ISSN 1411-0393
PENERAPAN PSAK No.15 UNTUK INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI Akhmad Riduwan*)
ABSTRAK Investasi saham berhak suara perusahaan lain (perusahaan investi) dalam jumlah minmal 20% dan tidak lebih dari 50%, masih memungkinkan investor untuk menunjukkan pengaruhnya secara signifikan terhadap investi, terutama berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan dan operasi investi, walaupun tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Jika investor mempunyai pengaruh signifikan terhadap perusahaan investi, perusahaan investi disebut sebagai perusahaan asosiasi. Dari segi akuntansi, investor harus mempertanggungjawabkan investasinya pada perusahaan asosiasi dengan metode ekuitas. Dalam metode ekuitas, investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar biaya perolehannya, dan sepanjang periode setelah tanggal akuisisi nilai tercatat investasi tersebut disesuaikan sejalan dengan perubahan ekuitas perusahaan asosiasi. Penerapan metode ekuitas untuk investasi dalam perusahaan asosiasi secara substansial merupakan perluasan (bentuk lain) dari pengkonsolidasian laporan keuangan. Hanya saja, laporan keuangan konsolidasi disusun dengan cara menggabungkan masing-masing akun perusahaan investor (induk perusahaan) dan perusahaan investi (anak perusahaan) dengan terlebih dahulu mengeliminasi akun-akun silang (reciprocal account); sedangkan metode ekuitas hanya menggabungkan bagian hak kepemilikan atas aktiva neto perusahaan asosiasi dalam akun tunggal yaitu akun “investasi” serta menggabungkan bagian hak atas laba atau rugi perusahaan asosiasi dalam akun tunggal “penda\patan investasi”. Penerapan akuntansi metode ekuitas untuk investasi dalam perusahaan asosiasi diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi No.15. Kata-kata kunci : PSAK No.15, Investasi, Perusahaan Asosiasi
1. PENDAHULUAN Investasi dalam bentuk pemilikan saham berhak suara perusahaan lain, memungkinkan in-vestor untuk mengendalikan operasi perusahaan yang bersangkutan (perusahaan *)
Drs. Akhmad Riduwan, Ak, adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
163
investi). Hak pengendalian ini memerlukan kepemilikan di atas 50% saham berhak suara, dan me-ngakibatkan timbulnya hubungan “induk dan anak perusahaan” antara investor dan perusa-haan investi. Situasi ini mengharuskan investor (sebagai perusahaan induk) untuk meng-konsolidasikan laporan keuangannya dengan laporan keuangan perusahaan investi (sebagai anak perusahaan), sebagaimana diatur dalam PSAK No.4.1 Walaupun tidak memiliki hak pengendalian terhadap perusahaan investi -- karena saham berhak suara yang dimiliki hanya 50% atau kurang -- investor mungkin masih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investi. Yang dimaksud dengan Pengaruh Signifikan, sebagaimana dijelaskan dalam PSAK No.15 Paragrap 02, adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investi, tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan tersebut. Dalam situasi di mana investor mempunyai pengaruh signifikan terhadap perusahaan investi, maka dari sudut pandang investor, perusahaan investi ini disebut sebagai Perusahaan Asosiasi. PSAK No. 15 Paragrap 04 menegaskan bahwa investor dianggap mempunyai penga-ruh signifikan jika memiliki -- baik langsung maupun tak langsung melalui anak perusa-haan - 20% atau lebih saham berhak suara perusahaan investi. Sebaliknya, jika investor memiliki kurang dari 20% saham berhak suara, dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor untuk menganggap adanya pengaruh signifikan tersebut.
2. METODE AKUNTANSI Metode akuntansi untuk investasi saham berhak suara yang umum digunakan adalah meto-de ekuitas (equity method) dan metode biaya (cost method). Berdasarkan metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan (costs), dan untuk selanjutnya, nilai tercatat (carrying amount) atas investasi tersebut harus ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian laba atau rugi investi setelah tanggal pero-lehan. Dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investi juga mengurangi nilai tercatat investasi. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk me-ngubah hak kepemilikan proporsional investor pada investi yang 1
Dalam situasi di mana investor memiliki saham berhak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut : (a) Mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan perjanjian dengan investor lainnya; (b) Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; (c) Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus perusahaan; (d) Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. (PSAK No.4 Paragrap 05)
164
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
timbul dari perubahan da-lam ekuitas investi yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba-rugi. Perubahan se-macam ini meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap, per-bedaan dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang timbul dari peng-gabungan usaha. Berdasarkan metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investi sebesar biaya perolehan (costs). Investor mengakui penghasilan hanya sebatas dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investi setelah tanggal perolehan. Jika dividen yang diterima tersebut melebihi bagian laba investor yang seharusnya, maka kelebihan itu harus dipandang sebagai pemulihan investasi (pengembalian modal) dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya perolehan (cost) investasi. PSAK No.15 Paragrap 04 menegaskan bahwa “apabila investor mempunyai penga-ruh yang signifikan, maka investasi pada investi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya, apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya”.
3. AKUNTANSI INVESTASI PADA SAAT AKUISISI Pada saat akuisisi, investasi dalam saham dicatat sebesar biaya perolehannya (cost). Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain di samping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa efek (PSAK No.13 Paragrap 10). Ilustrasi 1 : Dianggap bahwa PT ABC membeli 30% saham berhak suara PT DEF pada tanggal 1 Januari 1999 dari para pemegang saham, dengan total biaya perolehan sebesar Rp 5.100.000.000. Transaksi ini akan dicatat oleh PT ABC sebagai berikut: Investasi pada PT DEF Kas
Rp 5.100.000.000 Rp 5.100.000.000
4. KELEBIHAN BIAYA PEROLEHAN INVESTASI ATAS NILAI BUKU AKTIVA NETO YANG DIPEROLEH PSAK No.15 Paragrap 11 mengatur bahwa investasi dalam perusahaan asosiasi dipertang-gungjawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih (baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan (acqui-sition cost) dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
165
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Hal ini berarti bahwa investor yang melakukan investasi pada perusahaan asosiasi, sa-ngat penting untuk mengetahui informasi tentang aktiva dan kewajiban perusahaan asosiasi tersebut pada saat dilakukannya akuisisi saham, karena investasinya harus dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi diakui sebagai goodwill dan disajikan sebagai aktiva (PSAK No.22 Paragrap 37). Selanjutnya, goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya. Dalam mengamortisasi goodwill harus digunakan metode garis lurus, kecuali terdapat metode lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan tertentu. Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari 5 tahun, kecuali periode yang lebih panjang tetapi tidak boleh lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat (PSAK No.22 Paragrap 39). Ilustrasi 2 : Berhubungan dengan ilustrasi 1, dianggap bahwa informasi tentang aktiva dan kewajiban PT DEF pada tanggal 1 Januari 1999 adalah sebagai berikut :
Kas Piutang - bersih Persediaan Aktiva lancar lainnya Peralatan - bersih Total aktiva Utang usaha Utang wesel, jatuh tempo 1 januari 2004 Modal saham biasa Saldo laba/Laba ditahan Total kewajiban dan ekuitas
Nilai Buku Rp 1.500.000.000 2.200.000.000 3.000.000.000 3.300.000.000 5.000.000.000 Rp 15.000.000.000 ═════════════ Rp 1.000.000.000 2.000.000.000 10.000.000.000 2.000.000.000 Rp 15.000.000.000 ═════════════
Nilai Wajar Rp 1.500.000.000 2.200.000.000 4.000.000.000 3.100.000.000 8.000.000.000 Rp 18.800.000.000 ═════════════ Rp 1.000.000.000 1.800.000.000
Pada saat akuisisi saham, kepemilikan PT ABC terhadap aktiva neto (ekuitas) PT DEF adalah sebesar Rp 3.600.000.000 (30% dari Rp 12.000.000.000 total ekuitas PT DEF), sementara itu nilai tercatat (dalam contoh ini sebesar biaya perolehan) investasi adalah se-besar Rp 5.100.000.000, yang berarti terdapat kelebihan biaya perolehan investasi atas ni-lai buku aktiva neto yang diperoleh sebesar Rp 1.500.000.000. Perbedaan ini harus
166
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
dialo-kasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi berdasarkan nilai wajarnya, dan selebihnya dialokasikan sebagai goodwill2. Pengalokasian kelebihan biaya perolehan investasi Rp 1.500.000.000 tersebut dilakukan seperti yang tampak pada halaman 5. Dalam perhitungan tersebut, goodwill sebesar Rp 300.000.000 merupakan sisa dari total kelebihan biaya investasi yang telah dialokasikan pada aktiva dan kewajiban teridentifikasi. Goodwill tersebut juga dapat dihitung secara langsung sebagai kelebihan biaya investasi sebesar Rp 5.100.000.000 terhadap nilai wajar aktiva neto yang diperoleh yaitu Rp 4.800.000.000 (30% x Rp 16.000.000.000). Jika kelebihan biaya perolehan investasi sebesar Rp 1.500.000.000 tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi, maka seluruh kelebihan itu harus ditetapkan sebagai goodwill Nilai buku aktiva neto terlalu besar(terlalu rendah) dibanding nilai wajarnya
Persediaan Aktiva lancar lainnya Peralatan Utang wesel
(Rp 1.000.000.000) 200.000.000 (3.000.000.000) (200.000.000)
Jumlah yang dialokasikan pada aktiva dan kewajiban teridentifikasi Sisa alokasi yang ditetapkan sebagai goodwill Jumlah kelebihan biaya investasi terhadap nilai buku aktiva neto yang diperoleh
Alokasi sementara kelebihan biaya investasi ke aktiva neto teridentifikasi (30%) : ditambahkan (dikurangkan) Rp 300.000.000 (60.000.000) 900.000.000 60.000.000 Rp
1.200.000.000 300.000.000 Rp 1.500.000.000 ══════════════
Perlu ditegaskan di sini bahwa perhitungan alokasi tersebut di atas tidak perlu dicatat secara terpisah dalam buku PT ABC, karena kelebihan biaya investasi Rp 1.500.000.000 tersebut sudah termasuk dalam nilai tercatat investasi yang berjumlah Rp 5.100.000.000. Dalam metode ekuitas, perbedaan sebesar Rp 1.500.000.000 tersebut setelah tanggal akuisisi akan dieliminasi (diamortisasi) secara periodik, sehingga perbedaan itu akan hilang selama masa manfaat aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban yang dapat diidentifikasi, 2
Dalam praktik bisnis, kesediaan investor untuk membayar investasi melebihi nilai buku aktiva neto perusahaan investi yang menjadi hak kepemilikannya, dapat terjadi karena salah satu atau seluruh pertimbangan berikut : (a) aktiva dan kewajiban perusahaan investi dibukukan terlalu rendah; (b) investor mengantisipasi manfaat keekonomian yang lebih menguntungkan di masa mendatang, terutama dari sinergi antar aktiva yang diakuisisi.
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
167
atau sepanjang periode maksimum 20 tahun jika perbedaan tersebut ditetapkan sebagai goodwill. Ilustrasi 3 : Berkaitan dengan ilustrasi 1 dan 2, dianggap bahwa untuk tahun 1999 PT DEF melaporkan laba bersih Rp 3.000.000.000 dan membayar dividen Rp 1.000.000.000. Pada tanggal 31 Desember 1999, bagian laba dan dividen dari PT DEF tersebut harus dicatat dalam buku PT ABC sebagai berikut : Investasi pada PT DEF Rp 900.000.000 Pendapatan dari PT DEF (mencatat bagian laba PT DEF : 30% dari Rp 3.000.000.000)
Rp 900.000.000
Kas Rp 300.000.000 Investasi pada PT DEF (mencatat bagian laba PT DEF : 30% dari Rp 1.000.000.000)
Rp 300.000.000
Pada tanggal 31 Desember 1999, PT ABC juga harus menyesuaikan nilai tercatat investasi sebagai konsekuensi dari adanya kewajiban untuk mengamortisasi kelebihan biaya pero-lehan investasi pada saat akuisisi. Sebagai ilustrasi, dianggap bahwa kelebihan biaya inves-tasi diamortisasi sebagai berikut : Tarif Amortisasi Tahun 1999 Kelebihan biaya investasi dialokasikan pada : Persediaan -- dijual pada tahun 1999 Aktiva lancar lainnya -- dijual pada tahun 1999 Peralatan -- disusutkan selama 20 tahun Utang wesel -- jatuh tempo 5 tahun Goodwill -- maksimum 20 tahun
100 % 100 % 5% 20 % 5%
Dengan tarif amortisasi sebagaimana tersebut di atas, maka beban amortisasi kelebihan biaya investasi untuk tahun 1999 adalah sebesar Rp 312.000.000 yang dihitung sebagai berikut : Kelebihan biaya investasi yang dialokasikan pada : Persediaan -- 100 % x Rp 300.000.000 Aktiva lancar lainnya -- 100 % x Rp 60.000.000 Peralatan -- 5 % x Rp 900.000.000 Utang wesel -- 20 % x Rp 60.000.000 Goodwill -- 5 % x Rp 300.000.000 Total amortisasi untuk tahun 1999
Rp
300.000.000 ( 60.000.000) 45.000.000 12.000.000 15.000.000 Rp 312.000.000 ══════════════
168
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT ABC untuk mencatat amortisasi kelebihan biaya investasi tersebut adalah : Pendapatan dari PT DEF Investasi pada PT DEF
Rp 312.000.000 Rp 312.000.000
Berdasarkan catatan yang telah dibuat, pada tanggal 31 Desember 1999 PT ABC akan me-laporkan investasinya di Neraca Rp 5.388.000.000 (biaya perolehan Rp 5.100.000.000 + bagian laba PT DEF Rp 900.000.000 - dividen Rp 300.000.000 - amortisasi kelebihan biaya investasi Rp 312.000.000). Dalam laporan laba/rugi untuk tahun 1999, PT ABC juga melaporkan Pendapatan dari PT DEF sebesar Rp 588.000.000 (bagian laba PT DEF Rp 900.000.000 dikurangi amortisasi kelebihan biaya investasi Rp 312.000.000). Aktiva neto PT DEF (ekuitas pemegang saham) meningkat sebesar Rp 2.000.000.000 selama tahun 1999 sehingga menjadi Rp 14.000.000.000, dan hak pemilikan PT ABC terhadap aktiva neto tersebut adalah 30% atau Rp 4.200.000.000. Perbedaan antara nilai tercatat investasi (Rp 5.388.000.000) dengan hak atas aktiva neto (Rp 4.200.000.000) adalah sebesar Rp 1.188.000.000. Perbedaan ini mencerminkan saldo yang belum diamortisasi atas kelebihan biaya investasi terhadap nilai buku aktiva neto yang diperoleh. Jumlah ini juga dapat diper-oleh secara langsung dengan cara mengurangi saldo kelebihan mulamula sebesar Rp 1.500.000.000 dengan jumlah beban amortisasi tahun 1999 sebesar Rp 312.000.000.
5. KELEBIHAN NILAI BUKU AKTIVA NETO YANG DIPEROLEH ATAS BIAYA PEROLEHAN INVESTASI Nilai buku hak kepemilikan aktiva neto pada perusahaan asosiasi mungkin lebih besar dari biaya perolehan investasinya. Situasi ini mengindikasikan bahwa aktiva neto yang dapat di-identifikasi dari perusahaan asosiasi dinilai tertalu tinggi (overvalued) atau bahwa kepemi-likan tersebut diperoleh pada harga murah (bargain price). Jika total kelebihan itu berasal dari aktiva yang dinilai terlalu tinggi (dengan kata lain, biaya perolehan investasi adalah se-besar nilai wajar), maka kelebihan itu mengurangi aktiva tertentu yang dinilai terlalu tinggi. Tetapi jika aktiva neto yang diidentifikasi telah dicatat sebesar nilai wajarnya, maka kele-bihan nilai wajar (dan nilai buku) aktiva neto yang diperoleh atas biaya perolehan investasi tersebut merupakan goodwill negatif. Goodwill negatif harus ditetapkan kembali untuk me-ngurangi aktiva tidak lancar selain surat-surat berharga yang dapat diperjual-belikan.. Ilustrasi 4 : Dianggap PT PQR membeli 50% saham berhak suara PT KLM pada tanggal 1 Januari 1999, dengan total biaya perolehan Rp 40.000.000. Ringkasan perubahan ekuitas pemegang saham PT KLM selama tahun 1999 adalah sebagai berikut : Ekuitas pemegang saham 1 Januari 1999
Rp 100.000.000
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
169
Tambah : Laba bersih selama tahun 1999 Kurang : Dividen yang dibayar 1 Juli 1999
20.000.000 (5.000.000) Rp 115.000.000
Ekuitas pemegang saham 31 Desember 1999
Pada transaksi di atas, kelebihan nilai buku aktiva neto yang diperoleh atas biaya perolehan investasi adalah Rp 10.000.000 [yaitu (50% x Rp 100.000.000) - Rp 40.000.000]. Berdasarkan informasi tentang nilai wajar aktiva, perbedaan Rp 10.000.000 tersebut disebabkan karena pada tanggal 1 Januari 1999 persediaan dinilai terlalu tinggi Rp 2.000.000 (seluruh persediaan telah terjual dalam tahun 1999), dan peralatan telah dinilai terlalu ting-gi Rp 18.000.000 (peralatan masih mempunyai sisa manfaat 10 tahun sejak 1 Januari 1999). Dengan demikian, kelebihan nilai buku aktiva neto Rp 10.000.000 tersebut harus ditetapkan pada : Persediaan (Rp 2.000.000 kelebihan penilaian x 50% kepemilikan) Peralatan (Rp 18.000.000 kelebihan penilaian x 50% kepemilikan) Kelebihan nilai buku terhadap biaya perolehan investasi
(Rp 1.000.000) ( 9.000.000) (Rp 10.000.000)
Jumlah kelebihan nilai buku tersebut di atas akan diamortisasi selama masa manfaat aktiva, sehingga nilai buku hak kepemilikan aktiva neto sama dengan biaya perolehan investasi. Pada transaksi di atas, tidak ada goodwill maupun goodwill negatif yang terjadi, kare-na biaya perolehan investasi sebesar Rp 40.000.000 sama dengan nilai wajar aktiva neto yang diperoleh yaitu 50% dari Rp 80.000.000. Pencatatan transaksi yang berkaitan dengan investasi tersebut pada buku PT PQR sela-ma tahun 1999 adalah sebagai berikut : 1 Januari 1999 Investasi pada PT KLM Kas (mencatat pembelian 50% saham berhak suara PT KLM) 1 Juli 1999 Kas Investasi pada PT KLM (mencatat penerimaan dividen dari PT KLM)
Rp 40.000.000 Rp 40.000.000
Rp 2.500.000 Rp 2.500.000
31 Desember 1999
170
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
Investasi pada PT KLM Pendapatan dari PT KLM (mencatat 50% bagian laba bersih PT KLM)
Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Investasi pada PT KLM Rp 1.900.000 Pendapatan dari PT KLM (mencatat amortisasi kelebihan nilai buku aktiva neto atas biaya perolehan investasi yang ditetapkan dalam : persediaan [100% x Rp 1.000.000] dan perlatan [10% x Rp 9.000.000])
Rp 1.900.000
Berdasarkan catatan akuntansi yang telah dibuat, PT PQR melaporkan Pendapatan dari PT KLM sebesar Rp 11.900.000 dalam laporan laba/rugi tahun 1999; dan melaporkan Investasi pada PT KLM sebesar Rp 49.400.000 dalam neraca 31 Desember 1999.
Ilustrasi 5 : Dianggap bahwa PT ABC memperoleh 25% saham berhak suara PT XYZ dengan harga Rp 110.000.000 pada tanggal 1 Januari 1999, di mana aktiva neto PT XYZ pada tanggal tersebut adalah seperti yang tampak pada halaman 9. Laba bersih dan dividen PT XYZ untuk tahun 1999, masing-masing adalah Rp 60.000.000 dan Rp 40.000.000. Persediaan yang dinilai terlalu rendah dijual selama tahun 1999, sedangkan bangunan dan peralatan mempunyai sisa manfaat 4 tahun sejak tanggal 1 Januari 1999.
Persediaan Aktiva lainnya Peralatan -- bersih Bangunan -- bersih
Kewajiban Aktiva neto
Nilai Buku Rp 240.000.000 100.000.000 50.000.000 140.000.000 Rp 530.000.000 130.000.000 Rp 400.000.000
Nilai Wajar Rp 260.000.000 100.000.000 50.000.000 200.000.000 Rp 610.000.000 130.000.000 Rp 480.000.000
Kelebihan Nilai Wajar Rp 20.000.000 60.000.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000
Pada transaksi di atas, terdapat kelebihan biaya perolehan investasi atas nilai buku kepemi-likan aktiva neto Rp 10.000.000 [yaitu Rp 110.000.000 - (25% x Rp
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
171
400.000.000)]. Untuk mengalokasikan kelebihan biaya perolehan tersebut, pertama kali hak kepemilikan aktiva neto harus ditetapkan berdasarkan nilai wajarnya, kemudian menetapkan ada/tidak-nya goodwill atau goodwill negatif sebagai berikut :
Persediaan : 25% x Rp 20.000.000 Peralatan Bangunan : 25% x Rp 60.000.000 Goodwill negatif Kelebihan biaya perolehan atas nilai buku aktiva neto * Berdasarkan nilai wajar :
Penetapan nilai wajar Rp 5.000.000 15.000.000 ( 10.000.000)
Penetapan goodwill negatif (Rp 2.000.000)* ( 8.000.000)* 10.000.000
Penetapan akhir Rp 5.000.000 ( 2.000.000) 7.000.000
Rp 10.000.000 ══════════
══════════
Rp 10.000.000 ══════════
Rp 50.000.000/Rp 250.000.000 untuk peralatan Rp 200.000.000/Rp 250.000.000 untuk bangunan
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa kelebihan biaya perolehan investasi atas nilai buku aktiva neto, mula-mula ditetapkan pada nilai wajar aktiva neto yang diidentifikasi, kemudian goodwill negatif ditetapkan kembali untuk mengurangi nilai aktiva tidak lancar selain surat-surat berharga yang dapat diperjual-belikan. Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh PT ABC selama tahun 1999 berkaitan dengan investasinya pada PT XYZ adalah sbb.: 1 Januari 1999 Investasi pada PT XYZ Kas (mencatat pembelian 25% saham berhak suara PT XYZ) 31 Desember 1999 Kas
Rp 110.000.000 Rp 110.000.000
Rp 10.000.000
Investasi pada PT XYZ (mencatat penerimaan dividen dari PT XYZ) 31 Desember 1999 Investasi pada PT XYZ Pendapatan dari PT XYZ (mencatat 25% bagian laba bersih PT XYZ) Pendapatan dari PT KLM Investasi pada PT KLM
Rp 10.000.000
Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
Rp 6.250.000 Rp 6.250.000
172
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
[mencatat amortisasi kelebihan biaya perolehan investasi nilai atas buku aktiva neto yang ditetapkan dalam : persediaan : 100% x Rp 5.000.000 = Rp 5.000.000; peralatan : 25% x (Rp 2.000.000) = (Rp 500.000); dan bangunan : 25% x Rp 7.000.000 = Rp 1.750.000]
Berdasarkan catatan akuntansi yang telah dibuat, PT ABC melaporkan Pendapatan dari PT XYZ sebesar Rp 8.750.000 dalam laporan laba/rugi tahun 1999; dan melaporkan Investasi pada PT XYZ sebesar Rp 108.750.000 dalam neraca 31 Desember 1999. Nilai buku kepemilikan aktiva neto PT XYZ per 31 Desember 1999 adalah Rp 105.000.000 (yaitu 25% dari Rp 420.000.000), yang berarti bahwa masih terdapat kelebihan biaya investasi sebesar Rp 3.750.000. Perbedaan ini juga dapat dihitung langsung : saldo kelebihan mulamula Rp 10.000.000 dikurangi amortisasi Rp 6.250.000.
6. INVESTASI PADA AKUISISI BERTAHAP Investor mungkin memperoleh kemampuan untuk menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan operasi dan keuangan perusahaan investi melalui serangkaian akuisisi saham secara bertahap. Berkaitan dengan hal ini, PSAK No.15 Paragrap 11 mengatur bah-wa investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggung-jawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Misalnya, investor pada tahap pertama memperoleh 10% kepemilikan pada suatu perusahaan investi, dan ta-hap berikutnya memperoleh 10% kepemilikan lagi. Perolehan awal 10% kepemilikan ha-rus dipertanggungjawabkan dengan metode biaya sampai diperolehnya kepemilikan 20%. Ketika kepemilikan mencapai 20%, metode ekuitas harus diterapkan dan akun investasi maupun laba ditahan harus disesuaikan secara berlaku surut. Ilustrasi 6 : dianggap bahwa PT FGH memperoleh 10% kepemilikan pada PT HIJ dengan harga Rp 750.000.000 pada tanggal 2 Januari 1998 dan 10% kepemilikan lainnya dengan harga Rp 850.000.000 pada tanggal 2 Januari 1999. Ekuitas pemegang saham PT HIJ pada tanggal-tanggal akuisisi tersebut adalah sebagai berikut :
Modal saham Laba ditahan Total ekuitas pemegang saham
2 Januari 1998 Rp 5.000.000.000 2.000.000.000 Rp 7.000.000.000
2 Januari 1999 Rp 5.000.000.000 2.500.000.000 Rp 7.500.000.000
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
173
PT FGH tidak dapat menetapkan kelebihan biaya investasi terhadap nilai buku yang diper-oleh terhadap aktiva neto yang dapat diidentifikasi. Karenanya, diasumsikan bahwa kele-bihan biaya terhadap nilai buku dari setiap akuisisi dianggap sebagai goodwill. Diasumsi-kan pula bahwa goodwill akan diamortisasi selama 10 tahun. Pada tanggal 2 Januari 1998 ketika 10% yang kedua diperoleh, PT FGH menggunakan akuntansi metode ekuitas untuk kepemilikannya sebesar 20% tersebut. Hal ini menyebabkan perubahan nilai tercatat (carrying value) atas 10% kepemilikan yang pertama harus di-sesuaikan menjadi nilai tercatat yang benar berdasarkan metode ekuitas. Ayat jurnal untuk menyesuaikan akun investasi PT FGH adalah : 2 Januari 1999 Investasi pada PT HIJ Rp 45.000.000 Laba ditahan Rp 45.000.000 menyesuaikan akun investasi dari metode biaya ke metode ekuitas : bagian laba ditahan selama tahun 1998 naik Rp 50 juta (Rp 500 juta x 10% kepemilikan sepanjang tahun) dikurangi amortisasi goodwill tahun 1998 sebesar Rp 5 juta [(biaya perolehan Rp 750 juta - nilai buku aktiva neto Rp 700 juta) 10 tahun].
Kenaikan laba ditahan PT HIJ Rp 500.000.000 dalam tahun 1998 mewakili pendapatan di-kurangi dividen tahun 1998. Karena PT FGH melaporkan bagian dividen yang diterimanya dari PT HIJ sebagai pendapatan berdasarkan metode biaya, maka pendapatan PT FGH ta-hun 1998 berdasarkan metode ekuitas lebih besar 10% dari kenaikan laba ditahan PT HIJ tahun 1998 dan dikurangi dengan Rp 5.000.000 amortisasi goodwill yang tidak dibeban-kan pada pendapatan berdasarkan metode biaya.
7. PENJUALAN INVESTASI Ketika investor menjual sebagian investasinya sehingga mengurangi kepemilikannya pada perusahaan investi menjadi kurang dari 20% atau di bawah batas yang dibutuhkan untuk menggunakan pengaruh yang signifikan, maka akuntansi dengan metode ekuitas tidak digunakan lagi untuk sisa kepemilikan. Sejak saat itu, investasi dipertanggungjawabkan dengan metode biaya, dan saldo akun investasi setelah penjualan menjadi dasar biaya (cost) yang baru. Tidak ada penyesuaian yang diperlukan dan investor mencatat investasi berdasarkan metode biaya seperti biasa. Keuntungan atau kerugian penjualan investasi adalah perbedaan antara harga jual dan nilai buku kepemilikan sesaat sebelum penjualan. Ilustrasi 7 : Dianggap bahwa PT ABC memperoleh 320.000 lembar saham (40% kepemilikan) PT DEF pada tanggal 1 Januari 1996 dengan harga Rp 580.000.000 ketika ekuitas pemegang saham PT DEF Rp 1.200.000.000 (nilai buku aktiva dan kewajiban sama dengan nilai wajarnya). Goodwill sebesar Rp 100.000.000 diamortisasi selama 10 tahun.
174
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
PT ABC mencatat investasinya berdasarkan metode ekuitas sejak tahun 1996 sampai 1998, dan pada tanggal 31 Desember 1998 akun investasi bersaldo Rp 670.000.000, sama de-ngan 40% ekuitas pemegang saham PT DEF sebesar Rp 1.500.000.000 ditambah dengan goodwill yang belum diamortisasi Rp 70.000.000. Pada tanggal 1 Januari 1999 PT ABC menjual 80% kepemilikannya pada PT DEF (256.000 lembar saham) dengan harga Rp 600.000.000, sehingga kepemilikannya pada PT DEF menjadi bersisa 8% (20% dari 40% kepemilikan semula). Nilai buku kepemilikan yang dijual adalah Rp 536.000.000, atau 80% dari Rp 670.000.000. Keuntungan yang diakui oleh PT ABC karena penjualan investasi tersebut adalah Rp 64.000.000 (harga jual Rp 600.000.000 dikurangi Rp 536.000.000 nilai buku kepemilikan yang dijual). Saldo akun investasi setelah penjualan adalah Rp 134.000.000. Sisa kepemilikan 8% (kurang dari 20%) mengindikasikan tidak adanya kemampuan untuk menggunakan pengaruh yang sig-nifikan terhadap kebijakan keuangan dan operasi perusahaan investi, dan karena itu, sesuai dengan PSAK No.15, investasi pada perusahaan investi harus dipertanggungjawabkan ber-dasarkan metode biaya, di mana saldo sebesar Rp 134.000.000 menjadi dasar biaya yang baru untuk investasi.
8. PERUSAHAAN ASOSIASI DENGAN SAHAM PREFEREN KUMULATIF PSAK No.15 Paragrap 15 mengatur bahwa jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak luar, investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk dividen saham preferen dengan mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum dideklarasikan. Metode ekuitas hanya diterapkan pada investasi saham biasa. Penerapan metode ekui-tas memerlukan beberapa penyesuaian apabila perusahaan asosiasi memiliki juga saham preferen. Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan adalah : 1. Pengalokasian ekuitas pemegang saham perusahaan asosiasi menjadi komponen ekuitas pemegang saham preferen dan pemegang saham biasa, dalam rangka menentukan nilai buku investasi saham biasa. 2. Pengalokasian laba bersih perusahaan asosiasi menjadi pendapatan saham preferen dan pendapatan saham biasa, dalam rangka menentukan bagian investor atas pendapatan perusahaan asosiasi bagi pemegang saham biasa. Ilustrasi 8 : Dianggap bahwa ekuitas pemegang saham PT KLM Rp 6.000.000.000 pada awal tahun 1999 dan Rp 6.500.000.000 pada akhir tahun 1999. Laba bersih dan dividen PT KLM tahun 1999 masing-masing adalah Rp 700.000.000 dan Rp 200.000.000.
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
175
Saham preferen 10% kumulatif, @ Rp 100.000 Saham biasa, @ Rp 10.000 Modal disetor lainnya Laba ditahan Total ekuitas pemegang saham
1 Januari 1999 Rp 1.000.000.000 3.000.000.000 500.000.000 1.500.000.000 Rp 6.000.000.000
31 Desember 1999 Rp 1.000.000.000 3.000.000.000 500.000.000 2.000.000.000 Rp 6.500.000.000
PT PQR membayar Rp 2.500.000.000 pada tanggal 2 Januari 1999 untuk 40% saham biasa yang beredar PT KLM. Investasi tersebut dievaluasi sebagai berikut : Biaya perolehan 40% saham biasa PT KLM Nilai buku (nilai wajar) investasi : Total ekuitas pemegang saham PT KLM Kurang : ekuitas pemegang saham preferen Ekuitas pemegang saham biasa % kepemilikan
Rp 2.500.000.000 Rp 6.000.000.000 1.000.000.000 Rp 5.000.000.000 40%
Goodwill -- diamortisasi 10 tahun
2.000.000.000 Rp 500.000.000
Pendapatan PT PQR dari PT KLM untuk tahun 1999 atas kepemilikannya sebesar 40% adalah sebagai berikut : Laba bersih PT KLM tahun 1999 Kurang : Pendapatan saham preferen (10% x Rp 1.000.000.000) Pendapatan untuk saham biasa Bagian pendapatan untuk saham biasa (40% x Rp 600.000.000) Kurang : Amortisasi goodwill (Rp 500.000.000 10 tahun) Pendapatan dari PT KLM tahun 1999
Rp 700.000.000 100.000.000 Rp 600.000.000 ════════════ Rp 240.000.000 50.000.000 Rp 190.000.000 ════════════
9. POS-POS LUAR BIASA DAN PENYESUAIAN PENGARUH KUMULATIF Dalam metode ekuitas, investor harus melaporkan bagian pendapatan dari perusahaan aso-siasi secara terpisah antara pendapatan yang berasal dari operasi normal, pos luar
176
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
biasa, dan komponen pengaruh kumulatif. Bagian pendapatan perusahaan asosiasi yang mempe-ngaruhi nilai tercatat investasi hanyalah bagian pendapatan yang berasal dari operasi nor-mal perusahaan asosiasi, sedangkan bagian pendapatan yang berasal dari pospos luar bia-sa dan komponen pengaruh kumulatif, harus dicatat secara terpisah. Ilustrasi 9 : Dianggap bahwa PT MNO memiliki 40% saham beredar PT PQR dan bahwa pendapatan PT PQR untuk tahun 1999 adalah sebagai berikut : Pendapatan dari operasi sebelum pos luar biasa Pos luar biasa : kerugian bencana alam
Rp 500.000.000 50.000.000 Rp 450.000.000 ════════════
Laba bersih
PT MNO mencatat pendapatan investasinya dari PT PQR sebagai berikut : Investasi pada PT PQR Kerugian lain-lain -- perusahaan asosiasi Pendapatan dari PT PQR
Rp 180.000.000 20.000.000 Rp 200.000.000
Pendapatan sebesar Rp 200.000.000 dari PT PQR dilaporkan sebagai pendapatan investasi oleh PT MNO, dan kerugian bencana alam Rp 20.000.000 dilaporkan secara bersama-sama dengan pos luar biasa lain yang dimiliki oleh PT MNO sepanjang tahun 1999. Jika PT PQR mempunyai penyesuaian pengaruh kumulatif, penyesuaian ini juga harus dicatat secara terpisah dan harus dilaporkan bersama-sama dengan penyesuaian pengaruh kumu-latif PT MNO lainnya, jika ada. Keuntungan atau kerugian karena penjualan suatu segmen usaha atau bagian perusahaan asosiasi harus diperlakukan serupa. Dalam pelaporan bagian laba/rugi perusahaan asosiasi berdasarkan metode ekuitas, investor juga harus mengeliminasi pengaruh keuntungan (kerugian) atas transaksi antara investor dengan perusahaan asosiasi sampai keuntungan (kerugian) tersebut direalisasi. Hal ini memerlukan penyesuaian akun investasi dan pendapatan investasi dengan cara yang sa-ma dengan ilustrasi sebelumnya untuk aktiva neto yang dapat diidentifikasi dan goodwill. Transaksi perusahaan asosiasi yang mengubah bagian investor atas aktiva neto perusahaan juga memerlukan penyesuaian.
10. PENGUNGKAPAN PERUSAHAAN ASOSIASI Agar para pemakai laporan keuangan memahami dengan jelas, investor harus mengungkapkan nama perusahaan asosiasi yang signifikan termasuk proporsi hak kepemilikannya. PSAK No.15 Paragrap 24 menegaskan bahwa pengungkapan yang harus dibuat adalah :
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
177
1. Daftar dan penjelasan dari perusahaan asosiasi yang signifikan yang meliputi: nama, tempat, kedudukan, persentase kepemilikan dan persentase hak suara (apabila berbeda dengan persentase kepemilikan). 2 Metode yang digunakan untuk mempertanggung-jawabkan investasi tersebut. Berikut ini adalah kutipan Laporan Keuangan Tahunan PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) untuk tahun 1997, sebagai ilustrasi pengungkapan minimal yang diperlukan bagi investor yang melakukan investasi pada perusahaan asosiasi. Laporan Tahunan PT Indonesian Satellite Corporation 1997, Halaman 46 Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasi Catatan 6, Penyertaan Jangka panjang Akun ini terdiri dari penyertaan pada :
Persentase pemilikan (%) Dicatat dengan Metode Ekuitas PT Telekomunikasi Selular PT Mitra Global Telekomunikasi Ind. PT Multi Media Asia Indonesia PT Aplikanusa Lintasarta PT Graha Lintas Properti PT Yasawirya Tama Cipta Inkatel PT Menara Jakarta Cambodian Indosat Telecommunication PT Yasawirya Indah Mega Media PT Indoprima Mikroselindo PT Kalimaya Perkasa Finance PT Electronic Datainterchange Indonesia PT Inticom Telepersada PT Satelindo Mitralintas
35.00 30.00 26.67 23.80 35.00 40.00 40.00 20.00 49.00 50.00 20.00 30.00 49.00 30.00 35.00
Dalam Jutaan Akumulasi Bagian Laba (Rugi) Bersih Biaya Perusahaan Nilai Perolehan Asosiasi Tercatat Rp
63.900 139.814 56.512 27.938 16.800 22.250 9.561 10.000 14.697 5.000 4.600 3.450 4.214 1.076 525 380.337
Rp 415.513 5.064 ( 2.598) 9.349 2.558 ( 4.852) ( 1.068) ( 1.789) ( 8.167) 101 ( 1027) ( 177) ( 1741) ( 231) ( 351) 410.584
Rp 479.413 144.878 53.914 37.287 19.358 17.398 8.493 8.211 6.530 5.101 3.573 3.273 2.473 845 174 790.921
11. BAHAN BACAAN Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition, Prentice Hall-Inc., Upper Saddle River, New Jersey, 1996.
178
Ekuitas Vol.3 No.4 Desember 1999 : 163-179
Beams, Floyd A., dan Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia, Buku Satu, Edisi Ke-enam, Salemba Empat, Jakarta, 1998. Laporan Tahunan Konsolidasi, PT Indonesian Satellite Corporation, 1997. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 4 : “Laporan Keuangan Konsolidasi”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 : “Akuntansi Untuk Investasi”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 : “Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 : “Akuntansi Penggabungan Usaha”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994.
Akuntansi Investasi Pada Perusahaan Asosiasi (Akhmad Riduwan)
179