PENGARUH INFORMASI MERGER TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Agung Wijaya 121010003 Universitas Ma Chung
[email protected]
Abstract In this globalization era, many corporations face challenge from one another. This condition forces every corporation to develop a better work ethic in order to mantain the quality in the stiff competition nowadays. One thing to develop a better performance quality of the corporation is mergers. With the usage of mergers, it is expected that it would develop a better performance in the corporation because the increase in capital and the corporation also becomes bigger and better. The purpose of this study is to find the differences between the periodic stock price and the periodic amount of trading volume activity before and after the mergers. This discussion finds out that there is a significance influence from the stock price of shares a year before and after merger. Also, there is a significance influence of trading volume before and after the mergers. Keywords: Merger, trading volume activity, stock price
Pendahuluan Di era perkembangan ekonomi yang semakin maju dan banyaknya jumlah perusahaan yang ada ini membuat persaingan dalam bisnis menjadi semakin ketat. Kondisi
ini
menuntut
perusahaan-perusahaan
yang
ada
untuk
selalu
mengembangkan strategi agar dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan memperbaiki kinerja perusahaanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui perluasan usaha perusahaan atau ekspansi. Pengertian ekspansi menurut Bambang Riyanto (2001) adalah untuk perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus-menerus didalam perusahaan “. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ekspansi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan perusahaan,
baik melalui perluasan modal kerja maupun perluasan aktiva tetap dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan, aset perusahaan, pangsa pasar, dan laba. Banyak perusahaan melakukan ekspansi dengan melakukan merger. Menurut Moin (2010), merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya akan ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya akan menghentikan aktivitasnya atau bubar. Ada beberapa motif yang mendorong suatu perusahaan untuk melakukan merger. Motif yang pertama adalah ekonomi. Menurut Moin (2003), motif ekonomi berkaitan dengan efisisensi tujuan perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Motif yang kedua adalah terciptanya sinergi. Sinergi dapat terjadi dalam dua hal, yaitu sinergi operasional dan sinergi keuangan. Sinergi
operasional
terjadi apabila perusahaan yang di akuisisi mempunyai proses produksi yang hamper sama. Dengan demikian hal utama yang menjadi sumber dari terjadinya sinergi operasional ini adalah penurunan biaya yang terjadi sebagai akibat dari kombinasi dua perusahaa tersebut. Sinergi operasi dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan operasional dan penurunan biaya. Sedangkan sinergi keuangan dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan
murah
sedemikian rupa sehingga
biaya
modal perusahaan
semakin
menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembagalembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana (Moin, 2010). Motif ketiga dari merger adalah motif ekonomi. Peningkatan pangsa pasar merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya merger. Merger dan akuisisi sangat potensial dalam mengubah struktur pasar. Perusahaan hasil
merger horisontal
berpotensi
meningkatkan
kekuatan
pasar
melalui
penguasaan pangsa pasar yang lebih besar (Moin, 2010). Merger pada umumnya didominasi oleh perusahaan yang telah besar terhadap perusahaan kecil. Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan penting untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi didalamnya termasuk pengumuman adanya merger suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut akan mempengaruhi dari kinerja sutau perusahaan dan hal ini juga akan membuat pelaku pasar modal akan melakukan analisis setiap pengumuman merger tersebut. Pasar yang bereaksi positif terhadap pengumuman akuisisi dan merger ini adalah pasar yang efisien. Penelitian ini mencoba melihat perbedaan harga saham dan volume perdagangan saham antara satu tahun periode sebelum dan satu tahun sesudah akuisisi dan merger. Penelitian
ini diharapkan
dapat
memberikan
gambaran mengenai penerapan teori dalam ilmu pasar modal, yaitu reaksi pasar untuk akuisisi dan merger terhadap perubahan harga saham dan volume perdagangan saham
Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Penggabungan Usaha Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) tahun 1999 No. 22 paragraf 08 dalam Evaruth (2010): ”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”
Jenis dan bentuk penggabungan usaha Dalam Evaruth (2010) Berdasarkan PSAK tahun 1999 No. 22 paragraf 08 terdapat 2 jenis penggabungan usaha yaitu: 1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
2. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer) Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dalam Evaruth (2010) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut : 1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut: a. Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut. b. Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya memunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi. c. Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering). 2. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi: a. Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak
mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. b. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru c. Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya.
Definisi Merger dan Akuisisi Beberapa definisi merger menurut beberapa ahli yaitu : Menurut Moin (2010) dalam Andriyanto (2011) Merger merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata “mergere” yang berarti (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi dan (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger didefinisikan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan kata lain, merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitas atau bubar. Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti atau bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm.
Menurut Beams, Yusuf (2004) menyatakan bahwa merger terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi kemudian dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi, dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan atau dilikuidasi. Menurut Gitman (2006) Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dimana perusahaan yang dihasilkan memelihara identitas dari salah satu perusahaan, pada umumnya perusahaan yang lebih besar. Dari tiga pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa merger adalah salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger terjadi ketika sebuah perusahaan melakukan penggabungan antara dua perusahaan atau lebih perusahaan, dimana hanya satu perusahaan yang tetap ada dan perusahaan yang lain dibubarkan atau menghentikan aktivitasnya. Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang melakukan merger dipindahkan ke perusahaan yang tetap ada. Menurut PSAK tahun 1999 No. 2 paragraf 08: ”Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”. Motivasi Merger Teori yang dapat menjelaskan motivasi yang melatarbelakangi terjadinya suatu penggabungan usaha menurut Dharmasetya, Sulaimin (2009) dalam Andriyanto (2011) antara lain : a. Teori Efisiensi Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi. Efisiensi tersebut karena merger akan menghasilkan sinergi yang secara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi
yang mengatakan
gabungan faktor-faktor yang komplementer akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
b. Teori Diversifikasi Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam, maka suatu perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatannya. Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung
merger dan akuisisi.
aktivitas bisnis dan operasi
perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. c. Teori Kekuatan Pasar Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda. d. Teori Keuntungan Pajak Keuntungan
di
bidang
perpajakan
melalui
pengurangan
kewajiban
pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi
suatu
merger. Dengan adanya penggabungan usaha dimana perusahaan yang satu adalah perusahaan yang tidak mempunyai laba dengan perusahaan memunyai laba besar, maka dapat mengecilkan pajak yang akan dibayarkan. e. Teori Under Valuation Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan akan mendorong minat perusahaan lainnya untuk menggabungkan perusahaan yang pertama ke dalam perusahaannya melalui merger. f. Teori Prestise Kadang-kadang terjadinya merger maupun akuisisi dilakukan bukan karena motivasi ekonomi, melainkan karena motivasi ingin meningkatkan prestise. Jika peusahaan melakukan penggabungan usaha
yang menyebabkan
perusahaan menjadi semakin besar, maka akan meningkatkan prestise direksi perusahaan tersebut.
Jenis Merger Menurut Gitman (2006) berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan menjadi:
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama bergabung. b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customernya. c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama. d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko.
Alasan Melakukan Merger Menurut Gitman (2006) Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu: a. Pertumbuhan atau diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan. b. Sinergi Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. c. Meningkatkan dana Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah. d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli. e. Pertimbangan pajak Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat
melakukan akuisisi dengan perusahaan
yang
menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik. f. Meningkatkan likuiditas pemilik Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. g. Melindungi diri dari pengambilalihan Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat.
Kelebihan dan Kekurangan Merger Kelebihan dan kekurangan merger menurut Moin (2003) dalam Wibowo (2012) adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Merger Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain. b. Kekurangan Merger Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Merger dan Akusisi Menurut Hitt (2002) dalam Wibowo (2012), mengemukakan beberapa konsep penting yang mengarah pada keberhasilan atau kegagalan dalam merger dan akuisisi diantaranya uji tuntas (due diligance), pembiayaan, sumber-sumber daya komplementer, akuisisi
bersahabat/tidak bersahabat, penciptan sinergi
pembelajaran organisasional dan fokus pada bisnis inti. Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan merger dan akuisisi yaitu : 1. Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi. 2. Perusahaan target dalam keadaan baik. 3. Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya. 4. Perusahaan target relatif kecil.
Signalling Theory Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan
yang berkualitas
baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk menurut Hartono (2005). Aktifitas merger dan akuisisi mempunyai nilai informative bagi investor sehingga akan mempengaruhi keputusan investasi dalam bentuk perubahan harga saham karena adanya transaksi yang meningkat atau menurun. Signalling theory juga menunjukkan adanya informasi asimetri antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak lain (investor, broker, dan yang lainnya), sehingga akuisisi dan merger yang dilakukan oleh manajemen
diharapkan dapat direspon secara positif dalam bentuk investasi pada perusahaan yang melakukan akuisisi dan merger, atau tidak melakukan investasi (respon negatif).
KONTROVERSI (GAP) Penelitian yang dilakukan Arinandaru (2012), dilakukan menggunakan data perusahaan merger adalah perusahaan go public yang tetap hidup setelah proses penggabungan usaha kurun waktu 2005 – 2009, dan tanggal pengumuman akuisisi dan merger periode 2005–2009. Pada penelitian yang dilakukan Arinandaru (2012), harga saham sebelum dan sesudah merger terdistribusi normal dan volume perdagangan saham juga terdistribusi normal. harga saham antara periode sebelum akuisisi dan merger berbeda secara signifikan dengan periode sesudah akuisisi dan merger harga saham ini diuji menggunakan paired samples T-Test menghasilkan nilai t statistik variabel harga saham sebesar 2,759 dengan signifikansi sebesar 0,018. Nilai statistik t variabel harga saham (2,581) lebih besar dari nilai t tabel (2,1) dan nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (α=0,05).. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi akuisisi dan merger menyebabkan perbedaan harga saham perusahaan publik antara periode sebelum dan sesudah akuisisi dan merger. Volume perdagangan saham antara periode sebelum akuisisi dan merger tidak berbeda secara signifikan dengan periode sesudah akuisisi dan merger. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi akuisisi dan merger tidak menyebabkan perbedaan volume perdagangan saham perusahaan publik antara periode sebelum dan sesudah akuisisi dan merger. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata harga saham periode sesudah akuisisi dan merger lebih tinggi daripada rata-rata harga saham periode sebelum akuisisi dan merger, yaitu 2538 dan 1856. Sedangkan berdasarkan hasil analisis statistik harga saham, diperoleh hasil bahwa harga saham antara periode sebelum akuisisi dan merger dengan periode sesudah akuisisi dan
merger berbeda secara signifikan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa investor merespon positif terhadap informasi akuisisi dan merger yang dilakukan oleh perusahaan. Harga saham setelah akuisisi dan merger yang lebih tinggi daripada sebelum akuisisi dan merger akan
mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai saham yang tinggi, dimana hal itu dapat menyebabkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi akusisi dan merger untuk harga saham yang direspon positif oleh investor.
BEDAH KASUS Penelitian yang dilakukan Arinandaru (2012), dengan menggunakan data perusahaan merger adalah perusahaan go public yang tetap hidup setelah proses penggabungan usaha kurun waktu 2005 – 2009, dan tanggal pengumuman akuisisi dan merger periode 2005–2009. Menunjukkan bahwa harga saham mengalami peningkatan yang signifikan hal ini berarti investor dalam pasar modal ini menilai signal yang dilakukan oleh perusahaan dalam merger ini dengan bagus. Hal ini mendukung teori motivasi perusahaan yang melakukan merger dan mendukung alasan perusahaan melakukan merger. Perusahaan yang melakukan merger akan mendapatkan tambahan dana dan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang baru di lakukan merger. Akan tetapi merger ini memiliki kelemahannya yaitu biaya yang digunakan untuk melakukan merger ini yang besar. Biasanya perusahaan yang awal melakukan merger akan mengalami kecenderungan mendapatkan laba yang kurang besar. Dalam jangka panjang perusahaan yang melakukan merger akan memberikan hal yang positif yaitu meningkatnya kinerja dari tahun ke tahun. Hal ini akan menciptakan efisiensi perusahaan dan dapat meningkatkan pangsa pasar apabila perusahaan sejenis melakukan merger dikarenakan pesaing dari usaha bisnisnya akan berkurang apabila dilakukannnya merger. Akan tetapi merger juga belum tentu dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Investor dalam pasar modal ini menilai bahwa kinerja suatu perusahaan setelah melakukan merger tersebut akan semakin baik kedepannya sehingga seorang investor menilai harga saham perusahaan ini dengan peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pandangan investor tentang merger berserta teori dalam merger yang biasanya dapat meningkatkan kinerja dari perusahaan yang melakukan merger. Kinerja perusahaan yang telah melakukan merger ini akan semakin baik dengan adanya tambahan modal dan dengan adanya kinerja baru yang diberikan oleh penggabungan usaha tersebut.
Akan tetapi, perusahaan yang melakukan merger belum tentu memiliki kinerja yang baik. Hal ini terbukti pada merger bank century yang pada akhirnya ditutup oleh negara karena kinerja bank tersebut yang buruk. Volume perdagangan saham antara periode sebelum akuisisi dan merger tidak berbeda secara signifikan dengan periode sesudah akuisisi dan merger. Hal ini mungkin dikarenakan para investor lebih suka melakukan perdagangan dengan harga yang peningkatan biasa saja dan tidak melakukan transaksi secara besar-besaran atau mungkin para investor sengaja untuk tidak melakukan perdagangan dengan anggapan bahwa harga saham perusahaan yang melakukan merger ini akan naik secara terus menerus karena peningkatan kinerja perusahaan yang dianggap akan membaik dari tahun ke tahun dengan adanya merger antar perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa investor pasar modal di Indonesia sangat terpengaruh oleh adanya informasi yang terdapat di pasar modal. Sehingga teori yang ada menyatakan kebenaran. Harga saham perusahaan yang melakukan merger akan melakukan peningkatan karena pertumbuhan perusahaan setelah melakukan merger akan meningkat dengan peningkatan dana yang ada setelah dilakukannya merger.
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arinandaru (2012), dapat diperoleh informasi bahwa pengaruh informasi merger berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham suatu perusahaan yang mengeluarkan informasi merger tersebut. Investor dalam pasar modal ini mendapatkan signal dari pengumuman merger yang dilaporkan oleh perusahaan tersebut kemudian investor menilai bahwa kinerja suatu perusahaan setelah melakukan merger tersebut akan semakin baik kedepannya sehingga seorang investor menilai harga saham perusahaan ini dengan peningkatan yang signifikan. Hal ini berhubungan dengan motivasi suatu perusahaan melakukan merger yang dapat menciptakan efisiensi dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang akan melakukan merger tersebut akan dapat meningkatkan penguasaan pangsa pasar apabila perusahaan yang sejenis bergabung menjadi satu perusahaan. Perusahaan yang melakukan merger juga dapat meraih banyak keuntungan dengan sedikitnya pajak yang dibayarkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi semakin besar. Volume
perdagangan saham antara periode sebelum akuisisi dan merger tidak berbeda secara signifikan dengan periode sesudah akuisisi dan merger. Hal ini mungkin dikarenakan para investor lebih suka melakukan perdagangan dengan harga yang peningkatan biasa saja dan tidak melakukan transaksi secara besar-besaran atau mungkin para investor sengaja untuk tidak melakukan perdagangan dengan anggapan bahwa harga saham perusahaan yang melakukan merger ini akan naik secara terus menerus.
Daftar Pustaka Adinandaru, N. (2012). Pengaruh Informasi Akuisisi dan Merger Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009. Surabaya: Skripsi STIE Perbanas Andriyanto, S. A. (2011). Analisis Merger dan Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Tbk. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro Arifin, S. 2002. An Empyrical Analysis of The Relation Between The Board of Director’s Composition an the level of Voluntary Disclosure Prooceedings For The Fifth Indonesian Conference On Accounting, No.5 Beams, F. A., Yusuf A. A. (2004). Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Buku I. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat. Dharmasetya, L., Sulaimin, V. (2009). Merger dan Akuisisi tinjauan dari sudut Akuntansi dan Perpajakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia. Evaruth,(2010).Bentuk–bentukBadan Usaha. http://evaruth.wordpress.com/2010/10/18/bentuk-bentuk-badan-usaha/ diakses pada tanggal 29 November 2012 pukul 17.51 Gaughan, P. A. (2002). Mergers and acquisition, and Corporate. Restructurings, 3rd edition. New York: Johm Wiley & Sons, Inc.
Gitman, L. J. (2006). Principal of Managerial Finance, 11TH ed. Addison Wesley Longman, Inc. Hitt, M. A., Harisson, J. S., Ireland, R. D. (2002). Merger dan Akuisisi Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999, Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Moin, A. 2003. Merger Akuisisi dan Divestasi, Edisi Pertama, Yogyakarta: Ekonisia Moin, A. 2010. Merger Akuisisi dan Divestasi, Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas. Ekonomi UII. Pranawaningsih, RR. Y. A. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Hasil Merger di Asean. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kelima , Yogyakarta: BPFE UGM Samosir, A. P. (2003). Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan Sebagai Bank Rekapitalisasi. http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5CAgunan-1.pdf diakses pada tanggal 29 November 2012 pukul 18.44 Wibowo, F. A. (2012) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro Widodo,
2012.
Merger
dan
Akuisisi,
perkembangan
dan
http://setiyowidodo.blogspot.com/2012/02/merger-dan-akuisisiperkembangan-dan.html diakses tanggal 29 November 2012
kritisinya