Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) terhadap keberhasilan Stek Gofasa (Vitex cofassus Reinw).
Oleh: Irwa nto
A mb o n 2003
http://www.irwantoshut.com/
0
I. PENDAH ULUAN 1. Latar Belakang Saat ini Indonesia kehilangan sekitar 2 juta h ektar hutan setiap tahun. Skala dan laju deforestasi sebesar in i belum pernah terjadi sebelum nya. Organisasi-organisasi lin gk ungan kadangk ala dituduh melebih-lebihkan kekhawatiran m ereka mengenai kerusakan yang akan segera terjadi. Dalam kasus In donesia, ber bagai prediksi bencan a akibat hilan gnya habitat dan p enur unan jumlah spesies tidak dibesar- besarkan. Surv ey terbar u dan bisa dip ertanggun gjawabkan hasilnya m engenai tut upan h utan
Indonesia
m em prediksikan, bah wa hutan-hutan Dipterocarp aceae dataran r en dah akan lenyap dari Sumatera dan Kalim antan pada tahun 2010 jika kecenderun gan-kecen der ungan saat ini tetap tidak dicegah (Ho lmes, 2000). Kerusakan h utan di In donesia yan g m encapai k ira-kira 2 juta hektar per tah un m engakibatkan kerugian sekira Rp 83 m iliar per hari atau Rp 30,3 triliun per tahun. Penyebab utam a kerusakan itu yakni peneban gan liar (illegal lo ggin g). Padahal, kemampuan pem erintah dalam merehabilitasi hutan san gat minim dibandin gkan tingkat degr adasi hutan. Seirin g laju pertum buhan penduduk
dan tin gkat deforestasi yan g tinggi
m engakibatkan hutan m en galami tekanan lebih berat lagi, ditambah perkem ban gan di bidan g in dustri hasil h utan yang m enyebabkan kebut uhan akan kay u semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hutan alam tidak akan mampu lagi menyediakan produksi kay u untuk memenuhi kebut uhan masyarakat. Khusus untuk pro duksi kayu gofasa di Maluku, prospeknya cuk up cer ah m engingat kayu ini san gat digemari oleh masyar akat sebagai bahan bagunan yan g k uat dan awet, juga diper gunakan untuk pem buatan kapal-kapal tradisional.
Selain it u
http://www.irwantoshut.com/
1
caban g-cabangnya dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar untuk m em enuhi kebutuh an m asyarakat pedesaan. Kebutuh an akan pro duk si k ay u gofasa tidak dapat terus diharapk an dar i hutan alam yang ada. Hal in i karena jenis ini memiliki musim ber bun ga dan ber buah pada setiap lokasi dengan jum lah kualitas yang ber beda- beda.
Di sat u sisi biji gof asa
beruk ur an kecil sehingga apabila jatuh kemun gk inan unt uk tum buh sulit karen a m udah terbawa oleh aliran air permukaan pada saat hujan atau gagalnya perkecam bahan karen a faktor tempat tumbuh, m aup un viabilitas benih yang rendah. Untuk mengatasi masalah p enyediaan ben ih dalam jum lah yan g cuk up pada wakt u yang tepat, har us dilak ukan kegiatan p ermudaan buatan serta m engingat perm udaan buatan untuk jen is ini jaran g dilak ukan. Perm udaan buatan untuk jenis in i lebih m udah dilak ukan dengan cara pem biakan vegetatif, karena pem biakan secara gener atif san gat dipen gar uhi oleh ketersediaan benih berm utu di lapan gan. Den gan pem biakan vegetatif dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang cuk up pada wakt u yan g tepat serta kualitasny a sama den gan pohon induk. Stek batang merupakan salah satu bentuk pem biakan secar a vegetatif yan g biasanya diterapkan dalam bidan g kehutanan. Pen anam an den gan m enggun akan stek batan g ternyata lebih efisien jika dibandingkan den gan cara lain kar ena cepat pertumbuhannya, penyediaan bibit dapat dilak uk an dalam jumlah y ang besar serta dapat dilak ukan sep anjang waktu selama tersedianya pohon sum ber stek. Hal-h al yang perlu diperhatikan untuk k eberhasilan pem biakan vegetatif den gan stek antara lain: umur stek, media, drainase media, intesitas cahaya, teknik pengguntingan dan konsentrasi horm on yan g digunakan (Omon Mas’ ud dan Har ban gun, 1989).
http://www.irwantoshut.com/
2
Bahan stek yan g baik adalah bahan yan g sudah berkayu tetapi masih dalam keadaan dorm ansi, apabila bahan stek diam bil pada pohon-pohan yan g unggul m aka bibit yang dihasilk an ber sifat un ggul. Untuk m empercepat perakaran stek diperluk an perlakuan khusus yaitu dengan perm berian horm one dari luar. Proses p em ber ian horm one har us dip erhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan waktu dan sistim perakaran yan g baik. Konsentrasi dan jumlah horm one tergantun g pada faktor-faktor seperti umur bahan stek, wakt u/lamanya pemberiaan hormone, cara pem berian hormone, jenis tanaman dan sistem stek yan g digun akan ( Yasm an dan Sm its, 1988). Berdasark an pen galaman kelom pok auk sin yan g baik untuk perakaran terutama untuk tanaman kehutanan adalah kelom pok IBA (Indole Butyric Acid). Berdasarkan uraian yang telah dikem ukakan m aka penulis m em andang perlu m engadak an penelitian tentang Pen gar uh Hormon I BA (In dole Butyric Acid) terhadap keberhasilan Stek Gofasa ( Vitex cofassus Rein w).
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian 2.1. Tujuan Penelitian (1) Mengetah ui pen gar uh horm on IBA (Indole Butyric Acid) terhadap pertum buhan stek Gofasa ( Vitex cofassus Rein w) . (2) Mendapatkan tingk at konsentrasi horm on IBA (In do le Butyric Acid) yang optimum terhadap p ertumbuh an stek Gofasa ( Vitex cofa ssus Reinw).
2.2. Manfaat Penelitian Dengan didapatkan data dan inform asi dari pen elitian ini diharapkan : (1) Berm anfaat unt uk pengembangan jenis Gofasa ( Vitex cofassus Rein w) sebagai jenis asli setem pat yang jar an g dibudidayakan.
http://www.irwantoshut.com/
3
(2) Menyediakan bibit Gofasa (Vitex cofa ssu s Rein w) dalam jum lah yan g besar pada waktu yan g tepat.
3. Hipotesis
Hipotesis yan g dapat dikem ukakan dalam penelitian in i adalah: (1) Pemberian horm on IBA (Indo le Butyric Acid) pada stek Gof asa ( Vitex co fassus Rein w) dapat m eran gsang pertum buh an akar sehingga mem pengar uh i keberhasilan pembuatan stek. (2) Tingkat konsentrasi yan g optim um untuk pertum buh an stek Gofasa ( Vitex co fassus Rein w) adalah 200 ppm .
http://www.irwantoshut.com/
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Ekologi Gofasa Vitex cofa ssus Rein w, term asuk famili ver ben aceae yan g n ama daerahnya yait u, Biti, Katonde ( Bugis). Pasal ( Seram Selatan), (Halmahera Selatan),
Gofasa,
Gawasa (Halm aher a Utara),
Beso
Sassuar (Ir ian Jay a) sedangkan di Malaysia disebut
Bufasa, Pap ua New Quinea disebut Vitex, Garam ut, Bitun ( Heyne, 1987). Jenis ini tingginya dapat m encapai 45 m , den gan diameter 80 cm. Batan g agak berlekuk dan serin g bengkok. Sistim percaban gan san gat rendah dan banyak. Duduk daun berhadapan berbentuk lan set, tepi daun ber gerigi dan bun ganya berbentuk p ayun g, m ahkota bun ga ber warna bir u k eun guan, sebelah luar banyak terlihat bercak- bercak kelenjar dan perm ukaan sebelah dalam beram but halus. Buah yan g sudah masak berwarn a coklat tua sampai h itam den gan diameter berk isar antara 5 sam pai 12 m m. Kulit batang bagian luar ber warna abu- abu. Kayu gof asa term asuk k elas awet II – III dan kelas k uat II – III dengan berat jenis rata-rata 0,74. Kay u gubalnya ber warn a p utih dan kayu terasnya ber warna k uning muda, keras dan padat. Ber serat halus dan tidak m udah dibelah. Vitex cofassus Rein w m empunyai daerah peny ebaran meliputi Sulawesi, Maluk u, Irian Jaya, Malaysia, Pap ua New Quinea. Jenis ini dapat tum buh pada tanah kerin g, berbatu Dengan tekstur tanah liat sampai bepasir. Tumbuh di wilay ah den gan tipe cur ah hujan A B dan C m en urut kriteria Schmidt dan Fer gusson (1951), dap at tum buh pada ketinggian tempat antara 0-2000 m eter diatas perm ukaan laut. Tanaman ini tum buh baik pada ketin ggian dibawah 800 m eter diatas p erm ukaan laut ( Seram , 1997).
http://www.irwantoshut.com/
5
2. Sistim Perbanyakan Tanam an dengan Stek Stek adalah satu cara pem biakan tanam an tanpa m elalui proses penyer buk an (vegetatif), yaitu den gan jalan p em otongan pada batang, cabang, akar m uda, p ucuk atau pun daun dan men umbuhk annya di dalam suatu media padat maup un cair sebelum dilak ukan penyapih an (Anon im , 1995). Pengadaan bibit dengan cara stek pada um umnya merupakan suat u car a pembiak an vegetatif yan g palin g m udah dan murah ( Harahap, 1972 dalam Om on et. al., 1989). Yasm an dan Sm its (1988), menyebutkan beber apa keuntun gan dari sistim stek antara lain adalah: Hasilnya homogen, dapat diproduksi dalam jum lah dan pada wakt u yang diin ginkan, dapat digunakan unt uk m en gan alisa tempat tumbuh (file side quality), dan dapat memperbanyak genotip-genotip yan g baik dari suatu jenis pohon. Hampir sem ua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang ser in g dipakai adalah batang muda yan g subur. M udahny a stek berakar ter gantun g kepada spesiesnya. Ada y an g m udah sek ali berakar cuk up den gan medium air saja. Tetapi bany ak pula yan g sukar berak ar, bahk an tidak berakar walaup un den gan perlak uan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar y an g dih asilkan sangat dipen gar uhi oleh asal bah an steknya yaitu bagian tanaman yang dip er gunakan, keadaan tanaman yang diam bil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan ( Kusum o, 1980). Dalam pemilihan bahan dasar stek, diusah akan untuk mengambil bibit yan g bersif at juvenil/m uda. Bahan stek yan g ber sifat juven il ini dapat diambil dari bibit hasil cabutan yan g dipelihara diper semaian atau dari bibit yang ada di alam yan g ber um ur kuran g lebih sat u tahun atau maksim al 5 tah un (Yasman dan Sm its, 1988). Di W anariset I telah dicoba dengan stek dar i Shorea ovalis, Shorea paiciflo ra, Shore
a sm ithina,
Shorea
laevis,
Shorea
lam ellata,
Dipteroca rpus
co rnotu s,
Dipterocarpu s humeratu s, Dip terocarpus gra silis, Dipterocarpu s tempehes dan Hop ea
http://www.irwantoshut.com/
6
m angarawan dari pohon tua ( diam eter tiga p uluh an). Dari percobaan tersebut Dipterocarpu s tempehes bereaksi sedikit den gan pem bentukan kallus tapi tidak sat up un dari seribu stek yan g dicoba berakar (Yasm an dan Sm its, 1988). Untuk dap at mengam bil bahan stek secara terus m ener us maka dapat dibuat kebun pangk as (hedge o rchad) dimana dari kebun p angkas ini bahan stek dapat diam bil setiap perio de tertentu ter gant un g dari kecepatan dan kemampuan dari suatu jenis unt uk m em bentuk p ucuk baru dan waktunya stek diperlukan.
3. Peranan Hormon Dalam Perakaran Stek Horm on adalah m olek ul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi m etabolik pentin g.
Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organism e dengan
proses m etabolik dan tidak berf ungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989). Horm on tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maup un y ang asli serta yang mendoron g ataup un yan g men ghambat pertumbuhan ( Over beek,1950 dalam Kusumo, 1984). Pada kadar ren dah tertentu hormon/zat tumbuh akan m en doron g pertumbuhan, sedan gkan pada kadar yan g lebih tinggi akan menghambat pertumbuh an, m eracun i, bahkan m ematikan tanam an (Kusum o,1984). Untuk m em percepat perakaran pada stek diperluk an perlakuan khusus, yait u dengan pemberian horm on dar i luar. Pro ses pem berian hormon harus m emperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistim perakaran y an g baik dalam wakt u relatif sin gkat. Kon sentrasi dan
jum lahnya san gat tergantun g p ada faktor-faktor seperti
umur bah an stek, waktu/lam anya pem berian horm on, cara pemberian, jenis hormon dan sistim stek yang digunakan ( Yasman dan Smits, 1988). Secara um um m acam horm on atau zat pen gatur tum buh dapat dibagi dalam tiga kelom pok penting yaitu auksin, sitokinin dan giberalin. Untuk perakaran stek, horm on yang paling menentukan adalah dari kelompok auksin. Hormon ini secar a alami sudah
http://www.irwantoshut.com/
7
terdapat dalam tanaman
akan tetapi untuk lebih m em percepat proses perakaran stek
m aka perlu ditam bahkan dalam jum lah dan konsentrasi tertentu untuk dapat m erangsan g perakaran (Yasm an dan Smits, 1988). Auksin banyak disusun di jaringan meristem di dalam ujun g-ujung tanam an seperti p ucuk, k uncup bunga, tunas daun dan lain-lainnya lagi (Dwidjosep utro, 1990). Kusumo (1984) menyatakan perakaran y an g tim bul pada stek disebabkan oleh doron gan auk sin yan g berasal dar i tunas dan daun. Tunas yan g sehat pada batang adalah sumber auksin dan m er upakan f aktor penting dalam perakaran. Jumlah kadar auksin y ang ter dapat pada or gan stek bervar iasi. Pada stek yan g m em iliki kadar auksin lebih tin ggi, lebih mam pu men um buhkan akar dan men ghasilk an persen hidup stek lebih tin ggi daripada stek yan g memiliki kadar yan g rendah. Sebagaim ana diketah ui bah wa auk sin adalah jenis horm on penumbuh yan g dibuat oleh tanam an dan berfun gsi sebagai katalisator dalam metabolism e dan berperan sebagai penyebab perpanjan gan sel ( Alrasyid dan Widiarti, 1990). Ada beberap a m acam horm on dar i kelom pok auk sin ini, antara lain adalah I AA (Indole Acetic Acid), NAA ( Napthalen Acetic Acid) dan I BA (Indole Butyric Acid). Cara pem ber ian hormon untuk perak aran stek, misalnya dengan pasta lanolin, bent uk lar utan encer, bentuk lar utan pekat, pember ian den gan tep un g, dan peny emprotan. Dari cara - cara tersebut, pem berian den gan lar utan encer dianggap cara yan g palin g efektif (Kusumo, 1984).
Carany a dengan membuat larutan bak u horm on memakai
alkohol 95 per sen, kem udian diencerk an den gan air. Biasanya digunakan kep ekatan 0,0005 - 0,01 persen tergantung pada spesies tanam an dan m acam horm on yang digun akan kemudian pangkal stek den gan uk uran 2 cm direndam selama beberapa jam agar horm on dap at m eresap.
http://www.irwantoshut.com/
8
Kusumo (1984) mengemukak an bahwa faktor-faktor yang tur ut m em pengaruhi keberhasilan pem berian hormon diantarany a adalah: (a) Kon disi pohon in duk seperti um ur, kesuburan dan bagian stek yan g diam bil. (b) Faktor dalam seperti rhizok alin dan zat makanan organ ik.
4. Manfaat Penggunaan H orm on IBA (Indole Butyric Acid) Zat-zat lain di luar tubuh tum buhan ternyata m empunyai p en gar uh yang sam a seperti auksin dan I AA, zat-zat tersebut mempunyai susun an cicin yang mengan dun g ikatan ran gkap sebagai inti, sedan gkan cincin itu ter dapat ran gkaian yan g m empunyai gugus kar bo sil. Zat-zat itu ialah Asam indol bu tirat, Asam α nafta len a setat, Asam β naftalen a setat, Asam β naftoksiasetat, Asam 2,4 dikloro-fenoksia seta t (Dwidjoseputro, 1990). Horm on IBA adalah salah satu hormon yang termasuk dalam kelompok auksin. Selain dipak ai untuk merangsan g perak aran, horm on IBA juga m em punyai manfaat yang lain seperti menam bah daya kecambah, merangsan g perkem ban gan buah, mencegah kerontokan, pendorong k egiatan kam bium dan lain-lainnya ( Kusumo, 1984). W udianto (1993) m engem ukakan bah wa I BA m empuny ai sifat yan g lebih baik dan efektif daripada IAA dan NAA. Den gan demikian IBA palin g cocok unt uk m erangsang aktifitas perak aran, karena kan dun gan kimianya lebih stabil dan day a kerjanya lebih lama. IBA yan g diberikan kepada stek ber ada ditempat pemberianny a, tetapi IAA biasanya mudah m enyebar k e bagian
lain
seh ingga mengh ambat
perkembangan pertum buhan p ucuk, sedan gkan NAA m empuny ai kisaran (rang e) kepekatan yang sem pit sehin gga batas kep ekatan yan g m eracuni dari zat ini san gat m endekati kepekatan optim um.
http://www.irwantoshut.com/
9
Dengan sem akin cepatnya pem bentukan akar dari stek y ang diberikan p erlakuan horm on IBA sem akin lebih baik sistim perakaranny a sehingga air dan unsur- unsur har a dalam tanah yan g diserap stek akan lebih banyak ( Siagian,1992). Stek Khaya anthoteca yang direndam selama 1 - 3 jam dengan konsentrasi larutan horm on IBA 100 ppm m enghasilkan rata-rata per sen tum buh yan g berbeda nyata dengan persen hidup stek tanpa perlakuan hormon yaitu berkisar antara 85 - 97 persen. Sedan gk an rata-rata persen hidup stek tanpa per lak uan hormon 61,25 persen (Alr asy id dan W idiarti, 1990). Perlak uan tin gkat do sis 400 m g/liter atau 400 ppm (peren daman stek selama 2 jam) memberikan harga rata-rata per sentase jadi stek Gmelina arborea yan g berak ar lebih baik diban din gkan dengan perlak uan tin gkat do sis hormon I BA lainnya, sehingga akan tum buh lebih baik dan lebih k uat ( Siagian, 1992). Untuk jen is tanaman Shorea polyand ra, pernah dilak uk an perco baan pembiak an secara stek melalui sistim water-rootin g dengan pen ggunaan horm on IBA dimana persentase stek yan g berakar tertinggi m encapai 85 per sen dan r ata-rata jum lah ak ar sebesar 6,2 buah tiap stek ( Omon dan Sm its, 1988 dalam Om on et. al., 1989). Stek Sho rea lep rosu la yan g diren dam selam a 45 menit dalam Hormon IBA dengan konsentrasi 1/1000 dan m em pergunakan media padat menghasilkan per sentase berakar m encapai 77,1 persen dalam jangka waktu 14 minggu. Begitu juga dengan stek Shorea polyand ra
dapat berakar m encapai 90 per sen dalam waktu 7 - 8 m inggu
(Anonim , 1991). Cangkok an dari Sho rea lamellata, Shorea palembanica dan Vatica pauciflo ra dapat berhasil m encapai 80-90 per sen jika m empergunak an IBA 0,05 persen (Anonim, 1991).
http://www.irwantoshut.com/ 10
Berdasarkan pen elitian, pen ggunaan 0,05 p ersen horm on IBA bisa meningkatkan sistim penyambungan tanam an (Wudianto, 1993).
CH- CH2- CH2-COOH N H
Gambar 1. Rum us Ban gun Hormon [µ - (Indole-3)- butyric-acid] (IBA)
http://www.irwantoshut.com/ 11
III. M ETO DO LOG I PENELI TIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilak sanakan di Desa Passo, Kecam atan Teluk Am bon Baguala, berlan gsung selama 3 bulan ( Januari 2003 sam pai den gan Maret 2003).
2. Bahan dan Alat 2.1. Bahan y an g digunakan terdir i dari stek Gofasa ( Vitex cofa ssus Reinw) diam bil dari batang yan g orthotrop , Horm on IBA dengan tingkat konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 400 ppm, dan media tum buh (pasir). 2.2. Alat yang digunak an: r um ah sungkup, gunting p angkas, han ds sprayer, pisau, mistar ukur, gelas uk ur, ember plastik, sendok, timbangan analitik dan alat tulis-m enulis.
3. Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian in i adalah Rancangan Acak Len gk ap (RAL) dengan perlakuan 5 tingk at konsentrasi Hormon I BA yan g ber beda, dimana m asin g-m asin g perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan dalam setiap ulangan terdir i dari 20 bibit stek batang. Adap un m odel linier yan g digun akan sebagai berik ut: Yij
= U + Є j + Є ij, dimana
Yij
= nilai-nilai pen gam atan pada ulan gan ke i, perlak uan ke j,
U
= nilai rata-rata har apan,
Єj
= pengar uh perlakuan konsentrasi Hormon IBA ke j, dan
Є ij
= galat percobaan.
http://www.irwantoshut.com/ 12
Tingkat Kon sentrasi hormon: T1
=
0 ppm (kontrol)
T2
=
T3
= 200 ppm
T4
= 300 ppm
T5
= 400 ppm
100 ppm
Respon y an g diuk ur untuk m elih at pen gar uh perlakuan kon sentrasi horm on Horm on IBA adalah persen keberhasilan stek (%), panjang akar ( cm), jum lah ak ar (buah), berat kering akar (m g), jum lah h elai daun (helai) dan luas daun ( cm). Pengolahan data hasil p en gam atan pertum buh an stek batan g dihit ung kem udian digun akan Analisa Sidik ragam Pola Acak len gkap. Bilam ana hasil F-hitun g m enun jukkan p er bedaan yang nyata atau san gat nyata dengan F-tabel, maka lebih lan jut dilak uk an p engujian terhadap har ga rata-rata p erlakuan dengan m enggun akan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
4. Prosedur Penelitian 4.1. Penyediaan r um ah sun gkup (a) Pem buatan kerangka r umah sungk up (b) Pem asan gan plastik transp aran (c) Pem buatan naungan 4.2. Penyediaan media tum buh (a) Pasir dicuci kemudian disterilkan den gan cara solar isasi (b) Pasir diletakkan di dalam bak- bak perak aran sebelum nya diletakkan kerik il pada dasarny a 4.3. Pengam bilan stek
http://www.irwantoshut.com/ 13
(a) Stek diambil dar i bagian orthotrop yang dalam keadaan istirahat (b) Pengguntin gan daun untuk mengur an gi proses transpirasi (c) Stek direndam di dalam em ber yan g berisi air agar tidak lay u. 4.4. Pem buatan Hormon IBA (a) Lar utan hormon dibuat dengan cara bubuk horm on dilarutkan kedalam alkohol 95 persen (b) Dien cerkan den gan aquades sesuai den gan m asin g-m asin g konsentrasi yan g dip akai (c) Untuk 100 ppm dibuat dari 100 m g dicam pur den gan 1000 m l air (d) Untuk 200 ppm dibuat dari 200 m g dicam pur den gan 1000 m l air (e) Untuk 300 ppm dibuat dari 300 m g dicam pur den gan 1000 m l air (f) Untuk 400 ppm dibuat dari 400 m g dicam pur den gan 1000 m l air 4.5. Pem berian Hormon IBA Stek direndam dalam larutan horm on setinggi 2 cm dari pan gkalnya selama 2 jam. 4.6. Penanam an Stek ditanam pada bak- bak stek dan ditutup rapat agar kelem baban dapat stabil. 4.7. Pem eliharaan (a) Untuk mencegah perkem ban gan Jamur menggunakan Ben late 1 m g/liter sedangk an pencegahan hama menggunak an Sevin. (b) Penyem protan/penyiraman dilakukan dua kali sehari, pada pagi dan sore untuk mem pertahankan kelem baban dalam media stek. 4.8. Pelaksanaan p engamatan dan pen guk uran. Pengam atan dilak ukan setiap hari sedan gkan pengukur an dilak ukan pada awal dan akhir penelitian.
http://www.irwantoshut.com/ 14
V. HASIL PENELITIAN 1. Persen Jadi Setelah jangka waktu 3 bulan, persen jadi stek yan g ber akar mencap ai 65,67 persen. Per sen tertinggi dalam setiap ulangan dapat m encapai 85 persen pada tingkat konsentrasi 200 dan 300 ppm, sedan gkan p ersen jadi teren dah adalah 35 per sen pada perlak uan tanpa horm on. Data selen gkapny a dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengaruh Hormon IBA Terhadap Keberhasilan Stek Batang Vitex cofassus Reinw
Persentase Keberhasilan (%)
0.90 0.80 0.70 0.60 Ulangan 1
0.50
Ulangan 2 0.40
Ulangan 3
0.30 0.20 0.10 0.00 0 ppm
100 ppm
200 ppm
300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar 2. Gr afik Pengaruh Horm on IBA Terhadap Keberhasilan Stek Batang Vitex co fassus Rein w Pada Gam bar 2
dapat terlihat grafik p engaruh p erlakuan tingkat konsentrasi
horm on IBA terhadap p ersen jadi stek batan g Gofasa ( Vitex cofassus Rein w). Hasil pen gujian statistik dari persen jadi yan g terlebih dahulu ditransform asik an ke dalam arcsin menun jukkan bah wa p erlakuan horm on I BA member ikan p engaruh yan g sangat nyata (Lampiran 3).
http://www.irwantoshut.com/ 15
Tabel 1. Hasil Uji Beda Persen Jadi Jadi St ek Batang Vitex cofassus Rein w No
Konsentrasi IB A
Ul a n g a n I
II
III
Hasil Rat a-R at a Persen Jadi Arcsin %
1
T1 ( 0 ppm)
0.35
0.35
0.45
38.26
0.38 a
2
T2 ( 100 ppm)
0.50
0.65
0.60
49.83
0.58 b
3
T3 ( 200 ppm)
0.85
0.80
0.80
64.70
0.82 bc
4
T4 ( 300 ppm)
0.80
0.70
0.85
62.48
0.78 bc
5
T5 ( 400 ppm)
0.70
0.75
0.70
57.86
0.72 b
Keterangan : Angka-an gk a dalam kolom diikuti oleh h ur uf yang ber beda, berbeda nyata pada taraf 0,05. Hasil Uji Beda Ny ata Jujur ( BNJ) antara tin gkat konsentrasi horm on IBA pada Tabel 1, men unjukkan p er bedaan yan g nyata per sen jadi untuk tin gkat konsentrasi 100 ppm, 200 ppm , 300 ppm dan 200 ppm bila dibandingk an den gan perlak uan tanpa horm one. Tetapi antara konsentrasi I BA 200 ppm dan 300 ppm tidak men unjukk an perbedaan y ang nyata.
2. Panjang Akar Rata-rata panjan g akar dalam setiap satuan perco baan berkisar antara 12,21 cm sampai dengan 17,26 cm , sedan gkan total rata-rata adalah 14,57 cm (Lam piran 4).
http://www.irwantoshut.com/ 16
Panjang Akar Stek (cm)
Pengaruh Hormon IBA T erhadap Panjang Akar Stek Batang Vitex cofassus Reinw 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 ppm
100 ppm
200 ppm 300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar. 3.
Pengar uh Hormon IBA Terhadap Panjan g Akar Stek Batan g Vitex cofa ssus Reinw
Hasil pen gujian statistik rata-rata p anjan g akar pada Lampiran 4, men unjukk an pengaruh yan g sangat nyata dari pember ian hormon IBA.
Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata- Rata Panjan g Akar (cm) No
Konsentrasi I B A
Hasil Rata-Rata Panjan g Ak ar 12.94 a 13.50 ab 16.59 c 15.17 bc 14.66 ac
1 T 1 ( 0 ppm) 2 T 2 ( 100 ppm ) 3 T 3 ( 200 ppm ) 4 T 4 ( 300 ppm ) 5 T 5 ( 400 ppm ) Keterangan : Angka-an gk a dalam kolom diik uti oleh h uruf yan g ber beda, ber beda nyata pada taraf 0,05. Pada Tabel 2, dapat dilihat hasil uji beda rata-rata pan jan g ak ar antara tingkat konsentrasi I BA, m enunjukkan bah wa ter dapat per bedaan yan g nyata antara p erlakuan horm on IBA tingkat konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 400 ppm dengan perlakuan 200 ppm dan 300 ppm .
Antara tingkat konsentrasi 100 ppm den gan 200 ppm juga
m enunjukkan per bedaan yang nyata. Tetapi antara tingk at konsentrasi 200 ppm dengan 350 ppm dan 400 ppm tidak menunjukkan p er bedaan yan g nyata.
http://www.irwantoshut.com/ 17
3. Jumlah Akar Pada Lam piran 5, dapat dilihat bah wa rata-rata jumlah akar adalah 2,29 dan nilai tertinggi dar i setiap satuan per co baan mencapai 3,40 sedan gkan nilai terendah adalah 1,50.
Pengaruh Hormon IBA Terhadap Jumlah Akar Stek Vitex cofassus Reinw
Jumlah Akar
4.00 3.50 3.00 2.50
Ulangan 1
2.00 1.50
Ulangan 2 Ulangan 3
1.00 0.50 0.00 0 ppm
100 ppm
200 ppm
300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar. 3.
Pengar uh Hormon IBA Terhadap Jumlah Ak ar Stek Batan g Vitex cofa ssus Reinw
Hasil pen gujian statistik dari rata-rata jumlah akar stek batan g menunjukk an pengaruh tidak nyata dari perlak uan hormon IBA terhadap jumlah akar stek batan g (Lam piran 6).
4. Berat Kering Akar Pada Lam piran 8, dapat dilihat rata-rata ber at kerin g akar dapat m encap ai 4,37 m g dan rata-rata untuk setiap satuan perco baan berkisar antara 3,65 mg sam pai den gan 5,41 m g.
http://www.irwantoshut.com/ 18
Pengaruh Hormon IBA Terhadap Berat Kering Akar Stek Vitex cofassus Reinw
Berat kering Akar (mg)
6.00 5.00 4.00
Ulangan 1
3.00
Ulangan 2 Ulangan 3
2.00 1.00 0.00 0 ppm
100 ppm
200 ppm
300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar. 4.
Pengar uh Hormon IBA Terhadap Berat Kering Akar St ek Vitex cofa ssus Reinw
Hasil pen gujian statistik rata-rata berat kerin g akar m enunjukkan p engaruh yan g sangat nyata dari pem- berian hormon IBA. Hal tersebut disajikan dengan jelas pada Lampiran 8. Tabel 3. Hasil Uji Beda Rata- Rata Berat Kerin g Akar (mg). No
Konsentrasi I B A
Hasil Rata-Rata Ber at Kering Akar
1
T1 ( 0 ppm )
4.01 a
2
T 2 ( 100 ppm )
3.91 a
3
T 3 ( 200 ppm )
5.12 b
4
T 4 ( 300 ppm )
4.78 b
5
T 5 ( 400 ppm )
4.01 a
Keterangan : Angka-an gk a dalam kolom diikuti oleh h ur uf yang ber beda, berbeda nyata pada taraf 0,05.
http://www.irwantoshut.com/ 19
Hasil uji beda berat kerin g akar men unjukkan per bedaan y an g nyata antara tingkat konsentrasi IBA 0 ppm , 100 ppm , 400 ppm dengan per lak uan 200 ppm dan 300 ppm. Tetapi antara perlak uan tingkat konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm tidak menunjukk an perbedaan y ang nyata. Unt uk selen gkapnya dap at dilihat pada Tabel 3. Dalam penelitian didap ati kondisi akar pada tingkat konsentrasi 200 ppm diameternya lebih besar dan sudah ter dapat akar-akar lateral (akar sek un der dan tertier).
5. Jumlah Daun Rata-rata jum lah daun p ada stek yang berakar adalah 11,17 buah. Dalam setiap satuan per co baan r ata-rata jum lah daun berkisar antara 9,60 sam pai den gan 12,50 buah. (Lam piran 10). Dalam perco baan ada stek yan g m em iliki pertum buhan daun tetapi tidak m em punyai perak aran dan ada stek yan g terser ang jam ur sehin gga terjadi dumping off.
Pengaruh Hormon IBA Terhadap Jumlah Daun Stek Batang Vitex cofassus Reinw 14 Jumlah Daun Stek
12 10 Ulangan 1
8
Ulangan 2 6
Ulangan 3
4 2 0 0 ppm
100 ppm
200 ppm
300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar. 5.
Pengar uh Hormon IBA Terhadap Jumlah Daun Stek Batan g Vitex cofa ssus Reinw
http://www.irwantoshut.com/ 20
Hasil pen gujian statistik m enunjukkan bahwa tidak ada pengar uh nyata antara pemberian horm on IBA terhadap pertambahan daun stek (lih at Lampiran 11).
5. Luas Daun Pada Lam piran 12, dapat dilih at bahwa total rata-rata luas daun mencap ai. 35,82. cm, dan untuk setiap sat uan per cobaan berkisar antara 32,23 sampai den gan 43,15 cm.
Pengaruh Hormon IBA Terhadap Luas Daun Stek Vitex cofassus Reinw
Luas Daun Stek (cm)
50.00 45.00 40.00 35.00 30.00
Ulangan 1
25.00 20.00 15.00
Ulangan 2 Ulangan 3
10.00 5.00 0.00 0 ppm
100 ppm
200 ppm
300 ppm
400 ppm
Konsentrasi Hormon IBA
Gambar. 6.
Pengar uh Hormon IBA Terhadap Luas Daun St ek Batang Vitex cofa ssus Reinw
Hasil pen gujian statistik m enunjukkan bahwa tidak ada pengar uh nyata antara pemberian horm on IBA terhadap pertambahan luas daun stek (lihat Lampiran 13).
http://www.irwantoshut.com/ 21
VI. PEMBAHASAN
1. Persen Jadi Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pen gujian statistik ternyata p erlakuan horm on IBA pada stek batan g Gofasa ( Vitex cofa ssus Reinw) efektif untuk meningkatkan persen jadi stek yan g berakar. Pada tingk at konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm, stek yan g berakar dap at m encapai 85 per sen. Ini berarti horm on I BA berpen gar uh positif dalam m erangsang per akaran stek batan g Gofasa ( Vitex cofa ssus Rein w), seh ingga pro ses perakaran m enjadi lebih cepat dan mantap. Dengan perakar an yan g m antap stek dapat m enyerap un sur hara dan air untuk mempertahankan kon disinya agar tidak menjadi lay u dan m ati. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjo sep utro (1990); W udianto (1993); Kusum o (1984); Yasm an dan Sm its (1988), y ang mengemuk akan bahwa m anfaat dari horm on sangat
ter gantung dari dosis yan g diberik an, jika do sisnya tepat akan san gat m em bant u
dan didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif sin gkat. Pada tingkat konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm , horm on IBA kuran g m em pengar uhi pertum buh an perakaran stek. Konsentrasi antara 0 ppm sam pai den gan 100 ppm diduga terlalu rendah sehin gga kurang dapat merangsan g proses per akaran stek. Alrasyid dan W idiarti (1990) m endapatkan hasil yan g sama dari perlak uan tin gkat konsentrasi horm on IBA 50 ppm terhadap stek Khaya anthoteca. Horm on IBA p ada tin gkat kon sentrasi 200 ppm , 300 ppm dan 400 ppm tidak m enunjukkan per bedaan yan g nyata pada per sen jadi stek y ang ber akar, k arena horm on IBA mem punyai kisaran (range) yang luas (Kusum o, 1984; W udianto, 1993). Penelitian Danu dan Tampubolon (1993) juga m enunjukkan tidak adany a perbedaan yang nyata pada per sentase stek yan g ber akar p ada Stek
Gm elina arborea Linn dengan
m em pergunakan Hormon IBA 100 ppm , 200 ppm , 300 ppm dan 500 ppm .
http://www.irwantoshut.com/ 22
W alaupun demikian secara visual dapat terlihat penur unan per sentase stek berak ar pada kon sentrasi 300 ppm dan 400 ppm, seh ingga diduga bila konsentrasi hormon I BA terus ditin gkatkan ak an terjadi pen urun an yan g nyata. Penelitian Alrasyid dan W idiarti (1990) menunjukkan pen urunan persen jadi stek Khaya anthoteca pada tingkat konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm bila dibandin gk an den gan tin gkat konsentrasi 100 ppm. Aminah, Dick, Leak ey, Grace dan Sm ith (1994) m endapatkan hasil yang sam a pada stek Shorea lep rosu la yan g diberi konsentrasi I BA 40, 60 dan 80 µg yait u penur unan persen keberhasilan bila diban din gkan dengan konsentrasi 20 µg. Hal ini disebabkan pen gar uh hormon pada kadar yang lebih tinggi akan mengh ambat pertumbuhan, m eracun i, bahkan mem atikan tanam an
(Kusumo, 1984; Yasman dan
Smits, 1988). Selain p engar uh hormon, ada juga faktor-faktor lain yang tur ut m em pengar uhi keberhasilan perakaran stek : (1) Asal bah an stek (a) Spesies Proses perak aran pada stek ter gant ung dari spesies. Ada spesies yan g m udah berakar cukup dengan air saja. Tetapi banyak p ula yan g susah ber akar walaupun dengan perlak uan yang khusus (Kusum o,1984). Vitex co fassus Reinw mer upakan tanam an yang lebih lambat proses perak arannya bila diban din gkan dengan Sho rea polyand ra yang dalam jan gka waktu 7 - 8 m inggu dap at berakar mencapai 90 persen dengan m em akai media p erakar an dan horm on yan g sama (Anonim, 1991). (b) Kon disi tanaman saat pengambilan stek Kesehatan tanam an sebagai pohon induk asal stek t ur ut mempengar uhi keberhasilan stek. Stek yang terinfek si jam ur/peny akit bisa m enular pada semua stek yan g ada. Selain itu satu jen is p enyakit yang dapat menggagalk an perak aran stek adalah
http://www.irwantoshut.com/ 23
defisiensi n itrogen. Kek urangan Nitrogen dapat dilihat dari daun yang ber warna kekun ing-kunin gan (W udianto,1993). Dengan kan dun gan nitrogen yan g san gat kuran g, akan sulit terbentuk akar. Dalam penelitian daun yang ber warn a kek unin gkunin gan akan gugur dan proses perakaran terham bat. (c) Situasi lin gk ungan waktu pengambilan Pengam bilan stek dilakukan pada kelembaban udar a yang tin ggi agar pro ses transpirasi dar i tanam an tidak terlalu besar.
(2) Kon disi media p erakar an (a) Kelem baban Kelem baban di dalam media stek har us tinggi dan
dipertahankan men dekati 90
persen, agar tidak terjadi transpirasi yang besar p ada stek. Men urut Mah lstede dan Haber (1962) dalam Danu (1994), kelem baban yang optimum unt uk perakaran stek sekitar 90 p ersen pada saat terbentuk p erakar an dan 75 p ersen ketika stek m empunyai akar yan g masih lem ah. Untuk menjaga kelem baban dalam penelitian ini penyemprotan / penyiraman dilakukan dua kali sehari dan bila hari panas lebih dari dua k ali. (b) Persediaan Oksigen (aerase) Penggunaan pasir dalam penelitian sebagai media perakar an cuk up m enunjang pro ses perakaran. Men ur ut
Yasman dan
Sm its (1984) Aer ase dan tekstur lebih
m em pengar uhi pro ses perakaran bila dibandingkan den gan Sifat kim ianya seperti keasaman dll. Oksigen yan g cukup mempercepat proses per akaran. (c) Cahaya yang terpan car rata dan suh u optim um yan g tetap (Kusum o, 1984) Kondisi r um ah sungk up den gan suh u pada sian g hari mencapai 35°C dan m alam hari 24° C, diduga kuran g m enunjan g proses perakar an karena m empunyai flukt uasi yan g besar. Dan u dan Tam pubo lon (1993) dalam p enelitiannya mengem ukakan bah wa
http://www.irwantoshut.com/ 24
kondisi r umah tumbuh hasil manip ulasi dengan suhu 22°C-35°C kur an g cocok untuk pertumbuhan stek Gmelina arborea Linn. Suh u yang tin ggi dan terlalu ren dah dap at m engakibatkan kem atian stek sebelum terbentuk perakaran. (d) Bebas dari jamur/penyakit Media stek harus disetrilkan dari jam ur yan g m erugikan. Sebelum stek ditanam media disetrilkan den gan cara solarisasi dan untuk mengh am bat perk em ban gan jam ur setelah penanaman digun akan f ungisida ( Benlate/Benomil). Jam ur/peny akit yan g m enyer an g stek akan men gakibatkan terham batnya proses p erakar an dan stek menjadi busuk. Faktor-faktor yang diduga m enyebabk an rendahnya persen jadi stek yan g berak ar pada perlakuan tanpa hormon dan tingk at konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm adalah : (1) Kadar auksin yan g rendah Kadar auksin pada masin g-m asin g stek bervariasi. Untuk stek yan g m empunyai kadar auksin yang cuk up tinggi ak an mam pu menghasilkan akar ( Alrasyid dan W idiarti, 1990). Pada akhir penelitian, dapat ditemukan ada stek yang masih dalam keadaan segar dan tidak terseran g jamur/p enyakit namun tidak m empunyai perakaraan. Ini m enunjukkan bahwa kadar auksin di dalam stek tersebut san gat rendah. (2) Stek k ering/mati Tidak adanya keseim ban gan di dalam stek antara proses transpirasi dengan penyerapan un sur hara dan air, karena proses perakaran yang lambat. Seperti diketahui bah wa stek batan g adalah bagian tanam an yang muda sehingga mem punyai proses tran spirasi y an g besar dan stek m udah kehilangan air dan m enjadi kerin g/m ati.
http://www.irwantoshut.com/ 25
(3) Terseran g jamur/penyakit Den gan p em ber ian hormon pembentuk an kallus akan semakin cepat untuk men utupi bagian luka bekas guntingan dar i stek (Wudianto, 1993). Stek yang tidak diberi horm on dapat terserang jam ur /penyak it den gan m udah pada luka bekas guntingan.
Dalam prosesny a hormon yang diberikan pada stek bekerja sama den gan subtansi lain di dalam stek. Subtan si in i adalah rhizokalin dan zat makanan organik ( Kusum o, 1984). Rhizokalin ber gerak dan terkonsentrasi pada bagian pan gkal stek yang diberik an horm on. Peranan daun dalam proses perakaran juga penting karen a daun berf ungsi sebagai sumber bahan m akanan, rh izokalin, auk sin dan tem pat terjadinya pro ses fotosin tesis. Dari p en gam atan yan g dilak ukan, stek yan g m engugurkan daun, tidak m emiliki p erakar an walaupun masih dalam keadaan segar.
2. Panjang Akar dan Jum lah Akar Horm on IBA memberikan pen gar uh yang positif terhadap perpanjan gan akar stek batan g. Stek yan g diberi per lak uan hormon IBA 200 ppm dan 300 ppm mempunyai ratarata panjang akar y ang lebih panjan g bila dibandingk an den gan perlakuan horm one IBA 0 ppm , 100 ppm dan 400 ppm . Pada proses pertum buhan akar, ener gi yang ada di dalam stek digunak an untuk tahap perp anjangan akar seh ingga jumlah akar stek yang dihasilk an tidak ber beda dengan jum lah akar stek yan g tidak diber i perlak uan horm one IBA. Kusumo (1984) men gem ukakan bahwa I BA biasany a m en ghasilkan sedik it akar yan g cepat menjadi panjan g dan m em bentuk ak ar serabut yang kuat. Dalam penelitian m enunjukkan tidak adanya pen gar uh dar i p emberian horm on IBA terhadap jumlah ak ar yang dihasilkan stek batan g . Hal ini diduga kar ena horm on IBA dalam prosesnya mengh asilkan sedikit akar dan juga en ergi di dalam stek
http://www.irwantoshut.com/ 26
diper gunakan untuk perpanjan gan akar sehin gga pertam bahan ak ar tidak terlihat dengan jelas. Danu dan Tampubolon (1993) m enemukan hal yan g sama pada stek Gm elina arborea Linn yang diberikan p erlakuan horm on IBA, dimana pem berian hormon IBA tidak mempengar uhi per bedaan jum lah akar y ang dihasilkan. Dalam perkembangan ak ar, rhizokalin adalah salah satu subtansi yan g dipro duksi selam a perpanjan gan ak ar utam a dan t ur ut berp eran didalamnya ( Kusumo,1984). Pengguntingan stek yan g tidak tepat pada tempatnya akan mengh ambat pro ses perakaran, sehin gga pen gguntin gan harus dilakuk an pada nodum atau sedikit dibawah nodum karena horm on tum buh banyak ter dap at pada no dus-nodus tersebut (Yasman dan sm its, 1984)
3. Berat Kering akar Pengaruh Horm on I BA terhadap berat ker in g akar terlihat jelas pada tingkat konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm. Ak ar pada tin gkat konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm diameternya relatif besar dan sudah mem punyai ak ar-akar lateral (ak ar sek under dan tertier) yang ber bentuk akar serabut. Konsentrasi hormon IBA 200 dan 300 ppm san gat efektif unt uk mempercepat proses perak aran sehingga stek mem punyai perak aran yan g m antap dalam waktu sin gk at. Danu dan Tampubolon (1993) mendap atkan pengaruh yang positif terhadap berat kerin g akar yan g dih asilkan stek Gmelina arborea Linn yan g diber i perlak uan horm on IBA. Proses p erakaran dari stek untuk tin gkat konsentrasi y ang lain dan perlak uan tanpa horm on diduga akan m enjadi lebih m antap bila waktu proses perakaran dip erpanjan g. Kusumo (1984) m engemukak an bah wa hormon hanya m enambah atau m endoron g perakaran buk an men ggantikan pen galaman dan teknik. Ini ber arti bah wa horm on buk an satu- satunya faktor pem batas dalam proses per akaran stek.
http://www.irwantoshut.com/ 27
Dari ur aian di atas telah diketah ui f aktor-faktor yang m empengar uhi pro ses pembentukan akar.
Nam un selain faktor-faktor tersebut, vitamin juga ikut berper an
dalam pembentukan akar- akar lateral.
Torrey (1956) dalam
Thim ann (1986),
m enyatakan bah wa dalam bagian- bagian akar, vitamin turut menin gkatkan pem bentuk an akar lateral. Vitamin terdap at pada kon sentrasi yan g tinggi dalam daun m uda dan jaringan m erismatik (Heddy, 1989).
4. Jumlah Daun dan Luas Daun Pemberian horm on IBA p ada stek batan g Gofasa ( Vitex cofassus Rein w) tidak m em berikan pen gar uh pada jum lah daun dan luas daun. Hal ini disebabkan hormon IBA m em punyai mobilitas yang ren dah bila dibandingk an den gan hormon IAA. Hormon IBA yang diberikan tidak menyebar ke bagian lain, tetap pada tem pat yang diberikan sehingga tidak mempengar uhi pertum buhan bagian lain dari tanam an (Kusum o, 1984; W udianto, 1988). Hal serup a juga dilapork an oleh para peneliti sebelum nya: (1) Kapisa dan Sapulete (1994), mengem ukakan pemberian hormon IBA tidak berp engaruh pada pertambahan daun dari stek pucuk Anisoptera megistocarpa. (2) Dan u (1994), m enyatakan hormon IBA yan g diberikan pada Stek Batang Sungkai (Peronema canescens JACK) tidak mem berikan pengaruh terhadap pertum buh an tunas. (3) Alrasyid dan Widiarti (1990), m enem ukan hal yan g sama pada St ek Khaya anthoteca yang diberi perlak uan hormon IBA, ternyata tidak mempengaruhi perk embangan tunas atau jumlah daun yan g ada pada stek tersebut.
http://www.irwantoshut.com/ 28
Faktor-faktor yan g diduga lebih m empengar uhi jumlah daun dan luas daun pada stek, diantaranya adalah : (1) Suhu yan g optim um W alaupun belum ada sistim perakaran pada suhu optim um auksin dapat dipro duk si dan m en galami pertum buhan p ucuk (Alrasyid dan Widiarti, 1990; Danu, 1994). (2) Kan dun gan k ar bohidrat/zat makanan Stek yan g mem punyai kandungan kar bohidrat/zat m akanan yan g tinggi dapat m engalam i pertambahan tin ggi dan daun walaupun belum terbent uk sistim perakar an (Iriantono, 1990; Dan u,1993). (3) Pengam bilan stek pada masa istirah at Stek yang diam bil pada masa istirahatnya relatif tidak sam a. Ada stek y ang pucukny a bar u men galami masa istirahat dan ada pula yang telah siap unt uk mengadak an pertum buhan kem bali.
Sehingga untuk stek yan g m asa istirah atnya telah berakh ir
akan segera m en galami pertambahan tinggi dan daun.
http://www.irwantoshut.com/ 29
VI. KES IM PULAN DAN SARAN
1. Kesim pulan
(1) Pemberian horm on IBA dengan tingkat konsentrasi 200 ppm meningkatkan per sen jadi stek batang Gof asa ( Vitex cofa ssus Reinw), dimana rata-rata per sen jadi stek yan g berakar m encap ai 85 per sen. (2) Perlakuan tingk at konsentrasi 200 ppm horm on IBA m engh asilkan ak ar yan g lebih panjang tetapi tidak menin gkatkan jum lah akar dari stek batan g. (3) Pemberian horm on I BA tidak m eningkatkan p ertambahan jumlah daun dan luas daun pada stek batang Gofasa ( Vitex cofassus Rein w), karena IBA m em punyai mobilitas yang kecil dan tetap pada tempat yang diberikan. (4) Pada tin gkat konsentrasi horm on IBA 200 ppm stek m empunyai ber at kerin g akar yang lebih besar dan telah m em punyai akar-akar lateral.
2. Saran (1) Penelitian lanjutan per lu dilakukan unt uk men getahui p ertumbuhan stek batang Gofasa di lapan gan. (2) Perlu juga diteliti mem akai berbagai media perakar an stek, bentuk horm one yan g digun akan dan lam anya waktu perendaman stek, agar didapatkan hasil yan g m aksimal. (3) Penggunaan hormon IBA dengan kon sentrasi 200 ppm efektif dalam usaha m eningkatkan keberhasilan per bany akan stek batang Gofasa ( Vitex co fassus Reinw).
http://www.irwantoshut.com/ 30
Lampiran. 1. Persen Keberhasilan Stek Vitex cof assus
Perlak uan T1 T2 T3 T4 T5
I 0.35 0.50 0.85 0.80 0.70 3.200
Ulan gan II 0.35 0.65 0.80 0.70 0.75 3.250
III 0.45 0.60 0.80 0.85 0.70 3.400
Total 1.15 1.75 2.45 2.35 2.15 9.850
Rataan 0.38 0.58 0.82 0.78 0.72 0.6567
Lam piran. 2. Persen Keberhasilan Stek Vitex cof assus (Arsin)
Perlak uan T1 T2 T3 T4 T5
Ulan gan I II 36.27 36.37 45.00 53.73 67.21 63.44 63.44 56.79 56.79 60.00 268.71 270.33
III 42.13 50.77 63.44 67.21 56.79 280.34
Total 114.77 149.50 194.09 187.44 173.58 819.38
Rataan 38.26 49.83 64.70 62.48 57.86 54.63
Lampiran. 3. An alisis Sidik Ragam Persen Keberhasilan Stek Vitex cofassus (Ar sin) Sum ber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 4 10 14
JK
KT
F-Hit
1393.461 348.3653 26.00774 133.947 13.39468 1527.408
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
Lampiran. 4. Rata- Rata Panjan g Akar Stek Vitex cofassus
Perlakuan T1 T2 T3 T4 T5
I 13.53 13.51 15.65 15.34 13.89 71.920
Ulan gan II 12.53 12.21 17.26 15.31 14.78 72.090
III 12.76 14.78 16.87 14.85 15.32 74.580
Total 38.820 40.500 49.780 45.500 43.990 218.590
Rataan 12.940 13.500 16.593 15.167 14.663 14.573
http://www.irwantoshut.com/ 31
Lampiran. 5. An alisis Sidik Ragam Rata-Rata Panjan g Akar Stek Vitex cofassus Sum ber Keragam an Perlakuan Galat Total
db
JK
4 10 14
24.781 6.456 31.237
KT
F-Hit
6.195273 9.596446 0.64558
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
Lampiran. 6. Rata- Rata Jumlah Akar St ek Vitex cofassus
Perlak uan T1 T2 T3 T4 T5
I 1.860 1.880 2.880 2.000 2.290 10.910
Ulan gan II III 3.400 2.880 1.860 1.500 2.750 2.130 3.000 1.860 1.860 2.250 12.870 10.620
Total 8.140 5.240 7.760 6.860 6.400 34.400
Rataan 2.713 1.747 2.587 2.287 2.133 2.293
Lampiran. 7. An alisis Sidik Ragam Rata-Rata Jum lah Akar Stek Vitex cofassus Sum ber Keragam an Perlakuan Galat Total
db
JK
4 10 14
1.761 2.526 4.287
KT
F-Hit
0.4402 1.742584 0.252613
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
Lampiran. 8. Rata-Rata Berat Kerin g Akar Stek Vitex cof assus Ulan gan Perlak uan I II III Total Rataan T1 4.29 3.98 3.76 12.03 4.01 T2 4.11 3.65 3.97 11.73 3.91 T3 4.80 5.41 5.15 15.36 5.12 T4 4.63 4.96 4.75 14.34 4.78 T5 4.01 4.04 3.98 12.03 4.01 21.84 22.04 21.61 65.49 4.37
http://www.irwantoshut.com/ 32
Lampiran. 9. An alisis Sidik Ragam Rata-Rata Berat Ker in g Akar Stek Vitex cof assus Sum ber Keragam an Perlakuan Galat Total
db
JK
KT
F-Hit
4 10 14
3.604 0.498 4.102
0.90099 0.0498
18.09217
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
Lampiran. 10. Rata- Rata Jum lah Daun St ek Vitex cofassus Ulan gan Perlakuan I II III Total T1 10 10.5 12.4 32.900 T2 11 9.6 11 31.600 T3 12.5 11.5 13 37.000 T4 11.5 10.5 12 34.000 T5 10.5 11 10.5 32.000 55.500 53.100 58.900 167.500
Rataan 10.967 10.533 12.333 11.333 10.667 11.167
Lampiran. 11. An alisis Sidik Ragam Rata-Rata Jumlah Daun Stek Vitex cofassus Sum ber Keragam an Perlakuan Galat Total
db
JK
4 10 14
6.240 7.013 13.253
KT
F-Hit
1.56 2.224335 0.701333
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
Lampiran. 12. Rata- Rata Luas Daun Stek Vitex cof assus
Perlak uan T1 T2 T3 T4 T5
Ulan gan I II III 32.62 32.23 33.40 33.32 34.25 35.45 37.15 42.18 43.15 30.17 40.24 38.15 34.12 35.43 35.43 167.38 184.33 185.58
Total 98.25 103.02 122.48 108.56 104.98 537.29
Rataan 32.75 34.34 40.83 36.19 34.99 35.82
http://www.irwantoshut.com/ 33
Lampiran. 13. An alisis Sidik Ragam Rata-Rata Luas Daun Stek Vitex cof assus Sum ber Keragam an Perlakuan Galat Total
db
JK
4 10 14
112.499 81.366 193.866
KT
F-Hit
28.12487 3.456579 8.13662
F-Tabel 5% 1% 3.48 5.99
http://www.irwantoshut.com/ 34