Tenni Teknis Fnngsional Von Penelin 200 :
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMISAHAN ANAK AYAM LOKAL SISTEM KOTAK INDUKAN DI LAHAN PASANG SURUT SUGIHAN KIRI SUMATERA SELATAN DEDI Mt1SLIH
Balai Penelitian TernakPo.Box 221 Bo,Qor 16002 RINGKASAN
Pemeliharaan ayam lokal di lahan pasang surut Sugihan Kiri pada umumnya,masih dilakukan secara ekstensif tradisional sehingga produkti%itasnya rendah . Pada Sistem pemeliharaan secara tradisional tersebut . tingkat kematian anak ayam umur 0 - 8 minggu mencapai 68 .5 %. Suatu pengamatan tentang penerapan teknologi pemisahan anak ayam Nang bertujuan untuk menekan kematian dan meningkatkan pertumbuhan pada anak-anak aNam lokal umur 0 - 8 minggu telah dilakukan di lahan pasang surut Sugihan Kiri Sumatera Selatan selama 8 minggu . Pengamatan dilakukan terhadap 290 ekor anak ayam lokal dengan melibatkan It) petani kooperator yang dibagi ke dalam 2 perlakuan. masing-masing perlakuan melibatkan 5 petani . Pada perlakuan I (tradisional) anak-anak ayam diasuh oleh induknya sampai dengan disapih dan tidak diberi pakan tambahan . Vaksinasi ND dilakukan pada anakanak aNam umur ; hari dan 3 minggu . Penerapan teknologi pada perlakuan II (sistem kotak indukan) dilakukan dengan memisahkan anak-anak aNam umur () - 3 hari setelah menetas kemudian dipelihara sampai dengan umur 8 minggu dalam kotak indukan yang dilengkapi dengan lampu pemanas. Komposisi pakan Nang diberikan adalah 50 %jagung. 30 % dedak dan 20 % sisa ikan . Vaksinasi ND dilakukan pada anak-anak a\am umur 3 hari dan 3 minggu . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kematian pada perlakuan II (Sistem Kotak Indukan) lebih rendah (35 .3%) apabila dibandingkan dengan perlakuan I (Sistem Tradisional) (54.3 %) . Bobot badan anak aNam umur 8 minggu pada perlakuan II lebih tinggi (226 .3 gram) dibandingkan dengan perlakuan I (205 .5 gram) . Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penerapan teknologi pemisahan anak aNam Sistem kotak indukan mampu menurunkan kematian dan meningkatkan pertumbuhan anak-anak aNam lokal pada kondisi lahan pasang surut . Kata kunci : Ayam lokal . lahan pasang surut. teknologi pemisahan anak . PENDAHULUAN
Sugihan Kin merupakan salah satu daerah transmigrasi lahan pasang surut yang terletak di Kabupaten Musj Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan memiliki areal pertanian yang cukup potensial termasuk Sub Sektor Peternakan . Tersedianya sumber pakan seperti dedak. jagung . limbah ikan. serangga dan inseta lainnya merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha peternakan. Sumber pendapatan petani di wilayah ini terutama bergantung pada usaha tanaman pangan . sedangkan ternak diusahakan secara sambilan dan berfungsi sebagai tambahan pendapatan . Jenis ternak yang diusahakan di wilayah ini adalah sapi. kambing . ayam lokal . itik clan entok .
174
Temp Tekms Fungsional Aon Penehrr 1002
Ayam lokal . jenis ternak unggas yang paling banyak dipelihara dengan rata-rata pemilikan 21,6 ekor merupakan sumber cash income bagi keluarga tani di wilayah ini . Pemeliharaan ayam lokal pada umumnya masih dilakukan secara tradisional sehingga produktivitasnya rendah . Kendala utama yang dihadapai adalah tingginya kematian akibat penyakit tetelo dan kematian pada anak-anak ayam (Ananto et . al. 1998) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian tertinggi (68,5 %) terjadi pada ayam-ayam lokal umur 0 - 6 minggu yang dipelihara secara tradisional (Kingston . 1979) . Dengan melakukan vaksinasi tetelo saja kematian anak ayam sampai umur 1 .5 bulan masih cukup tinggi yaitu mencapai 51 % (Balai Penelitian Ternak . 1990) . Ketaren (1992) melaporkan bahwa dengan adanya perbaikan pakan dan pemisahan anak ayam dalam kotak indukan mampu meningkatkan daya hidup anak ayam dari 45 % menjadi 70 % . Kajian ini bertujuan untuk mengintroduksikan teknologi pemisahan anak ayam sitem kotak indukan pada tingkat petani dalam upaya untuk menekan kematian dan meningkatkan pertumbuhan anak-anak ayam lokal sesuai dengan potensi dan kondisi lahan pasang surut . BAHAN DAN CARA Pengamatan dilakukan di daerah lahan pasang surut yang terletak di Desa Margomulyo. Kecamatan Pembantu Muara Padang Wilayah Sugihan Kiri Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan . Selama 8 minggu (Desember 1999 - Januari 2000) . Pengamatan dilakukan terhadap 290 ekor anak ayam lokal dengan melibatkan 10 petani kooperator yang dibagi kedalam 2 perlakuan . masing-masing perlakuan melibatkan 5 petani kooperator . Perlakuan I adalah kontrol (tradisional) dimana anak-anak ayam dipelihara/diasuh oleh induknya mulai menetas sampai dengan disapih tidak diberi pakan tambahan. kebutuhan pakan diperoleh dari lingkungan sekitarnya . Vaksinasi ND dilakukan pada anak-anak ayam berumur 3 hari dan 3 minggu . Introduksi teknologi dilakukan pada perlakuan II melalui bimbingan teknis dan praktek lapang. Penerapan teknologi dilakukan dengan memisahkan anak-anak ayam umur 0 - 3 hari setelah menetas kemudian dipelihara selama 8 minggu dalam kotak indukan berukuran panjang 1 .2 m. lebar 0.6 m dan tinggi 0.6 m. Kotak indukan dibuat secara sederhana dari bahan bahan yang murah dan mudah didapat/tersedia di lokasi (tripleks/peti bekas/bambu/kawat) . Kotak indukan dilengkapi dengan lampu pemanas . tempat pakan dan tempat minum Alas kotak ditaburi sekam padi dicampur kapur tembok untuk memberi kenyamanan pada anak-anak ayam . Pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan gizi ayam buras yang mengacu kepada hasil penelitian Sinurat. (1991) bahwa untuk anak ayam buras umur 0 - 12 minggu membutuhkan ransum dengan kandungan 15 - 17 % protein dan energi metabolis sebesar 2.600 Kkal . Komposisi pakan pada kajian ini terdiri dari 50 % jagung. 30 17 5
/eird 7ekni.c l-angsinnol .\on Penelm 1110=
dedak clan 20 % sisa ikan . Ransum tersebut mengandung 16 % protein dengan energi metabolis sebesar 2 .743 Kkal (Tabel I ) . Pakan clan air minum cliberikan secara adlibitum (tak terbatas) . Mineral clan vitamin diberikan sebagai suplemen . Vaksinasi dilakukan pada anak avam umur 3 hari clan 3 minggu . Parameter yang diamati adalah tingkat kematian clan pertumbuhan anak-anak ayam umur 0- 8 minggu . Data hasil pengamatan clikumpulkan clan dianalisa secara deskiptif
IIIIIIIIID
u' "'' uo
Gambar I . Kotak Indukan Tabel 1 . Komposisi bahan clan Kandungan gizi pakan yang cliberikan Jenis bahan Jagung Dedak Sisa ikan Kandungan gizi Protein (%) Energi Metabolis (Kkal/kg)
Komposisi (%) 50 30 20 16.1 2 .743
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dari rata-rata 30 ekor anak avam lokal per petani pada perlakuan 11 (Sistem kotak indukan) clan 28 ekor anak avam lokal per petani pada perlakuan 1 (tradisional) menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak avam lokal yang hidup sampai dengan umur 8 minggu pada sistem kotak indukan lebih tinggi (22 .4 ekor/petani) apabila clibandingkan dengan Sistem 17 6
Tema Teknis Fangstonal Non Peneliri 1002
tradisional (12,8 ekor /petani) . Perbedaan ini disebabkan oleh karena lebih tingginya tingkat kematian anak-anak ayam lokal pada sistem tradisional (15 .2 ekor/petani) atau sebesar 54.3 % apabila dibandingkan dengan Sistem Kotak indukan (7,6 ekor/petani) atau sebesar 25.3 % (Tabel 2). Hal ini erat kaitannya dengan adanya penerapan teknologi . dimana pada Sistem Kotak indukan anak ayam lokal lebih terpenuhi apabila keamanan clan kebutuhan dibandingkan dengan sistem tradisional . Penyebab kematian pada anak-anak ayam lokal yang dipelihara secara tradisional terutama adalah serangan predator/binatang buas seperti tikus. musang . anjing clan kecelakaan seperti terinjak/terhimpit induknya, dipatuk ayam lain . tercebur ke parit clan gangguan iklim/cuaca yang ekstrim . Hasil yang diperoleh ternyata ticlak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan Ketaren (1992) bahwa dengan perbaikan pakan clan pemisahan anak ayam dalam kotak indukan mampu meningkatkan daya hidup anak ayam lokal dari 45 % menjadi 70 %. Namun tingkat kematian yang dicapai masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Prasetyo (1998) yang melaporkan bahwa tingkat kematian pada anak ayam lokal yang dipelihara dengan pemisahan anak sampai dengan umur 8 minggu adalah 20.1 %. Bobot tetas anak-anak ayam lokal yang dipelihara dengan sistem tradisional clan sistem kotak indukan ticlak menunjukkan perbeclaan yang nyata yaitu berturut 24.5 gram/ekor clan 26 gram/ekor . Namun bobot badan anak ayam lokal pada umur 8 minggu pada perlakuan II (sistem kotak indukan) lebih tinggi (226.3 gram) apabila dibandingkan dengan perlakuan I (sistem tradisional) (205 .5 gram) (Tabel 2). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada sistem kotak indukan anak-anak ayam Iokal memperoleh kualitas pakan yang lebih baik (Tabel I) sedangkan pada sistem tradisional pakan tambahan tidak diberikan . kebutuhan pakan anak-anak ayam lokal diperoleh dari sisa-sisa dapur clan lingkungan sekitarnya (seadanya) . Tabel 2 . Keragaan anak ayam umur 0 - 8 minggu per petani dengan Sistem Kotak indukan clan sistem Tradisional di lahan pasang surut Sumatera Selatan . Uraian Rata-rataiumlah awal (e/petani) Rata-rata kematian (e/petani) Rata-rata jumlah anak hidup s/d 8 mg (e/petani) Rata-rata kematian (%) Rata-rata Robot_ tetas dram/eor) Rata-rata bobot badan 8 mg (gr/e)
Tradisional 28 15,2 12.8 54.3 24.5 205,5
Kotak indukan 30 7.6 22.4 25.3 26 226.3
lemn
l ekms
f angsionul .%on Penehu ?00=
Namun hasil in] masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Prasetyo (1989) yang melaporkan bahwa bobot badan anak ayam lokal umur 8 migggu yang dipelihara dengan pemisahan anak mencapai 402 .4 gram . Terdapatnya perbedaan antara hasil-hasil penelitian kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan sumber genetik dan lingkungan yang berbeda.
KESIMPULAN Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan teknologi pemisahan anak ayam sistem kotak indukan pada kondisi lahan pasang surut mampu menekan kematian anak-anak ayam dari 54.3 % menjadi 25.3 % . Meningkatkan bobot badan anak ayam lokal umur 8 minggu dari 205 .5 gram/ekor menjadi 226 .3 gram/ekor .
DAFTAR PUSTAKA Ananto. E .E . . H . Subagyo . Inu G . Ismail . Uka Kusnadi . Trip Alihamsyah . Ridwan Thahir. Hermanto clan Dewa K.S . Suastikal998. Prospek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Modern di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan . Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan . Balai Penelitian Ternak (1990) . Laporan. Tahunan 1989 - 1990 Ketaren . P. 1992 . Teknologi Pengembangan Ayam Buras . Program Keterkaitan Penelitian clan Penyuluhan . Badan Litbang Pertanian . Ketaren . P.P. . Prasetyo . L .H . . Juarini . E .J . . Togatorop . M .H . dan Iskandar. S . 1992 . Lima Tahun Penelitian Peternakan . 1987 - 1991 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Kingston. 1979 . Peranan ayam berkeliaran di Indonesia . Laporan Seminar Ilmu clan Industri Perunggasan 11 . Pusat Penelitian clan PengembangAn Ternak Bogor. Prasetyo. T. 1989. Keragaan ayam kampung yang dipelihara dengan sistem pemisahan anak di pedesaan . Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal . Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang . Sinurat . A .P. (1991) . Penyusunan ransum ayam buras. Wartazoa 2 . (1-2) : 1-4 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor .