1
Pengaruh Informasi Perubahan Laba dan Nilai Pasar Investasi Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Abstrak Oleh: BERTY DEVI S NPM: 0741031020 Email:
[email protected] Pembimbing I: Agrianti Komalasari., S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II: Ninuk D. Kesumaningrum., S.E., M.Sc., Akt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan informasi laba dan nilai pasar investasi terhadap perubahan harga saham perusahaan. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan judgement sampling method sehingga mendapatkan sampel sejumlah 11 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Penelitian ini menggunakan perubahan harga saham sebagai variabel dependen. Informasi perubahan laba yang digunakan adalah rasio profitabilitas yang di proxykan oleh Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE), sedangkan nilai pasar investasi di proxykan oleh Earnings Per Share (EPS). Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi α =5%. Hasil uji F-test atau ANOVA menunjukkan bahwa perubahan NPM, ROE, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham. Dan dengan perhitungan T-test, perubahan NPM (0,014) dan EPS (0,049) berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Sedangkan ROE (0,615) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata kunci : Perubahan Harga Saham, Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), dan Earnings Per Share (EPS).
The Effect Of Earning Information Changes And Market Value Of Investment To Changes In Share Prices Of Real Estate And Property Companies Listed On The Indonesia Stock Exchange Abstract by BERTY DEVI S NPM: 0741031020
1
2
Email:
[email protected] Pembimbing I: Agrianti Komalasari., S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II: Ninuk D. Kesumaningrum., S.E., M.Sc., Akt. Finding the rapid developments in our country facing the globalization era and free trade, the competition of companies which run in real estate industry and property becomes highly competitive. It certainly encourages companies especially which are go public to submit the information, both financial and nonfinancial information, which can indicate the company’s capabilities and can be useful for many people. This study aims to determine the effect of earning information changes and market value of investment to changes in share price. Samples was obtained by using judgment sampling method so that the amount of sample in this study was around 11 real estate and property companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2010. This study used the changes in share prices as the dependent variable. Earning information changes used is the ratio of profitability which is proxy by Net Profit Margin (NPM) and Return on Equity (ROE), while the market value of investments is proxy by Earnings Per Share (EPS). The multiple linear regression is used to examine the effect of independent variables to the dependent variable. Data processing was done using SPSS 16.0 with a confidence level of 95% and a significance level of α = 5%. The results of F-test or ANOVA test showed that changes in NPM, ROE, and EPS have an impact on stock price changes. By using t-test, NPM changes (0.014) and EPS (0.049) significantly affected the stock price changes. While ROE (0.615) had a negative effect insignificantly on stock price changes in real estate and property companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Keyword: Earning Information Changes, Net Profit margin (NPM), Return On Equity (ROE), and Earnings Per Share (EPS).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan suatu negara dalam mencapai keseimbangan dan keserasian di berbagai bidang yang saling menunjang, baik fisik maupun nonfisik. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang yang meliputi sarana dan prasarana pendukung maupun rehabilitasi fasilitas pendukung lainnya. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak swasta telah melaksanakan beberapa proyek pembangunan fisik yang antara lain berupa pembangunan berbagai gedung perkantoran, perumahan, sarana perhubungan, sarana penerangan, dan sarana telekomunikasi. Aktivitas pengembangan subsektor industri real estate lebih mengarah pada kegiatan pembangunan perumahan konvensional berikut sarana pendukung berupa fasilitas umun dan fasilitas sosial. Di sisi lain, aktivitas subsektor industri
3
properti lebih mengarah pada kegiatan pengembangan bangunan hunian vertikal (antara lain, apartemen, kondominium, rumah susun), bangunan komersial (antara lain perkantoran dan pusat pembelanjaan) dan bangunan industri. Dengan melihat perkembangan pembangunan di negara kita yang begitu pesat dan menghadapi era globalisasi serta perdagangan bebas, maka persaingan antara perusahaan yang bergerak dalam subsektor industri real estate dan property sangat kompetitif. Hal tersebut tentunya mendorong perusahaan-perusahaan terutama yang telah go public untuk mengungkap informasi. Baik informasi keuangan maupun non keuangan, sehingga dapat menunjukkan kemampuan yang dimiliki perusahaan dan berguna bagi banyak pihak. Pasar modal merupakan wadah yang digunakan oleh banyak perusahaan yang ingin memperoleh tambahan dana untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Dengan masuk ke pasar modal, perusahaan dapat menjual saham atau obligasi kepada masyarakat sehingga terkumpul dana yang cukup besar. Prinsip dasar dalam pasar modal adalah keterbukaan pengungkapan informasi bagi semua pelaku pasar modal untuk selalu mengedepankan kerangka dasar dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), dapat diandalkan (reability), dan dapat diperbandingkan (comparability). Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No.4 adalah sebagai berikut. 1) Relevance Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu dalam pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. 2) Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. 3) Verifiability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. 4) Neutrality Laporan akuntansi itu bersifat netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihakpihak tertentu saja. 5) Timeliness Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambialn keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. 6) Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain. 7) Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. Investor melakukan investasi dalam bentuk pembelian saham dengan harapan memperoleh keuntungan berupa deviden atau capital gain (kelebihan harga jual di atas harga beli). Dalam memilih saham perusahaan mana yang akan dibeli atau memutuskan untuk menjual saham yang dimiliknya, investor tentu memerlukan
4
beberapa bahan pertimbangan berupa informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang telah go public. Dalam hal ini akuntansi menyediakan informasi untuk membantu masyarakat sebagai investor dalam pengambilan keputusan. Tidak terkecuali bagi para investor, informasi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan mempunyai peranan besar dalam pengambilan keputusan dalam laporan keuangan yang menjadi bahan penilaian bagi investor adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Seperti yang dikemukakan Helfert ( 1997) bahwa daya tarik utama bagi pemegang saham dalam suatu perseroan adalah profitabilitas. Oleh karena itu, investor akan menganalisa prospek dari perusahaan tersebut melalui kinerjanya yang tercermin melalui laba yang tercantum dalam laporan keuangan yang dipublikasikannya. Analisa mengenai harga saham juga dilakukan dengan membandingkan nilai intrinsik (intrisic value) suatu saham dengan harga pasar saat ini (current market value) saham tersebut. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham atau nilai yang terkandung dalam saham tersebut. Sedangkan nilai pasar adalah nilai atau harga saham di pasar bursa pada saat tertentu yang dilakukan oleh pelaku pasar. Oleh karena itu, bagi investor juga penting untuk mengetahui nilai-nilai tersebut. Penelitian ini adalah replikasi dari beberapa penelitian sebelumnya, dengan mengubah variabel- variabel independen yang dipakai sebagai dasar untuk meneliti pengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh perubahan informasi laba dan nilai pasar investasi terhadap perusahaan real estate dan property. Oleh karena itu, skripsi ini ditulis dengan judul “PENGARUH INFORMASI PERUBAHAN LABA DAN NILAI PASAR INVESTASI TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. 1.2 PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah: Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sampel penelitian adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010. 2. Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah yang terjadi di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris bahwa perubahan informasi laba berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5
1.5 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perubahan harga saham dan variabel-variabel yang berpengaruh. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pengambilan keputusan bagi kalangan investor dan pihak lain yang membutuhkan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA 2.1 Ruang Lingkup Informasi Laba 2.1.1 Pengertian Informasi Laba Untuk menilai suatu saham hal yang paling mendasar yang harus dikuasai adalah akses informasi Widioatmojo (1996) dalam Rakhmad (2010). Semakin cepat dan semakin banyak informasi yang diserap, maka pelaku pasar modal akan semakin mempunyai kesempatan memperoleh keuntungan. Artinya, jika kita membeli saham maka kita perlu untuk mengikuti perkembangan informasi tentang harga saham. Hal ini akan meminimalisir hal-hal yang tidak kita kehendaki. Seperti menurunnya harga saham yang drastis karena perusahaan sudah tidak mampu mempertahankan perusahaannya lagi dengan kata lain bangkrut. Oleh karena itu, apabila kita ingin membeli saham sebaiknya kita cukup mempunyai informasi tentang pergerakan harga saham. Teguh (2002) dalam Tarigan (2008) mendefinisikan informasi sebagai berikut. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya serta menggambarkan suatu kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact and entity) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Kejadian-kejadian (event) itu sendiri adalah kesatuan yang terjadi pada saat tertentu yang dalam dunia bisnis disebut transaksi. Sedangkan kesatuan nyata (fact and entity) merupakan obyek nyata seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan data adalah kelompok simbol-simbol teratur yang mewakili kuantitas, tindakan, beban, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan nyata adalah kelompok simbolsimbol teratur yang mewakili kuantitas, tindakan, beban, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter yang berupa alphabet numeric atau simbol khusus (Anoraga dan Pakarti, 2001). Financial Accounting Standard Board (FASB: 35) mendefiniskan laba sebagai kenaikan modal pemilik (aktiva neto) dari transaksi insidentil atau transaksi sampingan sebuah perusahaan dan dana dari seluruh transaksi lain, kejadian lain, dan keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan selama satu periode. Jadi, informasi laba dapat diartikan sebagai data laba yang diolah sehingga menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
6
2.1.2 Interpretasi Makna Laba Konsep Laba Konsep laba menurut Syafri (2004) dalam buku teori akuntansi: Laba Ekonomi Pada awal abad XX Fischer, lindhal dan hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap : 1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat dikur. 2. Real Income, adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah “biaya hidup” (cost of living). Dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi. 3. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. 2.1.3 Sifat Informasi Yang Bermanfaat Informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi ketujuh kualitas berikut: a. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan adalah informasi yang berhubungan dengan tindakan yang direncanakan utnuk dicapai. b. Dapat dimengerti Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai yang diharapkan adanya pengertian atau pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan. c. Daya uji Untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannnya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukur yang sama. d. Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemkai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. e. Tepat Waktu Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu pengambilan keputusan dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Jika terdapat penundaan yang
7
semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. f. Daya Banding Informasi dalam laporan keuangan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama. g. Lengkap Informasi yang lengkap meliputi semua data keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas. Dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. 2.2 Unit-unit Yang Mewakili Informasi Laba Untuk mewakili informasi laba: a. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Laba bersih NPM= Penjualan b. Return on Asset (ROA) ROA merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk mengahsilkan laba dengan harta yang dimikinya. Laba bersih ROA= Total aktiva c. Return on Equity (ROE) ROE merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya. Laba bersih ROE= Modal 2.3 Rasio Pasar Rasio Nilai Pasar adalah Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini antara lain: Earning Per Share (EPS), Book Value Per Share (BVS), Price Earning Rasio (PER), Price To Book Value (PBV). Rasio pasar menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. a. Earning per Share (EPS) Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Pendapatan bersih EPS= Rata - rata tertimbang saham yang beredar b. Book Value per Share (BVS) Book Value per share atau nilai buku per lembar saham menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada setiap lembar saham
8
menunjukkan apabila perusahaan pada saat itu dibubarkan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat direalisir atau dijual dengan harga yang sama dengan nilai bukunya (sesuai dengan jumlah yang dilaporkan dalam neraca) atau menunjukkan jumlah rupiah aktiva perusahaan yang menjadi hak setiap lembar saham. BVS=
Jumlah modal
Jumlah lembar saham yang beredar c. Price Earning Rasio (PER) Price Earning Rasio atau harga laba memperlihatkan berapa rupiah yang akan dibayarkan investor untuk setiap rupiah periode berjalan. Harga pasar per lembar saham PER= Earning Per Earning Per Share Share(EPS) (EPS) d. Price to book value (PBV) Price to book value atau rasio nilai pasar/nilai buku yaitu rasio untuk membandingkan harga pasar suatu saham dengan nilai buku (Book Value) sebenarnya. Harga pasar per lembar saham PBV= Book Value Per Share (BVS) 2.4 Karakteristik Usaha Industri Real Estate dan Property Istilah properti sering disalahtafsirkan oleh masyarakat kita. Properti adalah hak kekayaan,yang didalamnya dibedakan menjadi real property (riil properti) dan personal property. Real property merupakan segala kepentingan, manfaat dan hak kepemilikan secara fisik atas real estate. Real estate yaitu tanah dengan segala perlengkapan yang melekat di atasnya. Sedangkan personal property merupakan aktiva berwujud yang dapat bergerak, misalnya: mesin, kendaraan, perabotan, dan sebagainya (Adisaputro, 2007). C Haris & Priodmar (1997) dalam Husnan (1994) mengungkapkan bahwa real property adalah fisik tanah dan benda, yang berada di dalamnya dan melekat di atasnya, sedangkan real estate adalah fisik dan perolehan keuntungan. Dengan kata lain real estate lebih menekan kepada aspek fisik dan bisnis, karena karakter bisnis real estate sangat tidak bisa dilepaskan dari aspek legal yang berkaitan dengan hak pemanfaatan real estate tersebut, maka real estate dan real property dalam bahasa sehari-hari sering dianggap sinonim. Sedangkan real property yaitu hak atas tanah dan segala yang melekat di dalamnya dan di atasnya (mineral dalam tanah, kapling, bangunan, infrastruktur, dan landscape beserta tanamannya dan sebagainya). 2.4.1 Karakteristik Bisnis Real Estate Oleh karena karakteristik real estate mengandung aspek bisnis dan keuntungan, banyak orang melakukan investasi dan spekulasi terhadap bisnis ini. Secara ekonomis, bisnis real estate juga memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakan dengan jenis bisnis lainnya, yaitu: 1. Terbatas
9
Jika lahan tertentu yang digunakan pada industri real estate banyak peminatnya,maka lahan tersebut akan menjadi sangat terbatas dan memiliki nilai yang tinggi, meskipun pada beberapa tempat lainnya masih terdapat lahan yang dapat dibeli dengan harga yang relatif murah. 2. Investasi tetap Lahan juga merupakan investasi tetap (fixed investment). Berbagai modifikasi dan peningkatan fungsi lahan tidak dapat dipindahkan dari lokasinya dan membutuhkan waktu tahunan untuk mengembalikan investasi yang telah ditanam. 3. Lokasi Properti yang sama dapat memiliki nilai yang berbeda berdasarkan perbedaan lokasinya. Perbedaan ini disebabkan oleh karena preferensi masyarakat terhadap faktor-faktor alamiah, antara lain: cuaca, kesuburan tanah, ataupun faktor buatan manusia (sekolah yang tersedia, akses jalan, pasar, dan sebagainya). 4. Nilai jual yang dapat meningkat Nilai jual sebuah lahan dapat semakin tinggi dengan dilakukannya pembangunan sebuah lahan. Pendirian sebuah kota hunian baru dengan pembuatan akses jalan, fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasus) merupakan pekerjaan yang dilakukan perusahaan real estate untuk memperoleh nilai tambah dari lahan tersebut. Menurut PSAK No.44, aktivitas pengembangan subsektor industri real estate adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas ini juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan. Secara spesifik, aktivitas subsektor industri real estate lebih mengarah pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional berikut sarana pendukung berupa fasilitas sosial. Di sisi lain, aktivitas subsektor industri properti lebih mengarah pada kegiatan pengembangan hunian vertikal (antara lain apartemen, condominium) bangunan komersial antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan, dan bangunan industri. Dari segi pendapatan, pendapatan subsektor industri real estate diperoleh dari penjualan dan peningkatan harga tanah, sedangkan pendapatan subsektor industri properti berasal dari penjualan, penyewaan, pengenaan service charge, dan lainlain. 2.4.2 Produk dan Jenis Real Estate Produk Real Estate mencakup tanah yang belum dikombinasikan, tanah yang sudah dikembangkan , pembangunan rumah tunggal (single family), rumah susun (multiple family), bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, bangunan industri, hotel dan motel, atau kawasan rekreasi dan sebagainya. Adapun beberapa jenis produk Real Estate dalam kelompok perumahan (residensial), yaitu: 1. Single-family housing (rumah tangga) adalah rumah yang berdiri sendiri dan melekat dengan tanah. Tidak ada kepemilikan lain atau bangunan baik di atas, bawah, atau di sampingnya.
10
2. Duplexes dan Town Houses adalah rumah deret dengan bangunan yang melekat pada tanah, tidak ada kepemilikan di atas dan di bawahnya, namun ada bagian konstruksi rumah yang dimiliki bersama karena bentuk bangunannya yang berderet. Bila rumah deret lebih dari empat unit biasa disebut town house. 3. Condominium adalah sebuah bangunan perumahan yang terdiri dari beberapa lantai yang dimiliki oleh beberapa keluarga (multiple family) dengan struktur bersama. 4. Apartment adalah perumahan multi family, bangunan bertingkat tinggi (high rise buildings) atau bangunan bertingkat rendah tipe taman (low rise garden type units). Unit ruangan dalam apartemen disewakan secara individu untuk rentang waktu dari satu bulan sampai dengan beberapa tahun. 5. Timesharing Development memberi kepada banyak pemilik properti sebuah hak untuk memanfaatkan secara eksklusif dari properti tersebut untuk waktu-waktu tertentu setiap tahunnya. 6. Planned Unit Development (PUDs) adalah proyek pengembangan tanah yang direncanakan sebagai sebuah kesatuan. Unit yang berhimpitan dikelompokkan dalam cluster, sehingga menghasilkan sejumlah tanah yang signifikan. 7. Mobile Home Parks (tempat parkir rumah mobil) selalu dipandang sebagai penggunaan tanah secara temporer dalam sebuah kawasan yang pembangunannya ditunda untuk pengembangan di masa depan untuk peruntukan lain. 8. Retail Land Project adalah sebuah bentuk pengembangan yang di dalamnya mencakup sebidang tanah yang belum dikembangkan, menjadi beberapa lot. Setiap lot dijual secara retail (eceran) dengan program pemasaran yang intensif. 2.5 Beberapa Pengertian tentang Harga Saham 2.5.1 Istilah dalam harga saham Open (pembukaan) : harga yang terjadi pada transaksi pertama suatu saham High (tertinggi) : harga tertinggi transaksi yang tercapai pada suatu saham Low (terendah) : harga terendah transaksi yang tercapai pada suatu saham Close (penutupan) : harga yang terjadi pada transaksi terakhir pada suatu saham Bid (Minat beli) : harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi Ask (minat jual) : harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi 2.5.2 Manfaat pemilikan saham Dengan memiliki saham, investor mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu: a. Deviden, adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik sebelum sebanding dengan lembar yang dimiliki. b. Capital gains, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli saham. c. Manfaat non-financial, yaitu memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan di perusahaan.
11
2.5.3 Nilai saham Ada tiga macam nilai saham, yaitu: a. Nilai buku, yaitu nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. b. Nilai pasar, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi jika saham tersebut diperdagangkan di bursa. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di bursa. c. Nilai intrinsik, yaitu nilai sebenarnya yang terkandung dalam saham itu. 2.5.4 Jenis-jenis Saham Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) : 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: a. Common Stock Saham biasa (Common Stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi terakhir terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham biasanya memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Hak yang diberikan kepada pemegang saham adalah: 1. Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham memilih dewan direksi 2. Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. 3. Hak preempative, yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan presentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. b. Preferend Stock Saham Gabungan (Preferend Stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Preferend Stock serupa dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo
12
yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Ciri-ciri saham istimewa adalah : 1) Hak utama atas deviden, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih dahulu dalam hal menerima deviden. 2) Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam hal likuidasi berhak menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham istimewa setelah semua kewajiban perusahan dilunasi. 3) Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh penghasilan dalam jumlah yang tetap. 4) Jangka waktu yang tidak terbatas, artinya saham istimewa yang diterbitkan mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas, akan tetapi dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali saham istimewa tersebut dengan harga tertentu. 5) Tidak mempunyai hak suara, artinya pemegang saham istimewa tidak mempunyai suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). 6) Saham istimewa kumulatif, artinya deviden yang tidak dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham tetap menjadi hak pemegang saham istimewa tersebut. Jika suatu saat perusahaan tidak membagikan deviden, maka pada periode yang lain jika perusahaan tersebut membagikan deviden, maka perusahaan harus membayarkan deviden terutang tersebut sebelum membagikannya kepada pemegang saham biasa. 2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue – Chip Stocks Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Income Stocks Yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
13
Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks 1. (Well – Known) Yaitu saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 2. (Lesser – Known) Yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer dikalangan emiten. d. Speculative Stock Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stockss Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 2.6 Indeks Harga Saham di Indonesia Indeks Harga Saham di Indonesia merupakan indikator saham yang dibuat berdasarkan rumusan tertentu untuk mencerminkan tingkat aktivitas dan fluktuasi sebuah bursa efek. Indeks diharapkan memiliki fungsi: a. Sebagai indikator trend pasar b. Sebagai indikator tingkat keuntungan c. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, dan e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative. 2.7 Faktor-Faktor Pemicu Berfluktuasinya Harga Saham Faktor-faktor yang menjadi pemicu berfluktuasinya harga saham, antara lain: 1. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten, maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan, untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi baik atau buruk, dapat dilakukan pendekatan analisis rasio yang menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. 2. Hukum Permintaan dan Penawaran
14
3.
4.
5.
6.
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan, ternyata mereka akan melakukan transaksi, baik jual maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Tingkat Suku Bunga Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata semua orang, termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Ada yang cenderung naik, ada pula yang cenderung turun. Yang mengalami kecenderungan naik, misalnya investasi di pasar uang, seperti tabungan dan deposito. Dana Asing di Bursa Dana asing di bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang sangat besar. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing, maka ada kecenderungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. Investor lokal pun akan banyak yang menjadi pengikut investor asing. Jika ada aksi, baik jual maupun beli, yang dilakukan investor asing, maka investor lokal akan melakukan hal yang sama. Alasan yang mendasarinya adalah bahawa asing lebih berpengalaman dalam trik dan strategi dalam bursa. Jadi, besar kecilnya investais dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. News dan Rumors Yang dimaksud dengan news dan rumors di sini adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat, yang menyangkut berbagai hal, baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, maupun keamanan. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negara Indonesia ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berpengaruh pada pergerakan harga saham di bursa. Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah yang berkaitan langsung dengan bidang bisnis perusahaan emiten sangat berpengaruh terhadap harga saham. Misalnya kebijakan swastanisasi perusahaaan negara, pembukaan keran bagi investor asing di sektor-sektor tertentu, dan sebagainya.
15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruahn dari obyek yang diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Real Estate dan Property. Yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode judgement sampling method, yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang dipilih berdasarkan kesesuaian sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 3.2 Teknik Penarikan sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan judgement purposive sampling. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu: 1. Perusahaan yang dipilih adalah kategori perusahaan Real Estate dan Property yang telah go public. 2. Laporan keuangan perusahaan per 31 Desember tahun 2008-2010. 3. Perusahaan memperoleh laba selama tahun 2008-2010. Berdasarkan kriteria yang ditentukan akhirnya terpilih seperti tampak pada Tabel 1. di bawah ini: Tabel 1. Prosedurnya Pengambilan Sampel Penelitian Keterangan Perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI hingga akhir tahun 2010
Jumlah 39
Perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI yang tidak memenuhi kriteria pemilihan Perusahaan real estate dan properti yang dijadikan sampel
(28) 11
3.3 Data dan Obyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang bersumber dari Internet, buku JSX dan Indeks Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008-2010. Obyek penelitian adalah: a. Penelitian dilakukan pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. b. Komponen perubahan laba dan nilai pasar investasi terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), Earnings Per Share (EPS).
16
c. Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah yang terjadi di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2010. 3.4 Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.4.1 Variabel Dependen Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dinyatakan dalam notasi Y yaitu perubahan harga saham. Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah yang terjadi pada pasar reguler (reguler market trading). Perubahan harga saham tersebut dihitung sebagai berikut: Ht-1 Y = Ht – Ht-1 Keterangan: Y = persentase perubahan harga saham Ht = harga saham rata-rata periode t Ht-1 = harga saham rata-rata periode sebelumnya 3.4.2 Variabel Independen Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu: 1. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. laba bersih NPM = Penjualan Untuk mengetahui besarnya perubahan NPM dari satu periode ke periode berikutnya ditentukan dengan cara: ΔNPM =
NPMt – NPMt1
x 100%
NPMt-1
Keterangan: ΔNPM = Perubahan NPM NPMt = NPM periode t NPMt-1 = NPM periode sebelumnya 2. Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan ekuitas yang dimilikinya. ROE =
Laba bersih ekuitas
Untuk mengetahui besarnya perubahan ROE dari satu periode ke periode berikutnya ditentukan dengan cara:
17 ROEt – ROEt-1 ΔROE =
x 100%
ROEt-1 Keterangan: ΔROE = Perubahan ROE ROEt = ROE pada periode t ROEt-1 = ROE periode sebelumnya 3. Earnings Per Share (EPS) Earnings Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. EPS=
Rata-rata tertimbang dari saham yang beredar pendapatan bersih Untuk mengetahui besarnya perubahan EPS dari satu periode ke periode berikutnya ditentukan dengan cara: EPSt-1 x 100% ΔEPS = EPSt – EPSt- X 100% Keterangan: 1 ΔEPS = perubahan EPS EPSt = EPS periode t EPSt-1 = EPS periode sebelumnya 3.5 Hipotesis 1. Net profit Margin (NPM) NPM adalah rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan bersih perusahaan terhadap total penjualan. Rasio ini sangat tepat digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Hin, 2001). Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 : Perubahan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. 2. Return on Equity (ROE) ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE maka perusahaan semakin baik (Sawir, 2000). Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2: Perubahan Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. 3. Earnings Per Share (EPS) Menurut (Tuanakotta, 1985 dalam Tarigan, 2008) menyatakan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per share dan harga saham dikemudian hari. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3: Perubahan Earnings per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.
18
3.6 Pengujian Asumsi Model Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda yang dihasilkan merupakan model regresi yang menghasilkan estimator yang baik jika dipenuhi asumsi regresi yang sangat berpengaruh terhadap pola perubahan variabel dependen berikut ini: 1. Kenormalan Data Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian normalitas data ini menggunakan normal probability plot, yaitu grafik yang menunjukkan sebaran data. Apabila grafik menunjukkan penyebaran data yang berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Tidak terjadi Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan adanya hubungan yang sempurna antara beberapa variabel bebas atau semua variabel bebas dalam model regresi. Adanya multikolinieritas menyebabkan standar erorr cenderung semakin besar dan meningkatkan tingkat korelasi antar variabel, dan standar error menjadi sangat sensitif terhadap perubahan data. Suatu model regresi linier berganda tidak terdapat multikolinieritas apabila Variance Inflaton Factor (VIF) tidak lebih besar dari 10. 3. Tidak terjadi Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi akan dilakukan dengan Durbin-Watson test dengan ketentuan: 1. Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada autokorelasi 2. Jika DW < batas bawah (dL) maka terjadi autokorelasi 3. Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. 4. Tidak terjadi Heterokedastisitas Heterokedastisitas berarti terjadi varian tidak sama untuk variabel bebas yang berbeda. Hal ini dapat terdeteksi dengan melihat plot antara nilai taksiran Y dengan residual (selisih antara nilai variabel dependen aktual dan nilai prediksinya), dimana plot residual versus prediksi Y menyebar (tidak membentuk pola). Dasar pengambilan keputusan: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3.7 Alat analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisi ini dipilih karena: 1. Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
19
2. Analisis regresi linier berganda digunakan jika peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi/dinaik turunkan nilainya (Sugiyono, 2002 dalam Juwita, 2008). 3. Regresi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu variabel berhubungan dengan lainnya atau dengan variabel lainnya (Ghozali, 2005). 4. Dengan demikian, model analisis peneliti ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = persentase perubahan harga saham a = konstanta b1-b3 = koefisien regresi X1 = persenatse perubahan NPM X2 = persentase perubahan ROE X3 = persentase perubahan EPS e = error 3.8 Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan Hipotesis yang akan diuji dengan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan dengan alat analisis regresi linier berganda. Penjelasan pengujian hipotesis: 3.8.1 Uji statistik T (Uji t) Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial menggunakan uji t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisis (α=5%): Keputusan: Jika signifikansi < 0.05 maka Ha diterima Jika signifikansi > 0.05 maka Ha ditolak Jika Ha diterima, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terkait. Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. 3.8.2 Uji statistik F (F-test) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan uji f pada tingkat keyakinan 95%, dan tingkat kesalahan analisis (α=5%). Jika signifikansi < 0.05 maka Ha diterima Jika signifikansi > 0.05 maka Ha ditolak Jika Ha diterima, berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Jika Ha ditolak, berarti variabel-variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Dari hasil perhitungan komputer yang akan digunakan dalam pembahasan yaitu t-hitung, f-hitung, koefisien
20
korelasi, koefisien determinasi, Durbin Watson Test, dan Variance Inflantion Factor. 3.8.3 Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) yaitu proporsi dari variasi perubahan total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variasi perubahan variabel independen. Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui besarnya persentase dari model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini apakah telah mampu menjelaskan informasi yang terkandung dalam data dengan cara menghitung besarnya pengaruh langsung dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai R2 tinggi (mendekati 1) berarti semakin baik model regresi tersebut menjelaskan variabel terikat, sedangkan jika nilai R2 kecil bukan berarti model tersebut jelek. Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara tiap-tiap variabel bebas dengan variabel terikat, koefisien determinasi parsial (r).
BAB IV ANALSIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Dalam bab ini akan disajikan hasil dari analisa data berdasarkan pengamatan sejumlah variabel yang dipakai dalam model regresi. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu perubahan harga saham dan 3 (tiga) variabel independen yaitu: Net Profit Margin (NPM), Return an Equity (ROE) dan Earnings Per Share (EPS). Untuk variabel dependen perubahan harga saham, data yang digunakan adalah harga saham rata-rata yang diperoleh dengan membagi harga saham tertinggi dan harga saham terendah yang terjadi di pasar reguler (reguler market trading). Variabel independen Net Profit Margin (NPM) menggunakan perbandingan antara laba bersih dan total penjualan. Return On Equity (ROE) diketahui dengan membagi laba bersih dan ekuitas. Earning Per Share (EPS) diperoleh dari jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Data yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah data publikasi perusahaan real estate dan property yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 hingga 2010 dan tidak mengalami delisting. Penentuan sampel dari penelitian ini menggunakan metode judgement purposive sampling. Atas dasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka diperoleh jumlah sampel dari penelitian selama periode 2008 sampai dengan 2010 adalah sebanyak 11 perusahaan real estate. Hasil perhitungan di atas kemudian di analisis menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS. 4.2 Hasil Uji Koefisien Determiasi (R2) Besarnya koefisien determinasi (R2) menunjukkan sampai seberapa besar proporsi perubahan variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan variabel
21
dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan sebagai prediktor nilai variabel dependen memiliki ketepatan prediksi yang tinggi juga. b
Model Summary Model 1
R .513
Adjusted R Square
R Square a
.263
Std. Error of the Estimate
.187
60.16411
Durbin-Watson 2.027
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROE b. Dependent Variable: PHS
Sumber: lampiran 10 Berdasarkan hasil uji regresi (lampiran 10), diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,187 atau 18,7%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPM, ROE dan EPS hanya mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependen sebesar 18,7% sedangkan sisanya sebesar 81,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 4.3 Statistik Deskriptif Hasil deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 2 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PHS
33
-63.40
291.70
5.1815
66.73221
NPM
33
-88.00
105.00
2.3685
47.20298
ROE
33
-66.40
201.02
5.6255
65.53653
EPS
33
-220.37
468.73
30.6906
149.39209
Valid N (listwise)
33
Sumber: Lampiran 7 (data diolah) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel perubahan harga saham (Y) dengan jumlah data (N) sebanyak 33, memiliki nilai minimum -63.40 dan nilai maximum 291.70. Nilai rata-rata sebesar 5.1815 dan standar deviasi 66.73221. Dari 33 data Net Profit Margin (NPM) memiliki nilai minimum -88.00 dan nilai maksimum 105.00. Dengan nilai rata-rata sebesar 2.3685 dan standar deviasi 47.20298. Return on Equity (ROE) dengan nilai n=33, memiliki nilai minimum -66.40 dan nilai maximum 201.02. Dengan rata-rata 5.6255 dan standar deviasi 65.53653. Earnings Per Share (EPS) dengan data sebanyak 33 memiliki angka minimum 220.37 dan nilai maksimum 468.73. Dengan rata-rata 30.6906 dan standar deviasi 149.39209.
22
4.4 Pengujian Asumsi Klasik Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda. Untuk dapat diperoleh model regresi yang terbaik, maka dibutuhkan sifat tidak bias linier terbaik (BLUE/Best Linier Unbiased Estimator) dari penaksir atau prediktor. Serangkaian uji dapat dilakukan agar persamaan regresi yang terbentuk dapat memenuhi persyaratan BLUE ini, yaitu uji normalitas, uji gejala multikolinieritas, uji gejala autokorelasi, dan uji gejala heterokedastisitas. 4.4.1 Uji Normalitas Data Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang kontinyu (Dajan, 1986). Untuk itu, sebelum dilakukan pengujian lanjutan, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan signifikansi sebesar 5 %. Pengujian dilakukan terhadap nilai residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali, 2005). Hasil pengujian disajikan pada tabel berikut ini. Sumber: lampiran 7 (data diolah) Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PHS N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute
ROE
EPS
33
33
33
33
5.1815
2.3685
5.6255
30.6906
6.67322E1 4.72030E1 6.55365E1 1.49392E2 .207
.151
.158
.196
.207 -.176
.093 -.151
.158 -.136
.187 -.196
1.189
.866
.910
1.126
.119
.441
.379
.158
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
NPM
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil pada tabel 3, pengujian terhadap nilai unstandardized residual menghasilkan nilai asymptic significance lebih besar dari 0,05. Sesuai dengan kaidah pengujian maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 4.4.2 Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan sempurna antara variabel independen dan variabel dependen pada model regresi. Penelitian yang mengandung multikolinieritas akan berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga penelitian tersebut menjadi tidak berfungsi. Suatu model regresi linier berganda tidak terdapat multikolinieritas apabila variance inflation factor (VIF) tidak lebih besar dari 10. Tabel 4. Hasil Perhitungan variance inflation factor (VIF) Variabel independen X11 X2
VIF hitung
VIF Standar
Multikolinieritas
1.067 1.224
10 10
Tidak terjadi Tidak terjadi
23
X3
1.177
10
Tidak terjadi
Sumber: lampiran 8 Keputusan 0 < d < 1.258 1.258 < d < 1.651 2.742 < d < 4 2.349 < d < 2.742 1.651 < d < 2.349
Tolak No decision Tolak No decision Tidak tolak
Berdasarkan tabel 4. terlihat bahwa nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, dapat disimpulkan antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi tidak terjadi hubungan yang mendekati sempurna ataupun hubungan sempurna, dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. 4.4.3 Uji Autokorelasi Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi antar variabel dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson yang dapat dilihat dari uji regresi berganda. Tabel 5. Hasil uji Autokorelasi b
Model Summary Model 1
R .513
R Square a
Adjusted R Square
.263
.187
Std. Error of the Estimate 60.16411
Durbin-Watson 2.027
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROE b. Dependent Variable: PHS
Sumber: Lampiran 8 Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa DW sebesar 2.027 dari jumlah sampel sebanyak 33 (N = 33) dan jumlah variabel independen sebanyak 3 variabel (k = 3), dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Berdasarkan data tersebut, maka batas dL = 1.258 dan batas dU = 1.651. Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi Durbin Watson berdasarkan data diatas : Tabel 6. Interpretasi Hasil Durbin Watson Berdasarkan tabel interpretasi DW diatas , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai DW penelitian ini yaitu sebesar 2.027 berada di keputusan tidak ditolak. Hal ini dikarenakan nilai DW sebesar 2.027 berada diantara nilai dU sebesar 1.651 dan lebih kecil dari nilai 4-dU yaitu sebesar 2.349. Berdasarkan uji autokorelasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif, dan tidak bisa menolak Ho, sebab tidak terjadi autokorelasi. 4.4.4 Uji Heterokedastisitas Uji gejala heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas dalam penelitian ini digunakan metode grafik plot.
24
Berdasarkan grafik scatterplot pada lampiran 9, terlihat titik-titik dengan pola menyebar secara acak pada posisi di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heterokedastisitas pada model regresi. 4.5 Hasil Uji Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan alat analisis regresi linier berganda. 4.5.1 Hasil Uji F-test Pengujian F-test dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha : Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE) dan Earnings Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
37530.152
3
12510.051
Residual
104971.871
29
3619.720
Total
142502.023
32
F 3.456
Sig. .029
a
a. Predictors: (Constant), EPS, NPM, ROE b. Dependent Variable: PHS
Dari uji ANOVA atau F-test, didapat kolom sig = 0,029 yang lebih kecil dibandingkan nilai α= 0,05 maka Ha diterima. Dengan kata lain Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE) dan Earnings Per Share (EPS) secara bersamasama berpengaruh siginifikan terhadap perubahan harga saham. 4.5.2
Hasil Uji Statistik T (Uji t)
25
Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis pengaruh atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dimana salah satu variabel Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics T
-.631
10.720
NPM
.610
.233
.432
ROE
-.091
.180
EPS
.159
.077
Sig.
Tolerance
VIF
-.059
.953
2.622
.014
.937
1.067
-.090
-.508
.615
.817
1.224
.356
2.059
.049
.850
1.177
a. Dependent Variable: PHS
independennya dibuat tetap/dikendalikan (Juwita, 2008). Dari pengolahan data didapat model analisis regresi berganda antara variabel (X) terhadap (Y) dapat diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut: Y= -0,631 + 0,610 X1 – 0,091 X2 + 0,159 X3 + e Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel dapat diinterprestasikan pengaruhnya terhadap perubahan harga saham sebagai berikut: a. Net Profit Margin (NPM) Ha1 : Perubahan NPM berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Pengujian yang pertama dilakukan terhadap variabel NPM. Kolom Sig. (Significance) sebesar 0,014 ini menunjukkan P-value lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel NPM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham dapat dibuktikan. Nilai koefisien regresi sebesar 0,610, hasil ini membuktikan bahwa variabel NPM mempunyai hubungan yang searah dengan perubahan harga saham. Maka perubahan variabel NPM sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 0,610%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010) yang menyebutkan bahwa Net Profit Margin (NPM) yang diuji secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Dengan demikian semakin besar Net Profit Margin (NPM) berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Dan ini akan mengakibatkan bertambahnya kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. b. Return on Equity (ROE) Ha2 : Perubahan ROE berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap perubahan harga saham. Kolom Sig. (Significance) sebesar 0,615 , ini menunjukkan P-value lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel ROE secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Nilai koefisien regresi sebesar -0,091 artinya apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap, maka perubahan ROE sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan harga saham sebesar 0.091% tanda negatif pada koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa ROE
26
dan perubahan harga saham memiliki hubungan yang tidak searah. Artinya ROE bukan faktor pendorong bagi perubahan harga saham. ROE yang negatif menunjukkan perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat menguntungkan pemegang sahamnya. Tetapi pada kenyataannya, ada beberapa perusahaan yang justru memiliki harga saham yang meningkat disaat ROE menurun ( Patriawan, 2000). Saat laba bersih turun dan modal naik maka ROE akan turun. Hal ini berarti dari total modal yang ada tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Dengan jumlah equity yang tinggi maka mengakibatkan banyak dana yang kurang produktif sehingga perlu adanya pengalokasian dana yang dapat menghasilkan keuntungan, seperti memperluas lahan atau menambah peralatan pabrik (Nurmalasari, 2008). Hubungan yang negatif ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ROE, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. c. Earnings Per Share (EPS) Ha3 : Perubahan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai probabilitas 0,049. Oleh karena probabilitas (0,049) lebih kecil dari 0,05 maka perubahan EPS berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Dengan demikian, 4 tahun yang diteliti, investor di Indonesia dalam melakukan investasinya penting untuk memperhatikan variabel ini. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Tarigan (2008) yang menunjukkan bahwa EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. Earnings Per Share (EPS) merupakan rasio yang dipublikasikan secara luas karena rasio ini mengkonversikan nilai absolut rupiah laba bersih ke jumlah lembar saham biasa. Pertumbuhan laba dan potensi laba dapat dilihat dari Earnings Per Share (EPS) suatu perusahaan. Kenaikan dan penurunan variabel ini dari tahun ke tahun adalah ukuran yang cukup penting untuk mengetahui keadaan yang dilakukan perusahaan untuk pemegang sahamnya (Simamora, 1999). Variabel EPS memiliki pengaruh yang kuat terhadap fluktuasi perubahan harga saham sehingga variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Enggarini, 2006).
27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai informasi perubahan laba dan nilai pasar investasi terhadap perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang etrdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka simpulan yang dapat diambil: 1. Dari hasil uji F atau ANOVA penelitian ini membuktikan bahwa secara bersama-sama rasio profitabilitas yang di proxykan oleh NPM, ROE, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham. Dan dengan perhitungan t-test, perubahan NPM (0,014) dan EPS (0,049) berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Sedangkan ROE (0,615) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Hasil Uji Koefisien Determiasi (R2) menunjukkan bahwa terhadap variabel independen (NPM, ROE dan EPS) terhadap variabel dependen (perubahan harga saham) sebesar 18,7%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 18,7%. Sedangkan sisanya 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 5.2 Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya Agar memperoleh hasil yang optimal penelitian selanjutnya bisa dikembangkan dengan menambah faktor-faktor makro ekonomi seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, resiko sistematis, kondisi perekonomian dan lain sebagainya. 2. Bagi pelaku pasar modal Dalam melakukan investasi disarankan untuk lebih memperhatikan laba dan nilai pasar investasi serta informasi-informasi lainnya, sehingga keputusan investasi yang diambil akan lebih akurat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan dan Anggrini, Yunita. 2007. Anggaran Bisnis, Analisis, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Cetakan Pertama. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. Anoraga Pandji, dan Pakarti Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Jakarta. Amsir. 2005. Analisis Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Belkaoui, Ahmad. 2000. Accounting Theory. AK Group. Yogyakarta. Darmadji, Tjipto dan Hendry M, Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik II.Penerbit LP3ES. Jakarta. Enggarini, Titis. 2006. Analisi Pengaruh Variabel Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Indeks LQ 45 Periode 2002-2004. Skripsi. Program Studi manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya. Malang. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Helfert, Erich A. 1993. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa oleh Nugroho Widjajanto dan Marianus Sinaga. Erlangga. Jakarta. Hin, L.Thian. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Husnan, Suad. 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuanga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Institute For Economic and Finansial Research. 2005. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta.
29
Isya Prapromo, Rakhmad. 2010. Analisis Pengaruh Informasi Perubahan Laba dan Nilai Pasar Investasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Go Publik pada BEI. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. Jogianto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke 3. BPFE. Juwita. 2008. Analisis Faktor-aktor Yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Lubis, Ade Fatma. 2008. Pasar Modal. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Nurmalasari, Indah. 2008. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.Universitas Gunadharma. Depok. Patriawan, Dwiatma. 2006. Analisis Pengaruh EPS, ROE, dan DER terhadap perubahan harga saham. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang. Prayitno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Media Kom. Yogyakarta. Putra, Canggih Dwi Reza. 2010. Analisi Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional. Surabaya. Tarigan, Kartika Nova A. 2008. Pengaruh informasi Akuntansi terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perdagangan Eceran yang terdaftar di BEI. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. Sawir, Agnes. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Sinaga, Rico Adinegara. 2007. “ Analisis Pengaruh Perubahan Informasi Laba Akuntansi terhadap Perubahan Harga Saham pada Industri Dasar dan Kimia di BEI”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Subekti, Suseno. 1999. Kiat Bermain Saham. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Wild, John J dkk. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Salemba Empat. Jakarta.