PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP PELAPORAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA Oleh: Andriyati M. Sinaga Dosen Pembimbing: Prof. Drs. Imam Ghozali, Mcom., Akt., Ph.D
ABSTRACK This research aimed to investigate the influence of Good Corporate Governance (GCG) elements on Corporate Social Responsibility (CSR) reporting on Indonesia’s banks. The Good Corporate Governance (GCG) elements that was applied in this research are Board of Commissioner size, proportion of Independent Commissioner, Number of Commissioner meetings, Audit Committee size, Audit Committee independence, Number of Audit Committee meetings, Firm’s size, Profitability, and Leverage ratio. Collecting data using a purposive sampling method for banks listed in Indonesian Banking Directory 2008. A total of 37 banks used as a sample. The method od analysis of this research used mulitiple regression. The results of this research indicate that the variables that affect Corporate Social Responsiblity (CSR) reporting of Indonesia’s banks are Board of Commissioner size, Number of Commissioner meetings, Audit Committee independence, Profitability, and Leverage ratio. Keywords: Good Corporate Governance, Coporate Social Responsibility, Board of Commissioner, dan Audit Committee.
I. PENDAHULUAN Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup (planet) ini (Nugroho, 2007). Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan nonkeuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985). Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada perusahaan industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi juga bagi sektor perbankan (Djogo, 2005). Sektor perbankan diharapkan tidak hanya melaksanakan tugastugas utama perbankannya melainkan juga diminta untuk tetap memiliki kepedulian terhadap lingkungan (komunitas) sebagai wujud corporate social responsibility-nya (www.bi.go.id, 2007). Dan dalam dalam kenyataannya, sekarang ini sudah banyak bank melakukan dan melaporkan CSR-nya. Apakah hal tersebut dilakukan sebagai realisasi kepedulian sektor perbankan terhadap lingkungan dan masyarakat atau karena adanya motif yang lain? Hal pentingnya menerapkan CSR pada perusahaan bank telah terbukti dari sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR pada bank-bank di beberapa negara sudah cukup banyak dilakukan. Berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh Branco (2006) pada sejumlah bank-bank Portugis, diyakini bahwa corporate social responsibility merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan stakeholders-nya. Hal ini sejalan dengan pernyataan McDonald and Rudle-Thiele (2008) yang mengatakan bahwa program-program CSR yang dilaksanakan hampir seluruh bankbank ritel di dunia bertujuan untuk memperkuat reputasi bank dan hubungan dengan para stakeholder. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gianna Zappi (2007) pada industri perbankan di Italia dimana pandangan Italian Banking Association tentang CSR
adalah sebagai manajemen strategi perusahaan yang berorientasi pada pemberian nilai bagi para stakeholder-nya. Bank Mandiri, sebagai salah bank pemerintah telah merealisasikan Program Bina Lingkungan 2007 di bidang kesehatan dengan melaksanakan khitanan massal bagi 5.000 anak yang tersebar di 15 lokasi kota besar Indonesia. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian Bank Mandiri terhadap anak-anak tidak mampu. Menurut Bank Dunia, tanggungjawab sosial perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan. Banyak perusahaan di dunia yang makin meyakini bahwa CSR adalah mutlak untuk membangun citra yang lebih baik dan kredibel, dan bahwa inisiatif - inisiatif CSR berwawasan sosial dan lingkungan akan berdampak positif bagi kinerja finansial dan menjamin sukses berkelanjutan bagi suatu perusahaan.( Sumber: ikatan sarjana ekonomi Indonesia). Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mengintroduksi konsep Good Corporate Governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat (Sulistyanto & Lidyah, 2002). Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, tetapi istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG. Diantaranya, Sistem regulatory yang payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hakhak pemegang saham minoritas (www.madani-ri.com). Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders (re-searchengines.com). Beberapa penelitian yang secara khusus menguji hubungan antara struktur Corporate Governance dengan pengungkapan informasi telah dilakukan oleh Forker (1992), Ho dan Wong (2000), dan Sabeni (2002) dalam Khomsiyah (2003). Penelitian dilakukan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance, mengingat pentingnya peran Corporate Governance dalam struktur pengelolaan bisnis dan ekonomi modern yang ditopang oleh pasar modal dan pasar uang (Witherell, 2000; Oman, 2001 dalam Khomsiyah, 2003), meningkatkan kepercayaan publik pada perusahaan (Brayshaw, 2002 dalam Khomsiyah, 2003). Penelitian Ho dan Wong (2000) dalam Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa Indonesia, Thailand dan Jepang yang mempunyai tingkat transparansi yang rendah, merupakan negara yang mengalami volatile shocks yang lebih besar dibandingkan dengan negara yang mempunyai transparansi yang lebih tinggi (Hongkong, Singapura dan Taiwan). Penelitian yang dilakukan Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penerapan Corporate Governance dengan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi indeks implementasi Corporate Governance, semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan. Objek penelitian ini adalah seluruh bank-bank umum yang ada di Indonesia. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, antara lain terdapat pada pengukuran (proxy) yang digunakan untuk mengukur variabel dewan komisaris yang sebelumnya adalah mengukur proporsi dewan direksi non eksekutif. Variabel ukuran Dewan Direksi tidak digunakan dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, dimana perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan sistem Dua Tingkat (Two Tier Board System) yang memisahkan fungsi eksekutif (direksi) dan fungsi pengawasan (komisaris). Dalam penelitian ini akan diukur mengenai ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan frekuensi rapat Dewan Komisaris. Penelitian ini juga akan mengukur variabel Komite Audit. Hal ini didasarkan pada keputusan Bapepam-LK Nomor Kep-29/PM/2004 nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Variabel Komite Audit akan diukur dengan ukuran, independensi dan frekuensi rapat Komite Audit.
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Meek (1995) adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela di perusahaan-perusahaan multinasional di Amerika Serikat, Inggris, dan Benua Eropa. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi variabel independen penelitian Meek (1995) adalah ukuran perusahaan, negara (wilayah), jenis industri, leverage, multinationality, profitabilitas, dan listing status, sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah pengungkapan sukarela (dengan memperhatikan tiga tipe informasi yaitu informasi strategi, informasi keuangan dan informasi non-keuangan). Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, negara (wilayah), dan listing status memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Arifin Sabeni & Norhadi (2002) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan go public di BEJ tahun 1999 mengenai mekanisme kepemimpinan manajerial, dewan komisaris, komite audit, dan size. Hasil penelitian yang menggunakan uji regresi linier ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, dewan komisaris, size berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Sebaliknya komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Eddy Rismanda Sembiring (2005) meneliti mengenai size, profile, profitabilitas, ukuran perusahaan, dewan komisaris, leverage terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang menggunakan regresi berganda ini menggunakan sampel sebanyak 78 perusahaan yang dipilih dari seluruh perusahaan yang listing di BEJ tahun 2001 melalui metode startified random sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa size, profile perusahaan, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmasita (2007) adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 113 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2004-2005 yang diuji dengan regresi berganda. Faktor- faktor tersebut adalah leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Hasil penelitian Rosmasita (2007) menunjukkan bahwa pengujian secara simultan menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor perusahaan tersebut terhadap pengungkapan CSR perusahaan.
Parsa dan Kouhy (2007) melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan kecil dan menengah (UMKM) yang terdaftar pada Alternative investment Market (AIM) Inggris. Ia menghubungkan variabel umur perusahaan, tipe industri, size, dan gearing terhadap pengungkapan informasi sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel tipe industri, size, dan gearing terbukti signifikan mempunyai korelasi terhadap pengungkapan informasi sosial. Umur perusahaan tidak terbukti berkorelasi. Akhtaruddin (2009) dengan judul penelitian “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate annual reports of Malaysian Listed Firms” melakukan penelitian dengan menggunakan variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan (board size), proporsi direktur non-eksekutif, kepemilikan saham luar (outside share ownership), family control, dan persentasi anggota komite audit independen, sedangkan variabel dependennya adalah pengungkapan sukarela. Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi ini menunjukkan bahwa ukuran dewan dan proporsi direktur non-eksekutif memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010) bertujuan untuk meneliti pengaruh elemen-elemen Corporate Governance pada pelaporan Corporate Social Responsibility dengan setting di Bangladesh. Khan (2010) menggunakan populasi 30 PCB (Private Commercial Banks) atau bank-bank umum milik swasta untuk periode tahun 2007-2008. Penelitian tersebut meneliti tiga elemen Corporate Governance (CG) yaitu non-executive director (direktur non eksekutif/ dewan komisaris), existence of foreign nationalities atau keberadaan kebangsaan asing, dan keterwakilan perempuan pada dewan (board). Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi berganda ini menunjukkan bahwa direktur noneksekutif (yang dalam hal ini adalah dewan komisaris) dan keberadaan kebangsaan asing memiliki pengaruh signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan Bangladesh. Michelon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “The effect of corporate governance on sustainability disclosure” menguji hubungan corporate governance (komposisi dewan direktur independen, karakteristik dewan, dualitas CEO, dan struktur dewan) dengan sustainability disclosure (yang dalam hal ini menggunakan CSR). Penelitian yang menggunakan perusahaan yang terdaftar di Dow Jones Global Index (perusahaanperusahaan di United State dan Eropa) dengan total sampel sejumlah 78 perusahaan ini menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa karakteristik dewan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dengan Pelaporan CSR Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.2 Hubungan Komposisi Dewan Komisaris Independen dengan Pelaporan CSR Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah efektifitas pengawasan. Oleh karena itu, di Indonesia terdapat ketentuan yang mengatur tentang keberadaan dewan komisaris independen. Ketentuan yang dimaksud adalah Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004. Ketentuan ini memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen dalam operasi perusahaannya, diantaranya adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka hipotesis penelitian berikutnya yang dikemukakan adalah sebagai berikut: H2 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.3 Hubungan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris dengan Pelaporan CSR Dalam rangka menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris mengadakan rapat-rapat rutin untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dewan Direksi dan implementasinya. Menurut penelitian Murniati (2010), frekuensi rapat dewan komisaris mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin sering dewan komisaris melakukan pertemuan maka kinerja perusahaan akan semakin bagus. Dari penjelasan di atas, didapat hipotesis sebagai berikut: H3 : Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.4 Hubungan Ukuran Komite Audit dengan Pelaporan CSR Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 disebutkan bahwa Komite Audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan besar kecilnya organisasi dan tanggung jawab.
Sejalan dengan kecenderungan internasional, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Komite audit memiliki peranan yang penting dalam mengawasi berbagai aspek organisasi, berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit, seperti: Surat Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000, yang merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit. H4: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.5 Hubungan Independensi Komite Audit dengan Pelaporan CSR Dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 yang termuat dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Bagi perusahaan perbankan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 dikatakan bahwa Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota Komite Audit paling kurang berjumlah 51% dari jumlah anggota Komite Audit. Hal ini berarti independensi komite audit dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan, termasuk laporan pengungkapan CSR-nya. H5: Independensi Komite Audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.6 Hubungan Frekuensi Rapat Komite Audit dengan Pelaporan CSR Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 telah diatur tentang rapat Komite Audit bagi Bank Umum, dimana rapat komite audit diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan Bank. Hal yang ingin disampaikan dari penjelasan ini adalah bahwa rapat Komite Audit sangat penting untuk dilaksanakan dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang menyangkut soal sistem pelaporan keuangan. Melalui rapat Komite Audit, maka akan diharapkan akan didapat koordinasi yang baik dalam menjalankan tugas dalam hal mengawasi laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan Good Corporate Governance. H6: Frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.7 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Pelaporan CSR Teori legitimasi memiliki alasan tentang hubungan ukuran dan pengungkapan. Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak sehingga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. H7: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.8 Hubungan Profitabilitas dengan Pelaporan CSR Donovan dan Gibson (2000) dalam Hasibuan (2003) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan tidak perlu melaporkan hal-hal yang mengganggu informasi tentang suksesnya keuangan perusahaan. Sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dari penjelasan di atas, yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H8: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2.9 Hubungan Gearing (Leverage) dengan Pelaporan CSR Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interst coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watt & Zimmerman (1990) dalam Scott (1997)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial, sehingga praktek pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan tidak maksimal. H9: Gearing (Leverage) berpengaruh negatif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting Initiatives). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan keuangan tahunan maka diberi skor 1. Metode ini sering disebut Checklist data. 3.1.2 Variabel Independen 3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris diukur dengan cara menghitung jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan. 3.1.2.2 Komposisi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan Komisaris) Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Komposisi Dewan Komisaris Independen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah komisaris independen dalam suatu Dewan Komisaris perusahaan. Variabel komposisi dewan komisaris independen ini diukur dengan rasio atau persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dengan jumlah total anggota dewan komisaris. 3.1.2.3 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Jumlah Rapat Dewan Komisaris merupakan jumlah pertemuan atau rapat internal yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam waktu satu tahun. Jumlah rapat Dewan Komisaris yang diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan Dewan Komisaris pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. 3.1.2.4 Ukuran Komite Audit Ukuran Komite Audit merupakan jumlah anggota Komite Audit dalam suatu perusahaan. Ukuran Komite Audit diukur dengan menghitung jumlah anggota Komite Audit dalam laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. 3.1.2.5 Independensi Komite Audit
Komite Audit Independen merupakan anggota Komite Audit yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Independensi Komite Audit diukur dengan menghitung persentase jumlah anggota Komite Audit Independen dengan jumlah total anggota Komite Audit. 3.1.2.6 Frekuensi Rapat Komite Audit Jumlah Rapat Komite Audit merupakan jumlah pertemuan atau rapat internal yang dilakukan oleh Komite Audit dalam waktu satu tahun. Jumlah rapat Komite Audit yang diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan Komite Audit pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. 3.1.3 Variabel Kontrol 3.1.3.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah jumlah aktiva (aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva lain-lain), jumlah penjualan, atau jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sampai akhir periode pelaporan keuangan (Sembiring, 2005). Namun penelitian ini menggunakan proksi total asset dalam pengukuran firm size. Penelitian variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural total asset. 3.1.3.2 Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio dengan proksi return on equity (ROE) seperti Hakston dan Milne (1996). 3.1.3.3 Gearing (Leverage) Gearing atau Leverage adalah rasio antara jumlah total hutang dengan total modal sendiri.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang ada di Indonesia. Menurut Direktori Perbankan Indonesia tahun 2008 jumlah bank ada 123, yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang digunakan untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Merupakan bank umum yang memiliki annual report tahun 2008 yang dapat diakses dari website masing-masing bank. 2) Mengungkapkan (disclosure) informasi tentang tanggung jawab sosial. 3)
Data yang tersedia lengkap, baik data mengenai corporate governance perusahaan dan data lain yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan peneliti.
3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari: 1. Indonesian Capital Market Director, 2. laporan tahunan bank tahun 2008 yang dipublikasikan untuk umum yang diperoleh dari situs web resmi masing-masing bank
3. jurnal, makalah, penelitian, buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dokumen. Data yang dikumpulkan adalah data-data keuangan dalam laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang bersangkutan.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, memgingat tidak pada semua data regresi dapat diterapkan. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Normalitas, uji Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, dan uji Autokorelasi. 3.5.1.1 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji Normalitas ini ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009). Alat uji yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis grafik histogram dan grafik normal probability plot dan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S). 3.5.1.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolineraritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolineraritas, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). 3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. 3.5.1.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode (t-1). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lain. 3.5.2 Analisis Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi yang bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independen (Ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris, frekuensi rapat dewan komsaris, ukuran komite audit, independensi komite audit, frekuensi rapat komite audit) dengan variabel dependen (pelaporan tanggung jawab sosial). Hubungan antara karakteristik GCG dengan pengungkapan CSR perusahaan diukur dengan rumus sebagai berikut: CSRDIi = 0+ 1 UKOM + 2 INKOM + 3 RAKOM + 4 UKODIT + 5 INKODIT + 6 RAKODIT + 7 SIZE + 8 ROE + 9 LEV + Keterangan: CSRDIi
= Indeks pengungkapan CSR perusahaan i
UKOM
= Ukuran Dewan Komisaris
INKOM
= Komposisi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan Komisaris)
RAKOM
= Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
UKODIT
= Ukuran Komite Audit
INKODIT
= Independensi Komite Audit
RAKODIT
= Frekuensi Rapat Komite Audit
SIZE
= Ukuran Perusahaan
ROE
= Return On Equity
LEV
= Gearing (Leverage)
= error term
3.5.3 Pengujian Hipotesis Statistik parametrik digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti mengenai sekelompok data yang menjadi sumber sampel (J. Supranto, 2001). Jika distribusi data bersifat normal, maka digunakanlah uji statistik parametrik. Uji regresi merupakan salah satu jenis uji statistik parametrik. Untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti, maka akan dilakukan uji pengaruh simultan (F test), uji koefisien determinasi, dan uji pengaruh parsial (t test).
IV. HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Jumlah perusahaan sektor perbankan menurut Direktori Perbankan Indonesia pada tahun 2008 adalah 123 perusahaan, dimana dari jumlah ini hanya 37 perusahaan yang menjadi sampel, yaitu perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan (financial report) dan laporan tahunan (annual report) 2008 pada website masing-masing perusahaan. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, sebagai berikut: Tabel 4.1 Populasi dan Sampel Proses Penentuan Sampel Total populasi
123
-
Bank yang tidak memiliki website
41
-
Bank yang memiliki website tapi
26
tidak
mempublikasikan
annual
report 2008 -
Bank yang tidak memiliki data lengkap
yang
terkait
19
dengan
variabel penelitian pada annual report Jumlah
bank
yang
tidak
memenuhi kriteria sampel
86
Total sampel penelitian
37
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel 4.2 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel dengan menggunakan SPSS 17.0. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
Skewness
Kurtosis
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic Std. Error
Statistic
Std. Error
UKOM
37
2
8
4.68
1.780
.553
.388
-.904
.759
INKOM
37
.2500
1.0000
.587870
.1422246
1.010
.388
2.779
.759
RAKOM
37
3
51
13.27
12.110
1.822
.388
2.937
.759
UKODIT
37
2
6
3.65
1.033
1.095
.388
.872
.759
INKODIT
37
.3333
1.0000
.614414
.1480929
.545
.388
1.097
.759
RAKODIT
37
2
36
11.89
7.820
1.139
.388
1.955
.759
SIZE
37
.3010
4.2603 1.488401 1.1023177
1.604
.388
1.414
.759
ROE
37
.0020
.0936516
.276
.388
-.874
.759
LEV
37
2.2526
14.9646 9.337610 3.0413212
-.468
.388
.054
.759
CSRDI
37
.1392
.096
.388
-.547
.759
Valid N
37
.3253
.2785
.138908
.204584
.0336911
(listwise)
Sumber: Data yang telah diolah Keterangan: UKOM (Ukuran dewan komisaris), INKOM (Independensi dewan komisaris), RAKOM (Frekuensi rapat dewan komisaris), UKODIT (Ukuran komite audit), INKODIT (Independensi komite audit), RAKODIT (Frekuensi rapat komite audit), SIZE (Ukuran perusahaan), ROE (Profitabilitas), LEV (Leverage), CSRDI (Indeks Pengungkapan CSR).
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal maka garis menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya ( Imam Ghozali, 2009). Hasil pengujian ini dapat dilihat bahwa titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot pada lampiran penelitian ini. Untuk lebih memastikan apakah data residual terdistribusi secara normal atau tidak, maka dilakukan pengujian one sample kolmogorov-smirnov. Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
37
Normal Parameters
Mean
.0000000
a,,b
Std. Deviation Most Extreme
.01749415
Absolute
.096
Positive
.079
Negative
-.096
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
.587
Asymp. Sig. (2-tailed)
.881
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data yang telah diolah
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3 juga menunjukkan nilai KolmogorovSmirnov sebesar 0,587 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,881. Karena nilai (p=0,881 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF (variance inflation factor) dan nilai tolerance. Jika antara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasiadanya Multikolonieritas (Ghozali, 2009). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
.046
.040
UKOM
.009
.003
INKOM
-.007
RAKOM
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.135
.267
.458
2.725
.011
.354
2.823
.030
-.028
-.223
.825
.633
1.580
.001
.000
.332
2.228
.034
.449
2.225
UKODIT
.007
.005
.230
1.397
.174
.369
2.707
INKODIT
.076
.035
.333
2.159
.040
.420
2.380
RAKODIT
.000
.001
-.114
-.757
.456
.440
2.271
SIZE
.000
.003
.009
.077
.939
.813
1.229
ROE
.108
.041
.302
2.634
.014
.762
1.313
LEV
.003
.001
.258
2.267
.032
.771
1.298
a. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: data yang telah diolah
Hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai tolerance dibawah 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
4.2.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila ada titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk
pola maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot dapat dilihat pada halaman lampiran. Hasil uji heteroskedastisitas dari gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED menunjukkan pola penyebaran, dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan.
4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2009), model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan uji DurbinWatson (DW). Berikut adalah hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.855a
.730
.641
Durbin-Watson
.0202005
2.307
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM b. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: data yang telah diolah
Dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa untuk jumlah sampel sebanyak 37 dan variabel bebas sebanyak 9, maka d1 = 0,951 dan du = 2,112. Maka nilai D-W berada di (4-du < d < 4-d) atau (1,888 < 2,307 < 3,049). Hal ini bermakna bahwa tidak ada korelasi negatif (no decision) atau dengan kata lain penelitian ini mengandung autokorelasi.
4.2.3 Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R-Square. Nilai adjusted R- Square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen). Nilai koefesien determinasi berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Bila nilai R2 semakin mendekati 1 maka variabel bebas yang ada semakin besar dalam menjelaskan variabel terikat, tetapi bila nilai
R2 mendekati 0 maka variabel bebas semakin kecil dalam menjelaskan variabel terikat. Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Adjusted R Model
R
R Square
.855a
1
.730
Square
Std. Error of the Estimate
.641
.0202005
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM
Sumber: data yang telah diolah Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai adjusted R2 pada tabel 4.6 adalah sebesar 0,730, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan sebesar 73 persen terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 27 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model persamaan regresi. Standar Error of the Estimate (SEE) menunjukkan nilai 0,0202005. Hal ini menunjukkan nilai yang kecil, sehingga dapat disimpulkan model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Sementara itu, nilai R sebesar 0,855 menunjukkan hubungan antara variabel dependen yaitu pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan dengan variabel independen yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Komite Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran (size) perusahaan, Profitabilitas perusahaan, dan rasio Leverage perusahaan cukup kuat.
4.2.3.2 Hasil Uji F- statistik (F test) Dari uji Anova atau Uji F pada tabel 4.7, nilai F hitung 8,127 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan 0,000. Dengan menggunakan tingkat alfa = 0,05 maka H0 berhasil ditolak karena tingkat Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) pelaporan tanggung jawab sosial dipengaruhi oleh Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Komite Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran (size) perusahaan, Profitabilitas perusahaan, dan rasio Leverage perusahaan.
Tabel 4.7 Hasil Uji F ( F test ) b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
Regression
.030
9
.003
Residual
.011
27
.000
Total
.041
36
F
Sig.
8.127
a
.000
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM b. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: data yang telah diolah
4.2.3.3 Hasil Uji t- statistik (t test) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model regresi berpengaruh secara individu terhadap variabel terikat. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansinya dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Dalam hal ini, nilai t tabel adalah sebesar 1,135.
Tabel 4.8 Hasil Uji t ( t test )
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.046
.040
UKOM
.009
.003
INKOM
-.007
RAKOM
Beta
t
Sig. 1.135
.267
.458
2.725
.011
.030
-.028
-.223
.825
.001
.000
.332
2.228
.034
UKODIT
.007
.005
.230
1.397
.174
INKODIT
.076
.035
.333
2.159
.040
RAKODIT
.000
.001
-.114
-.757
.456
SIZE
.000
.003
.009
.077
.939
ROE
.108
.041
.302
2.634
.014
LEV
.003
.001
.258
2.267
.032
a. Dependent Variable: CSRDI
Sumber: data yang telah diolah
4.3 Interpretasi Hasil 4.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran dewan komisaris dinyatakan dengan jumlah anggota dewan komisaris, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t = 2,725 dengan signifikansi 0,011. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pelaporan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas. 4.3.2 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005) keberadaan komisaris independen dalam perusahaan cenderung tampak sekedar formalitas untuk memenuhi peraturan yang ada karena 50 persen sampel mempunyai persentase independensi minimal, yaitu sebesar 33%, bahkan terdapat proporsi komisaris independen yang kurang dari persyaratan minimal 30 persen, serta terdapat beberapa bank yang tidak memiliki komisaris independen. Padahal menurut aturan Bapepam, proporsi komisaris independen terhadap total komisaris adalah sebesar 30 persen, dan menurut aturan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri dari komisaris dan komisaris independen, di mana setidaknya 50 persen dari jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris independen. 4.3.3 Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murniati (2010) yang menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Berarti hal ini membuktikan bahwa semakin sering dewan komisaris melakukan pertemuan maka kinerja perusahaan akan semakin bagus. Apabila kinerja perusahaan bagus, maka perusahaan akan cenderung mempraktekkan dan melaporkan tanggung jawab sosial
perusahaan secara lebih lagi. Hal ini diduga karena diasumsikan perusahaan yang tingkat pelaporan tanggung jawab sosialnya tinggi merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. 4.3.4 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pelaporan CSR Perusahaan perbankan di Indonesia yang telah memiliki jumlah komite audit sesuai dengan proporsi yang telah ditetapkan pada peraturan yang berlaku mengenai pembentukan komite (Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 dan No. Peng-4247/BEJ-PEM 092002) atau berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 belum tentu dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan baik termasuk dalam menerapkan dan melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan. Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan perbankan tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip corporate governance, transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas (NCCG, 2006) yang pada prosesnya dapat meningkatkan nilai perusahaan maupun pelaporan tanggung jawab sosialnya. 4.3.5 Pengaruh Independensi Komite Audit terhadap Pelaporan CSR Berdasarkan statistik deskriptif, ditunjukkan bahwa nilai maksimum independensi komite audit adalah 1,000 yang artinya bahwa sangat memungkinkan semua anggota komite audit dalam suatu bank merupakan komite audit independen. Dari hasil ini diketahui bahwa keberadaan anggota komite audit independen mampu mengoptimalkan fungsi pengawasan yang menjadi tanggung jawab penuh dari dewan komisaris. Hal ini dikarenakan Komite audit merupakan butir-butir dalam penyelenggaraan Good Corporate Governance, sehingga dengan meningkatnya kepatuhan dan kesadaran akan pentingnya Good Corporate Governance maka akan menyebabkan proporsi komite audit independen semakin penting untuk diperhitungkan. 4.3.6 Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Pelaporan CSR Hasil penelitian ini menunjukkan temuan yang membuktikan bahwa berapapun pertemuan komite audit yang dilakukan, tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan. Kemungkinan lain yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah karena kurangnya komitmen anggota komite audit untuk melakukan pertemuan karena menganggap rapat tersebut sebagai formalitas saja, sehingga komite audit tidak lagi efektif dalam menjalankan tugas pengawasannya. 4.3.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pelaporan CSR Hasil penelitian ini berbeda dengan Fitriani (2001), Sembiring (2005), Kelly (1981) dalam Hackston dan Milne (1996) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
ukuran perusahaan dengan jumlah informasi sosial yang diungkapkan, namun sejalan dengan hasil penelitian Anggraini (2006) yang tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Hal ini tidak sesuai dengan beberapa alasan bahwa perusahaan tinggi cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan yang kecil. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan perbankan di Indonesia, besar-kecilnya ukuran perusahaan tidak mempengaruhi jumlah informasi sosial yang dilaporkan. 4.3.8 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pelaporan CSR Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil yang diperoleh Hossain dkk. (2006). Dalam penelitiannya tentang pengungkapan CSR di Bangladesh menemukan bukti bahwa faktor profitabilitas (dengan proksi net profit margin) mempunyai hubungan positif terhadap pengungkapan CSR. Penelitian Hossain dkk. (2006) menggunakan net profit margin. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston dan Milne (1996) yang menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006). 4.3.9 Pengaruh Leverage Perusahaan terhadap Pelaporan CSR Schipper (1981) dalam Fitriany (2001) berpendapat bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Untuk mendukung kondisi tersebut, maka manajemen juga akan berusaha mempraktekkan dan melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan secara lebih tinggi, berharap investor tertarik untuk mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan tersebut dengan melihat pertimbangan tadi.
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik secara parsial variabel karakteristik GCG terhadap pelaporan CSR di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi berganda, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Independensi Komite Audit, Profitabilitas Perusahaan, dan Rasio Leverage Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan di Indonesia. 2. Proporsi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan Komisaris), Ukuran Komite Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan di Indonesia. 5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasanketerbatasan penelitian ini adalah: 1. Periode pengamatan terbatas hanya satu tahun, yaitu pada tahun 2008, sehingga mungkin kurang menggambarkan praktik dan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang ada di Indonesia. 2. Jumlah sampel yang relatif terbatas, yaitu hanya 37 dari 123 bank yang terdaftar di Direktori Perbankan Indonesia, dikarenakan kesulitan memperoleh data annual report secara lengkap yang didownload dari website masing-masing bank. 3. Perbandingan yang jauh antara item-item pengungkapan yang dimiliki bank-bank sampel dengan total item pengungkapan menurut GRI (Global Reporting Initiatives) menghasilkan indeks pengungkapan CSR yang sangat kecil. Hal ini mungkin dikarenakan belum adanya standar penilaian pengungkapan CSR yang khusus untuk perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. 5.3 Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar atau dengan periode waktu yang lebih lama. 2. Bagi pemerintah diharapkan dapat merumuskan standar pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang khusus untuk perusahaan perbankan, karena tidak semua item pengungkapan yang ada dalam Global Reporting Initiative (GRI) dapat dipenuhi oleh bank. 3. Pihak perusahaan perbankan diharapkan memiliki website yang dapat diakses dan mempublikasikan annual report-nya pada website masing-masing perusahaan mengingat sulitnya memperoleh kelengkapan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti maupun stakeholders.
DAFTAR PUSTAKA Akhtaruddin, M., M. Hossain, dan L. Yao. 2009. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”. JAMAR. Vol 7. Number 1, hal. 1-20. Anggraini, Fr. RR. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Alijoyo, F. Antonius. 2003. Seminar Nasional GCG “Keberadaan dan Peran Komite Audit dalam Rangka Implementasi GCG”. Surabaya. Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review,Vol. 71, No 4, Oktober: 443-465. Boediono, Gideon S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Analisis Jalur.” Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, September. Branco, M.C. and Rodrigues, L.L. 2006. “Communication of corporate social responsibility by Portuguese banks; a legitimacy theory perspective”. Corporate Communications: An International Journal, Vol 11 No. 3. pp. 232-248. Bugshan, Turki. 2005. “Corporate Governance, Earing Management and the Information Content of Accounting Earnings, Theoritical Model and Empirical Tests”. A Dissertation, Bond University Quensland. Australia. Chtourou, Marrakachi, Jean Bedard and Louucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earning Management. Working paper. http:/papers,ssrn.com. Daniri, Achmad. 2007. “ Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bagian 1)”. http://www.madani-ri.com/ (diakses pada tanggal 15 November 2010). Daniri, Mas Achmad. 2008a. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag I)”. www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bagi/. Diakses tanggal 5 Juni 2008. --------------. 2008b. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag II).” www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bagii/. Diakses tanggal 5 Juni 2008. --------------. 2008c. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag III - Finish)”. www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bagiii-finish/. Diakses tanggal 5 Juni 2008.
Deegan, C. 2002."Introduction: The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure a Theoretical Foundation". Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, pp. 282-311. Djogo, T. 2005. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility”. http://www.beritabumi.com. Diakses tanggal 25 Agustus 2010. Egon Zehnder International. 2000. Corporate Governance and the Role of the Board of Directors. Fama, E.F. and Jensen, MC. 1983. “ Sepration of Ownership and Control”. Journal of law and Economics, Vol. 26, pp. 301-325. FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta. Fitriany, 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. “Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance). Jilid II “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Melaksanakan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Diambil dari http://www.cic-fcgi .org /news /files /FCGI_Booklet_II.pdf. Ghozali, Imam dan Chariri. Anis. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K. (1987), Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall, London. Gray, Rob, Reza Kouhy and Simon Lavers, 1995b, “Corporate Social and Environmental Reporting; A Review Of The Literature and Longitudinal Study Of UK Disclosures”, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.8 No.2 pp. 47-77. GRI.
2002. Sustainability Reporting Guidelines, Global www.globalreporting.org/guidelines/062002guidelines.asp.
Reporting
Initiatives.
Guthrie, J. dan Mathews, M.R. (1985), "Corporate social accounting in Australia" in Preston, LE. (Ed.), Research in Corporate Social Performance and Policy, Vol. 7. Pp.251-77. Hackston, D and Milne, M.J. 1996. “Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand Companies”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9 No. 1. Pp. 77-108. Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES”, Tesis S2 Magister Akuntansi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Chrysanti dan Sedyono (2002) “Etika bisnis, Corporate Social Responsibility (CSR) dan PPM”. PPM Institute of Managemant, 27 November. Hossain, M., K. Islam dan J. Andrew. 2006.”Corporate social and environmentaldisclosure in developing countries; evidence from Bangladesh”. Faculty of commerce papers, University of Wollongong.http://ro.uow.edu.au/commpapers/179. Diakses tanggal 25 November 2010. http://www.bi.go.id/web/id/BI+dan+Publik/CSR/Berita.htm (2007) “Apa dan Mengapa Program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia”. Diakses tanggal 25 Agustus 2010. http://www.re-searchengines.com/sulistyanto1.html (2003).”Good Corporate Governance: Bisakah Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat?”. Diakses tanggal 25 November 2010. http://www.suarapembaharuan.com/News/2007/07/24/Editor/edit.05.htm (2007). “Kewajiban Sosial Perusahaan.” Diakses tanggal 27 Agustus 2010. Husnan, Suad. 2001. “Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan Dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1 No.1. Februari 2001:1-12. IKAI. 2004. "Kiprah dan Dinamika Komite Audit dalam Penegakan Good Corporate Governance". http://komiteaudit.org/informasi_displayartikel.asp Khan, Md. H.U.Z. 2010.”The Effect Of Corporate Governance Elements On Corporate Social Responsibility (CSR) Reporting: Empirical Evidence from Private Commercial Banks of Bangladesh”. International Journal of Law and Management, Vol.52 No. 2. pp. 82-109. Khomsiyah. 2003. “Hubungan Corporate Governance dan Pengungkapan Informasi: Pengujian Secara Simultan”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Jakarta. Kotler, Philip dan Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility; Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey; John Wiley & Sons, Inc. Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. Lipton, M., Lorsch, J., “A Modest Proposal for Improved Corporate Governance”, Business Lawyer, Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78.
Martanti, Anastasia Dwifebri. 2009. “Corporate Social Responsibility (CSR) Seharusnya Ikut Serta Perbaiki Perekonomian Bangsa”. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Meek, Gary K., Clare B. Roberts & Sidney J. Gray. 1995. “Factors Influencing Voluntary Annual Report Disclosures by U.S., U.K. and Continental Eropean Multinational Corporations”. Journal of International Business Studies, 26 (5), 555-572. Michelon, Giovanna & Antonio Parbonetti. 2010. “The Effect of Corporate Governance on Sustainability Disclosure”. Journal of Management and Governance. Mizrawati, Alfathira. 2009. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Transparansi Perusahaan (Tinjauan dari Agency Theory dan Stewardship Theory)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Mizruchi, M. S. 1983. “Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation”. Academy of Management Review, 8, 426-435. Murniati, Sri. 2010. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. National Committee on Corporate Governance (NCCG). 2006. Indonesian Code for Good Corporate Governance. Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006.” Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008. Nugroho, Yanuar. 2007. “Dilema Tanggung Jawab Korporasi”. http://www.mediaindo.co.id/ (diakses pada tanggal 15 November 2010). O'Donovan, 2002. "Environmental Disclosure in the Annual Reports: Extending the Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory". Accounting, Auditing and Accountability journal, Vol. 15, No. 3, pp. 344-371 . Parsa, Sepideh dan Reza Kouhy. 2007. “Social Reporting by Companies Listed on the Alternative Investment Market”. Journal of Business Ethics (2008) 79:345–360. http://www.springer.com. Diakses tanggal 4 Mei 2009. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Putri, Anggi Miharsa. 2009. “Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit terhadap Manajemen Laba”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Rahma Yuliani. 2003. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek pengungkapan Sosial dan Lingkungan di Indonesia”. Tesis S2 Magister Akuntansi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia. Sabeni, Arifin dan Norhadi. 2002. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Maksi. Vol 1. Agustus 2002. Sayekti, dan Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient”. Seminar Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007. Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory, Prentice Hall. Inc. Supranto, J, MA. 2001, Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta, Erlangga. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.” Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005.” Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII Solo, pp. 379-395. Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) . Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. Suharto, Edi (2007a). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).Bandung: Refika Aditama Suharto, Edi (2008). “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate”. Makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate Social Responsibility: Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel Aryaduta Jakarta 13-14 Februari. Sulistyanto, H. Sri, dan Rika Lidyah. 2002. "Good Corporate Governance: Antara Idealisme dan Kenyataan". Modus (Jurnal Ekonomi dan Bisnis FE UAJY). Vol.14 (1). Suripto, Bambang. 1999. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Simposium Nasioanal Akuntansi, Malang. Surya, Indra., dan Ivan Yustiavananda. 2006. Penerapan Good Corporate Governance. FHUI. Jakarta.
Utama, Sidharta. 2007. “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia”. www.ui.edu. Diakses tanggal 19 September 2010. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik. Widjaya, I.G Rai. 2006. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, h. 11. Jakarta. Kesaint Blanc. Yakup, Riawandi. 2004. Corporate Social Responsibility: Perilaku Korporasi dan Peran Civil Society. http://online.ipdf.org. Yuniarti Gunawan. 2000 “ Analisis pengungkapan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi III. Zahra, S., Pearce, J., 1989, “Boards of directors and corporate financial performance: A review and integrative model”, Journal of Management, Vol. 15, pp. 291-334.
LAMPIRAN
Hasil Analisis Regresi Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
LEV, ROE,
Method . Enter
UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOMa a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model 1
R
R Square a
.855
.730
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .641
Durbin-Watson
.0202005
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM b. Dependent Variable: CSRDI
2.307
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.030
9
.003
Residual
.011
27
.000
Total
.041
36
F
Sig. a
8.127
.000
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM b. Dependent Variable: CSRDI
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.150454
.283386
.204584
.0287931
37
-1.880
2.737
.000
1.000
37
.006
.016
.010
.003
37
.152996
.290464
.204599
.0301616
37
-.0402184
.0330000
.0000000
.0174942
37
Std. Residual
-1.991
1.634
.000
.866
37
Stud. Residual
-2.109
1.824
.001
.991
37
-.0485773
.0453712
-.0000152
.0231537
37
-2.264
1.911
.000
1.020
37
Mahal. Distance
2.092
22.601
8.757
4.961
37
Cook's Distance
.000
.221
.032
.043
37
Centered Leverage Value
.058
.628
.243
.138
37
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: CSRDI
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
37
Normal Parameters
a,,b
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.01749415
Absolute
.096
Positive
.079
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.587
Asymp. Sig. (2-tailed)
.881
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Uji Hipotesis
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
LEV, ROE,
Method . Enter
UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, a
RAKOM, UKOM
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model
R .855a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .730
.641
.0202005
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.030
9
.003
Residual
.011
27
.000
Total
.041
36
F
Sig. .000a
8.127
a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM b. Dependent Variable: CSRDI Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.046
.040
UKOM
.009
.003
INKOM
-.007
RAKOM
Coefficients Beta
t
Sig.
1.135
.267
.458
2.725
.011
.030
-.028
-.223
.825
.001
.000
.332
2.228
.034
UKODIT
.007
.005
.230
1.397
.174
INKODIT
.076
.035
.333
2.159
.040
RAKODIT
.000
.001
-.114
-.757
.456
SIZE
.000
.003
.009
.077
.939
ROE
.108
.041
.302
2.634
.014
LEV
.003
.001
.258
2.267
.032
a. Dependent Variable: CSRDI