DUKUNGAN SUAMI PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI RW III DUKUH GIRI KUSUMA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK Siti Hilmiyati¹, Ns. Sri Rejeki, M.Kep, Sp. Mat ², Riwayati, S.Kp³ Abstrak Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002, tercatat Tingkat Pemakaian Kontrasepsi (CPR) adalah 60,3%. Partisipasi suami dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi (KR) tersebut masih rendah yaitu 1,3 % saja. Ini berarti 59% pemakai kontrasepsi adalah wanita. Rendahnya dukungan suami dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi antara lain karena pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi dianggap tanggung jawab perempuan semata hal ini karena dikaitkan dengan fungsi dan proses reproduksi, keputusan mempunyai anak, jarak kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan. Harian kompas memyebutkan bahwa kontrasepsi suntik menjadi pilihan mayoritas ibuibu. Seperti halnya akseptor kontrasepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma lebih banyak di bandingkan dengan RW lainnya di Kelurahan Banyumeneng. Dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini orang terdekat yang mempengaruhi dalam pemakaian kontrasepsi adalah suami. Dengan dukungan suami yang baik istri akan mampu memilih dan menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya berdasarkan pertimbangan dan motivasi dari suami, sehingga istri akan merasa tenang dan mantap dengan pilihanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dukungan suami pada akseptor kontrasepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Banyumeneng Mranggen Demak. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. Adapun pengambilan sampel menggunakan proporsionate stratified random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 132 responden. Analisa data yang di gunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan dukungan suami cukup 52,3%, dukungan suami baik 43,2%, dan dukungan suami kurang 4,5%. Rata-rata dukungan suami adalah sebesar 52,50 yang berarti ada pada kategori dukungan cukup. Pada dukungan informasi sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan informasi kurang 92,4%, dukungan informasi cukup 6,8% dan dukungan informasi baik 0,8%. Rata-rata dukungan informasi adalah sebesar 6,35 yang berarti ada pada kategori dukungan kurang. Pada dukungan emosional sebagian responden mendapat dukungan emosional baik 79,5%, dukungan cukup 13,6% dan dukungan kurang 6,8%. Rata-rata dukungan emosional adalah sebesar 13,33 yang berarti ada pada kategori dukungan baik. Dari dukungan finansial sebagian akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan finansial baik 92,4%, dukungan finansial cukup 6,1% dan dukungan finansial kurang 1,5%. Rata-rata dukungan finansial adalah sebesar 18,54 yang berarti ada pada kategori dukungan baik. Sebagian besar responden mendapat dukungan penghargaan cukup 61,4%, dukungan baik 31,1% dan dukungan kurang 7,6%. Rata-rata dukungan penghargaan adalah sebesar 14,28 yang berarti ada pada kategori dukungan cukup. Umur termuda responden adalah 20 tahun, umur tertua responden adalah 42 tahun dan umur rata-rata responden penelitian ini adalah 30 tahun. Pendidikan terbanyak dari responden penelitian SD sebanyak 53,8 %, SLTA 29,5 %, SLTP 11,4 %, Diploma/S1 3,8 % dan tidak tamat SD 1,5 %. Pekerjaan terbanyak dari responden penelitian adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 54,5%, Wiraswasta 34,1%, Buruh/Tani 6,1% dan Pedagang 5,3%. Sebagian besar responden penelitian menggunakan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulan 92,4%, sedangkan sisanya sebanyak 7,6% menggunakan kontrasepsi suntik 1 (satu) bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata akseptor kontrasepsi suntik mendapat dukungan suami cukup. Namun pada dukungan informasi dari suami sebagian kurang. Kata kunci : kontrasepsi suntik, akseptor, dukungan suami.
Abstract
Based on (IHDS) Indonesia Demographic and Health Survey’s data in 2002 , the Rate of contraception usages was 60.3%. Husband's participation in comb out and contraception usages and healthy reproduction at rest only 1.3%. This means , the 59% of contraception users are women. The low support of her husband in the comb out and contraception usages causes the comb out and usages are responsibility of women alone because it is connected with function and reproductions process. Decision to have children , gestation’s gap and desirable amount of children. The Kompas Newspaper tell that the hypodermic contraception become a majority choice of mothers. Like the hypodermic contracetion acceptor at RWs III Giri Kusuma Hamlet is more than other RWs in Banyumeneng village. On this hypodermic contraception usages, the closest was influences in contraception usages is husband. With the good husband support , the wife will be choice and using once of their desirable contraception method based on the judgment and motivation from the husband, result that the wife will be composedly and peaceably with her choice. The Purpose of research is to knowing the husband support in hypodermic contraception acceptor at RWs III Giri Kusuma hamlet , Banyumeneng, Mranggen ,Demak. The variant of research is descriptive with phenomenology survey. That are removal sample use Proporsionate Stratified Random Sampling with amount 132 respondent sample. The analysis method used univariat analysis. Output of research pointing out the Enough husband support is 52% , good husband support is 43,2% , less husband support is 4,5 %. Subjection mean of husband support is 52,50 % that mean in Enough category. In the information support best part of hypodermic contraception acceptor have information support less of 92,4% , the enough information support is 6,8%, and good information support is 0,8%. Subjection mean of information support is 6,35% that mean in less support category. In Emotional support the partly of respondent have good emotional support is 79,5%, enough support is 13,6% and less support is 6,8%. Subject mean the emotional support is 13,33 that mean on good support category. From the financial support partly of hypodermic contraception acceptor has good financial support is 92,4 , the enough financial support is 6,1% and less financial support is 1,5%. Subjection mean of financial support is 18,54 that mean in good support category. Best part of respondent has enough reward support is 61,4%, good support is 31,1 and less support is 7,6%. Subjection mean reward support is 14,28% that mean in enough support category. The youngest age of respondent is 20 years , the oldest age of respondent is 42 years and the subjection mean of research respondent age is 30 years. The most graduate of research respondent is Elementary School 53,8%, Senior High School is 29,5%, Junior High School is 11,4%, Diploma/S1 is 3,8% and can’t completed the elementary school is 1,5%. The most professions of research respondent is housewife is 54,5%, entrepreneur is 34,1, worker/farmer is 6,1% and commerce is 5,3%. Best part of research respondent used 3 (three) month hypodermic contraception is 92,4% , than others is 7,6% used 1 (one) month hypodermic contraception. Conclusion from this research is subjection mean of hypodermic contraception acceptor has enough husband support, but in information support from part of husband is less. Keyword : Hypodermic contraception, acceptor, husband’s support
Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 228 juta jiwa. Dengan pertumbuhan penduduk 1,64 % dan Total Fertility Rate (TFR) 2,6. Dari segi kuantitas jumlah penduduk Indonesia cukup besar tetapi dari sisi kualitas melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kondisi Indonesia sangat memprihatinkan karena dari 117 negara, Indonesia di posisi 108.
Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini akan berpengaruh kepada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk. Untuk menanggulanginya maupun untuk kelangsungan program, pemerintah telah mencanangkan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) sebagai program nasional (Handayani, S., 2010). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002, tercatat Tingkat Pemakaian Kontrasepsi (CPR) adalah 60,3%. Partisipasi suami dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi (KR) tersebut masih rendah yaitu 1,3 % saja. Ini berarti 59% pemakai kontrasepsi adalah wanita. Rendahnya dukungan suami dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi antara lain karena pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi dianggap tanggung jawab perempuan semata hal ini karena dikaitkan dengan fungsi dan proses reproduksi, keputusan mempunyai anak, jarak kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan (Faridah dan Kurniawati, T., 2008). Tahun 2009 jumlah PUS di Kecamatan Mranggen 32.183, jumlah PUS yang menjadi peserta KB sebanyak 23.912 (74,30%). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah PUS di Kecamatan Mranggen 34.483, yang menjadi peserta KB sebanyak 24.641 (71,46%). Di Kelurahan Banyumeneng pada tahun 2009 jumlah PUS sebanyak 1.881, yang menjadi peserta KB 1.408 (74,85%). Sedangkan tahun 2010 jumlah PUS 1.667, jumlah PUS yang ikut program KB 1.171 (70,25%). Yang menggunakan suntik lebih banyak 704 (60,12%), pil 154 (13,15%), implant 163 (13,92%), IUD 66 (5,64%), kondom 17 (1,45%), MOW 63(5,38%) dan MOP 4 (0,34%). Di RW III Dukuh Giri Kusuma Banyumeneng sendiri dari jumlah PUS 366, yang menjadi peserta KB sebanyak 247 (67,49%). Yang menggunakan suntik sebanyak 196 (79,35%), implant 14 (5,67%), pil 19 (7,69%) dan MOW 18 (7,29%). Akseptor kontrasepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma ini lebih banyak di bandingkan dengan RW lainnya di Kelurahan Banyumeneng (PLKB Kecamatan Mranggen, 2009/2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Faridah dan Kurniawati, T., (2008) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dukungan suami berperan
penting dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan dukungan suami yang baik istri akan mampu memilih dan menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya berdasarkan pertimbangan dan motivasi dari suami, sehingga istri akan merasa tenang dan mantap dengan pilihanya. Tetapi belum ada penelitian tentang apa saja bentuk dukungan yang dibutuhkan istri sebagai akseptor kontrasepsi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang dukungan suami pada akseptor kontrasepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Banyumeneng Mranggen Demak. Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang mampu melindungi seorang ibu terhadap kehamilan yang diberikan secara suntik. Dalam cara KB ini, seoran wanita diberikan injeksi hormon setiap 1-3 bulan, biasanya di klinik oleh petugas kesehatan (Manuaba, 1999). Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk menjadi akseptor kontrasepsi suntik menurut Lawrence W. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) dibedakan atas: 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. 2. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, kamar mandi yang bersih dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung yang berupa fasilitas yang pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. 3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, suami/keluarga,
yang
merupakan
kelompok
referensi
dari
perilaku
masyarakat. Dukungan adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan dan pengaruhnya pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti sebagai moderator stres kehidupan yang efektif (Smeltzer, 2001). Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material (Bobak, 2005). Dukungan sosial suami dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998). Ada 4 (empat) wujud dari dukungan suami (Friedman, 1998) : a) Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan petunjuk tentang cara-cara pemecahan masalah. b) Dukungan emosional atau psikologis adalah dukungan yang dapat berupa perhatian, empati, kepedulian, adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta membantu penguasaan terhadap emosi. Misalnya mendampingi atau menemani istri saat melakukan kunjungan kontrasepsi. c) Dukungan instrumental atau finansial adalah dukungan yang bersifat nyata atau konkrit dalam bentuk materi, uang atau dana, peralatan, waktu, maupun menolong. d) Dukungan penghargaan atau penilaian adalah dukungan yang berupa penilaian positif dari suami lewat ungkapan hormat (penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif dan perhatian misalnya pujian, persetujuan.
METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menerangkan atau membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005). Metode pendekatan yang digunakan adalah metode survei,
yaitu suatu metode penelitian dengan cara mengambil sampel dari populasi tertentu (Wasis, 2008). Adapun pengambilan sampel menggunakan proporsionate stratified random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 132 responden. Analisa data yang di gunakan adalah analisis univariat.
HASIL 1. Umur Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa umur termuda responden adalah 20 tahun, sedangkan umur tertua responden adalah 42 tahun. Umur rata-rata responden penelitian ini adalah 30 tahun. Latar belakang pendidikan terbanyak (53,8%) dari responden penelitian adalah SD. Pekerjaan terbanyak dari responden penelitian adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 54,5%. Responden penelitian yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulan 92,4%, sedangkan sisanya menggunakan kontrasepsi suntik 1 (satu) bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar (52,3%) responden memiliki dukungan suami cukup, 43,2% baik dan sisanya 4,5% kurang. Ratarata dukungan suami adalah sebesar 52,50 yang berarti ada pada kategori dukungan cukup dengan SD 6,352. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan maupun 3 bulan sebagian besar mendapatkan dukungan suami cukup (80,0% dan 50,0%), ada pula yang mendapatkan dukungan suami baik namun pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan ada juga yang mendapatkan dukungan suami kurang 4,9%. Sebagian
akseptor
kontrasepsi
suntik
mendapatkan
dukungan
informasi kurang yakni sebesar 92,4%. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan maupun yang 3 bulan sebagian dukungan informasi tentang resiko menggunakan kontrasepsi suntik yang di berikan suami menurut responden tidak pernah, ada yang hanya kadang-kadang saja, dan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan ada pula yang sering dan selalu. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan maupun 3 bulan sebagian dukungan informasi tentang keamanan dan keuntungan menggunakan KB suntik yang di dapat hanya kadang-kadang (60% dan 56,6%). Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1
bulan dan 3 bulan sebagian besar (70% dan 54,1%) kadang-kadang mendapat informasi tentang manfaat kontrasepsi suntik dari suami. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian besar (90% dan 60,7%) kadang-kadang mendapatkan informasi tentang tempat-tempat pelayanan kontrasepsi yang bisa dikunjungi dari suami, Hasil penelitian menunjukkan 79,5% responden mendapat dukungan emosional baik, 13,6% cukup, dan 6,8% kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang mendapatkan dukungan emosional baik sebesar 80,0%. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagin akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan emosional baik 79,5%. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian besar (100% dan 90,2%) suami selalu mendampingi atau menemani saat melakukan kunjungan kontrasepsi. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan (60%) suaminya sering memperhatikan
keadaan
kesehatannya
setelah
melakukan
kunjungan
kontrasepsi, dan 40% selalu. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar (61,5%) suaminya selalu memperhatikan keadaan kesehatannya setelah melakukan kunjungan kontrasepsi. Berdasarkan hasil analisis univariat 90% akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan sering mendapatkan motivasi untuk melakukan kunjungan kontrasepsi dari suami. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar 47,5% sering mendapatkan motivasi
untuk
melakukan
kunjungan
kontrasepsi
dari
suamiSuami
menanyakan kepada akseptor kontrasepsi suntik tentang keluhan dan permasalahan di alami dalam penggunaan kontrasepsi suntikBagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian besar (70% dan 43,4%) suami selalu bertanya tentang keluhan dan permasalahan dalam penggunaan kontrasepsi. Sebagian besar (92,4%) akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan finansial baik, 6,1% cukup dan sisanya 1,5% kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang mendapatkan dukungan finansial baik sebesar 100,0%. Sedangkan pada
akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagin akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan finansial baik 91,8%, dukungan cukup 6,6% dan dukungan kurang 1,6%. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian suami (100% dan 92,6%) selalu meluangkan waktu untuk mengantar melakukan kunjungan kontrasepsi. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian besar (100% dan 98,4%) dukungan dana selalu diberikan oleh suami. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan (100% dan 91,0%) suaminya selalu membantu mengantarkan akseptor kontrasepsi suntik ke tempat pelayanan kontrasepsi. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan (70,0% dan 40,2%) suaminya sering menyediakan tabungan sebagai cadangan untuk melakukan kunjungan kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (61,4%) responden mendapat dukungan penghargaan cukup, sedangkan sisanya 31,1% baik dan 7,6% kurang. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan (70,0% dan 68,9%) suaminya selalu memuji bila melakukan kunjungan kontrasepsi. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian (100% dan 97,5%) suami selalu memberikan ijin untuk menggunakan kontrasepsi suntik. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian (50% dan 66,4%) suami sering mengingatkan tentang jadwal kunjungan kontrasepsi. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang suaminya kadang-kadang memberi penilaian yang positif pada kontrasepsi suntik sebesar 90,0%. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar (50,8%) suaminya sering memberi penilaian yang positif pada kontrasepsi suntik. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sebagian besar (60% dan 54,1%) suami tidak pernah memberikan hadiah bila melakukan kunjungan kontrasepsi.
Tabel 4.1 Distribusi akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan umur di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan Juli 2011, n=132 orang.
Umur res.
N
Min
Max
Mean
Median
Std. Deviation
132
20
42
30,73
30,00
5,495
Tabel 4.2 Distribusi akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan tingkat pendidikan di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan Juli 2011, n=132 orang Tingkat pendidikan Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma/S1 Total
Responden (n) 2 71 15 39 5 132
Persentase (%) 1,5 53,8 11,4 29,5 3,8 100
Tabel 4.3 Distribusi akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pekerjaan di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan Juli 2011, n=132 orang Tingkat Pekerjaan Pedagang Buruh/Tani Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Total Tabel 4.4
Responden (n) 7 8 45 72 132
Distribusi akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik yang di gunakan di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan Juli 2011, n=132 orang. Jenis KB Suntik 3 bulan 1 bulan Jumlah
Tabel 4.5
Persentase (%) 5,3 6,1 34,1 54,5 100
Jumlah 122 10 132
Persentase (%) 92,4 % 7,6 % 100.00%
Distribusi frekuensi dukungan suami pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang Dukungan Suami baik cukup kurang Total
Responden (n) 57 69 6 132
Persentase (%) 43,2 52,3 4,5 100
Tabel 4.5.1 Distribusi dukungan suami pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang N
Mean
Median
Standar Deviasi
132
52,50
53,50
6,352
Tabel 4.5.2 Distribusi frekuensi dukungan suami dilihat dari akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Dukungan Suami
KB 1 Bulan
baik cukup kurang Total Tabel 4.6
KB 3 Bulan
n 2 8
% 20,0 80,0
10
100
n 55 61 6 122
% 45,1 50,0 4,9 100
Distribusi frekuensi dukungan informasi pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang Dukungan Informasi Baik Cukup Kurang Total
Responden (n) 1 9 122 132
Persentase (%) 0,8 6,8 92,4 100
Tabel 4.6.1 Distribusi dukungan informasi pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang N
Mean
Median
Standar Deviasi
132
6,35
7,00
1,898
Tabel 4.6.2 Distribusi frekuensi dukungan informasi pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Dukungan Suami
KB 1 Bulan
baik cukup kurang Total
n
%
1 9 10
10,0 90,0 100
KB 3 Bulan n % 1 0,8 8 6,6 113 92,6 122 100
Tabel 4.6.3 Distribusi frekuensi dukungan informasi tentang resiko menggunakan KB suntik Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu n % 4 3,3
n 2
Sering % 1,6
Kadang-kadang Tidak Pernah n % n % 5 50,0 5 50,0 15 12,3 101 82,8
Tabel 4.6.4 Distribusi frekuensi dukungan informasi tentang keamanan dan keuntungan menggunakan KB suntik. Jenis KB Suntik
Selalu
Sering
Kadang-kadang Tidak Pernah
1 Bulan
n -
% -
n 1
% 10,0
n 6
% 60,0
n 3
% 30,0
3 Bulan
5
4,1
3
2,5
69
56,6
45
36,9
Tabel 4.6.5 Distribusi frekuensi dukungan informasi tentang manfaat KB suntik Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu n 1
Sering
% 0,8
n 4
Kadang-kadang
% 3,3
n 7 66
% 70,0 54,1
Tidak Pernah N 3 51
% 30,0 41,8
Tabel 4.6.6 Distribusi frekuensi dukungan informasi tentang tempat-tempat pelayanan kontrasepsi yang bisa dikunjungi Jenis KB Suntik
Tabel 4.7
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1 Bulan
n -
% -
n -
% -
n 9
% 90,0
N 1
% 10,0
3 Bulan
1
0,8
3
2,5
74
60,7
44
36,1
Frekuensi dukungan emosional pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang Dukungan Emosional Baik Cukup Kurang Total
Responden (n) 105 18 9 132
Persentase (%) 79,5 13,6 6,8 100
Tabel 4.7.1 Distribusi dukungan emosional pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang N 132
Mean 13,33
Median 14,00
Standar Deviasi 2,531
Tabel 4.7.2 Frekuensi dukungan emosional pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Dukungan Suami baik cukup kurang Total
KB 1 Bulan
KB 3 Bulan
N 8 2
% 80,0 20,0
10
100
n 97 16 9 122
% 79,5 13,1 7,4 100
Tabel 4.7.3 Distribusi frekuensi suami mendampingi atau menemani akseptor kontrasepsi suntik saat melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik
Selalu
Sering
Kadang-kadang Tidak Pernah
1 Bulan
n 10
% 100,0
n -
% -
n -
% -
N -
% -
3 Bulan
110
90,2
4
3,3
5
4,1
3
2,5
Tabel 4.7.4 Distribusi frekuensi suami memperhatikan keadaan kesehatan akseptor kontrasepsi suntik setelah melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu n % 4 40,0 75 61,5
n 6 32
Sering Kadang-kadang % n % 60,0 26,2 7 5,7
Tidak Pernah N % 8 6,6
Tabel 4.7.5 Distribusi frekuensi Suami memberi motivasi kepada akseptor kontrasepsi suntik untuk melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu n % 47 38,5
Sering Kadang-kadang Tidak Pernah n % n % N % 9 90,0 1 10,0 58 47,5 10 8,2 7 5,7
Tabel 4.7.6 Frekuensi Suami menanyakan kepada akseptor kontrasepsi suntik tentang keluhan dan permasalahan yang di alami dalam penggunaan KB suntik Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan Tabel 4.8
Selalu n 1 36
Sering
% 10,0 29,5
n 7 53
% 70,0 43,4
Kadang-kadang n 1 21
% 10,0 17,2
Tidak Pernah N 1 12
% 10,0 9,8
Frekuensi dukungan finansial pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang Dukungan Finansial Baik Cukup Kurang Total
Responden (n) 122 8 2 132
Persentase (%) 92,4 6,1 1,5 100
Tabel 4.8.1 Distribusi dukungan finansial pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang N
Mean
Median
Standar Deviasi
132
18,54
19,00
1,904
Tabel 4.8.2 Frekuensi dukungan finansial pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Dukungan Suami baik cukup kurang Total
KB 1 Bulan
KB 3 Bulan
n 10
% 100,0
10
100
n 112 8 2 122
% 91,8 6,6 1,6 100
Tabel 4.8.3 Frekuensi suami menyediakan alat transportasi untuk melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 10 100,0 114 93,4
n 3
Sering Kadang-kadang Tidak Pernah % N % N % 2,5 4 3,3 1 0,8
Tabel 4.8.4 Frekuensi suami meluangkan waktu untuk mengantar melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 10 100,0 113 92,6
n 3
Sering % 2,5
Kadang-kadang n % 4 3,3
Tidak Pernah N % 2 1,6
Tabel 4.8.5 Frekuensi suami membiayai administrasi saat melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik
Selalu n %
1 Bulan 3 Bulan
10 120
Sering n %
100,0 98,4
2
Kadang-kadang Tidak Pernah n % N %
1,6
-
-
-
-
Tabel 4.8.6 Distribusi frekuensi suami membantu mengantarkan akseptor kontrasepsi suntik ke tempa tpelayanan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 10 100,0 111 91,0
n 4
Sering % 3,3
Kadang-kadang Tidak Pernah n % N % 1 0,8 6 4,9
Tabel 4.8.7 Distribusi frekuensi suami menyediakan tabungan sebagai cadangan untuk melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan Tabel 4.9
Selalu N 40
% 32,8
Sering n 7 49
Kadang-kadang Tidak Pernah
% 70,0 40,2
n 3 25
% 30,0 20,5
N 8
% 6,6
Distribusi frekuensi dukungan penghargaan pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang Dukungan Penghargaan Baik Cukup Kurang Total
Responden (n)
Persentase (%)
41 81 10 132
31,1 61,4 7,6 100
Tabel 4.9.1 Distribusi dukungan penghargaan pada akseptor kontrsepsi suntik di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak pada bulan juli 2011, n=132 orang N 132
Mean 14,28
Median 15,00
Standar Deviasi 2,180
Tabel 4.9.2 Distribusi frekuensi dukungan penghargaan pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Dukungan Suami baik cukup kurang Total
KB 1 Bulan
KB 3 Bulan
N
%
9 1 10
90,0 10,0 100
n 40 72 10 122
% 32,8 59,0 8,2 100
Tabel 4.9.3 Distribusi frekuensi suami memuji akseptor kontrasepsi suntik bila melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu n % 7 70,0 84 68,9
N 2 4
Sering % 10,0 3,3
Kadang-kadang Tidak Pernah n % n % 2 20,0 21 17,2 13 10,7
Tabel 4.9.4 Frekuensi suami memberikan ijin untuk menggunakan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 10 100,0 119 97,5
Sering % -
n -
Kadang-kadang Tidak Pernah n % n % 1 0,8 2 1,6
Tabel 4.9.5 Frekuensi suami mengingatkan tentang jadwal kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N 15
% 12,3
N 5 81
Sering % 50,0 66,4
Kadang-kadang n % 5 50,0 21 17,2
Tidak Pernah n % 5 4,1
Tabel 4.9.6 Frekuensi suami memberi penilaian yang positif pada kontrasepsi suntik Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 16 13,1
n 1 62
Sering Kadang-kadang % n % 10,0 9 90,0 50,8 40 32,8
Tidak Pernah n % 4 3,3
Tabel 4.9.7 Frekuensi suami memberikan hadiah bila melakukan kunjungan kontrasepsi Jenis KB Suntik 1 Bulan 3 Bulan
Selalu N % 1 0,8
n 3
Sering % 2,5
Kadang-kadang Tidak Pernah n % n % 4 40,0 6 60,0 52 42,6 66 54,1
PEMBAHASAN 1. Umur Akseptor Kontrasepsi Suntik Hasil penelitian di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng tentang dukungan suami pada akseptor kontrasepsi suntik menunjukkan bahwa umur termuda responden adalah 20 tahun, sedangkan umur tertua responden adalah 42 tahun dan rata-rata umur responden penelitian ini adalah 30 tahun. Maka sebagian responden mengalami masa dewasa, pada masa dewasa unsur kemauan dan hati nurani memegang peranan besar. Berkenaan dengan hal tersebut maka responden mempunyai kemampuan untuk memilih metode kontrasepsi dan sudah bisa menentukan pilihan metode kontrasepsi sesuai dengan keinginannya (Faridah dan Kurniawati, T., 2008). Semakin tua umur seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Semakin muda umur seseorang dalam menghadap masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu. Umur <20 tahun adalah umur belum dewasa, 21–29 tahun dewasa muda, sedangkan umur 30 – >40 tahun adalah dewasa penuh. Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai (Hartanto, 2004). 2. Pendidikan Akseptor Kontrasepsi Suntik Latar belakang pendidikan terbanyak dari responden penelitian adalah SD sebanyak 53,8 %, sementara sisanya berlatar belakang pendidikan SLTA sebanyak 29,5 %, SLTP sebanyak 11,4 %, Diploma/S1 sebanyak 3,8 % dan tidak tamat SD 1,5 %. Pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula
tingkat
pengetahuan
orang
tersebut.
Pendidikan
meningkatkan
pengetahuan
akseptor
kontrasepsi,
selanjutnya
dengan
pengetahuan-
pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi. Dengan pengetahuan kesehatan sebagai dasar mereka yang di peroleh dengan mantap dan mendalam, akhirnya dalam penggunaan kontrasesi suntik mereka akan lebih mantap. Meskipun demikian pengetahuan tidak selamanya diperoleh dari pendidikan formal, pengetahuan juga dapat di peroleh dari lingkungan tempat tinggal. Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana, terorganisir, melalui proses ini seseorang mendapatkan pengetahuan, pemahaman, sikap serta nilai-nilai yang menghantarkan seseorang menuju kedewasaan dalam bertindak. Pengetahuan mengajarkan seseorang aneka macam kemampuan, antara lain menguasai ilmu pengetahuan. Dengan pendidikan yang di jalani maka dapat merubah pola pikir seseorang terhadap suatu hal, seseorang akan semakin mudah untuk memahami informasi tentang kontrasepsi suntik yang digunakan. Pengetahuan juga di pengaruhi oleh pengalaman sendiri atau orang lain. Akseptor kontrasepsi terkadang menggunakan kontrasepsi karena melihat tetangganya yang tidak menggunakan kontrasepsi mengalami kehamilan dengan jarak yang dekat. Sehingga akseptor kontrasepsi lebih memilih untuk menggunakan kontrasepsi dari pada hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat (Notoatmodjo, 2010). 3. Pekerjaan dan Jenis Kontrasepsi Suntik Yang di Gunakan Akseptor Kontrasepsi Suntik) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian akseptor kontrasepsi suntik menggunakan kontrasepsi suntik 3 ( tiga ) bulan yaitu 92,4% akseptor dan sebanyak 7,6% menggunakan kontrasepsi suntik 1 ( satu ) bulan. Hal ini berkaitan dengan biaya yang di gunakan untuk melakukan kontrasepsi suntik, pada kontrasepsi suntik 1 ( satu ) bulan akseptor harus menyediakan biaya
setiap bulannya. Sedangkan pada kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulan akseptor dapat menghemat biaya dan tidak perlu di injeksi setiap bulannya. Hal ini juga berkaitan dengan pekerjaan akseptor kontrasepsi yang sebagian akseptor adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 72 orang (54,5%), karena pekerjaan mempengaruhi sosial ekonomi seseorang (Farrer, 1999). Seorang istri yang tidak bekerja hanya mengandalkan biaya dari suami untuk melakukan kontrasepsi suntik sehingga lebih memilih kontrasepsi suntik 3 ( tiga ) bulan. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB, karena penghasilan yang cukup akan memotivasi seseorang memilih alat kontrasepsi yang lebih baik pula. Pengguna kontrasepsi memerlukan sejumlah biaya untuk membeli alat kontrasepsi yang di gunakan. Penggunaan alat kontrasepsi yang efektif mengurangi ketidak pastian tentang kapan melahirkan anak, dan memberi kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga pada peran ekonomi dalam keluarga (Handayani, 2010). Faktor lingkungan masyarakat sekitar berpengaruh terhadap sikap dalan penggunaan kontrasepsi. Apabila masyarakat di lingkungan tempat tinggal responden kurang sadar dengan penggunaan kontrasepsi dan tidak menggunakan kontrasepsi, maka akan memungkinkan responden terpengaruh dengan hal tersebut. Sebaliknya jika masyarakat dan tempat tinggalnya sadar dengan penggunaan kontrasepsi atau dalam lingkungan tersebut sebagian besar
masyarakatnya
menggunakan
kontrasepsi
yang
sama,
maka
memungkinkan responden sadar dalam penggunaan kontrasepsi dan menggunakan kontrasepsi yang sering digunakan oleh kebanyakan masyarakat sekitar lingkungannya (Faridah dan Kurniawati, T., 2008). Seperti halnya di RW III Dukuh Giri Kusuma yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan kontrasepsi suntik sehingga dalam menggunakan kontrasepsi seseorang cenderung mengikutinya. Seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga dan menggunakan kontrasepsi suntik dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berperilaku dimasyarakat (Notoatmodjo, 2010).
4. Dukungan Suami Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik Di Dukuh Giri Kusuma Banyumeneng Dukungan suami meliputi dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan finansial dan dukungan penghargaan. a. Dukungan Informasi. Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa sebagian akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan informasi kurang yakni sebesar 92,4%, sedangkan sisanya mendapatkan dukungan informasi cukup yaitu sebesar 6,8% dan yang memperoleh dukungan informasi baik sebesar 0,8%. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan maupun 3 bulan mendapatkan dukungan informasi kurang sebesar 90,0% dan 92,6%. Akseptor mendapatkan dukungan informasi kurang, dapat dilihat dari suami tidak pernah memberi informasi tentang manfaat kontrasepsi suntik hal ini di sebabkan karena tidak adanya dialog antara suami istri terkait penggunaan kontrasepsi (Uliyah, 2010). Dukungan informasi kurang dapat dilihat dari pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang tidak pernah memperoleh informasi tentang resiko menggunakan kontrasepsi suntik dari suami sebesar 50%, sedangkan 50% akseptor kadang-kadang mendapatkan informasi tentang resiko menggunakan kontrasepsi suntik dari suami. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar suami tidak pernah memberikan informasi tentang resiko menggunakan kontrasepsi suntik 82,8%. Sama halnya dengan informasi tentang keamanan dan keuntungan kontrasepsi suntik pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan mendapat dukungan hanya kadang-kadang saja (60% dan 56,6%). Informasi tentang manfaat kontrasepsi suntik di dapatkan akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan dari suami hanya kadang-kadang saja (70% dan 54,1%). Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan
mendapatkan
informasi
tentang
tempat-tempat
pelayanan
kontrasepsi yang bisa dikunjungi dari suami hanya kadang-kadang (90% dan 60,7%).
Sehingga pada dukungan informasi dari suami tentang kontrasepsi suntik yang tidak pernah didapatkan oleh akseptor kontrasepsi adalah informasi tentang resiko menggunakan kontrasepsi suntik. Informasi tentang manfaat, keuntungan dan keamanan, dan tempat pelayanan didapatkan oleh istri meskipun hanya kadang-kadang. Hal ini di sebabkan karena dalam penggunaan kontrasepsi suami tidak diikutsertakan saat konseling kontrasepsi sehingga pengetahuan suami tentang kontrasepsi juga terbatas. Hal ini juga di sebabkan karena adanya bias gender, sehingga pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi dianggap tanggung jawab perempuan semata. Hal ini dikaitkan dengan fungsi dan proses reproduksi, keputusan mempunyai anak, jarak kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan (Faridah dan Kurniawati, T., 2008). b. Dukungan Emosional Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling bayak responden mendapat dukungan emosional dengan kategori baik yaitu sebesar 79,5%, sedangkan sisanya sebanyak 13,6% dengan kategori cukup, dan sebanyak 6,8% dengan kategori dukungan emosional kurang. Sebagian akseptor mendapat dukungan baik dapat dilihat dari suami mendampingi dan menemani saat melakukan kunjungan kontrasepsi. Dengan kehadiran dan kepercayaan suami sebagai orang terdekat dengan akseptor ternyata mampu menguatkan penguasaan emosi akseptor dalam penggunaan kontrasepsi suntik. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang mendapatkan dukungan emosional baik sebesar 80,0% dan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagin akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan emosional baik 79,5%. Bentuk-bentuk dukungan emosional yang dapat di berikan oleh suami terhadap istri antara lain, Suami mendampingi atau menemani saya saat melakukan kunjungan kontrasepsi. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 (satu) bulan dan 3 (tiga) bulan didampingi atau ditemani oleh suami saat melakukan kunjungan kontrasepsi, menurut responden dukungan suami
selalu (100% dan 90,2%). Dengan suami mendampingi istri saat melakukan kunjungan kontrasepsi maka istri akan merasa tenang dan merasa dilindungi oleh suami (Smeltzer, 2001). Suami memperhatikan keadaan kesehatan akseptor kontrasepsi suntik setelah melakukan kunjungan KB. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang suaminya sering memperhatikan keadaan kesehatannya setelah melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 60%. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar suaminya selalu memperhatikan keadaan kesehatannya setelah melakukan kunjungan kontrasepsi 61,5%. Suami memberi motivasi kepada akseptor kontrasepsi suntik untuk melakukan kunjungan kontrasepsi. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan sering mendapatkan motivasi untuk melakukan kunjungan kontrasepsi dari suami sebesar 90% dan 47,5%. Suami suami juga dapat bertanya kepada akseptor kontrasepsi suntik tentang keluhan dan permasalahan di alami dalam penggunaan kontrasepsi suntik. Karena dengan perhatian yang di berikan suami maka istri dapat membagi beban yang di rasakan kepada suami (Uliyah, 2010). Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya sering menanyakan tentang keluhan dan permasalahan yang di alami dalam penggunaan kontrasepsi suntik sebesar 70,0% dan 43,4%. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan memperoleh dukungan emosional berbeda dari suami, akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan mendapatkan dukungan emosional lebih besar di bandingkan dengan akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Suami sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, dengan dukungan emosional maka akan menambah rasa percaya diri istri dan istri akan merasa di cintai (Smeltzer, 2001). c. Dukungan Finansial Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian akseptor kontrasepsi suntik mendapatkan dukungan finansial baik yakni
sebesar 92,4%, sedangkan sisanya mendapatkan dukungan finansial cukup yaitu sebesar 6,1% dan yang memperoleh dukungan finansial kurang sebesar
1,5%. Dukungan suami dapat di tunjukkan oleh suami
menyediakan dana dan alat transportasi untuk melakukan kunjungan kontrasepsi. Hal ini terkait dengan posisi suami sabagai kepala keluarga yang bertugas memberikan nafkah untuk keluarga (Uliyah, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 (satu) bulan maupun 3 (tiga) bulan mendapatkan dukungan finansial baik sebesar 100,0% dan 91,8%. Bentuk-bentuk dukungan finansial antara lain Suami menyediakan alat transportasi untuk melakukan kunjungan kontrasepsi. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya selalu menyediakan alat transportasi untuk melakukan kunjungan kontrsepsi sebesar 100,0% dan 93,4%. Suami meluangkan waktu untuk mengantar akseptor kontrasepsi suntik melakukan kunjungan KB. Pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya selalu meluangkan waktu untuk mengantar melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 100% dan 92,6%. Suami
membiayai
administrasi
saat
melakukan
kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunjungan
pada akseptor
kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya selalu membiayai administrasi saat melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 100% dan 98,4%. Suami membantu mengantarkan akseptor kontrasepsi suntik ke tempat kontrasepsi. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya selalu membantu mengantarkan akseptor kontrasepsi suntik ke tempat kontrasepsi sebesar 100% dan 91,0%. Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya sering menyediakan tabungan sebagai cadangan untuk melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 70,0% dan 40,2%. Akseptor kontrasepsi suntik dalam penggunaan kontrasepsi memerlukan faktor dari luar seperti adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana. Akseptor kontrasepsi yang sudah tahu bahwa kontrasepsi itu penting dalam kehidupan berkeluarga dan untuk kesehatan, dan sudah ada kemauan dari dalam dirinya untuk menggunakan kontrasepsi. Agar akseptor kontrasepsi tetap menggunkan kontrasepsi maka di perlukan adanya tenaga kesehatan, tempat pelayanan kesehatan yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah di jangkau. Sehingga di butuhkan dukungan dari suami untuk mencapai tujuan tersebut, apabila tidak ada dukungan dari suami, kemungkinan akseptor tersebut tidak akan melakukan kunjungan kontrasepsi (Notoatmodjo, 2010). Dukungan finansial diperlukan karena seseorang sangat membutuhkan suatu pertolongan dalam melaksanakan kegiatan dalam bentuk nyata, seperti bantuan dalam memodifikasi lingkungan dan membantu dalan suatu pekerjaan (Friedman, 1998). d. Dukungan penghargaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling bayak responden mendapat dukungan penghargaan cukup yaitu sebesar 61,4%, sedangkan sisanya sebanyak 31,1% dengan dukungan penghargaan baik dan sebanyak 7,6% dengan dukungan penghargaan
kurang. Untuk dukungan
penghargaan sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik mendapat dukungan cukup dapat dilihat dari suami selalu memuji saat melakukan kunjungan kontrasepsi dan suami mengingatkan tentang jadwal kunjungan kontrasepsi. Dengan perhatian yang di berikan oleh suami maka istri akan merasa dirinya di cintai dan merasa tidak sendirian (Smeltzer, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan mendapatkan dukungan penghargaan cukup sebesar 90,0% dan 59,2%. Bentuk-bentuk dukungan penghargaan dapat berupa suami memuji akseptor kontrasepsi suntik bila melakukan kunjungan kontrasepsi, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan suaminya selalu memuji akseptor kontrasepsi suntik bila melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 70,0% dan 68,9%. Bagi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3
bulan suaminya memberi ijin untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 100,0% dan 97,5%.
Suami mengingatkan tentang jadwal kunjungan
kontrasepsi, akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan yang suaminya sering mengingatkan tentang jadwal kunjungan kontrasepsi sebesar 50,0% dan 66,4%. Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa pada akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yang suaminya kadang-kadang memberi penilaian yang positif pada kontrasepsi suntik sebesar 90,0%. Sedangkan pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian besar suaminya sering memberi penilaian yang positif pada kontrasepsi suntik 50,8%. Suami memberikan hadiah bila melakukan kunjungan kontrasepsi akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan suami tidak pernah memberikan hadiah bila melakukan kunjungan kontrasepsi sebesar 60,0% dan 54,1%. Dukungan emosianal suami yang masih kurang dalam bentuk pujian pada istri dan juga penilaian positif suami pada kontrasepsi suntik. Dengan dukungan adanya injin dari suami untuk menggunakan kontrasepsi suntik maka dalam penggunaan kontrasepsi seorang istri akan merasa tenang dan aman. Karena dengan ijin dari suami apa bila terjadi suatuhal yang tidak diinginkan maka istri tidak merasa di persalahkan. Dukungan dari suami merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Demikian halnya dengan akseptor kontrasepsi suntik yang mendapat dukungan yang baik dari suami akan menambah semangat dan merasa selalu dibutuhkan (Smeltzer, 2001).
Penggunaan metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian (Hartanto, 2004)
Dengan dukungan suami berupa dukungan finansial, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan informasi, istri akan merasa tenang, mantap, merasa ada yang mengayomi dan melindungi, dan ada seseorang yang bisa di ajak berkomunikasi saat ada masalah dalam kesehatan reproduksinya. Sehingga penggunaan kontrasepsi suntik yang sesuai dengan pilihan pasangan suami istri akan memantapkan dalam penggunaannya. Dukungan suami ini merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun meterial yang dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998). Dukungan suami secara emosioanal atau psikologis dapat mengurangi beban pikiran ibu/istri, terutama ketika istri merasa berat badan meningkat, perubahan pola haid atau bahkan ketika timbul efek samping. Suami dapat berperan dalam menenangkan, mencari dan memberi informasi untuk menanganinya, Sehingga perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang. Selain itu suami juga dapat membantu dan mengurangi beban istri dengan mengantarkan saat melakukan kunjungan kontrasepsi, menemani saat konseling. Hal ini membuat istri percaya bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai (Smeltzer, 2001). Hasil penelitian di RW III Dukuh Giri Kusuma Desa Banyumeneng tentang dukungan suami pada akseptor kontrasepsi suntik, secara umum menunjukkan sebagian besar (52,3%) akseptor kontrasepsi mendapatkan dukungan yang cukup, sedangkan yang mendapatkan dukungan yang baik sebanyak 43,2%, dan untuk yang kurang mendukung (4,5%). Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian kecil suami yang kurang memberikan dukungan yaitu, suami tidak memberikan informasi mengenai manfaat dan efek samping kontrasepsi suntik. Suami tidak mengantarkan ke tempat pelayanan kontrasepsi, namun istri tetap melakukan kunjungan kontrasepsi. Ini di sebabkan karena dalam penggunaan kontrasepsi suntik istri tidak hanya di pengaruhi oleh dukungan suami tetapi ada faktor lain seperti pendidikan,
pengalaman, tingkat sosial ekonomi, kebudayaan, kebiasaan dan kepercayaan (Hartanto, 2004). Berdasarkan data karakteristik responden seperti umur, pendidikan dan pekerjaan menunjukan bahwa ada faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi suntik, akan tetapi dukungan sosial suami akan memberikan motivasi tersendiri bagi istri baik secara emosional atau psikologis, penghargaan, perhatian, informasi ataupun secara finansial. Hal ini sependapat dengan penelitian-penelitian tentang dukungan suami terhadap istri tentang kondisi dan keadaan istri saat itu, diantaranya hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan di RB Baitul Hikmah Gemuh Kendal oleh Retnowati (2007) dengan jumlah responden 42 ibu hamil didapat hasil nilai r=0,668 dan p value < 0,05(0,000) menunjukkan ada hubungan antara dukungan suami motivasi ibu hamil untuk ANC, bila ibu mendapat dukungan dari suami maka istri akan lebih termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC. Dari hasil penelitian sebagian besar responden mendapat dukungan suami cukup 61,9%, dukungan kurang 21,4% dan dukungan tinggi 16,7%. Penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang oleh Rufaidha, Izzun (2007) dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden hasil nilai p value < 0,05 (0,001). Dukungan suami baik 60%, dukungan suami sedang sebanyak 40% dan tidak ada ibu yang mendapatkan dukungan kurang. Hasil penelitian menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara.suami sebagai orang yang terdekat dengan ibu diharapkan memberikan cinta dan perasaan serta berbagi beban, dukungan itu bisa berupa informasi, emosi, penilaian dan finansial kepada ibu postpartum, dengan dukungan tersebut dapat melemahkan dampak stress atau tekanan yang disebut sebagai efek penyangga (buffering effects) dan secara langsung memperkokoh mental individu sehingga dapat mengurangi kejadian postpartum blues pada ibu primipara.
Penelitian tentang hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi pascapersalinan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh Faridah dan Kurniawati, T. (2008) dengan jumlah responden 34 ibu pascapersalinan, yang mendapat dukungan suami baik 73,5%, dukungan cukup 20,6% dan dukungan kurang 5,9%. Hasil nilai p=0,034 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi pasca persalinan, yaitu dengan dukungan suami yang baik istri akan mampu memilih salah satu metode kontrasepsi pascapersalinan yang sesuai keinginannya berdasarkan pertimbangan dan motivasi dari suami. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, Rimba (2007) tentang hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida saat menghadapi persalinan di Desa Balong Kabupaten Jepara dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden dan yang mendapat dukungan suami baik sebanyak 16,7%, dukungan sedang 20% dan dukungan kurang sebanyak 63,3%. Tingkat kecemasan yang dialami ibu primigravida saat menghadapi persalinan sedang sebanyak 36,7%, berat sebanyak 56,7% dan panik sebanyak 6,7%. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida saat menghadapi persalinan. Penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan post partum blues pada ibu melahirkan di BP/RB Nur Hikmah Gubug Grobogan oleh Lisyowati (2006) dengan sampel 30 responden, hasil penelitian yang ada dukungan suami sebesar 70% dan yang tidak ada dukungan suami sebesar 30%. Dengan nilai r hitung sebesar 0,615 dan p=0,000 didapatkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan post partum blues pada ibu melahirkan. Dengan menghadirkan suami saat mendampingi istri melahirkan
akan
memberikan
rasa
aman,
nyaman,
semangat
dan
membesarkan hati ibu dalam menghadapi proses kelahiran. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa bentuk dukungan suami sangat berpengaruh terhadap istri dalam situasi apapun, termasuk pada akseptor kontrasepsi suntik.
¹ Siti Hilmiyati : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang. ² Ns. Sri Rejeki, M.Kep, Sp. Mat : Staf Dosen Jurusan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang ³ Riwayati, S.Kp : Staf Dosen Jurusan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Faridah, Umi & Tenti Kurniawati. (2009). Hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi pasca persalinan Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2008. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 5 (1), 49-58. Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga : teori dan praktik, Ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Farrer, Helen. (1999). Perawatan maternitas. Jakarta: EGC. Handayani, Sri. (2010). Buku ajar keluarga berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Listyowati. (2007). Hubungan dukungan suami dengan post partum blues pada ibu melahirkan di RB/BPNur Hikmah Gubug Grobogan. UNIMUS. Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: Arcan. Ningsih, Rimba. (2007). Hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida saat menghadapi persalinan di Desa Balong Kabupaten Jepara. UNIMUS. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rinaka Cipta. ______. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Retnowati. (2007). Hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan di RB Baitul Hikmah Gemuh Kendal. UNIMUS. Rufaidha, Izzun. (2007). Hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di Rumah Bersalin Bhakti Ibu Semarang. UNIMUS. Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Jakarta: EGC. Uliyah, Mar’atul. (2010). Panduan aman dan sehat memilih alat KB. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta. EGC.