p r a s a r a n a d a r i sem u a p ra sa ra n a pem bangunan
k u m p u la n
tu lis a n
o e je n g s o e w a r g a n a 1909
Penerbit „G A N A C O ” N.V.
\
2
dari 5
SA
sjarai muilak pem bangunan
Material Money Machine ad alah iu gas PENDIDIKAN
Manpower .Management
PENDIDIKAN Prasarana dari semua prasarana
pembangunan
Kumpulan tulisan OEJENG SO EW ARGANA
Penerbit GANACO N.V. 1969
KATA
PENGANTAR
Dalam Seminar KAMI Djawa-Barat jang diadakan di Ban dung dalam bulan Djanuari 1969 jbl. Bapak OEJENG SOEWAR* GANA menjampai'kan prasarannja dengan d ju d u l: ,PENDIDIKAN UNTUK MENTJAPAI KESTABILAN POLI TIK DAN KESTABILAN EKONOMI, SEBAGAI L A N D A SA N UTAMA UNTUK MENSUKSESKAN PELAKSANAAN PEM BANGUNAN LIMA TAHUN”. Ternjata perhatian orang luar biasa besarnja. U ntuk meme nuhi permintaan para peminat — diantaranja dari kalangan De partemen P & K dan P.G.K.I. — gagasan Pak Oejeng itu terpaksa diperbanjafc (distensil) lagi, jang kemudian dikirimkan djuga kepada para ahli pendidikan terutam a dari IKIP Fakultas Pendidikan diseluruh Nusantara. Mengingat banjaiknja perhatian, timbullah fikiran pada kami untuk menerbitkan prasaran P^k Oejeng itu dalam satu buku (bundel) berisi kumpulan tulisan2-nja dalam bidang Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan. Buah fikiran Pak Oejeng banjak jang telah diterbitkan. se bagai brosur. Adakalamja dimuat dalam W artaharian atau Madjallah Pendidikan. Karangannja jang dikirimkan keluar negeri banjak jang diterdjemahkan dan dimasukkan dalam m adjallah2 ilmu pengetahuan. Jang pernah disalin kedalam 5 bahasa asing : (1) Belanda, (2) Inggeris, (3) Perantjis, (4) Djerman, dan (5) Rusia, jaitu tulisannja dengan djudul ,.PERKEMBANGAN LEK TUR UNTUK ANAK2 DI INDONESIA DIDJAMAN PENDUDUKAN BELANDA DAN SESUDAH MERDEKA”. Karangan tsb. di masukkan djuga dalam buku i n i ! Prakarsa Pak Oejeng banjak jang kemudian ternjata sangat berpengaruh dan terbukti diikuti orang dikalangan dunia pen didikan dan pengadjaran di Indonesia, m isaln ja: (1) Methode peladjaran permulaan membatja dengan sistim „KUPAS-RANGKAI SUKUKATA”, jang dalam bahasa Inggeris disebut ’’The Syllabic Method” (2) Methode peladjaran bahasa Indonesia baru, jang diberi nama „Methode Ilmu Bahasa'” atau „Methode Perbandingan Bahasa”, dalam bahasa Inggeris lazim disebut ”The Linguistic Method” (3) Methode menulis „INDAH DAN MUD AH” , jang meninggalkan sistim „tipis-tebal” warisan m ethode „Hogeboom & Moermans” dan „Noyons & Claasens” didjam an kolo nial Belanda (4) Prakarsa untuk melaksanakan sistim ’’RURAL COMMUNITY EDUCATION” jang dipusatkan pada 7 projek 3
sosial atau ”7 social centred projects” (5) Gagasan u n tu k m e ninggalkan sistim uru tan pengerdjaan dalam berhitung jan g da hulu terkenal dengan rum us ’’MVDWOA” atau di-Indonesia-kan m endjadi rum us „PKBATK” (6) Saran untuk m engganti Projeksi M ercator dalam Atlas untuk 'keperluan Pendidikan dengan (a) Regional Projection dari John Bartholomew dan (b) Sistim P ro jeksi Asia diambil dari Karl B. Mollweide Projection (7) Gagasan untuk mendirikan BIBLIOTHIK DESA disem ua desa d i DjawaBarat. U ntuk para pem batja jang berhasrat ingin m engikuti „KARSA DAN KARYA” Bapak O.ejeng Soewargana dalam bidang Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan dalam buku ini kam i sampaiikan beberapa tjatatan, jang dahulu pada awal . tahun 1967 pernah diminta oleh Bapak M enteri P & K dan P engurus Besar P.G.R.I. di Djakarta. Mudah-mudahan buku ini benar2 ada gunanja untuk para pem batja jangterhorm at, sebagai bahan pertim bangan untuk memikirkan perentjanaan dan pelaksanaan modernisasi „PEN D IDIKAN”, jang oleh Bapak Oejeng Soewargana dinjatakan sebagai „PRASARANA DARI SEMUA PRASARANA PEM BANGU NAN”. Amin, ja Robul Allamin !
i Bandung, 10 Februari 1969.
Direksi Penerbitan „GANACO”, „MASA BARU” dan „SANGGABUWANA”
4
PENDIDIKAN UNTUK MENTJAPAI KESTABILAN POLITIK B A N KESTABILAN EKONOMI SEBAGAI LA N D A SA N UTAMA UNTUK MENSUKSESKAN PELA K SA N AA N PEMBANGUNAN LIMA TAHUN.
I.
PEMBINAAN DAJAGUNA SOSIAL POLITIS Apa jang harus diperhatikan dalam pendidikan di Indonesia untuk mentjapai kestabilan politik.
1.
PERTIMBANGAN POLITIS.
1.1.
Tiap insan adalah „anggota dari sesuatu m asjarakat” (de m'ens als gemeenschapswezen). Sebagai anggota dari suatu „lkesatuan lingkungan hidup-bersama” tiap insan> itu mempunjai tugas dan tanggung-djawab te r tentu, jang harus dibina sedemikian ru p a sehingga meresaplah suatu KESADARAN TUGAS dan KESADARAN TANGGUNG-DJAWAB sebagai warganegara jang baik, merupakan sjarat mutlak untuk m entjapai suatu KESTABILAN POLITIK. Stabilitas politik di Indonesia bisa tertjapai djika para insan anggota m asjarakat dan warganegara Indonesia itu dibina sehingga tertjapai suatu taraf "state con sciousness” (kesadaran kenegaraan), ”national consci ousness” (kesadaran kebangsaan) dan ”political con sciousness” (kesadaran politik) sesuai dengan landasan filsafat pemerintah PANTJASILA berpidjak pada UUD-45. 1.2. Di Negara2 Sosial-demokrat di Eropah-Barat maupun di-lain2 benua demikian pula di Negara^ Komunis, pembinaan mental untuk m entjapai suatu ta ra f „state consciousness”, „national consciousness” dan „political consciousness” sangat diutamakan, terutam a sesudah Perang Dunia ke-II. Pengadjaran d an pendidikan ,,'ketata-negaraan” dan ^kewarga-negaraan”, jang lebih terkenal dengan nama „pendidikan civics” dilaksanakan dimana-mana dengan intensif sekali. Ditambah dengan pembinaan },social consciousness” (kesadaran 5
sosial) menurut konsepsinja masing-’ jang berbeda. daaran f r a n sosial ° s o S enarn Per0bahan ^ i nNegara a a n „kesapaling^ djelas terdapatP di Dior ”epnsi T f f ”13 S . ,konSOSIALISMF” Hvr {1)J*onsePsl s°sial ..NATIONAL lALlbME didjaman Pemerintahan Hitler iirnm sepsi sosial „SOSIAL-DEMOKRATT«3Mp» • « terdapat di Neg ReoubUk F p J p n - ang Sekarang
^
S S ’sw j(^gkZkpk sosialm™ 1.3.
M e ™ t T s s r d, r h atik an = menurut Tarzie Vitachi d X m ^ u k 3 ’’Indonesia” dan, Sukarno” dikalanean oara At? b^ UI1Ja -The Fall of karta terdapat s u a r pS rfaLat ! hMllit“ Asing di Djath' 1965 ^ u gagai emberontak“ enaAngkatan Darat terniata tw v an]a oleh kasebabkan didalam tubuh A n g tif^Up ”KoiV[PAK” di-
ngaruhi oknum, ia™ dan tidak berhasii
^ J a t a hanja daoat sadja s e W -
3‘ mpe‘
fS S
■
n GA UNSUR J a n g h Untuk mentianai DIUT a MAK a n . keutuhan keiatvn *?stqbiton poUtik nesn dalam p e n d tfi^ Pf SatW(m «
21.
tsb . I
Z
^
h aru s
mendjaga I n T
sS L>“ ^SITna“ ^
lembaga- (sime
S « 'r,
n
} Unsur
tuan bangsa1didalam keadaan bagaim anapun djuga ada lah ....................Kaisar TENNO HEIKA. Di Inggris dan di Negara Belanda adalah „The Crown” (Sang R atu). Kita di Indonesia mempunjai PANTJASILA jang dapat didjadikan LEMBAGA jang harus bersama-sam a didjundjung tinggi untuk m endjam in keutuhan kesatuan dan persatuan dari Bangsa dan Negara Indonesia. KESADARAN HUKUM dan KESADARAN TATA HUKUM.
Kestabilan- politik jang benar" demokratis dan berkeseimbangan bisa tertjapai djika benar2 tertjap ai kesa daran „Hak Azasi Manusia” dan „The Rule of Law” iang harus dibina dalam pendidikan setjara sistimatis. Kesadaran „Hak Azasi Manusia” itu harus sam pai ke pada s u a t u ’taraf sehingga Rakjat dapat mendakwa Pelaksana Pemerintahan jang m enjalahgunakan atau menialahtafsirkan tugas-tanggungdjawab dan hak ke•kuasaannja („rechtskundige vervolgmg van een over■treding van een overheidsdaad ). Kesadaran dan pelaksanaan „Social Control dan Social participation” harus dibina untuk m endjam in pelaksanaan A dm inistrasi Negara, dan pelaksanaam Hukum sesuai dengan ketetapan2 jang berlaku, berlandasan m oral jang berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan. DUKttNG-AN MA'SSA.
Kestabilan politik hanja dapat tertjapai bilam ana konsepsi-konsepsi politik dapat berpidjak pada ‘k onsensus umum jang seluas-luasnja. Untuk m entjapai itu daja armerceptie dan- daja appreciate politis d a n m asjarakat harus dibina dan ditingkatkan dengan pendidikan. Dalam Sedjarah, „kesatuan” dan „persatuan” bangsa itu mudah tertjapai, djika benar2 terasa oleh massa bahwa persoalan jang dihadapinja itu adalah untuk kenentingan bersama. Kepentmgan bersama, perasaan senasib sepenanggungan akan menondjol djika ra k ja t m enshadapi MUSUH BERSAMA, seperti dahulu dialami ketika Indonesia menghadapi agresi D jepang dan Relanda Musuh bersama” itu sebenarnja tidak p erlu dalam bentuk agresi' fisik jang harus dihadapi dengan 'konfrontasi bersendjata jang berdarah” sadja. „MuUuh bersam a” itu bisa djuga dalam bentuk „kem elaratan bersam a”, „kekurangan sandang, pangan dan pa pan bersam a” jang harus dihadapi bersam a-sam a da-
’i 0nfri >ntasi, dengan Patj u1’ PuPuk dan mependidikan. ran rah ’tu ha™s dibina melalui Salahsatu kemungkinan kelemahan Badan Pem erintah pada tmgkat Pusat, DST-I, DST-II sampai ke Ketiamat an dan Desa-, jang dipimpin oleh tokoh2 Militer iaitu ISME’’ngp e m C in r| ? r|k0T niS diS6but ”K0MANDOberfflci'r tanggung-djawab «
\ 6r-
n!
p u n jai an dil dalam p e m ik ira i? d an m em dan ,taktik p elak san aan n ia n fh P en S olah an siasat m ereka m ungkin S k a t . ' D* ad aP an P a ra P e m b e sa r dibelakang ^ r ^ t L e r Z W ' a k a " te ta Pi bisa m em buat R a k ja t D j l f t a a n a t i f h ? d em i»“ an bodoh, sebab penentuan ko n sep si dan 1 iSp m an S sa
um tm ” Sah hasil perundingan bersendi v anaannj' a ’ sel>agai hasil tawar-menawpr C o n se n su s resultante dari poutik a i L ! r ’ merupakan satu
dSaUuhh ™ S3ngat lihay dengan mk8”' f U" g Karno DJA” Ma?Ja ’■p e n ja m b u n g LIn Au g?,takan bahwa
a ^ s a t s R .- is s f a 5^ " » ■ » » « » Ja n g „ « „ s d i „ a s i
M
£
(b>
^ n g a r u h t j a n w ? ? 1 trad isi P e m L 5 f k o tak jk o ta k
£
Z
3
£
5
$
$
$
s
c
B“ ng Karno dengan n 11" d3n Bel^ d a . dalam p ra te * to a ”GUIDED n ^ asi Politik
:'?£4,", S 2£»S.“ » •»4 « S “acy" * 1 - - » « J {g ^ ^ S T S
TRADISI BER FIK IR POLITIS DAN BEROPERASI ’P O U T JS SEPERTJ BELANDA.
* Negara Belanda adalah satu N egara jan g m em pu njai riw ajat jang -chas, sebagai N egara jang pernah didjadikan „tem pat pelarian orang2 jang dikedjarkedjar karena perbedaan pendiriannja dalam Aga ma” oleh penganut Luther, Zwingli dan Calvijn 'di djaman ,,Hugenoten-Oorlog”, ipembunuhan masaal waktu „Bartholomeusnacht”, dan lain2 persengketaan Agama. N egara2 dibagian Selatan dari Eropah,. seperti Portugal, Spanjol dan Itali pada w aktu itu sangat kuat dikuasai oleh Geredja Katholik. Oleh karena itu refugees — jang kem udian disebut Protestanten — m entjari daerah jan g aman serta dapat memberi kebebasan beragama (m enurut kepertjajaannja masing2) di bagian U tara dari Eropah. Dipilihnja daerah pelabuhan jang terbesar di djam an itu, seperti AMSTERDAM, ROTTERDAM dan ANT WERPEN, dimana penduduknja pada um um nja lebih tolerant dan dapat berfikir lebih progresif. Tidak ada bedanja dengan Agama Islam jang dalam phase perm ulaan m endapat penganutnja di daerah2 pelabuhan, di P. Djawa, Sumatera maupun d i'S u la wesi. Karena itu tumbuhlah di N egara Belanda pengkelompokan (pengkotakan) orang2 jang fanatik dan sensitif sekali dibidang politik jang berpidjak pada dogma dan moral Agama kepertjajaannja masing-masing. Dalam bahasa Belanda terkenal dengan istilah „verzuiling in de Nederlandse politiek”. * Dalam riw ajat perkem bangan politik di Negeri Be landa sebagian besar dari „Partij2 Politik” itu berlandasan Dogma dan Moral Keagamaan, seperti te r dapat dalam P artij2 : Staatskundig G ereform eerde Partij (Staatskundig Gereformeerde Kerk), Christelijk Historische Unie, Katholieke Volks Partij, A nti Revolutionaire Partij (C alvinist!), dsl. * Melalui saluran- Organisasi K epartijan itu segala sesuatu diusahakan supaja dilaksanakan m en u ru t dog ma dan moral Agama kepertjajaannja. Pengkotakan dalam kelompok2 keagamaan itu begitu kuat, sehingga pada um um nja orang dapat m engetahui Dogma Agama jang dianutnja dari .................... tem p at b e kerdja atau tem pat tinggal orang2 itu, m is a ln ja :
(a) Bekerdja di Vroom & D reesm an um u m n ja Katholiek (b) berum ah tinggal di HUIZEN u m u m n ja Staatskundig Gereformeerd. Sampai kepada wartahaTian, radio dan televisie di Negeri Belanda terdapat „verzuiling” atau pengkotakan jang kom partim ental m isalnja dalam bidang RADIO dan TV : (1)- NCRV = N ederlands Christelijk Radio Vereniging (2) VPRO "= V rijzinnig Protestans Radio Omroep (3) KRO = K atholieke Radio Omroep (4) AVRO = jang dikatakan orang dikuasai oleh Calvinisten dan (5) hanja VARA sadja d ari pendukung Partij vd Arbeid jang sekularis. Mengingat pengaruh tjara berfikir politis di N egara Belanda seperti tsb. diatas, dapatlah difaham i djika di Indonesia tum buh ketjenderungan u n tu k bergerak dalam politik m enurut pengkelom pokan k ep er tjajaannja jang terpisah-pisah sehingga di Indonesiapun tumbuh satu „verzuiling” dalam k ep artijan se perti terdapat dalam : (1) Partij Sarekat Islam In donesia (2) Partij N.U. (3) P artij Tarbi’ah Islam iah (4) Muhammaddiah, jang mengizinkan p ara pemimpinnja untuk beroperasi dibidang politik (5) P artij Muslimin Indonesia (6) Partij K risten Indonesia (7) Partij Katholik Indonesia. D engan kem ungkinan timbulnja pengkelompokan- jang lain, s e p e rti: Djamiatul Waslijah, A1 Irsjad, Persatuan Islam, dsb. dsb. ,,Verzuiling” (pengkotak-kotalkan) d alam td u n ia k e partijan di Indonesia dengan tjara beroperasi politik jang dititikberatkan kepada „ideologi” (ideology oriented) dan bukan kepada „program a k erd ja demi kesedjahteraan rak jat dan peningkatan nilai kemanusiaan” (program oriented) terb u k ti telah memenimbulkan serangkaian kegagalan serta penjelewengan/petualangan politik jang achirnja m endjurus kepada Pemberonta'kan G-30-S/PKI. Setelah mengalami berbagai krisis sebagai hasil k e gagalan politik, tumbuhlah hasrat untuk m em perbaharui struktur kehidupan politik di Indonesia sam pai kepada pemikiran alternatief jang paling ekstrim jaitu sistim „DWIPARTIJ” jan g ditjetuskani dalam Ikrar Rakjat Djawa-Barat. Demi ikestabilan politik, baiklah diperhatikan, bahwa pengstrukturan kembali Pola Kehidupan Politik —
jang sudah men-darah-daging begitu lama — bukan suatu hal jang dapat DIKOMANDOKAN ! Perobahan harus berlandasan KESADARAN POLITIK jang hanja dapat tertjapai berangsur-angsur m elalui p e n didikan dan penerangan jang sistimatis dan terarah ! * Berlainan sekali keadaan d i : (1) INGGRIS, jang hanja mengenai dua Partij Tories dan Labour sadja (2) AMERIKA SERIKAT jang hanja mengenai Partij2 Demokrat dan Republik sadja disertai Partij Ketiga dari Wallace, tanpa dipengaruhi oleh dogma Agama jang dianutnja. * PAKISTAN meskipun berdiri sebagai a'kibat dari pertentangan Agama, dibentuk oleh orang2 Islam jang ingin memisahjcan diri dari India, .................... ternjata tjara berfikir dan beroperasi politik orang disana lebih SEKULARIS djika dibandingkan de ngan keadaan di Indonesia. * Di MALAYSIA tidak terdapat verzuiling (pengkotakan) dalam partij2 Islam seperti dialami oleh In donesia. > ' Tjatatan: Makin lama di Negara Belanda makin disadari kekangan2 jang merugikan d a n tjara berfikir dan beroperasi politis jang „compartimentaal” jang berkotafc-kotak m enurut dogma dan moral kepertjajaannja masing; masing. * . . Dalam tiga tahun jang terachir mi perkem bangan gerakan modernisasi politik untuk melepaskan diri dari „verzuilings-traditie dalam hidup kepartijan itu ternjata kuat sekali. Menurut public opinion poll tahun 1968 jbl. kuranglebih 76% dari Rakjat Be landa menghendaki tjara beroperasi politis jang lebih sekularis. Tjita-tjita jang dahulu ditjetuskan oleh prof. Huizinga m endapat dufeungan jang sangat luas sehingga terbentuklah partij baru dengan nam a „D-66” (De mocratic 66) dibawah pimpinan van Mierlo, jang terutam a mendapat dukungan dikalangan intelegentia dan angkatan muda. Untuk mentjapai KESTABILAN POLITIK, dewasa ini di Negara Belanda berkem bang 11
suatu idea supaja m erobah UUD sehingga R akjat dapat memilih Perdana M enterinja setjara langsung, jang akan diberi wewenang selama periode pem ilihan um um berlaku. Dengan demikian bentuk pem erintahan- akan lebih m enjerupai sistim di A m e rika, di Inggris, dan di ............... Indonesia. * Sesuai dengan 'ketetapan dalam UUD-45 hak legislatif dipegang dan dilaksanakan oleh DEW AN PERWAKILAN RAKJAT, jang harus m enjetudjui tiap Undang-Undang jang akan diundangkan oleh P re siden R.I. Di-lain2 Negeri — terutam a di N egara2 Besar jang memegang peranan penting dalam pertjaturan. poleksosbud intem asional — m ulai disadari betapa complex-nja persoalan- „poleksosbud” itu. Sedemikian rum itnja sehingga Dewan Perw akilan Rakjat di-negara2 itu berkejakinan foahwa persoalannja tidak akan dapat diselami oleh ra ta 2 anggota Parlemen. Itulah sebabnja makin lam a DPR di N egara2 Besar itu makin 'banjak m em pergunakan bantuan dari „Komisi Penasehat”, terdiri atas p ara ahli terpilih jang dianggap top-experts dalam bidangnja masing2, jang adakalanj.a disebut „technocraten” . „Singa2 Podium” jang pintar berpidato dim uka mimbar parlem en di Negara2 Besar, dalam banjak hal menjerahkan keputusan persoalan kepada p ara „technocraten”. Sesuai dengan pendirian De Gaulle, jang m engatakan: „that politics are too serious a m atter to be left to politicians” Bandingkanlah kea daan diatas dengan kedjadian di DPRD-GR Kotamadya Bandung, didjaman Orla, jang — p ada su atu waktu — mengambil resolusi untuk m endukung „Aldjazair”. Ketika ditanja, Anggpta DPRD-GR itu ternjata tidak mengetahui presis dim ana letak n ja Negara Aldjazair itu, berapa banjak penduduknja^ bagaimana sedjarahnja, bagaimana perekonom ian, dan bagaimana keadaan politik di Negara itu ja n g sebenarnja. PENGARUH POLITIK NASAKOM DAN GUIDED DEMO CRACY.
Prof. dr. DONALD HINDLEY, jang m em peladjari perkembangan komunisme di Indonesia, m enulis da-
lam bukunja „The Communist Party of Indonesia, 1951-1963” pada halaman 121-122 seperti b e rik u t: •„Sedari 1951, dibawah pimpinan* Aidit aktivitas dan propaganda PKI terutam a ditudjukan untuk membangkitkan suatu „image” (kesan), bahwa PKI itu suatu partij jang benar patriotik, antikolonial, mendukung Agama, penuh tanggungdjawab, menentang penggunaan kekerasan da lam usahanja untuk mentjapai tjita2 politik dan sungguh2 tangguh dalam m empertahankan prinsip-prinsip demokrasi. PKI tidak dapat menim bulkan kesan demikian pada perm ulaan tahun 1951, oleh karena PKI dalam pemberontakan Madiun telah menjerang Pemerintah Pusat pada waktu sedang menghadapi agresi Belanda serta telah membunuh banjak sekali santri-. Pendek kata, tanpa kesan jang menguntungkan, akan sukarlah, malah boleh di'katakan tidak mungkinlah bagi PKI untuk mendapat dukungan massa Itulah sebabnja pimpinan Aidit pertama-tama harus menjangkal semua tuduhan bahwa pem berontakan Madiun itu mevupakaiv suatu serangan jang bersifat anti-nasional. Dalam bu aa tember 1950, tidak lama f e t e l a h oinan kawannja Lukman kembali kedilla“ P ^ tih partij, PKI menerbitkan sebuah ,,B ^ u Pu“ Madiun”, di mana diuraikan suatu inte fi jang patriotik. Dengan tegas PKI ’ bahwa di Madiun telah didirikan p em en u an Re publik Indonesia jang lain (sebagai tandI g ). bahwa bendera Merah-putih telah d ito jn fcan bahwa lagu Kebangsaan Indonesia-Raya telah a g a n ti................................................... Betapa radjinnja PKI memutar-balikkan tuk mengelabui masjarakat telah kita alami. S dengan instruksi Lenin dalam bukunja w hat is be do n e?”, bidang pengadjaran sedjarah clan civics” sangat diperhatikan oleh antek2 d a n r i u . Bukan suatu hal jang kebetulan bahwa crypto-komunis SOEMARDJO mengarang buku2 sedjarah untuk semua tingkatan sekolah, dari SD sampai ke SLA. Kemudian oleh dia sendiri, sebagai orang jang ber13
wewenang di Dep. P & K, buku2 itu dipesan dibagikan dan diperintahkan untuk dipakai di seluruh In donesia. Dalam salahsatu surat perintahnja atas na ma Dep. P & K, ditetapkan bahwa perebutan kekuasaan oleh PKI di Madiun th. 1948 itu TIDAK BOLEH disebut „PEMBERONTAKAN MADIUN”, akan te tapi harus diberi nama netral „PERISTIWA MADI UN”. Demikian pula buku civics susunan Sekdjen P & K SOEPARDO DKK jang dipesan, dibagikan dan di tetapkan sebagai buku wadjib di semua tingkatan sekolah, telah disalahgunakan untuk m enanam kan „kesadaran ketatanegaraan”, „kesadaran sosial” dan ,,kesadaran politik” m enurut konsepsi Komunis. Siasat „united front” dari komunis dim asukkannja. me nurut pola taktik-strategi jang digariskan oleh Lenin dalam menguraikan „m anipol” jan g ditjanangkan oleh Bung Karno. ( Sajang sekali sampai sekarang belum a d a -u sa h a d a ri Dep. P dan K jang positif u n tu k m engikis habis sisa2 pengaruh dari pengadjaran sedjarah dan civics jang dahulu disebarkan oleh crypto-com m unist SoepardoSoemardjo dkk. Belum ada bukus baru dalam bidang peladjaran „civics” dan „sedjara%” jang dengan ren tjana jang tertentu dari pim pinan Dep. P & K. disu sun dan dipergunakan di-sekolah2 kita. * Dengan dalih „revolusi belum selesai” diinstruksikan oleh Bung Kamo untuk mela&sanakan sistim „guided democracy”, jang dalam praktek tern jata (a) berangsur-angsur menghilangkan „Hak Azasi Manusia” dan (b) menjelewengkan pelaksamaan murni dari UUD-45. Ditunggangi- oleh PKI tja ra ber fikir politis dibina m enurut pola2 Komunis, ditanam kan setjara intensif melalui pendidikan jan g te rk e nal dengan sebutan „indoktrinasi politik”. Didjaman. Orla tibaJah kita kepada suasana1,,wie Tiiet voor mij is, is tegen mij”, dimana tidak diberikan tem p at kepada fihak jang ingin mengadakan „oposisi loyal” . ”gotong. r °j°n g ” dan „tjara m entjapai MUFAKAT dengan djalan m usjaw arah” disalahgunakan untuik memaksakan kehendak sesuatu golongan terhadap golongan jang lain. Dengan hilangnja „social control” dalam suatu ben tuk „oposisi loyal” sebagai sjarat-m utlak dalam Pe-
merintahan jang benar2 demokratis, ........................ keadaan di Indonesia berangsur-angsur m endjurus kesistim Pem erintahan jang totaliter, sesuai dengan konsepsi politik Komunis. * Setelah mengalami indoktrinasi politik m enurut pola komunis, sebaiknja anak-didik kita diberi bimbingan bagaimana mereka dalam suatu m asjarakat jang benar2 demokratis dapat melaksanakan „social con trol” dan ,.social participation”, m erupakan suatu ,.oposisi loyal” jang mengemukakan kritiknja de ngan PENUH TANGGUNGDJAWAB. Baiklah disadari benar- apa jang baru2 ini dikatakan> oleh dr. Hatta, bahwa : ,}Keadaan sekarang ini, adaldh masa peralihan dari kehidupan diktatur warisan Sukarno pada kehidupan demokrasi jang m u m i”. Anak-didik kita harus dibina' untuk hidup berdam . pingan setjara harmonis dengan sesama anggota m asjarakatnja m eskipun berlainan pendirian. Generasi Muda 'kita harus dibina pula bagaimana dapat menjebar-luaskan pendiriannja TANPA kekerasan. Harus dididik bagaimana mempraktekkan tata-tjara berorganisasi, serta bagaimana mempergunakan dan mendjaga sebaik-baiknja „hak azasi individu” dir dalam kesatuan organisasi itu ! Tjatatan: Sampai sekarang Dep. P dan K. belum mengemukakan konsepsinja untuk m elak sanakan „opvoeding tot gemeenschapszin” membina anak-didik kita sebagai anggota suatu masjarakat jang bertanggungdjawab dalam tata tjara hidup bersama jang benar-benar demokratis, sebagai usaha un tuk menghilangkan pengaruh konsepsi berorganisasi dan konsepsi hidup dalam m asjarakat m enurut pola komunis jang dahulu didjaman Soepardo-Soemardjo cs pernah ditanamkan oleh Dep. P & K. 4.
BEBERAPA HAL JANG HARUS DIPERHATIKAN.
Dengan pendidikan kita harus mempersiapkan generasi jang akan datang supaja .mereka itu m a t a n g dan s i a p , dibekali ilmu pengetahuan, serta ketrampilani dan kemampuhan djiwa maupun djasmani untuk melaksanakan tugas dan 15
tanggungdjaw abnja................... di-tahun* jang akan datang. Rentjana pendidikan harus difikirkan setjara Prognostis atau Futurologis dengan pandangan „djauh kem uka” , memperhitungkan keadaan dan problema2 didjaman jang akan d a tan g ! Peladjaran djaman sekarang akan m endjadi Pemimpin di masa jang akan datang. Teristimewa dalam bidang ilmu-pengetahuan .,sos-pol” kita harus memperhatikan pertimbangan2 seperti berikut : 4 .1 .
HAKUS DAPAT MELEPASKAN DIRJ DARI PENGARU H P E LADJARAN „SOS-POL” BELANDA JANG „EROPA-CENTRiISCH".
* Buku Sedjarah Dunia jang dipakai di Indonesia se karang ternjata masih kuat dipengaruhi oleh isi bu ku peladjaran Belanda dahulu, seperti k a ra n g an : Rijpma, Ottossen, De Jong & Poelje, De Haan, Blonk & Romein, Klan terachir karangan van den Berg. Buktinja = Dalam beberapa buku ada jang menondjol'kan Marco Polo sedang achli geo graphy Islam jang lebih berpengaruh karya ilmiahnja s e p e rti: Ibn Kurdadbegh, A1 Idrisi, A1 Haraki, A1 Mashudi, Ibn Batuta tidak disebut-sebut. (Marco Polo sendiri mempergunakan peta2 dari A1 Idrisi, jang terkenal m elukiskan petanja setjara terbalik, dengan Selatan disebelah Atas). = Masih lebih menondjolkan N egara2 Ke budajaan. Eropah jang sudah m undur pengaruhnja, seperti Portugis, Spanjol, Junani, dsb. akan tetapi sebaliknja ku rang menguraikan N egara2 besar seperti Rusia, Tjina, Djepang, India, jan g terbukti djauh lebih besar pengaruhnja dalam pertjaturan „poleksosbud” internasional. = Kurang menondjolkan kem adjuan dan peranan Negara2 Islam dalam perk em bangan Kebudajaan dan Ilm u pengeta huan didjaman keemasan N egara2 Islam (Timur-Tengah). * Usaha1 internasional. Agar supaja peladjaran „sos-pol” itu dapat diberi kan dengan tjara jang lebih objektif dan tid ak ter-
lalu berat sebelah disebabOcan chauvinisme jang berkelebihan, telah ada. beberapa usaha jang bersifat internasional, dibantu oleh UNESCO, misalnja penjusunan buku induk sedjarah manusia ,,Geschiedenis der Mensheid” = „History of Mankind” = „Handbuch der Weltgeschichte”, disusun oleh 150 Sardjana Sedjarah dari 15 Negara. Agar supaja peranan dan pengaruh tiap2 kedjadian dapat dibanding-bandingkan dengan tjara jang lebih objektif dilihat dengan pandangan jang benar2 in ter nasional, UNESCO telah membantu usaha untuk me njusun daftar peristiwa sedjarah dunia setjara synchronoptis, seperti misalnja dalam buku „Synchronoptisch Weltgeschichte”. Tjatatan : Sajang Dep. P & K belum memperguna kan hasil usaha internasional itu disesuaikan> dengan tudjuan pendidikan nasional kita. 4 2.
HAUUS MERENTJANAKAN PENDIDIKAN SOSPOL JANG LEBIH SO U TH EA ST ASIA”-CENTRIS.
* Bilamana pendidikan sospol itu benar- mau Prognostis (Futurologis) kita harus memperhitungkan kemungkinan „bahaja ekspansi poleksos RRT”. Bahaja penetrasi dari RRT itu mendjadi lebih serieus djika kita m engingat: (a). Filsafat atau kepertjajaan Orang Tjina, bahwa untuk mentjapai kebahagiaan hidup, mereka itu harus merantau kedaerah Selatan, terkenal dengan sembojannja „NAN YANG”. Hasrat untuk meresap ike Selatan itu dapat difahami, sebab pergi ke Timur menghadapi Samudra, ke Utara menghadapi keganasan alam Siberia, sedang ke Barat menghadapi tanah tandus Monggolia dan pertahanan ketat dari Rusia. (b). Imbangan kekuatan didaerah Selatan dari RRT ■mulai tahun 1970 akan berobah, dalam arti kata melemahkan posisi ikekuatan dari Negara2 di SEA, k a re n a : (1) USA sesudah habis perdjandjian militer dengan Djepang pada tahun 1970 mungkin akan meninggalkan sebagian dari kedudukannja didaerah Djepang (2) INGGRIS 17
sudah memastikan akan m eninggalkan pangkalannja sebelah Timur dari Suez (3) USA m ung kin akan meninggalkan sebagian dari posisinja di Vietnam. Dalam keadaan „power vacuum” itu, RRT se baliknja diperhitungkan (m isalnja oleh Sekdjen PBB U Thant) akan m em punjai kekuatan pe rang jang dahsjat dengan kem am puannja untuk membikin I.B.M. dengan w arhead nuclear jang sudah dimiiikinja. Dalam menghadapi „bahaja invasi dari RRT” , Negara-negara SEA itu hanja mempunjai 2 (dua) faktor jang agak menguntungkan : (a). Kekajaan alam dari Negara2 SEA sebagai penghasil utama d a r i : karet, hopra, tim ah, padi, ditambah dengan m injak bum i dani batu m ulia (precise stones). Kekajaan alam itu dapat dipa kai landasan dalam pem bangunan ekonomi jang dapat meningkatkan kesedjahteraan rakjat, se hingga rakjat jang m akm ur itu tidak m udah ter•tarik oleh ideologi komunisme. (b). Semua Negara2 SEA — terketjuali Thailand — pernah didjadjah oleh Negara lain. Sebagai Ne gara jang baru m erdeka, dapat diharapkan di Negara2 SEA itu telah tum buh suatu „kesadaran nasional” Jang dapat didjadikan 'landasan u n tu k menahara pengaruh aliran komunisme jang bersifat „internasionaP\ Sebaliknja „nationalisme jang m eluap-luap” bisa tumbuh melampaui batas m endjadi „chauvinism e pitjik” jang bisa menimbulkan persengketaan a n ta r negara tetangga. Dengan adanja sisa2 persengketaan perbatasan dari djaman jang lampau, tiap perso alan perbatasan bisa menimbulkan situasi k o n fro n tatif jang explosif, seperti dewasa ini terd jad i a n tara Ma laysia lawan Philipina. Sebaiknja Negara2 SEA itu harus lebih banjak saling mengenai. Dalam kenjataannja N egara2 SEA itu le bih mengenai Negara2 Eropah atau A m erika bekas pendjadjahnja, daripada m engenai N egara tetangganja.
M enurut aliran „ilmu bumi m odern” terkenal dengan nam a ..HUMAN GEOGRAPHY”, anakdidik kita perlu mengenai penghidupan sosial, ekonomi dan kebuda jaan R akjat di lain- Negara. U ntuk mengisi kebutuhan akan reference-toooks untuk „Human Geography”, Ganaco m enerbitkan seri „DEMIKIANLAH PENGHEDUPAN D I......... ”, jang dewasa ini terdiri atas 24 djilid, dikarang oleh S ardjana 2 L u ar Negeri.
Tjatatan: Isi buku peladjaran Ilmu Bumi jang dewasa ini dipakai di SLP dan SLA di In donesia, ternjata masih kuat dipengaruhi oleh buku2 karangan Belandai dahulu, se perti : Overbeek & Beekman, K raft Ou19
verweel & Offringa, Knol & M oereels, dsb. Masih terlalu Eropa-centris dan te r lalu kurang m engupas fcedudukan Negara-negara SEA. Dalam menghadapi „bahaja invasi d a ri RRT”, sejogyanja Dep. P & K m em punjai rentjana pendidikan dan pem binaan m en tal jang positif bertudjuan u n tu k m eningkatkan saling pengertian, saling hargamenghargai, saling pertjaja-m em pertjajai, sebagai landasan untuk m em pertum buhkan 'kerdja-sama jang e ra t an tar negara tetangga di SEA. Sejogyanja.Dep. P & K harus m em eriksa dan m erobah ren tjan a peladjaran dalam bidang sospol disesuaikan dengan tu d ju an untuk m em persiapkan G enerasi Muda kita dalam menghadapi problem a2 sospol ditahun2 jang akan datang. . HARUS DAPAT MELEFASKAiN DIRI DARI TRADISI PENENGGALAN BELANDA JANG DALAM PELADJARAN SE DJARAH INDONESIA TERUTAMA HANJA MEMPERHATI KAN „DJAMAiN KUNO” SADJA, DAN KURANG MENGOLAH „DJAMAN SEKARANG”.
* Di Djaman kolonial, dalam bidang Sedjarah Indone sia, Belanda terutam a hanja m engupas „ancient his tory” sadja, m enguraikan djam an VOC, djaman) Radja-radja Indonesia dahulu, dsb. K ebidjaksanaan demikian dapat difahami, oleh k aren a m enguraikan ..CURRENT HISTORY”, m em bitjarakan perdjoangan Pelopor- Kemerdekaani jang ditangkapi dan"dibuang oleh Belanda, m erupakan bidang jang lit j in dan sensitif. * Tjara Belanda untuk terutam a m em beri tekanan kepada „ancient history” dan kurang m em perhatikan „current history” ternjata masih terus dilakukan sampai sekarang meskipun Indonesia sudah 23 ta'hun merdeika ! Ketika pada Seminar Sedjarah jan g dia dakan oleh IKIP Djakarta pada tahun 1968 ditanjakan kepada para Sardjana Sedjarah jang hadir, ter-
bukti hampir tidak ada Sardjana Sedjarah jang p er nah mempeladjari buku2 ,.current history” meski pun luar biasa pentingnja, seperti misalnja : (1) „Nederlandsch Indie onder Japanse bezetting”, jang disusun oleh Rijksinsti'tuut voor Oorlogsdocumentatie te Amsterdam (2) „Japanese Military Administra* tion in Indonesia”, disusun oleh Okuma Social Scien ces Research Institute di Tokyo, (3). „The Rise of Indonesian Communism”, 'karangan Ruth T. Me. V ey,. satu-satunja buku ilmiah jang mengupas riw ajat pemberonta’k an PKI tahun 1926-27, (4). J}The Com munist Party of Indonesia, 1951-1963”, karangan Donald Hindley, termasuk buku ilmiah jang terfiaik jang mengupas riwajat perkembangan PKI dibawah pimpinan Aidit, (5). „The Communist Party of In donesia”, karangan Justus M van der Kroef, (6). „De
M enurut prof. dr. ARNOLD TOYNBEE tudjuan peladjaran sedjarah itu antara lain agar supaja anakdidik k ita dapat memahami keadaan zaman dahulu, zaman sekarang d an za man jang akan datang. Sesuai dengan aliran Toynbee tsb., methode Sedjarah Indonesia untuk S D. jang dikarang oleh Oejeng Soewargana. diberi nam a ,.ZAMAN DAHULU, SE KARANG DAN JANG AKAN DATANG”.
21
N ationalistische Beweging in N ederlandsch Indie” , k a ra n g an J.T.P. Blum berger, (7). ,Jndonesiasi, A H istorical Survey” (4 djilid) m eliputi tahun 19461955 susunan John Orval Sutter. Tjatatan : Sejogyanja Dep. P & K m e m ikirk a n sua. tu prakarsa untuk m enggerakkan kerdjasama dalam bidang ilm u pengetahuan „sospol” m engenai Indonesia, antara institut-institut di Negara kita dengan institut-institut di luar negeri. K em udian baiklah berangsur-angsur diadakan usaha untuk m engum pulkan m icrofilm dari se gala m atjam bahan study tentang Indo nesia jang terdapat di luar negeri. Seba gai tjontoh baiklah diketahui bahw a li teratur tentang IRIAN-BARAT, ja n g dikumpulkan orang diluar n eg eri te rn ja ta meliputi djum lah puluhanr rib u m atjam , seperti apa jang dikum pulkan oleh : (1) Dr. Raymond K ennedy (jang dibunuh di Tomo Djawa-Barat th. 1952), dibantu oleh Cecil Hobbs dari L ibrary of Congress dan dr. Fisher (2) Dr. Thom as M aretzky dari Hawaii U niversity m em enuhi perintah dari D jendral Mac A rth u r w aktu perang duna ke-II (3) prof. dr. Klaas W il lem Galis di N eg eii Belanda (4) P ro f. dr.
l 2 n f Z SSen^ k - di Australia, dan jang Hii^esar koleksiim (5) -jcma pernah
froZ 0(6,1Pemerin^ahDjepm3
donp5Uh diSajangkan bahwa djustru stn* ?' Jang sanSat memeriu-kan bahan study tentang IR IA N -B A R A T itu (until* Keperluan perentjanaan dan pelaksanaan p o irib a n g u n a n d is a n a ) ............... tidal*
^ B a r a t jai koleksi literatu r te n ta n g Iri-
X 22
I
I
II.
PEM BINAAN DAJAGUNA SOSIAL EKONOMI Apa jang harus diperhatikan dalam pendidikan di Indonesia untuk m entjapai kestabilan ekonom i
DUA SASARAN UTAMA UNTUK MENTJAPAI „A PRODUCTIVE MANPOWER” Tiap insan jang hidup m em erlukan bekal hidup minimal berupa m a te ri: „sandang”, „pangan” dan ,papan”. Pendidikan itu bertudjuan untuik m ematangkan dan m em persiapkan anakdidik kita, jang dengan pendidikan harus dibekali dengan pengetahuan ketrampilan, dan kemam puan djiwa m aupun djasm ani, supaja dia itu mendjadi manusia berguna, sebagai \„A Productive Man power” jang benar2 mampuh untuk bekerdja setjara effective..» Untuk mentjapai KESTABILAN EKONOMI jang m endjadi tudjuan utama dari Pem erintah sekarang, pendidikan itu mini mal harus membina tertjapainja : A. PENAMBAHAN PRODUKSI B. PENAMBAHAN KEAHLIAN DAN KAPASITAS KERDJA ANAKDIDIK. 1.
PENAMBAHAN PRODUKSI.
1.1. DUA FAKTOR DETERMINAN UTAMA.
Sebelum m enentukan rentjana pelaksanaan pendidikan un tu k membina usaha penambahan produksi, k ita terlebih da hulu harus menjadari benar2 Dua Faktor D eterm inan Utam a dalam kenjataan struktur alam semesta jang harus dimanfaatkan, jaitu kenjataan bahwa Indonesia i t u : (a) suatu kepulauan (archipelago) jang berada di (b) chatulistiwa (equator). Dengan kenjataan adanja 2 faktor determ inan tsb. d ia ta s : (a) sebagai kepulauan semua daerah di Indonesia itu di bawah pengaruh angin laut, jan g m em punjai k ad ar lembab-hawa (humidity) jang sangat tinggi, sehingga dimana-mana diseluruh tanahair kita tjurah hudjan .pada umum nja tjukup tinggi. (b) karena berada di chatulistiwa maka keadaan iklim hampir sama seluruh tcthun. Perbedaan iklim ham pir tidak ada, sehingga untuk bertjotjok tanam — djSka waterconservation dan irrigation (w aterdistribution) \ 4
23
tjukup baik — tidak perlu tergantung kepada musim (waktu). Dengan 2 faktor determ inan tsb. diatas, djelaslah bahw a modal UTAMA dan PERTAMA, jang sudah kita m iliki da lam keadaan jang luarbiasa „gunstig”-nja adalah „ ta n a h,s, dan „air”} apalagi djika diingat bahwa tanah itu pada um um nja tjukup subur. Djadi logislah djika dalam phase pertama pembangunan di Indonesia itu teru tam a dipusatkan pada bidang AGRARIA, dalam usaha kita u n tu k memenuhi kebutuhan minimal dari rakjat kita berupa „sandang” , „pangan” dan „papan”. Leluhur kita ru p an ja telah menjadari benar- betapa pentingnja faktor „t a n a h” dan „a i r” sebagai karania dari Tuhan j.M.E. untuk dipergu nakan sebagai bekal hidup. Mereka m enjebut daerah asalnja itu „TANAH AIR”, atau dalam bahasa Sunda „lem ah tjai” . Mereka tidak meninggalkan istilah ’’fatherland” (vaderland), ’’mother country” (m oederland), ’’hom eland” atau „heimat” . Seolah-olah leluhur k ita itu ingin m em beri petundjuk ; menondjolkan 2 unsur utam a dalam alam In donesia untuk dimanfaatkan, jaitu ,ta n a h ” dan „air” ! Apalagi djika mendengarkani keterangan M enteri Pertanian prof. dr. ir. Tojib Hadidjaja jang m engatakan bahwa sekita r 70% dari Rakjat Indonesia hidup dari agraria. Demikian pula pendjelasan beliau bahwa 60% dari National Income Indonesia dihasilkan oleh sektor agraria. M engertilah kita betapa pentingnja penggunaan „tanah” dan „air” dalam phase pertama dari pembangunan Indonesia. PENDIDIKAN DASAR harus berpidjak pada kenjataan tsb. diatas, harus benar2 disesuaikan dengan stru k tu r alam In donesia, harus sungguh2 mempergunakan- kedua unsur u ta ma dalam pembangunan Indonesia, jaitu „ t a n a h ,} dan „ a i r”. Dengan perkataan l a i n ................ dalam mematang■kan dan mempersiapkan anak-didik 'kita, dalam membekali anak-didik kita dengan ilmu-pengetahuan, dan ketram pilan, supaja mendjadi „a productive manpower” jang berguna untuk meningkatkan produksi, m ereka itu terutam a harus dididik untuk memanfaatkan „ t a n a h ” dan „ a ir ” disekitar lingkungannja. Dji'ka dalam usaha pembangunan phase pertam a itu d ip er gunakan kedua unsur utama }, t a n a h” dan „a i r dengan sebaik-baiknja, maka dapat diharapkan bahwa kita akan dapat memenuhi kelima sjarat tsb. dibawah ini, seperti per nah dibitjarakan oleh SEADAC (Southeast Asian Develop-
ment Advissory Council) dalam konperensinja bulan Oc tober 1966 di New York, ja itu : (a) the lowest investment, mengingat sebagian besar dari modal untuk pembiajaan pembangunan itu harus didapat dari luar negeri. (b) the quickest yielding product, karena Indonesia tidak dapat menunggu lama, akan tetapi sebaliknja harus segera dapat mempergunakan. keuntungan dari hasil pembangunan itu. (c) the highest intensity of labour, mengingat djumlah tunakarya jang begitu besar di Indonesia. (d) the highest return, dengan sendirinja untuk mentjapai hasil jang sebesar-besarnja. (e) the best adaptable to the human skill in Indonesia, oleh karena djika harus mendidik dahulu manpower, hal itu memerluikan waktu dan biaja jang tida'k sedikit djumlahnja. 1.2.
KESTABILAN EKONOMI HANJA BISA TERTJAPAI DENGAN DJALAN PENINGKATAN PRODUKSI.
Turunnja harga barang, hanja bisa tertjapai dengan penambahan volume barang itu. Hukum ekonomi tsb. harus ditanamkan dan dipraktekkan sebaik-baiknja melalui pendidik an. Djumlah anak-didik di Pendidikan Dasar dari kelas I Sekolah Dasar sampai ikekelas III Sekolah Landjutan Atas minimal sekitar 12 X 2% = 24% atau seperempat d an djumlah penduduk Indonesia. Djika djumlah penduduk jang 25% itu dimanfaatkan de ngan baik dalam suatu usaha produksi jang berentiaiia, maka anak-didik kita itu akan merupakan suatu djumlah manpower jang dahsjat, dengan. hasil produksi jang benarakan dapat mempengaruhi turunnja harga- jang berarti stabilnja perekonomian. 1.3.
Tjontoh terbaik pernah dilaksanakan di Denmark, satu Negara ketjil berpenduduk pada waktu itu kurang dari 4 djuta orang (dewasa ini sudah 4.6 djuta !), tanpa mem punjai daerah djadjahan, dan tanpa mempunjai „arangbatu” dan „bidjih besi” sebagai bahan terpenting dalam pembangunan „revolusi industri” di Eropah Barat. Mengi- / ngat faktor2 determinan tsb., Denmark itu sepantasnja djatuh mendjadi Negara Paling Miskin didunia ini. Kenjataannja Denmark tidak kalah kedudukan. pere-konomi* 25
annja djika dibandingkan dengan lain2 Negara di EropahB arat seperti Inggris, Belanda, Norwegia, dsb. Denmark ditakdirkan Tuhan JME m empunjai 2 ahli p en didikan Grundtvig dan Christen Kold, pendukung sistim pendidikan jang disebut 3}Volkshogeschool”, jang u n tu k se luruh tingkat pendidikan — dari anak-didik u m ur 6 tahun di Sekolah Dasar sampai (kepada anak-didik u m u r 30 ta hun di „Volkshogeschoor5 — m enentukan bahw a sem ua anak-didik itu harus ikut serta dalam PENAMBAHAN PRO DUKSI. Slogannja jang terkenal „Wze niet produceert is een parasiet” atau „Siapa jang tidak tu ru t dalam produksi adalah benalu atau parasit „masjarakat”. Alangkah baiknja djika prinsip pemikiran itu ditrapkan dalam pendidikan di Indonesia, apalagi djika kita mengingat struktur alam jang luar biasa menguntungkannja di Indonesia. Djika seandainja setiap anak sekolah dasar di Ibukota Djakarta digerakkan su paja menanam 10 pohon TOMAT dihalaman ruma-hnja jakin hasil produksi da ri manpower sebanjak 450. 000 anak murid SD itu akan dapat menghantjurkan harga tomat di'kota D jakarta! Semua murid Sekolah Dasar dapat diikut-sertakan dalam kampanje menanam tomat di Ibukota Djakarta itu ! Djika tidak mempunjai halaman, tomat itu dapat ditanam didalam pot2 bunga dari bekas kaleng mentega atau sebangsanja.
R ural Com munity E ducation a d a la h sja ra t m utlak u n tu k m em bina a n a k didik kita m endjadi „a pro d u ctiv e m anpow er”. D alam m ethode „In d e ra T erbuka” pem binaan itu d ip u satkan pada „7 social cen ters”.
Sebagai perangsang dapat diatur supaja „tanaman tom at jang terbaik hasilnja akan diberi p e n g h a r g a a n Dengan sedikit fantasi dan> organisasi Tomat hasil tanaman Murid S.D. di Djakarta itu mungkin bisa dikirimkan ke Singapur atau Hongkong, dalam program „Kerdja-sama atau tukarmenukar djasa antara m urid S.D.”, seperti sudah biasa di lakukan antar sekolah diantara Negara2 di E ropah-B arat! Asal mula „tanam tomat” tidak mustahil kemudian bisa menghasilkan pakaian atau alat tulis-menulis kirim an dari Singapur atau Hongkong jang sangat diperlukan oleh anak2 itu ! 1.5.
16
Dalam 3)dunia pendidikan” persoalan „tanam tom at” itu tidak boleh hanja sampai k e p a d a ....................m entjari hasil produksi sadja ! Soal „tanam tom at” itu harus dapat dimanfaat'kan dalam PEMBINAAN TJARA BERFIKIR SE TJARA ILMIAH (scientific way of thinking) jang dapat diperagakan- dan dibuktikan dalam gerakan ,/tanam tom at” . Dihalaman Sekolah atau ditempat lain disekitamja, kita bisa mengadakan „matjam2 pertjobaan tanaman tom at” . Anak-didik kita dipimpin supaja mengamat-amatinja dengan seksama, dengan tudjuan agar mereka bisa membandingbandingkannja untuk kemudian- „menarik kesim pulannja setjara ilmiah”, misalnja : (1) sedjadjar tanaman tomat jang „dikebiri” atau dipotong tangkainja supaja lebih ba,njak bertjabang, dan sedjadjar lagi tidak „dikebiri ^ ( ) dirabuk dan tidak dirabuk. Dengan sendirinja matjam- rabuk bisa ditjoba pula! (3) di-okulasi4can< (oleh ah lm ja.) dengan takokak, dan tidak di-okulasi-kan (4) digunduli daunnja dan tidak digunduli, dsb. dsb. Tentu sadja jang dapat dilakukan tidak hanja „menanam tomat” sadja. Para ahli pertaniafa setempat (seperti misal nja di Pasar Minggu Bapak Atilla G arn ad i!) akan dapat menentukan TANAMAN APA jang paling tjotjok untuk ditanam oleh anak-didik kita) dalam kam panje menambah produksi mengingat keadaan» alaan disekitar sekolah itu. Se lain digerakkan untuk menanam tom at atau tanam an jang lain dengan* sendirinja murid SD dan SL itu dapat dibina dalam usaha pembangunan jang lain, misalnja : (1) dalam bidang peternakan atau perunggasan (2) dalam bidang perikanan (3) dalam bidang kesehatan, seperti m em buat kakus dsb. (4) dalam bidang keradjinan tangan, m atjam 2 tjara pengawetan makanan dsb. dsb. 27
1.7.
Betapa pentingnja menggunakan „manpower” terdiri atas m urid SD dan SL itu, kita lihat di USA diwaktu Perang Dunia ke-II. Para peladjar digerakkan untuik mengadakan
'Un.tuk^ reference-books dalam „pendidikan ilmu pengetahuan alam se- ‘ TPn (ge“eral science education), Ganaco m enerbitkan seri „ALAM ?erdiri atas 60 m atjam buku, dikarang oleh sardjana 2 B ebekal di Indonesia- Buku2 itu Penting sekali sebagai S unan ? n anaMi<Mk k « a dalam m elaksanakan pem ba-
po?dan„ S T
S
Saw l"^ (12>
(1S) K°ri (13) “
<24> K-
GARDENS” di-tiap- halaman rumah. Di RRT . lu n S menggerakkan murid sekolah untuk menanprh^iiiav I. *i " ^ro^oar djalan, sebagai usaha untuk memmuka” am gerakan Jo m p atan djauh kemu^a fthe (the great leapd?forward !). pernah menSSerakkan m urid sekolah nran I u l mUa t6pi djalan didaerah BAVARIA de ngan pohon buah-buahan terutama Appel dan Peer se hingga sampai sekarang beribu-ribu kilometer tepi djalan di Djerman-Barat daerah Selatan masih tetap menghasilkan appel dan* peer. 5 28
1.8. Mengingat tjontoh di Djerman itu, alangkah baiknia rtiika sekiranja kita dapat menggerakkan anak-didik kita di SD dan SL untuk menariami semua tepi djalan desa dan d ' la kampung kita dengan m isa ln ja ............... POHON RANDU 1 Sengadja ditondjolkan tanam an Randu, oleh karena ba tang dan daun randu itu pahit rasanja, sehingga tidak di sukai oleh kambing maupun babi (tjeleng). Djika sekian puluh ribu 'kilometer tepi djalan desa dan kam pung di P Djawa ini dapat ditanami Randu, Insja Allah Eksport Ka pok Indonesia akan naik berlipat ganda ! Tjatatan : Sejogjanja Dep. P dan K harus dapat memanfaatkan MANPOWER berdjuta-djuta berupa anak-didik kita, jang dengan sistim pendidikan jantj tepat harus dapat mengambil keuntungan dari }3t a n a h” dan a i r” mengingat kondisinja jang sangat favourable ”di In donesia ! . 2.
ILMU PENGETAHUAN BIOLOGI DI INDONESIA JANG KETINGGALAN DJAMAN.
2.1.
Salahsatu bidang ilmu pengetahuan jang seharusnja membantu dalam pelaksanaan „REPELITA” adalah ILMU BIOLOGI. Di Indonesia bahan peladjaran dalam ilmu biologi itu mandek, tidak banjak berobah, masih tetap seperti da hulu kita dapat sebelum perang dunia ke-II dari „Dierkundeboek” karangan Delsman & Holstvoogd dan ,,Plantkundeboek” karangan Boudijn & Couperus. Jang diuraikan masih tetap hanja 4 bidang jang tradisionil sadja, ja itu : (1) anatomi (2) physiologi (3) morphologi dan (4) sistimatik.
2.2.
Prof. dr. Schierbeek dalam ENSIE (Eerste Nederlandse Systematis Ingerichte Encyclopaedia) djilid V m enguraikan „De ontwikkelingsgang van onze kennis op biologisch gebied” (Perkembangan ilmu pengetahuan biologi). Beliau menguraikan pertum buhan ilmu pengetahuan biologi da lam bidang baru s e p e rti: (1) ethologi (tingkahlaku hewan) (2) oecologi (persekutuan hidup dalam alam semesta (3) erfelijkheids en variabiliteitsleer (4) restitutie en regeneratie (5) evolutie en fylogene. 29
2.3.
(a) Betapa penting ilmu pengetahuan ETHOLOGI dibuk• tikan oleh para nelajan Djepang dan K orea jan g da tang ke Indonesia dengan' pengetahuannja tentang ethologi atau fingkahlaku dari IKAN TONGKOL dan UDANG BESAR. jang akan ditangkapnja. Mereka mengetahui benar bagaimana perdjalanan tongkol (de trek van de tonijn) diperairan Indonesia itu dari bulan ke bulan, dari D januari sampai Desember. Mereka tahu benar bagaim ana reaksi „ikan tongkol” dan ,,udang besar” itu kalau m elihat m akanan, sehingga mereka tahu benar bagaim ana tja ra u ntuk ................... „m enipunja” supaja m udah tertang&ap. Mereka ,tahu bahwa untuk dapat m enangkap „ikan tongkol” dan „udang besar” sebanjak-banjafcnja, me reka tidak perlu m engetahui anatomi, physiologi, mor-
U ntuk m endobrak kqnandegan dalam pengadjaran biologi, Ganaco m e nerbitkan seri „ALAM TERBUKA”, terd iri atas 60 reference-books fo r general science education, dikarang oleh S ard jan a 2 B elanda bekas M ahaguru d i Indonesia, m enurut konsepsi 2 jan g terb aru . D ian taran ja : (21) Bangsa R ajap atau Termiet (40) B akteri (20) Serangga jan g m eru sa k k an pertanian d an (15) Ikan dalam alam nja sendiri.
30
phologi dan sistematik dari ikanr itu. Jan g p erlu di ketahui hanja TINGKAH LAKUNJA SADJA ! (b) Seorang ahli peternakan didatangkan dari New Sealand untuk membantu m emperkem bangkan peternakan kambing dan biri-biri di Indonesia. Apa jang dilakukan di Lembang ternjata berdasarkan pem ikiran OECOLOGIS. Ahli itu berusaha untuk 3)m entjiptakan struktur alam jang paling ideal untuk suatu persekutuan hidup he wan peliharaannja dalam alam semesta pada sebidang tanah kepunjaannja. Setiap m eter persegi dari tanah itu dipeladjarinja de ngan seksama. Rumput atau tanam an jang tidak diperlukan dibuangnja dengan tjerm at untuk diganti dengan tanaman jang paling ideal untuk hewan- peliharaannja itu. (c) Beberapa matjam ikan di Samudra Indonesia di Se latan P. Djawa mempunjai intuisi, pada waktu akan bertelur segera berenang kemuara sungai jang airnja djauh lebih tenang, agar supaja telurnja tidak h an tju r berantakan oleh petjahnja gelombang samudra. Kalau telur itu menetas, kelusrlah berdjuta-djuta ikan ke tjil sebesar udjung sapu-lidi. Biasa dalam bahasa Sun da maupun bahasa Djawa disebut „Impun (chusus untuk anak bandeng di Djawa Timur disebut „nener ). Sudah mendjadi kebiasaan orang kam pung untuk me ngambil anak ikan itu dengan feain (selimut) untuK kemudian dimakannja. Karena tidak mengetahui Ethologi atau tingkahlaku ikan2 itu, ........... ................ Rakjat Indonesia sendiri tfelah merusak kekajaan perikanan dari pantai Selatan P. D jaw a! Tjatatan : Sejogyanja Dep. P dan K harus sedari dahulu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan Biologi dengan seksama, dan merobah rentjana peladjaran biologi di Indonesia sesuai dengan sjarat2 jang lebih berguna untuk pembangunan. Dibekali dengan ilmu pengeta huan biologi jang tepat, Dep. P. dan K harus dapat menanamkan „natural science attitude” supaja anakdidik kita semuanja membantu mendjaga dan memanfaatkan kekajaan alam Indonesia. 31
2.4.
Sungguh tepat benar uraian prof. dr. GARNADI PRAWIROSUDIRDJO dalam ^Symposium Masalah Pendidikan di In donesia” jang diselenggarakan oleh IKIP Bandung, jan g memberi tekanan demikian ,,Bahan peladjaran ilm u pe ngetahuan alam sem esta harus disesuaikan dengan kem adjuan2 science (con tem porary science) pada waktu ini.
Prof. dr. GARNADI PRAWIROSUDXRDJO jang m endapat pendidikannja dibeberapa Universitas di Negeri Belanda dan Am erika telah
R ^ r f r ? ? 3 djiUd buku ’-GAJA
ILMU TUMBUH-TUMBUHR ir TT m tt i i m buku »GAJA BA. . ^ 1, ™ HEWAN & MANUSIA” untuk keperluan SLP.
Semua m urid harus tah u bahwa hakekat „science” (the nature pf science) itu adalah suatu aktivitas manusia dalam m entjari kebenaran dengan? m em pergu nakan m ethode science (science as a m ethod of in quiry). Semua anak-didik kita harus memiliki „sikap ilm iah” (scientific attitu de), sehingga dapat bersikap ..djudjur”, „objektif” „rasionii” dan „tek u n ” d a lam m entjari kebenaran da lam bidang „science” .
Science harus diadjarkan sebagai PROSES dan PROGRES dalam mentjari kebenaran jang tersem bunji d a lam alam semesta itu. Langkah- dalam penelitian dim u lai dan ,.mengenai adanja suatu problim”, „pem bentukan hypothesis dengan asumsi^nja”, „m engadakan eksperimen-eksperimen untuk mengetes hypothesis” , „pembentukan generalisasi atau teori”, ..mengadakan verifikasi” dsl jang lazim dilakukan dalam ,,science as a m e thod of inquiry”, untuk m entjari kebenaran dem i kepentingan peri-penghidupan manusia. 32
2.5. Sajang sekali sampai sekarang peladjaran „biologi” itu di Indonesia terutam a berupa hafal-hafalan jang verbalistis sadja ! Jang ditanjakan dalam udjian pada achir peladjaran di SD, di SLP maupun di SLA tidak lain daripada apa jang dapat diingat oleh anak2 dalam memorynja s a d ja ! T jatatan:
3. 3.1.
Sejogyanja Dep. P & K harus mem perhitungkan benar-benar apa jang dinjatakan* oleh UNESCO, bahwa ................... })lebih dari 80% dari buku ilm u penge tahuan jang dewasa ini dipakai didunia, ditulis orang dalam waktu 25 tahun jang tera ch ir! Dan baiklah kita menjadari, bahwa ............... ....... djustru dalam waktu 25 tahun jang terachir itulah (teristimewa di djaman Orla !), Indonesia boleh dikatakan ham pir t e r i s o l i r dari perkembangan dunia pendidik an dan ilmu pengetahuan, karena sukam ja berhubungan dengan luar negeri dan sukarnja mendapat buku2 ilmiah jang up to date dari luar n e g e ri! Seilain dari itu, baiklah disadari pula betapa tjepatnja perkembangan ilmu pengetahuan itu dewasa ini di luar negeri, sedang kita jang harus mengedjarnja sudah njata banjak ketinggalan dalam beberapa bi dang ilmu pengetahuan.
PENAMBAHAN KEAHLIAN DAN KAPASITAS KERDJA ANAK-DIDIK. PERKEMBANGAN PENDI'DLKAN KEDJURUAN DI NEGERI BE LANDA SEBAGAI KELANDJUTAN DARI „GILDEWEZEN TRAlUTIE”.
(a) ,}Beroeps- en Vak-opleidingen” . Jang dimaksud dengan ,,pendidikan kedjuruan-” disini, jaitu apa jang di Negeri Belanda disebut „beroeps- en vak-opleidingen”, di Djerman „Beroeps- und Fachschule” di Inggeris „Vocational Education” . Beroeps- en Vakopleidingen itu um um nja di EropahBarat adalah kelandjutan dari tradisi „gildewezen” , jang di Inggeris disebut „system of guilds” , dan di Djerman disebut „Zunft-wesen” . 33
Mula2 p ara tukang dalam abad pertengahan di-kotabesar di Eropah-Barat itu menggabungkani diri dalam „Gildeorganisaties” dengan ludjuan + untuk dapat memperlindungi diri terhadap tindakan sewenang-wenang dari serdadu2 sewaan (huursoldaten). + untuk dapat mendjaga rahasia kedjuruan dan ni lai kwalitas. + untuk membatasi djumlah tukang jang b e ra rti membatasi kemungkinan konkurensi. (b) Pendidikan kedjuruan jang diselenggarakan oleh Bedrijfsgroepen. Dari „Gilde Opleidingen” djam an dahulu itu lam batlaun tumbuhlah beratus-ratus m atjam pendidikan ke djuruan, jang pada um um nja diselenggaralkan oleh Gabungan Pengusaha Sedjenis”, di N ederland disebut „Bedrijfsgroepen di Inggeris „Traders Unions” di D jer man ,,W irtschaftsgrupen” . Kira2 sama dengan OPS atau „Organisasi Perusahaan Sedjenis” di Indonesia. Makin tambah madju ilmu pengetahuan, m akin tam bah ba njak alat atau m esin , perindustrian, Anakin tam bah banjak matjam material (bahan) jang, diolah, m akin bertambahlah djumlah djurusan spesialisasi dalam p en didikan kedjuruan di Eropah-Barat itu. Menurut daftar „penggolongan djabatan” b e rd a sarkan in te rn a tio n a l Standard Classification of Oc cupations” (ISCO) di Indonesia dewasa ini sudah ada sekitar 1400 matjam' golongan pekerdja. D jadi p an tas djika ,,beroeps-en vakopleidingen” di Eropah-B arat de- wasa ini mempunjai lebih dari 500 djurusan» spesiali sasi, jang semuanja tidak didirikan dan tidak pula diusrus oleh Kementerian Pendidikan (M inisterie O.K. & W) akan tetapi oleh „Bedrijfsgroep” atau ,,Middenstandvereniging” jang berkepentingan. (c) Tjontoh beberapa spesialisasi. Dalam bidang „Perbengkelan Mobil” sudah ada 6 spe sialisasi (1) tukang ketok dan tja t (autospuiterij) (2) tukang djok (au-tobeklederij) (3) tukang listrik (4) tukang mesin (5) tu’kang m erawat atau „lubricatieinrichtingen” (6) chusus tukang „brom- en m otorfiet„»„ »» 34
Tiga djilid buku peladjaran Pendi dikan K edjuruan M ontir Mobil di Holland.
Dalam bidang membuat makanan> untuk „H O -R ECA”-bedrijven : (1) tukang roti, kueh kering & basah (2) tukang masak pasakan Perantjis, Itali, dsb. (3) tu kang chocolaterie dan suikerwerken (4) tukang „bartenders” ahli m entjam pur minuman (5) tukang membuat „snacks” dan smorebrod” dsb.
Buku P eladjaran Pendidikan Ke djuruan Tukang Roti dan B angket di Nederland, 20 djilid utk. 3 kelas.
35
Dalam bidang „pendidikan karyaw an k an to r” (dalam ISCO diberi code n r : 2-0 sampai 2-2 disam ping : (1) steno (shorthand) (2) mengetik (typewriting), (3) memegaiig buku (bookkeeping), dan (4) p ekerdjaan sekretaris (secretarial job), jang didalam nja m em erlukan spesialisasi lagi m enurut Bahasa Asing jan g h a ru s dikuasainja (Perantjis, Spanjol, Djerm an, Inggeris dsb.) ditambaih lagi dengan djurusan (5) P elajan Mesin-mesin Kantor, dan* (6) Chusus „Pelajan Mesin2 Komputer”. Demikian pula dalam pendidikan kedjuruan sebagai PENDJUAL. (salesman), dalam ISCO diberi code n r : 3-1 sampai 3-9 makin banjak m atjam barang, m akin bertambahlah djurusan spesialisasi. U ntuk tiap kelompok matjam barang diberikan pendidikan chusus se hingga di Eropah orang bisa m em punjai diplom a sebagai „seorang pendjual ahli dalam bidang pakaian dan textiel” dengan spesialisasi: (1) textiel sebagai bahan (textile material) (2) dames- en herenconfectie (3) schoeisel- en lederwaren. Didalam bidang perdagangan m akanan dengan spesia^ rookartikelen (2) provisien en d ran k en (3) vlees- en melkproducten (4) gevogelte (di N ed er land biasa disebut ,,poelier” ) (5) viswaren en visproducten (6) vruchten en groenten. Ditambah dengan matjam2 spesialisasi dalam bidang P^dag;angan : (1 ) electrische apparaten (2) huishoudt ^ e!en ^ verfstoffen en behang (4) cosm etische n (5) optische instrum enten (6) fotografische artikelen en apparaten (7) boeken en tijdschriften (8) muziekmstrumenten (9) meubelwaren, gordijn en bekledmgstoffen (10) schrijf- en kantoorbehoeften, dsb. dsb. ’ Tiap2 verkoper jang beridjazah m em punjai tju k u p p e ngetahuan, sehingga — bilamana diminta oleh Pembeli — dapat memberikan keterangan serta advies jan g techms benar2 dapat dipertanggung-djawabkan. (d) Beberapa tingkatan keahlian. Pada umumnja — sesuai dengan ,,Gildewezen Traditie” dalam pendidikan kedjuruan jang diselenggarakan oleh Bedrijfsgroepen itu, terdapat 3 (tiga) tin g katan keachlian:
(1) Adspirant Gezel, jaitu mereka jang telah dianggap tjukup sebagai „vakman”, akan tetapi dianggap masih harus bekerdja dibawah pimpinan seorang „Patroon”. (2) Eerste Klasse Gezel, jaitu vakman jang dianggap tjukup tjakap dan tjukup berpengalam an sehingga dapat bekerdja sendiri (zelfstandig), akan tetapi dianggap masih belum m atang untuk memimpin tukang2 jang lain. (3) Meester atau Patroon, jaitu vakman jang diang gap tjukup tjakap dan tjukup berpengalam an un tuk memimpin gezel2 jang lain. Di Ameri'ka-pun terdapat 3 (tiga) tingkatan jang d iseb u t: (1) Aquintanceschip. (2) Personal Use, dan (3) Vocational Competency. Untuk memperoleh idzin membuka perusahaan sendiri, masih diperlukan idjazah chusus biasanja disebut „middenstands-diploma”, jang terutam a mementing(kan pengetahuan tentang Peraturan2 Pem erintah Dae rah dan Perundang-undangan jang ada sangkut pautnja dengan perusahaannja. Adakalanja disebut „vestigings-diploma” . (e) Pembinaan selandjutnja. Dalam beberapa bidang kedjuruan adakalanja para tu kang itu diharuskan untuk mengi'kuti „applicatie cursussen” dengan tudjuan agar keahliannja itu benar2 „up to date” . Bidang2 keahlian jang menjangkut „MODE” seperti bidang „dames coiffeurs”, „modiste”, „herenkleermakerij”, ,,schoonheidsspecialiste” ................... demikian pula bidang „bouwvakbedrijf” jang dikedjar-kedjar oleh penemuan bahan dan sistim baru, achir2 ini me* netapkan untuk mengadakan „kursus aiplikasi tahunan”. 3.2.
ISTILAH „EEROEBSONI>Er,WIJS” DARI MIN. O.K. & W. JANG MEMBINGUNGKAN.
(a) Perkembangan „Pendidikan Teknik” dalam J n d u striele Revolutie”. Dalam „Revolusi Industri” tum buhlah berpuluh-puluh pabrik di Eropah-Barat dengan mesin2 baru. Paibrik2 37
itu m em erlukan „skilled labour” , jang te rn ja ta keachliannja tidak bisa didapat dalam pendidikan k ed ju ru an traditioneel jang diselenggarakan oleh „G ildeorganisaties” . Pada w aktu itu mulailah di Eropah-B arat te rasa keperluannja untuk mengadakan pendidikan dasar teknologi, jang agak mendalam dan tjukup luas u n tu k dipakai landasan dalam „pendidikan k e d ju ru an ” selandjutnja. Pada waktu itu mulailah berkem bang sekolah2 ,,AMBACHT” dan „TECHNIEK”, jang diselenggarakan oleh Pemerintah, di Nederland oleh M inisterie O.K. & W., untuk meladeni bidang2 industri jang m em ang p ada waktu itu sedang madju dengan pesat sekali, ja itu : (а) ARCHITECTUUR (b) WERKTUIGTECHNIEK dan (c) ELECTROTECHNIEK. Di Indonesia te rk e n a l sebabai djurusan (a) bangunan (b) m esin dan (c) listrik. (b) Beroepsonderwijs jang diselenggarakan oleh Min. O.K. & W. Dirintis oleh keperluan Pabrik2 jang m em erlukan Buruh dengan pendidikan dasar teknologi ja n g tid ak d a pat dipenuhi oleh „gilde-organisaties” , m ulai tum buhlah kemudian jang disebut „BEROEPSONDERW IJS” diselenggarakan oleh M inisterie O.K. & W., jan g m e nurut buku „Het O ndenvijs in N ederland” tahun 1966 hanja meliputi 8 (delapan) golongan sadja, ja itu : (1) Scholen voor technisch onderwijs. (2) Scholen voor huishoud- en nijverheidsonderw ijs. (3) Scholen voor landbouwonderwijs. (4) Scholen voor economisch- en adm inistratief on derwijs. (б) Scholen voor opleiding van onderw ijzend personeel. (7) Scholen voor sociaal- en paedagogisch onderw ijs. (8) Scholen voor kunstonderwijs. (c) Baiklah disadari benar2 bahwa disamping „beroepsonderwijs” jang 8 golongan diselenggarakan oleh Min. O.K. & W„ di Nederland itu — dan demi'kian djuga keadaannja di Negara2 lain di Eropah-Barat — dew asa ini terdapat lebih dari 300 m atjam spesialisasi ,,BEROEPS- EN VAKOPLEIDINGEN” jang diselenggarakan oleh Gabungan3 Pengusaha Sedjenis atau B edriifsgroepen.
Dan baiklah disadari pula b a h w a ..................................... jang dahulu dibawa oleh Pemerintah Hindia-Belanda ke Indonesia itu hanja „Beroepsonderwijs” jang di Nederland diselenggarakan oleh Min. O.K. & W. sadja (di Indonesia dahulu oleh Dept. 0 . & E), sehingga dengan demikian timbullaih pengertian keliru seolah-olah „pendidikan kedjuruan” itu hanja m eliputi schooltypen jang dahulu didjaman Kolonial Belanda diadakan oleh Dept. O. & E. sadja ! (d) Beroeps- en Vakopleidingen jang di Negeri Belanda diselenggarakan atas initiatief partikelir oleh Bedrijfsgroepen ....................‘ sedari dahulu sampai sekarang BELUM PERNAH D1MASUKKAN KE INDONESIA I _ Itulah sebabnja sampai sekarang di Indonesia ti dak ada Kleermakerschool, Schoenmakerschool atau Kapperschool jang didirikan oleh Pem erin tah, sebab .................... bidang pendidikan kedju ruan sematjam itu dahulu TIDAK PERNAH m en djadi tugas-kewadjiban dari Dep. O. & E.
&/£>**/£$/'* - . Tt£>AKn
"urn.
---------- |
■
.......... .
Didjaman. Kolonial Belanda orang 2 k aja di Singapura dan Hongkong m erasa foangga djika merek£ bisa membeli pakaian, tas, sepatu dsb. buatan „Au Bon Marche", ,,Maison vd Veen’’, „Maison de Vries”, „Oger Freres”, „Aug Savelkoul”, „H.M. de Koning”, d ari Bandung atau D ja karta. Sekarang „dunia sudah terbalik" ....................... OKB 2 INDONESIA •merasa gagah belandja tas plastik, sandal dan kem edja kodian buatan. ................. Hongkong dan Singapura. H anja pendidikan akan dapat m e robah keadaan ini k em b ali!
39
Ternjata sampai sekarang — m eskipun sudah lebih dari 23 tahun MERDEKA — Indonesia tidalk m am pu untuk melepaskan.diri dari pengaruh sistim pendidikan K edjuruan didjaman Kolonial Belanda seperti dilaksanakan oleh Dept. O. & E. daihulu. Apa jang dew asa ini dilaksanakan oleh Dep. P dan K dalam bidang „PENDIDIKAN KEDJURUAN” tidak banjak p erb ed aan n ja daripada ^Pendidikan- K edjuruan” didjam an Kolonial Belanda. (e) „HU1SH0UDSCH00L” satu-satunja type pendidikan kedjuruan wanita di Indonesia, bukti tradisi peninggalan Dep. O. & E. Belanda. „Huishoudschoor’ di Nederland dahulu merupakan sa tu type sekolah „kedjunian” jang agak aneh, dikundjungi oleh anak-gadis jang samasekali tidak m em erlukan suatu ketrampilan sebagai 3,beroep”„ suatu kepandaian untuk mata pentjaharian. „Huishoudschoor’ itu merupakan tem pat pendidikan anak-gadis untuk mendjadi seorang ISTERI/IBU -RU MAHTANGGA. Pendidikan Kedjuruan W anita type „huishoudschoorI itu ternjata berkembang-biak dengan pesat sekali di Indonesia. Memang m empersiapkan anak-gadis u n tu k mendjadi Jsteri/Ibw-Rum ahtangga” dengan p elad jar„koken”, „nuttige en fraaie handw erken” , „huishouden”, ,/babyverzorging”, dsb. tjotjok sekali dalam satu masjarakat jang feodal, sebagai pengganti sistim pendidikan „nderek ing kabupaten” didjam an R aden Adjeng Kartini. Huishoudschool itu diperlukan u n tu k merididik „Tjalon Isteri Prijaji”. Untuk m endidik ,.Tja~ lon Isteri Ambtenaar tingkat R endahan” diadakan ,Meisjeskopscholen di-tiap- Ibukota Kewadanan” . Melalui nama SKP (Sekolah Kepandaian Puteri) sam pai kepada nama SKKP (Se'kolah K esedjahteraan K e luarga Pertama) ternjata sekolah type ,,huishoudschool ’ itu merupakan ............... satu-satunja Sekolah Kedjuruan Wanita jang paling banjak diselenggarakan oleh Departemen P dan K, sampai adakalanja te r dapat di Kota- Ketjamatan ! (f)
40
Di Nederland disamping ^huishoudonderwijs” jan g di selenggarakan oleh Min. O.K. & W., terd ap at berpuluh matjam „BEROEPS- EN VAKOPLEIDINGEN
VOOR MEISJES”, jang diadakan oleh Bedrijfsgroepen, dengan tudjuan untuk m engadjarkan sesuatu vak se bagai djalan matapentjaharian, misalnja untuk men djadi : (a) kapster (b) manicuriste (c) pedicuriste (d) schoonheids-specialiste (e) modinette (f) mannequin (g) 'bloemiste (h) sociale w erkster (i) dietiste (j) verpleegster (k) sekretaresse (1) stewardess (to) touristhostess (n) pendjual barang2 jang chas untuk wanita (o) djurumasak untuk HORECA^bedrijven dsb. dsb. Di Indonesia djuga dewasa ini, para pem udi tidak lagi memusatkan pikirannja untuk mempersiapkan dirinja dalam suatu „pendidikan kedjuruan” untuk mendjadi ............... „Isteri/Ibu-Rumahtangga”. Mereka lebih suka m entjari keahlian, sehingga kelak dapat mempu njai matapentjaharian* sendiri. Para pem udi dewasa ini ingin hidup ,;merde!ka”, mempunjai penghasilan sendiri, supaja tidak selalu tergantung dari suami. Sajang sekaili sampai sekarang Dep. P dan K belum memberi 'kemungkinan untuk itu. Jang ada hanja kursus-kursus partikelir sadja dalam b id an g : (a) merias ram but (b) ketjantikan (c) ahli peragawati (d) membordir (e) membikin matjam2 pasakan dan kueh-kueh (f) menata bunga (g) memotong pakaian. Biajanja biasanja sangat tinggi, sedang kwalitasnja tidak selalu bisa didjamin. (g) Scholen voor Economisch en Administratief Onder wijs dari Min. O.K. & W. jang sangat terbatas programma dan titdjuannja. Mungkin oleh karena pendidikan kedjuruan untuk se gala bidang dan segala matjam perusahaan dan perdagangan di Nederland sebelum perang itu diseleng garakan oleh Bedrijfsgroepen dan Middenstandsverenigingen, maka Dept. 0. & E. didjaman Kolonial m era sa tjukup dengan mendirikan HANDELSSCHOLEN; s a d ja : (1) HANDELSDAGSCHOLEN, dengan taraf Sekolah Menengah penuh. (2) HANDELSAVONDSCHOLEN, dengan rentjana pe ladjaran' jang lebih disederhanakan. 41
Disamping „handeisscholen” jang diselenggarakan oleh Min. O.K. & W. di Negeri Belanda te rd a p at berp u lu h matjam pendidikan 'kedjuruan — biasanja disebut „Middenstandsopleidingen” — jang didirikan oleh Be drijfsgroepen en M iddenstandsverenigingen m eliputi segala matjam bidang 'keahlian jang dalam d a fta r i n ternational Standard Classification of O ccupations” (ISCO) biasa digolongkan dalam daftar : (a) 1.0 sam pai 1.9 (b) 2.0 sampai 2.9 (c) 3.0 sam pai 3.9 dan (d) O.y.l. sampai O.y.9. Pendek kata segala m atjam k e djuruan jang mungkin diperlukan dalam segala m a tjam perusahaan dan perdagangan. (h) Diilhami oleh HANDELSOPLEIDINGEN jan g d ah u lu di Indonesia diadakan oleh Dep. 0 . & E., tum buhlah di Negara kita type sekolah „SMEP” dan „SMEA”. Sete lah disesuaikan dengan kebutuhan sekarang, m em pu njai 3 (tiga) djurusan : (1) Tata Usaha (2) Tata B u k u dan (3) Tata Niaga. Pernah ditambah dengan djurusan (4) Koperasi. Disamping sekolah2 SMEP dan SMEA terd ap at k u rsu s2 sebaSai kelandjutan d ari tradisi „SCHOEVERSCURSUSSEN” dalam bidang (1) steno (2) typ en dan (3) boekhouden. LainJ pendidikan kedjuruan ekonomi jang di N ederand diselenggarakan oleh Bedrijfsgroepen dan Middenstandsverenigingen ............... tidak pernah m asuk Ke Indonesia, sehingga sampai sekarang tidak p ern ah diusahakan oleh Dep. P dan K. Terdesak oleh keperluan timbul'lah initiatief particu, mendirikan: (1) Pendidikan Sekretaris, ada Jang bertingkat „akademis” (2) Pendidikan a k ontan (3) Pendidikan Pemimpin atau Manager Perusahaan (4 ) Pendidikan Ahli Assuransi (5) Pendidik an Ahli Keuangan dan Perbankan (6) Pendidikan A h li eem (7) Pendidikan Pegawai A hli di Pelabuhan dsb. AKIBAT KEKELffiUAN PEMIKIRAN DALAM BIDANG „PENDI.DIKAN KEDJURUAN”.
Pemikiran keliru warisan Belanda, bahwa „Pendidikan Ke djuruan itu hanja berupa „Beroepsonderwijs” iang di N e derland diselenggarakan oleh Min. O.K. & W. sadja, di In donesia telah menimbulkan matjam- kesukaran, m isalnja :
(a) Jang disebut „Sekolah K edjuruan” didirikan oleh Dep. P & K pada umumnja tidak dapat digolongkan pada pendidikan jang bersifat „eindonderwijs” ; tidak da pat menghasilkan tenaga-kerdja dengan tjukup keahlian untuk mendjalankan sesuatu pekerdjaan. Pada hakekatnja „6ekolah K edjuruan” di Indonesia masih bersifat „voorbereidend onderwijs” (pendidikan jang bersifat suatu persiapan), sehingga — meskipun diberi nama „Sekolah Kedjuruani” — dalam prakteknja menghasilkan ..tjalon2 tunakarya” (werklozen). Da lam keadaan keuangan jang murat-marit para peladjar kurang mendapat „latihan praktek kerdja” sehingga nilai dajaguna lulusan „Sekolah2 K edjuruan” dari Pe merintah itu pada umumnja sangat rendah. Misalnja ketjakapan mengetik para lulusan dari SMEA — jang m enurut rentjana peladjaran diberi peladjaran MENGETIK — djauh lebih rendah daripada m urid lulus an' „Kursus2 Mengetik” Partikelir. (b) Antara „Penjelenggara Sekolah K edjuruan" [jaitu Dep. P & K) dan fihak „consument” (jaitu para Pe ngusaha Swasta maupun Negara), tidak ada kerdjasama atau koordinasi. Apa jang dihasilkan oleh „Sekolah K edjuruan” dari Dep. P & K dalam praktek oleh „consument” dianggap kurang memenuhi sjarat. Bukan rahasia lagi, bahwa Kantor2 Pem erintah mau pun Swasta pada umumnja lebih suka m enerhna1 „lulusan SMA ditambah dengan diploma kursus stenotyipen atau Bondsdiploma Boekhouding P artikelir........... daripada menerima lulusan SMEA djurusan Tata-Usaha atau Tata-Buku ! Baiklah disadari benar2 bahwa pada um um nja di Ero pah-Barat Komisi Udjian jang harus m enentukan „lulus” atau „tidaknja” ’para examinandi pada sesuatu Pendidikan K edjuruan” terdiri atas Wakil2 Perusahaan jang kelak dikemudian' hari akan m em pergunakan tenaga-kerdja lulusan „Pendidikan K edjuruan” itu. De ngan perkataan l a i n ............... „consument”-lah (dalam hal ini para Pengusaha) jang menentukan sjarat udji an dan. „consument”-lah jang mengawasi pelaksanaan udjia n n ja ! 43
(c) Oleh karena jang diselenggarakan oleh Dept. P & K itu hanja Pendidikan K edjuruan jang dahulu d id ja m an Kolonial Belanda diselenggarakan oleh Dep. 0 & E sadja ............... maka di Indonesia itu terasa a d an ja sesuatu kekosongan, sebab „beroeps- en vakopleidingen” jang di Holland diadakan oleh p ara P engusaha (Bedrijfsgroepen dan M iddenstandsverenigingen) sam pai sekarang belum pernah dimasukkan k e Indonesia. (d) Untuk mengisi kekosongan dalam Pendidikan Ke djuruan itu, timbullah prakarsa swasta m endirikan „KursusJ dan Sekolah-Sekolah K edjuruan P a rtik e lir”, l 311^ ............... ternjata sebagian ti’d ak bonafide, h an ja merupakan suatu ,,penghisapan uang sekolah” belaka tanpa dapat mentjapai nilai keahlian- jang d ap at di7 pertanggung-djawabkan. (e) Dengan tidak adanja Pendidikan K edjuruan chusus jang diselenggarakan oleh Pem erintah, p ara P engusaha ^ u, m^sa^nj a dalam bidang „industri sep atu ”, „konpeksi , „perbengkelan mobil”, „pertjetakani” , dsb dsb. — terpaksa untuk MENDID1K SENDIRI para Pegawainja sehingga mendjadi tukang jang tjukup m em punjai Keirampilan dan keahlian. Pendidikan dalam b e d rijf itu sesungguhnja merugikan, karena : (a) m erupakan suatu penggunaan tenaga kerdja jang tidak efficient
(g) Sebaliknja dengan peningkatan kwalitas, misalnja da lam bidang pembuatan- „maatkleding”, para tourist jang datang di Hongkong sebagian besar tertarik untuk memesan „maatkledingn jang di Eropah dan di Ame rika luarbiasa mahal harganja. Bilamana kwalitasnja tjotjok, sekem balike Eropah dan Amerika para tourist itu biasa menjampaikan ,,nabestelling” (pesanan ulangan). Demikian pula dalam bidang industri sepatu dan san dal, industri tas untuk wanita, industri bordir, industri meubel rotam, dsb. dsb. ternjata Hongkong telah dapat menarik perhatian pasar internasional karena pening katan kwalitas sebagai hasil dari pendidikan jang tekun ! Keahlian pembikinan „meubel” di Denmark dan dilain2 Negara Skandinavia sudah sedemikian tinggi kwa litasnja, sehingga terkenal dimana-mana. „Skadinavian Mobel” itu dapat terus mempertahankan kedudukannja dipasar dunia, karena mampuh untuk terus-menerus menampilkan model- baru jang selalu menarik, hasil tjiptaan institut* pendidikan teknik industri meu b e l! 3 ,4 .
BEBERAPA SJARAT JANG HARUS DIFIKIRKAN DALAM USA HA UNTUK MEMBANGUN PENDIDIKAN KEDJURUAN.
(a) Pilot-project untuk menggerakkan pembangunan Pen didikan Kedjuruan (Gaja Baru) harus diadakan di kota besar, jang paling favourable DCI Djakarta-Raya, k a re n a : * DCI Djakarta merupakan kota jang paling besar, dengan djumlah penduduk jang paling banjak ....... ............... dengan problema ^una^karya” jang pa ling berat untuk dipetjahkan. * DCI Djakarta merupakan tempat pemusatani industri dengan djumlah pabrik jang paling banjak, dan intensitas kerdja jang paling tinggi. * DCI Djakarta adailah bandar internasional jang pa ling besar, mendjadi pusat perusahaan dan kantor2 dagang internasional jang paling besar dan paling banjak, sehingga dapat mem berikan varietas jang paling komplit dengan kemungkinani jang paling flexible disegala bidang pendidikan kedjuruan. 45
* DCI D jakarta m endjadi tem pat pem usatan O ran g 2 Kaja dan tem pat keluar-masuk Tourists, ^sehingga daja-beli m asjarakat D jakarta dapat dianggap paling tinggi diseluruh Indonesia. .* DCI D jakarta mempunjai „daerah pedalam an” (achterland) jang m em punjai potensi k eradjinan penduduk jang paling m adju dan paling produktif. Harus ada keluwesan dalam tjara bekerdja-sam a an tara para Pedjabat Pemerintah (dalam bidang Pendidikan>) dengan Golongan Pengusaha. Pendidikan Kedjuruan — seperti jan g diselenggarakan di Nederland oleh Bedrijfsgroepen — hanja d apat mentjapai nilai kegunaan jang tju k u p tinggi, djika d ise lenggarakan dengan bantuan Golongan Pengusaha, se bagai „consument” jang kelak akan m em p erg u n ak an tenaga-kerdja hasil pendidikan k edjuruan itu.
FUNGSI IKFP DALAM MODERNISASI PENDIDIKAN DAN PENGADJARAN SEBAGAI P RA SA R A N A P EL A K SA N A AN PEMBANGUNAN LIMA TAHUN *) I.
NAMA I. K. I.P.
1. Dalam nama IKIP terdapat kata2 „KEGURUAN,) dan „ILMU PENDIDIKAN”. Memberikan gam baran tentang fungsi IKIP dalam pembangunan pendidikan dan pengadjaran di Indonesia. Mendengar kata'2 „Keguruan” dan „Ilmu pendidikan” fikiran orang tentu akan tertudju pada salah satu aspek terpenting dan chas dalam pekerdjaan guru, jaitu „mengadjarkan sesuatu matapeladjaran”, dimana sangat menentukan problematik te n ta n g : (a) leerplan (curriculum) dengan penetapan ,,leerstof”-nja (subjectmatter) dan (b) leerwijze atau leermethodiek (method of teaching), tjara m engadjarkan mata peladjaran itu. Mengingat tudjuan IKIP untuk mendidik „bakal gu ru ”, orang menjangka bahwa salah satu segi jang diutamakan dalam semua djurusan d i IKIP itu adalah bidang DIDAK TIK dan METHODIK dalam m atapeladjaran jang akan mendjadi bidang pekerdjaan tjalon Guru itu. Pada kebanjakan diktat2 jang dipalkai di IKIP, ternjata tidak tampak perbedaan antara diktat peladjaran „mahasiswa IKIP” dengan diktat peladjaran ,,mahasiswa Uni versitas biasa” jang ada dikota itu. Dosennja kebetulan itu2 djuga, sedang bahan peladjaran jang diberikan* sama itu2 djuga. Malah pada sebagian dari skripsi- jang ditulis para tjalon sardjana IKIP, ternjata m ateri jang diuraikan itu sama sadja, samasekali tidak tam pak kechususan dari fungsi IKIP sebagai institut KEGURUAN dan ILMU PEN DIDIKAN. 2.
ILMU PASTI.
Dimana letaik kemungkinan perbedaan antara bahan pe ladjaran Ilmu Pasti di IKIP dengan misalnja bahan pe ladjaran Ilmu Pasti di I.T.B. (Institut Teknologi Bandung) ? Baiklah kita gambarkan perbedaan itu dengan mengurai*) T jeram ah 'B apak Oejeng Soewargana pada Dies N atalis IK IP D ja k a rta tahun 1967 di D jakarta.—
47
kan 2 (dua) usaha jang pernah dilakukan oleh UNESCO dibeberapa Negara Eropah sekitar tahun 1954. P ara ahli pendidikan dan pengadjaran Ilmu Pasti di 8 N egara E ro pah term asuk Negeri Belanda m engadakan penjelidikan te n ta n g : (a), de practische toepasbaarheid van h et w iskundig on derwijs in het maatschappelijk leven (kegunaan pepeladjaran ilmu pasti dalam • kehidupan m asjarakat sehari-hari). Semua bidang perusahaani dan segala matjam segi dalam m asjarakat dikirimi d aftar perfcanjaan dengan matjam2 tjontoh soalan d ari ilm u pasti. Para pengusaha : elektro-te'knik, motor-teknik, radio, bengkel2 mobil, speda, televisi, pendjahit, pem otong rambut, tukang sepatu, toko2 sampai kepada toko1’ rokok jang seketjiM-ketjtilnja, semua dim inta bantuannja untuk mengisi daftar pertanjaan itu. Hasil penjelidikan itu dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan* LEERPLAN (cu r riculum) untuk tiap tingkatan sekolah m engenai m ata peladjaran „ilmu pasti” . Apa jang harus d iad jark an , aan dengan tudjuan apa bahan peladjaran itu h aru s diberikan. Tentu sadja jang perlu harus diutam akan sedang jang tidak perlu dapat ditinggalkan. M isalnja : (1). Peladjaran STATISTIK diandjurkan u n tu k se mua tingkatan sekolah, term asuk sekolah rendah. (II). Sebaliknja peladjaran „ilmu ukur melukis” (beschrijvende meetkunde) ternjata disarankan supaja dihapuskan sadja. (b). moeilijkheden in de onstwikkeling> van het w iskundig denkvermogen van h et kind (kesukaran2 dalam p e r kembangan tjara berfikir ilmiah ilm u pasti pada anakdidik). Hasil penelitian m enundjukkan bahwa diantara kesukaran-kesukaran jang perlu diperhatikan itu, m i salnja : (i)_ kesukaran karena kurang tjepat berkem bangnja „daja tjipta ru an g ” (ruim te voorstellingsvermogen) anak-didik, teristim ew a dalam peladjarj111 p la n m e tri dan stereom etri. D iandjurkan supaja erlebih dahulu memberikan sebanjak m ungkin soalan aengan gambar2 jang djelas, sebelum nja diberikan soalan- tanp
crete getallen” kepada „rekenkundige denkbaarheden”. Karena itulah timbul aliran supaja didaktik pe ladjaran berhitung meninggalkan sistim „deductief logisch” dan pindah kesistim „inductief psychologsch”. Hasil penjelidikan 'kemudian* diterbitkan dalam bentuk monografien, disebailkan kesemua sekolah jang berkepeutingan didjadikan landasan penentuan „curriculum ” dan „method of teaching” baru. Buku2 jang diterbitkan di Ne geri Belanda diantaranja : (1) „Over de Maatschappelijke Waarde van het Onderwijs in de Wiskunde” (2) „De Leerstof van ons Wiskundeonderwijs, een Onderzoek naar Opvatting en Gebruiken dienaangaande” (3) „Een Onderzoek naar de Overladong van het Programma voor de W iskunde biji het Voorbereidend Hoger en Middelbaar Onderwijs” (4) ,,The Function of Mathematics in Modern Society and its Consequence for the Teaching of Mathematics (5) „Wat kan en moet h e t Wiskundeonderwijs aan een niet wiskundige geven?” (6) „De Leerstof van ons Wiskundeonder wijs” (7) ,,Kan het Wiskundeonderwijs tot de Opvoeding van het Denkvermogen bijdragen ?” (8) „The Develop ment of the ideas of num ber and quantity according to Piaget” (9) „De ituimtevoorstelling bij het Kind volgens J. Piaget en B. Inhelder” (10) „The Teaching of Mathe matics to Students between 16 and 21 years” .(11) „Psychologische-didactische problemen van het Wiskundeonderwijs op de Middelbare Scholen” (12) ^Methods of Ini tiation into Geometry”. Disamping itu organisasi ,,LIWENAGEL” (Leraren in Wis kunde en Natuurwetenschappen aan Gymnacia en Lycea) di Nederland menerbitkan madjalah ,,EUCLIDES” (Tijdschrift voor de Didactiek der Exacte Vakken), dimana di tulis artikel2 tentang aliran2 pembaharuan dalam matapeladjaran ilmu pasti. Dengan berobahnja landasan pemikiran dalam m enentu kan „curriculum” dan „method of teaching”, dapat difa hami djika Negeri Belanda meninggalkan methode kolot seperti tjiptaan „P. Wijd&nes” , ,,Alders”, „Salthzer & Kitchi” „Baan & Bos”, f)Van Thijn & Kobus” dsb., jang ............... dinegeri kita setelah diterdjem ahkan kedalam bahasa Indonesia sampai sekarang masih tetap „m eradjai” peladjaran Ilmu Pasti disemua SLP dan SLA. Di N eder land methode kolot dari djam an sebelum perang dunia itu 49
telah lama digeser oleh aliran „inductief psychologisch” de ngan penetapan leerstof baru seperti jang dipelopori oleh „nj. Ehrenfels-Afanasjewa”, „Piet Vredenduin”, „H. Freudenthal”, „L.N.H. Bunt”, dsb. Dalam waktu 5 tahun jang terachir methode2 baru itupun telah dianggap kolot dan mulai digeser oleh methode2 jang lebih baru lagi dengan sistim ..programming” malah ada jang mulai m em pergu nakan „teaching machines”. Di America ada beberapa gabungan Guru Ilmu Pasti, di antaranja : „The National Council of Teachers of Mathe-. matics” dan ^Central Ass. of Science and M athematics Teachers”. Penerbitannja jang terkenal diantaranja ma* djallah (a) „The Mathematic Teacher” (b) „The A rithm atic Teacher” (c) „School Science and Mathematics” , dsb. dsb. Para Guru ilmu pasti dengan seksama m engikuti tiap 2 pemikiran dalam bidang matapeladjaran ilmu pasti di Amerika maupun di-lain2 negeri. Beberapa buku tentang perkembangan didaktik peladjaran berhitung dan ilmu pasti jang dipamerkan w aktu tjeram ah: 1. Penerbitan ”International Bureau of Education” (G tneve) dan »UNESCO” (Paris) a. Introduction to Mathematics in Prim ary Schools. b. Teaching of Mathematics in Secondary Schools. 2. Penerbitan ”The National Council of Teachers o f Ma thematics” (U.S.A.) a. The Learning of Mathematics in Theory and P ra c tice b. Multi-sensory Aids in the.Teaching of M athem atics c. Insights Into Modern Mathematics d. Instruction in Arithmetic e. Arithmetic in General Education f. The Growth of Mathematical Ideas. g. The Revolution in School Mathematics h. Education in Mathematics for th e Slow L earn er i. Mathematics for the Academically Talented Stu dent j. Mathematic Tests available in the United States Guide to the use and procurem ent of Teaching Aids for Mathematics
1.
The Elementary and Junior High School M athema tics Library m. Curriculum Materials in High-Schools M athematics n. The Secondary Mathematics Curriculum 0.* Math Workshop for Children p. Mathematics Clubs q. How to study Mathematics r. Geometry Growing 3. Penerbitan terpenting di Negeri Belanda (Paedagogisch Inst. Rijksuniversiteit Utrecht dan Nutssem inarium voor Paedagogiek, Universiteit Am sterdam ). a. De Leerstof van ons W iskunde Onderwijs b. The Development of the ideas of num ber and quan tity according to Piaget c. Een onderzoek naar de overlading van- h et program ma voor de wiskunde bij het voorbereidend Hoger en Middelbaar Onderwijs d. Geschiedenis van de Wiskunde als onderwerp voor het Gymnasium A. e. De Ruimtevoorstelling bij het Kind volgens J. Piaget en B. Inhelder f. The Teaching of Mathematics to Students between 16 and 21 years g. The Function of Mathematics in Modern Society and its Consequence for the Teaching of Mathema tics h. Methods of Initiation into Geometry 1. Wat kan en moet het Wislkundeonderwijs aan een niet wiskundige geven ? j. Psychologische-didactische problemen van h et Wiskundeonderwijs op de Middelbare School '■k. Over de Maatschappelijke waarde van het Onderwijs in de Wiskunde 1. De Leerstof van ons Wiskunde Onderwijs, een On* derzoek naar Opvatting en Gebruiken dienaangaande m. Kan het Wiskundeonderwijs tot de Opvoeding van het Denkvermogen bijdragen ? n. Rekendidactiek o. Het Aankweken van het W iskundig Denken p. Rekenmethodiek en Moderne Psychologie q. The Psychology of Arithmetic (E.L. Thorndike). 51
4.
Beberapa Madjallah chusus untuk Guru2 Ilm u Pasti a. ’’EUCLIDES”, Tijdschrift voor de D idactiek d e r Exacte Vakken (Holland) b. ”The Mathematic Teacher” (The Nat. Counc. of Teachers of Mathematics, U.S.A.) c. "The Arithmetic Teacher” (idem) d. ”School Science and Mathematics” (C entral Ass. of Science and Mathematics Teachers, U.S.A.)
PELADJARAN BIOLOGI.
v
Sebagai tjontoh (kedua ddsini dikemukakan perkem bangan „leerplan” dan „leermethode” peladjaran biologi di N e geri Belanda. Dahulu didjam an pendjadjahan Belanda, sekolah-sekolah menengah di Indonesia m endapat p e lad jar an biologi dari bulku- karangan „Delsman & H olstvoogd” (Dierkunde) dan „Boudijn & Couperus” (P lantkunde). Dalam kedua methode itu hanja diuraikan 4 bidang Ilm u sadja, ja itu : (a) anatomie, (b) physiologie, (c) m orphologie dan (d) systematiek. Dalam perkembangan ilmu biologi di N ederland sesudah perang dunia ke-II ternjata telah timbul bidang- lain jan g dianggap lebih penting dan lebih berm anfaat u n tu k dia djarkan disekolah, seperti: (e) OECOLOGIE en BIOGE OGRAPHY, (f) DIERENPSYCHOLOGIE en ETHOLOGIE, (g) ERFELUKHEID en VARIABIL1TEITSLEER, (h) RESTITUTIE & REGENERATIE, (i) EVOLUTIE. Apakah bidang- jang baru dtu benar2 'lebih berguna ? Baiklah kita memperhatikani pola dasar „R entjana P em bangunan Lima Tahun” dimana sebagai faktor- determ inan jang didjadikan sjarat mutlak untuk diperhitungkan dalam usaha untuik mentjapai tudjuan nasional, a d a la h : (1) faktor geografi, hidrografi dan topografi (2) fa kto r klimatologi (3) faktor flora dan fauna (4) faktor dem ografi dan (5) faktor kemungkinan pengembangan. Seba gai „modal dasar” diantaranja ditegagkan : (a-) K edudukan Geografis Indonesia sebagai satu rangkaian. Ekepulauan sepandjang garis chatulistiwa dengan iklim tropdka dan tjuatja musimnja jang memberikan kondisi alamiah jan g sangat tinggi nilainja (b) Sumb'er2 Kekajaan Alam jan g ber-limpah2 dddarat maupun dilaut, jang m em berikan mungkinan luas bagi pembangunan peri-fcehidupan Bangsa disegala bidang.
Djika peladjaran biologi itu akan diselaraskan dengan landasan pemikiran> dalam m enetapkan ,,Rentjana Pemba ngunan Lima Tahun”, maka jang harus diutam akan itu djustru kelima bidang baru tersebut diatas, jaitu (e) oecologie & biogeografie (f) dierenpsyehologie & ethologie dan (g) erfelijkheids & variabiliteitsleer (h) restitutie & reg en erate dan (i) evolutie Sebagai bahan pertim bangan disini dikemukakan beberapa tjontoh : (1). Beberapa matjam ikan di Pantai Selatan Samudra In donesia setjara intuitif pada waktu akan bertelor berenang menudju ke-muara 2 sungai dimana airnfa sa ngat tenang (ethologie). Setelah telor itu menetas, ra'kjat disekitar m uara sungai itu biasa beramai-ramai mengambil anak ikan atau „impun” itu untuk dimakan. Kebiasaan rakjat itu sesungguhnja m erusak ke kajaan perikanan laut dipantai kita. (2). Seringkali orang mendinamit atau menuak sungai dan rawa dengan karbid dengan maksud ag^r bisa mendapat ikan sebanjak-banjaknja. Dengan tja ra de mikian jang mati itu bukan ikan jang besar 2 sadja, akan tetapi hampir seluruh hajat (renik2) jang m en djadi makanan ikan (oecologie). Inilah salahsatu se bab merosotnja hasil perikanan di Rawa Lakbok Djawa-Barat sampai hanja tiriggal 20% sadja dari hasid rata- tahun 2 1940-1945. (3 )..Para ahli perikanan dari Djepaflg dan Korea mene tapkan tempat, waktu dan tjara penangkapan ikan/ udang dilautan Indonesia itu m enurut hasil penelitian ,.ethologie”, penjelidikan djafennja perpindahan (de trek) dan tingkah-dalku ikan/udang itu, seperti per nah dafiulu diseUdiki oleh dr. Bottemanne (De Zeevisserij-politiek in Nederlandsch Indie). (4).
KIRK (seorang ahli dari New Sealand) jang menga dakan pertjobaan pemeidharaan kambing dan biribiri di Lembang, bekerdja m enurut ilmu „oecologie” . Beliau berusaha untuk m entjiptakan suatu „komposisi alam jang paling ideal” untuik suatu „persekutuan hidup” (ievensgemeenschap) antara ,,hewan piaraannja, tanam an dan manusia”. 53
(5 ): Penangfeapan 'uJar santia ^ u kan didjaman p e n d u d i i a n T w ,3\ ? ka11 daakukeseimbangan-aJam (balanrp nf t1® JBerusaik (oecologiermbla'kan t t o s janS " u ^ b i a i f f j e p a t S
(6) S / f SP ~ aann ^ " g e S T 4 ' « w s ) di ward 'berdasarkan p e n ie liS ? ” f great leaP forpanfnSk r dJa itu’ mengaikiba1ikanethologie” dari buE karena d im a k oleh h S ke™ n d u ran hasil (oecalogi“ e,ldjadl m* a«an dari b ^ S e d j i ^ (7). Kesadaran untut
^K&S.—•1
•
t" » « is S k! i r “ ■ s
^
s
a
s
*
& CoUp“ raunsf » ..D elsm anl
s a
. “
? alam
i l :r *
0l l F e? h P ^ a r a n ^ i ' S6ndi ri diT h iis ^ ' VerJlaert” p 1^ 0gi ali*an barn i U sudal1 lama
^^^tSp^SSSX
’ ”n - ^ Brussee”,
a s ? -
SEM M ja m
.To Ja dan terdapat hharus mengpHi J^stru di no
S
f t f c a
s - * .
‘1
’
1 LtJAR N E-
:
86
d a n Colium-
Di Eropah, pendidikan/pengadjaran dan ilm u pengetahuan itu berkembang setahap-demi setahap setjara evolusionistis. Di Eropah orang tidak segera merasakan keperluan.nja untuk m endirikan institut sematjam IKIP di Indonesia. Biasanja m ereka m endirikan sebuah institut paedagogik jang didjadikan bagian dari Universitas jang sudah ada. Di Negeri Belanda misalnja jang teiikenal: (a) Nutsseminarium voor Paedagogiek aan de Universiteit in Amsterdam, dimana prof. Kohnstam menduduki tem pat jang sangat dihormati dan „Het Research Instituut voor de Toegepaste Psychologie aan de Universiteit van Am sterdam " dibawah pimpinan prof. A.D. de Groos. (b) Paedagogisch Instituut aan de Rzjksuniversiieit te Utrecht dimana prof. dr. Langeveld term asuk pemimpinnja jang berpengaruh. III. ADAKAH INSTITUT2 INTERNASIONAL JANG MENGUM PULKAN D AN MENGOLAH BAHAN TENTANG CURRICULUM DAN METHODS OF TEACHING ?
(a). The International Bureau of Education, Quay de Wilson Geneve. Institut ini term asuk jang tertua dan terbesar diseluruh dunia, didirikan sesudah perang dunia ke-I dahulu. Pem bangunannja dibantu oleh ,,Dana Presiden WILSON” dari USA. Dahulu m erupakan saiahsatu ba gian dari „The League of Nations” (Lembaga Bangsa2) jang pada waktu itu berkedudukan di Geneve pula. In stitut tersebut sampai sekarang tiap tahun m enjebarkan daftar pertanjaan 'kesemua negara jang mendjadi ang gota PBB mengenai berbagai segi dari pendidikan dan pengadjaran. Bahan jang diterima, dianalisa dan diu raikan dalam buku 2 penerbitannja, jang sesudah perang dunia ke-II tu ru t dibiajai oleh UNESCO di Paris. In stitut tersebut dua kali tiap tahun mengadakan pam eran bahan peladjaran terdiri atas textbooks, alat 3 peraga dan m aterial untuk tests, jang dikumpulkan dari semua negara diseluruh dunia. Ada'kalanja institut tersebut mengadakan pam eran setjara „vertikal”, m em perlihatkan textbooks dengan tudjuan untuk m elukiskan p e r kembangan sesuatu matjam mata peladjaran d isesu atu negara. Misalnja jang pernah dilaksanakan uperkem 55
bangan peladjaran sedjarah dan civics dinegara D jer m an (Barat m aupun T im ur)”. Pada kesem patan itu dipamerlkan textbooks dan alat peraga jang dipakai di D je rm a n : (a), sebelum H itle r berkuasa, (b). didjam an H itler berkuasa d an (c). sesu dah perang dunia ke-II berachir, sesudah D jerm an dipetjah m endjadi dua bagian jang „pro kom unis” dan jang „anti-komunis". Sajang sekali sam pai sekarang Indonesia m asih k u ran g m em perhatikan ,intern atio n al B ureau of E ducation” itu ! (b). UNESCO, Place de Fontenoy, Paris. B erlainan d en g an „I.B.E.” di Geneve tersebut diatas, UNESCO d i P aris lebih mengutamakan pengumpulan bahan dan pemberian bantuan di-bidang2 jang lain, seperti „b an tu an biaja”, „bantuan berupa barang”, m engenai ,,politilk
Bapak Oejeng Soewargana bersama dengan B apak Doedi Soemawidjaja Atase Kebudajaan Rep Indonesia di W ashing ton mengundjungi Konperensi IIE (Institute of In tern atio n al Education) di San Francisco.
• pendidikan”, dalam bidang ,„rural community educa tion”, ,,vocational education” dsb. Pengum pulan serta penjebaran bahan tentang 5,curriculum ” dan „m ethod of teaching” (kurang diperhatikannja. A dakalanja dalam bidang itu Unesco di Paris bekerdjasam a dengan „I.B.E.” di Geneve, disamping publikasinja sendiri, teristimewa dalam bidang „pengadjaran bahasa”, „pendidikan rural community education”, ,,vocational educa tion”, ,,science teaching education” dan ,,pengadjarani sedjarah dunia”. (c). I.I.E. = the Institute of International Education, di New York. Meskipun institut ini term asuk jang term uda, alkan tetapi karena dana-nja jang tjukup besar, dalam tempo singkat dalam beberapa bidang sudah tampa'k usaha2nja jang tjukup berpengaruh. Dalam bidang „ curriculum” dan „methodology” institut tersebut ba njak mempergunakan bahan jang telah terkum pul di Amerika ; misalnja dalam bidang peladjaran bahasa Inggris dari (a). The American Council of Learned So cieties (b). The American Language Center (c) Center for Applied Linguistics (d) The Modern Language As sociation (e) National Education Association (f) National Federation of Modern Language Teachers Assocation (g) National Association of Teachers of English, dsb. dsb.
IV.
KENAPA IKIP HARUS MEMPERHATIKAN PERKEM BANGAN DIDAKTIK PELADJARAN DINEGERI BE LA ND A ?
Indonesia dalam beberapa bidang pendidikan dan peladjar an masih mendjadi „korban” dari tradisi warisan Belanda, padaihal di Negara Belanda sendiri didaktik itu sudah lama berobah disesuaikan dengan perkem bangan ilm u pengeta: huan dan sjarat 2 jang paling achir. Baiklah disadari b enar 2 apa jang diumumkan oleh UNESCO bahwa lebih d ari 80% dari buku 2 iimu pengetahuan jang dewasa ini dipakai dise luruh dunia adalah hasil penerbitan dalam 25 tah u n jang terachir. Dan sadarilah bahwa djustru dalam 25 tah u n jang 57
terachir itulah — teristimewa didjam an Orla — Indonesia hampir terisolir samasekali dalam bidang pendidikan penga djaran dan ilmu pengetahuan.
KESIMPULAN.
(1). IKIP adalah suatu institut ilmiah dalam bidang KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN, m erupakan „sjarafc mutlak” bagi kem adjuan p en d id ikan/pengadjaran di Indonesia. Sejogyanja m endjadi pusat dim ana segala sesuatu dapat diperkem bangkan setjara ilmiah, direntjanakan serta diselidiki setjara ilmiah pula. (2). IKIP merupakan satu institut ilmiah jang harus menggembleng ,,VAKLERAREN” (guru 2 m ata peladjaran un tuk sekolah landjutan !). Guru 2 itu harus b en ar2 : (a) qualified sebagai AHLI (SARDJANA) dalam matapeladjaran jang akan diadjarkannja itu, b erarti harus jnentjapai pengetahuan minimum jang terten tu sebagai sardjana dalam mata peladjaran jang akan m endjadi tugas pekerdjaannja, dan. (b) qualified pula sebagai GURU, jang mempunjai tjukup keahlian d an kem am puhan/ketram pilan dalam' m engadjarkan imatapeladjaran itu, di samping tjukup pengetahuan tentang ilmu djiwa dan ilmu pendidikan. (3). IKIP sangat penting sebagai satu lembaga research dan laboratorium ilmiah jang dapat mengumpulkan, m enehti dan menganalisa ibahan pertimbangan untuk D itdjen Pendidikan Dasar dalam menentukan : (a), bahan serta rentjana peladjaran untuik tiap 2 m ata peladjaran dalam tiapj tingkatan peladjaran, dan (b). didaktik serta m emodtfc tiap* mata peladjaran untuk tiap 2 tingkatan peiaa]aran. (4)' d f i L n ntD ^nla^ tn!Iiemberifcan bahan Pertim bangannja dan memnplarlintf d^awab harus dapat meneliti vasbaarhpir}) Ha ' f J^e9unaan (de practische toen m Z ln tL Z , H ar b^ f n Pel^ j a r a n dalam pembaanakdidik (lintmV fa "J kesukaran jang dihadapi anak-didik (untuk fast maupun slow learners) dalam menanggapi m entjem akan dan memprafcteMcan/me® djaran" matapelad]aran ltu dalam tiap* tingkatan pela-
(5). IKIP harus dapat mengikuti perkem bangan curriculum, didaktik serta methodik dari tiap- m atapeladjaran un tuk tiap 2 tingkatan peladjaran di-Iain2 negeri dengan djalan memperbandingkan keadaan di-lain 2 negara itu, jang dapat diketahui dari publikasi2 : (a). International Bureau of Education, di Geneve (b). UNESCO di Paris (c). I.I.E. (Institute of International Education) di New York, U.S.A. * Dan ............... mengingat tradisi peninggalan Belanda jang masih Ikuat terdapat dinegara kita, harus mempeJadjari djuga perkembangan di Negara Belanda, jang dapat diikuti dari publikasi: (d). Nutssem inarium voor Paedagogiek, Universiteit Amsterdam, dan (e). Paedagogisch Instituut, Rijksuniversiteit Utrecht. ( 6 ). IKIP harus dapat terus-menerus membina perkem bang an keahlian serta ketrampilan Corps Guru dengan djailan mengambil prakarsa untuk mendirikan „ORGANISASI SARDJANA DAN GURU MATAPELADJARAN”, jang bersifat „profesional” semata-maita misalnja : (a) OSGIP — Organisasi Sardjana dan Guru Ilm u Pasti ('kira3 seperti „The National Council- of Teachers of Mathematics” di USA, atau „LIWENAGEL” (Leraren in Wiskunde en Natuunvetenschappen aan Gymnacia en Lycea) di Negeri Belanda. .(b) OSGIA = Organisasi Sardjana dan Guru Ilm u Alam (c) OSGUBI = Organisasi Sardjana dan Guru Bahasa Indonesia (d) OSGIB — Or ganisasi Sardjana dan Guru Ilm u Bumi, dsb. dsb. IKIP akan dapat terus-menerus memupuk perkembang an keahlian dan ketrampilan Corps Guru itu dengan djalan menerbitkan „madjaHah pembina m ata peladjar an” (leer vak-tijdschriften). Untuk Corps Guru dalam mata peladjaran ilmu pasti, misalnja sematjam madjallah „THE MATHEMATIC TEACHER” di USA atau „EUCLIDES” di Negeri Belanda. Mengingat kepentingan pembinaan keahlian dan ketram pilan para guru di Sefkolah Landjutam itu, dapat diiharapkan bahwa P.O.M. di-tiap2 sekolah landjutan akan bersedia untuk m em ba jar abonnement madjallah2 ilmiah itu. Dan — teristimewa mengingat kedudukan IKIP di Dja karta dan di Bandung jang terdekat pada Pusat Pemerintahan, Pusat Lembaga 2 Research dan Pusat Badan 2
P eren tjan a Pem erintah, — sebaiknja IKIP D jak arta dan Bandung diperkem bangkan sebagai „FEEDER”, sebagai sum ber ilham pem bangunan serta p en jeg aran pendidik an dan pengadjaran. IKIP D jakarta d an B andung d ap at m enduduki posisi sebagai „INDUK” jang m em bina „GERAKAN PEMBANGUNAN/PENJEGARAN PENDIDIK AN DAN PENGADJARAN DISELURUH INDONESIA". Dengan mempergunakan; m edia „ANGKASA” m elalui RADIO dan TELEVISIE — dengan pusat pem a-ntjarnja jang terk u at terdapat di D jakarta — IKIP D jak arta dan Bandung harus dapat m em berikan tjo n to h „m odelles• sen” dalam segala m atjam m ata p eladjaran u n tu k berm atjam tingkat pendidikan jang dapat didjadikan bahan pem bina dan inspirasi penjegaran. Sem ua usaha Dep. P & K dibidang „research” atau „penelitian u n tu k pembangunan/penjegaran pendidikan dan pengadjaran”, jang dewasa ini masih bertjetjeran> berada di D itdjen Dikdas (seperti misalnja „Teaching Aids C enter” dan „Science Teaching C enter” di Bandung) m aupun di Dit djen Perguruan Tinggi, sebaiknja dipusatkan sadja di IKIP-, dim ana telah tersedia M ahaguru- jang b en ar 2 achli dan research-workers berupa Mahasiswa IKIP. De ngan djalan memusatkan semua aktivitas dalam bidang ,;lit-bang” di IKIP, Ikesimpang siuvan bisa dihindari, sedang biaja — jang sudah begitu sedikit — d apat diperguna'kan se-efektif mungkin. (1)' ^ , Sringatfu n g sfIK IP seb agaiinstitutK EG U R U A N dan j• PENDIDIKAN, sebaiknja curriculum dari tiap 2 n i r l t f a? *?ari itu ^ su su n bersam a-sam a dengan Ditdjen Pendidikan Dasar, ja n g kelak IKIP it 13n — akan memPe rgunakan tenaga 2 hasil „Ar- 0 vu' ,. emikian pula m atjam dan djum lah djurusan r ^ a n a ^ p e n e rn n a a n mahasiswa untuk tia p 2 dju^ ^ P ^ a n 'bersama dengan D itdjen ■i . ^ asar> djika dikehendaki effesiensi dan efekUvitas ]ang semaksimum mungkin.
60
Apakah b e n a r ................................ N ILAI P E N D I D I K A N SEMAKIN MEROSOT? djanganlah m enjalahkan para Guru jang mengadjar
' lebih baik BEKALILAH MEREKA DENGAN ILMU PENGETAHUAN JANG BERMUTU DAN M OD ERN ............................................. belikan untuk mereka : buku 2 Seri PAED AGO GiK dikarang oleh Sardjana 2 ternama.
1. Ilmu Djiwa 2. Didaktik Umum 3. Pengantar Paedagogik 4. Ilmu Djiwa Anak 5. Sekolah dan Masjara kat 6. Aliran 3 Baru Dalam Pendidikan dan Pengadjaran 7. Pendidikan Budi Pekerti 8 . Taman Kanak-Kanak 9. Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama Is lam di Sekolah Dasar.
Prof. A. Gazali M.A. dk. Dr. D.H. de Queljoe dk. Prof. R. Sugarda Purbakawatja dkk. J. Wullur Psych. Drs. Prof. R. Sugarda Purbakawatja dkk. idem idem R.A.A. Surianata W. Poedjosoebroto dk.
61
Tiap usaha untuk M E M P E R B A I K I
P E N D I D I K A N
M E N I N G K A T K A N
harus dim ulai dengan K W A L I T A S G U R U
1 Untuk melengkapi bekal guru djangan dilupakan menjediakan untuk memperdalam studie m ereka buku 2 S e r i :
PEMBINA PENDIDIKAN
1. 2. 3. 4. 5. 67.
Hasil Karja para Sardjana dan achli Pendidikan. Korn. Red : S. Nasution M.A. dkk. Ulangan dan Kontrol Buku Harian seorang Guru Dalam Sekolah 1 Beberapa Sistim Pengadjaran dan Pendidikan — Soewondo Kebun Sekolah Medja Pasir Sandiwara Boneka
’ Modern531311 B8rUPa di ®ek0lah 9. Berpikir dan Berbuat • Pengadjaran Modern Barat Ekspresi dan Pendfdikan^ M'A ' 12-
^
Kerdja D ,
13. Hukuman dan Gandjaran i t Dalam n T Sekolah ^en,gan 2Kelasnja 15. 16. Permainan l 17. „ 2 18. „ 3 ' 19
Penga(fjaran 8ndl2 BarU dlm‘ PembanSunan Pendidikan- dan
20 . Pendidikan Masjarakat 1
21 . 2 22 . » 3 23. Renungan ttg. Pendidikan Budi Pekerti. 24. Fungsi Ekspresi dan Kemungkinannja di S.D. 62
MEMBENA KEBUDAJAAN NASIONAL Sebagai sumber tenaga dan inspirasi dalam Nation and Character building, tanpa m engganggu budget Negara !
Sefingkali terdengar pertanjaan bagaimana sebaiknja kita harus membina kebudajaan kita jang selaras dengan Kepribadian Nasional kita ? Kita dapat memahami djika pertanjaan sem atjam itu dikemukakan, apalagi djika kita ingat pada e k s e s p a d a gedjala-gedjala kemerosotan kebudajaan disebabkan pengaruh ke budajaan asirng jang tidak tjotjok dengan Kepribadian kita. Kita seringkali mensinjalir adanja gedjala pengaruh buruk dari gaja }}beatle” dengan m usik „ngakngikngok”-nja atau dari tari-tarian „rock and roll” „a go go”, „shake”, „twist” dan achir 2 ini dari tari-tarian nightclub dancers, terdiri atas dara 2 genit berpakaian sangat minim (hampir telandjang) menjuguhkan gerakanr menggiurkan jang benar 2 merangsang sex para penonton. Harus bagaimana sikap kita dan apa jang positif dapat kita lakukan dalam menghadapi tantangan pengaruh kebudajaan asing jang buruk itu ? Apakah jang dapat kita lakukan untuk memperkembangkan kebudajaan jang berkepribadian nasional sebagai sumber tenaga dan inspirasi dalam nation and character building kita ? Semua merasa bahwa sekarang djaman- ORBA sudah tiba waktunja untuk setjara tegas menghadapi tantangan pengaruh buruk dari kebudajaan asing itu ! Sekarang sudah tiba waktu nja untuk menggali 'kembali kekajaan kebudajaan nasional jang masih terpendam di-daerah 2 dalam pangkuan Ibu P e rtiw i! Se karang sudah tiba waktunja untuk m entjari landasan baru guna memperkembangkan kebudajaan nasional kita, sehingga dapat tumbuh dengan subur, meluas dan m erata disemua lapisan ma sjarakat kita ! Dalam perdjoangan revolusi kita jang multi-com plex kita sekali-kali tidak boleh melupakan revolusi dalam bi dang kebudajaan nasional. Dengan perkataan lain, dalam bidang kebudajaan nasionalpun kita harus berani bertindafk dengan te gas dan konseikwen memperkaja tradisi lama dan memperkem bangkan kreasi baru setjara intensif dan sistematis. A gar supaja kita dapat menemukan landasan-- baru dalam usaha kita untuk m em perkem bangkan kebudajaan kita jan g ber-
Kepribadian Nasional, baiklah kita sadari bahwa. dilihat d ari segi pembangunan kebudajaan, .masjarakat itu dapat kita bagi da lam 4 (empat) matjam kelompok. Keempat m atjam golongan itu satu dengan jang lain saling membutuhkan-, bantu-mem bantu 63
dan isi-mengisi. Jang satu tidak* dapat hidup subur tanpa ban tuan jang Iain, sehingga ke-empat matjam kelompok itu sungguh-sungguh merupakan suatu „tjatur-tunggaT\ Keempat matjam golongan itu, ialah : 1. Golongan professionals”, Golongan „professionals” (atau „semi-professionals”) ada lah abdi-seni atau karyawan-seni jang mempergunakan kemahirannja dalam bidang kesenian untuk djalan mentjari nafkah. 2. Golongan „amateurs”, jaitu penggemar seni jang aiktif turut serta mendjalankan salah satu bidang kesenian untuk „kesenangan” sebagai „hobby” untuk pengisi waktu senggang dan sebagai djalan pentjetusan desakan djiwa seni jang ada padanja. 3. Golongan spectators” atau „audience”, jaitu golongan para pendengar atau penonton jang sebagai ,.consumer” turut menikmati hasil seni itu. 4. Golongan „scholars” atau scientists”, jaitu para tjerdik tjendikiawan jang menjelidiki, mempela djari, menganalisa dan menguraikani kesenian itu setjara il miah. fnn«^eeT Pat golon§an itu semuanja mempunjai kedudukan jang Vm*e?ipuiljal ke§unaan dan faedah penting jang satu Arlan- y U^'meml)utul1^ n ; bantu-membantu dan isi-mengisi. eai iiJfc.f a011? 3* S°l°ngan itu merupakan satu keharusan, sebaOlph ir ma-da*am Pem^angunan kebudajaan. HiiaHAnn ,i«!!rena itu ^ eemPat golongan itu harus semuanja sama 2 irinamn"cam diPeliiiara- Keempat golongan itu harus sesinia m acing" ^iperkembangkan menurut kedudukan dan fungdaoat Derhftianepmpat-g0longan itu semuanja harus sama 2 menPer^atian Pemerintah dan Masjarakat. 1. GOLONGAN ,PROFESSIONALS”. Untuk professionals” atau „beroeps-artisten” itu harus diusahakan kesempatan seluas-luasnja supaja mereka dapat memperdalam pengetahuannja dan menjempurnakan kemahirannja. Mereka harus mendapat bimbingan jang membangun. Kemudian ............ untuk mereka itu harus diusahakan kem ungkinan sebanyak nja supaja mereka itu dapat mementaskan keahliannja. Baiklah kita bertanja kepada diri sendiri setjara berterusterang . „Apakah sudah tjukup banjak kita usahakan kesempat64
an pementasan untuk para professionals itu ?” „Apakah kita sudah tjukup banjak mendorong pendirian organisasi-organisasi Jm presariat” atau „artist-managements” jang dapat menjelenggarakan pementasan 8 untuk para bgroepsartisten kita itu ?” * Dewasa ini sudah tam pak aktivitas swasta dalam m enjeleng garakan pementasan kesenian. Sajang sekali pada um um nja b aru dibidang musik berskala-nada B arat (chrom atisch diatoniseh) sadja, dan teristimewa dibidang musik guitar-listrik b ergaja „beatle” atau ,.combo” diselingi hidangan pelawak2. Organisasi- artists-management swasta itu sam pai sekarang belum banjak jang berani untuk m enjelenggarakan pem entasan kesenian daerah. Mungkin karena setjara kom ersiil belum dapat dipertanggungdjawabkan. K arena tjukup perhatian, dapat di fahami bilamana penjanji lagu 2 Indonesia jang sudah ten ar se perti : Fenty Effendi, Titiek Puspa, Lilis Suryani, Tetty Kadi-, Diah Iskandar, Ernie Djohan dsb. dewasa ini sudah biasa m en dapat honorarium lebih dari sepuluh ribu rupiah ! Penghargaan sematjam itu sukar untuk diharapkan oleh p&sinden karawitan, Djawa, Sunda maupun Bali. P ara seniw ati kesenian daerah tidak banjak jang diberi kesempatan pem entasan dinkota- besar seperti Surabaja, Semarang, Djakarta, Bandung, Medan dsb. Dari Pem erintahpun tidak tam pak ada dorongan un tuk m enggerakkan pem entasan kesenian daerah di-kota 2 besar dengan tudjuan komersiil. Kalau ada tam u2 Negara atau pesta Kenegaraan, barulah pemerintah mengadakan pementasan kese nian daerah, jang biasanja ............... sebagian besar dihidangkan oleth senim an/seniwati amatir. Para professionals* tetap tidak diketengahkan sehingga tetap, tidak mendapat kesempatan untuk m em perkem bangkan kem ahirannja! Sekarang import film masih kurang, sedang m asjarakat te tap memerlukan hiburan. Keadaan itu sesungguhnja suatu ke sem patan jang sangat baik untuk mulai berusaha m enjelengga rakan pem entasan kesenian daerah setjara kom ersiil disemua ibukota K abupaten/K otapradja. Sebaiknja Pem erintah mengge rakkan pendirian Jajasan Im pressariat Kesenian Indonesia ditiap 3 K abupaten/K otapradja, jang dipimpin oleh tja tu r tunggal setempat, dengan tudjuan untuk m engadakan pem entasan kese nian daerah setjara komersiil paling sedikit tiap bulan satu kali. Dahulu sudah mendjadi kebiasaan orang u ntuk m enanggap wajang, tjlem pungan, mengadakan tajuban, dll. kesenian daerah pada perajaan pernikahan, chitanan, gusaran atau lain 2 selamatan. Itulah kesem patan atau ,fpasaran” jang sangat baik u n tu k 65
p a ra senim an professionals. Dewasa ini pem entasan kesenian daerah pada perajaan 2 kekeluargaan sem atjam itu m akin lam a m akin berkurang. Kalau masih ada jang m enghidangkan h ib u ran u ntuk para tamu, sampai ke-desa2nja orang m ulai m en iru k e biasaan dikota untuk mengundang main „band guitar-listrik bergaja beatle”, dimainjkan oleh peladjar Sekolah M enengah jan g letaknja tidak djauh dari desa itu. Sadarilah bahwa makin berkurangnja kesem patan bagi p ara professionals kesenian daerah untuk m enjelenggarakan pem en tasan, dapat mengakibatkan seretnja perkem bangan kesen ian da erah ! Oleh karena itu, sudah sampai pada w aktunja u n tu k selekas m ungkin ditjarikan „way out” dengan m engusahakan „marketing” baru untuk pementasan Kesenian Daerah itu. Di Negara 2 Sosialis sebagaimana kita ketahui, P em erin tah turut serta setjara intensif dan sistimatis dalam m engusahakan penjelenggaraan pementasan 2 kesenian, sehingga p ara beroepsartisten, dinegara sosialis itu mendapat tjukup kem ungkinan un tuk m em pertundjukkan kemahirannja. Baiklah diperhatikan bahwa seniman-seniwati lu a r negeri jang berkundjung ke Indonesia untuk mengadakan p ertundjukan, tidak perduli apakah rombongan kesenian itu datang d a ri ™ Yug°slavia, Djepang atau Djerman .................... R a n n S ?2 ^ A ^ rdiri atas senim an/seniw ati professionals. ?£ dengan susunan rombongan kesenian jan g d*iumlahTpn>n kita 'keluar negeri. Berapa orangkah semDatan ^ ni^ a,t l Professionals jang telah kita b eri ketuk tiercri v 1 s 3 dalam rombongan kesenian Indonesia undiumlah /neS®r i ? Bandingkanlah djum lah itu dengan tungkan beramw/seniwati amatir ! Pernahkah kita m em perhidikan dirinja s e b ^ ^ p e ^ i ? 9^ penari amatir daPat m en Qah' 2.
r fa r a ^ ^ te w r 'l ^
GOLONGAN ,.AMATEURS” ^
m 9 haik untuk m em upuk m inat seni
P \ daja kreasi ™ * tia , adalah dengan riPrtriiHiicn-n fnnn 4 an ke^ eniar!' sistimatis. Hanja dengan \ann teratnr tint h ensf. U s^ nm^ s> hanja dengan latihan! keahlian jang ^ <* ° B dapat m ent^ ai ta ra -f Sebagai satu tradisi peninggalan kolonial Belanda di Indo nesia j a m p a i sekarang orang suka menjelenggarakan „perlom~ baan sent untuk memilih „d]uara seni” seperti lazim diseleng66
*
garakan oleh R.R.l. Memang tidak dapat disangkal} bahwa „concours” atau ,}perlombaan,} seni itu dapat m em bangkitkan miriat seni. Akan tetapi sebaliknja sudah diketahui um um pula, bahwa „perlombaan seni” dengan ekses3nja jang buruk itu, tidak akan dapat mengisi kebutuhan para amatir untuk m em perdalam pengetahuannja dan untuk m em pertinggi kemahirannja. Memang orang di Eropah dan di Amerika sudah biasa mengadakan „songfestivals” atau „zangconcours”. A kan tetapi sekali-kali tanpa pertim bangan 2 paedagogis, tidak disertai maksud untuk mempertinggi nilai fcesenian p ara pengikutnja. Sebagaimana kita ketahui, di-n&gara2 itu „songfestivals” atau „zangconcours” diorganisir oleh persatuan pengusaha plat 2 gramofoon, didjadikan suatu kampanje reklam e raksasa jang dibiajad bersama-sama untuk meningkatkan hasil pendjualan records-nja. Dapat difahami, djika penentuan „kampiun” diatur terlebih da hulu, bergantian diantara djago- jang dikemukakan oleh para pengusaha plat gramophon, jang membiaj-ai concours itu. Hal demikian misalnja terdjadi tiap 2 tahun di Cannes untuk memi lih „the best voice of Europe”, pada „Grand Gala de Bisque” di Scheveningen Negeri Belanda, di Knokke Negeri Belgia atau di Berlin D jerm an-B arat! Rentjana peladjaran (curriculum) seni-karawitan m aupun senMari daerah jang sistimatis dapat difikirkan oleh para ahli dari Konservatori Karawitan dan Akademi Seni-tari. Sebaiknja disusun dalam beberapa tingkatan, misalnja dalam 4 (empat) tahap. Tingkat pertam a bisa disebut tam an „Indria” untuk anak 2 dibawah um ur 12 tahun. Jang lulus mendapat idjazah dan tanda penghargaan pita hidjau, disampaikan oleh Bapak Tjamat. Ting kat kedua atau taman „Purw a” untuk anak 2 antara um ur 12 — 16 tahun dan untuk para lulusan tam an Indria. Idjazah dan peng hargaan berupa pita biru dibagikan oleh Bapak Bupati/W alikota. Tingkat ketiga diberi nam a tam an „Madya”. Tanda lulus berupa pita merah dapat disampaikan oleh Bapak Gubernur. Tingkat keempat atau tam an „Wusana”, untuk sem entara dapat dianggap tingkat tertinggi, untuk para am atir lulusan taman Madya. Me reka harus dapat mem perlihatkan hasil kreasinja sendin. Jang m emenuhi sjarat diberi anugerah pita kuning, disampaikan oleh Bapak Dirdjen Kebudajaan atau Bapak M enteri P & K. Untuk membantu pendidikan* seni karawitan m aupun semtari di-daerah 2 dapat dikerahkan' tenaga tam atan Konservatori Karawitan di Bandung, Solo dan Denpasar. Idea untuk mengadakan pendidikan kesenian jang bertingkat-tingkat m enurut rentjana peladjaran jang sistimatis sesung guhnja bukan soal baru. Dinegara kita sudah biasa dilakukan 67
dikalangan ............... para paguron kesenian B arat oleh sekolah 2 piano, viool, tari ballet dan lain 3 bidang kesenian Barat. Harap djangan dilupa'kan bahwa untuk para am atirpun h a rus diusahakan kesempatan sebanjalk-banjaknja dan seluas-luasnja (dalam arti djangan berpusat di-kota2 besar s a d ja !) supaja para penggemar seni itu dapat m em pertundjukkan kepandaiannja. Tiap kesempatan untuk mengadakan pem entasan (tidak p e r lu dalam bentuk perlombaan !) ............... pasti akan m em berlkan dorongan untuk berlatih lebih giat dan lebih seksama lagi su paja dapat m entjapai prestasi seni jang lebih bernilai d an lebih sempurna. Baiklah selalu disadari bahwa teristim ew a dalam bi dang seni-tari daerah, Djawa, Sunda m aupun Bali, kesem patan untuk mengadakan pementasan itu m erupakan satu „conditio sine qua non” , satu sjarat mutlak jang HARUS dipenuhi. Berlainan dengan bidang seni-tari Eropah atau A m erika, jang mempunjai beraneka-ragam tari pergaulan, („gezelschapsdansen” atau „doe-dansen”) seperti wals; foxtrot, quickstep, mambo, chachacha, twist, dsb.................. bidang seni-tari Sunda, Djawa atau Bali sebagian besar terdiri atas „SHOW DANCES” atau „expressie-dansen” . Itulah sebabnja para penari am atir kita tidak m ungkin akan dapat memperkembangkan keseniannja, djika m ereka tidak dien kesempatan untuk mementaskan kepandaiannja. D apat diianami bilamana para penari amatir itu, — setelah beladjar menan beberapa waktu — ingin sekali mem perlihatkan hasil latihannja. Dan ............... untuk menarikan „tari kupu2” atau „tari g^nbjong”, „tari temulilingan” atau „tari gatotkatja”, p ara sistai pubii^ 1 memerlu^ an kesem patan pem entasan jang diserirr*iah'af lp-a -*emPat pementasan dan tanpa publik, p ara siswa seakan dapat menarikan tarian jang dipela2 J , ; «ungguh berlainan sekali sifatnja dengan „gezelschapsnr,* Rn *n*eri?asional model wals, samba, mambo, twist, rock ro dsb. jang dapat ditarikan kapan sadja dan dim ana saaja, meskipun hanja berdua orang bersama partner, tanpa publik jang menonton. * Untuk pementasan para amatir, publik itu tidak perlu ter* d in atas penonton jang membajar. Tempat pem entasannja tidak perlu didalam gedung theater. Dipertundjukkan pada pesta sekolanpun dapat, pada perajaan ulangtahun atau pesta pernikahanpun djadi, asal ............... ada publik jang menonton. Lebih baik lagi djika pementasan para am atir itu dapat diselenggarakan setjara teratur dengan djarak waktu jang terten68
tu — misalnja tiap bulan sat.u kali — di Pendopo K abupaten dan di Pendopo Kewedanaan atau Ketjam atan. M enurut tradisi pen dopo itu oleh m asjarakat masih tetap dianggap sebagai pusat aktivitas dan sumber ilham pem bangunan K ebudajaan Daerah. 3.
GOLONGAN ^SPECTATORS” ATAU „AUDIENCE”
Golongan „penonton” atau „pendengar” ini adalah golongan jang tidak aktif melakukan salahsatu bidang kesenian. Dir mana-mana golongan penonton itu merupakan golongan jang terbesar djumlahnja dimasjarakat. Di Indonesia m ungkin djauh melebihi 95% dari djumlah penduduk. Penonton itu djangan di anggap tidak mempunjai fungsi dan faedah. Sebagai,.consumers” mereka itu merupakan pembiaja pertuTidjukan2 kesenian. Seba gai „penonton” m ereka itu „pembeli kartjis” untuk m enutup ongkos2 pementasan term asuk honorarium para artis. Itulah sebabnja golongan penontonpun kita harus ladeni, kita harus perhatikan, kita harus perkembangkan dem i kepentm gan kemadjuan kesenian nasional kita ! Kita harus mengadakan usaha- untuk mem berikan penerangan setjara ilmiah populer tentang kesenian. Kita harus „mendidik” para consumers itu sehingga mereka itu dapat menangkap dan dapat memahami unsur- 'keindahan dalam pementasan kesenian jang sedang ditonton itu. Para penonton itu dengan bekal pengertian dan pe ngetahuan jang kita berikan kepadanja, harus dapat meresapkan dan harus dapat menikmati keindahan kebudajaan nasional kita sebagaimana mestinja. Dalam bahasa Belanda ada pepatah : ?,onbekend m aakt onbemind” atau „karena tidak dikenal tidak disajang” . Karena tidak memahami, karena tidak dapat menangkap unsur keindahan dalam 'kebudajaan nasional itu. maka pementasan itu tidak dinikmatinja, sehingga karena itu ................... ia tidak dapat menghargainja. . Itulah sebabnja dimana-mana diseluruh dunia, di Rusia, di Amerika, di Eropah, di Philipina maupun di Djepang, orang radjin sekali mengadakan pertundjukan 2 disertai pendjelasan, jang dalam bahasa Inggris disebut „cultural appreciation education atau „pendidikan apresiasi kebudajaan Di Negara Belanda misalnja tiap minggu melaiui TV maupun RADIO diadakan siaran^ jang maksudnja untuk m em berikan penerangan pendidikan dan pengadjaran supaja para pendengar dan penonton dapat menambah pengertian dan pengetahuannja tentang matjam 2 bidang kesenian. Di Djepang „cultural appre ciation education” itu sangat dipentingkan oleh Pem erintah, di djadikan salahsatu usaha untuk terus memupuk perkem bangan 69
kebudajaan nasional Djepang sebagai sjarat m utlak dalam nation dan character building bangsa Djepang. Baiklah kita berdialog lagi dalam hati sanubari kita setjara b e rte ru ste ra n g : ,}Apakah sudah tjuku p kita m engadakan c u l tural appreciation perform ances” dinegara kita disertai pendjelasan ilmiah populer jang m enarik u n tu k menambah pengertian rakjat kita tentang kebudajaan nasional kita ?” „Beranikah kita menjadari betapa dangkal pengetahuan kita dalam beberapa bi dang dari kebudajaan nasional kita ?”• Terus terang dapatkah kita menangkap perbedaan a n tara skala nada „pelog” dan „salendro”, atau antara p atet „b aran g ” , „:lima” , ,,nem”, „m anjuro” atau „sanga” bilamana kita m endengarkan tabuhan orkes gamelan ?” „Dapatkah k ita m em aham i isi sasmita dan siloka dari tiap 2 gerak dalam tari-tarian nasional kita, misalnja tari-tarian Sunda, Djawa atau Bali ?” Dengan sendirinja kekurangan penerangan, kepitjikan pe ngertian dan kedangkalan pengetahuan dapat m em m bulkan sua,/wansmaa'k” satu „bad taste” satu „selera jan g b u ru k ” , ka*i v’> dapat membedakan mana jang ,,-baik” dan m ana jang „ajeieK , mana jang memenuhi sjarat 2 dan norm a 2 keutam aan bad'tastp” 1 ti?i ^ ^ ................ ^ ala ^ a n s m a a k ” atau xtiundnrjang kemudian mendjadi salahsatu u n su r ke~ U ' ,ac^ ^antaran dekadensi dalam kebudajaan ! m a n r p ^ hkn^a ? en3eleri99arcuin „cultural appreciation perfordavn/ry, intensif dan sistimatis, dapat m em perluas pandajatdT} memPerdalam pengetahuan, dapat m em pertadjam selera 1 ^ ’ dapat memperhalus perasaan, dapat m em perindah hargaan k i t ^ n n J l X ^ ^ ............... dapat m em Pertin99i pengDan kebudajaan nasional kita, danffdcphiiHaV^«'i-s^m^ mengingat tudjuan revolusi dalam bidikpandai TnHn !mI>ullah Pertanjaan : „Djika bukan p ara tjerfean cultural ,fesia’ .siaPakah jang akan dapat m enjelenggarasional itu ’ K’a i P ^ ^ 1'1011 education” tentang kebudajaan Naakan danaf ? kan orai^g Indonesia sendiri siapakah jan g ' itu mendiadi —, mas.jarakat Indonesia sehingga m ereka m enshariai Kekudajaan”, dapat memahami dan dapat menghargai kebudajaan Nasional sebagaimana m estinja ! kat baiklahnJ ^ l>*t'*ar?,kia n SOal Peml)inaai1' kesenangan m asjaradari t h l l !■ g3l Pada djaman jan § lamPau, 50 tahun bangsa kita m 1,f waktu BeIanda mulai berusaha supaja m^ndfriiSn m^njukai tontonan film. Pada waktu itu Belanda m endirikan gedung- pertundjukan untuk rakjat, jang disebut ,,feestterrein , dimana disediakan matjam- tontonan- kesenangan 70
rakjat djelata, seperti „ketoprak” „wajang wong” „lu d ru k ” „ogel” „reog” „debus” „stam bul” dsb. dsb.................. disam ping pertundjukan film, jang pada waktu itu belum disukai m asjara kat Indonesia. Lambat-laun selera rakjat djelata bergeser, se hingga digedung feestterrein kepunjaan Belanda itu hanja tinggal pertundjukan film nja sadja. Nah ............... seperti dahulu Belanda m enjeret m asjarakat kita supaja menjukai film luar negeri, sebaliknja k ita sekarang harus berusaha untuk mengembalikan kesenangan dan penghar gaan masjarakat kita kepada bidang kebudajaan nasional asli, jang tentu sadja harus diperbaiki, harus diperindah, harus diperhalus, harus disesuaikan dengan tuntutan dj-aman. Kenapa kita tidak mempergunakan gedung 2 bioskop bekas kepunjaan Belanda itu untuk mengembalikan selera rak jat In donesia ? 4.
GOLONGAN „SCHOLARS” atau S C IE N T IS T S ”.
„Scholars” atau ^scientists’* dalam segala bidang keilm uan sangat diperlukan, demikian pula dalam bidang kesenian. Kita m em butuhkan ahli3 jang menjelidiki, mempeladjari, menganalisa dan menerangkan segala segi dalam kebudajaan nasional kita setjara ilmiah jang mendalam dan bemilai. Bagaimanakah keadaan penjelidikan, dan penulisan bukus ten tang ilm u seni-karawitan di Indonesia dewasa ini ? Dibandzngkan dengan keadaan di Djawa-Tengah hasil karya orang dibidang ilmu seni karawitan di Djawa-Barat sesungguhnja masiti kurang memuaskan. . . Sesudah merdeka di Djawa-Tengah' sudah ditulis dan diter bitkan orang kurang lebih 40 matjam buku te n ta n g ilm u senv karawitan oleh iberpuluh ahli ilmu karawitan- s e p e rti. p Chr. Hardjosoebroto, Fr. Atmodarsono, Ki Atmotjendono, San> sudjin Probohardjono, Ki Wedono Larasumbogo, Ki e 3 soemarto, Hardjowirogo, Hadisoekatno, Ki Prawirodihardjo, Ki Hadjar Dewantoro St. Poedjo Siswojo dsb. dsb. Di Djawa Barat sampai sekarang baru dltert?tkari,sat^ ^ ilm u'karaw itan karangan'B apa Machjar Kusumahdmata, d g t i t e l : „Pangawikan Rinengga Swara” dan beberapa buku kumpulan lagu 2 Sunda jang dihimpun oleh Mang Koko, B arm ara dan Patah Nataprawira. „ Djika kita harus mengemukakan* buku- atau karangan*' ten tang ilmu karawitan untuk pendidikan akademis, maka dewasa ini jang patut dipakai sebagai reference di Universitas sebagian besar adalah hasil karya sardjana asing, seperti tulisan prof. dr. 71
Jaap Kunst, prof. dr. Mantle Hood, dr. Colleen Me. Phee, p rof. dr. Jam es Brandon, prof. dr. Mellema, prof. dr. B ern ert K em pers, p*of. dr. Malm, prof. dr. Robert Brown, drs. E rnst Heins, Max H arrel, Ruby Ornstein, Nancy Swedden, dsb. Hal itu sengadja disini ditjeriterakan, dengan kejakinan bahwa tidak lam a lagi akan keluarlah disertasi tentang ilmu karaw itan jan g disusun oleh sardjana Indonesia. Satu keuntungan bagi 'kita bahwa dewasa ini sudah ada 6 universitas asing diluar negeri jang m em punjai djurusan karaw itJ nciones*a> 3aitu satu di Amsterdam, jan g dahulu dipim pin oleh Prof. Dr. Jaap Kunst, sekarang dilandjutkan oleh Prof. Dr. B ernert Kempers jang telah menghasilkan beberapa orang ahli, d ian taran ja: B ernard Ijzerdraadt, Drs. E rnst Heins, Drs. R ene Wassin’k, Dr. Ger van Wengen, Drs. Hurwitz, B ernhard B roere, dll. Satu di UCLA Los Angeles jang dipimpin oleh Prof. D r. Mantle Hood. Satu di Michigan State University New Lancing dipimpin oleh Prof. Dr. James Brandon (jang tahun 1969 ini pindah ke Hawaii University) satu di Michigan U niversity A nn Arbor dipimpin oleh Prof. Dr. Malm, satu di W estleyan U niversi y dipimpin oleh Prof. Dr. Robert Brown, dan satu di Queens itfi New York dipimpin oleh Ruby Ornstein. Disam ping ™ JedanS dlPerslaI&an di Sidney University oleh Prof. Dr. Doaia Peart, dan di Hawaii University oleh Dr. B arbara Sm ith <^ngan bantuan Prof. Dr. Mantle Hood. ADAKAH GEDJALA2 DEKADENSI ?
Perkat 2fccm uraian tadi, m ungkin ada jang herlaiuan d™ \ !?lf? merasa chawatir ?” „Adakah tanda 2 kejanq bisa •mp
lm ia 'p nja bebe-
keaembiranr) -?nga™ seksaJna> m ungkin disamping rasa rasa kpebmnnii ^ an tombulnja kreasi baru akan tim bul pula -p.-, . , ran, rasa takut melihat tanda- kemunduran. karaw itanaSnnHtnih kal aYltanJ SUnda misalnJa’ kita lihat bahwa d S it^ ^erskala-nada .nPelog’’ (di Djawa B arat lazim diaw ar” ! itu f gamelan” atau adakalanja disebut „pelog n S ’ a ni ! Ta m kurang di£araP orang. Gamelan „peiog di Djawa-Barat ini makm lama makin m enghilang terD tw a T Pdn t l ltarn Tr \ kita b°tn' memperhatikan terUtama di-daerah2 5^2 kem unduran Djawa-Tengah. Djika tanda 72
dalam bidang karawitan berskala-nada „pelog” itu. pantaslah timbul kechawatiran ketakutan kalau 2 bidang karaw itan berskalanada pelog itu achirnja akan m ati akan lenjap d ari d aerah Djawa-Barat. Sebaliknja di Djawa-Tengah dan Djawa-Timur seni karawitan berskala-nada pelog itu masih teru s subur h id u p n ja memberikan kemungkinan perkem bangan jan g m em bes^rkan hati. Ketidaksukaan orang Sunda dewasa ini akan skala-nada pelog „gamelan” dapat • dilihat pada perangkat gam elan jan g umumnja dimiliki orang Sunda. Hampir tidak ada orang Sunda jang m em punjai p eran g k at gamelan jang komplit, terdiri atas 2 perangkat „pelog” dan „slendro” jang tumbuk suaranja. Djika dikota Bandung umpamanja ada orang jang mempunjai gamelan kom plit seperti itu, pasti orang itu bukan orang asli dari Djawa-Barat. Di Bali musik gamelan berskala-nada pelog itu sam pai se karang tetap memegang peranan jang sangat penting. H am pir semua tarian Bali dipirig tabuhan gamelan pelog, jang te rn ja ta ............... dapat pula dinikmati oleh orang D jaw a-B arat! Kemunduran di Djawa-Barat itu bukan sadja terlifiat pada bidang gamelan „pelog-gamelan” sadja, dalam bidang gamelan ,,raras degung-pun” tidak tam pak kemadjuan djika dibaudingkan> dengan keadaan tahun tigapuluhan djam an Bapak Idi dan Bapak Ojo masih memimpin Gamelan Degung B upati Bandung. Dalam bidang gamelan slendro di Djawa B arat tam pak pula tanda 2 dekadensi, diantaranja dalam m em pergunakan w aditra (muziek-instrument). Dewasa ini di Djawa B arat sedang berkembang mode „ k e t u k t i l u ”. Dari seluruh perangkat gamelan jang dipakai hanja ,.ken dang” dan „rebab” sadja, disertai dengan pukulan ritm a atau „kemprangan” swara bonang jang dipukul seperti ketuk tilu, jaitu hanja tiga bilah bonang dengan interval (djarak-nada) „kwart” atau „adumanis” dan ,,'kwint” atau „kem pjung” . Waditra-waditra jang lain seperti gambang, saron, kenong, gender, selentem, dsb. dibiarkan, sama-sekali tidak dipergunakan. Kebiasaan orang Sunda jang hanja menondjolkan „iepak kendang” dan „kesetan rebab” sadja, tam pak pada pengiriman rombongan-rombongan kesenian keluar-negeri. Rombongan penabuh gamelan Djawa atau Bali selalu m erupakan satu team jang komplit terdiri minimal atas 12 a 14 orang najaga atau lebih, sedang dari Djawa-Barat dianggap tjukup dengan pengi riman, 2 (dua) orang sadja jaitu „tukang kendang” dan „tukang rehab”. Panajagan jang lain dianggap dapat dipindjam d ari ro m bongan penabuh gamelan Djawa. 73
Penggunaan m atjam 2 „p atet” di Djawa-Barat ini m asih ku rang m endapat perhatian. Sebaliknja orang di Djawa B arat, lebih berani d a la m ................ m em pergunakan skala-nada jan g sesung guhnja keluar dari re l skala-nada „pelog” m aupun „slendro” , seperti m isalnja dalam lagu 2 S u n d a : „Manuk Dadali” , „Modjang Priangan” („black eyes” ), „Rudjaik Uleg” („kopi su su ” ), dsb. Pantas djika dalam pem entasan lagu 2 sem atjam itu w aditra 2 (instrum ent2) gamelan itu tidak dipukul, karena m em ang tidak tjotjok swaranja, sehingga jang tinggal itu hanja „tepak: k en d an g ” dan „kesetan rebab” sadja jang mengiringi suara pesinden ditam bah pukulan ritm a (kemprangan) model „ketuk tilu ” . Dalam bidang Seni Tari-pun di Djawa-Barat itu tam pak kelajuan jang henar- mengchawatiirkan, m isalnja dalam blidang Seni Tari Laki-laki. Dahulu di Djaman Kolonial Belanda boleh dikatakan sem ua Lurah, Mantri Pulisi, Tjamat, Wedana, M antri K abupaten, Patih sampai kepada Bupati di Pasundan sem uanja pandai m enari dji*alau ada tajuban. Banjak Mantri Pulisi, Tjam at atau W edana pada hari Minggu atau hari Libur pergi ke kota besar, a tau spew tp ^ T?TTOT^^kan ^ uru Tar^ untuk beladjar m enari. Bapak Lurah aai r Rantjaekek terkenal kem ana-m ana seba gai Guru „IBING KEURSEUS” » & Di kalan^afl fiO rm g P asar" di Bandung terkenal keachlian mamr^iK S11^’ AnanS Tajib, sampai ike Babah Tjilik-pun te rn ja ta Di * ? kali m endjadi Djuara Jaarbeurs di Bandung, m am l n™ Landjutan Normaalschool, Kweekschool HKS iang san g u intens^ ^ SUnda diberikan dengan tja ra m at,BatfuB upatikdi Par “ F * ? Masih ^dakah Lurah, Tjakah dikalanpan n Pasundan jang pandai m enari tajub ? Adakalangan Budavawan11! T K ju Dg dapat Ibing K eurseus ? Di Sunda untuk Laki iav v tlmbul feetakutan, bahwa Seni T ari „Bekas Murid A l m a r i ^ M mandek hanJa sampai ke „Generasi” sekarang sdr - J A J A T ^ n r ™ Sumant ri ” sadja ! Sam pai SANUDDIN M a k - tIt J ? UN’ ONIH MARTASUTA, DIDA HAberhasil unt ’J ? N0 CH ATMADIBRATA, dsb, belum daiannia bisa d ia n a * ^ ng an P?urid Laki-lakinja sehingga kepandiri denean npnohaf ^ ^adJar dengan keachlian m ereka senka ' *£pat me^andjutkan karya m erekeadaan di Djawa-Tengah ? T e n i *T ^ L k H a k f "d l s a n a ^ s i h d a T DS t hr kan k?dudukan^ Beberapa & a T a ^ Ton D h ^ n J n gM \ SeperQU BrlSdjen Wing W irjawan, M ajdjen n Dharsono, Majdjen Soeryosoerarso, Letdjen Djati'kusumo, 74
dsb. ternjata masih mampuh untuk m em entaskan tje rite ra „Palguna-Palgunadi” „Mustakaweni” dsb. Sampai mana kem am puhan Djendral 2 dari Djawa-Barat dalam bidang seni tari > Sesungguhnja masih banjak — malah terlalu banjak — gedjala-gedjala jang mungkin dapat dianggap sebagai tanda 2 dekadensi jang dapat dikemukakan disini. Akan tetapi sekedar un tuk memberikan kesan apa sebabnja tim bul kechawatiran, kami rasa keterangan ini sudah tjukup djelas. Djalan atau usaha apa jang dapat kita lakukan untuk menghadapi tantangan dekadensi itu telah diuraikan terlebih dahulu. Atau setjara lebih positif lagi, usaha 2 untuk membangun Kebu dajaan jang ber-Kepribadian Nasional sebagai sum ber tenaga dan sumber inspirasi dalam „nation and character building” sudah didjelaskan dengan pandjang lebar. Sekarang tinggal kita memikirkan- tjara penjelenggaraannja sadja.
75
KARSA DAN KARYA OEJENG SOEWARGANA DALAM BIDANG PENDIDIKAN, PENGADJARAN DAN KEBUDAJAAN. MENTJIPTAKAN METODE PELADJARAN MEMBATJA „KUPAS-RANGKAI SUKU-KATA”. 1.1.
Dalam tahun 1949 dalam Kongres Pendidikan A ntar Indonesia jang diselenggarakan oleh Pem erintah Re publik Indonesia di Jogjakarta, Oejeng Soewargana untuk pertam a kali memperkenalkan satu sistim baru dalam bidang peladjaran perm ulaan membatja, se buah metode dengan sistim „kupas-rangkai suku-kata” jang dalam bahasa Inggris lazim disebut ’’the syllabic method”. Metode baru jang diintrodusir oleh Oejeng Soewargana itu menjimpang dari semua metode 2 tradisionil jang terdapat di Indonesia didjam an pendjadjahan Belanda dahulu. seperti diantaranja : (a), metode abdjad atau ”the alphabetic method” . (b). metode mengedjah atau ’’the phonic m ethod”. (c). metode kata-lembaga atau ”the key-words me thod”, dan jang terachir. (d). methode global atau ” the sentence or the global method”.
1 -2 . Oejeng Soewargana menulis sebuali brosur mengurai-
an perkembangan didaktik peladjaran perm ulaan jnembatja di Indonesia dibandingkan dengan perkem*?an peladjaran perm ulaan m em batja di ^ g^ ^ Seluruh dunia- Brosur tsb. diberi djuT iM m TJARA BERFIKIR SEPERTI BEMEMBATJA” ........... DA1-AM MENJUSUN METODE. Kemudian brosur tadi diterdjem ahkan kedalam baha sa Inggris dengan d ju d u l: ’’THE DEVELOPMENT OF THE TEACHING OF READING IN INDONESIA” dipergunakan dalam tjeram ah2nja di luar negeri di antaranja dalam Seminar Pendidikan jang diadakan oleh ’’International Bureau of Education” di Geneve oleh UNESCO di Paris, oleh ’’International Institute of Education” di New York, dan di Negeri Belanda jang diadakan oleh ’’Seminarium voor Paedagogisch Onderzoek” dari Universitas Amsterdam.
1.3.
Metode peladjaran perm ulaan m em batja berdasarkan sistim kupas-rangkai suku-kata jang dipelopori oleh Oejeng Soewargana, ternjata m endjadi metode jang dewasa ini paling banjak dipakai diseluruh kepulauan Indonesia, dan sistim ’’syllabic method” itu sekarang ditiru oleh semua penjusun metode peladjaran p er mulaan membatja di Indonesia. Metode sistim kupas-rangkai suku-kata jang disusun Oejeng Soewargana, diantaranja : (a), metode „RESEP MATJA” dalam bahasa Sunda (b). metode „SENENG MATJA” dalam bahasa Djawa (c). metode „GEMBIRA MEMBATJA” dalam bahasa Indonesia (d). metode „INA SO TONO” dalam bahasa Madura (karangan Djojonegoro).
Dan chusus untuk keperluan Pem berantasan Buta H u ru f: (e). metode „DIADJAR MATJA DJEUNG N ULIS” (basa Sunda) 77
(f). metode „SINAU MATJA LAN NULIS” (bahasa Djawa) (g). metode „BELADJAR MEMBATJA DAN MENU LIS” (bahasa Indonesia) (h). metode „LANT j X r MATJA” (basa Sunda). 2. MENTJIPTAKAN SISTIM ’’RURAL COMMUNITY EDU CATION” JANG DIBERI NAMA „INDERA TERBUKA” 2.1.
Dalam tahun 1953 — atas usaha sendiri — Oejeng Soewargana m endapat fellowship dari Unesco untuk mengikuti summer-course jang diadakan di Denmark oleh Unesco tentang ’’rural community education”.
2.2.
Atas usaha sendiri, dalam tahun 1954 Oejeng SoewaVgana m endapat fellowship lagi dari ”the International Bureau of Education” di Geneve, untuk mengikuti summer-seminar tentang ’’rural community education” di Geneve. Ternjata papernja mendapat nilai jang tertinggi jang berdjudul: ’’SOME CONSIDERATIONS FOR A RU RAL COMMUNITY EDUCATION IN INDONESIA” Sebagai „HADIAH PENGHARGAAN” Oejeng Soe wargana mendapat biaja perdjalanan dari the In ter national Bureau of Education di Geneve, un'tuk mengundjungi Negara- Arab dan Asia, guna melakukan a comparative Study dalam bidang rural community education di negara 3 itu. Dipilihnja negara (a) Egypt (p\ ^ *ran ^ Syria (e) Lebanon (f) Pakistan ^ ylon (i) Bur™a (J) Thailand (k) Vietdialanan v S ir dan (m) Philipina, dan perhng dilakukannja pada achir tahun 1954.
2.3.
M a^ i ahUni3 95 ^ i ° e^eng Soewargana untuk pertam a d n ?atu. sistim ’’ru ral community TivrnpRA 3ang diberi nama metode in iS t TERBUKA diprojektir pada 7 (tudjuh) social centred projects, ja itu : (a), penghidupan lingkungan keluarga densan diudul „bersih sehat”. J (b). perkembangan masjarakat desa dengan djudul „membina kesedjahteraan rak jat”.
78
(c). tanah (d). (e). (f). (g). 2.4.
3.
^ sebagai determinan .s tru k tu r alam f jang terpenting dalam pembangunan dan air J desa. sandang 1 sebagai kebutuhan pokok dari masjapangan j rakat desa. perdagangan pertengahan: sebagai m ata ra n ta l terpenting dalam ekonomi desa.
Memenuhi permintaan Kepala Djawatan Pendidikan Umum Kem. P.P.K., Oejeng Soewargana m engadakan tjeram ah- tentang "rural community education” disemua Ibukota Propinsi jang terpenting di Pulo Dja wa, Sumatera dan Sulawesi.
MENTJIPTAKAN MUDAH”.
METODE MENULIS
„INDAH
DAN
3.1.
Dalam tahun 1955 dan 1956 Oejeng Soewargana mem peladjari perkembangan didaktik ma'ta2 peladjaran di Sekolah Dasar seperti terdjadi di negara 2 diseluruh dunia dari bahan study jang dikum pulkan: (I) di In ternational Bureau of Education di Geneve, jang tiap tahun mengirimkan daftar pertanjaan kepada Ke m enterian Pendidikan dari semua negara anggota PBB (II) di Seminarium voor Paedagogisch Onderzoek verbonden aan de Rijksuniversiteit van Amsterdam (III) di kantor Pusat Unesco pada waktu itu di Ave-nue de Kleber Paris.
3.2.
Sekembali dari Eropah-Barat Oejeng Soewargana me nulis sebuah brosur b e rd ju d u l: „MEROMBAK TJA RA BERFIKIR SEPERTI BE LANDA ___ ____ DALAM ME NJUSUN METODE MENULIS”, sebagai hasil comparative study, setelah memperbandingkan m e tode 2 peladjaran menulis dibe berapa negara. Brosur tsb. ke mudian diterdjem ahkan keda lam bahasa Inggris dengan djudul b a r u : ’’THE DEVELOP MENT OF THE TEACHING OF WRITING IN INDONESIA” .
3.3.
Dalam tahun 1956 Oejeng Soewargana untuk perta ma kali m emperkenalkan metode peladjaran menulis jang diberi nama metode „INDAH DAN MUDAH”, jang diantaranja bertudjuan untuk mengikis habis sisa 2 pengaruh sistim „tipis-tebal” warisan metode 2 "Hogehoom & Moermans” dan ”Noyons & Claasens” didjam an Belanda.
MEMPERKEMBANGKAN VOCATIONAL EDUCATION, SATU GAGASAN UNTUK MENGADAKAN KERDJASAMA ANTARA PEMERINTAH DENGAN PENGUSAHA SWASTA. 4.1.
Bersama-sama dengan Pak X.S.M. ONDANG __ ketika itu Kepala Djawatan Pendidikan K edjuruan Kem. P.P. dan K. — Oejeng Soewargana dalam tahun 1957 kembali mengundjungi negara 2 Eropah-Barat untuk mempeladjari perkembangan ”vocational education” atau „berufs-und fachschule” di negara2 : (a) Belanda (b) Inggris (c) Perantjis (d) Belgia (e) Djerman-Barat dan (f) Swiss. Diantaranja djuga m engundjungi Internasional Bureau of Education di Geneve. ^ i^ ? * ^ aYlndari-? ,ropa^ 'Bara^ memenuhi perm in taa n m L , n/ “ kan KedJu ru an, Oejeng Soew argana dalam m*?- t1J1e^amah2 dan menulis beberapa artikel — diantaranja dalam m adjallah ifh qTTAPAKE? JURUAN KIT^ ’ dan dalam madjalP .G R I GURU” jang diterbitkan oleh P.B.
4'3'
!Urut ^em bangun pendidikan ken i a n p i n mi J h cJ men§adakan kerdja-sam a de ngan Pengusaha Swasta, d ia n ta ran ja : (a), pendidikan kedjurm n penerbitan, bekerdjasam a dengan Ikapi-Pusat dan Jajasan Lektur. (b). pendidikan kedjuruan grafika, dibiajai oleh Ja]^ a n Lektur kemudian terkenal dengan nama ,,P.L.G. (Pusat Latihan Grafika). (c) pendidikankedjuruan perbengkelan mobil di Djakarta dan Bandung. (d). pendidikan kedjuruan perbengkelan radio di Ban dung.
4.4.
Dalam tahun* 1967 atas perm intaan G ubernur Djakarta-Raya Bapak Ali Sadikin, Oejeng Soewargana meng adakan tjeram ah di Djakarta dengan d ju d u l: „Gagasan untuk membikin DCI Djakarta-Raya sebagai pilotproject pembangunan pendidikan kedjuruan sesuai dengan tudjuan Departemen Pendidikan dan Kebu dajaan dengan djalan bekerdja-sama antara Pengusa ha Swasta dengan Pem erintah DCI D jakarta” . Tjeramah itu kemudian didjadikan satu seri artikel 2 jang dimuat dalam wartaharian „Angkatan Bersendjata.”
MENGUSAHAKAN PERKEMBANGAN LEKTUR UNTUK ANAK2. 5.1.
Menjelenggarakan dan membiajai seminar dikalangan *j>ara pengarang lektur untuk anak 2 di Bandung, un tuk bersama-sama mengupas problematik perkem ba ngan lektur untuk anak- di Indonesia di djam an pendudukan Belanda dan sesudah merdeka.
5.2.
Menulis, menerbitkan dan mengedarkan setjara pertjum ah brosur b e rd ju d u l: „PERKEMBANGAN LEK TUR UNTUK ANAK 2 DI INDONESIA DIDJAMAN PENDUDUKAN BELANDA DAN SESUDAH MER DEKA.” Karangan tsb. dimasukkan dalam buku ini. Brosur tsb dikirimkan keseniua Universitas di luarnegeri jang mempunjai djurusan bahasa Indonesia. Ternjata minait mereka besar sekali, sehingga brosur tsb. mereka terdjem ahkan kedalam b ah asa: (I) Belan da (II) Inggeris (HI) Djerman (IV) Perantjis dan (V) Rusia.
5.3.
Berhubung dengan tulisannja mengenai lektur untuk anak 2 tsb. diatas dalam tahun 1960 dan 1961, dua tahun berturut-turut Oejeng Soewargana mendapat undangan dari USIS dan dari T h e Scholastic Maga zines Inc., untuk datang mengundjungi institut- di Eropah-Barat maupun di Amerika jang mengumpulkan bahan study tentang ’lite ra tu re for children , di antaranja : (a) Educational Service Inc. di W ashington (b) the Scholastic Magazines Inc. di New York (c) the American Library Association (d) de Vereenigm g te r behartiging van de.belangen des Boekhandels en Uit-
'
geversbedrijven di Nederland (e) Buchmesse di Frank fu rt (f) Pusat Unesco di Paris (g) Internationale Jugendbibliothek, di Munchen Djerman-Barat, an Asso ciated Project of UNESCO dan (h) Internationale Jugendbiliothek di Braunsweig Djerman-Barat.
untuk m i n i ? v P Barat dan Amerika berusaha lan b e S rll ..BIBLIOTIK DESA” dengan djautama n n h f f ma gan P r 0Pinsi Djawa-Barat, teranak 2 s e n lrr j nem®nuhi- kebutuhan lektur u ntuk YA IKAPI „ f luraikan dalam brosur PANTJA-DAnelia ^ h . k M m ^ tama dari Para Penerbit IndoBATJA UAS KESEMPATAN MEM BATJA ™ aS k b e s a e GOLONGAN PEM-’
MEMPERDJOANGKAN SISTIM BARU D A T PENGERDJAAN DALAM BERHITUNG
am
itr ttta n
URUTAN
^ ! 3M ahUn 1959 *°ijeng Soewarg ^ a m enggerakan satu kampanje untuk meninggalkan sistim „MVD-
WOA” (singkatan dari ’ „Machtsverheffing” „Vermenzgvuldtgmg", „Deling”, „W orteltrekking”, „Optelling dan „Aftrekking”) atau dialih-bahasakan kedalam bahasa Indonesia m endjadi sistim „PKBATK” (angkatan dari 3tPangkat”, „Kali»3 „Bagi’>, „Akar», „Tambah dan „Kurang”) dalam m enentukan urutan pengerdjaan dalam berhitung. Ditulisnja sebuah brosur dengan djudul • MEROM BAK TJARA BERFIKIR SEPERTI BELANDA DALAM MENENTUKAN URUTAN PENGERDJAAN DALAM BERHITUNG”. U ntuk m ejakinkan masjarakat terutam a para pendidik dan pengadjar ditulis nja beberapa artikel dalam madjallah m aupun w arta hanan disertai saran agar supaja meninggalkan sis tim „MVDWOA” warisan Belanda dahulu, jang se sungguhnja menjimpang dari kebiasaan intem asional. 6.2.
Achirnja pada tgl. 2 April 1960 keluarlah insfcruksi dari Kepala Djawatan Pendidikan Umum Dept. P.D.K. supaja tradisi MVDWOA itu ditinggalkan. Metode B erhitung „TJERDAS TANGKAS” susunan A dur Raksanagara adalah metode pertam a di Indonesia jang meninggalkan sistim „MVDWOA” atau „PKBATK”.
MENTJIPTAKAN DIDAKTIK PELADJARAN BAHASA INDONESIA BERSENDI ^LINGUISTIC METHOD” . 7.1.
Dalam tahun 1960 dan 1961 Oejeng Soewargana m en dapat undangan jang dikirimkan oleh ,.Society of Linguistic Studies” di Boston Massachusetts untuk tu ru t serta dalam Symposia dan Seminar^ Pengadjar an Bahasa dan mengundjungi institut 2 pengadjaran bahasa di Amerika maupun di Eropah, d ia n ta ra n ja : (a), the Institute of Languages and Linguistic, Georgetown University (b). the D epartem ent of American Language C enter di Washington (c). the Center for Applied Linguistics di Washing. ton (d). the National Council of Teachers of English (e). the D epartm ent of Foreign Languages, Kansas States Teachers College 83
----SKgira^gasfc&g^fc^ Telegram undangan dari' Societu ^ Amerika Serikat
(f)- the Dept of O r i e n t a l nia at Berkeley
r. in9Ulstlc Studies dari
t
. nguaSes> Univ of Califor-
(g)' Ann AfbourLangUage InSt’ U™ of Michigan at W' %
£ %
£ ? * *
^
°£ the U.S. Inf0,
S')- UmvS;T5“ R6gi0nal English^ect djurusan bahasa In d o n e s ^ ^ m '*ang memf>unjai Hilgers Hesse) (m n ? : ® K oln (dr. Irene E 1' Hamburg (prof °£n Xprof- d r- Otto Karow) Frankfurt (dr. Poetzelberfer " 3 Kahler>' dan (IV) 7 .2 . Memperkenalkan sistim h an bahasa Indonesia ian? ( L aalam didaktik peladiarImguigtic method”), d iu rfik ^ 6? } dengan M m the dapan para Ma h a s i s wa Sard lam ‘jw am ah* dihadjurusan Bahasa dan SastrJ* £ ? * -“ "*>, dan Dosen (a). Universitas Padjadiaran
n
»)■ ‘K' P — i * ™ * , _ (I niversitas Dijonegoro, S .m I r „ g 84
•
(d). (ej. (f). (g). 7.3.
Universitas Gadjah-Mada, Jogjakarta Universitas Saraswati, Surakarta Universitas Erlangga, Malang para Inspektur Djaw. Pendidikan Umum dan Ke djuruan Kem. P.P.K. Djakarta.
Menulis brosur dengan d ju d u l: „MEROMBAK TTA RA BERFIKIR SEPERTI BELANDA m ' LAM MENENTUKAN DIDAKTIK PELA m A R A N BAHASA INDONESIA.” a .u j a .KAN Brosur tsb dikirimkan kesemua Universitas diluar negeri jang mempunjai djurusan bahasa Indonesia. CORNBLt UNIVERSITY rii-tACA. lie* YOMC
V . D.tl. AKgsrek-.uS . 1 • Bandung,-Week ^Tava Dfc’-ir Mr>. S o e t f a r g a n a /'
.
>
;• '• -
• Y s u t'w o r k .tn . sroT« :* f r c c tt v ? i la n g u a g e i n s t r u c t i o n - ’ :' t-.e-'ihrtiqu^cv i i u .In d o n e s ia t o '^ a a d w l r s d .fry y g h s r s I n S ta 1x3^. I n 'p a j 't : i a u i S r y o u r '/fi.^cnbsk T & r s . ' iB fiX 'fikir' Sfi-p&rtJ Sele.adB.?’ h a s ivalco a n - '
• spori&s. '
A’s-.sfea nftw a n i v s r & i t ^ y e s r U ^ y i n s we
• s r .t l c l p a t l r i g ai> ■
• s x .s e jjtlo n s ily a c tiv e - a cb sd u lc o r ^y.-^p^sia &r;d oonf^-reTitjes i n ttic* • : «er»aA‘.i2 a f eoEp&Jttfcivs lsttguag* in i^ r a c tio - n teahRi
v a rio u s
t-hi'ouijHcur. t h o TJniw^-d S tatecs*
'••
.I t oocurs tv uo.tfoit i-oui* own sshecrale I n Zr.ilapyslc* B ig h t pot-.-nis''' ■
y c u %o Jc?IVj u a I n sev*)Msl o f th ^ so a etrin a p s i n o rd ftr t o g . isii© t>c-r
envoys. find t o b r i n g u s up aS ’sajv.^.a y o u s a W c g tr> I n d o n e s i a .
i i*n
'■[.
d a ta in •
We • v.-.u3.£ ‘he- f l i g h t e d i f y o u w o u ld Jic W p t f«n i n v 't < i t i o r i a t u s i n Beva.^ai- ,c£ g b th e r lr ig a : o f t M s p e o i a i . i s t s i n vhft f i e i l a . rc o st ad v an t« .g * o u a t i w i n g f o r your* tfpa*# fee d m - in s lh » 'm o n th s o f nrd O s'ccto-r 11*63, arc* we 'Kouid. l>s~-: p-2«5s«d i f y o u 3.owx<j a y rs ttg * t o bis h e r e b y « a r .ly Sept*aib-?:r\ » ? e " '; 5jfckir>£ «r'iM.ngt:E5S!vi;a?'« . t t h p ^ n &:srtr*Scrsn Ai-Tway.-* f e r y o u r 'tr c iv c -1 i n * v y o u aj>e 5n ;• p o e itiO i? “t o a.co^pfc o u r i n v i t a t i . o n , x ov# r;xpef!S<'? t o
f:y r e if *.'15 t t o
tc -iiseuss Additions.! dst-nUs .q .T• th e y '.
- w i t h y o u a t y o u r conv.-?r:i':r;c;:'’ .
.
■
fc
~-
Y o u rs slno< ~ r«l.y\
\
, Joto m. Eohnis Prs>fftOGar of Ungaiatiy^ a-bd itsisr<' St^id.ieB'-
85
Kemudian dari the D epartm ent of F a r E astern Stud ies South-East Asia Program dari Cornell U niversity, Ithaca New York, Oejeng Soewargana m endapat undangan untuk datang m engundjungi sem inar pela djaran bahasa 2 Asia jang diselenggarakan di A m erika Serikat. 7.4. Dalam seminar peladjaran bahasa Indonesia jan g di selenggarakan oleh IK IP Bumi-Siliwangi di Bandung dalam bulan Maart 1965, didaktik peladjaran bahasa baru berdasarkan ”th e linguistic m ethod” jan g di-. introdusir oleh Oejeng Soewargana itu, m endapat p e r hatian dan penghargaan jang besar sekali, dan didjadikan landasan baru dalam m enentukan didaktik pel adjaran bahasa Indonesia. 7-5.
Dibawah pimpinannja, disusunlah metode b aru u n tu k peladjaran bahasa Indonesia di sekolah d asar (I) u n tuk m urid berbahasa Ibu bahasa Sunda, dan (II) satu. serie chusus untuk m urid jang berbahasa Ibu bahasa M-etode tsb diberi nam a m etode „MAHIR RBAHASA NASIONAL”, m etode p elad jaran baflasa Indonesia jang pertam a bersendi ’’th e linguistic method”.
7-6.
Kemudian ditulisnja satu seri terd iri atas 11 artikel menguraikan saran 2 tentang ^Modernisasi Pengadjar a n B a h a sa Indonesia”, jang dalam bulan Mei 1968 lantaranja dimuat dalam w artaharian „B erita Yud• A rtlkel~ tsb dimasukkan dalam buku i n i !
s s r^ ^ A vAN’S S RAlK4Rva'' dai4” 8,1‘
,
berd3udul nMEMBINA KEBUDAJAAN NASIONAL” — jang dimasukkan dalam buku ini — Oejeng Soewargana menguraikan bagaim ana P em e rintah dan M asjarakat harus menghadapi dan meraetjahkan problem atik Perkem bangan K ebudajaan Nasional, dihhat dari 4 matjam kelompok m a s ja ra k a t: (a), golongan professionals (b). golongan amatir (c). golongan penonton (spectators atau audience)
(d). golongan tjendekiawan (scholars atau scientists) Dikenal sebagai landasan „TJATUR KARYA” dalam Membina Kebudajaan Nasional. 8.2.
8.3.
Dikota Bandung Oejeng Soewargana atas biaja sen diri mengadakan beberapa pertjobaan sem inar dan pementasan 2 jang bentudjuan menlfcjari landasan baru untuk memperkembangkan Kebudajaan Nasional. (a). 2 kali membiajai dan mengorganisir sem inar TEMBANG SUNDA (Tjiandjuran) jang diikuti oleh ahli Tembang-Sunda dari seluruh DjawaBarat. (b). 2 kali membiajai dan mengadakan sem inar KA RAWITAN DEGUNG SUNDA, jang diikuti oleh para achli Degung Sunda se-Djawa-Barat. (c). 2 kali mengadakan pementasan WAYANG GOLEK disertai tjeram ah ilmiah populer (I) untuk orang Asing, dalam bahasa Inggris/ bekerdja-sama dengan Women International Club (II) unt.uk Mahasiswa, bekerdja-sama dengan Biro Keseni an Universitas Padjadjaran, Bandung dengan ban tuan Jajasan Padalangan. (d). 4 kali menjelenggarakan pementasan pertjobaan dalam rangka ’’cultural appreciation education” dengan thema ’’the development of Gamelan Mu sic in West Java”, untuk^' (I) para guru SL P/ SLA, bekerdja-sama dengan Djawatan l i dan K. Dja-Bar (II) para Mahasiswa, bekerdja sama de ngan DAMAS (Daya Mahasiswa Sunda) dan Biro Kesenian Un-Pad (III) untuk Orang Asing, beker dja-sama dengan Women International Club, Bandung. Uraian ilmiah diberikan o le h : (I) drs Ernst Heins dari Universitas Amsterdam (II) Max Harrel dari University of California at Los Ange les (III) Bernhard Yzerdraadt atau S. Brata bekas murid dr. Jaap Kunst dari Amsterdam dan (iV) R.A. Darja dari R.R.I. Bandung. Menulis berpuluh-puluh artikel dalam bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia dalam .m adjalah dan wartaharian tentang perkembangan kebudajaan dengan tudjuan ’’cultural appreciation education” {pendidik an apresiasi kebudajaan). 87
8.4. Mengusahakan pembikinan satu dokumentasi koleksi taperecording Karawitan Sunda dengan tudjuan un tuk mengadakan ’’conservation of traditional Sundanese Music”, bekerdja-sama dengan: (I) Dept of Ethnomusicology, University of California at Los Ange les {prof. dr. MANTLE HOOD). (II). Dept. of. Ethnomusicology, University of Amsterdam (prof. dr. BERNERT KEMPERS dan drs. ERNST HEINS). 9. MENTJIPTAKAN SATU SISTIM ’’LEXICOGRAPHY” BA RU UNTUK KEPERLUAN PEL. BAHASA INGGRIS. 9.1. Mentjiptakan satu sistim penjusunan kamus (lexico graphical sistem) baru jang chusus bertudjuan untuk memenuhi keperluan peladjaran bahasa Asing, di mulai dengan sistim lexicografie untuk kamus peladjaran bahasa Inggris keperluan murid SLP/SLA Indonesia, dengan nama ”AN ENGLISH TEACHING DICTIONARY FOR INDONESIAN STUDENTS”. Sa lahsatu keanehan dari sistim lexicografie baru itu, diantaranja mempergunakan bahasa Inggris itu da lam kedua belah deretan (kiri maupun kanan) dalam satu ”bi-lingual dictionary”. Tjontoh: ABOUT = t
9.2.
( I ) concerning (tentang) W hat do you know about him ? (II) approximately (kira2) He is about 10 Years of age.
Lexicographical sistem baru (tjiptaan Oejeng Soewarg ) itu ternjata telah menarik perhatian In stitu t 2 rengadjaran Bahasa Inggris dan para achli Bahasa nggris di Amerika dan di Eropah-Barat. Kemudian ast West Center dari Hawaii University menjediaxan d in untuk membiajai penjem purnaan "English leaching Dictionary for Indonesian Students” jang disusun oleh Achmad M ainarsjah Guru SMP di Pekalongan m enurut sistim baru jang ditjiptakan oleh Oejeng Soewargana. Kepada Achmad M ainarsjah jang diundang ke Honolulu Hawaii diperbantukan prof. dr. DENZEL CARR, seorang achli bahasa^ dari Uni versity of California at Berkeley jang kem udian di-
fc>.J,
U
Hfltf
ijiuanMi*
Aufcasrt. ? . 1<J62 :■;- fit*
it
wt scasgat
_ •
.’•> . w*t*nfc £<,v**ri»n» -in \ >a&H i s ^ o r k w t io n triin 4 « .r U; *.K-> <}«jr*i9Fj:»ji;*.
SKgHci lits-icsgripfcy, &■'. S«rail Care, asis*.*!* lis^uiai, 3 f t i - t:n5T *r»it? o t C ii if o x i'ia a t 3crt«iX ^ Us vha Aa«.i-ia*rv cviitUiVsr.t fcc th ft P i* cjact.
It. >*»td£ b» cs-wf.
-wS'-fu! if ^r. S»)i»>ariTiWL wold vj»ii sJ><» aa^ptfs of *-•&«• '
yoiver.'lt.v at Citli/jmlt it -W -.«#aws*»t psmt-lv nisa ta £ur\S-.ex t,'* prc^T. Hi it's*, liWti W -itu 'e Irr5M*i/»w*
::? f £ f / < .
Undangan untuk mcrundingkan sistim lexicography dengan prof. dr. D enzel Carr dari U niversity of California a t Berke y dit Am erika Serikat.
bantu oleh Nj. W ittermans Pino pengarang Kamus Inggris-Indonesia jang dulu diterbitkan oleh J.B. Wal ters. Sajang sekali djumlah kata- (entries) m endjadi sedemikian besarnja - meninggalkan prm sip semula untuk menjusun sebuah kamus chusus untuk keperlu an m urid SLP/SLA — sehingga. karena itu English Teaching Dictionary” itu akan m endjadi sangat tebal dan sangat mahal harganja.
MENGEMUKAKAN THEORY TENTANG ”KARAKTEROLOGIE” DALAM WAJANG PURWA D I INDONESIA. 10.1. Dalam tahun 1964 Oejeng Soewargana m engadakan a comparative study memperbandingkan buku 2 tje ri tera Mahabharata jang diterdjem ahkan kedalam ba hasa Inggris dan bahasa D jerm an dari buku 2 aslinja dari India, dengan tjeritera 2 W ajang Purwa hasil karya budayawan Indonesia. Ternjata dalam -tjeritera W ajang Purwa hasil karya Indonesia itu telah dimasukkan ’’KARAK1LROLOGIE” jang teliti luarbiasa diferensiasinja, se ngga tokoh- pewayangan itu di Indonesia melukiskan „pribadi2 karakterw (prototypen van karaktereen eden) dengan sifat 2 jang spesifik m enundjukkan cmaLisa karakter orang jang tadjam sekali. Perbedaan karakter itu dilukiskan dengan tja ra delrnn3 1 v.a!SS S^styleerd” dengan djalan m enondjolkan perbedaan dalam bentuk anggauta badan wayang J epa?.a Perbedaan dalam tutur-kata dan suaranja (antawatjana). aP„ ? b^ ^ karakt\ r j 3" 8 dilukiskan dengan perbedaitu tem iatn * ■ dan’ tu tu r-kata dan suara nia’ danat H-t rs^ universil, dan dalam garis b esar n ja dapat ditangkap oleh semua orane di luam eopri C r L SI n d r nja ra l SIa- PeriJ obaan telah dilakukan dianta PerhatL nJ n *Wa^ £ Yale Hawaii University. Indonesia t6rhadaP W a5anS Purw a DAHM d a l ^ setelah dr. BERNARD UM uraikan betapa besar D e n a r da pribadi dr. i r S o I k I w I * *
i
,
“ " T ’ m eng" itU P*
10.2. Setelah m enguraikan teori tentang ’’karakterolooie” dalam Wayang Purwa di I„donesfa, datanglah perm intaan d a n beberapa University di A m erika u ntuk mem berikan tjeramah* ilmiah tentang ’’Pengaruh wa yang dalam peri kehidupan orang i f d o L s i ! ’’ D juga d a n N egeri Belanda diterim a taw aran u n tu k m em berikan tjeram ah seperti tsb. diatas, diantaranja dari Museum voor Land en Volkenkunde di R otterdam
11. MENGADAKAN PAMERAN BUKU PELADJARAN DAN LITERATUR UNTUK KANAK 2 DI 43 TEMPAT. 11.1. Dalam tahun 1962 dan 1963 Oejeng Soewargana atas biaja sendiri mengadakan pameran buku peladjaran dan buku literatur untuk anaks di 43 tem pat di Pulau Djawa, jaitu d i: (1) Bogor (2) Sukabum i (3) Tjiandjur (4) Subang (5) Indramaju ( 6 ) Madjalengka (7) Tjirebon ( 8 ) Kuningan (9) Sumedang (10) Tjiamis (11) Tasikmalaja (12) Garut (13) Tegal (14) Pekalongan (15) Semarang (16) Demak (17) Kudus (18) Pati (19) Magelang (20^ Salatiga (21) Muntilan (22) Bojolali (23) Tjilatjap (24) Purwokerto (25) Banjumas (26) Kebumen (27) Purworedjo (28) Klaten (29) Sragen (30) Jogjakarta (31) Surakarta (32) Madiun (33) K ediri (34) Tulungagung (35) Blitar (36) Malang (37) Djember (38) Bondowoso (39) Probolinggo (41) Pasuruan (42) Surabaja dan (43) Modjokerto. 11.2. Pameran buku peladjaran dan buku literatu r untuk anak 2 itu disertai. tjeram ah dari Oejeng Soewargana tentang perkembangan didaktik modern diluar nege ri, dihadapan: (a), para siswa SGA (Pendidikan Guru) (b). para guru dan penilik S.D. (c). para guru dan inspektur SLP/SLA. 11.3. Disamping itu diadakan pertundjukan film pendi dikan (terutama dalam bidang "natural science" dan "geography”), jang dipindjam dari kantor UNESCO dan beberapa Ambasade di Djakarta. Ternjata di tem pat 2 itu BARU SEKALI itulah diada kan pameran buku pendidikan dan pertundjukan film pendidikan. 11.4. Atas prakarsa pengurus PGRI dan Inspeksi setempat, minggu waktu diadakan pameran buku itu didjadi kan satu „PEKAN PENDIDIKAN”, dimeriahkan selainnja dengan pertundjukan film pendidikan dan tjeram ah 2 tentang didaktik modern, djuga dengan penjelenggaraan: (a), pameran keradjinan kanaks. (b). Pertandingan sport antar sekolah (I) kasti u ntuk 91
Purwokerto Para peladjar SP G sekarang , adalah P E N D 1 D IK jang akan membina Generasi jang akan d a ta n g ! A pakah akan kita biarkan mereka terisolir dari perkem bangane baru dalam pendidikan dan pengadjaran?
4 j 5 * ^ 3 MAq
f
Tasikmalaja D imana-mana Pameran Bukn u„
, u tem jata m erupakan suatu
P: ™
L * r menant perto,'an
— p-
Madjalengka Baru sekali itulah diadakan Pameran B u k u ! Dapatkah A nda mcrenungkan betapa besar artinja Pameran B uku itu untuk mereka ?
Tegal D isamping Pameran Buku diputar beberapa Film Pendidikan dalam bidang pengetahuan alam semesta dan ilmu-tiumu
C ftH A C 0 /M A $ 4
BARU
Probolinggo Dengan penuh enthousiasme Panitya melaksanakan Pameran Buku, oleh karena jakin akan besac sekali manlaatnja.
Ba
'
Ir
■
Tjilatjap
lu a j n e g tr f &tei, P ada dalam dan pelkan pada d i r u H n aruengan ^ u J ^ ' Mat}am* * <* uinaing pameran. pendjetasan diiem -
94
Tjirebon Bangsal Olahraga disunglap mendjadi ruangan Pameran Buku.
Semarang Tiap buku jang dipam ttkan disertai pendjelasan jang ditjetak dan ditempelkan dckat buku - ifu.
Banjuwangi .Afas prakarsa pengueus P G R I dan Inspeksi setem pat m ing _ J?Lj}ia(*a^ an Pzmeran B uka didjadikan s a tu ' „PEP E N D I D I K A N P e m b u k a a n dim eriahkan tabuhan itvjamelan Bungbung " .
Solo T id a k ketinggatan mengadakan Pertandingan O lahraga A ntac Sekolah m em perebutkan P/a/a*1 jang disediakan oleh G a n a co /M a sa Baru.
Bondowoso Semua berkejakinan bahwa. pendidikan itu bukan soal jang hanja m enjangkut tugas dan kewadjiban para Guru sadja ........................................
Salatiga dan ............................. mereka menjadari bahwa sekaranH sudah sampai waktunja untuk mengadakan M O D E R N I-S A S I pendidikan dan pengadjaran.
97
Demak Pameran Buku dimanfaatkan Pendidikan dan Pengadjaran.
dalam
Konpcrensi Kerdja
Blitar D im ana.m ana perhatian kan hati.
98
Tjatur-tunggal sangat m em besar-
Madiun Ditiap tempat Bapak O ejeng Soewargana mengadakan tje ramah tentang modernisasi pendidikan dan pengadjaran,
Modjokerto ...............................
jang diikuti oleh para undangan dengan
penuh perhatian.
99
S.D. dan (II) volley ball untuk SLP/SLA, adakalanja ditambah dengan basketball. (c). dan dibeberapa tem pat diadakan pertandingan njanji serta festival band m usik sekolah land ju t an. 12. MENERBITKAN REFERENCE BOOKS (STUDIEBIBLIOTHEEKBOEKEN). 12.1. Meskipitn setjara komersiil TIDAK MENGUNTUNGKAN, Oejeng Soewargana berusaha u ntuk m enerbitkan berpuluh-puluh ’’reference books” (studiebibliotheekboeken) untuk keperluan pendidikan dan penga djaran, d iantaranja: (a), serie ,,ALAM TERBUKA” , telah diterbitkan 40 nomor (dan disiapkan 60 nomor) sebagai re fe r ence books untuk ’’general science education” . (b). serie ,.MENJELAMI RAHASIA ALAM”, 12 no mor untuk general science education. (c). Serie ,,DEMIKIANLAH HIDUP ORANG DI . . . t el ah selesai 24 nomor sebagai referen ce untuk peladjaran human-geography. (d). serie „KENALLAH TANAH AIRKU” , referen ce books untuk m em perkenalkan berbagai daerah kebudajaan Indonesia, sudah selesai 12 nom or. (e). serie „PEMBINA PENDIDIKAN” referen ce books untuk Guru S.D. m aupun S.L.P./S.L.A ., sudah selesai sebanjak 24 nomor. (f). serie ,,PENDIDIKAN DJASMANI”, sebanjak 8 nomor sebagai reference books u n tu k pendidik an djasmani di S.D. m aupun SLP/SLA . (g). serie „DARI ZAMAN KEZAMAN” , referen ce books untuk peladjaran sedjarah. (h). serie „PAEDAGOGIK”, te rd iri atas 9 d jilid dikarang oleh ahli pendidikan jang kenam aan, se perti : dr. D. H. de Queljoe, dr. Sorym uda Nasution, prof. Soegarda Poerbakaw atja, prof. Gazali M.A., dr. Oey Tjin San, dsb. T ernjata reference books itu dianggap sangat b e r guna, teristimewa untuk para Guru dan p ara Pendidik jang tinggal di tem pat '-1 jang te rp e n tjil d jau h dari kota 2 besar. 100
13. MENGARANG BUKU- PENDIDIKAN DAN PELADJAR AN JANG LAIN.
Selain mentjiptakan metode baru dan m enjusun buku 2 pela djaran baru seperti telah diuraikan diatas, Oejeng Soewar gana mengarang djuga buku2. pendidikan dan peladjaran jang lain seperti tsb. dibawah in i: ^ (a), serie ,,PEMBIMBING PENDIDIKAN”, bersama-sama dengan A.H. Nasution. (b). serie „ZAMAN DAHULU, SEKARANG, DAN JANG AKAN DATANG”, peladjaran Sedjarah untuk Sekolah Dasar, bersama-sama dengan Muh. Kasim Mangkuto Basa. (c). serie „PEMBANGUNAN INDUSTRI GRAFIKA NA SIONAL” (baru diterbitkan 1 nomor !). (d). dengan tudjuan untuk memberi tjontoh tentang „ilmu djiwa hum or” (de psychologie van de humor), dikumpulkannja tjeritera 2 pendek dalam buku ,,BADINGKUT” dalam bahasa Sunda. (e). sesudah pemberontakan Gestapu-PKI memenuhi tugas dari Kas Hankam letdjen Rachmat Kartakusumah ditulisnja buku „RENTJANA PELADJARAN TERURAI TENTANG KOMUNISME”. Buku tsb. berisi bahan kuhah jang diberikannja dalam kursus/pendidikan di (1) SESKOAD (2) SESKAU (3) SESKOAK (4) SESKOAL (5) Departemen Luar Negeri (6 ) Departemen Dalam Negeri (7) Kedjaksaan Agung dan (8 ) Lemhannas. Kuliah-kuliah tsb. b ertu d ju an : untuk' m eningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan Nasional dalam menghadapi taktik-strategi komunis didalam maupun dilwar negeri, guna pengamanan Pantjasila, sesuai tetapan MPRS Sidang Umum ke-lV tahun 1966 .
14. GAGASAN UNTUK MENINGGALKAN PKOJEKSI MER CATOR DALAM ATLAS SEKOLAH. Projeksi Mercator melukiskan sebuah titik Kutub U tara dan Kutub Selatan sebagai satu g a r i s jang sama pandjangnja dengan Garis Chatullistiwa atau Equator. Oleh karena itu projeksi tradisionil itu memberikan gambaran proporsi benua 2 jang sangat keliru, memberikan ,,kesalahan lukis101 i
/
an” (vertekening atau outdrawing) jang benar- m enjesatkan, lagipula sangat merugikan Indonesia jang b erad a disekitar Chatullistiwa, sebaliknja terlalu m enguntungkan RUSIA dan RRT jang dalam projeksi M ercator karena dek a t K utub Utara tampak djauh lebih besar daripada gam bar benua Afrika jang dilintasi oleh Garis Chatullistiwa.
v-„ * ♦ $
r
t&a
if
...
j
Sistim PROJEKSI ASIA dari K a d B. M O L L W E 1 D E M engam bil projeksi M ercatnr t , dari ncgara 2 di Chatullistiwa sangat m erugikan M em projektic K utub Utara dalam 2 titik - l* luas benua* tam pak lebih m e n d e k a titb e n lr a n . " * 3
b entuk visu il
L
^
perbandmffBn
Chusus untuk keperluan pendidikan sudah lam a diusahakan projeksi lain dengan tudjuan supaja benua- itu d apat dilukiskan dengan bentuk dan perbandingan lu as tan ah jang m endekati kenjataan. Dalam Kongres K artografi Internasional di Remagen tahun 1956 dan F reib u rg tah u n 102
\
1
Regional Projection dari John B A R T H O L O M E W
M engganti lukisan 2 belahan bumi jang tradis'tO'ril dalam ..Oostclijk en ..W estelijk H allrond", dengan projeksi berpusat pada kutub Utara, dewasa ini daerah sengkcta jang maha penting antara dua raksasa Am erika dan Rusia.
1957 diandjurkan supaja chusus untuk Atlas 2 Sekolah di pergunakan „John Bartholomew Regional Projection dan ’’Karl B. Mollweide Projection”. Terutama projeksi jang terachir fcjiptaan Karl B. Mollweide itulah jang dewasa ini paling banjak dipakai dalam Atlas- Sekolah di lu ar negeri. Chusus untuk kita, projeksi Karl B. Mollweide itu bisa dibikin ”Asia-centrisch” dengan menempatkan Indonesia da lam tengah-tengah Peta Dunia, sepenti terdapat dalam AT LAS NASIONAL penerbitan GANACO NV..
PRASARAN „PENDIDIKAN UNTUK MENTJAPAI KESTABILAN POLITIK DAN KESTABILAN EKONOMI” . 15.1. Memenuhi- perm intaan KAMI Bandung dalam Semi nar KAMI bulan Djanuari 1969 jbl, Oejeng Soewar gana menjampaikan gagasannja dengan d ju d u l: ,.PENDIDIKAN UNTUK MENTJAPAI KESTABIL AN POLITIK DAN KESTABILAN EKONOMI”, se bagai landasan utama untuk mensukseskan pelaksa naan ,,PELITA” (Pembangunan Lima Tahun). Oleh karena perhatian orang pada gagasan itu ter njata luarbiasa besarnja, prasaran itu kem udian di-' perbanjak (distensil), selain untuk memenuhi perm in taan para peminat, djuga un'tuk disampaikan kepada para ahli pendidikan, terutam a dikalangan IK IP Fakultas Pendidikan di seluruh Indonesia. 15.2. Gagasan tsb. kemudian dibahas dalam K onperensi Kerdja PGRI Daerah V Djawa-Barat dan oleh Peng uins Besar PGRI. 15.3. Atas prakarsa Oejeng Soewargana — sebagai anggota Dewan Kurator kedua IK IP — pada tanggal 28 Februari 1969 diadakan pertem uan antara IK IP Rawamangun D jakarta d an ,IK IP Bumi Siliwangi B andung untuk bersama-sama memikirkan „Rentjana M odem isasi Pendidikan sebagai, Prasarana dalam pelaksanaan Pembangunan Lima iT ahun”3 berdasarkan kejakinan 'wa'ttwa tiap- ,,Gerakan Modernisasi Pendidikan” harus dipertimbangkan dan diteliti setjara ilm ijah oleh para achli jang benar- kompeten, sedang pelaksanaannja harus dimulai dari Institut 2 Pendidikan Guru.
Menertma Bintang Gerilja dan beberapa Satya Lentjana dari Pemerintah jang disampaikan oleh Ma}. Djen. Ton Dharsono Pangdam V I SiliwangL
105
!j ibA>' '-^j:!’y'^V"V \
■l>':'f '::':‘J' ■> -i' *%%f _!■.;:'i’'I-'.'■I'-' '• '*&
am
U n tu k
PGR*
O e ie n g
S u w o :q ^ n o
tv » S i * J ftS S W * *
fjl *
< * rw
.jgptt
th* f
€r
^ * m y r' *4&T"
*tf s* 'S?f
,
^ S ftF
H
£*£&m **Ia '*»*'-
& C%&W t
Pengticus Besar P G R I menjampaikan Piagam P en g fa T g a ^T * a ta s djasa * B apak O ejeng Soewargana dalam bidang pendidikan dan pengadjaran.
M E M 3 IN A
B U K U - P E L A D J A R A
N
Perlu ada social-control dan social-participation jang pelaksanaannja sebaiknja diselaraskan dengan „Rentjaua Pembangunan Lima Tahun”.
•Dalam Kongres IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tahun 1964 di Salatiga disusunlah sebuah „rentjana pelaksanaan pembinaan buku”, jang sedianja aikan disampaikan kepada Dept. P. dan K. sebagai saran bagaimana diapat didjamin adanja ,,social control dan social .participation” dalam bidang pem binaan buku peladjaran. Sajang sekali suasana politik „demokrasi terpim pin” tidak favourable untuk itu. Sekarang dalam keadaan politik „Orde Baru”, telah berulangkali ditegagkan oleh Presiden Diendral Soeharto kegunaan adanja „social control dan social participation” didalam segala bidang usaha Pemerintah. (Demikian pula Kongres PGRI ke-XI pada hulan Maret 1967 m enjatakan harus ada ^social control dan social participation” dalam bidang Pendidikan dan Kebu dajaan. Mengingat penegasan dari Presiden Djendral Soeharto serta kehendak Kongres PGRI ke-XI tsb. tadi, dibawah ini diuraikan satu saran bagaimana pembinaan buku peladjaran itu dapat diselenggarakan supaja daipat terdjam in adanja ,,open m anage ment.” Memang tepat sekali wedjangan iPresiden D j e n d r a l Soeharto pada pemibukaan Kongres PGRI ke-XI, bahwa Pendidikan dan Kebudajaan itu merupakan soal jang m enjangkut seluruh lapisan masjarakat, dan hendaknja mendjadi perhatian serta tanggungdjawab dari seluruh m asjarakat pula. RENTJANA PELAKSANAAN PEMBINAAN BUKU PELADJARAN. 1. Buku- peladjaran jang akan ditelaah sebaiknja dikelompok-kelompok, misalnja : (a) ikelompok buku 2 peladjaran ber hitung unituk S.D. (b) kelompok buku 2 peladjaran Bahasa Indo nesia uintuk S.'D. (c) kelompok buku 2 peladjaran ilmu-pasti untuk SLP, dsl. 2. Tiap 2 'kelompok 'buikoi peladjaran sebaiknja ditelaah bersamaan, setjara ,Com parative”. Orang Belanda m engatakan bahw a: „Oordelen is in feite vergelijken” (},Menilai itxi sesungguhnja m em perbandingkan!) 107
Semua buku 2 ipeladjaran — term asuk ,buku2 p elad jaran jang ditenbitkan sendiri .oleh Dept. P. dan K. atau Balai P ustaka — harus ditelaah dan dinilai bersam aan. 3. Penelaahan sebaiknja dilakukan oleh paling sedikit 2 (dua) Team Penelaah, jang bekerdja terpisah (onafhankelijk van elkaar). 4. Tiap Team Penelaah te rd iri atas 2 (dua) o rang ahli, riitundjuk oleh „Biro Pem bina Buifcu” , dipiiih d ian tara Pegawai Pem erintah m aupun Swasta, misalnja dari kalangan p a ra ahli Dosen 2 dari IKIP. 5. P ara anggota Team Penelaah — jang akan m enelaah dan m enilai buku 2 itu — sebaiknja m em peladjari dahulu p e r kem bangan didaktik (mata peladjaran jang bukunja ak an ditelaah) di-lain 2 negeri, jang diuraikan dalam buku 2 p en erb itan institut-institut international s e p e rti: (a) International Bureau of Education, Quay de Wilson, Geneve, institut te rtu a dan terbesar diseluruh dunia, jang sedjak tah u n 1918 m engum pulkan inform asi tentang perkem bangan didaktik dari sem ua m ata pe ladjaran disem ua negara diseluruh dunia, (b) UNESCO, berkedudukan di Place de Fontenoy, Paris, Perantjis, (c) I.I.E. (In ter national Institute of Education), b erp u sat di New York, USA. Mengingat pengaruh sistim didaktik Belanda, jang sam pai sekarang masih terasa sangat k u at dalam tiap m ata p eladjaran di In d m m a , W M a h diketahui pula perkem bangan didaktik di Negara Belanda sesudah Perang Dunia ke-II, jan g d ap at dipelad]ari dari publikasi: (d) N utssem inariw n voor Paedagogiek a.d. Universiteit van Amsterdam, dan (ej Paedagogisch In stitu u t d er Kijksuniversiteit te U trecht. Sekedar sebagai tjontoh disini dikem ukakan perkem bangan didaktik beberapa m atjam mata-peladjarani di N ederland sesudah Perang Dunia ke-II. MENJaistji; Belanda m em asukkan m ethode „Galin, P aris & Cheve” dengan sistim „not angka” k e Indonesia, sedang dinegeri^ ,fendiri mereka sudah lam a sekali pindah kesistim ,,not balok mempergunakan m ethode „Justine W ard” , ,.W illem Gehrels , „Verbist & Gelber” , dsb. MENULIS . Belanda dahulu sebelum m eninggalkan Indonesia m ew arak an m ethode menulis „TEGAK LURUS”, jang pada wakpal™9™-°dern> seperti methode „Bakkum & Schaly , „Tazelaar & Mathysse”, „W esterouwen vftn M eeteren ” , dsb. Dewasa im .h am p ir semua methode m enulis di N ederland kem bali pada „TUL1SAN MIRING» 60 deradjat, sep erti dalam m ethode „Hoogenbom & M oerman”, „De P en ” d ari F ra te r Rom108
bouts, „Optima Forma” dari J. Altera, jang m em biarkan anak 2 supaja memilih sendiri. „Het steilschrift heeft nergens sta?id gehouden” demikian ditulis dalam „Paedagogische Encyclopaedie” djl. I had. 464, karangan prof. Casimir & Verheyen. p e l . ba h a sa : Di,Indonesia Belanda memasukkan aliran „Direct Method” dari dr. G.H.J. Nieuwenhuys, disusul dengan aliran „The Language Control Method” atau „Rationeel Taalonderwijs” dari Alb. de la Court. Dinegeri Belanda orang sudah lam a pindah ke „LINGUISTIC METHOD”, jang oleh Anne Cochran dalam bukunja „Modern Methods of Teaching English as & Foreign La nguage”, dikatakan TIDAK MUNGKIN dapat „dikawinkan” de ngan „Direct Method”, oleh karena 'kedua m ethode itu berlaw an-' an titik tolak dan dasar prinsipnja. b e r h itu n g : Sesudah memperkenalkan aliran „philosophische opvatting in het rekenonderwijs” dari prof. Bholand, dengan buku-buku hitungannja jang kita kenal karangan „Bouwman & van Zelm”, Belanda kemudian memasukkan aliran ,,fundam ental arithmetic” dari prof. P. Ballard. Buku 2 hitungannja disusun oleh „Diels, Nauta & Zantvoort” dengan titel „Fundamenteel Rekenen”, kemudian diterbitkan oleh J.B. Wolters dalam bahasa Indonesia dengan nama ,,SENDI HITUNGAN”. Dinegeri Beten&a sendiri orang sudah lama pindah kealiran ,,‘p sychologisch didactisch & pragmatisch” jang dipelopori oleh ..dr. Turkstra & lim m er”, „F. Stoffelen”, „J. W aterink” , „Frater Rombouts”, dengan m ethode-nja: „Goede V aart”, ,,Gee£t Acht , dsb. Rumus MVDWOA” (Machtverheffing, Vermenigvuldiging, De ling, W orteltrekking, Optelling en Aftrekking) jang diw am kan oleh Belanda dalam urutan pengerdjaan berhitung, di Nederland sendiri sudah lama tidak berlaku. ilm u p a s t i : Methode 2 ilmu pasti beraliranj deductief peninggalan Belanda seperti karangan 2 ,,F. Wij ernes' > >>„ , ,,’ atau “ a l t a r & Ritchi” „Baan & Bos” * 2 ? ^ setelah diterdjemahkan kedalam bahasa Indo , P ^ karang masih „meradjai” peladjaran ilmu pas 1 rpTrjAjr ,ji. Di Nederland sendiri methode 2 kolot itu sudah lama TIDAK di pakai lagi, digeser oleh aliran ,,inductief p sy ch o lo g ist, ^ n g a « penetapan bahan peladjaran (leerstof) baru sep p P oleh „nj. E hrenM s Afanasajawa”, „Plet Vredendurn , ,.H. Freudenthal”, dan „L.N. H. Bunt”. Dewasa mi malah sudah ditmggalkan l 4 gi dan pindah ke sistim geprogrammeerd rekenen en wiskunde. 109
BIOLOGIE : Didjaman Belanda kita hanja mengenai aliran : (a) morphologie/systematiek, dan (b) anatomie/physiolog'te sa dja, seperti diuraikan dalam buku 2 karangan „Delsman & Holstvoogd” dan* ,,Boudijn & Couperus”. Setelah diterdjem ahkan ke dalam bahasa Indonesia, buku 2 biologie tsb. sam pai sekarang ma sih banjak dipakai di SLP dan SLA. Di N ederland sudah lama ditondjolkan bidang2 : (c) oecologie & biogeografie, (d) ethologie, (e) psychologie der dieren (f) restitutie & reg en era te, serta (g) erflijkheid & variabiliteitsleer, seperti dikem ukakan dalam methode 2 biologi baru karangan „A. V erhaert” , „Ruting & W ag ner , „Heimans & Thysse”, „Kruseman & Rinke Tolm an” , „H.G. Brussee”, dsb. 6 . Setelah selesai melakulkan penelaahan buku, nam a anggota Team Penelaah itu tidak, perlu dirahasiakan lagi, akan te tapi harus diumumkan setjara resmi.
7. Setelah buku 2 selesai ditelaah oleh kedua Team Pene laah, kepada Pengarang atau Komisi Redaksi dari buku 12itu harus ^ n ^ a h nan 6itumPatan
mendj aw ab/m enJa'n ggah kedua hasil
penelaahan kedua Team Penelaah serta fM tv
vf ,
Hasil
m enentukan (c) putusannia sendiri, sebaqai venilam n terachir «■>» an/sangglhan d ^ P e n ^ r a n g ^ s e r ta T c f P Pf.enelaah' (b) Dj awab-
chir dari Dinas atau Inspeksi PuS banjak (ditjetalk atau distend!) bina B uku” Dept. P d a n K a h i tingan, kepada : (a) DPR seksi P » didikan di tiap 2 DST-I (cl InsneL T DST-I (d) PB PGRI dan PD pPGRI I
a t n-t “ i pe“ lalan te ra ‘ ?■ i , Dlkdas harus d lPe r' dlsebarkan oleh ..Biro PemS , p eM rb lt i anS berkepen-
(b) DPRD s6ksi Pe"£ £
dan pem akaian buku2 peladjaran itu di Indonesia, kiranja p en o110
de itu tjukup ditetapkan untuk 5 (lima) tahun. Sebaiknja periode 5 (lima) tahun jang pertam a disesuaikan dengan pelaksanaan Rentjana Pembangunan Lima' Tahun" m enurut ketetapan MPRS SU ke-V jang baru lalu.11. Djika >tjara „pembinaan buku peladjaran” itu didja lankan m enurut rentjana seperti diuraikan diatas, maka tidak mendjadi soal lagi „siapa jang m enulis” dan „siapa jang m enerbitkan” buku peladjaran itu, sebab semuanja — term asuk pe nerbitan dari Dept. P dan K sendiri — ditelaah dan dinilai bersa maan serta diperbandingkan setjara terbuka, sedang hasil penelaahannia dipertanggung-djawabkan kepada wakil rakjat anggota DPR dan DPRD. 12. Buku- peladjaran mengenai Bahasa dan Kebudajaan Daerah, dapat diserahkan pembinaannja kepada Perwakilan Dept. P dan K di Propinsi jang bersangkutan. Hasil penelaahan, djaw aban/sanggahan Pengarang, serta putusan terachir dari Inspeksi jang bersangkutan, tjukup disampaikan kepada instansi di Propinsi jang berkepentingan sadja. 13. Biaja penelaahan mendjadi tanggungan penerbit jang berkepentingan dan harus dibajar penuh sebelum bukunja dite laah. Sebaiknja harus diadakan perbedaan tarif biaja penelaahan antara: (a) buku peladjaran (textbooks) dan (b) buku pegangan guru serta (c) buku 2 untuk reference (studiebibliotheekboeken). 14. H a r g a b u k u. (a) Kertas sumbcmgan atau kertas bersubsidi. Djika (kertas untuk m entjetak buku peladjaran itu didapat dari Pem erintah (dalam hal ini dari Dept. P dan K) dengan harga jang lebih murah daripada harga kertas dipasar bebas, maka Dept. P dan K itu sebaiknja menentukan harga buku jang ditjetak pada kertas itu sesuai dengan peraturan jang sedari dulu telah ada dan biasa dilakukan oleh Bagian Perbekalan da^i Dept. P. dan K. Selain oleh harga kertas, harga buku itu dipengaruhi oleh faktor 2 (lain seperti tsb. dibawah i n i : (b) Honorarium atau ,suang djasa” pengarang. Precentage honorarium pengarang, jang lazim diberikan oleh para penerbit Indonesia sebesar 20% dari harga netto terus-menerus untuk semua oplaag jang diterbitkan, djika dibandingkan dengan kebiasaan orang diluar negeri, sesungguhnja sangat tin g gi. Ill
Mungkin karena itulah, M enteri PPK dahulu dalam suratn ja No. 25289/Kab. tgl. 21 Djuni 1954 m enetapkan suatu .g lid ing scale” jang tjepat menurun,. sampai hanja 1% sadja untuk oplaag diatas 70.000 exemplaar. (c) Overhead expenses dari para penerbit. Didjaman m endahsjatnja „dedining economy” dibawah pem erintah „Or-la”, para produsen biasa m enentukan precentage „overhead expenses” jang sangat tinggi, karena didalam nja se sungguhnja dikalkulir pula penggan-tian kerugian atau risicoprem ie karena inflasi nilai uang. Apalagi dalam bidang penerbit an buku, risico karena turunnja nilai uang itu terasa sangat me nekan, sebab djangka waktu antara „selesainja produksi” dan }>habis terdjualnja buku” pada um um nja sangat lama. Apakah kebiasaan orang untuk m enentukan precentage „overhead ex penses” jang sangat tinggi itu dapaft diturunkan mengingat kea daan ekonomi jang diharapkan makin h ari akani makin stabil ? (d) Pemberkm korting kepada detailists (toko buku). Korting jang biasa diberikan oleh para penerbit kepada toko buku untuk buku 2 peladjaran jang di Indonesia biasanja disadengann korting b u k tf lain (buku rom an misalnja) saanZ f - t Z° % ~ 40% ' Djika dibandingkan dengan kebian l tUar negen’ sebenarnja korting itu sangat tinggi. k-icar o + cIlusus untuk buku peladjaran maximum berk sar antara 20% _ 25% sadja. Didjaman Belanda, WOLTERS e Z n h ^ p o r t i n g 20%, ditambah „persenan” 1 (satu) tan 1 (duabelas) buku jang dibeli dan dibajar kon(e) Ongkos tjetak. tia D ^ a H a nmam ^ n P iS HbUkU 'iSng diPerlukan tiap tahun untuk tiap matjam matapeladjaran begitu tinggi, sesungguhnja Indo nesia chusus dalam bidang produksi buku sudah lama h™uS pmdah d a n sistim }}boekdruk” - (letterpress printing) kesistim „ o ffse f supaja ongkos tjetak dapat lebih murah. Demikian pula ongkos „mendjahit” dan „mendjilid buku” dapat ditekan, djika Indonesia mempergunakan mesin 2 baru mi salnja mendjilid dengan sistim „intergraal band” jang dewasa ini hanja dipunjai oleh 1 (satu) pertjetakan sadja (jang tidak djailan !) Dibidang },mengezet buku”, sudah sampai pada waktunja untuk m emikirkan pemakaian alat „teletype”} supaja buku 2 jang perlu ditjetak ulang dapat dizet setjara „automatisch” jang ongkosnja tentu sadja bisa lebih murah.
112
MEROMBAK TJARA BERFIKIR SEPERTI BELANDA DALAM MEMILIH DIDAKTIK PELADJARAN BAHASA INDONESIA *) 1.
THE GRAMMAR METHOD (Methode Tata Bahasa)
Grammar Method dianggap orang sebagai salah satu me thode peladjaran bahasa Asing jang tertua. Methode itu bersendikan prinsip, bahwa mempeladjari bahasa baru (asing) tjukup dengan mengenai ^vocabulary” dan „gram m ar”-nja sadja, se bab itulah unsur utama tiap 2 bahasa. Hampir semua buku peladjaran bahasa 2 Indonesia : Bahasa 2 Djawa, Sunda, Madura, Bali, Minangkabau, Batak, Simulur, Dajak, Sangir, Kapouko, Mdmika, Wairopen, dsb. dsb. untuk orang 2 Eropah (dalam bahasa Belanda, Inggeris dan Djerman) disusun berdasarkan „grammar .method” itu. Grammar-method itu dianggap orang tjukup untuk mengenai bahasa 2 itu setjara ilmiah analitis dengan- tidak menghendaki penguasaan bahasa 2 itu setjara praktis untuk dipergunakaft dalam pertjakapan se hari-hari. Sebagai tjontoh dapat disebut beberapa buku pengetahuan bahasa- di Irian-Barat karangan P. Drabbe : „Woordenlijst en Spraakkunst van h et Ekagi” (1952) „Woordenlijst en Spraakkunst van de Kamoro-Taal” (1953) „W oordenlijst en Spraakkunst van het Marind” (1955). Darn karangan Heinrich Aufenanger : *) P ernah diuraikan dalam tjeram ah Bapak Oejeng Soew argana d i■hadapan : !• p ara Inspektur Pendidikan Dasar, Pendidikan Umum M enengah P ertam a m aupun Atas, serta para Inspektur Pendidikan G uru di D epartem en P.D. dan K di D jakarta dalam tahun 1963 — 1964. 2. para Dosen dan M ahasisw a/Sardjana Muda djurusan S astra Indo nesia a. IK IP U niversitas P adjadjaran di Bandung, b. IK IP U niver sitas Diponegoro di Sem arang c. IK IP Universitas G adjah M ada di Jo g jak arta d. IK IP Sarasw ati di Solo, dan e. IK IP U niversitas Airlangga di S urabaja dalam tahun 1962 — 1963. 3. P ara Inspektur dan G uru Bahasa Indonesia dari Sekolah D asar, Sekolah Menengah P ertam a m aupun Atas dan Sekolah Pendidikan Guru di kota 2 : a. Bandung to. Sem arang c. Jogjakarta d. Solo e. Su ra b aja dan f. M alang dalam tahun 1962. 4. D iluarnegeri di Universitas Cornell, Ithaca USA, di U niversitas Ca lifornia di Berkeley, USA, di Universitas Hawaii, Honolulu, USA, di Universitas Hamburg, D jerm an-B arat, di U niversitas Koln, D jerm an-B arat dan sem inarium voor Paedagogisch Onderzoek U niver sitas Am sterdam, Holland.
113
„Vocabular und Grammatik der Geude-Sprache in Zentral Neu Guinea” (Freiburg, 1953, 299 pp) „Vocabular und Grammatik der Nondugl-Sprache in Zen tra l Neu Guinea” (Freiburg, 1953, 274 pp). Oleh karena tudjuan p ara ahli bahasa itu sekedar untu'k mendjadjagi atau untuk m enelaah bahasa 2 itu setjara ilmiah, maka dapat kita faham i bilam ana m ereka itu tidak m erasa perlu menguasai bahasa 2 itu setjara praktis dan aktif. Itulah sebabnja maika „gram m ar m ethod” itu diketjam oleh Dr. G.J. Nieuwenhuis dalam bukunja ”H et N ederlands in Indie” . Kami sampaikan dua buah kutipan dari buku te rs e b u t: ................................ Hal. 71 : .................... Taal is groei, is rijpwording en n iet kennisopplakkerij ................................. Hal. 358 : ................Niet een bepaalde hoeveelheid kennis beslist over de mogelijkheid van verdere studie (dimaksudkan : de nodige taalbeheersching voor verdere studie), m aar een bepaalde ontw ikkelingsgraad............................ 2.
THE TRANSLATION METHOD (Methode Terdjemahan) *)
Buku peladjaran bahasa Indonesia dinegeri fkita, jang bersendi ’■Da^rS^ ti0n m ethod” itu dian taran ja buku „LEKAS DAN GAMf karangan Soeriadiradja dan M ardjana penerbitan J.B. Woli v u dl„utarnakan dalam methode „Lekas dan Gampang” itu ^en terdjem ahkan dari bahasa Indonesia kedalam I n d o n e s i a s e b a l i k n j a d ari bahasa D jaw a kedalam bahasa D ^ M n F n A w ?"!3 J ' B’ Woltecs m enerbitkan methode „TJEPA T dah D e r a n c r ^.arai}gan Soeriadiradja d an I. Adiwidjaja. Sesupurnakan oleh tLmethode_ „Tjepat dan Moedah” itu disem ambil dari Rrnn ;ias^ n ®akti, dibubuhi latihan 2 jan g ideanja d ipm i la t^ a n ” httihn ° * karan § ^ dr. G .J. Nieuwenhuis, m eskin ia Latihan ** m ^ 1*e r^jeimal1kan m asih tetap dipertahankanngen) dem ikian rinin'1 i ?*i! *;elta,nan” (uitspraak en accent-oefem disadjikannja U ntuk k a £ a Tnd ”meimtalp” (fixeeroefeningen) tidak guhnia tiriaV • Indonesia „fixeeroefeningen” itu sesungnesia itu ham nir tin ifn ? entin 2» oleh karena dalam bahasa Indolisan) d L t e t i i i f Perbedaan antara ,.bentuk visuii”
TSto?r®unS S iG” uridh misa’nia kata-kata d lS e a u Pde l o BI1i * • UreaU ' ”chocoM e". -o ttK te " . .serg ean t”, ucui vie tinjiugue Dalam bahasa Indonesia kata 2 tadi ditulis dan dilafalkan seperti b e n k u t : „supir , „trotoar”, „polisi’\ „biro”, „soklat”, ,>Sopir”, „sersan” dan kolonjo”, sehingga tidak menim bulkan kesukaran jang m em erlukan latihan chusus :
114
Kemudian m untjul „the translation m ethod” berdasarkan prinsip, bahwa penguasaan bahasa asing dapat ditjapai dengan djalan latihan* m enterdjem ahkan: a), dari bahasa b aru (asing) itu kebahasa ibu (atau bahasa lain jang sudah dikuasai m urid), lazim disebut „penguasaan bahasa setjara pasif” dan b). dari bahasa ibu (atau bahasa lain jang telah dikuasainja) kebahasa baru (asing) jang sedang dipeladjari itu, disebut „penguasaan ba hasa setjara aktif”. Buku 2 peladjaran bahasa Inggeris jang di pergunakan di-se’k olah 2 MULO pada zaman pendjadjahan Belan da seperti karangan Croes dan Hameetman, demikian pula buku peladjaran bahasa Djerman karangan Brouwer en Ras, dalam garis besarnja bersandar pada prinsip ”translation-method” te r sebut diatas. Mengenai "the translation method” itu dalam buku ,.Modem Methods of Teaching English as a Foreign Language” karangan Anne Cochran pada halaman 13 terdapat uraian jang b e rik u t: ................... The main drill is translation. The sequence of the textbook usually follows an outline of classical gram mar, and the vocabulary is based on some reading-material which will be taken up after the beginning text is suffi ciently m astered. Each lesson illustrates some gram m ar ru le and contains a vocabulary of single words given in the fo reign language with the native translation, paradigms to be [memorized, and translation exercises to illustrate the rules. A fter completing such a beginning book, the student is plunged into translating. Dengan "translation m ethod” itu para penjusuri methode menghendaki sekedar suatu taraf penguasaan bahasa baru (asmg) itu setjara pasif. Pada waktu itu para didaktisi sudah merasa puas djika para murid (setelah mempeladjari bahasa baru (asing) ^itu raelalui ’’The translation method”) dapat membatja buku- dalam bahasa baru (asing) tadi dengan mempergunakan kamus. Dalam udjian 2 bahasa Djerman, bahasa Perantjis dan bahasa Inggeris pada zaman itu, lazim orang menjadjikan kutipan- unmik diter djemahkan'. n r ■ Baiklah kita perhatikan, bahwa pada waktu itu se-kalitidak ada kemungkinan untuik pergi keluar negeri agar dapat mempergunakan bahasa 2 baru (asing) seperti bahasa Perantjis, Djerman dan Inggeris itu setjara praktis dan aktif dalam suratm enjurat dan pertjakaipan -2 biasa. Djadi dapat kita fahami, kalau pada waiktu itu mengenai taraf penguasaan bahasa b aru (asing) 115
jang terutam a diperhatikan orang hanjalah sudahkah m ahir s&* seorang „mem batja tulisan 2 dalam bahasa baru (asing) itu se tja ra pasif”. Taraf pengetahuan dan kemampuan menguasai ba hasa baru (asing) setjara demikian dianggap tjotjok, dikatakan sesuai dengan kebutuhan pada zaman itu. Maril'ah kita perhatikan uraian Anne Cochran dalam bukun ja ’’Modern Methods of Teaching English as a Foreign Langu age”. Hal. 13 : ................... Many people take it for granted th at the translation method is the least satisfactory. If the students objective is the spoken language, this may be true. But if the aim is to give the student an effective reading compre hension of the language, this might be the most efficient way to train him to read by himself, with a dictionary and grammar at hand for reference until he has practiced enough to become independent. Hal. 14 : ................... Since th e translation method provides prac tically no chance for drill in the oral-aural skils, it usu ally does not teach the student to understand or produce the spoken language. Although with the proper m aterials this method might be used very effectively to teach read ing comprehension, writing, or translation ............................ IIal- 15 : .....................This (translation) method is not useful for learning the spoken language. But using this method for teaching even the written language or translation itself presents many pitfalls into which most of the English text books seem to have fallen. Meskipun aliran ”the translation method” itu kemudian diketjam dengan tadjam sekali, oleh karena dianggap tidak se suai lagi dengan tudjuan peladjaran bahasa asing jang baru, kita hendaklah berani mengakui kenjataan, bahwa pada ”the translation method” itu sesungguhnja ada segi2 jang mengunungjcan. Hendaklah kita berani menghargai segi2 jang baik itu ke, adaan lan9 tertentu” dan dengan J u d ju a n jang terngaUkan begini *8 <"'ocliran ^a^am bukunja pada halam an 14 meit V" ‘i'll-'a (tra Pslation) method is practical because ittia to the physical and financial limitations of ma ny schools The teachers do not need to be masters of the language taught. Their pronunciation, grammar, and vo cabulary may be very shaky, but all they need to do is to stick closely to the text-book and discuss it in their own— 116
and the students, — language. It is by far the easiest me thod to use in big classes. Dengan berubahnja keadaan- politik dunia, dengan lebih rapatnja hubungan internasional, dengan makin mudah dan makin intensifnja hubungan lalu-lintas antar negara ................ terbukalah kemungkinan untuk mempergunakan bahasa 2 baru (asing) itu setjara aktif dalam surat-menjurat atau pertjakapan? biasa. Dapat difahami bilamana orang kemudian menghendaki taraf penguasaan bahasa baru (asing) jang lebih intensif, lebih mendalam dan ................... lebih aktif. Oleh karena tudjuan pe ladjaran bahasa baru (asing) itu telah berubah, dapat pula difa hami djika orang kemudian merasa perlu meninggalkan "the translation method” itu, seperti diuraikan oleh Anne Cochran dalam bukunja pada halaman 15. Conclusion: The translation method is designed prim a rily to teach the written rather than the spoken language. Since a good many people study a modern language in or der to be able to understand and speak it, another method, better suited to the oral-aural objectives grew up. 3.
THE DIRECT METHOD (Methode Langsung) 2) Aliran ’’the direct method” inilah jang paling keras onengetjam „de grammaticale” en „de vertaalmethode” . Penganut aliran itu mengatakan, bahwa dengan djalan mempeladjari „ta~ 2)
Methode peladjaran bahasa Indonesia, b e r s e n d i ’’direct m ethod”, jang 'kuat sekali didjiwai oleh petundjuk- dr. G.J. Nieuwenhuos, iaitu mehode „-BAHASA'KU”, karangan B.M. N ur dan W J.S . .P u rw adarm inta, diterbitkan oleh W. Versluis. _Dalam methode »Baha saku” itu, bahasa ibu m urid sekali-kali tidak dipergunakan. Methode itu ditulis untuk dipakai disemua sekolah ra k ja t jang terseb ar diseluruh kepulauan Indonesia ............... tanpa k an kesukaran m urid disebabkan pengaruh bahasa ibunja. Jr'oia latihan — jang sam a untuk seluruh Indonesia disaajiKan oien para penjusunnja ............. tanpa terlebih dahulu m em peladjari Per_ bedaan^-perbedaan -dalam unsur, stru k tu r dan kaidah tata-bahasa an tara bahasa Indonesia dan bahasa ibu m urid jang akan m em per' gunakan methode tsb. . a>> Demikian pula methode ,,PEL AD J ARAN BAHASA I^ O N E S IA karangan Oesman d an Yspeert, jang diterbitkan oleh J.B. W olters, sama berdasarkan prinsip „methode langsung’ , tanpa m em pergunakan bahasa ibu m urid. Presis seperti dalam m ehole „B ahasaku’ dalam methode ini disadjikan pola-pola latihan jang sam a u n tu k seluruh Indonesia ............. tan p a terlebih dahulu m enjelidiki pe1(Selandjutnja lihat anotasi pada hal 118).
117
tabahasanja” sadja atau „m enterdjem ahkan” sadja, tidak m ung kin dapat ditjapai penguasaan bahasa baru jang „natuuriijk'!, se perti penguasaan bahasa ibu. Bilamana kita m enghendaki pengu asaan bahasa baru jang „m urni” dan „natuurlijk”, seperti orang menguasai bahasa ibunja, maka djalan jang dipergunakan dalam peladjaran bahasa baru itu hendaklah djalan jang „paling natuurlijk” pula, jaitu sistim beladjar, jang mendekati tja ra seorang anaik „beladjar” bertjakap-tjakap dalam bahasa ibunja, djadi de ngan tidak mem pergunakan bantuan bahasa lain selain bahasa •jang sedang dipeladjarinja itu. Anne Cochran dalam bukunja ’’Modern Methods of Teaching English as a Foreign Language” mem berikan uraian tentang ”the direct m ethod” itu seperti b e rik u t: EfeL 16: ............... The term is here applied to the m ethod of teaching a foreign language without using th e learn er’s own ^language. This has also been called the ”natural m e thod” because it is supposed to follow the process a child uses in learning to speak. Dji'ka kita mengingat kembali uraian dr. G.J. NEUWENHUIS — salah seorang pendukung aliran ’’direct m ethod” jang utama untuk peladjaran bahasa Belanda di Indonesia — akan mengertilah kita, apa sebab ia dalam Bronnenboeknja mengand]urkan, supaja „wadah kemampuan bahasa” anak itu dibiar*an penuh dan melimpah dengan sendirinja. },Laat het taalreservoir maar vollopen, het zal straks vanzelf w el overlopen”. Pada halaman 28 dalam buku „Het Nederlands in Indie” dr. G.J. Nieuwenhuis menulis : ........... Men heeft h et gevoel of het taalreservoir onophoudelijk gevuld wordt, zonder droppels te verliezen, zodat op zekere dag h et instuwende water plotseling moet overlopen ................... Met het leren van een vreemde taal gaat het niet anders. Ook hier is een iange mcubatie-periode, een tijd van passief laten inwerken der klanken .... Landjutaji dari hal. 117 :
r a s u - r a ^ ^ f SkiivU m und -ianS dapat m enim bulkan 'kesukaran, k eD S a S p S ic a S dai am Peladjaran bahasa Indonesia itu. N usantara dpnpan vf^!’ ke^ukaran 3ang dihadapi m urid diseluruh methode lansstfn? t S ? 3? ? aer? jang terbeda-beda, dalam kedua metnode langsung tsb. diatas dige-neralisasikan atau disam arata-
L atihan m enatap diadjarkan dalam „fixeeroefexiingen jang diandjurkan dalam ,,Bronn&nDoek -nja, meskipun. Indonesia berlainan sifatnja daripada
118
kedua m ethode tsb. m eniru oleh dr. G .J. Nieuwenhuis kesukaran m enuliskan k a ta 2 m enuliskan kata 2 Belanda.
Oleh karena salah satu usaha "direct method” itu m entjari djalan jang paling „natuurlijk” dalam memperkem bangkan kem ahiran dan memperkaja perbendaharaan kata, dipakailah sistem „perkembangan lingkaran pusat perhatian anak2” jang le bih terkenal dengan sebutan perkembangan ’’centre d> in teret” m enurut teori Ovide Decroly. Sistim inilah jang kem udian pa ling hebat ditentang di Indonesia oleh aliran „Rationeel Taalonderwijs” atau ’’The Language Control Method” tjiptaan Alb. de la Court antara tahun 1935 — 1937. Dalam buku „Het Nederlands in Indie” dr. G.J. Nieuwenhuis mengtakan pada halaman 335 ................Taal is iets levends, iets midden in het leven groeiende, en alleen m et het leven samen kan het geleerd worden. Ook bij het onderwijs in vreemde talen — evengoed als bij dat in de m oedertaal en de vreemde voertaal — dringt dit beginsel door. Niet enkel door wat de directe methode al jaren doet — praten (oral approach) — m aar ook door m et de taal in de geheele cultuur van het vreemde land door te dringen ................ Telah dikatakan tadi, 'bahwa aliran ’’the direct m ethod”lah jang paling keras mengetjam ”the translation method . Para penganut aliran ’’the direct method” mengatakan, bahwa usaha untuk beladjar menguasai suatu bahasa baru dengan dja lan menterdjemahkan itu „tidak sempurna malahan guhnja „mer.usakkan”. Didunia ini tidak ada d u a .bua“ a^ jang sama strukturnja, sama kaidah 2 tatabahasanja a kebiasaan memakai ungkapaiMingkapannja. Oleh karena itu ,, menterdjemahkan ialah s m tu pekerdjaan jang amat sukar dan tidak m ungkin dapat dilakukan oleh o rm g jang belum sempurna penguasaan bahasanja, apalagi o e or g jang baru atau sedang beladjar. M enurut Anne Cochran dalam buku ’’Modern Method of Teaching English as a Foreign Language” pada halam an 17 : Learning a foreign language through translation is „necessarily defective and i n c o m p l e t e No two languages have exact meaning, equivalents either in words or structures so the use of the learner’s native tongue will lead to con fusion of the two language patterns. The student, from the beginning, m ust learn to ”think in the foreign language . Itulah sebabnja maka aliran ’’the direct m ethod” dengan konsekwen sekali menghindari pemakaian bahasa ibu m urid da lam peladjaran-nja. 119
M enurut aliran itu 'mempergunakan bahasa m urid itu ma* lahan dapat ^m embingungkan” d a n .................... dapat „merusakkan” kemampuan anak untuk menguasai bahasa baru jang se dang dipeladjarinja itu. Itulah sebabnja maka sedjak dari permulaan, pada peladjaran jang pertam a sekali mereka terus mem pergunakan bahasa baru jang sedang diadjarkan dan meninggal kan samasekali bahasa ibu murid. Anne Cochr-aai dalam bukunja ’’Modern Methods of Teachta rik u t ^ 811 aS 3 Foreign LanSuage” memberikan uraian jang H a l 16: The foundations of this way of teaching lie upon : A. Direct association, of the foreign speech with the lear n e r s thought. This is what is known as „thinkm g in a foreign language” y B‘ ^ « ° ^ Staint u se , of the foreign language without ever using the learner s own language. c. The beginning is always oral, with the teacher giving g e s t u T and im itate Wm
e s ' ex*laininS them ’ WMe the students listen
is t
S0 extensively in listening, imi-
D' uaee bernmo
th a t th e forms of the lan§-
s : s r atic himandheproduces the"
a1’ that fhprp' ch'niV ?'hefundam ental principle of this m ethod is The u t th ! , °f the lea™r>s own language. lation ’ and th!s mustr be t langllage is *«■ t o tra is avoided ,leads’ .at all “costs. p e n tta T m p n l ^ ? 11 ’1th® direct m ethod” tidak m enganggap anut iang extrep^f f n Jabaha.s a- M_alahan diantara para pengnja itu ’’the natural ?; b'asanj a lebih suka menam akan aliranm en^ntum ka^i i te r d a P a t OTanS 2 i a " S ^ Jkali^ tidak
s
c
s
s
a' d -
‘ ^
halaman1117C°°hran memberikan keterangan sebagai berikut pada ................ The extreme advocates of the direct method ex press a profound distaste for ’’grammar rules” * 120
A. In the first place, those who think of the direct m ethod as the ’’natural method” of language learning see no need for teaching grammar, for a child certainly learns his own language without memorizing any rules. B. In the second place, it becomes a practical difficulty to analyse grammatical structure without using the' learn er’s language ; so the grammar which can not be explained ■by "example and ocular demonstration” or ny the ’’asso ciation of ideas” can not be dealt with. C. Another very good reason for this m istrust of gram m ar for teaching a foreign language, (particularly English) has often proved less of a help than a hindrance. Dr. G.J. Nieuwenhuis misalnja dalam bukunja „Het Nederlands in Indie” pada halaman 366 mengatakan : .................... Begin niet met grammatica voor men de taal zelf wat ikent en laat dan de grammatica niet uit het hoofd leeren, m aar zelf v in d e n ................... Het leeren van theorie over grammaticale details, geeft bij het leeren der nieuwe taal eer verw arring dan steun. Waar het op aankomt is : het zttiver aanvoelen der nieuwe taal. Tanpa disadari orang, pengaruh dr. G.J. Nieuwenhuis itu sampai sekarang masih terasa dikalangan para pendidiik di In donesia, sebagai ekor tradisi peninggalan djaman kolonial Be landa. Sampai sekarang masih te rd a p a t‘para, pendidik jang meniru utjapan‘J dr. G.J. Nieuwenhuis tadi — mengatakan bah wa murid S.D. itu tidak perlu diberi peladjaran tatabahasa. Malahan ada jang lebih fanatik lagi, jang mengatakan bahwa peladjaran tata-tjahasa itu tidak perlu diberikan kepada peladjar-peladjar S.M.P. sekalipun. Mula2 dalam aliran ”the direct method" itu penjadjian peladjaran setjara lisan (oral approach) sangat diutamakan dan semendjak peladjaran pertam a segera mendapat perhatian jang istimewa. Kemudian dalam segi itu timbul aliran 2 'jang m entjari djalan tengah, jang selain menjadjikan peladjaran- setjara lisan, menjediakan pula peladjaran 2 untuk dibatja (readings) dan un tuk dituliskan (writings). Michael West dan H.E. Palmer misalnja — dua toikoh pendukung aliran "the direct method” untuk peladjaran bahasa Inggeris jang paling berpengaruh — berpendirian bahwa latih121
an-latihan lisan itu dapat segera disertai latihan 2 m em hatja dan menulis 'bahasa baru (asing). Dari buku ’’M odem Methods of Teaching English as a Foreign Language” karangan Anne Cochran ikami sampaikan kutipan 2 jang b e rik u t: Hal. 18. :.................. The extrem ist also believe that reading and w riting should be taught only after the student has attained m astery of the speech. The idea is th a t these skills should be learned as a child learns them in his own language. But others believe that reading and w rit ing should be taught very soon after the beginning, since most people do not take up a second language until they are at least of school age a n d ,.therefore, should learn to read and write the foreign language as well as to speak it. : ........ .......Michael West is a firm believer in the theory that children should learn to read and write a foreign language as they are learning to speak it, and his ’’New Method English Series” is based on this theory. H.E. Palmer in the same series, and Faucett in the ’’Ox ford English Series”, also introduces reading and writing very soon after speaking. ’’The Direct Method” dalam peladjaran bahasa Inggeris terme^ o d e j an§ sebelum perang dunia kedua, paling bajais. dipaikai didaerah koloni Inggeris, jang luas sekali djadjahan*Jja tersebar diseluruh dunia dengan beribu-ribu matjam 1 bahasa aaerah. Sesungguhnja ’’direct method” itu — jang sekali-kali iaak mempergunakan dan tidak memperhitungkan peranan baasa ibu murid — dalam situasi jang tertentu, m empunjai segi2 jang menguntungkan djuga, m isalnja: a.
djika guru jang mengadjarkan bahasa baru (asing) itu sa masekali tidak mengetahui seluknbeluk bahasa ibu muridnja, S f k £ataC !5eadaa.n guru bangsa Inggeris jang mengadjarh Inggeris di-daerah 2 djadjahannja, atau guru 2 ■ri T l f aTTTeiarida dahulu di-negeri kita m engadjar di E.L.S. H.I.S. dan Schakelscholen.
^
w 5? .Jte'1?r”:Pok ™urid jang sedang mempeladjari bahasa oaru itu kelompok jang sangat „heterogeen”, iang sangat ^ 7 r adUk’ tidak dapat ditentukan ,,rata2” (average) pengaruh bahasa ibu murid 2 dalam peladjaran bahasa baru itu karena murid 2 itu berasal dari berbagai daerah dengan bermatjam-matjam bahasa ibu
123,
'
Lain daripada itu, dengan memusafckan tekanan kepada latihan-latihan „mendengarkan” dan latihan 2 „melafalkan”, ternjata ’’the direct method” itu dapat mem berikan hasil jang djauh lebih baik daripada ’’the translation m ethod” dalam bi dang „membatja” dan „menulis” bahasa baru itu. Anne Cochran pada halaman 18 m em berikan kom entar se perti b e rik u t: ............... Comment on the Direct Method : Through the emphasis on drill in aural understanding and speaking, this method is a great advance over the transla tion method in teaching the spoken language. A good foundation in the spoken language has made the learning of reading and writing more easy and thorough than when they are approached through translation alone. Another practical advantage of this method is that, since only one language is used, mixed classes with many language backgrounds may be taught by a teacher who knows only the language he is teaching, and of which he is a native speaker. Disamping segi 2 jang menguntungfean, pada aliran ’’the direct m ethod” itu terdapat segi2 jang merugikan. Oleh karena dalam direct method itu tidak dibolehkan se-kali2 m em pergunakan ba hasa ibu murid, dalam praktek hal itu sangat merugikan pula, karena njata mengakibatkan suatu penghamburan w aktu jang sesungguhnja tidak perlu. Ann a Cochran memberikan keterangan seperti b e rik u t. Hal. 18 : ........... One practical drawback of the direct method according to some critics is th a t it wastes a great deal of time by not using the learner’s own language. Hal. 19 : ............... Explanations in the learner’s own language ot how to make English sounds and description of the gram matical structures should save a lot of time and avoid confusion in the beginning. Lain daripada „menghamburkan waktu” kali mendjauhi atau menghindari bahasa ibu ™urid dala p Jadjaran- bahasa baru itu) sesungguhnja dare ■ ■ ada pula .akibatnja jang buruk jang sangat £ " bat buruk jang m ungkin dalam djaman kolorna hendaki oleh Belanda, sesuai dengan politik pendjadjahannja. Djelas bagi kita bahwa : , „Dalam direct method, jang samasekali tidak m em perhitungkan peranan bahasa ibu, tidak mendjadi soal, apakah 123
bahasa ibu si murid itu akan rusak atau akan dikatiaukan oleh pengaruh latihan2 bahasa baru jang berkelebihan itu.”
Kita ketahui, bahwa um um nja penguasaan bahasa ibu oleh para m urid Europese Lagere School, pada djam an kolonial Be linda, termasuk jang paling buruk. Tidak djarang terdapat anak prijaji, m urid E.L.S., jang hampir tidak dapat menguasai bahasa ibunja lagi, jang .................... pada waktu itu m alah m endjadi „kebanggaan” bagi orang tua murid jang malang itu. Pada m urid H.I.S.-pun, terutam a di-kota2 besar jang um um nja lebih intensief m endapat latihan 2 bahasa Belanda, tampak; djelas kem unduran kemampuan murid dalam hal m enguasai ba hasa ibunja. Pf da:i murid Schakelscholen pengaruh peladjaran' bahasa Belanda atu umumnja agak kurang, karena Schakelscholen itujanS paling lama mempergunakan „de vertaalmethode”.
HJfHgingat kembali akibat buruk daripada peTipnmiao* 3 k S? Belanda Pada djam an kolonial dahulu kepada m en iad ari^P TlbU 'mUrid E ‘L-S' dan H X S- itu > dJ* 3 kita dahuhfrt^i 'kemampuan para peladjar E.L.S. dan H.I.S. dahulu dalam mempergunakan bahasa ibunfc ............... m ungkin oada h J oita mem'b at3a keterangan dr. G.J. Nieuwenhuis fan.? ]?lalamai? 352 dalam bukunja „Het Nederlands in Indie” jang berpendirian seperti b e rik u t: '■‘V.............. . ° n.ze taal (dimaksudkan bah. Belanda) m oet men dit niveldeeringsproces de landstalen beschervan e i vro®gtijdige uitputting en tegen verkrachting alleen rlnnrf n karaik't e r- %o m oet de paradox, dat den opgevat & er^an<^s landstaal kan groeien, worin g in nie^jeUm uU ^ M b a t ^h1’ dv ' G J ' N ieu w en h ™ s seolah-olah f i l a n d a itu Tang S i o l k a n n ^ ^ P endidi’k an P ^ a d j a h P a r a p en gan u t W f f i & d ”8? ? ® 81 s " .’ ’P a ra d o x ” . m em p e rg u n akan analisa* a l S a n f i , f f l ” alan ‘ n:,a b ia sa n ja
lebih mengutamakan kaM d e ™ peT/anut jic approach”
”fllsafat bahasa” . Mereka itu approach”, berbeda se« a " 8 'a k a n dimementingkan a language scienti-
Gerakan, ’’direct method” itu memang tam buh -bersamaan dengan gerakan menjelidik ..filsafat mata peladjaran”, suatu 124
ketjenderungan orang pada zaman itu untuk m enganalisa „hakekat m atapeladjaran” (het wezen van het vak). M engenai ba hasa misalnja ditondjol'kan oleh dr. G.J. Nieuwenhuis dengan sembojamija jang te rk e n a l: „Taal is soms klank soms teken, maar altijd gedachte”. Pada waktu jang bersamaan, dalam didaktik berhitung di tondjol'kan pula oleh Bouwman en van Zeilm sembojan Prof. Bo land : „Rekenen is een proeve van toegepaste logica”4.
THE LANGUAGE CONTROL METHOD
(Methode Rasionil atau Methode Pembatasan Bahasa) MULAI MASUK KE INDONESIA. Aliran ’’the language control method” masuk ke Indonesia pada kira- tahun 1935, dibawa oleh Alb de la Court denganj nama „Het Rationeel Taalonderwijs” . Gerakan itu m enjebar keseluruh dunia, mempunjai penganut 2 jang melakukan penjelidikan jang sangat teliti pada berbagai negara didunia. Aliran tersebut bertudjuan mentjari djalan jang paling singkat dan paling efficient. Ma'ksudnja supaja murid dalam waktu jang paling pendeik dan dengan djalan jang paling m udah, dapat menguasai sedjumlah ikata2 dan pola 2 kalimat jang paling terbatas dengan nilai kegunaan jang paling tinggi, sehingga mempunjai kemampuanj dalam bahasa asing itu m enurut kebutuhannja. Untuk mentjapai tudjuan itu, terlebih dahulu diadakan pentjatatan ‘k ata 2 dan pola-2 kalimat dari berpuluh matjam batjaan untuk mengetahui frekwensi (nilai ikegunaan) tiap 2 k ata dan tiap-tiap pola kalimat itu. M enurut aliran ’’the language control method” , terlebih dulu harus dipilih kata 2 dan. pola 2 kalimat jang paling tinggi frekwensinja, kata 2 jang m enurut statistik paling banjak dipa kai orang, dan ikarena itu dianggap paling penting 'untuk didahulukan diadjarkan kepada murid. Dengan perkataan lain, pemilihan kata 2 d an pola- kalim at jang akan disadjikan dalam peladjaran bahasa^ itu, ditentukan urutannja m enurut urutan nilai frekwensi kata 2 dan pola- kalim at itu. Dapat dipahami, bahwa prinsip itu dapat bertentangan de ngan prinsip perkembangan lingkaran ,,pusat perhatian” anak, jang didjadikan. salah satu sendi "direct m ethod” ala Nieuwen huis jang disebut diatas. 125
PENGANUT JANG PALING EXTREEM. Salah seorang penganut aliran ’’th e language control method” jang paling extreem dan paling konsekwen Ialah p ro f. dr. Charles K. Ogden dari Orthological Institute di Inggeris — jang dalam tahun 1952 dan 1954 p ern ah dikundjungi oleh penulis — Beliau m enam akan m ethodenja ’’The System of Basic English”. M enurut Ogden, untuk keperluan pertjakapan seharihari, sesungguhnja k ita tjukup m engenai dan m em pergunakan hanja sebanjak 850 kata2 „serb'a guna” sadja jang dipilihnja de ngan teliti sekali. Prof. Ogden dalam ’’The System of Basic English” raerabatasi djum lah kata 2 jang akan diadjarkan itu dengan tja ra jang sangat extreem , dengan m aksud agar tertjap ai efisiensi jang setinggi-tingginja, sehingga dalam w aktu jang sesingkatsingkatnja para siswa Basic English itu akan dapat m engurai kan pikirannja dengan kata 2 „serbagim a” jang 850 m atjam itu Dengan- pem batasan djum lah jang radikal d e m ik ian /p ro f. dr. C.K. Ogden itu terpaksa tidak memasukkan k ata 2 seperti * ’’w ive” ”c a lf’, ”to eat” dsb. jang dengan 850 kata 2 „serbaguna” itu digantinja dengan sebutan : ’’married woman”, ”younq cow” ”to take food”. * ’ Diantara buku 2 karangan prof. dr. Charles K. Ogden iang S o n ^ nm m .S lf ^ V° cabulary” (1930) 2. "Debabilization (1930) 3 The General Basic Dictionary” (1942) 4. B ask IEngUsl?’ ( 1937 ). ®ua®e” (1942) dan 5. ”The System of PERKEMBANGAN DI AMERIKA D AN DI INGGERIS. ngan d ^ v o r ^ A ^ R ic h a r ^ 11 itu nJuIa-mula bekerdja sama deninggalkan prof. O g d e n i ! ev P!, ^ teraeh ir ini m e‘ Cristine M. Gibson I ™ ,- ,,! , bekerdja sama dengan Miss res” ”A F irst WnrVhn i f bulcu' ’ English through Pictu"
T
e
S
r
s
Graded Direct M ethod ”
the English
m enam akan m ethodenja ”A
freikwensi tm elakukan Penjelidikan prof. dr. Edward L. n o r ^ T l n ^ T ^ kukan oleh mahasiswa Teacher, n ^ tT9-6’ dUf Hi ]\jpw VnrV rPpnniic w, acners College Columbia University fnw iiQfirt (Penulis merasa sangat beruntung dalam achir ta hun 1960 masih sempat mengadakan pertukaran fikiran dengan 126
prof. dr. Irving Lorge itu ................ sebelum keesckan harinja djatuh dan meninggal dunia karena serangan djantung dikantor pos di New York). Bu'ku team tersebut jang terkenal ialah : ’’The T eachers Word Book of 30.000 Words” ; pertam a kali diterbitkan dalam tahun 1944. Disamping usaha prof. O.K. Ogden serta Thorndike & Lor ge, pernah pula dilakukan pemilihan frekwensi kata 2 oleh se-buah komisi ahli bahasa Inggeris di London dalam tahun 1936. Laporan pendapatnja terkenal sebagai ”Interim Report on Vocabulary Selection for the Teaching of English as a Foreign Language”. Untuik pertam a kali laporan tersebut diterbitkan oleh P.S. King and Sons di London dalam tahun 1936. Dari bahan jang dikumpulkan oleh team penjusun ’’Interim Report” tsb. dan oleh team jang dipimpin oleh Thorndike & Lorge, kemudian diusahaikan lagi pemisahan 2 frekwensi homonymen kata 2 itu oleh ahli bahasa Inggeris jang sangat terkenal pada waktu itu jaitu Michael West dalam bukunja ,,A General Service List”. Kata ’’about” misalnja dapat berarti 1. „kvras” (approximately) dalam kalimat ”He is about 12 years of age” . 2. „tentang” (concerning) dalam ikalimat ”W hat are you talking about ?” 3. „berserakh (around) dalam kalimat ’’There are sev eral books lying about” . 4. „hampir” (nearly) daiam (kalimat ”He is about dead”. Michael West tsb. telah berusaha menjelidiki dan menghitung frekwensi tiap 2 arti homonymen dari kata 2 itu. GERAKAN METHODE RASIONIL DI NEGARA BELANDA. Di Negeri Belanda terkenal usaha Dr. Herman Bongers, dahulu guru MULO-Javastraat di Bandung, jang dalam buku nja ”A 3000 Words of English” m enjusun daftar 3000 'kata? Inggeris jang terpenting dan harus dikuasai oleh tiap murid Sekolah Menengah. Setelah mengadakan penjelidikan dan pertjobaan di beberapa tempat di P. Djawa dan di Sumatera, dr. H. Bongers chusus untuk pengadjaran Bahasa Inggris di Indo nesia dalam tahun 1956-1957 menjusun methode „ROUND WORLD WITH ENGLISH” jang diterbitkan oleh Penerbit GA NACO di Bandung. Albert de la Court, waiktu itu D irektur HIK dan HAC di Bandung, dalam tahun 1937 mengumumkan hasil penjelidikan dan penghitungan frekwensi kata 2 Belanda, jang dilakukan oleh para siswa HIK dan HAC di Bandung dalam bukunja ”De m eest 127
voorkom ende woorden en.woordcombinaties in het Nederlands” diterbitkan oleh Balai Pustaika. Methodenja, jang dinam akannja ”Naar een Nieuwe W ereld”, tidak sem pat tersebar luas di Indo nesia, terham bat oleh api peperangan dunia kedua, jang kem u dian m endjilat negara (kita. Itulah sebabnja m ethode peladjaran bahasa Asing, jang pernah m eluas pengaruhnja sampai kepelosok 2 ibiikota kabupaten jang mempunjai H.I.S. dan Schakelschool, hanja ............... ”The Direct Method” susunan Dr. G.J. Nieuwenhuis sadja. Dan ............... menggemalah sampai seka rang sembojannja jang terkenal }>Taal is soms klank soms teken maar altijd gedachte”, suatu ”philosophical approach” jang pada djam an itu masih sangat ”m de mode”. Dalam methode ”Naar een nieuwe W ereld”, jang bersendikan prinsip ’’the language control method”, Alb de la Court memberikan latihan 2 pola kalimat (sentence-pattern drill), jang terdapat djuga dalam ’’the Linguistic m ethod”, jang akan di uraikan nanti. Buku peladjaran Bahasa Belanda karangan Alb. de la Court sekarang dipakai lagi oleh Kedutaan Besar Belanda di Indonesia. TANPA PENJELIDIKAN PERBANDINGAN BAHASA
s S E * S k pa
Yrffcm n
’10leh PenJusun methode dianggap baik Jang f “ memPergunakan m ethodenja, tan-
berm^yam-matj^n^ifetn^a 3n PengarUh
lbU mUrid ja"g
the l a ^ a g e kacontooiempthel2 iUa meth,ode2 ^an§ mendahuluinja, peranan bahasa ibu a n ^ l PUn se’kal‘2 tidak m enghiraukan d a n .............. diustru UnLi memPeladjari bahasa asing itu, Berlainan sekal? kelemaha“ m ethode tersebut. lam aliran "the laoguageg conteSa methh% 'd >eCt m ethod”’ nankan m alah dum djurkan I *1 ° ran f dvperkeuntuik m endjelaskan sesuatu d a l a t n b a h a s a ibu murid itu. K ata 2 s e p e rti: "ill,” ”hungry” L t S vg bih m udah difahami murid, djika diberikan p e n S S n j a d t lam bahasa ibu m urid jaitu „sakit”, „lapar” K b ” M empergunakan bahasa ibu untuk mendie“ askan, sesua tu daiam ’’the language control method”, berbeda sekalT tlara n ja dan pnnsipnja dengan dalam ’’the translation m ethod”. 128
Demikian pula berlainan sekali. dengan tjara dan prinsip jan g didjadikan dasar utama bagi ’’the linguistic m ethod” jang akan diuraikan nanti dibelakang. METHODE ”COCA COLA” JANG M ENJAM ARATAKAN SEMUA MURID. .Seperti telah dikatakan tadi, dalam "the language control method”, penggunaan bahasa ibu murid dilakukan orang tan pa penjelidikan perbandingan bahasa. Djadi ^apatlah dipahami, djika prof. dr. Ogden berpendirian, bahwa ”Basic English Method”nja itu bisa dipakai diseluruh dunia, dipergunakan oleh segala matjam m urid dengan beribu matjam bahasa ibu. Demikian pula buku "English through pic tures”, jang disusun oleh I.A. Richards dan C.M. Gibson, diang gap baik dipakai dimana sadja, pada semua negeri, sem atjam „coca cola” jang dapat diminum dan dinikmati oleh sem ua orang, oleh segala bangsa dimanapun mereka berada. Dilihat dari sudut komersil, methode peladjaran bahasa jang dianggap baiik untuk dipakai diseluruh dunia itu, memang ada segi2nja jang sangat menarik dan menguntungkan para pcnetbitnja. Mungkin itulah sebabnja para penerbit buku peladjaran bahasa Inggeris ”as a Foreign Language” di Inggeris m aupun di Amerika, sampai sekarang lebih suka m enerbitkan buku 2 pe ladjaran m enurut aliran ”the language control m ethod” dan ”the direct method” sadja, sematjam methode ”coca cola”, jang dianggap tjukup baik untuk dihidangkan diseluruh dunia. 5. THE LINGUISTIC METHOD (Methode J lm u Bahasa” atau methode „Perbandingan Bahasa”) 3) Tjiri aliran „the linguistic method” jang chas ialah prinsip untuk terlebih dahulu mempeladjari setjara ilmiah segala ma tjam kesukaran jang akan dihadapi murid kelak dalam m em pe ladjari bahasa asing itu. ”The Linguistic Method dikatakan orang lebih mengutamakan ”a language scientific approach”. 3)
►
Dalam kata pendahuluan methode „BAHASA KITA” karangan Baidilah Halian dkk penerbitan Rem adja K arya, diterangkan b ah w a m ethode itu disusun dengan pendirian bahw a B ahasa Indone sia itu bukanlah „Bahasa Ibu” m urid. Oleh karena itu p elad jaran 2 disusun dengan m em perhatikan struktur bahasa daerah jak n i stru k tu r bahasa Sunda, Djawa dan Madura. 129
Anne Cochran m enguraikan dasar ’’the linguistic m ethod” itu dalam buku ’’Modern Methods of Teaching English”, pada ha lam an 39 : ........... The fundam ental principles of the Linguistic Method come from the attitude toward language on which it is ba sed. Linguisitists would say th a t this is a scientific ra th e r”than a philosophical approach. In other words, they approach the study of language from the point of view of th e form and proceed from there to the meaning of the forms. The philosophers, they maintain, approach language from th e idea of meaning, and so they are apt to pass judgm ents such a s : a certain language is ’’logical”, or this language ex presses the fundam ental verities of hum an existence. Also the philosophers may not always recognize a change of form in their own language or in the more fam iliar languages, if the meaning does not change. Bukan sadja unsur 2 dan struktur 2 bahasa- asing jang akan diadjarkari', jang diperiksa, diselidiki dan dianalisa itu ....................... melainkan djuga peranan unsur 2 dan stru k tu r 2 bahasa ibu murid,. L andjutan dari hal. 129. B ertentangan dengan isi keterangan tsb. diatas, pola-pola latih an jang disadjikan dalam ibuku2 peladjaran bahasanja (untuk anak ounda m aupun an a k Djawa) sam a sadja, .............. pad ah al k e su untuk anak D jaw a berlainan sekali daripada u n tu k anak u . . . ai . fbabkan perbedaan unsur, stru k tu r, d an kaidahs ta ta b a S a.d r kedua bahasa daerah itu. methftrt^*r/f.ada ,At.u dalam pendahuluannja didjelaskan bahw a : paka .5 di ItV'fk.i pun disusun u n tu k pulau Djaw a, dap at p u la d ir Pa b ii? W e ™ i an?- bahasa daerahn ja bukan bahasa M elaju”. n jaan dalam h JP * i,-fiatas Perhatikan, m aka tim bullah p e rta dan M adur? 5 2 ? k lta i *’Sam^ a h s tru k tu r bahasa Sunda, D jaw a B atak Simalunfn?«n J tliu}rtu r bahasa Bugis, M akasar, M andailing, n ia ta a n u P T n m DaJak, Minahasa, Nias, d s b .? ” Demikian p e r erah) dari r^ sari . P engadjaran bahasa Indonesia dan D aS S L t ^ endid,kan Dep. P.D. & K di D jakarta. neralisasi-kan) untnv Tan bahasa jang di-„sam arata”- k a n (digeS a r f d S V t ™ a m u n d <*wemua daerah diseluruh N u T a” itu s a m t « kes.mpulan, bahw a m ethode ,.BAHASA K Id ih ilff dengan lain- m ethode jang telah m endahuluiTe^kbkan n e n '^ r ,^ ' E h * ^ P ^ i t u n g k a n kesukaran m urid d isebabkan pengaiuh bahasa ibunja. L atihan 2 peladjaran m urid di? Perbandinean bahasa, tan p a m em pela d ja ri dah ulu perbedaan d an persam aan antara unsur, stru k tu r m au p u n kaidajtf tata-b ah asa Indonesia d an bahasa ib u m urid, ja n g kelak dapat m enim bulkan kesukaran, keragu-raguan, kelam batan dalam p eladjaran bahasa Indonesia.
130
jang kelak bisa menimbulkan kesukaran, keragu-raguan, kelambatan dalam peladjaran bahasa baru itu. Dalam buku "Modern Methods of Teaching English as a Foreign Language" pada halaman 40 Anne Cochran m em berikan pendjelasan seperti b e rik u t: ...........In the Linguistic Method the learner’s own language is used for explanation and clarification of all points. It is b'elieved that adult learners like knowing the system of the foreign language they are studying, and this use of the student’s language both saves time and avoids confusion. Besides using th e learner’s language for explanations, the new language is always taught with the learner’s own language in mind. The sounds, grammatical structures and vocabularies of. the two languages are carefully compared, and the material of the foreign language is graded so that, while forms that are like the learner’s own language are taken up early without much explanation ; the contrasting forms in the foreign language which are of real importance are partiy cularly emphasized and drilled. Dibawah ini sekedar sebagai tjontoh disadjikan beberapa kesukaran* dan kesalahan umum pada murid 2 suku Djawa disebabkan pengaruh bahasa Djawa. Kesalahan 2 jang „spesh:'ik Djawa” seperti tsb. dibawah ini (terketjuali pada tjontoh kalimat no. 6 , 7, 8 , dan 10) pada umumnja tidak aikan terdapat pada murid 2 berbahasa daerah Sunda. 1. Saja tidak mengerti kalau bapak saja sudah pulang (Aku durung ngerti jen bapakku wis mulih). 2. Rumahnja Pak Slamet jang besar sendiri (Omahe Pak Slamet sing gede dewe). 3 . Bolehnja bitjara dengan siapa ? (Olehe ngomong karo sapa?) 4. Anak 2 pada lari (Botjah 3 pada mlaju). 5. Itu rumahnja siapa ? (Iku omahe sapa ?) 6 . Pak Slamet mengganti Pak Karim (Pak Slamet nggenteni Pak Kai^im). 7. Buku saja tidak ketemu (Bukuku ora ketem u). 8 . Si Salim ketabrak betja (Si Salim ketabrak betja). 9. Pak Husen pulangnja besok kapan ? (Pak Husen mulihe besok kapan ?) 10. Pak Wira mengadjar ilmu bumi. (Pak Wira muUng ilm u bumi). 131
M engingat kesukaran 2 seperti jang dikem ukakan diatas oleh aliran "the linguistic m ethod” dikehendaki supaja penjusun m ethode, sebelum m enentukan pola- latihannja, m erapela d ja ri dahulu dengan seksama, perbandingan kedua bahasa itu, su p aja terlebih dahulu diketahui b etu l 2 segi 2 persam aan d an segi 3 perbedaan a n tara unsur, stru k tu r, dan kaidah 2 ta ta bahasa dari kedua bahasa itu. Itulah sebabnja methode jang terachir ini ada kalanja disebut orang ’’The Language Comparison Method”. Djika kita memperbandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa 2 daerah, maka kita harus m em perhatikan faiktor2 dibawah ini^: A. Kata2, stru k tu r pem bentukan k ata2, pola 2 'kalimat daiii kaidah^kaidah tata-bahasa bahasa 2 daerah tidak selam anja sama dengan bahasa Indonesia. B. Dalam bahasa 2 daerah itu terdapat kata2, stru k tu r pembentukan kata dan pola 2 kalim at jang sama (atau bersam aan bunjinja) dengan bahasa Indonesia dan sama pula artinja. Aikan tetapi sebaliknja tidak pula sedikit terdapat dalam bahasa 2 daerah 2 itu kata 2 atau ungkapan 2 jang' sam a atau bersamaan bunjinja dengan kata 2 atau ungkapan 2 • bahasa Indonesia tetapi berbeda artinja. T jontoh kesukaran 2 jang spesifik membingungkan anak 2 suku Sunda dalam peladjaran bahasa Indonesia. BAHASA INDONESIA
T rC.
Sawcih dipupuk p 1? 1 Sem uk ^ ^ PUI!Ja Pedati Djalan mrU8ak em m m
BAHASA SUNDA
Sawah digemuk D ^ i Untuh ^ l i boga roda Gilindingna ruksak Djalan m udun
Hasan mentjontoh Hasan nurun Siti duduk disampmg Siti diuk gigireun lS m i a‘ 7 . indungna. F ? • Manehna disamping. E. Tjabai pedas Tjabe lada Lada mahal Pedes mahal F. Mukanja merah Beungeutna beureum Pm tu terbuka p anto m uka G. Saw ahnja luas Sawahna lega Lega.h a tin ja Bungangang hatena Tidak sampai hati Henteu luas (tega) Tjontoh kesukaran 2 jang chas membingungkan anak 2 suku Djawa dalam peladjaran bahasa Indonesia. D.
132
B A H A S A IN D O N E S IA
BA H A SA D JA W A
A.
Djanggutnja pandjang. Dagunja bertahi lalat.
A.
Djenggote dawa. Djanggute ana andengandenge.
B.
W aktu sakit ia sangat lemah. Jogja bertanah pasir. Malang bagiku dalam sepekan ketjurian dua kali. Pohon tumbang melintang didjalan.
B.
Naliko lara deweke lemes. Jodjo lemahe wedi. Kodjur aku, seminggu kemalingan ping pindo. Wit sol malang ing dalan.
C.
D.
Bahuku seakan-akan patah. Harum baunja. E. Ibu masak didapur. Serumpun bambu. F. Saputanganku terbawa oleh angin. Kabur penglihatannja G. Tudjuh orang pedagang. ; Ada dua buah bakul.
C.
D.
E. F.
G.
Bauku kaja putung-putunga. Am bune wangi. Ibu olah-olah ing paioon. Pring sadapur. Katjuku kabur. Ora tjeta pandelenge. Bakule ana pitu. Wakule loro.
Diantara kesukaran 2 jang chas untuk anak suku Djawa ada kalanja terdapat segi2 jang sama untuk anak Sunda, m isaln ja: BAH. INDONESIA
BAH. DJAWA
BAH. SUNDA
dilanggar betja buku tidak bertemu menghafal m enjanjikan Indo nesia Raya Djen. Soeharto menggantikan Bung Karno Wira mengadjarkan ilmu bumi
ketabrak betjak buku ora ketem u
kadupak betja buku henteu kapanggih ngapalkeun tembang Indonesia Raya Djen. Soeharto ngagentos Boeng Karno W ira ngawulang elmu bumi
ngapalake nembang Indonesia Raya Djen. Soeharto nggent&ni Boeng Karno Wira mulang ilmu bumi
133
*■
” “
™ a S m
t 3
M
“
" ™ « . - - '"
«
•
1 ‘aw wn a. .s; ** .® x s ftr^ * . . . , fS)-<“ S „ J “ J j s g i =
, 5.
■ »■ "« Djtengoft djafan dia dilanggar mrvhn n l , (Sunda) = ditengah-tengah dialan r ! ! , ? d?a t o nesiaj = dalam perdjalanan ’ 9aJl djalan (Indo-
be^ r m % j a w a T = ^ (Indonesia) = badju kenegaraan.
^
^ g
^
kebe^ n . Bad}u ke^ ^ keb^ a n n Pada upatjara-upatjara
dinganT ahasa CbahasTbaru “ an gb ^ a San Peni elidikan perbankan oleh Anne Cochran sebagai b e r l ^ * lbU m urid> <&«<**Hal. 41 . : The Merits of the Linguistic’Method ■ In teaching foreign language th* are ’’better” or more logical th a n ^ at no languages arbitrary leads to the f d e a f ! rs but that aH are taught with the language of *hP i « parmg the language basis. The results are as follows • er 071 a f air and equal T h l ^ ^ tructliTes Compared in e phonemic analysis of th * * features of the sounds in each m l langUages shows which and must, therefore, be m a s te r^ J* meaning difference be safely ignored. 8 mast« e d , and which features may u 7 ac l lg mtesC°mPared may have many lo g n ite f'T h w e fo r ? - 316 Closely connected it is a great help to the beginning J “? learnlng vocabulary of words which are like those"n l i f Udent to be given a lot --------------1 nis °wn language. t). Murldz jang berbahasa Ibu bahasa M*i ■
is *
(karena pengaruh kaidah tata b a h i mur i d Sunda ^
bahwa : ..Ulat Hula*
\>
(2 ). Vocabulary Ite m s : Comparing the vocabulary item s in the two languages will help a great deal. C. Grammatical Structures Compared The comparison of the two languages is of great aid in ora. ding the structures. The fundam ental patterns which are M e the learner’s own patterns may be taught early and do not need to be emphasized. On the other hand, the fundamental patterns which are learned learner s own> # tau9h t early, m u st be overPengaruh aliran ’’the linguistic m ethod” sesudah perang dunia kedua, mulai tampak pula di-negeri2 Amerika dan Inggeris dua negeri jang sebelum perang paling 'banjak m enerb 4 an d^n mempropagandakan buku 2 peladjaran bahasa Inggeris berda sarkan aliran ’’the direct method”. Pengaruh aliran ’’the linguistic method” itu di Amerika dan Inggeris terutam a terlihat pada methode peladjaran bahasa Asing (Bahasa2 Sparijol, Djerman, Perantjis, Rusia, Arab dsb dsb.) untuk para peladjar didalam negerinja. Bahasa 2 asing itu dengan teliti sekali diselidiki perbedaan dan persam aannja da lam unsur, struktur maupun kaidah 2 tata-bahasanja dengan bahasa ibu murid jaitu bahasa Inggeris. ,,Memperbandingkan bahasa berbeda sekali sifat dan prmsipnja dengan „menterdjemahkan”. Latihan memperbandingkan kedua bahasa itu (bahasa baru jang sedang dipeladjari dan. ba hasa ibu jang dipergunakan sebagai bandingan) disadjikan de ngan maksud, agar murid dapat menjadari dimana letak persa maan dan perbedaan dalam unsur, struktur katas maupun kai dah2 tatarbahasa antara kedua bahasa itu. Dengan demikian pe ladjaran bahasa baru (asing) itu tidak akan merusakkan atau niengatjaukan penguasaan bahasa ibunja, malahan sebaliknja, peladjaran bahasa baru itu bisa menambah kemahiran dan kemurnian penguasaan bahasa ibunja. Untuk anak 2 Sunda penga ruh .peladjaran bahasa Indonesia tidak akan mengakibatkan ba hasa „Sunda Kamalajon”. Tjontoh latihan memperbandingkan bahasa untuk m urid 2 di Pasundan misalnja jang beri'kut: Bandingkan dan ingatkan baiks, kemudian buatlah kalimat dengan kata* itu. BAHASA INDONESIA
BAHASA SUNDA
Lontjeng berbunji Ajam djantan
Lotjeng disada Hajam djago 135
Didi m ain bola Pipa Sekolah Keringat Gambar terbalik Batu itu tidak terangkat P intu itu kedapatan terkuntji Tali itu terpandjang
Didi maen bal Pipah Sakola Karinget
Perpandjang tali itu ! Perempat kueh itu ! Seperempat dari kueh itu Perhentian trem , Didi membeli mobil-mobilan Sehari suntuk bermobilmobilan. Badu dahulu berkuda Badu berkuda 'kekota Pak Wira mengadjar murid SM .P. Pak W ira mengadjarkan ilmu bumi Salim bernjanji Salim menjanjikan lagu Indonesia-Raya Sedang menghafal
Pandjangan eta tali (teh) ! Bagi opat eta kueh (teh) ! Saperopat tina eta kueh Pangeureunan trem Didi meuli momobilan
Daging dimasak Tiang dipasak Tiang digan-ti dengan be* ton oleh Pak Wira Lama tidak bertemu Menemui sahabat Ditemui dirumahnia Mendapat buku Buku tak bertemu Didapati/kedapatan se dang tidur M enurut pendapat saja Pendapatannja ■dibagi dua
Gambar tibalik Eta batu teu kaangkat Eta panto 'kapanggih dikontji Eta tali pangpandjangna
Sapoe djeput momobilan Badu baheula boga kuda Badu tum pak kuda ka kota P a W ira ngawulang murid S.M.P. Pa W ira ngawulang elmu bumi Salim tembamg Salim tembang lagu Indone sia-Raya K eur ngapalkeun Daging dipasak . ' Tihang dipaseuk Tihang -diganti ku beton ku Pa Wira Lila teu papanggih Manggihan sobat ’ j, Dipanggihan di imahna Manggih buku Buku teu kapanggih Kapanggih ikeur sare N urutkeun pamanggih kuring Hasilna dibagi dua
H.
Aku tertawa Aku tertawa-tawa Aku menertawakan Aku ditertawakan Menimbulkan tertawaan orang
Kuring seuri Kuring seuseurian Kuring njeungseurikeun Kuring diseungseurikeun Djadi seungseurikeuneun n u sedjen
I.
Memerlukan uang Memerlukan datang Uang diperlukan Permintaan anaknja di perlukan. Keperluannja dipenuhi
Mikabutuh duit M erlukeun datang Duit dipikabutuh Pam enta anakna diperlukeun Pangabutuhna ditjum ponan
J.
Didi dibelikan Am in rudjak Nani dibuatkan Siti badju boneka Mengapa tidak kauminta izin dulu ? '
Didi dipangmeulikeun rudjak k u Am in Nani dipangnjieunkeun badju boneka ku Siti Naha maneh henteu m enta idin heula ?
Sekali-sekali dia menonton Dia sekali-kali tidak sakit
Sakali-kalieun manehna laladjo Manehna samasakali teu g&* ring Barang 2 teh beak dipaling sakabehna Manehna sababaraha kali di* teunggeul
i
K.
Barang 2 itu habis ditjuri samasekali Dia berkali-kali dipukul L.
Belikan aku tembakau sekali Sekalian machluk akan mati Buku ini murah sekali
Sakalian kuring pangmeulikeun bako - Sakabeh mahluk bakal paeh Ieu buku m urah pisan
Meskipun bahasa ibu murid mendapat tjukup perhatian dari para didaktisi jang menganut aliran „the linguistic m ethod”, akan tetapi latihan2 pola kalimat harus „langsung” diberikan dalam bahasa baru jang sedang diadjarkan itu. Djadi latihan „memperbandingkan bahasa” sekali-kali djangan diartikan sebagai latihan m enterdjemahkan”. Anne Cochran mengenai hal itu memberikan keterangan jang, tegas sekali pada halaman 40 : 137
................Although the student is allowed and encouraged to describe the structures of th e foreign language, he must learn to produce them automatically. If a speaker is forced to think about the forms while he is speaking, not only does it slow up his speed until his speech is scarcely understand able, but, with all his care, he is likely to get mixed and make mistakes. Therefore, he m ust drilled in all the fu n damental structures until they become automatic. Kita boleh, kita tidak perlu takut mempergunakan bahasa ib u murid, akan tetapi menggunakan bahasa ibu murid itu se kali-kali tidak boleh mengganggu atau membuat anak ragu 2 da lam m elakukanlatihan 2 pola kalimat (’’sentence patterns drill” ). Kita dapat mempergunakan segi2 bahasa ibu jang menguntungkan (atau bahasa lain 2 jang telah dikenal oleh para peladjar itu ),'a k an tetapi baiklah kita selalu menjadari, bahwa tudjuan kita ialah supaja peladjar itu se-lekas2nja dapat menguasai katas t kalimat bahasa baru jang sedang dipeladjarinja itu. iu j r n^a Anne Cochran pada halaman 42 buku ’’Modern Methods of Teaching English” memberikan uraian jang b e rik u t: ............... use ° f the Learner’s Own Language. A. This saves a great deal of time in class in the presenta tion of new material, and helps th e student in study outside class. B. It is also serves top prevent possible misunderstanding. C. Third, it helps in the grading of'the form-patterns. These may be presented in the order of their difficulty or usefulness without taking into consideration w hether or not they are possible to demonstrate without the use of the learner’s language. bukan^T ilnr ^ 3*??11 ?,iatas batlwa» jang diperbandingkan itu lainkan dinaa ” sound” dan ”vocabulary”-nja sadja, meoerkataan la'n struktur” grammar”-nja. Dengan l Z ^ m e l h J ^ , tatT bahasa itu ^ a n "the tata bahasa itu tidak Verhatian setjukupnja. Pengertian iang t o r u s X f a l lsadJlkan dalam .bentuk ’’grammar-rules” jang naius ainatai, ............... melainkan dalam h p n tn t intihan2 pola-kahmat jang diberikan dengan intensif sekali. Dalam buku- jang menguraikan perkembangan ber-matjam 2 aliran didaktik peladjaran bahasa asing, ’’th e linguistic m ethod” itu ada kalanja dsebut orang ”a both ways traffic” method. Methode jang mendahulumja semuanja disebut ”one way traffic” 138
methods, karena perhatian murid ditudjukan kepada satu djurusan sadja, jaitu djurusan bahasa baru jang sedang dipeladjarinja, tanpa menghiraukan akibat” buruk jang tum buh pada bahasa ibu murid disebabkan pengaruh bahasa b aru itu. Sesungguhnja gedjala „pengaruh-m empengaruhi” antara kedua bahasa itu (antara bahasa ibu dan bahasa baru jang se dang dipeladjari murid) sem endjak dulu sudah dirasakan orang, misalnja oleh dr. G.J. Nieuwenhuis, akan tetapi dengan tjara jang sangat berat sebelah. Ia menondjolkan fungsi bahasa Be landa sebagai sumber jang subur untuk memperkembangkan bahasa 2 daerah (landstalen) di Indonesia. Dapat difahami, bahwa seorang penjusun methode pel. bah. Indonesia jang bersendikan „penjelidikan perbandingan baha sa” tidak mungkin melahirkan hanja S A T U m ethode p ela djaran bahasa Indonesia sadja untuk seluruh negeri Indonesia, karena tiap2 daerah mempunjai bahasa daerah, jang ada tjirinja jang chas, mempunjai persamaan dan perbedaan dalam unsur, struktur maupun kaidah tata-bahasa (dengan bahasa Indone sia) jang chas pula.
Akibat buruk daripada didaktik peladjaran bahasa Indone sia jang terdapat sampai sekarang dinegeri kita, jang kuat se kali dipengaruhi oleh aliran dr. G.J. Nieuwenhuis, mulai dirasa kan orang. Para ahli bahasa daerah, bahasa Sunda, Djawa, Bali, Madura dsl. m ulai m engeluarkan keluh-kesahnja, bahwa kemampuan para siswa Sekolah Rendah dani Sekolah Menengah dalam mempergunakan bahasa daerah itu makin lama makin berkurang. Bahasa daerah peladjar 2 itu sangat kuat dipengaruhi oleh unsur serta struktur kata 2 dan kaidah 2 tata-bahasa Indonesia. Struktur kata 2 serta pola 2 kalim at mereka itu sudah terlalu hertjam pur aduk, sehingga m engakibatkan tum buhnja suatu „basa Sunda, Djawa, Bali, G ado'” , jang lazim disebut orang ,,basa Sunda, Djawa, Bali, Madura ........... .... ”ke-mlaju-mlajuan” (Melaju = Indonesia). Dibawah ini disadjikan tjontoh 2 kalimat ”Sunda Kamalajon” (dalam bersenda gurau disebut ’’Sunda Sipatahunan”), disertai kalimat Indonesia, jang mengakibatkan kekatjauan dalam kalimat^kalimat bahasa Sunda itu. Beberapa kalim at dikutip dari surat kabar Sunda ’’Sipatahunan” jang diterbitkan di Bandung. Kekeliruan 2 itu adakalanja mengandung unsur 2 jang humoristis : 139
1. Ku lantaran tentara beuki lalaj, gerombolan beuki ganas. (Oleh karena tentara m akin lalai, gerombolan m akin mengganas) 2. Panglima Peperda ngarasa kabeuratan pikeun njabut laranganana. (Panglima Peperda m erasa keberatan un tuk m entjabut larangannja) 3. Sipatahunan njiarkeun bedja jen Sidin geus wani ngagelapkan bobogaan mitohana (Sipatahunan m enjiarkan berita bahwa Sidin sudah berani menggelapkan kepunjaan mertuanja). 4. Kana pertanjaan pers Menteri Prijono ngabenerkeun tungtutan PGRI supaja kanaekan gadjih Guru b u ru 2 diperdjoamgkeun. (Atas pertanjaan pers Menteri Prijo no membenarkan tuntutan PGRI supaja kenaikan gadji Guru tjepat 2 diperdjoangkan). 5. Saenggeusna ajeuna kahontal panjalsean pertentangan Irian-Barat, Sekdjen U Thant ngaharepkeun pamulihan perhubungan diplomatik antara R.I. djeung nagri Walanda. (Sesudah sekarang tertjapai penjelesaian per tentangan Irian-Barat, Sekdjen U Thant mengharapkan pemulihan perhubungan diplomatik antara R.I. dan Ne geri Belanda) 6 . Sabada dirundingkeun leuwih djauh ditjokot kaputusan
piala teh bakal diserahkeun ku Ibu Gubernur. (Sesudah airurulingkan lebih djauh diambil keputusan bahwa piala iiu akan diserahkan oleh Ibu Gubernur) pidato Kasab, Gubernur Dja-Bar negesuLh I Z 9 T l anana SUpaja k ^ a n g a n Presiden teh Kasah r ^ fce^ 4 eui- (Waktu rnenjambut pidato suDaia TtPrinfn nUI S '1 ar menegaskan pengharapannja n^an P^sxden itu djangan diundurkan lagi) In d ^ e ^ ^ h e T ifin Panf llJ na Mandala ngadjelaskeun jen kem S n w r lH^ bantuan Pikeun ngabebasM e fa k n l b z h l i (^ ampi^ 9 itu PangUma Mandala w en,
Tjontoh* kalim at ,,Djawa Ke-mlaju-mlaiu-an» disadjikan diba w ah mi, disertai kalimat jang betul m enurut kaidah tata-bahasa Djawa pada waktu i n i : 140
1. Sudjono iku ing klase sing paling pinter dewe. (............ pinter dewe). 2. Sepure ana Modjokerto ora berhenti. (............... leren) 3. Landa wis ninggalake Irian Barat. (....... lunga s a k a ......... ) 4. Dik Titi ditukokake klambi berkembang. (........... nganggo kembang2an) 5. Bab kesusahanmu ora perlu kok pikirake. (............ pikir) 6 . Kowe durung ngerteni lagejan2e (............... ngerti marang ............... ) 7. Le, gelase kumbahen sing resik 2 (........... resik) 8 . Toto iku kebiasaane njokoti buku (........... lagejane ..........) 9. J,Kapan kowe teka ?” aku pitakon (........... pitakonku) 10. "Maling2”, wong 2 pada mbengok (............. pam bengoke wong*) Djika kita ingin mendjaga timbulnja kekatjauan dalam pertumbuhan kemampuan m empergunakan bahasa daerah m aupun bahasa Indonesia pada murid 2 sekolah rendah dan sekolah menengah dinegeri kita ........................ baiklah dari sekarang kita }1,rombak tjara berfikir seperti Belanda dulu”. Baiklah kita se gera mengikis pengaruh ”het Bronnenboek ’1 karangan dr. G.J. Nieuwenhuis, dan kemudian m enjusun sendiri methode pela djaran bahasa Indonesia jang berdasarkan aliran ’’the linguistic method”, menjusun suatu "both w ays traffic method”, suatu sistim peladjaran bahasa jang dengan teliti dan tidak se_ belah memperhatikan pertumbuhan KEDUA bahasa itu, bahasa Nasional (Indonesia) dan bahasa ibu murid ! Bandung, 2 Agustus 1962.
141
KETERANGAN TAM BAHAN 5) Tentang merorabak tjara berpikir seperti B e la n d a ............ dalam menentukan didaktik Peladjaran Bahasa Indonesia. 1. TUDJUAN PELADJARAN BAHASA INDONESIA. a. Untuk Bangsa Indonesia jang telah mengfkrarkan sumpahn ja pada tanggal 28 Oktober tahun 1928, tudjuan peladjaran Bahasa Indonesia itu sudah tjukup djelas : ,JCami Putera dan Puteri Indonesia m endjundjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia Dengan sumpah keram atnja itu Bangsa Indonesia m enudju Kearah satu bahasa Nasional jang seragam, satu ,.standard” baoasa Indonesia jang uniform untuk seluruh N usantara dan se luruh Rakjat Indonesia. Satu „standard” bahasa Indonesia jang sama bentuk maupun bunjinja, jang sama kaidah 2 tatabahasanja p fl' *; •: - dan jang sam a pula artinja untuk seluruh w ilajahuepuDUk Indonesia jang terdiri dari beribu-ribu pulau terserak melingkan chatulistiwa, dan mempunjai lebih dari 250 m atiam bahasa 2 Daerah.
t u . ? a? a sa T “ asional seragam jang dimaksudkan diatas itu, suatw ^ donesia 3anS o ^ h Kongres Bahasa Nasional pada penilaian U ^ ^ S ^ P benar dan baik m enurut norma-norma tapkan l n 2 Sm £ ru? ur *?aupui1 ’k aidah tatabahasa jang dite& r ^ ar t e p a t “ Bebagai n0rma2 penilaian d^niata*
Indonesia dT M edan' Uu ^ e lu m ^ ”1* k^ putusan Kongres Bahasa oleh suatu KongresVne ba™ dl« “ /ditarik kembali Djawatan Pendidikan TTmi Tt.............. dapat k ita fahami djika nesia dan Daerah dari Dep™ D ^ t r ^engadjaran Bahasa Ind°bahasa dan pola> kalimat M e la iu L ” bahW3 ^ untuk dipergunakan dalam bahat^ N a s i f n a S itu®®'1* c)
D iuraikan oleh Bapak Oeiw.tr d a n M ahasisw a/Sardjana-M u^ S*S?>rg?Tna dihadaPan para Dosen Bandung, IK IP Universitas DlSone^o Y-nicversitas P ad jad jaran dt sitas G adjah Mada di Jogjakarta tt? t o T^e^ arang’ IK IP U niverSolo, d an IK IP Universitas Airlangea d:?M V niVerSltf s Sarasw ati di tjeram ah dalam tahun 1962 dan ?963 S f f Waktu m em berikan m em pertim bangkan keterangan^ pertaniaan!nenderigari5an d an g u j a m t a t tjeram ah n ja t e n l n g S S S k S S S S S a - ! .............. d3lam
142
d id a k ti peladjaran B a ^ s a
c. „Antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah telah terd jad r kontak sosial dan kontak budaja jang aktif. Djiwa bahasa Indo nesia dan djiwa bahasa Daerah sudah bertem u. Kedua bahasa jang bersangkutan m ulai saling m em perhatikan, achirnja saling m em pengaruhi”, dem ikian u tjap an Prof. dr. Slam et M uljana. pada tanggal 16 Mei 1959 dalam pidato penerim aan djabatan Guru Besar dalam bahasa Indonesia pada Fakultas Sastera Uni versitas Indonesia. Bilamana kita masih berpegang pada keputusan Kongres Bahasa Indonesia di Medan pada tahun 1954 itu, dalam pela djaran bahasa Indonesia di-sekolah2, itu kita harus m endjaga supaja „saling m em pengaruhi” itu tidak m endjadi „saling m e ngatjaukan” . d. Kita tentu sadja harus m enjadari pula, bahwa bahasa jang hidup dan dipergunakan sehari-hari itu terns tum buh, terus berkembang dan terus beruboh, sehingga norma 2 penilaian jang dipergunakan untuk m enentukan bahasa jang benar dan baik ' itu tentu akan tu ru t berubah pula. Sebaliknja dalam praktek kita harus dapat membedakan> „penjimpangan dari kaidah2 tatabahasa Melaju setjara sadar berdasarkan pertimbangan2 jang logis” dan „m em buat kesalahan karena sesungguhnja tidak tahu bagaimana m estinja”. 2.
FAKTOR PSYCHOLOGIS.
a. Menguraikan tmatjam2 aliran didaktik peladjaran bahasa, berbeda sekali sifat dan tudjuannja dengan m enguraikan penjusunan satu serie kitab peladjaran untuk satu m atapeladjaran dan .untuk satu taraf pendidikan jang tertentu. b. Setiap penjusunan buku-buku peladjaran sem estinja harus memperhatikan faktor- psychologis jang tjotjok untuk „tudjuan pengadjaran” „taraf um ur” serta „tingkatan inteligensi3>para murid jang kelak akan memakai buku peladjaran itu. Aliran didaktik peladjaran bahasa manapun djuga jang akan- didjadikan landasan oleh penjusun buku peladjaran itu, ia harus memperhitungkan semua faktor 2 psychologis. Djika sjarat psychologis jang m utlak untuk semua aliran didaktik peladjaran bahasa itu sungguh 2 dipenuhi, tentu sadja bahan peladjaran dan pola* latihan untuk anak S.D., m urid S.M.P., m urid S.M.A. atau mahasiswa Universitas akan berbeda sifat serta tjara pelaksanaannja. Dengan perkataan lain, aliran didaktik tra n s la tio n method” „direct m ethod” „the language control method” maupun „the linguistic m ethod” dalam penje143
lenggaraannja untuk tiap 2 „taraf um ur” dan „tingkatan inteli-
gensi” murid jang akan mempergunakannja harus menundjukkan perbedaan 2 jang njata. c. Akan lebih sempurna lagi djika ^ e a d m n guru”, „keadaan sekolah” dan ,}keadaan lingkungan masjarakat rrmrid” diperhitungkan pula oleh pengarang buku 2 peladjaran itu. Dalam prak tek, oleh karena tidak mungkin ia dapat mem perhatikan setiap segi perbedaan dalam keadaan „guru” „sekolah” dan „m urid” itu, para 'penjusun buku 2 peladjaran itu akan terpaksa m entjari „djalan tengah” m entjari „rata-rata” m entjari „average circum stances”. Dinegara jang sudah sangat madju dengan sekolah 2 jang tiap 2 kelas hanja diisi dengan 20 a 25 m urid sadja, para guru jang paling rendah berpendidikan Teachers College itu m alahan dapat memperhatikan perbedaan 3 dan kesukaran 2 chas tiap 2 „individu” murid dalam kelas 2 itu. Kapan taraf pendidikan de mikian akan tertjapai di Indonesia, hanja Tuhan Jang Maha Kuasa jang dapat menentukannja. Oleh karena faktor 2 psychologis seperti dikemukakan dia tas itu merupakan faktor 2 um um jang harus diperhatikandan dipenuhi oleh tiap-tiap penjusun buku peladjaran, da lam tiap 2 mata peladjaran dan untuk tiap 2 tingkatan pendi dikan, ................ maka sewadjarnja djika keterangan 2 ten tang hal itu tidak ditjantum kan dalam uraian untuk men tjari unsur „untung-rugi” jang spesifik pada tiap-tiap aliran didaktik peladjaran bahasa. 3. PENJUSUN BUKU2 PELADJARAN, PENGANUT ALIRAN DIDAKTIK. Dalam praktek penjusunan buku 2 peladjaran (textbooks), JUmpai Pen§aranS jang „ekstrim ” dan „konse_ t , 3ang memegang teguh prinsip teorinja, dan melak1 .t aat sekali dasar 2 didaktiknja. Sebaiknja kita akan mendjumpai pula penjusun buku 2 peladjaran jang pendi™ ™ y ’ at^ jang bernsaha untuk „meng-kombinasikan matjam- aliran didaktik jang tidak berlaw anan itu dedjalan ?}eyiS^rnbll se§12 jang m enguntungkannja sadja jang dianggapnja tjotjok untuk keperluannja. Meskipun penjusun buku 2 peladjaran itu berusaha membuat sem atjam „gado-gado dengan memasak serta menffolah semua segi jang m enguntungkan dari pada matjam 2 aliran didaktik itu, dalam praktek hasil usahanja itu akan mempunjai tjorak5* dan tjiri 2 jang chas jang oleh para achli pendidikan masih dapat 144
didjadikan unsur 2 analisa perhitungannja, djika penjusun buku-buku peladjaran itu mempergunakan salah satu aliran di daktik sebagai J n ti>>sistim peladjaran 2 jang dibuatnja. 4.
’'BOTH WAYS TRAFFIC” APPROACH DALAM ’’THE LINGUISTIC METHOD”.
a. Sjarat mutlak untuk mempeladjari dahulu dengan seksama kedua bahasa (bahasa Nasional dan bahasa ibu murid) supaja terlebih dahulu diketahui betul 2 segi2 persamaan dan perbedaan antara unsur struktur serta kaidah 2 tatabahasa kedua bahasa itu . . . . . . adalah tjiri chas jang pertam a dari pada aliran ’’the linguistic method”. Setelah diketahui dimana letak kesukaran untuk murid 2 itu, pembentukan 'kata2 dan pola 2 kalimat jang berbeda dan karena itu m embingungkan serta m enim bulkan keragu-raguan, harus diadjarkan (di-dril) setjara sistimatis de ngan latihan 2 jang intensif sekali. Sebaliknja pembentukan kataJkata dan pola2 kalimat jang bersamaan strukturnja tidak perlu menghamburkan waktu peladjaran banjak2. Dengan tjara menjusun latihan demikian, waktu peladjar an dapat dipergunakan se-produktif dan se-efisien mungkin, sehingga kita dapat menghasilkan hasil peladjaran jang „maksimal”. b. Tjiri chas daripada ’’the linguistic method” jang kedua (dalam peladjaran bahasa Nasional) ialah latihan 2 „memperbandingfcan” bahasa (’’language comparison exercises”). Djika dari permulaan kepada murid itu diberikan latihan „memperbandingkan” kedua bahasa itu, atau dengan perkataan seharihari diberikan „latihan mempergunakan pola* kalimat kedua bahasa itu setjara berdampmgan m enurut tatabahasa jang benar,” ................... maka murid itu dengan sendirinja akan da pat menjadari dan dapat memahami letak perbedaan antara ke dua bahasa itu. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa struk tu r kedua bahasa jang harus dikuasainja itu tidak akan m em bingungkannja; karena itu tidak akan ditjampur-adukkannja, tidak akan dikatjaukannja. Hampir semua kesalahan jang dibuat orang dewasa ini, da lam pola 2 kalim at bahasa Indonesia m aupun bahasa ibunja, ada lah akibat dari confusion (verwarring), dari kebingungan p a ra pemakai bahasa itu, jang tidak dapat m engetahui dan m em bedakan dimana letak persam aan dan perbedaan an tara bahasa Indonesia dan bahasa D aerahnja.
U ntuk m urid taraf S.D., latihan memperbandingkan bahasa itu, atau latihan )2 mempergunakan kedua bahasa itu setjara berdampingan dapat diberikan setjara b e g in i: „Bandingkan dan ingatkan baik 2 perbedaan ! Kemu dian buatlah kalimat- dengan kata 2 itu dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Sunda ! B A H A S A IN D O N E S I A
A. B.
daging dimasak tiang dipasak gambar terbalik tidak terangkat terpandjang
BA H A SA SU N D A
daging dipasak tihang dipaseuk gam bar tibalik henteu kaangkat pangpandjangna,
Latihan „memperbandingkan bahasa” itu sekali-kali dja ngan diartikan dan djangan diselenggarakan sebagai latihan ^menterdjemahkan”. Dengan latihan mempergunakan kedua bahasa itu setjara berdampingan, murid itu bukan sadja beladjar m em buat kalimat-kalimat Indonesia jang baik m enurut kaidah tatabahasa Int ^ M ang berlfaku ,Pad? wafetu itu - .................... akan tetapi ia itu m the same time beladjar pula untuk -mendjaga feemurnian bahasa ibunja djangan sampai „dikatjaukan” oleh pengaruh ba hasa baru jang sedang dipeladjarinja. k an v S h ,? L h ^ i ^ U^-d denganT tJara Jang sistimatis selalu diarahkan kedua belah djurusan. I. kepada bahasa Nasional iane se-
M , T a' ■ * “ Amp ?ka,am P flad’ara,t nesara T7
PENJUSUN BUKU2 PELADJARAN, GURU dan MURID
a. PENJUSUN BUKU* PELADJARAN ,1 buku* peladjaran bersendikan aliran ’’the lS g u isS 'c ^ e th o d ” dengan sendirinja harus memahami benar 2 kedua bahasa ianff saling m em pengaruhi itu, bahasa Indonesia dan bahasa ibu mu rid jan g akan mempergunakan buku peladjaran itu Pengetahuan serta penjelidikannja mengenai persamaan dan perbeda146
/
an dalam unsur struktur serta kaidah 2 tatabahasa kedua bahasa itu mendjadi ”conditio sine qua non” m endjadi sjarat mutlaik jang harus dipenuhi oleh penulis itu. Tanpa pengetahuan dan penjelidikan jang seksama, tidak mungkin ia akan dapat me njusun pola2 latihan jang tjotjok untuk murid jang akan mem pergunakan buku 2 peladjarannja. b. GURU jang mengadjar bahasa Indonesia m enurut aliran ’’the linguistic method” s e b a i i k n j a mengetahui pula persa maan dan perbedaan antara kedua bahasa itu, meskipun sjarat itu untuk Guru jang m engadjar tidaklah m utlak. D jika G uru itu — sebagai orang dari sukubangsa lain — tidak m engeta hui bahasa ibu murid, dalam praktek (djika ia radjin memperhatikannja) ia akan dapat pula menangkap „kesukaran2” serta „kesalahan2” muridnja jang chas, selandjutnja ia akan dapat menuruti latihan 2 jang disadjikan dalam -buku peladjarannja. Tentu ia — sebagai orang jang tidak menguasai bahasa ibu m urid — tidak akan dapat tu ru t mendjaga kemurnian penguasaan bahasa Daerah murid 2 itu. Akan tetapi sebagai „guru bahasa Indonesia” ia itu sudah dapat mendjalankan fungsinja. c. MURID. Titik tolak pemikiran prinsip aliran ”the linguis tic method” itu ialah peladjaran bahasa Indonesia kepada sekumpulan murid jang bahasa ibunja sama. Djadi sekumpulan ■murid jang terdiri dari bermatjam ragam suku bangsa — se perti biasa terdapat di-kota2 besar sebagai Djakarta, Bandung, Medan, Surabaja dsb. — sesungguhnja sudah tidak tjotjok lagi untuk didjadikan landasan bagi aliran ’’the linguistic m ethod” itu. Meskpun demikian-, baiklah kita sadari pula, bahwa dalam praktek murid 2 jang bersuku-bangsa bermatjam-ragam itu da lam waktu jang sangat singkat akan dipengaruhi pula oleh bahasa Daerah jang sehari-hari terdengar disekitarnja. Dilihat da ri sudut itu, tidak ada salahnja djika kepada m urid jang ’’heterogeen” dtu diberikan pula buku peladjaran bahasa beraliran ’’the linguistic method”, sebab m urid 2 itu, karena penga ruh bahasa Daerah jang didengarnja sehari-hari, akan merasaikan pula kebingungan dan keragu-raguan sebagai akibat dari perbedaan antara bahasa Daerah jang didengarnja dan bahasa Indonesia jang sedang dipeladjarinja. d.
BAHASA DAERAH JANG „BESAR” DAN JANG „KETJIL” Dapat difahami djika dalam fase pertam a penjusun m ethode itu akan berusaha untuk menjusun buku 2 peladjaran untuk suku 2 bangsa dengan djumlah penduduk jang ibesar. Bahasa Daerah jang „besar” itu tentu sadja akan besar pula pengaruhnja ke147
pada bahasa Nasional kita. Kemudian setelah dasar2 prinsip ’’the linguistic method” itu meresap ke-daerah 2 lain dapat diharapkan akan muntjullah para achli dari daerah 3 jang akan menjelidiki problim 2 jang spesifik bagi daerahnja, untuk kemudian m enju sun 'sendiri pola2 latihan jang lebih tjotjok untuk keperluan mu rid daerah itu. 6.
PERKEMBANGAN ALIRAN ’’THE LINGUSTIC METHOD DI AMERIKA, INGGRIS DAN INDONESIA
Di AMERIKA Aliran ’’the linguistic method” di Amerika tumibu-h dengan pesat sekali pada waktu USA menghadapi perang dunia ke-II, waktu para politisi di Amerika merasa perlu untuk menggembleng warganegara Amerika jang berbahasa ibu bahasa Eropah j'ang lain daripada bahasa Inggeris, s e p e rti: bahasa Portugis, Spanjol, Italia, Djerman, Perantjis, Junani, dsb. Salah seorang tokoh aliran ’’the linguistic method” jang melakukan researchnja didaerah jang penduduknja berbahasa ibu bahasa Portugis dan Spanjol, ialah Prof. dr. Robert Lado, dewasa ini Director of the Institute of Language and Linguistic Georgetown Univer sity di Washington. Beliau pernah beikerdja-sama dengan Prof. dr. Charles C. Fries, dahulu Director of the English Language Institute University of Michigan in Ann Arbor, sekarang sudah pensiun. Tokoh-tokoh jang lain diantaranja : 1. Dr. Kenneth Croft, Director of the Department of American Language Center, American University di Washington dengan collega-nja dr. John J. Me. Auliffe 2. Prof. dr. Albert H. Marckwardt, acting Direc tor of the English Language Inst University of Michigan in Ann Arbor 3. Prof. dr. Harold B. Allen, Head of 'the Dept, of English. Beliau pernah melakukan research-nja di-negara- berbahasa ibu bahasa Arab, di Mesir, Libanon, Iraq, dari) Syria. 4. Dr. Robert L. Alien, Dept, of Linguistics New York University, dengan isterinja seorang penjusun buku 2 peladjaran bahasa Inggeris jang terkenal,Njonja Virginia French Allen. Suami-istri itu per nah mempeladjari problim peladjaran bahasa Inggeris di Indo nesia. 5. Prof.'Dr. Charles A. Ferguson, Director of Center for Applied Linguistics di Washington 6 . Prof. Dr. Allan F. Hubbell, Prof. of English New York University, sekretaris ’’Modern Languages Ass. of America”. 148
Di INGGERIS Di Inggeris 'penganut aliran ’’the linguistic m ethod” jang sesudah perang dunia ike-II sangat tenkenal, diantaranja : 1. Prof. dr. J.A. Noonan, Institute of Education University of London,. Maletstreet London, W.C. Beliau sudah dua kali ice Indonesia mempeladjari probldm peladjaran bahasa Inggeris di Indonesia. 2. Prof. dr. A.S. Hornby, penjusun kamus 2 jang sangat terkenal dan banjak dipakai di Indonesia, ja itu : ’’The Advanced Lear n er’s Dictionary of Current English” dan ’’The Progressive Eng lish Dictionary” 3. Dr. A.V.P. Elliot dan Dr. B. Pattison, para achli dari ’’English Language Teaching Inst” dari ’’The British Council” di London. Di INDONESIA A liran ”the linguistic method” dalam peladjaran J>ahasa Inggeris di Indonesia dikemukakan untuk pertam a kali oleh pa ra achli jang dikirimkan ke Indonesia oleh Unesco untuk membantu para aohdi dinegara kita untuk menjusun rentjana pela djaran bahasa Inggeris untuk S.L.P. dan S.L.A., ja itu : 1- Prof. dr. L.A. Hill dari Inggeris jang kemudian- dibantu oleh dr. R.D. S. Fielden. Beliau mempeladjari dengan seksama kesalahan 2 umum jang dibuat oleh orang 2 Indonesia jang dihimpun, dalam bukunja : ”A Corrective Course for Indonesian Students of Eng lish” diterbitkan oleh N.V. „Ganaco” di Bandung. 2. Dr. Bryce W. Von Syoc, dahulu dari University of Michigan at Ann Arbor, mendapat gelar ;doktor dengan thesisnja mengenai bahasa ....... ........................... SUNDA. 3. Dr. T.J. Colin Baly dan 4. Prof. dr. Ross Me Donald, jang sekarang sudah kembali ke Georgetown University di Washington. Ditambah dengan- tenaga- achli dari Indonesia, sep e rti: Bapak F. W achendorff, Nona Jo Kumianing^ rat, dan Njonja Harumani Rudolf. Team tersebut m enjusun „Rentjana Peladjaran Bahasa Inggeris” untuk Sekolah Landjutan Per tama di Indonesia terdini a ta s : a). Sebuah buku „SYLLABUS” jang memberikan semua struktur dan kata-kata Inggeris jang harus diadjarkan b). Buku penuntun Guru c). Buku Latihan (drill) untuk Guru d). Idem untuk m urid dan- e). Buku indeks kata2. Kemudian pekerdjaan Panitia Rentjana Peladjaran- Bahasa Inggeris tersebut diatas „dilandjutkan” (?) oleh sebuah Team jang dibiajai oleh Ford-Foundation, dibawah pimpinan Bapak Soenardjo Haditjaroko, (untuk beberapa bulan pernah diwakila oleh Bapak Pramono Tirto Pramono). Dalam team tersebut tu ru t bekerdja para achli s e p e rti: Mr. Dean Greory, Miss Beatrice 14&
'
Sutherland, Nona Amisah Bekti, Bapak Radjahaba, Bapak Daniel, dll. Dalam bidang peladjaran bahasa Indonesia, aliran ”the linguistic m ethod” itu baru dipakai oleh para penjusun m etho de „Mahir Berbahasa Nasional” jang diterbitkan oleh P.T. Sanggabuwana di Bandung. U ntuk sem entara baru disusun dua matjaim serie buku 2 batjaan dan peladjaran bahasa untuk taraf S.D. untuk murid 2 jang berbahasa ibu bahasa SUNDA dan bahasa DJAWA. Komisi Redaksi terd iri atas 3 orang achli bahasa, se orang Suku Djawa Ardjono W indudipuro, seorang Suku Minang Moch. Kasim St. Mangkuto Basa dan seorang Suku Sunda Buldan Djajaioiguna. 7.
MEROMBAK TJARA BERPIKIR SEPERTI BELANDA
Orang jang berpikir logis akan mengerti, bahwa jang harus dirombak itu tentu sadja pengaruh tjara berpikir seperti Be landa jang salah dan j p ig m erugikan kita. Dalam banjak hal ternjata Belanda sendiri telah lama m erobah tja ra berpiikirnja, aiDandingkan dengan dahulu dalam tahun tigapuAuhan, ketika pendjadjahani Belanda itu sangat kuat m em pengaruhi tjara berP _ir pemuda-pemudi siswa-siswi Indonesia d ari -generasi jang iintnv ™9 meiJduduki tem pat 2 jang penting serta berwewenang ™en®ntukan ^ a k pengadjaran dan pendidikan di IndoilnHo -r esud1a!1 negara kita merdefka, kontak dengan negeri Be3 lama makin berkurang, sehingga perubahan tjara elanda di aman dahulu (batja dalam tahun tigakian w n masuk meresaP ke negara kita. Dengan demiJtian terdapatlah situasi jang sangat d jan g g al! ditiM eaU cltfrillSip ^ Negara Belanda sendiri telah lama gap benar m»ia£ S’ ine&ara bekas djadjahannja m asih dianggap benar, malahan masih „disandjung-sandjung’\
djadian"*3^
^ onto11 sai & keiuu:kakan dibawah ini beberapa ke-
Deline ^ ^ l t r p k i r - ^Majjltverheffing. Vermenigvuldiging, Delmg, W orteltrekking, Optelling en A ftrekkine) dalam u ru tan pengerdjaan berhitung di Holland -sudah lam a di^ Ind.o nesia dengan susah-pajah baru dimulai dim strukstkan untuk dirom bai mulai tgl. 2 April tahun 1960. Sesudah dua tahun lam anja Dep P D & K. m enjebarkan surat 2 dnstruiksinja, ternjata dari' 21 kiriman pem batja dalam w artaharian ,,Nasional” dan „Kedaulatan 150
Rakjat” di Jogja pada bulan Oktober 1962 jbl. hanja 2 (dua) orang jang sefaham dengan Dep. P.D. & K. Suatu bukti betapa kuat melekat pengaruh Belanda jang salah itu dalam tubuh masjarakat kita ! 2.
Methode membatja „global” jang di Negeri Belanda sudah ditinggalkan orang, dalam buku 2 peladjaran jang diterbit kan oleh „Balai Pendidikan Guru” masih diandjurkan dalam H.P. No. 17 „Methodiek -membatja dan menulis perm ulaan” penerbitan tahun 1954.
3. Sistim Cheve (do-re-mi dengan tulisan angka) dalam pela djaran seni-suara jang di Nederland sudah terdesak oleh aliran 2 W illem Gehrels dan Justine Ward, di Indonesia ma sih merupakan satu-satimja sistim jang diadjarkan disekolah. 4. Buku* peladjaran Ilm u Biologie karangan „Delsman & Holstvoogd” serta „Boedijn & Couperus (jang dinegara kita terdjem ahannja masih tertjantum dalam daftar cata logue S.M.A. dari Dep. P.D. & K.) di Negara Belanda sudah lama tidak dipakai lagi, karena buku 2 peladjaran jang „kolot” itu terutam a hanja memberikan uraian dalam ibidang-bidang a), anatomie b). fysiologie c). morfologie dan d). sistematiek sadja, sedang bidang- baru seperti e). Oecologie f). Ethologie g). Restitutie en Regeneratie serta h). Evolutie tidak tju'kup mendapat perhatian. Itulah sebabnja sekolah Menengah di Nederland sekarang lebih banjak memakai buku 2 karangan Prof. dr. C. van Rijsinge, dr. W.M. Kruseman, H.G. Brussee, A. Verhaert, Haimans & Thysse, dsb. 5 . Terdjemahan bukuB ilm u pasti /carangan Belanda jang sam pai sekarang di Indonesia menguasai peladjaran ilm u pasti di S.L.P. dan S.L.A., seperti karangan Baan en Bos, Alders, Saltzher & Ritchi, P. Wijdenes, Kobus & van Thijn, dsb. tidak akan terMhat di-sekolah2 landjutan d i N egeri Belanda, jang sekarang mempergunakan m ethode 2 model baru karangan Prof. dr. H. Freudenthal, dr. Piet Vredenduin, dr. L.N.H. Bunt, dr. Leujes, dsb. 6.
Sistim menulis „tipis4ebal” jang sampai sekarang mempengaruhi peladjaran menulis di Indonesia ialah ekor dari tradisi methode "Noyons & Klasens” dan ”Hoogeboom & Moenman”. Kita tidak tahu bahwa kedua m ethodeschrijvers tersebut di Negeri Belanda telah lam a m erom bak sistimnja disesuaikan dengan djam an Ballpoint, sedang kita 151
masih tetap mengharuskan murid S.D. untuk menulis de ngan pena "kroon” dan pena ’’hindu” m enurut sistim „tipis-tebal” model kuno ! Adakalanja kita meniru-niru Belanda tanpa diketahui, tan pa disadari bahwa tjara berpikir itu sungguh 2 „chas Belanda” , dan sekali-kali tidak terdapat di-negeri2 lain, m isaln ja: 1. Pemudjaan S t Nicolaas, jang hanja terdapat di Holland (tgl. 5 Desember) dan disebelah U tara Belgia (tgl 23 Nopember) sadja, dan tidak akan terlihat di-negeri2 lain di Eropah ’zelfs m et in Spanje”, meskipun m enurut tradisi Belanda St. Nicolaas itu datang (berasal) dari Spanje. 2'
I m HOS ° m Z T , J ^ RFBAL’’ janS hanJa dimainkan di f n ^ ,°1 r t 816 sadja’ sedans jang bersifat in-p3? 3 BASKET” ianS dahulu (didjaman penqpfcnith? T - an Indonesia hanja dimainkan d i ............. Sekolah 2 Tjina sadja.
^ r f e L P™ Bela1da itU’ ianS - tanPa kita sadari kat kita isuriah c 3 e^aPa hal masih mendjiwai masjaram e rfe k a k a v " « 5amPallah, sek« ang pada waktunja untuk ,mei * Jara berP ^ ir kita dari penearuh 2 Belanda ian? bahwa0 Z Z Z T r U\ Saja Wra M ak p“ ond“ n ag f bafk sen a h ^ aratb?rP ^ seperti Belanda jang benar d in ba^k serta berguna untuk kita, tentu sadja tidak perlu kita romdang k S y ^ n i ^ ^ a h i dan San§Sabuwana dalam bijang l e b i h baik ians l ^ b f h untu'k mentl ari djalan baru, keadaan kita 1 p h 11 « V j sesuai dengan kepribadian dandidikan kita* Ttnia^ k nSan P°littk dan tudjuan penberusaha untuk m endfadf w ? kGti-ga penerbit te rsebut selalu kir seperti Belanda Mana i u ? T- ',ang m e r o m h t j ara berpitjara baru tjiptaan p L i M M o n e s i a " ! ! kemUdian sebarkanPdenganrapertium a k ma? am brosir diterbitkan dan dipengadjaran diseluruh k e p u S fa n I n d T ?Ch? Pendidifcan dan jang dengan seneadia rtmfinl ^ Indonesia dengan nama sera -MEROMRAK Pt ? a i aAng agak ”s™sasiZnU” jaitu seri ....... »MEROMBAK TJARA BERFIKIR SEPERTI BELANI.
152
Merombak tjara berpkir seperti Belanda n at a m MENJUSUN METHODE MEMBATM D aiam 'bro'sir i t f m i mengeluarkan suatu tjara baru dengan m engam M un-
sur „suku kata” sebagai unsur analistis dalam peladjaran permulaan membatja. Pada halaman 18 disadjtikan keterangan seperti b e rik u t: „Djika bangsa Indonesia sungguh 2 bermaksud untuk merombak tjara berpiikir seperti Belanda (jang salah itu), kita terlebih dahulu harus berani m enjadari benar-benar bahwa bahasa 2 Indonesia itu terbentuk dari unsur suku kata ................... dan tidak seperti bahasa Belanda dari unsur 'huruf. Djika kejakinan itu telahada, dengan sendirinja akan timbul kesadaran bahwa ’’spelmethode” ’’normaalwoordenmethode” dan ”globaal-methode” jang semuanja mempergunakan huruf sebagai unsur adalah tiruan (djiplakan) semata-mata dari tjara berpikir seperti Belanda jang tidak dapat dipertanggungd j awabkan”. Brosur tersebut telah diterdjemahkan kedalam bahasa Inggris untuk keperluan memberikan "guest lectures” * di U.S.A. dani Eropah. 2. Merombak tjara berpikir seperti Belanda ................. DALAM MENJUSUN METHODE MENULIS. Dalam brosir itu kami berusaha untuk merombak sistim menulis a la ’’Noyons & Claasens” dan ”Hoogeboom en Moermans” model dahulu, jang di Negeri Belanda senddri sudah ditinggalkan mereka djuga. Brosir inipun untuk keperluan memberikan ”guestlectures” da Teachers Colleges di USA dan di Eropah telah kami terdjemahkan kedalam bahasa Inggeris. 3 . Merombak -tjara berpikir seperti Belanda ................ DALAM MENENTUKAN URUTAN PENGERDJAAN < BERHITUNG berisi uraian untuk meninggalkan rum us ’’MVDWOA5’ jang di Holland .djuga sudah tidak berlaku lagi. 4. Merombak tjara berpikir seperti B elan d a ................ DALAM MENENTUKAN DIDAKTIK PELADJARAN BAH ASA INDO NESIA, merupakan usaha kami jang terbaru dalam men tjari sistim baru, dalam 'mempelopori djalan- b aru jang le bih sesuai dengan keadaan bahasa- kita, dan lebh tjotjok untuk keperluan politik serta tudjuan pendidikan kita.
A pa sebabnja ORANG MERASA KURANG PU A S DE NGAN METHODE3 PELADJARAN BAH. INDONESIA JANG SAMPAI SEKARANG DIPAKAI DISEKOLAH DASAR ?
O leh karena M thode peladjaran bah. Indonesia jang sam pai sekarang disusun u n tu k S.D. sem uanja ditulis dengan pandangan jang DI-GENERALISASI-KAN.
★ S ekali-kali tidak diindahkan kesukaran2 tiap 2 suku-bangsa jang disebabkan pengaruh b a hasa Ibuxija.
★ S eolah-olah tidak ada bahasa daerah jang ■ mempengaruhi djalan fikiran anak* w aktu m ereka m em peladjari bahasa Indonesia.
★ * * * * * di_1Tiana2 terdengar keluh-kesah gusulitan m und ’^ang m en§hadapi m atjam 2 ke-
S ^iin g g a hasil peladjaran bahasa Indonesia di ltu sekali tidak m em uaskan.
154
m ethode
MAHIR BERBAHASA NASIONAL
M ethode perintis, methode pertam a
jang
M em perhitungkan kesukaran anak2 pengaruh bahasa Ibunja disusun oleh : lylem peladjari letak kesukaran pa da djalan fikiran anak dalam m em pergunakan bah. Indonesia.
* M uhd. K A S IM M angfeuto B asa B ek as dosen b ah. In don esia
>Iem berikan latihan2 pola-kalim at (sentence-patternsdrill) jang sistimatis m enurut didaktik pel. bahasa m odern seperti diandjurk an oleh Prof. Dr. Robert Lado d an Prof. Dr. Charles C. Fries dari Univ. of Michigan in Ann Arbor.
*
Balai Pend. G uru Bandung Pe ngarang m ethode pel. bah. In donesia untuk S.M.P. „Em pat Sedjalan”. D irektur Balai P endidikan P e n getahuaa Alam atau K ursus Science Teaching di Bandung.
FK IP Bandung. Dir. S.G.A. Tjiandjur. Pengarang buku „T ata-basa SUNDA”. *
M em pergunakan sistim ibaru d a lam m enanam kan dan mengembangkan pengertian dan kesadaran Itata-bahasa (understan ding and producing grammatical structures), seperti diandjurkan oleh Dr. F.G. French.
I. B U L D A N D JA JA W IG U N A dosen bah. Sunda
A RDJO NO WINDXJDIPURO ach li bah. D jaw a.
Kep. Insp. S.M.P. Prop. D jabar. *
SA M A D
B R A T A W ID JA JA
achli Teaching of Science. Dosen d ari „K ursus Science Teaching” di Bandung. 155
PERKEMBANGAN
LEKTUR
UNTUK
ANAK 2
DI INDONESIA *) D idjam an pendudukan Belanda dan sesudah Merdeka MEMILIH LEKTUR UNTUK ANAK2. Pada um um nja perhatian orang — term asuk p ara pengarang dan p a ra penerbit di Indonesia — kepada lektur untuk anak 2 jang berm utu sampai sekarang sedikit sekali. Dapat difahami bilamiana diantara m ereka ada jang berusaha dibidang penerbitan madjalah atau buku tjaibul dengan kata^nja jang m enggairahkan serta lukisan2n ja jang m enerbitkan nafsu berahi, jan g dalam praktek dapat memberikan djaminan sukses. Titel buku 2 s e p e rti: „Lupa daratan”, „Tem oda”, „Lezat 'd'alam pelukan”, „Medan diwaktu malam,>, „Sjurga penkawinan'’, „Neng W inarti, djanda muda dari Bandung’’ dsb. ................imudah dapat m enarik p erh atian orang oipasar^ bebas, disamping tjeritera 2 sensasi seperti „PenidjuaI bangsa”, „Penjtelundiup tjandu” , „Rahasia si Topeng H itam ” dsb. f ^ieng’e ^ahui bahwa rotman2 erotik dan sensasi itu, lelbih laJai daripada- terdjem ahan buiku2 M ark Twain, Charles Dickens, Louise Alcott, Hecror Malot, dsb. Untuk para penerbit, m em pertim bangkan lektur untuik anak2, djauh lebih sukar daripada m entjari lektur tjabul atau roman sensasi. Setjara sepintas lalu, tanpa difikir pandjang apaiagi ditelaah setjara menxialam, mungkin orang akan m engatakan bahwa lekdidi'k11
am k2 itU bi9a dianggap baik bilamana bersifat men-
Sebagai tjontoh m ereka mungkin akan tondrjolikan tje rita 2 semai,m ™ » U/ ei dJZrzah\ungen'> dan „Der Struwwelpeter Erzahd* a r a n g t 0 l©h Dr. H einrich Hoffman (th. 1897) sem atjam leiktur bersendi pendidikan penuh dengan petnndjiik dan petuak jang oleh D. Daaldier biasa dilukiskan sebagai „obat tja tp n g bergula („wormcruyt m e t suycker”). M ereka jang sutka m erenungkan sedjemak soal lektur u ntuk anak2, m ungkin akan m engatakan bahwa sjarat untuk buku batjaan anak 2 itu pada um um nja seperti b e rik u t: * ) Karaagan ini ternjata telah menarik perhatian orang diluar negeri Telab dimuat dalam beberapa madjallah diluar negeri, diterdjemahkan dalam : 1. Bahasa Belanda 2. Djecman 3. Pcrantjis 4. Inggris dan 5. Rusia.
156
A. Untuk anak laid 2 sebaiknja disadjikan tje rita 2 jang agak realistis, lebih baik lagi ‘djika diberi bumbu m atjam 2 „fcenakalan dan kelutjuan anak2” (kwajongens en guitestreken); atau tj'eritaJ2 kepetualangan (adventures) dengan keteganganjang menjeram kan dan kepahlawanan jang m engagum kan : atau pembongkaran rahasia2, pem bunuhan m aupun h a rta terpendam, dimana para pendjahatnja tenbuka kedoiknja oleh anak 2 um ur 12 a 14 tahun. B. Untuk pemudi2 jang m enarik itu terutam a tje rita jang melukiskan pahit-manisnja hidup kekeluargaan. Pem udi jang agak besar akan tertarik oleh pengalaman pertam a berkobarnja „asmara”, m entjeritakan seorang dara jang terpikat hatinja oleh pemuda-tampan bermobil-sedan atau kapten-udara gagaih-perkasa, jang setelah menghadapi m atjam 2 rrntangan dan kesalah-fahaman achirnja „haippy-end” djuga. Memang, lektur untuk anak 2 sematjam dem ikian bisa laku, apa lagi djika dihiasi dengan ilustrasi bagus, diberi titel jan g agak sensasionil sehingga m enarik perhatian anak 2 dan dibungkus da lam 'dijilid bergam bar indah jang menjolok mata. Besar kemungkinan buku tersebut akan dipilih anak2 ; akan dibatjanja untuk memenuhi kedahagaannja a k a n le k tu r ; akan mdipindjaonkannja kepada kawan 2nja, sehingga achirnja lektur te r sebut akan terkenal pula dilapangan para penggemarnja. Orang jang berfikir tenang dan mau meresapkan segala sesuat agak mendalam, mungkin bertanja kepada dirinja sendiri: »Apakah memang lektur m atjam itulah jang terbaik untuk anak-anaic kita ?” PENDAPAT OKANG DI EROPAH DAN DI AMERIKA. Baiklah sebagai bahan pertim bangan disini kami sadjikan bebe ra p a tjatatan ap& jang pernaih dipeladjari, diselidiki dan dikata kan orang di Luar N eg eri: 1 . LEONARD ROGGEVEEN (Holland) dalam m adjalah „Het Kind” tahun 1939 setelah mengadakan w awantjara dengan 18 pengarang buku kanak 2 di Negeri Belanda dan Belgia menarik kesimpulan seperti b e rik u t: „W at de vorm betreft vraagt m en naast kinderlijk naar zuiver Nederlands en goede illustraties. W at de inhoud b e tre ft: A. Voor 6 — 9 jarigen „eenvoudige concrete ver'tellingen uit het dagelijks leven naast morele op w aarheid berustende sprookjes” ; 157
B. voor 9 — 12 jarigen naast de realistische vertellinge n u it groep A ook avonturen en sportverhalen. C. Voor de 12 — jarigen en anderen w at in beide vorige groepen werd gewenst, doch geen sprookjes of sagen; voor de aneisjes ook ^bakvisromans” van de goefde soort. Ongezonde liefdesavonturen ach t m en contrabande. W at d e strekking b etreft pliejjt m en voor vonmende lectuur, verw erpt m en een opzettelijke moraal. Tegen h e t boek, dat alleen m aar ontspanning geeft h eeft m en geen bezwaar, mits h e t verm aak n ie t te dtoaas is, terw ijl „ook w at lering niet behoeft te oratibreken”. Bedangrijk is h e t feit d a t aIs eis genoemd wordt, „Leesbaarheid ook voor volwassenen” en dat „de schrijver allereerst kunstenaar m oet zijn en dan pas paedagoog Diterdjemahkan kedalam bahasa In d o n esia: ,,Mengenai bentuk, jang dikehendaki itu bentuk jang tjo tjo k untuk anak2, ditulis dalam bahasa Belanda jang baik disertai gam bar 2 jang bagus. Mengenai isi tje rite ra : A. U ntuk anak um ur 6 — 9 tahun ,,tjerita 2 sederhana dari peri-kehidtipan sehari-hairi disamping tje rita dongeng (sprookjes) jang bermoral dan berdasarkan kebenaran” . ^ nf<^ . anak iUmur 9 — 12 tahun,, diisamping tje rita 2 jang realistis d a n kelompok A, djuga tje rita 2 kepetualangan dan tgenta 2 olahraga. L w tUL aila!t berum ur 12 tahum atau lebih, apa jang . TT , lj terfeetjuali dongeng 2 (sagen en sprookjes). tu m h u h a n ^ r S- ’’bakvisroinans” (tjerita ten tan g perbihan dan ti*? i T jerita asmajra jang berkeletuidliiuannia Hic=>U “ ^Sgairaihlkan- harus dilarang. Mengenai mpmhi.na” ankan surpaja bersifat „m em bangun dan ,,, ’ djangan ■keterlaluan ingin meomangkan h 11X311 d;aiPat disetudj-ni, asal sadja dja ngan berkeM Hhan ; idbih foaife iagi dj.^ a dalam Jtje rito rnburan itu diselipkian dju g a petuah 2 jang mem bangun. Ja n g penting untuk diperhatikan jaitu sjarat utam a bahwa buku itu harus dapat dim km ati djiuga oleh „orang 2 dewasa , dan bahw a pengairang buiku itu terlebih dahulu harus seorang ,,sastraw an baru 'kemudian harus be rs if at pendtidik”. ’
2. GODFRIED BOMANS (Holland) dalam m adjalah Elseviers 7 Des. 1946 m engatakan : „Ik geloof m et in kinderboeken. Ik geloof wel in boeken voor volwassenen, die om de een of andere reden, ook door ikinderen worden geHezen ........... Geboeid w ordt een kind eerst — en dit heeft h et m et de volwassenen gemeen — door wot boven hem ligt”. „Saja tidak pertjaja pada buku anak 2 {jang baik. Jang ada itu oaigeng2 paihlawan dibidang sosial (sem a^am tjerita 2 Florence Nightingale, Madame Curie, A lbert Sweitzer, Jenner, Louis Pasteur, dsb.). c. Mengenai djiwa dan tudjuannja (de strekking) sebaifenja djangan „dbgimatis” djangan bersendi politik, djika m ung kin harus dapat memberikan peladjaran (leerzaaan) dan dapat membentuk watak (karaktervorm end). 159
4. MAKEE SCHMITZ penelaah dan penuflis resensi tentang buku anak 2 terutam a menekankan kepada sjarat nilai kesusasteraannja dari lek tu r anak 2 itu. Dadiaim „de Nieuwe Rotterdamse Courant” tgl. 8 Jan. 1947 dia menulis seperti b e rik u t: „Het kinderboek moet — niet m inder dan lectuur voor de volwassenen — in zijn soort „literatuur” zijn m.a.w., aan normale literaire eisen voldoen. E r zal een weloverdiachte en verantwoorde, goed gecomponeerde inhoud zijn. Het kinderboek moet goed, persoonlijk, boeiend ge&chreven zijn, zo dat de personen leven en gestalte krijgen”. ,,Buku untuik anak 2 — tidak iboleh kurang daripada lektur untuk oirang dewasa — hstrus ibernilai sastera pula ; de ngan perkataan lain ham s' memenuhi norma 2 kesusasteraan umum jang tjukup. Isinija harus dipikirkan sedalamdalamnja, disusun setjara baik dan dapat dipertanggungdjawabkan. T jeritera untuik anak 2 itu harus mempunjai kepribadian, ditulis setjara m enarik sekali, sedemikian rupa sehingga para pelaiku itu seperti hildup sungguh2”. Buku anak? jang akan d'apait m em enuhi sja ra t 2 seperti tertulis a a5’ , e u sa(ija tidak bisa ditulis oleh sem barang orang, oleh g u ru atau penulis jang fmenmrut perasaiannja bisa m engarang dan kemudian m entjurahkan tjiptaanmija pada beberapa ratus halaman kertas tulis untuik selandjutnja ditjetak dan diberi om slag berw arna jang menariik oleh penerbit. j p d a k ........... lektur anak 2 jang sungguh 2 baik adalah hasil tjiptaan seorang sasterawan jang ulung, hasil seorang artis jang sungguha m em punjai nilai kesusasteraan. 5. Balam ,,PAEDAGOGISCHE ENCYCLOPAEDIE” (Prof. Dr. ? rof- ,dr- Verheyen) mengenai sjarat 2 „Kinderleetuur” diantaranja diuraikan d em ik ian : „K inderlectuur is lectuur, die geschikt is voor de leeftijd van b tot 14 jaar, geschikt om h aar opbouwende en vor.mende waarde. Deze waarde vloeit v o o rt: A. u it h et degeUjke, het aantrekkelijke, het evenwichtige ficti > 620 dan ontleend aan werkelijkheid of B. uit h et levendige, het plastische, het oorspronkelijke van d e v o r m De door kinderen te lezen tekst moet actueel en zuw er Nederlands ziln — dus geen dialect __ wat niet m tsluit d at zij locaal getint kan zijn.” 160
„Buku-kanak2 adalah buku jang baik untuk anak2 umur 6 sampai 14 tahun; baik karena sifatnija jang membina dan membangun. Berguna k a re n a : A. ISl-nja jang baik, menarik, dan berkeseimbangan, diam bil darikedjadian peri kehidupan biasa atau hasil tjiptaan. B. BENTUK-nja harus hidup, mengesankan, dan asli. Baha sanja harus bahasa jang hidup dan bahasa jang baik — djangan bahasa dialek — meskipun tjeritan ja tentu sa dja dapat melukiskan sifat2 kedaerahan. 6. CHARLOTTE BUHLER seorang achli ilmu djiwa anaik2 mengadakan penjelidikan di Wina diantaira 8.000 anak-anak berumur 8 20 tahun. Menurut statistik jang dibuatnja, prosentase perhatian anak2 m enurut sekse cLan um urnja seperti feerikut: JO N G EN S 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sprookjes Robinson Sagea Avonturen Overgangsliteratuur Kunst W eten^chap Onbruikbaar
TO TA A L M EISJES 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sprookjes Robinson, Sagea Avonturen jVeiijesboeken Overgangsliteratuur
7. Kunst 8. W etenschap 9. Onbruikbaar TO TA A L
8-9 9-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 71 56 10 13 2 9 5 7 3 3 — — 5 5 7 4 100 100
40 18 13 9 5 1 7 7 100
27 16 16 15 15 1 7 3
18 16 12 22 17 4 7 4
100
100
14 11 7 27 24 6 9 2
9 4 2 21 39. 12 8 5
4 2 3 20 2a 24 15 4
6 1 2 11 25 31 17 7
2 10 19 38 22 8
100 100
100
100
100
1
8-99-10 10-11 11-12 12-13 13-1414-15 15-1616-17 17-18 80 4 3 1 1 J 1 1 6
62 12 6 1 3 6 2 1 7
45 12 13 3 7 6 6 3 5
36 10 15 4 8 10 9 4 4
100 100
100
100
100
84 0 2 0 0 5 0 0 9
21 6 5 3 16 20 20 5 4
14 4 3 7 13 15 38 2 4
6 1 1 1 7 17 53 4 10
7
4
1 2 4 12 61 6 7
1 4 16 62 9 4
100 100
100
100
100
Jang dimaksudkan dengan ..overgangsliteratuur” jaitu anak2 jang infonmatif jang bersendi ilmu pengetahuan dengan latar belakang sedjarah 'atau teknik, ilmu haijat, ilmu alam, per-djalanan (ilmu bumi) dll. buku ilmu pengetahuan populer ; 161
d i U.S.A. atau Inggris biasa disebut „referencebooiks” atau „inform ation books”. Jang digolongkan dalam 'buku2 „kunst” terutam a jang b e ris i: drama’s, romans, lyriek dan tjerita2 dengan latar belakang bidang2 kesenian. Jang disebut „bulku Robinson” adalah buku anak2 d ari type Robinson Crusoe, batjaan pengantar („voorloper” ) kearali lektur „adventures and suspense” . Dari statistic tersebut dapat dilihat bahwa perhatian anak pada tjerita „sprookjes” terus m enurun djika m ereka tambah. um ur, pada anak lak i2 lebih. tjepat daripada anak perem puan. Perhatian anak2 untuk tje rita 2 Robinson (Daniel Defoe) naik satmipai um ur 11 tahun untuik kem udian makin lama makin kurang. T jerita2 kepetualangan (avonturen) lebih disenangi oleh anak laki2 teru tam a pada um ur 13— 14 tahun untuk selandjutnja laimbat-laun berkurang djuga. Buiku2 tje rita informatif dan bersendi ilm u-pengetahuan (overgangsliteratuur) lebih 'disukai oleh laki2 terutam a mulai um ur 14 — 17 tahun. Golongan „Hawa” m enjukai „bakvis-ro~ mans” , terutam a pada um ur 13— 15 tahun. Perhatian pada buku2 drama dan romans (pertjintaan) lebih tjepat turmbuh pada pemudi, sedang perhatiannja terus meningkat makin tua makin menjiukai buku „rom ans”. Buiku2 ilmu pengetahuan lebih disukai oleh pemuda, 7. J. RIEMENS — REURSLAG mengaidakan penjelidikan pada kelas2 tertinggi dari 10 Sekolah Rendah di Amsterdam M enurut hasil pem eriksaanm ja, le k tu r ja n g paling disukai anak2 adalaih seperti b e rik u t: a. b.
k e p e t u a la n g a n (avon tuusrlijk) .. k e d jlid iju ra n , k e d a rm a b a k tia n ..................................
c.
oieh karena „happy emd” ...... .............................
d.
o le h k a r e n a a c h ir n ja m enj^dahikan
.........................
^ 2 33
k a li k^i
30 kau 3
k a li
e. ketjintaan serta kem kunan dalaim hidup kekeiuargajan .......................................... ............ ^ ^ f. tjin ta pada sahalbat dan lain2 orang 29 kali g. tjin ta pada hewan dan kesetiaan hew an ............ 21 kali h. ken-aka an kanak2 jang baik (goed kattekwkad1) ‘ 12 kali 1. kenakalan kanak2 jang buruk (lelijk kattekwaad) 7 kali 8. NANCY LARRICK, President of the International Reading Association di A m eiika menghim pun pendapatnja tent&ng buku un tu k anak2 jang ditudjukan kepada para ibu dan ba pak dalam bukunja : ”A Parent’s guide to Children’s reading”. 162
Dalam mengutip keterangan2 dari Nancy Lairrick tersebut, tjontoh buku2 jang dikemukakannja sedapat m ungkin diganti dengan buku- lain jang kiranja lebih dikenal orang di Indo nesia. Dari pendapatnja jang dikutip hanja jan g m engenai anak- umur antara 4 — 9 dan antara 9 — 12 sadja, karena disanalah terdapat segi- jang sangat „typerend” dalam p er kembangan lektur untuik anak2. FROM 4 to 9. A.
Dongeng2 „Kawih”. Anak- umur 4 tahun mulad suka berbitjara, mulai banjak sekali ber-tjakap2, seringkali dia ngomong seorang d iria ta u dengan permainannja, seperti dengan bonekanja, kuda^annja, kutjingnja dsb. jang dia anggap dapat berfikir dan berbitjara seperti manusia. Anak- itu mulai suka sekali menanjakan segala sesuatu. Dunia pengetahuannja mulai terbuka dan segala sesuatu disekitarnja diperiksanja dan ditanjakannja ber-ulang2. Pada um ur 4 a 5 tahun anak itu mulai besar perhatiannja pada buku, meskipun mereka itu belum dapat m em batjanja sendiri dan hanja d'apat me-lihat- gam barnja sadja. Lutju sekali tjara anak- um ur 4— 5 tahun mengulang-ulangi kata- aitau ka'limat- pendek jang dia senangi pada waktu itu. Itulah sebabnja buku- untuk dib,atjakan kepada anak2 umur 4— 5 tahun harus pendek- kalim atnja dan ............... sebaiknja mempunjai ritma jang enak untuk didengar dan untuk diulangi sampai beberapa kali. Kata Nancy Laarrick: ”Children love this repetition and soon learn to say this line like the chorus in an old song”. Apalagi djika tjerita itu diberi bumbu sadjak anak- jang dapat dinjanjikan (dikawihkan), samfoil mendongeng, seperti dalam dongeng2 Sunda: ,,Geber2 hihid aing”, ,,Bakekok aeu-aeu-tjleng”, > „Torotot heong suling aing tulang m aung” dsb. Memang pada umur 4 — 5 tahun itulah mereka mulai m enjukai kawih2 (Sunda) jang biasa dinjanjikan sambil berm ain seperti: „Ajang-ajang-gung”, „Amibil-sJmbilan”, „Ojong-ojong-bangkong”, „Djung-djahe-balakatandjung^djahe”, „Toketjang” dsb. 1. Mengingat keterangan diatas, dapat difahami bilamatia anak2 umur 4 — 5 tahun itu terutam a m enjukai tje rita jang ada 163
kawihnja atau ada bagian2njai jang m ereka sukai seperti m isalnja m eniru suara- (suara apa s a d ja ; ajam, singa, kutjing, andjing, kambing, djangkrik, kereta-api, mobil dsb.). Fabels. Diantara tjerita2 jang umumnja sangat disukai jaitu dongeng2 hewan, jang dalam bah. Belanda biasa disebut „fabels en dieren epos”. M enurut ilmu sedjarah, dongeng2 hewan itu sangat tua, sudah diketahui dan biasa ditjeritakan orang kl. 800 tahun sebelum Masehi seperti terbukti dari tjatatan2 Hesiodes di Junani. Jang lebilh dikenal orang adalah fabels dialri AESOPUS kl. 600 tahun sebelum.1 Masehi. Bukan hanja d i Jumani sadja, di India djuga orang sudah lam a sekali mengenai! dongeng2 hewan jang disebut tje rita 2 ,,T antra”. Sampai sekarang dongeng2 itu di India m asih tetap disukai oleh anak2, apalagi setelah disadur kembali dalam bah. Benggali diantaranja oleh Asutosh M ukherjee }>Rakshas Khokshas”, Jogendranath Sarkar „Chha,bi-o-Galpa” ; dalam bah. Hindi misalnja oleh Mohalal Ganguli „Pota~ki-Mala” (The Wisdom of the monkey), Bhagwadin Pathak „Phaxara” (The Kingdom of Birds) ; dan dalam bah. U rdu diantaranja oleh Abreasar Hafiz Jalandhari „Phul-Mala,> (The fox, peacock, parrot, bear and lion), Moh. Inayat Khan „Zufti” (about monkeys and pythons), Saifi Sahwardi „KhelBattisi” (adventures of the fox). Dongeng2 dari India itu melalui Iran masuk dalam literatur Islam, diterdjem ahkan kedalam balhasa Arab oleh Abduilaih Ibn Muqaffa, kem udian disalin kedalam bahasa Indonesia oleh Ismail Djamil dan dikenal orang disini dengan nama „Kalilah dan Dimnah”. Versi Arab dari dongeng2 itu seiandjutnja disadur dalam ibahasa Latin dijadi „Directorium humanae Vitae” dafliam tahun 1270 oleih Johanes de Capua. Di Indonesia tjerita „Tantra” itu dalam bentuk jang hampir 01^811111 sampai seikarang masih terdapat di Bali dengan nama „Tjerita* Tantra” kemudian diterdjem ahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Ohatab. };Aesopiae Fabulae” se'landjutnja dijadi sumbor dari b©rm atjam 2 saduran dalam bahasa- di Eropah. Penjadur- jang terk en al diantaranja jaitu kakak-beradik Jacob Grimm dan W ilhelm Grimm di Djerman, sedang Magister Nivardus di P erantjis kem udian m enjusun Roman de Renart” dan
„Yzcngrinus”. Jang paling besar pengaruhnja adalah sad-uran- dari Jea n .d e la Fontaine (1621— 1695), jang dibawa oleh Belanda masuk ke Indonesia, disadur oleh Trisnio Soemardjo diterbitkan oleh Balad Pustaka. Di Indonesia sangat luas tersebar dongeng2 hewan, jang mungkin sekali tidak semua berasal dari India, dan oleh para pudjangga Indonesia setem pat telah disesuaikan dengan selera dan keadaan daerah, seperti tje rita 2 Sang Kantjil di Djawa dan Sumatra, tjerita2 Sakadang Kuja di Djawa-Barat, tjerita2 Buaja di Kalimantan, dsb. Di Afrika orang sedari dulu sudah m engenai tje rita 2 hewan, kemudian di'bawa oleh orang Negro ke Amerika. Oleh se orang wartawan Joel Chandler Harris (1848 — 1908) fabels dari A frika itu dihimpun dalam beberapa buku dengan se orang Negro jang dilberi nama „Uncle Rem us’' sebagai tukang mendongeng. Dari bahasa Inggris kemudian dongeng2 Uncle Remus itu diterdjemaihkan kedalam bahasa Belanda dan Indonesia sehingga dongeng Brother Rabbit, Brother Fox dan Anansi itu sekarang dikenal djuga oleh anak2 di Indonesia. Pada umumnja tje rita 2 hewan itu m em punjai „trend” jang sama, jaitu melukiskan „si lemah” jang achirnja toch dapat mengalalikan (malah ada kaiamja menolong) ,,si buas” dan „si kuat” karena ketjerdikannja, seperti dongeng anak kambing jang dapat ,,'menipu” dan meloloskan diri dari tjengkeram an serigala ; dongeng „sang penju” jang tern ja ta menang balapnja dari ,,sang m onjet” jang begitu lintjah; sang kantjil jang lebih pintar dari buaja, dsb. Rupanja anak2 diseluruh dunia sedari ketjil pada um ur 4 — 5 tahun sudah dapat menerima dan m erasakan keindaihan inti-sari tjerita jang menondjolkan bahwa „kepintaran otak** (rohani) bisa menang atas „kekuatan badan’ (djasmani). Menurut Nancy L a rric k : „Nursery fiction presents the triumph of the weaker animal. And children like that too,y. Dipengaruhi oleh aliran realisane dalam literature dunia, do ngeng2 hewan jang dikarang orang pada perm ulaan abad ke-20 -mulai meninggalkan „trend” dongeng fabels model kuno. Perasaan, pertentangan, dan hubungan antara hewan itu dilukiskan dengan tiara jang lebih realistis dan setjara biologis lebih tjotjok dengan kehidupan m ereka jang se sungguhnja. Datanglah tjerita2 hewan model baru jang terkenal diantaranja.,Bambi’3 kar. Felix Salten (jang lebih dikenal orang 165
gubahannja oleh W alt Disney), „Ferdinand” kar. Munroe Leaf, ,,Winnie-the-Pooh” tjiptaan Alan Alexander Milne, „Andi and the Lion” kar. James Daugherty, „The Story of Babar the little Elephant”, sedang Enid Blyton menjusun tje rita 2 hewan itu dalam satu seri buku2 jang terdiri dari kfl!. 35 djilid jang diberi nama »Nature Readers”. Mungkin dipengaruhi oleh tjerita2 hewan m odern tersebut tadi timbullah di Indonesia! sesudah perang dunia II dongeng-dongeng hewan tjiptaan baru s e p e rti: „Si Rawun’’ (the mon key) karangan Rukiah, „Si Utun dan si Utja” (the monkey and th e turtle) „Si Meme” (the sheep) „si Koko” (the chic ken) dsb. -: 1<’ C.
Fairy-Tales. Fantasi anak2 pada um ur 4 — 6 itu sangat elastis, tjotjok sekali untuk dongeng2 jang dalam bahasa Belanda disebut „sprookjes”, dalam bah. D jerm an „Marchen”} dailam bah. Perantjis 3}Conte de Fee” dan baihasa Inggris )}Fairy Tales” atau „Nursery Tales”. M enurut penjelidikan orang, dongeng2 „Fairy Tales” itu terdapat di-tiap2 negeri, dan seringkali dengan m otif tje rita jang sama pula. Sukar sekali untuk m enentukan de ngan pasti dari mana sum ber jang sesungguhnja. Ada jang mengaitakan (misalnja Benfey) bahwa Indialah pusatnja, jang dahulu m enjebarkan dongeng2 (dibawa oleh rahib3 Hindu dan Budha) jang berasal dari dongeng- „Wikrama' tjarita ’ dan ,,S3ukasaptati”. Dari India dongeng2 ,,Sjukasasp a ti’ itu dibawa ke Iran jang diantaranja disadur mendjadi ,,Tuti Nameh”. Kita kenal terdjem ahannja kedalam bahasa Indonesia dari bahasa Arab sebagai „Hikajat Bayan Budi* T nnt ^ n;S 70 donSeng l i n i n g nuri: Djuga „dongeng2 2Sr& dl Ba8hd'ad ditjeritakanoleh p u tri „She^haT"PJr serupa dengan dongeng „Tantri” di Bali), S S 7? aSUH l Ero? a'h - Mula2 oleh GaKand kemudian rtlAh QT11-J>er supaja sedan umtuk didengarkan W , i seh^ S g a anak2 diseluruh, dunia sesudah itu J 3! 3! 3112, »Aladin’>, „Sinbad”, ^Alibaba” dsbdifpr^ipm ovt anda tjerita ,,1001 m alam ” itu kemudian TTnnvirnn,^ • ala,m bahasa2 Indonesia sehingga film2 J I r " gIf hkan ”Tj e rita dari 1001 malam” Indonesia m difahami dan mendjadi sangat populer di Di Italia kum pulan dongeng2 lama jang terkenal adalah „Straparola dan „Pentamarone” jang dikumpulkan oleh Basile.
166
Jang telah diterdjemahkan dan dikenal orang di Indonesia adalafli susunan Giana Angnissola dengan titeO. „Asal-Bina~ tang” Di Perantjis jang radjin menghimpun dongeng2 fairy tales itu ald&lalh Claude Perrauli, jang 'kita kenal terdjiemahannj'a kedalaim bahasa Belanda „Sprookjes van Moeder de Gans” (,.Mother Goose Stories” ). Di D jerm an jang berdjasa mengumpulkan dan menjusun kem bali ,,Volksmarchen” itu terutam a Jacob Grimm dan W ilhelm G rimm. Djuga Wieland, Goethe, Tieck dan E.T.A• H offm ann tu ru t mengumpuBcan dan menojiptakan dongeng2 fairy-tales jang nilai sasteranja lebih bagus dari pada hasil karja Grimm tadi, diantaranja jang terkenal adalah ,,Hoffmanns Erzahlungen”. Fairy-tales tersebut mula2 kita kenal di Indonesia terdijem ahannja ke dalam bahasa Belanda. Kemudian ada beberapa jang diter djem ahkan kedalam bahasa Indonesia dan dimasukkan ke dalam buku batjaan anak2 atau madjalah anak2. Jang paling terkenal dan disukai d i Indonesia sebagai penulis dongeng anak- ad’alaih HANS CHR. ANDERSEN (1805— 1875) dari Denmark, dari terdjem ahan buah tangan Darmawidjaja jang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Di Finlandia pengarang Nursery-tales jan g populer adalah Zakarias Topelius, tidak kalah terkenal oleh Selma Lagerlof dari Svvedia jang m entjiptakan dongeng „Nils Holgersons underbare resa”, ijang terbang berkeliling Swedia sambil imiengendarai angsa. T jeritera Nills Holgersons itu kita kenal di Indonesia dalaim bahasa Belanda, sedang bagian2nja ada jang ditertjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan dima■sukkan kedalam madjallah anak2. Dongeng anak2 dari Tiongkok mulai dikenal orang di Indo nesia dari terdjem ahan2 jang diambil dari buku2 „Ling Tang and the lucky cricket” kumpulan Kay Stafford, „THe Good4uck Horse” dari Chih-Yi-Chan, „spring Silkworms” saduran Mao Tun, „The treasure of Li Po” oleh Alice Ritchie. Dongeng2 Djepang dikenal orang di Indonesia diwaktu pendudukan Djepang, diantaranja dari terdjem ahan buku ka rangan Masao Kusuyama „Nichon Dowa Hogyokushu” se dang Chiyono Sagimoto menjusun bukunja dalam bahasa Inggris >}pictures Tales from the J a p a n e s e Djuga dari himpunan dongeng2 Djepang susunan pengarang Swiss Lisa Tetzner Japan^chen Mdrchen”, afla jang diterdjem ahkan melalui bahasa Belanda kedalam bahasa Indonesia. 167
Sagcn, Mythen and Legenden. Meskipun sesungguhnja antara ketiga m atjam dongeng itu ada perbedaannja, akan tetapi perbedaan itu seringkali kabur, sehingga di Indonesia ada kalanja dihimpun sadja dalam satu golongan tjerita. Dongeng2 itu — meskipun tadinja tidak chusus ditjeritakan orang untuk santapan anak2 — kem udian sangat disukainja. Seperti tjerita2 fabel dan sprookjes dongeng2 „Sagen”, „mythen”, ,.legenden” itu sudah lama sekali disukai orang. Dinegara kita di Indonesia jang paling banjak terseb ar dan dikenal anak2 adalah tjerita \v.ajang „Maha Bharata” dan „Ramayana” jang berasal dari India, akan tetapi kemudian dirobah oleh para pudjangga Indonesia disesuaikan dengan selera dan keadaan di Indonesia sehingga se-olah2 tjerita Maha Bharata itu sungguh2 terd jad i di Indoneisia. D iantara Radja2* jang sangat berdjasa dalam penjebaran tjerita- wajang jaitu Radja Airlangga (1010 — 1049) jang menjjuruh pudjangga keraton Em pu Kanwa untuk m enjadur tjerita Ardjuna Wiwaha tentang perkawinan A rdjuna de ngan Dewi Supraiba. Djuga Radja Djajabaja (1130 — 1160) besar djasanja dalam penjebaran dongeng wajang. Dua pu? ajangga keraton jang terkenal Em pu Sedah dan Em pu PawwZwft menjesuaikan tjerita Bharata Yuddha— (peperangan keluarga antara Pandawa dan Kurawa) — dengan keadaan dan adat ditanah Djawa. Dengan tjerita Bharata-Yuddha itu radja D jajabaja sesungguhnja ingin memberi peringatan ke pada keluarga dan keturunannja bahwa pertengkaran dan peperangan antara mereka — seperti perang antara Pan dawa dan Kurawa — achirnja m erugikan sem ua fihak. Sampai sekarang boleh dikatakan tidak ada tje rita jang begitu meresap dan begitu populer meluas keseluruh lapisaa m asjarakat Indonesia seperti tjerita wajang. Pertundjukan Jang lamanja> tidak kurang dari 10 djam dari djam m o - n a J ? am, samPai djam 6.00 pagi sampai sekarang tetap *w £ Perhatian publik dan tidak bisa dikalahkan oleh lamT . Hollywo°d atau pertundjukan tonil2 modern. Da is jang pandai dapat memberikan bumbu iang tjotjok sehingga pementasannja itu dapat diikuti dan dinikmati oleh penonton ,,semua um ur” , dari anak ketjil um ur 4 __6 tahun sampai kepada orang tua um ur 40 — 60 tahun ! Dipengaruhi oleh comic-strips Flash-Gordon, Rip Kirby, lloy Rogers, dsb. jang kini tersebar di Indonesia, m untjullah
comic strips, wajang jang tern jata lebih disukai daripada comic Flash Gordon tadi. Pengaruh wajang itu terasa dalam segala bidang keseman, seperti seni-pahat, seni-lukis, seni-tari, seni-suara, seni-sastera, ............ pendek kata semua bidang kebudajaan diper gunakan orang untuk memberi isi kepada tje rita 2 wajang itu. Kepada tamu agung dari luar negeri oleh Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto disuguhkan tari-tarian jang sebagian besar mendapat inspirasi dari tjerita wajang. Ka lau harus menjampaikan souvenir dipilihlah hasil seni-ukir, seni-pahat, atau seni-lukis jang melukiskan tjerita wajang. Kalau ada anak dilahirkan seringkali dipilihlah nama wajang. Nama Presiden Soekarnopun sebagian diambil dari nama seorang pahlawan dalam tjerita wajang jaitu KARNA adipati di Hawangga, anak Batara SURJA (Dewa Matahari) jang dikeluarkan dari kuping (Kama = kuping) ibunja, Dewi Kunti. Dalam karangan2nja dahulu Bung Karno sering mempergunakan nama-samaran BIMA seorang pahlawan Pandawa. Tidak heranlah djika para pemimpin Indonesia selalu mem pergunakan kedjadian2 dari tje rita wajang untuk menerangkan sesuatu kepada rakjatmja. Demikian pula pemuda In donesia selalu dilukiskan oleh Presiden Soekarno sebagai pahlawan Gatotkatja 'jan.g mengorbankan dirinja sendiri mati dimedan dijurit untuk menolong pamannja, Ardjuna. Beb?rapa djam sebelum dilaksanakan pembunuhan jang sangat kedjam di Lubangbuaja pada dini hari Djum’a t tanggal 1 Oktober 1965, dihadapan rapat raksasa MUBES TEKNIK di Istora Senajan, Bung Karno m entjeriterakan dan mensitir beberapa 'bagian dari BAGAWAD GITA. Didjelaskan bagaimana Prabu K resna 'memberi nasehat kepada A r djuna, supaja tidak ragu2 dalam membunuh lawan, walau musuhnja itu saudaranja atau ejangnja sendiri sekalipun, Mengingat betapa besarnja pengaruh tjeritera wajang dikalangan rakjat Indonesia, timbullah pertanjaan apakah Bung Karno dengan tjontoh tjeritera dari Bagawad Gita itu bermaksud untuk memberi petundjuk dan isjarat kepada para algodjo Gestapu-PKI supaja djangan. ragu-’ dalam melakukan kekedjamannja ? Disamping tjerita wajang, tjerita pandji djuga te m a su k tje rita jang sangat populer di Indonlesia. Tjerita P andji itupun sesungguhnja tidak chusus ditjeritakan orang untuk santapan anak2, meskipun kemudian sangat disukainja pula. 169
Keistimewaannja dalam tje rita Pandji itu biasanja ada tjerita tentang seorang iputri jang merujamar sebagai laki2. Meskipun tjerita' Pandji itu suatu rom an jang »asli berasal dari Djawa akan ’tetap i ternijata dikenal dan disukai orang diluar negeri seperti di Malaya, Siam dan d i Kattibodja. Salah satu kedjadian dalajn sedjarah Indonesia jang men djadi inspirasi untuk roman Pandji itu jaitu Radja Kamesj~ wara 1 (1116 — 1130) jang kawin dengan p u tri Djanggala bernama Tjandra Kirana. Perilstiwa itu ditjeritakan dalam kitab Smaradahana („pembakaran Dewa Asmara”) oleh pu» djangga kerai’t on jang tema,ma jaitu Em pu Dharmadja. Sesudah agama Islam masuk ke Indonesia mulai tfersebar dan dikenal orang di Indonesia tje rita 2 Amir Hamzah men u ru t versi dari Persia. Tjerita Amir Hamzah itupun seperti tje rita 2 wajang oleh para pudjangga Indonesia disesuaikan dengan selera dan keadaan di Indonesia, malah tidak djarang ditja'mpur-aduk dihubungkan dengan tje rita 2 Pandji sehingga achirnja dongeng Amir Hamzah itu sebagai „Seralc Menak” mendjadi berlainan sekali dari tje rite ra orisinil jang datang dari Persia. Diaritara tje rita 2 jang berasal dari Amir Hamzah itu jang terkenal adalah tje rita „RENGGANIS” se m atjam tjerita pahlawan waniita „Jeane d’Arc” didja!man keemasan IsHln, sebuah tjeritera untuk orang tua jang tidak ajarang didongengkan kepada anak2. Di Eropah sangat luas tersebar tje rita 2 „IIiias” dan .,Odyssae , jang dibawa oleh Belanda ke Indonesia dan kemudian diterdjem ahkan kedalam bahasa2 Indonesia, Djawa dan Sunaa. Selainnja dari itu melalui buku dan film kita kenal dijuga >>sagen” jang dibawa orang dari Eropah seperti „Oedipusf g e ^-’,S?ge D° n. Yuan” > ,,H ercules” , T ristan dan Isolde” ^lsadur diadi „Sedihasih djeung Tresnasena”, oleh Mas Atje Salmun, ,,Die N ibelnngen”, „Lohengrin” dsb. «! I?,d?nesi^ sendiri banjak sekali dongeng „sagen” ,,mythen dan „legenden”, jang tum buh didaerah. Isi tjeritan ja dihubungkan dengan keadaan atau kedjadian didaerah akan tetapi seringkali motif dan intfearinrja di-mana2 sama sadja. Misalnja di-m ana2 di Indonesia terdapat dongeng se'orang anak jang setelah kaja (atau m endjadi radja) tidak mau m engenai ibunja, kemudian m endapat ketjelakaan untuk seiandjutnja kena sumpah ibunja m endjadi gunung karans atau batu. 170
Demikian pula di-mana2 di Indonesia terdapat sem atjam do ngeng „Cinderella” , men'njeritakan seorang ,perempuan jang mempunjai anak tiri jang baik hati disamping anaknja sendiri jang buruk rupanja dan djahat w ataknja. Motif ,.Oedi pus” m entjeritakan seorang anak laki2 jang kem udian djatuh tjinta kepada Ibunja (malahan saimpai m enikah atau ham pir menikah dengan Ibunja itu) terdapat dibeberapa bagian di Indonesia misalnja dalam tjerita „Sangkuriang” dan „Lutung KaSarung” di Djawa Barat, „Sekar Sungsang” di Kali m antan dan „Prabu W atu Gunung” di Djawa, dsb. D juga plot tjerita Nabi Musa jang sebagai b a ji dihanjutkan disungai, selainnja terdapat dalam tje rita wajang: temtang Adif>ati ICARNA, djuga terdapat dalam berbagai dongeng di beberapa daerah di Indonesia seperti tje rita „Tjiung Wanara ” di Tanah Sunda. Tjeritera2 inipun sebenarnja ditjiptakan orang untuk hidangan orang tua akan tetapi di Indonesia biasa didongengkan kepada anak2. E.
Dongeng2 jang Iutju. ,,Fanny stories” bukan sadja disukai oleh anak2 um ur 4 — 9 tahun akan tetapi djuga oleh anak2 jang lebih tua d a n itu. Memang sesungguhnja dongeng2 lutju itu ditulis atau cutjeri'takan orang untuk orang dewasa. Sem endjak dahulu hingga sekarang, dari djam an Radjaberkuasa di Indonesia sam pai kepada „D jam an Orde B aru dewasa ini ............... pada Rakjat Djelata seringkali timbul ikeinginan untuk mengeritik keadaan. Keinginan untuk memperingatkan dan menasehati para penguasa jang me* njeleweng, atau keinginan untuk mengetjam kepintjangan2 dalam masjarakat. Dalam praktek m entjurahkan isi hati se- ( tjara berterus-terang tidaklah selalu mungkin, apalagi djika iang akan diketjam dan diperingatkan itu Pem besar jang berkuasa, sehingga timbullah kebingungan. Keinginan jang kuat mendesak untuk memperdjoangkan kebenaran, berhadapan dengan rasa takut untuk menjampaikan ketjam an tan pa tedeng aling-alihg. Dalam keadaan demikian tim bullah tjeritera, kiasan atau dongeng, jang m engandung sasmita dan siloka, berisi sindiran halus, m erupakan suatu peringatan dan petundjuk. Agar lebih menarik perhatian orang, social control” m asjarakat itu diberi bentuk tjeritera jang lutju, berisi humor jang menggembirakan. Di Tanah Sunda tokoh jang sering ditondjolkan dalam dongeng2 dengan tudjuan demikian bernam a ”SI KABAJAN” . M enurut penulis
Belanda Daalder dalam bukunja ’’W orm kruyt m e t Suykev” figur ” Si K abajan” itu m enggam barkan ”Een Held, die de waarheid spreekt, in de gedaante van een Zoi”. Seorang tokoh jang berani berterus-terang — m enundjukkan kebokbrokan masjarakat — dalam udjud jang lutju. Dan ......... karena kelutjuannja itu, tjeritera 'mengandung .siloka dan sasmita jang ditjiptakan orang untuk orang tua, ternjata sangat digem ari djuga oleh anak ketjil meskipun baru um ur 6 — 9 tahun. Di Sumatera kita mengenai dongeng? lu tju jang berisi sindiran halus, seperti tjeritera ”Pak Belalang”, J}Si Luntjai”; ..Pak Kaduk”, „Pak Lebai Malang” dan ,",Pak PandirJ\ Di Riau terkenal dongeng „Mak Jong” dan „Nenek Kebajan”. Di Malaysia jang sangat populer adalah tjerita t,Mat Yam in”. Pak Pandir itu di Minangkabau disebut „Si Pandie”. Di Ta nah Gajo diberi nama „Sempander”. Di A tjeh disamping dongeng „Pak Pande” ada dongeng „Sz M euseukin”. Di Ta nah Batak terkenal dongeng „Amani Pandir” dan ,.Si Djonaha”. Di Madura ada dongeng „Kanak D uluk”. Di Bali tjeritera „Pan Brajut”, ,.Tjupak dun Grantang” , ; J Blog” dan ;,Pan Belong Tama”. Di Timor terkenal dongeng „Mau Loha” (Si Pintar). Di Bima ada dongeng „La Kalai”. Demikian pula di Kepulauan Kei ada dongeng ,P a k Benuwas” (Abunawas?), Makassar dongeng ,,Lempangpang”, didaerah Bugis doMellong”, (ii Tanah Toradja „Pottala” atau ..Dajr V j Halmahera terkenal tjeritera „Taba”, di P. Buru S Lampo”, di Enggano „Si Keppai Langgai” sedang diar Bandjarm asin tje rite ra lu tju tentang „Si Sraiuin r i t r l 8?' k? a dimana-mana diseluruh Indonesia terd ap at tjeunfn.t-'J r f dj enaka 3ang m engandung sindiran halus anak= K
k e l f c j a i ......^
^
°leh
an san^ a t te rk enal dongeng „Tijl U ilenspiegel” jan g di I n d o S ^ aSg ^ I? U^ r di! esa ”Mo} ln” dJ«ga dikenal orang Belanda. Tetapi
a r t t t s s s a r io"8'- » « « « * - « Mungkin karena negara asal dari dongeng* Abiraawas itu negara Islam. 172
F.
Dongeng2 Fantastis. .Jang diniaksudkan disini jaitu J a n c ifu l stories” atau dalam bahasa Belanda „wonderoaarlijke verhalen Meskipun. dalam dongeng „fairy tales” djuga biasanja terdjadi hal2 jang fantastis, akan tetapi umummja dongeng2 „i'anciful stories” jang bersendi kedjadian- jang sangat fan tastis itu ditempatkan dalam golongan tersendiri. Jang termasuk dalam golongan ini dan kita telah lama kenal ai Indo nesia jaitu tje rita „Gulliver” karangan J. S w ift dan „Baron von M uucnausen'’ (saduran jang kita kenal adalah terdjemahan dari buah pena E. Kaesiner jang djuga dalam ba hasa Indonesia menulis buku ,p e uelaarade K a t”). Di Itali Carlo Lorenzini dengan sandiasma Collodi (1826 — 1890) ‘m entjiptakan „PinokK,io”, jang disalin kedalaan bahasa Indo nesia oleh N oerani dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Satjadibrata mengadaptir tje rita Pinoccio itu mendjadi dongeng Sunda jang diberi nama Sunda „Si Tjongtjorang” (= Praying Mantid). Di Inggris jang sangat digemari anak2 adalah tje rita „Peter Pan” karangan J. M. Barrie. Jang djuga sangat populer adalah wAlice’s Adventures in Wonderland” karang an L. Carroll (sandiasma dari Charles L. Dodgson. 1832 — 1908) dan „Waterb,abies” karangan pendeta Ch. Kingsley (1819 — 1875). Ketiga tjerita tsb. terkenal di Indonesia clan terdjem ahannja kedalam bahasa Belanda, akan tetapi sajang sekali belum disadur kedalam. bahasa Indonesia.
G.
Informalion-books. Dalam abad atom dewasa ini, si anak setiap h ari m elihat mobil, kereba aipi, kapal udara, telepon, radio, televisie dan lain2 keadjaiban2 teknik. Sudah pada tem patnja djika anak itu memerlukan „information^stories”, buku jan g penuh de ngan ga/mibar- jang mendjelaskan m atjam 2 mobil, kereta- api, kapal udara, kapal air, telepon, radio, televisie, dsb. Kalau 'kita memeriksa djumlah ibuku di Inggris, Amerika, Perantjis dan Djerman jang dapat dim asukkan dalam golo ngan ,,information books for 6 — 9” itu kita di Indonesia akan te r tjen gang, diseibaibkan banjaknja dan indahnja buku2 itu. Sungguh sajang sekaHi 'buku2 sem atjam itu belum d'apat ditenbiDkan orang di Indonesia tanpa bantuan pem erintah, ka rena m enurut taksiran tidak akan laku dipasar ibebas. 173
%
Berlainan sekali dengan keadaan di Amerika, jang m enurut Nancy L a rric k : in fo r m a tio n of all kinds is eagerly sought by youngsters even before they can read. Science is of great interest at this age”. "NINE TO TWELVE, THE VIGOROUS AGE”
Nancy Larrick anenglgambarkan anak antara 9 — 12 tahun itu sibb.: „They have boundless energy and great endurance. It is the time w hen youngsters begin to feel very grown up and independent. For children of this age the world is suddenly expanding beyond home and school. They are experimenting with new interest and hobbies. They are constantly challenging „How Come ?” and „How do .you know ?” ,/These questions are to be treasured. They show eagerness to reason things out and verify in formation Memang pada.um ur 9 — 10 taihnia anak- ini mulai terbuka m m atnja penglihatannj a lebih realistis djan lebih teliti, anausanja lebih tadjam dan [Debdh kritis, dengan dorongan pelajaran perm ulaan disekolah rendiaih ikelas 3 dan 4 (mengenai mu hajat, ilmu alam, ilm u bumi, dan ilmu sedjarah) biang, perhatiannja i'eibih meluas, tja ra berfikirnja lebih sisi ? ia lebih mendalam. Anak pada um ur itu sudah mu■kanSU a ^ ^ a t j a ' sendiri dan m eresapkan serta memikirlebihT^rS™ 5 ^ 'batj anj a dengan tja ra jang lebih kritis dan rio " ^ f n^enai segala sesuatu jla ng dibatja atau dimaiVcnH S aJu *tu' ingin tahu seluik-beilluiknja. „Apa fir .h f n f ^ ?” »»®aSa^ nana dia mengetaihuinja ?” Tjou . keterangan Nancy Larrick jang imengataikan : „His tendency to reason things out and verify inform ation helps him evaluate what he reads, tie is learning to become a critical reader”. ™v ™ i^ fui S I ! ?
11 12 taihiU(ri (Pada waktu anak itu ham311 peiTadjarannija disekolah rendah) si anak m0raSa t3u'k up dasar untuk menelaah segaiia ilmu pengetahuan dan dendan dorongan diiwanja dalam „sturm und drang” periode itu malahan sudah m ulai merasa tjukup untuk men-tjoba^ „mendijeladijah du nia”. Kata Nancy L arrick: „They feel more grown-up, more loorldly-wise”. 174
m1’
A. Dongeng3 hewan. Kalau dulu anak pada um ur antara 4 — 9 tahun masih menjukai tjerita hewan sematjam dongeng Sang Kantjil atau fabels a la „Jean de la Fontaine”, maka pada um ur 9 — 12 tahun mereka lebih m enjukai tjerita2 hewan jang melukiskan hubungan manusia dengan hewan jang realistis jang tjo tjok dengan sifat2 hewan itu m enurut ilmu-ha'jat dan memang mungkin terdjadi seperti digambarkan dalam tjerita itu. Dulu tjerita hewan jang demikian itu misalnja terdaipat dalam dongeng „Genoveva” karangan von Schmid jang pernah diterdjem ahkan kedalam bahasa Indonesia dan Sunda. Dewasa ini tje rita 2 hewan modern jang sangat popu ler misalnja „Lassie comes Home33 karangan Eric Knight, „Pete the Crow3’ buah pena Andre Dugo, „Josephine the Donkey” tjiptaian Maud Morin, „Brighty of the Grand Canyon”, „A place for Peter” kar. E. Yates, „Old Yeller” kar. Fred Gipson dsb: Dongeng2 kuda jang tertkenal diantaranja „Black Beauty” karangan Anna Sewell, seri „Black Stallion3’ tjiptaan Walter Far ley, „King o fjh e W ind33, „Misty of Chincoteagne33 dan „Sea Star33 karjanja Marguerite Henryi „Old Bones’3 karangan Mildred Mastin, „The Blind Colt’3 buah pena Glen Rounds, dsb. Di-tiap2 negeri m untjul pengarang2 tjerita hewan modern seperti di India Dhan Copal M ukerji pentji^pta „Kari, the Ele phant3’ dan „Gaynecks the Pigeon”, di Inggris selaimnja „d9ag°2 tu a ” seperti James Oliver Curwood, Jack London, Rudyard Kip• pling (1865 — 1936) dengan buku2 „Junglebooks33-nja, tum bulh pengarang baru jang sangat produktif diantaranja W. J. Long, C. Bernard Rutley dengan serie „Wild life stories'3-nja. Di Wina pengarang jang suika menulis tentang hewan jaitu Konrad Lorenz sed!ang d i Perantjis jang besar dj'asanja adalah E. Perockon. Seri tjerita hewan jang; lain misalmrja „The Mary Moore series33 katr. Mary R . Moore, „The Falcon Nature Series33 susunan Lydia S. Elliott, dan „W ildLife ways series” buah pena Harper Cory. Dari buku2 tjerita hewan tsb. diatas jang sudah diterdjem ahkan ke dalam bah. Indonesia jaitu karangan Rudyard Kipling, „Mowgli33 dan Jungle book33 dan karangan Jack London „The Call o f the Wild’3. Seri „Wild Life Stories’3 dari C. Bernard Rutley ditcrbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penferbit Masa Baru, sedangkan karangan2 Enid Blyton sering disadur untuk dimasukkan dalam m adjalah2 anak. Mungkin sekali dipengaruhi oleh buku2 tjerita hewan diluar negeri sesudah perang, muiitjuUah beberapa bulku tje rita hewan karangan Indonesia a&li, jang terkenal »Si Tjipuj ku tjingku” (Si 175
Tjipuj ou r cat) kar. N j. Hafni A bu Hanifah, dan „Si Upik Hitam” („Si Upik: our black horse”) kar. Nj. Limbak Tjahaja. Selain tjerita2 hewan jang bersifat dongeng semata-mata,banjak djuga diterbitkan orang reference books renfang hewan jang bersifat „inform ation”, ditulis dengan lu tju dan menarik sekali, meskipun isinja semata-mata bersendi ilmu pengetahuan. Jang terkenal diseluruh dunia adalah k a r j a : A . E. BREHM se orang kepala Kebun-biiiatang di Djerman. Negeri Belanda djuga mempumjai achli sem atjam itu, jaitu Prof. dr. A. F. J. Portzelje jang ber-tahun,2 m endjadi direktur A rtis di Amsterdam, disamping Dr. Tollemanf Dr. Krusemami^Nico van Tinbergen dll. Jang terkenal karena karangan2nja mengenai hewan di Afrika dian taran ja A. Gatti, Martin Johnson dan belakangan ini Michaela dan Arm and Denis. Di Amerika pengarang jang sangat produktif mengenai buku2 hewan informatif adalah Bertha Morris Parker. Pada umiiimnja buku2 hewan jang bersifat inform atif itu lebih rnsuKai oleh anak- jang um urnja lebih dari 12 tahun. Oleh karena buku itu isinja bersifat universil dapat diharapkan buku itu akan aisukai djuga oleh anak2 Indonesia, apalagi djika tjara pentje, ta k a n n ja d e n g a n offsetprint bisa sama bagusnja seperti buku2 sekali dewasa ini grafischtechnisch hal itu belum takan o f S dl Indonesia’ karena Eangat kefcuramgan pertjeB. q
Humorous Stories .bidan,g tjerita2 lutju, selera anak p ada um u r
12 tahun itu tamipakj berobah sama sekali. Kalau dahulu me-
l i D i o n X “ a l ? nS ™ e" denKal'kan k e d je ra k a a n „P ak P a n d ir’' m ie n in ip tfl’’ ’ I K ato jan ■ ..Abunawas”, sem atjanl tje rita „Tijl U ilenspiegel , sek aran g m ereka lebih m enjukai k elu tiu an iang lebih w adjar jang lebih realistis dan sungguh-' bisa terdiadi dalam penghidupan orang Be-haxi2. lerajacu aaiam dikarane o L ^ C ™ ™ ^ 11 men| enal ^ t * 2 -fiick Trom” jang van A b k w r i} K im e t dan „p ietje Bel ” karangan Chr. van Abkonde. Kenakalan anak dalam tjerita itu munekin mendjadi inspirasi dari tjerita* kenakalan anak= jang dM iptakaiTasli
sasteraw an Belgia kemudian digubah didjadikan tjerita Indone 176
sia „Wira Pakuntjen”. Dari pengarang Mark Twain (sandiasma dari Samuel Laragfoorne Clemens 1835 — 1910) kita kenal terdjemalhan dari bukimja „Tom Sawyer” dian „Huckleberry Finn” jang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Djaman pendjadjahan Belanda jang sangat populer dikalangan anak2 um ur 9 — 12 tahun.adalah karya tjiptanja Hugh Lofting seri ,£>r. Dolittle”. Demikian pula pengalam an „Mr. Cryptogame” tjiptaan Rodolphe Topffer (Geneve), dijoiga Richard Florence A t water texikenal karena dj'asanjta m engarang „Mr. Popper and his Penguins”, ■ Bilamana mereka lebilh tua (umuminija pada umiur lebih dari 18 tahun) mereka bisa tertarik oleh tjerita djenaka dengan latar belakang faisafalh, seperti tjiptaan Miguel de Cervantes Saave dra (1547 — 1616) jang terkenal d'idtonia jaitu „Adventures Hi dalgo de Don Qijot de la Mancha”, jang telah disalin kedalam bahasa Indonesia. C. Family-life Stories Pada um ur 9 — 12 t a t a i anak itu ham pir sauna sekali tidak menjukai „fairy-fcales” 'liajgi, eeibaliknrja perhatian m ereka lebili tertarik pada tje rita 2 jangi menggambarkan palhit m anisnja hidup kekelujargaan jang di&uikiskan diengan tjiara jang lebiih realistis. Salaih satu tjerita jang sampai sekarang masih te ta p disukai anak2, meskipun um urnja sudah lebih dari setengah abad adalah „Sans Famille” tjiptaan Hector Malot (Peranitjis 1830 — 1907) jang diterdjemahkan dJaJlam baihasa Indonesia djadi „Sebatang kara”, d'alaiim baihasa Sunda djadi „Nunggul Pinang” dan dal'am ba hasa Djaiwa djadi )}Badan Sepata”. Disuisul oleh tjiptaan Frances Hodgson B urnett jang (mula2 kurang m enarik perihatian oran£ di Inggris akan tetapi setelah terkenail di Ajmerika muilai diterdrjemahkan di-mana2 j'aitu >}Little Lord Fauntleroy” atau sadurannja dalam bahasa Sunda „Aom Burej”. Dari sasterawan lam a jang djuga ^ s u k a i tjerita2 kekeluargaannja ad’a lah Charles Dickens dengan tjiptaannja jang terkenal diantaranja : „Nelly”, „David Copperfield” dan s,Oliver Tw ist”. Di Italia jang sangat disukai orang buiku „Cuore” tjiptaan Edmondo de Am icis (1846 — 1908), jang kitai pernah kenal terdjemaihannja dalam bahasa Belanda „Jon$ensleven”. Pada um ur 11 — 12 tampak ada pergeseran m in a t'an ta ra anak laki2 dan peremipuan. Djiika para penmda ganti selera dan mulai lebih tertarik oleh ,.adventures and technics” m'aka kaum hawa lefoih banjak menjukai tj&rita2 jang bersifat kekeluargaan. 177
D iantara buku2 ,.meisjesromans” 'jang paling disukai di Indone sia dalam terdjem ahan bahasa 'Belanda dahulu, jaitu karangan M. Louisa Allcott penjipta Little Boy” „Little W om en” Little Men” dan „Good W ives”; Bintang pentjipta d'ari negara Swiss ja n g dfjuga-terkenal di Indonesia jaitu Johanna Spyrie dengan tjip taannja „Heidi”. Di Denm ark jang palling popuiler tje rita „Bibi” tjiptaan Karin Minchaelis, jang diterdjem ahkan dalam bahasa Be landa seperti djuga buku2 karangan kawan setanah a im ja Estrid Ott diantaranja „Lofodden Lise”, 3)Siri” dan „Ravna”. A strid Lindgren pengarang wanita jang terkenal di Swedia terdjem ahannja kedalam baihasa Belanda djuga dibatja di Indonesia, tjiptaannja diantaranjaj „Pipi Longstocking”. Dari D jerm an jang kita kenal di Indonesia buku „Lisa und Lottie” karangan Erich Kastner. Janig) tidak boleh kita lupakan karyanja adalah E dith Nasbit (1858-1924) diantaranja „The Bad Child”>s,The treasure Seekers’ dan „The Wouldbegoods”. Djuga Ethel Turner term asuk pengarang jang disuJkai oleh pem udi di Indonesia diantaranja dengan bukunja : „Seven little Australians”, ,,Three little Maids” dan „Furgitive for fortune”. Dan la st but not least Harriet Beecher Stowe d i Indonesia terkenal karena bukunja „Uncle Tom’s Cabin” . Sajang sekali buku2 te rseb u t diatas dahulu dikenal anak2 di Indonesia hahja dari terdjem ahannja kedalam bahaisa Belanda sadja dan dewasa ini bukU2 itu belum disalin kedalam bahasa Indonesia, terkefcjuall karangan Nj. C. A. van Leembruggen „Menghadapi hidup baru” jang disalin oleh N j. Saadah Alim. , Baiklaih diperhatikan bahwa pengarang „m eisjesrom ans” ham pir sem uanja terd iri dari sasterawan wanitoa seperti Louisa t ■* J o a n n a Spyrie, Karim MichaeHs, E strid Ott, Astrid Lm agren, Edith Neisbifc, Ethel T urner, Nienke van Hichtum, Cissy van Marxveldt, Top Naeff ulsb. Demikian pula perkembangan kesusasteraan dara Indonesia te rn ja ta sebagian besar dikarang oieh wanita seperti „Kehilangan Mestika” (kar. Nj. Hamidah), „W idijawati” (kar. Nn. A rti Purbani)J ^Marjamah’’ (kar. N j. $■ Djoyopoespito), (kar. Nj. Madio Soetilarso), „Tati ta k kan putus asa3 (kar. Nn. L. Pringgoadisurjo), dsb. D.
Science fiction stories.
Kalau pada um ur „4 t'o 9” m ereka itu te rta rik oleh „fanciful stories” sem atjam „Gulliver’s Travels” „Fuiofckio” „P eter P an ” atau „W aterbabies”, maka tje rita 2 fantasiis u ntuk anak2 um ur 9 — 12 tahun lebih diselarajskan dengan kem adjuan2 ilmu penge178
taihuan dan tehnik jang laziim disebut „science-fiction stories”, apalagi untuk anak laki2 jang um urnja lebih tu a d ari 12 tahun. Diantara pengarang science-fiction abad ke-19 jang paling u lu ngdan paling 'dikenal diseluruh duni^ adalah JULES VERNE (1825 — 1905), jang ‘karya tjiptanja dalDato versi foarii sampai se karang masih disukai anak2 seperti m isalnja: „Michel Strogoff” „Le Tour du Monde en 80 Jours” „Vingt mille Lieues sous los Mers”, „Voyage au centre de la T erre”. Sebagian buku2 Jules Verne itu telah disalin kedalam bahasa Indonesia dan ternjata disukai anak2. Achir2 ini, mungkin dipengaruhi oleh berita2 tentang kemenangan-kemenangan ilmu pengetahuan dalam menguasai angkasa-luar dengan „ Explorer", „Sputnik”, „Lunik”, ,Atlas”, dsb. buku2 ^science fiction” untuk anak2 di USA, di Husia dan di Eropah-Barat tunibuh seperti tjendawan dimusim hudjan seperti ka rangan A. C. Clark „lsland in the Sky’* tjiptaan John Lewellen „The Earth Satellite”} susunan Franklyn Branley „Exploring by Satellite”, tulisan Roy Gallant ,.Exploring Mars”, karangan Ellen Me. Gregor „Miss Pickerell Goes to Mars”, tjiptaan Frances Frost „Rocket Away”, karangan Eleanor C a m e r o n T h e w onderful Flight to the Mushroom Planet”. Sajang sefkali buku3 itu 'belum ada jang diterdjem ahkan kedalam baihiaisa Indonesia terketjuali karangan Charles Neider „Man against Nature” („Empat puluh lima detik dalam tauifan” penerbit Pemlbangunan). Kita di Indo nesia untung! masih dapat onengiknti pengaiaiman - pengalaman Dr. Zarkov dan Flash Gordon mendjeladjah angkaisa-luar dalam koran- „Merdeka”, „Indonesian Observer”, dll jang dilukis un tuk para pembatja jang sudah dewasa. Sedang dilajar TV sering dihidangkan petualangan ,,Superman”, ,Superboy” dengan Superdog”nja. E.
Adventures full of suspense. Salah satu segi jang sangat chais atau „typerend” (typical) dalam perkembangan lektur untuk anak uimur 9 __ 12 tahun adalah dalam bidang tjerita kepetualangan jang penuh dengan ketegangan. Djika kita memeriksa statistik Bibliotik2 di Ero pah, dapat kita katakan bahwa sebagian besar tam an batjaan anak laki2 um ur 12 tahun keatas diisi dengan lektur „adventures” jang penuh dengan aksi dan ketegantgan. Diantara buku adventures jang! biasanja sudah m ulai disukai oleh anak2 umur 9— 10 tahun dan kairena itu bisa disebut pengantar atau „voorloper” dari buku2 adventures, jaitu tjiptaan Daniel Defoe jang djuga terkenal di Indonesia „ROBINSON 179
C R U S O E Disusul popularitetnja oteh „TARZAN” 'karya tjiptaan Edigar R. B w rouglis dan «Treasure Islands” karangan Robert Louis Stevenson (1850 — 1894) jang djuga m engarang k i d n a p ped” dan „Black Arrow Dalam m entjari latar-belakang u n tu k tje rita adventures itu orang melawait laklam negara (pulau) sep erti dalam tje rita 2 „Robinson Crusoe”, „Treasure Islands” dan „Tarzan” , berikenalan dengan bangsa2 jang djauih berlainan kebudajaan, dan tjara hidupnja dengan orang- di Eropah. L atar belakang tje rita jang paling disukai pada w aktu ifcui adalah. dunia-baru A m erika dengan orang2 Indiannja. Salah satu peiopor pengarang tje rita 2 Indian jang kiita kenal terdjem ahannja kedalam bahaisa Indonesia adalah : A. James Fenimore Cooper (1789 — 1851) jang buku-nja diterdjem ahkan di Indonesia „The Last of the Mohicans”, „The Pathfinder” dan „Deerslayer>>. E. Gustav Aimard (1818 — 1883) dengan karangannja jang k ita 'kenal sangat ,,serem”, diterdjem ahkan dalam battiasa Belanda „De Goudkoorts” „Het Fort D uquesne” dan „Vrijkogel”. C. Karl May (1842 — 1912) dengan tja rita a33(jia Jang sanjgjat fan' tastis dan m engerikan seperti „W innetou”, „W innetou Gu> gur” dan „Wasiat W innetou”, dll, (Selaimvja tje rita 2 Indian, K arl May itu menicjiptakan pula pahlawan Kara-bin-Nemsi jang beroperasi disekitar Bagdad dan Istambul). D. Grace Moon pernalh iber-tahun2 fhidiup dengan su'amin j a, Carl Moon, diantara suku bangsa Navajo Indian. D engan demi* kian ia m engetahui orang2 Indian itu d ari d ekat sekali. Ka rangannja lebih^ „humanistis” bersendi perikem anusiaan • dan lebih j.djudjur” , m eskipun dengan demikian kurang berisi ketegangan2 jang menjeram kan. B ukunja jang terkew 1 5 iai^ ? ra7 y a »Shi-Wee and the wise old crow”, „Chf Wee „Chi-Wee and Loki”, „Nadita” d an „Book of N*h Wee : Pengaruh Grace Moon (jang d ju d ju r dan m engenai betul pcribadi bangsa India) temnjata besar sekali. Pengarang2 sesudah dia s e p e rti: E. F . Steuben pentjipta „Tecumseh”-seri. F. Jam es Willard Schultz pentjipta pahlawan2 „Pitahi” „Pitam akan” „Sinopah,, dsb. G. H erbert Kranz m enulis „Der R etter des Stam m es H. Demikian pula karangan J. Nowee dengan seri „Arendsoog”~ 180
/
nja, dalam melukiskan orang Indian itu tidak sebuas tje ri ta 2 tjiptaan J.F. Cooper, G. Aimard atau K arl May. Orang Indian itu dilukiskan' sebagai orang2 Jang gagaih-berani, berkepribadian kuat, berbudi tinggi, berikebudajaan dan berperikemanusiaan. Mereka itu digam barkan sabaigai orang jang suka berterusterang, djudjur dan tepat dalam menepsiti djandji. Sebaiiknja orang kulit putihlah jang diluikiskan betrwatak buruk, [pang d'engan tipu muslihatnfta ingin m em perkaja diri sendiri, tanpa mengingat djandji a tau sumpalhnja jang telah dilontarkan. Saflang sekali dari bukiu2 Indian sesudah Grace Moon itu hanja ada satu dua jang diterdjem ahkan kedalam bahasa Indo nesia diantaranja karangan Dorothy M. Jo h n so n -In d ia n Coun try” („Wilajah Tipi dan Mokasin” penerbit Pembangunan). Pada lajar TV mulai terkenal serie tjerita Indian „Brave Eagle”. Kepetuaillangan dalautan dilukiskan oillelh Captain Marryat (1792 — 1848) dalaim bukunjla jang terkenal di Indonesia dianta ranja ,M o e r m a n Ready” „Jacob Faithful” „Peter Simple” dan „The Children of the New F o r r e s t S . W. Meaden (USA) menulis >,De Zwarte B oeka nief sedang B. M ikkelsen (Denmark) terkenei dengan pahlawan samudra tjiptaannja jaitu f)Jorn Havbo”. Buku2 tersebut djuga foelum disalin kedalam bahasa Indonesia, jang dashulu tersebar adalah terdjem ahannja dalam bahasa Belanda. Banjak pengarang2 adventures jang m em pergunakan suatu kedjadian jang terkenal dalam sedljarah sebagai latar belakang untuk mempndjetotir tjeritan ja seperti dalam tje rita 2 „Robin Hood” Jvanhoe” (W alter Scott) „The Crusades” „Prince Valiant” „Wilhelm Tell”. Terdjem ahannja kedalam bahasa In donesia adakalanja ikita batja sebagai feuilleton dalaan madjalah anak2. „Atala” karangan Chateaubriand diterdjem ahkan Oileh S.M. Latif kedalctm bahasa Indonesia. Ada djuga jang m em pergunakan latar belakang dongeng sedjarah dari Kitab Indjil, atau dongeng2 sedljarah Junani dan Romawi-tua, ssperta^fiuda-T roje”, „Paris”, „Ben-Hur”, dsb. Setelah „a!dventures in historical setting ” itu te rn ja ta disukai orang, tum buhlah „geschiedkundige verhalen” itu dengan pesatnja. Amerikai menondjolkan para pahlaw annja seperti „Daniel Boone” „Buffallo Bill” „Davy Crocket”, Earp” „BiU Cody” „Robert E. Lee” „Kit Carson” „Andrew Jackson” „Ben Franklin” „Abraham Lincoln” dab. Seladnmja dari film, tjerita2 itu kita kenal terdjem ahannja kedalam bahasa Indonesia dalaim madjaMh2. 181
A dakalanja tje rita itu sekedair fantasi d a ri pengarangnja jang m enghendaki ketegangan jang m enjeram kan seperti da lam seri „Davy Crocket” Buff alio Bill” „W yatt E arp ” dsb. akan tetapi ada djuga buku2 jan g dilihat d ari segi sedjarah dapat dipertanggung-tfjawabkan seperti tentang „Abraham Lincoln” „Robert E. Lee” ,,Ben Franklin” dsb. Mula2 m ereka itu hanja m entjari paihlawan2 jang dapat memberikan kemungkinan2 penglukisan scenes jang ada „suspense”nja, kem udian mereka m em perhatikan djuga „pahlaw an-” dilain bidang seperti dilapangan, ilmu pengetahuan sem atjam buku ,.Thomas Alva Edison” „Jenner” „Louis Pasteur” , , Marconi” dsb. Dilapangan kesenian- seperti „Mozart” „J. Strauss” Franz Schubert” )f Frederic Chopin”^Rem brandt v. R hijn” 3>V incentv. Gogh „Goya ’ „Toulouse Loutrec” dsb., dilapangan pelajaran dan kepetualangan seperti 3,Vasco da Gama” 3,Marco Polo” Co lum bus” „Maegelhaens” dsb. . Di Indonesia tje rita 2 berlatar fbelakang sedjarah jang terKenal diantaranja „Pangeran K om el” dan 3>Mantri Djero” kar. M emed Sastrahadiprawira, „Untung SurapatP dan „Robert ane.k burapati kar. Abd. Moeis, „Setahun di Bvndahulu” kar. L Gusti ’^ ip a ti Ukur’’ kar. R. Sumardinata, }>Teuku S J ? r ’ Haz?}> >>pu t Din” kar. M.H. Szekely Lulops, L u saka Indonesia atau „Orang2 besar Tanah A ir” kar. Tam ar ^ * ,E- Katoppo, „Panger an Diponegoro” kar. Madrid Samah, ,,Gadjah Mada” k a r. Moh. Y am in. <^r>HKemY ^ a'n tujn^ u^ lail tje rita 2 perdjalanan jang dituturkan hm ™ * ° fV ja ? § ^ n g a ia m im ja seperti „Sven He.din” dengan VfT« er T ibet” „Drei Jahren in innersten A sien” fa-nan-n-; \ K Fridtjo f Nansen m entjeritakan perdjad id a ^ r^ _e . ordP°le > Am undsen mem bukukan pengalam annja arniia Hi a* -f10’ '!?'r&en Jurgenson m enulis ten tan g petualangdenean Fh^-n^r’- ^T107* Heyerdahl m entjeritakan pelajarannija I n S s i f S % KT Tifci- Buku“ tersebut dahulu dikenal di telah diterdSrnaViif ^mai^arm^a kedaIam bah- Belanda. Jang ke-Kutub” (Van P i zu o Pol) l dan ^ „Ekspedi$i n I ndonesi ”Dari kutub kv an ro Kona Tiki”. F.
Other lands and other Peoples.
D e n r a l a m / n ^ L n 1^ adYentures jang m entjeritakan ^ * dlnoegen asmg, mulailah perhatian anak= itu F ram es “ 1 neSara2 ^ § ta<Ji, seperti Eleanor Frances Lattim ore jang menulis beberapa buku tentang Tiongkok diantaranja s e n „Kleine Slang-. Demikian pula You Phou 182
Lee dalam b u k u n ja „ W henl was a boy in China”, C. Beke menuil vs tje rita jang terdjadi di Afganistan „De Schatgravers van Hindoe-Koesj”, dan jang terdjadi di Afrika „De Vis van Maui”y Elisabeth Coatsworth menulis buku tentang anak dari Guate mala, K. Feder-Tal terkenal karena tjerita kanak-nja dari Israel, Pipaluk Freuchen jang dilahirikan didaerah Eskimo menulis buku tentang „Ivik” anaik Eskimo, A. Gatti jang lama tinggal di Afrika Selatan menulis tjerita „Kamanda” („Kasmanda, an A fri can boy” ) seorang anak dari Kenya, Rasp-Nuri pengarang Turki m entjeritakan pengalaman si „Joesoef” di Pulo Cyprus, dsb. Buku2 lain jang terkenal misalmja: „Panchito” (The B urro Ta mer) tjerita anak Mexico kar. Florence Hayes, „Angkot” („Maro-Boy” ) anak Philipina kar. Lysle Carveth, „Hafiz” anak Kash mir tjiptaan Jean Bothwell, „Momo, daughter of the Mountains” anak Tibet karangan Louise Rankin, ,,Sambio” anak Irian buaii pena Hans Lehr, Lucy Fitch Perkins terkenal k aren a seri buku3nrja m entjeritakan „Anak Kembar” (The Twin-series). Buku2 tersebut dahulu dikenal di Indonesia dalam bahasa Belanda. Jang telah diterdjem ahkan kedalam bah. Indonesia satu-dua (diantaranja : „Menie dan Monie” d ari Twin-serie kar. Lucy Fitch Perkins, dan „Temansku di Eropah” kar. Nanny vWesep. G.
Information Books.
Djumlah buku2 ilmu pengetahuan jang ditulis setjara popu ler terutam a di Amerika., Inggris, Perantjis dan D jerm an sung guh mentajkdjubkan. Sebagian besar buku2 itu dikarang sesudah perang dunia ke II, sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu segi dalam proses pertumbuihan lektur untuk anak2 sesu dah perang jang paling typerend selainnja berkem bangnja Science Fiction Stories” djuga bertambahnjia „information books” atau adakalamja djuga disebut „Reference books” . Sampai sekarang jang mentjoba m enerbitkan in fo rm a tio n Books” dalam ibahasa Indonesia hanja N.V. GANACO d e n g a n : a Serie „Alain Terbuka” (60 djilid) serupa dengan „Basic Educational Series” susunan Bertha Morris P ark er d a n Penerbit Row Peterson. b. Serie „Demikianlah hidup orang di ............ ” (20 djilid) sem p a dengan serie „Little people in Far-off Lands” dari penerbit Arnold and Son Glasgow, „Round th e Globe Sto ries” dari penerbit Frederick W arne and Co London-New York, atau „Glimpses of Family Life” d ari penerbit Mac millan London. 183
c. d.
e'
Serie „Menielami Rahasia Alam” (12 djilid). Serie »,Kenallah Tanah A irm u” (14 djilid) tentang m atjam 2 daerah di Indonesia.
Zaman'’ (baru 6 djilid) sematjam ,.Basic Social Science series dari Row Peterson. D an m asjarakat 'belum tam pak minatmja. Sekolah2 partikeK s th n A h ? keuangannja seperti Sek. K risten Protestan dan K atholik haimpir sem ua membeli. 184
ANAK JANG MEMBATJA, TA PI IBU-BAPAK JANG MEMILIH. Selainmja fkita m em ikirkan dan m erenim gkan sjarat2 tadi, sebaiknja kita djangan melupakan keterangan GODWIN jang dengan terus terang m engatakan : „lt is children th a t read chil dren’s books, w hen they read, but ........... It is p a ren ts who choose them ”. Djuga NANCY LARRICK dalam bukunja „A Parent’s guide to Children’s Reading” (hal. 64) betpendapat sa ma : „Many parents expect their children to 'l ike the same books they liked. A nd sometimes the children do. „Little W om en”, „The adventures of Tom Sawyer*', ,,Heidi” and „The W izard of Oz” are high on any list of favorites Dapat difahami bahwa uraian tersebut diatas jan g terus te rang menerangkan kenjarbalan ibahwa buku2 kanak2 itu dipilih dan dibeli oleh orang tu a anak2 itu, mempunijai pengaruh jang besar sekali pada penkembangan lektur anak2.
185
Gesohiohte dfer deutschen ........... Hermann L. Koster. Die Jugend Lekture ................... Josef Reinhart. Die Jugend Lekture ................... Franz Thalhofer. Die Schulerbucherei in der Volksschule ............................... Paul Wagner. 7. Dajakische Fabeln und Erzahlungen ....................... H. Sunderman. 8. Malaische Marchen aus Mada gascar und Insulinde ............... ' P. Hamburch.
3. 4. 5. 6.
Bahasa Belanda 1. H e t Jeugdboek in de loop der ' eeuwerx............................................ j Riemens-Reurslag. 2. Aan welke eisen m oet een goed kinderboek voldoen ? ............... L. Roggeveen. 3. Een pleidooi voor het waarach- 1 Godfried Bomans. tige ‘jongensboek ........................... 4. Wormcruyt m e t suycker .......... D. Daalder. 5. Over boeken voor kinderen ...... H. van Tichelen. 6. H et goede Kinderboek ............... T. Hellinga-Zwart en C. Hellinga. 7. De kleine V uurtoren (1958 __ 1959 1960 — 1961 — 1962) H et Studiecentrum voor Jeugdbibliotheken. 8. Van schuitje varen tot van Schendel............................................ Annie M.G. Schmidt. 9. Verbinding m et m o rg e n .............. Manuel van Loggeori. (ontwikkeling van science-fiction lectuur). 10. Jeugd en lectuur ...................... j .j . Doodkorte 11. Letterkunde v.d. Indische Ar10 ............................................ J. Gouda. 12. Over Maleische L iteratuur ....... c. Hooykaas 13. V ier Eeuwen Maleische Literatuur .............................................. T.J. Bezemer. 14. Uilenspiegelvenhalen in Indonesia in het bijzonder in de Soendalanden ............................................. L.M. Coster-Wijsman. 186
\ DAFTAR LITERATUR. Bahasa Inggris 1. A dventuring with Books ........... 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
National Council of Tea chers of E nglish’ A Bibliography of Books ......... Association fo r Child hood Education interna tional. Books are vacations ................. Lois R. Markey. Children’s Book too Good to Miss. P ress of W estern Reserve Univ. Growing Up with Books ........... R.R. Bowker. Treasure for the Taking ........... Anne Thaxter Eaton. Gradel list of books for Children. A m erican L ibrary Asso ciation, Adventures in reading ............. May Lam berton Becker. A Selection of the year’s best books fo r children ...................... Child study Ass. of Ame rican. Children’s interest in reading ... A rth u r Melville Jordan W hat do Boys and Girlis read ? A. J. Jenkinson. W hat children like to read ? ......... W. W ashburne and M. VogeL The child as reader ................. J.L. Stanley. Recommended gift books for c h ild re n ........................................ __ Clement Parsons. The children’s reading .............. F.J. Olcott. Children’s Books and Internatio nal Goodwill ............................... Bureau International d’Education. Yearly rep o rt of the International Youth library .................,.......... . International Youth Li brary in Munchen. A' Parents guide to children’s reading ............................................ Nancy Larrick.
Bahasa Djerman 1. Lessende Jugend ........................... 2. Das gute Jugenbuch ..................
Wilhelm Fronem ann. F ritz Giese. 187
15. D w erghert verhalen u it den Archipel ............................................. 16. H et onderzoek naar den oorsprong van de Maleische Hikajat Kalila dan Damina ........................ 17. lets over het Papegaai-boek, zoals h e t bij.de Maleiers voorkomt. 18. Javaansche en Maleische fabelen en Legenden, ................................. 19. Volksverhalen uit Oost-Indie ... 20. O veriicht van de Vollksverhaien d e r Batake .................................... 21. Soendase Pantoenverhalen. ....... 2 2 .' De P an d ji — rom an .................... 23. T an tri en T antri Kamandaika ... 24. Javaanse Volksvertoningen ....... 25. T rekken van overeenkomst tussen de Germaansche en. Toradjasche en Minahassische Volksverh a l e n ....................................................
188
J.L.A. Brandes.
J.C.A. Brandes: J.L.A. Brandes. T.J. Bezemer. J. de Vriess. p . Voorhoeve. C.M. Pleyte. W.H. Rassers. C. Hooykaas. Th. Pigeaud.
K . Adrian!.
M odernisasi P e n g ad jaran B ah . Indonesia SA M PA I SE K A R A N G K U R A N G M EM U A SK A N , K A R E N A .................... S E M U A S U K U B A N G S A D I- S A M A R A T A - K A N ! K e su k aran dalam p en g ad jaran B a h a sa Ind onesia ja n g disebabkan oleh pengaru h B a h a sa D aerah h aru s diperhatikan seb aik -b aik n ja. PE N G A R U H BA H A SA DAERAH,
Tiap- suku bangsa Indonesia, kalau berbahasa Indonesia um um nja membawa pengaruh bahasa daerahnja kedalam bahasa Indonesianja. Seseorang dari suku Djawa m ungkin sekali mem pergunakan djalan bahasa, kata2, pola2 kalim at Djawa dalam Bahasa Indonesianja. Dengan demikian ia akan ,.berbahasa Djawa dengan kataB In donesia”. ' Memang bahasa2 pada berbagai daerah di Indonesia „serumpun” dan „bersaudara”. Akan tetap i djanganlah dilupaJsan pu a bahwa antara bahasa2 itu banjak djuga terdapat perbedaan me ngenai struktur kalim at, a rti kata, dsb. Didalam berbagai bahasa daerah itu terdapat kata2 jang sama atau bersam aan bentuik m aupun bunjinja, ............ . dan sama pula artinja. Sebaliknja banjak pula terdapat kataJ jang sama atau bersam aan bunjinja tetapi berbeda sekali artinja. Malahan ada kata- jang dalam suatu bahasa daerah dipandang „tjabul” sedangkan dalam bahasa daerah jang lain kata2 itu ada lah biasa sadja. Seperti misalnja : (a) kata „m om ok” untuk Orang Sunda( b) „butuh” untuik Orang Kalimantan, dan (c) kata „budjang” untuk Orang Mandailing. Bilamana Anda suka m em perhatikannja, akan sering Anda dapat menangkap : Orang Sunda berbahasa Indonesia dengan mempergunakan unsur kata dan pola2 kalim at Sunda. Demikian pula Orang Djawa, Orang Menado, Orang Minangkabau, dsb. masing2 m enjusun kalimat Indonesianja m enurut kaidah2 ta ta bahasa daerahnja. Djika Anda radjih m engam at-amatinja, pasti Anda akan dapat membeda-bedakan bahasa „Indonesia-Djawa” , bahasa Jndonesia-Sunda”, bahasa „Indonesia-Menado” , dsl.
*) P ernah dim uat bex’tu ru t-tu ru t sebagai artikel dalam w artah arian B erita Yudha dalam bulan Mel 1968.
189
L A IN D A ER A H L A IN P U L A A R T IN JA .
(1). „Ditengah d'jalan Pak Slam et dilanggar b etja” . Karena pen garuh rasa bahasa Daerah, „ditengah djalan” itu akan diartikan oleh Orang Sunda dan O rang Djawa „ditengah-tengah djalan”, dalam bahasa Belanda „m idden op de weg” . Untuk O rang Medan „ditengah djalan” itu b erarti „dalam perdjalanan” atau „op zijn weg” (on his way). (2). „D uta Besar Inggeris memakai badju kebesaran”. Jan g dim aksudkan oleh Orang Djawa „badju jang terlalu besar”, dalam bahasa daerahnja „klambi kegeden”. A kan tetapi oleh Suku Bangsa Indonesia jang lain „badju kebesaran” itu akan diartikan „badju kepangkatan pada < u patjaras kenegaraan”. (3). „Apa benar jang kaukatakan ta d i? ” Karena pengaruh Ba hasa Minang jang dimaksudkan Orang Padang itu „apa be n ar = }>apa sesungguhnja” atau „apa gerangan”, di Pulo Djawa orang akan memahami „apa b enar” = „apa betul” atau „apa tidak salah”. M E M B IN G U N G K A N K A R E N A B E R T J A M P T J R -A D U K 1
jang tetap
boleh menutup mata terhadap kenjataan a masiil belum lagi m entjapai bentuknja
baneanhT)Saaia!^aSi0nal kita itu baru ,m enSind3ak masa perlkemti airon* proses pertum buhannj’a bahasa Indonesia itu pasdari v. ' mef erima pengaruh2, baik dari bahasa asing, m aupun rmn daeFah- Dalam nientjernakan unsur2 dari luar maunffaniah1 ma^ra iltu ’ sudah sem estinja kita harus hati2 sekali. DjaIndonesia ^ up n Poia2 dan stru k tu r2 dasar daripada bahasa don ^in hi ’■toll*....... ^ang m enurut putusan Kongres Bahasa Inhasa Melaju ^ Pada tallun 1954 ditetapkan berdasarkan ba-
penfbnoannnn l i n t kita harus dapat membedaitan ,,pen]tmpangan d a n kaidah* tatabahasa Melaju setjara sadar” berdasarkan pertim bangan jang logis dan ... Z J r tZ t kesalahan karena sesungguhnja tidak tahu bagaimana m estinja”.
/ T J O N T O H B A H A S A ,,I N D O N E S I A - D J A W A ” .
Sekedar sebagai tjontoh, dibawah ini disadjikan kalim at2 bahasa „Indonesia-Djawa”, jang mungkin sekali pernah Anda dengar di Djawa-Tengah di Djawa-Timur atau di ................ Dja karta. Kalimat Djawa jang m em pengaruhinja ditjantum kan dibelakangnja. 1. Saja tidak m engerti kalau bapak saja sudah pulang (aku durung ngerti jen bapakku wis mulih). 2. Rumahnja Pak Slamet jang besar sendiri (Omahe Pak Slamet sing gede dewek). 3. Bolehnja bitiara dengan siapa ? (Olehe ngomong karo sapa ?) 4. B uku saja tidak ketem u (Bukuku ora ketemu). 5. Itu gelasnja siapa ? (Iku gelase sapa?) 6. Ibu pulangnja besok kapan ? (Ibu mulihe besok kapan .) 7. Nak, jang baik duduknja I (Nak, sing betjik lungguhe .) ^ 8. Mahal mana kretek dengan sigaret ? (Larang endi kreteK karo sigaret ?) O R A N G P R IA N G A N
J A N G B A IK H A T I.
Sekarang akan kubawa Anda kedaerah Priangan ! Katakanlah Anda memindjam uang seratus ribu rupiah dari kenalan Anda di Madjalaja, Garut Tasik atau Tjiamis ! Sudah lebih dari setahun Anda memindjam uang itu. Tiap kali ditagih, Anda tidak dapat m em bajarnja ! Pada suatu hari Anda mendengar seorang penasehat kenalan Anda, jang memberikan pindjaman uang kepada Anda itu, berkata b e g in i: ”Ka la u jang memindj.am uang itu tidak dapat m embajar utangnja sekaligus, baiklah m inta dituntut sadja ! .................... „Perkara itu akan diserahkan kepada Polisi ? Anda akan diseret kem uka pengadilan ? Tidak n ja n a ! K edjam benar orang Piiangan. i t u !” Demikianlah mungkin terlintas dalam pikiran Anda. Haraplah Anda djangan berketjil h a t i ! Djanganlah berputus asa ! Djanganlah lupa bahwa Anda berada didaerah Priang• an iang indah-permai, ditengah-tengah m asjarakat Indonesia jang berbahasa Indonesia dengan unsur kata Sunda, dengan pola kalimat Sunda. Djanganlah chawatir ! DITUNTUT” (ditungtut) dalam bahasa Sunda b erarti „ditjitjir atau ,)diangsur,\ Daerah Priangan tidak hanja terk en al karena „modjangnja” sadja! Umumnja orang, sana itu sangat bidjaksana dan baik h a t i ! 191
«
Maaf, seribukali maaf, keterangan itu tidak dimaksudkan se bagai propaganda supaja Anda m entjari djodoh gadis Sunda ! P E R S A M A A N J A N G M E M B IN G U N G K A N .
„Simin puhja PEDATI, RODANJA rusak”. Kalimat Indo nesia jang sederhana sekali, bukan ? Tidak ada kesukararm ja ! Sajang sekali, tidak demikian pendapat anak2 Sunda ! Untuk anak Sunda kalimat tadi bisa membingungkan. Tjobalah Anda bandingkan dengan terdjem ahannja dalam bahasa S u n d a : „Simin boga RODA, GILINDINGNA ruksak” . Nah, sekarang mengertilafh Anda, apakah sebabnja di Tanah Sunda jang terkenal „subur m akm ur gemah rahardja” itu, sudah dapat dipastikan bahwa harga „RODA Sunda” selalu akan djauh lebih mahal dari pada harga ,,RODA Indonesia”. ,,Siti DISAMPING diuk GIGIREUN indungna” . Kalimat Sun da jang sehari-hari Anda dengar itu, kalau disalin kedalam ba hasa Indonesia b e rb u n ji: „Siti BERKAIN duduk DISAMPING ^TMPTM^ailgani a» Anda h a ti! Suku Sunda lebih beruntung. P m r T ? “ ” ?? , Sa dld^ual untu^ membeli bulgur. „SAMKrih +? um tentu ada 'gunanja ! „LADA itu PEDAS” . lum a «S Anda terdjem ahkan kedalam bahasa Sunda, sebePriangan t T id a fd a p a t" ^
tjal0n P6IlgaWal M° djang
Him f efunf£ u3™Ja mudah s e k a li! Pertukarkan sadja tem pat kedua kata itu, kem udian lafalkan kata2 itu m enurut logat Tjian]ang lemah §em ulai! Dengan tja ra demikian Anda pasti dapat menarik hati „Neno PTm fcV ^ ? dah’ bukan ? ->LADA itu M ^ ^ alam bahasa Sunda mendja di ,,PEDES teh LADA” . ' Sunrtf- ^ 5a, LUAS”' Dalam baha=a oi LEGA”' Akan tetaJ f p a w n
Perhaffkahlah ksrsnd
kssuloran?
pengaruh
bahasa D aerahf
hasa Indonesia. Sebaliknja „DIPASAK” m enurut tatabahasa Alisjahban-a dalam bahasa Sunda berarti ,,DIPASEUK”. Pantaslah orang2 Sunda selalu bingung untuk memilih kata2 Indonesia jang te p a t! ^ Menurut Orang Priangan membangun Stadion Utama di Djakarta itu benar2 satu karya raksasa jang sangat „BANGGA” — Sunda. Setelah selesai dibangun, m enurut Orang Sum atera seluruh negeri pasti akan merasa „BANGGA” — Melaju. Sebaliknja pada Orang Jogja dan Solo jang sangat menjajangkan beratus djuta uang itu dihamburkan untuk satu projek jang tidak langsung dapat meningkatkani kem akm uran rakjat, mungkin pemborosan itu akan menimbulkan rasa „BANGGA” — Djawa I O R A N G IN D O N E S IA A C H L I S U L A P .
Kalau sungguh2 Anda perhatikan semua uraian diatas, akan mengertilah Anda bila ada orang jang m engatakan, bahwa bang sa Indonesia itu semuanja pandai main sulap. Pendek kata tidak ada jang sepintar orang Indonesia dalam ,,ilmu gaib itu ! Anda sendiri sesungguhnja pandai djuga bermain sulap. Tidak pertjajakah Anda kepada kepintaran Anda itu • Tioba sadja Anda pergi dari Bandung membawa „GEDANG Sampai di Jogja akan mendjadi „KATES'\ Sebaliknja djika Anda dari Jogja membawa „GEDANG”, sesudah lewat Tjitanduj sudah pasti akan berobah mendjadi „PISANG . Dengan kepandaian Anda dalam ilmu magic itu adakalanja Anda harus berhati*ati. Kalau ada tam u^dan Priangani, ^ W a h disuguhkan kepadanja makanani jang ,„AMIS . toniaVan lam ana tam u itu berasal dari Djawa atau dari Minang, tan£ ^ ■ ' lah terlebih dahulu apakah ia menjukai makanan jang „AMib itu ! Tentu sadja untuk dapat memahami „ilmu gaib” itu orang memerlukan 4 matjam kamus. Kan^us St. Moh. Zain, Kamus Satjadibrata, Kamus Djawa Purwadarminta dan Kamus Mrnmg M. Taib. D a n ............... itulah sebabnya dalam peladjaran Banasa Indonesia pengaruh Bahasa yDaerah itu harus diperhati an se baik-baiknja-
193
A ngkatan Muda m enuntut .................................................... *) SA T U BA H A SA INDONESIA ........................................................... 3an£ ............... + SAM A bentuk maupun bunjinja + SAMA djalan bahasanja + SAM A kaidah grammatikanja + SAM A pula artinja DISELURUH INDONESIA PENG ARUH
m e m p e n g a r u h i.
„A ntara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah telah terdjadi Kontak sosial dan kontak budaja jang aktif. Djiwa bahasa Indo nesia dan djiwa bahasa Daerah telah bertemu. Kedua bahasa jang bersangkutan. mulai saling memperhatikan, achirnja saling mempengaruhi. S^Sial lni m endekatkan rasa kedaerahan kepada rasa D e m a ia ^ ^ m ?n§Serafckan para pem akainja untuk menilai u ^ bahasa. Indonesia. Mana-mana jang terasa kurang, ditambah dengan jang ada pada bahasa Daerah. sendirf1^ 1 -n bTfhuaSa Indonesia dirasakan sebagai miliknja s k Dadn a r 3 nHg ^ asa P.aerahnj a- Keasingan bahasa Indone-
donesla
n m? “ n kuran8' karena antara bahasa In'
Baik bahasa Tnrtn36” banjak se«i'8e81 5ang samaa n a u f tiT ^ H m aupun bahasa Daerah adajah bahasa masih ser™ , r 1^ an bahasa’ kata-katanja banjak jang
S diabatan r u m
and*a anJpirSama......... demik^
r Muljana dalam pidato penerimaan p a d a t n g g ^ ’^ 1 1 f U l F“ s Sastra Universitas Indonesia m e n t o ju
SA TU
r
baha sa
n a s io n a l
ja n g
sera ga m
.
m et MuHana i t T D i f S ? t Pa 3 rng dikatakan oleh Prof. Dr. Slarah telah bertem u ? onesia dan djiwa bahasa Daem em perhatikan m ulai Sa ', ang bersangkutan mulai saling mulai saling mempengaruhi. sional dan b a h a s a ^ a lr a h ^ f 361™1*1311’ kedua bahasa (bahasa NaA kan t e t a n i t P enga™h- mempengar uhi ................ itu tidak djarang d ato m V rti^ ata P^a? tek ”saiinff mempengaruhi mengatjaukan". „sahng m erusakkan dan saling
’} - S a r tT B 194
ln ^
dalam
Bagaimana pula bunji sumpah keram at kita pada tgl. 28 Oktober tahun 1928 itu ? Kami Putera dan P u teri Indonesia mengakui. „Berbangsa SATU ............... Bangsa Indonesia”. „Bertanah-air SATU ........... Tumpah Darah Indonesia”. „Berbahasa SATU ................... Bahasa Indonesia”. Berbahagialah Negara dan Bangsa Indonesia, jang 40 tahun jang lalu telah mengikrarkan Bahasa Nasionalnja, jaitu Bahasa Indonesia ! Tentu sadja jang dimaksudkan itu SATU Bahasa Nasional jang s e r a g a m satu s ta n d a rd ” bahasa Indonesia jang uniform untuk seluruh Nusantara dan seluruh R akjat In donesia. Pendek kata jang SAMA bentuk maupun bunjinja, jang SAMA djalan 'bahasanja, jang SAMA kaddah2 grammatikanja, dan ............... SAMA pula artinja diseluruh wilajah Indonesia I O E JE N G A D IK N JA DA EN G .
Tuliskanlah kalim at pendek itu pada sebilah papan. Bawalah papan -itu ke Wonosobo, Ponorogo, Bondowoso, Modjokerto, Bodjonegoro, Probolinggo, ............... pendek kata ketiap tempat, j'ang namanja penuh dengan huruf2 ,,0 ’'. Tanjakanlah kepada tiap- murid S.D. jang Anda djumpai disana, siapa diantara kedua kakak-beradik itu jang lebih tua. Sudah dapat dipastikan 'bahwa m ereka SEMUANJA akan mengatakan bahwa DAENG-lah jang lebih tua. Sesudah itu belilah tiket Garuda ! Bawalah papan jang tadi itu ! Terbang ke Padang, Medan, Palembang, Pakanbaru, atau D jam b i! Tundjukkanlah tulisan pada papan itu kepada murid2 S.D. disana ! Tanjakanlah mana „kakak” dan mana „adiknja” S Tentu m ereka akan mendjawab : „DAENG” itu ialah ADIK dari pada OEJENG”. Atau dengan perkataan lain, untuk murid* jang birbahasa-ibu bahasa Melaju, OEJENG-lah jang le bih tua ! Nah lihatlah, sedemikian. kuat pengaruh bahasa Daerah itu dalam djalan pikiran anak2 S.D. itu ! \
Mungkinkah kita dapat m entjapai SATU bahasa Nasional jang seragam dengan pengaruh bahasa Daerah jang bermatjamm atjam itu ? HARUS dan PASTI d a p a t! Memang kesanalah tudjuan pela djaran bahasa Indonesia di Sekolah- itu ! 195
S A L IN G M E R U S A K K A N D A N S A L IN G M E N G A T J A U K A N .
Bahasa Nasional dan bahasa Daerah itu — bilamana tidak didjaga sebaik-baiknja — bisa saling m erusakkan, bisa saling m engatjaukan ! Mereka jang suka memperhatikan-nja pasti akan dapat membedakan bahasa „Indohesia-Djawa”, bahasa „Indonesia-Sunda% bahasa Indonesia-Menado” , bahasa „Indonesia-Ambon”, dsl. ............... . dan „last but not least” bahasa Indonesia jang sekarang sangat populer mengisi podjok surat2 kabar, jaitu bahasa ^Indonesia DJAKARTA” . Bilamana diamat-amati dengan teliti, sesungguhnja ada ber-. m atjam ragam bahasa Indonesia, jang dalam pertjakapan seharihari sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa2 Daerah. Katakanlah „bahasa Indonesia” dengan unsur kata dan pola kalimat Daerah. Tentu sadja tidak seragam I Tidak sama bentuk maupun bu njinja, tidak sama djalan bahasanja, malah seperti tjontoh dia* t a s ....................ada kemungkinan tidak sama pula diartikannja I !
196
Angkatan Muda m e n u n tiit................................................. *) S A L I N G M E M P E N G A R U H I harus didjaga djangan m endjadi SALING MERUSAKKAN DAN S A L I N G M E N G A T J A U K A N P E R K E M B A N G A N ,,B A H A S A GADO2” .
Lebih baik djika kita bertindak lebih djudjur I Perhatian kita sebaik nja harus kita arahkan kedua belah djurusan ! Sebab bukan bahasa Indo nesia sadja jang dikatjaukan oleh pe ngaruh bahasa D aerah............... baha sa Daerah-pun mdk&n lama makin dir rusakkan dan m akin dikatjaukan oleh pengaruh bahasa Indonesia ! Perhatikan sadja bahasa Daerah para peladjar ! Bahasa Daerahnja sa ngat kuat dikuasai oleh unsur serta struktur kata2 dan kaidah tatabahasa Indonesia. Bahasa Daerah mereka umumnja sudah sangat „bertjampuraduk” ............ tumbuh mendjadi sa tu „bahasa gado2”, jang lazim disebut orang bahasa „KE-MLAJU-AN”. B A H A S A S U N D A K A -M A L A J O N .
Tjoba sadja Anda perhatikan pertjakapan pemuda-pemudi Sunda fajaman sekarang ! Tidak mustahil Anda akan m endengar kalimat b e g in i: „Ku lantaran Tentara beuki lalaj, gerombolan beuki ganas”. Kalimat „Sunda Kamalajon” tadi lalah terdjemahan keliru jang telah terpengaruh oleh struktur kalimat Indone sia : „Oleh karena Tentara m akin lalai, maka gerombolan ma kin mengganas”. Mungkin Anda merasa heran ! Kenapa soal jang biasa sa dja harus dihebobkan ? Dimana sesungguhnja letak kegandjilannja ? Baik, kalau Anda ingin mengetahuinja, kalimat ,,Sunda Abad Atom” itu, akan di-alih->bahasakan kembali kedalam bahasa Nasional kita. Djadi bagaimana bunjinja ? „Oleh karena Tentara suka makan kelelawar, maka gerombolan suka makan nenas *)
P e rn a h d im u a t d a la m w a r ta h a n a n B erita Y udha b u la n M ei 1968.
197
Lebih m enjulitkan lagi kalau kalim at Indonesia jang berikut keliru m enjalinnja kedalam Bahasa Sunda, karena terpengaruh oleh struktur dan kata2 Indonesia': „Pangdam merasa berkeberatan untuk m entjabut larangannja”. Dipindahkan kedalam Bahasa Sunda Kamalajon jang keliru, bisa berbunji b e g in i: „P<xngdam ngarasa kabeuratan pikeun njabut laranganana3’. Ampuun, pem batja jang budiman, seribu kali m inta ampun ! Penulis tidak sanggup untuk mengalih-bahasakan kembali ka lim at „Sunda K am alajon” itu kedalam Bahasa Indonesia. Djika Anda berkeras hati ingin m engetahuinja djuga, baiklah Anda buka sadja Kamus „Sunda-Indonesia Rd. Satjadibrata” pada ha lam an 49 dan 192. Atau ........... kalau Anda tidak suka bersusah pajah, tanjaican sadja artm ja kepada kenalan Anda d ari D jaw a-B arat! Akan tetapi ;............ terlebih dahulu tjam kanlah nasihat i n i ! iJjanganlah Anda berani m entjoba m enanjakan arti kalim at itu kepada seorang „Modjang Priangan” ! Bisa berabe, deh ! ^ „ Dlbawah ^ disadjikan beberapa kalimat „Sunda Kamalade^ asa leblh terkenal dengan sebutan „Basa Sunda 3^ ! ® ’ disertai kalim at Indonesia jang mengakibatikan kekatjauan dalam kalim at2 Bahasa Sunda itu.
(1) ^ ^
“TI niiarkeun
rifa ■mertuanja)
S
bedi°- ien Sidin geus wani ngage’* mitohana (Sipatahunan m enjiarkan besudah berani menggelapkan kepunjaan
leuwitl <Mauh ditjokot kaputusan piaku lh u Gubernur, ari Bapa Guberdirundinekan lo h fh a -"" J e™ban9 Par«- djuara. (Sesudah akan diserahkai^ i iJai ? dlambU keP>utusan bahwa piala itu akan ^ Ibu Gube™ ^ , sedang Bapak Gubernu r akan mengalungkan bunga kepada para djuara). ( k e l a s ^ d i n k n t / i - i saenggeusna pasir anu aja diruangan p a s i r V *“ r (Bapak Guru le§a hat hija sesudah Pasir jang ada diruangan (kelas) diangkut keluar). keun kateranm L
mastaka ngadangu-
e f s s s r s K : M,gJ “ 198
**“
K A L IM A T D J A W A K E -M L A J U - M L A J U -A N .
Pengaruh buruk daripada bahasa Indonesia itu tidak terd^pat di Tanah Sunda Sadja. Didaerah Djawa-Tengah dan DjawaTimur-pun makin lama makin santer terdengar keluh-kesah para pentjinta Bahasa dan Sastra Djawa jang melihat perkem bangan bahasa „Djawa-Ke-Mlaju-Mlaju-an”. Tjontoh kalimat- Djawa jang telah dikatjaukan oleh penga ruh struktur bahasa Indonesia itu disadjikan dibawah ini, di sertai kata2 jang betul m enurut pola kalimat dan kaidah tatabahasa Djawa jang sampai sekarang masih berlaku. 1. Sudjono iku ing klase sing paling pinter dewe (pinter dewe) 2. Sepure ana Modjokerto ora berhenti (leren) 3. Landa wis ninggalake Irian Barat (lunga saka) 4. Titi ditukokake klambi berkembang (nganggo -kembang2-an) 5. Bab kesusahanmu ora perlu kok pikirake (pikir) 6. Kowe durung ngerteni lagejan2e. (ngerti marang) 7. Le, gelase kumbahen sing resik3 (resik) 8. Toto iku kebiasaane njokoti kuku (lagejane) 9. „Kapan koe te k a ? ” aku pitakon (pitakonku) 10. „Maling2”, wong2 pada mbengok (pambengoke wong2).
199
TINGGALKANLAH „METHODE LANGSUNG” WARISAN DR. NIEUWENHUYS ! *) + Peladjaran Bahasa Indonesia tidak bisa di-samarata-kan ! + Perhatikanlah kesukaran2 disebabkan pengaruh Bahasa D aerah ! + Bahasa D aerah m em pengaruhi djalan fikiran m urid w aktu m ereka beladjar Bahasa Indonesia ! M ETHODE LA N GSUNG A TA U ’’T H E D IR EC T M ETHOD".
Masih ingatkah Anda bagaimana Anda dahulu sebagai mu rid HIS atau Schakelschool beladjar bahasa Belanda ? Ja, tepat sekali, sedjak dari permulaan, pada peladjaran jang pertam a sekali, Anda terus LANGSUNG dilatih dibiasakan mendengarkan, menangkap, memahami, dan meniru guru melafalkan kata2 Belanda jang asing untuk Anda itu ............... TANPA bantuan bahasa ibu Anda ! Memang sistim demikian itu sedjalan dengan aliran methode langsung jang dipropagandakan di Indonesia setjara intensif se kali oleh dr. G.J. Nieuwenhuys. Dalam ,,Bronnenboek”-nja dr. Nieuwenhuys menginstruiksikan supaja mengadjarkani sesuatu bahasa baru itu dilakukan LANGSUNG, diberikan TANPA mem pergunakan bahasa-ibu murid. % Memakai bantuan bahasa-ibu murid oleh Nieuwenhuys tanpa pengetjualian diartikan „m enterdjem ahkan”. Dan beladjar menguasai suatu bahasa baru dengan djalan m enterdjem ahkan itu dianggap tidak akan sempurna ! ,,M enterdjem ahkan” oleh para penganut „Methode Langsung” dianggap membingungkan ,,M enterdjemahkan” tidak mungkin dapat dilakukan oleh mu ’ ^^an§SaP m erusakkan kemampuan bahasanja ! ,,M enterdjemahkan” tidak mungkin dapat dilakukan oleh. orang jang belum sempurna penguasaan bahasanja ’ Apalagi oleh m urid jang baru beladjar ! K arena itulah dulu Anda sebagai murid HIS atau Schakel school setiap hari terus-menerus di-dril beladjar menangkap dan m eniru atau m ereprodusir kembali kata2 Belanda jang diutjapkan oleh^Guru Anda. Dengan konsekwen sekali Guru Anda da lam tiap- peladjaran bahasa Belanda m enghindari pemakaian bahasa-ibu Anda I *)
200
QPeraah dimuat sebagai artikel diantararija dalam wartaharian Bcrita Judha bulan M ei 1968.
Para penganut aliran „DIRECTE METHODE”, jang sesudah Perang Dunia ke-II terisol-ir dari pengaruh2 internasional, men djadi penganut jang orthodox dan sangat fanatiik dalam memaharni petundjuk- dari Dr. Nieuwenhuys itu. Mereka m endjadi sedemikian orthodox, sehingga ............... „ZatihaW memperbandingkan bahasa” jang diandjurkan dalam aliran „the linguistic method” mereka anggap sebagai „latihan m enterdjem ahkan” djuga ! Begitu kuat pengaruh tjara berfikir warisan Belanda itu ! ’’T H E D IR E C T M E T H O D ” M E M A N G T J O T J O K U N T U K G U R U B E L A N D A .
Dr. G.J. Nieuwenhuys rupa-rupanja sudah m em perhatikan segi2 dalam methode langsung itu jang menguntungkan GuruBelanda. Hampir semua Guru Belanda j a n g dulu m engadjarkan bahasa Belanda di HIS maupun SchakelscHool itu, samasekali tidak mengetahui sedikitpun tentang bahasa ibu murid. Dipertunbangkan dari segi itu sadja, sudah dapat difahami bahwa hanja ,,methode langsung” jang dapat dipergunakan oleh guru2 Belan da itu. Memang dalam „direct method” itu jang diutamakan ha nja bahasa baru jang akan> diadjarkan. Sesungguhnja ,,the direct method” itu m em punjai segi jang merugikan. Oleh karena dalam methode langsung itu sekalikali tidak dibolehkan mempergunakani bahasa ibu murid, dalam praktek hal itu sangat mengakibatkan pengham buran waktu jang sesungguhnja tidak perlu. Dapat kita fahami bahwa kata2 Belanda s e p e rti: ,,ziek”, „honger”, ,,nat”, ,,vrees” , ,,snelheid” , dsb., dalam praktek akan lebih tjepat dan lebih djelas difahami m urid, djika diberikan pengertiannja dalam bahasa ibu murid, jaitu : „sakit”, „lapar” , „basah”, „perasaan takut”, „ketjepatan” f dsb. M E -N J A M A R A T A -K A N
k esu k a ra n
.
Methode peladjaran bahasa Indonesia jang bersendi „direct method” diantaranja methode ,,PELADJARAN BAHASA INDO NESIA” karangan Oesman dan Yspeert, diterbitkan oleh penerbit Belanda J.B. Wolters. Jang lebih lu a sterse b ar di Indonesia ialah methode ..BAHASAKU" karangan B.M . N ur dan W.J.S. Poerwadarminta jang dahulu diterbitkan oleh W Veisluis. Dalam kedua methode tsb. — jang disusun konsekwen me n urut petundjuk-petundjuk dr. G.J. Nieuwenhuys - bahasa ibu murid sekMi-kali TIDAK dipergunakan. Kedua m ethode tsb. di tulis untuk dipakai disemua sekolah dasar jang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia ............... TANPA m em perhitungkan 201
kesukaran murid disebabkan pengaruh bahasa Daerahnja (ibunja). Dalam kedua methode tsb. disadjikan latihan2 pola kalimat jang SAMA untuk SEMUA m urid S.D. D1SELURUH Indonesia. Satu bukti bahwa penjusun methode tsb. menetapkan latihan pola kalimatnja TANPA terlebih dahulu mempeladjari perbedaanrperbedaan persamaan2 dalam unsur, struktur, dan kaidah taa-bahasa Indonesia dan bahasa ibu m urid jang akan memperqunakan methode tsb. . Dalam praktek mengadjarkan bahasa Indonesia semua guru mengalami, bahwa djustru persamaan dan perbedaan itulah jang aapat menimbulkan kesukaran2, keragu-raguan, kebingungan dan fcefcatjauan dalam peladjaran bahasa Indonesia itu • coi, Per^ a^aan' lain> kesukaran- jang dihadapi murid diw k T i n(Jonesia’ dengan berpuluh-puluh bahasa daerah jang * dalam kedua methode langsung itu ............... diGENERALISASI^kan atau di-SAMARATA-kan. Memang adjaran dr. G.J. Nieuwenhuys, jang mendjiwai ke^ g s u n g tsb., samasekali TIDAK MEMPERHIiUXMGKAN perbedaan pengaruh bahasa ibu m urid janq berma• tiam-matjam sifatnja itu. ini se^lua kesalahan jang dibuat orang dewasa rahnia hasa Indonesia maupun Bahasa Daekebin’mmaan” n ”confusion” („verwarring”), akibat dari dan tidak ifanat*3™ P^ al?ai baJiasa itu, jang tidak mengetahui m a n a iptnic ^ I roembedakan dimana letak persamaan dan dirahnia Knrf™ aniara Bahasa Indonesia dan Bahasa Daebaniak (»verwaTrin9”) itulah, Orang Djawa scm sudah I * d ir i” ® * u »R'umahnja Pak Slamet jang besar senm ethode
,,b a h a s a
k it a
*’
ja n g
baru
t e r b it
.
ia n e ^ r b a r n t1'tiTiftl10^ PeladJaran bahasa Indonesia untuk S.D. Halian* dkk Hari r,m ”BAHA?A KITA” karangan Baidilah kata Dendahnlum?6-11^ I RemadJa Karya di Bandung. Dalam denkn n e n d ^ n dlt^rangkan bahwa methode itu disusun
^^9sseatsixtsaast s
* ■
-‘=
kai i , ^ r ^ n t<,al^ a" I d,enga? ', isi keterangan diatas, latihan pola= ^ ^ ^Isad^lkan dalam buk“ 2 peladjaran bahasanja (untU'k anak Sunda m aupun untuk anak Djawa) ............... SEMUA202
:
♦
NJA SAMA SADJA, padahal kesukaran u n tu k anak Djawa berlainan sekali daripada kesukaran2 untuk anak Sunda, disebabkan perbedn.an unsur, struktur, dan kaidahs tata-ba!hasa kedua Bahasa Daerah itu. Misalnja pola kalimat „buku itu kubeli>} untuk Anak Sunda agak sukar. Sebagian besar akan m engatakan „itu buku dibeli oleh saja”,, serupa dengan pola kalimat Sunda „eta buku dibeuli ku kuring”. Untuk Anak Djawa pola kalim at itu d ju stru m udah sekali sebab dalam bahasa Djawapun m ereka m engatakan „buku iku k u t u k u Sebaliknja Anak Sunda tidak akan m em buat kesalahan dan mengatakan „Bapak pulangnja besok kapan ?” atau „Bolehnja bitjara dengan siapa ?” Lain daripada itu, dalam kata pendahuluannja didjelaskan bahwa methode itu meskipun disusun untuk pulau Djawa, dapat pula dipakai di-daerah2 jang bahasa daerahnja bukan bahasa „Melaju”. Apabila keterangan diatas kita perhatikan, maka tim bullah pertanjaan dalam hati ikita : ,,Samakah struktur bahasa Sunda, Djawa, dan Madura dengan struktur bahasa Bugis, Makasar, Man dating, Simalungun, Daja, Minahasa, Nias, dsb. ?” Demikian bunji ketjaman jang tegas sekali dari U.P.I.D. (U rusau Pengadjaran bahasa Indonesia dan Daerah) dari Djawatan Pendidikan Umum Dep. P-D. & K. di Djakarta. Melihat latihari* peladjaran bahasa jang di-„SAMARATA”kan untuk semua m urid disemua daerah diseluruh Nusantara, dapat ditank kesim pulan bahwa m ethode ,,BAHASA KITA” itu sesungguhnja SAMA SADJA dengan kedua m ethode jang telah diuraikan dimuka. Methode. jang terbaru terbit 1i tu sama sadja <ususun................... TANPA m em perhitungkan kesukaran m urid atsebabkan pengaruh Bahasa Daerahnja. Latihan2 pola'kalim at d is u su n ............... TANPA penjelidikan perbandingan bahasa, TANPA m enjelidiki dulu persam aan dan perbedaan dalam unsur, struktur m aupun kaidah2 tata-bahasa In donesia dan bahasa ibu murid. M E N D J I P L A K T A N P A D I P I K I R K R 1 T IS .
Suatu gedjala jang m endjadi bukti betapa kuat pengaruh dr. G.J. Nieuwenhuys itu meresap kedalam lubuk hati para penjusun methode peladjaran bahasa Indonesia, dapat kita saksikan pada latihan2 „MENATAP” jang terdapat dalam buku2 „BAHASAKU” maupun „PELADJARAN BAHASA INDONESIA”. Latih an (imlak) menatap itu m eniru jjFIXEEROEFENINGEN” dalam peladjaran bahasa Belanda karangan Nieuwenhuys. 203
I
U ntuk dapat menuliskan kata-kata Indonesia, „fixeeroefeningen” atau „latihan2 m enatap” itu sesungguhnja tidak begitu penting. Dalam bahasa Indonesia hampir tidak ada perbedaan antara bentuk ,yvisueeV> (tulisan) dan bentuk ,„auditief” (lafalan) dari kata*-nja. Dalam bahasa Belanda perbedaan antara ,,lafalan” dan „tulisan” itu bisa besar sekali dan dapat membingungkanmurid, misalnja kata2 seperti : „chauffeur” , „trottoir!T, „politie”, „bureau”, „chocolade”, „officier”, „sergeant”, „eau de cologne", j.portefeuile”, dsb. Dapat kita fahami djika dr. Nieuwenhuys beranggapan bahwa untuk dapat menulis kata2 Belanda jang sukar itu, murid perlu mendapat latihan „imlak m enatap” . Dalam bahasa Indonesia lafalan m aupun tulisan kata2 asing tadi sudan sangat disederhanakan m endjadi: ,,supir”, ,,trotoar” , ,,polisi”, ,,biro”, „soklat”, „opsir”, „sersan”, „kolonjo”, „portepel”, dsl. 'Kata2 Indonesia itu tidak akan m enimbulkan kesukaran2 jang mem erlukan latihan ,,fixeeroefeninggen” seperti dalam bahasa Belanda. Meskipun dtemikian karena pengaruh petundjuk dr. Nieuwenhuys — latihan ijimlak m enatap” itu diberi tem pat jang istimewa dalam m ethode „BA -. HASAKU” dan „PEL. BAHASA INDONESIA” itu.
d epa rtem en
p
&
k
pelo po r
m o d e r n is a s i
!
nesiaSM ^ d ^ r t P1L 23 kUa men§hiruP udara N egara Indomasih tprlain !?^nS sekali rupa-rupanja waktu 23tahun itu S ta d a rin ^ I1 h ^ UntUk ” me'mer deka-kan”tjara berfikir kita d a n pengaruh Belanda jang salah dan menjesatkan ! R entjana e n H m iaPembangunan T p m h ? ^ 6 BaTLima d9Wasa ini jang dan dalam menghadapi „R Tahun” akan datang, sampailah kita pada waktunja untuk mengiids habis sisa? pengaruh Be-anda jang keliru dan merugikan. Oleh m asjarakat jang meng^nggap „pendidikan itu sebagai prasarana dari segala prasa204
*
rana pembangunan”, diharapkan b a h w a ................Dep. P & K-lah jang pertama-tama harus mendjadi „PELOPOR MODERNISASI” , mendjadi perintis idea dan djalan baru, jang lebih tjotjok untuk keperluan kita, dan lebih sesuai dengan Kepribadian Nasional kita. Masjarakat m enunggu !
THE
LANGUAGE
CONTROL
METHOD.
+
Disebut ’’Methode Rasionil” atau ’’Methode Pem batasan ’’Bahasa”. / +. Bertudjuan m entjari djalan jang PALING SINGKAT dan PALING EFISIEN. + Terlebih dahulu m em ilih kata2 dan pola2 kali mat jang PALING TINGGI FREKW ENSINJA. I + Methode ”coca-cola” jang TIDAK mengindahkan kesukaran murid disebabkan pengaruh bahasaibunja.
M U L A I M A S U K K E IN D O N E S IA .
Aliran „the language control m ethod” m asuk ke Indonesia pada kira2 tahun 1935, dibawa oleh Alb de la Court dengan naraa „ Het Ratio7ieel Taalonderwijs”. Gerakan itu m enjebar keseluruh dunia, m em punjai.penganut2 jang melakukan penjelidikan jang sangat teliti dalam berbagai negara didunia. Aliran tersebut bertudjuan m entjari djalan jang paling singkat dan paling effisien. M aksudnja supaja murid dalam waktu jang paling pendek dan dengan djalan jang paling mudah, dapat menguasai sedjumlah 'kata2 dan pola2 kalimat jang paling terbatas dengan nilai kegunaan jang paling tinggi, sehingga mempunjai kemampuan dalam bahasa asing itu m enurut kebutuhannja. Untuk m entjapai tudjuan itu, terlebih dahulu diadakan pentjatatan kata dan pola2 kalimat dari berpuluh matjam batjaan 205
un tu k m engetahui frekw ensi (nilai kegunaan) tiap2 kata dan tiaptiap pola -kalimat itu. M enurut aliran „the language control m ethod”, terlebih diClu, harus dipilih kata2 dan pola2 kalimat jang paling tinggi frekwensinja, kata2 jang m enurut statistik paling banjak dipakai orang, dan karena itu dianggap paling penting u n tu k didahulukan dia djarkan kepada m urid. D engan perfkataan lain, pemilihan kata2 dan pola2 kalim at jang akan disadjikan dalam peladjaran bahasa itu, ditentukan u ru ta n n ja m enurut urutan nilai frekw ensi kata2 dani pola2 ka lim at itu. D apat dipahami, bahwa prinsip itu dapat bertentangan de n gan prinsip perkem bangan lingkaran „pusat p erhatian” anak, jang didjadikan- salah satu sendi „direct m ethod” oleh Nieuwen huys. P E N G A N U T JA N G P A L IN G E X T R IM .
ih
seoran£ Penganut aliran „the language control mepaling extrim dan paling konsekwen ialah. prof. dr. aries K. Ogden d ari Orthological Institute di Inggeris jang ■Roitm 1111 1952 dan 1954 pernah dikundjungi oleh penulis. au m enam akan m ethodenja „The System of Basic English” . sesunfttnih^! ? f de,n keperluan pertja'kapan sehari-hari, sebanfair n in u a tjukuP mengenal dan m em pergunakan hanja teUti sekaU * " * * * * gUna” Sadja ***& dipUihnja dengan tasi dalam »Tiie System of Basic English” membasaneat J S h L 5 Jang a'k an diadjarkan. itu dengan tja ra jang gi-tingginia c ^ 8311 masi*d agar tertjap ai efisiensi jan g seting^ ng sesingkat-singkatnja pfdengan kata'* n§llsh itu akan dapat m enguaraikan pikirannja batagsa„ 850 ma« am ^ Dengan pernitu teroaksa tiriat g ra dikal demikian, prof. dr. C.K. Ogden
eat” dsb. jang dengan 850^ ? ^ I®1*6111 = ”WiVe”’ ”Calf” ”t0 ngan sebutan mafriec «? » >’serbaguna itu digantinja deD iantara hnVns I °'n ’ ”youn9 cow”• "to take f ood’’terkenal ialah : l T h e ^ f T Charles K ° g den zation” (1930) 3 'T h P r Baslc ,Vocabu‘ary” (193°) 2. „Debabilia rn ta e the neral Basic Dictionary” (1942) 4. „LeB a s i c ^ E n g l i s h * ? 811386” U942) dan ■5' ”The of 206
P E R K E M B A N G A N D I A M E R IK A .
Di Amerika prof. Ogden itu mula-mula bekerdja sama de ngan dr. Ivor A Richards, akan tetapi jang terachir ini meninggalkan prof. Ogden untuk bekerdja sama dengan Miss Cristine M. Gibson menjusun buku2 ^English through Pictures”, „A First Workbook of .English” dan „Learning the English Language” jang pernah diimport ke Indonesia. Kemudian mereka lebih suka menamakan m ethodenja „A Graded Direct Method”. Jang paling luas bidangnja dalam melakukan penjelidikan frekwensi kata2 dan pola2 kalimat ialah team jang dipimpin oleh prof. dr. Edward L. Thorndike dari Teachers College Columbia University di New York. (Penulis merasa sangat beruntung da lam achir tahun 1960 masih sempat mengadakan pertukaran fikiran dengan prof. dr. Irving Lorgre itu ........... sebelum ia keesokan harinja djatuh dan meninggal dunia karena serangan djantung dikantor pos di New York). Buku team tersebut jang terkenal ialah : ,,The Teacher’s Word Book of 30.000 Words”. Pertam a kali diterbitkan dalam tahun 1944. Disamping usaha prof. C.K. Ogden serta Thorndike & Lorge, pernah pula dilakukan pemilihan frekwensi kata2 oleh sebuah komisi ahli bahasa Inggeris di London dalam tahun 1936. Laporan pendapatnja terkenal sebagai ^Interim Report on Vocabu lary Selection for the Teaching of English as a Foreign Langu age”. \ Untuk pertam a kali laporan tersebut diterbitkan oleh P.S. King and Sons di London dalam tahun 1936. Dari bahan jang dikumpulkan oleh team penjusun i n t e rim Report” tsb., dan oleh team jang dipimpin oleh Thorndike & Lorge, kemudian diusahakan lagi pemisahan2 frekwensi homonymen dari kata2 itu oleh ahli bahasa Inggeris jang sangat te r kenal pada waktu itu jaitu Michael West dalam bukunja „A Ge neral Service List”. Kata „about” misalnja dapat berarti 1. „kira-kira” (approximately) dalam kalimat „He is about 12 years of age”, 2. „tentang” (concerning) dalam kalim at „W hat are you talking about ?” 3. berserak,s (around) dalam kalim at ,/There are several books lying about”. 4. „hampir” (nearly) da lam kalimat ,,He is about dead”. Michael West tsb. telah berusaha menjelidiki dan menghitung frekwensi tiap2 a rti homonymen dari kata- itu. 207
THE
L I N G U I S T I C METHOD. Adakalanja disebut „METHODE ILMU BAHASA atau „METHODE PERBANDINGAN BAH ASA”. Tjiri aliran ’’the linguistic method” jang chas, ialah prinsip untuk terlebih dahulu mempeladjari setjara ilm iah segala matjam kesukaran jang akan dihadapi murid kelak dalam mempeladjari bahasa baru itu disebabkan pengaruh bahasa daerah (ibu) murid jang telah dikuasainja. Itulah sebabnja orang mengatakan bahwa ’’the linguistic method” lebih mengutamakan ”a language scientific approach”.
Bukan sadja unsur2 dan struktur2 bahasa baru jang akan di adjarkan, jang diperiksa, diselidiki dan dianalisa itu, ................... melainkan djuga peranan unsur2 dan stru k tu r2 bahasa daerah (ibu) murid, jang kelafe bisa menimbulkan kesukaran, keraguraguan, dan kelam batan dalam peladjaran bahasa baru itu. Tjontoh kesukaran jang chas membingungkan anak2 suku Djawa dalam peladjaran Bahasa Indonesia : (1) Djanggutnja pandjang = Djenggote daw a ; D agunja bertahi lalat — Djanggute ana andeng-andenge (2) Tudjuh orang pedagang = Bakule ana Pitu; Ada tudjuh buah bafeul = W akule pitu (3) Ibu masak didapur — Ibu olah-olah ing p aw on; Seruinpun bambu = Prtng sadapur (4) Malang bagiku = Kodjur a k u ; Pohon tum bang meUntang didjalan — W it sol malang ing dalan. Tjontoh kesukaran jang spesifik membingungkan anak2 su ku Sunda dalam peladjaran Bahasa Indonesia (1) Sawah dipupuk — Sawah digem uk ; Didi gemuk = Didi lintuh (2) Mukanja merah Beungeutna beureum ; Pintu terbuka = Panto m uka (3) jaian menurun _ Djalan m u d u n ; Hasan m entjontoh = Hasan nurun. (4) Sawahnja luas = Sawahna lega ; Lega hatinja = Bungm gang h a te n a ; Tidak sampai hati = H enteu luas. L A N G U A G E C O M P A R IS O N S T U D Y .
s iir s if e+ if nv at kestukaran2 seperti jang dikemukakan diatas, oleh aliran „the linguistic m ethod” dikehendaki supaja penjusun me thode, sebelum m enentukan pola2 latihannja, m empeladjari da hulu dengan seksama perbandingan kedua bahasa 'itu, supaja terlebih dahulu diketahui betul2 segi2 persamaan dan segis perbeda210
an antara unsur, struktur, dan kaidah2 tata-bahasa dari keduabahasa itu. Itulah sebabnja methode'.linguistic itu ada kalanja disebut orang „The Language Comparison Method” atau „Methode P er bandingan Bahasa”. Djika kita memperbandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah, maka kita harus m em perhatikan faktorJ di-* bawah i n i : (1). Kata2, struktur pembentukan kata2, pola2 kalim at dan kaidah-kaidah tata-bahasa bahasa2 daerah tidak selam anja sama dengan bahasa Indonesia. (2). Dalam bahasa2 daerah itu terdapat kata2, stru k tu r pembentukan kata dan pola2 kalimat jang sama (atau bersam aan bunjinja) dengan bahasa Indonesia dan sama pula artinja. Akan tetapi sebaliknja lidak pula sedikit terdapat dalam bahasa-bahasa daerah itu kata2 dan ungkapan2 jang sama bu njinja dengan kata2 dan ungkapan2 bahasa Indonesia tetapi BERBEDA ARTINJA. , , M E M P E R B A N D IN G K A N B A H A S A ” S E K A L I-S E K A L I B U K A N „ M E N T E R D JE M A H K A N ” .
Memperbandingkan bahasa berbeda sekali sifat dan prinsipnja dengan „memperbandingkan>}. Latihan memperbandingkan kedua bahasa itu (bahasa baru jang sedang dipeladjari dan ba hasa daerah jang dipergunakan sebagai bandingan) disadjikan dengan maksud, agar m utid dapat menjadari dimana letak per samaan dan dimana letak perbedaan dalam unsur, struktur kata2 maupun kaidah2 tata-bahasa antara kedua bahasa itu. Dengan demikian peladjaran bahasa baru (asing) itu tidak akan m erusakkan atau mengatjaukan penguasaan bahasa daerahnja (ibunja), malahan sebaliknja peladjaran bahasa baru itu bisa menambah kem ahiran dan kem urnian penguasaan bahasa daerahnja (ibunja). Untuk anak2 Sunda dan untuk anak2 Djawa pe ngaruh peladjaran bahasa Indonesia itu tidak akan mengakibatkan< tum buhnja bahasa „Sunda Kamalajon” atau bahasa JfDjawa Ke-mlaju-mlaju-an” . S E N T E N C E D R IL L L A N G S U N G D A L A M B A H A S A I N D O N E S IA .
Meskipun bahasa daerah (ibu) muxid mendapat tjukup perhatian dari para didaktisi jang menganut aliran „the linguistic 211
m ethod”, akan. tetapi latihan2 pola kalim at harus LANGSUNG diberikan dalam bahasa baru jang sedang diadjarkan itu. Djadi latihan „m em perbandingkan bahasa” sekali-kali tidak boleh diartikan latihan „m enterdjem ahkan” . K ita boleh, kita tidak perlu takut untuk mempergunakan bahasa-ibu murid, akan tetapi m enggunakan bahasa-ibu murid itu sekali-kali tidak boleh m engganggu atau m em buat anak ragu2 dalam m elakukan latihan2 pola kalim at (sentence patterns drill). Kita dapat m em pergunakan segi2 bahasa-ibu jang menguntungkan (atau bahasa lain jang telah dikenal oleh para peladjar itu), akan tetapi baiklah kita selalu m enjadari, bahwa tudjuan kita ialah supaja peladjar itu selekas-lekasnja dapat menguasai kata2 serta pola2 kalim at bahasa baru jang sedang dipeladjarinja itu. U N D E R S T A N D IN G A N D P R O D U C IN G G R A M M A T IC A L S T R U C T U R E S .
Jang diperbandingkan itu bulkan unsur dan stru k tu r „sound” serta „vocabulary” sadja, melainkan djuga unsur dan struktur „gram m ar”-nja. Dengan perkataan lain, kaidah2 tata-bahasa da lam aliran „the linguistic m ethod” m endapat perhatian setjukupnja, tidak seperti dalam aliran ,3the direct m ethod” . Pengertian tata-bahasa itu tidak disadjikan dalam bentuk „grammar rules” (hukum 2 tata-bahasa) jang harus d ih a fa l................melain'kan dalam bentuk ,.latihan2 pola kalimat jang diberikan dengan intensif sekali” jang diutamakan adalah ,}menanamkan dan mcngembangkan pengertian dan kesadaran tata-bahasa” atau u n derstanding and producing grammatical structures”.................
212
A BOTH WAYS APROACH DALAM THE LINGUISTIC METHOD. Hampir semua kesalahan jang dibuat orang dew asa ini dalam pola2 kalim at Bahasa Indonesia maupun Bahasa Daerahnja adalah akibat dari "confusion” (verwarring) akibat dari kebingungan para pemakai bahasa itu, jang tidak dapat m engetahui dan tidak dapat membedakan dimana letak persamaan dan di mana letak perbedaan antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerahnja. T H E L I N G U IS T I C M E T H O D M E M P U N J A I D U A T J I R I J A N G C H A S .
(1). Tjiri chas jang pertama dari „the linguistic m ethod”, ada lah sjarat mutlak untu!k mempeladjari dahulu dengan* seksama kedua bahasa (Bahasa Nasional dan Bahasa Daerah atau Bahasa-ibu murid) supaja teriebih dahulu diketahui betul- segi2 persamaan dan perbedaan antara unsur dan struktur serta kaidah2 tatabahasa Ikedua bahasa itu. Setelah diketahui dimana letak kesukaran untuk m urid2 itu, pembentukan 'kata2 dan pola2 kalimat jang BERBEDA dan karena itu membingungkani serta menimbulkan keragu-raguan, harus diadjarkan (di-drill) setjara sistimatis dengan latihan-latihan jang intensif sekali. Sebaliknja pem bentukan kata- dan pola2 kalim at jang BERSAMAAN struktur maupun artinja tidak perlu menghamburkan waktu peladjaran banjak-banjak. Dengan tjara menjusun latihan2 demikian, waktu peladjaran dapat dipergunakan se-produktif dan se-effisien mungkin, sehingga kita dapat mengharapkan hasil peladjaran jang semaksimal mungkin. (2). Tjiri chas jang kedua daripada „the linguistic method” itu adalah latihan2 „memperbandingkan bahasa” atau l a n g u age comparison exercises”. Djika dari perm ulaan kepada murid itu diberikan latihan ,.memperbandingkan kedua bahasa itu, atau dengan p e r a taan. sehari-hari diberikan Jatihan‘ mempergunakan pola kalimat kedua bahasa itu setjara berdampingan m enurut ta ta-bahasa ja^ig benar” ................maka murid itu dengan sendirinja akan dapat m enjadari dan dapat memahami letak perbedaan antara kedua bahasa itu. Dengan demikian dapat 213
diharapkan, bahwa stru k tu r kedua bahasa jang harus dikua■ainja itu TIDAK AKAN MEMBINGUNGKANNJA, sehingga karena itu tidak akan ditjam pur-adukkannja, tidak akan dikatjaukannja. KESA LA H A N KA REN A
"C O N F U S IO N ”
(V E R W A R R IN G ).
Hampir sem ua kesalahan jang dibuat orang dewasa ini da lam pola kalimat Bahasa Indonesia m aupun Bahasa Daerahnja, adalah akibat dari „confusion” (verwarring), akibat dari kebingungan para pem akai bahasa itu, jang tidak dapat m engetahui dan tidak dapat membedakan dimana le ta k ' PERSAMAAN dan d/lmana letak PERBEDAAN antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerahnja. U ntuk m urid taraf Sekolah Dasar, latihan „memperbandingkan bahasa” itu, atau latihan2 „m em pergunakan kedua bahasa” itu setjara berdam pingan dapat diberikan tjara b e g in i: „Bandingkan dan ingatkan baik2 perbedaannja ! Kemudian buatlah k a lim a t dengan k ata2 itu dalam Bahasa Indonesia an dalam Bahasa Sunda. (1) daging dimasak r= daging di5 dipasak = tihang dipaseuk (2) gam bar terbat t- T ®aw*)a:r tibalik ; tidak terangkat = henteu ka a n g ka t; tau terpandjang = tali pangpandjangna. tinm Lt Uh!!'n ”m em Pergwnakan pola* kalimat kedua bahasa seT n l ^e™ mpmsf£m” itu sekali-kali djangan diartikan dan djaenggarakan sebagai „latihan m enterdjem ahkan”. S E N D JA T A BER M A TA DUA.
latibar} m em pergunakan kedua bahasa itu setjara TnHnrmQ?^311’ itu bukan sadja beladjar m em buat kalimat2 r»arta k m enurut kaidah tata-bahasa jang berlaku hp7_w- _ j 1 u> ; .............. akan tetapi ia itu „in the same tim e” sampai D ^ T J A U K A N ^ T kem urnian bahasa-ibunja djangan oleh pengaruh bahasa baru jang sedang fX V !fhati an " den*an ^ ^ sistimatis seia n s sedan? rlirJi b.e lfh djurusan (1) kepada Bahasa Nasional ? a^ d^ elad]™ ja dan (2) kePada bahasa Daerah (Baha sa-ibu) jang harus d fa a s a in ja dengan sem purna pula ! ■ rqV io tvt . abnj a ”the linguist* m ethod’r~dalam peladjaran o ^ aslona,1 ^ P e r ti dilakukan di Amerika untuk warga neg a ra UbA jaiig berbahasa-ibu bahasa Eropah lain daripada bahasa Inggeris (m isalnja Portugis, Spanjol, Italia, Djerman, Perantjis, 214
Junani, dsb.) disebut „a both ways approach” in language teaching. U N T U K K E L A S JA N G H O M O G EEN M A U P U N JA N G H E T E R O G E E N .
Titik tolak pemikiran prinsip aliran „the linguistic m ethod” ialah peladjaran bahasa Indonesia kepada sekumpulan- m urid jang bahasa ibunja sama. Djadi sekumpulan m urid jang terdiri dari berm atjam ragam siiku bangsa — seperti biasa terdapat dijkota2 besar seperti Djakarta, Surabaja, Bandung, Medan, Semarang dsb. — sesungguhnja sudah tidak tjotjok lagi untuk djdjadikan landasan bagi aliran „the linguistic method” itu. Meskipun demikian, baiklah kita sadari pula, bahwa dalam praktek murid2 jang bersuku-bangsa berm atjam -ragam itu dalam waktu jang sangat singkat akan DIPENGARUHI PULA BAHASA DAERAH jang sehari-hari terdengar disekitarnja. DUihat dari sudut itu, tidak ada salahnja djika kepada m urid jang „heterogeen” itu diberikan pula buku peladjaran bahasa beraliran },the linguistic method”, sebab m urid* itu — karena pengaruh Bahasa Daerah jang didengamja sehari-hari — akan merasakan pula ke bingungan dan keragu-raguan sebagai akibat dari perbedaan an tara Bahasa Daerah jamg didengamja dan Bahasa Indonesia jang sedang dipeladjarinja.
215
THE LINGUISTIC METHOD METHODE JANG PALING MODERN + D iperkem bangkan di A m erika w aktu Perang Dunia k e-li. + P ertam a kali diperkenalkan di Indonesia dalam ’’M ethode P elad jaran Bahasa Inggeris”. + M ethode P eladjaran B ahasa B aru ” as a second language” jang dianggap paling baik dan diandjurkan oleh (a) UNESCO di Paris (b) Interna tional B ureau of Education di Geneve dan (c) Institute of International Education di New York. D I A M E R IK A .
Aliran ,,the linguistic m ethod” di Amerika tum buh dengan pesat sekali pada waktu USA menghadapi perang dunia ke-II, waictu para politisi di Amerika m erasa perlu untuk menggemeng w arganegara Amerika jang berbahasa-ibu bahasa Eropah jang lain daripada bahasa Inggeris, s e p e rti: bahasa Portugis, ti v l S 0 V “ alia> p j^ n ia n , Perantjis, Junani, dsb. Salah seorang rna u ” linguistic m ethod” jang melakukan reseachrtan Penduduknja berbahasa-ibu bahasa Portugis tht> tWS? * Prof. dr. Robert Lado, dewasa ini Director of di vffacw * Language and Linguistics Georgetown University - JC P ?* Beliau pernah bekerdja sama dengan Prof. dr. tufp. tt™ « .,les’ dahulu D irector of the English Language Instis^un rs 1y Michigan in Ann Arbor, sekarang sudah penDire cTtor°ohf 1 h p ° n J an ! la“ d ian taran j a : 1- Dr- K en n eth Croft, ican TTnivfWt D^Partm ent of American Language Center, AmerMc. Auliff? 2 P r f ,aShington dengan collega-nja dr. John J. of the En'plicii t A lbert H. Marckwardt, acting Director A rbor 3 Prnf h u Uage Inst' University of Michigan in Ann dr Harold B. Allen Head of th e Dept of English. bahasa A r a b ^ f m research“nj a di-negara" berbahasa-ibu L Allen n p n t ^ T Slri Llbanon- ^ dan S^ ia- 4- Dr. Robert terinia i n r a L Linguistics New York University, dengan isterkenal NiA^ij?^srUS*U” ^ukii2 Peladjaran bahasa Inggeris jang ■memnplaHiari ^ § lnia French Allen. Suami-istri itu pernah 5 F V o fD r C W ? T peladj aran bahasa Inggeris di Indonesia, T h w 61 A‘ F e rSuson> Director of Center for Applied Linguistics di W ashington 6. Prof. Dr. Allen F. Hubbell, Pro£ 216
of English New York University, sekretaris „Modern Languages Ass. of America”. D I IN G G E R IS .
Di Inggeris penganut aliran „the linguistic method” jang sesudah perang dunia ke-II sangat terkenal, diantaranja: ( 1 ). Prof. Dr. J.A. Noonan, Institute of Education University of Lon don, Maletstreet London, W.C. Beliau dua kali ke Indonesia mem peladjari problim peladjaran bahasa Inggeris di Indonesia. (2). Prof. dr. A.S. Hornby, penjusun kamus 2 jang sangat terkenal dan banjak dipakai di Indonesia, jaitu : „The Advanced L earner’s Dictionary of Current English” dan „The Progressive English Dictionary” (3). Dr. A.V.P. Elliot dan Dr. B. Pattison, para achli dari „English Language Teaching Inst” dari „The British Council” di London. D I I N D O N E S IA .
Aliran ,,the linguistic m ethod” dalam peladjaran bahasa Inggeris di Indonesia dikemuka'kan untuk pertam a kali oleh para achli jang dikirimkan ke Indonesia oleh Unesco untuk membantu para achli dinegara kita untuk menjusun rentjana peladjaran ba hasa Inggeris untuk S.L.P. dan S.L.A., jaitu : 1. Prof. Dr. L.A. Hill dari Inggeris. Beliau m empeladjari dengan' seksama kesalahan-'kesalahan umum jang dibuat oleh orang 2 Indonesia jang: dihimpun dalam bukunja : „A Corrective Course for Indonesian Students of English” diterbitkan oleh N.V. „GANACO” di Ban dung. 2. Dr. Bryce W. Van Syoc, dahulu dari University of Michigan in Ann Arbor, mendapat gelar doiktor dengan thesisnja mengenai bahasa ............... SUNDA. 3. Dr. T-J. Colin Baily dan 4. Prof. dr. Ross Me Donald, jang sekarang sudah kembali ke Georgetown University di Washington. Ditambah dengan- tenaga-tenaga achli dari Indonesia, s e p e rti: Bapak F. W achendorff, Nona Jo Kurnianingrat, dan Njonja Harumani Rudolf. Team te r sebut menjusun „Rentjana Peladjaran Bahasa Inggeris” untuk Sekolah Landjutan Pertam a di Indonesia terdiri d a r i: a). Sebuah buku „SYLLABUS” jang memberikan semua stru k tu r dan katakata Inggeris jang harus diadjarkan b). Buku penuntun Guru c). Buku Latihan (drill) untuk Guru d). Idem untuk m urid dan e). Buku Indeks kata2. Kemudian pekerdjaan Panitia Rentjana Peladjaran Bahasa Inggeris tersebut diatas „dilandjut-kan” (?) oleh sebuah Team jang dibiajai oleh Ford-Foundation, dibawah pimpinan Bapak Soe217
’n ardjo Haditjaroko, (untuk beberapa bulan pernah diwakili oleh Bapak Pramono Tirto Pramono). Dalam team tersebut tu ru t be.kerdja para achli s e p e rti: Mr. Dean Gregory, Miss Beatrice Sutherland, Nona Am inh Bekti, Bapak Radjanaba, Bapak Daniel, >dsb. I Dalam bidang peladjaran bahasa Indonesia, aliran })fhe .Linguistic m ethod” itu baru dipakai oleh para penjusun methode „Mahir Berbahasa Nasional” jang diterbitkan oleh P.T. Sanggabuwana di Bandung. Untuk sem entara baru disusun dua matjam serie buku 2 batjaan dan peladjaran bahasa untuk taraf S.D. un tuk m urid 2 jang berbahasa-ibu bahasa SUNDA dan bahasa DJAWA. Komisi Redaksi terdiri atas 3 orang achli bahasa seorang ■Suku Djawa Ardjono W indudipurot seorang Suku Minang Muh. Kasim Mangkuto Basa dan seorang Suku Sunda Buldan Djajawiguna.
t
:2 1 8
TPantja
unggal
dalam methode BERHITUNG
SATU-SATUNJA methode perintis JANG MENGORELASIKAN LIMA MATJAM
* '
p eladjaran berh itun g 1. 2. 3. 4.
B erh itun g B erh itu n g B erh itu n g B erh itun g
m en tjongak angrka ilm u bangrun soalan m asjarak at
5.
B erhitung diagnostik
D alam SATU m ethode M enurut SATU sistim pelad jaran b erh itu n g 219
Para achli pendidikan jang modern dan progresif it
jang berani meninggalkan tradisi warisan djaman kolonial Belanda ★
j^ng tjukup inisiatif dan revolusioner
pasti memilh Methode Berhitung TJERDAS TANGKAS
KARENA Semua idea pem baharuan dalam didaktik peladjaran ber hitung seperti diandjurkan dalam buku : 1
^Introduction to m athem atics in Prim ary Schools”
[
penerbitan dari Kantor Pusat UNESCO di Paris dan Interona Bureau of Education di Djenewa (sebagai hasil laporan 46 negara terpenting didunia).
HANJA TERDAPAT dalam methode Pantja-tunggal
Tjerdas Taogkas
MENENTUKAN URUTAN PENGERDJAAN DALAM BERHITUNG. Apakah sebabnja kita harus . . . . berani m en djadi perintis untuk mengubur rumus keliru warisan kolonial Belanda dalam m enentukan urutan pengerdjaan berhitung.
*
PENGANTAR KATA.
Kami, sebagai penerbit buku peladjaran berhitung „Tjerdas Tangkas”, m erasa sangat gembira menjaksikan sam butan jang begitu hangat atas tulisan Sdr. Soosman B. Sc, dalam surat 2 kabar di Djawa Tengah dalam bulan Oktober 1962 jbl., tentang „urutan pengerdjaan berhitung Sambutan jang sedemikian hangat itu mendjadi suatu tanda, bahwa soal pengadjaran dan pendidikan masih tetap mendapat penuh perhatian dari seluruh lapisan m asjarakat Indonesia. SU M BER
PEM BA W A
T R A D IS I
URUTAN
P E N G E R D JA A N
B E R H IT U N G .
Sebagaimana Anda jth. maklum, Belandalah jang membawa tradisi urutan pengerdjaan berhitung jang kita kenal sampai sekarang di Indonesia itu. Mereka dahulu mengadjarikan rum us ’’MVDWOA”, singkatan dari „M achtsverheffing” ”Vermenigviddiging” ’’Deling” ”W orteltrekking” },Optelling” dan ”A ftrekkin g ”, atau dalam bahasa Indonesia „Pangkat” „Kali” „Bagi” „Akar” „Tambah” „Kurang” jang disingkatkan m endjadi rum us „PKB ATK”. Supaja mudah dihafal murid, untuk rum us Belanda ”MVD WOA” itu dipergunakan kalimat pengikat-ingatan (ezelsbruggetje) ’’Meneer Van Dalen W acht Op Antwoord”, atau untuk rum us Indonesia PKBATK kalimat „Pak Kromo Beli A rang Tiga Krandjang”. Untuk murid S.D. jang tidak diberi peladjaran Pangkat dan . A kar rum us tadi dipermudah m endjadi VDOA, dalam bahasa Indonesia KBTK (Kali Bagi Tambah Kurang). Dalam bahasa Dja wa sering disebut rumus KA-PO-LO-SO singkatan dari ’’Kaping Poro Lan Sud 6 ’\ adakalanja disebut „PIPO LONDO”, singkatan dari „Ping Poro Lan Sudo”. 221
D I-LA IN 2 NEGERI TIDAK DIPAKAI Rumus Belanda MVDWOA (atau dalam bahasa Indonesia PKBATK) itu di-lain negeri tidak dipakai. Kepada Bapak Kepala Djaw. Pendidikan Umum Dep. P.D. & K. (Pak Ali Marsaban) pernah diperlihatkan lebih dari seratus matjam buku hitungan S.D. dari Belgia, Perantjis, Inggeris, Canada, Italia, Denmark, Swedaa, Djerman, R.R.T.^ Djepang dsb. sebagai bukti bahwa rum us MVDWOA (atau PKBATK) itu tidak dikenal di-negara 2 itu.
Dalam buku ’’RECHENBUCH” jang dipakai di DjermanBarat, karangan Dr. Karl Apfelbacher, dari penerbitan J. Lindau er Verlag, Muchen th. 1951, pada halaman 55 — 56 terdapat ke* terangan dem ikian: Verbindung der vier Rechnungsarten. a. W ahrend Summen und Differenzen Zahlenaiisdriicke erster A rt genannt werden, bezeichnet man Produkte und Quotienten als Zahlenausdriicke zweiter Art. b. Kommen in einer Rechnung beide A rten vor, so hat man verem bart, dasz die Multiplikation und Division den Vorrang vor der Addition und Subraktion haben. runktrechnung geht vor Strichrechnung ! C'
“! ? rere Zahlen nur durch die Rechenzeichen der Multiplikation und Division ohne Klammern verbunden, aann der Reihe nach rechnen ’ Beispiel : 144 : 12 x 5 = 12 x 5 = 60. Clark H d e m S f
t
■« RlShtway Arithm etics” karangan Walter^ ’ penerbitan Univ. of London Press, LonIn §geris. pada hal. 58 tertjantum keterangan
Order of attack. 3'
P ivisions mus‘ be worked before adaitions and substractions.
b
toUr ^ Catl°nS and divisions m ust be worked from left
hpfnLhaS lh e nf 0 v e of a brack et> and must be worked before multiplications or divisions. Example :
| 222
27 : 9 X 4 = 3 X 4 = 12.
Di-sekolah 2 Tjina di Indonesia sedari dulu sampai sekarang rum us PKBATK itu tidak pernah diadjarkan. Dalam buku berhitung „Tju Tji Soan Su” jang sekarang masih dipakai di-sekolah 2 Tjina, pada halam an 27 terd ap at tjontoh seperti b e rik u t: 360 : 12 X 58 = 30 X 58 = 1740 Di Perguruara Tinggipun di Indonesia rum us MVDWOA (atau PKBATK) itu tidak pernah dipakai orang. Dalam buku peladjaran m em pergunakan ,,m istar-hitung”' (rekenliniaal Bid.) : ’’Instruction Book fo r the use of Slide R ule” jang dipakai oleh para mahasiswa I.T.B. (Institut Teknologi Ban dung) pada halaman 10 terdapat exercise ke -11 dengan tjontoh | 8.5 : 5.6 X 2.2 = 3.26 ] dan pada halaman 30 diberikan latihan ke-46 disertai tjontoh~72 : 16 X 24 = 108 ] Melihat tjontoh 2 tersebut diatas sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa rum us MVDWOA (atau PKBATK) itu TIDAK BERLAKU di I.T.B. Bandung. DINEGERI BELANDAPUN TIDAK BERLAKU LAGIDi Negara Belandapun, sesudah perang dunia ke-II, rum us MVDWOA itu sesungguhnja sudah tidak berlaku lagi. Akan tetapi oleh karena sesudah perang dunia ke-II, atau lebih tegas lagi sesudah Indonesia Merdeka, buku 2 peladjaran berbahasa Belanda untuk S.D. dan S.L.P. itu se-fkali2 tidak dipakai lagi dinegara kita, maka perubahan pendapat para achli dinegara Be landa itu tidak meresap masuk ke Indonesia. Dengan- demikian timbullah satu situasi jang sangat djangg a l ! Rum us warisan Belanda, jang dinegara Belanda sendiri te lah ditinggalkan orang, dinegara bekas djadjahannja masih tetap dianggap b en a r! Dibawah ini disadjikan (kutipan (jang disingkatkan) dari buku „Rekendidactiek” deel I, karangan Dr. H. T urkstra dan J.K. Timmer, dari penerbitan J.B. W olters tahun 1953, halam an 125 — 127. Onze bezwaren (tegen MVDWOA) z ijn : 1. Op kinderen, m et hun zin voor h et concrete, kan MVDWOA slechts inwerken op de verkeerde manier. 223
2. De regel is met over de hele linie goed. 3. De regel geldt wel voor het deelteken met dubbelpunt, maar niet voor het breukstreepdeelteken. 4. Het wiskundig tekenschrift dient om een wiskundig gedachtengang schriftelijk te kunnen meedelen. Het uitpuzzelen, wat met een of andere notatie bedoeld kan zijn, is geen onderdeel van de wiskunde en dus geen onderdeel van het rekenen. 5. Op de middelbare school leren we de kinderen de volgende schematisering der bewerkingen, wat de enig juiste ordening is : M
W—
V
D
0
A
Hierbij staan de rechtstreekse bewerkingen links, hun omkeringen rechts, terwijl een herhaling van een bewerking aangegeven wordt door middel van een plaatsing er boven. De hoger geplaatste bewerkingen noemen we bewerkingen van hogere orde, de lager ge_ plaatste van lagere orde. Het onderwijs van dit schema wordt ons altijd bemoeilijkt, doordat kinderen daarin MVDWOA menen te herkennen, terwijl het er in wezen geheel los van staat. Daarom verzoeken wij het (MVDWOA) alstublieft uit het onderwijs radicaal weg te la te n ._
Disalin kedalam bahasa Indonesia kira2 : Keberatan 2 kami (terhadap MVDWOA) ialah : 1. Pada anak 2 jang hanja masih dapat berpikir se tjara kongkrit sadja, MVDWOA itu hania akan menimbulkan kekatjauan sadja dalam dialan pi* kirannja. J 2. Aturannja tidak seluruhnja benar. 3. Aturan itu hanja 'berla'ku untuk tandabagi dengan titik dua (....... : .......tetapi tidak untuk tanda bagi dengan. garis petjahan.
4.
5.
Da?a P v J g dltUllS diSun ak 3 n ag ar supaja djalan pikiran setjara ilm u pasti d an at di utarakan. setjara tertulis. p a t dl' M en-tjari-: apa k ira 2 m aksud sesuatu tanda hn. kanlah suatu bagian dari ilm u pasti, djad i bukan*-" lah djuga suatu bagian dari berhitung. Dis^kolah m enengah kita m engadjarkan kepada anak- schem a pengerdjaan sep erti b e r ik u t; inilah satu-satunja penentuan u ru tan jan g tepat. M
W—
V
D
0
A
Pada shem a itu pengerdjaan 2 jan g langsung terte ra disebelah k m , kebalikannja disebelah kanan. se, dangkan pengulangan suatu pengerdjaan dinjatakan dengan penem patan diatasnja. P engerdjaan 2 jan g ditem patkan lebih atas kita nam ai pengerdjaan ta ra f atas, pengerdjaan 2 jang ditem patkan lebih rendah di sebut pengerdjaan 2 ta ra f rendah. Dalam kita m engadjarkan schem a ini, selalu kita m endjum pai kesulitan oleh karena anak 2 dalam schema itu m enjangka m engenal (melihat) kem bali MVDWOA jang sebenarnja samasekali tidak ada hubungannia dengan shem a itu. J Oleh karena itu kam i niinta dengan sangat ag ar supaja MVDWOA itu dihapuskan dari pengadjaran setjara r a d ik a l! DEP. P.D. & K. TELAH M EN G IN ST RU K SIK A N U N T U K M ENINGGALKAN RUM US KELIRU W A RISAN BELA N DA .
Pada tanggal 2 April 1960 keluarlah instruksi dari Kepala Djaw. Pendidikan Umum Dep. P.D. dan K. tertan d a Ali M arsaban No. 775/A V l/U m , supaja meninggalkan tradisi w arisan Belanda dalam uru tan pengerdjaan berhitung jang salah itu. Supaja lebih djelas disini kami sadjikan apa jang diuraikan dalam surat tersebut diatas : \•
225
Dalam praktek mengadjar timbul suatu soal da lam ilmu hitung jang perlu m endapat keputusan ses e g e ra : Soal itu ialah, bagaimana m enghitung soal 6 : 3 X2 . 1. Apakah menghitungnja, m enurut patokan Bagi, Djumlah Kurcmg” hingga pendapatannja m endjadi 1, jaitu karena 6 : (3 X 2) = 1. Diganti dengan djum lah lain, rum usnja mendjadi a : b X c = a :k ^
a = i~ be
2.
Apakah m enghitungnja, m enurut p a to k a n : se mua x (kali) disatukan dan semua : (bagi) di kumpulkan, hingga te rd a p a t : 6 : 3 X 2 = (6 X 2) : 3 = 4.
3.
Kalau sesuatu soal dipetjahkan m enurut patokan tersebut dalam 1 diatas, maka soal 6 : 3 X 2 = 1 sama dengan soal 6 : 3 : 2 = 1, jang dapat membingungkan.
4.
B erhubung dengan itu kam i sarankan pedoman k erd ja sebagai b e rik u t: a. Kalau guru mem beri hitungan jang sematjam itu, baiklah hitungan itu disusun demikian, hingga tidak m eragukan murid, artinja soalnja harus diberi tanda pem bantu u ntuk menundjukkan apa jang dimaksudkan, djadi soal itu : (6 : 3) x 2 = 4 atau 6 : (3 X 2) = 1 . b. Djika ada soal jang meragukan, artin ja tidak ada tanda pem bantu itu, ma'ka patokan jang dipakai adalah patokan jang tertulis dalam sub 2 diatas, atas dasar jang berikut p u la : Dibagi (:) 3 berarti kali ( x ) - - atau 3
Dibagi (:) a berarti kali ( x ) -i- djadi a
Diganti dengan bilangan umum : a : b X c
= a x A x c D
= a^
0
Dalam hal ini hasilnja sama dengan- sub 2. Untuk mereka jang ingin memikirkan soal urutan penger djaan berhitung itu dengan tjara jang lebih terperintji dan- lebih mendalam, kami sadjikan disini alasan-alasannja. PERTIMBANGAN' DALAM M ENENTUKAN URUTAN PE NGERDJAAN DALAM BERHITUNG. 1. Logica berhitung. Ilmu berhitung, sebagai bagian dari ilmu pasti, disusun se tjara dedu'ksi m enurut sistim logica ilmu pasti. D engan demi kian, perdalilan- jang dinjatakan setjara lisan ataupun ditulis dengan angka- dan tandaJ, harus dapat diterangkan dengan mempergunakan perdalilan- jang sudah2. Dengan perkataan lain : kita kembalikan soalnja kepada apa- sebelumnja, jang telah kita anggap benar. Akan tetapi „regressus in infinitum ” ini tidak mungkin kita lakukan. Achirnja 'kita akan tersentuh pula pada batas 2 tertentu. Maka terpaksalah ikita- m empergunakan pengertian2-dasar dan beberapa axioma sebagai landasan- dengan m em perhatikan hukum 2 tertentu jang dinama'kan axiomatica. Maka bagi bilangan 2 njata (rieel), djadi djuga bagi bilangan-bilangan rationaal dan bilangan 2 wadjar, berlakulah misalnja saxioma : 1. Djika ditentukan pasangan- bilangan a dan b, maka hanja ada satu bilangan c, sehingga c ~ a -f b. 2 . a + (b -f c) = a -f b -f c (hukum asosiatif) 3. a -j- b = b -f- a , (hukum komutatif) 227
4.
Djika ditentukan pasangan bilangan a dan b, maka hanja ada satu bilangan x, sehingga a = b + x. Tampak djelas, bagaimana telitinja sistim 'logica itu, sehirigga sukar akan timbul ke-ragu-an. Segala perdalilan jang berdasatfkan axioma2 itu, dengan sendirinja harus djelas dan tidak m eragukan pula. Dalam istilah berhitung hal ini berarti, bahwa bentuk 2 pe ngerdjaan dengan mem pergunakan angka 2 dan. tanda 2 harus da p at diselesaikan tanpa ragu2. Djika suatu rangkaian pengerdja an dapat diselesaikan dengan ber-bagai- t\jara, sehingga memungkittkan pendapatan jang ber-beda2, malka hal jang demikian itu adalah sangat tidak logis. Begitu pula akan tam pak tidak logis, djika penjelesaian dua soal dengan bilangan 2 jang sama tetapi dengan tanda 2 jang berlainan, menghasilkan pendapatan jang sama. 20 — 5 + 4 = ....... pendapatannja hanja satu matjam 20 : 5 x 4 = ....... dan 20 : 5 : 4 = ....... , jang djelasm engandung -tanda2 jang berlainan, tidak mungkin menghasilkan djaw aban jang sama. Maka un tu k m enghindarkan hal 2 jang tidak logis itu, baik untuk rangkaian perdjum lahan ^an> perkurangan, maupun untu'k rangkaian perkalian dan perbagian, ditentukan hukum „dari k in kekanan”. Kita akan berlaku tidak logis, djika untuk Ikedua rangkaian diatas itu m em pergunakan hukum jang berlainan, misalnja un tuk jang satu hukum „dari kiri kekanan” dan u ntuk jang ke dua hukum „dari kanan kekiri”. Sebab, perkalian pada hakekatnja adalah perdjum lahan djuga, jakni perdjum lahan herulanig; dan perbagian adalah perkurangan diuga, jakni perku rangan berulang. Dengan d em ik ian : 20 — 5 — 4 = 11 20 — 5 + 4 = 19 20 : 5 : 4 = 1 20 : 5 X 4 = 1 6 1 (membagi dulu, kem udian mengali) A lh a sil: 4 — 16 Pendapatan lain tidak mungkin.
2.
H ukum kom utatif.
Hukum „dari kiri kekanan” itu hanjalah kita pergunakan, djika a’k an tim bul ke-ragu 2an. 228
Soal 20 — 5 — 4 = ............... misalnja, tidaik boleh diselesaikan dengan menghitung dulu 5 — 4. Djika pengerdjaan demi kian jang dimaksud, maka hal itu harus dinjatakan dengan tan da k u ru n g : 20 — (5 — 4) = 20 — 1 = 19 dan 20 — 5 — 4 = 1 5 — 4 = 11 Begitu pula 20 : (5 x 4) = 20 : 20 = 1 dan 2 0 : 5 x 4 = 4 x 4 = 16 Dengan adanja hukum „dari 'kiri kekanan” itu, tidaklah m ungkin ada tanda kurung untuk pengerdjaan pertama. Pada (20 : 5) x 4 = ............ tanda kurung itu sama sekali tidak perlu, sebab tidak mungubah pendapatan. Tanpa tanda kurung itu djuga, soalnja sudah djelas. Untuk selandjutnja, tidak ada keharusan untuk mendahulukan perdjumlahan daripada perkurangan. Kedua pengerdjaan itu berkebalikan dan> dianggap sama deradjatnja. Rangkaian p er djumlahan dan perkurangan mempunjai sifat komutatif. 20 — 5 + 10 — 4 + 2 = 20 — 4 — 5 + 2 + 10 = 20 + 10 — 4 — 5 + 2 = ................... dst. Tidak tjerdas dan tidak tangkas tampaknja seseorang jang m engerdjakan soal2 dibawali ini dengan langsung mempergu nakan hukum „dari kiri kekanan” untuk menjelesaikafr tiap soal. 125 + 19 — 25 = ............................ 4 3/t* — 2 V t + 3 3A = ................... 226 + 73 — 126 + 27 = ............................ 12,5 — 2 , 5 + 1 8 , 4 = ............................ Pertukaran pengerdjaan? itu, tidaik mengubah pendapatan, asal m enurut urutan jang mungkin (dapat dikerdjakan). Dengan perkataan lain : bilangan 2 itu, b e r-sa m a tandanja, dapat dipertukarkan letaknja, dengan tjatatan bahwa urutan pengerdjaanpengerdjaan itu, tetap dapat dikerdjakan. 100 : 5 X 2 : 4 = 100 X 2 : 5 : 4 = 100 : 4 X 2 : 5 = dst. Dengan demikian, m enurut hu'kum komutatif itu, 20 : 5 X 4 = 20 X 4 : 5 = 1‘6 3.
Sifat berkebalikan (reversibiliteit).
20 : 5 = 20 X i . Perkalian dan perbagian merupakan pengerdjaan jang berkebalikan (invers operation), seperti halnja dengan perdjum lahan dan perkurangan. Pada rangkaian pengerdjaan, tiap perbagian dapat segeradiubah djadi perkalian. 229
50 : 2 X 6 : i = 50 X i X 6 X 200 : 2 : 4 : 5 = 200 X i X i X \ Dan oleh karena itu, m enurut sifat perbagian ini, 20 : 5 X 4 = 20 X Vs X 4 = 16 4.
t
Prinsip keseimbangan.
Lapangan pengetahuan seorang m urid S.D. harus seimbang dengan lapangan pengetahuannja djika ia kelak melandjutkan peladjarannja di S.L.P. Artinja, tidak boleh ia diberi bahan pelab^rtentangan dengan apa jang ia akan terim a kelak. Methodiklah jang salah, djika seorang m urid S.L.P. harus memang sebagian dari pengetahuannja jang ia miliki sebelumnja. B erhitung di S.D. dan aldjabar di S.L.P., djanganlah bertentangan jang satu dengan jang lain, sekalipun aldjabar lebih abstrak dan mem pergunakan tanda* jan g agak berlainan. Dalam aldjabar misalnja, boleh dikatakan tidak dipergunakan tanda-bagi untuk perbagian dan djarang dipergunakan tanda kurung untuk m enjatakan, bahwa suatu perkalian harus didahulukan. b X c
a : (b x c)
kita tulis
kita tulis
Sedjalan dengan a : b x c = berarti
a ac b c “ T
be ^ c, maka 20 : 5 X 4 harus . 20
dan sedjalan dengan a : (b x c) =
~ , maka be
20 : ( 5 x 4 ) berarti —~ = 1 zu Oleh karena itu, mengingat prinsip keseimbangan antara berhitung dan aldjabar itu, 2 0 : 5 x 4 = ...................., tidak boleh dikerdjakan lain daripada: 20 : 5 x 4 ~ 20 x 4 = 16 5 2 30
H ukum asosiatif. Djika a, b dan c m enjatakan bilangan, sedang a > b > c, maka dalam ilmu berhitung, berlakulah hukum asosiatif seperti dibawah i n i : a -J- (b + c) = a + b + e a -j- (b — c) = a -j- b — c a — (b-fc) = a— b — c a — (b — c ) = a — b + c Dalam ke-empat hal diatas itu, pemakaian tanda kurung hanja berarti djika mengenai suku kedua dan ketiga (b dan c) sadja. Tanda kurung untuk a dan b, jang dalam hal ini m erupakan suku pertam a dan kedua, adalah tanda jang berlebih-lebihan. Djadi pada (a — b) — c = ........... atau (a — b) - f c = ............ tanda kurung samasekali tidak perlu. Tjukup ditulis : a — b — c = ........... a — b + c = ........... Hal ini sesuai dengan- sifat ilmu pasti jang menghendaki kesimpulan* sebanjak-banjaknja dari pengertian2-dasar jang minimaal dan menghendaki berpikir sebanjak-banjaknja dengan mempergunakan kata 2 jang minimaal. Sjarat ilmu pasti selalu b e rb u n ji: „perlu” dan „tjukup”, tidak pernah „djelas berlebih-lebihan” (nooit overduidelijk). Sedjalan dengan perdjumlahan dan perkurangan diatas itu, berlaku pula hukum asosiatif bagi perkalian dan perbagian : a X (-b X c) = a X b x c a X ( b : c ) = a X b :c a : (b X c) = a : b : c a : (b : c) = a : b X c Djelaslah bahwa, kedua kesamaan 2 a ; (b X c) = a : b : c dan a : (b : c) = a : b X c, sungguh 2 berlainan a : b X c harus sama dengan a : (b : c) dan a : (b X c) harus sama dengan a : b : c. Dengan bilangan k o n k rit: 20 : 5 X 4 = 20 : (5 : 4) = 20 : % = 20 X 4A = 16 dan 20 : (5 X 4) = 20 : 5 : 4 - 4 : 4 = 1. Djuga ditindjau dari hukum asosiatif itu, pengerdjaan 20 : 5 x 4 tidak mungkin lain daripada 20 : 5 X 4 = 18 6. Korespondensi. Korespondensi perdjumlahan perkalian ^ — ► X) dan perkurangan -» perbagian (-----> : ) .
5.
231
Seperti kita ketahui, perkalian pada hakekatnja merupakan perdjum lahan berulang sedang perbagian dapat ‘kita anggap se bagai perkurangan berulang. Dengan demikian, dengan sendirinja ada „korespondensi” antara perdjum lahan dengan- perkalian dan antara perkurangan dengan perbagian. Dan oleh karena itu harus ada korespondensi pula antara tanda + dengan x dan antara tanda — dengan : Hal ini djelas tampak pada hukum asosiatif diatas itu. Bandingkanlah tanda- itu pada 'kesamaan 2 dibawah ini. a-j-(b-f-c) = a + b + c . a X (b X c) = a x b x c a + (b — c) = a + b — c a X (b : c) = a- x b : c a — (b -{- c) = a —b — c a : (b x c) = a : b : c a — (b — c) = a — b + c' a : (b : c) = a :b X c Ditindjau dari segi korespondensi tanda itupun, adalah sangat tidak logis djika a : b x c menghasilkan pendapat jang lain dari pada pendapatan a : (b : c). Dengan dem ikian: 20 : 5 X 4 harus sama dengan 20 : (5 : 4) 20 : 5 X 4 = 16 K esim pulan. Rumus MVDWOA (Machtsverheffing, Vermenigvuldiging, Deling, W orteltrekking, Optelling, Aftrekking) atau rumus PKBATK (Pangkat Kali Bagi Akar Tambah Kurang) tentang pengerdjaan hitungan jang mendahulukan perkalian- daripada perbagian dan menentukan pula urutan, perdjumlahan sebelum perkurangan, sudah terang salah, karena bertentangan dengan : a. hiikum dari kiri kekanan b. hukum komutatif c. hukum asosiatif d. sifat reversibiliteit e. prinsip keseimbangan dan f. prinsip kedjelasan. P eraturan tentang urutan pengerdjaan, harus mengindahkan hal 2 jang berikut i n i : « 1 . perkurangan adalah kebalikan perdjum lahan dan oleh karena itu, 'kedua pengerdjaan ini harus berderadjat sa ma. 2 . perbagian adalah kebalikan perkalian dan oleh sebab itu, sama tinggi deradjatnja. 232
Dalam kedua hal itu tidak di-sebut2 m ana jang lebih penting dan harus didahulukan. Sebagai pedoman, tjukuplah djilka untuk m enjelesaikan hi tungan tanpa tanda “k urung, dipergunakan p e ra tu ra n : „Perkalian/perbagian dikerdjakan lebih dahulu daripada perdjum lahan/perkurangan”. Mengingat, 'bahwa tiap perbagian segera dapat diubah djadi perkalian, maka pedoman- itu dapat disingkafckan la g i: „Penkalian lebih dahulu dikerdjakan daripada ^erdjumlah* a n /p erikurangan ’’. Dengan dimasukkannja bilangan 2 negatif, maka tidak perlulah ada pembedaan lagi antara perdjum lahan dan perkurangan, karena tiap perkurangan segera dapat diubah djadi perdjumlahan. Dengan demikian pedoman jang diatas itu, dapat kita singkatkan d ja d i: „Perkalian lebih dahulu dikerdjakan daripada perdjumlahan”.
233
M ethode berhitung „TJERDAS TANGKAS” sedjalan dengan apakah jang diandjurkan dalam buku „Introduction to Mathe m atics in Primary Schools” oleh International Bureau of Edu cation di D jenew a dan kantor pusat UNESCO di Paris itu ?
★ *
BERHITUNG SOALAN MASJARAKAT „with children who have not been selected for the secondary school, and who are completing their last year at school, before going out into life, teaching mathe matics is directed to applying their knowledge to solving the everyday problems „mengingat anak 2 jang tidak terpilih untuk melandjutkan sekolah (disekolah landjutan) dan menjelesaikan peladjaran pada tahun terachir disekolah rendah sebelum terdjun kedalam masjarakat, pengadjaran berhitung itu sebafknja diarahkan kepada penggunaan pengetahuannja untuk m em etjahkan soal2 (masjarakat) se-hari2” .
★ *
BERHITUNG SAMBIL BERMAIN Activity m ethods may take the form of educational games, especially at nursery infant or lower-primary level. Metode 3 jang mementingkan kegiatan (aktipitet) dapat mendjelma m endjadi perm ainan2-pendidikan terutam a tingkatan 2 jang lebih rendah dari sekolah 2 pertama.
★ *
__
BERHITUNG DIAGNOSTIK ................ teachers should not be discouraged when their pupils give them wrcmg answers, since dicoverzng the cause of mistakes is excellent mathematical train ing.”
234
t)................... he can thus discover w hat they have really grasped from the previous year’s w ork, discover deficien cies and weak points, and determ ine w hat each child will'have to learn, correct or learn ................... ” „ ................... guru 2 hendaknja djangan patah hati kalau m urid2n ja memberikan djawaban 2 jang salah, karena menemukan sebab 2 daripada kesalahan itu adalah suatu latihan mathematik jang baik sekali”. „ ............... dengan begitu ia akan dapat m enem ukan apa sesungguhnja jang sudah diperolehnja daripada peker djaan pada tahun 2 jang dahulu ; menem ukan kekurangan-kekurangan dan pasal 2 janglem ah (kelemahan2) serta « menentukan apa jang harus dipeladjari oleh tiap 2 anak, dan apa jang harus d ip erb aik in ja................”
★ * ■ BERHITUNG METRIK (UKURAN) ^estimating quantities by ear, eye and hand is also mentioned, sensory training of this kind being deemed suitable for forming quantitative concepts „menaksir djumlah (banjaknja) dengan telinga, mata ' dan tangan ditondjolkan (diandjurkan) djuga ; latihan alat 2 dria seperti ini dianggap berguna sekali untuk membentuk pengertian 2 djumlah” .
★ *
BERHITUNG ANGKA „mechanical skill, order and neatness it is obvious that the value of calculations depends on their absolute accuracy, which in turn is a function of disposition. It is therefore considered that one aim of an introduction to mathematic^ should be to train children to be orderly and precise . „ketjakapan mekanis, keterti-ban dan kebersihan” ...... „sudah terang, bahwa nilai daripada hitungan- bergantung pada ketelitiannja jang mutlak, jang kebalikannja adalah suatu fungsi daripada kesanggupan (pembawaan»). Oleh sebab itu diakui, bahwa sebuah tudjuan dari pada m engadjar anak 2 berhitung ialah melatih mereka itu bekerdja dengan tertib dan teliti” . 235
A S A S 2 METHODE BERHITUNG „T JER D A S TA N G K A S // * D idaktik (berhitung m odem menghendaki ag ar bahan peladjaran tidak hanja m erupakan ulangan atau pem bahasan baru, akan itetapi djuga bersifat merintis bahan jan g akan datang. * Faktor terpenting dalam peladjaran berhitung adalah pembentukan akal dan pem berian bim bingan dalam tja ra berfikir. * Peladjaran berhitung harus sanggup mcmperbaiki pandangan hidup sosial, oleh karena itu harus m enjadjikan soalan2 m engenai penghidupan m asjarakat.
a.
* Tamatan Sekolah Dasar sebagian tidak akan melandjutkan peladjaran. H anja sebagian sadja 'jang akan masuk S.L.P. Metodik berhitung harus m em perhatikan kedua faktor itu. Oleh karena itu, soal2 jang disadjifcan harus m erupakan bahan serta bekal jang berm anfaat dalam hidup sehari-hari dan disamping itu, mem bantu pula menimbulkan kesadaran akan hal ihwal m engenai tanah-air : kekajaannja, keindahannja, segi 2 kehidupannja serta problematiknja. Dalam pada itu, bahan 2 harus pula m erupakan persiapan peladjaran di S.L.P. Djangan hendaknja ada djurang jang dalam antara berhitung di S.D. dan aldjabar di Sekolah Landjutan, sebab pada hakekatnja susunan- dan logika ke dua peladjaran itu sama sadja. Didaktik m odern m emang m enghendaki agar bahan peadjaran itu tidak hanja m erupakan ulangdn atau pebahasan oaru, tetapi djuga harus bersifat „m erintis” bahan iang akan datang. J Dalam hubungan ini, soal2 seperti 17 4 - ..... . — 50 ; ^ X ....... = 750 ; 29 — ....... = H ; _ 20 - 50 lsm garfx an^ ap sebaSai pendahuluan penggunaan biq/h maan
PiU}a haln^a dengan : bilangan 2 kuadrat 11 ^ sangat berguna bagi penjelesaian persa^ SOu U u r’ m enarik akar, soal2 jang mem pergunakan h u ru f2, ilmu bangun dll. b.
236
dari se*? Pendidikan, peladjaran berhitung i h Pu*a meniperbai!ki pandangan jang teran g salah dan sungguh s e m p it: m enghargai djabatan 2
dalam dinas pem erintahan, dan m enganggap kurang terhormat pekerdjaan lain. Padahal, dalam hidup sesuatu bangsa, tiap pekerdjaan mempunjai fungsi tersendiri. Tida'k ada perbedaan harkat antara pegawai negeri, pegawai partikulir, pemimpin perusahaan, pekerdja pabrik, tukang betja, pedagang, petani, nelajan dll. Tidak ada djabatan jang liina I Semua berguna bagi kehidupan sosial. Oleh karena itu, perlu disadjikan soal 2 mengenai kemasjarakatan. Dalam b u k u 'in i soal2 itu diberikan dalam hubungan ’’sentre d’interet” atau pusat-minat dan merupakan- satu bagian (E) dalam tiap bab. Seperti halnja dengan tiap mata-peladjaran, berhitungpun mempunjai segala nilai, tetapi karena sifatnja, nilai formil-lah jang terutama. Pembentukan akal, memberi bimbingan dalam tjara berfikir merupakan faktor jang penting dalam peladjaran berhitung. Lantjar tidaknja proses berfikir, bergantung pula ke pada pengetahua?i-siap jang sungguh* fungsionil. Soal2 jang dimaksudkan- untuk memelihara pengetahuan-siap itu, harus diberikan setjukupnja dan terus-menerus. Maka, sesuai pu la dengan nama Tjerdas-Tangkas, kami berikan soal2 itu dalam bentuk „mentjongak,>. Lebih dari separuh isi buku ini terdiri atas soal2 jang harus dibuat setjara mentjongak. Perkataan mentjongak itu hendaknja djangan selalu diartikan dalam arti biasa — di berikan setjara imlak — tetapi jang dimaksudkan ialah te rutam a soal- jang pendapatannja harus ditulis sekaligus tan pa membuat tjatatan 2 atau hitungan* setjara tertulis, se perti : . 57 i + 62
+ 37 i + 42a + 37 |
Ditjongak : (57 i + 42?,) + (62
+ 37 J
+ 62, 75 = ..........
) + (37* + 62J) =
D itjo n g ak : (87,4 — 7,4) + (73 ? — 13 ^ ) = 80 + 60 = 140 3). 123 X 18,4 — 23 X 18,4 = ................ D itjongak: (123 — 23) x 18,4 = 100 X 18,4 = 1840 4). 7,6X 123,3 + 123,3 X 2,4 = ....... D itjo n g ak : (7,6 + 2,4) X 123,3 = 10 X 123,3 = 1233 5). (87,5 + 25 + 62*) : 12* + = ................ D itjo n g a k : (87,5 25 62* + ------ + ------ = 12 * 12 * 12 * 7 + 2 + 5 =14 6)----------------- i = .................. 4 i' D itjo n g ak : d + 1):* = 2 : * — 2 X 2 = 4 V). 15% dari Rp. 6 7 5 ,- + l 5 % d a r f ] ^ . 3 2 5 - = D itjongak : f ri LB p- 675’- + % • 3 2 5 ,- ) = 15% d a n Rp. 1000,— = Ep. 160 _ 8 ). 23 }
% dari R p. 900 _ +
% (iar.
Dit;jongak : + 6 i )% dari Rp. 900,— = 30% dari Rp. 900,— ^ lRp. 2 7 0 ,9). 672 — 33 2 = ....... ’....... D itjo n g a k : (67 + 33) x (67 — 33) =
10 ). 41 x 33 io
= ...................
D itjongak: 41 — X 100 = 13$ X 100 = 1366 £ 3 £. j. = 11). 41 : 33 i = ................... Ditjongak : (41 X 3) : 100 = 123 : 100 = 1,23 12). 59 : 12* = ................... D itjongak: (59 X 8 ) : 100 = 472 : 100 = 4,72 Soal- jang diatas itu h a r u s - ditjongak, tidak boleh dibuat setjara tertulis. Murid- perlu dibiasakan, agar djangan leikas2 mengambil potlot dan kertas, sekalipun soal pang dihadapinja tampaknja aga!k sulit. Dan sekedar sebagai petundjuk, dalam buku ini selalu ditjantum kan *,tjongaklah f 5 diatas tiap kelompok soal jailg pendapatannja harus ditulis sekaligus tanpa perhitungan tertulis. d.
Ketjerdasan atau aktivitas murid termasuk asas didak tik jang sangat penting. Untuk memeliharanja, dalam tiap bab disediakan sekurapulan soal (D) jang dinamakan Pekerdjaan-Rumah. Hendaknja diusahakan, supaja- m urid 2 membiasakan mentjotjokkan pendapatan tiap soal jang dibuatnja. Mereka sendiri harus dapat menentukan, apakah penjelesaian soal itu betul atau tidak. Selandjutnja, asas ketjerdasan itu, perlu dipraktekkan dalam segada hal, djuga ketika Pak Guru membahas bahan baru. Biaiikanlah murid 2 m entjari sendiri pem etjahan „masalah-masalah” 'jang mereka h a d a p i! Djanganlah Palk Guru menerangkan suatu soal, sebelum anak 2 diberi kesem patan untuik mentjobanja. Dalam peladjaran berhitung-pun berlaku : „Tut wuri a n d aja n i!” Kita hanja dapat mahir berhitung dengan d ja la n ........... b erhitung! ' Tiap orang tahu benar, bagaimana tjaran ja m em ukul paku dengan palu. Tetapi hanja jang sering mengerdja;kannja sadjalah jang dapat memasukkan paku kedalam k aju 239
dengan sekali pukulan. Jang tidak terlatih, memerlulkan be berapa kali pukulan atau ........... memukul tangan sen d iri! Demikian pulalah halnja dengan berhitung. Oleh karena itu m urid 2 harus banjak mendapat latihan. e.
Peladjaran berhitung merupaikan susunan bahan 2 jang diberikan selangkah demi selangkah dan senantiasa berhubung-hubungan dan djalin-berdjalin. membilang — perdjum lahan — perkurangan — perkalian — perbagian — perpangkatan dst. Dapatlah ’k ita k a ta k a n : berhitung itu ibarat sebuah rumah. Djika salah satu tiang lepas, seluruh rum ah akan gojang dan achirnja akan ambruk djika terlalu banjak tiang jang rebah. Seorang murid jang selalu mendapat kesukaran waktu berhitung, nam pir selaau disebabkan, karena ia tidak menguasai salah satu bab atau beberapa bab. Mungkin karena tidak masuk sekolah beberapa hari sadja, ia „melampaui” bab itu. Akibatnja akan terasa terus-menerus. Untuik mentjegah hal jang demikian, maka achir tiap bab disediakan sematjam lest-diagnostik guna memenksa 'Hal- jang belum dikuasai benar olen seseorang murid. Soai- jang salah dibuat oleh lebih dari £ djumlah murid, nendaivnja diterangKan setjara klasifcal. Jang paling baik tentunja memperoaiki kelemahan- itu setjara individuit. Hal ini dapat dikerdjakan dalam peladjaran lisan Memberi guiran Karuslah diaasaman atas hasu test m urid jang (Albert giliran itu. lia p test-diagnostik dapat diberilkan beberapa kali, tetapi waKtu jang disediakan harus tiap kali dipersingkat, m isalnja : mula^ 40 menit, kemudian 3U menit, lalu 25 menit dan achirnja 20 menit. Daftar- untuk m entjatat hasil test disediakan dalam buku Guru.
f-
240
Sifat „saling-berkebalikan” (reversibilitet) pengerdjaan perlu m endapat perhatian sepenuhnja, agar murid- dapat m em iliki pengertian- dalam keseluruhan dan dalam segala hubungannja serta bentuknja. U ntuk m entjongakpun hal ini penting sekali.
Tjontoh dibawah ini m enundjukkan reversibilitet perdium lahan dan perkalian. \ 13 + 12 12 + 13= 13 -f- ... =
9 x 8 = ... 8 X 9 = ... 9 x ... = 72
= ... ... 25
12 + ... = 25 ... + 13 = 25 ... + 12 = '25 25 = 13 + ... 25* = 12 + ... 25 = ... + 13 25 = ... + 12 25 — 13 = ... 25 — 12 = ... 36 X 33
8
... ... 72 72 72 72 72 72
=
O
33
3
=
28
X 11
I
=
25
•• I ! 1
57
X 14 - f
=
®
81
: 14 ■*
=
8110x^
=
... = 9= 8= 9x 8X ... X ... x 8 = 9 =
-'72 —
72 72 72 ...
*2 9“
"*
- 2—
8
9
9
8 =
8
g=
" _72
_ ...
^
J ? X 100 = 311 J 9
25 x 9 = 100
2,25 ’
X 100 = 814 -®= 5,67
Berat ■o n — _______ B U' ~ Isi
Berat „ ~ ______ = B.D. Isi
Isi B.D.
Berat Berat Berat b .d . Berat Isi
Isl
:... ;
-3® X 100 = 1200 •»
41
1
x x X = = = = : :
8 = 72 9 = 72
X B.D. = Berat X Isi = Berat Berat = BiDT _ ...........
= Isi X B.D. = B.D.X Isi __ . v
_ — 241
g.
Isi
=
B erat B erat
=
B erat = Isi b .d : Isi X B.D. : B erat T.
Isi BD‘ B.D. — Isi Isi X ............ = B erat ........... X B.D. — B erat : .............. = B.D. B erat : ............... = Isi B erat ......... : B.D. = Isi ........ : TkI= B.D. dst. « Bagi kelantjaran peladjaran, se-dapat2n ja diadakan normalisasi 'tstilah2 dan tja ra menulisnja. Dalam buku ini di pergunakan istilah2 : perdjum lahan — suku — jang ditam bah — penam bah — djumlah. perkurangan — suku — jang dikurang — pengurang — selisih. perikalian — faktor — jang dikali — pengali — hasilkali. perbagian — jang dibagi — pem bagi — hasilbagi. dua pangkat ketiga. segitiga, budjursangkar, persegi-pandjang, djadjaran-gendjang, garistengah. Normalisasi pengerdjaan p u n perlu djuga. Misalnja : segala soal m engenai modal dan bunga jang tidak dapat dttjongak, dapat diselesaikan dengan m em pergunakan satu rum us sadja. Modal Bunga = Tahun x Persen X 100
M B
=
T
P
X
X 100
D itanjakan waktu, kita tulis B =
x P X
M 100 M
persen,
„
„
B = T x
... X 100
modal,
„
„
B =
T x
P X 100
242
Verbalisme perlu dibuang djauh2. Hal2 jang benar 2 fungsionil dalam kehidupan se-hari2 harus diamati, „dia!lami” . Tundjukkanlah luas ± 1 ha (kira -1luas lapangan sepak-bola), isi 1 1 (kira- 5 gedas air), tinggi atau pandjang 1 m, berat 1 kg. DjanganJah hendaknja ada djuga murid jang tanpa kritik sedikitpun membiarkan sadja pendapatan 2 s e p e rti: Tinggi menara 1,25 m. Tinggi gedung sekolah 6 dm. Luas sawah Paik Ali, 1,35 ca. Tiap djam ia berdja'lan-kaki 30 km. B erat badannja 5 kwintal, dst. Ukuran 2 daerah dan asing, nilai uang luar negeri dsb., tidak usah merupakan bahan jang tidak berguna. M enjuruh menghitung berapa rupiah-kah sekiarc dollar atau poundsterling tanpa keterangan apa2, memang salah. Lain halnja, djika kita katakan dahulu : 1 pound-sterling = 20 shil ling = Rp. 60,— . £ 3.10,— = Rp...................... Rp..................... = £ ............... Dalam bentuk begini soal2 itu berguna. Demikian pula halnja dengan tumbak, yard dll. Murid 2 hendaknja dibiasakan m emeriksa sendiri soal2 jang dibuatnja. Segera setelah mereka selesai m engerdjakan perbagian, pendapatan harus mereka tjotjokkan- dengan djalan perka lian. Pendapatan perkurangan ditjotjokkan dengan perdjum lahan ; perdjumlahan jang berleret kebawah dikerdjakan dua kali, dari atas kebawah dan dari bawah keatas. Djuga soal2 „redaksi” seperti tentang pembilang dan penjebut suatu petjahan, tentang bermain kelereng, tentang kebun dsb. perlu diperiksa sendiri dengan „mengisikan” pendapatannja dalam soal jang bersangkutan. M isalnja: Mula2 Ibu membelandjakan ~ bagian uangnja, kemudian f sisa. Masih tinggal lagi Rp. 16,— . Mula2 uang Ibu Rp.................. Pendapatannja, jakni Rp. 60,— kita „isikan” dalam soal. Mula2 uang Ibu Rp. 60,— . Dibelandjakan ^ bagian. 243
Sisa Rp. 48,— . Kemudian dibelandjalkan lagi 3 bagian dari X Rp. 48,— Tinggal J X Rp. 48,— = 16,— . Ini tjotjok dengan sisa terachir dalam soal. j.
Banjak soal d ap at dipergunakan untuk latihan mengirangira 'atau menaksir. Memang betul, bahwa soal2 berhitung b e rs ifa t: pendapat itu betul atau salah. Tetapi betul pula, bahwa dalam kehidupan se-hari 2 kita sering menghadapi soal 2 jang penjelesaiannja tidak memerlukan pendapatan sesungguhnja. Djika m isalnja ada jang bertanja, berapa ton beras diperlukan tiap bulan disebuah Ikota jang berpenduduk 70.000 orang — angka inipun tidak pasti — maka m ungkin kita djaw ab ,,400 ton” dengan perkiraan sebagai b e r ik u t: Tiap orang m em erlukan tiap bulan 30 x i kg = 6 kg beras. Banjaik beras jang d ip e rlu k a n : 70.000 x 6 kg = 420.000 kg = ± 400 ton. Demiikianlah hatnja dengan segala ran tjan g an pengeiu aran /p en erim aan m engenai selamatan- darmawisata, per* • usahaan dll. Baiklah sekali 2 m urid disuruh m em buat rantjangan itu, m isalnja m em buat „anggaran belandja” p erajaan sekolah, berpergian atau m endirikan toko sekolah. • (1 Selain dari pada itu, hendaknja m ereka disuruh menakv i kelas’ isi m a n S kelas> keliling benda jang bertra _ . lm gkaran, tinggi dan alas segitiga, tinggi dan alas spirt n n tu r alas kerutju t, lebar dan pandjang perulcwr ata m enaksir, barulah m ereka mengukut atau menghitwng. bahwfl31^ ™ 1111^1111®311 ini Periu djuga kiranja di/kemukakan, s e r ^ i L ^ L me:nf enai h a ri a 2 dalam buku ini, pasti tidak n a t ma^ino<’SU^ ^ engan keadaan sesungguhnja ditiap temA,un l i ?P ten*PatPun harga itu terus ber-ubah2. soal r t S f baik^ a> dJ'ika m urid 2 setelah men-gerdjakan iharpa 2 nJeJn^ Uat soal itu sekali lagi tetapi dengan fcarga 2 jan g berlaku ditem patnja. riTdin^nna?+al?an kePada Petani, pedagang dipasar, m n iS h ° berm anfaat sekali dan disamping itu. m u n d benar- m em buat soal „hidup”
244
k.
Sistimatik buku ini (djilid 6 A /B) disusun sebagai be rikut : selama diberikan bahan baru — 5 bulan pertam a — tiap bab t&rdiri atas bagian2 : A. Mentjongak dan Bahan baru. B. Tjepat dan tepat (I. Tjongaiklah ! II. Hitunglah !). C. Latihan (Ulangan). D Peikerdjaan-mmah (I. T jongaklah! II. H itunglah!). E. Pusat minat, soal2 kemasjarakatan. F. Test diagnostik (A. Tjongaklah ! B. Hitunglah !). Beberapa bab m erupakan satu kesatuan (unit) jang diachiri dengan Ulangan (A. mengenai unit itu dan B. mengenai seluruh bahan). Selama lima bulan pertama, tiap bab merupakan tugas mingguan. A, B dan C masing 2 I djam peladjaran. E dan F „ 2„ Sisa waktu dipergunakan untuk memperbaiki kekurangaji-kekurangari atau untuk test ulangan. Test diagnostik jang selalu terdiri atas 2 bagian (A dan B) harus diberikan terpisah: m urid 2 ber-sama* mulai membuat A dulu, kemudian sesudah waktu jang ditentukan(40 menit, 35 menit, 30 menit atau 25 menit) habis, semua pekerdjaan dikumpulkan dan sesudah itu baru ber*sama2 mula'i membuat test B. Baiklah disediakan 1 buku-tulis tersendiri untuk test A dan 1 bagi test B. Sebelum test A dimulai nomor 2 sudah disiapkan lebih dulu dari 1 s /d 20 berleret kebawah. Nanti m urid 2 hanja menuliskan djawaban2nja sadja dibelakang nomor jang bersangkutan ber-turut 2 dari kiri kekanan sesuai dengan tjara me nulis djawaban 2 test dalam buku Guru. Mengenai test B, jang ditulis hanja djawaban 2 djuga, akan tetapi nomor 2 soal tidak disiapkan dulu, sebab mungkin ada djawaban jang m erupakan pengerdjaan lengkap. Pemimpin (Penilik) sekolah 'dapat m empergunakan test atau ulangan itu untuk memeriksa taraf peladjaran berhi tung. Sesudah bab 20, susunan bahan peladjaran lebih ditudjukan kepada persiapan udjian, sesuai dengan ren tjan a pe ladjaran jang berlaku. 245
MEROMBAK TJARA BERFIKIR SEPERTI BELANDA DALAM MENJUSUN METHODE PELADJARAN PERMU LAAN MEMBATJA. MATJAM2 METHODIK. PENGADJARAN PERMULAAN MEMBATJA. Tudjuan dari semua methodik pengadjaran perm ulaan memfoatja tentu sama, jaitu mem'berikan djalan untuk mendidik anak2, supaja m ereka setjara mudah dan dalam waktu jang singkat dapat membatja. Akan tetapi djalan atau tjaranja untuk mentjapai tudjuan itu ber-matjam-. Sedjarah perkem bangan methodik m enjatakan, bahwa djalan atau methodik itu, diantaranja sangat dipengaruhi oleh dasar ilmu djiwa, jang pada suatu wak tu sangat m em pengaruhi sistim-sistim pendidikan dan pengadjaran. Demikian pula m ethodik pengadjaran per m ulaan membatja, dalam per- jfeggfe. tiumbuhannja mengalami be- p f Q p * berapa kali perobahan, jang ^ DEL': dipengaruhi oleh perubahan aliran ilmu djiwa. 1 . THE ALPHABETIC m e thod. ’’The alphabetic m ethod” ) dapat dianggap sebagai me thode peladjaran perm ulaan m em batja jang tertua. Dizam an kebesaran negara Junani dan dizaman Rumawi orang sudah beladjar m em batja de ngan methode abdjad. Huruf- S d r . X . S . M , O n d a n g , K c p a l a D ja u > a tn n jang akan diadjarkan dilafal- P e t i d i d i k . i r i K e d j u r t i a n K e r r i. P . P . & K . kan m enurut lafalannja da d i a b a d i k a n d i m u k a p i r t u g crb a n g lam abdjad atau lebih tegas p a m e r a n b u k u d a r i ^ I n t e r n a t i o n a l lagi m enurut nama huruf itu b u r e a u o / E d u c a t i o n " d i G e n e v a , t a h u n 1957.
^ S G rav D e n e r h u ^ n ^ eac^!119 Reading a-ad W riting" karangan Wiliam L n S S P SC° Paris: "T he Teaching of Reading" Busunan Feliks di K > M SearGhr , Division ^ n a t i o n a l Bureau of Education of E d ^ c a t i o n ^ e n e v ^ 500 S bersama' sama dcnflaQ International bureau
246
4
dalam abdjad, sehingga h u ru f itu „D” dilafalkan di Indonesia sebagai „D£” huruf „K” dilafalkan sebagai „KA” dsl. Huruf- jang telah diadjarkan itu di-rangkai-kan m endjadi suku-kata, kemudian m endjadi kata2. Djadi „alphabetic-m ethod” adalah suatu methode jang sinthetis $e-mata£, suatu peladjaran perm ulaan membatja dengan djalan me-rangkai-’kan h u ru f jang dilafalkannja d'alam abdjad. Di Indonesia methode demikian pernah didjalankan dan p er nah disebut methode „A-B-C” , terutam a dipakai sebelum perang di Sekolah- Desa kira- sampai tahun 1925 2) dan dalam usaha Pem berantasan Buta H uruf jang pada waktu itu lazim disebut orang „Kursus A-Be-Ce. 2.
THE PHONIC METHOD. M erangkaikan lafalan „KA” dan ,,1” supaja m endjadi „KI” ternjata sukar sekali difahami anak 2 jang baru beladjar mem batja. Oleh karena itu m ereka melafalkan huruf- konsonan tidak lagi m enurut lafalannja dalam abdjad, akan tetapi m enurut bunji huruf konsonan itu. Djadi huruf ,,K” pada peladjaran mem b atja di. Indonesia tidak lagi dilafalkan sebagai „KA” akan te tapi sebagai „EK” atau „K eH ” dan huruf „D” tidak lagi di sebut „DE” akan tetapi dibaitja „ED” atau „D eH ” . Djalan methode tidak ada ubahnja dengan ,,alphabetic me thod” dengan djalan melafalkan, kemudian merangkaikan huruf 2 jang dalam the phonic m ethod dilafalkannja m enurut bunji huruf-huruf itu. 3.
THE (KEY) WORDS-METHOD 3). Sebelum anak- beladjar mengenai huruf, mereka disuruh dulu membatja beberapa kata-. Kata 2 itu dipilih sedemikian rupa, sehingga semua huruf jang akan diadjarkan terdapat dalam „keywords” ,,Normaalwoorden methode 'bahasa Belanda jang dulu pernah diadjarkan di Sekolah H.I.S. dan H.C.S. di Indonesia adalah dari M.B. Hoogeveen dengan kata- lem b ag a: J a a p ”, „gijs”: dien”, ;,zus”, ;,boe”, „waf”, ;,vuur”, ^rook”, „tol”, ;,zeil”, „de neus”, ;,het huis”, dan „een schip”. Untuk bahasa Indonesia oleh Abdulgani Asjik, Bermawi gl. St. Radja Emas dan Chi*. F.W. Slijper 'disusunlah key-words m e thod : „Tiga sekawan”. Untuk bahasa Djawa oleh Van D yck cs : „Gelis Pinter Matja”, Untuk bahasa Sunda oleh Titus, Gaikhorst dan D jajadiredja: t)Batjaan Mimiti”, un tu k bahasa M adura oleh 2) 3)
"H et Volksonderwijs in Nederlands-Indie" kar. P, P o st th, 1932' hal, 21. "M ethod of the normal w ords” .
247
Moedani sc : „Tanodhan”, dan „Atam a so Saima” oleh Moh. Taka Prawirokoesoemo. Key-words method selalu mulai mengadjarkan membatja kata 2 misalnja : „da-da”, },pz-pz3}, ,>gi-gi,>, „ku-ku’3 dsb. Setelah kata 2 itu dapat dibatja oleh anak-, kata- itu dikupas mendjadi suku-suku kata, kemudian terus dikupas lagi sehingga anak- itu dapat mengenai huruf2nja. Setelah huruf2nja dikenal, kemudian dirangkaikan lagi, sehingga terbentuk kembali kata 2 tadi jang diuraikan huruf 2nja. Selandjutnja dengan h u ruf 2 jang telah di kenal itu, disusunlah lain 2 perkataan dengan mempergunakan m atjam 2 kombinasi dari huruf 2 tadi. Djadi „key-words-method” dapat disebut pula methode „kupas-rangkai-huruf2” 4) oleh karena mula 2 mengupas kata 2 sehing ga dikenal huruf 2n!ja, kemudian m erangkaikan kombali huruf 2 itu sehingga terbentuk kata 2 jang tadi dikupas itu. Diantara methods 2 peladjaran perm ulaan membatja, sisbi'm key-words-method” adalah methode jang paling banjak dipakai di Indonesia sebelum perang, dalam bahasa Belanda, bahalsa In^-maU^ Un baihasa2 daerah, s e p e rti: Djawa, Sunda, Madura, atak-K aro u,Soerat tengenan ras ogen mau goena danak-danak m tak-K aro oleh Joustra, Batak-Angkola, („Moetik” oleh Radja Oroenoeng), Mmangkabau („Lakeh Pandai” oleh Emeis), Nias, Makasar, Bugis, dll. 4.
THE SENTENCE (GLOBAL) METHOD. Satu aliran djiwa jang besar pengaruhnja pada n i t Pengad]aran di S.D. adalah aliran ilmu djiwa global, w w n ? l ngun te o n von Ehr^ f e l s s) (Austria), kemudian leK xhivl ?) $ SeS a^ an oleh para ahli ilmu djiwa Buhler G) ,W . mpv m ? ? 8 Ehrens^ n °) dkk, sedang M. Wertheididaktik pengadjaran 0 'penting?nj a teori g^staltpsychology dalam fiunakar^^tpnrf3^ pendidikan jang pertam a-tam a memperL m S , S ^ W o l o g y dalam didaktik pengadjaran membatja di Sekolah Rendah adalah Edouard Claparede (Gene^) ''analytic-synthetic method” «V EHr. f & l s ’ ”Ueber Gestaltqualitaten”. ) B u h i e r .^ Die Gestaltwahrnehmungen”. ’’G estalt PSychoIogy”Pr0bleme Und Anfiin«e einer Gestalttheorie” dan 8) K K o ffk a : ’’Principles of Gestalt Psychology”. ) E h re n s te m : Eir>f, i.d, Gansheitpsychology” 30) M . W ertheim er: "Ueber Gestalttheorie” dan "Untersuchungen zur Lehre von der Gestalt .
248
p
va) dan Ovide Decroly (Belgia), jan g pengaruhnja m eresap masuk-kenegeri Belanda. _ Setelah m ethode global itu beberapa tahun dipakai di N egeri Belanda, dimulailah methode global itu ditjoba dibeberapa sekolah rendah di Indonesia, dalam bahaisa Indonesia, Sunda ir) dan Djawa. Teripengaruh oleh pendapat 2 orang di N egeri Belan da m ereka sama sekali tidak m engingat stru ktu r bahasa di Indonesia jang djauh berlainan sekali sifatnja dengan stru ktu r bahasa Belanda (Inggris atau Djermanj. Atas andjturan In'speksi Sekolah Rendah didjaanan kolonial Belanda disusunlah methode m em batja global „Beladjar Mem batja” dalam bahasa Indonesia oleh Danckaerts dan Rambitan ; dalatn bahasa Sunda methode }iDiadjar M atja” oleh DanckaertsAdiwidjaja, jang selandjutnja disadur djuga dalam bahasa Sunda-Banten, Djawa-Tjirebon dan bshasa Djawa. Kemudian Kroes cs. m enjusun pula methode memibatja global d'alam bahasa Dja wa, jang sangat dipengaruhi oleh m ethodenja dalam h u ru f Dja wa : „Enggal, Gampang Njenengake”. U ntuk sekolah- berbahasa Belanda disusun methode membatja global „Jaap en Joop” oleh Hogewoning cs. Dalam methode global dari Danckaerts cs. anak 2 itu segera diadijar membatja kalim at2. Tjontoh dari Buksm Diadjar Matja Djilid! I halaman ipertama kar. Danckaerts — Adiwidjaja. noe noe noe noe roc li)
ieu ieu ieu ieu ieu
jojo didi wiwi apana emann
A. Pcrtjobaan methode global dilakukan untuk pertamakalinja oleh1 peladjar- H.A.C, di Bandung pada tahun 1933, diantaranja oleh A dtir Raksanagara —■ (srekarang Direktur SGA di Bandung) dibawah punpinan Direktur HIK-HAC P. Post. Pcrtjobaan pertama harapkan.
kalinja itu gaga}, tidak membawa hasil jang di-
Pada waktu itu oleh siswa2 H.A,C, jang sSngat kritis telah dikemukakan keberatan-nja m engingat: a) sifat murid ada> jang "eiditis”. b) banjak murid dikota jang sesungguhnja sudah mengenai beberapa huruf terlepas ketika masuk sekolah, sehingga sudah tumbuh nafsu untuk menganalisa. c) struktur bahasa Sunda jang sangat sederhana dan berlainan sekali daripada struktur bahasa Belanda. B. Kemudian dibawah pimpinan Inspeksi "Oosters Lager Onderwijs” diadakan lagi pertjobaen kedua dikota Bandung, jang diantaranja di pimpin oleh (almarhum)' Sumitro, pada waktu itu schoolopziener dikota Bandung. ^
249
Tjontoh dari Buku „Beladjair Membatja” djilid I halaman pertam a dan kedua karangan Danckaerts-Rambitan. Halaman 1.
H alam an
Ini si didi si didi duduk :a makan; nasi itu si inina si mina lari
ini ibu si didi ia minum air si mina sakit selesma sudah tiga liari ia sakit ia tidak boleh bermain
2.
Selainnja buku batjaan biasa untuk methode membatja glo bal itu disediakan d ju g a : a. gambar dinding disertai tulisan jang harus dibatja anak-. b. map berisi tulisan pada beberapa helai kertas untuk dibatja individual oleh murid. c. map be'risi tulisan untuk digunting oleh murid. d. tulisan kalimat demi kalimat pada beberapa helai karton besar untuk dibatja oleh m urid setjara felasikal. Kalimat2 itu disuruh dibatija oleh m urid setjara klasikal da ri tulisan-tulisan pada karton besar (klassikale lecskarton), se tjara individual dari tulisan 2 pada helai2 kertas (leesstroken), atau dari buku batjaannja. Kemudian setelah beberapa kali diulangi, lama-kelamaan si murid akan dapat membatja kalimat2 itu, .malahan selandjutnja dapat mengenai kata2nja satu persatu. Sesudah anak 2 dapat mengenai semsua kata 2 itu dengan lantjar, baru anak 2 disuruh menganalisa (menguraikan) kata 2 itu sehingga anak 2 itu dapat mengenai huruf2nja satu per sstu. Dalam methode global tekanan diletakkan pada analisa, jang mereka sebut proses „de-globalisasi”. Sinthesa tidak men djadi soal. Para ahli methode global berpendapat bahwa analisalah jang penting jang baru boleh diadjarkan, djika somua kata 2 telah ^ dikanalnja sungguh-sungguh, sehingga pajda anak 2 itu mulai tumbuh kehendak sendiri untuk menganalisa kata2, un tuk dapat mengenai huruf2nja 12). Latihan-latihan sinthesa tidak dipentingkan seperti dalam. „key-words-methQd” , karena itu, pantasiah ada jang m engatakan bahwa methode global itu sesungguhnja ,jmethode analisa” se-m ata 2 sebaliknja dari A lp h a betic Method” dan „Phonic Method” jang hanja mengenai sin thesa sadja, sehingga 'disebut „methode sinthesa”. Methode membatja global (sentence method) madju sangat pesat sesudah kira 2 tahun 1930 terutam a di-negara 2 berbahasa Inggens, seperti U.S-A,, Canada, Australia dan Britania-Raja. 12)
250
M enurut methode global jang disusun oleh U . Vastetfhouw cs. dan di terbitkan oleh Balai Pendidikan Guru di Bandung („Methodiek membatja dan menulis permulaan” P - 1954 half 40 Par. 46), analisa huruf itu baru dapat dilakukan setelah murid membatja semua kalimats itu setjara global dalam waktu aintara 3 — 4 bulan.
Mungkin. oleh karena dalam bahasa Inggeris uaiKimnja ada perhedaan jang besar sekali antara lafalan kata* (p ro n u n cia tio n ) d a n tjara m enuliskannja. i3J Sedemikian sukarnja melafalkan kata- dalam bGihasa Inggris, sehingga mereka merasa perlu ada „kamus lafalan** atau ^pronouncing dictionary” dan dalam tiap 2 kam us bahasa Inggris selalu disartai tulisan phonetic untuk da p at mengetahui tjara melafalkan katar itu. Jang per-taima2 m engandjurkan sentence-m ethod di Inggris j a i t u ,Huey jang m engatakan: ................ „The m ethod urges th a t the sentence, and not the word or letter, is the true unit in language, expressing whole thoughts which are the units in thinking. If the sentence is ithe natural unit in language, it is the n a tu ra l unit in reading as in speaking. As th e word is not the mere sum of letter-sounds ,£nd letternam es, neither is the sentence m erely a sequence of word sounds and word names. It has a distinctive total sound and appearance and meaning indicated plainly in the way it is spoken when its meaining is felt ................” Penjuisun m ethode global ja n g paling p o p u ler di Inggeris adalah Edith L uke: „The Teaching of Reading by the Sentence Method ” dan J. Hubert Jaggar: „The Sentence Method of Tea ching Reading ”, d i Belgia Prof. Ovide Decroly d an di Djerman teru tam a Kern, Malisch dan Wittmann. THE SENTENCE METHOD KEMUDIAN DIKRITIK DI INGGRIS. P resis sep erti lain2 aliran ja n g radikal, setelah mengalam i zam an keem asannja, m ulai terasa keberatan2 orang tsrh ad ap sentence m ethod itu, dan m ulai di Inggeris didiskusikan u n tu k m entjani djalan tengah 14), m alah banjak ja n g m engandjurkan supaja kem bali kepad'a „words m ethod 13)
Tjontoh perbedaan antara: ,.bentuk visuii" atau tjara menuliskan ka*akata Inggeris dan ,,bentuk auditif" (pronou-iicia’tion) atau tjara melafalkan tulisan- tadi (tjontoh disertai tulisan phonetic menurut sistim Daniel a)
J4)
"Key" ■ — "leaf” — "queen” — "tiec jang dilafalkan: [ki ■ [h:f] — [kwi:n] — [tri :]. r») "fork" — "wall" — "horse’ — "board" jang dilafalkan [fe:k] — c) "house” — "cow” — "plough” jang dilafalkan ‘ [haus] — [kau] — [we:l] — [h e:s] ^ [be:rd]. [plau]. d) "nose" — "goat" — "window” jang dilafalkan [nouz] ^ [ g o u t j — [w indou]. Dalam "Times Educational Supplement” tgl. 7 M ay ’54 karangan Hutejter Diack "First Steps in Reading” : "Phonics the key". Tgl. 14 M ay ’54 karangfin Frank W hitehead: "Rival Reading Methods" : Question of Timing”.
251
K ritikan terhadap methode global ber-tubi 2 dilontarkan orang, sehingga makin lama orang 'makin ragu 2 akan keuntungan dasar 2 ilm u djiwa global bilaimana didjalankan setjara konsekw en dalam methode permulaah imembatja. Teori „analysing w ords” dirasa salah dan diketjamnja. Diantara achli pendidikan di Inggeris jang dengan keras sekali m enentang sentence me thod jaitu : J.C. Daniels, Frank Whitehead dan Hunter Diack. Belum lama berselang d'alam madjalah „Education Today” bulan Djuli tahun 1958 hal. 22 — 23 ada ketjam an dari J.C. Daniels dan H unter Diack jang diantaranja berbunji dem ikian: Some Misconceptions in the Teaching of Reading (by J.C. Daniels and Huinter Diack). Research ha’s shown, experimentally, two facts never expla ined by the ’’whole-wortl theorists” ; 1 . that even children taught to rely on ’\vhole-word” re cognition find short, phonetically simple words like ’’map” easier to read! than long interesting words like ’’aeroplane” . 2 . th a t th e ir commonest mistake is not to confuse words with the same general shape but of "partsaying and whole guessing” . Adults of course, do this, but as expe rienced readers they are more accurate guessers of ■words from the context. A nother misconception arises when we speak of analysing ■words. There are, in fact, twc different processes of analysis going ou when children are learning to read : the visual analysis of the printed word1, and the aural analysis of the spoken word. Ju st as we cannot see printed words as imme diate wholes, so V e cannot hear words as immediate wholes. To distinguish different words, we analyse each -i/ito its component phonemes. In reading, the visual and aural analytical processes are reciprocally united. ^ b e child who looks at the letters of a word, from left to rJi °'n Principle th a t the com'ponent letters stand for the sounds of spoken words made in a particular order, is using a visual analysis which will prove positively helpful, since it is in keeiping w ith th e alphabetic principles of w ritten English. He is visually analysing printed words whilst a t the sam e fame aurally analysing spoken words. / at? ’ they are learning to ”see” with their ears and listen with their eyes. Suchs training is best done with reading m aterials which are words in which sight-and sound are directly and consistently related. 252
,
This whould p ro v e.th at ”bus” is a b e tte r and easier w ord for a reading prim er than ’’aeroplane”. The ’’sentence-metfood” theorists contend th a t "only gram matically complete sentences have ’’m eaning” and th a t chil dren must therefore learn to read sentences before they learn to read words. If they do it, it is argued, th ey will never be able to read for m eaning b u t will succeed o nly in „barking at print”. A carefully designed experim ental comparison of the diffe rent methods has indicated that the Phonic Words m ethod works m uch beter than m ethods deriving from ”wholewords” theories. In spite of all the psychological jargon th ere has not yet been produced a practical, experim ental justification of ’’modern” wholeword theories. M ETH O D E GLOBAL D IT E N T A N G DI DJERMAN.
Di Djerman kritik pertam a dikeluarkan oleh para ahli pendid'ik jang bernliran ibmi djiwa stru k tu r se p e rti. diuraikan oleh ahli ilm/u djiwa D ilthey dan Spranger, teru tam a oleh penganut dari Oswald Kroh („Psyhologie des G m ndschulkindes”) jang menguraikan, bahwa tjara penglihatan global dan proses de-globalisasi pada anak3 itu tidak m ungkin sama. Anak 2 dikoita seringkali telah mengenai beberapa huruf sebelumnja merfeka masuk sekolah rakjat. Anak 2 sematjam itu penglihatannja tidak mungkin global sungguh2, karena telah ada ketjenderungan untuk menganalisa dengan segera, malahan mung kin telah diapat mengena .1 kembali huruf 2 jang telah diketahuinja sebelum masuk sekolah. Proses de-globaldsasi pada mereka ten tu sadija berbeda dari pada jang lain. Apakah adil auituk „me(njam?a-rata-kan” m urid 2 sematjam itu dengan anak 2 jang lain ? Apalagi djika kita mengingat theori Spranger jang mengatakan bahwa sesungguhnja sifat atau ^type-djlwa” dari anak 2 itu ber-m atjam 2 sifatmja, adalah sesuatu kekeliruan besar dari para penganut ilmu djiwa global untuk },meng'generalisasikan” semua anak 2 itu. Djuga para penganut ,,illmiu djiwa berfikir iri) terutam a dari aliran O. Selz („D}e Gezetze der produktiven u n d reproduktiven Geistestatigheit”) dan aliran J. Lindworsky („Methoden der Begriffsforschung”) berpendapat bahwa proses de-globalisasi itu bukan prases analitis jang berdjalan mekanis dan sama prosesn ja pada semua 'murid. Proses deglobalisasi itu adalah satu proses-fikiran jaiig dinamis dengan saitu tudjuan jang te rte n tu ; dalam proses-fikiran itu tiap 2 individu a ktif dan m em beri 15)
Denkpsychologie (Bld.-Djcrm.) : The psychology of intellegence and W ill (W y a tt — Inggris).
253
tjorak sendiri karena masing 2 m em punjai kesanggupan sendiri, jang tidak dapat disamarataikan. Kemudian ketersmgan ahli itoiu djiwa E.R. Jaensch 1C) jang mengatakan bahwa banjak sekali anak 2 jang .bei’sifat eiditis. rnembakiin orang lebih ragu 2 lagi akan keuntungan dasar 2 ilmu djiwa global djika dilakukan setjara extrim dan konsekwen sungguh 2 dalam peladjaran perm ulaan membatja. Orang mulai lebih hati 2 dan lebih kritiis dalam mendjalankan methode global itu. Ada penjusun methode membatja global jang tidak mau Icigi mulai dengan membenikan kalimat2 akan te'•‘’P1 ......... ;••• dengan memberikan katas terlepas, hampir tidak ada iiiibahnja dengan ,,Key-words-method”. Bukanlah kata- itu satu per satu dapat pula melaikiiskan kesatuan 2 globalitet ? Apa kah tulisan „R'p. 100 ” di-etalase 2 atau tulisan nama orang pada papan-nama dimuka rumah, tidak merupakan satu unit Ganzheit puitP jang memipunjai art! dan isi jang sem purna sebagai satu Kesauian totaHtet ? Karena itu .mereka meninggalkan kalimat(sen ten ce) d'an kembali kepada kataa (words) se'bagai pangkal uncuK mem beri peladjaran permulaan membatja. Perbedaan dengan ’’Key-rwords-method” model lama, letaknja pada sinthesa. m5 global sinthesa tidak mendapat perhatian. Beha v e vf ’’^ y '^ ^ d s-m e th o fd l” berdasarkan prinsip „iku;pas-rang' ]a n g d id jalailkatl- se t^
a
mi1 ,Di p i erm an (Barat maupun Ti- ,, kPhi t para didaktisi m erasa £ keberatan-nja terhadap methode gloradikal itu, mereka mulai S 5 5 1 . di alan tengah, m entjari kompromi dengan tjara-tjara iang '* d a rf n r’ M la i menjimpang * fang p 2 S-P_Pri nSip llm u d^iwa Slobal lah i ? konsekwen. Djum-[ ah kata2, suku-kata* dan huruf* datp g k a ta n peladjaran sa ngat dibatasi dan ........... segera diIv ?1?1 ? engan totihan* analisa chusus, tzdak lama setelah katas itu dikenal anak* setjara global; mereka tidak ketiga dari methode terus „ngotot m enurut dasar ilmu- Halaman „ W ir lesen g em ” satu me djiwa global setjara konsekwen de thode sinthesa huruf (klankm ethode), jang sekarang ba ngan m enunggu sampai kehendak njak dipakai di Djerman untuk menganalisa kata 2 itu tumbuh
it
Barat. Penerbitan tahun 1951.
*<*)
254
"Die Eiditik utid die typologische Forschungmethode".
dengan sendirinja pada anak2, jang m enurut Decroly akan datang sendiri setelah anak 2 membatja setjpra global kl. 4 — 5 bulan lamanja. f Achirnja ada ahli didaktik peladjaran m em batja jang kem bali kepada „Keywords-method” dengan sistim ,,analisa-sinthesah u ruf2”, malahan setelah perang Dunia ke-II ada jang kem bali ke-„klankmethode}>jang sinthetis se-matas. Diantara „phonic m ethods” jang sekarang masih banjak dipakai di Djerman (Barat atau Timur). — nota bene dinegara dimana aliran ilm u djiwa global itu dilahirkan dan dibesarkan adalah : a. I'Methode : „Wir lesen gern>} karangan Heinrich Steul dan Max Goebel, satu methode sinthetis se-mata2, diterbitkan oleh Moritz DieSterweg Frankfurt a.M. dan Bonn. b. Methode : „Lesen und Lernen” kar. Johannes Feuer, Robert A lt, dan Hans Baltzer, satu methode sinthetis se-mata 2 jang mempergunakan huruf besar. Diterbitkan oleh „Volk und Wissen Volk-seigener Verlag” di Berlin.
M. M M
A
M
Halaman kedua dari methode „Lesen und Lernen", satu methode sinthesa huruf Besar, Penerbitan tahun 1952, banjak dipakai di Djerman Timur.
IA LA IA IA -U LI LO lO LI LO 0 . 0 I I LA LA II LO II LA Halaman kedua dari spelmethode dengan huruf b e s a r: .M e in e W e lt" jang dian~ djurkan oleh Inspeksi sekolah rendah d i D jerman Barat daerah pendudukan tentara A m erika dalam tahun 1949 (W iesb a d en ).
255
c.
Methode : „Meine W elt” kar. Prof. Dr. Leo Weismantel, di terbitk an di W iesbaden oleh. „Der Hessischen Lesebuchstiftung” . •Para achli pendidikan di D jerm an ten tu sadja mempunjai alasans jang kuat, sehingga m ereka menznggalkan methode glo bal, padahal negara Djerman itu tem pat kelahiran aliran Ilmu djiwa global. DINEGARA BELANDA METHODE GLOBAL DUNIA II MULAI TERDESAK KEMBALI.
SESUDAH
PERANG
Djuga di Negara Belanda sesudah kira 2 pada tahun 1935 orang keradjingan methodeglobal, mulailah tim bul kritik dari kanan-kiri, sehingga sesudah perang dunia ke II makin banjak orang jang kembali. kepsda „word-method’\ Dalam buku „The Teaching of Reading” jang idisusun oleh Feliks Karniszewski dari Research Division International Bureau of Education dan diter bitkan oleh kantor pusat Unesco di Paris m engenai ,,methods used for the teaching of reading in Holland” pada hal. 91 ditulis demikian : ,,They are two main, m ethods in use, the a n a ly tic - s y n th e tic m e t h o d a')' based upon a series of words which serve as a norm and the sentence-method 18). The form er always begins by studying the w riten letters and listening to the sounds. A t present the old methods 18) are still much in use, that ot the >,common words” being most frequently found.”
H alam an kedua dari m ethode kata-lemba ga ■ ..Z ien en Z e g gen” jang sekarang banjak dipakai di Sekolah-sekolah Katholik di Negeri Belanda bagian S clatan. Penerbitan ke31 tahun 1950.
oom. 90 (B
ecu.
cc a
ootneefi
-1
37) "Word-method” atau ’ method oi the normal words”. 18) Dimaksudkan ’’analytic-synthetic method”.
256
Methode „analitis-sinthetis” jang sekarang masih banjak di pakai di Negeri Belanda sesudah perang Dunia ke-II, diantaranja : a. Methode „Zien en Zeggen” kar B.C. Kloostermans. Methode ini untuk pertam a kali diterbitkan dalam tah u n 1914. Sesu dah orang agak reda dari pengaruh ilmu djiwa global, te r utama sesudah perang Dunia -ke-II makin banjak dipakai di-sekolah 2 Katholik dibagian Selatan, sehingga pada tahun 1950 mengalami pentjetakan jang ke-31. b. Methode „Lezen" kar. Daan D eken dan J.A. Pronk, dditerbitkan oleh P. Noordhoff terutam a ibanjak dipakai dibagian Utara. c. Methode „Zeggen, schrijven, lezen” .kar. M.M. Schurink jang diterbitkan oleh Versluis. sesudah perang Dunia ke-II p er nah dipakai dibeberapa Sekolah Rendah berbahasa Belanda di Indonesia. d. Methode „Ik lees aV’ kar. Jos M. Reynders dan N. Doumen.
aa oo
aa
aa
aa - aa
aaf
aa
aaf
oa
aaf
Halaman kefiga dari methode analitis'sinthetis „Lezen’f kar. Daan D eken dan ].A. Pronk, diterbitkan sesudah perang dunia kedua oleh P. N o o rd h o ff dan banjak dipakai dinegeri Belanda bagian utara Penerbitan ke~3 dalam tahun 1947.
oaf aaf
e. f. g.
Methode : „Lezen Leren” kar. D. Wduters dan W.G. vd. Hulst. Disamping itu ada golongan jang memakai m ethode global, jang didjalankan setjara tidak konsekwen, d ia n ta ran ja : Methode global jang sangat lu n a k : „Echt lezen” kar. Versteeg, tidak melalui dengan kalimat, akan tetapi segera de ngan kata* terlepas, terutam a dipakai di sekolah 2 Katholik. Methode g lobal: ,}L$zen in de eerste klas” kar. Anne de Vri es en W ietse Craus m entjari djalan tengah djuga. Segera mulai dengan kata 2 jang kemudian dirangkaikan 'mendjadi kalim at 2 (dalam hal ini sesungguhnja bertentangan dengan prinsip de-globalisasi). Analisa huruf ditangguhkan sampai anak 2 dapat membatja ber-puluh 2 perlvataan. setjara global. 257
\
li.
Methode g lo b al: „Zo leer ik lezen” kar. Jan van Breda djunientjari ko-mproini, dimulai dengan 24 kata2 terlepas jang
Halam an pertama dart m ethode globai „Lezen in de eerste klas ", di m ulai dengan membatja kata2 „an" dan „moe" Penerbitan ke-5 tahun 1952.
*
m oe
an en
Halaman ke- 1. a n en moe* dua dari me thode global m u en an "Lezen in de eerste klas”. K ata2 „ a n ’ 2. HIO© „moe”, dan „en” dirangSP1 kaikan sehing ga terbentuk OH kalimat2 jang sangat seder- 3. a n e n m o e . hana.
m o e en an,
m oe
harus dikenal dahulu oleh anak- setjara global, untuk ke mudian kata 2 itu di-rangkai2kan m endjadi kalimat 2 (sesung guhnja bertentangan pula d'engan dasar ilmu djiwa global).
H alam an pertam a dari methode global „ Z o leer ik lezen”, dimulai dengan m em perkenalkan 24 kata 2 terlepas. Penerbitan ke-3 tahun 1951.
258
e en v a a s
e en tol
een oom
een sch aar
een b een
e a n bus
e en k a r
e en v o e t
e en w ip
e en tsei
de c a p
d e rok
d e uil
d o schQen
do b o o r
d e (ei
d e kam
d e kou*
d e pit
d o rijf
Halaman kedua dari methode global „ Zo leer ik le ze n ’. K ata 2 jang 24 matjam itu diberi lidwoord „een” dan „de' untuk kemudian dirangkaikan mendjadi kalimat2 sederhana. »
i.Methode g lo b al: „Langs nieuioe wegen” kar. Schrijvers, agak konsekwen dan .mulai dengan membatja kalimat 2 setjara global. j. Methode global: „Van kindertaal tot moedertaal” kar. F. Evers, R. K uitert dan I. vd. Velde, term asuk methode global jang paling konsekwen. KEBERATAN 2 PARA ACHLI PENDIDIKAN DI INDONESIA TERHADAP METHODE GLOBAL.
Demikian djuga terdjadi di Indonesia. Setelah methode glo bal dari Danckaerts — Adiwidjaja („Diadjar Matja” ) diadjalankan beberapa tahun di Djawa Barat, mulailah terdengar keluh-kesah para guru. K ritik pertam a dikeluarkan oleh ahli bahasa Sunda Kats dalam tahun 1940, jang m engatakan bahwa sangat bodoh untuk meniru (mendjiplak) methode m embatja bahasa Belanda, dengan samasekali tidak mengindahkan struktur bahasa Sunda land s^sungguhnja sangat berlainan sifatnja dari struktur bahasa Belanda. Pada waktu itu Kats 'mengatakan foahwa unsur bahasa Sunda sesungguhnja tmkan Tmmf akan tetapi suku kata (syllables) dan mengand'jurkan untuk menjusun methode jang sesuai dengan struktur hahasa Sunda, dengan mempergunakan suku kata sebagai unsur. Kats m engandjurkan suatu methode „analisa-sinthesa suku-kata”. Pendapat Kats pada waktu itu mendapat sam* butan hangat dari A.J.A. Hoffm eyer jang mempunjai f>taalacte Basa Sunda”, ketika itu Kepala Schakelsohool Tasikmalaja dan sesudah perang Dunia ke-II mendjadi anggota komisi katalogus dari Dept. O.K. & W. Terlepas dari kritik tadjam dari Kats tersebut tadi, setelah dalam tahun 1940 diadakan perdebatan sengit dengan Inspektur S.R. B. Kranen, jang m engandjurkan methode global d ari Danckaerts-Adiwidjaja, disusunlah oleh Oejeng S. Gana (pada waktu itu Guru H.I.S. VolksonderwijsLdi Bandung) untuk Dept. 0 & E satu naskah : „Kritiek op de gfobaalleesmethode van Danckaerts cs”. Naskah kritikan itu kemudian dalam tahun 1948/ 1949 atas perm intaan Kem. Pendidikan & Agama Negara Pasundan disusun kembali dan diadjukan kepada Kem. Pendidikan dan Agama Negara Pasundan dan Dept. 0 K. & W di Djakarta. Kesukaran 2 jang dikemukakan oleh para guru jang mem pergunakan global-methode „Danckaerts-Adiwidjaja” jaitu a.‘ Anak 2 bukan membatja dengan kejakinan, akan tetapi se sungguhnja menerka apa jang dilihatnja. b. Oleh karena kats 2 jang harus dibatja terlalu sering diulangi. perhatian anak 2 lekas surut. (Dalam djilid I ,,Diadjar M atja” 259
1 perkataan „m atja” ditulis 25 X , „boekoe” 37 X, J e u ” 36
c.
X , dan „monjet” 45 X ). K ata 2 jang harus di-„fixeer” terlam pau sukar 10). Dalara halam an kesatu D iadjar Matja djilid I terdapat kalimat2 : noe iuoe noe noe noe
d.
le u
ieu ieu ieu ieu
jojo didi wiwi apa emana.
Dalam halam an pertam a i-tu diadjarkan dengan sekaligus tidak kurang dari 11 suku-kata baru, J a itu : noe, i, eu, jo , di, wi, a, pa, e, via, dan na. Kemudian pada halam an kedua — tanpa diberi kesempatan u n tu k toerlatih dulu unjtuk smengulangi m em batja kata 2 pada halam an pertam a tadi — sekaligus diberikan 13 (tigabelas) suku-kata baru. K esukaran 2 dalam batjaan tidak disusun setjara sistimatis. Dalam kalimat pertam a : „noe ieu jojo” terdapat dua ke sukaran jang sangat berat untuk anak 2 jang m ulai beladjar m em batja. Dalam kaita „ieu” terdengar suara assimilasi hu ru f konsonan „ j”, padahal huruf „ j” itu tidak ditulis. Kemudian disusul dengan kata jojo dimana h u ruf ,,j” itu dilafalkan dan ........... . _ ditulis pula. Pada halam an kedua disusul dengan k a lim a t: „jojo boga m onjet”, dimana pada kata „monjet” terdapat huruf ,,3” ]ang tidak dilafalkan sebagai ,,3” . K esukaran 2 jang bertimbun-timbun tidak berketentuan iitu sangat m enjukarkan m urid jang baru beladjar membatja. Dalam lain 2 methode huruf „dj” , „nj”, „ng” dan „tj” itu biasanja diadjarkan paling achir, setelah anak 2 m engenal masing 2 h u ruf itu de ngan lantjar.
®ukar untuk guruOjang harus m engadjarkannja, ^ ] adjar Matja” dan »®eladjar M embatja” itu plnhaf sunSSuh disusun m enurut dasar 2 didaktik ilmu djiwa diaran h p r n ^ ^ ? mc/ ^ dc 3an9 termahal dengan alat 2 pelaknipkartons’’ sst°1? ei1”’ -Jeeskaarten”, „wandplaten”, tn Z n n ^ *SJ>- “ Perti telah diuraikan diatas. Dan ............... S w fc ™ ^ aS methode 9lobal itu tidak dapat di-
s s s B S K s r s ." - * 39)
260
d- s"h*
m6th° de llBclaidjar Membatja” hal. 1 dan 2, malahan lebih
^ a
Q l bola ba be bi la le li bo la bo le bo lo bo a boi a ba
be be be be be
ba be bi bo fceq,
a lo e lo cu i a ao
e
o »
w u
o
bo la bo bu lo lu ba la , be la bu le bu li bai le c le bai le
e la
Halaman ketiga dari buku methode kupasrangkai suku kata jang dipakai dirtegara Brazilia (A m erika Selatan). D ikutip dari b u ku : ..T h e teaching of reading and wri ting" pcnerbitan Unesco tahun 1956.
5
THE SYLLABIC'METHOD. Methode „suku-kata” ini sesungguhnja lebih dahulu dipergunakan orang daripada methode global. Di-negara- berbahasa Spanjol dan Portugis, demikian pula dibeberapa bagian dari Afrika jang bahasanja berunsur suku-kata, methode „kupasrangkai suku-kata” itu sudah lama didjalankan. Demikian djuga dalam m engadjar membatja huruf Latin di Djepang. 20) Jang penting sekali adalah keterangan Prof. Dr. Frank, C. Laubach jang banjak pengalamannja dalam pem berantasan buta h u ruf diberbagai negara di A frika, Asia dan dibeberapa kepulauan di Samudera Teduh. Beliau m enjatakan dalam bukunja 20) Dalam buku : "The Teaching of Reading and Writing” karangan William S. Gray, penerbitan UNESCO pada hal. 81 tertulis demikian: "The sylla-bic method differs from other syntethic method in that the key units used in teaching reading are syllabic units. As syllables are introduced and learned, they are combined to form words and sentences. The used of syllables is preferred to that of letters because, as practically all phone ticians agree many consonants can be pronounced accurately only in com bination with vowels. The method is admirably suited to Spanish and Portuguese, certain vernacular languagues of simple Syllabic structure. It’s basic principles apply "also to the teaching of syllabaries as in Japanese".
261
^Teaching the World to Read” bahwa sebagian 'besar dari bahasa 2 di Asia dan Polinesia terbentuk dari unsur suku-kata, seperti bahasa Djepang (ingat Katakana dan Hiragana), Swahili, Thamil, Tagaloc, Samoa, Hawaii, dsb. Demikian pula — m enurut Frank C. Laubach tadi, ketika beliau berkun'djung ke Indonesia — semua bahasa 2 di Indonesia sesungguhnja berunsur suku kata. Oleh karena itu — demikian Frank C. Laubach — methode peladjaran m em batja jang paling tjotjok untuk Indonesia adalah methode „kupas-rangkai suku-kata”.
Halam an ketiga dan keem pat dari m ethode buku methode kupas rangkai suku kata jang dipakai dinegara Chili (A m erika a an) (arado _ badjak). D iam bil dari buku „ T h e teaching o t reading and w r itin g p e n e r b ita n Unesco tahun 1956.
Sesungguhnja sebelum kita mengenal uraian Frank C. Laurvfilo v .pada zaman penduidukan Djepang, k ita telah mulai dinatol 2emu a methode m em batja jang sampai waktu itu mL , „ In(3on^sia s e p e rti: „spelmethode” , „normaalwoordeunglobaalmethode” sem uanja adalah tiruan serinhknn aT+ T f Betonda, dengan samasekali tidak mengin, ,s ^ tur bahasa kita sendiri( jang terbentuk dari unsur suku-kata M ungkm ' terpengaruh oleh huruf Katakana dan Hira gana, mulailah orang sadar-bahwa semua huruf» asli di Indoesia (Bah, Djawa, Sunda, Batak, Bugis, Rentjong, Palawa, dsb.) sesungguhnja m elukiskan suku-kata. 262
ca s a casa
ma ma mama
a
©
ma ma a ma mama' ^amasa ma ma mama
13a ma lla m a
ma sa masa a a
pa pa P ap a
H alam an kztiga d a n methode kupas rangkai suku kata jang dipakai dincgara Equador (Am erika Selatan).
<
0
du I du I
t
Diambil dari buku pedoman methode kupas rangkai suku kata „Seneng M atja”. dalam bahasa D jawa. Karangan W . Pocdjosoebroto dan O ejcng S . Gana,
Para ahli dizaman purba tentu tidak begitu sadja, akan tetapi bersandar pada alasan 2 jang kuat sekali, mengambil sukukata sebagai „ h u ru f\ Djika bangsa Indonesia sungguh 2 bermaksud, untuk menghi'angkan tjara berfikir seperti Belanda, sungguh- berkehendak uncuk menghilangkan pengaruh 2 Belanda, dalam soal peladjaran membatja kita terlebih dahulu harus berani m enjadari benar 2 bahwa bahasa* Indonesia itu terbentuk dari unsur suku-kata ................dun tidak seperti bahasa Belanda terbentuk dari unsur huruf. Djika kejakinan itu telah ada, dengan sendirinja akan timbul kesadaran bahwa „spelmethode” , normaalwoordenmethode” dan „globaalmethode”, jang semuanja m em pergunakan hu ruf sebagai unsur*. adalah tiruan (djiplakan) se-mata- dari tjara \
263
j_
I . PIUBUf Lfctlrt
|
&
.
t
[
I
_________ J
' H ^ - i - . ' l ^ . - " - - t X l ^ l ”. T * r , T % *: * i * $ 5 ? - ^ " T - '
T ufo'^j
i . n u a u f t o ji w a
]
IH^f 1 .S-J T?0 I
»
^
___________
3 . tiu R y f B ail
l I-rP \ ^
'F T
^
V -hunuf R£fltjOn6
^ ^ ^ B 5 S n E E 3 ^ S ^ E ^ E ^ ^ 2 ?H ^ E M ri:^ E E i^ :iSJ^.i?LT^O^E3 ____________
s-h o n u f B W .a k
ffT 4 ^ £&-. l ,
^
i
L
-
T
a.hUBUf 6UC.IS (makASAQ)
£->is]:Ll£) u■rrl „:!-'I r
^ m z r jz & r > ~
•—. _ . . .
_____________
7 . h u a u f JlSOo
Bermafjam-matjam huruf jang terdapat d i Indonesia, dikutip dari buku sedjarah „ Z am an dahulu, sekarang dan jang akan datang’’, penecbitan Ganaco.
berfikir seperti Belanda jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan. Dengan tim bulnja kejaikinan bahwa unsur bahasa 2 di In donesia itu sesimgguhrija suku-kata, kita akan dapat memahami apa sebabnja satu2nja djalan untuk m em bentuk kata 2 baru jang sesuai dengan struktur bahasa kita adalah djalan „kupas rangkai suku kata”; seperti pembentukan- kata baru „Kempen” (JTementerian Penerangan), ,,Munas” (Musjawarah Nasional), „Pen-Mas” (Pendidlkan Masjarakat) dsb. Dimasa pendudukan Djepang oleh K antor Pengadjaran di J -arta disusun]ah. satu method'e ,}kupas-rangkai suku-kata” a am bahasa Sunda jang diberi nam a m ethode „Matja Mungga*Qtl * \ ,Sa^ari^ sekali nam a -para penjusun methode itu tidak ditulis 2 d? -1ang memberi keterangan bahwa dalam dewan dan Soemapradjcfna^32 ^ SeperU: Adiwidjaja Isinja seperti b e rik u t: Hal. 3 : boe-koe sa.ha i-eu? boe-koe ti-ni Hal. 4 : i_eu boe-koe sa-ha ? boe-koe to-ha Hal. 5 . hingga serta hal. 10 diisi penuh d e n g a n latihanS kupasrangai suku-kata, seperti: i-®u, to-ha, sa-ha, ti-ni, boe-koe a-to, i-sa, i-ti, sa-mi i-to, to.to, i-ti, ti-ni, i-rai, ni-ni' dsb.
Baru dalam hal. 11 diberikan lagi peladjaran mem batja bele ra p a suku-kata baru. / 264
Apa jang mulai dirasakan orang dizaman pendudukan Dje pang sesungguhnja benar. Bahasa 2 di Indonesia memang ter bentuk dari unsur suku-kata. Lihatlah misalnja pada sifat 2 bahasa D jaw a! 21) a. Kata-asal dalam bahasa Djawa kebanjakan bersuku dua. Diantara kata- asal bersuku dua itu terd ap at kata pokok bersuku satu, jang m erupakan „akar kata” (dalam bahasa Djawa „tem bung wod”) jang mempunjai arti jang tertentu s e p e rti: „ku” dalam : „ka-7cu", „pa-ku”, „ku-ku” ; J in g ” dalam : „gu-ling”, „ngg iling”, „n&goling” ; „ket” dalam : „piket”, „kraket”, „ru?cet”, dsl. b. Dalam pem bentukan kata2, tidaklah dilakukan dengan menambah huruf melainkan dengan menambah suku-kata, se p erti d a ri: „djupuk” djad i: „dafc-djupuk”, „fco-djupuk”, „di-djupuk”, „?ca-djupuk”, „djupuke?i”, „andjupuk” dsl. (Bandingkanlah d e n g an : one table — two tables, I come __ He comes, dsb. penambahan dengan huruf „s” dalam bahasa Inggeris). c. M embentuk kata 2 baru jang asalnja dari bahasa Asing jang bersuku-kata satu dilakukan dengan menambah suku-kata, m isa ln ja : „vork” m endjadi })porok” „boek” m endjadi „huku” ,,balk” mendjadi „balok”, dsl.
bu i
ki
D ikutip dari buku pedoman methode kupas-rangkai suku-kata „Seneng M atja " dalam bahasa D jaw a karangan W . Pocdjosubroto dan O ejeng S . Gana.
U nsur suku-kata itu sedemikian rupa pentingnja dalam segala m atjam permainan, teka-teki anak 2 dan usaha untuk mem bentuk kata 2 baru, suku-katalah jang mendjadi unsur jang di21) Keterangan tertulis dibawah diambil dari buku Pedoman petundjuk methode
pernvulaan membatja „Seneng Matja” karangan W . Poedjosoe'broto dan Oejeng S. Gana.
265
kupas-rangkaikan, m isaln ja: a. pada teka-teki anak2: D jaw a: Manuk glatik endase telu = manuk glatik endase dibuteZ wulu. Dalang jen mati ora dipikul = kadaZ walang jen m ati ora dipikul. Sunda : Reumgongna, dasteungna, djangtutna = beureum tonggongna, bo das heuteungna, pan djang buntwtna = upih. Blag-tjing-po = panto ngageblag utjing nempo. b. Pada permainan anak2 : Djawa: Sesuk aku tuku t e-bu, ajo bu bung-kil.katjang, ajo tjang tjangkir tju bung, ajo bung bungko dele, ajo le, dsl. Sunda : Ajang-ajang-gung, gung gung goongna ra-me, me m enak Ki Mas Ta-nu, nu nu djadi wada-na, na dsl. D jaw a: du-bang = idu abang gi'tel = l egi ken tel de-Uk = gede tjiZiJc Sunda bu-rok = bairn make erok mis-ro = am is ti djero mis-beh = amis kabeh.
+
CVI
d
e
5
+
i ; . - -
•
• ^
" I - .....
\
. . .
+
> +
. . . .
D ikutip dari r f o d e kupas-rangkai suku-kata dalam bahasa Indonesia „Gembira M em batja karangan A .H . Harahap dan Oejeng S. Gana,
266
Indonesia: Pen-mas = Pendidikan m asjarakat Mu-nas = Mwsjawarah ncsional Kem -yen = K em enterian Percerangan. M engingat pentingnja suku-ksta sebagai unsur kata- dalam bahasa-bahasa di Indonesia, mungkin ditam bah oleh pengaruh uraian F rank C. Laubach dalam bukunja „Teaching the W orld to R ead”, ham pir semua methode jang disusun sesudah perang u ntuk keperluan P.B.H. adalah methode „kupas-rangkai sukukata” (syllabic method). . , 0 Demikian pula methode pengadjaran m em batja untuk bekolah R endah jang disetudjui oleh Kom, Naskah & M adjallah Kem. P.P.K. adalah methode kupas-rangkai suku-kata, dalam bahasa Indonesia methode „Gembira Membatja” kar. A.H. Harahap dan Oejeng S. Gana, d'alam bahasa Sunda methode „Resep Matja” kar. Oejeng S. Gana dan dalam bahasa Djawa methode „Seneng Matja” kar. W. Poedjosoebroto dan Oejeng S. Gana. U ntuk bahasa Madura disusun methode J n a so Tono” oleh R.A. Djojo'tiegoro. bi-na-tang a-p a i-ni ?
b
+ ^
. .. 4?
Jb tr
bu-as se-ka-li.
+
>
se-per-ti ku-tjing.
su-ka a-kan ma-du.
+
+
...
,..
m eh
+
..
u r
tan-duk-nja ber-tja-bsng.
Diam bil dari methode kupas-rangkai suku-kata „Gembira M em batja’', Karangan A.H. Harahap dan O ejeng S . Uana.
Selainnja m ethode 2 tersebut diatas M. Rasjid djuga telah m enjusun methode kupas-rangkai suku-kata dalam bahasa Indo nesia, methode „Kitab si Asa” jang diterbitkan oleh W olters. Oleh karena methode kupas-rangkai suku-kata itu sesuai 267
a
la
a
a
ha
cha
ha
fia
ma no
ma
mxx
sa
po
sa
y'yct
za
pato
za
------------------
—r
Halaman pectama dari methode kupas-rangkai suku-kata jang dipakai dincgara Equador (A m erika Selatan). Diambil dari b u ku : ..T he teaching of reading and writing" penerbit Unesco th. 1956.
benar dengan struktur bahasa 2 di Indonesia, tentu sadja djalannja methode djuga mudah sekali untuk dilakukan oleh semua uwrw di Sekolah Dasar oleh guru jang berwewenang maupun ° n S uru i°n Q tidak herpendidikan. Bagaimana kebaikarmja sy labic m ethod untuk bahasa2 berunsur suku-kata, dinjatakan oien George W. Cowan, Summer Institute of Linguistics Mexican •branch, setjara demikian : ,,It presents a logical arrangem ent of m aterial” „It provi des a m ethod for attacking new word's” „lt is easy to teach; th^ advanced pupils can teach the others of t L language” ^
prepared with a minimum knowledge
inT^ e r-fTn +-r e i C°UrSe 0f basic instruction can be included relatively small amount of m aterial”. Ll,nUCaaf f i r ^ St^ , of to y 268
- f 638 Where syllabic metllod are used adapted to the logical , n s. 0 adult mind. As soon as a prescribed mode learning anew syllable has been aquired, the adult is able learn other new syllables with a m inim um of guidance m eans of carefully prepared, selfteaching exercises” ^
^
J?
} \ IS a d m ira b ly
K i swah i 1 i
Lecon
I
Peladjaran pertama dari „The each one teach one m ethodH karangan Prof. D r. Frank C. Laubach dalam Bahasa Sw ahili (A frik a ) dengan sistim kupasrangkai suku kata. Penerbit tahun 1951.
Djika mengingat keterangan 2 diatas, pantas Dr. F rank C. Laubach berani menjusun „The each one each one m ethod” misain j a dalam bahasa Swahili (Afrika) berdasarkan prinsip kupasrangkai suku-kata, jang dalam praktek m udah sekali mengadjarkannja, meskipun dilakukan oleh guru P.B.H. jang samasekali tidak berwewenang dan sekedar diberi petundjuk daru rat sadja. Berlainan sekali dengan methode global a la A diwidjaja — Danckaerts dengan alat2nja jang serba mahal dan hanja dapat dilakukan oleh pendidik jang betul* ahli, oleh guru jang sungguhs berwewenang. 269
MEROMBAK TJARA BERFIKIR SEPERTI BELANDA DALAM MENJUSUN METHODE MENULIS. I.
DARI ZAMAN KOMPENI SAMPAI PENDUDUKAN DJEPANG. (Sedikit tentang sedjarah pengadjaran menulis di Indonesia) Mula2 dalam abad ke 18 — 19, orang di Indonesia sangat mempntingkan keindahan tulisan. Para penulis indah (calligrap hers) melukis tiap 2 huruf dengan .tjara jang sangat tjerm at dan teliti sekali. Bentuk 2 huruf dibuat se-indah2nja dengan m atjam 2 hiasan jang bentuknja sering ber-ikal2 dan adakalanja berlekuk2. Tulisan itu sangat bagusnja sehingga banjak orang menjangka tulisan itu adalah hasil mesin tjetak.
Gambac 1. H asil seni kaligcapi (^calligraphy"),
Memang didjam an Kompeni banjak waktu orang untuk m engerdjakan demikian, dan !,calligraphy,, term asuk suatu bentuk kebudajaan jang dibanggakan orang. 270
Dengan didirikannja sekolah- Guru (Kweekschool dan ‘N ormaalschool) ber-angsur- masuklah pengaruh m ethodik pengadjaran menulis Belanda ke Indonesia, dimulai dengan m ethode
Van ’t Hoff” dengan bentuk huruf jang dihiasi dengan matjam 2 hiasan berikal terutam a pada huruf- besar. Kemudian datanglah sistim „Hoogenboom en Moerman” dengan methode jang diberi nama „tulisan berdjalan”. *) , para Tuan- Inspektur, Penilik Kepala S.D., Penilik S.D. * atau Directur- serta para Guru S.P.O. jang dulu pernah berseko-
Cambar 3. B entuk huruf * besar dibuat scindah-indahnja dengan hiasan* berikal.
di Kweekschool atau Normaalschool mungkin masih ingat ben tuk2 huruf methode Hoogenboom en Moerman itu. Methode i)
methode „tulisan berdjalan” =
lopend schrift methode (Bid.).
271
ini sangat mementingkan soal „tipis-tebar’ dalam tulisan. Pa ling achir, sebelum Djepang mendarat, tersebar methode Noyons en Klasens”, jang sampai sekarang masih terlihat pengaru h n ja pada ifculisan orang di Indonesia. Noyons en Klasens telah berusaha untuk m enjederhanakan bentuk huruf dengan tidak meninggalkan sjarat „tipis4ebal” dalam tulisan. Alat untuk m& nulis jang diandjurkan dan memang paling banjak dipakai orang pada w aktu itu adalah pena „kroon” dan pena „hindu”, jang sangat runtjing dan sangat lunak, sehingga tjotjok sekali untuk tulisan jang ^tipis-tebal”. Pulpen belum banjak jang punja, „ball-point” samasekali belum ada, sedang menulis dengan potlot dianggap kurang sopan.
_ Gambar 4 a. B entuk huruf besar jang ditulis tipis 'te b a t ' dan betikah
Methode „Noyons en Klasens” masih tergolong methode „tulisan b erdjalan” U opend schrift”). M enurut sistim „tulisan berdjalan” , tulisan itu tidak boleh er-putus2, selama menulis tangan tidak boleh diangkat dan ha rus tu ru t bergeser sedjalan dengan djalannja tulisan, sedang tangan menekan pa.da kertas hanja pada udjung kelingking sa]a. Tulisan m iring sampai kl. 75°, sedang kertas harus diletakkan m enjerong kl. 30°.
Gambar 4 b. T ip is tebal m ulai kurang diperhatikan. Hiusan berikal (..Classical English penm anship').
272
masih
dipcrgunakan.
Pada zaman itu pengadjaran menulis sangat diutam akan. Disemua sekolah rendah, sekolah Desa, Sekolah Kelas II (2e Klasse atau Vervolg-School), H.I.S. dan Schakelschool tulisan m urid sangat diperhatikan orang. Kalau datang Inspektur atau Penilik Sekolah memeriksa sekolah, sudah pasti buku2 tulisan m urid akan diperiksanja dengan tjerm at sekali. Dengan m elihat tulisan murid, mereka akan dapat m engukur keradjinan dan ketelitian gurunja, kewibawaan dan keberesan organisasi kepala sekolahnja. Memang, tidak salah bilamana orang beranggapan, b ah w a: „buku tulisan m urid merupakan tjerm in jang m elukiskan keradjinan, ketelitian serta kepribadian gurunja Kemudian datang „Saudara Tua”, jang se-hari2 menulis dengan huruf Kandji, Katakana atau Hiragana. Tulisan mereka dengan huruf Latin, djika mereka pandai menulisnja, um um nja sangat djelek. Tulisan buruk dari orang Djepang pada waktu itu sangat mempenga-' ruhi pengadjaran menulis dinegara kita. Keberesan tulisan kurang diperhatikan orang, malah banjak orang jang sesungguhnja beres dan bagus tulisannja waktu itu sengadja meniru tulisan Latin tulisan Cambar 5. „Saudara Tua” jang buruk itu. Pena kroon " (atas) dan pcna Tulisan anak2 selama 3 tahun pen„hindu" dengan udjung jang runtjing dudukan Djepang, kelihatan sa dan sangat lunak, tjotjok sekali ngat mundur. Keadaan bertam bah untuk tulisan jang tipis tebal. buruk lagi dengan berkobarnja revolusi, jang djuga sangat buruk pengaruhnja pada tulisan anak2. Demikianlah warisan jang diterima oleh pem erintah Republik Indonesia jang 'harus melandjutkan pendidikan dan pengadjar an anak2. II.
PERKEMBANGAN PENGADJARAN MENULIS DI LUAR NEGERI.
Agar dapat mempertimbangkan apa jang harus kita lakukan untuk memperbaiki pengadjaran menulis di S.D., baiklah kita m elihat usaha2 orang di Luar Negeri. Oleh ..International Bureau of Education” (Biro Pendidik an Internasional) salah satu bagian dari organisasi Unesco) di 273
«
Gambar 6. 'Tjara menulis menurut methode „Noyons <S Klasens” : tangan harus turut bergeser dengan djalannja tulisan dan menekan pada kertas hanja pada udju^d kelingking sadja.
Geneva sesudah perang Dunia II pernah dikumpulkan bahan dan keterangan dari ber-puluh- negara .tentang pengadjaran menulis. Keterangan jang dikumpulkan terutam a mengenai persoalan- diantaranja seperti tertulis dibawah i n i : abc-
e-
fg274
Disekolah apa dan dikelas berapa peladjaran menulis diberikan ? Berapa tahun rata2 umur murid di-kelas2 itu ? Berapa djam peladjaran chusus untuk latihan kem ahiran menulis disediakan di-tiap2 kelas setiap minggu ? Apakah peladjaran menulis itu diberikan bersam aan de ngan peladjaran membatja, atau tidak ? Apa alasannja ? Apakah m enurut rentjana peladjaran kepada m urid harus diberikan latihan2 permulaan sebelum anak itu mulai be ladjar menulis ? Apakah m enurut rentjana peladjaran kepada m urid itu diharuskan mengadjarkan bentuk2 huruf jang terten tu ? Bagaimana bentuk huruf2 itu, apakah ditulis ter-pisah2 ataukah berangkaian dan apa alasan2nja ? Apakah m enurut rentjana peladjaran memberi peladjaran itu diharuskan m enurut sesuatu methode jang terten tu ? Methode mana ? Sebutkan semua alat2 jang dipakai dalam pengadjaran me nulis untuk tiap2 tingkat.
h.
B ilam ana m urid sudah p andai m enulis, apakah m asih te ru s dib erik an p e lad jara n m enulis (m isalnja dengan m aksud u n tu k m em pertinggi m utu keberesan dan k eindahan tu lis an m urid). A pakah diberikan angka u n tu k tu lisan m u rid d a lam la in 2 p elad jaran ? i. A pakah (didaktik dan m ethodik) p elad jaran m enulis itu term asu k re n tja n a p elad jaran pada pendidikan2 G uru ? D jum lah negara jan g m engirim kan u raian d isertai tjo n to h 2 m ethode serta bukti hasil tu lisan m u rid 2 S.D. di-negara2 itu ada 48, ja itu : A fghanistan, Albania, A rgentinia, A ustralia, A ustria, Belgia, Bolivia, Brazilia, Canada, Chili, Tiongkok-Nasionalis, Columbia, Cuba, Tjekoslowakia, D enm ark, R epublik Dominica, E quador, Finlandia, P erantjis, Junani, G uatem ala, H aiti, N egara B elanda, H onduras, H ongaria, India, Iran, Irlandia, Italia, Libanon, L uxem burg, N icaragua, New Zealand, N orw egia, Panam a, P eru, Portugal, Rum ania, Salvador, Swedia, Swis, Syria, T urki, A frika-Selatan, Inggeris dan U.S.A. (Amerika Serikat). Indone sia, jan g pada w aktu itu m asih dalam k an tjah revolusi kem erdekaan tidak tu ru t m engirim kan sesuatu apa. B ahan- disusun m endjadi huku },The Teaching o f Hand w riting” oleh Rachel Gambert, sekretaris d jen d eral Biro P e n didikan Internasional dan u n tu k p ertam a kali d iterb itk an tah u n tah u n 1948. K em udian disusul oleh buku „The Teaching of Reading and W riting” karangan W illiam S. Gray jan g u n tu k p e rtam a kali d iterbitkan oleh K antor P u sa t Unesco di P aris dalam tah u n 1956. "Bahan2 itu, lengkap dengan tjontoh m ethode dan b ukti ha sil tulisan m urid dari 48 negara te rs e b u t tadi, disim pan dalam m useum Biro Pendidikan Internasional di Geneva. Setiap w aktu bahan2 itu dapat diperiksa oleh p ara ahli p endidikan jan g berm inat. A dakalanja dipam erkan diruangan p am eran Biro tersebut, m isalnja dalam „Sum m er-season” tah u n ’53, atau dipindjam kan ke la in 2 N egeri jan g m em erlukan b ah an 2 ja n g telah terk u m p u l itu, untuk keperluan p am eran pendidikan, m isalnja dalam tah u n 1952 dipam erkan di „Schoolm useum ” P rin se n g ra c h t A m sterdam (Holland). B ilam ana laporan2 dan m ethode2 dari ber-puluh2 n eg ara2 itu k ita bandingkan, selain perbedaan karena p en g aru h 2 setem p a t dalam perkem bangan peladjaran m enulis itu, tam pak d juga fa kto r3 dan u n su r2 jang sama sifatnja, m u n g kin disebabkan oleh gedjala jang sama. Selain dari itu tam pak djuga bahw a perk em bangan pendidikan — dalam hal ini chusus m engenai perkem 275
bangan peladjaran menulis — di-negara2 itu sering pengaruhm empengaruhi apalagi antara negara2 jang berdekatan dan sangat intensif hubungan kebudajaannja, sep erti: Negeri Be landa dengan *Inggeris, Djerman-Barat, Belgia, Perantjis dan N egara2 Skandinavia (Denmark, Norwegia, Finlandia dan Swedia). Oleh karena itu sebagai tjontoh guna mengambil bahan2 perbandingan kita tjukup meneropong perkem bangan di Benua Eropah sadja. Bagi kita paling m udah mengambil Eropah-Barat, karena kita telah mengenal sistim2 pendidikan dan pengadjarannja dari dekat 2) dan sampai sekarang masih ada hubungannja dengan kita sebab di Indonesia sampai tahun 1957 masih banjak sekolah2 ^concordant” 3), sekolah2 „Zending” dan ;,Katholiek” jang dulu dipimpin oleh bangsa Eropah sebagian besar bangsa Belanda. Sesudah methode „Noyons en Klasens” dengan methode „tulisan berdjalan”nja, tim bul usaha2 untuk m enjederhanakan peladjaran menulis. Usaha pertam a sangat dipengaruhi oleh hasil2 pendidikan di Inggeris 4) jang mulai memasukkan metho de „huruf balok” 5) dalam peladjaran menulis di S.D. Mulailah di lain2 N egara di Eropah B arat diadjarkan methode huruf ba lok. G).
Een__bienlje _._.oF__ een__gulden... Heb.._ik_-nog.--._nooit__ geh.ad._ Elen...-.sbuiverhje__van__nikkel._ Dah_—is— m yn __taeele__ s c h a t__ Gambar 7. H uruf balok jang dipakai dinegeri Belanda.
)
Sekolah^ dizaman kolonial Belanda, sekolah partikelir di Medan jang dipenganihi sistim Inggeris, sekolah Zendin^ Sekolah Katholik dsb. ) Coacordante School = sekola-h jang disamakan rentjana peladjarannja dengan sekolah2 di Negeri Belanda. ) M ula- \V . M orris, kemudian pionir dari methode ,,manuscriot-writing" ^ ~ ting (huruf balok) jang paling temama jaitu Edward c)
manuscript-writing = script = print-writing — blokschrift — huruf balok atau tulisan balok. 6)' diantaranja di Negeri Belanda methode huruf balok dari : ,,Bakum en Shaly dan methode menulis termasuk seri Vein Kindertaal tot M oedertaal karangan „Evers, ' Kuitert en vd. Velde” ;
276
Beberapa tahun sebelum perang Dunia II m ethode h u ru f balok itu pernah djuga masuk ke Indonesia dan ditjoba diadjarkan dibeberapa sekolah, diantaranja kira2 dalam tahun 1937 pernah diitjoba di H.I.K. Bandung d 2 n di Sekolah Latihannja.
Le coucou vole Gambac 8. H uruf balok jang dipakai dinegeri Sw is,
Sampai tahun 1957 methode donesia di Sekolah Internasional sekolah2 kongkordan di D jakarta, n ja hanja dikelas pertam a sadja diganti dengan tulisan lain. Q e o u /e
f
c/es. o r A r e s
„huruf balok” dipakai di In di D jakarta, dan dibeberapa Bandung dan Surabaja, biasauntuk kemudian dikelas dua g / ofes
— r o s e , m o r ^ u e r / Z e , //'/os,
p r/ rp e K e re , co^ u e/ co/ ,
— est
u n e r~t-i&s~v&i/Je. A<~jc*~*n H o m m e n e id jdgljI f o / r e o t/5 ‘5’/ b e .//e <-/'€>//& f ' e s / Gambar 9. H u ru f balok kursif jang dipakai dinegeri Sw is.
Djuga dalam usaha Pem berantasan Buta H uruf di Indo nesia pernah diberikan methode menulis huruf balok sesuai dengan andjuran Prof. Dr. Frank C. Laubach jang memimpin P.B.H. diberbagai Negara di Asia dan Afrika, dalam bukunja /Teaching the World to Read”. Berlainan sekali dengan methode ,/tulisan berdjalan”, da lam methode huruf balok ini, tiap2 huruf bentuknja lebih menjerupai huruf- tjetak dan ditulis terpisah satu p e r satu, tidak dirangkaikan dengan huruf jang lain. Bentuk h u ruf ham pir serupa dengan huruf tjetak m odel: Gill, Nobel atau Spartan. Di N egeri Belanda demikian djuga di Indonesia, methode h u ruf balok itu tidak m endapat perhatian m asjarakat, meskipun da lam Pem berantasan Buta H uruf pernah diandjurkan supaja diadjarkan menulis huruf balok. Keberatan orang terhadap me thode „huruf balok” itu d ia n ta ran ja : a. karena huruf2 itu „dilukis” satu per satu, orang tidak da pat menulis tjepat. 277
\
b.
oleK m ereka jang biasa m elihat tulisan h uruf2 berangkai, m isalnja a la Noyons en Klasens, bentuk h u ruf balok itu terasa „kurang sopan”. Dikatakan orang h u ruf balok itu seperti tulisan kanak2, akan tetapi tidak pantas untuk orang2 dewasa.
Gambac 10. ' , H u ru f balok jang pernah dipakai dalam kursus* P .B .H . d i Indonesia.
Tentang huruf balok itu Fr. Sig. Rombouts menulis dalam buku „Handleiding bij de schrijfmethode De Pen” antara lain pada pag. 47 : ......... .......... akan tetapi kita' menghadapi satu kenjataan, satu kenjataan sekuat badja, jaitu : methode huruf balok tem jata tidak bisa menarik simpati seluruh sekolah di Negeri Belanda. Diantaranja para guru dan diantara para pegawai kantor, pendek kata pada masjarakat umumnja, sebagian besar masih menolak — untuk tidak dikatakan) menentang apa jang disebut orang ,,djalan jang baru". Methode menulis huruf balok jang per-tama2 sangat menarik perhatian, kemudian hanja dipa kai di sebagian sekolah sadja, biasanja sebagai latihan' pertama dao hanja diberikan dikelas satu sadjai.
Setelah ternjata methode „huruf balok” itu tidak dapat m em beri kepuasan hati, m untjullah di Eropah B arat gerakan sangat dipengaruhi oleh hasil2 pendidikan di Djerman ). Mereka m entjiptakan methode baru dengan h uruf2 jang mebliruf balok akan tetapi huruf-nja ditulis berangkaian. Methode baru itu disebut „tulisan tali” 8) (tulisan bertali) atau „tulisan b e r a n g k a i «) Methode baru itu pernah djuga masuk I!
8) 9)
278
£ Ionir 9era^an> itu di Djerman diantaranja : Sutterlin.
K oordschrift. V erbonden-schrift.
3tX tAfi, plo^bSCirvL "tOUSTb ojr otrcU^crrcL~cra- CLoon, in UJctniti<J^~ Tulisan
Gambar 11, balok berangkai (,,linked print - script") jang dipakai (Inggeris).
d i Edinburgh
ke Indonesia 30) sebelum perang Dunia II dipakai dibeberapa sekolah Belanda, dan sesudah merdeka dipakai dibeberapa se kolah kongkordan dan sekolah Kristen.
Gambcr 12. Tulisan balok bertali jang dipakai d i Norwegia.
Kemudian setelah dari methode „tulisan berdjalan” jang harus ditulis berangkai dan „tipis-tebal”, mereka melompat setja ra radikal sekali ke methode „huruf balok”, jang tidak be rangkai itu, m ereka m erangkaikan lagi huruf2 tulisannja dalam
Gambar 13. Tulisan bertali („koordschrift”) jang dipakai dincgeri Belanda.
methode „tulisan bertali”, untuk achirnja kembali m entjari kompromis, m entjari bentuk huruf jang lebih mendekati h u ru f2 dari methode „tulisan berdjalan” model lama (misalnja a la 10)
Methode „Eerst duidelijk en dan snel” karangan Tazelaar, Matthijsse en Evers. Methode ,,LO-KO" = Lopend Koordschrift karangan Dr. W esfcrronen van Meeteren.
279
Noyons en Klasens) dengan tjara menuliskannja jang menjerupai tjara2 dalam methode „lopend schrift” jang dulu itu. Perbedaan terletak hanja pada bentuk huruf jang lebih hanakan .............. dan tjara menuliskannja jang tidak aiharuskan lagi ber-„tipis-tebal”.
■ A c m v a n g s s t a d iu m
r^ -t-ir^ /T A x y
Ij ?
|- m - n
frp y q
]-? ^ -4
<S f i 7
a.9 o A B (~T) F T C, f f - 4 1 TC I M Kf(OP.O « CIT I L V W ' X 1j 7 ! ? • • • . Gambac 14. Methode tulisan balok becangkai jang pecnah masuk ke Indonesia.
•
'
Murid diperkenankan menulis dengan pulpen atau ballpoint, tidak lagi dlharuskan dengan pena „kroon” atau pena „hindu” model kuno.
a . S . C j - H
- C
- D
. £
. m
~
n
. o
. p
. a
x
J ' - T - U . V. W_ X -IJ r-Z Gambac 15. Djuga Hoogenboom dan M oerman jang huruf „tipis tebatnja” dahulu kita nal di Indonesia berusaha mentjari huruf baru jang sedechana dan pcaktis., sesuai dengan „zaman ballpoint”.
280
B an jak sekali u sah a orang di E ro p ah B a ra t jan g m en tjip ta k a n m ethode b a ru dengan p rin sip sep e rti te ru ra i d iatas n), ak an te ta p i ja n g p e rn a h m asuk k e Indonesia te ru ta m a m eth o d e )}De P e n ”, k aran g an F r. Sig. E om bouts d a ri N eg eri B elanda, ja n g di Indonesia p ad a urrm m nja d ipak ai di Sekolah2 K atholik. (M edan, Sukabum i, M untilan, B andung, dsb.) A g a r su p aja ada p ersam aan dalam b e n tu k h u ru f ja n g d ip a k a i d iselu ru h n eg eri oleh p a ra ahli di D jerm an B a ra t d itetap k a n satu ,,D eutsche N orm a lsch rift” den g an b e n tu k h u ru f ja n g
CHeulaehe Jltorrna^acfi/ript
.g t1
^ ^
1
J
j ft. 4' -tti -n,
f
t
U . i r
'U S
IX
1
72
( 1 ^
U
0
II
1J.
/
L ‘• ■ v - m ------
trr-..
G am bar 16. ,,D eu tschc N o rm a lsch rift,f den g a n sistim „tulisan-berdjalan " b a n ja k d ip a ka i sesudah pcra n g dunia kc-11, satu usaha kearah norm alisasi b en tu k h u ru f tulis. P erhatikan pcrbandingan h u ru f \ to g o k dan hu ru f besar.
sed erh an a ta p i tju k u p indah tam paknja. P erb an d in g an tinggi a n ta ra h u ru f k e tjil dan h u ru f b esar tid ak begitu besar, k ira 2 dengan perbandingan 5 : 7. H u ru f a, d, g, o, p dan q dibiiat lebih b u lat d ari jan g biasa. Di N eg eri B elanda oleh sebuah kom isi d itjip tak an pula b en tu k ii)
M isalrtja di N egeri Bela-nda d ia n ta ra n ja : ,.Optim a Form a" karangan J. Altera, „Ir» twee jaar” karangan E . Bergsma en J.G, K loosterm an; „ N a a r een duidelijk handschrift” karangan W . Hoogenboom en A . S. M oerm art; karangan Groenewegen dJl.
281
Gambar 17. Ternjata kurang disukai masjarakat. Dinegeri Belanda oleh sebuah kom isi (,,hoofdcommissie voor de normalisatie ) ditjiptakan bentuk huruf normalisasi jang kemudian.
huruf normalisasi' jang kemudian ternjata kurang disukai ma sjarakat. Di Negeri Swis djuga diusahakan satu bentuk huruf jang sederhana, tetapi djelas tampaknja. Demikian pula d'alam „Endschrift” jang dipakai di Swis bentuk huruf a, d, g, p dan q
c U a X A T ic U d
au n it cU z^a/Jvi cLmXtopfa'Zra&i -nu Gambar 18 i ^ nT^ sc^ ri^ ’ d ip a ka i d inegeri S w is sesudah p erang dunia . k e -II d en g a n b en tu k h u ru f ja n g sa n g a t sederhana, tetapi djelas tam paknja.
mereka bikin agak bulat, sedang bentuk huruf r agak menjimpang dari jang lazim dipakai di Indonesia, serupa dengan r dari )fDeutsche N orm alschrift” tersebut diatas. * to h n s r\m
\ n u> a
f[£Ujtsr\jutmTJSodbauuLKjxriJ**
Memilih bentuk huruf jang agak bulatj djuga di_ *■
lakukan di Austria ed gtyle„ dengan „Roundmaksud
c U jjitJ h , <xjinru. a jk stu w t *
supaja tulisan anak tampak lebih djelas. Di Turkipnwnjpj 19„tiounded sty le jang dipakai dineoara A„*. j - i i i . tria dengan bentuk huruf jang agak bulat ^llakukan djUga. Dl A m e ‘ rika dan Inggeris orang m entjari benltuk jang sederhana tapi tjukup bergaja. Gaja tulis an sangat digemari orang; mereka dapat memilih gaja mana
pu
jang paling m anis tam paknja, dan paling tjotjok dengan kepribadiannja se p e rti: „Marion Richardson Style”, „Palmer Style”, „Mac Lean Style”, dll. Meskipun bentuk h u ruf d ari m at jamB^vuA axj* <^rrvi. feyO-rku/YVC &vv- fa r . "ttT xeu^o. fc rv rv
cLe /rw z*
o^tcuaA /K vcL a. feu/m xx c y t u ^ r u -
Gambar 20. D incgara T u rki djuga orang tebih suka kepada huruf jang agak bulat (^R ounded S ty le " ) dan ditulis agak tegak.
style itu, terutam a huruf besarnja tam pak ber-beda-, akan tetapi unsur2 utam a dalam bentuk-huruf itu sesungguhnja sama, sehingga' orang tidak akan salah m embatjanja.
Du
irdw & z,
6& z
Gambar 21. D in cg a ra D en m a rk d ia n d ju rka n tulisan m iring ja n g a g a k k u ru s (..N o rm a Jskrift'^m o d el o f D en m a rk ).
4 jto -c
J& ■oo-vrvj-vo'vu' (Ms -lev JsJLx/ £ |'iQ a io I& ^
o is u JL n J$ u s & M i
C'VvO/Vu J i t
C K K ^ k i} ^ tL a / ^
o ^AjC_
0
,.cU/ Q S ju h f'
% d*JL OM,-
Gambar 22. Dinegara C hili (Am erika Selat'an) orang lebih banjak menulis tegak dengan bentuk huruf jang agak bulat.
yea^J a^terurtbrdA sht, could, (msiy 'the* u A u y U s SUMI& {r&oks
Ia££j v oyvUj fjc^te4^lcuj ,M a rio n
Richardson
04 —
it- h /u L
th & rrviL
Gambar 23. S ty le ’\ Sederhana tetapi tjukup bergaja.
283
Gam&ar 24. „Palmer S tyle” mengandjurkan tulisan jang lebih miring. Perbedaan gaja terutama terdapaf dalam bentuk huruf besar.
C<
Gambar 25. „Mac Lean Style" A nak8 boleh memilih gaja mana jang paling manis tampaknja dan paling tjotjok dengan kcpribadiannja.
HI. KEADAAN PENGADJARAN MENULIS DI INDONESIA SESUDAH MERDEKA Diantara mata2 peladjaran di S.D. mata peladjaran menulisJah jang paling dianaktirikan. Untuk keperluan peladjaran baT b -Indonesia dan daerah di Kantor Pusat Kem. P.D. &. K. diadakan Inspeksi chusus iintuk mempeladjari dan membina pelabahasa Indonesia dan bahasa2 daerah. Untuk keperluan i aran ilmu Pe^getahuan alam semesta („science teaching”) iana * P,t)* & Kl diadakan satu bagian research di Bandung, Tnpm««La^ waktu2 jang tertentu mengadakan kursus2 untuk diarS. ^ I Pelad^aran science. Untuk mata peladjaran Sena/rfnio . iakan ahlf untuk memPeladjari usaha2 penjempur2 a- sedang untuk mata peladjaran Ilmu Bumi pernah diS it T r dl Bandun| dimana matjam- usaha untuk memperDaiki peladjaran Ilmu Bumi dirundingkan se-dalam2nja. Demikian pula mata peladjaran bernjanji dan menggambar ^ rfn a PlS - ,0lel? ? usat kurl ng dlPerhatikan, biasanja didaerah orang aktif sekah mengembangkannja dengan djalan mengada«an perlombaan bernjanji dan pameran lukisan anak2. 284
H a n ja m ata p e la d ja ra n m enulis ja n g te rn ja ta san g at k u ra n g d ip e rh a tik a n orang.
(T Z tz s t ^ - ^ L
a
s
G am bar 26. M e th o d e „ K ita su dah m enulis " karangan M e. D c. T o d u n g S t. G u n u n g M u lia , den g a n tulisan ja n g tipis-tebal m en g in g a tka n k ita ke m b a li kepada tulisan ,,N o y o n s <S K lasens” didjam an p en d u d u k a n Belanda.
S esu d ah revolusi b aru ada satu m ethode m enulis k aran g an M r. Dr. T odung St. G unung Mulia 12) ja n g p e rn a h dibagikan o leh K em . P.D. & K. k e-daerah2. Oleh b eb erap a d a erah m ethode itu ditolak oleh k a re n a dalam m ethode te rsp b u t d ip erg u n ak an b ah asa Indonesia, p ad ah al m e n u ru t R en tjan a P e la d ja ra n Teru ra i sem ua m ata p e la d ja ra n dikelas I dan II h a ru s dib erik an d a lam bahasa Ibu. S elainnja dari itu m ethode itu disusun sa n g a t luxe dengan m em pergunakan k e rta s tran sp aran t, ja n g se la in n ja m ahal, susah sekali bisa didapat, apalagi djika mengin g a t kepada S.D. dikam pung d ileren g gunung atau ditepi panta i ja n g san g at d ja u h dari kota. D engan k eadaan dem ikian sedari zam an revolusi sam pai sek a ra n g boleh dikatakan tid ak ada m ethode m enulis jan g te r te n tu d iberikan di Sekolah Dasar. IV.
TU D JU A N DAN K EPEN TIN G A N PEN G A D JA RA N M ENULIS D ahulu d idjam an K om peni orang b e ric h tia r u n tu k m elukis tia p 2 h u ru f dengan b en tu k ja n g se'indah 2nja, sehingga m enulis itu, m em akan w aktu dan energi jan g b a n jak sekali. O rang jan g p an d ai m enulis in d ah dianggap orang tjerdik-pandai, dan me re k a p asti m udah sekali m en d ap at p e k erd jaa n k a n to r sebagai d ju ru tu lis. S ek aran g orang sadar, bahw a m enulis itu sek ed ar su atu djalan su atu tjara u n tu k m e n tja tatk an b uah p ik iran p ad a se12)
M ethode r „K ita sudah menulis”, penerbit „T en B rink .
285
tja rik kertas. Keindahan bentuk huruf dan kebagusan tulisan tidak lagi m endjadi idam-an orang. Kita sekarang berfikir lebih praktis. Asal tulisan itu beres kelihatan, dan djelas tampaknja, sehingga mudah dibatja orang, tulisan kita itu sudah memenuhi fungsi dan keperluannja. Sebaliknja dari pendirian orang dahulu dizaman Kompeni, ada djuga jang beranggapan bahw a: „makin buruk tulisan orang, m akin tinggi m utu intelek orang itu ”. Lihat sadja kalau dokter menulis resep, tidak ubahnja dengan „tjakar ajam” jang tidak dapat dibatja umum. Nah, djika kita mengirigat tulisan „tjakar ajam ” dari para dokter itu, apakah keburukan tulisan orang itu tidak dapat dipakai sebagai kriterium untuk menilai m utu kepintaran atau pendidikan orang itu ? Orang jang berpendirian demikian, malahan seringkali memperolok-olok me reka jang tulisannja bagus dan beres sekali dan m enjebut me reka itu „djurutulis‘desa”. Pandangan seperti dilukiskan diatas memang salah dan harus dihindarkan, malah harus diberantas samasekali. Siapapun djuga — dokter, insinjur, bupati, komis pos, guru sekolah — pendek kata semua orang sebaiknja harus dapat memilas djelas, beres dan tjepat. -Dalam dunia pengadjaran se-hari2 kita alami, betapa banjaknja kesalaihan dibaiat m u n d dijustru oleh karena tulisan kotor, tidak djelas dan tidak beres. Dalam satu pemeriksaan oleh komisi udjian di Bandung, ternjata bahwa lebih dari 20% dari kesalahan2 jang dibuat m urid dalam udjian Aldjabar terdjadi oleh karena tjara para eksaminandi menulis soalan2 itu sangat kotor, -tidak teliti dan kurang beres. Kita dapat mengerti djika ada guru ilmu pasti jang mengatakan bahwa „tulisan jang djelas dan beres dalam peladjaran ilmu ukur dan aldjabar m enk slarat m u^ ak aSttr dapaU m em etjahkan soalan2 dengan Dfll/C -
M engingat betapa pentingnja fungsi tulisan, seperti dikatakan oleh guru ilmu pasti tadi, maka dalam pengadjaran menulis itu kita harus berusaha supaja m u rid : a. dapat menulis beres, djelas dan tjukup tjepat. b. dalam waktu se-singkat2nja. Djam pengadjaran menulis adalah waktu iang chusus disediakan^ untuk m elatih anak2 untuk beladjar menulis tulisan dengan bentuk huruf jang tertentu dengan tjara jang tertentu pula, dan hasil dari l 2 tihan itu harus tampak dalam pekerdjaan tulisan m urid se-hari- dalam peladjaran2 lain. Dengan perkataan lain si m urid djangan hanja harus menulis beres dan djelas 286
diwaktu djam peladjaran menulis sadja, sedang tulisannja da lam peladjaran lain (berhitung, peladjaran bahasa, ilmu alam, ilm u bumi, ilmu hajat dsb.) samasekali tidak diperhatikan oleh guru. Sebaliknja, djam peladjaran menulis adalah sekedar memberikan latihan ohusus jang hasilnja harus tampak dalam peladjaran-peladjaran jang lain. Baiklah diulangi lagi apa jang telah dikatakan diatas bah,wa : semua buku tulisan -murid merupakan „tjerm in” jang m elukiskan keradjinan, ketelitian, kewibawaan dan kepri■ badian gurunja. Periksalah buku tulisan murid, djika kita ingin mengetahui keradjinan, ketelitian, kewibawaan dan kepribadian gurunja. Tulisan bukan sadja harus djelas dan beres, tetap i disamping itu harus pula didi'dik pada kebiasaan2 jang baik, seperti selalu m enarik garis samping, membuat garis penutup, mem* perbaiki jang salah m enurut tjara jang tertentu, (tidak boleh di-tjoret2 semaunja sadja) dll. Baiklah kebiasaan- baik itu diperhatikan se-tjerm at2nja. Ingatlah selalu bahw a: „buku tulisan m urid m entjerm inkan ke pribadian gurunja”. V.
FAKTOR2 JANG MENENTUKAN
Seperti telah dhiraikan diatas tudjuan peladjaran menulis ialah supaja : a. m urid dapat menulis beres, djelas, dan tjukup tjepat. b. dalam waktu se-singkat-nja. U ntuk m entjapai tjita 2 itu kita harus m em perhatikan fakto r2 jang tersebut dibaw ah: 1. bentuk huruf 2. tjara menulisnja 3. alat un tu k menulis 4. . bahasa jang dipakai 5. keadaan guru jang mengadjar. 1. a.
Bentuk Huruf. Bentuk huruf itu harus sederhana sekali sehingga m udah ditulis oleh anak-. Makin sederhana bentuk huruf itu ten tu sadja makin m udah untuk m urid beladjar menulis. U ntuk m endapat bentuk jang sederhana harus dihilangkan semua hiasan- berikal jang dulu biasa dipakai terutam a dalam .htiruf- besar, jang sesungguhnja tidak perlu. 287
f t
s
r
,
v
£
1
z
£
f ^
Z
2
Z
l
Gambar 27.
b.
Meskipun sederhana? bentuk huruf itu harus bergaja dan tidak boleh fcafcu tampaknja. Dalam seluruh abdjad harus terlihait satu gaja jang tertentu. Unsur2 huruf dalam selu-^ ruh abdjad harus ditetapkan m enurut satu sistim jang te r tentu. c. Bentuk huruf2 itu harus sedemikian rupa, sehingga tidak # memberikan kemungkinan orang keliru m em batjanja d j& M / kurang djelas ditulis, terutama mengenai huruf2 jang b a * ^ njak sekali persamaan bentuknja seperti: b e n tu k -h u ru f i „c” dan „e”, bentuk huruf „n ”, „u” dan „v”, bentuk angka 7 >,1” dan angka „7”, dsb. *1 d. Tulisan itu harus berangkai karena menulis kata2 jang dirangkaikan huruf2nja lebih tjepat daripada menulis hurufJtu satu per satu ter-pisah2 seperti dalam methode „huruf balok”. e. Sebaiknja tulisan itu miring 60° karena m enurut hasil uenjelidikan, orang lebih mudah dan lebih tjepat menulisnjaDjika kertasnja diletakkan semiring 30° maka tulisan itu akan betdiri tegaklurus pada garis alas tepi bangku tem* p a t murid menulis. Oleh karena tulisan itu berdiri tegaklurus pada garis alas 288
f.
te p i bangku, si m u rid w aktu m enulis dengan sen d irin ja akan d u d u k leb ih tegak. J T ulisan itu tid a k p e rlu (tidak dih aru sk an ) „tip is-teb al” . H u r u f sem u a n ja d ap at d itulis dengan g aris ja n g sam a tebalnjd.
D alam p ra k te k dengan se n d irin ja g e ra k an m enulis sebuah g aris d a ri atas kebaw ah lebih b e ra t tek an a tin ja d arip ad a g e ra k an d a n baw ah keatas, sehingga sem ua b ag ian 2 h u ru f lJphih tP hfi i1 atas..^ebawa}l Pada u m u m n ja ak an tam p ak le b ih tebal, apalagi d jik a m u n d itu m en u lisn ja d en g an p e^a kro o n atau p en a „h in d u ” . A kan teta p i djika dikem udian h a n si m u rid itu h aru s m enulis tje p a t dengan p u lp e n a tau ballpoint, dengan sen d irin ja tipis te b al itu akan h ilan e o leh sebab itu sesungguhnja tidak p e rlu m enulis tipis tebal itu d ia d ja rk a n kepada anak-. 2.
T jara m enulis.
a.
J a n g p alin g baik adalah tja ra m enulis sep erti d ah u lu p e r n a h d ia d ja rk an dalam m ethode „tu lisan b e rd ja la n ” K alau m enulis kata^ seb erap a dapat tid a k boleh te r-p u tu s2 Sela-
G am bar 28 a-b. M u r id d u d u k Iurus m en g h a d a p i kerta s ja n g d ile ta k a n sem iring 3 0 ° garis alas tep i bangku.
dertgmn
280
ma menulis tangan tidak boleh diangkat, akan tetapi harus tu ru t.b e rg e s e r sedjalan dengan djalannja tulisan, sedar.g tangan menekan pada kertas hanja pada udjung kelingking sadja. Murid harus duduk tegak menghadapi kertas jang diletakkan semiring 30° dengan garis alas tepi bangku. Tjara m urid duduk diwaktu menulis harus sungguh- diperhatikan dan harus didjaga supaja djangan m engakibatkan scoliose. D jarak mata murid tidak boleh kurang dari 25 cm dari huruf jang sedang ditulis. Perbedaan dengan tjara menulis dizaman dahulu hanja pa da tjara memegang alat menulis (potlot, tangkai pena, pulpen atau ballpoint). Sekarang dapat lebih ringan menulis kannja sebab tidak perlu menekan keras- untuk m entjapai tulisan jang „tipis-tebal’\ Alat untuk menulis. Keadaan di-tiap- sekolah tidak mungkin sama, oleh karena Pem erintah belum da'pat m enjediakan anggaran belandja jang tjukup untuk semua sekolah diseluruh Indonesia. Oleh karena itu kita harus pandai m enjesuaikan m ethode ini sedapat mungkin pada tiap- keadaan, baik m aupun buruk, jang terdapat di Indonesia. M ethode ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan oleh murid jang menulis dengan anak batu tulis pada batu tulis, dapat pula dilakukan oleh m urid jang me nulis dengan potlot dalam buku tulisan. Latihan- perm ulaan seperti diberikan dalam Methode Montessori dengan djalan menulis dengan djari diatas kertas penggahar atau kertas ampelas, demikian pula latihan
Gambac 29. Latihan permulaan untuk bcladja r menulis huruf balok tegak lurus.
perm ulaan dengan djalan menulis lingkaran2, ikal2' garis ber-liku- dll. bentuk unsur huruf dalam buku gambar, pendek kata semua latihan- perm ulaan, jang memang bagus tudjuannja, untuk Indonesia djika pem biajaannja harus di-
\
G am bar 30. Latihan perm ulaan u n tu k beladjar m enulis h u ru f m iring.
bajar oleh Pem erintah seluruhnja terlalu „luxe” dan terlalu mahal biajanja. Oleh karena itu sebaiknja dihilangkan sadja. Bilamana keadaan keuangan sekolah tjukup, sehingga dapat disediakan biaja keperluan latihan2 permulaan, baik sekali djika latihan- permulaan itu diadakan djuga. c. Oleh karena huruf jang akan diadjarkan untuk ditulis itu huruf tulisan biasa (berangkai), maka perm ulaan beladjar menulis sebaiknja diberikan djangan terlalu lama sesudah . murid dapat membatja tulisan2 jang akan diadjarkan da lam peladjaran menulis itu. Peladjaran menulis sengadja diundurkan waktunja beberapa hari, oleh karena bentuk huruf tulisan jang akan diadjarkan bukan huruf balok, djadi bentuknja agak berlainan dengan huruf tjetak jang diadjarkan pada peladjaran membatja. Tulisan dapat dibuat oleh murid dalam buku tulisan ke I, jang chusus un tuk keperluan itu dapat disediakan untuk murid. Dalam buku tulisan ke I itu tjontoh tulisan telah ditjetak pada garis pertama. Untuk mempermudah anak, diberi garis pembantu untuk menentukan besar huruf dan pada beber apa pagina diberi pula garis miring 60° untuk menentukan m iringnja tulisan. Setelah tjukup latihan menulis dengan potlot, dalam waktu kl. 5 — 6 bulan, murid dapat mulai beladjar menulis dengan tinta dalam buku tulisan ke II. Djika keadaan tidak mengizinkan, disebabkan keadaan mu rid, seKolah ataupun keadaan gurunja, tidak ada salahnja djika beladjar menulis dengan tinta diundurkan sampai dikelas II dalam buku tulisan ke III. Beladjar menulis dengan k e rb s transparant, atau dalam buku- tulisan dengan tulisan jang tinggal meniru atau mendjiplak sadja 13) untuk negara kita terlalu mahal, padahal hasilnja tidak sepadan dengan biaja jang harus disediakan untuk keperluan itu. Methode beladjar menulis dengan ker13)
overtrekschriften.
291
tas transparant berarti suatu pemborosan jang tidak bisa dipertanggungdjawabkan. U ntuk Indonesia kita harus m entjari djalan jang sederhana, m urah pembiajaannja dan bisa dilakukan di-mana*, didusun* ketjil, direleng gunung m aupun ditepi pantai jang sangat djauh dari kota, jang samasekali asing dari tjara hidup jang serba mewah. 4. Bahasa jang dipakai. M enurut buku rentjana peladjaran teru rai, seluruh pela djaran dikelas I dan II harus dilakukan dalam bahasa Ibu, jang memang tepat sekali m enuru:t prinsip ilmu pendidikan. Ini berarti di Pulau Djawa harus dilakukan dalam bahasa daerah: Sunda, Djawa atau Madura. Lain sekali keadaannja di Sumate ra jang sebagian besar dapat 'dilakukan dalam bahasa Indo nesia. Di Kalimantan, Sulawesi Utara, Maluku dan N usa Teng* gara bagian Tim ur sebagian besar dapat dilakukan djuga dalam bahasa Indonesia. Djika untuk tiap2 daerah harus disediakan tjontoh2 tulisan dalam bahasa daerah itu, maka u n tu k Indone sia perlu disediakan ber-puluh2 m atjam tjontoh tulisan. Tentu hal itu sangat sukar dilakukan, sedang biajanjapun akan djauh lebih mahal. jSelain dari itu tjita 2 kesatuan kebangsaan akan hilang lerijap samasekalif terdesak oleh unsur‘ kedaerahan. Oleh karena itu un tu k Indonesia kita harus dapat m en tjari satu m odus : kita narus m entjari djalan tengah dan m enjusun satu m ethode de ngan tjontoh2 ja n g : a.
difaham i oleh anak2 jang berbahasa daerah Djawa, Sunda dan Madura, akan tetapi b. djuga difajiami oleh anak2 jang disekolah berbahasa Indo nesia. M engingat sjarat jang maha berat seperti tertu lis diatas, 1 jarilah kataj jang dalam bahasa Indonesia, £>jawa dan Sunda *»?* toentutaija, se p e rti: ibu guru, sate sapi, kS? i ^s&hmSga akan sama2 difahami oleh anak2 berl 7idones^aer ®3awa dan Sunda m aupun berbahasa nasional
». i» ^ f ngan demikian sembojan dalam lambang Negara „Bhiu ? dlPJaictekkan sungguh2 dalam methode ini. Ber-matjam bahasa daerah dan m ungkin ber-matjam* pula tjara m elafalkannja akan tetapi kata*nja itu* d ju g a ! 5. K eadaan G uru jang m engadjar. Pendirian S.D.2 baru dilakukan di-mana2 setjara besar2an. A palagi di-daerah2 pertjobaan dimana akan didjalankan un* 292
dang2 kewadjiban beladjar, dengan serentak dibangunkan S.D.2 baru agar supaja dapat menjediakan tem pat jang tjukup untuk m enam pung semua anak2 jang harus bersekolah rendah. Kita mengerti, bahwa dalam keadaan darurat jang demikian tidak bisa disediakan tjukup guru jang berwenang untuk mengisi kekurangan guru. Agar supaja dalam waktu se-singk a t2n ja dapat dididik guru se-banjak2nja( didirikanlah sekolah2 dan kursus2 pendidikan guru darurat. Mengingat besarnja djumlah guru jang belum berwenang, dan m em ikirkan pendeknja dan serba daruratnja kursus2 pen didikan guru itu, methode jang dibua't di Indonesia harus disu sun semudah-mud'ahnja. Kita djangan terlalu mengharapkan bahwa semua guru da lam pendidikannja tjukup mendapat latihan m enulis dipapan tv.lis, sehingga semua guru dapat memberi tjontoh tulisan jang igukup bogus. Kita ilidak boleh mengharapkan bahwa semua guru tjukup pendidikan, tjukup pengalaman dan tjukup waktu, sehingga dalam tiap2 buku tulisan m urid bapak atau ibu guru itu akan dapat menulis tjontoh* tulisan untuk mwridnja. Mengingat keadaan (darurat) tersebut diatas, maka dalam methode ini disediakan 3 buku tulisan. a. 1 buku tulisan djilid I sebesar V2 cahier berisi 32 halaman untuk kl. I tengahan tahun jang pertam a b. 1 buku tulisan djilid II sebesar Y2 cahier berisi 32 halaman untuk kl. I tengahan tahun jang kedua c. 1 buku tulisan djilid III sebesar 1/1 cahier berisi 32 ha laman untuk kl. II Dalam buku3 tulisan itu pada tiap2 pagina ada tjontoh tu lisan jang telah ditjetak. Garis* pertolongan disediakan, malahan pada beberapa halaman diberi garis perltolongan jang m iring 60°, supaia m urid2 mengetahuinia. Besarnja tulisan (huruf togok) dimulai dengan ukuran 12 titik 14), kemudian makin lama ma kin ketiil m endjadi ukuran 10 titik, sehingga achirnja sampai pada ukuran jang normal jaitu 6 titik. Mungkin sekali ada orang jang menjangka bahwa buku tulisan disertai garis2 pertolongan dan tjontoh2 tulisan seperti diiuraikan diatas, harganja djauh lebih mahal doripada buku tulisan biasa. Akan tetapi para achli grafika akan mengetahui bahwa perbedaan ongkos m entjetak garis biasa dengan mentje ta k garis2 pertolongan disertai tjontoh2 tulisan — dalam 14) titik — punt (Belanda), adalah ukuran dalam dunia typografika; 1 mm = 2,660 punten.
293
oplaag besar untuk keperluan pengadjaran di Sekolah Rendah di Indonesia — sesungguhnja tidak berapa, sehingga harga bu ku tmlisan methode „Indah dan Mudah” -itu dalam praktek nanti tidak akan djauh berbeda daripada harga buku tulisan •biasa. Alat pengadjaran jang lain, terketjuali ketiga buku tulisan tadi, disertai buku pedoman untuk guru, tidak ada. Dengan demikian pembiajaan untuk peladjaran menulis itu dapat ditekan se-rendah2nja. T jita2 penjusun methode a d a la h : a. dengan biaja jang se-murah2nja b. dengan sistim jang se-mudah2nja c. dengan pekerdjaan jang se-ringan2nja untuk guru dan d. dalam waktu se-singkat2nja harus dapat m entjapai e. hasil tulisan m urid jang se-beres2nja. VI.
BEBERAPA HAL JANG HARUS DIPERHATIKAN
Betul
b.
c.
294
Salah
1.
Alat2 penulis.
a.
Potlot. Alat untuk menulis sebaiknja potlot (pinsil) jang sedang, tidak boleh ter lalu lunak, akan tetapi sebaliknja tidak boleh terlalu keras. Biasanja potlot se dang itu diberi tanda „HB” . Bilamana tjidak ada potlot „HB”, am bilbh potlot „B” jang agak lunak.
Udjung potlot harus dikerat ru n tjin g seperti terlukis dalam gambar. A nak batu tulis. Djika tidak dapat disediakan buku tulisan dan potlot, peladjaran menulis itu dapat dilakukan dengan anak batu tulis pada batu tulis. Anak batu tulis sebelum dipakai harus di* gosok runtjing seperti potlot tadi. Pena. Mulai pertengahan tahun kedua dikelas satu murid dapat mulai^ beladjar menulis dengan tinta. Djika keadaan tidak menglzinkan, baiklah ditangguhkan sampai perm ulaan ta hun dikelas dua.
Di-kota2 mungkin ada m urid S.D. jang telah dibelikan orang tuanja pulpen, akan -tetapi pada umumnja mereka menulis dengan pena 'biasa sadja. Jang banjak bisa dibeli dipasar jaitu pena „kroon” dan pena „hindu”.
Gambar 31. a-b. W a k tu menulis murid harus bccduduk tegak. D jarak antara mata dengan tulisan tidak boleh kurang dari 25 cm.
Djika menulis dengan pena, harap didjaga supaja anak2 djangan terlalu erat memegang pena dan djangan terlalu keras menekankan pena itu pada kertas. Makin ringan gerakan pena, makin baik hasilnja. Baik diperhatikan bahwa huruf2 tidak perlu lagi ditulis tipis tebal.
Gambar 32. a-b. A n a k 2 dengan sendirinja suka duduk mcmbungkuk, sehingga hidungnja hampic2 menjentuh kertas. Kcsalahan itu harus didjaga baik9.
Karet penghapus Djangan se-kali- anak- diperkenankan mempergunakan ka re t penghapus pada peladjaran menulis. Tulisan jang salah biarkan sadjalah dulu, bilamana perlu dapat diperbaiki oleh guru. Pada peladjaran menulis anak2 harus beladjar teliti sekali. Apa jang mereka tulis sekaligus harus benar.
Duduk anak*. W aktu menulis anak2 harus berduduk tegak. Guru harus selalu waspada djangan sampai ada anak jang duduknja mem* bungkuk atau miring, sebab itu dapat menimbulkan „scoliose”. Tangan kiri harus diletakkan diatas medja. Tangan kanan memegang potlat m enurut tjontoh dalam lukisan. W aktu menulis, tangan kanan harus tu ru t bergeser dengan djalannja tu lisan, sedang tangan hanja menekan pada udjung kelingking sadja.
%.
Gambac 34. Sebaiknja berduduk tegak.
Gambar 33. D uduk m em bungkuk atau miring dapat m enimbulkan .^coliose".
Djarak antara mata dengan tulisan tidak boleh kurang dari 25 cm. Anak2 biasanja dengan sendiri nja suka duduk membungkuk, hidungnja hampir m enjentuh kertas. Kesalahan itu harus didjaga baik-. Buku tulisan diletikkan miring 30° dengan
k," r ; 0I? i t ” : r a i™ 2 “ „ s itu berdiri tegak lurus pada tepi atas medja tulis. Hal itu memperm udah anak untuk duduk tegak. 296
3.
B entuk huruf < H uruf itu ada jang terdiri dari togofc sadja seperti h u ruf2 : a. e, o, i, u , c, m, n, v, w, r, s, x, dan z. Ada jang tercuiri dari togok mem akai sosok-atas atau sim pulatas. seperti h, k, I, b, dan f. Ada djuga jang memakai sosok-bawah atafu simpul-bawah se~ p erti g dan j. Selain dari itu ada pula jang lazim disebut orang k w 'u f-to n g k a t: d, t, p dan q. Perbandingan tinggi huruf-togok dengan huruf-sosok ada lah 1 : 21/2 atau 2 : 5 sedang perbandloigan huruf-togok dengan kw 'uf-tongkat adalah 1 : 2 atau 2 : 4. Djadi antsra fcetiga matjam huruf itu perbandingan tingginja adalah 2 : 4 : 5 .
Gambar 35. Bentuk huruf dari methode J n d a h dan M udah ", hasil tjiptaan Indonesia setel&h mengadakan pcrtjobaan » dengan seksama. Sederhana, bergaja dan djelas sekali tampaknja !
Simpul atau sosok huruf harus dibuat sedemikian rupa se hingga besar simpul peresis IV2 dari besar togok dan titik pertemuan garis simpul terletak pada garis pem bantu untuk menentukan besar togok. Kaki dari huruf m dan n harus ditulis paralel miring 60° seperti huruf jang lain. Djarak antara semua kaki. harus sama. 297
Beberapa huruf besar dilukis peresis seperti huruf ketjil m isalnja : a, c, m, n, u, v, a, dan z hanja besar huruf mendjadi 2 V2 kali huruf ketjil. Jang perlu m endapat perhatian jaitu menulis h u ruf z, oleh karena garis miring pada huruf z itu m iringnja lebih dari 60°. Lebih djelas dapat terlihat pada huruf besar.
298
PAMTJA D AJA 1KAPI *) Lima usaha IKAPI dalam m em bina perkembangan perpustakaan di In donesia.
Tidak perlu kiranja disini diuraikan lagi betapa pentingnja perkem bangan perpustakaan untuk keperluan pendidikan, peng adjaran maupun unituk 'hiburan dalaim pem bangunan sesuatu m asjarakat. Pembangunan pendidikan dan pengadjaran, dapat dikatakan tidak mungkin berdjalan lantjar, djika tidak disertai penerbitan buku2 peladjaran. Dalam prabtek terasa oleh kita kesukaran2 jang menghamJbat perkembangan perpustakaan. U ntuk dapat m engatasi 'kesukaran- itu dengan ini IKAPI jang m erasa turuit bertanggung djawab untuk had tsb., menjampaikan saran-nja kepada pem erintah dan masjarakat, jang tersim pul didalam risalah „P antja D aja” atau „Lima Usaha” ini. •Sampai dimana kemungkinan dapat terlaksana tjita2 tsb. diharapkan Pem erintah dan M asjarakat turuit m emikirkannja. Untuk ini diperlukan kerdjasam a antara Ikapi jang mewakili penerbit2 nasional dengan Pem erintah dan M asjarakat umumnja. 1.
USAHA UNTUK MEMPERLUAS KESEMPATAN MEMBATJA BAN IVIEIVIPERBESAR GOLONGAN PEMBATJA DE NGAN DJALAN MENDIRIKAN PERPUSTAKAAN DESA.
Scbagaimana umum telah maklum, perhatian m asjarakat Irita untuk membeli buku batjaan sastra (fbelletrie), jang berba hasa Indonesia maupun berbahasa daerah, masih kurang. Djika suatu penerbit menerbitkan buku roman, penerbit itu akan me rasa gembira, djika dalam satu tahun laku 800 ex. Bestsellers di Balai Pustaka dipasar umum dalam tahun- 1954 dan 1955 maximum hanja laku rata2 sampai 1000 — 1500 ex. setahun *) Memenuhi perm intaan Pengurus P usat IKA PI (Ikatakan P en erb it In donesia) dan Kementerian P.P. & K disusunlah dalam bulan Djuli 1956 oleh Oejeng Soewargana sebuah re n tja n a kerdja IK A PI jang terdiri atas 5 (lima) usaha pokok. kem udian diberi n'ama ’’PA NTJA DAYA IK A PI”. M eskipun harga- dan situasi seperti diuraikan dalam tulisan itu dewasa ini sudah banjak berobah, akan tetapi persoalan. n ja tetap actueel dan besar faedahnja untuk direnungkan kem bali kem ungkinans penjelenggavaannja. S ajang sekali pelaksanaan tjita 2 IK A PI seperti tertulis dalam artikel itu terham bat sebagai akibat d ari peitentangan politik jang m eresap pula kedalam tubuh K em en. terian PPK.
299
Lebih djelefc lagi keadaan buku2 rom an ibahasa daerah, seperti bahasa Djavja aitau S u n d a ; paling banjak hanja laku ra ta 2 antara 600 — 800 ex setahun. Buku belletrie bahasa Madura malahan boleh ddfcaitakan samasekali tidak diterbitkan orang, padahal djumlah penduduk jang berbahasa M adura ham pir 7.000.000 orang, b srarti djauh lebih banjak daripada penduduk negara Norwegia, Finlandia atau Denmark, jang m encrbitkan berpuluh ribu buku dalam bahasa nasionalnja. Apalagi djika mengingat 9 RU^Aa^ n ? eSdudu^ faerbahasa Sunda ‘jang berdjum lah kl. • ” , 7 :^ e1f ar^ l&bi-h dari duaikali djumlah penduduk negara e anaa. atau Belgia jang kaja dengan lektur. Djangan dikataikan ajumlaJi penduduk jang beribahasa Djawa, jang pasti lebih dari 50 djuta. Kelemahan ipendjualan m em atikan sem angat penerbit. im berarti, bahwa p ara pengarang kehilangan kemungkinan ujrtmc menjebarkan hatsil ibuah-penanja; akibatnja kem adjuan bahasa dan sastra dengan demikian djadi terham bat pula. Satusatunja usaha untuk keluar dari 'kesukaran ini, ialah mentjiptakan pasaran baru, m entjiptakan pem beli untyk menampung buah-pena para sastrawan itu. Dan itu dapat tertjapai dengan djalan m enjelenggarakan perpustakaan desa. Ambillah, sekedar sebagai tjontoh, usaha jang sekarang sedang ddsdapkan di Djawa-Barat. Dari kl. 3800 desa di Djawa Bairat ada 3000 desa jang •arnan dan teratur. U ntuk permulaan, direntjanakan untuk tiap2 desa satu faibliothik, terd iri dari 200 matjam buku. 200 m at jam buku itu akan dipUih diantara buku2 'hiburan ama, keluaran Balai Pustaka, Dachlan B-ekti, M.I. Prawirawinata ra k ja ? en ^ ^ a^ u' to b u k ti sangat disukai oleh itu> ,dalam phase pertam a, sengadja T>ada ibukii ilmu ^ sadfa, fang lebih disukai rakjat dari. dalam ? - Form at buku akan dinormalisir 12o __avo’?ubbel-klein-mediaan dan tebalnja antara TintnV Jo JP na> f hm ^ a ongkos produksi dengan honorarium Rn 5 r S r ^ achli warisnja, harganja rata-rata bisa SnntVaJH-ooi’* ’ ^ adl untu-k 3000 perpusta"kaan-desa itu tjukup djuta
3000 X 200 >< RP ‘ 5 — a tau
3- “
Penjelenggaraan penerbitan buku itu m enurut rentjana akan didjalankan oleh satu badan Jajasan Lembaga Bahasa djeung Sastra Sunda, jang menjelenggarakan- penerbitan itu setja ra },con-amore”. * Kapital untuk. membiajai 300
penjelenggaraan bibliothik-desa
>
>
itu, akan m inta 'disediakan oleh salah satu Bank Pem erintah, Bank R akjat atau Bank Indonesia .atas tanggungan pem erintah Proplnsi Djawa Bar at, Gubernur dengan D.P.D.-nja. K apital itu tidak perlu sekaligus disediakan semua, akan tetapi d apat datjitjil sedikit demi sedikit m enurut kebutuhan pembiajaan Bibliothik-Desa itu. Ketika rentjana penjelenggaraan Bibliothik-Desa itu diurai kan oleh Gaibernur Djawa-Barat dalam ikonperensi para Bupati di Subang pada tgl 28 Pebruari 1956 tern jata para Bupati dan Residen menjam but rentjana itu dengan 'hangat sekali. Semua m enjatakan bersedia memban'tu usaha penjelenggaraan Biibliothik-Desa itu, iberdasarkan kejakinan,b ahwa djalan itu ibaik untuk: a. pembangunan moral sebagai pengisi w aktu senggang jang sehat dan berfaedah b. perkembangan bahasa dan sastra (daerah) c. pembinaan masjarakat desa. U ntuk sesuatu desa, uang 200 x Rp. 5.— atau Up. 1000.— itu, bukan satu djumlah jang besar. Oleh desa2 di Kabupaten Tjirebon, Madjalengka, Indram aju dan Kuningan, jang mempu,njai tanah desa, uang Rp. 1000,— itu m ungkin segera daipat dibajar dengan sekaligus. Di lain2 Kabupaten, para Bupati akan m enarik perhatian desa2nja sehingga uang Hp. 1000,— ibu daipat dibajar djuga, djika perlu dengan angsuxan. Bilamaiia 200 fcuku itu disewakan, dengan harg-a sewaan ibersili 5 sen tttttuk tiap eksemplar, dan djika ditaksir dalam tiap2 bulan ’b uku itu hanja dapat disewakan sel 2m a 10 hari sadja, ,maka Bibliothik-Desa itu akan daipat menghasilkan uang sewaan 10 x 200 x 5 sen aitau Rp. 100,— sebulan. Djika 3000 Bibliothik-Desa itu sungguh* dapat diselenggarakan, maka itu akan berarti: suatu pasaran baru untuk,setiap pener bit jang menerbitkan buku roman Sunda. Itu berarti'suatu lapangan baru untuk setiap sastrawan Sunda. Itu berarti suatu kemunQ~ kinan baru untuk perkembangan bahasa ddn sastra Sunda. M enurut pertimbangan para Bupati dan Residen di DjawaBarat rentjana Bibliothik-Desa pasti dapat didjalankan dihampir semua desa, meskipun dengan djalan angsuran dibawah tanggung djawab para Bupati. Besar ‘k emungkinan usaha itu dapat didjalankan pula di-desa2 di Propinsi Djawa-Tengah dan DjawaTimur. Dan tidak mustahil dikemudian hari dapat diusahakan didaerah2 diluar Pulo Djawa. Dan djika penjelenggaraan BibliothikDesa, seperti diuraikan diatas, betul2 dapat didjalankan, dapat tertjiptalah 10.000 sampai 12.000 Bibliothik-Dssa, tem pat untuk para penerbit melemparkan bukunja. Tentu semangat untuk m e nerbitkan belletrie akan hidup kembali. Itu berarti suatu lapangan 301
baru bagi para sastrawan kita. Itu berarti suatu kem w ig jang luas sekali untuk perkembangan bahasa dan sastra kita. Baiklah diperhatikan pula, bahwa ipenjelenggaraan Bibli 0 . Desa, dengan pilihan buku jang teliti dan liafci2, karena ter dahulu diperiksa m utu isi maupun gaja bahasanja, akan. i djadi o'bat mudjarab pula terhadap buku serta m a d j alah ]a dan „horror-cornics”, jang belakangan ini mulai ibanjak die ■ kan orang. Melarang ipenerbitan buku itjabul dan „liorror-cm“ itu, tanpa menjediakan ibuku- lain jang 'baik dan mem 8 sebagai gantimja 'adalah satu tindakan j;ang politis dan ipaeaag kurang ibidjaksana. Dan achirnja djangan dilupakan pula, bahwa *2.000' 1 liothik-Desa itu djika berdjalan baik kelak dikemudian hart a y mendjadi lapangan kerdja untuk memberi nafkah kepada P° sedikit 12.000 keluarga. Ini berarti bahwa kapital-investasi ]a y sedikit djumlahnja untuk BibliothikrDesa itu, d a p a t m enam pu penganggur sebanjak 40 X djumlah buruh dipabrik mobil, p brik semen, pabrik kertas atau pabrik apa sadja jang ™Plta ' intensif. Kapital investasi ketjil dengan „arbeids-intensiteit jang begitu ibesar tidak mudah ibisa didapat dilapangan usaha J,an& lain. Dilihat dari sudut pengluasan lapangan kerdja („arbeidsverschaffing”) jang sangat baik itu, maka ipenjelenggaraan Bidliothik-Desa sepatutnja djadi o.bjek usaha Pem erintah jang primair dan mendapat prioritet jang paling utama. 2
USAHA UNTUK MENGEMBANGKAN PENERBITAN BUKU PENDIDIKAN DAN PENGADJARAN DENGAN MENARIK BIAJA ALAT PENGADJARAN.
Mengingat pertumbuhan djumlah sekolah jang sedemikian tjepatnja dan arus murid jang ingin masuk sekolah jang sedemikian derasnja, dapatlah difahami djika Pemerintah tidak dapat imenjediakan anggaran belandj
T e rd e sak oleh ikeadaan tidalk m endapat buku d a ri K em ente ria n P.P.K ., d ap at difaham i djika p a ra D ire k tu r dan G uru S ekolah m engam bil jinisiatif sendiiri, mengandjujrikan kepad'a o ra n g tu a m u rid un-tuk m em beli sendiri buiku2 p e lad jara n jan g d ip e rlu k a n . Sekarang sudah m endjadi kelazim an, b a hw a'para m u rid pada perm ulaan tahun peladjaran, harus m em bajar „uang iu ra n guna p e m b eli buku peladjaran” antara Rp. 75.__? R p i ’o o,__ sam pai Rp. 200.— tiap* m urid, tergantung pada tin g ka t kelas d a n 7natjam sekolahnja. A .
K E B U R U K A N N JA
:
I.
P ilih an buku. M em ang ada d a fta r ibuku resm i d a ri K e r n e l ■terian P.P.K . ta p i dalam prakiteknja p a ra D ire k tu r d an G uru m e ra sa iberhak sep en u h n ja m em pergunakan u ang m u rid itu tm enurut kebidjaksanaan dan menmrut p ilih an n ja sendiri.
II.
H ukum kelam banan <„Wet van tra a g h e id ”) d ju g a te rd a p a t dalam -dljiwa p a ra guru, ja n g leb ih m udah te ta p berada didalam „ sle u r” lebih m udah m em pergunakan m etode ja n g su d ah d ik en aln ja ber-tahun2 darip ad a m e n tjo b a didaktik ibaru imeskipun m en u ru t p erk iraan ahli h asiln ja ak an lebih baik. U saha- JCementerian P.P.K . u n tu k m e n tja p ai muifcu p e n g ad ja ra n j.ang lebi'h tinggi, dengan dem ikian ak an te r ham bat. U saha2 un tu k m e n tja ri d a sa r2 didaktik ja n g lebih m o d ern b eru p a k u rsu s „Science Teaching”, u ra ia n 2 te n ta n g „Rural C om m unity Education”, sem in ar ten tan g H um an G eography” a n d ju ra n - te n ta n g „F unksi e ksp fe si dalam pendidikan p en eran g an 2 te n ta n g „Didikan B udi P e k erti dan H S J o f , d?lam p ra k te k akan k alah te rd e sa k oleh m ethode- kolot jan g seh a ru sn ja sudah h a ru s dibuang, akan teta p i m asih suka didjalankan- oleh p a ra G uru, oleh k a re n a m eth o d e- kolot itu m ereka sudah h afal sudah b e r-ta h u n 2 m e re k a biasa ad jark an . D engan dem ikian p en d id ik an akan kem bali 'kelem bah „ sleurw erk”, ja n g seh a ru sn ja lekas diberan tas.
III. „ H a n tu u d jia n ” akan m em egang p e ra n a n ja n g le b ih Ren tin g dan m en d jad i dorongan ja n g leb ih b e sa r u n tu k m em beli b u k u 2 persiaipan oidjian, d arip ad a b u k u 2 j,ang su n g g u h 2 berni'lai pendidiikan. 'Dalam p ra k te k te rn ja ta b ah w a p a ra D ire k tu r d a n G uru lebih lekas te rp ik a t oleh b u k u „persiapan u d jia n ” onituk m end;jalankan ,,examen^driH” ipada m u rid 2'nja. D en g an d em ikian „adjian”, ja n g ta d in ja h a n ja satu „noodza303
k e m kwaad” sadja, (karena terpaksa harus d^djalan untuk mengadakan seleksi) akan mendjadi tudjuan J y paling utama jang di-kedjar2 oleh semua Direktur dan- p Guru. IV. Gedjala2 tidak djudjur. Kalau kebetulan ada gedjala tidak djudjur, tidak mustahil jang diperintahkan harus auuew oleh para murid itu, jaitu buku2 peladjaran atau d i m karangan Direktur, Guru, atau Inspektur jang bersangkuta meskipun buku atau diktat itu kurang memenujii sjarat jang nitaima. B.
S E S U N G G U H N JA L E B IH R U G I.
1-
Harga buku lebih mahal. Djika ibuku itu dalam. p e r h i t u n g a n si penerbit diharapkan akan dibeli hanja oleh sspuluh atau duapuluih sekolah sadja, ma^ka oplaagnja tidak akan lebih dari 2000 sampai 300C ex., maximum sampai 5000 ex. Harga buku itu — dengan perhitungan oplaag 3000 — 5000 ex — itentu djiau-h lebih -mahal (dibaksir sampai 2Vz X lebih. mahal) daripada djika dipesan Kementerian P.P.K. dengan oplaag 50.000 ex atau lebih.
n - Penjusutan („Afschrijving”) hanja 1 tahun. Buku jan g di' 'beli si murid daii uangnja sendiri, iberarti hak-malik si murid itu,. Dalam perhitungannja (buku itu akan dipaikai s e l a m a perlu sadja, rata2 hanja untuik 1 tahun. Djika si m urid naik kelas, si murid harus membajar penuh seluruh h arga buku Glang akan dia pakai dikelas (dalam. tahun) itu. Imi berarti bahwa penjusutan (afschrijving) fbuiku iitu hanja 1 •tahun, dan djumlah uang jang harus dibajar untuk p e m b e l i itu adalah 100% dari harga bukug tadi, jaxig harus diulanQ^ nja pada tiap2 tahun. Djelas bahwa beban demikian sangat berat untuk orang tua murid.
Tjara ’ain jang lebih menguntungka„ para orang tua murid dan dilihat dan sudut politik dan tehnik pendidikan lebih dapat dipertanggung-tijawabkan. I-
304
Pikiran untuk mlnta bantuan dari orang tua m urid tetap djalankan. Dasar prinsip usaha tetap tlisandarkan kepada kesediaan orang tua murid untuk menambah uang pembeli alat2 peto' djaran.
H a n ja u a n g itu tid a k d ite ta p k a n o leh p a ra D ire k tu r a ta u G u ru S ekolah, a'kan te ta p i sen tra l oleh K e m en te ria n P .P .K . d isesu a ik an d e n g an k e b u tu h a n m u rid itu m e n u ru t ty p e d a n tin g k a t sek o lah n ja. II.
O ran g .fcua m u rid tju k u p m e m b a ja r 2 5 % d a ri d ju m la h (harsa bufeu ja n g d ip e rlu k a n oleh m u rid itu , m e n g in g a t p e rh itu n g a n bahw a b u k u i tu rbisa d ip a k a i selam a 4 (em pat) ifcaihun.
H I. P em belian d ila k u k a n setjara sen tra l m isa ln ja oleh K e r n e l teria n P.P.K. d ip u sa t atau didaerah ja n g m e n e n tu k a n b u k u 8 m a n a ja n g paling baik, sesuai den g a n usaha2 K em en teria n P .P .K . u n tu k m e m p e rb a iki m u tu tia p 8 ty p e sekolah d a n m em o d e rn isir d id a ktik tia p s peladjaran. D e n g a n d em ikian ta ra f p e la d ja ra n ibisa sam a m e ra ta d iselu ruih In d o n e sia k a re n a m em akai b u k u 2 ja n g sam a. (Hal itu a k a n m e m p e rm u d a h p ekerd ja a n In sp e k si d a n dalam m e n e n tu k a n sja ra te seleksi dalam ud jia n pengfiabisan pada tia p s ta h u n peladjaran. D an tid ak akan m e n d ja d i h a m b atan u n tu k m u rid ja n g b erp in d ah sekolah. XV. K a re n a p em b elian dilakukan sen tral, m ak a a . H arga p em b elia n dapat diawasi, d a p at d ik a lk u lir lagi oleh p a ra aehli d a ri B alai P u stak a d a n P e rtje ta k a n N eg ara. b. H arga b u k u akan djauh lebih ren d a h , 'k aren a p em b elian d ilak u k an dengan oplaag ja n g b e s a r d en g an sekaligus (d itak sir h a n ja 4 0 % d ari h a rg a p a sa r b e b as a ta u h a rg a e tje ra n ditoko buku). v
P e n g irim an b u k u ja n g m e n d ja d i k e su k a ra n u n tu k K em en te ria n P.P.K . d a p a t d ilakukan langsung d an 'atas ta n g g u n a a n sipenenbit k e p a d a sekolah2 ja n g h a ru s m em ak ai b u k u itu ■Djika 'ada b u k u ja n g tid ak ^ddterima o leh sek o la h a ta u in stan si, si peneHbit h a ru s b e rta n g g u n g djaw ab sep e n u h n ja , h a ru s m eng'gantinja dan m e n g irim lagi b u k u * itu.
M engingat p e rtim b a n g a n 2 diatas s e b a ik n ja P em erinitah da la m h a 1 in i K e m e n te rm n P.P.K. b era m m en g in sa fi dan berani te r t e r u s terang, dan m e n g a ku i k e tid a k m a m p u a n n ja u n tu k m e n je d ia k a n biaja ja n g tju k u p u n tu k k ep e rlu a n p en d id ik a n dan p e n g a d ja ra n , dan k em u d ian m e n en tu k an la n g k ah 2 te rte n tu u n tu k 305
m engichtiarkan penam bahan anggaran belandja, m isalnja dengan d ja la n : m enarik pembajaran biaja untuk pem beli alat' p e ladjaran („leerm iddelenfonds,r.)
D jalan m enarik „leerm iddelenfonds” itu sering didjalankan di dain2 iNegeri dan sebelum iperang p em ah djuga- didjalankan di Indonesia. *). 3.
USA H A UNTUK MENJEBARKAN HASIL TJIPTA SASTRAW AN INDONESIA DENGAN DJALAN MENGEXPORT HAK TJIPTA iDAN MENGEXPORT BUKU.
Dalam m em perkem bangkan penpustakaan Indonesia k ita djangan h an ja -memikirkan ikemungkinan2 jang ada didalam N egeri sadja. iSebaiknja kita m elam paui ibatas2 N egara k ita dan m eng-export hak-tjipta dan meng-export buku hasil sastraw an Indonesia itu keluar negeri. A.
EX PO RT
H A K -T JIP T A .
Indonesia dikenal orang di Luar Negeri hania karena mi njak, ta n ah , k aret, tem bakau, kopra, teh atau ladan a sadja h S i tjip ta sastraw an Indonesia ham pir samasekali tidak dikenal OKmg diluar negeri. Masih untung seni-tari dan seni-musik ian ? aria kalanja^ diperlihatkan dan diperdengarkan di luar negeri atau sem-pahat dan sem-lukis, jang belakangan ini sering dinam erkan di lu ar negeri. H anja hasil seni sastralah jang — b o llh dikata k a n _ sam asekali tidak ipernah mendapat perhatian P e m e rin t^ i u ntu k diperkenalkan diluar negeri. Ojika ada usaha fcearah itu ternjaita itu hanja initiatief partikulir sadja, notabene d atan s d ari negara jan g k ita „nm suhi”, seperti usaha* ang * adal a n oleh Sticusa dalam m em perkenalkan hasil seni sastra Indonesia di N egeri B elanda dan di Eropah. S e b a f jir n » , 1 ^ Sticusa telah m em biajai ongkos berpuluh orans ar-hr™ I1™ achli tokis Indonesia ike Eropah dan America aChl] f Stra dan ra n seni lukis Indonesia, sastra Indonesia kedalam bahasa Belanda, b a h a s T t o S s dan P eran tjis un tu k diperkenalkan dalam m ™ ^* iS ? hafctjipta dntem asional di Eropah P Pat dJuaW)el1 *)
306
B-aik dip erhatikan bahw a m en u ru t TTTtt~v_
®
Tiap2 tah u n dialam P am eran2 Buku Internasional, rialam R onperensi Ikatan Penerbit Sedunia, dalam Konperensi2 para sastraw an Sedunia • ............. (belum ah Ind^ legia | ' rim kan wakd-npa atas biaja sendiri dan belrnn pernah pula menghidangkan hasil sastra .para sastraw annja. BUamana kita ingft kepada negara- ketjil sep erti N orw egia jan g punja Ibsen Den (jang asm g m aka
hasif sastranja s^Lstrania di di terdjem ahkan kedalam ^ rnber-puluh2 e J Vu n ) T cbahasa onZ hasil dan diibatja ham pir disemua negara didunia M ) .. Indonesia samasekali belutm m em punjai (bintang sastrawan
terletak dalam n ^ p r o p ^ a i V a k a n
rf ™n t eft ift all fsen!J dir Ewropiha
wa kelem ahan teruiam a
' " “* " » * »
Ian pen5harS„ n
it„
Indonesia itu, d a ^ t^ Ia T u ^ n ^ M o a n ^ d M ,kan haSil sastrawan buku jan g tenbaik, Jredalam bahasa ^ n te rd je m a b k a n ra n tjis untuik kem udian diperkenalkan s Vanjol, atau Pedan B ursa Copyright In tern atio n al d i FrankfvSrt Buku P a n s, Rio de Janeiro, Buenos A i r e / S f ’ 5 " ’ Lon<3on, D apat pula diusahakan djalan lain m e la lu f Quebeq dsb' m elalui p u b lis h e r s Associations” atau Z 2' A 9ents”, K ebudajaan kita dilu ar negeri. dengan perantaraan Atase D engan 'sedikit bantuan Pemerinta.h af , ^ • T b erkew adjiban m em bantu perkem bangan D erm iT n V 3*5311 jang Jajasan L ektur, penerbitan terdjem ahan bukS h ^ f i ’ f Gpertl Indonesia dalam bahasa A sing itu d an at riicpi i sastrawan ra ;penerbit Nasional kita. T anpa bantuan Pp-ma5 f P? an ole? -pa' b uk u itu tid ak akan dapat diselenggarakan nlph ^ 6n tan kita, 'karena M e . , e X , u . ~ S K f t 8 S S S 5 & S ! pada umumnja modataja masih sangat tem ahl Djaffi tanpa C ? tuan Pemerintah hasil seni sastra Indonesia tidak akan l e t o 307
dikenal orang diluar a c ta
tedjem T han hasil sastra Bep vuyk dan dr.
Rob N ie u w e n h u y s besar djuga pengaruhnja. B.
EX PO RT BU K U .
#
Suatu keuntungan bagi Indonesia mem W n e g ^ a te ta B ga jang berbahasa Melaju, sehingga buku2 kita dapat am “ alam urusan export fouku timbangkan hal itu dari lain sudu , jang (seperti sampai komersil sadja. Djanganlah export b exroort kumissekarang dilakukan) disamakan sa ] ^ , buw, ^ k u t j i n g , L iM , teh atau kopi. B aM ah e x p “ oleh Pemerntah dari sudut perkembangan ^ b u d a ] ^ Mungkin dikemudian hari bisa didapat u donesia scperti satukan kembali kebudajaan Malaya deng S ed lU ntak dapat m enarik p erh a tia n m asjarakat M alaya dan Singapura kepada -buku Indonesia, baiklah setu p tah u n di S in g * pura dan d t W b esar d i Sem enandjung Malaka diselenggarakan pameran buku Indonesia, disertai tjeram ah jang m enarik tang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Djika K edutaan Indonesia di Luar N egeri seperti d i Mexico, Amerika, Inggris, Italia d«ab dapat menjediakan uang untuk pameran seni-lukis dan s'eni-pahat I n d o n e s i a , tentu Kedutaan Besar Indonesia di Ma laya dan Singapura akan dapat mengusahakan dan menjediakan biaja untuk roameran ,buku Indonesia. Baik •diingatkan bahwa ex port buku itu dikemudian hari dapat mendj adi sumber devisa jang a>gak lu m ajan djuga* D an .................... mendjadi landasan janQ sangat penting dalam politik penetrasi kebudajaan Indonesia di negara tetangga kita itu ! ^ Ik a p i jan g m em aham i benar tugas-kew adjiban N asionalnja sebagai organisasi ipara pe-nenbit, 'bersedia m em b an tu usaha P em e rm tah u n tu k m enjelenggarakan pam eran buiku Indonesia itu *). Selain buku2 beiibahasa Indonesia dapat difikiirkan supaja buku2 dalam bahasa asing, bahasa Inggris, Ara>b maupun bahasa lain di export ipula ike Luar Negeri. Kepentingan m engexport *)
308
W aktu karangan ini ditulis (bulan Djuli 1956) belum diadakan P a" m eran Buku I n d o n e s i a . Sekarang sudah beberapa k a l i diselengga" rakan, jang selalu dibantu sekuat-tenaga oleh IKAPI.
b u k u d a la m b a h a s a A sin g d a p a t d ib u k tik a n d en g an u sah a N egeri B e la n d a ja n g m a k in la m a m a k in 'b an ja k ip en erb itan b u k u 2 pen g e ta h u a n u n iv e rs ita s d a lam 'bahasa In g g ris te ru ta m a m engenai b u k u 2 ilm u ik e se h a tan tro p ic , ilm u h a ja t tro p ica , ilm u tu m b u h 2a n tro p ic a , d itu lis o le h p a r a s a r d ja n a B elan d a ja n g d a h u lu p e rn a h b e rp e n g a la m a n di 'In d o n e sia . D e m ik ian H ongkong, (Taiwan d an te ris tim e w a D JE P A N G te rm a s u k n e g a ra 2 ja n g a k tif b eru sah a u n tu k m e n g e x p o rt b u k u 2 d a lam b a h a sa a sin g te ru ta m a b ahasa In g g ris. H a l e x p o rt b u k u i tu p a tu t daipat p e rh a tia n P e m e rin ta h su p aja d ja n g a n d ip e rla k u k a n d a n d isam ak a n d e n g a n e x p o rt h a sil tam b a n g a ta u h a s il a g ra ria ta n a h 'kita, se b a lik n ja h a ru s d ip andang d a ri s u d u t p e r k e m b a n g a n d a n p e n je b a ra n kebudajaan.
4
M A TJA N F U S A H A U N T U K iM ELIN D U N G I P E N T JIP T A S E R T A M E M B A N T U P E N E R B IT A N B U K U U N IV E R SIT A S D A N B U K U 2 BER T A R A F K ESU SASTR AA N .
A.
B IR O
PEN D A FTA RA N
DAN
P E R L IN D U N G A N
HAK
T JIP T A .
M esk ip u n d a la m u n d a n g 2 te la h d itja n tu m k a n b ah w a hak tjip ta itu d ilin d u n g i o le h h u k u m , (no. 600 ;tg. 23 S ep t. 1912), akan tetaipi d a la m p rafctek d i L u a r N e g e ri d an p en g alam an h a k tjip ta ja n g p e rn a h te r d ja d i -di N e g e ri k ita , te r n ja ta h a l itu tid a k tju k u p . D i-m ana2 d ira s a k a n ik ep erlu an ttn tu k m e n d a fta rk a n h asil tjip ta itu , u n tu k m e m u d d h k a n p en jelesa ia n p e rtika ia n ten ta n g copy rig h ts, K a n to r p e n tja ta t h a sil tjip ta itu p e rlu sek ali didirikan s e p e rti se k a ra n g te la h terdaipat di Niegara2 E ro p a dan A m erika. B u k an s a d ja u n tu k ,m e n d a fta rk a n b u a h ipena sastra w an k ita, akan te ta p i d ju g a u n tu k m e n tja ta tk a n hasil tjip ta seni-m usik jan g p a d a w a k tu in i s u d a h m endjiadi kelazim an di In d o n esia dipergu^ n a k a n oleh s ia p a p u n , Ibahkan oleh in sta n si2 P e m e rin ta h sendiri s e p e rti R .R .I., d e n g a n sam a sek a li tid a k m en g in d a h k an hak p ara p e n tjip ta n ja . T e rd o ro n g o le h k e in s a fa n bahw a h a l p elan g g aran 2 hasil tjip ta s e tja ra d e m ik ia n tidaik d a p a t d ib ia rk a n begitu sadja, maka tu m b u h in is ia tif p a r tik u lir u n tu k m e n d irik a n sebuah Biro Konsu ltasi H ak T jip ta p a d a tg . 3 D ja n u a ri 1956. S eb aik n ja kedjadian te rs e b u t m e n d a p a t ip erh atian P e m e rin ta h dan m asjarak at sehingga a c h irn ja d a p a t disem purnaikan m e n d ja d i sebuah Biro Pendafta ra n d a n P e r lin d u n g a n H ak T jip ta d en g an fasilitet penuh dari P e m e rin ta h s e p e rti te r d a p a t di E ro p a dan di Amerika. 309
P a ra achli jan g m em perhatikan soal2 jan g berh u b u n g an de n gan hak tjip ta itu s e p e r ti: Mr. St. Moh. Sjah, Mr. Gusti Majur, Mr. H utauruk, Mr. M alikuswari Mochtar dsb. dapat dim inta u n tu k membemfcuik ikomisi p en d irian Biro tsb. diatas. B ilam ana nanti buku2 hasil tjipta sastraw an In d o n esia m ulai diterd jem ah k an dan ditenbitikan dalam h ah as a Asing Biro Pend a fta ra n d a n P erlin d u n g an Hak Tjiota itu akan lebih terasa m an faatn ja u n tu k m elindungi H ak T jip ta Indonesia dalam ipasar copyrights di bursa* buku Unternasional. D apat difaham i ibahwa B iro sem atjam itu tidak dapat diselenggarakan dengan sem purna h a n ja dengan inisiatif p a rtik u lir sadja, tanpa fasilitet d ari P e m erintah. B.
L E B IH M E N G H A R G A I H A T S IL T J IP T A .
D engan su ra t p u tu san n ja tg. 1 D juli 1954 Kem P P K m e n en tu k an p e ra tu ra n penghargaan hasil tjip ta jan g dalam membikin ikal'kula-si harga buku oleh Bagian P erlengkapan dipakai dasar pegangan, sehm gga penetapan harga bu ku dari K em . P.P.K . pada u m u m n ja sangat rendah. M engingat h asrat p ara tjen d ek ia u n tu k m engarang m asih te rla lu kurang, terutam a u n tu k ta ra f universitas atau pada um um nja untuk taraf s e s u d a h S L A baikla h p e ra tu ra n penghargaan hasil tjip ta dan kalkuiasi harga buku dari Kem . P.P.K . itu ditindjau kembali. 43 Sejogianja p ad a zaman ini P em erintah m enentukan kalkuIasi penghargaan h ated tjip ta jang agak „royaaI” su p aja p a ra tjerdik^pandai m endjadi lebih te rta rik u n tu k menulis. C.
K EL O N G G A R A N PE R A T U R A N P A D JA K U N T U K P E N G H A S IL A N
H O N O R A R IU M
H A K T JIP T A .
P e ra tu ra n pad jak jang disandarkan pada k eadaan uang, k etika h a rg a uang itu m asih tinggi, terasa san g at b e ra t te ru ta m a diiika te la h te rtja p a i ta ra f penghatsilan dim ana presentage p ad jak se tja ra progressif m ulai m elondjak tinggi. U ntu k m ereka jang „continue” penghatsilannja setiap tahun agaik m erata, hal itu tid ak begiitu te ra sa berat. Lain sekali h a ln ja u n tu k seorang pengarang jang pada su a tu ketika ada nasib baik, b u k u n ja b a n jak te rd ju a l m isalnja k aren a pesanan d ari Peme* rin ta h — kem udian m endapat honorarium agaik banjak, jang sebagian Ibesar h a ru s dibajarkan padjak. S ipengarang itu jan g b er-tahun2 h id u p sederhana sekali, k aren a pen g h atsilan n ja mem ang san g a t m enjedihkan, dipukul satukaligus oleh D jaw atan Padjaik, h a n ja karena penghatsilannja dalam tahun itu m eningkat. 310
M em ang te ra s a k u ra n g adil d jik a penghatsilan seorang sastrawan d ip e rlu k a n sam a oleh D jaw atan Padjaik sep e rti penghatsilan ’ seo ra n g d o k te r, n o taris, pedagang dsb. ja n g a d a kontinuitet. K a re n a itu on-aka di lain n e g e ri u n tu k p a ra senim an jang pengh a ts ila n n ja se-konjong2 anelom pat tin g g i (karena suatu succes ja n g tib a 2), p a d a h a l b e r-ta h u n telah hidup m erana, diadakan kelonggaran „ spreiding” dim ana penghatsilan jang besar itu dapat di-bagi* atas beberapa ta h u n , sehingga m a su k taraf padjak jang ringan. T ja ra m em b eri kelonggaran „spreiding” itu dianggap le b ih adil, seb a b h a ts il j'ang ditenbiitikan d a n didjual p ada suatu ta h u n , u m u m n ja h a tsil u sa h a d a n hatsil k e rd ja d ari beberapa ta h u n d a n b u k a n p e k e rd ja a n p a d a tah u n itu sadja. B elum terkata k an b e tap a u sah a d a n p e k e rd ja a n ja n g gagal dan tid a k memb e rik a n h a tsil a p a 2. D .
D E V IS E N
UNTUK
K EPERLU A N
PA RA PEN G A RA N G .
U n tu k p a ra im p o rtir te la h diad ak an a tu ra n oleh P em erintah d a lam m e m b e ri devisen.
B A N K C R E D IE T U N T U K
P E N E R B IT A N * J A N G
S E T J A R A K C X M E R SH ,
T ID A K M U N G K I N D A P A T D IP E R T A N G G U N G -D JA W A B K A N D A LA M D JA N G K A P E N D E K .
B an jak sek a li naskah* jang p e rlu d iterb itka n u n tu k kepentm g a n ilm u ipengetahuan a tau pertkem bangan bahasa dan sastra — misal-nja b u k u k e p e rlu a n U nversitas ja n g oplaagnja sangat te rb a ta s dan buiku2 k u m p u la n sad jak aitau lain 2 fbuku bertaraf k esu sa straa n — ja n g tid a k d iterb itka n karena m en u ru t per h itu n g a n p en erb ita n k o m ersil tak dapat dipertanggung-djawabKeni. H al itu sa n g a t m en gh am b at perkem lbangan pendidikan dan p e n g a d ja ra n te ru ta m a dalam tin g k a t universitas. L u a r (N egeri u n tu k buku- k e p e rlu a n U niversitas itu diaaaikan dana te r te n tu d a ri P e m e rin ta h sedang di (Tnggris penerc ita n b u k u k u m p u la n sadjiak2 d ju g a ibisa m en d ap at bantuan dari n eg ara. Di In d o n esia te la h la m a d ikandu n g m aksud oleh pedjabat2 K e m en te ria n .P.P.K. untuik m e n d irik a n seb u ah organisasi Pener b ita n B uku U niv ersitas, ja n g sam pai sekarang belum berdiri dan 311
b elu m bekerdja.. D aripada susah m emikirkan pendirian Jajasan a ta u organisasi baru, jan g dalam1praiktek tidak bisa memenuhi apa jan g 'kita harapkan, Ibaiklah ditjari djalan jan g lebih praktis d a n effsien dengan m em pergunakan usaha2 partikelir jang telah ada. D engan sedikit bantuan dari Pem erintah berupa bankcrediet, m isalnja untuk djangka w aktu 5 tahun, chusus untuk mem biajai ongkos produksi penerbitan buku2 Universitas, (jang telah men1d a p at p ersetu d ju an dekan) pasti lebih praktis dan lebih effisien sehingga akan lebih ibanjak memiberikan hatsil jan g mem uaskan. B aiklah diketahui bahwa komersil dan setjara ^bank-techn iseh ” ibuiku itu tid ak mungkin diterim a oleh iBank sebagai djamiinan h utang (fiduciaire overdracht), oleh karena harga buku tidaik te rte n tu dipasar sehingga tidak dapat didjadikan pegangan oleh Bank. K esukaran untuk m endapat bankcrediet m endjadi su atu ..draw back” untuk semua penerbit. Karena itu para p en er b it lebih suika m entjari object penerbitan jang laku dalam waktu djangka pendek jang dapat didjual massaal. Dengan pertim bangan diatas, umuimnja para penerbit d i Indonesia berusaha dilapangan penerbitan buku untuk umum jang populer, untuk tidak m engatakan usaha2 penerbitan buku dan m adjalah tjabul atau horror-com ics, ja n g dipasar bisa laku keras seperti katjanggoreng P enerbitan ibuku ta ra f universitas dan buku- b ertaraf kesusastraan tidak m enarik perhatian p ara penenbit. P em erintah seP ^ u tn ja m em perhatikan keibutuhan buku peladjaran ipara Mahasiswa itu, jang jakin tidak akan dapat da■pemhi oleh buku- peladjaran jang diim port dari L uar N egeri. Dalam laporan- Universitas selalu dikem ukakan, bahwa rendahkareV Jn age d«™toranja disebabkan oleh s Z ^ a i a m baka^a i Z T e s t b a n k c r e d ^ n t Z V ^ 3^
^
^
diuraikan
oleh dekan Universitas Dalam t e ^ n ^ U^ buku itu akan terdjual habic ^ mernbajar kem bali djum iah ’ang
b a n k c r e d f e ” Su n t ! l k P d | f n g ? a n 5 T a h u n
dari suriut kpnerlnan
U^
er-
tju ku p berupa
drsltf iber kan chusus ™ 3an9 disahkan U
U u " if53"
pat diharaPkan T k S
dHi a t a S
p e m b e ria n
'harus dipertamibangkan
S S f i S pe“ an’ djangan
"
312
l
5.
USAHA® U N T U K MENGEM BANGKAN INDUSTRI GRAF IK A K E P E R L U A N PEN TJE T A K A N BUKU.
P a ra achli m e n g etah u i bahw a sem ua p e rtje ta k an di Indone sia sebelum p e ra n g didirikan u n tu k k e p erlu an „handelsdrukw e rk ” dan penitjetakan k o ra n s e rta m adjalah. P en tjetak an Ibuku ja n g p ad a k e tik a itu h a m p ir sem ua di'terbitkan oleh penerbit B elanda ditjetaik di N eg eri B elanda. Satu2n ja p ertje ta k an sebelum p e ra n g d e n g an „o u tilag e” u n tu k 'keperluan pentjetaikan buku adalah p e rtje ta k a n „B alai P u s ta k a ” . K eadaan diatas mem berikan m atjam 2 k e su k a ra n , sehingga d alam su ra t p u tu san K em enterian P.P.K . dan K e m en te ria n P erekonom ian No. 55353/ k ab dan No. 16.592/M tot. iSek. D jen. M. H u taso it d a n <Sek. fl>jen. Mr. Sumaimo disediakan „escape clause” u n tu k m asih m engidzinkan pemb erian devisen 'keperluan anentjetaik b u k u d i L u ar N egeri djdka p e n tje ta k a n n ja tid a k dapat diselenggarakan di Indonesia. M eskipun — d jik a dipaksakan — b a n ja k pertjtetakan jang dajpat d ju g a m e n tje ta k buku, akan te ta p i p ara achli grafika m engetahui, ibahwa h a l itu serin g k ali (didjalankan dengan tja ra ja n g tid a k effisien d a n sam asekali tid a k ekonomis. Demifcian pula dalam im p o rt k e rta s (tidak ada re n tja n a jan g terten tu disesuaikan d en g an k e p e rlu a n ipentjetakan buku. Baiklah disini d iu raikan sa tu p e r satu. A.
„ Z E T T E R IJ
O U T IL A G E ” .
Pada u m u m n ja „Z etcap aciteit” p a ra p en tje tak di 'Indonesia san gat re n d a h d jik a dibandingkan dengan J,drukcapaciteiitnja'’‘ lagi pula h a n ja m e m p u n ja i „regel-zetm achines” sadja, Intertype atau Linotype, ja n g h a n ja tjo tjo k untuik m engezet koran, madja’ bu,ku rom an a ta u buku p e la d ja ra n biasa. Djika harus lf)u^ u P e la d ja ran jan g berisi hitungan, tabel-, rum us2 o ^ aldJ3fcar iaitau lain2 -buku ilm u pasti, m ulai terasa 7P tw o rtan ” alam m engezetnja. M alahan ada (beberapa matjam riim n 2 .,sePe r^ : ru m u s 2 A id ja b ar ja n g sukar, logarithma-tabel, zet Hp U k im ia ja n g sulit dsb. ja n g sam asekali tidak bisa dim o n ! ? n »r egelzet-m achines” . B elum dikatakan kesukaran m engezet h u ru f T jin a, h u ru f A rab dengan barisan, huruf D jaw a dan S a n sk rit ja n g ' lebih su k ar lagi dikerdjakan dengan „regelzeitma
\zetwerk banjak) d e n g a n oplaag k e tjil, jang biasanja d ito la k o le h s e tia p p e r tje ta k a n , 'karena „zetcapaciteit -nj . mang kurang, dapat dizet .pada „loonzetterij” itu. Lebih baiK i * djika loonzetterij itu dapat pula mengezet naskah jang dapat dikerdjakan dengan „regel-zetmachines”, sematjam zette j bedrijf van de Garde di Zaltbommel atau pertjetakan B n u Leiden (Holland) jang „specialiseren” dalam mengezet n a s l c a jang sukar dizet setjara biasa. „Zetterij-chusus” itu tentu bukan satu object jang se^p dapat menguntungkan si pengusaha, sehingga tanpa i b a n t u a n Femerintah tidak akan ada inisiatif partikulir jang mauanendirika11 „zetterij-bedrijf’ sematjam itu, karena kesukarannja sangat ba njak sedang dipakainja hanja untuk keperluan j'ang tertentu sadlja. Djika Pemerintah betul2 insjaf untuk se-lekas2nja 'menafl> pung ,segala kesuikaran pentjetakan buku sehingga semuanjia dapat dilakukan di Indonesia, baiklah hal diatas diperhatikan. Bantuan Pemerintah tjukup berupa b a n k c r e d ie t d e n g a n d ja n g k a p a n d ja n g , sedikitnja untuk tempo 10 (sepuluh) tahun. Inisiatif partikulir pasti akan datang djika dari fihak Pem erintah ada kesediaan untuk membantunja. Untung sekali Djawatan Perindustrian Bagian Grafika seka rang telah mempunjai tenaga2 achli j'ang dapat memahami kesukaran-kesukaran jang diuraikan diiatas untuk memikirkan djalan ibagaimana tjaranja mengatasi kesukaran2 itu. s e k a r a n g
B.
„ B I N D E R I J O U T IL A G E ” .
Demikian pula mean* untuk mendjahit, melipat dan mefldjUid buku masih iperlu dasempurnakan Kebetulan hal ini tidak sedemikian sulitnja dan dapat diharapkan inisiatif partikulir seperti sudah direntjanakan oleh INALTU dari B.I.N,, sedang Baiai P u s ta k a dengan mesin „Integral-band” dan P e r tje ta k a n D ja w a ta n T ° P O S ™ fa A-D- dengan „mesin Ehlerman-Lumback’ telah memberi tjontoh kearah modernisasi , binderij-outilage” d1 Indonesia. C.
,,o
f f s e t -d r u k
”.
Untuk menghadap ipentjetakan buku dengan lukisan2 b er' warn* pentjetakan peta dan lain2 pentjetakan dengan w arna serta h? aiag, ? ef r ’ “ h „batu lontjatan”, kearah offset* k. Meskipun „hoogdruk akan itetap memegang peranan n Jang pentmg dalam dunia pentjetakan buku baiklah 314
k a n k e a r a h „ o ffs e t-d ru k ” itu . H a l i t u d a p a t d id ja la n k a n dengan m e n d ir lk a n s e b u a h ,,c lic h e -c e n tra le ”, d im a n a d a p a t dibikin c lic h e ’s u n t u k h o o g d r u k (ja n g ipada w a k tu in i s u d a h m u lai te ra sa k e k u r a n g a n k a p a s ite it) d a n k e m u d ia n m e n in g k a t k e p a d a pem bik in a n „ p la a tw e r k ” u n tu k o ffs e t-d ru k . D e n g a n d ja la n i tu p en jak it k a n a k 2” d a la m p e rtu im b u h a n p e n tje ta k a n o ffs e t d i In d o n esia, -dapat d ia ta s i d e n g a n 'tja r a ja n g t j e p a t d a n m u ra h . „ C lic h e -c e n tra le ” i t u d ju g a b u k a n s a tu o b je c t ja n g san g at m e n a r ik b a g i kauxn ip e n g u sa h a (a p a lag i d jik a h e n d a k dipergunak a n u n tu k m e n a m p u n g p e n ja k it k a n a k 2 d a ri offset-druk), k a re n a te r la lu „ k a p ita lin te n s if” u n tu k o m z e t ja n g te rla lu k e tjil diban* d in g k a n d e n g a n o m z e t p e r tje ta k a n b ia sa . U m tuk m e n g a ta si k esu k a r a n i tu p e r lu b a n tu a n P e m e r in ta h b e r u p a B a n k c re d ie t dengan d ja n g k a p a n d ja n g s e d ik itn ja 10 (s e p u lu h ) ta h u n . ' P e m e r in ta h h a r u s im e m a n d an g .p e n d iria n „Z etterij-ch u su s” d a n ^ C lic h e -c e n tra le ” itu , fbukan d a ri s u d u t „ re n d e m e n t” ja n g d a p a t d ik e d ja x o le h p engusaha, a k a n te ta p i sebagai satu ,,N o te n w e n d ig k e it” , ja n g h a r u s d ia d a k a n d an h a ru s didjalankan u n tu k m e n a m p u n g k e s u k a r a n 2 d a la m p e rk e m b an g a n dunia g ra fik a u n tu k k e p e r lu a n p e n tje ta k a n b u k u , a g a r su p a ja dikemudl2ln 1h a r i P e m e r in ta h tid a k p e r lu la g i m e n g elu ark a n devisen u n tu k im e n tje ta k b u k u d i L u a r N e g e ri. £> .
IM P O R T
K ERTA S.
iai+nJ ^n g -p ?lin g P a n tin g u n tu k s e g e ra d itin d ja u o leh .Pem erintah k a li m e n J ^ ^ n g g a r a a n im P °r t kertaB ' Im P<>rt k e rta s itu sam ased a ri P e m i ^ f pue r m a in a n p a r a im p o r tir ta n p a r e n tja n a te rte n tu k w a lite t d T m J K a re n a i(t.u V*1 * im P o r tir h a n ja m en g im p o rt d ip e rg 4 a k a n ^ ^ ^ d * a s a r’ b e ra rti ^ dapat *U k « e g a la m a tja rn k e b u tu h a n orang. M ereka M a k su d lm P o rt k e r ta s d e n g a n k w a lite t d a n fo rm a t u n tu k d a p a t ir, rtT f “s ja n & t e rb a ta s‘ u n tu k m e re k a tid ak men(ja n e t P J , n t-° r d e r d a r i s i p e m e sa n . O leh sebafo itu p a ra penerbit b e ll ikiiS 'P u n ja u a n g u n tu k m e m a sa n g in d en t-o rd er) terpaksa didam^f Ja n g a d a d ip a sa r, a p a s a d ja ja n g p a d a ketika itu bisa fo rm a t - m e sk iI>Uni s e s u n g g u h n ja tid a k tjo tjo k kw alitet maupun dCnj.a untuk k e p e r lu a n p e n tje ta k a n b u k u n ja . a-
O m s la g .
P a d a u m u m n ja p a r a p e n e rb it m e m p erg u n ak an „briefkaartc a r to n ” u n tu k om slag, k a re n a b riefk aart-carto n itu jang p a lin g b a n j.a k d i-im p o rt, d ja d i -mudah dibeli dipasar. 315
Briefkaart-carton paling disukai d^ ata^ g^ ti^ hk ^ e r l u a n oleh karena dapat dipakai untuik banjak m j dozen” s e p e rti: „ c * J h e e k ”, „mappen”, . ^ e f t a a r t e n , dsb., padahal untuk omslag sesungguhnja^ teiefto itu d ju stru .’j ang paling tidak baik, terlaluriiika disedang ikwaliteit tidak tjotjok. Apalagi Me(iiaan pakai omslag buku form at Octavo-Duhbel;K ton-M ediaan, Octavo-DubbeMloyal, apalagi form at A5, terl:alu J . membuang „strook”, rata2 dari 8% sampai 22%. satu penghamburan devisen jang harus dittndjau Kemoau. Sebaiknja Pemerintah mengadakan ^planning impor kertas omslag jang lebih tjotjok, berkwa-liteit sederhana asal indanthren” (tahan warna) dalam 3 m atjam fo rm a a t. duidbel-Royal, iDubbel-Klein-Mediaan, dan A 1. Tiap- paibnK kertas jang besar dan exportir kertas di Luar N egen jang ternam a dapat menjediakan m atjam 2 kwalitet kertas omslag woodcontaining maupun „woodfree” covers dengan ru p a
Kertas dalam.
Salaiimja H.V.S. jang untuk buiku itidak baik karena menimbulkan bajangan, dan H.VjS. jang harganja sangat thiggi, djika dibandingkan dengan H. H. 1., belakangan ini jang banjak diimport H.H.S., karena selainnja untuik peneribitan buiku, dapat djuga dipergunakan untuk buku tulisan, ipad-ahal banjak ikwalitet lain, chusus untuk pentjetakan buku, jang harganja lebih murah dari H.H S dengan kw alitet untuk pentjetakan buku jang memang lebih tjotjok daripada H.H.S. seperti „brush — atau machine-coated papers” dan spesial kwalitet „bookprint” tan s sederhana seperti Masque dsb.* 5
316
ISI
B U K U
H alam an
K a ta P e n g a n ta r . . . - - .......................................................... ■ppndidikan u n tu k m en tjap ai K estabilan Politik dan- K estab ilan Ekonom i, sebagai lan d asan u tam a u n tu k m ensukseskan P e la k sa n a an Pem bangunan. L im a T ah u n . . - - ......................................................... T’a n s s i IK IP dalam M odernisasi P en d id ik an dan Penga d ja ra n sebagai p ra sa ra n a pelaksanaan Pemfban g u n a n L im a T a h u n ............................................. M em bina K ebudajaan N a s io n a l............................................. rr r „a d an K arya O ejeng S oew argana dalam bidang P en didikan, P e n g a d ja ra n dan K ebudajaan . . . Membina B uku P e la d ja r a n ........................................\ . . u ir tia ra b e rfik ir sep e rti B elanda dalam memilih M e r o m b a K ^ k t.k p e la d ja ra n B ahasa Indonesia . . .
Keterangan T am bahan....................................................... P erk em b a n g a n lek tu r u n tuk Anak2 di Indonesia
.
.
.
M o d ern isa si P e n g a d ja ra n B ahasa I n d o n e s ia .......................... M e n e n tu k a n u r u ta n p e n g e rd ja a n dalam B erh itu n g . . . M eth o d e B e rh itu n g „TJERDA S TANGKAS” sedjalan den g a n a n a j i g d ia n d ju rk a n dalam b u k u „Introd u c tio n in M a t h e m a t i c s ............................................. A sas2 M eth o d e B e rh itu n g „TJERDAS TANGKAS’” . . M ero m b ak tja r a b e rfik ir se p e rti B elanda dalam m enjusun M eth o d e M e m b a tja ........................................................ M erom bak tja r a b e rfik ir sep e rti B elanda dalam m enjusun M ethode M e n u l i s ................................................... Parafcja D aja IK A P I ..........................................................
3
5 47 63 76 107 113 142 156 189
211
236
299
317
E R A T A No.
j
Hal.
Baris ke . . . . dari a ta s:
1.
62
8
Cl
4.
102
9 (teks)
3.
186 187
T ertjetak:
Seharusnja:
S. Nasuition M.A. prof. dr. Sorimuda Nasutioi* (Ph. D) Meagambil
j" penempatannja tertukar.
Mengganti
Seri
„Pem bim bing
Pendidikan"
T erd iri dari : 1.
P engantar Ilm u D jiw a Um um A .H . Nasution — Oejeng Soewargana
2.
Ilm u D jiw a K an ak 2 I A .H . N asution — Oejeng Soewargana
3.
Ilm u D jiw a K anak2 II A. H. Nasution — Oejeng Soewargana
4-
D ua B esar Pendidik Kanak2 Nn. D. Tadjoedin M. Ed.
5V
-F V ra w a ta n A n a & s J a 'h g
^
Ch. L. To¥mg 6.
P ertu m b u h an , Pem eliharaan, Pendidikan Baji dan K an ak 2 dipandang dari sudut IJrou JDjixra. Soewondo (akan terbit)..
Penerbit : „ GAJNTACO” N.V. B andung D jl G ered ja 3 Tilp. 3803
D jak arta D jl. G arut 18 Tilp. 51660
319
BUKU-BUKU BATJAAN UNTUK ANAK jang MENGANDUNG PENDIDIKAN SEKSUIL
K arangan: Dr. A. Seno Sastroamidjojo M.D.,
T e rd iri: 1.
Ibu. Aku Ingin Bertanja (Batjaan untuk anak2 jang benunur 1. k. 8 — 12 tahun)
2-
Sekarang Aku Mulai Sadar (Batjaan untuk anak2 jang berumur 1. k. 13__16 tahun).
3.
Menudju Kearah Kebahagiaan Bersama (Batjaan untuk anak2 jang berum ur 17 tahun keatas)
Penerbit: N, V. ,,MASA BARU” Bandung
320
Djakarta
MASA BARU -
BA N D U N G