PENGARUH ASAM HUMAT DAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea) KULTIVAR BISON PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI Akik Zainul Haq1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Tini Sudartini2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Elya Hartini3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp. (0265) 323531 Fax (0265) 325812 ABSTRACT The experiment was conducted at Cipatujah, District Cipatujah, Tasikmalaya, West Java, July until October 2013. The altitude of approximately 5 meters above sea level with regosol soil types. The objective of this experiment was to determine the role of humic acid and agricultural lime in improving sand mined lands, and to obtain the optimum dosage of humic acid and agricultural lime for supporting highest growth and yield of peanut. The method used was an experimental method using Split Plot Design (SPD). Treatment consisted of two factors, namely agricultural lime (K) as the main plot and humic acid (H) as the subplot. The first factor or the main plot is lime (K) includes three levels, namely: k 1 (0.75 t/ha), k 2 (1 t/ha), k 3 (1.25 t/ha), the second factor or subplot is humic acid (H) includes five levels, namely: h 1 (2 kg/ha), h 2 (3 kg/ha), h 3 (4 kg/ha), 4 h (5 kg/ha), h 5 (6 kg/ha). The variables measured were the number of leaves (stems), plant height (cm), number of root nodules (grain), number of pods per plant (pods), weight of pods per plant (g), seed weight per plant (g), and grain weight per plot (g). The results of this study showed no interaction between humic acid and agricultural lime were observed in all parameters. Humic acid and agricultural lime did are not significant on all components of the growth and yield of peanut. Keywords : humic acid, agricultural lime, peanut, bison ABSTRAK Percobaan ini dilaksanakan di Desa Cipatujah, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2013. Ketinggian tempat kurang lebih 5 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah regosol. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan asam humat dan kapur pertanian dalam memperbaiki lahan bekas tambang pasir, serta mengetahui takaran optimum asam humat dan kapur untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil kacang tanah yang optimal pada lahan bekas tambang pasir besi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu kapur (K) sebagai petak utama dan asam humat (H) sebagai anak petak. Faktor pertama atau petak utama adalah kapur (K) meliputi tiga taraf, yaitu: k1 (0,75 t/ha), k2 (1 t/ha), k3 (1,25 t/ha), faktor kedua atau
anak petak adalah asam humat (H) meliputi lima taraf, yaitu: h1 (2 kg/ha), h2 (3 kg/ha), h3 (4 kg/ha), h4 (5 kg/ha), h5 (6 kg/ha). Variabel yang diamati jumlah daun (tangkai), tinggi tanaman (cm), jumlah bintil akar (butir), jumlah polong per tanaman (polong), bobot polong per tanaman (g), bobot biji per tanaman (g), dan bobot biji per petak (g). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terjadi interaksi antara kapur dan asam humat pada semua parameter yang diamati. Kapur dan Asam Humat tidak memberikan pengaruh pada pada seluruh komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Kata kunci : asam humat, kapur, kacang tanah, bison I.
PENDAHULUAN Pertambangan mineral merupakan salah satu sumber pendapatan devisa negara. Salah
satu sektor pertambangan yang sangat berperan dalam pendapatan devisa negara adalah pertambangan pasir besi.
Berdasarkan data produksi barang tambang mineral pada tahun
2011, sektor pertambangan pasir besi menempati urutan keempat penyumbang devisa dari sektor pertambangan dengan nilai produksi 12 juta ton (BPS, 2013). Pertambangan pasir besi mengakibatkan banyak permasalahan, antara lain perubahan struktur tanah, penurunan kesuburan tanah, keterbatasan air tersedia dan penurunan kandungan bahan organik yang mengakibatkan menurunnya aktivitas mikroorganisme pada tanah (Bulu et al,. 2007). Perbaikan lahan bekas tambang pasir besi dapat dilakukan dengan ameliorasi bahan organik atau ekstrak bahan organik. Ameliorasi lahan merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki tingkat kesuburan lahan terutama pada lahan-lahan yang baru dibuka. Untuk mengatasi beberapa permasalahan lahan bekas tambang pasir besi tersebut diperlukan bahan amelioran yang sesuai. Telah diketahui bahwa asam humat merupakan zat organik yang stabil dan merupakan hasil akhir dari proses dekomposisi bahan organik (Rachman, 2005). Asam humat memiliki kemampuan mengikat air sehingga dapat membantu bercocok tanam di lahan berpasir.
Ketersediaan air yang cukup di tanah akan meningkatkan
perkembangan mikroorganisme yang dibutuhkan tanaman sehingga sistem simbiosis antara tanah, akar dan mikroorganisme dapat berjalan optimal. Asam humat dapat memperbaiki struktur tanah, kapasitas tukar kation tanah dan menurunkan kelarutan unsur yang dapat meracuni tanaman seperti Fe dan Al. Beberapa sifat penting dari asam humat yang berhubungan dengan perannya dalam memperbaiki kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman adalah Kapasitas Tukar Kation yang tinggi, memiliki kemampuan mengikat air yang besar, memiliki sifat absorbsi, sebagai zat pengompleks dan kemampuan untuk mengikat polutan dalam tanah, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik-kimia pada lahan bekas tambang pasir.
Selain itu tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lahan bekas tambang pasir adalah dengan pemberian kapur.
Pengapuran pada tanah dapat berfungsi menaikan pH
tanah, menambah unsur Ca dan Mg, menambah ketersediaan unsur P dan Mo, mengurangi keracunan Fe, Mn, Al, dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar (Sarwono Hardjowigeno, 2007). Pemberian asam humat dan kapur diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada lahan bekas tambang pasir besi dengan memperbaiki sifat-sifat kimia dan fisik tanah. Penambahan bahan amelioran berupa asam humat dan kapur diharapkan dapat menjadi suatu solusi dalam memperbaiki lahan bekas tambang pasir besi supaya lahan tersebut dapat memberikan hasil yang optimum pada tanaman. II.
METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2013, pada lahan
bekas pertambangan pasir besi di Desa Cipatujah Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dengan ketinggian tempat 8 meter di atas permukaan laut dan jenis tanah Regosol dengan tekstur pasir berlempung. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kacang tanah kultivar Bison (deskripsi pada Lampiran 1), pupuk NPK BASF (15:15:15), asam humat dengan merk dagang HUMIKA, kapur dolomit [CaMg(CO3)2], insektisida berbahan aktif carbofuran (Furadan 3G), bakterisida dan fungisida berbahan aktif azadirachtin (Pestona). Sedangkan alat yang digunakan pada percobaan ini ialah: cangkul, kored, tugal, mistar, meteran, plastik rapia, timbangan, gembor dan knapsack sprayer. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design), dengan dua faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama atau petak utama adalah pengapuran (K) dengan 3 taraf, yaitu 0,75 t/ha, 1 t/ha, dan 1,25 t/ha. Faktor kedua atau anak petak adalah asam humat (H) dengan 5 taraf, yaitu 2 kg/ha, 3 kg/ha, 4 kg/ha, 5 kg/ha, dan 6 kg/ha. Pelaksanaan percobaan terdiri dari Persiapan Lahan dan Pembuatan Petak Percobaan, Penerapan Perlakuan Asam Humat Dan Kapur, Penanaman, Pemupukan, Penyiraman, Pengendalian OPT, dan pemanenan.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. Pengaruh kapur dan asam humat terhadap komponen pertumbuhan tanaman kacang tanah. Jumlah Daun Tinggi Tanaman Bintil Akar Perlakuan (Tangkai) (cm) (butir) Petak Utama: 0,75 t/ha 7,05 A 11,61 A 36,62 A 1,00 t/ha 7,00 A 11,31 A 37,71 A 1,25 t/ha 7,11 A 11,42 A 36,83 A Anak Petak: 2 kg/ha 7,18 A 11,41 A 40,94 A 3 kg/ha 6,88 A 11,32 A 36,93 A 4 kg/ha 7,24 A 11,72 A 30,53 A 5 kg/ha 6,93 A 11,62 A 40,31 A 6 kg/ha 7,02 A 11,17 A 36,56 A Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara kapur dengan asam humat terhadap jumlah daun (Tangkai), tinggi tanaman (cm) dan jumlah bintil akar (butir). Kapur yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun (tangkai), tinggi tanaman (cm), dan jumlah bintil akar (butir). Hal ini diperkirakan bahwa lahan tersebut mampu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kacang tanah khususnya Ca dan Mg. Tingkat keracunan Al pada lahan tersebut sangat rendah sehingga pemberian kapur pada percobaan ini tidak berpengaruh. Sesuai dengan analisis tanah yang telah dilakukan, unsur hara yang terkandung dalam tanah penelitian ini terutama kandungan unsur hara Ca dan Mg nya cukup tinggi, sehingga dinilai sudah dapat mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah. Tingkat keracunan Al pada lahan ini sangat rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai Al-dd yang kecil yaitu sebesar 0,11 cmol.kg-1. Pengaruh kalsium (Ca) dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, membuat kondisi yang baik bagi nitrifikasi dan oksidasi sulfur dan memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan serta berfungsinya bakteri pengikat nitrogen. Pemberian kalsium (Ca) yang tinggi dapat menurunkan serapan Mg atau K oleh tanaman jika tanah itu mengandung K dan Mg yang rendah. Suplai Ca ke dalam tanah yang kurang mengakibatkan K, Mg dan Na cenderung untuk mengambil tempat dalam tanaman (Bear, 1963). Asam humat juga tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun (tangkai), tinggi tanaman (cm) dan bintil akar (cm2). Hal ini diperkirakan karena kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah sangat rendah. Rendahnya unsur hara yang terdapat
pada tanah menyebabkan kebutuhan tanaman terhadap unsur hara untuk pertumbuhan tidak terpenuhi. Peran asam humat sebagai senyawa organik aktif yang dapat menyediakan unsur hara dan mempunyai tingkat kapasitas tukar kation yang tinggi tidak berperan dalam penelitian yang dilakukan, karena pada lahan tersebut sangat miskin hara. Sesuai dengan analisis tanah yang telah dilakukan, terlihat bahwa unsur hara yang terkandung dalam tanah penelitian ini terutama kandungan unsur hara makro N, P, dan K sangat rendah sehingga dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah, terutama untuk jumlah daun dan jumlah bintil akar. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) pada lahan ini juga sangat rendah. Menurut Mulyani Sutedjo (2010) bahwa unsur N (nitrogen) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Untung Suwahyono (2011) menambahkan bahwa kekurangan unsur N tanaman akan tumbuh kerdil, kurus, tersendat-sendat dan daun akan berwarna hijau muda yang kemudian menguning lalu rontok. MacCarthy et al., (1990) menyatakan asam humat mampu menyediakan sumber N, P dan S untuk nutrisi tanaman. Asam humat juga sangat berkontribusi terhadap kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Maka dapat disimpulkan bahwa asam humat tidak berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan kacang tanah, karena fungsi asam humat humat sebagai penyedia unsur hara tidak berperan secara maksimal dan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk anorganik dirasa masih belum cukup memenuhi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan. Tabel 5. Pengaruh kapur dan asam humat terhadap komponen hasil tanaman kacang tanah. Jumlah Bobot Bobot Hasil Hasil Perlakuan Polong/Tan Polong/Tan Biji/Tan Biji/Petak biji/Hektar (Buah) (gram) (gram) (gram) (ton) Petak Utama: 0,75 t/ha 5,48 A 24,19 A 13,43 A 29,19 A 1,30 A 1,00 t/ha 5,65 A 25,76 A 14,39 A 28,39 A 1,26 A 1,25 t/ha 5,68 A 23,71 A 13,43 A 34,07 A 1,51 A Anak Petak: 2 kg/ha 5,63 A 24,89 A 14,70 A 28,41 A 1,26 A 3 kg/ha 5,82 A 25,80 A 14,02 A 33,09 A 1,47 A 4 kg/ha 5,26 A 22,70 A 12,21 A 35,40 A 1,57 A 5 kg/ha 5,57 A 25,88 A 15,21 A 43,04 A 1,91 A 6 kg/ha 5,74 A 23,50 A 12,62 A 26,66 A 1,18 A Keterangan : Rerata angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Hasil analisis statistik terhadap jumlah polong per tanaman (polong), bobot polong pertanaman (g), bobot biji pertanaman (g), dan bobot biji perpetak (g)., dan nilai rata-rata komponen hasil tersebut dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara kapur dengan asam humat terhadap jumlah polong per tanaman, bobot polong pertanaman (g), bobot biji pertanaman (g), dan hasil biji perpetak (g). Pada Tabel 5 terlihat bahwa kapur dan asam humat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen hasil yang meliputi jumlah polong per tanaman, bobot polong pertanaman (g), bobot biji pertanaman (g), bobot biji perpetak (g). Pemberian kapur pada lahan bekas tambang pasir besi tidak memberikan pengaruh terhadap komponen hasil tanaman kacang tanah. Hal ini diperkirakan bahwa lahan tersebut sudah mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kacang tanah khususnya kalsium (Ca), sehingga penambahan kapur tidak berpengaruh terhadap komponen hasil tanaman kacang tanah terutama pada jumlah polong . Sesuai dengan analisis tanah yang telah dilakukan, unsur hara yang terkandung dalam tanah penelitian ini terutama kandungan unsur hara kalsium (Ca) cukup tinggi, sehingga kemampuan tanaman untuk menghasilkan polong pada setiap perlakuan relatif sama. Menurut Adisarwanto (2008) bahwa unsur Ca merupakan hara yang paling menentukan tingkat kebernasan polong kacang tanah dan jumlah polong yang dihasilkan. Oleh karena itu, ketersediaannya dalam kategori cukup sangat di butuhkan. Asam humat juga tidak memberikan pengaruh terhadap komponen hasil.
Hal ini
diduga karena unsur hara yang terdapat dalam tanah sangat sedikit dan pemberian pupuk dasar berupa pupuk anorganik NPK sebanyak 600 kg/ha pada saat sebelum penanaman dinilai belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kacang tanah, sehingga fungsi asam humat sebagai penyedia unsur hara tidak berperan dalam penelitian yang dilakukan. Hal ini juga disebabkan oleh keadaan struktur tanah pasir berlempung yang memiliki kemampuan mempertahankan air dan unsur hara yang rendah. Unsur N, P, dan K merupakan unsur makro yang sangat penting dan diperlukan dalam jumlah banyak bagi tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif, terutama dalam pembentukkan polong dan pembentukkan biji kacang tanah (Rasyid, 2007). Selain itu, diduga bahwa jumlah biji per tanaman dan bobot biji (g) lebih dipengaruhi oleh pembawaan genetik tanaman itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Mulyani Sutedjo (2010) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman adalah sifat genetik seperti varietas, daya hasil dan resistensi tanaman. Sumarno dan Harnoto
(1983) dalam Yaya Sunarya (2003) menyatakan bahwa setiap varietas tanaman memiliki bakal biji dengan jumlah tertentu pada setiap polongnya. Pada Tabel 5 terlihat bahwa kapur maupun asam humat tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil biji per petak (kg) dan per hektar(t). Hal ini diperkirakan karena komponen pertumbuhan menunjukkan tidak berbeda nyata, maka tidak akan memberikan perbedaan yang nyata terhadap hasil. Jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman berkaitan erat dengan hasil per petak (kg) dan per hektar (t), semakin banyak jumlah polong isi dan jumlah biji yang dihasilkan maka semakin berat pula bobot yang dihasilkan tanaman. Setiyono (1993), menyatakan bahwa
fase
pertumbuhan
Suparyono dan
vegetatif tanaman
akan
mempengaruhi terhadap fase generatif tanaman untuk memperoleh komponen hasil yang maksimal. Asam humat dan kapur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil kacang tanah, hal ini diperkirakan bahwa unsur hara fosfor (P) dan kalium (K) yang diperlukan untuk pertumbuhan generatif belum terpenuhi. Sesuai dengan analisis tanah yang telah dilakukan, terlihat bahwa unsur hara yang terkandung dalam tanah penelitian ini terutama kandungan unsur hara makro N, P, dan K sangat rendah sehingga dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan generatif tanaman kacang tanah, terutama untuk jumlah polong, bobot polong, dan bobot biji. Pemberian fosfor ke dalam tanah sangat bermanfaat untuk memperbaiki kualitas hasil. Mulyani Sutedjo (2010) menyatakan bahwa unsur fosfor berfungsi untuk mempercepat pembungaan dan pemasakan biji, dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Rasyid (2007), menyatakan unsur kalium berperan penting dalam proses fotosintesis, translokasi hasil fotosintesis, regulasi stomata, dan mengaktifkan fungsi katalis (enzim) tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pertumbuhan dan hasil yang baik pada budidaya kacang tanah (Arachis hypogaea) pada lahan bekas tambang pasir, tidak cukup hanya dengan melakukan pengapuran dan pemberian asam humat, tetapi harus ada penambahan unsur hara dari sumber lain. Penambahan bahan organik pada lahan bekas tambang pasir berupa pupuk kandang atau pupuk kompos masih diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah, menambah kemampuan tanah untuk menahan air dan unsur hara, dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah.
Asam humat belum mampu
menggantikan peran bahan organik secara keseluruhan dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan bekas tambang pasir besi.
IV.
SIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : 1. Tidak terjadi interaksi antara kapur dan asam humat pada semua parameter yang diamati. 2. Kapur tidak memberikan pengaruh pada pada seluruh komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. 3. Asam humat tidak memberikan pengaruh pada seluruh komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. 4.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk pertumbuhan dan hasil yang baik pada budidaya
kacang tanah (Arachis hypogaea) pada lahan bekas tambang pasir besi, tidak cukup hanya dengan melakukan pengapuran dan pemberian asam humat, tetapi harus diikuti dengan penambahan bahan organik lainnya. V.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, 2008. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah & Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta Badan
Pusat Statistik. 2013. Data produksi pertambangan http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 24 April 2013.
mineral
nasional.
Bulu. Y. G, Shiddieq. D, Sulakhuddin dan W. Sudana. 2007. Peluang Pengembangan Agribisnis Sayuran di Lahan Pantai Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta (Kasus Desa Bugel Kecamatan Panjatan). MacCarthy, P., P. R. Bloom, C. E. Clapp, R. L. Malcolm, , 1990. humic substances in soil and crop sciences : an overview in humic substances in soil and crop sciences : Selected Readings. P. MacCarthy, C. E. Clapp, R. L. Malcolm, and P. R. Bloom. 1990. American Society of Agronomy, Inc. Soi Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA. Mulyani Sutedjo. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Rasyid Marzuki, 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono Hardjowigeno, 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Bulletin Teknik No. 6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. (dalam jurnal Yaya Sunarya).
Suparyono dan Setiyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Untung Suwahyono. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya, Jakarta