PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA UMPAN BERBAHAN AKTIF SPINOSAD TERHADAP LALAT BUAH Bactrocera sp. PADA TANAMAN JERUK SIAM (The Effect Application of Bait Insecticide with Active Substance Spinosad to Fruit Fly Bactrocera sp. on Siam Citrus Crop) O. Endarto, S. Wuryantini, A. Supriyanto, dan D.A. Susanto BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA
ABSTRAK Penelitian lapangan pengaruh penyemprotan insektisida umpan berbahan aktif spinosad terhadap lalat buah (Bactrocera sp.) pada tanaman jeruk Siam dilaksanakan di kebun petani di Desa Surbakti, Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Karo Sumatera Utara mulai bulan April - Agustus 2006. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan dan 6 perlakuan. Perlakuan yang dicoba adalah tingkat konsentrasi insektisida umpan berbahan aktif spinosad 100, 75, 50, 25 ml/l, methil eugenol konsentrasi 1 ml/perangkap dan kontrol tanpa penyemprotan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penyemprotan insektisida berbahan aktif spinosad efektif menekan populasi lalat buah. Rerata nilai efikasi insektisida berbahan aktif spinosad untuk mengendalikan lalat buah dari konsentrasi 100, 75, 50, dan 25 ml/l berturut-turut sebesar 92.2, 88.7, 80.5, dan 89.4% dari 10 kali aplikasi penyemprotan yang dilakukan, sedangkan methil eugenol nilai efikasinya sebesar 29% dari 10 kali. Tingkat serangan lalat buah pada aplikasi spinosad pada konsentrasi 25 - 100 ml/l pada akhir pengamatan berkisar 4.3 8.3%, perlakuan methil eugenol sebesar 21.8 dan kontrol 21%. Kata kunci : Jeruk Siam, spinosad, lalat buah (Bactrocera sp.), ME. ABSTRACT Field experiment to observe the effect of bait insecticide spraying with active substance spinosad on fruit fly (Bactrocera sp.) in Siam crops was conducted at farmer's plantation in Surbakti Village, Simpang Empat, Tanah Karo District since April to August 2006. The research arranged in randomized block design with 4 replications and 6 treatments. The experiments are the concentrations of the bait insecticide with active substance spinosad: 100, 75, 50, and 25 ml/l,, methyl eugenol 1 ml/trap and control without spraying treatment. The results showed that the bait insecticide spraying treatment with spinosad was effective to control the fruit fly population. Of ten times application, efication value average of insecticide from 100, 75, 50, and 25 ml/l concentrations are 92.2, 88.7, 80.5, and 89.4% respectively. The level of fruit fly attack in spinosad application with 25-100 ml/l concentrations in the end of observations are 4.3%-8.3%, methyl eugenol treatment 21.8% and control 21%. Keywords : Siam citrus, spinosad, fruit fly, ME. 388
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
PENDAHULUAN Tanaman hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan, karena mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Produktivitas dan kualitas tanaman hortikultura khususnya buah Indonesia termasuk rendah bila dibandingkan dengan luar negeri. Hal ini antara lain disebabkan teknik budidaya yang belum dikuasai dan adanya serangan OPT. Salah satu OPT penting yang banyak dilaporkan banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman buahbuahan maupun sayuran adalah lalat buah. Dilaporkan bahwa lebih dari 100 jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangannya (http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/ buku_peta). Drew & Hancock (1994) telah melakukan reidentifikasi 52 spesies lalat buah dari Asia dan Hawai, 20 spesies dari genus Bactrocera yang atraktif terhadap Cue Lure (CL) dan methyl eugenol (ME) didapat dari Indonesia. Saat ini di Indonesia telah diidentifikasi sebanyak 66 spesies lalat buah yang menyebar luas di berbagai daerah. Salah satu spesies lalat buah yang sangat merusak buah-buahan adalah Bactrocera sp. Sasaran utama serangan lalat buah ini, antara lain belimbing, jambu air, jambu biji, mangga, nangka, semangka, melon, jeruk, dan cabai (http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/buku_peta). Selain menyebabkan kerugian yang besar, lalat buah merupakan OPT karantina (OPTK) yang sangat diwaspadai dan dijadikan persyaratan impor, terutama oleh negara maju. Lalat buah yang termasuk ke dalam famili Tephritidae seringkali merugikan hasil pertanian dan tanaman buah-buahan. Di Indonesia serta beberapa negara Asia, dan Pasifik, lalat buah dari genus Dacus dan Bactrocera merupakan hama utama berbagai komoditi (Kalshoven, 1981). Larva serangga ini dapat bersifat monofag, oligofag atau polifag. Betina dewasa meletakkan telur di dalam buah, larva yang terbentuk akan berkembang dalam buah, kemudian keluar dan jatuh di tanah untuk berkepompong, setelah itu menjadi serangga dewasa. Kerusakan buah akibat serangan lalat buah pada jeruk Siam di Kabupaten Karo Sumatera Utara pada tahun 2004 mencapai mencapai 40%, sedangkan kerugian pamelo yang terjadi pada tahun 2003 berdasarkan data pengamatan Pengamat Hama di Kabupaten Magetan adalah Rp. 14.193.322.500,- (Anonim, 2003). Lalat buah dewasa seringkali tertarik terhadap senyawa aromatik yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk buahnya (Fletcher, 1987). Beberapa senyawa yang telah berhasil disintesis yaitu methyl eugenol (ME) atau cue lure (CL), atau trimedlure (Chambers 1977 dan Permana et al., 1997). Dari senyawa-senyawa di atas Rerata hanya menarik serangga jantan. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
389
Spinosad merupakan salah satu insektisida organik berbahan aktif spinosin A dan D, dengan kandungan protein dan gula yang mampu menarik dan mengendalikan serangga jantan maupun betina. Hasil penelitian di Subang menyebutkan bahwa spinosad mampu mengendalikan lalat buah (B. carambole) pada buah blimbing dengan tingkat serangan berkisar 15%, pada buah jeruk pamelo tingkat serangan B. Papayae setelah 10 kali aplikasi mencapai 0% (Anonim, 2005). Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan insektisida umpan berbahan aktif spinosad terhadap lalat buah pada jeruk Siam. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan dalam bentuk pengujian lapangan mulai bulan April Agustus 2006 di kebun jeruk Siam petani umur 5 tahun di Kec. Simpang Empat Kabanjahe Sumut. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan dan 6 perlakuan seperti tercantum pada Tabel 1. Luas petak setiap perlakuan adalah 400 m2 (0,04 ha). Pemeliharaan tanaman dilakukan secara optimal terutama pemupukan dan pengairan. Apabila dalam pemeliharaan digunakan pestisida tertentu diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi efikasi insektisida spinosad dan hasil percobaan betul-betul hanya ditentukan oleh perlakuan yang dicoba. Dengan demikian, kesalahan dalam pengambilan kesimpulan dapat dihindari. Insektisida uji diaplikasikan dengan hand sprayer, dengan menggunakan nozzle dengan butiran semprot kasar (± 4-6 mm). Aplikasi insektisida dilakukan pada 1/3-1/2 bagian kanopi bagian bawah di sebelah dalam daun tanaman, pada luasan kurang lebih 1 m2. Aplikasi dilakukan secara berselang-seling dalam baris maupun lajur tanaman Aplikasi pertama dilakukan segera (1 hari ) setelah ditemukan adanya serangan lalat buah yang cukup merata pada seluruh petak percobaan. Aplikasi selanjutnya dilakukan dengan interval 7 hari, aplikasi terakhir dilakukan 7-14 hari sebelum panen. Jumlah aplikasi selama periode penelitian berkisar 10-12 kali.
390
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tabel 1. Macam Perlakuan yang Diuji. (Kind of Treatments Observed) No
Perlakuan
Konsentrasi (ml/l)
Volume Air per Tanaman (ml)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Spinosad* Spinosad Spinosad Spinosad Methil eugenol** Kontrol
100 75 50 25 1 ml/perangkap -
100 100 100 100 -
*) Tracer* 0,2 CB **) Petrogenol 800 L.
Pengamatan pertama dilakukan sebelum aplikasi pertama, selanjutnya dilakukan dengan selang waktu satu minggu, yaitu pada satu hari sebelum aplikasi berikutnya. Persentase serangan lalat buah dihitung dengan cara menghitung buah yang jatuh karena lalat buah dibagi dengan total jumlah buah yang diamati (buah yang jatuh dan yang berada di pohon) kali 100 persen. Kerusakan buah akibat serangan lalat buah dihitung dengan rumus: A P =
x 100% N
P = persentase serangan lalat buah (dalam %) A = jumlah buah yang terserang lalat buah N = jumlah buah yang diamati Pengamatan persentase serangan lalat buah mulai dilakukan pada saat memasuki periode kritis yaitu pada saat mulai tampak serangan lalat buah, yang umumnya terjadi pada saat buah berukuran Ø 5 cm atau lebih kurang berumur 4 bulan dari saat berbunga, frekuensi pengamatan 7 hari dan diakhiri pada saat panen. Cara pengamatan adalah dengan mengumpulkan buah yang jatuh kemudian diiris selapis demi selapis secara hati-hati, selanjutnya dihitung jumlah populasi larva lalat buah yang ditemukan. Pengamatan untuk semua parameter dilakukan pada empat (4) tanaman per pelakuan, yang terdiri dari dua (2) tanaman diperlakukan insektisida dan dua (2) tanaman tidak diperlakukan di sekitarnya.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
391
HASIL DAN PEMBAHASAN Serangan lalat buah (Bactrocera sp.) Pada pengamatan awal atau satu minggu sebelum aplikasi pertama, rerata buah jatuh per pohon akibat serangan lalat buah yaitu sebesar 12 - 21 buah per pohon. Sebelum penelitian berlangsung atau pada saat musim buah sebelumnya dilaporkan bahwa serangan lalat buah di Kabupaten Karo mencapai 40% dan mengakibatkan banyak petani gagal panen (Anonim, 2005) Secara umum dapat dilaporkan bahwa pengaruh aplikasi insektisida umpan spinosad pada buah jeruk siam pada umur 2 - 3 bulan dari saat berbunga sangat nyata dibanding dengan pemasangan senyawa atraktan ME dan kontrol tanpa perlakuan (Tabel 2). Pada perlakuan spinosad 100 ml/l, setelah aplikasi ke 8, serangan lalat buah dapat ditekan hingga 100%. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukan lagi buah busuk akibat serangan lalat buah. Pada konsentrasi 75 ml/l pada minggu ke 9 baru mencapai 100%, sedangkan perlakuan 50 dan 25 ml/l hingga minggu ke 11 serangga lalat buah belum bisa ditekan hingga 100%. Serangan lalat buah dapat dilihat dari gejala serangan, membelah buah yang jatuh dan menghitung jumlah larva (belatung) yang berada didalam buah pada pengamatan sebelum setiap aplikasi insektisida Tracer* 0.2. Rekomendasi aplikasi spinosad yang dilakukan secara berselang seling dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari petak perlakuan yang sama, antara perlakuan (A), tanaman yang di aplikasi Spinosad dan (B), tanaman disebelahnya yang tidak diaplikasi Spinosad, hasil yang didapat tidak berbeda nyata atau sama (Tabel 2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa cara aplikasi spinosad secara berselang seling akan mengefisienkan dalam penggunaan bahan dan bagi pengguna (petani) biaya yang dikeluarkan lebih murah.
392
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
393
1**
12,0 a
14,5 a
3,3 c
4,5 bc
5,9 bc
5,9 bc
6,9 bc
7,6 ab
8,2 bc
8,9 ab
2
7,0 a
8,0 b
1,0 c
1,0 c
1,8 bc
1,75 bc
1,7 bc
4,0 c
2,0 c
2,0 c
12,0 a
4,0 a
1,0 c
1,0 c
2,0 bc
2,0 bc
1,75 c
0,9 c
1,5 c
1,8 c
3
3,0 ab
6,0 a
1,0 bc
1,0 c
2,0 c
2,0 bc
0,5 c
1,0 c
0,3 c
0,5 c
4
4,5 ab
2,5 a
1,0 cd
0,5 cd
1,0 c
1,0 cd
0,4 d
0,3 cd
0,4 cd
0,3 cd
5
2,3 ab
4,5 a
0,3 ab
0,3 c
0,5 c
0,8 c
0,1 c
0,0 c
0,1 c
0,1 c
6
2,5 a
1,5 a
0,4 b
0,3 b
0,3 b
0,3 b
0,3 b
0,1 b
0,1 b
0,1 b
7
3,3 a
2,5 b
0,3 c
0,3 c
0,1 c
0,3 c
0,1 c
0,1 c
0,0 c
0,0 c
8
Jumlah buah jatuh per pohon setelah aplikasi ke... 9
5,5 a
3,5 b
0,1 c
0,1 c
0,1 c
0,1 c
0,0 c
0,0 c
0,0 c
0,0 c
10
4,0 a
1,8 b
0,1 c
0,1 c
0,1 c
0,1 c
0,0 c
0,0 c
0,0 c
0,0 c
11
3,0 a
2,3 a
0,3 b
0,1 b
0,1 b
0,1 b
0,0 b
0,0 b
0,0 b
0,0 b
Keterangan: * A. Pohon dalam petak yang sama diaplikasi Spinosad B. Pohon dalam petak yang sama tidak diaplikasi Spinosad ** Data sebelum dianalisa ditransformasi ke dalam v x + 0.5 Angka yang ditandai oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
14,0 ab
Kontrol
12,0 c
B 14,0 a
12,0 bc
15,0 bc
B A
16,0 bc
20,0 bc
B A
22,0 abc
13,0 abc
A
B
Awal 12,0 abc
A*
Methil eugenol
Spinosad 25
Spinosad 50
Spinosad 75
Spinosad 100
Perlakuan
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Insektisida Umpan Tracer 0.2 CB Terhadap Jumlah Buah Jatuh Akibat Serangan Lalat Buah pada Jeruk Siam. (Effect of Bait Insecticide Tracer 0.2 CB Application on Number of Shed Fruit Caused by Fruit Fly on Siam Fruit)
Persentase serangan lalat buah Pada akhir pengamatan (saat panen), total persentase buah terserang lalat buah pada perlakuan tingkat konsentrasi Spinosad, pembanding methil eugenol, dan petak kontrol berkisar 4.3-21.8% (Tabel 3). Perlakuan Spinosad pada konsentrasi 25-100 ml/l mampu menekan tingkat serangan lalat buah pada jeruk siam hingga tingkat serangan berkisar 4.38.3% dibandingkan methil eugenol dan kontrol tanpa perlakuan (21.8 dan 21%). Hasil ini juga membuktikan bahwa keberadaan lalat buah di lapangan tidak dapat dikendalikan hingga 100%, mengingat sifat lalat buah yang oligofag, monofag bahkan polifag, dan inang selain jeruk disekitar lokasi percobaan seperti jambu air dan jambu biji banyak dijumpai sebagai tanaman pekarangan. Tinggi rendahnya tingkat serangan lalat buah pada masing-masing petak perlakuan sangat berhubungan dengan tingkat serangan lalat buah periode pembuahan sebelumnya. Sebagai contoh pada petak perlakuan spinosad konsentrasi 100 ml/l, menurut informasi hasil panen sebelumnya, serangan lalat buah pada kebun yang sama mencapai 40% dan dapat dikatakan gagal panen, karena banyak sekali buah yang rusak. Tabel 3. Total Komulatif Persentase Serangan Komplek Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada Akhir Pengamatan. (Total Percentage of Fruit Fly Attack (Bactrocera sp.) at the Final Observation) Perlakuan Konsentrasi Spinosad 100 ml/l Spinosad 75 ml/l Spinosad 50 ml/l Spinosad 25 ml/l Methil eugenol Kontrol
% Serangan Lalat Buah 4,3 b 8,3 b 4,7 b 6,2 b 21,8 a 21,0 a
Angka yang ditandai oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Rerata jumlah buah jatuh akibat serangan lalat buah selama penelitian berlangsung tampak nyata (Gambar 1). Setelah aplikasi pertama insektisida Spinosad pada tingkatan konsentrasi yang diuji, Rerata jumlah buah jatuh menurun dari pengamatan awal (dari 15 buah menjadi 6 buah atau turun sebesar ± 43%) dan berlangsung secara konsisten hingga pengamatan ke 12. Sedangkan pada perlakuan ME, jumlah buah jatuh Rerata sebesar 10%.
394
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Bekas kematian lalat buah di sekitar petak perlakuan Spinosad tidak ditemukan, hal ini diduga setelah makan insektisida umpan tersebut, lalat buah langsung terbang keluar pohon atau mengalami gejala kejang, kemudian terbang tidak beraturan, jatuh ke tanah dan mati.
Jum lah buah jatuh/pohon
24 Tracer*0.2 CB 100 ml/l Tracer*0.2 CB 75 ml/l
21 18
Tracer*0.2 CB 50 ml/l Tracer*0.2 CB 25 ml/l Petrgenol 800 L
15 12
Kontrol 9 6 3 0 Awal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pengamatan Setelah Aplikasi ke ...
Gambar 1. Pengaruh Aplikasi Insektisida Umpan Spinosad Terhadap Jumlah Buah Jatuh per Pohon. (Effect of Spinosad Bait Insecticide Application on Number of Shed Fruit/Plant)
Jumlah larva pada total buah jatuh per pohon pada setiap pengamatan berfluktuatif, artinya bahwa pada setiap pengamatan, jumlah larva yang ditemukan berkisar 1 ekor hingga tertinggi 14 ekor. Pada petak perlakuan Spinosad, rerata jumlah larva berkisar di bawah 10 ekor pada setiap pengamatan, sedangkan pada petak perlakuan Methil Eugenol dan petak kontrol, rerata jumlah larva berkisar 15 ekor (Gambar 2). Fluktuasi populasi larva lalat buah yang cenderung menurun selama penelitian berlangsung pada petak perlakuan Spinosad disebabkan oleh karena berkurangnya jumlah lalat buah dewasa akibat dari pengaruh perlakuan insektisida umpan tersebut. Dengan berkurangnya jumlah lalat betina dewasa, secara langsung akan berpengaruh terhadap jumlah telur yang diletakkan dan kemapuan larva hidup dan berkembang dalam buah. Perkembangan larva serangga instar pertama hingga menjadi imago sangat dipengarui oleh beberapa faktor seperti ketersediaan pakan yang cukup, persaingan antar individu larva yang hidup pada inang atau media yang sama (Tarumingkeng 1994).
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
395
Jumlah larva
50
Tracer*0.2 CB 100 ml/l
45
Tracer*0.2 CB 75 ml/l
40
Tracer*0.2 CB 50 ml/l
35
Tracer*0.2 CB 25 ml/l
30
Petrogenol 800 L
25
Kontrol
20 15 10 5 0 Awal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pengamatan setelah aplikasi ke ...
Gambar 2. Pengaruh Aplikasi Insektisida Umpan Spinosad Terhadap Jumlah Larva Lalat Buah Bactrocera sp. yang Ditemukan pada Buah Jatuh. (Effect of Spinosad Bait Insecticide Application on Number of Bactrocera sp. Larvae Found on the Shed Fruit)
J umla h lala t bu ah/pe ran gka p
Pada Gambar 3 terlihat jumlah lalat buah jantan yang tertangkap per minggu berfluktuatif hingga pengamatan ke 12, yaitu rerata sebanyak 93 ekor/perangkap. Fluktuasi seperti ini disebabkan karena pada pengamatan ke 6 hingga akhir pengamatan, kebunkebun disekitar petak perlakuan methil eugenol mulai banyak yang panen. Diduga lalat dewasa mulai berpindah ke petak perlakuan ME, karena buah pada kebun di sekitar areal penelitian sudah mulai berkurang setelah di panen.
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
S1
Pengamatan setelah aplikasi ke...
Gambar 3. Jumlah Lalat Buah Bactrocera sp. Jantan yang Tertangkap dalam Botol Perangkap pada Petak Perlakuan Methil Eugenol. (Number of Bactrocera sp. Male Fruit Fly Trapped in the Bottle at the ME Treatment Section)
396
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Untuk mengetahui sebaran dan populasi lalat buah, 3 hari sebelum pengamatan terakhir, pada semua petak perlakuan dipasang perangkap kuning berperekat sebanyak 2 buah/kebun. Tiga hari setelah dipasang perangkap kuning, jumlah lalat buah yang tertangkap masih cukup nyata antara petak perlakuan Spinosad, Methil Eugenol dan kontrol (Tabel 4). Rerata jumlah lalat buah yang tertangkap pada petak kontrol dan petak perlakuan methil eugenol masih cukup tinggi dibandingkan dengan petak perlakuan Tracer 0.2* CB konsentrasi 100, 75, 50 dan 25 ml/l. Tabel 4. Lalat Buah (Bactrocera sp) yang Tertangkap Perangkap Kuning pada Akhir Pengamatan. (Fruit Fly (Bactrocera sp.) Trapped in the Yellow Trap at the Final Observation) Perlakuan
Jumlah Lalat Buah (ekor) per Perangkap Kuning
Spinosad 100 ml/l Spinosad 75 ml/l Spinosad 50 ml/l Spinosad 25 ml/l Methil eugenol Kontrol
1 1 2 4 37 92
Dari data pengamatan diatas menunjukkan bahwa aplikasi spinosad sebanyak 10 kali mampu menurunkan populasi lalat buah dan masih menunjukkan efektivitasnya pada pengamatan 2 minggu setelah aplikasi terakhir. Nilai efikasi (EI) insektisida umpan Spinosad Nilai Efikasi (EI) yang ditunjukkan perlakuan tingkat konsentrasi insektisida umpan Spinosad yang diuji terhadap Bactrocera sp. sangat konsisten (Tabel 5). Dari 10 aplikasi insektisida uji yang dilakukan menunjukkan nilai efikasi rerata diatas 50% sebesar 9 kali. Dari hasil pengujian ini dapat dikatakan bahwa insektisida umpan spinosad efektif mengendalikan komplek lalat buah pada jeruk siam. Pada petak perlakuan ME nilai efikasi yang dicapai hanya 2x, artinya bahwa pemasangan ME pada areal pertanaman jeruk Siam kurang efektif karena hanya sebagian lalat buah jantan saja yang tertangkap, sedangkan jantan yang lain dan betina yang tidak mati, masih mampu melakukan perkawinan dan meletakkan telur pada buah. Secara umum efektifitas Insektisida umpan Spinosad pada konsentrasi terendah hingga tertinggi yang diuji terlihat nyata terhadap penurunan populasi lalat buah pada jeruk siam (Tabel 5). Dari hasil tersebut pemakaian konsentrasi 25 hingga 100 ml/l dapat direkomendasikan untuk mengendalikan hama lalat buah pada tanaman jeruk siam. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
397
Tabel 5. Nilai Efikasi Insektisida Umpan Spinosad Terhadap Komplek Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada Jeruk Siam. (Efication Value of Spinosad Bait Insecticide on Fruit Fly (Bactrocera sp.) on Siam) Perlakuan Spinosad 100 ml/l Spinosad 75 ml/l Spinosad 50 ml/l Spinosad 25 ml/l Methil eugenol
Nilai Efikasi Spinosad Setelah Aplikasi ke ... 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jml
71,4 42,9 71,4 85,7 0,0
83,3 91,7 83,3 91,7 66,7
83,3 66,7 33,3 66,7 0,0
94,4 94,4 77,8 88,9 44,4
94,7 100 66,7 88,9 0,0
95,2 95,2 90,0 90,0 40,0
100 96,3 92,3 92,3 23,1
100 100 97,8 97,8 36,4
100 100 96,8 96,8 56,3
100 100 95,7 95,7 25,0
10X 9X 9X 10X 2X
Data produksi buah Dilihat dari produksi buah jeruk Siam per pohon pada saat panen, membuktikan bahwa dengan adanya aplikasi Spinosad, persentase hasil yang dicapai masih cukup tinggi dibandingkan dengan tanpa di perlakukan. Rerata kehilangan hasil pada petak perlakuan Spinosad berkisar 25%, petak Methil Eugenol sebesar 31,5%, dan petak kontrol sebesar 42,5% dari prediksi hasil awal. Prediksi hasil ditentukan berdasarkan jumlah buah pada awal pengamatan dibandingkan dengan hasil riil pada akhir pengamatan buah yang bisa dipanen dan tidak terserang lalat buah. Tidak ditemukan gejala fitotoksisitas pada bagian tanaman yang diaplikasi Spinosad sebanyak 10 kali yang dilakukan secara kontinyu 1 minggu sekali. Persentase buah bergejala 'blemishes' dan cendawan sooty mold berturut-turut mulai dari Perlakuan Spinosad konsentrasi 100, 75, 50, dan 25 ml/l sebesar (11,7%; 50,8%; 13,8%; dan 19,6%), methil eugenol sebesar 17.3%, dan kontrol 30.7%. KESIMPULAN 1. Insektisida umpan spinosad efektif untuk mengendalikan komplek lalat buah Bactrocera sp. pada semua tingkatan konsentrasi yang diuji (100, 75, 50, dan 25 ml/l). Oleh karena itu rekomendasi disarankan dengan menggunakan konsentrasi yang rendah. 2. Nilai efikasi insektisida umpan Spinosad yang dicapai dari semua tingkatan konsentrasi yang diuji rerata diatas 80% dari 10 kali aplikasi. 3. Pengendalian lalat buah dengan Insektisida umpan Spinosad dapat dilakukan pada umur buah ± 3 bulan dari saat berbunga.
398
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
4. Insektisida umpan spinosad yang digunakan untuk mengendalikan kompleks lalat buah Bactrocera sp. tidak menyebabkan fitotoksisitas pada bagian tanaman jeruk siam. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Anonim. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Chambers DL. 1977. Attractant to fruit flies survey and control in Chemical Control of insect behavior. Ed. HH Storey & JJ. Mc. Kelvey, 19:327-344. new York Wiley. Departemen Pertanian. Dinas Perlindungan Tanaman Hortikultura. Peta sebaran lalat buah http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/buku_peta (28 Agustus 2006). Drew RAI, Hancock DL. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit flies (Diptera: Tephritidae: Dacinae) in Asia. Bull. of Entomol. Res. Supl. Series, 2. 68 p. Flecher BS. 1987. The bilogy of Dacinae Fruit Flies. Ann. Rev. entomol. 32:115-144. Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta, Indonesia. Permana AD, Sulistiyani D, Helena RA. 1997. Respon lalat buah (Diptera: Tephritidae) terhadap beberapa perangkap dan atraktan di perkebunan buah Subang. Prosiding Konggres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. Univ. Padjajaran. Bandung, 24-26 Juni 1997. hal 253-257. Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika Populasi, Kajian Ekologi Kuantitatif. Universitas Kristen Krida Wacana. Pustaka Sinar Harapan Anggota Ikapi. Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
399