PENGALAMAN CARE WORKER DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR PENDERITA RETARDASI MENTAL DI PANTI ASUHAN BINA REMAJA YOGYAKARTA Mohamad Judha¹, Cokorda Istri² Fakultas Ilmu Kesehatan Univ Respati Yogyakarta, jl. Raya Tajem Km 1,3 Depok Sleman Yogyakarta Email
[email protected]
ABSTRACT Latar Belakang : Penderita retardasi mental adalah penderita dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan secara mandiri. prevalensi retardasi mental di dapatkan bahwa ringan pada anak yang berusia 5-16 tahun sebanyak 0,4%,untuk retardasi mental sedang dan berat pada kelompok usia 15-19 tahun ialah kira-kira 34 per 1000. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama, karena kebutuhan dasar merupakan hal penting untuk meningkatkan derajat kesehatan, dalam melakukan kegiatan sehari-hari dibutuhkan orang lain, peran Care worker menjadi sangat penting. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana pengalaman Care Worker dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada penderita retardasi mental di Panti Asuhan Bina Remaja Yogyakarta. Metode Penelitian : Menggunakan metode pendekatan fenomenologi dengan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara. Subjek penelitian yang digunakan sebanyak 3 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Bina Remaja Yogyakarta tepatnya di Bantarjo Donoharjo, Ngaglik Sleman, Yogyakarta. Hasil Penelitian : Menggambarkan bahwa pengasuh memenuhi berusaha memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan cara membuka pintu (memfasilitasi bernafas secara normal), mengatur jam makan, mempersiapakan menu makanan (makan & minum), mengajarkan & menganjurkan menjaga kebersihan setelah BAB/BAK (eliminasi), mengajak senam (bergerak & posisi yang nyaman), mengatur jadwal tidur (tidur & istirahat), memperhatikan kebersihan dan jenis pakaian tidak dibedakan (memilih pakaian), memberikan selimut (mempertahankan suhu), mengajarkan mandi, gosok gigi, dan keramas (menjaga kebersihan tubuh), mengamankan benda tajam dan listrik (terhindar dari bahaya), memahami ekspresi (komunikasi), membuat tempat ibadah dan memfasilitasi sarana ibadah (beribadah), membuat prakarya (beraktivitas), berjalan-jalan dan bermain pazel (rekreasi & bermain), kemandirian aktivitas sehari-hari (belajar). Kesimpulan : terdapat usaha yang dilakukan oleh Care Worker dalam usaha memenuhi kebutuhan dari penderita retardasi mental dengan memenuhi 14 kebutuhan dasar Hendersone, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.
Latar Belakang Retardasi mental adalah defisit dalam
Prevalensi retardasi mental di Indonesia saat ini
perkembangan fungsi intelektual yang berfungsi
diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia, sekitar
secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70
6,6 juta jiwa. Untuk wilayah Profinsi DIY penderita
atau lebih rendah) ketidak normalan atau disertai
retardasi mental tahun 2010 terdapat sebanyak 9.251
defisit
(BPS Profinsi DIY, 2010). Data Dinas Kesehatan
atau
hendaya
fungsi
adaptif
bersifat
permanen / menetap (Lumbantobing, 2006).
Kabupaten Sleman menunjukkan jumlah penderita
Hasil penelusuran data penelitian tentang
retardasi mental pada tahun 2010 terdapat sebanyak
prevalensi retardasi mental di dapatkan bahwa
714 orang. Data Panti Asuhan Bina Remaja
ringan pada anak yang berusia 5-16 tahun sebanyak
Yogyakarta dari 105 anak asuh, penderita Retardasi
0,4%,untuk retardasi mental sedang dan berat pada
Mental
kelompok usia 15-19 tahun ialah kira-kira 3-4 per
Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010).
1000. Dari beberapa penelitian juga didapatkan
terdapat
Peran
sebanyak
pengasuh
35
orang.
sangat
(Dinas
besar
yaitu
bahwa penyandang retardasi mental yang menderita
mengingatkan kembali agar para penderita retardasi
gangguan psikiatrik dan gangguan tingkah laku
mental tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
frekuensinya cukup tinggi.
secara mandiri meskipun dengan bantuan dari
Data Biro Pusat Satatistik (BPS) tahun
pengasuhnya. Sedangkan untuk kelompok yang
2010, dari 222 juta penduduk Indonesia, sebanyak
mampu rawat, kebutuhan dasar mereka bergantung
0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat.
sepenuhnya kepada para pengasuh. Karena mereka
Sedangkan populasi anak penderita retardasi mental
tidak dapat melakukan sesuatu secara mandiri.
menempati angka paling besar dibanding dengan jumlah
anak
dengan
keterbatasan
lainnya.
Rancangan Penelitian Metode
penelitian
kualitatif
dengan
masing-masing pengasuh dan penderita retardasi
implikasi cara yang digunakan adalah : (1)
mental
tanpa mendominasi dengan kebudayaan
Memusatkan perhatian observasi pada praktik sosial
yang dianut oleh peneliti. (3) Memanfaatkan
dari fenomena yang terjadi, dalam hal ini peneliti
semaksimal mungkin triangulasi data, dalam hal ini
melakukan pemusatan perhatian pada hal-hal yang
peneliti
dilakukan oleh pengasuh di Panti Asuhan Bina
pengumpulan data yaitu dari observasi,wawancara
Remaja Yogyakarta saat memenuhi kebutuhan dasar
sampai
penderita retardasi mental. (2) Menggali lebih dalam
informasi yang diperoleh dari para pengasuh tetap
berbagai aspek dan informasi para pelaku serta
konsisten dan kredibel (Waters, 1994 dalam
memperhatikan dimensi struktural-kultural yang
Basrowi& Suwandi, 2008).
ada, hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggali
Pandangan
menggabungkan
dengan
dari
dokumentasi,
berbagai
agar
fenomenologis
data
teknik
atau
berusaha
berbagai macam informasi dari para pengasuh
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terkait
terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-
tentang
memenuhi
pengalaman
kebutuhan
dasar
pengasuh
dalam
dengan
tetap
memperhatikan aspek budaya yang dianut oleh
situasi tertentu (Moleong, 2002).
Pada kualitatif ini
rancangan
penelitian
deskriptif
terdapat tiga langkah dalam proses
fenomenologi
deskriptif
antara
lain:
langkah
Kriteria keempat, yaitu peneliti akan meneliti para pengasuh
yang
mengasuh
penderita
retardasi
mental.
pertama yaitu intuisi; pada langkah ini peneliti
Dalam penelitian kualitatif, tidak terlalu
mencoba untuk menyatu secara utuh dengan
dibutuhkan random sampling (Creswell, 2010).
berbagai fenomena yang ada, contohnya pada
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh pengasuh
fenomena yang terdapat pada pengasuh retardasi
penderita retardasi mental yang mampu melakukan
mental, langkah kedua yaitu menganalisis; pada
komunikasi verbal dengan baik, bersedia untuk
langkah ini dilakukan dengan cara mengelompokkan
menjadi partisipan dan mengisi informed consent.
tema yang ada, contohnya para pengasuh yang
Jumlah partisipan yang diambil sebanyak 3 orang
berperan sebagai pertisipan, langkah berikutnya
atau sampai dengan titik jenuh diperolehnya data
mendeskripsikan; memberikan gambaran secara
atau informasi. Kriteria partisipan yang telah
keseluruhan mengenai pengalaman yang diperoleh
ditetapkan tersebut dapat memberikan gambaran
pengasuh retardasi mental.
atau deskripsi secara utuh dan menyeluruh dari
Sumber
informasi pada penelitian ini diperoleh dari Panti
fenomena yang ada dan yang terjadi pada pengasuh
Asuhan Bina Remaja Yogyakarta.
retardasi mental. Pada penelitian ini partisipan harus
Pengambilan
dilakukan
berasal dari latar belakang yang berbeda-berdeda,
berdasarkan pertimbangan tertentu, dengan sengaja
dengan harapan saat dilakukan wawancara pada
dan penuh perencanaan dari peneliti yang sesuai
seluruh partisipan, peneliti memperoleh beragam
dengan
untuk
informasi yang memperkaya hasil penelitian, karena
Peneliti
semakin banyak dan beragam informasi yang
kriteria
dijadikan
partisipan
yang
subjek
telah
atau
ditetapkan
partisipan.
menentukan empat kriteria yang ditetapkan untuk menjadi pertimbangan peneliti dalam menentukan
diperoleh maka hasil penelitian akan lebih akurat. Analisis data kualitatif merupakan proses
partisipan yaitu kriteria pendidikan, usia, tingkat
sistematis
kesabaran dan para pengasuh panderita retardasi
bersamaan dengan pengumpulan data (Daymon,
mental mampu didik. Kriteria pertama, partisipan
2008). Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh
dipilih
dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
tingkat
pendidikan,
pendidikan
sangat
yang
pengumpulan
dan
tingkat
(triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus
pendidikan hanya sampai SD sangat berbeda
(Sugiyono, 2011). Analisis data kualitatif adalah
sehingga peneliti memilih pengasuh yang memiliki
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
tingkat pendidikan minimal SMP. Kriteria kedua,
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
peneliti memilih pengasuh dengan tingkatan usia
sehingga dapat ditemukan tema (Basrowi &
yang produktif, karena untuk mengasuh orang
Suwandi, 2008).
dengan
pengasuh
dengan
dengan keterbelakangan mental memerlukan tenaga yang lebih karena mereka tidak dapat mengerjakan segala sesuatu secara mandiri. Kriteria ketiga, yaitu pengasuh yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Karena tidak sembarang orang dapat mengasuh orang dengan keterbelakangan mental.
yang
terus-menerus,
penting karena pengasuh dengan pendidikan SMP SMA
data
berlangsung
bermacam-macam
Upaya analisa data dilakukan dengan jalan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dapat diceritakan orang lain (Bogdan & Biklen,
dikelola,
1998 dalam Moleong, 2010).
mensintesiskannya,
mencari
dan
Hasil Penelitian Semua partisipan dalam penelitian ini merupakan seluruh pengasuh yang berada di Panti Asuhan Bina Remaja Yogyakarta.
Gambaran Karakteristik Partisipan Kode
Jenis kelamin
Usia
Pendidikan
Agama
Lama kerja
Laki-laki
38
SLTA
Islam
10 tahun
SLTA
Islam
4 tahun
SLTA
Islam
1 tahun
Partisipan P1
tahun P2
Perempuan
43 tahun
P3
Perempuan
19 tahun
Partisipan inti dalam penelitian ini
pemenuhan kebutuhan dasar pada penderita
dipilih berdasarkan beberapa kriteria antara lain,
Retadasi Mental di Panti Asuhan Bina Remaja
tingkat pendidikannya karena semakin tinggi
Yogyakarta. Apa yang dialami oleh penderita
jenjang
maka
retardasi mental yang berada di Panti Asuhan
pengetahuan maupun informasi yang diperoleh
Bina Remaja Yogyakarta tidak terlepas dari
akan semakin tinggi pula. Selain itu para
peran pengasuh yang dalam kesehariannya
partisipan
sertifikat
memberikan bimbingan, bantuan, motivasi,
mengasuh
maupun asuhan selama mereka berada di dalam
penderita retardasi mental. Peneliti membuat
panti. Pada penelitian ini ditemukan 14 tema
kode tersendiri yaitu P1, P2, dan P3 untuk
yang terdiri atas 14 kebutuhan dasar manusia
mengenali masing-masing partisipan, sehingga
yang sesuai dengan perspektif Hendersone
peneliti tidak mencantumkan identitas asli para
yaitu: 1) bernafas secara normal, 2) makan &
partisipan untuk menjaga kerahasiaannya.
minum, 3) eliminasi, 4) bergerak & posisi
pendidikan
juga
pelatihan-pelatihan
Hasil
telah
seseorang,
memiliki
dalam
ini
nyaman, 5) tidur & istirahat, 6) berpakaian yang
yang
cocok, 7) mempertahankan suhu normal, 8)
masing-masing tema disesuaikan dengan 14
kebersihan diri, 9) terhindar dari bahaya &
kebutuhan dasar manusia menurut Hendersone.
mencederai orang lain, 10) berkomunikasi, 11)
Peneliti menggali informasi sedalam mungkin
beribadah, 12) beraktivitas, 13) bermain &
kepada masing-masing pengasuh mengenai
berekreasi,
mengidentifikasi
dari
hal
empat
penelitian belas
tema
14)
kemampuan
belajar.
PEMBAHASAN : 1) bernafas secara normal, Care Worker setiap
mobilisasi yang merupakan kemampuan seseorang
pagi membeuka pintu dan jendela agar sirkulasi
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
udara terjadi, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pemenuhan kebutuhan bernafas secara normal
sehat.
merupakan kebutuhan yang paling vital yang
5) tidur & istirahat, Pengasuh membiasakan anak
diberikan tidak hanya pada pasien yang mengalami
asuhnya untuk tidur siang dari jam 12 sampai jam
gangguan pernafasan saja, tetapi juga bagi penderita
setengah tiga, kemudian untuk tidur malam jam 8
retardasi mental, hanya saja cara pemenuhannya
atau jam setengah sembilan. Pengasuh mengajak
berbeda.
para penderita retardasi mental tersebut untuk tidur
2) makan & minum, Peran pengasuh sangat
siang bertujuan mengistirahatkan badan mereka
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan makan dan
setelah
minum
mental.
diharapkan setelah mereka tidur badan mereka
beberapa
menjadi segar kembali. Hasil tersebut sesuai dengan
pengasuh di Panti Asuhan Bina Remaja Yogyakarta,
teori yang dikemukan oleh (Mubarak, 2007) yang
diperoleh hasil bahwa pengasuh mengatur jam
menyatakan bahwa tidur dan istirahat merupakan
makan anak-anak asuh, untuk kebutuhan makan
kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
dipenuhi sebanyak 3 kali dalam sehari, dengan
setiap orang. Kebutuhan ini dapat dilakukan oleh
memperhatikan menu makanannya misalnya nasi,
seseorang untuk memulihkan atau mengistirahatkan
lauk dan sayuran. Kebutuhan makan dan minum
fisiknya, mengurangi stress dan kecemasan serta
merupakan kebutuhan setiap orang dengan tujuan
dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi
yang berbeda-beda. Makanan yang dikonsumsi
saat kembali melakukan aktivitas.
sangat berfungsi untuk pertumbuhan, perbaikan sel
6) berpakaian yang cocok, Pakaian berfungsi
dan jaringan tubuh serta sebagai sumber tenaga dan
sebagai media komunikasi seperti halnya bahasa.
energi yang diperlukan dalam aktivitas (Inayah,
Sebagaian besar orang sepakat bahwa memilih
2004)
pakaian sendiri merupakan hak asasi dasar bagi
3) eliminasi, Masing-masing pengasuh memenuhi
setiap orang. Pakaian yang akan dikenakan oleh
kebutuhan eliminasi sisa hasil metabolisme (BAB &
penderita
BAK) dilakukan dengan cara mendengarkan dan
terlebih dahulu dan dibedakan sesuai dengan
menyimak dengan baik panggilan dari anak-anak
kebutuhan. Hal ini seuai dengan hasil penelitian
asuhnya ketika mereka ingin BAB dan BAK
Sunaryo, 2004).
sehingga pengasuh dapat langsung mengarahkan.
7)
4) bergerak & posisi nyaman, Olahraga yang
penderita retardasi mental dipenuhi dengan cara
dilakukan dalam hal ini adalah senam yang diiringi
menyarankan mandi, menyarankan mengipaskan
dengan alunan musik. Para pengasuh membebaskan
badan dengan buku, memberikan selimut menjelang
anak-anak asuh mereka dalam bergerak dan
tidur dan apabila ada yang demam dibawa ke
mengekspresikan dirinya dengan alunan musik yang
Puskesmas. penelitian lain yang meneliti tentang
diputarkan, asalkan seluruh anak asuh ikut bergerak.
pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien
Hal tersebut sesuai dengan teori kebutuhan dasar
stroke di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro-Klaten,
yang dikemukan oleh (Saputra, 2012) yaitu tentang
diperoleh hasil bahwa dalam pemenuhan kebutuhan
para
Berdasarkan
penderita hasil
retardasi
wawancara
pada
melakukan
retardasi
aktivitas
mental
mempertahankan
disekolah
telah
dan
dipersiapkan
suhu normal,
untuk
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,
10)
perawat berperan dalam mengukur suhu tubuh dan
berkomunikasi
menormalkan suhu tubuh pasien (Apriyanti, 2004).
mengekspresikan emosi, kebutuhan, ketakutan, atau
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemenuhan
pendapatnya sangat penting bagi penderita retardasi
kebutuhan mempertahankan suhu dalam rentang
mental, karena dengan IQ yang dibawah rata-rata
normal penting untuk dipenuhi pada pasien yang
para penderita retardasi mental sedikit mengalami
sedang sakit atau dirawat maupun bagi para
kselitan
penderita Retardasi Mental yang berada di Panti
Sehingga
Asuhan.
mendalam apa yang diinginkan oleh masing-masing
8) kebersihan diri, Tindakan yang dilakukan oleh
anak asuhnya tersebut.
pengasuh tersebut didukung oleh teori personal
11) beribadah, pemenuhan kebutuhan beribadah
hygiene yaitu suatu upaya yang dilakukan individu
sesuai kepercayaan sangat diperlukan mengingat
dalam memelihara kebersihan dirinya (Mubarak,
setiap
2007). Kebersihan merupakan hal yang sangat
kesempatan untuk beribadah sesuai dengan agama
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan
dan kepercayaan yang dimiliki, begitu juga untuk
akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang,
penderita retardasi mental.
Pemenuhan kebutuhan kebersihan tubuh merupakan
12) beraktivitas, Peneliti dapat menyimpulkan
bagian dari kebutuhan dasar manusia (Tarwanto,
bahwa
2010). Pada penelitian lain yang meneliti tentang
beraktivitas sangat diperlukan guna meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien
metabolisme tubuh sehingga para penderita retardasi
stroke di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro-Klaten,
mental dapat terjaga kesehatannya dan selalu ceria.
diperoleh hasil bahwa dalam pemenuhan kebutuhan
13) bermain & berekreasi, Pengasuh memenuhi
menjaga kebersihan diri, perawat berperan dalam
kebutuhan bekerja untuk mendapatkan kepuasan
memelihara kebersihan kulit, kuku, rambut, daerah
dengan
genital, gigi dan mulut, tempat tidur pada pasien
mengajarkan berdoa, membuat prakarya, mewarnai,
(Apriyanti, 2004).
bernyanyi, kemudian beristirahat. Tindakan yang
9) terhindar dari bahaya & mencederai orang
dilakukan oleh pengasuh tersebut sesuai dengan
lain, Pengasuh memenuhi kebutuhan terhindar dari
teori
bahaya lingkungan dan tidak mencederai orang lain
merupakan suatu bentuk dorongan bagi orang-
dengan cara menjaga para penderita retardasi mental
orang, bukan untuk mengaktualisasi diri untuk
dari listrik, benda tajam, atau saling membahayakan
memenuhi
antara sesama penderita retardasi mental, maupun
merupakan suatu pertumbuhan watak, ungkapan
antara penderita retardasi mental dengan pengasuh.
watak, pematangan dan perkembangan seseorang.
Hal tersebut sesuai dengan konsep menghindari
Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan
bahaya yang merupakan konsep keselamatan dan
dasar yang diharapkan oleh setiap manusia (Saputra,
keamanan terkait dengan kemampuan seseorang
2012).
dalam menghindari bahaya yang ditentukan oleh motivasi untuk melakukan tindakan pencegahan (Mubarak, 2007)
berkomunikasi, dengan
dalam
orang
warga
perlu
negara
pemenuhan
keinginannya.
berhak
kekurangan
secara
mendapatkan
kebutuhan
2010)
dalam
memahami
menyekolahkan
(Tarwanto,
kebutuhan lain
menyampaikan
pengasuh
cara
pemenuhan
bekerja
anak
yaitu
individu
dan
asuhnya,
bekerja
saja
juga
tetapi
14) kemampuan belajar, pemenuhan kebutuhan
yang diberikan oleh pengasuh, setidaknya dapat
belajar juga diperlukan bagi penderita retardasi
membuat para penderita retardasi mental tersebut
mental,
menjadi
walaupun tingkat intelektualitas yang
mereka memiliki rendah. Dengan bekal pengetahuan
KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Bina Remaja Yogyakarta menggambarkan bahwa pengasuh memenuhi 14 kebutuhan dasar manusia sesuai dengan perspektif
Hendersone, yaitu
memfasilitasi bernafas secara normal, makan & minum, eliminasi, bergerak & posisi yang nyaman, tidur & istirahat, memilih pakaian, mempertahankan suhu, terhindar dari bahaya, komunikasi, beribadah, beraktivitas, rekreasi & bermain, belajar. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia akan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda walaupun dilihat dari jenisnya akan sama seperti yang lain
mandiri
kebutuhannya sendiri.
dan
mampu
memenuhi
DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, Nina, (2004), Persepsi Keluarga Terhadap Peran Perawat Dalam Pemenuhan
Kebutuhan
Communications,
Yogyakarta:
Bentang.
Dasar
Inayah, I, (2004), Asuhan Keperawatan
Manusia Pada Pasien Stroke RSUP
Pada Klien Dengan Gangguan
Dr.Soeradji
Sistem
Tirtonegoro-Klaten,
Tidak Dipublikasikan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Arikunto,
Suharsimi,
Penelitian
Suatu
Prosedur Pendekatan
Praktik Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta.
Kualitatif,
Jakarta:
Rineka Cipta.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta. dan Aplikasinya Dalam Praktik. Jakarta:
Moleong, L.J, (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:
Mubarak,
Wahit,
Daymon, Christine (2008), Metode-Metode Kualitatif &
dalam
Public
Marketing
(2007),
Buku
Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia Teori Lumbantobing,
(2006),
Mental
Relations
Metode
Remaja Rosdakarya.
Creswell, J.W. (2010). Research Design
Riset
(2011),
EGC.
Basrowie dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian
Jakarta:
Salemba Medika. Sugiyono,
(2006),
Pencernaan.
Anak
Terbelakang,
Dengan Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Riwayat Tentang Penulis Nama
: Ns. Mohamad Judha, S.Kep
Tempat / tanggal lahir : Surabaya, 08 Oktober 1976
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Plamongan Sari II Semarang 2. SMP Negeri 29 Semarang 3. SLTA Negeri 11 Semarang 4. Akademi Keperawatan Kesdam IV / Diponegoro Semarang 5. PSIK Universitas Muhamadiyah Jakarta 6. S2 Keperawatan Madikal Bedah di Universitas Indonesia Jakarta
Riwayat pekerjaan : 1. Staf Keperawatan Rs. Soewondo Pati
( 1999-2000)
2. Staf Keperawatan Rs. Pelni Jakarta
(2000-2003)
3. Staf Keperawatan Depkes Kerajaan Kuwait
(2004-2007)
4. Staf Pengajar / Dosen Akbid Mitra Adiguna Palembang
(2007)
5. Staf Pengajar / Dosen Akper Pembina Palembang
(2007- Sekarang)
6. Staf Pengajar / Dosen STIK Bina Husada Palembang
(2007- Sekarang)