BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Minum Air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, melalui proses pengolahan ataupun tidak melalui proses pengolahan tetapi dapat langsung diminum oleh masyarakat (Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/ 2010). Sedangkan
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, yang dimaksud dengan air minum adalah sumber air baku yang telah diproses terlebih dahulu dan aman untuk diminum oleh masyarakat. Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap harinya, volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter /3540 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Berdasarkan WHO pada negaranegara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan pada negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Mubarak, 2009). 2.1.1 Sumber Air Minum Menurut Chandra (2006), air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain : a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
8
Universitas Sumatera Utara
9
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau. d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan. Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK) maupun depot air minum. Selain itu, air tanah dangkal dari sumur-sumur gali atau pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Di negara-negara maju, air PAM aman untuk langsung diminum, sedang sumber air minum lainnya harus lebih dahulu disaring, atau melakukan flluoridasi dengan flour. Seiring berkembangnya zaman, untuk memenuhi kebutuhan akan air minum kebanyakan masyarakat beralih pada air minum isi ulang. Harganya yang murah dan sifatnya yang praktis karena tanpa harus dimasak lagi, membuat air minum isi ulang telah banyak diminati masyarakat (Depkes RI, 2006). Sumber air minum harus dijaga agar tidak tercemar kotoran manusia yang merupakan sumber patogen penyebab penyakit. Karena itu sebelum ditetapkan sebagai air minum, air harus memenuhi persyaratan sebagai air minum, dan harus diketahui asal sumber airnya, dan cara pengolahan yang sudah dilakukan terhadap air baku berasal dari sumber air tersebut (Soedarto,2013).
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 Jenis Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jenis air minum meliputi : 1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air 3. Air Kemasan 4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum. Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun) dan harus memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di Indonesia standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi parameter fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktivitas (Mulia,2005). 2.1.3 Syarat Kualitas Air Minum Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab air baku belum tentu memenuhi standar air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yang meliputi :
Universitas Sumatera Utara
11
1. Parameter wajib a. Persyaratan Fisik Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu: tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU) b. Persyaratan mikrobiologi Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia coli dan total bakteri coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan Escherichia coli dan total bakteri coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel. 2. Parameter Tambahan a . Persyaratan Kimia Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan-bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen. b. Persyaratan Radioaktivitas Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan sinar α melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas β 1,0 Bq/l. 2.1.4 Manfaat Air Minum Air sangatlah penting bagi kehidupan manusia, sekitar 65-70 % berat total tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya
Universitas Sumatera Utara
12
hampir setiap proses tubuh. Kehilangan 1-2% air menyebabkan rasa haus, apabila kehilangan 5% air dapat menyebabkan halusinasi, dan apabila kita kehilangan 10-15% air dalam tubuh dapat berakibat fatal. Meskipun manusia dapat hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan di bawah teriknya panas, ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian (Moeller, 2005). Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain: otak 74,5%, dan tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6 %, dan darah 83%. Di dalam tubuh manusia air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh, Oksigen juga dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memengang peranan penting dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005). 2.2 Depot Air Minum 2.2.1 Pengertian Depot Air Minum Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada konsumen (Permenkes RI, 2014). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus
Universitas Sumatera Utara
13
mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Depot air minum harus menjamin standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum (Permenkes RI, 2014). 2.2.2 Peralatan Depot Air Minum Menurut Purba (2011), alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah : 1. Storage Tank Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat menampung air sebanyak 3000 liter 2. Stainless Water Pump Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat storage tank kedalam tabung filter 3. Tabung Filter Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu : a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring partikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama. b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
14
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. 4. Mikro Filter Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum. 5. Flow Meter Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi ulang. 6. Lampu ultraviolet dan ozon Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah diolah. 7. Galon isi ulang Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis. 2.2.3 Proses Produksi Depot Air Minum Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
15
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas : a. Khusus digunakan untuk air minum b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyai manhole d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 2. Penyaringan bertahap terdiri dari : a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-
Universitas Sumatera Utara
16
partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%. b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%. c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron. 2.2.4 Desinfeksi Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih tersisa dalam proses, terutama ditujukan kepada mikroorganisme patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06-0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537°A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm². a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di
Universitas Sumatera Utara
17
sanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana
dilakukan
pencucian
maka
harus
dilakukan
dengan
menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85°C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci. b. Pengisian Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis c. Penutupan Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen atau yang disediakan oleh depot air minum. 2.2.5. Proses Desinfeksi pada depot Air Minum Proses pengolahan air minum di depot-depot air minum isi ulang yang saat ini beredar di masyarakat terdiri dari proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV),dan proses reversed osmosis (RO). 1. Ozonisasi Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan, ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman (Sembiring, 2008).
Universitas Sumatera Utara
18
Proses ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air. Segala macam makluk hidup mikro yang terkandung dalam air ini tiba-tiba akan berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon, sehingga sel-sel mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap kandungan makluk hidup mikro dalam air ini tentunya tergantung dari daya kelarutan ozon dalam air tersebut, yang tentunya tergantung dari kandungan oksigen dalam air tersebut karena pada dasarnya ozon hanya „menempati‟ tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses pemberian sinar ultraviolet kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air (Pitoyo, 2005). 2. Ultraviolet (UV) Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro Watt per sentimeter persegi).
Universitas Sumatera Utara
19
Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu ultraviolet (UV) harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi (Sembiring, 2008). 3. Reversed Osmosis (RO) Menurut Syafran (dalam Sembiring, 2008) Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui membran semipermeabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran reversed osmosis menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus. Secara singkat, analogi proses R.O adalah sebagai berikut : air yang akan disaring ditekan dengan tekanan tinggi melewati membran semipermeable sehingga yang menembus hanya air murni sedang kandungan cemaran yang semakin tinggi kemudian dialirkan keluar atau dibuang. Inilah istimewanya apa yang disebut sebagai membran semipermeable,yang secara alami memiliki sifat
Universitas Sumatera Utara
20
seolah-olah menyeragamkan konsentrasi larutan air yang berbeda-beda. Sitem pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan (Pitoyo, 2005). 2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum Higiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan, faktor resiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi. Berdasarkan Permenkes R.I No.43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum (DAM) meliputi : 1. Tempat - Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit. - Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. - Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai. - Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah. - Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai ketinggian cukup.
Universitas Sumatera Utara
21
- Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen - Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar secara merata. - Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik. - Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas. - Memiliki akses kamar mandi dan jamban. - Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup. - Terdapat tempat sampah yang tertutup . - Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun Bebas dari tikus, lalat dan kecoa. 2. Peralatan - Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan. - Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak kadaluarsa. - Tandon air baku harus tertutup dan terlindung. - Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan. - Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam. - Melakukan sistem
pencucian terbalik (back washing) secara berkala
mengganti tabung macro filter.
Universitas Sumatera Utara
22
- Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang. - Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara benar . - Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon). - Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup. - Tersedia tutup botol baru yang bersih. 3. Penjamah - Sehat dan bebas dari penyakit menular. - Tidak menjadi pembawa kuman penyakit. - Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani konsumen. - Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap melayani konsumen. - Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi. - Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun. - Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum. 4. Air Baku dan Air Minum - Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan pasok air baku. - Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zatzat beracun ke dalam air/harus tara pangan.
Universitas Sumatera Utara
23
- Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air . - Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum dan selama perjalanan dilakukan desinfeksi. - Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum. 2.4 Personal Higiene Operator Depot Air Minum Kata hygiene digunakan untuk menggambarkan aplikasi prinsip sanitasi untuk menjaga kebersihan. Higiene perorangan mengacu pada kebersihan tubuh seseorang. Kesehatan pekerja memiliki peranan penting dalam sanitasi depot air minum. Karyawan merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang potensial untuk menyebabkan penyakit (Prihartini, 2012). Proses pengolahan air di Depot Air Minum (DAM) yang tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Langkah yang tidak dilakukan secara otomatis adalah pembersihan galon air dan proses pengisian air ke dalam galon. Pada proses ini, air mengalami kontak langsung dengan pekerja (Athena,2004). Karyawan yang berhubungan langsung dengan bagian produksi harus dalam keadaan sehat, bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air minum. Karyawan bagian produks ( pengisian ) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai. Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, terutama saat penanganan wadah dan pengisian ( Prihatini, 2012).
Universitas Sumatera Utara
24
Pekerja yang tidak mengikuti praktik saniter akan mengkontaminasi makanan yang mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik yang berasal dari cara kerja dan bagian lingkungan lain. Tangan, hidung, dan rambut mengandung mikroorganisme yang dapat dipindahkan ke dalam produk selama pemrosesan,pengepakan, persiapan, dan pelayanan lewat sentuhan, pernafasan, batuk atau bersin (Gravani dan Marriot, dalam Prihatini,2012). 2.5 Regulasi Perdagangan Depot Air Minum Regulasi perdagangan menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang meliputi : 1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) 2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air dari Instansi yang berwenang. 3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi. 2.6 Penyakit- Penyakit yang Ditularkan Melalui Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan Manusia, bergantung pada karakteristik sumber air dan pemakaiannya, air dapat menimbulkan penyakit dalam masyarakat. Terdapat empat jalur transmisi infeksi yang terkait dengan air, yaitu (Purwana, 2013):
Universitas Sumatera Utara
25
1. Transmisi Infeksi Bawaan Air (Water borne) Transmisi terjadi karena sumber air tercemar kuman patogen dan air menghantar kuman patogen ke dalam tubuh melalui mulut sehingga terjadi infeksi. Wahana penghantar kuman patogen ini bisa dalam bentuk air minum, minuman, makanan, atau alat-alat makan yang terkena air tercemar tersebut. Dalam hal ini air berlaku sebagai sarana mekanik penghantar kuman patogen ke dalam tubuh manusia sehingga terjadi infeksi atau kuman masuk dan berkembang biak di dalam tubuh. Cara transmisi ini termasuk kategori faeces-oral (oro-fecal) yaitu infeksi kuman patogen yang dihantarkan dari tinja lalu tertelan ke dalam mulut. Tinja mengandung Kuman patogen yang dapat ditularkan melalui air minum seperti bakteri patogen, virus, dan parasit. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan poliomielitis. 2. Transmisi Infeksi Bilasan Air (Water-washed) Transmisi infeksi bilasan air ini timbul akibat kurangnya atau langkanya air bersih dan aman untuk higiene terutama higiene perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma. c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. Penularan penyakit lebih ditentukan oleh kuantitas tersedianya air bersih yang aman untuk keperluan kebersihan.
Universitas Sumatera Utara
26
3. Transmisi Infeksi Berbasis Air (Water-Based) Mekanisme transmisi infeksi terjadi jika manusia kontak langsung dengan air yang menjadi basis penularan.Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya Skistosomiasis dan penyakit akibat Dracumculus medimensis. 4.
Transmisi Infeksi oleh Vektor Insekta yang Terkait Air (Water-related insect Vector)
Transmisi ini terjadi karena agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Air yang merupakan salah satu unsur alam yang harus ada dalam lingkungan manusia akan merupakan media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit infeksi vektor yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue, filariasis, malaria, dan demam kuning. 2.7 Kualitas Bakteriologi dalam Air Minum Air tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit seperti kuman typus, kolera disentri, gastroenteritis, dan telur cacing. Secara teknis ada tidaknya kuman patogen atau parasit dalam air menggunakan indikator Most Probable Number (MPN) atau perkiraan terdekat jumlah coliform per 100 ml contoh air. Coliform dan total coliform dalam air minum harus nol.Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat dijadian indikator bahwa air telah mengalami pencemaran terutama oleh kotoran manusia atau hewan berdarah panas (Sarudji, 2010).
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut Sarudji (2010), ada beberapa alasan memilih kuman Escherichia coli dan coliform menjadi indikator pencemaran mikrobiologi : 1. Lebih tahan dibandingkan kuman usus patogen Karena lebih tahan dibanding dengan bakteri usus lainnya, maka dapat dipastikan bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila kuman Escherichia coli tidak ditemuan dalam pemeriksaan air. 2. Banyak dijumpai pada air kotor, kotoran manusia atau binatang berdarah panas. 3. Bakteri E.coli dikelurkan dalam jumlah besar bersama feaces 4. Relatif mudah untuk diidentifikasi dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk identifikasinya. 2.8 Bakteri coliform Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk batang, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Pada kondisi aerob, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen, metabolisme bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah laktosa menjadi asam organik dan gas dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 35ºC (Suriawira 1996). Bakteri coliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media agar sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009). Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu non fecal dan fecal coliform. Contoh dari tipe non fecal coliform adalah enterobacter dan klebsiella.
Universitas Sumatera Utara
28
Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan. Contoh dari tipe fecal coliform adalah bakteri Escherechia coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Artianto, 2009). Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air, jadi adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia. Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml. Bakteri coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri patogen lainnya (Fardiaz 1993). Keberadan coliform lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak memadai dan keberadaannya dalam jumlah tinggi dalam air minum menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella, Shigella dan Staphylococcus. Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri golongan coliform, hal ini disebabkan oleh sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di negara
Universitas Sumatera Utara
29
berkembang disebabkan oleh kontaminasi. Kontaminasi silang dapat disebabkan penggunaan air, sarana, wadah, alat pengolahan yang tercemar, serta penjamah yang tidak menjaga kebersihan diri 2.9 Escherichia coli 2.9.1 Defenisi Escherichia coli E.coli merupakan flora normal di dalam intestin. Bakteri enterik yang lain (spesies proteus,enterobacter, dan klebsiella) juga ditemukan sebagai anggota flora normal dalam usus tetapi jarang dibandingkan dengan E.coli. E.coli lebih sering digunakan sebagai objek penelitian ilmiah dibandingkan mikroorganisme yang lain ( Jawetz, 2007). E.coli adalah basil berbentu batang pendek (0,004-0,005) tanpa kapsul atau spora tetapi memiliki flagel sehingga dapat bergerak. E.coli bersifat patogen pada manusia, sebagian besar strain E.coli adalah flora usus normal nonpatogenik, strain-strain lain bersifat patogenik dengan faktor virulensi dan efek yang berbeda-beda. E.coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yang merupakan infeksi terbanyak (80%), gastroenteritis dan meningitis pada bayi (Hawley, 2003). 2.9.2 Morfologi Dan Struktur Antigen Ciri khas Escherichia coli adalah mampu memfermentasi laktosa sehingga menghasilkan koloni berwarna merah muda pada agar Mac-Conkey yang menunjukkan bahwa basil bersifat nonpatogen di dalam intestin. E.coli dan sebagian besar bakteri enterik yang lain membentuk koloni bulat, cembung serta lembut dengan tepi yang berbeda (Elliott, 2013).
Universitas Sumatera Utara
30
Escherichia
coli
memiliki
struktur
antigenik
yang
kompleks
diklasifikasikan lebih dari 150 antigen somatis O yang tahan panas (lipopolisakarida) yang berbeda, lebih dati 100 antigen K (kapsular) yang tidak tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flageller). Antigen K merupakan bagian luar dari antigen O tetapi tidak pada semua enterobacteriaceae. Beberapa antigen K adalah polisakarida, termasuk antigen K dari E.coli (Jawetz, 2007). Antigen K dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O dan mereka
dapat
dihubungkan
dengan
virulensi
misalnya,
strain
E.coli
memproduksi antigen K1 yang merupakan penyebab utama pada meningitis neonatal, dan antigen K dari E.coli menyebabkan pelekatan bakteri pada sel epitelial yang memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau infeksi saluran kemih (Jawetz, 2007). Antigen H terletak pada flagella dan didenaturasi atau dihilangkan oleh panas atau alkohol. Antigen H mengadakan aglutinasi dengan antibodi H, biasanya Ig G. Penentu dalam antigen H merupakan fungsi dari rangkaian asam amino pada protein flagella, antigen H pada permukaan bakteri dapat mempengaruhi aglutinasi oleh antibodi anti O (Jawetz, 2007). 2.9.3 Klasifikasi Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya 1. Enteropathogenic E. coli (EPEC) Enteropathogenic E. coli (EPEC) menyebabkan gastroenteritis akut pada bayi yang baru lahir sampai berumur 2 tahun, khususnya terjadi di negara berkembang. EPEC melekat dan kualitas menginfeksi sel mukosa
Universitas Sumatera Utara
31
usus kecil. Kolonisasi bakteri ini pada usus kecil dapat menyebabkan diare (Pelczar, 2005). 2. Enteroinvasive E. coli (EIEC) Serotipe E. coli jenis ini ditemukan sebagai penyebab diare pada anakanak yang lebih besar dan juga penyebab diare pada orang dewasa. Mereka ini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip dengan sindrom yang disebabkan oleh Shigella (Pelczar, 2005). 3. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Enterotoxigenic E. coli (ETEC) memproduksi toksin LT dan toksin ST. Toksin ini bekerja pada eritrosit untuk menstimulasi sekresi cairan, menyebabkan terjadinya diare. E.coli yang memiliki enterotoksinenterotoksin ini berhubugan dengan traveller’s diarrhoea (diare yang terjadi pada pelancong) : penyakit diare yang singkat (Gillespie, 2008). 4. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) Strain ini memproduksi verotoksin yang dinamakan demikian karena aktivitasnya pada sel vero in vitro. Diare berdarah berdarah yang disebabkannya dapat dipersulit oleh hemolisis dan gagal ginjal akut. Organisme ini komensal pada sapi dan ditransmisikan ke manusia melalui buruknya higiene sanitasi ditempat pemotongan hewan dan tempat produksi makanan (Gillespie, 2008). 5. Enteroaggretive E. coli (EAEC) Serotipe jenis ini menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. EAEC digolongkan berdasarkan bentuk dan
Universitas Sumatera Utara
32
perlekatan pada sel manusia. EAEC Bisa menyebabkan diare akut dan kronis pada anak- anak (Jawetz, 2007). 2.9.4 Penyakit- Penyakit yang disebabkan oleh E.coli Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri Escherichia coli adalah : 1. Diare Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat erat pada sel mukosa usus kecil, menyebabkan penggundulan dari mikrovilli. Infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun kronis. Durasi dari diare oleh EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotika (Jawetz, 2007). 2. Infeksi Saluran kemih Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala dan tanda- tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas (Jawetz, 2007). 3. Sepsis Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
33
antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih (Jawetz, 2007). 4. Meningitis dan abses otak Escherichia coli merupakan penyebab meningitis neonatal yang penting dan berhubungan dengan mortalitas yang tinggi. Strain sering kali mengekspresikan antigen kapsular K1 dalam jumlah besar. Meningitis juga dapat terjadi setelah prosedur bedah syaraf, terutama jika dilakukan pemasangan alat prostetik (Gillespie,2008). 2.10 Perilaku Penjamah Depot Air minum Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang bersama antara faktor eksternal dan internal. Menurut Lawrence Green Prilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni : 1.
Faktor predisposisi Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain ini mencakup pengetahuan masyarakat, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin Faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan mencakup keahlian, sumber daya, dan hambatan yang membantu atau mencegah perilaku yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
34
3. Faktor Penguat Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, undang-undang dan peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait kesehatan. 2.10.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan
kepercayaan dan
penerangan-penerangan yang keliru. (Soekanto dalam Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku terjadi akibat adanya paksaan atau peraturan yang mengharuskan untuk berbuat. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Menurut Mubarak (2007) faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain : 1. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal yang mereka dapat pahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. 2. Pekerja, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengatahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek pada fisik dan psikologi (mental) yang semakin matang dan dewasa. 4. Minat, Minat seseorang menjadikan seseorang untuk mencoba atau menekuni suatu hal dan akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman, jika pengalaman obyek menyenangkan maka secara psikologis akan timbul sikap positif dalam kehidupannya. 6. Kebudayaan
lingkungan
sekitar,
kebudayaan
dimana
kita
hidup
mempengaruhi terhadap perubahan sikap kita. 7. Informasi, kemudahan memperoleh suatu informasi akan membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan yang baik tentang higiene sanitasi depot air minum sangat dibutuhkan agar responden menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Purba, 2011). Berdasarkan hasil penelitian terkait higiene sanitasi depot air minum diperoleh kategori tingkat pendidikan operator air minum isi ulang (AMIU) beragam, mulai dari sekolah dasar hingga akademi/ perguruan tinggi, namun presentasi
terbanyak
adalah
SLTA/SMA.
Setelah
dikategorikan
tingkat
pendidikan pengisi air minum isi ulang terbanyak berpendidikan menengah keatas
Universitas Sumatera Utara
36
yang memiliki perilaku baik lebih banyak dibandingkan dnegan kelompok responden berpendidikan dasar. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan semakin berpendidikan tinggi semakin berperilaku baik (Nursania dalam Prihatini, 2012). 2.10.2 Sikap Sikap adalah kepercayaan/ pendapat seseorang tentang apa yang akan terjadi bila ia berperilaku (Edberg, 2009).Menurut sarwono dalam maulana (2009) sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengundang suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci Sedih) dan kognifi (pengetahuan tentang suatu objek) dan konatif (kecenderungan bertindak). Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan
sikap
seseorang.
Sebab,
seringkali
terjadi
seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono dalam Maulana 2009). Sikap harus diiringi dengan niat untuk merubah perilaku, percaya bahwa ada hal positif atau berharga untuk mengubah perilaku tersebut, dan percaya mampu melakukan perubahan tersebut (Edberg, 2009). Penjamah depot air minum dalam bekerja tidak semuanya bersikap higiene sanitasi setiap melayani konsumen. Penjamah mampu mengubah sikapnya menjadi positif setelah diberikan intervensi dipengaruhi oleh pemberian informasi
Universitas Sumatera Utara
37
tentang pentingnya melaksanakan prinsip-prinsip higienitas dan melakukan praktek mengenai higiene sanitasi (Prihatini, 2012). Sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal maupun informal yang diperoleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Berdasarkan hasil penelitian terkait penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum diperoleh hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan sikap bahwa responden yang berpengetahuan sedang, sebagian besar responden memiliki sikap yang baik. Hal ini bisa saja terjadi karena dalam bentuk, sikap sulit untuk dinilai maupun diukur Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju (Purba, 2011) 2.10.3 Tindakan Tindakan (Practice) adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah adanya fasilitas (Maulana, 2009). Pelaksanaan Higiene Sanitasi Depot dapat terwujud apabila tersedia fasilitas sanitasi diruangan kerja untuk mendukung kebersihan perorangan menggunakan air, sabun dan handuk pengering dan adanya kesadaran penjamah untuk selalu berperilaku higiene sanitasi setiap melayani konsumen (Prihatini, 2012) Dinas kesehatan kabupaten/kota juga mempunyai peranan penting untuk melakukan penilaian pemenuhan persyaratan teknisi usaha depot air minum
Universitas Sumatera Utara
38
(DAM). Dinas kesehatan kota harus membuat suatu tindakan kepada setiap pengusaha depot air minum untuk wajib mempunyai Sertifikat Higiene Sanitasi sebagai salah satu syarat yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2014. Dinas Kabupaten /Kota perlu melakuan pelatihan laik higiene sanitasi bagi pengelola dan tenaga Penjamah Depot Air Minum untuk menambah pengetahuan Pengelola dan penjamah pentingnya berperilaku higiene sanitasi untuk melindungi masyarakat dari resiko penyakit akibat mengkonsumsi air minum yang berasal dari Depot Air Minum (DAM) yang tidak memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi. 2.11 Kerangka Konsep Higiene Sanitasi Depot Air Minum 1.
Tempat
2.
Peralatan
3.
Penjamah
4.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Air Baku dan
1. E.coli
Air Minum
2. coliform
Ada Tidak ada
Perilaku Pemilik Depot 1.
Pengetahuan
2.
Sikap
3.
Tindakan
Universitas Sumatera Utara