Pengaruh Cara Pengolahan dan Jumlah Daun Sirih Merah Terhadap Bakteri Patogen Dalam Mulut Bekti Nur’ aini1*, Dina Pusparani1*, Febtian Khusnanti1*, Rini Maya Puspita2, H. Dedy Kusuma Y2, Dyah Listyarifah2, Nunuk Purwanti2 1 Ilmu Keperawatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 2Bagian Biomedika Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada *memiliki kontribusi yang sama dalam penelitian e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Beberapa bakteri yang menjadi penyebab dalam penyakit gigi dan mulut adalah Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, dan Porphyromonas gingivalis. Streptococcus mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob penyebab karies gigi dan jumlahnya sangat tinggi pada plak gigi sedangkan yang berperan dalam perkembangan karies lebih lanjut adalah Lactobacillus acidophilus fakultatif anaerob. Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri obligat anaerob penyebab penyakit periodontal. Daun sirih merah (Piper crocatum) mengandung senyawa yang memiliki sifat antibakteri. Di masyarakat, terdapat beberapa cara pengolahan daun sirih merah (Piper crocatum) yang belum terbukti tingkat keefektifannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat bakteri Streptococcos mutans, Lactobacillus acodophilus, dan Porphyromonas gingivalis setelah aplikasi air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar. Air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar dibuat dengan cara merebus dan menyeduh menggunakan akuades. Bakteri yang digunakan merupakan biakan murni dengan konsentrasi 108 CFU/ml. Pengaruh air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar terhadap pertumbuhan Streptococcos mutans, Lactobacillus acodophilus, dan Porphyromonas gingivalis ditentukan dengan cara mengukur optical density (OD) bakteri tersebut. Optical density dari bakteri diukur menggunakan spektrofometer dengan panjang gelombang 600 nm. OD awal diukur sebelum diinkubasi, sedangkan OD akhir diukur setelah diinkubasi selama 24 jam. OD final didapatkan dari OD akhir - OD awal. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa cara pengolahan rebusan, seduhan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) 20 lembar mempunyai kemampuan paling besar di antara kelompok yang lain dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Namun pada pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil ini dimungkinkan karena tebalnya struktur membran bakteri Porphyromonas gingivalis dan adanya mekanisme proteksi yang diperankan oleh membran luar dan periplasma, serta kurangnya jumlah zat aktif antibakteri pada 10 dan 20 lembar daun sirih merah. Kata kunci:
cara pengolahan, daun sirih merah, Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis
Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut yang masih tinggi adalah karies dan penyakit periodontal. Karies adalah proses demineralisasi jaringan keras gigi akibat aktivitas metabolisme bakteri. Terjadinya karies melibatkan pejamu yang rentan, bakteri penyebab karies, dan substrat untuk bakteri. Bakteri penyebab karies di antaranya adalah Streptococci, Lactobacilli, dan Actinomycetes.1 Penyakit periodontal merupakan sekumpulan
48
kondisi peradangan atau inflamasi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri dan penyebab utama kehilangan.2,3 Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri yang berperan dalam pembentukan plak subgingiva penyebab periodontitis.4 Streptococcus mutans merupakan etiologi utama terjadinya karies gigi dan merupakan bakteri yang mensintesa polisakarida seperti dekstran atau levan dari sukrosa.2 Lactobacillus
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
juga berperan dalam pembentukan plak gigi yang merupakan faktor utama penyebab karies gigi.5 Lactobacillus acidophilus menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir fermentasi karbohidrat. Kedua bakteri tersebut berperan dalam metabolisme glukosa di mulut yaitu dengan menghasilkan asam organik yang menurunkan pH di mulut hingga kurang dari 5. Rendahnya pH ini akan menyebabkan terjadinya dekalsifikasi dan dimulainya pembusukan gigi.6 Tingginya konsentrasi asam menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan karies gigi.7 Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri yang dapat memproduksi faktor virulensi protease yang berfungsi merusak immunoglobulin, faktor komplemen, dan protein sekuester hemin.4 Porphyromonas gingivalis memiliki aktivitas proteolitik yang kuat sehingga dapat mendegradasi protein dan populasinya meningkat pada penyakit periodontal.3,8 Plak merupakan agen inisiasi utama penyebab karies dan penyakit periodontal.9 Pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri plak dapat dilakukan dengan mengontrol deposisi plak gigi. Cara kimiawi untuk mengontrol plak salah satunya dengan obat.4 Obat kumur yang mengandung antibakteri dapat mencegah pembentukan plak.10 Di Indonesia, dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Salah satu contoh tanaman obat tradisional adalah daun sirih merah (Piper crocatum) yang berguna sebagai obat sariawan, obat sakit gigi, obat keputihan, dan untuk menghilangkan bau badan.11 Beberapa penelitian telah melaporkan aktivitas daun sirih merah sebagai antibakteri dan antifungi. Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis menunjukkan tanaman ini memiliki kandungan kimia seperti alkaloid, minyak atsiri, flavonoid dan tannin yang merupakan turunan fenol.11,12 Di masyarakat, pembuatan obat kumur menggunakan daun sirih merah dibuat dengan cara direbus atau diseduh. 13,14 Sampai saat ini belum ada penelitian yang memberikan informasi metode manakah yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies dan periodontitis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah mengenai cara pengolahan daun sirih merah (Piper crocatum) yang tepat, mudah, dan murah kepada masyarakat sebagai penghambat bakteri penyebab plak.
Metode Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah daun sirih merah segar, akuades, Blood Agar Plate, NaCl fisiologis, suspensi bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis 108 CFU/ml, media cair Brain Heart Infusion (BHI), air rebusan dan seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) masing-masing 10 dan 20 lembar, chlorhexidine 0,12%, akuades steril.
Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah ose tangkai panjang, lampu spritus, cawan petri, densicheck, autoclave, pisau, timbangan, beaker glass, penutup untuk beaker glass, pengaduk kayu, kompor listrik, termometer, penyaring nilon, milipore 0,22 mm, syringe injeksi 3 ml, inkubator, tabung reaksi, kuvet, mikropipet, mikrotip, vortex, spektrofotometer, sarung tangan, dan masker.
Cara Kerja Determinasi tumbuhan Determinasi tumbuhan sirih merah (Piper crocatum) dilakukan di Laboratorium Unit II Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM.
Pembiakan bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis Bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis diperoleh dari biakan murni di Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Ngadinegaran, Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan suspensi bakteri berjumlah 108 CFU/ml dengan umur 24 jam dalam larutan NaCl fisiologis.
Pembuatan air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) Daun sirih merah (Piper crocatum) dicuci bersih di bawah air mengalir kemudian dirajang dengan ukuran kurang lebih 4 mm. Jumlah daun yang digunakan dalam pembuatan rebusan dan seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) adalah sama, yaitu masing-masing menggunakan 10 dan 20 lembar. Air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dibuat dengan cara memasukkan
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
49
rajangan daun sirih merah (Piper crocatum) ke dalam panci stainless steel ditambah dengan aquades 400 ml kemudian dipanaskan dengan panci dalam keadaan tertutup di atas kompor hingga mendidih (suhu mencapai 1000 C) dan diaduk sesekali. Setelah mendidih, api kompor dikecilkan hingga air menyusut dan tersisa 200 ml. Selanjutnya panci diturunkan dari kompor, dibiarkan sampai dingin dan disaring. Sedangkan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) dibuat dengan cara rajangan daun sirih merah (Piper crocatum) segar dimasukkan ke dalam beaker glass dan dituangkan aquades mendidih sebanyak 200 ml. Larutan diaduk dan dibiarkan sampai dingin kemudian disaring. Air rebusan dan air seduhan siap dimasukkan ke larutan uji pada suhu ruang (270 C).
Uji daya hambat Uji daya hambat dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Penentuan daya hambat air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan cara mengukur nilai OD menggunakan spektrofotometer sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum diinkubasi dan setelah diinkubasi. Penelitian ini menggunakan metode dilusi dan dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I adalah suspensi bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis sebanyak 1 ml dalam 3 ml media BHI cair ditambah 1 ml larutan air rebusan 10 lembar, kelompok II ditambah dengan 1 ml air rebusan 20 lembar, kelompok III ditambah 1 ml air seduhan 10 lembar, kelompok IV ditambah 1 ml air seduhan 20 lembar, kelompok V ditambah 1 ml chlorhexidine 0,12% sebagai kontrol positif dan kelompok VI ditambah 1 ml akuades steril sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan dicampur dengan menggunakan vortex, kemudian 1 ml larutan dipindahkan ke dalam kuvet untuk dilakukan pengukuran nilai OD. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer panjang
50
gelombang 600 nm. Nilai OD yang diambil adalah nilai yang muncul pada layar selama 10 detik. Selanjutnya kelompok perlakuan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C. Setelah diinkubasi selama 24 jam maka akan terlihat perubahan kejernihan larutan perlakuan. Kelompok larutan perlakuan tersebut masing-masing dicampur dengan menggunakan vortex kemudian dipindahkan ke dalam kuvet untuk dilakukan pengukuran OD akhir. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Pembacaan hasil uji pertumbuhan Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis Uji pertumbuhan Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis diukur dengan melihat nilai OD menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm. Nilai OD awal dan nilai OD akhir yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui nilai OD final.OD final didapatkan dari OD akhir dikurangi OD awal.
Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa setiap kelompok perlakuan memiliki tingkat kekeruhan yang berbeda. Kekeruhan menunjukkan banyaknya pertumbuhan Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis pada tabung perlakuan. Semakin keruh larutan maka nilai OD Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus, Porphyromonas gingivalis semakin besar. Tabel 1.
Rerata dan simpangan baku nilai optical density (OD) pertumbuhan Streptococcus mutans terhadap air rebusan dan seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 lembar dan 20 lembar
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
Tabel 2.
Rerata dan simpangan baku nilai optical density (OD) pertumbuhan Lactobacillus acidophilus terhadap air rebusan dan seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 lembar dan 20 lembar
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa nilai OD terendah terdapat pada kelompok kontrol positif yaitu klorheksidin 0,12%, sedangkan nilai OD tertinggi terdapat pada kelompok kontrol negatif. Perbedaan cara pengolahan daun sirih merah juga menyebabkan penurunan pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus terlihat dari nilai OD rebusan lebih rendah daripada nilai OD seduhan dengan jumlah daun yang sama. Selain itu, nilai OD pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus juga semakin menurun seiring meningkatnya jumlah daun. Hasil analisis data cara rebusan dan seduhan dengan jumlah daun 10 lembar dan 20 lembar memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan cara pengolahan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan metode rebusan dan seduhan berpengaruh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Metode rebusan dilakukan dengan cara merebus daun sirih merah hingga suhu 1000C kemudian didiamkan sampai didapatkan volume sebesar setengah volume awal. Berbeda denga metode seduhan yaitu menggunakan akuades suhu 100 0 C yang dituangkan pada daun sirih merah. Daun sirih merah tidak mengalami proses kenaikan suhu air hingga 1000C. Efektivitas suatu bahan antimikroba dipengaruhi oleh laju reaksi kimia akibat peningkatan suhu.15
Tabel 3.
Rerata dan simpangan baku nilai optical density (OD) pertumbuhan Porphyromonas gingivalis terhadap air rebusan dan air seduhan daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar sebelum transformasi data
Keterangan : n : jumlah sampel x : rerata pertumbuhan bakteri SD : Standard Deviation (Simpangan baku)
Berdasarkan hasil penelitian daya hambat bakteri Porphyromonas gingivalis diketahui bahwa nilai OD pada chlorhexidine 0,12%, lebih rendah dibandingkan nilai OD pada akuades steril. Aktivitas antimikrobial chlorhexidine adalah dengan cara merusak membran sitoplasma. Sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sitoplasma dan kebocoran komponen dengan berat molekul yang rendah seperti ion potasium. Selain itu, chlorhexidine akan menyebabkan koagulasi sitoplasma sel bakteri sehingga mengakibatkan kerusakan sel yang ireversibel.16 Hasil uji analisis LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata nilai OD Porphyromonas gingivalis yang signifikan antara air rebusan dengan air seduhan dan antara 10 lembar dengan 20 lembar daun sirih merah yang digunakan. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kandungan zat aktif yang ada pada air rebusan dan air seduhan daun sirih merah 10 dan 20 lembar terlalu sedikit sehingga pengaruhnya tidak signifikan terhadap penurunan pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Selain itu juga dimungkinkan struktur dinding sel bakteri Porphyromonas gingivalis lebih kompleks yaitu terdiri atas membran luar, periplasma, dan membran sitoplasma namun mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis,14,17 sehingga dinding sel bakteri Porphyromonas gingivalis tidak mudah terdenaturasi oleh senyawa fenol yang
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
51
terkandung dalam ekstrak daun sirih.18 Serta adanya mekanisme proteksi yang diperankan oleh membran luar dan periplasma. Membran luar bakteri Porphyromonas gingivalis terdiri dari lipopolisakarida (LPS), fosfolipid dan lipoprotein yang dapat berfungsi sebagai penghalang untuk penetrasi molekul-molekul.17 Jumlah lembaran daun yang digunakan ternyata juga berpengaruh terhadap kemampuan penghambatan pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan zat aktif yang terdapat pada tiap lembaran daun sirih merah. Semakin banyak lembaran daun yang digunakan, maka semakin besar kandungan zat aktifnya. Kandungan zat-zat aktif pada daun sirih merah (Piper crocatum) mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Bahan antibakteri tergolong bakteriostatik jika dapat menghambat multiplikasi bakteri.19 Kandungan-kandungan daun sirih merah mampu melawan pertumbuhan Streptococcus mutans.20 Senyawa-senyawa aktif dalam air rebusan maupun seduhan diduga belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan mekanisme kerja yang dimilikinya dikarenakan jumlah yang terkandung di dalam sediaan air rebusan dan air seduhan daun sirih merah terlalu sedikit. Semakin rendah konsentrasi suatu zat antibakteri, maka akan semakin rendah pula kemampuan daya hambat atau daya bunuhnya ataupun sebaliknya.15 Selain itu, kandungan zat kimia pada air seduhan juga dimungkinkan lebih banyak dari air rebusan daun sirih merah, dikarenakan pada saat perebusan terjadi penguapan minyak atsiri (Santosa, 1985). Kandungan zat kimia pada sirih merah adalah flavonoid, alkaloid, senyawa polifenolat, tanin, dan minyak atsiri yang telah terbukti sebagai antibakteri.13 Flavonoid mempunyai mekanisme kerja dengan melakukan penghambatan terhadap sintesis asam nukleat, penghambatan fungsi membran sitoplasma, dan penghambatan metabolisme energi. 21 Proses sintesis asam nukleat yang terhambat akan menyebabkan terganggunya transkripsi dan translasi DNA sehingga mengganggu proses pertumbuhan
52
bakteri.22 Alkaloid memiliki mekanisme kerja dengan cara menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri. Minyak atsiri bekerja dengan cara menganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel. Mekanisme kerja fenol dan tanin sebagai antibakteri adalah dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel bakteri. Mekanisme kerja tersebut dapat menyebabkan lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak sempurna. Membran sel merupakan membran yang menyelubungi sitoplasma yang terdiri atas lapisan fosfolipid dan protein. Apabila protein yang menyusun membran sel terdenaturasi maka akan kehilangan aktivitas fisiologisnya dan meningkatkan permeabilitas sel sehingga transportasi air dan zat terlarut dari luar ke dalam sel maupun sebaliknya terganggu.23 Antibakteri dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri akan menyebabkan bakteri lisis kemudian mati ketika berada di lingkungan yang hipotonik atau hipertonik.22 Cara pengolahan rebusan dan seduhan dengan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) 10 lembar dan 20 lembar berpengaruh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus. Cara pengolahan (rebusan dan seduhan) dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) 10 dan 20 lembar tidak berpengaruh secara signif ikan terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dibanding dengan chlorhexidine 0,12%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan zat aktif yang terdapat pada daun sirih merah (Piper crocatum) yang direbus dan diseduh. Penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan cara pengolahan yang lebih efektif dan sederhana yaitu dengan menambah jumlah daun sirih merah pada rebusan untuk mengekstraksi zat aktif yang terkandung dalam daun sirih merah. Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut mengenai penggunaan larutan rebusan dan seduhan agar tidak mengganggu ekosistem normal rongga mulut.
Daftar Pustaka 1.
Quivey, RG. Oral Microbiology and Immunology. Washington DC: ASM Press, 2006: 233
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
2.
Marsh, PD dan Martin, MV, Oral Microbiology, Elsevie. Churchill Livingstone, 2009, 3032. 117.
3.
Naito M, Hirakawa H, Yamashita A, Ohara N, Shoji M, Yukitake H, Nayakama K, Toh H,Yoshimura F, Kuhara S, Hattori M, Hayashi T, Nayakama K. Determination of the Genome Sequence of Porphyromonas gingivalis Strain ATCC 33277 and Genome Sequence ofwith Strain W83 Reveled Extensive Genome Rearrangement in P.gingivalis. DNA Research, 2008;15(4): 215-25.
4.
Newman MG, Takey HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 10thed., California: Elsevier. 2006: 1347, 157, 161, 728-9.
5.
Badet, C, Thebaud, NB, Ecology of Lactobacilli in the Oral Cavity: A Review of Literature, The Open Microbiology Journal, 2008; 2: 3848.
6.
Sharma, B, Goyal, S, Yadav, R, Study Of Susceptibility to Dental Caries in Students between Age Groups 19 and 23 and Characterization of Genes Responsible For Dental Caries, VSRD Technical & Non-Technical JOURNAL, 2011; 2 (6): 294-300.
7.
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical Microbiology, 25th ed., New York: The McGraw-Hill Companies, 2010; 58.
8.
Samaranayake LP. Essential Microbiology for Dentistry. 2th ed., London: Churchill Livingstone. 2002; 122-3, 224.
9.
Sriyono, WN. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Medika, Yogyakarta, 2005,22, 51.
10. Sumono A dan Wulan A. Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha W) dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus sp. Majalah Farmasi Indonesia. 2009; 20(3): 112–7. 11. Sudewo, B, Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2005; 35. 12. Supomo, FDS, Moerfiah. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Cf. Fragile Benth.)
Terhadap Bakteri Penyebab Sakit Gigi. Ekologia, 2011; 11 (1): 30-35. 13. Agoes A. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika. 2010; 85-7. 14. Juliantina RF, Citra DA, Nir wani B, Nurmaisatoh T, Bowo ET. Manfaat Sirih Merah (Pipercrocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI. 2009; 1(1): 15-30. 15. Pelczar, M J dan Chan, ECS. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press, 2009; 450, 452-458, 487-490. 16. Denton GW. Disinfection, Sterilization and Preservation. 4th ed., Philadelphia: Lea and le biger. 1991; 321-5. 17. Shohayeb M, Halawani E. Comparative Antimicrobial Activity of Some Active Constituents of N.sativa L. World Appl Sci J. 2012; 20(2): 182-9. 18. Hermawan A, Eliyani H, Tyasningsih W. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Eschericjia coli Dengan Metode Difusi Disk. Universitas Airlangga. Surabaya. 2007; 7. 19. Jawetz, E, Melnik, JL, dan Adelberg, EA. Medical Microbiology, 25th ed., USA: Mc Graw Hill, 2010, 203. 20. Erviana, R, Purwono, S, dan Mustofa, Active compounds isolated from red betel (Piper crocatum Ruiz & Pav) leaves active against Streptococcus mutans through its inhibition effect on glucosyltransferase activity, J Med Sci, 2011; 43(2):71-78. 21. Cushnie TPT, Lamb AJ. Antimicrobial Activity of Flavonoids. Elsevier. 2005; 26: 343-56. 22. Golan DE, Tashjian AHT, Amstrong EJ, Amstrong AW. Principles of Pharmacology: The Pathophysiologic Basis of Drug Theraphy. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012; 566. 23. Agustin D. Perbedaan Khasiat Antibakteri Bahan Irigasi Antara Hidrogen Peroksida 3% dan Infusum Daun Sirih 20% Terhadap Bakteri Mix. Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J.) 2005; 38(1): 45-7.
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
53