PENGARUH CARA INKUBASI, PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP TANAMAN JAGUNG ( Zen ntnys L. ) PADA TANAH HAPLUDULT ( PODSOLIK ) GAJRUG
OLEH : AMAN AFFANDI A04495056
PROGRAM STUD1 ILMU TANAH S-1 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN NSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001
Sesungguhnya dalan~penciptaan langit dun bun~i Dan silih bergantinya n7alanl dun siang Terdapat tanda-tarida bag orang-orangyang berakal. Ya Tuhan kami, tiadalah Engkari nrenciptakan ini Dengaim sia-sia (Ali Imran ayat 190 da17 191 A1 Ayah)
Terinra kasih ntns Don rest11d m yengorbntman Kedz~norang tun Ku tercinta dnn Dorongan kakak-kakak Drs Unas Affandi/ Drn Deivi Asfuti Nz~rHnliniah SKM/Drs M Grrnn~vnn Nzrn Hudati SPD/ Fatul Murid SH
ABSTRACT
The aim of this research are to study the methods of phosphorus fertilization on any lime doses and the lime and phosphor incubation method on corn plant ( Zen
mays L. ) on Hapludult ( Podsolik Gajrug ). Experimental design used in this research is Split Plot Design with lime factors on 4 grade as follow KO= Ox, K1= 25%, K2= 50% equal to exchangeable-Al, and K3
=
100% equal to exchangeable-At, and with phosphorus factors on 1.24 g
TSPIpot, 3.37 g rock phosphatelpot, and 1.04 g mono-calcium phosphatelpot equal to 50 ppm P application. Initial fertilizer used are ZA with 100 ppm N doses (2.4 g ZAIpot) and KC1 with 100 ppm K doses (1 g KCVpot). Duncan test was established whether to understand the effect of each treatment or combination of some treatment. The lime treatment which was done earlier then incubated for one week are significantly higher to the lime and phosphorus fertilization that were done at the same time but incubated for two weeks on the corn dry mass and pH. Content and uptake of phosphorus in the second incubation are higher than the first incubation. Lime increasing doses significantly increase the corn dry mass, pH and phosphor uptake but decrease the exchangeable-Al. The treatment of 25% lime equal t o exchangeable-Al cause the highest plant phosphorus content compare to no lime, 50% lime application, and 100% lime application equal to exchangeable-Al treatment. Lime treatment did not give significant effects to the CEC and available P.
The phosphate mono-calcium treatment significantly higher than TSP and rock phosphate on pH value. The phosphate mono-calcium treatment cause higher plant phosphorus content and phosphorus uptake compare to the TSP and rock phosphate treatment. Treatment of TSP, rock phosphate and phosphate monocalcium were not significantly different on corn plant dry weight, exchangeable Al, CEC and available phosphate. The treatment of 100% lime equal to exchangeable-& that was done earlier then add by TSP significantly higher than other combination treatments to the corn dry mass. The treatment of 100% lime equal to exchangeable-& that was done earlier then add by rock phosphate significantly increase pH value higher than other combination treatments.
Combination treatment on 100% lime equal to
exchangeable-& with TSP that were done on the same time gave the lowest pH value compare to other combination treatment.
Rm'GKASAN AMAN APPANDI. Pengamh cara inkubasi, pengapuran dan pemupukan fosfor terhadap tanaman jagung ( Zea ntays L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug ( Dibawah bimbingan KOMARUDDIN IDRIS sebagai ketua dan HERU
BAGUS PULUNGGONO sebagai anggota ). Kendala utama dalam pengembangan tanaman jagung pada lahan kering di Indonesia adalah produksinya yang rendah dan menurun yaitu dengan rata-rata produksi nasional 1,s tonlha. Upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan meningkatkan kesuburan tanah melalui pemberian input kedalam tanah. Penggunaan kapur dan pupuk fosfor mempakan salah satu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah pertanian dilahan kering. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pemberian pupuk fosfor pada berbagai dosis kapur dan mempelajari cara inkubasi kapur dan pupuk fosfor terhadap tanaman jagung ( Zea nzays L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajmg. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan split plot dengan faktor yang dicobakan adalah kapur terdiri dari 4 taraf KO = 0, K1 = 25 % setara Al-dd, K2
=
50 % setara Al-dd, K3
=
100 % setara Al-dd dan pupuk
fosfor dengan dosis 1,24 g TSPIpot, 3,37 g fosfat a l a d p o t dan 1,04 g monokalsium fosfatlpot yang setara dengan pemberian 50 ppm P. Pupuk dasar yang digunakan berupa ZA dengan dosis 100 ppm N ( 2,4 g ZNpot ) dan KC1 dengan dosis 100 ppm K ( 1 g KCVpot ).Untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan maupun kombinasi dari beberapa perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kapur yang diberikan lebih awal kemudian diinkubasi selama 1 minggu nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kapur dan pupuk fosfor yang diberikan bersamaan ( diinkubasi selama 2 minggu ) terhadap bobot kering tanaman jagung dan pH. Serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman pada inkubasi dua lebih tinggi dibandingkan inkubasi satu. Peningkatan jumlah kapur nyata meningkatkan bobot kering tanarnan jagung, pH dan nyata menurunkan Al-dd serta meningkatkan serapan fosfor. Perlakuan kapul25 % setara Al-dd menghasilkan kadar fosfol- tanalnan tertinggi dibandingkan
perlakuan tanpa kapur, pemberian kapur 50 % setala Al-dd dan pemberian kapur 100 % setara Al-dd. Perlakuan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap KTI< dan fosfol-
tersedia. Perlakuan pemupukan fosfor dengan monokalsium fosfat nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan TSP dan fosfat alam terhadap pH. Perlakuan monokalsium fosfat menghasilkan serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan TSP dan fosfat alam. Perlaltuan TSP, fosfat alam dan monokalsium fosfat tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman jagung, Al-dd, KTK dan fosfor tersedia. Perlakuan kapur 100 % setara Al-dd yang diberikan lebih awal ditambahltan TSP nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya terhadap bobot kel-ing tanaman jagung. Perlakuan kapur 100 % setara Al-dd yang diberikan lebili awal ditambahkan fosfat alam, nyata me~nberikan kenaikaan pH lebih tinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya Kombinasi perlakuan pe~nberian kapur
100 % setara Al-dd yang diberikan secara bersamaan dengan TSP nyata mernberikan
nilai Al-dd terrendah dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya.
PENGARUH CARA INKUBASI, PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP TANAMAN JAGUNG ( Zen ntays L. ) PADA TANAH HAPLUDULT ( PODSOLIK ) GAJRUG
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH : AMAN AFFANDI A04495056
PROGRAM STUD1 E M U TANAH S-1 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001
Judul
: Pengaruh
Cara
Inkubasi,
Pengapuran
dan
Pemupukan Fosfor Terhadap Tanaman Jagung ( Zea
mays L. ) Pada Tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajmg Nama Mahasiswa
: Arnan AfTandi
Nomor Pokok
: A04495056
Menyetujui Pembimb' g I
&
Ir Hem Bagus ~ulungiono,MAgr
NIP. 130 536 683
NIP. 131 667 781
Dr. Ir ~ o m a k d d i nIdris, MS
MSc
. & 7 e~ ~
Tanggal Lulus ::
i
~ i
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 September 1975 sebagai anak ke lima dari lima orang bersaudara, dari pasangan Moch AEandi dan Soekati. Tahun 1988 penulis lulus dari SD Negeri Beji 1 Depok, tahun 1991 lulus dari SMP Negeri 98 Jakarta Selatan dan tahun 1994 lulus dari SMA Suluh Jakarta Selatan. Tahun 1995 penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguman Tinggi Negeri ( UMPTN ) dan terdaftar sebagai mahasiswa Jumsan Tanah, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Selama
mengikuti
perkuliahan,
Mahasiswa Ilmu Tanah ( HMIT ).
penulis
menjadi
anggota
Himpunan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul
"
Pengaruh Cara Inkubasi, Pengapuran dan Pemupukan Fosfor
Terhadap Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) pada Tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, dan kepada pihak yang telah membantu selama kuliah di IPB. 1. Bapak Dr Ir Komaruddin Idris MS selaku pembimbing I dan Ir Hem Bagus Pulunggono MAgr selaku pembimbing 11, yang selalu meluangkan waktu dan mengarahkan penulis dalam menulis skripsi ini. 2. Bapak Dr Ir Kukuh Murtilaksono MS selaku pembimbing akademik selama
penulis kuliah di IPB, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian, saran dan nasihatnya. 3. Ibu Ratna dan ibu Tini yang telah membantu dalam pencarian literatur. 4. Teman-teman di Neo Soil' 32 terima kasih atas dukungan dan kebersamaan
selama ini. Ungkapan terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada ayah, ibu, kakak dan keponakan atas dukungan doa dan kasih sayangnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang memerlukannya Bogor, April 2001 Penulis
DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL ............. ......... ....... ... ....... DAFTAR GAMBAR .......... ......
.
... .... .., ....... ... ..... ... .......... .... ..... .
PENDAHULUAN Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAIL4 ................................................................................ Sifat Umum Tanah Podsolik .................... Pengaruh Pemberian dan Inkubasi terhadap Beberapa Ciri Kimia Tanah dan Hasil Tanaman ..................................................................... Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor terhadap Hasil Tanaman .................. BAHAN DAN METOD HASIL DAN PEMBAaASAN ..................................................................... Pengaruh Inkubasi kapur dan Fosfor Pengaruh Pemberian Kapu Pengaruh Pemupukan Fosfor .... ........ ... ........ .......................................... Pengaruh Interaksi Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor .................. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ......... ... ... .............. ........... . ......... ............................ ....., LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Nomor Teks 1. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman ................................................................................................ 2.
Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan Fosfor Tersedia
.
q
Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman
4.
Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap pH, Al-dd, KTK dan Fosfor Tersedia
5 . Penganth Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman ................ 6 . Pengaruh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan
Fosfor Tersedia ...................................................................................... 7.
Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung
8. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap
pH .........................................................................................................
9. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap
Nomor
Halaman
1. Data Analisis Awal Kimia Tanah Sebelum Inkubasi.. . . . . . . . . . .... ... . . . ... . . . .
2. Bobot Kering Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan .. . . . .. .............. . . . 3.
25
26
Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman pada Berbagai Perlakua
4. Nilai pH pada Berbagai Perlakua
27
28
5.
Kadar Al-dd pada Berbagai Perlakuan .........................................................
29
6
Nilai KTK pada Berbagai Perlakuan
30
7. Kadar Fosfor Tersedia pada Berbagai Perlakua
31
8. Analisis Ragam Produksi Bobot Kering Tanaman Jagung dan pH ................
32
9. Analisis Ragam Al-dd dan KTK
33
10. Analisis Ragam Fosfor Tersedi
34
DAPTAR GAMBAR Halaman
Nornor
Teks 1. Hubungan Dosis Kapur dengan Bobot Kering Tanaman Jagung .....................
14
2. Hubungan Dosis I
14
PENDAHULUAN
Tanah-tanah di daerah tropika basah, pada umumnya merupakan tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif
Sebagai akibatnya tanah-tanah ini
mempunyai beberapa masalah diantaranya ketersediaan hara yang rendah dan keracunan beberapa unsur hara seperti Al, Mn dan sebagainya. Tanah Podsolik tersebar luas di Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Karena tanah-tanah ini menempati areal yang luas maka keadaan tersebut merupakan potensi yang besar bagi perluasan areal pertanian diluar Jawa. Budidaya tanaman pangan di tanah Podsolik sering kali mengalami kegagalan dengan kata lain produksi yang dihasilkan jauh dari tingkat optimal. Hal ini lebih banyak disebabkan karena masalah kesuburan alamiah tanah tersebut yang memang rendah. Tindakan pengapuran merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah diatas. Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta dapat menekan kelarutan unsur-unsur yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran berarti menambahkan unsur yang mengandung Ca kedalam tanah sehingga dapat meningkatkan ketersediaannya. Pemupukan fosfor juga merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah. Dengan pemupukan fosfor diharapkan tingkat kesuburan tanah dapat diperbaiki. Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman, walaupun kadarnya didalam tanaman lebih rendah dari N, K dan Ca ( Leiwakabessy, 1988 ). Inkubasi tanah juga merupakan ha1 yang penting dalam proses pemupukan tanah. Inkubasi ditujukan agar reaksi pupuk dan tanah dapat bejalan dengan sempurna, oleh karena itu perlakuan inkubasi sangat perlu diperhatikan. Dari penelitian ini diharapkan perlakuan kapur dan fosfor yang diberikan secara bersamaan kemudian diinkubasi selama 2 minggu dapat diperoleh hasil yang lebih baik sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dibandingkan perlakuan kapur yang diinkubasi terlebih dahulu selama 1 minggu kemudian ditambahkan fosfor dan diinkubasi kembali selama 1 minggu Tujuan
Untuk mempelajari pemberian pupuk fosfor pada berbagai dosis kapur dan mempelajari cara inkubasi kapur dan pupuk fosfor terhadap tanaman jagung ( Zen nmys L. ) pada tanah Hapludult ( Podsolik ) Gajrug
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Umum Tanah Podsolik Potensi lahan kering sangat besar di Indonesia terdapat pada tanah Podsolik. Luas tanah tersebut diperkirakan mencapai 14,5 juta ha atau 29,7 % luas daratan Indonesia yang daerahnya menyebar mulai dari Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya ( Moersidi, Gunawan dan Prawirasumantri, 1981 ). Sudah banyak usaha dilakukan
dalam pengembangan pertanian lahan kering di tanah Podsolik, namun masih perlu dicari suatu cara pengelolan tanah dan tanaman yang mampu mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan kesuburan kimia, fisika dan biologi tanah ( Hakim dan Djokosantoso, 1980 ). Dalam usaha meningkatkan manfaat tanah Podsolik, salah satu usaha ialah dengan penambahan hara atau pemupukan, baik pupuk buatan dan pupuk alam ( Moersidi et al., 1981 ). Nama Podsolik merupakan nama dari sistem klasifikasi pusat penelitian tanah dimana tanah tersebut terbentuk melalui proses podsolisasi ( Mc Caleb
dalam
Suwardi dan Wiranegara, 1998 ). Podsolik umumnya terbentuk di daerah daerah yang mempunyai curah hujan antara 2000-3000 mm tiap tahun tanpa ada bulan kering, pada ketinggian 50-350 m diatas permukaan laut dan mempunyai bahan induk dari tufa masam, batuan pasir dan endapan kuarsa ( Supraptohardjo
dalam Suwardi
dan
Wiranegara, 1998 ). Tanah-tanah Podsolik secara umum mempunyai karakteristik yaitu memiliki horizon argilik serta mempunyai kejenuhan basa ( NH40Ac ) lebih dari 50 %
sekurang kurangnya pada beberapa bagian horison B didalam penampang dari permukaan ( Hardjowigeno, 1993 ). Selanjutnya Podsolik mengalami perkembangan lanjut dan telah niengalami proses pencucian dimana warna lapisan atas merupakan horizon eluviasi lebih cerah, berliat, struktur gumpal bersudut, kurang permeabel, satuan agregat kurang setabil, sedang kandungan bahan organik, pH, KTK umumnya rendah (Hakim dan Djokosantoso, 1980 ). Pengaruh Pemberian dan Inkubasi Kapur tehadap Beberapa Ciri Kimia Tanah dan Hasil Tanaman
Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk perbaikan kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH, nertralisasi Al serta untuk mengatasi kekurangan kalsium dalam tanah ( Notohadiprawiro, 1983 ). Dari hasil penelitian pengapuran pada tanah Oxisol dari Bayamon menunjukkan pemberian kapur 0,45 todhektar mampu meningkatkan hasil jagung sebesar 1,535 tonlhektar dibandingkan pada tanah yang tanpa diberi kapur yang hanya mampu memberikan hasil sebesar 1,210 todhektar ( Lathwell, 1979 ). Pengapuran pada tanah masam mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisika maupun biologi tanah ( Radjagukguk, 1983 ). Secara fisik pengapuran berpengaruh antara lain terhadap aerasi dan perkolasi, secara kimia berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah, peningkatan ketersediaan hara esensial, menurunnya aktifitas Al, dan Fe yang bersifat racun bila berlebihan, secara biologi berpengaruh terhadap perkembangan akar ( Soepardi, 1983 ).
Salah satu pengaruh utama yang dianggap menguntungkan dari pemberian kapur adalah peningkatan penyerapan hara melalui perbaikan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dengan teratasinya toksisitas aluminium ( Radjagukguk, 1983 ). Oleh sebab itu, maka dengan pengapuran perkembangan akar tanaman menjadi optimum, selain itu penggunaan kapur dapat membuat perbaikkan penetrasi akar sehingga tidak terhambat dan aerasi tanah lebih baik sehingga perkembangan akar tidak terbatas ( Leiwakabessy dan
Sutandi, 1998 ). Pengapuran juga
dimaksudkan agar dapat menurunkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tanah sehingga dapat mengurangi timbulnya reaksi tanah yang bersifat asam ( Sarief, 1986 ) Hasil
penelitian Curtin
dan
Smillie pada
tanah
Aeric Haplaquept
menunjukkan bahwa pada inkubasi 1 minggu pH tanah naik dari 5,6 menjadi 7,4, Ca lamtan tanah naik dari 75 menjadi 117 mgll, Mg cendemng naik sedangkan K dan Na cenderung turun pada perlakuan tanpa dan diberi kapur 1,5 g/kg tanah. Pada inkubasi selanjutnya ( 5, 26 dan 52 minggu ) pH tanah cenderung turun baik pada perlakuan tanpa kapur maupun dengan kapur, sedangkan Ca, Mg, K dan Na larutan cenderung naik. Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor terhadap Hasil Tanaman Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman tetapi kadarnya didalam tanaman lebih rendah dari N, K dan Ca. Fosfor dinilai lebih penting dari Ca dan mungkin juga K dan di Indonesia fosfor menempati tempat kedua setelah N dalam urutan kebutuhan pupuk terutama dilahan kering
( Leiwakabessy, 1988 ). Unsur tersebut dalam tanah mempunyai sifat tidak mobil dan
umumnya diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer ( H2POi ) dan ortofosfat sekunder ( HPO:-)
( Ismunadji, Partohardjono dan Karama, 1991 ). Di alam sumber
fosfor dapat berasal dari pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan pupuk hijau ( Soepardi, 1983 ).
Defisiensi fosfor pada umumnya disebabkan oleh terikatnya unsur tersebut secara kuat pada zarah-zarah padat tanah seperti mineral kaolinit dan oksida-oksida besi dan aluminium serta oleh reaksi antara fosfor dengan aluminium sehingga fosfor tersebut tidak tersedia ( Radjagukguk, 1983 ). Defisiensi fosfor ini diperparah lagi oleh kehilangan fosfor melalui mekanisme panen, dan erosi ( Leiwakabessy, 1988 ). Salah satu cara untuk mengatasi masalah defisiensi fosfor pada tanah masam yaitu dengan pemberian pupuk fosfat alam atau pemberian pupuk superfosfat yang sebelumnya diperlakukan dengan pemberian kapur
( Leiwakabessy dan Sutandi,
1998 ). Dari hasil penelitian pemupukan fosfor pada tanah Podsolik dari Lampung menunjukkan pemberian fosfor 37,5 ppm P2Os dapat meningkatkan hasil bobot kering tanaman padi gogo berumur satu bulan sebesar 1,31 gramlpot dibandingkan dengan tanah yang tanpa diberikan pupuk fosfor yang menlberikan hasil sebesar 0,67 g r a d p o t ( Mursidi dan Gunawan 1981 ). Hal yang senada juga diperoleh pada penelitian di tanah Ultisol dimana pemberian fosfor 45 Kg PzOsIha dapat meningkatkan bobot kering tanaman kedelai sebesar 3,67 g r a d p o t dibandingkan
dengan tanah yang tanpa diberikan pupuk fosfor yang memberikan hasil 2,96 gramlpot ( Tirtoutomo dan Simanungkalit, 1988 )
BAHAN DAN METODE
Data yang digunakan adalah berupa data sekunder. Bahan-bahan yang digunakan antara lain tanah Hapludult ( Podsolik ) yang berasal dari Gajruk dimana contoh tanah diambil dan dimasukkan kedalam pot yang masing-masing pot mempunyai bobot 5 kg BKM. Data analisis tanah sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Perlakuan yang digunakan adalah jenis pupuk fosfor, kapur dan waktu inkubasi. Jenis pupuk yang digunakan adalah TSP, fosfat alam, dan monokalsium fosfat dengan dosis berturut-turut adalah 1,24 g TSPIpot, 3,37 g fosfat aladpot dan 1,04 g monokalsium fosfatlpot yang setara dengan pemberian 50 ppm P. Kapur dalam bentuk kalsit ( CaC03 ) dipakai dengan dosis 0, 25 %, 50 % dan 100 % setara Al-dd. Waktu inkubasi terdiri dari dua macam yaitu ( 1 ) kapur dan pupuk fosfor diberikan secara bersamaan dan diinkubasi selama 2 minggu dan ( 2 ) kapur diberikan terlebih dahulu ( diinkubasi 1 minggu ) setelah itu pupuk fosfor ( diinkubasi 1 minggu ). Pupuk dasar yang dipakai adalah ZA dengan dosis 100 ppm N ( 2,4 g ZNpot ) dan KC1 dengan dosis 100 ppm K ( 1 g KClIpot ). Tanaman yang digunakan adalah
jagung dengan pemberian benih berjumlah 3 benildpot. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan split plot dengan faktor yang dicobakan adalah kapur ( CaC03 ), pupuk fosfor dan inkubasi. Uji lanjut duncan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan maupun kombinasi dari beberapa perlakuan. Model rancangan untuk penelitian ini adalah
Yijk
=
~ + ~ i + I i + P j + K k + P K j k + L P i j + I K i k + I K P i j k + ~ i j dimana: k
Yijk
=
Pengaruh perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor K
p
=
Rataan umum
~i
=
Galat petak utama ke-i
Ii
=
Pengaruh petak utama taraf ke-i dari faktor I
Pj
=
Pengaruh anak petak tarafke-j dari faktor P
Kk
=
Pengaruh anak petak taraf ke-k dari faktor K
PKjk
=
Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor K
IPij
=
Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I dan tarafke-j dari faktor P
IKik
=
Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke- k dari faktor K
IPKijk
=
Pengaruh interaksi antara perlakuan taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor K
~ i j k= Galad percobaan pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor I, taraf ke-j dari faktor P dan taraf ke-k dari faktor K
HASIL DAN PEMBAECASAN
Hasil analisis awal kimia tanah sebelum inkubasi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Bobot kering tanaman jagung, serapan fosfor dan kadar fosfor dalam tanaman dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 dan 3. Sedangkan analisa tanah setelah panen
( pH, Al-dd, KTK dan fosfor tersedia ) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4,
5, 6 dan 7.
Pengaruh Inkubasi Kapur dan Fosfor Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat diketahui perlakuan inkubasi kapur dan fosfor berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman jagung.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terbadap Bobot Kering Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman Kadar fosfor Serapan fosfor Bobot kering tanaman tanaman jagung ( ) (%I ( glpot 0,22 12,2S 5,78 b I1 19,75 0,27 6,71 a I2 Angka yang diikuti huruf y a ~ gsanla tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan I1 = kapur dan pupuk fosfor diberikan bersamaan ke tanah kemudian diinkubasi selama 2 minggu. I2 = kapur diberikan ke tanah terlebih dahulu kemudian diinkubasi selama lminggu lalu ditambahkan pupuk fosfor ke tanah dan diinkubasi kembali selama 1 minggu. Perlakuan
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bobot kering tanaman jagung pada perlakuan inkubasi satu ( I1 ) lebih rendah jika dibandingkan perlakuan inkubasi dua ( I2 ), jagung. Selama proses inkubasi diduga terjadi proses netralisasi aluminium dimana
kapur terlebih dahulu terhidrolisis dan kemudian aluminium bereaksi dengan OHsehingga membentuk endapan A(OH)3. Menurut Radjagukguk ( 1983 ) reaksi netralisasi aluminium dituliskan sebagai berikut 3CaC03 + 3Hz0 A13'
+3 0 ~ -
-,
3ca2++ 3HC03- + 30HAl ( OH )3 ( endapan )
Hal yang sama juga diperlihatkan pada serapan dan kadar fosfor dalam tanaman ( Tabel 1 ) dimana pada perlakuan inkubasi 1 lebih rendah dibandingkan perlakuan
inkubasi 2.
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Inkubasi Kapur dan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan Fosfor Tersedia Fosfor tersedia KTK Al-dd ( me1100 g tanah ) ( me1100 g tanah ) (P P ~ I1 4,88 a 21,26 a 36,69 a 3,12 a 21,02 a 35,60 a 2,70 a I2 . 5,47 b Angka yang diikuti hun~fyang sanla tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Perlakuan
PH
Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan inkubasi kapur dan fosfor berpengaruh nyata terhadap pH Tanah Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan inkubasi satu ( I1 ) mempunyai pH lebih rendah dibandingkan perlakuan inkubasi dua ( I2 ). Hasil analisis Duncan ( Tabel 2 ) pada perlakuan inkubasi terhadap Al-dd, KTK dan fosfor tersedia menunjukkan perlakuan inkubasi satu ( I1 ) dan perlakuan inkubasi dua ( I2 ) tidak berbeda nyata.
Pengaruh Pemberian Kapur ( CaC03 ) Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat dilihat perlakuan kapur berpenganth sangat nyata terhadap bobot kering tanaman jagung. Hasil analisis Duncan ( Tabel 3 ) pada perlakuan kapur terhadap bobot kering tanaman jagung menunjukkan pada pemberian kapur dosis 25, 50 dan 100 % setara Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol Tabel 3 . Pengaruh Perlakuan kapur terhadap bobot kering tanaman jagung, serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman Perlakuan kapur setara % Al-dd
Bobot kering serapan fosfor kadar fosfor tanaman jagung tanaman ( m p / ~ o 1t ( dpot 1 (%) 0 3 1,46 d 02 25 4,89 c 13,83 0,29 19,33 50 7,87 b 0,25 10,76 a 100 27,83 0,25 Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Berdasarkan Tabel 3 pemberian kapur dosis 25 % setara Al-dd nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 3 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Pada penambahan kapur 50 % setara Al-dd nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 6 kali lebih besar dibandingkan kontrol dan pada penambahan kapur dosis 100 % setara Al-dd nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung lebih kurang 9 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Dari ha1 diatas menggambarkan bahwa tanaman masih respon terhadap pemberian kapur sampai pada dosis 100 % setara Al-dd.Tingginya bobot kering tanaman jagung yang diberi perlakuan kapur kemungkinan karena adanya
perbaikan sistem perakaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Leiwakabessy dan Sutandi ( 1998 ). Dengan terperbaikinya sistem perakaran maka serapan hara khususnya kalsium oleh tanaman menjadi lebih baik. Sedangkan pada tanah-tanah yang tidak dikapur sistem perakarannya kurang berkembang dan kurangnya unsur tersedia kalsium sehingga tanaman tumbuh tidak normal yang ditandai dengan rendahnya bobot kering tanaman jagung. Penyebab lainnya dengan semakin meningkatnya bobot kering tanaman jagung yang diberi kapur adalah semakin rendahnya Al-dd dengan semakin meningkatnya dosis kapur yang diberikan ( Tabel 4 ) sehingga tanaman terhindarkan dari keracunan aluminium. Pemberian
kapur menghasilkan korelasi yang linear dimana bobot kering tanaman jagung semakin tinggi dengan semakin tingginya pemberian dosis kapur dapat dilihat pada Gambar 1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada serapan fosfor dimana peningkatan dosis kapur juga menyebabkan meningkatnya serapan fosfor ini dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini sesuai dengan pendapat Radjagukguk/( 1983 ) bahwa pemberian kapur meningkatkan serapan hara fosfor melalui perbaikan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Serapan fosfor dan kadar fosfor dalam tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat diketahui serapan fosfor ~neningkatdengan meningkatnya pemberian kapur.
0
0.25
0.5
0.75
1
1.25
Dosis Kapur (%Aldd)
Gambar 1. Hubungan Dosis Kapur dengan Bobot Kering Tanaman Jagung
UJ
0
0.25
0.5
0.75
Dosis Kapur (%Aldd)
Gambar 2. Hubungan Dosis Kapur dengan Serapan Fosfor
1
1.25
Berdasarkan analisis ragam ( Tabel lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan kapur berpengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil analisis Duncan ( Tabel 4 ) menunjukkan pada perlakuan kapur terhadap pH pemberian kapur dosis 25, 50 dan 100 % setara Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Kapur terhadap pH, N-dd, KTK dan Fosfor Tersedia Fosfor tersedia Al-dd KTK Perlakuan PH ( me1100 g tanah ) ( me1100 g tanah ) kapur setara ( P P )~ % Al-dd 4,72 d 28,14 a 35.48 a 3,9 a 0 4,88 c 24,19 b 35,94 a 3,35 a 25 36,05 a 50 5,47 b 19,75 c 3,l a 5,64 a 36,ll a 100 10,46 d 1,26 a Angka yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Berdasarkan Tabel 4 pemberian kapur pada dosis 25 % setara N-dd nyata meningkatkan pH sebesar 0,16 dibandingkan kontrol. Pada penambahan kapur dosis 50 % setara Al-dd nyata meningkatkan pH sebesar 0,75 dibandingkan kontrol dan pada penambahan kapur dosis 100 % setara Al-dd nyata meningkatkan pH sebesar 0,92 dibandingkan kontrol. Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 10 ) dapat dilihat bahwa perlakuan kapur berpengaruh sangat nyata terhadap Al-dd. Hasil analisis Duncan ( Tabel 4 ) menunjukkan pada perlakuan kapur terhadap Al-dd pemberian kapur dosis
25, 50 dan 100 % setara Al-dd berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan kapur pada dosis 25 % setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar 3,95 me/100 g tanah dibandingkan kontrol ( Tabel 4 ). Pada penambahan kapur 50 % setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar 8 3 9 me1100 g tanah dibandingkan kontrol
dan penambahan kapur 100 % setara Al-dd menurunkan Al-dd sebesar 17,68 me/100 g tanah dibandingkan kontrol. Dari ha1 tersebut jelas bahwa pemberian kapur dapat mengurangi konsentrasi Al-dd sejalan dengan kenaikan pH tanah. Kapasitas tukar kation dan fosfor tersedia tidak dipengamhi nyata oleh pemberian kapur ( Tabel Lampiran 11 dan 12 ). Hasil analisis Duncan ( Tabel 4 ) pada perlakuan kapur terhadap KTK dan fosfor tersedia pemberian kapur dosis 25, 50 dan 100 % setara Al-dd tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol
Pengaruh Pemupukan Fosfor Bobot kering tanaman jagung tidak nyata dipengamhi jenis pupuk fosfor ( Tabel 5 ).
Pemberian fosfat alam memberikan nilai serapan fosfor dan kadar fosfor dalam tanaman lebih rendah jika dibandingkan pemberian dengan TSP dan monokalsium fosfat ( Tabel 5 ). Nilai serapan fosfor dan kadar fosfor tanaman tertinggi dihasilkan pada pemupukan fosfor dengan monokalsium fosfat. Tabel 5. Pengamh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kerinz Tanaman Jagung, Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman Perlakuan
Serapan fosfor ( mg/pot
TSP
Bobot kering tanaman jagung (dpot 6,68 a
Fosfat alam
5,83 a
13,87
17
Kadar fosfor tanaman
(%I 0,25
0,23
6,23 a 17,12 0,26 Monokalsium fosfat Angka yang diikuti humf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % ntenurut uji duncan
Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat dilihat perlakuan pemupukan fosfor berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam dan monokalsium fosfat memberikan nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan pemberian dengan TSP. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Pemupukan Fosfor terhadap pH, Al-dd, KTK dan Fosfor Tersedia
I
Perlakuan TSP
/
I
pH
5b
I
I ( me1100 g tanah ) I
( me1100 g tanah )
I Fosfor tersedia I I ( ppm )
20,89 a
36,49 a
3,35 a
I
/
I
I
I
KTK
i
20,71 a
5,22 a
Fosfat alam
Al-dd
1
35,30 a
2,71 a
I
20,31 a 36,65 a 2,67 a Monokalsium 5,3 a fosfat Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Meningkatnya pH tersebut dibandingkan pH awal disebabkan karena adanya reaksi antara aluminium hidrooksida dengan H2P04- yang membebaskan ion OH' sehingga pH tanah dapat meningkat. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut ( Soepardi,
Pemberian pupuk fosfor dengan TSP, fosfat alam dan monokalsium fosfat tidak berbeda nyata terhadap Al-dd, KTK dan fosfor tersedia ( Tabel 6 )
Pengaruh Interaksi Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 8 ) dapat diketahui bahwa interaksi inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap hobot kering tanaman jagung.
Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap Bobot Kering Tanaman Jagung Perlakuan
Inkubasi 1
Inkubasi 2
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Dari Tabel 7 dapat terlihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan fosfor nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung. Peningkatan bobot kering tanaman jagung ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis kapur. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot kering tanaman jagung tertinggi dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu kemudian ditambahkan TSP dan diinkubasi kembali selama 1 minggu dengall nilai bobot kering tanaman jagung sebesar 13,37 d p o t Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 9 ) dapat diketahui interaksi inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap pH
Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap pH
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan Dari Tabel 8 dapat dilihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan fosfor ternyata meningkatkan pH. Peningkatan pH ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis kapur. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan pH tertinggi dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu kemudian ditambahkan fosfat alam dan diinkubasi kembali selama 1 minggu dengan nilai pH sebesar 5,7 Berdasarkan analisis ragam ( Tabel Lampiran 10 ) dapat diketahui interaksi inkubasi, kapur dan pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap Al-dd. Tabel 9. Pengamh perlakuan Inkubasi, Kapur dan Pemupukan Fosfor terhadap Al-dd
Angka yang diikuti huruf yallg sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji duncan
Dari Tabel 9 dapat dilihat interaksi inkubasi, dosis kapur dan pemupukan fosfor ternyata rnenurunkan Al-dd. Penurunan Al-dd ini semakin rendah dengan semakin meningkatnya dosis kapur. Kornbinasi perlakuan yang menghasilkan Al-dd terrendah dihasilkan oleh perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diberikan bersamaan dengan TSP dan diinkubasi selama 2 minggu dengan nilai Al-dd sebesar 8 me1100 g tanah
KESlMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Perlakuan kapur yang diberikan lebih awal menghasilkan nilai bobot kering tanaman jagung, serapan fosfor, kadar fosfor tanaman dan pH lebih tinggi dibandingkan pemberian kapur dan fosfor secara bersamaan. Sedangkan terhadap nilai Al-dd, KTK dan fosfor tersedia perlakuan kapur yang diberikan lebih awal maupun bersamaan dengan fosfor tidak berbeda nyata. Pemberian dosis kapur yang terus meningkat menghasilkan nilai bobot kering tanaman jagung, serapan fosfor dan pH semakin meningkat dan nilai Al-dd yang semakin menurun. Perlakuan dosis kapur yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai KTK dan fosfor tersedia. Perlakuan monokalsium fosfat memberikan nilai serapan dan kadar fosfor tanaman lebih tinggi dibandingkan pemberian TSP dan fosfat alam. Pemupukan fosfor dengan monokalsium fosfat menghasilkan nilai pH lebih tinggi dibandingkan pemberian dengan TSP dan fosfat alam. Perlakuan TSP, fosfat alam maupun monokalsium fosfat tidak berbeda nyata terhadap bobot kering tanaman jagung, Aldd, KTK dan fosfor tersedia. Perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu kemudian ditambahkan TSP dan diinkubasi kembali selama 1 minggu menghasilkan nilai bobot kering tanaman jagung tertinggi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya. Perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diinkubasi 1 minggu kemudian ditambahkan fosfat alam dan diinkubasi kembali selama 1 rninggu
menghasilkan nilai pH tertinggi dibandingkan perlakuan
kornbinasi lainnya
sedangkan perlakuan kapur dengan dosis 100 % setara Al-dd yang diberikan bersamaan dengan TSP dan diinkubasi selarna 2 minggu menghasilkan nilai Al-dd terrendah dibandingkan perlakuaan kornbinasi lainnya.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai inkubasi, pengapuran dan pemupukan fosfor pada kondisi lapang agar diperoleh hasil yang rnencerminkan pengaruh faktor-faktor alam yang tidak terkontrol sehingga dapat diaplikasikan dan disarankan ke petani.
DAFTAR PUSTAKA Curtin. D. and G. W. Smillie. 1995. Effects of Incubation and DH on Soil Solution and Exchangeable Cation Ratios. Soil Sci. Soc. of Amer. J. 59 ( 4 ): 10061011 Hakim, L. dan Djokosantoso. 1980. Pengelolaan Tanah dan Tanaman Pada Tanah Podsolik Studi Kasus Di Daerah Lampung. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta. Ismunadji, M. Partohardjono, S. dan S. Karama. 1991. Fosfor Peranan dan Penggunaan Dalam Bidang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Lathwell, P. J. 1979. Crop Response To Liming Of Ultisols and Oxisols. Cornel International Agriculture, Bulletin No 35 Leiwakabessy, F. M. 1988. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - P B , Bogor. dan Atang Sutandi. 1998. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukkan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - IPB, Bogor. Moersidi, S. Gunawan, S. dan Prawirasumantri. 1981. Kebutuhan Fosfor pada Tanah Podsolik Lampung dan Banten. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Mursidi, S dan Gunawan, S. 1981. Keperluan Fosfat Pada Tanah Podsolik Lampung dan Banten. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Proyek Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Notohadiprawiro, T. 1983. Persoalan Tanah Masam Dalam Pembangunan Pertanian Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta. Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam Di Indonesia. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta. Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Bogor.
-
IPB,
Suwardi.dan H. Wiranegara. 1998. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian - IPB, Bogor. Tirtoutomo, S. dan RDM Simanungkalit. 1988. Pengaruh Pemberian Kapur dan Fosfat terhadap Serapan P, Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah UltisoI Sukamandi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Data Analisis Awal Kimia Tanah Sebelum lnkubasi No 1
Jenis analisis pH (HZO 1:1 ) (KC1 1:l ) C- organik, % N- total, % P- tersedia, ppm K-dd, me1100 g
Hasil 4.8 3.9 3.62 0.03 4.8 0.17
Metode pH meter pH meter Walkley and Black Kjeldahl Bray 1 NH40Ac pH 7.0 Flame Fotometer
N-dd, me1100 g
0.35
NH40Ac pH 7.0 Flame Fotometer
Ca-dd, me1100 g
1.69
NH40Ac pH 7.0 AAS
Mg-dd, me1100 g Al-dd, me1100 g H-dd, me1100 g KTK, me1100 g
0.93 23.8 2.3 22.7
NH40Ac pH 7.0 AAS KC1 1 N titrasi HCI KC1 1 N titrasi NaOH NH40Ac pH 7.0
Tabel Larnpiran 2. Bobot Kering Jagung ( glpot ) pada Berbagai Perlakuan Perlakuan IIKOPI
I 0.92
II 1.41
111 1.58
Tabel Lampiran 3. Serapan Fosfor dan Kadar Fosfor Tanaman pada Berbagai Perlakuan Perlakuan IIKOPI 11KOP2 11KOP3 IIKIPI 11KIP2 11KlP3 IIK2P1 11K2P2 11K2P3 11K3P1 I1K3P2 I1K3P3 12KOP1 12KOP2 12KOP3 12K1P I 12K1P2 12K1P3 12K2P1 12K2P2 12K2P3 12K3P1 12K3P2 12K3P3
Serapan Fosfor ( mg plpot ) 3 2 3 17 11 14 18 11 14 20 14 20 3 3 4 12 16 13 23 26 24 40 28 45
Kadar Fosfor Tanarnan ( % ) 0.22 0.15 0.21 0.31 0.22 0.34 0.22 0.21 0.19 0.18 0.19 0.2 0.19 0.19 0.24 0.29 0.3 0.26 0.29 0.29 0.3 0.3 0.26 0.38
Tabel Lampiran 4. Nilai pH Tanah pada Berbagai Perlakuan Perlakuan I1KOPI
I 3.3
II 3.15
Tabel Lampiran 5. Kadar Al-dd ( me1100 g tanah ) pada Berbagai Perlakuan Perlakuan IIKOPI
I 29.36
II 27.36
Tabel Larnpiran 6. Nilai KTK ( me1100 g tanah ) pada Berbagai Perlakuan Perlakuan IIKOPI I1KOP2 11KOP3 IIKIPI 11KlP2 11KlP3 l1K2PI IIK2P2 11K2P3 I1K3P1 IT K3P2 11K3P3 12KOPI 12KOP2 12KOP3 12KIPl 12K1P2 12K1P3 12K2P1 12K2P2 12K2P3 12K3P1 12K3P2 12K3P3
I 36.2 36 35 38.8 32.2 38.1 37.4 37.2 39.4 33.8 34.3 37.2 37.6 36 37 36.4 32 32.2 34.6 30.4 37.6 36.6 33.4 34.7
II 34.4 38.6 37.8 40.2 36.4 37.2 37.2 35.4 35.6 37 38 37 38.2 33.4 37.6 32.8 41.2 33.8 34.8 33.6 39.4 37.8 36.6 36.8
Tabel Lampiran 7. Kadar Fosfor Tersedia ( ppm ) pada Berbagai Perlakuan Perlakuan IIKOPI
I 8.8
II 9.2
Tabel Larnpiran 8. Analisis Ragam Produksi Bobot Kering Tanarnan Jagung Sumber Keragaman PETAK UTAMA lnkubasi (I) Galat (A) ANAK PETAK Kapur (K) Pospor (P) lnteraksi (KP) lnteraksi (IK) lnteraksi (IP) lnteraksi (IKP) Galat (B) Total dikoreksi
DB
1 4 3
2 6 3 2 6 44 71
JK
KT
15,410 6,802
15410 1700
Pr>F
9,06 *
0,0395
860,248 286,749 203,29 ** 8,714 4,357 3,09 tn 20,385 3,397 2,41* 18,391 6,130 4,35* 6,997 3,498 2,48 tn 6,015 1,002 0,71 ** 62,065 1410 3,703,922
0,0001 0,0556 0,0424 0,0091 0,0953 0,0001
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragarn pH Sumber Keragaman DB JK PETAK UTAMA lnkubasi (I) 1 4,083 Galat (A) 2 0,073 ANAK PETAK Kapur (K) 3 7,234 Pospor (P) 2 0,836 lnteraksi (KP) 6 2,652 lnteraksi (IK) 3 3,607 lnteraksi (IP) 2 0,653 lnteraksi (IKP) 6 2,814 Galat (B) 22 0,569 Total dikoreksi 47 65,899 KETERANGAN :
F-Hitung
KT
F-Hitung
Pr>F
4083 111,05" 0,037
0,0089
2,411 0,418 0,442 1,202 0,326 0,469 0,026
0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0002 0,0001
93,24 ** 46,17** 17,lO ** 46,50 ** 12.63** 18,14 **
* = Nyata pada taraf 5 % ** = Sangat nyata pada taraf 5 % tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
Tabel Larnpiran 10. Analisis Ragarn Al-dd Sumber Keragaman DB JK KT F-Hitung PETAK UTAMA lnkubasi (I) 1 6,924 6924 4,66 tn Galat (A) 1 0,851 0,851 ANAK PETAK Kapur (K) 3 2,079,311 693104 438,23 ** Pospor (P) 2 2,734 1,367 0,86 tn Interaksi (KP) 6 6,783 1,130 0,71 tn lnteraksi (IK) 3 3,765 1,255 0,79 tn lnteraksi (IP) 2 10,916 5,458 3,45 * lnteraksi (IKP) 6 20,659 3,443 2.18 ** Galat (B) 22 34,795 1582 Total dikoreksi 47 8,455,112
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam KTK Sumber Keragaman DB PETAK UTAMA lnkubasi (I) 1 14,083 Galat (A) 2 16,211 ANAK PETAK Kapur (K) 3 1,994 Pospor (P) 2 17,382 lnteraksi (KP) 6 22,788 lnteraksi (IK) 3 15,498 lnteraksi (IP) 2 0,931 lnteraksi (IKP) 6 67,491 Galat ( 6 ) 22 92,019 Total dikoreksi 47 387,995
PPF
0,1635 0,0001 0,4352 0,6416 0,5105 0,0497 0,0001
f l
KETERANGAN :
14083 8105
1,74 tn
0,3182
0,665 8,691 3,798 5,166 0,465 11,248 41 83
0,16 tn 2,08 tn 0,91 tn 1,24 tn 0,11 tn 2,69 tn
0,9228 0,1491 0,5072 0,3208 0,8951 0,2344
* = Nyata pada taraf 5 % ** = Sangat nyata pada taraf 5 % tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
Tabel Larnpiran 12. Analisis Ragam Fosfor Tersedia DB JK KT F-Hitung Sumber Keragaman PETAK UTAMA lnkubasi (I) Galat (A) ANAK PETAK Kapur (K) Pospor (P) lnteraksi (KP) lnteraksi (IK) lnteraksi (IP) lnteraksi (IKP) Galat (B) Total dikoreksi KETERANGAN :
* = Nyata pada taraf 5 % ** = Sangat nyata pada taraf 5 %
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
Pr>F