PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA Donik Restyowati1 dan Najlatun Naqiyah2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok untukt meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pre test post test one group dasign dengan memberikan tretmen (teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok). Subjek penelitian dilakukan pada 8 orang siswa dari 35 siswa yang ada pada kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk tahun ajaran 2009/2010. Analisis data yang digunakan adalah analisis non parametrik dengan uji Wilcoxon. Hasil analisis uji jenjang bertanda wilcoxon menunjukkan bahwa nomor urut yang bertanda positif sejumlah 36 sedangkan yang bertanda negatif sejumlah 0, sehingga terdapat perbedaan skor antara pre-test dan post-test. Berdasarkan tabel nilai kritis untuk uji jenjang wilcoxon dengan taraf signifikan 5% dan N=8 diperoleh T.tabel = 4, oleh karena T.hitung lebih kecil dari T.tabel (0<1) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis yang diajukan “Bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama dapat diterapkan untuk membantu meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro” diterima. Kata Kunci : teknik permainan kerja sama, bimbingan kelompok, interaksi sosial
Pendahuluan Setiap individu dalam rentang kehidupannya akan menghadapi berbagai masalah, terutama ketika ia memasuki masa remaja. Secara teori disebutkan bahwa kemampuan interaksi sosial sangat penting khususnya bagi seorang siswa. Allah SWT menciptakan manusia sebagai makluk sosial, yang selalu akan hidup dalam suatu hubungan keterkaitan dengan individu lainnya. Manusia hanya dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam hidup atas bantuan kelompok, mencapai kesejahteraan hidup bersama karena jasa-jasa sesamanya, dan tidak akan pernah mampu hidup sendiri tanpa adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu dalam kehidupan manusia selalu terjadi interaksi dan ini berarti menunjukkan bahwa manusia harus dapat bekerja sama dengan orang lain. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi tidak akan mungkin ada kehidupan bersama-sama. Pergaulan hidup akan terjadi apabila antar individu atau kelompok bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mancapai tujuan bersama, mengadakan persaingan dan pertikaian (Soekanto:2002) Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Interaksi sosial juga akan terjadi di lingkungan sekolah. Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang tinggi, dapat terlihat dari sikap yang senang akan kegiatan yang bersifat kelompok, tertarik berkomunikasi dengan orang lain, peka terhadap keadaan sekitar, senang melakukan kerja sama, dan sadar akan kodrat sebagai makhluk sosial. Sehingga akan mudah 1 2
Alumni Prodi BK FIP Unesa Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Masalah yang dialami oleh siswa tersebut yang berkaitan dengan kemampuan interaksi sosial yang rendah memerlukan bantuan konselor. Salah satu bentuk bimbingan yang dapat dipergunakan untuk membantu permasalahan siswa tersebut adalah dengan menggunakan bimbingan dalam bentuk kelompok atau yang disebut dengan bimbingan kelompok. Manusia sebagai makluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari manusia lainnya. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, dan saling berhubungan. Menurut Ahmadi (1999:59), Masalah sosial lebih efektif, lebih efisien dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok. Masalah sosial tersebut misalnya: Prososial dan interaksi sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan kerja sama untuk siswa yang mengalami masalah terhadap kemampuan berinteraksi sosial. Siswa sebagai remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya dari pada keluarga. Teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan kemapuan interaksi sosialnya maka layanan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial adalah layanan bimbingan kelompok Melalui teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok individu dapat belajar ketrampilan sosial melalui pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia, karena melalui permainan akan tercipta suasana yang santai dan menyenangkan. Dalam suasana seperti itu orang dapat belajar lebih baik dan sungguh-sungguh. Selain itu, sudah terbukti bahwa tingkah laku seseorang dalam permainan sama dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai cara untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, dan bagaimana cara seseorang melakukan komunikasi serta kontak sosial.ini berarti bahwa permainan menjadi satu contoh untuk keadaan yang sebenarnya. Melalui permainann kerja sama yang terpenting adalah apabila peserta mampu untuk menerapkan dan mereaksi sesuai dengan pola interaksi sosial. Peserta mendiskusikan pemecahan masalah yang timbul dihadapi secara bersama maka dengan sendirinya akan terjadi suatu interaksi yang diharapkan kemudian akan dikaitkan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Wenzler ( 1993 : 99) mengemukakan bahwa permainan kerja sama merupakan permainan yang dilaksanakan dalam suatu keadaan ketika sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Alasan menggunakan permainan kerja sama ini karena dengan permainan kerja sama maka akan terjadi suatu hubungan yang dinamis antar anggota dalam kelompok sehingga akan terjadi suatu interaksi sosial melalui komunikasi dan kontak sosial yang terjadi. Dalam pemilihan permainan disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian, peserta, serta permainan kerja sama yang terpilih disesuaikan dengan indikator dari kemampuan interaksi sosial. Terdapat enam permainan kerja sama yaitu: puzel kayu, sarang korek api, menyusun piramid, tebak kata bergambar, membangun balok, dan kapal karam. Setiap permainan kerja sama dibutuhkan komunikasi, kontak sosial, dan yang terutama kerja sama antar anggota. Secara tidak lansung ketika saat permainan para anggota akan melakukan interaksi dengan anggota lain dalam kelompoknya. Melalui penjelasan yang telah diungkapkan di atas, perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas penerapan teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk. Menurut Soekanto (2002:61), mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara orang perorangan dengan kelompok. Sedangkan menurut Gerungan (1996:57) interaksi sosial adalah suatu hubungan dua atau lebih manusia dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial adalah hubungan sosial yang bersifat dinamis dan timbal balik yang terjadi di dalam kelas, antara siswa satu dengan siswa lain yang saling mempengaruhi, mengubah serta memperbaiki masing-masing perilaku individu tersebut baik melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. 1. Ciri-ciri Interaksi Sosial Ciri-ciri interaksi sosial menurut Hakim dan Ningsih (2003: 6), adalah: a. Interaksi sosial baru dapat berlangsung apabila dilakukan minimal 2 orang atau lebih. b. Adanya kontak sosial sebagai tahap pertama dari interaksi. c. Adanya komunikasi sebagai pengantar interaksi. d. Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut. e. Adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. f. Interaksi cerderung bersifat dinamis, positif, dan berkesinambungan. g. Interaksi cenderung menghasilkan penyesuaian bagi subjek-subjek yang menjalin interaksi. h. Berpedoman pada norma-norma atau kaidah-kaidah sebagai acuan dalam interaksi. Syarat-syarat Interaksi Sosial Interaksi sosial yang merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi akan terjadi apabila ia memenuhi dua persyaratan yang paling penting. Menurut Soekanto (2002:64) suatu interaksi sosial tidak mungkin akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: a. Adanya kontak sosial Kontak sosial ada 2 macam yaitu kontak sosial positif dan negatif. Kontak sosial positif akan mempererat jalinan kerja sama yang baik dan membawa manfaat dalam kehidupan sosial. Sedangkan kontak sosial negatif akan berakibat kearah timbulnya pertentangan yang akan membawa ketegangan sosial sehingga dapat menghambat pengembangan kehidupan sosial yang sejahtera. b. Adanya komunikasi Komunikasi sebagai sesuatu yang dapat dipahami, sebagai hubungan, saling pengertian, dan sebagai pesan. Wujud dari komunikasi dapat melalui pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap, serta perasaan yang ingin disampaikan. Teknik Permainan
Menurut Prayitno (1995) teknik permainan kelompok akan dapat membangun suasana yang hangat dalam hubungan antara anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersaman. Oleh karena itu, permainan kelompok yang layak diselenggarakan dalam tahap ini adalah permainan yang mengandung ciri-ciri: a. Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok b. Bersifat gembira atau lucu c. Tidak memakan tenaga atau melelahkan d. Sederhana dan waktunya singkat Menurut Nursalim dan suradi (2002) permainan digunakan sebagai obyek untuk melampiaskan ketegangan-ketegangan psikis dari individu. Dengan permainan tersebut individu dapat melampiaskan ketegangan-ketegangan emosinya. Teknik bermain ini disamping merupakan suatu teknik tersendiri dalam bimbingan, bisaanya digunakan sebagai pelengkap untuk teknik-teknik lain. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan merupakan salah satu teknik dari bimbingan kelompok yang dapat membangun suasana yang hangat dalam hubungan antara anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersaman. Teknik permainan ini disamping merupakan suatu teknik tersendiri dalam bimbingan, bisaanya digunakan sebagai pelengkap untuk teknik-teknik lain. Permainan Kerja Sama Permainan dan latihan yang digunakan oleh peneliti bertujuan untuk belajar dari pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan lebih baik artinya permainan ini bukan hanya dapat digunakan oleh orangorang dan kelompok-kelompok yang bergerak di bidang sosial. Melainkan juga oleh setiap kelompok yang ingin mendekati tujuan permainan dan latihan itu. Menurut Wenzler (1993) permainan kerja sama merupakan bentuk permainan yang dikerjakan dalam suatu keadaan ketika sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Dalam permainan kerja sama peserta dapat suatu pengalaman kemudian mereka diajak untuk menghayati pengalaman itu dan merenungkannya (merefleksikannya) untuk menyadari perasaan dan reaksi-reaksi fisik mereka. Selain itu mereka diajak untuk mengungkapkan hal-hal yang dialami waktu latihan / permainan berlangsung. Lalu, pengalaman itu diolah kelompok bersama pembimbing / fasilitatornya dengan cara mendiskusikan dan menarik kesimpulan berdasarkan kesadaran, para peserta dapat mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan akan dipilih. Terdapat 6 permainan kerja sama wenzler (1993) yang akan diterapkan yaitu: Puzel kayu, sarang korek api, membangun piramid, tebak kata bergambar, menyusun balok, dan kapal karam. Permainan-permainan kerja sama tersebut membutuhkan kerja sama dalam kelompok. Dalam pelaksanaannya para anggota akan melakukan komunikasi dan kontak sosial dimana kedua hal tersebut adalah syarat utama dalam interaksi sosial. Dengan permainan kerja sama individu dapat belajar berinteraksi dengan orang lain dengan keadaan yang menyenangkan dan tanpa beban sehingga akan lebih memudahkan individu dalam melakukan interaksi. Kerangka Pikir Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam berinteraksi sosial dengan teman di sekolah. Ada siswa yang mampu berinteraksi dengan baik terhadap
siapapun dan sebaliknya ada siswa yang kurang dapat berinteraksi dengan orang lain. Siswa yang rendah/ kurang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya perasaan malu yang dimiliki oleh siswa, tidak tahu bagaimana cara untuk memulai pembicaraan dengan teman, takut tidak direspon oleh teman ketika berinteraksi, memiliki pengalaman buruk dengan teman sebelumnya. Dari beberapa faktor tersebut, diperoleh beberapa bentuk ketidakmampuan berinteraksi sosial sebagaimana diuraikan dalam bagan. Kemampuan berinteraksi sosial yang rendah ini dapat ditingkatkan melalui proses bimbingan. Salah satu bantuan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial yang rendah adalah bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Karena di dalam pelaksanaannya, siswa akan dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial yang rendah dengan cara mengerjakan tugas dan diberikan dalam bentuk kelompok yang didalamnya terdapat kontak sosial, komunikasi, dan adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi, sehingga siswa dapat terlatih untuk melakukan interaksi sosial yang benar dan dapat dimanfaatkan dalam kesehariannya. Penggunaan teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok, siswa dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial menjadi lebih baik lagi. Keberhasilan siswa dalam menerapkan perilaku baru pada keadaan atau kondisi nyata dapat dirasakan betul manfaatnya, yaitu ruang lingkup dalam berteman menjadi lebih luas dan pentingnya kelompok. Skema penerapan teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemamapuan interaksi sosial siswa kelas X-3 SMA N 1 Sukomoro Nganjuk. Metode Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang ingin diperoleh adalah data tentang kemampuan interaksi sosial siswa. Data tersebut dapat diperoleh melalui angket yang disusun oleh Saraswati (2003). Penyebab peneliti menggunakan angket tersebut adalah variabel dan indikator yang akan diteliti sama, namun angket akan diuji kembali karena subjek dan tempat penelitian berbeda. Berdasarkan variabel penelitian, maka dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai kisi-kisi pedoman penyusunan angket untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan interaksi sosial Analisis Data Penelitian Untuk mengetahui benar tidakanya hipotesis yang diajukan, maka selanjutnya data pre-test dan post-test di atas dianalisis menggunakan statistik non parametrik dengan uji bertanda Wilcoxon. Sebelum disajikan tabel analisis, berikut hipotesis yang diajukan. Ho = Teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok tidak dapat untuk meningkatkan kemanpuan interaksi sosial pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk. Hi = Teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok dapat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk.
Tabel 4.11
Tabulasi dan Pengolahan Data Pengukuran Menggunakan Uji Wilcoxon Rank Signed Rank Responden R T (T-R) Selisih Positif Negatif Mutlak AGP 65 110 45 7,5 +7,5 AAP 72 95 23 3 +3 DS 76 97 21 1 +1 HP 65 92 27 4 +4 IDW 64 109 45 7,5 +7,5 SA 73 104 31 6 +6 TAP 75 97 22 2 +2 WIR 72 100 28 5 +5 36 0 N=8 (jumlah pengukuran yang relevan) T = 0 (jumlah terkecil dari signed rank) Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah nomor urut yang bertanda + (positif) = 36 sedangkan jumlah nomor urut yang bertanda negatif = 0. Dengan demikian, nomor urut uji Wilcoxon dengan TS 5% dan N = 8, diperoleh T tabel = 0, sehingga T hitung ≤ T tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut memiliki pengertian, bahwa penerapan teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada siswa.
Berdasarkan analisa hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan skor kemampuan interaksi sosial siswa sesudah diberi perlakuan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Jadi hipotesis yang berbunyi “Teknik permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok dapat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk” dapat diterima. Untuk lebih memperjelas, berikut tabel dan grafik Pre-test dan grafik Post-test. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan analisis angket kemampuan interaksi sosial melalui pre-test diketahui 8 siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Sukomoro Nganjuk mempunyai kemampuan interaksi sosial rendah. Delapan siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial terendah diberi perlakuan melalui bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah itu dilakukan post-test untuk mengetahui skor yang diperoleh subjek setelah mendapat perlakuan. Ternyata perlakuan yang diberikan tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa. Hal ini terbukti dengan adanya hasil skor post-test subjek lebih tinggi dari skor yang diperoleh saat pre-test. Selanjutnya, skor yang diperoleh subjek melalui pre-test dan post-test dianalisis menggunakan statistik non parametrik. Analisis statistik non parametrik yang digunakan adalah Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon. Melalui tabel analisis Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon dapat diketahui besarnya perbedaan nilai skor yang diperoleh antara sebelum dan sesudah mendapat bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama.
Subjek mengalami peningkatan skor yang berbeda-beda. Besarnya nilai perubahan yang diperoleh subjek antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan permainan kerja sama dalam bimbingan kelompok bervariasi. Jika diurutkan mulai dari nilai yang terkecil, maka subjek yang berinisial DS mendapat peringkat 1 dengan besar nilai perbedaan 21, peringkat 2 adalah subjek yang berinisial TAP dengan besar nilai perbedaan 22, peringkat 3 adalah subjek yang berinisial AAP dengan besar nilai perbedaan 23, peringkat 4 adalah subjek yang berinisial HP dengan besar nilai perbedaan 27, untuk peringkat 5 adalah subjek yang berinisial WIR dengan besar nilai perbedaan 28, untuk peringkat 6 adalah subjek yang berinisial SA dengan besar nilai perbedaan 31, AGP dan IDW yang tepat menduduki peringkat ketujuh dan kedelapan dengan nilai perbedaan 45. Hasil analisis angket kemampuan interaksi sosial di atas menunjukkan peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Dari 8 siswa yang mendapat perlakuan 3 diantaranya memperoleh skor dengan kategori tinggi, siswa tersebut antara lain yakani AGP, IDW dan SA sedangkan 5 siswa yakani AAP, DS, HP, TAP, dan WIR mendapat skor dengan kategori sedang. Berikut penjelasan hasil analisis melalui Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon pada tabel di atas. Hal ini nampak pada perubahanperubahan konseli yaitu: a. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial DS adalah 76. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 97. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor sedang. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebesar 21. b. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial TAP adalah 75. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 97. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor sedang. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah sebesar 22. c. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial AAP adalah 72. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 95. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor sedang. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah sebesar 23. d. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial HP adalah 65. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 92. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor sedang. Berarti, Ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebesar 27. e. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial WIR adalah 72. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia
mendapat skor 100. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor sedang. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebesar 28. f. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial SA adalah 73. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 104. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor tinggi. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah sebesar 31. g. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial AGP adalah 65. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 110. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor tinggi. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah sebesar 45. h. Skor awal (pre-test) yang diperoleh siswa yang berinisial IDW adalah 64. Karena skor yang diperolehnya termasuk dalam kategori skor rendah, maka selanjutnya diberikan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama. Setelah mendapat perlakuan ini, ia mendapat skor 109. Skor akhir ( post-test ) yang diperoleh tersebut merupakan kategori skor tinggi. Berarti, ia mengalami peningkatan skor antara sebelum dan sesudah sebesar 45. Uraian di atas menunjukkan bahwa bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama dapat membantu meningkatkan kemampuan interaksi sosial. Melalui bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama individu dapat belajar ketrampilan sosial melalui pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia, karena melalui permainan akan tercipta suasana yang santai dan menyenangkan. Dalam suasana seperti itu orang dapat belajar lebih baik dan sungguh-sungguh. Selain itu, sudah terbukti bahwa tingkah laku seseorang dalam permainan sama dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai cara untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, dan bagaimana cara seseorang melakukan komunikasi serta kontak sosial. Seperti yang disampaikan Gunarsa (1996: 142) menyatakan bahwa adanya rasa kurang sesuai dengan teman-temannya di sekolah dan selanjutnya mungkin akan mengakibatkan anak akan enggan belajar dan mengalami hambatan dalam kehidupan sosialnya. Pencapaian kesadaran diri yang dilakukan dengan melakukan kontak dengan orang lain atau dengan lingkungan ini dapat membantu individu mendapat pemahaman baru tentang pentingnya berintekasi dengan orang lain, sehingga pada akhirnya ia akan cenderung mengubah perilakunya setelah melakukan kerja sama melalui permainan serta mendengar masukan dari anggota kelompok yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Prayitno ( 1995:67) bahwa “melalui pembahasan dan pendalaman masalah-masalah atau suatu topik dalam kegiatan bimbingan kelompok, individu akan mendapat kesempatan mengembangkan diri untuk diperolehnya kemampuan-kemampuan sosial dan berbagai pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan sikap serta berbagai alternatif yang akan memperkaya dan mungkin bahkan dapat mereka praktikkan.” Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah dikarenakan
tidak bisa memulai interaksi, tidak tertarik dengan kegiatan kelompok, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan lebih senang menyendiri. Secara keseluruhan, siswa mampu mengukuti tahapan-tahapan dalam bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama ini. Dalam permainan kerja sama siswa, dibentuk kelompok untuk bermain dan menyelasaikan tugas yang diberikan. Secara tidak langsung dalam permainan kerja sama siswa diharuskan melakukan komunikasi dan kontak sosial yang merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama terdapat 6 permainan yaitu: puzel, sarang korek api, menyusun piramida, tebak kata bergambar, menyusun balok dan kapal karam. Dari permainan-permainan tersebut, terinci sebagai berikut: 1. Puzel, dengan pazel siswa diharapkan menjalin komunikasi dengan siswa lain yang berbentuk dalam kelompok. Selain itu siswa secara tidak lansung melakukan kontak sosial berbentuk kerja sama dan persaingan antara kelompok. Setelah permainan diadakan evaluasi untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka saat harus berbicara dengan orang lain dan berbagi tugas melakukan kerja sama dalam bentuk permainan puzel. 2. Sarang korek api, dengan permainan tersebut secara tidak langsung siswa harus bersaing untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut mereka memerlukan bantuan orang lain. 3. Membangun piramida, dengan permainan tersebut tiap kelompok harus berfikir bersama bagaimana caranya mereka bisa menyusun piramida. Dalam berunding secara langsung mereka mengeluarka ide-ide sehingga terjadilah interaksi antar anggota. 4. Tebak kata bergambar, dalam permainan tebak gambar ini siswa harus menebak melalui gerakan, bicara, tulisan dan gambar sehingga untuk melakukan semua dibutuhkan komunikasi yang baik. 5. Bermain balok, dengan permainan ini awalnya siswa diberi kesempatan untuk bermain menyusun balok sendiri, setelah itu mencari patner untuk menggabungkan bangunan yang telah disusun dengan bangunan milik anggota lain, berlansung seterusnya hingga semua bangunan menjadi satu. Dalam kegiatan tersebut dapat dipastikan akan terjadi komunikasi dan kontak sosial. Kedua unsur tersebut merupakan syarat utama dari terjadinya interaksi sosial. 6. Kapal karam, dalam permainan terakhir ini kontak sosial yang terjadi hanya berbentuk kerja sama karena tidak terdapat kelompok pesaing. Diharapkan itu menambah keakraban peserta dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap teman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan interaksi sosial siswa berbeda-beda. Hal ini terjadi karena faktor yang melatarbelakangi mereka berbeda pula. Namun karena ada satu faktor yang paling mendasar sebagai penyebab rendahnya kemampuan interaksi sosial. Faktor mendasar tersebut adalah kurangnya komunikasi dan kontak sosial, sehingga dalam penelitian ini faktor tersebut yang menjadi fokus pembahasan. Terdapat 6 permainan kerja sama yang memerlukan komunikasi dan kontak sosial sehingga dengan permainan tersebut akan meningkatkan kemampuan interaksi sosial. Permainan-permainan kerja sama tersebut antara lain: puzel kayu, sarang korek api, membangun piramid, tebak kata bergambar, menyusun balok, dan kapal karam.
Penelitian ini mengalami beberapa hambatan sebagai salah satu contoh adalah tidak tersedianya tempat pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok karena sekolah tidak mempunyai ruang kosong untuk bisa dimanfaatkan, namun kondisi ini dapat teratasi dengan memanfaatkan ruang kelas saat pulang sekolah dan ruang musik. Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil positif tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada variabel yang terkait dengan kemampuan interaksi sosial yang dapat dibahas oleh peneliti selanjutnya. Adapun temuan-temuan dari hasil penelitian adalah: meskipun kedelapan subjek sama-sama diberi perlakuan bimbingan kelompok teknik permainan kerja sama akan tetapi mengalami peningkatan skor kemampuan interaksi sosial yang berbeda-beda. Terlihat dari hasil pos-test terdapat 5 orang yang meningkat dari kategori rendah ke sedang dan 3 orang yang semula masuk kategori rendah setelah perlakuan masuk kekategori tinggi. Hal ini disebabkan kerena siswa sebelumnya tidak terbisaa melakukan sesuatu dalam bentuk kelompok. Masing-masing subjek dalam melakukan permainan kerja sama mempunyai cara yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta:PT. Rineka Cipta Ahmadi, Abu & Rohani, Ahmad. 1991. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta:PT. Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Badudu, J.S & Zain, Sutan. 2001. Kamus Umum Bahasa indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Cremer, Hildegart Wenzler dan Siregar. 2003. Proses Pengembangan Diri dalam Permainan dan Latihan dalam Dinamika Kelompok. Jakarta: Grasindo Djumhur, Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:. Ilmu Bandung Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Aresco Hakim, Ningsih. 2003. Sosiologi untuk SMA Kelas II. Bandung: Grafindo media Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama Karuna. 2002. Hubungan Antara Rasa Percaya Diri dengan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Surabaya. Surabaya: UNESA Murdiyatmoko, Janu. 2004. Sosiologi untuk SMA Kelas I. Bandung: Grafindo media Ninawati & Tiatri. 2006. Hubungan Antara Interaksi Sosial di Sekolah dengan Harga Diri Pelajar SMU. Thesis (online), (http//www. psikologi- untar. Com/ psikologi/ skripsi/ tampil. Php? Id, diakses 11 November 2009) Nursalim, Mochammad. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press Nursalim dan Suradi. 2002. Layanan dan Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press Prayitno dan Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Renika Cipta Puji Astuti, Sri. 2000. Pengaruh Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Kerja Sama Terhadap Hambatan Komunikasi Interpersonal Pada Anak Jalanan Kelas PAUS Umur 12-18 Tahun Di Sanggar Alang-Alang. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Romlah, Tatik. 2001. Teori Dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Univercity Press Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
Saraswati, Yayuk. 2008. Penggunaan Teknik Home Room Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Kelas XI IA-4 Di SMA Negeri 16 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik; Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Soekanto, Soerjono. 2002. sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo media Sontrock, J. W. 2004. Adolescense: Perkembangan remaja. Jakarta; Erlangga Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunadi. 1992. Sosiologi. Surabaya: Universitas Press Kkip TIM MKDK. 1991. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: University Press IKIP Surabaya Winkel, W. S. 1977. Bimbingan dan Konseling di sekolah menengah. Jakarta: PT. Gramedia