PENERJEMAHAN DOKUMEN RESMI ARAB-INDONESIA (Studi Kritik Gramatikal Terjemahan Penerjemah Resmi Al-Hadi)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh YUYUN YUNINGSIH NIM: 106024000955
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 21 Juni 2010
Yuyun Yuningsih
ii
PENERJEMAHAN DOKUMEN RESMI ARAB-INDONESIA (Studi Kritik Gramatikal Terjemahan Penerjemah Resmi Al-Hadi)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh YUYUN YUNINGSIH NIM: 106024000955
Pembimbing
Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. Nip: 19791229 200501 1 002
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H./2010 M.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
berjudul
INDONESIA
PENERJEMAHAN
(STUDI
KRITIK
DOKUMEN
RESMI
GRAMATIKAL
ARAB-
TERJEMAHAN
PENERJEMAH RERMI Al-HADI) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Tarjamah.
Jakarta, 21 Juni 2010
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekertaris Merangkap Anggota,
Drs. Ikhwan Azizi, MA NIP: 19570816 199403 1 001
Ahmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 1970050 200003 1 003
Pembimbing,
Penguji,
Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. NIP: 19791229 200501 1 002
Drs. Abdullah, M.Ag NIP: 199610825 199303 1 002
iv
ABSTRAK
Yuyun Yuningsih Judul: Penerjemahan Dokumen Resmi Arab-Indonesia (Studi Kritik Gramatikal Terjemahan Penerjemah Resmi Al-Hadi) Di dunia penerjemah selain penerjemahan buku, ada pula penerjemahan dokumen resmi (hukum) yang secara khusus diterjemahkan oleh penerjemah yang kualitas terjemahannya diakui oleh Gubernur DKI Jakarta. Penerjemah tersebut biasa disebut dengan penerjemah resmi (tersumpah). Masih banyak sekali orang yang belum mengetahui siapa penerjemah tersumpah itu? Bagaimana penerjemahan dokumen resmi itu?. Dengan demikian penulis tertarik dengan judul penerjemhan dokumen resmi. Kemudian, setelah penulis meneliti suatu terjemahan dokumen dalam segi gramatikal, ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam terjemahan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti dan menilai atau mengkritik lebih dalam terjemahan dokumen tersebut. Disebabkan begitu banyaknya metode penilaian pada terjemahan, maka penulis memilih metode penilaian milik Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., dengan alasan metode miliknya itu bersifat lebih praktis. Sementara itu, pada skripsi ini penulis mengusulkan terjemahan alternative yang lebih dekat, tentunya dengan merujuk ke beberapa kamus. Dalam usulan terjemahan tersebut tidak sepenuhnya benar dan masih selalu dapat diperdebatkan. Akhir-akhir ini, di Indonesia mulai banyak penerjemah resmi (tersumpah) yang membuka jasa penerjemahan. Dengan demikian, penulis memilih salah satu lembaga penerjemahan, yaitu penerjemah resmi Al-Hadi sebagai objek kajian. Hal tersebut disebabkan cukup banyak orang yang menggunakan jasa pada lembaga tersebut. Selain itu, lokasi lembaga tersebut cukup dekat jaraknya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah mencurahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Berkat rahmat dan pertolongan-Nyalah, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw., dan juga kepada para sahabat, keluarga, dan kita sebagai umatnya yang mudah-mudahan kelak di hari kiamat mendapat syafaatnya. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah terutama kepada: Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah; Ahmad Syaekhuddin, M.Ag., Sekertaris Jurusan Tarjamah; Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum, Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Tarjamah. Secara Khusus, penulis menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum, yang telah banyak meluangkan waktu di tengah kepadatan aktivitasnya untuk membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt. membalas amal kebaikannya. Secara umum, penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen di Jurusan Tarjamah yang telah mencurahkan segenap kemampuannya dalam memberikan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, penulis selalu berdoa semoga semua ilmu yang telah diserap penulis dari mereka menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi bekal
vi
kelak di masa depan. Hanya kepada Allah-lah penulis memohon semoga amal baik mereka mendapat pembalasan yang berlipat ganda. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada orang yang sangat berjasa, yaitu kedua orang tua penulis (Bapak Imin Suryadi dan Ibu Imas), yang tak henti-hentinya mencurahkan segenap usaha dan kemampuan dan kelancaran untuk terus memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi ini, diiringi panjatan doa, memohon kepada Allah agar penulis senantiasa diberikan kemudahan da kelancaran dalam segala urusan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak-kakakku tercinta, yaitu M. Samsi, M. Dahlan, dan M. Ismail atas support yang tiada henti diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Wiwit Adi Saputra, Dian Sara Putri dan Nurul Hikmah yang tak pernah berhenti mensupport dan menemani penulis hingga selesai skripsi ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Nubzah, Fuad, Iyum, Suti, Novi, Melli, Wulan, Elida, Anis, Musyarofah, Rina, Erna, Hamidah, Yatmi, Yuli, Leni, Aini, Ruston, Daus, Komeri serta teman-teman jurusan Tarjamah lainnya yang tak bisa penulis sebutkan dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Ciputat, 9 April 2010
Yuyun Yuningsih
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.......................................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .........................................
iv
ABSTRAK ...................................................................................................
v
PRAKATA...................................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................
1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
1.4 Metodologi Penelitian...........................................................
6
1.5 Sistematika Penulisan ...........................................................
7
BAB II KAJIAN TERDAHULU 2.1 Pengantar...............................................................................
10
2.2 Kajian Terdahulu tentang Kritik dan Penilaian Terjemahan
10
2.2.1 Rohayah Machali .........................................................
10
viii
2.2.1.1 Pengantar..........................................................
10
2.2.1.2 Penilaian Umum...............................................
11
2.2.1.2.1 Segi-Segi Penilaian ...........................
11
2.2.1.2.2 Kriteria Penilaian ..............................
11
2.2.1.2.3 Cara Penilaian ...................................
12
2.2.1.3 Penilaian Khusus..............................................
14
2.2.2 Frans Sayogie...............................................................
15
2.2.2.1 Pengantar..........................................................
15
2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Penilaian yang Baik ................
15
2.2.2.3 Model Penilaian Penerjemahan........................
15
2.2.2.4 Model Penilaian Penerjemahan Frans Sayogie
19
2.2.3 Maurits D.S. Simatupang .............................................
22
2.2.4 E. Sadtono ....................................................................
23
2.2.4.1 Pengantar..........................................................
23
2.2.4.2 Teknik Penilaian Terjemahan ..........................
25
2.2.5 Moch. Syarif Hidayatullah...........................................
28
2.2.5.1 Pengantar..........................................................
28
2.2.5.2 Cara Penilaian ..................................................
29
2.3 Kajian Terdahulu tentang Teori Penerjemahan, Aspek Gramatikal dan Penerjemahan Dokumen Resmi .....................................
31
2.3.1 Teori Penerjemahan .....................................................
31
2.3.1.1 Definisi Penerjemahan .....................................
31
2.3.1.2 Proses Penerjemahan .......................................
32
2.3.2 Aspek Gramatikal ........................................................
34
ix
2.3.2.1 Pengantar..........................................................
34
2.3.2.2 Diksi (Pilihan Kata)..........................................
35
2.3.2.3 Kalimat Efektif.................................................
36
2.3.2.4 Penulisan Surat.................................................
38
2.3.2.4.1 Definisi Surat.....................................
38
2.3.2.4.2 Syarat Surat yang Efektif...................
38
2.3.2.4.3 Cara Penulisan Bagian Surat...............
39
2.3.3 Penerjemahan Dokumen Hukum.....................................
43
BAB III KERANGKA TEORI 3.1 Pengantar...............................................................................
46
3.2 Kritik dan Penilaian Terjemahan ..........................................
46
3.3 Aspek Gramatikal .................................................................
48
BAB IV PROFIL PENERJEMAH TERSUMPAH AL-HADI 4.1 Profil Lembaga Penerjemah Tersumpah Al-Hadi.................
52
4.1.1 Sejarah Penerjemah Tersumpah Al-Hadi.....................
52
4.1.2 Prosedur Penerjemahan Al-Hadi..................................
53
4.1.3 Visi dan Misi................................................................
53
4.2 Profil Penerjemah Tersumpah Al-Hadi ................................
54
BAB V KRITIK DAN PENILAIAN ATAS TERJEMAHAN DOKUMEN RESMI MILIK PENERJEMAH TERSUMPAH AL-HADI 5.1 Kritik dan Penilaian atas Terjemahan Ijazah ........................
56
x
5.2 Kritik dan Penilaian atas Terjemahan Surat Izin Usaha Perdagangan ..........................................................................
59
5.3 Kritik dan Penilaian atas Terjemahan Surat Keterangan Dokter/ Sakit ......................................................................................
64
5.4 Kritik dan Penilaian atas Terjemahan Surat Kuasa...............
67
BAB VI PENUTUP Kesimpulan ...................................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
75
LAMPIRAN.................................................................................................
78
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1 Kriteria Penilaian Rohayah Machali................................................
11
Tabel 2 Rambu-Rambu Penilaian Terjemahan Rohayah Machali................
13
Tabel 3 Model-Model Penilaian ...................................................................
16
Tabel 4 Kelemahan Model............................................................................
17
Tabel 5 Contoh Model Penilaian Frans Sayogie...........................................
18
Tabel 6 Model Penilaian Moch. Syarif Hidayatullah ...................................
28
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Ijazah Bahasa Arab .........................................................
79
Lampiran II
Terjemahan (Ijazah) Al- Hadi.........................................
80
Lampiran III
Ijazah Bahasa Indonesia..................................................
81
Lampiran IV
Surat Izin Usaha Perdagangan Bahasa Arab...................
82
Lampiran V
Terjemahan (Surat Izin Usaha Perdagangan) Al-Hadi ...
83
Lampiran VI
Surat Izin Usaha Perdagangan Bahasa Indonesia ...........
85
Lampiran VII
Surat Keterangan Dokter Bahasa Arab ...........................
86
Lampiran VIII
Terjemahan (Surat Keterangan Dokter) Al-Hadi............
87
Lampiran IX
Surat Keterangan Dokter/ Sakit Bahasa Indonesia .........
88
Lampiran X
Surat Kuasa Bahasa Arab................................................
89
Lampiran XI
Terjemahan (Surat Kuasa) Al-Hadi ................................
90
Lampiran XII
Surat Kuasa Bahasa Indonesia ........................................
91
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Padanan Aksara Huruf Arab
أ ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض
Huruf Latin
Huruf Arab
Huruf Latin
ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي
T
b t ts j h kh d dz r z s sy s
Z ‘ Gh F Q K L M N W H ` y
d
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a. Vokal tunggal Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
xiii
a
Fathah
i
Kasrah
u
Dammah
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ي----َ و----َ
ai
a dan i
au
a dan u
-َ ------ِ ُ---b. Vokal Rangkap
c. Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ي/ ا----َ ي----ِ و---ُ
â
a dengan topi di atas
î
i dengan topi di atas
û
u dengan topi di atas
3. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. 4. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau Tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ---ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata اﻟ ﻀّﺮورةtidak ditulis addarûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
xiv
5. Ta Marbûtah Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no. 1). Hal yang sama juga berlaku jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). Namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3). No. 1 2 3
Kata Arab
Alih Aksara
ﻃﺮﻳﻘﺔ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد
Tarîqah Al-jâmi’ah al-islâmiyah Wihdat al-wujûd
6. Huruf Kapital Mengikuti EYD bahasa Indonesia untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Para ahli bahasa mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi secara genetis hanya ada pada manusia. Implementasinya manusia mampu membentuk lambang atau memberi nama guna menandai setiap kenyataan, sedangkan binatang tidak mampu melakukan itu semua. Bahasa hidup di masyarakat dan dipakai oleh warganya untuk berkomunikasi. Kelangsungan hidup sebuah bahasa sangat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi dalam budaya dan dialami penuturnya. Dengan kata lain, budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan ikut menentukan wajah dari bahasa itu. 1 Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa dan budaya merupakan hal yang sangat penting dalam penerjemahan. Penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber (Bsa) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Maksud “proses” disini adalah proses pengambilan keputusan dalam komunikasi interlingual lintas dua bahasa yang berbeda. 2 Dalam penerjemahan, pemahaman Bsu merupakan pengalihan aspek tekstual dari teks bahasa sumber (Tsu) ke teks bahasa sasaran (Tsa). Dengan demikian
1
Komunitas anak sastra Universitas Pendidikan Indonesia, Sosiolinguistik: Hubungan Bahasa dan Budaya, (anaksastra.blogspot.com) diakses pada tanggal 2 Desember 2009 2 Mangatur Nababan, Kompetensi dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan, (www.uns.ac.id/cp/p/penelitian.php) diakses pada tanggal 2 Desember 2009
1
dapat dikatakan bahwa untuk bisa menerjemahkan, seorang penerjemah harus benar-benar memahami Tsu. Selain itu pula, agar penerjemahan bisa mentranformasikan pesan yang dipahaminya dari Tsu ke dalam benak pembaca, seorang penerjemah harus mempunyai faktor-faktor keterbacaan, di antaranya: seorang penerjemah harus bisa menyampaikan ide dan pesan pada Tsu secara tegas dan tidak bertele-tele. Dengan kata lain ia punya wewenang untuk membuang hal-hal yang bertele-tele dalam Tsu. Seorang penerjemah juga harus bisa menyampaikan ide dan pesan pada Tsu dengan bahasa yang popular dan lazim. Ia harus berani membuang arti kata-kata tertentu yang sebetulnya sudah tidak popular lagi dalam penggunaan Bsa. 3 Selain hal-hal tersebut, di berbagai belahan dunia sekarang ini penerjemahan kembali mendapatkan perhatian, terutama karena arus dan ledakan informasi yang disebabkan oleh globalisasi. Seiring dengan ledakan ini, lahirlah kode etik, tata cara menerjemahkan dan sebagainya. Di samping itu, kegiatan penerjemahan kemudian menjadi tingkat spesialis, sehingga di beberapa universitas di luar negeri ada pendidikan khusus tingkat pascasarjana untuk penerjemah dan juru bahasa, misalnya di Prancis, Australia dan Inggris. 4 Di Indonesia, baru Universitas Indonesia yang dalam proses pemantapan
menyelenggarakan
pendidikan
serupa.
Kualifikasi
melalui
pendidikan tersebut diiringi pula dengan pembakuan dan pengesahan kualifikasi penerjemah. Misalnya, di Jakarta, khususnya untuk Daerah Khusus Ibukota
3
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. (Tangerang: Dikara, 2009), cet ke-3, h.16 4 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 3
2
(DKI), terdapat ujian kualifikasi Penerjemah dan “Penerjemah Bersumpah atau Tersumpah”, yang sebenarnya memberikan kualifikasi sebagai penerjemah hukum. Jasa penerjemah tersumpah biasanya dibutuhkan untuk menerjemahkan dokumen-dokumen pribadi seperti akte kelahiran, ijazah, rapor siswa, kartu keluarga, dan lain sebagainya. Jasa ini diperlukan terutama oleh mereka yang bermaksud untuk melanjutkan sekolah di luar negeri atau mengurus dokumen keimigrasian di luar negeri. 5 Sebagian sekolah, universitas dan/atau kedutaan mensyaratkan dokumen yang diperlukan, terutama yang ditulis dalam bahasa Indonesia untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing atau sebaliknya oleh penerjemah tersumpah. Ketika menerjemahkan dokumen tersebut, tidak ada pilihan lain penerjemah tersumpah harus mengakrabkan diri dengan contoh penerapan pada dokumen dalam kedua bahasa, dan membekali diri dengan system yang berlaku di masingmasing Negara agar hasil terjemah terbaca akrab dan lazim. Sekarang ini, banyak sekali penerjemah tersumpah di Indonesia yang membuka jasa penerjemahan untuk membantu mereka baik yang bermaksud untuk melanjutkan sekolah di Indonesia atau mengurus dokumen keimigrasian di Indonesia dengan mengalihkan bahasa dokumen tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Di Depok ada Absa Translation servise yang membuka jasanya lewat situs internet. Begitu pula di Bekasi ‘BNS Translation Service’, di Bali ‘Bali Translator’, dan lain sebagainya juga membuka jasanya lewat situs internet.
5
Wikimu, Apa sih penerjemah tersumpah?, (wikimu.com/News/DisplayNews.aspx)
3
Mereka melayani berbagai macam bahasa di antaranya bahasa Inggris, Jepang, Korea, Arab, Prancis, Cina dan lain-lainnya. Penulis telah meminta informasi pada beberapa penerjemah melalui e-mail. Akan tetapi, tidak ada tanggapan sama sekali dari pihak penerjemah. Akhirnya, penulis mendapatkan informasi penerjemah tersumpah yang terletak di Kramat Jati, yaitu Penerjemah Resmi Al-Hadi. Penerjemah tersebut khusus menerjemah dokumen-dokumen berbahasa
Arab. Oleh karena itu, penulis menjadikannya
kajian di dalam skripsi penulis. Dalam dokumen berbahasa Arab, misalnya dalam ijazah berbahasa Arab nomor penetapan surat diletakan di bagian bawah. Padahal dalam ijazah yang berbahasa Indonesia, nomor penetapan ijazah di letakan di bagian atas. Contoh lain dalam ijazah berbahasa Arab biasanya dibuka dan ditutup dengan doa, sedangkan dalam ijazah berbahasa Indonesia tidak terdapat kalimat doa. Contohnya dalam ijazah Arab di bagian bawah terdapat doa sebagai berikut:
و ﻳﻮﺻﻴﻪ ﺑﺘﻘﻮى اﷲ و ﻳﺴﺄل اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ أن ﻳﺴﺄﻟﻚ ﺑﻪ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻌﺎﻣﻠﻴﻦ Kemudian diterjemahkan oleh Al-Hadi sebagai berikut:“Seraya kami bermohon semoga Allah memberinya kemudahan dalam mengikuti jalan para ulama” Sedangkan dalam ijazah Indonesia kalimat doa ini tidak ada. Apabila penerjemah membuang kata-kata dalam bahasa sumber (Bsu) tidak mengurangi makna ketika dialihkan ke dalam bahasa sasaran (Bsa), maka itu boleh. Oleh karena itu, penerjemah dituntut untuk memahami kaidah-kaidah penulisan
bahasa
sumber
dan
bahasa
sasaran.
Menerjemahkan
bukan
4
memindahkan atau mengganti kata demi kata, melainkan memindahkan pesan, pikiran atau amanat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar dalam melakukan penelitian ini adalah penerjemahan dalam pengertian pemindahan makna dari Bsu ke Bsa sebagai cara yang dapat diandalkan, bukan penerjemahan kata demi kata. Untuk memindahkan makna tersebut dibutuhkan kalimat-kalimat terjemahan efektif dalam Bsa. Dari contoh di atas, dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam terjemahan dokumen oleh penerjemah tersumpah, penulis tertarik untuk mengkritisi dan menilai terjemahan tersebut. Sehingga penulis memberi judul skripsi dengan judul “Penerjemahan Dokumen Resmi Arab-Indonesia (Studi Kritik Gramatikal Terjemahan Penerjemah Resmi Al-Hadi)”.
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah Untuk mempermudah penelitian dan menghindari perluasan masalah, penulis membatasi masalah penelitian ini dengan penelitian beberapa macam dokumen resmi, yaitu terjemahan ijasah, surat izin membuka tempat usaha, surat keterangan dokter dan surat kuasa. Agar penulisan ini tidak meluas, penulis merumuskan masalah ini dengan bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah melalui telaah mendalam. Bentuk pertanyaannya adalah sebagai berikut: Bagaimana akurasi gramatikal yang dipilih Penerjemah Resmi Al-Hadi dalam menerjemahkan dokumen resmi Arab-Indonesia?
5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan umum yang akan dicapai pada skripsi ini, yaitu: Mengetahui akurasi gramatikal yang dipilih oleh penerjemah tersumpah AlHadi dalam menerjemahkan dokumen resmi Arab-Indonesia. Manfaat dari hasil penelitian ini, untuk menggugah para penerjemah tersumpah akan pentingnya penguasaan bahasa Indonesia dalam kegiatan penerjemahan dokumen resmi Arab ke bahasa Indonesia. Bagi penulis untuk menambahnya wawasan dan pengalaman khususnya dalam penerjemahan dokumen resmi. Sedangkan bagi jurusan terjemah untuk menjadikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya. Selain itu, untuk disadari bahwa dalam menerjemah susunan kalimat bahasa sasaran (Bsa) tidak harus sama dengan susunan kalimat bahasa sumber (Bsu). Dengan kata lain, yang terpenting adalah pesan yang terdapat pada Bsu tersampaikan pada pembaca.
1.4 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian studi naskah terjemahan, yaitu dengan cara menginventarisir kata-kata terkait dengan masalah yang diteliti untuk menyingkap fakta yang ada sekaligus menemukan masalahmasalah baru. Setelah itu, penulis mendeskripsikan masalah tersebut sesuai dengan data yang ada sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan penelitian.
6
Sementara itu, penulis menggunakan metode eksploratif, yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Setelah itu, penulis mendeskripsikan masalah tersebut sesuai dengan data yang ada sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data tersebut, penulis menggunakan teknik komunikasi dan pengamatan (observasi). Teknik komunikasi disini, penulis mengadakan wawancara langsung dengan penerjemah tersumpah Al-Hadi. Sementara untuk teknik pengamatan penulis langsung mengamati dan mencatat segala sesuatu yang diperlukan. Selain itu penulis merekam semua hasil wawncara dengan penerjemah tersumpah Al-Hadi. Dalam penulisan ini penulis juga merujuk pada sumber-sumber sekunder berupa buku-buku tentang penerjemahan, kamus bahasa Arab, bahasa Indonesia, Lingustik, Ensiklopedi, Internet, dan lain-lain. Selain itu, penulis menggunakan kajian pustaka (library research). 6 Secara teknis, penulis ini didasarkan pada buku pedoman penulisan karya Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
1.6 Sistematika Penulisan Untuk menyistemasikan skripsi ini, langkah yang penulis tempuh sebagai berikut: Bab pertama penulis menempatkan pendahuluan sebagai awal wacana dan gambaran pembuka dalam skripsi ini, agar pembaca dapat membentuk asumsi dan
6
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1993), hal: 59
7
pola pikir secara sistematis di bab-bab selanjutnya. Bab satu ini merupakan pengantar bagi seluruh bab yang menjadi kerangka umum skripsi yang berisi mengenai latar belakang masalah, alasan penulis mengambil judul “Penerjemahan Dokumen
Resmi
Arab-Indonesia
(Studi
Kritik
Gramatikal
Terjemahan
Penerjemah Tersumpah Al-Hadi)”, pembatasan dan perumusan masalah yang berfokus pada analisis, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka yang menguatkan bahwa judul skripsi ini belum ada pada jurusan Tarjamah, metodologi penelitian yang menjelaskan metode yang penulis pakai dan sistematika penulisan yang menarasikan outline skripsi yang penulis susun. Sementara itu, pada bab kedua penulis menyajikan kajian terdahulu. Pada bab ini ada dua bahasan yang penulis uraikan, yaitu (1) kajian terdahulu tentang kritik dan penilaian terjemahan; dan (2) kajian terdahulu tentang teori penerjemahan, aspek gramatikal dan seputar penerjemah tersumpah. Pada bab ketiga penulis meletakan kerangka teori yang di dalamnya dikemukakan landasan-landasan yang akan digunakan dalam menganalisis dokumen. Uraian tersebut penulis ambil dari kajian terdahulu. Akan tetapi, penulis menguraikannya secara ringkas. Penulis hanya meletakan 2 pembahasan saja pada bab ini, karena kedua bahasan tersebut merupakan teori penting yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen. Pertama, penulis meletakan uraian mengenai kritik dan penilaian terjemahan. Uraian tersebut menjelaskan metode yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen. Kedua, penulis meletakan aspek gramatikal. Uraian tersebut menjelaskan teori apa saja yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen.
8
Pada bab keempat penulis menguraikan profil lembaga penerjemah tersumpah Al-Hadi, mulai dari sejarah lembaga, prosedur penerjemahannya serta visi dan misi lembaga tersebut. Selain itu, pada bab ini penulis secara khusus mengurai profil penerjemah tersumpah di lembaga tersebut. Sementara pada bab kelima penulis menempatkan hasil penelitian penulis tentang kritik penilaian terhadap terjemahan dokumen resmi oleh penerjemah tersumpah Al-Hadi. Akhirnya pada bab yang keenam yang merupakan bab terakhir atau penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang penulis peroleh yang kemudian dilanjutkan dengan saran-saran yang mungkin perlu dijadikan sebuah pertimbangan penerjemahan.
9
BAB II KAJIAN TERDAHULU
2.1 Pengantar Pada bab ini ada dua bahasan yang penulis uraikan, yaitu (1) kajian terdahulu tentang kritik dan penilaian terjemahan; dan (2) kajian terdahulu tentang teori penerjemahan, aspek gramatikal dan seputar penerjemah terseumpah. 2.2 Kajian Terdahulu tentang Kritik dan Penilaian Terjemahan Banyak sekali para tokoh yang memberikan kajian tentang kritik dan penilaian penerjemahan. Oleh karena itu, dalam bab kajian terdahulu ini penulis hanya menyajikan kajian dari beberapa tokoh saja, antara lain Rohayah Machali, Frans Sayogie, Maurits D.S. Simatupang, E. Sadtono, dan Moch. Syarif Hidayatullah. 2.2.1
Rohayah Machali
2.2.1.1 Pengantar Rohayah Machali dalam bukunya, Pedoman Bagi Penerjemah, menyebutkan bahwa penilaian terjemahan sangat penting. Hal ini disebabkan oleh dua alasan: (1) untuk menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; (2) untuk kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah. Di samping itu, Machali mempunyai dua konsep penilaian yaitu, penilaian umum dan penilaian khusus. Seperti yang dikutip Machali, Newmark meletakan penilaian umum pada dua metode penerjemahan, yaitu metode semantik dan komunikatif. Sementara itu penerjemahan khusus berkenaan dengan teks-teks jenis khusus. Menurut Machali, pada saat melakukan penilaian umum, ada tiga hal
10
yang harus diperhatikan: (1) segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian; (2) kriteria penilaian; (3) cara penilaian. 7 2.2.1.2 Penilaian Umum 2.2.1.2.1 Segi-Segi yang Perlu Diperhatikan dalam Penilaian Machali berpendapat bahwa penilaian penerjemahan bukan sekedar dari segi benar salah, bagus buruk, dan harfiah-bebas. Ada beberapa segi dalam penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya, yaitu segi ketepatan padanan. Segi ketepatan padanan tersebut meliputi aspek linguistik, semantik dan pragmatik. 2.2.1.2.2 Kriteria Penilaian Menurut Machali penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Akan tetapi, karena penilaian karya terjemahan bersifat relatif (berdasarkan kriteria lebih-kurang), maka validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity dan face validity. Alasannya adalah karena menilai terjemahan berarti melihat aspek isi (conten validity) dan sekaligus juga aspek-aspek yang menyangkut “keterbacaan” seperti ejaan ( face validity). 8 Di samping itu kriteria yang diajukan Machali seperti pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kriteria penilaian Rohayah Machali Segi dan Aspek A. Ketepatan reproduksi makna 1. Aspek linguistis (a) transposisi (b) modulasi (c) leksikon (kosakata) (d) idiom
7 8
Kriteria
Benar, jelas, wajar
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 108 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 115
11
2. Aspek semantic (a) makna referensial (b) makna interpersonal (i) gaya bahasa (ii) aspek interpersonal lain misalnya konotatif-denotatif 3. Aspek pragmatis a. Pemadanan jenis teks (termasuk maksud/ tujuan penulis b. Keruntutan makna pada tataran kalimat dengan tataran teks B. Kewajaran ungkapan (dalam arti kaku) C. Peristilahan D. Ejaan benar, baku
Menyimpang? (lokal/total) Berubah? (lokal/total) Menyimpang? (lokal/total) Tidak runtut? (lokal/total) Wajar dan/atau harfiah? Benar, baku, jelas Benar, baku
Catatan untuk table 1. a) “lokal” maksudnya menyangkut beberapa kalimat dalam perbandingannya dengan jumlah kalimat seluruh teks (persentase); b) “total” maksudnya menyangkut 75% atau lebih bila dibandingkan dengan jumlah kalimat seluruh teks; c) “runtut” maksudnya sesuai/cocok dalam hal makna; d) “wajar” artinya alami, tidak kaku; e) “penyimpangan” selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak demikian halnya untuk “perubahan” (misalnya perubahan gaya). 2.2.1.2.3
Cara Penilaian
Machali memberikan asumsi sebagai berikut: (a) tidak ada penerjemahan sempurna, artinya dalam teks Bsa itu tidak sedikitpun kehilangan informasi, pergeseran makna, transposisi, ataupun modulasi. Dengan kata lain tidak ada keruntutan sempurna dalam penerjemahan. Maka penerjemahan “yang paling” bagus harus diartikan sebagai “hampir sempurna”; (b) penerjemahan semantik dan komunikatif adalah reproduksi pesan yang umum, wajar dan alami dalam Bsa; (c) Penilaian penerjemahan disini adalah penilaian umum dan relatif.
12
Sementara itu, penilaian dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, penilaian fungsional, yaitu kesan umum untuk melihat apakah tujuan umum penulisan menyimpang. Bila tidak penilaian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Tahap kedua, penilaian terinci berdasarkan segi-segi dan kriteria yang sudah dibahas sebelumnya pada tabel 1. Tahap ketiga, penilaian terinci pada tahap kedua tersebut digolong-golongkan dalam suatu skala/continuum dan dapat diubah menjadi nilai. 9 Untuk memudahkan penempatan golongan atau kategori, kriteria pada tahap kedua diwujudkan dalam indikator umum seperti pada tabel berikut: Table 2. rambu-rambu penilaian terjemahan Rohayah Machali
9
Kategori Terjemahan hampir sempurna
Nilai 86-90 (A)
Terjemahan sangat bagus
76-85 (B)
Terjemahan baik
61-75 (C)
Terjemahan cukup
46-60 (D)
Indikator Penyampaian wajar; hampir tidak terasa seperti terjemahan;tidak ada kesalahan ejaan; tidak ada kesalahan/ penyimpangan tata bahasa; tidak ada kekeliruan penggunaan istilah. Tidak ada distori makna; tidak ada terjemahan harfiah yang kaku; tidak ada kekeliruan penggunaan istilah; ada satu-dua kesalahan tata bahasa/ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan). Tidak ada distori makna; ada terjemahan harfiah yang kaku, tapi relative tidak lebih 15% dari keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak baku/umum. Ada satu-dua kesalahan tata ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan. Terasa sebagai terjemahan; ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relative tidak lebih dari 25%. Ada beberapa kesalahan idiom dan tata bahasa, tetapi relative tidak lebih dari 25% keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak baku/ tidak umum dan/atau kurang jelas.
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 119-120
13
Terjemahan buruk
20-45 (E)
Sangat terasa sabagai terjemahan; terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku (relative lebih dari 25% dari keseluruhan teks). Distori makna dan kekeliruan penggunaan istilah lebih dari 25% keseluruhan teks.
Catatan: 1. nilai dalam kurung adalah nilai ekuivalen 2. istilah “wajar” dapat dipahami sebagai “wajar dan komunikatif” 2.2.1.3 Penilaian Khusus Machali mengatakan bahwa penelitian khusus menyangkut teks-teks khusus, baik dari hal jenis (misalnya puisi, dokumen hokum seperti akte) maupun dalam fungsinya (misalnya ekspresif, vokatif). Dalam penilaian terjemahan, penilaian yang diberikan harus secara khusus pula menyangkut segi-segi tersebut. 10 Sebagai teks yang sifat dan bentuknya khusus, maka fungsinya pun khusus. Misalnya, suatu akte notaris berfungsi untuk memberikan kesaksian tertentu, sehingga ungkapan-ungkapannya yang secara nyata mendukung fungsi itu tidak dapat diganti dengan ungkapan lainnya, misalnya berfungsi sebagai jaminan asuransi. Dengan demikian, menurut Machali dalam penilaian teks-teks yang khusus, segi bentuk, sifat dan fungsi harus diikutsertakan dalam penilaian. Sedangkan kriteria yang dapat digunakan adalah: apakah ada pengubahan atau tidak, menyeluruh atau tidak, jelas atau tidak, baku atau tidak, wajar atau tidak, serta benar atau tidak. 11 Kemudian semua segi dan kriteria tersebut dapat menjadi acuan penilaian seperti pada tabel 2.
10 11
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 121 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah
14
2.2.2 Frans Sayogie 2.2.2.1 Pengantar Frans Sayogie dalam bukunya, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa penilaian terjemahan merupakan bagian penting dalam konsep teori penerjemahan. Oleh karena itu, kriteria/ aspek penilaian terjemahan membawa pada konsep terjemahan yang berbeda-beda dan penilaian yang berbeda pula. Namun Sayogie berharap penilaian yang diberikan dapat menilai terjemahan dengan baik karena untuk menentukan kualitas terjemahan, penilaian sangat diperlukan. 12 2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Penilaian yang Baik Menurut Sayogie ada prinsip-prinsip penerjemahan yang baik ada lima, yaitu: 1. Terjemahan yang tidak menyimpang dari isi yang terdapat dalam teks bahasa sumber, 2. Terjemahan yang dapat dimengerti dan mudah dipahami pembaca, 3. Terjemahan yang menggunakan kalimat-kalimat yang mengikuti aturan kaidah-kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca, 4. terjemahan yang lebih mementingkan pengungkapan isi teks daripada persamaan bentuk ujaran, 5. Terjemahan yang tidak tampak sebagai terjemahan tetapi sebagai karya asli. 13 2.2.2.3 Model penilaian penerjemahan Sayogie mengemukakan bahwa model merupakan realisasi teori berupa objek yang dapat diukur. Model adalah acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau
12
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 145 13 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 147
15
dihasilkan dengan karakteristik tertentu, dalam hal ini model penilaian penerjemahan didasari oleh teori-teori penerjemahan. Menurut sayogie model penilaian terjemahan yang ada memiliki satu ciri umum yaitu pengkategorian kesalahan pada pada setiap pendekatan yang berbeda berdasarkan ada atau tiadanya pengukuran kuantitatif. Sayogie mengutip pendapat Williams, membagi model penilaian terjemahan kedalam dua kelompok, yaitu model dengan pengukuran kuantitatif dan kualitatif. 14 Model-model yang termasuk kategori model kuantitatif adalah: 1. Canadian Language Quality Measurement Sistem (Sical), yaitu model yang dikembangkan oleh Kantor Penerjemahan Pemerintah Kanada. 2. The Cauncil of Translator and Interpreter of Canada (CTIC), yaitu model yang menggunakan perbandingan model sebagai ujian sertifikasi penerjemah. 3. Analisis Wcana oleh Bensoussan dan Rosenhouse. 4. Tekstologi oleh Larose. Sedangkan model yang termasuk kategori model kualitatif adalah: 1. Model skoposteory. Model ini berdasarkan fungsi dan tujuan teks bahasa sasaran dalam budaya sasaran dan dapat diaplikasikan secara pragmatic seperti pada dokumen sastra. 2. Model penjelasan deskriptif (descriptive explanatory), yaitu dengan menggunakan teks fungsional. 15 Model-model tersebut dapat dirumuskan dengan tabel berikut:
14 15
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 150 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 150-152
16
No
Model
Tabel 3. Model-Model Penilaian Cara menilai Kegunaan
Kriteria Teks Terjemahan
A
Model Kuantitatif
1.
Sical
Melihat jumlah kesalahan mayor dan minor dalam 400 kata suatu teks.
- berterima: - alat uji hanya 12 - membantu kesalahan menilai kualitas transfer pada 300 juta kata kesalahan terjemahan mayor (dalam instrument 400 kata) setiap tahun - dapat direvisi - tidak berterima
2.
CTIC
Setiap jenis kesalahan diberi nilai kuantitatif, seperti: -10, -5 lalu jumlah kesalahan total dikurangi 100
- ujian sertifikasi penerjemah
Lulus: nilai 75%
3.
Bensoussan dan Resenhouse
- penilaian berdasarkan kesetiaan pada tingkat linguistik dan tingkat cultural. Nilai berdasarkan pada terjemahan yang benar pada setiap unit.
- Evaluasi terjemahan siswa - Menilai pemahaman dalam konteks TEFL - Membuat table frekuensi kesalahan pada setiap criteria
- tidak ada kriteria standar
4.
Tekstologi
- Penilaian ditetapkan berdasarkan kesepakatan, skala 1-5 yang akan ditambahkan dengan factor yang memberatkan - Berupa kisi-kisi untuk analisis multikriteria
Terjemahan terbaik yang mempunyai nilai kumulatif tertinggi
17
B.
Model Kualitatif
1.
Skopost teori
- tidak perlu analisis kesalahan - teks sasaran sebagai tolak ukur penilaian terjemahan
2.
Penjelasan Deskriptif
- penilaian dilakukan secara alami
C.
Perpaduan Kuantitatif dan Kualitatif Argumentasi Williams
- membandingkan keberadaan keenam elemen dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran
- tidak ada standar kualitas khusus
- menilai terjemahan professional dan mahasiswa
- standar tinggi - standar rendah
Model penilaian yang telah disebutkan di atas memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diuraikan dalam tabel berikut: No
Jenis Model
1.
Kuantitatif
2.
Kualitatif
Tabel 4. Kelemahan Model Kelemahan • karena keterbatasan waktu, hanya dapat menilai probabilitas statistik dasar dan tidak dapat menilai hasil terjemahan seluruhnya. • Analisis mikrotekstual tidak dapat menghindari beberapa penilaian serius terhadap kandungan makrostruktur terjemahan. • Adanya ambang keberterimaan berdasarkan jumlah kesalahan khusus tidak dapat dikritisi baik dengan teori. • Tidak dapat menawarkan ambang keberterimaan yang meyakinkan, diperkirakan karena model ini tidak dapat mengajukan bobot kesalahan dan hitungan untuk teks individu.
18
2.2.2.4 Model Penilaian Penerjemahan Frans Sayogie Sayogie mempunyai model penilaian sendiri. Model penilaian tersebut berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan. Model pertama seperti pada tabel berikut: Tabel 5. Contoh Model Penilaian Frans Sayogie Aspek yang Dinilai A. Kesepakatan Makna 1. Aspek Linguistis (a) transposisi (b) modulasi (c) adaptasi 2. Aspek Semantis (a) makna referensial (b) makna gramatikal (c) makna kontekstual
B. C. D. E.
3. Aspek Pragmatis (a) kesesuaian maksud dan tujuan penulis teks bahasa sumber (b) kesesuaian makna pada tataran teks Tingkat Kewajaran Peristilahan Khusus Penggunaan Ejaan Kesepadanan Teks Total
Bobot
20
20
20 10 10 10 10 100
Model penilaian ini cenderung sama dengan model penilaian Machali. Hal itu disebabkan keduanya didasari oleh konsep penilaian Newmark, dengan cara meletakan aspek umum yang biasa digunakan dalam penerjemahan. Akan tetapi, model Sayogie memberikan penilaian secara matematis, sedangkan model penilaian Machali memberikan penilaian umum, yaitu dengan menggunakan pertanyaan benar atau salah, menyimpang atau tidak, dan berubah total atau tidak. Selanjutnya, kriteria penilaian diberikan lebih rinci yaitu dengan memberikan angka. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut:
19
85-100 (A) = terjemahan sangat baik 75- 84 (B) = terjemahan baik 60- 74 (C) = terjemahan cukup 45- 59 (D) = terjemahan kurang cukup 0 - 44 (E) = terjemahan buruk Berdasarkan pada bobot penilaian sebesar 100 berarti penskoran memiliki interval nilai dari nol hingga seratus (0 – 100), penilaian pada setiap dimensi berbeda-beda berdasarkan bobot yang diberikan. Pada aspek linguistik diberikan bobot 20, yang berarti memiliki nilai dari nol hingga dua puluh (0-20). Pada aspek pragmatis yang dinilai adalah kesesuaian maksud/ tujuan penulis teks bahasa sumber dan kesesuaian makna pada tataran teks, yang memiliki nilai dari nol hingga duapuluh (0-20). Pada tingkat kewajaran, peristilahan khusus, penggunaan ejaan baku, dan kesepadan teks masing-masing bobot 10, yang berarti memiliki nilai dari nol hingga sepuluh (0-10). 16 Model kedua, merupakan perbandingan model pertama. Sayogie mengutip model ini dari Harimurti Kridalaksana. Kridalaksana mendasarkan model penilaiannya pada dua wawasan tentang penerjemahan yang berasal dari Nida dan Taber, dan Newmark. Nida dan Taber berpendapat bahwa penerjemahan berorentasi pada penutur bahasa sasaran atau pembaca bahasa sasaran. Sedangkan Newmark berpendapat bahwa seorang penerjemah harus memilih tumpuannya, apakah pada bahasa sumber atau bahasa sasaran. 17 Dari dua wawasan tersebut Sayogie mengembangkan suatu acuan untuk menilai terjemahan, yaitu: 16 17
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 157-158 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 158-159
20
1. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bahasa sumber. 2. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bahasa sasaran. 3. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang materi yang diterjemahkan. 4. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konteks sosio-kultural bahasa sumber, bahasa sasaran dan materi yang diterjemahkan. 5. Terjemahan harus memperlihatkan bahwa penerjemahnya menguasai metode dan teknik penerjemahan. Lima acuan tersebut dituangkan ke dalam sejumlah parameter yang digunakan untuk mengukur nilai terjemahan. Parameter tersebut yaitu orientasi, tumpuan, kemampuan bahasa sumber, kemampuan bahasa sasaran, materi, konteks sosiokultural, dan metode dan teknik. Sedangkan satuan yang dinilai adalah jenis tataran, struktur, leksikon umum, leksikon khusus, dan gaya bahasa. 18 Cara penilaian akan dituangkan pada matriks berikut ini: Gambar 1. Matriks penilaian Parameter Aspek Bahasa Jenis tataran
Orientasi
Tumpuan Kemampuan bahasa sumber
Kemampuan bahasa sasaran
Materi
Konteks Sosiokultural
Metode dan teknik
Struktur Leksikon umum Leksikon khusus Gaya bahasa
18
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 159
21
Setelah ditetapkan jenis parameter dan jenis satuan yang akan dinilai, maka penilaian dapat dilakukan dengan dua macam cara. Pertama, penilaian secara umum dengan memberi nilai + atau -. Kedua, penilaian lebih terperinci, yaitu dengan memberi angka, misalnya dari 0-10. kemudian ditetapkan nilai dari angka tersebut, misalnya 0-5,9 buruk, 6-7,9 sedang, 8-8,9 baik, 9-10 baik sekali. 19 2.2.3 Maurits D.S. Simatupang Maurits D.S. Simatupang dalam bukunya, Pengantar teori terjemahan, menyebutkan bahwa menilai terjemahan didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu, sehingga suatu terjemahan dapat dikatakan baik jika telah memenuhi semua kriteria tersebut. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah penerjemahan yang berdasarkan maknanya dan kewajaran menurut kaidah yang berlaku bagi bahasa sasaran. Berdasarkan kriteria tersebut, penilaian terhadap sebuah terjemahan dapat ditujukan pada makna atau isi teks dan kewajaran menurut bahasa sasaran. Dalam penilaian isi teks, hal yang perlu diperhatikan adalah isi terjemahan tersebut akurat atau tidak. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah apakah ada yang ditambah dan dikurangi. Jika teks terjemahan tidak mengungkapkan seluruh makna yang terdapat di dalam teks sumber (Tsu), maka terjemahan dianggap kurang baik. Kemudian harus diperiksa pula apakah teks terjemahan ada yang tidak sesuai dengan Tsu. Jika ada, maka terjemahan dianggap tidak baik. Seandainya makna dapat ditimbang, maka bobot makna Tsu harus sama dengan bobot makna teks sasaran (Tsa). 20
19
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 160 Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999), h. 130-131 20
22
Menurut Simatupang, menilai hasil terjemahan, harus diingat bahwa penilaian tidaklah dapat dilakukan seperti penilaian di bidang matematika. Pada matematika tidak sulit untuk menentukan bahwa hasil tersebut salah atau benar. Jika, 2x4=8, benar; 2x4=7, salah. Pertanyaan dalam menilai terjemahan adalah sejauh mana benarnya (how right) atau sejauh mana salahnya (how wrong). Sementara itu, keakuratan hanya bisa dicapai dalam jenis-jenis terjemahan tertentu. Misalnya teks terjemahan karya sastra seperti sajak. Kesalahan menerjemah di bidang ini bisa berakibat fatal dan sangat sulit mencapai keakuratan. Menerjemahkan karya sastra merupakan penciptaan kembali suatu karya sastra di dalam bahasa sasaran berdasarkan karya aslinya, tanpa ada yang ditambah atau dikurangi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa mencapai ketepatan dalam terjemahan teks ilmiah atau prosa faktual lebih mungkin dilakukan daripada terjemahan karya sastra. 21 2.2.4
E. Sadtono
2.2.4.1 Pengantar E. Sadtono menyebutkan bahwa penilaian terjemahan itu bersifat sangat subjektif. Oleh sebab itu, menilai suatu hasil terjemahan itu bukan hal yang mudah. Tidak mengherankan ada beberapa buku di dunia ini yang diterjemahkan dalam versi yang berbeda-beda. Salah satu sebabnya adalah bahwa setiap orang tidak mempunyai penilaian yang sama terhadap hasil terjemahan.
21
Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, h. 134-135
23
Seperti yang dikutip Sadtono dari Nida dan Taber, penerjemahan mempunyai beberapa prinsip umum terjemahan yang baik, 22 diantaranya adalah: (a) penerjemahan harus bertujuan untuk mengungkapkan kembali (reproduksi) isi berita. (b) Pengungkapan kembali isi berita lebih penting dari persamaan bentuk ujaran (formal correspondence). (c) Terjemahn yang baik tidak nampak sebagai terjemahan, tetapi sebagai karya asli. (d) Penerjemahan yang baik selalu mengusahakan persamaan yang wajar yang paling dekat, bukan mengusahakan penyesuaian kebudayaan (cultural adaptation). (e) Arti dan isi berita lebih penting daripada persamaan susunan kalimat. (f) Gaya bahasa harus tetap dipertahankan, demikian juga bentuk wacananya (discourse). (g) Hal-hal yang harus lebih dipentingkan: g.1. konteks yang konsisten lebih dipentingkan daripada persamaan leksikal. g.2. persamaan dinamis (terjemahan yang hidup) lebih dipentingkan daripada persamaan leksikal ataupun structural. g.3. bahasa lisan lebih dipentingkan daripada bahasa tulisan. g.4. kata-kata dan susunan kalimat yang dipakai dan yang dapat diterima oleh pembaca lebih dutamakan daripada kata-kata atau susunan kalimat yang dianggap indah dan muluk.
22
Asmah Haji Omar, ed. Aspek Penerjemahan dan Interpretasi, (Kuala Lumpur: Pusat Bahasa Universiti Malaya, 1979), h. 23
24
Menurut sadtono ada dua prinsip umum untuk menilai hasil terjemahan. Pertama adalah kesetiaan pada sumber aslinya dan yang kedua adalah keterbacaan oleh pembacanya.
2.2.4.2 Teknik Penilaian Terjemahan Menurud Sadtono teknik penilaian terjemahan terbagi menjadi dua. Teknik yang pertama ialah tanpa mengikutsertakan pembaca, sedangkan teknik yang kedua mengikutsertakan pembaca. Teknik tanpa mengikutsertakan pembaca dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama adalah memakai seorang atau dua orang penilai ahli. Cara ini bersifat autoritatif, yaitu penilaian yang diberikan ahli tersebut dianggap benar. Cara yang kedua adalah dengan memakai teknik penerjemahan kembali. Jadi, Bsu diterjemahkan ke dalam Bsa, kemudian Bsa diterjemahkan ke dalam Bsu kembali. Setelah itu, Bsu yang asli dibandingkan dengan hasil terjemahan kembali tadi. 23 Cara ketiga adalah dengan memakai formula keterbacaan (readablility formula). Maksudnya adalah rumus yang dipakai untuk menghitung variablevariable bahasa dalam sebuah tulisan yang merupakan indeks kemungkinan sulit dilakukan oleh pembaca. Sementara itu, teknik dengan mengikut sertakan pembaca dapat dilakukan dengan beberapa cara, 24 antara lain: a. Metode pertanyaan komprehensif, yaitu dengan mengambil sampel dari teks yang diterjemahkan secara acak. Dari sample teks tersebut, buatlah pertanyaan-pertanyaan secara esai ataupun pilihan ganda mengenai isi teks 23 24
Asmah Haji Omar, ed. Aspek Penerjemahan dan Interpretasi, h. 18 Asmah Haji Omar, ed. Aspek Penerjemahan dan Interpretasi, h. 19-22
25
tersebut. Kemudian berikan pertanyaan tersebut kepada sekelompok pembaca. Hasilnya kemudian kita lihat; jika kita-kira 75% pembaca dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sebanyak 75% atau lebih dengan benar, maka terjemahan tersebut dapat dianggap cukup baik. Jika kurang, maka terjemahan tersebut kurang memadai. b. Teknik Ujian “cloze”, yaitu dengan memilih secara acak teks terjemahan. Kemudian hapus kata-kata yang kelima atau ketujuh atau kesepuluh. Jumlah kekosongan sebanyak 30 sampai 50. Selanjutnya, ambil sample pembaca untuk mengisi kata-kata yang hilang tadi. Bila 75% atau lebih pembaca bisa mengisi 50% kata-kata dengan benar, maka teks tersebut dianggap baik. Jika 50% diisi salah maka terjemahan tersebut kurang baik. Dengan demikian terjemahan itu harus direvisi. c. Membaca dengan lisan yaitu dengan meminta seseorang membaca teks terjemahan dengan keras. Sementara itu kita menandai kesalahan-kesalahan yang muncul, yaitu setiap tanda baca tidak diperhatikannya, setiap kata yang salah diucapkan atau tidak jelas diucapkan, setiap kata yang dibacanya sulit, dan setiap kalimat yang salah dibaca seperti intonasi kalimat. Proses ini diulangi dengan beberapa orang yang berbeda. Setelah itu, baru terjemahan direvisi berdasarkan data yang telah diperoleh tadi. d. Menceritakan kembali (reproduksi), yaitu dengan meminta pembaca menceritakan kembali apa yang telah mereka dengar atau baca. Sementara itu, kita mencatat hal-hal yang penting, diantaranya setiap hal yang berubah atau salah diterangkan, setiap hal yang tidak disebutkan padahal ada pada aslinya, dan pemakaian kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang lebih jelas atau lebih
26
sederhana dari yang aslinya. Kemudian dari catatan tersebut, kita dapat memperbaiki terjemahan tersebut agar dapat lebih dipahami. e. Membuat versi alternatif. Teknik ini dipakai apabila ada bagian teks yang sulit diterjemahkan atau terjemahan tersebut terasa belum cukup jelas. Caranya ialah dengan memberikan dua versi terjemahan dari satu sumber. Kemudian kita minta sampel pembaca untuk meneliti dan memilih mana yang lebih baik dan lebih mudah dipahami. f. Membandingkan nilai emotif, yaitu dengan membandingkan teks terjemahan dengan teks asli. Kemudian hitung unsure-unsur emotif dalam 200 kata, termasuk tanda-tanda baca. Unsur-unsur emotif itu adalah tanda seru, unkapan idiom, kata-kata kiasan, kata-kata yang bersifat konotatif, dan sebagainya. Hitung persentase unsur-unsur emotif teks asli dan teks terjemahan secara keseluruhan. Kemudian bandingkan persentase keduanya mana yang lebih tinggi. Biasanya teks asli persentasenya lebih tinggi. Jika persentase teks terjemahan mencapai 75% dari perbandingan tersebut maka hasil itu sudah cukup. Akan tetapi, teknik ini hanya untuk teks terjemahan yang bersifat emotif. g. Metode diferensial semantik. Teknik ini dipergunakan unuk mengetahui reaksi pembaca terhadap terjemahan tersebut dibandingkan dengan tulisan-tulisan lainnya. Caranya ialah setelah membaca teks terjemahan yang terdiri dari ±200 kata, beberapa pembaca diminta memberi reaksi terhadap teks tersebut dengan memberikan tanda X pada skala 25 dibawah ini:
25
Asmah Haji Omar, ed. Aspek Penerjemahan dan Interpretasi, h. 25
27
1. Baik
...........................................................
Buruk
2. Membosankan ..........................................................
Menarik
3. Jelek
...........................................................
Indah
4. Positif
...........................................................
Negatif
5. Ringan
...........................................................
Berat
6. Serius
...........................................................
Tidak Serius
7. Lemah
...........................................................
Kuat
8. Ruwet
...........................................................
Sederhana
9. Cepat dibaca ...........................................................
Lambat dibaca
10. Aktif
Pasif
...........................................................
Kemudian reaksi tersebut bisa dipakai untuk memperbaiki naskah. h. Membuat versi percobaan. 2.2.5 Moch. Syarif Hidayatullah 2.2.5.1 Pengantar Moch. Syarif Hidayatullah dalam bukunya Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan
Arab-Indonesia,
menyebutkan
bahwa
menilai
kualitas
terjemahan merupakan salah satu aktivitas penting dalam penerjemahan. Menurut Hidayatullah ada tiga alasan menilai kualitas terjemahan: (1) untuk melihat keakuratan; (2) untuk mengukur kejelasan; (3) untuk menimbang kewajaran suatu terjemahan. Keakuratan berarti sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca Tsa. Pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Kewajaran
28
berarti sejauh mana pesan yang dikomunikasikan dalam bentuk lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa. 26 Dengan demikian, aspek yang dinilai pada terjemahan itu sendiri, yaitu (1) pesan terterjemahkan atau tidak; (2) kewajaran dan ketepatan pengalihan pesan; (3) kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku. 27 2.2.5.2 Cara Menilai Terjemahan Hidayatullah berpendapat bahwa penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membaca dengan cermat, penilaian itu juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis. Meskipun penilaian terhadap hasil terjemahan bersifat subyektifrelatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan. 28 Pedoman penilaian yang Hidayatullah tawarkan itu adalah sebagai berikut: 1. Klausa atau kalimat yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 10 poin. 2. Terjemahan yang salah pesan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 5 poin. 3. Frase, diksi, kolokasi, konstruksi atau komposisi, dan tata bahasa yang tidak dialihkan secara tepat sesuai kaidah dalam Bsa, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 2 poin.
26
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, h. 71 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia 28 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia 27
29
4. Kesalahan ejaan dan tanpa baca, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 1 poin. Penilaian di atas dapat dirumuskan sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 6. Model Penilaian Moch. Syarif Hidayatullah Jenis Kesalahan Kasus Kesalahan Skor Nilai Kalimat tidak diterjemahkan Kalimat terjemahan salah pesan Ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa Jumlah Total
-10 -5 -1/ -2
Untuk menggunakan model penilaian tersebut, penilai harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini: a. penilaian pada hasil terjemahan yang telah berbentuk buku dapat dilakukan dengan cara mengambil beberapa halaman. b. Setiap lembar halaman terjemahan diberi skor awal 100 poin. c. Setelah itu, hitunglah skor kesalahan sesuai dengan pedoman di atas. d. Lalu, jumlahlah semua skor kesalahan dalam setiap halaman yang dinilai. e. Skor awal setiap halaman kemudian dikurangi skor kesalahan. f. Skor setiap halaman dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah halaman. g. Hasil skor rata-rata menjadi nilai akhir dari terjemahan yang dinilai. h. Setelah itu, nilai akhir itu dipergunakan untuk menilai apakah terjemahan tersebut termasuk terjemahan istimewa (90-100); sangat baik (80-89); baik (70-79), sedang (60-69), kurang (50-59), buruk (0-49). 29
29
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, h. 7172
30
Kemudian penilaian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Jumlah skor tiap halaman (100-jumlah kesalahan) = NILAI AKHIR Jumlah halaman yang dinilai 2.3 Kajian Terdahulu tentang Teori Penerjemahan, Aspek Gramatikal, dan Penerjemah Dokumen Hukum 2.3.1 Teori penerjemahan Pada teori penerjemahan penulis menggunakan buku Moch. Syarif Hidayatullah sebagai pedoman. Buku-buku tersebut adalah Tarjim al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (2009) dan Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan (2007). Di samping itu, penulis tetap memperhatikan buku-buku lainnya apabila diperlukan dalam menganalisi data. 2.3.1.1 Definisi Penerjemahan Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli. Eugene A. Nida dan Charles Taber sebagaimana telah dikutip oleh Widyamartaya, memberikan definisi tentang penerjemahan, yaitu “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural aquivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style” (Penerjemahan adalah usaha menghasilkan kembali pesan dalam bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa) dengan padanan alami sedekat mungkin, pertama menyangkut maknanya, kemudian gaya bahasanya). 30 Seperti yang dikutip Sayogie, P. Newmark memberikan definisi tentang penerjemahan, yaitu “Rendering the meaning of a text into another language in
30
Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 11
31
the way that the author intended the text” (menerjemahkan makna sustu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang). 31 J.C. Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan, ia mendefinisikan sebagaimana yang telah dikutip oleh Machali “The replacement of textual material in the one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL)” (Penerjemahan adalah mengalihkan makna teks dari bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran). 32 Sementara itu, Isadore Pinhuck juga memberikan definisi yang telah dikutip oleh Sayogie, yaitu “a process of finding a TL (target language) aquivalent for an SL (source Language) utterance” ( suatu proses menemukan padanan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran). 33 Dengan demikian, berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah memindahkan pesan atau gagasan pengarang yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan kesepadanan dan gaya bahasanya.
2.3.1.2 Proses Penerjemahan Dalam proses penerjemahan ada 13 proses yang harus dilalui antara lain: (1) struktur luar Tsu yaitu teks masih berupa teks sumber (Tsu), belum mengalami proses apapun;
31
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 7 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 5 33 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. cit 32
32
(2) pemahaman leksikal Tsu mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan leksikal, sehingga dia bisa memahami makna kosakata yang terlihat pada Tsu; (3) pemahaman morfologis Tsu mengharuskan penerjemah memahami bentuk morfologis kosakata Tsu, sehingga dia mengerti perubahan bentuk kosakata pada Tsu berimbas pada perubahan makna; (4) pemahaman sintaksis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pola kalimat dalam Tsu, yang pada gilirannya mengontraskannya dengan Tsa; (5) pemahaman semantik Tsu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang berlaku pada Tsu; (6) pemahaman
pragmatis
Tsu
mengharuskan
penerjemah
memahami
pemahaman yang dikaitkan dengan konteks yang berlaku pada Tsu; (7) pada struktur batin Tsu dan Tsa terjadi transformasi pada diri penerjemah untuk kemudian menyelaraskan pemadanan Tsu ke dalam pemadanan Tsa; (8) pemadanan leksikal Tsa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang tepat untuk tiap kata yang ditemuinya pada Tsu; (9) pemadanan morfologis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan soal padanan yang tepat pada suatu kata setelah mengalami perubahan bentuk; (10) pemadanan sintaksis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan makna pada tiap pola kalimat dalam Tsa, sehingga dapat memilih padanan yang akurat pada tiap kalimat yang ada dihadapannya; (11) pemadanan semantik Tsa berhubungan dengan pemadanan sintaksis Tsa;
33
(12) pemadanan pragmatis Tsa merupakan hasil dari pemahaman kontekstual Tsu, sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan tepat kalimat dalam konteks tertentu, yang tentusaja akan berbeda maknanya meskipun bentuknya sama; (13) ramuan dari pemahaman yang kemudian menghasilkan pemadanan itulah yang bisa melahirkan Struktur Luar Tsa yang layak dikonsumsi. 34 Proses penerjemahan tersebut dapat dirumuskan dalam bagan sebagai berikut: Struktur Luar Tsu (1)
Pemadanan Leksikal Tsa (8)
Pemadanan Morfologis Tsa (9)
Pemahaman Leksikal Tsu (2)
Struktur Batin Tsu dan Tsa (7)
Pemadanan Sintaksis Tsa (10)
Pemahaman Morfologis Tsu (3)
Pemahaman Pragmatis Tsu (6)
Pemadanan Semantik Tsa (11)
Pemahaman sintaksis Tsu (4)
Pemahaman Semantik Tsu (5)
Pemadanan Pragmatis Tsa (12)
Struktur Luar Tsa (13)
Gambar 1. Bagan Proses Penerjemahan
2.3.2
Aspek Gramatikal
2.3.2.1 Pengantar Gramatika merupakan salah satu subsistem bahasa. Subsistem gramatikal atau tata bahasa terbagi atas subsistem morfologis dan subsistem sintaksis. 35 Morfologi dan Sintaksis merupakan dua subsistem yang berkaitan terlihat pada kenyataan bahwa
34
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, h. 1314 35 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 6
34
kata merupakan satuan terbesar dalam Morfologi, sekaligus satuan terkecil dalam sintaksis. 36 Dalam bab ini, uraian teori gramatikal akan dimulai, pertama mengenai morfologi penulis menguraikan mengenai pilihan kata atau diksi. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai sintaksis penulis menguraikan mengenai kalimat efektif. Selain itu, ada uraian tambahan yang masih ada kaitannya dengan bab analisis yaitu penulisan surat. 2.3.2.2 Diksi (Pilihan Kata) Dalam bahasa kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. 37 Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. 38 Istilah diksi atau pilihan kata, menurut Keraf, tidak hanya dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara khusus berbentuk ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat individual dan karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.39
36
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, h. 8 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 7 38 Nuning Wahyuni, Bahasa Surat Mahasiswa BIPA Tinjauan Kesalahan Diksi dan Gramatika, (Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1997), h. 11 39 Nuning Wahyuni, Bahasa Surat Mahasiswa BIPA Tinjauan Kesalahan Diksi dan Gramatika, h.10 37
35
Persoalan pilihan kata bukan persoalan yang sederhana, apalagi dalam hal berkomunikasi. Apabila seseorang sulit memilih kata, maka akan timbul makna yang berbeda sehingga tujuan pembicaraan tersebut tidak berhasil. Oleh karena itu, kita harus memilih kata yang paling tepat dan sesuai untuk mewakili gagasan kita. 2.3.2.3 Kalimat Efektif Kalimat yang baik dan benar harus memenuhi persyaratan gramatikal. Dengan kata lain, kalimat itu disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memerhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca dan pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. 40 Kalimat efektif adalah kalimat yang baik, karena apa ynag dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca) sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh si penutur atau penulis. 41 Selain itu, kalimat efektif juga dapat didefinisikan kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur dan logikanya. 42 Dengan kata lain, kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan makna. Sebuah kalimat dikatakan efektif, apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
40
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), h. 1 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) 42 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), h. 2 41
36
Kalimat dapat dilihat dari beberapa segi. Dilihat dari segi fungsi, kalimat adalah alat komunikasi. Dilihat dari segi bentuk dan proses terjadinya, kalimat kalimat membentuk suatu struktur atau pola yang terdiri dari unsur-unsur yang teratur. Kalimat yang polanya salah menurut tata bahasa jelas tidak efektif. Namun kalimat yang menurut tata bahasa yang struktur dan pola bahasanya betul, belum tentu efektif. 43 Dengan demikian, kalimat efektif memerlukan beberapa persyaratan. 44 Persyaratan tersebut antara lain: 1. kesatuan gagasan, maksudnya antara satu kalimat dengan kalimat yang lain mempunyai satu gagasan, 2. koherensi yang kompak, maksudnya adanya hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat tersebut, seperti hubungan antara subjek dan predikat, 3. penekanan dalam bahasa tulisan dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat, mempergunakan repetisi (pengulangan kata dalam kalimat), atau menggunakan partikel yang bersifat penekan, 4. variasi, agar kalimat terlihat efektif, kalimat harus divariasikan dengan mengatur panjang pendeknya kalimat, menggunakan kata kerja aktif dan pasif, atau dengan mengubah posisi kalimat, 5. paralelisme atau kesejajaran bentuk, maksudnya kalimat tersebut harus disejajarkan sesuai bentuk dan fungsinya. Misalnya bila kalimat pertama menggunakan kata kerja maka kalimat berikut harus menggunakan kata kerja pula,
43
Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (NTT: Nusa Indah, 1994), h. 36-49 44
37
6. penalaran atau logika, maksudnya kalimat tersebut dapat dimengerti dan diterima dengan akal. 2.3.2.4 Penulisan Surat Dalam penulisan surat banyak sekali jenis-jenis surat. Namun untuk mempersingkat penulis hanya menguraikan penulisan surat dinas saja. Oleh karena itu, pada pembahasan ini penulis menguraikan 3 pokok bahasan, yaitu definisi surat, syarat surat yang efektif dan cara penulisan bagian surat. 2.3.2.4.1
Definisi Surat
Surat adalah sarana komunikasi tersulis antara satu pihak dengan pihak lain yang saling berkepentingan. 45 Surat juga merupakan sehelai kertas tertulis atau lebih yang memuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang/ pihak lain, baik atas nama pribadi maupun karena kedudukannya dalam suatu organisasi, instansi atau perusahaan. Dalam praktik surat-menyurat terdapat informasi yang disampaikan, ada pihak pengirim dan penerima informasi/pesan, dan ada media yaitu tulisan-kertas bertulis.
Surat-menyurat
terjadi
minimal
ada
dua
pihak
yang
saling
berkepentingan. 2.3.2.4.2
Syarat Surat yang Efektif
Surat dapat dikatakan baik dan efektif apabila si penerima surat dapat dengan tepat memahami isi surat yang diterimanya sesuai dengan maksud si penulis surat. Oleh karena itu, surat yang baik harus memiliki kriteria: benar, jelas, lengkap, baik, bersih, rapi, tertib, dan sopan.
45
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat, Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia, (Bandung: Alvabeta, 2010), h. 114
38
Dengan kata lain, surat tersebut harus memenuhi syarat berikut 46 : 1. bahasannya singkat (tidak bertele-tele) dan jelas; 2. mengikuti aturan penulisan yang baik dan benar; 3. menggunakan pola surat yang benar; 4. pesan surat disampaikan dengan benar, jelas, sopan, dan simpatik; 5. tampilan rapi dan bersih terhindar dari coretan dan hapusan yang tidak perlu. 2.3.2.4.2 Cara Penulisan Bagian Surat 1. Kop surat Kop surat atau lazim pula disebut kepala surat merupakan identitas suatu lembaga, organisasi, perusahaan, atau instansi pengirim surat. Identitas ini meliputi nam perusahaan, alamat perusahaan, nomor telepon, nomor faks, tromol pos/ PO BOX, alamat kantor cabang, nama bank, dan logo atau lambang organisasi/ instansi/ perusahaan. 2. Tanggal surat Tanggal surat merupakan petunjuk kapan surat itu dibuat bukan petunjuk surat itu dikirimkan. Tanggal surat haruslah ditulis lengkap, benar, tidak boleh disingkat dan tanpa nama kota. Contoh: Benar: 12 Agustus 2010 Salah: 12-8-2010 atau 12-08-10 atau 12 Agust ‘10 3. Nomor surat Nomor surat merupakan petunjuk nomor urut surat yang dikeluarkan oleh suatu organisasi, instansi atau perusahaan.
46
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat, Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia, h. 115-116
39
Contoh: Benar
Nomor: 034/ SK/ Koperasi/ XII/ 2008 Nomor: DM.02.04/ 4.3/ 0759/2009
Salah
Nomor
: Istimewa
No.
: 20/ 2008
4. Lampiran surat Lampiran surat, bila ada, merupakan kelengkapan yang disertakan bersama surat yang dikirimkan. Kalau memang tidak ada sesuatu yang dilampirkan bersama surat ini sebaiknya kata lampiran itu tidak perlu dituliskan. Misalnya, Lampiran: satu berkas formulir riwayat hidup Lampiran: 70 eksemplar soal Lampiran: Daftar harga buku tahun 2008 5. Perihal surat Perihal atau hal bias disebut pokok surat harus dinyatakan secara eksplisit-jelas. Misalnya, Prihal: Rapat Evaluasi Wisuda 2010 Hal : Permohonan Kesedian Mengajar 6. Alamat tujuan Alamat tujuan berfungsi untuk mempercepat penyampaian surat kepada yang berhak menerimanya. Misalnya, Benar
Yth. Drs. Denny Mustofa Manajer Hotel Enhaii Jln. Dr. Setiabudhi 186, Bandung 40141
40
Atau Ykh. Dr. Upiek Haeryah Sadkar, M.Sc. Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Jalan Dr. Setiabudhi 186 Bandung 40141 Salah
Kepada Yth: Bapak Dr. Eki Baihaki, M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi, Fisip UNLA Jl. Karapitan 234 BANDUNG 40324
7. Salam pembuka Salam pembuka yang lazim digunakan dalam surat-menyurat, misalnya Dengan Hormat, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam Sejawat. Berfungsi sebagai tanda hormat sebelum pembicaraan dalam surat dimulai. Namun demikian, pada praktiknya tidak semua surat menggunakan salam pembuka secara konsisten. 8. Isi surat Isi surat merupakan paparan informasi atau pesan utama yang disampaikan kepada pihak yang disurati. Isi surat lazim dikelompokan menjadi tiga alinea utama, yaitu alinea pembuka, alinea inti-isi surat, dan alinea penutup surat. 9. Salam penutup Salam penutup merupakan tanda atau ungkapan rasa hormat si penulis surat, sekaligus pemberitahuan bahwa pembicaraan dalam surat sudah selesai. Salam penutup yang digunakan harus serasi dengan salam pembuka. Misalnya
41
Assalamu’alaikum wr. wb. – Wasalamu’alaikum wr. wb. atau Dengan Hormat – Hormat Kami. 10. Penanggung jawab surat Penanggung jawab surat adalah keterangan/ penegas siapa yang bertanggung jawab atas surat tersebut dengan menyantumkan keterangan minimal tanda tangan dan nama jelas. Sedangkan untuk surat dinas, penanggung jawab hasus lengkap: nama jabatan, tanda tangan, nama jelas dan lengkap, NIP pejabat/ orang yang menandatangani surat, serta cap atau stempel penenda keresmian atau kedinasan. 47 Contoh: Hormat kami, Ketua,
Sekretaris, Tanda tangan Cap/ stempel
Demina Pascarasyidah NIM 2091065
Damuh Faesal Akbari NIM 2091066
11. Tembusan surat Tembusan surat biasanya digunakan dalam surat-surat kedinasan. Berfungsi sebagai petunjuk, ada pihak terkait, yang mengetahui isi surat secara lengkap. Misalnya: Tembusan: 1. Ketua STP Bandung, 2. Kabag Adum STPB, Kasubag TPK dan KKS, 3. Ketua Jurusan MKP, MPJ, MPH.
47
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat, Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia, h. 122-127
42
2.3.3
Penerjemahan Dokumen Hukum
Dokumen dalah naskah atau arsip atau informasi yang disimpan sebagai bukti atau bahan konsultasi. 48 Selain itu, dokumen hukum adalah dokumen yang menyangkut persoalan hukum, seperti undang-undang peraturan pemerintah, akte pendirian perusahaan, perjanjian, dokumen pribadi seperti akte lahir, akte perkawinan dan ijazah. 49 Dokumen hukum biasanya dipersyaratkan diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah, karena dokumen ini membawa dampak hukum. Penerjemah tersumpah harus
melakukan
kegiatan
penerjemahan
secara
ekstra
hati-hati
guna
menghasilkan hasil terjemahan yang tidak menyimpang dari makna yang dimaksud dalam bahasa sumber (source language). Sementara itu, penerjemah tersumpah juga harus menjaga kerahasiaan dokumen yang diterjemahkan karena dokumen tersebut berisi informasi-informasi penting yang bersifat rahasia dan bermakna vital bagi pemilik dokumen tersebut. Penerjemah tersumpah (sworn translator atau legal translator) adalah penerjemah yang diambil sumpah dan tidak menerima gaji atau penghasilan dari Negara/Pemerintah; dengan ketentuan yang bersangkutan harus terlebih dahulu mengikuti dan lulus dalam ujian kualifikasi penerjemah yang diselenggarakan oleh pusat penerjemahan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, bekerjasama dengan pemerintah DKI Jakarta. 50 Adapun jenis teks yang diujikan dalam ujian kualifikasi penerjemah meliputi:
48
Definisi Dokumen, (http.//indonetasia.com/ definisionline/?=pengertian-dokumen) diakses pada tanggal 4 November 2009 49 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, h. 59 50 Tadjul Arifin, Petunjuk Praktis Penerjemahan, (Jakarta: Djambatan, 2006), h. 65
43
1. Teks hukum misalnya: surat perjanjian, peraturan undang-undang, anggaran dasar dan lain sebagainya. 2. Teks ilmiah misalnya: Fisika, Kimia, Biologi, Kedokteran,Mesin, Manajemen, Ekonomi, Perdagangan, Perbankan, dan lain-lain. 3. Teks umum misalnya: Jurnalistik, Tulisan Populer, Politik, Pariwisata, Kebudayaan dan lain-lain. 51 Untuk dapat lulus dalam ujian itu, para peserta dipersyaratkan untuk memperoleh nilai paling rendah 65. Peserta yang lulus akan diberikan sertifikat dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dengan kategori sebagai berikut: Sertifikat A bagi yang mendapat nilai 80-100 Sertifikat B bagi yang mendapat nilai 70-79 Sertifikat C bagi yang mendapat nilai 65-69 Penerjemah tersumpah hanya akan diberikan kepada peserta yang memperoleh nilai A untuk penerjemahan teks hukum. Hasil ujian diumumkan Pusat Penerjemah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta. 52 Setelah peserta tersebut lulus, ia akan diangkat sebagai penerjemah tersumpah melalui SK Gubernur DKI Jakarta. Sebelum menerima SK Gubernur itu, penerjemah yang bersangkutan harus mengucapkan sumpah terlebih dahulu di hadapan Gubernur DKI, atau Wakil Gubernur Bidang I atau pejabat lain yang
51 52
Tadjul Arifin, Petunjuk Praktis Penerjemahan Tadjul Arifin, Petunjuk Praktis Penerjemahan, h. 66
44
ditunjuk untuk itu. Pengambilan sumpah dilakukan di kantor pemda DKI, Jl. Medan Merdeka Selatan no. 8-9, Jakarta Pusat. 53 Dalam sumpah disebutkan bahwa seorang Penerjemah Tersumpah hanya berhak menerjemahkan satu bahasa saja. Dalam melakukan tugasnya, seorang Penerjemah
Tersumpah
harus
melakukannya
dengan
kebenaran
yang
sesungguhnya dan dalam waktu sesingkat-singkatnya serta secepat mungkin. Dalam menerjemahkan surat-surat atau dokumen-dokumen lain seorang Penerjemah Tersumpah tidak boleh menambah atau mengurangi isi dan maksud dari apa yang tertulis dalam bahasa sumbernya. Ia juga harus tunduk kepada ketentuan yang dibuat atau akan dibuat oleh Pemerintah. Selanjutnya ia tidak boleh menyebarluaskan atau mengumumkan segala sesuatu yang harus dirahasiakan. Langkah berikutnya adalah pendaftaran diri pada Departemen Kehakiman dan HAM. Seorang penerjemah yang telah resmi dapat bekerja di kantor-kantor hukum (Law Offices), kantor-kantor penerjemahan (Translation Offices), atau bekerja sendiri secara lepas (free-lance). Tentu saja ia dapat bekerja sebagai penerjemah pada perusahaan penerbitan, surat kabar, radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Jika ia bekerja di Kantor Hukum atau Kantor Penerjemahan, ditempat ia akan menerjemahkan teks Hukum, maka pada tiap halaman yang dikerjakan, ia harus membubuhkan stempel dan tanda tangan resmi yang telah ia daftarkan pada Departemen Kehakiman dan HAM.
53
Tadjul Arifin, Petunjuk Praktis Penerjemahan, h. 83
45
BAB III KERANGKA TEORI
3.1 Pengantar Pada bab ini, penulis akan menguraikan landasan-landasan yang akan digunakan dalam menganalisis dokumen. Uraian tersebut penulis ambil dari kajian terdahulu. Akan tetapi, penulis menguraikannya secara ringkas. Penulis hanya meletakan 2 pembahasan saja pada bab ini, karena kedua bahasan tersebut merupakan teori penting yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen. Pertama, penulis meletakan uraian mengenai kritik dan penilaian terjemahan. Uraian tersebut menjelaskan metode yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen. Kedua, penulis meletakan aspek gramatikal. Uraian tersebut menjelaskan teori apa saja yang penulis pakai dalam menganalisis dokumen.
3.2 Kritik dan Penilaian Terjemahan Dari sekian metode penilaian yang penulis uraikan di kajian terdahulu untuk menganalisis dokumen-dokumen penulis mengunakan cara penilaian milik Moch. Syarif Hidayatullah. Cara penilaian yang ia pakai selain dengan mengamati dan membaca dengan cermat secara langsung, ia juga memakai cara yang bersifat matematis. Meskipun menurut Maurits D.S. Simatupang menilai hasil terjemah tidak dapat dilakukan dengan cara yang bersifat matematis, karena cara tersebut sangat mudah dilakukan dan penilaian tersebut bersifat subjektif-relatif. Akan tetapi, penilaian secara matematis perlu dilakukan.
46
Metode penilaian Hidayatullah, menurut penulis lebih praktis dan prosesnya hanya memerlukan waktu yang cukup singkat. Sehingga penulis tidak terlalu mengalami kesulitan dalam menganalisis dokumen. Sementara metode penilaian tokoh lain bersifat tidak praktis dan prosesnya memakan waktu yang cukup panjang. Seperti metode milik E. Sadtono, metodenya dapat dikatakan kurang praktis, harus melakukan penilaian berkali-kali. Bahkan memerlukan lebih dari satu orang penilai, sehingga proses penilaian tersebut tidak cukup waktu yang singkat. Metode tersebut memakan waktu yang cukup panjang. Sebelum memberi penilaian penulis memberi kritikan terlebih dahulu pada beberapa terjemahan Al-Hadi. Kritikan yang penulis lakukan adalah dari aspek gramatikal yang akan penulis jelaskan pada uraian aspek gramatikal. Sebelum mengeritik penulis mengamati dan membaca teks sumber dan teks terjemahan secara cermat. Kemudian penulis memberi penilaian pada terjemahan tersebut dengan cara (1) mengurangi 10 poin pada kalimat atau klausa yang tidak diterjemahkan, (2) mengurangi 5 poin pada terjemahn yang yang pesannya salah, (3) mengurangi 2 poin pada diksi, frase, kolokasi, komposisi dan tata bahasa yang tidak tepat, dan (4) mengurangi 1 poin pada ejaan dan tanda baca yang tidak tepat. Keempat pengurangan kesalahan tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel seperti pada tabel 6. Setiap terjemahan diberi skor 100 poin. Dengan demikian, skor tersebut dikurangi dengan jumlah skor kesalahan yang terdapat dalam terjemahan. Dikarenakan dokumen yang penulis analisis hanya memilki satu halaman, maka
47
hasil nilai tersebut merupakan nilai akhir. Setelah itu hasil akhir dicocokan pada kriteria penilaian sebagai berikut: 90-100 = Istimewa
60 - 69 = Cukup
80 - 89 = Sangat Baik
50 - 59 = Kurang
70 - 79 = Baik
0 – 49 = Buruk
Sebagai contoh, pada sebuah dokumen hukum terdapat 10 poin kalimat yang tidak diterjemahkan; 5 poin pada terjemahan yang salah pesan; dan 14 poin pada diksi,ejaan dan tata bahasa yang tidak tepat. Setelah itu kesalahan dijumlahkan. Contoh tersebut penulis rumuskan pada tabel berikut: Jenis Kesalahan
Kasus Kesalahan
Skor Nilai
Kalimat tidak diterjemahkan
-10
Kalimat terjemahan salah
-5
pesan Ketidaktepatan diksi, ejaan
-14
dan tata bahasa Jumlah Total
-29
Selanjutnya, 100 poin awal dikurangi jumlah total kesalahan, maka skornya menjadi 71 poin. Kemudian dicocokan dengan kriteria penilaian dan hasilnya adalah baik.
3.3 Aspek Gramatikal Pada aspek gramatikal, sebagaimana telah penulis tuturkan di kajian terdahulu penulis memfokuskan pada diksi (pilihan kata) dan kalimat efektif. Diksi (pilihan
48
kata) adalah kemampuan untuk menentukan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, sedangkan kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, baik dari unsur-unsurnya (subjek-predikat) maupun dari ejaan dan diksi yang tepat. Masalah diksi dan kalimat efektif bukanlah masalah yang sederhana. Jika seseorang salah memilih kata yang tepat, maka akan timbul makna yang berbeda. Begitu pula pada kalimat efektif, kalimat yang menurut tata bahasa yang struktur dan pola bahasanya benar, belum tentu efektif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan diksi yang tepat dan kalimat yang efektif dalam menganalisis dokumen-dokumen, penulis berpedoman pada beberapa kamus, antara lain kamus Al-Ashri (2003), kamus Al-Munawwir (2002), Kamus Kontemporer Arab– Indonesia: Politik-Ekonomi (2006), dan Kamus Besar Bahasa Indonesi (2005). Menurut penulis kamus-kamus tersebut merupakan kamus yang lengkap dan pemilihan diksinya tepat. Sementara itu, khusus KBBI selain memilih diksi yang tepat, kamus ini juga digunakan untuk mencari makna sebuah kata, baik yang terdapat dalam Tsu maupun yang terdapat dalam Tsa, sehingga cukup membantu penulis dalam menganalisis dokumen. Selain berpedoman pada beberapa kamus, penulis juga merujuk pada dokumen-dokumen bahasa Indonesia sebagai bahan perbandingan. Dokumendokumen bahasa Indonesia tersebut penulis peroleh baik dari internet maupun milik pribadi. Khusus untuk surat kuasa, penulis membandingkan dengan beberapa contoh pola surat kuasa yang terdapat pada buku 99 Contoh Surat Bisnis, karena sebagian besar surat kuasa itu bersifat rahasia atau pribadi sehingga
49
contoh surat kuasa asli seperti dokumen-dokumen bahasa Indonesia yang lainnya sulit didapatkan baik di internet maupun sumber lainnya. Semua dokumen bahasa Indonesia dan pola surat kuasa akan penulis masukan pada kumpulan lampiran. Dokumen tersebut penulis lampirkan dengan alasan agar
mempermudah
penulis
dalam
menganalisis
dokumen
dan
agar
mempermudah pembaca dalam memahami maksud isi skripsi yang penulis buat. Penulis juga berpedoman pada buku-buku mengenai penulisan surat, menimbang dokumen yang penulis analisis umumnya berbentuk surat. Pada penulisan surat, surat tersebut harus memiliki kriteria surat yang baik, antara lain bahasanya singkat (tidak bertele-tele) dan jelas; mengikuti aturan penulisan yang benar; isinya bersifat sopan dan jelas; dan tampilan surat terlihat rapih dan bersih tanpa coretan. Sebagaimana pada salah satu kriteria surat yang baik, yaitu mengikuti aturan penulisan yang benar, maksudnya cara penulisan surat harus teratur dan tertib, seperti penulisan surat pada umumnya. Kemudian surat tidak boleh ditulis secara singkat, kecuali pada penulisan Yth.. Buku yang penulis pakai sebagai buku pedoman adalah Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia karya Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat. Sementara itu, dalam menganalisis dokumen tersebut penulis juga memperhatikan ketepatan dalam penulisan ejaan dan tanda baca dalam terjemahan, sehingga terjemahan tersebut dapat dianggap baik. Pada ejaan dan tanda baca, penulis merujuk pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2005). Buku tersebut penulis pakai menimbang ejaan yang disempurnakanlah yang harus dipakai di Indonesia, agar pemakaian ejaan dalam
50
teks bahasa Indonesia terlihat baik. Selanjutnya, dapat membantu dalam menggambarkan maksud tulisan. Selain itu, pedoman Ejaan ini dapat membantu penulis dalam menilai teks terjemahan khususnya dari segi ejaan dan tanda baca.
51
BAB IV PROFIL PENERJEMAH TERSUMPAH AL-HADI
4.1 Profil Lembaga Penerjemah Tersumpah Al-Hadi 4.1.1
Sejarah Penerjemah Tersumpah Al-Hadi
Penerjemah Resmi Al-Hadi merupakan salah satu lembaga penerjemah tersumpah di Jakarta. Lembaga ini didirikan pada tahun 1982 sesuai izin Sk Gubernur DKI Jakarta yang diberikan kepada pendirinya. Nama lembaga penerjemah ini diambil dari nama belakang pendiri lembaga tersebut, yaitu Zen Muhamad Al-Hadi. AlHadi itu sendiri merupakan nama datuk beliau. Selain itu, Al-Hadi artinya ‘Petunjuk’. Sesuai arti nama lembaga tersebut, beliau berharap diberikan petunjuk dalam menjaga kerahasiaan dan kejujuran, karena profesi sebagai penerjemah tersumpah yang beliau jalani merupakan amanah. Sementara itu, lembaganya pun tidak menggunakan istilah penerjemah tersumpah. Meskipun penerjemahan dokumen hukum itu dilakukan oleh penerjemah tersumpah. Akan tetapi, beliau menggunakan istilah penerjemah resmi. Menurutnya, penggunaan istilah penerjemah tersumpah dalam bahasa Indonesia itu masih rancu dan mempunyai makna ganda atau ambigu. Kata “tersumpah” bisa bermakna “tersumpah” dan bermakna “disumpahi.” 54 Oleh karena itu, beliau tidak menggunakan istilah penerjemah tersumpah. Beliau lebih memilih menggunakan istilah penerjemah resmi, karena kata “resmi” lebih lazim digunakan dan lumrah didengar.
54
Wikimu, Apa sih penerjemah tersumpah?, (wikimu.com/News/DisplayNews.aspx)
52
Lembaga Penerjemah Resmi Al-Hadi ini terletak di Jl. Datok Tonggara No. 8A Rt.006/ Rw.011 Kramat Jati Jakarta Timur 13510, tepatnya di belakang PLN Kramat Jati atau di Belakang Lapangan Bola Hek. Pada lembaga ini hanya ada 3 karyawan yang membantu beliau dalam menerjemahkan dokumen hukum. Selain itu ada beberapa karyawan lain yang membantu beliau dalam mengobati pasien-pasien. Perlu diketahui, pada lembaga ini, selain membuka jasa penerjemahan beliau juga membuka jasa pengobatan alternatif. 4.1.2 Prosedur Penerjemahan Al-Hadi Dalam menerjemahkan dokumen, ada beberapa dokumen yang tidak boleh ia terjemahkan, yaitu dokumen yang dilarang oleh pemerintah seperti dokumen yang bersifal legal. Dokumen yang telah diterjemahkan akan diberi stempel dan tanda tangan yang telah disahkan di Departemen Kehakiman. Kemudian terjemahan dokumen tersebut dibawa ke Kedutaan Luar Negeri untuk dilegalisir. Sementara
itu,
sesekali
beliau
mengalami
kesulitan,
yaitu
dalam
menerjemahkan singkatan-singkatan umum yang belum pernah beliau ketahui sebelumnya, nama matakuliah yang terdapat dalam IPK, nama diri dan lain sebagainya. Kesulitan tersebut beliau selesaikan dengan menghubungi dan menanyakan prihal kesulitan tersebut pada pemilik dokumen yang bersangkutan. 4.1.3
Visi dan Misi Penerjemah Al-Hadi
Visi dan Misi penerjemah Al-Hadi adalah memberi jasa, menerjemahkan, membantu melegalisirkan ke Kedutaan dan memberikan layanan terbaik kepada pemakai jasa.
53
4.2 Profil Penerjemah Tersumpah Al-Hadi Zen Muhamad Al-Hadi adalah penerjemah tersumpah di Penerjemah Resmi AlHadi, sekaligus pendiri lembaga tersebut. Penerjemah yang biasa dipanggil Ustadz Zen ini merupakan alumni pondok pesantren Darul Hadits Malang Jawa Timur. Studinya lalu dilanjutkan di Fakultas Syariah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah mendapat gelar S1 di IAIN Syarif Hidayatullah, beliau menempuh gelar Lc-nya di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Kemudian gelar S2-nya ia peroleh di Fakultas Perbandingan Hukum/ Fikih Universitas yang sama. Sejak tahun 1982, beliau diangkat menjadi penerjemah tersumpah (sworn translator) bahasa Arab-Indonesia atau sebaliknya, melalui SK Gubernur DKI Jakarta. Beliau lebih memilih bekerja sendiri dengan membangun lembaga penerjemah dari pada bekerja di kantor-kantor hukum. Lembaga ini dinamai Penerjemah Resmi Al-Hadi yang telah penulis jelaskan pada profil lembaga. Beliau pernah menjadi dosen honorer di Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen matakuliah Agama Islam di berbagai perguruan tinggi swasta di Jakarta. Penerjemah yang mempinyai misi membentuk umat qurani ini juga aktif menulis artikel baik di sebuah buletin seperti buletin Himpunan Dai’ Mawar, maupun di jejaring Facebook. Selain menerjemahkan dokumen hukum, beliau juga menulis beberapa buku yang diterbitkan oleh Zahra, antara lain: 1. Bayang-Bayang Allah 2. Hidup Tenang 3. Ma’rifatullah
54
4. Ruqyah Jin 5. Rahasia Juz’ama Sementara itu, kini beliau aktif sebagai pembina, penasehat, dan pengurus di beberapa yayasan sosial. Beliau juga merupakan penceramah dan pengajar tetap pada masjid dan majlis taklim di daerah tempat tinggalnya, Kramat Jati. Beliau juga pernah memberikan ceramah di beberapa kota, TV swasta dan TVRI. Selain aktif ceramah, beliau dikenal sebagai konsultan tetap dirubrik majalah ADIL serta sebagai redaktur dan wartawan di majalah Bening (Media Dakwah Islam).
55
BAB V KRITIK DAN PENILAIAN ATAS TERJEMAHAN DOKUMEN RESMI MILIK PENERJEMAH TERSUMPAH AL-HADI 5.1 Kritik dan penilaian atas terjemahan Ijazah Dalam ijazah Arab terdapat kalimat doa’ pada kalimat pertama. Kemudian kalimat tersebut diterjemahkan secara harfiah oleh Al-Hadi. Padahal pada format ijazah Indonesia kalimat doa’ tersebut tidak ada. Oleh karena itu, sebaiknya AlHadi tidak perlu menerjemahkannya. Kalimat tersebut sebagai berikut:
اﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ و اﻟﺼﻼة و اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ ﺧﺎﺗﻢ اﻷﻧﺒﻴﺎء و اﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ و ﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ و ﺻﺤﺒﻪ و ﺑﻌﺪ Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam tercurah pada Nabi Besar Muhammad saw para keluarga dan sahabat setia Selanjutnya, kata ﻓﺈنditerjemahkan yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menerangkan bahwa:. Terjemahan tersebut terlalu panjang, berlebihlebihan dan pilihan katanya pun kurang tepat. Kata menerangkan sebaiknya diubah dengan kata menyatakan sebagaimana yang digunakan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam penulisan ijazah. Kemudian kalimat yang seperti itu pun terulang kembali pada kalimat berikut:
أرﺑﻊ ﻧﻘﺎط و2.64 و ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ ﻗﺮر ﻣﺠﻠﺲ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﻣﻨﺤﻪ درﺟﺔ اﻟﺒﻜﺎﻟﻮرﻳﻮس ﺑﻤﻌﺪل ﺧﻤﺲ و أرﺑﻌﻴﻦ ﻓﻰ اﻟﻤﺎﺋﺔ ﻓﻘﻂ و ﺗﻘﺮﻳﺮ ﺟﻴﺪ ﺟﺪا ﻣﻊ ﻣﺮﺗﺒﺔ اﻟﺸﺮف اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, Majlis Universitas dengan ini memberikan ijazah Licence (Lc) kepada mahasiswa tersebut dengan nilai 2,64 yudisium cukup. Berdasarkan format penulisan yang dipakai UIN Sunan Kalijaga, menurut penulis kalimat tersebut sebaiknya diterjemah sebagai berikut:
56
Oleh karena itu, kepadanya diberikan gelar: LICENCE (Lc) dengan Yudisium Cukup Sementara itu, pada kalimat penutup adalah sebagai berikut:
و ﻳﻮﺻﻴﻪ ﺑﺘﻘﻮى اﷲ و ﻳﺴﺄل اﷲ ﻋﺰوﺟﻞ أن ﻳﺴﺄﻟﻚ ﺑﻪ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻌﺎﻣﻠﻴﻦ seraya kami bermohon semoga Allah memberinya kemudahan dalam mengikuti jalan para ulama Sebaiknya tidak perlu diterjemahkan, kemudian pada bagian tersebut diletakan kalimat beserta segala hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Sebenarnya, kedua kalimat tersebut mempunyai maksud yang sama yaitu, agar tidak ada pemalsuan ijazah. Perbedaannya hanya terdapat pada segi hukum. Kalimat ijazah Arab didasari oleh hukum agama, apabila terjadi pemalsuan atau kejahatan lain, maka akan diberikan sanksi oleh sang pencipta, Allah. Akan tetapi, kalimat ijazah Indonesia didasari oleh hukum negara, apabila terjadi pemalsuan atau kejahatan lain, maka akan diberikan sanksi pidana. Kemudian nomor surat seharusnya diletakan di bagian atas atau di samping kanan logo Universitas. Selain itu, frase ﻣﺪﻳﺮ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔcukup diterjemahkan Rektor 55 saja, karena dalam KBBI, kata rektor berarti ketua perguruan tinggi (universitas, institut dan sebagainya) 56 . Dengan demikian terjemahan di atas dapat dinilai secara matematis sebagai berikut:
55 56
M. Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia: Istilah Politik-Ekonomi, (Jakarta Selatan: Teraju, 2006), h. 701 Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 738
57
Jenis Kesalahan
Kasus Kesalahan
Kalimat tidak
Skor Nilai 0
diterjemahkan Kalimat
terjemahan - Seraya kami bermohon..... → beserta segala
salah pesan
-5
hak dan......
Ketidaktepatan diksi, - Segala puji bagi Allah,.....
-2
ejaan dan tata bahasa
- yang bertanda tangan di bawah ini
-2
- menerangkan → menyatakan
-2
- Berdasarkan penelitian yang...... → oleh
-2
sebab itu, kepadanya diberikan: - Licence → LICENCE
-1
- Peletakan Nomor
-2
- Rektor Universitas Islam Madinah →
-2
Rektor - DR. → Dr.
-1 -1
- prof. → Prof. Jumlah Total
-20
Dengan demikian skor nilai adalah 100 - 20 = 80. Dikarenakan teks terjemahan hanya memiliki satu halaman, maka skor nilai tersebut merupakan nilai akhir. Jadi, nilai terjemahan tersebut ialah sangat baik . Penulis menyarankan ijasah tersebut sebaiknya diterjemahkan sebagai berikut:
58
LOGO
NOMOR: 8935/ 2006
IJAZAH KERAJAAN SAUDI ARABIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM MADINAH Dengan ini menyatakan: MUSTOFA KAMAL NAWAWI Warga Negara Indonesia lahir di Lamongan tahun 1977 telah menyelesaikan dengan baik dan memenuhi segala syarat dan pendidikan strata satu pada Fakultas Syariah. Oleh sebab itu, kepadanya diberikan gelar: LICENCE (Lc) Dengan Yudisium Cukup beserta segala hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Diberikan pada tanggal empat bulan Februari tahun dua ribu enam.
DEKAN Fakultas Syariah
REKTOR
Dr. Ahmad bin Abdullah Hasan Katib
Prof. Dr. Shaleh bin Abdullah Al-Abud
5.2 Kritik dan penilaian atas terjemahan Surat Izin Usaha Terjemahan Surat Izin Usaha milik Al-Hadi cenderung bersifat harfiah. Frase
رﺧﺼﺔ ﻓﺘﺢ ﻣﺤﻞseharusnya diterjemahkan Surat Izin Usaha Perdagangan bukan Izin Membuka Tempat Usaha. Secara harfiah, frase tersebut memang mempunyai makna seperti itu. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia biasa memakai istilah Surat Izin Usaha Perdagangan.
59
Dalam terjemahan ini terdapat terjemahan frase yang pesannya salah, yaitu pada frase أﻣّﺎﻧﺔ اﻟﻌﺎﺻﻤﺔ اﻟﻤﻘﺪﺳﺔyang di terjemahkan wilayah A-Ashimah AlMuqaddasah. Seharusnya frase tersebut diterjemahkan Balaikota Palestina 57 . Selanjutnya pada frase ﺑﻠﺪﻳﺔ اﻟﻐﺰة اﻟﻔﺮﻋﻴﺔyang diterjemahkan Kecamatan Ghazzah Far’iyyah. Seharusnya frase tersebut diterjemahkan Kotamadya Ghazzah. Kemudian pada frase رﺋﻴﺲ اﻟﺒﻠﺪﻳﺔ اﻟﻔﺮﻋﻴﺔyang di terjemahkan Camat. Seharusnya frase tersebut diterjemahkan Walikota 58 . Penulisan alamat diurutkan dari nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi, dan kemudian nama Negara. Akan tetapi, penerjemah menuliskan alamat hanya sesuai pada teks sumber saja, seperti: Jalan
: Rey Ar-Rassam
Desa
: Jabal Ka’bah
Sebenarnya alamat tersebut bisa disusun seperti penulisan alamat di Indonesia. Menurut penulis susunan alamad yang dimaksud sebagai berikut: Alamat : Jl. Rey Ar-Rassam Desa Jabal Ka’bah Kotamadya Ghazzah Balaikota Palestina Dalam peringatan, terdapat beberapa diksi yang kurang tepat, seperti dalam kalimat berikut:
ﻳﺠﺐ ﺗﺠﺪﻳﺪ رﺧﺼﺔ ﻓﺘﺢ اﻟﻤﺤﻞ ﻗﺒﻞ اﻧﺘﻬﺎﺋﻬﺎ ﺑﺸﻬﺮ Surat Izin Membuka Tempat Usaha ini wajib diperpanjang satu bulan sebelum masa berlakunya berakhir
57 58
M. Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia: Istilah Politik-Ekonomi, h.119 M. Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia: Istilah Politik-Ekonomi, h.167
60
Kata diperpanjang seharusnya diganti dengan kata yang tepat seperti diregistrasi atau dilakukan daftar ulang sebagaimana yang dipakai oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam penulisan surat izin usaha perdagangan. Selain itu, pada klausa masa berlakunya berakhir diganti dengan frase jatuh tempo agar kalimat tersebut terlihat efektif. Selanjutnya, kata secara terus-menerus sebaiknya diganti dengan diksi yang tepat, yaitu sampai seterusnya. Lalu, kata keterangan dengan mengenakan sanksi juga merupakan diksi yang kurang tepat, sehingga harus dipilih diksi lain yang cocok dan tepat. Kesalahan diksi juga terdapat pada surat izin ini. Kata
رﺋﻴﺲ
dalam
terjemahan Al-Hadi diterjemahkan dengan kata Direktur, sedangkan kalau kita lihat dari kata berikutnya رﺋﻴﺲ ﻗﺴﻢ رﺧﺼﺔ اﻟﻤﻬﻦkata tersebut lebih tepat kalau diterjemahkan Kepala. Pada terjemahan surat izin ini juga terdapat penulisan tanda baca yang salah. Kesalahan tersebut terdapat pada singkatan nama. Singkatan nama menggunakan tanda titik setelah huruf singkatan. Akan tetapi, pada singkatan nama Camat M/Thariq Yasin Hasan bin Yusuf, mengunakan tanda garis miring. Seharusnya singkatan tersebut menggunakan titik, seperti M. Thariq Yasin Hasan bin Yusuf. Dengan demikian, terjemahan surat izin tersebut dapat di nilai secara matematis sebagai berikut: Jenis Kesalahan
Kasus Kesalahan
Skor Nilai
Kalimat tidak
0
diterjemahkan
61
Kalimat
terjemahan - Wilayah A-Ashimah Al-Muqaddasah →
salah pesan
-5
Balaikota Palestina - Kecamatan
Ghazzah
Far’iyyah
→
-5
Kotamadya Ghazzah - Camat → Walikota
-5
Ketidaktepatan diksi, - Izin Membuka Tempat Usaha → Surat Izin
-2
ejaan dan tata bahasa
Usaha Perdagangan - Penulisan alamat
-2
- m2 → m²
-1
- Direktur → Kepala
-2
- tanda baca ( / ) → (.)
-1
- untuk selain tujuan yang dibolehkan →
-2
selain untuk tujuan yang diperbolehkan - diperpanjang → diregistrasi
-2
- masa berlakunya berakhir → jatuh tempo
-2
- secara terus-menerus → sampai seterusnya
-2
- mengenakan sanksi →memberikan sanksi
-2
- bagi → pada
-1
- perundang-undangan → undang-undang
-1
- terkait pada apabila → apabila
-2
- akhir masa berlaku → jatuh tempo
-2
- sesuai bunyi pasal → sesuai pasal
-2
Jumlah Total
-41
Dengan demikian skor nilai adalah 100 - 41 = 59. Dikarenakan teks terjemahan hanya memiliki satu halaman, maka skor nilai tersebut merupakan nilai akhir. Jadi, nilai terjemahan tersebut ialah kurang. Penulis menyarankan surat izin tersebut sebaiknya diterjemahkan sebagai berikut:
62
KERAJAAN SAUDI ARABIA DEPARTEMEN URUSAN DAERAH DAN PEDESAAN Balaikota Palestina Kotamadya Ghazzah SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN Nomor: 63176/ 9-12/ 1426 Nama Perusahaan Alamat Kantor Perusahaan Nama Pemilik Warganegara No. ID Kependudukan Kegiatan Usaha Jenis Usaha Papan/ Plang Berlaku Hingga
: --: Jl. Rey Ar-Rassam Desa Jabal Ka’bah Kotamadya Ghazzah Balaikota Palestina : Hamid Humaid Luhaibi : Kerajaan Saudi Arabia : 1063458259, 22/12/1420H/ Makkah : Rumah Makan : Makanan : 1buah Ukuran 8x1= 8m² : 11 Rabiul Awal 1430
Kepala Urusan Perizinan
WALIKOTA
Ahmad Hadhud Muhammad AlHarbi
M. Thariq Yasin Hasan bin Yusuf
Peringatan: 1. Dilarang menggunakan surat izin ini selain untuk tujuan yang diperbolehkan, 2. Dilarang menggunakan surat izin ini selain pada lokasi yang telah ditetapkan, 3. Surat izin ini wajib diregistrasi setiap satu bulan sebelum jatuh tempo, 4. Surat izin ini wajib diletakkan di tempat yang terlihat jelas pada lokasi tempat usaha sampai seterusnya, 5. Pemerintah Kecamatan berhak melakukan tindakan hukum apapun dengan memberikan sanksi yang tepat pada setiap pelanggaran sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku, 6. wajib memberitahukan kecamatan terkait pada pemilik usaha yang ingin mengubah jenis usaha atau mengalihkan kepemilikan atau menutup tempat usahanya, 7. Surat izin ini tidak berlaku apabila tidak ada kontrak sewa tahunan yang berlaku hingga jatuh tempo izin tersebut, 8. Apabila luas ukuran plang iklan tidak sesuai dengan ukuran yang seharusnya, maka pemilik tempat usaha akan dikenakan sanksi membayar denda sesuai pasal 3/8.
63
5.3 Kritik dan penilaian atas terjemahan Surat Keterangan Dokter Pada terjemahan surat keterangan dokter, nomor dan lampiran sejajar dengan kop surat. Padahal nomor dan lampiran diletakan di kiri bawah kop surat dan ditulis secara singkat, seperti: Nomor
: 4/6333
Lampiran : Bukan No.
: 4/6333
Lamp : Sementara itu, tanggal surat diletakan di kanan bawah kop surat, seperti berikut ini: Nomor
: 4/6333
15 Shafar 1431
Lampiran : Selanjutnya pada kalimat pemberitahuan berikut ini:
ﺣﺴﺎﺳﻴﺔ ﺟﻠﺪﻳﺔ إآﺮﻳﻤﺎ ﺣﺎدة و ﻻ ﻳﺼﻠﺢ ﻟﻠﻌﻤﻞ آﺨﺎدﻣﺔ و ﻳﺘﺼ ّﻊ:إﻧﻪ ﻣﺮﻳﺾ و ﻳﻌﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﺑﻌﺪهﺎ ﻟﺒﻠﺪهﺎ Bahwa pasien tersebut sakit dan mengidap penyakit ALERGI KULIT (EKSIM) yang sangat akut. Oleh karena itu pasien ini tidak layak untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan dianjurkan untuk kembali ke tanah airnya. Kalimat pasien tersebut sakit dan mengidap penyakit ALERGI KULIT (EKSIM) merupakan pemborosan kata. Oleh karena itu, agar tidak terjadi pemborosan kata dalam terjemahan, hemat penulis, terjemahan tersebut cukup diartikan pasien tersebut sakit Alergi Kulit (EKSIM). Dalam terjemahan ini, terdapat kesalahan tanda baca, seperti Yth/… seharusnya setelah Yth digunakan tanda baca titik (.) bukan garis miring (/). Lalu 64
di belakang kata penghubung antar kalimat Oleh karena itu seharusnya diletakan tanda baca koma (,). Selanjutnya,
penerjemah
Al-Hadi
melakukan
kesalahan
dalam
ketidaklengkapan menulis nama yaitu pada dr. Mahmud Shaleh yang hanya ditulis dr. Mahmud saja. Lalu, pada gelar ‘dr.’ milik Abdul Majid tidak ditulis. Padahal gelar tersebut ada dalam teks sumber. Sementara itu, ada kalimat yang tidak diterjemahkan oleh penerjemah AlHadi. Padahal kalimat tersebut lazim digunakan pada surat keterangan dokter. Kalimat tersebut yaitu:
أﻳﺎم إﻋﺘﺒﺎرا ﻣﻦ/ ﻳﻮﻣﺎ..........و ﻳﺤﺘﺎج إﻟﻰ راﺣﺔ ﺗﺎﻣﺔ و ﻳﺮﺧﺺ ﻟﻪ ﺑﺈﺟﺎزة ﻣﺮﺿﻴﺔ ﻟﻤﺪة ه
/
/
اﻟﻤﻮاﻓﻖ.....................ﻳﻮم
Apabila diterjemahkan, kira-kira pesannya sebagai berikut: Sehubungan dengan sakitnya, pasien membutuhkan istirahat, selama………..hari, dimulai dengan tanggal………………s/d ……………… Dengan demikian terjemahan di atas dapat dinilai secara matematis sebagai berikut: Jenis Kesalahan
Kasus Kesalahan
Skor Nilai
Kalimat tidak diterjemahkan
- Sehubungan
dengan
sakitnya,
pasien
-10
membutuhkan istirahat, selama………..hari, dimulai dengan tanggal………………s/d ………………
Kalimat
terjemahan
0
salah pesan Ketidaktepatan diksi, - No → Nomor
-1
ejaan dan tata bahasa
-1
- Lamp → Lampiran
65
- 15/2/1431 → 15 Shafar 1431
-2
- Pola penempatan nomor dan lampiran
-1
- Pola penempatan tanggal
-1
- Yth/... → Yth.
-1
- maka
-1
- dengan ini → Dengan ini...
-1
- saudari/ → tanpa tanda baca garis miring
-1
- dr. Mahmud → dr. Mahmud Shaleh
-2
- ....sakit dan mengidap penyakit ALERGI
-2
KULIT... → ........sakit Alergi Kulit..... - Oleh karena itu..... → Oleh karena itu, .......
-1
- Hormat kami, → Wassalamu’alaikum Wr.
-2
Wb.
-2
- Abdul Majid → dr. Abdul Majid -29
Jumlah Total
Dengan demikian skor nilai adalah 100 - 29 = 71. Dikarenakan teks terjemahan hanya memiliki satu halaman, maka skor nilai tersebut merupakan nilai akhir. Jadi, nilai terjemahan tersebut ialah baik. Penulis
menyarankan
surat
keterangan
dokter
tersebut
sebaiknya
diterjemahkan sebagai berikut:
66
KERAJAAN ARAB SAUDI DEPARTEMEN KESEHATAN Menejer Utama Urusan Kesehatan Kota Riyadh Pusat Pelayanan Kesehatan Desa ‘Alayah SURAT KETERANGAN DOKTER Yth. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap saudari Rohani Emak Nur yang ditandatangani oleh: 1. dr. Ihab Ridwan 2. dr. Mahmud Shaleh Dengan ini menerangkan bahwa pasien tersebut mengidap penyakit Alergi Kulit (EKSIM) yang sudah akut. Oleh karena itu, pasien ini tidak bisa bekerja sebagai pembantu rumahtangga dan dianjurkan kembali ke tanah air. Sehubungan dengan sakitnya, pasien membutuhkan istirahat, selama………..hari, dimulai dengan tanggal………………s/d ……………… Wassalamu’alaikum Wr. Wb. KEPALA …… dr. Abdul Majid
5.4 Kritik dan penilaian atas terjemahan Surat Kuasa Pada terjemahn surat kuasa, nomor surat ditulis dengan cara disingkat No. berdasarkan cara penulisan bagian pada buku Nurjamal dan Sumirat, nomor surat tidak boleh disingkat menjadi No. Begitu pula pada penulisan tanggal 23-6-1430H seharusnya ditulis secara eksplisit dan jelas 59 , seperti 23 Jumadil Akhir 1430.
59
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat, op.cit, h. 123
67
Selanjutnya, pada اﻟﻤﺤﺘﺮﻣﻴﻦ.................... إﻟﻰ ﻣﻦ ﻳﻬﻤﻪ اﻷﻣﺮditerjemahkan Kepada Pihak yang Bersangkutan. Menurut penulis pihak yang berkepentingan tersebut tidak jelas kepada siapa ditujukan. Selain itu, terjemahan tersebut tidak tepat, sebab jarak spasi antara kata اﻷﻣﺮdan اﻟﻤﺤﺘﺮﻣﻴﻦagak jauh. Menurut penulis spasi tersebut untuk diisi dengan nama orang yang dituju. Akan tetapi, kata
اﻟﻤﺤﺘﺮﻣﻴﻦdalam kamus al-Munawwir berarti yang terhormat; yang pantas dihormati 60 , sedangkan dalam kamus al-Ashri bermakna yang terhormat 61 . Hemat penulis kata tersebut cukup diterjemahkan Kepada Yth.. Akan Tetapi, berdasarkan penulisan surat, kata Kepada tidak perlu ditulis. Oleh karena itu, sebaiknya diterjemahkan dengan kata Yth.. Sementara itu, kalimat Fahd Saad Al-Barkah, selaku Direktur Oprasional yang bekerja pada Tn Hesham Abdullah Al-Meshari sebaiknya diformatkan sebagaimana pola surat kuasa di Indonesia 62 , seperti berikut ini: Nama
: Fahd Saad Al-Barkah
Jabatan
: Direktur Oprasional
Perusahaan : PT. Hesham Abdullah Al-Meshari Co. Ltd. Begitu pula pada terjemahan Tn. Ibrahim bin Abdullah Ali bin Mutharif, warganegara Saudi Arabia, No. Paspor: F 758374 diformat sebagai berikut: Nama
: Ibrahim bin Abdullah Ali bin Mutharif
Warganegara : Saudi Arabia No. Paspor
: F 758374
60
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), cet. Ke-25, h.258 61 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor, Al-Ashri, (Yogyakarta: Multi Karya Grafiti, 2003), cet. Ke-8, h. 1642 62 Doni Slamet, 99 Contoh Surat Bisnis, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 93-94
68
Kemudian, kalimat ….menyatakan bahwa saya telah melimpahkan wewenang dan kuasa kepada: terlalu panjang. Oleh karena itu, penulis membuang beberapa kata demi kelaziman dan kelogisan terjemahan. Kalimat tersebut menjadi …memberikan wewenang dan kuasa kepada:… Selain itu, kata penghubung …, sebagaimana juga harus diubah dengan kata serta, sesuai dengan pilihan kata yang benar. Dengan demikian terjemahan di atas dapat dinilai secara matematis sebagai berikut:
Jenis Kesalahan
Kasus Kesalahan
Skor Nilai
Kalimat tidak
0
diterjemahkan Kalimat
terjemahan - Kepada Pihak yang Bersangkutan → Yth.
-5
salah pesan Ketidaktepatan diksi, - No. → Nomor
-1
ejaan dan tata bahasa
- 23-2-1430 → 23 Shafar 1430
-1
- Saya yang bertanda tangan..... → Yang
-1
bertanda tangan..... - Fahd Saad Al-Barkah → Fahd bin Saad Al-
-2
Barkah - Fahd Saad Al-Barkah → Nama: Fahd Saad
-2
Al-Barkah - selaku Direktur Oprasional → Jabatan:
-2
Direktur Oprasional - yang bekerja pada Tn Hesham Abdullah AlMeshari
→
Perusahaan:
PT.
-2
Hesham
Abdullah Al-Meshari Co. Ltd. - warganegara Saudi Arabia → Warganegara:
-2
69
Saudi Arabia - No Paspor: F 758374 → No. Paspor: F
-1
758374 - Menyatakan bahwa saya telah melimpahkan wewenang..... →
-2
memberikan wewenang
dan kuasa kepada: - ..., sebagaimana juga berhak menerima.....
-2
→ serta berhak menerima..... - PT → PT.
-1
- Hesham abdullah Al-Meshari → Hesham
-1
Abdullah Al-Meshari Jumlah Total
-25
Dengan demikian skor nilai adalah 100 - 25 = 75. Dikarenakan teks terjemahan hanya memiliki satu halaman, maka skor nilai tersebut merupakan nilai akhir. Jadi, nilai terjemahan tersebut ialah baik. Penulis menyarankan surat kuasa tersebut sebaiknya diterjemahkan sebagai berikut:
70
PT. HESHAM ABDULLAH AL-MESHARI Co. Ltd.
SURAT KUASA Nomor : 30/156/H Lampiran : --
23 Jumadil Akhir 1430 H
Yth. Assalamu’alaikum Wr.Wb. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fahd bin Saad Al-Barkah Jabatan : Direktur Oprasional Perusahaan : PT. Hesham Abdullah Al-Meshari Co. Ltd. Dengan ini memberikan kuasa dan wewenang kepada: Nama : Ibrahim bin Abdullah Ali bin Mutharif Warganegara : Saudi Arabia No. Paspor : F 758374 Untuk mewakili kami dalam menyelesaikan seluruh tindakan procedural yang membutuhkan kehadiran kami guna kelancaran pekerjaan kami di Indonesia. Penerima kuasa berhak menghadap Instansi Pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, dan bank-bank, serta menerima, memberikan dan menandatangani berkasberkas yang diperlukan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb DIREKTUR OPERASIONAL
Fahd bin Saad Al-Barkah
71
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut, penilaian pertama pada ijazah terdapat 5% kesalahan pada kalimat yang terjemahannya salah pesan dan 15% kesalahan pada ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa. Dengan demikian, terjemahan ijasah mendapatkan nilai 80 (sangat baik). Penilaian kedua pada surat izin usaha perdagangan terdapat 15% kesalahan pada kalimat yang terjemahannya salah pesan dan 26% kesalahan terjadi pada ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa, dengan demikian, terjemahan surat izin usaha perdagangan mendapatkan nilai 59 (kurang). Penilaian ketiga pada surat keterangan dokter terdapat 10% kesalahan pada kalimat yang tidak diterjemahkan dan 19% kesalahan pada ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa, dengan demikian, terjemahan surat keterangan dokter mendapatkan nilai 71 (baik). Penilaian terakhir pada surat kuasa terdapat 5% kesalahan pada kalimat yang terjemahannya salah pesan dan 20% kesalahan pada ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa, dengan demikian, terjemahan surat kuasa mendapatkan nilai 75 (baik). Pada umumnya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam terjemahan dokumendokumen terdapat pada kesalahan diksi dan tata bahasa. Sementara itu, untuk mengetahui kualitas penerjemah Al-Hadi dalam menerjemahkan dokumen, penulis
menggunakan penghitungan milik Hidayatullah. Akan tetapi, jumlah
lembaran yang digunakan dalam menilai buku terjemahan diganti dengan jumlah
72
dokumen yang penulis pakai untuk dianalisis. Sehingga, penjumlahan akan dihitung sebagai berikut: 80+59+71+75 = 285= 71,25 4 4 Jadi, kualitas penerjemah sudah baik dalam menerjemahkan dokumen. Akan tetapi, ia juga harus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sementara itu, dari sekian kesalahan yang terdapat dalam terjemahan Al-Hadi, tidak sepenuhnya kesalahan milik penerjemah Al-Hadi, yaitu Zen Muhammad AlHadi. hal itu disebabkan setelah penulis mewawancarai karyawan Penerjemah Resmi Al-Hadi, penulis baru mengetahui bahwa tidak semua dokumen diterjemahkan langsung oleh pemilik lembaga, Zen Muhammad Al-Hadi, melainkan sebagian dokumen diterjemahkan oleh karyawannya sendiri. Sehingga mungkin terjadi kesalahan- kesalahan yang telah penulis kemukakan di bab V. Oleh karena itu, penerjemah resmi seharusnya memberikan arahan yang lebih baik pada karyawannya. Selain itu, dari sekian kekurangan yang terdapat pada terjemahan Al-Hadi, terdapat pula sisi kelebihannya. Meskipun hasil terjemahannya terdapat beberapa kesalahan yang telah penulis paparkan, terjeahan tersebut masih dietrima oleh masyarakat. Hal itu disababkan kualitas terjemahannya sudah diakui oleh Gubernur DKI Jakarta. Setelah penulis menilai hasil terjemahan Al-Hadi, penulis menyarankan jurusan Tarjamah agar memberikan perhatian penuh pada kajian penerjemahan dokumen resmi (hukum), karena di Jurusan Tarjamah belum memberikan perhatian secara khusus pada kajian tersebut. Kajian tersebut hanya dibahas secara umum saja.
73
Profesi penerjemah dokumen resmi atau penerjemah resmi (tersumpah) merupakan penerjemah yang kualitas terjemahannya diakui oleh Gubernur DKI Jakarta. Penerjemah resmi dapat bekerja di kantor-kantor hukum, kantor-kantor penerjemahan, atau bekerja sendiri secara lepas. Peluang kerjanya cukup besar. Peluang besar tersebut juga bisa mahasiswa
tarjamah
dapatkan,
jika
berkonsentrasi penuh pada kajian penerjemahan dokumen resmi sejak dini. Selain itu peran dosen juga perlu dalam mewujudkan peluang besar ini. Dosen bukan hanya memberikan materi semata, tapi praktek juga perlu dilakukan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdhor. Al-Ashri. Yogyakarta: Multi Karya Grafiti, 2003, cet. Ke-8 Alwi dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet. Ke-3 Arifin, Tadjul. Petunjuk Praktis Penerjemahan. Jakarta: Djambatan, 2006 Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004 Djuaeni, M. Napis. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia: Istilah Politik-Ekonomi. Jakarta Selatan: Teraju, 2006 Haywood dan Nahmad. A New Arabic Grammar of The Written Language. London: Lund Humphries, 1965 Hasibuan, Sofia Rangkuti. Teori Terjemahan dan Kaitannya dengan Tata Bahasa Inggris. Jakarta: Dian Rakyat, 1991 Hidayatullah, Moch. Syarif. Diktat Teori dan permasalahan Penerjemahan. Jakarta: Jurusan Terjemah, 2007 _______________________. Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan ArabIndonesia. Tangerang: Dikara, 2009 Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah, 1994 ___________. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia, 2005 Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1989 Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia, 2005 Machali, Rohayah. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000
75
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 2002, cet. Ke-25 Nurjamal, Daeng dan Sumirat, Warta. Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia. Bandung: Alvabeta, 2010 Omar, Asmah Haji, ed. Aspek Penerjemahan dan Interpretasi. Kuala Lumpur: Pusat Bahasa Universiti Malaya, 1979 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia, 2005, cet. Ke-6 Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama, 2007 Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008 Simatupang, Maurits D.S. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999 Slamet, Doni. 99 Contoh Surat Bisnis. Bandung: Nusa Media, 2010 Soge, Paulinus. Menerjemahkan Teks Bahasa Inggris Ilmiah Teori dan Praktek. Yoyakarta: Universitas Atma Jaya, 1989 Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia, 1993 Wahyuni, Nuning. Bahasa Surat Mahasiswa BIPA Tinjauan Kesalahan Diksi dan Gramatika. Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1997 Widyamartaya. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989
76
Rujukan dari Internet Definisi Dokumen. http.//indonetasia.com/ definisionline/?=pengertian-dokumen. (diakses pada tanggal 4 November 2009) Komunitas anak sastra Universitas Pendidikan Indonesia. Sosiolinguistik: Hubungan Bahasa dan Budaya. anaksastra.blogspot.com (diakses pada tanggal 2 Desember 2009) Nababan, Mangatur. Kompetensi dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan. uns.ac.id/cp/p/penelitian.http (diakses pada tanggal 2 Desember 2009) Wikimu. Apa sih penerjemah tersumpah?. wikimu.com/News/DisplayNews.aspx (diakses pada tanggal 4 November 2009) www.siuprkaskus.com http://i450.photobucket.com
77
LAMPIRAN
78
Lampiran I Ijazah Bahasa Arab
79
Lampiran II Terjemahan (Ijazah) Al-Hadi
80
Lampiran III Ijazah Bahasa Indonesia
81
Lampiran IV Surat Izin Usaha Perdagangan Bahasa Arab
82
Lampiran V Terjemahan (Surat Izin Usaha Perdagangan) Al-Hadi
83
84
Lampiran VI Surat Izin Usaha Perdagangan Bahasa Indonesia
www.siuprkaskus.com
85
Lampiran VII Surat Keterangan Dokter Bahasa Arab
86
Lampiran VIII Terjemahan (Surat Keterangan Dokter) Al-Hadi
87
Lampiran IX Surat Keterangan Sakit/ Dokter Bahasa Indonesia
http://i450.photobucket.com
88
Lampiran X Surat Kuasa Bahasa Arab
89
Lampiran XI Terjemahan (Surat Kuasa) Al-Hadi
90
Lampiran XII Contoh Pola Surat Kuasa SURAT KUASA PENGAMBILAN DOKUMEN DAN PENGELUARAN BARANG IMPORT Kami yang bertanda tangan di bawah ini Nama Jabatan Nama Perusahaan Nomor NPWP Nomor APIT
: : : : :
Selanjutnya dalam surat kuasa ini disebut sebagai PEMBERI KUASA, dengan ini memberikan kuasa kepada: Nama Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepabeanan : Nama perusahaan : Nama pimpinan PPJK : Alamat : Selanjutnya dalam Surat Kuasa ini disebut sebagai PENERIMA KUASA, untuk mengambil dokumen dan pengurusan pengeluaran barang import mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku pada kantor pelayanan Bea dan Cukai di Indonesia, adapun rincian barang tersebut adalah sebagai berikut: Nama Pengirim Nomor Invoice Nama Barang Volume Barang Nilai Invoice Nomor B/L Nama Kapal Negara asal
: : : : : : : :
Demikianlah surat kuasa ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan ____________, ______________ 20……
91
SURAT KUASA Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ________________ Pekerjaan : ________________ Beralamat : ________________ selanjutnya disebut sebagai “Pemberi Kuasa” Dalam hal ini memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya tersebut di bawah ini dan menerangkan dengan ini memberi kuasa dan wewenang kepada : 1. …………… 2. …………… Para Advokat yang beralamat di kantor Hukum ___________________, beralamat: _______________, bertindak baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri, yang untuk selanjutnya disebut sebagai “Penerima Kuasa” K H U S US Bertindak mewakili untuk dan atas nama Pemberi Kuasa dalam hal ________________ke pengadilan negeri ________________, beralamat: ________________ terhadap: Nama : ________________ Pekerjaan : ________________ Beralamat : ________________ Untuk itu, Penerima Kuasa dikuasakan untuk membuat dan menandatangani surat - surat, menghadap instansi yang berwenang, melihat dan mempelajari berkas perkara, berita acara, meminta keterangan-keterangan, meminta penetapanpenetapan, putusan, dapat mengambil segala tindakan yang penting, perlu dan berguna sehubungan dengan menjalankan perkara, mempertahankan kepentingan Pemberi Kuasa, membalas perlawanan serta dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan yang umumnya dapat dikerjakan oleh seorang kuasa guna kepentingan tersebut di atas. Dan selanjutnya mewakili pemberi kuasa untuk mengambil segala tindakan yang perlu bagi kepentingan pemberi kuasa sebagaimana lazimnya pekerjaan seorang Advokat , selanjutnya kuasa ini dengan tegas diberikan hak subsitusi dan hak retensi (tempt/tgl/bln/thn). Penerima Kuasa MATERAI Rp. 6000
(________________)
Pemberi Kuasa
(________________)
92