Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN MILIK PEMERINTAH Intan Permata Ayu
[email protected] Budiyanto
[email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to know the influence of capital adequacy ratio and liquidity rates to the profitability. The research samples in this research is using banking companies which are owned by the government which are listed in Indonesia Stock Exchange they are PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, dan PT. Bank Mutiara Tbk. the data is using financial report from 2008 to 2012. The analysis technique is using multiple regression analysis, F test, and t test.Based on the research result shows that Capital Adequacy Ratio has the influence to the company’s profitability, it is proven by t test which shows the significance value of smaller than 0.05 which is 0.000. The liquidity rates has no influence to the company’s profitability, it is proven by t test indicating the significance value of bigger than 0.05 which is 0.225. Capital Adequacy Ratio has dominant influence to the company’s profitability, it is proven by the partial determination coefficient value (r2) is bigger than liquidity rates variable by 92.7%. Keywords:capital adequacy ratio, liquidity, profitability ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh capital adequacyratio dan tingkat likuiditas terhadap profitabilitas.Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan milik pemerintah yang ada di Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, dan PT. Bank Mutiara Tbk. Data yang digunakan adalah laporan keuangan pada tahun 2008 sampai 2012. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, uji F, dan uji t.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,225. Capital Adequacy Ratiomempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan, hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang lebih besar dari pada variabel tingkat likuiditas yaitu sebesar 92,7%. Kata kunci:capital adequacyratio, likuiditas, profitabilitas PENDAHULUAN Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.Perekonomian Indonesia tepatnya pada tahun 1997 mengalami krisis moneter yang mengakibatkan kinerja perbankan Indonesia dalam kondisi yang sangat buruk.Salah satu penyebab krisis makin dalam adalah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
2
karena industri perbankan belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial intermediary, yaitu suatu lembaga yang berperan menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang kekurangan dana (defisit) dalam bentuk kredit atau pemberian pinjaman serta memberikan jasa bank lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat luas. Oleh karena itu di suatu negara sangat dibutuhkan bank yang sehat sehingga bisa beroperasi secara optimal. Menghadapi perkembangan usaha perbankan yang dinamis, maka bank dalam menciptakan produk dan jasa perbankan harus lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Masyarakat selalu menginginkan suatu produk dan jasa yang dapat memperlancar segala keperluan mereka dengan sarana yang lebih banyak dan praktis serta didukung dengan adanya pelayanan yang lebih baik dan cepat. Tujuan utama bank adalah memperoleh profitabilitas yang nantinya akan digunakan untuk membiayai segala kegiatan operasional dan aktivitas yang dilakukan. Dengan profitabilitas itulah bank akan dapat berkembang dan bertahan di masa yang akan datang. Untuk mengukur profitabilitas, salah satu cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio Return on Assets(ROA). Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga.Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo.Aspek ini perlu dikelola dengan baik karena menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap bank. Untuk mengukur tingkat likuiditas bank dapat menggunakan Loan to Deposits Ratio (LDR). Sebagai lembaga kepercayaan bagi masyarakat, maka bank harus bisa mengelola likuiditas secara baik terutama ditujukan untuk memeperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan, dalam mengelola likuiditas selalu akan terjadi benturan kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan. Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditas akan cenderung memelihara alat likuiditasnya yang relatif lebih besar dari yang diperlukannya dengan maksud untuk menghindari kesulitan likuiditas, namun disisi lain bank juga dihadapkan pada biaya yang besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuiditas yang berlebihan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah capital adequacy ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia? (2) Apakah tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia? (3)Manakah di antara capital adequacyratio dan tingkat likuiditas yang berpengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhcapital adequacy ratio terhadap profitabilitas perusahaan perbankan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia (2) Untuk mengetahui dan menganalisis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
3
pengaruhtingkat likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan perbankan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia (3) Untuk mengetahui dan menganalisis manakah di antara capital adequacyratio dan tingkat likuiditas yang berpengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Bank Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (saver). Abdurrachman (dalam Suyatno, 2002:1) mengatakan bahwa Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perbankan, dan lain-lain. Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pasal 1, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perbankan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bank, baik yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, maupun cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Jenis bankmenurut Taswan (2002:8) adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari: a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum menjalankan seluruh fungsi perbankan, yaitu menghimpun dana, menempatkan dana dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. b. Bank Perkreditan Rakyat(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang ada dalam kegiatannya, tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BPR tidak diperbolehkan mengikuti kliring atau terlibat dalam transaksi giral. 2. Jenis bank dilihat dari fungsinya ada beberapa yaitu: a. Bank Komersial, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito lancar (giro) dan deposito berjangka dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. b. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan. Bank pembangunan di Indonesia terdiri dari Bank Pembangunan Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Pembangunan Swasta, dan Bank pembanggunan Koperasi. c. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Bank tabungan ini terdiri dari Bank Tabungan Negara, Bank Tabungan Swasta, Bank Tabungan Koperasi. 3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya: a. Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah pusat.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
4
b. Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah daerah. c. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia. d. Bank Swasta Asing, yaitu bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. e. Bank Swasta Campuran, yaitu bank yang dimiliki oleh swasta asing dan swasta domestik. 4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa: a. Bank Devisa, yaitu bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. Contoh: Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BCA. b. Bank Non Devisa, yaitu bank tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli, dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. Contoh: Bank BPD tertentu. 5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya: a. Retail Banking, bank yang dalam kegiatannya mayoritas melayani perorangan, usaha kecil dan koperasi. Contoh Retail Banking : BCA, BRI, dan sebagainya. b. Wholesale Banking, yaitu bank yang mengandalkan nasabah besar atau nasabah korporasi. Contoh Bank BNI sebelum krisis 1997 mayoritas kredit diberikan kepada konglomerat. Laporan Keuangan Bank Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan dan dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan keuangan bank juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode waktu tertentu.Keuntungan dari membaca laporan ini, pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Fuad dan Rustam (2005:17) berpendapat bahwa laporan yang disajikan oleh suatu perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu bertujuan, antara lain memberi informasi tentang posisi keuangan bank menyangkut harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada periode tertentu, memberi informasi menyangkut laba rugi suatu bank pada periode tertentu, memberi informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank, memberi informasi tentang performance suatu bank, laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh.Sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri atas data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi. Sifat laporan keuangan menurut Munawir (2007:6), antara lain: 1. Fakta yang telah dicatat (record fact).Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi seperti jumlah yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, liabilitas maupun aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
5
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate). Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (general accepted accounting principles), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapatan pribadi (personal judgement).Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi dasar yang telah ditetapkan dan menjadi standar praktik pembukuan, namun tergantung daripada akuntan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan aktivitas perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda, sehingga cara analisisnya juga berbeda yang disesuaikan dengan sifat dan kepentingannya. Munawir (2007:2) mengatakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: 1. Pemilik perusahaan, dengan laporan keuangan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan manajer biasanya dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan. 2. Manajer atau pimpinan perusahaan, dengan mengetahui laporan keuangan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat. 3. Para investor. Dapat mengetahui jaminan investasi dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. 4. Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 5. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Faud dan Rustam (2005:18) mengatakan bahwa laporan keuangan dapat diterima oleh pihak-pihak tertentu jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Relevan, laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan data yang ada kaitannya dengan transaksi yang dilakukan 2. Jelas dan dapat dimengerti, laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan 3. Dapat diuji kebenarannya, laporan keuangan yang disajikan datanya harus dapat diuji kebenarannya dan dipertanggungjawabkan 4. Netral, laporan yang disajikan harus bersifat netral artinya dapat dipergunakan oleh semua pihak 5. Tepat waktu, laporan yang disajikan harus memiliki waktu pelaporan atau periode pelaporan yang jelas. 6. Dapat diperbandingkan, laporan keuangan yang disajikan dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan sebelumnya, sebagai landasan untuk mengikuti perkembangan dari hasil yang dicapai. 7. Lengkap, laporan keuangan yang disajikan harus lengkap yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak terjadi kekeliruan dalam menerima informasi keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
6
Kinerja Keuangan Perbankan Kinerja keuangan bank adalah kinerja bank yang dilihat dari aspek keuangan.Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik.Dalam melakukan penilaian kinerja keuangan bank, harus didasarkan pada data keuangan bank yang dipublikasikan serta diperlukan adanya suatu tolok ukur.Tolok ukur yang dipakai adalah rasio dan indeks. Analisis rasio merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai sifatsifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang telah distandarisasi. Kinerja keuangan bank dapat memberikan gambaran atas posisi atau keadaan keuangan serta prestasi kerja keuangan bank. Dalam penilaian kesehatan bank dapat digunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity), hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang penilaian kesehatan bank metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity). Capital Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2009:121). Menurut SEBI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 CAR adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank menutupi kemungkinan terjadinya kerugian dari penyaluran kredit dan pengalokasian dana dalam bentuk surat berharga dengan menggunakan modal sendiri.Mulyono (2000:113) mengatakan bahwa CAR merupakan perbandingan antara equity capital dengan aset total loans dan securities. Secara matematis CAR dapat dirumuskan dengan: Equity Capital CAR = X 100% Total Loans + Securities Modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebegai berikut: 1. Modal inti, terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa: a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. d. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham/rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian/anggaran dasar masingmasing bank. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS/Rapat Anggota.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
7
f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota. h. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. 2. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman sub-ordinasi. Secara rinci sebagai berikut: a. Cadangan revaluasi aset tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aset tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak. b. Cadangan penghapusan aset produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aset produktif. c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. d. Pinjaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman. 2) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. 3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh. 4) Minimal berjangka waktu 5 tahun. 5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat. 6) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). Total Loans, merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan penghapusan. Taswan (2002:41) mengatakan securities/surat berharga, adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal atau pasar uang. Widjanarto (2003:165) mengatakan bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada jenis aset serta besarnya risiko yang melekat padanya, kualitas aset atau tingkat kolektibilitasnya, total aset suatu bank, semakin besar aset semakin bertambah pula risikonya, dan kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. Widjanarto (2003:167) juga mengatakan posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan cara memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan, jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang, fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi, komitmen L/C bagi bank-bank devisa yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi, penyertaan yang memiliki risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak, posisi aset dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan, atau menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go publik, dan pinjam sub-ordinasi jangka panjang dari pemegang saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
8
Assets Kinerja keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aset produktifnya. Salah satu rasio yang digunakan adalah RORA (Return On Risked Assets). RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Menurut Bank Indonesia RORA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Operating Income RORA = X 100% Total Loans +Investment Management Untuk mengukur tingkat kinerja manajemen, dapat dilakukan dengan penghitungan NPM (Net Profit Margin).NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. Payamta dan Machfoedz (2001:87) mengatakan bahwa rasio NPM (Net Profit Margin) menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.Semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya, yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya harga saham.Berdasarkan Bank Indonesia perhitungan NPM sebagai berikut: Laba Besih NPM = X 100% Pendapatan Operasional Bersih Earning Terdapat dua rasio yang dapat menjelaskan kinerja keuangan bank dari segi earning atau rentabilitasnya, yaitu Return on Assets dan Rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Return on Assets(ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Rumus yang digunakan adalah: Net Income ROA= X 100% Total Assets Keterangan: 1. Net Income (EBT) adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum dikurangi pajak. 2. Total assets merupakan komponen yang terdiri atas kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aset tetap dan penyusutan aset tetap dan lain-lain. ROA dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan.Siamat (2000:50) mengatakan bahwa rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Muljono (dalam Enderayanti, 2005:29)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
9
mengatakan bahwa perubahan rasio ini dapat disebabkan antara lain lebih banyak aset yang digunakan sehingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar, adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak produktif menjadi aset produktif. Menurut SEBI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatannya. Efisiensi bank merupakan faktor penting dalam kegiatan operasional sehari-hari untuk memaksimalkan profitabilitas dan nilai investasi dari para pemegang saham. Secara spesifik rasio BOPO digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank.Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi suatu bank. Meningkatnya pendapatan operasional dan menurunnya biaya opersional dari suatu bank akan mengakibatkan bank memiliki efisiensi yang baik sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. (Martono, 2007:85). Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang pada umumnya terdiri dari : 1. Biaya bunga, yaitu biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank. 2. Biaya valuta asing, yaitu semua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa. 3. Biaya tenaga kerja, yaitu semua biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya. 4. Penyusutan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap dan inventaris. 5. Biaya lainnya, yaitu biaya langsung dari kegiatan usaha bank yang belum termasuk dalam pos biaya-biaya tersebut diatas. Pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima, terdiri dari : 1. Hasil bunga, yaitu pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank, seperti giro, simpanan berjangka dan obligasi. 2. Provisi dan komisi, yaitu provisi dan komisi yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti provisi kredit dan provisi transfer. 3. Pendapatan valuta asing, yaitu pendapatan yang dihasilkan bank dari hasil transaksi devisa. 4. Pendapatan lainnya, yaitu pendapatan lainnya yang merupakan hasil langsung dari kegiatan operasional bank yang belum termasuk dalam pos-pos tersebut di atas. Liquidity Hasibuan (2004:92) mengatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.Dendawijaya (2009:118) mengatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas.LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
10
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Mulyono (2000:101) mengatakan bahwa rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Total Loans LDR= X 100% Total Deposit +Equity Dendawijaya (2009:118) mengatakan bahwa rasio LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank.Kasmir (2003:272) mengatakan bahwa batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Capital adequacy ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia. 2. Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia. 3. Capital adequacy ratio berpengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia. METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu melukiskan atau menggambarkan keadaan obyek yang diteliti dan menyajikan data yang diperoleh kemudian membuat kesimpulan untuk memberikan alternatif pemecahannya. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya akan diduga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan milik pemerintah yang ada di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 5 perusahaan yaitu PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT. Bank Mutiara Tbk (BCIC). Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristik akan diselidiki, jumlah elemen dalam sampel lebih sedikit daripada elemen populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil secara nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2011:84) pengertian nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara nonprobability sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
11
kurang dari 30 (Sugiyono, 2011:85). Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi penelitian yaitu perusahaan perbankan milik pemerintah yang ada di Bursa Efek Indonesia sebanyak 5 perusahaan. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (X) terdiri dari: a. Capital Adequacy Ratio (X1) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rumus yang digunakan adalah: Equity Capital CAR = X 100% Total Loans + Securities b. Likuiditas (X2) adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratioyaitu suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rumus yang digunakan adalah: Total Loans LDR= X 100% Total Deposit +Equity 2. Variabel terikat (Y) adalah profitabilitas Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return on Assets. Return on Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah: Net Income ROA= X 100% Total Assets Teknik Analisa Data Analisis data adalah kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi perangkat hasil dan penemuan baru atau dalam bentuk pembuktian dari hipotesis. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menghitungvariabel-variabel penelitian yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio), dan profitabilitas (Return on Assets). 2. Menganalisis perkembangan Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Assets dari tahun ke tahun. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya pengaruh antara capital adequacy ratio dan tingkat likuiditas sebagai variabel independent (bebas) terhadap profitabilitas (Y) sebagai variabel dependent (terikat). Rumus regresi linier berganda menurut Sugiyono (2011:192) adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan: Y : variabel terikat profitabilitas a : konstanta b1,… b2 : koefisien regresi variabel bebas 1 sampai 2 X1 : variabel bebas capital adequacy ratio X2 : variabel bebastingkat likuiditas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
12
4. Uji Asumsi Klasik Uji melihat layak atau tidaknya model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel terikat berdasarkan masukan variabel bebasnya, maka model regresi harus terbebas dari beberapa asumsi, antara lain: a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependent dan variabel independent keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan grafik. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. b. Uji Heteroskesdastisitas Uji terhadap adanya Heteroskesdastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskesdastisitas. c. Analisis Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi di dalamnya. d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel independent. Regresi yang baik adalah regresi yang variabel independent -nya tidak memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independent -nya. e. Uji Kelayakan Model dengan Uji F Uji F dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda. Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh simultan antara capital adequacy ratio dan tingkat likuiditas terhadap profitabilitas. 5. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara capital adequacy ratio dan tingkat likuiditas terhadap profitabilitas. b. Uji Determinasi Parsial (r2) Untuk mengetahui di antara variabel bebas mana yang dominan digunakan nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang paling besar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Capital Adequacy Ratio (X1) Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Rumus yang digunakan adalah: Equity Capital CAR = X 100% Total Loans + Securities Berdasarkan Bank Indonesia nilai CAR tidak boleh kurang dari 8%. Ketentuan CAR dari Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
13
Tabel 1 Ketentuan Capital Adequacy Ratio Tingkat Capital Adequacy Ratio Tingkat Peringkat 8 % Keatas Sehat 6,4 – 8 % Kurang Sehat Di bawah 6,4 % Tidak Sehat Sumber: www.bi.go.id
Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan Capital Adequacy Ratio Tahun 2008 Sampai 2012 No Kode Tahun Equity Capital Total Loans Securities CAR Rata-rata 1 BMRI 2008 30.513.869 162.637.788 24.624.847 16,29% 2009 35.108.769 184.690.704 18.153.392 17,31% 2010 41.542.808 232.545.259 27.247.529 15,99% 17,96% 2011 62.654.408 298.988.258 12.002.918 20,15% 2012 76.532.865 370.570.356 10.769.775 20,07% 2 BBRI 2008 22.356.697 152.217.543 23.766.171 12,70% 2009 27.257.381 194.242.503 24.478.132 12,46% 2010 36.673.110 232.972.784 22.514.663 14,35% 14,63% 2011 49.820.329 269.454.726 33.917.516 16,42% 2012 64.881.779 336.081.042 41.136.880 17,20% 3 BBNI 2008 15.431.148 106.342.351 9.874.051 13,28% 2009 19.143.582 113.922.685 19.197.927 14,38% 2010 33.119.626 129.399.567 13.181.480 23,23% 18,87% 2011 37.843.024 163.533.423 7.627.768 22,11% 2012 43.525.291 193.834.670 9.800.970 21,37% 4 BBTN 2008 3.078.470 31.468.636 9.342.962 7,54% 2009 5.461.516 40.029.401 5.483.561 12,000% 2010 6.447.278 47.977.801 928.357 13,183% 11,38% 2011 7.321.643 62.619.586 733.953 11,56% 2012 10.278.871 80.430.049 1.013.796 12,62% 5 BCIC 2008 -1.535.424 3.531.385 692.587 -36,35% 2009 569.109 3.418.595 1.945.673 10,61% 2010 774.193 5.012.936 1.570.228 11,76% 1,42% 2011 1.001.898 9.140.800 598.847 10,29% 2012 1.243.946 10.946.347 560.348 10,81% Sumber: Data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1. CAR PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. CAR tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 20,15%, sedangkan CAR terendah dialami pada tahun 2010 yaitu sebesar 15,99%. CAR PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di atas 8%. Rata-rata CARPT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 17,96%. 2. CAR PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. CAR tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 17,20%, sedangkan CAR terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,46%. CAR PT. Bank Rakyat Indonesia
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
14
Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di atas 8%. Rata-rata CARPT. Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 14,63%. 3. CAR PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. CAR tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 23,23%, sedangkan CAR terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 13,28%. CAR PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di atas 8%. Rata-rata CARPT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 18,87%. 4. CAR PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. CAR tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 13,183%, sedangkan CAR terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 7,54%. CAR PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 kurang sehat karena di antara 6,4 - 8%, sedangkan pada tahun 2009 sampai 2012 sehat karena di atas 8%. Rata-rata CARPT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 11,38%. 5. CAR PT. Bank Mutiara Tbk (BCIC) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. CAR tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 11,76%, sedangkan CAR terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar -36,35%. CAR PT. Bank Mutiara Tbk pada tahun 2008 tidak sehat karena di bawah 6,4%, sedangkan pada tahun 2009 sampai 2012 sehat karena di atas 8%. Rata-rata CARPT. Bank Mutiara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 1,42%. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) tertinggiadalahPT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yaitu sebesar 18,87%. Likuiditas (X2) Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratioyaitu suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rumus yang digunakan adalah: Total Loans LDR= X 100% Total Deposit +Equity Ketentuan Loan to Deposit Ratio(LDR) dari Bank Indonesia adalah sebagai berikut Tabel 3 Ketentuan Loan to Deposit Ratio Tingkat Loan to Deposit Ratio Tingkat Peringkat Dibawah 93,75 % Sehat 93,75% - 97,5% Cukup Sehat 97,5 % - 101,25 % Kurang Sehat Di atas 101,25 % Tidak Sehat Sumber: www.bi.go.id
Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
No Kode 1 BMRI
2
3
.4
5
BBRI
BBNI
BBTN
BCIC
Tabel 4 Perhitungan Loan to Deposit RatioTahun 2008 Sampai 2012 Equity Tahun Total Loans Total Deposit LDR 2008 162.637.788 296.830.166 30.513.869 49,68% 2009 184.690.704 330.336.908 35.108.769 50,54% 2010 232.545.259 369.842.016 41.542.808 56,53% 2011 298.988.258 397.046.488 62.654.408 65,04% 2012 370.570.356 456.854.700 76.532.865 69,47% 2008 152.217.543 204.965.682 22.356.697 66,96% 2009 194.242.503 260.378.168 27.257.381 67,53% 2010 232.972.784 338.812.712 36.673.110 62,05% 2011 269.454.726 388.288.508 49.820.329 61,50% 2012 336.081.042 452.945.001 64.881.779 64,90% 2008 106.342.351 167.264.390 15.431.148 58,21% 2009 113.922.685 192.288.136 19.143.582 53,88% 2010 129.399.567 197.700.436 33.119.626 56,06% 2011 163.533.423 238.314.269 37.843.024 59,22% 2012 193.834.670 260.906.084 43.525.291 63,67% 2008 31.468.636 31.448.744 3.078.470 91,14% 2009 40.029.401 40.719.717 5.461.516 86,68% 2010 47.977.801 48.104.318 6.447.278 87,95% 2011 62.619.586 62.762.985 7.321.643 89,35% 2012 80.430.049 81.374.686 10.278.871 87,75% 2008 3.531.385 5.400.748 -1.535.424 91,36% 2009 3.418.595 6.264.794 569.109 50,02% 2010 5.012.936 8.900.800 774.193 51,81% 2011 9.140.800 11.625.670 1.001.898 72,39% 2012 10.946.347 13.475.784 1.243.946 74,37%
15
Rata-rata 58,25%
64,59%
58,21%
88,57%
67,99%
Sumber: Data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Loan to Deposit Ratio(LDR) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1. LDR PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan. LDR tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 69,47%, sedangkan LDR terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 49,68%. LDR PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di bawah 93,75%. Rata-rata LDR PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 58,25%. 2. LDR PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. LDR tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 67,53%, sedangkan LDR terendah dialami pada tahun 2011 yaitu sebesar 61,50%. LDR PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di bawah 93,75%. Rata-rata LDR PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 64,59%. 3. LDR PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. LDR tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 63,67%, sedangkan LDR terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 53,88%. LDR PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di bawah 93,75%. Rata-rata LDR PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 58,21%. 4. LDR PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. LDR tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 91,14%, sedangkan LDR terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 86,68%. LDR PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di bawah 93,75%. Rata-rata LDR PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 88,57%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
16
5. LDR PT. Bank Mutiara Tbk (BCIC) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. LDR tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 91,36%, sedangkan LDR terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 50,02%. LDR PT. Bank Mutiara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di bawah 93,75%. Rata-rata LDR PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 67,99%. Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa Loan to Deposit Ratio(LDR) yang terbaik adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) karena memiliki LDR yang terkecil. Profitabilitas (Y) Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return On Assets. Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah: Net Income ROA= X 100% Total Assets Ketentuan tingkat Return On Assets (ROA) dari Bank Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 5 Ketentuan Retun On Asset Tingkat Retun On Asset Tingkat Peringkat Di atas 1,22% Sehat 0,99% - 1,22% Cukup Sehat 0,77 % - 0,99 % Kurang Sehat Dibawah 0,77 % Tidak Sehat Sumber: www.bi.go.id
Perhitungan Return On Assets (ROA) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
17
Tabel 6 Perhitungan Return On AssetsTahun 2008 Sampai 2012 No Kode Tahun Net Income Total Assets ROA Rata-rata 1 BMRI 2008 5.312.821 358.438.678 1,48% 2009 7.155.464 394.616.604 1,81% 2010 9.218.298 449.774.551 2,05% 2,03% 2011 12.479.456 551.891.704 2,26% 2012 16.256.581 635.618.708 2,56% 2 BBRI 2008 5.958.368 246.076.896 2,42% 2009 7.308.292 316.947.029 2,31% 2010 11.472.385 404.285.602 2,84% 2,84% 2011 15.296.501 469.899.284 3,26% 2012 18.681.350 551.336.790 3,39% 3 BBNI 2008 1.222.485 201.741.069 0,61% 2009 2.483.995 227.496.967 1,09% 2010 4.101.706 248.580.529 1,65% 1,50% 2011 5.991.144 299.058.161 2,00% 2012 7.202.604 333.303.506 2,16% 4 BBTN 2008 430.474 44.992.171 0,96% 2009 490.453 58.516.058 0,84% 2010 915.938 68.385.539 1,34% 1,10% 2011 1.026.201 89.121.459 1,15% 2012 1.357.839 111.748.593 1,22% 5 BCIC 2008 -7.281.150 5.585.890 -130,35% 2009 265.483 7.531.145 3,53% 2010 217.963 10.783.886 2,02% -24,42% 2011 227.704 13.127.198 1,73% 2012 145.337 15.240.091 0,95% Sumber: Data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Return On Assets (ROA) masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: 1. ROA PT. Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan. ROA tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,56%, sedangkan ROA terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,48%. ROA PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di atas 1,22%. Rata-rata ROA PT. Bank Mandiri Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 2,03%. 2. ROA PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. ROA tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 3,39%, sedangkan ROA terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 2,31%. ROA PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sehat karena di atas 1,22%. Rata-rata ROA PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 2,84%. 3. ROA PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan. ROA tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,16%, sedangkan ROA terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,61%. ROA PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 tidak sehat karena di bawah 0,77%, ROA pada tahun 2009 cukup sehat karena di antara 0,99% sampai 1,22%, sedangkan ROA pada tahun 2010 sampai 2012 sehat karena di atas 1,22%. Rata-rata ROA PT. Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 1,50%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
18
4. ROA PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. ROA tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 1,34%, sedangkan ROA terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,84%. ROA PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 dan 2009 kurang sehat karena di antara 0,77% sampai 0,99%, ROA pada tahun 2010 dan 2012 sehat karena di atas 1,22%, sadangkan ROA pada tahun 2011 cukup sehat karena di antara 0,99% sampai 1,22%. Rata-rata ROA PT. Bank Tabungan Negara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar 1,10%. 5. ROA PT. Bank Mutiara Tbk (BCIC) pada tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. ROA tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 3,53%, sedangkan ROA terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar -130,35%. ROA PT. Bank Mutiara Tbk pada tahun 2008 tidak sehat karena di bawah 0,77%, ROA pada tahun 2009 sampai 2011 sehat karena di atas 1,22%, sadangkan ROA pada tahun 2012 kurang sehat karena di antara 0,77% sampai 0,99%. Rata-rata ROA PT. Bank Mutiara Tbk pada tahun 2008 sampai 2012 sebesar -24,42%. Dari tabeldi atas juga dapat diketahui bahwa rata-rata Return On Assets (ROA) tertinggi adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yaitu sebesar 2,84%. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Regresi linier berganda diterapkan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara capital adequacy ratio(X1) dan tingkat likuiditas (X2) terhadapprofitabilitas (Y), serta mengetahui besar pengaruhnya.Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7 Koefisien Regresi a Coefficients
Model 1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,472 ,124 2,360 ,204 ,200 ,160
Standardized Coefficients Beta ,983 ,106
t -3,795 11,587 1,247
Sig. ,001 ,000 ,225
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,770 ,770
1,299 1,299
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel di atas diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -0,472+ 2,360 X1 + 0,200 X2 Berdasarkan model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Nilai konstanta sebesar -0,472 menunjukkan bahwa jika variabel bebas capital adequacy ratio(X1) dan tingkat likuiditas (X2) sama dengan nol, maka profitabilitas (Y) akan konstan sebesar -0,472 satuan. Artinya dengan tanpa melihat capital adequacy ratiodan tingkat likuiditas maka diprediksikan profitabilitas akan konstan sebesar -0,472 satuan. 2. Nilai koefisien capital adequacy ratio(X1) sebesar 2,360 menunjukkan bahwa jika capital adequacy ratio(X1) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan profitabilitas (Y) sebesar 2,360 satuan, dengan asumsi variabel bebas tingkat likuiditas (X2) konstan. 3. Nilai koefisien tingkat likuiditas (X2) sebesar 0,200 menunjukkan bahwa jika tingkat likuiditas (X2) meningkat satu satuan maka akan meningkatkan profitabilitas (Y) sebesar 0,200 satuan dengan asumsi variabel bebas capital adequacy ratio(X1) konstan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
19
Uji Asumsi Klasik Uji melihat layak atau tidaknya model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel terikat berdasarkan masukan variabel bebasnya, maka model regresi harus terbebas dari beberapa asumsi, antara lain: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependent dan variabel independent keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan grafik. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut: a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS 11.5 diperoleh gambar diagram plot uji normalitas sebagai berikut: Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Y 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observ ed Cum Prob
Gambar 1 Uji Normalitas Dari gambar 1 diketahui bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji terhadap adanya heteroskedastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut homoskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS 11.5 diperoleh gambar diagram plot uji heteroskesdastisitas sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
20
Scatterplot Dependent Variable: Y Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1 -2 -2
-1
0
1
2
3
4
5
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Dari gambar 2di atas diketahui bahwa titik-titik data tersebar di daerah antara 0 – Y dan tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi yang terbentuk diidentifikasi tidak terjadi Heteroskedastisitas.Karena data yang diolah sudah tidak mengandung Heteroskedastisitas, maka persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapat dipergunakan untuk penelitian. 3. Analisis Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi di dalamnya. Untuk mendeteksiautokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan menurut Sunyoto (2011:91) sebagai berikut: a. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2) b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤+2 c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS 11.5 diperoleh nilai Durbin Watson sebagai berikut: Tabel8 Nilai Durbin Watson Model Summaryb
Model 1
R ,937 a
R Square ,878
Adjusted R Square ,867
Std. Error of the Estimate ,0965129
DurbinWatson 1,496
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi autokorelasi karena mempunyai angka Durbin Watson di antara -2 dan +2 sebesar yaitu 1,496. 4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel independen (bebas). Regresi yang baik adalah regresi yang variabel bebasnya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
21
tidakmemiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independennya.Ketentuan dalam pengujian ini adalah: a. Jika nilai tolerance< 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadi multikolinearitas). b. Jika nilai tolerance> 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dari hasilpengolahan data dengan program SPSS 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel9 Nilai Tolerance Dan VIF a Coefficients
Model 1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,472 ,124 2,360 ,204 ,200 ,160
Standardized Coefficients Beta ,983 ,106
t -3,795 11,587 1,247
Sig. ,001 ,000 ,225
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,770 ,770
1,299 1,299
a. Dependent Variable: Y
Dari 2 variabel bebas yang ada diketahui memiliki nilai tolerance> 0,1 dan VIF < 10 maka penelitian ini bebas dari multikolinearitas. Uji Kelayakan Model dengan Uji F Uji F dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda. Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh simultan antara capital adequacy ratio dan tingkat likuiditas terhadap profitabilitas. Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai F (α = 0,05) dengan ketentuan: 1. Jika tingkat signifikansi uji F < 0,05, artinya terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara capital adequacy ratio(X1)dan tingkat likuiditas (X2)terhadap profitabilitas (Y). 2. Jika tingkat signifikansi uji F > 0,05, artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara capital adequacy ratio(X1)dan tingkat likuiditas (X2) terhadap profitabilitas (Y). Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 11.5 adalah: Tabel 10 Uji Kelayakan Model dengan Uji F ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 1,476
Residual Total
df 2
Mean Square ,738
,205
22
,009
1,681
24
F 79,214
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa tingkat signifikasi < 0,05 yaitu 0,000, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas capital adequacy ratio (X1)dan tingkat likuiditas (X2)secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Y). Jadi model teoritis maupun sistematis tersebut layak.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
22
Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara capital adequacy ratio dan tingkat likuiditas terhadap profitabilitas. Kriteria pengujian dengan uji t adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai t (α = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika tingkat signifikansi uji t < 0,05, artinya terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara capital adequacy ratio(X1)dan tingkat likuiditas (X2)terhadap profitabilitas (Y). 2. Jika tingkat signifikansi uji t > 0,05, artinya tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara capital adequacy ratio(X1)dan tingkat likuiditas (X2) terhadap profitabilitas (Y). Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 11 Uji Parsial dengan Uji t a Coefficients
Model 1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,472 ,124 2,360 ,204 ,200 ,160
Standardized Coefficients Beta ,983 ,106
t -3,795 11,587 1,247
Sig. ,001 ,000 ,225
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,770 ,770
1,299 1,299
a. Dependent Variable: Y
1. Uji parsial antara variabel bebas capital adequacy ratio(X1) terhadap profitabilitas(Y), dengan nilai signifikansi = 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa capital adequacy ratiosecara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2. Uji parsial antara variabel bebas tingkat likuiditas (X2) terhadap profitabilitas(Y), dengan nilai signifikansi = 0,225. Nilai signifikansi 0,225 > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Uji Determinasi Parsial (r2) Koefisien determinasi parsial menunjukkan besarnya kontribusi atau sumbangan masing-masing variabel bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui di antara variabel bebas mana yang dominan digunakan nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang paling besar. Adapun hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 12 Koefisien Determinasi Parsial (r2) a Coefficients
UnstandardizedStandardized Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-orderPartial Part Tolerance VIF 1 (Constant) -,472 ,124 -3,795 ,001 X1 2,360 ,204 ,983 11,587 ,000 ,932 ,927 ,863 ,770 1,299 X2 ,200 ,160 ,106 1,247 ,225 -,366 ,257 ,093 ,770 1,299 a.Dependent Variable: Y
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
23
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat koefisien determinasi parsial (r2) antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu: 1. Koefisien determinasi parsial antara variabel capital adequacy ratio(X1) terhadap profitabilitas (Y) yaitu sebesar 0,927. Artinya kontribusi variabel capital adequacy ratioterhadap profitabilitas sebesar 92,7%. 2. Koefisien determinasi parsial antara variabel tingkat likuiditas (X2) terhadap profitabilitas (Y) yaitu sebesar 0,257. Artinya kontribusi variabel tingkat likuiditas terhadap profitabilitas sebesar 25,7%. Dari tabel di atas juga diketahui bahwa capital adequacy ratio(X1) mempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas (Y) karena mempunyai nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang lebih besar dari pada tingkat likuiditas. Intepretasi Dari analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa variabel bebas capital adequacy ratiosecara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Penelitian ini berarti mendukung hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “Capital adequacy ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia”. Variabel bebas tingkat likuiditas secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,225. Penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia”. Capital Adequacy Ratiomempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang lebih besar dari pada variabel tingkat likuiditas yaitu sebesar 92,7%. Penelitian ini berarti mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “Capital adequacy ratio berpengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan perbankanmilik pemerintahdi Bursa Efek Indonesia”. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Variabel bebas Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. 2. Variabel bebas tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,225. 3. Variabel bebas Capital Adequacy Ratiomempunyai pengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2) yang lebih besar dari pada variabel tingkat likuiditas yaitu sebesar 92,7%. Saran Berdasarkan hasil dan simpulan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Disarankan bagi perusahaan perbankan milik pemerintah untuk meningkatkan Capital Adequacy Ratio karena dari hasil penelitian Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
24
2. Peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini hendaknya menambah jumlah variabel dalam penelitian. 3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya hendaknya menambah periode pengamatan yang lebih banyak daripada penelitian ini. 4. Peneliti selanjutnya untuk menambah jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, L. 2009. Manajemen Perbankan.Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Enderayanti, R. 2005. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.Skripsi. FIS UNNES. Semarang. Fuad dan Rustam. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Hasibuan, M.S.P. 2004.Dasar-Dasar Perbankan.Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Cetakan Keempat. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Martono. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. PenerbitEkonosia. Yogyakarta. Mulyono, T. P. 2000. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan.Penerbit.Djambatan. Jakarta. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Keempat belas. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Payamta dan Machfoedz. 2001. “Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesuah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”, KELOLA. No.20/VIII/2001. Santoso, S. 2002. SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Siamat, D. 2000. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. FE Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Sebelas. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Penerbit CAPS. Yogyakarta. Taswan. 2002. Manajemen Perbankan, Konsep, Teknik dan Aplikasi. Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN.Yogyakarta. Widjanarto. 2003. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Penerbit Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. www.bi.go.id diakses tanggal 02 Januari 2014.