e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN INFORMASI ASIMETRI SEBAGAI PEMODERASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG
1
I Putu Teguh Sugiartha, 1Nyoman Trisna Herawati, 2Anantawikrama Tungga Atmadja
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anggaran partisipatif terhadap budgetary slack dan untuk mengetahui pengaruh informasi asimetri terhadap hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pariwisata dan Budaya, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Metode pengumpulan data yaitu metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kriteria sampelnya yaitu pegawai yang mengerti tentang proses penganggaran pada wilayah tanggung jawabnya. Teknik analisis data yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack dengan arah negatif, artinya semakin tinggi anggaran partisipatif pada pemerintah daerah Kabupaten Buleleng baik melalui partisipasi individu maupun manajemen konsultasi maka budgetary slack dalam penyusunan anggaran akan semakin menurun, serta variabel moderasi yang merupakan interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack. Kata Kunci: Informasi Asimetri, Anggaran Partisipatif dan Budgetary Slack Absract The study aimed to find out the effect of participatORY budget on the budgetary slack and the effect of assymetry information on the budgetory slack The data used in this study involved both quantitative as well as qualitative data. This study was conducted at the offices of Local Development Planning Board (BAPPEDA), Tourism and Culture, and Local Board of Employee Affair (BKD). The data were collected by using survey method with questionnaire. The sample’s criteria included the office staff members who understood budgetting process under their responsibility. The techniques of data analysis included descriptive statistics, classic assumption testing, and regression analysis. The results of the study indicated that there was a significant effect of participative budgeting on the budgetary slack with a negative direction, meaning that the higher the participative budgeting of the local government in Buleleng Regency, both in terms of individuals paticipative budgetting as well as consultation management the lower the budgetary slack will be in the budgeting process, and the moderating variable in terms of interaction between participative budgeting and assymetry information affected significantly budgetary slack. Key-words: Assymetry Information, Participative Budget, and Budgetary Slack
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik dalam hal otonomi daerah. Hal inilah yang menjadi perbedaan antara anggaran sektor publik dengan anggaran sektor swasta karena tidak berhubungan dengan pengalokasian dana publik. Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Disamping itu, anggaran juga diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat tidak terbatas dan terus berkembang, dan anggaran juga diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran melibatkan beberapa pihak manajemen tingkat atas (top level management) sampai manajemen tingkat bawah (lower level management). Lahirnya kebijakan otonomi daerah membawa perubahan pada proses penyusunan anggaran daerah. Proses penyusunan anggaran yang sebelumnya bersifat sentralistis dan top-down, artinya atasan yang menentukan anggaran yang akan dijalankan kedepannya dan bawahan hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan dalam anggaran. Hal ini mengakibatkan tidak efektifnya kinerja bawahan. Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi memberikan konsekuensi perlunya perubahan pendekatan pada manajemen keuangan daerah. Masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan manajer tingkat bawah/menengah dalam penyusunan anggaran adalah terciptanya senjangan anggaran (Merchant, 1981 dalam Chiristina, 2009). Banyak pembuat anggaran cenderung untuk menganggarkan pendapatan yang lebih rendah dan pengeluaran yang lebih tinggi dari estimasi terbaik yang diajukan. Oleh karena itu,
anggaran yang dihasilkan adalah target yang lebih mudah bagi mereka untuk dicapai. Perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik ini dikenal dengan istilah senjangan anggaran (budgetary slack) (Bastian, 2005). Budgetary slack adalah perbedaan/selisih antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran (Anggraeni, 2008). Senjangan anggaran pada pemerintah daerah terjadi karena adanya perilaku oportunistik di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Perilaku oportunistik tersebut meliputi mengusulkan kegiatan yang sesungguhnya tidak menjadi prioritas, mengusulkan kegiatan yang memiliki lucrative opportunities (peluang untuk mendapatkan keuntungan pribadi) yang besar, mengalokasikan komponen belanja yang tidak penting dalam suatu kegiatan, mengusulkan jumlah belanja yang terlalu besar untuk komponen belanja dan anggaran setiap kegiatan, dan memperbesar anggaran untuk kegiatan yang sulit diukur hasilnya (Halim dan Abdullah, 2008). Salah satu alasan diterapkannya anggaran partisipatif yaitu karena adanya informasi asimetri yaitu perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa alasan di antaranya yaitu karena penetapan anggaran tidak dapat dilakukan seoptimal mungkin ketika sub ordinat atau manajemen tingkat bawah memiliki informasi yang lebih baik tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior atau manajemen tingkat atas. Oleh karena itu, diterapkanlah sistem anggaran partisipatif agar informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Namun, perbedaan informasi antara bawahan dan atasan menjadi faktor utama terjadinya budgetary slack, faktor lain yang juga mempunyai pengaruh yaitu penekanan anggaran dan penilaian kinerja. Penerapan anggaran partisipatif diharapkan dapat mengurangi perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan karena dalam anggaran partisipatif, informasi yang dimiliki bawahan dapat
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dikomunikasikan dengan atasan. Namun, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya senjangan anggaran jika bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan (Falikhatun, 2007). Beberapa peneliti menemukan bahwa senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetri. Informasi asimetri adalah kondisi dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasan. Anggaran adalah rencana kerja mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, selain itu anggaran juga dapat dinyatakan dalam satuan unit barang/jasa. Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2000) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Jadi kesimpulannya Anggaran sektor publik adalah suatu rencana kerja yang dibuat dan digunakan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk ukuran financial, yang memuat informasi mengenai pendapatan, belanja, aktivitas, dan pembiayaan, dalam satuan moneter. Menurut Hendri (2008) anggaran sektor publik dapat dibagi menjadi dua yaitu: Anggaran Operasional dan Anggaran Modal. Menurut Mardiasmo (2004) prinsipprinsip anggaran sektor publik antara lain: Otorisasi oleh legislative, Komprehensif, Keutuhan anggaran, Nondiscretionary appropriation, Periodik, Akurat, Jelas, dan Diketahui publik Sedangkan menurut Anissarahma (2008), proses penyusunan anggaran secara garis besar meliputi tahap-tahap sebagai berikut: Tahap penentuan tujuan (Goal Setting Stage), Tahap Implementasi (Implementation Stage), Tahap Persiapan dan Evaluasi Kinerja (Control and Performance Evaluation Stage). Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Partisipasi juga diartikan suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan
dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi adalah suatu proses yang melibatkan beberapa pihak dalam penentuan tujuan bersama yang akan mempunyai pengaruh terhadap pihak yang terlibat di masa depan. Menurut Garrison dan Noreen (2000 : 346) anggaran partisipatif atau selfimposed budget adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan dalam pembuatan estimasi anggaran. Sedangkan menurut Kenis (1979) dalam Anissarahma (2008) partisiasi anggaran adalah proses keikutsertaan manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun anggaran. Anggaran partisipatif merupakan suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer tingkat bawah dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawab mereka, sementara Anggraeni (2008) memandang anggaran partisipatif sebagai proses memberikan kesempatan kepada bawahan/pelaksana anggaran untuk terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Salah satu kelemahan anggaran partisipatif yaitu timbulnya senjangan anggaran (Fitri, 2007). Menurut Becker dan Green (1962) dalam Muhammad (2001) anggaran partisipatif dapat merusak motivasi bawahan dan menurunkan usaha pencapaian tujuan organisasi jika terdapat kecacatan dalam goal setting. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam penyusunan anggaran dan keputusankeputusan apa saja yang memerluakan partisipasi. Kelemahan yang lain yaitu dapat menciptakan partisipasi semu yaitu karyawan atau manajer bawah seakanakan berpartisipasi tapi kenyataannya tidak, karyawan atau manajer bawah biasanya hanya dikumpulkan dan diminta menandatangani anggaran yang telah disusun. Hal ini dapat menurunkan motivasi dan semangat kerja manajer bawah. Anggaran yang telah disusun secara partisipatif perlu direview oleh manajer level yang lebih tinggi, hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi anggaran yang
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mengandung kelonggaran anggaran (budgetary slack) oleh manajer level lebih rendah. Jika anggaran yang telah disusun dianggap memerlukan perubahan, maka perubahan tersebut harus didiskusikan dan dimodifikasi berdasarkan kesepakatan bersama. Menurut Dunk (1993) Information asymmetry exists only when subordinates' information exceeds that of their superiors. Artinya informasi asimetri terjadi ketika bawahan memliki informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau pusat pertanggungjawaban bawahan. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Manajamen tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik dalam hal waktu dan kondisi yang ada pada saat itu. Para manajemen tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang sebenarnya mengenai aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan (Abdul, 2008). Jika atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan maka atasan akan lebih mudah membuat keputusan. Informasi asimetri yaitu kondisi di mana atasan (principal) tidak memiliki cukup informasi dibanding dengan bawahan (agent) atau sebaliknya. Bila atasan atau manajemen puncak memiliki lebih banyak informasi dibanding bawahan atau manajer pusat pertanggungjawaban (MPP), maka akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan/MPP tentang pencapaian target anggaran yang kemungkinan sangat sulit dicapai oleh MPP. Bila bawahan/MPP memiliki lebih banyak informasi dibanding manajemen puncak/atasan maka bawahan/MPP cenderung membuat target yang lebih rendah dari target tertinggi yang bisa dicapai. Perbedaan informasi inilah yang disebut sebagai informasi asimetri. Menurut Anthony dan Govindarajan, (2005:85) budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi. Kesenjangan anggaran atau yang lebih dikenal dengan budgetary slack dilakukan oleh bawahan
yaitu dengan menyajikan anggaran dengan tingkat kesulitan yang rendah agar mudah dicapai dan kesenjangan ini cenderung dilakukan oleh bawahan karena mengetahui bahwa kinerja mereka diukur berdasarkan tingkat pencapaian anggaran yang telah ditetapkan bersama. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah anggaran partisipatif mempunyai pengaruh terhadap budgetary slack? Dan Apakah informasi asimetri mempengaruhi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack? Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh anggaran partisipatif terhadap budgetary slack dan untuk mengetahui pengaruh informasi asimetri terhadap hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack.
METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya bertujuan mendeskripsikan data hasil penelitian tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Penelitian ini dilakukan dengan studi korelasi yaitu penelitian untuk merancang serta menentukan tingkat hubungan antar variabel, dan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh anggaran partisipatif sebagai variabel bebas terhadap budgetary slack sebagai variabel terikat dan informasi asimetri sebagai variabel pemoderasi. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Buleleng yaitu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pariwisata dan Budaya, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh anggaran partisipatif terhadap budgetary slack belum banyak dilakukan di sektor publik, kebanyakan hanya melakukan penelitian di sektor swasta. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian di sektor publik yaitu di Pemerintah Kabupaten Buleleng. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi 30
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) terhadap perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Pengaruh Anggaran Partisipasi dan Informasi Asimetri terhadap Budgetary Slack pada Pemerintah Kabupaten Buleleng. Identifikasi Variabel Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan variabel pemoderasi. Pengaruh anggaran partisipatif sebagai variabel bebas terhadap budgetary slack sebagai variabel terikat dan informasi asimetri sebagai variabel pemoderasi. Definisi operasional variabel Informasi asimetri Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan tentang suatu pusat pertanggungjawaban. Anggaran partisipatif Anggaran partisipatif adalah proses penyusunan anggaran yang melibatkan manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran. Budgetary slack Budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang disusun manajer pusat pertanggungjawaban dengan estimasi terbaik perusahaan. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip) yaitu opini atau pendapat para responden (Dewi Nuryanti, 2012:12). Dan Data Kuantitatif adalah yaitu analisis yang dilakukan untuk menguji kuesioner. Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh dari responden. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu opini atau pendapat subyek tentang pengaruh informasi asimetri terhadap hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack pada Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pariwisata dan
Budaya, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari responden yaitu metode survei dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan anggaran partisipatif, informasi asimetri, dan budgetary slack. Kuesioner yang dikirimkan sebanyak 30 buah kuesioner. Masingmasing instansi diberikan 10 kuesioner. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung kepada responden. Dan pada waktu yang telah disepakati peneliti akan menjemput kembali kuesioner yang telah selesai dijawab oleh setiap responden di masing-masing instansi. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 2 bagian pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui identitas responden dan persepsi responden mengenai anggaran partisipatif, informasi asimetri dan budgetary slack. Tekhnik skala pengukuran menggunakan skala pengukuran likert. Dengan skala likert maka jawaban setiap item isntrumen dinilai dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu dari skala 1 sampai skala 5. Populasi dan Sampel Sugiyono (2005) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pejabat/pegawai di Pemerintah Kabupaten Buleleng. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005). Sampel dalam penelitian ini yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pariwisata dan Budaya, dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) karena penganggaran pada tiga badan pemerintahan ini paling baik. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu pegawai yang mempunyai jabatan struktural dalam SKPD sehingga yang menjadi responden adalah pegawai yang mengerti tentang proses penganggaran pada wilayah tanggung jawabnya yaitu 30 orang
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pegawai. Masing-masing Dinas disebarkan 10 kuesioner yang diberikan kepada 10 orang pegawai yaitu masing-masing kepada Kasubag Anggaran ,staf PNS, dan staf kontrak. Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur untuk mengukur indikator-indikator dari objek penelitian. Pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data yaitu SPSS. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas. Jadi berdasarkan analisis faktor dapat disimpulakna bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik (Sugiyono, 2008). Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya artinya hasil pengukuran tersebut relatif konsisten jika dilakukan pengukuran berulang. Koefisien cronbach`s alpha yang lebih dari nilai r tabel disebut reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan keandalan instrumen (Sugiyono, 2008). Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai demografi responden yang menunjukkan tingkat pendidikan, lamanya bekerja dan usia responden. Sedangkan untuk memberikan deskriptif tentang karakter variabel-variabel penelitian digunakan tabel distribusi yang menunjukkan mean, median, kisaran dan deviasi standar. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel-variabelnya memiiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik One sample Kolmogorov Smirnov. Jika hasil One sample Kolmogorov Smirnov diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Akan tetapi, jika hasil One sample Kolmogorov Smirnov dibawah tingkat kepercayaan 5% tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji Heteroskedastisitas Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi > α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang lebih baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji = 5%. Apabila D-W Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi. Analisis Regresi Menurut Gujarati dalam Ghozali (2005) analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan salah satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai koefisiensi determinasi (R²), nilai statistik F dan nilai
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak) (Ghozali, 2005). Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2005). Rumus ini digunakan untuk mengukur pengaruh variabel moderasi (informasi asimetri) terhadap hubungan antara variabel independen (anggaran partisipatif) dengan variabel dependen (budgetary slack). Rumus yang digunakan sebagai berikut: = + + + ( ) (1) di mana: Y= budgetary slack a= konstanta b1,b2,b3= koefisien regresi variabel X1= anggaran partisipatif X2= informasi asimetri X1 X2= interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri Analisis determinasi (R2) Analisis determinasi dalam regresi linier digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Rumus yang digunakan yaitu: = (2) ( ) +( ) − 2( )( )( ) ) 1−( Keterangan: = koefisien determinasi = koefisien sederhana (product moment pearson) antara X1 dengan Y = koefisien sederhana (product moment pearson) antara X2 dengan Y = koefisien sederhana (product moment pearson) antara X1 dengan X2
Uji koefisien regresi secara bersamasama (uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Rumus yang digunakan yaitu: ℎ
=
(
)/(
)
(3)
Keterangan: R2= koefisien determinasi n= jumlah data atau kasus k= jumlah variabel independen Uji koefisien regresi secara parsial (uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan yaitu: √
ℎ = √ Keterangan: r= koefisien korelasi parsial k= jumlah variabel independen n= jumlah data atau kasus
(4)
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Pada penelitian ini jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 30 kuesioner yang dilakukan dari tanggal 10 Desember 2013 hingga tanggal 19 Desember 2011 dan kuesioner yang kembali sebanyak 30 kuesioner artinya persentase tingkat pengembalian kuesioner sebesar 100%. Responden dalam penelitian ini yaitu Kasubag Perencanaan ,staf PNS, dan staf kontrak. Pengujian Instrumen Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur untuk mengukur indikator-indikator dari objek penelitian. Di mana instrumen dinyatakan valid apabila tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas. Meskipun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian terdahulu yang telah diuji secara nyata kesahihan dan keandalannya namun uji validitas tetap harus dilakukan.
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya/diandalkan. Suatu instrumen di katakan reliabel/andal jika alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten. Koefisien cronbach`s alpha yang lebih besar dari 0,60 maka disebut reliabel. Hal ini menunjukkan keandalan instrumen. Data dan Analisis Analisis Deskriptif Variabel anggaran partisipatif diperoleh skor rata-rata sebesar 21,00 yang apabila dibagi dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 6 item memberikan skor rata-rata terhadap item pertanyaan sebesar 3,5 ini berarti bahwa rata-rata responden memberikan penilaian pada skor 3-4 pada tiap item pertanyaan. Pada variabel informasi asimetri diperoleh skor rata-rata sebesar 22,27 yang apabila dibagi dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 6 item memberikan skor rata-rata terhadap item pertanyaan sebesar 3,71 ini berarti bahwa rata-rata responden memberikan penilaian pada skor 3-4 pada tiap item pertanyaan. Pada variabel budgetary slack diperoleh skor rata-rata sebesar 20,77 yang apabila dibagi dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 6 item memberikan skor rata-rata terhadap item pertanyaan sebesar 346 ini berarti bahwa rata-rata responden memberikan penilaian pada skor 3-4 pada tiap item pertanyaan. Uji Normalitas Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semua data sampel pada ketiga variabel terdistribusi secara normal karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF berada di bawah 5 dan semua Nilai VIF > Tolerance. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji park yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1 dan LnX2). Hasil uji heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei2 dengan LnX2 yaitu T hitung sebesar -0,272 dengan signifikansi 0,78 dan -1,716 dengan signifikansi 0,09. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Oleh karena tingkat signifikansi > α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan melihat besaran Durbin-Watson. Menurut Singgih Santoso (2000, h. 219) jika angka Durbin Watson berkisar antara –2 sampai dengan +2 maka koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi, sedangkan jika angka DW di bawah –2 berarti terdapat autokorelasi positif dan jika angka DW di atas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif. Sedangkan hasil perhitungan SPSS nilai DW sebesar 1,442 yang berada pada kisaran tidak adanya masalah autokorelasi sehingga data sesuai dengan yang dipersyaratkan. Analisis Kuantitatif Analisis regresi linier berganda Berdasarkan hasil analisis regrei linier berganda yang dilakukan didapat nilai konstanta sebesar 20,463, koefisien regresi anggaran partisipatif sebesar -1,560, koefisien regresi informasi asimetri sebesar -2,688 dan koefisien regresi variabel moderasi yang merupakan interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri sebesar 0,105. Berdasarkan koefisien determinasi tersebut dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Dimana: a= 20,463 b1= - 1,560 b2= - 2,688 b3= 0,105
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Tabel 1. Analisis Regresi Linier Berganda
Model (Constant) ANGGARAN PARTISIFATIF INFORMASI ASIMETRI PARTISIPASIINFORMASI ASIMETRI
Unstandardized Coefficients B Std. Error 20,463 6,278
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
3,259
0,003
-1,560
0,777
-1,746
-2,007
0,050
-2,688
0,934
-2,546
-2,879
0,006
0,105
0,042
3,222
2,488
0,016
= 20,463 + −1,560( ) + −2,688( ) + 0,105( = 20,463 − 1,560 − 2,688 - + 0,105 Dari persamaan di atas dapat dijelaskan: Jika varibel anggaran partisipatif (X1) naik sebesar satu satuan maka budgetary slack (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1,560 dengan asumsi informasi asimetri (X2) dan interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri (X1.X2) semua tetap atau konstan. Jika varibel informasi asimetri (X2) naik sebesar satu satuan maka budgetary slack (Y) akan mengalami penurunan sebesar 2,688 dengan asumsi anggaran partisipatif (X1) dan interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri (X1.X2) semua tetap atau konstan. Jika interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri (X1.X2) naik sebesar satu satuan maka budgetary slack (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,105 dengan asumsi anggaran partisipatif (X1) dan varibel informasi asimetri (X2) tetap atau konstan. Analisis determinasi (R2) Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan diperoleh angka R2 (R square) sebesar 0,339 (33,9 %) hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu anggaran partisipatif dan informasi asimetri terhadap budgetary slack sebesar 33,9 % sedangkan 66,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
)
(5) (6)
Uji koefisien regresi secara bersamasama (Uji F) Hasil uji koefisien regresi secara bersama-sama diperoleh F hitung sebesar 9,410 df1 sebesar 2 dan df2 sebesar 27 sedangkan F tabel sebesar 3,354 dan signifikansi sebesar 0,00. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan data tersebut F hitung>F tabel (9,410>3,354) dan sig F hitung < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa maka disimpulkan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara anggaran partisipatif, informasi asimetri dan anggaran partisipatifinformasi asimetri secara bersama-sama terhadap budgetary slack. Uji koefisien regresi secara parsial (Uji t) Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan nilai t hitung variabel anggaran partisipatif sebesar -2,007, df sebesar 27 dengan signifikansi sebesar 0,05. Artinya variabel anggaran partisipatif berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran artinya hipotesis pertama Ha1 diterima. Pada variabel interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri terdapat nilai t sebesar 2,488 dengan signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (0,01<0,05) artinya variabel anggaran partisipatif-informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack artinya hipotesis kedua Ha2 diterima.
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Pembahasan Hipotesis Penelitian Pengaruh Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack Hasil penelitian ini berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan nilai t hitung variabel anggaran partisipatif sebesar -2,007, df sebesar 27 dengan signifikansi sebesar 0,05. Artinya variabel anggaran partisipatif berpengaruh signifikan terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian ini sama hasilnya dengan hasil penelitian hasil penelitian Hafsah (2005) dengan judul Pengaruh Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack menunjukkan anggaran partisipatif berpengaruh secara signifikan terhadap senjangan anggaran. Penelitian lain dengan judul yang sama dan menunjukkan hasil yang sama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2008), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anggaran partisipatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap budgetary slack. Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Hubungan antara Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack Hasil penelitian ini menyatakan pada variabel interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri terdapat nilai t sebesar 2,488 dengan signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (0,01<0,05) artinya variabel anggaran partisipatif-informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Falikhatun (2007) dengan judul Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Hubungan antara Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack yang mengatakan informasi asimetri mempunyai pengaruh negatif tetapi signifikan terhadap hubungan anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Penelitian lain yang dilakukan oleh supanto (2010) dengan judul yang sama menunjukkan hasil bahwa informasi asimetri memoderasi hubungan anggaran partisipatif dengan budgetary slack. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uji interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA) yang telah dilakukan dan telah dibahas
pada bab empat maka dapat disimpulkan: Hasil analisis regresi linier berganda secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack dengan arah negatif, artinya semakin tinggi anggaran partisipatif pada pemerintah daerah Kabupaten Buleleng baik melalui partisipasi individu maupun manajemen konsultasi maka budgetary slack dalam penyusunan anggaran akan semakin menurun. Selain itu anggaran partisipatif yang diterapkan pada pemerintah daerah Kabupaten Buleleng dapat berjalan maksimal karena komunikasi antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik sehingga bawahan merasa tidak perlu melakukan budgetary slack untuk kepentingan pribadinya karena para bawahan merasa tujuan organisasi dalam anggaran merupakan tujuan bersama yang harus dicapai secara bersama-sama pula, dan Variabel moderasi yang merupakan interaksi antara anggaran partisipatif dengan informasi asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi asimetri memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Artinya perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan sangat mempengaruhi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack. Informasi yang dimiliki bawahan akan sangat bermanfaat bagi penetapan anggaran agar tidak terjadi budgetary slack dalam penyusunan anggaran. Informasi yang dimiliki bawahan pada pemerintah daerah Kabupaten Buleleng sangat berguna karena dalam anggaran partisipatif yang diterapkan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng dalam penyusunan anggaran para bawahan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki tentang wilayah tanggungjawab mereka sehingga penyusunan anggaran menjadi akurat dalam mencapai tujuan bersama serta anggaran bebas dari budgetary slack. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: Pemerintah daerah dapat
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) meningkatkan partisipasi pegawai tingkat menengah ke bawah dalam penyusunan anggaran karena peningkatan partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi budgetary slack. Anggaran partisipatif juga dapat meningkatkan kinerja pegawai atau karyawan karena merasa bertanggungjawab terhadap anggaran yang disusun bersama, serta mengurangi tekanan terhadap pegawai atau karyawan karena tujuan yang ingin dicapai ditetapkan bersama sesuai kemampuan pegawai atau karyawan. Dengan adanya anggaran partisipatif, perbedaan informasi antara bawahan dengan atasan juga dapat berkurang karena para bawahan tidak segan mengungkapkan perbedaan informasi yang dimiliki untuk kepentingan bersama dan Masih diperlukan penelitian pada bidang yang sama untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian karena penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai budgetary slack memberikan hasil yang berbeda-beda. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada Ibu Ni Nyoman Somawati,SE., selaku Kasubag Anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Bapak Gede Suartama, SE., selaku Kasubag Anggaran pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan Ibu Gusti Ayu Yuliati, SE., selaku Kasubag Anggaran pada Pariwisata dan Budaya yang telah memberi ijin kepada saya untuk melakukan penelitian dan menyebarkan kuesioner. Bapak dan Ibu dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Rika Sari. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Information Asymetry, dan Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran (Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta Anissarahma, dini. 2008. Partisipasi Anggaran,
Pengaruh Informasi
Asimetris, Budget Emphasis dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Slack Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Telkom Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Bastian, indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Chiristina, Vitha. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderating pada PT Perusahaan Gas Negara (PERSERO) TBK, Jawa Bagian Barat. Medan: Skripsi USU. Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and InformationAsymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. TheAccounting Review, p. 400-410. Falikhatun. 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan 37 Group Cohensiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Se-Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar. Falikhatun, 2007. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas Kelompok. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 6, no. 2. Surakarta Fitri, yulia. 2007. Senjangan Anggaran: Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Penganggaran dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 2 no. 3. Gorontalo Garrison, Ray H, dan Eric W. Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2008. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah. http: // www. bppk. depkeu. go.id/ index.php/ id/ 2008050879/jurnal-akuntansi emerintah/hubungan-dan-masalahkeagenan-di-pemerintahandaerah.html (Dilayari 1 Oktober 2013). Hendri, Febri. 2008.Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi Sebagai variabel Moderating.Skripsi.Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset: Yogyakarta. Muhammad, Gamal. 2001. Pengaruh Interaksi Partisipasi Anggaran, informasi Asimetris dan Penekanan Anggaran terhadap Budget Slack (Studi Kasus Pada Samudra Indonesia Group). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Nuryanti, Dewi. 2012. Pengertian Data Kualitatif & Kuantitatif. Tersedia pada http://www.dewinuryanti.com/2012/12/ data kualitatif pengertian data kualitatif dan kuantitatif.html. (diakses pada 10 Oktober 2013). Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metodologi Jakarta: PT. Grasindo.
Penelitian.