FOKUS UTAMA Pengetahuan Sikap Perilaku Masyarakat Desa Pagar Desa Terhadap Malaria (Pemukiman Suku Anak Dalam) Kabupaten Musi Banyuasin Hotnida Sitorus dan Lasbudi P. Ambarita* *Loka Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja Jl. A.Yani KM. 7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan 32111 Abstract Malaria is a poverty-related health problem. In some places, forests are a source of livelihood for the poor. Pagar Desa village is one of the settlements of Suku Anak Dalam in South Sumatera Province. This study aims to determine knowledge, attitude and behavior of Suku Anak Dalam community about malaria. The study was carried out in 2006 with cross-sectional design. Research shows that most of the respondents interviewed know malaria and 85% admitted had experienced symptoms of malaria. Experienced symptoms were fever, chills and sweating (83.9%). All respondents did not know the cause of malaria, and 79.6% knew that malaria is a dangerous disease. Most respondent knew that malaria is the cause of death (77.4%), 54.8% didn't know that malaria is an infectious disease, and 23.7% said avoiding mosquito bites can prevent malaria. In general, respondents had positive attitude towards prevention and treatment of malaria. Almost half of respondents interviewed (41,9%) buy medicine from “warung”. As many as 66,7% respondents usually going outside the house in purpose of hanging around, watching television in neighbour’s house and also doing some daily activities. There were 95,7% of respondents did knot wear specific protector to avoid mosquitoes bites while they were outside the house at night. The study also showed that 41,9% of respondents used bednet when sleeping and 24,7% respondents used mosquito coils. It’s necessary to raise awareness of malaria through counseling routinely in order to increased positive behaviors, and also necessary to provide health services that are accessible to the Suku Anak Dalam community. Keywords:Knowledge, Attitude, Practise, Malaria, Suku Anak Dalam
Knowledge, Attitude and Practice of Community in Pagar Desa Regarding Malaria (Settlement of Suku Anak Dalam) District of Musi Banyuasin Abstrak Malaria adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kemiskinan. Di beberapa tempat, hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat miskin. Desa Pagar Desa merupakan salah satu pemukiman Suku Anak Dalam di Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian PSP masyarakat bertujuan mengetahui seberapa jauh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit malaria. Penelitian dilakukan tahun 2006 dengan disain penelitian cross- sectional study. Penelitian menunjukkan bahwa semua masyarakat tahu tentang penyakit malaria dan 85% mengakui pernah mengalami gejala-gejala malaria. Gejala malaria yang dialami adalah demam, mengigil dan berkeringat (83,9%). Seluruh responden tidak tahu penyebab penyakit malaria dan 79,6% tahu bahwa malaria merupakan penyakit berbahaya. Mayoritas responden tahu bahwa malaria penyebab kematian (77,4%) dan 54,8% tidak tahu bahwa malaria merupakan penyakit menular, 23,7% mengatakan tahu cara menghindarkan diri dari penyakit malaria yaitu menghindari gigitan nyamuk. Sikap masyarakat pada umumnya positif terhadap pencegahan dan pengobatan malaria. Pengobatan yang dilakukan sebagian besar masyarakat (41,9%) adalah membeli obat di warung. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari dilakukan oleh sebagian besar masyarakat (66,7%) untuk mengobrol di warung-warung, menonton TV di rumah tetangga dan melakukan kegiatan Mandi, Cuci, Kakus. Sebesar 95,7% masyarakat tidak memakai perlindungan khusus untuk menghindari gigitan nyamuk selama di luar rumah pada malam hari, namun bila di dalam rumah menggunakan kelambu dilakukan oleh sebanyak 41,9% responden dan menggunakan obat nyamuk bakar sebanyak 24,7% responden. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan malaria demi peningkatan perilaku positif pencegahan malaria dengan mengadakan penyuluhan, selain itu perlu disediakan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau masyarakat. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Malaria, Suku Anak Dalam
4
PENDAHULUAN Malaria adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kemiskinan. Di beberapa tempat, hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat miskin. Satu penelitian menemukan bahwa berkerja di hutan dan status ekonomi yang kurang berkaitan dengan angka insiden malaria.1 Dalam keberhasilan upaya penanggulangan malaria, aspek sosial budaya ikut berperan karena timbul dan hilangnya suatu penyakit dipengaruhi pula oleh aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. Aspek sosial budaya yang erat kaitannya dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit meliputi kebiasaan, kepercayaan, nilai tradisi, sikap, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit.2 Suku Anak Dalam adalah bagian dari sub etnis dari suku Kubu yang mendiami kawasan hutan Jambi dan Sumatera Selatan.3 Salah satu desa yang merupakan pemukiman Suku Anak Dalam berada di Desa Pagar Desa Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten MUBA. Suku Anak Dalam (atau masyarakat sekitar menyebutnya suku asli) merupakan bagian dari komposisi masyarakat yang tinggal di desa Pagar Desa, selain suku-suku lainnya. Daerah dengan malaria umumnya daerah yang miskin dan letaknya terpencil. Bila dilihat dari lingkungan tempat tinggal Suku Anak Dalam yang berada di sekeliling hutan, maka mereka memiliki risiko untuk tertular malaria. Kehidupan suku ini sangat bergantung kepada alam sekitarnya sedangkan perilaku sehat untuk menghindarkan diri dari penyakit masih kurang sehingga dengan aktivitas mereka yang banyak dilakukan di alam terbuka akan meningkatkan intensitas kontak nyamuk dengan manusia. Keadaan ini tentu saja akan sangat mendukung tingginya kejadian malaria sebagai akibat infeksi Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa Pagar Desa tentang penyakit malaria. BAHAN DAN METODE Tempat penelitian adalah wilayah pemukiman Suku Anak Dalam di Desa Pagar Desa Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten MUBA Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilaksanakan tahun 2006. Disain penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang bersifat observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional study). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA. Estimasi besar sampel minimal ditentukan dengan menggunakan rumus dari Lameshow sebagai berikut:
Z 21 / 2 P 1 P N n= 2 d N 1 Z 21 / 2 P 1 P n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Z1-α/2 = Standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan (1,96) P = Proporsi yang diharapkan (0,5) d2 = Nilai presisi absolut yang dibutuhkan (8%) N = Jumlah populasi (210) Perhitungan besar sampel menetapkan sampel minimal (n) = 88 kepala keluarga (KK), namun dalam penelitian dilakukan wawancara terhadap 93 KK. Pemilihan sampel dengan cara acak sederhana, setiap KK diwakili oleh satu orang (kepala keluarga atau orang yang bertanggungjawab terhadap keluarga tersebut). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur terhadap kepala keluarga tentang pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) yang berhubungan dengan malaria. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehari-hari terutama yang berkaitan dengan perilaku yang beresiko terhadap penularan malaria. Pengumpul data dilakukan oleh seluruh anggota tim peneliti bersama-sama dengan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten MUBA dan petugas dari Puskesmas Bayung Lencir. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Tabel 1 Karakteristik Sosiodemografi Responden Di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA Tahun 2006 Jumlah Karakteristik Sosiodemografi Persentase (N = 93)
Umur : < 25 tahun 25 – 50 tahun > 50 tahun Pendidikan : Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tamat SMA Akademi/Perguruan Pekerjaan : Tinggi Petani Buruh/tukang Pedagang/wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta Tidak bekerja
22 67 4
23,7 72 4,3
19 14 35 1 11 11 2
20,4 15,1 37,6 1,1 11,8 11,8 2,2
62 1 2 4 3 21
66,7 1,1 2,1 4,3 3,2 22,6
Hasil wawancara pada Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kisaran umur 25 – 50 tahun (72%), dimana tingkat pendidikannya adalah kebanyakan tamat sekolah dasar (SD). Pekerjaan responden pada umumnya adalah sebagai petani (66,7%). Pekerjaan tertentu dapat menempatkan seseorang berisiko tinggi terinfeksi malaria dibandingkan individu lainnya. Petani sebagai contohnya, bukan hanya berisiko mengalami gigitan nyamuk vektor malaria, namun juga migrasi mereka ke daerah lain dapat memperluas penyebaran penyakit ini.4 Pekerjaan merefleksikan baik status sosial ekonomi dan tingkat keterpaparan terhadap penyakit.5. Pengetahuan responden tentang malaria Pengetahuan tentang penularan, pencegahan dan pengobatan malaria responden di Desa Pagar Desa (Tabel 2) menunjukan bahwa semua responden sudah pernah mendengar tentang penyakit malaria dalam bahasa daerah ”kuro” dan 85% mengakui pernah mengalami gejala-gejala penyakit itu. Pada umumnya (83,9%) menjawab bahwa gejala yang dialami oleh penderita malaria adalah satu atau lebih dari gejala klinis malaria pada umumnya (menggigil, demam/panas dan berkeringat). Namun seluruh responden tidak mengetahui penyebab penyakit tersebut dan hanya 79,6% yang mengetahui bahwa malaria merupakan penyakit yang berbahaya. Mayoritas responden (77,4%) mengetahui bahwa malaria dapat menyebabkan kematian dan pada umumnya (54,8%) mereka tidak mengetahui bahwa malaria merupakan penyakit menular. Hanya 23,7% yang mengatakan tahu cara menghindarkan diri dari penyakit malaria, yaitu dengan cara bersih lingkungan dan menghindari gigitan nyamuk, sedangkan responden yang menjawab tahu cara mengobati penyakit malaria (47,3%) memberikan jawaban cara mengobati dengan memakan obat (beli sendiri dari warung, meramu obat tradisional). Hal ini ada hubungan dengan tindakan/kebiasaan yang dilakukan bila mengalami gejala malaria. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden kurang terhadap penyebab dan penular penyakit malaria, bahaya malaria, cara menghindarkan diri dari terkena malaria dan cara mengobati malaria. Persepsi masyarakat tentang penyebab,
6
transmisi, pencegahan dan pengobatan merupakan faktor sosial budaya yang terutama yang dapat mempengaruhi dalam penanggulangan malaria.6 Tabel 2 Persentase Responden Menurut Pengetahuan Malaria Di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA Tahun 2006 Jumlah Komponen Pengetahuan Persentase (N = 93) Pernah mendengar tentang malaria - Pernah 93 100 - Tidak pernah 0 0 Gejala-gejala malaria - 3 gejala utama (menggigil, demam/panas, dan 1 1,1 berkeringat) - Kurang dari 3 gejala utama 78 83,9 - Tidak tahu 14 15,0 Penyebab penyakit malaria - Tidak tahu 93 100 Apakah penyakit malaria berbahaya - Ya 74 79,6 - Tidak 2 2,1 - Tidak tahu 17 18,3 Apakah penyakit malaria dapat menyebabkan kematian - Ya 72 77,4 - Tidak 8 8,6 - Tidak tahu 13 14,0 Apakah penyakit malaria menular - Ya 18 19,4 - Tidak 24 25,8 - Tidak tahu 51 54,8 Yang dapat terkena malaria - Semua umur 88 94,6 - Anak-anak 2 2,2 - Orang tua 1 1,1 - Tidak tahu 2 2,2 Cara menghindarkan dari penyakit malaria - Tahu 22 23,7 - Tidak tahu 71 76,3 Cara mengobati penyakit malaria - Tahu 44 47,3 - Tidak tahu 49 52,7 Pengetahuan masyarakat tentang malaria perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan, karena dalam kenyataannya masyarakat lebih mendengarkan informasi yang diberikan oleh orang yang berkompeten dalam kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah satu bentuk intervensi petugas kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan pemberantasan malaria, sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup sehat dan bersih.7 Sikap responden terhadap malaria Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi dengan stimulus yang diterimanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap berbeda dengan pengetahuan, karena memberikan kesiapan yang menunjukkan aspek positif atau negatif yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat umum.8 Menurut Zulkifli, pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai dalam waktu berulang-ulang dapat menjadi stimulus dalam membentuk keyakinan seseorang terhadap suatu objek.9 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengganggap bahwa malaria merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan kematian (66,7%),
7
malaria dapat dicegah (76,3%), berobat ke Puskesmas merupakan tindakan tepat (96,8%), minum obat dari Puskesmas dapat menyembuhkan malaria (92,5%), perlu diambil darah untuk pemeriksaan malaria (93,5%) dan nyamuk malaria merupakan penular malaria (62,4%). Tabel 3 Persentase Responden Menurut Sikap Terhadap Malaria Di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA Tahun 2006 Komponen Sikap Terhadap Malaria n Setuju Tidak (%) Setuju (%) Malaria dapat dicegah penularannya Penyakit dengan gejala-gejala demam, menggigit, berkeringat, dll (gejala malaria) adalah penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian Dengan minum obat dari Puskesmas dapat menyembuhkan penyakit malaria Untuk memastikan penyakit malaria maka penderita perlu diambil sediaan darahnya Berobat ke Puskesmas merupakan tindakan yang tepat untuk menyembuhkan malaria Nyamuk merupakan penular penyakit malaria
93 93
76,3 66,7
1,1 16,1
Tidak Tahu (%) 22,6 17,2
93
92,5
2,2
5,4
93
93,5
0
6,5
93
96,8
1,1
2,2
93
62,4
5
32,3
Perilaku responden terhadap pencegahan dan pengobatan malaria Dari komponen perilaku yang dilakukan oleh responden yang tertera pada Tabel 4 bahwa ada 7 orang (7,5%) yang belum pernah sama sekali berobat ke Puskesmas/Bidan desa/Tenaga kesehatan dengan alasan yang berlainan antara lain: tidak punya biaya untuk menjangkau Puskesmas atau memanggil tenaga kesehatan yang biasa dipanggil untuk mengobati penduduk bila ada yang sakit, selain itu ada yang menolak untuk berobat ke Puskesmas/Bidan Desa/Tenaga kesehatan dan lebih memilih berobat ke dukun (5,4%) karena lebih percaya terhadap pengobatan dukun. Dukun yang dianggap oleh masyarakat dapat mengobati penyakit adalah Kepala Suku Anak Dalam. Tindakan pengobatan yang dilakukan responden sangat bervariasi, namun sebagian besar (41,9%) mengaku membeli obat di warung. Adapun obat yang biasa dibeli oleh responden di warung untuk mengobati gejala malaria yang diderita yaitu Riboquin®, Pil Kina®, Resochin® dan obat demam (Bodrex®, Inzana®, Paramex®). Pengetahuan dan sikap responden sudah cukup baik untuk mendapat pengobatan bila terkena malaria yaitu berobat ke Puskesmas dan tenaga kesehatan bila terkena malaria namun dalam dalam prakteknya tidak memanfatkan fasilitas tersebut. Jarak tempuh dari sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Kebiasaan sering keluar rumah pada malam hari dilakukan oleh sebagian besar responden (66,7%) untuk mengobrol di warung-warung, menonton TV di rumah tetangga dan melakukan kegiatan MCK (Mandi, cuci, kakus). Sebagian besar responden (95,7%) tidak memakai perlindungan khusus untuk menghindar gigitan nyamuk selama di luar rumah, namun demikian dalam melindungi diri dari nyamuk di dalam rumah di malam hari dengan menggunakan kelambu dilakukan oleh sebanyak 41,9% responden dan menggunakan obat nyamuk bakar serta kelambu dilakukan oleh sebanyak 31,2%. Mengingat hal tersebut bahwa perilaku sehari-hari pada malam hari khususnya di luar rumah sangat berisiko tinggi untuk kontak dengan nyamuk penular malaria. Bila dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria, maka perlu diberikan pengetahuan tentang malaria untuk peningkatan pengetahuan masyarakat. Menurut Lawrence Green seperti yang dikutip dalam Notoatmodjo, perilaku dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi, pendukung dan pendorong yang diarahkan pada pendidikan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.10 Pendidikan adalah suatu faktor
8
proteksi penting dan adanya fakta kecenderungan penurunan resiko malaria dengan peningkatan pengetahuan. Tabel 4. Persentase Responden Menurut Tindakan Yang Berkaitan Dengan Malaria Di Desa Pagar Desa Kab MUBA Jumlah Komponen Tindakan Persentase (N = 93) Pernah berobat ke Puskesmas/Bidan desa/Tenaga - Pernah 86 92,5 kesehatan - Belum pernah 7 7,5 Tindakan yang dilakukan jika anda atau keluarga anda menderita penyakit malaria - Berobat ke Puskesmas 28 30,1 - Berobat ke dukun 5 5,4 - Beli obat di warung 39 41,9 - Dibiarkan sembuh sendiri 1 1,1 - Menggunakan obat tradisional 20 21,5 Kebiasaan keluar rumah pada malam hari - sering (3 kali atau lebih dalam seminggu) 62 66,7 - kadang-kadang (kurang dari 3 kali dalam seminggu) 14 15,1 - Tidak pernah 17 18,3 Tindakan yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk apabila sedang berada di luar rumah pada -malam Memakai 3 3,2 haribaju berlengan panjang dan celana panjang - Memakai repellent 1 1,1 - Tidak memakai perlindungan khusus 89 95,7 Tindakan yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk apabila sedang berada di dalam rumah -pada Memakai repellent 2 2,2 malam hari - Memakai obat nyamuk bakar 23 24,7 - Memakai kelambu 39 41,9 - Memakai kelambu dan obat nyamuk bakar 29 31,2 Penelitian Hence, the Vietnamese national programme for poverty alleviation, 11 diantara strategi-strategi lainnya, penyediaan subsidi penuh pada kaum minoritas untuk pendidikan anak-anaknya (sekolah dasar dan lanjutan) memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengurangi bukan hanya kemiskinan tetapi juga penyakit seperti malaria. Terlepas dari status ekonomi, pendidikan adalah faktor krusial yang dapat dipercaya dalam mengukur angka pencegahan malaria dan yang lebih krusial lagi adalah pendidikan ibu dalam pencegahan dan pengobatan malaria pada anak-anak.12,13 KESIMPULAN Pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang malaria di desa Pagar Desa masih kurang baik. Perilaku untuk menghindarkan diri dari kontak dengan nyamuk penularan malaria malam hari sangat kurang terutama pada saat kegiatan di luar rumah sehingga berisiko untuk tertular penyakit malaria, hal ini sangat mempengaruhi kejadian malaria di Desa Pagar Desa. Perilaku pencarian pengobatan menunjukkan hanya sedikit masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan (maupun nakes). SARAN Perlu menyadarkan masyarakat melalui penyuluhan untuk meningkatkan perilaku positif terhadap malaria dengan banyak metode yang bisa diterapkan. Tetapi pada dasarnya langkah penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai aspek penting yang berhubungan dengan malaria, sehingga diharapkan masyarakat bisa bersikap dan berperilaku positif untuk mencegah malaria.
9
DAFTAR PUSTAKA 1. Klinkenberg E, Van der Hoek W, Amerasinghe FP. A malaria risk analysis in an irrigated area in Sri Lanka. Acta Tropica 2004; 89: 215-25. 2. Notoatmodjo, Soekidjo. Berbagai Aspek Sosial Budaya dalam Pemberantasan Penyakit. Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi ke II. Jakarta 24-27 Juni 1981. Penerbit Grafiti Medika Press, 1981. 3. Joko H.P. Belajar dari Kearifan Suku Anak Dalam. Ditelusuri dari: http://www.ireyogya.org/adat/flamma_adat_vol3_gagas1.htm (diakses 1 Desember 2006) 4. Martens, P. and Hall L. Malaria on the move: Human population movement and malaria transmission. Emerging Infectious Diseases 2000 Vol 6 No2: 103-109. 5. E. Worrall, S. Basu, and K. Hanson. The relationship between socio-economic status and malaria: a review of the literature. Ditelusuri dari: http://www.rollbackmalaria.org. (diakses 1 Desember 2006) 6. Agyepong, IA. Malaria: Ethnomedical perceptions and practice in an Adange farming community and implications for control. Soc. Sci. Med. 1992; 35(2):131- 137. 7. Friaraiyatini, Soedjajadi Keman, Ririh Yudhastuti. 2006 Pengaruh Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Di Kab. Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Januari 2006:121 128. 8. M. H. Matondang, dan Sri. H. Prestasi Kerja dikaitkan dengan Tanggung Jawab dan Sikap Parameter, Jurnal Ilmu Pendidikan, UNJ No. 14 th XIX April 2002. hal. 34. 9. Yahya, Yenni, A., Santoso dan Ambarita, L.P. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Malaria pada Anak di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2005. Buletin Penelitian Kesehatan 2006 Vol. 34 No. 2: 61-71 10. Notoadmojdo Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta, 1993
Kesehatan
dan
11. Anonimus. Vietnamese program for poverty alleviation. http://www2.gtz.de/vietnam/projects/closed%20projects/ projects_rural_poverty_eng.htm. (diakses 1 Desember 2006)
Ilmu
Perilaku
Ditelusuri
dari:
12. Amuge B, Wabwire-Mangen F, Puta C, Pariyo GW, Bakyaita N, Staedke S, Kamya M, Okui O: Health-seeking behavior for malaria among child and adult headed households in Rakai district, Uganda. Afr Health Sci 2004, 4:119-124. 13. Cropley L: The effect of health education interventions on child malaria treatmentseeking practices among mothers in rural refugee villages in Belize, Central America. Health Promotion International 2004, 19:445-452
10