PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RAWAT INAP RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO Rania L. M. Kondoj*, M. Tumurang** * Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado ** Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado ABSTRAK Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut. Salah satu indikator dalam MPKP ada peningkatan mutu pelayanan dengan pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar yang ada dan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan. Salah satu tujuan dari Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan. Melalui asuhan keperawatan akan memperlihatkan bagaimana kompetensi dan kemampuan yang dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan untuk melihat kemampuan perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang penerapan standar operasional prosedur asuhan keperawatan dalam hal ini tentang penilaian kebutuhan SOP,pelatihan SOP, sosialisasi SOP, pendokumentasian asuhan keperawatan, monitoring dan evaluasi penerapan SOP asuhan keperawatan di rawat inap RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian kebutuhan, pelatihan,sosialisasi, pendokumentasian asuhan keperawatan mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan rencana keperawatan, evaluasi keperawatan dan monitoring terhadap pelaksanaan SOP asuhan keperawatan belum maksimal diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan di Rawat Inap RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado, sangat diharapkan perhatian dari pimpinan rumah sakit untuk meningkatkan kinerja dari petugas sehingga mutu pelayanan dapat meningkat. Kata Kunci: Model Praktik Keperawatan Profesional, Standar Operasional Prosedur Asuhan Keperawatan
ABSTRACT Professional nursing practice model (MPKP) is a system (structure, process, and ptofessional values) that can allow proffesional nurses to manage care giving including the environment that can support that care giving. One of the indicator in MPKP is the increasing of service quality with nursing care giving based on standard and about the nursing care documentation. One of professional nursing practise model purposes is to keep the nursing care consistency to the nursing care will be showed how are the competency and ability from the nurses in giving nursing care to the patient and to see the nurses ability to increase the service quality to the patient the purpose of this study is to get informationt about the standard operational procedure aplication of nursing care, they are SOP needs measurement, SOP exercise, SOP Socialitation nursing care, documentation monitoring and SOP evaluation of nursing care in RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. The study result shows that the needs measurement, exercise, socialitation, the implementation nursing care documentation start from the assesment step, nursing diagnosis, nursing plan, nursing plan implementation, nursing evaluation and minotoring towards nursing care SOP implementation has not been maximally aplied in service implementation in RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado, the attention from the hospital head highly expected to increase the worker employee’sperformance so the service quality and increase. Keywords: Professional Nursing Practice Model, Nursing Care Procedure Operational Standar
74
diterapkan secara konsekuen oleh seluruh tenaga
PENDAHULUAN
keperawatan di Rumah Sakit.
Peningkatan.profesionalisme keperawatan di
Dalam hal pemanfaatan sarana pelayanan
Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya
kesehatan di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya
Manado pada tahun 2014 yaitu pada BOR (Bed
Nasional Keperawatan (1983). Sejak saat itu
Ocupation Rate) terjadi peningkatan 80 % menjadi
berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen
86%, AVLOS (Average Length of Stay) atau rata-
Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan
rata lama seseorang di rawat pada 1 tahun terakhir
organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka
pendidikan
mengembangkan
pada
tingkat
Kurikulum
rata-rata pemakaian 4 hari, BTO (Bed Turn Over)
sarjana,
Diploma
atau frekuensi pemakaian tempat tidur rata-rata 5
III
hari dan untuk rata-rata tempat tidur tidak ditempati
keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga
pada dua tahun terakhir hasilnya yaitu 2 hari
keperawatan, serta mengembangkan standar praktik
kosong.
keperawatan (Anonimous, 2005a).
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Upaya penting lainnya adalah dibentuknya
Ratumbuysang Manado menerapkan MPKP di
Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan
seluruh
di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
pelayanan
Tarsius dan Bunaken sebatas melihat/observasi
mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang
pendokumentasian
sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan
Asuhan
Keperawatan
berdasarkan Standar Operasional Prosedur.
asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga
Menurut hasil penelitian Diyanto (2006),
(Sitorus, 2006). sakit
Jiwa
Prof.
Dr.
V.
tentang penerapan SOP Asuhan Keperawatan pada
L.
pasien rawat inap di RSUD Tugurejo Semarang,
Ratumbuysang adalah Rumah Sakit pertama milik
yang
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang sudah
berlaku
mana
keperawatan,
pada
beberapa
rumah
sakit
masih
mengunakan pendokumentasian manual.
diharapkan panduan SOP ini sebagai upaya untuk pengelolahan
asuhan
(17%). Penerapan SOP Asuhan Keperawatan yang
memiliki pedoman standar operasional prosedur
mutu
dokumentasi
penatalaksanaan
yang selanjutnya diikuti sedang (35%) dan baik
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
di
bahwa
proporsi terbesar dalam kategori kurang (48%),
Akreditasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI.
445/RSKD/SK/2011
menunjukkan
pengisian
terakreditasi pada tahun 2012 oleh Komisi
meningkatkan
untuk
kegiatan implementasi materi MPKP di ruang
(Sitorus 2006). Layanan keperawatan masih sering
Nomor
inap
2014 tentang MPKP telah dilakukan. Pelaksanaan
mutu asuhan keperawatan dapat ditingkatkan
(SOP)
rawat
keperawatan. Pelaksanaan kegiatan pelatihan tahun
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar
Rumah
ruang
Salah satu indikator peningkatan mutu
pelayanan
klinis pelayanan keperawatan dalam penerapan
asuhan keperawatan dengan cepat, tepat, efisien
SOP adalah menurunya angka kejadian tidak
dan efektif, sehingga dipandang perlu untuk
diharapkan. Kejadian tidak diharapkan (infeksi
menetapkan Prosedur tetap/standar operasional
nosocomial) di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
prosedur pelayanan di Rumah Sakit Ratumbuysang
Manado yaitu kejadian phlebitis. Kejadian infeksi
dan juga diharapkan pemberlakuan prosedur tetap
nosocomial yaitu pada tahun 2013 17 Kasus dan
pelayanan keperawatan yang dimaksud benar-benar
tahun 2014 28 Kasus. Hal ini menggambarkan
75
bahwa tingkat mutu layanan terhadap pasien
pengembangan
kurang
Profesional (MPKP) yang diperbaharui dengan
optimal
dengan
adanya
peningkatan
kejadian phlebitis dari 11,69% menjadi 18,74%.
Model
Praktek
Keperawatan
SP2KP (Sitorus, 2006).
Dari penelusuran data sekunder pelaporan,
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat
tertarik melakukan suatu peneltian yang mendalam
inap masih belum lengkap, diantaranya Sistem
berkaitan dengan Penerapan Standar Operasional
Pegembangan Manajemen Kinerja Klinis belum
Prosedur Asuhan Keperawatan Berdasarkan Model
disosialisasikan, lembar penilaian kebutuhan SOP
Praktik Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit
tidak ada, pembuatan standar asuhan keperawatan
Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
dan catatan monitoring tentang SOP Asuhan Keperawatan tidak lengkap. Layanan keperawatan
METODE
yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan
kualitatif. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap
hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan
Manado pada bulan Februari – Juni 2015.
tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral
Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan
serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri
tentang
mengatasi
asuhan
masalah
restrakturing,
keperawatan. tersebut
reengineering,
Teknik sampling pengambilan data yaitu purposive
Untuk
sampling.
diperlukan
dan
redesigning
system pemberian asuhan keperawatan melalui
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Sistem Model Praktik Keperawatan
sosialisasi atau seminar tentang Model Praktik
Profesional
Keperawatan Profesional dan saat ini sudah mulai
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil wawancara
bahwa
untuk
Model
dilakukan pembenahan untuk diterapkan di Rumah
Praktik
Sakit dengan sistem MPKP ini.
Keperawatan Profesional sudah mulai diterapkan
Model
Praktik
Keperawatan
Profesional
tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal
(MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
meskipun
nilai-nilai
MPKP
sendiri
sudah
pernah
profesional)
yang
memungkinkan
disosialisasikan satu kali di RSJ. Prof. Dr. V. L.
perawat profesional mengatur pemberian asuhan
Ratumbuysang
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
Keperawatan
Manado, Profesional
Model sudah
Praktik pernah
di
menopang pemberian asuhan tersebut. Pada metode
sosialisasikan tetapi dalam pelaksanaannya seluruh
keperawatan primer perawat yang bertanggung
perawat selalu berusaha meningkatkan kinerja
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan
dalam memberikan pelayanan berdasarkan kriteria
disebut perawat primer (primary nurse) disingkat
yang ada dalam MPKP itu sendiri yaitu dengan
dengan PP (Sitorus, 2006). Metode keperawatan
penerapan Standar Asuhan Keperawatan dalam
primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas,
rangka peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan
otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K
MPKP yang ada. Berdasarkan hasil observasi
yaitu
dokumen menunjukkan bahwa di RSJ. Prof. Dr. V.
koordinasi, dan komitmen (Sitorus, 2006).
L. Ratumbuysang Manado sudah pernah diadakan
76
kontinuitas,
komunikasi,
kolaborasi,
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6
Informan satu Wakil Direktur Bidang Pelayanan
klien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama
Medik dan Keperawatan penilaian kebutuhan
klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu
memang tidak memiliki batas waktu, ketika
unit.
wawancara
ditemukan masalah SOP yang sudah tidak sesuai
mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan
maka akan dilakukan penilaian tetapi untuk
asuhan
evaluasi langsung ke bagian perawatan tidak efektif
Perawat
akan
melakukan
keperawatan.
Perawat
yang
peling
mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang
dilakukan.
bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan
membutuhkan kajian yang akurat berdasarkan
kepada perawat
pemantauan kerja dilapangan bahwa SOP yang ada
lain (associated nurse).
PP
Tahap
bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan
perlu
klien dan menginformasikan keadaan klien kepada
dikembangkan.
kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan
dinilai
Dari
(Sitorus, 2006).
hasil
penilaian
kebutuhan
kembali
untuk
observasi
dokumen
SOP
nantinya
untuk
pelaksanaan penilaian kebutuhan tidak ada, baik di Ketua Komite Mutu dan Keperawatan sampai ke
2.
Penilaian Kebutuhan
ruangan tidak ada dokumen untuk pencatatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
penilaian kebutuhan. Dokumen khusus catatan
dari wawancara dengan beberapa informan dimana
perawat tentang Standar Operasional Prosedur yang
untuk penilaian kebutuhan belum diterapkan secara
perlu direvisi atau dikembangkan tidak ada.
efektif sehingga tidak dapat menilai standar asuhan
Dari hasil penelitian ini, terlihat jelas bahwa
keperawatan yang ada apakah perlu direvisi atau
penilaian kebutuhan standar operasional prosedur
dinilai kembali mengapa penerapannya belum
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa
V. L. Ratumbuysang Manado sudah diterapkan
tidak adanya dokumen untuk penilaian kebutuhan
tetapi belum efektif. Penilaian kebutuhan tidak
merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
efektif dilakukan diruangan perawatan, untuk SOP
tidak efektifnya penerapan standar operasional
yang ada belum pernah direvisi karena sistem yang
prosedur yang ada.
berjalan hanya membuat SOP ketika ada temuan
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil wawancara
pengembangan
dilakukan evaluasi apakah dapat terus dipakai, atau
standar operasional prosedur keperawatan dimana
perlu direvisi atau penilian kebutuhan tidak
penilaian kebutuhan
dilakukan diruangan baik oleh kepala ruangan atau
Asuhan
mendalam
tentang
masalah, tetapi untuk SOP yang sudah ada tidak
tentang
Keperawatan
penerapan SOP MPKP
perawat pelaksana langsung untuk melihat apa saja
saja,
yang perlu direvisi atau disempurnakan. Untuk
dievaluasi apakah SOP yang ada perlu direvisi,
menilai kebutuhan SOP hanya berdasarkan laporan
dikembangkan atau masih layak untuk dijalankan,
saja dalam pertemuan pagi seluruh pimpinan, tetapi
tetapi dalam mengevaluasi SOP yang sudah ada
untuk lembar penilaian diruangan memang belum
belum efektif dilaksanakan, berdasarkan hasil
diterapkan.
dilaksanakan
berdasarkan
berdasarkan
kebutuhan
observasi perawat pelaksana dan observasi di
Penilaian kebutuhan SOP bertujuan untuk
ruangan rawat inap perawat tidak membaca buku
mengetahui sampai sejauhmana kebutuhan suatu
SOP yang ada bagaimana bisa dilakukan penilaian
organisasi dalam mengembangkan SOP-nya. Jika
kebutuhan SOP yang ada. Hasil wawancara dengan
suatu organisasi telah memiliki SOP dan ingin
77
melakukan revisi atau penyempurnaan terhadap
Rizani (2006), kepemimpinan dalam keperawatan
SOP yang telah ada maka proses penilaian
merupakan
kebutuhan dapat dimulai dengan mengevaluasi
pemimpin dalam mempengaruhi perawat lain
SOP yang sudah ada. Proses evaluasi antara lain
dibawah pengawaannya untuk pembagian tugas
akan memberikan informasi mengenai mana SOP
dan
yang tidak dapat dilaksanakan atau sudah tidak lagi
pelayanan untuk mencapai tujuan. Disamping itu
relevan, mana SOP baru yang mungkin diperlukan,
ada faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan
dan
penerapan SOP Asuhan Keperawatan pada tahap
mana
SOP
yang
perlu
disempurnakan
(Anonim, 2012). Lembar
penggunaan
tanggung
jawabnya
penampilan
dalam
seorang
memberikan
penilaian kebutuhan yaitu tidak adanya reward dan
penilaian
kebutuhan
seharusnya
punishment dari pimpinan. Dimana hal tersebut
diberikan ditiap ruangan, lembar tersebut nantinya
akan
yang digunakan untuk melihat apa saja yang perlu
melakukan penilaian kebutuhan terhadap SOP yang
dinilai dari Standar Operasional Prosedur yang
ada ketika SOP tidak diterapkan. Hal ini didukung
sudah ada sehingga dalam melakukan revisi
hasil penelitian yang dilakukan Widyaningtyas
terhadap SOP yang ada benar-benar objektif dan
(2007), bahwa ada hubungan antara unsur tenaga,
SOP yang ada dapat terus direvisi atau bisa saja
pelatihan, sarana, supervisi, reward, punishment,
dari hasil penemuan tersebut SOP yang ada tidak
waktu, kegunaan dan motivasi dengan penerapan
perlu direvisi masih bisa tetap digunakan.
SOP di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Hartatik
bertujuan
untuk
(2014),
penilaian
mengetahui
Rahayu Kudus.
kebutuhan
sejauh
meningkatkan
motivasi
perawat
dalam
Untuk meningkatkan penerapan
SOP pada tahap ini, kegiatan seminar, pelatihan,
mana
supervisi yang terencana, tepat dan benar akan
kebutuhan suatu organisasi dalam menilai SOP-
memberikan kesempatan bagi perawat
nya. Dimana hasil penilaian kebutuhan SOP akan
meningkatkan kinerjanya.
untuk
memberikan informasi apakah SOP yang telah ada sudah mampu memenuhi semua kebutuhan dalam
3.
Penerapan
Pelatihan
Standar
Operasional
organisasi, keselarasan dengan misi dan lingkungan
Prosedur Keperawatan
organisasi serta peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
Menurut hasil wawancara dengan perawat
Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik dan
pelaksana bahwa penilaian kebutuhan belum
Keperawatan
untuk
dilaksanakan di tiap ruangan karena tidak ada
Keperawatan
di
sangsi tegas bagi perawat yang tidak melakukan
Ratumbuysang Manado belum pernah dilaksanakan
asuhan keperawatan berdasarkan standar sehingga
dan di karenakan kurangnya anggaran untuk rumah
penilaian kebutuhan untuk asuhan keperawatan
sakit pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara
yang perlu diperbaiki belum maksimal diterapkan.
dengan informan satu Wakil Direktur pelatihan
Semuanya tidak lepas dari peran kepala ruangan
tentang standar operasional keperawatan memang
sebagai pemimpin sehingga pelaksanaan penilaian
sudah direncanakan untuk dilaksanakan tetapi
kebutuhan dapat dilakukan. Kepemimpinan adalah
mengingat anggaran rumah sakit yang terbatas
proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau
maka belum terealisasikan tetapi untuk MPKP
sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam
sendiri itu sudah dilaksanakan kalau khusus untuk
situasi tertentu. Menurut sitorus (1996) dikutip oleh
asuhan keperawatannya
78
pelatihan
RSJ.
Prof.
saja
SOP Dr.
memang
Asuhan V.
L.
belum
dilaksanakan, sedangkan hasil wawancara dengan
supervisi termasuk kepada perawat (Anonim,
Kepala Komite Mutu dan Keperawatan, Seksi
2004).
Asuhan Mutu dan informan Kepala Ruangan dan
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan
Perawat Pelaksana juga belum pernah mengikuti
oleh
pelatihan atau seminar tentang standar operasional
Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan
prosedur Keperawatan. Rumah sakit berusaha
World Health Organization (WHO, 2002) di
meminimalkan kegiatan yang dapat mempertinggi
Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara,
anggaran karena berdasarkan pernyataan dari
Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Daerah Khusus
informan Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik
Ibukota (DKI) Jakarta menemukan bahwa 70%
dan Keperawatan nanti biaya akan dibebankan ke
perawat dan bidan selama 3 tahun terakhir tidak
pasien yang datang berobat.
pernah
Berdasarkan
hasil
wawancara
Direktorat
Keperawatan
mengikuti
pelatihan,
Departemen
39,8%
masih
didapatkan
Universitas Sumatera Utara melakukan tugas-tugas
kutipan hasil wawancara dimana menurut informan
kebersihan, 47,4% perawat dan bidan tidak
Komite Mutu dan Seksi Asuhan Mutu pelatihan
memiliki uraian tugas dan belum dikembangkan
tentang SOP Keperawatan itu sangat dibutuhkan
monitoring dan evaluasi kinerja perawat dan bidan
untuk meningkatkan mutu pelayanan yang ada di
khususnya
rumah sakit. Hasil observasi dokumen juga tidak
kedisiplinan dan motivasi kerjanya.
mengenai
keterampilan,
sikap,
ada pelatihan atau surat keluar tentang Standar
Berdasarkan penelitian Soeroso (2003) Di Irna
Operasional Prosedur (SOP) dari tahun awal
B Lt. IV Kanan RSUPN- Cipto Mangunkusumo
diterbitkan sampai sekarang.
dimana hasil wawancara dengan kepala bidang
Pelatihan untuk perawat di rumah sakit bahkan
keperawatan diperoleh informasi bahwa pendidikan
pimpinan keperawatan sangat perlu dilaksanakan
berkelanjutan terutama pelatihan bagi perawat
khususnya pelatihan atau seminar tentang SOP,
belum dilaksanakan secara rutin. Belum adanya
sehingga perawat megetahui dengan baik dan jelas
pendidikan berkelanjutan disebabkan oleh dana
tentang pedoman Standar Operasional Prosedur
yang terbatas sehingga perawat dalam memberikan
khususnya yang ada di rumah sakit.
asuhan keperawatan belum mengunakan informasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
terbaru. Selain itu Irna B Lt. IV Kanan RSUPN-
No.81 /Menkes/SK/I/2004, Pelayanan kesehatan di
Cipto Mangunkusumo belum memiliki standar
rumah sakit bersifat individu, spesifik dan unik
asuhan keperawatan sehinga dalam memberikan
sesuai karakteristik pasien, di samping itu harus
asuhan keperawatan
mengacu pada standar operasional prosedur serta
standar yang telah ditetapkan.
belum
maksimal
sesuai
pengunaan teknologi. Agar pelayanan keperawatan dapat mengikuti cepatnya perkembangan ilmu dan
4.
Sosialisasi
Standar
Operasional
Prosedur
teknologi yang terjadi pada sistem pelayann
Keperawatan
kesehatan, strategi yang dilakukan adalah tetap
Dari wawancara dengan informan Wakil
menjaga kualitas sumber daya manusia. Salah satu
Direktur
Bidang
Pelayanan
Medik
dan
cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Keperawatan di
manusia di rumah sakit yaitu dengan cara
pensosialisasian buku SOP yang ada sudah
memberikan pelatihan dan kemudian melakukan
dilaksanakan
dapat informasi bahwa dalam
menurut
wakil
direktur
bidang
pelayanan medik dan keperawatan sosialisasi sudah
79
dilaksanakan saat dilaksanakan morning report dan
pelayanan
disetiap apel juga sudah dilaksanakan tetapi belum
Prosedur. Sosialisasi sebaiknya di laksanakan
maksimal dilaksanakan, dimana sosialisasi ini
dengan beberapa metode yang dianggap dapat lebih
dilaksanakan secara berjenjang sampai ke tenaga
efektif dan efisien dalam pelaksanaannya, karena
perawat pelakana tetapi untuk sosialisasi langsung
dengan sosialisasi yang rutin dijalankan kinerja
dari tim yang membuat ke perawat pelaksana tidak
perawat dapat lebih ditingkatkan.
dilaksanakan,
jadi
masih
Standar
Operasional
tahap
Berdasarkan hasil penelitian Jasura (2008), Di
pengembangan. Sedangkan hasil wawancara dari
RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 dimana
informan lain yaitu Komite Mutu dan Keperawatan
Kinerja perawat pelaksana merupakan salah satu
menurut pengakuannya tidak pernah melakukan
faktor
sosialisasi
diruangan-ruangan
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Setiap
keperawatan, sedangkan menurut informan Seksi
rumah sakit mempunyai permasalahan dalam
Ashan Mutu buku SOP sudah disampaikan kepada
kinerja perawat pelaksana khususnya di ruang
perawat pelaksana lewat kepala-kepala ruangan, di
rawat
apel pagi juga diingatkan tetapi memang jarang
penerapan prosedur tetap diduga memengaruhi
dilaksanakan, sedangkan menurut informan Kepala
kinerja
Ruangan untuk buku SOP diletakkan dimeja
penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di
perawat tetapi hanya SOP untuk tindakan yang
ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan
sering dilaksanakan dan ada yang ditempel di
sebanyak 60 orang dan sekaligus menjadi sampel
papan pengumuman saja, sedangkan menurut
penelitian. Pengumpulan data meliputi data primer
informan kepala ruangan lainnya untuk SOP belum
dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan
secara maksimal disosialisasikan kepada perawat.
data sekunder melalui pencatatan dokumentasi
Untuk hasil wawancara kepada perawat pelaksana
RSU
didapatkan informasi bahwa buku SOP tidak
menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf
pernah
pimpinan
kepercayaan 95%. Hasil penelitian di rumah sakit
pembuat SOP ataupun dari bidang langsung,
tersebut menunjukkan bahwa kinerja perawat
sedagkan untuk buku SOP ada perawat yang belum
pelaksana di ruang rawat inap 61,7% termasuk
melihat buku SOP yang ada.
kategori kurang. Hasil regresi linear berganda
langsung
disosialisasikan
dalam
berdasarkan
baik
oleh
Hasil observasi dokumen tentang pelaksanaan
penting
inap.
dalam
Faktor
perawat
Mitra
menunjukkan
mewujudkan
budaya
pelaksana.
Sejati
Medan.
variabel
organisasi
Populasi
dalam
Analisis
keterlibatan
data
perawat
(p=0,003),
tidak
konsistensi perawat (p=0,022), misi organisasi
dilaksanakan,
sosialisasi
hanya
(p=0,005),
sedangkan untuk sosialisasi untuk keseluruhan
berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.
Operasional
Prosedur
tidak
penerapan
SOP
(p=0,034),
dilakukan berjenjang untuk SOP tertentu saja
Standar
dan
perawat
dan
sosialisasi tentang Standar Operasional Prosedur pernah
penyesuaian
kualitas
(p=0,000)
pernah
dilaksanakan ditunjang dengan observasi dokumen
5.
di tiap ruangan tidak ada.
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Keperawatan
Sosialisasi secara rutin dilaksanakan itu sangat
Dari wawancara dengan tujuh informan maka
penting dalam meningkatkan standar pelayanan
diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan
keperawatan yang ada, karena sosialisasi akan terus
tugas
mengingatkan
prosedur dalam pelaksanaannya sudah berproses
perawat
untuk
menerapkan
80
serta
penerapkan
standar
operasional
sejak pelayanan rumah sakit dijalankan, Karena
pengkajian belum dilaksanakan berdasarkan
rumah sakit sudah memiliki SOP, karena rumah
format yang dikeluarkan oleh rumah sakit,
sakit tidak akan terakreditasi jika tidak memliki
dalam
SOP dan dalam pelaksanaannya sudah diterapkan
ditemukkan
meskipun belum membaca SOP yang ada, SOP
dilaksanakan sama sekali hal yang sama juga
tidak disosialisasikan dengan efektif dan sarana
dikemukakan oleh kepala ruangan untuk
penunjang
kegiatan
pengkajian sesuai format yang dikeluarkan
pelayanan tetapi pelayanan sudah dijalankan
rumah sakit memang kosong tidak di isi. Hasil
berdasarkan standar. Hasil wawancara didapatkan
observasi pada penerapan standar operasional
hasil dari informan sebagai kepala Komite Mutu
prosedur tahap pengkajian pada ruang satu dan
meski sosialisasi kurang efektif ke perawat
ruang
pelaksana tetapi jarang ada masalah yang muncul
pengkajian tidak terisi dengan lengkap sesuai
akibat pelayanan dalam artian perawat menjalankan
dengan standar (bio-psiko-sosio, spiritual),
tugas sebaik-baiknya berdasarkan pengalaman
pengkajian tidak mengkaji secara keseluruhan
mereka. Sedangkan wawancara dengan kepala
hanya berdasarkan keluhan pasien masuk saja.
ruangan
yang
untuk
tidak
menunjang
pelaksanaan
kegiatan
semua
penerapannya ada
empat
Dalam
memang
pengkajian
yang
ditemukan
Model
masih
hasil
Praktik
tidak
lembar
Keperawatan
berjalan baik meskipun sarana penunjang tidak
Profesional, standar asuhan keperawatan pada
memadai tetap kegiatan pelayanan berjalan dengan
tahap pengkajian sangat diperlukan dalam
baik, dan untuk kutipan wawancara dengan perawat
memberikan pelayanan keperawatan kepada
pelaksana
pasien. Salah satu faktor dalam sistem
untuk
kegiatan
selalu
berusaha
menjalankan sesuai prosedur, meskipun belum
pengembangan
membaca buku SOP tetapi dalam pelaksanaannnya
adalah melaksanakan tindakan sesuai standar
dilaksanakan sesuai prosedur. Dalam penerapan
untuk meningkatkan kinerja perawat dalam
asuhan keperawatan berdasarkan Model Praktik
mencapai indikator dalam Model Praktik
Keperawatan
Keperawatan
Profesional
yaitu
memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk
manajemen
Profesional
kinerja
yaitu
klinis
Indikator
Standar (Anonim, 2005b).
mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas
Menurut Nursalam ( 2009), pengkajian
sehingga perawat harus berpikir realitas untuk
awal sangat penting karena didokumentasikan
mencapai asuhan yang berkualitas tinggi yaitu
sebagai sumber data dimana ketidaklengkapan
sesuai standar yang ada.
data pengkajian pasien akan menyebabkan tidak efektifnya standar operasional prosedur
a.
Standar
Operasional
Prosedur
Tahap
asuhan keperawatan untuk menentukan tahap
Pengkajian
selanjutnya untuk pengobatan klien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kepala
Komite
Mutu
dan
Menurut
Keperawatan
hasil
wawancara
dengan
informan Perawat Pelaksana- 1 dan PP2 juga
menunjukkan bahwa tahap pengkajian sudah
dikemukakan
dilaksanakan dari awal pelayanan dibentuk,
pengkajian
karena pengkajian merupakan tahap awal
standar hanya berdasarkan keluhan saat pasien
untuk memberikan pelayanan kepada klien
masuk, pengkajian tidak pernak dilakukan
yang datang
berdasarkan lembar yang ada didukung dengan
berobat.
Pelaksanaan tahap
81
bahwa tidak
pelaksanaan
dilakukan
tahap
berdasarkan
hasil observasi dokumen dimana lembar
Pendapat
yang
sama
Capernito
standar yang ada. Menurut Perawat pelaksana
merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
bahwa tahap pengkajian tidak dibuat sesai
respon manusia (status kesehatan atau resiko
standar operasional prosedur yang ada karena
perubahan pola) dari individu atau kelompok
tidak adanya sanksi tegas dan kurangnya
dimana perawat secara akuntabilitas dapat
monitoring
mengidentifikasi dan memberikan intervensi
evaluasi
dari
pimpinan
terhadap penerapan standar tahap pengkajian.
Standar
Operasional
Prosedur
keperawatan
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
b.
diagnose
menurut
pengkajian pasien tidak diisi lengkap sesuai
dan
(2000),
juga
Tahap
membatasi,
mencegah
dan
mengubah.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Penerapan standar operasional prosedur
informan Pelaksana-1 dan PP2 menunjukkan
asuhan keperawatan tahap diagnosa menurut
bahwa diagnosa diangkat berdasarkan masalah
hasil
bidang
dari pengkajian, tetapi dalam pelaksanaannya
dibuat
penerapan standar pembuatan diagnosa tidak
wawancara
keperawatan
dengan
dimana
kepala
diagnosa
berdasarkan tahapan standar yang ada yaitu
diterapkan
melihat masalah apa yang ada dipasien dan
perawat pelaksana diagnosa keperawatan tidak
dibuat diagnose berdasarkan masalah prioritas
dibuat berdasarkan standar yang ada, hanya
dan mencerminkan PE/PES, tetapi dalam
berdasarkan diagnosa medis dokter saja,
penerapannya
tidak
didukung dengan hasil observasi dimana
efektif karena pengkajian saja tidak diisi.
lembar asuhan keperawatan tidak di isi bahkan
Menurut informan Kepala Ruangan untuk
kalau di isi tidak lengkap berdasarkan standar
pembuatan diagnosa itu berdasarkan masalah
yang ada, sedangkan menurut Nanda dalam
tetapi dalam penerapannya itu belum berjalan
Hidayat
dengan baik, seperti diagnosa pelaksanaan
merupakan catatan tentang penilaian klinis dari
keperawatan tidak diisi oleh perawat.
respon individu, keluarga, atau masyarakat
pembuatan
diagnosa
Pada hasil observasi di dua ruangan
terhadap
menunjukkan diagnosa keperawatan di buat
menurut
(2001),
wawancara
diagnosa
dengan
keperawatan
masalah kesehatan atau
proses
kehidupan yang aktual maupun potensial.
tetapi belum menggambarkan diagnosa yang
Kendala
dalam
penerapan
standar
aktual dan potensial serta pengangkatan
operasional prosedur
asuhan keperawatan
diagnosa hanya satu saja. Hasil observasi juga
tahap diagnosa brdasarkan hasil wawancara
didapatkan dokumen yang ada menunjukkan
dengan inform kepala bidang keperawatan
bahwa lembar untuk diagnosa keperawatan
adalalh pada sistem monitoring dan evaluasi
tidak di isi atau kosong. Menurut Deswani
yang kurang sehingga penerapan dilapangan
(2009), diagnosa keperawatan adalah proses
itu tidak efektif, hal yang sama dikatakan oleh
menganalisis data subjektif dan objekif yang
kepala ruangan bahwa penerapan standar
didapatkan pada tahap awal standar asuhan
asuhan keperawatan tahap diagnosa tidak
keperawatan yaitu tahap pengkajian untuk
efektif dikarenakan sistem monitoring dan
kemudian menegakkan diagnosa.
evaluasi serta kurangnya sangsi bagi perawat yang tidak menerapkan sesuai dengan standar
82
operasional prosedur yang ada. Masalah lain
diobservasi dimana rencana perawatan tidak
dikemukkan oleh perawat pelaksana adalah
ditulis dan belum diterapkan dengan maksimal
masih
menentukkan
dan ditulis tidak mengacu pada tujuan dengan
diagnosa. Ini diperlukan pemahaman yang
menggunakan kalimat perintah, jelas dan
lebih
meningkatkan
terinci dan tidak melibatkan keluarga, pasien
pengetahuan perawat tentang standar asuhan
dan tim kesehatan lainnya. Kendala dalam
keperawatan.
penerapan standar operasional prosedur tahap
memikirkan
lagi
untuk
dalam
hal
pembuatan rencana keperawatan adalah pada kurangnya inisiatif perawat dalam membuat c.
Rencana Keperawatan
asuhan keperawatan berdasarkan standar dan
Dari hasil wawancara dengan informan
juga kurangnya pengelolahan dari bidang
Kepala Komite Mutu dan Keperawatan untuk
keperawatan bahkan kepala ruangan di ruang
tahap
rawat
rencana
berdasarkan
keperawatan
diagnosa
disusun
menggunakan
manajemen
yang
keperawatan. Menurut hasil penelitian Warsito
dibuat, dimana rencana tindakan dibuat dengan
(2006), bahwa pentingnya pengarahan dan
tujuan
komponen
pengawasan kepala bidang sampai kepala
pasien atau
ruangan yang baik maka pelaksanaan asuhan
keluarga. Menurut Nursalam (2001), rencana
keperawatan berdasarkan standar yang akan
keperawatan sebagai suatu dokumen tulisan
dihasilkan baik juga.
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan
pembuatan tahap perencanaan dari hasil
dan
wawancara dengan perawat rencana muncul
yang
perubahan
mengandung
perilaku,
intervensi.
keperawatan
inap
kondisi
Rencana
keperawatan
Pada tahap ini dalam
merupakan metode komunikasi tentang asuhan
berdasarkan
keperawatan kepada klien.
mendapatkan perawatan jadi tidak berdasarkan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Diyanto
(2007),
menunjukkan
respon
dari
pasien
saat
priotritas.
bahwa
penatalaksanaan standar asuhan keperawatan
d.
Penerapan
Standar
Operasional
sebagai berikut: Proporsi terbesar dalam
Asuhan
kategori kurang (48%), yang selanjutnya
Keperawatan
diikuti sedang (35%) dan baik (17%). hasil
Penerapan standar asuhan keperawatan tahap
wawancara dengan kepala ruangan tentang
tindakan keperawatan menurut hasil wawancara
tahap pembuatan rencana keperawatan dimana
dengan informan Perawat Pelaksana-1 dan PP2
perawat dalam pelayanannya tidak membuat
mengatakan bahwa tindakan yang dilaksanakan
rencana keperawatan pada lembar asuhan
semuanya mengacu pada tindakan keperawatan
keperawatan. Hasil wawancara yang sama juga
yang disusun dan semua tindakan yang dilakukan
dengan
di
perawat
pelaksana-1
dan
PP3
tulis
Keperawatan
dengan
jelas
Tahap
Prosedur
dan
Tindakan
lengkap
mengatakan bahwa pada umumnya rencana
didokumentasikan.
Dalam
keperawatan disusun berdasarkan diagnose
menurut
perawat
keperawatan da disesuaikan dengan prioritas.
tindakan yang dilaksanakan tidak sesuai rencana
Hasil
observasi
standar
asuhan
informan
keperawatan
keperawatan tahap rencana keperawatan yang
yang
terdokumentasikan
83
pelaksanaan
untuk
pelaksana
disusun dengan
tetapi
jelas,
dan
juga meski
semua dalam
penerapannya memang tidak disusun rencana
maksimal. Menurut Nursalam ( 2001), evaluasi
keperawatan
asuhan
keperawatan ialah membandingkan efek / hasil
keperawatan yang ada, hanya berdasarkan instruksi
suatu tindakan keperawatan dengan norma atau
dokter dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
kriteria tujuan yang sudah dibuat, tahap akhir dari
Hasil
pada
lembar
asuhan
proses asuhan keperawatan berdasarkan SOP yang
keperawatan didapatkan hasil bahwa untuk tahap
ada, menilai tujuan dalam rencana perawatan
tindakan tidak tertulis dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak, menilai efektifitas rencana
tetapi dalam pelaksanaannya semua jelas tertulis
keperawatan atau strategi asuhan keperawatan,
pada catatan keperawatan yang ada. Sedangkan
menentukan
dalam lembar asuhan keperawatan berdasarkan
keperawatan dan perkembangan pasien terhadap
standar yang dibagikan itu kosong atau tidak diisi.
masalah kesehatan. Permasalahan yang diangkat
Masalah yang muncul juga pada tahap ini yang
dalam penelitian ini di RSJ. Prof. Dr. V. L.
tidak sesuai dengan standar operasional prosedur
Ratumbuysang
adalah kurangnya motivasi dari pimpinan untuk
sosialisasi tentang penerapan asuhan keperawatan
perawat
asuhan
berdasaran standar belum maksimal, kurangnya
keperawatan, serta sistem manajemen yang belum
monitoring dan evaluasi dari pimpinan secara
diterapkan dengan maksimal dalam pelayanan
berjenjang sehingga perawat tidak termotivasi
keperawatan. Hal ini didukung dengan hasil
menerapkan standar operasional prosedur, ini akan
penelitian dari Fatahillah (2001), menunjukkan
memperngaruhi standar kinerja perawat sehingga
bahwa terdapat hubungan antara motivasi pimpinan
mutu pelayanan tidak akan meningkat.
dengan
observasi
dalam
pada
standar
pelaksanaan
pelaksanaan
lembar
standar
atau
Manado
tidaknya
adalah
tindakan
pelaksanaan
keperawatan
Hasil wawancara dengan Perawat Pelaksana-1
berdasarkan standar. Dalam hal ini perawat sudah
dan PP2 tentang tahap evaluasi ini memang sudah
menjalankan standar yang ada tetapi masih banyak
diterapkan
standar
yang
diperhatikan
tetapi
untuk
berdasarkan
standar
lagi
untuk
operasional prosedur belum sesuai evaluasi hanya
keperawatan
yang
dilakukan berdasarkan tindakan saat pemberian
maksimal, ini disebabkan karena sistem monitoring
tindakan tanpa melihat atau membandingkan tujuan
dan evaluasi rumah sakit yang belum maksimal.
dalam rencana tindakan dengan kriteria tujuan,
menciptakan
perlu
asuhan
efektif
pelayanan
evaluasi hanya diterapkan berdasarkan tindakan e.
Penerapan standar Asuhan Keperawatan Tahap
kolaborasi
dengan
Evaluasi Tindakan
kendalanya
dikarenakan
Pelaksanaan penerapan tahap evaluasi sesuai
pimpinan sehingga perawat tidak termotivasi
SOP yang ada menurut hasil wawancara mendalam
melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan
dengan Kepala Komite Mutu dan
Keperawatan
standar operasional prosedur yang ada, kurang juga
pada tahap evalasi penerapannya belum maksimal
sosialisasi atau pelatihan tentang SOP asuhan
diterapkan, hal yang sama juga dikemukakan oleh
keperawatan yang dinilai sangat diperlukan untuk
Kepala Seksi Asuhan Mutu dan Keperawatan dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
informan
Kepala
Ruangan,
dimana
dokter
saja,
dikarenakan
motivasi krang
dari
dalam
Hasil observasi dokumen juga menunjukkan
penerapannya memang sudah bisa dipertanggung
bahwa dalam lembar asuhan keperawatan tahap
jawabkan dengan baik tetapi dalam penerapannya
evaluasi tidak terisi dengan lengkap sesuai tujuan
untuk sesuai SOP Asuhan Keperawatan belum
atau kriteria, tahap evaluasi hanya dilakukan
84
berdasarkan tindakan yang baru dibuat saja dalam
untuk membahas kasus pelaksanaan tindakan
hal ini tidak ada pelaksanaan tahap evaluasi yaitu
berdasarkan SOP tidak dilaksanakan.
menggunakan SOAP sesuai standar operasional
Berdasarkan hasil observasi tentang dokumen
prosedur. Hal ini menyebabkan tidak diterapkan
atau catatan monitoring dan evaluasi didapatkan
secara
hasil bahwa pencatatan hanya pada kehadiran
efektif
keperawatan
manajemen berdasarkan
pelayanan standar
asuhan
operasional
petugas
prosedur yang ada.
saja
dan
kerapihan
perawat
dalam
melaksanakan tugas, sedangkan untuk masalah pelayanan hanya pada masalah khusus saja untuk
6.
Monitoring dan Evaluasi Penerapan Standar
tindakan pelayanan berdasarkan SOP tidak di catat
Operasional Prosedur
dalam buku pencatatan monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil
Monitoring dan evaluasi merupakan inti dari
Direktur Bidang Pelayanan Medik RSJ. Prof. Dr.
seluruh pelaksanaan kegiatan, dimana dalam
V. L. Ratumbuysang Manado maka hasilnya
monitoring dan evaluasi ini di laksanakan untuk
diungkapkan bahwa sistem monitoring dan evaluasi
menilai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanaan dan
sudah lama diterapkan tetapi belum efektif, sistem
bagaimana pekerjaan dilakukan oleh pelaksana
monitoring dilakukan secara berjenjang tugas dari
tindakan
kepala ruangan, kepala bidang, tugas kepala seksi,
Prosedur. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan
monitoring ada dalam setiap tingkatan pelaksanaan,
untuk menilai apa saja yang perlu diperbaiki,
evaluasi rutin bukan hal yang baru untuk
dikembangkan ataupun yang perlu mendapat
pelaksanaan evaluasi, evaluasi dilakukan oleh
perhatian dari suatu pelayanan yang tentunya akan
setiap pejabat secara berjenjang. Sedangkan hasil
mempengaruhi mutu pelayanan yang ada.
berdasarkan
Standar
Operasional
wawancara dengan informan dua dan tiga untuk
Berdasarkan penelitian Ridel (2010) Di Rumah
sistem monitoring dibentuk ada supervisi yang
Sakit Umum Daerah Dr. H. Yuliddin Away,
dibagi dalam shift kerja harian, tetapi memang
Tapaktuan–Aceh
pengakuan mereka belum efektif karena monitoring
Menganalisis pengaruh pelatihan dan supervisi
dari supervisi keperawatan hanya menyangkut
terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat
kehadiran saja serta masalah umum diruangan atau
inap RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan 2010
manajerialnya sedangkan untk masalah tindakan
Hasil wawancara terhadap beberapa perawat
pelayanan itu belum ada supervisi khusus, jadi
pelaksana tentang kegiatan supervisi diperoleh data
supervisi yang ada merangkap semua dan lebih ke
sebagai berikut: supervisi keperawatan belum
absensi saja dan untuk masalah yang ditemui oleh
dilakukan secara optimal, bahan yang disupervisi
supervisi jika bisa langsung diselesaikan maka
tidak jelas dan hasil supervisi tidak disampaikan
akan diselesaikan jika tidak akan dibahas di rapat
kepada
bersama. Monitoring juga dilakukan oleh ketua tim
supervisi yang dilakukan hanya sebatas melihat
diruangan dan disampaikan ke kepala ruangan.
atau mengamati tanpa ada pengarahan, bimbingan,
Hasil wawancara dengan perawat pelaksana sistem
evaluasi tentang asuhan keperawatan termasuk di
monitoring dan evaluasi memang belum efektif
dalamnya tindakan keperawatan. Hasil observasi
tidak ada monitoring harian dari pimpinan atau dari
yang dilakukan peneliti pada bulan Desember
bidang keperawatan langsung ke pelaksanaan di
2009, disalah satu ruang rawat inap didapatkan,
ruangan hanya dari kepala ruangan saja, diskusi
perawat dalam melakukan tindakan perawatan
85
perawat
Selatan
pelaksana
dengan
yang
judul
disupervisi,
belum mengunakan Standard Operasional Procedur
yang ada sehingga efektif dalam penerapannya
(SOP) misalnya: ketika memberikan obat hanya
khususnya dalam tahap evaluasi ini. Menurut
membawa spuit dan kapas alkohol dalam bak
Sudjana (2004), supervisi merupakan upaya untuk
instrumen, perawat tidak melakukan cuci tangan
membantu
sebelum
tidak
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka
mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
dalam buku catatan rawatan pasien. Hasil audit
ditetapkan secara efisien dan efektif supervisi
dokumen yang dilakukan peneliti terhadap 10
secara
catatan perawatan pasien di ruang rawat inap
keperawatan
didapatkan data sebagai berikut: untuk kegiatan
hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
pengkajian 65% dilaksanakan, untuk kegiatan
keperawatan
penegakan diagnosis 70% dilaksanakan, untuk
memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang
kegiatan
mempengaruhi
dan
sesudah
perencanaan
tindakan
53,33%
serta
dilaksanakan,
kegiatan pelaksanaan 55% dilaksanakan, kegiatan
pembinaan
langsung
dan
peningkatkan
memungkinkan
manajer
menemukan
di
ruangan
dan
berbagai
dengan
bersama
mencoba
dengan
staf
keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya.
evaluasi 60% sudah dilaksanakan dan pencatatan
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang
asuhan keperawatan 50% yang dilaksanakan.
penting dalam
Untuk diagnosis keperawatan yang paling banyak
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga
muncul ganguan pemenuhan oksigen, kekurangan
ada
cairan dan elektrolit.
mengelola
Menurut penelitian yang dilakukan Dwiyanto
dalam
manajemen serta keseluruhan
manajemen asuhan
keperawatan.
keperawatan
Untuk
dibutuhkan
kemampuan manajemen dari Perawat professional.
(2008) tentang efektivitas supervisi terhadap
Oleh
penerapan standar operasional prosedur dengan
keperawatan
metode penelitian kualitatif didapatkan hasil
professional diharapkan mempunyai kemampuan
penerapan SOP memerlukan adanya supervisi
dalam supervisi dan evaluasi. Sukar seorang
sampai SOP benar-benar dikuasai oleh para
manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu
pelaksana. Perlu dibentuk tim yang selalu siap
asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi,
memberikan supervisi secara terus – menerus. Tim
karena masalah-masalah yang terjadi di unit
supervisi
bahkan
keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh
pemecahan masalah yang timbul di divisi kerjanya.
manajer keperawatan melalui informasi yang
Jika ternyata tim ditingkat divisinya tidak bisa
diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin
menyelesaikan masalah penerapan SOP maka tim
sangat
supervisi pada tingkatan lebih atas dapat dipanggil
keperawatan.
memberikan
arahan-arahan
untuk memberikan supervisinya.
karena
itu
terbatas
sebagai
atau
tanpa
seorang
sebagai
melalukan
Manajer Perawat
supervisi
Dalam Model Praktik Keperawatan Profesional
Pelaksanaan supervisi yang belum maksimal di
tahap evaluasi sistematis terhadap semua aspek
RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
asuhan keperawatan adalah mekanisme untuk
menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan
mencapai asuhan yang berkualitas tinggi. Namun
belum efektifnya penerapan standar operasional
keberhasilan dalam mengimplementasikan standar
prosedur asuhan keperawatan yang dijalankan,
sangat tergantung kepada individu perawat itu
Supervisi diharapkan juga berperan untuk melihat
sendiri bersama dengan sistem evaluasi yang ada
penerapan asuhan keperawatan berdasarkan standar
dalam satu organisasi.
86
sosialisasi
KESIMPULAN
d.
operasional prosedur keperawatan di RSJ. Prof. Dr.
dikeluarkan
berikut:
di lapangan untuk SOP yang ada. e.
prosedur asuhan keperawatan berdasarkan
pengkajian,
tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu
tetapi
perawat
keperawatan dan pada beberapa status lainnya
baru
lembar asuhan keperawatan tidak lengkap dan tidak berdasarkan standar yang ada.
dari hasil wawancara penilaian kebutuhan
Monitoring dan evaluasi penerapan SOP Asuhan
sudah diterapkan tetapi belum maksimal.
Keperawatan sudah diterapkan di RSJ. Prof. Dr. V.
Didukung dengan hasil observasi dimana penilaian
kebutuhan
L.
SOP
Pelatihan
di
Ratumbuysang
RSJ.
Prof.
Manado
Dr. khusus
Ratmbuysang
Manado,
tetapi
dalam
penerapannya belum maksimal dan didukung
Asuhan Keperawatan tidak lengkap. c.
pelayanan
beberapa status tidak ada lembar asuhan
dilaksanakan penilaian kebutuhan SOP, tetapi
dokumentasi
memberikan
observasi dimana dalam status pasien pada
tersedia jadi hanya berdasarkan kejadian yang SOP
dalam
keperawatan dan didukung dengan hasil
untuk
penilaian kebutuhan disetiap ruangan tidak
sesuai
tindakan,
keperawatan belum menjadi salah satu acuan
operasional
prosedur sudah diterapkan di RSJ. Prof. Dr. V.
tidak
rencana
keperawatan belum diterapkan. Standar asuhan
keperawatan berdasarkan standar.
yang
diagnosa,
tindakan keperawatan sampai evaluasi hasil
pelayanan yang ada dengan pemberian asuhan
terjadi
Penerapan pelaksanaan kegiatan berdasarkan SOP asuhan keperawatan mulai dari tahap
MPKP yang ada dimana dalam MPKP
Manado
pernah
dokumen atau pencatatan kegiatan sosialisasi
inisiatif dari perawat untuk melaksanakan
Ratumbuysang
belum
ke
dengan hasil observasi dimana tidak ada
hal tersebut dilihat dari masih kurangnya
L.
distribusikan
membaca buku SOP yang ada dan didukung
tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal
standar
dibuat,
sehingga ada perawat yang belum pernah
pelayanan
keperawatan. MPKP sendiri mulai diterapkan
kebutuhan
di
SOP
pelaksana belum diterapkan secara maksimal
perbaikan sistem Rumah Sakit yang ada
Penilaian
sampai
dari
Sosialisasi langsung dari pimpinan ke perawat
sudah mulai diterapkan dengan dilaksanakan
b.
sudah
disosialisasikan secara berjenjang. Penerapan
RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
pemberian
mulai
ruangan-ruangan
Model Praktik Keperawatan Profesional di
dalam
itu
Untuk penerapan sosialisasi dari SOP asuhan keperawatan
V. L. Ratumbuysang Manado adalah sebagai
khususnya
sendiri
dilaksanakan satu kali tahun 2014.
Kesimpulan dari penerapan standar
a.
MPKP
V.
dengan hasil observasi dimana dokumen atau
L.
pendokumentasian hasil monitoring dan evaluasi
untuk
tidak ada dokumentasi tentang penerapan standar
pelatihan standar operasional prosedur asuhan
asuhan keperawatan.
keperawatan belum dilaksanakan kembali untuk seluruh perawat yang ada dan didukung
SARAN
dengan tidak ada dokumentasi surat keluar
1.
untuk pengusulan kegiatan pelatihan tentang
Rumah
Sakit
Jiwa
Ratumbuysang Manado
SOP Asuhan Keperawatan yang ada sejak tahun 2013 sampai sekarang, tetapi untuk
87
Prof.
Dr.
V.
L.
a.
Perlu adanya kebijakan tertulis tentang
Tindakan Keperawatan (studi Deskriptif
penerapan standar operasional prosedur
Kualitatif di Rumah Sakit Umum Daerah
dan kebijakan agar semua pegawai yang
Dr. M. Yunus Bengkulu. Tesis.
ada di rumah sakit membaca tentang SOP
Anonimous. 2005b. Departemen Kesehatan RI.
sehingga mutu pelayanan rumah sakit
Jakarta.
meningkat . b.
Pengembangan SOP perlu diperhatikan
Anonimous. 2011. Standar Operasional Prosedur
guna meningkatkan mutu pelayanan yang
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.
ada dirumah sakit dalam penerapan Model
Ratumbuysang: Manado
Dr.
V.
L.
Praktik Keperawatan Profesional. c.
Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi tentang
Dwiyanto,
A.
2008.
Mewujudkan
Good
Pelayanan
Publik.
standar operasional prosedur yang ada di
Governance
Melalui
Rumah Sakit dan memastikan seluruh
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
pegawai tahu tentang SOP yang ada. d.
Memperhatikan
kelengkapan
sarana
Sitorus,Ratna. 2006 .Model Praktik Keperawatan
fasilitas penunjang di rumah sakit agar prosedur
pelayanan
berjalan
Profesional di Rumah Sakit.Jakarta:EGC
dengan
efektif. e.
Soeroso, S., 2003. Manajemen Sumber Daya
Lebih di efektifkan lagi pelaksanaan
Manusia Di Rumah Sakit Sukmarini, L.
monitoring dan evaluasi untuk semua
(1999). Mekanisme Kerja Tim Keperawatan
kegiatan
untuk
Di Ruang Model Praktek keperawatan
semua
Profe-sional (MPKP) Irna B Lt. IV Kanan
yang
mengetahui
2.
dilaksanakan
ketercapaian
dari
tujuan rumah sakit berpatokan dari visi
RSUPN-
misi rumah sakit.
Keperawatan Indone-sia.Volume II,6(222-
Bagi Perawat
Cipto
Mangunkusumo.
Jurnal
228).
Untuk selalu meningkatkan kinerja pelayanan kepada pasien untuk mencapai visi dan misi
Supriyanto, dkk. (2003). Analisis Kepua-san dan
rumah sakit dan lebih memahami serta
Harapan
Pelanggan
Dalam
Rangka
menerapkan pelayanan berdasarkan standar
Peningkatan Kelas Utama Rumah Sakit
operasional prosedur.
Panti Rahayu Pur-wodadi – Grobogan. Jurnal Admin-istrasi Kebijakan Kesehatan. Vol-ume 1
DAFTAR PUSTAKA Alina. 2009. Implementasi Standar Operasional Prosedur
Susilowati, T. 2009. Hubungan Pengetahuan
Tindakan Keperawatan (Studi
Perawat
Deskriptif Kualitatif di Rumah Sakit Umum
Tentang
Standar
Pelayanan
Keperawatan dengan Pelaksanaan Standar
Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu ). Tesis.
Operasional Prosedur Pasien Baru di Ruang Rawat Rumah Sakit Dr. OEN Surakarta.
Alina, M dan Widodo., S dan Murni, T. 2009.
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Tesis
Implementasi Standar Operasional Prosedur
88