1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Tajudin Akbar 1), Komariah 2), Ardiyanto 3) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan atas dasar salah satu tuntutan perkembangan dalam dunia pendidikan yaitu kemampuan berkomunikasi. Komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Guru harus mampu memilih metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk menciptakan pengalaman belajar yang komunikatif yaitu dengan strategi pembelajaran VAK. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi VAK dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional; apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan strategi VAK; apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional; serta apakah terdapat respon positif dari siswa yang menggunakan strategi VAK. Strategi pembelajaran VAK merupakan strategi yang menekankan pembelajaran berdasarkan gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi VAK. Penelitian menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Metode kuasi eksperimen menggunakan dua kelas penelitian. Kelas III SDN Babakan Sentral 3 dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas III SDN Babakan Sentral 4 dijadikan sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini meliputi soal tes komunikasi matematis dan angket respon siswa. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa serta terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi VAK dengan pembelajaran konvensional, serta terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi VAK dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu, siswa memberikan respon positif terhadap strategi pembelajaran VAK dengan perolehan rata-rata skor angket respon siswa sebesar 3,57. Dengan begitu, strategi pembelajaran VAK dapat dijadikan sebagai salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kata kunci: Strategi Pembelajaran VAK, Komunikasi Matematis.
1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2
Tajudin Akbar1), Komariah2), Ardiyanto3) 2 Penerapan Strategi Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
THE IMPLEMENTATION LEARNING SRATEGY OF VISUAL, AUDITORY, KINAESTHETIC (VAK) IN IMPROVING STUDENTS’ MATHEMATIC COMUNICATION ABILITY Tajudin Akbar 1), Komariah 2), Ardiyanto 3) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This research implemented based on development demand in education world that is communication ability. Mathematics communication is students’ ability in stating idea in form of oral or written. Teacher should be able to choose the right learning method or strategy to create communicative learning experience that is by VAK learning strategy. The problem formulations in this research are there difference of students’ mathematic communication ability who use VAK strategy with they who use conventional learning; is there improvement of students’ mathematics communication ability who use VAK; is there improvement of students’ mathematics communication ability who use conventional learning; also is there positive respond from students who use VAK Strategy. VAK learning strategy is a strategy that emphasizing learning based on learning style of visual, auditory and kinaesthetic own by elementary students. The research that is to know the improvement students’ mathematics communication ability who use VAK strategy. This research used research method of quasi experiment with design nonequivalent control group design. The research method of this quasi experiment used two classes research. Class III SDN Babakan Sentral 3 made as an experimental class and class III SDN Babakan Sentral 4 made as a control class. Instruments used in this research covers mathematic communication test and students’ respond of questionnaire. Based on data processing outcome, there is differences of students’ mathematics communication ability who use VAK strategy with conventional learning, and there is improvement in students' mathematical communication ability who use VAK strategies and students who use conventional learning Furthermore, students gave positive respond from VAK learning strategy with gain average score of students’ respond as many as 3,57. Therefore, VAK learning strategy can be made as one learning strategy use to improve students’ mathematics communication ability. Keywords: VAK Learning Strategy, Mathematics Communication
1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab 2)
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Pendidikan merupakan sebuah sarana untuk menciptakan manusia yang berkualitas baik secara fisik maupun secara mental. Pendidikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian materi pelajaran dari guru kepada siswa saja. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang harus direncanakan sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar siswa aktif dalam mengembangkan potensinya. Perkembangan dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai macam tuntutan untuk dunia pendidikan. Hasil pendidikan diharapakan dapat menciptakan siswa yang memiliki kompetensi yang utuh sesuai dengan tuntutan zaman. Sejalan dengan yang dikemukakan Morocco, et al. (dalam Abidin 2014, hlm 8) “Pada abad kedua puluh satu minimalnya ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni, kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan berpikir kreatif”. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan atas dasar salah satu kompetensi yang harus dikuasai yaitu kemampuan berkomunikasi. Pendidikan di sekolah dasar (SD) menuntut pembelajaran yang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Terdapat berbagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dalam KTSP. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran matematika. Secara garis besar materi ajar dalam matematika terdiri dari bilangan, geometri, dan pengukuran. Materi ajar yang digunakan pada penelitian ini adalah pengukuran keliling, luas persegi dan persegi panjang pada penyelesaian soal cerita. Tujuan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam 1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2
menyelesaikan soal cerita bukan hanya tuntutan penguasaan konsep dan cara mengerjakan soalnya saja yang harus ditekankan. Siswa diharapkan harus mampu mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari agar dapat menyelesaikan soal cerita tersebut. Untuk menyelesaikan soal cerita, siswa dituntut untuk mengungkapkan hal yang dipahaminya dalam menyelesaikan soal cerita baik secara lisan ataupun tulisan. Siswa yang mampu mengaplikasikan konsep dan mengungkapkan sesuatu yang dipahaminya secara lisan atau tulisan berarti siswa tersebut sedang mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Hal terseut sejalan dengan pendapat Susanto (2013, hlm 213) bahwa. Komunikasi matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Berdasarkan kondisi pembelajaran di SD khususnya di beberapa sekolah di kecamatan Kiaracondong. Kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita dapat dikategorikan rendah. Berdasarkan hasil tes uji kemampuan komunikasi matematis pada penyelesaian soal cerita yang dilakukan di SD, menunjukan rata-rata hasil tes tersebut sebesar 4,36. Berdasarkan hasil pengamatan, rendahnya kemampuan komunikasi tersebut peneliti asumsikan disebabkan oleh kurang tepatnya strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas menjelaskan cara penyelesaian dan pemberian contoh cara pengerjaan soal cerita yang dilanjut dengan latihan soal. Sehingga mengakibatkan siswa mengerjakan soal sesuai dengan yang
Tajudin Akbar1), Komariah2), Ardiyanto3) 4 Penerapan Strategi Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dicontohkan guru tanpa adanya pengungkapan pendapat penyelesaian soal dari siswa. Permasalahan tersebut diperkuat dengan anggapan dari salah satu guru kelas, bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang didominasi oleh guru untuk menjelaskan dan memberikan rumus langsung kepada siswa tanpa memperhatikan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Atas dasar permasalahan tersebut, sebenarnya permasalahan utama terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan. Strategi yang digunakan harus dapat mendukung suasana belajar yang komunikatif serta memperhatikan cara yang bisa mempermudah dan mempercepat pemerolehan informasi oleh siswa. Cara yang dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dinamakan gaya belajar. Menurut Gardner (dalam Chatib, 2009, hlm. 100) ‘Gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa’. Atas dasar pendapat tersebut, bahwa setiap siswa cenderung memiliki caranya masingmasing untuk menerima informasi pelajaran. Pada dasarnya setiap siswa siswa SD memiliki gaya belajar visual, auditory, kinestetik (VAK). Setiap siswa memiliki gaya belajar yang dominan, akan tetapi tidak berarti kedua gaya belajar lainnya tidak digunakan. Pada kenyataannya setiap pembelajaran akan selalu mencakup ketiga gaya belajar. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan harus dapat memfasilitasi setiap gaya belajar yang dimiliki siswa. Semakin banyak gaya belajar yang dilibatkan maka akan semakin efektif pembelajaran yang dilakukan. Strategi pembelajaran VAK adalah strategi yang menekankan pada pembelajaran yang didasari oleh gaya belajar siswa. Pembelajaran VAK ini memanfaatkan ketiga sistem sensor, yaitu 1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab 2)
penglihatan, pendengaran, dan sistem gerak. Strategi pembelajaran VAK dihaarapkan dapat memfasilitasi gaya belajar yang dimiliki oleh siswa sehingga proses penerimaan informasi menjadi lebih cepat dan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asmadi (dalam Setiawan, 2013, hlm. 14) bahwa ‘Cara terbaik apabila mengatur startegi belajar adalah dengan melibatkan ketiga-tiga gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik’. Penggunaan strategi pembelajaran VAK ini diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 72) metode eksperimen diartikan sebagai “Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode ekperimen yang dipilih adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar tujuan yang ingin dicapai, yaitu melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara dua kelas yang mendapatkan perlakuan yang berbeda. Selain itu, metode kuasi eksperimen ini digunakan atas dasar keterbatasan peneliti terhadap kebijakan sekolah yang melarang untuk mengubah kondisi kelas yang sudah terbentuk. Sehingga dengan metode ini sumber data dipilih tidak secara random tetapi menerima kondisi seadanya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen nonequivalent control group design. Desain kuasi eksperimen jenis ini menggunakan dua kelompok yang dibedakan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda khususnya penggunaan strategi pembelajaran namun terdapat
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
pemberian soal pretest dan posttest yang sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III sekolah dasar semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang ada di kecanatan Kiaracondong. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas II SDN babakan sentral 3 dan 4. Siswa kelas III SDN babakan sentral 3 dijadikan sebagai kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran VAK. sedangkan siswa kelas III SDN babakan sentral 4 dijadikan sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data penelitian menggunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan yaitu lembar soal tes kemampuan komunikasi matematis menggunakan soal cerita dan instrumen non tes yang digunakan adalah angket respon siswa terhadap strategi pembelajaran VAK. Analisis data yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest serta hasil angket respon siswa. Perhitungan analisis data yang dilakukan adalah uji gain ternormalisasi dan uji perbedaan rerata atau uji t. Uji perbedaan rerata pada nilai pretest bertujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan awal pada kedua kelas, sedangkan pada nilai posttest adalah untuk melihat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua kelas setelah mendapat pembelajaran yang berbeda. Selanjutnya, uji gain ternormalisasi untuk melihat peningkatan kemampuan pada masing-masing kelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dimulai dengan melaksanakan pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan pada 30 April 2015. Setelah pelaksanaan pretest, kegiatan selanjutnya 1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2
yaitu pemberian perlakuan pembelajaran yang berbeda setiap kelasnya. Pemberian perlakuan pembelajaran yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara pembelajaran yang menggunakan strategi VAK dengan pembelajaran konvensional. Setelah masing-masing kelas mendapatkan pembelajaran selanjutnya dilaksanakan posttest. Posttest dilakukan pada 15 Mei 2015. Data yang didapat dari pelaksanaan posttest digunakan untuk melihat kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh dari pretest dan posttest dapat diketahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis penyelesaian soal cerita pada kedua kelas penelitian. Data yang diperoleh dari pelaksanaan pretest pada kedua kelas penelitian baik kelas eksperimen ataupun kontrol diolah mulai dari perhitungan rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematis pada saat pretest. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukan bahwa rata-rata nilai pretest kelas eksperimen sebesar 28,04 sedangkan kelas kontrol sebesar 26,84. Jika dilihat dari perhitungan tersebut kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua kelas tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Berdasarkan dari jawaban siswa dalam menjawab soal-soal komunikasi matematis yang berbentuk soal cerita, siswa-siswa di kedua kelas penelitian menjawab langsung pada cara penyelesaian menggunakan rumus yang mereka ketahui. Sedangkan pada penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis dapat terlihat jika siswa menyelesaikan soal-soal tersebut secara bertahap, dimulai dari menuliskan diketahui, ditanyakan, cara penyelesaian dan kesimpulan jawaban. Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada
Tajudin Akbar1), Komariah2), Ardiyanto3) 6 Penerapan Strategi Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pelaksanaan pretest, rata-ratanya tergolong rendah. Data hasil pelaksanaan posttest pada kedua kelas penelitian diolah hampir sama dengan pengolahan data pretest. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 69,72 sedangkan kelas kontrol 44,92. Selisih rata-rata kedua kelas sebesar 24,8. Rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematis pada posttest kedua kelas penelitian memiliki perbedaan. Kemampuan komunikasi matematis pada posttest lebih baik dibandingkan pada saat pretest. Hal tersebut dilihat dari jawaban siswa ketika posttest sudah banyak yang menyelesaikan soal sesuai dengan tahapan penyelesaian soal cerita. Siswa yang menyelesaikan soal tersebut sesuai dengan tahapannya, maka siswa tersebut dapat memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan hasil perolehan data nilai pretest dan posttest maka peneliti menyajikan data rata-rata nilai pada gambar di bawah ini. 80 60 40
Pretest
20
Posttest
0 Eksperimen
Kontrol
Gambar 1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa rata-rata nilai pretest kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan awal komunikasi matematis pada kedua kelas hampir memiliki persamaan atau setara. Secara eksplisit 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru 2) Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab
kedua kelas memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda yakni dengan selisih nilai sebesar 1,2. Melihat kemampuan komunikasi matematis kedua kelas pada saat pretest tidak jauh berbeda, maka hasil yang didapat setelah siswa melaksanakan posttest akan lebih mudah untuk melihat peningkatan pada kedua kelas. Untuk memperkuat perhitungan persamaan kemampuan komunikasi matematis pada saat pretest dilakukan uji perbedaan rerata atau uji t. Pengujian uji perbedaan rerata syaratnya data harus berdistribusi normal dan homogen. Pengujian dilaksanakan menggunakan bantuan SPSS versi 21. for Window, dengan taraf signifikansi 0,05. Tabel 1 Uji Normalitas (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. .101 25 .200* Nilai_P Eksperimen retest Kontrol .162 25 .088 KELAS
Tabel 1 menunjukan hasil dari nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Analisis data dilanjutkan pada uji homogenitas, hasil uji homogenitas nilai pretest dilihat dari tabel berikut. Tabel 2 Uji Homogenitas (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene df1 df2 Sig. Statistic .001 1 48 .971 Tabel 2 menunjukan hasil uji homogenitas yang dilakukan pada data nilai pretest menunjukan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data memiliki varian yang homogen. Setelah data nilai pretest disimpulkan berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
perbedaan rerata atau uji t independent sample t-test equal variance assumed. Tabel 3 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test t-test for Equality of Means T Df Sig. Mean Std. (2- DifferenError taile ce Differ d) ence Equal .333 48 .741 1.200 3.60 varia 00 378 nces assum NILAI ed PRET Equal .333 47.7 .741 1.200 3.60 EST varia 92 00 378 nces not assum ed
Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa nilai signifikansi (2 tailed) pretest dengan equal variance assumed adalah 0,741. Perolehan signifikansi uji dua sisi lebih besar dari 0,05 (0,741 > 0,05), maka H0 diterima. Hal ini dapat diasumsikan bahwa rata-rata pretest kemampuan komunikasi matematis kedua kelas tidak berbeda secara signifikan, artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan komunikasi yang setara sebelum kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang berbeda. Perhitungan selanjutnya yaitu rata-rata nilai posttest kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan yang sangat jauh. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar 1 yang menunjukan bahwa rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas ekperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Secara jelas dapat dilihat bahwa selisih rata-rata nilai kelas eksperimen dan kontrol sebesar 24,8. Hal tersebut menunjukan 1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2
bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran VAK di kelas eksperimen dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Untuk memperkuat perhitungan perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada saat posttest dilakukan uji perbedaan rerata atau uji t. Pengujian dilaksanakan menggunakan bantuan SPSS versi 21. for Window, dengan taraf signifikansi 0,05 mulai dari uji normalitas, homogenitas, dan uji t. Tabel 4 Uji Normalitas (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol KELAS
NILAI EKSPERI _POST MEN TEST KONTROL
Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. .147 25 .168
.163 25
.085
Tabel 4 menunjukan hasil dari nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pada kedua kelas memiliki nilai yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Analisis data dilanjutkan pada uji homogenitas, hasil uji homogenitas nilai posttest dilihat dari tabel berikut. Tabel 5 Uji Homogenitas (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene df1 df2 Sig. Statistic .442 1 48 .509 Tabel 2 menunjukan hasil uji homogenitas yang dilakukan pada data nilai posttest menunjukan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data memiliki varian yang homogen. Setelah data nilai posttest disimpulkan berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji
Tajudin Akbar1), Komariah2), Ardiyanto3) 8 Penerapan Strategi Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa perbedaan rerata atau uji t independent sample t-test equal variance assumed. Tabel 6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test t-test for Equality of Means t Df Sig. Mean Std. (2- DifferenError taile ce Differ d) ence Equal 6.202 48 .000 24.80 3.99 varia 000 852 nces assum NILAI ed P0ST Equal 6.202 47.2 .000 24.80 3.99 TEST varia 37 000 852 nces not assum ed
Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa nilai signifikansi (2 tailed) postest dengan equal variance assumed adalah 0,00. Perolehan signifikansi uji dua sisi lebih kecil dari 0,05 (0,00 ˂ 0,05), maka H0 ditolak. Hal ini dapat diasumsikan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis kedua kelas pada posttest berbeda secara signifikan, artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan komunikasi berbeda setelah kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang berbeda. Perhitungan selanjutnya adalah berdasarkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa di kedua kelas menggunakan uji gain ternormalisasi. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen jauh lebih baik dibandingkan dengan peningkatan pada kelas kontrol. Perbedaan peningkatan secara jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab 2)
Rata-rata gain 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
Rata-rata gain
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 2 Diagram Rata-rata Gain Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan dari gambar 2 di atas, menunjukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pada kedua kelas penelitian. Selain itu peningkatan kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen jauh lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Gain peningkatan kemampuan komunikasi kelas eksperimen sebesar 0,58 sedangkan kelas kontrol sebesar 0,25. Hal tersebut menunjukan bahwa strategi pembelajaran VAK dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang tergolong sedang sedangkan pembelajaran konvensional tergolong rendah. Selanjutnya, untuk memperkuat penjelasan bahwa pada kedua kelas mengalami peningkatan maka dilakukan uji one sample t test. Uji tersebut menunjukan nilai signifikansi pada kedua kelas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan begitu dapat dimaknai bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran VAK lebih baik dibandingkan dengan peningkatan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional sehingga
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
mengakibatkan terdapatnya perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada kedua kelas. Pengumpulan data mengenai respon siswa terhadap strategi pembelajaran VAK di kelas eksperimen menggunakan angket. Angket yang termasuk data kualitatif dianalisis dengan menggunakan skala Likert agar dapat dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan hasil perhitungan skor angket respon siswa, rata-rata respon siswa terhadap pembelajaran VAK sebesar 3,57. Perolehan skor tersebut menunjukan bahwa siswa memberikan respon yang positif. Hal ini dilihat bahwa skor 3,57 lebih besar dari skor netral (skor netral=3). Perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada kedua kelas disebabkan oleh perbedaan pengalaman belajar yang didapatkan siswa. Pengalaman belajar kelas eksperimen yang menggunakan strategi VAK jauh lebih bermakna dan lebih variatif dibandingkan dengan kelas kontrol. Pengalaman belajar pada kelas eksperimen lebih variatif karena kegiatan pembelajaran berupaya untuk memfasilitasi dan menyesuaikan dengan ketiga gaya belajar VAK. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran VAK memiliki nilai rata-rata posttest lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini peneliti lihat berdasarkan dari banyaknya cara yang dilakukan guru dalam pembelajaran untuk mempermudah dan mempercepat penerimaan informasi belajar sehingga merangsang penggunaan gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik setiap siswa. Hal tersebut bersesuaian dengan pendapat Ausubel (dalam Windayana, 2005, hlm. 13) bahwa ‘Proses memahami konsep atau materi melalui berbagai cara pengembangan supaya siswa menjadi mengerti’. Cara pengembangan yang digunakan harus dapat mempermudah dan mempercepat penerimaan informasi melalui penyesuaian gaya belajar yang 1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2
dimiliki siswa khususnya gaya belajar VAK. Selain itu, kegiatan pembelajaran VAK merupakan kegiatan belajar secara berkelompok. Pemanfaatan kegiatan belajar secara berkelompok dengan berdiskusi dapat membantu siswa saling berinteraksi bertukar pikiran untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Kegiatan berdiskusi sangat membantu bagi setiap siswa yang memiliki gaya belajar auditory untuk mempercepat memahami materi ajar dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi VAK lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional disebakan karena penggunaan LKK yang melatih dan membiasakan siswa menyelesaikan soal cerita secara bertahap. Hal ini sesuai dengan tahapan menyelesaikan masalah Polya (dalam Noorhaeni, 2014, hlm 28) bahwa. Empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami masalah; merencanakan penyelesaian; menyelesaikan masalah; dan melakukan pengecakan kembali semua langkah yang dikerjakan. Berdasarkan empat tahapan tersebut, maka dalam menyelesaikan soal cerita dapat memperlihatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam penyelesaian soal cerita. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran VAK dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan. Dilihat dari uji perbedaan
Tajudin Akbar1), Komariah2), Ardiyanto3) 10 Penerapan Strategi Pembelajaran Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa rerata data nilai posttest yang menunjukan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 2. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran VAK mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis tersebut dilihat dari uji one sample t test data gain yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. 3. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis tersebut dilihat dari uji one sample t test data gain yang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. 4. Siswa menunjukan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran VAK. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata skor angket respon siswa sebesar 3,57 yang berada di atas skor netralnya atau berada di atas 3. Berdasarkan simpulan tersebut, implikasi dari penelitian ini adalah strategi pembelajaran VAK dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Adapun rekomendasi dari penelitian ini, bagi yang akan menggunakan strategi pembelajaran VAK ataupun meneliti kembali strategi VAK adalah sebagai berikut. a. Penggunaan media pada strategi pembelajaran VAK tidak hanya sebatas pada penggunaan gambar pada infocus saja. Media pembelajaran akan jauh lebih baik lagi jika menggunakan video atau media yang merangsang gaya belajar secara audio-visual. b. Penggunaan strategi pembelajaran VAK pada penyelesaian soal cerita sebaiknya menggunakan Lembar 1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab 2)
c.
Kerja Kelompok (LKK) yang tidak hanya sebatas pada cara melatih siswa mengerjakan soal cerita secara bertahap, tetapi bisa ditambah dengan aktivitas menyelesaikan masalah yang benar-benar terjadi di lingkungan sekitar sekolah sehingga dapat merangsang gaya belajar kinestetik siswa. Untuk memotivasi siswa yang tidak mau dan masih merasa malu mengkomunikasikan ide, bisa menggunakan reward agar siswa lebih terpacu dan bersemangat untuk maju ke depan karena diberikan penghargaan ataupun hadiah.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Chatib, M. (2009). Sekolahnya manusia: sekolah berbasis multiple intellegences di Indonesia. Bandung: Kaifa. Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Noorhaeni, V. (2014) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan model pembelajaran arias dengan pembelajaran konvensional. (Skripsi). PGSD FIP UPI Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Setiawan, R. (2013). Penerapan strategi pembelajaran visual, auditory, kinestetik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya. (Skripsi). PGSD FIP UPI Kampus Cibiru, Universtias Pendidikan Indonesia, Bandung. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Susanto, A. (2013) Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Windayana, H. dkk. (2005). Modul pendidikan matematika 1. Bandung: UPI PRESS.
1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab 2