PENERAPAN STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMILIH STUDI LANJUT SISWA Dian Triwahyuningsih1 dan Budi Purwoko2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi pengambilan keputusan untuk meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Jenis penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design. Subyek penelitian adalah delapan siswa yang memiliki tingkat kemampuan memilih studi lanjut rendah. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik non parametric dengan uji rangking bertanda Wilcoxon, di mana hasil analisis menunjukkan nilai Thitung=0, bila taraf kesalahan sebesar 5% dan N=8 diperoleh nilai Ttabel=4, maka dapat ditarik kesimpulan Thitung < Ttabel (0<4). Dengan demikian pernyataan hipotesis “Ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan” dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Kata kunci: Strategi Pengambilan Keputusan dan Kemampuan Memilih Studi
1 2
Alumni Prodi BK FIP Unesa Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa
Lanjut
Pendahuluan Bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), menamatkan pendidikan di SMA berarti memasuki suatu masa peralihan menuju sebuah wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya, yaitu pada perguruan tinggi. Tidak ada pola tertentu untuk menentukan tugas ataupun kewajiban yang harus dipenuhi siswa setelah lulus dari SMA, sebab siswa harus menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya. Namun sangat disayangkan, bahwa masih banyak siswa atau lulusan SMA yang belum memiliki gambaran yang jelas tentang arah hidup yang akan ditempuhnya, atau paling tidak apa yang bisa dilakukan setelah lulus dari SMA. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian dan pemikiran yang cukup mendalam mengingat hal ini menyangkut penentu arah hidupnya di masa mendatang (Kansil dan Kansil, 1997:3). Menentukan lanjutan studi bagi lulusan SMA bukanlah merupakan perkara yang mudah. Seperti yang dinyatakan oleh Gunawan (2001:31) bahwa: “Pilihan untuk memasuki perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi atau pendidikan ke perguruan tinggi adalah salah satu persoalan yang sangat penting yang dihadapi oleh orangtua dan siswa Sekolah Menengah Atas.” Oleh sebab itu, sebelum membuat pilihan studi lanjut, siswa perlu membuat perencanaan yang matang atas beberapa informasi yang telah diperoleh. Sehingga pada akhirnya siswa mampu membuat keputusan yang tepat atas pilihan studi lanjut sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya, serta keputusan yang dibuat tersebut tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) II di SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik,
ditemukan sebanyak tujuh orang alumni yang merasa salah dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Dibuktikan dengan hasil wawancara dengan ketujuh alumni tersebut yang menyatakan bahwa ternyata jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mengakibatkan mereka merasa mudah bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti perkuliahan. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah tersebut, diperolah fakta bahwa terdapat sekitar 35% dari 319 siswa kelas XI yang masih mengalami kesulitan, kebingungan, dan keragu-raguan dalam menentukan pilihan studi lanjut, termasuk pada jurusan dan perguruan tinggi mana yang akan menjadi pilihannya. Kesulitan, kebingungan, dan keraguraguan siswa dalam menentukan pilihan studi lanjut ini disebabkab oleh tiga hal. Pertama, kurangnya pemahaman diri seperti bakat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka hanya ikut-ikutan teman, mengikuti keinginan orangtua, dan sekedar melihat tren tanpa mereka tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Ke dua, kurangnya informasi yang relevan mengenai berbagai jurusan di perguruan tinggi beserta prospek kerjanya. Sebagian besar siswa hanya mengenal beberapa jurusan saja, akibatnya pilihan-pilihan yang akan dibuat pun terbatas. Ke tiga, kurangnya kemampuan siswa untuk membuat, mempertimbangkan, dan menentukan satu dari beberapa alternatif menjadi sebuah keputusan pilihan studi lanjut yang diinginkan sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. Jika tetap dibiarkan, kondisi tersebut akan melahirkan berbagai implikasi langsung kepada diri para pelajar maupun implikasi tidak langsung kepada lingkungan
sosial dan budaya bangsa. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas adalah rendahnya prestasi akademik. Sementara dampak kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa dari perilaku pelajar tersebut di atas adalah tingginya angka penggangguran terpelajar (student unemployment), serta rendahnya daya saing bangsa di tengah–tengah bangsa lain di dunia. (http: //karya-ilmiah.um.ac.id/ index.php/BKPsikologi/article/view/1171/). Senada dengan pernyataan di atas, Winkel (2005:116) menyatakan bahwa: “Kekeliruan dalam memilih program studi di tingkat pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi dapat membawa akibat fatal bagi kehidupan seseorang.” Selain itu, dalam http://www.epsikologi.com/epsi/pendidikan-detail. asp?id=507, dijelaskan bahwa kesalahan dalam proses memilih studi lanjut ini akan membawa beberapa dampak. Pertama, memilih jurusan sesuai dengan saran teman, mengikuti pilihan orangtua, atau hanya sekedar mengikuti tren akan membawa dampak terhadap turunnya motivasi belajar, daya tahan terhadap tekanan dan konsentrasi, serta daya juang dalam menghadapi perkuliahan yang semakin hari dirasa semakin sulit (Problem psikologis). Ke dua, kesalahan dalam memilih studi lanjut dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, kesulitan dalam memahami materi dan memecahkan persoalan, serta pencapaian prestasi yang tidak optimal, yang pada akhirnya menunjukkan pencapaian indeks prestasi yang rendah (Problem akademis). Ke tiga, ketidakmampuan dalam menguasai materi perkuliahan membawa dampak pada hasil yang tidak memuaskan akan membuat seseorang merasa rendah diri, sehingga membuat individu cenderung menjadi
pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Bahkan sebaliknya, seseorang bisa menjadi agresif sebagai kompensasi dari inferioritas di perkuliahan, yang diwujudkan dengan sikap mendominasi atau mengintimidasi orang yang dianggap lebih pandai dari dirinya (Problem relasional). Melihat hal yang demikian itu, guru BK di sekolah tersebut telah berupaya menangani permasalahan menyangkut pilihan studi lanjut ini dengan memberikan beberapa informasi terkait dengan dunia perguruan tinggi. Informasi yang diberikan meliputi persyaratan masuk perguruan tinggi, biaya yang dibutuhkan, fasilitas, gambaran umum jurusan/ prodi, status perguruan tinggi, prospek kerja, cara penyeleksian masuk perguruan tinggi, dan informasi-informasi lain yang diperoleh melalui buku sumber dan dari brosur berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Dari penanganan tersebut, ternyata tidak sepenuhnya efektif membantu siswa dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut. Memperoleh dan mengolah berbagai informasi yang didapat baik mengenai diri maupun lingkungan siswa, sangat diperlukan dalam menentukan pilihan studi lanjut. Namun demikian, membuat suatu keputusan tanpa desertai dengan perencanaan yang matang atas beberapa alternatif tindakan tidak akan menghasilkan keputusan yang baik. Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu strategi dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan pilihan studi lanjut siswa. Pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan faktafakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat (Siagian, 1984:83). Mengambil keputusan adalah suatu keterampilan, yang dapat dipelajari, dimodifikasi, dan proses konseling menyajikan suatu situasi yang ideal bagi konselor untuk membantu klien mengambil keputusan (Nursalim, dkk. 2005:135). Oleh sebab itu, penerapan strategi pengambilan keputusan ini diduga mampu membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut. Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Adakah peningkatan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik sesudah diterapkan strategi pengambilan keputusan?”
Pembahasan Menurut Badudu dan Zein (2001), kemampuan adalah “Kesanggupan, kecakapan, atau kepandaian menyelesaikan sesuatu berdasarkan tujuan”. Sedangkan memilih diartikan sebagai “kegiatan membuat pilihan; menentukan”. Sutikna (1998:17) mengartikan studi lanjut sebagai “Pendidikan sambungan atau lanjutan setelah tamat dari pendidikan yang saat ini ditempuh”. Studi lanjut yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan lanjutan di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 tentang perguruan tinggi seperti yang dikutip oleh Winkel (2007:728), menyatakan perguruan tinggi adalah “Pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan memilih studi lanjut adalah suatu kecakapan atau
kesanggupan dalam membuat atau menentukan pilihan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Tentu saja dalam menentukan pilihan studi lanjut siswa setelah lulus dari SMA tidaklah mudah, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Bashori (2004:92) secara lebih terperinci membagi faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam memilih studi lanjut tersebut menjadi dua, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan. 1) Faktor pribadi, meliputi:Tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol. Bakat atau kemampuan di bidang akademis. 2) Faktor lingkungan, meliputi: Nilai-nilai kehidupan masyarakat, Keadaan ekonomi keluarga, Kebutuhan atau prospek lapangan pekerjaan yang terkait, Kesempatan mendapatkan peluang suatu jabatan atau pekerjaan. Kansil dan Kansil (1997:15) dalam hal ini juga mengungkapkan pendapatnya bahwa: Suatu hal atau faktor yang dianggap sebagai pengganggu dalam proses pengambilan keputusan apabila faktor tersebut dapat mempersulit pengambilan keputusan atau pembelokan arah keputusan dari yang seharusnya. Salah satu faktor adalah lingkungan hidup terdekat seseorang, yaitu orangtua serta anggota keluarga terdekat lainnya. Gangguan lain dapat berasal dari lingkungan sekitar yang dapat timbul dari teman-teman terdekat. Lebih lanjut Kansil dan Kansil (1997:26) menjelaskan bahwa hubungan pertemanan yang akrab cenderung dapat menyebabkan seseorang melakukan pengambilan keputusan yang didasarkan atas keputusan dari teman-teman lainnya. Jika temannya memilih jurusan hukum atau ekonomi, maka ia pun akan memilih jurusan yang sama agar mereka tetap bersama, meskipun bakat/ sifat pribadinya tidak sesuai. Untuk itu, pengambilan
keputusan semacam ini dapat berbahaya, khususnya menyangkut pilihan dalam melanjutkan pendidikan. Sebab, banyak kegagalan terjadi akibat pengambilan keputusan semacam ini. Selain mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaru seperti yang telah disebutkan di atas, dalam menentukan pilihan studi lanjut terkadang masih ditemui beberapa kendala atau hambatan yang dapat menyebabkan ketidaksiapan dalam pengambilan keputusan studi lanjut. Beberapa hambatan tersebut antara lain: a) Ketidaksiapan dalam menentukan pilihan studi karena kurang memahami keadaan diri dan lingkungannya. b) Belum mampu membuat pilihan-pilihan yang mantap dalam urutan prioritas, ke dua, dan ke tiga. c) Keputusan yang diambil hanya mengikuti kehendak orang lain tanpa disertai pengolahan informasi tentang diri dan lingkungan. d) Tidak memiliki gambaran tentang masa depan. e) Sedang menghadapi konflik dengan keluarga mengenai rencana masa depan. Untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut, maka diberikan perlakuan berupa penerapan strategi pengambilan keputusan. Strategi pengambilan keputusan adalah suatu teknik pendekatan yang digunakan dalam pemilihan dua alternatif perilaku atau lebih yang sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya, baik mencakup pembuatan pilihan (choice making) maupun pemecahan masalah (problem solving) yang dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta, menentukan alternatif, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya. Begitu pula dengan pilihan studi lanjut, siswa yang berkeinginan melanjutkan studi ke perguruan tinggi
tentunya membutuhkan suatu cara pengambilan keputusan yang tepat, sehingga keputusan yang akan diambil terkait pilihan studi lanjutnya tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Pada penelitian ini, proses pengambilan keputusan menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Hansen, dkk. (1982). Adapun tahapan dari strategi pengambilan keputusan adalah: a. Menentukan masalah Langkah awal dalam proses pengambilan keputusan adalah menentukan masalah klien. Pada tahap ini konselor dan klien berusaha untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dikehendaki klien. Maka, tugas konselor pada tahap ini adalah mendengarkan dan mengerti apa yang dikatakan klien. Konselor dapat membantu klien dengan membuat penjelasan-penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada. Konselor perlu berhati-hati dalam menginterpretasikan masalah klien, sebab keberhasilan pembentukan hubungan dalam tahap ini akan berpengaruh pada keberhasilan proses konseling. b. Menemukan alternatif Pada tahap ini konselor dan klien secara bersama-sama mengidentifikasi alternatif-alternatif yang tersedia dan dapat diterima oleh klien. Tugas konselor adalah membantu klien mempelajari cara-cara mengidentifikasi dan mempertimbangkan kemungkinan terbaik yaitu dengan cara: 1) Konselor dan klien hanya mendiskusikan kemungkinankemungkinan tersebut, apa-apa yang telah dipertimbangkan oleh klien dan apa-apa yang perlu ditambahkan oleh konselor.
2) Konselor dan klien mengidentifikasi bidang-bidang yang nampak penting tapi tidak tersedia cukup data. Bermacam-macam data diperlukan dalam mengembangkan alternatif. Katalog perguruan tinggi, bahan-bahan bimbingan karir, dan nama-nama lembaga merupakan contoh dari bahanbahan yang telah siap pakai. Selain itu, wawancara langsung dengan orangorang yang berkaitan dengan beberapa alternatif juga perlu dipertimbangkan. Proses mencari alternatif akan selesai bila klien berhenti mendiskusikannya. Hal ini menuntut kepekaan konselor terhadap sikap yang ditunjukkan klien, agar proses pengambilan keputusan dapat terus berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. c. Mengumpulkan informasi Dalam kerangka kerja ini, konselor dan klien bekerja bersama-sama untuk mengidentifikasi apa yang telah diketahui dan mengumpulkan informasi untuk mengisi apa-apa yang belum diketahui. Informasi memang tidak menjamin baiknya keputusan, namun tanpa informasi tidak akan ada suatu keputusan yang baik. Kegiatan mengumpulkan informasi tidak hanya sekedar diskusi seperti hal nya dalam konseling tetapi juga bagaimana agar klien mampu memahami dirinya. Herr dan Cramer (1979) mengelompokkan informasi ini menjadi empat kategori: yaitu kemampuan dan keterampilan, nilai-nilai dan kepentingan, kesempatan pendidikan dan jabatan, serta pengharapan kelas sosial dan aspirasi keluarga. Klien membutuhkan informasi khusus, sedikitnya tentang dua hal, yaitu: 1) Informasi mengenai alternatifalternatif yang telah disebutkan
terdahulu, dapat diperoleh melalui bahan-bahan siap pakai seperti katalog perguruan tinggi, bahanbahan bimbingan karir, buku pedoman tentang pekerjaan, dan sebagainya. 2) Informasi yang berkaitan dengan diri klien, dapat diperoleh dengan memberikan tes kemampuan, bakat, dan minat. Riwayat pribadi dan riwayat pendidikan pendidikan sebelumnya juga bisa memberikan informasi tentang diri klien. Selain itu, rencana wawancara langsung dengan orang yang berkaitan langsung dengan alternatif tertentu tentu saja akan memberi peluang untuk mendapat informasi lebih banyak. d. Memproses informasi Memproses informasi merupakan tahap yang penting dan sukar bagi klien dan juga konselor. Sebab, sekarang klien harus menilai alternatif-alternatif yang muncul dari beberapa informasi yang telah dikumpulkan. Dalam banyak kasus, klien membutuhkan bantuan dalam mengembangkan suatu metode yang efektif untuk menyelesaikan tahap ini. Klien juga harus mulai menentukan manfaat dari berbagai informasi yang telah didapat. Tugas konselor adalah membantu klien menemukan faktor-faktor mana dari informasi tersebut yang relevan dengan keputusan. Konselor menggunakan informasi ini untuk: 1) mengembangkan kemungkinan-kemungkinan keberhasilan klien dalam berbagai alternatif, dan 2) membantu klien agar dapat lebih memahami dirinya (Brammer dan Shostrom, 1977). Ketika data dikumpulkan dan diteliti relevansinya antara karakteristik klien dan kemungkinan-kemungkinan yang
ada, konselor mulai membuat interpretasi untuk membantu klien memahami beberapa aspek dalam keputusan dan dari data-data yang belum dimengerti. Dengan lain perkataan, konselor mulai mengintegrasikan data-data dan karakteristik klien dengan data-data yang diperolah dari luar. e. Membuat beberapa rencana Tahap selanjutnya adalah mengintegrasikan informasi menjadi sebuah rencana tindakan yang bersifat sementara. Pada tahap ini juga dimungkinkan untuk memberikan beberapa pengalaman praktis kepada klien, seperti memainkan peran, simulasi, atau juga pengalaman yang sebenarnya. Metode yang digunakan akan tergantung pada model yang digunakan oleh konselor. f. Mengimplementasikan dan menilai rencana Terdapat beberapa manfaat dalam menekankan aspek sementara pada rencana klien. Klien harus memutuskan untuk melangkah pada rencana tindakan tertentu, tetapi tindakan ini harus bersifat sementara untuk memberi kesempatan penyesuaian. Klien harus mengimplementasikan keputusan dan mengembangkan beberapa metode penilaian. Klien juga perlu terlibat dalam kedua proses tersebut, sebab klien lah yang harus bertanggung jawab terhadap konsekuensi atas keputusan yang telah dibuat. Keterlibatan ini tentu saja akan membantu klien dalam mempelajari proses pengambilan keputusan untuk dihadapkan pada keputusan-keputusan yang lebih penting dan lebih kompleks di masa yang akan datang.
Seringkali proses berhenti setelah diambilnya suatu keputusan. Jika demikian yang terjadi, hendaknya konselor mengarahkan perhatiannya pada aspek evaluasi dan segera meninjau kembali hasil-hasilnya. Beberapa alasan yang mendasari digunakannya tahapan ini adalah sebagai berikut: a. Proses dari tahapan ini cukup lengkap dan terperinci, yakni mencakup beberapa langkah mulai dari menentukan masalah, menemukan alternatif, mengumpulkan informasi, memproses informasi, membuat beberapa rencana, serta mengimplementasikan dan menilai rencana. b. Dapat diterapkan pada siswa dalam membuat keputusan termasuk dalam memilih studi lanjut, sebab dalam tahapan ini memungkinkan siswa untuk dapat secara mandiri mencari dan memproses informasi terkait dengan diri dan lingkungannya, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat. c. Konselor memiliki keterlibatan peran dalam membantu klien pada setiap tahapan, namun tentu saja tanpa memberikan masukan pribadi yang mengarah pada keputusan yang dibuat oleh klien. Metode Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimental dengan one group pretest-posttest design. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik yang memiliki kemampuan memilih studi lanjut rendah yang diketahui melalui metode angket. Agar mencapai hasil yang optimal,
jumlah subyek penelitian ditentukan dengan mengambil 8 siswa yang memiliki skor kemampuan memilih studi lanjut terendah. Penentuan 8 subyek ini disesuaikan dengan jumlah ideal suatu pelaksanaan kegiatan konseling, yakni antara 8 sampai 12 anggota kelompok (Nursalim dan Suradi, 2002:72). Teknik analisis data menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon, alasan digunakannya uji rangking bertanda Wilcoxon adalah karena selain dapat diketahui arah perbedaan, juga dapat diketahui efek atau besar perbedaannya. Hasil Dalam uji rangking bertanda Wilcoxon H0 ditolak jika harga lebih kecil dari dan H0 diterima jika lebih besar dari . Sebaliknya, Ha ditolak jika harga lebih besar dari dan Ha diterima jika lebih kecil dari . Berdasarkan tabel nilai kritis T uji rangking bertanda Wilcoxon dengan taraf signifikansi 5% dan N=8 diperoleh Ttabel = 4 dan Thitung = 0, maka Thitung < Ttabel (0 < 4). Dengan demikian pernyataan hipotesis “Ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan” dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar Kabupaten Gresik. Hasil analisis di atas sesuai dengan pendapat Nursalim (2005:135) yang mengemukakan bahwa rasional penggunaan strategi pengambilan keputusan adalah semua persoalan membutuhkan pengambilan keputusan. Labih lanjut,
memilih pekerjaan, memilih program studi, memilih antara beberapa alternatif kehidupan, dan penyelesaian persoalan pribadi merupakan contoh-contoh dimensi pengambilan keputusan dalam konseling. Dalam pelaksanaan strategi pengambilan keputusan untuk memilih studi lanjut ini, konselor membantu klien dengan menciptakan kondisi pengambilan keputusan dan membantu klien mempelajari proses tersebut, yaitu membantu klien mengidentifikasi kemampuan diri, pengaruh orang-orang terdekat, informasi mengenai dunia perguruan tinggi, serta bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam proses pengambilan keputusan pilihan studi lanjut. Tugas konselor selanjutnya adalah membantu klien mengintegrasikan faktor-faktor tersebut yang relevan dengan keputusan, sehingga pada akhirnya klien mampu membuat pilihan-pilihan studi lanjut yang mantap dalam urutan prioritas. Kelemahan penelitian ini adalah hanya menggunakan angket sebagai alat pengumpul data, untuk itu pada penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan observasi dan wawancara jika data yang diperoleh dari hasil angket dirasa kurang memenuhi syarat sebuah penelitian. Pemberian perlakuan penerapan strategi pengambilan keputusan dilakukan hanya enam kali pertemuan, dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam melaksanakan perlakuan dengan menggunakan strategi pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan untuk meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa secara optimal. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment design yang tidak menggunakan variabel-variabel pengendali, sehingga untuk peneliti-peneliti berikutnya supaya menyertakan variabel-variabel
pengendali yang mendukung penelitian tersebut. Kelemahan yang lain adalah kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut tidak hanya dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi pengambilan keputusan saja, melainkan dimungkinkan kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi-strategi lain yang ada dalam Bimbingan dan Konseling.
seyogyanya dapat mempertimbangkan waktu (mengatur waktu yang tepat) untuk melaksanakan kegiatan, serta menguasai strategi pengambilan keputusan agar dapat memberikan rasionalisasi yang tepat sehingga siswa dapat mengetahui apa sebenarnya strategi pengambilan keputusan tersebut, utamanya menyangkut tujuan yang dapat dicapai setelah dilakukan penerapan strategi pengambilan keputusan. 3) peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa dapat menambah alat pengumpul data Simpulan misalnya observasi dan wawancara, karena Berdasarkan tabel nilai kritis T uji dalam penelitian ini hanya menggunakan rangking bertanda Wilcoxon dengan taraf angket sebagai alat pengumpul data. 4) signifikansi 5% dan N=8 diperoleh Ttabel = 4 pemberian perlakuan penerapan strategi dan Thitung = 0, maka Thitung < Ttabel (0 < 4) pengambilan keputusan dilakukan hanya yang berarti pernyataan hipotesis “Ada enam kali pertemuan, sehingga untuk peningkatan yang signifikan pada skor peneliti-peneliti berikutnya supaya kemampuan memilih studi lanjut siswa menggunakan waktu yang lebih banyak kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 Manyar dalam melaksanakan perlakuan dengan Kabupaten Gresik antara sebelum dan menggunakan strategi pengambilan sesudah penerapan strategi pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan keputusan” dapat diterima. Dengan tercapainya tujuan untuk meningkatkan demikian terbukti bahwa penerapan strategi kemampuan memilih studi lanjut siswa pengambilan keputusan dapat secara optimal. meningkatkan kemampuan memilih studi lanjut siswa kelas XI-IPA 7 SMA Negeri 1 a. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment Manyar Kabupaten Gresik. design yang tidak menggunakan variabelvariabel pengendali, sehingga untuk Saran peneliti-peneliti berikutnya supaya Berdasarkan hasil penelitian yang menyertakan variabel-variabel pengendali telah dilakukan, maka dikemukakan saran yang mendukung penelitian tersebut. yang berkaitan dengan hasil penelitian ini, antara lain: 1) konselor sekolah dapat b. Kemampuan siswa dalam memilih studi lanjut tidak hanya dapat ditingkatkan menerapkan strategi pengambilan melalui penerapan strategi pengambilan keputusan sebagai alternatif bantuan kepada keputusan saja, sehingga untuk penelitisiswa yang mempunyai masalah utamanya peneliti berikutnya diharapakan dapat menyangkut kemampuan dalam memilih menggunakan strategi-strategi yang lain studi lanjut. 2) penerapan strategi dalam Bimbingan dan Konseling untuk pengambilan keputusan ini perlu meningkatkan kemampuan siswa dalam memperhatikan beberapa aspek, memilih studi lanjut. diantaranya: masalah waktu, kesanggupan, dan keseriusan siswa dalam melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu, konselor sekolah
Daftar Rujukan Ahmadi, Abu dan Rohani, Ahmad. 1991. Bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta All Habsy Bakhrudin. 2005. Penerapan Strategi Pengambilan Keputusan untuk Meningkatkan Kemampuan Memilih Jurusan pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Asnawi, Atik. 2007. Penerapan Strategi Pengambilan Keputusan untuk Meningkatkan Ketepatan Pemilihan Program Jurusan Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Menganti Kabupaten Gresik Tahun 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA Basori, Muh. 2004. Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang Ginting, Cipta. 2004. Kiat Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Gunawan, Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Prenhallindo Hansen, dkk. 1982. Counseling: Theory and Process Third Edition. Boston: Allyn and Bacon, INC Hardjana, Agus M. 1994. Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI) Hasan, Iqbal. 2002. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kansil, C.S.T. dan Kansil, Christine, S.T. 1997. Melangkah ke Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Manrihu, Muh. Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara Misdi. 2001. Kemana Setelah Lulus SMA?. Surabaya: Sigmagama Press Muhidin, Ali Sambas dan Abdurrahman, Maman. 2007. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Nursalim, Moch. dan Suradi. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press Nursalim, Mochammad. dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press Siagian, Sondang P. 1984. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung Susilowati, Pudji. 2008. Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi. Jurnal psikologi, (Online), (http://www.epsikologi.com/epsi/pendidikan_detail. asp?id=507, diakses 20 Mei 2010) Sutikna, Agus. 1998. Bimbingan Karir untuk SMA. Jakarta: Intan Pariwara Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara Utami, Yuni Setyo. 2009. Pilihan Program Studi di Perguruan Tinggi Berdasarkan Jurusan di SMA Negeri 1 Turen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Manajemen UM Winkel, W.S. dan Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia