Halaman | 72
Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kepatuhan Akseptor Melakukan KB Suntik Ida Rafidah dan Arief Wibowo Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Iniversitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115 Alamat korespondensi : Arief Wibowo E-mail:
[email protected]
ABSTRACT One of the factors which influence family planning injection acceptor obidience is husband support. Less support to use contraceptor makes the obedience degree of doing family planning injection low. Basically husbands support are needed to support wives to increasing the obedience doing family planning injection so they will not drop out. The successfulness of family planning program wished for decreasing the rate of population which predicted achieve 450 million in 2045. This means one of 20 person in the word is Indonesian. Research design that used was cross sectional. The population was all of old family planning injection acceptor which come an April 2012. Sampling technique which used was simple random sampling for 63 respondents based on inclusion criteria. Independent variable was husband support. Dependent variabel was the obedience acceptor doing family planning injection. Founded data re tested using logistic regression analysis and the result was ρ = 0,011 as significant result which mean husband support influence family planning injection acceptor obedience in BPS Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya. The conclusion of this research is husband support influence toward the obedience of family planning injection acceptor in BPS Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya. Keywords : husband support, acceptor obedience
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah yang dihadapi di Indonesia salah satunya adalah dibidang kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Berdasarkan sensus tahun 2010 diketahui bahwa pertumbuhan
penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta. Jika di tahun 2010 jumlah penduduk 237,6 juta jiwa
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 73
maka di tahun 2011 bertambah 3,5 juta yakni sekitar 241,1 juta jiwa. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2045 menjadi sekitar 450 juta jiwa. Ini berarti 1 dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia (BKKBN,2011). Data yang diperoleh dari Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya tahun 2010 menunjukkan hasil pencapaian peserta Keluarga Berencana (KB) menurut jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan pada tahun 2009 dan tahun 2010 adalah jenis kontrasepsi suntik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya pada bulan Maret 2012 dengan metode wawancara dari 10 orang akseptor lama Keluarga Berencana (KB) suntik, didapatkan hasil 4 orang (40%) terlambat dalam melakukan suntik ulang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik antara lain pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, sikap, jumlah anak, fasilitas kesehatan, fasilitas umum, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan suami. Peran suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain sebagai peserta Keluarga Berencana (KB) dan mendukung pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya pada bulan
Maret 2012 dengan metode wawancara dari 10 orang akseptor lama Keluarga Berencana (KB) suntik, didapatkan hasil 6 orang (60%) tidak mendapat dukungan suami untuk melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik. Maka dipandang penting diadakan suatu penelitian tentang pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik di Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya tahun 2012. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 responden, data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di BPS Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya. Analisis data menggunakan analisis regresi logistik. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan suami sedangkan variable terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik. HASIL Dukungan suami tentang kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik diklasifikasikan menjadi dua yaitu mendukung dan tidak mendukung. Ditunjukkan pada tabel 1.
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 74
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dukungan Suami Mendukung Tidak Mendukung Total
n 39 24 63
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan
% 61,9 38,1 100,0
Kepatuhan Sesuai Jadwal Tidak Sesuai Jadwal Total
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar suami responden mendukung yaitu sebanyak 39 orang (61,9%) dan hanya 24 orang (38,1%) yang tidak mendukung. Kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik diklasifikasikan menjadi dua yaitu sesuai jadwal dan tidak sesuai jadwal. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3
n 39 24 63
% 61,9 38,1 100,0
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal yaitu sebanyak 39 orang (61,9%) dan hanya 24 orang (38,1%) yang tidak sesuai jadwal. Analisis data pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik ditunjukkan pada tabel berikut.
Dukungan Suami Terhadap Kepatuhan Akseptor Keluarga Berencana (KB) Suntik
Kepatuhan
Dukungan suami Tidak mendukung Mendukung n 14 10
Tidak Sesuai Jadwal Sesuai Jadwal Jumlah 24 Uji Regresi Logistik Nilai Sig = 0,011
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang tidak sesuai jadwal didapatkan sebagian besar suaminya tidak mendukung kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik yang sebanyak 14 responden (58,3%), sedangkan dari 39 responden yang sesuai jadwal didapatkan paling banyak suaminya mendukung kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana
% 58,3 25,6
n 10 29
% 41,7 74,4
38,1
39
61,9
Total n 24 39 63
% 100,0 100,0 100,0
(KB) suntik yaitu sebanyak 29 responden (74,4%). Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat diketahui bahwa suami yang mendukung kepatuhan sesuai jadwal cenderung mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Dilakukan perhitungan menggunakan analisis regresi logistic didapatkan nilai signifikasi ρ= 0,011 dengan α = 0,05 sehingga
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 75
dukungan suami berpengaruh terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik di Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya. PEMBAHASAN Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang sebenarnya sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang diterima. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Ninuk, 2007). Sebagian besar suami menyarankan ibu untuk melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Namun pada dukungan penghargaan, sebagian besar suami tidak memberikan semangat untuk ibu agar melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Pada dukungan instrumental lebih banyak suami mengantarkan ibu melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik hanya menunggu diluar klinik dan hanya sebagian kecil suami mendampingi ibu sampai kedalam ruang praktek bidan. Pada dukungan emosional sebagian besar suami menanyakan bagaimana kondisi
kesehatan ibu setelah melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik. Namun sebagian besar suami dalam dukungan emosional tidak mendukung seperti suami tidak pernah mendengarkan keluhankeluhan yang ibu sampaikan selama menggunakan Keluarga Berencana (KB) suntik. Hal tersebut dapat menyebabkan ibu merasa kurang diperhatikan secara emosional oleh suami sehingga dapat menggurangi semangat ibu untuk melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Dukungan suami pada masing-masing akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik sangat berbeda jika dilihat berdasarkan data karakteristik responden. Berdasarkan tabulasi silang antara usia ibu dengan dukungan suami ternyata usia tidak mempengaruhi dukungan suami sedangan berdasarkan pekerjaan ibu rumah tangga paling banyak medapat dukungan suami. Berdasarkan data penghasilan, didapatkan paling banyak penghasilan ibu Rp. 1.000.000-Rp.1.500.000 tidak mendapat dukungan dari suami. Berdasarkan data pendidikan paling banyak suami mendukung istrinya yang berpendidikan SMU. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami informasi tentang Keluarga Berencana (KB) suntik sehingga informasi yang telah diperoleh diberitahukan kepada suaminya untuk mendukung dalam penggunaan alat kontrasepsi suntik. Hal ini sesuai dengan pendapat Koenjoroningrat (1991) yang dikutip oleh Nursalam (2001) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 76
tingkat pendidikan seseorang semakin mudah dalam menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan data jumlah anak didapatkan ibu yang mempunyai 1 anak paling banyak mendapatkan dukungan dari suaminya. Lawrence green (1980) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya, terutama dukungan sosial dari keluarga terdekat terutama suami. Hal ini di dukung oleh pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa keluarga (suami) dan teman merupakan salah satu unsur pendukung dalam perilaku kepatuhan. Secara umum orang merasa bahwa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang biasanya cenderung lebih mudah mengikuti atau mematuhi nasehat daripada pengguna Keluarga Berencana (KB) suntik yang kurang mendapat dukungan suami. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto,2003). Kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik sangat diperlukan untuk mencegah
kehamilan serta menyukseskan program keluarga berencana nasional untuk menekan laju pertumbuhan penduduk indonesia. Kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik diklasifikasikan menjadi dua yaitu sesuai jadwal dan tidak sesuai jadwal. Berdasarkan usia didapatkan paling banyak ibu yang berusia 2630 tahun lebih banyak melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Azwar, 2009). Semakin cukup umur akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik akan semakin matang dalam berpikir bahwa kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan pekerjaan ternyata tidak mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik sedangkan berdasarkan data penghasilan didapatkan paling banyak penghasilan ibu Rp. 1.000.000-Rp.1.500.000 lebih banyak melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pula status ekonomi. Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang (Latipun,2006). Pengguna Keluarga Berencana (KB) suntik yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya baik lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 77
dengan status sosial ekonomi rendah. Berdasarkan data pendidikan di dapatkan bahwa pendidikan terakhir tamat SLTP lebih banyak melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik tidak sesuai jadwal. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah tidak mudah memahami informasi tentang (KB) suntik sehingga masih banyak yang melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik tidak sesuai jadwal. Hal ini sesuai dengan pendapat Koenjoroningrat (1991) yang dikutip oleh Nursalam (2001) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah dalam menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin tidak mudah dalam menerima informasi . Berdasarkan data jumlah anak didapatkan ibu yang mempunyai 1 anak lebih banyak melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Kepatuhan akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik dipengaruhi beberapa hal yaitu 1)Pendidikan, 2) Pekerjaan, 3) Tingkat Pengetahuan, 4) Sikap, 5) Jumlah Anak dan 6) Dukungan Suami. Berdasarkan teori faktor dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu secara moral maupun material, dimana dukungan suami mempengaruhi ibu untuk menjadi akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik. Berdasarkan hasil penelitian dukungan suami mempunyai andil yang besar bagi seorang istri untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal.
Dukungan suami sangatlah penting dalam memberikan semangat istrinya untuk melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Hal tersebut terbukti pada hasil penelitian yang membuktikan hipotesis bahwa terdapat pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik, namun yang perlu diperhatikan adalah dukungan suami tersebut tidak dapat diberikan secara setengah-setengah seperti hanya memberikan dukungan instrumental saja, informatif saja, emosional saja atau penghargaan saja sebaiknya dukungan suami diberikan secara sepenuhnya mencakup semua aspek didalamnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sebagian besar suami mendukung terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik yaitu sebanyak 39 orang (61,9%) 2. Sebagian besar responden patuh dalam melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal yaitu sebanyak 39 responden (61,9%). 3. Dukungan suami berpengaruh terhadap kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB) suntik di Bidan Praktek Swasta (BPS) Siti Aisyah Amd.Keb Kendangsari Surabaya. Saran Bagi masyarakat khususnya ibu yang menggunakan alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) suntik agar meningkatkan kepatuhan akseptor dengan melakukan
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78
Halaman | 78
kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Dukungan suami dalam bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif seperti menemani ibu melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sangat diperlukan agar ibu dapat melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. 2010. ”Prosedur Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. 2009. “Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.2011. “Perkembangan Pencapaian Peserta KB baru Menurut Alat Kontrasepsi”. Di akses pada tanggal 20 November 2011 jam 09.00 WIB melalui http://bkkbn.go.id Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010. “Riset Kesehatan Dasar”. Jakarta. Di akses pada tanggal 20 November 2011 jam 10.00 WIB melalui http://www.riskesdas.litbang.depk es.go.id Glasier, A. 2005. “Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi”. Jakarta: EGC.
Hartanto, H. 2006. “Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hidayat A.Aziz.2007. “Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisi Data”. Jakarta: Salemba Medika. Kuntoro, H. 2010. “Metode Sampling dan Penentuan Besar Sampel”. Surabaya: Pustaka Melati Kurniawati, Ninuk dian, 2007.”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIVAIDS”. Jakarta. SalembaMedika Latipun. 2006. “Psikologi Konseling”. Malang: UMM Press Notoadmodjo, S. 2003. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo, S. 2003. “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam & Pariani. (2001). “Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan”. Surabaya: FK UNAIR Nursalam. 2008. “Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan”. Jakarta: Salemba Medika. Prijodarminto, S. 2003. “Disiplin Kiat Menuju Sukses”. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta” Saifuddin, AB. 2006. “Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi”. Jakarta: YBP–SP.
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78