perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret
Disusun oleh: Arini Dyah Setyowati F 0106020
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Believe in yourself! Have faith in your abilities! Without a humble and reasonable confidence in your own powers you cannot be successful or happy. (Norman Vincent Peale) I can, therefore I am. (ADS) If plan A doesn’t work, then I have to prepare my plan B but if the plan B doesn’t work too, I have faith that GOD’s plan is better. (ADS) Don’t get stuck with the things that ruining your day. Life is too short to be wasted on crap. (Unee) I don’t believe in failure. It’s not failure if you enjoyed the process. (Oprah Winfrey) Yakin adalah kunci kebahagian. (Miiund)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahan untuk:
w ALLAH SWT The one that I believe. Thank you for Your never ending blessing. I am ultra-blessed!
w My beloved father and mother Shines with pride when I succeed and have faith in me even I fail. With all the love that you’ve given to me, I’ll love you back more Dad, Mom.
w My lovely sister We know each other as we always were. We know each other’s hearts. We share private family jokes. We remember family feuds and secrets. Family griefs and enjoy.
w Ndut, Pujot, Bekatul The crap we talk, the guys we stalk, the way we shop, laugh we can’t stop, the gossip we spill, the looks that could kill, we’ll stay together because we are best friend forever.
w Dyah I’ll stop becoming your friend and start becoming your sister.
w Kokoh & Dodol The guys behind me, like true brother. The cocholate chips in my cookies life.
w You I don’t love you nor hate you, but I really need you.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada : 1.
Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2.
Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
3.
Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktu,
tenaga dan
pikiran
untuk mengarahkan
dan
membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 4.
Drs. Mulyanto, ME selaku ketua tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5.
Dr. A.M Soesilo, MS selaku anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan meberikan saran kepada penulis agar menjadi lebih baik.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Bapak, Mama, dan Adik tercinta, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan, serta doa dan kasih sayang yang tak terhingga.
7.
Seluruh keluarga besar di Jakarta dan Klaten yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
8.
Sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa mendukung dan membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.
9.
Teman-teman EP, Manajemen, Akuntansi FE UNS Angkatan 2006
10.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.
Surakarta ,
Januari 2011
Arini Dyah Setyowati
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005 Arini Dyah Setyowati F 0106020 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.
Kata kunci : urbanisasi, data panel.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI JUDUL.................................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi ABSTRAKSI ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..……………………………………………….… 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Urbanisasi ………………………………………………… 8 1. Pengertian Urbanisasi ……………………................................ 8 2. Sebab-sebab Urbanisasi ………………………………………. 12 3. Pengukuran Urbanisasi …………………….…………………. 14 4. Dampak Urbanisasi Berlebih ………………….……………… 15 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Struktur Ekonomi ……………………………………………….. 16 1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi ………………................... 19 2. Industrialisasi ……………………………………………........ 22 C. Konsep Perkotaan ……………………………………………...... 23 1. Pengertian Kota ……………………......................................... 23 2. Teori Perkembangan Kota ......................................................... 25 3. Struktur Perkotaan……….......................................................... 27 D. Penelitian Terdahulu……………………………………………... 30 E. Kerangka Pemikiran …….…..…………………………………… 31 F.. Hipotesa …………………………..………………………...……. 32 BAB III : METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... . 33 B. Data dan Sumber Data ..................................................................... . 33 C. Definisi Operasional Variabel ......................................................... . 33 D. Teknik Analisa Data ....................................................................... . 34 1. Analisis Data Panel ……………………………..…………….. 34 2. Pemodelan Data Panel ............................................................... 36 3. Pemilihan Teknik Estinasi Data Panel ………………..………. 38 4. Analisis Regresi Berganda ……………………………… …... 40 E. Metode Pengujian ........................................................................... 41 1. Pengujian Statistik ……………………………………………. 41 2.Pengujian Ekonometrika/Uji Asumsi Klasik ………………….. 45 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian …………………………………… 47 B. Perkembangan Variabel yang Diamati ………………………… 50 C. Deskripsi Data …………………………………………………. 53 D. Hasil Analisis ………………………………………………….. 54 1. Pemilihan Model Estimasi ........................................................ 54 2. Uji Satistik ................................................................................. 62 3. Uji Asumsi Klasik ………………………………………..…. 68 4. Interpretasi Hasil ……………………………………………. 71 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 76 B. Saran ............................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80 LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penduduk dan Proyeksi Urabanisasi Indonesia Tahun 1990-2020 .............................................................................. 3 Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah ........................................................ 52 Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah ................................................ 53 Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk JawaTengah …………………….. 54 Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS…. 56 Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Fixed Effect .…………………………………………………….…. 58 Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Random Effect ...................................................................................... 61 Tabel 4.7 Perbansingan Hasil Estimasi ............................................................. 63 Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect ........................................................ 64 Tabel 4.9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas) ................................................. 70 Tabel 4.10 Hasil Estimasi ................................................................................. 72
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng .............................................................. 4 Gambar 2.1 Urbanization As a Process ............................................................. 11 Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota ........................................................... 26 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan ....................................... 29 Gambar 3.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 42 Gambar 3.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 44 Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 47 Gambar 4.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 64 Gambar 4.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 68 Gambar 4.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 72
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRAKSI
PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005 Arini Dyah Setyowati F 0106020 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.
Kata kunci : urbanisasi, data panel.
commit to user
digilib.uns.ac.id1
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penduduk dunia saat ini sudah mencapai lebih dari 6 miliar, dimana di antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang. Proyeksi yang dibuat oleh United Nation (UN) memperlihatkan bahwa penduduk dunia akan meningkat dari 6,1 miliar menjadi 7,8 miliar antar tahun 2000 dan 2025. Peningkatan tersebut 90 persen di antaranya disumbang oleh penduduk perkotaan di negara-negara berkembang (Todaro, 2000). Bahkan menjelang tahun 2020, mayoritas penduduk negara-negara berkembang akan tinggal di wilayah yang dikatakan sebagai wilayah perkotaan. Hal ini selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat juga karena terjadi perpindahan penduduk (migrasi). Menurut data pada BPS, pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu 2,31 persen per tahun untuk periode 1971-1980; untuk periode 1980-1990 pertumbuhan 1,98 persen per tahun dan periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Salah satu isu aktual pembangunan di negara berkembang adalah masalah urbanisasi. Urbanisasi merupakan proses pengkotaan yang saling berkaitan dengan masalah pembangunan lainnya. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
luas.
Dalam
proses
pembangunan
selain
mempertimbangkan
aspek
pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu proses pembangunan dilakukan bertujuan mengubah struktur ekonomi ke arah yang lebih baik (Kuncoro, 1997). Pada umumnya
negara berkembang, karena
faktor sosial, ekonomi dan politik sulit mengendalikan meningkatnya arus urbanisasi (Todaro, 2000). Moomaw dan Shatter (1996 dalam Chotib 2002a) pembangunan ekonomi
dapat
meningkatkan
ukuran
pasar,
yang
pada
gilirannya
menyebabkan adanya bagian yang meningkat dan spesialisasi tenaga kerja. Pembangunan ekonomi juga secara dekat berkaitan terhadap urbanisasi. Pembangunan ekonomi dapat menyebabkan urbanisasi yang lebih besar karena dua alasan yakni: pertama, bagian yang meningkat untuk tenaga kerja yang dihubungkan dengan pasar-pasar yang lebih besar membuat penghematan pada biaya komunikasi dan transportasi yang pada gilirannya menguntungkan sebagai lokasi urban; kedua, pergeseran pada struktur ekonomi jauh dari pertanian (selalu dihubungkan dengan pembangunan) dapat menyebabkan urbanisasi yang lebih besar. Kondisi penduduk daerah perkotaan di Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencerminkan adanya proses urbanisasi. Kenaikan ini juga disebabkan karena adanya perubahan status pedesaan manjadi perkotaan (BPS, 2000). Dari hasil proyeksi commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
urbanisasi (yang merupakan rasio penduduk perkotaan di suatu wilayah), laju urbanisasi di Indonesia menunjukkan kondisi yang menarik. Tingkat urbanisasi pada tahun 1990 adalah 28,79% naik menjadi 36,46% pada tahun 2000. Tingkat urbanisasi ini diperkirakan naik menjadi 44,48% pada tahun 2010 serta menjadi 52,20% pada tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Penduduk Dan Proyeksi Urbanisasi Indonesia Tahun 1990-2020 Tahun
Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Pedesaan
(1)
Perkotaan
Total
Tingkat Urbanisasi (%)
(2)
(3)
(4)
(5)=[(3)/(4)]*100
1990
128.451
51.932
180.383
28.79
1995
132.076
63.679
195.755
32.53
2000
133.601
76.662
210.263
36.46
2005
132.838
90.344
223.183
40.48
2010
130.533
104.577
235.110
44.48
2015
126.595
118.798
245.388
48.41
2020
121.202
132.465
253.667
52.20
Sumber: Tjiptoherijanto (2000) dalam Kompas, 8 Mei 2000 (“Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia”) Hasil penelitian Graeme (1990) menyatakan bahwa masyarakat Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan selain oleh factorfaktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan daerah asal yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat dari daerah tujuan. Hal yang demikian ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan untuk bermigrasi ke perkotaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Seiring dengan perkembangan ekonomi, perkembangan kota-kota di Indonesia menimbulkan jejaring antara kota-kota besar dan kota-kota kecil di sekitarnya. Demikian juga dengan berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat, laut maupun udara memperluas menjadi mega urbanisasi. Perkembangan proses urbanisasi tidak hanya terjadi di kota besar dan di sekitar kota besar saja. Urbanisasi di negara berkembang seperti di Indonesia juga terjadi di kota kecil dan menengah yang jaraknya cukup jauh dari kota besar. Fenomena urbanisasi yang berlangsung di kota kecil dan menengah ini dikenal dengan urbanisasi wilayah (regional based urbanization). Urbanisasi yang terjadi di kota kecil dan menengah ini salah satu indikasinya ditunjukkan dengan pertambahan dan pertumbuhan penduduk. Kota kecil yang secara administratif termasuk wilayah kabupaten justru memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih pesat dibandingkan pada pusat kotanya.
Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng Sumber: BPS (2006). Jawa Tengah Dalam Angka Tingkat urbanisasi suatu wilayah ditentukan oleh banyaknya penduduk commit to user perkotaan di wilayah yang bersangkutan. Semakin tinggi pertumbuhan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk di perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah tersebut juga akan semakin besar. Hal ini pula yang dialami di Jawa Tengah, dimana jumlah penduduk di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2005 dicatat bahwa tingkat urbanisasi Jawa Tengah sebesar 40,46%. Keadaan ini meningkat jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, seperti tahun 1990 yang masih sebesar 27,58%, tahun 1995 sebesar 31,90% dan 40,19% di tahun 2000. Namun dengan kondisi struktur ekonomi dan struktur perkotaan yang berbeda di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah menyebabkan tingkat urbanisasi yang berbeda-beda pula di setiap kabupaten/kota. Di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan urbanisasi yang meningkat, namun di beberapa kabupaten/kota di propinsi yang sama justru mengalami pertumbuhan yang negatif. Tinggi rendahnya tingkat urbanisasi di kabupaten/kota di Jawa Tengah ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya
faktor
pembangunan
ekonomi
khususnya
proses
industrialisasi dan laju pertumbuhan penduduk yang ternyata membawa peranan yang sangat besar dalam mendorong proses urbanisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Industrialisasi dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi di Jawa Tengah tahun 1990-2005”.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah? 2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah? 3. Variabel manakah di antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk yang lebih dominan berpengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah? 4. Adakah perbedaan pengaruh antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah sebelum dan sesudah masa krisis?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 3. Untuk mengetahui dominasi pengaruh
antara
industrialisasi dan
pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan to user penduduk terhadap proses commit urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Instansi terkait, dapat menjadi input dan dasar pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah urbanisasi. 2. Peneliti, mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai urbanisasi. 3. Pihak lain, sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Urbanisasi 1. Pengertian Urbanisasi Dalam rangka menemukan sebuah definisi atau konsepsi urbanisasi diperlukan beberapa pertimbangan, dimana pertimbangan ini didasarkan atas sifat yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan kompleks, Ningsih (2002 dalam Rahmat 2009). a.
Dari segi demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk berakibat lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga kerja menjadi masalah yang sangat merisaukan karena dapat menghambat pembangunan. Pemerintah secara khusus menangani masalah perumahan dengan diadakannya Departemen Perumahan.
b. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam sector mata pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk desa yang meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di kota. Masalah-masalah yang menyangkut mata pencaharian sektor informasi atau yang lebih dikenal dengan istilah pedagang kaki lima. commit to user
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap hidup penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh dari kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan pada cara hidup desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang kota yang belum mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat menimbulkan masalah-masalah sosiologis yang baru. Dari segi sosiologi, urbanisasi dapat menimbulkan lapisan social yang baru dan menjadi beban kota, karena kebanyakan dari mereka yang tidak berhasil hidup layak di kota akan menjadi penggelandang membentuk daerah slum atau daerah hunian liar.
d. Dari segi geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi perubahan dan pola menurut waktu dan tempat, hal ini tercermin dari pernyataan: “Geography deals first and foremost with spatial aspects of urbanization, it’s purpose being to reveal it’s forms geography variants and types and the specific features of the particular course taken by urbanization under the impact of different social, economic and natural conditions”. Sumber: Marbun (1990) Pernyataan di atas menyatakan jika ditinjau dari konsep keruangan dan ekologis, urbanisasi merupakan gejala geografis karena adanya gerakan/perpindahan penduduk dari satu wilayah atau perpidahan penduduk ke luar wilayahnya. Hal ini terjadi karena pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan alam yang berbeda commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata Urbanisasi atau urbanization didefinisikan oleh Munir (2004 dalam Soetomo 2009) sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota atau akibat dari perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu; perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban migration) dan kedua karena berubahnya daerah pedesaan yang karena beberapa faktor lambat laun menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999). Pada umunya di negara-negara maju tingkat urbanisasi sangat tinggi dibanding di negara-negara berkembang. Urbanisasi dipandang pula sebagai suatu proses dalam arti sebagai berikut: 1.
Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadi lebih banyak sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil fertilitas penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang bermukim dan berkembang di kota.
2.
Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi yang baru.
3.
Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi kehidupan kota. Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan pengertian
urbanisasi sebagai suatu proses perubahan: “Urbanization is a process of changes: size, densities and composition of population, economic structure and human behavior”. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan urbanisasi sebagai proses perubahan ukuran suatu kota, penambahan komposisi penduduk, dan perubahan struktur ekonomi. Lebih lanjut Paul Knox merumuskan proses urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi yang mendorong dan di dorong oleh faktor-faktor menusia, sumber daya alam adan teknologi (sumber daya buatan) dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi, sosial dan fisik serta masalah-masalah yang menjadi bahan yang harus di atasi dalam penentuan kebijakan pembangunan kota.
Demographic Change Political Change Urban System
Cultural Change
Land Use
ECONOMIC
URBANIZATION
Built Environment & Townscape
Social Depend Problem
Political Conflic
Policy Respons Planning
CHANGE Social Change
Social Ecology
Technologi Change Urbanism Environmental Resource Locally & Historical Contingent Factor
Gambar 2.1 Urbanization As A Process Sumber: Paul knox (1994 dalam Soetomo 2009) Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah commit to user proses perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah proses perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori yang mendorong perubahan pada segala aspek: kependudukan, politik, budaya, sosial, teknologi, sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Dan yang ke dua adalah hasil perubahan tersebut, dalam proses urbanisasi kearah internal dalam kota menghasilkan produk-produk fisik lingkungan atau morfologi kota, interaksi sosial atau ekologi sosial, pemanfaatan lahan, menciptakan kehidupan perkotaan dalam segala aspek (sosial, politik, ekonomi, budaya) atau yang disebut juga urbanism. Sedangkan ke arah eksternal menciptakan urban system dalam lingkup sistem regional baik fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik atau penguasaan wilayah). Proses urbanisasi dengan produk-produknya merupakan hasil bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik lingkungan serta pada berbagai skala: dari lingkungan pemukiman, kota, regional, nasional dan internasional. 2. Sebab- Sebab Urbanisasi Pada umumnya dapat dikemukakan 3 (tiga) sebab urbanisasi: (a) arus perpindahan penduduk dari desa ke kota, (b) pertambahan penduduk secara alami, (c) tetariknya pemukiman pedesaan ke dalam konteks kota (Lee, 1991). a. Migrasi Arus perpindahan dari desa ke kota biasanya dipandang sebagai salah satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar proses urbanisasi. Pada umumnya perpindahan penduduk dari desa ke kota dipengaruhi oleh tiga commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor yaitu; faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor penghambat atau penghalang. Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal (pedesaan), diantaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang banyak, lapangan usaha, dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup yang terbatas pula. Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yang meliputi: tersedianya bebagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanya lapangan usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebih daripada penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan dan hal ini yang menjadi daya tarik masyarakat desa untuk pindah dari desa ke kota. Faktor ketiga adalah faktor penghalang atau penghambat bagi para pendatang yang antara lain meliputi : jarak antar kota dan desa cukup jauh serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Faktor pendorong dan faktor penarik secara bersama-sama akan menimbulkan arus migrasi (perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjadi tinggi bahkan melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampung jumlah pendatang baru. Kondisi seperti ini disebut “over urbanization” commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau urbanisasi berlebih, dimana kondisi seperti ini dapat menimbulkan berbagai dampak. b. Pertumbuhan alamiah Pertumbuhan penduduk alamiah adalah pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas). Fertilitas adalah proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, menangis dan bergerak, sedangkan mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua tandatanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah kelahiran hidup (Junaidi, 2009). Suatu wilayah dikatakan tengah mengalami pertumbuhan penduduk apabila terdapat selisih positif antara kelahiran dan kematian. Pertambahan penduduk melalui proses salami ini menjadi semakin besar karena adanya perbaikan-perbaikan besar dalam pemeliharaan kesehatan. c. Reklasifikasi wilayah Pengertian reklasifikasi wilayah mencakup pengertian diubahnya status suatu wilayah yang dahulunya desa menjadi bagian dari wilayah perkotaan. Hal itu berarti penduduk yang tinggal di daerah yang mengalami reklasifikasi akan dihitung sebagai penduduk kota. 3. Pengukuran Urbanisasi Walaupun terdapat berbagai definisi dan konsep yang beragam dalam menggambarkan urbanisasi, namun ukuran yang umum digunakan commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah tingkat urbanisasi dalam pengertian proporsi penduduk negara tersebut yang bertempat tinggal di perkotaan. Dalam tingkat urbanisasi ini ada tiga komponen utama yang menentukan yaitu: a. migrasi dari desa ke kota b. pertumbuhan penduduk alami c. reklasifikasi wilayah Untuk perkembangan penduduk perkotaan dapat dilihat dari angka urbanisasi, yaitu angka yang mencerminkan presentase penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan. Ada tiga kriteria suatu daerah (lokalitas) dijadikan sebagai daerah perkotaan yaitu: a. kepadatan penduduk 5000 orang atau lebih per km persegi b. jumlah rumah tangga pertanian 25 persen atau lebih kecil c. memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkotaan 4. Dampak Urbanisasi Berlebih Urbanisasi berlebih di Indonesia menimbulkan dampak baik dampak positif maupun dampak negatif (Graeme, 1987). Dampak positif adalah dampak yang dialami oleh daerah yang ditinggalkan (daerah pedesaan) diantaranya adalah meningkatnya pendapatan, kesehatan, kesejahteraan, perubahan sosial serta meningkatnya peran secara tradisional (khususnya wanita). Sedangkan dampak negatifnya untuk daerah perkotaan diantaranya adalah
meningkatnya
pengangguran dan commit to user
setengah
pengangguran.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertambahan kesempatan kerja yang terbuka di kota tidak dapat mengimbangi tenaga kerja pendatang dari desa. Penduduk pendatang dari desa dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: kelompok yang berpendidikan serta memiliki ketrampilan atau keahlian dan kelompok yang tidak berpendidikan serta tidak memiliki ketrampilan atau keahlian. Kelompok yang berpendidikan berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan serta keahliannya di kota, sementara yang tidak berpendidikan bersedia mendapatkan pekerjaan apa saja asalkan dapat memberikan penghasilan. Kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan kesempatan kerja yang terbuka di kota-kota menimbulkan masalah yang serius
yaitu
bertambahnya
jumlah
pengangguran
dan
setengah
pengangguran. Kondisi yang demikian ini menciptakan dampak yaitu: 5. Tingkat kesejahteraan menurun (ditandai dengan tidak sebandingnya pendapatan riil dengan pengeluaran riil); 6. Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan; 7. Munculnya daerah kumuh (tak layak huni); 8. Meningkatnya kriminalitas; 9. Banyaknya tuna wisma dan tuna karya; 10.Meningkatnya tingkat kebisingan dan lain-lain yang menyebabkan kota menjadi kurang nyaman. B. Struktur Ekonomi Struktur sosial ekonomi dalam suatu wilayah/daerah adalah unsur penting dalam pembangunan wilayah yang bersangkutan. Yang dimaksud commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
struktur ekonomi yaitu struktur perekonomian yang terdiri dari tiga sektor utama; diantaranya adalah sektor primer (pertanian), sektor sekunder (industri manufaktur), dan yang ketiga adalah sektor tersier (jasa). Sedangkan pengertian sektor ekonomi (BPS Jateng, 2000) adalah bidang kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu Negara melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas jasa. Menurut ISIC (International Standard of Industrial Classification) ketiga sektor ekonomi tersebut ini dijabarkan menjadi 9 sektor di antaranya adalah: 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri Pengolahan 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Sektor Bangunan 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-Jasa Dari kesembilan sektor di atas, yang merupakan sektor primer adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, untuk sektor sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
bersih dan sektor pembangunan sedangkan selebihnya (4 sektor yang lain) merupakan sektor tersier. Sektor primer adalah sektor utama/pokok bagi manusia, karena di dalam sektor tersebut terjadi kegiatan guna menghasilkan bahan sandang, pangan dan papan. Seiring berjalannya pembangunan, kegiatan sektor primer ini menunjukkan efisiensinya didukung oleh perkembangan teknologi yang ada, yang padaakhirnya akan mengurangi tenaga kerja yang ada di sektor tersebut. Selanjutnya kelebihan/surplus tenaga kerja di sektor ini bergeser ke sektor sekunder/tersier yang lebih membutuhkan ilmu pengetahuan dan tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Selain itu bergesernya para pencari kerja dari sektor primer ke sektor lainnya juga disebabkan karena tawaran pendapatan yang lebih tinggi di sektor sekunder dan tersier tersebut. Tambunan (2003) menyatakan perubahan atau yang dimaksud dengan ‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan pendapatan. Suatu wilayah yang memiliki struktur ekonomi sekunder maupun tersier akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi penduduknya yang bekerja di sektor tersebut daripada di sektor primer, sehingga tidak mengherankan apabila dominasi sektor sekunder dan tesier (terutama sekunder) dalam suatu wilayah menunjukkan kemajuan wilayah tersebut. Sektor industri terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang ada dalam suatu wilayah, yang pada tujuannya adalah dapat mengatasi jumlah pengangguran yang ada serta mengatasi masalah ketimpangan pendapatan yang diterima oleh commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sebagaimana yang dijelaskan BPS Bandung (2004 dalam Soetomo 2009) bahwa angka pengangguran yang meningkat sedikit banyak menggambarkan ketidakmampuan perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Jadi dengan kemampuan sektor industri dalam menyerap tenaga kerja tentunya akan sangat menunjang pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah, meskipun antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya memiliki potensi sektor ekonomi yang berbeda, ada wilayah yang lebih berpotensi di sektor pertanian dan ada juga yang berpotensi di sektor industri tetapi ada juga wilayah yang sangat berpotensi di sektor jasanya. Perbedaan potensi sektor ekonomi di masing-masing wilayah sangat dipengaruhi oleh keadaan geografi dan demografi wilayah yang bersangkutan. Kekayaan alam dan tenaga kerja yang berkualitas akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu daerah/Negara. Atau lebih jelasnya bahwa struktur ekonomi dalam setiap wilayah itu tergantung pada kekayaan sumber daya alamnya dan juga kuantitas dan kualitas manusianya (Sukirno, 1998). Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki sektor ekonomi yang lebih dominan di sektor industri dan jasanya. Sedangkan wilayah yang kaya akan sumber daya alamnya akan cenderung memiliki struktur ekonomi primer, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
dimana penduduknya lebih banyak bekerja di sektor pertanian dan juga sektor pertambangan dan penggalian. 1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme pergeseran/transformasi ekonomi yang dihadapi oleh sebagian besar negara sedang berkembang, yang semua bersifat subsistence yang menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur yang lebih modern, yang menitikberatkan pada sektor industri dan sektor jasa (Tambunan, 2003). Ada dua teori umum yang digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu teori dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Cenery (teori informasi struktural). Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Di dalam teorinya, Lewis (Todaro dan Smith, 2003) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian di pedesaan yang bersifat tradisional yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian di perkotaan yang bersifat modern yang didominasi oleh sektor industri. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan kondisi kehidupan masyarakatnya subsitence akibat perekonomian yang subsitence pula. Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang bernilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Nilai MP (Marginal Product) yang nol artinya fungsi produksi di sektor pertanian tersebut telah sampai commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada tingkat yang optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar dari titik optimal itu maka akan berlaku hukum penghasilan menurun dimana semakin banyak orang yang bekerja di sektor tersebut akan semakin rendah tingkat produktivitas atau total produksi yang akan dihasilkan. Dalam kondisi yang demikian, pengurangan tenaga kerja tidak akan mengurangi jumlah output di sektor tesebut, karena proporsi tenaga kerja lebih besar dibandingkan proporsi input lain seperti modal dan teknologi. Akibat dari kelebihan tenaga kerja ini maka tingkat upah di sektor pertanian tersebut menjadi sangat rendah. Sebaliknya di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tinggi, sesuai hokum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat upah yang tinggi. Kerangka pemikiran Chenery tidak terlalu berbeda dari apa yang diungkapkan Lewis. Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri modern sebagai penggerak
perekonomiannya. Chenery
(Todaro
dan
Smith, 2003)
menjelaskan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat akan ada perubahan-perubahan seperti dalam pola konsumsi dari penekanan pada makanan dan kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan SDM, perkembangan kota-kota dan industri bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, penurunan laju pertumbuhan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk, ukuran keluarga yang semakin kecil dan perubahan struktur ekonomi yang semula didominasi oleh sektor pertanian menjadi didominasi oleh sektor industri. Menurut Chenery proses transformasi struktural akan mencapai tarafnya yang paling cepat apabila pergeseran pola permintaan domestic kea rah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri (ekspor). Jadi kenaikan output produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh naiknya faktorfaktor seperti kenaikan permintaan domestic, perluasan ekspor komoditas industri manufaktur dan kemajuan teknologi. 2. Industrialisasi Proses industrialisasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam proses perubahan struktur ekonomi di suatu Negara/wilayah. Tambunan (2003) menjelaskan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan perdagangan antar Negara, yang pada akhirnya akan sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak Negara, yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Dapat dikatakan pula bahwa proses industrialisasi ini dapat menjamin pertumbuhan ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang, karena dengan proses ini memungkinkan naiknya tingkat pendapatan yang pada akhirnya akan menjadikan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu banyak Negara/wilayah yang ggencar melakukan proses industrialisasi ini guna commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagaimana telah dicapai oleh Negara maju sebelumnya. Industrialisasi
merupakan
salah
satu
proses
kunci
dalam
pembangunan ekonomi. Di dalam proses industrialisasi, sektor industri dijadikan sebagai tumpuan yang diharapkan mampu menghasilkan output optimal serta dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Hal inilah yang menjadi keinginan setiap Negara, sehingga masalah ekonomi yang cukup pelik seperti kemiskinan dan pengangguran dapat teratasi. Karena dengan proses industrialisasi ini tingkat pendapatan masyarakat dapat meningkat serta kelebihan tenaga kerja sektor primer dapat terserap, Arlini (2005 dalam Yunariah 2007) menyatakan bahwa tahapan industrialisasi diwujudkan secara histories melalui kenaikan kontribusi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap pendapatan nasional, total produksi dan kesempatan kerja. Jadi apabila suatu wilayah dalam menjalakan proses industrialisasi ini maka tidak mustahil jika Negara tersebut akan memiliki perekonomian yang maju. C. Konsep Perkotaan -
Pengertian Kota Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada zaman Yunani Kuno kota-kota yang padat pada saat itu dianggap sebagai republik kecil, letaknya terpencar-pencar di wilayah pegunungan yang dinamakan “polis”. kota-kota pada waktu itu berupa benteng pasukan pendudukan romawi di negeri-negeri Eropa yang disebut “urbis” dan lahan commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di luar kota di atas parit-parit yang mengelilingi benteng disebut “suburbis”. Dari istilah-istilah ini kemudian muncul istilah “urban” dan “suburban”, sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya adalah petani disebut “Ru” dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu suatu benteng dinamakan Kota apabila menjadi pusat perdagangan dan pertukangan yang memungkinkan berfungsinya pasar dalam kota (Daldjoeni, 1986). Menurut Sullivan, A. (2003) daerah urban (urban area) adalah suatu daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi daripada daerah lain. Daerah urban dicirikan dengan kegiatan pemukiman yang dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian (yaitu produksi, distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri maupun untuk daerah di sekitarnya (hinterland). Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya kota. Kota kecil adalah kota yang mempunyai jumlah penduduk antara 5.000 sampai dengan 50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 50.000 orang sampai dengan 500.000 orang, sedangkan kota
besar
adalah
kota
yang
berpenduduk
500.000
ke
atas
(Reksohadiprodjo, 2001). Kota yang memiliki penduduk lebih dari satu juta orang disebut kota Metropolitan, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan pemerintahan yang dikelilingi oleh daerah semi urban (suburban), kawasan perumahan atau kota-kota kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Teori Perkembangan Kota Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga terkait dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi. Terlebih lagi urbanisasi terkait dengan perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan dislokasi tenaga kerja pertanian ( Davis 1969). Teori ini mengisyaratkan terdapatnya kaitan
antara industrialisasi dan perkembangan perkotaan.
Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi. Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh Christaller mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang geografi, teori ini memiliki dua konsep yaitu: threshold (jarak jangkauan minimal untuk dapat bertahan) dan range (jarak jangkauan sesungguhnya yang dapat dicapai). Jika dalam sebuah pasar threshold lebih besar dibanding range, maka ia akan mati, dan sebaliknya jika range lebih besar daripada threshold, maka pasar itu akan berkembang dan bahkan tumbuh menjadi daerah perkotaan. Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini sebenarnya belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai urbanisasi kontemporer. Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam ketika menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran proses (ekonomi) global yang memunculkan fenomena kota-kota global (global cities) tidak mendapat perhatian. Padahal, internasionalisasi produksi, jasa dan kapital yang dimotori oleh perusahaan transnasional amat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
besar peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kota-kota yang terlibat dalam proses tersebut. Menurut McGee dan Douglas (1995 dalam Firman 1996), proses urbanisasi yang terjadi di Asia dewasa ini pada dasarnya mencerminkan integrasi kota-kota ke dalam sistem ekonomi global, yang digerakan oleh akumulasi kapital pada skala dunia. Proses ini disebut pula sebagai megaurbanization, yang tampaknya akan menjadi kecenderungan (trends) urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia. Lebih jauh lagi Amstrong dan McGee (1985 dalam Chotib 2002b) mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya di Asia dan Amerika Latin. Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada dasarnya “teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke negara-negara berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara berkembang merupakan bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara maju, namun dalam proses perkembangannya terdapat banyak perbedaan. Perbedaan ini bertitik tolak dari kenyataan demografi dan ekonomi yang terjadi di negara berkembang. Itu sebabya urbanisasi yang terjadi di negara berkembang dikatakan sebagai “pseudeo urbanization”, dari pada “true urbanization” di negara maju. Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan regulasi pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi dikembangkan dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih komprehensif, yaitu teori regulasi (Prabatmodjo, 2000). Model tersebut commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencakup faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun nasional/regional serta faktor sosial-demografi. Perkembangan perkotaan dan urbanisasi merupakan resultan bekerjanya faktor-faktor tersebut.
Proses Ekonomi Global
Sistem Produksi
Sistem Regulasi
Perkembangan Perkotaan
Faktor Sosial Demografi
Urbanisasi
Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota Sumber: Prabatmojo (2000) 3. Struktur Perkotaan Struktur perkotaan dalam suatu wilayah menentukan maju atau tidaknya pembangunan di wilayah bersangkutan. Struktur perkotaan adalah kondisi perkotaan di suatu wilayah yang biasanya diidentifikasi berdasarkan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan (tingkat urbanisasi) tersebut. Struktur perkotaan di masing-masing wilayah juga berbeda, tergantung pada faktor-faktor yang menarikcommit di wilayah to userkota yang bersangkutan, seperti
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan kerja yang tersedia beserta besarnya upah dan juga infrastruktur yang tersedia di kota tersebut. Daerah perkotaan yang memiliki faktor penarik yang lebih banyak cenderung diikuti oleh jumlah penduduk di perkotaan tersebut semakin besar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ghalib (2005 dalam Chotib 2006) bahwa penduduk memerlukan pekerjaan yang produktif atau pekerjaan yang layak, sehingga banyak penduduk yang memilih tinggal di kota dari pada di desa. Tumbuh berkembangnya sektor non-primer (proses industrialisasi) di suatu daerah bisa merupakan akibat gagalnya sektor pertanian tetapi bisa juga akibat berhasilnya sektor pertanian di suatu daerah. Sektor pertanian yang gagal berkembang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang memadainya teknologi yang diperlukan, rendahnya kualitas SDM atau tenaga kerja dan berpindahnya tenaga kerja di sektor tersebut ke sektor nonprimer. Akibatnya produktivitas sektor pertanian tersebut menjadi rendah yang berakibat
rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan
ini
menyebabkan penduduk yang bekerja di sektor itu memiliki taraf hidup yang rendah. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki taraf hidupnya maka banyak pekerja di sektor primer tersebut pindah ke sektor non primer yang dianggap mampu memberikan upah yang lebih besar, dan ini sangat menunjang berkembangnya proses industrialisasi di suatu daerah. Berhasilnya pembangunan
sektor pertanian
juga
menunjang
tumbuhnya industrialisasi di suatu daerah. Berkembangnya sektor pertanian di suatu daerah perlu ditunjang oleh ketersediaan peralatan maupun bahancommit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahan lain guna meningkatkan produktivitas sektor pertanian tersebut. Hal ini mendorong tumbuhnya industri untuk menghasilkan input bagi sektor pertanian tersebut seperti pupuk, penyediaan bibit maupun penyediaan mesin-mesin guna produksi sektor pertanian tersebut. Selain itu apabila produksi hasil pertanian itu dapat optimal dan berkualitas, maka hal ini akan mendororng tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian. Tumbuhnya industri-industri ini baik industri penyedia input pertanian maupun pengolahan hasil pertanian ini, akan mendorong tumbuhnya proses industrialisasi lebih lanjut yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses urbanisasi di daerah yang bersangkutan.
Gagalnya sektor pertanian
Berhasilnya sektor pertanian
Industrialisasi Proses alamiah Struktur perkotaan
Migrasi Reklasifikasi
Jumlah penduduk perkotaan (tingkat urbanisasi)
Pemekaran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Penelitian Terdahulu J.J. Sarungu (2007) meneliti hubungan variabel-variabel sosial, ekonomi, dan demografis dengan variabel derajat urbanisasi. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan berpengaruh terhadap urbanisasi adalah pendapatan per kapita yang bersifat positif, kesempatan kerja pertanian yang bersifat negatif, peranan sektor manufaktur prpopinsi secara nasional yang bersifat positif. Sementara variabel situasional menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin ke barat wilayah indonesia akan semakin besar derajt urbanisasi, dan semakin berjalannya waktu semakin meningkat derahat urbanisasi meskipun lajunya semakin lamban. Firebaugh (1979) meneliti pola hubungan antara pembangunan sosial ekonomi dan tingkat urbanisasi. Penelitiannya meliputi 54 negara sedang berkembang di Asia dan Amerika Latin dengan menggunakan analisis data panel. Teknik analisis regresi berganda digunakan dengan variabel tingkat urbanisasi sebagai variabel tak bebas, sedangkan pembangunan ekonomi, kondisi pedesaan, dan tingkat urbanisasi masa lalu (sebagai proksi karakteristik historis dan demografis) masing-masing negara observasi diperlakukan sebagai variabel bebas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwah pembangunan ekonomi dan tingkat urbanisasi masa lalu berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi, sedangkan kondisi pedesaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
berpengaruh negatif dan signifikan. Tetapi yang berpengaruh paling dominan adalah kondisi pedesaan yang merosot. Pernia (1977) telah meneliti hubungan antara pembangunan dan urbanisasi dengan asumsi urbanisasi merupakan konsekuensi proses pembangunan. Penelitiannya dilakukan di Filipina berdasarkan data sensus tahun 1970 secara cross sectional dan dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa variabelvariabel yang sangat menentukan bagi terjadinya proses urbanisasi dalah jumlah industri pengolahan dan komersial, penggunaan mesin-mesin pertanian, pemilikan radio, rasio migrasi masuk daerah perkotaan dan daerah pedesaan dalam satu propinsi yang berasal dari propinsi lainnya, dan kedekatan dengan ibukota negara. E. Kerangka Pemikiran Urbanisasi didefinisikan sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota aau akibat dari perluasan kota. Paul knox (1994) merumuskan proses urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi dan juga faktor demografi atau pertumbuhan penduduk. Sekor industri akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan produksi barng-barang kebutuhan baru, sehingga dapat menarik orang-orang untuk pindah ke daerah perkotaan. Pertumuhan penduduk suau daerah yang relative tinggi secara langsung dapat mempengaruhi tingkat urbannisasi di suatu daerah. Saedangkan semakin berjalannya waktu maka proses urbanisasi commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan meningkat, karena manusia akan mencari kehidupan yang lebih layak sehingga mereka akan mencari lapangan pekerjaan yang dapa memberikan upah yang besar, yang kebanyakan terletak di daerah perkotaan. Untuk lebih memudahkan dalam proses analisis permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka digunakan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Industrialisasi
Proses Urbanisasi
Pertumbuhan Penduduk
Waktu Gambar 2.4 K erangka Pemikiran F. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Industrialisasi diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 2. Pertumbuhan penduduk diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 3. Variabel Industrialisasi diduga lebih dominan berpengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 4. Diduga ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk pada era sebelum dan sesudah krisis. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah tentang proses urbanisasi dan faktorfaktor yang mempengaruhinya yaitu industrialisasi, pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah selama kurun waktu 1990-2005, dan waktu yang diperlakukan sebagai varibel dummy dan variable interaksi. B. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh dari laporan-laporan dan buku-buku yang mempunyai hubungan dengan penelitian yaitu dengan cara pencatatan dari sumber yang diperoleh dari berbagai edisi, laporan-laporan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya. C. Definisi Operasional Variabel a. Tingkat Urbanisasi Tingkat
urbanisasi
merupakan
besarnya
proporsi
penduduk
perkotaan dalam wilayah tersebut. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk di perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah yang bersangkutan akan semakin besar Tingkat urbanisasi dihitung dengan cara: jumlah penduduk wilayah perkotaan
Tingkat Urbanisasi =
jumlah penduduk total
commit to user 33
x 100 %
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Industrialisasi Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi di suatu wilayah/negara. Industrialisasi dapat dilihat melalui kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB dan dinyatakan dalam bentuk persen. c. Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang disajikan dalam bentuk presentase. Data diperoleh dari statistik Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. d. Waktu (Krisis Moneter 1997) Variabel waktu dalam penelitian ini dijadikan variabel boneka/ dummy, selain itu waktu juga dijadikan variabel interaksi yaitu untuk memperlihatkan perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis. D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Panel Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel data yang merupakan gabungan dari observasi runtun waktu (time serries) dan lintas sektoral (cross section). Estimasi data panel akan meningkatkan derajat kebebasan,
mengurangi
kolinearitas
antar
variabel
penjelas
dan
memperbaiki efisiensi estimasi. Verbeek (2000 dalam Rahayu 2007) mengemukakan bahwa keuntungan regresi dengan data panel adalah kemampuan regresi dalam mengidentifikasi parameter-parameter regresi secara pasti tanpa membutuhkan asumsi retriksi atau kendala. Menurut commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Baltagagi (1995 dalam Rahayu 2007), keunggulan data panel disbanding data runtun waktu atau data lintas sektoral adalah: a.
Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.
b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinieritas antar variable, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien. c.
Data panel cocok untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan.
d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak. e.
Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih lengkap.
f.
Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi data individu. Secara teoritis, ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan data yang digabungkan tersebut. Pertama, semakin banyak jumlah observasi yang dimiliki bagi kepentingan estimasi perameter populasi yang membawa akibat positif dengan memperbesar derajat kebebasan (degree of freedom) dan menurunkan kemungkinan kolinearitas antar variabel independen. Kedua,
dimungkinkannya estimasi masing-
masing karakteristik individu maupun karakteristik menurut waktu secara terpisah. Dengan demikian, analisa hasil estimasi akan lebih komprehensif dan mencakup hal-hal yang lebih mendekati realita.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pemodelan Data Panel Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu metode CommonConstant (The Pooled OLS method), metode efek tetap (Fixed Effect Method), dan terakhir metode efek acak (Random Effect Method) a. Common-Constant (The Pooled OLS method) Sebelum membuat regresi, kita harus menggabungkan data lintas sektoral dan lintas waktu kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. Ada sejumlah K regresor pada Xit, tidak termasuk constant term, α adalah individual effect yang konstan antar waktu t dan spesifik untuk masing-masing unit individu i. Jika menganggap α adalah sama untuk semua unit individu, maka OLS memberikan estimasi yang koefisien untuk parameter α dan β konstan untuk setiap data lintas waktu dan lintas sektoral. Bentuk persamaannya sebagai berikut: Yit = α + βXit + εit (1) Untuk i= 1, 2, …,N dan t=1, 2,…,T Yang mana, N adalah jumlah unit crosss section (individu) dan T adalah jumlah periode waktunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
b. Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method) Variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata lain, intersep ini mungkin beubah untuk setiap waktu dan individu. Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep didalam persamaan dikenal dengan model regresi efek tetap. Pengertian model efek tetap ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara variabel, namun intersepnya sama antar waktu (time infariant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi tetap antar individu dan antar waktu. Untuk mengestimasi model efek tetap dimana intersep berbeda antar variabel igunakan metode teknik variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. Pendekatan dengan memasukkan variable boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) atau disebut juga covariance model. Bentuk persamaannya sebagai berikut: Yit = α1 + α2 D2i + α3 D3i + α4 D4i + β2 X2it + β3 X3it + µit
(2)
c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect) Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda anatr unit maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak sering disebut model komponen error (error component model). Bentuk model efek acak ini dijelaskan pada persamaan berikut: commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yit = Yit = α + βXit + εit εit = ui + vt + wit Yang mana, ui = komponen cross section error vi = komponen time series error wit = komponen error kombinasi Dengan menggunakan model efek acak ini, maka kita dapat menghemat pemakain derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. 3. Pemilihan Teknik Estimasi Data Panel Untuk mengestimasi data panel ada tiga teknik yang dapat digunakan yaitu model dengan metode OLS, fixed effect, dan random effect. Untuk menentukan teknik mana yang paling tepat untuk mengestimasi data panel maka perlu dilakukan pengujian. Adapun pengujiannya terdiri dari: a. Restricted F test Untuk melihat model mana yang paling sesuai dipakai akan dilakukan dengan menggunakan uji Restricted F dan untuk menguji apakah model restricted model ataukah unrestricted model yang akan dipakai. Formulasi Restricted F test adalah sebagai berikut:
F=
2 ( RUR - RR2 ) / m 2 (1 - RUR )/ n- k
Yang mana,
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
R2UR = koefisien determinasi dari model regresi unrestricted R2 R
= koefisien determinasi dari model regresi retricted
m
= jumlah koefisien pada model regresi retricted
n
= jumlah seluruh observasi
k
= jumlah koefisien pada model refresi unrestricted Jika nilai F signifikan, berarti estimasi model dengan fixed effect
lebih baik disbanding estimasi dengan pooled OLS. b. The Hausman Specification Test Hausman test ini bertujuan untuk membandingkan antara metode fixed effect dan metode random effect. Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa LSDV di metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan metode OLS tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Namun, ada beberapa pertimbangan untuk memilih metode mana yang cocok untuk data yang tersedia: a.
Ada yang menyebutkan bahwa model efek random mempunyai parameter lebih sedikit, sehingga derajat bebasnya lebih besar dibanding dengan model efek tetap yang mempunyai parameter lebih banyak, sehingga derajat bebasnya lebih kecil. Akan tetapi model efek tetap juga mempunyai beberapa kelebihan, seperti dapat membedakan efek individual dan waktu, juga tidak perlu mengasumsikan bahwa komponene error tidak berkorelasi dengan variabel yang mungkin sulit dipenuhi.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pemilihan dengan pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula kemungkinan data yang digunakan sebagai dasar pembuatan model, hanya dapat diolah dengan salah satu metode saja akibat dari berbagai persoalan teknis matematis yang melandasi perhitungan.
c.
Pemilihan metode estimasi juga bisa dilakukan dengan cara membandingkan Standar Error pada masing-masing metode. Semakin kecil SE suatu pemerkira, maka semakin teliti pemerkira tersebut dengan parameter yang akan diperkirakan. Artinya, metode dengan SE terkecil bisa dikatan lebih baik disbanding dengan metode lainnya.
4. Analisis Regresi Berganda Untuk menguji pangaruh dari industrialisasi dan laju pertumbuhan penduduk terhadap tingkat urbanisasi dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut: Urb= β 0 + β 1Indit + β 2 PPit + β 3 D + β 4 Ind*D + β 5 PP*D + εit Keterangan: Urb
= Tingkat Urbanisasi
Ind
= Industrialisasi
PP
= Pertumbuhan Penduduk
D
= Variabel dummy waktu, 0 untuk tahun 1990-1995, dan 1 untuk tahun 2000-2005
Ind*D = interaksi variabel industrialisasi dengan variabel dummy waktu PP*D = interaksi variabel pertumbuhan penduduk dengan variabel dummy waktu
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
β0
= Konstanta Regresi
β1, β2, β3, β 4 β 5 = Koefisien Regresi e
= Variabel gangguan
E. Metode Pengujian 1. Pengujian Statistik Untuk mengetahui kebenaran hipotesis, maka dilakukan uji statistik berupa uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi R2 (goodness of fit) a. Uji t – test statistik Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual dan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1) Menentukan Hipotesis: Ho: βi = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ho: βi ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen. 2) Nilai t tabel dapat dilihat dengan rumus: t tabel : t α : n-k Yang mana, α
= derajat signufikan
n
= jumlah sampel
k
= banyaknya parameter commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Daerah kritis
Daerah penerimaan
Daerah penolakan Tα
Gambar 3.1 Kurva Distribusi t Sumber: Gujarati (2003) 4) t hitung dapa dicari dengan rumus:
bi t = Se (b i ) Dimana: Βi
= koefisien regresi
Se(βi) = standar error koefisien regresi 5) Kriteria pengujian: Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Berarti variabel independen tersebut secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho ditolak. Berarti variabel independen secara indivudu berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel dependen. b. Uji F – test stasistik Uji statistik F digunakan intuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1) Menentukkan Hipotesis Ho : β1 = β2 = β3 = 0, maka variabel independen secara bersamasama tidak mempengaruhi variabel independen. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, maka variabel independen secara bersamasama mempengaruhi variabel dependen. 2) Nilai F tabel dapat dicari dengan rumus: F tabel : Fα : n-k : k-1 Yang mana, α
= derajat signifikan
n
= jumlah sampel
k
= banyaknya parameter
3) Daerah kritis
Daerah penerimaan
Daerah penolakan Fα
Gambar 3.1 Kurva Distribusi F Sumber: Gujarati (2003) 4) F hitung diperoleh dengan rumus: R 2 /(k - 1) commit to user F= (1 - R 2 ) /(n - k )
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yang mana, R2 = koefisien determinasi n = jumlah sampel k = banyaknya parameter 5) Kriteria pengujian: Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima. Berarti variabel independen tersebut secarabersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak. Berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. c. Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit) R2 adalah suatu besaran yang lazim dipakai untuk mengukur kebaikan kesesuaian (Goodness Of Fit), yaitu bagaimana garis regresi mampu menjelaskan fenomena yang terjadi. R2 mengukur proporsi (bagian) atau presentase total variasi data (variabel independen) yang dijelaskan oleh model regresi. Semakin tinggi nilai R2, maka garis sampel regresi semakin baik. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1, suatu R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian Ekonometrika/ Uji Asumsi Klasik Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti akan mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan pemeriksaan terhadap penyimpangan
asumsi klasik tersebut harus
dilakukan melalui uji Multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji Autokorelasi. a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu fungsi atau lebih variabel independen merupakan fungsi linear dari variabel independen yang lain. Menurut L.R Klein, masalah multikolinearitas baru menjadi masalah apabila derajtnya lebih tinggi dibandingkan dengan koreksi diantara seluruh variabel secara serentak (Gujarati, 1997). Metode Klein membandingkan r2 dengan nilai R2. Apabila R2< r2 berarti ada gejala multikolinearitas
dan
apabila
R2>r2
berarti
tidak
ada
gejala
multikolinearitas. R2 adalah koefisien determinasi antara seluruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. r2 adalah koefisien determinasi antara satu variabel bebas dengan sisa variabel bebas lainnya. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi tidak bias, namun varian tidak efisien (semakin besar sampel, semakin besar varian). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Uji White. Uji White ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel, apabila χ2 hitung > χ2 tabel berarti hipotesis yang commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengatakan bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2 hitung < χ2 tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas ditolak artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model yang sedang diestimasi. c. Uji Autokorelasi Adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang satu dengan yang lain saling berhubungan, pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin-Watson (DW), yaitu
dengan cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW statistik berada diantara dU dan 4-
dU maka tidak ada
autokorelasi. Autokorelasi
Daerah
Tidak
ada Daerah
positif
keragu-
autokorelasi
raguan 0
dl
Autokorelasi
Keragu-
negatif
raguan du
4-du
4-dl
4
Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson Sumber: Gujarati (2003) Hipotesis yang digunakan adalah: - Jika 0
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripisi Daerah Penelitian 1. Keadaan Wilayah Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan laut jawa di sebelah utara. Letaknya antara 5°40' dan 8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimun Jawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk Pulau Karimun Jawa). Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah 32.548 km2 atau sekitar 25,04% dari luas Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Karimun jawa di laut jawa, serta Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat). Luas yang ada terdiri dari 991 ribu hektar (30,45 persen) lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,55 persen) bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2008 turun sebesar 0,02 persen, sebaliknya luas bukan lahan commit to user
47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sawah naik sebesar 0,01 persen. Menurut penggunaannya, persentase lahan sawah yang berpengairan teknis adalah 36,62 persen, tadah hujan 28, 46 persen dan lainnya berpengairan setengah teknis persen, sederhana dan lainlain. Dengan menggunakan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar74,51 persen. Berikutnya, lahan kering yang dipakai untuk tegal/kebun sebesar 32,37 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase itu merupakan yang terbesar, dibanding persentase penggunaan bukan lahan sawah lain. Jawa Tengah memiliki iklim tropis dengan curah hujan tahunan ratarata 2.000 meter. Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18°C sampai 28°C. Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara ratarata relatif tinggi.
Sementara
itu, suhu rata-rata tanah berumput
(kedalaman 5 cm), berkisar antara 17°C sampai 35°C. Rata-rata suhu air berkisar antara 21°C sampai 28°C. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari. 5. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebesar 32.244.004 jiwa. Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.544,12 km2, sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 12.554,55 jiwa per km2 (940.252,86 per Kabupaten/kota). Kepadatan penduduk terbesar adalah di commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kota Surakarta yaitu 12.140.36 jiwa per km2 dan wilayah paling jarang adalah Kabupaten Purworejo yaitu 468.53 jiwa per km2. Dengan jumlah penduduk sebesar 32.244.004 ternyata proporsi usia produktif wanita (66,48%) lebih besar dari proporsi usia produktif laki-laki (65,83%) dan usia tidak produktif
laki-laki
(34,17%)
lebih
besar dari wanita
(33,52%). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah wanita lebih banyak di Jawa Tengah dan proporsi usia aktif lebih dominan wanita. Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun Kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal, Brebes, dan Slawi. Sedang komposisi per-kelompok umur, Sebagian besar masyarakat berpendidikan SD/MI yaitu sebesar 35,47% , SLTP/MTs sebesar 16,57% , dan
sebesar 31,80% tidak tamat sekolah (tidak punya ijazah) dan
sisanya 3,35% berpendidikan DIP/AK/PT. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya pada tahun 2005 sebesar
88,87%,
sedangkan
yang
buta
huruf
sebesar
11,13%.
Persentase penduduk yang buta huruf pada perempuan yaitu sebesar 7,78% lebih tinggi dari pada lai-laki yang hanya sebesar 3,35%. Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencahrian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diikuti dengan sektor perdagangan (20,91%), sektor industri (15,71%) dan sektor jasa (10,98%). B. Perkembangan Variabel yang Diamati 1. Perkembangan Proses Urbanisasi di Jawa Tengah Proses urbanisasi dipandang sebagai suatu system dimana terjadi proses transformasi structural kondisi daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan. Tingkat urbanisasi yang pesat dan menyebar di berbagai wilayah adalah hal positif dan merupakan salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan yang merata menurut wilayah.Urbanisasi merupakan suatu proses persilangan antara masalah geografis dan manusia akibat pengaruh ekonomi. Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah Tahun
Angka Urbanisasi (%)
1970
10,7
1980
18,74
1990
26,98
1995
31,90
2000
40,19
2005
40,46
Sumber:BPS. Jawa Tengah Dalam Angka 1990, 2005 (diolah) Angka urbanisasi di Jawa Tengah selama periode penelitian yaitu tahun 1990-2005 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat terlihat angka urbanisasi Jawa Tengah mengalami kenaikan selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 1970 urbanisasi commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawa Tengah menunjukkan angka 10,7%, pada tahun 1980 meningkat sebesar 18,74%, pada tahun 1990 naik sebesar 8,24% atau sebesar 26,98%, dan 40,46% pada tahun 2005. Hal ini dapat terjadi dikarenakan jumlah penduduk perkotaan di Jawa Tengah meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan lebih besar daripada pertumbuhan jumlah penduduk total , sehingga angka urbanisasinya pun meningkat. 2. Perkembangan Industrialisasi di Jawa Tengah Proses industrialisasi adalah salah satu pendorong terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota, sehingga dapat mempercepat apa yang disebut proses urbanisasi. Sektor industri menawarkan upah yang lebih tinggi dibandingkan sektor primer. Di Jawa Tengah perkembangan industrialisasinya terus mengalami peningkatan, hal ini dicerminkan dari meningkatnya kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB. Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah Tahun
Angka Industrialisasi (%)
1990
31,24
1995
32,98
2000
33,73
2005
44,39
Sumber: BPS. Jawa Tengah Dalam Angka 1995, 2005 (diolah) Pada Tabel 4.2 dijelaskan bahwa industrialisasi Jawa Tengah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka commit to userini meningkat jika dibandingkan industrialisasi sebesar 44,39%. Keadaan
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beberapa tahun sebelumnya, seperti tahun 1990 sebesar 31,24%, tahun 1995 sebesar 32,98%, dan tahun 2000 sebesar 33,73%. Pada 2004-2008, rata-rata pertumbuhannya 4,86% per tahun, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan industri nasional. Industri tekstil, industri kertas, dan barang cetakan serta industri makanan, minuman, dan tembakau adalah industri yang tumbuh signifikan, di atas 4,8%. Dalam struktur perekonomian Jateng, sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi yang menentukan karena sumbangannya di atas sektor lainnya, yaitu 31,5% pada tahun 2008 diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran 19,9%, dan sektor pertanian 19,7%.
3. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk di Jawa Tengah Pertumbuhan penduduk suatu wilayah/daerah akan menunjang pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan apabila diikuti oleh peningkatan kualitas penduduknya dan diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan oleh daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalong (0,09% per tahun). Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, Jawa Tengah memiliki laju pertumbuhan paling rendah dibandingkan 32 provinsi lain. Kepala BKKBN, Syugiri Syarif menjelaskan pertumbuhan penduduk di Jawa Tebgah sebesar 0,36% pada tahun 2009. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah Tahun
Pertumbuhan Penduduk (%)
1961-1970
1,76
1971-1980
1,64
1981-1990
1,18
1991-2000
0,82
Sumber: BPS (1980, 1990, 2000) dalam Chotib (2006) Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa angka pertumbuhan penduduk Jawa Tengah mengalami penurunan. Meski angka pertumbuhan penduduk regional Jawa Tengah mengalami penurunan, namun ternyata angka pertumbuhan penduduk wilayah perkotaan jauh diatas rat-rata pertumbuhan nasional, meskipun dengan kecenderungan yang menurun pula. Menurunnya angka pertumbuhan penduduk ini salah satunya disebabkan oleh menurunnya angka kelahiran, karena semakin banyak keluarga yang mencanangkan program Keluarga Berecana (KB).Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sekitar 0,37% per tahun. 4. Waktu (variabel dummy) Variabel Dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu, dimana pada 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Maka periode 1990-1995 adalah periode sebelum masa krisis, dan periode 2000-2005 adalah masa sesudah krisis ekonomi. C. Deskripsi Data Dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh variabel-variabel commit to user independen yaitu Industrialisasi (Ind), Pertumbuhan Penduduk (PP), dan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel dummy waktu (Dm), Industrialisai berinteraksi dengan waktu (Ind*D), Pertumbuhan penduduk berinteraksi dengan waktu (PP*D) terhadap Proses Urbanisasi (Urb) di Jawa Tengah tahun 1990-2005. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat time series dan cross section, yang dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan bantuan program Eviews 7.0. Data disajikan dalam 4 titik waktu atau multy-year, yaitu tahun 1990, 1995, 2000, dan 2005. Gambaran data yang digunakan dapat dilihat pada halaman lampiran. D. Hasil Analisis 1. Pemilihan Model Estimasi Permodelan dalam menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu (1) Metode Ordinary Least Square (The Pooled OLS Method), (2) Metode Fixed Effect (FEM), (3) dan terakhir metode Random Effect (REM). 1.1 Metode Ordinary Least Square (OLS) vs Metode Fixed Effect (FEM) Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode pengolahan data cross section
dan time series dan kemudian data
gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. Metode ini mengasumsikan slope dan intersep koefisien konstan.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS Variabel
Koefisien
Standar Eror
t-statistik
Probabilitas
C
12.20960
6.804412
1.794365
0.08
IND
0.919850
0.246944
3.724929
0.00
PP
1.166495
0.608482
1.917059
0.06
DM
13.34814
9.954337
1.340937
0.18
IND*D
-0.208105
0.327761
-0.634930
0.53
PP*D
-1.354143
2.082688
-0.650190
0.52
R2
0.194501
DW-Statistik 0.091916 Sumber: Data diolah dengan Eviews Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode OLS pada Tabel 4.4 dapat terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,194501 atau sebesar 19,45%, rendahnya nilai R2 menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji tidak cukup baik dalam menjelaskan variabel dependennya. Dengan nilai DW-statistik sebesar 0,091916 yang rendah (jauh dari range angka 2) yang mengindikasikan adanya autokorelasi positif. Pada metode OLS ternyata variabel independen pertumbuhan pendeuduk (PP), variabel dummy waktu (Dm), variabel interkasi industrialisasi dengan waktu (Ind*D), variabel interaksi pertumbuhan penduduk dengan waktu (PP*D) tidak signifikan pada tingkat α = 5 %, artinya variabel independen pertumbuhan pendeuduk (PP), variabel dummy waktu (Dm), variabel interkasi industrialisasi dengan waktu (Ind*D), variabel interaksi pertumbuhan penduduk dengan waktu (PP*D) tidak mempunyai pengaruh commit to user yang signifikan terhadap varibel tingkat urbanisasi (Urb).
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual dianggap sama yang mana merupakan asumsi yang sangat membatasi (restricted) (Gujarati, 2006). Sehingga metode ini tidak dapat menangkap gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara variable bebas dengan variable terikatnya, begitu pula hubungan diantara masingmasing individual cross section. Begitu pula seperti yang dijabarkan pada metode pemilihan secara teoritis yang mengatakan bahwa metode OLS terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Sehingga yang perlu dilakukan adalah menemukan nature yang spesifik atas hubungan yang terjadi diantara masing-masing individu pada data cross section. Maka dapat dilihat dengan menggunakan metode fixed effect. Berikut merupakan hasil dari estimasi menggunakan metode fixed effect.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Variabel
Koefisien
C IND PP DM IND*D PP*D Fixed Effects (Cross) CLCP--C BNYMS--C PRBLNGG--C BNJRNGR--C KBMEN--C PRWRJO--C WNSBO--C MGLNG--C BYLALI--C KLTN--C SKHRJ--C WNGR--C KRNGNYR--C SRGEN--C GRBGN--C BLOR--C RMBNG--C PATI--C KDUS--C JPRA--C DMAK--C SMRNG--C TMNGGNG--C KENDAL--C BTNG--C PKLNGN--C PMLNG--C TEGAL--C BRBES--C KOTAMGLG--C KOTASKA--C KOTASLTGA--C KOTASMRG--C KOTAPKL--C KOTATGL--C R2 DW-Statistik
26.98735 0.370620 0.116359 8.472498 -0.038808 0.391943
Standar Eror 2.114017 0.085008 0.110158 1.607550 0.052835 0.369106
-28.60006 1.529827 -19.70904 -24.94214 -17.04613 -14.78771 -22.79456 -18.54990 -17.78181 10.04046 21.00164 -19.32056 -11.76646 -19.53499 -20.66075 -15.67687 -11.91087 -14.26377 12.23397 0.101571 -16.62593 -19.22682 -22.55112 -15.05266 -11.24317 -6.275266 0.793103 8.570534 -9.462950 60.12693 54.98768 55.62105 42.52465 51.96511 58.28701 0.985187 1.846585
Sumber: Data diolah dengan Eviews commit to user
t-statistik 12.76591 4.359819 1.056289 5.270441 -0.734502 1.061873
Probabilitas 0.0000 0.0000 0.2934 0.0000 0.4644 0.2909
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil regresi di dapatkan nilai intersep setiap Kabupaten/Kota yang beragam, hal ini menggambarkan adanya pengaruh dari perbedaan karakteristik setiap daerah terhadap tingkat urbanisasi. Daerah yang memiliki nilai intersep positif adalah Banyumas (1.529827), Klaten (10.04046), Sukoharjo (21.00164), Kudus (12.23397), Jepara (0.101571), Pemalang (0.793103), Tegal (8.570534), Kota magelang (60.12693), Kota Surakarta (54.98768), Kota Salatiga (55.62105), Kota Semarang (42.52465), Kota Pekalongan (51.96511), dan Kota Tegal (58.28701). Sedangkan daerah yang memiliki nilai intersep negatif adalah Cilacap (28.60006), Purbalingga (-19.70904), Banjarnegara (-24.94214), Kebumen (-17.04613), Purworejo (-14.78771), Wonosobo (-22.79456), Kab. Magelang (-18.54990), Boyolali (-17.78181), Wonogiri (-19.32056), Karanganyar (-11.76646), Sragen (-19.53499), Grobogan (-20.66075), Blora (-15.67687), Rembang (-11.91087), Pati (-14.26377), Demak (16.62593), Kab. Semarang (-19.22682), Temanggung (-22.55112), Kendal (-15.05266), Batang (-11.24317), Pekalongan (-6.275266), dan Brebes (9.462950). Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang memiliki tingkat urbanisasi terbesar adalah Kota Magelang dan daerah yang memiliki tingkat urbanisasi terkecil adalah Kabupaten Cilacap. Dalam menentukan pendekatan mana yang dipilih antara metode OLS atau Fixed effect dalam estimasi data panel maka digunakan Restricted F test, dimana hipotesisnya: Ho: Metode OLS
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ha: Metode Fixed effect 2 ( RUR - RR2 ) / m F= 2 (1 - RUR )/ n- k
F=
(0,985187 - 0,194501) / 6 (1 - 0.985187 ) / 140 - 40
F=
0,131781 0,0001481
Fhit = 889,81094 Dengan F-tabel (5%) = 2,2811 Maka
F-hit
> F-tabel
889,81094 > 2,2811 ; Tolak Ho. Nilai F hitung signifikan (F hitung > F tabel), maka estimasi dengan metode fixed effect lebih baik dibanding dengan metode OLS. Bagaimanapun, hasil tersebut belum dapat memberikan akhir atas metode pengolahan data. Maka perlu dilihat hasil yang ada dari metode lain yaitu pengujian antara fixed effect dan random effect. 1.2 Metode Fixed Effect (FEM) vs Metode Random Effect (REM) Metode Random Effect disebut juga dengan pendekatan regresi data panel dengan pendekatan autokorelasi dengan mengasumsikan terdapat korelasi antar observasi baik runtun waktu maupun lintas sektoral. Berikut merupakan hasil dari estimasi dengan menggunakan metode Random Effect. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Random Effect Variabel
Koefisien
C IND PP DM IND*D PP*D Random Effects CLCP--C BNYMS--C PRBLNG--C BNJRNGR--C KBMN--C PRWRJ--C WNSB--C MGLNG--C BYL--C KLA--C SKHRJ--C WNGR--C KRA--C SRGN--C GRBGN--C BLR--C RMBNG--C PATI--C KDS--C JPR--C DMK--C SMRNG--C TMNGGNG--C KNDL--C BTNG--C PKLNGN--C PMLNG--C TGAL--C BRBS--C KOTAMGL--C KOTASKA--C KOTASALA--C KOTASMRG--C KOTAPKL--C KOTATGL--C R2 DW-Statistik
26.34450 0.396776 0.128573 8.479924 -0.042338 0.373193
Standar Eror 4.915456 0.083222 0.110011 1.607101 0.052798 0.368757
-29.30812 1.679456 -19.33868 -24.64943 -16.57873 -14.39334 -22.37195 -18.39754 -17.65564 9.938407 20.73422 -18.80273 -12.05328 -19.26323 -20.11536 -15.21794 -11.43053 -14.03570 11.29340 0.133983 -16.24670 -19.45707 -22.35959 -15.36169 -11.28805 -6.364749 0.888488 8.538422 -9.098121 59.79320 54.35619 55.23650 41.94064 51.38871 57.86658 0.606360 1.373995
Sumber: Data diolah dengan Eviews commit to user
t-statistik 5.359524 4.767713 1.168728 5.276536 -0.801890 1.012029
Probabilitas 0.0000 0.0000 0.2446 0.0000 0.4240 0.3133
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil estimasi diatas nilai R2 memperlihatkan angka yang rendah yaitu sebesar 60,63% dan nilai DW-statistik sebesar 1.373995 memberikan angka yang jauh dari kisaran range angka 2. Hal ini membuktikan bahwa model fixed effet lebih tepat dibandingkan dengan random effect. Model efek random hanya dapat digunakan jika jumlah individu lebih besar dibandingkan jumlah koefisien termasuk intercept: a.
Apabila data individu lebih banyak dibandingkan data runtun waktu maka diasumsikan untuk memilih model Random Effect.
b. Apabila data runtun waktu lebih banyak dibandingkan data runtun waktu maka uji Fixed Effect yang lebih tepat digunakan. Namun, saran-saran pemilihan metode fixed effect ataupun metode random effect secara teoritis dan berdasarkan sampel bukanlah sesuatu yang mutlak. Akan lebih baik melihat pada uji formal statistik dan pemilihan berdasarkan model mana yang paling baik nilai statistiknya (Nachrowi, 2007). SE untuk mengukur tingkat ketelitian pemerkira. Makin kecil SE suatu pemerkira, maka makin teliti pemerkira tersebut makin dekat dengan parameter yang akan diperkirakan. Dari ketiga model tersebut yang memiliki nilai SE terkecil adalah Metode Fixed Effect. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Metode Fixed Effect adalah yang paling tepat.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Estimasi Ordinary Least Square Variabel
Fixed Effect
Random Effect
Koefisien
SE
t hitung
Koefisien
SE
t hitung
Koefisien
SE
t hitung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
C
12.209
6.8044
26.987
2.1140
12.765
26.344
4.9154
5.3595
1.7943
Ind
0.9198
0.2469
3.7249
0.3706
0.0850
4.3598
0.3967
0.0832
4.7677
PP
1.1664
0.6084
0.1163
0.1101
1.0562
0.1285
0.1100
1.1687
1.9170
Dm
13.348
9.9543
8.4724
1.6075
5.2704
8.4799
1.6071
5.2765
1.3409
Ind*D
-0.2081
0.3277
-0.0388
0.0528
-0.7345
-0.0423
0.0527
-0.8018
-0.6349
PP*D
-1.3541
2.0826
0.3919
0.3691
1.0618
0.3731
0.3687
1.0120
-0.6501
R2
0.194501
SE
26.75719
1.794365
0.606360
3.724929
4.235944
Catatan: α = 5% 2. Uji Statistik a. Uji t (t-test) Pengujian t-statistik dilakukan dengan cara membandingkan antara thitung dengan t-tabel. (Gujarati, 2003). t-tabel
= { α ; df ( n-k ) }
t- hitung =
bi Se (b i )
Keterangan : α = Level of significance, atau probabilitas menolak hipotesis yang benar. n = Jumlah sampel yang diteliti. K = Jumlah variabel independen termasuk konstanta. Se = Standar error. Kriteria pengujian:
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Berarti variable independen secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
-
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berarti variable independen secara individu berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variable dependen. Uji t statistik yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test),
dengan tingkat signifikansi α = 5%.
Daerah penerimaan
Daerah penolakan
1,656 Gambar 4.1 Kurva Distribusi t Sumber: Gujarati (2003)
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect Variab el
Koefisien
t hitung
t tabel (α = 5%)
Keterangan
Ind
0.370620
4.359819
1,656
Signifikan
PP
0.116359
1.056289
1,656
Tidak Signifikan
Dm
8.472498
5.270441
1,656
Signifikan
Ind*D
-0.038808
-0.734502
1,656
Tidak Signifikan
PP*D
0.391943
1.061873 commit to 1,656 user
Tidak Signifikan
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
1. Uji parameter terhadap Industrialisasi (Ind) Hipotesis: a. Ho: β1 = 0, artinya variabel Industrialisasi secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. b. Ha: β1 ≠ 0, artinya variabel Industrialisasi secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656 t hitung = 4,359819 Koefisien regresi dari variabel Industrialisasi (Ind) mempunyai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain secara individu variabel Industrialisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah. 2. Uji parameter terhadap Pertumbuhan Penduduk (PP) Hipotesis: a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656 t hitung = 1,056289 Koefisien regresi dari variabel Pertumbuhan Penduduk (PP) mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain secara individu variabel Pertumbuhan Penduduk commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah. 3. Uji parameter terhadap variable dummy waktu (Dm) Hipotesis: a. Ho: β3 = 0, artinya variabel dummy secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. b. Ha: β3 ≠ 0, artinya variabel dummy secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656 t hitung = 5,270441 Koefisien regresi dari variabel dummy (Dm) mempunyai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain secara individu variabel dummy efek waktu
berpengaruh signifikan
terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah. 4. Uji parameter terhadap Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D) Hipotesis: a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656 t hitung = |-0,734502| Koefisien regresi dari variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D) mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain secara individu variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D) tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah. 5. Uji parameter terhadap Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi dengan waktu (PP*D) Hipotesis: a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi dengan waktu secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi dengan waktu secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi. t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656 t hitung = 1,061873 Koefisien regresi dari variabel Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi (PP*D) mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain secara individu variabel Pertumbuhan
Penduduk yang commit to user
berinteraksi
(PP*D)
tidak
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah. b. Uji F Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian F-statistik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. (Damodar Gujarati, 2003) R 2 /(k - 1) F-hitung = (1 - R 2 ) /(n - k )
F-tabel = ( α : k-1, n-k ) Hipotesis: a. Ho : β1= β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel independen. b. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara berpengaruh terhadap variabel independen.
Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut :
Daerah peneimaan
Daerah penolakan
2,2811 Gambar 4.2 Kurva Distribusi F Sumber: Gujarati (2003) commit to user
keseluruhan
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil perhitungan yang didapat F hitung = 170,5396, sedangkan F tabel = 2,2811 (α = 0,05 ; 5 ; 134), sehingga F-hitung > F-tabel (170,5396 > 2,2811). Perbandingan
antara F-hitung dengan
F-tabel yang
menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menandakan bahwa variabel Industrialisasi (Ind), variable Pertumbuhan Penduduk (PP), dan variable dummy waktu (Dm), variabel industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D), variabel pertumbuhan penduduk yang berinteraksi dengan waktu (PP*D) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi (Urb) di Jawa Tengah. c. Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit) Uji Goodness Of Fit dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variable
terikat
(dependen). Berdasarkan hasil estimasi didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,985187 yang menunjukkan bahwa variable independen yaitu Industrialisasi (Ind), Pertumbuhan Penduduk (PP), dan variable dummy waktu (Dm) berpengaruh terhadap variable dependen yaitu Tingkat Urbanisasi sebesar 98,52% dan sisanya 1,38% dipengaruhi oleh variable lain diluar model. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah hubungan yang terjadi diantara variabelvariabel independen atau variabel independen yang satu fungsi dari commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel independen yang lain. Pengujian terhadap gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien determinasi parsial (r2) dengan koefisien determinasi majemuk (R2), jika r2 lebih kecil dari R2 maka tidak ada multikolinieritas. Biasanya multikolinearitas terjadi pada estimasi yang menggunakan data runtut waktu, sehingga dengan mengkombinasikan data yang ada dengan data lintas sektoral mengakibatkan masalah multikolinearitas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, jadi sebenarnya secara teknis sudaha dapat dikatakan masalah multikolinearitas sudah tidak ada. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji Kleins. Tabel 4. 9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas) Variabel
r2
Ind dengan PP, Dm, Ind*D, PP*D 0.912758 PP dengan Ind, Dm, Ind*D, PP*D 0.314733 Dm dengan Ind, PP, Ind*D, PP*D 0.804947 Ind*D dengan Ind, PP, Dm, PP*D 0.855791 PP*D dengan Ind, PP, Dm, Ind*D 0.462891 Sumber: Hasil olahan Eviews
R2 0,985187 0,985187 0,985187 0,985187 0,985187
keterangan Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas Tidak ada multikolinearitas
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari semua hasil uji multikolinearitas nilai R2 > r2 sehingga dapat dikatakan dalam analisa ini tidak terdapat masalah multikolinearitas.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Heteroskedastisitas Masalah
besar yang dijumpai data panel adalah
masalah
heteroskedastisitas yang bersumber dari variasi data lintas sektoral yang digunakan. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang tersedia dari program eviews dengan menggunakan White Heteroskedasticity – Consistent Covariance. Dengan tingginya nilai R2 berarti variasi dari model dependen (Tingkat Urbanisasi) dapat dijelaskan oleh variable independen (Industrialisasi, Pertumbuhan Penduduk, dan Dummy waktu) sebesar 98,49% mengindikasikan bahwa variable independen yang diuji ini cukup baik dalam menjelaskan variable dependennya. c. Uji Autokorelasi Permodelan dengan panel data dengan menggunakan metode fixed effect adalah satu permodelan yang tidak membutuhkan pemodelan asumsi klasik terbebasnya model dari serial autokorelasi, maka uji asumsi klasik tentang autokorelasi dapat diabaikan (Nachrowi, 2007). Dari hasil estimasi diperoleh DW statistik sebesar 1,85, dengan n = 140, k=5, level signifikan α=5% maka nilai dl = 1,65 dan du = 1,8 sehingga (4-dl) = 2,39 dan (4-du) = 2,23.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Autokorel
Daerah
Tidak
ada Daerah
asi positif
keragu-
autokorelasi
raguan 0
1,65
Autokorelasi
Keragu-
negatif
raguan 1,8
2,2
2,35
4
Gambar 4.3 Statistik d Durbin Watson Sumber: Gujarati (2003) Ternyata nilai Dw statistik sebesar 1,85 terletak di daerah penerimaan Ho. Hal ini berarti model yang diestimasi terbebas dari autokorelasi 4. Interpretasi Hasil Berdasarkan pada pengujian statistik dan ekonometrik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi data panel model fixed effect yang dilakukan cukup baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan probabilitas F statistik yang signifikan pada α=5%. Dalam Tabel 4.10 dijelaskan model 1 merupakan mean model atau model inti yaitu berupa pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi. Model 2 merupakan variable model atau model inti ditambah dengan variabel waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy. Model 3 merupakan interaction model yaitu model inti ditambah variabel dummy dan variabel interaksi. Model yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Industrialisasi, Pertumbuhan Penduduk, dummy waktu, serta interaksi waktu terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah tahun 19902005 adalah model 3.
commit to user
72
Tabel 4.10 Hasil Estimasi Variabel Dependen: Tingkat Urbanisasi (Urb) model 1
model 2
model 3
parameter koef
SE
T
Prob
koef
SE
t
Prob
koef
SE
t
Prob
Ind
0.67325
0.094485 7.125443 0.0000 0.346075 0.074267 4.659895 0.0000
0.37062
0.085008
4.359819
0.0000
PP
0.142574 0.150519 0.947214 0.3457 0.141389 0.106617 1.326136 0.1878
0.116359
0.110158
1.056289
0.2934
8.472498
1.60755
5.270441
0.0000
Ind*D
-0.038808
0.052835
-0.734502
0.4644
PP*D
0.391943
0.369106
1.061873
0.2909
26.98735
2.114017
12.76591
0.0000
Dm
8.002525
0.78741
10.16309 0.0000
Konstanta 22.97791 2.552572 9.001865 0.0000 27.53177 1.862761 14.78009 0.0000 Uji F
91.52281
180.2749
170.5396
R2
0.969686
0.984938
0.985187
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Urb= β 0 + β 1Indit + β 2 PPit + β 3 Dm + β 4 Ind*Dit + β 5 PP*Dit + εit Urb = 26.98735 + 0,370620 Ind + 0,116359 PP + 8,472498 Dm – 0,038808 Ind*D + 0.391943 PP*D a. Nilai Intersep Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Dari hasil regresi di dapatkan nilai intersep setiap daerah yang beragam, hal ini menggambarkan adanya pengaruh dari perbedaan karakteristik setiap daerah terhadap tingkat urbanisasi. Daerah yang memiliki nilai intersep positif berarti daerah tersebut memiliki tingkat urbanisasi yang positif pula dan daerah yang memiliki nilai intersep negative berarti daerah tersebut mempunyai tingkat urbanisasi yang cenderung menurun. Dari ke-35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang memiliki nilai intersep terbesar adalah Kota Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Magelang adalah Kota yang mempunyai tingkat urbanisasi tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Tengah. Sedangkan daerah yang memiliki nilai intersep paling kecil adalah Kabupaten Cilacap. Hal ini berarti menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap mempunyai tingkat urbanisasi paling kecil di Provinsi Jawa Tengah. b. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Proses Urbanisasi Meningkatnya industrialisasi sangat berperan dalam melesatnya proses urbanisasi di Jawa Tengah. Secara teori apabila industrialisasi meningkat, maka tingkat urbanisasi pun akan meningkat. Hal ini pula yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil uji statistik, industrialisasi commit to user menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
di Jawa Tengah. Nilai koefisien Industrialisasi sebesar 0,346075 yang berarti apabila jumlah industrialisasi meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat urbanisasi sebesar 0,370620% dan bila industrialisasi menurun sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat urbanisasi sebesar 0,370620%. Di daerah yang memiliki struktur perekonomian dominan di sector sekunder (industri) maka tingkat urbanisasi di daerah tersebut pun akan tinggi. Sebaliknya apabila struktur perekonomian suatu daerah dominan di sector pertanian maka tingkat urbanisasinya akan semakin kecil. Karena kegiatan industri adalah sektor menjanjikan yang banyak diminati sebagai lapangan usaha mampu memberikan tingkat pendapatan yang tinggi, sehingga orang berbondong-bondong akan mendatangi daerah tersebut. Dengan bertambahnya penghuni di daerah industri tersebut membuat daerah terssebut otomatis berubah menjadi kota. Banyaknya penduduk yang tinggal di daerah perkotaan inilah yang dapat meningkatkan urbanisasi. c. Pengaruh Perumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi Dari hasil estimasi menunjukkan koefisien pertumbuhan penduduk sebesar 0,116359 yang berarti apabila pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan 1% maka tingkat urbanisasi pun akan mengalami kenaikan sebesar 0,116359% dan bila pertumbuhan penduduk turun sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat urbanisasi sebesar 0,116359%. Meskipun berpengaruh positif, namun pertumbuhan penduduk terbukti tidak signifikan pada tingkat signifikansi α=5% karena menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,2934. Artinya walaupun peningkatan pertumbuhan penduduk juga berdampak pada commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat urbanisasi tetapi kenaikan tersebut tidak membawa perubahan yang berarti terhadap tingkat urbanisasi. Hal ini dapat terjadi sebab yang mempengaruhi tingkat urbanisasi suatu daerah adalah jumlah penduduk di daerah perkotaanya, bukan pada pertumbuhan penduduk daerah tersebut. d. Pengaruh
waktu
sebagai
variabel
interaksi dalam
hubungan
antara
industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi Berdasarkan hasil estimasi, hasil panelitian ini menunjukkan bahwa variable waktu sebagai variable interaksi tidak dapat mempengaruhi hubungan industrialisasi dengan proses urbanisasi, dan perumbuhan penduduk dengan proses urbanisasi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan masing-masing variable. Variable interaksi antara indusrialisasi dengan waku mempunyai tingkat signifikansi 0,46 dengan t hitung -0.734502. Sedangkan koefisien interaksi pertumbuhan penduduk dengan waktu menunjukkan angka yang positif dan tidak signifikan pada 0,2909. Jadi dapat disimpulkan bahwa variable waktu tidak dapat mempengaruhi hubungan antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat urbanisasi pada periode sesudah krisis. e. Pengaruh variabel dummy waktu terhadap proses urbanisasi Variabel dummy waktu menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi pada tingkat signifikansi α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa krisis moneter 1997 memberikan pengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan mengenai industrialisasi, pertumbuhan penduduk, dan waktu terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah tahun 1990-2005, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel Industrialisasi berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 pada derajat keyakinan 5%. Koefisien sebesar 0,346075 menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara industrialisai dengan proses urbanisasi. Peningkatan
industrialisasi akan
meningkatkan
derajat
urbanisasi sebesar dan penurunan industrialisasi akan menurunkan derajat urbanisasi di Jawa Tengah. Jadi hipotesis pertama yaitu industrialisai berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah terbukti. 2. Variabel pertumbuhan penduduk terbukti tidak signifikan terhadap proses urbanisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,1878 lebih besar dari derajat keyakinan sebesar 0,05. Koefisien pertumbuhan penduduk sebesar 0,141389 ini berarti ada pengaruh yang positif antara pertumbuhan penduduk dengan proses urbanisasi di Jawa Tengah. Hal ini berarti
tidak sesuai hipotesis
kedua yang menyebutkan
commit to user
76
bahwa
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi. 3. Varibel dummy waktu berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000 pada derajat signifikansi 5%. Koefisien variabel waktu sebesar 8,002525 menunjukkan bahawa variabel waktu memberikan pengaruh yang positif terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. 4. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk. Hal ini dilihat dari nilai koefisien masing-masing variabel dan dari tingkat signifikansi masing-masing variabel. 5. Variabel interaksi antara waktu dengan industrialisasi dan waktu dengan pertumbuhan penduduk terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi di jawa tengah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan masing-masing variable yang diatas 0,05. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk sebelum dan sesudah krisis.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
1. Perlunya pemahaman konsep urbanisasi bagi para pelaksana kebijakan. Urbanisasi tidak hanya dipandang sebagai proses perpindahan penduduk, melainkan sebagai indikator pembangunan di suatu wilayah. 2. Dengan adanya pengaruh yang positif antara industrialisasi dan tingkat urbanisasi, diharapkan pemerintah setempat dapat memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan, sehingga dorongan masyarakat untuk pindah ke daerah perkotaan menurun. Pengembangan industri skala kecil dan menengah serta industri kerajinan yang mempunyai kaitan langsung dengan sektor pertanian pedesaan merupakan usaha alternatif pemecahaan masalah kesempatan kerja di pedesaan dan juga sekaligus di perkotaan. 3. Dengan terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau yang tidak terkendali, akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri, seperti terlalu padatnya kawasan perkotaan, mahalnya biaya sewa lahan di pusat kota, layanan sistem transportasi yang memburuk, tingkat upah yang terus menurun akibat meingkatnya persaingan dan lain sebagainya. Karena itu diperlukan suatu pengaturan secara langsung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani laju urbanisasi. 4. Urbanisasi menyebabkan penggunaan lahan di daerah perkotaan semakin meningkat sehingga menimbulkan dampak pada tingkat kepadatan penduduk. Tingginya kepadatan penduduk dengan ketersediaan lahan ini menyebabkan munculnya kawasan-kawasan kumuh di daerah perkotaan. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melihat keadaan ini maka pemerintah perlu mengembangkan kawasan alternatif yang terencana yang dapat dijadikan kawasan penyangga pemukiman. Kawasan alternatif tersebut layaknya direncanakan dan dikembangkan pada suatu lahan yang dilengkapi dengan infrastruktur memadai untuk membantu pengembangan wilayah sehingga dapat mengurangi beban kota induk.
commit to user