PENERAPAN SNI WAJIB BAGI INDUSTRI PETROKIMIA Oleh:
Federasi Industri Kimia Indonesia
(FIKI) Jakarta, 20 Maret 2012 Gd. Petrokimia lt.-3, Jalan Tanah Abang III/16, Jakarta 10160 - Indonesia Phone: +62-21-3446459 ext .3203, Fax: + +62-21-344 6645 E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN 1. Dalam era globalisasi perdagangan saat ini, daya saing industri DN dalam menghadapi gempuran produk impor sangat penting untuk ditingkatkan, disadari bahwa kelemahan industri nasional kebanyakan (1).mempunyai skala produksi yang rendah, (2).Teknologi banyak yang sudah tua, (3).Infrastruktur kurang, (4). Biaya tinggi dll. 2. Bahwa FTA tidak bisa dihindari, oleh sebab itu dengan segala keterbatasannya, industri kimia di DN perlu proaktip mencari solusi dalam menghadapi persaingan global. 3. Pada prinsipnya industri nasional tidak mungkin bekerja sendirian menghadapi persaingan global, kebanyakan negara lain juga mendapatkan perlindungan dari Pemerintahnya terhadap kelangsungan industrinya melalu berbagai instrumen kebijakan. 4. Instrumen kebijakan fiskal seperti BMDTP, Anti Dumping, Safeguard & Verifikasi produk import prosesnya memakan waktu lama, dan berbelit-belit sehingga perlu dicarikan solusi lain seperti penerapan standar teknis dan/atau menerapkan aturan atas isu lingkungan. 5. Industri petrokimia DN saat ini menghadapi serbuan barang impor baik berupa bahan baku maupun produk, oleh sebab itu penting sekali bantuan Pemerintah baik berupa kebijakan fiskal maupun non-tarif barrier seperti penerapan SNI ataupun penerapan manajemen bahan kimia seperti halnya yang dilakukan oleh EU seperti Registration, Evaluation, Authorisation and Restriction of Chemical (REACH), USA dengan Chemical Assessment and Management Program (ChAMP), Jepang dengan Chemical Subtance Control Law (CSCL). 2
1
NAFTA Population: 445 million GDP: US$15.857 trillion
FTA Canada – Chile 1997 FTA : Chile – Mexico 1999 FTA : USA – Chile 2004 FTA : USA – Singapore 2004 FTA : USA – Australia 2005 FTA : Mexico – Japan 2005 FTA : Chile – Brunei – NZ – Singapore 2006 FTA : China – Pakistan FTA : China – NZ FTA : Malaysia – Pakistan FTA : Thai - Australia
Main Regional FTAs EU Population: 491 million GDP: US$ 14.38 trillion
Japan-Korea FTA (under negotiation)
EU 25 countries
Japan-Mexico EPA (signed agreement)
expanding to Eastern Europe
EU-MEXICO FTA
expanding to Latin America
Japan-Mexico EPA (signed agreement)
Japan-Korea-China FTA (under negotiation)
NAFTA U.S.A., Canada, Mexico
JAPAN Population: 127 million GDP PPP: US$ 4.29 trillion
CHINA Population: 1.330 billion GDP PPP: US$ 6.991 trillion
ACP-EU
ASEAN-Japan
Countries in Africa and the Caribbean (approx. 70 countries)
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
under negotiation
SAPTA
Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan, Sri Lanka
FTAA (by 2005)
AFTA Indonesia, Malaysia, Philippines,Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia
MERCOSUR Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay
India - ASEAN FTA
China - ASEAN FTA
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Japan’s Bilaterals: • Japan-Singapore EPA • Japan-Philippines EPA • Japan-Thailand EPA • Japan-Malaysia EPA • Japan-Indonesia EPA
ASEAN Population: 575.5 million GDP: US$ 3.431 trillion
Korea - ASEAN FTA 3
Tabel-1. Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2004-2010* 2010*
Pertumbuhan (%) 2004-2010
No
URAIAN
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
13.620,20
17.531,04
17.031,41
20.539,04
39.978,69
31.683,82
39.253,9
188.20
2
Elektronika
2.048,47
2.413,48
2.488,31
4.035,98
13.444,71
10.496,71
12.807,1
525.20
3
Kimia Dasar
5.690,64
5.935,32
6.315,39
7.115,75
10.716,70
8.095,12
10.312,3
81.22
4
Te k s t il
1.036,36
1.026,87
1.085,68
1.192,00
3.901,78
3.396,92
4.499,5
334.16
5
Makanan dan Minuman
1.390,67
1.914,52
2.178,23
3.616,14
3.157,97
2.810,63
3.932,4
182.77
6
Pulp dan Kertas
1.299,76
1.298,95
1.392,04
1.692,60
2.518,49
1.883,21
2.483,4
91.07
7
Alat-alat Listrik
724,42
877,79
852,98
1.118,31
2.470,79
2.105,82
2.882,8
297.95
8
Pupuk
431,99
518,87
624,65
761,78
2.337,64
929,14
1.350,8
212.69
9
Barang-barang Kimia lainnya
1.078,06
1.167,23
1.170,03
1.293,82
1.845,64
1.661,88
2.000,4
85.56
Total 9 Besar Industri
27.320,57
32.684,07
33.138,71
41.365,42
80.372,42
63.063,25
79.522,5
191.07
Total Industri
31.550,79
37.300,34
38.624,63
48.084,08
91.800,67
72.398,09
91.441,3
189.82
Non Migas
34.792
40.243
42.102
52.540
98.644
77.848
97.746
180.94
Gas
11.732,05
17.457,68
18.962,87
21.932,82
30.552,90
18.980,75
24.769,7
111.13
Sumber : BPS, diolah Kemenperin * Data hingga bulan Nopember 2010
4
2
TABEL-2.1 IMPORT of MAJOR CHEMICALS to INDONESIA 2009 – 2010 2009 PRODUCT
QUANTITY (MT)
Rubber grade carbon black
2010 (Jan - Oct)
VALUE (USD)
PRICE (USD/MT)
QUANTITY (MT)
VALUE (USD)
PRICE (USD/MT)
64.867
58.504.321
9.021
75.678
81.343.091
1.075
9.459
4.430.864
468
9.422
4.404.533
467
Phosphoric acid
21.830
13.811.974
632
108.790
54.253.626
499
Sodium tripolyphosphate
32.695
24.864.205
760
18.495
16.119.933
872
Disodium carbonate
661.380
140.857.405
212
695.035
136.470.215
196
Ethylene
663.714
518.511.483
781
470.177
509.467.325
1.084
Propylene
269.170
223.746.783
831
177.494
197.930.215
1.115
12.994
14.523.335
1.117
24.857
46.534.042
1.872
Benzene
163.182
102.772.216
630
125.849
116.324.112
924
Toluene
109.836
80.886.739
736
90.597
80.359.875
887
Xylene
728.057
644.720.581
885
709.453
710.010.323
1.000
Vinyl chloride monomer (vcm)
109.612
69.342.823
632
86.774
72.450.964
835
20.299
17.758.391
875
25.357
37.356.171
1.473 1.663
Nitric acid; sulphonitric acids
Buta-1, 3-diene
Butyl alcohol Octanol
14.384
14.724.464
1.024
23.780
39.542.134
Ethylene glycol
319.940
214.039.538
669
327.170
308.161.297
942
Propylene glycol
17.336
25.557.973
1.474
14.978
25.745.457
1.719
Acetic acid
86.579
38.680.474
447
85.351
28.963.489
339
Methyl methacrylate
30.475
50.157.886
1.646
27.400
55.380.203
2.021
Isocyanates
31.562
55.522.045
1.759
32.763
63.119.718
1.926
continued Copyright E Sorohadmodjo 5 PT Elsoro Multi Pratama
Source: Workout from BPS Indonesia
TABEL-2.2 IMPORT of MAJOR CHEMICALS to INDONESIA 2009 – 2010 2009 PRODUCT
QUANTITY (MT)
2010 (Jan - Oct)
VALUE (USD)
PRICE (USD/MT)
QUANTITY (MT)
VALUE (USD)
PRICE (USD/MT)
Methionine
14.092
61.081.380
4.334
12.881
54.105.641
4.200
N - glycine
11.662
39.489.867
3.386
14.643
54.466.796
3.720
Caprolactam
44.214
76.917.010
1.740
44.434
107.805.042
2.426
1.225
105.486.809
86.111
1.323
77.903.381
58.883
Oth infusion fluids Ammonium sulphate
338.394
46.680.565
138
258.293
39.004.027
151
Ammonium nitrate
362.967
203.649.391
561
308.367
171.611.315
556
Chemical fertilisers
280.016
30.653.013
109
738.008
74.105.304
100
Potassium chloride
562.110
340.583.428
606
1.465.475
601.350.140
410
Potassium sulphate
2.253
1.890.557
839
4.728
2.597.544
549
152.155
172.122.941
1.131
147.780
210.862.227
1427
65.572
74.324.812
1.133
115.443
148.117.213
1283
74.644
105.631.022
1415
Polymers of ethylene (gran.) Polyethylene Polymers of ethylene (pastes)
ND
ND
ND
Polypropylene (powder, other)
214.405
230.061.577
1.073
318.215
422.588.710
1328
Propylene copolymers in other form
122.127
138.919.456
1.137
151.370
217.571.472
1437
Polyethylene terephthalate
55.472
64.757.108
1.167
56.482
82.745.614
1465
Polyamide-6
33.675
71.933.384
2.136
61.257
179.518.951
2930
Styrene-butadiene rubber (SBR)
74.349
118.222.178
1.590
93.570
195.162.718
2085
Butadiene rubber (BR)
32.984
57.039.272
1.729
35.345
88.520.641
2504
SUB TOTAL IMPORT OF MAJOR CHEMICALS
4.147.226.248
PLUS IMPORT OF ABOVE USD 10 MILLION
6.313.759.890
8.386.609.101
GRAND TOTAL IMPORT OF HS 28 - HS 40
13.074.459.753
15.509.834.851
Source: Workout from BPS Indonesia
5.417.604.481
Copyr i ght : E Sor ohadmodj o, PT El sor o Mul t i Pr at ama
6
3
SNI Petrokimia 1. Sesuai data BSN, sektor industri petrokimia mempunyai 350 SNI atau 4,6% dari total 7.528 SNI Nasional, yang bila diperinci terdiri atas SNI untuk industri kimia hulu berbasis Migas dan industri kimia. Saat baru ini 20 sebagai SNI wajib sebagaimana ditetapkan oleh PerMenperin No. 37/2010 (pupuk-7 SNI); No.35/2007 (industri semen-6 SNI); No.92/2007 (LPG-2 SNI) dan No. 595/2004 (industri ban-5 SNI). 2. Sebanyak 105 SNI Petrokimia sedang dilakukan kaji ulang, ditambah dengan 22 perumusan SNI baru dengan perincian: 12 RSNI mengacu pada ISO/ASTM untuk industri petrokimia berbasis migas, 6 RSNI untuk asesori bahan peledak, 1 RSNI untuk garam industri, 1 RSNI migas, 1 RSNI carbon black dan 1 RSNI pupuk organik . 3. Merujuk pada penjelasan diatas untuk SNI dibidang industri kimia dan petrokimia yang jumlahnya masih relatip kecil hanya 4,6 %, selain tidak banyak peningkatan juga lebih cenderung melakukan kaji ulang SNI yang sudah ada dibanding dengan meningkatkan jumlah SNI maupun menjadikan SNI wajib. 4. Kementerian teknis juga mengeluarkan Permen atau SK Dirjen yang berhubungan dengan standar kualitas, misal aturan GHS, kualitas CNG, LNG dll sehingga Standarisasi Nasional produk di-Indonesia tidak hanya dikelola oleh BSN saja. 7
Strategi penerapan SNI bagi Industri Kimia 1.
2.
3.
4.
Bahan baku/produk impor yang memang diDN tidak ada atau kurang seperti KCl, Fosfat alam sebagai bhn baku pupuk NPK atau Nafta sebagai bhn baku PP, PE atau BTX, bukanlah sebagai ancaman bagi produk kimia di DN, sehingga penerapan SNI lebih diutamakan untuk melindungi konsumen. Bahan baku/produk impor yang diperlukan karena produk diDN tidak mampu memenuhi kebutuhan atau dapat dianggap bersifat komplementer maka diperlukan SNI yang sifatnya untuk melindungi konsumen, kecuali bila bahan baku impor tsb dapat memungkinkan mematikan industri diDN maka perlu dilbuat SNI yang sifatnya melindungi industri diDN, seperti bahan baku plastik PE dan PP dimana produsen diDN tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Bahan baku/produk impor yang menyaingi produk diDN serta kemungkinan besar dapat menyebabkan industri DN mengalami kolaps, diperlukan SNI yang sifatnya melindungi industri DN dan Konsumen. Dalam hal pemberlakuan SNI tidak bisa membantu produsen diDN maka diperlukan instrumen lain seperti penerapan standar GHS yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan isu lingkungan, sebagaimana yang dilakukan oleh EU dengan mengundangkan REACH atau ChAMP di USA dll. 8
4
Peningkatan jumlah pembuatan SNI 1. Kapasitas pembuatan SNI dari BSN pertahun sekitar 400-450, bila produk SNI akan ditingkatkan maka segala hal yang berhubungan dengan proses penyusunan SNI tsb perlu dievaluasi untuk diupgrade/disempurnakan seperti: peningkatan kualitas dan kuantitas SDM seperti tim panitia teknis perlu diperkuat baik secara kuantitas maupun kualitas, hambatan teknis lainnya seperti sistem pemungutan suara jajak pendapat/e-balloting untuk persetujuan dari RSNI menjadi SNI juga perlu dibenahi sistemnya, bila panitia teknis dalam melaksanakan pertemuan pembahasan RSNI telah beberapa kali ternyata tidak memenuhi korum maka harus ada kebijakan khusus yang bisa menyatakan telah korum untuk dilanjutkan kepersetujuan yang inipun masih perlu waktu. 2. Total Nasional laboratorium penguji berjumlah 664, tetapi untuk yang memenuhi syarat dengan predikat sebagai Good Laboratory Practice (GLP) sesuai syarat kelaikan internasional masih belum ada, kelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh negara lain sebagai counter dari negara importir yang merasa dirugikan akibat pembatasan dengan membalas produk impor dari Indonesia harus diujikan oleh Laboratorium dengan kriteria GLP 9
Kesimpulan dan Saran 1. Dalam menghadapi kompetisi global perlu lebih diintensifkan pembuatan SNI baik untuk perlindungan konsumen maupun untuk peningkatan daya saing, untuk itu perlu diperbaiki sistem dan mekanisme pembuatan standar kualitas produk agar lebih cepat dan sesuai sasaran. 2. Dalam aplikasi suatu SNI menjadi wajib atau tetap bersifat sukarela, perlu dibentuk suatu mekanisme kerjasama antara regulator dengan para pelaku usaha dalam kaitannya dengan daya saing produk. 3. Perlu diantisipasi bahwa Negara maju telah mempunyai pedoman standar yang lebih sempurna dan dalam melakukan proteksi non tariff barier tidak hanya menggunakan instrumen standar kualitas produk tetapi juga menggunakan regulasi berdasar atas isu lingkungan dan kesehatan konsumen. 4. Dualisme regulasi dalam menentukan kualitas produk kimia yang saat ini masih dibuat oleh regulator dan BSN perlu disimplikasi, sebaiknya BSN yang menentukan ukuran standar kualitas , regulator yang menentukan wajib atau tidaknya SNI tsb diberlakukan. 10
5
Terima Kasih
11
6