PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)
Oleh DEWI PINDIHARTI NIM: 107082003132
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011
1
2
3
4
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Dewi Pindiharti
Nim
: 107082003132
Jurusan
: Akuntansi/Perpajakan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Earning Management”, adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan saya sendiri serta bukan merupakan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian pihak lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau saduran maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 16 April 2011
( Dewi Pindiharti )
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama
: Dewi Pindiharti
2.
Tempat & Tanggal Lahir : Ngawi, 22 Nopember 1989
3.
Alamat
: Rawa Buaya Rt. 12/11 No. 16 Kel. Rawa Buaya, Kec. Cengkareng Jakarta Barat 11740
4.
Telepon
: 08568750125
5.
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1.
SDN Girikerto II- Ngawi, Jawa Timur
Tahun 1995-2001
2.
SMPN 1 Sine – Ngawi, Jawa Timur
Tahun 2001-2004
3.
SMAN 1 Sine – Ngawi, Jawa Timur
Tahun 2004-2007
4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007-2011
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1.
Karya Ilmiah Remaja SMAN 1 Sine – Ngawi, Jawa Timur
2.
Palang Merah Remaja SMAN 1 Sine – Ngawi, Jawa Timur
6
ABSTRAC
This research aimed to identify and to test that influence deferred tax assets, deferred tax expence and accruals to the earning management practice. Data used in the research originated from audited annual financial statements of manufacturing firms listed in the Indonesia Stock Exchange 2005-2009. The sampling method is purposive sampling. There are 37 samples to be analyzed by logistic regression. This research finds that deferred tax expense and the accrual measures have positive and significant impacts on the probability of earning management practices whereas, the deferred tax assets have no significant effect on earning management. This shows that the use of deferred tax expence and accruals as a proxy for earning management is still valid. Keywords: Earning management, deferred tax assets, deferred tax expence, and accruals.
7
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual terhadap manajemen laba ke pasar modal indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan yang telah diaudit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Ada 37 perusahaan yang dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen laba sedangkan, aktiva pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan beban pajak tangguhan dan akrual sebagai proksi manajemen laba masih valid. Kata kunci: Manajemen laba, aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah AWT atas rahmat serta hidayah-Nya yang diberikan kepada umat-Nya. Atas ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Earning Management” Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya sehingga skripsi ini diajukan untuk melengkapi gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di UIN Syarif Hidayatullah , kepada: 1.
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya.
2.
Ayahanda Suharto dan Ibu Srini selaku orang tua yang tidak pernah berhenti memanjatkan doa serta selalu mengiringi langkahku dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, karena restu dari beliaulah penyusun mendapatkan kekuatan menjadi lebih tegar dan kuat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa orang tua skripsi ini bukanlah apa-apa.
3.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Rahmawati SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
6.
Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan selalu semangat dalam menjalankan tugas.
7.
Ibu Fitri Damayanti SE., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penyusun menjadi lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik.
8.
Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9.
Adik penulis yang telah memberikan semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Nenek dan Kakek yang selalu menyayangi dan selalu mendoakan penulis agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, bangsa dan negara. 11. Vicky Ariyandi yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih semoga Allah membalas kebaikan yang berlipat ganda. 12. Khulifah Ahdizia, terima kasih atas semua waktu luang dalam memberikan masukan dan berdiskusi menyelesaikan masalah yang penulis hadapi dalam menyusun skripsi ini. 13. Teman-teman akuntansi-B angkatan 2007, teruslah menumbuhkan rasa semangat dan motivasi belajar karena akan sangat bermanfaat baik sekarang maupun di masa yang akan dating. Dan selalu pertahankan persaingan yang sportif dan sehat karena itu adalah kunci kesuksesan yang murni. Gagal adalah kesuksesan yang tertunda.
10
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan baik di sengaja maupun tidak di sengaja. Semoga dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini membawa banyak manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Jakarta, April 2011
(Dewi Pindiharti)
11
DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………………..
i
Lembar Pengesahan Skripsi………………………………………
ii
Lembar Pengesahan Komprehensif………………………………
iii
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi………………………………
iv
Surat Pernyataan…………………………………………………..
v
Daftar Riwayat Hidup…………………………..…………………
vi
Abstract…………………………………………..…………………
vii
Abstrak……………………………………………………………..
viii
Kata Penghantar……………………………………………………
ix
Daftar Isi………………………………………………....................
xii
Daftar Tabel………………………………………………………..
xvi
Daftar Gambar………………………………….………………….
xvii
Daftar Lampiran………………………………………...................
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………..
1
B. Perumusan Masalah……………….…..………………………
8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………..
9
1. Tujuan Penelitian…………….……………………………
9
2. Manfaat Penelitian…………….....……………………….
9
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Agensi (Teory Agency)………………………………..
11
B. Manajemen laba (Earning Management)…..………………..
13
C. Konsep Akuntansi Akrual…………………………...............
17
D. Perbedaan Temporer atas Pajak Tangguhan..……………….
21
E. Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense)….…………
25
F. Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset)……………….
27
G. Penghitungan Dasar Pajak Tangguhan………..………………
29
H. Penelitian Terdahulu…………………………..………………
33
I. Keterkaitan antar Variabel Penelitian dan Perumusan Hipotesis
36
1. Aktiva Pajak Tangguhan dengan Earning Management…..
36
2. Beban Pajak Tangguhan dengan Earning Management….
37
3. Akrual dengan Earning Management ………….…………
38
J. Kerangka Penelitian………………………………………….
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup………………………………………………
41
B. Metode Penentuan Sampel……………………..……………
41
C. Metode Pengumpulan Data…………………..….…………..
42
D. Metode Analisis………………………………………………
43
1. Statistik Deskriptif………………….…….…….………..
43
2. Uji Hipotesis……………………………….….………….
43
a. Menilai Model Fit……………………………………
44
b. Uji Chi Square Hosmer & Lameshows Goodnes….…
46
13
c. Koefisien Cox & Snell R Square & Nagelkerke……...
46
d. Tabel Klasifikasi……………………………………….
46
e. Uji Wald Statistik…………………………………….
47
f. Estimasi Parameter dan Pembahasan…..……………..
47
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian…….……………………
47
1. Aktiva Pajak Tangguhan………………………………….
47
2. Beban Pajak Tangguhan…………………………………
48
3. Akrual……………………………………………………
48
4. Earning Management……………………………………
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………..
51
1. Deskripsi Sampel Penelitian………………………………
51
2. Analisis Deskriptif………………………………………...
54
3. Analisis Inferensial………………………………………
62
a. Menilai Model Fit dan Overall Model Fit……………
64
b. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow………………
67
c. Koefisien Cox & Snell dan Nagelkerke R Square…….
68
d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi………………………...
69
e. Uji Wald (Uji Koefisien Regresi)………………………
70
B. Pembahasan………………………………………………….. BAB V
73
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan……………………………………………………
78
B. Implikasi………………………………………………………
79
14
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran……………………………
80
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
82
LAMPIRAN………………………………………………………….
85
15
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu……………………………………
32
3.1
Operasional Variabel……………………………………
48
4.1
Proses Seleksi Sampel……………..……………………
50
4.2
Sampel Penelitian……………………………………….
51
4.3
Hasil Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan….…………
52
4.4
Hasil Perhitungan Beban Pajak Tangguhan…………….
54
4.5
Hasil Perhitungan Akrual……………………………….
56
4.6
Earning Management (Variable Dummy)………………
58
4.7
Descriptive Statistic………………………...………………… 59
4.8
Identifikasi Data……….……………….……………….
61
4.9
Case Processing Summary……………..…..……………
62
4.10
Iteration Historyabc….……………..…………...…………….
63
4.11
Iteration Historyabcd………………..……………..……..
64
4.12
Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi………….……….
65
4.13
Koefisien Cox & Snell R dan Nagelkerke R Square.……
66
4.14
Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi…………………… 67
4.15
Hasil Signifikan Data…………………………………….
4.16
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis…………………………… 72
69
16
DAFTAR GAMBAR
No. 2.1
Keterangan
Halaman
Kerangka Penelitian………………………….
38
17
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Aktiva pajak tangguhan periode 2004-2009……………
82
2
Beban pajak tangguhan periode 2005-2009…………….
83
3
Total asset periode 2004-2009………………………….
84
4
Laba bersih periode 2005-2009…………………………
85
5
Arus kas operasi periode 2005-2009……………………
86
6
Earning management……………………………………
87
7
Hasil perhitungan aktiva pajak tangguhan………………
88
8
Hasil perhitungan beban pajak tangguhan………………
89
9
Hasil perhitungan total akrual……………...……………
90
10
Hasil olahan regresi binary………………………………
91
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Penyusunan
laporan
menyampaikan informasi
keuangan mengenai
oleh manajemen bertujuan untuk kondisi
keuangan dan
ekonomi
perusahaan pada periode tertentu. Fenomena yang terjadi adalah timbulnya masalah keagenan. Sulistiyanto dan Midiastuti (2003) menyatakan bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya. Oleh karena itu, manajer perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal lainnya (Deviana, 2008). Banyak manajer yang memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba (earnings management) pada perusahaannya dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya lebih baik atau meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Suranggane, 2007:526). Sebagai contoh kasus pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Bali. Setelah dilakukan pemeriksaan pajak, didapatkan hasil yang berupa pajak penghasilan fiskal pada Tahun 2003 sebesar Rp 616.206.533.565,- dan pada Tahun 2004 sebesar Rp 120.344.177.465,-. Pajak tangguhan yang ada di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Bali untuk Aktiva Pajak Tangguhan Tahun 2003 Rp 184.861.966.070,- dan kewajiban Pajak Tangguhan Tahun 2003 sebesar Rp
19
65.002.051.320,-. Tahun 2004 Aktiva Pajak Tangguhan sebesar Rp 36.103.253.240,- kewajiban Pajak Tangguhan Tahun 2004 sebesar Rp 37.515.162.581,-. Pada saat diadakan Koreksi Fiskal atas Laporan Laba Rugi Tahun 2003 ditemukan adanya selisih sebesar Rp 57.366.518.774,- lebih besar menurut fiskal daripada Laporan Keuangan Perusahaan. Pada Tahun 2004 juga ditemukan selisih yang lebih besar menurut fiskal daripada Laporan Keuangan Perusahaan sebesar Rp 48.766.124.690,-. Pada Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) (Laidian, 2004). Hal ini menunjukan bahwa pajak tangguhan dijadikan celah oleh manajemen untuk mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang seharusnya dibayarkan. Perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan berpedoman pada PSAK dan Peraturan Perpajakan. Dalam menyiapkan laporan keuangan manajemen membutuhkan penilaian dan perkiraan. Hal ini memberikan manajemen fleksibilitas dalam meyusun laporan keuangannya. Fleksibilitas penyusunan laporan keuangan diatur dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tentang penyajian laporan keuangan dengan pendekatan akrual (accrual basis). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1997 menerbitkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.46 yang mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh) yang mulai diterapkan pada tahun 2001. Sebelum diberlakukannya PSAK No. 46 tersebut, perusahaan hanya menghitung dan mengakui besarnya beban pajak
20
penghasilan untuk tahun berjalan saja tanpa menghitung dan mengakui pajak tangguhan. Pajak tangguhan (deferred tax) adalah efek pajak yang diakui pada saat diadakan penyesuaian dengan beban pajak penghasilan periode yang akan datang (Murhaban, 2003:66). Pengakuan Pajak Tangguhan (deferred tax) dalam laporan keuangan perusahaan adalah satu hal yang relatif baru dalam dunia akuntansi di Indonesia. Walaupun opsi penerapan pajak tangguhan dalam Akuntansi Pajak Penghasilan telah diperkenankan, akan tetapi masih banyak yang kurang memahami tentang pajak tangguhan tersebut baik dari segi pengertian atau pemahaman konseptual maupun aplikasinya ke dalam laporan keuangan perusahaan di Indonesia. Pemahaman masyarakat mengenai pajak tangguhan (deferred tax) secara umum terkesan menimbulkan keraguraguan,
masyarakat
mengartikan
bahwa
telah
terdapat
pajak
yang
ditangguhkan untuk dibayarkan kembali. Pemahaman masyarakat tersebut bertolak belakang dengan konsep pajak tangguhan (deferred tax) setelah diaplikasikan yaitu pada waktu dikenakan pajak tangguhan ternyata sama sekali tidak berkaitan dengan pembayaran pajak. Beban pajak penghasilan dihitung dengan menggunakan aturan perpajakan atas hasil usaha perusahaan selama periode tahun yang bersangkutan. Aturanaturan perpajakan tersebut mengharuskan perusahaan melakukan koreksikoreksi fiskal (perbedaan permanen) karena terdapat perbedaan konsep pendapatan, cara pengukuran pendapatan, konsep biaya, cara pengukuran biaya, dan cara alokasi biaya antara Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan
21
Peraturan Perpajakan. Aturan perpajakan tetap menggunakan data dan informasi akuntansi yang telah diatur oleh Standar Akuntansi Keuangan sebagai dasar untuk menentukan koreksi-koreksi tersebut berdasarkan aturan perpajakan yang berlaku. Selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax differences) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam proses akrual. Selisih tersebut dinamakan koreksi fiskal yang berupa koreksi negatif dan koreksi positif. Koreksi negatif akan menghasilkan kewajiban pajak tangguhan sedangkan koreksi positif akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan (Djamaluddin, 2008:58). Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak (Purba, 2009:35), sedangkan aktiva pajak tangguhan adalah aktiva yang terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut Undang-Undang pajak (Waluyo, 2008:217).
Beban
pajak
tangguhan
dan
aktiva
pajak
tangguhan
memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah dalam merekayasa laporan keuangannya. Menurut Philips, Pincus dan Rego (2003), ada tiga motivasi utama yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba yaitu menghindari penurunan laba, menghindari kerugian dan menghindari kegagalan peramalan yang dibuat analis. Motivasi pertama bertujuan untuk menghindari melaporkan penurunan laba yang berhubungan dengan hipotesis perataan laba
22
atau Income Smoothing Hypothesis. Motivasi kedua bertujuan untuk menghindari kerugian, dimana hal ini dilakukan banyak alasan yang mendorong perusahaan dalam menghambat perkembangan perusahaan, faktanya bahwa perusahaan mengalami kerugian juga berpotensi menurunkan harga saham, menurunkan kepercayaan investor dan kreditur serta mendorong dilakukannya pemeriksaan pajak oleh aparat pajak. Motivasi ketiga bertujuan untuk menghindari kegagalan yang dibuat analisis. Banyak penelitian yang digunakan sebagai indikator mendeteksi manajemen laba yaitu dilakukan dengan menggunakan akrual dan beban pajak tangguhan. Penelitian yang dilakukan Yulianti (2005) juga menemukan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba guna menghindari kerugian perusahaan. Namun, ditemukan fakta bahwa akrual memiliki kelemahan (Yulianti, 2005). Mengatasi kelemahan akrual ini, Philips, Pincus dan Rego (2003) mencoba menggunakan beban pajak tangguhan atau Deffered Tax Expense dalam mendeteksi manajemen laba (earning management). Dalam penelitian tersebut digunakan model distribusi laba sebagai pengukur manajemen laba. Dalam penelitian terdahulu menyatakan bahwa dalam mengukur keleluasaan manajer, beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual sebab peraturan akuntansi memberikan lebih banyak keleluasaan bagi manajer dibandingkan dengan peraturan pajak. Kesalahan pengukuran model akrual dapat dikurangi dengan memfokuskan
23
pada beban pajak tangguhan dibandingkan dengan membagi Total Accrual peusahaan menjadi komponen Discretionary dan Non Discretionary. Mengacu pada penelitian tersebut, akuntan manajemen dan profesi akuntan harus dapat meningkatkan kemampuan pertimbangannya dalam menentukan penghasilan masa lalu dan masa yang akan datang yang akan berpengaruh pada penilaian aktiva pajak tangguhan yang dimungkinkan dapat digunakan sebagai indikator adanya manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, Suranggane (2007) meneliti aktiva pajak tangguhan dan akrual sebagai prediktor manajemen laba. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel akrual (discretionary accrual) saja yang memiliki pengaruh signifikan pada terjadinya manajemen laba, sedangkan aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh. Beban pajak tangguhan mengakibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun dan aktiva pajak tangguhan yang jumlahnya diperbesar oleh manajemen memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang lebih besar di masa yang akan datang sehingga mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan. Sedangkan, perekayasaan menaikan atau menurunkan akrual antara lain dapat dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau mempercepat beban. Selain itu, ada kecenderungan para manajer untuk mengatur laba sedemikian rupa dengan menerapkan income-increasing discreationary accruals (artinya usaha untuk merekayasa laba dengan menurunkan tingkat laba pada tingkat tertentu untuk membalikkan kebijakan akrual yang dilakukan sebelumnya) (Elingga, 2008).
24
Hubungan antara beban pajak tangguhan, aktiva pajak tangguhan dan akrual sangat erat dalam mendeteksi perilaku dari earning management yaitu untuk memaksimumkan bonus yang mereka dapatkan dengan merekayasa angka akrual dan berusaha meminimalkan pajak yang mesti mereka bayarkan, dengan cara meningkatkan akrual untuk menjadikan angka laba lebih rendah. Pengakuan
pajak
tangguhan
dapat
mengakhibatkan
bertambah
atau
berkurangnya laba bersih karena adanya pengakuan beban pajak tangguhan atau manfaat pajak tangguhan. Pengakuan aktiva dan pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan pembayaran pajak pada periode mendatang menjadi lebih besar atau lebih kecil. Hal ini, menjadi celah bagi manajemen untuk memanipulasi jumlah dari laba bersihnya sehingga bisa memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti termotivasi untuk meneliti dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Earning Management” Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2005). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut: 1. Variabel independen: penelitian ini menambahkan variabel aktiva pajak tangguhan sebagai variabel independen. Variabel aktriva pajak tangguhan sebelumnya pernah diteliti oleh Suranggane (2007) yaitu menguji aktiva pajak tangguhan sebagai prediktor manajemen laba.
25
2. Sampel penelitian: pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan. 3. Teknik penelitian: penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik binary sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan teknik penelitian regresi pooled data.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah
aktiva
pajak
tangguhan
berpengaruh
terhadap
earning
management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah
beban
pajak
tangguhan
berpengaruh
terhadap
earning
management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah akrual berpengaruh terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
26
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh bukti empiris tentang: a. Pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. b. Pengaruh beban pajak tangguhan terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. c. Pengaruh akrual terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu: a. Bagi Manajemen Memberikan
petunjuk
bagi
manajemen
perlunya
kemampuan
manajemen mengelola perbedaan temporer sedemikian rupa sehingga laba akuntansi tetap dipersepsikan berkualitas atau direspon positif oleh investor.
27
b. Bagi Akuntan Publik Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menyajikan pengungkapan dan penjelasan memadai tentang pajak tangguhan yang dilaporkan suatu perusahaan. c. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman bagi dunia akademik bahwa besarnya pajak tangguhan dan akrual dapat digunakan untuk menilai kinerja yang dilakukan oleh manajemen. d. Bagi Pemakai Laporan Keuangan User dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya sehingga informasi yang didapat tidak menyesatkan.
28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Agensi (Teori Agency) Menurut Anthony dan Govindarajan, (1995) dalam Suranggane, (2007:80), teori keagenan (teory agency) adalah economic rational man dan kotrak antara prinsipal dan agen dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori Agensi mengeksplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini berusaha
menggambarkan
faktor-faktor
utama
yang
sebaiknya
dipertimbangkan untuk merancang kontrak insentif. Prinsipal mendelegasikan tanggungjawabnya termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan kepada agen (manajemen) untuk melakukan tugas tertentu yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati bersama. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel. Prinsipal (pemegang saham), di pihak lain diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di suatu perusahaan.
29
Agen biasanya memiliki sebagian besar dari kekayaan mereka terikat dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan ini terdiri baik dari kekayaan keuangan mereka maupun modal manusia mereka. Modal manusia adalah nilai manajer sebagaimana dipandang oleh pasar dan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena semakin menurunnya utilitas atas kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang bergantung pada perusahaan, agen diasumsikan akan bersifat enggan menghadapi risiko (risk averse). Sedangkan, prinsipal termotivasi untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Djamaluddin, 2008:56). Prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak pernah merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Dengan demikian, prinsipal berada sebagai asimetri informasi karena agen lebih mengetahui kinerja dan aktivitas perusahaan dibandingkan prinsipal. Adanya perbedaan kepentingan dan informasi antara prinsipal dan agen memacu agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi yang dihasilkan dapat lebih memaksimalkan kepentingannya. Cara yang dapat dilakukan agen
30
untuk mempengaruhi angka-angka akuntansi dapat berupa rekayasa laba atau manajemen laba dalam laporan keuangan.
B. Manajemen Laba (Earning Management) Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba (earning management) menurut Belkaoui (2007:201) adalah: ―Perilaku yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri‖. Definisi manajemen laba menurut Djamaluddin (2008:56) adalah perilaku yang dilakukan manajer menggunakan kebijakan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun transaksi untuk mengubah laporan keuangan dan menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk mempengaruhi contractual outcomes yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Definisi menurut Yulianti (2005:08), earning management dalam arti sempit didefinisikan perilaku manajer ―bermain‖ dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. Sedangkan dalam arti luas earnings management didefinisikan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) probilitas ekonomis jangka panjang. Berdasarkan definisi di atas, pengertian manajemen laba adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk memanipulasi angka-angka
31
akuntansi yang dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan untuk keuntungan bagi dirinya sendiri dengan cara mengubah atau mengabaikan standar akuntansi yang telah ditetapkan, sehingga menyajikan informasi yang tidak sebenarnya. Laporan keuangan sering digunakan sebagai indikator penilaian kinerja, maka perilaku manajemen laba dimungkinkan dapat terjadi karena manajemen mempunyai informasi lebih banyak dan lebih akurat daripada prinsipal. Beberapa tujuan manajemen melakukan manajemen laba menurut Suranggane (2007:80) adalah: menghindari kerugian, menghindari pelaporan penurunan laba, Avoiding failing meet or beat analyst forecast, dan Invoke an earnings big bath. Scott (2000) membagi praktek manajemen laba yang biasa dilakukan manajemen dibagi menjadi lima jenis: 1. Taking big bath, yaitu manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke periode kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa datang. Biasanya dilakukan bila perusahaan mengadakan restrukturisasi atau reorganisasi. 2. Income minimization, yaitu manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa mendatang. 3. Income maximization, yaitu manajemen mencoba meningkatkan laba masa kini dengan memindahkan beban ke masa mendatang. Biasanya dilakukan manajer dalam rangka memperoleh bonus tahunan.
32
4. Income smooting yaitu tindakan di mana manajemen memperhalus fluktuasi laba dari periode ke periode dengan cara memindahkan laba dari periode yang memiliki laba tinggi ke periode yang memiliki laba rendah. Teknik merekayasa laba menurut Damayanti (2008:65) adalah sebagai berikut: 1. Perubahan metode akuntansi Mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Misalnya: merubah metode depresiasi aktiva tetap dan metode jumlah angka tahun ke metode depresiasi garis lurus, dan merubah metode penilaian persediaan dan metode LIFO ke metode FIFO atau sebaliknya. 2. Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan akuntansi. Misalnya: kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih dan kebijakan mengenai perkiraan umur aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. 3. Menggeser periode biaya atau pendapatan Menggeser periode biaya atau pendapatan sering juga disebut sebagai manipulasi keputusan operasional. Misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan.
33
Perataan laba mengidentifikasi batas pelaporan laba (earnings threshold) dan menemukan bahwa perusahaan yang berada dibawah earnings threshold akan berusaha untuk melewati batas tersebut dengan melakukan manajemen laba. Yulianti (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua macam earnings threshold, yakni: 1. Titik pelaporan laba nol, yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian. 2. Titik perubahan laba nol, yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk menghindari penurunan laba. Menurut Belkoui (2007:208) manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. Tiga ambang batas penting bagi para eksekutif adalah: a. Untuk melaporkan laba positif yaitu melaporkan laba yang diatas nol. b. Untuk menjaga kinerja saat ini yaitu membuat paling tidak sama dengan kinerja tahun lalu. c. Untuk memenuhi harapan analis khususnya analis untuk peramalan laba. Praktik-praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen disesuaikan dengan motivasi melakukan manajemen laba. Manajemen laba cenderung merekayasa labanya untuk menekan besarnya pajak yang dikeluarkan sehingga perusahaan yang melaporkan laba yang lebih rendah atau kerugian perpotensi melakukan manajemen laba. Yulianti (2005) membedakan perusahaan yang memiliki laba dan yang mengalami kerugian supaya dapat memprediksi perusahaan yang memanipulasi labanya.
34
Manajemen laba yang dilakukan baik yang bersifat konservatif sampai dengan yang ekstrim (froud) dapat menyesatkan para pengguna laporan keuangan (users) karena informasi yang disajikan tidak menunjukkan kinerja yang sesungguhnya. Manajemen laba bisa dikategorikan sebagai suatu penipuan yang bisa merugikan pihak-pihak yang berkepentingan seperti user, investor dan pemerintah. Dengan demikian informasi yang diberikan tidak mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya.
C. Konsep Akuntansi Akrual Dalam Akuntansi dikenal dengan istilah basis akrual dan basis kas. Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan akrual. Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi berbasis kas. Akrual adalah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terhutang (Muljono, 2009:28). Teknik akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekuitas (Elingga, 2008:52). Akrual tidak tergantung kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dilunasi. Dengan pendekatan ini, mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode terjadinya, tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas.
35
Menurut PSAK (2009), laporan keuangan disusun berdasarkan akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Model akrual melibatkan perhitungan total akrual. Model-model akrual menurut Belkaoui (2007:202) adalah sebagai berikut: 1. Model Heally (1985) menyatakan kelemahan model akrual adalah menganggap keseluruhan akrual ditimbulkan oleh manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Padahal kenyataannya, sebagian akrual perusahaan juga disebabkan oleh kegiatan operasional dan tidak menggambarkan manajemen laba. Total akrual dalam manajemen laba dibagi menjadi dua jenis yaitu: a.
Discretionary Accrual Adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Akrual yang muncul akibat diskresi manajemen atau berada di bawah kebijakan manajemen. Hal ini biasanya digunakan sebagai pengukur dalam manajemen laba dan besarannya merupakan hasil modifikasi angkaangka pada laporan keuangan untuk memenuhi tujuan manajemen sehingga keberadaan Discretionary Accrual menandakan rendahnya kualitas laba.
36
Efek dari kualitas laba yang rendah adalah tidak adanya prediktif
value dari laba, yang berarti informasi mengenai laba
perusahaan ini tidaklah menggambarkan keadaan sesungguhnya dari perusahaan sehingga informasi laba menjadi bias bagi penggunanya. b.
Non Discretionary Accrual Adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk suatu standart atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Total Akrual terdiri atas dua komponen yaitu Discretionary Accrual (DA) dan Non Discretionary Accrual (NDA). Model yang digunakan untuk menghitung total akrual adalah sebagai berikut: TACCit = IBEIit – (CFOit - EIDOit) Keterangan: TACCit = Total akrual perusahaan i untuk tahun t IBEIit = Income nefore extraordinary item perusahaan tahun t. CFOit = Cash flow operating activities perusahaan i untuk tahun t. EIDOit = Extraordinary items & discontinued operations dari laporan arus kas perusahaan i untuk tahun t. Perekayasaan menaikan atau menurunkan akrual antara lain dapat
dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau mempercepat beban. Perekayasaan laba tersebut termasuk salah satu praktek manajemen laba atau earnings management melalui perekayasaan akrual. Discretionary Accrual dapat dilakukan melalui kebijakan pemilihan kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual namun bersifat subjek dan kontekstual, salah
37
satu contoh dengan cara memperbesar atau memperkecil pencadangan aktiva pajak tangguhan dengan pertimbangan laba yang akan datang dapat menutup atau tidak menutup terpulihkannya aktiva pajak tangguhan. 2. Model De Angelo Porsi pilihan dalam model De Angelo adalah perbedaan antara akrual total di tahun peristiwa t disimbolkan dalam aktiva total (At-1) dan akrual bukan pilihan (NDAt). Penghitungan akrual bukan pilihan (NDAt) bergantung pada akrual total diperiode sebelumnya (TAt-t) disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan (At-2), dengan kata lain: NDAt = TAt – 1/ At – 2 3. Model Jones Tujuan utama dari model Jones adalah untuk mengendalikan pengaruh perubahan dalam kondisi perusahaan pada akrual bukan pilihan. Akrual bukan pilihan di tahun peristiwa disajikan sebagai berikut: NDAt = α1 (1 / At-1) + α2 ( ΔREVt / At-1) + α3 ( PPEt / At-1) Keterangan: NDAt = akrual bukan pilihan di tahun t disimbolkan dengan aktiva total keseluruhan. ΔREVt = pendapatan di tahun t dikurangi pendapatan di tahun t – 1. PPEt = aktiva tetap kotor di tahun t. At-1 = aktiva total diakhir tahun t – 1. α1, α2, α3 = parameter spesifik perusaha.
38
Perbedaan utama antara model De Angelo dengan model Heally adalah bahwa NDA mengikuti proses acak dalam model De Angelo dan suatu proses rata-rata kebalikan dalam model Heally. Berdasarkan penelitian terdahulu model Heally paling baik mencerminkan manajemen laba (discretionary accrual).
D. Perbedaan Temporer atas Pajak Tangguhan Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan antara dasar pengenaan pajak-DPP dari suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai tercatat aktiva atau kewajiban, yang akan berakhibat pada kenaikan atau bertambahnya laba fiskal periode mendatang (Purba, 2009:17). Pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban diselesaikan atau dilunasi. Zain (2007:98) menyatakan bahwa perbedaan temporer yang mengakhibatkan harus diakuinya aktiva dan/atau kewajiban pajak tangguhan terjadi atau timbul apabila: 1. Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk penghitungan laba fiskal dan untuk penghitungan laba akuntansinya dalam periode yang berbeda; 2. Bagian dari biaya pemerolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara subsistansi merupakan statu akuisisi, dialokasikan kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasarkan nilai wajarnya dan penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh peraturan perpajakan;
39
3. Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam konsolidasi; 4. Perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak-DPP dari suatu aktiva atau kewajiban pada saat pengakuan awalnya. Perbedaan temporer timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan standar atau ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan (kriteria dan periode), dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, penghasilan, beban, laba, dan rugi) yang berlaku dalam disiplin akuntansi perpajakan (ketentuan perpajakan) di satu pihak dengan standar atau ketentuan yang berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan di pihak yang lain. Menurut Harnanto (20011:113), secara lebih spesifik perbedaan temporer yang timbul sebagai akibat dari perbedaan saat atau periode pengakuan penghasilan dan keuntungan atau beban dan kerugian dapat dibedakan dalam kategori sebagai berikut: 1.
Perbedaan temporer berupa future taxable amount (kewajiban pajaktangguhan) timbul sebagai akhibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan yang akan dikenakan pajak dalam periode setelah pengakuannya sebagai elemen laba-rugi akuntansi; atau disebut perbedaan temporer kena pajak. Sebagai contoh, piutang yang timbul dari hasil penjualan angsuran yang diakui sebagai elemen laba-rugi akuntansi dalam periode terjadinya transaksi penjualan, dan dalam periode terjadinya penerimaan kas sebagai elemen penghasilan kena pajak atau laba-rugi fiskal.
40
2. Perbedaan temporer berupa future taxable amount (kewajiban pajaktangguhan) juga timbul sebagai akhibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang terkait dengan setiap biaya atau kerugian yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk perhitungan laba-rugi fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba-rugi akuntansi. Misalnya, suatu aktiva tetap yang disusutkan lebih cepat untuk perhitungan laba-rugi fiskal atau penghasilan kena pajak daripada penyusutannya untuk perhitungan laba-rugi akuntansi. 3. Perbedaan temporer berupa future deductible amount (aktiva pajaktangguhan) timbul dari pembayaran atau penyelasaian suatu kewajiban yang terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk laba-rugi fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen biaya dalam laporan keuangan (laba-rugi akuntansi). Misalnya, kewajiban atau utang garansi yang diakui sebagai elemen biaya dalam periode terjadinya transaksi penjualan barang untuk perhitungan laba-rugi akuntansi, tetapi diakui sebagai biaya fiskal dalam periode terjadinya transaksi pembayaran atau pengeluaran kas untuk biaya garansi periode mendatang. 4. Perbedaan temporer berupa future deductible amount (aktiva pajaktangguhan) juga timbul sebagai akhibat dari pembayaran atau penyelesaian kewajiban yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan yang diakui sebagai elemen laba-rugi fiskal atau penghasilan kena pajak dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba-rugi akuntansi. Misalnya,
41
penghasilan dari abonemen surat kabar harian atau majalah untuk masa satu tahun yang diterima di muka, yang diakui sebagai elemen laba-rugi fiskal atau penghasilan kena pajak dalam periode penerimaan kas, tetapi diakui sebagai elemen laba-rugi akuntansi dalam periode diperoleh atau direalisasikannya penghasilan tersebut dikemudian hari. 5. Perbedaan temporer juga timbul dari transaksi atau peristiwa yang sudah diakui di dalam laporan keuangan (komersial), dan akan berakhibat pada bertambah atau berkurangnya penghasilan kena pajak atau laba fiskal periode mendatang, tetapi tidak dapat diidentifikasi dengan aktiva atau kewajiban tertentu untuk tujuan penyajiannya di dalam laporan keuangan. Termasuk dalam kategori perbedaan temporer demikian antara lain: a. Biaya pendirian yang diakui sebagai elemen laba-rugi akuntansi dalam periode terjadinya biaya (tidak dikapitalisasi sebagai aktiva), tetapi ditangguhkan (dikapitalisasi sebagai aktiva atau beban tangguhan) dan diamortisasi sebagai biaya secara periodik atau pengurang penghasilan untuk perhitungan penghasilan kena pajak atau laba-rugi fiskal. b. Biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai elemen penghasilan kena pajak atau laba fiskal dalam periode terjadinya biaya, tetapi dikapitalisasi sebagai aktiva atau beban tangguhan dan diamortisasi secara periodik untuk penghitungan laba-rugi akuntansinya. c. Laba atas kontrak jangka panjang yang diakui berdasar metode kontrak selesai untuk tujuan perhitungan laba akuntansi, tetapi diakui berdasar
42
metode presentase penyelesaian untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak atau laba-rugi fiskal. Perbedaan waktu yang bersifat sementara, terjadi karena adanya ketidaksamaan saat pengakuan penghasilan dan beban oleh administrasi pajak dan masyarakat profesi akuntan (Gunadi, 2009:310). Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk tujuan pajak lebih cepat dari pengakuan beban untuk akuntansi. Sebaliknya, perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut praktik akuntansi. Apabila administrasi pajak menghitung pajak atas jumlah laba yang lebih rendah dari laba menurut pembukuan akan terdapat utang pajak yang ditangguhkan (deferred tax liabilities). Penangguhan akan memunculkan jumlah laba fiskal yang lebih besar dari laba pembukuan di masa kemudian.
E. Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) Menurut Harnanto (2003:115), beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Penyebab perbedaan antara beban pajak penghasilan dengan PPh terutang menurut Purba (2009:14), dapat dikategorikan dalam dua kelompok:
43
1. Perbedaan Permanen atau Tetap Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang tidak objek pajak sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Perbedaan ini mengakhibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial secara permanen. 2. Perbedaan Temporer atau Waktu Perbedaan ini terjadi berdasarkan ketentuan peraturan Undang-Undang Perpajakan merupakan penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode sekarang, misalnya: a. Metode penyusutan, yang diakui fiskal adalah saldo menurun dan garis lurus. b. Metode penilaian persediaan, yang diakui fiskal adalah FIFO dan Rata-rata. c. Penyisihan piutang tak tertagih, yang diakui fiskal kecuali untuk Perusahaan Pertambangan, Leasing, Perbankan dan Asuransi. d. Rugi laba selisih kurs, yang diakui fiskal adalah kurs dari Menteri Perekonomian sedangkan yang diakui oleh akuntansi adalah kurs dari Bank Indonesia. Kewajiban pajak tangguhan harus diakui untuk setiap beda temporer kena pajak. Namun, tidak semua beda temporer dapat dikurangkan untuk tujuan
44
fiskal. Menurut Purba (2009:35) terdapat pengecualian-pengecualian sebagai berikut: a. Kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari beda temporer investasi pada perusahaan asosiasi, anak perusahaan, dan joint venture tidak diakui apabila induk perusahaan dan patner dapat mengendalikan waktu reversal beda temporer tersebut. b. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang muncul dari pengakuan awal goodwill yang berasal dari penggabungan usaha. c. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang muncul dari pengakuan aktiva dan kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan merupakan transaksi penggabungan usaha. Transaksi penggabungan usaha tersebut tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba yang dikenakan pajak. Beda waktu terjadi adanya perbedaan pengakuan besarnya waktu secara akuntansi komersial dibandingkan dengan secara fiskal. Selisih dari perbedaan pengakuan antara laba akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal yang akan menghasilkan koreksi berupa koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan sedangkan koreksi negatif akan menghasilkan beban pajak tangguhan.
F. Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) Aktiva pajak tangguhan adalah aktiva yang terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang berakhibat beban pajak menurut
45
akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut UndangUndang pajak (Waluyo, 2008:217). Aktiva pajak tangguhan disebabkan jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Besarnya aktiva pajak tagguhan dicatat apabila dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgment untuk menaksir seberapa mungkin aktiva pajak tangguhan tersebut dapat direalisasikan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali pada tanggal neraca. Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. Dengan adanya kewajiban untuk melakukan peninjauan kembali pada tanggal neraca, maka setiap tahun manajemen harus membuat suatu penilaian untuk menetukan saldo aktiva pajak tangguhan dan pencadangan aktiva pajak tangguhan, sedangkan penilaian manajemen untuk menentukan saldo
cadangan aktiva pajak tangguhan tersebut
bersifat
subjektif
(Suranggane, 2007:81). Dengan diberlakukannya PSAK No.46 yang mensyaratkan para manajer untuk mengakui dan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang dapat disebut pencadangan nilai aktiva pajak tangguhan. Peraturan ini dapat memberikan kebebasan manajemen untuk menetukan kebijakan akuntansi
46
yang digunakan dalam penilaian aktiva pajak tangguhan pada laporan keuangannya, sehingga dapat digunakan untuk mengindikasikan ada tidaknya rekayasa laba atau manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dalam laporan keuangan yang dilaporkan dalam rangka menghindari penurunan atau kerugian laba.
G. Penghitungan Dasar Pajak Tangguhan Pada dasarnya bahwa PSAK No. 46 adalah cukup komplek, karena untuk PSAK No. 46 secara utuh diperlukan juga pemahaman yang cukup atas UU PPh Indonesia. PSAK No. 46 mengatur mengenai tata cara pencatatan dan pengakuan atas pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan keuangan, dan bukan mengatur mengenai berapa jumlah pajak yang harus dibayar. Dengan demikian, maka untuk menghitung berapa besar jumlah pajak yang harus dibayar adalah berdasarkan ketentuan dalam UU Perpajakan. Menurut Purba (2009:68), bahwa suatu unit usaha bisa saja mengabaikan pengaruh dari perbedaan temporer dan melaporkan biaya PPh sama besarnya dengan PPh yang terutang, artinya hutang PPh dihitung berdasarkan laba akuntansi kena pajak. Akan tetapi, perlu disadari bahwa jumlah PPh yang nyata-nyata harus dibayar sesungguhnya adalah PPh terutang yang dihitung berdasarkan laba kena pajak, artinya biaya PPh bisa saja lebih kecil atau lebih besar dari hutang PPh. Untuk itu, diperlukan suatu penangguhan dari biaya PPh yang terlalu cepat diantisipasi atau biaya PPh yang ditunda pembayarannya. Karenanya, hutang PPh atau PPh yang harus dibayar/disetor pada negara, di hitung sebagai berikut: 47
Laba akuntansi sebelum pajak
xxxx
Beda waktu Biaya penyusutan
=
(xxx)
Beban imbalan pasca kerja
=
xxx
Jumlah beda waktu
xxxx
Beda tetap Pendapatan bunga
=
(xxx)
Beban jamuan
=
xxx
Jumlah beda tetap
xxxx
Laba kena pajak
xxxx
Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan
xxxx
Laba kena pajak
xxxx
Apabila penyusutan fiskal lebih kecil daripada penyusutan komersial akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan, sedangkan penyusutan fiskal lebih besar daripada penyusutan laba komersial akan menghasilkan beban pajak tangguhan. Besarnya pajak tangguhan dihitung dari besarnya penyusutan beda waktu dikalikan tarif pajak tangguhan. Berdasarkan Undang-Undang N0.36 tahun 2008, tarif pajak tangguhan adalah 25%. Kemudian, Purba (2009:44) menjelaskan lebih lanjut mengenai ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat kewajiban dan aktiva pajak tangguhan: (Dr) Beban pajak tangguhan (Cr) Kewajiban pajak tangguhan
xxx xxx
48
(Dr) Aktiva pajak tangguhan
xxx
(Cr) Manfaat pajak tangguhan
xxx
Berdasarkan pada penghitungan pajak penghasilan di atas, maka secara khusus penyajian dari perkiraan aktiva atau kewajiban PPh ditangguhkan berdasarkan PSAK No 46. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar, maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar. Sebagai ilustrasi perhitungan dari transaksi pajak tangguhan sebagai berikut: Diketahui laba sebelum pajak tahun 2010 Rp 900.000.000. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah: a. Pendapatan bunga deposito Rp 60.000.000 b. Beban jamuan tanpa daftar normatif Rp 40.000.000 c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp 15.000.000 daripada penyusutan komersial d. Angsuran PPh 25 Rp 10.000.000/bulan Pertanyaan: tentukan PKP, PPh kurang atau lebih bayar, aset atau kewajiban pajak tangguhan dan buat jurnal penyesuaiannya! Jawaban: Penghasilan kena pajak Laba sebelum pajak
Rp 900.000.000
Koreksi beda tetap: Pendapatan bunga deposito
Rp (60.000.000)
49
Beban jamuan
Rp 40.000.000
Total beda tetap
(Rp 20.000.000)
Koreksi beda waktu: Penyusutan
Rp 15.000.000
Total beda waktu
Rp 15.000.000
Penghasilan Kena Pajak
Rp 895.000.000
Pajak terutang 25% x Rp 895.000.000=
Rp 223.750.000
Kredit PPh psl 25
Rp 120.000.000
=
PPh kurang bayar (PPh 29)
Rp 103.750.000
Aset pajak tangguhan Aset pajak tangguhan = 25% x Rp 15.000.000 = Rp 3.750.000
Jurnal penyesuaian (Dr) PPh badan – Pajak kini Rp 223.750.000 (Dr) Aset pajak tangguhan
Rp
3.750.000
(Cr) Pendapatan pajak tangguhan
Rp 3.750.000
(Cr) PPh pasal 25 dibayar dimuka
Rp 120.000.000
(Cr) Utang PPh pasal 29
Rp 103.750.000
50
H. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai beban pajak tangguhan, aktiva pajak tangguhan, dan akrual telah banyak dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan kontribusi tambahan bagi akuntan pihak perpajakan untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya praktik manajemen laba. Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian terdahulu mengenai kemampuan pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi manajemen laba.
51
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Phillips, Pincus dan Rego (2003)
Yulianti (2005)
Judul Penelitian Earning Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expence.
Kemampuan pajak tangguhan dalam memprediksi manajemen laba
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel: Deferred tax Variabel: Aktiva pajak expense (X1), Accrual (X2), tangguhan (X1). Earning management (Y). Objek penelitian: Objek penelitian: publicly perusahaan manufaktur available sources. yang terdaftar di BEI. Teknik penelitian: analyst Teknik penelitian: earning forecasts. regresi logistic binery Variabel: Beban pajak tangguhan (X1), Akrual(X2), Manajemen laba (Y). Objek penelitian: perusahaan yang terdaftar di BEJ Metode analisis data menggunakan regresi pooled data.
Variabel: Aktiva pajak tangguhan (X1). Objek penelitian: perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Teknik penelitian: regresi logistic binery.
Hasil Penelitian Deferred tax expense (X1) secara inkremental lebih bermanfaat dibanding akrual (X2) dalam mendeteksi manajemen laba (Y)
Akrual (X1) dan beban pajak tangguhan (X2) memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap manajemen laba.
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti (Tahun) Suranggane (2007)
Damayanti (2008)
Judul Penelitian Analisis aktiva pajak tangguhan akrual sebagai prediktor manajemen laba.
Perbandingan akrual dan pajak tangguhan dalam pengujian aliran kas masa datang dan return saham
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel: Aktiva pajak Variabel: Beban pajak tangguhan (X1), akrual (X2), tangguhan (X1). Earning management (Y). Objek penelitian: Objek penelitian: perusahaan manufaktur perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. yang terdaftar di BEJ. Teknik penelitian: regresi logistic binery Variabel: Beban pajak tangguhan (X1), Akrual(X2). Objek penelitian: perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Teknik penelitian: menggunakan analisis regresi.
Variabel: Aktiva pajak tangguhan (X1), beban pajak tangguhan (X2), earning management (Y). Objek penelitian: perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Teknik penelitian: regresi logistic binery
Hasil Penelitian Akrual (X1) memiliki hubungan positif terhadap manajemen laba, Aktiva pajak tangguhan(X2) memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba (Y).
Akrual (X1) lebih bermanfaat dibanding beban pajak tangguhan (X2) dalam memprediksi aliran kas masa depan(Y1), sedangkan beban pajak tangguhan lebih bermanfaat dibandingkan akrual dalam pengaruhnya terhadap return saham (Y2).
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
53
I.
Keterkaitan antar Variabel Penelitian dan Perumusan Hipotesis 1. Aktiva Pajak Tangguhan dengan Earning Management Semakin besar perbedaan antara laba yang dilaporkan perusahaan (laba komersial) dengan laba fiskal menunjukkan bendera merah bagi pengguna laporan keuangan. Selisih positif antara laba akuntansi dan laba fiskal mengakhibatkan terjadinya koreksi positif yang menimbulkan terjadinya aktiva pajak tangguhan (Suranggane, 2007:78). Aktiva pajak tangguhan terjadi bila laba akuntansi lebih kecil daripada laba fiskal akhibat perbedaan temporer. Lebih kecilnya laba akuntansi dari laba fiskal mengakibatkan perusahaan menunda pajak terutang periode mendatang. Berdasarkan penelitian Suranggane (2007) bahwa aktiva pajak tangguhan dijadikan proksi sebagai indikator dari praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Aktiva pajak tangguhan yang jumlahnya diperbesar oleh manajemen dimotivasi adanya pemberian bonus, beban politis atas besarnya perusahaan dan minimalisasi pembayaran pajak agar tidak merugikan perusahaan. Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan adanya peranan antara aktiva pajak tangguhan yang dapat dimungkinkan dapat digunakan sebagai indikator adanya manajemen laba. Jika jumlah aktiva pajak tangguhan semakin besar maka semakin tinggi manajemen melakukan manajemen laba (earning management), untuk itu dibuat hipotesis sebagai berikut:
54
H1: Aktiva pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Beban Pajak Tangguhan dengan Earning Management Semakin besar presentase beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak perusahaan menunjukkan standar akuntansi yang semakin liberal (Yulianti, 2005:118). Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal memiliki hubungan positif dengan insentif pelaporan keuangan seperti financial distress dan pemberian bonus, dengan adanya hal tersebut maka dimungkinkan manajer dapat melakukan rekayasa laba atau ernings management dengan memperbesar atau memperkecil jumlah beban pajak tangguhan yang diakui dengan laporan laba rugi. Selisih negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal mengakhibatkan terjadinya koreksi negatif yang menimbulkan terjadinya beban pajak tangguhan (Djamaludin, 2008:58). Beban yang besar akan menurunkan tingkat laba yang diperoleh suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya beban yang sedikit akan menaikkan tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan penelitian Philips. et al (2003) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan beban pajak tangguhan. Penelitian yang dilakukan Yulianti (2005) juga menemukan bukti empiris bahwa beban pajak tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba guna
55
menghindari kerugian perusahaan. Manajemen laba merupakan peluang bagi manajemen untuk merekayasa besarnya beban pajak tangguhan guna menaikan dan menurunkan tingkat labanya. Beban pajak tangguhan mengakhibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang lebih besar di masa yang akan datang dan mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan. Berdasarkan temuan-temuan tersebut diatas maka diekspektasi peranan yang signifikan antara beban pajak tangguhan dengan manajemen laba (earnings management).
Earnings management dilakukan dengan
menaikkan atau menurunkan jumlah beban yang diakui dalam laporan laba rugi. Dengan demikian dibuat hipotesis sebagai berikut: H2: Beban pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap earnings management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Akrual dengan Earning Management Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomis (IAI, 2007). Agar laporan mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual (Winda, 2008). Penyusunan laporan yang menggunakan metode akrual di gunakan oleh para manajer dengan memanipulasi laba sedemikian rupa untuk
56
mempengaruhi keputusan stakeholder. Oleh karena itu, ada kecenderungan para manajer untuk mengatur laba sedemikian rupa dengan menerapkan income-increasing
discreationary
accruals
(artinya
usaha
untuk
merekayasa laba dengan menurunkan tingkat laba pada tingkat tertentu untuk membalikkan kebijakan akrual yang dilakukan sebelumnya) (Elingga, 2008). Dasar akrual umumnya memberikan indikasi yang lebih baik dalam laporan keuangan karena transaksi dan peristiwa keuangan diakui pada saat kejadian dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Namun konsep akrual tersebut memiliki kelemahan yaitu dapat dimanfaatkan untuk rekayasa angka-angka dalam laporan keuangan, sehingga dapat digunakan untuk mengubah angka laba yang dihasilkan apabila standar akuntansi memungkinkan melalui praktik manajemen laba. Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan adanya peranan akrual yang dapat digunakan sebagai indikator adanya manajemen laba. Untuk itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Akrual berpengaruh secara signifikan terhadap earning management untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
57
J. Kerangka Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian dapat digambarkan pada bagan berikut: Judul: Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Earning Management
Masalah Keagenan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen
Variabel Dependen
Aktiva Pajak Tangguhan (X1)
Earning Management (Y)
Beban Pajak Tangguhan (X2) Akrual (X3)
Metode Analisis Data: Model Regresi Logistik Binery
Overall Model Fit Test (Log Likelihood)
Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit Test
Uji Wald (Koefisien Regresi)
Interpretasi dan Kesimpulan
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah, jenis penelitian ini merupakan rancangan penelitian kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2009:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh antara variabel independen, yaitu aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan
dan
akrual
terhadap
variabel
dependen,
yaitu
earning
management.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Dengan kata lain penentuan sampel yang diambil berdasarkan kriteria-0kriteria tertentu yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti terhadap sampel penelitian (Santosa dan wedari, 2007:98). 59
Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian (2005-2009).
2.
Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 2005.
3.
Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode pengamatan.
4.
Penerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember dari tahun 2005-2009.
5.
Laporan keuangan tersebut terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua variabel yang diteliti.
C. Metode Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009:147). Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan Pusat
60
Referensi Pasar Modal BEI. Pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan data dengan alasan BEI merupakan bursa efek terbesar dan representative di Indonesia, dimana dalam tahun 2005 hingga 2009 dianggap cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal.
D. Metode Analisis Data Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0. 1.
Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif
digunakan
untuk
menjelaskan
earning
management, yaitu small profit firms dan small loss firms untuk setiap variabel independen dalam model penelitian (Suranggane, 2007). Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19). 2.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan regresi logistik biner (binary logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan nonmetrik (nominal).
61
Persamaan model regresi logistik biner yang digunakan adalah sebagai berikut: EM = α + β1CAPT + β2DTE+ β3ACC + ε 1 EM
Ln
Keterangan : Ln
EM 1 EM
= earning management (variabel dummy)
α
= konstanta
CAPT
= cadangan aktiva pajak tangguhan dari perubahan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi nilai aktiva pajak tangguhan periode t.
DTE
= beban pajak tangguhan perusahaan pada tahun t dibagi dengan total asset pada akhir tahun t-1.
ACC
= total akrual perusahaan I pada tahun t.
ε
= kesalahan residual
a.
Menilai Model Fit Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
62
Berdasarkan dipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi – 2LogL. Statistik -2LogL atau rasio x2 statistics, dimana x2 distribusi dengan degree of freedom n-q, q adalah jumlah parameter (Ghozali, 2009:268). Output SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas (Ghozali, 2009:268). Dengan alpha 5%, cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut: 1). Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. 2). Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal (initial – 2LogL function) dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009:269). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian ―Sum of Square Error” pada model regresi,
63
sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik. b.
Uji Chi Squre Hosmer & Lameshows Goodnes Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan uji Chi Squre Hosmer and Lameshows Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2009:269).
c.
Koefisien Cox & Snell R Square and Nagelkerke Koefisien Cox & Snell R Square and Nagelkerke merupakan ukuran koefisien R2 pada regresi linier berganda yang didasarkan
pada
teknik
estimasi
Likelihood
dengan
nilai
maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterpretasikan. Nagel R square merupakan modifikasi dari koefisien cox & snell R2 untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0-1 (Uyanto, 2006:236). d.
Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Tabel ini menunjukkan kekuatan prediksi dari variabel dependen yaitu earning management.
64
e.
Uji Wald Statistic Uji Wald pada tabel variables in the aquation digunakan untuk menguji
apakah
masing-masing
koefisien
regresi
logistik
signifikan. Uji Wald sama dengan kuadrat dari rasio koefisien regresi logistik B dan standar error S.E dengan tingkat signifikansi α < 0,05 (Uyanto, 2006:236). f.
Estimasi Parameter dan pembahasan Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien
regresi
dari
tiap
variabel-variabel
menunjukkan bentuk hubungan antara variabel.
yang
diuji
Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α) (Santosa dan Wedari, 2006).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Aktiva Pajak Tangguhan (X1) Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan datang sebagai akhibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasikan pada periode mendatang (Waluyo, 2008:217). Dalam penelitian ini aktiva pajak tangguhan sebagai variabel bebas yang diukur dengan perubahan nilai
65
aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t.
2. Beban Pajak Tangguhan (X2) Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan antara laba akuntansi (yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak) (Harnanto, 2003:115). Perbedaan antara laporan keuangan, standar akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam
menentukan prinsip dan asumsi
dibandingkan yang diperolehkan menurut pajak. Penghitungan tentang beban pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva atau total asset. Hal itu dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total asset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan proporsional.
3. Akrual (X3) Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual dan basis kas. Istilah akrual digunakan untuk menentukan penghasilan pada saat diperoleh dan untuk mengakui beban yang sepadan dengan revenue pada periode yang
66
sama, tanpa memperhatikan waktu penerimaan kas dari penghasilan yang bersangkutan. Komponen akrual merupakan pengakuan kejadian non kas dalam laporan laba rugi namun diharapkan akan diterima atau dibayarkan biasanya dalam kas dimasa yang akan datang (Belkaoui, 2007:14). Dalam penelitian ini variabel akrual diproksi dengan discretionary accrual dari Modified Jones Model yang merupakan model terbaik untuk mendeteksi manajemen laba (Suranggane, 2008:85). Langkah-langkah untuk memperoleh akrual: TAccit = EBEIit – (CFOit - EIDOit) Yang mana: TAccit = Total accrual perusahaan i pada periode t EBEIit = Income before extraordionary items pada tahun t CFOit
= Cash flows from operation pada tahun t
EIDOit = Extraordionary items and discontinued operation tahun t 4. Earning Management (Y) Earning management merupakan perilaku yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (Belkaoui, 2007:201). Variabel earning management merupakan variable dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2009:49), dimana kategori 1 untuk perusahaan berada dalam range small profit firms dan 0 untuk perusahaan berada dalam range small loss firms.
67
Berikut ini merupakan operasionalisasi variabel yang dijelaskan melalui Tabel 3.1: Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Indikator
X1= Aktiva pajak tangguhan (CAPT)
Skala Ukur Data Rasio
X2= Beban pajak tangguhan (DTE)
Rasio
X3= Akrual (TAcc)
TAccit = EBEIit – (CFOit - EIDOit)
X4= Earning management (EM)
1 untuk perusahaan berada dalam range small profit firms dan 0 untuk perusahaan berada dalam range small loss firms.
Rasio
Nominal
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Sampel Penelitian Data yang dikumpulkan tersebut berupa data laporan keuangan yang telah diaudit dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan SPSS Versi 16,0 untuk memudahkan pengolahan data sehingga dapat menjelaskan variabelvariabel yang diteliti. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel dengan purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Jumlah seluruh populasi dalam penelitian ini adalah 140 perusahaan. Dari hasil pengambilan sampel secara purposive sampling didapatkan hasil sampel berjumlah 37 perusahaan. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 berikut:
69
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel No. Kriteria 1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar selama periode penelitian 2005-2009. 2. Terdaftar sebelum 1 Januari 2005. 3. Perusahaan tidak delisting selama periode pengamatan. 4. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor indepeden. 5. Perusahaan memiliki informasi terkait variabel penelitian. Jumlah Sampel
Jumlah 140 129 112 102 37 37
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 pengambilan sampel secara purposive sampling diatas, sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pertama yaitu perusahaan yang terdaftar selama periode penelitian berjumlah 140 perusahaan. Perusahaan yang memenuhi kriteria kedua yaitu perusahaan terdaftar sebelum 1 Januari 2005 berjumlah 129 perusahaan, untuk kriteria ketiga yang memenuhi kriteria tidak delisting selama periode penelitian berjumlah 112 perusahaan. Perusahaan yang memenuhi kriteria keempat yaitu mempublikasikan laporan keuangan berjumlah 102 perusahaan, sedangkan untuk kriteria kelima yaitu memiliki informasi terkait variabel penelitian berjumlah 37 perusahaan. Dari hasil pembatasan sampel maka dapat diperoleh sampel penelitian yaitu 37 perusahaan yang dijelaskan dalam Tabel 4.2 dengan nama perusahaan sebagai berikut:
70
Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI
34 35 36
FASW INKP SPMA
37
SAIP
Perusahaan
Holcim Indonesia Tbk Indocement Tunggal Perkasa Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Arwana Citra Mulia Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Intikeramik Alamasri Tbk Mulia Industrindo Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Beton Jaya Manunggal Tbk Citra Tubindo Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Tbk Jaya Pari Steel Tbk Lion Metal Works Tbk Lion Mesh Prima Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Budi Acid Jaya Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Aneka Kemasindo Utama Tbk Arga Karya Prima Ind Tbk Asiaplast Industries Tbk Berlina Tbk Dynaplast Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Siwani Makmur Tbk Trias Sentosa Tbk JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Malindo Feedmill Tbk Sierad Produce Tbk Barito Pacific Timber Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Suparma Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia
71
2.
Statistik Deskriptif Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19). a. Aktiva Pajak Tangguhan Aktiva pajak tangguhan dapat diukur melalui indikator yaitu dalam penelitian ini aktiva pajak tangguhan (CAPT) sebagai variabel bebas yang diukur dengan perubahan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t (Suranggane, 2007:85). Hasil perhitungan aktiva pajak tangguhan (CAPT) perusahaan yang dijadikan sampel akan digambarkan pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan (CAPT) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO
2005 0,411 0,0179 0,1866 0,091 0,1021 0,247 -0,996 0,0931 0,0707 0,169 -1,081 0,020 0,121 0,128 0,062 -0,0363
2006 12,048 -1,423 0,69 0,3178 0,0911 0,3449 0,005 0,0589 0,0918 -0,2808 0,099 -0,996 0,1857 0,2143 0,484 0,1087
2007 -0,1933 0,5666 0,2569 0,3263 -0,1047 0,8115 0,1238 0,1342 0,0894 -0,2395 -0,714 -0,1651 0,0842 0,0205 0,141 -0,0218
2008 0,9936 -0,0363 0,6824 0,3253 0,8628 0,1779 -0,858 -0,2451 0,0615 -0,1538 -16,777 0,4174 0,792 -0,0577 0,1699 -0,4638
2009 -0,2971 -0,2009 0,3241 0,4766 0,3271 -0,2191 0,1064 0,7898 0,109 0,5645 -35,636 0,1524 -0,141 0,018 0,2759 0,1389
Bersambung pada halaman berikutnya
72
Tabel 4.3 (Lanjutan) No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2005 0,016 0,087 0,1008 0,276 0,020 -0,1047 0,106 0,039 -0,236 0,227 0,207 -0,0704 0,205 0,017 0,020 0,297 0,10 0,217 0,216 0,041 0,142
2006 0,0322 0,8887 0,6646 0,5308 0,1705 0,0833 0,5473 0,2947 -0,1552 0,905 0,2416 0,095 -11,373 0,2058 0,0775 -0,0562 -0,1086 0,2756 -20,797 0,2486 0,1446
2007 0,19 -0,3633 0,3175 0,96 0,9319 0,1287 -0,0704 -0,236 0,1249 0,632 -72,761 -0,7602 0,8834 0,5989 -0,3432 0,3352 0,1579 0,2333 -12,122 -0,1467 0,5481
2008 -0,6527 0,2664 0,9583 -0,7292 0,3236 -0,278 0,3183 -1,373 -7,006 0,9747 0,9601 0,5402 -14,834 -0,0646 -0,2841 -12,463 0,5467 -12,122 -0,2838 -0,0672 0,9918
2009 0,0168 0,0116 0,1048 0,3608 0,4413 -0,75 0,9185 0,02 -0,1501 -32,545 0,5345 0,3057 -0,185 0,33 -0,4557 -0,0374 0,0805 0,9316 0,1031 0,1853 -0,5008
Sumber: Data diolah Berdasarkan data hasil perhitungan aktiva pajak tangguhan (CAPT) pada Tabel 4.3 diatas, rata-rata nilainya menunjukkan nilai yang relatif kecil. Berdasarkan data terlihat bahwa nilai tertinggi untuk aktiva pajak tangguhan (CAPT) pada tahun 2005 dan 2006 dimiliki oleh PT. Holcim Indonesia sebesar 0,4111 dan 1,2048 sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh PT. JAPFA Comfeed Indonesia sebesar 11,373. Nilai tertinggi aktiva pajak tangguhan tahun 2007 dimiliki oleh PT. Unggul Indah Cahaya Tbk yaitu sebesar 0,96 sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT. Siwani Makmur Tbk sebesar -7,2761. Tahun 2008 nilai tertinggi aktiva pajak tangguhan dimiliki oleh PT. Holcim Indonesia sebesar 0,9936 dan nilai terendah dimiliki oleh PT.
73
Dynaplast sebesar -7,006. Pada tahun 2009, nilai tertinggi aktiva pajak tangguhan sebesar 0,9316 dimiliki oleh PT. Fajar Surya Wisesa dan nilai terendah sebesar -32,545 yang dimiliki oleh PT. Kageo Igar Jaya. b. Beban Pajak Tangguhan Beban pajak tangguhan dapat diukur melalui indikator yaitu beban pajak tangguhan (DTE) dihitung dengan membobot beban pajak tangguhan dengan total asset pada periode t-1 (Yulianti, 2005:111). Hasil perhitungan beban pajak tangguhan (DTE) perusahaan yang dijadikan sampel akan digambarkan pada Tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Beban Pajak Tangguhan (DTE) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR
2005 0,089 0,062 0,018 0,009 0,004 0,016 0,033 0,005 0,004 0,107 0,013 0,005 0,009 0,060 0,038 0,031 0,043 0,004 0,0005 0,003 0,002 0,0007 0,004 0,018 0,0327 0,015
2006 0,0591 0,0613 0,0087 0,0034 0,003 0,005 0,037 0,004 0,003 0,008 0,009 0,005 0,005 0,066 0,042 0,025 0,069 0,003 0,0005 0,003 0,022 0,083 0,005 0,021 0,030 0,013
2007 0,036 0,059 0,007 0,842 0,006 0,045 0,044 0,009 0,008 0,005 0,002 0,015 0,211 0,065 0,07 0,024 0,063 0,037 0,0006 0,002 0,016 0,076 0,009 0,024 0,082 0,015
2008 0,04 0,041 0,042 0,043 0,044 0,045 0,046 0,047 0,048 0,049 0,05 0,051 0,052 0,053 0,054 0,055 0,056 0,057 0,058 0,059 0,06 0,061 0,062 0,063 0,064 0,065
2009 0,077 0,078 0,079 0,08 0,081 0,082 0,083 0,084 0,085 0,086 0,087 0,088 0,089 0,09 0,091 0,092 0,093 0,094 0,095 0,096 0,097 0,098 0,099 0,1 0,101 0,102
Bersambung pada halaman berikutnya
74
Tabel 4.4 (Lanjutan) No 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2005 0,018 0,129 0,008 0,082 0,010 0,007 0,001 0,0025 0,002 0,002 0,008
2006 0,081 0,114 0,007 0,038 0,011 0,658 0,001 0,139 0,003 0,03 0,012
2007 0,024 0,104 0,001 0,036 0,014 0,635 0,0008 0,108 0,002 0,004 0,01
2008 0,066 0,067 0,068 0,069 0,07 0,071 0,072 0,073 0,074 0,075 0,076
2009 0,103 0,104 0,105 0,106 0,107 0,108 0,109 0,11 0,111 0,112 0,113
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan beban pajak tangguhan (DTE) pada Tabel 4.4 diatas, rata-rata menunjukkan nilai yang relatif kecil. Berdasarkan data terlihat bahwa nilai tertinggi untuk beban pajak tangguhan (DTE) pada tahun 2005 dimiliki oleh Trias Sentosa Tbk sebesar 0,129 dan tahun 2006 dimiliki oleh PT. Fajar Surya Wisesa sebesar 0,139. Nilai terendah tahun 2005 dimiliki oleh PT. Eterindo Wahanatama Tbk sebesar 0,005 dn tahun 2006 dimiliki PT. Sumalindo Lestari Jaya sebesar 0,001. Nilai tertinggi beban pajak tangguhan tahun 2007 dimiliki oleh PT. Arwana Citra Mulia Tbk yaitu sebesar 0,842 sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT. Sumalindo Lestari Jaya sebesar 0,0008. Tahun 2008 nilai tertinggi beban pajak tangguhan dimiliki oleh PT. Surabaya Agung Industri sebesar 0,076 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Holcim Indonesia sebesar 0,040. Pada tahun 2009, nilai tertinggi beban pajak tangguhan sebesar 0,113 dimiliki oleh PT. Surabaya Agung
75
Industri dan nilai terendah sebesar 0,077 yang dimiliki oleh PT. Holcim Indonesia Tbk. c. Akrual Akrual diukur melalui indikator yaitu menghitung total akrual (TAcc) dengan mengurangi laba sebelum pos luar biasa dikurangi besarnya arus kas (suranggane, 2007:86). Hasil perhitungan akrual (TAcc) perusahaan yang dijadikan sampel akan digambarkan pada Tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Akrual (TAcc) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA
2005 67,192 241,99 -325,642 -410,075 209,014 -122,315 568,811 -17,115 -11,671 56,874 8,048 -429,344 -31,345 -31,179 2,302 302 1,865 -5,567 -406 44,030 770 10,890 -1,954 -37,005 13,330 -6,726 -3,965 -44,176 26,040
2006 -111.284 549.614 -447.589 30.62 208.17 -225.188 -563.563 -5.483 -14.673 192.755 9.045 5.407 24.5 -33.132 0.327 0.344 7.002 -7.474 6.692 10.136 -331.331 -109.656 -4.715 -37.951 -5.174 -10.022 -5.144 -42.742 223.996
2007 -512.794 676.242 1.772.178 0.386 -7.122 -248.097 -433.095 -2.555 5.959 199.867 -0.519 -34.197 37.399 -38.152 2.681 7.638 -107.947 -10.559 0.753 29.988 -0.135 -117.286 -12.281 -27.093 -10.101 -17.742 -2.204 -77.13 167.768
2008 -447.334 955.86 2.520.254 43.914 -92.732 -193.284 -828.602 -68.19 -0.732 179.622 -10.401 -29.615 -67.224 -42.467 6.052 -223.797 -110.395 -62.282 612.954 7.332 -7.723 -160.478 -20.679 -23.203 -21.847 5.598 -7.884 -44.8 226.127
2009 515.752 123.528 3322.59 61.622 63.688 -702.857 1.112.635 -7.026 -4.514 90.176 -7.341 6.073 0.571 -93.049 0.785 2.181 -9.138 -9.375 6.121 -29.662 -5.77 -158.907 1.911 -28.39 57.889 9.258 -8.195 80.633 -67.064
Bersambung pada halaman berikutnya 76
Tabel 4.5 (Lanjutan) No 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2005 44,588 109,582 677,010 -20,675 5,810 56,155 6,810 72,804
2006 39.675 24.321 -999.186 -27.44 -83.732 -1631.35 19.529 1.614
2007 14.265 11.949 -991.106 -75.04 -48.037 844.254 21.45 -71.87
2008 -15.919 -19.041 -1829.73 -227.05 -131.65 -53.963 -6.317 -430.238
2009 50.141 16.937 -1321.49 66.284 108.175 -1458.29 19.608 333.207
Sumber: Data diolah Berdasarkan data hasil perhitungan akrual (TAcc) pada Tabel 4.5 diatas, terlihat bahwa nilai tertinggi untuk akrual (TAcc) pada tahun 2005 dimiliki oleh PT. Asahimas Flar Glass sebesar 209.014 dan tahun 2006 dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa sebesar 549.614 sedangkan untuk nilai terendah dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber sebesar -999.186. Nilai tertinggi akrual tahun 2007 dimiliki oleh PT. Semen Gresik Tbk yaitu sebesar 1.772.178 sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber sebesar -991.106. Tahun 2008 nilai tertinggi akrual dimiliki oleh PT. Semen Gresik sebesar 2.520.254 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber sebesar 1.829,73. Pada tahun 2009, nilai tertinggi beban pajak akrual sebesar 3.322,59 dimiliki oleh PT. Semen Gresik dan nilai terendah sebesar -1.321,49 yang masih dimiliki oleh PT. Barito Pacific Timber Tbk. d. Earning Management Earning management merupakan variable dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2009:49). Kategori 1
77
untuk perusahaan dalam range small profit firms dan 0 untuk perusahaan dalam range small loss firms yang terlihat dalam Tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Earning Management (Variable Dummy) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2005 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
2006 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
2007 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
2008 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
2009 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
Sumber: Data diolah
78
Gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel dari penelitian ini secara keseluruhan tampak pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Descriptive Statistics Variabel
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Aktiva_pajak_tangguhan 185
-32,545
1,204
-,59218
3,861681
Beban_pajak_tangguhan 185
,000
,842
,04641
,105461
Akrual
185
-999,186 955,860
-10,30551
273,304783
Earning Management
185
0
.81
.393
Valid N (listwise)
185
1
Sumber: Data diolah Tabel 4.7 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata) dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai terkecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan. Sedangkan, mean (rata-rata) menunjukkan nilai rata-rata dari masingmasing variabel. Hasil pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil perhitungan descriptive statistics pada Tabel 4.7 dijelaskan bahwa variabel aktiva pajak tangguhan (CAPT) memiliki nilai minimum sebesar -32,545 dan nilai maksimum sebesar 1,204. Nilai mean dari variabel aktiva pajak tangguhan (CAPT) sebesar 79
-0,59218 dengan standar deviasi sebesar 3,861681. Variabel beban pajak tangguhan (DTE) memiliki nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai maksimum sebesar 0,842. Nilai mean dari variabel beban pajak tangguhan (DTE) sebesar 0,04641 dengan standar deviasi sebesar 0,105461. Variabel akrual (TAcc) memiliki nilai minimum sebesar -999,186 dan nilai maksimum sebesar 955,860. Nilai mean dari variabel akrual (TAcc) sebesar -10,30551 sedangkan standar deviasinya sebesar 273,304783. Untuk variabel Earning management memiliki nilai mean sebesar 0,81 dan standar deviasinya sebesar 0,393. Dari data diatas menunjukkan bahwa nilai mean tertinggi adalah variabel earning management sebesar 0,81 sedangkan untuk nilai mean paling rendah adalah aktiva pajak tangguhan sebesar -10,30551. Nilai standar deviasi tertinggi adalah akrual sebesar 273,304783 sedangkan nilai standar deviasi yang paling rendah adalah variabel beban pajak tangguhan sebesar 0,105461.
3. Analisis Inferensial Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi logistik biner. Regresi binary logistic adalah regresi yang digunakan untuk melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel dependen bertipe kategorial dua pilihan (Ghozali, 2009:71). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas,
80
heteroscedasticity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Variabel bebas yang diuji dalam penelitian ini adalah aktiva pajak tangguhan (CAPT), beban pajak tangguhan (DTE) dan akrual (TAcc). Sedangkan variabel terikat yang diuji dalam penelitian ini adalah earning management (manajemen laba). Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 5 persen (0,05). Dalam penelitian ini variabel dependen (Y) bertipe kategorik / dua pilihan yaitu: kategori 1 untuk perusahaan berada dalam range small profit firms dan 0 untuk perusahaan berada dalam range small loss firms. Keterangan dapat dilihat dalam Tabel 4.8 identifikasi data berikut: Tabel 4.8 Identifikasi Data Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Sumber: Data diolah
Dalam penelitian ini, jumlah data yang diproses sebanyak 185 atau N = 185, untuk melihat kelengkapan data sampel yang diproses dalam penelitian ini dan tidak adanya missing case ditunjukkan pada Tabel 4.9 Case Prosecessing Summary berikut ini:
81
Tabel 4.9 Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Included in Analysis Cases
Missing Cases Total
Unselected Cases Total
a
N
Percent 185
100.0
0
.0
185
100.0
0
.0
185
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Sumber: Data diolah
a.
Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan -2 Log Lokelihood (-2LL) akhir (Block Number =1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kemungkinan terjadinya manajemen laba (earning management) pada 82
perusahaan manufaktur menggunakan nilai -2 log likelihood. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Dari hasil perhitungan analisis ini menghasilkan nilai -2 log likelihood sebesar 143.152 terlihat pada iteration history pada step 0 (Block Number 0). Hasil dari -2 log likelihood dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Ketepatan Model dalam Memprediksi EM (Block Number 0) a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
144.184
1.238
2
143.156
1.435
3
143.152
1.447
4
143.152
1.447
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 143.152 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data diolah
Kemudian hasil perhitungan nilai -2 log likelihood pada blok kedua (block number = 1) atau pada step 1 terlihat bahwa nilai -2 log likelihood sebesar 131.103. Hal ini berarti terjadi penurunan nilai -2 log likelihood pada bok kedua (block number = 1) karena pada block
83
number 0 nilai -2 log likelihoodnya sebesar 143.152 yang ditunjukkan pada tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Ketepatan Model dalam Memprediksi EM (Block Number = 1) a,b,c,d
Iteration History
Coefficients
-2 Log Iteration Step 1
likelihood
Aktiva_pajak_ Beban_pajak_ Constant
tangguhan
tangguhan
Akrual
1
138.033
1.114
-.014
2.713
.001
2
133.301
1.222
-.028
6.664
.002
3
131.699
1.135
-.035
11.834
.002
4
131.128
1.028
-.036
17.105
.002
5
131.103
1.010
-.036
18.447
.002
6
131.103
1.009
-.036
18.505
.002
7
131.103
1.009
-.036
18.505
.002
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 143.152 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data diolah
Penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 log likelihood dimana jika terjadi penurunan pada blok kedua dibanding blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 dan 4.11, pada blok pertama (block number = 0) nilai -2 log likelihood 84
sebesar 143.152 dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -2 log likelihood sebesar 131.103. Penurunan nilai likelihood sebesar 12.049 ini menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik biner.
Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chisquare pada bagian bawah uji Hosmer and Lameshow.
nilai
signifikansi yang tertera kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. Berikut ini merupakan hasil identifikasi prediksi klasifikasi dalam Tabel 4.12: Tabel 4.12 Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
Df 8.586
Sig. 8
.378
Sumber: Data diolah Hasil pengujian pada tabel 4.12 menunjukan nilai chi square sebesar 8.586 dengan nilai signifikan sebesar 0,378. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikan > α = 0,05 (signifikan diatas 0,05) yang berarti keputusan yang diambil adalah menerima H0, tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai 85
observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
c.
Koefisien Cox & Snell R Squre dan Nagelkerke R Squre Koefisien Cox & Snell R Squre pada tabel model Summary dapat diinterpretasikan sama seperti koefisien determinasi R squre pada regresi linier berganda, tetapi karena nilai maksimum cox & snell R squre biasanya lebih kecil dari satu sehingga sulit diinterpretasikan seperti R square dan jarang digunakan (Uyanto, 2006:236). Tabel 4.13
Koefisien Cox & Snell R Squre dan Nagelkerke R Square Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
131.163
Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square a
.078
.126
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Data diolah
Koefisien nagelkerke R squre pada tabel model summary merupakan modifikasi dari koefisien cox & snell square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Dilihat dari Tabel 4.13 nilai koefisien nagelkerke R square sebesar 0,126 yang menjelaskan bahwa dalam model regresi ini kemampuan variabel independen (aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan
86
akrual) dalam menjelaskan variabel dependen (earning management) sebesar 12,6% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi Untuk melihat ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati ditunjukan dengan bantuan tabel berupa predicted values dari variabel dependen dan baris merupakan data aktual yang diamati seperti yang ditunjukan pada tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi Classification Table
a
Predicted
Earning_management
Observed Step
Earning_management
1 Overall Percentage
0
1
Percentage Correct
0
0
28
.0
1
1
157
99.2 80.3
a. The cut value is .500
Sumber: Data diolah Menurut prediksi, perusahaan yang mengalami range small loss firms (0) adalah 185 perusahaan sedangkan hasil observasinya 28 perusahaan. Jadi ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang mengalami small loss firms sebesar 0% sedangkan, prediksi untuk perusahaan small profit firms (1) adalah 185 perusahaan dan 87
hasil observasinya 157 perusahaan, maka ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati untuk perusahaan small profit firms (1) sebesar 99.2%. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi dalam penelitian ini sebesar 80.3%. Dari hasil persamaan regresi logistic dalam penelitian ini menunjukan daya klasifikasi ketepatan prediksi keseluruhan sebesar 80.3%
dengan
klasifikasi
untuk
kelompok perusahaan
yang
mengalami small loss firms sebesar 0% dan untuk kelompok perusahaan yang mengalami small profit firms sebesar 99.2%. Ini ditunjukan dengan classification table pada output SPSS dengan cutoff value 0,50 dan mendukung hipotesis II dalam penelitian yang berarti variabel independen (aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual) dapat digunakan untuk memprediksi earning management perusahaan.
e.
Uji Wald (Uji Koefisien Regresi) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual terhadap earning management dengan menggunakan regresi logistik biner dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.15 Hasil Signifikansi Data.
Pada tabel hasil signifikansi data, kolom
Significant dibandingkan dengan tingkat alpha (α) 0,05 (5%). Apabila nilai signifikansi dibawah 0,05 (5%) maka hipotesis (Ha) diterima.
88
Untuk melihat hasil signifikan setiap koefisien dalam regresi logistik ini, digunakan model persamaan yang memasukkan semua variabel independen yang tampak pada Tabel 4.15 variabel in the equation berikut: Tabel 4.15 Hasil Signifikan Data Variables in the Equation
Variabel Step 1
a
Aktiva_pajak_tangguhan Beban_pajak_tangguhan Akrual Constant
B
S.E. -.033
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
.062
.287
1
.592
.967
18.458 9.294
3.944
1
.047
1.03888
4.505
1
.034
1.002
.287 12.389
1
.000
2.748
.002 1.011
.001
a. Variable(s) entered on step 1: aktiva_pajak_tangguhan, beban_pajak_tangguhan, akrual
Sumber: Data diolah
Pada Tabel 4.15 terlihat bahwa koefisien variabel beban pajak tangguhan dan Akrual signifikan sedangkan aktiva pajak tangguhan tidak signifikan. Uji Wald menguji masing-masing koefisien regresi logistik sebagai berikut: 1. Koefisien variabel aktiva pajak tangguhan -0.33 dengan p-value = 0.592 > α = 0.05 (signifikan lebih besar dari 0.05) maka variabel aktiva pajak tangguhan tidak signifikan.
89
2. Koefisien variabel beban pajak tangguhan 18.458 dengan p-value = 0.047 < α = 0.05 (signifikan di bawah 0.05) maka variabel beban pajak tangguhan signifikan. 3. Koefisien variabel akrual 0.002 dengan p-value = 0.034 < α = 0.05 (signifikan di bawah 0.05) maka variabel akrual signifikan. Hasil
perhitungan
yang
terdapat
pada
Wald
statistic
menunjukkan bahwa hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu beban pajak tangguhan dan akrual sedangkan variabel aktiva pajak tangguhan tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dari penelitian tersebut, persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut: = 1.011 – 0.033CAPT + 18.458DTE + 0.002ACC
Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan hasil sebagai berikut: Ha1:
Aktiva pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap earning management Variabel aktiva pajak tangguhan pada tabel 4.15 menunjukkan
koefisien negatif
sebesar 0,033 dengan nilai signifikansi sebesar
0,592 > 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Maka, aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap earning management.
90
Ha2:
Beban pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap earning management Variabel beban pajak tangguhan menunjukkan koefisien positif
sebesar 18.458 dengan nilai signifikansi sebesar 0,047 < 0,05 yang berarti Ha2 diterima. Maka, beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap earning management. Ha3:
Akrual berpengaruh terhadap earning management Variabel akrual menunjukkan koefisien positif sebesar 0,002
dengan nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05 yang berarti Ha3 diterima. Dengan demikian, akrual berpengaruh terhadap earning management.
B.
Pembahasan Penelitian ini merupakan studi mengenai manajemen laba (earning management). Penelitian ini menggunakan variabel keuangan (aktiva pajak tangguhan, beban pajak tanguhan, total asset, arus kas, dan laba bersih). Penelitian ini dilakukan terhadap 37 perusahaan sampel perusahaan manufaktur pada periode 2005 hingga 2009 yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling. Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang telah dilakukan dapat dilihat dalam Tabel 4.16 berikut:
91
Tabel 4.16 Ringkasan hasil Uji Hipotesis No 1.
Hipotesis
Hasil
Aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap
Tidak Didukung
earning management 2.
Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap
Didukung
earning management 3.
Akrual berpengaruh terhadap earning
Didukung
management Sumber: data sekunder diolah
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perubahan aktiva pajak tangguhan adalah sebesar 0,592 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (Earning Management) untuk menghindari melaporkan kerugian perusahaan dengan nilai parameter yang negatif. Besarnya perubahan aktiva pajak tangguhan tidak menjamin tidak diberlakukannya tindakan manajemen laba oleh perusahaan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa manajemen perusahaan manufaktur di Indonesia tidak memanfaatkan aktiva pajak tangguhan untuk melakukan manajemen laba (earning management). Pertama, karena adanya keterkaitan yang erat antara aktiva pajak tangguhan dengan ketentuan perpajakan, maksudnya bila manajer memanfaatkan aktiva pajak tangguhan pada laporan komersial untuk
92
melakukan earning management maka hal ini dapat berimbas pada laporan keuangan fiskal sehingga manajer harus berpikir agar besarnya aktiva pajak tangguhan tidak merugikan perusahaan. Kedua, karena manajemen perusahaan tidak ingin memanfaatkan celah dari kebijakan yang ada dalam PSAK No. 46 tentang pajak tangguhan karena kebijakan tersebut baru berlaku pada tahun 2001. Jadi, besarnya pajak tangguhan belum tentu menjamin perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wedari (2009) dan penelitian Suranggane (2007) bahwa aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap earning management. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi beban pajak tangguhan adalah sebesar 0,047 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manejemen laba (Earning
Management)
untuk
menghindari
melaporkan
kerugian
perusahaan dengan nilai parameter yang positif. Perusahaan manufaktur di Indonesia memanfaatkan celah untuk memanipulasi labanya dengan menggunakan besarnya beban pajak tangguhan. Adanya PSAK 46 yang mengatur tentang pajak tanguhan tidak menjamin perusahaan untuk tidak melakukan manajemen laba. Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen untuk menentukan prinsip
93
dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut pajak. Hal ini membuat manajemen memanfaatkan celah untuk melakukan manipulasi besarnya beban pajak tangguhan yang dimiliki. Mengukur keleluasaan manajer, beban pajak tangguhan lebih baik sebab peraturan akuntansi memberikan lebih banyak keleluasaan dibanding peraturan perpajakan (Yulianti, 2005). Besarnya jumlah beban pajak tangguhan mengurangi laba perusahaan sehingga mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Phillips (2003) dan Yulianti (2005) yang memberikan hasil bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba (Earning Management) yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari melaporkan kerugian perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi akrual terhadap manajemen laba adalah sebesar 0,034 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa akrual berpengaruh terhadap earning management. Hal ini dapat dijadikan alasan bahwa dalam agency teory, agen (manajemen) mempunyai informasi dan pengaruh yang lebih besar pada pengambilan keputusan perusahaan dari pada prinsipalnya sehingga manajemen dapat menggunakan informasi dan pengaruh yang dimilikinya agar
kepentingannya
pengambilan
peluang
dapat
terpenuhi
dari
kebijakan
melalui
pemanfaatan
akuntansi
sehingga
dan bisa
memanipulasi besarnya akrual yang dimiliki.
94
Semakin besar nilai akrual berarti perusahaan itu memilki aktivitas yang lancar. Hal ini memberikan keuntungan bagi agen (menejemen) untuk mendapatkan bonus atas aktivitas yang dilakukan dalam satu periode yang telah berjalan. Selain itu, perusahaan yang menghasilkan laba setiap tahun membuat investor tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan itu sehingga bagi perusahaan mudah untuk mendapatkan tambahan modalnya. Perekayasaan menaikan dan menurunkan akrual dapat dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau mempercepat beban. Selain itu, ada kecenderungan para manajer untuk mengatur laba sedemikian rupa dengan menerapkan income-increasing discretionary accruals yang artinya usaha untuk merekayasa laba dengan menurunkan tingkat laba pada tingkat tertentu untuk membalikan kebijakan akrual yang dilakukan sebelumnya (Elingga, 2008). Laba akrual merupakan laba bersih operasi yang didasarkan pada perhitungan akrual, nondiscretionary accrual merupakan laba akrual yang wajar yang tidak dipengaruhi oleh manajemen sedangkan discretionary accrual adalah tingkat laba yang tidak normal yang merupakan pilihan pihak manajemen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Phillips (2003), Yulianti (2005), Suranggane (2007) dan Kesumaning (2009) yang menunjukkan bahwa akrual berpengaruh signifikan terhadap earning management dengan tingkat parameter yang positif.
95
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual terhadap Earning Management. Penelitian ini menggunakan 37 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 hingga 2009. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan menggunakan regresi logistik biner, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Dari hasil pengujian Logistic Binary menunjukkan bahwa variabel aktiva pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba
(earning
management)
untuk
menghindari
melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2.
Hasil pengujian Logistic Binary menunjukkan bahwa variabel beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif
signifikan
manajemen
untuk
laba
(earning
management)
terhadap
menghindari
melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.
Hasil pengujian Logistic Binary menunjukkan bahwa variabel akrual memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba 96
(earning management) untuk menghindari melaporkan kerugian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B.
Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi pada penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.
Industri Manufaktur Beban pajak tangguhan dan akrual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan earning management yang dilakukan oleh perusahaan. Tindakan earning management mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan dalam satu periode. Laba (Net Income) dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk melihat kelangsungan hidup perusahaan tersebut dan dapat dijadikan dasar pertimbangan mengambil keputusan untuk periode yang akan datang.
2.
Investor Investor sebagai salah satu pemilik modal dapat mengetahui sinyal earning management yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat atas resiko investasinya dan menetukan pilihan atas investasi pada perusahaan manufaktur untuk masa yang akan datang.
97
3.
Pemerintah Pemerintah khususnya Dirtjen Pajak dapat mengetahui sinyal perusahaan-perusahaan
yang
melakukan
earning
management
sehingga berdampak pada besar kecilnya kewajiban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dan juga perlunya dilakukan pemeriksaan pajak oleh pihak fiskal untuk perusahaan-perusahaan yang disinyalir melakukan tindakan manajemen laba.
C.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1.
Variabel yang digunakan untuk memprediksi earning management yang dilakukan oleh perusahaan hanya sebatas pajak tangguhan dan akrual, yang hanya dapat ditentukan menggunakan laporan keuangan.
2.
Proksi tindakan earning management hanya menggunakan periode selama 5 tahun berturut-turut belum dapat melihat kecenderungan trend kemungkinan terjadinya earning management.
3.
Variabel dependen dan independen yang digunakan hanya difokuskan pada perusahaan tertentu yang sesuai dengan kriteria penelitian. Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan menambahkan jumlah sampel tidak hanya terfokus pada sektor manufaktur
98
saja, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas tahun atau periode penelitian menjadi enam tahun atau lebih atau bahkan mempersempit periode penelitian dan menggunakan metode penelitian yang berbeda pula untuk mendapatkan hasil yang lebih otentik.
99
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed R. 2007. Accounting Theory. Edisi Lima. Jakarta:Salemba Empat. Damayanti, Theresia. 2008. Perbandingan Akrual dan Pajak Tangguhan dalam Pengujian Aliran Kas Masa Datang dan Return Saham. Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 03. pp:250-259. Deviana, Birgita. 2008. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini Dalam Mendeteksi Manajemen Laba pada Seasoned Equity Offerings. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia /Tahun2008 Vol. XII, No. 02 (132:14). Djamaluddin, Subekti. 2008. Analisis Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Aliran Kas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No. 1, Januari 2008, Hal. 52-74. Elingga, Muna. 2008. Pengaruh Komponen Akuntansi Akrual Sebagai Prediktor Arus Kas Koperasi pada Saat Krisis dan Setelah Krisis. Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 02 (132:14). Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak Edisi Revisi 2009. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indinesia. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Universitas Diponegoro. Harnanto. 2011. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta. Healy, P.P.‖The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision.‖journal of Accounting and Economic Vol.7, No.1-3 (1985):85-107. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2009. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat. Kesumaning. 2009. Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal serta Pajak Tangguhan Terhadap Persistensi Laba.’’ Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Vol 12, No. 13 (132:15).
100
Laidian, Sufliya. ‖ Kasus Pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Bali Mengenai Manipulasi Pajak Tangguhan‖. Artikel ini diakses tanggal 22 November 2010 dari http://studentresearch.umm.ac.id/index.php/dept_of_accounting/article/view/5206. Murhaban, Mohamad. 2003. Perlakuan Pajak Tangguhan Pada Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi. Vol. 43. Muljono, Djoko. 2008. ‖Akuntansi Pajak‖. Yogyakarta:Andi. N. Anthony, Robert. 2008. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta:Salemba Empat. Purba, Marisi. 2009. ‖Akuntansi Pajak Penghasilan‖. Yogyakarta:Graha Ilmu. Philips, Pincus dan S.O. Rego. 2003. ―Earnings Mangement :New Evidence Based on Deferred Tax Expense‖. The Accounting Review. No. 78 pp 491521. Santoso, Singgih. ―Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 20011. Santoso, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit. JAAI vol. 11 no.2 Des 2007, 141—158. Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory 3rd Edision. Prentice Hall Canada Inc. Sulistiyanto dan Midiastuti. 2003.―Seasoned Equity Offerings: Benarkah Underperformance Pasca Penawaran?”. Artikel ini diakses tanggal 10 November 2010 dari http://re-searchengines.com/sulistianto.html. Suranggane, Zulaikha. 2007. Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual Sebagai Prediktor Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 4, No. 1, hal. 77-49. Uyanto, Stanislaus S. 2006. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Pedoman
Analisis
Data
dengan
SSPS.
Waluyo. 2008. ―Akuntansi Pajak. Jakarta:Salemba Empat. Winda, Sari Raharjo. 2008. ― Kemampuan Laba Operasi dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Laba Operasi dan Arus Kas Operasi Masa Depan Pada Perusahaan Manufaktur‖. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 7 No. Xii (131:24). 101
Yulianti. 2005. ―Kemampuan Beban Pajak Tanggguhan dalam Memprediksi Manajemen Laba‖. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 2, No. 1. Juli, pp:107-129. Zain, Mohammad. 2001. Manajemen Perpajakan. Bandung:Program Pascasarjana UNPAD
102
Lampiran 1
Aktiva Pajak Tangguhan Periode 2005-2009 (dalam ribuan rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR
2005 548.442.000 112.186.328 5.532.934
2006 248.748.000 46.286.807 17.848.475
2007 208.443.000 106.801.234 24.020.420
2008 32.916.000 103.055.319 75.637.805
2009 25.375.000 85.811.083 111.919.916
ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
440.575 987.572 8.621.917 135.198.225 989.322 1.008.772 643.257 744.588 39.324.212 982.821 4.837.921 320.116 12.419.806 9.123.000 2.301.981 111.579 38.140.000 107.941.750 22.405.908 110.886.751 2.615.144 4.458.136 32.680 659.532 15.673.211 50.448 3.056.475 92.516.210 12.115.000 17.843.563 4.321.565 199.068.261 70.158.456 550.316
645.407 1.086.046 6.410.494 129.663.633 1.051.602 1.110.461 502.009 772.269.514 19.693.897 1.206.570 6.157.862 621.456 13.935.821 9.427.000 15.895.233 331.810 81.410.000 129.757.563 24.348.005 243.115.210 3.708.189 3.859.800 337.443 869.862 17.324.105 40.077 3.848.297 100.296.147 11.470.000 16.095.533 5.965.322 64.637.401 93.380.559 643.481
960.025 983.928 33.944.382 148.000.000 1.214.867 1.219.120 405.774 42.147.515 16.901.211 1.317.680 6.286.888 723.562 13.637.691 11.639.000 11.659.659 485.878 2.025.323 1.895.500 27.947.039 227.947.039 3.000.633 482.021 916.627 105.470 9.842.905 34.972 9.595.125 74.664.125 17.254.000 19.133.916 7.784.585 29.218.852 81.432.254 1.423.134
1.423.883 7.169.000 41.294.204 79.628.820 975.228 1.299.551 351.035 15.740.066 29.010.317 6.334.880 5.943.890 871.640 9.316.513 7.042.000 15.895.233 11.639.722 11.717.178 2.802.524 21.859.470 333.316.311 1.264.453 858.736 36.296.169 2.637.737 21.405.988 14.082 9.012.162 58.143.942 7.681.000 42.173.230 3.664.477 22.758.714 76.302.881 174.257.216
2.719.750 10.654.321 33.870.388 89.117.831 4.640.326 1.458.644 806.561 3.449.052 34.227.959 5.551.920 6.052.351 1.203.542 10.819.559 7.163.000 16.152.730 13.003.815 1.832.315 5.016.578 12.882.636 4.086.719 1.290.403 746.361 1.082.234 5.665.603 30.832.424 11.880 13.451.348 39.941.534 7.404.000 45.866.547 53.628.365 25.376.357 93.614.132 116.109.295
Sumber: Bursa Efek Indonesia
103
Lampiran 2 Beban Pajak Tangguhan Periode 2006-2009 (dalam ribuan rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 433.437.000 646.660.000 63.946.332 451.394.966 4.830.518 3.690.290 154.800.000 4.184.601.111 110.445 9.573.216 4.701.616.714 1.675.321 1.226.444 10.923.156 1.789.406 6.503.111 68.094.000 487.448 254.450 8.779.158 922.733 121.508.202 1.576.142 8.456.309 30.051.773 3.744.623 1.230.995 240.513.216 4.010.000 12.218.932 13.514.729 1.508.573.000 1.937.699 401.000.123
2007 260.944.000 569.061.887 56.230.225 403.564.427 9.878.617 31.224.178 168.417.256 8.798.789 294.789 8.373.470 1.458.775.348 3.990.156 39.923.641 12.281.193 3.122.842 6.603.111 58.896.000 5.500.048 338.903 7.512.901 845.215 112.385.608 2.567.412 10.141.587 27.273.302 4.601.722 1.690.212 210.306.386 35.159.000 12.516.398 15.718.293 1.104.990.000 1.227.479 371.115.885
2008 288.785.000 300.496.984 18.399.614 156.219.669 8.650.000 26.235.457 36.987.358 5.804.475 324.768 7.492.480 3.485.814 5.473.147 49.351.780 13.326.393 3.567.172 23.074.360 65.346.000 2.390.048 1.958.842 3.197.446 965.613 107.137.425 561.263 8.303.894 13.878.227 3.636.047 1.044.107 174.854.924 305.000.000 3.718.711 285.509 636.726.000 21.787.709 356.863.518
2009 365.902.000 658.307.236 7.063.455 144.823.672 6.451.000 23.820.327 17.674.170 5.264.671 529.666 143.154 1.343.701 7.651.000 19.352.024 13.811.729 4.277.502 39.000.101 70.806.000 275.898 2.709.695 4.255.007 705.326 103.720.562 1.428.307 3.209.630 25.089.584 4.601.722 1.421.102 167.483.906 15.726.000 4.067.282 84.322 698.410 20.119.752 352.993.930
157.673.737 5.176.638 26.368.729
141.967.961 5.920.477 22.746.656
131.113.777 42.638.748 53.209.351
151.683.212 5.129.372 169.318.646
Sumber: Bursa Efek Indonesia
104
Lampiran 3 Total Aset Periode 2005-2009 (dalam milyad rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2005 7.324 10.536 7.297 365 1.566 704 4.116 848 28 1.064 477 289 205 165 42 251 979 144 470 2.698 41 1.463 292 398 1.074 275 65 2.104 3.339 314 1.158 2.290 1.230 2.882 51.617 1.320 2.122
2006 7.066 9.598 7.496 479 30 682 3.780 908 34 1.581 534 263 189 188 44 271 932 146 516 2.747 51 1.460 267 408 329 290 69 2.020 3.622 343 1.114 1.739 1.521 3.422 47.646 1.381 2.202
2007 7.208 10.016 8.515 631 1.760 773 3.823 914 46 1.601 483 290 269 216 63 453 1.486 156 440 2.623 54 1.545 295 387 1.123 330 75 2.139 4.043 505 1.295 16.912 1.896 3.770 51.690 1.502 2.662
2008 7.675 11.287 10.603 736 1.993 784 3.733 1.031 71 2.089 622 300 399 253 62 589 1.699 143 418 3.107 43 1.644 276 433 1.235 306 66 2.159 5.385 860 1.385 17.244 2.170 3.719 65.349 1.565 2.523
2009 7.265 13.276 12.951 823 1.972 765 3.239 1.011 70 1.871 470 271 354 271 73 543 1.599 143 536 2.251 32 1.588 302 507 1.291 318 53 1.923 6.070 885 1.641 16.375 2.010 3.671 54.839 1.433 2.414
Sumber: Bursa Efek Indonesia
105
Lampiran 4
Laba Bersih Periode 2006-2009 (Dalam milyad rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 176 593 1.296 28 -17 3 -510 80 1 211 13 6 27 21 3 2 21 -3 10 11 0,1 15 0,1 -5 -7 10 1 26 238 47 41 7 -53 102 -1.672 23 18
2007 169 984 1.775 43 153 12 -1014 56 9 220 0,33 -35 42 25 6 9 46 1 7 33 -0,04 23 -19 10 1 15 -4 18 181 28 21 45 28 122 865 27 -89
2008 282 1.746 2.524 54 228 3 -759 63 21 215 1 -30 49 38 9 13 -33 -8 617 40 -8 68 -5 21 0,7 7 -9 58 253 4 27 -3.400 -252 37 -98 -14 -435
2009 896 2.747 3.326 64 67 -36 1.442 183 9 133 -13 7 2 34 2 13 146 7 10 39 -6 95 30 20 66 65 3 144 814 76 37 547 -104 277 -1495 27 336
Sumber: Bursa Efek Indonesia
106
Lampiran 5
Arus Kas Periode 2006-2009 (dalam ribuan rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 287.284.000 43.386.264 1.743.589.294 4.380.012 4.830.518 232.188.389 61.437.646 85.483.143 15.673.210 18.245.320 3.955.518 593.575 2.500.580 54.132.120 2.673.143 1.656.819 13.998.000 10.474.029 3.308.645 864.371.000 331.431.068 124.565.430 4.815.232 42.951.180 12.174.771 20.022.752 6.144.759 68.742.789 13.004.000 7.325.110 16.679.001 1.000.186.000 25.560.921 185.732.199 40.653.113 3.471.601 1.860.619
2007 681.794.000 307.758.755 2.822.280 4.400.550 9.878.617 251.097.687 76.905.989 58.555.480 14.959.590 20.133.650 5.520.208 803.049 4.601.227 63.152.323 3.319.174 1.362.147 153.947.000 11.559.569 6.247.958 3.012.506 175.748.174 140.256.383 6.719.432 37.893.457 11.101.501 32.742.911 6.204.967 95.130.120 13.232.000 13.735.267 9.051.640 1.036.106.000 193.040.419 170.037.898 20.746.524 5.550.451 17.130.719
2008 852.862.000 790.140.947 3.746.684 10.086.655 320.732.000 205.284.544 185.398.153 131.190.541 21.732.250 35.378.871 5.659.006 385.870 116.224.303 80.467.053 2.948.837 236.797.093 143.395.000 70.282.455 4.046.728 32.668.962 277.430.230 228.478.702 25.679.080 44.263.006 22.547.815 1.402.850 1.116.886 102.800.661 26.873.000 19.919.924 46.041.313 1.570.267.000 24.950.550 168.650.812 440.037.761 7.683.216 4.762.164
2009 380.248.000 2.623.472.828 3.410.263 2.378.093 312.726.000 738.857.824 329.365.274 190.026.740 13.514.188 42.824.323 11.401.656 927.896 1.429.771 127.049.613 1.215.176 10.819.797 155.138.000 16.375.143 3.879.767 68.662.771 230.238.099 253.907.815 28.089.288 48.390.794 8.111.189 55.742.716 11.195.169 63.367.841 67.878.000 25.859.314 20.063.628 1.868.490.000 37.716.942 168.825.519 36.710.631 7.392.756 2.793.242
Sumber: Bursa Efek Indonesia
107
Lampiran 6 Earning Management Periode 2006-2009 Variabel Dummy No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
2007 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
2008 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
2009 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
Sumber: Data diolah
108
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan (CAPT) Periode 2006-2009 (dalam jutaan rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 1,2048 -1,423 0,69 0,3178 0,0911 0,3449 0,005 0,0589 0,0918 -0,2808 0,099 -0,996 0,1857 0,2143 0,484 0,1087 0,0322 0,8887 0,6646 0,5308 0,1705 0,0833 0,5473 0,2947 -0,1552 0,905 0,2416 0,095 -11,373 0,2058 0,0775 -0,0562 -0,1086 0,2756 -2,0797 0,2486 0,1446
2007 -0,1933 0,5666 0,2569 0,3263 -0,1047 0,8115 0,1238 0,1342 0,0894 -0,2395 -0,714 -0,1651 0,0842 0,0205 0,141 -0,0218 0,19 -0,3633 0,3175 0,96 0,9319 0,1287 -0,0704 -0,236 0,1249 0,632 -7,2761 -0,7602 0,8834 0,5989 -0,3432 0,3352 0,1579 0,2333 -1,2122 -0,1467 0,5481
2008 0,9936 -0,0363 0,6824 0,3253 0,8628 0,1779 -0,858 -0,2451 0,0615 -0,1538 -1,6777 0,4174 0,792 -0,0577 0,1699 -0,4638 -0,6527 0,2664 0,9583 -0,7292 0,3236 -0,278 0,3183 -1,373 -7,006 0,9747 0,9601 0,5402 -1,4834 -0,0646 -0,2841 -1,2463 0,5467 -1,2122 -0,2838 -0,0672 0,9918
2009 -0,2971 -0,2009 0,3241 0,4766 0,3271 -0,2191 0,1064 0,7898 0,109 0,5645 -3,5636 0,1524 -0,141 0,018 0,2759 0,1389 0,0168 0,0116 0,1048 0,3608 0,4413 -0,75 0,9185 0,02 -0,1501 -32,545 0,5345 0,3057 -0,185 0,33 -0,4557 -0,0374 0,0805 0,9316 0,1031 0,1853 -0,5008
Sumber: Data diolah
109
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Beban Pajak Tangguhan (DTE) Periode 2006-2009 (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 0,0591 0,0613 0,0087 0,0034 0,003 0,005 0,037 0,004 0,003 0,008 0,009 0,005 0,005 0,066 0,042 0,025 0,069 0,003 0,0005 0,003 0,022 0,083 0,005 0,021 0,03 0,013 0,081 0,114 0,007 0,038 0,011 0,658 0,001 0,139 0,003 0,03 0,012
2007 0,036 0,059 0,007 0,842 0,006 0,045 0,044 0,009 0,008 0,005 0,002 0,015 0,211 0,065 0,07 0,024 0,063 0,037 0,0006 0,002 0,016 0,076 0,009 0,024 0,082 0,015 0,024 0,104 0,001 0,036 0,014 0,635 0,0008 0,108 0,002 0,004 0,01
2008 0,04 0,041 0,042 0,043 0,044 0,045 0,046 0,047 0,048 0,049 0,05 0,051 0,052 0,053 0,054 0,055 0,056 0,057 0,058 0,059 0,06 0,061 0,062 0,063 0,064 0,065 0,066 0,067 0,068 0,069 0,07 0,071 0,072 0,073 0,074 0,075 0,076
2009 0,077 0,078 0,079 0,08 0,081 0,082 0,083 0,084 0,085 0,086 0,087 0,088 0,089 0,09 0,091 0,092 0,093 0,094 0,095 0,096 0,097 0,098 0,099 0,1 0,101 0,102 0,103 0,104 0,105 0,106 0,107 0,108 0,109 0,11 0,111 0,112 0,113
Sumber: Data Diolah
110
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Total Akrual Periode 2006-2009 (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode SMCB INTP SMGR ARNA AMFG IKAI MLIA TOTO BTON CTBN INAI JKSW JPRS LION LMSH PICO BUDI DPNS ETWA UNIC AKKU AKPI APLI BRNA CYNA IGAR SIMA TRST JPFA MAIN SIPD BRPT SULI FASW INKP SPMA SAIP
2006 -111.284 549.614 -447.589 30.62 208.17 -225.188 -563.563 -5.483 -14.673 192.755 9.045 5.407 24.5 -33.132 0.327 0.344 7.002 -7.474 6.692 10.136 -331.331 -109.656 -4.715 -37.951 -5.174 -10.022 -5.144 -42.742 223.996 39.675 24.321 -999.186 -27.44 -83.732 -1631.35 19.529 1.614
2007 -512.794 676.242 1.772.178 0.386 -7.122 -248.097 -433.095 -2.555 5.959 199.867 -0.519 -34.197 37.399 -38.152 2.681 7.638 -107.947 -10.559 0.753 29.988 -0.135 -117.286 -12.281 -27.093 -10.101 -17.742 -2.204 -77.13 167.768 14.265 11.949 -991.106 -75.04 -48.037 844.254 21.45 -71.87
2008 -447.334 955.86 2.520.254 43.914 -92.732 -193.284 -828.602 -68.19 -0.732 179.622 -10.401 -29.615 -67.224 -42.467 6.052 -223.797 -110.395 -62.282 612.954 7.332 -7.723 -160.478 -20.679 -23.203 -21.847 5.598 -7.884 -44.8 226.127 -15.919 -19.041 -1829.73 -227.05 -131.65 -53.963 -6.317 -430.238
2009 515.752 123.528 3322.59 61.622 63.688 -702.857 1.112.635 -7.026 -4.514 90.176 -7.341 6.073 0.571 -93.049 0.785 2.181 -9.138 -9.375 6.121 -29.662 -5.77 -158.907 1.911 -28.39 57.889 9.258 -8.195 80.633 -67.064 50.141 16.937 -1321.49 66.284 108.175 -1458.29 19.608 333.207
Sumber: Data diolah
111
Lampiran 10
Hasil Olahan Regresi Binary
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
Included in Analysis
N
Missing Cases Total Unselected Cases Total
Percent 147
99.3
1
.7
148
100.0
0
.0
148
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
144.184
1.238
2
143.156
1.435
3
143.152
1.447
4
143.152
1.447
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 143,152 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
112
Classification Table
a,b
Predicted EM_it Observed Step 0
EM_it
Percentage
0
1
Correct
0
0
28
.0
1
0
119
100.0
Overall Percentage
81.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
1.447
.210
Wald
df
47.454
Sig. 1
Exp(B)
.000
4.250
Variables not in the Equation
Variabel Step 0
Variables
Score
df
Sig.
Aktiva_pajak_tangguhan
.016
1
.900
Beban_pajak_tangguhan
2.470
1
.116
Akrual
2.660
1
.103
7.209
3
.066
Overall Statistics
113
Block 1: Method = Enter a,b,c,d
Iteration History
Coefficients -2 Log Iteration Step 1
likelihood
Aktiva_pajak Beban_pajak_ Constant
_tangguhan
tangguhan
Akrual
1
138.033
1.114
-.014
2.713
.001
2
133.301
1.222
-.028
6.664
.002
3
131.699
1.135
-.035
11.834
.002
4
131.128
1.028
-.036
17.105
.002
5
131.103
1.010
-.036
18.447
.002
6
131.103
1.009
-.036
18.505
.002
7
131.103
1.009
-.036
18.505
.002
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 143,152 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Step
Block
df
Sig.
12.049
3
.007
12.049
3
.007
12.049
3
.007
Model
114
Model Summary Cox & Snell R Step
-2 Log likelihood
1 131.103
Square a
Nagelkerke R Square
.079
.126
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
1
df
8.594
Sig. 8
.378
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test EM_it = 0 Observed Step 1
EM_it = 1
Expected
Observed
Expected
Total
1
7
5.708
8
9.292
15
2
3
4.037
12
10.963
15
3
3
3.803
12
11.197
15
4
2
3.608
13
11.392
15
5
6
3.343
9
11.657
15
6
2
2.825
13
12.175
15
7
3
2.170
12
12.830
15
8
0
1.433
15
13.567
15
9
2
.898
13
14.102
15
10
0
.175
12
11.825
12
115
Classification Table
a
Predicted EM_it Observed Step 1
EM_it
0
Percentage 1
Correct
0
0
28
.0
1
1
118
99.2
Overall Percentage
80.3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Step 1
a
Variabel
B
Aktiva_pajak_tangguhan
-.036
.063
.335
1
.563
.964
Beban_pajak_tangguhan
18.505
9.302
3.957
1
.047
1.08888
.002
.001
4.530
1
.033
1.002
1.009
.287
12.344
1
.000
2.743
Akrual Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
a. Variable(s) entered on step 1: Aktiva_pajak_tangguhan, Beban_pajak_tangguhan, Akrual.
Correlation Matrix
variabel
Aktiva_pajak_ Beban_pajak_ Constant
Step 1
Constant
tangguhan
tangguhan
Akrual
1.000
.114
-.615
.121
Aktiva_pajak_tangguhan
.114
1.000
-.067
-.169
Beban_pajak_tangguhan
-.615
-.067
1.000
.100
.121
-.169
.100
1.000
Akrual
116
Descriptives Descriptive Statistics
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EM_it
148
0
1
.81
.393
Aktiva_pajak_tangguhan
147
-32,545
1,204
-,58538
3,863973
Beban_pajak_tangguhan
148 ,000
Akrual
148
Valid N (listwise)
147
-999,186
,842
,04641 955,860
-10,30551
,105461 273,304783
117