OPTIMASI KADAR PEREKAT PADA BRIKET LIMBAH BIOMASSA
OLEH: RAYADEYAKA RADITYA RISEANGGARA F 14103110
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
3
OPTIMASI KADAR PEREKAT PADA BRIKET LIMBAH BIOMASSA
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
RAYADEYAKA RADITYA RISEANGGARA F 14103110
Dilahirkan di Bekasi Pada tanggal 15 Oktober 1985
4
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
OPTIMASI KADAR PEREKAT PADA BRIKET LIMBAH BIOMASSA
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
RAYADEYAKA RADITYA RISEANGGARA F 14103110
Dilahirkan di Bekasi Pada tanggal 15 Oktober 1985 Tanggal lulus:
Menyetujui, Bogor,
Januari 2008
Ir. Sri Endah Agustina, MS Dosen Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen TEP
5
Rayadeyaka Raditya Riseanggara. F14103110. Optimasi Kadar Perekat Pada Briket Limbah Biomassa. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS. 2008.
RINGKASAN
Kebutuhan energi dalam berbagai sektor di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan populasi dan ekonomi nasional. Selama ini sumber energi yang digunakan di Indonesia masih banyak menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan, seperti bahan bakar minyak. Hal ini dapat memicu tingginya subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah apabila harga minyak dunia mengalami lonjakan harga seperti pada saat ini yang hampir mencapai 100 US$/barrel. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif, terutama sumber-sumber energi terbarukan. Pada blue print pengelolaan energi nasional 2005-2025, kebijakan energi Indonesia memiliki sasaran antara lain pada tahun 2025 akan tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi 26.2%, gas bumi meningkat menjadi 30.6%, batubara meningkat menjadi 32.7% (termasuk briket batubara), panas bumi meningkat menjadi 3.8%, dan energi terbarukan meningkat menjadi 15% (Agustina, 2007). Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan adalah biomassa. Potensi biomassa pada tahun 2004 tercatat setara dengan 49.81 GW namun kapasitas terpasang hanya 302.4 MW (www.esdm.go.id). Limbah-limbah biomassa seperti sekam, serbuk gergaji, dan ampas jarak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan cara dikempa menjadi briket. Berdasarkan pertimbangan bahwa briket akan diproduksi dan digunakan di pedesaan, maka seyogyanya teknologi (bahan dan alat) yang digunakan adalah teknologi sederhana. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bahan perekat yang digunakan adalah pati ubi kayu (aci) dan alat pengempa yang digunakan adalah alat pengempa tipe manual. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2007 hingga Juli 2007 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian dan Laboratorium Surya, IPB. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah korelasi antara kadar perekat dengan kemudahan briket terbakar, korelasi antara kadar abu briket dengan nilai kalor briket, korelasi antara kadar air briket dengan kemudahan briket terbakar, korelasi antara kadar perekat dengan kerapatan briket, korelasi kerapatan briket dengan laju pembakaran briket, korelasi antara komposisi kadar dengan kualitas pembakaran briket (asap, bau dan api), korelasi antara kadar perekat dengan nilai kalor briket, dan korelasi antara kadar perekat dengan kekuatan tekan briket. Berdasarkan analisis tersebut, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut. Briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% dengan kadar abu 45.53% - 52.26% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket arang sekam
6
jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket arang sekam memerlukan konveksi paksa ketika digunakan. Nilai kalor briket arang sekam yang dihasilkan berada antara 3150.2 kal/gram - 3729.1 kal/gram. Kadar perekat optimum adalah 37.5%, dengan nilai kalor 3729.1 kal/gram, memerlukan 4 menit 28 detik untuk mulai terbakar, dan laju pembakaran 3.87 gram/menit. Briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 50%, 54.55%, 58.33% dan 61.54% dengan kadar abu 1.03% - 1.185% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket serbuk gergaji jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket serbuk gergaji menghasilkan banyak asap ketika dibakar. Namun briket serbuk gergaji dapat digunakan pada industri kecil yang menggunakan tungku biomassa dengan cerobong asap, seperti industri kecil tahu. Nilai kalor briket serbuk gergaji yang dihasilkan berada antara 3943 kal/gram - 4144 kal/gram. Kadar perekat optimum adalah 54.55%, dengan nilai kalor 4144 kal/gram. Briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% dengan kadar abu 4.95% - 5.33% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket ampas jarak jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket ampas jarak menghasilkan banyak asap dengan bau yang menusuk ketika dibakar. Briket ampas jarak layak digunakan pada industri kecil yang menggunakan tungku biomassa dengan cerobong asap, seperti industri kecil tahu. Namun perlu diperhitungkan tingkat ketersediaan bahan baku ampas jarak di wilayah sekitar industri keci tersebut untuk menjamin kontinyuitas produksi. Nilai kalor briket ampas jarak yang dihasilkan berada antara 3510.5 kal/gram – 4000.5 kal/gram. Kadar perekat terbaik adalah 5%, dengan nilai kalor 4000.5 kal/gram,kekuatan tekan 695 kg/cm2, dan hanya memerlukan 10 detik untuk mulai terbakar.
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 15 Oktober 1985. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan masa Taman KanakKanak di TK Gembira pada tahun 1990-1991. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan di SDN Kemang Raya Bekasi hingga kelas IV SD sebelum pindah sekolah dan melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Cipinang Melayu 04 Pagi hingga lulus tahun 1997 di Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 109 Jakarta pada tahun 1997 dan lulus tahun 2000. Penulis menempuh pendidikan menengah umum di SMUN 12 Jakarta pada tahun 2000 hingga lulus tahun 2003. Penulis masuk ke IPB melalui jalur penerimaan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih Departemen Teknik Pertanian, bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian sebagai staf Departemen Minat dan Bakat. Penulis juga sempat bergabung dengan klub robot Teknik Pertanian dan mengikuti lomba Kontes Robot Cerdas Indonesia. Pada tahun 2006, penulis melakukan Praktik lapangan di PTPN VIII Unit Usaha Bekri dengan laporan berjudul “Mempelajari Proses Produksi dan Pengolahan Kelapa Sawit serta Penggunaan Energi di PTPN VII Unit Usaha Bekri.” Penulis memiliki hobi membaca buku, baik buku fiksi maupun non fiksi. Selain membaca buku, penulis juga memiliki hobi bermain tenis. Di samping dua hal tersebut, penulis sering meluangkan waktunya untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan dan menyalurkan minatnya di bidang sinematografi.
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, kemudahan dan ridho-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi Komposisi Jumlah Perekat Pada Limbah Biomassa” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir program sarjana untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan ada seperti sekarang. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ir. Sri Endah Agustina, MS selaku dosen pembimbing akademik atas segala arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan yang tak terhingga selama penulis menjadi mahasiswa. 2. Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, MSi dan Ir. Mad Yamin,MT selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan untuk skripsi ini, 3. Kedua orang tua, ayah dan ibu, terima kasih atas limpahan cinta dan kasih sayang yang tak pernah terhenti, kepercayaan dan kesabaran yang luar biasa, nasihat dan filosofinya dalam menjalani hidup, serta doanya yang tak kunjung putus. Maaf jika selama ini ananda belum pernah membuat ayah dan ibu bangga. 4. Kakakku, Widya Andharie Rahastera, yang selalu memberikan inspirasi agar menjalani pilihan hidup kita sendiri. 5. Rekan-rekan yang telah banyak membantu selama menyelesaikan penelitian : Sulikah, Dewi, Amna, Isti, dan Echi. 6. Seluruh Dosen EEP terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan, baik ketika presentasi usulan penelitian maupun setelahnya. 7. Pak Harto dan Mas Firman yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 8. Teman-teman lab EEP 40, terimakasih untuk bantuan dan sarannya.
9
9. Teman-teman seperjuangan: Reza, Riyan, Ari, dan Ajid, atas waktu berbagi tawa dan canda selama di IPB. 10. Teman-teman di klub robot AERS : Ridwan, Basuki, Renato, Mas Slamet, Ichsan, Deni, dan Ale, atas kenangan dan ilmunya. 11. Teman-teman TEP 40 terima kasih atas kenangan manisnya selama kuliah. 12. Teman-teman Darmaga Regensi B4: Vitas dan Widhi, terimakasih atas semangat kebersamaan dan persahabatannya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi yang memerlukan dan bagi penulis khususnya.
Bogor,
Januari 2008
Penulis
10
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biomassa ...................................................................................................
3
B. Biomassa Sebagai Sumber Energi .............................................................
3
C. Teknologi Konversi Biomassa Menjadi Energi .........................................
6
D. Densifikasi ................................................................................................
9
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 18 B. Metoda Penelitian ...................................................................................... 20 C. Metode Perhitungan Data dan Analisis Data ............................................ 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kelayakan Briket Limbah Biomassa Sebagai Bahan Bakar ..................... 27 B. Briket Arang Sekam......................................................................................30 C. Briket Serbuk Gergaji ................................................................................ 39 D. Briket Ampas Jarak .................................................................................. 47 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 57 B. Saran .......................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60 LAMPIRAN ..................................................................................................... 57
11
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Potensi beberapa jenis limbah biomassa di Indonesia ................................ 4 2. Nilai kalori limbah kayu dan kulit kayu dengan berbagai kadar air............. 5 3. Perbandingan nilai kalor (kJ/kg) beberapa jenis briket biomassa................ 10 4. Hasil uji pembakaran briket ....................................................................... 15 5. Nilai rata-rata sifat fisik dan kimia briket arang ....... ................................. 16 6. Data percobaan pengempaan briket arang sekam dengan kadar perekat 61.54% (perbandingan perekat : bahan baku = 8 : 5)... ............................... 20 7. Perbandingan kadar perekat dan bahan baku briket arang sekam ................ 20 8. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket arang sekam ..................... 28 9. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket serbuk gergaji ....... ........... 29 10. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket ampas jarak ...................... 30
12
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pilihan alur konversi limbah biomassa .......................................................
7
2. Bagan alir prosedur umum pembuatan briket ............................................. 11 3. (a) Piston press ........................................................................................... 13 3. (b) Rotary ring disc press ........................................................................... 13 3. (c) Conical screw press ............................................................................... 13 3. (d) Screw press dengan mantel pemanas .................................................... 14 4. Bagan alir prosedur pembuatan briket biomassa ........................................ 23 5. Bagan alir prosedur pengujian (uji pembakaran) briket biomassa .............. 24 6. Cairan yang keluar saat pengempaan .......................................................... 31 7. Briket arang sekam ..................................................................................... 32 8. Grafik rataan kadar abu briket arang sekam ............................................... 33 9. Grafik rataan kadar air briket arang sekam.................................................. 34 10. Grafik rataan kerapatan briket arang sekam ............................................... 35 11. Grafik rataan laju pembakaran briket arang sekam .................................... 35 12. Pembakaran briket arang sekam ................................................................. 37 13. Grafik rataan nilai kalor briket arang sekam ............................................... 37 14. Grafik rataan uji tekan briket arang sekam ................................................. 39 15. Briket serbuk gergaji ................................................................................... 40 16. Grafik rataan kadar abu briket serbuk gergaji ............................................. 41 17. Grafik rataan kadar air briket serbuk gergaji .............................................. 42 18. Grafik rataan kerapatan briket serbuk gergaji ............................................. 43 19. Grafik rataan laju pembakaran briket serbuk gergaji .................................. 43 20. Pembakaran briket serbuk gergaji ............................................................... 45 21. Grafik rataan nilai kalor briket serbuk gergaji ............................................ 46 22. Grafik rataan uji tekan briket serbuk gergaji .............................................. 47 23. Ampas jarak yang digunakan sebagai bahan baku briket ........................... 48 24. Briket ampas jarak dengan komposisi perekat berlebih ............................. 49 25. Briket ampas jarak ...................................................................................... 50 26. Grafik rataan kadar abu briket ampas jarak ................................................ 51 27. Grafik rataan kadar air briket ampas jarak .................................................. 52
13
28. Grafik rataan kerapatan briket ampas jarak ................................................ 53 29. Grafik rataan laju pembakaran briket ampas jarak ..................................... 53 30. Uji kecepatan pembakaran awal briket ampas jarak.................................... 54 31. Grafik rataan nilai kalor briket ampas jarak ................................................ 55 32. Grafik rataan uji tekan briket ampas jarak .................................................. 56
14
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data percobaan pembuatan briket arang sekam ......................................... 62 2. Data percobaan pembuatan briket serbuk gergaji ........................................ 66 3. Data percobaan pembuatan briket ampas jarak ......................................... 70 4. Gambar-gambar peralatan untuk pengujian yang digunakan selama percobaan.......................................................................................................... 73 5. Gambar alat pengempa semi mekanis dan alat pengempa mekanis yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB.............................................................................. 75
15
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan energi dalam berbagai sektor di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan populasi dan ekonomi nasional. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber energi seperti bahan bakar minyak, matahari, biomassa, angin, air, dan lain-lain. Selama ini sumber energi yang digunakan di Indonesia masih banyak menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan, seperti bahan bakar minyak. Hal ini dapat memicu tingginya subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah apabila harga minyak dunia mengalami lonjakan harga seperti pada saat ini yang hampir mencapai 100 US$/barrel. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif, terutama sumber-sumber energi terbarukan. Pengalihan sumber energi yang berasal dari bahan bakar minyak ke sumber energi terbarukan diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan kepada minyak bumi, apalagi mengingat potensinya yang cukup melimpah di Indonesia. Pada blue print pengelolaan energi nasional 2005-2025, kebijakan energi Indonesia memiliki sasaran antara lain pada tahun 2025 akan tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi 26.2%, gas bumi meningkat menjadi 30.6%, batubara meningkat menjadi 32.7% (termasuk briket batubara), panas bumi meningkat menjadi 3.8%, dan energi terbarukan meningkat menjadi 15% (Agustina, 2007). Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan adalah biomassa. Potensi biomassa pada tahun 2004 tercatat setara dengan 49.81 GW namun kapasitas terpasang hanya 302.4 MW (www.esdm.go.id). Biomassa merupakan hasil fotosintesis tumbuhan beserta hasil turunannya. Pemilihan biomassa sebagai bahan bakar memiliki nilai lebih karena bersifat green energy. Pembakaran biomassa dinilai tidak mengganggu lingkungan karena biomassa dapat ditanam kembali (renewable) dan CO2 hasil pembakaran akan diserap kembali oleh tanaman (zero emission). Limbah biomassa dapat
16
diperoleh dari hasil sampingan dari suatu industri perkebunan, hasil pertanian, maupun industri yang memanfaatkan bahan baku yang berasal dari hutan. Beberapa potensi limbah biomassa tersebut antara lain potensi limbah sekam padi yang mencapai 280 kg/ton gabah, batang padi 5000 kg/ton gabah, serat dan cangkang kelapa sawit 420 kg/ton CPO, dan batang pohon ubi kayu 800 kg/ton ubi kayu (Agustina, 2006). Selain itu, limbah kayu seperti serbuk gergaji dan serutan kayu dengan kadar air 15% memiliki nilai kalor 15.9 MJ/kg (Phillip, 1980 dalam Nuryadin Budiman,1990). Pemanfaatan limbah biomassa juga merupakan salah satu solusi mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah biomassa dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar, dikonversi terlebih dahulu menjadi arang, atau dikempa terlebih dahulu menjadi briket. Tujuan pengempaan adalah memperoleh kualitas pembakaran yang lebih baik dan kemudahan dalam penggunaan serta penanganannya. Optimasi kadar perekat dan limbah biomassa pada pembuatan briket merupakan salah satu faktor penting dalam pembuatan briket. Penambahan kadar perekat pada pembuatan briket akan meningkatkan nilai kalor briket tersebut karena penambahan unsur karbon. Namun apabila pemberian jumlah perekat berlebihan, maka akan mempengaruhi kemudahan pembakaran briket tersebut karena pori-pori briket terisi bahan perekat dan briket menjadi terlalu padat. Kadar perekat pada briket limbah biomassa juga akan dipengaruhi oleh jenis limbah biomassa tersebut. Sebagai bahan bakar yang akan dipakai untuk rumah tangga pedesaan, jumlah asap hasil pembakaran briket juga harus direduksi seminimal mungkin. Oleh karena itu, optimasi kadar perekat pada pembuatan briket limbah biomassa sebagai bahan bakar perlu dilakukan.
B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang dilakukan adalah menentukan kadar perekat optimum yang dibutuhkan pada pembuatan briket dari berbagai jenis limbah biomassa (arang sekam, ampas jarak,dan serbuk gergaji), agar diperoleh kualitas briket (sebagai bahan bakar) yang terbaik.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak (Abdullah, et al. 1998). Menurut Abdullah, et al. (1998), selain digunakan untuk tujuan primer (serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak/lemak, bahan bangunan dan sebagainya), biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian merupakan sumber energi yang tertua. Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan, dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi andalan penghasil devisa negara.
B. Biomassa Sebagai Sumber Energi Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (sustainable). Selain itu biomassa dapat dijumpai di hampir seluruh permukaan bumi serta tidak membutuhkan biaya investasi yang tinggi untuk eksplorasinya. Biomassa sebagai sumber energi di Indonesia umumnya diperoleh dari areal hutan (limbah, tebangan, patahan cabang dan ranting serta tumbuhan bawah tanaman pokok pada hutan produksi tetap), pertanian (limbah pertanian), perkebunan (pohon/tanaman yang diremajakan, limbah pasca panen dan limbah pengolahan), areal pemukiman (pohon, tanaman kayu, tinja dan sampah), peternakan (kotoran ternak) dan limbah dari beberapa jenis industri. Potensi beberapa jenis limbah biomassa di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
18
Potensi limbah kayu dan nilai kalor yang dikandungnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Potensi beberapa jenis limbah biomassa di Indonesia No
Komoditi/produk
Tipe limbah biomassa
Potensi limbah
1
Padi (gabah)
Batang padi
5000 kg/ton gabah
2
Beras
Sekam padi
280 kg/ton gabah
3
CPO
Pelepah daun
24.84 ton/Ha
4
CPO
Tandan kosong (FEB)
200 kg/ton FFB
5
CPO
Serat dan cangkang
420 kg/ton CPO
6
CPO
Kayu (replanting)
74.5 ton/Ha replanting
7
CPO
Lumpur sawit
NA
8
Jagung
Bonggol jagung
NA
9
Ubi kayu
Batang pohon
800 kg/ton ubi kayu
10
Gula tebu
Bagas
280 kg/ton gula
11
Kayu
Serbuk gergaji
NA
12
Kelapa
Serat
280 kg/ton kelapa
13
Kelapa
Batok kelapa
150 kg/ton kelapa
14
Karet
Kayu (peremajaan)
1500 m3/ Ha peremajaan
15
Kakao
Kulit buah kakao
NA
16
Kopi
Daging buah & kulit kopi
NA
17
Minyak jarak
Kulit/daging buah
NA
18
Minyak jarak
Cangkang buah
NA
19
Minyak jarak
Getah
NA
20
Minyak jarak
Ampas jarak
700 kg/ton biji jarak
Sumber : Agustina, 2006
19
Tabel 2. Nilai kalori limbah kayu dan kulit kayu dengan berbagai kadar air Produk
Kadar Air (%)
Nilai kalori (MJ/kg)
Bubuk kayu (papan)
8
17.9
Bubuk kayu (kayu padat)
12
16.6
Serbuk gergaji (papan)
10
17.6
Serbuk gergaji (kayu padat)
15
15.9
Serutan kayu (shaving)
15
15.9
Kepingan kayu (wood chip)
15
15.9
Balak kering-udara
20
15.3
Balak basah
60
10.7
Kulit kayu
60
10.5
Sumber : Phillip, 1980 dalam Nuryadin Budiman,1990
Serbuk gergaji merupakan salah satu sisa proses penggergajian dan dikategorikan sebagai hasil samping. Hasil samping penggergajian adalah kayu yang tersisa akibat proses penggergajian yang bentuknya dapat berupa serbuk gergaji (sawdust), sabetan (slabs), potongan-potongan (trims) dan serutan (skaring). Ruhendi dkk. (1989) dalam Yanda (1999) mengemukakan bahwa serbuk gergaji sebenarnya merupakan bahan organik potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan semai karena dapat menyokong pertumbuhan akar dan juga mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Manan (1989) dalam Yanda (1999), penggunaan serbuk gergaji yang dapat ditemukan dalam bentuk aslinya adalah : 1. Untuk bahan bakar pembangkit uap atau untuk pemanas di musim dingin 2. Di bidang pertanian untuk menggemburkan tanah maupun pupuk 3. Di bidang peternakan untuk lantai kandang ternak 4. Untuk menyerap/pembersih lantai di pasar ikan, ruangan mesin 5. Untuk pembersih atau pengering lantai, pembersih meubel dan lain-lain Serbuk gergaji ini umumnya memiliki nilai C/N yang tinggi (500%), persentase nitrogen berat kering 0.1% dan kemampuan menahan air,
20
kandungan lignin tinggi serta jumlah mikroorganisme yang terbatas sehingga perlu perlakuan bila dikomposkan (Cull, 1981 dalam Miller dan Jones, 1995). Arang sekam adalah sekam yang telah mengalami proses pengarangan. Menurut Nugraha dan Setiawati, sekam memiliki kerapatan jenis 125 kg/m3 dan nilai kalor 3300 kkal/kg sekam. Tujuan dilakukan pengarangan pada sekam adalah untuk mengurangi asap pembakaran, mempermudah penyimpanan, dan meningkatkan kadar karbon (C). Selain itu, pengarangan pada sekam akan memudahkan proses pengempaan sehingga dapat menghasilkan briket yang utuh (tidak mudah terpisah). Apabila tidak dilakukan pengarangan pada sekam, maka proses pengempaan akan sulit menyatukan sekam menjadi briket tanpa ada perlakuan lain seperti proses pemanasan yang disertai pengempaan secara bersamaan. Produk utama dari tanaman jarak adalah minyak. Namun, kadar minyak dalam biji jarak pagar hanya 25-35%. Dengan demikian masih terdapat potensi sebesar 75-65% yang dapat dimanfaatkan dari buah jarak. Sisa bahan berupa ampas dan sludge dapat dimanfaatkan untuk membuat produk yang bernilai ekonomi tinggi, seperti pupuk organik dan pakan ternak. Ampas dan sludge dapat dijadikan briket, yaitu bahan bakar berwujud padat, atau disebut dengan bio-briquette. Menurut Rivaie (2006), ampas biji jarak pagar (seed cake) sebagai hasil samping pengolahan biji jarak pagar menjadi minyak jarak kasar (Crude Jatropha Oil) merupakan sumber pupuk organik yang potensial. Ampas biji jarak mengandung N yang tinggi (4.44%), P (2.09%), dan K (1.8%)
C. Teknologi Konversi Biomassa Menjadi Energi Berbagai alternatif jalur konversi yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi dapat dilihat dalam diagram pada Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat pula bahwa biomassa dan limbah biomassa dapat dikonversikan menjadi berbagai bentuk energi yaitu listrik, mekanis dan panas. Bagian yang berwarna pada Gambar 1 merupakan alur konversi dan bentuk energi yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan limbah biomassa yang telah didensifikasi (briket) terlebih dahulu.
21
Engine/motor Mikrobiologis
Generator
Gas Energi listrik Turbin
Gasifikasi
Biomassa/Limbah Biomassa Energi mekanik Pirolisis
Arang Tungku/Kompor Tar
Pembakaran langsung
Densifikasi
Energi panas
Bahan bakar padatan
Boiler Uap
Gambar 1. Pilihan alur konversi limbah biomassa
Engine/Turbin Uap
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin panjang jalur konversi yang ditempuh, maka makin kecil efisiensi konversi biomassa tersebut menjadi energi. Hal ini disebabkan tiap tahap konversi mempunyai efisiensi kurang dari 100%. Sebagai contoh, konversi biomassa menjadi energi panas dengan cara pembakaran langsung dalam tungku dapat mencapai lebih dari 40%. Tetapi konversi biomassa menjadi energi listrik melalui konversi gasifikasi hanya dapat mencapai efisiensi ± 17% (Abdullah, et al. 1998). Densifikasi menghasilkan bahan bakar padatan yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan tungku maupun boiler agar menghasilkan energi panas. Bahan bakar yang dibakar dengan boiler akan menghasilkan uap yang diteruskan ke turbin uap agar menghasilkan energi mekanik. Apabila dari turbin uap diteruskan ke generator, maka energi yang dihasilkan adalah energi listrik.
C.1. Teori Dasar Pembakaran Bahan Bakar Padat Pembakaran adalah konversi klasik biomassa menjadi energi panas. Dalam hal ini biomassa digunakan sebagai bahan bakar pada bentuk aslinya atau setelah mengalami perbaikan sifat fisik dalam bentuk bahan bakar padat. Energi panas yang dihasilkan selain dapat langsung dimanfaatkan untuk proses panas, juga dapat diubah menjadi bentuk energi lain (listrik, mekanis) dengan menggunakan jalur konversi yang lebih panjang (Abdullah, et al. 1998). Pada prinsipnya pembakaran adalah reaksi sesuatu zat dengan oksigen (O2) dan menghasilkan energi. Bahan bakar umumnya adalah merupakan suatu senyawa hidrokarbon. Semakin besar energi yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut maka semakin baik fungsinya sebagai bahan bakar. Secara umum, pembakaran biomassa dengan oksigen memiliki persamaan reaksi sebagai berikut: CH1.4O0.6 + 1.05 O2 ----------> CO2 + 0.7 H2O ...................................(1) Menurut Abdullah, et al. (1998), besarnya energi yang dihasilkan oleh pembakaran suatu bahan bakar tergantung pada (a) jumlah karbon yang dikandung dan bentuk senyawanya, (b) sempurna atau tidaknya pembakaran
tersebut, dan (c) terjadinya pembakaran habis. Masing-masing faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut : C.1.1. Kandungan Karbon Semakin besar kandungan karbon dalam suatu bahan, makin baik fungsi bahan tersebut sebagai bahan bakar karena akan menghasilkan energi yang lebih besar. C.1.2. Pembakaran Sempurna Pembakaran disebut sempurna bila seluruh unsur karbon yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan hanya CO2. Pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan zat arang (C), gas CO, atau CO2. C.1.3. Pembakaran Habis Pembakaran bahan bakar disebut pembakaran habis (habis terbakar) bila seluruh karbon dalam bahan bakar tersebut bereaksi dengan oksigen. C.2. Syarat Bahan Bakar Menurut Duff dan Ravindranath (1992) dalam Febriyantika (1998), syarat-syarat bahan bakar yang dapat digunakan di sektor rumah tangga maupun industri adalah : 1. Mudah digunakan 2. Tidak mengeluarkan asap yang berlebihan dan tidak berbau 3. Tidak mudah pecah dalam penanganan 4
Kedap air dan tidak berjamur atau tidak mengalami degradasi
5. Kandungan abunya rendah (kurang dari 7% berat kering), dan 6. Harga dapat bersaing dengan bahan bakar lain.
D. Densifikasi Menurut Abdullah, et al. (1998), densifikasi atau pengempaan dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki sifat suatu bahan agar mudah dalam penanganan maupun penggunaannya. Hasil pengempaan umumnya disebut briket.
ii
Dalam proses pembuatan briket, bahan baku (dalam hal ini adalah biomassa atau limbah biomassa), dikempa dengan tekanan tertentu sehingga diperoleh dengan kepadatan yang dikehendaki. Umumnya yang diolah dengan proses ini adalah bahan yang ukuran partikelnya kecil, berbentuk serbuk atau berbentuk lainnya yang mengakibatkan penanganan maupun penggunaannya sebagai bahan bakar kurang disukai. Sebagai contoh adalah serbuk gergaji, sekam, rumput dan daun-daunan, bagase dan sebagainya. Hasil pengempaan biomassa atau limbah biomassa disebut briket biomassa. Nilai kalor berbagai jenis briket biomassa atau bio-briquette dapat dilihat pada Tabel 3. Pada pembuatan briket umumnya bahan baku dicampur dengan bahan perekat terlebih dahulu sebelum dikempa. Proses pengempaan kadang-kadang juga dilakukan bersamaan dengan pemanasan seperti pada alat extruder untuk pengolahan pangan. Setelah pengempaan dilakukan pengeringan untuk menurunkan kadar air briket yang dihasilkan. Bagan alir prosedur umum pembuatan briket dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 3. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis briket biomassa dan limbah biomassa No
Jenis briket dan biomassa
Nilai kalor (kJ/kg)
1
Briket bagasse
17 638
2
Briket ampas jarak (B2TE-BPPT)
16 399
3
Briket ampas jarak (Tracon Ind)
16 624
4
Briket arang ampas jarak
19 724
5
Briket serbuk gergaji
18 709
6
Kayu bakar (jenis akasia)
17 270
7
Arang batok kelapa
18 428
8
Bonggol jagung
15 455
9
Briket arang bonggol jagung
20 174
10
Briket limbah lumpur sawit
10 896
11
Getah jarak (gum)
23 668
12
Briket alang-alang
16 247
Sumber: Agustina, 2007
iii
Bahan baku
Pengempaan
Karbonisasi
Pengeringan
Sortasi dan Penggilingan
Briket
Pencampuran dengan perekat Gambar 2. Bagan alir prosedur umum pembuatan briket
Densifikasi juga dapat dilakukan pada bahan berupa arang, dan hasilnya disebut briket arang. Briket arang dapat dibuat dari arang atau bahan baku yang kemudian diarangkan. Beberapa cara pembuatan briket arang adalah sebagai berikut : (a) densifikasi (pengempaan) bahan menjadi briket, disusul dengan karbonisasi pada tekanan sedang, (b) pengempaan bahan dan karbonisasi secara serentak, (c) pengempaan campuran arang dan bahan menjadi briket, disusul dengan karbonisasi, (d) pengempaan campuran arang dan bahan perekat menjadi briket, disusul oleh pengeringan. Menurut Abdullah, et al (1998), beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses densifikasi (pengempaan), yaitu : (a) kondisi bahan baku, (b) perekat, (c) tekanan pengempaan, (d) alat/mesin pengempa, (e) karbonisasi, (f) mutu briket yang dihasilkan. Masing-masing faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut: a. Kondisi Bahan Sebelum dilakukan pengempaan, terlebih dahulu perlu dilakukan beberapa perlakuan terhadap bahan baku. Perlakuan tersebut tergantung pada keadaan dan jenis bahan yang akan diproses. Perlakuan terhadap bahan baku sebelum pengempaan antara lain adalah sortasi, penggilingan dan pengeringan. Masing-masing perlakuan dijelaskan sebagai berikut :
iv
1. Sortasi Sortasi perlu dilakukan untuk memisahkan bahan dari benda asing seperti batu, metal dan sebagainya. 2. Penggilingan Penggilingan
dilakukan
apabila
ukuran
bahan
tidak
memungkinkan untuk dikempa dan perlu direduksi ukurannya (misal arang ranting kayu). Penggilingan juga bertujuan untuk menyeragamkan ukuran bahan sehingga memudahkan proses pengempaan. 3. Pengeringan Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air bahan yang terlalu tinggi. b. Perekat Dalam pembuatan briket sering dibutuhkan campuran perekat. Ada dua golongan perekat, yaitu perekat yang berasap (tar, pitch, molase), dan perekat yang kurang atau tidak berasap (pati, dekstrin tepung beras). Untuk briket bahan bakar yang dikonsumsi untuk bahan bakar rumah tangga dibutuhkan bahan perekat yang kurang atau tidak berasap. Umumnya digunakan pati. Kadar perekat dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena akan berakibat penurunan mutu briket sebagai bahan bakar dan sering menimbulkan asap. Kadar perekat yang digunakan untuk briket arang umumnya tidak lebih dari 5%. c. Tekanan Pengempa Pada proses pengempaan, besarnya tekanan per satuan luas yang dikenakan terhadap bahan yang didensifikasi, penting untuk diperhatikan. Besarnya tekanan pengempaan akan berpengaruh terhadap densitas dan porositas briket yang dihasilkan, dan lebih lanjut akan berpengaruh terhadap efisiensi pembakaran sebagai bahan bakar. Briket yang terlalu padat akan sulit terbakar. Sedangkan briket yang kurang padat (porositas yang sangat tinggi) akan mengakibatkan briket terurai pada saat pembakaran (ditunjukkan oleh percikan bara dan mengakibatkan kesan kurang bersih) meskipun laju pembakaran cepat.
v
Dengan demikian dibutuhkan tekanan pengempaan yang tepat dan ini ditentukan oleh jenis bahan yang didensifikasi. d. Alat/Mesin Pengempa Beberapa alat atau mesin pengempa yang dapat digunakan untuk densifikasi dibedakan atas 4 jenis, yaitu : (a) Piston press, (b) Conical screw press, (c) Screw press dengan mantel pemanas, (d) Rotary ring disc press. Selain itu, ada pula alat pengempa tipe manual (Lampiran 4) dan semi mekanis (Lampiran 5). Beberapa alat atau mesin pengempa dapat dilihat pada Gambar 3(a), 3(b), 3(c), dan 3(d) berikut.
Gambar 3(a). Piston press
Gambar 3(b). Rotary ring disc press
Gambar 3(c). Conical screw press
vi
Gambar 3(d). Screw press dengan mantel pemanas
e. Karbonisasi Bahan baku briket atau pellet umumnya dikarbonisasi (diarangkan) terlebih dahulu untuk mengurangi asap pembakaran dan mempermudah penyimpanan. Briket arang lebih fleksibel pemanfaatannya dan lebih mudah dalam penanganan serta penyimpanannya. Menurut Darmawan et al. (2002), sifat-sifat umum briket arang yang dilihat secara kualitatif diantaranya adalah: 1. Bersih tidak berdebu, 2. Cukup keras, tidak terlihat adanya retak atau pecah, 3. Mengeluarkan sedikit asap dan tidak berbau, 4. Abu sisa pembakaran kecil, 5. Menghasilkan kalor panas yang tinggi dan konstan, dan 6. Menyala terus tanpa dikipas.
f. Mutu Briket Parameter-parameter yang menentukan mutu briket sebagai bahan bakar adalah nilai kalor, kemudahan terbakar, dan kenyamanan serta kemudahan
dalam
penggunaannya.
Faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi parameter mutu briket tersebut antara lain jumlah perekat,
vii
kerapatan briket, kadar air, serta jenis bahan baku briket itu sendiri. Bentuk briket juga dapat mempengaruhi tingkat kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya. Bentuk briket perlu disesuaikan dengan tungku yang akan digunakan, agar tungku dapat mengoptimalkan jumlah bahan bakar dengan kualitas pembakaran yang baik. Pengarangan juga merupakan salah satu langkah untuk memperoleh mutu briket yang lebih baik, yaitu meningkatkan nilai kalor dan mengurangi jumlah asap saat dibakar. Faktor lain yang berpengaruh adalah tekanan pengempaan itu sendiri. Pengempaan dengan tekanan tinggi tidak selalu menghasilkan mutu briket yang lebih baik karena briket yang sangat padat justru menurunkan efisiensi pembakaran dan menyulitkan penggunaan. Contoh hasil pengujian briket berkaitan dengan kerapatan/kepadatan briket, dengan komposisi bahan baku : perekat 1:1 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji pembakaran berbagai jenis briket biomassa
Massa (gr) Volume (x10e-6 m3) Kerapatan (kg/m3) Percikan api Nyala api Waktu mulai terbakar Bentuk akhir Asap Kadar air (%) Laju pembakaran (gr/menit)
Serbuk Gergaji (Tinggi) 32.17 55.16
Serbuk Gergaji (Rendah) 31.8 47.01
Serutan Kayu (Tinggi) 32.17 56.89
Serutan Kayu (Rendah) 32.43 48.07
Arang Sekam (Tinggi) 29.27 34.44
Arang Sekam (Rendah) 30.43 30.06
583.21 tidak ada sedikit
676.45 tidak ada banyak
565.48 ada sedikit
674.64 ada banyak
854.52 ada tidak ada
1012.31 ada tidak ada
7'11'' abu sedikit 12.17
8'5'' abu banyak 12.77
8’37’’ abu sedikit 11.57
10’5’’ abu banyak 12.1
9’40’’ abu sedikit 12.27
14’ abu banyak 12.13
4.48
3.93
3.73
3.23
3.03
2.17
Sumber : Apryanti, 2006
Hendra dan Darmawan (2000) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu dengan penambahan tempurung kelapa terhadap sifat fisis dan kimia briket.
viii
Dalam percobaan ini arang tempurung kelapa yang ditambahkan sebesar 10%, 15%, dan 20% dari berat briket. Pengarangan serbuk gergaji dan tempurung kelapa dilakukan secara terpisah dengan menggunakan kiln drum selama 5-7 jam dan selanjutnya dibuat briket sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan. Pada pembuatan briket digunakan perekat kanji sebanyak 2.5% yang dikempa dingin pada tekanan 3.125 ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan briket dari 100% arang serbuk gergaji, ternyata penambahan arang tempurung kelapa mampu meningkatkan kerapatan, kekuatan tekan, dan nilai kalor. Secara keseluruhan, Hendra dan Gunawan (2000) memperoleh hasil pengujian dengan nilai kerapatan briket arang berkisar atara 0.45-0.59 gram/cm2, kekuatan tekan 4.67–6.72 kg/cm2, kadar air 3.51– 4.75%, kadar zat menguap 22.18–25.77%, kadar abu 3.56-4.23%, kadar karbon terikat 70.28-73.82% dan nilai kalor berkisar antara 6198–6522.84 kal/gr. Briket arang dengan komposisi 90% arang serbuk gergaji dan 10% arang tempurung kelapa memberikan hasil yang terbaik untuk kadar air (3.51%), kadar zat menguap (22.18%), kadar zat karbon terikat (73.82%), dan nilai kalor (6522.84 kal/gr). Nilai rata-rata sifat fisik dan kimia briket arang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata sifat fisik dan kimia briket arang No. 1 2 3 4 5 6 7
Sifat fisik dan kimia Kerapatan (gr/cm3) Kekuatan tekan (kg/cm2) Kadar air (%) Kadar zat menguap (%) Kadar abu (%) Kadar karbon terikat (%) Nilai kalor (kal/gr)
Komposisi bahan baku arang 1 2 3 4 0.45 0.53 0.58 0.59
Pembanding 5 6 0.44
4.67 4.16 25.06 3.56
6.33 3.51 22.18 4.01
5.94 4.58 24.52 4.23
6.72 4.75 25.77 3.95
0.46 7.57 16.14 5.51
6.00 15-30 3-6
71.38 6198.99
73.82 6522.84
71.25 6324.53
70.28 6411.92
78.35 6819.11
60-80 6000-7000
Sumber : Hendra dan Darmawan (2000) Keterangan : 1. 100% serbuk gergajian kayu 2. 90% serbuk gergajian kayu dan 10% tempurung kelapa 3. 85% serbuk gergajian kayu dan 15% tempurung kelapa
ix
4. 80% serbuk gergajian kayu dan 20% tempurung kelapa Keterangan (lanjutan): 5. Pari et al. (1990) dalam Hendra dan Darmawan (2000) 6. Hartoyo et al. (1978) dalam Hendra dan Darmawan (2000)
Sudrajat (1984) melakukan penelitian tentang pengaruh kerapatan kayu, tekanan pengempaan dan jenis perekat terhadap sifat briket kayu. Bahan baku untuk pembuatan briket kayu yang digunakan dalam penelitian adalah limbah tebangan hutan, dengan berbagai jenis kayu. Jenis kayu tersebut adalah terentang (Campnosperma macrophylla), rengas burung (Melanorhoea walichii), pulai (Alstoia pnematophora), meranti kunyit (Shorea macroptera), malas (Parastemon urophyllum), kasai (Pometia aluifolia), meranti batu (Parashorea aptera), dan kedondong sengir (Santiria rubignosa). Bahan perekat digunakan bahan pati dan molase. Pati diperoleh dari penjualan bebas di pasar-pasar sedang molase dari pabrik gula tebu. Sudrajat
(1984)
menyimpulkan
kayu
berkerapatan
tinggi
menghasilkan briket kayu dengan kerapatan yang lebih tinggi daripada kayu berkerapatan rendah tetapi menghasilkan kadar air dan kadar abu yang lebih rendah. Selain itu, perekat pati menghasilkan briket kayu dengan kerapatan dan kadar abu lebih tinggi daripada perekat molase, tetapi menghasilkan keteguhan tekan dan nilai kalor yang lebih rendah. Kerapatan briket juga akan semakin tinggi bila tekanan pengempaan semakin tinggi.
x
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran A.1. Sasaran Penggunaan Briket Biomassa Pembuatan briket merupakan salah satu teknologi konversi biomassa yang dapat menggunakan teknologi sederhana sehingga dapat diaplikasikan di daerah pedesaan di Indonesia. Sesuai dengan salah satu program pengembangan energi alternatif dalam blue print pengelolaan energi nasional 2005-2025, briket diperuntukkan untuk industri rumah tangga. Briket merupakan salah satu pemanfaatan biomassa sebagai pengganti minyak tanah untuk memasak, terutama di daerah pedesaan. A.2. Pemilihan Bahan Baku Briket Bahan baku briket yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang sekam, serbuk gergaji, dan ampas jarak. Pemilihan bahan baku briket didasarkan pada landasan pemikiran sebagai berikut. Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Peningkatan kebutuhan makanan pokok di Indonesia akan memerlukan peningkatan jumlah padi yang harus diproduksi dan hal tersebut berarti pula akan meningkatkan jenis limbah sekam padi. Arang sekam merupakan hasil karbonisasi dari limbah sekam padi. Serbuk gergaji merupakan salah satu jenis limbah pada industri penggergajian kayu. Limbah penggergajian kayu dapat berupa serbuk gergaji (sawdust), sabetan (slabs), potongan-potongan (trims) dan serutan (skaring). Ampas jarak merupakan limbah pada proses produksi minyak jarak. Seiring dengan program biodiesel yang digalakkan oleh pemerintah, maka usaha produksi minyak jarak mulai banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai langkah antisipasi peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan, pembuatan bio-briquette dari ampas jarak diharapkan dapat memanfaatkan limbah tersebut, sekaligus memenuhi persediaan bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk memasak di rumah tangga dan industri kecil di pedesaan.
xi
A.3. Jenis dan Kadar Perekat Pembuatan Briket Secara teoretis, penambahan jumlah perekat secara umum akan meningkatkan nilai kalor briket karena penambahan unsur karbon yang ada pada perekat. Jika jumlah perekat terlalu sedikit, maka bahan baku tidak dapat menyatu dan tidak memiliki kerapatan yang baik sehingga menyulitkan ketika akan digunakan sebagai bahan bakar. Sebaliknya, jika jumlah perekat terlalu banyak, briket yang dihasilkan akan terlalu padat sehingga tingkat kemudahan terbakarnya rendah. Adanya perbedaan komposisi dan sifat fisik limbah biomassa yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket akan memerlukan kadar perekat optimum yang berbeda pula. Oleh karena itu, kadar perekat yang optimum untuk masing-masing jenis biomassa perlu diketahui. Jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan briket adalah aci (lem). Pemilihan jenis perekat ini berdasarkan tingkat kemudahan untuk diperoleh di daerah pedesaan, sehingga menyesuaikan dengan segmen pengguna briket. Berdasarkan perlakuan pemberian jumlah perekat yang sudah pernah dilakukan oleh Rany Apryanti (jumlah perekat: jumlah bahan baku = 1:1), briket serbuk gergaji lebih mudah terbakar dibandingkan dengan briket arang sekam. Briket arang sekam juga menghasilkan warna asap hitam, sedangkan briket serbuk gergaji dan briket serutan kayu lebih sedikit menghasilkan asap yang berwarna putih. Perbedaan tekanan pengempaan (tekanan pengempaan tinggi dan tekanan pengempaan rendah) pada komposisi yang sama menghasilkan perbedaan pada uji pembakaran, yaitu briket dengan tekanan pengempaan tinggi lebih sedikit menghasilkan asap dibandingkan dengan briket dengan tekanan pengempaan rendah. Selain itu, briket dengan tekanan pengempaan tinggi juga lebih mudah terbakar dan memiliki laju pembakaran lebih besar dibandingkan dengan briket dengan tingkat pengempaan rendah.
xii
B. Metoda Penelitian B.1. Penentuan Komposisi Perekat Berdasarkan data hasil percobaan pada tahap penelitian pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Mei 2007 di laboratorium EEP, pemberian jumlah perekat pada arang sekam dengan kadar perekat (terhadap campuran perekat dan bahan baku) 61.54%, rataan massa yang hilang pada proses pengempaan mencapai 10.47% dari massa campuran bahan baku dan perekat sebelum dikempa. Data hasil percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan referensi tersebut, maka penelitian ini menggunakan perbandingan jumlah perekat dan jumlah bahan baku seperti dalam Tabel 7.
Tabel 6. Data percobaan pengempaan briket arang sekam dengan kadar perekat 61.54% (perbandingan perekat : bahan baku = 8 : 5) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rataan
M campuran (gram) 34.78 34.64 33.41 34.80 33.09 31.72 32.96 33.08 31.20 33.30
M basah (gram) 31.54 30.07 29.68 29.68 28.47 29.49 30.35 30.41 28.44 29.79
M loss (gram)
% loss 3.24 4.57 3.73 5.12 4.62 2.23 2.61 2.67 2.76 3.51
9.32 13.19 11.16 14.71 13.96 7.03 7.92 8.07 8.85 10.47
Tabel 7. Perbandingan jumlah perekat dengan bahan baku briket arang sekam Perbandingan Jumlah Perekat dan Bahan Baku Perekat Kadar Bahan Baku 3 5 4 5 1 1 6 5 7 5
Kadar Perekat (%) 37.50% 44.44% 50% 54.55% 58.33%
Kadar perekat dan bahan baku pada briket serbuk gergaji dan briket ampas jarak akan disesuaikan berdasarkan percobaan kadar perekat yang
xiii
berbeda dengan briket arang sekam. Kadar perekat pada briket serbuk gergaji dan briket ampas jarak akan dipilih berdasarkan kemampuan bahan baku briket untuk menyerap zat perekat. B.2. Alat Pengempa Berdasarkan pertimbangan bahwa teknologi pembuatan briket ini akan diaplikasikan di daerah pedesaan, maka alat yang digunakan dalam penelitian ini juga dipilih berdasarkan kemudahan dalam pengoperasian maupun perawatannya. Pengempa yang digunakan adalah pengempa manual yang tidak menggunakan mesin. Gambar alat pengempa manual yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. B.3. Tungku Untuk Pengujian Briket Jenis tungku yang akan digunakan untuk tempat pembakaran briket juga dapat mempengaruhi tingkat efisiensi pembakaran briket. Tungku yang digunakan pada penelitian ini merupakan tungku yang didesain untuk bahan bakar arang. Gambar tungku yang digunakan untuk pengujian briket dapat dilihat pada Lampiran 4. B.4. Parameter Pengujian Keseluruhan parameter dalam pengujian briket yang dihasilkan adalah sebagai berikut : (a) Kerapatan briket, (b) Kadar air briket, (c) Kadar abu briket, (d) Kekuatan tekan briket, (e) Nilai kalor briket, (f) Kemudahan briket terbakar, (g) Laju pembakaran briket, dan (h) Kualitas pembakaran briket.
xiv
Data-data yang diperlukan untuk mendapatkan parameter tersebut adalah: (a) Kerapatan briket: massa briket setelah pengeringan, diameter briket setelah pengeringan, dan tinggi briket setelah pengeringan. Alat-alat yang dibutuhkan untuk memperoleh data kerapatan briket adalah timbangan elektronik (untuk menimbang massa briket) dan jangka sorong (untuk mengukur diameter dan tinggi briket).. (b) Kadar air briket: massa kering briket, dan massa briket sebelum dikeringkan. Alat yang digunakan untuk memperoleh kadar air briket adalah timbangan elektronik (untuk menimbang massa briket) dan drying oven (untuk mengeringkan briket). (c) Kadar abu briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan, (d) Data kekuatan tekan briket diperoleh langsung dari hasil pengujian di Balai Kehutanan, (e) Nilai kalor briket: kenaikan suhu pada bejana dalam. Alat yang digunakan untuk memperoleh nilai kalor briket adalah unit bomb calorimeter. (f) Kemudahan briket terbakar: waktu awal briket mulai terbakar pada uji pembakaran. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data waktu adalah stopwatch, dan tungku sebagai tempat pembakaran briket. (g) Laju pembakaran: massa briket sebelum terbakar, massa briket setelah terbakar, dan waktu lamanya pembakaran. Alat yang digunakan untuk memperoleh data laju pembakaran adalah stopwatch (untuk menghitung waktu), timbangan (untuk mengukur massa), dan tungku (sebagai wadah pembakaran briket). (h)
Kualitas pembakaran briket: asap yang ditimbulkan, api yang dihasilkan, dan bau hasil pembakaran.
xv
B.5. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2007 hingga Juli 2007 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian dan Laboratorium Surya, IPB. Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Pembuatan Briket Biomassa Percobaan ini didahului oleh pembuatan briket dengan jenis yang sama dengan berbagai komposisi seperti dapat dilihat pada Tabel 6. Tiap komposisi pada tiap jenis limbah dibuat 9 briket. Bagan alir prosedur percobaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Timbang bahan baku tiap jenis sesuai komposisi
Timbang perekat dengan jumlah sesuai komposisi yang akan dibuat Campur bahan baku dengan perekat pada tiap wadah Campuran dibagi 9 dengan berat yang sama, lalu ditimbang Kempa sehingga menjadi briket lalu ditimbang
Keringkan briket, lalu timbang berat, hitung kadar air, dan ukur dimensinya Ambil briket untuk uji nilai kalor,uji tekan,dan kadar air, sisanya untuk uji pembakaran
Uji kadar air
Pengukuran nilai kalor briket
Uji pembakaran briket
Gambar 4. Bagan alir prosedur pembuatan briket biomassa
xvi
b. Pengujian Mutu Briket Bagan alir uji pembakaran briket dapat dilihat pada Gambar 5.
Catat waktu briket di dalam tungku mulai
Letakkan 1 briket di dalam tungku
terbakar Letakkan 1 briket di atas kompor
Lakukan pengamatan pada asap, api, dan bau
Nyalakan kompor hingga briket di kompor terbakar
Catat waktu berakhirnya pembakaran tiap briket
Pindahkan briket tersebut ke atas briket di tungku
Nyalakan stopwatch dan hitung lama pembakaran
Gambar 5. Bagan alir prosedur pengujian (uji pembakaran) briket biomassa
C. Metoda Perhitungan Data dan Analisis Data C.1. Metoda Perhitungan Data 1. Kadar perekat dan jumlah bahan baku briket dihitung dengan menggunakan persamaan : Kadar perekat = Dimana
mp ................................................................................(2) mb
: mp = massa perekat (gram) mb = massa bahan baku (gram)
2. Massa campuran yang hilang dalam proses pengempaan dihitung dengan menggunakan persamaan : Massa hilang = Massa campuran (gram) - MB (gram) ...................... (3)
xvii
Dimana
: MB adalah massa briket basah setelah pengempaan
3. Kerapatan briket dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : p=
mk
.......................................................................(4)
0.25tπD 2
Dimana : p = kerapatan (gram/cm3) D = diameter briket (cm) t = tinggi briket (cm) mk = massa kering briket
4. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Ka =
mb − mk x 100% mk
..........................
(5)
Dimana Ka = kadar air (%) mb = massa basah briket (gram) mk = massa kering briket (gram)
5. Nilai kalor briket dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Hbb =
∆t ( N a + ma ) .............................................................................(6) mbb
Dimana Hbb = Nilai kalor (kal/gram) Na = Nilai ekivalen air mbb = massa bahan bakar (gram) ma = massa air dalam bejana (gram) t = kenaikan suhu pada bejana dalam (0C)
6. Laju pembakaran briket dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : LP =
ma − mb Tbakar
.................................................................................(7)
Dimana : LP = laju pembakaran (gram/detik) ma = massa briket sebelum pembakaran (gram)
xviii
mb = massa briket setelah pembakaran (gram) Tbakar = Waktu pembakaran (detik)
C.2. Analisis Data Metoda analisis data yang digunakan adalah menggunakan korelasi beberapa parameter yang ada, yaitu:
Korelasi antara kadar perekat dengan kemudahan briket terbakar,
Korelasi antara kadar abu dengan nilai kalor briket,
Korelasi antara kadar air briket dengan kemudahan briket terbakar,
Korelasi antara kadar perekat dengan kerapatan briket,
Korelasi kerapatan briket dengan laju pembakaran briket,
Korelasi antara kadar perekat dengan kualitas pembakaran briket (asap, bau dan api),
Korelasi antara kadar perekat dengan nilai kalor briket, dan
Korelasi antara kadar perekat dengan kekuatan tekan briket.
xix
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kelayakan Briket Limbah Biomassa Sebagai Bahan Bakar Kelayakan briket biomassa (dalam penelitian ini, briket biomassa adalah briket arang sekam, briket serbuk gergaji, dan briket ampas jarak) sebagai bahan bakar untuk memasak sektor rumah tangga di pedesaan memiliki beberapa persyaratan. Menurut Duff dan Ravindranath (1992) dalam Febriyantika (1998), syarat-syarat bahan bakar yang dapat digunakan di sektor rumah tangga maupun industri adalah: 3. Mudah digunakan, 4. Tidak mengeluarkan asap yang berlebihan dan tidak berbau, 5. Tidak mudah pecah dalam penanganan, 6. Kedap air dan tidak berjamur atau tidak mengalami degradasi, 7. Kandungan abunya rendah (kurang dari 7% berat kering), dan 8. Harga dapat bersaing dengan bahan bakar lain. Kelayakan briket biomassa sebagai bahan bakar yang diharapkan sebagai substitusi konsumsi minyak tanah juga dilakukan melalui perbandingan nilai kalor briket dengan nilai kalor minyak tanah. Pembuatan briket arang sekam pada penelitian ini dilakukan dengan menambahkan bahan perekat (lem) pada arang sekam kemudian dikempa dengan menggunakan alat pengempa manual. Briket arang sekam mudah digunakan, tidak berbau, tidak mengeluarkan asap yang berlebihan , tidak mudah pecah dalam penanganan, dan tidak berjamur. Namun, kandungan kadar abu briket arang sekam pada penelitian ini sangat tinggi, yang berada pada rentang nilai 45.53%-52.26%. Tingginya kadar abu pada bahan baku arang sekam memberikan dampak negatif pada kemudahan briket untuk terbakar. Briket arang sekam yang dibuat pada penelitian ini memiliki kecenderungan sulit terbakar. Kadar abu yang tinggi pada arang sekam berpeluang besar terjadi bila proses pengarangan sekam kurang baik. Proses pengarangan sekam ini selanjutnya akan mempengaruhi kualitas briket arang sekam, yaitu nilai kalornya. Nilai kalor briket arang sekam yang diperoleh pada penelitian ini memiliki rentang nilai 3159.2 - 3729.1 kal/gram, jauh lebih rendah jika
xx
dibandingkan dengan nilai kalor minyak tanah, yaitu 8500 kal/gram. Oleh karena itu, briket arang sekam yang dihasilkan oleh percobaan penelitian ini tidak menghasilkan bahan bakar yang optimum bagi sektor rumah tangga. Hasil pengujian briket arang sekam dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket arang sekam No.
Parameter
Kadar Perekat 44.45% 50% 54.55% 0.45 0.475 0.49
58.33% 0.525
2
2
2
49.32
NA
45.53
428
NA
745
3311.7
NA
3150.2
10' 38''
15' 01''
20' 56''
3.02*
2.445*
1.84*
37.5% Kerapatan briket 0.425 (gram/cm3) 2 Kadar air 3 3.5 (%) 3 Kadar abu 52.26 NA (%) 4 Kekuatan tekan 444 NA (kg/cm2) 5 Nilai kalor 3729.1 NA (kal/gram) Briket mulai terbakar 6 4' 28'' 5' 05'' (Menit, Detik) Laju pembakaran 7 3.87* 3.405* (gram/menit) 8 Asap sedikit sedikit 9 Warna asap putih-biru putih-biru 10 Bau tidak ada tidak ada 11 Api tidak ada tidak ada Keterangan: *laju pembakaran dihitung dengan 1
sedikit sedikit sedikit putih-biru putih-biru putih-biru tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tetap membakar briket dengan
kompor, karena briket arang sekam tidak bisa terbakar secara alami
*NA : not available
Briket serbuk gergaji yang dibuat pada percobaan penelitian ini juga dibuat dengan memberikan sejumlah perekat dengan kadar tertentu (44.45%, 50%, 54.55%, 58.33%, dan 61.54%), kemudian dikempa dengan alat pengempa manual. Perbedaan kadar perekat tersebut dipengaruhi oleh sifat bahan baku serbuk gergaji yang memiliki daya serap terhadap perekat yang lebih baik dibandingkan dengan arang sekam. Hal ini menyebabkan kadar perekat pada briket serbuk gergaji berbeda dengan briket arang sekam.
Berdasarkan
pengujian, briket serbuk gergaji mudah digunakan, tidak berbau, tidak mudah pecah dalam penanganan, tidak berjamur, dan memiliki kandungan kadar abu
xxi
yang rendah. Namun, briket serbuk gergaji cenderung menghasilkan asap ketika terbakar. Nilai kalor briket serbuk gergaji berada pada rentang nilai 3943 – 4144 kal/gram. Nilai ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalor minyak tanah, yaitu 8500 kal/gram. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka briket serbuk gergaji yang dihasilkan oleh percobaan penelitian ini tidak menghasilkan bahan bakar yang optimum bagi sektor rumah tangga. Hasil pengujian briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket serbuk gergaji No.
Parameter
1
Kerapatan briket (gram/cm3) Kadar air (%) Kadar abu (%) Kekuatan tekan (kg/cm2) Nilai kalor (kal/gram) Briket mulai terbakar (Menit, Detik) Laju pembakaran (gram/menit) Asap Warna asap Bau Api
2 3 4 5
6 7 8 9 10 11
Kadar Perekat 54.55% 58.33% 0.155 0.155
44.45% 0.15
50% 0.145
61.54% 0.165
4
3.5
5.5
4
3.5
1.03
NA
1.13
NA
1.19
170
NA
330
NA
425
3983.5
NA
4144
NA
3943
0' 26''
0' 30''
0' 38''
0' 36''
0' 27''
4.04
3.59
3.345
3
2.755
banyak putih-biru tidak ada tidak ada
banyak putih-biru tidak ada tidak ada
banyak putih-biru tidak ada tidak ada
banyak putih-biru tidak ada tidak ada
banyak putih-biru tidak ada tidak ada
Briket ampas jarak memiliki karakteristik yang khusus. Faktor adanya minyak pada ampas jarak menyebabkan jumlah pemberian perekat dengan kadar yang tepat menjadi lebih sulit daripada arang sekam maupun serbuk gergaji. Oleh karena itu digunakan kadar perekat yang berbeda dengan kedua jenis bahan briket yang lain, yaitu 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5%. Berdasarkan pengujian, ada beberapa kekurangan briket ampas jarak. Briket ampas jarak mengeluarkan banyak asap dan bau yang menyengat ketika terbakar. Selain itu, briket ampas jarak yang dihasilkan pada percobaan penelitian ini juga rapuh sehingga mudah pecah apabila tidak berhati-hati ketika memindahkannya. Nilai
xxii
kalor briket ampas jarak berkisar antara 4000.5 – 3510.5 kal/gram. Nilai kalor briket ampas jarak masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalor minyak tanah, yaitu 8500 kal/gram. Berdasarkan penilaian tersebut, maka briket ampas jarak yang dihasilkan pada penelitian ini tidak menghasilkan bahan bakar yang optimum bagi sektor rumah tangga. Hasil pengujian briket ampas jarak dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil pengujian berbagai parameter pada briket ampas jarak No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Parameter Kerapatan briket (gram/cm3) Kadar air (%) Kadar abu (%) Kekuatan tekan (kg/cm2) Nilai kalor (kal/gram) Briket mulai terbakar (Menit, Detik) Laju pembakaran (gram/menit) Asap Warna asap Bau Api
5% 0.425
Kadar Perekat 7.5% 10% 0.45 0.475
12.5% 0.49
9
8
5.5
4.5
5.33
NA
5.16
4.95
695
NA
650
600
4000.5
NA
3666
3510.5
0' 10''
0' 30''
0' 40''
0' 48''
7.88
9.37
13.31
15.89
banyak putih-biru menyengat ada
banyak putih-biru menyengat ada
banyak putih-biru menyengat ada
banyak putih-biru menyengat ada
B. Briket Arang Sekam Briket arang sekam dibuat dengan perbandingan kadar perekat terhadap campuran perekat dan bahan baku 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33%. Kadar perekat yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan percobaan pendahuluan. Kadar perekat minimum yang digunakan adalah saat campuran bahan baku dan perekat dapat menyatu dengan baik, sedangkan kadar perekat maksimum yang digunakan adalah ketika campuran bahan baku dan perekat dapat dikempa tanpa mengeluarkan cairan saat dikempa serta tidak terlalu lengket saat dipisahkan dari cetakan briket. Pemberian jumlah perekat yang berlebihan dapat menyebabkan keluarnya cairan pada saat dikempa, seperti pada Gambar 6.
xxiii
Gambar 6. Cairan yang keluar pada saat pengempaan
Cairan yang keluar pada saat pengempaan tersebut selain mengakibatkan sulitnya melepaskan briket dari cetakan briket, juga akan mengubah kadar perekat. Hal ini disebabkan sulitnya untuk mengetahui dengan pasti jumlah perekat yang tersisa pada briket tersebut. Oleh karena itu, bila ada cairan yang keluar ketika campuran bahan baku dan perekat dikempa, maka kadar perekat tersebut tidak digunakan. Secara visual, briket arang sekam yang dihasilkan setelah dikeringkan memiliki bentuk yang baik. Briket arang sekam tersebut juga dapat digenggam dengan baik karena tidak mudah hancur, sehingga briket arang sekam mudah untuk dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa khawatir akan pecah. Gambar briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 7. Briket arang sekam yang dibuat pada penelitian ini sulit untuk terbakar. Oleh karena itu, perhitungan laju pembakarannya dihitung dengan tetap meletakkan briket arang sekam diatas kompor. Hal ini menunjukkan briket arang sekam yang dibuat pada penelitian ini tidak dapat digunakan dengan cara konveksi alami.
xxiv
Gambar 7. Briket arang sekam
Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar perekat 37.5% merupakan kadar perekat terbaik dalam hal kemudahan briket untuk terbakar. Briket arang sekam dengan kadar perekat tersebut hanya membutuhkan 4 menit 28 detik untuk mulai terbakar. Berdasarkan hasil uji pembakaran, kadar perekat memiliki korelasi negatif terhadap kemudahan briket arang sekam untuk terbakar. Peningkatan jumlah perekat pada briket arang sekam akan meningkatkan waktu yang dibutuhkan briket arang sekam untuk mulai terbakar. Dari hasil pengujian kadar abu briket arang sekam, diperoleh nilai kadar abu briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 50%. dan 58. berturutturut adalah 52.26%, 49.32%, dan 45.53%. Tingginya kadar abu juga merupakan salah satu penyebab sulitnya briket arang sekam untuk terbakar. Selain itu, tingginya kadar abu merupakan indikasi kurang baiknya pengarangan pada sekam sehingga dapat menurunkan nilai kalor arang sekam maupun briket arang sekam. Nilai kadar abu briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 8.
xxv
Grafik Rataan Uji Kadar Abu Briket Arang Sekam 53.00 Kadar Abu (%)
52.00 51.00 50.00 Series1
49.00 48.00 47.00 46.00 45.00 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 8. Grafik rataan kadar abu briket arang sekam
Hasil pengujian kadar abu briket arang sekam menunjukkan bahwa kadar perekat memiliki korelasi negatif dengan kadar abu briket. Peningkatan kadar perekat pada briket akan mengurangi kadar abu briket arang sekam. Berdasarkan hasil pengujian kadar air briket arang sekam, dapat diketahui bahwa kadar air briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% berturut-turut adalah 3%, 3.5%, 2%, 2%, dan 2%. Rendahnya kadar air secara teoretis semakin memudahkan briket arang sekam untuk terbakar, namun kemudahan terbakar juga dapat dipengaruhi oleh nilai kerapatan briket. Namun nilai kadar air briket yang berfluktuatif tidak dapat dijadikan acuan yang baik untuk menentukan korelasi antara kadar air briket arang sekam dengan kemudahan briket arang sekam untuk terbakar. Grafik nilai kadar air briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 9.
xxvi
Grafik Rataan Kadar Air Briket Arang Sekam 4
Kadar Air (%)
3.5 3 2.5 Series1
2 1.5 1 0.5 0 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 9. Grafik rataan kadar air briket arang sekam
Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan briket arang sekam, rataan nilai kerapatan briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% berturut-turut adalah 0.420 gram/cm3, 0.450 gram/cm3, 0.475 gram/cm3, 0.490 gram/cm3, dan 0.520 gram/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa kadar perekat pada briket arang sekam memiliki korelasi positif terhadap kerapatan briket arang sekam. Peningkatan kadar perekat pada briket arang sekam akan meningkatkan kerapatan briket arang sekam. Hal ini dapat disebabkan oleh adhesi oleh perekat terhadap bahan baku briket, yaitu arang sekam. Seiring dengan bertambahnya komposisi perekat pada briket arang sekam, maka kemampuan perekat untuk menyatukan bahan baku (arang sekam) menjadi lebih baik secara kuantitatif. Faktor lainnya adalah kemampuan bahan baku (arang sekam) untuk menyerap perekat sehingga tidak mengeluarkan cairan ketika dikempa. Rataan nilai kerapatan briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 10.
xxvii
Grafik Rataan Kerapatan Briket Arang Sekam
Kerapatan (gr/cm3)
0.6 0.5 0.4 0.3
Series1
0.2 0.1 0 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 10. Grafik rataan kerapatan briket arang sekam
Berdasarkan uji pembakaran, rataan laju pembakaran briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% berturut-turut adalah 3.87 gram/menit, 3.41 gram/menit, 3.02 gram/menit, 2.45 gram/menit, dan 1.84 gram/menit. Grafik rataan laju pembakaran briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 11.
Laju Pembakaran (gr/menit)
Grafik Rataan Laju Pembakaran Briket Arang Sekam 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0.00
Series1
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 11. Grafik rataan laju pembakaran briket arang sekam
Dari grafik rataan laju pembakaran briket arang sekam, dapat dilihat semakin tinggi kadar perekat pada briket arang sekam, maka laju
xxviii
pembakarannya semakin rendah. Rataan laju pembakaran tertinggi adalah briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5% sedangkan rataan laju pembakaran terendah adalah briket arang sekam dengan kadar perekat 58.33%. Laju pembakaran briket arang sekam yang semakin rendah seiring dengan bertambahnya kadar perekat pada briket arang sekam dapat dikaitkan dengan rataan nilai kerapatan briket arang sekam pada masing-masing komposisi serta nilai kadar airnya. Kerapatan briket arang sekam memiliki korelasi negatif dengan laju pembakaran briket arang sekam. Semakin tinggi kerapatan briket arang sekam, semakin rendah laju pembakaran. Hal ini disebabkan karena berkurangnya rongga udara pada briket dengan kerapatan lebih tinggi sehingga memperlambat laju pembakaran. Pada saat dilakukan uji pembakaran, briket arang sekam tidak mengeluarkan api dan hanya menghasilkan sedikit asap (jika dibandingkan dengan kayu bakar). Briket arang sekam juga tidak menghasilkan bau selama dilakukan uji pembakaran. Namun briket arang sekam memerlukan waktu yang cukup lama untuk mulai terbentuk bara. Hal ini terjadi pada seluruh kadar perekat yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, briket arang sekam sulit digunakan sebagai bahan bakar alternatif tanpa adanya konveksi paksa. Penggunaan briket arang sekam sebagai bahan bakar alternatif rumah tangga di pedesaan khususnya daerah penghasil sekam akan menyulitkan penggunanya jika tidak menggunakan konveksi paksa seperti blower. Namun demikian, briket arang sekam yang dibuat pada penelitian ini memiliki kadar abu yang tinggi. Jika kadar abu briket arang sekam dapat diturunkan, maka kemungkinan briket arang sekam memiliki parameter yang lebih baik. Uji pembakaran briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 12.
xxix
Gambar 12. Pembakaran briket arang sekam
Selain berdasarkan uji pembakaran, kelayakan briket sebagai bahan bakar juga dapat dilihat berdasarkan nilai kalornya. Nilai kalor briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 13.
Grafik Rataan Nilai Kalor Briket Arang Sekam
Nilai Kalor (kal/gr)
3800 3700 3600 3500
Series1
3400 3300 3200 3100 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 13. Grafik rataan nilai kalor briket arang sekam Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor yang dilakukan pada tiga kadar perekat dari lima kadar perekat yang dilakukan, diperoleh rataan nilai kalor briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 50%, dan 58.33% adalah
xxx
3729.1 kal/gram, 3311.8 kal/gram, dan 3150.2 kal/gram. Kadar perekat pada briket arang sekam memiliki korelasi negatif dengan nilai kalornya. Peningkatan kadar perekat pada briket arang sekam akan menurunkan nilai kalor briket arang sekam. Hal ini dapat disebabkan karena nilai kalor arang sekam lebih tinggi daripada nilai kalor perekat. Jika jumlah arang sekam semakin sedikit sebagai komponen penyusun briket dan perekat lainnya memiliki nilai kalor lebih rendah daripada arang sekam, maka dengan sendirinya nilai kalor briket dengan persentase jumlah perekat lebih tinggi akan memiliki nilai kalor lebih rendah. Selain itu, penambahan perekat dengan unsur karbon ternyata tidak terbukti akan selalu meningkatkan nilai kalor. Nilai kalor juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan baku penyusun briket itu sendiri. Pada briket arang sekam, kualitas arang sekamnya sangat menentukan nilai kalor briket arang sekam. Semakin baik pengarangan yang dilakukan dalam proses pembuatan arang sekam, maka nilai kalornya akan semakin baik pula. Selain itu, kadar abu juga dapat mempengaruhi nilai kalor briket maupun kemudahan terbakar briket.
Berdasarkan
data hasil
penelitian, kadar abu pada briket arang sekam memiliki korelasi positif dengan nilai kalor briket arang sekam. Faktor lain yang perlu diperhitungkan sebagai syarat kelayakan briket arang sekam sebagai bahan bakar alternatif adalah kemudahannya dalam penyimpanan dan transportasi dari suatu tempat ke tempat lain. Salah satu faktor fisik yang dapat dikaitkan dengan hal tersebut adalah kekuatan tekan yang mampu diterima oeh briket tersebut. Grafik rataan uji tekan briket arang sekam dapat dilihat pada Gambar 14.
xxxi
Grafik Rataan Uji Tekan Briket Arang Sekam 800 Tekanan (kg/cm2)
700 600 500 Series1
400 300 200 100 0 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 14. Grafik rataan uji tekan briket arang sekam
Berdasarkan hasil uji tekan pada tiga kadar perekat dari lima kadar perekat pada briket arang sekam, briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 50%, 58.33% memiliki kekuatan tekan berturut-turut 444 kg/cm2, 428 kg/cm2, dan 745 kg/cm2. Kadar perekat memiliki korelasi positif dengan kekuatan tekan briket. Peningkatan kadar perekat pada briket arang sekam akan meningkatkan kekuatan tekan briket arang sekam. Hal ini menunjukkan bahwa briket arang sekam dapat dipindah-pindahkan dan mampu menahan tekanan yang cukup tinggi apabila disimpan secara bertumpuk.
C. Briket Serbuk Gergaji Briket serbuk gergaji dibuat dengan menggunakan kadar jumlah perekat terhadap campuran perekat dan bahan baku 44.44%, 50%, 54.55%, 58.33% dan 61.54%. Berbeda dengan penggunaan kadar perekat pada briket arang sekam, kadar perekat 37.5% tidak dilakukan. Kadar perekat tersebut tidak dapat menyatukan perekat dan serbuk gergaji setelah dikempa dengan alat pengempa manual sehingga briket yang dihasilkan mudah terurai dan rapuh ketika dipindahkan dari cetakan briket ke wadah untuk dikeringkan. Briket serbuk gergaji yang dihasilkan dari pengempaan kemudian dikeringkan sehingga kadar airnya berkurang. Berkurangnya kadar air dapat
xxxii
memudahkan briket serbuk gergaji untuk terbakar. Briket serbuk gergaji yang telah dikeringkan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Briket serbuk gergaji
Secara visual, briket serbuk gergaji memiliki bentuk permukaan yang kurang rata jika dibandingkan dengan briket arang sekam. Briket serbuk gergaji terlihat lebih memuai setelah dikeringkan sehingga kepadatannya rendah. Setelah dikeringkan, briket serbuk gergaji lebih mudah untuk dibawa atau dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, namun bagian terluar dari briket serbuk gergaji masih rapuh. Oleh karena itu cara membawa briket serbuk gergaji perlu diperhatikan agar bentuk briket serbuk gergaji tidak mengalami perubahan atau pecah.
Tabel 9 menunjukkan bahwa kadar perekat 44.44% merupakan kadar perekat terbaik dalam hal kemudahan briket untuk terbakar. Briket serbuk gergaji dengan kadar perekat tersebut hanya membutuhkan 26 detik untuk mulai terbakar. Kemudahan briket serbuk gergaji terbakar berfluktuasi dengan kadar perekat pada briket serbuk gergaji. Kemudahan briket serbuk gergaji terbakar semakin rendah pada briket serbuk gergaji dengan bertambahnya kadar
xxxiii
perekat hingga kadar perekat 54.55%. Kemudahan briket serbuk gergaji terbakar semakin baik dengan bertambahnya kadar perekat 54.55% hingga 61.54%. Dari hasil pengujian kadar abu briket serbuk gergaji, diperoleh nilai kadar abu briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 54.55%. dan 61.54% berturut-turut adalah 1.03%, 1.13%, dan 1.185%. Kadar perekat pada briket serbuk gergaji memiliki korelasi positif dengan kadar abu briket serbuk gergaji. Peningkatan jumlah perekat pada briket serbuk gergaji akan meningkatkan kadar abu briket serbuk gergaji. Grafik rataan nilai kadar abu briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 16.
Kadar Abu (%)
Grafik Rataan Uji Kadar Abu Briket Serbuk Gergaji 1.2 1.18 1.16 1.14 1.12 1.1 1.08 1.06 1.04 1.02 0.00
Series1
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 16. Grafik rataan kadar abu briket serbuk gergaji
Berdasarkan hasil pengujian kadar air briket serbuk gergaji, dapat diketahui bahwa kadar air briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 50%, 54.55%, 58.33% dan 61.54% berturut-turut adalah 4%, 3.5%, 5.5%, 4%, dan 3.5%. Nilai kadar air briket serbuk gergaji yang berfluktuatif tidak dapat dijadikan acuan yang baik untuk menentukan korelasi antara kadar air briket arang sekam dengan kemudahan briket arang sekam untuk terbakar. Kadar air semakin rendah seiring dengan penambahan kadar perekat hingga kadar perekat mencapai 50%, kemudian meningkat hingga pada kadar perekat 54.55%,
xxxiv
selanjutnya turun hingga kadar perekat 61.54%. Grafik rataan nilai kadar air briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 17.
Grafik Rataan Kadar Air Briket Serbuk Gergaji 6
Kadar Air (%)
5 4 3
Series1
2 1 0 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 17. Grafik rataan kadar air briket serbuk gergaji
Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan briket serbuk gergaji, rataan nilai kerapatan briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% dan 61.54% berturut-turut adalah 0.150 gram/cm3, 0.145 gram/cm3, 0.155 gram/cm3, 0.155 gram/cm3, dan 0.165 gram/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa kadar perekat pada briket serbuk gergaji memiliki korelasi positif terhadap kerapatan briket serbuk gergaji. Peningkatan kadar perekat pada briket serbuk gergaji akan meningkatkan kerapatan briket serbuk gergaji. Rataan nilai kerapatan briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 18.
xxxv
Grafik Rataan Kerapatan Briket Serbuk Gergaji
Kerapatan (gr/cm3)
0.17 0.165 0.16 0.155
Series1
0.15 0.145 0.14 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 18. Grafik rataan kerapatan briket serbuk gergaji
Berdasarkan uji pembakaran briket serbuk gergaji yang telah dilakukan, briket serbuk gergaji relatif mudah untuk terbakar. Grafik rataan laju pembakaran briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 19.
Laju Pembakaran (gr/menit)
Grafik Rataan Laju Pembakaran Briket Serbuk Gergaji 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0.00
Series1
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 19. Grafik rataan laju pembakaran briket serbuk gergaji
Laju pembakaran briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% dan 61.54% berturut-turut adalah 4.04 gram/menit, 3.59 gram/menit, 3.35 gram/menit, 3 gram/menit, dan 2.76 gram/menit. Kadar perekat pada briket serbuk gergaji memiliki korelasi negatif dengan laju
xxxvi
pembakaran briket serbuk gergaji. Peningkatan kadar perekat pada briket serbuk gergaji akan menurunkan laju pembakaran briket serbuk gergaji. Penurunan laju pembakaran briket serbuk gergaji seiring dengan penambahan kadar perekat dapat dikaitkan dengan kerapatan briket serbuk gergaji. Penambahan kadar perekat relatif meningkatkan kerapatan briket serbuk gergaji sehingga mengurangi rongga udara pada briket serbuk gergaji. Oleh karena itu, laju pembakaran briket serbuk gergaji mengalami perlambatan. Pada saat uji pembakaran briket serbuk gergaji dilakukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dari segi kemudahan terbakar, briket serbuk gergaji memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar alternatif. Briket serbuk gergaji juga tidak memerlukan adanya konveksi paksa untuk pengoperasiannya, sehingga hanya perlu membakar briket serbuk gergaji hingga terbentuk bara. Namun kekurangan dari briket serbuk gergaji adalah adanya asap yang dapat mengganggu kesehatan bagi penggunanya bila menggunakan tungku tanpa cerobong. Hal ini terjadi pada semua komposisi jumlah perekat yang digunakan pada penelitian ini. Apabila briket serbuk gergaji ini diperuntukkan untuk industri kecil yang menggunakan cerobong pada tungku yang digunakan, maka briket serbuk gergaji ini dapat digunakan. Salah satu industri kecil yang layak adalah industri kecil tahu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2006), industri kecil tahu di Kabupaten Bogor menggunakan biomassa dalam proses pemasakan tahu. Penggunaan tungku biomassa yang memiliki cerobong asap merupakan faktor utama kelayakan penggunaan briket serbuk gergaji. Namun karena tujuan penelitian ini adalah melakukan pengkajian kemungkinan menggunakan briket serbuk gergaji untuk keperluan memasak di rumah tangga khususnya pedesaan, maka faktor asap merupakan kendala yang memerlukan kajian lebih lanjut. Selain itu, briket serbuk gergaji relatif tidak menimbulkan api ketika terbakar. Briket serbuk gergaji cenderung akan mengalami perubahan warna menjadi hitam tanpa mengeluarkan api. Asap pada pengujian pembakaran briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 20.
xxxvii
Gambar 20. Pembakaran briket serbuk gergaji
Nilai kalor briket serbuk gergaji mengalami fluktuasi pada rentang nilai 3943.5 kal/gram hingga 4144 kal/gram. Nilai kalor briket serbuk gergaji dengan komposisi jumlah perekat dan bahan baku 44.44%, 54.55%, dan 61.54% berturut-turut adalah 3983.5 kal/gram, 4144 kal/gram, dan 3943.5 gram. Nilai kalor meningkat pada briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 54.55%, namun mengalami penurunan pada briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 61.54%. Hal ini menyebabkan sulit untuk menentukan korelasi antara kadar abu dengan nilai kalor pada briket serbuk gergaji. Rataan nilai kalor briket serbuk gergaji dapat dilihat pada Gambar 21.
xxxviii
Grafik Rataan Nilai Kalor Briket Serbuk Gergaji
Nilai Kalor (kal/gr)
4200 4150 4100 4050
Series1
4000 3950 3900 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 21. Grafik rataan nilai kalor briket serbuk gergaji
Berdasarkan hasil uji tekan pada tiga kadar perekat dari lima kadar perekat pada briket serbuk gergaji, briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 54.55%, dan 61.54% memiliki kekuatan tekan berturut-turut 170 kg/cm2, 330 kg/cm2, dan 425 kg/cm2. Kadar perekat memiliki korelasi positif dengan kekuatan tekan briket. Peningkatan kadar perekat pada briket serbuk gergaji akan meningkatkan kekuatan tekan briket serbuk gergaji. Hal ini menunjukkan bahwa briket arang sekam dapat dipindah-pindahkan dan mampu menahan tekanan yang cukup tinggi apabila disimpan secara bertumpuk. Namun salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah serbuk gergaji pada lapisan terluar briket sangat rawan terlepas dari briket. Setelah briket serbuk gergaji dikeringkan, maka briket tersebut memuai sehingga tidak sebaik briket arang sekam dalam hal kemudahan transportasi. Nilai uji tekan dapat dilihat pada Gambar 22.
xxxix
Tekanan (kg/cm2)
Grafik Rataan Uji Tekan Briket Serbuk Gergaji 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0.00
Series1
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 22. Grafik rataan uji tekan briket serbuk gergaji
D. Briket Ampas Jarak Briket ampas jarak menggunakan kadar perekat relatif jauh lebih sedikit dibandingkan saat pembuatan briket serbuk gergaji maupun briket arang sekam. Hal ini dikarenakan bentuk dan ukuran ampas jarak yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan serbuk gergaji maupun arang sekam. Selain itu, ampas jarak yang digunakan untuk bahan baku pembuatan briket juga masih mengandung minyak jarak. Kadar minyak jarak pada ampas jarak yang digunakan sebagai bahan baku briket ampas jarak tidak diketahui. Bahan baku ampas jarak relatif masih sedikit jika dibandingkan dengan serbuk gergaji maupun sekam. Namun seiring dengan tumbuhnya industri pengolahan biodiesel, maka diperkirakan produksi tanaman jarak akan meningkat. Peningkatan tersebut akan meningkatkan ketersediaan ampas jarak sehingga tingkat ketersediaannya lebih baik. Ampas jarak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket dapat dilihat pada Gambar 23.
xl
Gambar 23. Ampas jarak yang digunakan sebagai bahan baku briket
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pemberian kadar perekat yang berlebihan akan menyebabkan briket yang dihasilkan terlalu lengket sehingga bentuk briket menjadi kurang baik serta cukup menyulitkan untuk memindahkan dari cetakan briket ke tempat lain. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 24. Sebaliknya, ampas jarak dapat dikempa dengan alat pengempa manual sehingga menjadi briket. Namun, briket yang dihasilkan terlalu rapuh untuk dipindahkan sehingga seringkali pecah ketika dilakukan proses pemindahan briket. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kadar perekat yang digunakan dalam pembuatan briket ampas jarak adalah 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5%. Pemberian kadar perekat melebihi 12.5% pada pembuatan briket ampas jarak dengan menggunakan alat pengempa manual akan menyebabkan briket terlalu lengket. Hal ini menyulitkan dalam proses pelepasan briket dari cetakan briket.
xli
Gambar 24. Briket ampas jarak dengan komposisi perekat berlebih
Salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk memudahkan pembuatan briket ampas jarak adalah dengan mencoba menambahkan bahan baku lain seperti arang sekam. Hal ini tidak dilakukan karena pertimbangan jika diimplementasikan di daerah pedesaan, kesulitan yang mungkin terjadi adalah tidak adanya arang sekam dan ampas jarak pada satu wilayah pedesaan pada waktu bersamaan. Secara visual atau pengamatan langsung dengan mata, briket ampas jarak yang telah dikeringkan tidak mengalami pemuaian seperti briket serbuk gergaji. Briket ampas jarak yang telah dikeringkan tampak lebih padat dan lebih rapat dibandingkan dengan briket serbuk gergaji. Briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 25.
xlii
Gambar 25. Briket ampas jarak
Briket ampas jarak yang telah dikeringkan masih rapuh ketika disentuh. Hal ini menunjukkan walaupun secara fisik memiliki bentuk yang baik, namun pemberian perekat pada briket ampas jarak tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap kerapatan briket ampas jarak. Ampas jarak tidak menyatu dengan baik dapat disebabkan oleh adanya minyak yang tersisa pada ampas jarak. Tabel 10 menunjukkan bahwa kadar perekat 5% merupakan kadar perekat terbaik dalam hal kemudahan briket untuk terbakar. Briket ampas jarak dengan kadar perekat tersebut hanya membutuhkan 10 detik untuk mulai terbakar. Kadar perekat memiliki korelasi negatif dengan tingkat kemudahan briket untuk terbakar. Semakin tinggi kadar perekat pada briket ampas jarak, semakin lama waktu yang dibutuhkan briket ampas jarak untuk mulai terbakar. Briket ampas jarak dengan kadar jumlah perekat 7.5%, 10%, dan 12.5% berturut-turut membutuhkan waktu 30 detik, 40 detik, dan 48 detik untuk mulai terbakar.
xliii
Dari hasil pengujian kadar abu briket ampas jarak, diperoleh nilai kadar abu briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 10%, dan 12.5% berturutturut adalah 5.33%, 5.16%, dan 4.95%. Kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi negatif dengan kadar abu briket ampas jarak. Peningkatan jumlah perekat pada briket ampas jarak akan menurunkan kadar abu briket ampas jarak. Grafik rataan nilai kadar abu ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 26.
Kadar Abu (%)
Grafik Rataan Uji Kadar Abu Briket Ampas Jarak 5.35 5.30 5.25 5.20 5.15 5.10 5.05 5.00 4.95 4.90 0.00
Series1
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 26. Grafik rataan uji kadar abu briket ampas jarak
Berdasarkan hasil pengujian kadar air briket ampas jarak, dapat diketahui bahwa kadar air briket ampas jarak dengan komposisi jumlah perekat 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% berturut-turut adalah 9%, 8%, 5.5%, dan 4.5%. Komposisi jumlah perekat briket pada ampas jarak memiliki korelasi negatif dengan kadar air briket ampas jarak. Peningkatan jumlah perekat pada briket ampas jarak akan menurunkan kadar air briket ampas jarak. Kadar air memiliki korelasi negatif dengan kemudahan briket ampas jarak untuk terbakar. Penurunan kadar air briket ampas jarak akan menyebabkan briket ampas jarak memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai terbakar. Secara teoretis, seharusnya penurunan nilai kadar air akan mempersingkat waktu briket untuk mulai terbakar. Namun faktor tunggal (kadar air) tidak dapat dijadikan satu-satunya
xliv
acuan untuk menyimpulkan hal tersebut. Grafik rataan nilai kadar air briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 27.
Kadar Air (%)
Grafik Rataan Nilai Kadar Air Briket Ampas Jarak 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0.00
Series1
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 27. Grafik rataan nilai kadar air briket ampas jarak
Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan briket ampas jarak, rataan nilai kerapatan briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% berturut-turut adalah 0.425 gram/cm3, 0.450 gram/cm3, 0.475 gram/cm3, dan 0.490 gram/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi positif terhadap kerapatan briket ampas jarak. Peningkatan kadar perekat pada briket ampas jarak akan meningkatkan kerapatan briket ampas jarak. Nilai kerapatan briket ampas jarak relatif hampir sama dengan nilai kerapatan briket arang sekam. Kerapatan briket ampas jarak disebabkan ukuran ampas jarak yang kecil jika dibandingkan dengan serbuk gergaji, dan tingginya daya serap ampas jarak terhadap perekat. Rataan nilai kerapatan briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 28.
xlv
Grafik Rataan Kerapatan Briket Ampas Jarak
Kerapatan (gr/cm3)
0.5 0.49 0.48 0.47 Series1
0.46 0.45 0.44 0.43 0.42 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 28. Grafik rataan kerapatan briket ampas jarak
Berdasarkan hasil pengujian laju pembakaran briket ampas jarak, dapat diketahui bahwa laju pembakaran briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% berturut-turut adalah 7.88 gram/menit, 9.37 gram/menit, 13.31 gram/menit, dan 15.89 gram/menit. Grafik rataan laju pembakaran briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 29.
Laju Pembakaran (gr/menit)
Grafik Rataan Laju Pembakaran Briket Ampas Jarak 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 0.00
Series1
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 29. Grafik rataan laju pembakaran briket ampas jarak Kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi positif dengan laju pembakaran briket ampas jarak. Peningkatan kadar perekat pada briket ampas jarak akan mempercepat laju pembakaran briket ampas jarak. Kerapatan
xlvi
briket ampas jarak memiliki korelasi positif dengan laju pembakaran briket ampas jarak. Peningkatan nilai kerapatan briket ampas jarak akan mempercepat laju pembakaran. Secara teoretis, peningkatan kerapatan briket seharusnya memperlambat laju pembakaran. Namun pada briket ampas jarak, hal yang sebaliknya terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena minyak yang ada pada ampas jarak semakin terakumulasi ketika briket ampas jarak semakin padat. Pada saat dilakukan uji pembakaran, briket ampas jarak mengeluarkan banyak asap (jika dibandingkan dengan kayu bakar) dan menimbulkan bau yang menyengat. Masalah tersebut merupakan salah satu masalah krusial jika briket ampas jarak diproyeksikan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan memasak rumah tangga. Briket ampas jarak yang dibakar menggunakan kompor dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Uji kecepatan pembakaran awal briket ampas jarak
Briket ampas jarak tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mulai terbakar. Kandungan minyak yang ada pada ampas jarak merupakan faktor utama penyebab kemudahan briket ampas jarak untuk terbakar. Sifat minyak yang mudah terbakar dan memiliki nilai kalor yang tinggi ikut mempengaruhi nilai kalor pada briket ampas jarak. Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor briket ampas jarak, nilai kalor briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%,
xlvii
10%, dan 12.5% berturut-turut adalah 4000.5 kal/gram, 3666 kal/gram, dan 3510.5 kal/gram. Kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi negatif dengan nilai kalor briket ampas jarak. Peningkatan kadar perekat pada briket ampas jarak akan menurunkan nilai kalor briket ampas jarak. Selain itu, kadar abu memiliki korelasi positif dengan nilai kalor pada briket ampas jarak. Grafik rataan nilai kalor briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 31.
Grafik Rataan Nilai Kalor Briket Ampas Jarak
Nilai Kalor (kal/gr)
4100 4000 3900 3800
Series1
3700 3600 3500 3400 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 31. Grafik rataan nilai kalor briket ampas jarak
Berdasarkan hasil uji tekan briket ampas jarak, tekanan maksimum yang mampu ditahan oleh briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 10%, dan 12.5% masing-masing adalah sebesar 695 kg/cm2, 650 kg/cm2, dan 600 kg/cm2. Grafik rataan uji tekan briket ampas jarak dapat dilihat pada Gambar 32.
xlviii
Grafik Rataan Uji Tekan Briket Ampas Jarak
Tekanan (kg/cm2)
700 680 660 640
Series1
620 600 580 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Kadar Perekat (%)
Gambar 32. Grafik rataan uji tekan briket ampas jarak
Kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi negatif dengan nilai uji tekan briket ampas jarak. Peningkatan kadar perekat pada briket ampas jarak akan menurunkan daya tahan briket ampas jarak terhadap tekanan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya minyak pada ampas jarak. Minyak sulit untuk bersatu dengan unsur lain, termasuk perekat. Penambahan jumlah perekat akan meningkatkan kerapatan briket ampas jarak, namun unsur minyak yang mengisi rongga-rongga pada briket ampas jarak menyebabkan briket ampas jarak sangat rapuh. Faktor ini merupakan salah satu kekurangan briket ampas jarak sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Briket ampas jarak memerlukan perhatian khusus untuk masalah transportasi dan penyimpanannya. Pada dasarnya, briket ampas jarak layak untuk digunakan apabila menggunakan tungku biomassa yang memiliki cerobong asap. Tungku dengan cerobong asap pada umumnya banyak digunakan pada industri kecil seperti industri kecil tahu. Namun perlu diperhitungkan pula faktor ketersediaan ampas jarak di wilayah sekitar industri kecil tersebut, untuk menjamin ketersediaan bahan baku ampas jarak.
xlix
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Briket arang sekam dengan kadar perekat 37.5%, 44.44%, 50%, 54.55%, dan 58.33% dengan kadar abu 45.53% - 52.26% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket arang sekam jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket arang sekam memerlukan konveksi paksa ketika digunakan. Nilai kalor briket arang sekam yang dihasilkan berada antara 3150.2 kal/gram - 3729.1 kal/gram. Kadar perekat optimum adalah 37.5%, dengan nilai kalor 3729.1 kal/gram, memerlukan 4 menit 28 detik untuk mulai terbakar, dan laju pembakaran 3.87 gram/menit. 2. Briket serbuk gergaji dengan kadar perekat 44.44%, 50%, 54.55%, 58.33% dan 61.54% dengan kadar abu 1.03% - 1.185% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket serbuk gergaji jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket serbuk gergaji menghasilkan banyak asap ketika dibakar. Namun briket serbuk gergaji dapat digunakan pada industri kecil yang menggunakan tungku biomassa dengan cerobong asap, seperti industri kecil tahu. Nilai kalor briket serbuk gergaji yang dihasilkan berada antara 3943 kal/gram - 4144 kal/gram. Kadar perekat optimum adalah 54.55%, dengan nilai kalor 4144 kal/gram. 3. Briket ampas jarak dengan kadar perekat 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% dengan kadar abu 4.95% - 5.33% yang dikempa dengan alat pengempa manual, tidak menghasilkan bahan bakar yang layak sebagai substitusi minyak tanah bagi sektor rumah tangga di pedesaan. Selain nilai kalor briket ampas jarak jauh lebih kecil daripada minyak tanah, briket ampas jarak menghasilkan banyak asap dengan bau yang menusuk ketika dibakar. Akan tetapi, briket ampas jarak berpotensi digunakan pada industri kecil yang menggunakan tungku biomassa dengan cerobong asap, seperti industri kecil tahu. Namun perlu diperhitungkan
l
tingkat ketersediaan bahan baku ampas jarak di wilayah sekitar industri keci tersebut untuk menjamin kontinyuitas produksi. Nilai kalor briket ampas jarak yang dihasilkan berada antara 3510.5 kal/gram – 4000.5 kal/gram. Kadar perekat terbaik adalah 5%, dengan nilai kalor 4000.5 kal/gram,kekuatan tekan 695 kg/cm2, dan hanya memerlukan 10 detik untuk mulai terbakar. 4. Kualitas pengarangan arang sekam mempengaruhi kualitas arang sekam sebagai bahan baku briket arang sekam, terutama terhadap nilai kalor. 5. Kadar perekat pada briket arang sekam memiliki korelasi positif dengan kerapatan briket, kekuatan tekan briket, dan memiliki korelasi negatif dengan nilai kalor, kemudahan terbakar, kadar abu, dan laju pembakaran briket. 6. Kadar perekat pada briket serbuk gergaji memiliki korelasi positif dengan kerapatan, kekuatan tekan, kadar abu dan memiliki korelasi negatif dengan laju pembakaran briket. 7. Kadar perekat pada briket ampas jarak memiliki korelasi positif dengan kerapatan, laju pembakaran dan memiliki korelasi negatif dengan kadar air, nilai kalor, kekuatan tekan, kemudahan terbakar, dan kadar abu briket.
B. SARAN Saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1.
Perlu dilakukan pembuatan briket arang sekam dengan kadar abu maksimal 7%
(sesuai persyaratan bahan bakar yang baik) untuk mengetahui
kelayakan briket arang sekam sebagai bahan bakar. 2.
Perlu dilakukan penelitian tentang reaksi yang terjadi antara perekat dengan minyak pada ampas jarak karena diduga terdapat korelasi antara reaksi tersebut dengan kualitas briket sebagai bahan bakar.
3.
Perlu dilakukan percobaan pembuatan briket biomassa dengan jenis perekat yang berbeda dengan alat pengempa manual, maupun pembuatan briket biomassa dengan jenis perekat yang sama namun dengan alat pengempa lain (misal alat pengempa semi mekanis).
4.
Perlu studi kelayakan penggunaan briket arang sekam, briket serbuk gergaji, maupun briket ampas jarak untuk sektor lain, seperti industri kecil maupun industri besar.
li
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K., Irwanto, A.K., Siregar,N., Agustina, S.E., Tambunan, A.H., Yamin, M.,hartulistiyoso, E.,Purwanto,Y.A., Wulandani,D., Nelwan, L.O.1998. Energi dan Listrik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Agustina, S. Endah. 2006. Bio Briquette. Paper pada workshop on development in bio-fuel production and biomass technology. Jakarta.
Agustina, S. Endah. 2006. Peran Sektor Pertanian dalam Program “Energy Security” di Indonesia. Jakarta.
Agustina, S. Endah. 2007. Potensi Limbah Produksi Bio-Fuel Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Paper pada Konferensi Nasional Pemanfaatan Hasil Samping Industri Bio-Fuel Serta Peluang Pengembangan Industri Integratednya. Jakarta.
Agustina, S. Endah. 2007. Renewable Energy Policy in Indonesia (Interlink wih Food Security and Environmental Security Programs). Paper pada TriUniversity Joint Simposiumand Seminar 2007 di Thailand. Jakarta.
Apryanti, R. 2006. Pembuatan Briket. Laporan Praktikum. Bogor.
Darmawan, S. , Pari, G. , Hendra, D. 2002. Teknik Pembuatan Kiln, Tungku dan Briket Arang. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Litbang Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. Kupang.
Febryantika. 1998. Studi Kelayakan Kulit Kakao Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pada Tungku Biomassa. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
lii
Hendra, D. , Darmawan, S. 2000. Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol 18 No. 1. Hal 1-9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
http://www.energiterbarukan.net http://www.esdm.go.id http://www.mesdm.net
Nugraha,S. , Setiawati,J. 2003. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Jakarta.
Nuryadin, B. 1990. Mempelajari Laju Pembakaran Bahan Bakar Kayu dengan Pemberian Dimensi dan Bentuk Analisis Pindah Panas dan Efisiensi Tungku Masak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Rivaei, A. 2006. Potensi Ampas Jarak Biji Jarak Sebagai Pupuk Organik. InfoTek Jarak Pagar Vol.1, Nomor 3, Maret 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudrajat, R. 1984. Pengaruh Kerapatan Kayu , Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat Terhadap Sifat Briket Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 1 No. 1 Hal 11-14. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Wahyuni, E. 2006. Pola Konsumsi Energi Pada Industri Kecil Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Yanda, M.U. 1999. Pengaruh Pemberian Kompos Serbuk Gergaji dan Lintasan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
liii
Lampiran 1. Data percobaan pembuatan briket arang sekam Ulangan ke-1 Kadar perekat 37.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 31.34 31.08 31.79 32.49 32.00 33.23 32.24 32.56 32.69 32.16
M basah (gram) 30.44 30.32 31.22 31.89 31.38 32.54 31.75 32.30 32.31 31.57
M kering (gram) 19.49 19.48 19.85 20.49 19.75 20.86 20.29 20.72 20.77 20.19
Diameter (cm) 5.42 5.31 5.41 5.33 5.34 5.31 5.42 5.29 5.32 5.35
Tinggi (cm) 2.03 2.11 2.09 2.10 2.22 2.13 2.18 2.37 2.39 2.18
Volume (cm3) 46.81 46.70 48.02 46.83 49.69 47.15 50.27 52.06 53.10 48.96
Kerapatan (gram/cm3) 0.42 0.42 0.41 0.44 0.40 0.44 0.40 0.40 0.39 0.41
M basah (gram) 33.95 33.55 32.50 33.56 33.15 31.84 31.81 31.43 32.30 32.68
M kering (gram) 20.07 18.99 18.72 20.22 19.32 19.18 18.55 19.15 21.36 19.51
Diameter (cm) 5.32 5.31 5.28 5.33 5.31 5.42 5.29 5.38 5.41 5.34
Tinggi (cm) 2.01 1.62 1.61 2.02 2.01 1.78 1.82 1.82 2.19 1.88
Volume (cm3) 44.66 35.86 35.23 45.05 44.49 41.05 39.98 41.35 50.32 42.00
Kerapatan (gram/cm3) 0.45 0.53 0.53 0.45 0.43 0.47 0.46 0.46 0.42 0.47
M basah (gram) 31.10 32.82 34.10 33.89 32.64 31.88 31.19 33.19 33.85 32.74
M kering (gram) 17.11 18.59 19.09 18.97 18.24 17.74 17.34 18.73 19.02 18.31
Diameter (cm) 5.29 5.41 5.31 5.42 5.43 5.21 5.29 5.38 5.28 5.34
Tinggi (cm) 1.38 1.59 1.62 1.63 1.82 1.41 1.49 1.48 1.52 1.55
Volume (cm3) 30.32 36.53 35.86 37.59 42.13 30.04 32.73 33.63 33.26 34.68
Kerapatan (gram/cm3) 0.56 0.51 0.53 0.50 0.43 0.59 0.53 0.56 0.57 0.53
Kadar perekat 44.44% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 34.76 33.87 33.17 34.04 34.00 32.20 32.26 31.81 32.83 33.22
Kadar perekat 50% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 31.63 33.02 34.42 34.15 32.93 33.34 31.57 33.52 34.24 33.20
liv
Lampiran 1 (lanjutan) Kadar perekat 54.55% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 33.05 34.46 33.39 32.37 33.03 33.50 31.36 32.20 32.65 32.89
M basah (gram) 32.98 34.28 33.21 31.93 32.72 33.26 31.01 31.41 32.19 32.55
M kering (gram) 15.63 16.89 16.11 15.36 16.20 16.17 15.26 15.56 15.70 15.88
Diameter (cm) 5.18 5.32 5.31 5.29 5.28 5.31 5.28 5.31 5.27 5.28
Tinggi (cm) 1.28 1.51 1.32 1.51 1.28 1.42 1.32 1.29 1.42 1.37
Volume (cm3) 26.96 33.55 29.22 33.17 28.01 31.43 28.89 28.55 30.96 30.08
Kerapatan (gram/cm3) 0.58 0.50 0.55 0.46 0.58 0.51 0.53 0.54 0.51 0.53
M basah (gram) 30.72 31.82 33.08 32.60 32.91 31.00 30.69 33.10 32.72 32.07
M kering (gram) 13.55 14.22 14.80 14.57 14.75 13.93 13.80 14.91 14.83 14.37
Diameter (cm) 5.48 5.32 5.31 5.18 5.22 5.18 5.21 5.32 5.31 5.28
Tinggi (cm) 1.19 1.41 1.33 1.21 1.19 1.08 1.22 1.33 1.21 1.24
Volume (cm3) 28.05 31.33 29.44 25.49 25.45 22.75 26.00 29.55 26.78 27.20
Kerapatan (gram/cm3) 0.48 0.45 0.50 0.57 0.58 0.61 0.53 0.50 0.55 0.53
M basah (gram) 31.93 32.42 32.77 33.61 32.32 31.52 32.01 31.18 33.59 32.37
M kering (gram) 20.38 20.92 21.39 22.25 20.90 20.00 21.13 19.34 22.12 20.94
Diameter (cm) 5.47 5.44 5.47 5.46 5.41 5.44 5.48 5.53 5.48 5.46
Tinggi (cm) 2.01 2.04 1.98 2.27 1.97 2.09 2.17 2.10 2.23 2.10
Volume (cm3) 47.21 47.39 46.51 53.12 45.26 48.55 51.16 50.41 52.57 49.13
Kerapatan (gram/cm3) 0.43 0.44 0.46 0.42 0.46 0.41 0.41 0.38 0.42 0.43
Kadar perekat 58.33% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 31.79 32.86 34.36 33.31 33.69 32.07 31.23 33.48 33.60 32.93
Ulangan ke-2 Kadar perekat 37.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 32.33 32.65 33.40 34.00 33.79 31.95 32.67 31.70 34.29 32.98
lv
Lampiran 1 (lanjutan) Kadar perekat 44.44% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 31.47 32.30 32.80 33.13 32.56 33.10 32.09 32.35 32.14 32.44
M basah (gram) 31.20 32.07 32.50 32.87 32.09 32.73 31.66 31.99 31.73 32.09
M kering (gram) 18.24 18.78 19.30 19.24 19.06 19.44 19.09 19.35 18.96 19.05
Diameter (cm) 5.47 5.45 5.46 5.41 5.44 5.47 5.46 5.42 5.41 5.44
Tinggi (cm) 1.81 1.85 1.97 1.94 1.92 1.94 1.92 2.07 1.85 1.92
Volume (cm3) 42.51 43.14 46.10 44.57 44.60 45.57 44.93 47.74 42.50 44.63
Kerapatan (gram/cm3) 0.43 0.44 0.42 0.43 0.43 0.43 0.42 0.41 0.45 0.43
M basah (gram) 30.47 31.58 33.69 30.27 30.84 31.43 32.65 32.38 32.30 31.73
M kering (gram) 16.47 17.11 17.88 16.34 16.81 17.08 17.61 17.90 17.66 17.21
Diameter (cm) 5.45 5.43 5.45 5.46 5.43 5.44 5.41 5.41 5.45 5.44
Tinggi (cm) 1.75 1.80 1.79 1.69 1.76 1.84 1.75 1.83 1.87 1.79
Volume (cm3) 40.80 41.66 41.74 39.55 40.74 42.74 40.21 42.05 43.60 41.45
Kerapatan (gram/cm3) 0.40 0.41 0.43 0.41 0.41 0.40 0.44 0.43 0.41 0.42
M kering (gram) 15.65 16.32 16.17 15.46 15.51 15.81 15.55 15.93 15.70 15.79
Diameter (cm) 5.40 5.41 5.45 5.42 5.41 5.40 5.41 5.41 5.41 5.41
Tinggi (cm) 1.49 1.56 1.60 1.51 1.57 1.55 1.58 1.48 1.53 1.54
Volume (cm3) 34.11 35.84 37.31 34.82 36.07 35.48 36.30 34.00 35.15 35.45
Kerapatan (gram/cm3) 0.46 0.46 0.43 0.44 0.43 0.45 0.43 0.47 0.45 0.45
Kadar perekat 50% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 30.96 32.00 33.96 30.69 31.20 31.99 33.09 32.90 32.65 32.16
Kadar perekat 54.55% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 33.97 34.97 34.75 33.41 32.93 33.72 33.37 34.14 33.45 33.86
M basah (gram) 33.37 34.52 33.75 32.94 32.41 33.26 32.83 33.52 32.53 33.24
lvi
Lampiran 1 (lanjutan) Kadar perekat 58.33% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 32.06 33.60 33.51 33.19 32.41 33.29 33.11 33.77 34.42 33.26
M basah (gram) 31.42 33.07 33.04 32.93 31.63 32.76 32.29 33.20 33.66 32.67
M kering (gram) 14.98 15.38 15.77 15.63 14.64 15.72 15.93 15.97 16.60 15.62
Diameter (cm) 5.40 5.30 5.30 5.30 5.30 5.30 5.45 5.45 5.45 5.36
Tinggi (cm) 1.20 1.40 1.30 1.40 1.20 1.40 1.41 1.44 1.49 1.36
Volume (cm3) 27.47 30.87 28.67 30.87 26.46 30.87 32.88 33.58 34.74 30.71
Kerapatan (gram/cm3) 0.55 0.50 0.55 0.51 0.55 0.51 0.48 0.48 0.48 0.51
lvii
Lampiran 2. Data percobaan pembuatan briket serbuk gergaji Ulangan ke-1 Kadar perekat 44.44% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 14.64 15.83 15.01 14.42 14.74 14.76 15.22 15.48 15.90 15.11
M basah (gram) 14.41 15.69 14.88 14.18 14.36 14.58 15.17 15.10 15.72 14.90
M kering (gram) 7.22 7.66 7.28 7.06 7.19 7.17 7.45 7.48 7.75 7.36
Diameter (cm) 5.60 5.62 5.63 5.64 5.66 5.65 5.60 5.60 5.59 5.62
Tinggi (cm) 2.00 1.60 1.60 2.00 2.00 1.80 1.80 1.80 2.20 1.87
Volume (cm3) 49.24 39.67 39.81 49.94 50.30 45.11 44.31 44.31 53.97 46.29
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.19 0.18 0.14 0.14 0.16 0.17 0.17 0.14 0.16
M basah (gram) 15.33 14.43 15.10 14.78 14.52 14.48 14.59 14.77 15.35 14.82
M kering (gram) 7.07 6.54 6.88 6.73 6.48 6.59 6.72 6.65 7.01 6.74
Diameter (cm) 5.61 5.59 5.62 5.76 5.75 5.71 5.67 5.69 5.68 5.68
Tinggi (cm) 1.97 1.85 1.94 1.76 1.75 1.90 1.78 1.83 1.98 1.86
Volume (cm3) 48.67 45.38 48.10 45.84 45.42 48.63 44.92 46.51 50.15 47.07
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.14 0.14 0.15 0.14 0.14 0.15 0.14 0.14 0.14
M kering (gram) 6.66 6.43 6.38 6.53 6.57 6.85 6.64 6.62 6.78 6.61
Diameter (cm) 5.61 5.56 5.64 5.58 5.65 5.53 5.54 5.60 5.63 5.59
Tinggi (cm) 1.80 1.74 1.67 1.70 1.80 1.85 1.86 1.74 1.84 1.78
Volume (cm3) 44.47 42.22 41.70 41.55 45.11 44.41 44.81 42.83 45.78 43.66
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.15 0.15 0.16 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
Kadar perekat 50% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 15.55 14.63 15.52 15.09 14.97 14.88 15.05 15.26 15.80 15.19
Kadar perekat 54.55% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 15.53 15.21 15.00 15.17 15.47 15.67 15.69 15.81 15.83 15.49
M basah (gram) 15.31 14.97 14.78 14.88 15.19 15.31 15.37 15.48 15.47 15.20
lviii
Lampiran 2 (lanjutan) Kadar perekat 58.33% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 15.02 15.83 15.20 15.40 15.10 15.51 15.72 15.26 14.85 15.32
M basah (gram) 14.79 15.60 14.92 15.11 14.85 15.23 15.40 14.90 14.47 15.03
M kering (gram) 6.05 6.36 6.10 6.24 6.07 6.42 6.36 6.13 6.09 6.20
Diameter (cm) 5.58 5.61 5.60 5.66 5.66 5.65 5.66 5.68 5.65 5.64
Tinggi (cm) 1.62 1.75 1.60 1.61 1.57 1.68 1.69 1.65 1.57 1.64
Volume (cm3) 39.60 43.23 39.39 40.49 39.48 42.10 42.50 41.79 39.34 40.88
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
M kering (gram) 5.11 4.63 4.60 4.74 4.72 4.78 4.79 4.91 4.79 4.79
Diameter (cm) 5.69 5.65 5.54 5.56 5.56 5.52 5.57 5.61 5.53 5.58
Tinggi (cm) 1.38 1.24 1.22 1.23 1.22 1.16 1.27 1.21 1.26 1.24
Volume (cm3) 35.07 31.07 29.39 29.85 29.61 27.75 30.93 29.89 30.25 30.42
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.15 0.16 0.16 0.16 0.17 0.15 0.16 0.16 0.16
M kering (gram) 7.92 8.02 7.74 7.95 7.35 7.88 7.67 7.58 7.81 7.77
Diameter (cm) 5.73 5.79 5.78 5.74 5.74 5.79 5.74 5.67 5.69 5.74
Tinggi (cm) 2.16 2.16 2.07 2.16 1.93 2.18 2.08 2.16 2.05 2.11
Volume (cm3) 55.67 56.84 54.29 55.87 49.92 57.37 53.80 54.51 52.10 54.48
Kerapatan (gram/cm3) 0.14 0.14 0.14 0.14 0.15 0.14 0.14 0.14 0.15 0.14
Kadar perekat 61.54% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 12.34 12.18 12.12 12.32 12.40 12.51 12.70 12.90 12.43 12.43
M basah (gram) 12.14 11.95 11.85 12.02 12.14 12.21 12.42 12.56 12.13 12.16
Ulangan ke-2 Kadar perekat 44.44% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 14.95 15.24 14.62 15.18 14.12 15.31 14.76 14.46 14.96 14.84
M basah (gram) 14.73 15.00 14.41 14.92 13.69 14.82 14.41 14.19 14.56 14.53
lix
Lampiran 2 (lanjutan) Kadar perekat 50% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 14.93 15.15 15.13 14.81 14.38 14.80 15.07 15.13 15.56 15.00
M basah (gram) 14.70 14.98 14.93 14.67 14.16 14.57 14.85 14.90 15.27 14.78
M kering (gram) 6.77 6.95 6.83 6.83 6.69 6.79 6.94 7.01 7.18 6.89
Diameter (cm) 5.58 5.66 5.65 5.64 5.67 5.61 5.67 5.69 5.66 5.65
Tinggi (cm) 1.82 1.89 1.93 1.80 1.82 1.79 1.94 1.90 1.90 1.87
Volume (cm3) 44.48 47.53 48.36 44.95 45.93 44.22 48.96 48.29 47.78 46.72
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.15 0.14 0.15 0.15 0.15 0.14 0.15 0.15 0.15
M kering (gram) 6.46 6.62 6.22 6.60 6.41 6.58 5.67 6.35 6.81 6.41
Diameter (cm) 5.67 5.58 5.66 5.64 5.63 5.65 5.57 5.67 5.72 5.64
Tinggi (cm) 1.76 1.65 1.61 1.63 1.62 1.70 1.43 1.59 1.66 1.63
Volume (cm3) 44.42 40.33 40.49 40.70 40.31 42.60 34.83 40.13 42.64 40.72
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.16 0.15 0.16 0.16 0.15 0.16 0.16 0.16 0.16
M kering (gram) 6.14 5.68 5.97 5.68 5.98 5.77 5.80 5.64 5.95 5.85
Diameter (cm) 5.62 5.74 5.58 5.60 5.66 5.65 5.55 5.60 5.63 5.63
Tinggi (cm) 1.61 1.45 1.52 1.46 1.51 1.51 1.53 1.42 1.54 1.51
Volume (cm3) 39.92 37.50 37.15 35.94 37.97 37.84 37.00 34.96 38.32 37.40
Kerapatan (gram/cm3) 0.15 0.15 0.16 0.16 0.16 0.15 0.16 0.16 0.16 0.16
Kadar perekat 54.55% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 14.87 15.56 14.48 15.15 14.82 15.31 15.80 14.87 15.71 15.17
M basah (gram) 14.73 15.33 14.27 14.93 14.59 15.04 13.07 14.61 15.39 14.66
Kadar perekat 58.33% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 15.38 14.69 15.25 14.30 15.19 14.60 14.41 14.37 15.00 14.80
M basah (gram) 15.22 14.36 15.05 14.19 15.03 14.41 15.18 14.08 14.80 14.70
lx
Lampiran 2 (lanjutan) Kadar perekat 61.54% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 12.24 12.56 12.82 12.10 12.46 12.91 12.99 12.18 12.35 12.51
M basah (gram) 11.97 12.54 12.69 11.91 12.27 12.71 12.73 12.08 12.09 12.33
M kering (gram) 4.53 4.71 4.78 4.53 4.63 4.92 4.88 4.60 4.55 4.68
Diameter (cm) 5.49 5.48 5.51 5.48 5.53 5.48 5.43 5.55 5.45 5.49
Tinggi (cm) 1.15 1.18 1.26 1.15 1.16 1.23 1.22 1.19 1.18 1.19
Volume (cm3) 27.21 27.82 30.03 27.11 27.85 29.00 28.24 28.77 27.51 28.17
Kerapatan (gram/cm3) 0.17 0.17 0.16 0.17 0.17 0.17 0.17 0.16 0.17 0.17
lxi
Lampiran 3. Data percobaan pembuatan briket ampas jarak Ulangan ke-1 Komposisi perekat 5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 20.07 20.02 20.08 20.03 20.05 20.07 20.02 20.08 20.05 20.05
M basah (gram) 20.07 19.96 19.98 19.96 20.04 20.02 19.94 19.91 20.04 19.99
M kering (gram) 17.91 17.78 17.90 17.83 18.15 18.15 17.56 17.81 18.18 17.92
Diameter (cm) 5.19 5.25 5.23 5.20 5.23 5.25 5.23 5.21 5.25 5.23
Tinggi (cm) 0.94 0.97 1.05 1.01 1.03 1.00 0.99 1.01 0.99 1.00
Volume (cm3) 19.88 20.99 22.55 21.44 22.12 21.64 21.26 21.52 21.42 21.42
Kerapatan (gram/cm3) 0.90 0.85 0.79 0.83 0.82 0.84 0.83 0.83 0.85 0.84
M kering (gram) 16.68 17.76 17.71 17.91 17.89 17.81 17.17 17.07 17.13 17.46
Diameter (cm) 5.23 5.21 5.20 5.19 5.21 5.22 5.21 5.22 5.19 5.21
Tinggi (cm) 0.95 0.96 0.97 0.94 0.97 0.98 1.01 1.03 1.00 0.98
Volume (cm3) 20.40 20.46 20.59 19.88 20.67 20.96 21.52 22.03 21.14 20.85
Kerapatan (gram/cm3) 0.82 0.87 0.86 0.90 0.87 0.85 0.80 0.77 0.81 0.84
M kering (gram) 21.42 21.34 21.43 21.40 21.18 21.26 21.46 21.71 21.65 21.43
Diameter (cm) 5.21 5.16 5.24 5.19 5.16 5.18 5.22 5.16 5.22 5.19
Tinggi (cm) 1.09 1.09 1.10 1.09 1.13 1.13 1.11 1.19 1.16 1.12
Volume (cm3) 23.23 22.78 23.71 23.05 23.62 23.80 23.74 24.87 24.81 23.73
Kerapatan (gram/cm3) 0.92 0.94 0.90 0.93 0.90 0.89 0.90 0.87 0.87 0.90
Komposisi perekat 7.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 20.00 20.09 20.02 20.06 20.07 20.00 20.09 20.07 20.00 20.04
M basah (gram) 19.93 20.01 19.97 20.01 20.02 19.97 20.02 20.02 19.92 19.99
Komposisi perekat 10% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 25.13 25.18 25.25 25.16 25.13 25.08 25.05 25.32 25.37 25.19
M basah (gram) 25.07 25.04 25.13 25.07 25.01 25.00 24.97 25.30 25.34 25.10
lxii
Lampiran 3 (lanjutan) Komposisi perekat 12.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 25.05 25.25 25.16 25.16 25.10 25.13 25.04 25.04 25.02 25.11
M basah (gram) 25.04 25.23 25.11 25.10 24.96 25.07 25.00 24.95 24.92 25.04
M kering (gram) 21.63 21.56 21.53 21.47 21.05 21.04 21.23 21.15 21.27 21.33
Diameter (cm) 5.19 5.16 5.17 5.22 5.18 5.20 5.21 5.25 5.21 5.20
Tinggi (cm) 1.12 1.12 1.11 1.09 1.06 1.08 1.11 1.09 1.09 1.10
Volume (cm3) 23.68 23.41 23.29 23.32 22.33 22.92 23.65 23.58 23.23 23.27
Kerapatan (gram/cm3) 0.91 0.92 0.92 0.92 0.94 0.92 0.90 0.90 0.92 0.92
M kering (gram) 18.04 18.18 18.25 18.06 17.90 18.29 18.09 17.87 18.10 18.09
Diameter (cm) 5.20 5.24 5.27 5.21 5.22 5.28 5.21 5.25 5.29 5.24
Tinggi (cm) 0.94 0.96 0.98 0.97 0.95 0.95 0.98 0.96 0.96 0.96
Volume (cm3) 19.95 20.69 21.37 20.67 20.32 20.79 20.88 20.73 21.09 20.72
Kerapatan (gram/cm3) 0.90 0.88 0.85 0.87 0.88 0.88 0.87 0.86 0.86 0.87
M kering (gram) 17.97 18.00 17.90 17.83 17.79 17.86 17.83 17.80 17.75 17.86
Diameter (cm) 5.28 5.22 5.24 5.22 5.25 5.24 5.16 5.24 5.25 5.23
Tinggi (cm) 0.90 0.96 0.92 0.96 0.92 0.91 0.92 0.94 0.90 0.93
Volume (cm3) 19.70 20.53 19.83 20.53 19.91 19.61 19.23 20.26 19.47 19.90
Kerapatan (gram/cm3) 0.91 0.88 0.90 0.87 0.89 0.91 0.93 0.88 0.91 0.90
Ulangan ke-2 Komposisi perekat 5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 20.01 20.04 20.04 20.04 20.04 20.02 20.03 20.09 20.09 20.04
M basah (gram) 19.95 20.00 19.99 19.96 19.80 19.96 19.96 19.79 20.00 19.93
Komposisi perekat 7.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 20.03 20.05 20.03 20.04 20.01 20.01 20.06 20.04 20.02 20.03
M basah (gram) 19.97 20.04 19.95 19.95 19.94 19.95 19.98 19.97 19.97 19.97
lxiii
Lampiran 3 (lanjutan) Komposisi perekat 10% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 25.05 25.03 25.02 25.08 25.02 25.07 25.01 25.09 25.08 25.05
M basah (gram) 24.99 24.96 24.90 24.92 24.87 24.94 24.83 25.01 24.90 24.92
M kering (gram) 21.52 21.46 21.42 21.28 21.19 21.29 21.37 21.53 21.54 21.40
Diameter (cm) 5.25 5.21 5.22 5.21 5.22 5.20 5.20 5.20 5.19 5.21
Tinggi (cm) 1.10 1.10 1.14 1.08 1.07 1.08 1.08 1.11 1.08 1.09
Volume (cm3) 23.80 23.44 24.38 23.01 22.89 22.92 22.92 23.56 22.84 23.31
Kerapatan (gram/cm3) 0.90 0.92 0.88 0.92 0.93 0.93 0.93 0.91 0.94 0.92
M kering (gram) 21.52 21.05 20.86 21.41 22.68 21.18 20.93 21.02 21.52 21.35
Diameter (cm) 5.20 5.19 5.23 5.21 5.20 5.21 5.20 5.15 5.24 5.20
Tinggi (cm) 1.17 1.05 1.06 1.12 1.19 1.15 1.08 1.11 1.16 1.12
Volume (cm3) 24.83 22.20 22.76 23.87 25.26 24.50 22.92 23.11 25.00 23.83
Kerapatan (gram/cm3) 0.87 0.95 0.92 0.90 0.90 0.86 0.91 0.91 0.86 0.90
Komposisi perekat 12.5% No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 av=
M campuran (gram) 25.12 25.14 25.02 25.19 25.05 25.06 25.16 25.07 25.09 25.10
M basah (gram) 25.03 25.08 24.90 25.06 24.75 25.03 25.08 24.90 25.05 24.99
lxiv
Lampiran 4. Gambar-gambar peralatan untuk pengujian yang digunakan selama percobaan
a. Alat pengempa manual
c.Unit bomb calorimeter
b. Timbangan digital
d. Drying oven
lxv
Lampiran 4 (lanjutan)
e. Tungku
f. Jangka sorong
lxvi
Lampiran 5. Gambar alat pengempa semi mekanis dan alat pengempa mekanis yang dikembangkan oleh Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB
(a) Alat pengempa briket semi mekanis
(b) Hasil modifikasi alat pengempa briket semi mekanis
lxvii