Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
PENGARUH JENIS TEKSTUR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk.) SEBAGAI PENUNJANG MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN Andi Zulaiha Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Samarinda
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis tekstur tanah terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu untuk pengujian jenis tekstur tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan untuk penanaman bibit gaharu dilakukan di Jalan Pramuka Kelurahan Sempaja Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah P0(tekstur tanah lempung liat berpasir), P1(liat), P2(Pasir berlempung), dan P3 (lempung berpasir). Pengukuran tinggi batang dan jumlah daun dilakukan per minggu. Hasil dari pengukuran tinggi batang dan jumlah daun tersebut diuji dengan Analysis of Variance (Anova) diikuti dengan uji BNT 5 %.Hasil analisis data menunjukkan bahwa untuk data hasil pengukuran tinggi batang diperoleh FHitung (3,29) > FTabel (3,10), dan untuk data hasil penghitungan jumlah daun diperoleh F Hitung (13,15) > FTabel (3,10). Berdasarkan data ini, terbukti bahwa jenis tekstur tanah mempengaruhi pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.). Ada perbedaan yang signifikan antara P0 dengan P1, P2, dan P3 Kata Kunci: Jenis Tekstur Tanah, Pertumbuhan Bibit Gaharu
PENDAHULUAN Indonesia adalah produsen gaharu terbesar di dunia dan menjadi tempat tumbuh endemik beberapa spesies gaharu komersial dari marga Aquilaria seperti A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. filaria dan lain-lain (Sidiyasa dan Suharti dalam Suhendra dkk., 2012). Kayu gaharu termasuk tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Baunya yang khas menjadikan gaharu sebagai bahan baku industri parfum, kosmetika, dupa dan pengawet berbagai jenis aksesori. Di China, secara tradisional tanaman gaharu dipergunakan sebagai obat penghilang stres, gangguan ginjal, hepatitis, sirosis, pembengkakan hati dan ginjal, bahan antibiotic untuk TBC, reumatik, kanker, malaria dan tukak lambung. Secara tradisional masyarakat Tibet memanfaatkan tanaman gaharu sebagai obat anti asmatik, antimikroba, stimulan kerja syaraf, sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, ginjal, tumor dan paruparu. Di Indonesia, secara tradisional masyarakat Papua telah menggunakan daun, kulit dan akar gaharu sebagai obat malaria dan perawatan kulit (Mega dan Dewa, 2010). Gaharu merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu bernilai ekonomi tinggi untuk kebutuhan bahan industri. Seiring dengan meningkatnya pengambilan gaharu dan peredaran gaharu di pasar internasional tanpa diimbangi adanya upaya pelestarian dan pembudidayaan telah menimbulkan berbagai dampak di antaranya semakin turunnya populasi pohon gaharu (Kongres CITES dalam Ridwan, 2013). Beberapa permasalahan dalam usaha budidaya gaharu antara lain: (1) Adanya penebangan pohon gaharu dilakukan semakin intensif sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar. Selain itu pola tata niaga komoditi gaharu sangat lemah dan lebih “Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
101
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
banyak ditentukan oleh konsumen dan pasar sehingga tawar-menawar (bargaining position) masyarakat produsen (petani, pemungut, pengumpul, serta petani budidaya) masih sangat kurang; (2) Teknik budidaya gaharu belum dikuasai sepenuhnya oleh masyarakat khususnya petani (Ridwan, 2013). Demikian pula untuk menghindari kepunahan pohon penghasil gaharu dan menjaga pemanfaatannya supaya dapat lestari maka perlu upaya konservasi, baik secara insitu (di dalam habitat) maupun exsitu (di luar habitat) dan budidaya. Salah satunya adalah dengan melakukan pembibitan. Kualitas dan kondisi fisik bibit tanaman akan menentukan laju awal pertumbuhan dan kemampuan hidup bibit setelah ditanam di lapangan. Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit gaharu yang baik maka diperlukan hara yang cukup dan unsur hara dapat diperoleh dari tanah sebagai media tumbuh ataupun dengan pemupukan. Foth (1994) menyatakan bahwa pada dasarnya tumbuhan yang tumbuh di atas lahan tergantung pada tanah karena tanah merupakan tempat tersedianya air dan unsur-unsur hara, di samping itu tanah juga merupakan tempat melekat atau berpijak bagi akar sehingga akar dapat berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara dan air. Salah satu fungsi yang paling menonjol dari tanah adalah untuk menunjang tumbuhan. Akar yang mencengkram tanah memungkinkan tumbuhan yang sedang tumbuh tetap tegak. Tanah adalah bagian dari lahan yang sangat penting karena secara agronomis berfungsi sebagai media tumbuh bagi tanaman. Media tumbuh atau media tanam merupakan tempat dimana tanaman atau biji dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar tumbuhan (Subroto, 2003). Tanah terdiri dari berbagai jenis berdasarkan tekstur tanah di antaranya tekstur tanah liat (clay), lempung berpasir (sandy loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam) dan pasir berlempung (loamy sandy). Keempat jenis tekstur tanah tersebut memiliki kandungan atau komposisi yang berbeda antara fraksi liat, debu dan pasir, begitu juga dengan kandungan zat hara, derajat kemasaman dan kesuburannya. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat yang sangat menentukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, serta menyimpan dan menyediakan hara tanaman (Selvan, 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa hal dasar yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah tanah sebagai media tumbuh karena di dalam tanah terkandung unsur hara dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan tanah terdiri dari berbagai jenis berdasarkan teksturnya. Jenis tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan air dan unsur hara, selain itu tanah juga memiliki perbedaan kesuburan yang dapat dilihat dari warna tanah, penyusun tanah dan pH tanah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh jenis tekstur tanah terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.).
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
102
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen kategori true eksperiment yaitu penelitian yang melihat pengaruh variabel jenis tekstur tanah liat (Clay), pasir berlempung (Loamy sandy) dan lempung berpasir (sandy loam) terhadap pertumbuhan bibit tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu bibit gaharu yang ditumbuhkan pada tanah yang biasa digunakan oleh petani untuk menanam gaharu yaitu tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam). Rancangan penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) yang ada di tempat penjualan bibit gaharu. Sampel dari penelitian ini adalah 24 polybag bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) yang homogen. Sampel diperoleh dari 4 perlakuan dan 6 kali pengulangan sehingga diperoleh 24 sampel setelah dihitung dengan menggunakan rumus (n-1) (t-1)≥15. Alat Dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan untuk uji jenis tekstur tanah di Laboratorium Tanah adalah oven, tabung 500 ml, pipet 25 ml, ayakan 50-54 mikron, wadah, lumpang dan alu, corong, neraca digital, hot plate, cawan tanah, pH tanah, hygrometer, termometer, alat tulis, kamera dan alat-alat yang digunakan dalam proses penanaman dan pemeliharaan bibit gaharu adalah polybag ukuran 1 kg, mistar atau meteran dan alat untuk menakar air. Bahan yang digunakan adalah tanah dengan tekstur lempung liat berpasir, liat, pasir berlempung dan lempung berpasir, air, bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) dan calgon. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu tahap pengujian tanah di laboratorium tanah, tahap persiapan media tumbuh dan tempat bibit, tahap penanaman dan tahap pemeliharaan. 1. Tahap pengujian tanah di laboratorium tanah, dilakukan dengan cara: a. Dituang sampel tanah ke dalam wadah yang telah diberi label sesuai dengan nama label sampel tanah b. Dimasukkan wadah yang telah berisi tanah ke dalam oven dengan suhu 6070°C selama 24 jam c. Digerus tanah yang telah kering menggunakan lumpang porselen dan alu d. Diayak tanah yang telah digerus kemudian dimasukkan ke dalam plastik sesuai dengan label masing-masing dengan menggunakan corong. e. Ditimbang cawan tanah yang belum berisi tanah menggunakan neraca digital lalu dicatat berat cawan tanah f. Dimasukkan 25 gram tanah ke dalam cawan tanah kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca digital lalu dicatat beratnya. g. Dimasukkan cawan yang berisi 25 gram tanah ke dalam oven dengan suhu 105°C untuk menghilangkan kadar air selama 24 jam h. Ditimbang cawan tanah dengan menggunakan neraca digital kemudian dicatat hasilnya.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
103
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
i.
Dipipet calgon sebanyak 20 ml dengan menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke dalam tabung ukuran 500 ml j. Dimasukkan tanah ke dalam tabung dengan menggunakan corong, lalu ditambahkan sedikit air agar tanah dan calgon tercampur rata, setelah itu didiamkan selama 24 jam k. Dituang tanah dari tabung ke dalam ayakan 50-54 mikron untuk mengambil komposisi pasir dari tanah, kemudian pasir dimasukkan ke dalam cawan lalu dimasukkan ke dalam oven selama kurang lebih 1 jam sampai pasir dalam cawan menjadi kering l. Ditambahkan air ke dalam tabung yang masih berisi tanah sampai batas 500 ml lalu didiamkan kurang lebih 1 jam m. Dikeluarkan cawan berisi pasir dari dalam oven kemudian didinginkan lalu ditimbang dan dicatat hasilnya n. Dikocok tabung yang berisi tanah tercampur air dan calgon selama 40 detik kemudian dipipet sebanyak 25 ml dengan kedalaman 20 ml untuk mengambil komposisi debu lalu dituang ke dalam cawan tanah. o. Diletakkan cawan tanah di atas hot plate sampai kering (30-40 menit) dengan suhu high, kemudian didinginkan lalu ditimbang dan dicatat hasilnya p. Dipipet tanah yang telah tercampur air dan calgon di dalam tabung sebanyak 25 ml dengan kedalaman 10 ml kemudian dituang ke dalam cawan dengan menindih komposisi debu q. Diletakkan cawan tanah di atas hot plate sampai kering (30-40 menit) dengan suhu high, kemudian didinginkan lalu ditimbang dan dicatat hasilnya 2. Tahap persiapan media tumbuh dan tempat bibit a. Dimasukkan tanah ke dalam polybag ukuran 1 kg sesuai dengan jenis tekstur tanah yang diinginkan. b. Dibuat rumah plastik untuk menaungi bibit gaharu. 3. Tahap penanaman a. Dipilih bibit gaharu yang sehat serta ukuran tinggi dan jumlah daunnya relatif sama kemudian dipindahkan ke dalam polybag yang berisi tanah yang telah disediakan. 4. Tahap pemeliharaan a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, namun jika hujan tidak dilakukan penyiraman b. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah bibit dipindahkan ke dalam polybag. Dilakukan pada tanaman yang abnormal atau mati dengan menggantikan bibit dengan bibit cadangan yang umur dan tinggi serta jumlah daunnya relatif sama. c. Pemupukan dengan menggunakan NPK 16:16:16 dilakukan 2 minggu sekali d. Penyiangan, dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mencabut gulma-gulma yang tumbuh dalam polybag dan sekitar tempat penyimpanan polybag. HASIL PENELITIAN Penelitian uji jenis tekstur tanah yang akan digunakan sebagai media tumbuh untuk penanaman bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian. Hasil yang diperoleh adalah jenis tekstur
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
104
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam), liat (clay), pasir berlempung (loamy sandy), dan lempung berpasir (sandy loam). Pada penelitian ini bibit gaharu yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu bibit gaharu yang berumur 4 bulan dengan tinggi batang berkisar antara 31 cm sampai 35 cm dengan jumlah daun berkisar antara 10 helai sampai 13 helai daun. Data-data yang telah didapatkan selama penelitian dianalisis dengan uji normalitas dan homogenitas dan setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji Analysis of Variance (Anova) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh atau tidak. Adapun hasil perhitungan Anova untuk tinggi batang ditunjukkan dalam tabel ringkasan Anova dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Ringkasan Anova Tinggi Batang Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat (SK) (DB) (JK) Perlakuan 4-1= 3 JKP = 27,08 Galat 4 (6-1) =20 JKG = 54,92 Total (4 x 6)-1= 23 JKT= 82,00 Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Kuadrat Tengah (KT) KTP= 9,03 KTG= 2,75
F-Hitung KTP/KTG = 3,29
F-Tabel 3,10
Berdasarkan rata-rata data tinggi batang per minggu (selama 8 minggu) yang telah dianalisis dengan uji Analysis of Variance (Anova) didapatkan Fhitung (3,29) > Ftabel (3,10) dengan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh jenis tekstur tanah terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) dimulai dari 2 minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam (2 bulan), selanjutnya karena hasil perhitungan Anova menunjukkan nilai yang positif (terdapat pengaruh) maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkcil (BNT). Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dari Analysis of Variance (Anova) pada data tinggi batang dengan taraf kepercayaan 95% dan 99% yang dimasukkan ke dalam tabel kombinasi Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat dilihat bahwa yang memiliki perbedaan signifikan adalah P0 (Kontrol) dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan P1, P2, dan P3 tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada P0 (Kontrol). 45,00 40,00 35,00 30,00
P0
25,00
P1
20,00
P2
15,00
P3
10,00 5,00 0,00 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 1. Diagram Batang Tinggi Batang Minggu Ke-1 sampai Minggu Ke-8
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
105
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
Adapun hasil perhitungan Anova untuk jumlah daun ditunjukkan dalam tabel ringkasan Anova dalam Tabel 2. Tabel 2. Ringkasan Anova Jumlah Daun Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Keragaman (SK) (DB) (JK) Perlakuan 4-1= 3 JKP = 12,68 Galat 4 (6-1) =20 JKG = 6,26 Total (4 x 6)-1= 23 JKT= 18,94 Sumber: Hasil Penelitian (2015)
Kuadrat Tengah (KT) KTP= 4,23 KTG= 0,31
F-Hitung KTP/KTG = 13,51
F–Tabel 3,10
Berdasarkan rata-rata data penghitungan jumlah daun per minggu (minggu ke1 sampai minggu ke-8) yang telah dianalisis dengan uji Analysis of Variance (Anova) didapatkan Fhitung (13,15) > Ftabel (3,10) dengan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh jenis tekstur tanah terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) selanjutnya karena hasil perhitungan Anova menunjukkan nilai yang positif (terdapat pengaruh) maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkcil (BNT). Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dari Analysis of Variance (Anova) pada data jumlah daun dengan taraf kepercayaan 95% dan 99% yang dimasukkan ke dalam tabel kombinasi Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat dilihat bahwa yang memiliki perbedaan signifikan atau menunjukkan ada perbedaan nyata dengan perbandingan BNT dengan taraf kepercayaan 95 % & 99 % adalah P0 (Kontrol) dan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan P1, P2, dan P3 tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada P0 (Kontrol). Berikut diagram batang yang menunjukkan pertambahan jumlah daun dari minggu ke-1 sampai minggu ke-8. 18 16 14 12 P0
10
P1
8
P2
6
P3
4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 2. Diagram Batang Jumlah Daun Minggu Ke-1 sampai Minggu Ke-8
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
106
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
PEMBAHASAN Pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa bibit yang memiliki pertumbuhan baik yaitu bibit yang media tumbuhnya jenis tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam) karena berdasarkan hasil pengukuran tinggi batang dan jumlah daun dari minggu pertama sampai 2 bulan setelah tanam itu paling tampak pertambahan ukuran tinggi batang dan jumlah helai daunnya dibandingkan dengan perlakuan 1, 2 dan perlakuan 3, dan juga bibit pada tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam) yang dalam penelitian ini sebagai kontrol memiliki daun yang sehat yaitu hijau dan tidak ada bagian daun yang kuning. Sedangkan untuk perlakuan 1, 2 dan perlakuan 3, perlakuan yang baik adalah perlakuan 2 yaitu jenis tekstur tanah pasir berlempung (loamy sandy) jika dibandingkan dengan perlakuan 1 yaitu jenis tekstur tanah liat (clay) dan perlakuan 3 yaitu jenis tekstur tanah lempung berpasir (sandy loam), karena pertumbuhan bibit yang ditanam pada tanah liat dan lempung berpasir memiliki pertumbuhan yang tidak begitu tampak atau pertambahan tinggi batang dan jumlah daunnya sangat sedikit dan juga memiliki daun yang tidak sehat karena di beberapa bagian daun tampak menguning dan ada pula yang rusak. Setiap tumbuhan pasti membutuhkan nutrien sebagai sumber energi pertumbuhan, khususnya bibit gaharu. Untuk dapat hidup dan berkembang secara baik setiap harinya bibit gaharu membutuhkan bahan nutrisi berupa unsur hara yang dapat dikonsumsi. Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit gaharu, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan menggunakan hara, gaharu dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara pada tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara dalam tanah, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu misalnya daun. Tersedianya unsur hara dan air dalam tanah salah satunya ditentukan oleh tekstur tanah. Kandungan liat dan bahan organik dalam tanah berpengaruh pada kemampuan pertukaran kation tanah (Foth, 1988). Tanah bertekstur lempung berpasir mengandung koloid lebih banyak dan memiliki kemampuan menyerap kation lebih banyak daripada tanah pasir (Buckman dan Brady, 1982). Tanah lempung berpasir bertekstur halus dan gembur, drainasenya kurang baik karena pada tanah gembur terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara, sehingga tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang tinggi. Tanah yang gembur sangat baik untuk pertumbuhan tanaman sebab air tanah dan udara bergerak lancar, temperatur stabil, yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan jasad renik tanah dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah (Basuki, 2010). Suhu mempengaruhi proses pertumbuhan bibit gaharu karena bibit gaharu memiliki suhu tertentu untuk pertumbuhan terbaiknya yaitu 27°C sampai 32°C sedangkan suhu adalah faktor lingkungan yang tidak dapat diprediksi karena selalu berubah-ubah setiap harinya. Dalam kondisi suhu yang sangat tinggi pertumbuhan menjadi terhambat bahkan bisa terhenti meskipun persediaan air ada dan daun bibit gaharu menjadi gugur sehingga dapat dikatakan bahwa suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Fluktuasi suhu akan berpengaruh langsung pada tanaman, terutama untuk proses perakaran tanaman di dalam tanah.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
107
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
Apabila suhu naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara sulit diserap tanaman, sebaliknya jika suhu rendah maka semakin bertambahnya kandungan air dalam tanah akibatnya aktivitas akar atau respirasi semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsur hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi. Jika kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat. Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan tanaman yang membutuhkan naungan karena tidak toleran terhadap intensitas cahaya tinggi, hal ini tampak ketika bibit gaharu hanya diberi naungan berupa rumah plastik, hal tersebut menyebabkan bibit gaharu menjadi layu dan daun-daunnya menguning dan gugur. Setelah diberi paranet, bibit gaharu perlahan tampak memiliki pertumbuhan yang normal kembali dan daun-daun tidak layu serta tidak kuning kecoklatan. Pengukuran suhu di tempat peletakan bibit gaharu pada minggu ke-8 setelah tanam yaitu pada jam 09.00 pagi yaitu 33°C, dan kelembaban yang merupakan banyaknya uap air dalam udara yaitu 76 %. Adapun untuk pH tanah pada tanah lempung liat berpasir yaitu 6, tanah liat 4, tanah pasir berlempung 4,8 dan tanah lempung berpasir yaitu 5,8. Jenis-jenis tekstur tanah yang dijadikan sebagai perlakuan sesuai dengan syarat tumbuh gaharu yaitu pada pH 4 hingga 6, sehingga bibit gaharu tetap tumbuh selama penelitian berlangsung meskipun terdapat perbedaan dalam hal kecepatan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang terkandung pada masing-masing tanah perlakuan dan juga perubahan suhu dan kelembaban selama penelitian berlangsung. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potasium atau Kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5 Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut (Chandra, 2012). KESIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dianalisis menggunakan Analsys of Varians (Anova) dengan taraf kepercayaan 95 %, maka hasil penelitian pengukuran tinggi batang diperoleh Fhitung (3,29) > FTabel (3,10) dan jumlah daun diperoleh Fhitung (13,15) > FTabel (3,10), sehingga dapat disimpulkan bahwa (1) Ada pengaruh jenis tekstur tanah terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), (2)
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
108
Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015
Jenis tekstur tanah yang tepat untuk pertumbuhan terbaik bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) adalah tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam) yang dalam penelitian ini adalah sebagai kontrol. SARAN Beberap hal yang perlu disarankan, yaitu (1) Bagi Kepada Dinas Pertanian disarankan untuk memperhatikan jenis tekstur tanah dalam upaya pembudidayaan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.), (2) Para petani yang ingin membudidayakan gaharu disarankan untuk menggunakan jenis tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay loam) sebagai media tumbuh untuk bibit gaharu dan diberi naungan, dan (3) Prosedur pada penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan dalam pokok bahasan hubungan tanah dengan tumbuhan. DAFTAR RUJUKAN Basuki, W. 2010. Pengaruh Waktu Pemupukan Dan Tekstur Tanah Terhadap Produktivitas Rumput Setaria splendida Stapf. Artikel Politeknik Negeri Jember. . Diakses Tanggal 14 April 2015. Chandra. 2012. Ph Tanah. . Diakses Tanggal 14 April 2015. Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga Mega dan Dewa,2010. Screening Fitokimia Dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Daun Gaharu. Jurnal Kimia 4 (2), Juli 2010 : 187-192 . Diakses Tanggal 26 Desember 2014. Ridwan, M. 2013. Investasi Pohon Gaharu. Diakses Tanggal 27 Desember 2014. Selvan, Muhfari. 2011. Tekstur Tanah. Diakses Tanggal 18 Desember 2014. Subroto. 2003. TANAH Pengelolaan dan Dampaknya. Samarinda: Fajar Gemilang. Suhendra, Roswanjaya dan Handayani. 2012. Aplikasi Inokulasi Fusarium Untuk Mempercepat Proses Pembentukan dan Produksi Gubal Gaharu Di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Pusat Teknologi Produksi Pertanian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Prosiding inSINas 2012. Jakarta. . Diakses Tanggal 26 Desember 2014.
“Peran Pendidikan Biologi Dalam Menyiapkan Generasi Cerdas di Abad 21”
109