Jurnal At-Tajdid
PENERAPAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER SISWA KELAS 5 DI SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO Fitri Yuliawati* Abstract : This study aims to improve the character of the fifth grade students of elementary school of Gembongan Sentolo Kulonprogo Yogyakarta through the application of guided discovery approach. This study was Classroom Action Research. The Subject was 18 people of the fifth grade students of elementary school Gembongan Sentolo Kulonprogo Yogyakarta in academic year 2009/2010. The study was conducted in 3 cycles consisting of 4 stages, namely planning, action, observation, and reflection. Type of action in this research is the application of guided discovery approach and the result is the improvement of student character limited by the implementation of the value of godly obedience, responsibility, cooperation, and creativity. The instrument used is the observation sheet of value implementation, student questionnaire sheet and parent’s questionnaire sheet. The Observation sheets and questionnaires were analyzed with descriptive quantitative. The criterion for success in this study is divided into two, qualitatively and quantitatively. In the terms of qualitative, the action is successful if guided discovery approach can be implemented the four values, while quantitatively, the success be seen from the average score of the observation of the implementation of the four values in the high category has reached more than 75%. The results showed that the guided discovery approach can be used to improve the character of students. The Increasing of the values of obedience worship successive cycles I, II, and III are indicated by the percentage of students who are able to achieve high category at 72.22%, 77.78% and 88.89%. The Value of responsible is 33.34%, 72.22% and 83.34%. The value cooperation is 44.45%, 61.11%, and 83.33%. The * Dosen tetap pada Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta 255
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Value of creativity is 33.334%, 50.00%, and 77.78%. Thus, the application of guided discovery approach to learn science subject can improve the student character of the fifth Grade students in elementary school Gembongan, Sentolo, Kulonprogo Yogyakarta. Keywords: science, character, worship, responsibility, cooperation, creativity.
PENDAHULUAN Tantangan pendidikan dewasa ini, bukan hanya memberikan pengetahuan yang mutakhir, namun juga harus bisa membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter yang kuat pada setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya. Hal ini berarti juga proses pendidikan berujung pada pembentukkan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Pada kenyataannya proses pembelajaran sains di sekolah, seperti target nilai dari ujian tertulis masih sebagai bentuk penilaian hasil belajar siswa yang menjadi ukuran utama prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengajar. Konsekuensi dari hal tersebut, maka pembelajaran jelas lebih menekankan pada penguasaan konsep saja. Lebih celakanya lagi, orientasi belajar para siswa berubah menjadi semata-mata untuk meraih nilai tinggi. Hal ini dapat mendorong para siswa untuk mengejar nilai dengan cara yang tidak jujur, seperti mencontek, menjiplak, dan sebagainya. Dengan beban materi yang cukup banyak, guru lebih memilih kegiatan pembelajaran secara langsung di dalam kelas dengan sistem penyampaian/delivery system, daripada melaksanakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif. Kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekadar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hafalan bagi siswa. Guru juga tidak terlalu terdorong untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam, bahkan untuk melalui alat peraga pun tidak banyak ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran. Selama proses pembelajaran, guru tidak terbiasa menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat memben256
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
tuk kepribadian dan karakter anak menjadi baik, tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas kepribadiannya. Mata pelajaran sains mengandung banyak sekali nilai kehidupan, di samping itu mata pelajaran ini banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang bisa memberi motivasi kepada para pendidik untuk dapat mengembangkan sains sebagai salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk karakter siswa.
PEMBAHASAN Mengetahui cara pandang tentang sains merupakan faktor penting yang menentukan arah pembelajaran sains. Pernyataan ini bukan kha yalan, tetapi hasil penelitian, yakni bahwa persepsi guru tentang sains akan mempengaruhi proses pembelajarannya. Carin & Sund menya takan “Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and controlled experimentation. As data are col lected, theories are advanced to explain and account for what has been observed”.1 Dari kutipan tersebut dapat didefinisikan bahwa sains sebagai: “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Trowbridge & Bybee menyatakan, “Science is a body knowledge, formed by a process of continues inquiry and encompassing the people who are engaged in the scientific enterprise”,2 bahwa sains merupakan produkproduk yang dibentuk oleh proses penyelidikan yang berkesinambungan dari orang-orang yang bekerja di bidang ilmu pengetahuan. Sains juga menyangkut mengamati apa yang terjadi, mengklasifikasi atau mengorganisasi informasi, memperkirakan apa yang akan terjadi, membuktikan perkiraan/hipotesis di bawah kondisi pengawasan untuk melihat apakah ada kebenaran dan menarik kesimpulan. Sains juga menyangkut trial and error, kegagalan dan mencoba kembali. Sains membutuhkan sikap ragu-ragu (skeptical) sehingga kesimpulan ilmiah yang telah ada dapat diubah atau dimodifikasi ketika ada penemuan yang baru.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
257
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Pembelajaran sains sebagai media pengembangan potensi anak, sebaiknya memperhatikan karakteristik psikologis anak, memberikan kesenangan bermain, dan kepuasaan intelektual bagi anak terhadap segala fenomena alam yang terjadi disekitarnya. Seperti yang dijelaskan De Porter & Hernacki, “Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan kita semua memiliki peralatan yang memadai untuk memuaskannya...”,3 Lebih lanjut dikatakan bahwa seorang anak memiliki potensi scientist, maka tugas utama pendidikan untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini melalui proses pembelajaran sains yang dikelola secara profesional. Sebelum masuk Sekolah Dasar dan diajari sains secara formal, anakanak biasanya sudah membawa ide dasar sains berdasarkan fenomenafenomena alam yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah memiliki pengetahuan tentang apa yang akan terjadi jika sebuah benda ditarik, dipukul, atau dijatuhkan. Bahkan, anak juga sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai dunia dan alam sekitarnya, seperti air, cahaya, api, dan bayangan. Banyak sekali konsep-konsep sains yang dikembangkan oleh anakanak berasal dari kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman-pe ngalaman seperti ini, para ahli menyimpulkan bahwa anak-anak belajar sains melalui konsep yang diciptakan/konstruk sendiri berdasarkan pe ngalaman pribadi. Howe & Jones menyatakan bahwa tujuan yang paling penting bagi anak-anak terutama di Sekolah Dasar belajar sains adalah: (a) mengembangkan dan memelihara keingintahuan anak terhadap alam sekitar, (b) mengamati dan menyelidiki lingkungan dan mengaturnya sebagai pe ngalaman belajar bagi anak-anak, (c) mengembangkan keterampilan dan kecerdasan yang dibutuhkan untuk mempelajari sains lebih lanjut, (d) membangun pengalaman mendasar untuk memahami konsep-konsep penting dalam sains, (e) menghubungkan apa yang dipelajari anak di sekolah dengan kehidupan sehari-hari.4 Carin & Sund memberikan arahan bagaimana semestinya sains diajarkan pada pendidikan dasar (termasuk SD), yaitu: (a) menyiapkan siswa agar dapat menggunakan sains dan teknologi dalam memahami
258
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
dan memperbaiki kehidupan sehari-hari, (b) menyiapkan siswa agar dapat menggunakan sains dan teknologi dalam menghadapi isu-isu sosial yang berhubungan dengan sains, (c) menanamkan dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar serta dapat memahami penjelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam, (d) mengembangkan kesadaran siswa akan adanya hubungan antara sains dan teknologi.5 Menurut teori perkembangan Piaget, perkembangan intelektual siswa SD berada pada jenjang operasional konkrit, sedangkan perkembangan sosialnya berada pada fase bermain. Terdapat dua strategi dasar yang penting di dalam suatu proses belajar-mengajar sains, yaitu: Interaksi dengan objek konkrit dan diskusi dengan pembimbing. Dengan dua strategi dasar tersebut akan menjadikan kognisi belajar siswa berkembang pesat. Dengan siswa mendapatkan sendiri konsepnya, maka konsep itu akan tahan lama karena dasarnya adalah penemuannya sendiri.6 Siswa Sekolah Dasar, sesuai dengan teori perkembangan Piaget menunjukkan beberapa karakteristik, sebagai berikut: (a) siswa senang bermain. Siswa tidak biasa diam untuk mendengarkan orang lain bicara. Siswa sangat dinamis; senang bergerak, berbuat dan berbicara satu sama lain, (b) bahasa bagi siswa masih sangat abstrak. Siswa dapat menyebutkan atau mengulang apa yang disebut guru, tetapi belum tentu siswa mengerti maknanya, (c) melalui pengamatan siswa dapat melakukan abstraksi dan ini akan menjadi lebih baik kalau siswa mendapat bimbingan, (d) siswa belum bisa berkonsentrasi terhadap masalah yang dibicarakan guru.7 Perhatian anak masih terpecah pada informasi yang disampaikan guru dengan informasi lain di sekitarnya yang lebih menarik perhatiannya. Tugas guru dalam pembelajaran sains di SD antara lain menyajikan sains sesuai dengan karakteristik pendidikan sains dan karakteristik anak yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional kon krit. Pada tahap ini, anak akan berpikir dan belajar dari pengalaman nyata. Anak belum mampu untuk menunjukkan penyebab terjadinya suatu proses yang sifatnya abstrak dan juga belum mampu belajar dengan proses sains yang bersifat abstrak seperti osmosis dan fotosintesis.8
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
259
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Ide belajar penemuan muncul dari keinginan untuk memberikan rasa senang kepada siswa dalan menemukan sesuatu oleh siswa itu sen diri, dengan cara mengikuti jejak ilmuwan. Abruscato mengungkapkan pendapatnya, “In science we have name for learning that occurs when chi dren, with our guidance, increase their cognitive, psychomotor, and affect ive development through direct experience. We call it discovery learning”. Dalam sains pembelajaran yang terjadi ketika siswa dengan bimbingan guru untuk meningkatkan perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik melalui pengalaman langsung disebut sebagai pembela jaran penemuan.9 Zuhdan Kun Prasetyo, dkk, mengartikan pendekatan discovery atau penemuan sebagai pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip. Dengan demikian, rancang an pembelajaran harus memungkinkan siswa melakukan proses mental, seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, membuat dugaan, menjelaskan, membuat kesimpulan dan sebagainya.10 Carin & Sund berpendapat, “Guided discovery teaching provides op portunities for greater involvement, giving students more chances to gain insights and better develop their self-concepts”, yaitu pembelajaran dengan penemuan terbimbing menyediakan kesempatan untuk keterlibatan le bih besar, memberikan siswa kesempatan lebih banyak untuk memperoleh wawasan dan mengembangkan konsepnya sendiri dengan lebih baik.11 Penerapan pendekatan penemuan terbimbing dalam pembelajaran terdiri atas 3 siklus (Gambar 1), yaitu fase eksplorasi (exploration), fase pengenalan konsep (invention) dan fase penemuan (discovery). Olah tangan (hands-on) dan olah pikir (minds-on) dalam mendapatkan pengalaman sangat penting bagi siswa yang berada di tingkat sekolah dasar sesuai dengan tingkat perkembangan Piaget, juga penting karena siswa perlu bereaksi dengan objek untuk mengembangkan pemahaman siswa.12
260
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
Gambar 1. Alur pembelajaran dengan penemuan terbimbing (Carin & Sund,1989: 99) Menurut Wynne (1991) yang dikutip Darmiyati Zuchdi, dkk, kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Wynne menyatakan bahwa ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Kedua istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, di mana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.13 Lickona menyadur pendapat Aristoteles tentang definisi dari ka rakter yang baik (good character) sebagai menjalani kehidupan dengan kebenaran. Kebenaran itu berhubungan dengan orang lain dan juga diri sendiri. Dalam pendidikan karakter, Lickona menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang saling berhubungan, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan bermoral). Karakter yang baik (components of good character): terdiri atas mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).14 Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan kaJurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
261
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
rakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengan kecerdasan emosi seseorang akan berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.15 Sains merupakan bagian dari kehidupan dan kehidupan meru pakan bagian dalam pembelajaran sains. Interaksi antara anak dengan lingkungan merupakan ciri pokok dalam pembelajaran sains. Belajar bukan hanya sekadar untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Pendidikan sains memegang peranan penting pula dalam upaya mereproduksi kebudayaan. Pembentukkan sikap, watak, dan cara berpikir anak akan menjadi sasaran utama dalam membentuk kepribadian anak. Menurut Cross pendidikan sains dapat menjadi sarana yang relevan dalam mengubah masyarakat. Mengubah masyarakat berarti menjadikan anak berdaya (empowered), yang salah satunya ditandai dengan berkembangnya sikap untuk lebih memelihara, kompetitif, saling menolong dalam suasana heterogen.16 Pembelajaran sains yang disertai dengan pengembangan nilai, moral, dan etika diyakini mampu menumbuhkan potensi siswa melebihi apa yang dicapai dalam pembelajaran konvensional. UNESCO (1993) mencatat pembelajaran sains yang dilakukan secara terpadu dengan kebutuhan pendidikan nilai akan mampu mengubah makna belajar dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menghargai kontribusi iptek, mengembangkan minat dalam belajar dan memiliki sikap ilmiah yang jelas.17 Kirschenbaum menawarkan strategi pembentukkan karakter melalui pendidikan nilai dengan cara mengintegrasikan 4 pendekatan, yang kemudian disebut dengan pendekatan komprehensif, yaitu values realization (realisasi nilai), character education (pendidikan karakter), ci tizenship education (pendidikan kewarganegaraan), dan moral education (pendidikan moral).18
262
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
Beberapa nilai yang akan dikembangkan dalam penelitian ini ada�lah nilai ketaatan beribadah, tanggung jawab, kerja sama, dan kreativitas. Penjelasan masing-masing nilai ini akan dijabarkan dalam uraian berikut ini.
Ketaatan Beribadah Taat adalah kata sifat, secara leksikal diartikan dengan: (1) senantia�sa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah); patuh, (2) tidak berlaku curang; setia, dan (3) saleh; kuat beribadah. Sementara itu, ketaatan yang merupakan kata benda diartikan secara leksikal dengan kepatuhan; kesaleh an; kesetiaan. Melihat dari arti tersebut, ketaatan merupakan kata benda yang dimaknai dengan nilai-nilai kepatuhan seseorang yang tertuang sebagai pilihan sikap seseorang tersebut terhadap aturan dari Tuhan, pemerintah, atau semua yang menaunginya dalam sebuah konteks tertentu. Sikap ini timbul dari kesadaran qalbu dan jiwa. Sikap ini merupakan bibit pertama yang harus dipupuk dalam jiwa anak didik dengan cara lembut dan perlahan-lahan. Dengan cara demikian, jiwa sang anak akan terbuka untuk siap menerima setiap pengarahan sang pendidik. Ibadah diartikan sebagai menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut ’abdullah atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak memiliki alternatif lain selain taat, patuh, dan berserah diri kepada Allah. Oleh karena itu, yang menjadi inti dari ibadah adalah ke taatan, kepatuhan, dan penyerahan diri secara total kepada Allah. Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya. Ibadah dibedakan menjadi 2, yaitu ibadah khusus (puasa, zakat, dan haji) dan ibadah umum (bentuk hubungan manusia dengan manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah). Segala bentuk perbuatan yang tidak dilarang Allah dan Rasul-Nya serta diniatkan karena Allah dapat dikatakan sebagai ibadah.19
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
263
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Tanggung Jawab Menurut Tillman seseorang dikatakan tanggung jawab berarti melaksanakan tugas-tugasnya, dapat pula diartikan menerima apa yang diwajibkan dan melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan.20 Stevenson berpendapat bertanggung jawab adalah balasan dari perbuatan. Jika mengatakan akan melakukan sesuatu, maka akan mengikuti janjinya. Jika berbuat kesalahan, maka akan mengakuinya dan bertanggung jawab dengan konsekuensinya.21 Rasa tanggung jawab dapat juga diartikan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial) negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.22
Kerja sama Menurut Martin, et.al, para saintis dan insinyur bekerja dalam lingkungan yang saling bekerja sama daripada bersaing.23 Nur Asma berpendapat pentingnya kerja sama dalam proses pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran kooperatif, karena bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.24 Stevenson menyatakan, ketika melakukan kerja sama, maka dapat meraih sesuatu yang mengagumkan, sebaliknya jika terpisah, maka kemungkinan hanya memiliki sedikit kekuatan dan sumber daya. Orangorang yang senang melakukan kerja sama memahami hal ini. Kerja sama mengharuskan seseorang untuk meletakkan ego dan mengesampingkan kepentingan diri sendiri untuk dapat mencari jalan bisa bekerja dengan orang lain. Kehilangan kerja sama biasanya akan menimbulkan perma salahan dan percekcokan.25 Tillman berpendapat bahwa kerja sama tercipta bilamana orang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. Agar dapat bekerja sama, semua orang perlu menyadari pentingnya semua orang yang ikut serta dan terus menjaga sikap yang positif.26 Kerja sama didasari oleh prinsip menghargai. Orang yang bersedia bekerja sama akan menerima kesediaan untuk bekerja sama dari orang lain. Keberanian,
264
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
pertimbangan, rasa sayang, dan kesediaan untuk berbagi adalah dasar untuk bekerja sama.
Kreativitas Kreativitas siswa merupakan potensi yang harus dikembangkan jika ingin menjadi bangsa yang mampu bersaing dalam percaturan du nia global. Tanpa adanya kreativitas, sulit memiliki keunggulan kompetitif di tengah-tengah bangsa lain.27 Stevenson mendefinisikan kreatif, yaitu membawa sesuatu yang baru, bisa berupa ide, lukisan, potongan musik, atau penemuan. Hal yang penting adalah sesuatu itu baru dan asli dari penciptanya. Untuk menjadi kreatif, seseorang harus sanggup untuk mencoba sesuatu yang sama sekali baru serta berani mengambil risiko seandainya apa yang akan diciptakan tidak berhasil. Orang-orang yang kreatif memiliki kesenangan dan kegemaran mencari sesuatu yang baru, padahal sangat penuh dengan risiko kegagalan.28
METODE Jenis penelitian yang diterapkan adalah Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan kelas. Penelitian ini menerapkan suatu pen dekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran sains untuk mening katkan nilai ketaatan beribadah, tanggung jawab, kerja sama, dan krea tivitas. Penelitian tindakan ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart, di mana pada setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu plan (perencanaan), act (pelaksanaan tindakan), observe (observasi), dan re flect (refleksi) pada gambar 2.9
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
265
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Gambar 2. Tahapan pada siklus P enelitian Tindakan Kelas Sumber: Kemmis & Mc Taggart (1990: 11) Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SD Negeri Gembongan, Ke camatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Oktober-Desember 2009. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi karakter siswa selama pro ses pembelajaran, serta angket untuk siswa, guru dan wali siswa untuk melihat karakter siswa. Melalui tindakan yang dilakukan setiap siklusnya, diharapkan terjadi perubahan kemampuan dan penampilan guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran dengan menitikberatkan pada keaktifan siswa dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Melalui tindakan ini pula, diharapkan terjadi peningkatan nilai-nilai terutama nilai ketaatan beribadah, tanggung jawab, kerja sama, dan kreativitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Penemuan Terbimbing Dengan menggunakan penemuan terbimbing, maka kemampuan guru memberikan bimbingan melalui pertanyaan arahan untuk memahami materi yang akan dipelajari, merumuskan masalah, dan mengaktif an siswa ketika pembelajaran mengalami peningkatan. Pencapaian skor 266
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
setiap aspek dalam pengamatan pelaksanaan pembelajaran secara jelas dipaparkan pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Pencapaian Skor tiap Aspek dalam Pembelajaran menggunakan Pendekatan Penemuan Terbimbing Aspek Skor 1 A B C D E F G H
Siklus I 2 3 √ √ √
√ √
4
1
Siklus II 2 3 √
4 √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
1
Siklus III 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √
Ket: A: Pemberian bimbingan oleh guru melalui pertanyaan arahan untuk memahami materi yang akan dipelajari, B: Perumusan masalah, C: Peranan guru dalam mengaktifan siswa ketika pembelajaran, D: Pemberian bimbingan oleh guru dalam suatu kegiatan/percobaan, E: Keterampilan siswa melakukan percobaan, F: Pengorganisasian dan pencatatan data oleh siswa, G: Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas, H: Penyusunan kesimpulan oleh siswa dengan arahan guru.
Implementasi Nilai Dengan penggunaan pendekatan ini, siswa sekaligus juga difasilitasi untuk mengembangkan nilai-nilai ketaatan beribadah, tanggung jawab, kerja sama, dan kreativitas yang diyakini jika terus menerus dilakukan akan membentuk karakter siswa. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilai dengan kategori tinggi untuk nilai ketataan beribadah, tanggung jawab, kerja sama dan kreativitas pada setiap siklusnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
267
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
Gambar 3. Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Mencapai Kategori Tinggi untuk Nilai Ketaatan Beribadah, tangungjawab, Kerja Sama dan Kreativitas
Ketaatan Beribadah Melalui pendekatan penemuan terbimbing dalam pembelajaran, siswa tidak hanya hanya mendapatkan pengalaman belajar sains secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dasar, tetapi juga memiliki sikap/perilaku ilmiah. Untuk mening katkan nilai ketaatan beribadah, maka setiap pembelajaran, guru selalu menginternalisasikan nilai-nilai tersebut sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam rencana pembelajaran internalisasi nilai yang dilakukan guru dapat dilihat pada subjudul “Penerapan”. Penggunaan pendekatan penemuan terbimbing dalam pembelajaran, mampu me ningkatkan nilai ketaatan beribadah sebesar 5,56%, pada siklus II , sedangkan siklus III sebesar 11,11%.
Tanggung Jawab Diane Tillman menyatakan, tanggung jawab berarti melaksanakan tugas-tugas, dapat pula diartikan menerima apa yang diwajibkan dan melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan kita.30 Beberapa keuntungan pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), belajar menghargai diri sendiri,
268
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer, memperkecil atau menghindari menghafal dan siswa bertanggung jawab atas pembelajar annya sendiri.31 Untuk meningkatkan nilai tanggung jawab, maka siswa selalu dilibatkan dalam persiapan baik alat atau bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Pada penelitian ini terlihat nilai tanggung jawab siswa meningkat 38,85% pada siklus II jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya, dan pada akhir siklus III meningkat lagi sebesar 11,12% se telah siswa belajar menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.
Kerja Sama Dalam penelitian ini, penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan teknik yang STAD dalam pembelajaran dengan pendekatan pe nemuan terbimbing, ternyata juga mampu meningkatkan nilai kerja sama siswa. Hal senada diungkapkan Johnson & Johnson dan Slavin, sebagai berikut: “Student would learn more science like it more and feel more positive about their performance if more of their sceince experience were obtained through cooperatif learning”.32 Siswa akan lebih senang belajar sains dan lebih yakin dengan penampilannya jika pengalaman sains yang mereka dapatkan melalui pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan pembelajaran dengan penemuan terbimbing meningkatkan nilai kerja sama siswa 16,66% pada akhir siklus II dan 22,22% pada akhir siklus III.
Kreativitas Noeng Muhadjir menyatakan, Curiosity atau rasa ingin tahu diikuti dengan upaya selidik (Discovery) akan menghasilkan invensi (temuan basic/dasar yang sama sekali baru) yang merupakan mata rantai dari aktivitas kreatif dan produk kreatif rasional manusia.33 Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa melek sains dan teknologi, dan dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi kesempatan berperan serta di dalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan intelektual mereka dengan bimbingan guru. Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari.34 Dalam penelitian ini, guru memberikan bimbing baJurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
269
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
gaimana siswa melakukan percobaan melalui LKS maupun secara lisan. Proporsi bimbingan yang diberikan, dibuat semakin lama semakin sedikit dengan harapan akan meningkatkan kreativitas siswa. Terlihat untuk nilai kreativitas siswa dengan pembelajaran menggunakan pene muan terbimbing mengalami peningkatan sebesar 16,66% pada akhir siklus II dan 27,78% pada akhir siklus III.
Hasil Pengisian Angket Siswa Pada akhir pelaksanaan siklus II dan III, siswa diberi angket yang berisi pernyataan-pernyataan berkaitan dengan pelaksanaan nilai ketaat an beribadah, tanggung jawab, kerja sama dan kreativitas yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengisian Angket Siswa Nilai Ketaatan beribadah Tanggung jawab Kerja sama Kreativitas
Siklus II Jumlah Kategori Skor 16,33 Sangat tinggi 20,39 Sangat tinggi 19,11 Sangat tinggi 20,00 Tinggi
Siklus III Jumlah Kategori Skor 16,44 Sangat tinggi 20,94 Sangat tinggi 20,67 Sangat tinggi 21,50 Sangat tinggi
Dari hasil pengisian angket, untuk implementasi nilai ketaatan beribadah, diwujudkan sebagian besar siswa dengan mengucap rasa syukur ketika mendapatkan hasil ulangan yang baik, menyayangi makhluk hidup ciptaan Tuhan yang lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Implementasi nilai tangggung jawab, ditunjukkan sebagian besar siswa dengan cara mengumpulkan tugas dan pekerjaan rumah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengerjakan PR di kelas, dan tidak akan meninggalkan pelajaran tanpa izin guru. Implementasi nilai kerja sama, ditunjukkan sebagian besar siswa dengan senantiasa mengingatkan teman dalam satu kelompok agar bisa kompak, membagi tugas kerja dalam kelompok, senang melakukan diskusi dengan teman ketika mengerjakan tugas, dan tidak terbebani jika harus menjelaskan materi kepada anggota kelompok lainnya.
270
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
Implementasi nilai kreativitas, tidak sebaik tiga nilai yang lainnya. sebagian besar siswa kurang berusaha mencari jawaban tugas dengan cara membaca buku paket ataupun bertanya kepada orang yang lebih tahu. Kebanyakan siswa enggan mengajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung. Setengah dari jumlah siswa masih merasa malu jika gagal dalam melakukan percobaan sains.
Hasil Pengisian Angket Orang Tua Angket yang ditunjukkan kepada orang tua siswa digunakan untuk mencocokkan data dari angket siswa dan mengetahui peranan orang tua dalam penanaman nilai ketaatan beribadah, tanggung jawab kerja sama dan kreativitas. Ringkasan hasil pengisian angket orang tua dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengisian Angket Orang Tua Nilai Ketaatan beribadah Tanggung jawab Kerja sama Kreativitas
Jumlah Skor 32,78 33,89 7,44 22,72
Kategori Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Implementasi nilai ketaatan beribadah dan nilai kreativitas siswa ketika berada di rumah termasuk dalam kategori tinggi. Nilai ketaatan beribadah ditunjukkan dengan berdoa sebelum dan sesudah makan, berlaku sopan pada orang yang lebih tua, tidak berkata jorok atau meng umpat dan mengucapkan salam ketika hendak masuk atau keluar rumah. Beberapa aspek pada nilai ketaatan beribadah yang masih perlu ditingkatkan antara lain: kesadaran melaksanakan sholat 5 waktu tanpa disuruh, kesediaan siswa untuk membaca Al-Qur’an dan mengikuti kegiatan keagamaan seperti TPA. Keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan wali kelas 5 SD Negeri Gembongan, menguatkan bahwa peranan orang tua untuk mengingatkan anak-anaknya dalam melaksanakan sholat wajib, membaca AlQur’an dan pergi ke TPA memang masih kurang. Orang tua dapat mem-
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
271
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
bantu meningkatkan nilai kreatifitas siswa, dengan sering memunculkan humor ketika berkomunikasi dengan anak, karena humor merupakan salah satu sarana untuk melatih anak menerima kekurangan dirinya. Humor berkaitan dengan tingkat toleransi. Semakin tinggi tingkat tole ransi semakin besar kapasitas untuk kreatif.35 Implementasi nilai tanggung jawab dan kerja sama siswa menurut hasil angket orang tua termasuk dalam kategori rendah. Beberapa aspek pada nilai tanggung jawab siswa yang masih perlu ditingkatkan antara lain: memperlihatkan hasil ulangan, kesediaan meminta maaf jika berbuat salah, membuka kembali catatan dan belajar untuk persiapan sekolah esok paginya. Rasa tanggung jawab mustahil dengan sendirinya dimiliki siswa. Orangtua berperan melatih tanggung jawab mulai dari hal-hal yang sederhana seperti membereskan mainan, peralatan sekolah, merapikan tempat tidur, menaruh pakaian kotor pada tempatnya dan meminta izin bila keluar rumah. Tanggung jawab akan menebalkan motivasi dalam diri, dorongan untuk berkompetisi secara sehat, keuletan, ketangguhan sekaligus hasrat mengurangi kemalasan.
PENUTUP Berdasarkan atas analisa hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Guru berhasil melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing mulai dari pencapaian kategori rendah pada Siklus I, kategori tinggi pada Siklus II, dan kategori sangat tinggi pada Siklus III. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh aktivitas siswa yang meliputi memperhatikan bimbingan yang diberikan oleh guru, melakukan percobaan, mengorganisasikan dan mencatat data hasil percobaan, melakukan diskusi kelas, dan membuat kesimpulan. 2. Peningkatan karakter siswa berturut-turut dari siklus I, II dan III ditunjukkan dengan persentase jumlah siswa yang mampu mencapai kategori tinggi sebesar, yaitu pada implementasi nilai ketaatan beribadah sebesar 72,22%; 77,78%; dan 88,89%. Nilai tanggung ja-
272
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
wab sebesar 33,34%; 72,22%; dan 83,34%. Nilai kerja sama sebesar 44,45%; 61,11%; dan 83,33%. Nilai kreativitas 33,334%; 50,00% dan 77,78%. Dengan demikian, penerapan pendekatan penemuan terbimbing pada pembelajaran sains dapat meningkatkan karakter siswa kelas 5 SD Negeri Gembongan, Sentolo, Kulon Progo tahun pelajaran 2009/2010. Berdasarkan kesimpulan yang ada maka beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan, antara lain: 1. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru menyisipkan nilai-nilai yang dapat membangun karakter positif anak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. 2. Pendekatan penemuan terbimbing dapat digunakan untuk mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan seharihari sehingga lebih memudahkan anak menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari. 3. Guru mengembangkan tehnik pembelajaran kooperatif lainnya sehingga siswa akan mendapatkan variasi kegiatan pembelajaran sains. 4. Saat membimbing siswa, sebaiknya guru menghindari intervensi yang berlebihan. 5. Saat presentasi hasil kegiatan dan menanggapi pertanyaan/ide/ pendapat, hindari dominasi oleh siswa-siswa tertentu. 6. Pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing memberi hasil yang lebih optimal untuk kelas dengan jumlah siswa tidak terlalu banyak, sehingga memungkinkan guru untuk memberi bimbingan secara merata dan menyeluruh. 7. Mengingat penerapan pembelajaran penemuan terbimbing ini bisa juga untuk melatihkan keterampilan proses dasar siswa, maka banyak memerlukan alat dan bahan pendukung proses pembelajaran, kreatifitas guru untuk mengoptimalkan alat yang tersedia sangat diperlukan.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
273
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
8.
Untuk mengefesienkan waktu, maka pada perencaan pembelajar an benar-benar sudah dipersiapkan alat, bahan maupun LKS yang akan digunakan dalam pembelajaran. 9. Perlu adanya peningkatan dalam pembuatan LKS yang akan membantu guru dalam membimbing siswa selama pembelajaran. [ ]
ENDNOTES 1
2
3
4
5 6
7
8 9
10
11 12 13
14
15
Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science Through Discovery (Ohio: Me�rill Publishing Company, 1989), cet.VI, hlm.4 Trowbrige, W. Leslie & Rodger W.Bybee. Becoming a Secondary Science Teacher 4ed (USA: Merril Publishing Company, 1986), hlm.38 De Porter, Bobbi & Mike Hernacki Quantum Learning: Membiasakan Be lajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2002), hlm.22 Howe, C Ann & Linda Jones, Engaging Children In Science (New York: Macmillan Publishing Company, 1993), hlm.17 Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science … ,hlm.16 Supriyadi, Kurikulum Sains dalam Proses Pembelajaran Sains (Yogyakarta: Pustaka Tempelsari, 2007), hlm.24 Suparno, Paul, Pendidikan Dasar yang Demokratis Suatu Usulan untuk Reformasi Pendidikan Dasar di Indonesia (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma, 1999), hlm.129 Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science … ,hlm.29-30 Abruscato, Joseph, Teaching Children Science: a Discovery Approach (USA: Allyn and Bacon, 1996, Fourth edition), hlm.38 Kun Prasetyo, Zuhdan, dkk., Kapita Selekta Pembelajaran Fisika ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), hlm.3.18 Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science … ,hlm.97 Ibid., hlm.104 Zuchdi, Darmiyati, dkk., Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-Nilai Target (Yogyakarta: UNY Press, 2009), hlm.10-11 Lickona, Thomas, Educating for Character How Our School Can Teach Respect and Responsibility (New York: Bantam Books,1991), hlm.50-51 William, R, T, & Ratna Megawangi, Kecerdasan Plus Karakter, Diambil dari http://ihf-org,tripod,com/pustaka/KecerdasanPlusKarakter,htm, diakses tanggal 20 Agustus 2009, Pukul 09.00
274
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati 16
17
18
19
20
21
22
23
24
25 26 27
28 29
30 31 32 33
34 35
Rohandi, R, Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan IPA - Makalah, Dalam buku kumpulan tulisan, Pendidikan Sains yang Humanistis (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm.117 Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2004),hlm.179 Kirschenbaum, H, 100 Ways to Enhance Values and Morality Inschols and Youth Settings (USA: Allyn and Bacon,1995), hlm.15 Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum ( Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000), hlm.126-127 Tillman, Diane, Living Values Activities for Children Ages 8-14 ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm.138 Stevenson, Nancy, Young Person’s Character Education Handbook (USA: JIST life, 2006), hlm.232 Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.198 Martin, E, dkk., Teaching Science For All Children: Inquiry Methods For Constructing Understanding (Boston: Pearson Education, 2005), hlm.214 Asma, Nur, Model Pembelajaran Kooperatif (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006), hlm.12 Stevenson, Nancy, Young Person’s…,hlm.58 Tillman, Diane, Living Values…,hlm.158 Suyanto & Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III (Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa, 2000), hlm.149 Stevenson, Nancy, Young Person’s…,hlm.70 Kemmis, S & Robin McTaggart, The Action Research Planner (Victoria: Deakin University,1990), hlm.11 Tillman, Diane, Living Values…,hlm.138 Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science … ,hlm.103-104 Martin, E, dkk., Teaching Science…,hlm.214 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif (Yogyakarta: Rake Sarasin,1999), hlm.91 Carin, A.A & Robert B. Sund. Teaching Science … ,hlm.94 Widayati, Sri C, Reformasi Pendidikan Dasar Menyiapkan Pribadi Berkualitas Menghadapi Persaingan Global ( Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm.21
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
275
Penerapan Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Karakter ...
DAFTAR PUSTAKA Abruscato, Joseph. Teaching Children Science: a Discovery Approach. Fourth edition.USA: Allyn and Bacon. 1996 Asma, Nur. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ke tenagaan. 2006 Carin, A.A & Robert B, Sund. Teaching Science Through Discovery. Co lombus. Sixth edition.OH: Merill Publishing Company. 1989 Departemen Agama RI. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2000 Howe, C Ann & Linda Jones. Engaging Children in Science. New York: Macmillan Publishing Company. 1993 Kemmis, S & Robin McTaggart. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University. 1990 Kirschenbaum, H. 100 Ways to Enhance Values and Morality Inschols and Youth Settings. USA: Allyn and Bacon. 1995 Kun Prasetyo, Zuhdan. dkk. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001 Lickona, Thomas. Educating for Character How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books. 1991 Martin, E.dkk. Teaching Science For All Children: Inquiry Methods For Constructing Understanding. Boston: Pearson Education. 2005 Muhadjir, Noeng. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pen didikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1999 Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2004 Rohandi, R. “Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan IPA” dalam kumpulan tulisan. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius. 1997 Suparno, Paul. Pendidikan Dasar yang Demokratis Suatu Usulan untuk Reformasi Pendidikan Dasar di Indonesia. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. 1999 276
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
Fitri Yuliawati
Supriadi, Dedi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005 Supriyadi. Kurikulum Sains dalam Proses Pembelajaran Sains. Yog yakarta: Pustaka Tempelsari. 2007 Suyanto & Djihad Hisyam. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di In donesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Penerbit Adicita Karya Nusa. 2000 Stevenson, Nancy. Young Person’s Character Education Handbook. USA: JIST life. 2006 Tillman, Diane. Living Values Activities for Children Ages 8-14. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004 Trowbrige, W. Leslie & Rodger W.Bybee. Becoming a Secondary Science Teacher 4ed. USA: Merril Publishing Company. 1986 Widayati, Sri C. Reformasi Pendidikan Dasar Menyiapkan Pribadi Berkualitas Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: PT Grasindo. 2002 William, R. T. & Ratna Megawangi.Kecerdasan Plus Karakter. Diambil dari http://ihf-org.tripod.com/pustaka/KecerdasanPlusKarakter. htm. diakses tanggal 20 Agustus 2009. Pukul 09.00. 2007 Zuchdi, Darmiyati. dkk. Pendidikan Karakter Grand Design dan NilaiNilai Target. Yogyakarta. UNY Press. 2009 Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Per ubahan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012
277