ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGAMATAN KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK UDANG VANNAMEI SISTEM INTENSIF PT SURYA WINDU KARTIKA, DESA BOMO, KECAMATAN ROGOJAMPI, BANYUWANGI
PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : FITROTUZ ZAQIYAH SIDOARJO – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN FITROTUZ ZAQIYAH. Pengamatan kelimpahan plankton di tambak udang vannamei sistem intensif PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi – Jawa Timur. Dosen Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., M.P. Meningkatnya budidaya vannamei sebanding dengan peningkatan permintaaan pakan udang, dewasa ini banyak dikembangkan teknologi yang menagadopsi dari pakan alami, salah satunya adalah plankton yang merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton. Keunggulan plankton sebagai pakan alami sebagai pakan larva ikan terletak pada kandungan gizinya yang lengkap, tidak mencemari media budidaya, memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva. Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk memperoleh pengetahuan di lapangan, pengalaman secara langsung dan dinamika kelimpahan plankton dan jenis-jenis plankton yang menguntungkan maupun merugikan dalam budidaya udang dengan sistem intensif di PT surya Windu Kartika desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Penggambilan sampel plankton dilakukan pada pagi dan siang hari, sekitar pukul 06.00 dan 13.00. Analisis plankton yang dilakukan adalah secara kuantitatif yaitu perhitungan secara detail baik jenis maupun jumlah masingmasing jenis yang terkandung dalam air. Analisis plankton secara kuantitatif dilakukan menggunakan bantuan alat haemocytometer. Keberadaan plankton dalam suatu perairan dapat dijadikan sebagai parameter kualitas air. Keanekaragaman plankton yang rendah menandakan bahwa terjadi ketidak seimbangan linkungan perairan karena munculnya spesiesspesies tertentu yang lebih dominan terhadap spesies lain dalam komunitas. Upaya untuk mempertahankan kelimpahan plankton agar tetap dalam batasan yang mampu ditoleransi oleh organisme perairan yang dibudidayakan adalah dengan monitoring kualitas air.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY FITROTUZ ZAQIYAH. Observations abundance of plankton in intensive systems vannamei shrimp ponds PT Surya Windu Kartika, Bomo village, District Rogojampi, Banyuwangi - East Java. Academic advisor Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP Increased cultivation is proportional to the increase in Demand vannamei shrimp feed, nowadays many technologies developed menagadopsi of natural food, one of which is a natural food plankton larvae of aquatic organisms. As primary producers are phytoplankton in the waters, while the consumer is organime zooplankton. Excellence as a natural food plankton as larvae feed on the nutritional content of fish is complete, do not pollute the cultivation medium, has a relatively small size to fit the larval mouth opening. The aim of this Field Work Practice is to acquire knowledge in the field, direct experience and dynamics of plankton abundance and types of plankton are beneficial or detrimental in intensive shrimp culture system with solar PT Kartika Windu Bomo village, District Rogojampi, Banyuwangi. Plankton samples done in the morning and afternoon, around 06.00 and 13:00. Plankton analysis is conducted quantitatively in detail, namely the calculation of both the type and amount of each type contained in the water. Analysis was performed using quantitative plankton aid haemocytometer. The existence of plankton in the water can be used as water quality parameters. Low plankton diversity indicates that the imbalance occurs aquatic environments because of the emergence of certain species are more dominant over the other species in the community. Efforts to maintain the abundance of plankton in order to remain within the range that is able to tolerate aquatic organisms are cultivated with water quality monitoring.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Praktek Kerja Lapang tentang pengamatan kelimpahan plankton di tambak udang vannamei sistem intensif PT. Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di PT Surya Windu Kartika unit Bomo C mulai tanggal 20 Januari sampai 15 Februari 2014 . Penulis menyadari bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan/kegiatan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak.
Surabaya, 9 April 2014
Penulis
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Orang tua saya yang mana dengan ketulus ikhlasanya merestui dan senantiasa mendoakan saya agar menjadi orang yang lebih berguna bagi agama, nusa, bangsa dan keluarga. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga saya telah berusaha menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1.
Ibu Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S., DEA selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
2.
Ibu Endang Dewi Masithah, Ir.,MP. selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu serta memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis sejak penulisan usulan hingga Laporan PKL ini dapat terselesaikan.
3.
Bapak Eka Saputra, S.Pi., M.Si. dan Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet. selaku dosen penguji
4.
Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku koordinator PKL.
5.
Bapak Puji Rosyid, Ir., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama PKL berlangsung.
6.
Keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga.
7.
Teman-teman seperjuangan PKL di PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi : Agung, Bagus, Jimmy,
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Novi dan Titom dari Universitas Airlangga. Wayani dari APS Sorong. Ilham, Imran
dan
Juskan
PRAKTEK KERJA LAPANG
dari
Politeknik
Negeri
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
Pertanian
Pangkep
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN………………………………………………………………. i SUMMARY…………………………………………………………………. ii KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. viii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… ix I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...............................................................................
1
1.2. Tujuan......…………………………………………………….….
3
1.3. Manfaat..........................................................................................
4
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plankton …………………………………............................…..
5
2.1.1 Fitoplankton dan Zooplankton ………….......…………….. 2.1.2 Plankton di Perairan……………..........……………………
7 8
2.2 Komunitas dan Kelimpahan Plankton …..………………………
10
2.3 Keanekaragaman, Pemerataan dan Dominasi Jenis ….....………
11
2.4 Teknik Perhitungan Kelimpahan Plankton ..……………………
14
2.5 Udang Vannamei….......………………………………………… 17 2.5.1 TaKsonomi dan Morfologi.…........................…………….. 2.5.2 Kualitas Air……...…………..…………………………….. 1) Suhu ..….....................………………….………………… 2) Salinitas.. ...…..................................……………………… 3) Derajat Keasaman (Ph) ..…………..………………………. 4) Oksigen Terlarut…….....……………………………………
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
17 19 19 19 20 20
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu....……………………………………………. 21 3.2 Metode Kerja ……………………………………………………. 21 3.3 Metode Pengumpulan Data …………..…………………………
21
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang 4.1.1 Lokasi Geografis dan Keadaan Alam….....……………… 4.1.2 Stuktur Organisasi........….........................………….…… 4.1.3 Kegiatan Usaha.......……................................…………... 4.1.4 Sarana dan Prasarana ……………………………........…
23 24 25 26
4.2 Teknik Penggambilan Sampel Air …………………….......……
28
4.3 Analisis dan Perhitungan Plankton …….....…………………….
29
4.4 Hasil Pengamatan …........................….....…………………….
29
4.5 Hubungan Kualitas Air dengan Kelimpahan Plankton 4.5.1 Suhu.........................................….....……………………. 4.5.2 DO (Oksigen Terlarut)..…........….....………………….... 4.5.3 Salinitas....................................….....……………………. 4.5.4 Ph.............................................….....……………………. 4.5.6 Nitrogen...................................….....…………………….
37 37 38 39 39
4.6 Hamatan dan Kemungkinan Pengembangan Usaha 4.6.1 Hambatan …......…………………………………………. 39 4.6.2 Kemungkinan Pengembangan Usaha…………………….. 40 V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Saran……………………………………………………………. 5.2 Kesimpulan ……………………………………………………..
41 41
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
42
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 44
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Pengelompokan plankton ........................................................
6
2. Data Pegawai ..........................................................................
25
3. Sarana Unit Tambak Bomo C .................................................
27
4. Prasarana Unit Tambak Bomo C ............................................
28
5. Parameter Kualitas Air ...........................................................
35
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Udang Vannamei …….............…………………………………………
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
17
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Denah lokasi PT Surya Windu Kartika ……………………………..
44
2. Data Kelimpahan Plankton petak B8 ………………………....……..
45
3. Data Kualitas air ................................................................................
49
4. Gambar peralatan perhitungan plankton …..………………………..
51
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Udang vannamei merupakan spesies introduksi yang dibudidayakan di
Indonesia. Udang ini dianggap mampu mengantikan udang windu yang mengalami penurunan produksi pada tahun 1992 karena adanya faktor alami berupa perubahan lingkungan, sebagai akibat dari tingginya produksi dari industri budidaya udang windu yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan. Penurunan produksi udang windu berbanding terbalik dengan tuntutan kebutuhan akan udang di pasar lokal maupun internasional sebagai bahan pangan yang terus meningkat (Kalesaran, 2010). Meningkatnya budidaya vannamei sebanding dengan peningkatan permintaaan pakan udang, dewasa ini banyak dikembangkan teknologi yang mengadopsi dari pakan alami, salah satunya adalah plankton yang merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya (Madinawati, 2010). Plankton sangat penting dalam budidaya udang, terutama pada sistem ototrofik yang mengandalkan fitoplankton untuk menghasilkan oksigen dari proses fotosintesis pada siang hari (Edhy dkk, 2010). Jika plankton tidak cukup berlimpah maka laju pertumbuhan plankton tidak akan dapat mengimbangi pertumbuhan ikan peliharaan yang mengakibatkan ikan tidak dapat tumbuh secara baik (Qiptiyah dkk., 2008).
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut Sinta (2013) plankton merupakan pakan alami bagi larva ikan dan udang, karena plankton dapat menjadi sumber energi dan pertumbuhan. Pakan alami adalah jenis-jenis plankton (phytoplankton dan zooplankton). Contoh pakan alami dari jenis-jenis phytoplankton dan zooplankton yaitu Chlorella, Tetraselmis chuii, Phaeodactylum, Dunaliella salina, Chaetoceros, Skeletoneme costatum, Spirulina, dan Artemi. Keunggulan pakan alami sebagai pakan larva ikan terletak pada kandungan gizinya yang lengkap, tidak mencemari media budidaya, memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva. Menurut Rokhim (2009) Fitoplankton dalam ekosisterm perairan memiliki peran penting bagi produktivitas primer perairan, karena dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan organik maupun kebuuhan oksigen bagi organisme yang tingkatanya lebih tinggi. Plankton dalam perairan selain bersifat mengguntungkan ada pula yang dapat merugikan. Menurut Luhur (2011), beberapa jenis plankton dari Diatom seperti Cosniodiscus sp., Niztchia sp., Rizosolenia sp., dan plankton dari kelas Dynophyceae seperti Gymnodinium brevis, Gymnodinium sanguineus, dan Gonyaulax xanenella bersifat merugikan. Hal ini dikarenakan plankton-plankton tersebut dapat mengeluarkan racun berupa neurotox, meningkatkan amoniak, dan mempersulit sistem pernafasan ikan. Menurut Madinawati (2010) peningkatan nilai kuantitatif plankton melalui batas normal yang ditolerir oleh organisme hidup dapat menimbulkan dampak negatif berupa kematian massal organisme perairan akibat persaingan penggunaan oksigen terlarut.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut Rokhim (2009) kondisi suatu perairan juga akan mempengaruhi pola penjebaran atau distribusi fitoplankton baik secara horisontal maupun vertikal, sehingga akan berpengaruh pada kelimpahan fitoplankton yang selanjutnya akan berpengaruh pada nilai produktivitas primer. Praktek kerja lapang ini dilaksanakan karena pada tambak dengan sistem intensif yang memiliki tingkat kepadatan tinggi sehingga manajemen dalam kualitas air harus optimal. Turunnya nilai kualitas air dapat menyebabkan dampak negatif pada organisme perairan. Plankton merupakan organisme perairan yang dapat memeberikan dampak positif dan negatif bagi parameter kualitas air.
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1.
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari suatu objek kegiatan di bidang perikanan yang sesuai dengan program studi, khususnya budidaya perairan di luar kampus.
2.
Mempelajari, memahami, dan mempraktekkan secara langsung tentang teknik penghitungan kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei sistem intensif di PT Surya Windu Kartika, desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur.
3.
Mengetahui dinamika kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei sistem intensif di PT Surya Windu Kartika, desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.3
Manfaat Manfaat yang diharapkan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah mahasiswa
mendapat gambaran langsung tentang lingkungan kerja yang sebenarnya dan secara langsung mengetahui cara pengamatan kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei sistem intensif di PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang masalah-masalah yang terjadi di lapangan sehingga dapat memahami dan memecahkan permasalahan tentang kelimpahan plankton di perairan dengan cara membandingkan antara teori yang diterima dengan fakta yang ada di lapangan.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Plankton Plankton adalah organisme mikroskopik yang hidup melayang atau
mengapung dalam kolom air dengan kemampuan gerak yang terbatas. Plankton terbagi atas dua kelompok yaitu fitolankton dan zooplankton. Plankton merupakan komponen utama dalam rantai makanan ekosistem perairan. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dan zooplankton sebagai konsumen pertama yang menghubungkan dengan biota pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Levinton, 1982; Arinardi et al., 1995; Casto and Huber, 2007; dalam Toha 2011) Plankton terdiri atas beberapa kelompok taksonomi dan satuan takson paling rendah disebut spesies atau jenis. Spesies dapat dikenal dari struktur morfologi dan selanjutnya spesies akan menyusun populasi beberapa populasi akan menyusun komunitas. Fitoplankton dan zooplankton merupakan satu komunitas. Satu komunitas plankton dicirikan dari komposisi spesies penyusun komunitas (Brahmana, 2007 dalam Winarni, 2011). Nybakken (1992) dalam Asmara (2005) membagi plankton berdasarkan ukuran plankton dalam lima golongan yaitu : megaplankton ialah organisme planktonik yang berukuran lebih dari 2000 mm, makroplankton ialah organisme planktonik yang berukuran 200-2000 mm, sedangkan mikroplankton berukuran 20-200 mm. Ketiga golongan lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran 2-20 mm, dan ultrananoplankton organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tumbuhan renik bebas bergerak dan mampu berfotosintesis sedangkan zooplankton ialah hewan yang bersifat planktonik. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya (Medinawati, 2010). Menurut Arinardi (1995) dalam Yazwar (2008), secara umum plankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran dan contoh biotanya, seperti tertara pada tabel berikut ini: Tabel 1. Pengelompokan plankton menurut Arinardi (1995) dalam Yazwar (2008) Kelompok
Ukuran
Biota Umum
1. Ultrananoplankton
2 µm
2. Nanoplankton
2-20 µm
Bakteri Fungi, Flagellata, Diatoma kecil
3. Mikroplankton
20-200 µm
Fitoplankton, Foraminifera, Ciliata, dan Rotifera
1. Mesoplankton
0,20-20 mm
Copepoda, Cladocera
2. Mikroplankton
2-20 mm
Cephalopoda, Euphsid
3. Makroplankton
20-200 mm
Copepoda
4. Megaplankton
>200 mm
Cyane, Schipozoa
A. Plankton Non Net dan
B. Plankton Net
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton hanya terdiri dari alga yang mikroskopis. Semua fitoplankton selamanya hidup dalam air sebagai plankton dan diberi nama holoplankton. Lain halnya dengan zooplankton, zooplankton terdiri dari holoplankton dan meroplankton atau termoairplankton (Atmawati, 2012 ). Plankton secara umum yang dikenal terbagi atas fitoplankton dan zooplankton yang merupakan dasar awal dari semua jaringan makanan, dapat PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
langsung dimanfaatkan oleh biota-biota yang hidup di perairan. Fitoplankton berperan sebagai pembuat makanan, dimanfaatkan oleh zooplankton dan selanjutnya zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil sebagai konsumen berikutnya (Likumahuwa, 2009).
2.1.1. Fitoplankton dan Zooplankton Brahmana (2007) dalam Winarni (2011) mengemukakan bahwa fitoplankton didefinisikan sebagai plankton tumbuhan atau plankton yang dapat melakukan fotosintesis dari maerial air, karbon dioksida dan cahaya sebagai sumber energi untuk menghasilkan material organik. Fitoplankton adalah sumber materi organik di lingkungan pelagik, yang terdiri atas alga mikroskopis, bersel tunggal, atau sel-sel terangkai dalam bentuk rantai. Ukuran fitoplankton berkisar dari beberapa mikrometer sampai beberapa ratus kilometer. Pada fitoplankton bersel tunggal, perbandingan luas permukaan dengan isi sel lebih tinggi dibanding sel-sel terangkai dalam rantai. Perbandingan luas permukaan dengan isi sel ini berhubungan dengan kemampuan tetap mengapung dalam kolom air, tetapi juga berguna untuk menyerap unsur hara yang diperlukan dalam fotosintesis. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu perairan. Dalam hal ini fitoplankton mempunyai peranan penting bagi produktivitas primer perairan, karena fitoplankton dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi (Rokhim dkk, 2009). PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Zooplankton terdiri dari keseluruhan organisme planktonik heterotrofik dengan nutrisi seperti hewan. Karena zooplankton tidak dapat mensintesis kebutuhan organiknya maka zooplankton harus memperoleh organik dari air sekitarnya dan menelan material hidup atau disebut fagotrof (Winarni, 2011). zooplankton memainkan peran penting sebagai rantai pertama dalam transfer energi di jejaring makanan perairan ekosistem laut lepas (Nybakken and Bertness, 2005; Ara and Hiromi, 2009 dalam Thoha, 2013). Perbedaan diantara keduanya terletak pada kemampuan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis dengan tersedianya klorofil dalam sel-sel organisme tersebut. Dalam rantai makanan disuatu ekosisem air, fioplankton termasuk ke dalam kelompok produsen karena kemampuanya dalam melakukan fotosintesis tersebut. Oleh karena itu keberadaan fitoplankton disuatu ekosistem air menjadi sangat penting terutama dalam mendukung kelangsungan hidup organisme air lainnya, seperti zooplankton, bentos ikan dan lain-lain (Barus, 2004 dalam Winarni, 2011).
2.1.2. Plankton di Perairan Plankton sebagai komponen dasar dalam struktur kehidupan di laut dapat dijadikan sebagai salah satu parameter dalam pemantauan kualitas lingkungan perairan. Aspek-aspek yang dapat diamati meliputi nilai kualitatif dan kuantitatif plankton. Aspek kualitatif meliputi pemahaman terhadap komposisi plankton yang berkaitan dengan keberadaan jenis-jenis plankton yang dapat menimbulkan bencana terhadap lingkungan perairan ataupun terhadap manusia, dalam hubungannya sebagai pengguna lingkungan atau konsumer langsung organisme PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
laut sebagai bahan makanan. Aspek kuantitatif meliputi pemahaman terhadap fungsi dan tingkat kemampuan perairan sebagai pendukung kehidupan organisme perairan. Pemahaman plankton secara kuantitatif berhubungan erat dengan penilaian perairan (Thoha, 2004). Fungsi perairan dapat berubah akibat adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif plankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia, seperti peningkatan signifikatif konsentrasi unsur hara secara sporadis yang dapat menimbulkan peningkatan nilai kuantitatif plankton hingga melampaui batas normal yang dapat itolerir oleh organisme hidup lainnya. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa kematian massal organisme perairan akibat persaingan penggunaan oksigen terlarut seperti terjadi di berbagai perairan di dunia dan di beberapa perairan Indonesia (Thoha, 2004). Plankton merupakan sumber pakan yang akan dimanfaatkan oleh nekton dan ikan peliharaan. Jika plankton tidak cukup berlimpah maka laju pertumbuhan plankton tidak akan dapat menyaingi pertumbuhan ikan peliharaan yang dapat berakibat ikan tidak dapat tumbuh secara baik (Qiptiyah dkk., 2008). Dalam ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air disebut sebagai produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis ( Barus, 2001 dalam Yazwar, 2008). Keberadaan plankton di tambak di samping berfungsi sabagai pakan udang dapat pula berperan sebagai slah satu parameter ekologi yang dapat
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggambarkan kondisi suatu perairan. Menurut Dawes (1981) dalam Amin dan Mansyur (2010), salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan. Oleh karena itu kehadiran plankton di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologinya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisika, kimia, maupun biolgi (Reynolda et al., 1984 dalam Amin dan Mansyur, 2010).
2.2
Komunitas dan Kelimpahan Plankton Struktur
komunitas
merupakan
suatu
kumpulan
berbagai
jenis
mikroorganisme yang berinteraksi dalam suatu zonasi tertentu. Dinamika kelimpahan dan struktur komunitas fitoplankton terutama dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia, khususnya ketersediaan unsur hara (nutrien) serta kemampuan fitoplankton untuk memanfaatkannya (Muharram, 2006 dalam Wulandari, 2009). Jenis-jenis plankton yang mempunyai kelimpahan relatif tinggi merupakan jenis-jenis yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien daripada jenis lain dalam tingkat trofik yang sama. Hal ini berarti jenis-jenis tersebut mempunyai peranan yang penting bagi komunitas plankton di perairan tersebut (Qiptiyah dkk., 2008). Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton tersebut diduga tergantung pada ketersediaan nutrien dan temperatur perairan (Qiptiyah dkk., 2008). Nybakken (1992) dalam (Qiptiyah dkk., 2008) mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
membatasi produktivitas fitoplankton yaitu cahaya dan zat-zat hara. Selain itu, aktivitas grazing dari zooplankton diduga juga mempengaruhi kelimpahan fitoplankton
2.3
Keanekaragaman, Pemerataan dan Dominasi Jenis Indeks keanekaragaman, indeks kemerataan atau keseragaman, dan indeks
dominasi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota perairan dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan (Winarni, 2011). Indeks keanekaragaman spesies adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan (Usman dkk., 2013). Keanekaragaman juga ditunjang oleh komunitas plankton itu sendiri dimana plankton akan berkumpul disuatu tempat yang disukai (Nontji, 2008 dalam Usman dkk., 2013). Untuk mengetahui keanekaragaman plankton maka harus dilakukan analisis dan penghitungan Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kesamaan, dengan rumus sebagai berikut : Indeks keanekaragaman Komunitas plankton dapat di hitung dengan rumus indeks keragaman Shannon-Wiener berikkut ini (Brower et al, 1990 dalam Yazwar, 2012) :
H’ = - Ʃ pi ln pi Pi : Perbandingan antara jumlah suatu jenis dengan jumlah seluruh jenis (ni/N ) Sedangkan indeks kesamaan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
S=
H′
H’
Hmax
S
: Jumlah spesies
Hmax
: Indeks keanekaragaman maksimum ( n = S )
: Indeks keragaman
Dominansi spesies adalah penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies mendominasi (Usman dkk., 2013). Indeks Dominasi mendeskripsikan tentang jumlah keseluruhan plankton yang terdapat di setiap stasiun penelitian (Usman dkk., 2013). Sedangkan menurut Madinawai (2010) indeks dominansi merupakan indeks yang memperlihatkan adanya spesies yang mendominasi dalam suatu komunitas plankton. Menurut Primack dkk (1998 dalam Atmawati, 2012), keanekaragaman jenis menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh (1992 dalam Atmawati, 2012) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Untuk dapat mengetahui keanekaragaman suatu komunitas dapat dilakukan dengan cara menghitung: 1)
Indeks Diversitas (keanekaragaman) Diversitas atau keanekaragaman didalam suatu komunitas, yaitu mempelajari
tentang keanekaragaman jenis organisme yang terdapat di dalam suatu komunitas. Keanekaragaman dalam komunitas ditandai oleh banyaknya spesies organisme yang membentuk komunitas tersebut. Semakin banyak jumlah spesies, makin tinggi keanekaragamannya. Apabila suatu komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah kecil spesies dengan jumlah individu yang menyusun suatu komunitas. Tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ekosistem. Adapun salah satu contoh dari indeks keanekaragaman zooplankton adalah indeks Shannon – Wiener (Fahrul, 2007 dalam Atmawati, 2012) 2)
Densitas (kerapatan) Densitas atau kerapatan merupakan ukuran besarnya populasi dalam satuan
ruang atau volume. Pada umumnya ukuran besarnya populasi digambarkan dengan cacah individu / biomassa populasi per satuan ruang atau volume (Sudjoko, dkk., 1998 dalam Atmawati, 2012) . untuk mengetahui perkembangan kerapatan populasi pada ruang yang bebeda secara relative, maka satuan pengukuran yang dipergunakan adalah kerapatan relatif (Darmawan, 2004 dalam Atmawati, 2012). Menurut Sudjoko,dkk (1998) dalam Atmawati (2012) kerapatan suatu populasi secara teoritik ditentukan oleh: a. Ketersediaan sumber daya misalnya makanan dan ruangan tempat hidup b. Aksebilitas sumber daya dan kemampuan individu populasi untuk mencari dan memperoleh sumber daya (antara lain penyebaran, pemencaran, dan kemampuan mencari). c. Waktu artau kesempatan untuk memanfaatkan laju (= r) pertumbuhan. 3)
Frekuensi kehadiran Frekuensi kehadiran merupakan pemunculan spesies tiap jenis pada seluruh
sampel atau merupakan keterdapatan suatu jenis dalam luasan tertentu. Frekuensi kehadiran ditentukan dengan cara mencatat kehadiran dan ketidakhadiran zooplankton pada stasiun penelitian (Atmawati, 2012).
4)
Dominansi
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dominansi merupakan banyaknya organisme di dalam lingkungan terhadap total individu di daerah tersebut. Nilai dominansi menggambarkan komposisi jenis dalam komunitas dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain (Atmawati, 2012).
Menurut Barus (2004) dalam Yazwar (2008) Distribusi zooplankton dan fitoplankton tidak merata karena fitoplankton mengeluarkan bahan metabolit yang membuat zooplankton tertarik terhadap fitoplankton. Jumlah dan distribusi musiman plankton maupun zooplankton dapat diketahui berdasarkan beberapa faktor pembatas seperti suhu, penetrasi cahaya dan kosentrasi unsur hara seperti nitrat dan fosfat dalam suatu perairan.
2.4
Teknik Perhitungan Kelimpahan Plankton Pengambilan sampel dilakukan 2 kali dalam selang waktu 1 minggu. Pada
tiap stasiun pengamatan dilakukan pengambilan sampel pada satu titik sampling yaitu pada zona permukaan ( 0 meter ) dan ditarik secara horizontal . Faktor biotik yang diamati adalah plankton sedangkan faktor abiotik lingkungan meliputi suhu, DO, pH dan salinitas ( Barus, 2004 dalam Yazwar, 2008 ). Penghitungan
plankton
dilakukan
dibawah
mikroskop
dengan
menggunakan alat haemocytometer dan dengan menggunakan rumus menurut Isnansetyo & Kurniastuty (1995)
dalam Yazwar (2008) yang dimodifikasi
dilakukan peghitungan kelimpahan plankton : N= N T
TxPxVx1
LxpxvxW
: Kelimpahan plankton per liter : Luas penampang permukaan haemocytometer ( mm2 )
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
L
: Luas satu lapang pandang ( mm2 )
P
: Jumlah plankton yang dicacah
P
: Jumlah lapang yang diamati
V
: Volume konsetrasi plankton dalam bucket ( ml )
v
: Volme konsentrat dibawah gelas penutup ( ml )
W
: Volume air sampel yang disaring melalui planktonnet ( liter ) Penghitungan plankton yang berasal dari perairan bebas adalah dengan
menggunakan Sedgewick Rafter Counting Cell (SRCC ).Alat ini digunakan karena plankton yang dicacah bersifat heterogen dan beraneka ragam. Rumus SRCC & Kurniastuty ( 1995 ) dalam Purba ( 1998 ) adalah : ∑𝑛×1000 3,14×10
𝑥
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔
Penghitungan plankton dapat dihitung dengan menggunakan alat haemocytometer yang umumnya digunakan untuk menghitung sel darah merah dan sel darah putih. Alat ini dapat digunakan untuk menghitung plankton dengan diameter berukuran 2 – 30 µm hingga mencapai kepadatan 50 x 10 7 sel/ml ( Woro & Endang, 2011 ). Menurut Woro & Endang (2011) rumus penghitungan plankton dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a.
Big Block Bila ukuran sel fitoplankton lebih besar dari 6 dan terlalu padat.
Penghitungan fitoplankton menggunakan metode Big Block (blok A, B, C dan D). Kepadatan Fitoplankton (sel/ml) = Keterangan :
𝑛𝐴+𝑛𝐵+𝑛𝐶+𝑛𝐷 4
𝑥 10 4
nA, nB, nC, nD = jumlah sel fitoplankton pada blok A, B, C, D PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
konstanta 4 b.
= jumlah blok yang dihitung
Small Block Bila ukuran sel plankton lebih kecil dan padat populasinya, maka
penghitungan dilakukan dengan menggunakan Small Block ( blok E ) pada bagian tengah dengan menghitung sel pada lima kotak kecil. Kepadatan Fitoplankton (sel/ml) = Keterangan :
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐+𝑛𝑑+𝑛𝑒 5 𝑥 4 𝑥 10−6
na,nb,nc,nd,ne
= jumlah sel fitoplankton pada kotak a, b, c, d, e
konstanta 5
= jumlah kotak yang dihitung
4 x 10 -6
= luas kotak kecil ( a,b,c,d atau e )
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.5
Udang Vannamei Keberadaan udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Indonesia
khususnya di Jawa Timur sudah bukan hal yang asing lagi bagi para petambak, dimana udang introduksi tersebut telah berhasil merebut simpati masyarakat pembudidaya karena kelebihannya, sehingga sejauh ini dinilai mampu menggantikan udang windu (Penaeus monodon) sebagai alternatif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Udang vannamei secara resmi diperkenalkan pada masyarakat pembudidaya pada tahun 2001 setelah menurunnya produksi udang windu (Penaeus monodon) karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses produksi, baik masalah teknis maupun non teknis (Subyakto, dkk., 2009).
2.5.1
Taksonomi dan Morfologi Udang vannamei digolongkan ke dalam genus Litopenaeus pada filum
Arthropoda. Ada ribuan spesies di filum ini. Namun, yang mendominasi perairan yang berasal dari subfilum Crustacea. Ciri-ciri subfilum Crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda (Yuliati, 2009)
Gambar 1 Morfologi Udang Vannamei Sumber : Wyban and Sweeney (1991) dalam Yulianti (2009)
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berikut tata nama udang vannamei menurut ilmu taksonomi (Haliman dan, Adijaya 2005 dalam Yuliati, 2009). Filum : Arthtropoda Kelas : Malacostraca Ordo
: Decapoda
Family : Penaeidae Genus : Litopenaeus Spesies : Litopeneus vannamei Secara morfologi, tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Vannamei memiliki tubuh berbukubuku dan aktivitas berganti kulit luar secara periodik (moulting). Tubuh udang vannamei terdiri dari dua bagian, yaitu kepala (Thorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan perut (abdomen) udang vannamei terdiri enam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Yuliati, 2009). Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing), menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas, dan sebagai organ sensor seperti pada antena dan antenula. Sifat-sifat penting yang dimiliki udang vannamei yaitu aktif pada kondisi gelap (noctural), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline) umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-30 ppt, suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lambat tetapi terus menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor) (Yuliati, 2009).
2.5.2
Kualitas Air Beberapa parameter kualitas air yang mendukung kehidupan udang
vannamei adalah sebagai berikut : 1. Suhu Suhu air sangat mempengaruhi laju metabolisme dalam pertumbuhan organisme perairan. Selain itu, suhu juga akan mempengaruhi kelarutan gas-gas dalam air. Udang dapat bertahan pada rentang suhu yang lebar. Batas suhu paling tinggi untuk Litopenaus vannamei sekitar 35 0C. Udang akan bertahan pada suhu 24-32 0C, diluar kisaran tersebut udang akan stress dan tidak akan tumbuh dengan baik. Sedangkan untuk pertumbuhan maksimum rentang suhu antara 28-32 0C (Wyk, 1999 dalam Panjaitan, 2012). 2. Salinitas Salinitas sangat besar pengaruhnya terhadap proses metabolisme dan kelangsungan hidup udang (Panjaitan, 2012). Budiarti (1999) dalam Panjaitan (2012) mengatakan bahwa salinitas merupakan parameter penting karena berhubungan dengan tekanan osmotik dan ionik air, baik sebagai media internal maupun eksternal dan juga salinitas berhubungan dengan tingkat osmoregulasi udang. Udang vannamei memiliki toleransi yang cukup besar terhadap salinitas, salinitas yang baik untuk pertumbuhan udang adalah 29-34 ppt.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) air dapat berpengaruh terhadap meningkat tidaknya daya racun amonia dan hidrogen sulfida. Pada pH tinggi lebih banyak ditemukan senyawa amonia dan bersifat toksik. Hal ini disebabkan karena amonia lebih mudah terserap ke dalam tubuh udang. Apabila nilai pH semakin meningkat pada kadar tertentu, maka ajan mengakibatkan daya racun amonia semakin meningkat (Effendi, 2000 dalam Panjaian, 2012). Secara tidak langsung pH juga mempengaruhi kehidupan organisme kultivan melalui efek terhadap parameter ini, seperti tingkat toksik amoniak, dan keberadaan pakan alami. Untuk itu kestabilan pH pada kisaran normal sangat mendukung pada kehidupan dan pertumbuhan udang (Panjaitan, 2012). Kisaran pH yang dapat diterima menurut Wyk (1999) dalam Panjaitan (2012) untuk memelihara udang adalah 7-9. 4. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO) Haliman dan Adijaya (2006) dalam Panjaitan (2012) menjatakan bahwa kandungan oksigen terlarut sangat memepengaruhi metabolisme tubuh udang dan kadar oksigen yang baik berkisar antara 4-6 ppm.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di tambak udang vannamei sistem intensif PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2014 – 15 Februari 2014. 3.2 Metode Kerja Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah salah satu metode penelitian yang banyak digunakan pada penelitian untuk menjelaskan suatu kejadian. Menurut Morisan, dkk (2012), penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan situasi atau peristiwa. Peneliti mengamati suatu objek dan kemudian menjelaskan apa yang diamatinya. Penelitian deskriptif merupakan pengamatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan secara hati-hati dan cermat, sehingga data yang diperoleh lebih akurat daripada pengamatan biasa. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen pengumpulan data, observasi, maupun melalui data dokumentasi. Menurut sumbernya, data dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.3.1 Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung (Nazir, 2011). Teknik yang dapat digunakan diantaranya adalah sebagai berikut: A. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang mencakup pengamatan terhadap fenomena untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Observasi berarti pengamatan secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan oleh seorang pengamat, sehingga mereka mampu mendeskripsikan dan memahami fenomena tersebut (Nazir, 2011). B. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden. Wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara secara spontan atau merupakan langkah persiapan wawancara terstruktur (Nazir, 2011). Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini, wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab mengenai sejarah berdirinya PT Surya Windu Kartika yang berlokasikan di desa bomo, Kecamatan Rogojampi, struktur organisasi, PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sarana dan prasarana, tenaga kerja, serta obyek dan kegiatan yang dilaksanakan selama proses Praktek Kerja Lapang. C. Partisipasi Aktif Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung semua kegiatan yang berhubungan dengan kelimpahan plankton yang ada di tambak intensif udang vannamei PT Surya Windu Kartika Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. 3.3.2 Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain (Suryana, 2010). Data pada Praktek Kerja Lapang ini diperoleh dari data dokumentasi, laporan dari lembaga, instansi, dan dinas perikanan, pustaka, masyarakat, dan pihak lain yang berhubungan.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1.
Keadaan Umum
4.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam PT. Surya Windu Kartika (SWK) hingga saat ini memiliki 5 unit lokasi tambak yang berbeda-beda, kelima unit lokasi tambak tersebut yaitu: Unit Bomo A, Bomo B, Bomo C, Jatisari I, dan Jatisari II. Unit Bomo C terletak di Desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, yang secara geografis lokasi tambak berbatasan dengan: Batas Utara
: Tambak PT. SWK Unit Jatisari II
Batas Barat
: Dusun Jatisari
Batas Selatan
: Tambak PT. SWK Unit Bomo B
Batas Timur
: Selat Bali
Secara teknis, lokasi tambak yang terletak di daerah pantai yang memiliki fluktuasi pasang surut air laut 0 - 3 m, sehingga penyediaan air laut untuk pemeliharaan
udang
vannamei
(Litopenaeus
vannamei)
akan
tercukupi.
Disamping itu, di unit tambak ini juga tersedia air tawar dari sumur bor yang debitnya cukup besar sehingga ketersediaan air tawar terpenuhi. Lokasi tambak yang dekat dengan perkampungan akan memudahkan dalam hal penyediaan tenaga kerja, dekat dengan perusahaan–perusahaan pegolahan ikan sehingga memudahkan dalam penjualan hasil produksi serta kemudahan dalam transportasi dan komunikasi. Namun disisi lain, terdapat kekurangan yaitu adanya limbah rumah tangga dan limbah perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut dekat perkampungan dan perusahaan pengolahan ikan. Dengan demikian, dalam PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengadaan air laut harus menerapkan sistem tandon treatment air agar air media yang digunakan terjaga kualitasnya. Untuk lebih jelasnya denah lokasi tambak PT. SWK Unit Bomo C dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.1.2. Struktur Organisasi Tambak Unit Bomo C merupakan bagian dari PT. SWK, dan untuk menjalankan usaha yang bergerak di bidang budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei), PT. SWK dipimpin oleh seorang pemilik usaha yang mengatur segala aktifitas usaha yang dijalankan. General manager PT. SWK membawahi beberapa staf diantaranya teknisi, unit laboratorium dan administrasi. Sedangkan teknisi membawahi asisten teknisi, keamanan tambak, karyawan pakan, karyawan mesin dan listrik. Administrasi hanya membawahi karyawan dapur. Struktur organisasi tambak Unit Bomo C dapat dilihat pada Gambar 6. General Manager PT. Surya Windu Kartika
Unit Laboratorium
Asisten Teknisi
Teknisi
Keamanan Tambak
Administrasi
Bagian Pakan
Bagian Listrik dan Mesin
Dapur
Gambar 6. Struktur Organisasi Tambak PT. SWK Unit Bomo C
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Data pegawai berdasarkan jabatan, jumlah dan pendidikan dari masingmasing karyawan tambak PT. SWK Unit Bomo C dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 2. Data Pegawai Berdasarkan Jabatan, Jumlah dan Pendidikan No Jabatan Orang Pendidikan Tupoksi 1 General Manager 1 S1 Pemegang saham utama 2 Teknisi 1 S1 Teknisi utama tambak 3 Asisten Teknisi 2 SMA Pembantu teknisi 4 Unit 3 S1 dan SMK Analisa laboratorium Laboratorium 5 Bagian pakan 5 SMA dan SMP Menyiapkan dan memberi pakan udang 6 Listrik dan Mesin 4 SMK Operasional peralatan dan kelengkapan listrik tambak 7 Administrasi 1 SMA Sekretaris merangkap bagian keuangan tambak 8 Dapur 2 SD Memasak untuk kebutuhan makan 9 Keamanan 4 SMA dan SMP Patroli keamanan tambak 10 Sopir 1 SMA Sopir tambak 24 Jumlah Sumber: Data Primer, 2014. 4.1.3. Kegiatan Usaha Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Surya Windu Kartika adalah usaha pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan sistem teknologi intensif. Dalam satu tahun unit usaha tambak ini dapat beroperasi atau produksi sebanyak 3 siklus, dengan lama waktu setiap siklusnya adalah 4 bulan dan sudah termasuk dalam tahap pengeringan serta persiapan. PT. Surya Adikumala Abadi merupakan mitra kerja PT. Surya Windu Kartika dalam hal pemasaran yang berperan sebagai pembeli tetap hasil produksi udang dengan harga yang berlaku dipasaran.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.1.4. Sarana dan Prasarana Sebagai unit usaha tambak yang menerapkan teknologi intensif, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung dan memperlancar kegiatan budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Sarana pada usaha budidaya perikanan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sarana utama dan sarana penunjang. A. Tambak Budidaya Tambak yang digunakan selama budidaya di PT Surya Windu Kartika mengunakan pematang berbahan dasar beton dan dasar tambak berupa semen. Jumlah petakan yang ada di Tambak Bomo Unit C yaitu 44 petak yang tebagi kedalam 4 jalur yaitu jalur A, B, C, dan D dengan kisaran luas 2632-3908 m2. B. Sumber Energi Sumber energi yang digunakan PT Surya Windu Kartika Unit tambak Bomo C terdapat dua sumber, yaitu PLN dan Genset. Energi Listrik yang berasal dari PLN memiliki daya sebesar 179 KVA. Sedangkan genset memiliki daya sebesar 200 KVA, dengan bahan bakar berupa solar. Pemakaian genset hanya ketika terjadi pemadaman listrik oleh PLN. C. Sistem Pengairan Air yang digunakan di PT Surya Windu Kartika Unit Tambak Bomo C berasal dari air laut dan air tawar. Air laut diambil menggunakan pompa dengan kapasitas 25 HP dan jenis yang digunakan adalah HB 8 DIM. Air laut didapat dengan cara menggambil langsung dari laut dengan jarak sekitar 200 m dari garis pantai. Sumber air tawar berasal dari 7 sumur bor yang berada dalam tempat
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terpisah. Kedalaman masing-masing sumur berkisar antara 100-180 m. Penggambilan air tawar menggunakan Elektro 15 HP 1500 rpm yang digerakkan oleh tenaga listrik. D. Sistem Aerasi Sistem aerasi yang digunakan yaitu kincir air berkekuatan 2 HP untuk 6 kipas, 1 Hp setara dengan 760 watt. Jumlah kincir yang digunakan dalam 1 petak rata–rata sebanyak 8 buah dengan 8 dinamo dan jumlah kipas 16 buah. Pelampung yang digunakan berjumlah 11 dengan pipa pelampung berdiameter 20 cm. Penahan yang digunakan berupa bambu dan batang pohon kelapa dengan panjang 3 meter. Berikut adalah tabel sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Unit tambak Bomo C. Tabel 3. Sarana Yang Dimiliki Unit Tambak Bomo C No Uraian Spesifikasi 1 2 3 1 Petakan tambak 3000 - 3500 m2 (beton) 2 Jaringan listrik 175 KVA 3 Genzet 125 KVA 4 Sumur bor air tawar 5 Transportasi: - Truk - Pick up L 300 - Motor 120 cc 6 Pompa air: - Pompa air laut FMD 15 (65 PK) - Pompa air tawar DAB (230 Volt) 7 Pengudaraan: - Kincir rantai (renteng) 1 HP dan 3 HP - Kipas atau baling - baling ½ HP Timbangan: Plastik 8 - Timbangan digital - Timbangan duduk 0,000 - Timbangan kontrol anco Max 300 kg Max 2,5 kg PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
Jumlah 4 40 unit 1 unit 2 unit 6 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 2 unit 100 buah 40 buah 480 buah 1 unit 1 unit 2 buah
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9 10 11 12
Blower Jala panen dan sampling Jaring kondom Blong kultur probiotik
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jembatan Tengah dan anco Selang aerator Keranjang panen Waring panen Anco Perahu getek Secchi disk Timba pakan Serok klekap Sirap Outlet Piring pakan Laboratorium: - Test Kit - Uji Mikrobiologi - Mikroskop - Refraktometer - DO meter - Thermometer - Autoclave - Oven - Lemari pendingin - Computer Sumber: Data Sekunder, 2012.
Ukuran mata jaring 1 cm Ukuran mata jaring 0,5 cm 250 liter (HDPE) 100 liter (HDPE) Bambu Plastik HDPE 1,5” Strimin pelampung Paralon Plastik Strimin Kayu Plastik
2 unit 2 buah 1 buah 2 buah 2 buah 10 unit Disesuaikan 20 buah 15 buah 40 unit 10 unit 10 buah 10 buah 10 buah 20 buah 10 buah
Serbuk dan cairan Serbuk Elektrik Manual Elektrik °C Elektrik Elektrik Elektrik Elektrik
Disesuaikan Disesuaikan 2 unit 1 buah 1 unit 10 buah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
Sedangkan prasarana penunjang kegiatan produksi yang dimiliki oleh Tambak Unit Bomo C dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Prasarana Yang Dimiliki Tambak Unit Bomo C No
Uraian
1 Kantor 2 Mess karyawan 3 Gudang pakan dan pupuk 4 Bengkel 5 Tempat sortir 6 Bangunan Laboratorium 7 Rumah pompa 8 Rumah genzet Sumber: Data Sekunder, 2012.
PRAKTEK KERJA LAPANG
Spesifikasi
Jumlah
8 m x 25 m 3mx4m 15 m x 10 m 15 m x 10 m 15 m x 10 m 4 m x 10 m 3mx3m 15 m x 10 m
1 unit 11 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2.
Teknik Penggambilan Sampel Air Penggambilan sampel air dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pukul
06.30 dan 13.00, namun apabila kondisi air sedang tidak optimal misalnya range pH terlalu lebar dilakukan penggambilan lagi pada pukul 09.00. Peralatan yang digunakan ketika menggambil sampel adalah botol sampel yang memiliki volume 300 ml. Cara yang dilakukan adalah dengan mengikatkan botol sampel pada secsidisk dan di masukan secara horisontal pada tepian tambak hingga sekitar 15 cm dari dasar tambak. Pada penggambilan sampel plankton tidak digunakan plankton net karena terbatasnya alat, namun penggambilan secara langsung dari perairan sudah dapat mewakili plankton yang mendominasi perairan. Sampel air yang didapat langsung diamati pada laboratorium fisika dan biologi yang tersedia. Pengamatan yang dilakukan pada laboratorium fisika dan biologi terhadap sampel air selain plankton yang ada diperairan juga meliputi suhu, salinitas, PH.
4.3.
Analisis dan Perhitungan Plankton Plankton sebagai komponen dasar dalam suatu ekosistem perairan dapat
dijadikan sebagai salah satu parameter dalam pemantauan kualitas air. Aspekaspek yang dapat diamati meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif. Analisis plankton secara kualitatif meliputi pengamatan secara sepintas tanpa mengetahui jumlah yang terkandung dalam perairan, dan pemahaman terhadap komposisi plankton. Sedangkan, analisis plankton yang dilakukan secara kuantitaif merupakan pengamatan plankton secara detail baik jenis maupun jumlah masingmasing jenis yang terkandung dalam air. Menurut Toha (2004) aspek kuantitatif PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
meliputi pemahaman terhadap fungsi dan tingkat kemampuan perairan sebagai pendukung organisme perairan. Pemahaman plankton secara kuantitatif berhubungan erat dengan penilaian perairan yang dapat berfungsi sebagai daerah penangkapan maupun lokasi budidaya. Pengamatan
secara
kuantitatif
dilakukan
dengan
bantuan
alat
haemocytometer (alat perhitung sel darah). Haemocytometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung sel darah pada mikroskop. Haemocytometer berupa peralatan dari gelas / kaca yang terdapat garis-garis (skala dengan ukuran tertentu) pada tempat sampel. Misalkan dalam 16 kotak tersebut ditemukan N individu fitoplankton maka kepadatan fitoplankton = N/10-4 individu/ml atau F = N x 104 (individu/ml). Dengan bantuan alat ini dapat diketahui jumlah plankton persatuan volume air, sehinngga bisa diketahui keragaman plankton (biasanya tiap jenis dinyatakan dengan persen). Ukuran luas kotak yang kecil adalah 1/400 atau 0,0025 mm2 sedangkan kedalaman 0,1 mm. Jadi volume per kotak yang kecil adalah 0,00025 mm3 = 2,5 . 10
-4
mm3 = 2,5 . 10-7 cm3 = 2,5 . 10-7 ml. Kotak
tersebut letaknya dibagian tengah. Sedangkan yang kita gunakan untuk perhitungan plankton adalah kotak berukuran 1x1 mm2, kedalaman 0,1 mm. Jadi, volumenya 0,1 mm3 atau 10-4 cm3 atau 10-4 ml. Kotak tersebut dibatasi garis rangkap yang berisi 16 kotak yang letaknya di sudut. Metode analisis : 1.
Siapkan haemocytometer, dan peralatan lain.
2.
Dengan menggunakan pipet bersih, ambil air sampel dan teteskan haemocytometer tepat pada bagian yang ada skala / garisnya.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4.
3.
Tutup dengan kaca penutup yang tersedia, dan amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X dan 400 X.
4.
Lakukan perhitungan untuk tiap-tiap jenis plankton pada setiap kotak yang sudah diketahui ukuranya.
5.
Selanjutnya hitung prosentasenya.
kepadatan
masing-masing
plankton
dan
Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 Januari – 15 Februari di PT
Surya Windu Kartika unit Bomo C pada petak B8 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5 : Rata-rata jumlah plankton yang ditemukan No.
Green Algae Blue Green Algae Diatom Euglenophyta Dinoflagelata Zooplankton Jumlah
Jumlah Plankton (Sel/Liter)
1 2 3 4 5 6
Kelas
I 12708 8750 5417 417 8333 2917 38542
Minggu keII III 17708 9583 30833 33750 11250 22708 2708 2500 15208 8125 3125 4167 80832 80833
45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
IV 6042 40208 13542 3958 5417 3542 72709
Green Algae Blue Green Algae Diatom Euglenophyta Dinoflagelata Zooplankton I
II
III
IV
Gambar 2: Grafik rata-rata jumlah plankton perminggu
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kelimpahan, indeks keanekaragaman dan indeks dominasi jenis dari data diatas adalah sebagai berikut : Minggu keKelimpahan Plankton Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominasi
I 38542 1,7654 0,8827 0,3537
II 80832 1,6716 0,8356 0,2389
III 80833 1,5912 0,7956 0,2378
IV 72709 1,4024 0,7014 0,3503
Jenis Plankton yang ditemukan pada petak B8 selama PKL adalah genusgenus dari golongan Green algae, Blue Green Algae dan Diatom. Selain itu, ditemukan
pula
golongan
Dinoflagelata,
Euglenophyta,
Protozoa,
dan
Zooplankton. Secara garis besar plankton yang ditemukan dalam kelimpahan yang relatif tinggi dalam perairan adalah golongan Blue Green Algae. Menurut Qiptiyah, dkk (2008) Jenis-jenis plankton yang mempunyai kelimpahan relatif tinggi merupakan jenis-jenis yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien daripada jenis lain dalam tingkat trofik yang sama. Kelimpahan plankton pada petak B8 selama dilakukan PKL pada minggu pertama kelimpahan plankton sebesar 3,8542 x 104 sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Green Algae. Pada minggu kedua sebesar 8,0832 x 104 sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Blue Green Algae. Pada minggu ketiga kelimpahan plankton sebesar 8,8542 x 104 sel/ml sedangkan pada minggu keempat sebesar 7,2709 x 104 sel/ml dengan komposisi tertinggi dari golongan Blue Green Algae. Kelimpahan plankton tertinggi terjadi pada minggu ketiga yaitu pada tanggal 27 Januari – 1 Februari (8,8542 x 104 sel/ml) dengan salinitas sekitar 26 PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ppt. Komposisi jenis plankton yang kelimpahanya relatif tinggi adalah dari golongan Blue Green Algae. Blue Green Algae atau Cyanophyta yang mempunyai frekuensi kejadian lebih dari 60 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan budidaya warna air ini tidak menguntungkan. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pergantian air untuk menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal BGA) yang akan menyebabkan DO turun dan timbulnya bau lumpur pada udang. Jenis-jenis plankton dari golongan Blue Green Algae atau Cyanophyta pada umumnya merupakan plankton yang merugikan perairan. Hal ini dikerenakan racun yang dikeluarkan oleh plankton tersebut dapat menyebabkan kematian pada udang. Plankton dari golongan Blue Green Algae tumbuh pada golongan amonia nitrogen rendah. Dengan kata lain, plankton ini tumbuh subur pada N/P rendah, karena plankton jenis ini mampu memperoleh nitrogen dari atmosfer dengan memanfaakan sel-sel heterocyctantnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Domingues et al., 2005; Yurkovskis et al., 1999 dalam Toha dan Arif, 2011) bahwa ketersediaan nutrien dan perubahan rasionya di perairan dapat menyebabkan perubahan kelimpahan plankton dan komposisi spesiesnya, sehingga ketika kadar N terlalu rendah di perairan, maka dominasi jenis-jenis diatom dapat digantikan oleh jenis-jenis yang bersifat heerotrofik, seperti blue green algae atau Dinoflagellata. Indeks Keanekaragaman (H’) spesies adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan. Nilai indeks keanekaragaman selama pengamatan pada petak B8 pada minggu pertama 1.7658, minggu kedua PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.6716, minggu ketiga 1.5912, pada minggu ketiga 1.4024. Nilai Indeks keanekaragaman berada pada kisaran 1,4028 – 1, 7658 termasuk dalam keanekaragaman yang sedang. Nilai indeks keragaman Shannon-Wiener dalam Usman (2013) apabila 1 < H’< 3 menunjukkan keanekaragaman sedang dan keadaan komunitas sedang. Indeks keseragaman selama PKL pada petak B8 pada minggu pertama sebesar 0.8827, minggu kedua 0.8356, minggu ketiga 0.7956 dan minggu keempat 0.7014. Nilai keseragaman jenis plankton pada minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan plankton yang diperairan seragam, sementara pada minggu keempat keberadaannya tidak seragam. Menurut Ali (1994) dalam Makmur dkk. (2011) keseragaman E > 0.75 tergolong tinggi berarti keberadaan atau kepadatan biota merata, sedangkan nilai keseragaman E < 0.75 tergolong rendah menunjukkan keberadaan biota tidak merata atau ada perbedaan yang fluktuatif. Sedangkan Indeks dominasi pada penggamatan minggu pertama sebesar 0.3537, minggu kedua sebesar 0.2389, minggu ketiga sebesar 0.2378 dan minggu keempat sebesar 0.3503. Nilai indeks dominasi yang berada pada kisaran 0, 2378 – 0,3537 menandakan tidak adanya jenis yang mendominasi. Menurut Odum (1994) dalam Usman (2013) nilai Indeks Dominasi spesies dimana D < 0.5 merupakan dominasi yang rendah. Dominasi spesies adalah penyebaran jumlah individu yang tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies yang mendominasi. Menurut Madinawati (2010) indeks dominasi merupakan indeks yang memperlihatkan adanya spesies yang mendominasi dalam suatu komunitas
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
plankton. Spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lainnya. Kelimpahan plankton yang berada pada petak B8 PT Surya Windu Kartika unit Bomo C secara garis besar dihasilkan oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan diantaranya N:P ratio, suhu, DO, pH dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi. Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan diperairan . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Hal ini juga seperti yang dinyatakan oleh Makmur dkk. (2011) bahwa keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tingkat kesuburan suatu perairan. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya. Jenis dari fitoplankton yang sangat sering ditemukan pada perairan di Petak B8 PT Surya windu kartika adalah dari golongan Blue Green Algae atau Cyanophyta. Menurut Yeany (2005) Cyanophya filum (atau "divisi") bakteri yang mendapat energi melalui fotosintesis. Jejak fosil cyanophyta telah ditemukan sejak 3,8 miliar tahun lalu. Blue Green Algae sekarang adalah salah satu kelompok terbesar di bumi. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Blue Green Algae tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang (Yeany, 2005). Blue Green Algae termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negative (Junaidi, 2013). Fiksasi nitrogen dan karbon pada Blue Green Algae adalah satu-satunya kelompok organisme yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi tidak ada oksigen (anaerob). Mereka melakukannya dengan mengoksidasi belerang (sulfur) sebagai pengganti oksigen. Beberapa spesies Blue Green Algae memproduksi neutrotoksin, hepatotoksin, sitotoksin, dan endotoksin, hal ini membuat mereka berbahaya bagi hewan dan manusia. 4.5. Hubungan Kualitas Air dengan Kelimpahan Plankton Kualitas air adalah salah satu tingkat penentu keberhasilan suatu budidaya dalam usaha perikanan, salah satu indikator yang dapat dijadikan penentu kualitas air adalah kelimpahan plankton dalam perairan. Menurut Makmur dkk. (2011) air merupakan media untuk kehidupan organisme perairan yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan budidaya khususnya tambak. Untuk menentukan kualitas suatu perairan plankton merupakan indikator karena sangat terdegradasi keberadaanya jika suatu perairan bermasalah. 4.5.1. Suhu Suhu air dapat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan, organisme air memiliki batas toleran terhadap perubahan suhu, selama pengamatan yang dilakukan pada petak B8 di PT surya Windu Kartika unit Bomo C berkisar antara 28-310C. Kisaran suhu tersebut masih memungkinkan bagi
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Green Algae, Blue Green Algae dan Diatom untuk dapat tumbuh. Menurut Makmur dkk. (2011) organisme akuatik memiliki kisaran suu tertentu yang disukai bagi pertumbuhanya seperti alga dari filum Chlorophyta dan Diatom akan tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-350C dan 20-300C. Filum Cyanophyta lebih toleran terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan Diatom. Menurut Nurdin (2000) dalam Efrizal (2009) menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintesis. Suhu yang tinggi dapat menaikan laju maksimum fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang pada gilirannya akan mempengaruhi distribusi fitoplankton. 4.5.2. DO (Oksigen Terlarut) Oksigen terlarut selama pengamatan yang dilakukan berkisar antara 3.955.6 mg/L. Pada minggu keempat dimana oksigen terlarut dalam perairan berada pada kisaran terendah disebabkan penurunan pada kelimpahan plankton yang ada. Menurut Pirzan (2008) menjelaskan bahwa penurunan oksigen terlarut sebesar 1 mg/L akan menurunkan jumlah genus sebanyak 0.54 ( penurunan 1,85 mg/L akan menurunkan sebanyak 1 genus). 4.5.3. Salinitas Pada pengamatan yang dilakukan salinitas berkisar antara 25-29 ppt, sehingga fitoplankton masih dapat berkembang dengan baik. Hal ini didukung
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
oleh pendapat Milero dan Sohn (1992) dalam Efrizal (2009) yang menyatakan bahwa fitoplankton dapat berkembang dengan baik pada salinitas 15 – 32 ppt. 4.5.4. pH Pengamatan yang dilakukan selama PKL pada petak B8 PT Surya Windu Kartika unit Bomo C berkisar antara 7.6 – 8.8, kisaran pH tersebut masih memungkinkan bagi organisme akuatik untuk tumbuh. Kisaran pH yang dapat diterima menurut Wyk (1999) dalam Panjaitan (2012) adalah 6.9 – 9.0. 4.5.5. Nitrogen Senyawa nitrogen dalam perairan terdapat dalam tiga bentuk yaitu ammonia, nitrit dan nitrat. Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) dalam Asmara (2005) Senyawa nitrogen tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas dalam air. Pada saat oksigen rendah, nitrogen bergerak menuju ammonia, sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi nitrogen bergerak menuju nitrat. Dengan demikian, nitrat merupakan akhir dari oksidasi nitrogen dalam air. Hasil pengamatan selama PKL kandungan nitrit dari minggu pertama hingga keempat berkisar antara 1-6, kandungan nitrat berkisar antara 15-30, sementara kandungan amonium berkisar antara 0.8 – 8.8, sehingga perairan tersebut termasuk subur. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurrachmi (1999) dalam Efrizal (2009) menyatakan bahwa konsentrasi nitrat > 0,2 mg/l merupakan kesuburan yang baik.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.6. Hambatan dan Kemungkinan Pengembangan Usaha 4.6.1. Hambatan yang Dihadapi Hambatan yang dihadapi di lokasi PKL selama proses budidaya adalah pemadaman listrik oleh PLN tanpa pemberitahuan sebelumnya. Dimana pada proses budidaya dengan sistem intensif ketersediaan energi listrik merupakan salah satu unsur penting. Hal ini dikarenakan energi listrik yang ada digunakan untuk menggerakan aerasi yang harus menyala sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari organisme yang dibudidayakan karena memiliki tingkat kepadatan yang tinggi. Sehingga apabila aerasi mengalami kematian maka suplay oksigen tidak akan tercukupi dan hal ini dapat menjadikan udang mengalami stress dan kematian. Sehingga kerjasama dengan PLN perlu ditingkatkan terkait jadwal pemadaman listrik. 4.6.2. Kemungkinan Penggembangan Usaha Usaha pembesaran udang dengan sistem intensif dikarenakan untuk memanfaatkan ruang yang ada dengan potensi maksimalnya. Permintaan udang vanammei di pasaran tergolong cukup tinggi terutama untuk pasar ekspor. Penggembangan usaha pembesaran udang dengan sistem intensif sangat mungkin untuk terus dikembangkan karena dengan luas lahan yang sama pada sistem tradisional didapatkan hasil yang berkali-kali lipat pada sistem intensif.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Jenis-jenis plankton ditemukan di perairan petak B8 PT Surya windu kartika adalah dari golongan Green Algae, Blue Green Algae, Diatom, Euglenophyta, Dinoflagelata dan Zooplankton. Sedangkan plankton yang keberadaanya selalu ditemukan dalam setiap pengamatan adalah dari golongan Blue Green Algae terutama dari jenis Oscilatoria sp. 2.
Blue Green Algae atau Cyanophyta yang mempunyai frekuensi
kejadian lebih dari 75 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan budidaya warna air ini tidak menguntungkan, sebaiknya dilakukan pergantian air untuk menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal BGA) yang akan menyebabkan DO drop dan timbulnya bau lumpur pada udang. 5.2. Saran 1. Sebaiknya pola pengambilan sampel air dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sehari agar dapat dikontrol keragaman dan kelimpahan plankton yang ada di perairan agar apabila terjadi dominasi pada salah satu spesies dan dapat menimbulkan kerugian dapat segera ditangani. 2. Perlu dilakukan penambahan sarana dan prasarana penunjang budidaya dalam monitoring kualitas air, hama dan penyakit seperti pengadaan Ph pen agar nilai Ph yang terukur dapat pasti.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Amin, M. dan A. Mansyur. 2010. Pertumbuhan Plankton pada Aplikasi Proboitik dalam Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus monodon) di Bak Terkontrol. Prosiding Forum Inovasi dan Teknologi Akuakultur 2010. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. 8 hal. Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi FisikaKimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Atmawati, S. N. 2012. Perbedaan Keanekaragaman Zooplankton di Daerah Sekitar Keramba dan Sekitar Warung Apung Rawa Jombor Hubungannya dengan Kualitas Perairan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta. Efrizal, T. 2009. Hubungan Parameter Kualitas Air dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pulau Penyengat Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Komunikasi Penelitihan, Volume 19 : 109-116. Junaidi, E., Z. Hanapiah dan S. Agustina. 2013.Komunitas Plankton di Perairan Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Kalesaran, O. J. 2010. Pemeliharaan Post Larva (PL4-PL9) Udang Vannamei (Penaeus vannamei) di Hatchery PT. Banggai Sentral Shrimp Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Volume 6, Nomor 1:5862 Likumahua, S. 2009. Kondisi Plankton di Perairan Pulau Ambelau. Ichthyos, Volume 9, Nomor 1:35-40 Madinawati. 2010. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan Laguna Desa Tolonggano Kecamatan Banawa Selatan. Media Litbang Sulteng III (2) : 119 – 123. Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. 8 hal. Marzuki. 1997. Metode Riset. Bagian Penerbitan UII. Yogyakarta. 125 hal. Morissan, M. A., A. Corry W. dan F. Hamid U. 2012. .Metode Penelitian Survei. Kencana. Jakarta. hal. 37.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal. Panjaitan, A. S. 2012. Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaus vannamei) dengan Pemberian Jenis Fitoplankton yang Berbeda. TAPM. Program Pasca Sarjana. Universitas Terbuka. Jakarta. Qiptiyah, M., Halidah. dan M. A. Rakhman. 2008. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Mangrove dan Perairan Terbuka di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Volume 2 Nomor 2:137-143 Rokhim, K., A. Arisandi. dan I. W. Abidah. 2009. Analisa Kelimpahan Fitoplankton Dan Ketersediaan Nutrien (NO3 Dan PO4) Di Perairan Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan, Volume 2, Nomor 2 : 7-15. Subyakto, S., D. Sutandek., M. Afandi., Sofiati. 2009. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Semi Intensif dengan Metode Sirkulasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmu Perikan dan Kelautan, Volume 2, Nomor 2:121-127 Suryana, C. 2010. Data dan Jenis Data Penelitian. http://csuryana.wordpress.com /2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian/. 11 November 2013. Thoha, H. 2004. Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan, Sumatera, Mei-Juni 2002. Makara Sains, Volume 8, Nomor 3 : 96-102. Thoha, H. dan A. Rachman. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Spasial Komunitas Plankton di Perairan Kepulauna Banggai. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Volume 5, Nomor 1 : 145-161. Usman, M. S., J. D. Kusen. dan J. R. S. L. Rimper. 2013. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, Volume 2, Nomor 1:51-57 Winarni, S. 2011. Penyempurnaan Penyajian Materi Pengukuran Plankton pada BMN Hidrobiologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Terbuka. Bogor. Wulandari, D. 2009. Keterikatan antara Fitoplankton dengan Parameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong) Jawa Timur. Skripsi. Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Tesis. Sekolah Pacsa Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. 84 hal. PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Yenny, S. M. 2005. Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air dan Keanekaragaman Plankton di Sungai Belawan Medan. Jurnal Komunikasi Penelitihan, Volume 17 (2) : 24-29. Yulianti, E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) (Kasus pada PT Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1. Lokasi PT Surya Windu Kartika desa Bomo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi
Sumber : https://maps.google.co.id/maps?hl=en&tab=wl Diakses 26 Desember 2013
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2. Data Pengamatan Plankton Usia
26
27
28
29
30
31
Tanggal
21/01/2014
22/01/2014
23/01/2014
24/01/2014
25/01/2014
26/01/2014
JENIS PLANKTON
Pagi
Siang
Pagi
0.25
1,25
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
1,25
1,5
1,5
1. Green Algae Oocystis Chlorella
0.5
2,25
2
chlamydomonas
1,75
0,25
1,25
tetrastomum jumlah free algae
1.5
0,25 0.25 0.25
3.75
2.25
1.75
0.25
1.25
2.25
1.25
1.5
1.5
0.5
0.5
0.5
0.25
0.75
0.75
0.5
0.25
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
1
1.5
0.25
0.5
% green algae 2. Blue green Algae oscylatoria
1
1
Mycrocystis
1
0.5
Crococcus Jumlah BGA
1
0.5
1
1
0.5
0.5
0.5
0.5
2
1.75
0.25
0.25
% BGA 3. Diatom Nithzia
0.75
0.25
Cerataulina
0.25
Cylindopyalis
0.5
Sterptotecha
0.25
Cocsinodiscus
0.25 0.25
Amphora
0.5
Chaetoceros
0.25
Thalasiosira
0.25
0.75
Cyclotella
0.75
0.25
Naviculla Jumlah Diatom
0.75
0.25
0.25
2
0.75
0.5
0.25
0.5
0.25
0.75
0.25
0.25
0.5
0.75
0.75
0.75
0.5
0.25
1
1.25
0.5
0.5
3.5
5.5
0.5
1.5
0.25
1
1.75
0.75
0.75
0.25
0.25
0.5
0.5
0.5
0.25
0.5
0.5
0.5
2.25
3.25
6.5
6.5
% Diatom 4. Euglenophyta
0.25
5. Dinoflagellata 6. Protozoa
0.25 1.5
7. Zooplankton
0.25
Total Plankton
2.25
Pigmen
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sampah Organik
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
Sampah Plankton
+-
+-
+-
+-
+-
-
+-
-
+-
+-
Warna Air
h
h
h
hc
hc
hc
h
h
h
h
PRAKTEK KERJA LAPANG
6.5
1.75
4.75
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
5.5
+h
h
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Usia Tanggal JENIS PLANKTON
32
33
27/01/2014
34
28/01/2014
35
29/01/2014
36
30/01/2014
37
31/01/2014
1/02/2014
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
2
1.5
2.5
1
1
0.5
0.25
0.75
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1
1.5
3.5
1.5
1
1.25
0.75
1. Green Algae Chlorella Chlampydomonas
0.25
Oocystis
0.25
Jumlah Green Algae
2
1.5
2.5
1
1.25
0.5
1.25
0.5
0.25
1.5
0.5
1
0.25
0.75
Crococcus
2.25
1.25
0.75
0.75
0.75
Spirulina
0.25
0.5
0.5
0.25
0.75
1.75
% green Algae 2. Blue Green Algae Mycrocystis Oscilatoria
1 0.75
Anabaena Jumlah BGA
2.25 0.5
0.75
1.5
1.75
1
0.75
1
0.5
1.25
0.5
0.25
0.5
0.5
0.25 2.25
0.5 1.75
4
3
3.25
0.5 1.75
1.5
0.5
0.25
0.25
0.5
0.25
0.25
4.5
2.75
8
3.75
0.5
0.25
0.5
0.75
0.25
0.25
0.5
0.75
% BGA 3. Diatom Naviculla
0.25
Chaetoceros
0.25
0.25
Streptotecha
0.25
0.25
Rizosolenia
0.5
0.25
Cyclotella
0.5
Cocsinodiscus
0.5
Thalasiosira
0.5
Jumlah Diatom
0.5
0.75
1.75
0.75
0.5
0.25
0.5
0.25
0.25
0.25
0.5
0.5
0.25
0.25
1
2.25
0.75
0.5
0.75
0.5
1.5
2.5
0.25
0.25 1.25
1
1.5
1
0.25
0.75
0.5
1
2
2
1.75
% Diatom 4. Euglenophyta 5. Dinoflagellata
1.25
2.75
1
1
1.75
6. Protozoa
0.25
0.75
1.25
0.75
0.5
1
0.5
0.75
0.25
9
8.5
6.75
7. Zooplankton
1.5
0.5
0.5
0.75
0.5 5.25
8.5
12.75
10.75
6.25
10.75
Pigmen
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sampah Organik
+-
+-
+-
+
+
+
+
+
+
+
+-
+-
Sampah Plankton
+-
+-
+-
+-
+-
-
+-
-
+-
+-
-
+-
Warna Air
h
h
h
hc
hc
hc
h
h
h
h
h
h
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
10.5
0.5
Total Plankton
PRAKTEK KERJA LAPANG
4.5
0.25
0.25
FITROTUZ ZAQIYAH
6.75
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Usia Tanggal JENIS PLANKTON
38
39
40
41
42
43
2/02/2014
3/02/2014
4/02/2014
5/02/2014
6/02/2014
7/02/2014
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
1.75
0.75
0.75
1.5
1.75
Pagi
Siang
Pagi
Siang
Pagi
Siang
1
1.5
0.25
0.25
0.25
1. Green Algae Chlorella
1.25
Oocystis
0.25
Chlamydomonas
0.25
Jumlah Green Algae
1.25
2
0.75
1
1.5
1.75
0
Oscilatoria
2
1
2
1.75
2.5
2.5
3.25
Crococcus
0.75
0.75
0.5
0.25
1.25
0.25
1
0.75
0.5
1
0.25
0.25
0.25
0
0
1
1.75
0.5
0.25
3
3.5
3
% Green Algae 2. Blue Green Algae
Mycrocystis Anabaena
0.25
1.5
1
0.5
2
0.25
0.5
Merismopedia
0.25
0.25
Spirulina
0.5
0.75
Dictyospaerium
0.25
Jumlah BGA
4
2.75
3.25
3
0.25
0.25
0.5
0.5
5.75
4.25
4.5
0
0.75
4.75
3.75
1
0.75
3.75
% BGA 3. Diatom Cocsinodiscus Chaetoceros
0.25
0.25
Skeletonema
0.25
0.25
Thalasiosira
0.75
0.5
Naviculla
0.25
Cyclotella
2 0.75
5.25
0.25
0.5
3.5
0.5
0.5
1.5
2.5
0.75
0.25
0.25
1.25
1
1
1
5.75
2.75
2.75
0.25
0.75
0.75
2.25
0.75
Streptotecha Jumlah Diatom
0.5
0.5
0.25 0.75
0.75
1,5
1.75
1
0.5
0.25
0.75
2.75
2.25
2
0.25
0.25
0.25
0.75
0.25
0
% Diatom 4. Euglenophyta
0.5
0.75
1
4
2.25
2.25
0.75
1
1.5
1
7. Zooplankton
0.5
0.25
0.5
0.5
0.5
Total Plankton
8.75
10
11
10.25
14.5
12.25
8.25
5. Dinoflagelata 6. Protozoa
0.5 0
2.25
0.25
0.75
0.75
0.5
0.25
0.75
0.75
0.5
4.25
9
10.5
7.5
Sampah Organik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sampah Plankton
+-
+-
+-
+
+
+
+
+
+
+-
+-
Warna Air
h
h
h
hc
hc
hc
h
h
h
h
h
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Usia Tanggal JENIS PLANKTON 1. Green Algae Chlorella Scenedesmus Dictyophaerium Chlamydomonas Jumlah Green Algae % Green Algae 2. Blue Green Algae Oscilatoria Crococcus Anabaena Mycrocystis Merismopedia Spirulina Jumlah BGA % BGA 3. Diatom Skeletonema Streptotecha Cyclotella Thalasiosira Cerataulina Naviculla Nitzia Jumlah Diatom % Diatom 4. Euglenophyta 5. Dinoflagelata 6. Protozoa 7. Zooplankton Total Plankton Pigmen Sampah Organik Sampah Plankton Warna Air
44 8/02/2014 Pagi Siang 1.5 0.25
45 46 47 48 49 9/02/2014 10/02/2014 11/02/2014 12/02/2014 13/02/2014 Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang 0.25
1
0.25
0.25
0.25 0.5 1
1
0
2.25 0.5
4.25 5.75 0.25 0.25 1 0.5
3.75 0.75 0.25 0.25
2.75
0.75
0
0.5
1 1.25 0.5 0.25
3
0.75 0.25
0.25 0.25 0.75 0.25 0.25 0.25
8.5
0
0.75 1.75
0.25
3.5
5
2.25 4.75
3.25
0.5 0.75
0.25
5
4
0.5
0.5
0.5 1.5
0
0.75 0.5 0.25 0.75 4.75 6.25
0.25
0.5
0.25
1.25 0.25
0.25 0.25
3
5.5
0.25 3.5
0.25
1 0.5
0.75
0.25 0.75
0.25 1.75
2
1.5
0.25 0.75
7.5 10.5
0.5 9.75
1.25
0.5
0.25
0.75 6.5
0.25
0.25
0 0.25
5.5
1 0.75
1.75
2.75
0.75
1
1.25
0.25 2.25
0.5 0.5
0.75
0
1.25 0.75 1
1 6.75
1
1 0.5 0.25 0.25 0.5 7.75 9.25
3.75
0.75 1.75
1.25
1.5 0.25 0.75
1 0.75 0.75 0.75 8.25
0.25 6.5
1 10
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
+-
-
-
+-
+-
h
hc
h
hc
hc
h
h
h
h
+-
h
Keterangan: h = hijau ; hc = hijau coklat ; c = coklat PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH
h
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3. Data kualitas Air Tanggal
Umur
16/01/2014 17/01/2014 18/01/2014 19/01/2014 20/01/2014 21/01/2014 22/01/2014 23/01/2014 24/01/2014 25/01/2014 26/01/2014 27/01/2014 28/01/2014 29/01/2014 30/01/2014 31/01/2014 1/02/2014 2/02/2014 3/02/2014 4/02/2014
21 hari 22 hari 23 hari 24 hari 25 hari 26 hari 27 hari 28 hari 29 hari 30 hari 31 hari 32 hari 33 hari 34 hari 35 hari 36 hari 37 hari 38 hari 39 hari 40 hari
PRAKTEK KERJA LAPANG
0 pH Kecerahan (cm) Salinitas Suhu ( C) (ppt) Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore 8 8.1 30 27 28 80 70 8.1 8.6 29 27 29 50 50 8.1 8.5 29 28 29 50 50 8.1 8.7 29 28 29 40 40 7.9 8.2 28 28 29 50 40 8.1 8.2 30 28 29 40 40 7.8 8.4 27 28 29 40 40 7.6 8.1 26 28 29 40 40 7.6 7.8 25 28 30 50 40 7.5 7.8 25 28 28 40 35 7.8 8.2 25 28 29 40 40 7.8 8.2 25 28 29 30 40 7.7 8.2 25 28 29 35 30 7.6 8.4 25 29 30 30 30 7.6 8.4 25 29 30 35 30 7.8 8.8 26 28 30 30 30 7.8 8.4 25 29 29 30 30 7.7 8.2 25 28 29 25 30 7.6 8.2 25 28 30 30 30 7.8 8.6 25 28 30 30 30
Warna Air DO PO4 Pagi Sore (ppm) C HC C C C C 0.1 C HC HC HC HC HC H HC 0.25 HC H H H 4.28 H H 0.3 HC H 5.6 H H HC HC CH H 0.6 H HC 4.9 CH CH HC HC 4.99 0.3 HC HC HC H HC C 4.71
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
Alkalinitas HCO3 total
NO2
NO3
NH4
0.3
1.5
3.5
0
155
155
0.5
3
3.5
0
153
153
0.8
5
5
0
151
151
1
15
5.2
0
145
145
1
30
8.8
0
138
138
CO3
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5/02/2014 6/02/2014 7/02/2014 8/02/2014 9/02/2014 10/02/2014 11/02/2014 12/02/2014 13/02/2014 14/02/2014 15/02/2014
41 hari 42 hari 43 hari 44 hari 45 hari 46 hari 47 hari 48 hari 49 hari 50 hari 51 hari
PRAKTEK KERJA LAPANG
7.8 7.5 7.8 7.6 7.6 7.5 7.6 7.6 7.6 7.7 7.5
8.6 8.2 8.2 8.1 8.2 8.4 8.4 8.6 8.4 8 8.2
25 26 26 26 27 26 28 29 27 28 30
29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
30 30 30 30 30 31 29 29 30 29 31
30 25 30 30 35 35 35 35 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30 35 35 35
C C C C HC HC H HC HC HC HC
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
C C HC HC H HC HC HC HC HC HC
0.6
6
25
0.8
0
141
141
0.8
6
30
2
0
150
150
0.8
6
30
2
0
150
150
0.75
7.5
30
0.8
0
164
164
4 4.27 3.95 4.36 4.82
FITROTUZ ZAQIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 4. Peralatan Pengamatan Plankton di PT Surya Windu Kartika
Haemocytometer
Mikroskop
Pipet Tetes
Secchi disk
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGAMATAN KELIMPAHAN ...
FITROTUZ ZAQIYAH