Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN SIKAP SISWA Zikra Hayati1
ABSTRACT
This research was conducted on 60 pupils at fourth level in an Elementary School in Banda Aceh (MIN 1 Banda Aceh). Comparing to other schools in Aceh, the school has a good quality, in this case middle ability of the grade students, than others. The experimental design both qualitative and quantitative approaches, in order to investigate students’ abilities to solve word problems. There are two groups, namely, experimental group which using realistic mathematics education (RME) approach in instruction , and another group without using RME in instruction. in the case using instrument, both groups used the same instrument in this research. Moreover, eksperimental case research Pre-test Post-test Control Group Design was used, in order to investigate differences between student who has ability to solve word problem by using RME approach and student who get instructions without RME approach and so to know interaction between students ability to solve word problem by mathematics realistic. The investigation based on the level ability mathematics students (high level, medium level and low level), and to see students’ attitude toward mathematics realistic. Based on data analysis, it is found that a differences of students abilities between experimental group and control group. The differences of the abilities shown by statistics test by anova test (by using α = 0,05). It means that there are differences of students’ abilities to solve word problems using RME and students’
ability
to
word
word
problems
using
conventional
learning
as
learning
instructions.therefore, there is no interaction between students’ abilities in order to solve word problems in RME based on students’ abilities (high level, medium level and low level) and students’ attitude toward RME approach.
Keywords: Realistic Mathematics Education, Mathematics Word Problem and Student’s Attitude
1
Zikra Hayati, Dosen Prodi PGSD – STKIP Bina Bangsa Getsempena, Jalan Tgk Chik Di Tiro, Peuniti, Banda Aceh, Telepon 0651-332144 ISSN 2086 – 1397
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 73
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
menarik, galak, sehingga menimbulkan fobia
A. PENDAHULUAN Listiani (2008) menyatakan bahwa ‘…
matematika pada diri siswa, ditambah lagi
masih jarang ditemui guru dalam pengajaran
penyampaian
matematika menanamkan proses pemaknaan.’
bermakna.
matematika
yang
kurang
Guru umumnya melatih anak agar mampu
Untuk mengatasi hal ini guru perlu
menghitung angka sampai pada tingkatan
memahami pendekatan yang tepat sehingga
tertentu, meminta anak untuk menghafal angka
pelajaran matematika akan lebih terarah dan
hasil
atau
bermakna dalam kehidupannya. Jadi seorang
perkalian. Matematika seharusnya dipahami
guru harus mampu menciptakan suasana atau
sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan
iklim belajar mengajar yang dapat memotivasi
untuk
dan menarik perhatian siswa untuk belajar
pengurangan,
penambahan
memecahkan
masalah.
Karena
pendekatan pemecahan masalah merupakan
dengan
baik
dan
bersemangat
pada
fokus dalam pembelajaran matematika yang di
matematika.
Untuk
menghindari
agar
dalamnya mencakup masalah tertutup dengan
matematika bukan hanya dilakukan dengan
solusinya, dan masalah dengan berbagai cara
pembelajaran yang bersifat hafalan (hanya
penyelesaian dalam kehidupan sehari-hari,
berupa pemberitahuan rumus, memecahkan
sehingga siswa tidak lagi menilai bahwa
soal-soal, angka, penugasan), yang nantinya
mempelajari matematika adalah perbuatan
memberikan penafsiran yang salah pada
yang sia-sia, tanpa ada aplikasi ke depannya.
konteks matematika itu sendiri, maka dari
Mengutip hasil TIMSS (1999) bahwa
sekarang harus diaplikasikan suatu pendekatan
“Data menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pembelajaran matematika yang mengaitkan
nasional dalam ebtanas selalu di bawah lima.
pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-
Pada kompetensi internasional, seperti IMO
ide matematika dalam pembelajaran di kelas.
(International Mathematics Olympiad) siswa-
Proses
siswa kita menunjukkan penampilan yang
dinamakan pendidikan matematika realistik
buruk. Pada studi komperatif international
(PMR).
pembelajaran
seperti
inilah
yang
TIMSS (Third International Mathematics and
Adapun mengapa mengaitkan PMR
Science Study) siswa-siswa kita hanya berada
dengan soal cerita, yaitu berdasarkan hasil
di peringkat 34 dari 38 negara peserta.
penelitian
Berdasarkan pendapat tersebut maka
bahwa
Ruswayati soal
cerita
(2006)
menyatakan
merupakan
materi
rendahnya prestasi matematika siswa dewasa
matematika yang rumit bagi siswa SD, yaitu:
ini, sangat tergantung pada peran seorang guru
“Kenyataan yang terjadi di Sekolah Dasar
sebagai pentransfer ilmu yakni dalam hal ini
Cibacang, pada permulaan belajar matematika
ialah
siswa
matematika.
Faktor
seorang
guru
sangat
tertarik
dengan
pelajaran
mengajarkan matematika masih monoton dan
matematika, hal ini dikarenakan materi yang
kurang bervariasi, penyampaiannya kurang
diterima masih sederhana. Tetapi ketika
ISSN 2086 – 1397
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 73
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
mereka menghadapi materi matematika yang
memperbaiki mutu pendidikan matematika.
agak rumit atau yang berbentuk soal cerita,
Sehingga, dalam hal ini penulis mencoba
mereka merasa tidak senang lagi belajar
memberikan
matematika.
kemampuan menyelesaikan soal cerita yaitu
Selain
itu
juga
dari
hasil
wawancara dengan guru-guru dari kelas
solusi
untuk
meningkatkan
dengan pendekatan PMR.
rendah sampai kelas yang lebih tinggi mereka mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika hasilnya
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah
terdapat
perbedaan
kurang memuaskan. Sementara belum ada
kemampuan menyelesaikan soal cerita
penanganan
matematika
khusus
untuk
menghadapi
permasalahan tersebut.”
antara
siswa
yang
mendapat pembelajaran matematika
Hal senada juga diungkapkan oleh
realistik dan siswa yang mendapat
Sembiring dan Marteen (2008) “Siswa sulit untuk memahami konsep matematika dan membangun
konsep
tersebut
dan
menyelesaikan
masalah
kontekstual
yang
pembelajaran konvensional? 2. Apakah
terdapat
interaksi
antara
kemampuan menyelesaikan soal cerita
berbentuk soal cerita”. Berdasarkan pendapat di atas, maka
matematika
dalam
matematika
realistik
pembelajaran dilihat
dari
tingkat kemampuan matematika siswa
guru harus memiliki strategi dan pendekatan
(tinggi, sedang dan rendah)?
agar siswa dapat belajar secara efektif dan
3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap
mengena pada tujuan yang diharapkan. Untuk
pembelajaran matematika realistik?
mengatasi permasalahan ini perlu dicari suatu pendekatan yang dapat mendukung proses
C. METODE PENELITIAN
pembelajaran matematika yang menyenangkan
Penelitian ini dilaksanakan dengan
dan bukan menyeramkan sehingga dapat
menggunakan metode eksperimen dengan
meningkatkan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada
motivasi
mempermudah
sekaligus
pemahaman
siswa
dalam
penelitian ini ada dua kelompok sampel yaitu
belajar matematika. Salah satu pendekatan
kelompok
pembelajaran matematika yang saat ini sedang
pembelajaran matematika melalui pendekatan
dalam uji coba adalah PMR. Pendekatan
PMR
matematika
dengan
pembelajaran matematika tanpa pendekatan
perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari
PMR. Kedua kelompok diberikan pretes dan
paradigma mengajar ke paradigma belajar atau
postes, dengan menggunakan instrumen tes
perubahan
paradigma
yang
yang sama. Karena penelitian ini merupakan
berpusat
pada
paradigma
studi eksperimen maka desain penelitian
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal
berbentuk Pre-test Post-test Control Group
ini adalah salah satu upaya dalam rangka
Design.
realistik
ISSN 2086 – 1397
ini
guru
sesuai
pembelajaran ke
dan
eksperimen
kelompok
kontrol
melakukan
melakukan
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 74
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
Subjek penelitian ini ialah siswa kelas IV MIN I Banda Aceh sebanyak dua kelas,
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-
yaitu kelas IV-1 30 orang dan kelas IV-5 30
rata gain ternormalisasi untuk kelompok
orang. Sekolah tersebut merupakan sekolah
eksperimen dan kontrol berturut-turut adalah
yang
0.497 dan 0.069. Kemampuan menyelesaikan
mempunyai
kualitas
kurang
baik
(sedang).
soal cerita pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, yang masing-masing kelompok berkategori sedang
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana
telah
diungkapkan
sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan
untuk eksperimen dan kategori rendah untuk kontrol.
mengungkapkan kemampuan menyelesaikan
Sedangkan, untuk melihat apakah gain
soal cerita matematika siswa. Data hasil tes
ternormalisasi kelompok eksperimen lebih
matematika terdiri dari tes awal pembelajaran
tinggi daripada kelompok kontrol, maka
(pretest) dan tes akhir pembelajaran (postest)
dilakukan uji-t pada taraf signifikansi =
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, lalu
0.05.
dilakukan analisis terhadap data tersebut
perbedaaan rata-rata dengan uji-t terhadap N-
dengan hasil N-gain.
gain kedua kelompok, sebagai prasyarat
Tetapi
sebelum
digunakan
uji
Adapun untuk mengetahui apakah ada
penggunaan uji-t terlebih dahulu dilakukan
peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan
pengujian normalitas dan homogenitas varians
soal cerita antara siswa yang memperoleh
skor data hasil penelitian. Dari hasil analisis
pembelajaran dengan pendekatan PMR dan
ternyata kedua kelompok data berdistribusi
siswa yang memperoleh pembelajaran tanpa
normal dan homogen.
pendekatan PMR adalah dengan menghitung
Pengujian perbedaan rata-rata data
N-gain kedua kelompok dengan menggunakan
gain
rumus gain ternormalisasi. Hasil perhitungan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1
menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t
berikut:
pada taraf signifikansi Tabel 1.Gain Ternormalisasi
perhitungan
Kelompok Eksperimen dan Kontrol Aspek
Kel. Eksperimen Rata-
Kemampuan
Kategori
gain
terhadap
kemampuan
= 0.05. Hasil
ternormalisasi
dengan
menggunakan uji-t diperoleh harga thitung untuk
Kel. Kontrol Rata-
ternormalisasi
Kategori
gain kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sebesar 5.66, sedangkan ttabel pada
Rata
Rata
Gain
Gain
Ternorm
Ternorm
kebebasan dk = 30 + 30 – 2 = 58 adalah 2.039.
alisasi
alisasi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
0.497
menyelesaikan soal cerita
ISSN 2086 – 1397
sedang
0.069
taraf signifikansi = 0.05 dengan derajat
rendah
analisis uji-t untuk kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 5.66 dengan nilai signifikan
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 75
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
sebesar 0.000. Nilai signifikan ini lebih kecil
Tabel
3.
Nilai
Rata-rata
Peningkatan
dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kemampuan Menyelesaikan Soal
hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat
Cerita
perbedaan
Siswa Tinggi, Sedang dan Rendah
peningkatan
kemampuan
menyelesaikan soal cerita antara siswa yang
Pada
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
Kontrol
PMR
dengan
pembelajaran
siswa
yang
konvensional
memperoleh ditolak.
Aspek
Berdasarkan
Kelas
Kel.
pok
Eksperimen
meningkatkan
Kemampuan
kemampuan
menyelesaika
menyelesaikan soal cerita matematika siswa dibandingkan
dengan
Tinggi
10
Sedang
n soal cerita
dan
Kel. Kontrol
x
N
x
0.65
11
0.21
0.47
10
0.08
0.35
9
-0.11
N
berarti, PMR secara signifikan lebih baik dalam
Eksperimen
Kelom
Ini
Kelompok
12
pembelajaran Rendah
konvensional.
8
Lebih lengkapnya hasil perhitungan N-gain dengan menggunakan uji-t
Untuk melihat perbedaan peningkatan
terhadap
kedua kelompok disajikan pada Tabel 2.
kemampuan
Tabel 2. Uji Perbedaan Rata-Rata Gain
berdasarkan faktor pembelajaran dan tingkat
Ternormalisasi
kemampuan
Kelompok
Kel. Eksperimen
xe Kemampuan
0.497
xk
0.253 0.064
sk2
sk
0.069 0.328
siswa,
cerita
maka
dilakukan uji anova dua jalur, terlebih dahulu
Kel. Kontrol
se2
se
matematika
soal
dilakukan uji anova dua jalur. Sebelum
Eksperimen dan Kelompok Kontrol Aspek
menyelesaikan
0.107
t hitung t tabel
Sig
Kes
5.66
0.000
Ada Square dan uji homogenitas menggunakan uji
2.039
menyelesaikan
dilakukan uji normalitas menggunakan uji Chi
perbedaan
Levene pada kedua pembelajaran. Hasil uji
soal cerita
Adapun
peningkatan
kemampuan
menyelesaikan soal cerita diperoleh dari hasil N-gain
yang
berdasarkan
pembelajaran matematika
pada
faktor
dan
tingkat
kemampuan
siswa.
Tingkat
kemampuan
matematika siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok
siswa
yaitu
yang
memiliki
tersebut
dapat
Tabel 4. Hasil Uji Anova Dua Jalur Faktor
F
Sig.
H1
Pembelajaran
36,513
0,000
Terima
Tingkat kemampuan
6,027
0,004
Terima
0,096
0, 908
Tolak
Interaksi pembelajaran dan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada
tingkat kemampuan
pembelajaran
biasa
realistik
kedua
Anova Dua Jalur:
hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan
matematika
untuk
kelompok. Berikut disajikan tabel hasil Uji
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dari
pembelajaran
terpenuhi
dan tingkat
Untuk melihat perbedaan peningkatan
kemampuan matematika siswa, sebagaimana
kemampuan menyelesaikan soal cerita antar
pada tabel berikut:
kelompok
ISSN 2086 – 1397
berdasarkan
siswa
berdasarkan
faktor
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 76
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
pembelajaran dapat dirumuskan hipotesis yang
kemampuan matematika siswa. Ini berarti
akan diuji adalah sebagai berikut:
bahwa selisih skor rata-rata kemampuan
Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan
menyelesaikan
soal
cerita
siswa dengan
kemampuan menyelesaikan soal cerita
tingkat kemampuan matematika tinggi, sedang
matematika
dan rendah yang diajar melalui pendekatan
antar
kelompok
siswa
berdasarkan faktor pembelajaran. H1 : Terdapat
perbedaan
matematika realistik tidak berbeda secara
peningkatan
signifikan dengan siswa yang diajar tanpa
kemampuan menyelesaikan soal cerita
menggunakan
matematika
realistik.
antar
kelompok
siswa
berdasarkan faktor pembelajaran.
pendekatan
matematika
Untuk lebih jelasnya, peningkatan
Kriteria pengujian adalah : (1) Jika
kemampuan menyelesaikan soal cerita antar
sig. < 0,05 maka H1 diterima; dan (2) Jika sig.
kelompok
≥ 0,05 maka H1 ditolak.
pembelajaran
Dari uji anova dua jalur di atas, diperoleh tingkat signifikansi untuk faktor
siswa dan
berdasarkan tingkat
faktor
kemampuan
matematika siswa dapat dilihat pada diagram berikut.
pembelajaran dan tingkat kemampuan sebesar 0,000 dan 0,004. Artinya 0,000 < 0,05, maka H1
diterima
yaitu
terdapat
perbedaan
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita
matematika
kelompok
yang
siswa
pembelajaran
signifikan
antar
berdasarkan
dan
tingkat
faktor
kemampuan
matematika siswa. Dengan demikian, faktor pembelajaran
dan
tingkat
kemampuan
matematika siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menyelesaikan
soal
cerita.
menunjukkan bahwa
Hal
ini
terdapat perbedaan
Gambar 1. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor kemampuan Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
peningkatan kemampuan menyelesaikan soal Berdasarkan gambar di atas, dapat
cerita yang signifikan antar kelompok siswa yang
memperoleh
maupun
antar
kemampuan
pembelajaran siswa
matematika
dengan yang
berbeda
ditafsirkan bahwa pembelajaran PMR sesuai
tingkat
untuk semua tingkat kemampuan matematika
berbeda.
siswa baik itu tinggi, sedang maupun rendah
Tampak juga bahwa dari hasil uji anova dua
dalam
meningkatkan
jalur di atas tidak ditemukan adanya interaksi
menyelesaikan soal cerita. Hal ini terlihat jelas
antara faktor pembelajaran dengan tingkat
dari
hasil
rerata
skor
kemampuan
kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika siswa ISSN 2086 – 1397
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 77
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
yang
menerapkan
dibandingkan
PMR
lebih
dengan
tinggi
(1) Bahan ajar berupa masalah
pembelajaran
kontekstual, dalam PMR pembelajaran dimulai
konvensional.
dari permasalahan yang real/ hal-hal yang
Mencermati hasil penelitian di atas, pembelajaran
matematika
nyata dan dapat dijumpai di sekitar kehidupan
realistik
siswa sehingga siswa dapat terlibat dalam
menunjukkan peran yang sangat berarti dalam
proses pembelajaran secara bermakna, dengan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
demikian
cerita matematika apabila dbandingkan dengan
memahami. Kontekstual adalah pembelajaran
pembelajaran biasa. Hal ini diperkuat oleh
matematika dengan PMR di mana bahan ajar
hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan
mengambil bahan-bahan yang dekat dengan
(2002) yang dalam penelitiannya menemukan
anak, sudah dikenal oleh anak, dan menarik
bahwa hasil belajar siswa Sekolah Dasar kelas
perhatian bagi anak tersebut.
IV dan V menemukan bahwa kemampuan
anak
Pada
dapat
hasil
dengan
penelitian
mudah
ini
dapat
siswa yang pembelajarannya dengan PMR
diketahui bahwa dengan pembelajaran model
pada tes akhir lebih tinggi daripada tes awal
PMR, di mana anak belajar pada hal-hal yang
dan kemampuan siswa yang pembelajarannya
bersifat kontekstual, anak dapat semakin
dengan
daripada
berkembang daya pikirnya. Daya pikir tersebut
pembelajarannya
dapat dilihat dari kemampuan dia untuk dapat
PMR
kemampuan
lebih
tinggi
siswa yang
secara tradisional.
mengungkap lebih banyak informasi dari
Hasil penelitian ini didukung oleh
sumber-sumber belajar, mengungkapkan ide-
penelitian
yang
ide atau gagasan mengenai masalah yang ada.
menyatakan bahwa berdasarkan salah satu
dalam penelitian ini sumber belajar berasal
faktor kemampuan siswa (lemah dan pandai)
dari LAS yang berbentuk soal cerita, yang
di kelasnya, baik untuk keseluruhan maupun
lebih menuntut siswa untuk mengembangkan
untuk masing-masing kelompok, siswa yang
ide-ide
belajarnya
masalah kontekstual yang ada.
hasil
Darhim
dengan
(2004)
diberikan
masalah
kreatifnya
untuk
menyelesaikan Hal ini
kontekstual mencapai kualitas hasil belajar
didukung oleh Trijana (2005) melalui risetnya
sedikit lebih tinggi dari pada siswa yang
di SD Kanisius Demangan Baru 2 Yogyakarta,
belajar dengan cara biasa.
yang menemukan bahwa siswa-siswi kelas I
Jika ditelusuri lebih dalam, kenyataan
dapat mengembangkan sebuah soal cerita yang
yang menunjukkan peningkatan yang lebih
menarik
baik pada kelompok PMR dibandingkan
pembelajaran
kelompok Non-PMR, suatu hal yang wajar
mengungkapkan ide atau gagasan tertentu
terjadi.
secara lisan.
Peningkatan
kemampuan
tersebut
dan
runtut
dari
berhitung.
sebuah Mereka
topik dapat
dapat terjadi karena perbedaan karakteristik pembelajaran yang dilakukan, yaitu dari segi:
(2) Menggunakan interaktif, dalam penelitian ini menemukan bahwa siswa sudah
ISSN 2086 – 1397
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 78
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
berani menjelaskan idenya dan mengutarakan
mendorong kegiatan siswa. Dalam PMR
pendapatnya yang berbeda dengan temannya,
pembelajaran dimulai dari permasalahan yang
siswa juga berdiskusi dengan teman sesama
real sehingga siswa dapat terlibat dalam proses
kelompoknya untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran secara bermakna. Peran guru
yang
mengambil
terutama sebagai pembimbing dan fasilitator
kesimpulan yang terbaik. Di dalam kelas
bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan
tercipta nuansa yang demokratis, dinamis dan
konsep matematika. Dalam penelitian ini, guru
rasa senang dalam mengungkapkan pendapat.
sudah berusaha memulai pembelajaran dengan
diberikan
(3)
guru
dan
Menggunakan
produksi
dan
memberikan
pada
siswa
masalah
yang
konstruksi, dalam PMR siswa berperan aktif
kontekstual, guru juga sudah meminta dan
untuk membangun pengetahuannya sendiri,
mendorong siswa berani menjelaskan idenya,
ide-ide kreatif mengenai materi pelajaran
guru
diharapkan datang dari diri siswa. Pada
menggunakan
kelompok
untuk
memotivasi siswa mencari dan menggunakan
menuliskan caranya menyelesaikan masalah,
strateginya sendiri, fungsi guru tidak lebih
siswa sudah berani menjelaskan ide-ide dan
hanya sebagai fasilitator. Ini sesuai dengan
mengutarakan dengan
PMR
siswa
pendapatnya
temannya,
berusaha
tidak
lagi
menganjurkan
strategi
tertentu
berbeda
pendapat Gravemeijer (1994), menjelaskan
bekerjasama
dengan
bahwa peran guru harus berubah, dari seorang (menyalahkan/membenarkan)
PMR
pembimbing
puas
tetapi
yang
temannya. Sedangkan pada kelompok nonsiswa
siswa
dengan
satu
cara
penyelesaian masalah dengan mengikuti pola
yang
menjadi
menghargai
setiap
kontribusi (pekerjaan dan jawaban) siswa.
yang diajarkan oleh guru saja, tanpa berpikir
Berdasarkan ke tiga tingkatan siswa
lebih kreatif untuk menemukan sesuatu hal
(tinggi, sedang dan rendah) ditemukan bahwa
yang menarik saat proses pembelajaran terjadi.
siswa
Hal ini sesuai dengan teori pandangan belajar
menerapkan
yang dicantumkan dalam everybody counts
menyelesaikan soal cerita, dan sikap yang
(National Research Council, 1989) dalam
positif terhadap matematika lebih baik secara
Turmudi (2008), “Guru yang efektif adalah
signifikan
guru yang dapat menstimulasikan siswa untuk
pembelajaran yang dilakukan dengan cara
belajar matematika. Penelitian pendidikan
biasa. Hal ini terjadi dari proses pembelajaran
menawarkan sekumpulan bukti bahwa siswa
yang
belajar matematika secara baik, hanya apabila
terhadap siswanya dengan langkah-langkah
mereka
yang tepat saat proses pembelajaran, masalah
mengkonstruksi
pemahaman
matematika mereka sendiri …” . (4) Guru, dalam pendekatan PMR, peran guru lebih banyak pada memotivasi dan
ISSN 2086 – 1397
yang
pembelajarannya PMR
jika
dilakukan,
memiliki
kemampuan
dibandingkan
yaitu
dengan
pengarahan
dengan
guru
yang disajikan menarik minat siswa untuk menyelesaikannya. Jika pembelajaran biasa peran
guru
sebagai
fasilitator
dalam
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 79
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
pembelajaran memegang peran yang sangat
cerita menjadi lebih mudah untuk diselesaikan,
penting bagi siswa rendah, sedangkan dalam
siswa menyukai soal-soal tes yang diberikan.
PMR peran guru bukan hanya untuk siswa berkemampuan
rendah
merupakan
sikap yang positif, maka temuan tersebut
kewajiban untuk menfasilitasi semua siswa.
mendukung teori yang dikemukakan oleh
Masalah kontekstual memberikan dampak
Suydam dan Weaver dalam Turmudi (2008),
yang baik pada pembelajaran, terlihat pada
bahwa:
siswa
masalah
lainnya, umumnya mempercayai bahwa siswa
kelompok
belajar lebih efektif manakala mereka tertarik
pembelajaran. Pada kelompok kontrol, terlihat
dengan apa yang mereka pelajari dan mereka
siswa
masalah
berprestasi baik kalau mereka menyukai
kontekstual, mereka sulit dalam menkonstruk
matematika. Karenanya, perhatian yang terus
model-model
yang
dalam
menerus hendaknya diarahkan penciptaan,
penyelesaian
masalah
diberikan,
pengembangan, pemeliharaan dan dorongan
yang
kontekstual
tetapi
Karena respon siswa menunjukkan
menyelesaikan pada
setelah
kedua
mendapatkan
mungkin yang
sedangkan pada PMR siswa lebih terampil dalam
menggunakan
dan
pendidik
matematika
untuk bersikap positif terhadap matematika.
Dalam
Adapun mengenai hasil observasi
jawaban siswa juga terlihat terhadap masalah
siswa terhadap kelompok yang memperoleh
kontekstual
kedua
pembelajaran matematika realistik, ternyata
kelompok, siswa yang belajarnya dengan PMR
siswa pada kelompok tersebut terlihat lebih
menggunakan strategi sedikit lebih terampil
antusias terhadap pembelajaran, siswa juga
dalam menyelesaikan masalah.
lebih aktif, termotivasi dalam menyelsaikan
1. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran
soal kontekstual yang diberikan. Dari 8x
yang
pemodelan.
Guru
diberikan
pada
Berdasarkan hasil angket skala sikap,
pertemuan terlihat persentase aktifitas siswa
terlihat siswa memberikan respon positif
cenderung meningkat. Pada kelompok ini juga
terhadap PMR, mereka menyenangi PMR
terlihat siswa aktif dalam mengeluarkan
apalagi ketika disuguhkan masalah kontekstual
pendapat atas permasalahan yang ada. Di sini
yang berbentuk soal cerita. Hal ini tidak lain
guru bertindak tidak lebih sebagai fasilitator,
dan tidak bukan karena bahan ajar pada PMR
sebaliknya siswa yang lebih berperan aktif
ini disusun sedemikian rupa, sehingga sangat
untuk memecahkan masalah yang ada.
menarik dan memotivasi siswa. Dari butir
Hal di atas sesuai dengan yang
pernyataan yang diberikan, siswa memberi
dikemukakan oleh Stipek dalam Turmudi
respon
yang
(2008) bahwa: pembaharuan pembelajaran
ditanyakan, baik itu merasa senang dan merasa
matematika meningkatkan motivasi karena
puas terhadap hasil yang diperoleh setelah
motivasi yang tinggi dipandang sebagai hasil
mengikuti pembelajaran matematika yang
yang diharapkan dan menjadi cara untuk
menggunakan
meningkatkan prestasi.
positif
pada
setiap
pendekatan
aspek
matematika
realistik, dengan pendekatan baru ini soal ISSN 2086 – 1397
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 80
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
De Lange. (1987). “Mathematics, Insight and
E. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian
hasil
yang
analisis
telah
dikemukakan
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
Meaning”.
data
perbedaan
yang
De Lange. (1996). “Using and Applying Mathematics in Education”. Dalam
kemampuan
mendapat
Hadi, S, PMR. Banjarmasin: tulip.
pembelajaran
matematika realistik dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Fauzan,
A.
perbedaan
kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika antara yang
In
Indonesia
Primary
Schools”. Disertasi Doktor, University
Penelitian ini menghasilkan temuan
siswa
Realistic
Mathematics Education In Teaching
F. REKOMENDASI
terdapat
“Applying
(2002).
Geometry
bahwa
doctor,
Freudenthal Institute.
menyelesaikan soal cerita matematika antara siswa
Disertasi
mendapat
pembelajaran
of twente, dalam hadi, S. Banjarmasin: Tulip. Gravemeijer, K.P.E. (1994). “Developing Realistic
Mathematics
Education”.
matematika realistik dan siswa yang mendapat
Utrecht: Utrecht University, CD-
pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan
series.
matematika realistik baik ditinjau secara keseluruhan
maupun
berdasarkan
kemampuan
matematika
siswa.
satu alternatif
Heuvel, P. (1998). Realistic Mathematics
tingkat
Education
Work
Dengan
Tersedia:
http://www.fi.nl/.
demikian, pendekatan PMR merupakan salah bagi guru matematika dalam
α
in
Progress. [10
Februari 2007]. Listiani,
A.
(2008).
Implementasi
menyajikan materi matematika dan juga
Pembelajaran Matematika Realistic
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
Di Tk Sebagai Upaya Meningkatkan
pendidikan matematika khususnya tingkat
Pemahaman
Sekolah Dasar.
Sejak Dini, Tersedia: Internasional
Konsep
Matematika
Seminar Educational Research [9 april 2008].
DAFTAR PUSTAKA Darhim.
(2004).
Matematika Hasil
Pengaruh
pembelajaran
Kontekstual
Belajar
dan
Terhadap
Sikap
Siswa
Sekolah Dasar Kelas Awal dalam Matematika,
Life.
Department of Mathematics
University
of
Bergen.
Jurnal
Matematika.
pada
P4tkmatematika. (2008). RME salah satu
Pascasarjana UPI Bandung: Tidak
pembelajaran yang menyenangkan.
diterbitkan.
Tersedia:
ISSN 2086 – 1397
Disertasi
Mosvold, R. (2005). Mathematics In Everyday
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 81
Zikra Hayati, Penerapan Pendekatan ...
www.p4tkmatematika.org.htm.
[9
september 2008].
(Berparadigma Investigatif).
Qozimah, S. (2005). Hubungan Timbal Balik
Eksploratif Aceh:
Leuser
dan Cita
Pustaka.
Antara Siswa Dengan Siswa Akan Memberi Hasil yang Optimal,. Buletin PMRI. Edisi Keenam - Februari hal.3
Ruswayati. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika
Melalui
Pendekatan Kontekstual. Skripsi pada FPDS
IKIP
Bandung:
tidak
diterbitkan. Sembiring dan Marteen. (2008). Reforming Mathematics Learning In Indonesian Classrooms Through RME. Original Article, ZDM Mathematics Education Streefland, L. (1991). Fraction in Realistic Mathematics Education, aparadigm of development
research.
Dordrecht:
Kluwer. TIMSS.
(1999). Achievement Tersedia:
International in
Student
Mathematics.
http://timss.bc.edu/timss
1999i/pdf/T99i_math_01.pdf.
[4
Januari 2007]. Treffers. (1991). “Didactical Background Of Mathematics Program For Primary Education”. Dalam L. streefland (Ed), Realistic Matehematics Education In Primary School. Utrecth: CD-B press, 21-56. dalam Hadi,S. Trijana, J. (2005). Komentar Guru Tentang PMRI. Buletin PMRI. Edisi Ketiga Januari hal.3. Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran ISSN 2086 – 1397
Matematika Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012 | 82