kriteria ujinya yang digunakan adalah jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel maka perlakuan tidak berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu dan jika F hitung lebih besar dari Ftabel maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan tertentu. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda Duncan. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan progam komputer SAS 9.1.
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan sifat fisis yang sangat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis OSB. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kerapatan merupakan suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung kepada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama pembuatan lembaran. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya (Kelley 1997) dalam (Yusfiandrita 1998). Menurut Nuryawan et al. (2008) bahwa strand dengan berat jenis rendah cenderung memiliki tegangan kompresi lebih tinggi ketika diberi tekanan kempa yang sama dibandingkan strand dengan berat jenis tinggi. Hasil pengujian kerapatan OSB secara lengkap disajikan pada
JIS A 5908 (2003)
Lampiran 4, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 4.
Kerapatan (g/cm3)
0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
Kadar perekat 5%
Gambar 4. Histogram kerapatan OSB
CBC
23
Dari gambar di atas maka dapat diketahui
nilai rata-rata
kerapatan OSB hasil penelitian berkisar antara 0,63-0,74 g/cm3. Nilai rata-rata kerapatan terendah (0,63 g/cm3) terdapat pada OSB kombinasi strand BCB dengan kadar perekat 5%. Sedangkan nilai rata-rata kerapatan tertinggi (0,74 g/cm3) terdapat pada OSB kombinasi strand ACA, BCB, dan CBC dengan kadar perekat 5%. Pada hasil penelitian ini, perbedaan jenis bambu pada satu papan mempengaruhi kerapatan yang dihasilkan. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan interaksi antara bambu dengan perekat berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan OSB, terlihat dari pvalue < 0,01. Sedangkan faktor perekat memiliki pengaruh tidak nyata terhadap kerapatan OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kerapatan OSB 0.4-0.9 gr/cm3, nilai kerapatan OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Sedangkan untuk Standar CSA 0437.0 (Grade O-2) tidak menetapkan nilai kerapatan OSB. 4.1.2 Kadar Air Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukkan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembapan udara. Hasil pengujiian kadar air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 5, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 5.
JIS A 5908 (2003)
Kadar air (%)
24
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi strand Kadar perekat 4% Kadar perekat 5%
Gambar 5. Histogram Kadar Air OSB
Dari data pada Gambar 5 diketahui bahwa nilai rata-rata kadar air OSB hasil penelitian berkisar antara 4,31-8,41%. Nilai rata-rata kadar air terendah (4,31%) terdapat pada papan OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan 4%. Sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi (8.41%) terdapat pada papan OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan 3%. Adanya kadar air tertinggi pada kombinasi strand CCC, salah satunya dipengaruhi oleh sifat bambu Ampel yang cenderung mudah menyerap air dibandingkan dengan bambu Betung dan Andong. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat diketahui bahwa faktor kombinasi jenis strand berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.01 jauh dari taraf nyata 5%. Sedangkan untuk kadar perekat serta interaksi antara bambu dengan kadar perekat tidak berengaruh nyata terhadap kadar air OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda nyata dan sangat nyata terhadap kadar air OSB digunakan uji lanjut perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand kayu mempunyai 3 grup yaitu CCC dalam satu grup, BBB, ACA, AAA, ABA, BAB, BCB dan CBC dalam grup dan CAC dalam satu grup,
25
dimana ketiga grup tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kadar air OSB. Kadar perekat 4%, dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar air OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kadar air OSB 5-13%, nilai kadar air OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Standar CSA 0437.0 (Grade O-2) tidak menetapkan nilai kadar air OSB. 4.1.3 Daya Serap Air Daya serap air merupakan kemampuan papan dalam menyerap air yang diuji dengan cara perendaman dalam air 2 jam dan 24 jam. Pengujian tersebut perlu dilakukan karena ciri papan komposit yang mudah menyerap air sehingga daya serap air merupakan masalah pada OSB (Bowyer et al. 2003). Nilai rata-rata daya serap air 2 jam OSB hasil penelitian berkisar antara 6,39-10,04%, sedangkan untuk daya serap air 24 jam berkisar antara 20,34-33,63%. Nilai rata-rata daya serap air 2 jam terendah (6,39%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 5% dan tertinggi (10,04%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CBC kadar perkat 3%. Nilai rata-rata daya serap air 24 jam terendah (20,34%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 4% dan tertinggi (33,63%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CBC kadar perekat 4%. Hasil pengujian daya serap air OSB selama 2 jam dan 24 jam secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, sedangkan nilainya tertera pada Gambar 2 dan Gambar 3. Hasil pengujiian daya serap air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan 7, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 6 dan 7.
26
12 DSA 2 jam (%)
10 8 6 4
2 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 6. Histogram Daya Serap Air 2 Jam OSB
DSA 24 jam (%)
40 35 30 25 20 15 10 5 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 7. Histogram Daya Serap Air 24 Jam OSB
Pada penelitian ini, rata-rata nilai daya serap air 2 jam tertinggi ada pada kombinasi bambu yang salah satunya terdapat bambu ampel. Hal ini terjadi karena sifat bambu ampel yang lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan bambu lain. Selain itu kadar perekat yang digunakan adalah pada konsentrasi terendah yaitu 3% sehingga papan akan lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan kadar perekat dengan konsentrasi 4% dan 5%. Sedangkan untuk daya serap yang 24 jam OSB tertinggi ada pada papan OSB dengan kombinasi yang sama namun kadar perekat yang berbeda yaitu 4%. Adanya perbedaan ini dimungkinkan terjadinya pendistribusian perekat yang tidak merata sehingga dibagian yang tidak rata itu akan mudah menyerap air.
27
Menurut penelitian Syahroni (2008) mengatakan bahwa pemberian perlakuan pendahuluan terhadap strand dapat menurunkan daya serap air OSB dibandingkan dengan OSB kontrol. Perendaman strand dalam air panas dan air dingin akan menurunkan kadar ekstraktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan perekat dalam menembus dinding sel, akibatnya proses perekatan berlangsung dengan baik sehingga penyerapan airnya dapat berkurang. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat diketahui bahwa faktor kombinasi jenis strand dan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap daya serap air 2 jam OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0,05. Sedangkan untuk interaksi antara strand dan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air 2 jam OSB yang terlihat dari p-value yang lebih dari 0,05. kemudian untuk daya serap air 24 jam yang memiliki pengaruh nyata adalah faktor kombinasi jenis strand dan kadar perekat. Sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air 24 jam. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda nyata dan sangat nyata kadar air OSB digunakan uji lanjut perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand kayu hampir seluruhnya memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya serap air 2 dan 24 jam OSB. Kadar perekat 4%, dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar air OSB. Sedangkan kadar perekat 5% mempunyai pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 3% dan 4% terhadap kadar air OSB. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA 0437.0 (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai daya serap air OSB.
28
4.1.4 Pengembangan Tebal Pengembangan tebal merupakan perubahan dimensi papan ditandai dengan bertambahnya ketebalan dari papan tersebut. Setelah direndam dengan air pada periode waktu tertentu, nilai rata-rata pengembangan tebal 2 jam OSB hasil penelitian berkisar antara 3,046,32%, sedangkan untuk pengembangan tebal 24 jam berkisar antara 11,74-16,93%. Nilai rata-rata pengembangan tebal 2 jam terendah (3,04%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand BAB
kadar
perekat 4% dan tertinggi (6,32%) pada OSB dari kombinasi strand AAA kadar perekat 3%. Nilai rata-rata pengembangan tebal 24 jam terendah (11,74%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand ACA kadar perekat 5% dan tertinggi (16,93%) pada OSB dari kombinasi strand BCB kadar perekat 3%. Hasil pengujiian pengembangan tebal OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 8 dan 9, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 8 dan 9.
PT 2 jam (%)
7 6 5 4 3 2 1 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 8. Histogram Pengembangan Tebal 2 Jam OSB
PT 24 jam (%)
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CSA 0437. (Grade O-2)
JIS A 5908 (2003)
29
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 9. Histogram Pengembangan Tebal 24 Jam OSB Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat dan interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat masingmasing tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal 2 jam OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05. Sedangkan untuk pengembangan tebal 24 jam OSB pada faktor kadar perekat berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal 24 jam OSB. Pengembangan tebal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: penyusunan strand, kerapatan kayu asal, kerapatan OSB, distribusi perekat. pengembangan tebal terjadi akibat adanya internal stress yang ditimbulkan setelah melalui pengempaan (Nuryawan et al 2007).
Menurut Munawar (2008) dalam Prasetiyo et al ( 2008),
kerusakan dari jaringan ikatan perekat (kekuatan ikatan antara partikel atau tekanan pada ikatan perekat) Penyusunan strand yang tidak teratur juga akan mengakibatkan timbulnya rongga sehingga akan memudahkan air masuk ke dalam celah-celah antar strand. Perlakuan pendahuluan perendaman air dingin terhadap strand kemungkinan membuat OSB lebih bersifat hidrofobik sehingga mengurangi kecenderungan strand dalam menyerap air. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar pengembangan tebal OSB <25%, nilai pengembangan
30
tebal OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Sedangkan
berdasarkann
standar
CSA
0437.0
(Grade
O-2)
pengembangan tebal OSB <15%, nilai pengembangan tebal OSB hasil penelitian ini hampir semuanya memenuhi standar, kecuali OSB kombinasi strand BAB dan BCB dengan kadar perekat 3%.
4.2 Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) 4.2.1 Modulus Lentur (Modulus of Elasticity) 4.2.1.1 Modulus Lentur Kering Nilai MOE (modulus of elasticity) merupakan nilai ketahanan papan terhadap kelenturan yaitu berhubungan langsung dengan kekuatan papan. Menurut Bowyer et al (2003) MOE merupakan pengujian untuk pengendalian kualitas
karena
menunjukkan
kemampuan
blending,
pembentukan lembaran dan pengempaan. Pengujiannya dibagi menjadi pengujian sejajar serat dan pengujian tegak lurus serat. Menurut Nuryawan et al. (2008), nilai sejajar serat
menghasilkan
nilai
MOE
yang
lebih
tinggi
dibandingkan nilai tegak lurus serat, karena pada pengujian MOE sejajar serat, beban seolah-olah memotong serat sedangkan MOE tegak lurus serat beban seolah-olah membelah serat dan memotong serat lebih sulit dilakukan dibandingkan membelah serat. Nilai rata-rata MOE sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara 46427-99940 kgf/cm2. Nilai rata-rata MOE sejajar serat terendah (46427kgf/cm2) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 3%. Nilai MOE sejajar serat tertinggi (99940 kgf/cm2) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 5%. Hasil pengujian MOE sejajar serat OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 10, sedangkan nilainya tertera pada Gambar 10.
120000
80000 60000 40000 20000 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
CSA 0437. (Grade O-2)
100000
JIS A 5908 (2003)
MOE // kering (Kgf/cm²)
31
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 10. Histogram MOE Kering Sejajar Serat OSB
Nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat (Maloney, 1993).
Perbedaan kadar resin perekat
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap sifat-sifat mekanik bahan yang direkat. Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa selain kerapatan dan kadar perekat, geometri partikel atau strand merupakan ciri utama yang menentukan sifat-sifat
papan yang dihasilkan.
Aspek
terpenting dari geometri strand adalah perbandingan panjang strand
dengan
ketebalan
strand
(slenderness
ratio).
Peningkatan rasio panjang terhadap tebal strand pada lapisan permukaan akan meningkatkan nilai MOE dari OSB yang dihasilkan. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat masing-masing berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.05. Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat yang
32
berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan interaksi antara faktor kombinasi strand dengan faktor kadar perekat memiliki pengaruh tidak nyata terhadap MOE sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOE sejajar serat OSB. Kadar perekat 3% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 4% dan 5% terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 4% dan 5% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan standar MOE sejajar serat minimal 40800 kgf/cm2, nilai MOE sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar. selain itu Standar CSA 0437.0 (Grade O-2) mensyaratkan nilai MOE sejajar serat minimal 56084 kgf/cm2. Untuk standar CSA 0437.0 (Grade O-2),Hampir semua papan OSB untuk MOE sejajar serat juga memenuhi standar, Hanya pada papam OSB kombinasi strand BCB kadar perekat 3% dan 5% serta kombinasi strand CAC kadar perekat 3% yang tidak memenuhi standar. Nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 17148-39047 kgf/cm2. Nilai rata-rata MOE tegaklurus serat terendah (17148 kgf/cm2) pada OSB dari kombinasi strand ACA kadar perekat 3%. Nilai MOE kering tegak lurus serat tertinggi (39047 kgf/cm2) pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 4%. Hasil pengujian MOE kering tegak lurus serat OSB secara
33
lengkap disajikan pada Lampiran 11 sedangkan nilainya
CSA 0437. (Grade O-2)
45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
JIS A 5908 (2003)
MOE ┴ kering (Kgf/cm²)
tertera pada Gambar 11.
AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 11. Histogram MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB
Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu berpengaruh nyata terhadap MOE kering tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.05. Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu yang berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan , faktor kadar perekat serta interaksi antara strand bambu dan perekat tidak berpengaruh nyata terhadap MOE kering tegak lurus serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Standar JIS A 5908 (2003) mensyaratkan standar MOE tegaklurus serat minimal 13260 kgf/cm2, dari hasil penelitian pada pengujian MOE tegaklurus seluruhnya telah memenuhi standar. Selain itu, Standar CSA 0437.0 (Grade O2) mensyaratkan standar MOE tegaklurus serat minimal
34
15296 kgf/cm2. Pada standar ini, seluruh hasil penelitian pengujian tegaklurus serat OSB juga memenuhi standar. Nilai MOE tegak lurus serat OSB lebih rendah dari nilai MOE sejajar serat OSB, dikarenakan strand yang menyusun OSB orientasinya tidak sama. OSB disusun atas 3 lapis yaitu lapisan face, core,dan back. Lapisan face dan back orientasinya disusun sejajar arah memanjang OSB, sedangkan lapisan core tegak lurus terhadap arah strand lapisan face dan back. Pada pengujian MOE, beban maksimum terjadi pada kedua lapisan atas dan bawah (face dan back). Pada lapisan bawah terjadi beban tarik dan pada lapisan atas terjadi beban tekan, maka pada arah sejajar serat elemen panjang akan mempunyai nilai MOE yang lebih tinggi daripada elemen yang pendek. Hal ini menyebabkan nilai MOE sejajar serat OSB lebih tinggi daripada nilai MOE tegak lurus serat OSB (Syahroni 2008).
4.2.1.2 Modulus Lentur Basah Papan OSB ini akhirnya nanti akan digunakan sebagai produk eksterior, oleh karena itu perlu juga dilakukan pengujian modulus lentur basah papan OSB. Hasil pengujiian modulus lentur basah papan OSB sejajar serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 12, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 12.
MOE// basah (Kgf/cm²)
35
60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 AAA
ABA
kadar perekat 3%
ACA
BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand
kadar perekat 4 %
kadar perekat 5%
Gambar 12. Histogram MOE Basah Sejajar Serat OSB
Nilai rata-rata MOE basah sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara 2742- 49192 kgf/cm2. Nilai ratarata MOE basah sejajar serat terendah (2742 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai ratarata MOE basah sejajar serat tertinggi (49192 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CBC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0,01. Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya yang berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.
36
Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Kadar perekat 5% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 3% dan 4% terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 3% dan 4% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Hasil pengujiian modulus lentur basah papan OSB tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 13, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 13. MOE ┴ basah (Kgf/cm²)
30000 25000 20000 15000 10000
5000 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 13. Histogram MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB
Nilai rata-rata MOE basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 12383-25324 kgf/cm2. Nilai ratarata MOE basah tegak lurus serat terendah (12383 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai ratarata MOE basah tegak lurus serat tertinggi (25324 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan
37
bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap MOE basah tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05. Penggunaan papan komposit pada lingkungan yang kemungkinan kontak dengan air tinggi perlu dilakukan pengujian lanjutan. Pada pengujian basah, contoh uji yang direndam akan meningkatkan kadar air papan. Menurut Tsoumist (1991) menyatakan kadar air akan mempengaruhi kekuatan papan, karena kelembaban akan menurunkan kekuatan papan. Papan komposit memiliki kekurangan yakni stabilitas dimensi yang rendah sehingga daya serap terhadap air
dan
pengembangan
tebal
yang
tinggi.
Untuk
meningkatkan stabilitas dimensi biasanya menggunakan perekat yang tahan air (waterproof). Peningkatan kadar perekat cenderung menambah kekuatan lentur OSB, karena kemungkinan terdistribusinya perekat ke strand semakin tinggi. Ikatan strand dengan isosianat disamping terjadi adhesi mekanis juga ada ikatan kimia dimana isosianat bereaksi dengan grup hidroksil yang terdapat dalam strand bambu kemudian membentuk lem poliurea yang berikatan mekanis dengan strand bambu. (Nuryawan et al. 2008). Selain itu faktor kerapatan, jenis bahan baku dan geometri strand juga dapat mempengaruhi kekuatan lentur OSB. Perlakuan pendahuluan steam yang diberikan kepada strand bambu juga dapat meningkatkan stabilitas OSB. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA 0437.0 (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai Modulus Lentur Basah OSB.
38
4.2.2 Modulus Patah (Modulus of Rupture) 4.2.2.1 Modulus Patah Kering Modulus patah (Modulus of Rupture) merupakan kemampuan papan menahan beban hingga batas maksimum (keteguhan patah). Hasil pengujiian modulus patah kering OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 14 dan 15, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 14 dan 15. MOR// kering (Kgf/cm²)
700 600
JIS A 5908 (2003)
400 300 200 100 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
CSA 0437. (Grade O-2)
500
Kadar perekat 5%
Gambar 14. Histogram MOR Kering Sejajar Serat OSB
Berdasarkan histogram diatas, nilai rata-rata MOR kering sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara 250656 kgf/cm2. Nilai rata-rata MOR kering sejajar serat terendah (250 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai rata-rata MOR kering sejajar serat tertinggi (656 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CBC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar
39
perekat masing-masing sangat berpengaruh nyata terhadap MOR kering sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.01. sedangkan faktor interaksi antara kombinasi jenis strand bambu dengan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap MOR kering sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR kering sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan Kadar perekat 3% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 4% dan 5% terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 4% dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan standar MOR sejajar serat minimal 245 kgf/cm2, nilai MOR sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar kecuali kombinasi. Sedangkan untuk standar CSA 0437.0 (Grade O-2) mensyaratkan standar MOR sejajar serat minimal 296 kgf/cm2, nilai MOR sejajar serat OSB hasil penelitian juga seluruhnya hampir memenuhi standar , hanya pada OSB kombinasi ACA, BCB, dan CAC dengan kadar perekat 3% yang tidak memenuhi standar tersebut.
AAA
ABA
Kadar perekat 3%
ACA
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
CBC
CSA 0437. (Grade O-2)
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
JIS A 5908 (2003)
MOR ┴ kering (Kgf/cm²)
40
Kadar perekat 5%
Gambar 15. Histogram MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB
Nilai rata-rata MOR kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 149-461 kgf/cm2. Nilai ratarata MOR kering tegak lurus serat terendah (149 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand BCB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Sedangkan nilai ratarata MOR kering tegak lurus serat tertinggi (461 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa
faktor kombinasi jenis
strand
bambu sangat
berpengaruh nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB, sedangkan faktor kadar perekat berpengaruh nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB, kemudian untuk interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB. Untuk mengetahui taraftaraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR kering lurus serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.
41
Jika dilihat dari kombinasinya, umumnya OSB dengan kombinasi yang terdapat jenis bambu ampel pada bagian tengah papan OSB menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan OSB lain dengan kombinasi yang terdapat jenis bambu betung dan bambu andong pada tengah papan OSB. Hasil penelitian yang dilakukan Fatriasari dan Hermiati
(2008)
menurut
mereka
berdasarkan
hasil
rekapitulasi penilaian sifat morfologi serat dan sifat fisiskimia enam jenis bambu yang, bambu betung memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan bambu andong sedangkan bambu ampel berada pada urutan terakhir. Menurut Gollob dan Wellons, (1990) dalam Ruhendi et al. (2007) mengatakan bahwa jika dilihat dari faktor kadar perekat, hasil yang ditunjukkan bervariasi. Peningkatan kadar perekat tidak selalu menghasilkan nilai yang lebih tinggi karena untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi perekat harus masuk ke dalam kayu (penetrates) dan membahasi permukaan kayu. Selain itu Ruhendi menambahkan bahwa selain masuk namun serat kayu tidak boleh rusak. Standar JIS A 5908 (2003) mensyaratkan standar MOR tegaklurus serat minimal 102 kgf/cm2, maka nilai MOR
kering
tegaklurus
serat
OSB
hasil
penelitian
seluruhnya memenuhi standar. Standar CSA 0437.0 (Grade O-2) mensyaratkan nilai MOR tegaklurus serat minimal 126 kgf/cm2, nilai MOR kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian juga seluruhnya memenuhi standar
4.2.2.2 Modulus Patah Basah Hasil pengujiian modulus patah basah OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 16 dan 17, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 16 dan 17.
MOR // basah Kgf/cm²)
42
400 350 300 250 200 150 100 50 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand
Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 16. Histogram MOR Basah Sejajar Serat OSB Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara 50-359 kgf/cm2. Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat terendah (50 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah sejajar serat tertinggi (359 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand ABA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan interaksi antara kombinasi jenis strand dengan kadar perekat masingmasing berpengaruh sangat nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.01. sedangkan untuk faktor kadar perekat memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR basah sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.
43
Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat terbagi atas beberapa grup memberikan perngaruh yang berbeda dengan kombinasi strand yang lain terhadap MOR basah sejajar serat OSB.
MOR ┴ basah Kgf/cm²)
350 300 250 200 150 100 50 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 17. Histogram MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB
Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 102-300 kgf/cm2. Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat terendah (102 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat tertinggi (300 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand AAA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing
44
berpengaruh tidak nyata terhadap MOR basah tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05. Berdasarkan data pada nilai MOR basah baik sejajar ataupun tegak lurus maka terlihat nilainya yang cukup jauh berbeda dibandingkan dengan nilai MOR papan OSB kering baik sejajar ataupun tegak lurus.keadaan ini diperkuat dengan pendapat
Tsoumis
(1991)
yang
menyatakan
bahwa
peningkatan kadar air akan mengurangi kekuatan. Selain itu kombinasi bambu juga mempengaruhi nilai MOR yang di hasilkan. Jika dilihat
dari faktor perekat, umumnya
peningkatan kadar perekat menghasilkan nilai yang lebih tinggi karena perekat yang terdistribusi dengan baik ke seluruh permukaan strand akan mengurangi penyerapan terhadap air. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA 0437.0 (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai Modulus Patah Basah OSB.
4.2.3 Kekuatan Rekat (Internal Bond) Internal Bond merupakan keteguhan tarik tegak lurus permukaan papan. Sifat ini merupakan ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukan kekuatan ikatan antar partikel. Sifat keteguhan rekat internal akan semakin sempurna dengan bertambahnya jumlah perekat yang digunakan dalam proses pembuatan papan partikel (Haygreen dan Bowyer 1989). Hasil pengujiian kekuatan rekat OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 18, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 18.
JIS A 5908 (2003)
Internal Bond (Kgf/cm²)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
CSA 0437. (Grade O-2)
45
Kadar perekat 5%
Gambar 18. Histogram Kekuatan Rekat OSB
Berdasarkan data pada Gambar 18 diketahui bahwa nilai ratarata kekuatan rekat OSB hasil penelitian berkisar antara 2,53-8,64 kgf/cm2. Nilai rata-rata kekuatan rekat terendah (2.53 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand BBB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai rata-rata kekuatan rekat tertinggi (8,64 kgf/cm2) terdapat pada OSB kombinasi strand ABA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor interaksi kombinasi strand dengan kadar perekat masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan rekat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05. sedangkan untuk faktor kadar perekat memiliki pengaruh yang nyata terhadap kekuatan rekat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap kekuatan rekat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kekuatan rekat OSB paling rendah sebesar 3,06 kgf/cm2, nilai kekuatan rekat OSB hasil penelitian ini hampir seluruhnya memenuhi standar kecuali OSB dengan kombinasi strand BBB pada kadar perekat 3%. Standar CSA 0437.0 (Grade O-2)
46
mensyaratkan bahwa standar kekuatan rekat OSB paling rendah sebesar 3,52 kgf/cm2 . dan pada standar ini juga hampir seluruhnya memenuhi standar kecuali OSB dengan kombinasi strand BBB dan CCC kadar perekat 3%. 4.2.4 Kuat Pegang Sekrup Salah satu aplikasi produk papan OSB ini adalah untuk bahan pelapis dinding. Karena fungsinya sebagai bahan pelapis dinding, maka biasanya dinding tersebut akan dihiasi oleh foto bingkai atau hiasan lainnya yang penempatannya memerlukan sekrup. Oleh karena itu diperlukan pengujian mengenai kuat pegang sekrup untuk mendapatkan nilai kuat pegang sekrup itu pada papan OSB. Hasil pengujiian kuat pegang sekrup OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 19, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada
A 5908 (2003)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
JIS
Kuat Pegang Sekrup (Kgf)
Gambar 19.
AAA
ABA
ACA
Kadar perekat 3%
BBB BAB BCB CCC Kombinasi Strand Kadar perekat 4%
CAC
CBC
Kadar perekat 5%
Gambar 19. Histogram Kuat Pegang Sekrup OSB
Berdasarkan data pada Gambar 19 diketahui bahwa nilai ratarata kuat pegang sekrup OSB hasil penelitian berkisar antara 46,2893,06 kgf. Nilai rata-rata kuat pegang sekrup terendah (46,28 kgf) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata kuat pegang
47
sekrup tertinggi (93,06 kgf) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap kuat pegang skrup OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05. sedangkan untuk faktor interaksi kombinasi strand dengan kadar perekat memiliki pengaruh yang nyata terhadap kuat pegang skrup OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap kuat pegang skrup OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan Interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat terbagi atas beberapa grup memberikan perngaruh yang berbeda dengan kombinasi strand yang lain terhadap kuat pegang skrup OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kuat pegang skrup OSB paling rendah sebesar 51 kgf, nilai kadar air OSB hasil penelitian ini hampir seluruhnya memenuhi standar. Hanya OSB pada kombinasi strand CCC kadar perekat 5% yang tidak memenuhi standar. Sedangkan standar CSA 0437.0 (Grade O-2) tidak menetapkan batasan kuat pegang sekrup. 4.2.5 Kekuatan Retensi Hasil pengujiian kekuatan retensi MOE dan MOR sejajar serat maupun tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 20, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 20, 21, 22, 23.
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
MOE Sejajar Serat
AAA
ABA
ACA
BBB
Kadar Perekat 3 %
BAB
Batasan Eksterior
Strength Retention (%)
48
BCB
CCC
Kadar Perekat 4 %
A= Andong
B= Betung
CAC
CBC
Kadar Perekat 5 %
C= Ampel
Gambar 20. Histogram Retensi Kekuatan MOE Sejajar Serat OSB MOE Tegak Lurus Serat
100% 80%
Batasan Eksterior
Strength Retention (%)
120%
60% 40% 20%
0% AAA ABA ACA BBB BAB BCB Kadar Perekat 3 % Kadar Perekat 4 %
A= Andong
B= Betung
CCC CAC CBC Kadar Perekat 5 %
C= Ampel
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
MOR Sejajar Serat Batasan Eksterior
Strength Retention (%)
Gambar 21. Histogram Retensi Kekuatan MOE Tegak Lurus Serat OSB
AAA
ABA
ACA
Kadar Perekat 3 %
A= Andong
BBB
BAB
BCB
Kadar Perekat 4 %
B= Betung
CCC
CAC
CBC
Kadar Perekat 5 %
C= Ampel
Gambar 22. Histogram Retensi Kekuatan MOR Sejajar Serat OSB
49
MOR Tegak Lurus Serat
120% Batasan Eksterior
Strength Retention (%)
140% 100% 80% 60% 40% 20% 0% AAA
ABA
ACA
BBB
Kadar Perekat 3 %
BAB
BCB
Kadar Perekat 4 %
A= Andong
B= Betung
CCC
CAC
CBC
Kadar Perekat 5 %
C= Ampel
Gambar 23. Histogram Retensi Kekuatan MOR Tegak Lurus Serat OSB
Pengujian ini dimaksudkan untuk menilai apakah OSB yang dibuat dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau tidak. Menurut Massijaya (1997) dalam Nuryawan et al. (2008) Perbandingan nilai antara pengujian basah dan kering pada MOE dan MOR menghasilkan besaran yang disebut retensi kekuatan (strength retention). jika nilai retensi kekuatan MOE dan MOR lebih dari 50% dapat diartikan bahwa produk tersebut dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan tahan akan kondisi cuaca yang ekstrim (Nuryawan dan Massijaya 2004 dalam Nuryawan et al 2008). Berdasarkan
perhitungan
nilai
rentensi
untuk
semua
Kombinasi OSB maka hampir semua kombinasi untuk arah tegak lurus MOE dan MOR telah lebih dari 50%. Sedangkan untuk arah sejajar serat baik MOE ataupun MOR hanya beberapa kombinasi saja yang yang nilai retensinya lebih dari 50%. 4.2.6 Penentuan OSB Terbaik OSB terbaik didapatkan dengan cara menentukan urutan sifatsifat OSB dari yang paling unggul hingga terendah pada masingmasing pengujian baik dari sifat mekanis ataupun fisis. Nilai yang diberikan atas keunggulan sifat dari 27 kombinasi strand dan kadar
50
perekat OSB mulai dari kualitas tertinggi hingga terendah diberikan poin 1 sampai 27. Hasil penentuan urutan disajikan pada Lampiran 24. Nilai terendah merupakan OSB dengan kualitas terbaik dan sebaliknya. Berdasarkan lampiran 25, penentuan papan OSB terbaik dapat ditinjau dari nilai yang dihasilkan dari sifat fisis dan mekanis OSB yang
menunjukkan bahwa OSB dengan kombinasi CBC (Ampel,
Betung, Ampel) pada kadar perekat 5% merupakan OSB dengan nilai terendah sehingga direkomendasikan sebagai papan OSB dengan kualitas terbaik bila dibandingkan dengan karakteristik sifat OSB dari kombinasi strand dan kadar perekat lain. Hal ini diduga karena kualitas OSB dipengaruhi oleh kualitas bahan baku OSB yang digunakan serta kombinasi yang digunakan. Kadar perekat 5% juga memberikan respon yang positif terhadap proses perekatan yang menghasilkan kualitas OSB lebih bagus. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi yang tepat adalah kombinasi CAC (Ampel, Andong, Ampel) dengan kadar perekat 3 %. Kombinasi tersebut ditunjuk dari nilai terendah pada semua kombinasi dengan kadar perekat 3%. Sehingga dapat direkomendasikan sebagai kombinasi terbaik pada kadar perekat 3%.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan 1. OSB dengan kombinasi strand CBC (Ampel, Betung, Ampel) dengan kadar perekat 5% menghasilkan kualitas papan OSB yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi strand yang lain. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi CAC ( Ampel, Amdong, Ampel) dengan kadar perekat 3 % merupakan kombinasi yang tepat untuk dijadikan alternatif kombinasi lain dalam pembuatan OSB. 2. Pemberian perlakuan kombinasi strand bambu ternyata menghasilkan OSB dengan kualitas yang baik, OSB kombinasi yang dihasilkan pada penelitian ini pada umumnya memenuhi JIS A 5908 (2003) dan CSA 0437.0 (Grade O-2).
5.2
Saran Perlu dilakukan pengujian terhadap parameter lainnya seperti ketahanan terhadap rayap.
52
DAFTAR PUSTAKA Bowyer JL, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science. IOWA: The Iowa State University Press. Departemen Kehutanan. 1996. Teknik Budidaya Tanaman Bambu.Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan Konservasi Alam. Bogor. Dransfield S, Widjaya EA. 1995. Plant Resources of South-East Asia No7: Bamboos. Yayasan PROSEA. Bogor. Febriyani. 2008. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich dari Tiga Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Fengel D, G Wegener. 1984. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Hardjono S, penerjemah; Soenardi P, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Fitriasari W, Hermiati E.2008. Analisis Morfologi Serat dan Sifat Fisis-Mekanis Pada Enam Jenis Bambu Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(2):67-72 Forest Product Laboratory. 1999. Wood Hand Book: Wood as an Engineering Material. Agrick Handbook 72. Washington DC. US department. Hadi YS .1991. Pengaruh Perendaman Dingin Selumbar Terhadap Sifat Fisis Papan Partikel Meranti Merah. Teknologi Buletin Jurusan Teknologi Hasil hutan 4 (1): 13-16. Holfinger MS. 1990. Difurfuryl Diisocyanate Adhesives From Renewable Resources : Preliminary Result. Winconsin : USDA Forest Fervice Forest Product Laboratory anf The Forest Products Research Society. Haygreen JG, Bowyer JL.1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar Hadikusumo SA, penerjemah; Prawiro H, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Wood science : An Introduction. Iswanto AH. 2008. Sifat Dasar Kayu Sentang (Melia excelsa Jack) dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Oriented Strand Board. [Tesis]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kusumah AP. 2006. Sifat Fisis Mekanis Papan Komposit dari Limbah Kayu dan Anyaman Tiga Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kusumaningsih KR. 1997. Pengaruh Perendaman Empat Jenis Bambu Dalam Air Terhadap Sifat Fisika, Sifat Mekanika dan Ketahanannya Terhadap Kumbang Bubuk. [Thesis] UGM. Tidak Dipublikasikan. LIPI. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Jawa.Pusat Penelitian Botani Herbarium Bogoriense. Bogor. Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. California: Miller Freeman Inc
53
Manuhuwa M dan Laiwatu M. 2006. Komponen Kimia dan Anatomi Tiga Jenis Bambu. http://unpatti-forester.net/kimia_bambu.pdf. [26 Agustus 2009] Marra AA. 1992. Technology of Wood Bonding : Principles in Practice. New York: Van Nostrand Reinhold. Massijaya MY. 1997. Development of Boards Made from Waste Newspaper [disertasi]. Tokyo University, Japan. Munawar SS. 2001. Preferensi Makan Rayap Kayu Kering (Cryprotermes cynocephalus Light) Pada Empat Jenis Bambu. [Thesis] UGM. Tidak dipublikasikan. Nishimura T, Amin J, Ansell MP. 2004. Image Analysis and Bending Properties of Model OSB Panels as A Function of Strand Distibution, Shape, and Size. Journal of Wood Science and Technology 38 (4-5): 297-309. Nuryawan A, Massijaya MY, Hadi YS. 2007. Sifat Fisis dan Mekanis OSB dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh. Makalah dipresentasikan di Mapeki X, Pontianak. Nuryawan A, Massijaya MY, Hadi YS. 2008. Sifat Fisis dan Mekanis Oriented Strand Board (OSB) dari Akasia, Ekaliptus dan Gmelina Berdiamter Kecil: Pengaruh Jenis Kayu dan Macam Aplikasi Perekat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): 60-66 Pizzi A. 1983. Wood Adhesive : Chemistry and Technology. New York and Basel: Marcel Dekker Inc. Prasetiyo et al. 2008. Pengaruh Perlakuan Mild Steam Terhadap Sifat FisisMekanis Komposit Serat Sisal-Perekat Thermosetting. Makalah dipresentasikan di Mapeki XI, Palangkaraya Prasojo W. 2005. Karakteristik Balok Komposit dengan Pelaminasi Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne). [Skripsi]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Ruhendi S et al. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sahroni. 2008. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dan Variasi Panjang Strand Terhadap Sifat Oriented Strand Board (OSB) dari Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne). [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Samosir TP. 2008. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Pada Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board Campuran Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Structural Board Association. 2004. OSB Design Manual: Construction Sheating And Design Rated Oriented Strand Board. Canada. -----------------------------------. 2005. OSB in Wood Frame Construction. USA.
54
-----------------------------------. 2005. OSB Performance by Design: Oriented Strand Board in Wood Frame Construction. TM422. Canada -----------------------------------. 2005. Binders and Waxes in OSB. Technical Bulletin No. TM114. Canada. Syafi’I LI. 1984. Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Contoh Kecil Bebas Cacat Beberapa Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tambunan B. 2000. Oriented Strand Board. Laboratorium Biokomposit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Triasnani F. 2004. Pemanfaatan Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steudel) Widjaja) untuk Pembuatan Bambu Lapis Pola Jahitan. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tsoumist G. 1991. Science and Technology of Wood (Structure, Properties, Utilization). New York:Van Nostrand Reinhold. Yongquist JA. 1999. Wood-Based Composites and Panel Product. Di dalam : Wood Handbook Wood as an Engineering Material. Madison, WI : USDA Forest Service FPL Geberal Technical Report FPL-GTR-113. Yusfriandita. 1998. Pengaruh Pengukusan Strand terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Oriented Strand Board (OSB) dari Jenis Kayu Terap (Artocarpus elasticus Reinw) dan Kayu Weru (Albizia procera Benth) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Zaini LH. 2009. Analisis Kualitas Beberapa Jenis Papan Komposit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1. Perhitungan Bahan Baku
Bahan baku
: Strand dari bambu betung (Dendrocalamus asper (Schulter.f) Backer ex Heyne), bambu andong (Gigantochloa verticillata (Wild) Munro), bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl).
Ukuran Papan
: 30 x 30 x 1 cm3
Kerapatan Target
: 0,70 gr/cm3
Persen perekat
: 3%, 4%, 5%
Persen paraffin
:1%
Kebutuhan Strand
:
Kebutuhan Perekat
:
Kebutuhan Parafin
:
100 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 605,8 gr (BKT) 104 100 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 600 gr (BKT) 105 100 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 594,3 gr (BKT) 106 3 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 18,2 gr 104 4 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 24 gr 105 5 x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 29,7 gr 106 1 104 1 105 1 106
x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 6,1 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 6 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 5,9 gr
57
58
Lampiran 3. Data Pengukuran Aspect Ratio (AR) dan Slenderness Ratio (SR) Strand Bambu
59
Lanjutan:
60
61
Lanjutan: 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 rata-rata
6,97 6,86 6,93 6,62 6,88 6,5 6,71 6,87 6,75 6,88 7,09 7,02 6,99 6,85 6,83 6,35 6,71 7,02 6,72 6,83 6,81 6,63 6,51 6,89 6,95 6,54 6,84 6,77 6,83 7,07 6,72 6,82 6,36 6,54 6,77 6,67 7,16 6,83 6,45 6,66 6,92 6,85 6,72 7,02 6,92 6,688 6,91 6,82 6,92 6,65 6,79
1,86 1,8 1,73 1,83 2 1,95 2,12 1,94 1,91 2,06 2,01 1,86 2,14 1,96 2,01 2,01 2,04 1,71 2,11 2,19 2,23 2,07 2,02 2,1 1,96 2,06 2,04 1,71 1,92 2,24 2,07 2,07 1,87 2,18 2,16 2,15 2,04 1,94 2,02 1,95 1,85 1,94 2 2,14 1,72 2,14 2,12 1,88 1,95 1,94 1,98
0,07 0,07 0,09 0,08 0,05 0,05 0,08 0,08 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09 0,05 0,09 0,09 0,06 0,09 0,1 0,08 0,09 0,09 0,08 0,05 0,09 0,08 0,07 0,07 0,1 0,08 0,07 0,05 0,05 0,07 0,1 0,07 0,05 0,09 0,05 0,08 0,09 0,07 0,06 0,1 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,07 0,08
3,75 3,81 4,01 3,62 3,44 3,33 3,17 3,54 3,53 3,34 3,53 3,77 3,27 3,49 3,40 3,16 3,29 4,11 3,18 3,12 3,05 3,20 3,22 3,28 3,55 3,17 3,35 3,96 3,56 3,16 3,25 3,29 3,40 3,00 3,13 3,10 3,51 3,52 3,19 3,42 3,74 3,53 3,36 3,28 4,02 3,13 3,26 3,63 3,55 3,43 3,45
99,57 98,00 77,00 82,75 137,60 130,00 83,88 85,88 75,00 76,44 78,78 87,75 77,67 137,00 75,89 70,56 111,83 78,00 67,20 85,38 75,67 73,67 81,38 137,80 77,22 81,75 97,71 96,71 68,30 88,38 96,00 136,40 127,20 93,43 67,70 95,29 143,20 75,89 129,00 83,25 76,89 97,86 112,00 70,20 76,89 74,31 76,78 75,78 76,89 95,00 91,05
62
63
Lanjutan:
64
Lampiran 4. Data Kerapatan OSB (g/cm³) Kadar perekat 3% Rata Kode Kerapatan rata
Kadar perekat 4% Rata Kode Kerapatan rata
Kadar perekat 5% Rata Kode Kerapatan rata
0,66 0,66 0,63 0,70 0,71 0,64 0,73 0,65 0,71 0,71 0,75 0,66 0,67 0,67 0,67 0,72 0,73 0,72 0,67 0,68 0,68 0,71 0,70 0,71 0,67 0,68 0,70
0,62 0,61 0,68 0,67 0,69 0,67 0,73 0,72 0,75 0,66 0,68 0,72 0,71 0,71 0,67 0,71 0,71 0,73 0,74 0,68 0,71 0,72 0,66 0,74 0,74 0,68 0,73
0,61 0,67 0,68 0,65 0,71 0,65 0,73 0,70 0,79 0,70 0,71 0,72 0,73 0,73 0,75 0,67 0,61 0,62 0,67 0,63 0,67 0,73 0,70 0,73 0,73 0,73 0,76
AAA
ABA
ACA
BBB
BAB
BCB
CCC
CAC
CBC
0,65
AAA
0,69
ABA
0,70
ACA
0,70
BBB
0,67
BAB
0,72
BCB
0,68
CCC
0,71
CAC
0,68
CBC
0,64
AAA
0,68
ABA
0,73
ACA
0,69
BBB
0,69
BAB
0,72
BCB
0,71
CCC
0,71
CAC
0,72
CBC
0,65
0,67
0,74
0,71
0,74
0,63
0,66
0,72
0,74
65
Lampiran 5. Data Kadar Air OSB (%) Kadar Perekat 3% RataKode KA* rata 6,17 AAA 6,26 6,33 6,55 5,50 ABA 5,30 5,54 5,81 6,03 ACA 6,56 6,22 6,06 5,91 BBB 7,08 6,31 5,96 6,80 BAB 5,95 6,56 6,93 5,43 BCB 6,59 6,50 7,46 8,24 CCC 7,20 8,41 9,79 4,35 CAC 4,44 4,49 4,68 7,95 CBC 7,24 7,32 6,77 *KA : Kadar Air
Kadar Perekat 4% RataKode KA* rata 6,40 AAA 6,12 5,93 5,26 6,16 ABA 5,61 5,90 5,93 6,10 ACA 6,01 5,92 5,65 7,16 BBB 6,74 6,51 5,63 5,78 BAB 5,54 5,81 6,10 4,30 BCB 6,78 5,55 5,56 8,26 CCC 8,01 7,81 7,16 4,41 CAC 4,15 4,31 4,37 5,87 CBC 3,72 5,11 5,73
Kadar Perekat 5% Kode AAA
ABA
ACA
BBB
BAB
BCB
CCC
CAC
CBC
KA* 5,90 7,12 6,01 5,99 6,58 5,29 10,07 6,21 3,14 6,29 6,19 5,55 5,67 3,75 5,30 5,95 3,42 4,72 8,04 9,29 7,87 5,64 3,97 5,45 4,71 5,41 4,88
Ratarata 6,35
5,95
6,47
6,01
4,91
4,70
8,40
5,02
5,00
66
Lampiran 6. Data Daya Serap Air 2 Jam (%) Kadar Perekat 3% DSA RataKode 2* rata 6,40 AAA 6,43 7,31 9,09 6,78 ABA 6,87 7,40 7,94 7,27 ACA 5,93 6,99 7,76 8,94 BBB 7,30 7,83 7,25 8,80 BAB 5,30 7,46 8,26 6,16 BCB 8,20 7,26 7,41 9,40 CCC 7,94 8,91 9,40 7,26 CAC 6,06 6,51 6,20 7,69 CBC 10,71 8,66 7,56
Kadar Perekat 4% DSA RataKode 2* rata 7,50 AAA 9,52 8,55 8,62 8,93 ABA 8,00 8,53 8,66 6,35 ACA 8,26 6,77 5,69 9,09 BBB 7,19 7,70 6,82 6,78 BAB 7,20 7,34 8,04 7,38 BCB 10,34 9,21 9,91 8,47 CCC 6,31 6,75 5,47 7,77 CAC 6,31 6,81 6,35 10,71 CBC 8,40 10,04 11,01
*DSA 2 : Daya Serap Air 2 jam
Kadar Perekat 5% DSA RataKode 2* rata 5,56 AAA 5,65 5,59 5,56 6,61 ABA 8,33 7,59 7,81 5,69 ACA 8,33 6,88 6,61 6,35 BBB 5,47 6,65 8,13 7,76 BAB 7,27 7,62 7,83 8,33 BCB 5,71 8,32 10,91 5,93 CCC 8,93 7,21 6,78 6,96 CAC 5,30 6,39 6,90 6,84 CBC 6,60 7,16 8,04
67
Lampiran 7. Data Daya Serap Air 24 Jam (%) Kadar Perekat 3% DSA RataKode 24* rata 26,40 AAA 28,57 28,42 30,30 24,58 ABA 29,77 27,90 29,37 27,27 ACA 26,27 26,76 26,72 29,27 BBB 13,14 22,83 26,09 31,20 BAB 24,24 27,85 28,10 21,92 BCB 43,44 31,42 28,89 31,62 CCC 26,98 28,08 25,64 22,58 CAC 21,21 21,32 20,16 29,23 CBC 34,82 31,15 29,41
Kadar Perekat 4% DSA RataKode 24* rata 28,33 AAA 31,43 28,54 25,86 30,36 ABA 27,20 29,16 29,92 23,81 ACA 25,62 24,88 25,20 29,75 BBB 28,78 27,84 25,00 27,12 BAB 24,80 26,23 26,79 23,77 BCB 32,76 29,35 31,53 27,12 CCC 23,42 24,14 21,88 21,36 CAC 19,82 20,34 19,84 33,93 CBC 30,25 33,63 36,70
*DSA 24 : Daya Serap Air 24 jam
Kadar Perekat 5% DSA RataKode 24* rata 23,02 AAA 22,58 22,08 20,63 29,75 ABA 28,79 27,33 23,44 22,76 ACA 25,00 24,19 24,79 23,81 BBB 25,00 25,48 27,64 22,41 BAB 22,73 22,87 23,48 27,50 BCB 20,00 25,83 30,00 24,58 CCC 29,46 26,77 26,27 23,48 CAC 18,94 21,04 20,69 23,08 CBC 29,25 26,37 26,79
68
Lampiran 8. Data Pengembangan Tebal 2 Jam (%) Kadar Perekat 3% PT RataKode 2* rata 5,10 AAA 6,28 6,32 7,58 4,38 ABA 3,15 4,68 6,52 4,66 ACA 3,74 5,99 9,59 3,54 BBB 3,58 3,70 4,00 4,55 BAB 3,06 3,70 3,50 2,74 BCB 3,70 3,26 3,34 5,29 CCC 3,72 4,07 3,19 2,77 CAC 3,27 3,60 4,75 5,42 CBC 4,72 4,61 3,68
Kadar Perekat 4% PT RataKode 2* rata 5,13 AAA 4,57 5,02 5,37 3,85 ABA 4,56 4,89 6,26 4,08 ACA 6,66 5,01 4,28 4,87 BBB 3,40 3,54 2,35 2,99 BAB 3,77 3,04 2,37 2,04 BCB 4,65 3,95 5,18 3,74 CCC 2,76 3,75 4,76 1,27 CAC 2,37 3,53 6,97 5,56 CBC 5,88 5,79 5,94
*PT 2 : Pengembangan Tebal 2 jam
Kadar Perekat 5% PT RataKode 2* rata 2,75 AAA 5,13 3,48 2,57 4,88 ABA 5,61 5,08 4,76 4,30 ACA 3,08 3,82 4,09 4,24 BBB 4,20 4,16 4,03 5,37 BAB 6,25 4,88 3,02 5,74 BCB 7,99 5,57 2,97 5,38 CCC 3,27 4,61 5,19 4,79 CAC 6,78 4,54 2,05 4,64 CBC 3,00 3,78 3,71
69
Lampiran 9. Data Pengembangan Tebal 24 Jam (%) Kadar Perekat 3% PT RataKode 24* rata 15,31 AAA 9,15 12,99 14,50 13,37 ABA 14,62 14,35 15,06 14,95 ACA 15,19 14,82 14,31 15,57 BBB 14,57 14,65 13,83 15,15 BAB 16,00 15,38 14,98 15,04 BCB 15,96 16,93 19,81 15,87 CCC 12,20 12,79 10,32 15,56 CAC 14,61 14,64 13,75 15,47 CBC 15,02 14,29 12,39
Kadar Perekat 4% PT RataKode 24* rata 15,38 AAA 15,86 14,84 13,29 13,42 ABA 14,31 13,83 13,76 12,89 ACA 14,59 12,63 10,42 14,40 BBB 13,81 13,00 10,80 11,49 BAB 14,96 13,04 12,66 12,47 BCB 15,85 14,40 14,89 10,45 CCC 10,50 11,75 14,29 11,17 CAC 13,01 12,20 12,44 14,16 CBC 14,46 13,88 13,03
*PT 24 : Pengembangan Tebal 24 jam
Kadar Perekat 5% PT RataKode 24* rata 11,67 AAA 16,79 13,69 12,62 15,58 ABA 12,99 13,90 13,12 13,13 ACA 9,82 11,74 12,26 13,94 BBB 14,65 14,52 14,96 11,19 BAB 13,44 13,07 14,57 14,19 BCB 14,48 14,07 13,55 11,89 CCC 13,07 13,08 14,29 15,98 CAC 13,59 13,07 9,63 9,92 CBC 14,73 10,78 7,67
70
Lampiran 10. Data MOE Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOE RataKode S* rata 75801 AAA 88205 75526 62572 79535 ABA 66557 74661 77892 58938 ACA 60230 73278 100668 72246 BBB 77323 74801 74835 96199 BAB 63111 71197 54282 38917 BCB 60444 51619 55497 68059 CCC 57509 73061 93616 58656 CAC 32370 46427 48254 67722 CBC 61090 68837 77698 *MOE S : MOE Sejajar Serat
Kadar Perekat 4% MOE RataKode S* rata 82689 AAA 79139 83330 88164 92608 ABA 72130 79421 73525 101311 ACA 76967 84195 74307 74464 BBB 48813 63554 67385 70561 BAB 72847 66349 55640 46734 BCB 85112 63944 59988 67518 CCC 75958 70762 68811 76995 CAC 82440 93883 122212 91217 CBC 94563 91670 89231
Kadar Perekat 5% MOE RataKode S* rata 84315 AAA 77631 86389 97220 74470 ABA 93074 79400 70656 69807 ACA 72676 80656 99486 56696 BBB 69409 67299 75791 59247 BAB 53538 56537 56826 51872 BCB 68207 55648 46864 96571 CCC 83689 75928 47524 99608 CAC 80686 99940 119527 79522 CBC 121132 96940 90166
71
Lampiran 11. Data MOE Kering Tegak Lurus OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOE RataKode T* rata 28897 AAA 34735 30937 29179 15520 ABA 25170 19183 16859 18357 ACA 18646 17148 14442 22395 BBB 24666 25318 28892 46261 BAB 32185 34813 25992 20165 BCB 20598 18107 13558 34501 CCC 16490 24714 23152 37218 CAC 19888 33220 42554 25694 CBC 27211 27789 30462
Kadar Perekat 4% MOE RataKode T* rata 20062 AAA 32202 28250 32488 25204 ABA 21827 26216 31617 33279 ACA 16635 23921 21849 21984 BBB 35799 33787 43578 29258 BAB 31777 31056 32132 22019 BCB 19737 20149 18690 37322 CCC 25652 29365 25122 37512 CAC 33657 37988 42794 28152 CBC 48677 39047 40312
*MOE T : MOE Tegak Lurus Serat
Kadar Perekat 5% MOE RataKode T* rata 21648 AAA 22072 23407 26501 26684 ABA 25092 25974 26147 24466 ACA 25072 27126 31839 34907 BBB 27552 30216 28190 25825 BAB 37096 36336 46086 28271 BCB 33999 29560 26411 30049 CCC 25498 25498 20947 27613 CAC 51383 35643 27932 31728 CBC 25622 27281 24492
72
Lampiran 12. Data MOE Basah Sejajar Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOE RataKode S* rata 30438 AAA 45448 33206 23731 29125 ABA 18942 22515 19479 21601 ACA 43548 37337 46862 18238 BBB 30085 22626 19553 27030 BAB 37313 32467 33057 2602 BCB 2128 5047 10413 23178 CCC 27008 26575 29537 1954 CAC 10227 4328 802 22692 CBC 34722 31242 36312
Kadar Perekat 4% MOE RataKode S* rata 19293 AAA 28340 31778 47702 47242 ABA 31664 39689 40161 48110 ACA 44552 48168 51841 34271 BBB 19256 22294 13354 37836 BAB 45485 38644 32612 12626 BCB 3294 8776 10407 30886 CCC 24074 31472 39456 2721 CAC 4072 3800 4605 21874 CBC 5126 15284 18852
* MOE S : MOE Sejajar Serat
Kadar Perekat 5% MOE RataKode S* rata 47995 AAA 36835 41105 38484 39011 ABA 59823 47781 44508 34232 ACA 57316 47371 50564 14005 BBB 28675 20723 19489 3601 BAB 2927 2742 1700 30086 BCB 19030 23523 21454 41558 CCC 13584 30029 34947 18811 CAC 38749 37900 56139 68698 CBC 55362 49192 23515
73
Lampiran 13. Data MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOE RataKode T* rata 18744 AAA 20486 21592 25545 17761 ABA 7390 13458 15225 22416 ACA 12232 14228 8036 13604 BBB 20955 17254 17202 23929 BAB 20407 19644 14597 29820 BCB 17398 17913 6520 11515 CCC 12419 12383 13215 21634 CAC 19528 25324 34809 22053 CBC 17009 17698 14032
Kadar Perekat 4% MOE RataKode T* rata 16033 AAA 27506 19473 14881 17953 ABA 11020 14679 15062 11661 ACA 14497 12545 11478 13218 BBB 18265 14337 11528 23533 BAB 22416 22057 20223 28909 BCB 15231 22519 23417 12371 CCC 15091 14460 15917 5796 CAC 12229 12437 19286 14227 CBC 9647 12288 12990
*MOE T : MOE Tegak Lurus Serat
Kadar Perekat 5% MOE RataKode T* rata 27690 AAA 21264 23578 21781 7013 ABA 20633 16625 22228 12516 ACA 17910 17977 23505 17849 BBB 19255 16249 11644 15783 BAB 25246 14753 3231 32703 BCB 10253 20231 17736 19960 CCC 12077 18421 23226 3971 CAC 22040 17040 25109 30777 CBC 26525 23309 12624
74
Lampiran 14. Data MOR Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOR RataKode S* rata 401 AAA 605 458 369 446 ABA 344 426 488 264 ACA 319 290 287 518 BBB 357 414 367 284 BAB 455 353 321 208 BCB 218 256 344 415 CCC 375 424 482 258 CAC 240 250 252 483 CBC 382 452 489
Kadar Perekat 4% MOR RataKode S* rata 421 AAA 492 496 577 660 ABA 516 570 533 731 ACA 436 562 519 394 BBB 309 366 395 391 BAB 285 325 299 196 BCB 578 398 419 383 CCC 424 406 412 393 CAC 519 545 723 675 CBC 654 656 639
* MOR S : MOR Sejajar Serat
Kadar Perekat 5% MOR RataKode S* rata 610 AAA 545 615 690 445 ABA 664 532 487 421 ACA 473 481 550 587 BBB 412 474 424 641 BAB 569 505 307 425 BCB 301 425 548 676 CCC 475 564 541 518 CAC 564 609 746 526 CBC 714 558 433
75
Lampiran 15. Data MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOR RataKode T* rata 314 AAA 368 332 313 214 ABA 226 215 206 285 ACA 258 258 232 214 BBB 240 245 282 405 BAB 269 313 264 221 BCB 170 193 189 446 CCC 194 304 273 355 CAC 335 410 542 272 CBC 356 344 404
Kadar Perekat 4% MOR RataKode T* rata 210 AAA 312 314 419 368 ABA 278 371 467 438 ACA 312 355 316 395 BBB 284 303 231 297 BAB 270 297 323 204 BCB 130 149 113 322 CCC 279 302 305 504 CAC 386 461 494 290 CBC 257 307 375
*MOR T : MOR Tegak Lurus Serat
Kadar Perekat 5% MOR RataKode T* rata 314 AAA 367 336 328 307 ABA 369 338 338 295 ACA 404 328 285 265 BBB 485 396 437 320 BAB 360 347 361 244 BCB 314 303 351 325 CCC 341 341 356 437 CAC 419 395 328 396 CBC 314 325 266
76
Lampiran 16. Data MOR Basah sejajar Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOR RataKode S* rata 196 AAA 324 214 121 199 ABA 117 144 115 111 ACA 225 193 242 134 BBB 169 139 112 195 BAB 176 192 205 24 BCB 23 52 109 95 CCC 102 270 613 36 CAC 69 42 20 108 CBC 178 166 211
Kadar Perekat 4% MOR RataKode S* rata 124 AAA 177 192 275 251 ABA 218 239 249 262 ACA 253 296 372 205 BBB 96 128 83 182 BAB 232 186 146 88 BCB 39 60 53 188 CCC 106 166 203 35 CAC 39 39 42 54 CBC 43 72 119
* MOR S : MOR Sejajar Serat
Kadar Perekat 5% MOR RataKode S* rata 228 AAA 236 235 241 282 ABA 432 359 362 207 ACA 370 272 239 97 BBB 126 113 116 59 BAB 48 50 42 109 BCB 37 80 93 160 CCC 61 124 151 83 CAC 217 191 271 526 CBC 285 328 174
77
Lampiran 17. Data MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% MOR RataKode T* rata 199 AAA 239 246 300 233 ABA 65 158 176 206 ACA 138 155 122 153 BBB 287 215 205 299 BAB 221 210 110 226 BCB 177 158 69 106 CCC 113 111 115 209 CAC 237 242 281 291 CBC 250 230 148
Kadar Perekat 4% MOR RataKode T* rata 137 AAA 337 225 201 245 ABA 226 224 201 122 ACA 259 169 125 148 BBB 252 168 102 303 BAB 225 233 170 210 BCB 87 173 222 165 CCC 169 151 120 56 CAC 138 153 265 202 CBC 103 163 184
*MOR T : MOR Tegak Lurus Serat
Kadar Perekat 5% MOR RataKode T* rata 330 AAA 300 300 269 151 ABA 300 256 317 260 ACA 301 285 296 153 BBB 216 158 105 121 BAB 150 102 35 270 BCB 93 184 189 221 CCC 120 196 248 49 CAC 192 171 271 297 CBC 286 252 174
78
Lampiran 18. Data Internal Bond OSB (kgf/cm²) Kadar Perekat 3% RataKode IB* rata 3,31 AAA 3,79 4,11 5,22 5,66 ABA 7,80 5,97 4,44 3,58 ACA 5,47 4,96 5,81 1,55 BBB 3,17 2,53 2,89 4,24 BAB 2,98 5,02 7,85 7,90 BCB 3,38 4,94 3,54 2,85 CCC 4,06 3,25 2,85 6,36 CAC 6,52 5,46 3,49 2,99 CBC 5,85 5,63 8,06 *IB : Internal Bond
Kadar Perekat 4% RataKode IB* rata 3,76 AAA 3,16 4,19 5,65 4,05 ABA 12,34 8,64 9,52 4,72 ACA 5,01 5,23 5,97 5,03 BBB 3,60 3,98 3,32 4,47 BAB 6,20 5,32 5,30 8,21 BCB 4,39 5,60 4,19 4,86 CCC 3,34 4,49 5,25 3,13 CAC 7,55 6,18 7,86 2,84 CBC 4,81 4,55 6,01
Kadar Perekat 5% RataKode IB* rata 4,06 AAA 10,91 7,71 8,16 5,45 ABA 4,87 6,05 7,84 8,62 ACA 6,00 6,65 5,33 6,30 BBB 5,51 6,20 6,78 7,33 BAB 4,35 5,25 4,06 3,91 BCB 4,55 4,07 3,75 4,98 CCC 5,74 5,23 4,98 4,06 CAC 4,90 5,01 6,08 6,72 CBC 9,41 8,02 7,93
79
Lampiran 19. Data Kuat Pegang Sekrup OSB (kgf) Kadar Perekat 3% RataKode KPS* rata 64,40 AAA 88,58 79,31 84,94 51,41 ABA 65,41 59,26 60,97 84,64 ACA 44,84 71,99 86,49 81,74 BBB 91,50 82,25 73,49 89,81 BAB 95,55 84,00 66,63 55,77 BCB 73,44 56,31 39,72 84,30 CCC 101,83 93,06 93,04 73,31 CAC 50,75 62,29 62,82 84,75 CBC 71,13 79,74 83,35 *KPS : Kuat Pegang Sekrup
Kadar Perekat 4% RataKode KPS* rata 84,54 AAA 63,75 70,42 62,97 101,75 ABA 65,82 74,98 57,36 82,01 ACA 70,22 67,77 51,08 63,46 BBB 82,23 71,41 68,54 79,28 BAB 65,01 69,31 63,63 51,78 BCB 80,45 76,24 96,48 49,99 CCC 52,49 56,50 67,01 56,91 CAC 87,52 71,11 68,90 102,67 CBC 77,11 82,96 69,09
Kadar Perekat 5% RataKode KPS* rata 87,78 AAA 70,98 79,10 78,55 59,12 ABA 77,61 72,40 80,48 73,30 ACA 69,07 74,07 79,82 55,43 BBB 71,08 62,10 59,79 48,33 BAB 79,03 67,17 74,15 54,92 BCB 64,49 65,16 76,05 51,53 CCC 35,91 46,28 51,40 57,26 CAC 50,96 57,33 63,79 74,53 CBC 50,94 64,92 69,28
80
Lampiran 20. Data Pengukuran Retensi Kekuatan OSB (%) Kode AAA
ABA
ACA
BBB
BAB
BCB
CCC
CAC
CBC
MOESS MOESS" MOETLS 40% 65% 43% 52% 59% 38% 88% 37% 114% 28% 30% 29% 25% 90% 37% 122% 52% 72% 66% 47% 56% 25% 61% 30% 39% 85% 26% 60% 28% 52% 49% 59% 63% 61% 56% 7% 148% 4% 10% 84% 19% 48% 34% 33% 38% 47% 75% 32% 57% 3% 58% 12% 32% 98% 2% 82% 34% 86% 46% 57% 63% 47% 46%
Retensi Kekuatan 3% MOETLS" MORSS MORSS" MORTLS MORTLS" 49% 63% 70% 45% 75% 54% 65% 33% 96% 45% 109% 78% 34% 34% 29% 74% 24% 86% 42% 72% 81% 66% 59% 71% 53% 84% 53% 26% 72% 68% 35% 88% 47% 120% 31% 73% 69% 74% 57% 57% 66% 39% 82% 64% 42% 12% 103% 93% 11% 18% 104% 81% 32% 37% 23% 24% 55% 59% 41% 27% 58% 127% 42% 14% 59% 79% 17% 61% 29% 71% 8% 52% 22% 107% 65% 37% 71% 47% 70% 43% 37%
81
Lanjutan: Kode AAA
ABA
ACA
BBB
BAB
BCB
CCC
CAC
CBC
MOESS MOESS" MOETLS 23% 80% 38% 36% 85% 54% 46% 51% 71% 44% 50% 50% 55% 48% 47% 35% 58% 58% 87% 70% 53% 46% 60% 35% 39% 51% 20% 26% 54% 80% 58% 62% 71% 59% 63% 27% 131% 4% 16% 77% 17% 125% 46% 33% 45% 32% 59% 57% 63% 4% 15% 4% 5% 36% 4% 45% 24% 51% 17% 5% 20% 21% 32%
Retensi Kekuatan 4% MOETLS" MORSS MORSS" MORTLS MORTLS" 29% 65% 70% 38% 74% 36% 108% 48% 48% 38% 67% 56% 42% 42% 81% 64% 47% 43% 36% 28% 58% 55% 50% 58% 83% 72% 40% 52% 38% 46% 35% 57% 31% 89% 21% 44% 47% 102% 71% 59% 79% 81% 84% 49% 53% 45% 103% 111% 7% 21% 67% 122% 13% 195% 49% 51% 52% 41% 50% 25% 61% 49% 39% 9% 11% 32% 7% 33% 8% 36% 6% 54% 8% 70% 34% 11% 53% 7% 40% 19% 49%
82
Lanjutan: Kode AAA
ABA
ACA
BBB
BAB
BCB
CCC
CAC
CBC
MOESS MOESS" MOETLS 57% 128% 48% 47% 96% 40% 82% 52% 26% 64% 60% 82% 63% 85% 49% 51% 60% 79% 71% 51% 74% 25% 51% 31% 41% 70% 26% 41% 6% 61% 5% 5% 68% 3% 7% 58% 116% 28% 44% 30% 46% 67% 43% 66% 44% 16% 47% 74% 111% 19% 14% 38% 48% 43% 47% 90% 86% 97% 53% 46% 104% 26% 52%
Retensi Kekuatan 5% MOETLS" MORSS MORSS" MORTLS MORTLS" 37% 105% 102% 39% 90% 43% 82% 35% 82% 63% 49% 65% 65% 68% 81% 75% 74% 94% 49% 88% 65% 57% 89% 78% 75% 43% 104% 16% 58% 54% 25% 42% 31% 45% 27% 24% 9% 38% 45% 10% 30% 8% 42% 14% 10% 26% 111% 71% 12% 18% 30% 65% 17% 54% 24% 68% 75% 21% 58% 13% 35% 28% 70% 16% 11% 49% 30% 47% 39% 46% 36% 83% 100% 75% 84% 60% 77% 40% 91% 40% 65%
83
Lampiran 21. Tabel Anova Sifat Fisis OSB Kerapatan SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 0,03909136 0,00126173 0,03511605 0,04006667 0,11553580
Fhit 0,00488642 6,59 0,00063086 0,85 0,00219475 2,96 0,00074198 KT
Pr>F <.0001 ** 0,4329 tn <.0015 **
Kadar Air SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 65,35911111 5,22740741 17,03237037 51,7205333 139,3394222
KT
Fhit
8,16988889 8,53 2,6137037 2,73 1,06452315 1,11 0,9577877
Pr>F <.0001 ** 0,0743 tn 0,3685 tn
Daya Serap Air 2 Jam SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 29,74772099 11,54172099 33,46634568 82,6056 157,3613877
Fhit 3,71846512 2,43 5,77086049 3,77 2,0916466 1,37 1,5297333 KT
Pr>F 0,0254 * 0,0293 * 0,1935 tn
Daya Serap Air 24 Jam SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 522,8352617 117,6488691 211,6979975 736,5266 1588,708728
Fhit 65,3544077 4,79 58,8244346 4,31 13,2311248 0,97 13,639381 KT
Pr>F 0,0002 ** 0,0183 * 0,5006 tn
84
Pengembangan Tebal 2 Jam SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 17,15978765 0,43040247 42,37819753 113,1934 173,1617877
KT
Fhit
2,14497346 1,02 0,21520123 0,1 2,64863735 1,26 2,0961741
Pr>F 0,4301 tn 0,9026 tn 0.2542 tn
Pengembangan Tebal 24 Jam SK DB Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
JK 42,52901728 33,04181728 52,6842716 189,073 317,3281062
Fhit 5,31612716 1,52 16,52090864 4,72 2,29276698 0,94 3,5013519 KT
Lampiran 22. Tabel Anova Sifat Mekanis OSB MOE Kering Sejajar Serat SK DB JK KT Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
8 2 16 54 80
6147069229 2240530073 6970216756 11742965985 25609614681
768383654 1120265037 435638547 217462333
MOE Kering Tegak Lurus Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
1672802769 272355160 779817667 2473074295 5198049890
209100346 136177580 48738604 45797672
F-hit 2,83 3,64 1,41
F-hit 4,57 2,97 1,06
Pr>F 0,1727 tn 0,0129 * 0,5308 tn
Pr>F 0,0107 * 0,033 * 0,1703 tn
Pr>F 0,0003 ** 0,0596 tn 0,4101 tn
85
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
MOE Basah Sejajar Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
7764300160 1276455436 6936639717 5238144436 21215539749
970537520 10,01 638227718 6,58 433539982 4,47 97002675
MOE Basah Tegak Lurus Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
429669984,2 93172651,1 616432541,2 2339845679 3479120856
53708748 46586325,5 38527033,8 43330476
MOR Kering Sejajar Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
286907,7778 363244,5185 278249,2593 563955,333 1492356,889
195494,4444 40509,5556 103998,8889 237142,6667 577145,5556
F-hit 1,24 1,08 0,89
F-hit
35863,4722 3,43 181622,2593 17,39 17390,5787 1,67 10443,617
MOR Kering Tegak Lurus Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
F-hit
24436,8056 20254,7778 6499,9306 4391,5309
F-hit 5,56 4,61 1,48
Pr>F <.0001 ** 0,0049 ** <.0001 **
Pr>F 0,2946 tn 0,3486 tn 0,5844 tn
Pr>F 0,0029 ** <.0001 ** 0,0831 tn
Pr>F <.0001 ** 0,0141 * 0,1418 tn
86
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
SK Bambu Perekat Bambu*Perekat Error Total
MOR Basah Sejajar Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
321075,9506 28462,6914 282629,0864 389306,667 1021474,395
40134,4938 14231,3457 17664,3179 7209,383
MOR Basah Tegak Lurus Serat DB JK KT 8 2 16 54 80
DB 8 2 16 54 80
DB 8 2 16 54 80
66285,1358 10845,9506 117042,4938 264853,3333 459026,9136
8285,642 5422,9753 7315,9753 4909,6914
Internal Bond JK 49,7378321 25,31564691 69,8486198 180,7413333 325,6434543
KT 6,21722901 12,65782346 4,36554012 3,3470617
Kuat Pegang Sekrup JK 1550,418143 1091,782165 5738,616501 9710,9032 18091,72001
KT
193,802268 545,891083 358,663531 179,833154
F-hit 5,57 1,97 2,45
F-hit 1,69 1,1 1,49
F-hit 1,86 3,78 1,3
F-hit 1,08 3,04 1,99
Pr>F <.0001 ** 0,1488 tn 0,0073 **
Pr>F 0,1223 tn 0,2284 tn 0,1374 tn
Pr>F 0,0863 tn 0,029 * 0,2288 tn
Pr>F 0,3925 tn 0,0563 tn 0,0306 *
87
Lampiran 23. Rekapitulasi Penilaian OSB Terbaik Berdasarkan Sifat Fisis dan Mekanis KODE AAA ABA ACA BBB 3% BAB BCB CCC CAC CBC AAA ABA ACA BBB 4% BAB BCB CCC CAC CBC AAA ABA ACA BBB 5% BAB BCB CCC CAC CBC
KR
24 15 13 14 21 6 18 1 19 26 20 5 16 17 7 10 11 8 25 22 2 12 3 27 23 9 4
Faktor Penilaian KA DSA 2 DSA 24 TS 2 TS 24 MOEKSS MOEKTLS MOEBSS MOEBTLS MORKSS MORKTLS MORBSS MORBTLS IB KPS 21 27 6 8 5 18 13 7 12 9 10 14 12 23 6 15 19 18 23 16 20 8 19 14 25 19 16 25 8 23 9 14 26 22 9 23 16 24 15 27 9 25 23 18 12 5 7 14 17 11 17 20 23 13 20 18 19 24 27 4 18 8 8 10 12 23 16 26 17 5 11 23 16 16 2 26 2 12 24 21 21 12 27 26 26 24 26 26 19 26 20 13 26 5 26 27 25 6 16 21 16 18 18 26 1 3 3 6 1 26 6 2 22 27 7 25 27 2 11 21 24 25 16 13 14 8 5 24 18 19 14 14 15 8 9 22 22 9 11 9 13 23 25 7 13 12 11 15 22 15 23 20 19 6 10 9 11 22 14 9 17 6 4 5 1 6 9 21 24 3 17 12 5 6 22 2 6 6 14 17 17 5 21 18 18 22 19 8 23 6 20 22 19 25 13 14 12 1 5 13 7 10 9 21 8 7 24 22 12 16 26 24 12 4 23 15 9 20 22 24 23 21 27 10 8 5 7 9 20 15 25 25 3 18 12 13 20 21 21 25 7 1 4 25 27 24 1 4 3 2 26 8 1 6 14 27 27 25 27 22 19 7 15 4 1 22 1 17 20 3 1 4 3 2 7 1 7 19 13 5 23 5 2 11 3 16 23 16 1 3 14 17 16 10 18 3 9 10 7 11 8 8 11 11 4 2 20 2 8 16 4 12 13 4 10 4 10 14 17 20 22 15 21 20 10 21 13 3 5 22 18 6 19 18 25 27 4 10 24 3 27 10 7 13 18 21 11 24 7 21 14 3 17 25 11 17 17 20 24 19 15 17 10 19 13 26 11 12 11 19 15 5 9 15 27 2 2 15 15 12 16 6 11 1 4 8 3 4 17 24 10 13 10 3 2 4 5 1 2 15 1 7 14 2 20
TOTAL 215 283 285 253 232 324 282 190 245 255 196 175 272 198 275 249 164 245 131 196 135 229 232 278 247 149 113
88
Lampiran 24. Hasil Uji Lanjut Duncan Sifat Fisis OSB The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for KA NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 0.957788
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
0.925
0.973
1.005
1.027
1.045
1.059
1.071
9 Critical Range 1.080
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A
8.2067
9
A7
B B B B B B B B B B B B B
6.2789
9
A4
6.2033
9
A3
6.1989
9
A1
5.8089
9
A9
5.7967
9
A2
5.7578
9
A5
5.5789
9
A6
C
4.6067
9
A8
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A A A
6.4078
27
B1
5.8707
27
B2
5.8670
27
B3
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for KR NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 0.000742
89
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
.02574
.02708
.02796
.02860
.02909
.02948
.02980
9 Critical Range .03007
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A A A A A A A
B B B B B B B B B
C C C C C C C C C
D
Mean
N
bambu
0.72333
9
A3
0.71333
9
A9
0.71111
9
A8
0.70111
9
A4
0.70111
9
A5
0.69111
9
A6
0.68111
9
A7
0.67667
9
A2
0.64667
9
A1
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A A A
0.697778
27
B2
0.695556
27
B3
0.688519
27
B1
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for Pt2 NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 2.096174
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
1.368
1.439
1.486
1.520
1.546
1.567
1.584
9 Critical Range 1.598
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A
4.9422
9
A1
4.9422
9
A3
4.8856
9
A2
90
A A A A A A A A A A A A
4.7278
9
A9
4.2611
9
A6
4.1444
9
A7
3.8911
9
A8
3.8756
9
A5
3.8011
9
A4
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A A A
4.4378
27
B1
4.4367
27
B3
4.2826
27
B2
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for Pt24 NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 3.501352
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
1.769
1.860
1.921
1.964
1.998
2.025
2.047
9 Critical Range 2.066
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A A A
15.1378
9
A6
14.0589
9
A4
14.0256
9
A2
13.8411
9
A1
13.8267
9
A5
13.3044
9
A8
13.0622
9
A3
12.9833
9
A9
12.5422
9
A7
B B B B B B B B B B B B B B B Duncan Grouping
Mean
N
A
14.5393
27
perekat B1
91
B B B
13.2874
27
B2
13.1007
27
B3
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for dsa2 NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 1.529733
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
1.169
1.230
1.269
1.298
1.321
1.339
1.353
9 Critical Range 1.365
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B B
C C C C C C C C C C C C C
Mean
N
bambu
8.6178
9
A9
8.2611
9
A6
7.7700
9
A2
7.6256
9
A7
7.4711
9
A5
7.3933
9
A4
7.1478
9
A1
6.8767
9
A3
6.5678
9
A8
Duncan Grouping
Mean
N
A A A
7.9659
27
B2
7.5670
27
B1
7.0441
27
B3
B B B
perekat
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for dsa24 NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
92
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 13.63938
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
3.491
3.671
3.791
3.877
3.944
3.997
4.040
9 Critical Range 4.077
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A
30.384
9
A9
28.868
9
A6
28.131
9
A2
26.347
9
A1
26.330
9
A7
25.652
9
A5
25.387
9
A4
25.271
9
A3
20.898
9
A8
B B B B B B B B B B B B B
C Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A
27.303
27
B1
27.124
27
B2
B
24.662
27
B3
Lampiran 25. Hasil Uji Lanjut Duncan Sifat Mekanis OSB The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MOESK
93
NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 2.1746E8
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
13937
14660
15136
15482
15747
15959
16133
9 Critical Range 16279
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B B
C C C C C C C C C C C
D D D D D
Mean
N
bambu
85816
9
A9
81748
9
A1
80083
9
A8
79377
9
A3
77827
9
A2
73251
9
A7
68551
9
A4
64695
9
A5
57071
9
A6
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A
77637
27
B3
77457
27
B2
B
67712
27
B1
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MOESB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 97002675
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
9309
9791
10109
10340
10517
10659
10775
9 Critical Range 10873
94
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A A A
B B B B B B B
C C C C C C C
D D D D D
E E E E E
Mean
N
bambu
44292
9
A3
36662
9
A2
35363
9
A1
31906
9
A9
29359
9
A7
24618
9
A5
21881
9
A4
15342
9
A8
12449
9
A6
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A
33374
27
B3
B B B
26656
27
B2
23927
27
B1
Duncan's Multiple Range Test for MOETLK NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 45797672
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
6396
6728
6946
7105
7227
7324
7404
9 Critical Range 7471
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
B B B B B B B
D D D D D D D
A A A A A A A
C C C C C C C
Mean
N
bambu
35617
9
A8
34068
9
A5
31372
9
A9
29774
9
A4
27532
9
A1
26526
9
A7
23791
9
A2
95
D D D D
22732
9
A3
22605
9
A6
Duncan Grouping
Mean
N
A A A
29975
27
B2
29005
27
B3
25692
27
B1
B B B
perekat
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MOETLB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 43330476
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
6221
6544
6756
6911
7029
7124
7202
9 Critical Range 7267
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A A A A A A A A A
21548
9
A1
20221
9
A6
18818
9
A5
18267
9
A8
17765
9
A9
15947
9
A4
15088
9
A7
14921
9
A2
14917
9
A3
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A A A
18687
27
B3
17722
27
B1
16088
27
B2
96
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MORSK NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 10443.62
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
96.6
101.6
104.9
107.3
109.1
110.6
111.8
9 Critical Range 112.8
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B B
C C C C C C C C C C C
Mean
N
bambu
555.00
9
A9
523.33
9
A1
509.22
9
A2
468.11
9
A8
464.78
9
A7
444.44
9
A3
418.11
9
A4
394.67
9
A5
359.67
9
A6
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A
529.33
27
B3
480.48
27
B2
B
369.30
27
B1
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MORSB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 7209.383
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
80.25
84.41
87.15
89.14
90.67
91.89
92.89
9 Critical Range
97
93.73
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A
253.44
9
A3
247.22
9
A2
213.56
9
A1
188.67
9
A9
186.56
9
A7
142.78
9
A5
126.44
9
A4
90.22
9
A8
63.89
9
A6
B B B B B B B B B
C C C C C C C
Duncan Grouping
Mean
N
perekat
A A A A A
194.52
27
B3
156.63
27
B1
153.11
27
B2
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MORTLK NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 4391.531
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
62.63
65.88
68.02
69.57
70.77
71.72
72.50
9 Critical Range 73.16
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A
422.22
9
A8
B B B B B
327.22
9
A1
325.56
9
A9
318.78
9
A5
98
B B B B B B B B C
315.67
9
A7
314.78
9
A4
313.89
9
A3
308.11
9
A2
215.11
9
A6
Duncan Grouping
Mean
N
A A A
345.41
27
B3
317.74
27
B2
290.63
27
B1
B B B
perekat
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for MORTLB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 4904.691
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
66.19
69.62
71.88
73.52
74.79
75.79
76.62
9 Critical Range 77.31
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A
256.89
9
A1
215.00
9
A9
212.67
9
A2
203.22
9
A3
188.67
9
A8
181.56
9
A5
180.11
9
A4
171.44
9
A6
153.00
9
A7
B B B B B B B B B B B B B B B
Duncan Grouping
Mean
N
A A
211.63
27
perekat B3
99
A A A
191.67
27
B1
184.22
27
B2
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for IB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 54 Error Mean Square 3.347062
Number of Means
2
3
4
5
6
7
8
1.729
1.819
1.878
1.921
1.954
1.980
2.002
9 Critical Range 2.020
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A A A
6.8856
9
A2
6.0689
9
A9
5.6122
9
A3
5.5500
9
A8
5.3356
9
A1
5.1978
9
A5
4.8689
9
A6
4.3233
9
A7
4.2389
9
A4
B B B B B B B B B B B B B B B Duncan Grouping
Mean
N
A A A
6.0215
27
B3
5.3533
27
B2
4.6522
27
B1
B B B
perekat
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for KPS NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha Error Degrees of Freedom
0.05 54
100
Error Mean Square
Number of Means
179.8315
2
3
4
5
6
7
8
12.67
13.33
13.76
14.08
14.32
14.51
14.67
9 Critical Range 14.80
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Duncan Grouping
Mean
N
bambu
A A A A A A A A A A A A A A A A A
76.277
9
A1
75.872
9
A9
73.491
9
A5
71.918
9
A4
71.274
9
A3
68.881
9
A2
65.900
9
A6
65.278
9
A7
63.580
9
A8
Mean
N
B B B
perekat A A A
74.245
27
B1
71.187
27
B2
65.392
27