PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
PENGARUH EBL (ECONOMICAL BLENDED LEARNING) DALAM PENGAJARAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI STKIP PGRI BLITAR Karyati STKIP PGRI Blitar
[email protected] Abstrak EBL (Economical Blended Learning) adalah metode mengajar yang pertama kali diancangkan dapat digunakan untuk mengajar di tingkat perguruan tinggi dengan pertimbangan kehematan pembelajaran campuran yang dilaksanakan di beberapa kampus berkembang. Metode ini membantu baik dosen maupun mahasiswa dalam berkecimpung mengembangkan pengetahuan dengan cara campuran, tatap muka dan pembelajaran berbasis teknologi, dengan menggunakan cara-cara yang ekonomis. Dalam artikel ini, penulis memaparkan pengaruh pelaksanaan EBL dibandingkan dengan metode tradisional untuk mengetahui seberapa efektif model ini untuk mengajar Perkembangan Peserta Didik di STKIP PGRI Blitar. Temuan-temuan menunjukkan model ini memiliki perbedaan yang berarti untuk digunakan di kelas. Singkatnya, dari temuan ini disarankan kepada dosen-dosen lain untuk menerapkan model ini sebagai metode mengajar dalam menghemat pengajaran mereka. Kata kunci: EBL, Metode Mengajar, Perkembangan Peserta Didik
PENDAHULUAN Mengajar di lingkungan perguruan tinggi menjadi suatu kebanggaan dan syarat akan mengikuti trend dan isu terkini keilmuan yang berkembang yang identik dengan teknologi dan pasti dengan dibutuhkan pengorbanan berupa dana untuk mewujudkan idealisme tersebut. Lebih lagi, dosen terkadang tidak mempertimbangkan seberapa banyak dana yang dihabiskan dalam menuntaskan mata kuliah selama satu semester dan seberapa efektif yang telah dipakai untuk kemajuan dan menjamin orisinalitas karya mahasiswa. Di lain sisi, dalam kelas Perkembangan Peserta Didik dimana dasar pengajaran untuk mengenali karakteristik siswa yang akan diajar oleh calon pendidik di STKIP PGRI Blitar yang cenderung diberikan tugas dalam bentuk teori dan berbasis tugas yang notabene menghabiskan banyak pengeluaran dalam mencetak, konsultasi, atau tugas akhir dan sebagainya. Hal ini telah menginspirasi penulis dalam mengembangkan metode mengajar blended learning yang pertama kali digagas oleh
EBL? Perlukah? Dalam artikel ini alasan menggunakan EBL karena EBL memiliki beberapa keuntungan diterapkan di kelas perguruan tinggi. Keuntungan- keuntungan tersebut antara lain; a) mengoptimalkan pembelajaran tatap muka sebagai langkah konfirmasi baik bagi mahasiswa dan dosen, b) memonitor kegiatan mahasiswa dan perkembangan belajar mahasiswa dalam belajar mata kuliah yang diampu dosen, c) menghemat pengeluaran dan memaksimalkan media yang ada untuk meningkatkan cara berpikir kreatif mahasiswa, d) menyeimbangkan kemampuan untuk melek teknologi sekaligus berkomunikasi dalam kelas tatap muka, dan e) membentuk lingkungan belajar yang aktif baik dosen dan mahasiswanya. Dari keuntungan tersebut, EBL menjadi perlu diterapkan dan dipandang memiliki pengaruh positif untuk mahasiswa. EBL yang pertama kali digagas oleh Karyati & Sumardiono (2016) memiliki sintak yakni menjelaskan materi pembelajaran secara klasik, memberikan instruksi mahasiswa dengan tugas luar kelas, melakukan konsultasi berkenaan dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
projek yang diberikan baik melalui tatap muka dan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan android yang dimiliki mahasiswa, melaporkan secara online melalui media sosial untuk mendapatkan feedback, mempresentasikan menggunakan media di dalam kelas, mengevaluasi dan revisi, dan menerbitkan menggunakan media sosial untuk memudahkan mahasiswa lain untuk mempelajari. METODE PENELITIAN Studi ini adalah penelitian kuantitatif karena berkenaan dengan angka dalam variabelnya dan data numerik. Data-data yang digunakan tersebut berupa data interval dalam bentuk skor nilai tes Perkembangan Peserta Didik. Sementara itu, desain penelitian menggunakan penelitian kuasi-eksperimental yang menerapkan desain pretest-posttest control group (Ary, 2001). Alasan menggunakan desain ini antara lain karena penelitian ini dilaksanakan tanpa mengubah latar kelas, kelas yang diteliti tidak ada upaya dan atau perubahan karakteristinya, peneliti berkolaborasi untuk mendapatkan data penelitian dan mengajar seperti biasa untuk mendapatkan kondisi alami dari kelas yang diteliti, dua kelas yang diteliti dalam studi ini telah dipisahkan jauh sebelum peneliti mengumpulkan data untuk pertimbangan teknik smpling, dan penelitian yang dilakukan searah dengan pengajaran yang biasa dilakukan peneliti. Desain penelitian kuasieksperimental disini dijelaskan oleh Arikunto (1997) yang menyatakan bahwa penggunaan sampel non-random dari jumlah mahasiswa sebagai populasi. Selain itu, peneliti dapat memberikan
perlakuan (pengajaran) berbeda secara acak di kelas eksperimen, dalam penelitian ini, kelas control (tidak diberikan perlakuan) dan kelas eksperimen (diberi pelakuan dengan penerapan EBL). Cohen, dkk (2000) juga menekankan bahwa ketika menerapkan penelitian pendidikan berlebihan dalam seleksi acak atau tugas acak di kelas menunjukkan hal ini tidak bisa dipraktikkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian kuasieksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian untuk menyeleksi sampel secara nonrandom dari semua populasi yang ada di STKIP PGRI Blitar. Studi ini bertujuan untuk menemukan efetivitas dua metode mengajar, metode EBL dan metode pengajaran tradisional dalam proses belajar mengajar Perkembangan Peserta Didik. Peneliti berlaku sebagai pengajar dalam memberikan perlakuan dengan menerpakan metode EBL sementara di grup control peneliti hanya berperan sebagai penguji atau pemberi tes (pre tes dan post tes). Satu kelas sebagai grup kontrol (Bahasa Inggris Semester 2) diasumsikan telah diajar menggunakan metode konvensional sedangan kelas lainnya (Matematika Semester 2) diajar menggunakan metode EBL. PEMBAHASAN Temuan Penelitian Penerapan EBL di STKIP PGRI Blitar Uji Linearitas Untuk menguji asumsi hubungan linearitas antar variable terikat dan kovarian, peneliti menganalisa hasil uji dengan SPSS 20 menggunakan scatter plots.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
Gambar 1. Scatter Plot Uji Liniearitas
Pallant (2000) menyatakan bahwa jika dalam investigasi ditemukan hubungan kurvalinier maka dapat dipertimbangkan tidak menggunakan kovarian tersebut. Berdasarkan scatter plots pada Gambar 1 tersebut dari setiap kelompok di atas menunjukkan hubungan linier ditunjukkan dengan gari lurus untuk masing-masing kelompok dan bukan hubungan kurvalinier, jadi dapat disimpulkan bahwa asumsi liniearitas tidak tercemari. Dari hasil di atas, indikasi yang muncul adalah moderasi yakni
hubungan positif antara dua variable (variable bebas dan terikat) dari sampel sebagai satu keseluruhan. Tingkatantingkatan post tes mahasiswa ditunjukkan dengan aksis X atau horizontal, sementara tingkatantingkatan tes akhir mahasiswa ditunjukkan dengan aksis Y atau garis vertikal. Dari Gambar 1 di atas menunjukkan sebuah indikasi hubungan linear sehingga hubungan tersebut layak untuk dikalkulasikan lebih jauh dengan menganalisa kovariannya.
Uji Homogenitas Slop Regresi Variabel Terikat: Tes Akhir Source Corrected Model Intercept method pretest method * pretest Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1858.003a
3
619.334
34.971
.000
55.999 27.571 1359.730 11.179
1 1 1 1
55.999 27.571 1359.730 11.179
3.162 1.557 76.778 .631
.081 .218 .000 .431
885.497 256125.000 2743.500
50 54 53
17.710
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
a. R Squared = .677 (Adjusted R Squared = .658) Tabel 1. Tes Pengaruh Antar Subjek
Uji Homogenitas Slop Regresi digunakan untuk mengevaluasi interaksi antar kovarian dan faktor atau variabel bebas dalam prediksi dari variabel terikat. Jika interaksi signifikan, hasil dari Ancova tidak bermakna dan Analisis Kovarian tidak dapat diproses lebih jauh. Pallant (2000) menekankan jika tingkat signifikansi interaksi kurang dari sama dengan 0,05 ini berarti bahwa
interaksi signifikan secara statistik, yang menunjukkan asumsi tidak tercemari. Sejalan dengan hal itu, data yang diambil dari Technique*Pretest, nilai signifikansi adalah 0,431 yang menunjukkan lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa asumsi homogentas slop regresi tidak tercemari sehingga dari hasil Analisis Kovarian ini dapat dilakukasn proses selanjutnya.
Uji Lavene pada Kesalahan Variana Variabel Terikat: Tes Akhir F
df1
df2
Sig.
.209 1 52 .650 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + pretest + method Tabel 2 Tes Lavene dari Penyetaraan Varian yang Salah Tes Lavene dari Penyetaraan Varian yang Salah digunakan sebagai evaluasi apakah asumsi penyetaraan tercemari atau tidak. Dalam hal ini, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka varian-varian dinyatakan homogeny. Sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05, ini berarti bahwa varian-varian tidak
homogen atau dengan kata lain varianvariannya berbeda dan sehingga asumsu penyetaraan varian tercemari. Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa varian yang dimiliki adalah homogeny atau dengan kata lain asumsi penyetaraan varian dinytakan tidak tercemari karena nilai signifikansinya 0,650 lebih besar dari 0,05.
Analisis Kovarian Satu Jalur Variabel Terikat: Tes Akhir Source
Type III Sum of Squares
Df a
Mean Square
Corrected Model 1846.824 2 923.412 Intercept 57.120 1 57.120 pretest 1354.749 1 1354.749 method 467.521 1 467.521 Error 896.676 51 17.582 Total 256125.000 54 Corrected Total 2743.500 53 a. R Squared = .673 (Adjusted R Squared = .660) b. Computed using alpha=.05 Table 3 Tes Pengaruh Antarsubjek
F 52.521 3.249 77.054 26.591
Sig. .000 .077 .000 .000
Partial Eta Squared .673 .060 .602 .343
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
Pallant (2000) menyatakan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 kemudian kelompok baik yang diajarkan secara tradisional dan menggunakan Economical Blended Learning memiliki perbedaan yang signifikan. Tabel 3 (hasil luaran metode dengan menggunakan SPSS) menunjukkan hasil analisis menunjukkan bahwa, F (2,85) =
F 26.591, P 0.000 < 0.05. Oleha karena itu, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dan hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis nol yang mengatakan bahwa kedua metode (tradisional dan EBL) setara seharusnya ditolak.
Asumsi Penelitian Variabel Terikat: Tes Akhir 95% Confidence Interval method
Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
SGD 71.132a .766 69.595 72.669 a GTM 65.210 .856 63.491 66.928 a. Covariates appearing in the model are evaluated at the following values: pretest = 64.72. Table 4 Rerata Perkiraan Marjinal Permintaan yang menilai perbedaan antara rerata yang disesuaikan untuk kedua kelompok, yang dilaporkan berdasarkan Rerata Perkiraan marjinal seperti pada Tabel 4 yakni 71.132 untuk mahasiswa yang diajar dengan menggunakan EBL dan 65.210 untuk mahasiswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Dari hasil tersebut, hipotesa alternatif mengatakan bahwa mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan Economical Blended Learning dalam memahami mata kuliah Perkembangan Peserta Didik mencapai nilai yang lebih baik disbanding dengan mereka yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Pembahasan EBL dan Kelangsungannya di Perguruan Tinggi Dari hasil secara statistik, pembuktian bahwa EBL memiliki efektivitas lebih tinggi bila disbanding dengan metode konvensional dalam mengajar Perkembangan Peserta Didik di STKIP PGRI Blitar juga memiliki pembuktian secara riil dalam implikasi pemahaman materi Perkembangan Peserta Didik. Mahasiswa menjadi
seimbang dalam belajar secara tatap muka dan dengan jarak jauh menggunakan media sosial seperti whatsapp, facebook, ataupun melalui blog. Transisi menuju pembelajaran digital dengan menggunakan EBL ini sangat mendukung kelangsungan pembelajaran di Perguruan Tinggi mengingat mahasiswa sekarang dituntut aktif dalam mengakses informasi mengenai perguruan tinggi dengan basis internet. Hal ini juga menjadi pembiasaan melek teknologi dan trend pendidikan saat ini tanpa meninggalkan penting dan efektifnya pembelajaran tatap muka sebagai langkah konfirmasi pemahaman, penyelesaian masalah, dan kemajuan belajar di Perguruan Tinggi terutama di STKIP PGRI Blitar. EBL menjadi efektif dalam sisi pemanfaatan teknologi yang dimiliki mahasiswa. Sebagai contoh, mahasiswa yang sudah seluruhnya menggunakan android dan laptop dapat memaksimalkan ketrampilan mereka dalam menggunakannya serta mengarahkan mereka memanfaatkan teknologi secara positif untuk kepentingan pembelajaran di Perguruan Tinggi. Lebih lagi, mahasiswa secara tidak langsung belajar komunikasi yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017
tepat secara formal baik antarmahasiswa dan kepada dosen baik secara langsung dalam pembelajaran tatap muka dan secara online melalui media sosial. Pemanfaatan teknologi ini membantu Perguruan Tinggi untuk membangun pendidikan masa kini yang kebermanfaatannya dapat tepat sasaran dan berguna baik bagi dosen dan mahasiswa dalam mengembangkan kualitasnya. KESIMPULAN Dari hasil investigasi mencarai pengaruh EBL dalam mengajar Perkembangan Peserta Didik di STKIP PGRI Blitar tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Economical Blended Learning memiliki pengaruh positif atau dalam kata lain efektif untuk mengajar di Perguruan Tinggi bila disbanding dengan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah (lecturing). Dari hasil studi ini, penulis menyarankan kepada dosen dalam menyongsong pendidikan futuristik yang syarat akan penggunaan teknologi
sebagai jembatan atau metode transisi yang efektif untuk suatu perubahan konvensional ke media digital. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Siharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ary, D. 1979. Introduction to Research in Education. NY: Harcout College. Cohen, L. dkk. 2000. Research Methods in Education (fourth edition). London: Routledge. Karyati,. & Sumardiono. 2016. Developing Economical Blended Learning to Provide Efficient Process for University. Proceeding of International Research Clinic & Scientific Publications of Educational Technology hal 311-324. Pallant, J. 2000. SPSS Survival Manual: Step by Step Guide to Data Analysis Using SPSS (Version 15). Maidenhead: Open University Press.