E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENERAPAN PEMBELAJARAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 4 TEJAKULA Kmg Desy Fridayanti, I Gd Nurjaya, N Md Rai Wisudariani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected], gede
[email protected],
[email protected] }@undiksha.ac.id
ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan mendeskripsikan (1) langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, (2) keterampilan menyimak siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS, dan (3) respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Objek penelitian ini adalah langkahlangkah pembelajaran menyimak, keterampilan menyimak siswa, serta respons siswa mengenai penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan (1) metode tes (2) metode observasi, dan (3) metode angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat empat langkah utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS, (2) keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula meningkat dengan perolehan skor rata-rata refleksi awal yaitu 66 menjadi 72,8 pada siklus I dan menjadi 86,5 pada siklus II, dan (3) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak dengan skor rata-rata respons siswa 44,7 pada siklus I dan menjadi 45,9 pada siklus II. Kata kunci: kooperatif, TSTS, menyimak
ABSTRACT
Classroom Action Research (CAR) aims to describe (1) the steps in applying appropriate learning TSTS cooperative learning techniques to improve students' listening skills, (2) listening skills of students by implementing cooperative learning techniques TSTS, and (3) the response of students to the TSTS implementation of cooperative learning techniques in teaching listening. The subjects were Indonesian teacher and eighth grade students of SMP Negeri 1 4 Tejakula. Object of this research is learning steps listening, listening skills of students, as well as the student's response on the application of cooperative learning techniques in
1
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 teaching listening TSTS. Collecting data in this study using (1) the test method (2) the method of observation, and (3) the questionnaire method. The data obtained were analyzed by using descriptive-qualitative and quantitative-descriptive. The results of this study indicate that (1) there are four main steps in the application of cooperative learning techniques TSTS, (2) listening skills of eighth grade students of SMP Negeri 1 4 Tejakula increased with the acquisition of the average score early reflections is 66 to 72.8 in the first cycle and to 86.5 in the second cycle, and (3) students responded very positively to the implementation of cooperative learning techniques in teaching listening TSTS with an average score of a student's response in the first cycle and 44.7 to 45.9 in the second cycle. Keywords: cooperative, TSTS, listening
PENDAHULUAN Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial sebab keterampilan menyimak menjadi dasar seorang anak dalam menguasai suatu bahasa. Haryadi dan Zamzani (1996:19) mengungkapkan bahwa keterampilan menyimak adalah kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang didengarnya, menirukan, kemudian menerapkan dalam pembicaraan. Setelah menyimak, anak tersebut belajar membaca, berbicara, dan menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan, dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Tarigan (1998:28) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Salisbury (dalam Tarigan, 1980:58) menyebutkan bahwa penekanan pengajaran membaca di kelas sebanyak 52%, sedangkan menyimak hanya mendapat jatah 8% saja. Secara umum, banyak materi pembelajaran dijelaskan secara lisan sehingga kemampuan menyimak sangat penting dikuasai oleh siswa. Slamet (2007:9) mengatakan bahwa peran penting menyimak yaitu untuk menunjang landasan belajar
berbahasa; penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; pelancar komunikasi; dan penambah informasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan sarana ampuh dalam menjaring informasi dalam proses belajar-mengajar. Pembelajaran menyimak menjadi salah satu komponen keterampilan berbahasa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Penerapan tersebut dapat dilihat dalam standar isi Kurikulum 2013 tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Salah satu Kompetensi Dasar yang harus dimiliki siswa adalah memahami teks cerita fabel baik lisan maupun tertulis dan menangkap makna teks cerita fabel secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SMP Negeri 4 Tejakula, peneliti menemukan permasalahan dalam diri siswa. Permasalahan ini menyangkut ketidakperhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi, ketidakseriusan siswa mengerjakan tugas, dan ketidakpedulian siswa saat pembelajaran berlangsung. Selain melalui hasil observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII 1 di SMP Negeri 4 Tejakula, yaitu Made Tata, S. Pd. Beliau mengatakan bahwa dari 41 orang siswa, sebanyak 29 orang siswa mendapat nilai di bawah KKM dalam keterampilan menyimak. Dari KKM yang telah ditetapkan, yakni 75, skor ratarata siswa kelas VIII 1 yang berjumlah 41 orang hanya mencapai 66. Adapun siswa yang mendapat nilai tuntas yaitu 12 orang
2
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
siswa (29,3%) dan siswa yang tidak tuntas atau siswa yang berada di bawah KKM yaitu 29 orang siswa (70,7%). Hal ini dapat diukur dari pemahaman siswa terhadap informasi yang disimak. Padahal, keterampilan menyimak sangatlah penting dalam pendidikan karena dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa akan mampu menerima dan berusaha memahami informasi yang disimak. Selain itu, Beliau juga membenarkan bahwa keterampilan menyimak siswa tergolong rendah. Banyak siswa yang belum mampu memahami dan menyampaikan kembali informasi yang disimak sehingga hasil belajarnya menjadi kurang baik. Guru bersangkutan juga mengakui bahwa kurang menggunakan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa dalam pembelajaran menyimak dan kurangnya fasilitas yang memadai guna menunjang pembelajaran menyimak. Sedikitnya pengetahuan guru terhadap model-model pembelajaran yang inovatif merupakan salah satu penyebab guru lebih cenderung menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, terdapat beberapa faktor penyebab munculnya masalah dalam menyimak. Pertama, kurangnya fasilitas (tape recorder, lab menyimak, televisi) yang memadai yang dapat menunjang kegiatan menyimak sehingga dalam mengajar guru yang secara langsung memberikan tugas tanpa menanyakan terlebih dahulu masalah yang dihadapi siswa sebelum mengerjakan tugas. Kedua, penerapan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang mampu menarik motivasi dan keaktivan siswa dalam menyimak serta hanya menekankan pada kemampuan individu atau pribadi siswa. Dari analisis permasalahan tersebut, diperlukan sebuah metode yang mampu memecahkan masalah tersebut. Setelah melakukan diskusi dengan guru, disepakati metode yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Salah satu teknik kooperatif yang dipilih adalah teknik two stay two stray. Teknik Two Stay Two Stray ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1992. Lie (dalam Suryani, 2012:80) mengatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang berfokus pada kerja sama kelompok kecil siswa untuk memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan. Selain itu, dalam bukunya pada tahun 2002 Lie mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Pembelajaran ini berbeda dengan cara belajar kerja kelompok biasa. Pada kerja kelompok biasa cenderung ada beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa lain tidak aktif artinya hanya ikut-ikutan saja. Prinsip ketergantungan positif dan tanggung jawab individu adalah dua hal yang tidak dimiliki dalam konsep kerja kelompok biasa, susunan anggota dalam kelompok biasa tidak memperhatikan keheterogenan. Ketergantungan positif memberikan makna bahwa anggota kelompok dari kelompok itu mempunyai ketergantungan satu sama lain. Artinya, pekerjaan itu tidak akan selesai tanpa dikerjakan oleh masing-masing individu/anggota kelompok. Konsep ini memberikan makna bahwa dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka dapat dipastikan membutuhkan hadirnya orang lain (Yunus, 2008). Metode kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat mengaktifkan siswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep hingga mencapai pemahaman yang diinginkan. Menurut Lie (2008), metode pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar anggota, pemprosesan kelompok. Ada banyak jenis pembelajaran kooperatif, salah satunya yang cocok digunakan dalam pembelajaran menyimak adala teknik TSTS.
3
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Teknik pembelajaran TSTS menekankan pada pemberian dan pencarian informasi kepada kelompok lain (Lie, 2005:61). Dengan begitu, tentunya siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. Teknik pembelajaran two stay two stray dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Selain itu, penerapan model pembelajaran TSTS dalam pembelajaran menyimak juga diharapkan dapat mempertinggi proses dan hasil belajar, sehingga kompentensi ini benar-benar dikuasai oleh siswa. Kelebihan metode pembelajaran kooperatif TSTS ini yaitu dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa. Metode ini memungkinkan siswa tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa. Selain kelebihan umum tersebut, metode TSTS ini juga memiliki kelebihan khusus dalam keterampilan menyimak yaitu siswa tidak hanya fokus pada keterampilan menyimak saja, namun siswa yang menjadi tuan rumah juga akan fokus pada keterampilan berbicara ketika ia akan menjelaskan materi yang mereka dapatkan kepada kelompok yang bertamu sehingga selain mengembangkan keterampilan menyimak siswa juga akan secara langsung mengembangkan keterampilan berbicara. Penelitian tentang menyimak sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Ni Putu Dini Andriani pada tahun 2010 dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Upaya Meningkatkan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X6 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan menulis paragraf deskripsi siswa kelas X6 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Dini Andriani adalah memiliki model pembelajaran yang sama, yakni pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Perbedaannya adalah penelitian Dini Andriani meningkatkan keterampilan menulis paragraf deskripsi, sedangkan penelitian ini meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Selain itu, penelitian tentang cara meningkatkan keterampilan menyimak pernah dilakukan oleh Ni Putu Nik Trisna Dewi (2011) mengenai Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan Media Pictorial untuk Meningkatkan dan Menuntaskan Hasil Belajar Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran quantum teaching berbantuan media pictorial dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar. Persamaan antara penelitian ini dan penelitian Nik adalah memiliki objek penelitian yang sama, yakni meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Perbedaannya adalah penelitian Nik menerapkan model pembelajaran quantum teaching berbantuan media pictorial, sedangkan penelitian ini menerapkan metode pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti memiliki keyakinan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik TSTS mampu meningkatkan keterampilan menyimak di tingkat SMP. Dengan latar belakang itulah, peneliti merasa penting melakukan penelitian “penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) untuk meningkatkan keterampilan menyimak pada siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula”. Ada tiga tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menyimak yang tepat
4
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula, (2) mendeskripsikan kemampuan menyimak siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) di kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula, dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) dalam pembelajaran menyimak di kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Selain tujuan di atas, ada juga beberapa manfaat dalam pelaksanaan penelitian ini, yakni (1) bagi guru, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memperoleh informasi tentang penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa, (2) bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau referensi guna memperluas cakrawala pengetahuan pembaca tentang pembelajaran kooperatif teknik TSTS, (3) bagi calon guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran di kelas, dan (4) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Pemberian tindakan dalam penelitian ini dilakukan secara multisiklus. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi, rancangan penelitian, subjek dan objek penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, metode dan istrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas VIII 1 dan siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Objek dalam penelitian ini adalah langkah-langkah
pembelajaran, keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1, dan respon siswa. Prosedur penelitian ini adalah masalah perencanaan tindakan I pelaksanaan tindakan I pengumpulan data I refleksi I perencanaan tindakan II pelaksanaan tindakan II pengumpulan data II refleksi II. Metode dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan menggunakan pedoman observasi aktivitas guru dan siswa, metode tes dengan menggunakan tes obyektif, dan metode angket dengan menggunakan angket. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Setelah data terkumpul, selanjutnya penganalisisan data atau pengolahan data. Analisis penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, data hasil tes menyimak dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif, langkah-langkah pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif, dan data mengenai respons siswa dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Ada 3 kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, yang pertama dilihat dari hasil observasi, yang kedua dilihat dari kemampuan menyimak siswa, dan yang ketiga dilihat dari hasil respons siswa. Kriteria keberhasilan dalam menyimak dapat dikatakan berhasil apabila hasil observasi menunjukkan bahwa siswa memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, dan aktif dalam pembelajaran. Selain itu, hasil tes keterampilan menyimak menunjukkan bahwa 80% siswa memperoleh nilai KKM yaitu 75 atau nilai . Kemudian, hasil respons menunjukkan bahwa 80% siswa merespons positif pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah di tentukan di atas, pemberian tindakan dapat dihentikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas tersebut berupa hasil observasi dengan menggunakan pedoman observasi aktivitas guru dan siswa untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang mencangkup aktivitas guru dan siswa selama proses belajarmengajar berlangsung, hasil tes keterampilan menyimak siswa, hasil respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dalam pembelajaran menyimak. Hal tersebut berdampak pada rendahnya keterampilan menyimak siswa yang dapat dilihat dari skor rata-rata keterampilan menyimak siswa, yaitu 66. Mencermati kondisi itu, peneliti menyarankan untuk memberikan solusi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa di sekolah tersebut. Hasil obsevasi pada siklus I menunjukkan bahwa Siswa masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan dan menerima informasi mengenai contoh fabel yang telah dibaca ataupun disimak. Hal itu disebabkan oleh kurangnya konsentrasi siswa dalam menyimak ataupun memahami contoh fabel yang dibaca. Suasana kelas juga kurang terkontrol. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dari hasil tes menyimak, diperoleh skor ratarata keterampilan menyimak siswa pada siklus I sebesar 72,8, yang masih di bawah KKM, yaitu 75. Secara umum, hasil respons siswa terhadap tindakan pembelajaran pada siklus I 44,7. Ini berarti respon yang diberikan oleh siswa adalah positif. Berdasarkan hasil refleksi hasil tindakan siklus I, terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan pada siklus I harus diperbaiki pada siklus II. Untuk itu perlu dirancang rencana tindakan siklus II Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa guru sudah memaparkan dan menjelaskan materi yang diajarkan disertai dengan contoh serta memfasilitasi siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang ditunjukkan oleh siswa sudah lebih baik,
salah satunya tidak bermain-main ketika guru menjelaskan materi pelajaran. Hasil tes yang diperoleh siswa pada tindakan siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan pada siklus I. Pada siklus II, skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam menyimak sebesar 86,5, yaitu sudah memenuhi KKM. Selain itu, respons yang diberikan oleh siswa pada tindakan siklus II sangat positif. Hasil respons siswa terhadap tindakan pembelajaran pada siklus II berada pada skor rata-rata 45,9 yang memberikan respons sangat positif. Hasil refleksi pada tindakan siklus II, didasarkan pada hasil observasi, hasil tes, dan hasil respons siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini lebih maksimal daripada tindakan pada siklus I. Pada siklus II, guru telah melaksanakan tindakan dengan baik. Hasil tes yang diperoleh siswa sudah meningkat dibandingkan dengan tindakan pada siklus I. Di samping itu, respons siswa tehadap tindakan pembelajaran sangat positif. Ada tiga temuan penting dalam penelitian ini, yaitu (1) langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dengan teknik TSTS, (2) penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa, dan (3) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penerapan pembelajaran teknik TSTS. Temuan pertama berkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa, antara lain terletak pada; kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga tahap kegiatan tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain (Suryani, 2012:23). Di sinilah letak keprofesionalan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pembelajaran kooperatif teknik TSTS
6
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
diaplikasikan pada saat siswa dan guru bersama-sama mengikuti kegiatan inti pembelajaran menyimak. Berdasarkan hasil tindakan siklus II, maka dapat ditentukan langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak, yaitu (1) Guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas, (2) Guru mengecek kehadiran siswa, (3) Guru menyampaikan apersepsi awal terkait dengan materi yang akan diajarkan, (4) Guru menyampaikan indikator dan tujuan yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran (presentasi guru), (5) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan masing-masing 6 – 7 orang (persiapan), (6) Tanya jawab tentang cerita fabel (menanya), (7) Siswa ditugaskan untuk membaca sebuah cerita fabel (mengamati), (8) Siswa mendiskusikan cerita fabel yang telah dibaca (kegiatan kelompok)/(menalar), (9) Siswa membuat simpulan mengenai cerita fabel yang dibaca (kegiatan kelompok)/(mengasosiasi), (10) Setiap kelompok membagi anggota kelompoknya menjadi 2 bagian. Anggota kelompok 1 akan menjadi tuan rumah dan anggota kelompok 2 bertamu ke kelompok lain (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (11) Pihak yang menjadi tuan rumah menjelaskan hasil diskusi yang diperoleh kepada pihak yang bertamu (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (12) Pihak yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing dan menyampaikan informasi yang diperoleh pada kelompok yang dikunjungi (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (13) Guru menugaskan perwakilan kelompok siswa untuk menyampaikan informasi yang diperoleh dari kelompok yang dikunjung di depan kelas (formalisasi)/(mengomunikasikan), (14) Guru bersama siswa memberikan evaluasi terhadap hasil pekerjaan atau yang telah ditampilkan siswa (evaluasi kelompok)/(mengomunikasikan), (15) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan benar dan memberikan masukan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa
(penghargaan)/(mengomunikasikan), (16) Guru menanyakan kesulitan siswa selama kegiatan pembelajaran sekaligus menyampaikan materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya, (17) Guru dan siswa menyampaikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari, (18) Guru dan siswa mengakhiri pelajaran. Implikasi hasil temuan dari segi pengelolaan kelas, guru diharapkan harus mampu menerapkan prosedur yang tepat dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di atas. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, ada empat langkah utama dalam pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Langkah-langkah utama yang dimaksud terdiri atas (1) siswa berdiskusi dan membuat simpulan mengenai permasalahan yang diperoleh, (2) pembagian anggota kelompok untuk menjadi tuan rumah dan bertamu, (3) menyampaikan dan menerima informasi saat bertamu dan menjadi tuan rumah, (4) penyampaian hasil dan mengevaluasi hasil tugas. Temuan kedua, yaitu peningkatan keterampilan menyimak siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Penerapan teknik TSTS dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam proses pembelajaran. Madjid (2008:69) menyatakan bahwa teknik pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Penerapan teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak dapat menumbuhkan minat dan motivasi dalam menyimak. Penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS yang disajikan dengan cerita fabel dapat mengurangi kejenuhan siswa selama mengikuti pelajaran. Hal yang lain, siswa merasa senang dan antusias selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hal ini disebabkan oleh cara belajar dalam pembelajaran kooperatif, yakni siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama (Suryani, 2012:80). Penerapan
7
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
pembelajaran kooperatif teknik TSTS juga dapat mengubah situasi atau kondisi kelas menjadi lebih nyaman karena adanya variasi dalam pembelajaran. Tanpa adanya kenyamanan dalam belajar, siswa cenderung akan merasa tertekan dan hal itu berarti pembelajaran yang berkualitas akan sulit tercapai. Suasana kelas yang kondusif dapat memacu semangat dan minat siswa dalam belajar. Semangat dan minat tersebut ditunjukkan dengan keberanian siswa dalam menjawab dan mengungkapkan pertanyaan kepada guru. Selain itu, siswa sangat serius serta bekerja keras dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal lainnya juga terlihat dari sikap positif siswa yang tercermin dari perilaku positif siswa ketika mengikuti pembelajaran. Hal ini, berpengaruh positif terhadap keterampilan menyimak siswa. Pada pelaksanaan siklus I masih ada beberapa siswa yang bermain-main dan tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru. Namun, masalah tersebut dapat diatasi oleh guru pada pelaksanaan siklus II. Siswa tidak ada lagi yang bermain atau mengganggu teman yang lainnya, mereka sangat memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik. Kegiatan belajarmengajar dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Siswa tidak lagi merasa bosan, melainkan merasa senang untuk belajar menyimak dengan baik. Hal tersebut dilihat dari perolehan skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan dari skor rata-rata yang dicapai pada pratindakan adalah 66, setelah menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS skor rata-rata keterampilan menyimak siswa meningkat sebesar 6,8 menjadi 72,8 pada siklus I dan sebesar 13,7 menjadi 85,6 pada siklus II. Temuan ini sejalan dengan penelitian dari Dini Andriani (2010) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Upaya Meningkatkan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X6 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan menulis paragraf deskripsi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menulis paragraf deskripsi siswa meningkat pada setiap siklus. Rata-rata kelas dari hasil tes siswa pada pretes adalah 64,07 meningkat secara bertahap menjadi 68,58 pada siklus 1 dan menjadi 74,87 pada siklus 2. Hasil tes siswa secara klasikal juga meningkat dari 18,4% (7 orang yang tuntas) menjadi 42,1% (16 orang) pada siklus 1 dan 94,7% (36 orang) pada siklus 2. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian dari Nik (2011) yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan Media Pictorial untuk Meningkatkan dan Menuntaskan Hasil Belajar Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari keterampilann siswa dalam menyimak sebelum menggunakan pembelajaran quantum teaching dengan sesudah menggunakan pembelajaran quantum teaching dalam pembelajaran menyimak di kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil pre test dan pos test siswa. Kemampuan menyimak siswa sebelum menggunakan quantum teaching berada pada nilai rata-rata 59,23 dan kemampuan menyimak siswa setelah menggunakan quantum teaching mengalami peningkatan dengan nilai ratarata 69,74 pada siklus 1 dan 81,53 pada siklus 2. Pada penelitian Nik menunjukan bahwa penerapan pembelajaran quantum teaching sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyimak. Faktor kedua, peran guru dalam pembelajaran. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru merupakan seorang figur yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu menjalankan tugasnya dengan selalu memperhatikan kondisi siswa dan kemampuannya, baik yang berorientasi pada bidang tugasnya maupun yang berorientasi pada pemeliharaan hubungan
8
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
dengan kelompok siswa. Peranan guru di dalam kegiatan pembelajaran adalah membimbing dan memotivasi keseluruhan kegiatan belajar siswa baik dalam membangkitkan minat dan dorongan belajar siswa, sabar memberikan pelayanan kepada siswa, mampu mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia secara maksimal, antusias melaksanakan tugasnya, dan peka terhadap apa yang dirasakan oleh siswanya. Bimbingan yang diberikan guru dalam menyimak dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran dapat segera teratasi karena bimbingan yang diberikan oleh guru. Dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, guru juga harus dapat mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa yang kreatif-kritis melalui interaksi pembelajaran dalam situasi yang kondusif. Guru juga harus memberikan penghargaan kepada siswa siswa yang berperan aktif sehingga dapat memberikan rasa kepuasan dan dapat motivasi siswa lain untuk belajar lebih baik lagi. Motivasi dan rasa puas yang dimiliki siswa akan mendorong dirinya memiliki kepekaan diri, rasa percaya diri, berani menyampaikan pendapat dan berani mengambil keputusan secara bebas. Dari hasil pemerolehan skor pada siklus I dan siklus II, maka penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa baik secara individual maupun klasikal. Hal ini dikarenakan pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu, siswa juga diajarkan untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya baik sebagai tuan rumah maupun tamu. Pembelajaran kooperatif teknik TSTS tidak sekadar mengarahkan siswa pada pembelajaran menyimak, tetapi teknik ini juga mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Hal ini mengimplikasikan bahwa guru juga dapat menggunakan atau menerapkan teknik
TSTS ini dalam mengajarkan keterampilan berbicara. Temuan selanjutnya, yaitu mengacu pada hasil respons siswa yang diperoleh dari hasil angket respons. Keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS untuk meningkatkan keterampilan menyimak juga terlihat dari respons siswa terhadap proses pembelajaran pada tindakan siklus I dan siklus II memberikan respons sangat positif. Pembelajaran menyimak dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat membantu kesulitan siswa dalam menyimak. Nik (2011:121) mengatakan bahwa situasi yang nyaman akan membuat siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran sehingga tidak ada rasa terpaksa dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran khususnya menyimak. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata respons siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, rata-rata respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS pada pembelajaran menyimak adalah 44,7. Rata-rata respons siswa pada siklus I tergolong pada kategori positif. Pada siklus II, rata-rata respons siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS pada pembelajaran menyimak mengalami peningkatan 1,2 menjadi 45,9. Rata-rata respons siswa pada siklus II tergolong pada kategori sangat positif. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nik (2011) yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan Media Pictorial untuk Meningkatkan dan Menuntaskan Hasil Belajar Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar. Penelitian Nik memiliki kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu siswa merespon positif terhadap pembelajaran menyimak. Penelitian ini menunjukkan bahwa respons siswa terhadap proses pembelajaran menyimak dengan penerapan pembelajaran quantum teaching adalah positif. Pada siklus I ratarata skor respons siswa adalah 53,33. Sedangkan pada Siklus II, rata-rata skor respons siswa meningkat menjadi 54,23.
9
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Jadi, respons siswa dapat dikatakan positif karena sudah melebihi kriteria yang telah ditentukan. Bercermin dari hasil respons, penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat digunakan bagi siswa SMP. Mengingat pada usia siswa SMP, karakteristik siswa berada dalam tataran peralihan antara anak-anak dan remaja serta relatif cenderung masih suka bermain. Dikatakan demikian karena pada teknik ini siswa dapat belajar sambil bermain ketika mereka bertamu ataupun menjadi tuan rumah sehingga suasana belajar tidak membuat siswa tegang dan tidak nyaman dalam belajar. Berdasarkan pemaparan di atas, penggunaan teknik pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keterampilan menyimak siswa. Salah satu teknik tersebut adalah pembelajaran kooperatif teknik TSTS yang mampu meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil tes, baik saat pratindakan, siklus I, dan siklus II yang diperoleh siswa. Selain dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa, pembelajaran kooperatif teknik TSTS juga dapat meningkatkan respons siswa saat pembelajaran.
PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal dalam penelitian ini. Pertama, langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan pembelajaran kooperatif teknik TSTS dalam pembelajaran menyimak, yaitu (1) Guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas, (2) Guru mengecek kehadiran siswa, (3) Guru menyampaikan apersepsi awal terkait dengan materi yang akan diajarkan, (4) Guru menyampaikan indikator dan tujuan yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran (presentasi guru), (5) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan masingmasing 6 – 7 orang (persiapan), (6) Tanya jawab tentang cerita fabel (menanya), (7) Siswa ditugaskan untuk membaca sebuah cerita fabel (mengamati), (8) Siswa mendiskusikan cerita fabel yang telah
dibaca (kegiatan kelompok)/(menalar), (9) Siswa membuat simpulan mengenai cerita fabel yang dibaca (kegiatan kelompok)/(mengasosiasi), (10) Setiap kelompok membagi anggota kelompoknya menjadi 2 bagian. Anggota kelompok 1 akan menjadi tuan rumah dan anggota kelompok 2 bertamu ke kelompok lain (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (11) Pihak yang menjadi tuan rumah menjelaskan hasil diskusi yang diperoleh kepada pihak yang bertamu (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (12) Pihak yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing dan menyampaikan informasi yang diperoleh pada kelompok yang dikunjungi (kegiatan kelompok)/(mengomunikasikan), (13) Guru menugaskan perwakilan kelompok siswa untuk menyampaikan informasi yang diperoleh dari kelompok yang dikunjung di depan kelas (formalisasi)/(mengomunikasikan), (14) Guru bersama siswa memberikan evaluasi terhadap hasil pekerjaan atau yang telah ditampilkan siswa (evaluasi kelompok)/(mengomunikasikan), (15) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan benar dan memberikan masukan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa (penghargaan)/(mengomunikasikan), (16) Guru menanyakan kesulitan siswa selama kegiatan pembelajaran sekaligus menyampaikan materi yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya, (17) Guru dan siswa menyampaikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari, (18) Guru dan siswa mengakhiri pelajaran. Kedua, penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VIII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor keterampilan menyimak siswa antara refleksi awal, tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Pada refleksi awal, hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yaitu dengan skor rata-rata sebesar 66. Setelah menerapkan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terjadi peningkatan skor sebesar 6,8 dengan rata-rata skor siswa sebesar 72,8 pada siklus I. Rata-rata tersebut
10
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
belum memenuhi KKM, yakni 75. Peneliti kemudian melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II, nilai yang diperoleh siswa mencapai rata-rata sebesar 86,5. Dari refleksi awal menuju siklus II mengalami peningkatan sebanyak 20,5. Rata-rata tersebut sudah memenuhi KKM, yakni 75. Ketiga, Siswa memberikan respons positif terhadap penerapan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada pembelajaran menyimak. Sebagian besar siswa memberikan respons yang positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I rata-rata skor respons siswa adalah 44,7 (positif), kemudian rata-rata skor respons siswa mengalami peningkatan menjadi 45,9 (sangat positif) pada siklus II. Siswa merasa senang dan nyaman melakukan kegiatan pembelajaran ini karena diterapkan dengan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS). Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran kepada pihak di bawah ini, (1) Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dalam pembelajaran menyimak, guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray sebagai salah satu teknik pembelajaran alternatif dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Teknik pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan berdiskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, siswa akan lebih aktif dengan tugas bertamu atau menjadi tuan rumah dalam kelompok, dan memahami informasi yang akan disampaikan ataupun yang disimak. Pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dapat dijadikan teknik mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan; (2) Bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian tindakan lanjutan dengan menerapkan teknik ini pada aspek keterampilan berbicara. Kedua keterampilan berbahasa ini sangat berhubungan erat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tanpa ada pembicaraan maka tidak akan ada informasi yang disimak, begitu pula sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA Dini Andriani, Ni Putu. 2010. ”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dalam Upaya Meningkatkan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X6 SMA Laboratorium Undiksha”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti Lie, Anita. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Gramedia Sarana Indonesia. ------------. 2005. Mempraktikkan Cooperatif Learning di RuangRuang Kelas. Surabaya: Grasindo. ------------. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di RuangRuang Kelas (Revisi). Surabaya: Grasindo. Madjid,
Abdul.2008. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nik Trisna Dewi, Ni Putu. 2011. “Implementasi Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan Media Pictorial untuk meningkatkan dan menuntaskan Hasil Belajar Kemampuan Menyimak Siswa Kelas XI IPS-4 SMA Negeri 2 Banjar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Slamet, St. Y. 2007.Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS dan UNS Press. Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak. Tarigan, Djago. 1998. Keterampilan Menyimak. Bandung : Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 1980. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan. Malang: Angkasa.
11
E-Journal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
-------.
1986. Menyimak. Malang:_________ Yunus. 2008. Al-Tarbiyyah wa Ta’lim. Tersedia pada : http://www.imtaq.com/manusia sebagai makhluk sosial. html (diakses pada tanggal 12 Desember 2013).
12