TESIS
PENGARUH ATMOSFER GERAI DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP NILAI HEDONIK DAN PEMBELIAN IMPULSIF PELANGGAN MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR
NI NYOMAN MANIK YISTIANI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
TESIS
PENGARUH ATMOSFER GERAI DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP NILAI HEDONIK DAN PEMBELIAN IMPULSIF PELANGGAN MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR
NI NYOMAN MANIK YISTIANI NIM : 0990662074
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
PENGARUH ATMOSFER GERAI DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP NILAI HEDONIK DAN PEMBELIAN IMPULSIF PELANGGAN MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI NYOMAN MANIK YISTIANI NIM : 0990662074
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 9 JANUARI 2012
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS. NIP. 19620717 198601 2 001
I G A K Gede Suasana, SE., MM. NIP. 19600521 198603 1 021
Mengetahui Ketua Program Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa,SE.,MM. NIP. 19620922 198702 1 002
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,SP.S(K) NIP. 19471005 197602 1 001
Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai Tanggal 24 Desember 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2056/UN.14.4/HK/2011
Ketua
Tanggal : 5 Desember 2011
: Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS.
Sekretaris : I G.A.K. Gede Suasana, SE., MM. Anggota
:
1. Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP. 2. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti , SE., MSi. 3. Drs. Ketut Nurcahya, MM.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: NI NYOMAN MANIK YISTIANI
NIM
: 0990662074
PROGRAM STUDI
: MANAJEMEN
JUDUL TESIS
: PENGARUH
ATMOSFER
PELAYANAN HEDONIK
RITEL DAN
GERAI
DAN
TERHADAP
NILAI
PEMBELIAN
IMPULSIF
PELANGGAN MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR Dengan ini menyataka bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,
Januari 2012
( Ni Nyoman Manik Yistiani )
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugrahaNya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, terima kasih diucapkan kepada Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS. sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula disampaikan kepada I G. A. K. Gede Suasana, SE., MM. sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, SP.S(K) atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula terima kasih diucapkan kepada Prof. Dr. Wayan Ramantha, SE., MM., CPA., Ak. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, rasa terima kasih disampaikan kepada Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE., MM. sebagai Ketua Program MM Unud. Ungkapan terima kasih disampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Made Wardana, SE., MP., Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si., dan Drs. Ketut Nurcahya, MM yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan disampaikan kepada seluruh guru yang telah membimbing, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga ucapan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya rasa terima kasih disampaikan kepada orang-orang di sekitar yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Denpasar, Januari 2012 Penulis
ABSTRAK
PENGARUH ATMOSFER GERAI DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP NILAI HEDONIK DAN PEMBELIAN IMPULSIF PELANGGAN MATAHARI DEPARTEMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR
Pembelian impulsif (impulsive buying) adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berpikir secara bijak dan adanya pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atmosfer gerai dan pelayanan ritel terhadap nilai hedonik dan pembelian impulsif pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza Denpasar. Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza Denpasar. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, dengan kriteria pelanggan yang berbelanja lebih dari dua kali selama enam bulan terakhir dan pernah membeli produk fashion di Matahari Departement Store Duta Plaza Denpasar, serta minimal berpendidikan SMU/SMK. Jumlah sampel dalam penelitian ditetapkan sebesar 148 responden. Data penelitian diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terhadap responden. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis persamaan struktural (Structural Equation Modeling) dengan alat bantu aplikasi AMOS (analysis of moment structure). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) atmosfer gerai berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai hedonik, (2) pelayanan ritel berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai hedonik, (3) atmosfer gerai berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif, (4) pelayanan ritel berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif, dan (5) nilai hedonik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar disarankan untuk mempertahankan indikator-indikator atmosfer gerai dan pelayanan ritel yang sudah dinilai baik dan meningkatkan kinerja indikator yang belum dinilai baik oleh pelanggan. Hal ini diharapkan menambah kenyamanan pelanggan saat berbelanja sehingga mampu mendorong terjadinya pembelian impulsif. Kata kunci : Atmosfer Gerai, Pelayanan Ritel, Nilai Hedonik, Pembelian Impulsif
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE AND RETAIL SERVICE ON HEDONIC SHOPPING VALUE AND IMPULSIVE BUYING BEHAVIOR OF MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DENPASAR’S CUSTOMERS
Impulsive buying is an unplanned, emotionally stimulated buying behavior, when the buying decision made immediately without thinking wisely, having any consideration and ignoring overall information and alternatives. The aim of this research is explaining the influence of store atmosphere and retail service on hedonic shopping value and impulsive buying behavior of Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar’s customers. The respondents of this research are Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar’s customers. Purposive sampling method used as the sampling technique in this research. The sample criteria are customers who have shopped for more than two times over the last six months, bought fashion product in Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar, and the respondents at least have graduated from senior high school or vocational school. Research data obtained from distributing questionnaires to the 148 respondents. The data were analyzed by structural equation modeling supported by analysis of moment structure (AMOS). The result of this research shows that: (1) store atmosphere has positive and significantly influence hedonic shopping value, (2) retail service has positive and significantly influence hedonic shopping value, (3) store atmosphere has positive and significantly influence impulsive buying, (4) retail service has positive and significantly influence impulsive buying, and (5) hedonic shopping value has positive and significantly influence impulsive buying. The management of Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar recommended to maintain the indicators of store atmosphere and retail service that have been rated well by the customer and improve the indicators performance that haven’t been rated well by the customer. That condition expected to increase customer convenience while they are shopping so that can encourage them to purchase impulsively. Keyword : Store Atmosphere, Retail Service, Hedonic Shopping Value, Impulsive Buying
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM .................................................................................... PERSYARATAN GELAR ........................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... ABSTRAK ................................................................................................. ABSTRACT ............................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i ii iii iv vi vii viii ix xi xii xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. .................................................................. 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 1.4 Manfaat Hasil Penelitian ....................................................
1 12 12 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ritel Moderen ....................................................... 2.2 Bauran Pemasaran Ritel ..................................................... 2.3 Atmosfer Gerai ................................................................... 2.4 Pelayanan Ritel................................................................... 2.5 Perilaku Konsumen ............................................................ 2.6 Nilai Hedonik ..................................................................... 2.7 Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) .............................
14 16 18 21 23 24 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEPTUAL SERTA HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir dan Konseptual. ................................... 3.2 Hipotesis Penelitian............................................................ 3.2.1 Hubungan atmosfer gerai dan nilai hedonik ......... 3.2.2 Hubungan pelayanan ritel dan nilai hedonik .......... 3.2.3 Hubungan atmosfer gerai dan pembelian impulsif 3.2.4 Hubungan pelayanan ritel dan pembelian impulsif 3.2.5 Hubungan nilai hedonik dan pembelian impulsif ..
31 33 33 33 34 34 35
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian. ....................... 4.2 Variabel Penelitian. ............................................................ 4.2.1 Identifikasi variabel ................................................
36 37 37
4.2.2 Definisi operasional variabel ................................. Prosedur Pengumpulan Data. ............................................. 4.3.1 Populasi .................................................................. 4.3.2 Sampel .................................................................... 4.3.3 Metode pengumpulan data ..................................... 4.4 Instrumen Penelitian........................................................... 4.5 Metode Analisis Data ......................................................... 4.5.1 Analisis konfirmatori konstruk ............................... 4.5.2 Tahapan permodelan dalam analisis SEM ......................... 4.3
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar............................................................................. 5.2 Hasil Penelitian .................................................................. 5.2.1 Karakteristik responden ......................................... 5.2.2 Deskripsi persepsi responden terhadap variabel penelitian ............................................................... 5.2.3 Hasil pengujian asumsi SEM ................................. 5.2.4 Hasil pengujian kelayakan model pengukuran ...... 5.2.5 Hasil pengujian kelayakan model struktural .......... 5.2.6 Hasil pengujian hipotesis ....................................... 5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 5.3.1 Pembahasan karakteristik responden ..................... 5.3.2 Pembahasan hasil uji hipotesis penelitian .............. 5.4 Implikasi Penelitian ............................................................ 5.5 Keterbatasan Penelitian ...................................................... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ............................................................................ 6.2 Saran ................................................................................... DAFTAR RUJUKAN ........................................................ LAMPIRAN .......................................................................
38 42 42 42 44 45 46 47 47
56 57 57 59 62 64 69 72 74 74 75 79 80
82 83 85 88
DAFTAR TABEL
No. 1.1
Halaman Alasan Pelanggan Memilih Berbelanja di Matahari Department Store ................................................................................................
8
Daftar Keluhan Pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar.......................................................................................
10
4.1
Klasifikasi Konstruk dan Indikator Konstruk .................................
38
5.1
Karakteristik
1.2
Responden Penelitian
Berdasarkan Variabel
Demografis dan Frekuensi Berbelanja ............................................
57
5.2
Deskripsi Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian..........
60
5.3
Assessment of Normality .................................................................
62
5.4
Uji Kelayakan Konstruk Atmosfer Gerai .......................................
64
5.5
Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Atmosfer Gerai .............
65
5.6
Uji Kelayakan Konstruk Pelayanan Ritel .......................................
65
5.7
Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Pelayanan Ritel.............
66
5.8
Uji Kelayakan Konstruk Nilai Hedonik ..........................................
66
5.9
Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Nilai Hedonik ...............
67
5.10 Uji Kelayakan Konstruk Pembelian Impulsif .................................
68
5.11 Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Pembelian Impulsif .....
68
5.12 Uji Kelayakan Model Struktural .....................................................
70
5.13 Maximum Likelihood Estimates Model Struktural..........................
71
5.14 Hasil Uji Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung MasingMasing Konstruk .............................................................................
72
DAFTAR GAMBAR
No. 3.1 4.1 5.1
Halaman Kerangka Konseptual Hubungan Atmofer Gerai, Pelayanan Ritel, Nilai Hedonik, dan Pembelian Impulsif ..........................................
32
Path diagram hubungan antara konstruk atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif ...................................
48
Output analisis model struktural hubungan konstruk atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif ................... . ......................................................................................................
69
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1
Kuesioner Penelitian .............................................................................
88
2
Hasil Tabulasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar ..............
92
Distribusi Frekuensi Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar ..............
96
4
Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Atmosfer Gerai ........................
103
5
Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Pelayanan Ritel ........................
113
6
Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Nilai Hedonik ..........................
121
7
Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Pembelian Impulsif..................
129
8
Hasil Analisis Model Struktural............................................................
137
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Gerai merupakan tempat konsumen untuk melakukan pembelian, baik itu
terencana maupun tidak terencana. Pembelian terencana adalah perilaku pembelian dimana keputusan pembelian sudah dipertimbangkan sebelum masuk ke dalam gerai, sedangkan pembelian tak terencana adalah perilaku pembelian tanpa ada pertimbangan sebelumnya. Point of Purchase Advertising Institute (POPAI) dalam Astuti dan Fillippa (2008) menyebutkan bahwa sekitar 75 persen pembelian di supermarket dilakukan secara tak terencana. Salah satu jenis pembelian tidak terencana yang sering mendapatkan perhatian adalah pembelian impulsif (impulsive buying). Hal ini disebabkan pembelian impulsif merupakan sebuah fenomena dan kecenderungan perilaku berbelanja meluas yang terjadi di dalam pasar dan menjadi poin penting yang mendasari aktivitas pemasaran (Herabadi, 2003). Pembelian impulsif (impulsive buying) adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berpikir secara bijak dan pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada (Rook dalam Bayley dan Nancarrow, 1998). Studi yang dilakukan Bellenger et al. dalam Mattila dan Wirtz (2008) menyebutkan bahwa jumlah pembelian impulsif yang terjadi di department store di Amerika Serikat mencapai 27 sampai 62 persen dari seluruh pembelian.
Data ini juga didukung oleh hasil studi yang dilakukan Nichols et al. dalam Coley dan Burgess (2003) yang menyebutkan 50 persen pembeli di mall berbelanja secara impulsif. Perilaku belanja impulsif juga terjadi di Indonesia, terlihat dari hasil
survei
yang
dilakukan
oleh
AC
Nielsen
dalam
majalah
Marketing/05/V/Mei/2007 yang menyatakan bahwa 85 persen konsumen ritel moderen di Indonesia cenderung untuk berbelanja secara impulsif. Mengingat besarnya pengaruh pembelian impulsif terhadap total penjualan, maka pemasar perlu
untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
penyebabnya
untuk
dapat
memformulasikan strategi pemasaran yang tepat (Hausman, 2000). Kecenderungan pola belanja yang juga terjadi saat ini adalah kaitannya dengan motivasi konsumen dalam melakukan kegiatan belanja. Kegiatan belanja pada awalnya dilakukan oleh konsumen dimotivasi oleh motif yang bersifat rasional, yakni berkaitan dengan manfaat yang diberikan produk tersebut (nilai utilitarian). Nilai lain yang mempengaruhi kegiatan belanja yang dilakukan oleh konsumen adalah nilai yang bersifat emosional atau yang dikenal dengan nilai hedonik. Konsumen juga akan memperhatikan aspek-aspek kenikmatan dan kesenangan (hedonisme) yang dapat diperolehnya selain manfaat produk yang akan dinikmatinya dalam kegiatan belanja yang dilakukannya. Saat ini kebanyakan
konsumen
di
Indonesia
lebih
berorientasi
rekreasi
yang
mementingkan aspek kesenangan, kenikmatan, dan hiburan saat berbelanja (Ma’ruf, 2006). Perilaku pembelian impulsif maupun motivasi yang bersifat emosional memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Rook dan Fisher dalam Park
(2006) menyebutkan bahwa perilaku pembelian impulsif sering dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah pengalaman yang bersifat hedonik. Menurut Silvera et al. (2008) pembelian impulsif adalah kesenangan yang didorong oleh pencapaian tujuan yang bersifat hedonik. Hubungan ini dapat diasumsikan apabila pelanggan merasa senang dan merasa nyaman saat berbelanja di suatu gerai maka kemungkinan untuk melakukan pembelian yang bersifat impulsif juga akan semakin meningkat. Peritel memiliki kemampuan untuk menciptakan perasaan emosional konsumen guna mendorong terjadinya pembelian impulsif melalui penerapan strategi bauran pemasaran yang tepat. Bauran pemasaran adalah sejumlah strategi yang dipakai oleh pengusaha untuk mencapai sasaran usahanya. Bauran pemasaran merupakan salah satu indikator yang dikendalikan oleh perusahaan agar dapat menarik konsumen untuk datang dan melakukan kegiatan berbelanja. Ma’ruf (2006) menyebutkan terdapat 6 (enam) unsur strategi bauran pemasaran dalam konteks bisnis ritel yaitu lokasi, merchandise, harga, periklanan dan promosi, atmosfer gerai, dan pelayanan ritel. Keenam unsur bauran pemasaran ritel berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan dan dapat dipakai untuk menciptakan nilai tambah perusahaan dibandingkan para pesaingnya. Tuntutan pelanggan dan persaingan memaksa para pengusaha ritel untuk memiliki keunggulan dalam penerapan strategi bauran pemasarannya. Sopiah dan Syihabudhin (2008) menyatakan bauran pelayanan ritel merupakan salah satu alat utama untuk mendiferensiasikan satu perusahaan ritel dengan perusahaan ritel lainnya. Alasan yang mendasari pernyataan ini adalah para pesaing akan dengan
mudah dapat menyediakan barang-barang yang diperdagangkan (merchandise). Jika ingin unggul dalam lokasi, para pesaing dapat membuka gerai di tempat yang sama, begitu pula dengan bauran pemasaran ritel lainnya seperti harga dan materi komunikasi. Sopiah dan Syihabudhin juga menyebutkan bahwa bauran lain yang dapat dijadikan cara untuk mendiferensiasikan diri adalah melalui atmosfer (suasana) gerai. Sebuah gerai harus mampu membentuk suasana terencana sesuai dengan pasar sasarannya, membuat pengunjung merasa nyaman di dalam gerai, memikat konsumen saat berada dalam gerai, dan dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Sebagian besar keputusan konsumen dibuat saat berada di dalam gerai (McIntyre dalam Fam et al., 2011). Peritel dapat memberikan stimulus-stimulus dalam lingkungan berbelanja guna mendorong terjadinya pembelian karena konsumen yang mementingkan pengalaman hedonik akan lebih mengutamakan lingkungan berbelanja yang berkesan. Stimulus dalam lingkungan berbelanja dapat diwujudkan melalui atmosfer gerai serta pelayanan (service) yang diberikan kepada konsumen saat melakukan kegiatan berbelanja (Fam et al., 2011). Stimulus dalam lingkungan berbelanja juga dapat menyebabkan terjadinya pembelian impulsif (Semuel, 2005). Peritel memiliki kemampuan untuk memanipulasi lingkungan gerai guna mendorong terjadinya pembelian impulsif, salah satunya dengan menciptakan atmosfer belanja yang nyaman dan menarik sehingga konsumen dapat menikmati kegiatan berbelanja yang dilakukan. Konsumen jika menikmati kegiatan berbelanja yang dilakukan, akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
lamanya waktu yang dihabiskan untuk berbelanja (Forsythe dan Bailey dalam Kang dan Poaps, 2010). Akibat dari semakin lama waktu yang dihabiskan konsumen dalam suatu gerai adalah dapat meningkatkan probabilitas terjadinya pembelian (Donovan et al. dalam Fam et al., 2011). Konsumen yang lebih berorientasi pada motif hedonik mengganggap bahwa gerai tidak hanya dipandang sebagai tempat untuk berbelanja tetapi juga tempat untuk rekreasi dan hiburan (Bloch et al. dalam Zhang et al., 2011). Konsumen seperti ini senang dengan kenikmatan dan fantasi yang diperoleh dari pengalaman berbelanja yang ditawarkan dalam gerai. Oleh karena itu, konsumen tersebut akan mencari lingkungan berbelanja yang memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi agar kegiatan berbelanja yang dilakukan menjadi lebih menyenangkan (Zhang et al., 2011). Ballantine et al. (2010) menyebutkan bahwa lingkungan berbelanja dapat didesain sedemikian rupa dengan tujuan menimbulkan efek emosional dalam diri konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian. Atmosfer berbelanja mempengaruhi keyakinan terhadap produk dan pelayanan yang ditawarkan oleh sebuah gerai ritel (Bateson dan Hoffman dalam Grayson dan McNeill, 2009). Pengaruh ini tidak hanya terbatas pada konsumen tetapi
juga terhadap
karyawan dalam meningkatkan produktivitas
dan
menciptakan interaksi positif antara karyawan dan konsumen. Oleh karena itu, atmosfer gerai merupakan salah satu aspek yang penting yang harus dipertimbangkan ketika mengelola tujuan bisnis dan ekspektasi konsumen (Grayson dan McNeill, 2009).
Ritel moderen sering dianggap bisnis yang menjual lebih banyak barang (product based business), namun konsep ini mengalami perkembangan, dimana pada masa sekarang ritel juga merupakan bisnis yang mengembangkan konsep shopping experience (people based business). Hasil survei yang dilakukan AC Nielsen dalam majalah Marketing/05/V/Mei/2007 menyebutkan bahwa pelayanan ada pada puncak faktor yang dapat menarik pelanggan. Data empirik tersebut memperlihatkan bahwa pelayanan merupakan aspek penting yang dapat digunakan peritel untuk menarik pelanggan dalam jumlah yang lebih banyak sekaligus merangsang terjadinya peningkatan frekuensi pembelian. Rintamaki et al. (2006) mengungkapkan bahwa ketersediaan fasilitas-fasilitas yang bersifat entertainment dan eksploratif dapat dikembangkan untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan nilai hedonik pelanggan. Ketersediaan pelayanan yang memadai baik berupa fasilitas-fasilitas pendukung maupun pelayanan dalam gerai lainnya sangat penting untuk merangsang timbulnya kesenangan dan kenikmatan (hedonisme) pelanggan sewaktu berbelanja dalam gerai. Bayley dan Nancarrow (1998) menyebutkan bahwa pembelian impulsif biasanya lebih sering terjadi di gerai-gerai besar dibandingkan dengan gerai-gerai kecil. Nilai hedonik dapat diwujudkan melalui hiburan dalam lingkungan berbelanja dan gerai ritel berskala besar memiliki kemampuan dan sumber daya untuk membuat konsumen terhibur dalam berbelanja (Zhang et al., 2011). Jumlah kunjungan dan jumlah uang yang dihabiskan seseorang untuk berbelanja akan bergantung pada pendapatan yang diperoleh (Tirmizi et al., 2009), ini berarti
konsumen dari kalangan menengah ke atas akan lebih cenderung melakukan pembelian impulsif. Matahari Department Store merupakan perusahaan ritel tertua dan terbesar di Indonesia, yang saat ini menguasai pangsa pasar ritel Indonesia sebesar 25 persen (Vivanews, 2011). Di Provinsi Bali, Matahari Department Store mendirikan tiga cabang usahanya yaitu Matahari Department Store Duta Plaza, Matahari Department Store Kuta Square, dan Matahari Department Store Galeria. Matahari Department Store Duta Plaza merupakan cabang usaha pertama yang didirikan di Provinsi Bali dan berlokasi di Kota Denpasar sedangkan Matahari Department Store Kuta Square dan Matahari Department Store Galeria berlokasi di Kabupaten Badung. Hasil wawancara terhadap 30 orang pelanggan Matahari Department Store memperlihatkan bahwa terdapat beberapa alasan utama pelanggan untuk berbelanja di Matahari Department Store yaitu kedekatan lokasi, kelengkapan produk, berada di kawasan one-stop shopping, suasana yang nyaman dan area parker yang luas seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. Kedekatan lokasi dan kelengkapan produk ternyata merupakan pertimbangan utama sebagian besar responden dalam menentukan cabang Matahari Department Store yang dipilih sebagai
tempat
berbelanja.
Banyak
responden
juga
mempertimbangkan
kenyamanan suasana gerai dan keberadaan gerai di kawasan one-stop shopping. Area parkir yang luas tampak bukanlah alasan pentiing responden dalam memilih gerai Matahari Department Store yang dipakai sebagai tempat berbelanja.
Tabel 1.1 Alasan Pelanggan Memilih Berbelanja di Matahari Department Store Alasan - Kedekatan lokasi - Produk yang lengkap - Berada dalam kawasan onestop-shopping - Suasana yang nyaman - Area parkir yang luas Jumlah Persentase (%) Sumber: Hasil wawancara, 2011
Duta Plaza 9 4 -
Kuta Square 3 -
Galeria
Total
2 5
9 9 5
1 14 46,66
2 5 16,67
3 1 11 36,67
6 1 30 100,00
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa diantara ketiga cabang usaha Matahari Department Store yang ada di Provinsi Bali, pelanggan cenderung memilih berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza dibandingkan dengan Matahari Department Store Kuta Square ataupun Matahari Department Store Galeria. Sebanyak 14 orang pelanggan (46,67 persen) lebih suka berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza dengan alasan lokasi yang lebih dekat yakni di pusat Kota Denpasar sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan. Alasan lainnya adalah pelanggan merasa bahwa produk yang ditawarkan Matahari Department Store Duta Plaza lebih beragam dibandingkan Matahari Department Store Kuta Square ataupun Matahari Department Store Galeria. Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar terdiri dari tiga lantai operasional utama dan lantai dasar yang disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini adalah Gramedia, Timezone dan KFC. Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar menawarkan produk yang beraneka ragam bagi konsumennya yang terdiri dari berbagai jenis pakaian, alat-alat kosmetik, perlengkapan rumah tangga, mainan anak, sepatu dan sandal, serta bebagai jenis item produk lainnya.
Berkaitan dengan perilaku belanja konsumen yang cenderung berorientasi rekreasi maka merupakan suatu keharusan bagi Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar untuk membuat atmosfer gerai menjadi semenarik dan senyaman mungkin guna menyentuh emosi konsumen dan memberikan pengalaman berbelanja yang berkesan dan berujung pada terjadinya pembelian. Berbagai usaha telah dilakukan manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar untuk menciptakan atmosfer gerai yang nyaman dan berkesan guna merangsang terjadinya pembelian oleh konsumen. Cara-cara tersebut antara lain menyediakan alunan musik dan penyejuk udara yang dapat memberikan kenyamanan pelanggan. Penataan/display produk dibuat semenarik mungkin dan diberikan pencahayaan yang sesuai agar dapat meningkatkan penampilan produk, hal ini bertujuan untuk lebih menarik perhatian konsumen terhadap produk yang dijual dalam gerai. Produk-produk dengan kategori sejenis juga diletakkan berdekatan agar memudahkan pelanggan menemukan produk yang dicari. Layout gerai pun ditata sedemikian rupa untuk memudahkan lalu lintas konsumen di dalam gerai. Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar juga menyediakan berbagai jenis fasilitas pendukung kegiatan belanja. Fasilitas-fasilitas ini disediakan oleh perusahaan dengan tujuan memfasilitasi pelanggan agar lebih mudah dalam memenuhi kebutuhannya. Fasilitas-fasilitas fisik yang disediakan antara lain berupa eskalator, area parkir, toilet, serta alat pembayaran elektronik tanpa menggunakan uang tunai. Jam operasional Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar berlangsung dari pagi hingga malam hari. Pihak manajemen
Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar senantiasa menyediakan karyawan yang ramah dan mampu melayani konsumen saat berbelanja di dalam gerai. Hasil observasi dan wawancara terhadap 30 orang pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar, memberikan informasi bahwa terdapat beberapa keluhan pelanggan terkait penciptaan atmosfer gerai dan fasilitas layanan yang disediakan dalam Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar. Keluhan pelanggan mengenai atmosfer gerai antara lain layout gerai yang terlalu sempit dan menyulitkan pergerakan pelanggan saat berbelanja di dalam gerai dan udara dalam gerai yang kurang sejuk sehingga membuat pelanggan kurang nyaman berbelanja. Keluhan mengenai fasilitas pelayanan yang disediakan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar adalah area parkir yang kurang memadai, toilet yang jumlahnya terbatas dan dalam kondisi kurang bersih, eskalator yang sering tidak berfungsi dengan baik, serta karyawan yang dirasakan kurang ramah dalam melayani pelanggan. Tabel 1.2 Daftar Keluhan Pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar No
Keluhan
Atmosfer gerai : - Kesejukan udara - Layout Pelayanan ritel : 2 - Parkir - Toilet - Eskalator - Karyawan Total Sumber: Hasil wawancara, 2011
Jumlah Persentase (%)
1
1 5
3,33 16,67
7 7 6 4 30
23,33 23,33 20,00 13,33 100,00
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa 80 persen keluhan pelanggan adalah mengenai fasilitas pelayanan yang disediakan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar yaitu keluhan mengenai parkir (23,33 persen), toilet (23,33 persen), eskalator (20 persen), dan karyawan (13,33 pesen). Sebanyak 20 persen lainnya disebabkan oleh keluhan mengenai atmosfer dalam gerai yang terdiri atas keluhan mengenai kesejukan udara (3,33 persen) dan layout gerai (16,67 persen). Keluhan pelanggan mengenai atmosfer gerai dan pelayanan ritel tentu saja harus mendapat perhatian oleh pihak Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar karena hal ini menandakan adanya ketidaknyamanan pelanggan saat berbelanja. Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar seharusnya mampu mengatasi keluhan dan memberikan kenyamanan dalam proses belanja bagi pelanggannya guna mendorong niat berbelanja di gerai yang bersangkutan. Peritel termasuk Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar wajib untuk menciptakan dan mengelola atmosfer gerai yang berkesan serta menyediakan pelayanan yang sesuai atau melebihi apa yang diharapkan konsumen. Kondisi tersebut akan dapat membantu untuk membedakan diri dan mampu menciptakan keunggulan kompetitif dari para pesaing. Pengelolaan atmosfer gerai dan pelayanan ritel yang baik akan memberikan keuntungan bagi pihak Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar. Konsumen akan lebih senang berbelanja jika merasa nyaman ketika berinteraksi dengan lingkungan berbelanja dan kemungkinan besar akan berkunjung kembali ke suatu gerai (Soars, 2009).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh atmosfer gerai terhadap nilai hedonik pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar? 2) Bagaimana pengaruh pelayanan ritel terhadap nilai hedonik pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar? 3) Bagaimana pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar? 4) Bagaimana pengaruh pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar? 5) Bagaimana pengaruh nilai hedonik terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pokok permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh atmosfer gerai terhadap nilai hedonik pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh pelayanan ritel terhadap nilai hedonik pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. 3) Untuk mengetahui pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar.
4) Untuk mengetahui pengaruh pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. 5) Untuk mengetahui pengaruh nilai hedonik terhadap pembelian impulsif pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar.
1.4
Manfaat Hasil Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat teoritis a) Mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keterkaitan variabel atmosfer gerai dan pelayanan ritel terhadap nilai hedonik dan pembelian impulsif pelanggan. b) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitipeneliti lainnya yang melakukan penelitian dengan objek atau topik yang sama. 2) Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan menjadi pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dalam mengidentifikasi dan menentukan suatu kebijakan mengenai atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Konsep Ritel Moderen Paradigma ritel moderen merupakan pandangan yang menekankan
pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan moderen dimana konsep pengelolaan usaha ritel lebih ditekankan dari sisi pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasaran. Keberadaan bisnis ritel moderen ditandai dengan salah satu ciri, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi teknologi sistem informasi, misalnya penggunaan aplikasi sistem operasi toko dengan komputer seperti : Point of Sales (POS), Electronic Data Interchange (EDI), dan EFT (Electronic Fund Transfer), di mana aplikasi sistem tersebut diharapkan menunjang peningkatan efisiensi. Menurut Ma’ruf (2006) macam-macam ritel moderen di Indonesia adalah sebagai berikut. 1)
Minimarket: terjadi pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama 10 tahun sampai tahun 2002. Luas ruang minimarket adalah antara 50m2 sampai 200m2.
2)
Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, luas ruang, dan lokasi. Convenience store ada yang buka 24 jam dengan luas antara 200m2 hingga 450m2 dan berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit lebih mahal daripada yang dijual minimarket.
3)
Specialty store: Sebagian masyarakat lebih menyukai berbelanja di toko di mana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak harus mencari lagi toko lain. Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang premium membuat specialty store unggul. Contoh specialty store adalah Electronic City dan Automall.
4)
Factory outlet merupakan sebuah toko berbentuk fisik ataupun online dimana produsen secara langsung menjual produknya kepada konsumen.
5)
Distro atau distribution outlet adalah jenis toko yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian atau diproduksi sendiri.
6)
Supermarket: sebanyak 700 buah berdiri dalam kurun waktu 10 tahun sampai tahun 2002. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300m2 sampai 1.100m2, sedangkan supermarket besar mempunyai luas antara 1.100m2 sampai 2.300m2.
7)
Department store atau toserba (toko serba ada) : gerai jenis ini mempunyai ukuran luas ruang yang beragam, mulai dari beberapa ratus m2, hingga 2.000m2 sampai 3.000m2.
8)
Perkulakan atau gudang rabat (semacam warehouse club) yang hanya melayani pembelian dalam jumlah besar.
9)
Superstore : luas ruang mulai 2.300m2 sampai 4.700m2.
10) Hypermarket : luas ruang diatas 5.000m2. 11) Pusat belanja yang terdiri atas dua macam : mall dan trade centre. Mall memuat banyak gerai mulai dari toko (store) biasa sampai supermarket, department store, amusement center, dan foodcourt. Trade center mirip mall
tetapi tidak memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya tidak tersedia Department store dan amusement center.
2.2
Bauran Pemasaran Ritel Bauran pemasaran merupakan elemen penting dalam strategi pemasaran
yang dilakukan perusahaan ritel. Penerapan bauran pemasaran diharapkan akan mampu menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memilih suatu perusahaan ritel guna melakukan transaksi pembelian terhadap suatu produk dalam hal pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Menurut Utami (2010) bauran pemasaran ritel adalah strategi pemasaran yanng mengacu pada beberapa variabel, dimana peritel dapat mengombinasikan variabel-variabel tersebut menjadi jalan alternatif dalam upaya menarik konsumen. Menurut Ma’ruf (2006) bauran pemasaran ritel terdiri dari enam elemen yang meliputi: 1) Lokasi: merupakan faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh wiraniaga yang sama banyaknya, dan sama terampilnya, dan sama-sama punya pengaturan atmosfer yang bagus. 2) Merchandise: merupakan keseluruhan produk yang dijual oleh peritel dalam gerai. 3) Harga: penetapan harga dalam pemasaran ritel merupakan hal yang
penting mengingat penetapan harga akan menghasilkan dampak yang besar bagi usaha ritel itu sendiri karena akan menentukan laba/rugi yang akan diperoleh peritel. 4) Promosi: promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran usaha ritel. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh peritel biasanya bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi, dan
membujuk
serta
mengingatkan
pelanggan
sasaran
tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya. Program promosi yang biasanya diterapkan oleh peritel terdiri atas iklan, sales promotion, public relations (publisitas), dan personal selling. 5) Atmosfer gerai: atmosfer atau suasana gerai berperan penting dalam memikat pembeli dan membuat nyaman pembeli dalam memilih barang belanjaan. Atmosfer yang dimaksud adalah suasana dan ambience yang tercipta dari gabungan unsur-unsur desain gerai, perencanaan gerai, komunikasi visual, dan penyajian merchandise (display barang). 6) Pelayanan ritel: bertujuan untuk memberikan berbagai jenis fasilitas kepada konsumen saat konsumen melakukan kegiatan belanja dalam gerai ritel. Pelayanan ritel bersama unsur-unsur bauran pemasaran ritel lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bauran pemasaran ritel merupakan alat pemasaran yang digunakan oleh peritel untuk mencapai
tujuan pemasarannya yang terdiri atas lokasi, merchandise, harga, promosi, atmosfer gerai, dan pelayanan ritel.
2.3
Atmosfer Gerai Atmosfer gerai merupakan salah satu elemen bauran pemasaran ritel yang
terkait dalam hal penciptaan suasana belanja. Atmosfer merupakan kunci dalam menarik dan membuat konsumen terkesan dengan pengalaman berbelanja di dalam gerai (Coley dan Burgess, 2003). Peritel harus mampu mengelola atmosfer (suasana) dalam gerai sedemikian rupa sehingga tujuan meningkatkan kunjungan pelanggan, penjualan bertambah, dan merangsang citra positif pelanggan dapat tercapai. Utami (2010) menyatakan terdapat dua macam motivasi berbelanja yang menjadi perhatian peritel dalam menyediakan atmosfer dalam gerai yang sesuai. Pertama adalah kelompok yang berorientasi pada motif utilitarian yang lebih mementingkan aspek fungsional. Meskipun demikian, kelompok tersebut minimal akan memilih gerai yang tertata baik, bersih, dan berpendingin udara. Daya tarik visual dan fasilitas tambahan bukan hal yang terlalu penting bagi konsumen. Kelompok kedua adalah kelompok yang berorientasi rekreasi, faktor ambience, visual merchandising, dan fasilitas-fasilitas yang lengkap menjadi faktor penentu keputusan konsumen dalam mengunjungi suatu gerai. Oleh karena itu, peritel harus mendandani tempat belanja dengan semenarik mungkin. Ma’ruf (2006) memaparkan bahwa atmosfer dan ambience dapat tercipta dari gabungan unsur-unsur sebagai berikut.
1) Desain Gerai Desain gerai merupakan strategi penting dalam menciptakan atmosfer yang dapat membuat pelanggan merasa betah berada dalam suatu gerai. Desain gerai bertujuan untuk memenuhi syarat fungsional sekaligus menyediakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi. Desain gerai mencakup desain di lingkungan gerai, yaitu desain eksterior, layout, dan ambience. Desain eksterior mencakup wajah gerai, marquee, pintu masuk, dan jalan masuk. Layout atau tata letak berkaitan dengan alokasi ruang untuk penempatan produk yang akan dijual. Ambience adalah atmosfer dalam gerai yang menciptakan perasaan tertentu dalam diri pelanggan yang ditimbulkan dari penggunaan unsurunsur interior, pengaturan cahaya, tata suara, sistem pengaturan udara, dan pelayanan. Desain gerai yang tepat akan membantu tercapainya sasaran komunikasi visual. 2) Perencanaan Gerai Perencanaan gerai mencakup layout (tata letak) dan alokasi ruang. Layout mencakup rencana jalan atau gang dalam gerai dan sirkulasi arus orang. 3) Komunikasi Visual Komunikasi visual adalah komunikasi perusahaan ritel dengan konsumennya melalui wujud fisik berupa identitas peritel, grafis, dan instore communication. Identitas peritel berupa wajah gerai dan marquee,
kedua hal inilah yang pertama kali dilihat oleh calon pembeli ketika berniat berbelanja, sedangkan grafis merupakan pendukung dari komunikasi
dalam
gerai
yang melibatkan
tata
suara,
tekstur,
entertainment, promosi, dan personal. 4) Penyajian Merchandise Berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk menciptakan situasi dan atmosfer tertentu. Teknik dan penyajian merchandise berkenaan dengan keragaman produk, koordinasi kategori produk, display contoh, pencahayaan, tata warna, dan window display. Penyajian merchandise sering kali dikaitkan dengan teknik visual merchandising. Visual merchandising adalah gabungan unsur-unsur desain lingkungan gerai, penyajian merchandise, dan komunikasi dalam gerai, contohnya adalah display harga khususnya harga yang menciptakan citra ritel dan atmosfer ritel di benak pelanggan. Penyajian merchandise dan visual merchandising bertujuan memikat pelanggan dari segi penampilan, suara, dan aroma, bahkan pada rupa barang yang disentuh konsumen. Gabungan unsur-unsur atmosfer gerai tersebut dapat menggambarkan momen of truth, yaitu situasi langsung yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Jika setting dari gabungan unsur-unsur tersebut dapat berjalan optimal, peritel akan dapat menyentuh emosi konsumen dan memberi pengalaman berbelanja yang akan berdampak pada peluang untuk meningkatkan pangsa pasar serta memenangkan hati konsumen.
2.4
Pelayanan Ritel Pada dasarnya ritel atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran. Bisnis
ritel dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis (Alma, 2005). Pengertian ini berarti bisnis ritel memainkan perannya sebagai saluran distribusi akhir yang berfungsi untuk menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen untuk tujuan konsumtifnya. Pendapat lain mengenai konsep ritel diutarakan oleh Sopiah dan Syihabuddin (2008) yang menyatakan ritel merupakan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir. Terdapat berbagai definisi mengenai pelayanan (service), Stanton dalam Alma (2005) mendefinisikan pelayanan sebagai sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Kegiatan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pokok perusahaan ritel yaitu penjualan barang dan jasa. Pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen ini biasanya tidak berwujud, namun pelayanan dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud maupun tidak. Zeithaml dan Bitner (dalam Alma, 2005) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk yang dikonsumsi secara bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai atau sehat) yang bersifat tidak berwujud. Pelayanan (service) dapat memberikan nilai tambah yang positif bagi pelanggan sehingga keberadaannya sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan pokok pelanggan.
Ma’ruf
(2006)
mengungkapkan
bahwa
pelayanan
ritel
bertujuan
memfasilitasi para pembeli saat berbelanja di gerai. Sopiah dan Syihabudhin (2008) menyebutkan jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan dalam gerai meliputi: 1) Customer service a) Pramuniaga yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu. b) Personal shopper, yaitu staf perusahaan ritel yang melayani pembeli melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh pelanggan. 2) Terkait fasilitas gerai a) Jasa pengantaran (delivery) b) Fasilitas tempat makan c) Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat d) Fasilitas telepon e) Cara pembayaran dengan credit card atau debit card f) Terkait jam operasional gerai 3) Fasilitas-fasilitas lain seperti ruang/lahan parkir Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai konsep ritel dan pelayanan (service) yang telah diutarakan dapat dielaborasi bahwa pelayanan ritel merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh peritel dengan tujuan agar mampu memfasilitasi pelanggan saat berbelanja dalam suatu gerai.
2.5
Perilaku Konsumen Pemasaran ritel yang berorientasi pada konsumen akan selalu mempelajari
dan mencermati perilaku konsumen. Keberhasilan pemasaran ritel sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk dapat menyelami persepsi konsumen. Utami (2010) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang terlibat dalam hal perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Disebutkan pula terdapat tiga perspektif dalam perilaku konsumen sebagai berikut. 1) Perspektif Pengambilan Keputusan Perspektif
pengambilan
keputusan
menggambarkan
seorang
konsumen sedang melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. masalah,
mencari,
pascaperolehan.
Langkah-langkah ini
evaluasi
Perspektif
alternatif, pengambilan
termasuk pengenalan
memilih, keputusan
dan
evaluasi
menekankan
pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen. 2) Perspektif Pengalaman Perspektif pengalaman atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional dan konsumen mebeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif
pengalaman menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan hati (impulsif) dan mencari variasi. 3) Perspektif Pengaruh Perilaku Perspektif penngaruh perilaku mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional tetapi bergantung juga pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut. Tindakan pembelian konsumen merupakan hasil dari kekuatan lingkunngan, nilai-nilai budaya, lingkungan fisik, dan tekanan ekonomi.
2.6
Nilai Hedonik Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang artinya
kesenangan atau kenikmatan. Konsumsi hedonik mencerminkan nilai pengalaman berbelanja seperti fantasi, arousal, stimulasi-sensori, kenikmatan, kesenangan, keingintahuan, dan hiburan (Scarpi, 2006). Hirschman dan Holbrook dalam Park (2006) menyatakan bahwa konsumsi hedonik adalah salah satu segi dari perilaku konsumen yang berhubungan dengan aspek multi-sensori, fantasi, dan emosi dalam pengalaman yang dikendalikan oleh berbagai manfaat seperti kesenangan dalam menggunakan produk. Hausman (2000) menyatakan bahwa nilai hedonik dapat dipuaskan dengan perasaan emosional yang timbul dari interaksi sosial yang didapatkan saat berbelanja. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat
dielaborasi bahwa konsumsi hedonik lebih terkait dengan sisi emosional konsumen daripada sisi rasionalnya. Karakteristik dari nilai hedonik adalah self-purposeful dan self-oriented (Babin et al. dalam Rintamaki et al., 2006). Karaktersitik nilai hedonik yang dimaksud disini adalah konsumsi hedonik dilakukan dengan sengaja oleh konsumen itu sendiri dengan lebih memperhatikan aspek pribadinya. Rintamaki et al. (2006) juga mengemukakan bahwa pelanggan/pembeli merealisasikan nilai hedonik saat perilaku belanja diapresiasi sebagai haknya, dengan tidak mengindahkan perencanaan pembelian yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini berarti nilai hedonik sering direalisasikan demi memuaskan diri konsumen walaupun perilaku ini harus dilakukan dengan melanggar rencana pembelian terhadap suatu produk yang telah ditetapkan sebelumnya. Utami (2010) menyebutkan terdapat enam faktor motivasi berbelanja hedonik, yaitu: 1) Adventure shopping Sebagian besar konsumen berbelanja karena adanya sesuatu yang dapat membangkitkan gairah belanja dari konsumen itu sendiri, merasakan bahwa berbelanja adalah suatu pengalaman dan dengan berbelanja konsumen serasa memiliki dunianya sendiri. 2) Social shopping Sebagian besar konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam berbelanja akan tercipta ketika konsumen menghabiskan waktu bersama dengan keluarga atau teman. Konsumen ada pula yang merasa bahwa
berbelanja merupakan kegiatan sosialisasi baik itu antara konsumen yang satu dengan yang lain, ataupun dengan karyawan yang bekerja dalam gerai. Konsumen juga beranggapan bahwa dengan berbelanja bersamasama dengan keluarga atau teman, konsumen akan mendapat banyak informasi mengenai produk yang akan dibeli. 3) Gratification shopping Berbelanja merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi stress, mengatasi atmosfer hati yang buruk, dan berbelanja merupakan sarana untuk melupakan masalah-masalah yang sedang dihadapi. 4) Idea shopping Konsumen berbelanja untuk mengikuti trend fashion yang baru dan untuk melihat produk atau sesuatu yang baru. Biasanya konsumen berbelanja karena melihat sesuatu yang baru dari iklan yang ditawarkan melalui media massa. 5) Role shopping Banyak konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain daripada untuk dirinya sendiri sehingga konsumen merasa bahwa berbelanja untuk orang lain adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. 6) Value shopping Konsumen menganggap bahwa berbelanja merupakan suatu permainan yaitu pada saat tawar-menawar harga, atau pada saat konsumen mencari tempat pembelanjaan yang menawarkan diskon, obralan, ataupun tempat berbelanja dengan harga yang murah.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai nilai hedonik tersebut dapat dielaborasi bahwa nilai hedonik merupakan perasaan emosional yang dirasakan konsumen dari pengalaman berbelanjanya terhadap suatu gerai yang lebih bersifat subjektif dan pribadi, bisa berupa kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan.
2.7
Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) Stern dalam Harmancioglu et al. (2009) menyatakan pembelian terencana
merupakan perilaku pembelian yang melibatkan pencarian informasi yang membutuhkan waktu dan diikuti dengan pengambilan keputusan yang bersifat rasional. Di lain pihak, pembelian tidak terencana merupakan seluruh pembelian yang dibuat tanpa rencana terlebih dahulu, termasuk di dalamnya adalah perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif (impulsive buying) didefinisikan sebagai pembelian yang tidak direncanakan dengan karakteristik pembuatan keputusan yang relatif cepat dan merupakan sebuah bias subyektif yang mendukung keinginan untuk memiliki dengan segera (Rook dan Gardner dalam Kacen dan Lee, 2002). Pembelian impulsif timbul ketika seorang konsumen mengalami dorongan yang seketika, seringkali kuat dan teguh untuk membeli sesuatu dengan segera (Rook dalam Hausman, 2000). Keinginan untuk membeli bersifat emosional dan dapat menyebabkan
konflik
emosional.
Pembeli
impulsif
nampaknya
tidak
merefleksikan pikiran dalam berbelanja dan tertarik secara emosional terhadap suatu objek, untuk memenuhi kepuasan dengan segera dan konsumen seperti ini
nampaknya kurang memperhatikan dampak negatif dari tindakan yang dilakukan (Hoch dan Loewenstein dalam Kacen dan Lee, 2002). Terdapat beberapa macam karakteristik dari pembelian impulsif, diantaranya adanya perasaan desakan yang luar biasa dari suatu produk, perasaan yang kuat untuk bisa membeli produk sesegera mungkin, tidak menghiraukan akibat negatif dari kegiatan pembelian, perasaan terkesan bahkan euphorbia, dan adanya konflik antara kontrol diri dan kesenangan (Rook dalam Bayley dan Nancarrow, 1998). Kacen dan Lee (2002) menyebutkan ada berbagai macam faktor yang menyebabkan terjadinya pembelian impulsif diantaranya mood dan keadaan emosi konsumen, sifat pembelian impulsif, evaluasi normatif terhadap ketepatan melakukan pembelian secara impulsif, identitas diri, dan faktor demografis seperti usia. Pembelian impulsif biasanya terjadi secara tiba-tiba saat pelanggan berada dalam gerai ritel, ini mungkin disebabkan oleh rangsangan-rangsangan dalam lingkungan gerai yang memang dirancang oleh peritel untuk membangkitkan gairah belanja pelanggan (Kassarjian dalam Park dan Lennon, 2006). Menurut Stern dalam Utami (2010) terdapat empat tipe pembelian impulsif. 1) Impuls murni (pure impulse) Pengertian ini mengacu pada tindakan pembelian sesuatu karena alasan menarik, biasanya ketika pembelian terjadi karena loyalitas terhadap merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. 2) Impuls pengingat (reminder impulse) Tindakan pembelian ini dikarenakan suatu produk biasanya memang dibeli oleh konsumen, tetapi tidak tercatat dalam daftar belanja.
3) Impuls saran (suggestion impulse) Suatu produk yang dilihat konsumen untuk pertama kali akan menstimulasi keinginan konsumen untuk mencobanya. 4) Impuls terencana (planned impulse) Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respon konsumen terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli produk yang diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menarik lainnya. Kadangkala tanpa alasan ataupun stimulus langsung yang diberikan peritel, konsumen juga termotivasi untuk melakukan pembelian impulsif (Rook dalam Park, 2006), ini berarti perilaku pembelian yang tidak direncanakan atau pembelian impulsif juga terkadang dipengaruhi oleh internal kepribadian konsumen
itu
sendiri.
Konsumen
yang
memiliki
sifat
yang
suka
mempertimbangkan dorongan hati saat mengambil keputusan akan lebih sering membeli sesuatu secara impulsif daripada yang lainnya (Rook dan Fisher dalam Park, 2006). Semuel (2005) menyatakan bahwa pembelian impulsif dipengaruhi oleh lingkungan belanja dan pengalaman belanja yang terdiri dari hedonic shopping value mencerminkan potensi belanja dan kondisi emosional; ulititarian shopping value mempetimbangkan fungsional dari produk yang diperoleh; resources expenditure digunakan untuk menaksir waktu pengeluaran, sumber pengeluaran, serta interaksi sosial, dan menaksir dua kondisi, yaitu jumlah uang dan waktu yang diluangkan untuk belanja.
Hausman (2000) menyatakan bahwa pembelian impulsif merupakan respon dari penawaran produk yang relatif tidak mahal. Produk-produk tersebut diantaranya adalah produk fashion, produk bakery, produk grosir (food based), dan akesoris (Ma’ruf. 2006). Harmancioglu et al. (2009) menemukan bahwa pembelian impulsif juga terjadi pada produk-produk baru. Dalam penelitiannya, Coley dan Burgess (2003) menemukan bahwa terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam frekuensi berbelanja impulsif, dimana wanita lebih sering untuk melakukan pembelian secara impulsif.
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEPTUAL SERTA HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir dan Konseptual Konsumen yang berorientasi rekreasi berbeda dengan konsumen yang
berorientasi utilitarian karena memiliki pola pikir yang secara aktif mencari inspirasi. Orientasi belanja ini dapat dimanfaatkan peritel dengan menyediakan lingkungan berbelanja yang meliputi atmosfer dan pelayanan (service) dalam gerai yang tepat agar konsumen dapat merasakan pengalaman berbelanja yang nyaman dan menyenangkan. Lingkungan berbelanja yang terdiri atas atmosfer gerai dan pelayanan ritel sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Lingkungan berbelanja merupakan hal yang penting dalam evaluasi pengalaman berbelanja yang bersifat hedonik. Zhang et al. (2011) menyebutkan bahwa konsumen yang merasakan pengalaman berbelanja hedonik yang lebih besar cenderung meluangkan waktu lebih lama untuk mencari dan memeriksa produk, menikmati kegiatan berbelanja Semuel (2005) menemukan bahwa lingkungan berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif. Apabila konsumen merasa nyaman dengan lingkungan berbelanja maka konsumen akan lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari dan memeriksa produk. Semakin lama waktu yang diluangkan, konsumen tersebut memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dalam lingkungan berbelanja yang diciptakan peritel (Beatty dan Ferrell, 1998).
Zhang et al. (2011) menemukan bahwa nilai hedonik merupakan realisasi dari rangsangan lingkungan berbelanja (atmosfer gerai dan fasilitas pelayanan yang disediakan dalam gerai). Apabila rangsangan disediakan dengan tepat akan dapat menimbulkan ketenangan, relaksasi, pengurangan stres, semangat, meningkatkan
mood,
mempengaruhi
keputusan
berbelanja,
sehingga
meningkatkan kemungkinan untuk melakukan pembelian impulsif (Soars, 2009). Verplanken et al. dalam Silvera et al. (2008) mengemukakan bahwa pembeli impulsif lebih memperhatikan pertimbangan hedonik dibandingkan pertimbangan utilitarian pada pembelian yang dilakukan, dan pengalaman berbelanja yang dirasakan cenderung didorong oleh emosi yang tinggi seperti kegembiraan dan kesenangan. Peritel seharusnya lebih berfokus pada emosi positif konsumen dan pengalaman hedonik dalam gerai karena dapat meningkatkan terjadinya pembelian impulsif (Park et al., 2006). Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun model konseptual hubungan antara variabel yang tersaji pada Gambar 3.1. Atmosfer gerai
Nilai Hedonik
Pembelian Impulsif
Pelayanan Ritel
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik dan pembelian impulsif
3.2
Hipotesis Penelitian
3.2.1 Hubungan atmosfer gerai dan nilai hedonik Atmosfer gerai dapat mempengaruhi terciptanya nilai hedonik konsumen (Coley dan Burgess, 2003). Menurut Ballantine et al. (2010) elemen-elemen atmosfer gerai dapat menjadikan pengalaman berbelanja menjadi lebih menyenangkan sehingga membangkitkan emosi konsumen dan menciptakan nilai hedonik. Zhang et al. (2011) menemukan bahwa atmosfer gerai akan mempengaruhi nilai hedonik (emosional) konsumen. Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1 : Atmosfer gerai berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai hedonik.
3.2.2 Hubungan pelayanan ritel dan nilai hedonik Cottet et al. (2006) menyebutkan elemen yang dapat mempengaruhi nilai hedonik adalah pelayanan yang disediakan oleh suatu gerai. Penelitian oleh Ballantine et al. (2010) menemukan bahwa fasilitas pelayanan atau fasilitas fisik yang disediakan sebuah gerai akan mempengaruhi terciptanya nilai hedonik. Zhang et al. (2011) menemukan bahwa fasilitas fisik yang disediakan untuk melayani konsumen seperti elevator dan toilet akan mendorong timbulnya nilai hedonik. Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2 : Pelayanan ritel berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai hedonik.
3.2.3 Hubungan atmosfer gerai dan pembelian impulsif Youn dan Faber (2000) menemukan bahwa atmosfer suatu gerai memperbesar kemungkinan terjadinya perilaku impulsif. Park dan Lennon (2006) menyatakan pembeli impusif sangat menyukai stimulus atmosfer gerai untuk merangsang respon pembelian secara tiba-tiba. Penelitian Soars (2009) menemukan adanya pengaruh positif atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif. Peritel sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif yang terjadi di dalam gerai misalnya atmosfer gerai (Fam et al., 2011). Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3 : Atmosfer gerai berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif.
3.2.4 Hubungan pelayanan ritel dan pembelian impulsif Hausman (2000) menyebutkan bahwa peritel dapat mendorong terjadinya pembelian impulsif dengan menerapkan kebijakan pengembalian barang, menyediakan fasilitas pembayaran melalui kartu kredit, dan menambah jam operasional toko. Youn dan Faber (2000) menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan dalam suatu gerai seperti pembayaran melalui kartu kredit dan jam operasional 24 jam akan mendorong terjadinya pembelian impulsif. Coley dan Burgess (2003) menyebutkan bahwa fasilitas yang tersedia dalam gerai seperti adanya pembayaran melalui kartu kredit, ATM, kegiatan operasional gerai 24 jam, dan jaminan uang kembali dapat memperkuat atau menciptakan godaan sehingga meningkatkan terjadinya pembelian impulsif. Fam et al. (2011)
menyebutkan layanan yang disediakan oleh peritel dapat mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif. Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4 : Pelayanan ritel berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif.
3.2.5 Hubungan nilai hedonik dan pembelian impulsif Hausman (2000) menemukan bahwa perilaku pembelian impulsif dilakukan konsumen untuk memuaskan hasrat hedonik yaitu kesenangan, menemukan dan merasakan hal-hal baru, fantasi, interaksi sosial, dan emosional. Penelitian Park et al. (2006) menunjukkan bahwa nilai yang bersifat emosional (hedonik) mendorong terjadinya pembelian impulsif. Semuel (2006) menemukan bahwa nilai
emosional
mempunyai
dampak
positif
secara
langsung
terhadap
kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Silvera et al. (2008) menyatakan bahwa perilaku pembelian impulsif sering dilakukan untuk memuaskan motif yang bersifat hedonik. Harmancioglu et al. (2009) menemukan bahwa nilai emosional konsumen seperti kesenangan meningkatkan kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Tirmizi et al. (2009) juga menemukan nilai yang bersifat emosional memiliki hubungan positif dengan perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H5 : Nilai hedonik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Malhotra (2009) secara garis besar mengklasifikasikan rancangan riset
menjadi dua jenis sebagai berikut. 1) Riset eksploratif Jenis rancangan riset dengan tujuan utama mendapatkan gambaran umum serta memahami situasi masalah yang dihadapi peneliti. 2) Riset konklusif Riset yang dirancang untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan, mengevaluasi, serta memilih rangkaian tindakan yang harus diambil pada situasi tertentu. Riset konklusif dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a) Riset deskriptif, merupakan riset yang tujuan utamanya menguraikan sesuatu, biasanya karakteristik atau fungsi pasar. b) Riset kausal, merupakan riset yang tujuan utamanya mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab akibat. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena bertujuan untuk mendapatkan bukti sebab akibat antara variabel-variabel penelitian yang terdiri atas atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif. Dalam penelitian ini juga diuraikan mengenai karakteritik dari pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar.
Objek dalam penelitian ini adalah perilaku berbelanja konsumen yaitu perilaku pembelian impulsif (impulsive buying) dan motivasi yang bersifat emosional (hedonik) yang dikaitkan dengan pengaruh atmosfer gerai dan pelayanan ritel. Lokasi penelitian ini adalah Matahari Department Store Duta Plaza di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan data yang telah dikuantitatifkan untuk memudahkan proses perhitungan secara statistik. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM), berdasarkan hasil kuesioner yang disebar.
4.2
Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini merupakan variabel laten (konstruk) yang merupakan variabel yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati di dunia nyata. Konstruk dalam penelitian ini secara garis besar dibedakan menjadi dua yakni: 1) Konstruk eksogen Penelitian ini diwakili oleh dua konstruk eksogen yakni atmosfer gerai (X1) yang diukur dengan delapan indikator dan pelayanan ritel (X2) yang diukur dengan enam indikator. 2) Konstruk endogen Penelitian ini terdiri atas dua konstruk endogen yakni konstruk nilai hedonik (Y1) yang diukur dengan lima indikator dan konstruk pembelian impulsif (Y2) yang diukur dengan empat indikator.
Secara lengkap klasifikasi konstruk dan masing-masing indikator dari konstruk dapat dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Klasifikasi Konstruk dan Indikator Konstruk Klasifikasi Konstruk Eksogen
Konstruk Atmosfer gerai (X1)
Pelayanan ritel (X2.1)
Endogen
Nilai hedonik (Y1)
Pembelian impulsif (Y2)
Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.
Tata cahaya (X1.1) Musik (X1.2) Sistem pengaturan udara (X1.3) Tata warna ruangan (X1.4) Layout (X1.5) Aroma (X1.6) Pengelompokan produk (X1.7) Display produk (X1.8) Karyawan (X2.1) Eskalator (X2.2) Fasilitas pembayaran selain tunai (X2.3) Jam operasional (X2.4) Area parkir (X2.5) Toilet (X2.6) Kenikmatan (Y1.1) Kesenangan (Y1.2) Keingintahuan (Y1.3) Hiburan (Y1.4) Interaksi sosial (Y1.5) Pembelian dengan spontan (Y2.1) Pembelian tanpa berpikir akibat (Y2.2) Pembelian terburu-buru (Y2.3) Pembelian dipengaruhi keadaan emosional (Y2.4)
Sumber Ma’ruf (2006), dan Ballantine et al. (2010)
Sopiah dan Syihabuddin (2008)
Scarpi (2006)
Rook dan Fisher dalam Bayley dan Nancarrow (1998)
4.2.2 Definisi operasional variabel Konstruk-konstruk dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut. 1) Atmosfer Gerai Atmosfer gerai adalah suasana yang tercipta dari gabungan unsur-unsur desain gerai, perencanaan gerai, komunikasi visual, dan penyajian merchandise (display barang) yang memberikan kenyamanan bagi pembeli
saat melakukan kegiatan berbelanja. Persepsi tentang atmosfer gerai diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut. a) Tata cahaya (X1.1) merupakan pencahayaan ruangan gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan. b) Musik (X1.2) merupakan alunan musik yang diputar dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. c) Sistem pengaturan udara (X1.3) adalah temperatur udara di dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. d) Tata warna ruangan (X1.4) adalah koordinasi warna dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. e) Layout (X1.5) adalah tata ruang dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. f) Aroma (X1.6) merupakan aroma dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. g) Pengelompokan produk
(X1.7) merupakan
penempatan produk
berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga memudahkan pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar untuk menemukan produk yang diinginkan. h) Display produk (X1.8) merupakan penataan letak produk yang ditawarkan di dalam gerai Matahari Departemnt Store Duta Plaza di Denpasar.
2) Pelayanan Ritel Pelayanan ritel merupakan bentuk pelayanan yang diberikan peritel kepada pelanggan dengan tujuan agar mampu memfasilitasi pelanggan saat berbelanja dalam suatu gerai. Persepsi tentang pelayanan ritel diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut: a) Karyawan (X2.1) merupakan pramuniaga yang disiapkan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. b) Eskalator (X2.2) merupakan fasilitas tangga berjalan/eskalator yang disediakan di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. c) Fasilitas pembayaran selain tunai (X2.3) merupakan ketersediaan cara pembayaran selain uang tunai di kasir Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. d) Jam operasional (X2.4) merupakan waktu operasi Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. e) Area parkir (X2.5) merupakan lahan parkir yang disediakan oleh manajemen Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. f) Toilet (X2.6) adalah fasilitas toilet yang tersedia di gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. 3) Nilai Hedonik Nilai hedonik adalah perasaan emosional yang dirasakan konsumen dari pengalaman berbelanjanya terhadap suatu gerai yang lebih bersifat subjektif dan pribadi, bisa berupa kesenangan, kegembiraan, dan
kenikmatan. Persepsi mengenai nilai hedonik diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut: a) Kenikmatan (Y1.1) merupakan keadaan dimana pelanggan merasa menikmati kegiatan berbelanja yang dilakukan. b) Kesenangan (Y1.2) merupakan keadaan dimana pelanggan merasa senang ketika melakukan kegiatan belanja. c) Keingintahuan (Y1.3) merupakan keadaan dimana pelanggan merasa kegiatan berbelanja yang dilakukan dapat memenuhi rasa ingin tahu yang dimiliki. d) Hiburan (Y1.4) merupakan keadaan dimana pelanggan merasa melakukan kegiatan berbelanja dengan tujuan untuk mencari hiburan. e) Interaksi sosial (Y1.5) merupakan keadaan dimana pelanggan merasa bahwa tujuan kegiatan berbelanja yang dilakukan adalah untuk melakukan interaksi dengan orang lain. 4) Pembelian Impulsif Pembelian impulsif adalah kegiatan pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan oleh pelanggan yang terjadi secara spontan dan tanpa direncanakan sebelumnya. Persepsi mengenai pembelian impulsif diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut: a) Pembelian spontan (Y2.1) merupakan keadaan dimana pelanggan seringkali membeli sesuatu tanpa direnacakan terlebih dahulu. b) Pembelian tanpa berpikir akibat (Y2.2) merupakan keadaan dimana pelanggan sering melakukan pembelian tanpa memikirkan terlebih
dahulu mengenai akibat dari pembelian yang dilakukan. c) Pembelian terburu-buru (Y2.3) merupakan keadaan dimana pelanggan seringkali merasa bahwa terlalu terburu-buru dalam membeli sesuatu. d) Pembelian dipengaruhi keadaan emosional (Y2.4) adalah penilaian pelanggan
dimana
pelanggan
melakukan
kegiatan
berbelanja
dipengaruhi oleh keadaan emosional yang dirasakan.
4.3
Prosedur Pengumpulan Data
4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini memiliki sifat tidak terbatas dimana jumlah dan karakteristik dari populasi penelitian tidak diketahui secara pasti, oleh karena itu teknik sampling yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling non probabilitas. Responden dalam penelitian ini merupakan pelanggan dari Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. 4.3.2 Sampel Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil, sebagaimana dalam metode struktural lainnya ukuran sampel ini menjadi dasar dalam estimasi kesalahan sampling. Sejauh ini belum ada rumusan untuk menghitung besar sampel pemodelan SEM (Structural Equation Modeling). Melalui pertimbangan teori yang menyatakan bahwa ukuran sampel untuk analisis SEM disarankan antara 100 hingga 200 dan minimum absolutnya 50 (Hair dalam Ferdinand, 2002). Secara struktural juga dinyatakan bahwa ukuran sampel yang cukup adalah 100 sampai dengan 200. Jika terlalu besar akan menuai kesulitan
dalam meraih Goodness of Fit. Disarankan bahwa ukuran sampel terbaik adalah 5 sampai dengan 10 observasi untuk setiap estimasi parameter (Solimun, 2005). Berdasarkan pandangan dan batasan tersebut di atas, maka sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 161 responden dengan pertimbangan bahwa ukuran sampel tujuh kali dari jumlah indikator yang ada (7 x 23 = 161 responden). Ukuran sampel ini masih berada dalam rentang ukuran sampel yang sebaiknya dipergunakan yakni 100-200 responden. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terdapat 13 kuesioner yang tidak dipakai karena responden tidak mengisi dengan lengkap, sehingga hanya 148 kuesioner yang dipakai dalam penelitian untuk dianalisis lebih lanjut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, dimana purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Pertimbangan yang digunakan dalam memilih responden adalah: 1) Responden dalam penelitian adalah pelanggan yang sudah lebih dari dua kali berkunjung untuk melakukan kegiatan berbelanja selama enam bulan terakhir di Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar karena dianggap sudah mengenal lingkungan gerai Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. Lingkungan berbelanja yang familiar akan meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian impulsif (Mattila dan Wirtz, 2008). 2) Responden adalah pengunjung yang pernah membeli produk-produk fashion. Pembelian produk fashion sangat dipengaruhi oleh motivasi yang
bersifat hedonik dan sering menimbulkan perilaku pembelian impulsif (Park et al., 2006) 3) Responden adalah pengunjung yang minimal berpendidikan SMU/SMK atau sederajat dengan pertimbangan pengunjung tersebut mampu memahami butir-butir pernyataan dan mampu untuk memberikan pendapat terhadap pernyataan dalam kuesioner. 4.3.3 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Metode angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membagikan daftar pernyataan kepada responden yang merupakan pelanggan dari Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar agar responden tersebut memberikan jawabannya. 2) Metode observasi, merupakan metode pengumpulan data dengan secara langsung melakukan pengamatan pada lokasi penelitian yaitu Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. Data hasil observasi dipaparkan dalam uraian persepsi responden terhadap variabel penelitian pada Tabel 5.2. 3) Metode wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung baik dengan responden maupun manajemen Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat. Wawancara dilakukan pada studi pendahuluan yaitu wawancara mengenai alasan pelanggan
memilih berbelanja di Matahari Department Store yang tersaji dalam Tabel 1.1 dan wawancara mengenai keluhan pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar yang tersaji dalam Tabel 1.2.
4.4
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan pernyataan terstruktur di mana jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Penilaian mengenai konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan pernyataan berskala dan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert umumnya mengggunakan poin skala dan derajat persetujuan dimana responden diberikan kebebasan untuk menentukan pendapat atau opini sesuai dengan apa yang dialaminya terhadap indikator-indikator pada kuesioner tersebut, dimana pada umumnya masing-masing item scale mempunyai lima kategori yang berkisar antara “sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” (Malhotra, 2009). Penelitian ini menggunakan rentang Skala Likert lima tingkat dimana nilai 1 dikategorikan ukuran penilaian sangat tidak setuju (STS), nilai 2 menunjukan ukuran penilaian tidak setuju (TS), nilai 3 menunjukkan ukuran penilaian netral (N), nilai 4 menunjukkan ukuran penilaian setuju (S), dan nilai 5 menunjukkan ukuran penilaian sangat setuju (SS).
4.5
Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dengan program AMOS
(Analysis of Moment Structure). Menurut Santoso (2007), SEM adalah teknik analisis multivariate yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regeresi (korelasi), yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar konstruk. Dalam analisis SEM, variabel dibedakan menjadi sebagai berikut. 1) Variabel laten Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes. Variabel laten disebut pula dengan istilah unobserved variable, konstruk atau konstruk laten. Konstruk ini diberi simbol lingkaran atau elips. Konstruk dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut. a) Konstruk eksogen, merupakan variabel independen (bebas) yang memengaruhi variabel dependen (terikat). Konstruk eksogen dalam penelitian ialah atmosfer gerai (X1) dan ritel service (X2). b) Konstruk endogen, merupakan variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Konstruk endogen
dalam penelitian ini
adalah nilai hedonik (Y1) dan pembelian impulsif (Y2). 2) Variabel manifes Variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan atau mengukur variabel laten. Variabel manifes dapat disebut juga dengan istilah observed variable, measured variable atau indikator. Variabel manifes ini diberi simbol persegi panjang.
4.5.1 Analisis konfirmatori konstruk Analisis konfirmatori didesain untuk menguji multidimensionalitas dari suatu konstruk teoritis. Analisis ini sering juga disebut menguji validitas suatu konstruk teoritis karena variabel laten yang digunakan dalam penelitian dibentuk berdasarkan konsep teoritis dengan beberapa indikator atau manifest. Analisis konfirmatori akan menguji apakah indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk yang akan diteliti, atau dengan kata
lain
apakah
indikator-indikator
tersebut
merupakan
ukuran
unidimensionalitas dari suatu konstruk laten. Validitas konstruk yang tinggi diukur dari tingkat signifikansu nilai loading factor dari suatu konstruk dan nilai standardized loading estimate dari konstruk tersebut harus sama dengan 0,5 atau lebih idealnya harus 0,7 (Ghozali, 2008).
4.5.2 Tahapan permodelan dalam analisis SEM Structural Equation Modeling (SEM) didasarkan pada evaluasi atas adanya hubungan saling ketergantungan. Ferdinand (2002) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi tujuh langkah yaitu sebagai berikut: 1) Pengembangan model berdasar teori. Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. SEM tidak digunakan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model melalui data empirik.
2) Menyusun diagram jalur Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan pada path diagram. Path diagram tersebut akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas konstruk yang akan diuji. Berdasarkan kajian teori dan kerangka teoritis yang ada kemudian dibuat gambar diagram jalur hubungan kausalitas antar konstruk beserta indikatornya yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. e1
X1.1
e2
X1.2
e3
X1.3
e4
X1.4
e5
X1.5
e6
X1.6
e7
X1.7
e8
X1.8
Atmosfer gerai (X1)
e15
Y1.1
e16
Y1.2
e17
Y1.3
e18
Y1.4
e19
Y1.5
Nilai Hedonik (Y1)
Z1
e9
X2.1
e10
X2.2
e11
X2.3
e12
X2.4
e13
X2.5
e14
X2.6
Pembelian impulsif (Y2)
Z2
Pelayanan ritel (X2)
Gambar 4.1 Path diagram atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif (impulsive buying)
Y2.1
e20
Y2.2
e21
Y2.3
e22
Y2.4
e23
3) Menyusun persamaan struktural. Selanjutnya adalah mengubah diagram jalur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran. Pada langkah ketiga ini, model yang dinyatakan dalam diagram jalur dinyatakan dalam dua kategori dasar yaitu sebagai berikut. a) Persamaan-persamaan struktural (structural equations). Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Persamaan struktural dari model diagram jalur penelitian ini dinyatakan sebagai berikut. Y 1 = γ 1 X 1 + γ 2 X 2 + ε 1………………………………………….………….. (1) Y 2 = γ 1 X 1 + γ 2 X 2 + ε 1 β1 Y 1 + ε 2………........................................... (2) Dimana : γ (gamma) = hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen β (beta) = hubungan langsung variabel endogen terhadap variabel endogen ε (epsilon) = measurement error X1 = atmosfer gerai X2 = pelayanan ritel Y1 = nilai hedonik Y2 = pembelian impulsif b) Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model). Persamaan spesifikasi ini untuk menentukan variabel mana yang mengukur konstruk serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel.
4) Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan. Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariat lainnya.
SEM
hanya
menggunakan
data
input
berupa
matrik
varian/kovarian atau matrik korelasi (Ghozali, 2008), sedangkan teknik estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) dengan program AMOS. Ferdinand (2002) menyebutkan bila ukuran sampel adalah kecil (100-200) dan asumsi normalitas dipenuhi maka teknik estimasi yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (ML). 5) Menilai identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimated. Ghozali (2008) menyebutkan cara untuk melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: a) Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangatlah besar. b) Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan. c) Nilai estimasi yang tidak mungkin misalnya error variance yang negatif. d) Nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah identifikasi adalah menetapkan lebih banyak konstrain dalam model (menghapus path dari path diagram) sampai masalah yang ada hilang.
6) Evaluasi kriteria goodness of fit Menurut Ferdinand (2002) ada beberapa asumsi SEM yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yaitu sebagai berikut. a) Ukuran sampel Ukuran yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM adalah minimum
berjumlah
100
dan
selanjutnya
menggunakan
perbandingan lima observasi untuk setiap estimasi parameter. b) Normalitas Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness dibawah nilai mutlak 2,58 (Ghozali, 2008). c) Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik yang unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi lainnya. Ferdinand (2002) menyebutkan outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori:
1)) Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. 2)) Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil data lain daripada yang lain, tetapi peneliti memiliki penjelasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim tersebut. 3)) Outliers muncul karena adanya suatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim tersebut. 4)) Outliers dapat muncul karena range nilai jawaban responden, bila dikombinasi dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim, yang sering dikenal dengan multivariate outliers. d) Multicollinearity Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai deteminan matriks kovarians yang sangat kecil memberi indikasi adanya problem multikolinearitas. Setelah asumsi SEM terpenuhi, langkah berikutnya adalah menguji kesesuaian dan uji statistik. Tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model dalam analisis SEM (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002). Beberapa jenis fit index yang mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data yang disajikan, antara lain sebagai berikut:
a) χ2 - Chi-square Statistik Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-square statistik. Chi-square ini bersifat sangat sensitif
terhadap
besarnya
sampel
yang
digunakan.
Dasar
pengambilan keputusan dalam uji Chi-Square ini adalah sebagai berikut (Santoso, 2007). 1)) Dengan membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, maka matrik kovarian sampel tidak berbeda dengan matrik kovarians estimasi. Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka matrik kovarian sampel berbeda dengan matrik kovarians estimasi. 2)) Dengan melihat angka probabilitas (ρ) pada output AMOS Jika ρ ≥ 0,05 maka matrik kovarian sampel tidak berbeda dengan matrik kovarians estimasi. Jika ρ < 0,05 maka matrik kovarian sampel berbeda dengan matrik kovarians estimasi. b) GFI (Goodness of fit Index) Secara teoritis, angka GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1,0 (perfect fit) dengan pedoman bahwa semakin hasil GFI mendekati angka 1, akan semakin baik model tersebut dalam menjelaskan data yang ada. Menurut Ferdinand (2002) nilai GFI yang diharapkan adalah ≥ 0,90.
c) AGFI (Adjusted goodness of fit) Adjusted goodness of fit merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan denngan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. d) CMIN/DF Adalah nilai Chi-square dibagi dengan degree of freedom. Menurut Wheaton et al. dalam Ghozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrne dalam Ghozali (2008) mengusulkan nilai rasio ini ≤ 2, merupakan ukuran fit. e) TLI (Tucker Lewis Index) Tucker Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI), pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony ke dalam indeks komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90 (Ghozali, 2008). f) CFI (Comparative Fit Index) Indeks ini pada dasarnya membandingkan angka NCP (Non Centrality Parameter) pada berbagai model. CFI mempunyai range
value dari 0 sampai dengan 1. Pada umumnya, nilai di atas 0,90 menunjukkan model sudah fit dengan data yang ada. g) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) RSMEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengompensasikan Chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RSMEA ≤ 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model berdasarkan degrees of freedom (Browne dan Cudeck dalam Ferdinand, 2002). 7) Interpretasi dan modifikasi model Ketika model telah dinyatakan diterima, maka dapat dipertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness of fit. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Gambaran Umum Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar PT Matahari Putra Prima Tbk. merupakan sebuah perusahaan ritel di
Indonesia yang memiliki jaringan supermarket, hipermarket, dan foodmart. PT Matahari Putra Prima Tbk. dimiliki oleh Bapak Hari Darmawan. Perusahaan ini pertama kali dibuka di kawasan pertokoan Pasar Baru Jakarta pada tahun 1958 dengan nama toko Mickey Mouse dengan ukuran 150 meter persegi. Bapak Hari Darmawan bersama istri pada awalnya menjalankan operasional toko ini dibantu oleh 10 orang karyawan. Pada tahun 1980, perusahaan ini menggunakan nama Sinar Matahari dan selanjutnya membuka cabang-cabang toko di berbagai daerah seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali dan juga daerah lainnya. Filosofi yang selalu mengutamakan kedekatan hubungan dengan pelanggan dan karyawan, membuat PT Matahari Putra Prima Tbk. menjadi perusahaan besar dengan cabang usaha yang semakin luas. PT Matahari Putra Prima Tbk. per kuartal pertama tahun 2008, sudah memiliki 79 department store, 38 hipermarket, 31 supermarket, 46 outlet farmasi, dan lebih dari 88 hiburan keluarga di lebih dari 50 kota di Indonesia. Matahari Department Store adalah jaringan toserba yang menjual berbagai macam produk meliputi pakaian, kosmetik, parfum, sepatu, sandal, aksesoris, dan lain sebagainya. Matahari Department Store Duta Plaza merupakan salah satu
cabang department store PT Matahari Putra Prima Tbk. yang didirikan pada tahun 1990 dan berlokasi di Kota Denpasar.
5.2
Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik responden Karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat dari berbagai kriteria seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Variabel Demografis dan Frekuensi Berbelanja No
Variabel
1
Jenis kelamin
2
Umur
3
Pekerjaan
4
Pendidikan Terakhir
5
Penghasilan per bulan (Rp.)
6
Frekuensi berbelanja per bulan
Sumber: Lampiran 3
Klasifikasi Laki-laki Perempuan Total 17-26 tahun 27-36 tahun 37-46 tahun 47-56 tahun diatas 56 tahun Total Tidak bekerja Wirausaha Pegawai swasta Pegawai pemerintah atau TNI/POLRI Total SMU/SMK Diploma Sarjana Total ≤ 1.000.000 1.000.001 - 2.500.000 2.500.001 - 4.000.000 Diatas 4.000.000 Total < 2 kali 2-4 kali >4 kali Total
Jumlah (orang) 61 87 148 63 34 24 25 2 148 32 14 39 63 148 50 5 93 148 6 48 38 24 116 86 57 5 148
Persentase (%) 41,22 58,78 100,00 42,57 22,97 16,22 16,89 1,35 100,00 21,62 9,46 26,35 42,57 100,00 33,78 3,38 62,84 100,00 5,17 41,38 32,76 20,69 100,00 58,11 38,51 3,38 100,00
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebanyak 58,78 persen responden adalah perempuan dan sisanya yaitu sebanyak 41,22 persen adalah laki-laki. Responden ditinjau dari segi umur, kebanyakan berumur 17-26 tahun yaitu sebesar 42,57 persen dari total responden. Disusul responden berumur 27-36 tahun sebanyak 22,97 persen, 16,89 persen responden berumur 47-56 tahun, 16,22 persen responden berumur 37-46 tahun, dan sisanya sebanyak 1,35 persen berumur 56 tahun ke atas. Responden ditinjau dari segi pekerjaan, kebanyakan (42,57 persen) bekerja sebagai pegawai pemerintah atau TNI/POLRI. Sebanyak 26,35 persen responden bekerja sebagai pegawai swasta, 21,62 persen responden tidak bekerja, dan sisanya sebanyak 9,46 persen bekerja sebagai wirausaha. Responden ditinjau dari segi pendidikan, 62,84 persen sudah berpendidikan sarjana. Sebanyak 33,78 persen responden berpendidikan SMU/SMK dan sisanya sebanyak 3,38 persen berpendidikan diploma. Responden yang telah memiliki penghasilan per bulan sebanyak 116 orang. Jumlah ini didapat dari total responden dikurangi jumlah responden yang belum bekerja (148 orang – 32 orang = 116 orang). Penghasilan per bulan responden kebanyakan berada diantara Rp. 1.000.001,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- yaitu sebesar 41,38 persen. Responden yang berpenghasilan per bulan Rp. 2.500.001 – Rp. 4.000.000,- sebesar 32,76 persen, 20,69 persen responden memiliki penghasilan per bulan di atas Rp. 4.000.000,- dan sisanya sebanyak 5,17 persen berpenghasilan Rp. 1.000.000 ke bawah.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 58,11 persen melakukan pembelian di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar kurang dari dua kali dalam sebulan. Sebanyak 38,51 persen melakukan pembelian 2-4 kali dalam sebulan, dan sisanya sebanyak 3,38 persen melakukan pembelian lebih dari 4 kali dalam sebulan.
5.2.2 Deskripsi persepsi responden terhadap variabel penelitian Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa seluruh indikator yang dipakai untuk menilai atmosfer gerai sudah dipersepsikan positif oleh responden. Jawaban responden yang sebagian besar berada dalam rentang setuju dan sangat setuju. Responden menilai bahwa atmosfer gerai yang disajikan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar relatif baik. Indikator atmosfer gerai yang mendapat respon positif paling tinggi adalah display produk (X1.8) dimana 57,44 persen responden menilai bahwa display produk yang disajikan ditata dengan menarik. Indikator tata warna ruangan (X1.4) dan layout (X.1.5) memang sudah dinilai baik oleh sebagian besar responden, namun kedua indikator ini memiliki respon positif yang paling rendah (masing-masing sebesar 52,03 persen) dibandingkan dengan indikator-indikator atmosfer gerai lainnya. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan ritel juga sudah dipersepsikan positif oleh responden karena jawaban responden kebanyakan berada dalam rentang setuju dan sangat setuju. Indikator yang mendapat respon positif yang paling tinggi adalah jam operasional (X2.4) dimana 60,14 persen responden menganggap jam operasional Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar berlangsung lama. Di lain pihak, jawaban responden pada
indikator toilet (X2.6) lebih banyak berada dalam rentang sangat tidak setuju sampai netral. Hanya 46,62 persen responden yang menilai toilet dalam keadaan relatif bersih. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa pewarnaan dalam toilet gelap sehingga menimbulkan kesan kurang bersih pada toilet dan tidak adanya pengharum ruangan yang menyebabkan kondisi udara dalam toilet menjadi tidak baik. Tabel 5.2 Deskripsi Persepsi Responden terhadap Variabel Penelitian Variabel Atmosfer gerai X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 Pelayanan ritel X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 Nilai hedonik Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Pembelian impulsif Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4
Sumber: Lampiran 3
Skor Jawaban (Persen) 2 3 4
5
2,03 2,03 4,05 4,05 4,73 3,38 3,38 3,38
21,62 20,95 19,59 20,95 17,57 17,57 20,27 12,84
20,95 20,95 20,27 22,97 25,68 23,65 19,59 26,35
45,27 43,24 43,92 41,89 37,84 43,24 37,16 35,14
10,14 12,84 12,16 10,14 14,19 12,16 19,59 22,30
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
6,76 5,41 4,05 3,38 6,08 11,49
18,24 18,24 18,24 23,65 25,00 27,03
22,97 18,24 18,24 12,84 12,84 14,86
29,05 32,43 37,16 36,49 43,24 31,08
22,97 25,68 22,30 23,65 12,84 15,54
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
5,41 3,38 6,76 8,11 7,43
20,27 17,57 21,62 22,97 14,19
16,89 27,03 14,19 24,32 26,35
43,92 33,78 41,89 33,11 33,11
13,51 18,24 15,54 11,49 18,92
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3,38 3,38 4,05 2,70
20,27 14,19 15,54 20,27
20,27 22,97 22,30 19,59
37,84 37,16 39,86 35,81
18,24 22,30 18,24 21,62
100,00 100,00 100,00 100,00
1
Jumlah (Persen)
Tabel 5.2 memperlihatkan sebagian besar indikator yang digunakan untuk mengukur nilai hedonik sudah dipersepsikan positif oleh responden karena jawaban responden kebanyakan berada dalam rentang jawaban setuju dan sangat setuju. Indikator yang mendapat respon positif paling besar (57,43 persen) adalah indikator kenikmatan (Y1.1) dan keingintahuan (Y1.3). Hasil ini menunjukkan bahwa responden menikmati kegiatan berbelanja produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dan responden juga menilai bahwa kegiatan berbelanja di gerai tersebut mampu memenuhi rasa keingintahuan responden terhadap produk-produk fashion terbaru. Pada indikator yang menyatakan bahwa kegiatan berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar merupakan sebuah hiburan (Y1.4), jawaban responden lebih banyak berada dalam rentang sangat tidak setuju sampai netral. Hanya 44,60 persen responden yang setuju bahwa kegiatan berbelanja di gerai tersebut merupakan hiburan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya sarana hiburan yang disediakan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar bagi para pelanggan. Responden paling setuju jika pembelian produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dilakukan tanpa berpikir panjang mengenai akibat pembelian yang dilakukan (Y2.2). Hal ini ditunjukkan dari sebanyak 59,46 persen jawaban responden berada pada rentang jawaban setuju dan sangat setuju. Responden juga beranggapan bahwa pembelian yang dilakukan di Matahari Department Store Duta Plaza dilakukan dengan spontan, terburuburu, dan dipengaruhi oleh kondisi emosional yang dirasakan saat berbelanja.
5.2.3 Hasil pengujian asumsi SEM 1) Evaluasi normalitas data Data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai CR pada skewness berada pada rentang pada ±2,58. Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa tidak ada satupun nilai univariate yang berada diluar rentang nilai ± 2,58, maka dari itu data dikatakan berdistribusi normal. Tabel 5.3 Assessment of normality Variable x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 Multivariate
Min 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
max 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Skew -.113 -.352 -.377 -.387 -.329 -.448 -.461 -.423 -.199 -.479 -.281 -.442 -.346 -.487 -.487 -.371 -.445 -.360 -.446 -.372 -.349 -.453 -.370
c.r. -.559 -1.747 -1.874 -1.924 -1.633 -2.223 -2.289 -2.099 -.987 -2.378 -1.396 -2.195 -1.719 -2.419 -2.421 -1.840 -2.212 -1.789 -2.216 -1.847 -1.732 -2.248 -1.839
Kurtosis -1.204 -.825 -.973 -1.043 -.905 -.863 -.758 -.620 -.880 -.713 -.724 -.868 -.905 -.513 -.527 -.600 -.508 -.850 -.493 -.755 -.770 -.631 -.689 70.694
c.r. -2.989 -2.049 -2.415 -2.590 -2.248 -2.144 -1.882 -1.539 -2.184 -1.770 -1.797 -2.156 -2.247 -1.274 -1.309 -1.490 -1.261 -2.110 -1.224 -1.875 -1.912 -1.568 -1.710 12.680
Sumber: Lampiran 8 2) Evaluasi atas outliers Deteksi terhadap multivariate outliers dapat dilakukan dengan memperhatikan hasil uji Mahalanobis Distance. Kriteria yang digunakan
adalah nilai p1 dan p2 diatas 0,05 yang artinya tidak ada data outliers. Perhitungan menunjukkan beberapa nilai p1 dan p2 masih berada di bawah 0,05 (Lampiran 8), hal ini mengindikasikan adanya outliers dalam data. Outliers ini disebabkan range nilai yang ada sehingga apabila dikombinasikan menyebabkan jawaban responden yang satu dengan lainnya sangat jauh berbeda atau kombinasinya menjadi tidak lazim yang sering disebut dengan multivariate outliers. Ferdinand (2002) menyebutkan dalam analisis penelitian bila tidak terdapat alasan khusus untuk mengeluarkan data yang mengindikasikan adanya outliers, maka data tersebut harus tetap diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Dalam penelitian ini, meskipun terdapat outliers namun syarat-syarat asumsi SEM lainnya sudah terpenuhi seperti syarat normalitas, multikolinearitas dan singularitas, serta model penelitian sudah memiliki nilai probabilitas 0,432 yang jauh di atas syarat yang ditentukan yakni 0,05. Atas pertimbangan tersebut, data yang mengandung outliers tetap diikutsertakan dalam analisis penelitian. 3) Evaluasi multicollinearity dan singularity Pengamatan terhadap determinan matriks kovarian dilakukan untuk melihat ada tidaknya multicollinearity dan singularity dalam sebuah kombinasi variabel. Lampiran 8 memperlihatkan determinan dari matriks kovarian sampel adalah sebesar 3,358 yang berarti nilainya lebih dari nol, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat multikolinearitas atau singularitas, dan data ini layak digunakan.
5.2.4 Hasil pengujian kelayakan model pengukuran 1) Hasil pengujian konfirmatori konstruk atmosfer gerai Analisis faktor komfirmatori dimaksudkan untuk mengkonfirmasi semua indikator yang membentuk tiap-tiap konstruk. Hasil uji kelayakan model analisis faktor komfirmatori terhadap konstruk atmosfer gerai dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Uji Kelayakan Konstruk Atmosfer Gerai Goodness of Fit Indeks X²-Chi Square Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Cut-off Value Diharapkan kecil ≥0,05 ≤0,08 ≥0,90 ≥0,90 ≤2,0 ≥0,90 ≥0,90
Hasil Analisis 27,711 0,116 0,051 0,957 0,922 1,386 0,984 0,989
Evaluasi Model Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Lampiran 4 Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa analisis faktor konfirmatori konstruk atmosfer gerai sudah memenuhi kriteria goodness of fit, sehingga model konstruk tersebut sudah fit dengan data yang ada. Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor) untuk masing-masing indikator terhadap konstruk atmosfer gerai ditunjukkan pada Tabel 5.5. Terlihat pada tabel tersebut bahwa semua nilai probabilitas untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05 dan nilai estimate standardize berada diatas 0,5 sehingga dapat dikatakan indikator-indikator pembentuk konstruk merupakan indikator yang kuat dalam mengukur konstruk tersebut.
Tabel 5.5 Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Atmosfer Gerai Estimate Unstandardize
Estimate Standardize
S.E
C.R
P
X1.3
<---
X1
1,137
0,845
0,111
10,236
0,000
X1.2
<---
X1
1,017
0,783
0,108
9,441
0,000
X1.1
<---
X1
0,931
0,733
0,105
8,831
0,000
X1.4
<---
X1
0,789
0,596
0,112
7,034
0,000
X1.5
<---
X1
1,126
0,823
0,112
10,060
0,000
X1.6
<---
X1
1,090
0,839
0,106
10,246
0,000
X1.7
<---
X1
1,000
0,703
0,118
8,468
0,000
X1.8
<---
X1
1,000
0,735
Sumber: Lampiran 4 2) Hasil pengujian konfirmatori konstruk pelayanan ritel Hasil uji kelayakan model analisis faktor komfirmatori terhadap konstruk pelayanan ritel terlihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Uji Kelayakan Konstruk Pelayanan Ritel Goodness of Fit Indeks X²-Chi Square Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Cut-off Value Diharapkan kecil ≥0,05 ≤0,08 ≥0,90 ≥0,90 ≤2,0 ≥0,90 ≥0,90
Hasil Analisis 13,849 0,128 0,061 0,970 0,931 1,539 0,983 0,990
Evaluasi Model Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Lampiran 5 Tabel 5.6 menunjukkan analisis faktor konfirmatori terhadap konstruk pelayanan ritel sudah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan, sehingga model konstruk tersebut sudah fit dengan data yang ada.
Hasil pengujian terhadap nilai loading factor untuk masing-masing indikator terhadap konstruk pelayanan ritel ditunjukkan pada Tabel 5.7, dimana terlihat bahwa semua nilai probabilitas untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05 dan nilai estimate standardize berada diatas 0,5 sehingga dapat dikatakan indikator-indikator pembentuk konstruk merupakan indikator yang kuat dalam pengukuran konstruk.. Tabel 5.7 Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Pelayanan Ritel Estimate Unstandardize
Estimate Standardize
S.E.
C.R.
P
X2.3
<---
X2
1,000
0,854
X2.2
<---
X2
1,098
0,889
0,080
13,744
0,000
X2.1
<---
X2
0,668
0,536
0,097
6,866
0,000
X2.4
<---
X2
0,992
0,817
0,081
12,234
0,000
X2.5
<---
X2
0,949
0,800
0,083
11,471
0,000
X2.6
<---
X2
0,781
0,593
0,101
7,716
0,000
Sumber: Lampiran 5 3) Hasil pengujian konfirmatori konstruk nilai hedonik Hasil uji kelayakan model analisis faktor komfirmatori terhadap konstruk nilai hedonik terlihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Uji Kelayakan Konstruk Nilai Hedonik Goodness of Fit Indeks X²-Chi Square Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Sumber: Lampiran 6
Cut-off Value Diharapkan kecil ≥0,05 ≤0,08 ≥0,90 ≥0,90 ≤2,0 ≥0,90 ≥0,90
Hasil Analisis 4,033 0,545 0,000 0,989 0,968 0,807 1,006 1,000
Evaluasi Model Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Tabel 5.8 memperlihatkan bahwa model konstruk nilai hedonik yang digunakan sudah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Hasil pengujian terhadap nilai loading factor untuk masing-masing indikator terhadap konstruk nilai hedonik ditunjukkan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Nilai Hedonik Estimate Unstandardize
Estimate Standardize
S.E.
C.R.
P
Y1.3
<---
Y1
1,000
0,752
Y1.2
<---
Y1
0,988
0,809
0,104
9,484
0,000
Y1.1
<---
Y1
0,893
0,709
0,107
8,370
0,000
Y1.4
<---
Y1
1,016
0,783
0,109
9,345
0,000
Y1.5
<---
Y1
1,011
0,769
0,113
8,932
0,000
Sumber: Lampiran 6 Tabel 5.9 menunjukkan bahwa semua nilai probabilitas untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05 dan nilai estimate standardize berada diatas 0,5 maka dapat dikatakan indikator-indikator pembentuk konstruk merupakan indikator yang kuat dalam pengukuran konstruk tersebut. 4) Hasil pengujian konfirmatori konstruk pembelian impulsif Tabel 5.10 memperlihatkan hasil analisis faktor konfirmatori terhadap konstruk pembelian impulsif sudah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan, maka dapat diartikan model sudah fit dengan data yang ada.
Tabel 5.10 Uji Kelayakan Konstruk Pembelian Impulsif Goodness of Fit Indeks X²-Chi Square Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Cut-off Value Diharapkan kecil ≥0,05 ≤0,08 ≥0,90 ≥0,90 ≤2,0 ≥0,90 ≥0,90
Hasil Analisis 3,881 0,144 0,080 0,988 0,939 1,941 0,983 0,994
Evaluasi Model Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Lampiran 7 Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor) untuk masing-masing indikator terhadap konstruk pembelian impulsif ditunjukkan pada Tabel 5.11, dimana pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa semua nilai probabilitas untuk masing-masing indikator lebih kecil dari 0,05 dan nilai estimate standardize berada diatas 0,5 maka dapat dikatakan indikator-indikator pembentuk konstruk merupakan indikator yang kuat dalam pengukuran konstruk tersebut. Tabel 5.11 Nilai Loading Factor Indikator Konstruk Pembelian Impulsif Estimate Unstandardize
Estimate Standardize
S.E.
C.R.
P
Y2.4
<---
Y2
1,136
0,896
0,094
12,125
0,000
Y2.3
<---
Y2
1,051
0,857
0,088
11,909
0,000
Y2.2
<---
Y2
1,000
0,815
Y2.1
<---
Y2
0,826
0,659
0,098
8,459
0,000
Sumber: Lampiran 7 Berdasarkan analisis faktor konfirmatori yang telah dilakukan, maka model penelitian dapat digunakan untuk analisis selanjutnya tanpa dimodifikasi atau tanpa mengalami penyesuaian.
5.2.5 Hasil pengujian kelayakan model struktural Uji kelayakan model struktural dilakukan dengan menggunakan SEM dan sekaligus digunakan untuk menganalisis hipotesis. Gambar 5.1 memperlihatkan hasil analisis dari model struktural penelitian. UJI HIPOTESIS Chi-Square =226.961 Probability =.432 CMIN/DF =1.013 GFI =.890 TLI =.998 CFI =.999 RMSEA =.009 AGFI =.864
.54 e1
x1.1
e2
x1.2
e3
x1.3
e4
x1.4
e5 e6
.61 .70 .36
.74 .78 .84 .60
.68 .82 x1.5.70.84 .71 x1.6 .50 .74
e7
x1.7 .54
e8
x1.8
Atmosfer Gerai
.24
.23
.50 e15 e16
.56
e17
y1.1
.65
y1.2
.71 .81
.55 .74 y1.3 .77 .59 .79
e18
y1.4
e19
y1.5
.48 Nilai Hedonik
.62
.45
z2
z1
.36 .24
Pembelian Impulsif
y2.1
e20
y2.2
e21
.66
.67 .81 .85
.73
e22 .90 y2.3 .81 y2.4
.53
e23
.24
.30 e9
x2.1
.77 e10
x2.2
.74 .86
e11
x2.3
e12
x2.4
e13
x2.5
e14
x2.6
.68.82 .79
.55 .88 Pelayanan Ritel
.63.60 .36
Gambar 5.1 Output analisis model struktural hubungan konstruk atmosfer gerai, pelayanan ritel, nilai hedonik, dan pembelian impulsif
Hasil uji kelayakan model struktural secara ringkas ditampilkan pada Tabel 5.12. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa semua konstruk yang digunakan untuk membentuk model penelitian, pada proses analisis faktor konfirmatori sudah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Nilai GFI dan AGFI walaupun masih sedikit di bawah kriteria yang ditentukan, namun kondisi ini masih bisa diterima karena nilai GFI dan AGFI sudah mendekati 0,90 sehingga model sudah bisa dikatakan fit. Pertimbangan lainnya adalah nilai probabilitas yang dihasilkan yaitu sebesar 0,432 sudah jauh di atas kriteria yang ditentukan. Tabel 5.12 Uji Kelayakan Model Struktural Goodness of Fit Indeks X²-Chi Square Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Cut-off Value Diharapkan kecil ≥0,05 ≤0,08 ≥0,90 ≥0,90 ≤2,0 ≥0,90 ≥0,90
Hasil Analsis 226,961 0,432 0,009 0,890 0,864 1,013 0,998 0,999
Evaluasi Model Baik Baik Baik Marginal (dapat diterima) Marginal (dapat diterima) Baik Baik Baik
Sumber: Lampiran 8 Hasil pengujian terhadap nilai-nilai muatan faktor (loading factor) untuk masing-masing indikator konstruk dapat dilihat pada Tabel 5.13, dimana pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa seluruh nilai estimate standardize indikator konstruk sudah berada di atas nilai 0,5 dan semua nilai probabilitas untuk masingmasing indikator juga lebih kecil dari 0,05. Hal ini menandakan bahwa indikatorindikator pembentuk konstruk merupakan indikator yang kuat dalam pengukuran konstruk dalam model penelitian ini.
Tabel 5.13 Maximum Likelihood Estimates Model Struktural Estimate Unstandardize
Estimate Standardize
S.E.
C.R.
P
Y1
<---
X2
0,477
0,534
0,090
5,312
0,000
Y1
<---
X1
0,264
0,238
0,103
2,570
0,010
Y2
<---
X1
0,255
0,229
0,111
2,296
0,022
Y2
<---
Y1
0,239
0,237
0,119
2,001
0,045
Y2
<---
X2
0,217
0,242
0,104
2,082
0,037
X1.3
<---
X1
1,123
0,838
0,110
10,224
0,000
X1.2
<---
X1
1,015
0,784
0,107
9,514
0,000
X1.1
<---
X1
0,932
0,737
0,105
8,921
0,000
X1.4
<---
X1
0,791
0,599
0,111
7,106
0,000
Y1.3
<---
Y1
1,000
0,744
Y1.2
<---
Y1
0,998
0,809
0,104
9,579
0,000
Y1.1
<---
Y1
0,903
0,710
0,107
8,411
0,000
Y1.4
<---
Y1
1,010
0,770
0,109
9,238
0,000
Y1.5
<---
Y1
1,046
0,788
0,114
9,170
0,000
X2.3
<---
X2
1,000
0,859
X2.2
<---
X2
1,081
0,880
0,078
13,871
0,000
X2.1
<---
X2
0,680
0,549
0,096
7,099
0,000
X2.4
<---
X2
0,991
0,822
0,079
12,486
0,000
X2.5
<---
X2
0,935
0,792
0,081
11,501
0,000
X1.5
<---
X1
1,123
0,824
0,111
10,127
0,000
X1.6
<---
X1
1,086
0,839
0,105
10,315
0,000
X1.7
<---
X1
0,999
0,705
0,117
8,533
0,000
X2.6
<---
X2
0,788
0,602
0,100
7,907
0,000
Y2.4
<---
Y2
1,140
0,898
0,093
12,319
0,000
Y2.3
<---
Y2
1,047
0,852
0,088
11,893
0,000
Y2.2
<---
Y2
1,000
0,813
Y2.1
<---
Y2
0,839
0,667
0,097
8,617
0,000
X1.8
<---
X1
1,000
0,737
Sumber: Lampiran 8
Tabel 5.13 juga menunjukkan ada beberapa nilai loading factor yang kurang dari 0,5 namun nilai tersebut memperlihatkan hubungan antar konstruk dan bukan hubungan antar indikator konstruk terhadap konstruk yang diukur.
5.2.6 Hasil pengujian hipotesis Output struktural parameter estimates dapat digunakan untuk menguji hubungan konstruk eksogen-endogen yang ada dalam struktural model. Berdasarkan hasil analisis, didapat pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung masing-masing konstruk yang ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 5.14 Hasil Uji Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung MasingMasing Konstruk Hipotesis
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Jenis Hubungan Konstruk X1 X2 X1 X2 Y1 X1 X2
Y1 Y1 Y2 Y2 Y2 Y2 Y2
Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Std-ize P-value Ket 0,238 0,534 0,229 0,242 0,237 0,229 0,242
0,010 0,000 0,022 0,037 0,045 0,022 0,037
Sig Sig Sig Sig Sig Sig Sig
Koefisien Jalur Pengaruh Tidak Langsung Variabel Std-ize Intervening
Y1 Y1
0,057 0,127
Sumber: Lampiran 8 Hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian berdasarkan Tabel 5.14 adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung atmosfer gerai (X1) secara positif dan signifikan terhadap nilai hedonik (Y1) diterima dengan koefisien sebesar 0,238 pada p value sebesar 0,010.
2) Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung pelayanan ritel (X2) secara positif dan signifikan terhadap nilai hedonik (Y1) diterima dengan koefisien sebesar 0,534 pada p value sebesar 0,000. 3) Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung atmosfer gerai (X1) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) diterima dengan koefisien sebesar 0,229 pada p value sebesar 0,022. 4) Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung pelayanan ritel (X2) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) diterima dengan koefisien sebesar 0,242 pada p value sebesar 0,037. 5) Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung nilai hedonik (Y1) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) diterima dengan koefisien sebesar 0,237 pada p value sebesar 0,045. 6) Pengaruh tidak langsung atmosfer gerai (X1) terhadap pembelian impulsif (Y2) melalui nilai hedonik (Y1) adalah sebesar 0,057. Nilai hedonik merupakan variabel intervening positif antara atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif. 7) Pengaruh tidak langsung pelayanan ritel (X2) terhadap pembelian impulsif (Y2) melalui nilai hedonik (Y1) adalah sebesar 0,127. Nilai
hedonik merupakan variabel intervening positif antara pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif.
5.3
Pembahasan Hasil Penelitian
5.3.1 Pembahasan karakteristik responden Responden ditinjau dari jenis kelamin, sebanyak 58,78 persen responden adalah perempuan dan sisanya yaitu sebanyak 41,22 persen adalah laki-laki. Perempuan
biasanya
lebih
sering
berbelanja
dan
berperilaku
impulsif
dibandingkan dengan laki-laki, terutama dalam hal produk fashion (Coley dan Burgess, 2003). Responden ditinjau dari segi umur, kebanyakan dalam rentang umur 17-26 tahun yaitu sebanyak 42,57 persen dari total responden. Kemudian disusul 22,97 persen responden yang berumur 27-36 tahun. Responden dalam rentang umur 1736 tahun cenderung lebih sering melakukan kegiatan berbelanja dibandingkan yang berumur 37 tahun ke atas. Penyebab terjadinya hal ini karena konsumen dalam rentang usia 17-36 tahun biasanya lebih aktif dalam mengikuti trend fashion yang sedang berkembang. Konsumen dalam rentang usia 17-36 tahun merupakan konsumen yang paling sering berbelanja impulsif (Park et al, 2006). Responden ditinjau dari segi pekerjaan, kebanyakan bekerja sebagai pegawai pemerintah atau TNI/POLRI. Pegawai pemerintah atau TNI/POLRI biasanya sudah memiliki penghasilan tetap. Penghasilan yang diperoleh sangat mempengaruhi jumlah kunjungan dan jumlah uang yang dihabiskan untuk berbelanja (Tirmizi et al., 2009).
Responden ditinjau dari segi pendidikan, kebanyakan responden (sebesar 62,84
persen)
sudah
berpendidikan
sarjana.
Orang-orang
yang
sudah
berpendidikan sarjana cenderung mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari segi pendapatan dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Pekerjaan yang lebih baik tentu saja akan memberikan penghasilan yang lebih tinggi. Pendapatan responden kebanyakan berada diantara Rp. 1.000.001,- sampai dengan Rp. 2.500.000,- yaitu sebesar 41,38 persen dan sebagian besar responden yaitu sebanyak 58,11 persen berkunjung ke Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar kurang dari dua kali dalam sebulan.
5.3.2 Pembahasan hasil uji hipotesis penelitian Penjelasan dari hasil pengujian masing-masing hipotesis penelitian pada Tabel 5.14 adalah sebagai berikut. 1) Pengaruh atmosfer gerai terhadap nilai hedonik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan atmosfer gerai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai hedonik yang berarti semakin baik atmosfer yang diciptakan dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza maka akan dapat meningkatkan timbulnya nilai hedonik pelanggan pada gerai yang bersangkutan begitu juga sebaliknya. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Coley dan Burgess (2003) yang menemukan bahwa atmosfer gerai dapat mempengaruhi terciptanya nilai hedonik konsumen serta penelitian oleh Ballantine et al. (2010) yang menemukan bahwa elemen-elemen
atmosfer gerai dapat menjadikan pengalaman berbelanja konsumen menjadi menyenangkan sehingga membangkitkan emosi konsumen dan menciptakan nilai hedonik. 2) Pengaruh pelayanan ritel terhadap nilai hedonik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan pelayanan ritel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai hedonik yang berarti semakin baik pelayanan ritel yang mampu diberikan oleh pihak Matahari Department Store Duta Plaza akan dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya nilai hedonik pelanggan pada gerai tersebut. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cottet et al. (2006) yang menyebutkan elemen yang dapat mempengaruhi nilai hedonik adalah pelayanan ritel yang disediakan oleh suatu gerai dan penelitian oleh Zhang et al. (2011) yang menemukan bahwa fasilitas pelayanan ritel atau fasilitas fisik yang disediakan untuk melayani konsumen akan mendorong timbulnya nilai hedonik. 3) Pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan pelayanan ritel memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pembelian
impulsif
yang
menandakan semakin baik atmosfer gerai yang diciptakan dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza maka akan dapat mendorong terjadinya pembelian impulsif pelanggan pada gerai yang bersangkutan. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Youn dan Faber (2000) yang menemukan bahwa atmosfer gerai
memperbesar kemungkinan terjadinya perilaku impulsif serta penelitian oleh Soars (2009) yang menemukan adanya pengaruh positif atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif. 4) Pengaruh pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif. Hasil analisis pengujian hipotesis menunjukkan atmosfer gerai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif yang berarti semakin baik pelayanan ritel yang disediakan oleh Matahari Department Store Duta Plaza maka akan dapat meningkatkan timbulnya pembelian impulsif pelanggan pada gerai tersebut. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Youn dan Faber (2000) yang menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan dalam suatu gerai akan mendorong terjadinya pembelian impulsif serta penelitian oleh Fam et al. (2011) yang menemukan bahwa pelayanan yang disediakan oleh peritel dapat mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif. 5) Pengaruh nilai hedonik terhadap pembelian impulsif. Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan nilai hedonik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif, yang berarti semakin besar nilai hedonik yang dirasakan pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza maka akan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya
pembelian
impulsif
pada
gerai
yang
bersangkutan. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Semuel (2006) yang menemukan bahwa nilai emosional mempunyai dampak positif secara langsung terhadap kecenderungan
perilaku pembelian impulsif serta penelitian yang dilakukan oleh Harmacioglu et al. (2009) yang menemukan bahwa nilai emosional konsumen seperti kesenangan meningkatkan kecenderungan perilaku pembelian impulsif. 6) Pengaruh atmosfer garai terhadap pembelian impulsif melalui nilai hedonik Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh tidak langsung atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif melalui nilai hedonik. Akan tetapi koefisien pengaruh langsung atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif lebih besar dibandingan dengan koefisien pengaruh tidak langsung. Penciptaan nilai hedonik sebagai variabel intervening antara atmosfer gerai dan pembelian impulsif tampak tidak memberikan pengaruh yang terlalu signifikan. 7) Pengaruh pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif melalui nilai hedonik Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh tidak langsung pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif melalui nilai hedonik. Akan tetapi koefisien pengaruh langsung pelayanan ritel terhadap pembelian impulsif lebih besar dibandingkan koefisien pengaruh langsung. Penciptaan nilai hedonik sebagai variabel intervening antara pelayanan ritel dan pembelian impulsif tampak tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
5.4
Implikasi Hasil Penelitian Beberapa implikasi hasil penelitian yang dapat diberikan kepada pihak
manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar sebagai berikut. 1) Hasil penelitian menunjukkan indikator-indikator atmosfer gerai dan pelayanan ritel relatif mampu mempengaruhi timbulnya nilai hedonik dan pembelian, oleh karena itu manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar hendaknya mempertahankan kinerja indikatorindikator atmosfer gerai dan pelayanan ritel yang sudah dinilai baik oleh pelanggan. 2) Pengaruh pelayanan ritel terhadap nilai hedonik dan pembelian impulsif baik secara langsung maupun tidak langsung lebih besar dibandingkan pengaruh atmosfer gerai. Hal ini mungkin disebabkan karena atmosfer gerai lebih bersifat fisik sedangkan dalam pelayanan ritel terdapat sentuhan personal seperti karyawan sehingga dapat lebih mempengaruhi nilai emosional yang dirasakan pelanggan dan pembelian impulsif yang dilakukan di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar. Stimulusstimulus pelayanan ritel relatif lebih efektif dilakukan untuk mendorong terjadinya
pembelian
impulsif,
sehingga
manajemen
Matahari
Department Store Duta Plaza Denpasar sebaiknya lebih fokus dalam mengelola pelayanan ritel. Perbaikan terhadap fasilitas toilet perlu dilakukan karena merupakan salah satu indikator pelayanan ritel yang dinilai relatif belum baik oleh pelanggan.
3) Kegiatan berbelanja pelanggan di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar merupakan bentuk dari idea shopping karena kebanyakan pelanggan beranggapan bahwa berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dilakukan untuk mengikuti trend fashion terbaru. Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar hendaknya berusaha untuk menjual produk-produk fashion dengan trend terbaru untuk meningkatkan nilai hedonik pelanggan ketika berbelanja. 4) Mengingat sebagian besar pelanggan belum menganggap berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar merupakan suatu hiburan, manajemen hendaknya menambah sarana hiburan yang dapat dinikmati oleh pelanggan saat berbelanja sehingga akan meningkatkan nilai hedonik yang dirasakan pelanggan.
5.5
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1) Objek penelitian yang hanya meliput salah satu gerai Matahari Department Store yang ada di Kota Denpasar, padahal di Provinsi Bali terdapat tiga buah gerai Matahari Department Store. Hal ini menyebabkan hasil penelitian yang diperoleh tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh gerai tersebut. 2) Dalam analisis SEM terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi salah satunya adalah evaluasi terhadap outliers yang merupakan nilai-nilai ekstrim yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimiliki dan terlihat sangat jauh berbeda dengan observasi-observasi lainnya. Dalam penelitian
ini asumsi tersebut tidak dapat terpenuhi karena data dalam penelitian ini masih mengandung outliers.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut. 1) Atmosfer gerai berpengaruh positif terhadap nilai hedonik pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar dan signifikan pada probabilitas sebesar 0,010. 2) Pelayanan ritel berpengaruh positif terhadap nilai hedonik pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar dan signifikan pada probabilitas sebesar 0,000. 3) Atmosfer gerai berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif yang dilakukan oleh pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar dan signifikan pada probabilitas sebesar 0,022. 4) Pelayanan ritel berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif yang dilakukan oleh pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar dan signifikan pada probabilitas sebesar 0,037. 5) Nilai hedonik berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif yang dilakukan pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar dan signifikan pada probabilitas sebesar 0,045.
6) Atmosfer gerai berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif yang dilakukan pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar melalui nilai hedonik. 7) Atmosfer gerai berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif yang dilakukan pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar melalui nilai hedonik.
6.2
Saran - Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu: 1) Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar hendaknya mempertahankan
kinerja
indikator-indikator
atmosfer
gerai
dan
pelayanan ritel yang sudah dinilai baik oleh pelanggan dengan jalan melakukan pengecekan berkala terhadap lampu-lampu, audio musik, pendingin udara, pengharum ruangan, dan eskalator agar tetap berfungsi dengan baik. Manajemen juga perlu memberikan pelatihan terhadap karyawan terutama para sales promotion girl (SPG) agar selalu ramah dan kompeten dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan. 2) Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar hendaknya lebih memperhatikan tata warna ruangan dan layout produk dalam gerai agar menjadi lebih baik lagi dengan mengganti kombinasi warna ruangan dengan warna-warna menarik dan menyediakan layout produk secukupnya agar tidak terlalu sempit sehingga memudahkan pergerakan pelanggan saat berbelanja.
3) Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar juga perlu meningkatkan kinerja fasilitas toilet yang belum diangggap baik oleh pelanggan. Manajemen disarankan melakukan perbaikan dengan mengganti pewarnaan ruang toilet menjadi lebih cerah sehingga menimbulkan kesan lebih bersih. Pemberian pengharum ruangan pada toilet juga diperlukan untuk menambah kesegaran udara. 4) Manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar relatif belum mampu menyediakan hiburan, oleh karena itu disarankan kepada manajemen Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar untuk menambah sarana hiburan dengan menyewakan kepada pihak lain atau memperluas arena permainan yang telah tersedia karena masih terdapat ruangan kosong di sekitar arena permainan yang belum dimanfaatkan.
DAFTAR RUJUKAN
Alma, B. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid II, Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Indek Kelompok Gramedia. Anonim. 2007. Marketing No. 5, Mei, Jakarta Anonim. 2011. Tiga Perusahaan Indonesia yang Mampu Masuk dalam Daftar 10 Besar Perusahaan dengan Pertumbuhan Paling Cepat di Wilayah Asia. (online), (http://vivanews.com). Anonim. 2011. Matahari Department Store. (online), (http://wikipedia.org). Astuti, R. D., dan Fillippa, M. 2008. Perbedaan pembelian secara impulsif berdasarkan tingkat kecenderungan, kategori produk dan pertimbangan pembelian, Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 3 No.1, pp.1441-1456. Ballantine, P. W., Jack, R., and Parsons, A. G. 2010. Atmospheric cues and their effect on the hedonic retail experience, International Journal of Retail and Distribution Management Vol. 38 No. 8, pp. 641-653. Bayley, G. and Nancarrow, C. 1998. Impulse purchasing: a qualitative exploration of the phenomenon, Qualitative Market Research: An International Journal Volume 1 Number 2, pp. 99-114 Beatty, S. E., and Ferrell, M. E. 1998. Impulse buying: modeling its precusors, Journal of Retailing Vol. 74 No. 2. Pp. 169-191. Coley, A. and Burgess, B. 2003. Gender differences in cognitive and affective impulse buying, Journal of Fashion Marketing and Management Vol. 7 No.3, pp. 282-295. Cottet, P., Lichtle, M. C., and Plichon, P. 2006. The role of value in services: a study in retail environment. Journal of Consumer Marketing 23/4, pp. 219227. Fam, K. S., Merrilees, B., Richard, J. E., Jozca, L., Li, Y., and Krisjanous, J. 2011. In-store marketing: a strategic perspective, Asia Pasific Journal of Marketing and Logistics Vol. 23 No.2, pp. 165-176. Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2008. Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grayson, R. A. S. and McNeill, L. S. 2009. Using atmospheric elements in service retailing: understanding the bar environment, Journal of Services Marketing 23/7, pp. 517-527. Hausman, A. 2000. A multi-method investigation of consumer motivations in impulse buying behavior. Journal of Consumer Marketing Vol. 17 No.5, pp. 403-19. Harmancioglu, N., Finney, R. Z., and Joseph, M. 2009. Impulse purchases of new product: an empirical analysis, Journal of Product and Brand Management 18/1, pp. 27-37. Herabadi, A. G. 2003. Buying Impulses: A Study on Impulsive Consumption, Disertasi, Social Psychological Department, Catholic University of Nijmegen, Belanda. Kacen, J. J., and Lee, J. A. 2002. The influence of culture on consumer impulsive buying behavior, Journal of Consumer Psychology 12(2), pp. 163-176. Kang, J. and Poaps, H. P. 2010. Hedonic and utilitarian shopping motivations of fashion leadership, Journal of Fashion Marketing and Management Vol.14 No.2, pp. 312-328. Ma’ruf, H. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Malhotra, N. K. 2009. Riset Pemasaran. Edisi keempat. Jakarta: PT Indeks. Mattila, A. S. and Wirtz, J. 2008. The role of store environmental stimulation and social factors on impulse purchasing, Journal of Services Marketing 22/7, pp. 562-567. Park, E. J., Kim, E. Y., and Forney, J. C. 2006. A structural model of fashionoriented impulse buying behavior, Journal of Fashion Marketing and Management Vol. 10 No. 4, pp. 433-446. Park, J. and Lennon, S. J. 2006. Psychological and environmental antecedents of impulse buying tendency in the multichannel shopping context, Journal of Consumer Marketing 23/2, pp. 58–68. Rintamaki, T., Kanto, A., Kuusela, H., and Spencer, M. T. 2006. Decomposing the value of department store shopping into utilitarian, hedonic and social dimensions, International Journal of Retail & Distribution Management Vol .34 No.1, pp. 6-21.
Santoso, S. 2007. Riset Pemasaran (Konsep dan Aplikasi dalam SPSS). Jakarta : PT. Alex Media Komputindo. Scarpi, D. 2006. Fashion stores between fun and usefulness, Journal of Fashion Marketing and Management 10/1, pp. 7-24. Semuel, H. 2005. Respon lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko serba ada (toserba): studi kasus carrefour surabaya, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 7 No. 2, pp. 152-170. Semuel, H. 2006. Dampak respon emosi terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif konsumen online dengan sumberdaya yang dikeluarkan dan orientasi belanja sebagai variabel mediasi, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 8 No.2, pp. 101-115. Silvera, D. H., Lavack, A. M., and Kropp, F. 2008. Impulse buying: the role of affect, social influence, and subjective wellbeing, Journal of Consumer Marketing 25/1, pp. 23–33. Soars, B. 2009. Driving sales through shopper’s sense of sound, sight, smell, and touch, International Journal of Retail and Distribution Management Vol. 37 No.3, pp. 286-298. Solimun. 2005. Structural Equation Modeling. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala. Sopiah dan Syihabudhin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: ANDI Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesembilan. Bandung: CV Alfabeta Tirmizi, M. A., Rehman, K. U., and Saif, M. I. 2009. An empirical study of consumer impulse buying behavior in local markets, European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol. 28 No. 4, pp. 522-532. Utami, C. W. 2010. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Moderen di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Youn, S. and Faber, R. J. 2000. Impulse buying: its relation to personality traits and cues, Advances in Consumer Research Volume 27, pp. 179-185 Zhang, Y., Sirion, C., and Combs, H. 2011. The influence of the mall environment on shopper’s values and consumer behavior in China, ASBBS Annual Conference Volume 18 Number 1, pp. 214-224.
Lampiran 1 KUESIONER PENGARUH ATMOSFER GERAI DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP NILAI HEDONIK DAN PEMBELIAN IMPULSIF PELANGGAN MATAHARI DEPARTMENT STORE DUTA PLAZA DI DENPASAR
Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Program Magister Manajemen Universitas Udayana yang sedang mengadakan penelitian mengenai pengaruh suasana toko dan fasilitas pelayanan yang disediakan oleh Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar terhadap nilai yang bersifat emosional dan pembelian yang tidak direncanakan. Nama
: Ni Nyoman Manik Yistiani
Nim
: 0990662074
Jurusan
: Manajemen Pemasaran
Saya bermaksud mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner ini yang terkait dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan dan partispasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar berkenan menjawab kuesioner ini dengan lengkap, jujur, dan tanpa pengaruh dari pihak manapun. Kuesioner ini semata-mata digunakan untuk kepentingan ilmiah, di mana kerahasiaan jawaban yang Anda berikan dijamin sepenuhnya Atas kerjasama dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih
Hormat saya,
Peneliti
Lampiran 1 ( lanjutan) I.
Identitas Responden Petunjuk Pengisian Mohon Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara memberikan jawaban atau melingkari salah satu pilihan yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Nama
:……………………………………………………
Jenis kelamin
:L/P
Umur
: a. 17-26 tahun
c. 37-46 tahun
b. 27-36 tahun
d. 47-56 tahun
Pekerjaan
: a. Tidak bekerja
c. Pegawai swasta
b. Wirausaha Pendidikan
e. diatas 56 tahun
d. Pegawai pemerintah atau TNI/POLRI
: a. SMU/SMK b. Diploma c. Sarjana
Penghasilan per bulan (dalam rupiah) : a. ≤ 1.000.000
d. 2.500.001 – 4.000.000
b. 1.000.001 – 2.500.000
e. Diatas 4.000.000
Frekuensi pembelian :
a. kurang dari 2 kali
per bulan
b. 2-4 kali c. lebih dari 4 kali
II. Kuesioner Penelitian Berikut
ini
ada
berbagai
pernyataan
mengenai
variabel
penelitian.
Mohon
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari memberikan jawaban yang sebenarnya dengan memberikan tanda rumput () pada kolom yang sesuai dengan pendapat/pengalaman Anda selama berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar. Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju
N = Netral
TS
S = Setuju
= Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
Lampiran 1 (lanjutan) No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10. 11.
12. 13.
14.
Pertanyaan Atmosfer Gerai Pencahayaan dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar tampak terang. Musik yang diputar dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar menambah kenyamanan berbelanja. Temperatur udara dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar terasa sejuk. Kombinasi warna ruangan dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar tampak menarik. Tata letak produk di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar memudahkan pergerakan dalam ruangan. Aroma gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar meningkatkan kenyamanan berbelanja. Produk-produk dalam gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dikelompokkan menurut jenisnya sehingga memudahkan pencarian. Tampilan/display produk di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar ditata dengan menarik. Pelayanan Ritel Karyawan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar melayani dengan ramah. Eskalator di gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar berfungsi dengan baik. Pembayaran non-tunai di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar menerima kartu debit/kredit dari berbagai macam bank. Waktu operasional gerai Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar berlangsung lama. Area parkir yang disediakan Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar sudah memadai. Toilet dalam Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dalam keadaan bersih.
STS (1)
TS N (2) (3)
S (4)
SS (5)
Lampiran 1 (lanjutan) No
Pertanyaan
Nilai Hedonik 15. Saya menikmati kegiatan berbelanja produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar 16. Saya merasa senang saat berbelanja produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar 17. Berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar dapat membantu memenuhi rasa keingintahuan saya terhadap produk fashion terbaru. 18. Kegiatan berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar merupakan hiburan bagi saya. 19. Saya berbelanja di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Pembelian Impulsif 20. Saya sering membeli produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar secara spontan. 21. Saya sering membeli produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar tanpa berpikir terlebih dahulu mengenai akibat dari pembelian itu. 22. Saya sering merasa terburu-buru dalam membeli produk fashion di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar. 23. Keadaan emosional yang saya rasakan mempengaruhi kegiataan berbelanja saya di Matahari Department Store Duta Plaza Denpasar.
STS (1)
TS (2)
N (3)
S (4)
SS (5)
Lampiran 2 Tabel Hasil Tabulasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza di Denpasar No
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x2.1
x2.2
x2.3
x2.4
x2.5
x2.6
y1.1
y1.2
y1.3
y1.4
y1.5
y2.1
y2.2
y2.3
y2.4
Total
1
3
2
2
1
1
2
2
5
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
1
3
2
2
1
44
2
2
4
3
2
4
4
5
5
5
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
3
2
66
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
4
3
2
51
4
2
2
2
2
3
3
5
3
3
2
2
2
2
2
4
5
5
4
4
5
5
4
4
75
5
2
3
2
4
2
2
2
2
3
1
1
2
2
1
2
2
2
1
3
2
2
2
1
46
6
2
2
2
2
1
2
5
3
2
2
2
2
2
2
4
2
2
2
3
3
3
3
2
55
7
3
3
2
1
3
3
3
2
3
2
2
3
2
3
3
2
2
1
1
2
3
2
3
54
8
1
2
1
4
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
3
2
2
36
9
3
2
3
5
2
3
2
3
2
1
1
2
2
4
2
3
2
2
3
1
2
1
2
53
10
3
4
5
2
5
3
4
4
5
3
3
2
3
2
4
4
4
3
2
4
1
1
2
73
11
3
2
4
2
4
3
2
3
3
4
4
2
4
4
2
2
3
1
2
3
1
1
2
61
12
4
1
2
1
1
1
1
2
2
3
3
1
2
2
4
4
5
4
4
3
3
3
2
58
13
4
4
5
3
4
3
4
5
3
5
5
5
5
5
4
5
4
4
5
3
2
3
2
92
14
4
5
4
2
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
3
1
2
2
92
15
3
2
1
3
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
3
1
2
2
42
16
4
4
5
4
5
4
4
3
4
4
5
2
4
5
4
5
5
4
4
4
3
3
5
94
17
4
1
3
3
3
3
1
5
1
2
1
2
1
2
2
3
2
1
2
3
2
1
2
50
18
3
3
4
3
3
4
3
5
3
4
4
4
4
2
5
3
4
4
2
2
3
2
2
76
19
2
2
3
2
2
3
2
4
3
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
60
20
3
3
4
3
3
4
3
3
2
2
3
2
1
3
5
3
4
4
4
5
3
1
2
70
21
5
4
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
4
4
4
2
5
5
4
5
4
3
101
22
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
3
1
3
3
3
2
2
2
3
3
3
59
23
2
2
3
2
2
3
2
2
4
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
53
24
4
4
4
4
4
4
4
5
2
2
2
2
2
3
4
4
4
3
3
2
5
2
3
76
25
2
2
3
2
2
3
2
2
4
3
3
3
3
1
2
2
3
3
3
4
3
3
4
62
26
4
4
5
4
4
5
5
4
5
5
5
5
3
2
4
4
5
5
3
3
4
4
3
95
27
2
3
2
2
3
2
2
5
4
5
5
5
4
2
2
3
2
2
5
5
5
5
5
80
28
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
2
3
2
2
2
4
3
3
3
73
29
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
2
2
1
2
4
4
3
3
3
73
30
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
1
3
4
3
2
3
3
3
2
2
2
56
31
2
3
2
2
3
2
3
4
2
3
4
2
2
3
2
2
2
2
1
2
3
4
3
58
32
2
4
2
2
4
2
3
4
5
4
3
3
3
1
3
3
4
3
3
2
3
2
2
67
33
2
3
3
2
3
3
3
3
2
2
4
4
4
1
3
3
3
3
3
2
3
3
3
65
34
4
4
5
4
4
5
3
5
5
1
1
1
2
2
5
5
5
5
3
4
4
5
3
85
35
4
4
4
3
4
4
4
4
1
4
3
5
4
2
4
4
5
5
5
5
5
5
5
93
36
4
4
4
2
4
4
3
4
2
4
2
4
2
1
4
3
2
3
3
3
3
3
3
71
37
4
4
4
5
3
4
3
2
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
75
38
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
2
4
2
2
2
2
2
2
2
3
3
56
39
4
2
4
4
4
2
4
4
5
3
4
5
4
1
3
5
3
5
4
4
2
4
4
84
40
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
4
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
42
Lampiran 2 (lanjutan) Tabel Hasil Tabulasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza di Denpasar No
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x2.1
x2.2
x2.3
x2.4
x2.5
x2.6
y1.1
y1.2
y1.3
y1.4
y1.5
y2.1
y2.2
y2.3
y2.4
Total
41
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
5
4
2
4
2
3
3
3
2
4
4
4
79
42
2
3
2
2
2
3
2
2
5
5
5
5
4
2
5
5
5
5
5
2
3
2
2
78
43
3
4
4
3
3
4
4
3
4
5
5
4
4
3
2
4
4
4
5
4
5
4
5
90
44
2
3
2
2
2
3
2
2
3
5
2
5
5
3
4
4
5
5
5
2
3
2
2
73
45
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
2
3
3
4
4
4
91
46
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
2
1
1
3
2
4
4
4
3
4
4
77
47
3
3
2
3
3
2
3
5
5
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
5
4
83
48
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
3
2
2
2
4
5
4
4
3
3
4
4
4
80
49
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
1
2
3
1
4
4
4
4
4
4
4
5
80
50
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
2
1
4
4
4
3
4
4
4
4
4
83
51
2
3
2
3
2
3
2
3
1
3
2
2
1
4
2
3
3
3
4
1
2
3
2
56
52
2
3
2
3
2
3
2
3
4
4
4
4
4
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
60
53
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
5
4
3
1
4
3
3
4
4
5
3
4
3
80
54
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
4
4
2
2
3
3
2
3
3
3
64
55
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
89
56
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
4
3
2
4
4
4
4
3
4
4
3
4
82
57
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
84
58
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
89
59
3
2
3
2
3
2
3
2
4
4
4
4
4
4
3
2
2
3
2
2
3
2
2
65
60
2
3
2
3
2
3
2
3
4
4
4
3
4
4
2
3
3
2
3
3
2
3
3
67
61
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
2
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
85
62
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
4
4
2
5
4
3
4
4
4
5
5
5
5
101
63
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
90
64
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
2
4
3
2
4
4
2
4
4
5
83
65
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
3
2
3
5
4
4
3
4
4
4
4
5
83
66
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
1
4
4
4
5
4
4
4
92
67
3
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
2
3
4
3
4
2
3
4
3
79
68
2
3
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
1
2
3
2
1
1
2
2
49
69
3
2
1
3
2
1
2
1
5
2
2
3
2
2
3
2
1
2
1
4
5
5
4
58
70
1
2
2
1
2
2
1
1
3
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
5
5
5
5
49
71
4
5
4
4
5
4
4
5
2
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
102
72
4
5
4
4
5
4
5
5
3
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
102
73
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
99
74
4
4
4
4
4
4
4
3
1
3
2
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
81
75
3
4
5
5
3
5
4
3
5
4
4
3
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
96
76
3
2
2
2
2
3
5
3
1
2
2
4
1
1
3
2
2
2
1
1
2
5
4
55
77
3
4
5
4
4
4
4
5
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
4
4
4
4
79
78
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
2
2
3
2
2
3
2
4
3
4
3
3
3
69
79
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
3
4
2
3
3
2
2
2
64
80
3
4
3
5
4
4
5
3
5
4
5
5
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
95
Lampiran 2 (lanjutan) Tabel Hasil Tabulasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza di Denpasar No
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x2.1
x2.2
x2.3
x2.4
x2.5
x2.6
y1.1
y1.2
y1.3
y1.4
y1.5
y2.1
y2.2
y2.3
y2.4
Total
81
3
4
3
4
3
3
4
3
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
3
88
82
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
4
79
83
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
2
2
4
4
5
4
4
84
84
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
104
85
2
3
2
2
3
2
2
3
2
4
4
3
3
2
4
4
4
4
3
3
2
2
3
66
86
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
89
87
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
99
88
4
4
4
4
4
4
3
5
3
3
3
3
4
2
4
3
3
3
3
4
4
3
3
80
89
4
2
3
4
3
4
5
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
85
90
4
4
3
2
3
3
4
3
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
3
3
4
4
81
91
4
4
4
3
5
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
108
92
4
5
5
4
3
4
5
4
5
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
81
93
4
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
108
94
4
2
2
2
3
3
4
4
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
66
95
4
5
4
3
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4
5
5
104
96
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
94
97
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
3
3
4
2
2
4
4
4
4
83
98
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
3
4
4
5
4
5
4
4
5
5
5
105
99
4
5
3
4
3
4
4
4
4
5
3
4
5
2
4
5
4
5
1
4
5
3
4
89
100
5
3
4
3
2
3
4
4
5
3
4
3
4
4
5
3
5
3
4
5
3
4
3
86
101
2
3
2
2
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
2
3
2
70
102
5
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
4
94
103
4
4
4
4
5
3
4
3
5
5
4
4
4
4
2
3
4
2
3
2
2
3
3
81
104
4
5
3
2
5
5
4
4
2
2
4
4
2
2
3
3
3
2
3
4
5
3
4
78
105
2
3
4
3
5
5
2
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
2
3
4
3
80
106
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
90
107
4
4
2
5
4
2
4
4
5
5
4
4
4
3
4
2
4
3
4
4
4
2
5
86
108
2
2
1
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
1
1
5
1
2
1
2
2
1
1
43
109
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
95
110
4
1
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
85
111
4
4
4
2
1
1
2
2
4
4
3
2
1
2
3
2
3
2
2
4
4
4
4
64
112
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
92
113
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
5
4
4
101
114
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
3
3
4
4
4
4
4
2
3
2
2
80
115
5
4
5
5
5
4
5
4
4
3
3
4
4
4
2
1
1
2
2
2
4
4
4
81
116
4
2
4
4
4
2
4
4
4
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
2
4
4
5
88
117
4
4
3
4
4
4
5
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
2
86
118
5
4
4
5
5
4
1
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4
103
119
2
3
3
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
1
49
120
3
3
5
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
104
Lampiran 2 (lanjutan) Tabel Hasil Tabulasi Kuesioner Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza di Denpasar No
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x2.1
x2.2
x2.3
x2.4
x2.5
x2.6
y1.1
y1.2
y1.3
y1.4
y1.5
y2.1
y2.2
y2.3
y2.4
Total
121
5
4
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
97
122
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5
4
4
5
5
2
2
5
5
2
2
4
94
123
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
106
124
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
92
125
5
4
4
3
4
4
5
4
2
3
4
4
2
2
3
2
1
1
2
4
5
4
4
76
126
5
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
2
2
2
4
5
2
4
3
4
4
5
87
127
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
3
2
4
4
4
4
104
128
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
1
2
3
2
1
3
4
3
3
90
129
1
2
1
1
2
1
1
2
2
4
4
4
4
4
1
4
2
3
4
5
5
5
4
66
130
2
4
4
2
4
4
4
3
2
3
2
3
3
2
3
3
2
1
3
4
5
4
5
72
131
2
2
2
3
1
2
2
2
4
2
2
2
2
1
3
3
4
2
2
4
4
4
5
60
132
2
2
2
4
1
2
2
2
3
5
4
4
5
5
5
5
2
4
5
4
5
4
4
81
133
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
4
2
3
5
5
5
5
67
134
2
2
4
2
4
4
5
5
3
5
5
5
4
3
4
4
4
1
3
4
4
4
5
86
135
3
2
3
5
2
2
5
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
1
3
2
3
2
2
62
136
3
3
2
3
3
3
2
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
95
137
3
5
5
3
5
4
5
5
5
5
4
5
3
4
5
5
1
2
5
1
4
5
4
93
138
4
4
4
3
3
3
5
3
3
5
4
5
5
4
4
4
3
3
4
5
5
4
5
92
139
4
2
3
4
2
4
4
3
2
5
5
4
4
4
4
4
4
3
5
5
4
4
5
88
140
4
3
3
4
4
4
4
4
3
5
4
3
4
5
4
4
4
4
5
3
4
3
4
89
141
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
1
4
5
5
5
4
96
142
4
3
3
4
3
4
3
3
5
5
5
5
1
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
95
143
4
4
4
3
4
3
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
101
144
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
2
3
3
2
3
2
3
3
4
4
75
145
4
4
3
4
3
4
3
5
5
4
5
4
4
3
5
5
4
3
4
5
4
5
4
94
146
4
5
5
4
5
5
4
5
2
3
4
2
4
5
3
4
2
2
3
2
3
4
2
82
147
4
2
4
5
3
4
3
3
4
5
4
5
5
4
4
5
5
3
5
5
5
5
5
97
148
4
5
4
4
3
5
3
5
3
4
4
5
4
4
4
3
1
2
2
5
4
5
5
88
Lampiran 3 Tabel Distribusi Frekuensi Penelitian Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement Store Duta Plaza di Denpasar Jenis Kelamin
Valid
Frequency 61 87 148
Laki-laki Perempuan Total
Percent 41.2 58.8 100.0
Cumulative Percent 41.2 100.0
Valid Percent 41.2 58.8 100.0
Umur
Valid
17-26 27-36 37-46 47-56 > 56 Total
Frequency 63 34 24 25 2 148
Percent 42.6 23.0 16.2 16.9 1.4 100.0
Valid Percent 42.6 23.0 16.2 16.9 1.4 100.0
Cumulative Percent 42.6 65.5 81.8 98.6 100.0
Pekerjaan
Valid
Frequency 32 14 39 63 148
Mahasiswa Wirausaha Swasta Peg Pemerintah Total
Frecuency Valid
SMU Diploma Sarjana Total
50 5 93 148
Percent 21.6 9.5 26.4 42.6 100.0
Pendidikan Percent Valid Percent 33.8 3.4 62.8 100
33.8 3.4 62.8 100
Gaji Frecuency Percent Valid
0-1.000.000 1.000.001-2.500.000 2.500.001-4.000.000 diatas 4.000.000 Total
Valid Percent 21.6 9.5 26.4 42.6 100.0
6 48 38 24 148
5.2 41.4 32.8 20.7 100
Cumulative Percent 21.6 31.1 57.4 100.0
Cumulative Percent 33.8 37.2 100
Valid Percent 5.2 41.4 32.8 20.7 100
Cumulative Percent 5.2 46.6 79.4 100
Lampiran 3 (lanjutan) Frekuensi kunjungan per bulan
Valid
Cumulative Percent 58.1
<2
Frequency 86
Percent 58.1
Valid Percent 58.1
2-4
57
38.5
38.5
96.6
>4
5
3.4
3.4
100.0
148
100.0
100.0
Total
x1.1 ( tata cahaya)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 3 32 31 67 15 148
Percent 2.0 21.6 20.9 45.3 10.1 100.0
Valid Percent 2.0 21.6 20.9 45.3 10.1 100.0
Cumulative Percent 2.0 23.6 44.6 89.9 100.0
x1.2 (musik)
Frequency Valid
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
1
3
Percent 2.0
2
31
20.9
20.9
23.0
3
31
20.9
20.9
43.9
4
64
43.2
43.2
87.2
5
19
12.8
12.8
100.0
148
100.0
100.0
Total
x1.3 (sistem pengaturan udara) Frequency Valid
1 2 3 4 5 Total
6 29 30 65 18 148
Percent 4.1 19.6 20.3 43.9 12.2 100.0
Valid Percent 4.1 19.6 20.3 43.9 12.2 100.0
Cumulative Percent 4.1 23.6 43.9 87.8 100.0
x1.4 (tata warna ruangan) Frequency Valid
1 2 3 4 5 Total
6
Percent 4.1
Valid Percent 4.1
31 34 62 15 148
20.9 23.0 41.9 10.1 100.0
20.9 23.0 41.9 10.1 100.0
Cumulative Percent 4.1 25.0 48.0 89.9 100.0
Lampiran 3 (lanjutan) x1.5 (layout)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 7 26 38 56 21 148
Percent 4.7 17.6 25.7 37.8 14.2 100.0
Valid Percent 4.7 17.6 25.7 37.8 14.2 100.0
Cumulative Percent 4.7 22.3 48.0 85.8 100.0
x1.6 (aroma)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 5 26 35 64 18 148
Percent 3.4 17.6 23.6 43.2 12.2 100.0
Valid Percent 3.4 17.6 23.6 43.2 12.2 100.0
Cumulative Percent 3.4 20.9 44.6 87.8 100.0
x1.7 (pengelompokan produk)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 5 30 29 55 29 148
Percent 3.4 20.3 19.6 37.2 19.6 100.0
Valid Percent 3.4 20.3 19.6 37.2 19.6 100.0
Cumulative Percent 3.4 23.6 43.2 80.4 100.0
x1.8 (display produk)
Valid
1 2 3
Frequency 5 19
Percent 3.4 12.8
Valid Percent 3.4 12.8
Cumulative Percent 3.4 16.2 42.6
39
26.4
26.4
4
52
35.1
35.1
77.7
5
33
22.3
22.3
100.0
148
100.0
100.0
Total
Lampiran 3 (lannjutan) x2.1 (karyawan)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 10 27 34 43 34 148
Percent 6.8 18.2 23.0 29.1 23.0 100.0
Valid Percent 6.8 18.2 23.0 29.1 23.0 100.0
Cumulative Percent 6.8 25.0 48.0 77.0 100.0
x2.2 (eskalator)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 8
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
27 27 48 38 148
18.2 18.2 32.4 25.7 100.0
18.2 18.2 32.4 25.7 100.0
Cumulative Percent 5.4 23.6 41.9 74.3 100.0
x2.3 (fasilitas pembayaran selain tunai)
Valid
1
Frequency 6
Percent 4.1
Valid Percent 4.1
Cumulative Percent 4.1
2
27
18.2
18.2
22.3
3
27
18.2
18.2
40.5
4
55
37.2
37.2
77.7
5
33
22.3
22.3
100.0
148
100.0
100.0
Total
x2.4 (jam operasional)
Valid
1
Frequency 5
Percent 3.4
Valid Percent 3.4
Cumulative Percent 3.4
2
35
23.6
23.6
27.0
3
19
12.8
12.8
39.9
4
54
36.5
36.5
76.4 100.0
5 Total
35
23.6
23.6
148
100.0
100.0
Lampiran 3 (lanjutan) x2.5 (area parkir)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 9 37 19 64 19 148
Percent 6.1 25.0 12.8 43.2 12.8 100.0
Valid Percent 6.1 25.0 12.8 43.2 12.8 100.0
Cumulative Percent 6.1 31.1 43.9 87.2 100.0
x2.6 (toilet)
Valid
1
Frequency 17
Percent 11.5
Valid Percent 11.5
Cumulative Percent 11.5
2
40
27.0
27.0
38.5
3
22
14.9
14.9
53.4
4
46
31.1
31.1
84.5
5
23
15.5
15.5
100.0
148
100.0
100.0
Total
y1.1 (kenikmatan)
Valid
1
Frequency 8
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
2
30
20.3
20.3
25.7
3
25
16.9
16.9
42.6
4
65
43.9
43.9
86.5
5
20
13.5
13.5
100.0
148
100.0
100.0
Total
y1.2 (kesenangan)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 5
Percent 3.4
Valid Percent 3.4
Cumulative Percent 3.4
26
17.6
17.6
20.9
40 50
27.0 33.8
27.0 33.8
48.0 81.8 100.0
27
18.2
18.2
148
100.0
100.0
Lampiran 3 (lanjutan) y1.3 (keingintahuan)
Valid
Frequency 10
Percent 6.8
Valid Percent 6.8
Cumulative Percent 6.8
2 3
32
21.6
21.6
28.4
21
14.2
14.2
42.6
4
62
41.9
41.9
84.5
5
23
15.5
15.5
100.0
148
100.0
100.0
1
Total
y1.4 (hiburan)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 12
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
34 36
23.0 24.3
23.0 24.3
31.1 55.4
49
33.1
33.1
88.5
17
11.5
11.5
100.0
148
100.0
100.0
y1.5 (interaksi sosial)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Percent 7.4 14.2
Valid Percent 7.4 14.2
Cumulative Percent 7.4 21.6
39 49 28
26.4 33.1 18.9
26.4 33.1 18.9
48.0 81.1 100.0
148
100.0
100.0
Frequency 11 21
y2.1(pembelian dengan spontan)
Valid
1 2 3 4 5 Total
Frequency 5
Percent 3.4
Valid Percent 3.4
Cumulative Percent 3.4
30
20.3
20.3
23.6
30
20.3
20.3
43.9
56 27
37.8 18.2
37.8 18.2
81.8 100.0
148
100.0
100.0
Lampiran 3 (lanjutan) y2.2 (pembeian tanpa berpikir akibat)
Valid
1
Frequency 5
Percent 3.4
Valid Percent 3.4
Cumulative Percent 3.4
2 3
21 34
14.2 23.0
14.2 23.0
17.6 40.5
4
55
37.2
37.2
77.7
33 148
22.3 100.0
22.3 100.0
100.0
5 Total
y2.3 (pembelian terburu-buru)
Valid
1
Frequency 6
Percent 4.1
Valid Percent 4.1
Cumulative Percent 4.1
2
23
15.5
15.5
19.6
3
33
22.3
22.3
41.9
4
59 27
39.9 18.2
39.9 18.2
81.8 100.0
148
100.0
100.0
5 Total
y2.4 (pembelian dipengarui keadaan emosional)
Valid
1 2
Frequency 4
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
30
20.3
20.3
23.0
3
29
19.6
19.6
42.6
4
53 32
35.8 21.6
35.8 21.6
78.4 100.0
148
100.0
100.0
5 Total
Lampiran 4 Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Atmosfer Gerai .54 e1
x1.1
.61 e2
x1.2
.73 .71
e3
.84 .35
e4
Atmosfer Gerai
.82 .84
x1.5
.70 e6
.60
x1.4
.68 e5
.78
x1.3
x1.6
.70 .74
.49 e7
x1.7
.54 e8
x1.8
UJI HIPOTESIS Chi-Square =27.711 Probability =.116 CMIN/DF =1.386 GFI =.957 TLI =.984 CFI =.989 RMSEA =.051 AGFI =.922
Analysis Summary Parameter summary
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 9 0 7 16
Covariances 0 0 0 0
Variances 0 0 9 9
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Total 9 0 16 25
Lampiran 4 (lanjutan) Assessment of normality
Variable
min
Max
Skew
x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 Multivariate
1 1 1 1 1 1 1 1
5 5 5 5 5 5 5 5
-0.371 -0.445 -0.360 -0.446 -0.372 -0.349 -0.453 -0.370
c.r. -1.840 -2.212 -1.789 -2.216 -1.847 -1.732 -2.248 -1.839
kurtosis
c.r.
-0.600 -0.508 -0.850 -0.493 -0.755 -0.770 -0.631 -0.689 27.541
-1.490 -1.261 -2.110 -1.224 -1.875 -1.912 -1.568 -1.710 13.244
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
Observation number 111 110 17 1 118 12 105 134 107 135 6 8 120 104 100
Mahalanobis d-squared
p1
p2
39.737 35.236 25.155 24.327 24.237 23.802 23.530 20.596 20.118 18.436 18.030 16.935 15.978 15.513 15.337
0.000 0.000 0.001 0.002 0.002 0.002 0.003 0.008 0.010 0.018 0.021 0.031 0.043 0.050 0.053
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.011 0.017 0.012
Lampiran 4 (lanjutan) Observation number 10 39 116 27 32 75 4 41 2 11 76 89 47 147 148 14 80 69 139 70 119 9 94 15 7 92 37 137 130 13 129 102 132 19 138 99 103 16
Mahalanobis d-squared
p1
p2
15.175 14.969 14.969 14.830 14.384 13.721 13.680 13.503 13.481 13.342 13.270 12.588 12.442 12.432 12.279 12.028 11.945 11.909 11.740 11.591 11.465 11.298 11.026 10.870 10.596 10.455 10.438 10.287 10.124 10.099 9.995 9.943 8.869 8.741 8.692 8.683 8.552 8.499
0.056 0.060 0.060 0.063 0.072 0.089 0.090 0.096 0.096 0.101 0.103 0.127 0.133 0.133 0.139 0.150 0.154 0.155 0.163 0.170 0.177 0.185 0.200 0.209 0.226 0.235 0.236 0.245 0.256 0.258 0.265 0.269 0.353 0.365 0.369 0.370 0.381 0.386
0.009 0.008 0.003 0.002 0.005 0.023 0.014 0.014 0.008 0.007 0.005 0.033 0.032 0.020 0.021 0.032 0.027 0.019 0.022 0.025 0.025 0.031 0.056 0.067 0.116 0.132 0.101 0.120 0.149 0.120 0.124 0.109 0.795 0.824 0.807 0.763 0.798 0.784
Lampiran 4 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
90
8.331
0.402
0.841
5
7.960
0.437
0.956
145
7.953
0.438
0.940
31
7.685
0.465
0.979
34
7.673
0.466
0.971
108
7.332
0.501
0.995
122
7.302
0.504
0.994
77
7.262
0.509
0.993
25
7.188
0.517
0.993
23
7.188
0.517
0.989
59
7.142
0.521
0.988
18
7.120
0.524
0.984
21
6.937
0.543
0.993
115
6.795
0.559
0.996
36
6.469
0.595
1.000
126
6.398
0.603
1.000
125
6.398
0.603
0.999
84
6.376
0.605
0.999
133
6.041
0.643
1.000
38
6.041
0.643
1.000
98
6.000
0.647
1.000
79
5.923
0.656
1.000
101
5.923
0.656
1.000
91
5.903
0.658
1.000
44
5.894
0.659
1.000
42
5.894
0.659
0.999
121
5.863
0.663
0.999
123
5.778
0.672
0.999
131
5.580
0.694
1.000
72
5.490
0.704
1.000
95
5.469
0.706
1.000
85
5.275
0.728
1.000
26
5.252
0.730
1.000
68
5.137
0.743
1.000
Lampiran 4 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
56
5.136
0.743
1.000
60
5.122
0.744
1.000
52
5.122
0.744
1.000
51
5.122
0.744
1.000
117
5.063
0.751
1.000
71
5.002
0.757
1.000
93
5.002
0.757
1.000
142
4.912
0.767
1.000
96
4.837
0.775
1.000
144
4.756
0.783
1.000
86
4.692
0.790
1.000
78
4.582
0.801
1.000
140
4.490
0.810
1.000
Sample Moments Sample Covariances
x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
1.157 0.743 0.692 0.737 0.661 0.747 0.78 0.465
1.043 0.672 0.699 0.584 0.709 0.777 0.526
1.25 0.636 0.601 0.608 0.699 0.492
1.145 0.578 0.601 0.682 0.402
0.996 0.541 0.663 0.591
1.044 0.707 0.503
1.119 0.596
1.086
Condition number = 19.817 Eigenvalues 5.563 .795 .605 .507 .428 .360 .303 .281 Determinant of sample covariance matrix = .018
Lampiran 4 (lanjutan) Sample Correlations
x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
x1.8
x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
1.000 0.676 0.575 0.640 0.616 0.680 0.686 0.415
1.000 0.588 0.640 0.573 0.679 0.720 0.494
1.000 0.531 0.538 0.532 0.591 0.422
1.000 0.541 0.550 0.602 0.361
1.000 0.531 0.627 0.568
1.000 0.654 0.473
1.000 0.540
1.000
P *** *** *** *** *** *** ***
Label par_1 par_2 par_3 par_4 par_5 par_6 par_7
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (36 - 16):
36 16 20
Result (Default model)
Minimum was achieved Chi-square = 27.711 Degrees of freedom = 20 Probability level = 0.116 Maximum Likelihood Estimates Regression Weights
x1.3 x1.2 x1.1 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8
<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1
Estimate 1.137 1.017 0.931 0.789 1.126 1.090 1.000 1.000
S.E. 0.111 0.108 0.105 0.112 0.112 0.106 0.118
C.R. 10.236 9.441 8.831 7.034 10.060 10.246 8.468
Lampiran 4 (lanjutan) Standardized Regression Weights
x1.3 x1.2 x1.1 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8
<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X1
Estimate 0.845 0.783 0.733 0.596 0.823 0.839 0.703 0.735
Variances
X1 e4 e3 e2 e1 e8 e7 e6 e5
Estimate 0.619 0.701 0.320 0.404 0.460 0.526 0.632 0.308 0.373
S.E. 0.122 0.086 0.047 0.054 0.060 0.068 0.080 0.045 0.053
C.R. 5.064 8.170 6.809 7.454 7.730 7.742 7.891 6.884 7.067
P *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Squared Multiple Correlations
x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
Estimate 0.678 0.704 0.494 0.540 0.538 0.613 0.714 0.355
Label par_8 par_9 par_10 par_11 par_12 par_13 par_14 par_15 par_16
Lampiran 4 (lanjutan) Covariances
M.I. Par Change e4 <--> e5 4.979 -0.104 e4 <--> e1 9.636 0.155
Regression Weights
M.I. Par Change x1.1 <--- x1.4 5.987 0.137 x1.4 <--- x1.1 4.082 0.143
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 16 36 8
CMIN 27.711 0.000 707.439
DF 20 0 28
P 0.116
CMIN/DF 1.386
0.000
25.266
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 0.036 0.000 0.564
GFI 0.957 1.000 0.299
AGFI 0.922
PGFI 0.531
0.098
0.232
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 0.961 1.000 0.000
RFI rho1 0.945 0.000
IFI Delta2 0.989 1.000 0.000
TLI rho2 0.984 0.000
CFI 0.989 1.000 0.000
Lampiran 4 (lanjutan) Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO 0.714 0.000 1.000
PNFI 0.686 0.000 0.000
PCFI 0.706 0.000 0.000
NCP 7.711 0.000 679.439
LO 90 0.000 0.000 596.479
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 25.700 0.000 769.814
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 0.189 0.000 4.813
F0 0.052 0.000 4.622
LO 90 0.000 0.000 4.058
HI 90 0.175 0.000 5.237
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA 0.051 0.406
LO 90 0.000 0.381
HI 90 0.093 0.432
AIC 59.711 72.000 723.439
BCC 61.798 76.696 724.483
PCLOSE 0.444 0.000
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
BIC 107.667 179.900 747.417
CAIC 123.667 215.900 755.417
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 0.406 0.490 4.921
LO 90 0.354 0.490 4.357
HI 90 0.529 0.490 5.536
MECVI 0.420 0.522 4.928
Lampiran 4 (lanjutan) HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER 0.05 167 9
HOELTER 0.01 200 11
Lampiran 5 Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Pelayanan Ritel
UJI HIPOTESIS Chi-Square =13.849 Probability =.128 CMIN/DF =1.539 GFI =.970 TLI =.983 CFI =.990 RMSEA =.061 AGFI =.931
.29 e9
x2.1
.79 e10
.54
x2.2
.89
.73 e11
.85
x2.3
.67 .82 e12
.80
x2.4
.64 .59 e13
x2.5
.35 e14
x2.6
Pelayanan Ritel
Lampiran 5 (lanjutan) Analysis Summary
The model is recursive. Sample size = 148
Parameter summary
Fixed Labeled Unlabeled 1Total
Weights 7 0 5 12
Covariances 0 0 0 0
Variances 0 0 7 7
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Total 7 0 12 19
Assessment of normality
Variable
Min
max
skew
c.r.
kurtosis
c.r.
x2.6 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 Multivariate
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
-0.113 -0.377 -0.387 -0.329 -0.448 -0.461
-0.559 -1.874 -1.924 -1.633 -2.223 -2.289
-1.204 -0.973 -1.043 -0.905 -0.863 -0.758 7.472
-2.989 -2.415 -2.590 -2.248 -2.144 -1.882 4.639
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
Observation number 142 44 114 40 33 62 34 51 111 76 36 16
Mahalanobis d-squared 24.188 19.501 18.145 18.071 17.731 16.173 15.257 14.623 14.522 14.199 13.958 13.920
p1 0.000 0.003 0.006 0.006 0.007 0.013 0.018 0.023 0.024 0.027 0.030 0.031
p2 0.069 0.091 0.058 0.013 0.004 0.013 0.020 0.024 0.011 0.008 0.005 0.002
Lampiran 5 (lanjutan) Observation number 39 35 58 50 53 146 9 61 99 104 74 64 30 12 116 17 32 71 69 26 46 31 137 49 11 5 119 2 126 41 140 139 20 125 8 10 1 15 52 72 54 47 38
Mahalanobis d-squared 13.165 12.946 12.590 12.481 12.294 12.017 11.267 11.054 10.769 10.440 9.724 9.467 9.298 9.078 8.787 8.597 8.551 8.488 8.476 8.315 8.273 8.211 7.982 7.890 7.868 7.784 7.599 7.547 7.489 7.454 7.310 7.196 7.159 6.892 6.849 6.828 6.776 6.616 6.500 6.371 6.337 6.169 6.146
p1 0.040 0.044 0.050 0.052 0.056 0.062 0.080 0.087 0.096 0.107 0.137 0.149 0.158 0.169 0.186 0.198 0.200 0.204 0.205 0.216 0.219 0.223 0.239 0.246 0.248 0.254 0.269 0.273 0.278 0.281 0.293 0.303 0.306 0.331 0.335 0.337 0.342 0.358 0.370 0.383 0.387 0.405 0.407
p2 0.007 0.006 0.008 0.005 0.004 0.005 0.029 0.032 0.044 0.072 0.287 0.360 0.385 0.451 0.576 0.633 0.587 0.554 0.482 0.529 0.483 0.454 0.565 0.565 0.508 0.505 0.590 0.563 0.541 0.500 0.558 0.592 0.555 0.726 0.702 0.658 0.641 0.721 0.762 0.809 0.786 0.857 0.831
Lampiran 5 (lanjutan) Observation number 80 42 70 57 100 98 22 27 85 131 132 68 108 77 141 45 138 13 134 65 115 92 23 14 145 25 133 78 7 75 107 94 79 48 66 88 130 122 73 103 147 43 87 128 143
Mahalanobis d-squared 6.120 6.072 6.039 6.001 5.988 5.968 5.923 5.609 5.500 5.327 5.126 4.948 4.822 4.653 4.639 4.585 4.573 4.509 4.456 4.314 4.290 4.246 4.216 4.139 4.129 4.118 4.111 4.100 4.093 4.048 3.980 3.976 3.893 3.874 3.869 3.841 3.792 3.790 3.738 3.738 3.660 3.586 3.529 3.529 3.529
p1 0.410 0.415 0.419 0.423 0.425 0.427 0.432 0.468 0.481 0.503 0.528 0.550 0.567 0.589 0.591 0.598 0.600 0.608 0.615 0.634 0.637 0.643 0.647 0.658 0.659 0.661 0.662 0.663 0.664 0.670 0.679 0.680 0.691 0.694 0.694 0.698 0.705 0.705 0.712 0.712 0.723 0.732 0.740 0.740 0.740
p2 0.806 0.794 0.772 0.753 0.709 0.670 0.655 0.870 0.899 0.948 0.981 0.993 0.997 0.999 0.999 0.999 0.998 0.998 0.998 0.999 0.999 0.999 0.999 0.999 0.999 0.998 0.997 0.996 0.994 0.994 0.995 0.993 0.995 0.993 0.990 0.988 0.988 0.982 0.983 0.974 0.980 0.985 0.986 0.979 0.968
Lampiran 5 (lanjutan) Sample Covariances
x2.6 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3
x2.6 1.647 0.826 0.672 0.461 0.785 0.750
x2.5
x2.4
x2.1
x2.2
x2.3
1.338 0.885 0.565 1.022 0.844
1.398 0.634 1.025 0.975
1.475 0.669 0.700
1.450 1.041
1.301
Sample Correlations
x2.6 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3
x2.6 1.000 0.556 0.443 0.296 0.508 0.512
x2.5
x2.4
x2.1
x2.2
x2.3
1.000 0.647 0.402 0.734 0.640
1.000 0.442 0.720 0.723
1.000 0.457 0.505
1.000 0.758
1.000
Computation of degrees of freedom
Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (21 - 12): Result
Minimum was achieved Chi-square = 13.849 Degrees of freedom = 9 Probability level = 0.128
21 12 9
Lampiran 5 (lanjutan) Regression Weights
x2.3 x2.2 x2.1 x2.4 x2.5 x2.6
<--<--<--<--<--<---
X2 X2 X2 X2 X2 X2
Estimate 1.000 1.098 0.668 0.992 0.949 0.781
S.E.
C.R.
P
0.080 0.097 0.081 0.083 0.101
13.744 6.866 12.234 11.471 7.716
*** *** *** *** ***
Label par_1 par_2 par_3 par_4 par_5
Standardized Regression Weights
x2.3 x2.2 x2.1 x2.4 x2.5 x2.6
<--<--<--<--<--<---
Estimate 0.854 0.889 0.536 0.817 0.800 0.593
X2 X2 X2 X2 X2 X2
Variances
X2 e11 e10 e9 e12 e13 e14
Estimate 0.950 0.352 0.305 1.052 0.464 0.483 1.068
S.E. 0.151 0.056 0.055 0.127 0.067 0.068 0.131
C.R. 6.294 6.321 5.545 8.254 6.950 7.105 8.138
P *** *** *** *** *** *** ***
Squared Multiple Correlations
x2.6 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3
Estimate 0.352 0.639 0.668 0.287 0.790 0.730
Label par_6 par_7 par_8 par_9 par_10 par_11 par_12
Lampiran 5 (lanjutan) Covariances
e13 <--> e14 e11 <--> e13
M.I. Par Change 5.187 0.149 4.038 -0.082
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 12 21 6
CMIN 13.849 0.000 493.399
DF 9 0 15
P 0.128
CMIN/DF 1.539
0.000
32.893
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 0.040 0.000 0.683
GFI 0.970 1.000 0.379
AGFI 0.931
PGFI 0.416
0.131
0.271
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 0.972 1.000 0.000
RFI rho1 0.953 0.000
IFI Delta2 0.990 1.000 0.000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO 0.600 0.000 1.000
PNFI 0.583 0.000 0.000
PCFI 0.594 0.000 0.000
TLI rho2 0.983 0.000
CFI 0.990 1.000 0.000
Lampiran 5 (lanjutan) NCP
Model Default model Saturated model Independence model
NCP 4.849 0.000 478.399
LO 90 0.000 0.000 409.550
HI 90 19.058 0.000 554.664
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 0.094 0.000 3.356
F0 0.033 0.000 3.254
LO 90 0.000 0.000 2.786
HI 90 0.130 0.000 3.773
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA 0.061 0.466
LO 90 .000 .431
HI 90 0.120 0.502
AIC 37.849 42.000 505.399
BCC 39.049 44.100 505.999
PCLOSE 0.341 0.000
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
BIC 73.816 104.941 523.382
CAIC 85.816 125.941 529.382
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 0.257 0.286 3.438
LO 90 0.224 0.286 2.970
HI 90 0.354 0.286 3.957
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER 0.05 180 8
HOELTER 0.01 230 10
MECVI 0.266 0.300 3.442
Lampiran 6 Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Nilai Hedonik
.50 e15
y1.1
.65 e16
y1.2
.81 .57
e17
.71
.75
y1.3
.78 .61
e18
.77
y1.4
.59 e19
y1.5
UJI HIPOTESIS Chi-Square =4.033 Probability =.545 CMIN/DF =.807 GFI =.989 TLI =1.006 CFI =1.000 RMSEA =.000 AGFI =.968
Nilai Hedonik
Lampiran 6 (lanjutan) Analysis Summary
The model is recursive. Sample size = 148
Parameter summary
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 6 0 4 10
Covariances 0 0 0 0
Variances 0 0 6 6
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Assessment of normality
Variable y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 Multivariate
min 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
max 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
skew -0.423 -0.199 -0.479 -0.281 -0.442
c.r. -2.099 -0.987 -2.378 -1.396 -2.195
kurtosis -0.620 -0.880 -0.713 -0.724 -0.868 10.521
c.r. -1.539 -2.184 -1.770 -1.797 -2.156 7.649
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
108
29.139
0.000
0.003
99
23.837
0.000
0.001
137
23.474
0.000
0.000
66
17.996
0.003
0.001
122
16.699
0.005
0.001
126
13.214
0.021
0.100
49
12.368
0.030
0.160
46
12.354
0.030
0.081
132
12.111
0.033
0.060
129
12.074
0.034
0.029
141
12.045
0.034
0.013
45
11.868
0.037
0.009
Total 6 0 10 16
Lampiran 6 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
21
11.666
0.040
0.006
27
11.431
0.043
0.005
134
10.846
0.055
0.016
18
10.063
0.073
0.078
29
9.478
0.091
0.196
148
9.194
0.102
0.245
39
8.994
0.109
0.263
34
8.524
0.130
0.457
127
8.364
0.137
0.471
128
8.152
0.148
0.527
43
8.031
0.155
0.523
100
7.973
0.158
0.475
68
7.962
0.158
0.396
69
7.858
0.164
0.387
40
7.730
0.172
0.398
107
7.557
0.182
0.448
133
7.122
0.212
0.711
8
6.716
0.243
0.892
115
6.713
0.243
0.852
70
6.625
0.250
0.852
147
6.569
0.255
0.836
78
6.560
0.255
0.790
64
6.543
0.257
0.743
26
6.487
0.262
0.723
7
6.327
0.276
0.784
1
6.311
0.277
0.738
54
6.287
0.279
0.694
125
6.214
0.286
0.693
6
6.006
0.306
0.800
80
5.897
0.316
0.826
90
5.563
0.351
0.950
76
5.508
0.357
0.947
135
5.486
0.359
0.934
11
5.463
0.362
0.918
5
5.409
0.368
0.914
10
5.398
0.369
0.889
103
5.348
0.375
0.883
130
5.319
0.378
0.864
67 20
5.143 5.142
0.399 0.399
0.924 0.897
Lampiran 6 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
17
5.129
0.400
0.872
145
5.042
0.411
0.889
48
4.990
0.417
0.886
15
4.809
0.440
0.944
41
4.763
0.445
0.941
146
4.740
0.448
0.929
97
4.588
0.468
0.963
131
4.588
0.468
0.947
31
4.553
0.473
0.941
98
4.402
0.493
0.971
83
4.330
0.503
0.975
59
4.315
0.505
0.968
79
4.242
0.515
0.973
35
4.181
0.524
0.976
44
4.181
0.524
0.965
118
4.097
0.536
0.974
75
3.986
0.551
0.985
72
3.986
0.551
0.977
25
3.717
0.591
0.998
23
3.717
0.591
0.996
19
3.717
0.591
0.993
30
3.669
0.598
0.994
36
3.669
0.598
0.990
51
3.626
0.604
0.990
143
3.608
0.607
0.987
95
3.608
0.607
0.981
139
3.579
0.611
0.978
144
3.548
0.616
0.975
113
3.414
0.636
0.990
136
3.395
0.639
0.987
120
3.395
0.639
0.980
14
3.304
0.653
0.988
102
3.304
0.653
0.981
65
3.287
0.656
0.976
16
3.242
0.663
0.977
4
3.242
0.663
0.966
123
3.203
0.669
0.965
142
3.201
0.669
0.950
93
3.201
0.669
0.930
Lampiran 6 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
91
3.201
0.669
0.904
42
3.201
0.669
0.872
3
3.154
0.676
0.876
53
3.108
0.683
0.879
28
3.052
0.692
0.890
111
3.045
0.693
0.860
13
2.933
0.710
0.915
71
2.933
0.710
0.885
9
2.813
0.729
0.937
Sample Covariances
y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3
y1.5 1.352 0.828 0.698 0.801 0.740
y1.4
y1.1
y1.2
y1.3
1.316 0.676 0.760 0.835
1.240 0.709 0.721
1.167 0.765
1.384
Sample Correlations
y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3
y1.5 1.000 0.621 0.539 0.638 0.541
y1.4
y1.1
y1.2
y1.3
1.000 0.529 0.613 0.619
1.000 0.589 0.550
1.000 0.602
1.000
Computation of degrees of freedom
Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (15 - 10): Result (Default model)
Minimum was achieved Chi-square = 4.033 Degrees of freedom = 5 Probability level = 0.545
15 10 5
Lampiran 6 (lanjutan) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights
y1.3 y1.2 y1.1 y1.4 y1.5
<--<--<--<--<---
Y1 Y1 Y1 Y1 Y1
Estimate 1.000 0.988 0.893 1.016 1.011
S.E.
C.R.
P
0.104 0.107 0.109 0.113
9.484 8.370 9.345 8.932
*** *** *** ***
Label par_1 par_2 par_3 par_4
Standardized Regression Weights
y1.3 y1.2 y1.1 y1.4 y1.5
<--<--<--<--<---
Estimate 0.752 0.809 0.709 0.783 0.769
Y1 Y1 Y1 Y1 Y1
Variances
Y1 e17 e16 e15 e18 e19
Estimate 0.782 0.601 0.404 0.616 0.508 0.552
S.E. 0.154 0.086 0.065 0.084 0.077 0.081
C.R. 5.084 6.958 6.227 7.340 6.586 6.796
P *** *** *** *** *** ***
Squared Multiple Correlations
y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3
Estimate 0.591 0.614 0.503 0.654 0.565
Label par_5 par_6 par_7 par_8 par_9 par_10
Lampiran 6 (lanjutan) Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 10 15 5
CMIN 4.033 0.000 346.788
DF 5 0 10
P 0.545
CMIN/DF 0.807
0.000
34.679
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 0.023 0.000 0.616
GFI 0.989 1.000 0.422
AGFI 0.968
PGFI 0.330
0.133
0.281
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 0.988 1.000 0.000
RFI rho1 .977 0.000
IFI Delta2 1.003 1.000 0.000
TLI rho2 1.006 0.000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO 0.500 0.000 1.000
PNFI 0.494 0.000 0.000
NCP 0.000 0.000 336.788
LO 90 0.000 0.000 279.632
PCFI 0.500 0.000 0.000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 7.755 0.000 401.364
CFI 1.000 1.000 0.000
Lampiran 6 (lanjutan) FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 0.027 0.000 2.359
F0 0.000 0.000 2.291
LO 90 0.000 0.000 1.902
HI 90 0.053 0.000 2.730
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA 0.000 0.479
LO 90 0.000 0.436
HI 90 0.103 0.523
AIC 24.033 30.000 356.788
BCC 24.884 31.277 357.214
PCLOSE 0.719 0.000
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
BIC 54.005 74.958 371.775
CAIC 64.005 89.958 376.775
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 0.163 0.204 2.427
LO 90 0.170 0.204 2.038
HI 90 0.223 0.204 2.866
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER 0.05 404 8
HOELTER 0.01 550 10
MECVI 0.169 0.213 2.430
Lampiran 7 Hasil Analisis Konfirmatori Konstruk Pembelian Impulsif
.43 y2.1
.66
.66
e21
y2.2
.81 Pembelian Impulsif
e20
.73
.86 .90
y2.3
.80 y2.4
UJI HIPOTESIS Chi-Square =3.881 Probability =.144 CMIN/DF =1.941 GFI =.988 TLI =.983 CFI =.994 RMSEA =.080 AGFI =.939
e22
e23
Lampiran 7 (lanjutan) Analysis Summary
The model is recursive. Sample size = 148
Parameter summary
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 5 0 3 8
Covariances 0 0 0 0
Variances 0 0 5 5
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Assessment of normality
Variable y2.1 y2.4 y2.3 y2.2 Multivariate
Min 1.000 1.000 1.000 1.000
max 5.000 5.000 5.000 5.000
skew -0.352 -0.346 -0.487 -0.487
c.r. -1.747 -1.719 -2.419 -2.421
kurtosis -0.825 -0.905 -0.513 -0.527 4.762
c.r. -2.049 -2.247 -1.274 -1.309 4.181
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
76
21.003
0.000
0.046
107
16.750
0.002
0.041
24
16.067
0.003
0.010
20
15.527
0.004
0.002
122
15.168
0.004
0.001
137
13.914
0.008
0.001
10
12.971
0.011
0.002
117
10.237
0.037
0.177
16
9.357
0.053
0.380
116
9.261
0.055
0.296
64
9.261
0.055
0.191
11
9.114
0.058
0.156
39
8.816
0.066
0.178
9
8.505
0.075
0.217
Total 5 0 8 13
Lampiran 7 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
146
8.276
0.082
0.233
34
8.188
0.085
0.191
68
7.821
0.098
0.287
100
7.395
0.116
0.460
53
7.395
0.116
0.362
14
7.147
0.128
0.438
15
7.147
0.128
0.346
3
6.928
0.140
0.413
2
6.928
0.140
0.325
119
6.786
0.148
0.343
1
6.786
0.148
0.264
51
6.719
0.151
0.236
17
6.494
0.165
0.318
108
6.292
0.178
0.399
21
6.053
0.195
0.524
104
5.758
0.218
0.704
99
5.758
0.218
0.631
5
5.433
0.246
0.823
145
5.102
0.277
0.943
141
4.846
0.303
0.981
129
4.846
0.303
0.971
73
4.846
0.303
0.956
126
4.700
0.320
0.974
7
4.549
0.337
0.986
41
4.526
0.339
0.981
115
4.526
0.339
0.971
101
4.393
0.355
0.983
13
4.393
0.355
0.973
85
4.290
0.368
0.981
31
4.214
0.378
0.984
67
4.214
0.378
0.975
105
4.214
0.378
0.963
52
4.185
0.382
0.956
93
4.093
0.394
0.966
148
4.093
0.394
0.951
103
3.984
0.408
0.967
38
3.984
0.408
0.952
139
3.806
0.433
0.982
72 138
3.806 3.753
0.433 0.441
0.973 0.974
Lampiran 7 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
69
3.682
0.451
0.979
130
3.575
0.467
0.988
43
3.575
0.467
0.981
120
3.529
0.473
0.981
4
3.529
0.473
0.972
135
3.518
0.475
0.963
114
3.518
0.475
0.947
59
3.518
0.475
0.927
44
3.518
0.475
0.901
42
3.518
0.475
0.869
32
3.518
0.475
0.831
18
3.518
0.475
0.786
8
3.518
0.475
0.735
123
3.247
0.517
0.932
95
3.247
0.517
0.908
80
3.247
0.517
0.877
47
3.190
0.527
0.889
60
3.127
0.537
0.905
79
3.010
0.556
0.947
30
3.010
0.556
0.927
6
2.925
0.570
0.950
12
2.925
0.570
0.930
140
2.906
0.574
0.918
25
2.892
0.576
0.901
49
2.881
0.578
0.879
65
2.881
0.578
0.842
131
2.881
0.578
0.799
134
2.881
0.578
0.749
40
2.723
0.605
0.883
23
2.723
0.605
0.846
147
2.523
0.640
0.960
142
2.523
0.640
0.943
133
2.523
0.640
0.921
91
2.523
0.640
0.893
84
2.523
0.640
0.859
71
2.523
0.640
0.818
70
2.523
0.640
0.770
62
2.523
0.640
0.715
35 27
2.523 2.523
0.640 0.640
0.655 0.591
Lampiran 7 (lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
82
2.460
0.652
0.636
90
2.460
0.652
0.570
144
2.460
0.652
0.502
46
2.454
0.653
0.443
98
2.425
0.658
0.429
136
2.425
0.658
0.362
Sample Covariances
y2.1 y2.4 y2.3 y2.2
y2.1 1.222 0.748 0.622 0.679
y2.4
y2.3
y2.2
1.249 0.935 0.865
1.168 0.828
1.171
Sample Correlations
y2.1 y2.4 y2.3 y2.2
y2.1 1.000 0.605 0.521 0.567
y2.4
y2.3
y2.2
1.000 0.774 0.715
1.000 0.708
1.000
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (10 - 8): Result (Default model)
Minimum was achieved Chi-square = 3.881 Degrees of freedom = 2 Probability level = 0.144
10 8 2
Lampiran 7 (lanjutan) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights
y2.4 y2.3 y2.2 y2.1
<--<--<--<---
Y2 Y2 Y2 Y2
Estimate 1.136 1.051 1.000 0.826
S.E. C.R. P Label 0.094 12.125 *** par_1 0.088 11.909 *** par_2 0.098 8.459 *** par_3
Standardized Regression Weights
y2.4 y2.3 y2.2 y2.1
<--<--<--<---
Estimate 0.896 0.857 0.815 0.659
Y2 Y2 Y2 Y2
Variances
Y2 e21 e22 e23 e20
Estimate 0.777 0.394 0.310 0.246 0.692
S.E. 0.134 0.060 0.053 0.054 0.088
C.R. 5.782 6.545 5.868 4.589 7.851
P *** *** *** *** ***
Squared Multiple Correlations
y2.1 y2.4 y2.3 y2.2
Estimate 0.434 0.803 0.735 0.663
Label par_4 par_5 par_6 par_7 par_8
Lampiran 7 (lanjutan) Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 8 10 4
CMIN 3.881 0.000 334.704
DF 2 0 6
P 0.144
CMIN/DF 1.941
0.000
55.784
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 0.022 0.000 0.609
GFI 0.988 1.000 0.438
AGFI 0.939
PGFI 0.198
0.063
0.263
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 0.988 1.000 0.000
RFI rho1 0.965 0.000
IFI Delta2 0.994 1.000 0.000
TLI rho2 0.983 0.000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO 0.333 0.000 1.000
PNFI 0.329 0.000 0.000
NCP 1.881 0.000 328.704
LO 90 0.000 0.000 272.447
PCFI 0.331 0.000 0.000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 11.691 0.000 392.373
CFI 0.994 1.000 0.000
Lampiran 7 (lanjutan) FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 0.026 0.000 2.277
F0 0.013 0.000 2.236
LO 90 0.000 0.000 1.853
HI 90 0.080 0.000 2.669
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA 0.080 0.610
LO 90 0.000 0.556
HI 90 0.199 0.667
AIC 19.881 20.000 342.704
BCC 20.445 20.704 342.986
PCLOSE 0.245 0.000
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
BIC 43.859 49.972 354.693
CAIC 51.859 59.972 358.693
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 0.135 0.136 2.331
LO 90 0.122 0.136 1.949
HI 90 0.202 0.136 2.764
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER 0.05 227 6
HOELTER 0.01 349 8
MECVI 0.139 0.141 2.333
Lampiran 8 Hasil Analisis Model Struktural UJI HIPOTESIS Chi-Square =226.961 Probability =.432 CMIN/DF =1.013 GFI =.890 TLI =.998 CFI =.999 RMSEA =.009 AGFI =.864
.54 e1
x1.1
e2
x1.2
e3
x1.3
e4
x1.4
e5 e6
.61 .70 .36
.74 .78 .84 .60
.68 .82 x1.5.70.84 .71 x1.6 .50 .74
e7
x1.7 .54
e8
x1.8
Atmosfer Gerai
.24
.23
.50 e15 e16
.56
e17
y1.1
.65
y1.2
.71 .81
.55 .74 .77 y1.3 .59 .79
e18
y1.4
e19
y1.5
.62
.30 x2.1
.77 e10
x2.2
.74 .86
e11
x2.3
e12
x2.4
e13
x2.5
e14
x2.6
.55 .88
.68.82 .79
.63.60 .36
The model is recursive. Sample size = 148
.36 .24
Pembelian Impulsif
y2.1
e20
y2.2
e21
.66
.67 .81 .85
.73
e22 .90 y2.3 .81 y2.4
.53
e9
.48 Nilai Hedonik
.45
z2
z1
Pelayanan Ritel
.24
e23
Lampiran 8 (lanjutan) Parameter summary
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 29 0 24 53
Covariances 0 0 1 1
Variances 0 0 27 27
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Total 29 0 52 81
Assessment of normality
Variable x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 Multivariate
min 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
max 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
skew -0.113 -0.352 -0.377 -0.387 -0.329 -0.448 -0.461 -0.423 -0.199 -0.479 -0.281 -0.442 -0.346 -0.487 -0.487 -0.371 -0.445 -0.360 -0.446 -0.372 -0.349 -0.453 -0.370
c.r. -0.559 -1.747 -1.874 -1.924 -1.633 -2.223 -2.289 -2.099 -0.987 -2.378 -1.396 -2.195 -1.719 -2.419 -2.421 -1.840 -2.212 -1.789 -2.216 -1.847 -1.732 -2.248 -1.839
Kurtosis -1.204 -0.825 -0.973 -1.043 -0.905 -0.863 -0.758 -0.620 -0.880 -0.713 -0.724 -0.868 -0.905 -0.513 -0.527 -0.600 -0.508 -0.850 -0.493 -0.755 -0.770 -0.631 -0.689 70.694
c.r. -2.989 -2.049 -2.415 -2.590 -2.248 -2.144 -1.882 -1.539 -2.184 -1.770 -1.797 -2.156 -2.247 -1.274 -1.309 -1.490 -1.261 -2.110 -1.224 -1.875 -1.912 -1.568 -1.710 12.680
Lampiran 8 (lanjutan) Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis Distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
137
53.964
0.000
0.039
111
50.528
0.001
0.006
99
48.428
0.001
0.001
107
48.225
0.002
0.000
122
47.122
0.002
0.000
76
46.253
0.003
0.000
39
44.62
0.004
0.000
17
41.485
0.010
0.000
108
41.016
0.012
0.000
34
39.437
0.018
0.000
12
38.966
0.020
0.000
110
38.607
0.022
0.000
134
36.681
0.035
0.002
10
36.35
0.038
0.002
69
36.318
0.038
0.001
129
35.847
0.043
0.001
142
35.675
0.045
0.000
44
35.621
0.045
0.000
1
35.056
0.051
0.000
104
34.975
0.052
0.000
100
34.507
0.058
0.000
132
33.764
0.069
0.001
20
33.211
0.077
0.001
118
33.09
0.080
0.001
135
32.862
0.084
0.001
116
32.755
0.085
0.000
27
32.629
0.088
0.000
128
32.567
0.089
0.000
105
32.567
0.089
0.000
70
32.427
0.092
0.000
Lampiran 8 (lanjutan) Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis Distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
146
32.257
0.095
0.000
148
32.176
0.097
0.000
126
31.216
0.118
0.000
16
31.068
0.121
0.000
2
29.75
0.157
0.007
4
28.984
0.181
0.035
9
28.925
0.183
0.026
64
28.718
0.190
0.028
114
28.597
0.194
0.024
49
28.547
0.196
0.017
11
28.544
0.196
0.011
6
28.034
0.215
0.028
51
27.665
0.229
0.048
119
27.631
0.230
0.035
14
27.623
0.230
0.024
46
27.549
0.233
0.019
42
27.467
0.237
0.015
53
26.949
0.258
0.043
32
26.672
0.270
0.060
35
26.301
0.287
0.101
24
25.76
0.312
0.223
21
25.348
0.333
0.343
13
25.313
0.334
0.297
41
25.244
0.338
0.270
115
25.232
0.338
0.221
120
24.948
0.353
0.286
66
24.92
0.354
0.242
36
24.894
0.356
0.202
130
24.601
0.371
0.271
141
24.579
0.372
0.227
31
24.515
0.376
0.203
Lampiran 8 (lanjutan) Observations Farthest From The Centroid (Mahalanobis Distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
147 18
24.437 24.36
0.380 0.384
0.186 0.170
5
24.244
0.390
0.167
26
24.204
0.393
0.141
75
24.164
0.395
0.118
8
24.143
0.396
0.093
80
23.68
0.422
0.198
15
23.638
0.424
0.170
45
23.585
0.427
0.148
33
23.397
0.438
0.172
139
23.321
0.442
0.158
117
23.01
0.460
0.234
125
22.86
0.469
0.250
40
22.677
0.480
0.282
133
22.625
0.483
0.253
7
22.479
0.491
0.268
59
22.357
0.499
0.273
68
22.129
0.512
0.331
62
22.044
0.518
0.317
47
22.001
0.520
0.282
103
21.579
0.546
0.454
131
20.805
0.593
0.811
50
19.837
0.652
0.986
43
19.77
0.656
0.984
145
19.707
0.660
0.981
30
19.706
0.660
0.972
138
19.431
0.676
0.985
85
19.316
0.683
0.985
94
19.041
0.699
0.993
74
18.975
0.703
0.991
79
18.732
0.717
0.995
90
18.633
0.722
0.995
25
18.433
0.734
0.997
71
18.031
0.756
0.999
52
18.013
0.757
0.999
72
17.55
0.781
1.000
67
17.453
0.786
1.000
92 127
17.433 17.271
0.787 0.796
1.000 1.000
Lampiran 8 (lanjutan) Sample Moments
Sample Covariances Condition number = 62.749 Eigenvalues 12.100 2.825 2.261 1.944 1.166 .996 .779 .712 .640 .615 .579 .482 .469 .429 .422 .380 .355 .328 .305 .264 .241 .231 .193 Determinant of sample covariance matrix = 3.358
Sample Correlations Condition number = 63.719 Eigenvalues 9.705 2.377 1.810 1.475 .819 .758 .636 .547 .528 .498 .464 .402 .373 .359 .352 .312 .289 .270 .259 .228 .200 .186 .152
Computation of degrees of freedom Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (276 - 52):
Result Minimum was achieved Chi-square = 226.961 Degrees of freedom = 224 Probability level = 0.432
276 52 224
Lampiran 8 (lanjutan) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights
Y1 Y1 Y2 Y2 Y2 x1.3 x1.2 x1.1 x1.4 y1.3 y1.2 y1.1 y1.4 y1.5 x2.3 x2.2 x2.1 x2.4 x2.5 x1.5 x1.6 x1.7 x2.6 y2.4 y2.3 y2.2 y2.1 x1.8
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X2 X1 X1 Y1 X2 X1 X1 X1 X1 Y1 Y1 Y1 Y1 Y1 X2 X2 X2 X2 X2 X1 X1 X1 X2 Y2 Y2 Y2 Y2 X1
Estimate 0.477 0.264 0.255 0.239 0.217 1.123 1.015 0.932 0.791 1.000 0.998 0.903 1.010 1.046 1.000 1.081 0.680 0.991 0.935 1.123 1.086 0.999 0.788 1.140 1.047 1.000 0.839 1.000
S.E. 0.090 0.103 0.111 0.119 0.104 0.110 0.107 0.105 0.111
C.R. 5.312 2.570 2.296 2.001 2.082 10.224 9.514 8.921 7.106
P *** 0.010 0.022 0.045 0.037 *** *** *** ***
Label par_18 par_19 par_17 par_20 par_21 par_1 par_2 par_3 par_4
0.104 0.107 0.109 0.114
9.579 8.411 9.238 9.170
*** *** *** ***
par_5 par_6 par_7 par_8
0.078 0.096 0.079 0.081 0.111 0.105 0.117 0.100 0.093 0.088
13.871 7.099 12.486 11.501 10.127 10.315 8.533 7.907 12.319 11.893
*** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
par_9 par_10 par_11 par_12 par_13 par_14 par_15 par_16 par_22 par_23
0.097
8.617
*** par_24
Lampiran 8 (lanjutan) Standardized Regression Weights
Y1 Y1 Y2 Y2 Y2 x1.3 x1.2 x1.1 x1.4 y1.3 y1.2 y1.1 y1.4 y1.5 x2.3 x2.2 x2.1 x2.4 x2.5 x1.5 x1.6 x1.7 x2.6 y2.4 y2.3 y2.2 y2.1 x1.8
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X2 X1 X1 Y1 X2 X1 X1 X1 X1 Y1 Y1 Y1 Y1 Y1 X2 X2 X2 X2 X2 X1 X1 X1 X2 Y2 Y2 Y2 Y2 X1
Estimate 0.534 0.238 0.229 0.237 0.242 0.838 0.784 0.737 0.599 0.744 0.809 0.710 0.770 0.788 0.859 0.880 0.549 0.822 0.792 0.824 0.839 0.705 0.602 0.898 0.852 0.813 0.667 0.737
Covariances
X1 <--> X2
Estimate S.E. C.R. P Label 0.432 0.087 4.953 *** par_25
Lampiran 8 (lanjutan) Correlations
X1 <--> X2
Estimate 0.558
Variances
X1 X2 z1 z2 e4 e3 e2 e1 e8 e7 e6 e5 e21 e22 e23 e17 e16 e15 e18 e19 e11 e10 e9 e12 e13 e20 e14
Estimate 0.623 0.961 0.395 0.493 0.696 0.334 0.402 0.455 0.523 0.628 0.308 0.372 0.397 0.320 0.243 0.618 0.404 0.615 0.535 0.513 0.341 0.328 1.031 0.454 0.499 0.678 1.051
S.E. 0.122 0.151 0.085 0.089 0.085 0.048 0.054 0.059 0.067 0.079 0.044 0.052 0.059 0.052 0.051 0.086 0.062 0.082 0.077 0.076 0.053 0.055 0.125 0.065 0.069 0.086 0.129
C.R. 5.094 6.379 4.639 5.535 8.179 6.984 7.492 7.747 7.768 7.910 6.951 7.131 6.697 6.173 4.802 7.207 6.536 7.472 6.980 6.742 6.437 6.000 8.253 7.025 7.263 7.846 8.144
P *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Label par_26 par_27 par_28 par_29 par_30 par_31 par_32 par_33 par_34 par_35 par_36 par_37 par_38 par_39 par_40 par_41 par_42 par_43 par_44 par_45 par_46 par_47 par_48 par_49 par_50 par_51 par_52
Lampiran 8 (lanjutan) Squared Multiple Correlations
Y1 Y2 x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
Estimate 0.484 0.364 0.362 0.446 0.627 0.675 0.301 0.774 0.738 0.621 0.594 0.504 0.654 0.554 0.806 0.726 0.661 0.678 0.705 0.497 0.544 0.543 0.615 0.702 0.359
Lampiran 8 (lanjutan) Standardized Total Effects
Y1 Y2 x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
X2
X1
Y1
Y2
0.534 0.369 0.602 0.246 0.792 0.822 0.549 0.880 0.859 0.421 0.411 0.379 0.432 0.397 0.331 0.314 0.300 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.238 0.285 0.000 0.190 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.188 0.183 0.169 0.193 0.177 0.256 0.243 0.232 0.824 0.839 0.705 0.737 0.737 0.784 0.838 0.599
0.000 0.237 0.000 0.158 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.788 0.770 0.710 0.809 0.744 0.213 0.202 0.193 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.667 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.898 0.852 0.813 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 8 (lanjutan) Standardized Direct Effects
Y1 Y2 x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
X2
X1
Y1
Y2
0.534 0.242 0.602 0.000 0.792 0.822 0.549 0.880 0.859 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.238 0.229 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.824 0.839 0.705 0.737 0.737 0.784 0.838 0.599
0.000 0.237 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.788 0.770 0.710 0.809 0.744 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.667 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.898 0.852 0.813 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 8 (lanjutan) Standardized Indirect Effects
Y1 Y2 x2.6 y2.1 x2.5 x2.4 x2.1 x2.2 x2.3 y1.5 y1.4 y1.1 y1.2 y1.3 y2.4 y2.3 y2.2 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.1 x1.2 x1.3 x1.4
X2
X1
Y1
Y2
0.000 0.127 0.000 0.246 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.421 0.411 0.379 0.432 0.397 0.331 0.314 0.300 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.057 0.000 0.190 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.188 0.183 0.169 0.193 0.177 0.256 0.243 0.232 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.158 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.213 0.202 0.193 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 8 (lanjutan) Modification Indices Covariances: M.I. e14 e20 e13 e13 e12 e12 e10 e19 e19 e19 e17 e17 e7 e1 e3 e4 e4
<--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <--> <-->
X1 z1 z2 e14 z2 e20 X1 X2 X1 e14 e12 e9 e20 e20 X2 e5 e1
Par Change
4.340 5.161 5.035 4.724 4.487 6.291 5.178 6.491 4.293 4.117 6.642 5.981 4.081 6.815 4.319 5.384 9.115
0.127 0.116 -0.107 0.142 0.098 -0.130 -0.088 0.146 -0.095 0.139 -0.132 0.176 -0.117 0.130 -0.095 -0.108 0.149
Regression Weights
x2.6 y2.1 x2.5 x2.1 y1.5 y1.5 x1.1 x1.1
<--<--<--<--<--<--<--<---
x1.4 y1.1 y2.4 y1.3 x2.6 x2.2 y2.1 x1.4
M.I. Par Change 6.348 0.209 4.507 0.134 4.102 -0.113 4.635 0.156 6.342 0.128 4.036 0.109 5.116 0.119 5.631 0.132
Lampiran 8 (lanjutan) Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 52 276 23
CMIN 226.961 0.000 2234.627
DF 224 0 253
P 0.432
CMIN/DF 1.013
0.000
8.833
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR 0.062 0.000 0.491
GFI 0.890 1.000 0.211
AGFI 0.864
PGFI 0.722
0.139
0.193
Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 0.898 1.000 0.000
RFI rho1 0.885 0.000
IFI Delta2 0.999 1.000 0.000
TLI rho2 0.998 0.000
Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO 0.885 0.000 1.000
PNFI 0.795 0.000 0.000
PCFI 0.884 0.000 0.000
NCP 2.961 0.000 1981.627
LO 90 0.000 0.000 1834.234
NCP Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 42.521 0.000 2136.424
CFI 0.999 1.000 0.000
Lampiran 8 (lanjutan) FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 1.544 0.000 15.202
F0 0.020 0.000 13.480
LO 90 0.000 0.000 12.478
HI 90 0.289 0.000 14.533
RMSEA Model Default model Independence model
RMSEA 0.009 0.231
LO 90 0.000 0.222
HI 90 0.036 0.240
PCLOSE 0.999 0.000
AIC Model Default model Saturated model Independence model
AIC 330.961 552.000 2280.627
BCC 351.254 659.707 2289.602
BIC 486.816 1379.231 2349.563
CAIC 538.816 1655.231 2372.563
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 2.251 3.755 15.514
LO 90 2.231 3.755 14.512
HI 90 2.521 3.755 16.568
HOELTER Model Default model Independence model
HOELTER 0.05 169 20
HOELTER 0.01 179 21
MECVI 2.389 4.488 15.576