PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) DALAM POT
(Skripsi)
Oleh MENTARI PERTIWI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) DALAM POT Oleh Mentari Pertiwi
Alamanda secara alamiah merupakan tanaman berkayu yang merambat. Alamanda berpotensi dijadikan tanaman pot. Kriteria bunga pot adalah bunganya tumbuh seragam dan kompak, ruasnya tidak terlalu tinggi, dan daunnya rimbun. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membuat kriteria tersebut adalah pemberian paklobutrazol, untuk menekan pertumbuhan dan meningkatkan pembungaan alamanda. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Januari sampai Agustus 2016, bertujuan
untuk
mengetahui
konsentrasi
paklobutrazol
mendapatkan penampilan tanaman alamanda dalam pot.
terbaik
untuk
Penelitian ini
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 5 taraf konsentrasi paklobutrazol yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm dengan 4 kali ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet dan adivitas diuji dengan uji Tukey.
Selanjutnya, diuji dengan uji-F uji
Orthogonal Polinomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol sampai 200 ppm memperkecil penambahan tinggi tanaman, penambahan lebar tajuk, dan penambahan panjang tunas. Pemberian
Mentari Pertiwi
paklobutrazol juga mengakibatkan panjang ruas lebih pendek dan daun alamanda lebih hijau.
Kata kunci: Alamanda, Konsentrasi, Paklobutrazol.
PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) DALAM POT
Oleh MENTARI PERTIWI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017
Aku persembahkan karya ini kepada:
Kedua orangtuaku, Bapak Sumito dan Ibu Wiwik Pertiwi yang telah mencurahkan kasih sayang, kesabaran, nasihat, motivasi, dan doa yang tiada henti;
Sahabat-sahabat yang selalu setia di saat suka dan duka yang telah membantu, memberi semangat, memotivasi, memberi nasihat, dan mendoakan selama ini;
Saudara dan rekan-rekanku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, nasihat, dan doa selama ini; serta
Almamater tercinta, Universitas Lampung
“Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah, dan merahasiakan sedekah (yang diinfakkan)” (HR ath-Thabrani)
“Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, tapi jadilah seorang yang bernilai” (Albert Einstein)
“Jatuh bangkit jatuh bangkit jatuh bangkit dan percayalah bahwa kebangkitanku kali ini tidak bisa kau jatuhkan” (Mentari Pertiwi)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur pada 9 Maret 1994. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Sumito dan Ibu Wiwik Pertiwi. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Lampung pada 2000. Pada 2006, penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1 Sumberrejo Lampung. Penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 2 Metro dan lulus pada 2009. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 4 Metro pada 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Jawa Barat pada Juli hingga Agustus 2015. Kemudian, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung pada Januari 2016 di Desa Suka Mulya, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, karunia, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI PAKLOBUTRAZOL PADA PENAMPILAN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) DALAM POT”. Penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, saran, dan dorongan dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Ir. Rugayah, M. P., selaku Pembimbing Pertama, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi;
2.
Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembimbing Kedua, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, arahan, dan kritik selama penelitian dan proses penyelesaian skripsi ini;
3.
Bapak Ir. Ardian, M. Agr., selaku Penguji, atas saran selama penelitian dan penyelesaian skripsi;
4.
Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing dan memberikan doanya kepada penulis;
5.
Ibu Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.S., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi;
6.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
7.
Kedua orang tuaku: Ayahanda dan Ibunda yang tercinta atas segala cinta kasih, semangat, dukungan, dan doa tulus yang diberikan, serta pengorbanan yang tiada pernah putus diberikan kepada penulis;
8.
Teman-teman terdekat penulis yang telah membantu selama penelitian: Lovvi Malino, Dewi Delliana, Hafis Baihaqi, Dyra Kemala, Bastian, Rahmad Firdaus, Riska Yuka, Mesva Riza Lista, Resti Astria, Rahmadiyah, Rani Oktavia, Aulia Rochmah, Nur Eka Kusuma, Feby Aristia Putri, Citra Anggana, Aisy Beladina, dan Sindya Nirwana. Terima kasih atas bantuan, saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian;
9.
Melia Diantari, Misluna, Mia Yulia, Nidya Triana Putri, Ni’malia Estika Ratna, dan Nanda Puspa Rini, atas bantuan selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini;
10. Teman-teman Agroteknologi dan semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 23 Februari 2017 Penulis
Mentari Pertiwi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
viii
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2 Tujuan ........................................................................................
3
1.3 Landasan Teori ...........................................................................
4
1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................
7
1.5 Hipotesis .....................................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Alamanda ........................
9
2.2 Syarat Tumbuh Alamanda .........................................................
10
2.3 Jenis-Jenis Alamanda .................................................................
11
2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paklobutrazol ....................................
14
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu .....................................................................
17
3.2 Alat dan Bahan ...........................................................................
17
3.3 Metode Penelitian ......................................................................
18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...............................................................
19
3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4
Persiapan bahan tanam .................................................... Persiapan media dan penanaman .................................... Pembuatan larutan paklobutrazol .................................... Aplikasi paklobutrazol ......................................................
19 19 20 22
ii 3.5 Variabel Pengamatan ..................................................................
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................ 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.1.5 4.1.6 4.1.7 4.1.8 4.1.9 4.1.10
26
Penambahan tinggi tanaman ......................................... Penambahan lebar tajuk ................................................ Waktu muncul tunas ...................................................... Jumlah tunas .................................................................. Penambahan panjang tunas .......................................... Penambahan jumlah daun ............................................. Penambahan tingkat kehijauan daun ............................ Penambahan jumlah ruas .............................................. Penampilan tanaman secara visual ............................... Pengamatan pembungaan pada umur 6 bulan ..............
27 27 28 29 29 30 31 32 32 35
4.2 Pembahasan .................................................................................
37
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .....................................................................................
45
5.2 Saran ............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
46
LAMPIRAN ............................................................................................
50
Tabel 4-66 ................................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Pembuatan larutan paklobutrazol ......................................................
21
2.
Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pemberian berbagai konsentrasi paklobutrazol pada pertumbuhan vegetatif tanaman alamanda dalam pot ..........................................................................
26
Rekapitulasi hasil pengamatan pengaruh pemberian paklobutrazol pada penampilan tanaman alamanda dalam pot pada pembungaan ..............................................................................
35
Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua .................................................................................................
51
Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua .........................................................................
51
Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua .................................................................................................
52
Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua ...........
53
Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan kedua ..................................................................................................
53
Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga ........................................................................................
54
10. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga .........................................................................
54
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
iv 11. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga ..................................................................................................
55
12. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga ..........
56
13. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tinggi tanaman bulan ketiga ..................................................................................................
56
14. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua .................
57
15. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua ..................................................................................................
57
16. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan Kedua .................................................................................................
58
17. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua .................
59
18. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan kedua .................................................................................................
59
19. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga .................
60
20. Data hasil transformasi pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga ...............................................................................
60
21. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga .................................................................................................
61
22. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga .................
62
23. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan lebar tajuk bulan ketiga .................................................................................................
62
24. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ...............
63
v 25. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ................................................................................
63
26. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ...................................................................................................
64
27. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ...............
65
28. Uji lanjut polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada waktu muncul tunas selama dua bulan ................................................................................
65
29. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan .....................
66
30. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan ...................................................................................
66
31. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua Bulan ..................................................................................................
67
32. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan .....................
68
33. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada total jumlah tunas umur dua bulan ...................................................................................................
68
34. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ............
69
35. Data transformasi hasil pengamtan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan Kedua .................................................................................................
69
36. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ..................................................................................................
70
37. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ............
71
38. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan kedua ..................................................................................................
71
vi 39. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ............
72
40. Data transformasi hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ..................................................................................................
72
41. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ..................................................................................................
73
42. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga ............
74
43. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan panjang tunas bulan ketiga .................................................................................................
74
44. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ...................................
75
45. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun .................
75
46. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ...................................
76
47. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah daun ................
76
48. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan daun ..................
77
49. Data transformasi hasil pengamatan ppengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan daun ...................................................................................
77
50. Uji kesamaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan Daun ...................................................................................................
78
51. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan daun ..................
79
52. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan tingkat kehijauan ........
79
53. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua ................
80
vii 54. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua ..................................................................................................
80
55. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua ................
81
56. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan kedua .................................................................................................
81
57. Data hasil pengamatan pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga ...............
82
58. Uji kesemaan ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga .................................................................................................
82
59. Sidik ragam untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga ...............
83
60. Uji polinomial ortogonal untuk pengaruh beberapa konsentrasi pemberian paklobutrazol pada penambahan jumlah ruas bulan ketiga .................................................................................................
83
61. Data hasil pengamatan pada jumlah tunas produktif umur 6 bulan ................................................................................................
84
62. Data hasil pengamatan pada waktu muncul bunga umur 6 bulan ................................................................................................
84
63. Data hasil pengamatan waktu mekar bunga umur 6 bulan ................
85
64. Data hasil pengamatan lamanya periode pembungaan umur 6 bulan ................................................................................................
85
65. Data hasil pengamatan jumlah bunga per tunas umur 6 bulan ..........
86
66. Data hasil pengamatan jumlah bunga per pot umur 6 bulan ..............
86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Halaman
Tampilan alamanda secara alamiah (a) dan ilustrasi tampilan alamanda dalam bentuk bunga pot ....................................................
2
2.
Posisi penghambatan sintesis giberelin oleh paklobutrazol ..............
6
3.
Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ ................................................
11
4.
Allamanda nerifolia ..........................................................................
12
5.
Allamanda Violacea ‘Chocolate’ ......................................................
12
6.
Allamanda sp. ‘Black cherry’ ..........................................................
13
7.
Allamanda violacea ...........................................................................
13
8.
Allamanda schottii ............................................................................
14
9.
Hasil setek batang tanaman alamanda ..............................................
17
10. Tata letak percobaan .........................................................................
18
11. Hasil pengenceran sesuai dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm ......................................................
22
12. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan tinggi tanaman pada bulan kedua (a) dan bulan ketiga (b) ........................................
28
13. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan lebar tajuk pada bulan kedua (a) dan bulan ketiga (b) .................................................
28
14. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan waktu muncul tunas selama dua bulan .....................................................................
29
15. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah tunas selama dua bulan ...............................................................................
30
ix 16. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan panjang tunas pada bulan kedua ...............................................................................
30
17. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah daun .........
31
18. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dengan penambahan tingkat kehijauan daun ......................................................................
31
19. Hubungan antara konsentrasi paklobutrazol dan jumlah ruas pada bulan kedua (a) dan bulan ketika (b) .................................................
32
20. Penampilan tanaman alamanda umur 1 bulan (atas) dan umur 2 bulan (bawah) setelah diaplikasi berbagai konsentrasi paklobutrazol .....................................................................................
33
21. Penampilan tanaman alamanda umur 3 bulan setelah diaplikasi berbagai konsentrasi paklobutrazol ....................................................
34
22. Panjang ruas setelah diaplikasi paklobutrazol berbagai konsentrasi paklobutrazol .................................................................
34
23. Penampilan visual kuncup bunga dan bunga mekar penuh pada alamanda dengan perlakuan konsentrasi paklobutrazol 0, 50, 150, dan 200 ppm ......................................................................................
36
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Alamanda (Allamanda cathartica L.) merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae yang berasal dari Brazil di Amerika Selatan. Famili ini terdiri dari sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam 175 genus yang tersebar di daerah tropika. Tanaman ini ditemukan di wilayah dengan ketinggian 10 sampai 850 m di atas permukaan laut (dpl). Secara alamiah, alamanda tergolong tumbuhan liana dengan tinggi dapat mencapai 6 m, berbuku-buku, bercabang, dan bergetah (Rahayu et al., 2015). Alamanda umumnya digunakan sebagai tanaman pergola, selain sebagai tanaman hias pagar. Alamanda memiliki akar yang tumbuh di dalam tanah dan batangnya tumbuh di atas permukaaan tanah. Alamanda diperbanyak secara setek batang dan cangkok. Tanaman ini dapat dibentuk menjadi tanaman pot dengan cara pemangkasan. Alamanda yang umumnya tumbuh di lahan terbuka dapat berpotensi menjadi tanaman hias dalam pot. Tanaman hias dalam pot menjadi salah satu upaya alternatif untuk menciptakan tanaman hias yang dapat digunakan sebagai tanaman indoor dan outdoor. Penampilan tanaman hias pot yang diminati konsumen adalah mempunyai ruas yang pendek, daunnya rimbun, serta bunganya yang
2 seragam dan kompak. Salah satu alternatif untuk membuat penampilan alamanda memenuhi kriteria tersebut adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang mampu menghambat pertumbuhan dalam pemendekan batang dan memacu pembungaan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang sudah banyak digunakan dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Alamanda umumnya tersedia dalam bentuk bibit dan sebagai komponen taman, pemberian paklobutrazol diharapkan mampu menciptakan tanaman hias pot. Tampilan alamanda secara alamiah (Gambar 1a) dan ilustrasi tampilan alamanda dalam bentuk bunga pot (Gambar 1b).
(a)
(b)
Gambar 1. Tampilan alamanda: (a) secara alamiah dan (b) ilustrasi tampilan alamanda dalam bentuk bunga pot.
Paklobutrazol merupakan bahan penghambat pertumbuhan yang bekerja pada bagian meristem dengan cara menghambat biosintesis giberelin, sehingga terjadi penghambatan terhadap perpanjangan sel (Berova et al., 2002). Penghambatan perpanjangan sel menyebabkan pemanjangan batang menjadi lambat tanpa
3 menyebabkan keracunan pada sel dan pengaruh langsung pada morfologi tanaman yaitu pengurangan pertumbuhan vegetatif (Rubiyanti, 2014). Pemberian zat penghambat tumbuh ini dapat menjadi solusi untuk menghambat pertumbuhan alamanda yang merambat, sehingga dapat dijadikan tanaman hias dalam pot. Paklobutrazol bekerja dengan memblok biosintesis giberelin. Giberelin adalah salah satu fitohormon yang merangsang pertumbuhan vegetatif. Apabila produksi giberelin dihambat, sel tetap membelah namun sel-sel baru tersebut tidak memanjang, sehingga didapatkan tanaman alamanda dengan ruas yang pendek (Moningka et al., 2004). Penelitian alamanda dalam pot belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga informasi konsentrasi yang tepat untuk tanaman alamanda belum diketahui. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh akan efektif bila konsentrasinya tepat. Aplikasi berbeda konsentrasi diharapakan mendapat penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam menekan pertumbuhan tanaman dan merangsang atau memacu pembentukan bunga. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh paklobutrazol terhadap penampilan tanaman alamanda dalam pot (2) Mengetahui konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan terbaik tanaman alamanda dalam pot
4 1.3 Landasan Teori Alamanda adalah jenis tanaman berkayu yang merambat atau biasa disebut liana. Alamanda termasuk ordo Gentiales dan famili Apocynaceae yang telah dikenal lama di Indonesia. Umumnya alamanda dimanfaatkan untuk menghiasi pagar atau tembok. Bunga alamanda berbentuk menyerupai terompet dengan tabung pendek pada bagian pangkal dan membesar drastis pada bagian ujung. Bentuk bunga ini dapat dijumpai juga pada Petunia grandiflora atau pada berbagai bunga alamanda. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, merupakan semak berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter atau lebih (Triwahyuni dan Abdul, 2010). Alamanda sering digunakan sebagai tanaman pergola dan penghias pagar (Subarnas, 2007). Alamanda dapat dijadikan tanaman hias pot agar bisa diletakkan di teras atau di ruang tamu (Subarnas 2007), dalam penelitian ini diharapkan penampilan alamanda yang lebih unik dapat membuat minat masyarakat pada tanaman ini meningkat. Tanaman alamanda merupakan tanaman merambat yang berbunga sepanjang tahun, sehingga untuk menjadikan tanaman alamanda sebagai bunga pot dapat diatasi dengan pengaturan pertumbuhan tanaman tersebut. Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pemberian zat penghambat pertumbuhan dan pemangkasan dengan tujuan menekan pertumbuhan memanjang dari tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar. Penghambat pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu fitohormon, penghambat alami lain (termasuk derivate asam fenolat dan asam
5 benzoat serta lakton), dan penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat pertumbuhan biasanya digunakan untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi tanaman, tetapi tidak berpengaruh pada luas daun, penyerapan cahaya, dan hasil panen (Widiastuti et al., 2004). Hasil penelitian Yurnalita (2005) menunjukkan pemberian paklobutrazol pada penampilan melati dalam pot konsentrasi sampai 400 ppm dapat menekan pertambahan tinggi tanaman pada pembungaan pertama, mengurangi lebar tajuk, dan memperlambat waktu muncul tunas, meningkatkan jumlah tunas, meningkatkan jumlah tunas produktif, jumlah bunga per pot (kuntum) pada pembungaan pertama, menurunkan jumlah daun per pot, dan meningkatkan tingkat kehijauan daun. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh akan efektif bila konsentrasinya tepat dan pemberian paklobutrazol terhadap alamanda belum ditemukan konsentrasi yang tepat. Pemanfaatan zat penghambat tumbuh merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi bunga alamanda. Salah satu zat penghambat tumbuh yang biasa digunakan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan jenis retardan yang banyak digunakan untuk mempercepat pembungaan pada tanaman hias. Menurut Wahyurini (2010), secara fisiologis paklobutrazol berperan dalam menekan perpanjangan batang karena aktivitas paklobutrazol dapat menghambat biosintesis giberelin yang menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan reproduktif seperti pembentukan bunga.
6 Paklobutrazol dapat mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen, mencegah etiolasi, dan memperpanjang perakaran stek. Paklobutrazol dalam konsentrasi rendah dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Novi dan Rizki, 2014). Proses penghambatan biosintesis giberelin terjadi pada ent-kaurene menjadi ent-kaurent acid (Gambar 2)
Asetat
MVA
IPP Phytoene
GPP
FPP
GGPP
CPP
Ent-kaurene Penghambatan oleh paklobutrazol Ent-kaurent acid
Ent-7 OH acid
GA12-aldehida
Giberelin
Gambar 2. Posisi penghambatan sintesis giberelin oleh paklobutrazol
Keterangan: MVA GPP IPP FPP GGPP CPP
: Asam mevalonat : Geranil pirofosfat : Isopentenil pirofosfat : Farnesil pirofosfat : Geranil-geranil pirofosfat : Copalil pirofosfat
Sumber: Wattimena (1988).
7 1.4 Kerangka Pemikiran Alamanda secara alamiah merupakan tanaman berkayu yang merambat atau bersifat liana, sedangkan tanaman pot yang menarik adalah ruasnya pendek, daunnya rimbun, dan bunga tumbuh seragam dan kompak. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk membuat rimbun adalah untuk menciptakan percabangan yang banyak, namun pemangkasan tanpa dilakukan aplikasi zat penghambat tumbuh akan membuat tanaman terus meninggi dan ruas tanaman semakin banyak dan panjang, padahal tanaman pot yang menarik memiliki ruas yang pendek. Oleh sebab itu, perlu dilakukan aplikasi zat penghambat tumbuh yaitu paklobutrazol untuk pemendekan ruas dan bunga tumbuh seragam dan kompak. Aplikasi paklobutrazol dilakukan sebelum pemangkasan tajuk yang bertujuan untuk memacu tumbuhnya tunas lateral dengan ukuran ± 1cm. Pemangkasan tajuk dapat meningkatkan penyerapan air yang mengandung hara mineral pada tunas-tunas lateral memungkinkan fotosintat yang dihasilkan meningkat. Pemangkasan bertujuan untuk membuang tunas-tunas air, agar efektivitas penggunaan paklobutrazol dapat ditingkatkan maka perlu diketahui pengaruh konsentrasi yang tepat. Zat penghambat tumbuh diperlukan untuk menekan pertumbuhan dan meningkatkan pembungaan alamanda. Salah satu zat penghambat tumbuh yang dapat digunakan adalah paklobutrazol. Hal ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan vegetatif dan diharapkan dapat menghasilkan tanaman yang penampilannya pendek, daun rimbun, jumlah bunga banyak dan kompak.
8 Pemberian paklobutrazol pada konsentrasi 0-200 ppm diharapkan mampu memperpendek ruas, daunnya rimbun dan memacu pembungaan. Pemberian konsentrasi 0-200 ppm sebagai konsentrasi penelitian awal yang telah diperhitungkan dari penelitian komoditas lain sebelumnya. 1.5 Hipotesis (1) Pemberian paklobutrazol berpengaruh terhadap penampilan tanaman alamanda dalam pot (2) Terdapat konsentrasi paklobutrazol yang menghasilkan penampilan terbaik tanaman alamanda dalam pot
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Alamanda Alamanda (Allamanda cathartica L.) merupakan tanaman merambat tipe scramber’s yang memiliki nama umum common allamanda dan golden trumpet. Tanaman asli dari daerah tropis di Amerika Selatan ini memiliki sifat merambat. Selain itu, alamanda juga tidak memiliki batang yang tumbuh melilit, tetapi memiliki cabang dengan arah pertumbuhan tegak karena pemangkasan yang terus menerus (Lingga, 2005). Kedudukan tanaman alamanda dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah Kingdom Plantae; Divisi Spermatophyta; Subdivisi Angiospermae; Kelas Dicotyledoneae; Ordo Apocynales; Famili Apocynaceae; Genus Allamanda; dan Spesies Allamanda cathartica L (Arundhina, 2014). Alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki nama daerah Lame areuy ( Sunda) dan bunga akar kuning (Melayu). Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan tinggi 4 sampai 5 m. batang berkayu, berbuku-buku, tiap buku terdapat 4 sampai 5 daun yang melingkar, dan bergetah. Daun alamanda merupakan daun tunggal, lonjong, tepi rata melipat ke bawah, ujung, dan pangkal meruncing. Bunga alamanda adalah bunga majemuk dengan bentuk tandan di ujung cabang, dan ketiak daun. Tangkai alamanda berbentuk silindris, pendek, dan hijau. Kelopak bunga alamanda berbentuk lanset, permukaan halus, dan hijau. Benang sari
10 alamanda tertancap pada mahkota, mahkota berseling pada lekukan, tangkai putik silindris, kepala putik bercangap dua, dan mahkota bentuk terompet atau corong. Buah alamanda berbentuk kotak, bulat, diameter ± 1,5 cm dengan biji berbentuk segitiga, masih muda hijau keputih-putihan setelah tua hitam dan alamanda memiliki akar tunggang berwarna putih kusam (Hidayat dan Rodame, 2015). 2.2 Syarat Tumbuh Alamanda Alamanda merupakan tanaman tipe scramber’s atau merambat yang pada dasarnya selalu menuju ke arah atas seperti memanjat, tetapi tidak tegak, dan tidak memiliki organ tertentu untuk merambat. Sifat tumbuhnya yang tidak rimbun dan mendekati tegak membuat Allamanda cathartica cocok digunakan sebagai penghias pergola dan penghias pagar. Umumnya, untuk menutup dinding dan pilar dibutuhkan tanaman merambat yang pertumbuhannya merapat dari dasar tanah hingga ujung (atas) dinding atau pagar tersebut (Lingga, 2005). Tanaman alamanda tumbuh dengan pencahayaan sinar matahari secara langsung dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (Triwahyuni dan Abdul, 2010). Lama penyinaran atau fotoperioditas tanaman alamanda menerima cahaya matahari berkisar 7-9 jam (Redaksi Agromedia, 2010). Penanaman alamanda di lahan terbuka yang mendapat cahaya matahari sepanjang hari sangat baik untuk memacu pertumbuhan cabang yang optimal dan pembungaan yang serempak (Lingga, 2005). Tanaman alamanda cocok pada kondisi kering daripada terlalu lembab dengan suhu diatas 290C (Yuliarti dan Ruwanto, 2007).
11 2.3 Jenis-Jenis Alamanda Tanaman yang termasuk ordo Gentiales dan Famili Apocynaceae ini telah lama dikenal. Beberapa jenis alamanda adalah Allamanda cathartica ‘Hendersonii’, Allamanda nerifolia, Allamanda violacea ‘Chocolate’, Allamanda sp. ‘Black cherry’, dan Allamanda violacea. Berikut penjelasan jenis alamanda tersebut. (1) Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ merupakan tanaman merambat yang mampu memiliki panjang tangkai hingga mencapai 15 m (Lingga, 2005). Ukuran bunganya besar, bisa mencapai diameter 10 cm dan berwarna kuning tua mendekati jingga (Gambar 3). Tanaman ini juga tahan terhadap kadar garam dalam tanah yang tinggi. Dalam lanskap, tanaman ini dijumpai sebagai center point (Ratnasari, 2007).
Gambar 3. Allamanda cathartica ‘Hendersonii’ (Sumber: Wikipedia (2017)).
(2) Allamanda nerifolia berbeda jenis dengan alamanda yang merambat, jenis ini cenderung menyemak. Tinggi tanaman ini hanya mencapai 2 m, apabila dibandingkan dengan jenis alamanda lainnya, ukuran bunga tanaman ini cenderung lebih kecil (Gambar 4). Tanaman ini digunakan sebagai elemen
12 taman atau penutup pagar, Famili Apocynaceae ini sering ditemukan sebagai center point (Ratnasari, 2007).
Gambar 4. Allamanda nerifolia (Sumber: Wikimedia (2017)).
(3) Allamanda violacea ‘Chocolate’ memiliki panjang tangkai hingga 6 m. Warna bunga jenis ini kuning semburat ungu muda dan ukuran bunganya relatif besar (Gambar 5). Umumnya, tanaman ini digunakan sebagai tanaman pergola dan center point di taman (Ratnasari 2007).
Gambar 5. Allamanda violacea ‘Chocolate’ (Sumber: The National Gardening Association (2014).
13 (4) Allamanda sp. ‘Black cherry’ memiliki panjang tangkai hingga mencapai 6 m. Ukuran bunganya cenderung besar dengan warna ungu yang merata di kelopak bunganya (Gambar 6). Dalam lanskap, tanaman ini dijumpai sebagai center point (Ratnasari 2007).
Gambar 6. Allamanda sp. ‘Black cherry’ (Sumber: Top Tropicals (2017)).
(5) Allamanda violacea memiliki panjang tangkai hingga mencapai 6 m. Violacea berbunga ungu (Gambar 7). Bunganya mekar terus menerus dan tidak mengenal musim (Lingga, 2005). Aroma bunganya harum lembut. Umumnya, A.violacea digunakan sebagai tanaman pergola di taman (Ratnasari, 2007).
Gambar 7. Allamanda violacea (Sumber: iNaturalist (2017)).
14 (6) Allamanda schottii berbeda jenis dengan tanaman alamanda lainnya karena tanaman ini cenderung memiliki daun lebih kecil. Tinggi tanaman ini mencapai 5 sampai 10 m. Ukuran bunganya hanya bisa mencapai 5 cm dan berbunga sepanjang tahun dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tanaman ini tahan terhadap kadar garam sedang dalam tanah yang tinggi dan lebih cocok pada drainase baik (Jarret, 2003).
Gambar 8. Allamanda schottii (Sumber: Wikipedia (2017)).
2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paklobutrazol Zat pengatur tumbuh pada tanaman mempunyai peranan selama masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang terdapat pada tanaman berupa senyawa organik yang bukan hara dan mampu menghambat meski ketersediannya yang relatif rendah dapat mendukung, dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan. Zat penghambat tumbuh memiliki kemampuan untuk menghambat biosintesis giberelin pada fase vegetatif (Ardigusa dan Dewi, 2015). Nama kimia paklobutrazol adalah (2RS, 3RS) - (4-clorophenyll - 4,4. Jimethyl-2(1H-1,2,4-triazol-1-yl) pentan-3-oll. Nama kimia ini adalah senyawa yang diteliti
15 secara intensif sebagai pengatur pertumbuhan tanaman yang sangat efektif dalam bidang agronomi dan tanaman hias (Moningka et al., 2012). Aplikasi paklobutrazol harus dilakukan dengan tepat, yaitu saat memasuki fase generatif (Herawati, 2012). Paklobutrazol menghambat pertumbuhan sel meristem dan merangsang pembentukan bunga melalui dua cara. Pertama, dengan mengubah keseimbangan hormon yang menginduksi etilen untuk merangsang pembungaan. Kedua, dengan menekan laju pertumbuhan, sehingga mengurangi akumulasi nitrogen (Redaksi Agromedia, 2011). Aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan respirasi dan mempengaruhi keseimbangan kandungan karbohidrat dalam jaringan tanaman. Paklobutrazol juga mampu menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam biosintesis giberelin. Akibatnya, sintesis asam absisat meningkat dan memacu munculnya bunga (Herawati, 2012). Paklobutrazol dapat menghambat perpanjangan batang dan meningkatkan zat hijau daun. Hal ini berpengaruh untuk mendorong pembungaan, tetapi tidak menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi abnormal. Pertumbuhan tanaman dihambat dengan mengacaukan sistem transportasi fotosintat. Akibatnya, terjadi penumpukan hara dan rasio C/N pun menjadi tinggi sehingga memacu munculnya bunga (Herawati, 2012). Paklobutrazol berfungsi untuk menghambat sintesis giberelin. Zat pengatur tumbuh ini diserap lewat akar, batang daun, serta ditranslokasikan pada jaringan meristem pucuk. Selain itu, ZPT ini juga digunakan untuk membentuk tanaman
16 agar lebih kompak, memacu pembungaan pada berbagai tanaman buah, misalnya mangga (Djojosumarto, 2008). Aplikasi paklobutrazol pada pohon-pohonan dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman antara 40-60 % dengan diikuti peningkatan produksi yang lebih tinggi. Selain itu paklobutrazol juga dapat meningkatkan kandungan klorofil sehingga berpotensi untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Moningka et al., 2012). Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengaplikasian paklobutrazol berpengaruh untuk menginduksi bunga tanaman manggis di luar musim yaitu 46 hari lebih awal. Aplikasi paklobutrazol dengan konsentrasi 0,342 g/l menghasilkan bobot umbi kentang per sampel tertinggi (Moningka et al., 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Januari hingga Agustus 2016. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan antara lain pot, gunting pangkas, hand sprayer, label, alat tulis, SPAD Minolta 5502, dan luxmeter. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek batang alamanda berumur kurang lebih 3 bulan (Gambar 9), paklobutrazol, pupuk NPK Mutiara (16:16:16), pupuk Growmore (32:10:10) dan (10:55:10), fungisida, media tanam berupa tanah, sekam, dan pupuk kandang.
Gambar 9. Bahan tanam alamanda
18 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan tunggal 5 taraf konsentrasi paklobutrazol dengan 4 kali ulangan. Konsentrasi paklobutrazol (P) adalah, 0 (p0); 50 (p1); 100 (p2); 150 (p3); 200 (p4) ppm. Setiap pot ditanami dengan 1 setek batang alamanda, sehingga seluruh tanaman berjumlah 40 setek batang alamanda. Tata letak dalam penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 10.
U1 p2
p4
p1
p3
p0
p1
p0
p4
p2
p3
p3
p1
p2
p0
p4
p4
p3
p0
p1
p2
U2
U3
U4
Gambar 10. Tata letak percobaan
Keterangan: p0 : Tanpa Paklobutrazol p1 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 50 ppm p2 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 100 ppm p3 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 150 ppm p4 : Paklobutrazol dengan konsentrasi 200 ppm U1 : Ulangan pertama U2 : Ulangan kedua U3 : Ulangan ketiga U4 : Ulangan keempat
19 Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, sedangkan adivitas diuji dengan uji Tukey. Selanjutnya, pengujian dilanjutkan dengan uji-F dan data yang diperoleh nyata maka dapat dilanjutkan kembali dengan menggunakan uji Orthogonal Polinomial. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan Bahan Tanam Bibit alamanda berasal dari hasil penyetekan batang yang telah berumur 3 bulan. Pada saat penanaman setek, bagian dasar setek sepanjang 2 cm dari buku diolesi dengan IBA pasta konsentrasi 1000 ppm. Setek alamanda ditanam pada media semai dengan campuran sekam bakar dan pasir malang dengan bobot sebesar 1kg. 3.4.2 Persiapan Media dan Penanaman Media tanam pot terdiri dari tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Pupuk kandang yang digunakan berupa pupuk kandang dari kotoran sapi. Penanaman alamanda dilakukan dengan memindahkan bibit alamanda hasil setek batang yang berumur 3 bulan (telah berakar) ke dalam pot yang berdiameter 18 cm dan tinggi 13 cm. Setiap pot ditanam 1 setek alamanda. Campuran media tanam yang telah dimasukkan dalam pot disemprot dengan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/L, lalu ditanami bibit alamanda kemudian disimpan di tempat ternaungi selama 1 minggu. Pemupukan dilakukan pada saat bibit tanaman berumur 1 MST dengan NPK (15:15:15) sebanyak 3 g/pot dan pemberian diulang pada 1 bulan setelah tanam sebanyak 3 g/pot. Selain jenis pupuk NPK juga diberikan pupuk daun berupa Growmore (32:10:10) selama 7
20 kali dan Growmore (10:55:10) selama 7 kali dengan konsentrasi 2 g/L. Pemberian Growmore diulang setiap minggu. Penyiraman dilakukan secara manual pada pagi/sore hari. Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada pot. 3.4.3 Pembuatan Larutan Paklobutrazol Tahap awal yang dilakukan dalam membuat larutan stok paklobutrazol (250 ppm) dari bahan merek dagang “Cultar” yang mengandung 25 % paklobutrazol, yaitu: larutan Cultar diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam air sampai volumenya 1 liter. Paklobutrazol diberikan 1 bulan setelah pindah tanam. Tahap selanjutnya, larutan stok paklobutrazol digunakan untuk membuat larutan 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm dengan cara pengenceran berdasarkan perhitungan: V1 × C1 = V2 × C2. V1 merupakan volume larutan stok paklobutrazol yang akan diambil, C1 merupakan konsentrasi larutan stok paklobutrazol 250 ppm, V2 merupakan total volume siram, dan C2 merupakan konsentrasi paklobutrazol yang akan dibuat. (a) Membuat larutan paklobutrazol 50 ppm, larutan stok yang diambil adalah: V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 250 ppm = 60ml × 50 ppm 250 V1 = 3000 ml V1 = 12 ml (b) Membuat larutan paklobutrazol 100 ppm: V1 × C1 V1 × 250 ppm 250 V1 V1
= V2 × C2 = 60ml × 100 ppm = 6000 ml = 24 ml
21 (c) Membuat larutan paklobutrazol 150 ppm: V1 × C1 V1 × 250 ppm 250 V1 V1
= V2 × C2 = 60ml × 150 ppm = 9000 ml = 36 ml
(d) Membuat larutan paklobutrazol 200 ppm: V1 × C1 V1 × 250 ppm 250 V1 V1
= V2 × C2 = 60ml × 200 ppm = 12000 ml = 48 ml
Hasil perhitungan ditambahkan aquades hingga volume semprot 60 ml dan penyiapan larutan paklobutrazol sesuai konsentrasinya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembuatan larutan paklobutrazol dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm No.
Konsentrasi paklobutrazol yang di inginkan
1. 2. 3. 4. 5.
0 ppm 50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm
Paklobutrazol 1000 ml yang digunakan
0 ml 12 ml 24 ml 36 ml 48 ml
Akuades yang digunakan
Total volume siram
60 ml 48 ml 36 ml 24 ml 12 ml
60 ml 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
Hasil pengenceran paklobutrazol sesuai dengan konsentrasi masing-masing dapat dilihat pada Gambar 11.
22
Gambar 11. Hasil pengenceran sesuai dengan konsentrasi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm 3.4.4 Aplikasi Paklobutrazol Sebelum dilakukan aplikasi paklobutrazol, tanaman dirapihkan dan diseragamkan jumlah bukunya dengan cara dipangkas. Pemangkasan dilakukan dengan menyisakan 2 buku dengan tinggi tanaman rata-rata ± 20 cm. Aplikasi paklobutrazol dilakukan pada satu hari dan 30 hari setelah pemangkasan dengan cara menyiramkan larutan tersebut masing-masing pemberian sebanyak 60 ml pada sore hari sesuai konsentrasi masing-masing. Jadi total volume siram pertama 120 ml paklobutrazol masing-masing konsentrasi. 3.5 Variabel Pengamatan Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1)
Penambahan tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan media tanam sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan selama tiga bulan. Penambahan tinggi tanaman bulan kedua merupakan hasil
23 pengurangan dari bulan pertama. Penambahan tinggi tanaman bulan ketiga merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama. (2)
Penambahan lebar tajuk (cm) Lebar tajuk diukur dengan memberi batas pada samping kanan dan kiri kemudian diukur lebarnya. Pengukuran lebar tajuk dilakukan selama tiga bulan. Penambahan lebar tajuk bulan kedua merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama. Penambahan lebar tajuk bulan ketiga merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
(3)
Waktu munculnya tunas baru (hari) Waktu munculnya tunas baru diamati dengan ukuran ±1 cm setelah aplikasi paklobutrazol.
(4)
Jumlah tunas (tunas) Jumlah tunas dihitung dengan ukuran ±1 cm dari keseluruhan tunas yang muncul setelah aplikasi paklobutrazol.
(5)
Jumlah tunas produktif (tunas) Jumlah tunas produktif dihitung dengan ukuran ±1 cm pada tunas yang hanya menghasilkan bunga.
(6)
Penambahan panjang tunas (cm) Panjang tunas diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh terakhir atau hingga tunas tersebut keluar bunga. Pengukuran panjang tunas dilakukan selama tiga bulan. Penambahan panjang tunas bulan kedua merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama. Penambahan panjang tunas bulan ketiga merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
24 (7)
Penambahan jumlah ruas (ruas) Jumlah ruas dihitung per kedua buku selama tiga bulan. Penambahan jumlah ruas bulan kedua merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama. Penambahan jumlah ruas bulan ketiga merupakan hasil pengurangan dari bulan pertama.
(8)
Waktu muncul kuncup bunga (hsa) Waktu munculnya kuncup bunga diamati dengan ukuran ±1 cm sejak aplikasi paklobutrazol hingga muncul kuncup bunga dengan tanda kenopi sudah terlihat warna kuning.
(9)
Waktu mekar bunga (hari) Waktu mekar bunga dihitung sejak munculnya kuncup bunga hingga bunga mekar penuh.
(10) Lamanya periode pembungaan (hari) Lamanya periode pembungaan dihitung sejak bunga mekar hingga bunga rontok. (11) Jumlah bunga per tunas (kuntum) Jumlah bunga per tunas dihitung saat bunga mekar dari jumlah bunga yang muncul pada tunas sampel. (12) Jumlah bunga per pot (kuntum) Jumlah bunga per pot dihitung dari jumlah kuntum bunga yang dihasilkan pada setiap pot, dilakukan pada pembungaan pertama. (13) Jumlah daun (daun) Jumlah daun dihitung pada pembungaan pertama dan jumlah daun yang rontok.
25 (14) Tingkat kehijauan daun Tingkat kehijauan daun diukur dengan menggunakan alat SPAD Minolta 5502 yang merupakan hasil pengurangan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi selama tiga bulan. (15) Penampilan tanaman secara visual Penampilan secara visual dilakukan dengan cara pengamatan pada keadaan tanaman setiap bulan melalui hasil pengambilan gambar.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan: (1) Pemberian paklobutrazol sampai dengan 200 ppm memperkecil penambahan tinggi tanaman, penambahan lebar tajuk, dan penambahan panjang tunas. Pemberian paklobutrazol juga mengakibatkan panjang ruas lebih pendek dan daun alamanda lebih hijau. (2) Konsentrasi terbaik paklobutrazol untuk alamanda belum ditemukan pada kisaran 0-200 ppm karena polanya masih linier. (3) Tanaman yang diaplikasi paklobutrazol pada penelitian ini berbunga pada umur 6 bulan (24 minggu) dan tanpa paklobutrazol pada umur 7 bulan (28 minggu).
5.2 Saran Saran yang dapat diajukan pada penelitian selanjutnya adalah pemberian paklobutrazol pada alamanda perlu ditinggikan konsentrasinya berkisar 300-400 ppm. Konsentrasi tersebut pada penelitian lain mampu menghambat waktu muncul tunas dan memacu pembungaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, T., Rugayah, dan Setyo, W. 2015. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol terhadap Penampilan Tanaman Gerbera Lokal (Gerbera jamesonii) dalam Pot. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015. 11p. Antunes, A.M., E.O. Ono, A.C. S., and Joao, D. R. 2008. Physico-chemical and harvest time alterations in pineapple fruits `Smooth Cayenne` caused by Paclobutrazol. Braz.Arch.Biol.Tech. 51:19-26. Ardigusa, Y., dan Dewi, S. 2015. Pengaruh paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sanseivera (Sanseivera trifasciata Laurentii). Jurnal Horti Indonesia. 6 (1): 45-53. Arundhina, E. 2014. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alamanda (Allamanda cathartica L.) Sebagai Antijamur terhadap Candida albicans dan Pityrosporum ovale Secara in Vitro. (Skripsi). Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 12p. Berova, M., Zlatko, Z., dan Nevena, S. 2002. Effect of Paclobutrazol on Wheat Seedlings Under Low Temperature Stress. Journal of Plant Physiol Bulg. 28:75–84. Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta. 340p. Herawati, S. 2012. Tip dan Trik Membuahkan Tanaman Buah dalam Pot. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 140p. Hidayat, R.S., dan Rodame, M. N. 2015. Kitab Tanaman Obat. Agriflo (Penebar Swadaya Grup. Jakarta. 416 p. Inaturalist. 2017. Allamanda violaceae. www.iNaturalist.org/taxa/344284Allamanda-violaceae. Accessed: 9-3-17. Jarret, A. 2003. Ornamental Tropical Shrubs. Pineapple Press. Florida. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raya Grafindo. 201p.
47 Lingga, L. 2005. Menanam dan Merawat Tanaman Hias Merambat. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 76p. Marshel, E., Mbue. K. B., dan Lollie, A. P. P. 2015. Pengaruh waktu dan konsentrasi paklobutrazol terhadap pertumbuhan bunga matahari (Hellianthus annus L.). Jurnal Online Agroteknologi. 3 (3): 928-937. Moningka, F. F., Semuel, D. R., dan Jeanne, M. P. 2012. Respon pertumbuhan tinggi dan produksi tanaman cengkeh (Zyzigium aromaticum L.) terhadap pemberian paklobutrazol. Jurnal Ilmu Pertanian Eugenia. 18 (2): 199. Novi dan Rizki. 2014. Induksi pemekaran bunga (anthesis) tanaman melati putih (Jasminum sambac L. W. Ait) dengan pemberian paklobutrazol pada beberapa konsentrasi. Jurnal Pelangi Research of Education and Development. 6 : 129 – 135. Nugroho, P.T. 2012. Pengaruh Paklobutrazol dan komposisi larutan pulsing terhadap kualitas pasca panen bunga matahari (Helianthus annuus L.) sebagai bunga potong. (Skripsi). Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51p. Oktarisa, D. 2006. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol pada Penampilan Tanaman Mahkota Duri (Euphorbia milli varietas ‘Splendens’) dalam Pot. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65p. Parnata, A.S. 2007. Panduan Budi Daya Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta. Rahayu, P., Ainur, R., dan Maizuddin. 2015. Perbedaan anatomi jaringan stomata berbagai daun genus allamanda. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Biologi FKIP Universitas Malang, tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Malang, 21 Maret 2015. 687p. Rubiyanti, N. 2014. Pengaruh konsetrasi paklobutrazol dan waktu aplikasi terhadap mawar batik (Rosa hybrid L.). Journal Agriculture Science. 1(4): 48-53. Rugayah. 2009. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian paklobutrazol melalui tanah dan penyemprotan daun pada tanaman melati pot. Prosiding Seminar Nasional, tema: “Teknologi Tepat Guna Agroindustri dan Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian Dosen Polinela”, Bandar Lampung, 1-2 April 2009. 7p.
48 Ratnasari, J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta. 224p. Redaksi Agromedia 2010. Tip Merawat Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Redaksi Agromedia. 2011. Bertanam Mangga Di Dalam Pot dan Di Kebun. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 98p. Salisbury, F.B., & Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan 3. Jilid 3. Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. Dengan Penyunting Sofia Niksolihin. ITB. Bandung. 343p. Subarnas, N. 2007. Terampil Berkreasi. Jakarta. Grafindo Media Pratama. The National Gardening Association. 2014. Allamanda violacea ‘Chocolate’. http://allthingsplants.com/users/profile/plantladylin/. Accessed: 9-3-17. Top Tropicals. 2017. Allamanda sp. ‘Black Cherry’. https://toptropicals.com /pics/garden/05/6/6144.jpg. Accessed: 9-3-17. Triwahyuni, T. CH., dan Abdul, K. 2010. Serial Galeri Eksotika: Pesona 500 Jenis Tanaman Hias Bunga. Lily Publisher. Yogyakarta. 306p. Wahyurini, E. 2010. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan beberapa kultivar lili (Lilium longiflorum) dengan aplikasi GA3 dan paklobutrazol. Jurnal Agrivet. 14: 27-35. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 247p. Widianingsih, T. 2005. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol pada Penampilan Nona Makan Sirih Pot (Clerodendrum thomsonie Balf). (Skripsi). Universitas Lampung. 62p. Widiastuti, L., Tohari, dan Endang, S. 2004. Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2): 35-42. Wikimedia. 2017. Allamanda nerifolia. https://commons.wikimedia.org/wiki/ File:Allamanda_neriifolia_2.jpg. Accessed: 9-3-17. Wikipedia. 2017. Allamanda cathartica ‘Hendersonii’. https://en.wikipedia.org/ wiki/Allamanda. Accessed: 9-3-17. Wikipedia. 2017. Allamanda schottii. https://es.wikipedia.org/wiki/Plumeriae. Accessed: 9-3-17.
49 Yuliarti, N., dan Sukiris, D. R. 2007. Adenium Gaya Bonsai. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 62p. Yurnalita. 2005. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paklobutrazol Melalui Daun pada Penampilan Melati dalam Pot. (Skripsi). Universitas Lampung. 109p.