PENGANTAR Wirausahawan
atau
kelompok
wirausahawan
sebagai
output
pendidikan
kewirausahaan yang ada di masyarakat tidak selalu mampu menjalankan fungsinya secara optimal, kerena permasalahan, tantangan, dan hambatan akan selalu ditemui dalam melaksanakan usaha produktifnya, dan harus dicarikan solusi pemecahannya agar tidak menimbulkan dampak negatif pada produktivitas usahanya. Memecahkan masalah yang dihadapi dapat dilakukan dengan mencari informasi dan pengetahuan kepada para pelaku wirausaha atau pihak lainnya dengan cara berbagi informasi dan pengetahuan. Berbagi pengetahuan dan informai dimaksud dapat diselenggarakan dalam suatu kegiatan komunitas praktik, yaitu suatu kelompok pelaku wirausaha yang memiliki komitmen dan keinginan belajar dan motivasi untuk mengembangkan usahanya. Sudah pasti, komunitas wirausaha ini perlu dilandasi nilai saling berbagi informasi, membangun jejaring, mengembangkan kepercayaan, dan memegang teguh nilai-nilai. Komunitas praktik perlu hadir dalam upaya mencapai dan meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pendidikan kewirausahaan masyarakat. Artinya, komunitas praktik perlu direncanakan, dibentuk, dan dikembangkan secara kontinyu agar dampak pendidikan kewirausahaan masyarakat menjadi lebih besar. Oleh karenanya, panduan ini sekiranya dapat bermanfaat bagi para pelaku wirausaha masyarakat yang ingin memajukan usahanya dan membangun masyarakat yang berpengetahuan dan produktif dalam rangka mensejahterakan kehidupan dan lingkungannya. Mudah-mudahan panduan ini dapat menjadi suatu stimulus bagi para pendidik dan pengembang masyarakat agar terdorong mengembangkan komunitas praktik yang memberikan manfaat dan mempercepat capaian upaya memberdayakat masyarakat. Yogyakarta, Oktotober 2014 Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan Pedoman .......................................................................................... 4 C. Hasil yang Diharapkan .................................................................................. 5 D. Sasaran ....................................................................................................... 5 BAB II BAGIAN INTI ............................................................................................... 6 A. Pendekatan Kegiatan .................................................................................. 6 B. Aktivitas Komunitas Praktik .......................................................................... 9 C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................. 10 D. Pendanaan ................................................................................................. 10 E. Narasumber ................................................................................................ 10 F. Alur Kegiatan .............................................................................................. 12 G. Indikator Keberhasilan ................................................................................. 15 H. Evaluasi ...................................................................................................... 16 BAGIAN III PENUTUP ............................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Efektivitas pendidikan kewirausahaan masyarakat bukan semata-mata ditentukan oleh
seberapa baik proses pembelajaran atau pendidikan untuk membangun kapasitas wirausaha (Boyless,
2012:47) yang dilaksanakan oleh penyelenggara, namun ditentukan pula oleh
keberhasilan dalam mengembangkan para warga belajar setelah mengikuti kegiatan pendidikan kewirausahaan masyarakat. Para lulusan pendidikan kewirausahaan perlu membentuk perilaku yang menunjukkan budaya belajar untuk meningkatkan keahlian atau keterampilan yang dapat meningkatkan produktivitas dalam melakukan kegiatan usaha wirausahanya. Pembentukan atau penguatan perilaku belajar dapat dilakukan dengan membangun kelompok yang didasari oleh kepentingan bersama-yaitu memajukan
usaha
wirausaha- dalam suatu wadah yang disebut sebagai komunitas praktik. Komunitas praktik dimaknai sebagai kelompok orang yang saling berbagi suatu pengetahuan,
suatu
permasalahan,
atau
suatu
pemikiran
mengenai
topik
tertentu, dan orangorang
yang memperdalam
pengetahuan
dan
keahliannyaa
melalui
interaksi dengan orang lain mengenai aktivitas Gambar 1. Suasana berbagi pengetahuan, pemikiran dalam kelompok.
Sumber: http://gapoktankarangsono.blogspot.com
yang
sedang 1
diberlangsung (Wenger, 2006). Adanya komunitas praktik memungkinkan terbangun kapabilitas anggota, membangun pengetahuan baru mengenai usaha, dan dapat bertukar pengetahuan atau pengalaman antar sesama anggota atau dengan warga masyarakat lain. Dalam praktik keorganisasian, komunitas praktik mampu memberikan manfaat baik bagi organisasi maupun anggotanya. Manfaat bagi organisasi meliputi dapat mengatasi masalah; cepat menjawab pertanyaan/masalah yang muncul; menurunkan biaya dan waktu; koordinasi dan sinergi; mampu
melihat/memperkirakan masa depan; mengembangkan
strategi baru; dll. Manfaat bagi anggota mencakup akses untuk memperoleh keahlian; berkontribusi lebih baik pada organisasi; percaya diri dalam mengatasi masalah; menjalin keakraban; rasa memiliki berkembang; memperkuat reputasi ahlian; forum mengembangkan keahlian; dan mengembangkan jaringan. Hal penting adalah bahwa komunitas praktik sebagai wahana saling berbagi pengetahuan idealnya
diselenggarakan dengan mendasarkan pada penggunaan dan
pengembangan modal sosial (social capital). Modal sosial dapat dimaknai segenap potensi baik nyata atau laten yang terjadi karena adanya hubungan satu individu dengan individu lain yang
terjadi secara intens. Modal sosial dapat mencakup aspek norma dan nilai,
kepercayaan, jejaring sosial, dan informasi dan komunikasi (Putnam, 2004). Dalam praktik pendidikan, modal sosial masih jarang dipertimbangkan dalam pengelolaan pendidikan kewirausahaan. Hal ini diindikasikan oleh banyak program pendidikan kewirausahaan mengalami kegagalan disebabkan: a) dominasi penggunaan konsep modal manusia dalam pendidikan dimana lebih berorientasi menciptakan individu yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki bidang industri, b) paradigma
sentralistik
yang diterapkan
dalam praktik pendidikan berakibat pada kesempatan yang kecil bagi individu untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi masalah pendidikan yang dihadapi, dan c) proses pendidikan lebih berorientasi pada pengembangan hard skills. Proses pendidikan kewirausahaan masih minim membelajarkan bagaimana siswa bekerja sama orang lain, berkolaborasi dengan
2
orang lain untuk mencapai tujuan bersama, meningkatkan kepercayaan di antara para pelaku bisnis, dll. Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan kewirausahaan masyarakat, modal sosial harus dipelihara dan dikembangkan (Hooghe & Dietlind, 2003) oleh kelompok sasaran agar dapat secara efektif mewujudkan masyarakat yang berdaya. Dalam hal ini, pengembangan modal sosial perlu dilakukan sendiri oleh kelompok sasaran dengan cara mengembangkan budaya belajar, perilaku saling berbagi informasi dan bekerja sama dalam forum-forum belajar dan wadah organisasi yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan dan mutu pendidikan kewirausahaan. Atau dapat dikatakan bahwa antar individu kelompok sasaran harus dapat dibangun suatu komunitas praktik (community of practice) yang dapat menjadi sarana perbaikan pengelolaan usaha, peningkatan hasil, dan membangun dan memperkuat jaringan antar pelaku kewirausahaan. Komunitas praktik berbasis modal sosial dalam
penyelenggaraan pendidikan
kewirausahaan masyarakat dapat menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan guna peningkatan mutu pendidikan kewirausahaan masyarakat yang berasal dari dalam kelompok sendiri. Pentingnya komunitas praktik ini dibentuk dan dikembangkan karena sekarang ini dalam praktik pendidikan, pembentukan komunitas praktik masih belum menjadi perhatian yang serius dan belum dimanfaatkan secara optimal karena berbagai factor misalnya motivasi kelompok sasaran yang rendah, budaya gemar belajar yang masih rendah, dan dukungan fasilitasi dari pihak lain yang kurang. Terkait
hal
dipandang menyediakan yang
ini, perlu
pedoman
menjadi
acuan
dalam penyelenggaraan 3 Gambar 2. Usaha kewirausahaan masyarakat
Sumber: http://sulteng.bkkbn.go.id
komunitas praktik berbasis modal sosial yang memiliki kontribusi positif pada keberhasilan pendidikan dan guna menghasilan efektivitas pendidikan kewirausahaan masyarakat yang lebih besar dengan memanfaatkan keberadaan modal sosial yang ada di masyarakat. Bagan di bawah berusaha memberikan kejelasan mengenai komunitas praktik berbasis modal sosial.
B.
Tujuan Pedoman Pedoman ini dimaksudkan guna memberikan arahan atau petunjuk yang jelas
mengenai penyelenggaraan komunitas praktik berbasis modal sosial dalam pendidikan kewirausahaan bagi para pendidik nonformal, pengelola kewirausahaan masyarakat, pendamping pemberdayaan masyarakat, dll.
4
C.
Hasil yang diharapkan Kelompok sasaran dapat memahami mengenai pentingnya komunitas praktik berbasis
modal sosial dan selanjutnya mampu menyelenggarakan komunitas praktik berbasis modal sosial untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha.
D.
Sasaran Panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh: 1) Tenga pendidik nonformal, 2) Pengelola kelompok kewirausahaan, 3) Petugas pendamping pemberdayaan masyarakat, 4) Fasilitator pengembangan masyarakat, 5) Tenaga lembaga swadaya masyarakat 6) Pekerja Sosial
Gambar 3. Usaha kewirausahaan masyarakat Sumber: Dokumen pribadi
5
BAB II BAGIAN INTI
A.
Pendekatan Kegiatan Penyelenggaraan komunitas praktik berbasis modal sosial guna menignkatkan mutu
pendidikan kewirausahaan masyarakat perlu dilakukan pendekatan yang menekankan pada pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis pengalaman. Pendekatan Berbasis Masalah
Komunitas praktik dapat dibangun dengan menyadari terlebih dahulu kebutuhan atau masalah yang terkait dengan peningkatan produktivitas usaha misalnya masalah produksi, masalah pemasaran, masalah permodalan, dan sebagainya. Kesadaran atas masalah perlu dibangun
dalam
kelompok wirausaha dengan
cara
melakukan menganalisis
dan
mendiskusikan bersama yang
masalah dihadapi.
Komunitas
praktik
dilakukan
dengan
cara
menyadarkan
terlebih pentingnya
dahulu
Gambar 4. Suasana identifikasi masalah dan kebutuhan komunitas Sumber: http://yayasanwisnu.blogspot.com
komitmen bersama guna melakukan aktivitas belajar bersama atau dengan pihak lain. 6
Dalam pendekatan ini, seorang pendidik atau fasilitator dapat menjalankan peran sebagai orang yang membantu kelompok sasasan dalam mengenali, memilih dan merumuskan masalah yang ada dalam kelompok sasaran. Misalnya, pendidik atau fasilitor dapat menggunakan metode diskusi terfokus, curah pendapat, analisis pekerjaan dan analisis penilaian diri untuk merumuskan masalah yang akan diatasi.
Pembelajaran Berbasis Pengalaman Pengalaman-pengalaman yang dimiliki anggota kelompok
misalnya pengalaman
dalam berjualan atau pemasaran, mengolah bahan baku, permasalahan dalam memproduksi produk/jasa dapat dijadikan topic-topik atau substansi untuk pembelajaran. Setiap anggota memiliki
kesempatan
untuk
menyampaikan
pengalamannya suasan
belajar
dalam baik
pengalaman
keberhasilan
maupun
pengalaman
kegagalan dalam usaha. Selanjutnya, anggota titik Gambar 5. Pembelajaran berbasis pengalaman Sumber: Dokumen pribadi
akan tolak
memahami atau
pengalaman menjadi untuk
pengetahuan
informasi
baru
dimana setiap anggota akan mengkonstruksi atau membangun pengetahuan baru yang dihasilkan, mensinkronisasi pengalaman baru dengan pengalaman yang sudah dimilikinya, atau bahkan mengganti pengetahuan lama yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan baru.
7
Pembelajaran dalam komunitas praktik perlu diselenggarakan dengan pemahaman bahwa anggota komunitas memiliki pengalaman, dan memiliki orientasi belajar dimana mereka belajar karena adanya kebutuhan, masalah, dsb. Selain itu, nuansa dialogis, terbuka, kebersamaan perlu diciptakan selama kegiatan pembelajaran dalam komunitas praktik yang dilakukan. Oleh karenanya, pendidik atau fasilitator harus mampu memfasilitasi proses pembelajaran berbasis pengalaman. Ia harus dapat: a) membantu dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan misalnya penentuan pengalaman yang akan diberikan dan skenario pengalaman yang akan diberikan, b) memfasilitasi proses pembelajaran, dan c) memantau proses pembelajarannya.
Pembelajaran Kooperatif Pendekatan pembelajaran kooperatif menekankan pada kebersamaan dan kerja sama
para warga belajar dalam mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dalam diwujudkan dalam diskusi kelompok, pembelajaran berbasis proyek, kunjungan bersama, analisis kasus secara kelompok, dsb. Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan
terbangun
rasa
saling
membelajarkan,
saling
memberitahukan,
dan
memudahkan dalam mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi. Pembelajaran perlu dilandaskan pada pengetahuan adalah milik bersama yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Dalam pembelajaran ini, pendidik atau fasilitator memainkan fungsi penting dalam kegiatan pembelajaran dimana ia dapat berfungsi sebagai pemberi arahan yang jelas mengenai pelaksanaan kegiatan pembeljaran,
Pembelajaran Berbasis Modal Sosial Pembelajaran yang dilakukan dalam komunitas praktik guna meningkatkan mutu
kegiatan usaha wirausaha juga perlu menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis modal sosial. Artinya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam komunitas harus dapat dilandasi oleh nilai dan komitmen yang positif dari semua anggota komunitas, dilandasi sikap saling percaya kepada sesama, dilakukan atas kemampuan menjalin hubungan atau relasi 8
yang harmonis, dan menggunakan berbagai sumber pengetahuan dan informasi yang bermakna bagi kemajuan usaha komunitas. Oleh karenanya, seorang pendidik atau fasilitator perlu berkomitmen dalam melaksanakan fungsinya, berperilaku dilandasi oleh rasa saling percaya dan saling menghargai, mudah berinteraksi, dan memiliki wawasan yang cukup luas serta selalu membuka hubungan harmonis dengan kelompok sasaran.
B.
Aktivitas Komunitas Praktik Komunitas praktik berbasis modal sosial dapat melakukan kegiatan pembelajaran
seperti kunjungan ke usaha yang lain, studi kasus, workshop, pemetaan konsep, belajar berbasis projek, pemetaan dan masalah, seminar, dll untuk terjadi berbagi pengetahuan yang
dapat
diarahkan
pada
peningkatan
produktivitas,
efesiensi,
efektivitas,
dan
akuntabilitas pendidikan kewirausahaan yang dapat mencakup: a. Pemahaman peluang usaha
f.
b. Pemerolehan bahan baku
g. Peningkatan permodalan
c.
h. Kerja
Praktik produksi usaha
d. Pengemasan produk/jasa e. Pemasaran produk/jasa
Pengelolaan keuangan usaha sama
dan
jaringan
kemitraan i.
Kesehatan
dan
keselamatan
dalam beruusaha j.
Pengembangan
organisasi
kewirausahaan k.
Peningkatan
etos
dan
iklim
budaya kerja
Gambar 6. Suasana praktik pembelajaran di komunitas praktik Sumber: Dokumen pribadi
9
C.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Komunitas praktik berbasis modal sosial dalam pendidikan kewirausahaan masyarakat
dapat dilakukan secara fleksibel, terjadwal, rutin dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing. Komunitas praktik ini diselenggarakan tidak terlepas atau terpisah dari keberadaan aktivitas usaha wirausaha kelompok sasaran. Komunitas praktik ini dapat dilaksanakan tidak harus dalam suatu tempat yang ajeg, namun dapat menempati tempat pembelajaran yang telah ditentukan. Tempat pelaksanaan pembelajaran perlu memadai untuk kelancaran pembelajaran yaitu perlu nyaman, mudah dicapai, daya tampung memadai, pencahayaan yang sehat, letak penataan fasilitas belajar yang teratur, dsb.
D.
Pendanaan Salah satu sumberdaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan komunitas praktik
berbasis modal sosial adalah pendanaan. Pendanaan komunitas praktik ini dapat berasal dari: a) dana yang diperoleh dari keuntungan usaha kelompok; b) iuran anggota yang disepakati bersama; dan c) bantuan atau pinjaman dari pihak donator.
E.
Narasumber Pelaksanaan kegiatan komunitas praktik berbasis modal sosial dalam pendidikan
kewirausahan dapat menggunakan berbagai nara sumber baik dari internal kelompok maupun eksternal kelompok. Dari internal kelompok, setiap anggota kelompok yang memiliki pengetahuan,
keterampilan,
dan
atau
nilai
baru
dalam
berwirausaha
dapat
menyampaikannya kepada anggota lain baik diminta maupun tidak sehingga terjadi transfer pengetahuan dalam kelompok. Tentunya, anggota yang menjadi narasumber perlu memiliki itikad baik dan berkeinginan untuk membelajarkan anggota kelompok lainnya.
10
Anggota kelompok dapat memperoleh informasi atau pengetahuan baru yang dapat dibagikankan melalui kegiatan: a) pendidikan dan pelatihan yang diikutinya, b) pengalaman kesuksesan pribadi c) buku bacaan, buletin, dan jurnal d) media massa, e) studi banding, f)
penelusuran internet
g) warga masyarakat lain, h) dsb. Narasumber eksternal dapat sebagai berikut: a) pengusaha, b) wirausahawan atau praktisi kewirausahaan yang berhasil, c) pihak perbankan atau donator, d) praktisi/pendamping pemberdayaan, e) petugas instansi pemerintah, f)
akademisi/ahli kewirausahaan.
Narasumber dari
pihak eksternal kelompok dimaksud dapat dicapai dengan cara
meminta atau mengundang langsung sesuai dengan kesepakatan calon nara sumber dan kelompok, atau melalui kegiatan pendamping atau pemberdayaan dari pihak pemerintah maupun
swasta.
Tentunya,
untuk
mendapatkan
narasumber
eksternal,
seorang
penyelenggara komunitas praktik perlu memiliki kemampuan dalam mengenali, mendekati, berkomunikasi, dan bernegosiasi dengan pihak eksternal dimaksud.
11
F.
Alur Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam komunitas praktik dapat
dilakukan dengan empat tahapan yaitu: tahap orientasi, tahap pembelajaran, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.
Tahap orientasi. Tahap ini dilakukan dengan maksud menciptakan suasana yang kondusif, membuat
suasana untuk belajar lebih menyenangkan, dan disampaikan maksud dan tujuan mengenai kegiatan
yang akan dilakukan, atau mengaitkan satu bahasan tertentu dengan bahasan
yang lainnya. Kegiatan orientasi dilakukan oleh seorang yang berperan sebagai fasilitator.
Tahap pembelajaran. Tahap pelaksanaan kegiatan dalam komunitas praktik dapat dilakukan dengan
mengedepankan pembelajaran yang dialogis, yaitu kegiatan edukatif yang memungkinkan semua
warga kelompok
komunitas bertukar ide,
dapat pikiran,
informasi, dan/atau
pengetahuan satu anggota
dengan
anggota
lainnya; membahas
Gambar 7. Pembelajaran Sumber: http://bdp.ubb.ac.id
persoalan
secara
demokratis
sehingga diperoleh pemahaman atau pengetahuan baru yang dipahami dan dimiliki bersama. Pengalaman, orientasi belajar, dan kebutuhan belajar masing-masing anggota 12
kelompok dan kebermanfaatan pengetahuan bagi masing-masing anggota kelompok dapat dipahami
dan
digunakan
oleh
narasumber
atau
pendamping
komunitas
dalam
menyelenggarakan kegiatan komunitas praktik. Metode pembelajaran dalam komunitas praktik berbasis modal sosial ini dapat berupa metode diskusi, curah pendapat, pembelajaran berbasis tugas, pemecahan masalah, studi kasus, penugasan, studi banding, dll. Artinya, pembelajaran dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan dilandasi prinsip bahwa metode yang dipilih adalah untuk memudahkan penyampaian pengetahuan. Namun, pada awal pembelajaran, nara sumber dapat terlebih dahulu menyampaikan pemikiran, informasi, konsep dan/atau pengetahuan baru mengenai kewirausahaan yang dapat dijadikan bahan/permasalahan yang akan didiskusikan atau dipertajam dalam komunitas. Sebagai contoh, suatu kelompok usaha wirausaha penggemukan ternak kambing berkeinginan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu bagaimana menghasilkan makanan konsentrat yang murah dan mudah digunakan ketika musim kemarau. Rumusan masalah ini diperoleh dari hasil diskusi atau rembug bersama semua anggota kelompok. Dalam
diskusi
pun
diputuskan
solusi
edukatifnya
yaitu
menentukan pelatihan pembuatan makanan konsentrat disertai waktu
penentuan pelaksanaan,
sumber fasilitas Gambar 8. Suasana praktik pembuatan konsentrat untuk penggemukan kambing
Sumber: http://bppgondang.blogspot.com
Kelompok
dana,
dan
pelatihan. usaha 13
tersebut menyelenggarakan kegiatan pelatihan bekerja sama dengan pihak dinas peternakan setempat. Hasil pelatihan menunjukkan anggota kelompok dimaksud dapat membuat makanan konsentrat sendiri guna mengantipasi sulitnya pakan pada mulim kemarau. Untuk keberhasilan kegiatan pembelajaran dalam komunitas praktik, masing-masing individu yang terlibat perlu memiliki nilai-nilai
yang membangun komitmen untuk maju,
membentuk sikap saling percaya antar anggota kelompok, diarahkan pada pembentukan jaringan usaha, dan membangun budaya gemar mencari informasi dan pengetahuan baru. Setiap individu yang terlibat memandang bahwa proses pembelajaran merupakan milik bersama, dan bersifat secara dimana mereka dapat berperan sebagai murid yang guru dan guru yang murid.
Tahap evaluasi
Untuk mengetahuai keberhasilan pembelajaran dalam komunitas praktik, penting sekali dilakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan outcome pebelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan cara: -
Mengetahui komitmen, kesadaran, persepsi dan motivasi anggota kelompok sassaran dalam mengikuti kegiatan komunitas praktik.
-
Menelaah dan mencatat kejadian-kejadian penting selama proses pembelajaran dilaksanakan.
-
Memantau partisipasi aktif setiap anggota dalam proses pembelajaran
-
Meminta setiap anggota untuk menyampaikan pendapat, saran, atau pandangan lain mengenai pengetahuan baru yang dihasilkan.
-
Membuat kesimpulan, rangkuman atau pengetahuan baru yang terkait dengan permasalahan usaha yang sedang dihadapi.
-
Meminta segenap
anggota komunitas untuk melakukan refleksi diri mengenai
kebermanfaatan pengetahuan baru yang dihasilkan. 14
Tahap tindak lanjut Pembelajaran yang dilakukan dalam komunitas praktik berbasis modal sosial
dimungkinkan untuk tidak berhenti hanya dengan terselenggaranya proses pembelajaran yang hanya sekali saja, namun perlu menyelenggarakan pembelajaran yang kontinyu dimana pembelajaran dapat bersifat: a) pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan yang sudah dipelajari; b) pembelajaran untuk mempelajari hasil belajar yang sudah diterapkan dari proses pembelajaran di komunitas; c) pembelajaran mengenai kemampuan baru; dan memproduksi pengetahuan baru yang dapat digunakan oleh masyarakat luas.
G.
Indikator Keberhasilan Komunitas praktik berbasis modal sosial guna peningkatan mutu pendidikan
kewirausahaan masyarakat dipandang berhasil apabila tercapai indicator keberhasilan sebagai berikut: - Diperoleh rumusan-rumusan masalah atau kebutuhan belajar yang prioritas berdasarkan fungsi kegiatan wirausaha - Tingkat partisipasi anggota yang tinggi (minimal 75 % anggota hadir) dalam setiap kegiatan komunitas praktik - Antusiasme dan motivasi yang tinggi dari setiap anggota kelompok sasaran dalam pembelajaran komunitas - Kegiatan komunitas praktik berjalan secara rutin sesuai dengan kesepatan anggota kelompok - Nilai, pengetahuan, dan/atau keterampilan baru diperoleh dan dipahami oleh semua anggota kelompok - Nilai, pengetahuan, dan/atau keterampilan baru dapat diterapkan dalam kegiatan produksi produk/jasa wirausaha 15
- Diperoleh bentuk atua contoh best practice yang dapat dipergunakan oleh masyarakat luas H.
Evaluasi Selain evaluasi pembelajaran yang dilakukan, evaluasi terhadap
penyelenggaraan
komunitas praktik berbasis modal sosial pun perlu dilakukan. Evaluasi penyelenggaraan komunitas praktik lebih menekankan pada penggunaan evaluasi diri (self evaluation) dari semua anggota komunitas dan pihak yang terlibat terhadap keberhasilan kegiatan komunitas praktik. Evaluasi ini dapat terkait dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kebutuhan belajar yang dimunculkan merupakan kebutuhan yang obyektif dan bermakna? 2) Apakah proses pembelajaran telah dilaksanakan mampu membekali anggota kelompok dengan pengalaman belajar yang bermakna? 3) Apakah
narasumber
yang
dihadirkan
sudah
kompetensi
dan
mampu
memberikan pengetahuan baru? 4) Apakah sumberdaya yang disediakan kelompok sudah dapat dimanfaatkan secara efektif, efesien, dan akuntabel? 5) Apakah pengetahuan baru sudah dapat benar-benar dipahami oleh semua anggota kelompok dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan usaha? 6) Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan komunitas praktik yang dihadapi? Setiap anggota merasakan, memahami, dan mengukur ketercapaian pengetahuan yang diperolenya melalui kegiatan pembelajaran dalam komunitas. Namun, guna dihasilkan kesepahaman dari semua anggota komunitas, evaluasi secara bersama dengan cara menyimpulkan secara bersama-sama misal melalui penggunakan peta konsep atau hubungan antar konsep satu dengan konsep yang lain perlu dilakukan dalam komunitas. 16
BAB III PENUTUP Komunitas praktik berbasis modal sosial dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kewirausahaan masyarakat sebagai salah satu upaya mempercepat peningkatan kualitas kehidupan masyarakat nampaknya menjadi suatu kebutuhan untuk dapat dikembangkan secara tepat, bermakna dan kontinyu. Tentu bukan hal yang mudah membentuk komunitas praktik yang solid karena perbedaan kepentingan baik dari internal komunitas maupun eksternal komunitas. Oleh karena itu, penyelenggaraan komunitas praktik harus didasarkan oleh keinginan yang kuat dan komitmen yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait. Budaya belajar pun menjadi faktor penting yang menentukan keberlangsungan komunitas praktik. Setiap anggota komunitas perlu membuka diri dan siap menerima informasi dan/atau pengetahuan yang berasal
dari
luar
dirinya. Dalam hal ini, individu-individu harus membangun perilaku
gemar
belajar,
gemar
mencari
informasi,
dan membelajarkan Gambar 9. Suasana komunitas dalam kegiatan pembuatan kolam ikan dengan media terpal
Sumber: http://bdp.ubb.ac.id
orang
lain
untuk
kemajuan bersama.
17
DAFTAR PUSTAKA Boyless. (2012). 21`st century knowledge, skills, and abilities and entrepreneurial competenies: A model for undergraduate entrepreneurship education. Journal of Entrepreneurship Education, 15, 41-55. ProQuest Research Library. Hooghe, Marc & Stolle, Dietlind. Stolle. (2003). Generating social capital: Ciivil society and institutions in comparative perspective. New York: Palgrave Macmillantm Putnam, Robert (1993). Making democracy work: Civic traditions in modern Italy. New Jersey: Princeton University Press Jarvis, Peter et al. (2010). Adult education and lifelong learning: Theory and practice. 4th Edition. New York: Routledge. Jarvis, Peter. et al. (2006). The theory and practice of learning, 2nd Edition. London: Kogan Page. Wenger, Etienne., McDermott, Richard & Snyder, William M. (2002). Cultivating Community of practice. Boston: Harvard Business Press..
18