PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: FEBY SUBHAN HANAN F 0305051
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
Surakarta, Maret 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
(Dra. Falikhatun M.si, ak) NIP. 196811171994032002
ii
HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
iii
MOTTO “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar Rahman)
“Orang yang mudah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri; tetapi juga orang yang mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain” (La Tahzan)
Perubahan yang kecil, tampak tak berarti berlangsung secara terus-menerus dan tanpa henti (Kaizen’s).
Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain
holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun yang terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan. Diinterpretasikan dari pemikran agung Harun Yahya Dalam buku Sang Pemimpi-Andrea Hirata
iv
PERSEMBAHAN
^I dedicate this research for
”My Family And My Friends” ^ **********************Thank u Alloh, aku hanyalah seorang umat yang mencoba untuk memberikan yang terbaik dalam hidup yang terbang tak tentu arah bagai debu di sahara, tapi ENGKAULAH yang memberikan petunjuk dan hidayah kepadaku untuk menuju satu arah yang terang dan gemerlap bagai air salju yang bening dan bagaikan pantulan sinar batu saphirre yang mengagumkan
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL
CAPITAL
DISCLOSURE
:
STUDI
PADA
BANK
KONVENSIONAL DI INDONESIA”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syaratsyarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Makasih banyak pak.... 3. Ibu Dra. Falikhatun M.si, Ak. selaku pembimbing skripsi atas semua kritik, saran, dan perhatianya yang sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik. Matur nuwun karena ibu telah percaya pada saya dan selalu mengajarkan untuk selalu berusaha serta yakin kalau saya bisa. Maaf juga ya bu kalau saya termasuk anak bimbingan bapak yang ”males” dan sering ”ngeyel”. Dan sukses buat S3 nya bu. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih-ku ucapkan atas semua ilmu yang telah dibagi.....
vi
5. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, kepercayaan, dan doa-doa yang selalu terpanjatkan di setiap malam. Inilah salah satu wujud baktiku...... 6. Temen2 kos ijo, gulon, selly comunity, jendela nusantara dan kos dewantoro semua kenangan tidak akan lupa. Yang pernah kesel sama saya maaf yaa. (ardi, olol, oji, banci, suto, anto, bekti, uyo, welly, yayat, aa, adi) 7. ’cEnGoh coMmuniTy’Akuntansi 2005 beguk, dinar, ardi, indro, arab, ayoo, moccie, hendy, ferdi, fijri, cino, ahmad, doni, surip, yoga, munawir dan cewek akuntansi 2005 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu (Thanks a lot) Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih. Alhamdulillahirobbil’alamin.
Surakarta,
maret 2010
Feby Subhan Hanan
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI ………………………………………………………….
Ii
ABSTRACT ………………………………………………………......
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..................
iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………...........
v
HALAMAN MOTTO …………………………………………….......
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………….......
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………......
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….....
x
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………........
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………......
xv
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………........
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………......
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………
8
C. Tujuan Penelitian …………………………………………
8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………..
9
E. Sistematika Laporan …………………………………........ 10
viii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS............................................................................... 12 A. Landasan Teori…………………………............................. 12 1. Intellectual Capital Disclosure……………………….... 17 2. Coorporate governance……………………………….... 20 3. Ukuran Dewan Komisaris…………............................... 22 4. Komisaris Independen..................................................... 25 5. Komite Audit................................................................... 29 B. Kerangka Teoritis................................................................ 30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………..... 30 A. Desain Penelitian.................................................................. 30 B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel.................................. 31 C. Pengukuran Variabel............................................................. 42 D. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data....................... 42 E. Metode Analisis Data........................................................... 47 BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………................... 47 A. Deskripsi Data...................................................................... 48 B. Descriptive Statistic............................................................... 49 C. Uji Normalitas Data............................................................... 51 D. Analisis Data.......................................................................... 51 1. Uji Multikolineritas........................................................... 51 2. Uji Autokorelasi................................................................. 52
ix
3. Uji Heterokesdaktisitas......................................................
54
E. Uji Hipotesis..........................................................................
54
1. Koefisien Determinasi.......................................................
54
2. Uji f.................................................................................
54
3. Uji t.................................................................................
58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
58
A. Kesimpulan.........................................................................
59
B. implikasi...............................................................................
59
C. Keterbatasan Dan Saran.......................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... LAMPIRAN...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
III.1
Instrument Penelitian......................................................
36
IV.1
Hasil Pengambilan Sampel.....................………………
47
IV.2
Statistik Deskriptif..........................................…………
48
IV.4
Hasil Pengujian Multikolinieritas……………………...
51
IV.5
Hasil Pengujian Autokorelasi…………………….........
52
IV.7
Hasil Pengujian F regresi...............................................
54
IV.8
Hasil Pengujian T...........................................................
55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
II.1
Kerangka Teoritis Penelitian…………………………..
29
IV. 1
Gambar Uji Normalitas Data…………………………..
50
IV.2
GambarUji Heteroskedastisitas ..............……………...
53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel……………………………..
Lampiran 2
Data Penelitian……………………..……..................…
Lampiran 3
Hasil Statistik Deskriptif……………........…………….
Lampiran 4
Hasil Uji Normalitas Data..................………………….
Lampiran 5
Hasil Pengujian Regresi.....................………………….
xiii
ABSTRAKSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
FEBY SUBHAN HANAN F 0305051
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, komisaris indenden dan komite audit. Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel diambil dengan metoda purposive sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukan bahwa : 1). ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. 2). komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.332. 3). komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.740.
Kata kunci : corporate governance, intellectual capital disclosure
ABSTRACT
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE TO INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDY OF CONVENTIONAL BANK IN INDONESIA
FEBY SUBHAN HANAN
xiv
F 0305051
This research aim to test the influence of corporate governance to Intellectual Capital Disclosure at conventional bank enlisted in Indonesian Stock Exchange. Corporate Governance in this research is measured by independent board director, size of board director and audit committee. Population in this research is conventional bank enlisted at Indonesian Stock Exchange. Sample taken with purposive sampling method. Data in this research tested by using multiple regression. Result of data analysis indicate that : 1). size of board director have an effect on intellectual capital disclosure. This result shown with regression coefficient equal to 0.049 with level significance equal to 0.000. 2). Independent board had no significance influence to intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.128 with level significance equal to 0.332. 3). audit committee had no significance influence on intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.017 with level significance equal to 0.740.
Key word : corporate governance, intellectual capital disclosure
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini perekonomian dunia khususnya dalam perbankan telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan perbankan juga mengubah cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis perbankan, munculnya berbagai pemahaman baru mengenai proses pelayanan perbankan, peran nasabah dan juga pandangan perusahaan perbankan terhadap peran penting sumber daya manusia memiliki dampak pada pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang fokusnya pada kinerja keuangan perusahaan sering dirasa kurang memadai sebagai suatu pelaporan kinerja perusahaan bank. Ada sesuatu yang lain yang perlu disampaikan kepada pengguna pelaporan keuangan perbankan yang bisa menjelaskan nilai lebih yang dimiliki perusahaan perbankan seperti inovasi, penemuan sistem, pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, relasi dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan sebagai knowledge capital (modal pengetahuan) atau Intellectual capital yang sulit disampaikan kepada pihak luar perusahaan karena belum adanya standar akuntansi yang mengaturnya. Akibatnya, nilai lebih yang dimiliki perusahaan ini tidak pernah diketahui oleh pihak luar bank, bahkan perusahaan bank sendiri seringkali tidak
1
2
menyadari adanya keunggulan yang dimilikinya karena nilai seperti itu tidak memiliki wujud dan tidak mudah dikelola maupun diukur (Damayanti, 2009). Intellectual Capital sinonim dengan intellectual property (hak intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (asset pengetahuan), modal ini dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan bank. Di Indonesia, menurut (Abidin 2000) intellectual capital masih belum dikenal secara luas didunia perbankan. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Karena minimnya
informasi
mengenai
Intellectual Capital bagi
perusahaan perbankan di Indonesia maka Penelitian ini membahas dan memberikan informasi yang penulis peroleh tentang Intellectual Capital di beberapa bank konvensional di Indonesia. Selanjutnya (Abidin dalam Suwarjuwono, 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan – perusahaan (termasuk perbankan) mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan perbankan di Indonesia akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi – inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki
3
oleh perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk – produk yang semakin favourable di mata konsumen atau nasabah. Sejak tahun 1990-an perhatian terhadap praktik pengelolaan kekayaan (aset) tidak berwujud (intangible assets) telah mengalami peningkatan secara dramatis (Harrison dan Sullivan, 2000). Petty dan Guthrie (2000) serta Sullivan dan Sullivan (2000) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assets tersebut adalah intellectual capital. Fokus utama intellectual capital adalah manajemen, teknologi informasi, sosiologi, dan akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000) dan (Sullivan dan Sullivan, 2000). Pengetahuan, inovasi, dan keterampilan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan merupakan komponen intellectual capital (Li, et al.,, 2008). Petty dan Guthrie (2000) telah melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa knowledge dan intellectual capital menimbulkan signifikansi yang lebih besar dan menjadi komoditas penting bagi ukuran nilai bisnis suatu perusahaan dibandingkan ukuran keuangan. Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure merupakan bagian voluntary disclosure. Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi ketidakpastian mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan (Bukh, 2003). Salah satu industri yang menggunakan knowledge di dalam upayanya mendapatkan pendapatan adalah lembaga keuangan perbankan. Bozolan et. al (2003) menyatakan bahwa lembaga keuangan perbankan memerlukan pelaporan yang berbeda dengan sektor usaha lain. Brenan (2001) menyatakan bahwa lembaga keuangan memiliki proporsi intangible assets yang lebih rendah dan memiliki sedikit motivasi untuk melaporkan intellectual capital secara sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu lembaga keuangan yang dimaksud adalah bank. Firer dan Willliam (2003) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu industri yang paling intensif
4
intellectual capital-nya. Selain itu, secara keseluruhan bank memiliki homogenitas karyawan (human capital) dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya (Kubo dan Saka, 2002). Sejak adanya interest differential pada tahun 1998 hingga sekarang ini, perbankan telah menjadi permasalahan yang harus diperhatikan, khususnya di negara-negara asia tenggara. Jensen and Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian pada investor dan mengurangi cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, manajer sebaiknya dengan rela mengungkapkan informasi intellectual capital dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan dengan menyediakan dugaan yang baik bagi investor mengenai posisi keuangan perusahaan (Li, et al.,, 2008). Corporate governance merupakan topik yang telah mulai mendapatkan perhatian dari para pelaku pasar modal di Indonesia. Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI, 2003) menyatakan bahwa Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Tujuan Corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan. Perusahaan yang dikelola dengan baik (Good Corporate Governance) mempunyai ciri diantaranya menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat dan lengkap. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. Penerapan Corporate governance yang baik diharapkan mampu meningkatkan harga saham perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Kirchmaier and Grant (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi konflik keagenan. Tujuannya adalah untuk
5
meningkatkan efeisiensi perusahaan. Mekanisme tersebut dapat berupa mekanisme internal kontrol dan mekanisme dari ekternal kontrol.
Li et al., (2008) menyatakan pertanggungjawaban dalam perbankan konvensional merepresentasikan komitmen dalam menyediakan pelayanan dari dan untuk semua lapisan masyarakat termasuk di dalamnya dalam hal pengungkapan. Suatu bank konvensional yang diharapkan mampu menyediakan pengungkapan yang dibutuhkan pengguna (user). Hal ini bertujuan untuk menciptakan laporan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi pada investor. Disclosure atau pengungkapan merefleksikan implementasi peran perbankan dalam perkembangan ekonomi, keuntungan dan kekuatan dari potensi yangada di dalam perusahaan perbankan tersebut. Lembaga keuangan perbankan konvensional harus mengungkapkan berbagai informasi termasuk intelectual capital yang dimilikinya dalam prospectusnya. Hal ini disebabkan karena pengungkapan merupakan hal penting untuk mendukung keputusan dalam ekonomi untuk menerapkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada masyarakat ataupun stakeholder. Perusahaan harus mengungkapkan intellectual capital sebagai upaya untuk meningkatkan nilai bagi investor. Informasi tersebut dapat digunakan oleh investor untuk memberikan pertimbangan yang lebih baik dalam melakukan keputusan keuangan yang dapat mengurangi volavility harga saham. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang diciptakan untuk memastikan bahwa investor akan memperoleh return dari investasi yang dilakukannya. Transparansi dan efektivitas merupakan salah tujuan yang diharapkan bisa terwujud dengan penerapan corporate governance. Investor akan memperhatikan berbagai informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan informasi seperi halnya pengungkapan intellectual capital akan berpengaruh terhadap keputusan bisnis yang dibuat oleh investor. Manajer yang berfokus pada aktiva tak berwujud perusahaan akan memperhatikan aspek pengungkapan intelektual capital karena akan mempengaruhi aktivitas
6
penciptaan nilai bagi perusahaan. Penerapan corporatge governance yang baik diharapkan mampu meningkatkan kualitas Intellectual Capital Disclosure yang diungkapkan perusahaaan yang akan digunakan oleh investor dalam melakukan keputusan bisnisnya. Malalui penelitian ini penulis akan melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan tiga variabel yaitu ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan keberaadaan komite audit mengacu pada penelitian Abeysekera (2008). Dengan demikian, judul penelitian ini adalah ”Pengaruh Corporate Governance Terhadap Intellectual Capital Disclosure: Studi Pada Bank Konvensional Di Indonesia”.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1.
Apakah terdapat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?
2.
Apakah terdapat pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?
3.
Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan pembahasan masalah adalah sebagai berikut :
7
1.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk: a. Menjadi referensi dan memberikan kontribusi penelitian tentang Intellectual Capital Disclosure pada perbankan konvensional di Indonesia, b. Dari hasil penelitian, keterbatasan, dan rekomendasi peneliti, diharapkan dapat memunculkan penelitian yang berupaya untuk mengembangkan penelitian ini, karena penelitian dengan objek bank konvensional di Indonesia dengan topik Intellectual Capital Disclosure masih jarang ditemui. 2. Bagi Industri Perbankan konvensional di Indonesia Bagi industri perbankan konvensional dan praktisinya, penelitian ini bermanfaat untuk a.
Memberikan pengetahuan tentang praktik Intellectual Capital Disclosure pada masingmasing bank konvensional di Indonesia yang dijadikan sampel, sehingga bank dapat membandingkan praktik Intellectual Capital Disclosure, serta dapat digunakan untuk bahan pertimbangan manajemen dalam praktik Intellectual Capital Disclosure.
8
b. Departemen Research and Development (R&D) tiap bank konvensional di Indonesia dapat menggnakan penelitian ini untuk dikembangkan dalam penelitian lembaga masing-masing bank untuk tujuan kepentingan stakeholder-nya. 3. Bagi Regulator Bagi regulator yang meliputi bank sentral, menteri keuangan, bursa efek, dan ikatan akuntan di Indonesia dapat menggunakan penelitian ini untuk: Menteri keuangan di negara ASEAN (khususnya) bekerja sama dengan bursa efek dan bank sentral dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari hasil penelitian ini untuk mengetahui praktik Intellectual Capital Disclosure terhadap variabel lain yang dapat digunakan untuk mengambil kebijakan. Menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan untuk baik bank konvensional di Indonesia maupun sektor lainnya dalam hal praktik Intellectual Capital Disclosure.
Sistematika Laporan Adapun sistematika laporan adalah sebagai berikut: BAB I
:
PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II
:
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa tinjauan pustaka, kerangka teoritis, dan dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang dikembangkan (hipotesis).
9
BAB III
:
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi desain penelitian; populasi, sample, dan teknik sampling; pengukuran
variable;
instrument
penelitian;
sumber
data;
metode
pengumpulan data; serta metode analisis data. BAB IV
:
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari analisis data.
BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil penelitian, dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, akan ditunjukkan dalam BAB II yang berisi tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Intellectual Capital Disclosure (ICD)
10
Intellectual capital bersifat eksklusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang (Bontis, 1998). Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (abeysekera, 2006). Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, property intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna (Stewart, 1997). Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana beroposisi terhadap informasi (bahan mentah) (Bontis, 1998). Intellectual capital dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan dan juga market premium (Bontis, 1998). Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Salah satunya adalah CIMA (2001) menyebutkan bahwa intellectual assets sebagai berikut: “possession of knowledge and experience, professional knowledge and skill, good relationship, and technological capacities, which when applied will give organization competitive advantage” Hasil penelitian Barth et. al (2001) menemukan bahwa cakupan analisis adalah lebih besar bagi perusahaan yang berinvestasi dalam 12 pengembangan riset dan periklanan, sedangkan studi empiris lain menemukan munculnya dampak postitif terhadap harga saham dari indikator spesifik atas intellectual capital, meliputi pengeluaran pengembangan riset (R&D) (Amir dan Lev,
11
1996), kapitalisasi pengeluaran pengembangan software (Aboody dan Lev, 1998), dan kepuasan pelanggan (Ittner dan Larker, 1998). Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya. Contoh yang paling sederhana adalah kebutuhan untuk berinovasi supaya produk yang hasilkan tidak mengalami masa penurunan setelah berada di posisi puncak. Meskipun tidak terdapat definisi yang baku mengenai intellectual capital, secara umum berbagai pendapat para pakar dan organisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital secara garis besar terdiri dari ( Sveiby, 1997). a
Human capital Human capital merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai
ketika meninggalkan perusahaan (Starovic & Marr, 2004) yang meliputi pengetahuan individu suatu organisasi yang ada pada pegawaiannya (Bontis, 2000) yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual (Roos, Roos, Edvinsson & Dragonetti, 1997). Human Capital merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan yang berupa inovasi, fleksibilitas, toleransi,
12
motivasi, kepuasan, kapaistas pembelajaran, loyalitas, dan pelatihan serta pendidikan formal karyawan. Menurut Dharma (2004) human capital merupakan akumulasi kapabilitas, kapasitas dan peluang yang dimiliki anggota organisasi. Kapabilitas adalah kemampuan anggota organisasi untuk melakukan sesuatu baik yang bersifat kapasitas maupun peluang guna meraih tujuan yang diinginkan. Kapasitas lebih tertuju pada apa yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi, sedangkan peluang lebih pada pilihan yang tersedia bagi anggota organisasi untuk mendapatkan penghargaan-penghargaan personal termasuk gaji, bonus dan sebagainya akibat dari penggunaan kapasitasnya, sehingga kapabilitas diformulasikan sebagai kapasitas X peluang. Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur (Steward, 1997). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, pengetahuan orang-orang di dalam perusahaan akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya (Ongkorahardjo, et.al, 2008) Fitz-Enz (2000) mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1) karakter atau sifat yang dibawa ke pekerjaan, misalnya intelegensi, energi, sikap positif, keandalan, dan komitmen, 2) kemampuan seseorang untuk belajar, yaitu kecerdasan, imajinasi, kreatifitas dan bakat dan 3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim dan orientasi tujuan. b
Structural capital Structural capital merupakan pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan
terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya dan database. Beberapa diantara structural capital dilindungi hukum dan menjadi intellectualproperty right, yang secara legal dimiliki oleh perusahaan (Starovic & Marr, 2004). Structural capital digambarkan sebagai apa yang tersisa dalam perusahaan pada saat pegawai pulang di malam hari (petras, 1997). Structural Capital merupakan aset perusahaan yang berupa pemilikan sistem software, jaringan distribusi, dan supply chain perusahaan. Petras (1996) menyebutkan bahwa structural capital juga
13
meliputi kemampuan perusahaan dalam menjangkau pasar. Dengan kata lain Widyaningrum (2004) mengatakan bahwa structural capital merupakan saran prasaran yang mendukung kinerja karyawan. c
Relational Capital atau Customer Capital Konsep penting customer capital adalah pengetahuan yang dibentuk dalam marketing
channels dan hubungan konsumen bahwa organisasi berkembang dengan menjalankan bisnis. Sebagai contoh adalah image, loyalitas konsumen, kepuasan konsumen, hubungan dengan suplier, kekuatan komersial, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan dan lingkungan aktivitas (Stratovic & Marr, 2004). Customer capital menunjukkan potensi yang dimiliki perusahaan karena ex-firm intangible (Bontis, 2000). Relational capital atau customer capital merupakan hubungan baik yang dijalin oleh perusahaan dengan pihak luar (Petras, 1996), dan juga pengetahuan mengenai rantai alur pasar suati produk, pelanggan, pamsok, dan menjalin hubungan baik dengan pemerintah (Bontis, 2000).
B. Corporate Governance
Wardhani (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan). Isu mengenai Corporate governance ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya Corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Corporate
14
governance
biasanya
mengacu
pada
sekumpulan
mekanisme
yang
mempengaruhui keputusan yang akan diambil oleh manajer ketika ada pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian beberapa dari pengendalian ini terletak pada fungsi dari dewan direksi, pemegang saham institusional, dan pengendalian dari mekanisme pasar. Hastuti (2005) Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer. Corporate governance pada dasarnya berisi prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : 1.
Keadilan (fairness) yang meliputi : (a) Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham (b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.
2.
Transparansi (transparancy) yang meliputi (a) Pengungkapan informasi yang bersifat penting (b) Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas (c) Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien.
3.
Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa (a) Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham (b) Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen (c) adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
4.
Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi (a) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka (c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi
keikutsertaan pihak yang
berkepentingan (d) Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.
15
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep Corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Sistem Corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar.
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan ada empat mekanisme Corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Sedangkan menurut penelitian Abeysekera (2008) proksi corporate governance tidak melibatkan pihak manajemen dan pemegang saham namun terdiri dari pihak yang melakukan pengawasan terhadap manajemen. Corporate governance dalam penelitian tersebut diproksikan dengan jumlaha anggota dewan komisaris, prosentase komisasris yang berasal dari ekternal perusahaaan (independen) dan adanya komite audit dalam perusahaan. Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa perusahaan akan berupaya untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkannya dengan cara melakukan pengawasan secata lebih efektif terutama berkaiatan dengan corporate
16
governance dan pengungkapan sukarela. Pada kenyataannya antara corporate governance dan pengungkapan sularela adalah dua hal yang mengingkatkan perlindungan terhadap kepentingan investor yang akan membuat pasar menjadi semakin efisien. Mekanisme corporate governance yang ada dalam perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kaulitas dan kuantitas terhadap pengungkapan sukarela dari informasi yang berkaitan dengan intellectual capital.
C. Ukuran Dewan Komisaris dan Intellectual Capital Disclosure (ICD) Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Aktifnya peranan dewan komisaris dalam praktek sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris tidak menjalankan peran pengawasannya terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya sehingga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya (FCGI, 2001). Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Selain
17
mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance 2001 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance Kusumawati dan Riyanto (2005) yang meneliti pengaruh transparansi good corporate governance terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa variabel karakteristik dewan yang berupa jumlah komisaris terbukti berhubungan dengan nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini mendukung hipotesis bahwa fungsi service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari segi perspektif pasar, besarnya dewan komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan masukan dan mengontrol perilaku oportunistik direksi dan manajemen. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa dewan komisaris perusahaan didesain untuk mengatasi masalah keagenan. Ketika informasi akuntansi menjadi informasi yang sangat relevan terutama berkaiatan dengan kebangkrutan atau terjadinya kecurangan dalam perusahaan maka diperlukan sebuah karakteristik corporate governance dalam pengungkapannya. Interpretasi dari relevenasi nilai dari informasi akuntansi adalah informasi yang tersedia untuk pasar, tidak hanya berkaiatan dnegan aktiva tetap namun juga berkaitan dengan pengungkapan aktiva tidak berwujud. Informasi keuangan dan non keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadapa sifat investor dalam menentukan nilai perusahaan. Komposisi dewan komisaris yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual capital. H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
18
D. Komisaris Independen dan Intellectual Capital Disclosure (ICD) Siallagan dan Machfoedz (2006) menggunakan proporsi komisaris independen untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh secara negatif terhadap kulitas laba, sedangkan terhadap nilai perusahaan, proporsi komisaris independen secara positif berpengaruh. Bursa Efek Jakarta mengeluarkan Kep-339/BEJ/07-2001 yang mensyaratkan bagi perusahaan yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen adalah sebagai berikut. 1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan. 2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan. 3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan. 4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dewan komisaris juga mewakili mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis manajemen sehingga dapat
19
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Kusumawati dan Riyanto, 2005). Menurut Boediono (2005), komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta corporate governance di dalam perusahaan. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa menyatakan bahwa keberadaan komisaris independen dalam dewan komisaris meningkatkan reputasi berkaitan dengan pengendalian yang lebih efektif. Termasuk juga dalam melakukan pengawan terhadap pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Komisaris independen menjadi faktor penentu utama yang mempengaruhi hubungan keagenan antara manajer dan pemegang saham. Dalam hal pengungkapan, keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan pengungakapan yang ada termasuk berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure. Li et al., (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berperan dalam mekanisme internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen. Komisaris independen mampu memperluas pengetahuan, reputasi yang lebih baik dan memiliki peran dalam aspek pengungkapan perusahaan. Berkaiatan dengan pengungkapan intellectual capital, komisaris independen diharapkan mampu mendorong manajemen untuk mengungkapkan hal yang realitis, taat pada peraturan yang berlaku dan lebih proaktif terhadap pemegang saham berkaitan dengan pengungkapan intellectual capital disclosure. H2 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
E. Komite Audit dan Intellectual Capital Disclosure (ICD) Sesuai Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting dalam pengelolaan perusahaan, dimana komite audit sebagai penghubung antara
20
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan dan dia tercatat sebagai ketua komite audit. Menurut FCGI (2001), komite audit mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang. 1.
Laporan keuangan (financial reporting) Tanggung jawab Komite Audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang: kondisi keuangan, hasil usahanya, rencana dan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup pelaksanaannya adalah : a. Merekomendasikan auditor eksternal. b. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu: surat penunjukkan auditor. perkiraan biaya audit, jadwal kunjungan auditor, koordinasi dengan internal audit, pengawasan terhadap hasil audit dan menilai pelaksanaan pekerjaan auditor. c. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan. d. Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang
meliputi:
laporan
paruh tahun (interim financial statements), laporan tahunan (annual financial statements), opini auditor dan management letters. 2. Tata kelola perusahaan (corporate governance) Tanggung jawab komite audit dalam bidang ini adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif
21
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah: a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. b. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah corporate governance dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya. c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya. 3. Pengawasan perusahaan (corporate control) Tanggungjawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern. Keberadaan komite audit diharapkan membuat informasi keuangan dan non keuangan yang dihasilkan mempunyai kualitas informasi yang lebih baik. Li et al., (2008) menyatakan bahwa peran komite audit telah berkembangan sabagai bagian dari upaya untuk memenuhi tantangan bisnis, perubahan sosial dan lingkungan ekonomi. Komite audit membantu untuk memastikan bahwa kepentingan pemegang saham telah terlindungi dalam aspek keuangan dan pengendalian internal. Intrnal audit membantu perusahaan meningkatkan berbagai informasi yang disampaikan seperti informasi keuangan, review operasi dan keuangan dan informasi lainnya. Dengan meningkatnya pentingnya aspek pengungkapan intellectual capital maka keberadaan
22
komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik intellectual capital. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa komite audit merupakan mekanisme untuk memastikan tidak ada tindakan manajemen yang merugikan pemegang saham. Komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengungkapan yang disampaikan. Komite audit diharapakn mampu menemukan kesalahan yang terjadi, hal yang melanggar peraturan dan hal lain yang menjadikan kualitas pengungkapan menjadi rendah. Komite audit diharapkan dapat meningkatkan informasi non keuangan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure. H3 : Komite audit berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
F. Kerangka Teoritis
Ukuran dewan Komisaris H1
Komisaris Independen
Komite audit
Intellectual Capital Disclosure
H2
H3
Gambar II.1
23
Kerangka Pemikiran
Variabel independen
: Ukuran dewan komisaris, Komisaris Independen, Komite Audit
Variabel dependen : Intellectual Capital Disclosure
Penelitian ini akan menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing) yaitu penelitian yang menguji hipotesis yang telah ditentukan diawal penelitian (Hartono, 2005). Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
B.
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Di dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah. pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Hartono, 2005). Adapun kriteria purposive sampling dalam penelitian ini adalah a.
Bank Umum konvensional di Indonesia yang terdaftar di bursa efek indonesia
24
b.
Bank umum konvensional di Indonesia tersebut yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) dari tahun 2004 sampai dengan 2008 pada website bursa efek indonesia
c.
Annual report yang diambil dari yang dapat memberikan informasi lengkap yang sesuai dengan variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Sampel dipilih dengan metode Yamane (1967), rumus yang digunakan adalah:
Jumlah sampel =
N 1 + Nd 2
Keterangan :
C.
N
= jumlah populasi
d
= tingkat kesalahan yang dapat diterima
Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen a.
Ukuran dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris diproksikan dengan jumlah secara keseluruhan anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
b.
Komisaris Independen Komisaris independen diukur dengan jumlah prosentase komisaris independen yang ada dalam perusahaan mengacu pada Nasution dan Setiawan (2008). Keberadaan komisaris indepnden ini dapat kita lihat dalam annual report perusahaan
c.
Komite audit
31
25
Keberadaan komite audit diukur dengan membentuk variabel dummy mengacu pada Nasution dan Setiawan (2007). (1) apabila ditemukan keberadaan komite audit. (0) apabila tidak ditemukan komite audit. Keberadaan komite audit ini dapat kita lihat dalam annual report perusahaan
2. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan menggunakan proksi variasi Intellectual Capital Disclosure (ICDI) yang diungkap oleh bank umum konvensional di Indonesia. Proksi ini diambil dari pengungkapan annual report masing-masing perusahaan sampel. Annual report dipilih sebagai data untuk proksi-proksi variabel dependen karena annual report merupakan satu-satunya dari banyak media komunikasi publik yang dilakukan perusahaan yang dapat digunakan untuk mentrasfer informasi kepada komunitas yang berinvestasi di dalam perusahaan untuk mengetahui capital yang dimiliki perusahaan (Frederiksen dan Westphalen, 1998). Parker (1982) juga berpendapat bahwa annual report merupakan media publik yang mencakup lingkup yang luas dan mudah disediakan. Selain itu, kelebihan dari annual report adalah terdapatnya komponen pelaporan selain laporan keuangan yang menjadi media untuk komunikasi tentang informasi intellectual capital (Johanson et. al, 1999 dan Abeysekera, 2001). Oleh sebab itu, annual report menjadi pilihan untuk mengukur pengungkapan intellectual capital suatu perusahaan. Pengukuran Intellectual Capital Disclosure dalam penelitian ini mengadopsi dalam penelitian Li, et.al (2008) yaitu dengan dengan menghitung jumlah komponen Intellectual Capital Disclosure. Adapun jumlah komponen intellectual capital di dalam penelitian Li, et. al (2008) adalah sebanyak 61 komponen. Dengan demikian, dari 61 komponen yang diungkap oleh perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah poin-poin yang penjabaran dari dari 61 komponen tersebut sebanyak 183 poin (Li, et. al, 2008). Adapun
26
cara menghitung komponen tersebut adalah dengan metode variabel dummy, yaitu menggunakan teknik skor dikotomi dengan rumus: n
ICDI
j
=
å
j
X
t = 1
n
ij
j
nj = jumlah item yang diungkap oleh perusahaan jth , terdiri dari 122 (yaitu 61 item dalam dua format), Xij = 1 jika perusahaan mengungkap item ith , 0 if jika perusahaan tidak mengungkap, sehingga 0 ≤ ICDIj ≤ 1. Adapun 61 komponen yang digunakan untuk mengukur pengungkapan tersebut terdapat di dalam lampiran. Variabel dependen berupa Intellectual Capital Disclosure di dalam penelitian Li, et (2008) juga mengukur volume Intellectual Capital Disclosure (ICWC). Cara mengukur volume tersebut adalah dengan cara menghitung jumlah kata di dalam annual report yang berhubungan dengan 61 komponen Intellectual Capital Disclosure (Li, et al.,, 2008). Jumlah kata dipilih sebagai metode penghitungan volume Intellectual Capital Disclosure ini karena kata merupakan unit terkecil dalam pengukuran untuk analisis kualitatif dalam content analysi dan diharapkan dapat memaksimalkan ketelitian dalam menghitung volume tersebut secara kuantitatif (Zeghal dan Ahmed, 1990). Teknik content analysis di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel kemudian memberikan kode untuk setiap informasi yang terkandung di dalamnya menurut kerangka indikator Intellectual Capital yang telah ditentukan. Adapun indikator Intellectual Capital dalam penelitian menggunakan indikator yang merujuk pada penelitian Li, et.al (2008). Indikator Intellectual Capital dalam penelitian Li, et.al dipilih sebagai referensi indikator Intellectual Capital karena indikator-indikator tersebut sesuai dengan tujuan penelitian dan ketersediaan data untuk melakukan analisis variabel dependen dengan metode content analysis. Adapun komponen pengungkapan (disclosure) intellectual capital yang
27
digunakan di dalam penelitian ini pada dasarnya terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu (Li, et.al, 2008) a.
human capital
b.
structural capital
c.
relational capital Di dalam penelitian ini, ketiga bagian besar indikator Intellectual Capital Disclosure ini
dijabarkan menjadi 61 poin indikator yang meliputi 22 poin untuk human capital, 18 poin untuk structural capital, dan 21 poin untuk relational capital ( Li, et.al, 2008). Instrumen penelitian yang berupa daftar 61 komponen dan 183 poin-poin yang menjelaskannya dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini. Tabel III.1 Instrument Penelitian Kode
Item
Deskripsi Human Capital
H1
Number of employees
H2
Employee age
H3
Employee diversity
H4
Employee equality
H5
Employee Relationship
Employees count of a firm, employee breakdown by. e. g market (business operation or geographical segments), department and job function, and information about its changes for such changes Biological age of employee in the firm, include qualitative description of age-related advantages/strength of a company’s employees and indicators such as average age of company’s employee, and age information Diversity is defined as the division of classes among a certain population. The item refers to the mix of e. g ethnicity, gender, color, and sexual orientation. Relevant disclosure include employee diversity policy, the mix and breakdown of employee by race, religion, and culture Equal treatment of people irrespective of social and cultural differences. Related disclosure includes employee equality policy and initiative taken enforcement, senior management by gender, and percentage of disabled employees. The recognition of importance of employee, employee appreciation, dependence on key employee, employee satisfaction, loyalty, Health and safety and working environment. It is also includes initiatives to build and
37
H6
H7
H8
H9
H10
H11
H12
H13
H14
H15
1
improve employee relationship e. g. trade union activities, promotion in share ownership and employee contractual relationship Employee education Education of directors as well as other employees. Employees’ professional recognition is classified under employee work-related competences. Skills/know-how Disclosures can be description of knowledge, know-how, expertise or skills of directors and other employees. Matrices could also be shown indicating number of employees with such skills, etc. Employee work-related The knowledge and skills that can be useful to competences accomplish jobs. It refers to, Competence e.g. current positions held outside the company by directors, professional recognition/qualification, awards won (external), and employee publications. Employee work-related What is acquired during the job in terms of tacit, explicit knowledge and implicit knowledge. It mainly relates to knowledge that employees have related to their current job description, including employees’ previous working experience. Employee attitudes/. It reflects how employees are working. Relevant Behavior disclosures could be, e. g employee friendliness, welcoming, hard working, optimism, enthusiasm, and identification of individuals with company’s goals. Employee commitments It refers to employees being bound emotionally/intellectually to the organization. It covers, e.g. description of employee commitments, employee commitment matrix/index, and indicators such as attendance of meetings. Employee motivation Policies, initiatives and evidence of motivation of directors and other employees. It includes reward (internal) and incentives systems, e.g. employee explicit recognition, performance/ psychometric/ occupational assessment, and indicators of such as employee turnover1 stability, absence, and seniority. 2 Employee productivity It is typically measured as output per employee or output per labor-hour, an output which could be measured in physical terms or in price terms. It shows the value added and efficiency of employees. Indicators include, e.g. employee value added, revenue or customers per employee. Employee training It includes, e.g. training policies, training programs, training time, attendance, investment in training, number of employees trained per period, and training results/effectiveness/efficiency. Vocational qualifications It refers to education, managed and monitored by trade and professional organizations (Brooking, 1996), received by an employee for a particular vocation that proves the skill, knowledge and understanding he/she has to do a job well.
Information about directors’ retirement is not included as employee turnover. Directors’ achievements based on incentive schemes are classified as employee motivation information rather than employee productivity. It is considered more appropriate to reflect on the motivational effectiveness of incentive schemes 2
38
H16
Employee development3
H17
Employee flexibility
H18
Entrepreneurial spirit
H19
Employee capabilities
H20
Employee teamwork
H21
Employee involvement with community
H22
Other employee features
Employee career development. Disclosures include employee development policies and programs (e.g. succession planning), recruitment policies (e.g. internal promotion). Indicators include change of employee seniority, and rate of internal promotion. Strategies used by employers to adapt the work of employees to their production/business cycles; and a method to enable workers to adjust working life and working hours to their own preferences. For example, temporary/fixed-term contracts, relaxed hiring and firing regulations, adjustable working hours or schedules (e.g. part-time, flexible working hours/shifts, working time accounts, leave, and overtime), outsourcing, job rotation, tele /home-workers, outworkers. It refers to, e.g. employee engagement (e.g. employee suggestion systems/consultations, rate of employee suggestions acceptance), empowerment (responsibility taking), creativity (e.g. valuing creativity, tolerance of creative people), innovativeness, knowledge sharing, and employee proactive/reactive ability. Other employee abilities apart from the above discussed, e.g. communication ability, interpersonal ability, sensitivity (e.g. thoughtful), reflexibility, and management quality. Teamwork is the concept of people working together cooperatively. It covers information about culture of teamwork (expert teams and networks, teamwork capacity), programs that enhance relationships between employees within/ a cross departments. Employee social competence can be reflected by their involvement with community It is defined as providing employees opportunities for contact with an often concealed but significant part of the firm’s stakeholders. It refers to the special display or attraction of, or gives special prominence to, employees of the firm, e.g. photographs of employees, other employee profile information (e.g. positions held). Structural capital
3
S1
Intellectual property
S2
Process
Not formal qualifications as degrees.
It is a term that encompasses patents, copyrights, trademarks, trade secrets, licenses, commercial rights and other related fields. It covers the assets of a company which is protected by law. It normally refers to a company’s management (sales tools, company co-operation forms, corporate specialization, operational or administrative processes). It includes utilization of organization resources, processes/ procedures / routines, and documentations which enables the company or employees to follow. Indicators are, e.g. efficiency, effectiveness, and
39
productivity. Management philosophy
‘The way leaders in the firm think about the firm and its employees’ (Brooking, 1996: 62), i.e. the way a firm’s managed.
S4
Corporate culture
S5
Organization flexibility
S6
Organization structure
S7
Organization learning
S8
Research & development (R&D)
The set of key values, beliefs, attitudes and understanding shared by people and groups in an organization, which controls the way members of the organization interact with each other and with other stakeholders. It covers information about, e.g. description of the firm’s corporate culture and value, stories and myths that build up about people, events and history conveying a message about what is valued within a firm. A company’s ability to face challenges and changes, such as specific processes firms use to alter their resource base. Reporting lines, hierarchies, and the way that work flows through the business, including management structure and business models. A characteristic of an adaptive organization. It covers what firms learn from experience and incorporate the learning as feedback into their planning process. It refers to future-oriented, longer-term activities in business practice, which can achieve higher levels of knowledge and improvement in business practice, allowing the organization to exploit competitive advantages. It includes, e.g. R&D policies, programs, planning, progress, budgets, successful rate, rate of peer-reviewed publications. Defined as the successful implementation of creative ideas within a firm by introducing something new and useful (radical or incremental changes to products, processes or services). A collection of techniques, which is the current state of humanity’s knowledge of how to combine resources to produce desired products, to solve problems, fulfill needs, or satisfy wants. It includes machines, IT (e.g. computer hardware and software), IS (e.g. SAP, PeopleSoft, database), technical methods, and techniques. Defined as the favorable relationships the firm has with investors, banks and other financiers, financial ratings, financial facilities available, and listings. Functions for customer support, such as customer support centers (e.g. call centers) and other related activities and programs. It includes, e.g. documented materials (e.g. shared database) that a firm shares amongst employees, facilities or centers (knowledge centers, laboratories) for training & learning, and knowledge management and sharing programs/ policies /facilities.
S3
S9
Innovation
S10
Technology
S11
Financial dealings
S12
Customer support function
S13
Knowledge-based Infrastructure
S14
Quality management & improvement
Practices in maintaining and improving quality standards of products and services. Information
40
considered relevant includes, e.g. policies and objectives, programs, control activities (e.g. TQM), description of quality performance, and existence of quality committee. S15
Accreditations (certificate)
S16
Overall infrastructure/ Capability
S17
Networking
S18
Distribution network
A process in which certification of competency, authority, or credibility is presented. It has been broadly referred to as quality certificates. ‘Investor in people’ accreditation represents a firm’s commitment to its employees; hence classified under employee relationship. Infrastructure/capabilities of a firm that cannot be classified under the other 17 structural capital items. Where acquisitions are stated to add a firm’s capability of products and services provision, such information is included under this item. The systems available in a firm that allows interaction of people via a broad array of communication media and devices, e.g. voicemail, e-mail, voice or video conferencing, the internet, groupware and corporate intranets, personal digital assistants, and newsletters. Internal networks of distribution, such as distribution centers. It is what a company owns and forms a very essential part of the business supply chain. Relational capital
R1
Customers
R2
Market presence
R3
Customer relationships
R4
Customer acquisition
R5
Customer retention
R6
CTE
General customer information, e.g. type of customers, customer names, reputation of customers, customer base, knowledge of markets/customers, and customer purchasing histories. It covers target markets of a firm, geographically or by market segmentation, percentage of sales represented by each market segment, and market share. It includes policies and programs for building customer relationships (e.g. customer loyalty schemes, customer satisfaction survey and the initiatives taken for improvement, complaints management), current relationships with customers (e.g. customer satisfaction and loyalty, customer recommendation, recognition of dependence on key customers, customer perception (e.g. expressed by direct quotes), and various activities/ indicators that enhance customer relationships, such as on-time deliveries, convenience of returning goods, value for money). It refers to a company’s new customers/contracts (unless identified as favorite contracts). It also includes a company’s effort on acquiring new or more customers, such as investments/costs. It focuses on retaining the existing customers. Relevant information includes e.g. the number of repeated customers/contracts, renewed contracts, backlog orders, and customer repurchase. Customer training & education (CTE), such as presentation, road shows, exhibitions, etc.
41
R7
R8
Company image/ reputation
R9
Company awards
R10
Public relation
R11
Diffusion & networking
R12
Brands4
R13
Distribution channels
R14
Relationship with Suppliers
R15
Business collaboration
R16
Business agreements
R17
Favorite contract
R18
Research collaboration
R19
Marketing
R20
4
Customer involvement
Relationship with Stakeholders
It focuses on customer consultation on product or services development, which could also include customer and company connectivity. It refers to the evaluation/perception of a firm by its stakeholders in terms of their effect, esteem, and knowledge, and what a company stand for. It includes awards to a company which is not specifically to other aspects, such as innovation or employees. It is the managing of outside communication of an organization to create and maintain a positive image. Public relations involve, e.g. popularizing successes and downplaying failures. It includes taking part in social events, courses, conferences, lectures, or other presentations or seminars. Information about, e.g. brand names, brand images, brand awareness, brand loyalty (e.g. word of mouth advocacy), brand-building strategies and activities, and brand-related sales. Defined as appropriate mechanisms of getting products and services into the market (Brooking, 1996). It refers to various third party distribution channels, e.g. distributors, agents, dealers. It includes, e.g. knowledge of suppliers, relationships with them (such as reliance on key suppliers, bargaining power against suppliers, support of suppliers, and payment terms). Collaborations established with other business partners. It covers issues such as strategic alliances, joint venture and partnership for the purpose of working together to improve effectiveness and efficiency by combining each other’s advantages. It includes such as licensing and franchising agreements. However, the transactions are not within a consolidated group of companies. A contract obtained because of the unique market position held by the firm (Brooking, 1996). It includes description of the contract and the favorable relationships. Collaborations with scientific associations or institutions (e.g. schools and universities) for research or development purposes for the benefit of the company or the community. It includes, e.g. marketing initiatives, investments, strategies, capabilities, and effects (e.g. awareness raised or sales created). A firm’s relationship with stakeholders, which cannot be covered by relationship with customers, suppliers and shareholders, e.g. community, government, and
Brands have been classified under relational capital in various studies (e.g. Bozzolan et al.,., 2003; Brennan, 2001; Guthrie and Petty, 2000). Although authors such as Rodgers (2003) consider brands as a structural capital item, it is considered in this study that brands themselves are not able to create value for firms and it is the attachment of the market and customers, and the positive perception consumers have relating to the brand that lead to purchase decisions and add value to the firm.
42
R21
Market leadership
Sumber: Li, et. al (2008), pp. 15
competitors. A firm’s leadership in various markets or top positions. Market share supplementing market leadership statement is also included.
43
D.
Sumber Data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di dalam penelitian ini, data sekunder yang dimaksud adalah laporan tahunan yang terdaftar di bursa efek indonesia dan termasuk dalam kriteria purposive sampling. Adapun laporan tahunan yang dipilih berdasarkan kriteria purposive sampling tersebut adalah laporan tahunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yaitu pada bank umum konvensional di Indonesia yang terdaftar di bursa efek indonesia. Data-data tersebut dihitung dengan pooled data dan dipilih hanya annual report yang menyedaiakan data sesuai dengan variabel penelitian.
E.
Metode Analisis Di dalam penelitian dilakukan analisis data menggunakan software SPSS V 15. Di dalam melakukan pengujian, peneliti menguji variabel-varibel dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1.
Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada variabel penggganggu atau variabel residual (Ghazali, 2005). Uji normalitas ini merupakan tahap pengujian yang harus dilakukan karena ketika asumsi klasik ini dihilangkan uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghazali, 2005). Di dalam penelitian ini, ukuran sampel yang digunakan juga termasuk ke dalam ukuran sampel kecil. b. Uji Multikolonieritas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji kolerasi antar variabel bebas (Ghazali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, jika terjadi saling korelasi, variabelvariabel tersebut ortogonal. Ortogonal artinya, variabel independen tersebut
44
memiliki korelasi dengan sesama variabel independen adalah 0 (Ghazali, 2005). Jadi, apabila di dalam uji multikolonieritas mendapatkan hasil 0 atas uji korelasi antar variabel independen, variabel-variabel independen tersebut tidak terdapat korelasi. Multikokolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya serta nilai Variances Inflation Factor (VIF) (Ghazali, 2005). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu yang dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Tolerance mengukur variablitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi dalam pengujian ini (Ghazali, 2005).
c. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada runtun waktu (time series). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Adapun cara melihat kolom Partial Correlation (PAC) pada uji autokorelasi. Apabila semua data memiliki PAC dibawah 0,5 berarti telah lolos uji autokorelasi (Ghazali, 2005).
d. Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
45
heteroskedastisitas. Heteroskastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang telah dan titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskastisitas 2.
Descriptive Statistic Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Descriptive statistic dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut
3.
Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah. ICD= α + β1UDK + β2KOMIND + β3KA+ e Keterangan : ICD = Intellectual Capital Disclosure UDK
= Ukuran Dewan Komisaris
KOMIND
= Komisaris Independen
KA
= Komite Audit
α
= Konstanta
β1- β3
= Koefisien regresi
a.
Koefisien Determinasi (R2)
46
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda untuk variabel independen terhadap variabel dependennya. Koefisien determinasi yang dilihat adalah nilai dari adjusted R2 b.
Nilai F Merupakan pengujian bersama – sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Melalui nilai F kita akan mengetahui apakah ukuran dean komisaris, komisaris independen dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure
c.
Nilai t Merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai sig (p-Value) dibawah 5%..
47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure indeks pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2008. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel Kriteria Sampel
Jumlah
Perusahaan perbankan terdaftar 2008
30
Annual report tidak lengkap
8
Perusahaan yang dapat menjadi sampel penelitian
22
Perusahaan perbankan sebagai sampel per tahun
18
Jumlah observasi tahun 2004-2008
90
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 masing-masing 18 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi selama tahun 2004-2008 sebanyak 90 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari annual report. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik.
B. Statistik Deskriptif
47
48
Statistik deskriptif merupakan pengujain statistik secara umum yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian : Tabel IV.2 Statistik Deskriptif
UDK
N 90
Minimum 2.00
Maximum 11.00
Mean 5.1556
Std. Deviation 2.23813
KI
90
KA
90
.00
.66
.4169
.15248
.00
1.00
.8222
IC
90
.38447
.15
.89
.5510
Valid N (listwise)
90
.21100
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan : UDK
= ukuran dewan komisaris
KI
= komisaris independen
KA
= komite audit
IC
= Intellectual Capital Disclosure Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2 dengan nilai
maksimum 11. Nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebesar 5.15 dengan standar deviasi sebesar 2.23. Variabel komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum 0.66. Nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0.41 dengan standar deviasi sebesar 0.15. Variabel komite audit memiliki nilai minimum sebesar 1 dengan nilai maksimum 0. Nilai rata-rata komite audit sebesar 0.82 dengan standar deviasi sebesar 0.38. Variabel Intellectual Capital Disclosure memiliki nilai minimum sebesar 0.15 dengan nilai maksimum 0.89. Nilai rata-rata Intellectual Capital Disclosure sebesar 0.55 dengan standar deviasi sebesar 0.21 C. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi secara normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of regression
49
standardized residual dapat digunakan untuk menguji normalitas data. Jika data menyebar disekitar garis diagonal pada grafik Normal P-P of regression standardized residual dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, tetapi jika sebaliknya data menyebar jauh berarti tidak memenuhi asumsi normalitas tersebut. Grafik Normal P-P of regression standardized residual dari persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar IV. 1 Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IC
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 Data Sumber : Hasil pengolahan 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
50
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan pendekatan grafik Normal P-P of regression standardized residual menunjukan bahwa data tersebar mengukuti garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.
D. Analisis Data 1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance (Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini : Tabel IV.3 Uji Multikolinieritas Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
UDK
0.968
1.033
Tidak terdapat multikolinieritas
KI
0.921
1.086
Tidak terdapat multikolinieritas
KA
0.935
1.070
Tidak terdapat multikolinieritas
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.
51
Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau d1). Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel IV. 4 Uji Autokorelasi D-W Hitung
Kriteria
Keterangan
1.787
>1.732*
Tidak terdapat autokorelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Data * Nilai du 1.732 (k=3, n=90) Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan nilai DW hitung sebesar 1.787. Hasil tersebut lebih besar dari nilai du 1.732 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi. 3. Uji Heterokesdaktisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi disajikan pada gambar berikut ini : Gambar IV.2 Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: IC
gression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
52
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawa angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas
E. Uji Hipotesis 1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari nilai adjusted R2 pada model summary pada hasil analisis regresi linier berganda. Hasil uji regresi menunjukan nilai adjusted R2 sebesar 0.266 atau 26.6 %. Hal ini menunjukan 26.6% perubahan Intellectual Capital Disclosure dipengaruhi oleh komite audit, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Sedangkan 83.4% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
2. Nilai F Regresi
53
Nilai F regresi merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil nilai F dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel IV.6 Nilai F Regresi Nilai F Hitung
P-Value
Keterangan
11.746
0.000
Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil pengujian terhadap nilai F regresi menunjukan nilai F sebesar 11.746 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai F
memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa komite audit, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure.
3. Nilai t Nilai t digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil nilai t dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel IV.7 Hasil Uji Hipotesis
Variabel
Koefisien Regresi
t-hitung
P-Value
Konstanta
0.232
3.090
0.003
UDK
0.049
5.613
0.000
KI
0.128
0.975
0.332
KA
0.017
0.333
0.740
Sumber : Hasil Pengolahan Data Pengujian Hipotesis ke-1
54
Hipotesis ke-1 menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hipotesis ke-1 diterima. Hasil Penelitian ini mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual capital. Pengujian Hipotesis ke-2 Hipotesis ke-2 menguji pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.332. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hipotesis ke-2 ditolak.
Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Abeysekera
(2008) yang menyatakan bahwa hal pengungkapan, keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan yang ada termasuk berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure. Li et al (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berperan dalam mekanisme internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen. Manurut Wardani (2008) pengaujian terhadap komisaris indepeden sebagai bagian dari corporate governance yang memberikan hasil tidak signifikan disebabkan oleh belum optimalnya penerapan corporate governance di Indonesia sehingga komisaris independen yang ada dalam perusahan hanya sebatas untuk memenuhi peraturan Bapepam sehingga kinjernya komisaris independen belum dapat optimal. Pengujian Hipotesis ke-3
55
Hipotesis ke-3 menguji pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.740. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hipotesis ke-3 di tolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al (2008) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik intellectual capital. Manurut Wardani (2008) Praktik corporate governance di Indonesia maish lemah sehingga penulis menduga komite audit dalam perusahaan lebih berfokus pada informasi keuangan yang lebih berhubungan secara langsung terhadap kepentingan pihak pemegang saham. Hal tersebut menyebabkan pengungkapan informasi non keuangan lebih menjadi fokus pihak manajemen dan bukan menjadi fokus komite audit sehingga keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure untuk proksi ukuran dewan komisaris namun tidak berpengaruh untuk proksi komisaris independen dan komite audit. Penulis menduga hal tersebut disebabkan oleh rendahnya perhatian dari perusahaan terhadap intellectual capital sehingga keberadaan corporate governance hanya berfokus pada kinerja operasional perusahaan dan tidak memberikan perhatian lebih terhadap intellectual capital perusahaan. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa :
56
1.
Ukuran dewan komisaris sebagai proksi corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008).
2.
Komisaris independen sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008).
3.
Komite audit sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al., (2008).
B. Impilikasi Penelitian 58 1.
Implikasi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijasikan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama untuk mengembangkan penelitian berkaitan dengan intellectual capital dan corporate governance.
2.
Implikasi praktik Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Bapepam untuk membuat peraturan yang dapat meningkatkan pelaksanaan corporate governance pada industri perbankan di Indonesia terutama berkaitan dengan ukuran dewan komisaris.
4.
Keterbatasan dan Saran 1.
Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit sebagai proksi corporate governance. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari corporate governance seperti dengan menggunakan corporate governance indeks.
2.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari komite audit dan komisaris independen. Komite audit dapat diproksikan dengan prosentase anggota
57
independen dari total komite audit sedangkan untuk komisaris indpenden disarankan untuk menggunakan jumlah rapat komisaris hadiri oleh komisaris independen dalam satu tahun. 3.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian serta menguji variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure seperti struktur kepemilikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2000. Upaya Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru. Media Akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. pp. 4647
Abeysekera, I. 2006.: The Project of Intellectual Capital Disclosure Researching the Reasearch. Journal of Intellectual Capital, 7 (1): 61-77
58
________. 2008. Role Of Corporate governance on Intellectual Capital Disclosure In Kenya. Available on line at www.ssrn.com
Aboody, D., Lev, B. 1998. "The value relevance of intangibles: the case of software capitalization", Journal of Accounting Research, supplement, Vol. 36 pp.161-91.
Amir,E. And Lev, B. 1996. Value-Relevance of nonfinancial information: the wireless communication industry, Journal of Accounting and Economics, 22, 3-30.
Barth. M. E., Kasnik, R., and McNichols, M. 2001. Analyst Coverage and Intangible Asset. Journal Of Accounting Research, 39 (1): 1-34
Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo
Bontis, Nick. (1998). Intellectual Capital: An exploratory study that develops measures and models, Management Decision, 36, 2, 63-76..
Bontis, N. 2000. Assessing knowledge assets: A Review of The Models Used to Measure Intellectual Capital. Queen’s management Research Centre for Knowledge-Based Enterprises
Bozzolan, S., Favotto, F. and Ricceri, F. 2003. Italian Annual Intellectual Capital Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital, 4 (4): 543-558
Brennan, N. 2001. Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Ireland. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 14 (4): 423-436
Bukh, P. N. 2003. Commentary: The Relevance of Intellectual capital Disclosure: A Paradox?. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 16 (1): 49-56
Cerbioni, F. and Parbonetti, A. 2007. Exploring the Effects of Corporate Governance on Intellectual Capital Disclosure: An Analysis of European Biotechnology Companies. European Accounting Review, 16 (4): 791-826
CIMA. 2001. Managing the Intellectual Capital within Today’s Knowlegde-Based Organization. Technical Briefting-September
59
Damayanti, Tri. 2009. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap intellectual capital disclosure, Studi pada bank syariah di asia.
Dharma, S., 2004. Formasi Modal Manusia dan Strategi Inovasi, Usahawan, No. 9, Tahun XXXIII, September: 25-30
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Seri Tata Kelola (Corporate Governance) Jilid II. http://fcgi.org.id.
Firer, S. and Williams, S. Mitchell. 2003. Association Between the Ownership Structure of Singapore Publicy Traded Firms and Intellectual Capital Disclosures. www.ssrn.com
Fit-enz, J. 2000. The ROI of human capital. New York. Frederiksen, Jens V. and Westphalen, Sven-Åge .1998. Human resource accounting: conflicts, CEDEFOP, Thessaloniki.
Interests and
Ghazali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP UNDIP
Harrison, S and P.H Sullivan. 2000. Proftting Form Intellectual Capital: Learning from Leading Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol.1, No.3, pp. 33-46
Hartono, Jogiyanto. 2005. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah and Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Hastuti. 2005. Hubungan Antara Good Corporate governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja. Simposium Nasional Akuntan VIII.
Ittner, C. and Larcker, D. 1998. Are Non-Financial Measures Leading Indicators of Financial Performance? An Analyst Satisfaction Survey. Journal of Accounting Research, 36 (Supplement): 1–35
Jensen, M.C dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360
Kirchmaier, Thomas and Jeremy Grant. 2006. Corporate Ownership Structure and Performance in Europe. Avalable on line at www.ssrn.com
60
Kubo, I and A. Saka. 2002. An Inquairy into the Motivations of Japanese Banking Workers in the Japanese Financial Industry. Journal of Knowledge Management, Vol.6 No.3, pp.262-271
Kusumawati dan Riyanto. 2005. Corporate governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Complience Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Artikel yang Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan Akuntan Indonesia. Li. Jing, Richard Pike and Roszaini Haniffa. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research, 38 (2).Pp.137159
Mouritsen, J. 1998. Driving Growth: Economics Value Added Versus Intellectual Capital. Management Accounting Research, 9 (4).Pp.461-483
Nasution dan Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Artikel yang Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Ikatan Akuntan Indonesia. Ongkorahardjo, Martina Dwi Puji Astri; Antonius Susanto,and Dyna Rachmawati. 2008. Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol. 10, No. 1, Mei: 11-21
Parker, L.D. 1982. Corporate Annual Reporting:A Mass Communication Perspective. Accounting and Business Research, Autumn. Pp. 279-86
Petrash, G. 1996. Dow’s journey to a Knowledge value management culture. European Managenemnt Research. Vol.14, No.4, pp.365-373
Petry, P and J. Guthrie.2000. Intellectual Capital Literature Review: Measurement, Reporting, and Management. Journal of Intellectual Capital, Vo.1, No.2, pp.155-175
Rahcmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 10 : Ikatan Akuntan Indonesia Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoed. 2006. Mekanisme corporate governance, kualitas laba dan nilai perusahaan. SNA IX : Ikatan Akuntan Indonesia.
61
Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital-The New Wealth of Organization. London: Nicholas Brealey
Sullivan, Jr. P.H and P.H Sullivan Sr. 2000. Valuing Intangible Companies, an Intellectual Capital Approach. Journal of Intellectual Capital, Vol.1, No. 4, pp. 328-340
Sveiby, K. E. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and Measuring Knowledge-based Asset. San Fransisco, CA: Berret-Koehler Publishers
Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate governance dalam Perusahaan yang Mengalami Masalah Keuangan. SNA 9 : Ikatan Akuntan Indonesia.
Wardani, Kusuma. 2008. Pengaruh Corporate governance Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas Islam Indonesia. Yogjakarta. www.uii.com.
Widyaningrum, Ambar. 2004. Modal Intelektual. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.1 pp.16-25 Yamane, Taro. 1967, Elementere Sampling Theory, Prentice-Hall Inc.
Zeghal, Daniel dan Ahmed, Sadrudin, A. 1990. Comparison of Social Responsibility Information Disclosure Media Used by Caanadian Firms. AAA Journal, pp 38-53
LAMPIRAN 1 PERUSAHAAN SAMPEL
NO
KODE
Nama Perusahaan
62
1
BNLI
Bank Permata Tbk
2
BCIC
Bank Century Tbk
3
BDMN
Bank Danamon Tbk
4
BNII
5
MAYA
Bank Mayapada Tbk
6
BBNI
Bank BNI Tbk
7
BNGA
Bank Niaga Tbk
8
NISP
Bank NISP Tbk
9
PNBN
Bank Panin Tbk
10
BVIC
Bank Victoria Internasional Tbk
11
BKSW
12
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk
13
BBCA
Bank Central Asia Tbk
14
BEKS
Bank Eksekutif Internasional Tbk
15
MEGA
Bank Mega Tbk
16
BSWD
Bank Swadesi Tbk
17
BBNP
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
18
BABP
Bank Bumi Putera Tbk
Bank International Indonesia Tbk
Bank Kesawan
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN
2004
TAHUN
NO 1 2 3 4 5
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA
KA 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00
KI 0.30 0.25 0.30 0.30 0.25
UDK 6.00 4.00 9.00 3.00 4.00
IC 0.885246 0.442623 0.737705 0.360656 0.311475
2005
63
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1.00 0.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00
0.42 0.00 0.40 0.66 0.00 0.33 0.57 0.40 0.33 0.11 0.50 0.33 0.33 0.30 0.25 0.30 0.40 0.20 0.42 0.44 0.40 0.66 0.50 0.50 0.57 0.40 0.50 0.10 0.33 0.33 0.33
7.00 3.00 10.00 3.00 2.00 3.00 7.00 5.00 3.00 7.00 8.00 3.00 3.00 3.00 4.00 9.00 11.00 5.00 7.00 9.00 10.00 3.00 2.00 2.00 7.00 5.00 2.00 4.00 3.00 3.00 3.00
0.639344 0.770492 0.819672 0.606557 0.540984 0.42623 0.786885 0.803279 0.163934 0.442623 0.377049 0.409836 0.295082 0.885246 0.442623 0.737705 0.360656 0.311475 0.639344 0.770492 0.819672 0.606557 0.540984 0.42623 0.786885 0.803279 0.147541 0.442623 0.377049 0.409836 0.295082
UDK 8.00 4.00 6.00 6.00 4.00
IC 0.885246 0.344262 0.737705 0.639344 0.311475
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
2006
TAHUN
NO 37 38 39 40 41
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA
KA 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00
KI 0.50 0.25 0.50 0.50 0.25
2007
64
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 0.00 1.00
0.42 0.50 0.50 0.50 0.33 0.30 0.57 0.60 0.50 0.66 0.33 0.33 0.60 0.50 0.33 0.57 0.50 0.25 0.00 0.50 0.50 0.33 0.33 0.50 0.57 0.60 0.66 0.22 0.33 0.50 0.40
7.00 8.00 10.00 4.00 3.00 3.00 7.00 5.00 4.00 3.00 6.00 3.00 5.00 8.00 3.00 8.00 6.00 4.00 7.00 6.00 7.00 4.00 3.00 2.00 7.00 5.00 3.00 3.00 6.00 6.00 5.00
0.639344 0.770492 0.819672 0.606557 0.540984 0.557377 0.786885 0.803279 0.147541 0.442623 0.377049 0.409836 0.295082 0.885246 0.344262 0.737705 0.639344 0.311475 0.639344 0.770492 0.819672 0.606557 0.540984 0.557377 0.786885 0.803279 0.147541 0.442623 0.377049 0.409836 0.295082
UDK 8.00 3.00 8.00 6.00 4.00 7.00
IC 0.786885 0.344262 0.737705 0.360656 0.311475 0.639344
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
2008
TAHUN
NO 73 74 75 76 77 78
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI
KA 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
KI 0.50 0.33 0.50 0.50 0.50 0.42
65
79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00 1.00
0.66 0.42 0.50 0.66 0.50 0.57 0.6 0.66 0.33 0.50 0.33 0.60
6.00 7.00 4.00 3.00 2.00 7.00 5.00 3.00 3.00 6.00 6.00 5.00
0.770492 0.819672 0.606557 0.540984 0.557377 0.786885 0.803279 0.147541 0.442623 0.377049 0.409836 0.295082
66
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
2004
TAHUN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
H1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
H3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
H4 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
H5 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
H6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
H7 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
H8 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN
H9 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0
H10 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
H11 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
H12 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
H13 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
H14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
H15 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
H16 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
H17 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
67
(LANJUTAN) H18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
H19 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
H20 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
H21 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
H22 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
S1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
S6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
S10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
S11 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
S12 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
S13 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
S14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
S16 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
S17 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
S18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
68
R1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
R2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
R3 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
R4 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
R5 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
R6 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
R7 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
R8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
R9 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
R10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
R11 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
R12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R13 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
R14 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
R15 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
R16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
R17 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
R18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
R19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
R20 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
R21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
skor 54 27 45 22 19 39 47 50 37 33 26 48 49 10 27 23 25 18
total 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
ICI 0.89 0.44 0.74 0.36 0.31 0.64 0.77 0.82 0.61 0.54 0.43 0.79 0.80 0.16 0.44 0.38 0.41 0.30
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
TAHUN
NO
KODE
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10
H11
H12
H13
H14
H15
H16
H17
H18
2005
69
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
H19 1
H20 1
H21 1
H22 1
S1 0
S2 1
S3 1
S4 1
S5 1
S6 1
S7 1
S8 1
S9 1
S10 1
S11 1
S12 1
S13 1
S14 1
S15 1
S16 0
S17 1
S18 1
70
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
R16 0 0
R17 1 0
R18 1 0
R19 1 1
R20 1 0
R21 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
R1 1 1
R2 1 1
R3 1 1
R4 1 1
R5 1 0
R6 1 1
R7 1 0
R8 1 1
R9 1 0
R10 1 1
R11 1 0
R12 1 1
R13 1 0
R14 1 0
R15 1 0
skor 54 27
total 61 61
ICI 0.89 0.44
71
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
45 22 19 39 47 50 37 33 26 48 49 9 27 23 25 18
H11 0 0 1
H12 1 0 1
H13 0 0 1
H14 1 1 1
H15 1 0 0
H16 1 0 1
61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
0.74 0.36 0.31 0.64 0.77 0.82 0.61 0.54 0.43 0.79 0.80 0.15 0.44 0.38 0.41 0.30
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
TAHUN
200 6
0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
NO 37 38 39
KODE BNLI BCIC BDMN
H1 1 1 1
H2 1 0 1
H3 1 1 1
H4 1 1 1
H5 1 0 1
H6 1 0 1
H7 0 0 1
H8 1 0 0
H9 0 0 0
H10 1 0 1
H17 1 0 1
H18 1 0 0
H19 1 0 0
72
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
S13 1 0 1 0
S14 1 1 1 1
S15 1 0 1 1
S16 0 1 0 0
S17 1 1 1 1
S18 1 1 1 1
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
H20 1 0 1 0
H21 1 0 0 0
H22 1 1 1 0
S1 0 0 0 0
S2 1 0 1 1
S3 1 1 1 1
S4 1 0 1 1
S5 1 1 1 1
S6 1 1 1 1
S7 1 1 1 1
S8 1 1 1 1
S9 1 1 1 1
S10 1 0 1 1
S11 1 1 1 0
S12 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
73
0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
R16 0 0 0 1 0
R17 1 0 1 0 0
R18 1 0 1 1 0
R19 1 1 1 1 0
R20 1 0 1 1 0
R21 1 0 1 1 0
0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
R1 1 0 0 0 0
R2 1 0 0 1 1
R3 1 0 0 1 0
R4 1 0 0 1 0
R5 1 0 0 1 0
R6 1 1 0 1 0
R7 1 0 0 1 0
R8 1 1 1 1 1
R9 1 0 1 1 0
R10 1 1 1 1 0
R11 1 0 1 1 0
R12 1 1 1 1 1
R13 1 0 1 1 0
R14 1 0 1 1 0
R15 1 0 1 1 0
skor 54 21 45 39 19
total 61 61 61 61 61
ICI 0.89 0.34 0.74 0.64 0.31
74
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
H12 1 0 1 1 0 1
H13 0 0 1 0 0 0
H14 1 1 1 1 1 1
H15 1 0 0 0 0 0
39 47 50 37 33 34 48 49 9 27 23 25 18
61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
0.64 0.77 0.82 0.61 0.54 0.56 0.79 0.80 0.15 0.44 0.38 0.41 0.30
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
TAHUN
2007
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
NO 55 56 57 58 59 60
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI
H1 1 1 1 0 1 0
H2 1 0 1 0 0 0
H3 1 1 1 1 1 1
H4 1 1 1 1 0 1
H5 1 0 1 0 0 0
H6 1 0 1 1 1 1
H7 0 0 1 0 0 0
H8 1 0 0 0 0 0
H9 0 0 0 0 0 0
H10 1 0 1 0 0 0
H11 0 0 1 0 0 0
H16 1 0 1 1 0 1
H17 1 0 1 0 0 0
H18 1 0 0 0 0 0
75
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
BNGA NISP PNBN BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
S17 1 1 1 1 0 1 1
S18 1 1 1 1 0 1 1
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
H19 1 0 0 0 0 0 0
H20 1 0 1 0 0 0 1
H21 1 0 0 0 0 0 1
H22 1 1 1 0 1 0 1
S1 0 0 0 0 0 0 0
S2 1 0 1 1 1 1 1
S3 1 1 1 1 1 1 1
S4 1 0 1 1 1 1 1
S5 1 1 1 1 1 1 1
S6 1 1 1 1 1 1 1
S7 1 1 1 1 1 1 1
S8 1 1 1 1 1 1 1
S9 1 1 1 1 1 1 1
S10 1 0 1 1 1 1 1
S11 1 1 1 0 0 0 0
S12 1 0 1 1 0 1 1
S13 1 0 1 0 0 0 1
S14 1 1 1 1 1 1 1
S15 1 0 1 1 1 1 1
S16 0 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
76
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
R16 0 0 0 1 0 1 0 0
R17 1 0 1 0 0 0 0 0
R18 1 0 1 1 0 1 1 1
R19 1 1 1 1 0 1 1 1
R20 1 0 1 1 0 1 1 0
R21 1 0 1 1 0 1 1 1
1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
R1 1 0 0 0 0 0 0 0
R2 1 0 0 1 1 1 1 1
R3 1 0 0 1 0 1 1 1
R4 1 0 0 1 0 1 1 1
R5 1 0 0 1 0 1 1 1
R6 1 1 0 1 0 1 0 1
R7 1 0 0 1 0 1 0 1
R8 1 1 1 1 1 1 1 1
R9 1 0 1 1 0 1 1 1
R10 1 1 1 1 0 1 1 1
R11 1 0 1 1 0 1 1 1
R12 1 1 1 1 1 1 1 1
R13 1 0 1 1 0 1 1 1
R14 1 0 1 1 0 1 0 1
R15 1 0 1 1 0 1 1 1
skor 54 21 45 39 19 39 47 50
total 61 61 61 61 61 61 61 61
ICI 0.89 0.34 0.74 0.64 0.31 0.64 0.77 0.82
77
0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
H12 1 0 1 0 0 1 1 1 1
H13 0 0 1 0 0 0 0 1 0
H14 1 1 1 1 1 1 1 1 1
H15 1 0 0 0 0 0 1 0 1
37 33 34 48 49 9 27 23 25 18
61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
0.61 0.54 0.56 0.79 0.80 0.15 0.44 0.38 0.41 0.30
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
TAHUN
2008
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63
KODE BNLI BCIC BDMN BNII MAYA BBNI BNGA NISP PNBN
H1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
H2 0 0 1 0 0 0 1 1 0
H3 1 1 1 0 1 1 1 1 1
H4 1 1 1 0 0 1 0 1 0
H5 1 0 1 0 0 0 1 1 0
H6 1 0 1 1 1 1 1 1 1
H7 1 0 1 1 0 0 1 0 0
H8 1 0 0 0 0 0 1 1 1
H9 0 0 0 0 0 0 1 0 1
H10 0 0 1 0 0 0 1 0 0
H11 0 0 1 0 0 0 0 1 0
H16 0 0 1 1 0 1 1 1 1
H17 1 0 1 0 0 0 0 1 0
H18 0 0 0 0 0 0 0 0 0
78
64 65 66 67 68 69 70 71 72
BVIC BKSW BBRI BBCA BEKS MEGA BSWD BBNP BABP
1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
H19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
H20 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
H21 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
H22 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
S3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
S5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
S6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
S7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
S8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
S11 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
S12 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1
S13 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
S14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
S15 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
S16 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
S17 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
S18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
79
1 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 0 1
1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 0 1 0 1 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 1 0 0
0 1 1 0 1 1 0 0
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN (LANJUTAN)
R1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
R2 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1
R3 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1
R4 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1
R5 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1
R6 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
R7 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
R8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
R9 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
R10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
R11 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
R12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R13 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
R14 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
R15 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
R16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
R17 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
R18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
R19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
R20 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1
R21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
skor 48 21 45 22 19 39 47 50 37 33
total 61 61 61 61 61 61 61 61 61 61
ICI 0.79 0.34 0.74 0.36 0.31 0.64 0.77 0.82 0.61 0.54
80
1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 0 1 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 1 0
0 1 1 0 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0 0
1 1 1 0 1 0 1 1
0 1 1 0 0 0 1 0
0 1 1 0 0 0 1 0
34 48 49 9 27 23 25 18
61 61 61 61 61 61 61 61
0.56 0.79 0.80 0.15 0.44 0.38 0.41 0.30
42
LAMPIRAN 3 STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KA
90
KI
90
.00
.66
.4169
.15248
UDK
90
2.00
11.00
5.1556
2.23813
IC
90
.15
.89
.5510
.21100
Valid N (listwise)
90
.00
1.00
LAMPIRAN 4 UJI NORMALITAS DATA Histogram
Dependent Variable: IC
ency
15
10
.8222
.38447
43
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IC
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
LAMPIRAN 5 HASIL UJI REGRESI
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
44
LAMPIRAN 5 HASIL UJI REGRESI (LANJUTAN)
45
Scatterplot
Dependent Variable: IC
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
2
3