PENGARUH IDEOLOGI YAHUDI TENTANG YERUSALEM TERHADAP GERAKAN POLITIKNYA
Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Kajian Pemikiran Islam Oleh: Mulawarman Hannase Nim: 082.001.0201.0036 Pembimbing:
Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F. MA.
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Mulawarman Hannase
NIM
: 082. 001. 0201. 0036
Program Studi
: Pemikiran Islam
Dengan penuh kesadaran, menyatakan bahwa disertasi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri, kecuali yang saya sebutkan sumbernya. Jika di kemudian hari terbukti terdapat kesalahan dan kekeliruan, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 15 Oktober 2010 Penyusun
Mulawarman Hannase NIM: 082. 001. 0201. 0036
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul : “Pengaruh Ideologi Yahudi tentang Jerusalem terhadap Gerakan Politiknya”, yang ditulis oleh: Nama
: Mulawarman Hannase
NIM
: 082. 001. 0201. 0036
Program Studi
: Pemikiran Islam
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah kami setujui untuk dibawa ke dalam ujian tesis/munaqasyah.
Jakarta, 15 Oktober 2010 Pembimbing
Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F. MA.
ABSTRAK Kesimpulan besar Tesis dengan judul “Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya” menujukkan bahwa ideologi yang dibangun atas doktrin-doktrin agama akan berpengaruh pada gerakan-gerakan politik yang cenderung radikal. Komunitas akademik mempunyai beranekaragam persepsi tentang pengaruh ideologi keagamaan terhadap gerakan-gerakan politik. Frithjof Schoun (1907 M) dalam bukunya The Transcendent Unity of Religion, melihat bahwa ideologi keagamaan adalah ide-ide yang dibangun atas pemahaman dogmatis, memiliki cara pandang yang ekslusif dan bisa melahirkan gerakan radikal karena cenderung menolak kebenaran konsep-konsep lain. Oleh karenanya, agama harus dilihat sebagai sebuah kebenaran yang bersifat universal. Frans Magnis Suseno (1936 M) dalam bukunya Filsafat Sebagai Ilmu Kritis memandang bahwa ideologi yang bersifat doktriner pada akhirnya akan sangat menentukan munculnya pandangan hidup yang tidak toleran. Ian Adams (1937 M) dalam bukunya Political Ideology Today, memandang bahwa ideologi adalah doktrin yang membimbing tindakan politik, memiliki tujuan yang wajib diperjuangkan dan dicapai dengan berbagai macam cara dalam konteks kehidupan agama, social dan masyarakat. Delia Noer (1926 M) dalam bukunya Islam dan Politik berpandangan bahwa ideologi sangat berpengaruh terhadap budaya dan politik, sehingga doktrin yang bersifat teologis berpengaruh terhadap gerakan politik yang ekstrim. Hal ini bisa dilihat dalam proses terbentuknya Negara Israel dan konflik Pakistan. Penelitian ini berbeda dengan pandangan Roger Garaudy (1913 M) dalam karyanya The Case of Israel, A Study of Political Zionism yang menyimpulkan bahwa ideologi agama tidak berpengaruh pada gerakan politik yang radikal, dalam masalah Zionism, ia sepenuhnya lahir atas kepentingan politik penguasa benua Eropa, bukan pengaruh keagamaan Yahudi. Karl Marx (1818 M) dalam karyanya Das Capital terkenal dengan pernyataannya bahwa agama adalah candu, bahkan lebih dari itu, agama dianggap sebagai akar segala konflik.
Penelitian ini tergolong pada menelitian pustaka dan sepenuhnya bersifat kepustakaan (library research) yang menggunakan sumber kepustakaan untuk membahas problematika yang telah dirumuskan. Di samping itu, penelitian ini juga menghasilkan data deskriptif. Oleh karena itu, penelitian ini juga bersifat kualitatif. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks-teks Perjanjian Lama untuk mengungkap ideologi Yahudi tentang Jerusalem, yang didapatkan dalam Kitab Perjanjian Lama, buku-buku, makalah, artikel dan dokumentasi.
ABSTRACT Main conclusion of this Thesis “Jewish Ideology of Jerusalem and Their Political Movements” suggests that ideology is constructed on the religious doctrines will influence the political movements that radical. Academic community has diverse perceptions about the influence of religious ideology in political movements. This study supports the idea of Frithjof Schoun (1907 M) in his book The Transcendent Unity of Religion, said that religious ideologies are ideas that are constructed on a dogmatic understanding, that the dogmatic viewpoint on an exclusive, could give birth to radical thought because they tend to reject the truth of other concepts, therefore, the dogma must be seen in the core truths are universal. Frans Magnis Suseno (1936 M) in his book Filsafat Sebagai Ilmu Kritis considers that the character of doctrinaire ideology will ultimately determine the emergence of a less tolerant view of life. Ian Adams (1937 M) in his book Political Ideology Today view that the ideology is the doctrine that guides political action, has a goal that must be fought for and reached in various ways in the context of religious and social communities. Delia Noer (1926 M) in his work Islam dan Politik holds that ideology is very influential on culture and politics, so the doctrine is theological influence on the political extreme, it can be seen in the process of formation of the state of Israel and Pakistan conflict. This study differ with the view of Roger Garaudy (1913 M) in his work The Case of Israel, A Study of Political Zionism, which concluded that religious ideology has no effect on the radical political movements, and the problem of Zionism, he was fully born of the political interests of ruling the continent of Europe, not the Jewish religious influence. Karl Marx (1818 M) in his famous Das Capital with a statement that religion is the opiate, even more than that religion is considered the root of all conflicts.
This research belong to literature one which is fully a kind of library research where it uses the sources of literature to discuss about the formulated problem. Besides, it also a sort of qualitative research because it will produce a descriptive data. Primary sources used in this study is the Old Testament texts to reveal the Jewish ideology of Jerusalem, who found in books, papers, articles and documentation.
الملخص أن اإلستنتاج الرئيسي من ھذه الرسالة “العقيدة اليھودية من القدس وتحركاتھم السياسية" تشير إلى أن اإليديولوجية التي تبني علي العقائد الدينية سوف تؤثر على الحركات السياسية المتطرفة . للمجتمع األكاديمي تصورات متنوعة حول تأثير الفكر الديني في الحركات السياسية .وتدعم ھذه الدراسة فكرة )Frithjof Schoun (1907 M في كتابه " The Transcendent Unity of Religion,حيث يري أن االيديولوجيات الدينية ھي أفكار شيدت على المفاھيم العقائدي بمنظورھا الحصري ،يمكن أن تلد منھا الفكر المتطرف ألنھا تميل إلى رفض حقيقة المفاھيم األخرى ،ولذلك فإن العقيدة يجب أن ينظر في حقائقھا األساسية اال وھي الشمولية Frans Magnis Suseno (1936 M) .في كتابه Filsafat Sebagai Ilmu Kritisيرى أن االيديولوجية ذات طابع عقائدي سوف يحدد في نھاية المطاف ظھور وجھة نظر أقل تسامحا في الحياة Ian Adams . ) (1937 Mفي كتابه Political Ideology Todayيقول أن االيديولوجية ھي الفكر الذي يوجه العمل السياسي ،لديھا ھدف يحتاج الي الجھود بطرق مختلفة من أجل تحقيقھا في سياق المجتمعات الدينية واالجتماعية Delia . ) Noer (1926 Mفي كتابه Islam dan Politikيذھب الى أن األيديولوجية ھي مؤثرة جدا في الثقافة والسياسة ،و أن العقائد الدينية مؤثرة كذااك على السياسية المتطرفة .ويمكن أن يرى ھذه الظاھرة في عملية تشكيل دولة اسرائيل والصراعات التي تجري بباكستان . ھذه الدراسة تختلف مع وجھة نظر) Roger Garaudy (1913 Mفي مؤلفته The Case of Israel, A Study of Political Zionism,الذي ذھب إلى أن الفكر الديني ليس له أي تأثير على الحركات السياسية الراديكالية ، وأن مشكلة الصھيونية ،انھا تولدت من المصالح السياسية التي تحكم قارة أوروبا ،ال تأثير الدينية اليھودية Karl Marx (1818 M) .في كتابه المشھور Das Capitalمع مقولته أن الدين ھو األفيونية ،بل أشد من ذلك ويعتبر الدين جذر جميع الصراعات.
ويسمي ھذا البحث ببحث تأليفي ،ألنه يستعمل المصادر من الكتب والتأليفات لبحث المسائل التي رتب فيه .وعند ذالك سيحصل ھذا البحث المعطيات الوصفيات .ويقال لھذا البحث بحث تحليلي وصفي . أما المصادر األولية المستخدمة في ھذه الدراسة ھو نصوص العھد القديم للكشف عن الفكر اليھودي من القدس ،الذين وجدوا في الكتب والصحف والمقاالت والوثائق.
KATA PENGANTAR Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa menambahkan kebaikan bagi hambanya yang pandai bersyukur. Selawat dan salam tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, nabi yang tiada henti-hentinya menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ilmu, menuntut ilmu tanpa mengenal batas ruang dan waktu, karena dengan ilmu manusia akan menjadi mulia dihadapan Allah SWT dan menjadi makhluk yang unggul di dunia ini. Peertama-tama, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Azumardi Azra, MA. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menetapkan berbagai kebijakan secara institusional selama penulis menempuh perkuliahan jenjang strata dua (S2). Terimah juga penulis sampaikan kepada segenap dosen yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak ternilai kepada penulis. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan penuh rasa hormat penulis sampaikan kepada ayahanda Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F. MA. yang banyak memberikan bimbingan, nasehat dan masukan-masukan intelektual yang mencerahkan, sejak mulainya penulisan tesis ini sampai penulis merampungkannya. Penulis merasa tiada kata yang wajib disampaikan kecuali ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengorbanan waktu dan tenaganya untuk melayani penulis dalam proses pembimbingan. Penulis juga tidak luput mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru kami Prof. Dr. Suwito, MA., Dr. Fuad Jabali, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA. yang telah dengan tulus mengarahkan dan memberi masukan kepada
kami mulai dari pencarian ide penulisan, seminar proposal, work in progress (WIP), sampai pada ujian tesis. Berkat ketulusan dan keikhlasannyalah aktivitas intelektual di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah bisa menjadi lebih progressif. Secara tulus penulis akan selalu mengingat perhatian dan bantuan yang tak ternilai dari kakanda Suwardi Annas, M.Si. Phd. dengan isteri Dwi Kesuma Sari, Phd., kakanda Juwita, Sag. dan Hadrawi Rahman, Sag., serta semua saudara-saudari penulis yang dengan tulus membantu dan mendoakan penulis sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Begitu pula kepada tante Masirah, Sag. dan Paman H. Palompengi serta semua keluarga penulis yang tidak bisa disebutkan satu-satu, doa penulis selalu tercurah semoga Allah SWT memberikan keselamatan, kesehatan dan kehidupan yang lebih baik kepada mereka. Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya penulis curahkan kepada bunda Prof. Dr. Syamsiah Badruddin, M.si dan bapak Prof. Dr. Paisal Halim atas bantuan dan perhatiannya baik moril maupun materil kepada penulis, hanya Allah SWT yang bisa membalas segala kebaikan dan keiklasan beliau. Kepada teman-teman seperjuangan di Sekolah Pascasarjana UIN; kanda Arham Basid, LC., kanda Hamzah Hasan, MA., kanda Rusydi Arif, LC., Jamaluddin Djunaid, LC., dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, begitu pula kepada teman-teman di Asrama Wajo; Wiwin Selle, Mukhlis, Muhaimin, Takbir Wata, Firman dan semua warga Asrama yang tidak bisa disebutkan semuanya, terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis menempuh perkulyahan. Terakhir, dari relung hati yang paling dalam, sembah sujud dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis persembahkan kepada ayahanda tercinta H. Hannnase Abbas dan Ibunda tercinta H. Tako binti Sude, yang tiada henti-hentinya memanjatkan doa dengan tulus dan ikhlas kehadirat ilahi rabbi untuk anaknya agar menjadi anak shaleh dan berguna. Semoga Allah SWT senantiasa membimbingnya ke jalan yang benar,
mengampuni segala dosa-dosanya dan bahagia di sisa-sisa kehidupannya, merahmati keduanya sebagaimana beliau memelihara penulis waktu kecil. Kepada semua pihak yang membantu dan memberikan perhatian kepada penulis selama menempuh proses belajar program Magister Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak bisa disebutkan satu-satu, penulis ucapkan banyak terima kasih, hanya Allah yang bisa membalasnya dengan segala kebaikan, a>mi>n ya> rabb al-‘a>lami>n.
TTD
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak Kata Pengantar Pedoman Transliterasi Daftar Isi
i vii x xi
BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Rumusan dan Batasan Masalah Kajian Terdahulu yang Relevan Tujuan dan Kegunaan Penelitian Metodologi Penelitian 1. Jenis Data 2. Teknik Analisis Data dan Pendekatan yang Digunakan 3. Sumber Data G. Sistematika Penulisan
1 1 16 17 17 20 21
BAB II : DISKURSUS TENTANG IDEOLOGI A. Makna dan Fungsi Ideologi B. Ideologi dalam Pandangan Filsuf C. Pengaruh Ideologi (Agama) dalam Politik BAB III : TINJAUAN HISTORIS KOTA JERUSALEM
21 21 23 24 26 26 31 36 53
A. Background Sejarah Jerusalem (4500-1500 SM.) 53 B. Bani Israel Memasuki Jerusalem (1500-800 SM.) 64 C. Ekspansi Bangsa-Bangsa Asing terhadap Jerusalem (800-150 SM.) 67 D. Jerusalem di Era Terpecahnya Bangsa Yahudi (150 SM.-600 M) 70 E. Jerusalem pada Masa Awal Islam (600-650 M) 72 F. Jerusalem pada Periode Khilafah Islam (650-1000 M) 75 G. Jerusalem dan Penaklukan Pasukan Salib (1099-1244 M) 76 H. Jerusalem pada Masa S{ala>h}uddi>n al-Ayyu>bi>
(1099-1244) I. Jerusalem pada Periode Mamluk dan Turki Usmani (1250-1917 M) BAB IV : DOKTRIN YAHUDI, ISLAM DAN KRISTEN TENTANG JERUSALEM
79 80
83
A. Doktrin Yahudi atas Jerusalem B. Doktrin Kristen Protestan atas Jerusalem C. Doktrin Islam atas Jerusaalem
84 109 124
BAB IV : GERAKAN POLITIK YAHUDI UNTUK KEMBALI KE JERUSALEM
133
A. Gerakan Politik Zionis untuk Jerusalem B. Negara Israel Versus Arab dan Palestina
133 166
BAB V : PENUTUP
194
A. Kesimpulan B. Saran-saran
195 198
DAFTAR PUSTAKA
200
BAB I
Pendahuluan “Saya terpaksa menerima fakta bahwa Jerusalem sangat penting bagi orang Yahudi dan juga Islam. Ketika saya melihat orang-orang Yahudi berjubah panjang atau tentara-tentara Israel yang perkasa mencium batu di Tembok Barat atau menyaksikan kerumunan keluarga Muslim di jalan-jalan dalam pakaian terbaik mereka untuk shalat Jumat di Haram al-Sharif, untuk pertama kalinya saya menjadi sadar mengenai tantangan pluralise agama. Orang dapat melihat simbol yang sama dalam cara-cara yang sangat berbeda. Tidak diragukan lagi ada kedekatan batin antara orang-orang ini dengan kota suci mereka.” (Karen Armstrong) Tulisan ini mengkaji diskursus tentang pandangan ideologis Yahudi terhadap Jerusalem dan gerakan-gerakan politiknya sampai mampu mendirikan negara Israel pada tahun 1948 M.1 Persoalan 1
Pada bulan April tahun 1948 M., Inggeris meminta kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan instruksi khusus terhadap pembentukan pemerintahan baru di Palestina. Atas permintaan Inggeris tersebut, PBB membentuk tim khusus yang melakukan kunjungan ke Palestina pada tanggal 1 September tahun 1948 M. Dalam kunjungannya, tim tersebut merekomendasikan dibentuknya sebuah negara yang independen secara ekonomi, dan mengakhiri imperialisme Inggeris dan Palestina di bawah pengawasan PBB. Dengan didukung oleh mayoritas negara-negara anggota PBB, Israel diakui berdiri sebagai sebuah negara. Lihat: Ibra>hi>m Al-Zagi>ni>, al-
idelogis yang akan ditelusuri dalam kajian ini adalah ideologi Yahudi yang ada di dalam kitab sucinya tentang Jerusalem, mengingat persoalan ini memiliki kolerasi dengan problematika Israel-Palestina, bahkan hubugan Islam-Yahudi sepanjang masa. Implikasi kongkrit dari pandangan ideologis Yahudi terhadap Jerusalem melahirkan klaim kepemilikan Jerusalem bagi orangorang Yahudi. Inilah yang dianggap sebagai akar permasalahan terjadinya konflik berkepanjangan antara Islam dan Yahudi, seperti yang terjadi sekarang ini di Palestina.2 Sebelum terpecah, Palestina, Yordania, Syiria dan Lebanon adalah satu kesatuan geografis dan berada dalam satu negeri yang disebut dengan Syam. Terpecahnya negeri Syam menjadi beberapa negara baru terjadi setelah terjadinya Perang Dunia I yang berlangsung dari 1914 M. hingga 1918 M.3 ketika beberapa negara besar Eropa melakukan imperealisme ke Timur Tengah seperti Mesir dan Syam,4 di mana keseluruhan wilayahnya (Syam) adalah termasuk dalam kawasan Timur Tengah. Timur Tengah merupakan kawasan di mana tiga agama samawi –Yahudi, Kristen dan Islam- diturunkan. Tak pelak lagi, Timur Tengah merupakan kawasan yang penting bagi pengikut ketiga agama tersebut. Sentralitas wilayah ini bagi tiga agama Uns}uriyah al-Yahu>diyah wa Atharuha> fi> al-Mujtama’ al-Isla>mi> (Riya>d}: Maktabat al-‘Abi>ka>n, 1997), Cet. I, 3/ 67. 2
Karen Armstrong, Jerusalem: One City, Three Faiths, diterjemahkan menjadi Jerussalem; Satu Kota Tiga Iman (Surabaya: Risalah Gusti, 2004), 2. 3
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan, Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personil. Dalam keadaan perang total, pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai sebuah konflik paling mematikan dan menelan korban dalam sejarah manusia. 4
Muh}ammad bin ‘Ali bin Muh}ammad A
dat alYahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n (Riya>d}: Maktabah} Malik Fahd alWat{aniyah}, 2003), 337.
samawi kemudian memicu timbulnya ambisi agama-agama samawi tersebut untuk eksis di dalamnya. Ini juga banyak berpengaruh pada terjadinya berbagai konflik agama, seperti terjadinya Perang Salib dalam kurun waktu ratusan tahun (abad 11-12 M).5 Tidak hanya Perang Salib, pada periode modern sekarang ini pun, konflik di kawasan Timur Tengah masih sering bergejolak, seperti Peran Irak-Iran, perang Irak-Kuwait, invasi militer Amerika Serikat ke Irak dan Afganistan, dan konflik Israel-Palestina yang sudah lama berlangsung. Dalam kasus Israel-Palestina, sudah berapa ratus, ribuan bahkan jutaan manusia mati begitu saja, baik dari pihak Israel maupun pihak Palestina karena terlibat dalam konflik.6 Sudah lama berlangsung ketegangan antara Israel dan Palestina, sampai sekarang konflik ini tidak kunjung usai. Bahkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai lembaga internasional tertinggi tidak dapat menghetikan tragedi kemanusiaan di kawasan Timur Tengah khususnya dalam konflik Israel-Palestina. Israel dan Palestina adalah dua entitas politik yang telah bertarung di kawasan Timur Tengah semenjak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.7 Ada sebuah asumsi yang kuat bahwa akar segala konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah perebutan kota suci Jerusalem. Alasan mendasar dari asumsi ini adalah karena kota ini dianggap suci bagi komunitas yang bertikai dalam konflik IsraelPalestina, yaitu Islam dan Yahudi, bahkan pihak Kristen pun banyak terlibat dalam konflik ini karena juga menganggap kota ini penting bagi mereka. Jerusalem, wilayah ini -yang merupakan wilayah Palestina sebelum berdirinya negara Israel- merupakan wilayah yang paling sensitif dan banyak menuai konflik. Karen Armstrong (1944 M.) telah menceritakan pengalaman empirisnya betapa pentingnya kota ini bagi pemeluk tiga agama samawi tersebut; “Saya terpaksa menerima fakta bahwa Jerusalem sangat penting bagi orang Yahudi 5 Louis Golding, The Jewish Problem (England: Penguin Books Limited, 1938), 76. 6
JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi; Poros Asia dan Timur Tengah (Yogyakarta: Pustaka Solomon, Cet. I, 2010), 77. 7
JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi, 77.
dan juga Islam. Ketika saya melihat orang-orang Yahudi berjubah panjang atau tentara-tentara Israel yang perkasa mencium batu di Tembok Barat atau menyaksikan kerumunan keluarga Muslim di jalan-jalan dalam pakaian terbaik mereka untuk shalat Jumat di Haram al-Shari>f, untuk pertama kalinya saya menjadi sadar mengenai tantangan pluralise agama. Orang dapat melihat simbol yang sama dalam cara-cara yang sangat berbeda. Tidak diragukan lagi ada kedekatan batin antara orang-orang ini dengan kota suci mereka”.8 Berdasarkan sketsa yang dilukiskan oleh Armstrong tentang urgensi tanah Jerusalem bagi Yahudi dan umat Islam di atas, maka tidak mengherankan ketika orang-orang Yahudi berupaya dengan keras untuk menguasai Palestina. Menurut Herry Nurdi, bukan hanya negara Palestina yang menjadi sasaran negara Yahudi. Selain negara Palestina Yahudi juga mempunyai keinginan untuk mewujudkan The New Map of Middle East. Israel yang didukung oleh kekuatan Amerika Serikat sekuat tenaga akan mewujudkan wajah baru wilayah dunia Islam dan akan mengubah peta Timur Tengah. Orang-orang Yahudi senantiasa komitmen untuk mewujudkan wilayah yang dibuat sebagai Tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.9 Bagi orang-orang Yahudi, setidaknya ada dua hal yang menjadi landasan sehingga menganut ideologi kepemilikan tanah Palestina. Landasan pertama adalah dari teks-teks kitab suci mereka (Taurat), dan landasan kedua adalah landasan yang merujuk pada fakta historis. Dalam teks-teks Taurat bisa ditemukan bahwa sesungguhnya terdapat janji Tuhan kepada orang-orang Yahudi untuk untuk memiliki tanah Jerusalem. Dalam al-asfa>r (kitab-kitab) Perjanjian Lama terutama lima kitab yang dinisbatkan kepada Nabi Musa as, orang-orang Yahudi –melalui kitab-kitab tersebut- dan orang-orang Nasrani yang memiliki persespsi yang sama meyakini bahwa bangsa Yahudilah yang berhak mewarisi Jerusalem. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa Tuhan telah memberikan tanah Jerusalem kepada 8 9
Karen Armstrong, Jerusalem: One City, Three Faiths, vii
Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala Publishing, Cet. I, 2009), 5.
nabi Ibrahim dan nabi-nabi orang Yahudi lainnya, oleh karena itu orang-orang Yahudilah yang berhak menghuni Jerusalem.10 Di antara teks Taurat yang menunjukkan bahwa bani Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan: “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Allah, Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala bangsa di muka bumi ini, untuk menjadi kesayangannya”.11 Dalam Kitab Kejadian disebutkan, “Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai besar itu, sungai Eufrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, Orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu”.12 Selanjutnya dikatakan dalam Kitab Ulangan, “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Allah, Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala bangsa di muka bumi ini, untuk menjadi kesayangannya”.13 Berangkat dari doktrin Yahudi tentang Palestina di atas, Theodore Herzl (1860-1904 M.) sebagai tokoh nomor satu Zionis membangun sebuah gagasan “Rumah Nasional Yahudi”. Mulamula ide ini diterima dengan penuh kecurigaan, tetapi kemudian menyebar di kalangan kaum Yahudi ortodoks maupun pembaru dan akhirnya mengkristal dalam politik Zionisme modern. Theodore Herzl menulis buku negara Israel pada 1896 M., dan setahun kemudian diselenggarakan Kongres Zionis pertama di Kota Basel Swiss. Para pendiri gerakan ini terdiri dari orang-orang Yahudi sekuler dari Jerman dan Austria. Bagi mereka, ke-Yahudian merupakan identitas nasional, bukan identitas agama, dan Zionisme adalah nasionalisme dari suatu bangsa yang belum mempunyai negara. Cita-cita mereka adalah mendirikan sebuah negara nasional yang sekuler bagi orang-orang Yahudi. Faktor pendorong utamanya adalah keberadaan Yahudi sebagai golongan etnis yang berstatus pariah. Pilihan mereka akan Palestina sebagai “Rumah Nasional” 10
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 338. 11
Ulangan, 7:6.
12
Kejadian, 15:18.
13
Ulangan, 7:6.
tentu saja mengaitkan cita-cita mereka dengan sejarah sakral Yahudi yang tercantum dalam Taurat. Hal itu belakangan menyebabkan gerakan Zionisme semakin diwarnai simbol-simbol keagamaan.14 Landasan kedua bagi orang-orang Yahudi atas klaim kepemilikan Jerusalem adalah landasan historis. Orang-orang Yahudi menganggap bahwa sejarah telah membuktikan kalau bani Israel adalah keturunan para nabi, anak cucu nabi-nabi dari keturunan Ibrahim. Hal ini cukup menjadi alasan bagi mereka bahwa bangsa Yahudilah bangsa yang paling mulia dari sekian bangsa-bangsa yang ada. Diperkuat lagi bahwa nabi Musa dipilih kepada bani Israel dan diturunkan kitab Taurat kepada bani Israel melalui lisan Nabi Musa. Selanjutnya, dibangunnya al-H{aikal oleh Nabi Sulaiman sebagai tempat peribadatan Yahudi adalah bukti historis atas adanya hubungan erat Yahudi dengan Jerusalem.15 Tuhan memperuntukkan Jerusalem, yang di dalamnya terdapat Bukit Zion, sebagai warisan bagi bangsa Yahudi dikenal dengan al-ard} al-Mau>ru>th. Pandangan ini didasarkan pada pengalaman masa lampau yang mengatakan bahwa Jerusalem (di bukit Zion), pada masa Daud dan Sulaiman menjadi pusat tradisi keagamaan Yahudi. Ini juga dianggap sebagai sebuah lejitimasi historis tentang pentingnya mendiami Jerusalem bagi orang-orang Yahudi yang harus direalisasikan dalam kehidupannya. Boleh dikata, keberadaan Yahudi yang membentuk sebuah negara di wilayah Palestina merupakan perpanjangan dari sebuah ideologi yang dianut oleh orang-orang Yahudi bahwa Kaum Yahudilah yang berhak memiliki wilayah tersebut, karena merupakan warisan dari nabi-nabinya, mulai dari Ibrahim, Musa, Daud Sulaiman dan sebagainya.16 Inilah sebenarnya titik kluminasi terjadinya polemik tentang al-ard} al-mau>ru>th (tanah yang diwariskan) khususnya antara 14
Selengkapnya baca A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi (Yogyakarta: Pinus Publisher, 2007), 64. 15
‘Abd al-Rah}ma>n H{asan, Maka>yid al-Yahu>d ‘abr al-Ta>ri>kh (Damaskus: Da>r al-Qalam, Cet. II, 1978), 11. 16
10.
‘Abd al-Rah}ma>n H{asan, Maka>yid al-Yahu>d ‘abr al-Ta>ri>kh,
Yahudi dan Islam. Polemik ini sangat penting untuk dikaji, karena Islam juga meyakini bahwa keberadaan umat Islam di tanah Palestina merupakan manifestasi dari adanya keyakinan bahwa tanah tersebut hanya pantas dimiliki oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengimani agama yang paling benar, yaitu Islam. Dengan begitu, pihak yang juga sangat berkepentingan dengan Jerusalem adalah umat Islam. Sejak abad ketujuh Masehi, Jerusalem telah menjadi simbol penting umat Islam dan telah berada di bawah kekuasaannya. Makanya, persoalan yang terjadi di Palestina adalah persoalan kepentingan agama, di mana secara ideologis, mereka harus menguasai Palestina karena merupakan anjuran agama. Ketika ditelusuri ke akar sejarahnya, faksi-faksi – agama atau etnis- yang pernah menguasai Jerusalem, selalu mereka yang mempunyai kekuatan. Olehnya itu, bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan Palestina, kekuatan politik, ekonomi, militer dan pemikiran, akan sangat menentukan nasibnya dengan tanah tersebut.17 Islam mengakui bahwa Tuhan menjanjikan tanah Jerusalem kepada bangsa Yahudi dan menganggap bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan, tetapi dengan syarat orang-orang Israel harus senantiasa beriman dan taat kepada Allah. Namun pada faktanya, dalam sejarah bani Israel, mereka sangat Jauh dari ketaatan kepada Tuhan, mereka telah membunuh Nabi Isa, dan ketika nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir diutus oleh Allah, mereka tidak beriman kepadanya.18 Oleh karena itu, al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam menolak perihal hak ahli waris tanah Palestina terhadap orang-orang Yahudi karena mereka telah menyimpang dari agama yang benar. Bentuk penyimpangan Yahudi bisa dilihat dalam al-Qur’an. Allah berfirman,“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putera 17
‘Abd al-Wahha>b al-Masi>ri>, Muqaddimah li-Dira>sat al-S{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li> (Beirut: Da>r al-Fikr al-Mua>s}ir Cet. I, 2002), 192. 18
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 342.
Allah".19 Perkataan mereka tentang Uzair putra Allah terkait dengan kekaguman mereka terhadap usaha Uzair yang mengumpulkan kitab Taurat setelah kurang lebih seratus tahun setelah Nabi Musa. Sebab turunnya ayat ini diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa beberapa Yahudi pada masa Rasulullah saw. mendatangi Nabi Muhammad, Mereka berkata, “Hai Muhammad, bagaimana mungkin kami mengikuti engkau sedangkan engkau meninggalkan apa yang ada dari sebelum kami dan engkau juga tidak beranggapan bahwa Uzair anak Allah”.20 Karena anggapan demikian, maka kaum Bani Israel mengatakan bahwa Allah mempunyai anak yang telah mengumpulkan Taurat menjadi sebuah kitab suci.21 Inilah yang dianggap menyimpang oleh umat Islam. Dalam dunia modern, gerakan politik Yahudi yang muncul untuk merealisasikan ideologi kepemilikan Jerusalem adalah Gerakan Zionisme. Dalam hal misi pembebasan Palestina, Gerakan Zionisme memiliki pandangan yang sama dengan Yahudi dan seakan-akan Yahudi dan Zionisme dalam masalah pendudukan Palestina adalah dua sisi mata uang yang berbeda tapi tidak bisa dipisakan. Zionisme di abad modern merupakan falsafah hidup Kaum Yahudi. Bagi orang-orang Yahudi, Zionisme secara subtansi berfungsi untuk melestarikan ideologi-ideologi dan tradisi agama Yahudi, mengimplementasikan cita-cita kaum Yahudi seperti yang ada dalam kitab suci Taurat. Dan yang sangat erat hubungannya dengan Palestina, Zionisme berfungsi sebagai langkah untuk menyatukan orang-orang Yahudi dalam sebuah negara yaitu Palestina, menyerukan kepada orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk kembali ke Palestiana yang mereka sebut dengan ard} almi>a>d yang ditetapkan dalam kitab sucinya.22 Ada yang berpendapat bahwa gerakan Zionisme bertentangan dengan ajaran agama Yahudi dan Zionis bukanlah 19
QS. Al-Taubah: 30
20
Abdullah ibn ‘Umar ibn Muh}ammad al-Baid}a>wi, Tafsi>r alBaid}a>wi (Beirut: Da>r al-Fikr 1416H/1996 M), Juz III, 140. 21
Ulil Amri Syafri, MA. Penolakan Yahudi terhadap Islam (Jakarta: Kifayah, 2004), 64. 22
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 340.
Yahudi. Regina al-Sharif berpandangan bahwa sesungguhnya Zionisme bukanlah Yahudi, ia merupakan gerakan yang lahir dari pemikiran Kristen Protestan yang menginginkan kembalinya Yahudi ke Palestina sebagai pendahulu kembalinya al-Masi>h} ke daerah tersebut.23 Tetapi Muh}ammad A
Untuk memperdalam hubungan antara Yahudi, Kristen Protestan dan Zionis, baca Regi>na Al-Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyah, Tarjamah Ah}mad ‘Abdul ‘Azi>z (Kuwait: ‘A
Muh}ammad A
dat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 339. 25
Hitler adalah pemimpin Nazi Jerman yang pernah membantai orangorang Yahudi. Kebencian terhadap Yahudi di zaman pemerintahan Nazi di Jerman dicetuskan oleh rasa kebangsaan yang sempit. Hitler yang sejak kecil benci kepada orang Yahudi mengobarkan kecemburuan sosial dan ekonomi dengan menunjuk kenyataan bahwa orang Yahudi menguasai perekonomian Jerman dalam presentase yang jauh melebihi jumlah mereka. Hitler juga menuduh orang Yahudi sebagai penggerak Revolusi Bolshevik di Rusia dan bermaksud melakukan hal serupa di Jerman. Tuduhan ini dipercaya rakyat Jerman karena memang keturunan Yahudi yang menjadi pemimpin revolusi yang mendirikan Negara komunis Uni Soviet, misalnya Leon Trosky. Bangsa Jerman juga tidak lupa bahwa Karl Max adalah orang Yahudi. A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi (Yogyakarta: Pinus Publisher, 2007), 59.
Semua itu dilakukan karena adanya unsur kebencian yang mendalam terhadap orang-orang Yahudi. Pada tahap selanjutnya, Yahudi mampu mengubah persepsi orang-orang Kristen terhadapnya, walaupun orang-orang Kristen sangat memusuhi Yahudi dan itu berlangsung lama yaitu sejak abad pertama Masehi sampai pada abad ke 16 M. Pada awal abad ke 17 M., orang-orang Kristen mulai merubah sikapnya terhadap Yahudi dari sikap yang tidak senang menjadi sikap menerima dengan penuh penghormatan, sampai mereka menjadikan kitab Perjanjian Lama sebagai bagian dari sumber ajaran agama Kristen yang wajib diikuti oleh pemeluk agama Kristen. Hal ini terjadi ketika sekelompok dari pemeluk agama Kristen Katolik memisahkan diri dari pengikut Katolik di mana beberapa orang dari kelompok tersebut adalah orang-orang Yahudi. Gerakan yang dilakukan oleh kelompok Kristen tersebut adalah sebuah gerakan pembaruan dalam Kristen yang mereka sebut dengan “Protestan”. Gerakan ini sangat erat hubungannya dengan gerakan ideologi kembalinya orang-orang Yahudi ke Palestina. Oleh karena itu, Regina al-Shari>f melihat bahwa Zionisme yang lahir untuk memperjuangkan kembalinya tanah al-Quds kepada orang-orang Yahudi, bukanlah sepenuhnya gerakan Yahudi, ia merupakan gerakan Kristen yang mengatas-namakan Yahudi.26 Salah satu doktrin yang dianut oleh Kristen Protestan yang sangat berpihak kepada kepentingan Yahudi adalah bahwa sesungguhnya al-Masih akan kembali ke Palestina dan harus diawali dengan berkumpulnya orang-orang Yahudi di Palestina. Dari pandangan ini muncul doktrin yang disebut dengan Millenarianism. Doktrin ini mempercayai bahwa al-Masih akan turun ke bumi untuk mendirikan kerajaan Tuhan yang terjadi selama seribu tahun. Dalam dokrin ini diyakini bahwa al-Masih akan turun pada awal-awal tahun seribuan, dan akan berkuasa di bumi ini selama seribu tahun.27 26
Baca Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah.
76. 27
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 341.
Berdasarkan doktrin ini, mereka berharap bahwa pada tahun 1000 M. akan datang al-Masih, namun kenyataannya al-Masih pada saat itu belum turun. Pada tahun 2000 M., orang-orang Kristen kembali berharap bahwa al-Masih akan turun, dan diyakini bahwa al-Masih akan turun di tanah Palestina. Atas dasar keyakinan inilah, sehingga mereka mendukung sepenuhnya orang-orang Yahudi untuk menguasai Palestina. selanjutnya, awal tahun 2000 M. dinanti sebagai waktu turunnya al-Masih, Ia belum juga turun, mereka pun kembali mempesiapkan datangnya al-Masih pada awal tahun 3000 M. Ada sebuah konsekuensi logis dari doktrin Kristen tentang datangnya al-Masih. Ketiga agama samawi masing-masing mengklaim bahwa al-Masih akan turun untuk menegakkan agama Allah. Agama Allah yang manakah yang dimaksud? Masingmasing dari Yahudi, Kristen maupun Islam menganggap bahwa hanya agamanyalah yang merupakan agama Allah. Ketika al-Masih benar-benar turun pada awal tahun 3000 M. seperti yang diyakini dalam ajaran Kristen Protestan, maka tidak bisa dihindarkan akan terjadi pertentangan antara umat Yahudi dengan umat Kristiani, berdasarkan klaim mereka atas al-Masih.28 Begitu pula dengan Islam, sejak berdirinya negara Israel yang dipelopori oleh gerakan Zionis telah terjadi konflik yang mengancam eksistensi kedua belah pihak, dan adanya klaim kepemilikan tanah al-Quds yang sekarang adalah negara Palestina, akan terus menyulut pergolakan politik, konflik militer antara kedua belah pihak.29 Di samping itu, di akhir zaman nanti, akan terjadi perang antara kebenaran dan kebatilan sebagaimana yang diyakini oleh Kristen yang dikenal dengan perang Armageddon, dan kembalinya Yahudi ke Palestina dianggap merupakan persiapan untuk menghadapi perang ini.30 Kesamaan doktrin antara Yahudi dan Kristen tentang Jerusalem mejadi faktor penyebab terjadinya pergolakan politik di abad modern yaitu antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan tanah Palestina. 28
Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah, 159.
29
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 341. 30
‘Abd al-Wah}h}a>b al-Masi>ri>, Muqaddimah} li-Dira>sat alS{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>, 70.
Ketiga agama samawi, Yahudi, Kristen dan Islam samasama meyakini bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi. Peristiwa tersebut akan terjadi di wilayah Syam, tepatnya di wilayah Palestina. Walaupun ketiga agama samawi ini meyakini bahwa peristiwa tersebut akan terjadi, ketiganya berbeda atas ahir dari peristiwa tersebut. Yahudi mengklaim bahwa al-Masih turun untuk membela agama Yahudi sehingga kemenangan akan berpihak kepada orang-orang Yahudi dan orang Yahudi lah yang berkuasa di atas umat-umat lain. Orang-orang Kristen pun melihat bahwa al-Masih yang diturunkan kembali oleh Allah akan menjadi juru selamat bagi mereka, dan satu-satunya umat yang akan selamat adalah umat Kristen. Dalam Islam Nabi Isa as. akan kembali diturunkan oleh Allah swt. untuk memerangi kebatilan, dan menentang kekejaman Dajjal. Kedatangan Nabi Isa ini diperkuat oleh teks-teks yang bersumber dari Rasulullah saw yang tidak diragukan kebenarannya. Apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. adalah berita yang bersifat pasti akan kedatangan Nabi Isa dan akan menegakkan Islam sebagai agama Allah yang terakhir yang paling benar.31 Atas dasar kepentingan inilah, terbukti secara historis bahwa orang-orang Nasrani telah memainkan peran yang sangat penting atas terjadinya imperialisme orang-orang Yahudi terhadap negara Palestina bahkan sampai mendirikan negara Israel di wilayah tersebut. Dalam pendirian negara Israel, Amerika Serikat, Inggeris, Jerman, Prancis dan negara-negara barat lainnya yang notabene mayoritas beragama Kristen baik dalam tingkat masyarakat maupun dalam tingkat pemerintahnya. Negara-negara tersebut secara intens membantu Yahudi untuk berkumpul di Palestina, khususnya Inggeris yang secara langsung memberikan sebagian tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi.32 Inggeris, benar-benar telah berhasil melakukan proses yahudinisasi atas Palestina, dan mengajukan pemikiran perlunya pembagian kekuasaan. Lalu Inggeris bersama para sekutunya menggunakan seluruh wibawa dan kekuatannya di Perserikatan 31 32
Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah Ghair al-Yahu>diyyah, 305.
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 339.
Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga berhasil memperoleh suara dukungan mayoritas. Inggeris lalu mendeklarasikan bahwa dirinya akan segera menarik diri dari Palestina pada 15 Mei 1948 M., di mana pada saat yang sama Inggeris menyerahkan Palestina kepada Yahudi, setelah mereka benar-benar yakin bahwa kaum Yahudi di sana dapat membentuk dan menguasai pemerintahan.33 Sekarang orang-orang Yahudi Israel bisa berbangga, karena telah memperoleh kemenangan atas dunia Arab di Timur Tengah. Bahkan di seluruh dunia, negara adidaya pun Amerika Serikat mampu diperngaruhi oleh Yahudi. Eksistensi Yahudi di Palestina sampai bisa membentuk sebuah negara Israel, sebagaimana diketahui didasarkan atas ideologi keagamaan yang terdapat dalam kitab sucinya. Di sini, sebagian ulama berpandangan bahwa untuk menyikapi eksistensi Yahudi di tanah Palestina harus menggunakan pendekatan agama, yaitu Jihad. Negara Palestina adalah negara Islam yang di dalamnya terdapat tempat suci Islam yaitu Mesjid Aqs}a>. Ini menunjukkan betapa pentingnya negara ini bagi umat Islam. Keberadaan Mesjid Aqs}a> di Palestina menjadikan negeri ini memiliki posisi yang sangat tinggi karena Mesjid Aqs}a> disucikan oleh umat Islam layaknya Mesjid Haram di Mekah dan Mesjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah}.34 Dalam dunia Islam modern, ada berbagai tawaran yang diajukan untuk umat Islam dalam berinteraksi dengan Yahudi Israel. Tawaran tersebut ada yang terkesan antipati dan lebih cenderung berinteraksi dengan Israel dengan menggunakan kekerasan. Abdullah Bin Baz (1330 H.) misalnya, pernah memfatwakan bahwa solusi umat Islam dalam menghadapi imperaliasme Yahudi adalah jiha>d fi> sabi>lilla>h} untuk melawan Yahudi. dikatakan, “Perlu diyakini bahwa masalah Palestina dari awal sampai akhir adalah masalah doktrin agama. Yahudi telah berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan umat Islam dari tanah suci tersebut. Mereka telah berhasil menindas umat 33
Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 340. 34
Pembahasan tentang pentingnya Madinah al-Quds, bisa dilihat dalam, Ah}mad Sa}lim Rah}h}a>l, Filisti>n bain Haqi>qat al-Yahu>d wa Akzu>bat al-Talmu>d (‘Amma>n: Da>r al-Bida>yah, Cet. I, 2008). 55-90.
Islam dan bangsa Arab secara khusus. Olehnya itu saya melihat tidak adanya solusi yang bisa dicapai oleh umat Islam kecuali umat Islam bahu membahu berjihad di jalan Allah untuk melawan kekejaman Yahudi”.35 Menururt bin Baz, keberadan beberapa partai beraliran sekuler di Palestina adalah merupakan strategi Yahudi dan Kristen Barat menutupi hakikat dari konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Konflik yang terjadi sebenarnya adalah konflik agama, tetapi hakitkat konflik tersebut dibungkus dengan slogan nasionalisme dan masalah internasional. Itulah salah satu cara yang ditempuh oleh umat Islam dalam berinteraksi dengan Yahudi dan negara Israel. Dalam problematika koflik Israel-Palestina sekarang ini, telah banyak perundingan yang berlangsung antara pihak Israel dan Palestina, tetapi belum bisa membuahkan suatu hasil positif. Bahkan Amerikan Serikat yang kerap menginterfensi proses perundingan selalu menggantukan hasil perundingan antara kedua belah pihak. Setelah perang teluk yang berakhir dengan dibebaskan dari Kuwait dari Ekspansi Irak pada tahun 1990-1991, Amerika Serikat kembali mengklaim bahwa ia akan bergerak untuk mendamaikan konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Tetapi syarat untuk dilakukannya perundingan adalah bahwa negara Palestina tidak bisa berbentuk negara yang berdiri sendiri, ia harus berbentuk negara konfederasi.36 Inilah yang kembali ditolak oleh pihak Arab sehingga perundingan kembali gagal mencapai kesepakatan. Lalu bagaimana dengan sikap Yahudi terhadap solusi politik damai sebagai proyek rekonsiliasi. Pada saat orang-orang Arab menolak dengan keras, sebaliknya pihak Yahudi dengan gencar mengajak untuk melakukan proses rekonsiliasi. Bagi pihak, Arab proyek rekonsiliasi yang ditawarkan oleh pihak Israel dianggap sebagai kepura-puraan. Terbukti sejak Israel 35
Fatwa Bin Baz tersebut bisa dilihat dalam, Bin Baz, Fata>wa> wa Tanbi>ha>t wa Nas}a>ih} (Kairo: Maktabah} al-Sunnah}, 1989), Cet. II, 87. 36
Untuk melihat lebih lengkap fenomena konflik dan proses upaya damai antara Palestina dan Israel baca Muni>r al-H}u>r wa T{a>ru}q Mu>sa>, Masha>ri>’ al-Taswiyah li al-Qad}iyah} al-Filisti>niyah (Kairo: Da>r alBaya>n, 1985). 86.
mendapatkan tempat di Palestina yaitu pada tahun 1948 M., proyek rekonsiliasi yang ditawarkan Israel selalu mempersyaratkan pengakuan bangsa Palestina terhadap eksistensi negara Israel, dan pada saat upaya perdamaian dilakukan, pertumpahan darah dan penindasan tidak pernah berhenti terjadi.37 Pemaparan di atas menunjukkan potret sederhana betapa pentingnya kota Jerusalem bagi orang-orang Yahudi dan bagaimana usaha semua pihak yang berkepentingan untuk memiliki kota tersebut. Setidaknya Itulah yang merupakan akar persoalanpersoalan yang terjadi antara orang-orang Yahudi dan Islam di Palestina. Pada awalnya, khususnya di abad pertengahan, orangorang Yahudi tidak punya kekuatan untuk mewujudkan citanyacitanya kembali ke tanah Palestina. Namun sejak terjadinya revolusi gereja di Eropa pada abad ketujuhbelas, orang-orang Kristen secara politis sangat intens membantu orang-orang Yahudi untuk kembali ke Palestina –karena menganggap Jerusalem harus dikuasi- sampai pada tahun 1948 M. mampu mendirikan negara Israel. *** Berdasarkan gambaran di atas, ada sebuah rasa penasaran dalam benak penulis untuk mengeksplorasi lebih mendalam masalah-masalah yang telah dimunculkan. Masalah-masalah tersebut secara garis besar adalah: Pertama, setelah mengamati keberadaan Jerusalem dan bangsa Yahudi sepanjang sejarah, sebagaimana yang dikemukakan oleh banyak pakar, dan hubungan historis teologis antara Yahudi dan Jerusalem, maka dianggap penting untuk mengkaji sejarah Jerusalem dan hubungannya dengan bangsa Yahudi. Kedua, menjadi sebuah fakta bahwa hubungan IslamYahudi semakin memburuk sejak berdirinya negara Israel, maka muncullah keinginan dari penulis untuk mengetahui secara 37
Di antara tawaran proyek rekonsiliasi yang ditawarkan Israel adalah, proyek Alon tahun 1967, proyek Beijin 1977. Semua proyek tersebut berdasarkan atas subyektifitas Yahudi, yaitu agar kepentingannya dalam mendapatkan pengakuan dari bangsa Palestina tercapai. Lihat, Muni>r al-H{u>r wa T{a>ru>q Mu>sa>, Masha>ri>’ al-Taswiyah li al-Qad}iyah} al-Filistiniyah, 78-79.
mendalam apakah sebenarnya akar permasalahan sehingga terjadi hubungan yang tidak baik antara Yahudi dan Islam. Ketiga, tulisan ini sebenarnya berawal dari sebuah pertanyaan, apakah Ideologi Yahudi tentang the Choosen People (Manusia Pilihan) dan Tanah Jerusalem sebagai tanah yang dijanjikan oleh Tuhan akan terus diperjuangkan oleh bangsa Yahudi sampai ia mendirikan suatu negara dan bisa menguasai umat-umat lainnya? Jawaban atas persoalan ini diharapkan mampu menginformasikan ideologi tersebut mempengaruhi konsep politik pergerakan Yahudi di abad modern. Keempat, tulisan ini juga akan menelusuri bagaimanakah peran yang dimainkan oleh umat Kristiani dalam berdirinya negara Israel di Palestina, khususnya Kristen Protestan yang lahir melalui gerakan reformasi gereja pada abad 17 M. Negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggeris, Perancis dan jerman yang notabene penganut agama Kristen, apakah benar berkepentingan dalam membantu Yahudi untuk mendirikan negara Israel. Kelima, Zionis merupakan gerakan Yahudi yang membangun ideologi pendirian negara Israel. Bagaiamakah hakikat gerakan Zionisme? Apa hubungan antara Yahudi, Kristen dan Zionis? Keenam, sampai saat ini konflik Israel-Palestina masih terus berkecamuk, apa solusi yang bisa dibangun untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina? Telah banyak karya yang mengkaji Yahudi dan Jerusalem baik dari perspektif sejarah maupun teologinya. Namun kajian tentang Jerusalem dan gerakan politik Yahudi kebanyakan dikaji sejarah terpisah. Dalam tulisan ini, penulis berusaha menelusuri sejauh mana pengaruh ideologi Yahudi dan gerakan politiknya hingga bisa terbentuk negara Israel. Berikut beberapa kajian yang telah dilakukan tentang Yahudi, khususnya tentang Ideologi Yahudi tentang Jerusalem. ‘Aqai>dat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, Karya ‘Ali, Muh}ammad bin Muh}ammad Ad} oleh Maktabah} Malik Fahd al-Wathaniyyah}, Cetakan I, tahun 2003. Sebuah karya yang mengupas dan menganalisa pentingnya Jerusalem yang sekarang ini berada di Palestina bagi orang-orang Yahudi. Selain itu, juga banyak mengkaji tinjauan politis keberadaan orang-orang Yahudi dan negara Israel saat ini,
dan bagaimana hubungan antara orang-orang Islam dengan orangorang Yahudi. Dalam karya ini, ditemukan bahwa orang-orang Yahudi meyakini adanya janji Tuhan kepada mereka atas kepemilikan Jerusalem yang sekarang ini berbentuk negara Palestina. Jerusalem's Rise to Sovereignty; Zion and Gerizim in Competition, karya Ingrid Hjelm terbitan T&T Clark International tahun 2004 di London. Karya ini ditulis dalam bahasa Inggeris, mengkaji tentang pandangan-pandangan teologis dan ideologis Yahudi tentang Jerusalem dan Zion. Dalam buku ini, penulis mengkaji mengapa orang-orang menganggap Jerusalem sebagai pusat keagamaan di seluruh dunia, baik untuk orang-orang Yahudi maupun untuk non-Yahudi. Penulis juga melakukan penelusuran historis terjadinya proses transformasi terhadap Jerusalem sehingga menjadi kota yang sangat disucikan oleh orang-orang Yahudi. Selain itu, ada juga pemaparan tentang hubungan Tuhan Yahwe dengan orang-orang Yahudi serta tanah Jerusalem berdasarkan apa yang dilukiskan dalam kitab suci Yahudi yaitu Taurat. Secara keseluruhan Ingrid Hjelm melihat bahwa dalam pandangan orangorang Yahudi, hubungan orang-orang Yahudi, Jerusalem dan Tuhan Yahwe secara teologis adalah hubungan yang sakral karena dilegitimasi oleh teks-teks kitab suci agama Yahudi yaitu Perjanjian Lama (Old Statement). Karya yang berjudul The Election of Israel, karya David Novak, diterbitkan oleh Cambridge University Press, 1995 di London. Karya ini memaparkan pandangan Yahudi sebagai makhluk terpilih atas tanah Jerusalem, dan pergulatan Yahudi di negara-negara barat untuk melakukan lobi demi mewujudkan citacita kembali ke Jerusalem yang berada di bawah kekuasaan Islam. Karya ini berusaha memotret Jerusalem dalam tataran ideologis dan tataran realita ketika diperebutkan oleh negara Israel dan Palestina. Dalam tataran Ideologis, orang-orang Yahudi selalu berjuang untuk kembali ke Jerusalem karena kota ini merupakan bagian dari dokrin kitab sucinya. Dalam tataran realita, segala macam cara, seperti gerakan-gerakan politik akan ditempuh oleh orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara Israel. Might Over Right; How The Zionists Took Palestine karya Adel Safty, diterbitkan oleh Garnet Publishing di London tahun 2009 M. Dengan analisis yang mendalam, karya ini menyingkap
realitas keberadaan Zionis dan langkah-langkah yang telah dilakukan sehingga mampu mendirikan Israel. Di samping itu, karya ini juga memberikan gambaran atas langkah-langkah yang akan ditempuh orang-orang Yahudi melalui gerakan Zionis ke depan. Zion the City of the Great King; A Theological Symbol of the Jerusalem Cult karya Ben C. Ollenburgcr (1948 M.) diterbitkan oleh Sheffield Academic Press di London tahun 1987 M. Karya ini menguak keberadaan Zion yang ada di Jerusalem yang menjadi situs suci bagi orang-orang Yahudi. Dalam karya ini, penulis menginvestigasi pandangan-pandangan teologis dan ideologis orang-orang Yahudi berdasarkan apa yang ada dalam kitab Perjanjian Lama (Old Statement) sampai menjadikan Zion sebagai simbol penting bagi agama Yahudi. Salah satu penemuan pentingnya, Yahwe sebagai Tuhan dalam agama Yahudi telah menjadikan tempat ini suci bagi orang-orang Yahudi dan menjanjikannya kepada mereka hak kepemilikan untuk selamanya. Selain itu, karya yang dijadikan sebagai sumber primer adalah Regina Syarif yang al-Shuyu>niyyah} Ghair alYahu>diyyah} yang diterbitkan di Kuwait oleh penerbit ‘A
antar umat agama di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia. Secara khusus dilingkungan Universitas Islam Negeri, Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, lembaga-lembaga kerukunan antar-umat beragama dan masyarakat secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif dalam melakukan pembacaan terhadap fenomena harmonisasi kehidupan beragama di abad moderen ini. Tetapi yang terpenting dari tulisan ini, bagaimana bisa memberikan sumbangsih untuk memupuk kesadaran membina hubungan baik antara-umat beragama, dan bagaimana bisa tercipta kedamaian di bumi Jerusalem.
BAB II
Ideologi Agama dan Gerakan Politik “Ideologi diartikan sebagai doktrin yang membimbing tindakan politik, idealitas-idealitas yang mesti diyakini sebagai gerbong politik, tujuan yang wajib dicapai, alasan yang wajib diperjuangkan, dan visi tentang masyarakat terbaik atau ideal yang harus diwujudkan dalam konteks kehidupan sosial masyarakat.38 Sebagai gerbong politik, ideologi akan mempengaruhi arah dan orientasi sebuah gerakan, kekuatan ideologi sangat menentukan apakah ia mampu menarik lokomotif-lokomotif kepentingan sampai pada tujuan yang diinginkan.” (Ian Adams). penulis
Dalam menguak hubungan Yahudi dengan Jerusalem, menggunakan istilah “ideologi Yahudi39 tentang
38
Ian Adams, Polical Ideology Today (New York: Mancester University Press, 1993), 2-6, dalam pemaparannya tentang makna ideologi. 39
Ada yang berpendapat bahwa kata “Yahudi” bukanlah bahasa Arab, melainkan dinisbahkan kepada nama “Yahuza”, salah seorang pemimpin Bani Israel. Atau Negara Yahuza di Jerusalem setelah wafatnya Nabi Sulaiman. Pendapat inilah yang banyak didukung oleh para ilmuan, mengingat dalam kitab Perjanjian Lama tidak disebutkan kata-kata Yahudi kecuali dalam kitab Ezra, yaitu kitab yang bercerita tentang jatuhnya kerajaan Israel kepada Babilonia menjelang datangnya Nabi Isa as. Adapun kitab-kitab sebelumnya menyebut mereka dengan “Bani Israel”, dan setelah jatuhnya Bangsa Israel ke tangan
Jerusalem”, karena status Jerusalem dalam benak orang-orang Yahudi bukan hanya sekedar sebuah nilai keyakinan teologis, namun ia juga merupakan simbol hidup yang senantiasa dicitacitakan.40 Dengan melihat perkembangan Yahudi di abad modern, mulai sekitar awal abad ke tujuh belas sampai abad ke 21, adanya kombinasi nilai teologis dan politis Yahudi atas Jerusalem semakin nyata, ditandai dengan semakin kuatnya eksistensi bangsa Yahudi setelah mampu mendirikan negara Israel di Jerusalem (Palestina). Berdirinya negara Israel memiliki hubungan hiraskis dengan keyakinnya terhadap Jerusalem (al-Quds), dan langkah-langkah politik yang ditempuh untuk berdiam di wilayah tersebut adalah bersifat ideologis. A. Makna dan Fungsi Ideologi Pada dasarnya, ideologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas dua suku kata, yaitu ideo artinya pemikiran dan logis artinya logika, ilmu, dan pengetahuan. Dari sini dapat didefenisikan bahwa ideologi merupakan ilmu mengenai keyakinan, ide, dan citacita.41 Dalam Microsoft Encarte Encylopedia, ideologi didefinisikan sebagai suatu sistem kepercayaan yang memuat nilainilai dan ide-ide yang diorganisasikan secara rapi sebagai basis filsafat, sains, program sosial, ekonomi politik yang menjadi
Babilonia, barulah kata Yahudi dipakai. Livinia and Cohn-Sherbok. Judaism; A Short History. Cetakan II, (USA: Oneworld Publication, 1995), 78. 40
Terlebih dahulu perlu dijawab, kenapa penelitian yang mengkaji hubungan Yahudi dengan Jerusalem ini menggunakan istilah “ideologi”, bukan pandangan, akidah atau istilah lainnya. Dengan demikian, penulis di sini mengetengahkan pembahasan seputar “ideologi” dan pengaruhnya dalam kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan. Studi ini pun perlu menelaah makna, arti filosofis term “ideologi”, dan pengaruhnya dalam ranah politik. 41
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia Ketiga (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 86. Mengutip dari Ali Syariati, Tugas Cendekiawan Muslim (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1982), 145.
pandangan hidup, aturan berpikir, dan cara bertindak individu atau kelompok.42 Mengenai kedudukan antara ilmu, filsafat dan ideologi dalam hubungannya dengan perjuangan politik dan cita-cita politik, tentu berbeda. Ilmu dan filsafat yang subyeknya disebut ilmuan dan filsuf berbeda dengan sang ideolog. Seorang ilmuan tidak akan memaksakan atau mempengaruhi orang lain, ia hanya menjelaskan, mempresentasikan apa yang ditemui sebagai suatu karya dan secara moral perlu diketahui atau disampaikan kepada orang lain atau masyarakat. Ilmuan tidak membentuk suatu kelompok untuk melawan kecenderungan yang dianggap sebagai sesuatu yang merusak yang terjadi di masyarakat, dan secara politis bersentuhan dengan pemegang kekuasaan atau subjek politik. Oleh karena itu, baik ilmu maupun filsafat tidak pernah melahirkan suatu revolusi. Adapun ideologi dan ideolog, senantiasa memberikan inspirasi, mengarahkan dan mengorganisasikan perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan. Ideologi pada hakikatnya memiliki semangat tanggung jawab, keyakinan, dan keterlibatan serta komitmen.43 Ciri dari suatu ideologi adalah cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka panjang, bahkan dalam hal dasar bersifat universal atau diyakini bersifat universal. Ia dirasakan milik dari suatu kelompok manusia yang dapat mengindentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ia juga mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan sikap perbuatan kelompok.44 Ali Syariati (1933-1977 M.) mengemukakan bahwa ideologi adalah sebuah kata ajaib yang menciptakan pemikiran dan semangat hidup di antara manusia, terutama di antara kaum muda, dan khususnya di antara para cendikiawan dan intelektual dalam suatu masyarakat.45 Dengan demikian, basis perjuangan kaum 42
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif; Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 92. 43
Ali Syariati, Tugas Cendekiawan Muslim, Terj. (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1982), 149. 44
Deliar Noer, Ideologi Politik dan Pembangunan (Jakarta: Yayasan Pekhidmatan, 1983), 31. 45
Ali Syariati, Tugas Cendekiawan Muslim, 145.
muda dan para cendikiawan dalam melakukan perbaikan terhadap sistem berbangsa dan menata ummat, harus dibangun atas preseden-preseden ideologis yang benar. Sementara itu, Ian Adams (1937 M.) meletakkan istilah ideologi lebih ke dalam kerangka politik gerakan. Artinya, ideologi diartikan sebagai doktrin yang membimbing tindakan politik, idealitas-idealitas yang mesti diyakini sebagai gerbong politik, tujuan yang wajib dicapai, alasan yang wajib diperjuangkan, dan visi tentang masyarakat terbaik atau ideal yang harus diwujudkan dalam konteks kehidupan sosial masyarakat.46 Sebagai gerbong politik, ideologi akan mempengaruhi arah dan orientasi sebuah gerakan, kekuatan ideologi sangat menentukan apakah ia mampu menarik lokomotif-lokomotif kepentingan sampai pada tujuan yang diinginkan. Menurut Frans Magnis Suseno (1936)47, ideologi dimaksud sebagai keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan kelompok sosial atau individu. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarah dan proyeksinya ke masa depan serta merasionalisasikan suatu bentuk hubungan kekuasaan. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Ideologi yang dianutlah yang pada akhirnya akan sangat menentukan bagaimana seseorang atau sekelompok orang memandang sebuah persoalan dan harus berbuat apa untuk
46
Ian Adams, Polical Ideology Today (New York: Mancester University Press, 1993), 2-6, dalam pemaparannya tentang makna ideologi. 47
Frans Magnis Suseno adalah seorang tokoh Katolik dan budayawan Indonesia. Lahir di Jerman pada 26 Mei 1936. Frans datang ke Indonesia pada usia 25 tahun, dan belajar filsafat dan teologi di Yogyakarta. Ia datang di Indonesia dengan motivasi berkarya melayani Gereja katolik di Indonesia, sebuah negeri yang diketahuinya sangat indah dan menyenangkan. Tahun 1977, ia menjadi warga Negara Indonesia setelah menunggu 7 tahun pengurusannya. Sejak 1 April 1996, ia resmi menjadi Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Diakses pada pada tanggal 25 Oktober 2010. http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/f/franz-maginis-suseno/index.shtml
menyikapi persoalan tersebut. Dalam konteks inilah, kajian ideologi menjadi sangat penting, namun seringkali diabaikan.48 Secara sederhana, Franz Magnis Suseno mengemukakan tiga kategorisasi ideologi.49 Pertama, ideologi dalam arti penuh atau disebut juga ideologi tertutup. Ideologi dalam arti penuh berisi teori tentang hakekat realitas seluruhnya, yaitu merupakan sebuah teori metafisika. Kemudian selanjutnya berisi teori tentang makna sejarah yang memuat tujuan dan norma-norma politik sosial tentang bagaimana suatu masyarakat harus ditata. Ideologi dalam arti penuh melegitimasi monopoli elit penguasa di atas masyarakat, isinya tidak boleh dipertanyakan lagi, bersifat dogmatis dan apriori dalam arti ideologi itu tidak dapat dikembangkan berdasarkan pengalaman. Salah satu ciri khas ideologi semacam ini adalah klaim atas kebenaran yang tidak boleh diragukan dengan hak menuntut adanya ketaatan mutlak tanpa reserve. Kedua, ideologi dalam arti terbuka. Artinya, ideologi yang menyuguhkan kerangka orientasi dasar, sedangkan dalam operasional keseharianya akan selalu berkembang disesuaikan dengan norma, prinsip moral dan cita-cita masyarakat. Operasionalisasi dalam praktek kehidupan masyarakat tidak dapat ditentukan secara apriori melainkan harus disepakati secara demokratis sebagai bentuk cita-cita bersama.50 Dengan demikian, ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai untuk melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. 48
Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Kansius, 1992), 230. 49 50
Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, 232.
Di sini ada yang menyandingkan agama dengan ideologi. Agama adalah kesadaran-diri dan harga-diri manusia yang belum menemukan diri atau sudah kehilangan diri sendiri. Namun manusia bukanlah suatu makhluk yang berkedudukan di luar dunia. Manusia itu adalah dunia umat manusia, negara, masyarakat. Negara ini, masyarakat ini menghasilkan agama, sebuah kesadarandunia yang terbalik, karena mereka sendiri merupakan sebuah dunia terbalik. Agama merupakan teori umum tentang dunia itu. Agama merealisasi inti manusia dengan cara fantastis karena inti manusia itu belum memiliki realitas yang nyata. Maka perjuangan melawan agama menjadi perjuangan melawan sebuah dunia nyata yang aroma jiwanya adalah agama tersebut, dan ini ada kemiripan dengan konsep ideologi yang dibangun oleh para filsuf.
Ketiga, Ideologi dalam arti implisit atau tersirat. Ideologi semacam ini ditemukan dalam keyakinan-keyakinan masyarakat tradisional tentang hakekat realitas dan bagaimana manusia harus hidup di dalamnya. Meskipun keyakinan itu hanya implisit saja, tidak dirumuskan dan tidak diajarkan, namun cita-cita dan keyakinan itu sering berdimensi ideologis karena mendukung tatanan sosial yang ada dan melegitimasi struktur non demokratis tertentu, seperti kekuasaan suatu kelas sosial terhadap kelas sosial yang lain. Dari beberapa fungsi tersebut, terlihat bahwa pengaruh ideologi terhadap perilaku kehidupan sosial berkaitan erat. Memahami format sosial politik suatu masyarakat akan sulit dilakukan tanpa lebih dahulu memahami ideologi yang ada dalam masyarakat tersebut. Dari sinilah terlihat betapa ideologi merupakan perangkat mendasar dan merupakan salah satu unsur yang akan mewarnai aktivitas sosial dan politik.51 Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836 M.) 52 pada abad ke 18, meski akarakar pengertiannya dapat ditarik jauh ke belakang, bahkan sampai kepada Plato. Ada juga yang mengkaitkannya dengan konsep idola dari Francis Bacon. Di tangan De Tracy, pengertian ideologi sudah jauh bergeser baik dari makna idea maupun idola. Destutt de Tracy memandang ideologi sebagai ilmu pengetahuan tentang ide. Di sini ideologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang dianggap netral.53 Sebagai ilmu pengetahuan, ideologi dituntut obyektif dalam mempelajari tiap ide dalam arti mengesampingkan prasangka-prasangka metafisika dan agama. Bidang kajiannya meliputi asal-usul ide, mengapa suatu ide muncul, bagaimana 51
Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, 232.
52
Antoine Destutt de Tracy adalah seorang pemikir dan filsuf berkebangsaan Perancis. Ia adalah tokoh yang pertama kali memakai istilah ‘ideologi’. Dalam mengusung ide-ide filosofisnya, ia banyak terinspirasi oleh pemikiran John Locke. Ia adalah seorang bangsawan, ketika meletus Revolusi Perancis, ia banyak mengambil bagian dalam revolusi tersebut. Selain seorang filsuf, ia juga mendalami ilmu Psikologi. 53
Lihat dalam Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi (Bandung: Jalasutera,
2003), 34.
berkembangnya suatu ide, dan strategi-strategi apa yang dapat dilakukan untuk menyebarkan suatu ide. Dari pemaparan di atas bisa dipahami bahwa istilah ideologi bisa berarti asal-usul ide, mengapa suatu ide muncul, bagaimana berkembangnya suatu ide, dan strategi-strategi apa yang dapat dilakukan untuk merealisasikan suatu ide. Ideologi juga bisa memberi konotasi politik, yaitu pertentangan untuk mencapai kepentingan-kepentingan tertentu. Bisa juga dipahami, sebagaimana yang dipaparkan oleh Nurcholish Madjid54 bahwa agama dapat disejajarkan dengan ideologi, dan Ideologi dalam hal ini cukup dimengerti sebagai suatu sistem gagasan yang mengkaji keyakinan dan hal-hal ideal secara filosofis, ekonomis, politis, maupun sosial. B. Ideologi dalam Pandangan Filsuf Bagaimana sebuah ideologi berperan dan bagaimana ideologi terus dibangun dan dipertahankan. Louis Althusser (19181990)55, adalah seorang filsuf yang mempunyai pandangan tentang ideologi. Althusser menyatakan bahwa ideologi tidaklah mencerminkan dunia realitas, alasannya adalah bahwa seseorang dibatasi oleh konteks bahasa, di mana dengan bahasa ia susah menangkap realitas sebenarnya. Manusia hanya dapat merasakan 54
Di sini Nurcholish Majid tidak secara eksplisit memberikan batasanbatasan tentang agama dan ideologi. Akan tetapi, dari paparannya dapatlah diketahui bahwa agama dalam tulisannya dimengerti sebagai sistem ‘budi-daya’. Dalam arti ini, agama dapat disejajarkan dengan ideologi. Hanya saja, berbeda dari ideologi, agama justru ditempatkan oleh Cak Nur sebagai suatu sumber dinamika perubahan sosial, bukan sebagai pelanggeng struktur masyarakat. Di sini kata ideologi dapat bermakna peyoratif sebagai pemutlakan suatu gagasan yang ternyata tidak sesuai dengan realitas tertentu. Selain itu, agama juga, seperti diungkapkan Max Weber, memberi kerangka makna pada dunia dan perilaku manusia. Kajian atas Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995), 169. 55
Louis Althusser adalah seorang filsuf abad ke-20 berkebangsaan Perancis, seorang yang beraliran Marxis struktiralis dan sangat berpengaruh pada periode tahun 1960 sampai 1970an.
berbagai fenomena dengan cara-cara di mana ia dibentuk dalam ideologi melalui suatu aktivitas pengenalan dengan proses yang panjang. Dalam pandangan Althusser, ideologi tidaklah memberikan sebuah kenyataan, ia hanya merepresentasikan hubungan dan proses imajinasi seseorang terhadap dunia nyata. Bagi Althusser ideologi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan umat manusia karena mampu memberikan inspirasi untuk membentuk suatu komunitas dan mendesain lingkungan keberadaannya untuk dapat bertahan hidup sesuai dengan kepercayaannya. Namun dalam pemandangan sehari-hari, manusia terkadang menyembunyikan ideologi yang membentuknya untuk keperluan efektivitas pencapaian-pencapain ideologi yang dianut.56 Untuk bisa hidup dan bertahan seperti yang dinginkan oleh para penganutnya, Ideologi harus ditopang oleh sebuah sistem yang nyata dan melembaga. Dalam suatu komunitas atau lembaga yang dibangun atas suatu ideologi, hendaknya masing-masing individu dalam komunitas tersebut secara keseluruhan menghayati dan meyakini ideologinya untuk menciptakan tatanan dan sistem yang berjalan sesuai dengan ide-ide dan pandangan-pandangan yang dianut. Dalam pandangan Althusser, agar dapat diterima, suatu ideologi harus bisa diabstraksikan dalam bentuk nyata.57 Oleh karena itu, ideologi secara nyata akan membentuk pola interaksi masyarakat mulai dari yang terkecil sampai yang umum, baik dalam komunitas akademik, keluarga, organisasi kekeluargaan, media, institusi penegakan hukum, partai politik, dan seterusnya. Menanamkan sebuah ideologi dalam praktek kehidupan sosial politik menurut Althusser merupakan cara dan pendekatan yang paling efektif untuk mempertahankan sebuah kekuasaan. Ideologi banyak dipakai untuk melestarikan sebuah dominasi terhadap sebuah komunitas masyarakat tertentu. Adapun metode yang digunakan adalah bahwa semua elemen yang tergabung dalam suatu sistem kekuasaan, baik masyarakat ataupun yang berkuasa, harus memiliki ideolgi yang sama.58 56
Lihat John B. Thompson, Analisis Ideologi, Kritik Wacana IdeologiIdeologi Dunia, (terj.) (Yogyakarta: IRCISOD, 2003) 134. 57 58
John B. Thompson, Analisis Ideologi, 135.
Ideologi politik harus dibangun atas teori-teori mengenai masyarakat, negara, masalah sosial dan kebijakan, karena semuanya saling terkait. Pandangan
Sehubungan dengan pandangan di atas, di Indonesia misalnya, penguasa dan masyarakat Indonesia telah meyakini sebuah kesatuan ideologis bahwa Pancasila adalah sebuah ideologi yang benar dan mewakili kepentingan semua elemen masyarakat Indonesia.59 Ideologi yang dibangun oleh suatu sistem pemerintahan berperan pada langgengnya sebuah kekuasaan. Tetapi banyak sekali realitas menunjukkan bahwa masyarakat dieksploitasi oleh kepentingan penguasa karena sebuah ideologi yang dibangun oleh sang penguasa. Teori ideologi ini memperlihatkan bahwa ideologi sangat besar peranannya dalam sebuah kekuasaan, bahkan karena sebuah ideologi suatu ketidak-layakan bisa jadi layak, atau suatu ketidakbenaran bisa dianggap menjadi benar. Penindasan bisa dinggap sah-sah saja karena adanya sebuah ideologi. Ataukah ketidakadailan sebuah kekuasaan yang merugikan suatu komunitas bolehboleh saja karena menggunakan acuan legitimasi ideologis. Oleh karenya, kehidupan sosial-politik atau suatu bentuk kekuasaan tidak akan pernah luput dari landasan ideologis yang menjalankannya. Ideologi yang diamini oleh berbagai lapisan masyarakat dalam suatu struktur politik bisa membuat kekuasaan yang timpang mampu bertahan. Althusser memberikan sebuah contoh, penjajahan bangsa eropa terhadapat bangsa lainnya dianggap legal oleh mereka karena percaya bahwa akan membangun tatanan sosial dan memperbaiki sistem politik bangsa yang dijajah. Itu adalah sebuah ideologi imperialisme.60 Dengan demikian, menurut Althusser ideologi berfungsi menghubungkan pikiran manusia dengan dunia nyata, sehingga suatu masyarakat yang menganut ideologi tertentu akan tercermin pada sebuah identitas tertentu. Dalam konteks keagamaan seorang ilmuan sosial tentang organisasi kemasyarakatan dan pembagian kekuasaan politik dan ekonomi akan mempengaruhi penjelasan yang diberikannya mengenai sifat masalah-masalah sosial dan tanggapan pemerintah yang membentuk langkah-langkah kebijakan sosial yang dinentuk. Vic George dan Paul Wilding, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat, (terj.) (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992), v. 59
John B. Thompson, Analisis Ideologi, 143.
60
1969), 232.
Louis Althusser, For Marx, Harmondsworth (Midlesex: Penguin,
misalnya, orang yang percaya kepada Tuhan dan taat melakukan peribadatan kepada Tuhan, dan mendirikan ritus-ritus keagamaan, dengan jelas menunjukkan bahwa suatu gagasan memuat suatu tindakan, perilaku, dan menentukan model dari tindakan itu. Gagasan-gagasan itu hidup dalam tindakan-tindakan. Tindakan ini lalu menjadi praktek sehari-hari yang dikendalikan oleh ritual yang dia lakukan. Tiga hal ini (gagasan, praktek dan ritual) merupakan aspek material ideologis. Dalam pandangannya, ideologi bekerja, memproduksi subyektifitas, dan menegaskan identitas tentang siapa kita sesungguhnya. Itulah pandangan Louis Althusser tentang Ideologi.61 Seorang filsuf modern yang juga memiliki pandangan tentang Ideologi adalah Michel Foucault (1926-1984 M.)62. Dalam pandangannya, kebenaran atau pengetahuan adalah sesuatu yang bebas dari segala macam bantahan. Ia juga tidak melihat bahwa agama adalah bersifat ideologis karena agama adalah true knowledge, yaitu bahwa gagasan atau pengetahuan yang mencerminkan realitaslah yang benar. Di sini ia menganggap realitas lebih prior dari gagasan dan kehidupan mental bersifat sekunder dari determinan ekonomi material. Sedangkan baginya ideologi harus dipertentangkan dengan apa yang dianggap sebagai kebenaran.63 Kategori suatu kebenaran atau hal yang salah bukanlah dilihat dari suatu pengetahuan ataukah persepsi yang sama antara satu dengan yang lainnya, ataukah dari suatu masa ke masa yang lainnya. Itu tidak bisa dijadikan sebuah standar karena persepsi dan 61
John B. Thompson, Analisis Ideologi, 144.
62
Paul Michel Foucault, seorang yang berkebangsaan Perancis, filsuf, sejarawan dan sosiologis. Menyelesaikan studi di Ecole Normanle Superiore tahun 1946, lalu memperdalam filsafat hingga meraih lisensi tahun 1948. Ia juga meraih lisensi bidang psikologi dan diploma dalam psikopatologi. Ia pernah bergabung dengan Partai Komunis Perancis hingga 1951. Karya-karyanya adalah Maladie Mentale et Personnalitte (Penyakit Mental dan Kepribadian) terbit tahun 1954, Histoire De la Folie (Sejarah Kegilaan), The Birth of Clinic, Archeology of Knowledge, Disciplines and Punish serta The History of Sexuality. Ia meninggal tahun 1984 dalam usia 57 karena penyakit AIDS. 63
Michel Foucault, Power and Knowledge: Selected Interview with Michel Foucault” ed. By Colin Gordon (New York: Pantheon, 1980), 94.
pandangan setiap masyarakat dan setiap zaman memiliki bentukbentuknya sendiri yang membangun kebenaran-kebenaran yang ia inginkan. Sebuah kebenaran adalah bangunan sistem pengetahuan yang membentuk tatanan sosial dan memiliki prosedur nilai, tipe wacana, dan corak keilmuan yang dianut.64 Hubungannya dengan politik atau sistem kekuasaan misalnya, atau dalam suatu ranah sosial, kebenaran selalu diidentikkan dengan relatifitas. Dalam artian, kebenaran mempunyai beraneka ragam cara dan metode dalam kehidupan manusia, untuk mengatur dirinya, orang lain, masyarakat secara keseluruhan. Dalam sebuah peraturan atau perundang-undangan bisa saja terdapat dua versi, yaitu versi kebenaran dan versi yang keliru, sehingga suatu hukum atau ilmu pengetahuan memiliki perspektif kebenarannya masing-masing. Dalam memperjuangkan suatu kebenaran agar bisa diterapkan dalam sebuah kekuasaan, ideologi memainkan peran yang signifikan untuk mengawal berjalannya sebuah kekuasaan yang benar. Menurut Foucault, praktek-praktek kekuasaan merupakan tindakan, aturan, kebijakan yang diambil dengan ide dan alasan yang benar. Walaupun benar dan salah banyak ditemukan dalam suatu praktek kekuasan, namun ide kebenaranlah yang harus mendominasi.65 Melalui penalaran dan penyelidikan terhadap nilai-nilai idelogis, dan pentingnya true knowledge, Foucault melihat bahwa praktek hukum, atau penerapan kebijakan ekonomi bersifat fleksibel, dalam artian sebuah hukum bisa saja benar atau salah, karena tidak ada teori yang mengikat. Lamanya sebuah hukuman penjara misalnya tidak disamakan karena kesamaan pelanggaran hukum yang terjadi antara satu dengan lainnya, lagi-lagi ideologi kebenaran yang menentukannya. Melalui pendekatan ini, Foucault menunjukkan bahwa ideologi kebenaran bersifat relatif, namun itu adalah kemestian.66 Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ideologi adalah sebuah paradigma yang tidak dipisahkan dari konsep kehidupan 64
Michel Foucault, Power and Knowledge, 95.
65
Jeremy Carrette, (ed.) Religion and culture: Michel Foucault (London: Routledge, 1999), 109. 66
Jeremy Carrette, (ed.) Religion and culture: Michel Foucault, 110.
sosial dan politik masyarak, karena ia senantiasa mempengaruhi praktek-pratek kehidupan dan selalu diperjuangkan untuk direalisasikan. Foucault menunjukkan bahwa kekuasaan tersebar dalam relasi sosial melalui proses penghubungan ide dengan tujuan yang ingin dicapai. Gagasan-gagasan Althusser dan Foucault di atas memberi saham besar bagi pemikiran baru tentang konsep ideologi. Ideologi tidak lagi dilihat sebagai salah atau benar, tapi justeru memberikan kerangka dasar fundamental bagi individu dalam menafsirkan pengalaman dan hidup sesuai dengan kondisi mereka. Kerangka dasar ini tidak hanya bersifat mental, tapi eksis sebagai praktis hidup kelompok sehari-hari. Dengan menganggap ideologi sebagai praktek-praktek material atau praktek budaya, maka kita bisa mengatakan bahwa sesungguhnya ideologi itu hidup bergerak dan karena itu pula manusia sendiri selalu hidup dalam suatu ideologi, di dalam representasi tertentu dari dunianya. Ideologi tersebar ke seluruh tatanan sosial. Ia bukan hanya bersifat mental, tapi juga bereksistensi material dan historis. Ada keterkaitan antara pengetahuan dan institusi-institusi, bidang-bidang pengetahuan dan praktek-praktek kebudayaan melalui makna kekuasan diproduksi.67 C. Pengaruh Ideologi Agama dalam Politik Dalam berbagai ranah kehidupan, ideologi menjadi salah salah satu unsur penting. Menurut Soerjanto Poespowadjoyo, dalan konteks bernegara, ideologi sangat dibutuhkan. Jika menengok sejarah kemerdekaan negara-negara dunia ketiga, baik yang ada di Asia, Afrika maupun Amerika Latin yang pada umumnya cukup lama berada di bawah cengkeraman penjajahan negara lain, ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata.68 67
98.
68
Hal ini bisa dilihat dalam Michel Foucault, Power and Knowledge,
Ideologi ada kalanya ditangkap dalam arti yang negatif, karena dikonotasikan dengan sifat yang totaliter yang menginkari kebebasan pribadi manusia dan membatasi ruang geraknya. Tetapi sejarah perjuangan kemerdekaan negara-negara sedang berkembang di dunia ketiga, seperti Indonesia dengan Pancasila-nya, ideologi mengandung makna yang positif dan bahkan dibutuhkan.
Pentingnya ideologi bagi suatu negara juga terlihat dari fungsi ideologi itu sendiri. Adapun fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi memiliki kecenderungan untuk memisahkan suatu bangsa dengan yang lain dan juga berfungsi mempersatukannya. Apabila dibandingkan dengan agama, memiliki kesamaan di mana agama berfungsi juga mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi.69 Dengan begitu, ideologi mampu mempersatukan orang dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Oleh karena itu, ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai pertentangan (konflik) atau ketegangan sosial. Dalam hal ini, ideologi berfungsi sebagai pembentuk solidaritas (rasa kebersamaan) dengan mengangkat berbagai perbedaan ke dalam tata nilai yang lebih tinggi. Fungsi pemersatu itu dilakukan dengan memenyatukan keseragaman ataupun keanekaragaman, misalnya dengan memakai semboyan “kesatuan dalam perbedaan” dan “perbedaan dalam kesatuan”.70 Dalam konteks global, terdapat banyak bentuk ideologi yang berkembang, baik ideologi yang bersifat doktriner maupun yang bersifat pragmatis, yang sangat berpengaruh dalam kehidupan politik sosial masyarakat. Ideologi-ideologi tersebut seperti yang dikemukakan Ian Adams;71 liberalisme, konservatisme, sosialisme, komunisme, fasisme, fundamentalisme, dan kapitalisme global. Pada kenyataannya, masing-masing dari ideologi tersebut memiliki
Di sini ideologi dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oetoyo Usman dan Alfian, Pancasila sebagai Ideologi (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), 22. 69 Ideologi dalam artian ini sangat diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberikan arahan mengenai dunia beserta isinya, serta menanamkan semangat dalam perjuangan masyarakat untuk bergerak melawan penjajahan, yang selanjutnya mewujudkannya dalam kehidupan penyelenggaraan negara. 70 Oetoyo Usman dan Alfian, Pancasila sebagai Ideologi, 6. 71 Ian Adams, Polical Ideology Today, 4-6, dalam values of socity, di sini ia menggambarkan tipologi ideologi masyarakat modern.
ekses dalam tatanan sosial masyarakat dunia. Ideologi tersebut meliputi:72 1. Liberalisme Ideologi liberalisme73 sama dengan ideologi individualisme. Paham ini menempatkan kepentingan dan kebebasan individu sebagai inti pemikiran dan pusat tujuan hidup manusia. Paham ini tumbuh dan berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut pada masa tumbuhnya negara otoriter dan disertai dengan pembatasan ketat atas kebebasan individu. Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa abad pertengahan. Pada awalnya, liberalisme kaum Calvinis, Hugoenot (Perancis), dan Protestan, menginginkan keagamaan yang dianutnya, tanpa batasan dan kendali pemerintah. Dengan kata lain, menginginkan pemisahan antara negara dan agama. Pemahaman demikian didasarkan pada landasan pemikiran yang menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi pekerti tanpa harus ada pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya.74 2. Konservatisme Inti pemikiran konservatisme adalah memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Pola pemikiran ini dilandasi oleh pengaruh kepuasan mengenai kondisi kini dan dapat pula dilandasi oleh romantisme masa lampau.75 Konteks kelahiran dari ideologi ini adalah ketika liberalisme mulai mengguncang struktur masyarakat feodal yang mapan, dan golongan feodal berusaha mencari ideologi tandingan untuk menghadapi kekuasaan 72
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, 93. 73
Secara etimologis, liberalisme berasal dari kata atau bahasa Latin yang berarti free (bebas). Selanjutnya liberal berarti nonrestricted; tidak dibatasi atau independent in opinion (bebas dalam pendapat. Maxime Rodinson, Islam dan Kapitalisme (Bandung: Iqra, 1982), 31 74
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, 94. 75
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, 94.
persuasif liberalisme. Dari sinilah, konservatisme muncul sebagai reaksi atas paham liberal. 3. Sosialisme Menurut Deliar Noer, sosialisme pada hakikatnya berpangkal dari keprecayaan diri manusia, melahirkan kepercayaan bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi dapat diusahakan untuk melenyapkannya.76 Paham ini merupakan antithesis dari paham liberalisme. Sosialisme merupakan suatu paham yang menjadikan kepentingan bersama kolektivisme sebagai inti pemikiran dan fokus pergerakannya. Ada beberapa identitas dari keberadaan sosialisme. Pertama, sosialisme berpegang pada prinsip-prinsip kesederajatan dan pemetaan. Untuk terwujudnya prinsip tersebut, diperlukan pola pengaturan agar setiap orang diperlakukan sama dan ada pemerataan dalam berbagai hal. Kedua, paham ini memiliki pemikiran ekonomi yang negara-centris, yakni untuk mengatasi kesenjangan orang-orang dalam memperoleh hidup layak dan memperoleh kekayaan, perlu adanya pendistribusian yang dilakukan secara terpusat oleh negara agar orang-orang mendapatkan hak serta kesempatan secara adil. Ketiga, pemikiran politik sosialisme adalah bahwa negara sangat perlu guna membina dan mengordinasikan kebersamaan. Keempat, pemikiran keagamaan sosialisme dipengaruhi kuat oleh pemikiran yang berdasarkan ajaran agama bahwa manusia harus saling menolong.77 4. Komunisme Ideologi ini hampir sama dengan paham sosialisme. Komunisme menghendaki penguasaan sarana-sarana produksi yang vital oleh negara.78 Menurut paham ini, dalam negara, individu 76
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat (Bandung: Mizan,
1999), 188. 77
Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya, 57. 78
Komunis mulai popular dipergunakan setelah revolusi di tahun 1830 di Perancis. Ia merupakan suatu gerakan revolusi yang menghendaki perubahan pemerintahan yang bersifat parlementer dan dihapuskannya raja. Pada awalnya, istilah komunisme mengandung dua pengertian. Pertama, ada hubungannya dengan komune (commune), suatu satuan dasar bagi wilayah negara yang berpemerintahan sendiri, dengan negara itu sendiri sebagai federasi komunekomune itu. Kedua, dari istilah komunisme tadi, ia menunjukkan milik atau
tidak diperbolehkan memiliki sarana produksi sebagai hak milik, apalagi sarana yang vital bagi kepentingan umum. Di balik persamaan, terdapat juga perbedaan, yakni komunisme memandang negara diperlukan untuk mengendalikan perjuangan kelas dan menghapus perbedaan kelas. Jika tercapai, fungsi dan bahkan eksistensi negara tidak diperlukan lagi.79 Apabila sosoalisme tetap menganggap negara diperlukan, juga lebih lunak dan bersifat evolusioner, komunisme bersifat revolusioner serta jarang pula menganut prinsip, tujuan menghlalkan segala cara. 5. Fasisme Fasisme merupakan reaksi kekecewaan kedua, setelah komunisme, terhadap akibat negatif yang ditimbulkan dari praktik ideologi liberalisme. Walaupun kedua paham ini merupakan reaksi kekecawaan atas liberalisme, terdapat perbedaan mendasar jika dilihat dari konteks kemunculan kedua ideologi ini. Sejarah membuktikan bahwa komunisme lahir pada tatanan masyarakat yang masih terbelakang secara teknologi atau masyarakat yang belum mengalami proses industrialisasi dengan struktur masyarakat feodalistik-aristokratik dan semi-agraris.80 Sementara fasisme justeru muncul pada tatanan masyarakat yang relatif maju dan memasuki tahap industrialisasi. Ada tujuh doktrin atau unsur-unsur pokok dalam pandangan fasis: 1). Ketidak-percayaan terhadap kemampuan nalar. 2). Pengingkaran terhadap persamaan derajat kemanusiaan. 3). Kode perilaku yang didasarkan pada kebohongan dan kekerasan. 4). Pemerintahan orang elit. 5). Totaliterisme. 6). Rasialisme dan Imperaliesme. 7). Menentang hukum dan ketertiban internasional.81 kepunyaan bersama. Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia Ketiga (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 279. 79
Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depannya, 58. 80
Lihat Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat; Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 334. 81
William Ebenstein & Edwin Fogelman, Isme-Isme Dewasa ini, alih bahasa Alex Jamadu, (Jakarta: Erlangga, 1990), 123.
6. Fundamentalisme Kebangkitan suatu gerakan dapat muncul karena adanya satu atau beberapa momentum. Momentum tersebut dapat berupa peristiwa-peristiwa yang senantiasa mempunyai pengaruh yang lebih menggetarkan dan tahan lama pada sebuah kebangkitan suatu gerakan. Perang Salib82 misalnya, menjadi salah satu peristiwa atau momentum bagi lahirnya militansi atau fundamentalisme Kristen Barat yang paling jelas. Intinya adalah, lahirnya fundamentalime dalam suatu agama atau negara tidak lepas dari keterkaitannya dengan momentum atau peristiwa. Pelecahan al-Qur’an dengan penulisan ayat-ayat setan oleh Salman Rushdie, yang mendapat perlindungan dari Negara Inggeris dan negara-negara barat, penghinaan al-Qur’an di toilet al-Ghari>b Guantanamo, dan pemuatan karikatur Nabi Muhammad oleh media cetak di Denmark yang kemudian dimuat ulang di berbagai negara Barat dewasa ini, merupakan contoh-contoh momentum yang paling tepat sebagai pemicu bagi bangkitnya fundamentalisme Islam. Momentum-momentum tersebut telah melahirkan berbagai reaksi internasional dengan pengerahan massa besar-besaran dalam aksi penentangan.83 7. Kapitalisme Global Munculnya kapitalisme di dunia merupakan kelanjutan dari sebuah proses perubahan sosial yang berkaitan dengan teori-teori perubahan sosial yang ada. Salah satunya merupakan akibat langsung dari adanya gerakan liberalisme di awal. Dalam perkembangan dunia yang memiliki kecenderungan semakin tiadanya batas jarak antar negara, munculnya kapitalisme merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan. Teori modernisasi yang muncul sekitar 1950-an di Amerika Serikat menjadi teori yang paling penting dari perjalanan kapitalisme. Teori ini lahir dalam suasana ketika dunia memasuki perang dingin antara negara 82
Menurut John L. Esposito, terdapat dua mitos yang meliputi persepsi Kristen Barat mengenai Perang Salib, yaitu kemenangan Kristen dan bahwa Perang Salib dilakukan hanya untuk pembebasan Jerusalem. Lihat John L. Esposito, Ancaman Islam, Mitos dan Ancaman (terj.) (Bandung: Mizan, 1996), 17. 83
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, 98.
negara komunis yang dimotori negara sosialis Uni Soviet. Perang dingin ini merupakan bentuk peperangan ideologi dan teori antara kapitalisme dan sosialisme.84Dan sampai saat ini pola gerak kapitalisme telah meng-global sampai ke semua negara-negara di dunia. Bukti bahwa kapitalisme telah mamasuki pola gerak pembangunan negara-negara di dunia, khususnya dunia ketiga adalah, meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang pesat di beberapa kawasan, khususnya Asia. Catatan Bank Dunia misalnya di tahun 1993 M., pusat-pusat pertumbuhan itu terdapat di delapan tempat, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan serta Newly Industrial Economics (NIEs) di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand.85 *** Dalam kehidupan berpolitik, agama banyak dijadikan simbol dan sumber referensi dalam menata sistem dan pola pemerintahan yang dijalankan yang disebut dengan ideologi agama. Berdirinya sebuah negara atau institusi kekuasaan kerap dipengaruhi oleh sebuah ideologi yang dianut masyarakat agama. Oleh karenya, ide-ide keagamaan yang membentuk sebuah sistem kekuasaan akan diterapkan dalam proses berlangsungnya sebuah kekuasaan. Ideologi keagamaan yang bersifat ekslusif bisa melahirkan cara pandang yang ekslusif. Menurut Frithjof Schuon (1907-1998 M.), ideologi keagamaan adalah ide-ide yang dibangun atas nilainilai kebenaran.86 Ide-ide yang benar, yang sedikit banyak mengandung kebenaran mutlak, menjadi aspek-aspek kunci intelektual sebuah agama. Namun, pemahaman tentang kebenaran konsep-konsep agama cenderung dibatasi dengan pemahaman yang bersifat teoritis, yang disebut dengan pemahaman dogmatis. 84
Mansour Faqih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 53. 85
Deddy Ismatullah dan Asep. A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif, 105. 86
Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama-agama, alih bahasa Saafroedin Bahar, (Jakarta: Pustaka Fidaus, 1994), 42.
Pemahaman dogmatis memiliki cara pandang yang ekslusif karena cenderung menolak kebenaran konsep-konsep lain. Dalam hubungannya dengan bangunan sistem politik, cara pandang yang bersifat dogmatis ini bisa melahirkan ekstrimisme politik. Namun ketika dogma dilihat dalam inti kebenaran yang bersifat universal, maka cara pandang ekslusif akan lenyap. Dan itulah yang akan melahirkan cara pandang esoteris. Dogmatisme berbagai kebenaran universal secara lahiriah dapat dibenarkan sepenuhnya berdasarkan kenyataan bahwa kebenaran-kebenaran atau ide-ide, dalam memberikan dasar bagi ajaran agama, harus mampu dipahami sampai taraf tertentu oleh semua orang. Oleh karena itu, konsepsi-konsepsi ideologis sebuah agama haruslah bisa dipahami dan diterima sebagai sebuah kebenaran yang bersifat universal, sehingga mempengaruhi manusia untuk berpegang pada nilai-nilai yang benar.87 Dengan adanya pemahaman terhadap agama sebagai sebuah kebenarana yang universal, maka ekstrimisme politik akan terhindarkan. Pandangan yang berbeda tentang pengaruh ideologi agama dalam kehidup sosial politik dilontarkan oleh Karl Marx. Ia terkenal dengan jargon bahwa agama adalah candu. Bahkan lebih dari itu, ada yang berpandangan bahaya agama lebih dari sekedar candu, agama dianggap akar segala kejahatan. Karena agamalah terjadi tragedi umat manusia yang diakibatkan dorongannya membuat orang menganiaya sesamanya untuk mempertahankan kebenaran. Pandangan ini dianggap sangat berlebihan karena seakan menafikan nilai-nilai kebenaran yang terdapat dalam agama. Memahami subtansi agama sebagai sebuah kebenaran universal bisa dijadikan sebagai sumber untuk menata kehidupan yang damai. Tidak mengherankan kalau Karl Marx mempunyai pandangan yang mendiskreditkan agama. Marx adalah salah seorang tokoh yang menganut aliran teori konflik. Dalam pandangan aliran ini, masyarakat yang baik adalah masyarakat yang hidup dalam situasi konflik, masyarakat yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) dianggap masyarakat yang tertidur dan 87
Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama-agama, 43.
statis.88 Teori konflik dibangun oleh Hegel dan kemudian didukung oleh Karl Marx, F. Oppenheimer, Weber, dan Sombart. Kalau dilihat dari teori ini, lebih cenderung materialistis dan mengabaikan nilai-nilai teologis normatif. Mirip dengan pandangan Karl Marx di atas, aliran positivisme juga mengajarkan bahwa masyarakat, termasuk masyarakat agama, sama dengan benda-benda alamiah. Oleh karenanya, harus dilakukan kuantifikasi atas dimensi masyarakat yang kualitatif dengan menggunakan metode pengukuran yang eksat, dan menarik kesimpulan yang dibuktikan oleh fakta-fakta. Dengan kata lain, kesimpulannya bersifat netral tanpa diwarnai pertimbangan-pertimbangan teologis atau filosofis, dan dilepas dari konteks kesejarahan yang dialami masyarakat dalam waktu lampau.89 Dengan demikian, nilai-nilai agama tidak menjadi ukuran kebenaran, tetapi kebenaran diperoleh dari data-data yang empirik. Terlepas dari persepsi negatif Marxis terhadap agama, ia tetap mengakui pengaruh ideologi agama dalam kehidupan masyarakat. Ia melihat, agama banyak menjadi faktor penggerak dalam masyarakat untuk melakukan gerakan-gerakan revolusi, perbaikan, dan memicu persaingan. Meskipun akibat dari perjuangan ideologis atas agama banyak berakhir konflik, namun tetap dianggap positif dalam pandangan aliran ini, karena konflik agama bisa melahirkan revolusi. Ideologi keagamaan juga sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial. Kepercayaan yang didasarkan kepada ketundukan dapat menimbulkan kontrol terhadap tindakan-tindakan sosial. Pemahaman agama yang didasarkan pada wahyu Tuhan akan diikuti dengan ketekunan dalam hidup dan dan kesungguhan untuk menyongsong kehidupan di akhirat. Kehidupan di akhirat menimbulkan harapan, keyakinan dan keberanian dan dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan tata cara hidup dalam masyarakat.90 Harapan atas balasan yang baik pada kehidupan 88
Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, (Jakarta: Teraju, 2002), 57. 89
Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, 57.
90
Delia Noer, Islam dan Politik, 293.
akhirat mendorong manusia memperbaiki praktek ritual dan tingkah laku kehidupan sosialnya. Kembali kepada konteks politik, pada saat sekarang ini, kita mudah melihat pengaruh ideologi agama dalam praktek kehidupan politik. Deliar Noer berpandangan bahwa ideologi sangat berpengaruh terhadap budaya dan politik. Mengenai pengaruh agama terhadap politik, bisa dilihat pertentangan Inggeris dengan Irlandia Utara, terbentuknya negara Israel, konflik Pakistan, begitu pula kerusuhan orang-orang Moro di Filipina Selatan. Ini dianggap sebagai pengaruh langsung dari pandangan keagamaan terhadap gerakan politik, di mana ia cenderung keras dan radikal. Dalam sejarah Eropa kita kenal pertentangan antara kekuasaan Paus dan Kaisar pada Abad Tengah. Meskipun terjadi pemisahan agama dengan gereja, tidaklah berarti bahwa pengaruh agama tersingkir dari politik.91 *** Pengaruh ideologi keagamaan terhadap politik secara signifikan bisa kita bandingkan dalam agama-agama samawi. Dalam Islam, agama sebagai kekuatan ideologis, secara sederhana bisa dilihat ketika Nabi Muhammad menekankan diwajibkannya bagi setiap laki-laki dan wanita yang mengikuti keyakinan perintah Tuhan untuk menuntut Ilmu dari buaian sampai liang lahat. Iman adalah kekuatan yang menyangganya, agar ilmu tidak kehilangan arah, sebab ilmu dan iman adalah mata air yang mengalir yang ahirnya menyatu di muara peradaban yang berkembang dalam bangunan ideologi politiknya.92 Salah satu konsep yang dicita-citakan oleh sebagian kelompok Islam untuk direlisasikan adalah konsep khilafah dan negara Islam. Dalam bukunya Niz}a>m al-H{ukm fi> al-Isla>m, Taqiuddi>n al-Nabha>ni>93 mengungkapkan bahwa institusi 91
Deliar Noer, Islam dan Politik (Jakarta: Yayasan Risalah, 2003), 294.
92
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia Ketiga, 292. 93
Baca dalam Taqiuddi>n al-Nabha>ni>, Sistem Pemerintahan Islam; Doktrin, Sejarah dan Realitas Empiris, alih bahasa Maghfur Wahid, (Bangil: AlIzzah}), 117, tentang pilar-pilar pemerintahan Islam, 39-57.
khilafah dibangun di atas empat dasar utama, yaitu (1) kedaulatan di tangan Allah dan Nabi; (2) kekuasaan di tangan rakyat; (3) menganut kesatuan, bukan persatuan; (4) menganut keputusan hukum tunggal. Sistem khilafah94 dianggap sebagai tuntunan syar'i> yang memiliki akar ideologis yang kuat dalam doktrin Islam, merupakan idealisme yang memiliki landasan tekstual yang konklusif dalam Islam. Al-Qur’an maupun Hadits secara eksplisit menurut pandangan ini, telah menetapkan sistem dan bentuk institusi politik Islam, struktur organisasi dan landasan filosofinya. Penyatuan masyarakat muslim dalam organisasi bernama negara Madinah merupakan sampel yang berangkat dari format konsep normatif, tetapi bergerak dalam bentuk praktis historis. Konsekuensi ketentuan normatif tersebut adalah bahwa konsep khilafah juga didasarkan pada konsep historis yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad di Madinah.95 Sebuah kongklusi yang diamini dalam pemikiran ini bahwa Islam merupakan sistem yang sempurna dan komperhensif, mampu memecahkan seluruh problem kehidupan. Islam merupakan ideologi aplikatif-praktis serta sistem yang sempurna, layak untuk diaplikasikan agar kaum muslimim mengadopsi sistem-sistemnya, 94
Dari zaman Nabi di permulaan abad 7 M sampai permulaan abad 20 M, Islam merupakan khilafah, dalam arti seluruh dunia Islam berada di bawah kekuasaan khilafah-khilafah yang mulanya berpusat di madinah, kemudian di Damaskus, kemudian di Bagdad dan di Kairo dan terakhir di Istambul. Setelah runtuhnya khilafah, muncul Negara-negara yang berdiri sendiri di berbagai daerah dunia Islam. Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: UI Press, 1995), v. 95
Alasan yang memperkuat sistem politik ini adalah pada masa Rasulullah saw, telah dilakukan berbagai aktivitas politis, seperti mengirim dan menerima duta negara asing, mengirim pasukan, melakukan perjanjian, mengangkat hakim, gubernur, dan panglima, menetapkan kebijakan publik, dan sebagainya. Ini merupakan aktivitas seorang kepala negara, sekalipun negara itu adalah negara kota. Madinah saat itu mirip negara kota yang merdeka, dan tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan asing. Mekkah juga merupakan negara kota. Meskipun saat itu ada sejumlah negara lain yang lebih besar, bahkan adikuasa, seperti Romawi yang berkuasa hingga Suriah, Jordania dan Afrika Utara dan Persia, namun Rasulullah tidak pernah tunduk di bawah Negara tersebut. Oliver Roy, The Failure of Political Islam (London: I.B Tauris, 1994), 107.
dan berusaha mewujudkannnya dalam dalam realitas kehidupan mereka.96 Sistem politik negara-negara Islam dalam sejarahnya mempunyai istilah berbeda-beda untuk mengakomodasi perubahan sosio-kultural yang terjadi. Pemegang kekuasaan di negara Islam selain bergelar khalifah, juga menggunakan istilah lain seperti ami>r al-mukmini>n, sult}a>n, shah, ami>r al-umara>, shekh, shari>f, dan kha>n. Itulah argumentasi teologis historis kelompok yang menganut ideologi negara Islam sebagai sistem yang wajib diterapkan oleh umat Islam, yaitu sistem yang berlandaskan pada teks-teks al-Qur’an dan Hadist97. Ini menunjukkan betapa ideologi agama berpengaruh dalam ranah politik Islam. Di negara kita pernah terjadi Darul Islam, perdebatanperdebatan yang sengit dalam konstituante tentang ideologi negara, dan pembahasan tentang Piagam Jakarta. Kalangan tokoh agama yang ikut merumuskan dasar negara ajaran-ajaran Islam dijadikan sebagai pijakan ideologis bangsa. Walaupun pada akhirnya Pancasila yang disepakati sebagai dasar negara tidak secara langsung dilandaskan secara tekstual dilandaskan pada ajran Islam, namun secara kontekstual, subtansi dan nilai-nilai Islam tetap terakomodasi dan teks-teks Pancasila. Hal itu bisa dilihat dalam poin pertama Pancasila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Dalam konteks kehidupan global, seperti dikemukakan oleh Badri Yatim, para penganut kapitalisme melihat adanya ancaman ideologi Islam dalam tatanan kehidupan global.98 Yang 96
Taqiuddi>n al-Nabha>ni>, Sistem Pemerintahan Islam, 2.
97
Dalam pandangan Kuntowijoyo, al-Qur’an dijadikan sebagai suatu paradigma dalam kehidupan politik dan sosial, dipahami menurut pandangan Thomas Kuhn bahwa realitas sosial dikonstruksi oleh mode of thought atau mode af inquiry. Dengan demikian, paradigm al-Qur’an menurut Kuntowijoyo adalah konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana dimaksudkan oleh al-Qur’an, yang mengkonstruksi pengetahuan yang memberikan dasar-dasar bagi kita untuk bertindak. Konstruksi ini memungkinkan kita untuk mendesain sistem, termasuk di dalamnya sitem pengetahuan dan kehidupan sosial. Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), xx. 98
Banyak ulama dan teolog mempertahankan secara dogmatis, bahwa negara Islam adalah negara teokratik, dan dalam negara demikian, tidak ada tempat bagi inisiatif manusia dalam arena legislasi, karena Tuhanlah satu-
dijadikan sebagai landasan adalah adanya penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam sejarah Islam, untuk membuktikan betapa buruk akibat yang terjadi kalau Islam memegang kekuasaan. Misalnya terbunuhnya tiga khalifah (Umar, Utsman, dan Ali) dari empat Khulafa> al-Ra>syidin. Atau perilaku sebagian khalifah yang menyimpang dari Islam, seperti perilaku Sultan Muhammad III (1595-1603 M), pengganti Murad III, seorang khalifah dalam masa Utsmaniyah, yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 9 orang dan menenggalamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi.99 Menurut cara pandang ideologi kapitalisme, Islam ideologi jelas merupakan ancaman baginya. Sebab ideologi kapitalisme bertumpu pada ide dasar sekulerisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Maka bagi ideologi kapitalisme, agama adalah masalah pribadi antara individu dengan tuhannya. Agama tidak dibenarkan turut campur dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Karenanya, Islam dalam bentuk ideologi jelas merupakan ancaman terhadap eksistensi sekulerisme, dasar kapitalisme. Sebab Islam dalam bentuk ideologi berarti mengharuskan adanya peran agama Islam dalam seluruh tatanan aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tanpa kecuali.100 satunya pembuat hukum. Al-Mau>du>di menggambarkan pemerintahan Islam sebagai Theo-Demokrasi, dan dalam bentuk pemerintahan itu, umat Islam hanya memiliki kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah kemahakuasaan Allah. Ini adalah posisi yang hampir tak dapat dipertahankan kecuali kalau seseorang menerima pendapat ulama abad pertengahan sebagai suatu kata akhir dan menganggap tertutup semua pilihan lain. Karya ulama, dengan segala keterbatasan dan kelebihan mereka yang manusiawi, tidak bisa disamakan dengan firman Tuhan. 99
Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), 155. 100
Islam telah memberikan cara menyelesaikan masalah ekonomi, politik, sosial, pemerintahan dan lain-lain, seperti juga Islam telah menerangkan tata cara shalat, puasa, pernikahan dan zakat. Islam telah menjelaskan cara-cara pemilikan harta, transaksi dan muamalah, sebagaimana Islam telah menjelaskan masalah sanksi-sanksi hukum bagi orang-orang yang melanggarnya. Islam pun memberi petunjuk bagaimana mengatur hubungan negara dengan negara, umat dan bangsa lain dan menjelaskan pula cara mengemban dakwah. Syariat Islam telah mengharuskan kaum muslimin memiliki sifat-sifat mulia, dan hal ini harus
Para penganut kapitalisme melakukan berbagai langkah, antara lain, melakukan manipulasi dengan menyebarkan opini bahwa Islam adalah agama, bukanlah ideologi. Islam diilusikan seperti agama Kristen atau Katolik yang harus terlepas dari kekuasaan dan pemerintahan. Memandang Islam sebagai ideologi, kata mereka, adalah suatu apologi yang muncul karena perasaan inferior di bawah dominasi dan imperialisme Barat. Dikatakan pula bahwa konsep kenegaraan dalam Islam itu tidak ada, karena dalam alQur’an tidak ada kata al-dau>lah (negara).101 Di Indonesia sendiri, Islam ideologi juga banyak ditentang oleh para cendikiawan dan intelektual, dan menerima konsep sekularisme. Ditulis oleh Budhy Muawar Rahman, bahwa Nurchalis Majid mempunyai gagasan sekularisasi yang dalam pengertian subtamtifnya menghasilkan penolakan terhadap partai Islam dan konsep negara Islam. Dalam bahasanya “Islam yes, partai Islam no” Konsep ini menjadi isu sentral sekaligus kontroversial di awal tahun 1970-an. Yang dimaksud oleh Nurchalis dengan sekularisasi adalah menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrawikannya.102 Gagasan-gagasan tersebut kemudian mendapatkan kritik dan serangan bertubi-tubi dari kelompok skriptualis-tekstualis muslim, di antaranya dari kelompok Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), H. M. Rasyidi merupakan salah satu tokohnya. Sebaliknya, kritik bertubi-tubi tak membuat surut Nurchalis. Bagi Nurchalis, sekeularisme sering dipahami secara salah sebagai bentuk ketidak pedulian terhadap nilai-nilai transendental, terlebih agama. Sesungguhnya sekularisme bukan teori yang menolak agama. Bahwa persoalan-persoalan agama itu perlu dipisahkan dengan negara merupakan pandangan yang benar, tapi itu tidak berarti sekularisme menjadi anti agama.103 dianggap sebagai hukum-hukum Allah swt, bukan karena sifat itu terpuji di hadapan manusia. 101
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 156.
102
Budhy Munawar Rahman, Argumen Islam untuk Sekularisme; Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya, (Jakarta: Grasindo, 2010), 17. 103
Budhy Munawar Rahman, Argumen Islam untuk Sekularisme, 16
Dalam konteks ke-Kristenan, pengaruh agama dalam ranah politik secara jelas bisa direpresentasikan oleh situasi Gereja pada abad 16-18 M. Pada masa ini, ideologi Gereja mendominasi lingkungan, struktur sosial, undang-undang, dan adat kebiasaan masyarakat. Tatanan masyarakat pada saat itu hampir secara keseluruhan diinspirasikan oleh Gereja. Hal itu dapat dijelaskan dengan adanya kontrol negara terhadap Gereja, negara tidak mau diutak-atik bentuk masyarakat yang tidak diinspirasikan oleh Gereja.104 Secara politis, sikap penguasa menyatakan diri bebas dan luput dari otoritas lain di luar kekuasaannya dan membuat sentralisasi kekuasaan terhadap pihak di dalam kekuasaannya. Raja yang berkuasa menentukan segala-galanya tanpa kritik dan kontrol.105 Secara sosial, ada kesenjangan dalam kelompok masyarakat, di mana strata sosial terhadap kelompok-kelompok masyarakat tertentu membedakan golongan bangsawan, militer, dan rakyat biasa. Munculnya absolutisme pada prinsipnya untuk mensejajarkan secara sempurna tata politik bernegara dengan tata religius Kristen yang diatur Gereja. Hak ilahi raja mengambil dasar teoritis kekuasaannya dari reduksi otoritas keagamaan ke dalam kekuasaan sipil. Raja memiliki kewenangan sebagai wakil Allah, kekuasaannya langsung diberikan dari Tuhan. Rakyat hanya dituntut untuk menjadi taat secara buta kepada raja karena raja memiliki martabat yang transenden, yang lebih penting daripada hidup warga negaranya sendiri.106 Kesatuan politis didasarkan pada kesatuan agama. Situasi keragaman agama dalam negara tidak lagi dimungkinkan. Mereka yang tidak memeluk agama yang dominan 104
C. Warren Hollister and Judith M. Benneth, Medivel Europe; A Short History (New York: Mc Graw Hill, 2002), 346. 105 106
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, 184.
Monarki Absolut didasarkan pada kepercayaan bahwa kekuasaan mutlak raja bersifat ilahiah, dan karena itu suci. Tuhan bukan manusia yang telah menganugrahkan kekuasaan itu kepada seorang raja. Kepercayaan inilah yang dinamakan hak-hak ketuhanan raja dalam sejarah pemikiran politik barat. Secara historis, hak-hak ketuhanan raja telah berkembang sejak abad pertengahan atau mungkin jauh sebelumnya. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, 185.
akan mengalami penyempitan dalam pemenuhan hak politik dan sipilnya. Absolutism Gereja dalam hal ini menetapkan bahwa agama Katolik adalah agama negara. Dominasi agama Katoliklah yang akhirnya dilegitimasi sebagai agama satu-satunya yang benar. Gereja dinyatakan sebagai masyarakat berdaulat meskipun ada batas-batas tertentu. Hal ini mencampur-adukkan kepentingan agama dan negara sehingga tahta dan altar saling berhubungan. Karena kesatuan itu, raja menganggap agama harus dipertahankan dan dimajukan.107 Penguasa berusaha menciptakan dan mempertahankan struktur yang mendukung warga untuk melakukan kewajiban agama, membela agama sambil menghalangi proselitisme bid’ah, tindakan melawan agama dianggap menghina kekayaan spiritual bangsa, melawan raja, wakil Tuhan. Gereja menggunakan kekuatan negara. Tugas hirarki untuk menjaga keutuhan iman dan moral dilakukan dengan menggunakan kekuatan otoritas dan sarana yang diberikan negara. Negara menjadi polisi khusus bagi gereja. Dengan begitu, gereja menikmati imunitas, bebas pajak, dan luput dari undang-undang yang berlaku pada umumnya. Imunitas ini menimbulkan realitas bahwa negara benar-benar berada di bawah otoritas Gereja, dan ajaran Gereja mengklaim bahwa ajarannyalah yang paling benar. Fenomena ini menimbulkan reaksi yang luas oleh masyarakat Kristen Eropa yang memprotes sistem absolutisme Gereja (Kristen Protestan). Gerakan reformasi Protestan ini dipelopori oleh Martin Luther, Johannes Calvin, Zwingli, Jhon Knox dan lainnya. Gerakan ini sangat berdampak luas, tidak hanya dalam aspek teologi keagamaan Kristiani, melainkan meluas dalam bidang pemikiran, sosial, politik, serta sejarah masyarakat Eropa.108 107
Ini berbeda dengan pandangan John Locke, kekuasaan Gereja sepenuhnya bersifat gerejawi, dalam artian kekuasaan tersebut terbatas pada batas-batas gereja. Dengan alasan maupun cara apa pun, kekuatan gerejawi tidak boleh diperluas ke urusan-urusan yang ada di bawah wewenang pemerintahan sipil, karena menurut Locke, gereja dalam dirinya sendiri mutlak terpisah dan berbeda dengan masyarakat. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, 210. 108
Gerakan ini pada awalnya semata hanya tindakan protes kaum bangsawan serta penguasa Jerman terhadap kekuasaan Imperium Katolik Roma masa Itu. Dalam perkembangan selanjutnya, dari gerakan ini telah berkembang menjadi gerakan kegamaan yang terorganisir dan terlembaga sebagai sebuah
Pada intinya, terlepas dengan cara apa dan bagaimana ideologi hadir, berkembang dan berpengaruh, pada dasarnya ideologi merupakan suatu keyakinan, karena mengandung mitos dan cita-cita yang harus direalisasikan dan memiliki kebenaran. Bagi pengikutnya, ideologi tidak hanya diakui dan diikuti, lebih dari itu dihayati sebagai sesuatu yang memiliki spirit hidup serta spirit perjuangan dalam menjawab tantangan yang dirasakan. Karena ideologi itu sering merepresentasikan, menggambarkan cita-cita, juga memiliki daya respon terhadap apa yang timbul dan terjadi dalam kehidupan sosial politik. Dalam konteks ke-Yahudian, berdirinya negara Israel di wilayah Palestina pada 1948 M., yang kemudian menuai konflik berkepanjangan, memiliki kaitan erat dengan dokrin-doktrin keagamaan yang dianut oleh orang-orang Yahudi. Terlepas dari kontraversi –apakah konflik Israel Palestina bersifat teologis atau politis- berbagai kalangan, baik pengamat maupun akademisi yang tertarik dengan problematika Islam dan Yahudi di Timur Tengah, penulis melihat adanya pengaruh yang signifikan dari pandangan keagamaan Yahudi terhadap politik pendirian negara Israel. Keinginan Yahudi untuk kembali ke Palestina adalah merupakan sebuah “Ideologi” yang melandasi idealismenya untuk membentuk sebuah negara. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melihat lebih jauh akar teologis Yahudi tetang Jerusalem, karena keinginannya untuk kembali ke Jerusalem bukanlah sekedar ide, keinginan atau ambisi, tetapi telah direalisasikan dalam sebuah gerakan politik.
kelompok keagamaan dalam tubuh Kristiani. Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, 86.
BAB III Tinjauan Historis Kota Jerusalem “Jerusalem merupakan kota yang memiliki sejarah yang sangat panjang, memiliki identitas tersendiri yaitu sangat kental dengan nuansa-nuansa keagamaan dan politik, baik pada masa kuno maupun pada masa modern. Nuansa keagamaan yang sangat kental dengan kota Jerusalem adalah karena Jerusalem tidak dapat dipisahkan dari sejarah berbagai agama-agama besar dunia seperti Yahudi, Kristen dan Islam.” (David Novack) Studi tentang historitas Kota Jerusalem menjadi urgen ketika menelaah proses transformasi sebagian besar wilayah Islam di Palestina menjadi negara Yahudi Israel, karena orang-orang Yahudi menjadikan acuan historis hubungan Yahudi dan kota ini sebagai alat justifikasi aktivitas kolonialisasi Palestina. Apa yang dilakukan orang-orang Yahudi di Palestina adalah aktivitas yang dianggap legal karena merupakan sebuah upaya pengambilan kembali negeri yang pernah dikuasai. Dengan demikian, dalam pembahasan ini, akan dipaparkan kronologi perjalanan sejarah Jerusalem.
Jerusalem dan Background Sejarahnya (4500-1500 SM.) Secara umum, kata “Jerusalem” terdiri dari dua suku kata yaitu “Jeru” dan “Salem”. Kata “Jeru” adalah tempat atau kota sedangkan “Salem” adalah istilah atas sesembahan masyarakat asli Palestina yaitu ila>h} al-Sala>m (Tuhan kedamaian). Maka dengan begitu, kota ini secara teologis dikatakan sebagai tempat bersemayamnya Tuhan pencipta kedamaian. Ada juga yang berpendapat bahwa kata “Jeru” berarti al-mi>ra>th (warisan), sehingga kota Jerusalem berarti tanah warisan Tuhan yang penuh kedamaian.109 Dalam kitab Genesis (Kejadian), kota ini juga disebut dengan “Salem” yang artinya adalah kedamaian.110 Kata “Jerusalem” di sepanjang sejarah dapat ditemui dalam beberapa bahasa peradaban bangsa-bangsa besar dunia. Mengutip dari Trias Kuncahyono, dalam bahasa Ibrani ia disebut “Yerushalayim” sebagaimana yang terdapat dalam al-Kitab berbahasa Ibrani, dalam bahasa Aram “Yeurusalem”, dalam alKitab Yunani “Ierousale>m”, dalam bahasa Latin “Hierusalem”, dalam bahasa Latin Klasik “Ieropolis”, dalam dalam bahasa Arab kuno “Um”, dalam bahasa Armenia “Erousalem” dan bahasa-bahasa lainnya yang sedikitnya terdiri dari 70 penamaan.111 Dalam bahasa yang dipakai oleh dinasti Asyiria, yaitu sekitar tujuh ratus tahun sebelum masehi, didapatkan nama kota ini dengan “Urishlem”. Dalam bahasa Yunani pada masa kekuasaan Alexander The Great (356-323 SM) yaitu sekitar 330 SM, Jerusalem disebutkan dengan nama “Herosolima” atau disingkat dengan “Solima”. Pernah juga dikenal dengan kota Yabous. Pada masa kejayaan Daud, ia disebut sebagai kota Daud. Akhirnya nama Jerusalem kemudian dikenal oleh hampir semua bahasa dunia.112 109
Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A al‐Fikr al‐S{uh}yu>n al‐Mu’a>shir (‘Amma>n: Mat}bu’a>t al‐Sha’b, 2002). 137. 110 Dikatakan “Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi” Kejadian, 14:18. 111 Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir (Jakarta: Kompas), 138. 112
Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A
Kalau diperhatikan, dalam sepanjang sejarahnya, Jerusalem memiliki banyak penamaan berdasarkan kaum dan bangsa yang menguasainya. Nama-nama tersebut adalah Jerusalem, Quds, dan Palestina.113 Ini menunjukkan kota ini dalam sepanjang sejarah senantiasa menjadi titik sentral kepentingan, konflik, karena selalu diperebutkan oleh berbagai bangsa dan penganut agama. Term al-Quds adalah term yang mengawali keberadaan kota ini, yaitu sebelum era bangsa Ibrani. Di tempat inilah untuk pertama kalinya dibangun tempat-tempat peribadatan suci. Menurut Salomon Monic, seorang orientalis Yahudi berkebangsaan Prancis dalam bukunya yang berjudul “Palestin”, yang paling benar dari nama kota ini adalah Quds. Nama ini kemudian dalam bahasa Yunani mengalami perubahan penyebutan menjadi penyebutan bahasa Aram (Qadisyta).114 Dalam kitab suci Yahudi pun (Taurat), kota ini seringkali disebutkan dengan nama Quds.115 Sedangkan istilah Palestine (Palestina) berasal dari nama suku Philistia yang menaklukkan negeri Kanaan sekitar 1200 tahun sebelum masehi. Penamaan ini diberikan atas wilayah-wilayah pesisir Laut Tengah yang ditaklukkan oleh suku ini. Pada masa pemerintahan Yunani sekitar 330 tahun sebelum masehi, istilah Philistia tidak hanya dipakai untuk wilayah-wilayah pesisir, tapi juga dipakai untuk wilayah bagian dalam negeri Kanaan yang meliputi Palestina sekarang. Pada masa penaklukan Roma atas negeri ini, yaitu pada abad pertama Masehi, istilah Palestina resmi digunakan, dan setelah orang Arab menguasai negeri ini, mereka menyebutnya “Filisti>n”. *** Jerusalem merupakan kota yang memiliki sejarah yang sangat panjang, memiliki identitas tersendiri yaitu sangat kental dengan nuansa-nuansa keagamaan dan politik, baik pada masa kuno maupun pada masa modern. Nuansa keagamaan yang sangat kental dengan kota Jerusalem adalah karena Jerusalem tidak dapat dipisahkan dari sejarah berbagai agama-agama besar dunia seperti 113
Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A
114
Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A
115
Lihat Kitab Ash’iya>, 48:2 dan Nahmia, 11:1.
Yahudi, Kristen dan Islam. Kota Jerusalem pun tidak dapat dipisahkan dari kepentingan politik berbagai bangsa besar dunia baik pada masa klasik maupun pada abad modern sekarang ini.116 Itu bisa dilihat bahwa pada masa klasik, sejumlah kekuatan besar dunia seperti bangsa Kanaan, Romawi dan Persia kerap memperebutkan kota ini, dan pada era modern sekarang ini, sejumlah kekuatan besar dunia seperti Arab, Yahudi, Amerika dan Eropa menjadi kontestan untuk mencapai kepentingankepentingannya di kota ini.117 Sejarah Jerusalem yang panjang juga tidak lepas dari konflik dan ketegangan politik. Digambarkan Francis Edward Peters (1927 M.) dalam Jerusalem, Idea and Reality, bahwa Jerusalem adalah kota yang memiliki memori sejarah yang panjang, rumit dan unik. Banyak ilmuan yang telah meneliti perjalanan sejarah kota ini menyimpulkan bahwa kota ini adalah kota yang paling banyak menuai konflik kepentingan, baik kepentingan agama maupun kepentingan politik. Beberapa agama samawi seperti Yahudi, Kristen dan Islam masing-masing memiliki kepentingan -mulai ribuan tahun yang lalu sampai sekarang- untuk menggapai Jerusalem. Begitupula beberapa bangsa besar dunia seperti Bangsa Semit Kuno, Persia, Romawi dan Arab tidak pernah luput dari konflik untuk menguasai kota ini.118 Di masa modern, orang-orang Yahudi menjadikan Jerusalem atau Palestina sebagai negara masa depan mereka. Negara masa depan bagi orang-orang Yahudi ini adalah merupakan pengaruh tradisi Bibel dan sejarah Yahudi kuno di Jerusalem. Dengan kata lain, Yahudi ingin kembali ke Palestina Karena memandangnya sebagai tanah air leluhur yang hilang dari mereka sejak bertahun-tahun. Kronologi sejarah Jerusalem sebagai kota suci dan kota leluhur setidaknya telah dimulai sejak sekitar 5000 tahun silam. David Leeming (1962 M.) dalam bukunya Jealous Gods and 116
Tamar Mayer and Suleiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality (New York: Routledge, 2008), 14.
117
Muh}ammad Diya>’ al‐Rahma>n Az}ami>, Al‐Yahu>diyyah wa al‐ Masi>h}iyyah (Madinah al‐Munawwarah}: Maktabah al‐Da>r, 1998), 29. 118
Tamar Mayer and Sulaiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality, 14.
Chosen People; The Mythology of the Middle East menyebut bahwa Jerusalem pada masa klasik telah diwarnai oleh beberapa kebudayaan kuno yang meliputi Mesir Kuno dan Mesopotamia. Bangsa-bangsa yang terkait dengan tanah Jerusalem, secara politis pada periode klasik meliputi, Sumeria, Akkadia, Amoria, Babilonia dan Asyiria. Kemudian dari itu, Jerusalem secara politis dan ideologis tidak bisa dipisahkan dari bangsa Kanaan, Palestina, Aram, Israel, Judah, Samaria, dan Arab.119 Di abad modern, Jerusalem identik dengan negara-negara seperti Iraq, Turki, Mesir, Syiria, Lebanon, Israel, Palestina, Yordania, Yaman, negaranegara Teluk, dan Saudi Arabia, karena faktor teologis. Pada sekitar tahun 3200 SM., diyakini oleh para arkeolog bahwa telah mulai muncul kota-kota kecil di Kanaan yaitu, Megiddo, Yerikho, Ai, Lakhis, dan Beth Syam, kota yang nantinya menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan agama besar dunia, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Kota ini terletak di daerah terpencil di Kanaan Kuno, berada di dataran tinggi yang sulit untuk ditempati. Diceritakan oleh Karen Armstrong bahwa Kanaan adalah kota yang kaya potensi, penduduknya mengekspor buahbuahan; anggur, minyak, madu, aspal dan bijian-bijian. Kota ini juga mempunyai nilai penting strategis karena menghubungkan Asia dan Afrika, dan menjadi jembatan antara peradaban Mesir, Syiria, Phunisia dan Mesopotamia.120 Potret sejarah Jerusalem paling penting dimulai dari tokoh Ibrahim yang dikenal sebagai Abu al-Anbiya> nenek moyang tiga agama samawi; Yahudi121 Kristen dan Islam, yang memulai tradisi monoteisme semitik.122 Sekitar 1900 SM. Ibrahim tinggal di salah 119
David Leeming, Jealous Gods and Chosen People; The Mythology of the Middle East (London, Oxford University Press, 2004), 9.
120
Karen Armstrong, Jerussalem; Satu Kota Tiga Agama, Diterjemahkan dari Jerusalem: One City, Three Faiths (Surabaya: Risalah Gusti, 2004), 3. 122 Dalam tradisi monoteistik, nabi Ibrahim dikenal sebagai pencetus sekaligus pembaharu. Nabi Ibrahim berasal dari Mesopotamia Amori dari U
satu kota penting yang berlokasi di tengggara Mesopotamia.123 Kota itu adalah U
Mesopotamia adalah wilayah yang meliputi wilayah Iraq Modern dan Suriah bagian Timur antara sungai Tigris dan sugai Eufrat. Dari segi latar belakang kultural dan politis, Mesopotamia telah dihuni manusia sejak milenium ketujuh sebelum masehi. Tempat yang pertama kali dihuni adalah desa pertanian kecil yang terletak di bagian utara wilayah itu, yang kemudian dikenal dengan Asyiria. Bagian selatan negeri itu yang kemudian dikenal dengan Babilonia, mulai dihuni manusia sebelum milenium keenam sebelum Masehi, yang disebut sebagai periode Ubaid.
Adapun agama Mesopotamia berasal dari kepercayaan dan praktek keagamaan orang Sumeria (menempati daerah Kuno di lembah sungai Eufrat, bagian utara muaranya), kemudian diterima dan dimodifikasi oleh orang Akkad (orang‐orang Semit yang datang dari Jazirah Arabiah ke Mesopotamia pada akhir milenium keempat sebelum masehi. Mereka menetap di Mesopotamia tengah yang memperkenalkan sebagian besar kepercayaan mereka sendiri berasimilasi dan berintegrasi dengan kepercayaan dari lingkungan baru mereka itu. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Akar dan Awal, 40. 124
A
dikenal sebagai “Sarah” ke negeri Jerusalem. Ketika sampai di tanah Jerusalem yang dijanjikan Tuhan, mereka diberi tahu bahwa tempat tersebut dipilihkan khusus dan dianugerahkan kepada mereka. Ibrahim memulai sejarah Bani Israil dari kota ini, yaitu ketika orang-orang semit pindah dari peradaban lembah sungai Eufrat yang sekarang ini berada di Irak, lalu kemudian menetap di perbukitan Jerusalem.125 Karena kesalehan dan keimanannya yang kuat, Ibrahim menjadi pemimpin bagi orangorang semit yang ikut pindah ke Jerusalem. Karakter dan sifat yang dimiliki oleh Ibrahim yang kuat dan berani menjadi sumber inspirasi dan rahmat bagi umat-umat di bumi ini. Fase kehidupan Ibrahim selanjutnya kemudian berpindah ke Mesir. Alasan kepindahannya ke negeri yang diperintah oleh Firaun -raja mesir pada saat itu- tersebut adalah karena pada saat itu di negeri Kanaan terjadi paceklik. Seperti pada hijrah pertama dari Babilonia ke Kanaan, dalam hijrah kali ini, Ibrahim tetap didampingi oleh Isrterinya Sarah. Ibrahim menetap di Mesir dan usianya pun bertambah tanpa dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai anak. Isterinya Sarah lalu mengizinkannya menikahi Hajar, seorang perempuan budak yang dihadiahkan raja Mesir Firaun kepadanya. Dari Hajar, Ibrahim dikaruniai seorang anak bernama Ismail dan dibawa jauh ke sebelah selatan Jerusalem, suatu lembah yang tandus dan gersang yaitu Mekah.126 Dengan petunjuk Tuhan, Ibrahim kembali ke Jerusalem, dan kembali dikaruniai seorang anak laki-laki dari Sarah yang bernama Ishaq.127 Dari keturunan Ishak lahir banyak dari Nabi dan Rasul Allah. Sebagai keturunan Nabi Ibrahim, Ishak mengemban tugas untuk mengembangkan ajaran tauhid yang benar yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Dengan rahmat Tuhan kepada Nabi Ibrahim, dari keturunan Ishak banyak lahir nabi dan rasul. Salah satu dari anaknya adalah Ya’qub. 125
‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d Fatta>h, al‐Yahu>diyyah ‘Ardun Ta>rikhi> wa al‐ Haraka>t al‐H{adi>thah fi> al‐Yahu>diyyah (‘Amma>n: Da>r ‘Amma>r, Cet. I, 1997), 25. 126
‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 25.
127
Lihat Kitab Kejadian, 17;19.
Ya’qub128 adalah gelar Israel yang dalam bahasa Ibrani berarti “Hamba Allah”, dan dalam bahasa Arab berarti Abdulla>h. Ini sangat beralasan karena Ya’qub dikenal sangat rajin beribadah dan menghambakan diri kepada Allah. Ya’qub memiliki 12 putra, 10 orang dari isteri pertamanya yaitu Rubin, Simon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar Dan, Gad, Asyar dan Naftali serta dua anak dari isteri keduanya yaitu Yusuf dan Benyamin.129 Mereka inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal 12 suku yang beberapa waktu kemudian membentuk Bani Israel.130 Keturunan Ya’qub lah yang kemudian berkembang dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi. Di antara anak-anaknya, Yusuf mendapatkan perlakuan khusus dari Ya’qub karena ia begitu mencintainya. Inilah kemudian yang membuat saudara-saudaranya iri dan bersekongkol untuk membinasakan Yusuf.131 Nabi Yusuf dijual ke tanah Mesir. Dalam kitab Perjanjian Lama diceritakan bahwa Yusuf dibeli oleh Potifar, seorang kepala pengawal raja Mesir, dan membawanya pidah ke Mesir.132 Karena berkat Tuhan kepada Yusuf, tuannya memberikan kekuasaan kepada Yusuf atas rumah dan ladangnya, karena melihat Yusuf adalah orang yang bertanggung jawab atas pekerjaannya.133 128
Ah}mad Sa>lim Rah}h}a>l melihat bahwa Ya’qub bin Ishak adalah Israel yang kemudian anak cucunya dinisbahkan sebagai bani Israel, oleh karenanya, Bani Israel adalah anak cucu Ya’qub yang dikenal dengan al‐asbat. Selengkapnya baca Ahmad Salim Rah}h}a>l dalam bukunya, Filisti>n, Bain Haqi>qat al‐Yahu>d wa Akdhu>bat al‐Talmu>d, 31.
129
Dalam kitab Keluaran disebutkan, “Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama‐sama dengan Ya’qub; mereka datang dengan keluarganya masing‐masing; Ruben, Simeon, Lewi dan Yahuda. Isakhar, Zebulon dan Benyamin. Dan serta Naftali, Gad dan Naftali Asyer”. Kitab Keluaran, 1:1‐4.
130
‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 27‐28. 131
Dalam al-Qur’an diceritakan: Artinya: (ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." 132
Baca Kitab Kejadian, 39:1.
133
Baca Kitab kejadian, 39: 5‐6.
Kondisi ini membuat Yusuf membawa ayahnya Ya’qub berserta seluruh keluarganya hijrah ke Mesir yang merupakan pusat peradaban dunia. Pada saat itu Mesir diperintah oleh Hyksos, seorang semit keturunan asing. Setelah Ya’qub dan anak cucunya menetap di Mesir dan membentuk sebuah komunitas yang besar, terjalinlah hubungan yang erat antara keluarga Yusuf dan pihak penguasa Mesir dan Yusuf berhasil memimpin bani Israel di Mesir. Di bawah kepemimpinan Yusuf, Bani Israel pindah secara besarbesaran ke Mesir. Dalam jangka waktu yang lama mereka menikmati pengaruh besar di Mesir.134 Orang-orang Mesir tidak senang melihat keturunan Yusuf mempunyai otoritas di Mesir. Sekitar 1580 SM., Aahmes, seorang raja Mesir kembali memperbudak orang-orang Israel dengan perlakuan yang kejam. Ketika itu, nasib Bani Israel di Mesir semakin tertekan. Dalam usia seratus tahun, Yusuf meninggal dunia dan dimakamkan di Mesir. Dalam kitab kejadian dikatakan “Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun, mayatnya dirempah-rempahi dan ditaruh dalam peti mati di mesir”.135 Nasib Bani Israel semakin tertindas dan tertekan oleh kekejaman raja Fir’aun, lalu Tuhan mengangkat seorang pemimpin besar bernama Musa.136 Kelahiran Musa diceritakan dalam Perjanjian Lama. Ia dilahirkan di tengah-tengan kekejaman Raja Firaun yang tidak menginginkan kelahiran anak laki-laki di negerinya. Karena kekuasan Tuhan, Musa justeru dibesarkan dalam istana Firaun.137 134
Dalam Kitab Kejadian, 37: 36 Dikatakan, “Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana fir’aun, kepala pegawai raja.
135
Kejadian, 50:26
136
Abd. al‐Azi>z Khalf, Dira>sa>t fi> al‐‘Adya>n: al‐Yahu>diyyah wa al‐ Nasra>niyyah (Riya>d}: Ad}wa>’ al‐Salaf, Cet. I, 1997), 39. 137
Dalam kitab kejadian diceritakan: “Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tigs bulan lamanya. Tetapi ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh
Ketika beranjak dewasa, Musa mendapatkan saudara-saudaranya ditindas dan dipekerjakan oleh orang Mesir. Pada suatu hari, Musa membunuh seorang dari penduduk Mesir karena melihat saudaranya dipukul oleh orang Mesir itu. Peristiwa ini menyebabkan Musa terpaksa melarikan diri ke Midian. Di sana Musa bekerja, menikah dan menjadi pengembala selama beberapa tahun.138 Suatu ketika Musa mengembalakan ternaknya di Gunung Sinai139 lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, tiba-tiba ia melihat pancaran sinar yang menakjubkan di semak padang pasir. Musa mendengarkan seruan Tuhan dari tengah-tengah semak itu kepadanya. Seruan Allah tersebut memerintahkan Musa kembali untuk mengangkat derajat orang-orang Israel dan membimbing mereka ke tempat yang telah dijanjikan Allah kepadanya. Musa pun kembali ke Mesir dan berkali-kali membujuk Bani Israel untuk berangkat bersamanya. Mereka dikejar Fir’aun dan bala tentaranya. Nabi Musa bersama kaumnya yang dikejar oleh bala tentara Firaun ditolong oleh Allah dengan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa. Nabi Musa berhasil menyeberangi laut Merah, sedangkan Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan.140 Antara tahun 1200 SM. sampai sekitar 1100 SM., Nabi Musa memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, menelusuri gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, membelah laut bersama untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, lalu disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” 138
Lihat: Arthur Hertzberg, Judaism (New York: Washington Square Press, 1963), 113. 139
Gunung Sinai adalah tempat dimana Nabi Musa menerima kitab suci Taurat yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Gunung Sinai terletak di wilayah Sinai yang sekarang ini adalah merupakan wilayah kekuasan Republik Arab Mesir.
140
Ahli sejarah berpendapat bahwa peristiwa keluarnya Bani Israel dari Mesir terjadi sekitar 1584, 1448, 1144 SM. Lihat ‘Irfa>n Abd. Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 29.
dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Di tengah perjalanan menuju tanah yang dijanjikan oleh Tuhan, Musa menerima wahyu Taurat di Gunung Sinai.141 Peristiwa ini sungguh sangat bersejarah bagi Agama Yahudi.142 Nabi Musa menerima sepuluh perintah dari Allah yang tercantum dalam Taurat. Dalam Kitab Keluaran disebutkan sepuluh perintah (Ten Commandments) tersebut: 1. Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 2. Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 3. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. 4. Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau 141
Nabi Musa tidak hanya memimpin pembebasan Israel keluar dari perbudakan Fir’aun dan bangsa mesir, tetapi ia juga membawa mereka kepada perjanjian dengan Tuhan mereka, yaitu Yahwe di Gurun Sinai. Di Gurun itulah Ia menerima sepuluh perintah dari Tuhan. Sistem kepercayaan yang dianut dan diperjuangkan Musa as. adalah monoteisme. Ia melanjutkan tradisi monoteistik yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as. baginya Tuhan adalah Satu, tidak ada Tuhan selain Dia. Ia menyampaikan ajaran bahwa Tuhan satu itu adalah Tuhan semua makhluk dan alam semesta, dan dia adalah transenden terhadap alam semesta. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Akar dan Awal, 56.
142
Dalam al‐Qur’an Surah al‐Naml ayat 9: (Allah berfirman): "Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ini adalah keterangan al‐Qur’an bahwa Tuhan memperkenalkan dirinya kepada Musa bahwa Dirinyalah Tuahna Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Di surah lain juga disebutkan tenrang komunikasi Tuahan dengan Nabi Musa as. Dalam al‐Qas}as} ayat 30: Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.
anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. 6. Jangan membunuh. 7. Jangan berzinah. 8. Jangan mencuri. 9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. 10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."143 Sepuluh perintah Tuhan (Ten Commandments) ini, diterima Nabi Musa saat dilantik menjadi Nabi di Gunung Sinai, dan disampaikan kepada kaumnya. Setelah Nabi Musa pergi, Bani Israel melupakan Tuhan mereka dan kembali menyembah berhala al-‘Ijl (sapi emas) yang mereka buat sebagai Tuhan. Karena penyelewengan ini mereka menderita dan mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Musa wafat sebelum bisa memimpin kembali Bani Israel.144\ Bani Israel Memasuki Jerusalem (1500-800 SM.) Bani Israel memasuki Kanaan setelah menyeberangi sungai Yordan di dekat Laut Mati di bawah kepemimpinan Yoshua.145 Setelah Yoshua wafat, Bani Israel kembali mengingkari ketauhidan yang telah diajarkan oleh Nabi Musa, dan kembali menyembah berhala. Praktek penyembahan berhala mendapat tantangan dari 143
Lihat Kitab Keluaran, 20: 1‐16.
144
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty; Zion and Gerizim in Competition, (London: T&T Clark International, 2004), 66. 145
Bani Israel yang di bawah kepemimpinan Yoshua berhasil memasuki Kanaan (Palestina) menyeberangi sungai Yordan di dekat laut Mati setelah mengalami pertempuran yang lama dengan orang Arab yang telah menghuninya bertahun-tahun, mereka dapat menguasai bagian tersubur dari tanah itu. Lihat: A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi, 19.
pemimpin berani yang disebut dengan hakim-hakim.146 Mereka menyeru umat (orang-orang Israel) agar menyembah Tuhan. Sekitar 1150 SM., bangsa Palestina147 menyerang bangsa Israel dan membinasakan kota-kota Bani Israel yang dipimpin oleh Samuel148. Saat itu, Bani Israel merasa perlu mengangkat seorang pemimpin agar mereka bisa kembali bersatu dan membangun kekuatan. Raja terpilih yang berhasil mereka angkat adalah Saul, yang dalam al-Qur’an disebutkan dengan Tha>lut, yaitu kira-kira 1125 SM. Oleh kaumnya, Saul dikenal sebagai pemimpin yang kuat dan pemberani. Ia digantikan oleh raja kedua yang diangkat oleh Bani Israel untuk menggantikan Saul yaitu Daud. Daud diangkat menjadi raja, yaitu sekitar 1012-972 SM. Ia dipercayakan memimpin bangsa Israel setelah merebut Jerusalem dari Jebusit melalui sebuah peperangan. Daud berhasil mempersatukan kembali bangsa Israel dan merebut kembali Jerusalem sebagai ibu kota pemerintahan Yahudi yang sebelumnya di bawah kekuasaan bangsa Yabous, bahkan ia mampu memperluas kota itu dan menjadikannya sebagai Ibu Kota Israel. Pada masa itulah, Daud menjadikan kota Jerusalem selain sebagai pusat pemerintahan, juga dijadikan sebagai pusat peribadatan kepada Tuhan. Bahkan menjadikan agama Yahudi yang menyembah kepada Tuhan yang satu sebagai agama resmi Negara.149 146
Hakim‐hakim adalah dua belas orang yang menentang kepercaan terhadap berhala. Para hakim berperan sebagai pembebas masyarakat dari penindasan. Mereka menyeru umat untuk menyembah Yahwe. Hakim‐hakim bukanlah para pahlawan nasional, mereka hanya pahlawan suku dan pengaruhnya tidak dapat mengatasi krisis yang sedang terjadi. Rahasia Kecerdasan Yahudi, 18.
147
Orang‐orang Palestina adalah kaum maritin yang sangat kuat dan telah mengenal persenjataan yang terbuat dari besi. Mereka bertempat tinggal di sepanjang pesisir pantai di beberapa kota seperti Gaza, Asydud, dan Asqalan. Mereka menaklukkan mulai dari wilayah‐wilayah pesisir utara, daratan Krit dan sebagian daratan Yunani, kemudian bergerak ke dalam Palestina hingga mampu menguasai seperdua wilayah Palestina. Lihat: Irfa>n Abd. al‐Hami>d, al‐ Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 36.
148 149
Samuel 1: 20.
‘Abd. al‐Maji>d Diya>t. Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa‐‘As}ruh}um fi> Mis}r li Taqiuddi>n al‐Miqdi>syi. (Kairo: Da>r al‐Fadhi>lah}, t. th.), 116.
Masa pemerintahan Daud dianggap sebagai masa keemasasan dalam sejarah Bani Israil pada masa klasik. Diakui oleh sejarawan bahwa wilayah kekuasan Yahudi pada masa Daud berkembang sangat luas. Dua belas suku Israel disatukan di bawah pemerintahan Nabi Daud, sehingga menjadi bangsa yang kuat yang berpusat di Jerusalem. Tuhan meridhai Nabi Daud karena keimanannya. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi Sungai Nil hingga Sungai Eufrat di Irak yang dikenal sebagai Israel Raya. Keberhasilan itu menjadikan Daud sebagai tokoh simbol Israel, karena pada masa tersebut Israel mencapai puncak kekuasaan dan kemuliaan. Juga sebagai salah satu bukti kesuksesan Daud, ia membawa kembali Tabut Perjanjian (berisi sepuluh perintah Tuhan) masuk ke dalam kota Jerusalem dalam sebuah upacara besar. Sejarah tentang Nabi Daud bisa diperdalam dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu dalam Kitab Samuel.150 Melanjutkan kesuksesan ayahnya (Daud) dalam memerintah Israel, Solomon (Sulaiman)151 kembali mengukir sejarah keemasan dalam sejarah Israel. Pemerintahan Sulaiman pada tahun sekitar 971-931 SM. adalah masa damai bagi Israel. Ini ditandai dengan dibangunnya Haikal152 tempat menyimpan T}a>bu>t al-‘Ahd al-Qadi>m (Kitab Perjanjian Lama) yang disebut dengan Kenizah, yang merupakan simbol kemuliaan orang Israel pada saat itu. Kenizah ini menjadi pusat aktivitas kultural bagi bangsa Israel. Di masa pemerintahan Sulaiman, Jerusalem dibangun di atas bukit Zion yang menjadi pusat kota itu. Di sinilah dibangun tempat Ibadah yang megah yaitu Kuil Sulaiman (Kenizah). Kuil ini menjadi satu-satunya rumah ibadah yang mengatasi tempat-tempat ibadah lainnya di seluruh negeri.153 150
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 46.
151
Lihat Irfan Abd al‐Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ardun Ta>ri>khi>, 40. 152
Orang Arab menyebutkan al-Haikal, Solomon Temple (Kuil Sulaiman). Kuil ini menjadi satu-satunya rumah Ibadah yang mengatasi tempattempat ibadah lainnya di seluruh negeri. A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi, 18. 153
Dalam kitab Perjanjian Lama diceritakan bahwa Sulaiman mempunyai seratus isteri dan tiga ratus dayang-dayang. Disebutkan dalam Kitab Raja-Raja 11;7:
Di masa Sulaiman, bangsa Israel mengalami kemajuan, material, maupun kultural. Armada niaga Sulaiman mengarungi samudera sampai ke negeri-negeri yang jauh, kesenian dan ilmu pengetahuan berkembang pesat. Di samping itu, Sulaiman juga melaksanakan kebijaksanaan yang cemerlang dan menghasilkan karya tulis yang berlimpah. Meskipun demikian, kekuasaan kerajaan Israel di bawah kepemimpinan Sulaiman, secara politik dan agama tidak bertahan lama.154 Setelah Sulaiam wafat, Bani Israel terpecah menjadi dua kerajaan. Kerajaan pertama adalah berada di sebelah utara yang dibentuk oleh sepuluh suku bangsa Israel yaitu Kerajaan Israel beribukota Samaria, raja pertamanya adalah Jeroboam. Sedangkan di sebelah selatan, dua suku bangsa yaitu Yudah dan Benyamin membentuk kerajaan Yehuda dengan ibu kota Jerusalem. Setelah meninggalnya Sulaiman, Bani Israel kembali dari agama monoteisme yang telah diajarkan oleh Nabi Musa dan nabi yang lain.155 Ekspansi Bangsa-Bangsa Asing terhadap Jerusalem (800-150 SM.) Pada 738 SM., seluruh raja Asyiria156 menyerang dan menghancurkan kerajaan Bani Israel, Jerusalem pun jatuh ke tangan mereka di bawah pimpinan raja yang bernama Raja TiglathPileser III. Pada tahun 721 SM. Raja melihat adanya tanda-tanda pemberontakan dan pembangkangan di kalangan Bani Israel. Dia “Pada waktu itu Solomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, Dewa kejijikan sembahan orang Maob, di Gunung di sebelah timur Jerusalem dan bagi molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon”. 154
Lihar dalam, Rah}matullah},Al‐Hindi>, Iz}ha>r al‐H{aq (Riya>d}: al‐Ida>rah al‐ ‘A<mma>h} li al‐T{aba’ wa al‐Tarjamah}, al‐Mamlakah} al‐‘Arabiyyah} al‐ Su’udiyyah}, Th. 1989), 67.
155
‘Irfa>n Abd. al‐Hami>d, al‐Yahu>diyah}; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 36. 156
Orang Asyiria adalah etnis yang berasal dari Irak, Iran, Turki dan Suriah, tetapi banyak yang pindah ke Kaukasus, Amerika Utara dan Eropa Timur. Orang Asyiria dipercaya diturunkan dari Akkadia purba, di mana bermula dengan Sargon dari Akkad, bangkit sebagai kelas pemerintahan dari Asyiria.
lantas menghukum mereka dan memindahkan hampir seluruh penduduk Jerusalam (sepuluh suku Israel) ke bagian-bagian yang terjauh dari kekaisarannya yang luas.157 Pada tahun 586 SM., Babilonia melalui tangan Nebukadnezar menyerang dan berhasil menguasai Jerusalem, mengusir orang-orang Yudea di Yehuda dan memindahkannya ke Babilonia. Mereka pun menghancurkan negara Yehuda dan memenjarakan kaum Yudea. Meskipun suku-suku bani Israel lainnya lenyap dan terpencar ke mana-mana di berbagai negeri, akibat invasi yang dilakukan bangsa Babilonia, hanya Yudah yang masih bertahan. Dari sinilah Yudaisme berasal, yaitu dari suku Yudah dan pengikutnya yang kemudian dikenal dengan orang Yahudi.158 Pada tahun 538 SM., seorang raja Persia yang bernama Cyrus159 berhasil menjadi penguasa Babilonia. Hal yang menggembirakan bagi bangsa Israel karena mereka bisa merasakan hubungan yang baik dengan penguasa dibandingkan sebelumnya. Salah satu keputusan Cyrus adalah memperbolehkan mereka kembali ke Yudea sebagaimana yang mereka kehendaki. Di bawah pimpinan seorang pangeran bernama Zerubbabel dan ditemani Yoshua sebagai kepala pendeta, maka para pengungsi kembali ke Yudea dan akhirnya berhasil membangun kuil serta kembali melaksanakan syariat agama Yahudi di Jerusalem.160 Kekuasaan Persia berakhir di Yudea pada tahun 333 SM. ketika Alexander Agung menguasai Asia dan menaklukkan Jerusalem. Misi Alexander Agung adalah menyebarluaskan peradaban dan ide Hellenisme tanpa kekerasan. Pada masa pemerintahannya, Iskandar Agung membiarkan bangsa Yahudi 157
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 49.
158
Muh}ammad Bayu>mi Mah}ra>n, Banu> Israi>l (Iskandaria: Da>r al‐Ma’rifah} al‐Jami’iyyah}) 1999), Cet. I, 69. 159
Cyrus the Great adalah seorang raja Persia yang berkuasa sekitar 600 SM. atau 576 SM. Ia juga dikenal dengan Raja Cyrus II atau Cyrus of Persia (raja Persia), merupakan penguasa Persia Zoroaster pertama. Ia merupakan pelopor Persian Empire (Imperium Persia) dalam sebuah bentuk kekuasaan dinasti. 160
A. Maheswara. Rahasia Kecerdasan Yahudi, 22.
memeluk agama dan tatacara kehidupannya secara bebas. Setelah Iskandar Agung wafat, untuk pertama kalinya Jerusalem jatuh ke tangan raja-raja Yunani dan Mesir, yakni Ptolomieus yang pemerintahannya dikenal halus dan toleran. Kemudian Raja Seleucid dari Syiria memegang tampuk kekuasaan. Di bawah dinasti ini, muncul seorang Tiran bernama Antiochus IV.161 Masa ini merupakan sejarah baru bagi orang-orang Israel, yaitu dengan memasukkan kebudayaan Hellenisme ke dalam lingkungan orang-orang Yahudi dari Yudea. Demi tercapainya maksud tersebut, dia menekan praktek agama Yahudi dan meruntuhkan kuil-kuil serta membakar kitab-kitab sucinya dan menganiaya siapa pun yang merintangi usahanya. Tentu ia juga mendapatkan sekutu dari kalangan bangsa Yahudi. Segolongan besar menganggap bahwa kemajuan peradaban ditandai dengan kemampuan berbahasa Yunani, memaknai bahasa Yunani, serta memperoleh kedudukan yang tinggi dalam kependetaan. Akhirnya kaum Yahudi ortodoks bangkit dalam revolusi melawan tiran ini di bawah pimpinan Mathatiahs162 serta putranya yaitu Maccabees (Revolusi Makabe) dan secara mengejutkan mereka memperoleh kemenangan. Tiga tahun kemudian, mereka berhasil memperbaiki agamanya. Beberapa organisasi Yahudi sudah merasa puas dengan kebebasan agama yang diperolehnya. Namun, ada organisasi lain yang ingin menyingkirkan penguasa Selecuid dan mendapatkan kebebasan politik. Akibatnya, Simon163 sebagai Maccabean yang terakhir dapat mengusir penguasa Syiria dari Jerusalem. Negara Yahudi baru pun terbentuk, dan Simon terpilih sebagai kepala Negara sekaligus pendeta tertinggi. Dengan berlalunya waktu, Negara Yahudi semakin lemah akibat peperangan dan pertentangan yang terjadi dalam internalnya sendiri. Jerusalem di Era Terpecahnya Bangsa Yahudi (150 SM.-600 M.)
163
161
A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi, 23.
162
A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi, 23.
Ah}mad Muh}ammad Khi>fah H{asan, Ta>ri>kh al‐Diya>nah al‐Yahu>diyyah (Kairo: Da>r Quba>, 1998). 56.
Pada tahun 135 SM., orang-orang Romawi pada masa kepemimpinan Adyan berhasil memadamkan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sehingga menghancurkan negeri ini.164 Orang-orang Romawi berhasil mengusir mereka (Yahudi) dari Jerusalem dan menjadikan mereka terpecah-pecah di berbagai tempat. Pada tahun 39 SM., Herodes165 -yang berhasil membangun kembali Kenizah Tuhan (Kenizah II)- ditunjuk sebagai raja Yudea oleh senat Romawi. Meskipan kelihatannya merdeka karena mempunyai raja sendiri, namun sesungguhnya Yudea terikat kepada Romawi. Selama memimpin, Herodes telah banyak berbuat untuk memperbaiki dan membangun negerinya, namun bangsa Yahudi tetap merasa sebagai boneka Romawi yang menempatkan kepentingan Romawi di atas segalanya.166 Kaum Yahudi merasa dirinya sebagai umat terpilih oleh Tuhan, meskipun sebagian dari mereka tidak memahami apa yang Tuhan telah berikan dalam kitab suci mereka. Olehnya itu, Tuhan akan memberikan mereka jalan agar mereka bisa keluar dari kejahilan menuju tatanan dunia baru. Tuhan akan memberikannya melalui al-Masih, seorang penguasa yang ditunjuk Tuhan bagi Bani Israel melalui Jerusalem ke seluruh dunia. Al-Masih nantinya yang akan mengajarkan mereka kasih sayang Tuhan, kemuliaan akhlak dan kasih sayang kepada sesamanya. Datang untuk membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi dan dari perbuatan dosa dan kejahilan, mengembalikan kejayaan Yahudi dan membimbing mereka kepada kerajaan langit.167 Kedatangan Nabi Isa sebagai al-Masih yang telah dijanjikan sebagai juru selamat kepada orang Yahudi, membuat orang-orang Yahudi pada saat itu terbagi menjadi dua kelompok. Salah satu kelompok dari mereka yang menerima ajaran Isa dan membantu Isa 164
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 68. 165
Arthur Hertzberg, Judaism (New York: Washington Square Press),
1963. 166
Norman Solomon, Judaism; a Very Short Introduction (London: Oxford University Press, 1996). 23. 167
Salo Wittmayer Baron, A Social and Religious History of Jews. Edisi II (USA: Columbia University Press, 1965), 81.
dalam menyampaikan misinya. kelompok lainnya tetap mempertahankan agama Yahudi, mempertahankan ajaran Taurat dan menolak apa yang disampaikan oleh Isa. Kelompok yang menerima Isa sebagai pembawa misi kenabian pada dasarnya tetap patuh terhadap ajaran agama Yahudi, tetap mengikuti tradisi dan syariatnya, hanya saja mereka mengakui Isa sebagai Nabi yang membawa ajaran baru. Lalu setelah perkembangan ajaran Isa di tangan Paulus yang mengembangkan ideologi trinitas, mempertuhankan Nabi Isa, menghapus syariat khitan, bergabung dalam kehidupan kependetaan dan membujang, keyakinan atas dosa asal (alkhat}i>’ah al-u>la>).168 Kelompok tersebut membuat ajaran agama baru dengan menjadikan trinitas sebagai ajaran teologi inti mereka yang mengikuti juru selamat yang mereka klaim sebagai Christos (kristus) dan menjadikan Injil sebagai kitab Perjanjian Baru yang menasakh sekaligus menggantikan kitab Perjanjian Lama.169 Pada abad pertama Masehi, orang-orang Yahudi melakukan menghianatan kepada kekuasaan Romawi. Inilah yang menyebabkan balatentara Romawi yang dipimpin oleh Titus pada tahun 70 M. menghancurkan Jerusalem, membakar Kuil dan melakukan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi sehingga menjadi malapetaka bagi orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi hampir putus asa karena akan hidup tanpa negara dan tempat ibadah. Mereka yang selamat dari pembantaian tersebut lari ke sebelah utara jazirah Arab dan menempati wa>h}ah} (oasis) sebelah barat di Fadk, Taima, Yastrib dan wilayah-wilayah lainnya.170 Pada periode 135-234 M., Jerusalem dibangun kembali menjadi kota damai, dan namanya dirubah menjadi Aelia Capitolina. Pada masa ini, agama Kristen diakui oleh kekaisaran Romawi yang berpusat di Konstantinopel di bawah pimpinan Kaisar Kontantinus. Sejak saat itu, Jerusalem menjadi Kota Suci Kristen. Kuil-kuil yang dibangun oleh penguasa Romawi -sebagai 168
‘Irfan Abd al‐Hamid, al‐Yahu>diyah}; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 53.
169
‘Irfan Abd al‐Hamid, al‐Yahu>diyah}; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 54.
170
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 70.
ganti dari diruntuhkannya Kenizah- diruntuhkan. Pada saat yang sama, Ibunda Konstantinus memprakarsai renovasi makam suci Yesus Kristus dan membangun Gereja Suci al-Masih di Jerusalem (di area Makam Yesus Kristus).171 Dengan berlalunya waktu, kaum Yahudi terpencar ke seluruh dunia. Di mana pun mereka hidup, mereka tetap bersatu dalam loyalitas terhadap Taurat dan tradisi pendahulunya serta menghindari pembauran dengan masyarakat sekitarnya melalui ibadah yang ketat dan hukum mereka. Di negara-negara Kristen, mereka sering dipaksa untuk tinggal dalam keadaan yang tidak layak dalam perkampungan orang Yahudi dan harta mereka sering dirampok. Hanya di negeri-negeri Islam, termasuk kaum Muslim di Spanyol, mereka dapat menghirup udara segar kebebasan dan kebanggaan hidup. Mereka memiliki kesempatan hidup yang bebas, mereka menyumbang arti penting bagi kehidupan intelektual dan kultural kepada rakyat di mana mereka tinggal.172 Jerusalem pada Masa Awal Islam (600-650 M.) Menurut Ibnu Katsi>r, perang Yarmuk adalah merupakan pintu dibukanya ekspansi Islam ke Negeri Syam yaitu pada tahun 13 Hijriah. Dalam perang ini –berlangsung selama empat tahunIslam mengerahan kekuatannya secara besar-besaran untuk dikerahkan ke medan perang atas kebijakan Abu Bakar alS{iddi>k. Setelah berakhirnya perang Yarmuk pada abad pertama Hijriah, yang dianggap sebagai salah satu perang yang dahsyat dalam sejarah, kekuatan Romawi di negeri Syam mulai terpecah. Kondisi ini yang menyebabkan umat Islam dengan mudah membebaskan Jerusalem. Satu persatu kota-kota di tanah Syam jatuh ke tangan umat Islam, mulai dari Damaskus dan kota-kota 171 172
Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, 149.
Banyak literatur yang bisa dijadikan rujukan dalam menkaji kitab‐kitab suci Yahudi. Di antaranya adalah, karya Jacob Neusner yang berjudul The Mishnah; a New Translation, ‘Abd al‐Wahha>b Masi>ri>, Mau>su>’at al‐Yahu>d, wa al‐ Yahu>diyyah wa al‐S{uh}yu>niyyah, karya Mah}mu>d bin ‘Abd. Al‐Rah}ma>n Qadh, Al‐Asfa>r al‐Muqaddasah ‘Inda al‐Yahu>d wa‐Atharuha> fi> Inh}ira>fihim, Iz}ha>r al‐H{aq karya Rah}matullah} Al‐Hindi> dll.
yang ada di Palestina seperti Nables, Rafah dan sebagainya. Sisa kota Qaesariyah dan Baitul Maqdis yang belum dikuasai umat Islam pada waktu itu.173 Pada saat tentara Islam sudah menguasai Syam secara keseluruhan kecuali Qaesariyah dan Baitul Maqdis, panglima Perang tentara Islam pada waktu itu, Abu Ubaidah menulis surat kepada Amirul Mu’minin Umar bin Khattab untuk meminta pertimbangan apakah tentara Islam diizinkan memasuki kedua wilayah tersebut –Qaesariyah dan Baitul Maqdis- dan membebaskannya. Pada saat Khalifah Umar bin Khattab memerima surat dari Abu Ubaidah tentang persoalan Baitul Maqdis, Khalifah Umar melakukan konsultasi kepada para sahabat mengenai persoalan tersebut. Ali bin Abi Thalib mengatakan kepada Umar, “Wahai Amirul Mu’minin, perintahkanlah Ubaidah memasuki Baitul Maqdis. Walaupun harus mengangkat pedang, maka itulah yang paling benar dan paling penting bagi umat Islam. Kalau tentara kita sudah mebuka Baitul Maqdis, lalu perintahkanlah mereka untuk mengarah ke Qaesariyah, karena wilayah itu pasti akan dibebaskan dengan izin Tuhan”.174 Abu Ubaidah mengirim surat kepada penduduk Baitul Maqdis untuk mengajak mereka kepada Islam dengan cara damai tanpa melalui perang. Tetapi penduduk Baitul Maqdis tidak merespon ajakan tersebut. Tentara Islam kemudian bergerak menuju kota Baitul Maqdis sampai mereka terkepung. Ketika mereka terkepung dan tidak bisa melakukan apa-apa, mereka mengajak untuk berdamai dengan syarat khalifah Umar bin Khattab yang langsung datang dari kota Madinah ke Baitul Maqdis.175 Lalu Abu Ubaidah menyampaikan keinginan mereka tersebutk kepada 173
Untuk mengetahui secara lengkap sejarah perang Yarmuk, lihat, al‐Hafidz Ibnu Katsir, al‐Bida>yah wa al‐Niha>yah, (Kairo: Maktabah al‐Risa>lah), Juz 4, 16. 174
Lihat dalam buku karya Ah}mad Sa>lim Rah}h}a>l, Filisti>n, Bain Haqi>qat al-Yahu>d wa Akdhu>bat al-Talmu>d (‘Amma>n: Da>r al-Bida>yah, Cet. I, 2008), 65. 175
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Umar bin Khattab menugaskan Amru bin ‘Ash untuk pergi ke Elia (Baitul Maqdis) untuk membukanya dengan membawa pasukan Muslim.
Khalifah. Akhirnya Umar bin Khattab datang ke Syam –Baitul Maqdis- melakukukan pertemuan dengan pemuka-pemuka Yahudi dan Kristen di Kota itu.176 Khalifah Umar dan Umat Islam disambut dengan baik oleh penduduk Baitul Maqdis dan melakukan kesepakatan damai dengan penduduk Baitul Maqdis yang menjamin kehidupan toleransi antara pemeluk agama yang hidup di kota itu, yaitu antara orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam yang terakhir memasuki kota tersebut.177 Dengan masuknya umat Islam di Baitul Maqdis, kota ini mengukir kehidupan keagamaan baru yaitu didominasi oleh Islam sebagai salah satu agama besar samawi. Faktor utama dibukanya kota ini oleh umat Islam adalah, karena di sinilah terdapat kiblat pertama umat Islam sebelum diperintahkan untuk berkiblat ke Ka’bah dalam melakukan shalat. Dengan begitu, obsesi utama umat Islam untuk membebaskan Palestina adalah membebaskan salah satu simbol Islam sehingga Mekah al-Mukarramah, Madinah alMunawwarah dan Baitul Maqdis yang kesemuanya adalah kota suci Islam telah berada di bawah kekuasan Islam . Sebelum meninggalkan kota Jerusalem untuk kembali ke kota Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam, –dalam prosesi pembukaan Jerusalem- Umar menata admistrasi kota Jerusalem khususnya yang berhubungan dengan masalah pemerintahan, hukum dan ekonomi. Dalam menata kota Jerusalem, perangkat yang dipakai oleh khalifah Umar adalah perangkat syariat Islam.178 Jerusalem pada Periode Khilafah Islam (650-1000 M.) 176
Pada saat Khalifah Umar datang ke Baitul Maqdis, seorang Yahudi datang kepadanya dan mengatakan, “Wahai Amirul Mu’minin, janganlah engkau pulang ke negaramu sebelum Allah membukakan Elia kepadamu”. Umar kemudian bertanya kepada orang itu, “Apa yang engkau ketahui tentang Dajjal?”. Orang Yahudi tersebut menjawab, wahai Amirul Mu’minin, demi Allah kalian bangsa Arab yang akan membunuh Dajjal di tempat yang jaraknya sepuluh kaki dari Ba>b Lu>d”.
177
Al‐T{abari>, Ta>rikh al‐Umam wa al‐Mulu>k, (Mesir: Mu’assasah} al‐ Risa>lah), 3/159.
178
Muhammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, (Cairo: Maktabat Kullyah Us}u>l al‐Di>n, 2001), 200.
Kondisi Jerusalem pada masa al-Ra>shidi>n ditandai dengan situasi yang aman, damai dan kondisi ekonomi yang stabil. Pada 661 M, Dinasti Umayyah berdiri melanjutkan estafet politik yang dibangun oleh para khalifah Rasyidin. Dinasti Umayyah mewarisi Jerusalem yang dibuka oleh Islam pada masa khalifah Umar dalam stabilitas sosial masyarakat yang baik. Kondisi inipun dilanjutkan oleh para penguasa Umayyah. Pada tahun 687-691 M, khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan Mesjid Qubbat alSakhrah atau yang disebut dengan Dome of the Rock, dibangun di tengah Temple Mount atau Gunung Moriah yang merupakan jantung kota Jerusalem.179 Pada tahun 705 M., pemerintah Dinasti Umayyah atas perintah Khalifah al-Wali>d putra Abdul Malik bin Marwan membangun Mesjid al-Aqsha>. Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya proyek pembangunan mesjid Aqsha ini telah dicanangkan oleh Khalifah Abdul Malik namun baru diselesaikan pembangunannya pada masa al-Walid. Seperti yang dituliskan oleh Trias Kuncahyono, proyek membangunan mesjid Aqsha baru dimulai pada masa al-Walid, warisan pembangunan yang dilanjutkan oleh al-Walid dari pendahulunya adalah mesjid Qubbat al-Sakhrah.180 Mengenai luas mesjid ini, panjangnya mencapai 80 meter dan lebarnya mencapai 55 meter.181 Mesjid yang dibangun antara sekitar 708-715 M. ini menjadi bagian dari kompleks bangunan religius di Jerusalem yang dikenal dengan al-H{aram alQuds al-Shari>f. 179
Pada awalnya, mendirikan Mesjid ini hanya menggunakan bahan dasar sederhana yang terbuat dari kayu. Barulah setelah 50 tahun kemudian, pada masa Dinasty Umayyah yang berpusat di Damaskus, Abdul Malik bin Marwan memerintahkan untuk membangun Dome of the Rock yang dianggap sebagai Landmark kota Jerusalem. Bangunan ini merupakan monumen tertua Islam, baik secara religius maupun politik di Jerusalem. Di tempat itu, diyakini pula sebagai tempat Ibrahim mengorbankan putranya Ismail. Tempat tersebut juga sangat penting bagi umat Islam terkait dengan perjalanan malam Nabi Muhammad saw dari dari Mekah ke Jerusalem dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Lihat Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, 214.
180
Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, 217.
181
Muh}ammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 201.
Pada tahun 750 M., kekuasaan Dinasti Umayyah berakhir dan digantikan oleh lahirnya kekuasaan Dinasti Abbasiah. Transformasi kekuasaan di dunia Islam ini secara otomatis menyebabkan terjadinya peralihan kekuasaan yang bertanggung jawab atas Jerusalem. Seperti sebelumnya, pemerintahan Abbasiah adalah notabene Arab Muslim memahami dengan baik sakralitas kota Jerusalem, sehingga dianggap perlu memelihara kota tersebut. Pada masa pemerintahan Abbasiah, kota Jerusalem menjadi perhatian besar para khalifah dan telah terjadi beberapa kali perbaikan terhadap simbol-simbol agama di kota tersebut. Di antaranya adalah yang pernah dilakukan oleh Khalifah al-Ma’mu>n tahun 812 M. yang merenovasi Mesjid Qubbat al-Sakhrah.182 Berturut-turut setelah itu, kekuasaan atas kota Jerusalem berada di bawah kekuasaan Dinasti T{u>lu>n yang berkuasa di Mesir dan Syam tahun 878 M. kemudian berpindah ke Dinasti Akhshi>diyah tahun 938 M. dan Dinasti Fatimiah tahun 969 M. yang perpusat di Mesir. Jerusalem dan Penaklukan Pasukan Salib (1099-1244 M.) Stabilitas sosial masyarakat di kota Jerusalem terus dipertahankan di bawah pemerintahan Islam hingga awal abad ke11 Masehi. Namun kondisi ini harus berakhir ditandai dengan datangnya kekuatan pasukan Salib yang berhasil menduduki Jerusalem pada bulan Juli tahun 1099 M. Pasukan Salib berhasil menaklukkan Jerusalem dengan memanfaatkan konflik yang terjadi antara orang-orang Saljuk dan Dinasti Fatimiyah. Konflik ini disulut oleh kepentingan mazhabi>, yaitu orang-orang Saljuk pro terhadap aliran sunni yang dianut oleh Dinasti Abbasiah, sedangkan Dinasti Fatimiah sendiri adalah beraliran mazhab syi’ah. Pada saat itu, hampir semua wilayah Asia Dekat telah berada di bawah kekuasaan orang-orang Saljuk.183 Paus Urban II memainkan peran yang sangat penting dalam mengkampanyekan kepada masyarakat Kristen Eropa tentang urgensi kota Jerusalem bagi umat kristiani. Inti dari propaganda yang dikembangkan oleh Paus adalah bahwa Jerusalem merupakan 182 183
Muh}ammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 201. Muh}ammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 202.
kota suci agama Kristen di mana jejak-jejak sejarah Kristen dan makam al-Masih terdapat di kota itu, sehingga masyarakat Eropa yang kerap terjadi perang saudara dan kelompok, lebih baik merapatkan barisan untuk membebaskan Jerusalem. Propaganda ini berjalan sangat efektif sehingga mampu mempengaruhi semua elemen masyarakat Kristen Eropa, baik dari kalangan militer maupun dari kalangan masyarakat biasa. Ada beberapa motif yang mendorong terjadinya ekspansi Salib ke Jerusalem: 1. Ekspansi Jerusalem adalah sebuah upaya untuk keluar dari pengaruh kebudayaan filsafat Arab Islam yang mulai mendominasi intelektualitas masyarakat Eropa pada waktu itu. 2. Ekpansi Jerusalem dianggap sebagai momen untuk mengakhiri perang saudara antar kelompok, etnis dan aliran keagamaan yang banyak terjadi di Eropa. 3. Ekspansi Jerusalem adalah upaya Gereja Latin Barat untuk menguasai Gereja-gereja Ortodok Timur. 4. Menguasai potensi ekonomi yang ada di kawasan Mesir, Syam dan Palestina seperti potensi air bersih dan hasil kekayaan alamnya. 5. Melumpuhkan kekuatan Islam dan mengembangkan misi kristenisasi di wilayah timur. Beberapa motif ini berhasil menggerakkan masyarakat Kristen Eropa memasuki Jerusalem melalui Eropa Timur, Persia dan melalui Irak. Diceritakan oleh Karen Armstrong dalam Jerusalem; Satu Kota tiga Agama, pada musim semi tahun 1096 M., lima angkatan bersenjata yang jumlahnya kira-kira mencapai 60 ribu tentara yang ditemani oleh kelompok-kelompok petani yang sudah disuntik dengan ideologi Salib, mempersiapkan diri menuju Jerusalem. Pasukan-pasukan Salib bukan semata-semata mencari lahan dan kekayaan, peristiwa ini berlangsung sangat kejam, menakutkan dan menelan jutaan korban. Pada saat mengepung kota Jerusalem, pasukan Salib secara sistemeatis membantai sekitar 30 ribu penduduk Jerusalem. Mereka membunuh siapa saja yang ditemui, laki-laki, anak-anak maupun perempuan secara brutal. Sekitar 10 ribu orang muslim yang mencari perlindungan di atap Mesjid Aqsha dibantai. Bahkan orang-orang Yahudi pun dikumpulkan masuk ke Sinagoga dan mereka dipancung dengan pedang. Jalan-jalan bersimbah darah,
tumpukan kepala, tangan dan kaki terlihat berserakan di kota Jerusalem pada waktu itu.184 Dominasi Kristen Barat kukuh di Jerusalem dengan penaklukan bangsa Frangki dipimpin oleh panglima Goldfrey de Bouillon. Adapun yang diangkat sebagai raja Jerusalem adalah Baldwin I. Orang-orang Yahudi di Eropa pun menjadi korban keganasan pasukan Salib. Pada musim semi 1096 M., sekelompok Pasukan Salib Jerman membantai komunitas Yahudi di Speyer, Worms, dan Mainz sepanjang sungai Rhine. Mereka beralasan bahwa sebelum melakukan perjalanan bermil-mil untuk membunuh orang-orang Muslim, mereka tidak akan membiarkan orang-orang yang sesungguhnya telah membunuh Kristus –orang-orang Yahudimasih hidup. Inilah pembantaian terbesar yang pertama kali terjadi di Eropa.185 Peristiwa Perang Salib terjadi ketika masyarakat Islam yang sebelumnya berada dalam satu kekuasaan pemerintahan terpecah menjadi negara-negara kecil, dan setiap wilayah dan kota membentuk sebuah negara. Fenomena ini menjadi bentuk kerugian bagi masyarakat Islam sendiri karena terpecahnya kekuatan besar Islam menjadi kekuatan-kekuatan kecil, mudah dimanfaatkan oleh kekuatan lainnya. Ditambah lagi terjadinya perang saudara baik dipicu oleh masalah etnis maupun karena persoalan mazhabi> (aliran). Kondisi inilah yang membawa angin segar bagi keberhasilah pasukan Salib dalam menaklukkan Jerusalem. Pasukan Salib menguasai Jerusalem sekitar tahun 1099-1186 M. Jerusalem pada Masa Salahuddin al-Ayyubi (1099-1244 M.) Setelah dikuasai oleh pasukan Salib, pasukan Salahuddin yang merepresentasikan kepentingan Islam, melakukan invasi balasan untuk membebaskan Jerusalem. Salahuddin adalah seorang tokoh pahlawan Arab Islam yang merebut Jerusalem dari kekuasaan Salib dengan memenangkan perang Salib II dan III. Pada tahun 1169 M., Salahuddin memerangi khalifah Fatimiyah 184
Sejarah Perang Salib ini secara lengkap bisa dilihat dalam Karen Armstrong, One City Tree Faits, 363‐396.
185
Karen Armstrong, One City Tree Faits, 365.
yang berkuasa di Mesir, dan behasil menyingkirkan penguasa negeri itu. Dari sinilah Salahuddin membangun strategi perang untuk melakukan ekspansi militer bersama pasukan besar Islam untuk memasuki Jerusalem.186 Dengan kharisma dan keberaniannya, Salahuddin berhasil meraih dukungan dari umat muslim dan mampu mempersatukan kota-kota utama muslim seperti Syiria, Mesir, Lebanon dan Irak. Salahuddin memasuki Jerusalem bersama pasukannya dengan cara‐cara yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pasukan Salib ketika memasuki Jerusalem. Setelah berhasil melumpuhkan hadangan pasukan Salib, pasukan Islam memasuki kota Jerusalem dan tidak satu pun orang‐orang Kristen dari kalangan perempuan dan anak‐anak yang dibunuh oleh tentara Muslim. Bahkan sejumlah besar tawanan dibebaskan karena pasukan Islam tidak tega melihat mereka terpisah dari keluarganya dan dijadikan budak. Oleh karena itu, orang‐ orang Kristen Barat pasca penaklukan Salahuddin terhadap Jerusalem, mengakui dan menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh pasukan Islam jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh pasukan Salib terhadap umat Islam.187 Nasib orang‐orang Yahudi juga lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pasukan Salib terhadap mereka. Hampir seluruh orang Yahudi di Jerusalem terusir dalam peristiwa Perang Salib. Namun, pada saat umat Islam kembali merebut Jerusalem, mereka kembali dipanggil untuk menghuni Jerusalem. Perlakuan ini menyebabkan sebagian orang‐orang Yahudi pada saat itu menganggap Salahuddin New Cyrus (Cyrus Baru)188 yaitu Raja Persia yang pernah menjadi penolong bagi orang‐orang Yahudi dari kekuasaan Babilonia, yaitu dengan mengizinkan mereka membangun kembali simbol‐simbol keagamaan Yahudi di kota Jerusalem.189 Orang‐orang Islam telah benar‐benar kembali ke Jerusalem dan juga merangkul orang‐orang Yahudi yang telah terusir. Salahuddin kembali menata
186
Salahuddin al‐Ayyu>bi> lahir di kota Tikrit, Irak utara tahun 1138 M. Sultan Salahuddin Yusuf ibnu Ayyub (nama lengkapnya) atau lebih dikenal dengan sebutan Saladin, dikenal sebagai panglima Islam dalam Perang Salib II dan III, yang menghentikan gerakan pasukan Eropa pimpinan Richard “Si Hati Singa” (Lion Hert). Lihat Trias Kuncahyono, Jalur Gaza; Tanah Terjanji, Intifada dan Pembesihan Etnis (Jakarta: Kompas, 2009), 67. 187 Sejarah ini juga bisa dilihat dalam karya David Leeming, Jealous Gods and Chosen People, 14. 188
Telah dipaparkan sebelumnya perihal penaklukan imperium Persia ke Jerusalem yang dipimpin oleh raja Cyrus.
189
David Leeming, Jealous Gods and Chosen People, 21.
pemerintahan dan merenovasi simbol‐simbol Islam yang rusak dalam peristiwa Perang Salib. Mesjid Qubbat al‐Sakhrah yang merupakan simbol utama umat Islam di kota Islam dibersihkan dari nuansa‐nuansa Salib, kemudian dimakmurkan seperti pada periode Umayyah dan Abbasiah.
Jerusalem pada Periode Mamluk dan Turki Usmani (1250-1917 M.) Pada tahun 1250 M., dinasti Ayyubiah yang berkuasa di Mesir dikalahkan oleh bangsa Mamluk yang dipimpin oleh Sultan Mamluk Z{>>a>hir Babyras (1260-1276 M.). Sultan Babyras juga berhasil menguasai Syiria dan Palestina setelah mengalahkan pasukan Mongol yang merebut kedua wilayah tersebut dari tangan dinasti Ayyubiah. Dalam perang Ain Jalut, pasukan Mamluk mengukir prestasi karena berhasil mengalahkan pasukan Mongol – pernah menaklukkan kota-kota penting Islam termasuk Bagdadyang hendak melakukan ekspansi terhadap Negara Islam. Keberhasilan ini menjadi bukti kekuatan bangsa Mamluk atas faksi-faksi yang dihadapi, baik dari pihak internal Islam maupun dari kekuatan Kristen.190 Sultan Babyras selama berkuasa memberikan perhatian besar terhadap kota Jerusalem dengan melakukan perbaikan dan renovasi terhadap Mesjid Qubbat al-Sakhrah dengan membungkus bagian luar Qubah mesjid dengan lapisan Marmer. Selain melakukan pemugaran terhadap h}aram, Babyras juga menciptakan ide gemilang sebagai solusi keamanan Jerusalem dengan mendirikan tempat-tempat suci bagi masing-masing peziarah yang datang ke Jerusalem dari kalangan Kristen dan Yahudi.191 Pada abad ke 16 M., terjadi transformasi kekuasaan Islam dari Mamluk ke Dinasti Ottoman (Turki Usmani). Pada tahun 1517 M., Sultan Salim I berhasil merebut kekuasaan Islam dari tangan Mamluk setelah terlibat dalam perang Chaldiran, dan pasukan Turki Usmani pada waktu itu bergerak ke arah utara dari Aleppo. Pasukan Turki Usmani mencapai gerbang Jerusalem tanpa adanya 190 191
Muh}ammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 208. Lihat Karen Armstrong, One City Tree Faiths, 410.
perlawanan, bahkan para ulama haram al-Aqsha menyambut dengan baik kedatangan Sultan Salim I.192 Para penguasa Turki Usmani sangat aktif dalam merespon persoalan-persoalan Jerusalem. Sultan Sulaiman Agung (15201566 M.) misalnya memerintahkan pembangunan kembali dindingdinding kota Jerusalem. Di samping itu, dibangun juga beberapa benteng untuk menjadi pertahanan militer kekuatan Turki Usmani di Jerusalem. Walaupun membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk membangun tembok yang panjangnya mencapai 2 mil, proyek itu tetap direalisasikan demi mengantisipasi keamanan Jerusalem yang berpotensi dihadapkan pada ancaman musuh. Kawasan Haram pun tidak diabaikan Sultan Sulaiman Agung. Ia membangun Mozaik di dinding kubah dan memperindah bagian bawah kubah dengan memasangkan keramik yang berwarna indah. Ini pun membutuhkan biaya yang ditanggung oleh pihak Kesultanan.193 Sultan Mahmud II 1808-1839 M. kembali melakukan perbaikan yang lebih canggih terhadap Kubah Mesjid Sakhrah dengan merenovasinya dari luar. Sultan Abdul Aziz (1860-1874 M.) melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran di kota Jerusalem. Ia membangun jalan-jalur Jerusalem menuju Jaffa dan Jerusalem menuju Nables. Sedangkan ruas-ruas jalan di kota Jerusalem juga dibenahi demi lancarnya aktivitas transportasi yang mendukung pertumbuhan perekonomian penduduk kota Jerusalem. Khalifah juga pada saat itu melakukan tarmi>m (renovasi) terhadap Masjid Umar yang ada di Jerusalem.194 Pada awal abad ke 20, yaitu pada tahun 1918 M. pasukan sekutu memenangkan peperangan melawan Jerman dan sekutunya Turki Usmani dalam Perang Dunia I. Inggris sebagai kekuatan besar pasukan sekutu melakukan ekspasi ke dunia Arab dan memperluas wilayah mandatorisnya ke Jerusalem. Sampainya imperaliasme Inggris ke tanah Yerusalem membuka jalan bagi Theodor Herzl dan para pemuka Yahudi untuk menyukseskan misi gerakan Zionis yang mengadopsi ideologi wajibnya orang-orang Yahudi kembali ke tanah Jerusalem yang dijanjikan. 192
Muh}ammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 209. Karen Armstrong, One City Tree Faits, 439. 194 Muhammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 210. 193
Jerusalem pada Masa Mandatoris Inggeris dan Berdirinya Negara Israel (1948 M.) Fase yang penting bagi nasib Jerusalem dalam kancah politik Timur Tengah adalah ketika wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan Mandatoris Inggeris. Arthur James Balfour, seorang menteri luar negeri Inggeris dalam deklarasi Balfour memberitahu Lord Rothschild, pemimpin Zionis Inggris, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air bangsa Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa Bangsa memberikan mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina. Selama mandatoris Inggeris di Palestina, gelombang imigran orang-orang Yahudi ke wilayah palestina khususnya Jerusalem terus terjadi. Peluang orang-orang Yahudi untuk membentuk komunitas secara politis di wilayah Palestina terus diperjuangkan oleh Inggeris. Pada 1944 M., Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas. Hingga PBB pun berani memberikan rekomendasi pemecahan Palestina menjadi dua Negara, Arab dan Israel. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan secara langsung kepada orang-orang Yahudi mendirikan sebuah negara. Pada 14 Mei 1948 M., sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Lebanon, Yordania, Syria , Mesir dan lain-lain. Secara politis, orang-orang Yahudi menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Sampai hari ini, kota Jerusalem masih dalam kondisi yang dilematis, di mana tiga poros kekuatan, Kristen Barat, Yahudi
Israel dan Arab Islam tidak henti-hentinya terlibat dalam konflik dan pertikaian untuk memperebutkan kota tersebut.
BAB IV Doktrin Yahudi, Islam dan Kristen tentang Jerusalem “Jerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama samawi. Bagi umat Islam, Jerusalem adalah kota suci ketiga setelah Mekah dan Madinah karena di tempat inilah terdapat Mesjid al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam dalam melakukan shalat. Bagi umat Nasrani, Jerusalem menjadi sakral karena di sinilah terdapat Makam Suci Kristus. Bagi umat Yahudi, Jerusalem merupakan kota Tuhan dan kota nabi-nabi bangsa Israel”. (Regina Syarif). Penulis memasukkan pandangan Kristen dan Islam –tentang Jerusalem- selain Yahudi195 dalam pembahasan inti buku ini karena 195
Menurut Abd. al-Wahha>b Masi>ri>, seorang pemikir Islam berkebangsaan Mesir yang dikenal sebagai pakar Yahudi, ia melihat bahwa ada semacam kegagalan orang-orang Israel yang tidak mampu menggunakan term Yahudi secara konsisten. Karena itu pula menurutnya term “Yahudi” akan terlihat rancu jika dilihat dari beberapa aspek tersebut, ia lebih cenderung menggunakan term “al-Jama>’ah al-Yahu>diyyah” daripada Yahudi. Term Yahudi, Israel dan Ibrani adalah term-term yang populer dalam sejarah bani Israel dari masa ke masa, baik secara historis, geografis, polotik maupun secara teologis. Dari term-term inilah akan didapatkan makna
pada kenyataannya, kedua agama ini juga sangat berkepentingan dengan kota Jerusalem. Sejarah kota Jerusalem yang penuh dengan konflik dan intrik politik, di sepanjang masa senantiasa diperebutkan, adalah merupakan manifestasi dari nilai-nilai ideogis yang dianut oleh tiga agama samawi tersebut. Karena itu, penulis membagi bab ini menjadi tiga sub bahasan yaitu; Doktrin Yahudi196 tentang Jerusalem, doktrin Kristen tentang Jerusalem dan konsepsi Messias (al-Masi>h) dan pandangan Islam terhadap Jerusalem. A. DOKTRIN YAHUDI TENTANG JERUSALEM Masalah Palestina197 adalah masalah yang paling kompleks dan susah diselesaikan di Timur Tengah. Sejak berdirinya negara terminologis Yahudi. Abd al-Wahhab Masiri>, Mukaddimah li al-S{ira> alArabi> al-Isra.ili> (Beirut: Da>r al-Fikr al-Mua>s}ir, 2002), 10. Istilah ‘Ibra>ni> umumnya dinisbahkan kepada penyeberangan Nabi Ibrahim, sedangkan Isra>i>l dinisbahkan kepada keturunan nenek moyang mereka yaitu Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Abd al-Wahhab Masiri>, Mukaddimah li al-S{ira> al-Arabi> al-Isra.ili>, 12. 196
Ibrahim al‐Zagini> berpendapat, dalam kitab Perjanjian Lama penyebutan kata al‐Yahu>d dipakai sebagai pengganti dari kata al‐isra>i>liyyi>n, yaitu kata al‐Yahud tercantum dalam sebuah surat orang‐orang Israel yang dikirim kepada Raja Cyrus (Raja Persia) pasca kekuasan Raja Babilonia. Disebutkan dalam kitab Perjanjian Lama “Kiranya Baginda maklum, bahwa orang “Yahudi” yang telah meninggalkan wilayah‐wilayah lain dalam kerajaan Baginda, kini menetap di Yerusalem dan sedang membangun kembali kota yang jahat dan suka memberontak itu. Mereka sudah mulai mendirikan lagi tembok‐temboknya dan tak lama lagi akan menyelesaikan pekerjaan itu” Ahmad bin Abdulllah bin Ibrahim al‐Zagi>ni>, al‐‘Uns}uriyyah al‐Yahu>diyyah wa atharuha> fi> al‐ Mujtama’ al‐Isla>mi> wa al‐Mawqif Minha>, (Riya>d}: Maktabah al‐‘Abi>ka>n, 1998), 62. 197
Palestina terletak di bagian barat benua Asia. Secara geografis, Palestina masuk dalam wilayah al‐Mashriq al‐‘Arabi> yang dikenal dengan bila>d al‐ Sha>m, terdiri dari empat negara, Surya, Lebanon, Yordania dan Palestina. Syam sebelumnya adalah satu pemerintahan. Ia kemudian terpecah menjadi empat Negara dengan pemerintahan masing‐masing setelah terjadinya perang Dunia I. Pada tahun 1915 M, penjajahan Inggris dan Prancis –yang menguasai negeri Syam‐ sepakat untuk membagi negeri ini menjadi beberapa Negara dengan
Israel pada tahun 1948 M., kota Jerusalem telah berubah menjadi arena konflik yang menelan banyak korban baik dari pihak Arab maupun dari pihak Yahudi. Namun seakan-akan, itulah yang diinginkan oleh pihak-pihak yang bertikai, terjadinya pertumpahan darah, karena pengerahan kekuatan dari dua entitas di kawasan Jerusalem ini, Yahudi Israel dan Arab Islam. Jerusalem yang sekarang ini berada di tanah Palestina, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, secara historis menjadi pusat tradisi keagamaan tiga agama besar, Yahudi Kristen dan Islam. Bagi umat Islam di tempat ini terdapat salah satu simbol penting Islam yaitu Mesjid al‐Aqsha. Bagi orang Nasrani, di sinilah Nabi Isa pernah diutus dan dimakamkan (Makam Suci Kristus) setelah peristiwa Salib. Sedangkan khusus bagi orang‐orang Yahudi, kota ini sangatlah sakral karena merupakan tempat Nabi Ibrahim dan Nabi Musa mengajarkan ajaran agama Yahudi, Nabi Daud membangun Tabut, Sulaiman (Solomon) membangun Kenizah dan Tembok Ratapan yang saat ini masih berdiri.
Dari sisi teologis, kota Jerusalem juga tidak bisa dipisahkan dari keyakinan teologis agama-agama besar dunia seperti telah disebutkan. Ben C. Ollenburgcr memandang bahwa agama-agama besar dunia, khususnya agama samawi dengan nenek moyang Ibrahim sebagai pelopor agama monoteistik, menganggap bahwa kota Jerusalem secara teologis tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama mereka. Lebih lanjut Ben C. Ollenburger memaparkan bahwa anggapan tidak terpisahnya kota Jerusalem dari segenap agama besar dunia tersebut bukanlah tidak beralasan. Pada dasarnya, masing-masing dari agama-agama tersebut memiliki landasan historis dan teologis untuk menjustifikasi kedekatannya dengan kota Jerusalem tersebut. Yahudi misalnya, menjadikan Kitab Perjanjian Lama (Taurat) sebagai pijakan teologis dan historis yang mengekspresikan betapa pentingnya kota Jerusalem bagi orangorang Yahudi sehingga mereka sepakat bahwa Jerusalem secara teologis dan Historis tidak bisa dipisahkan dari agama Yahudi.198 Yahudi sebagai salah satu agama yang menganut ajaran monoteis, menganggap Tuhan tidak bisa dipisahkan dari kota Jerusalem karena di sanalah Tuhan bertahta dengan singgasananya tujuan memecah kekuasaan Turki Usmani. Muhammad Anwar, Ta>ri>kh al‐ Yahu>d wa al‐Quds (Kairo: Maktabat Kullyat Us}u>l al‐Di>n, 2001), 203. 198
Ben C. Ollenburgcr, Zion the City of the Great King, 15.
untuk diagungkan oleh umat Manusia. Ini bisa dilihat dari keterangan-keterangan Perjanjian Lama khususnya Kitab Mazmur.199 Dan ditetapkannya kitab Perjanjian Lama (Taurat) sebagai landasan teologis dan historis terhadap Jerusalem bagi orang-orang Yahudi tidak lepas dari banyaknya penyebutan dan cerita tentang Jerusalem, yang bisa ditemukan dalam konteks yang beragam. Penyebutan Jerusalem dalam Perjanjian Lama bisa ditemukan ketika kitab ini berbicara mengenai ketahtaan Tuhan Yahwe di Jerusalem. Jerusalem merupakan kota yang suci dan disakralkan oleh orang-orang Yahudi karena merupakan pusat ketahtaan Tuhan Yahwe, dan merupakan pusat penyembahan bagi Tuhan Yahwe. Ini bisa dilihat di berbagai tempat di Perjanjian Lama seperti dalam kitab Mazmur yang banyak mengandung ajaran kekuasaan Tuhan yang dipusatkan di Jerusalem.200 Dalam salah satu ayat Mazmur berbunyi, “Sebab Tuhan telah memilih Zion, menginginkannya menjadi tempat kedudukan-Nya”.201 Begitu pula dalam posisinya sebagai tanah yang dijanjikan, bisa kita jumpai di berbagai tempat dalam Perjanjian Lama. Misalanya firman Tuhan, “Pada hari itu Tuhan berjanji kepada Iwam seraya berkata untuk keturunannya aku beri tanah ini dari sungai Mesir (Niel) hingga sungai Eufrat)”.202 Dalam konteks historis, seperti diungkap oleh Ingrid Hjelm, Kitab Perjanjian Lama banyak bercerita tentang keberadaan komunitas orang-orang Yahudi Israel di Jerusalem. Bisa dilihat cerita tentang nabi-nabi orang Yahudi dan raja-raja Israel, seperti cerita tentang Hosea raja Israel, Hizkia pemimpin kerajaan Yehuda dan raja-raja Yehuda lainnya bisa didapatkan dalam Kitab Perjanjian Lama khususnya dalam kitab Raja-Raja dan Tawarikh.203 199
Ben C. Ollenburgcr, Zion the City of the Great King; A Theological Symbol of the Jerusalem Cult (London: Sheffield Academic Press, 1987), 12.
200
Ingrid Hjelm dalam karyanya Jerusalem's Rise to Sovereignty; Zion and Gerizim in Competition (London: T&T Clark International 2004), 34.
201
Lihat dalam Kitab Mazmur 132:13.
202
Kejadian 15;18‐21.
203
Kisah tentang raja‐raja Israel yang pernah memusatkan kerajaannya di Jerusalem banyak diceritakan dalam kitab Raja‐Raja dan Tawarikh.
Semua raja (penguasa) ini beserta orang-orang Yahudi yang dipimpinnya memiliki keterikatan dengan Jerusalem karena kekuasaannya berpusat di Jerusalem. Lebih-lebih lagi dengan para nabi orang Israel yang meliputi Nabi Musa, Daud, Sulaiman dan lainnya, memiliki keterikatan yang erat dengan Jerusalem.204 Puritas dan sakralitas kota Jerusalem bagi orang-orang Yahudi seperti di atas, menurut Lee I. Levine dalam Jerusalem in Jewish history, tradition, and memory, sebenarnya juga disebabkan oleh simbolisasi temple atau haikal (kuil) atau Kenizah yang diletakkan oleh Daud pada masa kejayaannya, yaitu sekitar 1012972 SM., dan kembali dibangun oleh Sulaiman. Kuil ini kemudian menjadi tempat Ibadah Yahudi yang monumental yang dikenal sebagai Kuil Sulaiman. Keberadaan Kuil ini di Jerusalem tidak pernah lepas dari benak orang Yahudi di mana ia dianggap simbol penting agamanya karena Kuil tersebut mengurai hubungan antara Tuhan, bangsa Yahudi dan Jerusalem.205 Dengan demikian, Jerusalem merupakan situs yang diklaim suci bagi agama Yahudi berdasarkan legitimasi teologis dan historis seperti yang telah disebutkan. Legitimasi teologis adalah hal yang sangat kuat bagi orang-orang Yahudi karena didukung oleh sebuah karakter yang kuat untuk menjadikan kota ini sebagai pusat keagamaan dan politik. Mereka menganggap kesucian tempat ini hanya layak dihuni oleh orang-orang yang dipilih oleh Tuhan. Untuk itu, alasan teologis selalu dimunculkan orang-orang Yahudi dalam membangun ideologi kebangsaannya, yaitu ideologi yang hendak menjadikan Jerusalem sebagai pusat agama dan politik Yahudi. Karen Armstrong memiliki pengalaman empriris tentang Jerusalem. Ia mepaparkan bahwa sudah merupakan fakta historis dan teologis, Jerusalem merupakan kota penting bagi beberapa agama seperti Yahudi, Kristen dan Islam. Berdasarkan pengalaman penelitiannya terhadap kota Jerusalem, ia mendapatkan bahwa orang-orang Islam dan orang-orang Yahudi yang paling sekuler pun masing-masing mengkaim bahwa kota Jerusalem adalah kota 204 205
Lihat Ingrid Hjelm dalam karyanya Jerusalem's Rise to Sovereignty, 24.
Tamar Mayer, and Suleiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality (London dan New York: Routledge, 2008), 27.
suci bagi mereka. Orang-orang Islam menyebut kota tersebut sebagai al-quds “Kota Suci” walaupun orang-orang Israel mempunyai pandangan yang berbeda dengan mengejek orangorang Islam yang mengatakan Jerusalem sebagai kota suci. Bagi orang-orang Yahudi Jerusalem telah lebih dulu menjadi kota suci bagi umat Yahudi, dan orang-orang Yahudilah yang berhak mengklaim kota suci atas Jerusalem.206 Pandangan teologis Yahudi melihat bahwa Jerusalem adalah Holy Land atau tanah yang suci bagi mereka. Dipaparkan oleh Louis Golding bahwa Jerusalem bagi orang‐orang Yahudi adalah Tanah Suci,207 di mana nabi‐nabi bangsa Yahudi telah memusatkan ajarannya di tanah ini. Kuil Suci yang dibangun oleh nabi Sulaiman sebagai tempat peribadatan utama orang‐orang Yahudi, dibangun di daerah ini, tepatnya di sebuah bukit suci (Zion). Oleh karenanya, gerakan Yahudi modern (Zionisme) dibentuk sebagai gerakan geopolitik Yahudi untuk kembali menguasai tanah Suci ini.208 Urgensi Jerusalem bagi Orang-Orang Yahudi dalam Kitab Perjanjian Lama Teks‐teks dalam kitab Perjanjian Lama banyak menunjukkan bahwa situs yang paling penting secara teologis dan historis bagi orang‐orang Yahudi adalah Jerusalem, khususnya gunung Zion.209 Zion, sebagaimana dikemukakan oleh Ben C. Ollenburgcr memiliki posisi yang sakral bagi orang‐orang Yahudi, berdasarkan gagasan kehadiran Tuhan Yahwe di gunung Zion atau Jerusalem seperti telah disebutkan.210 Dalam gagasan ini, diyakini bahwa tuhan Yahwe telah memilih
206
Baca Karen Armstrong, Jerusalem; One City Tree Faith, Xiii
207
Jerusalem, Holy Land, (Tanah Suci) dan problematika perebutannya antara tiga agama, Yahudi, Kristen dan Islam bisa deperdalam dalam karya Karen Armstrong yang berjdudul One City Three Faiths‘ lihat juga dalam karya Abd al‐ Wah}h}a>b al‐Masi>ri>, al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐Isra>’i>li>, Dan karya‐karya lainnya. 208
Louis Golding, The Jewish Problem (England: Penguin Books Limited, Cet. I, 1938). 67. 209
Di Jerusalem, terdapat satu tempat yang terkenal, berdinding trapezium terletak di ujung timur Kota Lama Jerusalem. Dalam bahasa Inggris, tempat ini secara umum disebut Temple Mount (Gunung Bait Suci), dalam bahasa Ibrani diterjemahkan secara literal berarti Mount of the House (rumah bukit). Tamar Mayer and Suleiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality, 47. 210 Ben C. Ollenburgcr dalam karyanya ini mengeloborasi teks‐teks Perjanjian Lama untuk menunjukkan bahwa Jerusalem adalah tempat yang penting dan
Gunung Zion di Jerusalem sebagai tempat untuk ditinggali. Keberadaan situs ini sangat erat hubungannya dengan Tuhan Yahwe,211 sehingga tempat ini menjadi dikultuskan dan dianggap segala‐galanya bagi orang‐orang Yahudi.212 Dari sanalah Tuhan Yahwe mengungkapkan kehendak‐Nya kepada umat manusia. Kalau kita mencermati apa yang terkandung dalam Perjanjian Lama tentang hal ini, kita bisa membenarkan pandangan yang mengatakan bahwa ideologi tentang Jerusalem secara keseluruhan terpusat pada keyakinan bahwa Tuhan Yahwe memilih Jerusalem sebagai tempat hunian‐Nya, kehadiran Yahwe harus ditemukan di dalamnya, karena ia mengungkapkan kehendak‐Nya dan menuangkan berkat‐Nya atas umatnya dari tempat suci ini.213 Keyakinan atas keberadaan Tuhan Yahwe di Gunung Zion bagi orang‐orang Yahudi, sebagaimana diisyaratkan oleh Perjanjian Lama, adalah Tuhan berkedudukan sebagai Raja yang bersinggasana di Zion. Digambarkan dalam Mazmur ayat 24 bahwa Tuhan adalah King of Glory (Raja Kemuliaan),214 memasuki tempat kudus di atas Sion yang dipercaya sebagai “Gunung Yahwe”, tempat kemuliaan‐Nya. Demikian pula, dalam Mazmur 68, Yahwe digambarkan sebagai raja dalam prosesi yang dirayakan oleh suku‐suku Israel ketika masuk ke dalam tempat kudus. Gambaran yang terdapat dalam Mazmur mengisyaratkan bahwa Yahwe adalah penggenggam kerajaan di alam ini. Pada Mazmur ayat 30, dengan jelas dikatakan bahwa para Raja menyampaikan persembahan kepada Yahwe di
sakral bagi agama Yahudi yang meyakini keberadaan rumah suci Tuhan di tempat ini. 211
Nama‐nama Tuhan mencapai 90 nama. Nama‐nama tersebut yang terkenal adalah al‐sala>m, al‐kama>l almutlaq, al‐mulk, al‐ra>’i dan muqaddas Israel. Dijumpai pula, nama Tuhan kaum Yahudi sebagaimana dikatakan di dalam berbagai kitab dalam bahasa Latin, mereka ialah Yahwe atau YHWH. Kata ‘Yahwe’ digunakan sebagai salah satu nama yang ditujukan kepada Tuhan dalam kitab Perjanjian Lama. Lihat Muhammad Amri, dalam Disertasi “Konsep Teologi Yahudi dalam al‐Qur’an”, Program Pascasarjana (UIN) Makasar, 2008, 208.
212
Lihat Ben C. Ollenburgcr, Zion the City of the Great King, 23.
213
Tamar Mayer and Suleiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality, 48.
214
Dalam Mazmur ayat: 8‐10 dijelaskan tentang kedatangan Raja Kemulian dalam Bait Allah. Mazmur tersebut berbunyi, “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” Tuhan, jaya dan perkasa, Tuhan perkasa dalam peperangan!” (ayat. 8). “Angkatlah kepalamu, hai pintu‐pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu‐pintu yang berabad‐abad, supaya masuk raja kemuliaan!” (ayat. 9). “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela. (ayat: 10).
Jerusalem,215 dan ini dengan sendirinya merupakan penegasan bahwa Tuhan berdiam di singgasana Bait Suci di Jerusalem. Selanjutnya dalam Mazmur 132, tidak secara eksplisit disebutkan Yahwe sebagai Raja, namun kerajaan Yahwe bisa dipahami sebagaimana yang telah diceritakan dalam prosesi peletakan Tabut di kota Jerusalem oleh Daud. Dan dalam Mazmur 132 ayat 13‐15216, Yahwe telah mengumumkan janjinya kepada Daud dan anak cucunya tentang Jerusalem yang merupakan tanah yang diberkati oleh Allah untuk mereka tinggali.217 Penobatan Jerusalem sebagai pusat kerajaan Tuhan juga ditandai dengan diletakkannya Tabut di tempat tersebut. Untuk mengidentifikasi bahwa Jerusalem sebagai tempat kedaulatan Yahwe, bisa kita lihat dalam Mazmur tentang penobatan Yahwe. Dalam Mazmur, peristiwa penobatan, terdapat dalam ayat 47, 93‐99. Ayat‐ayat ini adalah keterangan tentang konsepsi Perjanjian Lama tentang dominasi Yahwe atas orang‐orang Yahudi di Jerusalem, sehingga berimplikasi pada lahirnya tradisi pengkultusan Yahudi terhadap Jerusalem. Dalam Mazmur 47:9 misalnya dikatakan bahwa Allah telah bersemayam di atas tahtanya yang kudus.218 Begitupula dalam Mazmur 99 dikatakan tentang kebesaran Tuhan yang mengatasi segala bangsa yang bertahta di Zion.219 Tentang penobatan Yahwe sebagai raja Zion, secara jelas juga bisa dilihat dalam Mazmur. Dalam Mazmur 110 diceritakan bahwa tongkat kekuatan Tuhan akan diulurkan dari Zion, dan Allah akan memerintah dari tahta‐Nya tersebut dan akan menyelamatkan orang‐orang Israel dari musuh‐musuhnya.220
215
Dikatakan, “Demi Bait‐Mu di Jerusalem, raja‐raja menyampaikan persembahan kepada‐Mu. Mazmur” Mazmur, 68:30.
216
Ayat ini berbunyi, “Sebab Tuhan telah memilih Zion, menginginkannya menjadi tempat kedudukan‐Nya: “Inilah tempat perhentian‐Ku selama‐ lamanya, di sini aku hendak diam sebab aku menginginkannya. Perbekalannya akan kuberkati dengan limphnya, orang‐orangnya yang miskin akan kukenyangkan dengan roti. Lihat Mazmur 132:13‐15.
217
Ben C. Ollenburgcr, Zion the City of the Great King, 25.
218
Dikatakan, “Allah memerintah sebagai raja atas bangsa‐bangsa, Allah bersemayam di atas tahta‐Nya yang kudus. Mazmur 47:9.
219
Dikatakan, “ Tuhan itu maha besar di Zion dan ia tinggi mengatasi sebaga bangsa. Mazmur 99:2.
220
Dikatakan, “Mazmur Daud. Demikianlah firman Tuhan kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan‐Ku sampai kubuat musuh‐musuhmu menjadi tumpuan kakimu. Tongkat kekuatanmu akan diulurkan Tuhan dari Zion: memerintahlah di antara musuhmu!”. Mazmur 110:1‐2.
Yahwe sebagai raja di Jerusalem/Zion juga banyak dijumpai di kitab‐kitab lain selain Mazmur. Dalam kitab Raja‐raja juga diceritakan bahwa Sulaiman telah membangun kembali Bait Suci bagi Tuhan di Jerusalem. Dan setelah Sulaiman mendirikan bait suci ini kemudian difirmankan oleh Allah bahwa ia akan tinggal di Bait Suci tersebut dan tidak akan meninggalkan orang‐orang Israel dari Bait Suci tersebut. Di sini, Tuhan dalam firmannya mensyaratkan bahwa orang‐orang Israel harus tunduk dan taat mengikuti perintah Tuhannya.221 Jerusalem kemudian menjadi simbol teologis ajaran Yahudi. Tradisi Jerusalem yang memuat ketahtaan Tuhan Yahwe, begitu kuat bagi orang‐orang Yahudi, sehingga wajar kalau mereka menjadikan Jerusalem sebagai simbol teologis agama Yahudi. Bahkan dalam Perjanjian Lama ditegaskan di satu pasal dalam Kitab Mazmur bahwa Zion/Jerusalem adalah kota Allah. Dalam pasal ini dijelaskan kemuliaan kota ini atas kota‐kota lainnya.222 Filistin, Tirus, Ethopia dan kota‐kota lainnya tidak bisa dibandingkan kemuliaanya dengan kota Jerusalem yang merupakan kota Allah. Seperti dikatakan, “Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang‐orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana."223 Ingrid Hjelm menjelaskan bahwa dalam kitab Perjanjian Lama, Tuhan telah memerintahkan orang Israel untuk merebut kota Jerusalem karena Tuhan Israel tidak akan melepaskan bangsanya dari tangan Allah sebagaimana para Allah negeri lain tidak dapat melepaskan bangsanya dari tangannya.224 Perintah
221
“Kemudian datanglah firman Tuhan kepada Solomo, demikianlah: “Mengenai rumah yang kau dirikan ini, jika engkau hidup menurut segala ketetapan‐Ku dan melakukan segala peraturan‐Ku dan tetap mengikuti perintah‐Ku dan tidak menyimpang dari padanya maka Aku akan menepati janji‐ Ku kepadamu yang telah kufirmankan kepada Daud ayahmu, yakni bahwa Allah akan diam di tengah‐tengah orang Israel dan tidak hendak meninggalkan umat‐ Ku Israel. Raja‐Raja 6:11.
222
Bisa dilihat dalam Mazmur, “Tuhan lebih mencintai pintu‐pintu gerbang Zion daripada segala tempat kediaman Ya’qub. Hal‐hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang‐orang yang mengenal Aku, bahkan Filistin, Tirus dan Ethopia ini dilahirkan di sana. Tetapi tentang Zion dikatakan, “Seorang demo seorang dilahirkan di dalamnya”, dan Dia Mahatinggi, menegakkannya”. Mazmur 87:2‐5.
223 224
Mazmur 87:4.
Seperti diceritakan dalam Tawarikh, “Dan mereka berseru dengan suara nyaring dalam bahasa Yehuda kepada rakyat Jerusalem yang ada di atas tembok untuk menakutkan dan mengejutkan mereka mereka, supaya mereka dapat merebut kota itu. Mereka berbicara tentang Allah Jerusalem seperti tentang para Allah bangsa‐bangsa dunia, adalah buatan tangan manusia”. Tawarikh, 32:18‐19
Tuhan untuk merebut dan mempertahankan Jerusalem dalam Perjanjian Lama ini diceritakan ketika Jerusalem dikepung oleh Sanherib. Sanherib adalah raja Asyur yang hendak menguasai Jerusalem sehingga bersama dengan balatentaranya ia mengepung Jerusalem dan berhadapan dengan Hizkia.225 Kitab Raja‐Raja 18 menceritakan tentang Jerusalem yang dikepung oleh Sanherib. Peranan Allah dalam peristiwa dikepungnya Jerusalem oleh pasukan kerajaan Asyur yang dipimpin oleh raja Sanherib ini sungguh berpihak kepada orang‐orang Israel di Jerusalem yang saat itu dipimpin oleh raja Hizkia, seorang raja Yehuda yang memimpin Israel di Jerusalem.226 Allah melindingi raja Hizkia dari serbuan pasukan kerajaan Asyur karena berkaitan dengan janji Allah terhadap Jerusalem bahwa ia merupakan tempat yang suci karena disanalah Allah bersemayam.227 Dalam kitab Tawarikh pun diceritakan tentang nabi Daud ketika menjadi raja di Jerusalem. Orang‐orang Israel berkumpul di Jerusalem untuk menjadikan Daud sebagai pemimpin mereka. Menurut orang‐orang Israel yang berkumpul tersebut, Tuhanlah yang menunjuk Daud untuk mengembalakan atau menjadi pemimpin bagi orang‐orang Israel, dan menjadikan Jerusalem sebagai pusat pemerintahannya. Karena keinginan orang‐orang Israel tersebut, lalu Daud mengadakan perjanjian dengan orang‐orang Israel, sehingga Daud dilantik menjadi raja berdasarkan firman Tuhan.228
225
Diceritakan dalam Kitab Tawarikh, “Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota‐kota berkubu, dan berniat merebutnya”. Tawarikh, 32:1.
226
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 93.
227
Ketika itu Hizkia memohon kepada Tuhan untuk diberikan perlindunang oleh Allah. Dalam kitab Raja‐Raja diceritakan, “Hizkia berdoa di hadapan Tuhan dengan berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel, yang bertahta di atas Kerubim! Hanya engkau sendirilah Allah segala kerajaan di Bumi; engkaulah yang menjadikan langit dan bumi…maka sekarang, ya Tuhan, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya engkau sendirilah Allah, ya Tuhan.” Lihat Kitab Raja‐Raja, 18.
228
Dalam kitab Tawarikh diceritakan, “Lalu berkumpullah seluruh Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: “Ketahuilah, kami ini darah dagingmu. Telah lama ketika Saul memerintah, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan Tuhan, Allahhmu, telah berfirman kepadamu: engkaulah yang harus menggembalakan umat‐Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas umatku Israel. Maka datanglah semua tua‐tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan Tuhan, kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel, seperti yang difirmakan Tuhan dengan perantaraan Samel.” Kitab Tawarikh, 11:1.
Pada masa pemerintahan Daud, Jerusalem semakin menjadi sakral bagi orang‐ orang Yahudi karena salah satu simbol agama Yahudi, yaitu Tabut disimpan di Bait Suci Tuhan tersebut.229 Pada masa pemerintahannya, Daud membuatkan tempat khusus yang istimewa untuk menyimpan tabut di dalamnya. Untuk meletakkan Tabut pada tempat yang telah disediakan untuk tabut tersebut, Daud mengumpulkan orang‐orang Israel untuk mengangkatnya ke tempat yang telah disediakan, sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Tawarikh. Demikianlah gambaran Kitab Perjanjian Lama tentang betapa pentingnya Jerusalem bagi orang‐orang Yahudi.230 Berdasarkan pemaparan di atas, dalam pandangan Yahudi hanya satu ideologi yang diyakini tentang Jerusalem, yaitu tidak satu pun bangsa di dunia yang boleh hidup di daerah ini kecuali bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi mengklaim bahwa sejak awal dan selamanya kota Jerusalem adalah Ibu Kota dan pusat agama Yahudi di dunia. Sedangkan umat lain selain Yahudi, seperti Islam dan Kristen menganggap bahwa kota ini kota bersejarah bagi umat manusia tanpa mengkhususkan kepada Yahudi yang berhak atas kota itu.
Ingrid Hjelm memandang, doktrin yang paling esensial dalam agama Yahudi adalah kepercayaan bahwa Tuhan yang esa dan transenden adalah pemilik Jerusalem. Semua orang Yahudi adalah satu dalam kepercayaan ini, meskipun kebudayaan, periode, sekte atau golongan keagamaan mereka berbeda. Tuhan adalah pencipta alam semesta, sumber segala wujud. Tuhan adalah transenden terhadap alam. Tuhan adalah sang pewahyu Taurat dan memberikan Interpretasi yang paling tepat tentang kitab suci itu kepada umat manusia. Tuhan adalah sang penyelamat. Tuhan adalah raja yang bersemayam di Jerusalem.231 Ajaran tentang ke-Esaan Tuhan dalam Bibel, atau kitab 232 Syema yang khusus mengkaji secara mendalam tentang teologi 229
Diceritakan, “Kemudian Daud mengumpulkan segenap Israel ke Jerusalem untuk mengangkut Tabut Tuhan ke tempat yang telah disiapkan untuk itu. Daud mengumpulkan bani Harun dan orang Lewi: dari bani Kehat: Uriel, seorang pemimpin, dan saudara‐saudara sepuaknya, seratus dua puluh orang…” Tawarikh, 14:3.
230
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 95.
231
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 34.
232
Shema’ adalah term yang digunakan untuk sebuah pernyataan tentang persatuan Tuhan, diambil dari kitab Ibrani, digunakan sebagai bagian dari perayaan Liturgi. Lihat Michael Keene, al‐Kitab; Sejarah, Proses Terbentuk dan Pengaruhnya (Jakarta: Kansius, 2006), 159.
ketuhanan agama Yahudi, sebagaimana termaktub dalam kitab Ulangan, “Dengarlah, hai anak Israel; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa, kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.233 Ajaran ke-Esaan Tuhan juga bisa didapatkan dalam kitab Markus yang menyatakan, “Hukum yang terutama; Dengarlah hai anak Israel; Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa”.234 Ajaran tentang keesaan Tuhan dalam agama Yahudi ini tidak bisa dilepaskan dari ajaran tentang keterpusatan Tuhan di Jerusalem.235 Adapun hubungan antara Tuhan dan manusia dalam ajaran agama Yahudi, dilukiskan dalam sebuah hubungan kontrak atau perjanjian. Kata Ibrani yang mengindikasikan adanya hubungan perjanjian –antara Tuhan dan manusia- adalah b’rit yang biasanya diterjemahkan dengan kata bahasa Inggris dengan covenant. Perjanjian itu adalah hubungan timbal balik antara Tuhan dan manusia.236 Tuhan memenuhi bagiannya dari penjanjian itu dan manusia memenuhi bagiannya. Kontrak antara Tuhan dan manusia itu bertujuan untuk menciptakan kesempurnaan kehidupan manusia dan masyarakat. Dalam kitab perjanjian Lama dilukiskan bahwa kesempurnaan kehidupan manusia dan masyarakat digambarkan dengan kejayaan kepemimpinan Tuhan terhadap orang Israel di Jerusalem.237
Jerusalem; Tanah Terjanji kepada para Nabi Israel (Kajian Kitab Perjanjian Lama). Suatu negeri tanpa bangsa untuk bangsa tanpa negeri, adalah slogan yang digunakan oleh gerakan Zionis untuk mempengaruhi para pemimpin dunia untuk menyukseskan misi 233
Ulangan, 6;4.
234
Markus, 12;28‐29. 235
Bisa juga dilihat dalam Jerald. F. Dirks, Abrahamic Faith; Judais, Cristianity, and Islam Similarities and Contrasts. Diterjemahkan oleh Santi Indah Astuti (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 68. 236
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 40.
237
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 50.
Zionis di Palestina. Yahudi tidak menganggap keberadaan bangsa Palestina sebagai sebuah bangsa. Di sisi lain, dalam Perjanjian Lama, Yahudi selain sebagai agama monoteis ia juga merupakan bangsa yang telah dijanjikan kepadanya tanah Jerusalem. Acuan yang digunakan oleh Yahudi adalah sebuah legitimasi teologis; janji-Janji Tuhan kepada para Nabi Israel. Kajian Perjanjian Lama tentang keterpilihan Jerusalem bagi orang-orang Yahudi telah dilakukan secara komperhensif oleh Ilmuan dan Rabbi Yahudi modern David Novak238 (1941). Novak mengulas legitimasi teologis Yahudi atas tanah terjanji berdasarkan apa yang dilukiskan oleh Perjanjian Lama. 1). Janji Tuhan kepada Ibrahim (Abraham) Pertama, Novak mengeksplosai janji Tuhan terhadap Ibrahim. Dalam kitab Kejadian, Ibrahim pernah memperoleh instruksi dari Tuhan untuk meninggalkan tanah tempat tinggalnya, keluarga dan bapaknya menuju Kanaan. Bersama Istrinya Sarah, Ibrahim kemudian meninggalkan Haran pergi ke Kanaan. Pada saat Ibrahim memasuki kota Kanaan, penduduk Kanaan menyambutnya, dan datanglah keterangan dari Tuhan bahwa tanah Kanaan untukmu (Ibrahim)239 dan keluargamu. Keterangan ini bisa dilihat dalam Kitab Kejadian.240 Dilanjutkan dalam kitab Kejadian, Tuhan menyuruh Ibrahim untuk memandangi daerah sekelilingnya, dari kiri dan kanan, timur dan barat. Maksudnya adalah bahwa tanah yang kau pandangi itu adalah diperuntukkan bagimu dan keluarga sampai 238
Adel Safty menggolongkan David Novak sebagai seorang ilmuan dan rabbi Yahudi konservatif. Ia memiliki pemikiran yang konsisten menganut ideologi keterpilihan orang‐orang Yahudi bagi Tuhan.
239
David Novak, The Election of Israel (New York: Cambridge University Press, 2003), 86. 240
“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;” Kejadian, 12:1. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. Kejadian, 12:5.
akhir zaman.241 Pada hari itu Tuhan mengucapkan janji kepada Ibrahim, “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini”.242 Janji yang disampaikan Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah sebuah covenant janji sakral kepada Ibrahim. Janji ini tidak bersifat temporer, ia berlaku selama-lamanya. Berarti, kepemilikan tanah Kanaan (Jerusalem) bagi orang-orang Yahudi berlaku untuk selama-lamanya. Mengacu pada janji ini orang-orang Yahudi – yang memahami dan meyakini Taurat- di seluruh dunia akan terus memperjuangkan tanah yang dianggap hak miliknya.243 2). Janji Tuhan kepada Ishak. Ishak adalah putra seorang Nabi Israel yang taat yaitu Ibrahim. Ishak adalah putra Ibrahim yang lahir dari Istrinya yang bernaman Sarah, dan dari Ishak banyak dilahirkan keturunan nabi Israel. Mewarisi kharismatik ayahnya, Ishak juga adalah seorang yang taat pada tradisi monoteistik yang telah diajarkan oleh ayahnya. Dengan begitu, Ishak merupakan nabi dan sosok yang penting dalam tradisi Yahudi. Mengenai janji Tuhan kepada Ishak atas tanah Kanan, juga telah diceritakan dalam Perjanjian Lama. Suatu zaman terjadi bencana kelaparan yang dahsyat, menimpa penduduk dan Ishak berseta pengikutnya. Lalu Ishak pergi mengahadap kepada seorang raja Filistin yang bernama Abimelekh di Gerar. Pada saat itu Tuhan menampakkan dirinya kepada Ishak dan melarangnya untuk pergi ke Mesir. Tuhan memerintahkan kepada Ishak untuk tetap berada di negerinya, karena tuhan akan memberkati negeri itu dan memberkatinya. Tuhan melarang Ishak beranjak dari daerah Kanaan karena akan memenuhi janjinya kepada Ibrahim untuk 241
“Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan. Sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selamalamanya. Kejadian, 13:14-15. 242
Selengkapnya, “Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:” Kejadian, 15:18.
243
David Novak, The Election of Israel, 87.
memberikannya kepada keturunannya.244 Lebih dari itu, Tuhan juga akan memberkati tanah ini dan membebaskan mereka dari bencana kelaparan.245 3). Janji Tuhan kepada Ya’qub (Jacob) Nama bangsa Israel dinisbahkan kepada sosok Yaqub, yang artinya adalah ‘hamba Allah’. Israel “hamba Allah” diidentikkan dengan Ya’qub, memang sangat relevan karena seorang Ya’qub adalah hamba yang sangat taat beribadah kepada Tuhan. Dari sosok Ya’qub pula keturunan Israel berkembang sangat pesat di negeri Kanaan. Suata saat Ya’qub melakukan perjalanan dari Barsyeba menuju ke haran. Pada suatu malam di tengah perjalanan, Allah menampakkan dirinya dalam mimpi Ya’qub dan menyampaian kepadanya bahwa Ia adalah Tuhan Ibrahim, Tuhan Ishak dan juga Tuhan Ya’qub. Dalam kesempatan itu Tuhan menyampaikan kepada Ya’qub bahwa tuhan akan melindungi dan menyertainya kemana pun ia pergi. Ditegaskan juga bahwa tanah tempat Ya’Qub berbaring adalah tanah yang diberikan kepada Ya’qub dan keturunannya.246 Begitulah janji Tuhan kepada Ya’qub atas tanah Kanaan (Jerusalem).247 244
Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." Kejadian, 26:2-5. 245
David Novak, The Election of Israel, 90. 246
Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan
4). Janji Tuhan kepada Musa (Moses) Musa adalah tokoh sentral dalam tradisi agama Yahudi. Kepada Musa, kitab suci yang memuat sepuluh perintah Tuhan pertama kali diturunkan. Ten Commandment (Sepuluh Perintah Tuhan) pertama kali diterima oleh Musa di Gunung Sinai saat dalam perjalanan bersama kaumnya dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Kitab Keluaran menggambarkan negeri Kanaan sebagai negeri yang subur makmur, berlimpah hasil ternak dan pertanian. Di tanah Mesir, orang-orang Israel diperlakukan oleh tirani Firaun semena-mena, diperbudak dan dijadikan buruh untuk memenuhi kebutuhan penguasa. Musa sebagai pemimpin bangsa Israel telah dibimbing oleh oleh Tuhan untuk meninggalkan mesir, dituntun menuju negeri Kanaan, negeri yang berlimpah susu dan madunya. Di tengah perjalanan menuju Kanaan, Tuhan memperkenalkan dirinya kepada Musa bahwa ia adalah Tuhan pendahulunya, Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub.248 Terdapat janji Tuhan secara jelas tentang Kanaan dan sekitarnya kepada Musa. Dalam kitab ulangan, Tuhan mengkonfirmasi janji yang telah diikrarkan Tuhan kepada Ibrahim, Ishak dan Yaqub. Kitab ini menceritakan bahwa Tuhan telah menyerahkan daerah Kanaan dan sekitarnya (Pegunungan Yordan, kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Kejadian, 28:10-14. 247
David Novak, The Election of Israel, 93. 248
Diceritakan dalam kitab Keluaran: Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpahlimpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Keluaran, 3:6-8.
Bukit Negev, Gunung Lebanon sampai Eufrat).249 Tuhan memerintahkan untuk memasuki dan menduduki tanah yang telah dijanjikan itu.250 5). Janji Tuhan kepada Yosua bin Nun Yosua adalah pengikut setia Musa, mendampingi setiap langkah perjuangannya untuk membawa bangsa Israel ke ajaran Ketuhanan yang benar. Setelah Musa meninggal, Yosua ditunjuk oleh Tuhan sebagai pewaris otoritas atas bangsa Israel. Yosua diperintahkan oleh Tuhan menyeberangi sungai Yordania menuju ke tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Setiap tempat yang dilewati oleh bangsa Israel menjadi milikinya sebagaimana telah dijanjikan kepada Musa. Segala langkah perjuangan Yosua dalam menggapai tanah yang dijanjikan, selalu diberkati dan dikuatkan oleh Tuhan.251 Janji ini secara khusus diriwayatkan dalam kitab Yosua.252 6). Janji Tuhan kepada Daud (David) Kota Jerusalem biasa disebutkan oleh orang-orang Yahudi dengan Kota Daud. Daud dikenang sebagai tokoh pemersatu bangsa Israel pada abad ke 10 SM. Sewaktu diangkat menjadi raja, 249
Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan, dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya." Ulangan, 1:7-8 250
David Novak, The Election of Israel, 103. 251
Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. Yosua, 1:4-6. 252
David Novak, The Election of Israel, 95.
Daud mempersatukan semua suku Israel yang terpecah. Sebuah terobosan yang ia lakukan, membangun Tabut sebagai tempat menyimpan kitab suci Yahudi. Dalam Kitab Perjanjian Lama berulangkali diceritakan tentang komunikasi vertikal antara Tuhan dan Daud dalam perihal ketahtaan Tuhan Yahwe di tanah Jerusalem. Telah ditetapkan Jerusalem sebagai kota Tuhan, tempat Tuhan bersemayam dan disembah oleh bangsa Israel untuk selamanya.253 7). Janji Tuhan kepada Sulaiman (Solomon) Sulaiman adalah putra Daud yang melanjutkan perjuangan ayahnya untuk mensucikan kota Jerusalem sebagai kota penyembahan Tuhan. Dalam sejarah, Sulaiman membangun Kenizah (tempat ibadah orang-orang Yahudi) di gunung Zion, dekat dengan Dome of the Rock. Dalam kitab Perjanjuan Lama, Tuhan berjanji kepada Sulaiman bahwa di Jerusalemlah Tuhan meneguhkan kerajaan Israel untuk selama-lamanya.254 Konsep The Choosen People (Manusia Pilihan) Yahudi Landasan teologis lainnya yang diperpegangi oleh orangorang Yahudi atas kepemilikan Jerusalem adalah pandangan bahwa orang-orang Yahudilah makhluk yang paling mulia, dipilih oleh Tuhan, yang dikenal dengan konsep the Chosen People (Manusia Pilihan Tuhan) atau Sya’bulla>h al-Mukhta>r. Leyla Gurkan dalam bukunya the Jews as a Chosen People menuliskan bahwa konsep manusia pilihan yang dianut oleh orang-orang Yahudi merupakan elemen penting dari identitas dan kepercayaannya.255 253
Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 2 Samuel, 7:12-14. 254
“maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.” 255
Lihat dalam Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People; Tradition and Transformation (New York: Routledge, 2008), 1.
Karenanya, menurut Gurkan menakar ideologi tentang manusia pilihan yang dianut oleh orang-orang Yahudi merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi betapa pentingnya Jerusalem bagi orang-orang Yahudi. Ideologi tentang choseness (pilihan), menurut Gurkan, pada dasarnya merupakan pandangan yang berbicara tentang hubungan antara Tuhan dengan orang-orang Yahudi. Pandangan ini juga bisa didapatkan dalam doktrin-doktrin primer berbagai agama selain Yahudi, khususnya agama monotestik, yang masing-masing menganut klaim kebenaran atas agamanya. Di dalam agama Kristen misalnya dikenal gagasan tentang manusia pilihan, dimana Tuhan Yesus hanya diutus untuk menyelamatkan umat kristiani. Begitupula dalam Islam terdapat ideologi kebenaran mutlak, yaitu satu-satunya agama yang benar di sisi Tuhan adalah agama Islam.256 Namun, konsep manusia pilihan menjadi sangat unik bagi orang-orang Yahudi karena konsep ini dijadikan sebagai elemen utama dalam kehidupan keberagamaan dan kehidupan politik Yahudi. Keunikan dari konsepsi ini adalah karena orang-orang Yahudi memahaminya sebagai bentuk covenant (perjanjian) antara Tuhan dengan bangsa Yahudi. Pemahaman tentang adanya hubungan khusus antara Tuhan dengan orang-orang Yahudi berimplikasi pada sikap bangsa Yahudi yang seakan-akan mengabaikan eksistensi bangsa-bangsa lain.257 Landasan dari konsep manusia pilihan ini juga diambil dari sesuatu yang suci dan sakral. Sama seperti konsepsi tentang Jerusalem, konsep manusia pilihan juga diyakini ada berdasarkan apa yang ada dalam kitab Perjanjia Lama. Dalam kitab suci agama Yahudi ini, banyak sekali redaksi yang menunjukkan bahwa orangorang Yahudi merupakan bangsa pilihan Tuhan, yang kemudian menjadi argumen kuat bagi orang-orang Yahudi atas Ideologi ini. Salah satu redaksi Kitab Perjanjian Lama yang menunjukan bahwa Yahudi adalah bangsa pilihan adalah apa yang ada dalam Kitab Ulangan, 7:6. “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Allah,
256
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 2.
257
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 3.
Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala bangsa di muka bumi ini, untuk menjadi kesayangannya”.258 Dalam dunia modern, konsep The Choosen People (Manusia Pilihan Tuhan) dan tanah yang dijanjikan Tuhan kemudian dikembangkan oleh Yahudi menjadi sebuah gerakan politik yang dikenal dengan gerakan Zionisme. Gerakan ini selain merupakan gerakan politik, juga dianggap sebagai gerakan keagamaan yang diaktualisasikan melalui upaya kolonialisme terhadap Negara Palestina sebagai wilayah yang meliputi al-‘ard al-muqaddas (Jerusalem) yang diyakini sebagai tanah yang dijanjikan. Dua doktrin ini dikembangkan oleh bangsa Yahudi melalui gerakan politik Zionisme dan gerakan keagamaanya di abad modern dan diaktualisasikan melalui upaya pendudukan terhadap Negara Palestina sebagai wilayah yang meliputi Jerusalem yang diyakini sebagai tanah yang dijanjikan. Kepercayaan ini sebenarnya merupakan sebuah pemahaman orang Yahudi dari sistem kepercayaan monoteisme yang dianut dan diperjuangkan nabi Musa as., yang melanjutkan tradisi monoteistik yang telah diajarkan oleh nabi Ibrahim as. Orang Yahudi tidak hanya memandang ajaran ketuhanan monoteistik atau Tuhan itu Esa dan transenden, tetapi Tuhan itu adalah Tuhan moral dan hubungannya dengan manusia adalah hubungan etis. Konsep tentang Tuhan seperti ini memberikan keyakinan kepada bangsa Israel bahwa mereka adalah “bangsa pilihan”. Istilah pilihan yang disalahpahami oleh orang-orang anti- Semitik, hanya menunjukkan tanggung jawab dan kewajiban, bukan hak istimewa dan kemurahan hati. Orang Yahudi memandang diri mereka sebagai “pilihan” dalam arti bahwa Tuhan menyatakan diri atau memberikan wahyu melalui mereka kepada umat manusia.259 Konsep Yahudi tentang manusia pilihan Tuhan mempunyai legitimasi yang kuat dari sumber ajaran agama Yahudi yaitu Taurat, sebagaimana telah disebutkan. Di dalam kitab Taurat atau Perjanjian Lama, banyak sekali redaksi yang mengindikasikan bahwa Yahudi adalah pilihan Tuhan. Leyla Gurkan dalam meneliti bahasa Taurat tentang konsep manusia pilihan menemukan banyak 258
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 4.
259
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 46.
redaksi yang mengandung konotasi choseness (pilihan) atas orangorang Yahudi.260 Redaksi yang beranekaragam yang berkonotasi umat Yahudi sebagai pilihan Tuhan bisa ditemukan diberbagai tempat dalam Taurat. Redaksi-redaksi yang berkonotasi manusia pilihan Tuhan dalam Taurat261 adalah: The chosen people (manusia pilihan) Holy people (manusia suci) You shall be holy (kuduslah) You shal be/are a people holy to your God (menjadi kudus bagi Allahmu) Treasured possession (harta kekayaan) Kingdom of priests (kerajaan sang imam) Holy nation (bangsa yang suci) Chindren of God (anak Tuhan) My people (orang-orang-Ku) My servant (hamba-Ku) My witness (kesaksian-Ku) My beloved (kekasih-Ku) Covenant people (orang yang diberi janji) Light of nations (bangsa yang mendapatkan cahaya) To choose (memilih) The land of Israel (tanah Israel) The lord your god has chosen (Allah Tuhanmu telah memilih) You out of all the peoples (kamu berbeda dengan semua manusia) People of Israel (orang-orang Israel) Chosen people of God (manusia yang dipilih oleh Tuhan). The chosen people dalam Perjanjian Lama sebagaimana diungkap oleh Leyla Gurkan bisa dipahami dalam berbagai bentuk ekspresi, salah satunya bisa dalam bentuk ungkapan holy (quds) 260 261
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 9.
Insvestigasi seputar redaksi‐redaksi ini secara mendalam dilakukan oleh Leyla Gurkan. Lihat Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 10.
atau suci. Dalam kitab Ulangan ditemukan redaksi “Sebab engkaulah umat yang kudus (holy) bagi Tuhan”.262 Redaksi ini secara jelas menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi adalah umat yang disebut sebagai umat yang suci, umat yang dipilih oleh Tuhan dan umat yang sangat disayang oleh Tuhan di muka bumi ini. Redaksi yang serupa juga didapatkan dalam kitab Ulangan 14:2.263 Dalam kitab Exodus (Keluaran) dijumpai kalimat yang menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi memiliki posisi holy (suci) di sisi Tuhan.264 Dikatakan “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Lebih dari sekedar berarti suci, orang-orang Yahudi sebagaimana ditunjukkan redaksi ini ditunjuk oleh Tuhan sebagai pemimpin (imam) bagi umat manusia di muka bumi ini.265 You shall be holy (kuduslah) adalah redaksi yang juga menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi adalah kudus. Orangorang Yahudi akan dipilih oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia. Diakatakan, “Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku”.266 Dipahami dari ayat ini bahwa orang-orang Yahudi adalah milik Tuhan, dan bertekad untuk memisahkannya dari bangsa-bangsa lain. Dalam kitab Tawarikh, kalimat holy (suci) diungkapkan dengan ekspresi yang berbeda. Ekspresi ini adalah berbentuk You shal be/are a people holy to your God. dalam Kitab Tawarikh, 35:3 ada sebuah redaksi “…seluruh Israel dan orang-orang kudus Tuhan”. Ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel adalah kudus 262
“Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan‐Nya”. Ulangan, 7:6.
263
“sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan‐Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi." 264
“Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." Keluaran, 19:6. 265
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 10.
266
Imamat, 20:26.
bagi Tuhan. Makna kudus selalu diasosiasikan dengan keyakinannya sebagai manusia pilihan.267 Treasured possession (harta kekayaan), menurut Gurkan, dikategorikan sebagai ungkapan Perjanjian Lama yang mengandung makna bahwa orang-orang Yahudi adalah pilihan Tuhan. Dalam kitab Keluaran 19:5 dikatakan bahwa Tuhan akan menjadikan orang-orang Yahudi sebagai harta kesayangan-Nya sendiri, jikalau mereka bersungguh-sungguh dalam mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian yang telah dibuat oleh Tuhan dan orang-orang Yahudi yang disebutkan sebagai covenant.268 Kingdom of priests (kerajaan sang imam),269 memiliki makna paralel dalam hal pentingnya Jerusalem dari segi teologis bagi orang-orang Yahudi, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Telah disebutkan sebelumnya Bahwasanya Jerusalem merupakan tempat bertahtanya Tuhan sebagai raja. Dikatakan, “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Kerajaan imam yang dimaksudkan adalah bahwa orang-orang Yahudi akan menjadi bangsa yang tinggi dan pemimpin bagi bangsa lain, karena bangsa Yahudi yang kudus berhubungan langsung dengan kerajaan Tuhan, sehingga orang-orang Yahudi dan Tuhan tidak bisa dipisahkan.270 Holy nation (bangsa yang suci) merupakan redaksi yang mengandung makna pilihan Tuhan. Bahkan inilah yang 267
“Berkatalah ia kepada orang-orang Lewi yang adalah pengajar seluruh Israel dan orang-orang kudus TUHAN: "Tempatkanlah tabut kudus itu di dalam rumah yang telah didirikan Salomo bin Daud, raja Israel. Tidak usah lagi kamu mengusungnya. Sekarang layanilah Tuhan, Allahmu, dan Israel, umatNya!, 2 Tawarikh, 35:3. 268
Redaksi tentang Yahudi sebagai “harta kekayaan Tuhan” bisa dilihat, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh‐sungguh mendengarkan firman‐Ku dan berpegang pada perjanjian‐Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan‐Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi”. Keluaran, 19:5. 269
Selengkapnya lihat dalam kitab Keluaran, 19:6 “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." 270
Leyla Gurkan, the Jews as a Chosen People, 11.
memperkuat entitas bangsa Israel sebagai bangsa yang utama, baik secara politis maupun agama. Keyakinannya sebagai bangsa yang suci memotivasi orang-orang Yahudi untuk memiliki tanah Jerusalem yang suci. Redaksi lainnya seperti Chindren of God (anak Tuhan) menunjukkan kekhususan dalam makna hubungan Tuhan dengan orang-orang Israel.271 Pernyataan bahwa orang-orang Israel adalah anak Tuhan dinyatakan sendiri oleh Tuhan dalam kitab Perjanjian Lama, kitab Ulangan. “Kamulah anak-anak Tuhan…”. Kalimat ‘anak-anak Tuhan’ ini berbentuk jamak, yang berarti orang-orang Israel adalah anak Tuhan. Ini menunjukkan superioritas orangorang Yahudi di muka bumi ini karena hubungan antara Tuhan sebagai bapak dan Yahudi sebagai anak, melampuai makna sebagai sekedar pilihan Tuhan. Dalam Yehezkiel juga ada redaksi yang sama, “Di mana saja mereka datang di tengah bangsa-bangsa, mereka menajiskan nama-Ku yang kudus, dalam hal orang menyindir mereka: Katanya mereka umat (anak) Tuhan.”272 My beloved (kekasihku) bisa dijumpai dalam Kitab Yeremia dengan ungkapan, “Apakah lagi urusan kekasih-Ku di dalam rumah-Ku”.273 Makna kontekstual yang terkandung, sebagaimana yang ada dalam ayat Taurat ini adalah bahwa Tuhan telah memberikan instruksi kepada orang-orang Israel untuk memenuhi janji kepatuhan yang telah diikrarkan kepada Tuhan di Jerusalem. Sebagaimana yang ada dalam Yeremia 11:2, “Dengarlah perkataanperkataan perjanjian ini dan sampaikanlah itu kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Jerusalem”. Oleh karena itu, malapetaka bisa menimpa orang-orang Yahudi bila tidak mematuhi perjanjian 271
Dikatakan, “Kamulah anak-anak Tuhan, Allahmu; janganlah kamu menoreh-noreh dirimu ataupun menggundul rambut di atas dahimu karena kematian seseorang;sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, dan engkau dipilih Tuhan untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi." Ulangan, 14:1-2. 272 273
Yehezkiel, 36:20.
Selengkapnya, “Apakah lagi urusan kekasih‐Ku di dalam rumah‐Ku, bukankah ia sudah melaksanakan rancangan‐rancangan yang jahat? Dapatkah nazar‐nazar dan daging yang suci melewatkan malapetaka dari padamu, sehingga kemudian engkau dapat beria‐ria?”
dengan Tuhan. Janji mereka yang harus dipenuhi adalah menyembah Tuhan yang esa. Masih banyak redaksi lainnya dipakai kitab Perjanjian Lama dalam mengisyaratkan makna manusia pilihan atas orangorang Yahudi. Redaksi tersebut seperti, My witness (kesaksian-Ku) bisa ditemukan dalam kitab Yesaya, 43:10,274 The lord your god has chosen (Allah Tuhanmu telah memilih) bisa dilihat dalam Kitab Ulangan, 4:37,275 People of Israel (orang-orang Israel) dan lainnya. Keseluruhan teks-teks ini dalam pandangan Leyla Gurkan menjadi landasan yang kuat bagi orang-orang Yahudi yang menganggap dirinya sebagai bangsa yang superior di bumi ini. Kajian yang sama juga dilakukan oleh David Novak (1941 M) dalam bukunya, The Election of Israel; The Idea of the Chosen People. Ia mengkaji secara mendalam konsep ideologi Yahudi tentang manusia pilihan. Tidak berbeda dengan Gurkan, ia memandang bahwa kitab Taurat sarat dengan ayat-ayat yang menunjukkan orang-orang Israel sebagai manusia pilihan Tuhan.276 Dalam Kitab Ulangan dikatakan, “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Allah, Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala bangsa di muka bumi ini, untuk menjadi kesayangannya”.277 Teks ini diperkuat oleh teks lain yang ada dalam Taurat, dikatakan, “Akulah Allah, Tuhanmu, yang memisahkan kamu dari bangsa-bangsa yang lain”.278 Itulah di antara teks-teks Taurat yang menegaskan bahwa orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan yang ada di 274
“Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu”. 275
“Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar,untuk menghalau dari hadapanmu bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, untuk membawa engkau masuk ke dalam negeri mereka dan memberikannya kepadamu menjadi milik pusakamu, seperti yang terjadi sekarang ini”. 276
David Novak, The Election of Israel, 22. 277
278
Ulangan, 7:6.
Imamat, 20:24
muka bumi ini. Dalam teks-teks lain juga disebutkan pernyataan Tuhan atas tanah yang dijanjikan kepada orang-orang Yahudi yaitu Jerusalem.279 Dalam kitab Kejadian dikatakan, “Pada hari itu Tuhan berjanji kepada Iwam seraya berkata untuk keturunannya aku beri tanah ini dari sungai Mesir (Nil) hingga sungai Eufrat”. 280 Dalam kitab yang sama diakatakan, “Akulah Allah yang Maha Kuasa, hiduplah di hadapanku dengan tidak tercela. Dari pihakku, inilah janjiku kepadamu; engkau akan menjadi bapak sejumlah besar bangsa, aku berjanji kepadamu dan kepada keturunanmu sepanjang masa bahwa aku akan menjadikan seluruh tanah Kanaan menjadi milikmu dan dan milik keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan aku menjadi Tuhan dari kalian semua, kalian harus memegang teguh janjiku ini”.281 Demikianlah sekilas kajian David Novak atas kitab Perjanjian Lama tentang teks-teks yang menunjukkan bahwa bangsa Yahudi adalah pilihan Tuhan dan Jerusalem adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Kajian-kajian tersebut di atas mempertegas kuatnya keyakinan teologis Yahudi atas tanah Jerusalem. Berdasarkan pemaparan di atas, setidaknya ada dua doktrin primer yang dikembangkan oleh Israel Yahudi terkait dengan gerakan Zionisme dan gerakan keagamaan mereka dalam sejarah modern, serta upaya kolonialisme di Palestina. Kedua doktrin tersebut adalah, Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan282 dan tanah Jerusalem sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan kepada kaum 279
David Novak, The Election of Israel, 18. 280
281 282
Kejadian 15:18-21.
Kejadian, 17:7‐9.
Dikatakan di dalam Taurat, kitab Ulangan 7;6; “Sebab engkaulah umat kudus bagi Allah, Tuhanmu, engkaulah yang dipilih oleh Allah, dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini menjadi kesayangannya”. Sebagai penganut dari teks taurat ini. Dikatakan pula dalam kitab Imamat 20;24 bahwa “Akulah Allah, Tuhanmu, yang memisahkan kamu dari bangsa‐bangsa yang lain”. Lihat Muhammad as‐Sharqawi, Al‐Kita>b al‐Aswad, al‐Kanz al‐Mahmu>d fi> Fad}a>il al‐Talmu>d. Diterjemahkan, Talmud; Kitab Hitam Yahudi yang Menggemparkan (Jakarta: Sahara Publisher, t.th), 9.
Yahudi.283 Dua doktrin ini berasal dari kitab suci mereka yaitu Taurat, dan diinformasikan kembali dalam kitab “protokolat”. Dua doktrin inilah yang dijadikan sebagai landasan pemikiran284 Yahudi modern baik secara teologis, historis, politis maupun ekonomi. Adapun mata rantai sejarah bangsa Yahudi yang dijadikan rujukan secara formal oleh pemerintah negara Israel adalah didasarkan pada urutan sejarah yang dimulai dari masa Ibrahim sampai tahun berdirinya negara Israel pada tahun 1948 M. Bagi bangsa Yahudi, pendirian Negara Israel adalah sah secara teologis dan historis, meskipun telah mendapatkan kritik historis dan teologis yang dipandang menyimpang seperti dilakukan oleh Paul Fundley, Roger Garoudy dan Israel Shahak. Selama 4000 tahun lamanya, Yaitu dari abad ke-20 SM hingga abad ke-20 M., pengembaraan hidup orang-orang Yahudi akhirnya eksis kembali menemukan peradaban dan jati dirinya, sebagai bangsa yang pernah menetap, kemudian berpindah-pindah, dan kemudian menetap dengan mendirikan negara Israel di Palestina. 283
Di dalam Taurat pada Kitab Kejadian; 15; 18‐21 dikatakan “Pada hari Tuhan berjanji kepada “Iwam” seraya berkata untuk keturunanmu aku beri tanah ini dari sungai Mesir (Nil) hingga sungai besar (Eufrat)”. Dalam kitab kejaadian; 17: 7‐9; “Akulah Allah yang Maha Kuasa, Hiduplah dihadapanku dengan tidak tercela. Dari pihakku, inilah jajnjiku kepadamu; engkau akan menjadi bapak sejumlah besar bangsa. Aku berjanji kepadamu dan kepada keturunanmu sepanjang masa bahwa aku akan menjadikan seluruh tanah Kan’an menjadi milikmu dan milik keturunanmu selama‐lamanya. Dan aku menjadi Tuhan dari kalian semua. Kalian harus memegang teguh janjiku ini”. 100.
284
Teologi Yahudi dengan teologi Islam, Yahudi dengan Kristen, dan Kristen dengan Islam, adalah tema‐tema teologis yang selalu memerlukan sikap kebijaksanaan dari masing‐masing pihak. Mempertahankan teologi masing‐ masing sebagai kebenaran bukanlah sikap fanatisme, tetapi lebih pada ungkapan ekspresi teologis, dan hanya dengan sikap keteguhan dan kekokohan (sebagai ganti dari kata fanatisme) dalam berakidah, beragama, dan bertauhid akan memperjelas permasalahan teologis yang dianut oleh umat manusia. Tanpa kejelasan dan ketegasan teologis setiap agama, justeru akan memperumit setiap permasalahan keagamaan dan toleransinya dalam kehidupan ini. Dari sinilah inti kebencian yang agama yang berakar lama, karena ia berbau teologis yang tetap ada sepanjang agama itu ada. Muhammad Amri, Teologi Yahudi dalam Al‐Qur’an, 106.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa hubungan antara orang-orang Yahudi dan Jerusalem adalah hubungan yang sakral. Sehingga, bagi kaum Yahudi, merebut dan menguasai Jerusalem adalah idealisme tertinggi yang mempunyai landasan teologis dan selalu diupayakan realisasinya melalaui berbagai langkah politik. Langkah politis tersebut yang sangat kongkrit dalam mewujudkan cita-cita kaum Yahudi adalah gerakan Zionisme285 yang dipelopori oleh tokoh-tokoh terkemuka Yahudi seperti Theodor Herzl.286 B. PANDANGAN KRISTEN PROTESTAN TENTANG JERUSALEM Akidah Yahudi mengenai Jerusalem di Palestina, sangat erat hubungannya dengan akidah Kristen Protestan yang dikembangkan pada awal abad ke 16 M.287 Dalam akidah Kristen 285
Munculnya gerakan Zionisme disebabkan hak sosial ekonomi, politik, budaya dan agama mereka ditindas ketika mereka terpaksa hidup diaspora dalam beberapa negara. Dari sini kemudian muncul kesadaran orangorang Yahudi yang hidup di berbagai negara untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami dengan kembali ke negari leluhur mereka, Palestina. Penindasan yang mereka alami sejak masa "Great diaspora" pada tahun 70 M berlanjut terus di Spanyol, ketika Ferdinand dan Isabella berkuasa, mereka melakukan penindasan dan pengusiran, pembantaian besar-besaran terhadap umat Yahudi, juga terjadi pemaksaan untuk masuk Kristen. 286
Theodor Herzl lahir di Budapest pada tanggal 2 Mei 1860. Masa kecilnya dihabiskan bersama ayahnya yang berpegang teguh dengan ajaran dan tradisi agama Yahudi. Di seberang rumahnya berdiri Sinagog Liberal yang menjadi tempat bagi Herzl untuk mempelajari segala tradisi dan ajaran Yahudi. Bersama ayahnya, Herzl kecil selalu melakukan acara Hari Sabat dan hari‐hari suci Yahudi di Sinagog ini. Di lingkungan Yahudi yang meski menganut ajaran liberal, Theodor Herzl tumbuh dan besar bersama ajaran agama.
287
Mengangkat masalah Kristen Protestan di sini tidak dimaksudkan untuk memaparkan studi historis atas munculnya gerakan Kristen Protestan dan perkembangannya, baik di Jerman, Belanda, Prancis dan di Negara‐negara Kristen penting lainnya seperti Inggeris dan Amerika Serikat. Yang diinginkan di sini adalah memaparkan akidah Kristen Protestan yang berhubungan dengan al‐ masih al‐muntadzar atau kedatangan Nabi Isa, as dan negeri Palestina, dan pengaruh akidah tersebut terhadap upaya bangsa Yahudi dalam mendirikan Negara Israel di Palestina.
Katolik pada abad-abad pertengahan, orang-orang Yahudi tidak dianggap sebagai bangsa terpilih yang berhak menghuni Jerusalem. Orang-orang Yahudi hanya danggap sebagai kaum yang hina dan pemberontak karena telah bersekongkol untuk membunuh Nabi Isa as. Dalam perasaan orang-orang Kristen pada abad-abad pertengahan tersebut, tidak sedikit pun menaruh rasa simpati atau rasa cinta terhadap orang-orang Yahudi. Sehingga pada saat itu ada keinginan untuk memberikan tempat khusus bagi orang-orang Yahudi agar terisolasi dari komunitasnya. Pada awalnya, tidak pernah ada ide bagi orang-orang Kristen untuk menjadikan Palestina sebagai hak kepemilikan Yahudi, karena Yahudi bagi mereka hanyalah sebuah Agama positif, bukan agama samawi.288 Angin perubahan sikap Kristen terhadap Yahudi, atau babak baru hubungan antara umat Kristen dan Yahudi mulai terjadi awal abad ke 16 M, ketika itu ditandai dengan munculnya gerakan reformasi agama dalam ranah Gereja Kristen yang dipelopori oleh kaum protestanis.289 Munculnya gerakan Protestanis adalah fenomena positif bagi Yahudi untuk merancang strategi langkah-langkah untuk kembali ke Jerusalem. Dalam pandangan Regina Syarif, gerakan Zionis yang intens memperjuangkan berdirinya Negara Israel di Palestina sebenarnya bukanlah mengadopsi ideologi Yahudi, tetapi mengadopsi ideologi Kristen Protestan. Prinsip-prinsip gerakan kaum Protestanis dalam mereformasi agama Kristen berdasarkan atas berbagai motif, dan itu sangat berbeda dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh pengikut Kristen Katolik. Prinsip-prinsip ideologi Kristen Protestan banyak berpihak kepada kepentingan-kepentingan Yahudi dan secara langsung mempengaruhi gerakan Yahudi untuk mendirikan Negara Israel. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 288
Regi>na Shari>f, al-S}uh}yu>niyyah} Ghair al-Yahu>diyyah, Tarjamah Ah}mad ‘Abdul ‘Aziz, (Kuwait: ‘A
Salah satu sumber yang otoritatif untuk mengkaji masalah Messianisme dalam ideologi Yahudi dan Kristen adalah Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism. USA: The University of Chicago, 1996), 129.
1. Sesungguhnya Kaum Yahudi adalah sya’bulla>h almukhta>r (Bangsa Pilihan Tuhan), mereka adalah kaum yang paling mulia di antara kaum-kaum lainnya. 2. Adanya ideologi dalam Kristen Protestan tentang janji Tuhan bagi kaum Yahudi untuk menempati al-ard} almuqaddas, Jerusalem dan sekitarnya. Dalam sejarah Yahudi, Jerusalem telah ditetapkan kepada Nabi Ibrahim dan umatnya untuk ditempati sampai akhir zaman. Walaupun kaum Yahudi pernah diazab karena membangkan, namun itu tidak mempengaruhi identitasnya sebagai bangsa pilihan Tuhan. Oleh karena itu, Jerusalem dianggap sebagai tempat untuk menyembah Tuhannya dan situs untuk mendirikan kerajaan Israel.290 Ideologi tersebut ditanamkan kepada orang-orang Yahudi, dan berkaitan erat dengan keyakinan orang Nasrani tentang kedatangan kembali Nabi Isa as. Dalam keyakinan kaum Protestan, Isa al-Masih akan kembali menjadi juru selamat di muka bumi ini dan disyaratkan berdirinya kerajaan Israel di Jerusalem sebagai bangsa yang terpilih oleh Tuhan, sebagai pendahulu untuk datangnya al-Masih291. Ideologi tentang kembalinya Yahudi ke Jerusalem begitu melekat dalam doktrin kaum Kristen Protestan. Menurut Muhammad bin Ali bin Muhammad Ali ‘Amr, doktrin inilah yang menjadikan terjalinnya hubungan baik antara Yahudi dan Kristen di Abad Modern. Ideologi ini yang membuat barat banyak berkorban untuk membantu gerakan Zionis dalam mendirikan Negara Israel. Olehnya itu, ia menyebut gerakan Zionis sebagai reinkarnasi Ibrani Klasik Atau yahudinisasi Kristen.292 Pandangan-pandangan tentang masa depan hubungan Yahudi dan Kristen direfleksikan oleh gerakan Zionis dengan segenap langkah-langkah politiknya. Lebih lanjut Regina memaparkan bahwa ajaran-ajaran Zionis Yahudi sangat erat hubungannya dengan doktrin ajaran 290
Lihat Muh}ammad Adat al-Yahu>d fi al-Wa’ad bi Filist}i>n, 85. 291
Regi>na Shari>f, al‐S}uh}yu>niyyah} Ghair al‐Yahu>diyyah, 35.
292
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 86.
Kristen di Eropa. Pengaruh atas doktrin Kristen tersebut secara jelas muncul setelah merebaknya gerakan reformasi Kristen Protestan yang secara frontal menolak berbagai ajaran Katolik. Dalam menyikapi doktrin tentang bangsa pilihan Tuhan yang kembali dimunculkan oleh kaum Protestanis, Yahudi berusaha merealisasikannya dalam bentuk gerakan politik Zionis dan berusaha menggalang kekuatan dari Negara-negara besar barat.293 Doktrin ini bertujuan mendorong berdirinya Negara Nasional Yahudi di Jerusalem karena ia diyakini merupakan hak milik orang-orang Yahudi. Adapun faktor yang menyebabkan munculnya asimilasi doktrin Kristen Protestan dengan doktrin Yahudi tentang Jerusalem adalah, dengan munculnya gerakan reformasi agama di barat pada abad modern, sudah mulai ditumbuhkan iklim kebebasan berpikir di kalangan pemeluk Kristen. Iklim ini memberikan peluang kepada setiap pemeluk agama untuk memahami kitab sucinya tanpa melalui pemahaman yang telah ditentukan oleh para pemuka agama dan Gereja. Bahkan dalam doktrin ke-Kristenan pada waktu itu, dalam memahami ajaran agama dari kitab suci yang ada, baik ajaran yang bersifat teologis atau ajaran yang bersifat etis, setiap pemeluk agama diberikan kebabasan tersendiri untuk mengistimbat ajaran-ajaran tersebut dari kitab sucinya berdasarkan kecenderungan dan tingkat pemahamannya. Tidak ada batasan dalam kebebasan menjalankan ajaran agama, setiap individu berhak menentukan cara keberagamaannya sendiri berdasarkan pemahamannya terhadap kitab sucinya.294 Gerakan reformasi Gereja Protestan akhirnya berindikasi pada subtitusi otoritas Gereja dalam kehidupan keberagamaan umat Kristiani. Gerakan reformasi agama ini pada dasarnya ingin mengukuhkan posisi kitab suci dalam kehidupan keberagamaan Kristen, di mana kitab suci dianggap sebagai sesuatu yang bisa menghindarkan dari kesalahan. Dengan begitu, otoritas Gereja dan pengkultusan terhadap Paulus di gereja digantikan oleh otoritas teks kitab suci yang dianggap lebih tinggi dari segalanya. Tinggal 293
Regi>na Shari>f, al‐S}uh}yu>niyyah Ghair al‐Yahu>diyyah, 24.
294
Regi>na Shari>f, al‐S}uh}yu>niyyah Ghair al‐Yahu>diyyah, 28.
setiap individu bertanggung jawab untuk mengintepretasikan teksteks tersebut.295 Iklim ini juga membuka celah bagi pemuka-pemuka Kristiani dalam interpretasi kitab suci secara tekstual. Pemahaman sederhana yang cenderung tekstual terhadap kitab sucinya menjadi gaya baru dalam pemaknaan teks. Di samping itu, dalam konteks ini, Kitab Taurat atau al-‘Ahd al-Qadi>m (Perjanjian Lama) kemudian menjadi unsur penting dalam prinsip-prinsip doktriner keagamaan mereka. Doktrin-doktrin yang ada dalam al-‘Ahd alQadi>m membentuk pola pikir dan sangat menginspirasi kehidupan keagamaan Kristiani Protestan. Kaum Kristen Protestan begitu mengimani ajaran-ajaran Perjanjian Lama, gemar membacanya bahkan menghafalnya, bahkan Yasu>’ al-Nas}a>ra>’ menganggap bahwa Nabi Isa hanyalah merupakan salah satu Nabi dari sekian banyak nabi orang-orang Yahudi.296 Seperti yang dipaparkan oleh Syafiq Maqar, Perjanjian Lama tidak hanya menarik minat kaum Kristen Protestan untuk membacanya, tetapi ia dijadikan sebagai pegangan dan sumber primer untuk mengkaji teologi mereka tentang Allah dan sejarah agama Kristen. Cerita-cerita tentang Allah, tentang manusia dan tentang alam yang ada dalam Perjanjian Lama dianggap konsep yang paling benar tentang Allah, Manusia dan alam.297 Bahasa Ibrani yang merupakan bahasa Perjanjian Lama juga menjadi perhatian besar bagi orang-orang Nasrani di Era kebangkitan. Bahasa Ibrani dianggap sebagai bahasa sakral karena Allah menyampaikann ajaran kepada Nabi Adam, Nuh dan Ibrahim menggunakan bahasa Ibrani. Begitu pula Allah mewahyukan ajaran dan Syariat Agama Yahudi kepada Nabi Musa dengan menggunakan bahasa Ibrani. Alasan inilah yang menjadikan bahasa Ibrani memiliki kedudukan penting bagi orang-orang Eropa pada 295
Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 25. 296
Lihat Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism. 19.
297
Pendapat ini bisa dilihat dalam karya penulis, Shafi>>q Maqa>r, dalam sebuah karyanya yang berjudul Al‐Masi>hiyyah wa al‐Taura>t, (Kairo: Da>r al‐ Baya>n, 2001), 82.
era kebangkitan. Bahkan Bahasa Ibrani merupakan bagian dari budaya Eropa, dan orang-orang yang memperdalam studi-studi tentang Lahut harus mendalami bahasa Ibrani. Dengan demikian, bahasa Ibrani menjadi sangat penting bagi kaum Kristen Protestan.298 Berkembangnya studi Ibrani dan studi-studi tentang Judaism dalam ranah intelektual Eropa khususnya di berbagai Universitas dan Instansi pendidikan ditandai dengan diterimanya tafsir-tafsir Perjanjian Lama sebagai pegangan dalam kajian Kristiani, khususnya tentang masa depan orang-orang Yahudi terhadap Jerusalem. Selain itu, juga mempengaruhi pandangan orang-orang Kristiani bahwa sebutan bani Israel yang ada dalam Perjanjian Lama adalah semua orang-orang Yahudi yang ada di muka bumi ini. Dan yang lebih penting lagi, studi-studi tentang Perjanjian Lama, memperkuat doktrin tentang al-Masih, bahwa alMasih akan kembali diutus di muka bumi ini; kembalinya al-Masih sebelumnya didahului oleh kembalinya orang-orang Yahudi di Jerusalem.299 Pengaruh doktrin Yahudi terhadap gerakan Kristen Protestan yang dilandasi oleh proses penafsiran dan penerjemahan kitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa bangsa-bangsa Eropa, benar-benar merubah pola pikir umat Kristiani tentang Jerusalem. Pada intinya, Jerusalem -dalam pandangan Gereja di Eropa- adalah Tanah Yahudi, Yahudi adalah penduduk sah Jerusalem, dan orangorang Yahudi yang ada Eropa dan di wilayah-wilayah lainnya di seluruh dunia adalah orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dan bangsanya sendiri, sehingga wajib bagi mereka kembali ke daerah Jerusalem.300 Konsep Millenarianism, al-Alfiyyah al-Sa’idah (Kerajaan Seribu Tahun) Konsep Mellenarianisme adalah salah satu konsep keagamgaan Kristen yang memiliki keterkaitan dengan tanah 298
Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 43.
299
‘Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 121.
300
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 90.
Jerusalem. Menurut Will Durant301, konsepsi tentang Messias atau al-Masi>h} al-Muntaz}ar bagi orang-orang Nasrani, adalah berkumpulnya orang-orang Yahudi di Jerusalem untuk mendirikan Negara Israel menajadi syarat kedatangan al-Masih. Orang-orang Kristen di seluruh dunia sepakat bahwa al-Masih akan kembali ke bumi ini untuk membangun kerajaan, dan semua orang yang meyakininya akan mendapatkan balasan berupa kebahagiaan di Syurga.302 Sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Hawa>li>, orangorang Kristen meyakini bahwa al-Masih akan kembali 1000 tahun setelah Ia diutus, dan kemudian menjadi pemimpin di dunia ini selama 1000 tahun. Orang-orang Kristen menunggu kedatangan pada tahun 1000 M., sebagaimana yang dikatakan dalam konsep akidah ini. Tetapi al-Masih tidak juga datang pada tahun di mana Ia ditunggu-tunggu (1000 M) oleh umat kristiani, sehingga keyakinan akan datangnya al-Masih menjadi tereduksi dan seakan-akan hanya ada dalam mimpi. Menjelang abad ke 20, yaitu sekitar tahun 1900 M., doktrin ini dihembuskan kembali. Orang-orang Kristen memandang bahwa al-Masih tidak datang pada awal abad ke 19, tetapi akan datang pada akhir abad, yaitu pada tahun 2000. Kedatangan al-Masih pun disyaratkan harus terjadi di tanah di mana Ia pernah diutus. Oleh karena itu harus ada persiapan untuk datanganya al-Masih yaitu dengan membebaskan Jerusalem dan menjadikannya dalam wilayah kekuasan umat Kristiani.303 Dari adanya doktrin inilah, umat Kristiani memandang bahwa ketika mereka mampu membantu Yahudi untuk bermukim di Jerusalem, dan dengan kedatangan al-Masih ke tanah itu, maka dengan mudah akan terjadi kristenisasi terhadap orang-orang Yahudi. Para Lahut di kalangan Kristen Protestan yang beraliran Konservatif meyakini bahwa berdirinya Negara Israel adalah perwujudan atas janji Taurat, dan juga mereka memandang bahwa
302
Lihat Will Durant, Qis}s}ah} al‐Had}a>rah} (Beirut:Al‐Janna>t Al‐Ta'li>f wa al‐ Tarjamah Wa al‐Nashr) Juz III, 290.
303
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 32.
berkumpulnya orang-orang Yahudi hanyalah sebagai langkah Kristenisasi terhadap mereka sebelum kedatangan al-Masih.304 Bisa dilihat di sini salah satu problem Kristen dan Yahudi di Negara Israel. Masalah kristenisasi dalam internal Negara Israel menjadi kekhawatiran besar bagi sebagian kelompok-kelompok Yahudi fanatik. Sebagian anggota oraganisasi Knesset, khususnya yang bergerak di bidang pendidikan mengkritik orang-orang Kristen yang melakukan tabsyi>r (upaya Kristenisasi) terhadap anak-anak Yahudi. Walaupun mendapatkan kritik, orang-orang Kristen yang tergabung dalam organisasi misionaris Kristen menganggap apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar, karena dilakukan di tanah kelahiran al-Masih.305 Surat kabar Losangeles Times (Edisi 18 Maret 1984) menyebutkan bahwa di Israel terdapat lebih dari enam ribu Misionaris dari Gereja Injil Kristen Protestan Amerika Serikat. Mereka telah berhasil mengkristenkan ribuan orang-orang Yahudi meskipun secara faktual orang-orang Yahudi yang telah dikristenkan masih teguh mendukung misi-misi Yahudi yang memperjuangkan kepentingan Negara Israel.306 Namun, di sisi lain, Yahudi sangat membutuhkan kerjasama dengan kekuatan Gereja untuk mewujudkan cita-cita mendirikan Negara Israel. Yahudi tidak mempersoalkan aktivitas kristenisasi terus dilakukan oleh mereka, karena masih membutuhkan dukungan politik dari Gereja. Demi untuk mewujudkan cita-cita berdirinya Negara Israel, orang-orang Yahudi tidak mempersoalkan bekerja sama dengan Kristen, karena mereka menganggap, ideologi Kristen telah mengalami transformasi dengan memandang agaman Yahudi sebagai komponen keberagamaan dalam Kristen. Dalam Yahudi pun terdapat doktrin tentang datangnya alMasih. Dibandingkan dengan doktrin Kristen tentang al-Masih, terdapat perbedaan mengenai sosok al-Masih. Bagi pengikut Gereja Kristen Protestan, al-Masih yang dijanjikan dalam kitab Perjanjian Lama adalah Isa Ibnu Maryam yang pernah diutus sebagai nabi, 304
Lihat, David Novak, The Election of Israel, 52.
305
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 102.
306
Losangeles Times 18 Maret 1984, dalam Dr. Yusuf Hasan, al‐Bu’d al‐Di>ni> fi al‐Siya>sah} al‐Amri>kiyyah}, 159.
sedangkan orang-orang Yahudi sendiri menolak doktrin itu. Bagi pengikut Yahudi, al-Masih yang telah dijanjikan dalam kitab Perjanjian Lama belum pernah diutus.307 Terdapat juga pandangan berbeda tentang misi al-Masih; kaum Kristiani konservatif mengimani bahwa misi utama diutusnya al-Masih di muka bumi adalah untuk menghancurkan orang-orang Yahudi, orang-orang muslim beseta semua orang yang tidak mau beriman kepadanya. Ini bertentangan dengan apa yang diimani oleh kaum Yahudi bahwa al-Masih menurut mereka adalah seorang raja dari keturunan Nabi Daud yang diutus untuk mendirikan kerajaan Israel di mana semua umat manusia di muka bumi ini tunduk di bawah kerajaan tersebut, membebaskan orang-orang Yahudi dari kekuasaan orang-orang muslin dan umat Kristiani, yang mereka sebut dengan Dajjal.308 Walaupun terdapat perbedaan terhadap sosok dan misi alMasih, itu tidak menjadi kendala terjalinnya kerjasama yang baik antara Yahudi dan Kristiani dalam memperjuangkan Jerusalem, bahkan keduanya saling membantu dengan banyaknya dicapai kesepakan internasional antara pihak Yahudi dan Kristen untuk kepentingan Negara Israel. Armageddon (Perang Akhir Zaman) Armageddon adalah sebuah wacana keagamaan yang bersifat futuristik. Diskursus tentang Armageddon begitu menarik perhatian para pemuka agama Yahudi, Kristen dan Islam karena isu ini bersifat doktriner bagi agama-agama tersebut. Bahkan keyakinan atas dokrtin ini bisa jadi menjadi embrio lahirnya konflik berkepanjangan khususnya di kawasan Jerusalem dan kotakota lainnya di kawasan Timur Tengah. Pada kenyataanya, doktrin ini sangat rawan untuk menimbulkan permusuhan, karena ketiga agama samawi ini menganggapnya sebagai doktrin primer yang pasti terjadi, dan masing-masing mengklaim dirinya sebagai 307
‘Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 8.
308
‘Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah} li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 71.
golongan yang benar sehingga berhak untuk memenangkan peperangan. Anggapan dasar dari doktrin Armageddon adalah, pada akhir zaman akan terjadi peperangan dahsyat yang terjadi antara golongan penegak kebenaran dan golongan yang berbuat kerusakan di muka bumi, menyimpang dari kebenaran. Golongan yang berjuang untuk menegakkan kebenaran akan dipimpin oleh seseorang yang diutus oleh Tuhan (al-Masih) dan golongan yang menyimpang dari kebenaran dipimpin oleh Dajjal.309 Yahudi, Kristen dan Islam masing-masing mengklaim bahwa mereka adalah golongan yang benar, al-Masih akan datang dari golongan mereka, dan menganggap bahwa kemenangan akhir akan berada dipihaknya. Pertanyaannya adalah siapakan yang lebih benar di antara klaim-klaim ini? Doktrin Yahudi tentang Armageddon mengatakan bahwa balatentara Yahudi sebagai pembawa cahaya akan menghancurkan kebatilan di akhir zaman. Tentara Israel akan berkuasa atas semua umat di Muka Bumi, tidak ada umat yang tersisa di Muka Bumi ini kecuali Yahudi yang tunduk kepada Tuhan Yahwe. Agama Kristen pun sebagaimana yang disampaikan dalam Injil menganut doktrin ini. Doktrin ini bagi Kaum Yahudi dan nasrani adalah bersifat pasti. Islam juga meyakini akan datangnya Isa di akhir zaman sebagaimana yang telah disampaikan dalam sabda-sabda Nabi Muhammad saw.310 Dengan demikian, dalam doktrin Yahudi, Kristen dan Islam secara tegas dikatakan bahwa sejarah kemanusiaan akan berakhir dengan pertempuran yang disebut dengan Armageddon. Pertempuran ini nantinya akan berakhir dengan datangnya al-Masih yang akan memerintah seluruh umat manusia di muka bumi ini di wilayah manapun ia berada.311 309
Dajjal adalah sosok yang akan muncul dari tengah‐tengah orang Yahudi. Diceritakan dalam sebuah Hadist, “Tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal”. Fath al‐Ba>ri 13:103.
310
‘Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 71.
311
Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 12.
Kenapa peristiwa ini menggunakan istilah Armageddon? Dalam pertempuran ini akan bertemu pasukan dari timur dan dari barat, yang terjadi pada suatu tempat yang disebut Esdraelon, daerah sekitar gunung Megido. Itulah sebabnya pertempuran ini disebut Harmagedon. Tempat ini sekitar tiga puluh kali dua puluh satu kilometer. Pada akhir masa tribulasi, banyak topografi bumi yang mengalami perubahan, dan meskipun peperangan akan berpusat di Megido, pertempuran tersebut akan meluas tujuh puluh lima kilometer ke Jerusalem.312 Adapun latarbelakang terjadinya pertempuran ini, dalam asumsi Kristen, sebagaimana ditulis oleh Charles Ryrie, sebelum pertengahan masa kesusahan,313 penguasa barat, antikristus (manusia durhaka), yang memelihara persahabatannya dengan Israel, akan menyerang dan mengalahkan Mesir. Pada waktu itu, tentara Rusia dari sebelah utara akan menyerang Jerusalem dan ketika semua harapan sia-sia baik bagi antikristus maupun Israel, Allah akan campur tangan untuk menghancurkan tentara Rusia secara supranatural. Hal ini akan menyebabkan manusia durhaka bebas melakukan pembatalan perjanjian dengan Israel dan meminta dirinya untuk disembah dan berusaha menaklukkan dunia.314 Secara teologis, dalam Kristen peristiwa Armageddon diinformasikan dalam kitab Injil. Diberitakan bahwa Isa putra Maryam bersama para pengikutnya akan menghakimi sekumpulan orang-orang yang mengingkari ajaran Kristus dan berbuat kerusakan di bumi ini tepatnya di Gunung Megiddo. Dikatakan, 312
Charles Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Andi, 1992), 300.
313
Masa kesusahan adalah masa yang ditandai dengan penghancuran dan malapetaka di segala tempat akan terjadi. Dan bersama dengannya akan terdengar suara yang nyaring dari atas, sudah terlaksana! Banyak gangguan fisik akan terjadi. Gempa bumi akan membagi Jerusalem dan menyebabkan kota‐ kota lainnya jatuh. Pulau dan gunung akan lenyap, dan hujan es seberat lima puluh kilogramjatuh dari langit dan menimpa manusia. Tapi di tengah‐tengah penderitaan dan univessalitas itu, manusia yang berhasil mempertahankan hidupnya akan terus menghujat Allah dan bukan memohon rahmatnya. Setiap h yang sudah dibangun manusia akan hancur satu per satu di depan matanya, manusia masih berpikir bahwa manusia sebagai pengontrol nasibnya dan tidak memerlukan Tuhan.
314
Charles Ryrie, Teologi Dasar 2, 301.
“Maklumkanlah hal ini di antara bangsa-bangsa: bersiaplah untuk peperangan, gerakkanlah para pahlawan; suruhlah semua prajurit tampil dan maju!”315 Dalam menghadapi orang-orang yang akan dihakimi, digambarkan bahwa ketika orang-orang zalim tersebut melaksanakan segala programnya, bangsa-bangsa dari timur akan bersatu dan berusaha menghentikannya. Untuk melakukan hal ini, mereka akan berjalan ke barat melalui Jerusalem. Penghakiman terhadap orang-orang yang durhaka tersebut ditandai dengan mengeringnya Sungai Eufrat dan mempercepat kedatangannya di tanah Perjanjian. Pada waktu itu, antikristus sudah menempatkan dirinya secara pasti di Jerusalem sebagai seorang penguasa agama politik.316 Mengapa harus terjadi masa seperti ini? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, kejahatan manusia harus dihukum. Allah mungkin kelihatannya tidak melakukan sesuatu terhadap yang jahat sekarang, tetapi suatu saat Dia akan menghukumnya. Kedua, manusia tidak berdaya di hadapan Raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuan. Manusia boleh datang secara leluasa sekarang kepada Yesus Kristus dengan iman dan menerima keselamatan. Di masa yang akan datang, manusia juga harus datang kepana-Nya, tetapi hanya untuk menerima penghukuman.317 Begitulah gambaran perang akhir zaman yang akan terjadi dalam ideologi Kristen. Peristiwa ini dalam istilah yang digunakan dalam Hadist Nabi Muhammad saw adalah al-malh}amah al-kubra>. Ini adalah terminologi yang dipakai dalam tradisi Hadist untuk menjelaskan tentang perihal peperangan yang akan terjadi di akhir zaman. Riwayat-riwayat Hadist banyak menceritakan tentang kronologi peristiwa tersebut, kapan akan terjadi dan apa tanda-tandanya. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa ini merupakan sebuah doktrin yang kuat dalam ajaran Islam, seperti halnya dalam agama Yahudi dan Kristen. 315
Yoel, 3:9.
316
Lihat Charles Ryrie, Teologi Dasar 2, 301.
317
Charles Ryrie, Teologi Dasar 2, 301.
Contoh dari riwayat Hadist yang menceritakan tentang peristiwa peperangan di akhir zaman adalah; Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Kalian akan diperangi oleh bangsa Yahudi, lalu kalian akan diberi kemenangan atas mereka, sampai-sampai batu pun akan berbicara, “Hai orang-orang Islam, ini ada seorang Yahudi di balikku, bunuhlah ia!” HR: Bukhari. Begitupula Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka”. HR: Bukhari dan Muslim.318 Dalam Islam, peperangan Armageddon adalah peristiwa yang akan berlangsung lama. Sama seperti dalam keyakinan umat Kristen, dalam peperangan ini terdapat dua golongan yang bertikai. Hanya saja dalam Islam ditegaskan bahwa dua poros yang bertikai adalah poros orang-orang kafir yang dipimpin oleh Dajjal dan poros orang-orang Islam yang dipimpin oleh al-Mahdi. Perang besar-besaran, dahsyat merupakan ciri khas peperangan Armageddon, dan pada saat peperangan ini berlangsung pertolongan Allah diberikan kepada poros Islam dengan mengutus al-Masih.319 Umat Islam sepakat dengan Yahudi dan Kristen bahwa memang benar al-Masih akan datang di akhir zaman. Kedatangan al-Masih bertujuan untuk membela Islam, sehingga Islam menjadi satu-satunya agama yang ada di muka bumi dan diikuti oleh semua umat manusia. Begitu rumit persolan Armageddon bagi ketiga agama besar dunia ini, khususnya dalam konteks hubungan antara pemeluk masing-masing tiga agama. Sebagai sebuah doktrin agama, ia senantiasa akan dipelihara, didakwakan kepada semua pengikutnya dan diusahakan untuk direalisasikan dalam kenyataan. Oleh karena itu potensi ketegangan, pertikaian dan permusuhan antara pengikut ketiga agama samawi ini sangat rawan terjadi. Proyeksi yang realistis bisa kita ambil dalam konteks ini, bahwa permusuhan atas 318
Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 75.
319
Abd al‐Wahha>b al‐Masi>ri>, Muqaddimah li‐Dira>sat al‐S{ira> al‐‘Arabi> al‐ Isra>’i>li>, 72.
nama agama di masa mendatang akan terus terjadi, tinggal waktu dan tempatnya akan menjadi saksi. Selanjutnya, hubungan antara peristiwa Armageddon dengan kota Jerusalem bisa diibaratkan sebagai dua mata uang yang berbeda tapi tidak terpisahkan. Dari term yang dipakai, Armageddon terdiri dari Har (bahasa Ibrani) berarti gunung dan Magiddo; adalah nama sebuah kota kuno, terletak di pegunungan Samaria. Tempat ini secara geografis identik dengan bukit al-Quds (Jerusalem) yang saat ini berada di wilayah Palestina, sekarang sebagian besar berada di bawah wilayah kekuasaan Negara Israel. Oleh karena itu, keberadaan Negara Yahudi di Jerusalem, dengan didukung oleh kekuatan Barat Kristen yang berhadapan langsung dengan kekuataan Islam Palestina tidak bisa dipisahkan dari doktrin Armageddon.320 C. DOKTRIN ISLAM TENTANG JERUSALEM Kota Jerusalem dalam literatur Islam banyak disebutkan dengan term al-Quds (Kota Suci). Ia memiliki posisi yang sangat penting dan sakral bagi umat Islam. Kota Quds dianggap sebagai Kota Suci karena salah satu simbol utama agama Islam berada di kota itu, yaitu Mesjid al-Aqsha. Selain itu, banyak mesjid selain Mesjid Aqsha yang dianggap penting bagi umat Islam, seperti Mesjid Quba al-Shakhrah (Dome of the Rock), Mesjid Umar, Mesjid al-Buraq, dan banyak mesjid lainnya. Namun yang paling penting adalah Mesjid yang disebutkan dalam al-Qur’an surah alIsra’ sebagai Mesjid Aqsha.321 Mesjid Aqsha dalam ajaran agama Islam diyakini sebagai salah satu tempat yang didatangi oleh Nabi Muhammad ketika
320
Kronologi peristiwa Armageddon, waktu dan tempat terjadinya secara lebih lengkap bisa dilihat dalam karya Wisnu Sasongko yang berjudul Amageddon; Perang Akhir Zaman. Karya ini memuat study tentang keterang‐keterangan al‐ Qur’an, Taurat dan Injil tentang perihal Armageddon.
321
Muhammad Anwar, Ta>ri>kh al‐Yahu>d wa al‐Quds, 154.
diperjalankan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.322 Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa Allah telah memperjalankan Nabi Muhammad saw. dari mesjid Haram yang terletak di kota Mekah, sekarang berada dalam daerah pemerintahan Arab Saudi, menuju mesjid alAqsha’ yang terletak di Jerusalem atau al-Quds. Menurut para ulama, Nabi Muhammad menempuh perjalanan antara Mekah Jerusalem dalam sekejap mata dengan kecepatan sekitar 300 ribu km per detik. Proses diperjalankan Nabi Muhammad saw merupakan sebuah perjalanan suci karena ia diperjalankan oleh Tuhan.323 Mesjid al-Aqsha sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Isra’ ayat 1 adalah Mesjid yang sekelilingnya diberkahi oleh Allah swt untuk memperlihatkan tanda-tanda kekuasaannya. Mesjid Aqsha dan sekelilingnya biasa juga disebut sebagai alH}aram al-Quds. Menurut Fairus Abadi, istilah al-H}{aram alQuds bukanlah makna al-Tashri>’ karena istilah al-h}aram dalam makna tasyri>’ hanya dipakai untuk Mesjid al-Haram di Mekah dan Mesjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah. Yang dimaksud dengan al-H{aram al-Quds menurut Fairus abadi adalah pelataran atau pekarangan al-Quds.324 Dalam al-Qur’an juga disebutkan tanah Jerusalem sebagai al-ard} al-Muqaddas (tanah yang suci). Yang menarik dalam pandangan al-Qur’an tentang tanah suci Jerusalem adalah adanya perintah Allah untuk memasuki tanah suci ini. Seperti firman 322
Sekitar tahun 621 Masehi, terjadilah peristiwa Isra' Mi'raj. Muhammad tengah menginap di rumah keluarga sepupunya, Hindun binti Abu Thalib. Menurut Hindun, malam hari selesai salat terakhir, semua anggota keluarga tidur. Demikian pula Muhammad. Pagi harinya, mereka salat bersama. Usai salat itulah Muhammad berkata: "Ummi Hani (panggilan Hindun), saya salat akhir malam bersama kalian seperti yang kalian lihat di sini. Lalu saya ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan salat di sana, sekarang saya salat siang bersama‐sama seperti yang kalian lihat." 323
Dalam al-Qur’an Allah berfirman: “Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya323 agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” QS. Al-Israa: 1 324
Lihat Fairus Abadi, Qamus al‐Muhith, kata “Haram”, Jilid VI, 94.
Allah, “Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci (Palestina) yang Telah ditentukan Allah bagimu,dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), Maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”325 Al-‘Ard} al-Muqaddas (tanah Suci) artinya adalah tanah yang suci dan tanah yang penuh berkah. Abu Hayyan dalam tafsir al-Muhi>t menyebutkan lima pendapat tentang maksud dari Al‘Ard} al-Muqaddas. Pendapat pertama adalah Tu>r Si>na’ dan sekitarnya, pendapat kedua adalah Syam secara keseluruhan, pendapat ketiga Damaskus, Palestina dan sebagian wilayah Yordania, pendapat keempat Ari>h}a dan pendapat kelima adalah Elia326 (Bait al-Muqaddas).327 Imam Ibnu Jarir al-Tabari memandang bahwa pendapat yang paling kuat tentang al-Ard} alMukaddas adalah wilayah antara Sungai Eufrat dan ‘Arisy di Mesir. 328 Telah ditentukan Allah bagimu, maksudnya adalah tanah Jerusalem itu ditentukan Allah bagi kaum Yahudi selama mereka beriman dan taat kepada Allah. Ini adalah perintah Allah kepada kaum Yahudi untuk membuka dan memasuki tanah Jerusalem, karena tanah ini adalah warisan bagi orang-orang Yahudi yang beriman dan taat kepada Allah melalui lisan nabinya. Tetapi tanah suci tersebut hanya diwariskan kepada orang-orang beriman kepada Tuhan Yang Esa dan tidak mempersekutukan-Nya.329 Persoalan yang kemudian muncul adalah apakah ayat ini menjadi landasan bahwa kepemilikan tanah Suci Jerusalem 325
QS. al‐Maidah: 21.
326
Elia adalah nama kota Bait al‐Maqdis yang diberikan oleh orang‐orang Romawi pada masa Imperialisme Eliuas. Jadi nama Elia adalah merupakan nama imperialism.
327
Abi Hayya>n dalam tafsir al‐Muh>}it} (Beirut: Da>r al‐Kutub al‐‘Ilmiyyah, t.th.) Juz III, 35
328
Ibnu Jari>r al‐Tabari>, Tafsi>r al‐T}abari> (Beirut: Da>r al‐Fikr, 1999), Juz 6, 172.
329
Ibnu Kathi>r, Tafsi>r al‐Qur’a>n al‐‘Adhi>m (Beirut: Da>r al‐Qur’a>n al‐ ‘Adhi>m, 1981) juz II, 39.
menjadi hak permanen bagi orang-orang Yahudi sepanjang masa. Islam secara tegas menjawab bahwa tanah Suci Jerusalem bukanlah milik permanen bagi orang-orang Yahudi. Setidaknya ada beberapa alasan sehingga Islam menolak tanah Jerusalem sebagai tanah milik kaum Yahudi: Pertama, tanah Jerusalem adalah milik Tuhan yang diwariskan kepada hambanya yang dikehendaki. Sebagaimana firman Allah yang artinya: Musa Berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."330 Dalam ayat ini Nabi Musa menyampaikan kepada kaumnya untuk memohon pertolongan kepada Allah swt., ketika mereka dalam keadaan kesulitan dan tersiksa oleh kekejaman Firaun kepada mereka karena sesungguhnya tanah yang mereka tempati adalah milik Allah. Seperti dijelaskan oleh Sayyid Qutub bahwa tanah tersebut adalah milik Allah, sedangkan Firaun dan kekuasaanya hanyalah penghuni sementara. Berdasarkan karunia dan kekuasaanya, dan atas kepemilikannya atas bumi ini, Tuhan berhak melenyapkan segala bentuk kejahatan kapan ia kehendaki dan Dialah yang mampu memberikan tempat yang layak bagi orang-orang yang bertakwa dan memberikannya kehidupan yang baik.331 Subtansi dari ayat ini meng-counter doktrin Yahudi bahwa tanah Suci Jerusalem merupakan kepemilikan permanen kaum Yahudi sepanjang masa. Itu ditunjukkan oleh kandungan ayat tersebut yang menjelaskan bahwa al-Ard al-Muqaddas adalah milik Tuhan sehingga Ia berhak memberikan kepada siapa saja dari hambanya yang dikehendaki, dan mempersiapakan tanah tersebut bagi hamba-hambanya yang bertakwa. Kedua, sesungguhnya Tuhan mengkhususkan tanah Suci tersebut hanya untuk kaumnya yang shaleh. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya: “Dan sungguh Telah kami tulis didalam 330
Allah berfirman dalam al-Qur’an:
331
Sayyid Qutub, Fi> Z{ila>l al‐Qur’a>n, Juz III, 355.
Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.332 Ini adalah bentuk penjelasan bahwa hukum Allah di muka bumi ini senantiasa berpihak kepada orang yang beriman dan melakukan amal baik. Islam sebagai risalah terakhir yang diturunkan oleh Allah swt. mengajarkan secara rinci ajaran tentang keimanan dan berbuat amal-amal shaleh. Islam secara jelas mencakup aturan yang relevan untuk dipakai manusia dalam mencapai kehidupan yang baik, mengajarkan keseimbangan hidup untuk memakmurkan bumi ini dan memanfaatkan kekayaankekayaan yang ada di dalamnya.333 Ajaran Islam sebagaimana yang dikehendaki teks al-Qur’an di atas mengindikasikan bahwa umat manusia dipersilahkan oleh Allah untuk menempati al-Ard al-Muqaddas bahkan harus senantiasa mempertahankan agama Allah yang benar dan menjadi orang mukmin. Oleh karena itu, Bani Israel yang menduduki tanah Jerusalem -sebelum mereka dilaknat dan diusir- adalah kaum yang paling berhak menduduki tanah tersebut dibandingkan dengan kaum-kaum lainnya yang menyembah berhala. Ketika bani Israel menyimpang dari agama Allah yang benar dan berbuat kemungkaran di bumi ini, mereka kemudian tidak berhak lagi mewarisi tanah suci Jerusalem. Ketika orang-orang arab memeluk agama Islam yang benar, dan berbuat kebaikan untuk memakmurkan bumi ini, maka merekalah yang berkah mewarisi al‘Ardh al-Muqaddas.334 Dengan demikian kaum yang dikehendaki untuk mewarisi tanah Suci Jerusalem, dalam pandangan Islam, adalah kaum yang memiliki etika kehidupan yang lurus, memiliki sejarah kemanusiaan yang baik dan memiliki hubungan penyembahan yang baik dengan Allah. Di samping itu harus memenuhi faktor-faktor sosiologis di mana mereka mampu memenuhi kebutuhankebutuhan materil untuk bisa mempertahankan keberlangsungan hidup di tanah Suci tersebut. Dan yang terpenting adalah umat yang 332
QS. Al-Anbiya>: 105.
333
‘Izzat Daru>zah, Muh}ammad, Al‐Yahu>d fi al‐Qur’a>n al‐Kari>m, (Damaskus: al‐Maktabah} al‐Isla>mi, Cet. I, 1949). 67.
334
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 152.
akan mewarisi al-‘Ard al-Muqaddas harus bersatu dalam memerangi kebatilan dan kemungkaran, siap mengorbankan jiwa dan harta benda demi untuk mempertahankan kesucian tanah tersebut.335 Ketiga, bahwa sesungguhnya bani Israel adalah umat yang akan berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya: Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali336 dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".337 Ayat di atas menjelaskan bahwa bani Israel berbuat kerusakan di bumi ini dua kali. Pengrusakan pertama dalam penafsiran ulama klasik, seperti dalam tafsir al-T{abari>, beliau meriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya kerusakan pertama yang dilakukan oleh bani Israel adalah mereka membunuh Nabi Allah Zakariyah.338 Ibnu Ishak meriwayatkan kerusakan pertama yang dilakukan oleh bari Israel adalah dengan membunuh Nabi Allah Syu'ya bin Amshia.339 Ada juga yang berpendapat, karena mereka menganggap Armia Nabi Allah. Dan ada yang berpendapat karena mereka merubah Taurat dan tidak mengamalkannya.340 Sedangkan kerusakan kedua yang dimaksudkan oleh ayat ini sebagaimana dijelaskan oleh para ulama seperti yang sebutkan oleh al-T{abari adalah karena mereka membunuh Zakaria dan bermaksud membunuh Isa.341 335
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 53.
336
Yang dimaksud dengan membuat kerusakan dua kali ialah pertama menentang hukum Taurat, membunuh nabi Syu'ya dan memenjarakan Armia dan yang kedua membunuh nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh nabi Isa a.s. akibat dari perbuatan itu, Jerusalem dihancurkan (Al Maraghi). Lihat 337
QS. al-Isra’ ayat 4.
338
Ibnu Jari>r al‐Tabari>, Tafsi>r al‐T}abari>, Juz 15, 21.
339
Ibnu Jari>r al‐Tabari>, Tafsi>r al‐T}abari>, Juz 15, 22.
340
Abu Fad}l al‐Alu>si>, Ru>h} al‐Ma’a>ni> (Cairo: Da>r al‐Shuru>q, 1985) Juz 9, 24
341
Ibnu Jari>r al‐Tabari>, Tafsi>r al‐T}abari>, Juz 15, 22.
Dalam pandangan ulama kontemporer, seperti yang dipaparkan oleh Ibrahim al-‘Illi, bahwa kerusakan pertama yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sebelum dan sesudah peristiwa Hijrah Rasul ke Madinah al-Munawwarah. Hal tersebut bisa dilihat ketika Yahudi dari berbagai kabilah, termasuk Bani al-Nadhir, Bani Quraidzah dan penduduk Khaibar, mereka memilih daerah-daerah yang baik untuk pertanian dan strategis untuk menguasai jazirah arab. Dengan pengetahuan dan peradaban yang lebih maju yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi, mereka mampu menguasai jazirah arab dalam bidang ekonomi, pemikiran dan politik, sehingga membawa bangsa arab berada dalam kerusakan moral dan keterpurukan sosial politik sebelu datangnya Nabi Muhammad saw.342 Menurut Ibrahim al-‘Illi, kerusakan kedua yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah apa terjadi sekarang ini di Palestina di mana orang-orang Yahudi mendirikan Negara Israel di wilayah tersebut dan melakukan penindasan terhadap bangsa Palestina. Dengan bantuan dan kerjasama negara-negara barat terhadap orang-orang Yahudi dengan gerakan Zionis, mereka mampu berkumpul di Palestina dan mendirikan Negara Israel. Penindasan yang nayata yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap bangsa Palestina adalah mereka mengusir dan bangsa Palestina dari tanah kelahiran mereka. Lebih ironis lagi, orangorang Yahudi lebih leluasa untuk menindas orang-orang Palestina karena negara-negara Islam dan berbagai organisasi Islam terikat dengan kesepakatan damai dengan Israel, dan mereka harus tunduk dengan kesepakatan tersebut dengan alasan normalisasi hubungan diplomatik, walaupun setiap hari orang-orang Palestina jatuh di tangan orang-orang Israel.343 Dalam Islam diyakini bahwa kerusakan tersebut akan berakhir berdasarkan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Allah swt. Berfirman, “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali 342
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 155.
343
Muh}ammad Adat al‐Yahu>d fi al‐Wa’ad bi Filist}i>n, 245.
kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.344 Maksudnya adalah ketika orang-orang Yahudi melakukan kerusakan pada masa jahiliah, Nabi Muhammad kemudian datang dengan membawa Islam dan mengeluarkan mereka dari Jazirah Arab. Pada abad moderen, mereka juga dibantai oleh kekejaman Hitler. Sekarang ini, ketika hari ini mereka kembali dalam bentuk Negara Israel untuk menindas umat Islam Palestina dan umat Islam di seluruh dunia, umat Islam meyakini bahwa orang-orang Yahudi akan diazab karena mereka berbuat kerusakan dan tidak beriman.345 Demikianlah doktrin yang dianut oleh Yahudi, Kristen dan Islam tentang Jerusalem. Berdasarkan doktrin teologis yang dianut –seperti yang ada dalam al-Qur’an dan Bibel- ketiga agama ini masing-masing mengklaim bahwa pihaknyalah yang berhak menempati kota suci ini.
344
QS. Al‐Isra>: 8.
345
Lihat Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al‐Qur’a>n, Juz 4, 214.
BAB V Gerakan Politik Yahudi untuk Kembali ke Jerusalem A
“ rea Negara Yahudi terbentang dari Sungai Nil hingga sungai Eufrat”. (Theodore Herzl). “Tanah terjanji terbentang dari sungai Mesir hingga Eufrat termasuk bagian Syiria dan Lebanon”. (Rabbi Fischmann). “Tanah Israel merupakan tempat kelahiran orang-orang Yahudi. Di sinilah identitas roh spiritual mereka, keagamaan dan nasionalisme mereka terbentuk. Di sinilah orang-orang Yahudi mendapatkan kemerdekaan dan menciptakan sebuah kebudayaan nasional dan internasional. Tidak ada Artinya Israel tanpa al-Quds, dan tidak ada artinya al-Quds tanpa al-Haikal”. (David Ben Gurion). Pandangan historis dan teologis Yahudi, melalui teks-teks kitab sucinya menjustifikasi sentralisasi tanah Jerusalem bagi orang-orang Yahudi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sejak berakhirnya kekuasaan Yahudi atas Jerusalem pada tahun 586 SM., digantikan oleh kekuatan Babilonia, dan dimulai dengan
masa Diaspora346 Yahudi, berbagai gerakan baik politik maupun gerakan keagamaan ditempuh oleh orang-orang Yahudi untuk mengembalikan eksistensi mereka di tanah Jerusalem.347 Sejarah telah menjadi saksi betapa orang-orang Yahudi telah mengalami fenomena bangsa tanpa tempat tinggal, namun idealisme memiliki sebuah negara tidak pernah luput dari orang Yahudi. Setelah mengalami masa diaspora pada sekitar abad pertama Masehi, tanah Jerusalem tetap ada dalam benak orangorang Yahudi. Sampai abad pertengahan, ideologi Yahudi tentang tanah yang dijanjikan masih terus melekat. Pada abad ke 14 Masehi sebuah gerakan yang dipelopori oleh David Riobini348 yang 346
Diaspora atau dalam bahasa Arab al-Shatta>t berarti keluarnya orang-orang Yahudi dari Palestina karena tertekan oleh kekuasaan Babilonia yang saat itu berkuasa di Palestina. Secara ideologis Yahudi menganggap bahwa diaspora adalah bentuk pengusiran etnis Yahudi dari tanahnya sendiri. Inilah yang menyebabkan orang-orang Yahudi tersebar di seluruh dunia dan tidak memiliki sebuah bangsa. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi percaya bahwa diaspora ini hanyalah bersifat temporer, pada saatnya nanti orang-orang Yahudi pasti akan kembali ke tempat asalnya yaitu Palestina. Lihat Abd. al-Wahha>b alMasi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>, 22. 347
Setelah mengalami keruntuhan kekuasaan Yahudi di Palestina, orang-orang Yahudi di seluruh dunia kemudian tersebar di berbagai belahan dunia dan dikenal sebagai anak-anak Israel (The Children of Israel). Di Ethiopia misalnya, orang Yahudi berkulit hitam, persis seperti penduduk aslinya. Ada sejumlah orang Yahudi di Cina, juga mirip dengan penduduk asli yang berkulit kuning dan bermata sipit. Di Italia, orang Yahudi berkulit kehitam-hitaman dan bermata hitam. Di Rusia Utara, Kanada, Swedia dan Norwegia, orang Yahudi identik dengan rambut pirang, kulit putih dan mata biru. Sedangkan di Denmark, Jerman dan Irlandia, golongan Yahudi itu berambut merah dan bermata biru. Di daerah yang beriklim panas, orang-orang Yahudi berbadan pendek dan berambut hitam. Sementara di negara-negara yang beriklim dingin, mereka umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih. 348
David Riobini (1490-1535) adalah searang Yahudi yang lahir di Khaibar, mengklaim bahwa ia adalah seorang Messias al-Masi>h al-Muntaz}ar. Ia memulai gerakannya dengan mendatangi Paulus di Fatikan pada tahun 1525 M, ia menyampaikan kepada Paulus bahwa ia adalah saudara sekaligus utusan Raja Yahudi yang masih berkuasa atas sebagian besar keturunan Yahudi yang ada di Jazirah Arab. Ia meminta kepada Paulus untuk membantu kekuatan mereka dalam misi pengusiran orang-orang muslim di Palestina. Yang terjadi justru sebaliknya, ia ditangkap dan dipernjarakan di Spanyol sampai meninggal dunia, Abd. al-Wahha>b al-Masi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>, 119120.
mengklaim bahwa dirinya diutus oleh Tuhan untuk menyelamatkan kaumnya, dan akan memimpin perjuangan orang-orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem, namun perjuangan itu tidak menuai hasil.349 Pada abad ketujuh belas, seorang Israel yang bernama Mansyah bin Israel350 juga telah melalukan sebuah gerakan yang bertujuan mengembalikan orang-orang Yahudi ke tanah Palestina. Langkah yang diambil untuk menyukseskan usahanya adalah mengajak para pengikut Kristen Protestan yang meyakini doktrin datangnya Messias untuk mengakomodasi sepenuhnya orang-orang Yahudi di Negara Inggris dan kemudian mengantarkan mereka ke Jerusalem.351 Ketua Asosiasi Kristen Protestan di Inggris, Oliver Kromel, merespon baik permintaan Yahudi tersebut. Bahkan ia menyerukan kepada umat Kristiani di Inggris untuk membantu orang-orang Yahudi yang ingin kembali ke Palestina untuk mendirikan Negara Israel Yahudi sebagai jalan awal turunnya Messias. Gerakan inilah yang menurut Al-Zagini sebagai cikal-bakal munculnya gerakan Zionisme. Itulah beberapa usaha Yahudi yang populer dalam rangka kembali ke tanah Jerusalem. Sekarang orang-orang Yahudi telah menduduki Jerusalem yang mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang sangat berperan aktif atas keberadaan Yahudi di Palestina adalah negara-negara besar Eropa yang melakukan imperialisme ke negara-negara Arab di Timur Tengah, seperti Prancis, Inggris dan Jerman. Prancis misalnya melalui tokoh Imperium Napoleon
349
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty; Zion and Gerizim in Competition (London: T&T Clark International 2004), 119. 350
Ia adalah seorang Yahudi berkebangsaan belanda hidup pada masa 1604-1657. Ia seorang pakar teologi Yahudi dan juga mengklaim bahwa ia adalah seorang Messias yang memperjuangkan Tanah palestina untuk orangorang Yahudi, Abd al-Wahha>b al-Masi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> alIsra>’i>li>, (Beirut: Da>r al-Fikr al-Mua>s}ir), 27. 351
Lihat, Al-Zagi>ni, al-‘Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah wa atharuha> fi> al-Mujtama’ al-Isla>mi> wa al-Mawqif Minha>, (Riya>d}: Maktabah al‘Abi>ka>n, 1998), 221.
Bonaparte352 mengajak orang-orang Yahudi pada tahun 1799 M. untuk bersama-sama dengannya kembali membangun kota Jerusalem. Bonaparte sendiri menganggap orang-orang Yahudi sebagai pewaris sah tanah Jerusalem di Palestina. Seruan Bonaparte ini dianggap sebagai seruan pertama dari sebuah Negara besar untuk membantu mewujudkan impian besar Yahudi untuk kembali ke negeri Jerusalem.353 Sejak tahun 1798 M., kaum Yahudi telah memulai sebuah pergerakan yang positif untuk kepentingan mereka. Para penulis dan ilmuan Yahudi terus membakar semangat orang-orang Yahudi untuk merekonstruksi sebuah Negara Yahudi di Jerusalem. Salah satu implikasi positif dari kegiatan itu adalah keberhasilannya dalam meyakinkan Napoleon Bonaparte untuk membantu mereka.354 Namun, di balik semua itu, Napoleon mempunyai kepentingan tersendiri yang ingin dicapai dalam membantu orangorang Yahudi. Kepentingan Napoleon yang diinginkan adalah: Pertama, untuk memperoleh bantuan finansial dari para Kapitalis Yahudi dalam membiayai proses Imperialisme Prancis di dunia Arab. Kedua, mengeksploitasi kelompok-kelompok Yahudi yang ada di Negara-negara Arab untuk melakukan provokasi dalam internal Arab sebagai salah satu faktor keberhasilan Imperialismenya. Ketiga, membangun paradigma dikriminasi ras di negara-negara Arab.355 352
Napoleon Bonaparte (1769-1821) adalah seorang Politisi Perancis yang merencanakan sebuah imperialisme ke Mesir, dan berhasil sampai ke Mesir pada tahun 1798 M. Pasukan Inggris berhasil melumpukan dan membakar armada perang mereka di Mesir yang menyebabkan mereka melakukan ekspangsi ke Syam pada tahun 1799 M., tetapi gagal memasuki Palestina. Pada saat mendengar kekalahan Perancis dari Rusia dan Ingnris, ia memutuskan untuk meninggalkan Mesir dan mendelegasikan kepemimpinan Imperialisme Perancis di Mesir kepada orang lain. Lihat dalam al-Mawsu>’ah al-‘Arabiyyah alMuyassarah, 1812. 353
Lihat Al-Zagi>ni>, al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 21.
354
Norman Bentwich, The Jews in Our Time; The Development of Jewis in the Modern World (Victoria: Penguin Books, 1960), 146. 355
Tujuan-tujuan Napolean dalam membantu Yahudi tersebut bisa dilihat dalam Abd al-Wah}h}a>b al-Masi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> alIsra>’i>li>, 14-16.
Meskipun imperialime Napoleon di Mesir dan Syam antara tahun 1798-1801 M. tidak membuahkan hasil maksimal, namun ia senantiasa menyokong ideologi Yahudi tentang Jerusalem. Ia tetap konsisten untuk membantu kepentingan Yahudi dalam proyek imperialismenya. Pada tahun 1806 M., ia menfasilitasi orang-orang Yahudi untuk melakukan sebuah konferensi. Pada tahun berikutnya rencana tersebut benar-benar terwujud dengan dibentuknya pengurus organisasi Sanhedrin.356 Namun runtuhnya imperialisme Napoleon pada tahun 1813 M. membuat Perancis tidak lagi menggunakan slogan Yahudi dalam proyek Imperialismenya. Selanjutnya, yang berperan dalam memelihara dan membantu Ideologi Yahudi atas Jerusalem adalah Inggris. Pada awal abad ketujuh belas Masehi, di Inggris mencuat sebuah pemahaman terhadap Yahudi, yaitu ideologi yang berkenaan dengan perhatian untuk melestarikan anak-anak Israel di Jerusalem. Pendukung dari ideologi ini sangat banyak. Ideologi ini pun mencapai klimaksnya pada permulaan abad kesembilan belas Masehi, bukan hanya terbatas pada satu sisi kehidupan, atmosfer ini merambah ke semua sisi kehidupan orang Inggris, baik dalam ranah politik, ekonomi, intelektual dan agama.357 Sebagai langkah politis kongkrit, Inggris mendirikan Consalar (Konsuler) pertama di kota Jerusalem pada tahun 1839 M. Konsuler ini berfungsi untuk melayani kebutuhan orang-orang Yahudi di Jerusalem, meningkatkan taraf hidup orang-orang Yahudi, memperbaiki kehidupan keagamaan Yahudi dan memperbaiki sumber daya manusia orang-orang Yahudi. Ada kepentingan tersendiri yang ingin dicapai oleh Inggris dengan kebijakan politiknya terhadap Yahudi. Dukungan tersebut sangat erat hubungannya dengan kepentingan imperialisme, di mana 356
Sanhedrin adalah bahasa Yunani yang berarti majelis. Istilah ini dipakai untuk nama sebuah dewan tinggi yang mengkaji masalah-masalah keagamaan, politik dan pidana seputar Palestina. Sebelumnya majelis ini pernah berdiri sekitar tahun 200 sebelum Masehi yang terdiri dari 71 anggota dan berpusat di kota Quds. Lihat, al-Mau>su>’ah al-‘Arabiyyah} al-Muyassarah}, 217. 357
16.
Abd al-Wahha>b al-Masi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>,
keberadaan orang-orang Yahudi menjadi faktor pendukung kekuatan politik Inggris di Timur Tengah. Inggris menganggap bahwa Imperialismenya akan sangat dibantu oleh keberadaan orang-orang Yahudi di Jerusalem. Pada paruh abad ke 19 M., isu pendirian Negara Yahudi di Palestina menjadi sangat sentral. Pada tahun 1865 M, Inggris mendanai program infestigasi Palestina yang bekerja untuk meneliti geografis Palestina dan sejarahnya, dengan tujuan menjejaki potensi-potensi kepemilikan tanah Palestina untuk orang-orang Yahudi, dan meyankinkan kaum Yahudi bahwa obsesi tersebut pasti akan tercapai.358 Ideologi kebangsaan Yahudi atas Jerusalem tidak hanya dikembangkan dan ingin diwujudkan oleh negara-negara besar Eropa, tetapi juga sampai ke belahan Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat pada abad ke 19 M dikenal sebagai Negara yang netral, ia tetap mendukung kebijakan Eropa untuk mendirikan Negara Yahudi di Palestina. Seperti dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat pada waktu itu, John Adams,359 “Saya mendukung keinginan Yahudi atas tanah Palestina sebagai kaum yang berdiri sendiri”.360 Amerika memandang bahwa ketika kekuatan Turki Usmani di Eropa bisa dikalahkan maka dengan sendirinya orang-orang Yahudi akan lebih mudah untuk mewujudkan impiannya. Negaranegara Arab lainnya pun seperti Surya dan Lebanon akan lebih mudah dikuasai. Oleh karena itu pada tahun 1830 M, di Amerika Serikat banyak sekali gerakan-gerakan yang berkembang mendukung ideologi kebangsaan Palestina.361 Begitulah obsesi kaum Yahudi untuk kembali ke Jerusalem. Diawali oleh sebuah dokrtin yang kuat, berasal dari keterangan 358
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 37.
359
John Adams (1735-1826 M), seorang politis Amerika dan presiden kedua Amerika Serikat, belajar ilmu Advokat di Universitas Harvard. Tokoh ini memainkan perang dalam menentang penjajahan Inggris terhadap Amerika Serikat, dan termasuk salah satu tokoh proklamator kemerdekaan Amerika Serikat. Mau>su>’ah al-Siya>sah, Juz I, 115. 360
Al-Zagi>ni, al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 233.
361
Al-Zagi>ni, al-Uns}uriyyah} al-Yahu>diyyah, 234.
keterangan kitab suci yang sacral, kemudian direalisasikan dengan langkah-langkah politik yang didukung oleh kekuatan Negaranegara besar Eropa dan Amerika. Bukti dari pengaruh tersebut, Theodore Herzl mengatakan dalam bukunya Negara Israel, “Area Negara Yahudi terbentang dari Sungai Nil hingga sungai Eufrat”. Rabbi Fischmann mengatakan, “Tanah terjanji terbentang dari sungai Mesir hingga Eufrat termasuk bagian Syiria dan Lebanon”. David Ben Gurion; “Tanah Israel merupakan tempat kelahiran orang-orang Yahudi. Di sinilah identitas roh spiritual mereka, keagamaan dan nasionalisme mereka terbentuk. Di sinilah orangorang Yahudi mendapatkan kemerdekaan dan menciptakan sebuah kebudayaan nasional dan internasional”. Tidak ada Artinya Israel tanpa al-Quds, dan tidak ada artinya al-Quds tanpa al-Haikal”. Sampai saat ini, orang-orang Yahudi telah eksis di Palestina dan telah mampu membangun kekuatan keagamaan, ekonomi, politik dan militer yang kokoh. A. GERAKAN POLITIK ZIONIS YAHUDI Telah dipaparkan sebelumnya bahwa Yahudi dalam ideologinya meyakini kalau mereka adalah bangsa pililah Tuhan, dan tanah Jerusalem yang saat ini adalah Palestina adalah hak mereka sejak nenek moyangnya. Untuk merealisasikan ideologi tersebut, yaitu mengembalikan tanah Palestina ke tangan Yahudi, mereka menganggap perlu adanya strategi politis dan ekomomi yang kuat. Strategi-strategi tersebut mereka tuangkan dalam kumpulan kesepakatan yang disebut dengan Protokolat. Protokolat Zionism adalah gerakan362 yang memiliki langkah-langkah strategis untuk mengembalikan Jerusalem yang mereka anggap sebagai tanah hak milik mereka.363 Gerakan Zionism didirikan pada tanggal 1 Mei 1776 M., oleh tokoh Yahudi yang bernama Nathan 362
Gerakan Zionism didirikan pada tanggal 1 Mei 1776 M., oleh tokoh Yahudi yang bernama Nathan Bernbaum, dua bulan sebelum kemerdekaan Amerika dideklarasikan Baca Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism (USA: The University of Chicago, 1996), 10. 363
Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 15.
Bernbaum, dua bulan sebelum kemerdekaan Amerika dideklarasikan. Secara politis, Zionisme dikembangkan secara meluas oleh seorang tokoh Yahudi bernama Teodor Herzl. Pada tahun 1897 M., melalui konfrensi Basel, Herzl mengatakan kepada peserta konfrensi; “Kita berkumpul di sini untuk meletakkan pondasi bangunan prinsip-prinsip yang dapat mengikat bangsa Yahudi”. Ia juga mengatakan “Zionis bukanlah aliran kecil yang ditunjang oleh kepulangan orang-orang Yahudi ke Palestina, tetapi sebagai gerakan massa, petani-petani, pekerja-pekerja, para sarjana dan intelektual”.364 Oleh karena itu, konfrensi ini sebagaimana dikutip oleh ahmad Syalabi kemudian menelorkan sebuah keputusan penting yang berbunyi; “Sesungguhnya cita-cita zionisme ialah mendirikan tanah air untuk bangsa Yahudi, yang diakui secara de facto dan de jure, sehingga dengan pendirian itu bangsa Yahudi dapat hidup aman dari tekanan-tekanan dan tanah air itu tiada lain adalah Palestina”.365 Sebuah buku "Protocols of Zion",366 yang diduga merupakan karangan palsu dinas rahasia Rusia pernah beredar luas di Eropa, Amerika, dan melebur pula sampai ke dunia Islam. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan basaha-bahasa lain itu dunia Islam. Buku itu juga dipercayai oleh banyak kalangan sebagai dokumen otentik yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah tentang rencana bangsa Yahudi untuk menguasai dan menghancurkan dunia. Buku semacam ini jelas dengan gampang memberikan keterangan tentang rencana zionisme Yahudi. Dari sini, sangatlah jelas bahwa cita-cita bangsa Yahudi memang ingin menjadikan Palestina sebagai Negara Israel demi untuk merealisasikan apa yang sejalan dengan keinginan yang didasarkan pada teologi agama yang ada dalam kitab suci mereka. Di samping itu, agar eksistensinya lebih kuat di mata dunia dan hukum internasional. 364
Max. J. Dimont, Jews, God and History (New York: Penguin Group,
2004), 348. 365
Ah}mad Shalabi>. Muqa>ranah al-Adya>n, al-Yahu>diyyah (Kairo: Maktabat} an-Nahd}ah al-Mis}riyyah, Cet. 12, 1997). 67. 366
Baca Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 13.
Keinginan orang-orang Yahudi untuk mendirikan sebuah negara di Palestina, yang sudah menjadi ideologi mereka sejak dulu, sampai mereka mampu mewujudkannya pada abad ke-20 sampai sekarang, telah memicu gelombang konflik dan ketegangan antara Yahudi dan Umat Islam yang sangat dahsyat. Sejak berdirinya Negara Israel pada tahun 1948,367 aktivitas militer Yahudi terhadap warga Palestina terus terjadi, baik terhadap warga sipil maupun militer. Salah satu efek nyata dari pendirian Negara Israel ini adalah terjadinya Perang Palestina (Perang Arab-Israel) pada tahun 1948 M/1367 H. Terbentuknya Negara Israel di tanah Palestina yang dianggap sebagai hak milik bangsa Yahudi atau anak keturunan bani Israel, merupakan titik kluminasi pergumulan politik yang terjadi di Jerusalem. Cikal bakal terbentuknya negara Israel kalau ditarik ke belakang dicanangkan oleh kolonialisme Inggris, yaitu pada tahun 1917 M, berhasil menduduki Jerusalem di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby. Pada tahun yang sama, Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris memberikan dukungan kepada Lord Rothschild atas ide terbentukya homeland (tanah kediaman) bagi orang-orang Yahudi di Palestina.368 367
Di saat pecah perang antara Arab dan Israel pada tanggal 15 Mei 1948, setelah kekuatan tempur Inggris menarik mundur, PBB mengirim Count Bernadotte sebagai mediator di Palestina untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi kedua negara. Ia memulai misinya pada tanggal 21 Maret 1948 karena ada gencatan senjata antara Arab dan Israel. Count mengusulkan beberapa hal. Ia merasa bahwa persoalan imigrasi Yahudi ke Palestina yang ia anggap sebagai isu yang bertentangan dengan upaya damai karena Arab mengkhawatirkan hal tersebut yang hendaknya diorganisir di level internasional. Karena persoalan ini sangat penting bagi bangsa Yahudi untuk berlaku baik terhadap tetangganya. Selain itu, ia juga mengusulkan beberapa perubahan di dalam soal perbatasan antara Arab dan Yahudi sebagaimana yang tertera di keputusan PBB, khususnya aneksasi Al-Naqab ke negara Arab, Galilee ke negara Yahudi, dan Jerusalem akan dikuasai oleh orang Arab yang diberi otonomi dalam persoalan kelurahan. Namun, hal itu menegaskan bahwa kota ini akan berada di bawah proteksi bangsa Arab. Pada saat inilah negara Israel resmi berdiri. Lihat Jacob Neusner, Judaism in Moderen Times; an Introduction and Reader. Cet. I; (USA: Blackwell, 1995) 25. 368
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine (London: Garnet Publishing, 2009), 17.
Bagi kaum Yahudi, kolonialisasi terhadap Palestina merupakan proses pengambilalihan dan penaklukan terhadap negeri sendiri.369 Mereka menganggap, kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain berbeda dengan apa yang mereka lakoni di Palestina; kolonialisasi Yahudi terhadap Palestina hanyalah sebagai pengembalian hak milik, sedangkan koloniasasi bangsa lain – seperti yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsabangsa di asia- adalah cenderung sebagai pragmatisme feodal, karena di Eropa pada waktu itu, penduduk semakin banyak, sumber daya alam tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka.370 Dari itu, sejarah Yahudi yang paling penting di zaman sekarang adalah masa dikenalnya bangsa Yahudi sebagai bangsa yang memiliki bangsa sendiri, yang dimulai sejak tahun 1948 M. Berdirinya negara Israel di Palestina ini merupakan pertanda lahirnya kekuatan politik Yahudi yang efektif untuk mewujudkan cita-cita politik dan ideologis Yahudi yang sejak dulu ingin direalisasikan.
Zionisme Sebagai Gerakan Politik Yahudi untuk Kembali ke Jerusalem Istilah “Zionisme” berasal dari akar kata Zion atau Sion yang pada masa awal sejarah Yahudi merupakan sinonim dari perkataan Jerusalem. Secara etimologis, kata Zion setidaknya mempunyai tiga arti; Pertama, ia merupakan kota raja agung, atau kota Tuhan tempat singgasana Raja Israel. Kedua, nama benteng di kota Jerusalem yang diberikan oleh Raja Daud sebagaimana yang terdapat dalam Taurat. Ketiga, nama gunung yang terletak di sebelah Timur kota Jerusalem. Dalam terminologi politik modern, Zionisme merupakan ajaran Taurat dan Talmud yang ditulis oleh para Rabbi pada masa diaspora, yang pada akhirnya mengkonstruksi beberapa kesepakatan sebagaimana tertuang dalam protokolat, yang merupakan langkah strategis kaum Yahudi untuk 369
David Novak, The Election of Jerusalem, 143.
370
Baca Jurnal al-Huda No. 17, Vol VII. Th. 2009, 18.
mewujudkan cita-cita mereka untuk menguasai Gunung Zion di Palestina.371 Kata "Zion" merujuk kepada kata yang berasal dari asal kata Ibrani, Tsyon. Kata tersebut sering digunakan dalam kamus bahasa orang-orang Yahudi untuk menunjuk ke sebuah bukit di Jerusalem yang di atasnya Raja Daud pernah mendirikan ibu kota kerajaannya.372 Gunung Zion merupakan satu tempat yang sangat penting dalam sejarah Jerusalem.373 Sebagaimana yang terdapaat dalam Mazmur Ibrani, Gunung Zion terletak di sebelah utara Bukit Ophel di Jerusalem, di mana orang-orang Yahudi menganggap tempat ini sebagai tempat yang sakral. Para ahli Mazmur dan rabbi 371
Muhammad Ali Ahmad Bakharibah, al-S{uhyu>niyyah} Bi’ija>z} (Riya>d}: Maktabah} Malik Fahd al-Wathaniyah, Cet. I, 2001,) 14. 372 Fenomena penindasan terjadi terhadap orang-orang Yahudi yang menetap di Rusia, terutama ketika pengangkatan Alexander II tahun 1881, dan ditetapkan peraturan yang melarang orang-orang Yahudi tinggal dan memiliki harta kekayaan di luar kota-kota besar, pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan banyak larangan-larangan lain yang dikenakan terhadap mereka, seperti larangan memasuki profesi tertentu kemudian, tahun 1891 lebih dari 10.000 penduduk Yahudi diusir dari Rusia, dan terjadi pengusiran besar-besaran di daerah lain antara tahun 1893 dan 1895. Kemudian, pada tahun 1905 terjadi pembunuhan dan penindasan di Kishinev. Sekitar lima puluh orang meninggal, dan ratusan yang luka-luka. Dengan demikian, umat Yahudi mulai mengungsi ke arah barat. Rata-rata 50.000 orang setahun menetap di Eropa Barat, Amerika Serikat dan Palestina.) Pada tahun 1886, Jerman memilh deputi parlementer yang pertama berdasarkan model anti-Semitic secara resmi. Di Austria, seorang Kristen Sosialis, Karl Lueger (1844-1910), membentuk gerakan anti Semitisme yang sangat kuat. Gerakan anti-Semitic juga melanda Francis dan negara-negara Eropa lainnya.22 Ada program pengusiran secara besar-besaran di daerah-daerah lain, bahkan terjadi pembantaian tragis yang mereka alami di Jerman pada masa Hitler (1889-1945).
373
Kata “zion” dalam Perjanjian Lama disebutkan sebanyak 152 kali. Semuanya menyebutkan nama Jerusalem lebih dari separuhnya dalam 2 kitab, yaitu Isaiyah 46 kali dan dalam Mazmur 38 kali. Lainnya tersebar dalam berbagai kitab. Namun, tidak dapat dipastikan mengapa nama Zion lebih banyak dipakai dalam perjanjian lama dibandingkan dengan Jerusalem. Kata Zion yang terdapat dalam kitab Mazmur, yang berbunyi: Di tepi sungai-sungai Babylon Di sana kita duduk sambil menangis Ketika kita teringat Zion. (Mazmur 137:1). AlMasi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2005), 4/17.
kontemporer mengklaim bahwa Gunung Zion merupakan tempat tertinggi di Dunia, walaupun pada kenyataanya bahwa Buki Barat pada sisi lain dari Lembah Tyropoeon, jelas lebih tinggi daripa Zion.374 Menurut para sejarawan, Zion merupakan sebuah nama bukit yang diceritakan dalam Perjanjian Lama, yaitu terletak di wilayah Jerusalem lama, ibu kota kerajaan Israel pada masa kekuasaan Raja Daud. Haikal Sulaiman didirikan di atas sebuah bukit sebelah utara kota Jerusalem. Ketika itu kebanyakan kota terletak di daerah bukit Zion.375 Secara terminologis Zionisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang terkait dengan sejarah orang-orang Yahudi di negara pembuangan untuk kembali ke negeri nenek moyang mereka, Jerusalem, setelah bangsa Yahudi terpaksa "diaspora" menyebar di berbagai wilayah seperti Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan negaranegara yang ada di Timur Tengah.376 Dalam artian ini, Zionisme merupakan sebuah dominasi politik dalam hubungan sosio-politik dan konteks budaya di level lokal dan global. Dalam bukunya al-S}uhyu>niyyah} al-‘A al-Fikr al-S}uhyu>n al-Mua>’as}ir, Mahmud Diab mengatakan bahwa Zionisme adalah sebuah gerakan terstruktur, bergerak secara internasional bertujuan untuk menjajah dan menguasai dunia Arab dan mengeluarkan orang-orang Arab dari tanah wilayahnya yang terhampar dari sungai Nil sampai sungai Efrat dan menggantikan mereka dengan orang-orang dengan beraneka ragam etnis, menjadi sebuah Negara Israel dengan agama Yahudi dan dipimpin oleh orang-orang Yahudi.377 Dalam mengkaji masalah Zionis Yahudi, harus dibedakan antara dua fase perkembanganya. Perkembangan pertama adalah Baca Karen Armstrong, One City Tree Faith, 11.
374
375
Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas bangsa Yahudi penganut Yudaisme yang mengharapkan datangnya seorang juru selamat, yang akan membawa mereka kepada kerajaan Tuhan yang akan dipusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. 376
Ilan Pappe, The Israel-Palestine Question (London & New York: Routledge, 1999), 47. 377
Mah}mu>d Dia>b, Al-S{uh}yu>niyyah} al-‘A
sebelum tahun 1898 M., di mana pada masa ini gerakan Zionis belum berhubungan secara signifikan dengan teks-teks kitab-kitab suci Yahudi, ritual-ritual dan perayaan-perayaan yang murni bersifat keagamaan. Zionis juga pada fase ini hanyalah sebuah kelompok Yahudi yang mengusung ideologi kembalinya orang Yahudi ke Palestina. Fase kedua adalah setelah tahun 1898, fase di mana Zionisme telah menjadi sebuah gerakan yang terstruktur secara sistematis untuk merealisasikan ideologi yang telah dibangun. Hal ini ditandai dengan diadakannya Muktamar Zionis pertama yang dilaksanakan di kota Basel Swiss pada tahun 1898 M.378 Mircea Widhan menerjemahkan dan mengedit sebuah stetmen Theodore Herzl, tokoh pendiri Zionis; “Dalam diari lengkapnya, Vol. II hlm. 711, Theodore Herzl mengatakan bahwa area Negara Yahudi terbentang dari Mesir hingga sungai Eufrat”. Rabbi Fischmann, anggota Agensi Yahudi untuk Palestina mendeklarasikan testimoninya pada Komite Khusus PBB pada 9 Juli 1947: “Tanah terjanji terbentang dari sungai Mesir hingga Eufrat termasuk bagian Syiria dan Lebanon”.379 Selain itu, ada juga pernyataan yang pernah dilontarkan oleh presiden pertama Negara Israel David Ben Gurion; “Tanah Israel merupakan tempat kelahiran orang-orang Yahudi. Di sinilah identitas roh spiritual mereka, keagamaan dan nasionalisme mereka terbentuk. Di sinilah orang-orang Yahudi mendapatkan kemerdekaan dan menciptakan sebuah kebudayaan nasional dan internasional”. Lebih lanjut ia mengatakan, “Pada 29 November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB) mengadopsi sebuah Resolusi yang dibutuhkan dalam pendirian Negara Israel Yahudi di Palestina. Itulah sebabnya Kami di sini mengumumkan Negara Israel. Ini merupakan hak orang Yahudi memimpin, sama seperti yang dilakukan Negara lain, sebuah 378
Lihat Mah}mu>d Dia>b, Al-S{uh}yu>niyyah al-‘An: Mat}bu’a>t al-Sha’b) 2002), 76. 379
Lihat JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi; Poros Asia dan Timur Tengah (Yogyakarta: Pustaka Solomon, Cet. I, th. 2010, hal. 7, mengutip dari Oded Yinon’s, Sebuah Strategi Israel pada Tahun Sembilan belas Delapan puluhan, Diterbitkan oleh Asosiasi Sarjana Arab-Amerika, Inc Belmot, Massachusetts, th, 1982.
eksistensi kemerdekaan yang menguasai negeri sendiri. Negara Israel akan terbuka bagi para Yahudi yang mau berimigran dari berbagai Negara. Negara ini berdiri atas prinsip kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Kami akan menegakkan kesamaan sosial dan politik bagi seluruh penduduk tanpa perbedaan agama, ras ataupun jenis kelamin. Kami akan menjamin kemerdekaan keagamaan, hati nurani, pendidikan dan kebudayaan”.380 Ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi mempunyai keinginan yang kuat untuk kembali ke Jerusalem. Di samping itu, orang-orang Yahudi juga mempunyai sebuah organisasi yang berkaitan dengan ideologi zion yang disebut dengan Hibbat Zion. Hibbat Zion berarti ‘cinta Zion’, sebuah gerakan yang mendapat banyak dukungan dari masyarakat Yahudi di Negara-negara Eropa Timur seperti Rusia, Polandia dan Romania. Tapi sebelum pernikahan silangnya dengan gerakan Zionisme yang dibangun oleh Herzl, Hibbat Zion tidak mengalami banyak perkembangan disebabkan karena tema-tema yang diangkatnya berkisar tentang tema melankolis dan sentimental seperti perasaan dikucilkan, kerinduan akan pembebasan dan ikatan emosional dengan tanah Israel. Mereka tidak melakukan usahausaha praktis untuk mewujudkan cita-cita mereka tentang negara Israel. Gerakan ini lambat berkembang disebabkan karena adanya keyakinan dari sebagian bangsa Yahudi bahwa berdirinya negara Israel adalah fenomena sakral yang tidak bisa dicampuri oleh tangan manusia, ia harus melalui juru selamat atau sang Messiah. Ide inilah yang ditolak dan ditentang sangat keras oleh gerakan Zionisme yang dibentuk oleh Herzl. Bagi Herzl, Negara Israel tidak mungkin terwujud begitu saja, ia harus dibangun dengan tangan dan dengan segala kemampuan yang dimiliki oleh orang Yahudi di seluruh dunia.381 Ide-ide Herzl tentang cita-cita kaum Yahudi tertuang dalam karyanya yang berjudul Der Judenstaat. Herzl mendedikasikan hidupnya dalam buku ini, yang mencakup pandangan filosofisnya 380
Lihat JW Lotz Mircea Windham, Master Plan Yahudi; Poros Asia dan Timur Tengah, 53-54. 381
Lihat, Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), 20.
tentang dunia, pandangannya tentang sebuah negara dan pikirannya tentang manusia dan kaummya.382 Bahkan juga mengenai sains dan teknologi yang semestinya dimiliki oleh bangsa dan kaum Yahudi.383 Selanjutnya Istilah Zionisme atau Zionist Movement secara utuh dipopulerkan oleh bapak Yahudi Dunia, seperti yang tertuang dalam idenya mengenai negara yahudi. Ia menegaskan bahwa Yahudi harus mempunyai negara sendiri. Politik Zionis dan Khilafah Turki Usmani Cita-cita tertinggi yang ingin dicapai oleh Gerakan Zionisme yang dipelopori oleh Theodeor Herzl adalah kembalinya Kaum Yahudi ke Jerusalem. Dalam membangun strategi untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Herzl merencanakan gerakangerakan yang berkonsentrasi pada tiga hal: 1. Perlunya dibangun sebuah wadah dari komunitas Yahudi yang memiliki pemikiran dan concern yang sama dengan dirinya tentang tanah yang dijanjikan. 2. Kerja-kerja diplomatik harus dilakukan terutama dengan dua sasaran, membangun pengaruh di Istambul, tempat kekuasaan Khilafah Usmaniyah yang berkuasa atas tanah palestina, dan juga mendekati orang-orang yang memiliki kekuatan politik di dunia internasional. 3. Menciptakan media yang mampu membangun opini demi kepentingan Zionisme. Media berfungsi sebagai salah satu alat dominan untuk mematangkan situasi dan mempercepat
382
Ide Herzl ini ditentang oleh para rabbi Yahudi di Amerika dan para ilmuwan Yahudi, termasuk Einstein. Mereka menyatakan ketidaksetujuannya untuk mendirikan sebuah negara Yahudi, dan menolak berimigrasi ke Palestina. Alasan mereka menolak Zionisme adalah karena pendirian negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan terjadinya pertikaian dengan penduduk asli yang telah mendiami tempat tersebut selama berabad-abad. Di samping itu, Zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi yang saat itu tersebar di seluruh dunia. Mereka akan dituduh mempunyai kesetiaan ganda dan kewarganegaraan rangkap. 383
Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, 27.
migrasi akbar perpindahan kaum Yahudi ke tanah yang dijanjikan.384 Setelah berhasil mendirikan gerakan Zionis dengan berbagai langkah-langkah strategis yang telah dicetuskan, Theodor Herzl memulai langkah praktis untuk terealisasinya cita-cita tinggi yaitu mendirikan negara Israel di Palestina. Herzl memulai langkah Zionisnya dengan pertama-tama mengupayakan lobi politik terhadap Imperium Usmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II.385 Upaya lobi yang dimulai sejak tahun 1897 M. berusaha meyakinkan Sultan Abdul Hamid bahwa permintaan Zionis untuk mendapatkan tempat di Palestina adalah hal yang manusiawi, tidak memiliki dampak yang membahayakan eksistensi Daulah Usmaniyah. Bahkan Herzl mempertegas ketundukannya kepada Daulah Usmaniyah, yaitu dengan mematuhi segala aturan yang dibuat oleh Usmaniyah tentang undang-undang pelarangan migrasi ke Palestina. Dia juga mempertegas bahwa Daulah Usmaniyah akan mendapatkan keuntungan Besar -seandainya Sultan Hamid II mengizinkan Yahudi untuk menempati Palestina- yaitu bangkitnya Daulah Usmaniyah dari keterpurukan ekonomi yang melandanya pada saat itu.386 Untuk menemui Sultan Abdul Hamid II, ada dua upaya pendekatan yang dilakukan. Pertama, mendekati segenap pejabat dalam kekuasaan Turki Usmani untuk bisa memediasi 384
Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, 29.
385
Ada dua h yang dipayakan oleh Herzl dalam memulai perjuangannya untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina. Pertama, mengupayakan terjadinya kesepakatan dengan Raja Usmaniyah Sultan Hamid II untuk mengizinkan oran-orang Yahudi menempati Palestina, karena Palestina pada saat itu berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Kedua, menyeru negara-negara besar Eropa seperti, Prancis, Inggeris, Jerman, Irlandia, Italia dan Amerika Serikat dalam membantu melobi Sultan Hamid II untuk menyetujui proyek Yahudi di Palestina. 386
Perekonomian Khilafah Utsmani pada waktu itu jatuh terpuruk, bahkan pada tahun-tahun itu Sultan Abdul Hamid II mendapat julukan The Sick Man of Europe karena hutangnya yang sudah sanngat tinggi. Pada tahun 1891, hutang luar negeri Turki Ustmani mencapai 53 juta poundsterling. Membongkar Rencana Israel Raya, 34.
pertemuannya dengan Sultan dengan menggunakan manipolitik. Kedua, bekerjasama dengan teman-temanya dari orang-orang asing yang bekerja kepada Sultan sekiranya bisa dia pengaruhi.387 Kedua pendekatan ini cukup efektif dalam penjajakannya untuk bisa bertemu dengan Sultan Abdul Hamid II. Pada tahun 1896 M., Herzl memulai penjajakannya dengan mengkomunikasikan maksudnya kepada salah seorang wartawan Yahudi bernama Rosnfield,388 pemimpin redaksi surat kabar Usmani Merdeka di Istambul pada saat itu. Dengan dijanjikan untuk diberikan harta yang melimpah, ia bersedia menjadi mediator untuk memperkenalkan Herzl dengan pejabat-pejabat yang berpengaruh dalam kekuasaan Turki Utsmani. Pada tanggal 25 agustus tahun 1896 M., Herzl mengirim surat kepada Sultan Hamid II untuk menyampaikan tawaran proyek Zionis. Dalam surat tersebut disampaikan bahwa pihak Zionis siap memberikan imbalan uang yang tinggi berupa pajak atas imigran Yahudi di Palestina –sekiranya Sultan Hamid II memberikan tempat dan izin Imigrasi kepada orang-orang Yahudi tanpa bataskepada pihak kerajaan Turki Utsmani. Pihak Zionis juga meminta kemerdekaan penuh atas imigran Yahudi yang dijamin oleh undang-undang internasional. Dengan kata lain, Negara Palestina Herzl menjadi Negara Yahudi yang merdeka.389 Penyampaian yang mengakomodasi kepentingan Zionis tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari Sultan Hamid II. Pada intinya, pihak kerajaan tidak bergeming dengan penawaran Zionis dalam bentuk ganjaran uang. Walaupun keterpurukan ekonomi pada saat itu dialaminya, Daulah Usmaniyah lebih memilih untuk bekerjasama dengan negara Eropa dalam mengatasi persoalan ekonominya daripada menerima tawaran Zionis.390 387
Ingrid Hjelm, Jerusalem's Rise to Sovereignty, 45.
388 Rosnfield (1856 M.) adalah seorang wartawan terkemukan Yahudi yang merupakan pemimpin redaksi surat kabar Usmani Merdeka. Lihat Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine (London: Garnet Publishing, 2009), 90.
389
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
390
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah}, 4123.
44-45.
Pada saat mendengar bahwa negara-negara Eropa memberikan pinjaman kepada Daulah Usmaniyah karena keterpurukan ekonomi yang dialaminya, ini kemudian menyulut kemarahan Herzl. Ia menganggap bahwa hal tersebut merupakan indikasi negatif bagi keberhasilan perjuangan gerakan Zionis. Ia pun berjanji untuk menggagalkan proses peminjaman dana tersebut, dan mengusahakan kondisi Daulah Usmaniyah menjadi semakin terpuruk. Ia mengatakan, “Sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk berunding dengan Sultan, karena saat ini harapan sangat kecil untuk mendapatkan bantuan ekonomi dari pihak manapun”.391 Dalam waktu yang bersamaan, Sultan Abdul Hamid mengeluarkan resolusi baru pada bulan Juni tahun 1898 M. untuk mengantisipasi aktivitas pendudukan Yahudi terhadapa Palestina. Resolusi tersebut berbunyi: 1. Tidak dibolehkan kepada Yahudi asing untuk mengunjungi Palestina kecuali untuk kepentingan kunjungan ritual keagamaan. 2. Orang-orang Yahudi yang hendak memasuki Palestina wajib memberikan jaminan uang. 3. Harus berjanji akan meninggalkan wilayah tersebut dalam kurung waktu tiga puluh hari.392 Herzl tidak berhenti sampai di sini untuk mendapatkan tempat di Palestina. Pada bulan oktober tahun 1898 M, Herzl memimpin rombongan Yahudi ke Palestina dan menyempatkan diri untuk singgah di Istambul. Pada saat itulah untuk yang pertama kalinya Herzl menemuai Kaisar Jerman Wilhelm. Setelah itu, terjadi pertemuan selanjutnya di Jaffa Palestina pada tanggal 6 oktober tahun 1898 M. Secara resmi, Kaisar Wilhelm menjadi pelindung rombongan migrasi kaum Yahudi di Palestina, meskipun tanpa persetujuan Sultan Hamid II sebagai Khalifah Daulah Usmaniyah. Pada tanggal 2 November tahun 1898 M., Herzl kembali bertemu dengan Kaisar, dan kali ini pemimpin Jerman tersebut menyatakan opininya bahwa tanah yang ditempati oleh 391
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
392
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah}, 4/151.
47.
kaum Yahudi di Palestina ini adalah tanah yang baik, meski demikian tanah ini masih memerlukan air dan pepohonan. Meskipun Kaisar Jerman ini telah membantu sebagian kaum Yahudi melakukan imigrasi ke Palestina, namun ia tidak mampu mempertemukan Herzl dengan Sultan Hamid II. Pada bulan Mei tahun 1901 M, untuk yang ketiga kalinya Herzl kembali mengunjungi Istambul dalam rangka menemui Sultan Hamid II. Kali ini, kedatangannya ke Istambul karena adanya harapan yang diberikan oleh seorang orientalis Yahudi Hungaria, Armin Vambery393 yang bersiap untuk menfasilitasi pertemuan Herzl dengan Sultan. Vambery adalah tokoh Yahudi yang pada akhirnya mampu menjadi fasilitator berlangsungnya pertemuan antara Herzl dan Sultan Hamid II. Sebelum bertemu Sultan, Vambery mengatakan kepada Herzl, “Janganlah kamu berbicara tentang Zionis, karena mereka tidak suka dengan Zionis, dan al-Quds yang berada di Palestina adalah tempat suci bagi mereka sama halnya dengan Mekah”.394 Demikian Vambery berpesan bahwa pertemuan tersebut tidak boleh mengatasnamakan dan membicarakan kepentingan-kepentingan Zionis. Pada tanggal 18 Mei 1901 M., Herzl berhasil melakukan pertemuan dengan Sultan Hamid II, dalam hal ini bukan dalam kapasitasnya sebagai pimpinan Zionis, tetapi sebagai pemimpin Yahudi dan sebagai seorang wartawan Yahudi terkemuka. Meskipun sebelumnya telah diperingatkan oleh Vambery untuk tidak membicarakan masalah Zionis, Herzl tetap menawarkan kepada Sultan untuk membantu Khilafah Usmaniyah dengan syarat Sultan memberikan tanah tempat tinggal kepada orang-orang Yahudi di Palestina. 393
Armin Vambery adalah seorang orieantalis Yahudi Hungaria ternama dan sangat berpengaruh di negara-negara timur tengah khususnya di Daulah Turki Utsmani. Vambery adalah seorang intelektual yang bekerja di Istambul sebagai sekertaris Fuad Basya. Ia memeluk agama Islam pada tahun 1858. Karena kepandaian dan intelektualitasnnya yang tinggi, ia mendapat tempat dalam istana Khilafah Usmaniyah, dan menjadi salah seorang orang dekat Sultan Abdul Hamid II. Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/172. 394
172.
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
Bagi Sultan, seandainya sebelumnya ia mengetahui bahwa pertemuan tersebut untuk membicarakan strategi Yahudi untuk mendapatkan tempat di wilayah Asia kecil termasuk Irak dan Palestina, maka sejak awal ia menolak dilangsungkannya pertemuan itu. Pertemuan tersebut tidak mampu merubah pendirian Sultan yang tetap mempertahankan kedaulatan Palestina, dan tidak bergeming dengan imbalan yang ditawarkan oleh Zionis. Pertemuan tersebut lagi-lagi tidak membuahkan hasil bagi kepentingan Zionis Yahudi.395 Setelah perundingan dengan Sultan tidak membuahkan hasil, Herzl kembali ke Vienna. Herzl terus berpikir untuk mendekati Khlilafah Usmaniyah. Pada tahun 1902 M., ia kembali mendatangi Istambul untuk yang keempat kalinya. Kali ini ia tidak berhasil menemuai Sultan, ia beralih untuk melobi pejabat penting dalam Khilafah Usmaniyah. Perundingan pun dilangsungkan dengan Izzat Bak396. Isi perundingan tersebut adalah bahwa pihak kerajaan akan memberikan sebagian wilayah kekuasaannya kepada orang-orang Yahudi tetapi yang menentukan wilayah yang akan deberikan adalah pihak kerajaan sendiri. Tawaran ini ditolak oleh Herzl karena Zionis mempunyai cita-cita tersendiri yaitu Palestina akan dijadikan sebagai tempat bermukin orang-orang Yahudi di mana mereka akan medirikan sebuah negara di tempat itu.397 Pada bulan Juli tahun 1902 M., Herzl kembali datang ke Istambul dan menemui Said Basha (1838-1913 M)398. Lagi-lagi pertemuan ini 395
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/183.
396
Louis Golding, The Jewish Problem (England: Penguin Books Limited, Cet. I, 1938), 80. 397
Dalam perundingan ini, Khalifah Usmaniyah menyampaikan kepada pihak Yahudi bahwa akan dibuka kepada mereka pintu untuk memasuki wilayah kekuasaan Khilafah Utsmaniya dengan syarat mereka tetap berada di bawah kekuasaan Khilafah dan wajib melaksakan segala peraturan yang dibuat oleh Khilafah, termasuk peraturan wajib militer terhadap semua rakyat yang berada di bawah kepemimpinan Khilafah Usmaniyah. Sebelum mereka memasuki dan bermukim di wilayah kekuasaan Khilafah Usmaniyah, mereka harus menanggalkan identitas mereka sebagai orang Yahudi. Dengan begitu mereka boleh memasuki wilayah kekuasaan Usmaniyah di mana saja kecuali wilayah Palestina. Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/197-198.
tidak membuahkan hasil apa-apa, Herzl meninggalkan Istambul pada bulan Agustus 1902 M. Segala usaha Herzl untuk melobi Khilafah Usmaniyah mengalami kegagalan. Namun kegagalan tersebut tanpa disadari berimplikasi negatif terhadap kekuasaan Usmaniyah, dan umat Islam secara keseluruhan harus merasakan kerugian besar oleh dampak yang diakibatkan bahaya gerakan Zionis yang terus berupaya melobi negara-negara besar yang berpengaruh. Kebijakan Politik Barat Terhadap Gerakan Zionis Nalar Imperialis merupakan sebuah pola pikir dalam peradaban Eropa setelah era kebangkitan. Nalar ini begitu berpengaruh sangat kuat bagi masyarakat Eropa sehingga mampu menggerakkan opini publik dan pemerintah untuk melakukan ekspansi ke negara lain khususnya ke negara-negara Arab dan Asia. Nalar imperialis ini dianggap oleh masyarakat Eropa sebagai solusi atas berkembangnya pola hidup materialistis, yang menjadikan materi sebagai orientasi paling tinggi dalam kehidupan mereka. Adanya orientasi materialistis mendorong masyarakat untuk menguasai sumber-sumber kekayaan alam termasuk energi dan kekayaan nabati.399 Nalar imperialisme Eropa, selain ambisi dalam dimensi material, juga ingin menanamkan pengaruh-pengaruh pemikiran dan peradaban terhadap masyarakat dunia, terutama negara-negara 398
Said Ba>sha adalah seorang politikus Turki lahir di Ardharum 1838 M. Dalam istana Khilafah Usmaniyah, ia memegang beberapa jabatan administrasi penting. Sultan Abdul Hamid II pernah memerintahkan untuk menangkap Said Ba>sya karena sikapnya yang mendukung imperialisme Inggeris. Karena adanya perintah penangkapan dirinya dari Sultan, ia lalu bersembunyi di Kedutaan Inggeris yang ada di Istambul. Ia keluar dari persembunyian tersebut setelah Sultan mengirimkan surat yang menjamin keselamatannya. Lihat al-Mau>su>’ah} al-‘Arabiyyah} al-Muyassarah}, 982. 399
Negara-negara yang menjadi sasaran imperalisme Eropa adalah negara-negara terbelakang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah di Asia dan Afrika. Salah satu negara yang telah merasakan penjajahan Eropa dan dikuras kekayaan alamnya adalah Indonesia. Negara-negara Eropa yang pernah menjajah Indonesia adalah Portugis, Spanyol dan Belanda.
yang ingin dikuasai. Dunia barat dalam berinteraksi dengan masyarakat dunia, selalu berusaha untuk menerapkan pola pikirnya melalui berbagai slogan politik dan budaya dan ekonomi. Salah satu pola pikir barat barat yang ingin diterapkan dalam masyarakat dunia adalah hak asasi manusia. Sedangkan inti yang diperjuangkan slogan hak asasi manusia ini adalah hak untuk hidup pada daerah asal-usulnya secara bebas. Inilah salah satu pola pikir barat yang menginspirasi dan membatu Yahudi melalui gerakan Zionis untuk kembali ke Palestina karena dianggap sebagai daerah asal usulnya.400 Pola pikir ini terpatri sangat kuat dalam kepribadian bangsa Yahudi dan dielaborasi ke dalam gerakan Zionis. Barat secara ideologis dan politis membiarkan idologi kehidupan bangsa Israel di Palestina mendominasi segala pergerakan Zionisme. Di samping itu, menurut Adel Safety, di Eropa pemikiran filosofis Fedrik Netzce401 juga sangat mempengaruhi peradaban materialistis Eropa. Pemikiran Netzce ini adalah pemikiran yang berperan mengikis ideologi dan etika Gereja dan menggantinya dengan pemikiran yang menganggap kehidupan adalah action (perbuatan), kerja dan pergerakan sesuai dengan hati nurani manusia. Filsafat ini memposisikan manusia di atas segalasegalanya yang dikenal dengan teori Superman (manusia super). Dalam pemikiran ini dipahami bahwa manusialah yang menciptakan kekuatan dengan segala potensi kebaikan (positif) dan keburukan (negatif) yang dimiliki.402 Konsep inilah menurut dia mengilhami lahirnya gerakan Zionis di Eropa. Juga menurut Masiri, konsep pemikiran manusia super sangat berpengaruh dalam gerakan Zionis. Pemikiran ini dijadikan salah satu pondasi gerakan Zionis dan mempengaruhi banyak tokoh-tokoh Yahudi di Eropa. Bahkan jauh sebelum lahirnya pemikiran Netzce ini, Yahudi telah menganut pemikiran ini melalui
400
Aviezer Ravitzky, Messianism, Zionism, and Jewish Religious Radicalism, 79. 401
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 7.
402
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 9.
sebuah ideologi Super Ummah (ummat yang super), yaitu umat yang paling hebat di muka bumi ini.403 Selain itu, pemikir yang juga menjadi inspirasi bagi gerakan Zionis adalah Charles Darwin404. Pemikiran Darwin berkembang di Eropa sekitar akhir abad kesembilan belas Masehi. Darwin melihat realita sebagai sebuah konflik yang tidak kunjung reda dan kemampuan manusia bertahan bukan karena nilai-nilai kebenaran, etika dan estetika yang dimiliki, melainkan karena ia mempunyai kekuatan materi.405 Begitulah Darwin mengkonstruksi teori hubungan sosial masyarakat yang berdasarkan pada pondasi kehidupan materialistis. Secara khusus, pemikiran Darwin tentang teori hubungan kehidupan sosial masyarakat ini juga menjadi salah satu pandangan hidup Zionisme. Zionisme memandang kekuatan adalah faktor menentukan dalam mempertahankan eksistensi Yahudi, khususnya dalam mengembalikan Jerusalem dan masa depannya –agar bisa bertahan- di tanah tersebut. Oleh karena itu, adanya konflik yang berkepanjangan di tanah Palestina antara Islam dan Yahudi adalah hal yang sudah diperkirakan oleh Yahudi sebelumnya, bahkan merupakan langkah strategis agar dominasinya semakin kuat di tanah Palestina. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa untuk menyukseskan proyek Yahudi di Palestina, Herzl menyeru negaranegara besar Eropa seperti, Prancis, Inggris, Jerman, Irlandia, Italia dan Amerika Serikat dalam membantu melobi Sultan Hamid II untuk menyetujui proyek tersebut. Jerman merupakan salah satu negara yang dilobi oleh Herzl, karena dalam kancah politik internasional, Jerman memiliki hubungan yang baik dengan Daulah Usmaniyah. Dalam kaitan ini, Herzl sebagai penggerak gerakan Zionis berkepentingan untuk mendekati Jerman dalam rangka membantunya dalam berkomunikasi dengan Sultan Hamid II. Pada tanggal 7 Oktober tahun 1898 M., Herzl menemui Kaisar Jerman Wilhelm, dan hasil 403
‘Abd al-Wahha>b al-Masi>ri>, al-S{ira> al-‘Arabi> al-Isra>’i>li>,
404
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 10.
405
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 10.
78.
dari pertemuan tersebut, secara resmi Kaisar Wilhelm menjadi pelindung rombongan imigrasi kaum Yahudi di Palestina.406 Melihat keteguhan pendirian Sultan Hamid II yang dengan keras menolak wacana Zionis tentang proyek Palestina, Jerman merubah pandangan politiknya untuk membantu Zionis. Sikap politik yang kemudian diambil oleh Jerman adalah tidak menaruh perhatian untuk memediasi pertemuan Herzl dengan Sultan Abdul Hamid. Sikap politik yang diambil Jerman berdasarkan atas alasan bahwa proyek Palestina yang diserukan oleh Herzl hanya akan menyulut kemarahan Sultan Hamid II. Karena tidak mampu membantu Zionis, akhirnya Jerman melepaskan diri dari ajakan Zionis untuk bekerjasama dalam proyek Yahudi di Palestina.407 Begitulah terjadi disharmonisasi hubungan antara Jerman dengan gerakan Zionisme, hingga meletusnya perang Dunia I.408 Setelah yakin bahwa Jerman tidak memberikan prospek dalam menjalankan misinya, Herzl kemudian melakukan pendekatan dengan Inggris karena banyak tokoh-tokoh Yahudi yang berpengaruh di Inggeris pada waktu itu dan mereka memiliki tingkatan intelektual yang tinggi. Herzl melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat pantas untuk membantu Zionis. Oleh karena itu Zionis menjadikan Inggris sebagai pusat kegiatan dan sekretariat berbagai yayasan yang dimiliki oleh Zionis. Melihat potensi strategis yang dimiliki Inggris untuk menjadi sekutu Zionis, pada tahun 1898 M., Herzl mulai melakukan perundingan dengan segenap pejabat tinggi Inggris khususnya kementetrian Imperialisme Inggris Joseph Camberlin 406
Kaisar Jerman, Wilhelm melakukan kunjungan ke Istambul (ibu kota Usmaniyah) setelah terjadi komunikasi politik antara Berlin dan Istambul selama kurang lebih empat tahun, sebagai pendahuluan dari pertemuan tersebut. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menjajaki kerjasama bilateral antara Berlin dan Istambul dalam berbagai bidang. Di selah-selah kunjungan itu, Kaisar Jerman ini juga menyampaikan wacana proyek Zionis atas Palestina sebagaimana yang dirancang oleh Herzl. Hasan al-Khuli, Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah}, 5/77. 407
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/152.
408
Al-Zagi>ni>, al-Uns}uriyyah al-Yahudiyyah, 3/36.
(1876-1914)409 tentang rencana pendirian negara Israel di Sinai410 yang merupakan wilayah Mesir. Pada tahun 1902 M. secara resmi Herzl melakukan perundingan dengan Camberlin untuk memperoleh persetujuan pemerintah Inggris tentang pendirian negara Palestina di Sinai. Sebagai bentuk keseriusannya, pada bulan Januari tahun 1903, Herzl mengirim tim yang terdiri dari para pakar poilitik ke Kairo untuk melakukan pembicaraan secara resmi dengan panglima imperialisme Inggris. Herzl merasa tidak cukup dengan hanya mengirimkan tim, ia merasa perlu untuk terlibat langsung dalam perundingan tersebut sehingga pada tahun yang sama ia pun datang ke Kairo. Karena tidak mendapatkan hasil dari pembicaraannya dengan panglima tertinggi imperialisme Inggeris di Kairo, ia pun kembali ke Vienna.411 Karena kegigihan tim runding Yahudi yang telah diutus oleh Herzl, akhrinya Zionis mendapatkan sinyalemen positif dari pemerintah Inggris untuk memulai proyek pendudukan dari wilayah Ari>sh. Pada waktu itu, Ari>sh tidak mempunyai instalasi air yang memadai, pihak Zionis meminta pihak Inggris untuk menyediakan Instalasi air. Inilah kemudian yang menyebabkan perundingan Zionis dengan Inggris gagal karena pihak Inggris tidak bersedia menyediakan instalasi air.412 Setelah Konferensi Zionis keempat yang diketuai oleh Hertzl di London pada tahun 1900 M., orang-orang Yahudi sepakat untuk berkumpul di Qubrus413, menjadikannya pangkalan menuju 409
Joseph Camberlin adalah seoarang politikus terkemuka Inggeris yang terpilih menjadi menteri urusan imperialisme Inggeris pada tahun 18951903. Pada tahun 1906, ia diserang penyakit dan akhirnya meninggal dunia. Lihat al-Mausu>’ah al-Arabiyyah al-Muyassarah, 521. 410
Sinai adalah merupakan daerah yang dijajah Inggeris pada waktu sejak tahun 1882. Alasan Yahudi memilih Sinai sebagai wilayah yang direncanakan untuk mendirikan negara Israel karena wilayah itu termasuk situs suci bagi orang-orang Yahudi. Di sinilah Taurat diturunkan kepada Nabi Musa. Selain itu, Sinai dianggap strategis karena dekat dengan Palestina. 411
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 15.
412
Louis Golding, The Jewish Problem, 89.
413
Kota Qubrus dikuasai oleh Inggris dari Turki Utsmani setelah perang antara Turki dan Rusia. Penanda tanganan perrjanjian antara Turki dan Inggris
Palestina. Mereka menegaskan, Qubrus harus dikuasi dengan paksa, karena umat Islam telah merampasnya dari kami ratusan tahun yang lalu. Pada tahun 1902 M, Hertzl kembali melakukan pembicaraan dengan pihak kerajaan Inggris menganai rencana pendudukan Qubrus. Dalam perundingan tersebut pihak kerajaan Inggris menolak untuk memberikan Qubrus menjadi kekuasaan Yahudi, akhirnya Hertzl mengurungkan niatnya untuk menguasai Qubrus. Herzl merasa tidak perlu untuk terlalu memperjuangkan Qubrus karena berbagai pertimbangan. Di antaranya karena Qubrus ke depannya direncanakan sebagai pangkalan militer untuk memenuhi kepentingan militer Israel. Di samping itu, Qubrus dihuni oleh dua kelompok besar agama, yaitu kelompok Muslim Turki yang didukung oleh Turki Usmani dan kelompok Kristen Yunani yang didukung oleh Yunani.414 Upaya Zionis tidak hanya terbatas pada lobi-lobi dengan negara-negara besar Eropa, ia juga gencar melakukan lobi dengan Amerika Serikat. Pada tahun 1899 M, ia melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika serikat yang bekerja di Vienna. Pertemuan tersebut membicarakan permintaan dukungan Herzl oleh pihak Amerika untuk melobi Sultan Abdul Hamid II tentang proyek Palestina. Upaya tersebut juga tidak membuahkan hasil, karena pihak Amerika tidak mampu menekan kebijakan Sultan Hamid II. Di sinilah perjuangan Herzl berakhir untuk melobi negara-negara besar Barat. Herzl meninggal Dunia pada tanggal 3 Juli tahun 1904 M. Kehidupan Herzl merupakan simbol perjuangan Zionis, di mana ia tidak mengenal lelah untuk memperjuangkan ideologi dan cita-cita Zionis. Herzl telah merubah paradigma perjuangan Yahudi dari perjuangan atas kepentingan kaum menjadi ideologi sebuah negara yang independen.415 Deklarasi Balfour dan Bedirinya Negara Israel terjadi pada tahun 1878, dimana keduanya sepakat menjadikan Qubrus sebagai wilayah jajahan Inggris. Lihat Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/154. 414
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
415
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/ 125.
125.
Pada tanggal 2 November 1917 M., Inggris mengeluarkan sebuah keputusan melalui menteri luar Negerinya Arthur Balfuor416 yang berisi janji pemerintah Inggris untuk mendirikan sebuah Negara bagi kaum Yahudi di Palestina. Dalam keputusan tersebut dikatakan, “Pemerintah Kerajaan Inggris menganggap pentingnya mendirikan sebuah negara untuk orang-orang Yahudi di Palestina. Oleh karenanya, pemerintah Inggris akan mengerahkan segala kemampuannya itu mewujudkan keinginan tersebut. Sebagai catatan, rencana tersebut tidak akan mencederai hak-hak sipil dan kehidupan keberagamaan kelompok-kelompok selain Yahudi yang pada saat ini hidup di Palestina. Begitupula tidak mempengaruhi hak-hak politik kaum Yahudi yang ada dibeberapa negara lain”.417 Deklarasi inilah yang memainkan peranan penting atas jatuhnya Palestina ke dalam kekuasaan orang-orang Yahudi. Untuk merealisasikan Perjanjian Balfour dalam mendirikan Negara Yahudi, pihak kerajaan Inggris mendelegasikan kekuasaannya kepada kepada orang-orang Yahudi. Hal tersebut dilakukan Inggris agar menjadi faktor pemicu berkembangnya komunitas Yahudi di Palestina. Saat itulah gelombang imigran Yahudi besar-besaran dari berbagai negara ke Palestina terjadi. Pada tahun 1948 M., Inggeris mengakhiri mandatnya dan meninggalkan Palestina. Hanya dalam hitungan jam setelah kerajaan Inggeris menyatakan melepas Palestina, pada tanggal 15 Mei 1948 M., warga imigran Yahudi mendeklarasikan berdirinya Negara Israel. Pada bulan April tahun 1948 M., Inggeris meminta kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeleluarkan instruksi khusus terhadap pembentukan pemerintahan baru di Palestina. Atas permintaan Inggris tersebut, PBB membentuk Tim khusus yang melakukan kunjungan ke Palestina yaitu pada tanggal 1 September tahun 1948 M. Dalam kunjungannya, Tim tersebut merekomendasikan dibentuknya sebuah negara yang independen secara ekonomi, dan mengakhiri imperialisme Inggris di mana Palestina di bawah pengawasan PBB.418 Namun, anggota dari tim 416
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 21.
417
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/17, 203.
418
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/204.
yang dikirim tersebut kemudian terbagi menjadi dua kelompok. Mayoritas dari mereka sepakat untuk membagi Palestina menjadi dua negara yang masing-masing memiliki pemerintahan yang independen, Yaitu Negara Arab dan Negara Yahudi. Sebagian kecil dari mereka mengingikan berdirinya sebuah Negara Kesatuan (United Nation) yang terdiri dari dua negara Bagian yaitu Negara Arab dan Negara Yahudi di mana keduanya masing-masing memiliki independensi dalam urusan ekonomi.419 Setelah itu, dilakukanlah jajak pendapat dalam menentukan negara yang akan dibentuk di Palestina. Dalam jajak pendapat yang dilaksanakan pada tanggal 29 November tahun 1948 M., 33 negara mendukung pembentukan dua negara di Palestina yaitu Negara Yahudi dan Negara Arab,420 sedangkan 13 negara menolak usulan pembentukan 2 negara tersebut.421 Karena suara pendukung dibentuknya Negara Yahudi dan Negara Arab di Palestina lebih banyak, maka pada saat itu juga dikeluarkanlah keputusan PBB nomor (181/2) tentang pembagian Palestina menjadi dua Negara, Negara Arab dan Negara Yahudi. Daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Arab pada saat itu berkisar 42,88% dari keseluruhan wilayah Palestina, sedangkan wilayah kekuasaan Israel berkisar 56,47% dari keseluruhan wilayah Palestina.422 Keputusan pembagian Palestina benar-benar terealisasi berkat lobi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Sofiet beserta para sekutunya terhadap segenap negara dunia ketiga. Cara yang dipakai Amerika dalam melobi beberapa negara tersebut adalah dengan memberikan janji dan ancaman agar memberikan dukungan terhadap rencana pembagian Palestina. Terbukti, Haiti dan Liberia yang pada saat itu memilih abstain (tidak memberikan suara) dalam jajak pendapat, akhirnya kembali luluh untuk memberikan dukungan karena dijanjikan bantuan ekonomi oleh Amerika Serikat. Begitupula Pilipina yang juga sebelumnya memilih abstain, kembali memberikan dukungan terhadap ide 419
Al-Zagini, al-Uns}suriyyah al-Yahudiyyah, 3/37.
420
Ibra>him Al-Hari>ti, al-S{uh}yu>niyyah min Ba>bil ila> Bu>sh (Beiru>t: Da>r al-Basyar li al-Thaqa>fat wa al-‘Ulu>m), t.th. 77. 421
Al-Zagi>ni>, al-Uns}uriyyah al-Yahudiyyah, 3/40.
422
Al-Zagi>ni>, al-Uns}uriyyah al-Yahudiyyah, 3/39.
pembagian Palestina.423 Inilah yang menjadi landasan hukum bagi orang Yahudi untuk bisa menduduki Palestina secara resmi. Legalitas keberadaan orang-orang Yahudi di Palestina berdasarkan pada ketetapan Dewan Umum Perserikatan BangsaBangsa (PBB) yang telah menyepakati secara resmi seruan untuk mendirikan Negara Israel. Atas dasar itu, bangsa Yahudi mendeklarasikan pendirian Negara bagi orang-orang Yahudi dengan nama Negara Israel, yaitu dalam sebuah pertemuan yang digelar oleh Dewan Khusus sementara Israel, pada malam tanggal 14 Mei tahun 1984 di kota Tel Aviv. Pada malam itu, dibentuklah pemerintahan Israel yang pertama yang dipimpin oleh David Ben Gurion. Sejak hari itu, agen Israel yang berkedudukan di Palestina berubah menjadi sebuah pemerintahan baru dengan ibu kota Tel Aviv. Dua hari setelah deklarasi pembentukan negara Israel, Dewan Nasional Sementara memilih Haim Waizmin Presiden pertama Israel.424 Upaya-upaya Zionis tersebut yang berusaha mengeksploitasi segenap negara besar dunia dan organisasiorganisasi besar dunia, merupakan faktor-faktor penentu dalam keberhasilan Yahudi mendirikan sebuah negara di Palestina. Langkah Praktis Israel dalam Upaya Yahudisasi al-Quds Persoalan terkini antara Arab dan Yahudi seputar Palestina bukanlah hanya sekedar masalah geografis dan demografis. Lebih dari itu, masalah yang paling subtansial antara keduanya adalah masalah akidah (teologi) dan masalah symbol-simbol ritual. Gerakan Zionis menghalalkan berbagai macam cara untuk mengembalikan Jerusalem karena mereka mempunyai doktrin bahwa situs ini adalah merupakan pusat ritual dan peradaban agama Yahudi. Doktrin ini kemudian berubah menjadi gerakan politik untuk mengubah segala bentuk aktivitas keagamaan di 423
Ibra>him Al-Hari>ti, al-S{uh}yu>niyyah min Ba>bil ila> Bu>sh,
424
Ibra>him Al-Hari>ti, al-S{uh}yu>niyyah min Ba>bil ila> Bu>sh,
78. 80.
wilayah tersebut selain yang berbau Yahudi menjadi symbolsimbol Yahudi.425 Sebelum mendeklarasikan berdirinya Negara Israel pada tahun 1948 M., terjadi kontraversi antara para tokoh pemimpin Yahudi tentang penentuan batas-batas negara Israel yang secara resmi hendak didirikan. Pada saat itu Ben Gurion sebagai presiden pertama Israel mengeluarkan statement tentang hal itu, “Kita akan mendirikan Negara Israel, kita belum menetapkan batas negara yang akan kita dirikan, dan kita tidak akan menetapkannya, karena kita bebas menetapkan batas sebagaimana kita inginkan. Dan ketahuilah bahwa semua tempat di mana mereka bermukim, dan semua tempat yang mereka perjuangkan untuk mempertahankannya akan menjadi batas negara kita”.426 Juga diakatakan, “Batas Negara Israel ditentukan oleh kemampuan Yahudi untuk menduduki tanah Palestina”. Begitulah pemimpin Israel ini seakan-akan menyampaikan kepada dunia Arab bahwa Israel bebas mencaplok tanah Palestina selama ia memiliki kekuatan untuk melakukannya. Tidak ditetapkannya batas-batas Negara Israel merupaka upaya Yahudi untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Timur Tengah. Dalam persoalah batas Negara yang diinginkan oleh Yahudi, mereka mempunyai langkah menetapkan batas tersebut yang disebut “Batas Aman”. Slogan ini adalah visi perjuangan Yahudi di Timur Tengah untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaannya di dunia Internasional khususnya di dunia Islam. Semua itu telah direncanakan secara matang dan terus menunggu momen-momen yang tepat untuk merealisasikannya.427 Sejak berhasil mendirikan Negara Israel, Yahudi berupaya untuk mengubah Palestina menjadi pusat ritual agama Yahudi seperti yang ada dalam ajaran agama Yahudi. Simbol-simbol Islam yang ada di Kota Suci ini, seperti Masjid al-Aqsha> menjadi pilihan utama yang akan ditransformasi menjadi pusat ritual Agama 425
Al-Zagi>ni>, al-Uns}suriyyah al-Yahudiyyah, 3/165.
426
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
427
Al-Zagi>ni>, al-Uns}suriyyah al-Yahudiyyah, 3/58.
87.
Yahudi dan pusat pemerintahan Negara Israel. Pada tahun berdirinya Negara Israel, yaitu pada 11 Desember 1948 M., Israel memproklamirkan kota Jerusalem sebagai Ibu Kota Negara Israel, dan akhirnya Knesset428 pada 1980 M., menetapkan kota Jerusalem sebagai kota paling penting bagi Israel. Adapun langkah-langkah praktis Israel dalam melakukan Yahudinisasi terhadap al-Quds/Jerusalem adalah sebagai berikut: 1. Membuka jalan yang memudahkan orang-orang Yahudi untuk mencapai al-Hait al-Mabka’/ Wailing Wall (Tembok Ratapan). 2. Membangun pemukiman Yahudi di sekitar wilayah alQuds. 3. Menghidupkan kembali Gunung Zion dengan membangun simbol-simbol Agama Yahudi di Gunung tersebut, untuk menegaskan bahwa ras Yahudilah berhak atas Gunung suci tersebut. 4. Menghubungkan Gunung Zion dengan kota-kota lainnya di Israel, dengan membangun pemukimanpemukiman Yahudi di sekitarnya. 5. Membangun jalan-jalan besar di sekeliling Kota Quds sebagai strategi untuk mengantisipasi kemungkinankemungkinan terjadinya aktivitas militer, juga berfungsi sebagai pelindung kota. Membangun gedung-gedung tinggi yang dirancang sebagai pagar atau pelindung pemukiman Yahudi. 6. Memperluas wilayah-wilayah kekuasaan Israel, mendorong percepatan pemukiman Yahudi di kota Quds dan memblokir keberadaan orang-orang Arab Islam di kota tersebut. 7. Melakukan transformasi secara cepat terhadap Quds baik secara demografis maupun geografis, dari nuansa Islam menjadi kota Yahudi, sebagaimana yang terjadi di Jaffa yang berubah menjadi Tel Aviv. 8. Adanya kesepakatan semua unsur partai politik yang ada di Israel, baik yang berkuasa atau tidak, untuk 428
93.
Adel Safety, Might Over Right; How The Zionists Took Palestine,
merealisasikan rancangan menjadikan al-Quds sebagai ibu kota Negara Israel, yang tidak bisa digagalkan oleh siapapun. 9. Mengeluarkan kota Quds dari kesepakatan Kam David429 demi mewujudkan planning yang telah dibuat, yaitu membuat kota Quds sebagai Kota Yahudi.430 Di Kota Quds Jerusalem, terdapat simbol yang sangat penting bagi umat Islam yaitu Masjid al-Aqsha> al-Muba>rak (Masjid Aqsha yang diberkati). Masjid Aqsha dan sekitarnya juga menjadi pilihan utama Yahudi untuk mendirikan tempat peribadatan umat Yahudi yaitu (Haikal) Kuil Sulaiman. Sebenarnya semua simbol-simbol agama Yahudi, termasuk Kuil Yahudi telah hilang di al-Quds kecuali sebuah tembok yang terdapat di bagian luar Mesjid al-Aqsha. Orang Arab Islam menamakan tembok ini dengan al-ha>it} al-bura>q sedangkan orang-orang Yahudi menamakannya al-ha>ith al-mabka> (Tembok Ratapan). Tembok ini sampai sekarang masih ada dan diyakini oleh orang Yahudi sebagai tembok Kuil Sulaiman serta tempat beribadah bagi mereka.431 Orang Islam menamakannya Tembok Bura>q karena Rasulullah saw. pada saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, mengikat Buraq di tembok tersebut.432 Yahudi menganggap bahwa tembok tersebut adalah hak milik Yahudi karena Nabi Daud telah membuka tempat tersebut untuk bani Israel. Oleh karena itu, orang Yahudi berniat untuk mendirikan al-Haikal untuk yang ketiga kalinya di tempat al-Quds dan sekitarnya karena dianggap merupakan tempat semula alHaikal.433 Sehingga simbol penting Islam yang ada di situs tersebut
429
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/ 219.
430
Al-Masi>ri>, Mau>su>ah al-Yahu>diyah, 4/225.
431
Al-Zagi>ni, Al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 181.
432
Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah} al-Yahu>diyah, 5/221.
433
Kuil Sulaiman untuk yang pertama kalinya dibangun Nabi Daud pada saat memerintah di Jerusalem. Akan tetapi, setelah diruntuhkan oleh kerajaan Assyria, ia kembali dibangun pada masa Sulaiman.
–Mesjid al-Aqsha- harus dihilangkan dan diganti dengan simbol Yahudi.434 Dalam kurung waktu abad ke 19 dan abad ke 20, Yahudi telah berupaya untuk memperoleh al-Quds dari Khilafah Usmaniyah dengan cara membelinya atau mempengaruhi Khalifah (pada saat itu yang menjadi Khalifah adalah Sultan Abdul Hamid II) agar diberikan tempat tersebut. Namun upaya tersebut tidak berhasil.435 Karena tidak bisa memperoleh al-Quds dengan menempuh cara baik-baik, Yahudi dengan gerakan Zionisnya kemudian menempuh cara paksa dengan mencari dukungan Internasional untuk merealisasikan proyek tersebut. Cara kekerasan yang ditempuh oleh Israel menyebabkan meletusnya perang antara Zionis dan Arab yang dikenal dengan Perang Buraq yang terjadi pada tahun 1929 M. Untuk menjadi penengah dalam persoalan ini, Inggeris membentuk tim investigasi untuk menetapkan hak kepemilikan Tembok Ratapan. Pada tahun 1931 M, tim tersebut menetapkan batas kepemilikan Tembok Ratapan. Tim tersebut menetapkan bahwa Umat Islam berhak memiliki bagian barat Tembok Ratapan karena bagian tersebut menyatu dengan pelataran Mesjid Aqsha.436 Israel, setelah menguasai al-Quds -dalam perang Arab Israel yang ketiga (Perang Enam Hari) pada tahun 1967- melanggar kesepakatan garis batas antara kedua belah pihak, seperti yang tadi telah disebutkan. Yahudi tidak puas ketika al-Quds secara keseluruhan tidak dikuasai untuk membangun al-Haikal kembali di tempatnya seperti semula, yaitu di tempat Mesjid al-Aqsha. Seperti dikatakan oleh Ben Gorion, presiden pertama Israel;“Tidak ada Artinya Israel tanpa al-Quds, dan tidak ada artinya al-Quds tanpa al-Haikal”.437 434
Ada perbedaan di kalangan Yahudi seputar tempat Haikal yang sebenarnya. Ada yang berpendapat bahwa tempatnya adalah tempat dimana Masjid Qubah al-S{akhrah berdiri. Lihat Will Durant, Qis}s}ah al-Had}a>rah, Juz 2, 336. Zionis akhirnya sepakat bahwa tempat Haikal adalah berada di posisi Mesjid Aqsha sekarang ini. 435
Al-Zagini>, Al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 184.
436
Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah al-Yahu>diyah, 5/182.
437
Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah al-Yahu>diyah, 5/41.
Pada 28 Juni 1967 M., para pendeta Yahudi melakukan konferensi di kota al-Quds. Dalam konferensi ini para pendeta Yahudi tersebut meminta kepada pemerintah Israel untuk merealisasikan dengan cepat proses pembangunan Haikal. Mereka menyerukan; “Tidak satupun dari kita yang menafikan bahwa tujuan utama dari gerakan Zionis adalah mendirikan Haikal, tetapi tahun-tahun yang lalu tidak berpihak kepada kita. Sekarang ini waktu sudah berpihak kepada kita, maka kita sedikit demi sedikit menghancurkan al-Aqsha dan membangun al-Haikal”.438 Pada 12 Agustus 1967 M., diadakan pertemuan di Ruangan (Hall) Haikal Sulaiman di kota al-Quds. Pertemuan ini dihadiri oleh generasi Yahudi dari tiga Negara, Inggeris, Prancis dan Amerika Serikat. Salah satu dari kesepakatan yang diperoleh dari pertemuan tersebut adalah bahwa dengan pembebasan al-Quds berarti semua tempat-tempat suci umat Kristen dan umat Islam telah berada dibawah kekuasaan Israel. Dengan begitu, tempattempat suci tesebut harus dikembalikan menjadi tempat suci Yahudi. B. NEGARA ISRAEL VERSUS ARAB DAN PALESTINA Interaksi antara Islam dan Yahudi yang menuai konflik dan ketegangan sebenarnya telah terjadi sejak awal hijrah Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya ke Madinah yaitu pada tahun 1 Hijriah/622 Masehi. Namun diakui oleh Abdul Wahhab Masiri,439 dalam mengkaji hubungan antara Islam dan Yahudi, sangat penting untuk dicermati bahwa dalam kehidupan sosial politik, umat Islam dan orang-orang Yahudi pernah hidup berdampingan dengan suasana yang toleran dan saling mengakui hak-hak masing-masing sebagai umat beragama dan sebagai warga 438 439
Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah al-Yahu>diyah, 5/206.
Al-Zagini membagi periodisasi hubungan Islam-Yahudi menjadi dua yaitu: Pertama, mulai dari periode Hijrah, tahun 1 H/622M sampai pada periode awal munculnya gerakan Zionis Yahudi pada tahun 1315 H/1898 M. Kedua, Periode mulai dari awal didirikannya gerakan Zionis pada konferensi pertama di Basel yang diketuai oleh Teodor Hertzl pada tahun 1315 H/1898 M sampai pada tahun 1990an. Lihat al-Zagi>ni> al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 2/7.
Negara, khususnya pada masa Nabi saw. Namun, suasana damai dan penuh toleransi antara keduanya seringkali diakhiri dengan ketegangan dan permusuhan, seperti yang pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad saw. Konflik dan ketegangan yang terjadi antara orang Islam dan orang Yahudi,440 bisa kita tinjau dalam perspektif politik, ekonomi dan yang lebih utama lagi dari perspektif agama. Kalau kita kembali ke sejarah, pada masa awal munculnya Islam, kerap kali terjadi ketegangan antara Nabi Muhammad dan para sahabatnya dengan orang-orang Yahudi.441 Telaah berikut mencoba 440
Orang-orang Yahudi Yatsrib bukanlah dari nasab Arab karena mereka masih memelihara dengan baik diri mereka sebagai keturunan Ya’qub. Mereka bisa diklasifikasina menjadi; bani Qinqa’ adalah keturunan Yusuf, sedangkan Bani Nadhir dan Quraidzah adalah keturunan al-Kahin putra Nabi Harun as. Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah al-Yahu>diyah, 5/289. 441
Konflik antara Nabi Muhammad dan para sahabatnya dengan orangorang Quraish di Mekah terus memanas, hingga pada akhirnya memaksa Nabi memutuskan untuk hijrah ke Madinah, mengingat kondisi umat islam pada saat itu yang tidak memungkinkan untuk bertahan. Pada suatu malam, Quraish berencana membunuh Muhammad, karena dikhawatirkan ia akan hijrah ke Madinah. Ketika itu, kaum muslimin sudah tidak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Allah Swt datang supaya beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan. Akhirnya Nabi didampingi beberapa sahabat termasuk Ali dan Abu Bakar meninggalkan kota Mekah hijrah menuju Madinah. Selama tujuh hari rombongan Rasulullah Saw berjalan di bawah terik panas matahari, berjalan sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena adanya iman kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrah Nabi dan sahabatnya sudah tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraish yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu, semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui kemuliaan akhlaknya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya. Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah al-Yahu>diyah, 5/125.
menggambarkan secara umum peta hubungan antara orang Islam dan orang tara orang Islam dan orang Yahudi pada masa Nabi Muhammad saw. Setelah berkembangnya Islam, dan setelah Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya hijrah ke Madinah yaitu pada 622 M, mulailah terjadi proses interaksi antara tiga Agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, khususnya antara umat Islam dan orang-orang Yahudi. Proses interaksi antara Yahudi dan Islam ditandai dengan kedatangan umat Islam di kota Madinah dan keinginan mereka untuk menetap, membangun dan mengembangkan komunitas Islam di kota tersebut. Masuknya faksi Islam membuat kota Madinah pada saat itu dihuni oleh dua kelompok besar, Islam dan Ahlu Kitab yang didominasi oleh pemeluk agama Yahudi,442 dan sebagian kecil kelompok orangorang musyrik. Melihat kondisi yang plural dan heterogen tersebut, Nabi Muhammad saw merasa perlu membuat sistem dan peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat Madinah dari berbagai dimensi, baik dimensi politik, ekonomi dan yang terpenting hubungan antara kehidupan umat beragama.443 Nabi Muhammad sudah menduga bahwa, dalam lingkungan masyarakat yang majemuk dan plural yang hidup dalam geografi yang sama, seperti kondisi masyarakat Madinah pada waktu itu, tidak bisa dipungkiri bisa timbul 442
Orang-orang Yahudi yang menetap di sebelah utara Jazirah Arab, yaitu di Hijaz dan lebih khusus di wilayah Yatsrib, menurut para ahli sejarah mereka berasal dari wilayah Palestina. Alasannya adalah bahwa al-Qur’an menyebutkan orang-orang Yahudi Yatsrib dengan bani Israel. Penyebutan dengan bani Israel menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang arab asli, mereka adalah anak cucu Ya’qub (bani Israel) yang mendatangi Yatsrib. Al-Masi>ri>, Mau>su>’ah} al-Yahu>diyah}, 5/229. 443
Pada prinsipnya, orang-orang Yahudi pada masa Rasulullah mendapatkan perlakuan terhormat. Konsep pluralisme dan toleransi agama pun telah tercapai di Madinah sebagai konsep yang dilahirkan oleh Nabi Muhammad saw yang kemudian dirujuk sebagai dasar-dasar pemikiran konsep pluralisme kehidupan beragama. Nabi Muhammad senantiasa memperlakukan kaum Yahudi di madinah dengan baik. Beliau memberikan kebebasan beragama dan jaminan atas nyawa dan harta mereka di bawah sebuah kesepakatan bersama. Meskipun demikian, Nabi Muhammad tetap menjalankan dakwahnya di tengah-tengah pluralitas keberagamaan di Madina Muhammad Amri, Konsep Teologi Yahudi Perspektif Al-Qur’an, 89.
ketegangan, perbedaan pendapat yang berujung pada terjadinya konflik. Potensi konflik yang mungkin terjadi bisa karena faktor ekonomi, politik atau permusuhan antar suku dan ras. Namun, yang paling berpotensi menyebabkan terjadinya konflik adalah faktor ideologi, pemikiran, dan perbedaan keyakinan atau agama. Untuk meminimalisir terjadinya konflik, dan untuk mengatur masyarakat Madinah agar mereka masing-masing mengetahui hak-hak dan kewajiban mereka lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,444 Nabi Muhammad saw mengumpulkan masyarakat Madinah dan memprakarsai dibuatnya suatu perjanjian politik dan sosial kemasyarakatan, yang dikenal dengan ‘Piagam Madinah’.445 Di antara poin-poin perjanjian yang berkaitan dengan hubungan antara umat Islam dan Yahudi adalah: 1. Orang-orang Yahudi bersekutu dengan umat Islam dalam kondisi perang. 2. Kalau terjadi perselisihan antara kaum yang telah mengadakan perjanjian tersebut, maka diputuskan dengan mengembalikan kepada Allah dan Rasulnya. 3. Mereka (kaum mengadakan perjanjian) harus saling membantu kalau salah satu dari mereka diserang oleh musuh. 4. Mereka harus bersatu dalam memepertahankan kota Madinah dari serangan musuh, baik dari dalam maupun dari luar.446 Walaupun materi dan poin-poin dari perjanjian ini telah menuai pro kontra di kalangan para ulama mengenai benar dan tidaknya,447 yang terpenting untuk dipahami bahwa perjanjian ini 444
Tentang hubungan Islam-Yahudi sepanjang sejarah bisa ditelaah Muhammad Ibrahim Mad}i> dalam S{ira>’una> ma’a al-Yahu>d; Bain alMa>d}i> wa al-Mustaqbal (Kairo: Da>r al-Tawzi>’ wa al-Nashr alIsla>mi, 1992), 55. 445
Kesepakatan “Piagam Madinah” yang terdiri dari 48 poin atau pasal secara jelas memposisikan kaum Yahudi secara terhormat, dan tampak jelas prinsip-prinsip persamaan yang dibangun dalam kehidupan bermasyarakat. 446
Poin-poin ini bisa dilihat dalam Muhammad Ibrahim Ma>d}i. S{ira>’una> ma’a al-Yahu>d, 18-19. 447
Sebagian ulama menolak eksistensi poin-poin ‘Piagam Madinah’. Alasannya adalah karena tidak didapatkan dalam kitab-kitab fikh dan kitab-kitab
setidaknya telah menjadi jawaban atas kondisi masyarakat Madinah pada saat itu. Perjanjian yang dibuat atas ide dan inisiatif Nabi Muhammad saw ini, diharapkan menjadi solusi atas kondisi masyarakat Madinah dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang didapati oleh Nabi ketika berhijrah ke Madinah.448 Adapun tujuan dicetuskannya perjanjian tersebut, sebagaimana yang dipaparkan oleh Muhammad Husain Fadhlullah} adalah untuk mewujudkan kehidupan yang damai, kehidupan masyarakat yang adil, teratur dan rukun. Makanya, dalam merancang perjanjian tersebut melibatkan semua unsur masyarakat Madinah, baik dari berbagai suku maupun pemeluk agama, dilakukan dengan penuh persaudaraan, dan sarat dengan nilai-nilai toleransi terutama antara ketiga kelompok pemeluk agama, Yahudi, Kristen dan Islam.449 Naskah perjanjian tersebut tidak dibuat begitu saja oleh satu orang atau atas aspirasi satu kelompok saja. Ia telah melalui proses musyawarah dan dialog yang panjang, melibatkan semua unsur masyarakat Madinah untuk menghasilkan butir-butir kesepakatan. Butir-butir kesepakatan tersebut melindungi hak-hak dan kepentingan orang-orang Arab Quraish yang ikut berhijrah bersama Nabi Muhammad yang dikenal dengan kaum Muhajirin450, begitupula hak-hak dan kepentingan penduduk Madinah –termasuk orang-orang Yahudi-451 yang dikenal dengan kaum Anshar.452 hadist dengan riwayat yang shahih. Lihat Muhsin bin Muhammad bin Abd anNadzir. Hiwa>r al-Raru>l Shlallahu Alaihi Wasallam Ma’a al-Yahu>d (Kuwait: Da>r al-Da’wah li al-Nashri wa al-Tau>zi>’, Cet. I, 1989), 8. 448
Muhsin Abd al-Naz}i>r, Hiwa>r al-Raru>l Shlallahu Alaihi Wasallam Ma’a al-Yahu>d, 118. 450
Kaum Muhajirin adalah orang-orang (para sahabat) yang ikut berhijrah bersama Rasulullah ke Madinah. Mereka itu adalah orang-orang Arab Qurais yang mengikuti da’wah Rasulullah untuk memeluk Islam. 451
Di Yatsrib telah terdapat beberapa suku Yahudi pada saat Nabi hijrah ke negeri itu. Suku-suku Yahudi tersebut adalah Bani> Bahdal, Bani ‘Au>f, Bani> Najja>r, Bani> Tsa’labah, Bani> Au>s, Bani> Sa’i>dah, Bani> Qainuqa dan Bani> al-Nad}i>r. Muhsin Abd al-Naz}i>r, Hiwa>r al-Rasu>l Shlallah ‘Alaih wa Sallam (Kuwait: Da>r al-Da’wah li al-Nashr wa al-Tau>zi>,1989), 119.
Naskah kesepatan tersebut tidak hanya berkaitan dengan urusan internal masyarakat Madinah, tetapi juga merambah ke persoalan eksternal, seperti hubungan dengan orang-orang asing khususnya dengan suku Qurais Mekah. Menurut Muhammad Husain Haikal, Piagam Madinah, selain mengatur prinsip kebebasan beragama, ia juga mengatur mekanisme hubungan antar-pemeluk agama di Madinah. Hubungan-hubungan tersebut berkaitan dengan masalah pertahanan dan keamanan, masalah belanja peperangan, dan urusan kehidupan sosial.453 Yang paling menarik dan perlu digaris bawahi dari terbentuknya ‘Piagam Madinah’ dengan berbagai kesepakatan yang telah dicapai oleh kelompok, suku dan pemeluk agama yang ada di kota Madinah, di samping tercapainya butir-butir kesepakatan, ada pula suatu proses musyawarah dan dialog yang mencerminkan proses demokrasi, menghargai kebebasan dan membangun keterbukaan masyarakat.454 Sementara itu, Lewis mengatakan bahwa isi Piagam Madinah menunjukkan bukti betapa Islam bersikap toleran terhadap agama lain.455 Karena Piagam Madinah adalah konstitusi Negara Madinah, ketetapan tersebut mengandung makna dan fungsi strategis. Disebut strategis karena kebebasan melaksanakan agama dan keyakinan bagi komunitas-komunitas agama yang ada di Madinah dijamin secara konstitusional. Dengan kata lain, kebebasan beragama dijamin oleh negara dan undang-undang. Nabi Muhammad saw dalam kapasitasnya sebagai Nabi dan kepala Negara tidak memaksa mereka untuk menerima agama Islam. Dengan demikian Nabi berhasil menciptakan kerukunan antarkomunitas agama di kalangan penduduk Madinah. 452
Kaum Anshar adalah penduduk Madinah yang menyambut damai kedatangan Rasulullah bersama para sahabatnya yang berhijrah dari Mekah ke Madinah. 453
Lihat Musdah Mulia, Negara Islam; Pemikiran Politik Husain
Haikal, 153. 454 455
Muhsin Abd. Al-Nadzir, Hiwa>r al-Rasu>l ma’a al-Yahu>d, 9.
Lihat Lewis, The Jews and Islam (London: Henley; Routledge & Kegan Paul, 1984), 10.
Begitupula telah banyak terjadi dialog dan diskusi antara umat Islam, dalam hal ini Nabi Muhammad saw dengan para pemuki Yahudi. Muhsin bin Muhammad bin Abd an-Nadzir dalm bukunya Hiwar> al-Rasu>l Ma’a al-Yahu>d mengklasifikasi bentuk-bentuk dialog Rasulullah saw dengan orang-orang Yahudi ke dalam tiga tipe dialog, hiwa>r jadali> (dialog argumentatif), hiwa>r al-tasyri>’i (dialog legislasi), hiwa>r al-Ijtima>’i (dialog tentang sosial kemasyarakatan). 456 *** Orang-orang Arab pada masa Jahiliyah adalah bangsa yang terbelakang -dari bangsa-bangsa lainya yang berada di sekitar jazirah arab- dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peradaban. Sampai datang Islam yang mereka jadikan sebagai pandangan hidup dan mereka terapkan syariat-syariat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, maka orang-orang Islam dari segala etnis dan suku bangsa, secara materil dan immaterial, dapat menjadi pionir peradaban dunia dalam beberapa abad. Sangat menyedihkan bahwa Islam mengalami kemunduran dan tidak bisa mempertahankan kemampuannya menjadi simbol kemajuan peradaban. Sedikit demi sedikit, Islam mengalami kelemahan sampai kelemahan itu benar-benar Nampak pada abad modern. Islam kehilangan wibawa di dunia internasional, tidak bisa menjadi kekuatan besar yang berpengaruh, yang akhirnya dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan faksi dan agama lain,457 seperti kekuatan Kristen yang ada dalam tubuh Amerika 456
Muhammad, Muhsin bin Abd. Al-Naz}i>r, Hiwa>r al-Rasu>l Shlallah Ma’ al-Yahu>d, 45. 457
Pada tahun 1932 M, Ihsan al-Jabiri bertemu dengan Ben Gorion mengadakan pertemuan. Ben Gorion menyampaikan kepada al-Jabiri bahwa orang-orang Yahudi telah merancang untuk merebut Palestina dari tangan orangorang Arab berapa pun mahnya harga yang akan dibayar dan bagaimanapun cara yang akan ditempuh, dan orang-orang Yahdi Yakin bahwa itu akan tercapai. AlJabiri kemudian menjawab, “Kalian bermimpi, terdapat 80 juta orang Arab yang rela mengorbankan jiwanya demi mempertahankan Palestina”. Dengan percaya diri Ben Gurion berkata kepada al-Jabiri, “Kami punya senjata untuk mengalahkan kekuatan yang banyak itu”. Al-Jabiri berkata, “Yang engkau maksud Inggris dan Amerika Serikat?”. Ben Gurion menjawab, “Bukan, senjata
Serikat dapat mempengaruhi negara-negara Islam, kekuatan Yahudi bisa bercokol di tanah suci al-Quds yang berada di daratan Palestina. Lalu kenapa Islam menjadi lemah seperti saat sekarang ini, dan apa factor-faktor penyebabnya? Sesungguhnya umat Islam secara umum dan Arab secara khusus, ketika tidak memahami Islam dan menerapkannya secara holistik, maka mereka perlahan-lahan menuju ke keadaan yang lebih buruk. Mereka terjebak dalam kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan bangsa-bangsa maju. Seperti dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar dunia Islam telah jatuh ke tangan imperealisme barat yang memuluskan jalan berdirinya Negara Yahudi di Negeri Palestina, sampai mereka bisa benar-banar eksis antara 1948 M. zan 1967 M. Adapun kemunduran Islam bisa dilihat dalam beberapa sisi. Negara-negara Islam masih termasuk Negara 458 dalam hal perkembangan ilmu dan teknologi, berkembang khususnya dalam industri militer. Negara-negara Islam sebagian besar masih tergantung dengan produk-produk industri militer Negara-negara maju. Oleh karena itu perlengkapan militer harus dibeli dengan harga mahal dan kualitas yang relatif rendah, bahkan harus dengan syarat yang tidak berpihak bagi kekuatan Islam. Sebagai resiko dari keterbelakangan dalam bidang teknologi militer, dalam beberapa koflik antara kedua belah pihak –Arab dan itu adalah terpecahnya Arab”. Adel Safty, Might Over Right; How the Zionists Took Over Palestine, 8. 458
Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini mulai menyingkirkan Dunia Ketiga, sebuah istilah yang digunakan pada masa Perang Dingin. Perkembangan mencakup perkembangan sebuah infrastruktur modern (baik secara fisik maupun institusional) dan sebuah pergerakan dari sektor bernilai tambah rendah seperti agrikultur dan pengambilan sumber daya alam. Negara maju biasanya memiliki sistem ekonomi berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menahan-sendiri. Penerapan istilah 'negara berkembang' ke seluruh negara yang kurang berkembang dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu negara yang tidak mengalami pertumbuhan situasi ekonominya, dan juga telah mengalami periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan. Diakses pada 17 Mei 2010 dari www.wikipedia. org.
Yahudi- yang banyak berujung pada perang, orang-orang Islam harus menerina kekalahan seperti yang terjadi di Palestina, Mesir, Surya dan Lebanon. Secara umum, pengaruh Yahudi terhadap dunia barat sangat besar sehingga keberpihakan mereka terhadap Yahudi tidak bisa dielakkan lagi. Pada saat yang sama organisasi-organisasi besar dunia seperti PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) banyak menginterfensi kebijakan nasional Palestina yang menjadi stimulus bagi eksistensi Negara Israel. Selain dari segi kebijakan, barat pun banyak memberikan bantuan persenjataan kepada pihak Israel. Pada dasarnya lemahnya kekuatan Islam sangat dipengaruhi oleh sikap umat Islam yang tidak mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Salah satu ajaran Islam yang harus luput dari perhatian orang-orang Islam adalah bahwa Islam adalah agama perdaban yang menganjurkan kemajuan.459 Namun terlepas dari berbagai kesulitan yang dihadapi oleh orang Arab, deklarasi berdirinya negara Israel menimbulkan reaksi keras dari pihak Arab. Setelah mengetahui bahwa negara Israel secara resmi telah berdiri melalui dukungan internasional, bangsa Arab mengangkat senjata sebagai bentuk penolakan atas keberadaan Yahudi di Jazirah Arab. Seperti pada masa Nabi saw, pada masa bani Umayyah dan Abbasiah, orang-orang Yahudi mendapatkan perlakuan baik dari penguasa Islam sehingga mereka bisa menjalankan kehidupannya dengan baik. Orang-orang Yahudi mendapatkan perlindungan dari para khalifah Umayyah dan Abbasiah, pada masa ini terjadi hubungan yang harmonis antara umat Islam dan Yahudi. Setelah Spanyol jatuh ke tangan orang-orang Kristen, terjadilah perlakuan Kristen yang sangat kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslim Spanyol. Pada tahun 1478 M., pemimpin Katholik Kristen Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol menerima perintah kepausan dari Paus Sixtus IV yang mengesahkan inkuisisi Spanyol.460 Tujuan dari perintah inkuisisi tersebut adalah mencari 459 460
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 199.
Orang-orang Yahudi Spanyol dikenai dekrit kerajaan dari Raja Katolik yang mensyaratkan agar seluruh orang Yahudi harus berpindah ke agama Kristen dan menjalani pembaptisan atau dipaksa untuk dideportasi dari Spanyol. Beberapa orang Yahudi menyerah pada pemaksaan agama ini dan menerima
dan mengeleruarkan seluruh orang Yahudi dari Spanyol. Sejak saat itu orang-orang Yahudi tertindas dan lari dari Eropa.461 Pada masa Usmaniyah, orang-orang Yahudi hidup di wilayah-wilayah Islam dalam kebijaksanaan dan keramahan orangorang Islam terhadap mereka.462 Namun karena persoalan ideologis yang diyakini oleh orang-orang Yahudi, dari waktu ke waktu orang-orang Yahudi mengupayakan tanah palestina –dalam ideologi mereka sebagai tanah yang dijanjikan oleh Tuhan terhadap mereka- dan mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan sepanjang Zaman. Pelaksanaan prinsip kebebasan beragama di negara-negara Islam mendapat pengakuan dari penulis barat seperti Jean Bordin, ahli filsafat politik Prancis. Ia menulis sebagaimana ditulis Esposito bahwa kebebasan beragama dalam Islam telah diterapkan dengan baik di dalam Negara Turki Usmani. Raja Turki yang memerintah sebagian besar Eropa melindungi ritus agama dan para pangeran di dunia ini. Dia tidak memaksa seorang pun untuk masuk ke dalam agamanya tetapi justeru mengizinkan penduduknya untuk hidup sesuai dengan panggilan jiwanya. Lebih lagi di istananya di Pera, ia mengizinkan praktik empat macam agama, Yahudi, Kristen menurut ritus Roma, Kristen menurut ritus Yunani, dan Islam.463 Pada masa pemerintahan Usmaniyah, orang-orang Yahudi kebanyakan hidup di wilayah Turki bagian timur dan wilayahwilayah lainnya seperti Bagdad, Halab (Aleppo), Damaskus, Kairo dan Yaman. Keberadaan mereka sebagai ahl al-Zimmah} yang Kristen, namun kirara-kira 100.000 hingga 170.000 warga Yahudi menolak berpindah Agama dan dikeluarkan dari Spanyol. Jerald F. Dirks, Abrahamic Faiths (Jakarta: Serambi, Cet. I, 2006), 200. 461
Jerald F. Dirks, Abrahamic Faiths, 199.
462
Turki mempunyai sejarah gemilang kejayaan Islam di bawah pemerintahan Bani> Utsmani> yang dipimpin Sultam Muhammad al-Fateh. Pada masa itu Bani> Utsmani> telah berhasil menaklukkan 29 negara, termasuk negara-negara Eropa. Pada saat yang sama, kaum Yahudi tidak berdiam diri, mereka mengkaji dan merancang cara untuk melumpuhkan kekuatan dan pengaruh Islam di Turki. Sisi kecerdasan orang-orang Yahudi adalah mereka mengkaji rahasia kekuatan umat Islam sehingga mereka bisa berjaya. 463
Musdah Mulia, Negara Islam; Pemikiran Politik Husain Haikal 148. Mengutip dari John L. Esposito, Ancaman Islam; Mitos atau Realitas, 15.
kehidupannya dijamin terlindungi sehingga dapat menjalani kebebasan hidup beragama dan tidak seperti nasib Yahudi yang berada di Spanyol dan Portugal.464 Ketika pemerintahan Khalifah Bayazid II, dua orang pendeta Yahudi Eropa datang memintahkan kepadanya agar mereka diizinkan hijrah ke Turki Usmani, dan keduanya pun diizinkan oleh Khalifah Bayazid. Kaum Yahudi berkembang pesat di Turki hingga pada akhirnya menimbulkan keresahan dan pergolakan. Setelah mendapatkan posisi strategis dan terhormat dalam dunia ekonomi, pemerintahan dan pers, banyak dari orang-orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam, memakai simbol-simbol Islam termasuk nama-nama Islam, dan semuanya dilakukan untuk memecah kekuatan Islam dari dalam. Kelompok tersebut disebut “Yahudi Dunamah”465. Hingga tahun 1913 M., orang-orang Yahudi Zionis di Turki berada dipuncak pengaruhnya di mana mereka mempunyai wibawa di kalangan pejabat teras Turki Usmani, dan berhasil mendirikan “Partai Persatuan Pembangunan”. Di balik slogan Nasionalisme Turki, mereka mendapat empat kursi menteri, salah satunya adalah Gawed, seorang ahli akuntan yang menduduki jabatan sebagai menteri keuangan yang berasal dari kalangan Yahudi Dunamah. Sejak orang-orang Yahudi banyak menempati posisi penting di Negara Turki, mulailah kekuatan Yahudi terbangun dan mengindikasikan kekalahan dunia Islam.466 464
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 32.
465
Muhammad Ali Qutb menjelaskan bahwa Dunamah adalah salah satu gaya Yahudi yang bertujuan untuk memecah kekuatan Islam pada masa Khilafah Usmaniyah yang telah menguasai dunia Timur dan menjadi saingan dunia Barat selama beberapa Abad. Dalam pemikiran orang-orang Yahudi, satusatunya cara untuk menjatuhkan kekuatan Islam adalah menggunakan cara-cara terselubung yang memecah kekuatan internal Islam. Dijelaskan lebih lanjut, alDuna>mah dalam bahasa turki adalah al-raddah (berpindah agama), yaitu orang-orang Yahudi yang berpindah agama. Mereka memeluk agama Islam secara terang-terangan dan mendiami wilayah-wilayah barat Asia Kecil. Dalam sejarahnya, mereka inilah yang sangat berperan secara aktif atas jatuhnya khilafah Turki Usmani pada tahun 1909 M. Lihat Muhammad Qutb dalam Yahu>d al-Duna>mah (Kairo: Maktabah al-Baya>n, Cet. I, 2003). 5. 466
Di Turki, kelompok Yahudi Dunamah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang ekonomi, budaya dan dunia pers. Inilah yang
Konflik Islam Yahudi pasca Berdirinya Negara Israel Terjadinya perang Arab-Israel adalah merupakan reaksi pemimpin-pemimpin Arab yang mengambil keputusan untuk melakukan perang terhadap Israel pasca deklarasi pendirian negara Israel. Bagi negara-nagara Arab, keputusan tersebut bukan hanya karena reaksi terhadap berdirinya Negara Israel, tetapi juga sebagai perlawanan terhadap pembantaian yang dilakukan Zionis terhadap orang-orang Arab Palestina pada saat itu.467 Pada awalnya, tentara Arab berpotensi untuk mengalahkan tentara Israel meskipun secara kualitas dan kuantitas tentara Israel lebih besar dan lebih kuat. Namun dengan segera Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengeluarkan resolusi dilakukannya gencatan senjata antar kedua belah pihak. Resolusi tersebut dikeluarkan nomor (49/6) 22 Mei 1948. Pihak Arab yang merasa menjadi korban penindasan Zionis menolak resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut.468 Berkat dukungan Inggris dan Amerika serikat, pada tanggal 7 Juli 1948 gencatan senjata pertama antara Arab dan Israel berhasil tercapai, Arab pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap keberadaan Israel. Selain Perang Palestina (Perang Arab-Israel) pada tahun 1948 M, masih banyak konflik militer yang dilakoni oleh kedua belah pihak yang terus berlanjut sampai saat ini. Jika dianalisa lebih dalam, konflik Islam-Yahudi yang terjadi di beberapa tempat khususnya di Palestina, ternyata tidak disebabkan karena perbedaan konsepsi keagamaan saja. Di sini kita perlu melihat konflik dalam perspektif yang lebih luas sehingga kita bisa lebih obyektif memahaminya. Dalam sejarahnya, Yahudi kerap menjadi sasaran prasangka buruk, stereo-type, rasialisme, dan persekusi. Itulah menyebabkan mereka mempunyai posisi kuat dalam tatanan masyarakat Turki. Walaupun bangsa Turki merasakan keresahan dan konflik dingin dengan mereka, kekuatan Danumah yang menguasai berbagai bidang khususnya ekonomi tidak bisa diimbangi oleh kekuatan Islam di Turki pada saat itu. Muhammad Ali Qutb, Yahu>d al-Duna>mah, (Kairo: Maktabah} al-Baya>n, 2007), 6. 467
Lihat Ibra>him,Al-Zagi>ni, al-Uns}uriyyah al-Yahu>diyyah, 3/73.
468
Mausu>’ah al-Siya>sah, Juz II, 204.
sebabnya di Eropa dimana bangsa Yahudi mengalami banyak persekusi dan diskriminasi selama berabad-abad dikenal istilah "Jewish question", masalah Yahudi. Debat menganai "Jewish question" ini berlangsung lama sekali di Eropa dan baru tuntas pada pertengahan abad ke-20. Masalah penting lainnya yang bisa terus memicu konflik dan perang antara Yahudi dan Islam adalah adanya persepsi negatif yang berlebihan bahkan berbentuk kebencian. Persepsi negatif terhadap Yahudi469 sebagai sebuah agama yang menyimpang tetap bertanan dalam ajaran Islam. Bangsa Yahudi digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di dalam al-Quran,470 dan kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis. Contoh, sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadith itu, tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi.471 Ajaran teologis Yahudi pun juga menjadi faktor ketidaksukaan umat Islam terhadap mereka. Anggapan bahwa orang-orang Yahudi merupakan anak Tuhan misalnya, ditentang keras oleh umat Islam. Menurut Sayyid T}ant}a>wi, pendapat kaum Yahudi yang mengatakan bahwa mereka dalah anak-anak 469
Frans Rosenzweig berpendapat bahwa agama yang benar adalah Yahudi dan Kristen. Islam adalah suatu tiruan dari agama Kristen dan agama Yahudi. Harold Coward, Pluralisme: Tantangan bagi Agama-agama (Kanisius, 1989), 21-22. 470
Sebagai contoh kesan negatif al-Qur’an bisa kita lihat dalam surah al-Maidah ayat 18. Terjemahan dari ayat tersebut bisa kita lihat, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kamu adalah anak-anak Allah dan kekasihNya”. Katakanlah: “Maka kenapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (kamu bukanlah Allah dan kekasihnya…) Ayat ini merupakan kesan negatif alQur’an terhadap kaum Yahudi yang mengklaim bahwa mereka adalah anak Allah dan kekasih-Nya. Untuk lebih lengkapnya baca tafsir surah al-Maidah ayat 18 ini dalam berbagai tafsir al-Qur’an. 471
Redaksi hadist tersebut yang artinya “Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, Nyaris akan turun kepada kalian putera Maryam (Nabi Isa as) menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib dan membunuh babi dan memungut jizyah dan memenuhi harta... (HR. Muslim dalam kitab Iman bab turunnya Isa).
Allah merupakan bukti kerusakan dan penyimpangan akidah ketuhanan dari kitab sucinya. Dijelaskan bahwa pernyataan ini terkait dengan anggapan kaum Yahudi, bahwa mereka tidak akan disiksa sebab mereka kekasih dan anak Tuhan, meskipun banyak dosa-dosa yang telah mereka kerjakan. Anggapan seperti inilah yang dibantah oleh Allah melalui nabi Muhammad saw. Bantahanbantahan tersebut menunjukkan tidak benarnya pernyataanpernyataan kaum Yahudi, bahkan memperlihatkan rusaknya akidah yang ada pada mereka.472 Oleh karena itu, baik agama Kristen atau Islam mengandung unsur-unsur ajaran yang mengandung persepsi negatif pada bangsa Yahudi. Ini bukan persepsi biasa, tetapi persepsi yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalam.473 Sampai munculnya gerakan Hamas474 sebagai organisasi perlawanan terhadap Israel, disamping karena merupakan respon langsung terhadap kekejaman Israel, juga merupakan gerakan yang mempunyai landasan ideologis yang tidak 472
Muhammad Sayyid T}ant}a>wi, Banu> Isra>i>l fi> al-Qur’a>n wa al-Sunnah (Kairo: Da>r al-H{ara>, th. 1965 M), 14. 473
Sebagai contoh dalam al-Qur’an, kita bisa lihat dalam surah alMaidah yang artinya: “Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang Telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; dia menafkahkan sebagaimana dia kehendaki. dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguhsungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. dan kami Telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak 473 menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
474
Hamas adalah sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis yang dibentuk pada tahun 1987 M. untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina. Pada tahun 2006, partai ini memenangkan pemilu parlemen Palestina. Sejak awal Februari 2007, kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Fatah akibat kekalahan kelompok Fatah di pemilu parlemen 2006. Selain partai politik, Hamas juga merupakan lembaga sosial. Untuk mengtahui lebih dalam tentang Hamas bisa dibaca karya Matthew Levitt, Dennis Ross Hamas: Politics, Charity, and Terrorism in the Service of Jihad (USA: The Washington Institute for Near East Policy, 2006). 65.
akan pernah mau berdamai dengan Israel. Itulah sebabnya kenapa Israel bersikap tanpa kompromi pada Hamas sebab kelompok ini dianggap memiliki misi khusus untuk menghancurkan negara Israel. Di mata Israel, Hamas jelas semacam mimpi-buruk yang menghantui mereka. Bangsa Yahudi jelas tak mau jatuh ke masa silam yang buruk, ke zaman pogrom dan holocaust. Eksistensi orang-orang Yahudi pada abad modern kembali muncul dalam bentuk kekuatan baru setelah terbentuknya jaringan Zionisme yaitu pada muktamar zionis pertama di Basel Swiss yang di ketuai oleh Theodor Hertzl tahun 1898 M, yang kemudian berhasil mendirikan Negara Yahudi di tanah Palestina pada tahun 1948 M. Dunia Islam secara umum dan orang-orang Palestina secara khusus merasakan dampak yang cukup signifikan dari gerakan-gerakan zionis pada semua aspek kehidupannya, baik dalam kehidupan keagamaan, ekonomi, sosial politik, militer dan sebagaianya.475 Dunia Islam yang direpresentasikan oleh Negara-negara Arab telah dihadapkan pada tantangan terberat dengan keberadaan Negara Israel di Timur Tengah. Pertanyaannya adalah apakan dunia Arab mampu berinteraksi dan bekerjasama dengan Negaranegara Israel dan meredam ambisi orang-orang Yahudi yang menginginkan hilangnya kekuatan Islam. Tantangan umat Islam semakin berat karena kekuatan orang-orang Yahudi bukanlah kekuatan yang tunggal, ia merupakan kekuatan yang didukung oleh kekuatan Amerika dan Negara-negara besar Eropa. Dalam telaah ini, penulis mencoba memotret secara obyektif sisi-sisi kegagalan Arab dalam berinteraksi dengan Negara Israel sehingga mereka tidak bisa mengimbangi ambisiusme orangorang Yahudi yang berujung pada nasib buruk-buruk orang-orang Islam. Sejak berdirinya Negara Israel di tanah Palestina pada tahun 1948, telah mulai terjadi konflik militer antara Arab dan Israel, dan masih terus berlangsung sampai sekarang. Peperangan-peperangan tersebut bisa disebutkan secara singkat sebagai berikut: 475
Untuk mengetahui sebab-sebab permusuhan orang-orang Yahudi terhadap umat Islam khususnya setelah terbentuknya Negara Israel, lihat dalam Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/75.
1. Perang Arab-Israel pertama atau perang Palestina pada tahun 1948 M/1367 H 2. Perang Arab-Israel kedua (permusuhan segitiga) pada tahun 1956 M/1376 H 3. Perang Arab-israel ketiga (perang 6 oktober) pada tahu 1967 M/1378 H 4. Perang Arab-Israel keempat (perang 10 Ramadhan) pada tahun 1973 M/1393 H 5. Perang Arab-Israel kelima (perang Lebanon) pada tahun 1982 M/1402 H476 Akibat dari kekalahan beruntun militer arab atas kekuatan Yahudi Israel, Arab Palestina secara keselurahan dikuasai oleh Israel. Akibat dari kekalahan militer itu pula, sebagian dari wilayah timur Arab seperti sebagian wilayah Sinai, Jaulan, dan Selatan Lebanon dikuasai oleh Israel.477 Inilah pengalaman pahit yang dialami bangsa Palestina sejak Israel resmi berdiri. Pemimpin-pemimpin Arab mengambil keputusan untuk melakukan perang terhadap Israel pasca deklarasi 476
Akibat dari perang yang dilakoni oleh umat Islam dan Yahudi, pada tahun 1956 Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul, dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firghi, serta Yusuf Thala’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Pada tahun 1977 terjadi serangan terhadap Lebanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat. A. Maheswara, Rahasia Kecerdasan Yahudi, 74. 477
Dalam buku Rahasia kecerdasan Yahudi, A. Maheswara memaparkan bahwa Israel telah menduduki dan menegasikan sebagian besar wilayah Palestina. Mereka pun menerapkan aturan kewafganegaraan dan kependudukan menurut kepentingan Yahudi sendiri. Pada tahun 1950 parlemen Israel (Knesset) mengeluarkan dua Undang-Undang yakni, Law of Return dan Absentee Property Law. Atas dasar dua undang-undang ini setiap orang Yahudi dimana pun berada mempunyai hak untuk menjadi warga Israel. Di pihak lain, sekitar dua juta warga Arab Palestina beserta seluruh anak keturunan mereka, yang hidup diperasingan akibat perang 1948-1949 dan 1967, tidak memiliki hak untuk menjadi warga Negara. Kedua undang-undang ini sekaligus menjadi asas rujukan bagi Israeli Nationality Law yang terbit pada 1952. Rahasia Kecerdasan Yahudi, 83
pendirian negara Israel. Bagi negara-nagara Arab, keputusan tersebut bukan hanya karena reaksi terhadap berdirinya Negara Israel, tapi juga sebagai perlawanan terhadap pembantaian yang dilakukan Zionis terhadap orang-orang Arab Palestina.478 Pada awalnya, tentara Arab berpotensi untuk mengalahkan tentara Israel meskipun secara kualitas dan kuantitas tentara Israel lebih besar dan lebih kuat. Namun dengan segera Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) segera mengeluarkan resolusi dilakukannya gencatan senjata antar kedua belah pihak. Resolusi tersebut dikeluarkan nomor (49/6) 22 Mei 1948. Pihak Arab yang merasa menjadi korban penindasan Zionis menolak resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut.479 Berkat dukungan Inggris dan Amerika serikat, pada tanggal 7 Juli 1948 gencatan senjata pertama antara Arab dan Israel berhasil tercapai, Arab pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap keberadaan Israel. Sebuah kesepekatan Arab Israel bahwa dalam masa gencatan senjata, kedua belah pihak tidak diperbolehkan mendatangkan amunisi persenjatatan dari luar. Namun, Israel justeru memanfaatkan kesempatan istirahat tersebut untuk melengkapi persenjataanya. Israel mendatangkan pesawat perang, meriam, mobil-mobil teng, dan perlengkapan perang lainnya. Perlengkapan persenjataan tersebut diperoleh dari Chekoslovakia yang telah sepakat untuk membantu Israel.480 Genjatan senjata justeru dimanfaatkan oleh pihak Israel untuk memperbanyak perlengkapan persenjataannya, sedangkan orang Islam tetap mematuhi peraturan yang telah disepakati sebelumnya. Merasa sudah memiliki persenjataan yang memadai, pada tanggal 6 Juli 1948, Israel mengakhiri gencatan senjata dengan memulai perang dengan Arab. Pada saat itulah Israel banyak menduduki wilayah-wilayah Palestina.481 Perang yang dimulai Israel ini terus berlanjut sampai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi no. 54 tanggal 15 Juli 478
Al-Zagini, al-Uns}suriyyah al-Yahudiyyah, 3/45.
479
Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 3/204.
480
Al-Zagini, al-Uns}suriyyah al-Yahudiyyah, 3/ 47.
481
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 82.
1948 bertepatan dengan 8 Ramadhan, meminta dihentikannya segala aktivitas militer antara kedua belah pihak, sehingga dengan resolusi itu tercapailah gencatan senjata kedua belah pihak tanpa ada ketentuan batas waktu terjadinya gencatan senjata.482 Perang Arab-Israel atau yang dikenal dengan Harb Filistin berakhir dengan ditandatanganinya nota kesepakatan perdamaian antara Israel dengan beberapa negara Arab meliputi, penandatanganan kesepakatan damai dengan Mesir pada tanggal 24 Februari 1949, dengan Lebanon pada 13 Maret 1949, dengan Yordania pada tanggal 3 April 1949, dengan Surya pada tanggal 20 Juli 1949.483 Dalam kesepakatan tersebut, Israel tidak hanya diuntungkan dengan direalisasikannya proyek pembagian Palestina lainnya. Perang antara Arab dan Israel yang tidak berlangsung lama ini, penuh dengan intrik politik antara dunia timur dan barat. Dalam perang ini, dunia barat banyak melakukan interfensi. Barat memberikan bantuan yang tidak terhitung kepada Israel, ditambah lagi dengan dikirimnya banyak kapal yang penuh dengan amunisi persenjataan. Oleh karena itu perang Palestina dianggap sebagai bencana bagi dunia Islam secara umum dan dunia arab secara khusus. Kukuhnya Dominasi Yahudi pada Peristiwa 1967 M. Perang ini adalah perang yang dilancarkan oleh Israel kepada negara-negara Arab (Mesir, Surya, dan Yordania) pada tinggal 5 Juni tahun 1967 M. Setelah perang Arab kedua tahun 1957 M, negara-negara Arab mulai memiliki perkembangan dalam kekuatan militer, diantaranya ditandai dengan berdirinya Munadzamah al-Tahri>r al-Filisti>niyyah atau Palestinion Liberation Organitation (Organisasi Pembebasan Palestina). Kondisi ini menjadi pemicu kekhawatiran Israel, sehingga ia mulai menata perencanaan militer untuk mengatasi kekuatan Arab dan memperluas ekspansi di Jazirah Arab. 482
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 44.
483
Lihat Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 75, I/ 784.
Pada pertengahan tahun 1966 M., Israel mulai menodai kesepakatan damai yang telah dicapai dengan Surya yang ditandatangani pada tahun 1949 M. Israel mulai melakoni beberapa kontak senjata dan pergerakan militer di dekat perbatasan, dan dengan begitu Israel seakan memberikan ancaman terjadinya perang besar-besaran.484 Pada 13 Mei 1967 M, pemerintah Mesir mendapakan informasi dari Uni Sofiet bahwa Israel telah melakukan mobilisasi militer besar-besaran di perbatasan Suria. Mendengar berita tersebut, Mesir mengumumkan siap siaga angkatan bersejata yang kuat, dan melakukan pergerakan militer besar-besaran menuju Sinai. Mesir dengan sengaja melakukan pergerakan militer secara terang-terangan demi mempertegas bahwa Mesir siap berperang apabila Israel merealisasikan ancaman perang terhadap Surya. Perang secara terang-terangan meletus pada bulan Mei berdasarkan instruksi Menteri Pertahanan Israel untuk memulai perang. Pada pagi hari tanggal 5 Juni 1967 M., angkatan udara Israel melancarkan serangan udara terhadap pasukan udara Mesir, dari sebelah selatan wilayah Aswan sampai wilayah utara Iskandaria dan dari Mursa Matrukh (Barat) sampai Sinai (Timur). Dengan serangan-serangan yang dilancarkan Israel terhadap tentara Mesir, Israel berhasil melumpuhkan pasukan angkatan udara Mesir dan berhasil menguasai wilayah udara Jazirah Arab. Inilah yang mendorong progresifitas angkatan darat Israel untuk terus bergerak menuju Sinai, Golan, dan Tepi Barat. Di sinilah tentara Arab melakukan pertempuran sengit melawan Israel yang didukung oleh kekuatan udara yang telah menguasai wilayah udara Mesir dan Surya. Namun pada akhirnya tentara Mesir tidak berhasil memukul mundur tentara Israel dari wilayah Sinai. 485 Pada tanggal 10 Juni 1967 M., kontak senjata antara kedua belah pihak berhenti berdasarkan ketetapan Dewan Keamanan PBB yaitu direalisasikannya penghentian perang antara Arab dan Israel.486 Perang telah berakhir, dan Israel telah berhasil menguasai Sinai (Mesir), Golan (Suria), dan Tepi Barat (Palestina). 484
Lihat Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/155.
485
Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/117.
486
Mau>su>’ah} al-Siya>sah}, Juz II, 208.
Kemenangan militer ada di tangan Israel, sehinggai ia lebih mempermudah perluasan wilayah kekuasaannya. Setelah perang, Israel memperluas wilayah kekuasaannya empat kali lebih luas dari wilayah yang dikuasai sebelumnya, di mana setelah perang Israel menguasai 89,359 KM.487 persegi dibandingkan sebelumnya hanya 20,700 KM. persegi. Perluasan tersebut semakin memperkuat posisi Israel di Timur Tengah dari segi geografis, militer, ekonomi dan politik. Perang Palestina yang terjadi pada tahun 1948 menyisakan kepedihan bagi bangsa Palestina karena hilangnya sebagian besar dari wilayahnya. Pada perang enam hari yang terjadi pada tahun 1967 juga meninggalkan keresahan bukan hanya bagi bangsa Palestina, juga bagi masyarakat Muslim seluruh dunia, karena alQuds yang merupakan kota suci umat Islam –tanah haram ketiga bagi umat Islam- yaitu Masjid al-‘Aqsha488 telah jatuh di bawa kekuasaan Israel. Upaya Solusi Politik Damai Fenomena ketidakmampuan dunia Arab dalam mengimbangi kekuatan militer Israel merupakan awal kekalahan Arab dalam kancah politik dunia. Perlakuan impresif bangsa Israel terhadap dunia Arab membuat dunia Arab seakan tidak berdaya. Berbagai upaya perlawanan dilakukan muslim Palestina, namun itu kemudian dipropagandakan oleh pihak Israel sebagai sebuah bentuk permusuhan dan pertumpahan darah, dan pihak Israel menjadi korban permusuhan dan terorisme yang dilakukan oleh bangsa Palestina. Upaya yang dilakukan dunia Arab kemudian adalah mengadukan segala perlakuan Israel kepada PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang diharapkan bisa memberikan solusi terhadap perlakuan Israel terhadap dunia Arab. Lagi-lagi PBB tidak memberikan solusi seperti yang diharapakan oleh dunia Arab. PBB tidak bisa memberikan pembelaan terhadap dunia Arab karena PBB sendiri tidak bisa luput dari interfensi negara-negara besar yang 487
Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/118.
488
Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/200.
menjadi dewan keamanan PBB yang cenderung memihak terhadap Yahudi. Kekalahan politik arab ini menyebabkan hilangnya kewibawaan Arab di dalam kancah politik dunia. Lebih dari kekalahan dalam bidang militer dan politik seperti yang telah dipaparkan di atas, Israel juga melancarkan serangan psikologis489 terhadap umat Islam Palestina dan Arab secara umum khususnya yang terhadap tentara-tentara yang ikut terlibat dalam pertempuran melawan Israel. Serangan psikologis tersebut berupa informasi-informasi yang dibuat bahwa kekuatan Israel sungguh sangat besar dan betapapun umat Islam tidak mampu menghadapi kekuatan tersebut. Inilah kemudian menjadikan kekuatan umat Islam semakin tidak berdaya.490 Klaim yang dikembangkan oleh orang Yahudi adalah bahwa mereka mempunyai kekuatan militer yang sangat besar, dan mereka mengusai politik dunia dari segala aspeknya. Semua itu merupakan upaya cerdas yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang menjadikan Arab tidak punya pilihan lain kecuali mengakui berdirinya Negara Israel dan rela tanah mereka dikuasai oleh Israel. Karena kekalahan di bidang militer dan politik umat Islam tidak punya jalan lain kecuali menempuh jalan berunding secara damai, tapi lagi-lagi kekuatan lobi umat Islam sangat lemah untuk bisa menahan ekspansi Israel yang terus merebut wilayah-wilayah Islam.491 Sebagai hasil dari kegagalan militer dan politik Arab dalam berinteraksi dengan kekuatan Yahudi modern, dan seranganserangan psikologis yang tidak mampu dibendung oleh umat Islam secara umum dan dunia Arab secara khusus, maka satu-satunya solusi yang bisa ditempuh oleh dunia arab adalah solusi politik damai. Yaitu sebuah solusi alternatif untuk keluar dari belenggu konflik Arab-Israel yang terus berlanjut. Solusi tersebut 489
Perang psikologis adalah perang argumentasi yang mempergunakan klaim-klaim tentang kekuatan militer dan politik untuk mempengaruhi pemikiran, sikap dan perilaku kelompok-kelompok yang bermusuhan, yang netral dan koalisi dalam kondisi perang dengan tujuan mematahkan keinginan lawan untuk melakukan perlawanan. Lihat Mausu’ah al-Siyasiyyah, Jus II, 215. 490 491
Lihat Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/295.
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 52.
menginginkan dirancangnya proyek-proyek perdamaian antara dunia Arab dan Israel. Proyek perdamaian yang diusulkan antara pihak Islam dan Yahudi adalah membuka jalur-jalur perundingan antara kedua belah pihak dalam rangka mewujudkan perdamaian secara permanen. Adapun proyeksi dari langkah-langkah perdamaian yang diinginkan dari kedua belah pihak adalah; 1. Penarikan mundur tentara Israel dari sebagian wilayah Palestina untuk tetap menjadi wilayah kedaulatan Negara Palestina. 2. Pengakuan duania Arab secara hukum terhadap eksistensi Negara Israel yang menduduki sebagian besar wilayah Palestina. 3. Terjalinnya hubungan diplomasi secara penuh antara kedua belah pihak.492 Sikap dunia Arab dalam merespon proyek perdamaian yang ingin dicapai oleh kedua pihak menuai kontraversi. Pada awalnya, sebelum merasakan kegagalan dalam bidang militer dan politik dunia Arab tidak mau menempuh jalur politik damai. Setelah kekalahan politik militer, akhirnya politik damai adalah satusatunya jalan yang bisa ditempuh.493 Namun inti dari al-salam (perdamaian) yang ditawarkan oleh Israel adalah dunia Arab Islam membiarkan orang-orang Yahudi menguasai sebagian besar wilayahnya dan mengakuinya secara sah dalam pandangan hukum international. Inilah yang menjadi kontraversi di dunia Arab. Pada tahun 1968 M. kesepatakan Nasional Palestina menetapkan dengan tegas bahwa sedikitpun bangsa Palestina tidak akan memberikan sebidang tanah wilayahnya kepada Israel. Dikatakan dalam kesepakatan tersebut, “Pasal 2: “Negara Palestinya yang berdiri setelah penjajahan Inggeris adalah satu kesatuan wilayah dan tidak bisa dibagi (diberikan kepada orangorang Yahudi). Pasal 19: “Pembagian Palestina yang berlangsung pada tahun 1948 M. dan berdirinya Negara Israel adalah pembagian yang tidak sah, walaupun butuh waktu yang lama dan pengorbanan yang tinggi, bangsa Palestina akan terus berjuang untuk mengembalikan hak-haknya yang telah dirampas oleh Israel, dan 492
Sebenarnya proyek perdamaian antara Arab dan Israel adalah jumlahnya banyak. Di sini penulis tidak mencantumkan secara keseluruhan dan secara detail. Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/209. 493
Adel Safty, How the Zionists Took Over Palestine, 32.
menentang ketetapan PBB yang telah membagi Palestina untuk memberikan wilayah kepada Israel. Pasal 21: “Rakyat Palestina menyatakan revolusi bersenjata bangsa Palestina untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, menolak segala bentuk proyek kesepakatan untuk berdamai yang menguntungkan pihak Israel.”494 Ini adalah bentuk penolakan bangsa Palestina terhadap proyek perdamaian yang mengandung pengakuan terhadap eksistensi Israel.495 Lebih dari itu, pihak rakyat Palestina menolak resolusi yang telah dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang meliputi; 1. Resolusi pembagian Palestian nomor 181 tahun 1948. 2. Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 42 tahun 1968. 3. Resolusi Dewan Keamanan nomor 238 tahun 1973. Pada tahun 1983 al-Majlis al-Wat}ani> al-Filisti>ni> (Dewan Nasional Palestina) mengadakan pertemuan yang keenam belas dan dicapai ketetapan-ketetapan yang berkaitan dengan problematika Arab Israel. Kesepakatan yang dicapai tersebut dianggap sebagai bentuk inkonsistensi Palestina atas sikapnya terhadap Israel di mana majlis sepakat untuk melakukan perundingan damai yang melibatkan banyak pihak. Salah satu isi dari kesepakatan tersebut adalah, “Pentingnya diadakan konferensi Internasional yang membahas problematika Timur Tengah, khususnya konflik Israel Palestina yang dipelopori PBB dan diikuti oleh para anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan kedua belah pihak yang bertikai”.496 Dalam konferensi tersebut, pihak Arab Palestina kembali akan menuntut bahwa orang-orang Arab Palestina telah diterlantarkan dan disakiti dengan kasus pembagian wilayah Palestina di mana orang-orang Palestina banyak kehilangan tanah dan tempat tinggal mereka. 494
Al-Mi>tha>q al-Wat}ani> al-Filisti>ni>, Mulhak (15), 499.
495
Menurut Yusuf Haikal, penolakan Arab terhadap tawaran perdamaian yang ditawarkan oleh pihak Israel, karena pihak Israel menawarkan perdamaian pada saat ia tahu bahwa Arab Palestina tidak akan menerima perdamaian itu. Arab Palestina menganggap bahwa bagaimanapun Israel tidak akan mundur dari palestina, sebaliknya ia akan terus menjaga keberadaannya di Palestina dan akan terus menindas orang-orang Palestina. lihat Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/183. 496
Al-Masi>ri>, Mausu>’ah al-Yahu>diyah, 2/70.
Amerika Serikat terus menginterfensi dan menekan agar dunia Arab dan Organisasi Pembebasan Palestina mengakui secarah penuh kedaulatan Negara Israel. Ini juga kemudian dijadikan sebagai syarat untuk dibukanya pintu perundingan, Palestina harus mengakui secara penuh keberadaan Israel. Untuk merespon tekanan yang menjadi syarat yang diajukan oleh Amerika Serikat, pada tanggal 15 Desember tahun 1988 M. di Swiss, ketua Organisasi Pembebasan Palestina Yasir Arafat melakukan konferensi pers dan mengumumkan secara resmi pengakuannya atas kedaulatan Negara Israel. Setelah Yasir Arafat secara resmi mengakui eksistensi Negara Israel, barulah Amerika Serikat sepakat untuk melakukan perundingan dengan pihak Organisasi Pembebasan Palestina.497 *** Konflik Palestina-Israel498 boleh jadi tak akan pernah selesai. Salah satu harapan untuk kasus ini adalah pihak bangsa Yahudi dan bangsa Arab, terutama Palestina, harus bisa mengatasi masa lalu mereka masing-masing. Bangsa Yahudi harus melepaskan diri dari mentalitas diaspora yang membuat mereka merasa terancam terus dan selalu mencurigai tetangga-tetangganya. Jika mentalitas ini tak bisa diatasi, maka negara Israel akan terus mencari musuh dengan tetangga-tetangga dekatnya seperti kita saksikan sekarang ini. Dari pihak bangsa Arab, tantangan terbesar adalah mengatasi rasa kebanggaan yang berlebihan sebagai bangsa yang pernah berjaya selama berabad-abad di kawasan Arab dan 497
Anas Abd. Rahman, al-Qad}iyyah} al-Filistiniyyah baina Mitha>qaeni, 72, mengutip dari Surat Kabar al-Riya>d Saudi Arabia Edisi 7480, 15 Desember 1988 1. 498
Konflik Palestina dan Israel adalah konflik politik yang memperebutkan wilayah di mana akar masalahnya bermuara pada persoalan ideologis sehingga sangat susah diselesaikan. Mengenai konflik ini, selain santer di harian media arab Timur Tengah, telah banyak pula literature yang mengkaji akar masalah konflik tersebut. Di Mesir misalanya, pakar Yahudi Abdul Wahab Masiri telah banyak menelurkan karya-karya seputar Yahudi baik kajian historis, teologis maupun konflik Israel-Palestina yang sampai sekarang masih berlangsung. Di indonesi, kajian seputar tinjauan historis terhadap konflik Yahudi-Islam bisa kita lihat karya Adian Husaini.
sekitarnya, dan merasa bahwa bangsa Yahudi tidak punya hak untuk mendirikan negara di tanah Palestina, sebab hal itu akan menyulut konflik yang berkepanjangan.499 Dari pihak umat Islam sendiri secara keseluruhan juga ada tantangan yang sangat berat jika mereka benar-benar ingin ikut menyelesaikan masalah Palestina-Israel ini. Tantangan tersebut bisa dirasakan dengan sikap umat yang sangat anti terhadap Yahudi. Bagi umat Islam, boikot dan perang terhadap Yahudi Israel adalah mereka anggap sebagai solusi instan untuk menghentikan konflik dengan Yahudi. 500 Ditambah lagi dengan ideologi kebencian etnis bangsa arab terhadap Yahudi yang telah menduduki sebagian wilayah Palestina. Akibatnya, perseteruan Arab-Yahudi di Israel dan Palestina sampai sekarang masih terus memanas. Solusi yang juga diharapkan untuk menghakhiri konflik tersebut adalah kesadaran untuk menerima gagasan pluralisme agama bagi tiga agama samawi, Yahudi, Kristen dan Islam. Pluralisme yang penulis maksudkan bukanlah menyamakan semua agama dalam hal konsep ritual. Nurcholish Madjid misalnya mempunyai pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama termasuk Islam, Yahudi dan Kristen, sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah 499
Abd al-Wahha>b Masi>ri. Man Hua al-Yahu>d (Kairo: Dar alSyuru>q, Cet. I; 1997). 78 500
Dalam buku Fais}al Tafriqah, al-Ghazali menyatakan bahwa sikap kafir-mengkafirkan umumnya disebabkan oleh perbedaan pendirian mazhab atau perbedaan cara pandang dengan kelompok lain yang menjadi kompetitornya, bukan karena argumentasi-argumentasi yang bertanggungjawab. Itulah sebabnya al-Ghazali memberikan batasan yang ketat terhadap proses pengkafiran. Pengakfiran hanya mungkin dilakukan oleh seorang ahli, pun hanya menyangkut soal-soal yang paling mendasar. Pendapat Imam al-Gazali dalam bukunya Faias}al al-Tafriqah Baina al-Isla>m wa Al-Zandaqa ketika menjelaskan tentang kategori orang kafir, memandang bahwa orang Yahudi dan Nasrani harus dikeluarkan dari golongan orang beriman karena tidak percaya kepada Nabi Muhammad dan apa yang Ia bawa. Ia berpendapat bahwa pengkafiran terhadap kaum Yahudi dan Nasrani mempunyai legalitas syar’i karena teks-teks al-Qur’an dan beberapa Hadist Nabi menyebutkan realitas kekafiran kaum Yahudi dan Nasrani. Artikel diakses pada 4 Maret 2010 http://www.islamonline.net/servlet/Satellite?c=ArticleA_C&pagename=ZoneArabic-Shariah.
Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu, agama semestinya tidak menjadi ajang untuk membangun konflik, tetapi agama dijadikan sebagai sarana untuk menyembah Allah dengan istilah Satu Tuhan Banyak Jalan.”501 Dalam hal absoluitas agama, jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap Agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan universal surga bagi semua agama. Dari sini kerjasama dan dialog pemeluk berbeda agama jadi mungkin. Demikian dalam pandangan Abdul Munir Mulkan.502 Konsep pluralisme agama ini masih susah untuk diterima di kalangan umat Islam. Muhammad Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa bagi orang yang memahami ajaran agamanya mengakui secara jelas bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah kafir. Umat Islam dengan berbagai aliran yang ada di dalamnya baik Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah atau Khawarij tidak meragukan lagi bahwa mereka yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad as. adalah termasuk dalam golongan kafir, dan itu tidak membutuhkan pembuktian lagi. Alasannya adalah bahwa tidak sedikit dari ayatayat al-Qur’an maupun Hadis Nabi mensinyalir perihal pengingkaran orang Yahudi terhadap risalah Muhammad. Moses Mendelsohn (1729-1786 M.) seorang tokoh Yahudi berkata “Menurut ajaran agama Yahudi, seluruh penduduk bumi mempunyai hak yang sah atas keselamatan, dan sarana untuk mencapai keselamatan itu tersebar sama luas seperti umat manusia itu sendiri”.503 Sehingga sebenarnya keselamatan itu bukan hanya 501
Karen Armstrong, One City Tree Faits, xix
502
Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), 44. 503
Harold Coward, Pluralisme: Tantangan bagi Agama-agama, 17.
ada di satu pihak, semua manusia berpotensi untuk mencapai keselamatan. Perdebatan tentang pluralisme telah banyak mendapatkan tempat bagi kalangan akademisi dan praktisi Islam, seperti beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas. Khususnya pada masa perkembangan dan kemajuan saat ini, di mana manusia sudah cenderung menghilangkan sekat-sekat yang menghalangi keharmonisan kehidupan, apakah masih layak klaim-klaim negatif dilontarkan kepada orang lain yang berbeda pemikiran atau keyakinan. Masih pantaskan digunakan sebutan diskriminatif kepada nonmuslim yang dianggap bisa mengganggu keharmonisan hubungan antara pemeluk agama. Kaitannya dengan problematika konflik yang terus berkecamuk di Palestina, memang sangat dilematis karena orangorang Yahudi dengan ajaran agamanya menganggap bahwa umat yang dipilih oleh Allah untuk berkuasa di muka bumi hanyalah kaum Yahudi. Umat-umat lain di muka bumi ini, khususnya umat Islam wajar-wajar saja ditindas dan dianiaya karena secara ideologis mereka menolak ajaran agama Yahudi. Di sisi lain, dalam tradisi keagamaan Islam, ayat-ayat dalam al-Qur’an yang membenci bangsa Yahudi, terus digembor-gemborkan dan tidak kritis, sehingga secara tidak sengaja, menyulut terjadinya perseteruan yang susah diselesaikan. Ajaran kebencian yang dianut oleh kedua belah pihak berimplikasi pada rumitnya proses diplomasi dan tidak berhasilnya langkah rekonsiliasi, perdamaian antara kedua belah pihakpun menjadi buntu. Palestina-Israel merepresentasikan kepentingan Islam Yahudi di mana secara ideologis dan politis, berjuang untuk mempertahankan eksistensinya di Jerusalem (Palestina). Sepanjang sejarahnya, bangsa Palestina membela negerinya melawan segala bentuk penjajahan. Mereka melawan dan mengusir tentara Salib yang melakukan pembantaian Massal terhadap penghuni Jerusalem pada abad ke 11-12. Pada abad ke 18 bangsa Palestina melakukan pemberontakan melawan tirani Usmaniyyah di bawah kepemimpinan Syekh Daher al-Qamar. Pada tahun 1801 M, bangsa Palestina megalahkan imperium Napoleon Bonaparte lewat pertempuran di bukit Nablus. Pada tahun 1936 M., bangsa Palestina melawan pendudukan Inggris dan Zionis. Dan sejak tahun 1967, bangsa Palestina terus melakukan revolusi, perlawanan
terhadap Negara Zionis Yahudi yang terus berlangsung sampai sekarang. Sekarang ini, dengan terpilihnya presiden Amerika Serikat yang baru, Barack Obama, masyarakat sedikit berharap akan adanya solusi politik yang dibangun oleh Amerika untuk perdamaian Israel-Palestina. Namun indikator awal menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat terhadap perdamaian Israel-Palestina karena konflik berdarah tidak kunjung usai di tanah Palestina hingga detik ini.