PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN SABUN BELERANG MENURUNKAN JUMLAH KASUS SKABIES SANTRI NURUL QARNAIN SUKOWONO JEMBER The Trainning of Sulfursoap-Making Technique Lowers the Number of Scabies Cases in Islamic Boarding School Nurul Qarnain Sukowono Jember Ika Rahmawati Sutejo1, Viddi Agustian Rosyidi2 1
Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2 Fakultas Farmasi Universitas Jember email:
[email protected]
Abstract Background: Scabies is still become one of the primary skin disease of students of Nurul Qarnain Islamic boarding schools, Baletbaru Sukowono Jember. This disease disrupts the learning process led to reduced productivity of students. Factorsthat affect disease progression arelack of sanitation and personal hygiene. Environmental and hygiene facilities of Nurul Qarnain Islamic Boarding Schoolhave been very adequate so that the main role of the factors that causingthe disease is bad personal hygiene because of lack of knowledge about this disease, as well as slowly and appropriately treatment. Objective: One of the essential thing for the prevention and treatment of this desease is sulfur soap. This soap is expensive for students, so they don't buy this kind of soap. So it is necessary to give training in the sulfur soap-making technique. Method: The methods were detect and record number of students with scabies, train of making an antiskabies sulfur soap, alsoselect and coach some students(cadre) of early handling of skabies patients. A whole series of activities implemented in August-October 2016. Result: The results showed 151 students suffer from skabies (13,48%), with prevalence of complications as much as 72 students (47,68%). Own-made scabies soaps are as effective as factory-made and have no side effects. A number of students suffering from scabies very much reduced and left as many as 15 students. Keywords: scabies,trainning technology, sulfur soap, boarding schools Abstrak Latar Belakang: Skabies masih menjadi salah satu penyakit kulit utama santri pondok pesantren Nurul Qarnain desa Baletbaru kecamatan Sukowono. Penyakit ini mengganggu proses belajar santri & menyebabkan produktivitas berkurang. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah lingkungan kurang bersih dan personal higiene yang jelek. Kebersihan lingkungan dan fasilitas ponpes sudah sangat memadai sehingga faktor yang berperan utama menyebabkan penyakit adalah personal higiene yang jelek akibat tidakpahamnya santri terhadap penyakit ini serta pengobatan awal yang kurang cepat dan tepat. Tujuan Penelitian: Salah satu bahan penting untuk pencegahan dan pengobatan yaitu sabun belerang harganya mahal, sehingga santri tidak membeli sabun jenis ini. Sehingga diperlukan penerapan teknologi tepat guna berupa pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies. Metode Penelitian: Metode kegiatan berupa pendataan jumlah santri penderita skabies, penyuluhan tentang penyakit skabies dan pencegahannya, pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies, dan pengkaderan santri untuk penanganan awal penyakit skabies. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di pondok pesantren Nurul Qarnain Kecamatan Sukowono. 1. Ika Rahmawati Sutejo Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas 2. Viddi Agustian Rosyidi Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Jember 98
99
Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
Hasil Penelitian: Hasil penelitian awal menunjukkan 151 santri menderita skabies (prevalensi 13,48%) dan setelah kegiatan berakhir jumlah santri yang menderita skabies jauh berkurang dan tersisa sebanyak 15 santri. Kata kunci: skabies, teknologi tepat guna, sabun belerang, pondok pesantren mengganggu, timbul lesi (plenting) berisi PENDAHULUAN Pondok pesantren (Ponpes) Nurul
air pada kulit tipis terutama di sela-sela jari
Qarnain berdiri di atas tanah seluas 3
tangan dan kaki. Bila terjadi komplikasi,
hektar
lesi menyebar ke seluruh tubuh dan timbul
di
desa
Baletbaru
kecamatan
bernanah.1Faktor
Sukowono yang berjarak 23 km dari pusat
infeksi
kabupaten Jember. Terdapat 32 kamar
mempengaruhi perkembangan penyakit ini
asrama yang menampung 1415 santri
adalah lingkungan kurang bersih dan
menetap. Santri yang menetap adalah
personal higiene yang jelek, meliputi
santri tingkat madrasah tsanawiyah (MTs)
frekuensi mandi jarang, tidak memakai
dan
sabun, memakai pakaian dan handuk
aliyah
(MA).
Yayasan
ponpes
menyelenggarakan pendidikan formal dan
bergantian,
nonformal, mulai PAUD sampai dengan
kebersihan
madrasah aliyah, sehingga jumlah seluruh
berdempetan.2Prevalensi skabies di suatu
santri
di
pesantren yang higiene santrinya buruk
lingkungan ponpes mencapai 1700 orang.
mencapai 78,7%, tetapi pada kelompok
Ponpes mempunyai fasilitas yang lengkap.
yang higienenya baik hanya 3,8%.3 Hal ini
Untuk kegiatan MCK terdapat 58 unit
menunjukkan personal higiene berperan
kamar mandi dan 1 tandon air permanen
sangat penting pada penyakit ini.
yang
melakukan
kegiatan
tidak
yang
alas
memperhatikan tidur,
dan
tidur
penampung air dalam jumlah berlimpah
Hasil penelitian awal menunjukkan
untuk kebutuhan seluruh warga ponpes.
prevalensi skabies pada santri ponpes
Air wudhu santri dialirkan melalui pipa-
Nurul Qarnain sebesar 13,48% (laki-laki
pipa paralon ke tempat wudhu berupa
24,89% dan perempuan 5,82%; tsanawiyah
deretan pancuran.
15,14% dan aliyah 10,85%) dengan lokasi
Dengan kondisi sanitasi lingkungan
lesi skabies terbanyak di sela jari tangan
yang bersih dan memadai tersebut, Skabies
(40,40%).4Keluhan gatal karena skabies
masih menjadi salah satu penyakitkulit
sering diabaikan karena tidak mengancam
utama
jiwa. Namun skabies kronis dan berat
santri
ponpes
Nurul
Qarnain.
Skabies sendiri merupakan penyakit kulit
dapat
menular yang disebabkan oleh infeksi
berbahaya serta gatal yang dirasakan
parasit Sarcoptes scabei. Penyakit ini
terutama saat malam hari menurunkan
menyebabkan rasa gatal yang sangat
menimbulkan
komplikasi
yang
Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi...
kualitas hidup, mengganggu proses belajar dan prestasi akademik santri.3
Salah satu bahan penting yang diperlukan
Lingkungan ponpes sudah sangat
100
maupun
santri
untuk
pengobatan
pencegahan
penyakit
skabies
bersih dan fasilitas MCK cukup, jumlah air
adalah sabun belerang. Penggunaan sabun
untuk kegiatan MCK berlimpah, ponpes
belerang dengan kandungan sulfur 10%
juga merupakan juara pertama lomba
selama
kebersihan antar pesantren se-Jember yang
menyembuhkan skabies.6 Harga sabun
diselenggarakan oleh salah satu BUMN
belerang ini relatif mahal dibanding sabun
tahun 2015. Hal ini menunjukkan faktor
biasa
penyebab sakit skabies santri adalah
mungkin memilih membeli sabun ini,
kurangnya
akibat
sehingga diperlukan upaya mengadakan
ketidakfahaman tentang perilaku sehat
sabun belerang dengan harga murah
untuk menghindari penyakit ini serta
melalui produksi sendiri oleh santri.
penanganan awal penyakit yang kurang
Berdasarkan beberapa alasan tersebut,
cepat dan tepat. Karena belum tersedia
diperlukan suatu pemecahan masalah yang
fasilitas pengobatan khusus dalam asrama,
komprehensif untuk menurunkan jumlah
santri sering ijin pulang beberapa hari
kasus penyakit skabies di ponpes Nurul
sampai 2 minggu untuk berobat di luar
Qarnain kabupaten Sukowono.
personal
higiene
6
bulan
sehingga
terbukti
santri
efektif
hampir
tidak
ponpes. Pengasuh ponpes berharap ada kader dari santri sendiri yang dilatih
METODE PENELITIAN
mengenali dan melakukan penanganan
Kegiatan
ini
menggunakan
awal penyakit ini. Serta jika penanganan
beberapa metode, dengan menekankan
awal dilakukan kader santri yang dilatih,
kemandirian santri dan ponpes untuk
maka pengobatan harus dibuat sederhana,
mengatasi kasus skabies. Metode yang
misalnya berupa paket obat yang isinya
dilakukan berupa tahapan: 1) Identifikasi
sudah ditentukan sebelumnya.
dan
skabies
dengan
komplikasi
Penderita infeksi
pendataan
jumlah
santri
yang
menderita penyakit skabies dan skabies
memerlukan antibiotik, penderita skabies
dengan
tanpa komplikasi membutuhkan terapi
personal
antiskabies dan antipritus,5 sedangkan
meningkatkan
santri
dengan
penyakit dan cara pencegahannya, 3)
penderita, terutama yang tinggal dalam
pembentukan dan pelatihan kader sadar
satu kamar asrama, harus melakukan
skabies
pecegahan agar tidak tertular.
pembagian paket obat dan barang oleh
yang
beresiko
kontak
komplikasi, higiene
dari
2)
pada
Penyuluhan santri
pengetahuan
perwakilan
untuk
mengenai
santri,
serta
101
Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
kader pada santri untuk pencegahan,
pembuatan sabun mengikuti prosedur yang
pengobatan
ditampilkan pada Gambar 1.
rutin
dan
pengobatan
komplikasi skabies, 4) pelatihan dan
Tabel 1. Formula untuk Membuat 1 Kg Sabun
pendampingan produksi sabun belerang
Belerang Antiskabies
antiskabies mandiri oleh santri ponpes.
Namabahan
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2016.
Kegiatan utama
ditekankan pada pelatihan pembuatan sabun
belerang
antiskabies
dengan
konsentrasi 10%. Komposisi bahan yang
Jumlah
Sulfur
100 g
Minyakkelapa
175 g
Minyakzaitun
275 g
Minyaksawit
115 g
NaOH
85 g
Pengaromadanpewarna
10 g
dibutuhkan dalam membuat sabun dapat
Air
dilihat pada Tabel 1. Sedangkan tahapan
Sumber:The United States Pharmacopeia, 2007
240 g
Gambar 1. Prosedur Pembuatan Sabun Belerang
HASIL DAN PEMBAHASAN Data
jumlah
dibutuhkan untuk
kasus/penyakit
hanya memerlukan pencegahan saja. Data ini
juga
dibutuhkan
untuk
evaluasi
menentukan berapa
keberhasilan program di tahap akhir nanti.
jumlah santri yang memerlukan terapi
Pengumpulan data membutuhkan waktu 1
antiskabies rutin, komplikasi atau yang
Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi...
102
minggu karena jumlah santri keseluruhan
ujung terowongan ditemukan papul atau
lebih dari 1000 orang.
vesikel. Keempat, ditemukannya tungau.
Untuk terdapat
melakukan
4
cardinal
diagnosis signs
yang
Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan minimal 2 dari 4 cardinal sign tersebut.7
diperhatikan. Pertama, adanya pruritus
Ponpes Nurul Qarnain Kabupaten
nocturna atau gatal di malam hari, hal ini
Jember mempunyai 1154 santri, namun
disebabkan peningkatan aktivitas tungau di
yang diikutsertakan sebagai sampel adalah
malam
peningkatan
1120 orang, karena 34 santri tidak hadir
kelembaban. Kedua, serangan yang terjadi
saat pemeriksaan dan pengambilan data.
bersifat kelompok, atau menyerang lebih
Hasil pemeriksaan kulit menunjukkan
dari 1 individu, khususnya orang-orang
bahwa
yang tinggal tempat
(13,48%) (Tabel 2), dengan komplikasi
hari
ditemukkannya
karena
tinggal. Ketiga,
terowongan
151
santri
menderita
skabies
berwarna
lesi skabies berupah pus/nanah sebanyak
putih atau keabu-abuan pada tempat-
72 santri (47,68%). Lokasi lesi terbanyak
tempat predileksi, berupa garis-garis lurus
adalah di sela jari tangan (40,40%).4
namun dapat pula berkelok-kelok dan di Tabel 2. Jumlah Kasus Skabies Karakteristik
Positif
Negatif
Laki-Laki
112 (24,89%)
338 (75,11%)
Perempuan
39 (5,82%)
631 (94,18%)
Tsanawiyah
91 (15,61%)
492 (84,39%)
Aliyah
60 (11,17%)
477 (88,83%)
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Sumber: Sutejo & Rosyidi, 2016 Salah diperlukan
satu bahan utama yang pada
dan
sehingga menghasilkan konsistensi sabun
pengobatan skabies adalah sabun sulfur,
yang padat dan kandungan sulfur/belerang
sehingga dirasa perlu untuk memberikan
sesuai standart untuk dapat digunakan
pelatihan
dalam
pembuatan
pencegahan
Optimasi formula dilakukan beberapa kali
sabun
tersebut.
pengobatan
skabies.
Pelatihan
Formulasi/komposisi bahan sabun yang
pembuatan sabun ini diikuti oleh 20 orang
dibutuhkan telah diuji di laboratorium.
santri. Peralatan yang digunakan dalam
103
Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
pembuatan sabun, yaitu blender, alat gelas
skabies buatan pabrik, harga sabun ini
(pyrex),
alat
relatif murah dan rencana akan dipasarkan
pengukur/penakar volume, dan alat cetak
degan harga Rp. 2000/batang, tidak ada
sabun.
timbangan
digital,
Pelatihan
pembuatan
sabun
efek samping sabun yang dikeluhkan
praktek
pencampuran
bahan
santri, hanya saja kepadatan sabun skabies
sabun yang memerlukan waktu kurang
10% dirasakan kurang, bagian tengah
lebih
2),sedangkan
sabun masih agak lembek dan bau
memadatkan sabun memerlukan waktu 3
belerang yang cukup menyengat pada
hari.
langsung
sabun. Masalah ini dapat diatasi dengan
digunakan untuk menetralisir efek bahan
memperbaiki formulasi sabun, terutama
kimia
kulit,
merubah komposisi bahan sulfur.Sulfur
sehingga harus menunggu 3 minggu-1
atau belerang sendiri merupakan serbuk
bulan untuk dapat digunakan sebagai
berwarna kuning, praktis tidak larut dalam
sabun mandi (Gambar 3).
air, sedikit larut dalam minyak sayur, dan
meliputi
1
jam
Sabun
yang
(Gambar
tidak
dapat
berbahaya
untuk
cukup larut dalam minyak zaitun (1:100).8 Sulfur
memiliki
antiseptik, Sulfur
aktifitas
antifungi,
digunakan
dan
secara
keratolitik, parasitisida. luas
dalam
formula lotion, krim, dan salep pada konsentrasi hingga 10% untuk mengobati jerawat, ketombe, infeksi jamur, dan skabies.
Gambar 2. Pelatihan Pembuatan Sabun
Evaluasi pasca pembuatan dan penggunaan sabun ini mendapatkan data: dari 1 kg resep bahan diperoleh 20 potong sabun berukuran 5x4x2,5 cm3, dengan berat 50 gram. Sabun skabies produksi sendiri efektivitasnya sama dengan sabun
Gambar 3. Sabun Belerang Antiskabies
Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi...
Belerang sebagai bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan sabun
orang, terdiri dari kader, perwakilan santri MTs dan Aliyah (gambar 4a).
bisa didapat dengan mudah. Lokasi ponpes di
wilayah
utara
kabupaten
104
Materi yang disampaikan dalam
Jember
penyuluhan adalah bahwa penyakit ini
berbatasan dengan kabupaten Bondowoso,
sangat erat kaitannya dengan kebersihan
relatif dekat dengan sumber penghasil
dan lingkungan yang kurang baik, oleh
belerang utama daerah tapal kuda, yaitu
sebab itu untuk mencegah penyebaran
kawah Ijen. Beberapa santri ponpes berasal
penyakit ini dapat dilakukan dengan
dari daerah tersebut. Belerang dari kawah
cara:11
Ijen dijual dengan harga relatif murah
a. mandi
yaitu 1000/kg. Setelah diolah menjadi sabun, nilai jual ekonomisnya akan lebih meningkat.
Selain
untuk
mencukupi
kebutuhan santri ponpes sendiri, hasil produksi sabun belerang ini juga akan didistribusikan ke daerah sekitar sampai ke luar Jember.
secara
teratur
menggunakan sabun sulfur, b. mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut, dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu, c. menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali, d. tidak saling bertukar pakaian dan
Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren yang disebabkan
handuk dengan orang lain, e. hindari kontak dengan orang-orang atau
oleh kondisi kebersihan yang kurang
kain serta pakaian
terjaga, sanitasi yang buruk, kesadaran
terinfeksi tungau skabies,
higiene personal kurang, dan kondisi ruangan
dengan
terlalu
lembab
atau
kurang
yang dicurigai
f. menjaga kebersihan lingkungan tinggal dan berventilasi cukup,
mendapat sinar matahari secara langsung.9
Kader sadar skabies juga dibentuk
Penyakit ini menular dengan cepat pada
dari perwakilan santri, Terdapat 20 orang
suatu komunitas yang tinggal bersama
kader, masing-masing 10 orang dari santri
sehingga
harus
putra dan 10 orang dari santri putri
dilakukan secara serentak dan menyeluruh
(Gambar 4b). Kader ini dipilih dari santri
pada semua orang dan lingkungan pada
pengurus
komunitas
dalam
yang
pengobatannya
terserang
skabies.10
pondok
yang
membidangi
kesehatan & kebersihan. Kader bertugas
Pengobatan tidak akan berhasil tanpa
melakukan
upaya
pencegahan
dan
peningkatan pengetahuan dan kesadaran
penanggulangan skabies meski program
penderita, oleh karena itu dilakukan
pengabdian selesai dilaksanakan. Kader
penyuluhan pada santri, sebanyak 73
juga dilatih untuk
menyiapkan dan
105
Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
memberikan 3 macam paket, yaitu
penyakit,
handuk dan sabun belerang.
paket pengobatan skabies rutin, skabies
Paket terapi rutin skabies terdiri dari leaflet
dengan komplikasi infeksi, dan paket
informasi
pencegahan untuk santri yang mempunyai
antihistamin, handuk, dan sabun belerang.
resiko tinggi tertular. Paket tersebut terdiri
Sedangkan
dari kombinasi obat antiskabies, antibiotik,
dengan infeksi terdiri dari dari leaflet
antigatal,
informasi
leaflet
handuk, dan
informasi
penyakit,
sabun belerang sesuai
penyakit,
paket
topikal,
pengobatan
penyakit,
antihistamin,
scabicid
scabicid
kortikosteroid,
skabies
topikal, antibiotik,
handuk, dan sabun belerang.12
kebutuhan penderita (Gambar 4c).Paket pencegahan terdiri dari leaflet informasi
(a)
(b)
(c) Gambar 4. (a) Kader Putri, (b) Penyuluhan Penyakit Skabies, dan (c) Paket Pengobatan berisi Sabun Sulfur yang dibuat Sendiri.
Jumlah santri penderita skabies
pengobatan konvensional hingga terbaru,
pada akhir kegiatan juga sangat jauh
namun
berkurang,
dilakukan
yaitu
tersisa
15
orang.
untuk
penggunaannya
pertimbangan
perlu
mengingat
Beberapa dari jumlah ini merupakan kasus
berbagai macam faktor seperti efektifitas,
yang baru muncul dan masih terus
toksisitas,
dilakukan terapi untuk mengupayakan
kenyamanan
kesembuhan. Pengobatan skabies saat ini
konvensional
tersedia dalam berbagai variasi, mulai dari
diantaranya yaitu dengan menggunakan
efek
samping,
harga
dan
pemakaian.5Pengobatan untuk
penyakit
ini
Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi...
salep
dan
sabun
belerang/sulfur.
sebagai
pengobatan
106
skabies
Penggunaan sulfur bermanfaat karena
danmenyimpulkan salep sulfur 2-4 lebih
sulfur mempunyai sifat antiseptik dan
efektif dibanding sabun sulfur 10% dilihat
antiparasit.5Preparat sulfur digunakan jika
dari angka kesembuhan klinis. Oleh karena
penderita tidak dapat mentoleransi lindane,
itu penggunaan sabun sulfur tunggal tidak
permetrin
dan
direkomendasikan pada skabies berat dan
direkomendasikan bagi bayi, anak-anak
atau dengan komplikasi, sabun sulfur
dan ibu hamil. Kelebihan dari sulfur
harus dikombinasikan dengan preparat
diantaranya murah, merupakan pilihan
antiskabies lainnya.
atau
ivermectin
sebagai terapi massal, dan dalam bentuk sabun
mandi
pemakaiannya
tidak
SIMPULAN DAN SARAN
merepotkan, sedangkan kekurangan dari
Penerapan teknologi tepat guna
sulfur ini adalah kurang efektif, menodai
melalui
pelatihan
pembuatan
sabun
pakaian, berbau dan pada keadaan yang
belerang antiskabies menghasilkan 20
panas atau lembab dapat menyebabkan
potong sabun berukuran 5x4x2,5 cm3,
dermatitis iritan.5
dengan berat 50 gram dari 1 kg campuran
Sabun sulfur merupakan metode
bahan baku. Penggunaan sabun ini secara
pengobatan penyakit kulit yang sudah
tunggal maupun dikombinasi dengan obat
digunakan sejak 2500 tahun yang lalu.
antiskabies
Sabun sulfur yang tersedia di pasaran
menyembuhkan skabies. Tidak ada efek
dalam konsentrasi 1-10%. Sabun sulfur
samping sabun yang dikeluhkan santri,
berguna untuk mengatasi infeksi kulit,
hanya saja kepadatan sabun skabies 10%
mengurangi rasa gatal pada kulit dan
dirasakan kurang/ tidak terlalu padat dan
mengangkat sel kulit kering.6Penelitian
bau belerang sedikit menyengat pada
membuktikan penggunaan sabun sulfur
sabun. Masalah ini dapat diatasi dengan
yang
skabies
memperbaiki formulasi sabun, terutama
adalah dua kali sehari selama 3 hingga 6
merubah kandungan campuran sulfur.
minggu. Sabun sulfur hanya membunuh
Jumlah santri penderita skabies pada akhir
tungau namun tidak dapat membunuh
kegiatan juga sangat jauh berkurang, yaitu
telur,
dari 151 santri yang menderita skabies
efektif
menyembuhkan
sehingga
menggunakan
pengobatan sabun
sulfur
dengan harus
dilakukan terus menerus.6Penelitian ini juga membandingkan efektivitas salep sulfur 2-4 dengan sabun sulfur 10%
lain
menjadi tersisa 15
terbukti
efektif
santri yang masih
mendapatkan pengobatan lanjutan. Keberlanjutan kegiatan ini perlu diupayakan
dengan
sungguh-sungguh
107
Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
sehingga pemberantasan skabies maupun
Prevalensi, Tantangan dan Pendidikan
usaha pembuatan sabun
Sebagai
tetap berjalan.
Solusi
Pencegahan.
Kegiatan ini menjadi upaya meningkatkan
ProsidingSeminar
kesehatan dan perekonomian ponpes. Perlu
Pendidikan Biologi FKIP UNS.
dikembangkan pengemasan produk sabun
4.
Nasional
X
Sutejo, I. R. dan Rosyidi, V. A. 2016.
sehingga menarik dan layak dipasarkan ke
Pesantren Sadar Skabies. Jember:
luar ponpes. Kegiatan ini juga diharapkan
Laporan
dapat menjadi inisiasi dan percontohan
(tidak Terpublikasi).
untuk dilaksanakan oleh ponpes lain di
5.
Kabupaten Jember.
Pengabdian
Masyarakat
Peter, A., L. 2007. Scabies and Pediculosis Pubis: An Update of Treatment Regimens and General
Ucapan Terima Kasih
Review. Journal from Department of
Terima kasih kepada Universitas Jember
Medicine,
yang telah mendanai penelitian ini melalui
California: America. 2007
Hibah Pengabdian kepada Masyarakat
6.
Arif,
University
A.
2015.
of
North
Perbandingan
skim Teknologi Tepat Guna dengan
Efektivitas Salep Sulfur 2-4 dengan
pendanaa DIPA Universitas Jember tahun
Sabun Sulfur 10% sebagai Pengobatan
anggaran 2016.
Skabies. Laporan Penelitian. FK UIN Syarif Hidayatullah. 7.
DAFTAR RUJUKAN 1.
Hay, R.J., Steer, A.C., Engelman,
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
D.,dan Walton, S. 2012. Scabies in the
5 Tahun 2014 Tentang Panduan
Developing World—Its Prevalence,
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Complications,
Kesehatan
Primer.
Republik
Indonesia
Clinical
and
Management.
Microbiology
Infection,Volume
18,
and
Issue
4,
Setyowati, D., dan Wahyuni. 2104. Hubungan
3.
Pengetahuan
Berita
Nomor 232. Jakarta:
10.1111/j.1469-0691.2012.03798.x. 2.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri
Tahun
Negara 2012
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 8.
The United States Pharmacopeia:
Santriwati
USP 31: The National Formulary: NF
Tentang Penyakit Skabies dengan
26: By Authority of the United States
Perilaku Pencegahan Penyakit Skabies
Pharmacopeial Convention, Meeting
di Ponpes. Gaster,Vol. 11 No. 2.
at Washington, D.C., 2007. United
Setyaningrum, Y.I. 2014. Skabies
States
Penyakit
Incorporated.
Kulit
yang
Terabaikan:
Pharmacopeial
Convention
Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi...
9.
Johnstone, P., dan Strong, M. 2008. Scabies. BMJ (8):1707.
10. Ratnasari, A.F. dan Sungkar, S. 2014. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Pesantren X Jakarta Timur. eJKI Vol 2 No 1. 11. Sriwinarti, I. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014. Skripsi. FK Universitas Jember. 12. Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The Complete
Drug
Pharmaceutical Press.
Reference.
108