PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, AKRUAL TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI PERIODE 2009-2012 Nenci Erista Hardiyanto Wibowo Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT This study aims to identify and examine the effect of deffered tax assets, deffered tax expense and the accrual to earnings management. Methods of data collection using purposive sampling and using logistic regression analysis test. Data obtained from banking companies listed in Indonesia Stock Excange period 2009-2012. The result of the study found that the deffered tax expense and an accrual has a significant influence on the probability of a company earning management, while the deffered tax assets do not have a significant effect. This suggests that the use of deffered tax expense and accruals as a proxy for earnings management is still valid. Keyword: earnings management, differed tax assets, deffered tax expenses, and accruals.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menguji pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual terhadap manajemen laba. Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling dengan menggunakan uji analisis regresi logistik. Data yang diperoleh dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai tahun 2012. Hasil penelitian ini menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual memiliki pengaruh signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sedangkan, aktiva pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan beban pajak tangguhan dan akrual sebagai proksi manajemen laba masih valid. Kata kunci: Manajemen laba, aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual.
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 1
PENDAHULUANPada tahun 2001 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) memberlakukan Standar Akuntansi Keuangan No. 46 yang mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan yang diberlakukan wajib untuk pelaporan keuangan, sebelum PSAK No. 46 tahun 2001 diberlakukan, praktik pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pajak penghasilan berpedoman pada PSAK No. 46 paragraf 77. PSAK No. 46 diterbitkan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan akuntansi pajak penghasilan. Implikasi PSAK No. 46 yang kaitannya dengan isu Manajemen Laba sebagaimana dijelaskan dalam positive accounting theory belum banyak diuji secara empiris di Indonesia. Penelitan mengenai manajemen laba menunjukkan bahwa penggunaan discretionary accrual menyebabkan terjadinya kesalahan dalam prediksi manajemen laba (Widiastuti dan Chusniah 2011). Berbagai penelitian mencoba mengatasi kelemahan model akrual dengan mencari faktor alternatif yang dapat digunakan dalam mendeteksi manajemen laba. Yulianti (2004), membuktikan bahwa kesalahan pengukuran model akrual dapat dikurangi dengan memfokuskan pada beban pajak tangguhan dibandingkan
dengan
membagi
total
accrual
perusahaan
menjadi
komponen discretionary dan non discretionary. Suranggane (2007) meneliti aktiva pajak tangguhan dan akrual sebagai prediktor manajemen laba. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba untuk menghindari kerugian. Hasil analisis tersebut tidak konsisten dengan (Widiastuti dan Chusniah 2011). Penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti kembali mengingat hasil penelitian terdahulu
masih terdapat perbedaan serta untuk
menyesuaikan fenomena terkini yang ada di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Yulianti (2004) yang meneliti tentang
kemampuan
beban
pajak
tangguhan
dalam
mendeteksi
manajemen laba. Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu dalam penelitian ini menambahkan variabel aktiva pajak tangguhan sebagai variabel independen. Variabel aktiva pajak tangguhan KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 2
sebelumnya pernah diteliti oleh Suranggane (2007) yaitu menguji aktiva pajak tangguhan dan akrual sebagai prediktor manajemen laba. Dimana dalam penelitian Suranggane (2007) variabel aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba untuk menghindari kerugian.
Oleh
karena
itu
penulis
ingin
meneliti
kembali
untuk
menyesuaikan fenomena terkini yang ada di Indonesia. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan, akrual, mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan. TINJAUAN PUSTAKA Teori agensi Asumsi teori keagenan (teory agency) adalah bahwa masing-masing individu adalah economic rational man dan kontrak antara principal dan agent tersebut dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga hal ini menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Principal termotivasi untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Manajemen Laba Menurut Sulistyanto (2008) dalam Widiastuti dan Chusniah (2011) terjadi perbedaan terhadap praktik manajemen laba mengakibatkan sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi manajemen laba. Sebagian pihak memandang bahwa manajemen laba sebagai tindakan kecurangan (fraud) karena berusaha untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Sementara itu sebagian lain menilai manajemen laba sebagai aktivitas yang wajar dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan, apalagi dilakukan masih dalam lingkup akuntansi. Motivasi manajemen laba pada dasarnya timbul karena adanya konflik kepentingan yang diungkapkan dalam agency teory. Yang pertama motivasi bonus, kedua adalah moitvasi perjanjian utang, yang ke empat KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 3
adalah motivasi politik dan motivasi pajak. Sedangkan pendekatan manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: taking a bath, income minimization, income maximization dan income smooting. Aktiva Pajak Tangguhan Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan dimasa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak PPh dimasa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar dimasa datang. Menurut Sukrisno (2008) dalam Widiastuti dan Chusniah (2011) perbedaan temporer dimaksudkan sebagai perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu aset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada aset atau kewajiban yang berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya perubahan tersebut dapat bertambah (future taxable amount) atau berkurang (future deductible amount) pada saat aset dipulihkan atau kewajiban dilunasi /dibayar. Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan atau kewajiban pajak tangguhan. Besarnya aktiva pajak tangguhan dicatat bila dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgment untuk menaksir seberapa mungkin aktiva pajak tangguhan tersebut dapat direalisasikan (Suranggane 2007). Beban Pajak Tangguhan Menurut Harnanto (2003) dalam Pindhiharti (2011), beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak). Penyebab perbedaan antara beban pajak penghasilan dengan PPh KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 4
terutang
menurut
Purba
(2009)
dalam
Pindhiharti
(2011),
dapat
dikategorikan dalam dua kelompok: 1;
Perbedaan Permanen atau Tetap. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan, ada beberapa penghasilan yang tidak diakui sebagai objek pajak sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Perbedaan ini mengakibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial secara permanen. 2;
Perbedaan Temporer atau Waktu. Perbedaan ini berdasarkan ketentuan
peraturan
Undang-Undang
Perpajakan
merupakan
penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode sekarang. Akrual Akrual adalah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terhutang (Muljono 2009 dalam Pindhiharti 2011). Teknik akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekuitas (Elingga 2008). Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomis (IAI 2010). Agar laporan mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Konsep akrual tersebut memiliki kelemahan yaitu dapat dimanfaatkan untuk merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan, sehingga dapat digunakan untuk mengubah angka laba yang dihasilkan apabila standar akuntansi memungkinkan.
PERUMUSAN HIPOTESIS
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 5
H1: Aktiva pajak tangguhan mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Beban pajak tangguhan mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3:
Akrual mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
METODA PENELITIAN Penentuan Sampel, Jenis dan Sumber Data Populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a; Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2012, b; Perusahaan tidak di delesting selama periode penelitian, c; Perusahaan menerbitkan laporan tahunan yang telah diaudit oleh auditor independen, d; Perusahaan sudah terdaftar di BEI sebelum tahun 2009, laporan keuangan terdapat informasi yang lengkap terkait variabel yang diteliti . DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Manajemen Laba Dalam penelitian ini probabilitas perusahaan dalam melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian diperoleh dari pendistribusian manajemen laba berdasarkan scaled earning changes. Manajemen laba akan diberi kode 0 apabila termasuk ke dalam kelompok small loss firms dan kode 1 apabila termasuk kedalam small profit firms. Perusahaan yang berada pada range 0-0,06 dikategorikan sebagai small profit firms, sedangkan perusahaan yang berada pada range -0,09 – 0 dikategorikan sebagai small loss firms. Pengukuran variabel ini mengacu pada penelitian (Yulianti
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 6
2004). Berikut ini adalah formula untuk mendapatkan skala pengukuran variabel probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba:
Scaled Earning Changeit =
∆ Net income it Market value of equity it
Market value of equity diukur dengan formula sbb: MVEit = Saham yang Beredar x Harga Saham Aktiva Pajak Tangguhan Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara
antara
standar
akuntansi
keuangan
dengan
peraturan
perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasikan pada periode mendatang (Waluyo 2008 dalam Pindhiharti 2011). Dalam penelitian ini aktiva pajak tangguhan sebagai variabel bebas yang diukur dengan perubahan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir peiode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t.
APTit =
∆ Aktiva Pajak Tangguhan it Aktiva Pajak Tangguhan it
Beban Pajak Tangguhan Beban pajak tangguhan adalah beban pajak yang timbul akibat perbedaan antara laba akuntansi (yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak) (Harnanto 2003 dalam Pindhiharti 2011). Perbedaan antara laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi dibandingkan yang diperoleh menurut pajak. Penghitungan tentang beban pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total asset KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 7
pada
periode
t-1
untuk
memproleh
nilai
yang
terhitung
dengan
proporsional. DTEit =
Beban pajak tanggu h an t Total aset t−1
Akrual Dalam penelitian ini variabel akrual diproyeksi dengan discretionary accrual dari
Modifies Jones Model. Dechow et.al.,(2011)
serta Bernard dan
Skinner (1996) yang mana juga digunakan oleh Philips et al., (2003) dan Yulianti (2004). Nilai discretionary Accrual positif berarti pola manajemen laba dengan meningkatkan laba sedangkan discretionary negatif berarti pola manajemen laba menurunkan laba. Untuk menghitung discretionary accrual (DA) adalah sebagai berikut: DA =
∆ REVit – (RECit - RECit-1) Ait-1
Keterangan: ∆ REVit = perubahan pendapatanperusahaan i pada periode ke t RECit = Piutang perusahaan i pada periode t RECit-1 = piutang perusahaan i pada periode ke t-1 Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif dan uji hipotesis dengan menggunakan regresi logistik. Model regresi logistik yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji hipotesis yang diajukan sebagai berikut: EM L ��1−EM = α + β1APT + β2DTE + β3ACC + ε
Keterangan: EM ln 1− EM
α APT
=
= =
manajemen laba (variabel dummy) kode 1 untuk kategori small profit firms dan kode 0 untuk small loss firms Konstanta Aktiva pajak tangguhan dari perubahan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi nilai aktiva pajak tangguhan periode t.
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 8
DTE
=
ACC
=
ε
=
Beban pajak tangguhan perusahaan pada tahun t dibagi dengan total asset pada akhir tahun t-1. Total akrual perusahaan perusahaan i pada tahun t. Kesalahan residual atau error
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif
APT BPT AKRUAL MGT LABA Valid N (listwise)
Tabel 1. Descriptive Statistics N Min Max Mean 96 -79.92 .97 -1.2971 96 -21.69 37.82 2.3598 96 -4.04 41.43 -.1223 96 .00 1.00 .6146 96
Std. Dev 8.37164 6.46051 4.43313 .48925
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas, menunjukkan total perusahaan sebanyak 96, nilai minimum aktiva pajak tangguhan (APT) sebesar negatif 79,92 yaitu Bank Victoria Internasional Tbk tahun 2011, nilai maksimum aktiva pajak tangguhan (APT) sebesar 0,97 yaitu Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2010, nilai rata-rata perusahaan sebesar negatif 1.2971 dengan standar deviasi 8,37164. Nilai minimum beban pajak tangguhan (BPT ) sebesar negatif 21,69 yaitu Bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2011, nilai maksimum beban pajak tangguhan (BPT) sebesar 37,82 yaitu Bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2012, nilai rata-rata perusahaan sebesar 2,3598 dengan standar deviasi 6,46051. Nilai minimum akrual sebesar negatif 4,04 yaitu Bank ICB Bumi Putera Tbk tahun 2012, nilai maksimum akrual sebesar 41,43 yaitu Bank Ekonomi Raharja Tbk tahun 2010, nilai rata-rata perusahaan sebesar negatif 0,1223 dengan standar deviasi 4,43313. Tabel 2. Statistik deskriptif frequensi
Valid
MGT LABA Frequency Cumulative Percent 0 37 38.5 1 59 100.0 Total 96
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 9
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan jumlah total perusahaan sebanyak 96, jumlah perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan kategori 1 untuk perusahaan berada dalam range small profit firm sebanyak 59 perusahaan atau sekitar 61,5 persen dan jumlah perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan kategori 0 untuk perusahaan berada dalam range small loss firm sebanyak 37 perusahaan atau sekitar 38,5 persen. Regresi Logistik Tabel 3. Menilai Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square 1 9.409
Df 8
Sig. .309
Berdasarkan hasil uji statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit Test, dapat diketahui bahwa nilai Hosmer and Lemeshow’s sebesar 9,409 dengan nilai signifikan sebesar 0,309. Dimana 0,309 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model fit dan dapat diterima. Hal ini berarti model regresi layak digunakan untuk analisis selanjutnya. Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test Tabel 4. Hasil pengujian Overall Model Fit (1) Iteration Historya,b,c Iteration Step 0
1 2 3
-2 Log likelihood 127.999 127.998 127.998
Coefficients Constant .458 .467 .467
Tabel 5. Hasil Pengujian Overall Model Fit (2) Model Summary Step 1
-2Log likelihood 107.292a
Cox&Snell R Square .194
Nagelkerke R Square .263
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 10
Berdasarkan tabel yang merupakan uji overall model fit terdapat nilai -2Log Likelihood awal sebesar 127,998 dan nilai -2Log Likelihood akhir sebesar 107,292. Dimana terjadi penurunan nilai -2Log Likelihood awal dengan -2Log Likelihood akhir, artinya model yang dihipotesiskan fit dengan data. Menilai Nagelkerke R Square Tabel 6. Hasil pengujian Nagelkerke R Square Model Summary Step 1
-2Log likelihood 107.292a
Nagelkerke R Square .263
Cox&Snell R Square .194
Dari tabel menunjukkan bahwa nilai Cox dan Snell R Square sebesar 0,194 dan nilai Nagelkarke R Square sebesar 0,263. Hal ini berarti bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 26 persen dan sebesar 73 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
a
Step 1
Tabel 7. Variables in the Equation B S.E. Wald APT .029 .031 .913 BPT .172 .087 3.905 AKRUAL -.640 .268 5.693 Constant -.073 .293 .063
Df 1 1 1 1
Sig. .339 .048 .017 .802
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel diatas, dapat dibentuk persamaan regresi logistik sebagai berikut: EM ln 1− EM = -0,73 + 0,029APT + 0,172DTE – 0,640ACC
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 11
Exp(B) 1.030 1.187 .527 .929
PENGUJIAN HIPOTESIS 1; Pengujian Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat signifikan variabel aktiva pajak tangguhan (APT) adalah 0,339 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H 1 yang menyatakan bahwa aktiva pajak tangguhan mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ditolak. Alasan mengapa manajemen perusahaan di Indonesia
tidak
memanfaatkan aktiva pajak tangguhan untuk melakukan manajemen laba, karena adanya keterkaitan yang erat antara aktiva pajak tangguhan dengan ketentuan perpajakan. Maksudnya bila manajer memanfaatkan aktiva pajak tangguhan pada laporan komersial untuk melakukan manajemen laba maka dapat berimbas pada laporan keuangan fiskalnya karena aktiva pajak tangguhan dilaporkan pada laporan keuangan komersil dalam jangka waktu panjangnya harus match dengan laporan keuangan fiskalnya, sehingga manajer harus berfikir agar besarnya aktiva pajak tangguhan yang direkayasa tidak menyebabkan pembayaran pajak yang besar yang akan merugikan perusahaan. Serta manajemen perusahaan tidak ingin memanfaatkan celah dari kebijakan yang ada dalam PSAK No.46 tentang pajak tangguhan karena kebijakan tersebut tergolong baru di Indonesia. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Widiastuti dan Chusniah (2011), namun konsisten dengan hasil penelitian Suranggane (2007) bahwa aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 2; Pengujian Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat signifikan variabel beban pajak tangguhan (BPT) adalah 0,048 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H2 yang menyatakan bahwa beban pajak tangguhan mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diterima. KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 12
Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini membuat manajemen memanfaatkan celah untuk melakukan manipulasi besarnya beban pajak tangguhan yang dimiliki. Mengukur keleluasaan manajer, beban pajak tangguhan lebih baik sebab peraturan
akuntansi
memberikan
lebih
banyak
keleluasaan
dibandingkan peraturan perpajakan (Yulianti 2004). Besarnya beban pajak tangguhan mengurangi laba perusahaan sehingga mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) yang memberikan hasil bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. 3; Pengujian Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat signifikan variabel akrual adalah 0,017 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H3 yang menyatakan bahwa akrual mampu memprediksi
secara
signifikan
terhadap
manajemen
laba
pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diterima. Hal ini dapat dijadikan alasan bahwa dalam teori agensi, agent (manajemen) mempunyai informasi dan pengaruh yang lebih besar pada pengambilan keputusan perusahaan dari pada principal (investor) sehingga manajemen dapat menggunakan informasi dan pengaruh yang dimilikinya agar kepentingannya dapat terpenuhi melalui pemanfaatan dan pengambilan peluang dari kebijakan akuntansi sehingga bisa memanipulasi besarnya akrual yang dimiliki. Semakin besar nilai akrual berarti perusahaan memiliki aktivitas yang lancar. Hal ini memberikan keuntungan bagi agent (manajemen) untuk mendapatkan bonus atas aktivitas yang dilakukan dalam satu periode yang telah berjalan. Selain itu, perusahaan yang menghasilkan laba setiap tahun membuat investor tertarik menanamkan modal di perusahaan tersebut sehingga bagi perusahaan
mudah
untuk
mendapatkan
tambahan
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 13
modalnya.
Perekayasaan menaikkan dan menurunkan akrual dapat dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau mempercepat beban. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) dan Suranggane (2007) yang menunjukkan bahwa akrual berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa variabel beban pajak tangguhan dan akrual yang mampu memprediksi secara signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan variabel aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh. Hal ini konsisten dengan penelitian Suranggane (2007). Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini hanya menggunakan variabel aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual yang hanya ditentukan menggunakan laporan keuangan, penelitian ini hanya menggunakan periode selama empat tahun belum dapat melihat kecenderungan trend kemungkinan terjadinya manajemen laba. Saran Adapun saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperluas penelitian dengan menambah jumlah sampel penelitian dan dapat memperluas periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 14
Damayanti, Theresia. 2008. “Perbandingan Akrual dan Pajak Tangguhan dalam Pengujian Aliran Kas Masa Datang dan Return Saham”. Jurnal Akuntansi/ Tahun XII, No.03 .pp:250-259. Dechow et al., “Detecting Earning Management: A New Approach ”. The Accounting Review, This Version: April 2011. Djamaluddin, Subekti. 2008. “Analisis Perbedaan Antara Laba akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Aliran Kas pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No. 1, Januari 2008, Hal. 52-74. Elingga, Muna. 2008. “Pengaruh Komponen Akuntansi Akrual sebagai Prediktor Arus Kas Koperasi pada saat krisis dan Setelah Krisis”. Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No.02 (132:14). Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Universitas Diponegoro Hamzah, Ardi. 2008. “Deteksi Earning Management melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual dan Arus Kas Operasi (Studi pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Journal. Staf Pengajar, Universitas Trunojoyo. Hasni, Nurul dkk. 2013. “Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan dan Probabilitas Perusahaan Melakukan Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Skripsi. UPI “YPTK”, Padang. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 46: Akuntansi Pajak Penghasilan. Kiswara, Endang. Akuntansi Pajak Penghasilan Ditangguhkan. Semarang : Badan Penebit Universitas Diponegoro, 2007. Pindhiharti, Dewi. 2011. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Earning Management. Skripsi UIN. Rahmawat et al., (2006). “Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ.” Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang. Setywati, Dhinik. (2007). “Deteksi Earning Management Melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual dan Arus Kas Operasi Terhadap Perusahaan Manufaktur di BEJ.” Skripsi Perpajakan. Surabaya: Perbanas KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 15
Sulistyanto dan Midiastuti. 2003. “Seasoned Equity Offerings: Benarkah Underpeformance Pasca Penawaran?”.http://re-searchengines.com/ sulistianto.html Suranggane, Zulaikha. 2007. “Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual sebagai Prediktor Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 4, No.1, hal.77-94. Uyanto, Stanislaus S. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:Graha Ilmu. Widiastuti dan Chusniah Elsa. 2011. “Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Discretionary Accrual sebagai prediktor Manajemen Laba pada Perusahaan yang terdaftar di BEI. Ecosains, Volume IX, Maret 2011.” Winda, Sari Raharjo. 2008. “Kemampuan Laba Operasi dan Arus Kas Operasi dalam Memprediksi Laba Operasi dan Arus Kas Operasi Masa Depan Pada Perusahaan Manufaktur.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 7 No. XII (131:24). Yulianti. 2004. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Dalam Mendeteksi Manajemen Laba.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2, No. 1, hl. 107-129.
KOMPARTEMEN, Vol. XI No.2, September 2013 16