PENERAPAN NILAI KERUKUNAN DALAM SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT PLURAL AGAMA DI DESA BEDALI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI THE APPLICATION OF HARMONY’S VALUE IN THE ATTITUDE AND BEHAVIOUR OF RELIGIOUS AND PLURALISTIC IN BEDALI VILLAGE SUB-DISTRICT NGANCAR KEDIRI CITY Anisa Ica Wahyuningtyas* Drs. Suwarno Winarno** Drs. Suparman Adi Winoto, SH, M.Hum** *Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM E-mail:
[email protected] **Dosen Pembimbing Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Sikap dan perilaku yang mencerminkan kerukunan antar umat seagama di Desa Bedali, (2) Sikap dan perilaku yang mencerminkan kerukunan antar umat yang berbeda agama di Desa Bedali, (3) Faktor pendorong terjadinya kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali, (4) Faktor penghambat terjadinya kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali, (5) upaya mengatasi faktor penghambat kerukunan umat beragama di Desa Bedali. Data dikumpulkan dengan analisis dokumen, pengamatan, wawancara, dan dianalisis dengan tehnik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Sikap dan perilaku cermin nilai kerukunan antar umat seagama di Desa Bedali yang dapat terlihat dalam acara keagamaan masingmasing agama, (2) Sikap dan perilaku cermin kerukunan antar umat yang berbeda agama yaitu dengan kerjasama dalam pembangunan, partisipasi dalam acara kematian, menghadiri acara pernikahan, dan saling menghormati dalam hari raya, (3) Faktor pendorong terwujudnya kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali adalah kesadaran pentingnya kerukunan dari masyarakat, adanya forum kerukunan umat beragama, dan peran pemerintah dalam membina masyarakat untuk hidup rukun, (4) Faktor penghambat dalam membangun kerukunan umat beragama di Desa Bedali yaitu perpindahan agama dan kesalah fahaman dalam komunikasi, (5) Upaya mengatasi faktor penghambat kerukunan umat beragama di Desa Bedali ditempuh dengan jalan musyawarah mufakat. Kata Kunci: Nilai Kerukunan, Umat Beragama, Desa Bedali ABSTRACT : The purpose of this research was to know (1) the attitude and behaviour that reflects the harmony between people of the same faith in the Bedali village, (2) the attitude and behaviour that reflects the harmony between people of different religions in
the Bedali village, (3) the driving factors for the occurrence of harmony among believers in the Bedali village, (4) the factors restricting the occurrence of communion among believers in the Bedali village, (5) efforts to address the factors restricting religious harmony in the Bedali village. Data collected with the analysis of documents, observation, interviews, and analyzed with a qualitative descriptive approach. The results of this study are: (1) the attitude and behaviour of the harmony moral value between people of the same faith in the Bedali village which can be seen in their respective religious faiths, (2) the attitude and behaviour of different people between the unity of religion, namely the cooperation in development, participation in the event of death, attending weddings, and mutual respect in the feast day, (3) the driving factors for the realization of unity among believers in the Bedali village is the consciousness of the importance of the harmony of the society, the existence of religious harmony, the forum and the role of Government in fostering society for living pillars, (4) restricting Factors in building religious harmony in the Bedali village, i.e. the displacement of religion and misunderstanding in any communication, (5) efforts to address the factors restricting religious harmony in the Bedali village is the consensus discussion. Keyword: Harmony Value, Religious, Bedali Village Dengan demikian negara menjamin kemerdekaan memeluk agama, hal ini tertuang dalam UUD NRI 1945 Pasal 29. Pemerintah berkewajiban melindungi seluruh penduduk Indonesia dalam melaksanakan ajaran agama asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Banyak peristiwa yang dilatar belakangi oleh agama maka dari itu diperlukan peraturan untuk menjadi pedoman dalam memelihara kerukunan antar umat beragama. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal agama adalah merupakan kekayaan budaya nasional yang dapat menjadi kebanggaan (Sumardi, 1982: 138). Sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya kita tetap menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama warga negara Indonesia atau masyarakat yang ada disekitar kita, menerima perbedaan dan menjadikan perbedaan sebagai berkah kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila merupakan acuan dalam membina kerukunan dari berbagai keragaman yang ada di Indonesia, karena itu mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri, dengan mengakui adanya religious pluralism.
Indonesia yang plural terdiri dari ratusan suku dengan budayanya masing-masing, dalam dunia yang semakin terbuka, maka perjumpaan dan pergaulan antar suku semakin mudah. Di satu sisi kenyataan ini menimbulkan kesadaran akan perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan. Perbedaan bila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan konflik (Ata Ujan, 2011:16). Pengalaman sejarah mengajarkan bahwa perbedaan agama serta aliran dalam suatu agama sering menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara sesama warga dari suatu kelompok masyarakat. Bahkan, agama menjadi penyulut konflik dan peperangan. Oleh karena itu, pembinaan sikap dan perilaku “rukun” di antara umat beragama dan umat yang berbeda agama memang sangat diperlukan. Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri merupakan salah satu desa yang memiliki masyarakat plural , karena di desa tersebut terdapat lima agama dan masyarakatnya saling menghormati antar pemeluk agama. Desa Bedali mempunyai lima dusun yaitu dusun Sukomrambil, Bedali, Sumber Pucung, Sumberjati dan Pucung Anyar. Masyarakat di desa ini menganut lima agama yang dipeluk oleh warganya, yaitu: Islam,Hindu, Budha, Kristen dan Katholik yang menyebar di lima dusun tersebut. Di Desa Bedali ini didapati kelima agama besar yang mampu hidup berdampingan, sebagai contoh ketika hari raya Idul Fitri , dimana diantara penduduk saling datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Interaksi diantara pemeluk agama tersebut tidak hanya terlukiskan dalam hari raya keagamaan saja. Budaya bersih desa juga dilaksanakan semua komponen masyarakat dengan saling bergotong royong dalam mensukseskan kegiatan tersebut, selain itu juga secara bersama-sama bergotong royong membersihkan lingkungan mereka dengan kerja bakti. Kegiatan sehari-hari juga menuntut mereka untuk terus berinteraksi dengan anggota masyarakat lain, sebagaimana bahwa manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Masyarakat Desa Bedali memiliki karakteristik yang berbeda dari masyarakat lainnya. Kehidupan masyarakat Desa Bedali yang hiterogen, dengan perbedaan agama dan mata pencaharian tetapi bisa hidup rukun dalam menempati suatu wilayah. Sering kita jumpai konflik di tempat lain yang terjadi akibat dari kurangnya toleransi antar umat beragama. Banyak konflik yang mengatasnamakan
agama, konflik-konflik yang terjadi karena terjadi salah paham antar pemeluk agama bahkan tidak ada hubungannya dengan agama. Meski hidup dengan keyakinan yang berbeda, namun warga saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama lain, hal ini dapat ditunjukkan dengan tempat tinggal yang berdampingan. Nilai kebersamaan antar masyarakat juga terlihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh desa, seperti acara bersih desa, membuat selokan dan memperbaiki jalan. Masyarakat harus dapat mempererat nilai-nilai kebersamaan yang dapat di dasarkan nilai-nilai pluralitas yang bersumber pandangan hidup bangsa Pancasila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan perilaku yang mencerminkan kerukunan antar umat seagama, sikap dan perilaku yang mencerminkan kerukunan antar umat yang berbeda agama, faktor pendorong terjadinya kerukunan antar umat beragama, faktor penghambat terjadinya kerukunan antar umat beragama, upaya mengatasi faktor penghambat kerukunan umat beragama di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.
METODE Dalam penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Nilai Kerukunan dalam Sikap dan Perilaku Masyarakat Pluralisme Agama di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya dan penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif ( Moleong, 2010: 5 ). Hal ini peneliti mendeskripsikan tentang kondisi kehidupan atar pemeluk agama di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap informan. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Sumber data adalah segala bentuk data yang didapatkan oleh peneliti baik yang berupa kata-kata maupun tindakan dan selebihnya berupa data-data tambahan yang bisa berupa dokumentasi, sumber data tertulis, maupun statistik.
(Moleong, 2010 :157). Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dan keduanya merupakan bagian penting dalam pengamatan dan ingatan ( Sugiyono, 2011: 145). Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui gejala sosial yang ada, situasi dan kondisi desa, serta aktifitasaktifitas masyarakat Desa Bedali. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua orang yakni pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (pihak yang diberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan) (Moleong, 2010 : 186). Teknik wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak – pihak terkait atau subjek penelitian, antara lain pemerintah desa, tokoh dari masing-masing agama, dan salah satu dari masyarakat yang memeluk masing-masing agama di Desa Bedali. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang berlalu, dapat berupa gambar ( Sugiyono, 2011: 240). Dokumentasi yang diteliti terkait dengan penelitian ini meliputi : gambaran kerukunan antar pemeluk agama, kegiatan-kegiatan sosial masyarakat, foto kegiatan pelaksanaan kegiatan keagamaan, kondisi sosial masyarakat. Tehnik penulisan ini adalah menggunakan tehnik analisis data kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010: 248). Penelitian kuantitatif dalam melakukan pengecekan keabsahan data dengan reliabilitas sedangkan penelitian kualitatif mengutamakan validitas. Banyak kegiatan yang harus dilakukan peneliti untuk menentukan keabsahan data, diantaranya yang harus dilakukan oleh peneliti yakni: Uji Kredibilitas ( Sugiyono, 2011: 267). Dalam penelitian ini teknik keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan dan triangulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap dan Perilaku Cermin Nilai Kerukunan Antar Umat Seagama di Desa Bedali Agama dijadikan masyarakat sebagai dasar untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan menjadikan mereka agar tidak hidup seenaknya sendiri. Pernyataan tersebut sama dengan pendapat Muhammad Ali dalam Al Hakim (2007: 15) yang mengatakan bahwa pluralis agama tidak sekedar mengakomodasi klaim-klaim kebenaran agama dalam wilayah pribadi, tetapi juga persoalan kebijakan publik dimana pemimpin agama harus mengakui dan melindungi kebebasan beragama. Sikap saling mendoakan dan menjenguk apabila ada umat yang seagama yang sakit atau mengalami musibah. Agar lebih saling menghormati juga dari masing-masing agama mengadakan kegiatan ibadah rumah tangga yang bertempatan sesuai giliran yang telah ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Imam Syafi’i (2003) yang mengatakan bahwa kerukunan intern umat beragama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau kerukunan sesama penganut Kristen. Menurut peneliti kerukunan yang terjadi diantara sesama agama di Desa Bedali dapat terlihat dari masing-masing kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masing-masing agama. Sikap dan Perilaku Cermin Kerukunan Antar Umat yang Berbeda Agama Masyarakat Desa Bedali merupakan masyarakat majemuk, dari segi agama dan mata pencaharian. Agama yang ada di Desa Bedali yaitu Hindu, Budha, Islam, Kristen dan Katholik. Sedangkan dari mata pencaharian masyarakat Desa Bedali memiliki berbagai macam profesi dari petani, peternak, pedagang, dan lain sebagainya. Tidak ada rasa membeda-bedakan antar pemeluk agama satu dengan pemeluk agama yang lainnya, hal ini karena kesadaran masyarakat akan pentingnya kerukunan dalam keberagaman agama. Hal ini sesuai dengan pendapat Yawongoe (2011:26) “ sejak memproklamasikan kemerdekaannya, dan kemudian menyatakan keberadaannya sebagai suatu bangsa, sudah sangat jelas bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk. Kemajemukan tersebut
tidak hanya terlihat pada banyaknya suku dan etnis, tetapi juga pada beraneka ragamnya agama”. Masyarakat majemuk diidentikkan sebagai masyarakat multikultural. Menurut Ata Ujan (2011: 15) multikulturalisme bukan merupakan cara pandang yang menyamakan kebenaran-kebenaran lokal, melainkan justru mencoba membantu pihak-pihak yang saling berbeda untuk dapat membangun sikap saling menghormati satu sama lain terhadap perbedaan-perbedaan dan kemajemukan yang ada, agar tercipta perdamaian dan dengan kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia. Sikap saling menghargai kemajemukan dapat dicirikan dengan sikap toleransi terhadap perbedaan yang ada. Semboyan Bhinekha Tunggal Ika memiliki magna agar kita dapat menghargai kemajemukan. Hal ini sama dengan pernyataan Yewangoe (2011:30) yang mengatakan makna semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berbeda-beda tetapi satu, pada hakikatnya mengungkapkan perasaan yang terdalam dari kesadaran bangsa Indonesia mengenai perlunya kerukunan itu. Kita harus memaklumi dan menerima perbedaan-perbedaan baik itu dari segi keyakinan ataupun budaya. Hal itu dapat ditunjukkan dengan saling bertoleransi tentang kegiatan-kegiatan agama hingga perayaan hari besar keagamaan. Kondisi kerukunan yang ada di Desa Bedali tidak begitu saja ada, kerukunan antar umat beragama baru ada semenjak tahun 1969 yang mulai masuknya agama-agama selain Islam. Masyarakat Desa Bedali melakukan interaksi dengan agama lain dengan proses yang panjang, sehingga dapat tercipta kondisi kerukunan dan sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Kondisi kerukunan di Desa Bedali tersebut tampak pada bagian yang meliputi; (1) Kerjasama dalam pembangunan, (2) Partisipasi dalam acara kematian, (3) Ikut serta dalam acara pernikahan dan (4) Sika saling menghormati dalam perayaan hari besar agama. Temuan penelitian tersebut selaras dengan pendapat Departemen Agama RI
(2003:6) yang menyatakan kerukunan hidup umat
beragama yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar, bersatu hati, dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agama, atau antar umat dalam satu agama. Menurut peneliti toleransi dan kerukunan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kerukunan akan berdampak pada toleransi, atau sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan. Faktor Pendorong Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Bedali Faktor pendorong yang pertama dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Bedali yaitu adanya kesadaran dari masing-masing pemeluk agama. Sehingga masyarakat dapat hidup tenang, saling membantu, saling menghormati dalam kehidupan yang dijalani sehari-hari. Penemuan tersebut selaras dengan pendapat Magnis Suseno (2001: 39) yang mengatakan rukun berarti berada dalam keadaan selaras, tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu untuk maksud saling membantu. Setiap manusia memiliki hak untuk memeluk agama yang dipercayainya, masyarakat Desa Bedali sadar bahwa mereka hidup dalam lingkungan yang memiliki kemajemukan dalam bidang agama. Seperti halnya pendapat Ishomuddin (2002: 120) yang mengatakan masyarakat Indonesia hidup dalam “plural society”, masyarakat serba ganda, ganda kepercayaannya, kebudayaannya, aspirasi politiknya, agamanya dan sebagainya. Faktor kedua yaitu proses interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bedali dan juga komunikasi yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Dengan adanya komunikasi yang baik dapat mencegah terjadinya konflik dan kesalah fahaman. Untuk itulah dibentuk forum kerukunan umat beragama oleh pemerintah kecamatan. Adanya forum ini bertujuan untuk mempersatukan antar umat beragama dan dijadikan pedoman agar tetap hidup rukun. Penemuan tersebut selaras dengan pendapat Sumardi (1982: 77) yang mengatakan bahwa fungsi agama (religio) adalah untuk merekatkan atau menyemen pelbagai unsur dalam memelihara keutuhan diri manusia, diri orang per orang atau diri sekelompok orang, dalam hubungannya terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, dan terhadap alam yang mengitarinya. Forum kerukunan umat beragama melakukan pertemuan dua kali dalam setahun, yang mengundang tokoh-tokoh agama. Kegiatan mereka adalah membicarakan masalah-masalah yang mungkin dapat merusak kerukunan dan menyatukan visi untuk pembangunan walau berbeda-beda agama. Tujuan di
bentuk forum ini adalah menciptakan situasi yang kondusif antar tokoh-tokoh agama agar terciptanya kerukunan. Faktor ketiga yaitu adalah peran pemerintah yang sangat mendukung terjadinya kerukunan di Desa Bedali. Pemerintah diwajibkan untuk ikut ambil bagian dalam menjaga kerukunan dan juga menjaga sekaligus mengatur masyarakat yang dipimpinnya. Setiap masyarakat harus memiliki agama yang dianutnya yang telah diatur oleh pemerintah. Seperti pernyataan Yewangoe (2011: 30) yang menyatakan kerukunan itu dirumuskan dalam UUD 1945 sebagai jaminan negara bagi setiap warga negaranya untuk memeluk agama dan mengungkapkan kepercayaannya itu. Terdapat kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah desa untuk mempersatukan masyarakat di Desa Bedali. Dengan begitu kerukunan dapat terwujud dalam diri masyarakat. Bagaimanapun pemerintah Desa Bedali mempunyai tangungjawab terhadap keharmonisan masyarakat yang memiliki kemajemukan dalam hal agama. Hal ini selaras dengan pendapat Imam Syafi'I (2003) mengatakan bentuk kerukunan semua umat-umat beragama menjalin hubungan yang harmoni dengan negara/ pemerintah. Misalnya tunduk dan patuh terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan umar beragama dengan pemerintah itu sendiri. Semua umat beragama yang diwakili oleh tokoh-tokon agama dapat sinergi dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa. Faktor Penghambat Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Bedali Berlakunya norma dimasyarakat dapat dijadikan pedoman untuk mengatur tingkah laku dalam bermasyarakat. Norma juga dapat bermanfaat untuk menjaga keutuhan masyarakat dari perpecahan-perpecahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat plural. Kemajemukan bangsa Indonesia sangat rentan dengan adanya konflik yang dapat memecah belah rasa persatuan dan kesatuan bangsa, apalagi dalam bidang agama sudah dapat dipastikan rentan terhadap konflik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syamsudin (2002:195) yang mengatakan
bahwa
dunia
keagamaan
manusia
menampilkan
fenomena
kemajemukan. Kemajemukan agama adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Realiras kemajemukan disamping disatu sisi merupakan mosaik yang indah, namun disisi lain tantangan bagi dunia keagamaan. Hal demikian disebabkan karena kemajemukan itu mengandung potensi konflik. Masalah-masalah yang ada didalam membangun kerukunan antar umat beragama hanya terjadi pada kesalah pahaman akan peralihan agama yang dilakukan oleh seorang pada saat akan menikah. Tidak hanya itu saja konflik yang ada di Desa bedali terjadi kalau ada organisasi massa (ormas) yang mencoba memasukkan elemen yang dianggap dapat memecah belah kerukunan yang ada di Desa Bedali. Konflik terjadi juga apabila terdapat pendatang baru yang mencoba mempengaruhi masyarakat untuk berpindah agama. Upaya Mengatasi Hambatan yang Terjadi Dalam Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Bedali Untuk dapat hidup rukun setiap manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi dari diri sendiri akan pentingnya nilai kerukunan. Masalah yang ada dalam masyarakat itu biasanya berasal dari individu itu sendiri. Temuan penelitian ini selaras dengan pendapat Quraish Shihap dalam Maksum (2011:81) yang mengatakan
konflik antar manusia adalah manusia itu sendiri karena setiap
agama mengajarkan perdamaian, secara khusus setiap agama mendambakan perdamaian. Setiap agama menjadikan umatnya untuk dapat berbuat baik dan menjadikan umatnya untuk dapat saling menghargai dan menghormati. Melalui dakwah atau penyiaran-penyiaran dapat meminimallisir akan terjadinya konflik oleh masing-masing agama. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Afif Muhammad (2013: 118) yang mengatakan baik dikalangan umat Kristen/ Katolik maupun umat Islam terdapat para penyiar agama yang menyampaikan khutbah-khutbah dan ceramah-ceramah yang dapat memprovokasi pengikut agama yang bersangkutan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Setiap agama pasti memiliki dasar kitab untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Maksum (2011:84) yang mengatakan masalah keberagamaan juga muncul ketika kegiatan da’i dan missioner menggerakkan kriteria sendiri sendiri pada agama-agama lain
dalam menanggapi isu pluralisme agama. Sebagaimana dalam Islam, misalnya, Al-Qur’an sebagai wahyu yang mengabsahkan dan menjadi dasar bagi umat. Bagi pemeluk Kristen, Kristus adalah kriteria yang mengabsahkan dimana spiritualitas terjadi dalam setiap agama lain akan dikenal melalui pengenaan Kristus pada agama tersebut. Sedangkan, bagi pemeluk Budha Dharmma adalah kebernaran dari semua agama. Bagi pemeluk Hundu, Brahman adalah tujuan yang harus dituju oleh semua jalan. Menurut peneliti jalan yang ditempuh oleh masyarakat Desa Bedali apabila terjadi konflik atau kesalah pahaman antar pemeluk agama yaitu dengan jalan musyawarah mufakat dari pihak-pihak yang bersangkutan. Apabila terdapat konflik yang berat dapat dilakukan musyawarah dengan pemerintah desa sehingga semua masalah dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu juga dengan menumbuhkan sikap saling menghormati antar pemeluk agama satu dengan pemeluk agama lainnya.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: sikap dan perilaku cermin nilai kerukunan antar umat seagama di Desa Bedali. Kerukunan yang terlihat diantara umat seagama dapat terlihat dengan jelas pada saat kegiatan keagamaan masing-masing agama, tanpa membedakan derajat mereka melakukan ibadah bersama-sama dalam rumah ibadah masing-masing. Kondisi kerukunan umat antar yang seagama sangat baik dan dapat berjalan dengan harmonis karena sikap yang saling menghargai dan menghormati. Sikap dan perilaku cermin kerukunan antar umat yang berbeda agama yaitu menciptakan kerukunan dalam kehidupan umat beragama diperlukan saling menghormati dan saling menghargai antar sesama. Kondisi kerukunan di Desa Bedali tersebut tampak pada bagian yang meliputi; (1) Kerjasama dalam pembangunan, (2) Partisipasi dalam acara kematian, (3) Ikut serta dalam acara pernikahan dan (4) Sika saling menghormati dalam perayaan hari besar agama. Faktor pendorong terjadinya kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali meliputi: (1) Kesadaran pentingnya kerukunan dari
masyarakat. (2) Adanya Forum Kerukunan Umat Beragama dan. (3) Peran pemerintah desa. Faktor penghambat terjadinya kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali, dengan adanya perpindahan agama, kesalah pahaman dalam komunikasi dan adanya pendatang yang ingin mempengaruhi masyarakat untuk berpindah agama. Upaya mengatasi hambatan yang terjadi dalam kerukunan antar umat beragama di Desa Bedali dengan cara menumbuhkan sikap saling menghormati dan toleransi antar pemeluk agama satu dengan pemeluk agama lainnya. Apabila ada masalah maka akan diselesaikan dengan jalan musyawarah mufakat dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan pemimpin agama masingmasing serta pemerintah desa. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran penulis adalah sebagai berikut: (1) Sebaiknya seluruh elemen masyarakat mulai pemerintah desa hingga masyarakat desa bersatu untuk menjaga kerukunan dengan menghargai satu sama lain dan berkomunikasi hidup dalam masyarakat, perlu diadakan kegiatan dialog antar agama yang lebih sering untuk menghindari konflik-konflik antar pemelukpemeluk agama. (2) Agar terjadi percampuran komunitas antar pemeluk agama di Desa Bedali yang mampu menghasilkan tatanan yang baru, mampu mendorong masyarakat untuk dapat hidup berdampingan dan harmonis tanpa adanya perbedaan, maka perlu adanya sebuah wadah untuk menampung aktifitas berbagai kegiatan untuk seluruh umat beragama. (3) Agar masyarakat Desa Bedali tetap hidup rukun, aman dan damai dalam pluralisme agama, sebaiknya seluruh pemerintah desa dan pengurus dari masing-masing agama harus lebih aktif mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan seluruh agama yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Al-Hakim, S. & Sri Untari. 2007. Pendidikan Multikultural Strategi Inovatif Pembelajaran Dalam Pluralitas Masyarakat Indonesia. Malang : Inka Print. Ata, Ujan, Andre, dkk. 2011. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan. Jakarta: PT Indeks.
Departemen Agama RI .2003. Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jakarta : Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Puslitbang Kehidupan Beragama. Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta : Ghalia Indonesia. Magnis, Suseno, Franz. 2003. Etika Jawa : Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijakan Hidup Jawa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Maksum, Ali.2011. Pluralisme dan Multikulturalisme Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Malang: Aditya Media Publising. Moleong. Lexy . 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Indonesia Muhammad, Afif. 2013. Agama dan Konflik Sosial: Studi Pengalaman Indonesia. Bandung: Penerbit Marja. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sumardi, Mulyanto. 1982. Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran . Jakarta : Sinar Harapan. Syafi'I, Imam. 2013. Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama. (Online), http://cyberdakwah.com/2013/07/mewujudkan-kerukunan-antar-umatberagama/#, diakses 24 Desember 2013). Syamsudin, M. D.2002. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: PT Logos Harapan. Yewangoe, A, A. 2011. Agama dan Kerukunan. Jakarta : Gunung Mulia.