PENGARUH BANGUN SUBUH TERHADAP ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN DARSO STAIN JURAI SIWO METRO ABSTRACT Fajr time , especially those in the salat have privileges than any other time. However , there are many Muslims who ignore God's command at this glorious time . This paper aims to look at the extent of the influence on the Fajr wake work ethic in the perspective of the Qur'an . This research is a qualitative literature . Source data used are primary data source, secondary and tertiary. The data collection is done with documentation techniques . The results showed that there are significant dawn wake of the work ethic in the perspective of the Qur'an . Key words: Shubuh prayer , Fajr wake up , work ethic, Qur’an. ABSTRAK Waktu subuh, terkhusus dalam pelaksanaan shalat memiliki keistimewaan dibanding waktu yang lain. Namun demikian, masih banyak kaum muslimin yang mengabaikan perintah Allah pada waktu yang mulia ini. Tulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh bangun shubuh terhadap etos kerja dalam perspektif alQur’an. Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bersifat kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bangun shubuh terhadap etos kerja dalam perspektif al-Qur’an. Key words: shalat shubuh, bangun shubuh, etos kerja, al-qur’an. A. PENDAHULUAN Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Swt, Dia menciptakan siang dan malam. Pada saat bergantinya siang dan malam tersebut, Allah Swt menciptakan waktu yang penuh dengan keistimewaan, yakni pada waktu subuh saat fajar menyingsing. Allah Swt memberi begitu banyak keistimewaan dan keutamaan di dalamnya. Bahkan di dalam Al-Qur’an, Allah Swt memberikan penekanan kepada hamba-Nya untuk menjalankan shalat pada waktu tersebut, karena akan disaksikan para Malaikat.
1
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Isra’ yang artinya, “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”1 Waktu
subuh,
terkhusus
dalam
pelaksanaan
shalat
memiliki
keistimewaan dibanding waktu yang lain. Keutamaan tersebut hanyalah sebagian dari keutamaan shalat yang dianjurkan untuk memperpanjang bacaan Al-Qur’an.2 Namun demikian, masih banyak kaum muslimin yang mengabaikan perintah Allah pada waktu yang mulia ini. Tidak sedikit dari mereka yang malah
asyik
dengan
tidurnya.
Walaupun
di
masjid-masjid
selalu
dikumandangkan adzan untuk menjalankan shalat. Padahal, dalam lafazh ‘Hayya ‘ala ash-shalaah’ sangat jelas jika kita diperintahkan untuk menjalankan sholat. Kemudia dalam lafadz ‘Ashalaatu Khoiru Minannaum’ diingtkan dengan tegas bahwa shalat lebih baik dari tidur. Namun kenyataannya, masih sangat banyak yang melanjutkan tidurnya dari pada bergegas mendatangi masjid untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebenarnya, kalau saja semua umat muslim menyadari keutamaankeutamaan yang terdapat pada waktu subuh, mungkin mereka akan mengejarnya walau dengan merangkak. Tetapi sayangnya, setan lebih cerdik dalam mengelabuhi manusia. Udara yang dingin pada waktu subuh digunakan sebagai senjata agar kaum muslimin lalai. Waktu shubuh memeliki banyak keutamaan dan keistimewaan waktu. Di antaranya, dijelaskan bahwa pada waktu tersebut ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah Swt dan pahalanya lebih baik dari bumi dan seisinya. Dengan shalat dua rakaat fajar maka keutamaan tersebut akan didapatkan. Namun demikian, keutamaan tersebut masih diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Padahal pahala yang didapatkan dengan menjalankannya sangatlah luar biasa. Di samping itu, nasihat dan ungkapan orangtua dahulu senantiasa mengingatkan agar waktu tersebut tidak disia-siakan untuk tidur tetapi digunakan untuk hal yang bermanfaat. Padahal, apa yang banyak dianggap Qs. Al-Isra’ (17): 78. Abdurrahmaan Nashir As-Sa’di, Taisir Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, (Riyadh: Daar As-Salaam), 1416 H, h. 540 1 2
2
orang kolot, ternyata pemikiran mereka justru merupakan wujud implementasi dari Al-Qur’an dan Hadis. Hanya, mereka sering kali menjadikan kata pamali, ora ilok sebagai jawaban simpel dari pertanyaan mengapa sesuatu itu tidak boleh. Misalnya, melarang anaknya untuk bermain pada waktu maghrib, mereka mengatakan itu pamali, ora ilok. Padahal, memang dalam hadits pun dijelaskan bahwa itu tidak boleh dilakukan. Bahkan
ketika waktu maghrib tiba, kita
diperintahkan untuk menyalakan api atau lampu dan menutup jendela dan pintu. Itu menandakan sebenarnya pamali dan ora ilok adalah wujud pengamalan mereka terhadap hadis Rasulullah Saw. Selain itu, ada ungkapan yang sering dinasihatkan orang Jawa dahulu bahwa kalau selepas sholat subuh tidur lagi, rizki akan dipatok ayam. Jika dikaji, itu bukanlah omong kosong semata. Bukan sekadar pribahasa, namun wujud implementasi dari Al-Qur’an Surah Al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."3 Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi ketika telah selesai mengerjakan shalat. Ini berarti kita diperintahkan untuk mencari karunia dan rizki Allah Swt. Jadi ini selaras dengan pepatah Jawa di atas, jika setelah solat subuh kok tidur lagi, rejeki ilang di patok ayam. Keutamaan pada waktu subuh dalam bidang ibadah sangatlah banyak. Begitu juga jika dilihat dari segi muamalah duniawiyah, akan banyak didapati fadhilah dari memanfaatkan waktu tersebut. Sebagai contoh dari segi kesehatan, ternyata waktu subuh mempunyai banyak manfaat yang cukup banyak. Disadari atau tidak dengan bangun subuh, tubuh kita akan mendapatkan udara yang segar, ini tentunya akan berdampak pada kesehatan. Di samping itu, bangun subuh menjadi salah satu faktor pendukung kedisiplinan. Tubuh yang sehat dan semangat kedisiplinan akan berdampak pada semangat kita dalam menjalankan aktivitas sebagai khalifah di bumi. Berbicara tentang waktu subuh, Allah Swt berfirman dalam surat Al-Fajr, dengan menggunakan isyarat ‘Sumpah atas nama waktu fajar’. Ayat pertama 3
QS. Al-Jumu’ah (62): 10.
3
dalam surat tersebut adalah Allah Swt menyuruh memperhatikan fajar. Yaitu cahaya matahari yang mulai membayang di sebelah Timur, kira-kira satu jam lagi lebih kurang sebelum matahari itu sendiri terbit. Pada waktu itulah kita diwajibkan Allah Swt untuk mengerjakan Shalat Subuh. Saat fajar menyingsing itulah waktu yang sangat penting bagi manusia. Sebab, setelah selesai beribadah kepada Allah Swt, mulailah manusia bergerak menghadapi hari yang mulai siang untuk mencari rezeki di bumi Allah Swt. Di beberapa ayat Al-Qur’an, Allah Swt juga mengaitkan waktu ibadah dengan bekerja mencari rezeki. Tentunya, hal itu memiliki dampak pada peningkatan produktivitas kerja orang yang mengamalkannya. Oleh sebab itu, penulis tertarik menelaah lebih dalam tentang pengaruh bangun subuh terhadap etos kerja dalam perspektif Al-Qur’an. B. PEMBAHASAN 1. Definisi Etos Kerja Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial,4 sedangkan kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat): sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian:
perayaan
yang
sebagainya; pesta perjamuan.
berhubungan 5
dengan
perkawinan,
khitanan,
dan
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat
bahwa etos Kerja berarti semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati
4
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, tth), h. 139.
5
Ibid, h. 253. 4
secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. 6 Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna7. Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilainilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus.8 Oleh sebab itu, kerja adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Dalam Kamus besar bahasa Indonesia kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Di dalam kaitan ini, al-Qur’an banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. 2. Anjuran Memiliki Etos Kerja dalam Al Qur’an Allah Swt. Berfirman dalam kitab-Nya, “Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”9. Ini artinya Allah Swt menciptakan siang untuk digunakan oleh manusia sebagai waktu untuk mencari penghidupan, dengan kata lain, siang adalah waktu yang diciptakan untuk bekerja. Karena Allah Swt telah menempatkan manusia di muka bumi yang didalamnya sudah sudah disediakan sumber penghidupan untuk manusia. K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 224. An-Naml (27): 88. 8 QS. Ash Shaad: 22. 9 Q.S. An-Naba’ (78) : 11. 6 7
5
Mengingat bekerja adalah bagian pokok dari hidup, maka bekerja secara umum adalah semua aktivitas manusia untuk memperoleh/mencapai sesuatu. Allah swt menciptakan alam ini untuk manusia, dan diantara tugas manusia adalah untuk menjadi khalifah. Sebagaimana yang tertulis dalam al Qur’an yang artinya : “Ingatlah tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi10”. Khalifah mengandung arti pengganti, pemimpin, atau penguasa.11 Karenanya, manusia adalah pemimpin atau penguasa di muka bumi yang dituntut untuk melestarikan alam. Hal inilah yang mengharuskan manusia untuk bekerja keras, sebab sebagian potensi alam baru dapat dimanfaatkan secara optimal bila telah diolah oleh manusia (dikerjakan). Sebagaimana pepatah Arab,
‘Man
Jadda
Wajada,’
siapa
yang
sungguh-sungguh
pasti
dia
mendapatkannya. Oleh sebeb itu, para Nabi Allah Swt juga adalah pekerja. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Adam AS adalah pembajak lahan, Nuh tukang kayu, Idris As pemintal benang, Ibrahim As dan Luth As petani, Shalih As pedagang, Daud pandai besi, Musa, Syua’aib, dan Muhammad Saw adalah pedagang.12 Oleh sebab itu, memeiliki etos kerja tidak hanya diperintahkan dalam AlQuran, tetapi juga telah dicontohkan oleh Nabi dan Rasul Allah Swt. Padahal mereka semua memiliki tugas yang berat untuk menyampaikan risalah dari Allah Swt. Adapun
tujuan
utama
dalam
bekerja
adalah
untuk
menghasilkan/memperoleh sesuatu, guna memperoleh hasil yang optimal maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain. : a. Semangat tinggi dan kerja keras, memiliki semangat yang tinggi untuk berhasil. b. Profesional, memiliki pengetahuan dan menguasai bidang kerjanya.
Q.S. Al Baqarah (2) : 30. Ibid, h. 6 12 Ahmad bin Abdurrahman Ibnu Qudamah, Minhaj Al-Qashidin, (Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan), 1978, h.82 10 11
6
c. Tekun dalam bekerja, tidak mudah putus asa, terus mencoba untuk menuju sukses. Kesempurnaan Islam sebagai rahmat alam semesta terletak pada keluasaan dan kesempurnaan ajarannya, agama mengisyaratkan keharusan adanya perubahan dan kemajuan disegala aspek kehidupan, banyak ayat Al Qur‘an yang menggugah agar manusia selalu menggunakan fikirannya. Adanya prinsip tolong-menolong untuk kebaikan menjadi dasar dari perubahan sosial masyarakat Islam. Dalam Al Qur’an disebutkan “Dan tolongmenolong kamu dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran13”. Manusia adalah makhluk dinamis yang selalu berkembang, untuk itu Nabi saw. bersabda yang artinya : “Kamu sekalian lebih mengetahui urusan-urusan duniamu”. HR. Muslim Jadi al-Qur’an pun menganjurkan kita untuk memiliki etos kerja. 3. Waktu Subuh dalam Al-Qur’an Menurut bahasa, fajr adalah cahaya di waktu pagi, tepatnya adalah warna merah matahari yang keluar pada saat pekatnya malam. Ada dua macam fajar, pertama adalah yang membentang panjang, ini adalah fajar bohongan (fajar kadzib), sedangkan yang kedua adalah fajar yang membulat (menyebar), inilah fajar yang sesungguhnya (fajar shodiq), dimana fajar ini menyebar di seluruh cakrawala langit, sejak saat inilah orang yang berpuasa diharamkan makan dan minum. Dan pada waktu inilah sholat subuh dilaksanakan.14 Adapun menurut makna syar’iah adalah sholat yang paling pertama dilaksanakan seorang muslim diharinya, yang mana masuk waktunya adalah ketika terbitnya fajar kedua.15 Sedangkan menurut ilmu falak (astronomi) fajar
QS. Al Maidah (5): 20 Imad ‘Ali ‘Abdus Sami’ Husain, Keajaiban Sholat Subuh, diterjemahkan oleh Muhammad Syedayet dari judul asli Al-Badru fi ‘I-Hatstsi ‘ala Sholati ‘l-Fajr, (Solo: Darul Iman Iskandariyah, 2008), h. 24 15 Ibid. 13 14
7
adalah rentang waktu antara penghujung gelapnya malam dengan terbitnya matahari, yang disebut juga dengan asy-syafaq16 Kemudian, bagaimana dengan pengertian shubuh? Kata shubuh berasal dari kata shobuha-Yashbuhu-Ishbahan yang berarti wajah yang bersinar, sedangkan al-Ishbahah berarti waktu pagi.17 Dalam Al-Qur’an kata subuh ini disebutkan dalam tiga kata, yakni al-Fajru, ash-Shubhu, dan al-Falaq . Di dalam beberapa ayat Allah bersumpah dengan nama subuh. “Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing” (Q.S. At-Takwir [81] : 18) dalam ayat lain pun disebutkan subuh di beberapa tempat. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh” (Q.S. Al-Falaq [113] : 1). Dalam sebuah ayat Allah berfirman mengenai keutamaan subuh bahwa shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Q.S. Al-Isra’ [17] : 78. Bahkan dalam sebuah hadits shahih juga diungkapkan hal yang sama, “Telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami ‘Abdur Razzaq Telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Abu Salamah dan Ibnu Al Musayyab dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: “malaikat malam dan malaikat siang berkumpul ketika shalat subuh.” Lalu Abu Hurairah r.a. berkata: “Jika kalian mau bacalah: “dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Al Isra: 78). (H.R. Bukhari No. 4348) Dan pada saat subuh ini malaikat bergantian menjaga atau terjadi pertukaran shift antara malaikat malam dan malaikat siang, lalu malaikat malam ini menghadap dan melaporkan langsung kepada Allah hal terakhir apa yang sedang dikerjakan oleh hambanya diwaktu subuh sebelum akhirnya digantikan oleh malaikat siang “Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Di tengah-tengah kalian ada malaikat yang silih berganti bertugas mengiringi kalian diwaktu malam dan siang, mereka berkumpul ketika shalat ‘ashar dan 16 17
Ibid. Ibid.
8
shalat subuh. Malaikat yang mengawasi amal kalian di malam hari naik ke langit lantas Allah bertanya mereka -dan Allah lebih tahu keadaan kalian- bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku? Para malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka sedang mereka tengah mendirikan shalat, dan kami datangi mereka sedang mereka mendirikan shalat’,” (H.R. Bukhari No. 6878). Imad ‘Ali ‘Abdus Sami’ Husain dalam bukunya yang berjudul Keajaiban Sholat Subuh menjelaskan, bahwa paling tidak ada 10 keutamaan sholat subuh. a. Sholat subuh adalah faktor dilapangkannya rizki Pernah suatu ketika Rosulallah Saw sholat subuh, begitu selesai beliau kembali kerumah dan menemui putrinya, Fatimah sedang tertidur. Maka beliau membalikkan tubuh Fatimah dengan kakinya, kemudian mengatakan “Hai Fatimah!, bangun dan saksikanlah rizki Robbmu, karena Allah Swt membagi-bagikan rizki para hamba antara sholat subuh dan terbitnya matahari,” (HR Baihaqi)18 b. Sholat subuh menjaga diri seorang muslim “Barangsiapa melaaksanakan sholat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menarik kembali jaminannya kepada kalan dengan sebab apapun. Karena siapa yang Allah cabut jamina-Nya darinya dengan sebab apapun, pasti akan dicabut. Kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya dalam api neraka Jahanam.” c. Sholat Subuh sama dengan sholat semalam suntuk “Barangsiapa melaksanakan sholat isyak secara berjamaah, maka ia seperti sholat malam separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan sholat subuh secara berjamaah, maka ia seperti sholat malam satu malam penuh.” d. Sholat Subuh adalah tolok ukur keimanan “Sholat terberat bagi orang-orang munafik adalah sholat isyak dan subuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala pada kedua sholat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak” (H.R. Ahmad). e. Sholat Subuh adalah penyelamat dari neraka “Tidak akan masuk neraka, orang yang melaksanakan sholat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.” (HR Muslim). f.
Sholat Subuh salah satu penyebab seseorang masuk syurga “Barangsiapa menjalankan dua sholat bardain (Subuh dan Ashar), ia masuk syurga.” (H.R. Bukhori).
18
Ibid, h.46
9
g. Sholat Subuh akan mendatangkan nikmat berupa melihat Allah yang mulia “Sesungguhnya kalian nanti akan melihat robb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, atau kalian tidak akan kesusahan untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan sholat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah. “kemudian beliau membaca ayat ini, ‘Dan bertasbihlah dengan memuji Robb-Mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya.”19 h. Sholat Subuh adalah suatu syahadah khususnya bagi yang rutin menjalankannya
i.
“Di tengah-tengah kalian ada malaikat yang silih berganti bertugas mengiringi kalian diwaktu malam dan siang, mereka berkumpul ketika shalat ‘ashar dan shalat subuh. Malaikat yang mengawasi amal kalian di malam hari naik ke langit lantas Allah bertanya mereka -dan Allah lebih tahu keadaan kalian- bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku? Para malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka sedang mereka tengah mendirikan shalat, dan kami datangi mereka sedang mereka mendirikan shalat’.” (H.R. Bukhari No. 6878) Sholat Subuh adalah kunci kemenangan Bukhori meriwayatkan dengan sanadnya, bahwa apabila Rosulalloh Saw hendak menyerbu suatu kaum, beliau menundanya hingga tiba waktu subuh, jika beliau tidak memerangi di pagi hari, beliau tunggu hingga matahari tergelincir dari tengah-tengah.
j.
Sholat Subuh lebih baik dari bumi dan seisinya Imam muslim, ahmad, dan yang lain meriwayatkan bahwa Rosulalloh Saw bersabda “Dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya,” (HR Muslim). Namun, besarnya nilai pahala solat fajar bukan disebabkan lamanya berdiri, panjangnya surah yang dibaca, tetapi karena ketentuan waktu pelaksanaan sholat yang sangat mulia itu, yang tidak semua orang mampu menjalankannya.20
4. Pengaruh Bangun Subuh terhadap Etos Kerja
Q.S. Thoha (20) : 30. Raghib As-Sirjani, Kaifa Nuhafidzu ‘Alas Shalatl Fajri, Alih Bahasa: Ahmad Munaji, LC. Misteri Sholat Subuh, (Solo: Aqwam, 2006), h. 71. 19 20
10
Bangun subuh merupakan pintu gerbang dari ribuan keutamaan dan kenikmatan. Ia juga merupakan sumber meraih pahala yang luar biasa. Namun sayangnya, masih banyak yang mengabaikan ibadah pada waktu tersebut. Padahal, kalau saja mereka tahu keutamaannya maka mereka akan mendatangi shalat Subuh walau dengan merangkak. Dari begitu banyaknya keutamaan shalat Subuh, ada yang tidak bisa luput dari pembahasan. Yakni tentang implementasi keutamaan subuh dalam kehidupan sehari-hari. Imad Ali Abdus Sami Husain dalam bukunya ‘Keajaiban Sholat Subuh’ menjelaskan bahwa hadir dalam sholat subuh berjamaah bagi setiap
pekerja
bisa memberikan
efek
positif
dalam
peningkatan
dan
melimpahnya nilai produksivitas. Terlebih saat ini orang-orang sedang memperbincangkan produksivitas kerja dan program-program untuk memacu diri kepada kemajuan.21 Apa yang disampaikan Imad Ali, bukanlah sekadar penjelasan ilmiah ilmu kesehatan. Tetapi di dalam Al-Qur’an Allah Swt telah mengaitkan waktu subuh dan fajar dengan sesuatu yang istimewa. Pertama, di dalam Surat Al-Mudatsir ayat 34, Allah bersumpah dengan nama Subuh, “dan demi subuh apabila mulai terang”22 Di dalam surat tersebut Allah Swt bersumpah dengan beberapa makhluknya. Salah satunya adalah waktu subuh. Sedangkan muqassam ‘alaihnya adalah neraka saqar.23 Kemudian, Allah menyebutkan di ayat setelahnya “(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang ingin maju atau mundur.”24 Pada hakikatnya, maju atau mundur di dalam ayat tersebut dimaksudkan mau atau tidak menerima peringatan. Akan tetapi, secara umum dapat kita pahami maju atau mundur dalam berbagai hal. Begitu juga bagi yang ingin maju di dalam kehidupan dunia atau akhirat maka harus mampu memaksimalkan waktu subuh dengan baik. Maju dalam kehidupan dunia harus displin, aktif,
21 Imad ‘Ali ‘Abdus Sami’ Husain, Keajaiban Sholat Subuh, diterjemahkan oleh Muhammad Syedayet dari judul asli Al-Badru fi ‘I-Hatstsi ‘ala Sholati ‘l-Fajr, (Solo: Darul Iman Iskandariyah, 2008), h. 48. 22 QS. Al-Mudatsir (74): 34. 23 Abdurrahmaan Nashir As-Sa’di, Taisir Karim., h. 1059. 24 QS. Al-Mudatsir (74): 37.
11
giat, dan tidak malas, serta selalu lebih awal melakukan aktivitas. Begitu juga bagi yang mau maju dalam kehidupan akhirat maka harus memaksimalkannya untuk beribadah kepada Allah Swt. Kedua, di dalam Surat At-Takwir ayat 18. Allah SWT berfirman, “dan demi subuh apabila fajar telah menyingsing’.25 Di dalam ayat tersebut Allah Swt bersumpah dengan nama makhluknya untuk menggambarkan kekuatan Al-Qur’an.26 Namun demikian dapat dipahami bahwa ketika Allah Swt bersumpah atas nama makhluknya maka makhluk tersebut memiki keistimewaan dan keutamaan yang perlu digali secara mendalam. Begitu juga dengan ayat tersebut, Allah Swt bersumpah dengan waktu subuh kemudian disebutkan di dalam ayat selanjutnya tntang kesitimewaan Al-Qur’an yang memiliki kekuatan dan kedudukan tinggi di sisi Allah Swt, sebagaimana firman-Nya, “yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki Arsy.”27 Berangkat dari ayat tersebut, dapat dipahami bahwa orang yang mengamalkan Al-Qur’an akan mendapatkan tempat mulia di sisi Allah Swt. Dan menghidupkan subuh dengan ibadah dan dilanjutkan dengan aktivitas mencari ma’isyah juga termasuk mengamalkan Al-Qur’an. Dengan begitu, orang yang menghidupkan waktu subuh dengan ibadah dan aktivitas maka akan mendapat kekuatan dan kedudukan yang mulia. Kekuatan yang didapatkan pada waktu subuh di antaranya udara yang segar, kondisi pikiran yang jernih, tubuh yang bugar setelah beristirahat, dan sebagainya sehingga akan menumbuhkan semangat yang baik untu bekerja dan beraktivitas dan selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, jika waktu subuh di awali dengan ibadah dan kemudian dilanjutkan dengan aktivitas mencari rezeki Allah Swt maka hal itu sesuai dengan perintah Allah Swt, "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
QS. At-Takwir (81): 18. Abdurrahmaan Nashir As-Sa’di, Taisir Karim., h. 1077. 27 QS. At-Taakwir(81): 20 25 26
12
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung".28 Selain itu, dengan bangun subuh dan mengetahui keutamaan subuh sebagai faktor dilapangkannya rizki, maka ini akan berimplikasi pada etos kerja yang kita miliki. Semangat mencari rizki dan semangat untuk menjalankan peran kita sebagai khalifah di bumi yang merupakan wujud implementasi etos. Selain itu bangun subuh memberi dampak yang positif bagi tubuh. Udara subuh yang segar, dan dilanjutkan dengan mandi pagi, akan memberikan efek semangat pada tubuh. Berbeda dengan ketika kita bangun kesiangan, maka semangat untuk beraktivitas menjadi menurun. Sikap sadarnya seseorang terhadap apa yang menjadi kewajibannya merupakan sikap muslim yang sejati. Kewajiban manusia hanyala untuk taat dan beribadah kepada Allah. Menjalankan setiap apa yang diperintahkan-Nya. Sikap hamba yang demkian tidak didapatkan dengan serta merta, dan tidak bisa dilakukan oleh setiap manusia. Hanya yang telah menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhannya lah yang mempunyai sikap seperti itu. C. KESIMPULAN Etos Kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok yang dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Waktu subuh adalah waktu dengan sejuta keutamaan yang menjadi pintu gerbang manusia dalam menjalani hidupnya, menjalani perannya sebagai khalifa di bumi. Waktu subuh juga merupakan penentu bagi waktu-waktu sesudanya. Ketika waktu subuh dilalui dengan bermalas-malasan maka waktu setelahnya sampai waktu tidur akan mengikuti. Oleh karena itu, bangun subuh sangatlah mempengarui etos kita dalam bekerja dan menjalani kehidupan sebagai khalifah di muka bumi. DAFTAR PUSTAKA
28
QS. Al-Jumuah (62): 10
13
Abdurrahmaan Nashir As-Sa’di, Taisir Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam AlMannan, (Riyadh: Daar As-Salaam), 1416 H, h. 540 Ahmad bin Abdurrahman Ibnu Qudamah, Minhaj Al-Qashidin, (Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan), 1978, h.82 Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Kementerian Agama RI), 2006 As-Sirjani, Raghib. 2006. Misteri Sholat Subuh, diterjemahkan oleh Ahmad Munaji, LC. dari judul asli Kaifa Nuhafidzu ‘Alas Shalatl Fajri, Solo: Aqwam. Bertans, K. 2001. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Husain, Imad ‘Ali ‘Abdus Sami’. 2008. Keajaiban Sholat Subuh, diterjemahkan oleh Muhammad Syedayet dari judul asli Al-Badru fi ‘I-Hatstsi ‘ala Sholati ‘lFajr, Solo: Darul Iman Iskandariyah. Imam Abu Zakaria An-Nawawi, Riyadhus Shalihin Dierjemahkan oleh Muslich Shabir, (Semarang: PT Karya Toha Putra), 2004 KBBI
14