PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENSTABIL TERHADAP KARAKTERISTIK MINUMAN DARI BEKATUL SELAMA PENYIMPANAN Nani Pasaribu1', Djohan Sofia21, Stella Indira3'
ABSTRACT Rice bran is the outer coating of the rice kernel and is generated dunng the rice milling. From a nutritional point of view, rice bran is the most valuable byproduct. Rice bran consists of: pericarp, aleurone, germ, and part of the endosperm which is the outer layer of the rice kernel. They are removed during whitening and polishing of husked rice. Rice bran beverage is one of the grain-based products that are still being developed due to its nutritional component. Turbidity is an important physical characteristics in rice bran beverage that could be maintained by adding stabilizer. This research will observe the effect of stabilizer on physical and chemical characteristics office bran beverage during 8 weeks of storage. The results showed thatpH and total titratable acid remained stable while turbidity and total soluble solid showed a significant decrease during 8 weeks of storage. Adding the stabilizers effected turbidity, total soluble solid, and viscosity of rice bran beverage. Key words: rice bran, stabilizer
PENDAHULUAN Kedudukan bekatu! dalam industri pangan di Indonesia tidak sepenting beras yang menjadi makanan pokok dan seiring dengan peningkatan konsumsi beras dari tahun ke tahun, maka ketersediaan bekatul sebagai hasil samping proses penggiiingan gabah dapat dipastikan ikut meningkat. Hal ini menimbulkan masalah baru bagaimana mengolah hasil samping penggiiingan padi menjadi sesuatu yang bermanfaat karena kandungan gizi bekatul sebenarnya sangat baik (Anonim, 2003). Pemanfaatan bekatul sebagai hasil samping penggiiingan padi dapat ditingkatkan antara lain melalui pembuatan minuman dari bekatul. Pengolahan bekatul menjadi minuman menemui kendala yaitu adanya sebagian serbuk yang mengendap karena berat jentsnya yang lebih besar daripada air dan hal ini merupakan penampakan fisik yang tidak disukai.
11 21 31
Oosen Tetap Teknologi Pangan UPH Dosen Tidak Tetap Teknologi Pangan UPH Alum ni Teknologi Pangan UPH
Jurnal IImu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
89
Penggunaan sentrifus dalam pembuatan minuman dimaksudkan untuk memisahkan partikel serbuk bekatui seukuran tertentu yang mudah mengendap. Penambahan bahan penstabil setelah proses sentrifus dimaksudkan untuk membantu serbuk bekatui tersuspensi lebih sempurna sehingga pembentukan endapan selama penyimpanan produk dapat dicegah. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan bahan penstabil (variasi perlakuan pada formuiasi jenis dan konsentrasi bahan penstabil yang digunakan) terhadap karakteristik minuman bekatui dari segi fisik dan kimia selama penyimpanan. METODOLOGI Bahan Bahan utama yang digunakan untuk penelitian adalah rice bran jenis whitening. Bahan-bahan lainnya adalah bahan penstabil jenis xanthan gum, gum arab, karagenan, asam sitrat, sukrosa, flavor dan konsentratjeruk. Bahan yang digunakan untuk analisis adalah air destilat, NaOH 0.1 N, indikator phenolftalein, HgO, H 2 S0 4pl asam borat, Na-tiosulfat, HCL 0.02N, H2S04 0.1 N, Naasetat 2M, Takadiastase 1 M, enzim papain 10%, metanol, dan asam asetat glasial. Metode Penelitian Pada penelitian pendahuluan dilakukan proses sentrifus, analisis proksimat dan analisis vitamin B dengan HPLC. Proses sentrifus dilakukan dengan variasi jumlah putaran per menit (rpm) antara lain 500,600, 700, 800,1000,1200,1400,1600,1800, 2000,2200. Tujuan dilakukannya pemilihan proses sentrifus adalah menentukan rpm yang tepat yang akan memberikan turbiditas yang terbaik bila digunakan lebih lanjut dalam pembuatan minuman bekatui pada penelitian utama. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat dan air dalam bahan baku bekatui. Analisis vitamin B dengan HPLC meliputi vitamin B1, B2, B3 dan B6 bertujuan mengetahui kandungan vitamin B di dalam minuman yang terbuat dari bekatui. Pada penelitian utama dilakukan pengujian untuk mempelajari pengaruh penambahan bahan penstabil (variasi perlakuan pada jenis dan konsentrasi bahan penstabil) terhadap karakteristik minuman selama penyimpanan serta uji organoleptik ranking dan hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap minuman bekatui. Gambar 1 merupakan prosedur pembuatan minuman dari bekatui pada penelitian utama.
90
Jumal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
Bekatui diayak dengan ayakan Tyler
Hasil pengayakan diambil ukuran 63mm * Sebanyak 10 g bekatui hasil ayak diekstrak dalam ILairsuhu 80 °C, 10 menit
Suhu ekstrak diturunkan hingga ± 39 °C * Dilakukan centrifuge (variasi laju rpm), 5 menit * Filtrat dan endapan dipisahkan * Filtrat yang diperoleh ditambahkan sukrosa 4%, asam sitrat 0.1% * Filtrat dimasukkan secara hot feeling ( ± 80°C) ke dalam botol kaca steril * Produk minuman dari bekatui
Setelah didinginkan, produk disimpan pada suhu refrigerator
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan rpm Larutan bekatui dapat terpisah karena ada perbedaan berat jenis antara serbuk bekatui dengan air. Proses sentrifus yang digunakan dalam pembuatan minuman dimaksudkan untuk memisahkan butiran-butiran halus bekatui yang memiliki ukuran tertentu dengan cara mengendapkannya (Instruksi Manual Orbeco-Hellige Portable Infra Red Turbidimeter). Dalam penelitian pendahuluan, dilakukan proses sentrifus pada ekstrak bekatui dengan berbagai laju rpm. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui laju rpm tertentu yang dapat menghasilkan penampakan stabii keruh terbaik pada minuman setelah satu minggu penyimpanan, dimana hasilnya dapat dilihat padaGambar2.
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
91
a Mnggu ke 0 • Mnggu ke 1 0
600
1200 1600 2000
rpm
Gambar 2. Turbiditas Minuman Bekatul dalam Berbagai Laju rpm pada Penyimpanan 1 Minggu
Berdasarkan Gambar 2, pada minggu awal penyimpanan (minggu ke 0) terjadi penurunan nilai turbiditas (NTU) seiring dengan peningkatan laju rpm. Tetapi, laju rpm > 1200 cenderung menghasiikan larutan dengan niiai turbiditas yang konstan. Oleh karena itu, dengan memperhatikan aiasan ekonomis, laju 1200 rpm dipilih untuk digunakan dalam proses sentrifus pada penelitian ini. Penggunaan laju rpm di atas 1200 akan memberikan hasil yang sama, tetapi jumlah energi yang dikeluarkan lebih besar sehingga tidak lagi ekonomis. Setelah 1 minggu penyimpanan, nilai turbiditas minuman yang disentrifus pada 1200 rpm masih cukuptinggi dibandingkan minuman bekatul yang disentrifus dengan laju < 1200 rpm, tetapi kemungkinan serbuk bekatul yang bernutrisi terbuang akibat proses pemisahan oleh sentrifus lebih besar sehingga minuman akan terasa ham bar. Analisis Proksimat Analisis proksimat meliputi kadar air, kadar abu, penetapan lemak kasar, penetapan protein kasar, serta kadar karbohidrat yang dihitung dari nilai 100% dikurangi kandungan nutrisi selain karbohidrat. Hasil analisis proksimat bekatul dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat perbedaan dalam hasil analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini dengan hasil analisis proksimat berdasarkan literatur. Hal ini dapat disebabkan kandungan proksimat bekatul yang dapat dipengaruhi oleh varietas padi, faktor agronomis selama penanaman, besarnya derajat sosoh (Luh,1991).
92
Jumal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat BekatuI Padi •Hasil (%)
Hasil (%)
Analisis Proksimat Kadar air
9.257
6.13
Kadar abu
5.112
9.98
Kadar protein
9023
13.35
Kadar lemak
14.508
20.85
Kadar karbohidrat (by difference)
62.092
49.69
Sumber: (Anonim, 2003) Hasil analisis kandungan vitamin B dalam bekatul dengan metode HPLC dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Vitamin B dalam BekatuI Kode Sampel
Hasil (mg/100g)
*Hasil(mg/100g)
Vit. B1
Vit. B2
Vit. B3
Vit. B6
Vit. B1
Vit. B2
Vit. B3
Vit. B6
2.75
0.29
34
1.00
14
10
37
8
Ekstrak BekatuI
Sumber: (Anonim, 2003) Terdapat perbedaan antara hasil analisis yang dilakukan menggunakan metode HPLC dengan literatur. Hal ini dapatdisebabkan antara lain oleh perbedaan varietas padi yang digunakan, proses penggilingan dan produksi yang berpengaruh pada komposisi vitamin dalam bekatul. (Hargrove (1994) di dalam Marshall dan James (1994)). Penelitian Utama Penggunaan bahan penstabil dalam pembuatan minuman dari bekatul dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan penampakan fisik minuman tersebut selama penyimpanan dengan mencegah atau meminimalkan pemisahan campuran yang tersuspensi dalam larutan. Bahan penstabil yang digunakan dalam penelitian mi adalah xanthan gum (0.02%, 0.04% dan 0.06%), gum arab (0.03%. 0.05%, 0.07%) dan karagenan(0.05%, 0.07%, 0.09%). Uji Ranking Pada uji ini, panelis diminta untuk memberikan penilaian secara keseluruhan (meliputi kekentalan, mouthfeel, dan rasa) terhadap minuman dari bekatul. Ranking 1
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
93
diberikan untuk penilaian terbaik, sedangkan ranking 3 diberikan untuk penilaian terburuk. Minuman dengan konsentrasi xanthan gum 0.04% mendapat ranking tertinggi, diikuti minuman dengan konsentrasi xanthan gum 0.02%, dan minuman dengan konsentrasi xanthan gum 0.06% seperti terlihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil analisis statistik pada a 0.05, pemakaian xanthan gum pada konsentrasi 0.02%, 0.04% dan 0.06% memberikan perbedaan yang signifikan. Minuman dengan penambahan xanthan gum 0.06% berbeda signifikan dengan minuman yang diberi penambahan xanthan gum 0.02% dan 0.04%, tetapi diantara minuman dengan penambahan xanthan gum 0.02% dan 0.04% tidak berbeda signifikan. 3
Z63.
25 1 83°
:
1.53"
15
c an i
3 5 J xanthang 0 02%
xanthang. 0 04%
xanthang 0 06%
Janla Bahan P t n a t a b l l
Gambar 3. Ranking Minuman dengan Bahan Penstabil Xanthan Gum Hasil uji ranking untuk bahan penstabil gum arab dapat dilihat pada Gambar4. Berdasarkan perhitungan, minuman dengan konsentrasi gum arab 0.05% memiliki ranking tertinggi yaitu sebesar 1.7, diikuti oleh minuman dengan konsentrasi gum arab 0.03% dengan ranking sebesar 2.03. Ranking terendah dimiliki oleh minuman dengan konsentrasi gum arab 0.07% yaitu sebesar 2.27. 2.5 .
2.27'
2.03'
f 1.5 i
I
• 1.7*
2 1 0.5 \ 0 gum arab 0 03%
gum arab 0.05%
gum arab 0.07%
Jenis Bahan Penstabil
Gambar 4. Ranking Minuman Bekatul dengan Bahan Penstabil Gum Arab
94
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2. No. 1. April 2004
Berdasarkan statistik pada a 0.05 , minuman bekatul dengan konsentrasi penambahan gum arab 0.03%, 0.05% dan 0.07% tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ranking tertinggi terdapat minuman dengan penambahan gum arab 0.05% sebesar 1.7, diikuti minuman dengan penambahan gum aram 0.03% dengan ranking sebesar 2.03. Ranking terakhir sebesar 2.27 terdapat pada minuman dengan gum arab 0.07% sebesar 2.27. Hasil uji ranking untuk karagenan sebagai bahan penstabil adalah minuman dengan penambahan karagenan 0.09% memiliki ranking tertinggi yaitu sebesar 1.53 diikuti minuman dengan penambahan karagenan 0.07% dengan ranking sebesar 2.03. Ranking terendah dimiliki oleh minuman dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi 0.05% yaitu sebesar 2.37 seperti terlihat pada Gambar 5. Statistik menunjukkan minuman dengan penambahan karagenan 0.09% berbeda signifikan dengan minuman yang ditambahkan karagenan 0.05%, namun minuman dengan penambahan karagenan 0.07% tidak berbeda signifikan dengan minuman dengan penambahan karagenan 0.05% sekaligus 0.09%. 25 " |
237
° 2.03"
•I
I • • karagenan 0.05% karagenan 0.07% karagenan 0.09% Jenis Bahan Penstabil
Gambar 5. Ranking Minuman Bekatul dengan Bahan Penstabil Karagenan Uji Hedonik Pada uji hedonik, nilai kesukaan rata-rata tertinggi terdapat pada minuman dengan penambahan gum arab 0.05% (2.5) diikuti minuman dengan penambahan xanthan gum 0.04% sebesar (2.525) dan minuman tanpa bahan penstabil sebesar (2.55). Minuman dengan penambahan karagenan 0.09% memperoleh nilai terendah yaitu 3. Gambar 6 menunjukkan nilai kesukaan minuman bekatul dengan berbagai bahan penstabil. Berdasarkan statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara minuman dengan penambahan karagenan 0.09% dan dengan penambahan gum arab 0.05%. Tetapi minuman dengan penambahan xanthan gum 0.04% dan minuman
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
95
tanpa bahan penstabil (kontrol) tidak berbeda signifikan dengan kedua minuman di atas. J>
3.1 3
.
2.9
is la 23 2 2
Tanpa bahan penstabil
2525ab
„ •
Gum xanthan 0 04%
Gum arab 0 05%
KaragenanO 09%
Formulasi Bahan Penstabil
Gambar 6. Nilai Total Uji Hedonik Minuman Bekatul Viskositas Viskositas merupakan sifat reologi dasar yang memberikan karakteristik terhadap aliran dalam suatu sistem cairan. Viskositas juga dapat didefinisikan sebagai friksi internal atau resistansi cairan untuk mengalir (Glicksman, 1982). Penambahan bahan penstabil atau hidrokoloid pada minuman dari bekatul memberikan pengaruh pada viskositas seperti terlihat pada Gambar 7.
kontld
gxant 0 02%
Juan 0M%
g*« 000*
}m*a 003%
&wwb 0 03%
gjrab 0 07%
karagman k« »g*nan k 0 05% 0 07%
Formulasi Bahan Panstabil
Gambar 7. Viskositas Minuman Bekatul dengan Berbagai Bahan Penstabil Konsentrasi bahan penstabil yang semakin tinggi akan menghasilkan larutan dengan viskositas yang semakin tinggi juga. Nilai viskositas tertinggi pada minuman dari bekatul (1.97 cPs) diperoleh melalui penambahan xanthan gum 0.06% diikuti oleh penambahan xanthan gum 0.04%(1.36 cPs). Minuman tanpa penambahan bahan penstabil memiliki nilai viskositas terendah diantara ke 10 formulasi bahan penstabil (0.53 cPs). Menurut Urlarcherdan Dalbe (1992) didajam Imeson (1992), struktur xanthan 96
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
gum dengan berat molekul yang tinggi dan bentuk konformasi yang kaku dalam larutan mampu menghasilkan larutan dengan viskositas yang tinggi meskipun digunakan hanya pada konsentrasi rendah. PH Nilai pH minuman bekatui selama penyimpanan berkisar antara 4.11 hingga 4.13. Berdasarkan analisis statistik perlakuan berbagai jenis bahan penstabil terhadap pH minuman, diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan berbagai jenis bahan penstabil dengan pH minuman bekatui pada a 0.05. Hal ini dikarenakan asam yang terdapat pada minuman bekatui berasal dari penambahan asam sitrat dalam proses pembuatan minuman. yang telah ditentukan jumlahnya sama untuk setiap perlakuan bahan penstabil. Berdasarkan analisis statistik lama penyimpanan terhadap nilai pH. diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama penyimpanan dengan nilai pH minuman bekatui pada a 0.05. Kestabilan nilai pH minuman bekatui selama penyimpanan dapat disebabkan oleh tidak adanya aktivitas mikroba pada minuman bekatui untuk semua perlakuan. Asam sitrat mampu menurunkan pH produk yang mengakibatkan mikroba tidak dapat tumbuh karena nilai pH lingkungan lebih rendah dari nilai pH minimum untuk pertumbuhannya (Buckle et.al, 1987). Total Asam Tertitrasi Nilai total asam tertitrasi yang dinyatakan sebagai asam sitrat pada minuman bekatui tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara 6.91-7.04 x 10 3 meq dalam 100 ml minuman. Berdasarkan analisis statistik perlakuan berbagai jenis bahan penstabil terhadap nilai total asam tertitrasi, diketahui perlakuan bahan penstabil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap total asam tertitrasi pada a 0.05. Berdasarkan analisis statistik perlakuan lama penyimpanan terhadap nilai total asam tertitrasi diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara lama penyimpanan dengan nilai total asam tertitrasi pada a 0.05. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya aktivitas pertumbuhan kapang dan khamir pada produk yang dapat menghasilkan asam. Total Padatan Terlarut (°Brix) Nilai total padatan terlarut minuman bekatui selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan analisis statistik perlakuan formulasi bahan penstabil
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
97
terhadap nilai total padatan terlarut, diketahui antara karagenan 0.07% dan karagenan 0.09% berbeda secara signifikan dengan gum arab 0.03%, gum arab 0.05%, xanthan gum 0.02%, xanthan gum 0.04% serta kontrol pada a 0.05. Namun, antara karagenan 0.07% dan 0.09% tidak berbeda signifikan dengan xanthan gum 0.06%, karagenan 0.05% dan gum arab 0.07%. 170 l«0 150 HO 130 120 110 100 'JO 80 70 HO
— kontrol —*—g xant 0 02% —*—g xant 0 04% M
g xant 0 08%
^ g arab 0 03% 1—•— - g arab 0 05% —•—g arab 0 07%
SO •to 30 20 10 0
—9
karaO 05%
X
karaO 07% karaO 09%
Lama Penyimpanan (minggu)
Gambar 8. Nilai Total Padatan Terlarut Selama Penyimpanan Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1990), minuman dengan fase cair yang lebih stabil akan mengandung total padatan terlarut yang lebih tinggi karena partikelpartikelnya akan saling tolak-menolak dan terperangkap dalam suatu matriks yang dibentuk oleh bahan penstabil yang ditambahkan. Berdasarkan analisis statistik perlakuan lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut pada a 0.05, diketahui bahwa lama penyimpanan berpengaruh secara signifikan terhadap total padatan terlarut. Lama penyimpanan 0 minggu berbeda signifikan dengan lama penyimpanan 6 dan 8 minggu. Hal ini dapat disebabkan karena turunnya daya ikat matriks bahan penstabil terhadap partikel-partikel padatan terlarut seiring dengan lamanya penyimpanan. Turbid itas Grafik perubahan nilai turbiditas selama penyimpanan seperti terlihat pada Gambar 9. Minuman dengan bahan penstabil xanthan gum 0.04% dan xanthan gum 0.06% memiliki nilai turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan minuman tanpa bahan penstabil dan minuman dengan penambahan bahan penstabil lainnya. Hasil analisis statistik perlakuan formulasi bahan penstabil terhadap nilai turbiditas menunjukkan
98
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
formulasi bahan penstabil berpengaruh secara signifikan terhadap nilai turbiditas pada a 0.05 dimana minuman dengan penambahan xanthan gum 0.06% berbeda nyata dengan kesembilan formulasi lainnya. Berdasarkan penelitian Macrae (1993), penambahan gum pada konsentrasi yang cukup memungkinkan semua partikel terbungkus secara sempurna oleh gum sehingga agregasi partikel dapat dicegah dengan adanya gaya tolak menolak yang dihasilkan oleh lapisan polimer yang dibentuk oleh gum.
»
Kontrol
150
— * — g xart 0 02%
'40 -
133 -
— * — gxartO.04%
ia no
—a—g.xant 0 08%
•00
— « — g . a r a b 0 03 0 0 5 *
1
—t—g.arabO.07* —«—Kara 0 05% —«—kara0.07% »
Kara 0 09%
Lama Penyimpanan (minggu)
Gambar 9. Nilai Turbiditas (NTU) Selama Penyimpanan
Hasil analisis statistik perlakuan lama penyimpanan terhadap lama nilai turbiditas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan formulasi bahan penstabil terhadap lama penyimpanan pada a 0.05. Nilai turbiditas pada penyimpanan minggu ke 0 berbeda signifikan dengan nilai turbiditas pada penyimpanan minggu 2 hingga ke 8. Hal ini dapat disebabkan pada minggu ke 6 dan ke 8, serbuk bekatul yang pada awal penyimpanan tersuspensi dalam larutan, hampir mengendap seluruhnya sehingga tidak terjadi lagi penurunan nilai turbiditas yang melonjak. KESIMPULAN Uji ranking menghasilkan bahan penstabil xanthan gum 0.04%, gum arab 0.05% dan karagenan 0.09% sebagai bahan penstabil yang disukai dalam minuman dari bekatul. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk uji hedonik pada keempat formulasi perlakuan minuman bekatul. Urutan uji hedonik terbaik adalah
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004
99
gum arab 0.05%, xanthan gum 0.04%, tanpa bahan penstabil, dan karagenan 0.09%. Karagenan 0.09% berbeda signifikan dengan gum arab 0.05%. Perlakuan formulasi bahan penstabil menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap total asam tertitrasi, dan pH. Tetapi, perlakuan formulasi bahan penstabil menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai turbiditas, viskositas dan total padatan terlarut. Perlakuan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap total padatan terlarut dan nilai turbiditas. Semakin lama penyimpanan, nilai total padatan terlarut dan nilai turbiditas semakin menurun. Total asam tertitrasi dan pH tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada a 0.05 selama penyimpanan 8 minggu. DAFTARPUSTAKA Anonim, 2002. Oiakses tanggal 6 September 2003. Stabilised Rice Bran as A Nutraceutical Food, http:/
[email protected] Anonim, 2003. Diakses tanggal 18 September 2003. Rice Bran Crude Nutritional Information, http ://www.gastronomique.org/nutrition/food/14342.html Buckle, K.A.,ef.a/. 1987. llmu Pangan. Ul Press. Jakarta. Glicksman, M. 1986. Food Hydrocolloid. CRC Press, Inc. Florida. Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling Agents for Food. Blackie Academic and Proffessional. UK. Luh.B.S., 1991. Rice Utilization vol II. Van Nostrand Reinhold. New York. Macrae, R., K. Robinson dan Sadler, M.J.,1993. Encyclopedia of Food Science, Food Technology and Nutrition. Academic Press. USA. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1989. Petunjuk Laboratorium llmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU IPB Pangan dan Gizi. Bogor.
100
Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004