PENERAPAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0 PADA SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-NISAA’ BINTARO
OLEH : KIRMAN EFENDI 103025027588
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1429 H/ 2008
ABSTRAK Kirman Efendi Coping Penerapan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan software Athenaeum Light 6.0 pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan sumber data kepala perpustakaan, staf perpustakaan, dan pemakai perpustakaan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa alasan pemilihan Athenaeum Light 6.0 lebih ke faktor biaya dan kemudahannya, baik dari segi penggunaan dan perawatannya. Athenaeum Light 6.0 juga mempunyai menu-menu yang cukup baik dan dapat menangani fungsi-fungsi kegiatan
perpustakaan
Sekolah
An-Nisaa’.
Sehingga
bisa
membantu
dan
memudahkan pengelolaan Perpustakaan An-Nisaa’. Dan, secara umum tidak ada kendala yang serius selama Athenaeum Light 6.0 diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Dapat disimpulkan bahwa Athenaeum Light 6.0 merupakan software yang gratis (murah) dan mudah digunakan serta mudah dalam perawatannya. Mempunyai menu-menu yang cukup relevan dengan kebutuhan perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ dan tidak banyak kendala dalam penggunaannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur sangatlah pantas penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENERAPAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0 PADA SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH ANNISAA’ BINTARO”. Tidak lupa Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, sahabat, keluarga, dan para pengikutnya. Semoga kita kelak mendapatkan safa’atnya, Amin. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa`terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak DR. Abdul Khoir, MA., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Rizal Saeful Haq, MLS., selaku Kepala Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Serta Bapak Pungki Purnomo, MLS selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 3. Ibu Teta, selaku Kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ yang telah banyak membantu memberikan data dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Serta Pak Heri yang baik hati serta sabar membantu menjawab pertanyaan penulis.
4. Kedua orang tua penulis, bapa dan mamah tercinta yang telah begitu ikhlas memberikan kasih sayangnya mulai dari buaian hingga sekarang masih penulis rasakan. Bapa, mamah, Aang bangga! Serta untuk adikku Ernut jangan manja tetap belajar yang rajin. 5. Bapak Ade Abdul Haq, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang tanpa lelah senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Mama Ida, terima kasih kamar gratisnya dan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Maaf atas semua khilaf. 7. Buat Keluarga di Ciputat, Kong Tojak (alm.), Nene, Ang Yadi, Teh Evi, keponakanku Galuh dan Zahra. Terima kasih atas kebaikannya semua. 8. Untuk Bunda, terima kasih Ayah ucapkan atas goresan-goesan tinta kebahagian yang telah menjadi sebuah lukisan pengalaman terindah dalam hidup Ayah. 9. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga kebaikan bapak dan ibu semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin. 10. Mahasiswa JIPI, terutama angkatan 2003. Tidak terasa waktu kita begitu cepat berlalu, masih lekat dalam ikatan waktu kita PROPESA tanpa kita saling mengenal. Dan sekarang masing-masing diri kita harus menentukan jalan hidupnya sendiri. Meski begitu, tali persaudaran yang ada diantara kita kan tetap indah terjaga.
11. Teman-teman mess, Pak Sam, Nita, Ating, Habiel, dan bos Ridho, senang berteman dengan kalian semua. Penulis doakan cepat nikah ya! 12. Teman-teman disaat penulis masih di Ciputat (Teh Yos, Lia, Mail, Devri, Iwan, Ana, Ahong, Mang Ujang, Euce, Yance, Bune, Nanang, dan masih banyak lagi). 13. Teman-teman SL Crew 2005, Bos Jamal, Agung, Kong Edi, Uni Fitri dan Mpok Suryah. 14. Untuk Keluarga Besar ROMANZA, Om Jack, Ust. Salman, Ust. Yani, Ust. Hakim, P’Ahmad, dan semuanya. Terima kasih atas bimbingan dan kebersamaannya. Penulis banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup, arti persaudaraan dan tentunya pelajaran agama. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih atas semua kebaikannya. Semoga Allah membalasnya. Amin.
Bintaro, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ..................................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI .................................................................................................v DAFTAR TABEL .........................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.....................................................4 C. Tujuan Penelitian...................................................................................4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................5 E. Sistematika Penulisan ............................................................................5 BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan...................................................7 1. Fungsi Layanan Teknis.....................................................................7 a. Fungsi Pengadaan .......................................................................7 b. Fungsi Pengolahan......................................................................9 c. Fungsi Penyimpanan dan Pemeliharaan ....................................12 2. Fungsi Layanan Pemakai/ Publik....................................................12 a. Layanan Sirkulasi .....................................................................12 b. Layanan Referensi ....................................................................13
3. Fungsi Administrasi .......................................................................13 4. Fungsi Sosialisasi ...........................................................................14 B. Otomasi Perpustakaan ........................................................................14 1. Definisi Otomasi Perpustakaan.......................................................14 2. Tujuan Otomasi Perpustakaan ........................................................16 3. Manfaat Otomasi Perpustakaan ......................................................17 4. Metode Otomasi Perpustakaan .......................................................18 5. Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan ................................................19 6. Cakupan Otomasi Perpustakaan......................................................23 a. Pengadaan (acquisiting) ............................................................24 b. Pengkatalogan (cataloguing).....................................................24 c. Pengawasan Sirkulasi (circulation control)................................24 d. Pengelolaan Terbitan Berkala (serials control) ..........................25 e. Katalog Online (online public access catalogue) .......................25 f. Pengelolaan Anggota.................................................................25 C. Penerapan Perangkat Lunak (software) Pada Sistem Otomasi Perpustakaan .....................................................25 1. Gambaran Umum Perangkat Lunak ................................................25 2. Kriteria Perangkat Lunak ...............................................................33 3. Perangkat Lunak Open Source Untuk Sistem Otomasi Perpustakaan ..............................................35 BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN AN-NISAA’ DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0
A. Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ .....42 B. Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ..........................43 C. Software Athenaeum Light 6.0 1. ................... Karakteristik……. ......................................................... 2. ................... Cara Instalasi …… ....................................................51 3. ................... Menggunakan Athenaeum Light 6.0..........................53 4. ................... Menu-menu Athenaeum Light 6.0 .............................56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian................................................................................59 B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data.......................................60 C. Teknik Analisa Data ............................................................................61 D. Pengujian Kredibilitas Data.................................................................62 BAB V HASIL PENELITIAN A. Alasan Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ..............................64 B. Penerapan Fasilitas-fasilitas Software Athenaeum Light 6.0 Pada Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ 1. Fungsi Pengadaan...................................................................67 2. Fungsi Pengolahan..................................................................69 3. Fungsi Administrasi Anggota .................................................72 4. Fungsi Sirkulasi ......................................................................75 5. Fungsi Penelusuran.................................................................79 6. Fungsi Laporan ......................................................................84
49
C. Kendala-kendala Menggunakan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’......................86 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................90 B. Saran.. ...............................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Keunggulan dan Kendala Menu-menu Athenaeum Light 6.0………….88
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : File Apilikasi Athenaeum Light 6.0................................................. 51 Gambar 2 : Langkah Pertama Untuk Membuka Proteksi Read Only................... 51 Gambar 3 : Langkah Kedua Untuk Membuka Proteksi Read Only ..................... 52 Gambar 4 : Langkah Ketiga Untuk Membuka Proteksi Read Only ..................... 52 Gambar 5 : Langkah Keempat Untuk Membuka Proteksi Read Only.................. 53 Gambar 6 : File Untuk Membuka Athenaeum Light 6.0..................................... 53 Gambar 7 : Tampilan Untuk Mengisi Pasword Pada Athenaeum Light 6.0 ........ 54 Gambar 8 : Tampilan Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password Merdeka atau Freedom...................................... 55 Gambar 9 : Tampilan Halaman Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password User ................................................................. 55 Gambar 10 : Entri Katalog (Untuk Akes Internet) .............................................. 69 Gambar 11 : Entri Pengolahan Koleksi .............................................................. 70 Gambar 12 : Entri Anggota................................................................................ 73 Gambar 13 : Entri Peminjaman Koleksi ............................................................. 76 Gambar 14 : Entri Perpanjangan Koleksi ........................................................... 77 Gambar 15 : Entri Pengembalian Koleksi........................................................... 78 Gambar 16 : Entri Penelusuran “Fast Find” ...................................................... 80
Gambar 17 : Entri Penelusuran “Easy”.............................................................. 81 Gambar 18 : Entri Penelusuran “Detail”............................................................ 82 Gambar 19 : Entri Laporan ................................................................................ 84 Gambar 20 : Entri Stock Opname ...................................................................... 86
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komputer hampir semua sektor aktivitas manusia tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi komputer, termasuk salah satunya perpustakaan. Tidak heran kalau akhirakhir ini muncul istilah perpustakaan digital (digital library), perpustakaan hibrida (hybrid library), dan perpustakaan terotomasi. Semua ini tentunya menjadi kemajuan dalam dunia perpustakaan yang bisa kita banggakan. Penerapan teknologi komputer dipandang dapat meningkatkan citra dan kinerja sebuah perpustakaan apabila penerapannya benar sesuai kebutuhan perpustakaan. Namun sayang belum semua perpustakaan bisa menggunakan teknologi komputer dalam kegiatan operasionalnya, termasuk menggunakan software khusus perpustakaan yang menyuguhkan fasilitas untuk mengemas pangkalan data koleksi, katalog online atau lebih dikenal OPAC (Online Public Access Catalogue), melakukan proses sirkulasi, dan membuat laporan. Semua fasilitas tersebut tentunya akan mempermudah kegiatan operasional dan meningkatkan layanan perpustakaan. Hal ini dianggap wajar, karena untuk mewujudkan itu semua membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan kita tahu masih banyak perpustakaan yang mempunyai
keterbatasan dana, fasilitas, serta sumber daya manusia. Ini tentunya menjadi kendala untuk menjadikan perpustakaan lebih baik dan maju. Idealnya sebuah software perpustakaan dibuat sesuai kebutuhan perpustakaan. Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara pustakawan yang benar-benar mengerti kebutuhan perpustakaan dengan orang yang menguasai teknologi komputer. Diharapkan dari kerjasama itu akan menghasilkan sebuah software yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perpustakaan tersebut. Tentunya hal ini masih sulit dilakukan oleh sebagian banyak perpustakaan di Indonesia. Karena untuk membuat software atau membeli software membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi biaya untuk perawatan dan pembelian sarana pendukungnya. Sekarang sudah banyak program aplikasi yang sudah diluncurkan untuk mendukung terciptanya perpustakaan elekronik yang disebut sistem otomasi perpustakaan. Mulai dari yang sangat murah seperti CDS/ISIS sampai dengan yang sangat mahal seperti URICA yang berkurs dollar dan iuran rutin tahunan yang tinggi. Software CDS/ISIS, WINISIS dahulu pernah
populer di Indonesia meskipun
sekarang sudah mulai ditinggalkan karena susah untuk dikembangkan dan cuma sebatas pengolahan data dan penelusuran informasi menggunakan WWWISIS. Sekarang UNESCO juga sudah mengeluarkan LIS yang berbasis pada ISIS untuk urusan sirkulasi dan bebas di-download dari situs UNESCO. Selain software-software di atas, masih banyak software gratisan (freeware) perpustakaan yang bisa didapatkan dengan men-download di internet secara cumacuma. Seperti Imelda (www.imelda.org), greenstone (www.greenstone.org), Koha (www.koha.org),
OpenBiblio
(www.obiblio.sourceforge.net/),
PHPMyLibrary
(www.phpmylibrari.org), dan lain-lain. Ini tentunya akan memberikan solusi terhadap keterbatasan dana yang dihadapi perpustakaan di Indonesia pada umumnya. Namun demikian tidak semua software gratis tersebut mempunyai fasilitas/ fitur yang benarbenar sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kalaupun fasilitasnya sesuai dengan kebutuhan perpustakaan ada kalanya pengopersiannya tidak mudah dan sebaliknya ketika pengoperasiannya mudah, fasilitasnya masih jauh dari apa yang perpustakaan butuhkan. Selain itu kebanyakan software gratisan tidak bersifat open-script artinya kode atau formula di dalamnya tidak ditutup oleh pembuatnya. Padahal kalau software itu open-script akan memudahkan para pemakainya untuk memperbaiki, memodifikasi tampilan, field, bahasa, serta relasi data sesuai dengan kebutuhan masing-masing perpustakaan. Termasuk salah satunya software Athenaeum Light 6.0 yang akhir-akhir ini sedang ramai menjadi bahan diskusi dan pilihan untuk digunakan di perpustakaan. Software ini ada versi yang tidak gratisnya yaitu Athenaeum Pro dan Athenaeum Light 6.0 merupakan penggalan dari software versi lengkapnya. Dari sekian banyak software gratis yang sudah ada, tentunya memberikan kesempatan yang luas untuk memilih software yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sarana dan sumber daya manusia yang dimiliki masing-masing perpustakaan. Sehingga penggunaan software tersebut benar-benar dapat digunakan secara maksimal. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan dan pemanfaatan perangkat lunak open source pada sebuah sistem pengelolaan perpustakaan berbasis komputer (sistem otomasi). Penelitian ini akan
membahas tentang penerapan software Athenaeum Light 6.0 yang telah digunakan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang luas terhadap masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulis memberikan batasan bahwa penulisan skripsi ini hanya membahas mengenai penerapan software Athenaeum Light 6.0 pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro. 2. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Mengapa software Athenaeum Light 6.0 dipilih sebagai program aplikasi dalam sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’? b. Apakah software Athenaeum Light 6.0 yang diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan dapat menangani fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan di perpustakaan Sekolah An-Nisaa’? c. Apakah ada kendala selama menggunakan software Athenaeum Light 6.0 dalam sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui alasan penggunaan software Athenaeum Light 6.0. pada sistem otomasi Perpustakaan An-Nisaa’
2. Mengetahui relevansi fasilitas-fasilitas software Athenaeum Light 6.0 dengan fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan di Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. 3. Mengetahui kendala-kendala menggunakan software Athenaeum Light 6.0. dalam sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan tentang relevansi software Athenaeum Light 6.0. dengan fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perpustakaan atau pustakawan dalam memilih software perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. 3. Menambah
pengetahuan
tentang
teknologi
informasi
dalam
bidang
perpustakaan. E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR Berisi tentang Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan, Definisi Otomasi Perpustakaan, Tujuan Otomasi Perpustakaan, Manfaat Otomasi Perpustakaan, Metode Otomasi Perpustakaan, Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan, Cakupan
Otomasi Perpustakaan,
Gambaran Umum Perangkat Lunak, Kriteria Perangkat
Lunak, dan Perangkat Lunak Open Source Untuk Sistem Otomasi Perpustakaan.
BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN ANNISAA’ DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0 Berisi tentang Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah AnNisaa’, Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Software Athenaeum Light 6.0, Karakteristik, Cara Instalasi , dan Menu-menu Athenaeum Light 6.0. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang Metode, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, dan Pengujian Kredibilitas Data. BAB V HASIL PENELITIAN Membahas tentang Alasan Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Penerapan Fasilitas-fasilitas Software Athenaeum Light 6.0 Pada Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, dan Kendala-kendala Dalam Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. BAB VI PENUTUP Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan Kegiatan yang dilakukan perpustakaan sangat bervariasi. Variasi kegiatan tersebut tergantung kepada jenis perpustakaan dan ruang lingkup organisasinya. Sebuah perpustakaan yang besar membagi tugas dan pekerjaan kepada berbagai bidang, bagian, sub bagian, divisi, sub divisi, seksi, dan lain-lain. Sedangkan perpustakaan yang relatif kecil dapat menyederhanakan pembagian tugasnya kedalam orang dan jabatan yang terbatas pula. Namun pada prinsipnya ada beberapa hal yang memiliki kesamaan. Kegiatan itu meliputi: fungsi layanan teknis terdiri dari, pengadaan, pengolahan, dan pemeliharan; layanan pemakai terdiri dari layanan sirkulasi dan layanan referensi; fungsi administrasi dan fungsi sosialisasi. 1. Fungsi Layanan Teknis a. Fungsi Pengadaan Pengadaan (acquisiting) koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi atau menambah koleksi yang di perpustakaan. Proses pengadaan dilakukan dengan cara : pembelian, hadiah atau sumbangan, tukar-menukar, dan titipan1.
1
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan, (Kanisius : Yogyakarta, 1992), h. 71
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan berkaitan dengan pengadaan koleksi adalah:2 a). Menyusun rencana operasional pengadaan bahan pustaka yang meliputi: 1) Perumusan kebijakan tentang koleksi, mencakup pedoman, peraturan, penekanan, dan penyediaan anggaran. •
Mempelajari peta dan kondisi masyarakat pemakai
•
Presentasi bidang-bidang pengetahuan bahan pustaka yang akan diadakan
•
Seleksi, dengan berpedoman kepada atau bersumber pada katalog terbitan, brosur, bibliografi, daftar tambahan (accession list), permintaan pemakai, perkembangan informasi, dan lain-lain.
2) Menghimpun alat seleksi bahan pustaka Kegiatan ini adalah mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang akan diadakan. Sumber-sumber informasi ini seperti, katalog penerbit, bibliografi, buletin, abstrak, brosur terbitan baru, dan lain-lain. b). Survei Minat Pemakai Kegiatan ini adalah membuat instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data serta membuat laporan hasil survei untuk mengetahui bidang atau subjek apa yang diminati pemakai, jenis pustaka apa yang diperlukan termasuk jenis layanan yang dikehendaki. 2
Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, (Samitra Media Utama : Jakarta, 2004), h. 147-149
c). Survei Bahan Pustaka Kegiatan ini adalah mengamati keberadaan bahan pustaka di penerbit, toko buku, pameran, da perpustakaan lainnya. d). Membuat dan Menyusun Desiderata Kegiatan ini adalah membuat deskripsi bahan pustaka dalam bentuk kartu atau daftar dan disusun dengan menurut aturan tertentu untuk digunakan sebagai seleksi bahan pustaka dalam proses pengadaan bahan pustaka. e.) Menyeleksi Bahan Pustaka Dengan menggunakan daftar desiderata, laporan hasil survei minat pemakai, dan laporan hasil survei maka diadakanlah penyeleksian bahan pustaka untuk menentukan bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan. b. Fungsi Pengolahan Pengolah (processing) adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah disediakan.3 Proses pengolahan koleksi terdiri dari: inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, pembuatan kelengkapan pustaka, penyusunan kartu katalog, dan penyusunan buku. 1). Inventarisasi Proses ini terdiri dari:
3
Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, h. 151
a) Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk b) Memberi nomor induk pada setiap eksemplar buku dan mencatatnya dalam buku yang bersangkutan c) Memberi cap atau stempel milik pada setiap buku, pada halaman tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. 2). Klasifikasi Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan buku yang subjeknya sama dikumpulkan dan berbeda dipisahkan. Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan alat yaitu sistem klasifikasi. Misalnya Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC), atau sistem yang lainnnya. Pengklasifikasian koleksi akan membantu dalam penempatan koleksi dirak dan juga mempermudah pemakai dalam mencari dan menemukan koleksi yang diinginkan. Pada sisi lain manfaat klasifikasi akan membantu tersusunnya koleksi yang lebih rapi dan teratur. 3). Katalogisasi Katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar atau peraturan tertentu.4 Hasil dari proses ini berupa deskripsi (entry) kartu katalog manual atau katalog online yang sesuai dengan ISBD (International Standar Book Description) terdiri dari nama pengarang, keterangan judul, keterangan kota terbit, nama penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ukuran
4
Ibid., h. 154
buku, ilustrasi, indeks, tabel, bibliografi, keterangan singkat tentang isi buku, judul asli, dan pengarang aslinya (apabila buku tersebut hasil terjemahan)5. 4). Pembuatan Kelengkapan Pustaka Pembuatan kelengkapan pustaka adalah kegiatan menyiapkan dan membuat kelengkapan pustaka agar pustaka siap dipakai, mudah digunakan, dan untuk memelihara agar koleksi tetap dalam keadaan baik. Kegiatan itu antara lain:6 a) Label buku (call number) yang berisi kode klasifikasi, tiga huruf pertama nama terkahir pengarang, dan satu huruf pertama judul buku. b) Kartu buku dan kantong buku c) Slip buku atau slip tanggal kembali d) Sampul buku 5). Penyusunan Kartu Katalog Penyusunan kartu katalog adalah kegiatan menyajikan katalog perpustakan agar dapat digunakan oleh pemakai perpustakaan untuk mencari dan menemukan lokasi suatu buku yang dikehendakinya.7 Biasanya kartu-kartu katalog disusun dalam laci katalog berdasarkan kategori pengarang, judul atau subjek. Ketiga pembagian tersebut menjadi jalan atau akses poin dalam mencari koleksi yang dibutuhkan pemakai. Hal ini berbeda dengan katalog online yang tidak perlu disusun berdasarkan ketiga kategori tersebut. Karena
5
Ibid. h. 155
6
Ibid., h. 156
7
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan, h. 82
secara otomatis katalog tersebut bisa diakses berdasarkan judul. Pengarang, subjek, atau kategori yang lainnya. 6). Penyusunan Buku Penyusunan buku adalah kegiatan menempatkan buku-buku yang sudah selesai diolah dan telah dilengkapi dengan label ke dalam rak atau lemari buku. Buku diatur sesuai dengan sandi buku, yang merupakan kode kelompok subjek buku. Buku-buku yang subjeknya sama terkumpul dalam satu lokasi, sehingga mudah bagai pemakai perpustakaan untuk menemukan buku-buku yang dikehendaki. c. Fungsi Penyimpanan dan Pemeliharaan Kegiatan ini bertujuan agar setiap bahan pustaka selalu terpelihara sehingga usianya menjadi panjang, daya pakainya lama, dan penempatannya di rak selalu teratur dan bersih. Kegiatan ini terdiri dari; pengecekan sebelum bahan pustaka mengalami kerusakan, mengatur penempatan bahan pustaka pada ruangan dengan pendingin ruangan (AC), pemeliharaan koleksi ketika rusak (melaminasi, menjilid ulang, memberi bahan kimia pengawet kertas, mencegah masuknya serangga ke dalam buku, dan meroproduksi bahan pustaka kedalam format tertentu). 2. Fungsi Layanan Pemakai/ Publik Tugas-tugas layanan (service) perpustakaan merupakan kelanjutan kegiatan pengadaan dan pengolahan. Tugas-tugas layanan pada umumnya terdiri dari layanan sirkulasi dan layanan referensi. a. Layanan Sirkulasi Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan. Tugas pokok bagian sirkulasi adalah melayani pemakai
yang akan meminjam, mengembalikan dan memperpanjang pinjaman buku-buku perpustakaan serta membuat laporan kegiatan sirkulasi. Untuk dapat memantau sejauh mana pelayanan perpustakaan digunakan, petugas sirkulasi dapat membuat laporan kegiatan pelayanannya. Laporan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi pelayanan perpustakaan. Beberapa laporan yang dapat dibuat diantaranya adalah: a) Laporan anggota perpustakaan b) Laporan pengunjung perpustakaan c) Laporan buku yang dipinjam b. Layanan Referensi Layanan referensi adalah layanan yang berhubungan dengan pelayanan yang membantu pemakai perpustakaan yang menemukan kesulitan dalam memperoleh informasi atau bahan pustaka dan memberikan petunjuk agar informasi atau bahan pustaka yang diperlukan dapat secepatnya ditemukan.8 3. Fungsi Administrasi Sebenarnya administrasi perpustakaan terdapat di setiap kegiatan, baik pengadaan koleksi, pengolahan, layanan, dan sekretariat. Yang dimaksud kegiatan administrasi perpustakaan adalah kegiatan yang berada di sekretariat (ketatausahaan). Ada yang mengatakan bahwa kegiatan administrasi ini merupakan kegiatan penunjang dari tugas pokok perpustakaan. Kegiatan pokoknya terdiri dari pengadaan, pengolahan sampai terselenggaranya kegiatan layanan. Kegiatan administrasi
8
Rizal Saeful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2006), h. 111
perpustakaan mencakup antara lain; konsep surat, pengetikan, surat masuk, surat keluar, menata arsip dan dokumen, membuat peraturan tata tertib, penyusunan anggaran, pembuatan laporan, menyusun program kegiatan perpustakaan, dan lainlain9. 4. Fungsi Sosialisasi Istilah sosialisasi selalu dikaitkan dengan upaya promosi dan publikasi. Promosi perpustakaan merupakan metode yang digunakan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pemakai tentang institusi beserta sumber-sumber yang ada di dalamnya dan juga layanan yang diberikan.10 Selain itu, kegiatan sosialisasi/ promosi perpustakaan berguna untuk menjaring minat dan respon masyarakat, mengembangkan
kerja
sama,
memberikan
sesuatu
yang
berguna
dan
mengembangkan upaya membangun media penghubung antara perpustakaan dengan masyarakat pengguna perpustakaan. Kegiatan sosialisasi diantaranya adalah; penyebaran
brosur,
pembuatan daftar
koleksi baru,
pembuatan bookmark
perpustakaan, pembuatan mading perpustakaan, mengadakan berbagai lomba kegiatan dan seminar atau workshop, membuat websit atau homepage perpustakaan, dan lain-lain. B. Otomasi Perpustakaan 1. Definisi Otomasi Perpustakaan Perkembangan teknologi informasi (TI) yang begitu pesat telah merambah ke berbagai bidang aktivitas manusia, termasuk salah satunya bidang perpustakaan. 9
Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, h. 168-169
10
Rizal Saeful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 171
Penerapan teknologi informasi (TI) dalam pengelolaan perpustakaan dikenal dengan istilah otomasi perpustakaan. Otomasi adalah pengorganisasian mesin untuk mengerjakan tugas-tugas rutin yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Definisi lain menyebutkan bahwa otomasi adalah penggunaan peralatan yang dioprasikan secara otomatis, untuk menghemat tenaga fisik dan mental manusia.11 Sedangkan menurut Sulistiyo Basuki,12 pengertian otomasi adalah mencakup konsep proses/ hasil membuat mesin swatindak dan/atau swakendali dengan mengurangi adanya campur tangan manusia. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung, ataupun gedung tersendiri yang digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya. Bahan-bahan pustaka itu disimpan menurut tata susunan tertentu untuk kepentingan pembaca.13 Sedangkan menurut IFLA (Inetrnational Federation of Library Associations and Institutions, yang dikutip Sulistiyo Basuki perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.14 Jadi dapat disimpulkan bahwa otomasi perpustakaan adalah penggunaan komputer untuk melakukan beberapa kegiatan perpustakaan yang bersifat rutin 11
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 2002), Ed. 3, h. 1067 12
Sulistiyo Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), h. 96 13
Sulistiyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
1991), h. 5 14
Ibid, h. 5
dengan mengurangi campur tangan manusia, sehingga akan memberikan peningkatan kualitas layanan kepada pemakai. 2. Tujuan Otomasi Perpustakaan Penerapan sistem otomasi dalam sebuah perpustakaan pastinya mempunyai tujuan. Menurut John Corbin, bahwa tujuan utama dari diterapkanya sistem otomasi perpustakaan adalah:15 a) Meringankan beban kerja, khusunya yang rutin dan berulang-ulang. Perangkat lunak yang digunakan dapat diprogram untuk mengerjakan pekerjaan bersifat administratif, misalnya pengisian data anggota perpustakaan, pembuatan statistik pelayanan, pengisian data bibliografi untuk pembuatan katalog, dan sejenisnya. b) Menghemat waktu dan tenaga sehingga dapat meningkatkan efesiensi kerja. c) Komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat dari pada pengolahan secara manual. d) Meningkatkan kerjasama
antar
layanan atau
bagian
ataupun antar
perpustakaan, sistem otomasi perpustakaan memungkinkan adanya hubungan dan kerja sama (networking) baik secara lokal (antar bagian di satu perpustakaan) maupun atar perpustakaan. e) Memberikan hasil pekerjaan yang konsisten.
15
18-19
John Corbin, Managing The Library Automation Project , (Kanada : Oryx Press, 1985), h.
f) Penggunaan komputer dapat mengurangi resiko kesalahan manusia dalam mengerjakan pekerjaan rutinnya, karena komputer tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun emosi. g) Memberikan layanan yang lebih efektif bagi pemakai. h) Pustakawan dapat mengalihkan pekerjaan yang bersifat rutin kepada komputer dan dapat lebih mengkonsentrasikan diri kepada pengembangan jasa perpustakaan, sehingga dapat memberikan layanan sebaik mungkin kepada pemakai. 3. Manfaat Otomasi Perpustakaan Penerapan sistem otomasi perpustakaan diharapkan akan memberikan manfaat yang besar terhadap kemajuan dan peningkatan kualitas layanan perpustakaan. Menurut Abdul Rahman Saleh, beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila basis data diolah oleh komputer:16 a. Satu kali data dimasukan atau diketik ke komputer, maka untuk data yang sama akan dihasilkan berbagai keluaran antara lain: 1) Dapat mencetak kartu katalog 2) Dapat mencetak daftar tambahan buku 3) Dapat mencetak bibliografi 4) Dapat mencetak buku induk jika diperlukan 5) Dapat mencetak label nomor pangil 6) Dapat mencetak kartu buku, dan lain-lain
16
Abdul Rahman Saleh, CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis Data, (Jakarta : Saraswati Utama, 1996), h. 21
b. Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai titik penelusuran (access points). Bukan saja berdasarkan nama pengarang, judul buku, atau subjek, sebagaimana biasanya pada sistem tradisional, melainkan dari seluruh kata dan melalui seluruh ruas serta subruas yang ada dalam basis data. c. Penelusuran dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan cara tradisional. d. Data, meskipun sudah lama dimasukan ke komputer, masih dapat secara leluasa diubah-ubah (diperbaiki, ditambah, atau dikurangi). e. Seluruh jumlah data yang disimpan akan memakan ruang lebih sedikit dibandingkan dengan cara penyimpanan tradisional. f. Data yang ada dapat saling dipertukarkan. g. Kalau sudah paham penggunaannya akan terasa menyenangkan mencari informasi dengan komputer. 4. Metode Otomasi Perpustakaan Penggunaan komputer atau otomasi perpustakaan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan kepada para penggunanya. Menurut Corbin yang dikutip Jonner Hasugian, bahwa untuk mencapai tujuan itu perpustakaan dapat menggunakan beberapa metode atau cara sebagai berikut:17 a. Mengadaptasi Sistem Perpustakaan
dapat
juga
membangun
dan
mengembangkan
otomasinya dengan cara mengadaptasi sistem kerjasama jaringan. Sistem
17
Jonner Hasugian, Penerapan Teknologi Pada Sistem Kerumahtanggaan Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Marsela, 2000), h. 45
jaringan adalah suatu sistem yang dirancang, diprogram dan digunakan secara bersama oleh beberapa perpustakaan, karena itu sistem tersebut dinamakan juga sistem kooperatif. b. Membeli Sistem Turnkey Sistem turnkey adalah suatu sistem komputer yang sudah dirancang, diprogram, diuji dan kemudian dijual oleh perusahaan kepada perpustakaan dalam keadaan siap untuk dipasang dan dioperasikan. Sistem ini merupakan sistem paket jadi. c. Menggunakan Bersama Sistem Dari Perpustakaan Lain Metode atau cara lain yang dapat dipilih oleh perpustakaan dalam rangka membangun dan mengembangkan sistem otomasinya adalah menggunakan bersama sistem dari perpustakaan lain. d. Mengembangkan Sistem Lokal Sistem lokal adalah sistem komputer yang dirancang, diprogram dan diuji oleh perpustakaan pembuatnya. Perpustakaan juga dapat membangun sistem otomasinya dengan mengembangkan sistem lokal yang sering disebut in-house developed system. 5. Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan Sepeti halnya satu buah PC (Personal Computer) yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, terdiri dari beberapa unsur atau komponen. Kita mengenal istilah hardware dan software yang menjadikan sebuah komputer bisa dioperasikan. Sama halnya dengan sistem otomasi perpustakaan yang merupakan perpaduan dari beberapa unsur yang didisain sedemikian rupa untuk bekerjasama dalam
menyempurnakan tugas-tugas khusus, dan apabila salah satu unsur yang ada tersebut hilang maka sistem tersebut tidak akan dapat bekerja dengan baik. Unsur-unsur atau syarat tersebut adalah:18 a). Pengguna (user) Pengguna merupakan unsur utama dalam sistem otomasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para angota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem otomasi perpustakaan. Otomasi perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan dari pada sistem otomasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna. Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer. Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru. Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk 18
Ikwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan, Malang : Makalah Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan digital dan Automasi Perpustakaan Menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan” UMM, 4 Oktober 2003, h. 4
menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan administrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan. b). Perangkat Keras (Hardware) Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk menjalankannya. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuannya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan. Kecendrungan perkembangan komputer: 1) Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar 2) Harga terjangkau 3) Kemampuan menyimpan data berkapasitas tinggi 4) Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf yang bertanggungjawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan dapat menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal ini adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer.
c). Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak diartikan sebagai mode atau prosedur untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecendrungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengolah data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersamasama (multi-user). d). Jaringan (Network) Jaringan komputer telah menjadi bagian dari otomasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi. Komponen perangkat keras jaringan antara lain: komputer sebagai server dan klien, network interface card (LAN Card terminal kabel/ HUb), jaringan telepon atau radio, modem Hal yang harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah: 1) Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN) 2) Lokasi dari hardware: komputer, kabel, panel distribusi, dan sejenisnya 3) Protokol komunikasi yang digunakan 4) Menentukan staf yang bertanggungjawab dalam membangun jaringan e). Data Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol
khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file, dan database. Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam priode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi, dengan begitu kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya. f). Manual Manual atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Prosedur merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana mengunakan perangkat keras dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem. Manual/ prosedur dapat juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur. 6. Cakupan Otomasi Perpustakaan Dalam kegiatan operasionalnya, perpustakaan mempunyai tugas-tugas khusus seperti pengadaan, pengolahan, sirkulasi, dan lain-lain. Penerapan teknologi
inforamasi (TI) dalam pengelolaan perpustakaan yang kemudian lebih dikenal dengan otomasi perpustakaan didalam penerapannya mencakup berbagai bidang yakni: pengadaan (acquisiting),
pengkatalogan
(cataloguing),
pengawasan
sirkulasi
(circulation control), pengelolaan terbitan berkala (serials control), katalog terpasang (online public access catalogue), pengelolaan anggota.19 a. Pengadaan (acquisiting) Kegiatan ini berkaitan dengan pengadan bahan pustaka baik melalui cara membeli, pertukaran, maupun dari hadiah. Dalam kegiatan pengadaan terdapat kegiatan pengecekan bibliografi (pre-order bibliographic control) yang dilakukan sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka, pemprosesan faktur, dan pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan. b. Pengkatalogan (cataloguing) Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan cantuman bibliografi untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana temu kembali koleksi. c. Pengawasan Sirkulasi (ciculation control) Kegiatan yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka, kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan.
19
A. Ridwan Siregar, “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”, diakses pada 30 April 2008 dari http://library.usu.ac.id/download/lib/AutomasiPerpustakaan.html
d. Pengelolaan Terbita Berkala (serials control) Kegiatan ini berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap koleksi, pengarahan, pengajuan tuntutan, peminjaman dan penjilitan terbitan berkala dan serial. e. Katalog Online (online public access catalogue) Penyediaan fasilitas sarana temu kembali koleksi perpustakaan menggunakan komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan. f. Pengelolaan Anggota Kegiatan administratif pengelolaan perpustakaan yang meliputi penerimaan layanan keanggotaan, pembuatan kartu anggota, layanan surat keterangan bebas pustaka dan lainnya. C. Penerapan Perangkat Lunak (software) Pada Sistem Otomasi Perpustakaan 1. Gambaran Umum Perangkat Lunak Perangkat lunak atau lebih dikenal dengan istilah software, merupakan perangkat yang harus ada dalam sistem sebuah komputer. Biasanya kinerja sebuah software akan bekerja sama dengan perangkat keras atau lebih dikenal dengan istilah hardware. Banyak definisi untuk istilah perangkat lunak yang diantaranya adalah: Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur
untuk mengoperasikan
komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai20. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai penterjemah perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer
20
Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan., h. 6
untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras. Perangkat lunak ini dibagi menjadi 3 tingkatan: tingkatan program aplikasi (application program) misalnya Microsoft Office, tingkatan sistem operasi (operating system) misalnya Microsoft Windows, Linux, dan Unix, dan tingkatan bahasa pemrograman yang dibagi lagi atas bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Pascal dan bahasa pemrograman tingkat rendah yaitu bahasa rakitan. Perangkat lunak adalah program komputer yang isi instruksinya dapat diubah dengan mudah. Perangkat lunak umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat keras yang sering disebut sebagai (device driver), melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan perangkat lunak yang lebih mendasar lainnya seperti sistem operasi, dan bahasa. Dilihat dari cara mendapatkannya (segi ekonomi), perangkat lunak terbagi menjadi dua jenis, yaitu freeware dan shareware. 1). Freeware Istilah freeware lebih mengacu pada paket-paket program yang mengizinkan redistribusi tetapi bukan pemodifikasian (dan kode programnya tidak tersedia). Freeware didistribusi dalam form biner tanpa ada biaya lisensi. Freeware sering digunakan dalam program promosi sebagai software tambahan pada penjualan software berpemilik dan juga untuk meningkatkan penjualan21. Berbeda dari shareware yang mewajibkan penggunanya membayar (misalnya setelah jangka waktu
21
“Freeware Definition”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.linfo.org/freeware.html
percobaan tertentu atau untuk memperoleh fungsi tambahan). Para pengembang freeware seringkali membuat freeware untuk disumbangkan kepada komunitas, namun juga tetap ingin mempertahankan hak mereka sebagai pengembang dan memiliki kontrol terhadap pengembangan selanjutnya. Kadang jika para programer memutuskan untuk berhenti mengembangkan sebuah produk freeware, mereka akan memberikan kode sumbernya kepada programer lain atau mengedarkan kode sumber tersebut kepada umum sebagai perangkat lunak bebas. 2). Shareware Shareware ialah perangkat lunak yang mengijinkan orang-orang untuk meredistribusikan salinannya, tetapi bila pengguna terus menggunakannya diminta untuk membayar biaya lisensi. Shareware bukan perangkat lunak bebas ataupun semi-bebas. Hal ini dikarenakan sebagian besar shareware, kode programnya tidak tersedia, jadi tidak dapat dimodifikasi sama sekali. Selain itu shareware tidak mengizinkan pengguna membuat salinan dan memasangnya tanpa membayar biaya lisensi 22. Istilah lainnya untuk shareware adalah trialware, demoware yang pada intinya mencoba dulu sebelum membeli. Fitur-fitur perangkat lunak shareware belum tentu mencerminkan keseluruhan fitur yang didapat ketika pengguna sudah membeli perangkat lunak tersebut, tetapi beberapa shareware membuka semua fitur tanpa terkecuali. Umumnya perangkat lunak shareware hanya bisa dijalankan dalam periode waktu tertentu saja atau dibatasi dari jumlah penggunaannya. Setelah periode
22
“Shareware ”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0,2542,t=shareware&i=51251,00.asp
tertentu atau mencapai jumlah pemakaian tertentu, perangkat lunak akan terkunci. Jika pengguna tidak merasa cocok, dan tidak ingin menggunakannya lagi, maka pengguna wajib untuk menghapus program dari komputer pengguna. Apabila pengguna merasa cocok, untuk dapat terus menggunakan, ia harus membeli untuk memperoleh kunci pembuka atau perangkat lunak versi non-shareware-nya. Apabila menggunakan kunci pembuka, pengguna memasukkan kunci tersebut di perangkat lunak shareware. Apabila kunci tersebut valid, perangkat lunak yang tadinya terkunci akan terbuka untuk penggunaan seterusnya tanpa batasan. Sedangkan dilihat dari jenisnya perangkat lunak terbagi menjadi dua, yaitu open source software dan closed source software. 1). Open Source Sofware Open Source adalah suatu lisensi dari software yang memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk melihat kode sumber program, merubah kode sumber program, dan mendistribusi program.23 Sebelumnya istilah open source adalah free software (perangkat lunak bebas). Istilah ini diciptakan oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation yang mengacu kepada perangkat lunak yang bebas untuk digunakan, dipelajari dan diubah serta dapat disalin dengan atau tanpa modifikasi, atau dengan beberapa keharusan untuk memastikan bahwa kebebasan yang sama tetap dapat dinikmati oleh penggunapengguna berikutnya. Bebas di sini juga berarti dalam menggunakan, mempelajari,
23
“Open Source”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0%2C254%2Ct%3Dopen+source&i%3D48471%2C00.asp
mengubah, menyalin atau menjual sebuah perangkat lunak, seseorang tidak perlu meminta ijin dari siapa pun.24 Menurut Richard Stallman dan Yayasan Perangkat Lunak Bebas, suatu perangkat lunak dikatakan perangkat lunak bebas jika pengguna yang menerima salinan perangkat lunak tersebut memiliki empat kebebasan yaitu:25 a) Kebebasan 0: Bebas untuk menjalankan perangkat lunak untuk tujuan apapun. b) Kebebasan 1: Bebas untuk mempelajari dan mengubah perangkat lunak. c) Kebebasan 2: Bebas untuk menyalin perangkat lunak, sehingga Anda dapat membantu tetangga Anda. d) Kebebasan 3: Bebas untuk memajukan perangkat lunak, dan merilisnya ke publik, sehingga komunitas dapat menikmati keuntungan tersebut. Kebebasan 1 dan 3 membutuhkan akses atas kode sumber, karena tidak mungkin untuk mempelajari dan mengubah perangkat lunak tanpa kode sumbernya. Konsep open source pada intinya adalah membuka kode sumber (source code) dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan source code merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan diketahui logika yang ada di source code, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak yang sama fungsinya. 26
24
“Perangkat Lunak Sumber Terbuka”, diakses pada 24 September 2008 dari http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html 25
Ibid. Masyarakat Digital Gotong Royong, “Pengantar Sistem Operasi Komputer”, diakses pada 30 April 2008 dari http://bebas.vlsm.org/v06/kuliah/SistemOperasi/BUKU 26
Gerakan Open Source mendefinisikan bahwa open source tidak hanya sekedar kemudahan akses pada kode sumber, namun suatu software dapat disebut open source bila distribusinya memenuhi kriteria-kriteria berikut :27 a) Pendistribusian Ulang Secara Cuma-Cuma (free redistribution). Lisensi software tersebut tidak boleh membatasi suatu pihak untuk menjual atau memberikan software, baik software yang berdiri sendiri maupun software yang menjadi komponen software lain. b) Kode sumber. Program harus menyertakan kode sumber dan harus memungkinkan pendistribusian dalam bentuk kode sumber
maupun
terkompilasi. c) Karya-karya Bentukan (derived works). Lisensi harus memungkinkan modifikasi dan pekerjaan turunan, serta harus memungkinkan mereka didistribusikan berdasarkan syarat-syarat yang sama dengan yang ada pada lisensi software awal. d) Integritas kode sumber. Lisensi tersebut dapat membatasi pendistribusian kode sumber dalam bentuk modifikasi hanya saja jika lisensi itu mengijinkan pendistribusian dalam bentuk patc file (potongan/ tidak seluruhnya) dengan kode sumber dengan tujuan memodifikasi program tersebut pada masa pembuatan. Lisensi itu tertulis harus memperbolehkan pendistribusian perangkat lunak yang dibuat dari modifikasi kode sumber. Lisensi tersebut
27
Tedi Heriyanto, “Pengembangan Software Berbasiskan Open Source di Indonesia”, diakses pada 9 Mei 2008 dari http://tedi.heriyanto.net/papers/pengembangan.html,
mungkin memerlukan pekerjaan-pekerjaan bentukan untuk membawa nama atau versi yang berbeda dari perangkat lunak asal. e) Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok. f) Tidak ada diskriminasi terhadap bidang-bidang pemberdayaan (fields of endeavor). Lisensi tidak boleh membatasi seseorang menggunakan program dalam bidang tertentu. g) Distribusi lisensi. Hak-hak yang ada dalam program harus berlaku pula bagi tiap pihak yang menerima program, tanpa memerlukan lisensi tambahan. h) Lisensi tidak boleh spesifik terhadap suatu produk. i) Lisensi tidak boleh mempengaruhi software lain. Lisensi tidak boleh membatasi software-software yang didistribusikan beserta software terlisensi open source Open source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yag diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-atik, merevisi ulang, membenarkan atau bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab bukan tanpa tanggung jawab. 2). Closed Source Software Program closed source software merupakan paket program yang tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat/ vendor program tersebut. Jika ada distribusi yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan software. Atau dengan kata lain program yang closed source tidak dapat
didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket program juga dapat digandakan secara bebas. Closed source atau dikenal juga dengan istilah perangkat lunak tak bebas kadang disebut perangkat lunak berbayar, perangkat lunak sumber tertutup, perangkat lunak proprieter atau perangkat lunak berpemilik adalah perangkat lunak dengan pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang diterapkan oleh proprietor atau pemegang hak. Pembatasan-pembatasan ini dapat dilakukan secara teknis maupun hukum, atau pun keduanya. Cara teknis dilakukan misalnya dengan memberikan berkas biner terbaca-mesin kepada pengguna dan menyimpan kode sumber terbaca manusia. Cara hukum dapat melalui lisensi perangkat lunak, hak cipta, dan hukum paten. Hak eksklusif secara hukum atas perangkat lunak tak dibutuhkan oleh seorang proprietor suatu perangkat lunak untuk menjadi perangkat lunak tersebut tak bebas, karena perangkat lunak domain publik dan perangkat lunak di bawah suatu lisensi permisif dapat menjadi perangkat lunak tak bebas dengan mendistribusikan versi kompilasi program tanpa menyediakan kode sumbernya. 28 Pembatasan perangkat lunak tak bebas membuatnya menjadi antonim dari perangkat lunak bebas. Oleh perangkat lunak bebas, hukum yang sama yang digunakan oleh perangkat lunak tak bebas digunakan untuk mempertahankan kebebasan untuk menggunakan, menyalin, dan memodifikasi perangkat lunak. 28
“Perangkat Lunak tak Bebas”, diakses pada 24 September 2008 dari http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html
Perangkat lunak tak bebas mencakup freeware dan shareware. Perangkat lunak ini dapat berupa perangkat lunak komersial, meskipun perangkat lunak domain publik dan perangkat lunak bebas lainnya juga dapat dijual untuk suatu harga tertentu dan digunakan untuk tujuan komersial. 2. Kriteria Perangkat Lunak Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh pustakawan dalam memilih sebuah software yang akan dipakai pada sistem otomasi perpustakaannya. Agar pemilihan sebuah software akan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, bisa dioperasikan secara maksimal, serta tidak banyak masalah dalam penggunaan software tersebut. Menurut Abdul Rahman Saleh, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan software adalah sebagai berikut:29 a) Sebaiknya perangkat lunak tersebut mempunyai fitur multiuser, artinya perangkat lunak tersebut bisa dijalankan pada jaringan lokal dan dapat diakses oleh banyak pemakai secara bersamaan. b) Memiliki kecepatan penelusuran (retrievel speed) yang tinggi c) Ditunjang oleh kemampuan batch processing, artinya program tersebut dapat menunda beberapa proses, dimana proses tersebut dijalankan di
29
Abdul Rahman Saleh, “Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak untuk Automasi Perpustakaan”, Jurnal Pustakawan Indonesia, h. 8-11
waktu yang lain. Misalkan pada saat komputer tidak banyak diakses oleh pengguna. d) Mempunyai kemampuan space recovery yang baik, artinya bila terjadi gangguan pada komputer maka program ataupun data yang ada tidak akan rusak atau kerusakan data sangat minimal. e) Memungkinkan pembatasan akses secara bertingkat kepada pengguna, misalnya dengan password, dan lain-lain demi keamanan data. f) Memungkinkan akses ke pangkalan data sebanyak-banyaknya g) Dapat dijalankan di PC (Personal Computer) yang berbasis LAN h) Memiliki menu yang mudah dimengerti (user friendly) i) Apakah perangkat lunak tersebut disertai oleh manual yang lengkap dan mudah dimengerti (misalnya petunjuk instalasi, pembuatan struktur data, pengisian data, dan lain-lain). j) Apakah perangkat lunak tersebut ditunjang oleh service dan after sale service yang baik dari suplier seperti bantuan instalasi, pemeliharaan sistem, dan sebagainya. k) Apakah harga perangkat lunak tersebut kompetitif (murah tapi dengan kinerja yang baik). Sedangkan menurut Ikhwan Arif ada beberapa kriteria untuk menilai software adalah sebagai berikut :30
30
Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan,, h. 6-7
a) Kegunaan : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan. b) Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan software sesuai dengan hasil yang didapatkan. c) Keandalan : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus. d) Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat. e) Sederhana : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna f) Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. 3. Perangkat Lunak Open Source Untuk Otomasi Perpustakaan Saat ini banyak tersedia perangkat lunak berbasis open source yang dapat digunakan gratis oleh perpustakaan untuk impelentasi otomasi perpustakaan atau pembangunan perpustakaan digital. Bagi perpustakaan yang tidak memiliki dana yang memadai untuk pengadaan perangkat lunak otomasi dan perpustakan digital, tetap dapat mengimplementasikan otomasi perpustakaan atau pembangunan perpustakaan digital dengan memanfaatkan perangkat lunak perpustakaan berbasis open source. Open source menjadi familiar ditelinga masyarakat Indonesia setelah razia penggunaan perangkat lunak windows tidak berlisensi yang dilakukan oleh
Microsoft. Perangkat lunak Open source mulai dikenal masyarakat yang mencari alternatif perangkat lunak untuk menghindari jeratan undang-undang hak cipta karena tidak menggunakan perangkat lunak berlisensi. Open source dan Linux yang merupakan salah satu produk dari gerakan open source semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia. Secara harfiah open source berarti kode sumber yang terbuka. Sumber terbuka yang dimaksudkan di sini adalah source code (kode sumber) dari sebuah program (perangkat lunak), baik itu berupa kode-kode bahasa pemrograman maupun dokumentasi dari program atau perangkat lunak tersebut. Secara sederhana open source adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh satu orang/ lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan source code yang tersebar dan tersedia bebas (menggunakan fasilitas komunikasi internet).31 Banyak orang yang mendifinisikan open source sebagai perangkat lunak “gratisan”. Akan tetapi hakikat dari open source itu bukan hanya sebatas “gratis” karena tidak semua softaware atau program open source itu gratis, walaupun memang banyak dari perangkat lunak open source dapat diperoleh dengan cumacuma. Justru arti penting dari open source itu adalah source code (kode sumber) yang dapat diperoleh oleh pengguna sehingga pengguna dapat memodifikasi perangkat lunak tersebut sesuai dengan kebutuhan. Kemungkinan pengguna memperoleh source
31
Masyarakat Digital Gotong Royong, “Pengantar Sistem Operasi Komputer”
code perangkat lunak inilah yang menyebabkan perangkat lunak berbasis open source banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Beberapa perangkat lunak yang dibutuhkan untuk dapat membuat sebuah sistem informasi perpustakaan diantaranya:32 a. Operating system (Linux atau window) b. Bahasa Pemrograman PHP c. MySQL d. Source Code yang dapat didownload di internet e. Apache web server Semua perangkat lunak yang dibutuhkan tersebut dapat diperoleh secara cuma-cuma atau hanya mengganti biaya penggandaannya (kecuali untuk operating system Windows). PHP, MySQL, dan Apache dapat diperoleh secara cuma-cuma di situs yang menyediakan fasilitas untuk men-download program ini. Saat ini ada berberapa perangkat lunak perpustakaan berbasis open source yang dapat digunakan secara gratis oleh perpustakaan, bahkan perpustakaan dapat memodivikasi perangkat lunak tersebut sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Perangkat lunak-perangkat lunak tersebut antara lain OpenBibio, PhpMyLibrary, Otomigen, Koha, X-Igloo dan GDL. OpenBiblio, PHP MyLibrary, Otomigen, Koha dan X-Igloo adalah software untuk otomasi perpustakaan, sedangkan GDL adalah
32
Jaringan Perpustakaan Lingkungan Hidup, “JPLH Dalam Implementasi Library Catalogue Online dan Digital Library for Environmental”, diakses pada 30 April 2008 dari http://www.jplh.or.id/elnv4
perangkat lunak untuk membangun perpustakaan digital. Kesemua perangkat lunak tersebut termasuk dalam kategori perangkat lunak berbasis open source. 33 Beberapa perangkat lunak open source untuk otomasi perpustakaan yang banyak digunakan dan terus dikembangkan adalah:34 a). Koha Koha pertama kali dikembangkan oleh Katipo Communications dan Horowhenua Library Trust di New Zealand. Koha telah banyak digunakan seperti di New Zealand, Prancis, Kanada, dan Amerika Serikat. Software ini bisa di-download di www.koha.org b). Emilda Imelda dikembangkan di negara Finlandia oleh sebuah perusahaan bernama Realnode. Mereka memulai mengembangkan Emilda untuk satu sistem perpustakaan sekolah. Software ini bisa di-download di www.emilda.org c). PHPMyLibrary PHPMyLibrary adalah sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan yang dibangun menggunakan PHP dan MySQL. Program ini terdiri atas modul pengkatalogan, sirkulasi, dan web-opac. Program ini menggunakan standar USMARC untuk menambahkan koleksi. Untuk bisa menggunakan software ini bisa di-download di www.phpmylibrary.org
33
Heri Abi Burachman Hakim, “Open source Sebuah Peluang Bagi Pengembangan Perpustakaan”, diakses pada 1 April 2008 dari http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=33 34
Edward M. Corrado, “Open Source Library Automation System”, diakses pada 4 April 2008 dari http://library.rider.edu/scholary/ecorrado/il2004/
d). OpenBiblio OpenBiblio dibangun untuk mudah digunakan dan kode sumber (source code) dari program ini pun dibuka agar dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk dapat menjalankan program ini memerlukan PHP, MySQL, dan Apache yang diinstal pada sistem operasi (OS) Linux dan Windows. Software ini bisa di-download di www.obiblio.sourceforge.net/ Selain perangkat lunak open source yang telah disebutkan di atas, sekarang ini ada software Athenaeum Light Versi 6.0 dan 8.0. Software ini dibangun menggunakan filmaker yang dikembangkan oleh Sumware Consulting dari New Zealand. Beberapa produk yang mereka kembangkan antara lain ialah: Athenaeum Pro , Athenaeum Express, dan Athenaeum Light. Semuanya sebagai solusi untuk perpustakaan sekolah maupun korporat. Sampai saat ini, versi Athenaeum terakhir sudah sampai versi 8 (Athenaeum Express 8). Dari sekian banyak versi tersebut, hanya Athenaeum Light yang direlease sebagai freeware (gratis). Untuk mendapatkan Athenaeum Light versi oroginal dapat di-download di Athenaeum original. Dan bagi yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Athenaeum bisa dilihat di http://sumware.co.nz/athenaeum/light.php. Dan yang terbaru dari Perpustakaan Diknas adalah software SENAYAN merupakan aplikasi berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Sepenuhnya dikembangkan menggunakan Software Open Source yaitu: PHP Web Scripting Language, (www.php.net) dan MySQL Database Server (www.mysql.com) . Untuk meningkatkan interaktifitas agar bisa tampil seperti aplikasi desktop, juga digunakan teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript And XML). Senayan juga menggunakan
Software Open Source untuk menambah fitur seperti PhpThumb dan Simbio (development
platform
yang
dikembangkan
dari
proyek
Igloo).
Karena
pengembangan senayan dibiayai dengan dana dari APBN maka sudah sepantasnya semua rakyat Indonesia bisa memperolehnya secara bebas. Untuk itu Senayan dilisensikan dibawah GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan, memodifikasi dan mendistribusikan kembali (rights to use, study, copy, modify, and redistribute computer programs). Lebih detail tentang GPLv3 bisa dibaca di http://www.gnu. org/licenses/ gpl-3.0.html.35 SENAYAN versi 1 dan 2 tidak dirilis ke publik karena masih tahap uji coba dan sedang dalam penyempurnaan. Sejak versi 3, Senayan dianggap sudah stabil untuk dirilis ke publik dan sudah waktunya diujicoba oleh komunitas pustakawan. Diharapkan dengan peer-to-peer review oleh publik, software Senayan semakin stabil dan fitur-fiturnya bisa semakin beragam dan mengakomodasi banyak kebutuhan. Untuk melihat demo dan men-download software Senayan, bisa berkunjung ke http://senayan. diknas.go. id. Dengan semakin banyaknya perangkat lunak perpustakaan open source yang beredar dan dapat digunakan oleh perpustakaan, semakin banyak juga pilihan pustakawan untuk memilih alternatif software yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dan diharapkan dengan semakin berkemabangnya perangkat lunak open source untuk perpustakaan khususnya di Indonesia kesan mahal dan susah
35
Diakses pada 29 April 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/12/05/perpustakaandiknas-dalam-meluncurkan-perangkat-lunak-perpustakaan-open-source/
untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang terkomputerize (terotomasi) akan segera hilang.
BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN AN-NISAA’ DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0
A. Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang bisa memberikan pelayanan yang baik untuk anggotanya dan memberikan kemudahan dalam pengelolaannya, perpustakaan
An-Nisaa’
menerapkan
sistem
otomasi
dalam
perpustakaannya. Salah satu alasannya adalah adanya masalah
pengelolan
pada kurangnya
kualitas layanan dan beratnya pengelolaan perpustakaan, ketika kegiatan tersebut masih dikelola secara manual. Masalah itu seperti pada layanan sirkulasi, katalog/ penelusuran koleksi, pengolahan koleksi, dan pembuatan laporan. Program otomasi perpustakaan di perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ dimulai sejak akhir tahun 2005. Pada tanggal 1 Oktober 2005, beberapa pustakawan perpustakaan An-Nisaa’ mengikuti kegiatan PIPS (Pertemuan Informal Pustakawan Sekolah) di British International School. Dari pertemuan tersebut Perpustakaan AnNisaa’ mendapatkan software Athenaeum Light 6.0 dari presiden KALI (Komunitas Athenaeum Light Indonesia) yang saat itu dijabat oleh bapak Didik Witono secara gratis dan beliau menawarkan untuk memberikan pelatihannya. Dan, pada tahun 2006 perpustakaan An-Nisaa’ mendapatkan software Athenaeum Light 6.0 New Ver. 2006 dari Kelompok Kompas-Gramedia yang bekerja sama dengan KALI sebagai ucapan
terima kasih atas partisipasi Perpustakaan An-Nisaa’ mengikuti lomba Perpustakaan Sekolah. Sejak saat itu perpustakaan mulai melakukan proses input data koleksi dengan menggunakan program excel. Namun sampai satu tahun berjalan jumlah koleksi yang masuk input baru sekitar ± 4000 eksemplar. Hal ini dikarenakan keterbatasan SDM yang harus melakukan pekerjaan yang lain selain input data. Pada waktu itu pihak perpustakaan sudah mengajukan kepada yayasan untuk menjadikan program otomasi sebagai proyek. Namun pihak yayasan tidak memberikan izin dan akhirnya perpustakan tetap melakukan input data sendiri dengan SDM yang terbatas. Pada akhir tahun 2007 tepatnya sejak bulan juli, perpustakaan serius untuk mengerjakan input data dengan mengurangi program-program perpustakaan yang lainnya. Cara ini ditempuh mengingat pihak yayasan meminta pada tahun ajaran baru sistem otomasi harus berjalan di perpustakaan An-Nisaa’. Akhirnya dengan segenap perjuangan yang kuat, tanggal 14 januari 2008 perpustakaan bisa merealisasikan sistem otomasi perpustakaan di perpustakaan An-Nisaa’. Meskipun belum semua koleksi masuk ke dalam data base perpustakaan. Dari ± 19000 koleksi baru sekitar 14000 koleksi yang sudah masuk ke dalam data base perpustakaan. B. Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perpustakaan mempunyai tugastugas khusus seperti pengadaan, pengolahan, sirkulasi, dan lain-lain. Ini merupakan tugas-tugas khusus yang bisa diakomodir dengan adanya sistem otomasi perpustakaan. Sehingga dengan adanya sistem otomasi dalam sebuah perpustakaan tugas-tugas khusus tersebut bisa dilaksanakan dengan lebih baik dan ringan.
Adapun cakupan kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ adalah sebagai berikut: 1. Pengadaan Kegiatan ini berkaitan dengan pengadaan bahan pustaka baik melalui cara pembelian dan sumbangan/ hadiah. Kegiatan pengadaan di perpustakaan An-Nisaa’ khususnya yang melalui pembelian dilakukan 3-4 kali dalam satu semester. Proses pembelian dilakukan secara langsung atau melalui sales masing-masing penerbit. Setiap pengadaan bahan pustaka, pihak perpustakaan terlebih dahulu menyebarkan form permintaan koleksi yang dibutuhkan pemakai. Selain itu perpustakaan mendapatkan informasi buku baru dari katalog penerbit yang dikirim ke perpustakaan atau katalog online yang diakses oleh pustakawan sebagai referensi untuk pengadaan bahan pustaka yang akan dilakukan. Setelah semuanya terkumpul dan diseleksi, selanjutnya perpustakaan membuat daftar pengajuan pembelian bahan pustaka yang diserahkan kepada Ketua Perguruan untuk mendapatkan persetujuan sekaligus realisasi dana untuk pembelian koleksi yang diajukan. Setelah mendapatkan persetujuan dari Ketua Perguruan dan proses pencairan dana selesai, selanjutnya proses pembelian buku-buku yang ada dalam daftar pengadaan dilakukan oleh pustakawan sendiri ke toko buku dan pameran atau memesan melalui sales penerbit yang bersangkutan. Setelah proses pembelian selesai, kemudian buku-buku baru tersebut dicek kembali sesuai dengan daftar pengadaan buku yang ada. Dan, langkah terakhir adalah membuat laporan realisasi pengadan bahan pustaka ke Ketua Perguruan. 2. Pengolahan
Kegiatan ini terdiri dari; inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan pembuatan kelengkapan pustaka (nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi). Pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan An-Nisaa’ dimulai dari kegiatan inventarisasi, yaitu setiap koleksi baru dicap dan diberi nomor induk. Selanjutnya proses klasifikasi, yaitu pemberian nomor kelas/ subjek berdasarkan DDC (Dewey Decimal Classification). Untuk nomor kelas yang sama/ yang sudah ada di data bese koleksi, pustakawan tinggal mencari nomor kelas dengan menggunakan pencarian di OPAC berdasarkan subjek. Sedangkan untuk nomor kelas yang belum ada di data base, pustakawan mencarinya melalui menu DDC yang ada di Athenaeum atau untuk lebih lengkap mencari di dalam buku pedoman DDC. Proses selanjutnya adalah katalogisasi (pembuatan katalog), yaitu memasukan identitas buku/ koleksi ke form katalog di Athenaeum yang hasil akhirnya bisa dijadikan sebagai katalog onlione yang bisa diakses untuk mencari informasi koleksi yang dibutuhkan pemakai. Data-data yang dimasukan dalam proses ini terdiri dari; keterangan judul, pengarang, ilustrator/ penerjemah, subjek, ISBN, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, ringkasan isi bahan pustaka, nomor panggil, tempat koleksi berada, jenis koleksi, tipe koleksi, bahasa, alamat website penerbit, seri, asal pengadaan (pembelian, sumbangan, ganti, foto copy), tanggal pembelian, harga, dan identitas penginput data. Untuk koleksi yang sama, pustakawan tidak usah lagi membuat katalog yang baru, cukup meng-copy katalog yang sudah ada. Proses terakhir dalam kegiatan pengolahan adalah pembuatan kelengkapan pustaka, seperti pembuatan nomor panggil dan pembuatan barcode nomor induk koleksi. Nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi bisa langsung di-print,
karena di Atehenaeum tersedia fasilitas cetak nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi. 3. Sirkulasi Kegiatan
yang
berkaitan
dengan
peminjaman,
perpanjangan,
dan
pengembalian bahan pustaka, kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan. Kegiatan sirkulasi di Perpustakaan An-Nisaa’ berlangsung setiap hari. Karena setiap kelas mempunyai jam khusus perpustakaan (satu minggu satu kali). Untuk itu, proses sirkulasi merupakan tugas terberat yang dirasakan oleh pustakawan disamping tugas pengolahan koleksi. Sejak otomasi diterapkan di Perpustakaan An-Nisaa’, kegiatan sirkulasi (peminjaman, perpanjangan, dan pengembalian) dirasakan cukup terbantu dengan adanya fasilitas sirkulasi di dalam Athenaeum. Karena proses sirkulasi sudah menggunakan alat barcode scanner. Sangat berbeda ketika proses sirkulasi masih dilakukan dengan cara manual, yaitu proses sirkulasi dilakukan dengan mencatat setiap kartu pinjaman kemudiam memasukannya ke dalam kantong peminjaman. Proses seperti ini memungkinkan sering terjadi kesalahan pencatatan identitas peminjam atau salah memasukan kartu pinjaman ke kantong peminjam (kantong pinjaman anggota). 4. Data Anggota Kegiatan administratif pengelolaan perpustakaan yang meliputi penerimaan layanan keanggotaan, pembuatan kartu anggota, layanan surat keterangan bebas pustaka dan lainnya. Semua kegiatan ini bisa dilakukan di Athenaeum, kecuali pembuatan KTA (Kartu Tanda Anggota) yang masih dibuat secara terpisah (manual).
Namun untuk pembuatan barcode ID anggota bisa di-print di Athenaeum kemudian ditempel di KTA. Kecuali untuk level KB/TK barcode ID anggota ditempel di map folder setiap anak. 5. Katalog Online atau OPAC (Online Public Access Catalogue) Penyediaan fasilitas sarana temu kembali koleksi perpustakaan menggunakan komputer
untuk
digunakan
oleh
pengguna
perpustakaan.
Setiap
pemakai
perpustakaan bisa menggunakan fasilitas OPAC untuk mencari informasi koleksi yang dibutuhkan. Karena di Athenaeum tersedia tiga fasilitas pencarian, dua fasilitas pencarian yang bisa digunakan oleh pemakai, yaitu fast find, dan easy find. Sedangkan satu lagi fasilitas pencarian yaitu pencarian detail hanya bisa digunakan oleh pustakawan. 6. Laporan Kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan laporan sirkulasi. Sejak ada otomasi perpustakaan, pembuatan laporan sangat terbantu. Pustakawan tidak perlu lagi membuat laporan dengan cara manual. Karena di Athenaeum terdapat menu laporan yang bisa digunakan untuk membuat laporan sirkulasi per minggu, bulan, dan tahun. Dalam pembuatan laporan sirkulasi, pustakawan bisa memilih pembuatan laporan sirkulasi berdasarkan kelas, koleksi, atau anggota. Dan juga, dalam menu laporan tersedia fasilitas search custom yang berguna untuk mengetahui identitas peminjam koleksi terakhir apabila terjadi kerusakan koleksi. Sehingga pihak perpustakaan akan mudah untuk melacaknya dan meminta pertanggungjawabannya.
C. Software Athenaeum Light 6.0 Kata "Athenaeum" diambil dari bahasa Yunani, yang artinya perpustakaan atau reading room. Nama ini digunakan oleh Sumware Consulting, perusahaan software yang berlokasi di New Zealand, untuk nama produk perangkat lunak perpustakaan yang mereka buat. Sumware Consulting telah berdiri sejak tahun 1992 bersamaan dengan peluncuran produk pertama untuk solusi perpustakaan yang bernama "That Book is SumWare". Mereka mengkhususkan diri pada pengembangan dan training database, dengan fokus secara ekslusif pada produk Filemaker untuk Windows dan Macintosh. Beberapa produk yang mereka kembangkan antara lain ialah: Athenaeum Pro, Athenaeum Express, dan Athenaeum Light. Semuanya sebagai solusi untuk perpustakaan sekolah maupun korporat. Sampai saat ini, versi Athenaeum terakhir sudah sampai versi 8 (Athenaeum Express 8). Dari sekian banyak versi tersebut, hanya Athenaeum Light yang di-release sebagai freeware (gratis). Untuk mendapatkan Athenaeum Light versi oroginal dapat di-download di Athenaeum original. Dan bagi yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Athenaeum bisa dilihat di http://sumware.co.nz/athenaeum/light.php Athenaeum versi Light, adalah Athenaeum dengan fitur-fitur yang telah dibatasi dibandingkan dengan versi yang lebih lengkap yaitu Athenaeum Pro dan Express (proprietary). Sekalipun aplikasi ini free dan sekedar potongan perangkat lunak untuk tujuan promosi (strategi marketing), tampaknya fasilitas yang ada sangat menarik untuk dipakai sebagai salah satu otomasi perpustakaan secara sederhana.
Selain menyuguhkan fasilitas untuk mengemas pangkalan data buku (collections), aplikasi ini juga menyediakan menu-menu peminjaman dan laporan. Fasilitas lain seperti pembuatan label barcode, statistik dan stock opname yang disediakan, menjadi nilai tambah tersendiri, hal ini jarang bisa ditemukan pada aplikasi gratisan lain. Athenaeum, dibangun dengan Database Filemaker Pro 6.0. Sebuah perangkat lunak untuk mengelola pangkalan data (database) dengan penggunaan yang sangat mudah dan sederhana. Kemudahan yang diberikan Filemaker telah menobatkannya sebagai software yang "paling mudah" digunakan, versi Majalah PC World 2005. Kemudahannya ini yang memberi peluang pada banyak orang (non-programmer) mampu untuk mengotak-atik bahkan membuat sendiri aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Source Code dari Athenaeum Light 6.0 masih dapat dibaca dengan bantuan Filemaker. Hal ini memudahkan para pemakainya untuk memperbaiki, memodifikasi, tampilan field, bahasa, relasi data sesuai kebutuhan masing-masing. 1. Karakteristik Athenaeum Light 6.0 dibangun dengan menggunakan database Filemaker yang asalnya native untuk Macintosh (Apple Mac) kemudian Windows lalu Linux (FileMaker Server 5.5 for Red Hat Linux). Untuk menjalankannya, perpustakaan harus memiliki komputer dengan spesifikasi minimal yang telah disyaratkan. Antara lain : a. Sistem Operasi Windows: Windows 95/98/XP/2000 or Windows NT with Service Pack 6 (atau lebih tinggi). Spesifikasi hardware yang disyaratkan
untuk PC sedikitnya Pentium II 200MHz dengan RAM 128MB. Tentunya semakin tinggi spesifikasinya semakin baik kinerja Athenaeum. b. Sistem Operasi Macintosh: Power Macintosh sistem 8.6 atau lebih tinggi. Prosesor yang direkomendasikan ialah Power PC Macintosh 200MHz atau lebih tinggi dengan RAM 64MB atau lebih. Untuk Macintosh OS-X, RAM minimum ialah 256MB. c. Sistem Operasi *nix (linux/posix): Tidak ada penjelasan lanjut dari Athenaeum, hanya menyebut Red Hat Linux (salah satu distro linux terpopuler). Sedangkan Filemaker menyediakan Filemaker Server for RedHat. Secara umum Athenaeum Light 6.0 mengenal hak akses yang diwakili oleh 3 karakter user, yaitu Administrator/Root, Librarian dan User. Ketiga karakter tersebut mewakili perbedaan wewenang dalam penggunaan Athenaeum Light 6.0 sehari-hari. Berikut adalah penjelasannya: 1) Administrator/Root: Hak akses atas semua fasilitas Athenaeum Light 6.0, seperti layout, administrasi, sirkulasi, input/output data, searching, modifikasi script, dll. 2) Librarian: Hak akses terbatas atas input/output data, beberapa fungsi administrasi, sirkulasi, searching. 3) User: Hak akses terbatas atas fungsi pencarian (searching) saja. Sebagai Administrator, hak akses atas librarian dan user dapat dirubah dengan menggunakan Filemaker Pro dengan menuju menu File-Access Privileges. Administrator bisa saja menambah atau mengurangi karakter user sesuai dengan kebutuhan, dengan membatasi hak atas akses Athenaeum Light 6.0.
2. Cara Instalasi Untuk instalasi, Athenaeum Light 6.0 tidak perlu diinstal ke hardisk. Karena software ini dikemas secara runtime [exe] dan bekerja pada OS Windows / 95 / 98/ ME / 2000 / XP. Dengan mengkopi seluruh file ke dalam perangkat keras (copy paste). Aplikasi ini bisa dibuka dengan meng “klik” 2x.
Gambar 1: File Apilikasi Athenaeum Light 6.0 Untuk dapat melakukan entry data dan perintah lain secara penuh, maka proteksi (read only) yang umumnya jika kita mengkopi Athenaeum Light 6.0 dari CD-ROM ke komputer dengan OS Windows / 95 / 98/ ME / 2000 / XP harus dibuka terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut; a. Klik kanan pada folder Athenaeum Light Properties
Gambar 2 : Langkah Pertama Untuk Membukan Proteksi Read Only
b. Hilangkan status Read Only yang masih aktif dengan cara mengklik tanda check list-nya
Gambar 3 : Langkah Kedua Untuk Membukan Proteksi Read Only
Gambar 4 : Langkah Ketiga Untuk Membukan Proteksi Read Only
c. Pilih Apply pilih Apply changes to this folder, subfolders and file
Gambar 5 : Langkah Keempat Untuk Membukan Proteksi Read Only Catatan: untuk OS Windows XP perintah di atas bisa diabaikan.
3. Menggunakan Athenaeum Light 6.0 Untuk menggunakan Athenaeum caranya adalah sebagai berikut: Klik 2x pada file Athenaeum Light 6.0 Application atau EXE
Gambar 6 : File Untuk Membuka Athenaeum Light 6.0
Lalu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini
Gambar 7: Tampilan Untuk Mengisi Password Pada Athenaeum Light 6.0 Ada 3 pilihan password untuk membuka Athenaeum Light 6.0 Masukkan password (pilih salah satu password di bawah ini) ok Admin (tertinggi)
: merdeka
Petugas/pustakawan
: freedom
Pengguna (OPAC)
: user
Adanya perbedaan password untuk membuka Athenaeum berguna untuk memberikan perbedaan akses terhadap menu-menu yang ada di Athenaeum. Sehingga ada menu-menu khusus untuk pustakawan/ pengelola perpustakaan dan tidak bisa diakses oleh pemakai perpustakaan.
Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan menggunakan password merdeka atau freedom seperti di bawah ini:
Gambar 8 : Tampilan Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password Merdeka atau Freedom Sedangkan untuk Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan menggunakan password user seperti gambar di bawah ini:
Gambar 9 : Tampilan Halaman Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password User Tampilan depan (interface) termasuk gambar, huruf, kombinasi warna dan bahasa bisa dirubah sendiri dengan menggunakan filemaker yang bisa di-download di www.filemaker.com.
4. Menu-menu Athenaeum Light 6.0 Software yang digunakan dalam sebuah sistem otomasi perpustakaan harus mampu
mengakomodir
kebutuhan-kebutuhan
dalam
pengelolaan
sebuah
perpustakaan. Tentunya hal ini, sebuah software untuk otomasi perpustakaan harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Sebagai software yang sifatnya gratis (freeware), Athenaeum Light 6.0 memiliki menu-menu yang lumayan lengkap yang dapat digunakan dalam otomasi perpustakaan. Menu-menu uatama Athenaeum Light 6.0 adalah sebagai berikut: a. Menu Administrasi Menu ini memungkinkan pustakawan untuk mengisi nama diri, instansi, jabatan, serta logo instansi. Selain itu menu ini bisa digunakan untuk pengaturan seperti jumlah koleksi yang bisa dipinjam, jumlah hari peminjaman, jenis ukuan kertas untuk mencetak barcode, dan lain-lain. b. Data Anggota Menu ini berfungsi sebagai data base angota perpustakaan. Dalam menu ini tersedia fasilitas registarsi anggota, mencetak surat bebas pustaka dan untuk mencetak barcode ID anggota. c. Katalog (Data Koleksi) Menu ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan data koleksi yang nantinya bisa diakses dalam menu penelusuran koleksi. Sebagai OPAC (Online Public Access Catalogue)
d. Peminjaman Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan peminjaman koleksi. Proses peminjaman bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner. e. Pengembalian Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan pengembalian koleksi. Proses pengembalian bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner.
f. Perpanjangan Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan perpanjangan koleksi. Proses perpanjangan bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner. g. Sirkulasi Menu ini sebagai tempat pencatatan untuk data peminjaman yang telah berlangsung. Sehingga koleksi yang dipinjam/ keluar dan data peminjam serta tanggal kembali akan diketahui. h. Informasi Menu ini memungkinkan pustakwan untuk menuliskan informasi yang penting kepada anggota perpustakaan. i. DDC Menu ini berisi informasi DDC (Dewey Decimal Classification) sederhana yang bisa membantu pustakawan dalam proses pengklasifikasian koleksi. j. Pencarian Menu ini berfungsi sebagai media pencarian koleksi yang dibutuhkan. Di Athenaeum tersedia tiga fasilitas pencarian, dua fasilitas pencarian yang bisa
digunakan oleh pemakai, yaitu fast find, dan easy find. Sedangkan satu lagi fasilitas pencarian yaitu pencarian detail hanya bisa digunakan oleh pustakawan. Kata kunci (key word) untuk pencarian koleksi bisa berdasarkan judul, pengarang, subjek, atau dari unsur yang lainnya, seperti seri, penerbit, bahasa, dan lain-lain. k. Laporan Menu ini berfungsi sebagai laporan dari semua kegiatan sirkulasi. Laporan ini terdiri dari laporan sirkulasi mingguan, bulanan, tahunan, laporan yang bisa dicetak berdasarkan divisi/ kelas, koleksi, dan anggota. berdasarkan divisi/ kelas, koleksi,
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian pastinya diperlukan sebuah metode penelitian. Metode merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitiannya. Menurut Winarto Surachman, cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian.36 Penggunaan metode penelitian adalah untuk menemukan data yang valid, akurat dan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu sebuah pendekatan penelitian yang mencoba menggambarkan kondisi lapangan secara apa adanya, data-data mengenai hal-hal yang diamati kemudian dianalisa.37 Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai cara, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.
B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini sumber data dipilih dan mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan pandangan informan dan
36
Winarto Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung : Tarsito, 1992), h. 26 37
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988). Cet. 3, h. 72.
peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.38 Untuk mendapatkan data yang bisa menjawab pertanyaan penelitian, maka sumber datanya adalah kepala perpustakaan sebagai pihak yang mempunyai kebijakan dalam penerapan software Athenaeum Light 6.0 pada sistem otomasi Perpustakaan An-Nisaa’, staf perpustakaan sebagai pihak yang mempunyai pengetahuan tentang penggunaan Athenaeum Light 6.0 dan operator software tersebut
dalam
menjalankan
kegiatan-kegiatan perpustakaan,
serta anggota
perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ sebagai pengguna sebagian fasilitas yang ada dalam software Athenaeum Light 6.0. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Observasi, yaitu melihat secara langsung aktivitas kegiatan pengelolaan perpustakaan yang menggunakan software Athenaeum Light 6.0., dan penulis diberi kesempatan untuk mengoperasikan Athenaeum Light 6.0 secara langsung. Ini dilakukan agar mendapatkan data-data akurat yang berhubungan dengan Athenaeum, seperti fungsi dan cara pengoperasian setiap menu yang ada pada Athenaeum Light 6.0. 2. Wawancara keberbagai sumber seperti kepala perpustakaan, staf perpustakaan dan anggota perpustakaan. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan alasan pemilihan software pada sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, manfaat atau relevansi fasilitas-
38
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 206
fasilitas Athenaeum Light 6.0 dengan fungsi-fungsi kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, dan kendala-kendala penggunaan Athenaeum Light 6.0 pada sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Selain itu penulis bisa mendapatkan informasi seputar sejarah sistem otomasi di Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ serta informasi mengenai gambaran umum dari software Athenaeum Light 6.0. 3. Dokumentasi, yaitu melihat hasil kerja seperti print out data koleksi, data anggota, dan laporan sirkulasi dari software Athenaeum Light 6.0, serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk menjawab masalah dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data-data dari hasil observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan. C. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif mengadopsi konsep Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman yang dukutip oleh Sugono dalam bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”, aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus selama penelitian39. Aktifitas analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data (data reduction) Data yang diperoleh penulis dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang jumlahnya cukup banyak penulis rinci, kemudian dilakukan perangkuman, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang 39
Ibid, h. 206
penting. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas. 2. Penyajian data (data display) Dari hasil reduksi data, kemudian langkah selanjutnya adalah men-display data. Dalam hal penyajian data, penulis melakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan kesimpulan (verification) Langkah yang ketiga ini merupakan usaha verifikasi dari data-data yang telah dirangkum dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil verifikasi ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang jadi pembahasan dalam penelitian ini. D. Pengujian Kredibilitas Data Pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi
diartikan
sebagai
teknik
pengumpulan
data
yang
bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data, tringulasi juga dapat digunakan untuk menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.40 Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi metode dan sumber. Triangulasi metode dilakukan dengan cara melakukan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik penumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
40
h. 330-331
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosdakarya : Bandung, 1989),
Sedangkan triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda. Dengan kata lain pemiliahan teknik triangulasi peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber dan metode. Untuk itu peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan 2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data 3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Langkah-langkah di atas dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang benar-benar valid, akurat, dan signifikan.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Alasan Penggunaan Software Atheneum Light 6.0 Dalam Sistem Otomasi Perpustakaan An-Nisaa’
Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk membeli sebuah software otomasi perpustakaan yang bagus dan ideal membutuhkan biaya yang mahal. Hal inilah yang masih menjadi penghalang besar kebanyakan perpustakaan untuk menerapkan sistem otomasi di perpustakaannya. Selain software-nya mahal, sistem otomasi perpustakaan membutuhkan SDM yang bisa mengoperasikan serta butuh biaya yang lumayan besar untuk membeli perangkat kerasnya (hardware). Ditambah biaya perawatan yang harus selalu dianggarkan agar sistem otomasi selalu bisa berjalan baik. Seiring berjalanya waktu dan semakin pesatnya kemajuan teknologi komputer, sekarang banyak software yang gratis (free) dan bersifat open source yang bisa dimanfaatkan oleh perpustakaan. Termasuk software Athenaeum Light 6.0 yang digunakan dalam sistem otomasi Perpustakaan An-Nisaa’. Ada hal-hal yang menjadi alasan ketika perpustakaan An-Nisaa’ memilih untuk menggunakan Atheneum Light 6.0 di dalam sistem otomasi perpustakaanya. Karena sebelumnya perpustakaan An-Nisaa’ sudah pernah membeli dan menggunakan software yang murah dari Elex Media Komputindo namun pada penerapannya software ini tidak sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Menurut kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ibu Vera Yunindra atau yang akrab dipanggil ibu Teta, ada beberapa alasan yang menjadikan Athenaeum Light 6.0 dipilih sebagai software dalam sistem otomasi perpustakaan. Alasannya adalah sebagai berikut:41
41
Vera Yunindra, Kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
1) Athenaeum Light 6.0 adalah software gratis, jadi perpustakaan tidak perlu mengeluarkan anggaran yang besar untuk membeli sebuah software perpustakaan. Sehingga anggaran perpustakaan bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya. Alasan ini memang tepat, mengingat untuk membeli sebuah software perpustakaan yang sifatnya tidak gratis memerlukan biaya yang tidak sedikit. 2) Mudah dalam penggunaanya (user friendly), baik untuk staf perpustakaan ataupun untuk pengguna (anggota perpustakaan) khususnya menu katalog. Hal ini penting, sebab dengan sistem opersional atau menu-menunya yang mudah digunakan akan memungkinkan penggunaan yang maksimal. Sehingga penerapan software dalam sistem otomasi perpustakaan dapat memberikan kemudahan dan manfaat yang besar demi peningkatan kualitas layanan perpustakaan. 3) Athenaeum juga tidak terlalu membutuhkan perangkat penunjang (hardware) dengan spesifikasi yang terlalu tinggi termasuk murah dalam biaya perawatannya. Sehingga akan mengurangi biaya perawatan dan pembelian perangkat hardware-nya, seperti komputer, barcode scanner, printer, dan lain-lain. 4) Mempunyai penyimpanan data yang relatif besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat. Hal ini penting, karena dengan kapasitas penyimpanan data yang besar dan cepat, pustakawan tidak perlu khawatir dalam hal penyimpanan data anggota maupun koleksi perpustakaan.
5) Mempunyai password yang bertingkat/ berbeda sesuai penggunanya Hal ini akan memberikan perbedaan penggunaan fasilitas yang bisa diakses sesuai password yang digunakan. Sehingga akan memberikan tingkat keamanan yang baik terhadap data dan fasilitas yang ada dalam software tersebut. 6) Tidak membutuhkan SDM yang benar-benar ahli dalam bidang komputer untuk pengoperasian dan perawatannya. Dengan begitu, cukup pustakawan atau staf perpustakaan yang lainnya bisa menggunakan software tersebut dengan baik meskipun bukan seorang yang akhli dalam bidang komputer dan software. 7) Ada komunitas pengguna software Athenaeum Light, sehingga bisa sharing dengan sesama pengguna tentang Athenaeum, baik itu soal pengembangan software atau masalah yang berkaitan dengan pengoperasian Atenaeum. Dan di Indonesia ada KALI (Komunitas Athenaeum Light Indonesia), yaitu sebuah organisasi yang menjadi wadah untuk semua pengguna Athenaeum di Indonesia. Alasan-alasan diatas sesuai dengan kriteria pemilihan software yang diungkapkan oleh Ikhwan Arif dan Abdul Rahman Saleh. Yaitu diantaranya ekonomis, artinya biaya yang dikeluarkan relatif murah, kapasitas mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat, sederhana atau mudah untuk digunakan, mempunyai pembatasan akses secara bertingkat, mempunyai kemampuan space recovery data yang baik, mempunyai kecepatan penelusuran, mudah dan murah dalam perawatannya, dan lain-lain.
B. Penerapan Fasilitas-fasilitas Software Athenaeum Light 6.0 Pada Fungsifungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ 1. Fungsi Pengadaan Secara umum proses pengadaan koleksi di perpustakaan An-Nisaa’ terdapat dua cara, yaitu proses pembelian dan sumbangan. Namun sebagian besar koleksi perpustakaan An-Nisaa’ diperoleh melalui pembelian yang dilakukan secara langsung oleh pustakawan atau pun melalui pemesanan kepada penerbit. Sedangkan untuk sumbangan, koleksi banyak diperoleh dari siswa yang menjadi sahabat perpustakaan (friend of library) dan sumbangan dari orang tua murid. Dalam
proses
pengadaan
koleksi,
sebelumnya
pihak
perpustakaan
mengadakan seleksi terhadap koleksi-koleksi yang akan dibeli. Alat bantu seleksinya bisa melalui katalog penerbit, form pemesanan koleksi dari anggota, dan buku induk koleksi. Menurut pustakawan yang penulis wawancarai, beliau mengatakan bahwa, “Dalam proses pengadaan tidak ada menu khusus untuk anggota melakukan permintaan koleksi yang dibutuhkan. Jadi untuk melakukan permintaan koleksi masih menggunakan form isian yang disiapkan perpustakaan”.42 Hal ini benar bahwa dalam Athenaeum Light 6.0 tidak ada menu pengadaan secara khusus. Sehingga tidak memungkinkan pemakai melakukan permintaan koleksi yang belum ada di perpustakaan secara online. Permintaan koleksi masih dilakukan secara manual, yaitu pemakai mengisi form permintaan koleksi yang disediakan perpustakaan. Hal ini belum sesuai dengan salah satu unsur otomasi 42
Heri, Pustakawan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
perpustakaan, yaitu unsur pengguna (user) yang diungkapkan oleh Ikhwan Arif. 43 Meskipun demikian, untuk proses seleksi bisa dilakukan secara komputeraize. Terutama untuk mengecek apakah koleksi yang akan dibeli atau yang diminta pemakai sudah tersedia atau belum di perpustakaan. Selain itu pustakawan bisa mengetahui mengenai jumlah koleksi yang sudah ada, apakah perlu ditambah atau tidak. Masih menurut pustakawan An-Nisaa’, beliau mengatakan bahwa, “Dalam Athenaeum juga terdapat fasilitas website penerbit yang ada di menu katalog, pustakawan tinggal menuliskan alamat website salah satu penerbit maka kita bisa mengakses website penerbit tersebut”.44 Dengan adanya fasilitas seperti itu, pustakawan bisa menggunakan katalog online penerbit untuk memilih koleksi-koleksi apa yang dibutuhkan perpustakaan sekaligus bisa dicetak untuk data pembelian koleksi. Dengan catatan jaringan internet sudah tersedia di perpustakaan. Kegiatan ini sesuai dengan salah satu unsur dari cakupan otomasi perpustakaan yang diungkapkan oleh A. Ridwan Siregar mengenai pengadaan (acquisiting), yaitu dalam kegiatan pengadaan terdapat kegiatan pengecekan bibliografi (pre-order bibliographic control) yang dilakukan sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka. 45
43
Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan, hal. 4
44
Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
45
A. Ridwan Siregar, “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”.
Gambar 10 : Entri Katalog (Untuk Akes Internet) Dengan adanya fasilitas tersebut, proses seleksi tidak lagi dilakukan secara manual. Meskipun tidak terdapat fasilitas permintaan/ pemesanan koleksi yang bisa diisi oleh pemakai. Namun fasilitas yang ada di Atenaeum Light 6.0 sudah membantu pustakawan dalam proses seleksi pengadaan koleksi. 2. Fungsi Pengolahan Proses pengolahan koleksi bisa dilakukan pada menu pengolahan yang ada di Athenaeum Light 6.0. Dengan menu ini pustakawan tidak perlu lagi melakukan pengolahan untuk koleksi dengan judul yang sama, karena pada menu pengolahan terdapat fasilitas duplicate record (duplikasi data) koleksi. Selain itu duplikasi data (nomor induk koleksi yang sama) dalam pengolahan dapat dihindari karena menu ini telah dilengkapi proteksi duplikasi data.
Gambar 11 : Entri Pengolahan Koleksi
Berdasarkan wawancara terhadap seorang pustakawan An-Nisaa’ yang bertugas melakukan proses pengolahan koleksi, beliau berkata “Dengan sistem yang ada sekarang, yaitu Athenaeum, proses pengolahan tidak lagi sulit dan repot. Karena untuk setiap buku yang sama tinggal di-copy saja termasuk proses klasifikasi, pembuatan nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi. Semuanya bisa dikerjakan dengan fasilitas yang ada di Athenaeum. Hal ini berbeda ketika masih dilakukan secara manual”.46 Ini berarti terdapat perubahan yang baik dibandingkan ketika proses pengolahan masih dilakukan secara manual. Proses pengolahan untuk koleksi yang sama harus ditulis kembali. Ini artinya terdapat pemborosan waktu dan tenaga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan otomasi perpustakaan, yaitu komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat dari pada pengolahan secara manual.47 Untuk form pengolahan (katalogisasi) pada Athenaeum Light 6.0 mencakup informasi bibliografi yang secara umum telah sesuai dengan standar ISBD (International Standar Book Description) dalam membuat katalog perpustakaan. Bagian-bagian tersebut antara lain: bidang keterangan judul dan kepengarangan, bidang impresum (penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit), bidang kolasi (jumlah halaman, ukuran buku), bidang seri, bidang catatan dan ISBN. Dan, untuk layout serta penambahan atau pengurangan bagian-bagian katalog bisa diatur sesuai dengan
46
Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
47
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
kebutuhan perpustakaan. Untuk merubahnya bisa menggunakan filemaker yang sebelumnya harus sudah diinstal di komputer. Begitu juga dengan proses klasifikasi. Menurut kepala perpustakaan, beliau mengatakan, “Untuk proses klasifikasi pustakawan bisa melihat nomor DDC untuk subjek yang sama dengan koleksi yang telah ada di data base koleksi. Sehingga pustakawan tidak perlu lagi mencari nomor klasifikasi untuk setiap koleksi baru”.48 Kemudahan ini tidak hanya membantu pustakawan dalam proses klasifikasi, tapi juga menjadi kontrol yang tetap untuk pemberian nomor klasifikasi untuk subjek yang sama. Athenaeum juga menyediakan fasilitas DDC sederhana yang bisa membantu dan mempermudah pustakawan dalam proses klasifikasi. Sehingga pustakawan tidak lagi membuka buku klasifikasi untuk subjek yang sederhana. Selain itu pembuatan kelengkapan koleksi, seperti nomor panggil (call number) dan barcode nomor induk koleksi bisa langsung dicetak (print) tanpa harus membuatnya terlebih dahulu. Karena secara otomatis nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi siap dicetak ketika proses katalogisasi selesai dibuat. Perlu diketahui juga bahwa proses pengolahan/ input data deskrifsi katalog bisa dibuat di program excel. Yang sebelumnya, tabel diisi bagian-bagian daerah deskrifsi katalog yang disesuaikan dengan bagian-bagian yang ada di menu form pengolahan Athenaeum. Seperti nomor induk koleksi, keterangan kepengarangan, judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, ISBN, jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, dan lain-lain. Kemudian file katalog yang ada di excel di-import ke menu
48
Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
katalog yang ada di Athenaeum. Maka secara otomatis data yang dari excel akan masuk menjadi katalog online di Athenaeum. Secara umum menu pengolahan di Athenaeum Light 6.0 dapat mempermudah dan mempercepat proses pengolahan. Sehingga pustakawan bisa bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan otomasi perpustakaan yang diungkapkan John Corbin, yaitu meringankan beban tugas pustakawan/ pengelola perpustakaan terhadap pekerjaan yang bersifat pengulangan dan rutin.49 3. Fungsi Administrasi Anggota Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu administrasi yang diterapkan pada fungsi keanggotaan. Fasilitas yang ada dalam menu ini adalah sebagai berikut: a. Registrasi Anggota Dengan fasilitas ini setiap anggota perpustakaan di catat dengan menggunkan form entri data anggota yang terdiri dari; ID anggota, nama panggilan dan nama lengkap, divisi atau bagian, tempat tanggal lahir, dan alamat lengkap anggota.
b. Surat Bebas Pustaka Fasilitas ini berfungsi untuk membuat surat bebas pustaka untuk setiap anggota yang habis masa aktif kenggotaannya. Syarat untuk mendapatkan surat bebas pustaka adalah setiap anggota (siswa) yang telah menyelesaikan masa studinya atau pindah sekolah, dan guru atau karyawan yang berakhir masa kerjanya atau pindah kerja dengan ketentuan tidak mempunyai pinjaman buku perpustakaan. 49
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
c. Laporan Anggota Fasilitas ini berfungsi untuk membuat laporan tercetak data anggota perpustakaan. Data ini juga berfungsi sebagai cadangan (back up) data anggota perpustakaan. d. Barcode ID Anggota Fasilitas ini untuk mencetak barcode ID setiap anggota yang sudah terdata di data base anggota perpustakaan.
Gambar 12 : Entri Anggota Namun pada menu ini tidak terdapat fasilitas print out KTA (Kartu Tanda Anggota). Seperti yang dituturkan oleh pustakawan An-Nisaa, “Dalam menu ini tidak ada fasilitas cetak kartu anggota. Namun, untuk barcode ID anggota bisa dicetak dan kemudian ditempel di kartu anggota. Begitu juga dengan surat bebas pustaka bisa dicetak dengan bantuan menu ini”.50 Sangat disayangkan dalam menu ini tidak ada fasilitas yang bisa mencetak KTA secara otomatis. Padahal fasilitas ini dibutuhkan oleh perpustakaan untuk memudahkan proses pembuatan KTA. Hal ini sesuai yang
50
Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
dituturkan oleh kepala perpustakaan, yaitu “Pembuatan KTA secara otomatis memang kami butuhkan, sebab anggota perpustakaan di sini cukup banyak. Tapi untuk kedepannya ada rencana KTA akan dicetak di percetakan seperti kartu ATM”.51 Di perpustakaan An-Nisaa’ tidak semua anggota mempunyai KTA. Khusus untuk level KB dan TK mereka hanya diberi barcode ID (nomor induk anggota) yang ditempel pada map folder masing-masing anak. Map folder harus selalu mereka bawa ketika ada kunjungan kelas perpustakaan atau setiap akan melakukan peminjaman, selain berguna sebagai pengganti KTA map folder juga berfungsi untuk menjaga buku yang mereka pinjam dari kerusakan. Cara ini diambil sebagai antisipasi hilangnya KTA atau ketinggalan di rumah setiap akan melakukan kunjungan kelas perpustakaan. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, menu administrasi anggota masih kurang maksimal. Karena untuk pembuatan KTA masih dikerjakan secara terpisah/ manual. Namun secara umum menu ini telah sesuai dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan otomasi perpustakaan, yakni perangkat lunak yang digunakan dapat diprogram untuk mengerjakan pekerjaan yang bersifat administratif, misalnya pengisian data anggota perpustakaan, pembuatan statistik pelayanan, pengisian data bibliografi untuk pembuatan katalog dan sejenisnya.52
51
Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
52
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
4. Fungsi Sirkulasi Proses sirkulasi merupakan salah satu layanan yang harus ada dalam sebuah perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah. Ada juga yang mengatakan bahwa petugas sirkulasi dan layanan sirkulasi merupakan ujung tombak sebuah perpustakaan. Baik buruknya perpustakaan ditentukan dari petugas dan layanan sirkulasinya. Ketika mutu layanan sirkulasinya baik dan memuaskan pemakai, maka perpustakaan tersebut mendapatkan predikat sebagai perpustakaan bagus. Namun sebaliknya ketika petugas dan layanan sirkulasinya jelek dan tidak memuaskan, maka perpustakaan tersebut mendapat predikat sebagai perpustakaan jelek. Atas dasar tersebut proses sirkulasi harus dilakukan secara cepat, tepat dan benar. Dengan adanya otomasi perpustakaan, proses sirkulasi, yaitu proses peminjaman, pengembalian dan perpanjangan bisa dilakukan dengan sistem otomasi tidak lagi dilakukan secara manual. Selain itu, proses sirkulasi bisa dilakukan dengan alat bantu barcode scenner. Sehingga diharapkan layanan sirkulasi akan semakin baik dan maksimal. Dalam Athenaeum Light 6.0 terdapat menu peminjaman, pengembalian dan perpanjangan, serta fasilitas yang bisa mengecek mengenai informasi pinjaman anggota, yang terdiri dari jumlah buku yang dipinjam, judul buku yang dipinjam, serta tanggal pinjam dan kembali koleksi yang dipinjam. a. Peminjaman Koleksi Dengan fasilitas ini, proses peminjaman koleksi dapat lebih cepat dan lebih mudah dikerjakan. Karena proses peminjaman sudah menggunakan alat bantu
barcode scenner. Dengan barcode scenner ini sistem akan membaca barcode ID anggota dan barcode nomor induk buku yang akan dipinjam. Dan secara otomatis data peminjaman akan tersimpan di data sirkulasi. Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang anggota perepustakaan mengatakan bahwa, “Proses sirkulasi lebih cepat dibanding sebelum menggunkan sistem komputer. Apalagi sekarang sudah kaya di supermarket menggunakan scanner”.53
Gambar 13 : Entri Peminjaman Koleksi
b. Perpanjangan Koleksi Menurut pustakawan yang sering menangani sirkulasi menjelaskan bahwa menu ini memungkinkan pemakai untuk bisa memperpanjang masa peminjaman buku yang dipinjamnya. Perpanjangan bisa via telepon atau datang langsuang ke perpustakaan. Untuk perpanjangan via telepon, pemakai cukup menyebutkan ID 53
2008
Anita Siallagan, Anggota Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni
anggota atau nomor induk buku yang dipinjam. Selanjutnya proses perpanjangan akan dilakukan oleh pustakawan, yaitu pustakawan akan memasukan ID anggota atau nomor induk buku yang diperpanjang. Sedangkan untuk perpanjangan yang datang langsung ke perpustakaan, pemakai bisa membawa buku yang akan diperpanjang atau cukup menyebutkan nomor ID dan nomor induk bukunya. 54
Gambar 14 : Entri Perpanjangan Koleksi c. Pengembalian Koleksi Proses pengembalian juga lebih cepat dan lebih mudah serta tidak lagi terjadi kesalahan data peminjam dengan buku yang dikembalikan. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang anggota perpustakaan, “Sirkulasi lebih baik dan jarang lagi terjadi kesalahan dalam peminjaman dan pengembalian”55 Pustakawan cukup meng-scan barcode nomor induk buku yang dikembalikan. Secara otomastis data pengembalian akan masuk/ tersimpan di data laporan. Selain itu, ketika buku terlambat dikembalikan maka sistem akan memberitahukan jumlah hari keterlambatannya.
54 55
Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008 Samsuri, Anggota Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni 2008
Hanya saja untuk jumlah denda tidak bisa diketahui secara otomatis. Untuk denda, pustakawan harus menghitung jumlah hari keterlambatan dikali nominal uang denda yang berlaku di perpustakaan. Berbeda ketika proses pengembalian masih dilakukan secara manual. Proses pengembalian buku cukup lama karena pustakawan harus mencarai kantong kartu anggota dan kartu buku pinjaman terlebih dahulu, setelah itu mencocokannya dengan nomor induk buku yang dikembalikan. Pada proses ini sering terjadi ketidakcocokan antara buku yang dikembalikan dengan kartu pinjaman yang ada di kantong anggota yang mengembalikan. Hal ini terjadi dari adanya kesalahan pada proses peminjaman, yaitu pustakawan salah memasukan kartu pinjaman ke kantong anggota.
Gambar 15 : Entri Pengembalian Koleksi Dengan adanya menu sirkulasi yang terdapat dalam Atehenaeum Light 6.0, proses sirkulasi dapat dilakukan secara mudah, cepat dan tepat. Sehingga perpustakaan bisa memberikan layanan sirkulasi yang lebih baik bagi pemakai. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan otomasi
perpustakaan, yaitu memberikan layanan yang efektif bagi pemakai. 56 Namun dari observasi yang penulis lakukan, pada proses peminjaman sering terjadi antrian khususnya peminjaman pada saat jam kunjungan kelas perpustakaan berbeda untuk peminjaman di luar jam kunjungan kelas perpustakaan yang tidak terjadi antrian. Hal ini disebabkan proses peminjaman ditangani oleh satu orang petugas sirkulasi. Terlebih untuk peminjaman level bawah yang banyak menjadi sahabat perpustakaan. Setiap sahabat perpustakaan mempunyai kewenangan untuk meminjam 4 buku dan 2 buku untuk non sahabat perpustakaan. Bisa dibayangkan sibuknya petugas sirkulasi menangani satu kelas yang masing-masing kelas berjumlah sekitar 23-26 siswa. Dan setiap harinya ada kelas kunjungan perpustakaan antara 4-6 kelas. 5. Fungsi Penelusuran Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu penelusuran atau biasa disebut OPAC (Online Public Access Catalogue) yang bisa digunakan oleh pemakai dan pustakawan untuk mencari koleksi yang dibutuhkan. Penelusuran informasi koleksi yang dibutuhkan tidak bisa menggunakan bantuan operator boolean logic (and, or, not). Untuk itu, penelusuran bisa dilakukan dengan menggunkanan beberapa kategori pencarian, yaitu: pencarian cepat (fast find), easy find (pencarian mudah) untuk pemakai dan pustakawan, serta pencarian detail khusus untuk pustakawan. Perbedaan fasilitas akses di Athenaeum disebabkan adanya tingkatan password yang digunakan. Adanya perbedaan password untuk membuka Athenaeum berguna untuk memberikan perbedaan akses terhadap menu-menu yang ada di Athenaeum. Sehingga ada menu-
56
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
menu khusus untuk pustakawan/ pengelola perpustakaan dan tidak bisa diakses oleh pemakai perpustakaan. a. Fast Find (pencarian cepat)
Gambar 16 : Entri Penelusuran “Fast Find” Menu ini berfungsi untuk mencari informasi koleksi yang dibutuhkan secara cepat dan umum. Pemakai bisa memasukan kata kunci (keyword) seperti nama pengarang, judul atau subjek. Maka sistem akan menampilkan semua koleksi yang sesuai dengan kata kunci yang dipakai dalam penelusuran. Menurut salah satu anggota perpustakaan mengatakan bahwa, menu fast find merupakan menu pencarian yang sangat mudah, karena pengguna cukup mengetik satu kata kunci bisa berupa judul, pengarang, atau subjek57.
b. Easy Find (pencarian mudah) Menu ini berfungsi untuk penelusuran informasi koleksi yang spesifik. Pemakai harus mengisi lebih dari satu kata kunci atau mengkombinasikan kata kunci, misalkan nama pengarang dengan judul, pengarang dengan subjek, atau nama 57
Hisyam, Anggota Perpustakaan, Wawancara Pribadi, 11 Juni 2005
pengarang, judul dan subjek. Hal ini dilakukan untuk mengkhususkan hasil pencarian yang diinginkan pemakai. Semakin banyak kata kunci yang dipakai, maka hasil pencarian akan semakin spesifik. Hal ini sesuai dengan hasil observasi penulis, bahwa menu ini berguna ketika pemakai mencari informasi yang lebih spesifik. Misalkan mencari judul dengan pengarang tertentu, mencari subjek dengan pengarang tertentu, dan yang lainnya. Biasanya menu ini lebih banyak digunakan oleh guru dan siswa level 5-6.
Gambar 17 : Entri Penelusuran “Easy Find” c. Pencarian Detail Menu ini berfungsi untuk penelusuran informasi yang lebih spesifik lagi dibandingkan dengan menu easy find. Namun menu ini hanya dipakai oleh pustakawan (menggunakan password khusus ). Menurut pustakawan, menu pencarian detail memungkinkan pustakawan mengetahui jumlah koleksi berdasarkan jenis/ kategori koleksi (fiksi, non fiksi, referensi, audio visual, teacher resource, dan alat peraga), bahasa, atau tipe koleksi (buku, majalah, DVD, VCD, CD-ROM, dan lain-
lain). Sehingga menu ini bisa membantu pustakawan dalam membuat laporan koleksi58.
Gambar 18 : Entri Penelusuran “Detail” Setiap hasil penelusuran dapat ditampilkan secara detail mengenai data bibliografi koleksinya (judul, pengarang, impresum, kolasi, catatan, nomor panggil). Sistem juga akan menampilkan status koleksi, jika sedang dipinjam maka informasi peminjam dan tanggal kembali bisa diketahui. Selain itu pemakai bisa melakukan pemesanan koleksi, ketika koleksi yang dicari sedang dipinjam/ keluar. Pemakai cukup memilih item pesan yang ada di entri katalog kemudian masukan ID anggota. Secara otomatis buku yang dipesan akan tersimpan di entri data anggota pemesan. Nantinya pustakawan bisa mengecek siapa yang memesan dan buku apa yang dipesan. Berdasarkan wawancara penulis dengan kepala perpustakaan diketahui bahwa dengan adanya fasilitas OPAC sangat membantu pengguna dalam menelusur informasi koleksi yang dibutuhkan dan juga meringankan tugas pustakawan, karena 58
Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
pemakai bisa melakukan penelusuran informasi koleksi secara langsung.59 Dan, hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan dari otomasi perpustakaan yang dikatakan John Corbin bahwa pustakawan dapat mengalihkan pekerjaan yang bersifat rutin kepada komputer dan lebih mengkonsentrasikan diri kepada pengembangan jasa perpustakaan, sehingga dapat memberikan layanan sebaik mungkin kepada pemakai.60 Sedangkan menurut seorang anggota perpustakaan yang penulis wawancarai mengatakan “penelusuran koleksi cukup mudah. Biasanya mengisikan judul atau pengarang kadang subjek bukunya”. 61 Selain itu menurut anggota perpustakaan yang lainnya mengatakan, “Tidak sich, menurut aku gampang tinggal mengetikan judul, pengarang atau subjek bukunya lalu ok”.62 Secara umum menu pencarian yang ada dalam Athenaeum cukup mudah untuk digunakan baik oleh pustawakan dan juga pengguna perpustakaan dalam menelusur informasi koleksi yang mereka butuhkan. Dengan adanya menu penelusuran maka perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dalam penelusuran koleksi yang dibutuhkan pemakai. Karena pemakai bisa melakukan penelusuran secara mandiri tidak terlalu tergantung kepada pustakawan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan otomasi yang diungkapkan John
59
Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
60
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
61
Yunita, Anggota Perpustakaan An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni 2008
62
Sarah, Anggota Perpustakaan An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 11 Juni 2008
Corbin, yakni mempercepat layanan informasi yang diberikan dan hasil yang konsisten.63 6. Fungsi Laporan Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu laporan sirkulasi yang bisa dicetak berdasarkan waktu (mingguan, bulanan, atau tahunan), kelas/ divisi, judul koleksi, dan nama anggota. Selain itu menurut kepala perpustakaan menjelaskan bahwa ada fasilitas search custom yang bisa digunakan untuk mengetahui secara cepat koleksi yang telah dipinjam dan data peminjam. Hal ini sangat berguna ketika ada koleksi yang rusak, dengan fasilitas ini pustakawan bisa melacak data peminjam terakhir.64 Namun sayang untuk laporan jumlah pengunjung, belum bisa dilakukan di Athenaeum. Karena di Athenaeum sendiri tidak tersedia fasilitas untuk mendata pengunjung perpustakaan. Semua laporan bisa dicetak secara detail atau ringkas (sum mary) karena di Atheneum ada pilihan format cetaknya.
Gambar 19 : Entri Laporan
63
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
64
Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
Dengan adanya menu laporan di Atheaneum, setidaknya pustakawan merasa terbantu dan tidak perlu repot lagi menghitung secara manual mengenai data sirkulasi koleksi. Karena menurut kepala perpustakaan proses penghitungan data sirkulasi ketika masih dengan cara manual memerlukan waktu yang lama serta konsentrasi yang tinggi. Sangat berbeda ketika penghitungan data sirkulasi sudah menggunakan komputer, proses pembuatan laporan cukup mudah dan praktis65. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan otomasi perpustakaan yang diungkapkan John Corbin, yaitu komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat dari pada proses secara manual.66 Semua fungsi yang telah dijelaskan di atas seperti fungsi pengadaan, fungsi pengolahan, fungsi administrasi anggota, fungsi sirkulasi, fungsi penelusuran, dan fungsi laporan, secara umum telah membantu pustakawan dalam menjalankan kegiatan operasional perpustakaannya. Namun demikian, masih ada fasilitas yang ada dalam Athenaeum Light 6.0 yang belum digunakan oleh pustakawan. Fasilitas itu adalah menu stock opname yang berfungsi untuk mengecek keberadaan koleksi perpustakaan. Biasanya kegiatan ini dilakukan pustakawan di setiap akhir tahun pelajaran untuk mengecek semua koleksi perpustakaan. Sehingga pustakawan bisa mengetahui data dan kondisi koleksi yang ada di perpustakaan. Berikut tampilan menu stock opname:
65
Ibid, 9 Juni 2008
66
Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
Gambar 20 : Entri Stock Opname C. Kendala-kendala Dalam Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Selama sistem otomasi perpustakaan berjalan dengan software Athenaeum Light 6.0, menurut kepala perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ tidak ada masalah yang serius. Artinya untuk sistem Athenaeum sendiri tidak ada masalah dan juga dalam penggunanya tidak sulit semua menu dan fasilitas bisa dijalankan secara baik karena menu-menu yang ada cukup sederhana dan mudah digunakan. Ada pun fasilitas yang masih kurang seperti halnya tidak adanya fasilitas cetak KTA (Kartu Tanda Anggota), form permintaan koleksi, dan laporan pengunjung perpustakaan itu semua masih dapat ditangani. Karena tugas rutin perpustakaan yang paling berat sehari-hari adalah sirkulasi dan pengolahan. Kalau pun ada hanya kendala yang sifatnya ekstern seperti halnya masih kurangnya unit komputer untuk fasilitas OPAC dan proses sirkulasi yang dapat menunjang proses penelusuran
informasi koleksi
yang
dibutuhkan
dan
mempercepat
proses
peminjaman. Karena di perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ jumlah pengunjung dan peminjam setiap harinya selalau ada dan banyak. Selain itu belum adanya UPS (alat menyimpan daya) yang dirasakan sangat penting untuk mendukung berjalannya sistem otomasi dan pemeliharaan Athenaeum dari kerusakan sistem yang diakibatkan gangguan listrik mati secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan sudah dua kali sistem Athenaeum mengalami kerusakan yang disebabkan oleh komputer mati secara tiba-tiba akibat padamnya arus listrik. Kerusakan yang pertama pihak perpustakaan/ pustakawan belum mengetahui cara memperbaiki kerusakan sistem. Akibatnya ada sebagian data yang hilang khususnya data koleksi. Untungnya pihak perpustakaan mempunyai backup datanya. Setelah kerusakan yang pertama, pustakawan mencari informasi tentang memperbaikai kerusakan pada Athenaeum. Dan informasi tersebut didapat dari milis komunitas Athenaeum Indonesia yang memberi informasi cara menggunakan fasilitas recovery data. Dan untuk kerusakan yang kedua, pustakawan bisa memperbaiki kerusakan dengan menggunakan fasilitas recovery data. Perlu diketahui bahwa Athenaeum Light 6.0 mempunyai fasilitas recovery data yang cukup bagus. Sehingga ketika ada kerusakan pada sebagian sistem Athenaeum, pustakawan bisa memperbaiki kerusakan tersebut dengan fasilitas recovery data yang ada pada Athenaeum Light 6.0. Fasilitas recovery data yang ada pada Athenaeum Light 6.0 sesuai dengan salah satu kriteria pemilihan software menurut Abdul Rahman Saleh, yaitu software memiliki kemampuan space recovery yang baik, artinya bila terjadi gangguan pada komputer maka program ataupun data yang ada tidak akan rusak atau kerusakan data
sangat minimal.67 Proses recovery data akan berjalan baik apabila ditunjang dengan spesifikasi komputer yang tinggi. Dan faktor ini juga yang bisa memaksimalkan kinerja Athenaeum Light 6.0. Untuk mempermudah mengetahui keunggulan dan kendala menu-menu pada software Athenaeum Light 6.0, berikut daftar tabelnya:
Keunggulan •
Terdapat menu pengolahan
Kendala •
koleksi, termasuk fasilitas cetak barcode nomor induk koleksi dan
•
Tidak ada menu permintaan koleksi secara online
•
Tidak ada fasilitas cetak KTA
nomor panggil (call number)
(Kartu Tanda Anggota)
Terdapat menu administrasi
perpustakaan
anggota •
Terdapat menu informasi
•
Terdapat menu DDC
•
Terdapat menu sirkulasi, terdiri
•
Tidak ada laporan Pengunjung Perpustakaan
dari peminjaman, perpanjangan, dan pengembalian koleksi •
Terdapat menu penelusuran koleksi (katalog online)
•
Terdapat menu laporan, yang
67
Saleh, Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak untuk Automasi Perpustakaan, hal. 8-12
terdiri dari laporan koleksi dan laporan sirkulasi.
Tabel 1 : Keunggulan dan Kendala Menu-menu Athenaeum Light 6.0
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Secara umum Athenaeum Light 6.0 sebagai software yang diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, telah mampu memberikan kemudahan dan membantu pihak perpustakaan (pustakawan) maupun pemakai perpustakaan. Sehingga kegiatan-kegiatan rutin perpustakaan dan kebutuhan pemakai untuk mendapatkan layanan dan informasi yang dibutuhkan dapat dibantu dengan adanya menu-menu yang ada di Athenaeum Light 6.0. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Athenaeum Light 6.0 yang diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ merupakan software yang dipilih dengan alasan-alasan yang secara umum sesuai dengan kriteria-kriteria pemilihan software yang diungkapkan oleh Abdul Rahman Saleh dan Ikhwan Arif. 2. Athenaeum Light 6.0 secara umum terdiri dari; menu administrasi, menu data anggota,
menu
katalog
(data
koleksi),
menu
peminjaman,
menu
pengembalian, menu perpanjangan, menu sirkulasi, menu informasi, menu DDC, menu pencarian, dan menu laporan. Menu-menu tersebut sebagian besar telah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Meskipun ada kebutuhankebutuhan yang belum bisa ditangani oleh software Athenaeum Light 6.0, seperti cetak KTA (Kartu Tanda Anggota), form pengadaan koleksi, dan laporan pengunjung perpustakaan. Namun menurut pengelola perpustakaan, pekerjaan-pekerjaan rutin perpustakaan dapat dikerjakan lebih efektif dan efesien. Begitu juga dengan pemakai, pemakai mendapatkan layanan yang
lebih baik dari perpustakaan terutama layanan sirkulasi dan penelusuran informasi/ koleksi yang dibutuhkan. 3. Secara umum tidak ada kendala yang berarti selama Athenaeum Light 6.0 diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Meskipun dalam software Athenaeum Light 6.0 masih ada kendala seperti tidak adanya fasilitas permintaan koleksi secara online, tidak ada fasilitas cetak kartu anggota perpustakaan, dan tidak terdapat fasilitas laporan pengunjung perpustakaan. Namun menurut pengelola perpustakaan kendala-kendala tersebut masih bisa ditangani. B. Saran 1. Pihak perpustakaan diharapkan lebih memperhatikan perawatan program Athenaeum Light 6.0 untuk mencegah terjadinya masalah yang bisa mengakibatkan kerusakan sistem. 2. Membuat cadangan data (back up data) secara berkala sebagai antisipasi dari kerusakan sistem yang menyebabkan hilangannya data. 3. Menyediakan UPS (alat penyimpan daya listrik) sebagai antisipasi dari pemadaman listrik yang tidak terduga. 4. Menambah unit komputer untuk fasilitas OPAC (Online Public Access Catalogue ) agar memudahkan pemakai melakukan penelusuran informasi/ koleksi yang dibutuhakan. Serta penambahan unit komputer untuk layanan sirkulasi agar proses sirkulasi, terutama peminjaman pada waktu jam kelas perpustakaan dapat lebih cepat tidak terjadi lagi antrian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Ikhwan. Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan. Malang : Makalah Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan digital dan Automasi Perpustakaan Menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan” UMM, 4 Oktober 2003. Basuki, Sulistiyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991.
______________. Periodisasi Rosdakarya, 1994.
Perpustakaan
Indonesia.
Bandung
:
Remaja
Corbin, John. Managing The Library Automation Project. Kanada : Oryx Press, 1985 Corrado, Edward M. “Open Source Library Automation System”. Diakses pada 4 April 2008 dari http://library.rider.edu/scholary/ecorrado/il2004/. “Freeware Definition”, diakses pada http://www.linfo.org/freeware.html
14
Oktober
2008
dari
Hakim, Heri Abi Burachman. “Open source Sebuah Peluang Bagi Pengembangan Perpustakaan”. Diakses pada 1 April 2008 dari http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=17&Itemid=33. Haq, Rizal Saeful, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta : Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Hasugian, Jonner. Penerapan Teknologi Pada Sistem Kerumahtanggan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Marsela, 2000. Heriyanto, Tedi. “Pengembangan Software Berbasiskan Open Source di Indonesia”. Diakses pada 9 Mei 2008 dari http://tedi.heriyanto.net/papers/pengembangan.html “Perangkat Lunak tak Bebas”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunak_tak_bebas Jaringan Perpustakaan Lingkungan Hidup. “JPLH Dalam Implementasi Library Catalogu Online dan Digital Library for Environmental”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://www.jplh.or.id/elnv4. KALI. “Athenaeum Light-Freeware for Simple Automation Library”. Diakses pada 6 September 2007 dari http://kali.openlib.info/background.php./ ______________. “File Maker”. Diakses http://kali.openlib.info/filemaker.php.
pada
2
April
2008
dari
Kountur, Ronny. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta : Penerbit PPM, 2005. Lasa, H.S. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media, 2005.
Masyarakat Digital Gotong Royong. “Pengantar Sistem Operasi Komputer”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://bebas.vlsm.org/v06/kuliah/SistemOperasi/BUKU. Misky, Dudy. Kamus Informasi dan Teknologi. Jakarta : Edsa Mahkota, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988. “Open
Source”, diakses pada 14 Oktober 2008 http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0%2C254%2Ct%3Dopen+source&i%3D48471%2C00.asp
dari
“Perangkat Lunak Sumber Terbuka”, diakses pada 24 September 2008 dari http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html “Perangkat Lunak tak Bebas”, diakses pada 24 http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html
September
2008
dari
“Perpustakaan Diknas Dalam Meluncurkan Perangkat Lunak Open Source”. Diakses pada 29 April 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/12/05/perpustakaan-diknas-dalammeluncurkan-perangkat-lunak-perpustakaan-open-source/ . Saleh, Abdul Rahman. CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis Data. Jakarta : Saraswati Utama, 1996. ______________. “Kriteria Pemilihan Perangkat Perpustakaan”. Jurnal Pustakawan Indonesia.
Lunak
untuk
Automasi
Salim, Peter dan Salim, Yenni. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Ed. 3. Jakarta : Modern English Press, 2002. “Shareware ”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0,2542,t=shareware&i=51251,00.asp Siregar, A. Ridwan. “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://library.usu.ac.id/download/lib/AutomasiPerpustakaan.html. Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan. Yogyakarta : Kanisius, 1992.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005. Surachman, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito, 1992. Sutarno N.S. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik. Jakarta : Samitra Media Utama, 2004. Wawancara Pribadi dengan Heri. Bintaro, 9 Juni 2008. Wawancara Pribadi dengan Vera Yunindra. Bintaro, 9 Juni 2008. Wawancara Pribadi dengan Anita Sialagan. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Yunita. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Samsuri. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Hisyam. Bintaro, 11 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Sarah. Bintaro, 11 Juni 2008 Witono, Didik. “Athenaeum Light 6.0”. Diakses pada 2 juli 2007 dari http://.apisionline.blogspot.com.