BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu sistem tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Kelima komponen tersebut saling berkaitan dan terpadu satu sama lain. (Rusman, Kurniawan, D. dan Riyana, C., 2012, hlm. 41) Paradigma
baru
pembelajaran
terkait
dengan
konsep
pendidikan
konstruktivisme dimana dinyatakan bahwa siswa harus dapat mengkonstruksi pemahamannya sendiri, tidak dibentuk oleh guru. Mukhtas, M., Sholihin, H., dan Arifin M. (2007, hlm. 181) menyatakan bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya mengaktifkan siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama
siswa
lainnya.Vygotsky (dalam Suprijono, A., 2012, hlm. 55) menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Selain itu, menurut teori perkembangan berpikir Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan. Proses belajar dianggap lebih penting dibanding sekedar hasil belajar. Salah satu indikator penting dalam proses belajar adalah keaktifan. Keaktifan belajar merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi satu pokok bahasan. (Hamzah, B., 2012, hlm. 75). Beberapa ciri pembelajaran yang aktif adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar…(Hamzah, B., 2012, hlm. 76) Pembelajaran yang aktif dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi siswa. (Suprijono, A., 2012, hlm. x) Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif menurut Hamzah, B., 2012, hlm. 77, di antaranya memberikan
kesempatan
bagi
siswa
untuk
belajar
secara
aktif
dan
mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode/ model yang beragam. Salah satu metode yang sudah sangat umum dipakai adalah metode pembelajaran kelompok. Menurut Lewin (dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm. 49) lebih gampang mengubah tabiat sebuah kelompok daripada tabiat perorangan. Keunggulan kelompok tidak terletak pada pencapaian tujuan kognitif tingkat rendah, melainkan pada pencapaian tujuan kognitif tingkat tinggi dan tujuan afektif (Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm.51). Selain itu, penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa dan mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan social studies. (Stahl dalam Solihatin, E. dan Raharjo, 2008, hlm. 13) Namun demikian, kendati diskusi kelompok sudah dilakukan siswa merasa jenuh karena tidak ada variasi dalam kegiatan diskusi kelompok. Hasil wawancara pra penelitian menunjukkan bahwa tidak pernah ada variasi dalam kegiatan pembelajaran kelompok. Selain itu, tidak adanya pembagian kerja yang jelas membuat ada ketimpangan dalam kegiatan diskusi kelompok dimana ada anggota kelompok yang aktif tapi ada juga anggota yang pasif. Hal demikian dapat terjadi karena tidak ada pembagian kerja yang jelas di antara anggota kelompok, sehingga mereka masih merasa kebingungan ketika kegiatan pembelajaran kelompok. David Johnson (dalam Suprijono, A., 2012, hlm. 58) menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, salah satu unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan diantaranya positive interdependence yaitu menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok dan mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Hal itu
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
terbukti dari pernyataan siswa yang pasif bahwa mereka tidak diberi pekerjaan oleh anggota kelompoknya. Menurut Suryosubroto, B., 2009, hlm. 173 penyebab dari permasalahan tersebut adalah jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang “menonjol” dan sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya. Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif (Suprijono, A., 2012, hlm. 64) Salah satu cara yang bisa dipakai untuk membantu siswa meningkatkan keaktifan belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray. Model two stay two stray atau dua tinggal dua tamu merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana dari empat anggota kelompok, dua orang meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain dan dua orang lagi menerima tamu dari suatu kelompok untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. (Suprijono A, 93) Menurut Lie (dalam Nurhayati, 2013, hlm. 7): “teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.” Sebuah analisis penelitian menunjukkan, dalam kelompok, siswa-siswa belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota kelompok, sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota kelompok. Kalau anggota kelompok berkooperasi secara harmonis, dan orang luar bergabung dengan kelompok itu, hal tersebut mempunyai pengaruh yang baik. (Berlmutter dan De Montmollin dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm. 49) Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan (nilai t= 17,69) pada mata pelajaran Teknologi dan Informasi di kelas Cooperative Learning Tipe Two stay two stray dengan peningkatan rata-rata hasil pre-test ke pos-test sebesar 23,4 yaitu selisih antara rata-rata pos-test (81,5) dengan pre-test (58,1). (Nurhikmawati, W., 2013, hlm. 98)
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Walaupun model pembelajaran two stay two stray telah dilaporkan berhasil dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar, namun dalam konteks yang berbeda seperti di SD dan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar masih jarang digunakan. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD di salah satu SD Kecamatan Sukasari.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “Bagaimana penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD?” Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana perkembangan keaktifan belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya? 2. Bagaimana hasil belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD kelas V. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pernyataan penelitian sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran tentang perkembangan keaktifan belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya.
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat member kontribusi terhadap khazanah keilmuan khususnya yang berkaitan dengan perkembangan model pembelajaran yang dinamis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Penerapan model pembelajaran baru dapat membuat siswa lebih bersemangat dan antusias dalam proses belajar, karena siswa terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu dapat menumbuhkan karakter bekerja sama dalam diri siswa. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat dijadikan salah satu inovasi dalam proses pembelajaran sehingga menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat memaksimalkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. LPTK Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Nazia Ulfatul Himah, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu