PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH, DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH DENGAN SKIM MUDHARABAH (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA)
Skripsi
Oleh : Abu Bakar Siddiq NIM: 105081002456
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
1
PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH, DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH DENGAN SKIM MUDHARABAH (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA)
Skripsi
Oleh : Abu Bakar Siddiq NIM: 105081002456
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
2
PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH DENGAN SKIM MUDHARABAH (STUDI KASUS PADA PT BANK MUAMALAT INDONESIA) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Abu Bakar Siddiq NIM: 105081002456
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150 317 955
M. Arief Mufrani, Lc.,M.Si NIP. 150 330 729
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M 3
Hari ini Selasa Tanggal 16 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Abu Bakar Siddiq NIM: 105081002456 dengan judul skripsi “PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH DENGAN SKIM MUDHARABAH” (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indo Yama Nasaruddin, SE,.MAB Ketua
Suhendra, S.Ag,MM. Sekretarias
Prof. Dr.Abdul Hamid. M.S Penguji Ahli
4
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari ini Selasa 30 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Abu Bakar Siddiq NIM:105081002456 dengan judul skripsi “PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH, DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH DENGAN SKIM MUDHARABAH”.(Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia). Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama sidang berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juni 2009
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
M. Arief Mufraini, Lc, M.Si Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
5
CURRICULUME VITAE Nama
: Abu Bakar Siddiq
Tempat/Tanggal Lahir
: Sumenep, 01 Januari 1985
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kayu Mas 3 No.14 Rt/Rw 09/04 Kel. Pulogadung Jakarta Timur
Anak ke
: 3 dari 4 Berdaudara
Telepon
: 08567185530
Hobbi
: Baca Novel, Musik, dan Foot Ball
Email
:
[email protected]
Pendidikan Formal 1. SDN Aenganyar 1 Giligenting 2. SLTPN 1 Giligenting 3. MA 1 Annuqayah 4. UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 1992 – 1998 1998 – 2001 2001 – 2005 2005 – 2009
Pengalaman Organisasi Tahun 1. Sekretaris OSIS SLTPN 1 Giligenting 1999 – 2000 Sumenep 2. Ketua DPO (Dewan Pengawas Osis) SLTPN 2000 – 2001 1 Giligenting 3. Kooordinator Seksi Keilmuan dan 2002 – 2003 Ketakwaan OSIS MA 1 Annuqayah 4. Wakil Ketua OSIS MA 1 ANNUQAYAH 2003 – 2004 Sumenep 5. Ketua IKRAGIL 2003 – 2004 6. Seksi Sarana dan Publikasi BEMJ 2006 – 2007 7. Ketua FORDIS Mahasiswa Sumenep 2005 – 2009
MOTTO “Impian adalah Ruh Setiap Langkah dan Aplikasi Hidup untuk Meraih Segala apa yang kita citakan Menjadi Kenyataan”. “Jadikan Tutur adalah Doa yang Senantiasa Membawa Berkah, Penyemangat dan Penyelamat Hidup”
6
Abstract This research aims to observe the influence of earnings, financing, saving of mudharabah, ratio and BI rate to the customer’s profit-sharing yield at Bank Muamalat, the period January 2005 until April 2008. The method that is used in this research is multiple regression. The data analysis transform to linear logarithm with the model of Ordinary Least Square (OLS). Data is used the data of time series that is taken from monthly financial report of Muamalat Bank and data of Banking statistics from the Indonesian Bank. The result obtained from analysis, yielding that earnings,, financing, saving of mudharabah, and ratio of the profit-sharing influenced significantly to the customer’s profit-sharing yield using mudharabah scheme. While BI rate does not influence significantly to rate of the costumer’s profit-sharing yield at Bank of Muamalat Indonesia.
Key Word: Islamic Bank, total earnings, total financing, saving of mudharabah scheme, ratio and BI rate.
7
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel jumlah pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah dan BI rate mempengaruhi terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah dengan skim mudharabah di Bank Muamalat pada periode Januari 2005 sampai dengan April 2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda yang ditransformasikan kepada log linear dengan model Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan merupakan data time series yang diambil dari laporan keuangan bulanan Bank Muamalat Indonesia dan data statistik perbankan dari Bank Indonesia. Hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan, menghasilkan bahwa jumlah pendapatan, penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, dan nisbah bagi hasil mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah. Sedangkan BI rate tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia.
Key Word: bank syariah, jumlah pendapatan, jumlah penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, dan nisbah dan BI rate.
8
KATA PENGANTAR ا ا ا Syukur Alhamdulilah, tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridha dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan umatnya, Insya Allah dan mudah-mudahan kita ada didalamnya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah Pendapatan, Penyaluran, Tabungan, Nisbah dan BI Rate terhadap Tingkat Imbal Bagi Hasil Nasabah yang Menggunakan Skim Mudharabah (Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia)” dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini saya susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana (S1) pada jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan akibat keterbatasan penulis. Dan penulis juga menyadari skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid M.S Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pembantu Dekan
Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing 1. 3. Bapak Indo Yama SE.,MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
4. Bapak M. Arief Mufraini Lc.,M.Si, selaku dosen pembimbing 2,
atas
kesediaannya membeberikan waktu luang kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga sekali atas terselesainya skripsi ini. 5. Para dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan disisi Allah SWT. 6. Staf akademik jurusan manajemen dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses terselesainya skripsi ini. 7. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral, materiil dan doa yang tiada henti untuk ananda semoga Allah SWT memberikan usia yang penuh keberkahan, perlindungan, kesehatan dan kebahagian yang tiada tara di dunia dan akhirat. Amien. 8. Teruntuk Ibunda tercinta dan terhormat (sigle parent) yang selalu memberikan dukungan moral, motivasi, dan doa yang tak henti-hentinya pada ananda. Serta telah mengajarkan banyak sisi kehidupan serta pengorbanan yang tiada tara dalam hidup ananda. Semoda Allah Selalu melindungi dan memberikan rahmat, karunia, kesehatan serta keberkahan yang tiada tara di dunia dan akhirat. Dan semoga Allah juga membalas segala kebaikan dan kasih sayang yang diberikan kepada ananda hingga dewasa. 9. Teruntuk Kakakku Qamaruddin SF dan kak Ira, yang telah memberikan banyak pengorbanan kepada adinda. Dan selalu memberikan dukungan moral, motivasi dan insprirasi, serta lebih-lebih materiil yang tak ternilai. Semoga Allah membalasnya dengan lebih baik dan diberikan kebahagiaan dunia akhirat. Amien. 10. Teruntuk Kakakku Cholifah, yang juga telah banyak berkorban selama ini sekaligus sebagai orangtua yang selalu menyayangi aku. Semoga Allah selalu
10
melindungi dan membalas jasa dan kebaikannya selama ini dengan yang lebih baik dan sempurna. 11. Untuk my Lovely, yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi untuk selalu berjuang, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk aku. Semoga kita dapat disatukan dan diberi jalan yang terbaik serta bahagia selamanya. 12. Untuk kak Ari dan adikku Azizah yang telah memberikan perhatian dan doanya. Kalian adalah penyemangat hidup untuk terus berjuang dan berusaha lebih baik. Semoga Allah SWT membalas dan amal baik kalian semua. 13. Untuk Eli yang udah minjemin computer jadulnya, Ahmad Tamat yang dah ngerti wat nggak nonton tv karena computernya dipake ngolah data, Mr. pur yang gatel gak liat tv, om mannan, n ojan yang nganterin cari data. 14. Seluruh rekan mahasiswa Jurusan Manajemen angkatan 2005, khususnya kelas B yang selalu kompak dan care banget, terutama idho herlino yang nganterin aq kmn2 cari data, enny, fitri, yoko, dan semuanya. Tetap kompak n gokil abiez, kita kumpul2 lagi di puncak.brrr..!!. Dan konsentrasi perbankan yang baik-baik yang banyak membantu diantaranya miftah, dewi, irma, cece, dan semuanya yang tidak mungkin aku sebutin satu-satu. Mudah-mudahan persahabatan kita abadi n kita menjadi orang sukses. 15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis manjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat manusia, serta bagi perkembangan perbankan Indonesia di Indonesia. Semoga Allah senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
11
DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................
i
ABSTRACT ......................................................................................................
ii
ABSTRAK ........................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................
iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................
10
TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Bank syariah ............................................................
12
B. Manajemen Asset dan Liabilities ................................................
13
C. Metode bagi hasil.........................................................................
17
1. Pengertian Bagi Hasil.............................................................
17
2. Bentuk-Bentuk Bagi Hasil .....................................................
18
D. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Mudharabah ...................
26
1. Faktor Langsung ………........................................................
27
2. Faktor Tidak Langsung ........................................................
28
E. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) .........
29
1. Pengertian Akad Mudharabah ................................................
29
2. Bentuk-Bentuk Mudharabah ..................................................
32
3. Prinsip Mudharabah ...............................................................
36
12
BAB III
a. Mudharabah Muthlaqah......................................................
35
b. Mudharabah Muqayyadah ..................................................
37
4. Teknik Mudharabah dalam Perbankan....................................
39
5. Manfaat Mudharabah ............................................................
40
F. Perhitungan Perolehan Tingkat Bagi Hasil Nasabah Mudharabah
40
G. Penelitian Terdahulu ....................................................................
46
H. Kerangka Pemikiran ....................................................................
49
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................
53
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................
53
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................
54
D. Metode aanalisis .........................................................................
55
1. Uji Unit Root Test ….............................................................
57
2. Uji Asumsi Klasik …. ............................................................
57
b. Multikolinearitas .............................................................
58
c. Heteroskedastisitas ..........................................................
60
d. Autokorelasi ....................................................................
61
3. Metode Regresi Berganda ....................................................
63
4. Pengujian Hipotesis................................................................ .. 66 a. Uji Simultan ......................................................................
66
b. uji Parsial ...........................................................................
67
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................
70
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...................................
73
13
1. Sejarah Singkat Perusahaan......................................................
73
2. Perkembangan Usaha ...............................................................
75
a. Perkembangan Layanan BMI .............................................
75
b. Perkembangan Keuntungan ................................................
77
B. Hasil Analisis Data .....................................................................
78
1. Analisis Unit Root Test............................................................
79
2. Uji Klasik ...............................................................................
82
a. Multikolinearitas ...............................................................
82
b. Heteroskedastisitas ............................................................
84
c. Autokorelasi ......................................................................
84
3. Analisis Regresi Berganda ......................................................
86
4. Pengujian Hipotesis ................................................................
90
b. Uji Simultan ......................................................................
90
a. uji Parsial ...........................................................................
98
C. Interpretasi Variabel-varaiabel yang Mempengaruhi Pemberian Bagi Hasil Nasabah......................................................................
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN .......................................................................... 104 B. IMPLIKASI................................................................................. 105
14
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Perhitungan Bagi Hasil pada Bank Syariah ....................................
42
4.1
Audgmented Dickey Fuller Test Staistik ........................................
79
4.2
Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................
83
4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................
84
4.4
Hasil Autokorelasi .........................................................................
85
4.5
Bagi Hasil Nasabah BMI Ordinary Least Square ...........................
86
4.6
Bagi Hasil Nasabah BMI Ordinary Least Square with White Heteroscedasticity...........................................................................
4.7
88
Nilai t hitung Pada Regresi…………………………………………
91
15
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Alur Proses Penelitian ....................................................................
50
2.2
Kerangka Penelitian .......................................................................
51
3.1
Uji Durbin Watson dengan Table Durbin Watson .........................
85
3.2
Skema Proses Analisis Data............................................................
63
4.1
Uji Durbin Watson dengan Tabel Durbin Watson ..........................
79
16
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Laporan Keuangan BMI ........................................................ 111
2
Data Laporan Keuangan BMI Hasil Transformasi Log Linear ........ 112
3
Data Laporan BI Rate .................................................................... 113
4
Hasil Uji Regresi Ordinary Least Square ........................................ 114
5
Hasil Uji Auxiliary ........................................................................ 115
6
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 118
7
Hasil Autokorelasi ......................................................................... 119
17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan sebagai lembaga intermediasi memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Dengan demikian, upaya pengembangan perbankan nasional termasuk perbankan syariah perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kostribusinya terhadap pembangunan ekonomi. Perkembangan bank syariah sebagai sub sistem perbankan nasional mempunyai potensi besar dalam meningkatkan fungsi intermediasi dana masyarakat atau potensi investasi yang ada pada masyarakat muslim Indonesia, untuk disalurkan kedalam kegiatan-kegiatan produktif sehingga pertumbuhan ekonomi sektor riil lebih terwujud. Selain itu, sebagai lembaga syariah yang menunjang sistem transaksi bebas dari riba atau lebih dikenal dengan sistem bagi hasil dapat memberikan keadilan dan keberkahan dari transaksi tersebut. Kegiatan bank syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas prinsip syariah. Oleh sebab itu bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip syariah sebagai dasar penentukan imbalan yang diterima atas jasa pembiayaan yang
18
diberikan dan atau pemberian atas dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah. Kunci keberhasilan manajemen bank syariah sangat ditentukan oleh bagaimana bank tersebut dapat merebut hati masyarakat, sehingga peranan bank syariah sebagai financial intermediary dapat berjalan dengan baik. Jadi, bank syariah harus dapat melakukan fungsi tersebut bagi mereka yang memiliki kelebihan uang (surplus spending unit) dan menyimpan uangnya di bank syariah, serta melayani kebutuhan uang masyarakat melalui pemberian pembiayaan kepada mereka yang kekurangan uang (deficit spending unit) dan amat membutuhkannya (Muhammad, 2004). Tingkat Keuntungan yang diperoleh bank syariah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank syariah. Dengan demikian, kemampuan manajemen bank syariah untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha, dan pengelola investasi yang baik sangat menentukan kualitas usahanya sebagai intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba (Muhammad, 2004). Kegiatan investasi tersebut, bank syariah menerapkan mudharabah sebagai akad yang melandasinya, dengan tujuan untuk menciptakan suatu kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) yang dalam hal ini adalah bank. Disini mudharabah terbagi dalam dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah (general invesment) dan mudharabah muqayyadah.
19
Perbedaannya adalah dalam mudharabah muthlaqah, shahibul maal tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang di investasikannya, sehingga mudharib memiliki wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis layanannya. Berbeda dengan konsep mudharabah muqayyadah, yakni pihak bank terikat dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. Maka dalam pembiayaan mudharabah muqayyadah, shahibul maal melakukan prinsip kehati-hatian, karena dalam pengelolaan dananya—dana yang diinvestasikan dalam bentuk tabungan dan deposito—shahibul maal memilih sendiri jenis usahanya. Dan jika terjadi resiko dalam investrasi tersebut, yang menanggung segala resikonya adalah shahibul maal (penyandang dana). Bank syariah dalam memperoleh dana yang akan disalurkan pada pembiayaan, salah satunya adalah berbentuk tabungan atau deposito berjangka (mudharabah) dari nasabah dengan memberikan nisbah bagi hasil yang menarik untuk mendorong masyarakat berinvestasi di bank syariah. Dalam hal ini, Semakin besar pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan kepada nasabah peminjam, maka akan semakin besar pendapatan dari bagi hasil yang diterima nasabah penyimpan. Namun demikian, oleh karena hasil keuntungan dari penyaluran pembiayaan tersebut harus dibagi kepada seluruh nasabah penyimpan, maka keuntungan yang diperoleh nasabah penyimpan adalah sangat terbatas kepada jumlah dana yang ditempatkan.
20
Faktor yang menjadi sumber pendapatan adalah asset produktif dalam bentuk pembiayaan, (earning asset). Semakin banyak dana yang bisa disalurkan dalam pembiayaan berarti semakin tinggi earning asset, artinya dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kepada pembiayaan yang produktif (tidak banyak asset yang menganggur). Hal ini tercermin dari tingkat FDR (Financing to Deposit Ratio) bank. Disamping itu, bila rasio FDR lebih tinggi dan melebihi ketentuan, maka bank akan berusaha meningkatkan perolehan dananya dengan memberikan return bagi hasil yang menarik investor (deposan). Sistem mudharabah dikatakan sebagai sesuatu yang ideal untuk perbankan Islam, dan mempunyai banyak keuntungan serta lebih bersifat adil dibandingkan dengan sistem lainnya, namun ternyata mudharabah dalam kenyataaannya belum menjadi skema pembiayaan yang utama pada bank syariah. Kondisi perbankan syariah dalam menjalankan mudharabah juga tidak terlihat baik. Berdasarkan statistik perbankan syariah pada Bank Indonesia awal tahun 2008, akad murabahah masih sekitar 60 persen dari total kredit. Perbankan syariah masih belum memiliki keberanian secara penuh untuk menerapkan sistem mudharabah mengingat akan moral hazard terhadap pembagian bagi hasil. Pada tahun 2000 hampir 80 persen transaksi bank syariah mengandalkan sistem jual beli (murabahah). Saat ini sistem tersebut merosot hingga 60 persen. Mengimbangi terus merosotnya sistem jual beli tersebut akhirnya bank syariah memutuskan untuk mengembangkan sistem bagi hasil, yang risikonya cukup besar. Meskipun NPF hingga akhir Maret 2009 hampir mencapai 4,29 persen, hal
21
ini dianggap sebagai pembelajaran untuk perkembangan sistem bagi hasil lebih lanjut (Kompas.com,25 Mei 2009). Ada beberapa permasalahan yang dapat dilihat dalam perbankan syariah sehingga sistem mudharabah menjadi kurang berkembang, diidentifikasikan antara lain sebagai berikut (Humayon A. Dar and John R. Presley, 2001): 1. Kontrak profit loss sharing dikaitkan dengan agency problems manakala seorang pengusaha tidak mempunyai insentif untuk memberikan usaha tetapi mempunyai insentif untuk melaporkan profit yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan pribadi dari manager. Argumen ini berdasarkan ide bahwa pihak-pihak pada transaksi bisnis akan melalaikan jika mereka dikompensasi kurang dari kontribusi marginal pada proses produksi, dan manakala ini terjadi pada kasus profit loss sharing, kaum kapitalis ragu-ragu untuk berinvestasi berdasarkan basis profti-loss sharing. Sebagai contoh A meminjam uang pada bank syariah X kemudian ia melaporkan keuntungannya pada laporan laba rugi yang usahanya lebih rendah. Sehingga, tingkat profit-loss sharing yang diberikan kepada bank lebih rendah. 2. Kontrak profit loss sharing membutuhkan jaminan agar dapat berfungsi secara efisien. Sedikitnya jaminan hak property pada kontrak profit loss sharing menyebabkan kegagalan adopsi karena tidak ada aturan yang melandasi. Pada praktiknya di Indonesia, jaminan hak property atas profitloss sharing belum diatur dengan tegas dan jelas.
22
3. Perbankan Islam menawarkan risiko yang lebih kecil dari pembiayaan dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini berdasarkan konsep mudharabah dan musyarakah
yang dianutnya.
Tetapi seringkali
pelaksanaannya manajemen asset dari mudharabah dan musyarakah tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Idealnya, dana pada perbankan syariah disalurkan melalui kegiatan investasi pada asset riil. Tetapi pada kenyataannya di Indonesia, pengelolaan asset pada perbankan syariah masih terpusat pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). 4. Keempat, batasan peran investor pada manajemen dan dikotomi struktur keuangan
dari
kontrak
profit
loss
sharing
menimbulkan
ketidakpartisipasian. Mereka tidak berbagi kontrak berdasarkan partisipasi pengambilan keputusan. Disatu sisi terlihat hanya pihak manajemen yang mengelola dana sedangkan investor hanya menikmati hasilnya. 5. Pembiayaan ekuitas tidak tepat bagi pembiayaan proyek jangka pendek manakala dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi (efek diversifikasi waktu pada ekuitas). Pada kasus di Indonesia, dimana banyak pengelolaan dana perbankan syariah yang disalurkan melalui Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, menimbulkan risiko yang tinggi jika pembiayaan tersebut berjangka pendek dan lebih berisiko lagi jika bank syariah menyalurkan pengelolaan dana melalui Jakarta Islamic Index. Jika melihat asumsi diatas, kelemahan itu bisa jadi memang terjadi pada bank syariah yang menerapkan sistem mudharabah sehingga bank syariah menjadi kurang serius menggarap mudharabah. Namun, jika ditelaah lebih lanjut, 23
sesungguhnya kelemahan yang terjadi pada konsep mudharabah itu bisa dilihat dengan sebab sebagaimana kelemahan sharing. Misalnya contoh diatas, yang pertama terjadi karena adanya moral hazard dari pelaku usaha (mudharib) yang cenderung untuk memaksimalkan keuntungan, sehingga return yang akan didapat oleh bank sebagai shahibul maal menjadi berkurang. Dan kedua, salah satu penyebab dari keengganan bank syariah dalam menerapkan mudharabah adalah faktor resikonya yang tinggi dan alasan kehati-hatian. Faktor resiko yang tinggi menyebabkan pihak shahibul mal akan meminta jaminan. Masalah resiko yang besar tersebut sebenarnya berdasarkan dari informasi yang kurang lengkap atau preferensi dari pihak yang terlibat. Resiko biasanya diakibatkan oleh dua hal, yaitu resiko yang sudah menjadi sunnatullah dalam berusaha dan resiko moral hazard pelaku usaha (mudharib). Resiko yang menjadi sunantullah, meskipun tidak dapat dipastikan, namun dapat diantisipasi dengan perencanaan usaha yang baik. Namun jika resiko itu adalah moral hazard dari pelaku usaha, maka hal itu tentu menjadi masalah lain. Sebab lain adalah tidak adanya transparansi informasi yang disampaikan oleh mudharib kepada shahibul maal, sehingga informasi menjadi tidak berimbang. Permasalahan tersebut adalah yang terjadi pada sharing, yaitu tidak terjadinya informasi yang berimbang antara shahibul maal dan mudharib (Asymmertik Information). Sebab lainnya adalah kinerja dari bank syariah sendiri, menyangkut preferensi dari pihak shahibul maal. Mengingat permasalahan-pemasalahan yang dihadapi perbankan syariah dalam menerapkan sistem nudharabah datas, penulis mencoba menelaah lebih
24
lanjut untuk melihat bagaimana pertumbuhan tingkat bagi hasil nasabah pada penerapan mudharabah diperbankan syariah. Sehingga menjadi acuan informasi bagi bank syariah dan masyarakat untuk berinvesatsi dengan sistem mudharabah. Selain itu, penulis melihat keterkaitan antara nasabah penyimpan, bank syariah dan nasabah meminjam inilah yang melatarbelakangi penelitian lebih dalam untuk mengetahui operasional dan aspek bisnis dari sebuah bank syariah, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai keunggulan skim transaksi mana saja yang dilaksanakan oleh bank syariah yang dapat memberikan pengembalian (return) yang lebih baik bagi nasabah penyimpan dan juga menguntungkan posisi bank syariah itu sendiri. Salah satu yang menjelaskan keterkaitan nasabah penyimpan, bank syariah dan nasabah peminjam adalah dengan menggunakan skim mudharabah. Operasional bank syariah, perhitungan pendapatn bagi hasil dari produk penghimpunan dana dengan skim mudharabah dapat diketahui oleh setiap orang dengan suatu formula yang disebut HI-1000, yang artinya hasil investasi setiap Rp.1000,- berdasarkan pemahaman dari kondisi tersebut, khususnya mengenai keterkaitan antar penyaluran pembiayaan di bank syariah dengan pendapatan bagi hasil yang diperoleh nasabah penyimpan, maka penelitian ini diarahkan pada pokok permasalahan sejauh mana variabel-variabel yang terkait dengan formula HI-1000 tersebut memengaruhi tingginya tingkat imbal bagi hasil dari yang menggunakan skim mudharabah.
25
Berdasarkan indikasi dalam penentuan tingkat pendapatan (imbal) bagi hasil nasabah yang menggunakan akad mudharabah, dan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independet mempengaruhi tingkat imbalan bagi hasil nasabah terhadap akad mudharabah. Maka penulis dalam penelitian ini memilih judul “PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN, PENYALURAN, TABUNGAN, NISBAH, DAN BI RATE TERHADAP TINGKAT IMBAL BAGI HASIL NASABAH YANG MENGGUNAKAN SKIM MUDHARABAH (STUDI KASUS PADA BANK MUAMALAT INDONESIA)” B. Perumusan Masalah Berdasarkan pertimbangan diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dilakukan penelitian. Maka pertanyaan pokok yang akan dicari jawabannya dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana total pendapatan dari penyaluran pembiayaan, penyaluaran pembiayaan,
jumlah seluruh tabungan nasabah penyimpan
yang
menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mempengaruhi perolehan imbal bagi hasil nasabah melalui skim mudharabah di Bank Muamalat Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan April 2008 secara bersama-sama (simultan)?. 2. Bagaimana total pendapatan dari penyaluran pembiayaan, penyaluaran pembiayaan,
jumlah seluruh tabungan nasabah penyimpan
yang
menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate
26
mempengaruhi perolehan imbal bagi hasil nasabah melalui skim mudharabah di Bank Muamalat Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan April 2008 secara parsial?. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan total pendapatan dari penyaluran pembiayaan, penyaluaran pembiayaan,
jumlah seluruh
tabungan nasabah penyimpan yang menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mempengaruhi perolehan imbal bagi hasil nasabah melalui skim mudharabah di Bank Muamalat Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan April 2008 secara bersama-sama (simultan). 2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan total pendapatan dari penyaluran pembiayaan, penyaluaran pembiayaan,
jumlah seluruh
tabungan nasabah penyimpan yang menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mempengaruhi perolehan imbal bagi hasil nasabah melalui skim mudharabah di Bank Muamalat Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan April 2008 secara parsial. Sedangkan manfaat dan kontribusi yang ingin diberikan dari penelitian ini adalah diketahuinya tingkat pendapatan bagi hasil dengan menggunakan skim mudharabah pada tataran praktek, yakni:
27
1. Bagi penulis untuk mengetahui lebih mendalam tentang kegiatan penghimpunan dana yang berbasis pada skim mudharabah dan apakah jumlah pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah dan BI rate dapat mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah, sehingga dapat memberikan pandangan investasi dengan skim mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. 2. Bagi masyarakat, yaitu sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang selama ini belum sepenuhnya memahami variable apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil dengan menggunakan skim mudharabah. 3. Sedangkan bagi bank sendiri adalah sebagai bahan masukan untuk dapat
meningkatkan
pendapatan
bank
syariah
melalui
skim
mudharabah, dan diharapkan juga sebagai kontribusi pemikiran untuk dapat memberikan tingkat imbal bagi hasil yang kompetitif dan menarik bagi nasabah penyimpan. 4. Dan bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengkajian lebih lanjut antara teori dan realitas penerapan transaksi mudharabah selanjutnya.
28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Bank Syariah Pesatnya pertumbuhan bank syariah di Indonesia, belum dibarengi oleh pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang sistem operasional perbankan syariah yang memadai. Meski bank syariah terus berkembang setiap tahunnya, namun dikalangan masyarakat Indonesia masih belum mengenal apa dan bagaimana bank syariah menjalankan kegiatan bisnisnya. Umumnya masyarakat masih beranggapan bahwa bank syariah tak ubahnya seperti bank konvensional yang hanya diberi label syariah saja. Karakteristik dasar yang melandasi sistem operasional perbankan syariah, yaitu sistem bagi hasil, kurang berkembang. Sebab penyaluran dana bank syariah yang lebih besar bertumpu pada pembiayaan murabahah, yang mengambil keuntungan berdasarkan margin, yang dipandang hanyalah sekedar polesan dari cara pengambilan bunga pada bank konvensional. Secara teoritis sistem bagi hasil dengan akad mudharabah sangat baik, namun demikian, pembiayaan perbankan syariah dengan pola tersebut belum menjadi barometer bank syariah, sehingga perbandingannya cukup kecil jika dibandingkan dengan pembiayaan dengan pendapatan tetap. Hal tersebut lebih disebabkan pada tuntutan yang harus dipenuhi oleh bank syariah yang mengikuti struktur bank komersial. Untuk bank komersial dituntut untuk membagikan pendapatan atau return secara tetap bagi dana pihak ketiga di setiap bulannya.
29
Sehingga pembiayaan dengan basis pendapatan tetap cenderung menjadi pilihan bagi bank syariah. Hal ini menjadi tugas manajemen bank syariah agar bagaimana karakteristik bank syariah yang berbasiskan pada sistem bagi hasil terus berkembang dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kelangsungan investasi masyarakat muslim, agar tetap menempatkan dananya di bank syariah. Menyikapi dari kondisi yang terjadi pada masyarakat dan juga pada bank syariah, dibutuhkan dari semua unsur, baik lembaga ataupun perorangan yang berkepentingan dengan berkembangnya ekonomi dan keuangan syariah, untuk lebih jauh memperkenalkan pada semua lapisan masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan. Disamping itu, dari pihak praktisi keuangan dan bisnis syariah untuk mempersiapkan sistem, jaringan dan manajemen bank syariah yang mengacu pada profesionalisme. Agar bagaimana sistem bagi hasil menjadi karakteristik operasional bank syariah, tentunya banyak hal yang harus dibenahi dan dipersiapkan, disamping perbaikan pada sistem, jaringan dan manajemen, mempersiapkan sumber daya manusia yang paham dan mengerti ekonomi dan keuangan syariah, baik teori dan praktek, merupakan kondisi mendasar bagi bank syariah untuk dipersiapkan.
B. Manajemen Asset dan Liabilitas
Tujuan manajemen aset dan liabilities bank syariah tentunya juga untuk mengkoordinasikan portofolio asset dan liabilities untuk meksimalkan laba
30
(profit) bagi bank dan hasil nasabah dengan memperhatikan kebutujhan likuiditas dan prinsip kehati-hatian. Secara teori, likuiditas dalam sistem perbankan mencakup dua hal; (a) likuiditas instrumen keuangan di pasar keuangan dan (b) likuiditas terkait dengan solvency atau kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan kepada pihak ketiga. Untuk Indonesia, manajemen likuiditas terkait dengan solvency adalah yang paling relevan mengingat pasar keuangan syariah masih belum begitu berkembang. Secara sederhana, manajemen likuiditas dapat diartikan sebagai upaya perbankan untuk menjaga keseimbangan antara sisi asset dan sisi liability. Bank syariah wajib memahami prinsip dan karakter industri perbankan syariah Indonesia yang berpotensi menimbulkan risiko likuiditas. Pertama, praktek perbankan syariah berhubungan dengan kondisi riil perekonomian. Artinya, ketika perekonomian menghadapi gangguan (shock) maka proyek yang dibiayai
bank
syariah
akan
terganggu
dan
berpotensi
menimbulkan
ketidakseimbangan (mismatch) antara asset dan liability. Kedua, praktek perbankan syariah adalah asset based contract. Sehingga risiko likuiditas pada pembiayaan syariah dapat terjadi ketika terdapat masalah pada harga asset, nilai penyusutan asset, kerusakan asset, dan sebaginya. Ketiga, kerjasama pembiayaan bank syariah dan pengusaha pastinya mengandung risiko kegagalan usaha (business failure), low rate of return, dan sebagainya yang tentunya juga mengganggu penerimaan di sisi asset. Keempat, nasabah rasional yang sangat sensitif dengan return yang ditawarkan oleh conventional financial market
31
berpotensi menimbulkan displaced commercial risk yaitu risiko beralihnya simpanan dari bank syariah kepada bank konvensional. Perekonomian nasional juga rentan terhadap pengaruh negatif dari luar, maka hal ini berpotensi menyebabkan risiko likuiditas bagi dunia perbankan. Maka bank syariah harusnya menjadi alternatif solusi bagi masalah risiko likuiditas dengan menyalurkan pembiayaan kepada sektor riil dan mekanisme pembiayaan syariah yang mengharuskan kerjasama aktif dan saling percaya antara nasabah, bank syariah dan pengusaha. Kerjasama ini ditunjang pula oleh regulator dan pihak terkait lainnya (Yaqoobi, Nizam 2007:3). Apabila kerjasama ini terjalin harmonis maka mekanisme profit and risk sharing akan berjalan optimal (tidak ada pihak yang merasa dirugikan); nasabah dan pengusaha memahami kedudukan dan fungsinya sehingga harapan peran bank syariah yang semakin dominan dalam perbankan nasional dapat segera diwujudkan. Namun demikian, perwujudan hal tersebut
mengharuskan
upaya
sosialisasi
yang
kontinu,
keterbukaan
(transparency), intensive business cooperation dan saling kepercayaan dari semua pihak. Mekanisme asset liability balancing juga salah satu cara untuk menghindari risiko likuiditas. Di sisi liability, bank syariah diharapkan dapat menciptakan produk investasi yang prospective dan profitable, berjangka panjang, menarik dan aman. Kemudian, nasabah diarahkan untuk menanamkan dana pada produk investasi tersebut dan bank syariah pun mempersiapkan prosedur penarikan dan timing penarikan dana oleh nasabah. Selain itu, sesuai dengan risk management guidance yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Service Board
32
(IFSB) tahun 2005 lalu, bank syariah wajib menjaga kecukupan likuiditas sebagai standby reserve untuk mengantisipasi risiko likuiditasnya. Sedangkan di sisi asset, bank syariah diharapkan memiliki mekanisme dalam menghadapi kegagalan bisnis (proyek) yang dibiayai (kredit macet, dsb). Termasuk pula, mengatur keseimbangan periode pembiayaan yang diberikan dengan periode jatuh tempo penarikan simpanan masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menawarkan produk investasi spesifik untuk membiayai proyek tertentu dengan ketentuan penarikan dana dan profit loss sharing yang khusus. Namun demikian, dalam prakteknya terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan likuiditas dalam Bank syariah apabila dibandingkan dengan bank konvensional, mengingat bank dengan berbasis syariah, produk-produknya masih dibilang baru, seiring dengan usia berkembangnya bank syariah. Adapun kendalakendala tersebut antara lain yaitu: 1. Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek; 2. Kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara likuiditas dalam bentuk kas 3. Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, sebagai contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan sehingga berakibat bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam jumlah besar dibandingkan dengan rata-rata perbankan konvensional. 33
Mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang kebanyakan dilakukan oleh pengelola bank-bank Islam yang bersifat darurat yaitu: 1. Mengupayakan dana di pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia di pasar uang tersebut; 2. Mengambil bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa; 3. Menginvestasikan dalam bentuk emas dan/atau logam mulia lainnya seara tunai dengan kontrak berjangka 4. Menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai imbalan dari servis yang diperolehnya. C. Metode Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing pihak, misalkan 40:60 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 40% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan 60% bagi pengelola dana (mudharib). Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-
34
kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benarbenar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan
salah
satu
praktik
perbankan
syariah
(Adiwarman
Karim,2004:191).
2. Bentuk-Bentuk Sistem Bagi Hasil Metode bagi hasil dalam bank syariah dibagi dalam dua bentuk: a. Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam system syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah; b. Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah. Aplikasi
perbankan
syariah
pada
umumnya,
bank
dapat
menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana atau deposan (Djambatan, 2003: 264).
35
Suatu bank menggunakan sistem profit sharing di mana bagi hasil dihitung dari pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya
jumlah dana
pihak ketiga
secara
keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satusatunya untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas, dengan cara bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana (Djambatan, 2003: 264) Bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya
bank,
maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak
36
kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah. Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik, layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi pemilik dana. Prinsip pembagian tingkat hasil usaha ada 2 (Wiroso,2005: 121127) yaitu: a. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Revenue Sharing) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan Operasi Utama Pendapatan operasi utama bank syariah adalah pendapatan dari penyaluran dana pada investasi yanng dibenarkan syariah yaitu pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip ujroh. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini
adalah
pendapatan
(revenue)
dari
pengelolaan
dana
(penyaluran) sebesar porsi dana mudharabah yang dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah.
37
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi
tidak
terikat).
Penentuannya
dilakukan
dalam
perhitungan distribusi hasil usaha yang sering disebut dengan profit distribution. 3) Pendapatan operasi lainnya Praktik dalam penyaluran dana bank syariah mengenakan fee administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya disepakati antara bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana (mudharib). Pendapatan operasi lain yang diperoleh bank syariah adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah dalam memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis imbalan seperti pendapatan fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee kegiatan yang berbasis imbalan lainnya. 4) Beban Operasi Pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib, baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk kepentingan pengelolaan dana mudharabah, seperti
38
beban tenaga. kerja, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya ditanggung oleh bank syariah sebagai mudharib. b. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing) Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit sharing) bukanlah hal yang mudah, karena pihak deposan harus siap menerima
bagian
kerugian
apabila
dalam
pengelolaan
dana
mudharabah mengalami kerugian yang bukan akibat dari kelalaian mudharib sehingga uang yang diinvestasikan pada bank syariah menjadi berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri harus secara jujur
dan transparan menyampaikan beban-beban
yang akan
ditanggung dalam pengelolaan dana mudharabah, seperti membuat dan menentukan dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam pengelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban tidak langsung. Apabila bank syariah menerapkan pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi untung (profit sharing), bank syariah harus membuat dua laporan laba rugi yang terpisah, yaitu laporan laba rugi bank sebagai institusi keuangan syariah dan laporan pengelolaan dana mudharabah dimana bank sebagai mudharib. 1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib) Laporan
hasil
usaha
pertanggungjawaban
bank
mudharabah syariah
ini
dalam
dibuat mengelola
sebagai dana
39
mudharabah mutlaqah yang telah dipercayakan shahibul maal (deposan) kepada bank syariah sebagai mudharib. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam laporan ini yaitu: a) Pendapatan operasi utama Pendapatan operasi utama perhitungannya sama dengan perhitungan distribusi hasil usaha yang mempergunakan prinsip revenue sharing. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam pembagian hasil usaha pada prinsip bagi untung (profit sharing) ini adalah pendapatan dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dari dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun. b) Beban mudharabah Bank syariah harus dapat memisahkan beban yang menjadi tanggungan bank syariah sendiri dan beban yang dibebankan pada pengelolaan dana mudharabah. Bank syariah harus menetapkan dengan tegas dan jelas beban-beban yang akan dipergunakan sebagai pengurang pendapatan pengelolaan dana mudharabah, baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi, maupun beban-beban lainnya untuk disampaikan kepada shahibul maal sehingga mengetahuinya. Apabila bank syariah telah mengakui beban-beban sebagai pengurang
40
pengelola dana mudharabah tidak diperkenankan diakui sebagai beban bank syariah sebagai pengelola institusi keuangan syariah sehingga jika terjadi pengembalian beban harus
diakui
sebagai
pendapatan
pengelolaan
dana
mudharabah, bukan sebagai pendapatan bank syariah selaku institusi keuangan syariah. c) Laba atau rugi mudharabah Pendapatan
operasi
utama
dikurangi
dengan
beban
mudharabah inilah yang akan menghasilkan laba atau rugi. 2) Laporan laba rugi bank syariah (bank sebagai institusi keuangan syariah) Data-data yang ada pada laporan ini adalah data-data untuk kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola institusi keuangan syariah, khususnya beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah dan data-data yang telah diperhitungkan dalam pembuatan laporan pengelolaan dana mudharabah. Dalam laporan laba rugi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a) Pendapatan bank sebagai mudharib Pendapatan yang ada dalam laporan ini adalah bagian pendapatan atas pengelolaan dana mudharabah yang diperoleh
41
bank syariah dan pendapatan penyaluran yang menjadi milik bank syariah sendiri. b) Pendapatan operasi lainnya Pendapatan operasi ini adalah pendapatan yang sama dengan pendapatan operasi lainnya dalam prinsip bagi hasil. c) Beban operasi Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah sendiri tidak ada kaitannya dengan pengelolaan dana mudharabah, baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Penentuan beban-beban ini merupakan unsur distribusi hasil usaha apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha adalah pembagian laba (profit sharing), karena dalam prinsip ini hasil usaha yang akan dibagikan antara mudharib dan shahibul maal merupakan keuntungan yang diperoleh yaitu pendapatan pengelolaan dana mudharabah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah.
42
Apabila bank syariah mempergunakan prinsip profit sharing maka bank syariah harus dapat membedakan dengan jelas, transparan dan adil terhadap beban-beban yang merupakan pengurang dari pendapatan pengelolaan dana mudharabah (yang disebut dengan dana mudharabah) dan beban-beban yang merupakan pengeluaran bank syariah sebagai institusi keuangan (yang disebut dengan beban lembaga keuangan syariah). Semua beban dana mudharabah yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah tersebut termasuk beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Sedangkan apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha dengan pembagian hasil (revenue sharing) maka semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah menjadi tanggungan bank syariah sendiri sehingga tidak diperhitungkan dalam unsur distribusi hasil usaha. D. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Tabungan Mudharabah Besar-kecilnya imbalan bagi hasil tabungan mudharabah yang dinikmati oleh nasabah pemegang rekening tabungan mudharabah pada bank syariah sangat bergantung pada (Antonio, 2001) :
43
1. Pendapatan yang diperoleh bank syariah; 2. Nisbah bagi hasil; 3. Saldo rata-rata nasabah; 4. Total saldo rata-rata dana tabungan mudharabah di bank syariah Selanjutnya juga terdapat faktor langsung dan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah atas tabungan mudharabah, diantaranya:
1. Faktor Langsung
Di antara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio). Penjelasannya sebagai berikut: 1). Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2). Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode, yaitu: Rata-rata saldo minimum bulanan, atau Rata-rata total saldo harian 3). Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
44
4). Nisbah (profit sharing ratio) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda dan nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Demikian juga, nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil: 1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya; b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya (Muhammad,2002:106)
45
E. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) 1. Pengertian Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Maksud dari kata memukul atau berjalan dalam hal ini adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam melaksanakan usaha. Mudharabah adalah suatu pengongsian antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengeloaan usaha. Keuntungan dibagi sesuai rasio laba yang telah disepakati bersama secara advance, jika rugi shahib al-mal akan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan keterampilan manajerial selama proyek berlangsung (Muhammad, 2002;12). Mudharabah adalah termasuk macam syarikat yang paling lama dan paling banyak beredar dikalangan masyarakat dan telah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam serta telah dijalankan Rasulullah saw sebelum kenabiannya. Istilah dalam fiqih Muamalat mudharabah merupakan suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal menyetorkan modalnya
kepada
pengusaha untuk diniagakan dengan keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan sedangkan jika ada kerugian ditanggung pemilik modal (Harun, 2002:176). Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
46
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Syafi'i Antonio, 2001 : 95) Jadi, Akad mudharabah merupakan akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang dalam hal ini adalah bank. Akad mudharabah juga dapat disebut sebagai bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung (profit). Atau singkatnya, akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mudharabah merupakan suatu akad pembiayaan perbankan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yakni pihak yang memiliki modal untuk membiayai proyek yang memerlukan pembiayaan, pihak ini disebut shahibul maal sedangkan pihak yang memerlukan modal sekaligus yang menjalankan usaha disebut mudharib. Hal yang terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah adalah kepercayaan dari shahibul maal kepada mudharib, karena dalam transaksi
47
mudharabah tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari mudharib dan tidak boleh ikut campur dalam mengelola usaha, yang menjalankan dan mengelola usaha tersebut diserahkan sepenuhnya kepada mudharib. Dengan demikian mudharabah merupakan instrumen utama bagi lembaga keuangan untuk memobilisasi dana nasabah dan untuk menyediakan berbagai fasilitas pembiayaan bagi para pelaku usaha. Ketentuan umum pembiayaan mudharabah antara lain : a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan secara tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal dilakukan secara bertahap maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. b) Hasil dari pengelolaan modal dapat diperhitungkan dengan cara perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) atau perhitungan dari keuntungan profit (profit sharing). c) Hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan dalam akad sebelumnya, pada setiap bulan atau waktu yang ditentukan. Bank selaku shahibul maal menanggung kerugian kecuali jika kelalaian dan penyimpangan dari pihak nasabah (Ghufron,2005 : 46-47).
48
2. Bentuk-Bentuk Mudharabah Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam dua jenis (Antonio, 2001: 97) yaitu: 1). Mudharabah Muthlaqah (Unrestricted Invesment Account) Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. Jenis usaha disini mempunyai syarat yaitu aman, halal dan menguntungkan. 2). Mudharabah Muqayyadah (Restricted Invesment Account) Mudharabah
muqayyadah
atau
istilah
lainnya
restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Pada prinsipnya, mudharabah muthlaqah bersifat mutlak, dimana shahibul al-maal tidak menetapkan syarat-syarat (restriksi) atau batasanbatasan tertentu atas dana yang di investasikannya kepada mudharib. Sehingga mudharib memiliki wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis layanannya.
49
Berbeda dengan konsep mudharabah muqayyadah, yakni akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (dalam hal ini bank syariah), dimana shahibul maal mensyaratkan mengenai tujuan penggunaan dana kepada bank guna untuk menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-syarat/batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul. Dengan demikian, bank wajib mengelola dana tersebut sesuai dengan persyaratan dan keinginan shahibul maal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana oleh bank dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati. Umumnya bagian shahibul maal lebih besar dari bagian bank. Berdasarkan definisi diatas, karakteristik mudharabah muqayyadah adalah sebagai berikut: 1) Shahibul
maal
diinvestasikannya
memberikan sedangkan
batasan mudharib
atas (bank)
dana
yang
hanya
bisa
mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang diberikan shahibul maal. Misalnya untuk jenis usaha tertentu saja, tempat tertentu, waktu tertentu, dan lain-lain. 2) Oleh karena shahibul maal memberikan batasan-batasan kepada mudharib dalam mengelola dananya, maka resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab shahibul maal.
50
Secara praktiknya di perbankan syariah modern, kini dikenal dengan dua bentuk mudharabah muqayyadah (Adiwarman, 2007 : 212), yakni yang on balance-sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan, properti, dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor juga dapat mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya boleh digunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja. Skema ini disebut on balance-sheet karena dicatat dalam neraca bank. Mudharabah muqayyadah off balance-sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (debitur). Dimana bank hanya bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya di bank syariah dilakukan secara off balance sheet. Sedangkan bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya mendapat arranger fee. Skema ini disebut off balance-sheet karena transaksi ini tidak dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening adminisratif saja.
51
3. Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dan sebagainya. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada mudharib—ada pemilik dana, ada usaha yang akan dibagikan, ada nisbah, dan ada ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu: a. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah
muthlaqah
(URIA=
Unrestricted
Investment
Account), tidak ada batasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki
52
kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Ketentuan umum dalam produk ini adalah: •
Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
•
Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tempat penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
•
Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai
dengan
perjanjian
yang
disepakati,
namun
tidak
diperkenankan mengalami saldo negatif. •
Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila
53
pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. •
Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Mudharabah Muqayyadah (RIA) Sebagaimana
telah dijelaskan diatas bahwa
Mudharabah
Muqayyadah (Restricted Investment Account) ini dibagi dalam dua jenis: 1) Mudharabah Muqayyadah (RIA) on balance sheet Jenis
mudharabah
ini
merupakan
simpanan
khusus
(restricted investment account) dimana pemilik dana dapat menetapakan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: •
Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.
•
Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau
54
pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. •
Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
•
Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
2) Mudharabah Muqayyadah (RIA) of balance sheet Jenis
mudharabah
ini
merupakan
penyaluran
dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger), yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha). Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut: • Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus, bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif. • Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.
55
• Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak, sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. 4. Teknik Mudharabah dalam Perbankan Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut: a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama; b. Hasil
pengelolaan
modal
pembiayaan
mudharabah
dapat
diperhitungkan dengan dua cara: 1) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing); 2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing); c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung
seluruh
kerugian
kecuali
akibat
kelalaian
dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana; d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah;
56
e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi. 5. Manfaat Mudharabah Manfaat mudharabah adalah sebagai berikut: a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat; b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah; d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar aman, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan; e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap
F. Perhitungan Perolehan Tingkat Bagi Hasil Nasabah Mudharabah Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat imbalan bagi hasil dari nasabah penyimpan (funding costumer) yang menggunakan skim mudharabah
57
muthlaqah lebih kecil dari pada imbalan bagi hasil dengan menggunakan skim mudharabah muqayyadah, karena pada skim mudharabah muqayyadah (off balance sheet), shahibul maal tidak akan atau sedikit menaggung beban operasi dari bank. Sedangkan pada skim mudharabah muqayaadah on balance sheet, nasabah penyimpan akan memperoleh nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari nasabah deposan biasa. Namun dari kedua akad diatas, nasabah lebih banyak menggunakan skim mudharabah biasa (muthlaqah). Hal ini dikarenakan akad mudharabah muqayyadah, apabila ada resiko yang terjadi akan ditanggung nasabah sepenuhnya. Sedangkan bank hanya sebagai perantara (arranger). Namun demikian, untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas, maka dapat disampaikan perhitungan bagi hasil dibank syariah yang dikenal dengan nama HI-1000 (baca:H.I.Permil) yang artinya hasil investasi setiap Rp.1000,(seribu rupiah) yang diinvesatsikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.1 berikut:
58
Tabel 2.1 Perhitungan Bagi Hasil pada Bank Syariah Jumlah seluruh dana nasabah investor
A
Jumlah dana nasabah investor yang dapat B disalurkan untuk pembiayaan Dana bank (modal dalam pembiayaaa C proyek) Pembiayaan yang disalurkan
B+C
Pendapatan dari penyaluran pembiayaan
D E
Pendapatan dari setiap Rp.1000,- dana (B/D)xE(1/A)xRp.1000,-
F
nasabah/shahibul maal Saldo rata-rata harian
G
Nisbah bagi hasil nasabah
H
Porsi bagi hasil yang diterima nasabah
Fx(H/1000)x(G/1000)
I
Sumber: Karim, 2004 Cara perhitungan bagi hasil pada bank syariah: a. Pertama-tama harus diketahui lebih dahulu seluruh jumlah perhimpunan dana yang tercatat pada bank syariah tersebut yang tercantum pada butir A. Jumlah penghimpunan dana tersebut terdiri dari deposito dan tabungan
59
yang menggunakan skim mudharabah. Khusus bagi hasil yang menggunakan skim mudharabah muqayyadah, penghimpunan dananya dihimpun dengan poling fund khusus juga sehingga tidak dicampur dengan perhitungan polling fund mudharabah biasa. b. Dari seluruh jumlah penghimpunan dana pada butir A, maka bank syariah harus menyisihkan 1% untuk kewajiban penyisihan aktiva produktif (PPAP). Dengan demikian dari jumlah dana yang dapat disalurkan untuk pemberian pembiayaan kepada nasabah peminjam, adalah jumlah dana yang dihimpun pada butir A tersebut setelah dikurangai kewajiban PPAP sebesar 1%. Jumlah dana yang dapat disalurkan dari shahibul maal inilah yang dimasukkan pada butir B. c. Pada butir C merupakan porsi penyertaan pembiayaan yang dananya langsung berasal dari bank syariah. Dana yang berasal dari bank syariah dapat diambil dari porsi modal bank tersebut yang berasal dari penyertaan pemegang saham bank tersebut. Sumber lain adalah berasal dari dana cadangan umum yang dapat digunakan bank untuk berinvestasi. Namun tentunya harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh anggaran dasar masing-masing bank. d. Batir D merupakan penggabungan antara butir B dan butir C. Dengan kata lain, butir D merupakan total jumlah dana yang dapat disalurkan kepada pembiayaan
yang
dananya
berasal
dari
penggabungan
jumlah
penghimpuan dana dari para deposan dan penabung pada waktu tertentu
60
dengan jumlah dana yang berasal dari bank. Jumlah dana inilah yang menjai plafond ke beberapa pembiayaan. e. Butir E merupakan pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan yang biayanya berasal dari butir D. Pendapatan ini diperoleh tidak hanya dari penyaluran kepada satu pembiayaan, tetapi juga kepada seluruh pembiayaan. Pendapatan ini masih merupakan pendapatan akumulasi antara pendapatan bank dan nasabah penyimpan. Dengan demikian nantinya akan dibagi antara pendapatan bank dan pendapatan nasabah penyimpan tergantung pada nisbah bagi hasilnya. f. Butir F merupakan rumus untuk menghitung pendapatan nasabah penyimpan dari setiap Rp. 1000,- (seribu rupiah) yang diinvestasikan. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut: (F) = (B/D) x E (1/A) x Rp. 1000 Dimana: F = HI-1000 yaitu hasil investasi setiap Rp. 1000,- yang diinvestasikan B = Jumlah dana investor shahibul maal yang disalurkan dan dana yang berasal dari bank. E = Pendapatan yang diperoleh dari hasil penyaluran pembiayaan. A = Jumlah seluruh dana yang dihimpun dari investor shahibul maal. Namun demikian, walaupun telah diperoleh HI-1000 dari dana investor yang diinvestasikan, bukan berarti hasil tersebut murni
61
merupakan pendapatan investor karena perlu juga diperhitungkan saldo rata-rata dan nisbah bagi hasil dari nasabah tersebut. g. Butir G merupakan saldo rata-rata harian dari dan investor yang dihimpun pada bulan tersebut. Perhitungan saldo rata-rata harian ini sangat diperlukan untuk diketahui agar perhitungan pendapatan HI-1000 dapat diperoleh secara adil. Jangan sampai nasabah yang baru menempatkan dananya di bank akan memperoleh hasil yang sama atau lebih tinggi dengan nasabah yang lebih dulu menyimpan dananya pada bank. h. Butir H merupakan porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh oleh investor. Semakin besar porsi nisbah bagi hasil yang diterima investor, semakin besar pula pendapatan bagi hasil yang diterima investor. i.
Butir I merupakan rumus perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh investor dan dihitung dengan rumus: I = F x (H/100) x (G/1000) Dimana: I
= Beban bagi hasil yang dibayarkan kepada investor
F
= HI-1000, hasil investasi setiap Rp. 1000,-
H
= Nisbah bagi hasil yang diterima investor
100
= Seratus persen
G
= Saldo rata-rata harian
1000
= Setiap Rp. 1000,- (seribu rupiah)
62
G. Penelitian Terdahulu 1. Husnelly, dalam penelitiannya di Bank Syariah Mandiri menemukan bahwa faktor yang menjadi dasar pertimbangan masyarakat menginvestasikan dananya di bank syariah adalah faktor return bagi hasil. Dengan asumsi bahwa nasabah bank syariah adalah rasional, maka bank harus berupaya untuk menetapkan bagi hasil yang cukup menarik bagi custumernya, melalui formula yang dapat dijadikan dasar dalam perhitungan bagi hasil yang menguntungkan nasabah dan bank syariah. 2. Dahlan A Rahman, dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Faktor Internal terhadap Distribusi Bagi Hasil Bank Syariah” yang dilakukan di Bank Syariah Mandiri menghasilkan bahwa pembiayaan dengan skim mudharabah merupakan investasi yang signifikan mempengaruhi distribusi bagi hasil di BSM bersama instumen investasi lain seperti murabahah, SWBI dan penempatan pada bank lain. 3. Dodik Siswantoro, meneliti tentang “Analisa Persepsi Pengaruh Pendapatan Bank Syariah Terhadap Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah A”. Dari hasil analisis yang telah dilakukannya dengan menggunakan analisa koefisien korelasi spearman rank, diperoleh nilai ρhitung sebesar 0,7374. Sedangkan tabel nilai kritik koefisien korelasi peringkat spearman yang terdapat dalam lampiran (ρtabel) menunjukkan bahwa untuk n = 14 pada taraf kesalahan 5 % dan 1 %, diperoleh nilai 0,545 dan 0,716. Berdasarkan
63
perbandingan antara nilai ρhitung lebih besar daripada nilai ρtabel tersebut maka dapatlah diketahui bahwa nilai ρhitung lebih besar daripada nilai ρtabel, baik untuk taraf kesalahan 5 % maupun 1 %. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, maka terdapat kesesuaian persepsi pengaruh pendapatan bank syariah terhadap bagi hasil tabungan mudharabah yang signifikan pada Bank Syariah “A”. 4. Penelitian mawardi 2005, mengangkat permasalahan tentang bagaimana pengaruh varibel financing deposit ratio, non performing financing, pendapatan bank, BI rate dan ekuivalen rate, terhadap bagi hasil nasabah dengan skema mudharabah muthlaqah. Landasan teori yang digunakan Nasrah Mawardi adalah: pendapatan bagi hasil deposito mudharabah adalah tingkat pengembalian atas investasi nasabah bank dalam bentuk dana deposito. Pendapatan yang diperoleh nasabah tergantung pada berapa besar nisbah bagi hasil yang disepakati antara nasabah dengan bank. Hasil analisis dan pengujian yang dilakukan diperoeh bahwa secara simultan tingkat bunga bank, tingkat FDR, tingkat NPF dan effective rate pendapatan mempengaruhi secara signifikan terhadap penetapan return bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah. Namun dengan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel-variabel lain selain tingkat suku bunga tidak signifikan mempengaruhi return bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah.
64
5. Lukita Tri Prakasa juga dalam penelitiannya tentang pendapatan nasabah yang dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia menghasilkan bahwa seluruh nilai variabel bebas yang terdiri dari variabel total pendapatan, modal bank dan penyaluran pembiayaan memiliki pengaruh signifikan sehingga seluruh variabel bebas dapat mempengaruhi variabel bagi hasil nasabah. Dan seluruh variabel layak berada dalam model. Menurut penulis, dalam penelitian ini masih ada kekurangannya yakni hasil dari R-square dari tiga variabel yang diuji memiliki pengaruh hanya 52,9%, dan sisanya 47,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Sehingga penulis memutuskan untuk melakukan pengkajian ulang dari penelitian ini, kira-kira apa saja variabel lain yang dapat mempengaruhinya. Dari hasil penelitiannya juga masih adanya otokorelasi sehingga perlu merubah model menjadi model logaritma linear untuk menghilangkan autokorelasi positif. Sehingga setelah dilakukan tes dengan logaritma linear menghasilkan nilai DW sebesar 1,26 berarti tidak dapat disimpulkan terdapat korelasi. Hal lain adalah tidak memiliki theoritical framework yang jelas dari bab literatur yang dimiliki oleh Lukita. Terutama untuk variabel penyaluran pembiayaan. Kalau ada dua variabel lain sudah terdapat dalam theoritical framework. Hubungan dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari seperti nilainilai diatas, tetapi menggunakan cara yang berbeda. Penelittian ini menggunakan uji root test untuk memastikan stasioneritas variabel tersebut. Kemudian menggunakan uji Ordinary Least Square, karena menggunakan data
65
dari time series. Penetapan hasil analisis menggunakan data BMI dan berdasarkan waktu. Pertimbangan lain adalah sama-sama mengukur variabel bagi hasil nasabah, apakah dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini dikembangkan menjadi lima variabel yang mempengaruhi. Secara theoritical framework, dua variabel sudah masuk, yaitu pendapatan dan penyaluran pembiayaan. Dan untuk Modal disetor sengaja tidak diasukkan dalam penelitian ini sebab modal disetor cenderung sama tiap tahunnya, dan selama masa penelitian di Bank Muamalat tidak ada peningkatan modal disetor sehingga penulis memandang tidak memiliki stimulus yang signifikan terhadap pendapatan bagi hasil. Sedangkan untuk variabel lain, yaitu variabel jumlah seluruh tabungan nasabah penyimpan dengan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate yang juga diduga dapat mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah. H. Kerangka Pemikiran Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang menerapkan sistem bagi hasil, yang salah satunya dengan deposito mudharabah. Penulis dalam hal ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil dengan skim mudharabah. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan bulanan dan data statistik perbankan. 1. Variabel-variabel tersebut diuji dengan menggunakan Unit Root Test dan uji klasik untuk melihat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Setelah
66
itu, data yang telah terkumpul diuji dengan menggunakan regresi berganda dan uji t dengan tingkat probabilita 5%, uji F dan R2. Sehingga dapat disimpulkan apakah variabel total pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan, jumlah penyaluran pembiayaan, jumlah tabungan dengan skim mudharabah, nisbah bagi hasil dan BI rate dapat mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia.
Gambar 2.1 Alur Proses Penelitian Rumusan Masalah
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengumpulan Data
Analisis dan interpretasi hasil penelitian
Pengolahan Data (Uji Root Test, Uji Klasik, uji t, uji F, dan uji R2)
Kesimpulan dan saran
67
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Pendapatan Penyaluran Tabungan
Tingkat Imbal Bagi Hasil Nasabah
Nisbah BI rate
a. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah: 1. H0: Diduga total pendapatan, penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, nisbah, dan BI rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah secara bersama-sama (simultan). H1: Diduga total pendapatan, penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, nisbah, dan BI rate berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah secara bersama-sama (simultan). 2. H0: Diduga total pendapatan, penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, nisbah, dan BI rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah secara parsial.
68
H1: Diduga total pendapatan, penyaluran, tabungan dengan skim mudharabah, nisbah, dan BI rate berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah secara parsial.
69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah Bank Muamalat Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan bulanan pendapatan bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah penyimpan, penghimpunan dana pada deposito dan tabungan mudharabah, data penyaluran pembiayaan, jumlah pendapatan yang diperoleh dari penyaluran, nisbah bagi hasil nasabah, dan BI rate yang data-datanya diperoleh dari Bank Muamalat, Biro perbankan syariah, data statistik Bank Indonesia serta lembaga terkait lainnya periode Januari 2005 sampai dengan April 2008.
B. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder didapat dari laporan keuangan
Bank
Muamalat
Indonesia
dalam
bentuk
laporan
bulanan
penghimpunan dana dengan skim mudharabah, data penyaluran pembiayaan atas investasi, nisbah bagi hasil dan jumlah pendapatan dari penyaluran terhadap pembiayaaan dan investasi. Sedang data BI rate dari laporan publikasi Bank Indonesia. Penelitin
ini
menggunakan
metode
regresi
berganda
dengan
mempertimbangkan variabel waktu yang akan menjelaskan adakah hubungan dan
70
seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Apakah pengaruhnya positif ataupun negatif. Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan sesuatu gambaran (deskriptif) mengenai faktor variable bebas mana yang berpengaruh signifikan maupun yang tidak signifikan terhadap penetapan tingkat imbal bagi hasil nasabah. Selanjutnya dilakukan pengujian atas model tersebut melalui uji ekonometri antara lain dengan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan pengujian autokorelasi. C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Studi kepustakan, yaitu memperoleh berbagi data dari literatur, jurnaljurnal yang dipublikasikan, laporan penelitian sebelumnya, serta berbagai sumber media lainnya termasuk sumber dari instansi dan lembaga pendidikan maupun lembaga keuangan yang terkait dengan objek penelitian. 2. Studi lapangan, yaitu langsung mendatangi obyek penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Muamalat Institute untuk memperoleh data sekunder berupa laporan bulanan pada periode Januari 2005 sampai April 2008 dan daftar penetapan imbal bagi hasil dari sumber data yang digunakan. Dalam penelitian ini bersifat data sekunder. 3. Data penelitian ini menurut waktunya merupakan data time series atau disebut juga data deret waktu yang merupakan sekumpulan data dari suatu 71
fenomena tertentu dalam beberapa interval waktu tertentu. Pada penelitian ini data time series Bank Muamalat Indonesia yang diperoleh adalah data bulanan sebanyak 40 bulan yang dimulai dari bulan Januari 2005 sampai April 2008.
D. Metode Analisis
Supaya mempermudah urutan proses pengolahan data, maka dilakukan dengan membuat alur chart. Dengan chart ini diharapkan sistematika metode penelitiannya menjadi ringkas, sederhana, dan terarah. Secara ringkas metode penelitian ini dalam menguji imbal bagi hasil untuk nasabah jika diurutkan menjadi: 1. Pengumpulan data total pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan, jumlah penyaluran pembiayaan, jumlah tabungan dengan skim mudharabah, nisbah bagi hasil dan BI rate. 2. Menghitung total pendapatan yang diperoleh penyaluran pembiayaan, jumlah
penyaluran
pembiayaan,
jumlah
tabungan
dengan
skim
mudharabah, dan nisbah bagi hasil nasabah Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan BI rate datanya dari laporan publikasi Bank Indonesia. Datadata yang dikumpulkan adalah selama periode Januari 2005 sampai dengan April 2008 3. Selanjutnya melakukan uji stasioneritas dengan menggunakan Augmented Dicky Fuller Test guna mengetahui apakah variabel total pendapatan yang diperoleh penyaluran pembiayaan, jumlah penyaluran pembiayaan, jumlah 72
tabungan yang menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate. Setelah variabel tersebut sudah stasioner, dapat di uji lebih lanjut. Jika tidak stasioner pada level maka dilanjutkan dengan 1st difference. Jika dalam 1 st difference juga belum stasioner maka dilakukan dengan 2st difference. Dengan merubah apakah change pada level atau intercept. 4. Melakukan analisis faktor guna mengetahui apakah variabel total pendapatan yang diperoleh penyaluran pembiayaan, jumlah penyaluran pembiayaan, jumlah tabungan yang menggunakan skim mudharabah, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate merupakan variabel yang layak untuk diuji lebih lanjut. 5. Ada dua kemungkinan hasil yang diperoleh setelah dilakukan unit root test: a. Jika faktor-faktor tersebut tidak stasioner, maka proses penelitian dihentikan hanya sampai tahap ini saja. b. Jika faktor-faktor tersebut stasioner, maka proses penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. 6. Analisis regresi berganda digunakan untuk menunjukkan hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas. Setelah dilakukan analisis unit root test, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan beberapa uji diantaranya: Melakukan uji klasik guna mengetahui apakah model tersebut bersifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) maka dilakukanlah beberapa
73
pengujian diantaranya: pengujian multikolinieritas, heteroskedastisitas dan pengujian autokorelasi. Selanjutnya dilakukan uji t, uji F, dan uji R2. 7. Setelah model diuji dengan berbagai alat uji dan setelah memenuhi kriteria standar dalam statistik maka dilakukan interpretasi akan hasil yang diperoleh. Uraian lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Unit Root Test Analisis unit root test dilakukan dengan menggunakan eviews 5.1 untuk melihat apakah data stasioner atau belum. Uji stasionaritas dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel stasioner, baik itu pada level, 1st difference maupun 2nd difference. Jika sudah signifikan dalam unit root test maka variabel bisa dikatakan bagus dan siap dilakukan regresi berganda dan uji lainnya lebih lanjut. 2. Uji Asumsi Klasik
Dalam model regresi akan dijumpai beberapa permasalahan seperti multikolinieritas, heteroskedastisitas dan otokorelasi. Dalam regresi, asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) adalah seberikut berikut: a. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol. b. Varians tetap (homoscedasticity)
74
c. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term. d. Tidak ada korelasi serial antara error (no-autocorrelation) e. Pada regresi linier berganda tidak terjadi hubungan antar variable bebas (multicolinioritas) f. Cov (µi.µj) = 0 ; I ≠ j g. Var (µi | µi) = σ2 sama untuk setiap I (homoskedastisitas) h. Cov (µi , xi) = 0 i. Model regresi dispesifikasi dengan benar j. Tidak ada hubungan linier (kolinieritas) antara regressor. Untuk mememastikan agar model tersebut BLUE, dilakukan pengujian sebagai berikut: a. Pengujian Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang tinggi diantara dua atau lebih variabel bebas dalam model regresi. Untuk memenuhi syarat non multikolinieritas maka harus dipenuhi syarat R2 yang besar serta nilai uji F signifikan. Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna antara variabel bebas yang digunakan dalam pembentukan model sehingga dapat dihindari adanya nilai koefisien regresi yang tidak dapat dipercaya dan kesulitan dalam memisahkan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
75
Uji untuk mengetahui adanya kolinieritas dalam setiap situasi tertentu, terutama dalam model yang meliputi lebih dari dua variabel yang menjelaskan, ada beberapa metode deteksi diantaranya adalah: kolinieritas seringkali diduga ketika R2 tinggi (misalnya antara 0,7 dan 1) dan ketika korelasi derajat nol juga tinggi. Tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien regresi parsial yang secara individual penting secara statistik atas dasar pengujian t yang konvensional. Jika R2 tinggi, ini berarti bahwa uji F dari prosedur analisis varians dalam sebagian kasus akan menolak hipotesis nol bahwa nilai kofisien kemiringan parsial secara simultan sebenarnya adalah nol, meskipun uji t sebaliknya. Analisis
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearias dalam model regresi linier berganda dapat digunakan indikator sebagai berikut: Yakni dengan melakukan regresi auxiliary, regresi ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen yang secara bersama-sama (misalnya x2 dan x3) mempengaruhi satu variabel independen yang lain (misalnya x1), kita harus
menjalankan
beberapa
regresi,
masing-masing
dengan
memberlakukan satu variabel independen (misalnya x1) sebagai variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan sebagai variabel independen. Masing-masing persamaan akan kita hitung nilai Fnya, dengan rumus:
76
Dimana n adalah banyaknya observasi, k adalah banyaknya variabel independen (termasuk konstanta), dan R adalah koefisien determinasi masing-masing model. Nilai kritis distribusi F dihitung dengan derajat kebebasan k-2 dan n-k+1. Yakni jika nilai F hitung > F kritis pada α dan derajat kebebasan tertentu, maka model kita mengandung unsur multikolinearitas (Wing Wahyu Winarno, 2007:5.2). b. Pengujian Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variasi data yang digunakan untuk membuat model tidak konstan. berarti agar model persamaan yang kita gunakan
BLUE,
maka
data
yang
digunakan
harus
konstan
(homokedastisitas) atau dapat kita nyatakan Var (Ui 1xi) = σ2 sama untuk setiap i (Nachrowi dan Usman, 2006:109). Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya varians dari unsur gangguan (e) yang berhubungan dengan variabel bebas. Tidak terpenuhinya asumsi homoskedastis (atau terjadinya keadaan heteroskedatis), menyebabkan estimator yang dihasilkan (kofisien variabel bebasnya) tidak efisien, yang berarti varians-nya tidak minimum. Cara mendeteksi ada/tidaknya masalah
77
heteroskedastis dengan metode, (Wing Wahyu Winarno, 2007:5.15) antara lain: Metode white heteroscedastis dengan melihat nilai Obs*R-square dan nilai probabilitasnya (yakni > α 5%,), maka disimpulkan tidak ada heteroskedastis, c. Pengujian Autokorelasi Tujuan pengujian autokolrelasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun menurut time series atau cross section. Asumsi otokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diatara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dilakukan dengan metode Durbin-Watson Test (d), dengan melihat nilai dl dan d u < d1 berarti ada autokorelasi yang positif. Bila d1 ≤ d ≤ du tidak dapat diambil kesimpulan apakah ada autokorelasi atau tidak. Bila 4 – du ≤ d ≤ 4 – d1 juga tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa. Selanjutnya bila d > 4 hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi. Bagan berikut menunjukkan wilayah autokorelasi.
78
Gambar 3.1 Uji Durbin Watson dengan Table Durbin Watson Tolak Ho,berarti ada autokorelasi positif
0
Tidak dapat diputuskan
dl
du
Tidak menolak Ho, berarti tidak ada korelasi
Tidak dapat diputuskan
4-du
4-dl
Tolak Ho,berarti ada autokorelasi Negatif
4
Sumber : Wing Wahyu Winarno (hal. 5.26:2007) Pengujian menggunakan metode Durbin-Watson (DW) dan Membandingkannya dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah data pengamatan observasi (n-1) dan parameter Regresor (k-1) dari tabel diperoleh nilai dl dan du. Sehingga dari data tersebut akan disimpulkan apakah terdapat gangguan otokorelasi atau tidak. Selanjutnya juga dilakukan uji Breusch-Godfrey (BG). Uji ini sangat berguna untuk mengindetifikasi masalah autokorelasi yakni dengan menetukan nilai Obs*R-square dan nilai probabilitasnya lebih besar dari = α 5%. Dan juga Berdasarkan langkah-langkah yang diuraikan diatas, maka flowchart dari alur prosedur penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
79
Gambar 3.2 Skema Proses Analisis Data Pengumpulan Data Penghitungan semua Uji Stasionaritas ADF
Apakah Tidak
stasioner?
Stasioner Uji Klasik
-Analisis Regresi -Uji hipotesis
Interpretasi
Output
Kesimpulan dan Implikasi
Selesai
3. Metode Regresi Berganda Dalam rangka melihat model yang bisa dipakai dalam penelitian ini, maka dilakukan regresi berganda dengan model Ordinary Least Square dan juga dengan Heteroskedasticity sebagai perbandingan. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen (Wing Wahyu Winarno, 2007: 4.1).
80
Adapun lebih lanjut, diuraikan pada penjelasan sebagai berikut, dalam analisis regresi berganda ini akan dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Metode regresi yang digunakan adalah Ordinary Least Square atau metode kuadrat terkecil. Menurut teorema Gauss-Markov, estimator linear yang baik memiliki sifat BLUE (best linear unbiased estimator). Sifat ini memerlukan kriteria sebagai berikut (Wing Wahyu Winarno, 2007:4.2): •
Estimator bersifat linear terhadap variabel dependen
•
Estimator bersifat tidak bias, berarti nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan atau sama dengan nilai yang sesungguhnya.
•
Estimator memiliki varian yang minimum, sehingga disebut efisien.
Hasil penelitian ini, kelima variabel bebas merupakan variabel numerik. Karena variabel bebas merupakan time series. Sedangkan penelitian yang dilakukan merupakan deretan waktu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Maka bisa dikatakan sebagai data time series. Sehingga model yang digunakan adalah regresi berganda model Ordinary Least Square untuk mendapatkan hasil faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap penentuan imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia.
81
Adapun bentuk model dapat dituliskan sebagai berikut: Y1 = β 0 + β 1 X1i + β 2 X2i + β 3 X3i + β 4 X4i + β 5 X5i + ei Namun berkaitan dengan penelitian ini, untuk menganalisa data yang diperoleh, model dasar dari persamaan estimasi OLS akan dikembangkan menjadi model Log Linear. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan analisis yang lebih baik dan memberikan kesimpulan yang baik pula atas penelitian ini. Sehingga diperoleh model sebagai berikut LogYi = β0 + β1 LogX1i + β2 LogX2i + β3 LogX3i + β4 LogX4i + β5 LogX5i + ei Dimana: LogYi
= Pertumbuhan imbalan bagi hasil nasabah i
β0
= Intercept
β 1-5
= Koefisien variabel independen
LogX1i = Jumlah pendapatan modal disetor waktu i LogX2 i = Jumlah penyaluran pembiayaan pada waktu i LogX3 i = Jumlah seluruh tabungan skim mudharabah pada waktu i LogX4 i = Prosentase nisbah bagi hasil nasabah pada waktu i LogX5 i = Prosentase BI rate pada waktu i ei
= Error
82
4. Pengujian Hipotesis Pembuktian terhadap hipotesis pertama dimana dinyatakan bahwa variabel bebas berupa total pendapatan yang diperoleh penyaluran pembiayaan, jumlah penyaluran pembiayaan, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mempengaruhi variabel terikat berupa tingkat imbal bagi hasil nasabah yang akan diperoleh nasabah Bank Muamalat Indonesia baik secara simultan maupun parsial. a. Uji simultan yang digunakan adalah: Setelah analisis dengan uji persial diatas, maka dilanjutkan pada uji simultan, diantaranya:
1) Uji F Dengan hipotesis ini, variabel yang mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah bank syariah sebagai berikut: H0 : β 1 = β2 = β3 = β4 = β 5 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang nyata secara simultan dari jumlah tabungan, penyaluran, tabungan, nisbah, dan BI rate terhadap penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah. H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 = 0, artinya ada pengaruh yang nyata secara simultan dari jumlah tabungan, penyaluran, tabungan, nisbah, dan BI rate terhadap penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah.
83
Dengan uji F ini akan diketahui arti dari koefisien regresi secara keseluruhan. Dengan tingkat keyakianan 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% dan derajat kebebasannya adalah (k-1) : (n-k-1), maka dapat dbandingkan antara Fhitung dan Ftable. Maka tolak Ho atau paling tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistic
(Nachrowi
dan
Usman,
2006:18).
Kriteria
dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika Fhitung > Ftable berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebas tersebut secara simultan adalah bermakna atau signifikan. Jika Fhitung < Ftable berarti H0 diterima dan H1 ditolak, arinya variabel bebas tersebut secara simultan adalah tidak bermakna atau tidak signifikan. 2). Uji R2 (Goodness of Fit) Angka koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh seluruh variabel bebas (Xi) terhadap variabilitas variabel terikatnya (Y). Nilai R2 selalu berada diantara 0 dan 1. semakin besar nilai R2, semakin baik kualitas model, karena semakin dapat menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan independent.
84
Ukuran goodness of fit ini mencerminkan seberapa besar variasi dari regressand (Y) dapat diterangkan oleh regressor (X). Bila R2 = 0. artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y, 100% dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada pada garis regresi. Dengan demikian ukuran goodness of fit dari suatu model ditentukan oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu (Djalal dan Usman, 2002: 22). R2 didefisinikan berdasarkan langkah-langkah dibawah ini : Observasi : Yi = β1 + β2 X2+ ei Regresi : Yi = b1 + b2 Xi (catatan Yi merupakan estimasi dari Yi). b. Uji parsial yang digunakan adalah: Dengan hipotesis penelitian yang pertama sebagai berikut: H0 : β 1 = 0, artinya pertumbuhan pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah, dan BI rate tidak mempengaruhi penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah secara parsial. H1 : β 1 ≠ 0, artinya pertumbuhan pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah, dan BI rate mempengaruhi penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah secara parsial.
85
Penjelasan lain berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian terhadap β (koefisien regresi populasi), apakah sama dengan nol, yang berarti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol, yang berarti mepunyai pengaruh signifikan. 1). Uji t Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (Xi) secara parsial mampu menjelaskan terhadap variabel terikatya (Y), sehingga dapat diketahui signifikansi masing-masing variabel. Dengan tingkat keyakinan 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% dan degree of freedom (df) adalah (n-k), maka dapat dibandingkan antara t hitung dan t tabel. Kriteria dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji. Jika t hitung < t tabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel-variabel yang diuji.
86
F. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang penulis gunakan yaitu: 1. Variabel terikat (dependent) adalah tingkat imbal bagi hasil nasabah yang menggunakan skim mudharabah. Bagi hasil adalah tingkat pengembalian (return) dari hasil yang diperoleh bank syariah melelui penyaluran dananya kepada pembiayaan maupun invesatasi lain, yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan nasabah penyimpan sesuai dengan akad transaksi yang disepakati. Dipilihnya variabel tingkat imbal bagi hasil nasabah sebagai variabel dependen yaitu agar investor sebagai shahibul maal dan bank dapat menganalisis perhitungan imbal bagi hasil yang diinginkan. Melalui model yang akan diuji dan diteliti akan diperoleh suatu model yang akan menjadi dasar kebijakan bagi Bank Muamalat untuk menentukan pendapatan bagi hasil investor yang menggunakan skim mudharabah. 2. Variable bebas (independent) terdiri dari: a. Total pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia. Variabel ini merupakan akumulasi pendapatan yang diperoleh dari hasil pembiayaan berbagai proyek investasi maupun investasi khusus. Variabel ini belum memperhitungkan nisbah yang akan dibagi antara
87
bank syariah dan nasabah penyimpan serta belum memperhitungkan saldo rata-rata harian nasabah penyimpan. b. Jumlah penyaluran pembiayaan atau investasi yang dikeluarkan bank Muamalat Indonesia. Variabel ini merupakan jumlah plafon dana yang disalurkan oleh bank syariah sebagai pembiayaan-pembiayaan atau proyek-proyek untuk mendapatkan pendapatan yang akan di bagi hasilkan kepada nasabah dan bank. Umumnya disalurkan kepada pembiayaan kategori Corporate Banking (pembiayaan dengan jumlah plafon diatas Rp. 5 Milyar). c. Jumlah seluruh tabungan nasabah penyimpan yang menggunakan skim mudharabah. Yaitu seluruh jumlah tabungan nasabah penyimpan yang diinvestasikan di Bank Muamalat Indonesia dengan skim mudharabah, baik mudharabah muthlaqah maupun mudharabah muqayyadah. d. Nisbah bagi hasil nasabah penyimpan Yaitu tingkat prosentase pengembalian atas dana nasabah yang disalurkan pada pembiayaan dengan skim mudharabah yang berdasarkan pada kesepakatan antar bank dan investor (shahibul maal).
88
e. BI rate
Yaitu suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya sebagai acuan suku bunga perbankan dan untuk untuk mengatur inflasi.
89
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian
saham
Perseroan
senilai
Rp
84
miliar
pada
saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
90
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya
Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
91
penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja
Bank Muamalat menjadi agenda utama di
tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Bank Muamalat ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2009 dan seterusnya. 2. Perkembangan Usaha a. Perkembangan Layanan Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat merupakan bank pertama murni syariah yang sebagian sahamnya dimiliki IDB (Bank Pembangunan Islam) yang senantiasa
memperoleh
rating
AAA
dari
Moody’s
dan
Standard&Poors. Selain dimiliki IDB sebagai major shareholder, Muamalat juga dimiliki oleh MUI dan lebih dari 800.000 pemegang saham lembaga dan perorangan muslim.
92
Dalam
mengembangkan
usahanya,
Bank
Muamalat
meningkatkan komunikasi melalui media, baik melalui hubungan media maupun komunikasi pemasaran.
Kinerja keuangan yang baik telah memberikan berbagai penghargaan yang diterima Bank Muamalat pada tahun 2008, yaitu Bank Umum Nasional Terbaik 2008 versi Bisnis Indonesia, Golden Award Infobank 2008 (7 tahun berturut-turut berkinerja sangat bagus), Kriya Pranala Mahakarya Award 2008 (Bank Syariah terbaik untuk channeling pembiayaan). Dan penghargaan terakhir pada tahun 2009 ini adalah sebagai The Best of Indonesia Bank Loyalty Champion kategori Sharia Banking dari Indonesia Bank Loyalty Award 2009.
Penghargaan tersebut juga dibarengi dengan Pertumbuhan profit yang signifikan, serta perluasan jaringan Bank Muamalat. Sepanjang 2008, Bank Muamalat telah menyiapkan 37 kantor layanan baru di Indonesia dan Malaysia serta meluaskan layanan shar-e pada jaringan real time online “Sistem Online Payment Point” (SOPP) di 3600 kantor pos di seluruh pelososk tanah air. Dari 37 kantor layanan baru yang telah disiapkan, yakni terletak di Medan, Surabaya dan Kuala Lumpur, sedangkan sisanya di 29 lokasi yang berada di Mamuju, Sulawesi Barat (melengkapi 33 propinsi seluruh Indonesia), Cilegon dan wilayah Jakarta (27 Kantor), telah beroperasi sejak Januari 2009 setelah memperoleh ijin dari Bank Indonesia.” Cabang93
cabang tersebut memenuhi rencana 2008 untuk meluaskan pasar syariah di kota-kota besar utama dan akan diteruskan pada 2009 dengan penambahan 70 cabang lainnya. Dengan Demikian diharapkan Bank Muamalat akan meningkatkan jumlah jaringan kantor dari 224 pada tahun 2008 menjadi 325 kantor yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia dan Malaysia.
b. Perkembangan Keuntungan
Dalam satu dasawarsa Bank Muamalat mencatat peningkatan laba bersih sebesar 43 persen hingga 2008. Di akhir tahun lalu Bank Muamalat mencatat laba sebesar Rp 309,10 miliar. Pertumbuhan signifikan juga terjadi di aset dengan peningkatan 25,3 kali lipat menjadi Rp 12,60 triliun dari Rp 479 miliar. Kepercayaan masyarakat terhadap Bank Muamalat pun meningkat. Hal tersebut terlihat dengan adanya peningkatan dana masyarakat dari Rp 391 miliar menjadi Rp 10,1 triliun. Meski melewati krisis keuangan pada 1998 dan 2008 namun Bank Muamalat tak terlalu terkena dampak. Krisis moneter tahun 1998 yang menghancurkan dunia usaha menjadikan Bank Muamalat menanggung kerugian Rp 105 miliar, tetapi dalam waktu satu tahun bank syariah pertama di Indonesia ini sudah memperoleh keuntungan.
94
Ekuitas perusahaan pun berlipat hampir 10 kali dari Rp 39 miliar di 1998 menjadi hampir Rp 966 miliar di 2008. Di tahun lalu Bank Muamalat mencatat return on equity sebesar 33 persen.
Sementara penyaluran pembiayaan terlihat dari peningkatan portofolio penanaman dana sebesar 22 persen. Dari Rp 8,62 triliun di 2007 menjadi Rp 10,52 triliun di 2008.
Peningkatan penyaluran pembiayaan tersebut merupakan wujud optimalisasi dan utilisasi simpanan dana masyarakat. Terbukti Bank Muamalat mencatat financing to deposit ratio sebesar 104 persen di tahun lalu.
Dengan rasio tersebut Bank Muamalat telah menjalankan fungsi intermediary dengan baik. Hingga saat ini rapat umum pemegang saham masih berlangsung. Namun dipastikan ada dua investor dari lokal dan Malaysia yang akan masuk di Bank Muamalat (Rebublika-Kamis, 23 April 2009).
B. Hasil Anasilisis Data Faktor-faktor pemberian bagi hasil nasabah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat dalam analisis regresi berganda melalui tahapan-tahapan unit root test, uji klasik, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Lebih lanjut dipaparkan dalam uraian berikut ini:
95
1. Analisis Unit Root Test Untuk melihat masing-masing variabel penelitian stasioner dan siap dilanjutkan untuk dilakukan uji regresi berganda, maka dilakukan unit root test pada masing-masing variabel. Unit root test dilakukan dengan menggunakan eviews 5.1. hasilnya adalah terlihat pada table berikut: Tabel 4.1 Augmented Dickey Fuller Test Statistik Pada α = 5%
No
Probabilitas
Probabi-
Unit Root
litas
Test
Ket
1
Pertumbuhan bagi hasil
0.0000
1 st difference
Signifikan
2
Pertumbuhan pendapatan
0.0000
1st difference
Signifikan
3
Pertumbuhan Tabungan
0.0000
1 st difference
Signifikan
4
Pertumbuhan penyaluran
0.0000
1 st difference
Signifikan
5
BI_rate
0.0000
2 st difference
Signifikan
7
Nisbah
0.0000
1 st difference
Signifikan
Sumber: hasil olahan laporan keuangan BMI periode Januari 5005-April 2008. Berdasarkan hasil analisis uji unit root test pada tabel 4.1 diatas diperoleh: Pertumbuhan Bagi Hasil Penetapan perhitungan unit root test, dalam nilai output yang dianalisis untuk menguji tingkat stasionaritas, apakah hasilnya dapat layak untuk uji selanjutnya atau tidak, dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky Fuller. Variabel pertumbuhan bagi hasil nasabah terlihat mempunyai tingkat signifikansi pada tingkat 1 st Difference sebesar 0.0000 yakni
96
kurang dari tingkat α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner. Oleh karena itu, hasil analisis diatas siap dilakukan uji regresi lebih lanjut.
Pertumbuhan Pendapatan Penetapan perhitungan unit root test, pada variabel pertumbuhan pendapatan dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky Fuller. Variabel pertumbuhan pendapatan terlihat mempunyai tingkat signifikansi pada tingkat unit root test 1st Difference sebesar 0.0000, yakni kurang dari tingkat α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner dan siap dilakukan uji regresi lebih lanjut.
Pertumbuhan Jumlah Tabungan dengan Skim Mudharabah Perhitungan pada unit root test, dalam nilai output yang telah dianalisis untuk menguji tingkat stasioneritas, apakah hasilnya dapat layak untuk uji selanjutnya atau tidak, dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky Fuller. Unit root test Augmented Dicky Fuller merupakan uji pada Variabel pertumbuhan jumlah tabungan dengan skim mudharabah, terlihat mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yakni kurang dari tingkat α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner dan siap dilakukan regresi berganda lebih lanjut. Jumlah Penyaluran Investasi Perhitungan pada unit root test, dalam nilai output yang telah dianalisis untuk menguji tingkat stasioneritas, apakah hasilnya dapat layak 97
untuk diuji selanjutnya atau tidak, dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky Fuller. Variabel pertumbuhan penyaluran pembiayaan atau investasi terlihat mempunyai tingkat signifikansi pada tingkat 1 st Difference sebesar 0.0000 yakni lebih kecil dari tingkat α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner. Oleh karena itu analisis tadi variabelnya dapat dilakukan regresi berganda lebih lanjut.
Nisbah Bagi Hasil Perhitungan pada unit root test, dalam nilai output yang telah dianalisis untuk menguji tingkat stasioneritas, apakah hasilnya dapat layak untuk diuji selanjutnya atau tidak, dapat dilihat pada nilai Augmented Dicky Fuller. Variabel nisbah bagi hasil nasabah terlihat mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.0000 yakni lebih kecil dari tingkat α = 5%. Hal ini baru signifikan pada tahap 1st Difference . Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner. Oleh karena itu analisis tadi variabelnya dapat dilakukan regresi berganda lebih lanjut.
BI Rate Dalam Penetapan perhitungan unit root test, pada variabel BI_rate dapat dilihat pada nilai Augmented Dickey Fuller. Dimana Variabel BI rate terlihat mempunnyai tingkat signifikansi pada tingkat sebesar 0.0000 yakni kurang dari tingkat α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut stasioner dan siap untuk dilakukan regresi lebih lanjut. Hasil tes pada variable BI rate ini terletak pada tingkat 2 st Difference, karena pada 98
tingkat level tidak signifikan, maka dilanjutkan dengan menggunkan tahap 1st Difference dan belum signifikan. Sehingga dilanjutkan dengan tahap 2st Difference dan hasilnya baru mengalami signifikan.
2. Uji Klasik
Pengujian model regresi harus dibuktikan apakah telah memenuhi kriteria Best Linier Unbiased Estimator/BLUE. Sebab mengingat data kita merupakan data time series, maka dicurigai terdapat heteroscedastis. Cara pengujiannya dengan menggunakan Ordinary Least Square dan white heteroscedasticity. yaitu dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Uji Multikolinearitas. Dari tabel 4.2 hasil dilakukannya regresi auxiliary untuk mengetahui hubungan antar variable independent yang secara bersamasama mempengaruhi satu variable independent yang lainnya. Masingmasing persamaan akan kita hitung nilai F-nya. Dimana nilai kritis distribusi F dihitung dengan derajat kebebasan k-2 dan n-k+1 (Wing Wahyu Winarno :2007, 5.2). Jika nilai F hitung > F kritis pada α = 5% dan derajat kebebasan tertentu, maka model kita mengandung unsur multikolinearitas. Lihat pada table berikut:
99
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
F hitung
Disbanding F tabel = 2.69
Kesimpulan
Ada korelasi antara penyaluran (penyaluran, tabungan, nisbah dan BI rate) Tidak ada korelasi antara pendapatan F2 = 0.246 Lebih kecil (pendapatan, tabungan, nisbah dan BI rate) Tidak ada korelasi antara nisbah F3 = 0.246 Lebih kecil (nisbah, pendapatan, nisbah dan BI rate) Ada korelasi antara tabungan F4 = 33.33 Lebih besar (tabungan, pendapatan, penyaluran dan nisbah) Ada korelasi antara BI rate F5 = 115 Lebih besar (tabungan, pendapatan, penyaluran dan nisbah) Sumber: Data Laporan Keuangan BMI, diolah dengan Eviews 5.1 F1 = 54.75
Lebih besar
Hasil uji diatas, terdapat beberapa korelasi antarvariabel independen. Namun hal ini tidak menjadi masalah, karena sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel independen. hal ini disebabkan estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Namun harus diketahui bahwa multikolinearitas akan menyebabkan standart error yang besar (Wing Wahyu Winarno,2007:5.7).
b. Uji Heteroskedasitas Untuk Mengetahui keberadaan heteroskedasitas digunakan Uji white, untuk melihat nilai probabilitasnya dari nilai Obs*R-square. Hal ini dilakukan dengan Uji White Heteroskedasitas sebagai berikut:
100
Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.471720 11.51670
Probability Probability
0.943868 0.871159
Sumber: Data Keuangan Bank Muamalat, diolah Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dilihat nilai Obs*Rsquare pada tabel 4.3
adalah sebesar 11.51670 dan nilai
probabilitasnya adalah 0.871159 (lebih besar dari α = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Mengetahui adanya masalah autokorelasi dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan pencarian nilai Durbin Watson Stat (lihat tabel 4.5) yang diperoleh sebesar 1.265327. Berdasarkan tabel Durbin-Watson dengan n-1 = 39 dan k-1= 5, maka nilai batas bawah dl = 1.22 Dan batas atas du = 1.79 (lihat tabel Durbin Watson pada α = 5%). Sehingga nilai 1.265327 berada di antara dl ≤ d ≤ du (berarti berada pada posisi daerah tidak tahu), yang berarti tidak dapat disimpulkan bahwa ada korelasi atau tidak antar variabel bebas pada persamaan regresi berganda tersebut. Untuk hasil lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
101
Gambar 4.1 Uji Durbin Watson dengan Tabel Durbin Watson Tolak Ho, berarti ada autokorelasi positif
Tidak menolak Ho, berarti tidak ada korelasi
Tidak dapat diputuskan
0
dl
d=
1.22
1.27
Tidak dapat diputuskan
Tolak Ho, berarti ada autokorelasi Negatif
du
4-du
4-dl
4
1.79
2.21
2.77
4
Sumber: Data olahan Eview 5.1 Sedangkan dengan melakukan uji LM Test, untuk mengetahui adanya autokorelasi di peroleh: Tabel 4.4 Hasil Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
1.875951
Probability
0.169673
Obs*R-squared
4.197709
Probability
0.122597
Sumber: Data Keuangan Bank Muamalat, diolah Uji ini sangat berguna untuk mengindetifikasi masalah autokorelasi yakni dengan menentukan nilai Obs*R-square tabel diatas dengan melakukan uji Breusch-Godfrey. Hasil dari analisis tersebut adalah bahwa nilai Obs*R-square berasal dari koefisien determinasi dikalikan dengan banyaknya observasi. Nilai probabilitasnya adalah 0.122597. Nilai ini lebih besar dari α = 5%, dimana hal ini mengindikasikan bahwa data tidak mengandung masalah autokorelasi. Sehingga dapat dilakukan uji lebih lanjut.
102
3. Analisis Regresi Berganda Setelah dilakukan analisis klasik diatas, semua variabel yaitu pertumbuhan bagi hasil nasabah, pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan penyaluran pembiayaan, pertumbuhan jumlah tabungan mudharabah, nisbah bagi hasil dan BI rate akan dimasukkan dalam analisis regresi berganda dengan model Ordinary Least Square. Hasil analisis data Bank Muamalat Indonesia dari bulan Januari 2005 sampai dengan bulan April 2008. Hasil dari analisis dengan Ordinary Least Square adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Bagi Hasil Nasabah BMI Ordinary Least Square Dependent Variable: LOG(BAGIHASIL) Method: Least Squares Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
-2.774922 3.048610 2.575806 -2.106452 2.116892 -1.080078
0.0089 0.0044 0.0145 0.0426 0.0417 0.2877
C -11.70721 LOG(PENDAPATAN) 0.503288 LOG(PENYALURAN) 1.320242 LOG(TABUNGAN) -0.574862 LOG(NISBAH) 0.824024 LOG(BI_RATE) -0.238616
4.218933 0.165088 0.512555 0.272905 0.389261 0.220925
R-squared Adjusted R-squared Sum squared resid Durbin-Watson stat
Mean dependent var S.D. dependent var F-statistic Prob(F-statistic)
0.870397 0.851337 0.181649 1.265327
9.034432 0.189573 45.66780 0.000000
Sumber: hasil olahan laporan keuangan BMI
103
Model persamaan diatas, dapat diturunkan dari nilai-nilai koefisien sebagai berikut: LogY(t) = -11.70720861β0 + 0.5032876193LogX1t + 1.320241619LogX2t -0.5748621416LogX3t + 0.8240241073LogX4t + 0.2386159568Log X5t t
= (-2.774922)
(3.048610)
(2.575806)
(-2.106452)
(2.116892)
(-1.080078)
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.5 terlihat bahwa R-squared sebesar 0.87 atau dengan metode ini variabel pertumbuhan pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah sebesar 87%. Sedangkan sisanya sebesar 13% pertumbuhan bagi hasil nasabah Bank Muamalat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Secara spesifik hasilnya adalah variabel pertumbuhan pendapatan, penyaluran, tabungan, dan nisbah bagi hasil nasabah mempengaruhi signifikan secara statistik variabel terikat, yaitu pertumbuhan imbal bagi hasil nasabah dengan melihat nilai tingkat probabilitasnya lebih kecil dari α = 5%. Sedangkan untuk variabel BI rate tidak mempengaruhi secara signifikan variabel pertumbuhan bagi hasil nasabah dengan melihat nilai tingkat probabilitasnya sebesar 0.2877 lebih besar dari α = 5%.
104
Selanjutnya, juga melihat dari hasil menggunankan uji model Ordinary Least Square dengan White Heteroscedasticity seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Bagi Hasil Nasabah BMI Ordinary Least Square with White Heteroscedasticity Dependent Variable: LOG(BAGIHASIL) White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient Std. Error
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE) R-squared Adjusted R-squared Sum squared resid Durbin-Watson stat
-11.70721 0.503288 1.320242 -0.574862 0.824024 -0.238616 0.870397 0.851337 0.181649 1.265327
t-Statistic
Prob.
-3.800537 4.707410 3.649555 -2.618335 2.132464 -1.405695
0.0006 0.0000 0.0009 0.0131 0.0403 0.1689
Mean dependent var S.D. dependent var F-statistic Prob(F-statistic)
9.034432 0.189573 45.66780 0.000000
3.080409 0.106914 0.361754 0.219553 0.386419 0.169749
Sumber: Data Keuangan Bank Muamalat, diolah Berdasarkan dari table 4.6 maka dihasilkan variabel bebas yaitu, pertumbuhan pendapatan memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0000, jumlah penyaluran investasi memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0009, pertumbuhan jumlah tabungan mudharabah memiliki nilai uji sebesar 0.0131, nisbah bagi hasil juga memiliki tingkat probabiitas sebesar 0.0403. Keempat
variabel
tersebut
memiliki
tingkat
probabilitas
yang
mempengruhi variabel pertumbuhan imbal bagi hasil nasabah yang signifikan secara statistik, karena nilai probabilitasnya dibawah α = 5%. 105
Sedangkan BI rate yang memiliki tingkat probabilitas 0.1689 tidak memiliki tingkat signifikansi yang baik secara statistik karena memiliki nilai tingkat probabilitas diatas alpha 5%. Hasil test dengan uji ordinary least square ini untuk menjelaskan tentang apakah hasil tadi dapat dilihat tingkat signifikansinya dan untuk membandingkan apakah antara Uji Ordinary Least Square dan uji White Heteroscedasticity dapat menerangkan tingkat signifikansi keseluruhan variabel yang menjadi pokok permasalahan diatas. Setelah diuji, ternyata uji Ordinary Least Square dan White Heteroskedastisitas menghasilkan 4 (empat) variabel yang signifikan secara statistik pada alpha 5% yang mempengaruhi variabel pertumbuhan imbal bagi hasil nasabah sebagai variabel terikatnya. Variabel tersebut adalah
pertumbuhan
pendapatan,
penyaluran
investasi,
tabungan
mudharabah, dan nisbah bagi hasil. Untuk variabel bebas lainnya yakni BI rate tidak berpengaruh signifikan secara statistik pada α = 5% terhadap pertumbuhan imbal bagi hasil. Jadi dengan uji Ordinary Least Square dan uji White Heteroskedastisitas sama-sama mengahasilkan empat variabel bebas yang sinifikan secara statistik yaitu: pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan penyaluran, pertumbuhan tabungan mudharabah dan nisbah bagi hasil yang mempenngaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah dengan tingkat probabilitas dibawah α = 5%. Sedangkan sisanya variable BI rate tidak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel terikat, sebab nilai probabilitasnya diatas α = 5%. 106
4. Penggujian Hipotesis Pengujian
hipotesis
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
penentuan imbal bagi hasil nasabah Bank Muamalat Indonesia adalah dilakukan melalui uji F, uji R2 dan uji t. Uji R2 sudah dilakukan sebagaimana dalam uraian-uraian sebelumnya. Berikut ini adalah analisis dari tabel 4.5 yang telah direkomendasikan untuk uji regresi lebih lanjut. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada uraian dibawah ini: a. Uji Simultan 1). Pengujian Terhadap Koefisien Regeresi (Uji F) Dengan hipotesis ini faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah Bank Muamalat sebagai berikut: F tabel = (α = 0.05 : k – 1 ; n – k - 1) = (α = 0.05 : 5 ; 34 ) = 2.53 F hitung = 45.66780 Berdasarkan table 4.7 nilai F hitung sebesar 45.66780 dan F table 2.53, dimana F hitung > F table dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000000, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga test ini memberikan makna bahwa secara simultan variabel pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan tabungan, jumlah penyaluran, nisbah bagi hasil dan BI rate secara bersama–sama berpengaruh signifikan secara
107
statistik terhadap penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. 2). Uji R2 Tabel 4.5 terlihat bahwa besarnya nilai R-squared sebesar 0.87. Artinya dalam metode ini variabel pertumbuhan pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah bagi hasil nasabah dan BI rate mampu secara bersama-sama menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah sebesar 87%. Sedangkan sisanya sebesar 13% pertumbuhan bagi hasil nasabah di Bank Muamalat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. b. Uji Parsial (Uji t) Uji Parsial (Uji t) Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (Xi) secara parsial mampu menjelaskan terhadap variabel terikatya (Y), sehingga dapat diketahui signifikansi masing-masing variabel. Dengan tingkat keyakinan 95% atau tingkat kesalahan (α) 5%, maka dapat dibandingkan antara t hitung dan t table. Yaitu dengan derajat kebebasan (df = n-k = 40–5 = 35) diperoleh t tabel sebesar 2.022. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebasnya dan variable tidak bebas secara individu terhadap laba dapat dilihat dari t hitung pada hasil regresi seperti pada table 4.7 berikut:
108
Tabel 4.7 Nilai t
hitung
Pada Regresi
Variabel
t
hitung
t
tabel
Pendapatan
3.048610
2.022
Penyaluran
2.575806
2.022
Tabungan Mudharabah
-2.106452
-2.022
Nisbah
2.116892
2.022
BI rate
-1.080078
-2.022
Sumber: Data diolah Tabel 4.5
Pengujian Pendapatan (1) Berdasarkan uji t pada α = 5% terlihat bahwa nilai t β1= (3.048610) > nilai t table 2.022 dengan tingkat signifikansi untuk β1 adalah 0.0044 < 0.05, yang berarti hipotesis H0 = β1 = 0, artinya terdapat cukup bukti untuk menolak H0, atau H1= β1 ≠ 0, artinya tidak terdapat cukup bukti untuk menolak H1. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pertumbuhan pendapatan secara signifikan mempengaruhi penentuan pemberian bagi hasil nasabah di bank muamalat Indonesia. Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara pertumbuhan pendapatan terhadap penentuan pemberian imbal bagi hasil di Bank Muamalat Indonesia. Hasil analisis diatas, menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan pendapatan sebesar satu satuan maka bagi hasil yang akan diterima akan naik sebesar 0.50 satuan. Variabel pertumbuhan
109
pendapatan merupakan salah satu komponen dalam sistem penghitungan bagi hasil yang memberikan pengaaruh kepada besarnya bagi hasil yang akan diterima nasabah. Hubungan yang positif yang dihasilkan dalam analisis
diatas
menunjukkan
adanya
pengaruh
positif
bahwa
pertumbuhan pendapatan mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah. Hal ini juga bisa ditunjukkan dengan kinerja Bank Muamalat Indonesia dalam melakukan investasi dalam berbagai sektor riil yang menghasilkan, sehingga memperoleh tingkat pendapatan yang tinggi. Pertumbuhan pendapatan merupakan suatu bentuk perencanaan bank untuk memperoleh keuntungan agar bisa dibagikan kepada nasabah dan bank itu sendiri guna tercapainya kinerja keuangan yang baik. Secara syariah pengambilan keuntungan ini diperbolehkan sepanjang adil dan disepakat oleh kedua pihak yang bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang telah diperhitungkan dan akhirnya diperhitungkan dan dikeluarkan sebagai kebijakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. Pengujian Penyaluran (2) Berdasarkan uji t pada α = 5% terlihat bahwa nilai t β2 = 2.575806 > nilai t table 2.022 dengan tingkat signifikansi untuk β2 adalah 0.0145 < 0.05, yang berarti hipotesis H0 = β2 = 0, artinya terdapat cukup bukti untuk menolak H0, atau H1 = β2 ≠ 0, artinya tidak terdapat cukup bukti untuk menolak H1. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pertumbuahan
110
jumlah penyaluran signifikan mempengaruhi secara statistik terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Sehingga hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara pertumbuhan jumlah penyaluran terhadap penentuan pemberian bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia, terbukti benar. Analisis tersebut menerangkan bahwa semakin besar penyaluran terhadap investasi dan pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia, maka semakin besar pula pendapatan yang diperolehnya. Dan tentunya berpengaruh pada tingkat imbal bagi hasil nasabah. Hal ini dapat ditunjukkan dari analisis diatas bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan penyaluran, maka bagi hasil yang diperoleh nasabah akan bertambah sebesar 1.32 satuan. Sehingga bank syariah berupaya menyalurkan dananya untuk invesatsi yang tentunya sesuai dengan syariah. Pengujian Tabungan (3) : Berdasarkan uji t pada α = 5% terlihat bahwa nilai t β3 = (2.106452) < nilai t tabel -2.022 dengan tingkat signifikansi untuk β3 adalah 0.0426 < 0.05 yang berarti hipotesis H0 = β3 = 0, artinya terdapat cukup bukti untuk menolak H0, atau H1 = β3 ≠ 0, artinya tidak terdapat cukup bukti untuk menolak H1. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa jumlah tabungan mudharabah signifikan mempengaruhi secara statistik terhadap penentuan imbal hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia.
111
Sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara tabungan mudharabah terhadap penentuan pemberian bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia, terbukti benar. Analisis diatas menerangkan bahwa pertumbuhan tabungan mudharabah sebagai variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, yaitu tingkat imbal bagi hasil nasabah dengan skim mudharabah. Namun dalam analisis tersebut menghasilkan hubungan yang terbalik (negative), yaitu memberikan gambaran bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan tabungan, maka bagi hasil yang akan diperoleh nasabah akan turun sebesar 0.57. Hal ini penulis melihat pada sikap kehati-hatian Bank Muamalat Indonesia dalam proses menyalurkan dananya untuk pembiayaan. Ketika jumlah tabungan mudharabah terus bertambah, namun penyaluran dana untuk pembiayaan yang dilakukan bank tetap. Maka hal ini akan berakibat kepada perolehan bagi hasil kepada nasabah juga tetap. Artinya penyaluran dana haruslah diseimbangkan dengan jumlah tabungan yang masuk. Akibatnya juga terjadi pada pembiayaan yang dikelola mendapatkan pendapatan yang tidak terus bertambah. Padahal jika melihat asumsi secara rasional bahwa semakin besar tabungan, maka semakin besar pula penyaluran atas pembiayaan yang bersumber dari tabungan nasabah tersebut. Dan tingkat imbal bagi hasil nasabah bisa tinggi akibat pendapatan yang semakin besar. Lebih lanjut pihak bank melihat jumlah tabungan sebagai landasan untuk menaikkan bagi hasil nasabah. Namun hal ini dimungkinkan juga karena 112
pembiayaan terbesar di Bank Muamalat Indonesia adalah pembiayaan non bagi hasil (murabahah) dan juga masih terfokus dalam penempatan dananya pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), dimana tingkat pendapatan bersifat tetap dan potensi tidak dibayar kecil. Maka bank memastikan bahwa bagi hasil nasabah yang diberikan pasti sesuai dengan keinginan nasabah, karena tingginya prosentase pembiayaan non bagi hasil di Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan sistem bagi hasil di bank muamalat sampai saat ini masih rendah. Pengujian Nisbah (4) : Berdasarkan uji t pada α = 5 % terlihat bahwa nilai t β4 = 2.116892 > nilat t tabel 2.022 dengan tingkat signifikan untuk β4 adalah 0.0417 < 0.05 yang berarti hipotesis H0= β4 = 0, artinya terdapat cukup bukti untuk menolak H0, atau H1= β4 ≠ 0, artinya tidak terdapat cukup bukti untuk menolak H1. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa nisbah bagi hasil signifikan secara statistik mempengaruhi penentuan pemberian imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Sehingga hipotesis 4 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara nisbah bagi hasil terhadap penentuan pemberian bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia, terbukti benar. Hasil ini dimungkinkan berdasar karakteristiknya, dimana kalau dalam kejadian sebelumnya
yang terjadi secara umum, dapat
diinterpretasikan bahwa ketika nisbah bagi hasil dinaikkan maka akan
113
menyebabkan tabungan deposito bank syariah juga akan naik, karena nasabah banyak yang memilih nisbah yang tinggi untuk mendapatkan tingkat imbal bagi hasil yang tinggi pula.. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan nisbah bagi hasil sebesar satu satuan, maka akan memberikan kenaikan bagi hasil sebesar 0.82 satuan. Oleh karenanya dalam penelitian ini bahwa ketika Bank Muamalat Indonesia menaikkan nisbah bagi hasil, maka nasabah akan mendepositokan dananya di Bank Muamalat Indonesia dengan rasionalitas mendapatkan imbal bagi hasil yang lebih tinggi. Pengujian BI Rate (5) : Berdasarkan uji t pada α = 5% terlihat bahwa nilai t β5 = -1.080078 > nilai t tabel -2.022 dengan tingkat signifikansi untuk β5 adalah 0.2877 > 0.05 yang berarti hipotesis H0 = β5 = 0, artinya terdapat cukup bukti untuk menerima H0, atau H1= β5 ≠ 0, artinya tidak terdapat cukup bukti untuk menerima H1. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa BI rate tidak signifikan secara statistik mempengaruhi penentuan pemberian bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Sehingga hipotesis 5 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara BI rate terhadap penentuan pemberian bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia, tidak terbukti benar. Hal ini tentunya juga ditunjang oleh manajemen Bank Muamalat Indonesia
yang
lebih
baik
dan
telah
terbukti
mengurangi
114
ketergantungannya terhadap BI rate sebagai acuan kompetitif dalam menentukan nisbah bagi hasilnya. Selain itu, juga disebabkan mulai sadarnya masyarakat terhadap keberadaan bank syariah yang bebas dari bunga (riba). Dimana hal ini juga terkait dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga adalah haram, sehingga bagi masyarakat fanatik sudah tidak mempengaruhi tinggi rendahnya nisbah bagi hasil yang diperoleh. Sehingga Bank Muamalat tidak mengacu pada suku bunga BI. Sedangkan bagi nasabah rasionalis masih melihat tingkat nisbah bagi hasil yang diberikan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi bank syariah dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil yang kompetitif dengan bank konvensional agar nasabah tetap menempatkan dananya di bank syariah. Penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa setiap adanya kenaikan satu satuan BI rate, maka bagi hasil akan turun sebesar 0.24. Hal ini dikarenakan adanya hubungan terbalik antara BI rate dengan bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah bank syariah. Setiap adanya penambahan kenaikan BI rate maka banyak nasabah yang memindahkan dananya ke bank konvensional. Penyebabnya adalah nisbah bagi hasil nasabah yang lebih rendah dari BI rate. Untuk memperkuat persaingan antar bank, maka Bank Indonesia sebagai otoritas moneter harus melakukan pembuatan aturan untuk menurunkan
115
suku bunga, agar persaingan antar bank konvensional dan bank syariah dapat terjadi di pasar persaingan. C. Interpretasi Variabel yang Mempengaruhi Pemberian Bagi Hasil Nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitian di atas menghasilkan bahwa pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan penyaluran, pertumbuhan tabungan dan nisbah bagi hasil mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah. Sedangkan BI rate tidak mempengaruhi secara statistik terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Dalam praktiknya penentuan imbal bagi hasil nasabah, Bank Muamalat Indonesia memperhatikan pertumbuhan pendapatan investasi dari hasil pembiayaan yang dilakukan oleh bank, pertumbuhan penyaluran yang dikeluarkan bank untuk investasi, jumlah tabungan yang berasal dari skim mudharabah, dan nisbah bagi hasil yang sesuai dengan kesepakatan transaksi. Sebagaimana hasil penelitian di atas, memiliki beberapa persamaan, bahwa variabel pertumbuhan pendapatan dan tingkat penyaluran pembiayaan mempengaruhi signifikan secara statistik. Jadi semakin tinggi pendapatan yang yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan, maka semakin tinggi pula tingkat imbal bagi hasil yang diperoleh nasabah. Begitu juga, jika semakin besar tingkat penyaluran pembiayaan, maka semakin besar juga tingkat pendapatan
yang
diperoleh.
Walaupun demikian pihak bank tidak
menginformasikan mengenai dana yang ditempatkan pada bank, demikian
116
juga hasilnya, tidak ada kesepakatan mengenai transparansi informasi tentang bagaimana dan kemana penyaluran serta berapa hasil yang diperoleh bank untuk nasabahnya. Hal ini berpotensi menimbulkan moral hazard, bank dapat saja tetap memberikan pertumbuhan bagi hasil walaupun penempatan dana nasabah tersebut tidak menghasilkan pertumbuhan pendapatan sesuai dengan pertumbuhan pendapatan bagi hasil yang diharapkan nasabah. Dalam hal ini bank mengorbankan bagian keuntungannya atau bahkan modalnya guna mempertahankan nasabah. Apabila kondisi ini terus dipertahankan maka bank akan mengalami kekurangan likuiditas, hal ini terjadi pada beberapa bank konvensional yang mengalami masalah mismatched. Pada bank syariah kondisi ini tidak perlu terjadi, karena prinsip yang digunakan bank syariah dalam bekerjasama dengan nasabah dan nasabah investor menggunakan sistem saling berbagi hasil dan rugi (profit and loss sharing). Selanjutnya berdasarkan hasil analisis diatas, jika tingkat tabungan dengan skim mudharabah naik satu satuan, maka tingkat imbal bagi hasil nasabah turun sebesar 0.57 (dapat dilihat pada table 4.5), Padahal secara teoritis jika pertumbuhan jumlah tabungan mudharabah yang dihimpun oleh bank semakin besar, maka idealnya bank dapat menyalurkan dana untuk pembiayaan sebanyak mungkin kebeberapa skim yang dimiliki dan memperoleh pendapatan yang besar, sehingga bagi hasilnya untuk nasabah bisa semakin besar. Namun dalam kenyataannya sebaliknya, hal ini dimungkinkan sikap kehati-hatian Bank Muamalat dalam menyalurkan dananya terhadap pembiayaan yang berisiko, seperti mudharabah. Yakni 117
Bank Muamalat lebih banyak menempatkan penyalurannya pada skim murabahah yang dianggap memiliki pendapatan pasti dan tingkat resiko tidak dibayar kecil. Dari hasil analisis di atas dapat diterangkan bahwa ternyata Bank Muamalat hanya sebagian kecil menempatkan dari tabungan mudharabah terhadap pembiayaan yang berdasarkan sistem bagi hasil. Karena pihak bank memprioritaskan pengefektifan peningkatan pendapatan, jumlah pembiayaan yang diinvestasikan dengan sistem jual beli (murabahah). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
nisbah bagi hasil
mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah. Apabila Bank Muamalat Indonesia menaikkan nisbah bagi hasil, maka nasabah akan mendepositokan dananya di Bank Muamalat Indonesia dengan rasionalitas mendapatkan imbal bagi hasil yang lebih tinggi. Maka dari itu bank syariah harus lebih berfikir kompetitif, dimana persaingan terhadap perbankan konvensional menjadi tolak ukur dalam menetapkan nisbah bagi hasil. Jika bank syariah lebih serius dalam menerapkan sistem bagi hasil dalam penyaluran pembiayaannya, maka kemungkinan bank syariah akan bisa memberikan nisbah bagi hasil yang lebih besar kepada nasabah dari pada sistem bunga konvensional yang telah ditetapkan dimuka. Sebab dalam sistem bagi hasil, penentuan pendapatan bagi hasil nasabahnya tergantung pada tingkat laba yang dihasilkan bank dari penyaluran pembiayaan. Sedangkan BI rate tidak mempengaruhi signifikan secara statistik, disebabkan bank syariah tentunya harus terbebas dari pengaruh suku bunga dan dapat menentukan sendiri nisbah bagi hasil yang mengacu pada faktor118
faktor yang dapat memberikan stimulus peningkatan imbal bagi hasil. Karena bank syariah berbeda dengan bank konvensional, dimana bank syariah tidak dapat menentukan tingkat pendapatan yang akan didapat nasabah didepan. Sebab bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Sedangakan bank konvensional bebas menentukan bunga yang dapat dihasilkan nasabah didepan. Walaupun secara faktor eksternal BI rate masih menjadi bayangbayang bank syariah dalam mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil. Karena jika BI rate tinggi, maka banyak nasabah yang akan menabung ke bank konvensional. Penyebab dasarnya adalah, nasabah melihat tingkat keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan menaruh dananya di bank syariah karena faktor rasional. Kecuali nasabah fanatik terhadap agama (spritual) dan loyal terhadap bank syariah. Akan tetapi untuk kedepan diharapkan bank syariah akan menjadi bank yang berdiri sendiri tanpa dibayangi dengan tinggi rendahnya suku bunga. Sehingga bank syariah dapat menjadi bank yang murni berbasis syariah dengan acuan yang lebih mengarah pada pemberdayaan umat. Namun dari analisis diatas, menunjukkan bahwa manajemen Bank Muamalat Indonesia sudah lebih baik dan telah terbukti mengurangi ketergantungannya terhadap BI rate sebagai acuan kompetitif dalam menentukan nisbah bagi hasilnya. Selain itu, juga disebabkan mulai sadarnya masyarakat terhadap keberadaan bank syariah yang bebas dari bunga (riba). Dimana hal ini juga terkait dengan fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga adalah haram, sehingga bagi masyarakat fanatik sudah tidak mempengaruhi tinggi rendahnya nisbah bagi hasil yang diperoleh. Sehingga Bank Muamalat 119
tidak mengacu pada suku bunga BI. Sedangkan bagi nasabah rasionalis masih melihat tingkat nisbah bagi hasil yang diberikan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi bank syariah dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil yang kompetitif dengan bank konvensional agar nasabah tetap menempatkan dananya di bank syariah. BI rate yang dikeluarkan otoritas moneter, seharusnya Bank Indonesia melakukan kajian ekonomi yang komprehensif dan memberikan iklim investasi yang kondusif untuk para investor tentang penurunan BI rate untuk bank konvensional. Sehingga tercipta persaingan yang sehat dengan sistem bagi hasil, minimal BI rate berada pada kisaran satu digit. Hal ini juga dimaksudkan agar aset bank syariah terus meningkat. Agar fasilitas layanan yang diberikan bisa memberikan rasa nyaman dan keuntungan bagi nasabah.
120
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: 1. Pengujian secara uji F, menghasilkan bahwa secara simultan variabel pertumbuhan
pendapatan,
penyaluran,
tabungan
dengan
skim
mudharabah, nisbah bagi hasil dan BI rate secara bersama–sama berpengaruh signifikan secara statistik terhadap penentuan tingkat imbal bagi hasil nasabah di Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan Pengujian secara uji R2 menghasilkan nilai R-square-nya sebesar 0.87. Hal ini menginterpretasikan bahwa variabel independen jumlah pendapatan, penyaluran, tabungan, nisbah dan BI rate dalam model tersebut berpengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah sebesar 87%, dan sisianya 13% dipengaruhi oleh variabel selainnya diluar model. 2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t diatas juga dapat disimpulkan bahwa: Pertumbuhan pendapatan signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah, Pertumbuhan penyaluran juga signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah Petumbuhan tabungan dengan skim mudharabah berpengaruh signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah, Nisbah
121
bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah, Sedangkan BI rate secara statistik tidak mempengaruhi tingkat imbal bagi hasil nasabah. Hal ini terjadi karena Bank Muamalat dalam memberikan tingkat imbal bagi hasil kepada nasabah tidak berdasarkan pada acuan BI rate, yang selama ini ditengarai juga menjadi acuan bank syariah dalam menentukan besarnya bagi hasil nasabah, karena melihat persaingan basarnya bunga di bank konvensional.
B. IMPLIKASI
Adapun beberapa implikasi dari penelitian tersebut :
1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tabungan dengan skim mudharabah berbading terbalik terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah. Karena bank muamalat lebih memprioritaskan pada pembiayaan murabahah yang bedasarkan margin. Maka dari itu diperlukan keberanian bank syariah untuk lebih mengembangkan sistem bagi hasil. Meskipun dipandang lebih berisiko, akan tetapi jika dilaksanakan dengan baik dengan pengawasan serta pelatihan terhadap usaha yang didanai oleh bank, maka bank syariah akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. 2. Analisis diatas juga menghasilkan bahwa BI rate tidak berpengaruh terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah, dalam hal ini BMI harus lebih meningkatkan lagi pelayanan sehingga memungkinkan masyarakat tetap tertarik untuk menginvestasikan dananya melalui cara-cara penawaran
122
baik itu dari produk-produk maupun dari bagi hasil yang bersaing dengan bunga. Serta meningkatkan sosialiasi produk bank syariah dengan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip syariah dan bebas dari bunga (riba). 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa total pendapatan, total penyaluran, total tabungan mudharabah, dan nisbah bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat imbal bagi hasil nasabah. Sehingga Bank Muamalat harus berupaya meningkatkan pendapatan dari penyaluran pembiayaan
atau
investasi,
meningkatkan
jumlah
penyaluran,
meningkatkan jumlah tabungan mudharabah dan berusaha memberikan stimulus nisbah bagi hasil yang tinggi untuk menarik nasabah menginvestasikan danaya di Bank Muamaat Indonesia.
123
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Syafi’I, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek”, Gema Insani Press, Jakarta, 2001. Dahlan A Rahman, ”Analisis Faktor Internal terhadap Distribusi Bagi Hasil Bank Syariah”, Tesis, Universitas Indonesia, 2004 Dodik Siswantoro, “Analisa Persepsi Pengaruh Pendapatan Bank Syariah Terhadap Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah A”, Tesis, Universitas Indonesia, 2006 Djambatan, Jakarta. Syamhudi, Abu Asma' Kholid, Hakikat Mudharabah, Majalah As-Sunnah, (Surakarta) Ed. 3 TH X/1427H/2006M. Ghufron, Sifiniyah, Briefcase Book edukasi profesional syari’ah, Konsep dan Implementasi Bank Syari’ah Renaisan IKAPI, Jakarta 2005 Haroen, Nasrun,H, MA,DR., Fiqh Muamalah Jakarta, Gaya Media Pratam, 2002 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta, 2008 Humayon A. Dar and John R. Presley “Lack of Profit Loss Sharing in Islamic Banking: Management and Control Imbalances” Loughborough University Mervyn Husnelly,
Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaryuhi
Investasi
dana
Masyarakat pada Bank Syariah, Tesis Universitas Indonesia, 2003 K. Lewis dan Latifa M. Al-Qaoud, Perbankan Syari’ah:Prinsip, Praktik, Prospek. Serambi: Jakarta 2001.
124
Karim, Adiwarman, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. KOMPAS.com Senin, 25 Mei 2009, yang diakses tanggal 26 Mei 2009 dari http://www.kompas.com Lukita Tri Prakasa, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Bagi Hasil Nasabah yang Menggunakan Skim Mudharabah Muqayyadah, Tesis, Universitas Indonesia, 2006 Muhammad Akhyar Adnana and Muhamad, Agency Problems in Muë•Rabah Financing: The Case of Sharia (Rural) Banks, Indonesia, IIUM Journal of Economics and Management 15, no. 2 (2007): 219-243 Muhammad, “Bank Syariah Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang, dan Ancaman Ekonesia”, Yogyakarta, 2009. Muhammad, “Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah”, UII Press, Yogyakarta, 2004. ---------------, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2005. ---------------, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. Muljawan, Dadang, Bank Syariah, Filosofi dan Operasi. Biro Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2001. Nachrowi D dan Hardius Usman, “Pendekatan Popular dan praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan” LP FEUI,Jakarta,2006 Nasrah Mawardi, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi Hsil Deposito Mudharabah Muthlaqah” (study Kasus: Unit Usaha Syariah Bank X), Tesis, Universitas Indonesia, 2005.
125
Publikasi Bank Indonesia, yang diakses pada tanggal 10 mei 2009 dari www.bi.go.id/ Publikasi Bank Muamalat, yang diakses pada tanggal 10 mei 2009 dari www.bank-muamalat.co.id/ Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, LP-FEUI, Jakarta, Edisi Ketiga.2006 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional, 2003, Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. Wiroso, “Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, PT. Grasindo, Jakarta., 2005. Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alvabet, Jakarta, 2006.
126
LAMPIRAN- LAMPIRAN
127
LAMPIRAN 1
Data Laporan Keaungan Bank Muamalat Indonesia (dalam jutaan) PERIOD
jan-'05 feb-'05 mar-'05 aprl-'05 mei-'05 jun-'05 juli-'05 agut-'05 sept-'05 okt-'05 nov-'05 des-'05 jan-'06 feb-'06 mar-'06 aprl-'06 mei-'06 jun-'06 juli-'06 agst-'06 sept-'06 okt-'06 nov-'06 des-'06 jan-'07 feb-'07 mar-'07 aprl-'07 mei-'07 jun-'07 juli-'07 agst-'07 sept-'07 okt-'07 nov-'07 des-'07 jan-'08 feb-'08 mar-'08 aprl-'08
BAGIHASIL
5,011 5,517 5,222 5,674 6,705 7,241 7,460 7,768 7,337 7,507 9,503 10,049 9,636 9,010 7,970 7,836 9,010 9,177 8,858 9,851 9,767 10,313 9,828 10,339 8,631 8,574 8,896 7,648 8,865 8,792 8,336 8,129 8,286 8,972 9,367 10,942 9,370 9,579 9,384 10,616
PENDAPATAN
49,645 57,842 50,751 53,081 60,156 60,146 64,825 68,950 71,697 74,741 77,169 81,741 75,496 75,905 79,197 77,005 85,533 85,568 82,859 84,575 87,430 94,219 91,480 100,748 91,151 88,864 86,150 85,895 95,041 92,090 89,932 87,608 89,898 90,616 92,989 133,093 95,078 93,870 88,545 90,885
TABUNGAN
1,192,356 1,207,877 1,216,498 1,266,654 1,323,104 1,323,104 1,391,050 1,445,720 1,487,862 1,592,481 1,520,109 1,549,354 1,721,983 1,638,412 1,720,144 1,699,048 1,747,504 1,800,818 1,997,309 1,957,518 1,965,424 2,086,892 2,222,165 2,326,887 2,516,925 2,501,672 2,509,991 2,562,267 2,629,791 2,595,023 2,821,454 2,916,471 2,951,046 3,061,976 3,156,350 3,239,408 3,420,273 3,446,013 3,417,831 3,420,379
PENYALURAN
4,171,879 4,150,792 4,189,739 4,346,988 4,582,336 4,582,336 5,196,123 5,390,237 5,508,392 6,070,131 5,735,103 5,987,325 6,218,639 5,980,106 6,069,293 5,894,917 6,112,124 6,283,529 6,688,719 6,381,299 6,414,910 6,594,794 6,816,874 6,804,952 6,902,342 6,831,298 6,965,503 7,099,297 7,105,942 7,296,182 7,358,957 7,349,078 7,226,527 7,527,468 7,817,531 7,849,918 8,093,198 8,138,222 8,154,493 7,907,468
NISBAH
BI.RATE
52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 52.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 58.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00 50.00
7.42 7.73 7.44 7.70 7.75 8.00 8.50 8.75 10.00 11.00 12.25 12.75 12.75 12.75 12.75 12.75 12.50 12.50 12.25 11.75 11.25 10.75 10.25 9.75 9.50 9.25 9.00 9.00 8.75 8.50 8.25 8.25 8.25 8.25 8.25 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00
128
Lampiran 2 Hasil transformasi log linear Periode
Log(Bgihsil)
Log(Pndpatn)
Log(Pnylurn)
Log(Tbungn)
Log(Nisbh)
jan-'05 feb-'05 mar-'05 aprl-'05 mei-'05 jun-'05 juli-'05 agst-'05 sept-'05 okt-'05 nov-'05 des-'05 jan-'06 feb-'06 mar-'06 aprl-'06 mei-'06 jun-'06 juli-'06 agst-'06 sept-'06 okt-'06 nov-'06 des-'06 jan-'07 feb-'07 mar-'07 aprl-'07 mei-'07 jun-'07 juli-'07 agst-'07 sept-'07 okt-'07 nov-'07 des-'07 jan-'08 feb-'08 mar-'08 aprl-08
8.52 8.62 8.56 8.64 8.81 8.89 8.92 8.96 8.90 8.92 9.16 9.22 9.17 9.11 8.98 8.97 9.11 9.12 9.09 9.20 9.19 9.24 9.19 9.24 9.06 9.06 9.09 8.94 9.09 9.08 9.03 9.00 9.02 9.10 9.14 9.30 9.15 9.17 9.15 9.27
10.81 10.97 10.83 10.88 11.00 11.00 11.08 11.14 11.18 11.22 11.25 11.31 11.23 11.24 11.28 11.25 11.36 11.36 11.32 11.35 11.38 11.45 11.42 11.52 11.42 11.39 11.36 11.36 11.46 11.43 11.41 11.38 11.41 11.41 11.44 11.80 11.46 11.45 11.39 11.42
13.99 14.00 14.01 14.05 14.10 14.10 14.15 14.18 14.21 14.28 14.23 14.25 14.36 14.31 14.36 14.35 14.37 14.40 14.51 14.49 14.49 14.55 14.61 14.66 14.74 14.73 14.74 14.76 14.78 14.77 14.85 14.89 14.90 14.93 14.96 14.99 15.05 15.05 15.04 15.05
15.24 15.24 15.25 15.28 15.34 15.34 15.46 15.50 15.52 15.62 15.56 15.61 15.64 15.60 15.62 15.59 15.63 15.65 15.72 15.67 15.67 15.70 15.73 15.73 15.75 15.74 15.76 15.78 15.78 15.80 15.81 15.81 15.79 15.83 15.87 15.88 15.91 15.91 15.91 15.88
3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 4.06 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91 3.91
Log(Bi.Rate)
2.00 2.05 2.01 2.04 2.05 2.08 2.14 2.17 2.30 2.40 2.51 2.55 2.55 2.55 2.55 2.55 2.53 2.53 2.51 2.46 2.42 2.37 2.33 2.28 2.25 2.22 2.20 2.20 2.17 2.14 2.11 2.11 2.11 2.11 2.11 2.08 2.08 2.08 2.08 2.08
129
Lampiran 3 BI Rate (Laporan Publikasi Bank Indonesia) (Based on decision of board meeting) Period
BI Rate
Period
BI Rate
8 Aug 2006
11.75%
3 April 2008
8.00%
6 July 2006
12.25%
6 March 2008
8.00%
6 June 2006
12.50%
6 Feb 2008
8.00%
9 May 2006
12.50%
8 Jan 2008
8.00%
5 April 2006
12.75%
6 Dec 2007
8.00%
7 March 2006
12.75%
6 Nov 2007
8.25%
7 Feb 2006
12.75%
8 Oct 2007
8.25%
9 Jan 2006
12.75%
6 Sept 2007
8.25%
6 Dec 2005
12.75%
7 Aug 2007
8.25%
1 Nov 2005
12.25%
5 July 2007
8.25%
4 Oct 2005
11.00%
7 June 2007
8.50%
6 Sept 2005
10.00%
8 May 2007
8.75%
9 Aug 2005
8.75%
5 April 2007
9.00%
5 July 2005
8.50%
6 March 2007
9.00%
6 Jun 2005
8.00%
6 Feb 2007
9.25%
4 Mey 2005
7.75%
4 Jan 2007
9.50%
5 April 2005
7.70%
7 Dec 2006
9.75%
4 March 2005
7.44%
7 Nov 2006
10.25%
5 Feb 2005
7.73%
5 Oct 2006
10.75%
6 Jan 2005
7.42%
5 Sept 2006
11.25%
130
Lampiran 4 Hasil Analisis Regresi dengan Model OLS Dependent Variable: LOG(BAGIHASIL) Method: Least Squares Date: 05/28/09 Time: 18:51 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE)
-11.70721 0.503288 1.320242 -0.574862 0.824024 -0.238616
4.218933 0.165088 0.512555 0.272905 0.389261 0.220925
-2.774922 3.048610 2.575806 -2.106452 2.116892 -1.080078
0.0089 0.0044 0.0145 0.0426 0.0417 0.2877
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.870397 0.851337 0.073093 0.181649 51.13361 1.265327
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
9.034432 0.189573 -2.256680 -2.003348 45.66780 0.000000
131
Lampiran 5 Regresi Auxiliary Dependent Variable: LOG(PENDAPATAN) Method: Least Squares Date: 05/30/09 Time: 13:16 Sample: 2005M01 2008M04 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE)
-8.109642 1.175221 -0.106973 0.721463 -0.136908
4.096441 0.485748 0.278838 0.379444 0.225015
-1.979680 2.419405 -0.383639 1.901368 -0.608440
0.0556 0.0209 0.7036 0.0655 0.5468
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.876210 0.862063 0.074839 0.196031 49.60965 2.119630
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
11.29626 0.201506 -2.230482 -2.019372 61.93436 0.000000
Dependent Variable: LOG(PENYALURAN) Method: Least Squares Date: 05/30/09 Time: 13:17 Sample: 2005M01 2008M04 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE)
7.759339 0.121918 0.500231 -0.391266 0.357952
0.464298 0.050392 0.030828 0.110023 0.040587
16.71198 2.419405 16.22645 -3.556207 8.819465
0.0000 0.0209 0.0000 0.0011 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.986313 0.984749 0.024105 0.020336 94.92691 1.288654
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
15.65336 0.195186 -4.496346 -4.285236 630.5345 0.000000
132
Dependent Variable: LOG(TABUNGAN) Method: Least Squares Date: 05/30/09 Time: 13:18 Sample: 2005M01 2008M04 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE)
-13.43894 -0.039145 1.764521 0.584553 -0.682333
1.291574 0.102037 0.108743 0.219922 0.073632
-10.40508 -0.383639 16.22645 2.658000 -9.266819
0.0000 0.7036 0.0000 0.0118 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.984216 0.982412 0.045272 0.071735 69.71561 0.936054
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
14.53126 0.341370 -3.235780 -3.024671 545.6127 0.000000
Dependent Variable: LOG(NISBAH) Method: Least Squares Date: 05/30/09 Time: 13:19 Sample: 2005M01 2008M04 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(BI_RATE)
7.993858 0.129766 -0.678375 0.287320 0.428907
1.237129 0.068249 0.190758 0.108096 0.062826
6.461621 1.901368 -3.556207 2.658000 6.826855
0.0000 0.0655 0.0011 0.0118 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.800165 0.777327 0.031740 0.035259 83.92064 0.952392
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.981196 0.067262 -3.946032 -3.734922 35.03614 0.000000
133
Dependent Variable: LOG(BI_RATE) Method: Least Squares Date: 05/30/09 Time: 13:19 Sample: 2005M01 2008M04 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH)
-17.21681 -0.076449 1.926711 -1.041195 1.331548
1.396584 0.125647 0.218461 0.112357 0.195046
-12.32780 -0.608440 8.819465 -9.266819 6.826855
0.0000 0.5468 0.0000 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.921969 0.913051 0.055924 0.109463 61.26348 0.914492
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
2.250393 0.189656 -2.813174 -2.602064 103.3851 0.000000
134
Lampiran 6 Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.471720 11.51670
Probability Probability
0.943868 0.871159
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/28/09 Time: 18:55 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) (LOG(PENDAPATAN))^2 (LOG(PENDAPATAN))*(LOG(PENYALURA N)) (LOG(PENDAPATAN))*(LOG(TABUNGAN)) (LOG(PENDAPATAN))*(LOG(NISBAH)) (LOG(PENDAPATAN))*(LOG(BI_RATE)) LOG(PENYALURAN) (LOG(PENYALURAN))*(LOG(TABUNGAN)) (LOG(PENYALURAN))*(LOG(NISBAH)) (LOG(PENYALURAN))*(LOG(BI_RATE)) LOG(TABUNGAN) (LOG(TABUNGAN))^2 (LOG(TABUNGAN))*(LOG(NISBAH)) (LOG(TABUNGAN))*(LOG(BI_RATE)) (LOG(NISBAH))^2 (LOG(NISBAH))*(LOG(BI_RATE)) LOG(BI_RATE) (LOG(BI_RATE))^2
-40.00446 -4.593217 0.247802
63.29047 11.03800 0.263125
-0.632077 -0.416128 0.941766
0.5342 0.6815 0.3570
0.856649 -0.917211 0.046955 -0.578812 9.086106 -0.725806 -2.439561 0.623871 0.256033 0.570202 1.174564 0.120900 2.502145 0.290288 -5.816174 -0.065046
1.686710 1.098491 0.966930 0.636672 16.80286 0.835624 3.489260 1.182605 12.21701 0.527981 1.975871 0.857717 2.511146 2.191717 14.86040 0.571965
0.507881 -0.834974 0.048560 -0.909120 0.540747 -0.868579 -0.699163 0.527540 0.020957 1.079966 0.594454 0.140956 0.996416 0.132448 -0.391388 -0.113723
0.6168 0.4131 0.9617 0.3736 0.5944 0.3949 0.4921 0.6033 0.9835 0.2924 0.5586 0.8892 0.3304 0.8959 0.6995 0.9105
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.287918 -0.322439 0.007662 0.001233 150.9902 1.777806
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.004541 0.006663 -6.599508 -5.797290 0.471720 0.943868
135
Lampiran 7 Autokorelasi dengan Uji BG Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.875951 4.197709
Probability Probability
0.169673 0.122597
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/28/09 Time: 18:58 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(PENDAPATAN) LOG(PENYALURAN) LOG(TABUNGAN) LOG(NISBAH) LOG(BI_RATE) RESID(-1) RESID(-2)
3.759121 0.042632 -0.483424 0.256950 -0.200778 0.175068 0.399417 0.020552
4.624168 0.162495 0.565439 0.301714 0.400070 0.237416 0.211284 0.200414
0.812929 0.262361 -0.854954 0.851634 -0.501857 0.737388 1.890428 0.102546
0.4223 0.7947 0.3989 0.4007 0.6192 0.4663 0.0678 0.9190
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.104943 -0.090851 0.071280 0.162586 53.35096 1.737030
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-4.57E-16 0.068247 -2.267548 -1.929772 0.535986 0.800672
136