TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI NIM 1291662017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI NIM 1291662017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 11 MARET 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak NIP 19550910 198403 1 001
Dr.Drs.I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak NIP 19570110 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak NIP 19641224 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 11 Maret 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 0692/UN14.4/HK/2015, Tanggal 4 Maret 2015
Ketua : Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak. Anggota: Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak. Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak. Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, Msi.,Ak.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
: Putu Novia Hapsari Ardianti
NIM
: 1291662017
Program Studi : Magister Akuntansi Judul Tesis
: Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana).
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 30 Maret 2015
Putu Novia Hapsari Ardianti
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana)”. Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak. sebagai Dosen Pembimbing Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Bapak Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra, Msi., Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana. 3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. 4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 8. Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, Msi., Bapak Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi.,Ak., beserta Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi., sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada penulis. 9. Seluruh pegawai dan staf SKPD Kabupaten Jembrana yang telah bersedia memberikan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 10. Orang tua tercinta, Ayah Ir. I Ketut Swijana, MT. dan Ibu Ir. N.L.P Mei Ardiani, serta adik tersayang I Made Joddy Dewangga Putra yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral, dan material kepada penulis.
vi
11. Sahabat-sahabat khususnya I Gusti Ayu Pradnya Dewi, Ni Made Rahindayati, Rahayu Damayanti, Laksmi Cintya, Saka Sumarsana, Gede Bagus Brahma Putra, Desak Nyoman Yuliantari, Lusi Adimakayani dan Mas Pramitasari, serta seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XI dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.
Denpasar, Maret 2015 Penulis
vii
ABSTRAK PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
Diduga partisipasi penganggaran tidak selalu linear pengaruhnya pada budgetary slack. Hal ini dikarenakan adanya faktor kontijensi, empat diantanya adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan oleh agen dengan jumlah estimasi yang terbaik dari perusahaan. Agen cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai. Penganggaran partisipatif adalah hal yang sering dihubungkan dengan budgetary slack. Namun, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Dalam penelitian ini diajukan variabel asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 110 pejabat eselon SKPD Kabupaten Jembrana yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (MRA). Hasil yang diperoleh adalah variabel penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack. Variabel self esteem, dan locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, sedangkan variabel asimetri informasi dan kapasitas individu tidak mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Kata kunci: budgetary slack, penganggaran partisipatif, self esteem, locus of control, kapasitas individu
viii
ABSTRACT THE EFFECT OF PARTICIPATORY BUDGETING ON BUDGETARY SLACK WITH ASYMMETRY INFORMATION , SELF ESTEEM , LOCUS OF CONTROL AND INDIVIDUAL CAPACITY AS MODERATING VARIABLE ( A STUDY ON JEMBRANA LOCAL GOVERMENT SKPD’S,BALI)
Budgetary participation not always has a linear effect on budgetary slack. This is because the contingency factors, four of them are asymmetry information, self-esteem, locus of control, and individual capacity. The research aimed to determine whether asymmetry information, self esteem, locus of control, and individual capacity capability to moderate the effects of participatory budgeting on budgetary slack. Budgetary slack is the difference between the amounts of the budget that was reported by the agents with the best estimate of the number of companies. Agents tend to make the budget by decreasing the revenue and increasing the cost compared with the best estimate of the proposed, so that the target would be easier to achieve. Participatory budgeting is often associated with budgetary slack. However, several previous studies have shown inconsistent results related to the effect of budget participation on budgetary slack. The difference in the results of the study can be completed through a contingency approach. This research uses asymmetry information, self-esteem, locus of control and individual capacity as the moderating variable in the relationship between participatory budgeting on budgetary slack. The data was collected using questionnaire. The amount of samples in this research were 110 echelon SKPD’s Jembrana selected by purposive sampling method. The analysis technique used regression analysis moderation. The result showed that participatory budgeting had a positive effect on budgetary slack. Selfesteem and locus of control weaken the effect of participatory budgeting on the budgetary slack, while asymmetry information and individual capacities are not be able to moderate the effect of participatory budgeting on budgetary slack. Keywords: Budgetary Slack, Asymmetry Information, Self Esteem, Locus Of Control, Individual Capacity.
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL PERSYARATAN GELAR LEMBAR PENGESAHAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
……………………………………........ i …………………………………………. ii ……………………………………….... iii …………………………………………. iv …………………………………………. v …………………………………………. vi …………………………………………. vii …………………………………………. viii ……………………………………….... ix ………………………………...…......... xii ……………………………………….... xiii ……………………………………….... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan.......................................................................... 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah (APBD).... 2.2.1 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).................................................... 2.3 Pendekatan Teori Kontijensi..................................................... 2.4 Senjangan Anggaran.................................................................. 2.5 Penganggaran Partisipatif.......................................................... 2.6 Asimetri Informasi..................................................................... 2.7 Self Esteem................................................................................ 2.7.1 Ciri-Ciri Self Esteem.......................................................... 2.8 Locus Of Control....................................................................... 2.9 Kapasitas Individu.................................................................... 2.10 Penelitian Terdahulu.................................................................
ix
1 7 8 8
10 15 16 17 19 20 21 22 23 24 26 27
BAB 3.1 3.2 3.3
III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka berpikir........................................................................ 29 Konsep penelitian........................................................................ 31 Hipotesis penelitian..................................................................... 32 3.3.1 pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack................................................................................... 32 3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh peng anggaran partisipatif pada budgetary slack................ 33 3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack................................ 34 3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack.................................... 35 3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack........................................ 35
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 37 4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian..................................... 38 4.3 Data Penelitian............................................................................. 39 4.3.1 Jenis Data............................................................................ 39 4.3.2 Sumber Data....................................................................... 39 4.3.3 Metode Penentuan Sampel................................................. 39 4.4 Variabel Penelitian....................................................................... 43 4.4.1 Identifikasi Variabel........................................................... 43 4.4.2 Definisi Operasional Variabel............................................ 44 4.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 48 4.6 Instrumen Penelitian................................................................... 48 4.6.1 Skala Pengukuran.............................................................. 48 4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas............................................. 49 4.7 Teknik Analisis Data................................................................... 50 4.7.1 Uji Asumsi Klasik............................................................... 50 4.7.1.1 Uji Normalitas.......................................................... 50 4.7.1.2 Heteroskedastisitas................................................ 51 4.7.2 Analisis Regresi................................................................... 51 BAB V 5.1 5.2 5.3
HASIL PENELITIAN Deskripsi Responden…………………………………............54 Karakteristik Responden……………………………………..55 Hasil Analisis Data………………………………………...... 57 5.3.1 Statistik Deskriptif ……………………………............. 57
x
5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………....... 58 5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik……………………….........… 60 5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis…….... 61
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack.. ....66 6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack …………………….............67 6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack..............................................68 6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack …………………….............69 6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack…………………………… 70 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan………………………………………………............71 7.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian..…………………………..72
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................73 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2007-2013........................................
3
1.2
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah).................
3
4.2 4.3 4.4
Nama- Nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana........................................................ 41 Jumlah Sampel Penelitian................................................................................. 42 Indikator Penilaian Variabel............................................................................ 47
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8
Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner .......................... Karakteristik responden ...................................................................... Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian..................................... Statistik deskriptif ............................................................................... Hasil uji reliabilitas instrumen ............................................................ Hasil uji normalitas .............................................................................. Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................ Hasil analisis regresi moderasi (MRA) ...............................................
xii
54 56 57 57 59 60 61 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1 : Kerangka Berpikir …………………………………………... 3.2 : Konsep Penelitian ………………………………………….. 4.1 : Rancangan Penelitian ……………………………………....
xiii
30 31 38
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 11.
Lampiran Halaman Ringkasan hasil penelitian sebelumnya .................................................. 1 Kuesioner ............................................................................................... 8 Statistik deskriptif .................................................................................. 13 Hasil uji validitas ................................................................................... 14 Hasil uji reliabilitas ................................................................................ 20 Hasil uji normalitas ................................................................................ 22 Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................... 23 Hasil analisis regresi moderasi (MRA) .................................................. 24
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan, yang berisikan rencana kegiatan di masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan (Hansen dan Mowen,1997; Nouri, 1996). Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan suatu proses politik, dimana anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002). Kabupaten Jembrana telah mengalami reformasi penganggaran sejak diberlakukannya otomoni daerah yang diatur dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Reformasi penganggaran ini merupakan perubahan dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) (Sandrya, 2013). Sistem anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dan menggunakan kinerja sebagai tolok ukur (Mahsun, 2007). Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong agen melakukan senjangan anggaran (budgetary slack) demi jenjang karir yang lebih b aik di masa mendatang. Budgetary slack banyak terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh
1
kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa,2004). Dalam hal ini, eksekutif sebagai agen melakukan penyusunan anggaran yang akan disahkan oleh legislatif yang bertindak sebagai prinsipal. Budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan oleh agen dengan jumlah estimasi yang terbaik dari perusahaan (Anthony dan Govindaradjan,
2007).
Agen
cenderung
mengajukan
anggaran
dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai. Hilton dalam Hermanto (2003) menyatakan ada tiga alasan utama agen melakukan budgetary slack: (a) orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka mencapai anggarannya; (b) budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika tidak
ada
kejadian
yang
tidak
terduga,
maka
agen
tersebut
dapat
melampaui/mencapai anggarannya; (c) rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya (Falikhatun, 2007). Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yang menyebabkan bias dalam evaluasi kinerja agen terhadap unit pertanggungjawaban. Dilihat pada tabel 1.1, kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Propinsi Bali, namun Kabupaten Jembrana selalu bisa mencapai target anggaran pendapatan dan belanja daerahnya (Prasojo et all, 2005).
2
Tabel 1.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Kabupaten /kota
Jumlah pendapatan daerah (Rp) JJembrana 745.334,983 Tabanan 1.253.026,819 Badung 2.954.662,971 Gianyar 1.248.415,648 Klungkung 711.405,235 Bangli 702.229,030 Karangasem 1.041.577,611 Buleleng 1.390.657,293 Denpasar 1.547.605,213 Sumber: Bapeda Provinsi Bali (data diolah 2014)
Jumlah belanja daerah (Rp) 718.538,444 1.198.702,307 2.755.459,722 1.192.027,629 665.548,503 652.343,659 1.078.485,761 1.413.380,933 1.537.883,625
Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Dearah Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2007-2013 (dalam jutaan rupiah) Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Anggaran Pendapatan Asli Daerah (Rp) 14.989,35 19.523,66 20.755,68 32.824,81 36.247,62 51,525,70 63,525,47
Realisasi Pendapatan Daerah (Rp)
Persentase pencapaian (%)
Anggaran Belanja Daerah (Rp)
Realisasi Belanja Daerah (Rp)
Persentase pencapaian( %)
16.975,88 21.235,51 33.952,88 41.996,03 41.330,60 46.470,11 68,485,48
113,25% 108,77% 163,58% 127,93% 114,02% 90,19% 107,80%
430.728,50 500.248,97 514.245,61 550.991,34 615.427,63 728.713.20 797.854.89
392.380,64 445.271,55 479.134,81 496.307,78 546.848,47 664.723,06 718.538.44
91,10% 89.01% 93,17% 90,07% 88,85% 91,21% 90,05%
Sumber: Pemerintah Kabupatem Jembrana (data diolah 2013)
Perkembangan anggaran pendapatan asli daerah dan belanja daerah Kabupaten Jembrana tahun anggaran 2007-2013 dapat dilihat pada table 1.2, angka realisasi pendapatan daerah cenderung lebih tinggi dibandingkan angka anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan dan angka realisasi belanja daerah yang lebih rendah dibanding dengan anggaran belanja daerah dari tahun ke tahun. Fraud yang ditunjukkan dalam tabel diatas dapat diduga terjadi budgetary slack, dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya sehingga selalu bisa tercapai dan kinerjanya dinilai baik.
3
Proses penggangaran dapat dilakukan dengan metode top down, bottom up, dan penganggaran partisipatif (Hapsari,2011). Penganggaran partisipatif inilah yang sering dihubungkan dengan budgetary slack. Hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968), Young (1985) dan Lukka (1988) menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran memiliki pengaruh positif dan dapat meningkatkan terjadinya budgetary slack, karena individu-individu berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran mencari kemudahan dalam pencapaian anggaran yang ditetapkan dan menginginkan penghargaan atas pencapaian target
anggaran tersebut. Namun,
beberapa penelitian lain
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana penelitian yang dilakukan oleh Onsi (1973), Camman (1976), Merchant (1985) dan Dunk(1993) mengungkapkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi budgetary slack, karena agen membantu memberikan informasi kepada prinsipal tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Adanya partisipasi dalam penganggaran ini diharapkan mampu membantu jalannya penganggaran agar mencapai hasil yang baik. Hasil penelitian yang berlawanan ini mungkin karena ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hubungan antara penganggaran partisipatif dan senjangan anggaran (Latuheru,2005). Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary slack (Govindarajan ,1986). Dalam penelitian ini diajukan variabel asimetri informasi, self esteem,
4
locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Asimetri informasi adalah suatu kondisi apabila prinsipal tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam kinerja aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi (Anthony dan Govindaradjan, 2007). Adanya asimetri informasi ini sering kali dimanfaatkan oleh agen dengan tidak memberikan seluruh informasi yang dimilikinya dan membuat anggaran yang lebih mudah dicapai sehingga terciptalah budgetary slack. Self Esteem merupakan suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Seseorang dengan Self Esteem yang tinggi dimana mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang dengan Self Esteem rendah merasa kurang baik dengan dirinya. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting, berharga, berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka (Hapsari,2011). Hasil penelitian Belkoui (1989), Nugrahani dan Sugiri (2004) membuktikan secara empiris bahwa agen yang memiliki self esteem rendah memiliki peluang lebih tinggi dalam membuat budgetary slack. Locus of control menurut Mustikawati (1999) dalam Sinaga (2013) didefinisikan sebagai tingkatan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mengontrol nasibnya sendiri. Seseorang yang tidak memiliki locus of control yang
5
baik akan gagal menjalankan tugasnya dalam melakukan penyusunan anggaran. Hal ini tentu saja menjadi indikasi gagalnya partisipasi anggaran yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan kinerja dan rendahnya pencapaian sehingga berakibat timbulnya budgetary slack (Sinaga,2013). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh Adi dan Mardiasmo (2002) yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh terhadap budgetary slack. Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu mempersiapkan tenaga kerja atau aparatur yang memiliki kemampuan dalam bekerja, baik dari segi pendidikan, pelatihan maupun pengalaman, loyalitas kepentingan dan memiliki keterkaitan kepentingan (Sandrya,2013). Dengan disiapkannya kapasitas individu yang baik diharapkan mampu menurunkan terjadinya kesalahan kerja dan kecurangan dalam bekerja yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Yuhertiana (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, penelitian ini fokus pada pengaruh kinerja individu dan karakteristik personal yang berpartisipasi pada penyusunan anggaran sehubungan dengan sistem anggaran berbasis kinerja, dengan menggunakan variabel asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu, sedangkan pada penelitian sebelumnya lebih banyak menguji pengaruh peran organisasi dalam partisipasi anggaran pada budgetary slack, dengan menggunakan variabel komitmen organisasi, budaya organisasi dan ketidakpastian lingkungan.
6
Berdasarkan latar belakang diatas yang ditunjang oleh hasil penelitianpenelitian terdahulu dan data APBD dari Kabupaten Jembrana, maka peneliti termotivasi untuk menguji pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack dengan faktor kontijensi yaitu asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Jembrana, Bali.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang masalah, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack? 2) Apakah
asimetri
informasi
memoderasi
pengaruh
penganggaran
partisipatif pada budgetary slack? 3) Apakah self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack? 4) Apakah locus of control memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack? 5) Apakah
kapasitas
individu
memoderasi
partisipatif pada budgetary slack?
7
pengaruh
penganggaran
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris dan untuk mengetahui: 1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 2) Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 3) Kemampuan self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 4) Kemampuan locus of control memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 5) Kemampuan kapasitas individu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi SKPD Kabupaten Jembrana sebagai pertimbangan dalam rangka menurunkan tingkat terjadinya budgetary slack dalam penyusunan anggaran, dimana dengan memahami karakteristik dan kemampuan personal pegawai SKPD Jembrana akan membantu dalam proses pemilihan individu yang akan dilibatkan secara langsung dalam proses penyusunan anggaran.
8
2) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan, serta dapat dijadikan refrensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah budgetary slack.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan agency theory. Teori keagenan dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang menjelaskan mengenai kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak sebagai principal menunjuk orang lain sebagai agen untuk melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Praktik budgetary slack dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Arifah (2012) mengutip Eisenhard (1989) menyebutkan ada beberapa asumsi yang muncul terkait teori keagenan antaranya: 1)
Asumsi mengenai sifat manusia yang cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri (self interest), keterbatasan rasionalitas
2)
atau daya pikir terhadap masa depan, dan cenderung untuk menghindari risiko.
3)
Asumsi mengenai keorganisasian, konflik antar anggota organisasi, efisiensi dan asimetri informasi antara prinsipal dan agen.
10
4)
Asumsi mengenai informasi, informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Jika agen yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan agen memberikan
informasi
yang
dimilikinya
untuk
membantu
kepentingan
perusahaan. Namun, sering keinginan prinsipal tidak sama dengan bawahan sehingga menimbulkan konflik diantara mereka. Hal ini dapat terjadi misalnya, jika dalam melakukan kebijakan pemberian rewards perusahaan kepada bawahan didasarkan pada pencapaian anggaran. Bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar anggaran mudah dicapai dan mendapatkan rewards berdasarkan pencapaian anggaran tersebut (Darlis,2000). Kondisi ini jelas akan menyebabkan terjadinya budgetary slack. Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan non publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan jumlah dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan, anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor memiliki kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen (Sandrya,2013) Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik meliputi eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Hubungan keagenan dalam penganggaran daerah, adalah:
11
1) Hubungan Keagenan antara Masyarakat (Publik atau Voters) dan Legislatif Legislatif adalah lembaga perwakilan rakyat yang keberadaannya telah dipilih oleh rakyat (voters). Rakyat berdasarkan asas demokrasi adalah prinsipal utama dan legislatif berperan sebagai agen yang mewakili rakyat sebagai prinsipal. Rakyat melakukan pengawasan terhadap DPR dengan cara social pressure, yaitu rakyat berperan sebagai parliament watch, media dan aksi langsung dengan kekuatan massa melalui demonstrasi (Kencana, 2010). Legislatif berperan penting dalam penganggaran daerah, karena DPRD adalah pengesah APBD dalam tahap ratifikasi. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, DPRD dan Gubernur, Bupati atau Walikota menetapkan APBD. Sehingga, DPRD perlu untuk mendengarkan aspirasi rakyat melalui berbagai komponen yang mewakili rakyat, yaitu: Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, kuesioner, kotak pos, media massa, dan lain sebagainya (Kencana, 2010). Masalah keagenan antara legislatif dengan rakyat adalah legislative akan membela kepentingan rakyat atau pemilihnya, tetapi seringkali tidak terjadi karena pendelegasian kewenangan rakyat atau pemilih dengan legislatornya tidak ada kejelasan aturan konsekuensi kontrol keputusan yang disebut abdikasi (abdication). Lupia dan Mc.Cubbins (2000) dalam Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa abdikasi terjadi karena pemilih (voters) tidak ingin mempengaruhi legislatif yang mereka pilih, sedangkan legislatif tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk mengetahui semua kebutuhan rakyat. Sehingga, legislatur cenderung
12
melakukan political corruption dalam proses penyusunan anggaran dan menimbulkan administration corruption. Legislatif akan memaksimalkan utilitasnya (self interest) dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rakyat (Garamvalvi, 1997; Abdullah, 2006). 2) Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Eksekutif (Pemerintah Daerah) Hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan posisi luasnya kekuasaan antara legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif sebagai agen. DPRD tidak menjadi satu kesatuan dengan Kepala Daerah beserta perangkatnya. Hubungan keagenan terjadi dalam konteks pembuatan kebijakan, yang mana legislatif memberikan kewenangan kepada agen untuk membuat usulan kebijakan baru dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak. Fungsi DPRD adalah mengawasi pelaksanaan
peraturan
daerah,
pelaksanaan
keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota, pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan daerah dan pelaksanaan kerjasama internasional di daerah. Sedangkan, kepala
daerah
memiliki
kewajiban
dan
tanggung
jawab
atas
terselenggaranya pemerintahan, serta meningkatkan kepuasan rakyat. Kinerja kepala daerah dinilai dari keberhasilan berbagai program pemerintahan dan kebijakan pada realisasi APBD dalam laporan pertanggungjawaban kepada DPRD (Kencana, 2010). Masalah keagenan dalam hubungan legislatif dan eksekutif adalah legislatif cenderung melakukan “kontrak semu” dengan eksekutif, karena
13
memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power) (Kencana, 2010). Legislatif mengutamakan kepentingan pribadi secara jangka panjang demi menjaga kesinambungan dan nama baik politisi atau anggota dewan. Sedangkan, eksekutif cenderung melakukan budgetary slack karena memiliki
keunggulan
informasi
(asimetri
informasi)
dan
untuk
mengamankan posisinya di pemerintahan. Eksekutif akan mengusulkan anggaran belanja yang lebih besar dan target anggaran yang lebih rendah, agar lebih mudah dicapai ketika realisasi dilaksanakan. 3) Hubungan
Keagenan
antara
Kepala
Daerah
(Bupati)
dan
KepalaDinas/Kantor/Badan Hubungan keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala Dinas/Kantor/Badan adalah Kepala Daerah (Bupati) berperan sebagai prinsipal dan Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai agen. Eksekutif akan menyampaikan dokumen rancangan APBD kepada legislatif untuk diteliti dan disahkan. Kepala daerah berorientasi pada penetapan sistem pengendalian manajemen yang mengatur Dinas/Kantor/Badan, serta mendukung keberhasilan reformasi anggaran, keuangan dan sistem akuntansi daerah. Dinas/Kantor/Badan akan mengajukan daftar usulan kegiatan daerah dan daftar usulan proyek daerah yang akan dibahas oleh panitia
anggaran
daerah.
Perangkat
daerah
(Dinas/Kantor/Badan)
bertanggung jawab dalam pelayanan masyarakat (Kencana, 2010). Kencana (2010) mengutip pernyataan Mardiasmo (2001) bahwa slack yang diciptakan oleh perangkat daerah cenderung merupakan slack yang
14
positif, karena menjaga hubungannya dengan kepala daerah dan mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di pemerintahan.
2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan pengelolaan keuangan Negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses 15
pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun, dkk.,2007).
2.2.1 Prinsip Penyusunan APBD Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD)
berdasarkan
Permendagri No.37/2012 adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran daerah meliputi masa satu tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Prinsip penyusunan APBD berdasarkan pada Permendagri No.37/2012 adalah: 1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah; 2) APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal; 3) Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yaitu memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya tentang APBD;
16
4) Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat; 5) APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan; 6) Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
2.3.Pendekatan Kontijensi Pendekatan
kontijensi
merupakan
sebuah
aplikasi
konsep
yang
menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem kontrol terbaik yang dapat diterapkan untuk semua organisasi dan penerapan sistem yang tepat harus memandang adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi tersebut berada. Teori kontinjensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk berbagai macam tujuan dan untuk menghadapi persaingan (Otley, 1980). Penelitian-penelitian
sebelumnya
menunjukkan
bahwa
ada
ketidakkonsistenan hasil penelitian. Hasil penelitian Camman,1976; Dunk, 1993; Merchant, 1985; Onsi,1973 menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi agen dalam proses penyusunan anggaran akan mengurangi kecenderungan untuk menciptakan budgetary slack. Hal ini terjadi karena agen membantu memberikan informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Sedangkan peneliti lain (Lowe dan Shaw, 1968; Lukka, 1988; Young,1985) mendapatkan bukti empiris bahwa partisipasi anggaran justru menyebabkan manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan senjangan anggaran.
17
Govindarajan (1986) mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai hasil temuan tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontijensi (contingency approach). Beberapa penelitian dalam bidang akuntansi manajemen melalui pendekatan kontinjensi bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel kontekstual dengan desain sistem akuntansi manajemen dan untuk mengevaluasi keefektifan hubungan antara dua variabel (hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack) dengan menggunakan variabel kontekstual sebagai variable moderating (Latuheru, 2005). Dalam pendekatan kontinjensi (contingency approach) dianggap bahwa pembuatan dan penggunaan desain sistem pengendalian manajemen (termasuk penganggaran) yang efektif tidaklah berlaku secara universal (Merchant, 1981). Keefektifannya bergantung kepada berbagai faktor kontekstual yang selalu dikenal dengan faktor-faktor kontinjensi, seperti ketidakpastian lingkungan, teknologi yang diadopsi, budaya organisasi, dan karakter personal. Sistem pengendalian manajemen, seperti partisipasi penganggaran perlu digeneralisasi dengan mempertimbangkan faktor perilaku individu (manager)
dalam
melaksanakan aktivitas apakah melakukan perilaku yang menyimpang (perilaku dysfunctional), sehingga perlu adanya faktor kontijensi karakter personal antara lain adalah self esteem, locus of control, dan kapasitas individu. Hapsari (2011) menyatakan bahwa self esteem dan kapasitas individu mampu menjadi faktor kontijensi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena dengan adanya keyakinan diri pada para manajer dimana mereka menganggap mampu memberikan kontribusi yang positif dan memiliki
18
banyak hal yang dapat dibanggakan untuk kemajuan organisasi secara nyata akan menurunkan budgetary slack yang terjadi saat para manajer diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran. Berdasarkan hal tersebut penting untuk menyiapkan individu yang memiliki self esteem yang tinggi dan kapasitas individu yang baik untuk diikutsertakan dalam penyusunan anggaran. Penelitian Sinaga (2013) menyatakan hasil bahwa locus of control mampu menjadi faktor kontijensi hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary slack. Apabila manajer memiliki internal locus of control, dia akan yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan maka penggunaan anggaran partisipatif akan menimbulkan kepuasan kerja manajer dan diharapkan akan meningkatkan kerja manajer, sehingga mampu menurunkan terjadinya budgetary slack.
2.4 Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack) Kesenjangan Anggaran (budget slack) adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2007). Bawahan melakukan budget slack dengan merendahkan pendapatan atau menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target anggaran akan lebih mudah tercapai. Budget slack timbul karena keinginan dari atasan dan bawahan yang tidak sama terutama jika kinerja bawahan dinilai berdasar pencapaian anggaran. Apabila bawahan merasa insentifnya tergantung pada pencapaian sasaran
19
anggaran, maka mereka akan menciptakan budget slack melalui proses partisipasi (Schiff dan Lewin, 1970; Chow dan Waller, 1988) Budget slack juga didefinisikan sebagai suatu perilaku yang disfungsional bahkan tidak jujur, karena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya dan menyebabkan meningkatnya biaya organisasi (Stevens, 1996). Oleh karena itu, manajer secara moral menilai budget slack sebagai sesuatu yang negatif. Hobson dkk (2011) mengeksplorasi argumen ini dan mengungkapkan bahwa skema pembayaran slack-inducing (insentif) dan nilai-nilai personal mendorong manajer menilai budget slack sebagai perilaku tidak etis.
2.5 Penganggaran Partisipatif Brownell (1982) mengatakan penganggaran partisipatif merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. (Falikhatun, 2007). Adapun karakteristik dari pertisipasi dalam penyusunan anggaran dapat dilihat dari beberapa faktor Sumarno (2005:203), yaitu : a. Pengaruh yang besar dalam partisipasi pengukuran anggaran b. Pengaruh dalam revisi penyusunan anggaran c. Pengaruh mengenai pendapat/usulan dalam penetapan anggaran d. Keyakinan dalam memutuskan suatu anggaran e. Pentingnya kontribusi usulan atau pemikiran dalam penyusunan anggaran f. Keikutsertaan dalam kegiatan penyusunan anggaran.
20
Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran maka disimpulkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran. Maka proses anggaran secara partisipasi sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyusunan anggaran secara partisipasi dapat terjadi pertukaran informasi baik antara atasan dengan bawahan maupun level manajemen yang sama.
2.6 Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah prinsipal atau pemegang kuasa anggaran mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada agen atau pelaksana anggaran mengenai unit tanggung jawabnya, atau sebaliknya. Bila kemungkinan pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan/pemegang kuasa anggaran kepada pelaksana anggaran mengenai pencapaian target anggaran yang disepakati. Sebaliknya, bila kemungkinan kedua terjadi, pelaksana anggaran akan menyatakan target yang lebih rendah daripada yang dimungkinkan dicapai. Young (1985) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat menyebabkan bawahan untuk melebih-lebihkan kebutuhan sumber daya mereka atau mengecilkan kemampuan kerja mereka. Sehingga, interaksi antara anggaran partisipatif dengan asimetri informasi dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack. Secara teoritis, asimetri informasi dapat dikurangi melalui monitoring dan desain sistem informasi yang lebih baik.
21
2.7 Self Esteem Self Esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Self Esteem diukur dengan pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif pada survey Self Esteem adalah “saya merasa bahwa saya adalah seseorang yang sangat berarti, seperti orang lainnya, sedangkan pernyataan pernyataan yang negatif adalah “saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak hal untuk dibanggakan”. Orang yang sepakat dengan pernyataan positif dan tidak sepakat dengan pernyataan negatif memiliki Self Esteem yang tinggi dimana mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang yang dengan Self Esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya. Para peneliti mendefinisikan Self Esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga, berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka (Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian jika seseorang merasa dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena apa yang dilakukannya berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Pernyataan Coopersmith yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995) menyatakan bahwa dengan self esteem individu dapat mengevaluasi dirinya sehingga membuatnya mampu untuk menghargai diri sendiri, hal ini menimbulkan suatu sikap yang disetujui atau dan tidak disetujui dan
22
mengindikasikan perluasan rasa percaya akan kemampuannya, kesuksesannya, dan keberartiannya. Singkatnya, Self Esteem adalah suatu pendapat pribadi yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu yang berpatokan pada dirinya sendiri. Saifuddin Azwar menyatakan bahwa Self Esteem merupakan dasar pembentukan konsep diri. Dikatakan oleh bechman dan O Malley bahwa konsep diri yang positif akan membuat individu lebih ambisius, lebih antusias, dan meletakkan aspirasinya pada level yang tinggi. Self Esteem bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, namun merupakan faktor yang dipelajari, dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan diri sendiri maupun dengan individu yang lain (Sulistyaningsih, 1995).
2.7.1. Ciri-Ciri Self Esteem Sulistyaningsih (1995) mengutip Coopersmith, bahwa ada tiga tingkatan dalam Self Esteem dan tiap tingkatan punya ciri-ciri yang berbeda. Seseorang dengan Self Esteem tinggi mempunyai ciri-ciri aktif, ekspresif, bebas mengungkapkan pendapat, cenderung sukses dalam bidang akademik maupun bidang sosial, mau menerima kritik dan perbedaaan pendapat, mempunyai perhatian yang cukup terhadap lingkungannya, optimistik dan mempunyai tingkat kecemasan yang relatif rendah. Pada tingkat menengah, terdapat ciri-ciri yang hampir sama dengan tinggi, tetapi orang yang memiliki Self Esteem tingkat menengah menunjukan kebimbangan dalam menilai dirinya sendiri sehingga dukungan sosial masih sangat dibutuhkan.
23
Pada tingkatan yang rendah Self Esteem menunjukan ciri-ciri rendah diri, takut terhadap pendapat yang bertentangan dengan dirinya, kurang aktif dan ekspresif bahkan cenderung merasa dirinya terisolasi dan tidak dicintai, dalam aktivitas sosial lebih suka sebagai pendengar dan pengikut, kurang dapat menerima kritik, sering melaumun dan mudah tersinggung. Pernyataan Nuryati Atamimi yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995) juga mencatat pandapat dua ahli yaitu De ViestaF. J. Dan G. T. Thompson bahwa orang-orang dengan Self Esteem yang tinggi cenderung untuk melihat dirinya sebagai orang yang berhasil secara relatif bebas dari kecemasan dan sintom psikomatis, yakni akan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan percaya bahwa usaha-usaha yang dilakukannya akan mendapatkan hasil. Mereka mudah menerima orang lain seperti orang lain menerima dirinya, serta lebih mandiri daripada mereka yang memiliki Self Esteem yang rendah.
2.8 Locus of Control Rotter (1990) mendefinisikan locus of control sebagai suatu variabel kepribadian tentang keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) dirinya sendiri. Konsep Locus of control didasarkan pada teori pembelajaran sosial (theory social learning) (Reiss dan Mitra, 1998). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai macam perilaku potensial yang tersedia untuk mereka (Phares, 1976 dalam Reiss dan Mitra, 1998). Locus of control didefinisikan Mac Donald (1973) dalam Tsui dan Gul (1996) sebagai sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi
24
antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Seseorang yang percaya bahwa mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut internal. Dalam hal ini, mereka mempercayai bahwa pengendalian itu terletak dalam diri mereka sendiri. Dilain pihak, eksternal adalah orang yang percaya bahwa hasil mereka ditentukan oleh agen atau faktor ekstrinsik diluar mereka sendiri. Sebagai contoh, oleh takdir, keberuntungan, kekuatan yang lain atau sesuatu yang tidak dapat diprediksi. Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku seorang manajer dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of controlnya. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya, orang dengan eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Penelitian Singer dan Singer (2001) mencoba untuk mengungkapkan eskalasi ko mitmen yang berbeda-beda pada individu yang sensitizer dan repressor dan individu yang internal locus of control dan external locus of control. Hasil mengungkapkan bahwa individu yang repressor cenderung mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang sensitizer, demikian juga dengan individu yang cenderung internal locus of control mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang cenderung external locus of control.
25
2.9 Kapasitas Individu Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan pelatihan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang baku dan waktu yang relatif lama biasanya dapat membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan umum. Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di instansi terkait dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan atau dunia kerja. Pelatihan biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Sedangkan, pengalaman adalah pendidikan yang diperoleh sesorang selama bekerja di instansinya. Pengalaman seorang pegawai berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang
yang
sudah
handal
dalam
melaksanakan
pekerjaan
karena
pengalamannya dalam beberapa tahun (Simanjuntak, 2011). Menurut David (1964) yang dikutip oleh
Nasution (2011) kinerja
seseorang merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Motivasi merupakan perpaduan antara sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan merupakan
perpaduan
antara
pengetahuan
dan
keterampilan
seseorang.
Kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja dan berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Individu yang
26
memiliki pengetahuan yang cukup adalah individu yang berkualitas dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya.
2.10 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai budgetary slack telah dilakukan oleh banyak peneliti dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 2.2 (Lampiran 1). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Andriyani dan Hidayati (2010), Nasution (2010) dan penelitian-penelitian lainnya menunjukkan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat menyebabkan budgetary slack. Hasil-hasil tersebut berbeda dengan penelitian Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Minan (2005), Utomo (2006), Supanto (2010), Schoute dan Wiersma (2011), dan penelitianpenelitian lainnya yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat mengurangi terjadinya budgetary slack. Sebaliknya, jika anggaran partisipatif menurun, maka dapat meningkatkan budgetary slack. Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh variabel kontijensi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan tersebut. Penelitian ini mereplikasi penelitian Sandrya (2013) dengan menggunakan satu variabel kontijensi yang sama yaitu kapasitas individu dan
27
menambahkan variabel kontijensi lainnya yaitu asimetri informasi, self esteem,dan locus of control.
28
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan hasil dari abstraksi dan sintesis teori dari kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Pembentukan kerangka berpikir bertujuan untuk menjawab dan memecahkan persoalan penelitian, yaitu penyusunan hipotesis penelitian yang merupakan dugaan sementara. Dalam membentuk kelompok teori yang akan dikemukakan pada kerangka berpikir untuk membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya (Sugiono,2010;31). Selanjutnya dilakukan pengujian statistik terhadap variabel tersebut. Dari hasil pengujian statistik akan diketahui apakah penelitian ini mendukung teori dan studi empiris yang telah ada sebelumnya. Isu budgetary slack telah dibahas oleh beberapa peneliti dengan hasil yang tidak konsisten dan berdasarkan data Anggaran Belanja Asli dan Belanja Daerah Kabupaten Jembrana, sehingga peneliti termotivasi untuk memasukkan variabel pemoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara penganggaran partisipatif dengan budgetary slack. Variabel moderasi yang digunakan adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu yang mungkin mempengaruhi penganggaran partisipatif dan budgetary slack.
29
Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian yang disajikan pada Gambar 3.1 berikut ini: PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
Kajian Teoretis 1. Teori keagenan (agency theory) sebagai grand theory 2. Pendekatan Teori kontijensi sebagai teori pendukung
H1: H2: H3: H4: H5:
Kajian Empiris Penelitian terdahulu : 1.Artikel asing: Lowe dan Shaw (1968), Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Collin (1978), Baiman (1982), Young (1985), , Lukka (1988), Siegel dan Marconi (1989), Dunk ( 1993), Dunk dan Perera (1997), Douglas dan Wier (2000), Martjin dan Wiersma (2011), Nouri dan Parker (1996),dll 2.Artikel Indonesia (nasional): Wartono (1998), Supomo dan Indriantoro (1998), Yuwono (1999), Latuheru (2005), Hafsah (2005), Minan (2005), Utomo (2006), Sari (2006), Nasution (2011), Hapsari (2011), Sandrya (2013), Sinaga (2013) , dll
Hipotesis: Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack. Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Self esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Pengujian Hipotesis Pengujian H1, H2, H3, H4, dan H5 menggunakan analisis regresi moderasi dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA) Uji model: uji statistik F (F-test) Uji hipotesis: uji statistik t atau uji parsial (t-test) Pembahasan Hasil Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
30
3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan konsep berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian disusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kerangka konsep menunjukkan semua variabel yang berpengaruh pada penelitian. Konsep penelitian dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.2 sebagai berikut: Asimetri Informasi Self Esteem Budgetary Slack
Penganggar an partisipatif Kapasitas Individu Locus of Control
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
Gambar 3.2 mendeskripsikan pengaruh variabel
independen
yaitu
penganggaran partisipatif pada budgetary slack sebagai variabel dependen dengan asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi.
31
3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack Sistem anggaran berbasis kinerja yang kini diberlakukan adalah reformasi dari sistem anggaran berbasis tradisional yang menggunakan kinerja
sabagai
penyelenggaraan
tolok
ukur
kegiatan
keberhasilan
pemerintahan.
suatu Namun,
organisasi
dalam
penilaian
kinerja
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran daerah menimbulkan terjadinya budgetary slack. Agen cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai, hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan penghargaan atas target yang telah dicapai. Selain itu, tahap perencanaan dan persiapan anggaran daerah sering menimbulkan budgetary slack, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa, 2004). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968), Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Andriyani dan Hidayati (2010), dan Nasution (2011) dan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa penganggaran partisipatif meningkatkan terjadinya budgetary slack. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H1:
Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack.
32
3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Berdasarkan teori keagenan, manusia akan bertindak opportunistik yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi di masa mendatang guna meningkatkan kinerjanya, sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen mengetahui informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen yang berpartisipasi dalam penganggaran dapat menimbulkan budgetary slack. Karena, kinerja yang dinilai dari tingkat pencapaian anggaran menjadi motivasi agen untuk melakukan asimetri informasi untuk memudahkan pencapaian anggaran. Teori ini didukung oleh Young (1985), Utomo (2006), Djasuli dan Fadilah (2011) bahwa interaksi penganggaran partisipatif dan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan pada budgetary slack. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001) dalam Falikhatun (2007), eksekutif sebagai agen cenderung melakukan budgetary slack, karena bertujuan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan. Sedangkan, legislatif sebagai principal cenderung melakukan kontrak semu dengan eksekutif. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dihipotesiskan:
33
H2:
Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack.
3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack Penciptaan slack dalam anggaran memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Slack diciptakan penyusun anggaran untuk mengamankan jabatan, mendapatkan bonus, ataupun mendapatkan promosi dari atasan, oleh karena itu slack dalam anggaran seharusnya dihindari atau sekurangkurangnya diminimalkan oleh perusahaan. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi diharapkan mampu untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka cenderung memandang dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh, maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena ia memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Pemenuhan tingkat aspirasi mereka lebih pada kinerjanya bukan pada tujuan pribadinya. Hal ini didukung oleh penelitian Belkoui (1989) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) serta penelitian Nugrahani dan Sugiri (2004)
sendiri, yang sama-sama
memberikan bukti empiris bahwa karyawan yang memiliki Self Esteem rendah cenderung lebih
tinggi
dalam membuat
budgetary
slack.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H3 : Self Esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack
34
3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack Pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack dapat diperkuat dan diperlemah oleh locus of control. Menurut Robbins (1996) dalam Sinaga (2013) locus of control adalah sampai sejauh mana orang yakin bahwa mereka menguasai nasib mereka sendiri. Dunk dan Nouri (1998) mengemukakan bahwa bila manager berpandangan bahwa faktor penentu berada dalam kendali individu (internal locus of control), maka manajer akan berusaha secara optimal untuk mempengaruhi organisasi agar dapat mencapai target yang ditentukan. Sebaliknya, bila manager berpandangan bahwa faktor pengendali berada diluar kendali organisasi (eksternal locus of control), maka manajer akan merasa tidak berdaya untuk menggerakkan organisasi mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam anggaran. Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk menciptakan budgetary slack serta tindakan penyimpangan lainnya untuk memungkinkan tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H4 : Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack
3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran partisipatif pada budgetary slack Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme birokrasi.
35
Sehingga, pemerintah daerah perlu untuk mempersiapkan tenaga kerja atau aparatur yang profesional dalam bekerja. Kapasitas individu dari aparatur daerah dapat terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Hal ini juga penting bagi pemerintah daerah dalam menghadapi dan mengantisipasi ketidakpastian lingkungan, terutama isu budgetary slack. Menurut Yuhertiana (2004), inidvidu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack. Tetapi, Sari (2006), Nasution (2011) dan Hapsari (2011) menyatakan hal yang
berbeda
bahwa
kapasitas
individu
yang
meningkat
justru
memunculkan budgetary slack dan sebagai konsekuensi yang muncul dalam penyusunan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dihipotesiskan: H5:
Kapasitas
individu
memperlemah
partisipatif pada budgetary slack.
36
pengaruh
penganggaran
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang mencakup tahapan-tahapan penelitian mulai dari latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka serta penelitian-penelitian sebelumnya untuk dapat merumuskan suatu hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan data penelitian dan pengujian hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat praktis bagi pemerintah daerah dalam menyikapi isu budgetary slack akibat dari adanya sistem anggaran berbasis kinerja. Populasi pada penelitian ini adalah pejabat struktural yang terdiri dari Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Jembrana. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan yang digunakan adalah metode survei berupa kuesioner. Semua hipotesis penelitian diuji menggunakan analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA) dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 20.0 for windows. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk pembahasan dan interpretasi hasil, diberi kesimpulan dan saran. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
37
Masalah Penelitian Hipotesis Penelitian Variabel Penelitian Instrumen Penelitian: Kuesioner
-
Desain sampel: -populasi -sampel -responden
Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesionerTeknik pengambilan sampel: teknik purposive sampling
Pengolahan data dan analisis
Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data
Simpulan dan saran
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Waktu penelitian adalah pada bulan Juni – Oktober 2014, karena pemerintah daerah akan menyampaikan Kebijakan Umum APBD tahun anggaran 2015 pada pertengahan bulan Juni tahun 2014.
38
4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Data menurut sumbernya Menurut sumbernya, data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2009:137). 1) Data primer diperoleh dari daftar pernyataan dalam bentuk kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. Hasil yang diperoleh akan diolah dalam bentuk pembahasan, kesimpulan dan saran. 2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data APBD tahun anggaran 2007-2013 di Kabupaten Jembrana, Jumlah pejabat struktural di SKPD Kabupaten Jembrana. 4.3.2 Data menurut sifatnya Berdasarkan sifatnya, data dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif (Sugiyono, 2009:14). Penelitian ini hanya menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka (Sugiyono, 2009: 14). Data kuantitatif berupa informasi mengenai laporan APBD tahun 2007-2013 Kabupaten Jembrana, jumlah pejabat strutural Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Jembrana, data yang diperoleh dari pernyataan responden yang dinyatakan dalam angka-angka meliputi skor nilai dari jawaban responden dalam kuesioner penelitian 4.3.3
Populasi dan Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural, terdiri dari Eselon
II, III, dan IV yang masih aktif tugas sampai bulan Desember 2014 yang berjumlah 466. Sampel pada penelitian ini adalah pejabat struktural yang
39
berpartisipasi
dalam
penganggaran
daerah.
Metode
pengumpulan
data
menggunakan metode survei berupa kuesioner, yaitu daftar pernyataan tertulis yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Nama-nama SKPD dan jumlah jabatan struktural di SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan Eselon perangkat daerah dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pejabat struktural di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan eselon perangkat daerah pada Tabel 4.2, antara lain: 1) Pejabat Eselon II (Eselon II/a dan II/b) sebanyak 22, terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Inspektorat, dan Kepala Badan Daerah. 2) Pejabat Eselon III (Eselon III/a dan III/b) sebanyak 101, terdiri dari Kepala Bidang pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Inspektorat, Sekretaris pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Kepala Bagian di lingkungan Sekretaris Daer ah Kabupaten Jembrana. 3) Pejabat Eselon IV (Eselon IV/a dan IV/b) sebanyak 343, terdiri dari Kepala Seksi dan Kepala Sub. Bagian.
40
Tabel 4.2 Nama-nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
SKPD
II
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Dinas Kesehatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan Dinas Pendapatan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Daerah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Rumah Sakit Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan ( 5 Kecamatan) Kelurahan (10 Kelurahan) Jumlah:
Sumber: SekDa Kabupaten Jembrana 2014
41
ESELON III A B 8 4 4 1 4
IV A 24 8 12 11
B -
39 13 17 17
6
21
-
29
1 1
4 4
15 13
-
21 19
1
1
3
12
-
17
-
1 1 1
1 1 1
3 4 3
12 15 12
-
17 21 17
-
1
1
4
15
-
21
-
1
1
4
15
-
21
-
1 1 1
1 1 1
4 4 4
15 11 11
-
21 17 17
-
-
1 1
-
4 4
-
5 5
-
-
1 1
-
4 4
-
5 5
A 1 -
B 6 1 1 1
-
1
1
-
1 1
-
1
Jumlah
1 4 1 4 9 1 1 6 5 5 20 15 10 40 21 41 60 282 61
5 14 8 45 50 466
Tabel 4.3 Jumlah Sampel Penelitian No.
SKPD
I II
Jumlah Populasi Jumlah Eselon yang tidak ikut berpartisipasi dalam penganggaran Jumlah Eselon yang ikut berpartisipasi dalam penganggaran Rincian sampel:
III
1 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Dinas Kesehatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan Dinas Pendapatan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Daerah Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Rumah Sakit Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan ( 5 Kecamatan) Kelurahan (10 Kelurahan) Jumlah sampel:
42
ESELON II III IV A B A B A B 1 21 41 60 282 61 5 10 46 244 51
Jumlah 466 356
1
16 31 14
38
10
110
-
1
1
1
1
-
4
-
1
1
1
1
-
4
-
1 1
1 1
1 1
1 1
-
4 4
-
1
1
1
1
-
4
-
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
-
4 4 4
-
1
1
1
1
-
4
-
1
1
1
1
-
4
-
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
-
4 4 4
-
-
1 1
-
1 1
-
2 2
-
-
1 1
-
1 1
-
2 2
1 1 1 5 10 38
10 10
2 3 2 10 20 110 110
1
1 1 1 1 5 16 31 14 17 45
48
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan. Kriteria dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon II/III/IV (kepala badan/kepala dinas/kepala bagian/kepala kantor/kepala sub bagian/sekertaris pada badan daerah)
yang ikut serta berpartisipasi secara langsung dalam proses
penyusunan anggaran. Kriteria ini digunakan karena tidak semua pejabat eselon ikut serta dalam penganggaran, sehingga digunakan kriteria untuk menghindari terjadinya kesalahan penentuan sampel. Jumlah sampel berdasarkan pada Tabel 4.3 diperoleh sebanyak 110 orang sebagai sampel penelitian.
4.4
Variabel Penelitian
4.4.1
Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang dianalisis pada penelitian ini berdasarkan rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:
1) Variabel Bebas/Independen Variabel bebas atau independen yang dianalisis pada penelitian ini adalah penganggaran partisipatif. 2) Variabel Terikat/Dependen Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah budgetary slack. 3) Variabel Moderasi (Moderating Variable) Variabel moderasi pada penelitian ini adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
43
4.4.2
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:
1) Penganggaran Partisipatif Penganggaran partisipatif adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu yaitu para pejabat struktural yang terlibat dalam penganggaran daerah. Penganggaran partisipatif (PA) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a) Keikutsertaan dalam penyusunan usulan kegiatan, (b) Keterlibatan dalam pembahasan usulan dengan tim anggaran, dan (c) Kontribusi dalam penyusun ananggaran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Milani (1975) pada Adrianto (2008), terdiri dari 5 pertanyaan. 2) Budgetary Slack Budgetary slack adalah usaha masing-masing pejabat struktural dalam penganggaran daerah yang termotivasi untuk mencapai target yang lebih mudah. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Begum (2009) pada Sandrya (2013) di organisasi sektor publik. Indikator budgetary slack (BS) adalah jumlah anggaran pendapatan yang dibuat lebih rendah dari seharusnya dan jumlah anggaran belanja yang dibuat lebih tinggi dari seharusnya, terdiri dari 5 pernyataan. 3) Variabel Moderasi (1) Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya budgetary slack. Kesempatan berpartisipasi digunakan agen
44
untuk membuat budgetary slack guna meningkatkan kinerjanya. Indikator asimetri informasi (AI) diukur dengan 4 indikator, yaitu: (a) Kecukupan informasi, (b) Kualitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi kebutuhan kualitas informasi, (c) Kuantitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi kebutuhan banyaknya informasi, dan (d) Pemahaman informasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Novita, dkk., (2009) di organisasi sektor publik, terdiri dari 6 pernyataan. (2) Self Esteem Self esteem merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan budgetary slack. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi diharapkan mampu untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka cenderung memandang dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh, maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena ia memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Instrumen penelitian berupa kuisioner yang dikembangkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Rosenberg (1965) dan telah diterjemahkan oleh Azwar ( 2003), terdiri dari 10 pertanyaan. (3) Locus Of Control Locus of control merupakan tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Indikator Locus of control (LC) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a) Kepercayaan akan adanya takdir, (b) Kepercayaan diri, (c) Usaha/kerja
45
keras. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sinaga (2013), terdiri dari 8 pertanyaan. (4) Kapasitas Individu Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Indikator Kapasitas Individu (KI) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a) Pendidikan, (b) Pelatihan, dan (c) Pengalaman. Instrumen kapasitas individu berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sari (2006), terdiri dari 7 pernyataan.
46
Definisi operasional dan indikator variabel secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Variabel Anggaran Partisipatif (PA)
Tabel 4.4 Indikator Penilaian Variabel Indikator
Jumlah pertanyaan
- Keterlibatan dalam penyusunan usulan kegiatan - Keterlibatan dalam pembahasan usulan dengan Tim Anggaran - Kontribusi dalam pembahasan anggaran (Supriyatno, 2010) - Kecukupan informasi - Kualitas informasi - Kuantitas informasi - Pemahaman informasi (Novita, dkk., 2009) - Pengendalian diri - Keyakinan untuk sukses dalam menyelesaikan tugas dan berhadapan dengan orang lain - Kepercayaan diri ( A.H Eagly, 2003) - Kepercayaan akan adanya takdir - Kepercayaan diri - Usaha/kerja keras ( Rotler dalam Robbins,1998)
1
Kapasitas Individu (KI)
- Pendidikan - Pelatihan - Pengalaman (Sari, 2006)
3 2 2
Budgetary slack (BS)
- Jumlah anggaran pendapatan yang dibuat lebih rendah dari seharusnya; - Jumlah anggaran belanja yang dibuat lebih tinggi dari seharusnya. (Begum, 2009)
3
Asimetri informasi (AI)
Self Esteem (SE)
Locus of Control (LC)
Sumber data diolah: 2014
47
2 2 1 1 1 3 3 3 4
3 3 2
3
4.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei berupa kuesioner, yaitu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011;135). Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai penganggaran partisipatif, budgetary slack, asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu. Masing-masing variabel tersebut disiapkan dengan jumlah pernyataan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuesioner disertai surat pemohonan untuk menjadi responden diberikan secara langsung. Jika ada halangan tertentu, responden diberikan kebijakan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan responden.
4.6
Instrumen Penelitian
4.6.1 Skala Pengukuran Pengukuran masing-masing varabel menggunakan skala Likert lima poin, yaitu: Skor 1= sangat tidak setuju (STS); Skor 2= tidak setuju (TS); Skor 3= ragu-ragu (RR); Skor 4= setuju (S); dan Skor 5= sangat setuju (SS). Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal. Data ordinal adalah data kualitatif yang menggunakan angka sebagai symbol data kualitatif atau bukan angka sebenarnya dan dalam prosedur statistik, seperti: regresi, uji t dan lain sebagainya, mengharuskan data berskala interval. Tahap awal yang akan dilakukan adalah mengolah data dengan merubah data ordinal menjadi data interval menggunakan Method Successive Interval
48
dengan bantuan program Excel. Method Successive Interval merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data interval (Sarwono dan Budiono, 2012).
4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS (Stastistival Product and Service Solutions) 20.0 for windows. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2011;119). Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan melihat Cronbach’s Alpha. Instrumen yang reliabel berarti bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 (Ghozali, 2011;48). Instrumen yang reliabel belum tentu valid dan instrumen yang valid belum tentu reliabel, sehingga reliabilitas instrum en merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 2011;120). Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah atau tidaknya suatu kuesioner. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan apa yang hendak diukur. Instrumen yang tidak valid atau bias akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis korelasi bivariate pada kolom Corelations (Ghozali, 2011;55).
49
4.7
Teknik Analisis Data
4.7.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah ada pelanggaran asumsi klasik atau tidak, karena merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Estimasi yang tidak sahih atau valid biasanya terjadi karena adanya penyimpangan terhadap asumsi tersebut. Pengujian asumsi klasik meliputi uji Normalitas dan uji Heteroskedastisitas 4.7.1.1 Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi Normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang Normal atau mendekati Normal. Ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu: (a) Analisis grafik, yaitu: dengan melihat Normal Probability Plot, yaitu membandingkan distribusi komulatif dari data observasi dengan distribusi yang mendekati Normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data berdistribusi Normal, maka garis yang menggambarkan data observasi akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011;34). (b) Analisis statistik, yaitu uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Uji ini dilakukan dengan membandingkan dis tribusi
50
kumulatif relatif hasil observasi dengan distribusi kumulatif relatif teoretisnya. Data populasi dapat dikatakan berdistribusi Normal bila koefisien Asymp. Sign. (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 (Ghozali, 2011;33) 4.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2011;105). Model regresi yang baik adalah tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai
variance
yang
homogen.
Jika
suatu
model
regresi
mengandung gejala heteroskedastisitas, maka akan memberikan hasil yang menyimpang. Uji ini dapat dianalisis melalui Uji Glejser dengan melihat tingkat signifikan berada di atas 0,05 maka model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas.
4.7.2 Analisis Regresi Model analisis data dan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah model analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression Analysis).
Pengujian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack, serta mengetahui pengaruh asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu yang memoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif dengan budgetary slack. Analisis regresi ini merupakan aplikasi khusus
51
regresi linier berganda yang mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Bentuk regresi ini dirancang untuk menentukan hubungan antar dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga (variabel moderasi) (Suliyanto, 2011). Secara sistematis diperoleh persamaan regresi: Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PA xAI + b7 PA xSE + b8 PA xLC + b9 PA xKI + e……………….…..……………………. (1) Keterangan: Y : Budgetary Slack PA : Penganggaran Partisipatif AI : Asimetri Informasi SE: Self Esteem LC: Locus of control KI : Kapasitas Individu a: Konstanta b1- b9 : Koefisien Regresi PA xAI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan asimetri informasi PA xSE: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan self esteem PA xLC:Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan locus of control PA xKI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan kapasitas individu e: error atau variabel pengganggu
Berdasarkan analisis regresi, kemudian diamati Goodness of Fit-nya yaitu: koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji t). Adapun penjelasannya sebagai berikut. 1) Koefisien determinasi Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi
52
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto, 2011:55). 2) Uji kelayakan model (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat ma ka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi F ≤ α = 0,05 maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya F > α = 0,05 maka model persamaan regresi tidak masuk dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:67). 3) Uji hipotesis (Uji t) Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis atau pengaruh secara parsial (per variabel bebas) terhadap variabel terikat (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan dengan mengamati hasil regresi yang diolah menggunakan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima (Suliyanto, 2011:67).
53
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Responden Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa kuesioner dengan responden berdasarkan jabatan struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Jembrana yang ikut serta dalam penganggaran daerah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian. Ringkasan penyebaran dan pengambilan kuesioner penelitian disajikan pada Tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner Keterangan Jumlah populasi Jumlah sampel Kuesioner yang dikirim Kuesioner yang direspon Kuesioner yang tidak direspon Kuesioner yang tidak dapat digunakan Kuesioner yang dapat digunakan Tingkat pengembalian (respon rate)=
Jumlah kuesioner 466 110 110 105 5 3 102 x 100% = 95,45%
Tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate) = x100% =92,7 %
Berdasarkan tabel di atas, kuesioner yang dikirim adalah sebanyak 110 kuesioner. Kuesioner yang direspon sebanyak 105 kuesioner atau sebesar 95,45%, dan 3 kuesioner yang tidak dapat digunakan. Sehingga, kuesioner yang dapat digunakan
54
adalah sejumlah 102 kuesioner atau sebesar 92,7% dari seluruh kuesioner yang dikirim. 5.2 Karakteristik Responden Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, serta tingkat pendidikan responden. Pengukuran tersebut diperoleh melalui data yang diperoleh dari kuesioner yang kembali. Karakteristik responden dijelaskan dalam Tabel 5.2 sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini sebagian besar terdiri dari responden yang berusia antara 40 sampai dengan 50 Tahun dengan persentase sebesar 50%, sehingga diharapkan responden sudah memiliki kematangan dalam berpikir dan dapat lebih objektif dalam menjawab pertanyaan kuesioner. Responden sebagian besar memiliki pengalaman berpartisipasi dalam penganggaran selama 1 sampai 2 Tahun dengan persentase 34,31% , dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 62,75%, dengan pengalaman berpartisipasi dan tingkat pendidikan yang baik diharapkan responden mampu menyusun anggaran dengan baik. Selain itu, responden sebagian besar merupakan pejabat eselon III dengan persentase 44,12%, artinya sebagian besar responden merupakan kepala bidang atau kepala bagian di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana yang memiliki informasi paling banyak mengenai keuangan SKPD sesuai dengan bidang dan bagian pertanggungjawabannya, sehingga
55
diharapkan mampu
memberi informasi yang baik dalam proses penyusunan anggaran, serta mampu menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Keterangan Umur 30-40 Th 40-50 th > 50 th Total: Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total: Tingkat pendidikan SMA D3/Akademi Sarjana (S1) Pascasarjana (S2) Total: Pengalaman >1 tahun 1-2 tahun 3-4 tahun 4 tahun Lebih dari 4 tahun Total: Jabatan Pejabat Eselon II Pejabat Eselon III Pejabat Eselon IV Total:
Frekuensi
Persentase 12 51 39 102
11,76% 50,00% 39,24% 100,00%
67 35 102
65,69% 34,31% 100,00%
64 38 102
62,75% 37,25% 100,00%
35 27 8 32 102
34,31% 26,47% 7,84% 31,37% 100,00%
14 45 43 102
13,73% 44,12% 42,15% 100,00%
56
5.3 Hasil Analisis Data 5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data, sedangkan standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Statistik deskriptif dalam penelitian ini ditunju kkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.3 Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian 1,00-1,8 1,81-2,6 2,61-3,4 3,41-4,2 4,21-5
Sangat Rendah Rendah Cukup tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Sumber: Umar (2004) Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Varia bel PA AI SE LC KI BS
N
Minimum
102 102 102 102 102 102
18,00 22,00 24,00 17,00 13,00 16,00
Maksim um 25,00 30,00 39,00 40,00 20,00 25,00
Rata-Rata 22,1176 26,7843 31,6863 35,0882 17,4608 21,7059
Sumber: Lampiran 3 (data diolah), 2015
57
Frekuensi jawaban 4,4235 4,4640 3,1686 4,3860 4,3652 3,6177
Keterangan Sangat tinggi Sangat tinggi Cukup tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Tinggi
Standar Deviasi 1,96148 2,82712 3,38307 3,47296 1,95327 2,43972
Berdasarkan Tabel 5.3 statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum untuk variabel penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of control, kapasitas individu, dan budgetary slack masing-masing sebesar 18,00; 22,00; 24,00; 17,00; 13,00; 16,00 dan nilai maksimumnya masing-masing sebesar 25,00; 30,00; 39,00; 40,00; 20,00; 25,00. Mean variabel penganggaran partisipatif adalah 22,1176 berarti rata-rata penilaian responden pada penganggaran partisipatif sebesar 22,1176. Berdasarkan frekuensi jawaban yang diperoleh, dapat dilihat bahwa responden memiliki partisipasi penganggaran sangat tinggi dengan nilai sebesar 4,4235; asimetri informasi yang sangat tinggi dengan nilai 4,4640; self esteem yang cukup tinggi dengan nilai 3,1686; locus of control yang sangat tinggi dengan nilai 4,3860, kapasitas individu yang sangat tinggi dengan nilai 4,3652; serta tingkat terjadinya budgetary slack adalah tinggi dengan nilai 3,6177.
Standar deviasi sebesar 1,96148 berarti terjadi penyimpangan nilai penganggaran partisipatif terhadap nilai rata-ratanya sebesar 1,96148. Rata-rata untuk variabel asimetri informasi, self esteem, locus of control, kapasitas individu, dan budgetary slack masing-masing adalah 26,7843; 31,6863; 35,0882; 17,4608; 21,7059 sedangkan standar deviasinya masing-masing adalah 2,82712; 3,38307; 3,47296; 1,95327; 2,43972.
5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian 5.3.2.1 Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
58
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:172). Penelitian ini menggunakan korelasi pearson correlation dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) untuk mengukur validitas instrumen. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total. Biasanya syarat minimum suatu kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r ≥ 0,30 (Sugiyono, 2009: 178). Berdasarkan Lampiran 4 dapat diketahui bahwa instrumen-instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan dapat dipakai untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian karena nilai pada pearson correlations setiap instrumen lebih besar rkritis (0,30). 5.3.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan bentuk uji kualitas data apakah kuesioner dapat diandalkan atau reliable. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.4, dimana masing-masing butir pertanyaan memiliki cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 yang artinya semua instrumen penelitian dinyatakan reliable. Tabel 5.5 Hasil uji reliabilitas instrumen No. Variabel Jumlah item cronbach’s alpha 1 PA 5 0,744 2 AI 6 0,892 3 SE 10 0,655 4 LC 8 0,871 5 KI 4 0,697 6 BS 5 0,635 Sumber: Lampiran 5 (data diolah), 2015 59
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 1)
Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih besar dari atau sama dengan 0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan tabel 5.5 diketahui nilai signifikansi sebesar 0,432 > 0,05. Hal ini berarti model regresi berdistribusi normal. Tabel 5.6 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) 0,432 Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015
2)
Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun
60
variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai absolute ei), maka tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125). Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.7 Hasil uji heteroskedastisitas Model T 1 (Constant) -1,224 2 PA -0,534 3 AI -1,904 4 SE 0,748 5 LC 1,789 6 KI -0,953 7 AP*AI 1,721 8 AP*SE -0,223 9 AP*LC -1,789 10 AP*KI 0,932 Sumber: Lampiran 7 (data diolah), 2015
Sig. 0,224 0,595 0,060 0,457 0,077 0,343 0,089 0,824 0,77 0,354
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dari model regresi yang digunakan karena signifikansi setiap variabel bebas lebih besar dari taraf nyata (α) yaitu 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis). Berdasarkan Tabel 5.7 maka dapat disusun persamaan regresi: Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PAxAI + b7 PAxSE + b8PAxLC + b9PA xKI + e……………….…..……………………. = -34,916 + 3,428 PA + 1,025 AI + 0,689 SE + 2,961 LC – 5,224 KI – 0,065 PAxAI - 0,059 PAxSE – 0,153 PAxLC + 0,287 PAxKI + e
61
Berdasarkan atas persamaan regresi yang didapatkan, apabila nilai koefisien regresi penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu serta interaksinya bernilai nol, maka nilai koefisien budgetary slack sebesar -34,916. Hal ini menunjukan bahwa apabila dalam suatu SKPD tidak mengimplementasikan sistem penganggaran partisipatif serta didalamnya tidak ada asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu beserta interaksinya maka pada SKPD tersebut tidak terjadi budgetary slack. Persamaan tersebut juga menunjukan pengaruh positif variabel penganggaran partisipatif (PA), dan interaksi penganggaran partisipatif dengan kapasitas individu (PA*KI). Sedangkan interaksi penganggaran partisipatif dengan asimetri informasi (PA*AI), partisipasi penganggaran dengan self esteem (PA*SE), dan penganggaran partisipatif dengan locus of control (PA*LC) mempunyai pengaruh negatif pada budgetary slack (BS). Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA) Variable
Unstandardized coefficients B (constant) -34,916 PA 3,428 AI 1,025 SE 0,689 LC 2,961 KI -5,224 PA*AI -0,065 PA*SE -0,059 PA*LC -0,153 PA*KI 0,287 Adjusted (R2) 0,610 Signifikansi F 0,000 Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015
62
Sig 0,002 0,000 0,001 0,081 0,000 0,001 0,005 0,031 0,001 0,002
Analisis regresi linear berganda dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis) mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t) yaitu sebagai berikut. 1)
Koefisien Determinasi Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,645. Hal ini
mengandung pengertian bahwa 64,5 persen variasi perubahan variabel budgetary slack mampu dijelaskan oleh variabel penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu, sedangkan sisanya sebesar 35,5 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. 2)
Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) nilai signifikansi F = 0,000 < alpha = 0,05. Hal ini berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak (fit). 3)
Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai berikut.
63
1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai signifikansi t = 0,000 < alpha = 0,05 dan nilai beta sebesar 3,428,. Jadi H1 diterima, dimana hal ini menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack. 2) Kemampuan asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,005 < alpha = 0,05; namun nilai beta sebesar -0,065 menunjukkan arah negatif yang berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran pastisipatif pada budgetary slack. 3) Kemampuan self esteem dalam memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,059 dan nilai signifikansi t = 0,031 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti Self esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 4) Kemampuan locus of control dalam memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,153 dan nilai signifikansi t = 0,001 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti locus of
64
control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. 5) Kemampuan kapasitas individu dalam memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,002 < alpha = 0,05.; namun nilai beta sebesar 0,287 menunjukkan arah po sitif yang berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran pastisipatif pada budgetary slack.
65
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack Hasil pengujian atas hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack. Koefisien regresi bernilai 3,428 menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada bugetary slack. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak individu yang berpartisipasi dalam penganggaran maka semakin tinggi pula peluang terjadinya budgetary slack. Penganggaran partisipatif adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982) Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya, Andriyani dan Hidayati (2010) menemukan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack. Penganggaran partisipatif merupakan salah satu faktor yang menimbulkan budgetary slack, setiap individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran seringkali mencari kemudahan dalam pencapaian anggaran yang ditetapkan, sehingga setiap individu tersebut melakukan budgetary slack dengan cara meninggikan biaya atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah dicapai (Anthony dan Govindarajan, 2005).
66
Menurut Becker dan Green (1962) dalam Muhammad (2001) penganggaran partisipatif dapat merusak motivasi bawahan dan menurunkan usaha pencapaian tujuan organisasi jika terdapat kecacatan dalam goal setting. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam penyusunan anggaran dan keputusan-keputusan apa saja yang memerluakan partisipasi. Kelemahan yang lain yaitu dapat menciptakan partisipasi semu yaitu agent seakan-akan berpartisipasi tapi kenyataannya tidak, agent biasanya hanya dikumpulkan dan diminta menandatangani anggaran yang telah disusun. Hal ini dapat menurunkan motivasi dan semangat kerja agent.
6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack dirumuskan dalam hipotesis kedua (H2). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima, dan H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta memiliki arah yang berlawanan dengan hipotesis yaitu bernilai negatif sebesar 0,065. Berdasarkan hal tersebut, maka asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian Falikhatun (2007) dan Pello (2014) yang menyatakan bahwa asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya asimetri informasi dalam organisasi sektor publik sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai
67
tugas dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya (Falikhatun,2007).
6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack Hipotesis ketiga (H3) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah self esteem mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Koefisien regresi bernilai -0,059 menunjukkan bahwa variabel self esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Jika self esteem yang dimiliki oleh individu yang berpartisipasi dalam penganggaran tinggi, maka kemungkinan terjadinya budgetary slack akan menurun. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hapsari (2011) yang menemukan bahwa self esteem mampu mengurangi budgetary slack. Para peneliti mendefnisikan self esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi. Orang yang memiliki self esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga, berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka (Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian self esteem mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena jika seseorang merasa dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh maka timbul kepercayaan diri bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan menciptakan hasil yang optimal.
68
6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran pada Budgetary Slack
Partisipatif
Hipotesis keempat (H4) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah locus of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Koefisien regresi bernilai -0,153 menunjukkan bahwa variabel locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hal ini berarti, semakin semakin tinggi locus of control yang dimiliki, maka semakin kecil kecendrungan partisipasi bawahan dalam penganggaran dapat meningkatkan budgetary slack. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sari (2006) yang menemukan bahwa locus of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran patisipatif pada budgetary slack. Dimana, apabila setiap individu yang terlibat dalam proses penyusu nan anggaran memiliki locus of control internal yang baik, maka individu tersebut tidak akan melakukan budgetary slack. Hal ini disebabkan karena setiap individu yang memiliki locus of control internal yang baik akan mengetahui konsekuensi apa yang akan diterimanya apabila melakukan budgetary slack (Sari, 2006). Setiap individu yang berpartisipasi dalam penganggaran dengan locus of control internal yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggungjawab atas kinerjanya, dan tidak akan melakukan budgetary slack. Sehingga, adanya locus of control dapat memperlemah pengaruh antara penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
69
6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack
Hipotesis kelima (H5) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima, dan H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta memiliki arah yang berlawanan dengan hipotesis yaitu bernilai positif sebesar 0,287. Berdasarkan hal tersebut, maka kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sandrya (2013) yang menyatakan bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena kapasitas individu merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack. Maskun (2008) berpendapat bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin positif pandangannya pada budgetary slack. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar perangkat daerah mempunyai tingkat pendidikan strata 1 (S1) yaitu sejumlah 62,75 persen, dan berpendidikan pascasarjana sejumlah 31,37 persen, dimana responden yang mayoritas berpendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk bertindak secara rasional dan profesional, sehingga lebih berani untuk mengutarakan pendapatnya kepada atasan.
70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack dengan asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi di SKPD Kabupaten Jembrana, Bali dapat disimpulkan bahwa: 1) Variabel penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack, hal ini bermakna bahwa semakin tinggi partisipasi bawahan dalam penganggaran akan menciptakan budgetary slack yang tinggi. 2) Variabel asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack disebabkan oleh kemungkinan adanya asimetri informasi dalam organisasi sektor publik sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai tugas. Hal ini dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya 3) Variabel self esteem mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hal ini mengindikasikan bahwa seseorang
self
esteem
yang
tinggi
pasti
akan
merasa
mampu
menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak akan melakukan budgetary slack. 4) Variabel locus of control mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Setiap individu yang berpartisipasi
71
dalam penganggaran dengan locus of control internal yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggung jawab atas kinerjanya tersebut, sehingga locus of control akan mengurangi terjadinya budgetary slack 5) Variabel kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Kapasitas individu merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack.
7.2 Saran Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, penelitian ini hanya menghubungkan antara penganggaran partisipatif dan budgetary slack, serta penelitian ini hanya menggunakan asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian
72
yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa saran yang dapat disampaikan. 1) Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penganggaran
partisipatif
berpengaruh pada budgetary slack, sehingga perlu dilakukan pengendalian internal yang lebih memadai dalam pelaksanaan anggaran di SKPD Kabupaten Jembrana. Dengan lebih selektif dalam menentukan individu yang ikut berpartisipasi dalam penganggaran. 2) SKPD Kabupaten Jembrana harus meningkatkan transparansi kepada publik dengan mempublikasikan laporan keuangan maupun informasiinformasi yang berkaitan dengan SKPD Kab. Jembrana, sehingga tidak ada asimetri informasi. 3) SKPD Kabupaten Jembrana harus lebih selektif dalam memilih pejabat yang nantinya akan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran yaitu yang memilik self esteem, locus of control yang tinggi. Karena dengan memiliki self esteem, locus of control internal yang tinggi seseorang akan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang optimal, sehingga menurunkan terjadinya budgetary slack. 4) Penelitian selanjutnya dapat menemukan variabel-variabel baru yang dapat berpengaruh pada budgetary slack, maupun menemukan variabel-variabel lain
seperti
transparansi
pengendalian anggaran
yang
internal, dapat
pengawasan memoderasi
penganggaran partisipatif dan budgetary slack.
73
atasan, hubungan
ataupun antara
DAFTAR RUJUKAN
Adi , Hendrika C Tri dan Mardiasmo. 2002. “Analisis Pengaruh Strategi Institusi, Budaya Institusi, dan Conflict of interest terhadap Budgetary Slack”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.17, No.1. Adrianto, Yogi. 2008. “Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan kepuasan kerja, job relevenant information dan kepuasan kerja sebagai variabel moderating (studi empiris pada rumah sakit swasta di Wilayah Kota Semarang)” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro Andriyani, Lilik., dan Hidayati, L.A.2010. “Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran, Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten Magelang” (tesis). Universitas Muhammadyah Malang Anthony, R.N., dan V. Govindarajan. 2007. Management Control Syste., McGraw Hill, New York. Antle, R. dan Eppen, G, D. 1985. “Capital Rationing and Organizational Slack in Capital Budgeting”. Management Science 31 (February). Pp.163-174 Arifah, Dista. 2012. “Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik”. Prestasi Vol. 9 No.1-Juni 2012. ISSN 1411-1497. Fakultas Ekonomi. Universitas Sultan Agung Semarang. Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikolog”. Edisi IV. Pustaka Pelajar Yogyakarta Baiman, S. 1982. “Agency Research in Management Accounting: A Survey”. Journal of Accounting Literature 1 (spring). hal. 154-213. Begum, Amaliah. 2009. “Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap Kesenjangan Anggaran Dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi, Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Serang” (tesis). Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia Belkoui, Ahmed. 1989. Behavioral Accounting. Connecticut: Quorum Books. Brownell, P. 1982. “The Role of Accounting Data in Performance Evaluation, Budgetary Participation, and Organizational Effectiveness”. Journal of Accounting Research, Vol. 20. Pp. 12-27. Brownell, P., dan M. McInnes. 1986. “Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance”. The Accounting Review, Vol. 61 (4). Pp. 587-600.
74
Camman, C. 1976. “Effects of the Use of Control System”. Accounting, Organizations, and Society. Vol. 4. Hal. 301-313. Chow, C. W., J. C. Cooper, dan W. S. Waller. 1988. “Participative budgeting: Effects of a Truth-Inducing Pay Scheme and Information Asymmetry on Slack and Performance”. The Accounting Review, Vol. 63. Pp. 111–122. Darlis, Edfan. 2000. ”Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran” (tesis). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Desmiyati. 2009. “ Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating”. Pekbis Jurnal. Vol 1, No. 2. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Djasuli, M., dan Fadilah, N, I. 2009. “Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi Dalam Hubungan Kausal Antara Budgeting Participation dan Budgetary Slack”. ISSN: 1858-2559. Proceeding PESAT ( psikologi, ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil). Vol. 4, Oktober 2011. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Dunk, A.S., 1993, “The Efects of Budget Emphasis and Information Asymmetry on The Relation Between Budgetary Participation and Slack”. The Accounting Review, Vol. 68 (2). Pp. 400-410. Dunk, A.S., dan H. Nouri. 1998. “Antecedents of Budgetary Slack: A Literature Review and Synthesis”. Journal of Accounting Literature, Vol.17. Pp. 72-96. Dunk, Alan S. dan Hector Perera. 1996. “The Incidence of Budgetary Slack: A Field Study Exploration”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, No. 10 (5), 649-664. Douglas,P.C, and Wler, Benson. 2000. “Integrating Ethical Dimensions Into A Model Of Budgetary Slack Creation”. Journal Of Business Ethics, vol 28 Dwi, Christine,K.S dan Agustina, Lidya. 2010.”Pengaruh Participation Budgeting, Information Asimetry dan Job Relevant Information Terhadap Budget Slack pada Institut Pendidikan (Studi pada Institut Pendidikan Universitas Maranatha)”. Jurnal Akuntansi, Vol2 No.2 Falikhatun. 2007. “Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary Slack”. Symposium Nasional Akuntansi X. Fitri, Yulia. 2007. “Senjangan Anggaran: Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Anggaran, Dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris Pada Universitas
75
Swastadi Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Govindarajan, V. 1986. “Impact of Participation in the Budgetary Process on Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contingency Perspective”. Decision Science 17. Hal. 496-516. Hansen, D.R., dan M.M. Mowen. 1997. Management Accounting, International Editions, McGraw-Hill. Hapsari, Yuliana, I. 2011. “Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack dengan Self Esteem sebagai variabel Pemoderasi” (tesis). Yogyakarta Hartono, Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta. Hopwood A.G., 1972. “An Empirical Study of The Role of Accounting Data in Performance Evaluation”. Journal Accounting Research. Vol. X. 156-193 Kartiwa, H.A. 2004. “Proses Penyusunan Anggaran (APBD) dan Arah Kebijakan Umum. Makalah. Sukabumi, 8 Desember 2004 Kencana, I.K.A.W.2010. “Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemda pada Kabupaten/Kota di Bali” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Kreitner, Robert, dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan: Erly Suandy, edisi pertama. Penerbit salemba empat: Jakarta. Latuheru, Belianus Patria. 2005. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 7. Hal. 117-130. Lawler, E & Hall, D. 1970. "Relationship of Job Characteristic to Job Involvement, Satisfaction and Intricsic Motivation". Journal of Applised Psychology. pp. 305-312 Little, H.T,. Magner, N.R., dan Welker,. R.B.2002. “The Fairness of Formal Budgetary Procedures and Their Enactment: Relationship with manager behavior”. Group & Organization Management 27.2 Lowe, E. A. dan R. W. Shaw. 1968. “An Analysis of Managerial Biasing: Evidence From a Company’s Budgeting Proses”. The Journal of Management Studies 5. Oktober. hal 304-315.
76
Lukka, K. 1988. “Budgetary Biasing in Organizations: Theoritical Framework and Empirical Evidence”. Accounting, Organization, and Society 13. hal. 281-301. Mahsun, Mohamad., Sulistyowati, Firma., dan Purwanugraha, H.A. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi kedua. Yogyakarta. BPFE. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Martjin, Schoute, and Wiersma, Eelke. 2011. “Hubungan antara tujuan penggunaan anggaran dan senjangan anggaran”. Marc J, Epstein, John Y. Lee (ed). (Kemajuan Dalam Akuntansi Manajemen, Volume 19), emerald group Limited Merchant, K.A. 1981. “The Design of Corporate Budgeting System: Influences on Managerial Behaviour and Performance”. The Accounting Review, October: 813829. Merchant, K. A. 1985. “Budgeting and Propersity to Create Budgetary Slack.” Accounting, organization, and Society. 10. Hal. 201-210. Maskun, Ali. 2008. “Analisi Faktor Etika, Budaya Demokrasi, Tekanan Sosial, Dan Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack (Senjangan Anggaran) (Kajian Perilaku Eksekutif Dalam Proses Penyusunan Anggaran Di Badan Koordinator Wilayah II Jatim)”. Terakreditasi Dirjen Dikti (2008) Murray Dennis. 1990. “The Performance Effects of Participatice Budgeting: An Integration on Intervening & Moderating Variables”. Behavior Research in Accounting. Vol 2. Mustikawati, Renny. 1999. “Pengaruh Locus of Control dan Budaya Paternalistik Terdadap Keefektifan Penganggaran Partisipasif dalam Peningkatan Kinerja Manajerial”. Jurnal Bisnis Akuntansi, Vol.1 No.2 hal 96-119 Nasution, E.Y.2011. “Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Anggaran Dan Kesenjangan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat” (Tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Nugrahani, Tri Siwi., Sugiri, Slamet. 2004. “Pengaruh Reputasi Etika dan Self Esteem pada Budgeting Slack”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. Nouri, H., dan R.J. Parker. 1996. “The Effect of Organizational Comitment on Relation Between Budgetary Participation and Budgetary Slack”. Behavioral Research in Accounting, Vol 8. Pp. 74-89.G Novita, Dina, Sam, Iskandar, dan Jumaili, Salham. 2009. “Analisis Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi Terhadap
77
Budgetary Slack di PDAM Tirta Mayang Kota Jambi”. Jurnal Cakrawala Akuntansi, Vol 1 no 1 Onsi, M, 1973, “Factor Analysis of Behavioral Variables Affecting Budgetary Slack”. The Accounting Review, Vol. 48. Pp. 535-548. Otley, D. T. 1980. “The Contingency Theory of Management Accounting: Achivement and Prognosis”. Accounting, Organizational Behaviour, Heinemann: London. Pello, Elizabeth Vyninca. 2014. “Pengaruh Asimetri Informasi Dan Locus Of Control Pada Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dengan Senjangan Anggaran”. (tesis). Program pascasarjana Universitas Udayana. Prasojo, Eko., Kurniawan, Teguh., Hazan, Azwar. 2005. “Efisiensi Anggaran sebagai Faktor Kunci Keberhasilan dalam Pelaksanaan Program Inovasi di Kabupaten Jembrana. Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Vol. V, No. 2, Maret-Agustus 2005, hal 77-189 Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. “The Effect of Individual Difference Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors”. Journal of Business Ethics 17: 1581-1593. Reysa, Annastasya. 2011. “Interaksi asimetri informasi, kultur organisasi, dan group cohesiveness antara partisipasi anggaran dan budgetary slack di PDAM Delta Tirta Sidoarjo”. (tesis). Jawa timur: Universitas Pendidikan Nasional Veteran. Robbins, S.P. dan Judge, T.A 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behaviour). Buku 2. Edisi 12. Jakarta. Salemba Empat Rotter, J.B .1990. “Internal Versus External Control of Reinforcement”. American Psychologist, Vol. 45 No.4 Sandrya, Luh Putu. 2013. “Analisis Pengaruh Anggaran Partisipatif Pada Budgetary Slack Dengan Asimetri Informasi, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi. (Studi kasus Pada Skpd Di Kabupaten Badung, Bali)”. (tesis). Program pascasarjana Universitas Udayana. Sari, Shinta Permata. 2006. Pengaruh Kapasitas Individu yang Diinteraksikan dengan Locus of Control Terhadap Budgetary Slack. Surakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Sarwono, Jonathan, dan Budiono, Herlina. 2012. Statistik Terapan. Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi (menggunakan SPSS, AMOS, dan Excel). Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
78
Schiff, M., dan A.Y. Lewin, 1970, “The Impact of People on Budgets”. Accounting Review, Vol 45. Pp. 259-268. Siegel dan R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting, South-Western Publishing, Ohio. Sinaga, M.T. 2013. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap SenjanganAnggaran Dengan Locus Of Control Dan Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. (tesis). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Singer, Ming dan Singer, Alan E. 2001. “Individual Differences and The Escala tion of Commitment Paradigma”. The Journal of Social Psychology. Simanjuntak, Payaman, J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universita Indonesia. Stevens, D.E., 2002, “The Effects of Reputation and Ethics on Budgetary Slack”. Journal Management Accounting Research, Vol.14. Pp. 153–171. Sudarba, I.K. 2010. ”Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Anggaran Pada Pengawasan Keuangan Di Kabupaten Badung”. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke-18. Bandung. ALFABETA Sulistyaningsih, F.C. 1995. “Pengaruh Self Esteem Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Sikap Kreatif Remaja” (Skripsi., Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Supanto. 2010. “Analisis Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slackdengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi” (Tesis). Program Pascasarjana. UniversitasDiponegoro: Semarang. Supomo, Bambang, dan Indriantoro, Nur. 1998. “Pengaruh Struktur Dan Kultur Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipasi Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Kelola no. 18/VII: 61-84 Supriyanto. 2010. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi (Studi Kasus pada Politeknik Negeri Semarang)” (tesis). Universitas Diponegoro Semarang. Tsui, J.S.L. dan F.A. Gul. 1996. “Auditors’ Behavior in an Audit Conflict Situation: A Research Note on the Role of Locus of Control and Ethical Reasoning”. Accounting, Organizations and Society, Vol 21 No. 1
79
Yuhertiana, Indrawati. 2004. “Kapasitas Individu dalam Dimensi Budaya, Keberadaan Tekanan Sosial dan Keterkaitannya dengan Budgetary Slack”. Wacana, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. Young, S.M. 1985. “Participative Budgeting: The Effects of Risk Aversion and Symmetric Information on Budgeting Slack”. Journal of Accounting Research, Vol. 23 (2). Pp. 829–842.
80
1
Lampiran 1
Penelitian-penelitian sebelumnya Nama (tahun)
Variabel
Teknik analisis data
Hasil
Lowe dan shaw (1968) survey (perusahaan retail di 300 toko dan 400 toko di setiap pasar local) Schift dan lewin (1970) kuesioner (tiga divisi independen dari 100 perusahaan) Onsi (1973) kuesioner (107 manajer/dari 7 perusahaan manufaktur) Camman (1976)
-
budgetary slack anggaran partisipatif
Analisis regresi linier sederhana
-
anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack
-
budgetary slack anggaran partisipatif
Analisis regresi linier sederhana
-
anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack
-
budgetary slack anggaran partisipatif
Analisis regresi linier sederhana
-
budgetary slack menurun sejak partisipasi mengarah pada komunikasi positif anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack
Analisis regresi linier sederhana
-
anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya budgetary sluck
Collin (1978)
-
budgetary slack anggaran partisipatif budgetary slack anggaran partisipatif
Analisis regresi linier sederhana
-
budgetary slack anggaran
Analisis regresi linier sederhana
anggaran partisipatif berpengaruh tidak signifikan pada budgetary slack korelasi negative antara motivasi slack dan motivasi untuk mencapai target anggaran anggaran partisipatif cenderung mengurangi budgetary slack
Baiman (1982)
-
-
-
-
1
-
partisipatif Young (1985) Empiris (43 pelajar)
-
Antie dan Eppen (1985)
-
Lukka (1988)
-
Siegal dan Marconi (1989)
-
Dunk (1993) Kuesioner (79 manajer di perusahaan manufakur)
-
budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi budgetary slack anggaran partisipatif budgetary slack anggaran partisipatif budgetary slack anggaran partisipatif budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi penekanan anggaran (budget emphasis)
analisis berganda
regresi -
Analisis regresi linier sederhana
-
Analisis regresi linier sederhana
-
anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack
Analisis regresi linier sederhana
-
anggaran paritisipatif memungkinkan terjadinya budgetary slack
analisis berganda
-
anggaran partisipatif, asimetri informasi dan penekanan anggaran berpengaruh negatif pada budgetary slack anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack asimetri informasi berpengaruh positif pada hubungan anggaran partisipatif dan budgetary slack jika budget emphasis tinggi, maka budgetary slack akan tinggi atau sebaliknya anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgeraty slack
regresi
-
Dunk dan Perera (1997)
-
budgetary slack anggaran partisipatif
anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack anggaran partisipatif akan menciptakan budgetary slack
-
Analisis regresi linier sederhana
2
-
Falikhatun (2007) kuesioner (middle management level di RSUD se-Jawa tengah (masa jabatan paling sedikit satu tahun) Fitri (2007) Kuesioner (43 sampel pembantu dekan II, dan dilakukan secara proposional)
-
-
budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi budaya organisasi grup cohesiveness (kovesivitas kelompok) budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi komitmen organisasi
Analisis regresi moderasi (MRA)
-
Path Analysis
-
Maskun (2008) Kuesioner Badan koordinator wilayah II jawa timur
-
etika budaya birokrasi tekanan social kapasitas individu budgetary slack
Path Analysis
-
3
anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack asimetri informasi dan grupcohesiveness memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack budaya organisasi (employee oriented) tidak memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack anggaran partisipatif berpengarub negatif tetapi signifikan pada budgetary slack melalui asimetri informasi dan k omitmen organisasi anggaran partisipatif berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi asimetri informasi, anggaran partisipatif, dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap budgetary slack asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan pada anggaran partisipatif dan komitmen organisasi komitmen organisasi melalui asimetri informasi dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap budgetary slack etika berpengaruh negative pada budgetary slack melalui kapasitas individu budaya birokrasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack
-
Novita, dkk. (2009) Kuesioner (27 manajer dan 2 staf di devisi/unit PDAM tirta mayang kota jambi)
-
Sudarba (2010) Kuesioner (studi kasus pada SKPD di kabupaten tabanan)
-
-
-
Supanto (2010) Kuesioner (studi kasus Politeknik Semarang)
pada Negeri
Nouri dan Parker (1996) Kuesioner
-
budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi komitmen organisasi budgetary slack anggaran partisipatif komitmen organisasi ketidakpastian lingkungan budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi motivasi budaya organisasi komitmen organisasi
Analisis berganda
regresi
-
Analisis berganda
regresi
-
Analisis regresi moderasi (MRA)
-
analisis berganda
4
regresi
-
budaya birokrasi berpengaruh negatif pada budgetary slack melalui kapasitas individu budaya birokrasi berpengaruh psoitif dan signifikan pada budgetary slack melalui tekanan social budaya birokrasi tidak berpengaruh signifikan pada budgetary slack melalui tekanan social dan kapasitas individu anggaran partisipatif tidak berpengaruh signifikan pada budgetary slack anggaran partisipatif, asimetri informasi dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan pada budgetary slack anggaran partisipatif yang tinggi akan meningkatkan budgetary slack komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan berpengarub signifikan pada budgetary slack
anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack asimetri informasi dapat memoderaasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack motivasi dan budaya organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack tingkat komitmen organisasi dapat mempengaruhi budgetary slack
(139 manajer perusahaan multinasional dari industry minyak)
-
Minan (2005) Kuesioner (37 pimpinan menengah di perguruan tinggi swasta kota medan)
-
Hafsah (2005) Kuesioner (perusahaan go public di sumatera utara)
Latuheru (2005) Kuesioner (kawasan industri Maluku)
-
-
di
-
Sari (2006) Kuesioner (45 manajer di perhotelan Surakarta)
-
Desmiyati (2009) Kuesioner (pejabat eselon III dan IV
-
-
anggaran partisipatif budgetary slack
-
tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan mengurangi budgetary slack tingkat komitmen organisasi yang rendah akan meningkatkan budgetary slack anggaran partisipatif tidak berpengaruh pada budgetary slack komitmen organisasi tidak berpengaruh pada hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary slack asimetri informasi bukan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack komitmen organisasi bukan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack
komitmen organisasi anggaran partisipatif budgetary slack budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi komitmen organisasi
analisis regresi berganda
budgetary slack anggaran partisipatif komitmen organisasi
analisis regresi berganda
-
interaksi komitmen organisasi dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack
kapasitas individu budgetary slack locus of control
analisis regresi moderasi (MRA)
-
kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack dengan locus of control sebagai variabel moderasi kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack interaksi anggaran partisipatifdan komitmen
-
analisis regresi moderasi (MRA)
-
budgetary slack anggaran partisipatif
analisis regresi berganda
-
5
kabupaten
-
komitmen organisasi
Andriyani dan Hidayati (2010) Kuesioner (pemda magelang)
-
budgetary slack anggaran partisipatif kejelasan sasaran anggaran komitmen organisasi budgetary slack anggaran partisipatif kapasitas individu komitmen organisasi
analisis berganda
budgetary slack anggaran partisipatif asimetri informasi budaya organisasi grup cohesiveness
Analisis regresi moderasi (MRA)
di pemda indargiri hulu)
-
Nasution (2011) Kuesioner (64 orang pegawai pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di kabupaten langkat)
-
Reysa (2011) Kuesioner (68 responden PDAM Tirta sidoarjo)
-
-
-
organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack regresi
-
Analisis berganda
regresi
-
-
Hapsari (2011)
-
budgetary slack kapasitas individu
Analisis regresi
6
-
anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack komitmen organisasi berpengaruh positif pada budgetary slack kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada budgetary salck kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen organisasi, dan budgetary slack saling mempengaruhi indikator paling dominan dalam menentukan kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen organisasi, dan budgetary slack adalah inisiatif anggaran partisipatif berpengaruh positif budgetary slack asimetri informasi merupakan variabel memoderasi pengaruh anggaran partisipatif budgetary slack budaya organisasi merupakan variabel memoderasi pengaruh anggaran partisipatif budgetary slack grup cohesiveness merupakan variabel memoderasi pengaruh anggaran partisipatif budgetary slack kapasitas individu berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack
pada yang pada yang pada yang pada dan
Sandrya (2013)
-
self esteem
moderasi (MRA)
-
-
budgetary slack anggaran partisipatif kapasitas individu komitmen organisasi budaya organisasi
Analisis regresi moderasi (MRA)
-
-
-
Sinaga (2013)
-Partisipasi Anggaran - Senjangan Anggaran -Locus Of Control Dan -Budaya Organisasi
Analisis regresi moderasi (MRA)
-
-
7
interaksi antara kapasitas individu dengan self esteem berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack anggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap budgetary slack interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack interaksi anggaran partisipatif dengan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada budgetary slack interaksi anggaran partisipatif dengan budaya organisasi berpengaruh negatif pada budgetary slack interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan negatif terhadap senjangan anggaran. Pengaruh tersebut akan semakin kuat pada saat individu menganut Locus of control internal Budaya organisasi yang berorientasi pada orang tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
Lampiran2 Denpasar,
2014
Lampiran: Hal : Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ i .......................................................... .......................................................... di – Tempat Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan tugas akhir (tesis) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Akuntansi, maka dengan ini saya: Nama : Putu Novia Hapsari Ardianti Nim : 1291662017 Jurusan : Program Pasca Sarjana Fakultas/Universitas : Ekonomi/Universitas Udayana Melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi kasus pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali)” Untuk kepentingan penelitian ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini sesuai petunjuk dengan lengkap dan jujur. Kuesioner ini nantinya akan saya gunakan semata-mata untuk keperluan ilmiah. Sesuai dengan etika penelitian, saya berjanji akan menjaga kerahasiaan identitas responden dan isi kuesioner ini. Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Putu Novia Hapsari Ardianti NIM. 1291662017
8
KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Pemoderasi (Studi pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali) I. IDENTITAS RESPONDEN Umur
:..................................................................
Jenis Kelamin
:
Masa Jabatan
:................................. tahun ...............bulan
Jabatan
:...................................................................
Unit Kerja
:...................................................................
NB: *) Beri tanda check (
Laki-laki atau
Perempuan *)
) di dalam kotak yang tersedia.
Mohon jawab pertanyaan berikut ini dengan melingkari salah satu dari a sampai dengan e. 1. Apa tingkat pendidikan formal terakhir yang berhasil Bapak/Ibu selesaikan? a. SMP b. SMU c. D3/Akademi d. S1 e. Pascasarjana (S2/S3) 2. Dalam setahun terakhir, sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti pelatihan tentang anggaran? a. Belum Pernah b. 1-2 kali c. 3-4 kali d. 4 kali e. Lebih dari 4 kali 3. Bapak/Ibu memiliki pengalaman berapa tahun terkait dengan keikutsertaan dalam proses penganggaran selama menduduki jabatan (minimal unit kerjanya)? a. Kurang dari 1 tahun b. 1-2 tahun c. 3-4 tahun d. 4 tahun e. Lebih dari 4 tahun
9
II. Persepsi Responden Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang menunjukkan: Sangat Sedikit Sedikit Sedang Banyak Sangat Banyak (SS) (S) (SD) (B) (SB) 1 2 3 4 5
No. 1
Jawaban STS TS RR S
Pertanyaan
SS
Saya terlibat dalam penyusunan rencana kegiatan anggaran di wilayah pertanggungjawaban saya Saya mempunyai pengaruh dalam penentuan jumlah akhir dari anggaran wilayah pertanggungjawaban saya Saya selalu memprakarsai adanya diskusi dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) Pengaruh usulan dan pemikiran saya terhadap anggaran akhir dipertimbangkan Kontribusi saya di wilayah pertanggungjawaban saya sangat penting
2 3 3 5
Untuk pertanyaan ini Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang menunjukkan: Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju (STS) (TS) (RR) (S) (SS) 1 2 3 4 5
No. 6
7
8 9 10 11 12
Jawaban STS TS RR S
Pertanyaan Informasi yang diperlukan untuk perencanaan program/kegiatan SKPD selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan Informasi yang diberikan oleh pegawai dalam proses penyusunan anggaran, bertujuan agar target anggaran tercapai Pegawai harus memeliki keahlian dalam bidangnya Secara teknis, pegawai mengetahui pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya Pegawai mengetahui dengan pasti kinerja potensial pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya Latar belakang pendidikan dan pengetahuan harus sesuai dengan bidang tugas yang dibebankan Saya merasa bahwa diri saya cukup berharga,
10
SS
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 35 36 37 38 39
40
41
setidaktidaknya sama dengan orang lain Seringkali kita bisa memutuskan apa yang akan kita perbuat dengan cara melemparkan/mengundi dengan mata uang logam. Saya orang yang gagal Saya percaya bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan bergantung pada kemauan saya sendiri Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya Saya menerima keadaan diri saya seperti apa adanya Saya percaya bahwa saya dapat mengendalikan hidup saya melalui kerja keras dan usaha saya saya sendiri Saya berharap saya dapat lebih dihargai Saya sering merasa tidak berguna Kadang-kadang saya merasa diri saya tidak baik. Sebenarnya, tidak ada yang disebut keberuntungan Saya rasa banyak hal-hal yang baik dalam diri saya Bagi saya memperoleh apa yang saya inginkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemujuran Saya mampu menghadapi situasi penuh tekanan Saya mampu mengerjakan sesuatu seperti apa yang dapat dilakukan orang lain Apabila saya membuat rencana, saya hampir selalu yakin bahwa saya bisa menjalankan rencana tersebut. Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya. Untuk berhasil orang harus berusaha keras, keberuntungan tidak ada peranannya dalam hal ini. Pegawai mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan dalam proses penyusunan anggaran Tingkat pendidikan berpengaruh dalam penyelesaian tugas Pegawai perlu mengikuti diklat agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya Pegawai mengetahui hal apa yang dapat dicapai pada bidang yang menjadi tanggung jawabnnya Jumlah anggaran pendapatan asli daerah/ PAD (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah) ditentukan lebih rendah dari seharusnya Jumlah anggaran dana perimbangan (dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, dana lokasi umum, dan dana alokasi khusus) ditentukan lebih rendah dari seharusnya Jumlah anggaran lain-lain pendapatan daerah yang sah (dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan dana insentif daerah) ditentukan lebih rendah dari 11
42.
43.
seharusnya. Jumlah anggaran belanja tidak langsung (belanja pegawai, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, dan belanja tidak terduga) ditentukan lebih tinggi dari seharusnya Jumlah anggaran belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal) ditentukan lebih tinggi dari seharusnya.
TERIMAKASIH
12
Lampiran 3
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics N BS PA AI SE LoC KI Valid N (listwise)
102 102 102 102 102 102 102
Minimum 16,00 18,00 22,00 24,00 27,00 13,00
13
Maximum 25,00 25,00 30,00 39,00 40,00 20,00
Mean 21,7059 22,1176 26,7843 31,6863 35,0882 17,4608
Std. Deviation 2,43972 1,96148 2,82712 3,38307 3,47296 1,95327
Lampiran 4 UJI VALIDITAS Variabel PA (X1)
Correlations X1.1 X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
PA
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 -,009 ,962 30 ,333 ,072 30 ,193 ,306 30 ,075 ,692 30 ,401* ,028 30
X1.2 -,009 ,962 30 1 30 ,353 ,056 30 ,313 ,092 30 ,691** ,000 30 ,685** ,000 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
14
X1.3 ,333 ,072 30 ,353 ,056 30 1 30 ,612** ,000 30 ,437* ,016 30 ,787** ,000 30
X1.4 ,193 ,306 30 ,313 ,092 30 ,612** ,000 30 1 30 ,513** ,004 30 ,785** ,000 30
X1.5 ,075 ,692 30 ,691** ,000 30 ,437* ,016 30 ,513** ,004 30 1 30 ,802** ,000 30
PA ,401* ,028 30 ,685** ,000 30 ,787** ,000 30 ,785** ,000 30 ,802** ,000 30 1 30
Lampiran 4 (Lanjutan) UJI VALIDITAS Variabel AI (X2)
Correl ations X2.1 X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
AI
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 ,579** ,001 30 ,738** ,000 30 ,544** ,002 30 ,476** ,008 30 ,958** ,000 30 ,879** ,000 30
X2.2 ,579** ,001 30 1 30 ,535** ,002 30 ,394* ,031 30 ,699** ,000 30 ,583** ,001 30 ,755** ,000 30
X2.3 ,738** ,000 30 ,535** ,002 30 1 30 ,659** ,000 30 ,553** ,002 30 ,718** ,000 30 ,862** ,000 30
**. Correlation is s ignificant at t he 0.01 level (2-t ailed). *. Correlation is s ignificant at t he 0.05 level (2-t ailed).
15
X2.4 ,544** ,002 30 ,394* ,031 30 ,659** ,000 30 1 30 ,408* ,025 30 ,599** ,000 30 ,771** ,000 30
X2.5 ,476** ,008 30 ,699** ,000 30 ,553** ,002 30 ,408* ,025 30 1 30 ,503** ,005 30 ,717** ,000 30
X2.6 ,958** ,000 30 ,583** ,001 30 ,718** ,000 30 ,599** ,000 30 ,503** ,005 30 1 30 ,895** ,000 30
AI ,879** ,000 30 ,755** ,000 30 ,862** ,000 30 ,771** ,000 30 ,717** ,000 30 ,895** ,000 30 1 30
Lampiran 4 (Lanjutan) UJI VALIDITAS Variabel SE (X3) Correl ations X3.1 X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
SE
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 ,610** ,000 30 ,198 ,295 30 ,096 ,612 30 -,176 ,353 30 ,072 ,707 30 -,160 ,399 30 ,224 ,235 30 ,147 ,440 30 -,017 ,928 30 ,461* ,010 30
X3.2 ,610** ,000 30 1 30 ,123 ,518 30 ,215 ,255 30 -,382* ,037 30 ,151 ,427 30 -,150 ,430 30 ,279 ,135 30 ,138 ,467 30 -,345 ,062 30 ,385* ,036 30
X3.3 ,198 ,295 30 ,123 ,518 30 1 30 -,011 ,954 30 ,339 ,066 30 -,288 ,122 30 -,068 ,721 30 -,040 ,834 30 ,177 ,350 30 ,042 ,826 30 ,387* ,034 30
X3.4 ,096 ,612 30 ,215 ,255 30 -,011 ,954 30 1 30 -,041 ,828 30 ,164 ,386 30 ,145 ,444 30 -,060 ,752 30 ,470** ,009 30 -,121 ,523 30 ,458* ,011 30
X3.5 -,176 ,353 30 -,382* ,037 30 ,339 ,066 30 -,041 ,828 30 1 30 ,014 ,940 30 ,339 ,067 30 ,124 ,512 30 ,088 ,643 30 ,469** ,009 30 ,446* ,013 30
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-t ailed). *. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-t ailed).
16
X3.6 ,072 ,707 30 ,151 ,427 30 -,288 ,122 30 ,164 ,386 30 ,014 ,940 30 1 30 ,141 ,458 30 -,110 ,563 30 ,050 ,793 30 ,183 ,333 30 ,367* ,046 30
X3.7 -,160 ,399 30 -,150 ,430 30 -,068 ,721 30 ,145 ,444 30 ,339 ,067 30 ,141 ,458 30 1 30 ,302 ,105 30 ,262 ,162 30 ,272 ,145 30 ,444* ,014 30
X3.8 ,224 ,235 30 ,279 ,135 30 -,040 ,834 30 -,060 ,752 30 ,124 ,512 30 -,110 ,563 30 ,302 ,105 30 1 30 ,225 ,232 30 ,125 ,511 30 ,386* ,035 30
X3.9 ,147 ,440 30 ,138 ,467 30 ,177 ,350 30 ,470** ,009 30 ,088 ,643 30 ,050 ,793 30 ,262 ,162 30 ,225 ,232 30 1 30 ,060 ,751 30 ,539** ,002 30
X3.10 -,017 ,928 30 -,345 ,062 30 ,042 ,826 30 -,121 ,523 30 ,469** ,009 30 ,183 ,333 30 ,272 ,145 30 ,125 ,511 30 ,060 ,751 30 1 30 ,385* ,036 30
SE ,461* ,010 30 ,385* ,036 30 ,387* ,034 30 ,458* ,011 30 ,446* ,013 30 ,367* ,046 30 ,444* ,014 30 ,386* ,035 30 ,539** ,002 30 ,385* ,036 30 1 30
Lampiran 4 (Lanjutan) UJI VALIDITAS Variabel LoC (X4) Correlations X4.1 X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4.7
X4.8
LoC
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 ,307 ,099 30 ,484** ,007 30 ,596** ,001 30 ,377* ,040 30 ,901** ,000 30 ,184 ,329 30 ,754** ,000 30 ,810** ,000 30
X4.2 ,307 ,099 30 1 30 ,367* ,046 30 ,309 ,096 30 ,489** ,006 30 ,466** ,009 30 ,713** ,000 30 ,489** ,006 30 ,695** ,000 30
X4.3 ,484** ,007 30 ,367* ,046 30 1
X4.4 ,596** ,001 30 ,309 ,096 30 ,228 ,225 30 1
30 ,228 ,225 30 ,289 ,122 30 ,511** ,004 30 ,508** ,004 30 ,722** ,000 30 ,695** ,000 30
30 ,514** ,004 30 ,567** ,001 30 ,309 ,096 30 ,395* ,031 30 ,696** ,000 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
17
X4.5 ,377* ,040 30 ,489** ,006 30 ,289 ,122 30 ,514** ,004 30 1 30 ,422* ,020 30 ,342 ,064 30 ,400* ,029 30 ,653** ,000 30
X4.6 ,901** ,000 30 ,466** ,009 30 ,511** ,004 30 ,567** ,001 30 ,422* ,020 30 1 30 ,219 ,246 30 ,675** ,000 30 ,835** ,000 30
X4.7 ,184 ,329 30 ,713** ,000 30 ,508** ,004 30 ,309 ,096 30 ,342 ,064 30 ,219 ,246 30 1 30 ,342 ,064 30 ,603** ,000 30
X4.8 ,754** ,000 30 ,489** ,006 30 ,722** ,000 30 ,395* ,031 30 ,400* ,029 30 ,675** ,000 30 ,342 ,064 30 1 30 ,818** ,000 30
LoC ,810** ,000 30 ,695** ,000 30 ,695** ,000 30 ,696** ,000 30 ,653** ,000 30 ,835** ,000 30 ,603** ,000 30 ,818** ,000 30 1 30
Lampiran 4 (Lanjutan) UJI VALIDITAS Variabel KI (X5) Correlations X5.1 X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
KI
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 ,210 ,266 30 ,607** ,000 30 ,524** ,003 30 ,823** ,000 30
X5.2 ,210 ,266 30 1 30 ,381* ,038 30 ,347 ,060 30 ,636** ,000 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
18
X5.3 ,607** ,000 30 ,381* ,038 30 1 30 ,132 ,486 30 ,704** ,000 30
X5.4 ,524** ,003 30 ,347 ,060 30 ,132 ,486 30 1 30 ,729** ,000 30
KI ,823** ,000 30 ,636** ,000 30 ,704** ,000 30 ,729** ,000 30 1 30
Lampiran 4 (Lanjutan) UJI VALIDITAS Variabel BS (Y1
Correlations Y1.1
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Y1.5
BS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 ,549** ,002 30 ,565** ,001 30 ,452* ,012 30 ,318 ,087 30 ,809** ,000 30
Y1.2 ,549** ,002 30 1 30 ,229 ,224 30 ,250 ,182 30 ,354 ,055 30 ,610** ,000 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
19
Y1.3 ,565** ,001 30 ,229 ,224 30 1 30 ,157 ,408 30 ,430* ,018 30 ,573** ,001 30
Y1.4 ,452* ,012 30 ,250 ,182 30 ,157 ,408 30 1 30 ,216 ,251 30 ,792** ,000 30
Y1.5 ,318 ,087 30 ,354 ,055 30 ,430* ,018 30 ,216 ,251 30 1 30 ,552** ,002 30
BS ,809** ,000 30 ,610** ,000 30 ,573** ,001 30 ,792** ,000 30 ,552** ,002 30 1 30
21
Lampiran 5 HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel PA (X1) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,744
N of Items 5
Variabel AI (X2) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,892
N of Items 6
Variabel SE (X3) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,655
N of Items 10
Variabel LoC (X4) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,871
N of Items 8
20
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI RELIABILITAS Variabel KI (X5) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,697
N of Items 4
Variabel BS (Y1) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,635
N of Items 5
21
21
Lampiran 6 HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
22
Unstandardized Residual 102 ,0000000 1,81891329 ,086 ,057 -,086 ,872 ,432
Lampiran 7 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Coefficientsa
Model 1
(Constant) PA AI SE LoC KI Int. PA.AI Int. PA.SE Int. PA.LoC Int. PA.KI
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1,177 ,961 -,081 ,152 -,312 ,164 ,099 ,132 ,743 ,416 -,808 ,848 ,020 ,012 -,002 ,008 -,042 ,024 ,045 ,048
a. Dependent Variable: Abs _Res
23
Standardized Coefficients Beta -,056 -1,202 ,311 3,519 -1,977 1,823 -,155 -3,955 2,434
t -1,224 -,534 -1,904 ,748 1,789 -,953 1,721 -,223 -1,789 ,932
Sig. ,224 ,595 ,060 ,457 ,077 ,343 ,089 ,824 ,077 ,354
25
Lampiran 8
HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA. a SE, Int. PA.LoC
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: BS
Model Summary Model 1
R ,803a
R Square ,645
Adjusted R Square ,610
Std. Error of the Estimate 1,90581
a. Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA.LoC
ANOVAb Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 606,854 334,153 941,007
df 9 92 101
Mean Square 67,428 3,632
F 18,565
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA. LoC b. Dependent Variable: BS
24
Lampiran 8 (Lanjutan)
HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS
Coefficientsa
Model 1
(Constant) PA AI SE LoC KI Int. PA.AI Int. PA.SE Int. PA.LoC Int. PA.KI
Unstandardized Coefficients B Std. Error -34,916 11,105 3,428 ,793 1,025 ,310 ,689 ,391 2,961 ,766 -5,224 1,569 -,065 ,022 -,059 ,027 -,153 ,044 ,287 ,089
a. Dependent Variable: BS
25
Standardized Coefficients Beta 3,218 1,400 ,769 4,969 -4,534 -2,060 -1,724 -5,058 5,511
t -3,144 4,323 3,304 1,762 3,864 -3,330 -2,898 -2,189 -3,501 3,214
Sig. ,002 ,000 ,001 ,081 ,000 ,001 ,005 ,031 ,001 ,002