ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
89 ISSN 1412-1468
PENGARUH INOKULASI RHIZOBIUM ISOLAT INDIGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TUNGGAK DI LAHAN LEBAK (Influence of Inocullation Rhizobium Isolat Indigene to Growth and Result Cowpea in Flood Plain) Jamzuri Hadie Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Telp. (0511) 4772254
ABSTRACT Target of this research is (1) to know influence of Rhizobium inocullation in the form of Rhizobium indigene isolat inocullant to cowpea result and growth in flood plain and (2) studying which treatment able to improve result of highest cowpea. Research in the form of attempt of pot (at home plastic) executed in Pangkalan Village, Sub-Province of Tabalong, South Kalimantan, begin in September until December 2005. Treatment of attempt consist of 2 factor. 1st factor Rhizobium inocullation which compose 3 level, that is without inocullation (i0), inocullation with containing Rhizobium isolat 1,2 x 108 cell/ml of nodule grow on cowpea var. KT-2 in peat media (and i1) of inocullation with containing Rhizobium isolat 3,4 x 109 cell/ml of nodule grow on cowpea var. Nagara in peat media (i2). 2sd Factor is cowpea varietas which compose 3 type, that is var. Nagara (v1), KT-2 (v2) and KT-5 (v3). Interaction both of factor yield 9 treatment of attempt and compiled in Factorial Complete Random Device by 3 restating, so that there is 27 set of attempt. Result of research indicate that inocullation with containing inocullant of Rhizobium indigene isolat ≥ 109 cell/ml can improve result of cowpea grain > 2 t / ha which is planted in shallow flood plain and middle flood. Var. Nagara and of KT-2 according to planted in both flood plain, but var. KT-5 only according to planting in middle flood plain. Keywords : Inocullation, Rhizobium isolat indigene, cowpea, shallow flood plain, middle flood plain PENDAHULUAN Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp.) var. Nagara ialah salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan gizi cukup tinggi dan banyak dikembangkan di lahan lebak Kalimantan Selatan dengan rata-rata hasil berkisar 4-5 ku/ha (Ismail et al., 1993; Anwar dan Widjaja-Adhi, 1997; Noor dan Noorginayuwati, 1998). Namun, hasil tersebut masih lebih rendah dibandingkan potensi sebenarnya dari hasil kacang tunggak var. Nagara, adalah sebesar 1,5-1,8 ton/ha (Supiyatna, 1991; Kasno et al., 1991; Kasno, 1993). Hasil rendah tersebut disebabkan oleh sifat tanah lahan lebak, yang mempunyai pH
rendah, kandungan Al, Fe dan Mn tinggi serta belum terdapat kemampuan dalam menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan mencakupi (Hairunsyah, 1997). Selain itu kemampuan simbiosis Rhizobium-legum yang masih rendah dalam memfiksasi nitrogen dan rendahnya respon tanaman terhadap inokulasi yang berhubungan dengan sifat kedua simbion tersebut (Jutono, 1985). Begitu pula teknologi budidaya yang diterapkan di lahan lebak pada pertanaman leguminosae masih tergolong sederhana, yaitu penyiapan lahan dilakukan dengan cara menebas dan membakar, tanpa pengolahan tanah, jarak tanam tidak beraturan, tanpa pemupukan dan pengapuran.
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan hasil kacang tunggak, yaitu pemberian pupuk anorganik, pupuk organik maupun pupuk hayati dengan memanfaatkan Rhizobium dalam bentuk legin. Namun demikian belum diperoleh hasil yang memuaskan. Maka alternatif terakhir adalah memacu peran simbiosis Rhizobium-legum dalam memfiksasi N2 atmosfer. Seperti halnya tanaman leguminosae lainnya, kacang tunggak mampu bersimbiosis dengan Rhizobium membentuk nodul aktif yang dapat memfiksasi N2 atmosfer. Sayang, informasi tentang pemanfaatan Rhizobium dalam meningkatkan hasil kacang tunggak masih terbatas. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pengaruh inokulasi Rhizobium dalam bentuk inokulan isolat Rhizobium indigen terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak di lahan lebak, dan (2) mengkaji perlakuan mana yang dapat meningkatkan hasil kacang tunggak tertinggi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan percobaan pot (di rumah plastik) yang dilaksanakan di Desa Pangkalan, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, mulai bulan September sampai Desember 2005. Perlakuan percobaan terdiri 2 faktor. Faktor I, inokulasi Rhizobium, 3 level: tanpa inokulasi Rhizobium (i0) inokulasi dengan isolat Rhizobium (1,2 x 108 sel/ml) asal nodul akar var. KT-2 dalam media gambut (i1) dan inokulasi dengan isolat Rhizobium (3,4 x 109 sel/ml) asal nodul akar var. Nagara dalam media gambut (i2). Faktor II, 3 jenis varietas kacang tunggak: var. Nagara (v1), KT-2 (v2) dan KT-5 (v3). Interaksi kedua faktor menghasilkan 9 perlakuan percobaan dan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
90 ISSN 1412-1468
Faktorial dengan 3 ulangan, sehingga ada 27 satuan percobaan (pot). Lima kilogram tanah lapisan olah (020 cm) dari lahan lebak dangkal dan lebak tengahan di keringkan (kering udara) dan diayak dengan ayakan 2 mm. Kedalam setiap pot percobaan ditanam 3 biji kacang tunggak pada kedalaman 1 cm dan setelah berumur 2 minggu dilakukan penjarangan hingga tersisa 2 tanaman yang pertumbuhanya paling baik. Selain itu dilakukan penyulaman bila benih yang dtanam tidak tumbuh atau benih yang telah tumbuh terserang penyakit. Benih kacang tunggak yang ditanam, sebelumnya dibasahi dengan air secukupnya. Air yang dipakai diberi larutan gula sedikit sebagai perekat. Kemudian pada benih yang telah dibasahi diberikan inokulan yang mengandung isolat Rhizobium sesuai perlakuan dan dicampur hingga merata. Penyiangan dilakukan dengan melihat kondisi yang ada, yaitu bila terdapat gulma. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari pada sore hari, terutama setelah pembenaman benih hingga pengisian polong dengan menggunakan gelas aqua sebanyak 3 gelas untuk setiap pot percobaan. Untuk melihat pengaruh inokulasi Rhizobium indigen terhadap keragaan kacang tunggak dilakukan pengamatan yang meliputi: (a) pertumbuhan tanaman, (b) hasil kacang tunggak, dan (c) nodul akar kacang tunggak. Analisis ragam dengan uji F-tabel 5% dan 1%. Uji rata-rata parameter dengan BNT 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN (a) Pertumbuhan kacang tunggak Interaksi antara tiga varietas kacang tunggak dan inokulasi Rhizobium i1 dan i2 terhadap tinggi tanaman pada berbagai umur pengamatan (7-42 hst) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan adalah nyata (Gambar 1)
91 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Tinggi Tanaman (cm)
LEBAK DANGKAL 70
Nagara I0 Nagara I1 Nagara I2 KT-2 I0 KT-2 I1 KT-2 I2 KT-5 I0 KT-5 I1 KT-5 I2
60 50 40 30 20 10 0 7
14
21
28
35
42
Hari Setelah Tanam (hst)
Tinggi Tanaman (cm)
LEBAK TENGAHAN 70 60
Nagara I0
50
Nagara I2
Nagara I1 KT-2 I0
40
KT-2 I1
30 20
KT-2 I2 KT-5 I0
10 0
KT-5 I1 KT-5 I2
7
14
21
28
35
42
Hari Setelah Tanam (hst)
Gambar 1. Tinggi tanaman kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium i0 (tanpa inokulasi), i1 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml) dan i2 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan.
Pada lahan lebak dangkal dan lebak tengahan, var. Nagara umur 7-42 hst tumbuh lebih tinggi dibandingkan var. KT-2 dan KT5 pada inokulasi Rhizobium i2 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml). Pada umur 42 hst, tinggi var. Nagara 59,33 cm di lebak dangkal dan 60,23 cm di lebak tengahan, sedangkan var. KT-2 dan KT-5 masing-masing 51,22 cm dan 49,48 cm di lebak dangkal serta 51,88 cm dan 50,30 cm di lebak tengahan (Gambar 1). Perbedaan tinggi tanaman var. Nagara dengan var. KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhzobium i2, ternyata tidak menyebabkan perbedaan yang nyata dalam hal umur kacang tunggak mulai berbunga. Var. Nagara berbunga lebih cepat di lebak dangkal (39,00 hst) dan lebih lambat di lebak tengahan (39,33 hst), var. KT-2 (39,33 hst di lebak
dangkal dan 38,67 hst di lebak tengahan) dan KT-5 (45,67 hst di lebak dangkal dan 40,33 hst di lebak tengahan). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa var. Nagara yang ditanam di lahan lebak dangkal berbunga lebih cepat dibandingkan di lebak tengahan, tetapi sebaliknya var. KT-2 dan KT-5 berbunga lebih cepat di lebak tengahan dari pada di lebak dangkal. Pada lahan lebak dangkal, akar terpendek dijumpai pada var. KT-5 (39,83 cm) dan yang terpanjang pada var. KT-2 (45,10 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan var. Nagara (43,75 cm). Pada lahan lebak tengahan, akar terpendek juga dijumpai pada var. KT-5 (43,18 cm) dan akar terpanjang pada var. KT-2 (48,98 cm) yang tidak berbeda nyata dengan var. Nagara (48,60 cm) pada inokulasi Rhizobium i2 (Gambar 2)
92 ISSN 1412-1468
Panjang Akar (cm)
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Lebak Dangkal Lebak Tengahan
60 50 40 30 20 10 0 I ra ga Na
0
I ra ga Na
1
I ra ga Na
2
I0 -2
I1 -2
KT
KT
I2 -2
KT
I0 -5
I1 -5 KT
KT
I2 -5 KT
Perlakuan (Varietas dan Inokulasi Rhizobium) Perlakuan (Varietas dan inokulasi Rhizobium)
Gambar 2. Panjang akar kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada Inokulasi Rhizobium i0 (tanpa inokulasi), i1 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml) dan i2 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan.
(BKT) berbeda secara nyata. Demikian juga untuk parameter bobot polong berisi (BPB) dan bobot biji per rumpun (BBP), sedangkan terhadap bobot 100 biji (B100) pengaruh inokulasi (i1 dan i2) tidak memberikan perbedaan nyata dibanding tanpa inokulasi (Gambar 3).
(b) Hasil kacang tunggak Adanya perbedaan nyata tinggi tanaman umur 7-42 hst di antara 3 varietas kacang tunggak yang ditanam masing-masing di lahan lebak dangkal maupun di lebak tengahan pada inokulasi Rhizobium i1 dan i2, juga menghasilkan bobot kering total tanaman
LEBAK DANGKAL
I2 K T
-5
I1 -5
I0 K T
K T
-5
I2 -2
I1 K T
-2 K T
K T
-2
I0
I2 ar a
N ag
ar a N ag
N ag
ar a
I1
BKT BPB BBP B100
I0
Bobot (g)
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Varietas dan inokulasi Rhizobium Varietas dan Inokulasi Rhizobium
80 70 60 50 40 30 20 10 0
I ag 0 ar a N I ag 1 ar a I2 K T2 I0 K T2 I1 K T2 I2 K T5 I0 K T5 I1 K T5 I2
BKT BPB BBP B100
N
N
ag a
ra
Bobot (g)
LEBAK TENGAHAN
Varietas dan inokulasi Rhizobium Varietas dan Inokulasi Rhizobium
Gambar 3. Bobot kering total tanaman, bobot polong berisi per rumpun, bobot biji per rumpun dan bobot 100 biji kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium i0 (tanpa inokulasi), i1 (inokulasi dengan isolat Rhizobium 1,2 x 108 sel/ml) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan
93 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Dari Gambar 3 tampak pula bahwa untuk var. Nagara dan KT-2 di lahan lebak dangkal cenderung mempunyai keragaan hasil tanaman yang lebih tinggi dibandingkan di lebak tengahan, tetapi untuk var. KT-5 terjadi sebaliknya, yakni di lebak tengahan mempunyai keragaan lebih baik. Pada Tabel 1
terlihat bahwa keragaan hasil tanaman ketiga varietas kacang tunggak, yaitu jumlah polong berisi dan jumlah biji per rumpun lebih tinggi di lahan lebak tengahan dibandingkan d lebak dangkal.
Tabel 1. Jumlah polong berisi dan jumlah biji per rumpun kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium di lahan lebak langkal dan lebak tengahan Lebak Dangkal Inokulasi Rhizobium
Varietas Kacang Tunggak
i0 i1 i2 i0 i1 i2 i0 i1 i2
Nagara
KT-2
KT-5
Keterangan:
Jumlah polong berisi per rumpun (buah)
Lebak Tengahan
Jumlah biji per rumpun (biji)
21,67 a 41,67 bc 46,67 c 20,33 a 35,00 ab 43,00 bc 28,67 a 30,00 a 34,33 ab
Jumlah polong berisi per rumpun (buah)
161,67 a 326,00 cd 390,00 d 174,33 a 286,33 bc 402,67 d 198,67 ab 229,33 ab 263,67 bc
Jumlah biji per rumpun (biji)
30,33 a 42,00 ab 56,51 b 31,67 a 40,67 ab 56,81 b 30,00 a 36,00 ab 47,80 b
178,33 a 335,33 cde 418,83 e 184,00 a 309,00 bcde 422,15 e 199,20 ab 231,00 abc 271,43 abcd
Angka-angka yang diikuti huruf sama dalam lajur sama tidak berbeda pada taraf 5% dengan BNT i0 = Tanpa inokulasi (kontrol) i1 = Inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml. i2 = Inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml.
kecenderungan pembentukan nodul lebih baik di lahan lebak tengahan dari pada di lebak dangkal. Antara inokulasi i1 dan i2 memberikan pengaruh pembentukan nodul yang tidak berbeda satu sama lain, namun i2 cenderung memberikan jumlah nodul total dan nodul aktif tertinggi di kedua lahan lebak (Gambar 4).
(c) Nodul akar kacang tunggak Pengaruh inokulasi Rhizobium (i1 dan i2) terhadap pembentukan nodul akar yang dinyatakan dengan parameter jumlah nodul total (JNT) dan jumlah nodul aktif (JNA) berbeda nyata baik di lahan lebak dangkal maupun di lebak tengahan, terutama pada akar tanaman var. Nagara. Ada
Jumlah nodul (buah/tanaman)
LEBAK DANGKAL
JNT JNA
50 40 30 20 10 0 ra ga Na
I0
ra ga Na
I1
ra ga Na
I2
-2 KT
I0
-2 KT
I1
-2 KT
I2
-5 KT
I0
Varietas dan Inokulasi Rhizobium Varietas dan inokulasi Rhizobium
-5 KT
I1
-5 KT
I2
94 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Jumlah nodul (buah/tanaman)
LEBAK TENGAHAN
JNT JNA
50 40 30 20 10 0
I0 I1 I2 ara ara ara g g g Na Na Na
KT
I0 -2
I1 -2
KT
I2 -2
KT
I0 -5
KT
I1 -5
KT
I2 -5
KT
Varietas Inokulasi Rhizobium Varietas dan dan inokulasi Rhizobium
Gambar 4. Jumlah nodul total (JNT) dan jumlah nodul aktif (JNA) kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium i0 (tanpa inokulasi), i1 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml) dan i2 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan
Seperti halnya parameter jumlah nodul total dan jumlah nodul aktif pada akar tiga varietas kacang tunggak yang ditanam di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan, pengaruh inokulasi Rhizobium (i1 dan i2) menunjukkan perbedaan nyata terhadap bobot kering nodul total (Gambar 5) dibandingkan
tanpa inokulasi (i0), inokulasi Rhizobium i2 memperlihatkan pengaruh terhadap bobot kering nodul total tertinggi. Namun ada kecenderungan bobot kering nodul total yang terbentuk di lahan lebak tengahan lebih tinggi dibandingkan dengan di lebak dangkal. Lebak Dangkal Lebak Tengahan
0.6 0.4
I2 K
T5
I1 K
T5
I0 K
T5
I2 K
T2
I1 K
T2
I0 K
T2
I2 ra
N
ag a
ra ag a N
N
ag a
ra
I1
0.2 0
I0
Bobot (g)
0.8
Varietas dan Inokulasi Rhizobium Varietas dan inokulasi Rhizobium
Gambar 5. Bobot kering nodul total kacang tunggak var. Nagara, KT-2, dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium i0 (tanpa inokulasi), I1 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml) dan I2 (inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml) di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan
Var. KT-5 yang ditanam di lahan lebak dangkal maupun lebak tengahan menghasilkan jumlah nodul total, bobot kering nodul total dan jumlah nodul aktif terendah, dan yang tertinggi adalah var. Nagara, keduanya berbeda nyata satu sama lain. Dalam parameter yang sama, var. KT-5 ini juga lebih rendah dibandingkan var. KT-2. Tiga varietas kacang tunggak yang ditanam di lahan lebak dangkal maupun lebak tengahan menunjukkan perbedaan nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman
(meliputi: tinggi tanaman, panjang akar) dan parameter hasil tanaman (meliputi: bobot kering total tanaman, jumlah polong berisi, bobot polong berisi, jumlah biji dan bobot biji per rumpun) pada inokulasi Rhizobium (i1 dan i2), kecuali untuk bobot 100 biji yang tidak berbeda secara nyata (Gambar 1, 2, 3, 4, 5 dan Tabel 1). Tampak pada Gambar 1 bahwa perlakuan inokulasi (i1 dan i2) menghasilkan tinggi tanaman umur 7-42 hst di masingmasing lahan lebak nyata lebih tinggi
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
dibandingkan tanpa inokulasi (i0). Perlakuan i2 adalah inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml mampu bersimbiosis dengan ketiga varietas kacang tunggak baik di lahan lebak dangkal maupun di lebak tengahan, menghasilkan pembentukan nodul akar yang tertinggi, sedangkan i1 adalah inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml, juga menghasilkan pembentukan nodul dengan jumlah dan bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan i2, tetapi lebih baik dibandingkan tanpa inokulasi. Simbiosis antara kacang tunggak dengan Rhizobium memberikan suplai N yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman inangnya sehingga responsnya tampak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman yang hanya bersimbiosis dengan Rhizobium alamiah di lahan lebak dangkal maupun lebak tengahan (tanpa inokulasi). Terlihatnya pengaruh inokulasi menunjukkan bahwa untuk berhasilnya pembentukan nodul diperlukan populasi Rhizobium dengan jumlah sel cukup ( 108 sel/ml). Penambahan N dari proses fiksasi N2 di dalam nodul akar, tampaknya cukup mengimbangi ketersediaan hara lain di lahan lebak dangkal maupun lebak tengahan, sehingga proses fisiologis tanaman tidak mengalami hambatan oleh adanya faktorfaktor pembatas pertumbuhan. Namun demikian, karena di lahan lebak dangkal ketersediaan haranya lebih rendah dibandingkan di lebak tengahan (Lampiran 1), maka keragaan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan panjang akar) di lahan lebak tengahan lebih baik dibandingkan di lebak dangkal. Keragaan pertumbuhan tanaman kacang tunggak seperti digambarkan di atas, sebagai akibat inokulasi Rhizobium, selanjutnya akan mempengaruhi keragaan komponen-komponen hasil tanaman kacang tunggak yang meliputi bobot kering total tanaman, jumlah polong berisi, bobot polong berisi, jumlah biji dan bobot biji per rumpun. Oleh karena itu keragaan hasil tanaman inang juga memperlihatkan gambaran serupa,
95 ISSN 1412-1468
kecuali bobot 100 biji. Bobot 100 biji merupakan ukuran biji yang tidak peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Antara inokulasi i1 dan i2 yang memperlihatkan sedikit perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, menunjukkan bahwa isolat yang memiliki jumlah sel lebih besar akan lebih berhasil bersimbiosis dengan tanaman inang. Dengan jumlah sel Rhizobium yang lebih banyak memungkinkan terjadinya infeksi bulu-bulu akar dalam jumlah dan laju lebih tinggi, sehingga terbentuknya nodul aktif menjadi lebih banyak pula. Rhizobium dalam nodul aktif memfiksasi N2 dari atmosfer serta mengubahnya menjadi NO3 yang dibutuhkan tanaman inangnya. Makin tinggi jumlah nodul aktif maka diperkirakan akumulasi N makin tinggi dan akan mempengaruhi semua komponen hasil tanaman. Seperti hasil penelitian Nurhayati et al. (1988) pada kacang tunggak, bahwa akumulasi N tertinggi diperoleh setelah tanaman diinokulasi dengan Rhizobium indigen. Pada percobaan inokulasi inipun tanpa dilakukan pemupukan N, nitrogen yang tersedia di lahan lebak hanya berasal dari dekomposisi dan mineralisasi bahan organik dan hasil fiksasi bakteribakteri Rhizobium. Sesuai dengan hasil penelitian Giller dan Wilson (1991) yang menunjukkan bahwa inokulasi Rhizobium tanpa pemberian pupuk N dapat meningkatkan N pada biji, protein dan hasil biji. Komponen hasil tanaman kacang tunggak selain bobot kering total tanaman (BKT) yang dijelaskan pada Gambar 3 adalah juga bobot polong berisi (BPB), bobot biji per rumpun (BBP) dan bobot 100 biji (B100). Mengenai bobot 100 biji, menggambarkan ukuran biji, pada var. Nagara mempunyai kisaran 14-15 g/100 biji (di lebak dangkal) dan 14-16 g/100 biji (di lebak tengahan), pada var. KT-2 mempunyai kisaran 12-14 g/100 biji (di lebak dangkal) dan 14 g/100 biji (di lebak tengahan), dan pada var. KT-5 mempunyai kisaran 12-13 g/100 biji (di kedua lahan lebak) berada pada kisaran
96 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
ukuran besarnya biji sesuai deskripsi varietas kacang tunggak (Supiyatna, 1991; kasno et al., 1991; Kasno, 1993; Kasno dan Trustinah, 1998; Trustinah et al., 2001). Namun tampaknya bobot 100 biji dari ketiga varietas tidak dipengaruhi oleh pemberian inokulan. Sebaliknya, parameter bobot polong berisi dan bobot biji per rumpun sangat dipengaruhi oleh pemberian inokulan (i1 dan i2) .
Perlakuan i2 mampu mendorong ketiga varietas kacang tunggak menghasilkan bobot polong berisi dan bobot biji per rumpun tertinggi. Namun dengan perlakuan inokulasi i1 dan i2 di lahan lebak dangkal maupun lebak tengahan hasil biji yang kemungkinan dapat dipanen disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan hasil kacang tunggak var. Nagara, KT-2 dan KT-5 pada inokulasi Rhizobium di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan Varietas Kacang Tunggak Nagara
KT-2
KT-5 Keterangan:
*) i0 i1 i2
= = = =
Inokulasi Rhizobium i0 i1 i2 i0 i1 i2 i0 i1 i2
Hasil biji kacang tunggak (t/ha)* Lebak Dangkal Lebak Tengahan 1,25 1,24 1,71 1,72 2,13 2,34 1,20 1,22 1,68 1,87 2,28 2,33 1,38 1,45 1,43 1,48 1,83 2,01
dikonversi dari bobot biji per rumpun x 40 000 lubang tanam Tanpa inokulasi (kontrol) Inokulasi dengan isolat Rhizobium, 1,2 x 108 sel/ml. Inokulasi dengan isolat Rhizobium, 3,4 x 109 sel/ml.
Perkiraan hasil panen pada Tabel 2 didasarkan pada populasi tanaman per ha dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm dengan 2 tanaman per lubang, yakni sebanyak 40 000 lubang tanam atau 80 000 tanaman. Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa di lahan lebak dangkal, var. Nagara dan KT-2 dapat memberikan hasil di atas 2 t /ha, sehingga cukup sesuai untuk diusahakan dengan memberi inokulan yang mengandung sel-sel Rhizobium indigen dengan populasi 108 sel/ml, karena inokulan tersebut cukup kompatibel dengan tanaman kacang tunggak. Sedangkan var. KT-5 di lahan lebak dangkal tidak cukup sesuai untuk diusahakan, karena hasilnya 2 t/ha. Terlihat pula bahwa var. Nagara dan KT-2 sesuai untuk diusahakan di kedua lahan lebak.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Inokulasi dengan inokulan yang mengandung isolat Rhizobium indigen cukup memadai untuk meningkatkan keragaan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan. 2. Penanaman kacang tunggak di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan yang dilakukan dengan inokulasi Rhizobium indigen mampu memberikan hasil lebih dari 2 t/ha, sedangkan bila tanpa inokulasi hasilnya hanya sekitar 1 t/ha. 3. Diperlukan pemilihan kesesuaian varietas kacang tunggak untuk diusahakan di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan. Var. Nagara dan KT-2 sesuai untuk kedua lahan lebak, tetapi var. KT-5 hanya sesuai untuk lahan lebak tengahan.
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Saran Dalam upaya meningkatkan hasil kacang tunggak petani di lahan lebak dangkal dan lebak tengahan maka disarankan untuk menggunakan var. Nagara dan KT-2 dengan pemberian inokulan yang mengandung isolat Rhizobium ≥ 109 sel/ml. DAFTAR PUSTAKA Anwar, E.K. dan IP.G. Widjaja-Adhi. 1997. Tampilan Potensi Usahatani di Lahan Rawa Lebak. Dalam Prosiding Simposium Nasional dan Kongres VI PERAGI. Jakarta, 2527 Juni 1996. p.35-49. Giller, K. E. and K. F. Wilson. 1991. Nitrogen Fixation Tropical Cropping Systems. C. A. B. International, Wallingford, Oxon Ox10 8DE UK. pp. 313. Hairunsyah. 1997. Pemupukan P dan K pada Jagung di Lahan Lebak. Dalam Hasil Penelitian Tanaman Pangan di Lahan Rawa. Buku 2. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Banjarbaru. p.53-57. Ismail, I.G., T. Alihamsyah, IP.G. WidjajaAdhi, Suwarno, T. Herawati, R. Taher, dan D.E. Sianturi. 1993. Sewindu Penelitian Pertanian di Lahan Rawa (1985-1993). Kontribusi dan Prospek Pengembangan. Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa Swamps-II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. p.83-95. Jutono. 1985. Inokulasi Rhizobium pada Kedelai. Dalam Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. p. 208 – 229.
97 ISSN 1412-1468
Kasno, A. 1993. Uji Paket Teknologi Budidaya Kacang Tunggak untuk Lahan Marginal. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Kasno, A. dan Trustinah. 1998. Pembentukan Varietas Kacang Tunggak. Dalam Kacang Tunggak. Monograf Balitkabi. A. Kasno dan A. Winarto (Eds.). Balitkabi, Malang. (3):20-58. Kasno, A., Trustinah, dan I. Adisarwanto. 1991. Kacang Tunggak. Dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 13(1) . Noor, M. dan Noorginayuwati. 1998. Pengembangan Lahan Lebak untuk Pertanian Tanaman Pangan: Tinjauan dan Review Hasil Penelitian. Dalam Prosiding Lokakarya Strategi Pembangunan Pertanian Wilayah Kalimantan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjarbaru. p.383-395. Nurhayati, D. P., A. Diatloff, dan E.H. Hoult. 1988. The Efectiveness of Some Indonesian Strains of Rhizobium on Four Tropical Legumes. Plant and Soil 108: 171 – 177. Supiyatna. 1991. Kacang Nagara. Balai Informasi Pertanian. Banjarbaru. Kalimantan Selatan 5:1-2. Trustinah, A. Kasno, dan Moedjiono. 2001. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tunggak. Dalam Buletin Palawija. T. Adisarwanto, Sudarjono, Suharsono, I.K. Tastra, dan Heriyanto (Eds.). Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian.
98 ISSN 1412-1468
ZIRAA’AH, Volume 28 Nomor 2, Juni 2010 Halaman 89-98
Lampiran 1. Sifat tanah di lahan lebak dangkal di Desa Bayanan, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan lahan lebak tengahan di Desa Tabat, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebelum penelitian dilaksanakan Sifat Tanah pH (H2O) pH (KCl) C-org ( % ) N-total ( % ) C/N P-tersedia (P – Bray 2) (mg/kg) N-NH4 (mg/kg) N-NO3 (mg/kg) K-total (mg/100 g) K-dd (me/100 g) Na-dd (me/100 g) Ca-dd (me/100 g) Mg-dd (me/100 g) Al-dd (me/100 g) Kejenuhan Al (%) H-dd (me/100 g) KTK (me/100 g) Basa (me/100 g) KB (% ) Unsur Mikro Fe3+(ppm) Mn2+ (ppm) Cu2+(ppm) Zn2+(ppm) Klas tekstur tanah - Pasir (%) - Debu (%) - Liat (%) Keterangan: tu = tak terukur
Asal Tanah Lebak Dangkal 5,20 4,60 7,76 1,09 7,12 31,12 tu 1,94 17,67 0,27 0,44 1,34 0,34 4,61 17,69 0,08 41,32 2,39 58,00 338,96 62,92 17,78 4,94 lempung berdebu 2,00 86,00 12,00
Lebak Tengahan 4,90 3,90 4,24 0,38 11,16 15,80 14,66 tu 3,93 0,43 0,62 4,64 0,99 2,46 1,33 0,56 30,83 6,68 22,00 73,19 5,13 8,66 7,12 lempung liat berdebu 0,00 66,00 34,00