Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002
RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa didalam saluran telur induk ayam buras setelah IB telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak. Tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui seberapa lama spermatozoa yang di IB kan dapat menghasilkan fertilisasi yang baik, sehingga dapat menentukan interval IB pada ternak ayam yang efisien. Metoda pengamatan adalah dengan melakukan IB pada sejumlah ayam buras dengan teknik deposisi semen intra uterine, kemudian produksi telur tetas yang telah diseleksi dimasukkan dalam mesin tetas dan pada hari ke tujuh dilakukan peneropongan telur untuk mengetahui telur yang fertil dan tidak fertil. Pengamatan dilakukan selama 15 hari produksi setelah dilakukan IB. Dari hasil pengamatan terlihat, bahwa interval IB selama tujuh hari sekali, mendapatkan persentase fertilitas yang cukup tinggi (diatas 80 %) dan hal ini menunjukkan spermatozoa dapat bertahan hidup dalam saluran reproduksi induk lebih lama serta mampu memberikan fertilitas yang baik. Kesimpulan yang diperoleh adalah untuk IB ulang dapat dilakukan dengan interval tujuh hari sekali sehingga akan efisien dalam waktu dan tenaga kerja, mengurangi stress pada ayam dan sekaligus memberikan waktu pada pejantan dalam melakukan proses spermatogenesis yang lebih baik sehingga semen yang dihasilkan berkualitas baik. Kata Kunci : Iseminasi Buatan (IB), Interval IB, Ternak Ayam.
PENDAHULUAN Budidaya ayam buras di Indonesia umumnya dilakukan secara semi intensif, yaitu ayam diumbar untuk mencari makan lalu dikandangkan pada malam hari. Pemberian pakan tambahan hanya sesekali diberikan, sehingga secara nutrisi masih jauh dari kecukupan. Pola perkawinan umumnya dilakukan secara kawin alam, sehingga peluang terjadinya inbreeding menjadi lebih besar. Ditambah dengan dampak negatif peck order yaitu sifat pejantan untuk menguasai betina dan kawin terus menerus, berimbas pada produktivitas menjadi sangat rendah karena kualitas telur tetas yang rendah (Tolihere,1981). Untuk itu perlu merubah pola budidaya kearah intensifikasi, yaitu dengan mengadopsi teknologi budidaya dan salah satunya adalah teknologi Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan (IB) pada budidaya unggas adalah teknik pembiakkan dengan memasukkan semen pejantan kedalam saluran reproduksi ayam betina dan dengan diencerkan akan mampu membuahi betina lebih banyak. Banyak keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan teknik ini yaitu efisien dalam penggunaan pejantan, praktis dan ekonomis, memudahkan kawin silang dan mampu menghasilkan telur tetas yang berkualitas (Purnama dkk,1999). Metoda IB yang dilakukan saat ini adalah dengan teknik deposisi semen intra uterine yaitu sperma didepositkan kedalam saluran telur induk pada daerah perbatasan vagina dengan uterus yang disebut Utero Vaginal Junction (UVJ) atau disebut juga Sperm Storage Tubules (SST).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
21
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
Keberhasilan IB pada ternak ayam dapat dilihat dengan tingginya prosentase daya tunas (fertilitas) pada telur tetas, yang akan tercapai melalui penerapan metoda IB yang tepat dan ditangani oleh operator yang trampil Untuk mempertahankan prosentase daya tunas agar tetap tinggi selama masa produksi, maka perlu dilakukan pengaturan interval IB yang lebih efisien Sastrodihardjo dkk (1994), merekomendasikan interval IB dapat dilakukan empat hari sekali. Sedangkan Brillard (1993) mengemukakan, bahwa spermatozoa ayam dapat bertahan hidup dalam saluran reproduksi induk selama 3 – 4 minggu. Pendapat tersebut memberi peluang untuk mengatur kembali interval IB kearah yang lebih efisien, yaitu memperpanjang interval. Dengan memperpanjang interval IB, pejantan diharapkan dapat melakukan proses spermatogenesis secara sempurna dan dapat mengurangi abnormalitas pada spermatozoa yang dihasilkan. Untuk itu suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa dalam saluran telur setelah IB dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa lama sperma yang di IB kan dapat memberikan fertilitas yang baik. Dari hasil pengamatan, diharapkan dapat menetapkan interval IB ulang yang lebih efisien sehingga program penyediaan bibit tidak terganggu tetapi dapat efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga sekaligus mengurangi stress pada ayam. Tujuan penulisan makalah adalah untuk memberi informasi interval IB yang efisien pada ternak ayam dengan mendapatkan fertilitas yang tinggi, dan dari informasi ini diharapkan dapat diadopsi oleh peternak .
BAHAN DAN CARA Pengamatan dilakukan pada kegiatan IB di Kandang Percobaan Unggas Balitnak Ciawi pada bulan Maret 2004, selama 15 hari produksi.
Bahan : a. Telur tetas yang telah seleksi dari hasil IB b. Mesin tetas c. Alat peneropong
Cara : a. Sejumlah induk ayam buras di IB secara Intra uteri . Produksi telur tetas diamati selama 15 hari produksi. b. Kemudian telur tetas hasil IB yang telah diseleksi, dimasukkan kedalam mesin tetas untuk mengetahui daya tunas dari telur hasil IB. c. Pemeriksaan daya tunas (fertilitas) dilakukan pada hari ke tujuh setelah telur diikubasi dengan cara diteropong. d. Dari hasil peneropongan dapat diketahui jumlah telur yang dibuahi (fertil) dan yang kosong (infertil) sehingga dapat dihitung prosentasenya. e. Hasil pengamatan diharapkan dapat mengetahui periode fertil telur tetas setelah IB, sehingga interval IB yang tepat dan efisien dapat diketahui .
22
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
Gambaran Rencana Kerja Pengamatan (Hari) 1
2
3
Kegiatan IB
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hari pengamatan telur tetas
HASIL PEMBAHASAN Keberhasilan IB pada ayam buras dapat dilihat dari persentase daya tunas (fertilitas), yaitu jumlah telur yang berhasil dibuahi. Apabila prosentasenya tinggi yaitu diatas 80 %, pelaksanaan IB dinyatakan berhasil. Sedangkan persentase daya tunas dapat diketahui setelah telur diinkubasi selama 4 – 7 hari dalam mesin tetas, dengan cara diteropong. Menurut North dan Bell (1990), untuk menentukan telur fertil dan infertil adalah dengan memperhatikan ada tidaknya serat-serat pembuluh darah pada saat peneropongan. Untuk memperoleh hasil yang lebih jelas pada pengamatan ini dilakukan peneropongan telur tetas pada hari ke 7 setelah telur diinkubasi. Rumusan persentase daya tunas (Fertilitas) adalah: Jumlah telur yang tertunas ----------------------------------------- X 100 % Jumlah telur yang diinkubasi Contoh perhitungan : 23 ---- X 100% = 88,461 % 26
Hasil pengamatan di Kandang Percobaan Balitnak, menunjukkan bahwa hasil IB mulai terlihat pada hari ke 3. Pada hari ke 1 dan ke 2 belum terlihat hasilnya, kemungkinan pada saat itu belum terjadi pertunasan. Pada hari ke 3 mulai terlihat terjadinya pertunasan yang ditandai mulai terdeteksi sewaktu dilakukan peneropongan walaupun persentasenya masih rendah yaitu 48,148 %. Hasil pengamatan pada hari ke 4 sampai hari ke 10 (7 hari produksi) menunjukkan prosentase daya tunas yang cukup tinggi berkisar antara 81,578 % sampai 92,857 %, sedangkan penurunan prosentase daya tunas terjadi mulai hari ke 11 setelah IB terlihat pada Tabel.1. Tabel 1. Prosentase Daya Tunas telur hasil IB periode fertil 13 hari setelah IB pada ayam buras. Produksi (Hari ke) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Peneropongan (Hari ke) 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Di Inkubasi 30 29 27 26 28 25 26 23 29 38 28 38 29 30 33
Jumlah Telur Fertil 0 0 13 22 26 22 23 21 24 31 21 27 20 19 20
Kosong 30 29 14 4 2 3 3 2 5 7 12 11 9 11 13
Daya Tunas (%) 0 0 48,148 84,615 92,857 88,00 88,461 91,304 82,758 81,578 75,00 71,052 68,965 63,333 60,606
23
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
Dalam grafik prosentase daya tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
% DAYA TUNAS (FERTILITAS)
Grafik Daya Fertil Telur Hasil IB 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1
2
3 IB
4 5 Hari
6 7 8 9 10 Produksi Telur Trtas
11
12
13
14
15
Penurunan prosentase daya tunas (fertilitas) pada hari ke 11 pada periode pengamatan, lebih disebabkan oleh kondisi induk dan pejantan yang kurang prima dan juga kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak stabil sehingga mengganggu pada produktivitas.
Gambaran Hasil Pengamatan (Hari) 1
2
3
4
IB
5
6
7
8
9
10
Prosentase daya tunas diatas 80%
11
12
13
14
15
Prosentase dibawah 80 %
Hasil pengamatan pada pengujian periode fertil spermatozoa didalam saluran reproduksi induk ayam buras setelah IB dapat diketahui, bahwa prosentase daya tunas (fertilitas) yang cukup tinggi dan stabil bertahan selama tujuh hari produksi . Dari gambaran ini dapat disimpulkan, bahwa interval IB dapat dilakukan tujuh hari sekali dengan toleransi sampai sepuluh hari walaupun ada risiko penurunan daya tunas. Untuk mencegah terjadinya penurunan prosentase daya tunas, maka sebaiknya IB ulang harus dilakukan satu minggu setelah IB sehingga prosentase daya tunas yang tinggi dapat dipertahankan.
Gambaran Rekomendasi Interval IB(Hari) 1
IB
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
IB Ulang
13
14
15
16
17
IB Ulang
Hasil pengamatan membuktikan, bahwa interval IB pada ayam buras dapat diperpanjang dari 4 hari atau 2 kali dalam seminggu seperti yang direkomendasikan oleh Sastrodihardjo (1994) menjadi 7 hari atau 1 minggu sekali. a. Beberapa keuntungan interval IB yang diperpanjang antara lain:
24
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004
b. Menghemat waktu dan tenaga kerja c. Mengurangi stress pada ayam (induk dan pejantan) d. Memberikan waktu yang cukup pada pejantan untuk melakukan proses spermatogenesis yang lebih baik, sehingga kualitas semen yang dihasilkan menjadi lebih baik.
KESIMPULAN 1. Interval IB dapat dilakukan seminggu sekali, pada pengamatan dapat menghasilkan prosentase daya tunas diatas 80 %. 2. Interval IB seminggu sekali, dapat menghemat waktu dan tenaga, mengurangi stress pada ayam dan juga memberi kesempatan pada pejantan untuk melakukan proses spermatogenesis lebih baik sehingga semen yang dihasilkan juga menjadi lebih baik.
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bambang Kushartono yang telah membahas, mengoreksi dan memberi arahan untuk perbaikan tulisan ini sehingga dapat dimuat dalam prosiding, juga ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Kepala Puslitbang Peternakan yang telah memberi kesempatan Teknisi Litkayasa untuk melakukan Temu Teknis Fungsional Non Peneliti.
DAFTAR BACAAN Brillard,J.P. 1993. Sperm Storage and Transport Following Natural Mating and Artificial Insemination. J. Poultry Sci.72:923-928 North,M.O. and D.D. Bell, 1990. Commercial Chicken Production Mannual. 4 Van Nostrand Reinhold. New York.
th
Ed. An Avian Book.
Purnama.R.D dan Endang Wahyu, 1999. Pemanfaatan Teknologi IB dalam menunjang kegiatan penelitian ayam buras di Balitnak Ciawi. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti tanggal 7 Agustus 1999. Puslitbang Peternakan Bogor. Sastrodihardjo.S, S. Iskandar, T. Nurmala dan Paggi. 1994. Daya hidup spermatozoa ayam buras dalam berbagai pengencer sperma dengan pengujian suhu kamar. Prosiding Seminar Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil. Sub-Balitnak Klepu Semarang. Toelihere, M.R. 1981 Inseminasi Buatan pada ternak. Penerbit Angkasa Bandung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
25